Parotitis Epidemika pada Balita dan Penatalaksanaanya

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Parotitis Epidemika pada Balita dan Penatalaksanaanya"

Transkripsi

1 Parotitis Epidemika pada Balita dan Penatalaksanaanya Vivie Veronica Tanama Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Alamat Korespondensi : Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta Barat Vivie.2015fk166@civitas.ukrida.ac.id Abstrak Mumps (parotitis epidemika) atau gondongan merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus. Virus ini hanya menyerang manusia dengan gejala khas yaitu pembesaran kelenjar saliva terutama kelenjar parotis. Penyakit ini sebagian besar menimbulkan gejala klinis yang diikuti dengan pembesaran kelenjar parotis. Anak-anak rentan terkena penyakit ini, yaitu usia 5 sampai 9 tahun. Penularannya terutama dengan percikan ludah. Penanganan yang tidak tepat akan menimbulkan komplikasi. Penyakit ini dapat dicegah dengan pemberian vaksin. Vaksin gondongan biasanya diberikan dalam bentuk vaksin kombinasi measles-mumps-rubella (MMR). Kata kunci : parotitis epidemika, virus, kelenjar parotis, MMR Abstract Mumps (parotitis epidemica) or gondongan is an infectious disease caused by a virus. This virus only attacked humans with typical symptoms, namely the enlargement of the glands saliva primarily the Parotid gland. The disease is largely clinical symptoms cause followed by enlargement of the Parotid gland. Children likely exposed to this disease, namely the age of 5 to 9 years. Transmission is primarily with a splash of saliva. Improper handling may cause complications. This disease can be prevented by administering the vaccine. Gondongan vaccine is usually given in the form of combination vaccines measles-in-rubella (MMR). Key words: parotitis epidemica, cirus, parotid gland, MMR 1

2 Pendahuluan Parotitis epidemika adalah penyakit infeksi akut, menular, dengan gejala khas pembesaran kelenjar ludah terutama kelenjar parotis. 1 Penyakit ini disebabkan oleh virus dengan predileksi pada jaringan kelenjar dan saraf. 2 Penyakit infeksi sangat mudah menular di antara sesama anak anak. Infeksi paling mungkin terjadi ketika anak mulai bergaul dengan anak anak yang lain, seperti di taman kanak-kanak, kelompok bermain atau di sekolah dasar. Penyakit ini disebabkan oleh virus RNA spesifik, berasal dari family Paramyxoviridae dan genus Rubulavirus. Penyakit ini hanya terjadi pada manusia dengan gejala khasnya adalah pembengkakan pada kelenjar saliva terutama kelenjar parotis. Virus ini umumnya menyerang anak-anak umur 5-9 tahun Anamnesis Dalam proses anamnesa dilakukan komunikasi dengan pasien yang berkaitan dengan kondisi kesehatannya. Pada kasus mumps ini akan dilakukan alloanamnesis karena pasien belum dewasa maka akan dilakukan wawancara terhadap orang yang mempunyai hubungan terdekat dengan pasien. Dari hasil anamnesis dikatakan bahwa demam sejak 3 hari yang lalu. Demam hilang timbul dan pasien tidak pergi ke daerah endemik. Keluhannya disertai leher tampak membengkak pada bagian kanan dan berada dibawah telinga sejak 1 hari yang lalu. Ada nyeri pada bengkak tersebut jika makan makanan yang asam. Napsu makan pasien menurun. Pemeriksaan Fisik Dari skenario didapatkan pasien dalam keadaan Compos Mentis (CM), Anak tersebut tampak sakit ringan, suhunya 37,8 o C, pernapasan 20x/ menit, nadi 90x/ menit. Kelenjar parotis dextra membesar, teraba hangat, tidak nyeri tekan. Kelenjar parotis sinistra tidak membesar. Pemeriksaan toraks, abdomen dan genitalia externa normal. Pemeriksaan Penunjang Pada kasus klasik pemeriksaan laboratorium tidak diperlukan. Pada keadaan tanpa parotitis menyebabkan kesulitan mendiagnosis, sehingga diperlukan pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan laboratorium yang dapat dikerjakan adalah pemeriksaan laboratorium rutin, adanya peningkatan c-reactive protein (CRP), tes 2

3 serologi, isolasi virus, uji kulit, adanya peningkatan amylase serum, dan deteksi virus dengan reverse transcription (RT-PCR). Pemeriksaan laboratorium rutin, yang memberikan hasil tidak spesifik dan sering menunjukkan adanya leucopenia dengan limfositosis relatif atau kadang normal. Pada tes serologi didapatkan kenaikan antibody spesifik terhadap parotitis epidemika seperti complement fixation test (CF), hemagglutionation-inhibition (HI), enzyme linked immunosorbent eassay (ELISA) dan virus neutralization. Ditemukannya IgM, dapat membantu menegakkan diagnosis pada kasus sulit yang dapat dideteksi pada minggu pertama sakit. Isolasi virus penyebab dari saliva dan urin selama masa akut penyakit. Virus masih dapat ditemukan dari urin 2 minggu setelah onset penyakit. Isolasi virus dilakukan dengan membuat biakan. Biakan dinyatakan positif bila terdapat hemadsorpsi dalam biakan yang diberi cairan fosfat-nacl dan tidak ada pada biakan yang diberi serum hiperimun. Peningkatan amylase serum pada parotitis epidemika dan pancreatitis parotitis epidemika mencapai puncaknya pada minggu pertama dan menurun pada minggu ke dua dan ke tiga. Peningkatan serum amylase terjadi pada 70% parotitis epidemika dengan parotitis. 1,3,4 Etiologi Virus penyebab penyakit ini berhasil di kemukakan oleh Johnson dan Goodpasture pada tahun Virus tersebut merupakan anggota kelompok virus paramyxoviridae. 5 Selain parotitis epidemika, yang tergolong ke dalam kelompok virus tersebut adalah virus-virus parainfluenza dan virus Newcastle. Partikel-partikel virus mengandung untaian RNA tunggal negative sense, berukuran 100 sampai 600nm, terbungkus dalam selubung protein dan lemak, dengan panjang nukleotida termasuk dalam genus Rubulavarius, subfamili Paramyxovirinae dan famili Paramyxoviridae. 2 Selubung tersebut mengandung sebuah hemaglutinin, suatu neuraminidase dan hemolisin. RNA untai tunggal yang terdapat pada virus ini terdir dari 7 gen yang mengkode 7 protein yaitu nucleocapsid-associated protein (NP), phospho (P), membrane (M), fusion (F), small hidrophobic (SH), haemagglutinin-neuramidase (HN), dan large (L). Sekuen nuklotida pada gen SH dapat membedakan strain virus parotitis epidemika di seluruh dunia yang terdiri dari 10 genotipe dan diberikan nama A-J, berguna untuk penelitian kejadian ikutan pasca vaksinasi serta menentukan vaksin pada kejadian luar biasa. Strain virus yang berbeda menunjukkan virulensi 3

