RUANG LINGKUP KEGIATAN, KERANGKA DASAR DAN METODE PENELITIAN
|
|
- Surya Kusumo
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB 2 RUANG LINGKUP KEGIATAN, KERANGKA DASAR DAN METODE PENELITIAN 2.1 Ruang Lingkup Kegiatan Lingkup pekerjaan meliputi pembuatan Peta Sebaran Kerusakan Tanah serta faktor pembatasnya di wilayah administrasi Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan. Wilayah ini meliputi 13 kecamatan di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan yaitu Kecamatan Pangkajene, Kecamatan Balocci, Kecamatan Bungoro, Kecamatan Labakkang, Kecamatan Ma rang, Kecamatan Segeri, Kecamatan Minasa Te ne, Kecamatan Tondong Tallasa, dan Kecamatan Mandalle Tahap Persiapan Tahap ini dilaksanakan sebelum kegiatan dilakukan. Tahap ini meliputi pekerjaan-pekerjaan antara lain konsultasi pendahuluan (meliputi tujuan kegiatan, jenis data yang akan digunakan, asumsi yang digunakan, luas lokasi/daerah kegiatan serta intensitas) dan pembuatan peta kerja. Konsultasi pendahuluan meliputi pekerjaan-pekerjaan antara lain Penetapan yang jelas tentang tujuan kegiatan, jenis data yang akan digunakan, asumsi yang digunakan dalam evaluasi, luas lokasi/daerah kegiatan serta intensitas. Dalam kegiatan ini tujuan utama yang diinginkan adalah menggali potensi daerah serta menyediakan informasi yang lengkap dan akurat tentang kerusakan tanah. Dengan tujuan tersebut, maka jenis data yang diperlukan akan terdiri dari data primer mengenai kualitas dan karakteristik lahan yang diperoleh dari survei lahan serta data sekunder yang berupa peta-peta dasar antara lain peta topografi, peta penggunaan lahan, peta jenis tanah, peta administrasi dan serta peta curah hujan. Lokasi kegiatan adalah lokasi yang telah ditetapkan yaitu wilayah administrasi Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan yang terdiri dari 9 kecamatan. Intensitas dan skala pemetaan telah ditetapkan pada tingkat semi detail. Pembuatan Peta Kerja Kegiatan ini dilakukan berdasarkan pedoman kriteria status dan potensi 4 PENGENDALIAN KERUSAKAN TANAH UNTUK PRODUKSI BIOMASSA KABUPATEN PANGKAJENE DAN
2 kerusakan tanah, mengacu pada PERMENLH NO.20 Tahun Adapun peta yang dibutuhkan peta curah hujan, peta topografi, peta jenis tanah, peta kemiringan lereng, peta penggunaan lahan. Dengan mengintegrasikan petapeta tersebut diatas dari Bakosurrtanal dengan hasil ground cheking dari hasil pendigitasian dan pengukuran topografi dilapangan diharapkan didapatkan peta lahan dan atau tanah kritis skala 1: sebagai dasar persyaratan pengendalian kerusakan tanah untuk produksi biomassa. Dari peta tersebut didapatkan potensi kerusakan tanah. Proses pengintegrasian ini dibantu oleh software Arch GIS Tahap Survei dan Penelitian a. Observasi Lapangan Kegiatan ini merupakan tahap pengenalan medan/daerah survey secara keseluruhan untuk menyusun rencana kerja yang akurat bagi pekerjaan selanjutnya. Disamping itu dengan observasi dapat dilakukan koreksi baik berupa penambahan maupun pengurangan pada peta unit lahan mengenai ketepatan letak batas alam, penggunaan lahan utama, populasi tanaman dan informasi lain yang belum tercantum pada peta kerja. b. Penentuan Letak Lokasi Sampling Dalam kegiatan ini penetapan lokasi sampling ada setiap unit lahan sudah dapat dibuat berdasarkan penampakan/ciri fisik lingkungan dan populasi tanaman yang paling dominant dalam penggunaan lahan utama maupun fenomena alam lainnya (depresi, lahan terfrakmentasi, berbatu) yang merupakan penciri utama unit lahan tersebut. c. Pengambilan Contoh Tanah dan Pengamatan Biofisik Lahan Setelah penetapan lokasi sampling di seluruh wilayah kerja selesai, kegiatan selanjutnya adalah pengambilan contoh tanah setiap lokasi untuk keperluan analisa di laboratorium serta pencatatan semua ciri atau penampakan biofisik lahan. Pengamatan biofisik lahan yang diamati antara lain koordinat lokasi, kedalam tanah, lereng, penggunaan lahan beserta vegetasinya, kenampakan erosi dan usaha konservasi tanah serta pengumpulan data iklim. d. Analisis Contoh Tanah Untuk melengkapi data lapangan, setiap contoh tanah dianalisa di laboratorium sehingga mendapatkan angka-angka kuantitatif baik sifat fisik, 5 PENGENDALIAN KERUSAKAN TANAH UNTUK PRODUKSI BIOMASSA KABUPATEN PANGKAJENE DAN