4 yang berbeda. Virus parotitis epidemika dapat ditemukan pada saliva, cairan serebrospinal, urin, darah, jaringan yang terinfeksi dari penderita parotitis epidemika serta dapat dikultur pada jaringan manusia atau kera. 2 Epidemiologi Parotitis epidemika ditemukan secara endemis dikalangan penduduk pedesaan di mana virus tersebut menyebar dari reservoar manusia melalui kontak langsung, inti droplet di udara, bahan yang tercemar oleh saliva yang terinfeksi dan mungkin juga melalui urin. 1 Penyakit ini tersebar di seluruh dunia dan menyerang kedua jenis kelamin sama banyaknya. Penyakit ini menyerang anak umur 4-9 tahun. Untuk bayi yang berusia 6-8 bulan tidak dapat terkena penyakit ini karea dilindungi oleh antibody yang dialirkan secara transplasental dari ibunya. Parotitis epidemika terjadi sepanjang tahun meskipun lebih sering ditemukan selama akhir musim dingin dan musim semi di negara 4 musim, sedang di Indonesia terjadi di segala musim. Virus tersebut ada di sekret 7 hari sebelum sampai 7 hari setelah pembesaran kelenjar parotis, puncaknya adalah 1-2 hari sebelum sampai 5 hari setelah pembesaran kelenjar parotis. 5 Patologi dan Patogenesis Virus masuk melalui saluran nafas selama periode inkubasi 12 sampai 25 hari. Virus bereplikasi pada mukosa saluran napas atas kemudian menyebar ke kelenjar limfe local. Lokasi yang dituju virus adalah kelenjar yang paling rentan yaitu kelenjar parotis, ovarium, pancreas, tiroid, ginjal, jantung, atau otak. Pada kelenjar parotis terutama pada saluran ludah terdapat kelainan berupa pembengkakan sel epitel, pelebaran dan penyumbatan saluran. Virus masuk ke sistem saraf pusat melalui pleksus koroideus lewat infeksi pada sel mononuclear. Bila testis terkena infeksi maka terdapat perdarahan kecil dan nekrosis sel epitel tubuli seminiferus. Pada pankreas kadang-kadang terdapat degenerasi dan nekrosis jaringan. Berbagai mekanisme patogenesis diperkirakan terjadi pada jaringan yang terinfeksi virus parotitis epidemika. Parotitis epidemika menyebabkan peningkatan IgG dan IgM yang dapat terdeteksi dengan ELISA. IgM meningkat pada stadium awal infeksi (hari kedua sakit), mencapai puncaknya dalam minggu pertama dan bertahan selama 5-6 bulan. IgG muncul pada akhir minggu pertama, mencapai puncaknya 3 minggu kemudian dan bertahan seumur hidup. Immunoglobulin A juga meningkat saat infeksi. 1,3,5 Gejala Klinis 4

5 Setelah melewati masa inkubasi selama hari, 30-40% penderita tidak menunjukkan gejala klinik dan 60-70% penderita akan menunjukkan gejala klinik. Gejala dimulai dari stadium prodromal sekitar 1-2 hari dengan gejala demam, anoreksia, sakit kepala, muntah dan nyeri otot, malaise, mialgia, dan peradangan kelenjar parotis. Suhu tubuh biasanya naik sampai o C, kemudian timbul pembengkakan kelenjar parotis yang mula-mula unilateral tetapi kemudian dapat menjadi bilateral. Di daerah parotis, kulit tampak berwarna merah kecoklatan, nyeri pada tekanan. Jika kelenjar liur disentuh, akan timbul nyeri. Pembengkakan terjadi pada hari kedua. Pembangkakan kelenjar berlangsung 3-7 hari tetapi kadang-kadang berakhir lebih lama. Pembesaran kelenjar unilateral terjadi pada 25% kasus sedangkan pembengkakan kelenjar bilateral terjadi pada 70-80% kasus. 1,3,5-7 Gejala klasik yang timbul dalam 24 jam adalah anak akan mengeluh sakit telinga dan diperberat jika mengunyah makanan. Pada anak yang lebih besar mengeluh pembengkakan dan nyeri rahang pada stadium awal penyakit, terutama saat makan makanan asam. Pembengkakan dapat maju dengan sangat cepatnya, mencapai maksimum dalam beberapa jam, walaupun biasanya berpuncak pada 1-3 hari, sehingga aurikula akan terangkat dan terdorong ke lateral. Selama masa pembesaran kelenjar, rasa nyeri dan nyeri tekan sangatlah hebat. Keluhan akan berkurang saat pembesaran kelenjar mencapai ukuran maksimum. Daerah yang mengalami pembengkakan terasa lunak dan nyeri. 2 Bersamaan dengan pembengkakan kelenjar dapat terjadi edema laring dan palatum mole sehingga mendorong tonsil ke tengah. Tidak terdapat hubungan antara luasnya pembengkakan dengan derajat demam yang diderita. Demam akan turun dalam 1-6 hari, dimana suhu tubuh kembali normal sebelum pembengkakan kelenjar hilang. Pembengkakan kelenjar menghilang dalam 3-7 hari. 3 Working Diagnosis Diagnosis pada penyakit parotitis epidemika mudah ditegakkan berdasarkan gejala klinik. Namun jika manifestasi klinik yang yang ditemukan kurang lazim, maka diagnosis menjadi tidak jelas. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam menegakkan diagnosis parotitis epidemika adalah riwayat kontak dengan penderita parotitis epidemika 2-3 minggu sebelum onset penyakit, adanya parotitis dan keterlibatan kelenjar yang lain, dan tanda meningitis aseptik. 2,3 5

6 Diagnosis dibuat secara klinis. Peningkatan amylase serum khas dan onsetnya paralel dengan pembengkakan parotis. Diagnosis spesifik dapat dipastikan dengan isolasi virus dari saliva, urine, CSS, atau darah melalui biakan virus rutin. Peningkatan antibody serum terhadap mumps juga bersifat diagnostic. Antibodi serum terhadap antigen S mencapai puncaknya pada sekitar 75% penderita dan dapat dideteksi pada saat gejala-gejala muncul. Pemeriksaan serologik kemudian digunakan untuk memastikan diagnosis sementara menjadi diagnosis kerja yaitu pada anak laki-laki berumur 5 tahun terkena penyakit Mumps atau gondongan. 5 Differential Diagnosis Parotritis juga dapat disebabkan oleh virus lain, seperti Parainfluenza 1 dan 3, CMV, Epstein-Barr virus, enteroviruses, lymphocytic choriomeningitis virus. CMV dapat menyebabkan parotitis pada anak dengan gangguan imun dan bayi dengan AIDS dapat mengalami parotitis. Selain itu, diagnosis lainya adalah parotitis suppuratif, yaitu infeksi bakteri pada kelenjar parotis dan paling sering disebabkan Staphylococcus aureus. Nanah dapat dilihat keluar dari duktus Stensoni jika dilakukan penekanan pada kelenjar dan ditemukan peningkatan polimorfonuklear leukosit pada pemeriksaan darah rutin. Kulit diatas kelenjar panas, memerah dan nyeri tekan. 1,3,5,7 Parotitis rekurens / berulang, berupa peradangan pada kelenjar parotis yang sering tidak diketahui penyebabnya yang ditandai oleh pembengkakan frekuen dari kelenjar parotis. Infeksi dan hipersensitifitas terhadap iodide dan phenotiazine sering dihubungkan dengan keadaan ini. Pembengkakan kelenjar sublingual dan submaksila tidak terjadi pada keadaan ini. Bersifat alergi yang sering berulang. Limfadenitis servikal anterior atau preaurikuler merupakan penyakit yang disebabkan oleh S. aureus yang dapat menimbulkan pembengkakan unilateral maupun bilateral limfonodus servikal. Pada pemeriksaan fisik tahap palpasi, didapatkan pembesaran limfonodus servikalis dan nyeri tekan. Dari palpasi pada bagian leher, dapat ditentukan konsistensi dari pembengkakan tersebut (apakah padat atau cair, halus atau berbenjol, berpindah-pindah atau menetap). Penyakit ini 75% terjadi lebih sering pada laki-laki dibandingkan perempuan. Terdapat gejala demam dan pembengkakan di daerah leher pada penyakit ini. Kurang lebih 80% penderita merupakan anak-anak di bawah usia 5 tahun. Infeksi HIV pada anak-anak juga dapat diikuti parotitis. Biasanya terjadi pembengkakan kelenjar bilateral yang bersifat kronik, berlangsung dalam beberapa bulan atau tahun. 1,3,5,7 6

7 saliva. 5 Meningoensefalitis. Penyakit ini merupakan penyulit yang paling sering Komplikasi Viremia pada awal penyakit mungkin bertanggung jawab atas manisfestasimanifestasi infeksi parotitis epidemika pada organ-organ lain selain kelenjar-kelenjar ditemukan selama masa kanak-kanak. Insidens sesungguhnya sukar dipperkirakan, karena infeksi subklinis yang mengenai susunan saraf pusat yang dibuktikan dengan pleiostosis cairan serebrospinal pada lebih dari 65% penderita parotitis. Manifestasimanifestasi klinis dilaporkan terjadi pada lebih dari 10% penderita. Insidens meningoensefalitis oleh penyakit parotitis epidemika kira-kira sebesar 250/ kasus; sebanyak 10% dari semua kasus terjadi pada penderita berusia lebih dari 20 tahun. Sedangkan mortilitasnya kurang lebih 2%. Laki-laki terserang 3-5 kali lebih sering dari pada perempuan. Penyakit parotitis epidemika merupakan salah satu penyebab meningitis aseptik tersering. 5 Patogenesis meningoensefalitis oleh parotitis epidemika digambarkan sebagai suatu infeksi primer neuron-neuron oleh virus maupun suatu ensefalitis pasca infeksi disertai demielinisasi. Pada tipe pertama, parotitis kerap kali akan muncul pada saat yang bersamaan atau menyusul masa prodormal ensefalitis. Pada tipe kedua, ensefalitis menyusul rata-rata 10 hari setelah terjadinya parotitits pada penderita. 5 Secara khas, meningoensefalitis mulai dengan terjadinya kenaikan suhu, sakit kepala, muntah-muntah, iritabilitas dan kadang-kandang dijumpai kekejangan. Gambaran klinis demikian tidak dapat dibedakan dari meningoensefalitis dengan penyebab lainnya. Pada penderita tampak adanya kekakuan sedang pada kuduk, tetapi pemeriksaan neurologis lainnya memberikan hasil normal. Kadang-kadang terjadi kelemahan leher, bahu dan tungkai. Cairan serebrospinal biasanya mengandung kurang dari 500 sel/mm 3 walaupun kadang-kadang jumlahnya dapat melebihi 2000 sel. Sel-sel ini hampir secara eksklusif adalah limfosit; suatu keadaan yang berlawanan dengan apa yang didapatkan pada meningitis aseptik oleh virus antero di mana pada awal penyakit lekosit polimorfonuklirlah yang paling menonjol jumlahnya. Kadar glukosa dalam cairan serebrospinal normal. Jumlah protein sedikit meningkat. Pada awal penyakit ini dapat diisolasi virus parotitis epidemika dari cairan serebrospinal penderita. 5 7

8 Orkhitis, Epidedimitis. Lesi-lesi jarang terjadi pada anak laki-laki usia pra pubertas, tetapi sering ditemukan pada remaja dan dewasa (14-35%). Testis paling sering terkena infeksi dengan atau tanpa suatu epidedimitis atau epidedimitis terjadi secara tersendiri. Jarang dijumpai adanya hidrokel. Orkhitis biasanya terjadi 8 hari setelah parotitis, tetapi penampilannya dapat tertunda dan juga terjadi tanda adanya infeksi kelenjar saliva nyata. Kurang lebih 30% penderita orkhitis, maka kedua testis terserang penyakit tersebut. Masa prodormal penyakit biasanya terjadi secara mendadak, menggigil, sakit kepala, mual-mual dan rasa nyeri daerah abdomen bagian bawah; jika testis kanan terlibat didalam proses penyakit maka apendisitis dapat terlihat sebagai suatu kemungkinan diagnosis. Testis yang terserang terasa nyeri, membengkak dan kulit sekitarnya mengalami edema serta berwarna merah. Lama penyakit rata-rata 4 hari. Dengan meredanya pembengkakan, maka testis akan kehilangan turgor normalnya; kurang lebih 30-40% testis yang terkena penyakit akan mengalami atrofi. Gangguan kesuburan timbul dan diperkirakan sebesar kurang lebih 13%, tetapi kemandulan mutlak mungkin jarang didapatkan sebagai akibat penyakit. 5 Pankreatitis. Keterlibatan kelenjar pankreas secara hebat jarang ditemukan, tetapi infeksi ringan atau subklinis mungkin lebih banyak terjadi. Keadaan ini dapat terjadi tanpa berkaitan dengan manifestasi-manifestasi pada kelenjar saliva dan didiagnosis secara keliru sebagai gastroenteritis. Rasa nyeri epigastrium dan nyeri tekan memberikan petunjukan dugaan penyakit tersebut; keadaan ini dapat disertai demam, menggigil, muntah-muntah dan kelemahan. Secara khas penderita parotitis epidemika akan dijumpai kenaikan amilase didalam serum dengan atau tanpa adanya manifestasi-manifestasi klinis suatu pankreatitis. Penentuan kadar lipase serum dapat menolong untuk menegakkan diagnosis. Kemungkinan bahwa diabetes melitus dapat merupakan sekuele yang jarang, sedang dalam penyelidikan. 5 Nefritis. Seringkali dilaporkan adanya viruria pada penderita. Pada pengkajian pada orang dewasa, dapat diamati terjadinya fungsi ginjal abnormal pada suatu saat dari masing-masing penderita dan viruria didapatkan sebanyak 75%. Frekuensi keterlibatan ginjal pada anak-anak tidak diketahui. Telah dilaporkan pula tentang terjadinya nefritis fatal pada hari setelah terjadinya parotitis. 5 Tiroiditis. Walaupun gangguan ini jarang ditemukan pada anak-anak, tetapi pembengkakan dengan nyeri tekan dapat terjadi kurang lebih 1 minggu setelah masa prodormal parotitis dan kemudian disusul dengan terjadi serta berkembangnya antibodi-antibodi antitiroid penderita. 5 8

9 Miokarditis. Manifestasi-manifestasi jantung yang hebat sangat jarang ditemukan, tetapi infeksi ringan yang menyerang miokardium mungkin lebih sering terjadi dan diabaikan. Pada satu seri orang dewasa, penelusuran elektrokardiografis telah berhasil mengungkapkan terjadinya perubahan-perubahan, kebanyakan berupa depresi segmen ST sebagaimana yang didapatkan pada 13% dari seluruh penderita. Keterlibatan demikian dapat menerangkan rasa nyeri prekordial dan bradikardi serta kelelahan. 5 Artritis. Artralgia yang berhubungan dengan pembengkakan dan kemerahan pada persendian merupakan penyulit-penyulit parotitis epidemika yang jarang ditemukan, terjadinya hari setelah masa prodormal parotis. Gangguan ini akan mengalami penyembuhan sempurna. 5 Mastitis. Gangguan ini merupakan panyakit yang jarang ditemukan baik di kalangan penderita laki-laki maupun perempuan. 5 Ketulian. Ketulian saraf yang terjadi setelah penderita mengalami parotitis epidemika mungkin bersifat unilateral atau secara jarang dapat pula bilateral. Meskipun gangguan ini memperlihatkan insidens yang tendah (1:15.000), tetapi parotitis epidemika dianggap sebagai penyebab utama ketulian saraf unilateral. Gangguan terjadi secara mendadak atau secara perlahan-lahan. Kehilangan pendengaran dapat bersifat sementara atau menetap. 5 Komplikasi neurologis yang lain adalah mielitis dan neuritis saraf fasialis (demirci). Komplikasi yang terjadi pasca ensefalitis sangat fatal seperti epilepsi, gangguan motorik, retardasi mental, iritabel, emosi tidak stabil, sulit tidur, halusinasi aneuresis, anak jadi perusak, tindakan asosial yang lain, stenosis aquaductus dan hidrosefalus. 10 Penatalaksanaan Parotitis epidemika adalah penyakit yang dapat sembuh sendiri sehingga tidak memerlukan pengobatan yang spesifik. Terapi konservatif diberikan berupa hidrasi yang adekuat dan nutrisi yang cukup untuk membantu penyembuhan. Parasetamol dapat digunakan untuk mengurangi nyeri karena pembengkakan kelenjar. Kompres hangat dapat membantu penyembuhan. Tidak ada antivirus yang tepat digunakan untuk parotitis epidemika. Tetapi cairan intravena diindikasikan untuk penderita meningoensefelitis dan muntah-muntah yang persisten. Efikasi immunoglobulin 9