3 kimia tanah maupun biologi tanah. Sifat-sifat fisik tanah yang dianalisa antara lain permeabilitas, tekstur, porositas. Sifat-sifat kimia tanah yang dianalisa antara lain ph H2O, redoks dan daya hantar listrik. Sifat biologi tanah yang dianalisa adalah mikroorganisme Tahap Penyelesaian Dari hasil tahapan interpretasi data maka tahapan hasil tersebut disajikan secara sistematis berupa peta sebaran kerusakan tanah beserta faktor penyebabnya. Dari hasil pekerjaan ini kemudian dibuat laporan untuk dipresentasikan. Dari hasil presesntasi kemudian dilakukan penyempurnaan laporan akhir. 2.2 Metode Penelitian a. Pembuatan Peta Kerja Didalam pembuatan peta kerja sebagai satuan analisis adalah peta satuan pengamatan lahan yang berupa peta kerusakan tanah tingkat sedang. Kegiatan ini dilakukan berdasarkan pedoman kriteria status dan potensi kerusakan tanah, mengacu pada PERMENLH NO. 20 Tahun Adapun peta yang dibutuhkan peta curah hujan, peta topografi, peta jenis tanah, peta emiringan lereng, peta penggunaan lahan. 1. Peta Jenis Tanah Peta tanah diperlukan sebagai bahan untuk penilaian potensi kerusakan tanah. Informasi utama yang diambil dari peta ini adalah jenis tanah. Jenis tanah yang diperoleh dari peta tanah tergantung dari skala peta. Semakin detil skala peta tersebut, semakin banyak informasi sifat tanah yang diperoleh. Jenis (klasifikasi) tanah yang digunakan dapat beragam, umumnya menggunakan sistem klasifikasi Soil Taxonomy (Soil Survey Staff, USDA) dan kadang-kadang juga disertakan padanannya dari klasifikasi Puslittan dan FAO. Berdasarkan sistem klasifikasi Soil Taxonomy, di Indonesia tersebar 10 ordo tanah, yaitu Histosols yaitu ordo untuk tanah basah dan Entisols, Inceptisols, Vertisols, Andisols, Alfisols, Ultisols, Oxisols, serta Spodosols yaitu ordo untuk tanah lahan kering. Dalam menduga potensi kerusakan, tanah-tanah dikelompokkan ke dalam 5 (lima) kelas potensi kerusakan tanah. Nilai rating potensi kerusakan tanah (dapat dilihat pada tabel) diberikan terutama berdasarkan pendekatan nilai erodibilitas tanah. 6 PENGENDALIAN KERUSAKAN TANAH UNTUK PRODUKSI BIOMASSA KABUPATEN PANGKAJENE DAN
4 Tabel 2.1 Penilaian Potensi Kerusakan Tanah Menurut Jenis Tanah Tanah Vertisol tanah dengan regim kelembaban aquik Potensi Kerusakan Tanah Sangat ringan Simbol Ratin g Skor Pembobotan (rating x bobot) T1 1 2 Oxisol Ringan T2 2 4 Alfisol, Mollisol, Ultisol Sedang T3 3 6 Inceptisols, Entisol, Tinggi T4 4 8 istosols Spodosol, Andisol Sangat tinggi T Peta Lereng Dalam kaitannya dengan kerusakan tanah, tingkat kemiringan lereng sangat berpengaruh terhadap proses kerusakan tanah yang disebabkan oleh erosi tanah. Dalam menduga potensi kerusakan tanah berdasarkan kondisi kelerengan lahan, tanah dikelompokkan ke dalam 5 (lima) kelas potensi kerusakan tanah. Dasar penetapan klas lereng adalah pembagian klas lereng yang digunakan dalam penetapan potensi lahan kritis seperti yang diatur dalam peraturan Dirjen Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial Dephut, SK.167/V-SET/2-4. Peta lahan kritis yang disusun oleh Deptan juga menggunakan pembagian klas lereng yang sama. Tabel 2.2 Penilaian Potensi Kerusakan Tanah Berdasarkan Kemiringan Lahan Lereng Potensi Skor Pembobotan Simbol Rating (%) Kerusakan Tanah (rating x bobot) 1 8 Sangat Ringan 1, Ringan 1, Sedang 1, Tinggi 1, >40 Sangat Tinggi 1, Peta Curah Hujan Curah hujan adalah salah satu dari agen utama dari kerusakan tanah melalui proses erosi. Untuk hal itu ketersediaan data melalui peta curah hujan sangat diperlukan untuk penilaian potensi kerusakan tanah. Pengelompokan curah hujan didasarkan pada pengelompokan curah hujan tahunan. Klas 7 PENGENDALIAN KERUSAKAN TANAH UNTUK PRODUKSI BIOMASSA KABUPATEN PANGKAJENE DAN