10 masih diperdebatkan, dan tak ada bukti immunoglobulin ini dapat mencegah meningoensefalitis dan orkitis. 2 Prognosis Secara umum prognosis parotis epidemika baik, kecuali pada keadaan tertentu yang menyebabkan terjadinya ketulian, sterilitas karena atrofi testis dan sekuele karena meningoensefalitis. 8 Pencegahan Pencegahan terhadap parotitis epidemika dapat dilakukan secara imunisasi pasif dan imunisasi aktif. Cara ini merupakan pendekatan terbaik untuk menurunkan angka morbiditas dan mortalitas akibat gondong. Secara pasif yaitu antbodi yang didapat dari ibu melalui plasenta yang dapat melindungi bayi dari parotitis epidemika sampai 1 tahun. Imunisasi aktif dengan virus parotitis epidemika hidup yang tersedia dalam bentuk vaksin monovalent atau kombinasi dengan campak campak dan rubella yang disebut MMR (Mumps, Measles, Rubella). Di Indonesia vaksinasi parotitis epidemika diberikan pada anak berumur bulan dalam bentuk vaksin kombinasi (MMR). Vaksin diberikan secara subkutan dalam atau intramuskuler dan harus digunakan dalam waktu 1 jam setelah tercampur dengan pelarutnya. Vaksin yang digunakan di Indonesia adalah galur Jeryl Lynn dan Urabe Am-9. 2 Kesimpulan Parotitis epidemika atau mumps merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dari genus Rubulavirus dengan ciri khas terlihat adanya pembengkakan pada kelenjar parotis atau kelenjar ludah lain. Penyebaran virus ini dapat melalui kontak langsung, droplet di udara, bahan yang terkena saliva yang terinfeksi dan melalui urin. Penyakit ini menyerang anak umur 4-9 tahun. Pada awal infeksi, penderita akan mengalami lesu, nyeri otot leher, sakit kepala serta demam seiring dengan munculnya pembengkakan. Parotitis epidemika biasanya akan sembuh sendiri dengan istirahat dan nutrisi yang cukup. Pemberian parasetamol akan membantu mengurangi rasa nyeri. Pencegahan parotitis epidemika dapat dilakukan secara pasif dengan gamaglobulin hiperimun atau secara aktif dengan vaksin mumps sendiri atau bisa juga digunakan vaksin kombinasi MMR (mumps, measles, rubella). 10

11 Daftar Pustaka 1. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Buku kuliah 2: Ilmu kesehatan anak. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; h Soedarmo SSP, Garna H, Hadinegoro SRS, Satari HI. Buku ajar infeksi dan pediatri tropis. Jakarta: Bagian ilmu kesehatan anak FKUI; h Lubis, CP. Buku ajar ilmu kesehatan anak, infeksi & penyakit tropis. Edisike-1. Jakarta: EGC; 2002.h Gleadle J.At a glance anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Erlangga; 2008; h Behrman, Kliegman, Arvin. Nelson: ilmu kesehatan anak. 15th ed. Jakarta: EGC; 2012.h Isselbacher KJ. Prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam. Edisi ke-13. Jakarta: EGC; 2011.h Puspitasari I. Jadi dokter untuk diri sendiri. Yogyakarta: B First; 2010.h Wilson, Walter R, Merle A Sande. Current Diagnosis and Treatment in Infectious Disease. USA : the McGraw-Hill Companies, Inc;

Penyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio

Penyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio Pengertian Polio Polio atau poliomyelitis adalah penyakit virus yang sangat mudah menular dan menyerang sistem saraf. Pada kondisi penyakit yang bertambah parah, bisa menyebabkan kesulitan 1 / 5 bernapas,

Lebih terperinci

Jika tidak terjadi komplikasi, penyembuhan memakan waktu 2 5 hari dimana pasien sembuh dalam 1 minggu.

Jika tidak terjadi komplikasi, penyembuhan memakan waktu 2 5 hari dimana pasien sembuh dalam 1 minggu. Virus Influenza menempati ranking pertama untuk penyakit infeksi. Pada tahun 1918 1919 perkiraan sekitar 21 juta orang meninggal terkena suatu pandemik influenza. Influenza terbagi 3 berdasarkan typenya

Lebih terperinci

Jurnal Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Infeksi Rubella

Jurnal Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Infeksi Rubella Jurnal Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Infeksi Rubella TORCH adalah istilah untuk menggambarkan gabungan dari empat jenis penyakit infeksi yaitu TOxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes. Keempat jenis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Demam tifoid merupakan masalah kesehatan yang penting di negara-negara

I. PENDAHULUAN. Demam tifoid merupakan masalah kesehatan yang penting di negara-negara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid merupakan masalah kesehatan yang penting di negara-negara berkembang, salah satunya di Indonesia. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Salmonella enterica

Lebih terperinci

Gejala Penyakit CAMPAK Hari 1-3 : Demam tinggi. Mata merah dan sakit bila kena cahaya. Anak batuk pilek Mungkin dengan muntah atau diare.

Gejala Penyakit CAMPAK Hari 1-3 : Demam tinggi. Mata merah dan sakit bila kena cahaya. Anak batuk pilek Mungkin dengan muntah atau diare. PENYAKIT CAMPAK Apakah setiap bintik-bintik merah yang muncul di seluruh tubuh pada anak balita merupakan campak? Banyak para orangtua salah mengira gejala campak. Salah perkiraan ini tak jarang menimbulkan

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI A. PENGERTIAN Chikungunya berasal dari bahasa Shawill artinya berubah bentuk atau bungkuk, postur penderita memang kebanyakan membungkuk

Lebih terperinci

Meningitis: Diagnosis dan Penatalaksanaannya

Meningitis: Diagnosis dan Penatalaksanaannya Meningitis: Diagnosis dan Penatalaksanaannya Ahmad Rizal Ganiem Dept Neurologi RS Hasan Sadikin Bandung - Indonesia Meningitis Peradangan di selubung pembungkus otak dan sumsum tulang belakang (disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh Salmonella typhi (S.typhi), bersifat endemis, dan masih

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh Salmonella typhi (S.typhi), bersifat endemis, dan masih 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid merupakan penyakit infeksi tropik sistemik, yang disebabkan oleh Salmonella typhi (S.typhi), bersifat endemis, dan masih merupakan masalah kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

ETIOLOGI : 1. Ada 5 kategori virus yang menjadi agen penyebab: Virus Hepatitis A (HAV) Virus Hepatitis B (VHB) Virus Hepatitis C (CV) / Non A Non B

ETIOLOGI : 1. Ada 5 kategori virus yang menjadi agen penyebab: Virus Hepatitis A (HAV) Virus Hepatitis B (VHB) Virus Hepatitis C (CV) / Non A Non B HEPATITIS REJO PENGERTIAN: Hepatitis adalah inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi virus dan reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan kimia ETIOLOGI : 1. Ada 5

Lebih terperinci

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN PENDAHULUAN Seorang ibu akan membawa anaknya ke fasilitas kesehatan jika ada suatu masalah atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis sebagian besar bakteri ini menyerang

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis sebagian besar bakteri ini menyerang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Penyakit Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis sebagian besar bakteri ini menyerang bagian paru, namun tak

Lebih terperinci

Author : Liza Novita, S. Ked. Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau Doctor s Files: (http://www.doctors-filez.

Author : Liza Novita, S. Ked. Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau Doctor s Files: (http://www.doctors-filez. Author : Liza Novita, S. Ked Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau 2009 0 Doctor s Files: (http://www.doctors-filez.tk GLOMERULONEFRITIS AKUT DEFINISI Glomerulonefritis Akut (Glomerulonefritis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi Menular Seksual (IMS) atau Sexually Transmited Infections (STIs) adalah penyakit yang didapatkan seseorang karena melakukan hubungan seksual dengan orang yang

Lebih terperinci

ANAMNESIS. dengan anamnesis yang benar.

ANAMNESIS. dengan anamnesis yang benar. PENDAHULUAN Gout sendiri berasal dari bahasa Latin, yaitu gutta (tetesan) karena dipercaya bahwa penyakit tersebut disebabkan oleh luka yang jatuh tetes demi tetes ke dalam sendi. Kini, asam urat bisa

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Sistem Immunitas Niken Andalasari Sistem Imunitas Sistem imun atau sistem kekebalan tubuh

Lebih terperinci

Famili : Picornaviridae Genus : Rhinovirus Spesies: Human Rhinovirus A Human Rhinovirus B

Famili : Picornaviridae Genus : Rhinovirus Spesies: Human Rhinovirus A Human Rhinovirus B RHINOVIRUS: Bila Anda sedang pilek, boleh jadi Rhinovirus penyebabnya. Rhinovirus (RV) menjadi penyebab utama dari terjadinya kasus-kasus flu (common cold) dengan presentase 30-40%. Rhinovirus merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. peningkatan angka kejadian, tidak hanya terjadi di Indonesia juga di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. peningkatan angka kejadian, tidak hanya terjadi di Indonesia juga di berbagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak beberapa tahun terakhir ini, berbagai penyakit infeksi mengalami peningkatan angka kejadian, tidak hanya terjadi di Indonesia juga di berbagai belahan dunia

Lebih terperinci

Wabah Polio. Bersama ini kami akan membagi informasi mengenai POLIO yang sangat berbahaya, yang kami harap dapat bermanfaat untuk kita semua.

Wabah Polio. Bersama ini kami akan membagi informasi mengenai POLIO yang sangat berbahaya, yang kami harap dapat bermanfaat untuk kita semua. Environment & Social Responsibility Division ESR Weekly Tips no. 14/V/2005 Sent: 10 Mei 2005 Wabah Polio Seiring dengan gencarnya kasus wabah Polio yang menimpa Indonesia terutama di beberapa daerah, yang

Lebih terperinci

Virus herpes merupakan virus ADN dengan rantai ganda yang kemudian disalin menjadi marn.

Virus herpes merupakan virus ADN dengan rantai ganda yang kemudian disalin menjadi marn. Contoh-contoh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) Termasuk salah satu retrovirus yang secara khusus menyerang sel darah putih (sel T). Retrovirus adalah virus ARN hewan yang mempunyai tahap ADN. Virus

Lebih terperinci

Hepatitis Virus. Oleh. Dedeh Suhartini

Hepatitis Virus. Oleh. Dedeh Suhartini Hepatitis Virus Oleh Dedeh Suhartini Fungsi Hati 1. Pembentukan dan ekskresi empedu. 2. Metabolisme pigmen empedu. 3. Metabolisme protein. 4. Metabolisme lemak. 5. Penyimpanan vitamin dan mineral. 6. Metabolisme

Lebih terperinci

TETAP SEHAT! PANDUAN UNTUK PASIEN DAN KELUARGA

TETAP SEHAT! PANDUAN UNTUK PASIEN DAN KELUARGA IMUNODEFISIENSI PRIMER TETAP SEHAT! PANDUAN UNTUK PASIEN DAN KELUARGA TETAP SEHAT! PANDUAN UNTUK PASIEN DAN KELUARGA 1 IMUNODEFISIENSI PRIMER Imunodefisiensi primer Tetap sehat! Panduan untuk pasien dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sekitar 5%-10% dari seluruh kunjungan di Instalasi Rawat Darurat bagian pediatri merupakan kasus nyeri akut abdomen, sepertiga kasus yang dicurigai apendisitis didiagnosis

Lebih terperinci

Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru

Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru 1.1 Pengertian Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi kronis

Lebih terperinci

Kesehatan Anak - Aneka penyakit anak yg perlu diketahui semua ortu

Kesehatan Anak - Aneka penyakit anak yg perlu diketahui semua ortu Kesehatan Anak - Aneka penyakit anak yg perlu diketahui semua ortu Fakta tentang penyakit Anak Sementara vaksin telah membuat beberapa penyakit masa kanak-kanak yang langka, yang lain masih banyak fakta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit infeksi dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit infeksi dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penyakit infeksi dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue I, II, III, dan IV yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegepty dan Aedes albopticus.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Imunisasi 1. Definisi Imunisasi Imunisasi adalah suatu upaya untuk mendapatkan kekebalan terhadap suatu penyakit dengan cara memasukkan kuman atau produk kuman yang sudah dilemahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meningitis adalah kumpulan gejala demam, sakit kepala dan meningismus akibat

BAB I PENDAHULUAN. Meningitis adalah kumpulan gejala demam, sakit kepala dan meningismus akibat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningitis adalah kumpulan gejala demam, sakit kepala dan meningismus akibat inflamasi pada ruang subarachnoid yang dibuktikan dengan pleositosis cairan serebrospinalis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid termasuk dalam 10 besar masalah kesehatan di negara berkembang dengan prevalensi 91% pada pasien anak (Pudjiadi et al., 2009). Demam tifoid merupakan penyakit

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kebiasaan mengadakan hubungan seksual bebas mungkin dapat dianggap sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kebiasaan mengadakan hubungan seksual bebas mungkin dapat dianggap sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola perilaku seksual Kebiasaan mengadakan hubungan seksual bebas mungkin dapat dianggap sebagai suatu bentuk kenakalan. Hubungan bebas diartikan sebagai hubungan seksual yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Selatan dan 900/ /tahun di Asia (Soedarmo, et al., 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Selatan dan 900/ /tahun di Asia (Soedarmo, et al., 2008). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid masih menjadi masalah kesehatan global bagi masyarakat dunia, terutama di negara yang sedang berkembang. Besarnya angka pasti pada kasus demam tifoid di

Lebih terperinci

PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN

PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN Oleh : Dr. Azwar Djauhari MSc Disampaikan pada : Kuliah Blok 21 Kedokteran Keluarga Tahun Ajaran 2011 / 2012 Program Studi Pendidikan Dokter

Lebih terperinci

Anjing Anda Demam, Malas Bergerak dan Cepat Haus? Waspadai Leptospirosis

Anjing Anda Demam, Malas Bergerak dan Cepat Haus? Waspadai Leptospirosis Anjing Anda Demam, Malas Bergerak dan Cepat Haus? Waspadai Leptospirosis Leptospirosis adalah penyakit berbahaya yang diakibatkan oleh bakteri Leptospira interrogans sensu lato. Penyakit ini dapat menyerang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hepatitis merupakan penyakit inflamasi dan nekrosis dari sel-sel hati yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Hepatitis merupakan penyakit inflamasi dan nekrosis dari sel-sel hati yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hepatitis merupakan penyakit inflamasi dan nekrosis dari sel-sel hati yang dapat disebabkan oleh infeksi virus. Telah ditemukan lima kategori virus yang menjadi agen

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. disebabkan oleh mikroorganisme Salmonella enterica serotipe typhi yang

I. PENDAHULUAN. disebabkan oleh mikroorganisme Salmonella enterica serotipe typhi yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid akut merupakan penyakit infeksi akut bersifat sistemik yang disebabkan oleh mikroorganisme Salmonella enterica serotipe typhi yang dikenal dengan Salmonella

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perbedaan antara virus hepatitis ini terlatak pada kronisitas infeksi dan kerusakan jangka panjang yang ditimbulkan.