5 curah hujan ahunan dalam kaitannya dengan potensi kerusakan tanah disajikan pada tabel di bawah ini. Tabel 2.3 Penilaian Potensi Kerusakan Tanah Menurut Curah Hujan Curah Hujan (mm/tahun ) Potensi Kerusakan Tanah Simbol Rating Skor pembobotan (rating x bobot) < 1000 Sangat rendah H Rendah H Sedang H Tinggi H >4000 Sangat tinggi H Peta Penggunaan Lahan Penilaian potensi kerusakan tanah berdasarkan penggunaan lahan didekati dengan mengacu kepada koefisien tanaman (faktor C). Berdasarkan pendekatan tersebut, jenis-jenis penggunaan lahan (baik penggunaan lahan di daerah pertanian maupun vegetasi alami) dikelompokkan ke dalam 5 (lima) kelas potensi kerusakan tanah sebagaimana disajikan pada Tabel 4. Sekalipun informasi pada satuan penggunaan lahan bersifat lebih umum, namun informasi-informasi yang lebih detil menyangkut jenis komoditas/vegetasi, tipe pengelolaan dan langkah-langkah konservasi yang diterapkan yang terkait erat dengan sifat tanah sangat penting dan bermanfaat dalam menduga potensi kerusakan tanah. Oleh karena itu, datadata tersebut penting untuk dicatat dan diperhatikan dalam pemanfaatan peta penggunaan lahan untuk penyusunan peta kondisi awal tanah. daerah pertanian maupun vegetasi alami) dikelompokkan ke dalam 5 (lima) kelas potensi kerusakan tanah sebagaimana disajikan pada Tabel 4. Sekalipun informasi pada satuan penggunaan lahan bersifat lebih umum, namun informasi-informasi yang lebih detil menyangkut jenis komoditas/vegetasi, tipe pengelolaan dan langkah-langkah konservasi yang diterapkan yang terkait erat dengan sifat tanah sangat penting dan bermanfaat dalam menduga potensi kerusakan tanah. Oleh karena itu, datadata tersebut penting untuk dicatat dan diperhatikan dalam pemanfaatan peta penggunaan lahan untuk penyusunan peta kondisi awal tanah. 8 PENGENDALIAN KERUSAKAN TANAH UNTUK PRODUKSI BIOMASSA KABUPATEN PANGKAJENE DAN
6 Tabel 2.4 Penilaian Kerusakan Tanah Menurut Penggunaan Lahan Potensi Penggunaan Kerusakan Simbol Rating Lahan Tanah - Hutan Alam - Sawah - Alang-alang - Kebun Campuran - Semak Belukar - Padang Rumput - Hutan Produksi - Perladangan - Tegalan (Tanaman Semusim) Sangat Rendah T1 1 2 Rendah T2 2 4 Sedang T3 3 6 Tinggi T Tanah Terbuka Sangat Tinggi T Skor Pembobot an Dengan mengintegrasikan peta-peta tersebut diatas dari Bakosurtanal dengan hasil ground cheking dari hasil pendigitasian dan pengukuran topografi dilapangan diharapkan didapatkan peta lahan dan atau tanah kritis skala 1: sebagai dasar persyaratan pengendalian kerusakan tanah untuk produksi biomassa. Dari peta tersebut didapatkan tanah kritis, dan potensi kerusakan tanah. Proses pengintegrasian ini dibantu oleh software Arcg GIS. Prinsip kerja dari software ini adalah dengan mengoverlay peta yang sudah didapat sehingga mengahasilkan peta kerusakan tanah. 9 PENGENDALIAN KERUSAKAN TANAH UNTUK PRODUKSI BIOMASSA KABUPATEN PANGKAJENE DAN