BAB I PENDAHULUAN. Perbedaan antara virus hepatitis ini terlatak pada kronisitas infeksi dan kerusakan jangka panjang yang ditimbulkan. BAB I PENDAHULUAN Hati adalah salah satu organ yang paling penting. Organ ini berperan sebagai gudang untuk menimbun gula, lemak, vitamin dan gizi. Memerangi racun dalam tubuh seperti alkohol, menyaring

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID Definisi: Typhoid fever ( Demam Tifoid ) adalah suatu penyakit umum yang menimbulkan gejala gejala sistemik berupa kenaikan suhu dan kemungkinan penurunan kesadaran. Etiologi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Selama tiga dekade ke belakang, infeksi Canine Parvovirus muncul sebagai salah

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Selama tiga dekade ke belakang, infeksi Canine Parvovirus muncul sebagai salah PENDAHULUAN Latar Belakang Canine Parvovirus merupakan penyakit viral infeksius yang bersifat akut dan fatal yang dapat menyerang anjing, baik anjing domestik, maupun anjing liar. Selama tiga dekade ke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih menjadi masalah kesehatan global bagi masyarakat dunia. Angka kejadian

BAB I PENDAHULUAN. masih menjadi masalah kesehatan global bagi masyarakat dunia. Angka kejadian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Demam tifoid adalah penyakit sistemik akut pada saluran pencernaan yang masih menjadi masalah kesehatan global bagi masyarakat dunia. Angka kejadian demam tifoid di

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) 1. Defenisi Istilah ISPA yang merupakan singkatan dari infeksi saluran pernapasan akut diperkenalkan pada tahun 1984. Istilah ini merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi saluran napas disusul oleh infeksi saluran cerna. 1. Menurut World Health Organization (WHO) 2014, demam tifoid

BAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi saluran napas disusul oleh infeksi saluran cerna. 1. Menurut World Health Organization (WHO) 2014, demam tifoid BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar tidak saja di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia. Selain virus sebagai penyebabnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam tifoid merupakan infeksi bakteri sistemik yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi yang dijumpai di berbagai negara berkembang terutama di daerah tropis

Lebih terperinci

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan PENGANTAR KESEHATAN DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY PENGANTAR Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan meningkatkan kesehatan, cara mencegah penyakit, cara menyembuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Influenza (flu) adalah penyakit pernapasan menular yang disebabkan oleh virus influenza yang dapat menyebabkan penyakit ringan sampai penyakit berat (Abelson, 2009).

Lebih terperinci

aureus, Stertococcus viridiansatau pneumococcus

aureus, Stertococcus viridiansatau pneumococcus Analisis Data No Data Etiologi Masalah 1. Data Subjektif : Gangguan sekresi saliva Nyeri Penghentian/Penurunan aliran Nyeri menelan pada rahang saliva bawah (kelenjar submandibula) Nyeri muncul saat mengunyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Muti ah, 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Muti ah, 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kejang demam adalah kejang yang terjadi karena adanya suatu proses ekstrakranium tanpa adanya kecacatan neurologik dan biasanya dialami oleh anak- anak.

Lebih terperinci

Definisi Vertigo. Penyebab vertigo

Definisi Vertigo. Penyebab vertigo Definisi Vertigo Vertigo adalah perasaan yang abnormal mengenai adanya gerakan penderita terhadap lingkungan sekitarnya atau lingkungan sekitar terhadap penderita, dengan gambaran tiba-tiba semua terasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelenjar saliva merupakan salah satu organ dalam sistem pencernaan serta merupakan kelenjar sekretori yang memiliki duktus untuk mengeluarkan sekresinya ke rongga mulut.

Lebih terperinci

DEFINISI KASUS MALARIA

DEFINISI KASUS MALARIA DEFINISI KASUS MALARIA Definisi kasus adalah seperangkat criteria untuk menentukan apakah seseorang harus dapat diklasifikasikan sakit atau tidak. Kriteria klinis dibatasi oleh waktu, tempat, dan orang.

Lebih terperinci

MODUL GLOMERULONEFRITIS AKUT

MODUL GLOMERULONEFRITIS AKUT TEAM BASED LEARNING MODUL GLOMERULONEFRITIS AKUT Diberikan pada Mahasiswa Semester IV Fakultas Kedokteran Unhas DISUSUN OLEH : Prof. Dr. dr. Syarifuddin Rauf, SpA(K) Prof. dr. Husein Albar, SpA(K) dr.jusli

Lebih terperinci

ASPEK MEDIS DAN KEAMANAN VAKSIN KOMBINASI PENTABIO. Dominicus Husada

ASPEK MEDIS DAN KEAMANAN VAKSIN KOMBINASI PENTABIO. Dominicus Husada ASPEK MEDIS DAN KEAMANAN VAKSIN KOMBINASI PENTABIO Dominicus Husada ISI 1. Pendahuluan 2. Aspek Medis Vaksin Kombinasi Pentabio 3. Aspek Keamanan Vaksin Kombinasi Pentabio 4. Penutup 5. Bonus PENDAHULUAN

Lebih terperinci

Virologi - 2. Virologi - 3. Virologi - 4

Virologi - 2. Virologi - 3. Virologi - 4 Virologi dasar Klasifikasi dan morfologi Reproduksi (replikasi) virus Hubungan virus dengan sel Virus yang mempengaruhi kesehatan ibu hamil dan menyusui Virologi - 2 Virologi adalah ilmu yang mempelajari

Lebih terperinci

Partikel virus (virion), terdiri dari : Virologi adalah ilmu yang mempelajari tentang virus dan agent menyerupai virus:

Partikel virus (virion), terdiri dari : Virologi adalah ilmu yang mempelajari tentang virus dan agent menyerupai virus: Virologi dasar Klasifikasi dan morfologi Reproduksi (replikasi) virus Hubungan virus dengan sel Virus yang mempengaruhi kesehatan ibu hamil dan menyusui Virologi - 2 Partikel virus (virion), terdiri dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan zaman saat ini yang terus maju, diperlukan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan zaman saat ini yang terus maju, diperlukan suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan zaman saat ini yang terus maju, diperlukan suatu analisis yang dapat diterima secara ilmiah terhadap setiap peristiwa yang terjadi dalam kehidupan

Lebih terperinci

Asuhan Keperawatan Anak Preschool dengan ISPA A. Definisi Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah radang akut saluran pernafasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri,

Lebih terperinci

STREPTOCOCCUS PNEUMONIAE

STREPTOCOCCUS PNEUMONIAE Nama : Margareta Krisantini P.A NIM : 07 8114 025 STREPTOCOCCUS PNEUMONIAE Streptococcus pneumoniae adalah sel gram possitf berbentuk bulat telur atau seperti bola yang dapat menyebabkan berbagai macam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah telinga, hidung, dan tenggorokan merupakan masalah yang sering terjadi pada anak anak, misal otitis media akut (OMA) merupakan penyakit kedua tersering pada

Lebih terperinci

NEISSERIA MENINGITIDIS

NEISSERIA MENINGITIDIS NEISSERIA MENINGITIDIS Penyakit Meningokokus adalah satu penyakit berjangkit. Neisseria menigitidis (meningokokus) merupakan bakteri kokus gram negatif yang secara alami hidup di dalam tubuh manusia. Meningokokus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit demam berdarah hingga saat ini masih merupakan masalah kesehatan yang sulit ditanggulangi di Indonesia. Jumlah kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia

Lebih terperinci

Mengapa Kita Batuk? Mengapa Kita Batuk ~ 1

Mengapa Kita Batuk? Mengapa Kita Batuk ~ 1 Mengapa Kita Batuk? Batuk adalah refleks fisiologis. Artinya, ini adalah refleks yang normal. Sebenarnya batuk ini berfungsi untuk membersihkan tenggorokan dan saluran napas. Atau dengan kata lain refleks

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 90 % dan biasanya menyerang anak di bawah 15 tahun. 2. Demam berdarah dengue merupakan masalah kesehatan masyarakat karena

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 90 % dan biasanya menyerang anak di bawah 15 tahun. 2. Demam berdarah dengue merupakan masalah kesehatan masyarakat karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit menular yang ditransmisikan oleh nyamuk Ae. Aegypti. 1 Menyebabkan banyak kematian pada anakanak sekitar 90 % dan biasanya