7 Gambar 2.1. Diagram alir proses pembuatan peta kerja dan peta status dan potensi kerusakan lahan (Sumber:Lampiran 2 Petunjuk Teknis Permen No.20 ahun 2008 ) Analisa spasial, sistem proyeksi dan koordinat menggunakan metode Universal Transverse Mercator (UTM). Sistem koordinat dari UTM adalah meter, sehingga dimungkinkan analisa yang membutuhkan informasi dimensidimensi linier seperti jarak dan luas. Sistem proyeksi lazim digunakan dalam pemetaan topografi sehingga sesuai untuk pemetaan tematik termasuk pemetaan potensi kerusakan tanah. Metode yang digunakan dalam analisis tabular adalah metode skoring. Pada unit analisis hasil tumpangsusun atau overlay data spasial dilakukan dengan menjumlahkan skor. Hasil penjumlahan skor digunakan untuk klasifikasi penentuan tingkat potensi kerusakan tanah. Klasifikasi tingkat kerusakan tanah menurut penjumlahan skor dengan parameter kerusakan tanah digunakan untuk mengelompokkan terhadap akumulasi tematik berdasarkan Tabel 2.6. Kriteria pembagian kelas potensi kerusakan tanah menurut jumlah skor disajikan pada Tabel 2.5 Tabel 2.5 Kriteria Kelas Potensi Kerusakan Tanah Menurut Jumlah Skor Simbol Potensi Kerusakan Tanah Skor Pembobotan PR I Sangat Rendah < 15 PR. II Rendah PR. III Sedang PR. IV Tinggi PR. V Sangat Tinggi b. Metode Pengambilan Contoh Tanah Pengambilan contoh tanah di setiap lokasi dilakukan dengan pengeboran tanah untuk tanah terusik dan pengambilan tanah tidak terusik dengan menggunakan ring sample. Pengambilan contoh tanah dilakukan pada kedalaman 0 30 cm. Pengambilan contoh tanah terusik dilakukan untuk analisa berat isi, porositas, tekstur, pengukuran ph H2O, redoks, daha hantar listrik dan mikro organisme. Pengambilan contoh tanah tidak terusik dilakukan untuk pengukuran permeabilitas. c. Metode Pengamatan Biofisik Lahan Pengamatan biofisik lahan yang diamati antara lain koordinat lokasi, kedalam tanah, lereng, penggunaan lahan beserta vegetasinya, kenampakan erosi dan usaha konservasi tanah serta pengumpulan data iklim. Pengamatan koordinat lokasi dilakukan dengan menggunakan Global Positioning System (GPS). Kedalaman tanah efektif sangat mempengaruhi pertumbuhan akar tanaman menembus tanah. Kedalaman tanah efektif yang 10 PENGENDALIAN KERUSAKAN TANAH UNTUK PRODUKSI BIOMASSA KABUPATEN PANGKAJENE DAN
8 baik untuk pertumbuhan akar tanaman yaitu sampai pada lapisan yang tidak dapat ditembus akar tanaman. Kedalaman tanah efektif pada umumnya berhubungan erat dengan tekstur tanah, kecuali ada faktor-faktor lain di bawah lapisan permukaan tanah bagian atas atau telah dilakukan pengolahan tanah yang berat. Kedalaman tanah efektif diperoleh dari pengukuran langsung pada setiap profil tanah yang telah dibuat. Pengukuran dimulai dari lapisan atas sampai lapisan padas atau batuan yang sekiranya akar tidak dapat menembus. Lereng ini timbul karena adanya perbedaan tinggi antara suatu tempat dengan tempat lain yang berdekatan. Untuk di lapang lereng dapat diukur dengan menggunakan abney level maupun clinometer. Penggunaan lahan merupakan bentuk intervensi manusia terhadap sumberdaya lahan. Informasi penggunaan lahan dspt diperoleh darin interpretasi peta rupa bumi yang disertai uj lapangan. Tingkat erosi ini merupakan faktor penting, karena akan menentukan besarnya unsur hara yang hilang akibat erosi, sehingga mempengaruhi hasil tanaman dan untuk penggantian unsur hara yang hilang diperlukan biaya. Tingkat erosi ini sangat berhubungan dengan lereng permukaan lahan dan pengolahan lahan yang dilakukan. Pada umumnya semakin tinggi lereng permukaan lahan, semakin berat tingkat erosinya, jika tidak dilakukan pengolahan lahan yang benar. Hal ini berarti meskipun lereng permukaan lahan termasuk bergelombang, tetapi pengolahan lahan benar maka tingkat erosi ini dapat ditekan serendah mungkin. Tingkat erosi ini dapat diprediksi dari pengamatan bentuk permukaan lahan, kelerengan, penutup lahan yang diperoleh dari peta rupa bumi serta citra satelit dan ditunjang dengan pengamatan langsung ke lapangan. Pengamatannya melalui deskripsi penampang profil tanah maupun melihat alur-alur dipermukaan lahan dalam atau tidak. Konservasi tanah merupakan upaya mempertahankan, merehabilitasi dan meningkatkan daya guna lahan sesuai dengan peruntukannya. Bentukbentuk usaha konservasi tanah diperoleh dari pengamatan laangsung di lapangan adatidaknya bentuk konservasi yang dilakukan. Bentuk konservasi tanah dan air antara lain ada-tidaknya teras, rorak, jenis tanaman penahan erosi terutama pada lahan-lahan yang mempunyai kemiringan lahan > 15 %.Sebaran batuan akan mempengaruhi tindakan pengolahan tanah dan sebagai pembatas ruang gerak akar tanaman. Sebaran batuan ini diamati secara langsung dari persentase sebaran batuan/kerikil yang ada terhadap luas satuan pemetaan. Derajat pelulusan air juga dikenal dengan istilah permeabilitas. Permeabilitas tanah ini menunjukan kecepatan bergeraknya suatu cairan pada suatu media berpori (dalam hal ini adalah tanah) dan kemampuan 11 PENGENDALIAN KERUSAKAN TANAH UNTUK PRODUKSI BIOMASSA KABUPATEN PANGKAJENE DAN
9 tanah untuk memindahkan air. Pada umumnya permeabilitas tanah dipengaruhi oleh tekstur tanah. Laju pergerakan air di dalam tanah sangat penting ditinjau dari aspek pertanian. Gerakan ini bisa berupa masuknya air ke dalam tanah, gerakan air ke dalam akar-akar tanaman, aliran air pada proses pengatusan dan penguapan air dari permukaan tanah. b. Metode Analisa Contoh Tanah Persiapan Contoh Tanah Contoh tanah yang berasal dari lapangan tidak langsung dianalisa, tetapi terlebih dahulu harus dikeringanginkan pada suhu udara ruang selama 2 3 hari di dalam ruang pengering. Tujuan pengeringan adalah untuk menurunkan kandungan kadar air contoh tanah sehingga diperoleh contoh tanah dengan kadar air kurang lebih seragam. Setelah tanah cukup kering, kemudian ditandai dengan label khusus dan dimasukan ke dalam kantong plastik. Tanah-tanah tersebut sebelum dianalisa, dihaluskan terlebih dahulu dengan menggunakan alat penggerus dari porselin dan diayak dengan ukuran 2 mm. Contoh tanah setelah melalui perlakuan tersebut sudah siap untuk dianalisa secara kuantitatif. Metode Analisa dan Pengukuran Kadar Unsur ph (kemasaman) Tanah Kemasaman tanah ditetapkan dengan dua metode yaitu pengenceran tanah dengan air murni (aquadest) dengan perbandingan 1 : 1, sebagai ph aktual tanah dan pengenceran tanah menggunakan larutan KCl 1 N dalam perbandingan 1 : 1 sebagai ph potensial tanah. Tanah-tanah yang sudah diencerkan tersebut, kemudian didiamkan selama 1 jam dan selanjutnya diukur dengan menggunakan alat ph meter. Tekstur Tanah Tekstur tanah sebenarnya merupakan perbandingan antara fraksifraksi tanah ang terdiri dari pasir, debu dan liat. Oleh karena itu penetapan tekstur tanah dilakukan dengan cara mengukur kadar masing-masing frkasi (pasir, debu dan liat) menggunakan metode Granuler (pipet). Hasil pengukuran ini dinyatakan dalam persen berat tanah. e. Interpretasi Data untuk Kerusakan Tanah Untuk mengetahui faktor pembatas untuk kerusakan tanah dilakukan dengan metode penyesesuaian (matching) antara hasil penelitian dengan kriteria baku kerusakan tanah berdasarkan Lampiran Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 150 Tahun 2000 Tanggal 23 Desember 2000 tentang Kriteria Baku Kerusakan Tanah untuk Produksi Biomassa. Adapun kriteria tersebut sebagai berikut. 12 PENGENDALIAN KERUSAKAN TANAH UNTUK PRODUKSI BIOMASSA KABUPATEN PANGKAJENE DAN
10 Tabel 2.6 Kriteria Baku Kerusakan Tanah di Lahan Kering No. PARAMETER AMBANG KRITIS 1. - Ketebalan solum < 20 cm 2. - Kebatuan permukaan > 40 % 3. - komposisi fraksi < 18 % koloid; 80 % pasir kuarsitik 4. - Berat isi > 1,4 g/cm Porositas total < 30 %; > 70 % 6. - Derajat pelulusan air < 0,7 cm/jam; > 8,0 cm/jam 7. - p (H20) 1 : 2,5 < 4,5 ; > 8, Daya Hantar Listrik/DHL > 4,0 ms/cm 9. - Redoks 200 mv Jumlah mikroba < 102 cfu/g tanah 13 PENGENDALIAN KERUSAKAN TANAH UNTUK PRODUKSI BIOMASSA KABUPATEN PANGKAJENE DAN
METODE PENELITIAN. Sampel tanah untuk analisis laboratorium yaitu meliputi sampel tanah terusik dan sampel tanah tidak terusik. 2.