Lebih terperinci

TATALAKSANA MALARIA. No. Dokumen. : No. Revisi : Tanggal Terbit. Halaman :

TATALAKSANA MALARIA. No. Dokumen. : No. Revisi : Tanggal Terbit. Halaman : Revisi Halaman Kepala 1. Pengertian Malaria adalah suatu infeksi penyakit akut maupun kronik yang disebakan oleh parasit Plasmodium yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual

Lebih terperinci

Etiology dan Faktor Resiko

Etiology dan Faktor Resiko Etiology dan Faktor Resiko Fakta Penyakit ini disebabkan oleh virus hepatitis C (HCV). Virus hepatitis C merupakan virus RNA yang berukuran kecil, bersampul, berantai tunggal, dengan sense positif Karena

Lebih terperinci

DEFINISI BRONKITIS. suatu proses inflamasi pada pipa. bronkus

DEFINISI BRONKITIS. suatu proses inflamasi pada pipa. bronkus PENDAHULUAN Survei Kesehatan Rumah Tangga Dep.Kes RI (SKRT 1986,1992 dan 1995) secara konsisten memperlihatkan kelompok penyakit pernapasan yaitu pneumonia, tuberkulosis dan bronkitis, asma dan emfisema

Lebih terperinci

MACAM-MACAM PENYAKIT. Nama : Ardian Nugraheni ( C) Nifariani ( C)

MACAM-MACAM PENYAKIT. Nama : Ardian Nugraheni ( C) Nifariani ( C) Nama : Ardian Nugraheni (23111307C) Nifariani (23111311C) MACAM-MACAM PENYAKIT A. Penyakit DBD (Demam Berdarah Dengue) 1) Pengertian Terjadinya penyakit demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue

Lebih terperinci

riwayat personal-sosial

riwayat personal-sosial KASUS OSCE PEDIATRIK 1. (Gizi Buruk) Seorang ibu membawa anaknya laki-laki berusia 9 bulan ke puskesmas karena kha2atir berat badannya tidak bisa naik. Ibu pasien juga khawatir karena anaknya belum bisa

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR. Berdarah Dengue (DBD). (Aziz Alimul, 2006: 123). oleh nyamuk spesies Aedes (IKA- FKUI, 2005: 607 )

BAB I KONSEP DASAR. Berdarah Dengue (DBD). (Aziz Alimul, 2006: 123). oleh nyamuk spesies Aedes (IKA- FKUI, 2005: 607 ) BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian DHF adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue, sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk ke tubuh penderita melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti betina.

Lebih terperinci

Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan. Sistem Imunitas

Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan. Sistem Imunitas Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Sistem Immunitas Niken Andalasari Sistem Imunitas Sistem imun atau sistem kekebalan tubuh adalah suatu sistem dalam tubuh yang terdiri dari sel-sel serta

Lebih terperinci

Leukemia. Leukemia / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Leukemia. Leukemia / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Leukemia Leukemia merupakan kanker yang terjadi pada sumsum tulang dan sel-sel darah putih. Leukemia merupakan salah satu dari sepuluh kanker pembunuh teratas di Hong Kong, dengan sekitar 400 kasus baru

Lebih terperinci

KEJANG DEMAM SEDERHANA PADA ANAK YANG DISEBABKAN KARENA INFEKSI TONSIL DAN FARING

KEJANG DEMAM SEDERHANA PADA ANAK YANG DISEBABKAN KARENA INFEKSI TONSIL DAN FARING KEJANG DEMAM SEDERHANA PADA ANAK YANG DISEBABKAN KARENA INFEKSI TONSIL DAN FARING Pasaribu AS 1) 1) Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung ABSTRAK Latar Belakang. Kejang adalah peristiwa yang

Lebih terperinci

BAB 2 PENGENALAN HIV/AIDS. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala

BAB 2 PENGENALAN HIV/AIDS. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala BAB 2 PENGENALAN HIV/AIDS Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh virus yang disebut Human Immunodeficiency Virus (HIV). 10,11 Virus ini akan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Peternakan babi berperan penting dalam meningkatkan perekonomian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Peternakan babi berperan penting dalam meningkatkan perekonomian BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hog cholera 2.1.1 Epizootiologi Peternakan babi berperan penting dalam meningkatkan perekonomian masyarakat pedesaan di Bali. Hampir setiap keluarga di daerah pedesaan memelihara

Lebih terperinci

Kanker Serviks. Cervical Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Serviks. Cervical Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Serviks Kanker serviks merupakan penyakit yang umum ditemui di Hong Kong. Kanker ini menempati peringkat kesepuluh di antara kanker yang diderita oleh wanita dengan lebih dari 400 kasus baru setiap

Lebih terperinci

TEAM BASED LEARNING MODUL SIFILIS PRIMER. Diberikan pada Mahasiswa Semester IV Fakultas Kedokteran Unhas DISUSUN OLEH :

TEAM BASED LEARNING MODUL SIFILIS PRIMER. Diberikan pada Mahasiswa Semester IV Fakultas Kedokteran Unhas DISUSUN OLEH : TEAM BASED LEARNING MODUL SIFILIS PRIMER Diberikan pada Mahasiswa Semester IV Fakultas Kedokteran Unhas DISUSUN OLEH : dr. Idrianti Idrus, Sp.KK, MKes SISTEM UROGENITAL FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam tifoid adalah penyakit akibat infeksi bakteri Salmonella enterica serotipe typhi. Demam tifoid masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia yang timbul secara

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prevalensi Prevalensi adalah jumlah orang dalam populasi yang menderita suatu penyakit atau kondisi pada waktu tertentu; pembilang dari angka ini adalah jumlah kasus yang ada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI Tuberkulosis A.1 Definisi Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini ditemukan pertama kali oleh Robert

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Flaviviridae dan ditularkan melalui vektor nyamuk. Penyakit ini termasuk nomor dua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Flaviviridae dan ditularkan melalui vektor nyamuk. Penyakit ini termasuk nomor dua 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi dengue disebabkan oleh virus dengue yang tergolong dalam famili Flaviviridae dan ditularkan melalui vektor nyamuk. Penyakit ini termasuk nomor dua paling sering

Lebih terperinci

APA ITU TB(TUBERCULOSIS)

APA ITU TB(TUBERCULOSIS) APA ITU TB(TUBERCULOSIS) TB adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tubercolusis. Penyakit Tuberkolusis bukanlah hal baru, secara umum kita sudah mengenal penyakit ini. TB bukanlah

Lebih terperinci

PATOFISIOLOGI, DIAGNOSIS, DAN KLASIFIKASI TUBERKULOSIS. Retno Asti Werdhani Dept. Ilmu Kedokteran Komunitas, Okupasi, dan Keluarga FKUI

PATOFISIOLOGI, DIAGNOSIS, DAN KLASIFIKASI TUBERKULOSIS. Retno Asti Werdhani Dept. Ilmu Kedokteran Komunitas, Okupasi, dan Keluarga FKUI PATOFISIOLOGI, DIAGNOSIS, DAN KLASIFIKASI TUBERKULOSIS Retno Asti Werdhani Dept. Ilmu Kedokteran Komunitas, Okupasi, dan Keluarga FKUI TUBERKULOSIS DAN KEJADIANNYA Jumlah pasien TB di Indonesia merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. yang dapat menimbulkan kerugian ekonomi (Wibowo, 2014). Hal ini disebabkan

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. yang dapat menimbulkan kerugian ekonomi (Wibowo, 2014). Hal ini disebabkan I. PENDAHULUAN Latar Belakang Penyakit Avian Influenza (AI) adalah salah satu penyakit infeksi penting yang dapat menimbulkan kerugian ekonomi (Wibowo, 2014). Hal ini disebabkan adanya kematian yang tinggi