III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di bagian timur Kabupaten Natuna, yaitu Kecamatan Bunguran Timur, Bunguran Tengah, Bunguran Selatan dan Bunguran Timur
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor
II. TINJAUAN PUSTAKA Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor pertanian, kehutanan, perumahan, industri, pertambangan dan transportasi.di bidang pertanian, lahan merupakan sumberdaya
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Lahan merupakan suatu wilayah di permukaan bumi yang mencakup
II. TINJAUAN PUSTAKA Lahan merupakan suatu wilayah di permukaan bumi yang mencakup semua komponen yang berada di atas dan di bawah wilayah tersebut termasuk tanah, batuan induk, topografi, hidrologi, tumbuhan
Lebih terperinci3. TAHAP ANALISA CONTOH TANAH 4. TAHAP ANALISA DATA
1. TAHAP PERSIAPAN 2. TAHAP SURVEI LAPANGAN a) PRA SURVEI b) SURVEI UTAMA 3. TAHAP ANALISA CONTOH TANAH 4. TAHAP ANALISA DATA 1 GARIS BESAR KEGIATAN SURVEI TANAH Peta Dasar Mosaik Foto Digitasi Peta Persiapan
Lebih terperinciPertimbangan dalam Pengambilan Sampel Tanah untuk Produksi Biomassa
Pertimbangan dalam Pengambilan Sampel Tanah untuk Produksi Biomassa Oleh : Baba Barus 1) dan Munawir Syarif 2) 1) Ketua PS Pasca Sarjana Mitigasi Bencana Kerusakan Lahan (MBK), Departemen Ilmu Tanah dan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
17 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survei. Menurut Moh. Pabundu Tika ( 2005:6) survei merupakan suatu metode penelitian
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN A. Pelaksanaan Penelitian 1. Waktu dan tempat penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2014 sampai September 2014 di Dukuh Kaliwuluh, Desa Sidorejo, Kecamatan Kemalang,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di DAS Hulu Mikro Sumber Brantas, terletak di Desa
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di DAS Hulu Mikro Sumber Brantas, terletak di Desa Sumber Brantas Kota Batu Jawa Timur. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember
Lebih terperinciPemantauan Kerusakan Lahan untuk Produksi Biomassa
Pemantauan Kerusakan Lahan untuk Produksi Biomassa Rajiman A. Latar Belakang Pemanfaatan lahan memiliki tujuan utama untuk produksi biomassa. Pemanfaatan lahan yang tidak bijaksana sering menimbulkan kerusakan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. adanya dan mengungkapkan fakta-fakta yang ada, walaupun kadang-kadang
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif lebih mengarah pada pengungkapan suatu masalah atau keadaan sebagaimana adanya dan mengungkapkan
Lebih terperinciGambar 1. Lokasi Penelitian
11 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian di wilayah Kecamatan Babakan Madang dan Klapanunggal. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 1. Analisis citra dan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Lahan adalah lingkungan fisik yang meliputi tanah, iklim, relief, hidrologi dan vegetasi dimana faktor tersebut mempengaruhi potensi penggunaan lahannya (Hardjowigeno et
Lebih terperinciBAB III PRODUSER PENELITIAN. Metode Deskriptif Eksploratif, dalam metode yang mengungkap masalah atau
54 BAB III PRODUSER PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode Deskriptif Eksploratif, dalam metode yang mengungkap masalah atau keadaan sebagaimana adanya dan mengungkap fakta-fakta baik fisik atau sosial
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien sesuai dengan tujuannya (Moh.
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian adalah suatu rencana tentang cara mengumpulkan, mengolah dan menganalisis data secara sistematis dan terarah agar penelitian dapat dilaksanakan
Lebih terperinciIV. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Analisis terhadap sampel tanah dilakukan di Laboratorium Tanah Fakultas
IV. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian telah dilaksanakan di 4 (empat) desa di Kecamatan Windusari yaitu Desa Balesari, Desa Kembangkunig, Desa Windusari dan Desa Genito. Analisis terhadap
Lebih terperinciDATA MINIMAL YANG WAJIB DITUANGKAN DALAM DOKUMEN INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
Lampiran II. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor : Tanggal : DATA MINIMAL YANG WAJIB DITUANGKAN DALAM DOKUMEN INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH Tabel-1. Lindung Berdasarkan
Lebih terperinciKAJIAN KEMAMPUAN LAHAN DI KECAMATAN SLOGOHIMO KABUPATEN WONOGIRI
KAJIAN KEMAMPUAN LAHAN DI KECAMATAN SLOGOHIMO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan Mencapai derajat Sarjana S-1 Fakultas Geografi Oleh : JUMIYATI NIRM: 5.6.16.91.5.15
Lebih terperinciTANAH / PEDOSFER. OLEH : SOFIA ZAHRO, S.Pd
TANAH / PEDOSFER OLEH : SOFIA ZAHRO, S.Pd 1.Definisi Tanah adalah kumpulan dari benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horizon-horizon, terdiri dari campuran bahan mineral organic, air, udara
Lebih terperinciANALISIS POTENSI KERUSAKAN TANAH UNTUK PRODUKSI UBI KAYU (Manihot utilisima) PADA LAHAN KERING DI KECAMATAN TANJUNGSIANG, KABUPATEN SUBANG
ANALISIS POTENSI KERUSAKAN TANAH UNTUK PRODUKSI UBI KAYU (Manihot utilisima) PADA LAHAN KERING DI KECAMATAN TANJUNGSIANG, KABUPATEN SUBANG ANALYSIS OF POTENTIAL SOIL DEGRADATION TO PRODUCE CASSAVA (Manihot
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
47 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di bagian hulu daerah aliran sungai (DAS) Jeneberang yang terletak di Kabupaten Gowa (Gambar 3). Penelitian dilaksanakan pada
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat
18 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2006 - Agustus 2006 di wilayah daerah aliran sungai (DAS) Dodokan (34.814 ha) dengan plot pengambilan sampel difokuskan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah
3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah Pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk di suatu wilayah tertentu pada waktu tertentu dibandingkan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Survei Tanah. Untuk dapat melakukan perencanaan secara menyeluruh dalam hal