Lebih terperinci

ASUHAN KEBIDANAN PADA An. E USIA 8 TAHUN DENGAN VARICELLA. Nur Hasanah* dan Heti Latifah** ABSTRAK

ASUHAN KEBIDANAN PADA An. E USIA 8 TAHUN DENGAN VARICELLA. Nur Hasanah* dan Heti Latifah** ABSTRAK ASUHAN KEBIDANAN PADA An. E USIA 8 TAHUN DENGAN VARICELLA Nur Hasanah* dan Heti Latifah** *Dosen Program Studi Diploma III Kebidanan Universitas Islam Lamongan **Mahasiswa Program Studi Diploma III Kebidanan

Lebih terperinci

infeksi bakteri : Borrelia spp. vektor : louse (kutu) dan tick (sengkenit)

infeksi bakteri : Borrelia spp. vektor : louse (kutu) dan tick (sengkenit) Rita Shintawati Pendahuluan Relapsing fever (RF) demam berulang infeksi bakteri : Borrelia spp. vektor : louse (kutu) dan tick (sengkenit) Gejala klinis yg khas timbulnya demam berulang diselingi periode

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP )

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP ) SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP ) Topik : Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Sasaran : 1. Umum : Keluarga pasien ISPA 2. Khusus: Pasien ISPA Hari/Tanggal : Jumat, 24 Januari 2014 Waktu : Pukul 9.30 10.00

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Salmonella sp. yang terdiri dari S. typhi, S. paratyphi A, B dan C

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Salmonella sp. yang terdiri dari S. typhi, S. paratyphi A, B dan C BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Salmonella sp. 2.1.1 Klasifikasi Salmonella sp. yang terdiri dari S. typhi, S. paratyphi A, B dan C termasuk famili Enterobacteriaceae, ordo Eubacteriales, kelas Schizomycetes

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR. Selulitis adalah infeksi streptokokus, stapilokokus akut dari kulit dan

BAB I KONSEP DASAR. Selulitis adalah infeksi streptokokus, stapilokokus akut dari kulit dan 1 BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian Selulitis adalah infeksi streptokokus, stapilokokus akut dari kulit dan jaringan subkutan biasanya disebabkan oleh invasi bakteri melalui suatu area yang robek pada kulit,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Berbagai komplikasi yang dialami oleh ibu hamil mungkin saja terjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Berbagai komplikasi yang dialami oleh ibu hamil mungkin saja terjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai komplikasi yang dialami oleh ibu hamil mungkin saja terjadi dan memiliki peluang untuk terjadi pada semua ibu hamil. Komplikasikomplikasi ini bila dapat dideteksi

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Sakit Perut Berulang Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut berulang pada remaja terjadi paling sedikit tiga kali dengan jarak paling sedikit

Lebih terperinci

ACQUIRED IMMUNE DEFICIENCY SYNDROME ZUHRIAL ZUBIR

ACQUIRED IMMUNE DEFICIENCY SYNDROME ZUHRIAL ZUBIR ACQUIRED IMMUNE DEFICIENCY SYNDROME ZUHRIAL ZUBIR PENDAHULUAN Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) adalah penyakit yg disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) HIV : HIV-1 : penyebab

Lebih terperinci

DIARE AKUT. Berdasarkan Riskesdas 2007 : diare merupakan penyebab kematian pada 42% bayi dan 25,2% pada anak usia 1-4 tahun.

DIARE AKUT. Berdasarkan Riskesdas 2007 : diare merupakan penyebab kematian pada 42% bayi dan 25,2% pada anak usia 1-4 tahun. DIARE AKUT I. PENGERTIAN Diare akut adalah buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24 jam dengan konsistensi cair dan berlangsung kurang dari 1 minggu. Kematian disebabkan karena dehidrasi. Penyebab terbanyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh Salmonella typhi yang masih dijumpai secara luas di berbagai negara

BAB I PENDAHULUAN. oleh Salmonella typhi yang masih dijumpai secara luas di berbagai negara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh Salmonella typhi yang masih dijumpai secara luas di berbagai negara berkembang, terutama

Lebih terperinci

MENGATASI KERACUNAN PARASETAMOL

MENGATASI KERACUNAN PARASETAMOL MENGATASI KERACUNAN PARASETAMOL Pendahuluan Parasetamol adalah golongan obat analgesik non opioid yang dijual secara bebas. Indikasi parasetamol adalah untuk sakit kepala, nyeri otot sementara, sakit menjelang

Lebih terperinci

Mengapa disebut sebagai flu babi?

Mengapa disebut sebagai flu babi? Flu H1N1 Apa itu flu H1N1 (Flu babi)? Flu H1N1 (seringkali disebut dengan flu babi) merupakan virus influenza baru yang menyebabkan sakit pada manusia. Virus ini menyebar dari orang ke orang, diperkirakan

Lebih terperinci

Dari autoanamnesis didapatkan keterangan. Orkitis pada Infeksi Parotitis Epidemika: laporan kasus

Dari autoanamnesis didapatkan keterangan. Orkitis pada Infeksi Parotitis Epidemika: laporan kasus Artikel Asli Orkitis pada Infeksi Parotitis Epidemika: laporan kasus Marissa Tania Stephanie Pudjiadi, Sri Rezeki S. Hadinegoro Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah kesehatan utama di dunia terutama negara berkembang. Munculnya epidemik Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immunodeficiency

Lebih terperinci

Penemuan PasienTB. EPPIT 11 Departemen Mikrobiologi FK USU

Penemuan PasienTB. EPPIT 11 Departemen Mikrobiologi FK USU Penemuan PasienTB EPPIT 11 Departemen Mikrobiologi FK USU 1 Tatalaksana Pasien Tuberkulosis Penatalaksanaan TB meliputi: 1. Penemuan pasien (langkah pertama) 2. pengobatan yang dikelola menggunakan strategi

Lebih terperinci

CAMPAK. Riwayat Alamiah Penyakit Campak

CAMPAK. Riwayat Alamiah Penyakit Campak CAMPAK Penyakit Campak (Rubeola, Campak 9 hari, measles) adalah suatu infeksi virus yang sangat menular, yang ditandai dengan demam, batuk, konjungtivitis ( peradangan selaput ikat mata/konjungtiva) dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peradangan sel hati yang luas dan menyebabkan banyak kematian sel. Kondisi

BAB I PENDAHULUAN. peradangan sel hati yang luas dan menyebabkan banyak kematian sel. Kondisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sirosis hati adalah penyakit hati menahun yang mengenai seluruh organ hati, ditandai dengan pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Keadaan tersebut terjadi karena

Lebih terperinci

FLU BURUNG AVIAN FLU BIRD FLU. RUSDIDJAS, RAFITA RAMAYATI dan OKE RINA RAMAYANI

FLU BURUNG AVIAN FLU BIRD FLU. RUSDIDJAS, RAFITA RAMAYATI dan OKE RINA RAMAYANI FLU BURUNG AVIAN FLU AVIAN INFLUENZA BIRD FLU RUSDIDJAS, RAFITA RAMAYATI dan OKE RINA RAMAYANI VIRUS INFLUENZA Virus famili orthomyxoviridae Tipe A,B,C Virus A dan B penyebab wabah pada manusia Virus C

Lebih terperinci

1. Poliomyelitis Poliomyelitis adalah suatu penyakit virus yang dalam stadium beratnya menyebabkan

1. Poliomyelitis Poliomyelitis adalah suatu penyakit virus yang dalam stadium beratnya menyebabkan 1. Poliomyelitis Poliomyelitis adalah suatu penyakit virus yang dalam stadium beratnya menyebabkan kelumpuhan yang lemas karena kekurangan sel-sel syaraf baik dalam sum sum tulang punggung maupun otak.

Lebih terperinci

INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA)

INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) 1. Pengertian ISPA Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit saluran pernapasan atas atau bawah, biasanya menular, yang dapat menimbulkan berbagai spectrum

Lebih terperinci