TINJAUAN PUSTAKA Survei Tanah Untuk dapat melakukan perencanaan secara menyeluruh dalam hal penggunaan dan pengelolaan suatu lahan, maka hal pokok yang perlu diperhatikan adalah tersedianya informasi faktor
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Propinsi Sulawesi Tenggara
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Propinsi Sulawesi Tenggara 4.1.1 Kondisi Geografis Propinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) terletak di Jazirah Tenggara Pulau Sulawesi, terletak di bagian selatan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian akan dilaksanakan pada Desember 2015 - Februari 2016. Dilaksanakan pada : 1) Lahan pertanian di sekitar
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit
TINJAUAN PUSTAKA Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan-hutan maupun daerah semak belukar tetapi kemudian dibudidayakan. Sebagai tanaman
Lebih terperinciAnalisis Spasial Untuk Menentukan Zona Risiko Bencana Banjir Bandang (Studi Kasus Kabupaten Pangkep)
Analisis Spasial Untuk Menentukan Zona Risiko Bencana Banjir Bandang (Studi Kasus Kabupaten ) Arfina 1. Paharuddin 2. Sakka 3 Program Studi Geofisika Jurusan Fisika Unhas Sari Pada penelitian ini telah
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
13 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli-September 2011, dengan lokasi penelitian untuk pengamatan dan pengambilan data di Kabupaten Bogor, Jawa
Lebih terperinciProgram Studi Agro teknologi, Fakultas Pertanian UMK Kampus UMK Gondang manis, Bae, Kudus 3,4
E.7 PEMETAAN PARAMETER LAHAN KRITIS GUNA MENDUKUNG REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN UNTUK KELESTARIAN LINGKUNGAN DAN KETAHANAN PANGAN DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SPASIAL TEMPORAL DI KAWASAN MURIA Hendy Hendro
Lebih terperinciKEMAMPUAN LAHAN DI KECAMATAN SIMO KABUATEN BOYOLALI PROPINSI JAWA TENGAH. Skripsi S-1 Program Studi Geografi
1 KEMAMPUAN LAHAN DI KECAMATAN SIMO KABUATEN BOYOLALI PROPINSI JAWA TENGAH Skripsi S-1 Program Studi Geografi Oleh : WIWIK CAHYANINGRUM NIRM:.5.16.91.5.117 Kepada FAKULTAS GEOGRAFI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
Lebih terperinciDAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... ii KATA PENGANTAR... iii PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR PETA... xii DAFTAR LAMPIRAN...
Lebih terperinciMENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL
MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 1997 TENTANG PEMETAAN PENGGUNAAN TANAH PERDESAAN, PENGGUNAAN TANAH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Lahan merupakan sumberdaya yang sangat penting untuk memenuhi segala kebutuhan hidup, sehingga dalam pengelolaannya harus dilakukan dengan hatihati dan
Lebih terperinciPERTANIAN STUDI FAKTOR PENYEBAB KERUSAKAN TANAH DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BOMO KABUPATEN BANYUWANGI
1 PERTANIAN STUDI FAKTOR PENYEBAB KERUSAKAN TANAH DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BOMO KABUPATEN BANYUWANGI A Study of Factors Causing Soil Damage at Bomo Watershed Banyuwangi Regency Ganjar Arisandi, Josi
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
35 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Curah Hujan Data curah hujan yang terjadi di lokasi penelitian selama 5 tahun, yaitu Januari 2006 hingga Desember 2010 disajikan dalam Gambar 5.1. CH (mm) 600 500 400
Lebih terperinciIDENTIFIKASI STATUS KERUSAKAN TANAH UNTUK PRODUKSI BIOMASSA DI KECAMATAN TANJUNG PALAS TIMUR KABUPATEN BULUNGAN PROVINSI KALTARA
8 IDENTIFIKASI STATUS KERUSAKAN TANAH UNTUK PRODUKSI BIOMASSA DI KECAMATAN TANJUNG PALAS TIMUR KABUPATEN BULUNGAN PROVINSI KALTARA (Identify the parameters of the land degradation to Biomass Production
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
31 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Lokasi penelitian tersebar di tiga kecamatan yaitu : 1) Kecamatan Sukamakmur, 2) Kecamatan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Evaluasi Lahan Lahan mempunyai pengertian yang berbeda dengan tanah (soil), dimana lahan terdiri dari semua kondisi lingkungan fisik yang mempengaruhi potensi penggunaannya, sedangkan
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan Mei-Agustus 2015 di 5 unit lahan pertanaman
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif (descriptive research) yaitu
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif (descriptive research) yaitu jenis penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas suatu kejadian sejelas
Lebih terperinciKEMAMPUAN LAHAN DI KECAMATAN JATINOM KABUATEN KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH
KEMAMPUAN LAHAN DI KECAMATAN JATINOM KABUATEN KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Fakultas Geografi Oleh : GATOT JOKO MARDIYANTO
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Prosedur Penelitian dan Parameter Pengamatan
17 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di beberapa lokasi daerah sebaran duku di Propinsi Jambi, di 8 (delapan) kabupaten yaitu Kabupaten Muaro Jambi, Kabupaten Batanghari, Kabupaten
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 2.1 Survei Tanah BAB II TINJAUAN PUSTAKA Salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mempelajari lingkungan alam dan potensi sumber dayanya adalah survei. Sebuah peta tanah merupakan salah satu dokumentasi
Lebih terperinciGambar 1. Tabung (ring) tembaga dengan tutup Tahapan-tahapan pengambilan contoh tanah tersebut dapat dilihat pada Gambar 2. =^
m. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan selama dua bulan, di mulai pada bulan Mei sampai Juli 2010, meliputi pelaksanaan survei di lapangan dan dilanjutkan dengan analisis tanah di
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. yang mungkin dikembangkan (FAO, 1976). Vink, 1975 dalam Karim (1993)
TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Evaluasi Lahan Evaluasi lahan adalah proses penilaian penampilan atau keragaman lahan jika dipergunakan untuk tujuan tertentu, meliputi pelaksanaan dan interpretasi survei serta
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. tujuan dengan menggunakan tkenik serta alat-alat tertentu ( Surakhmad, 1994, 8).
BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah salah satu cara yang digunakan untuk mencapai tujuan dengan menggunakan tkenik serta alat-alat tertentu ( Surakhmad, 1994, 8). Metode yang digunakan dalam
Lebih terperinci2.8 Kerangka Pemikiran Penelitian Hipotesis.. 28
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN PRAKATA DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR LAMPIRAN.. ix INTISARI... x ABSTRACK... xi I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Ubi jalar atau ketela rambat (Ipomoea batatas L.) merupakan salah satu jenis tanaman budidaya yang dimanfaatkan bagian akarnya yang membentuk umbi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian adalah mengungkap bagaimana suatu penelitian
59 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian adalah mengungkap bagaimana suatu penelitian dilakukan yaitu dengan alat apa dan bagaimana suatu penelitian dilaksanakan (Nazsir 1988:52).
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Tanaman ubi jalar tergolong famili Convolvulaceae suku Kangkungkangkungan,
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) 1. Karakteristik Tanaman Ubi Jalar Tanaman ubi jalar tergolong famili Convolvulaceae suku Kangkungkangkungan, dan terdiri dari 400 species. Ubi jalar
Lebih terperinciKlasifikasi Kemampuan Lahan
Survei Tanah dan Evaluasi Lahan M10 KLASIFIKASI KEMAMPUAN LAHAN Widianto, 2010 Klasifikasi Kemampuan Lahan TUJUAN PEMBELAJARAN : 1. Mampu menjelaskan arti kemampuan lahan dan klasifikasi kemampuan lahan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki lahan kering masam cukup luas yaitu sekitar 99,6 juta hektar
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki lahan kering masam cukup luas yaitu sekitar 99,6 juta hektar dan tersebar di Kalimantan, Sumatera, Maluku, Papua, Sulawesi, Jawa dan Nusa Tenggara
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Potensi lahan kering untuk menunjang pembangunan pertanian di Indonesia sangat besar yaitu 148 juta ha (78%) dari total luas daratan Indonesia sebesar 188,20 juta ha
Lebih terperinciBAB II METODE PENELITIAN
BAB II METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam analisis tingkat kekritisan lahan kawasan budidaya pertanian yaitu dengan menggunakan metode analisis data sekunder yang dilengkapi dengan
Lebih terperinciPEMETAAN TINGKAT BAHAYA EROSI BERBASIS LAND USE DAN LAND SLOPE DI SUB DAS KRUENG SIMPO
PEMETAAN TINGKAT BAHAYA EROSI BERBASIS LAND USE DAN LAND SLOPE DI SUB DAS KRUENG SIMPO Rini Fitri Dosen pada Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Almuslim ABSTRAK Lahan kering di
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 150 TAHUN 2000 TENTANG PENGENDALIAN KERUSAKAN TANAH UNTUK PRODUKSI BIOMASSA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 150 TAHUN 2000 TENTANG PENGENDALIAN KERUSAKAN TANAH UNTUK PRODUKSI BIOMASSA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa tanah sebagai salah satu sumber
Lebih terperinciEvaluasi Lahan. proses perencanaan penggunaan lahan (land use planning). Evaluasi lahan
Evaluasi Lahan Evaluasi lahan merupakan salah satu komponen yang penting dalam proses perencanaan penggunaan lahan (land use planning). Evaluasi lahan merupakan proses penilaian atau keragaab lahan jika
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian telah dilakukan di lahan pertanaman padi sawah (Oryza sativa L.) milik
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilakukan di lahan pertanaman padi sawah (Oryza sativa L.) milik 6 kelompok tani di Kelurahan Tejosari Kecamatan Metro Timur Kota
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. fisik lingkungan yang hampir sama dimana keragaman tanaman dan hewan dapat
4 TINJAUAN PUSTAKA Pendekatan Agroekologi Agroekologi adalah pengelompokan suatu wilayah berdasarkan keadaan fisik lingkungan yang hampir sama dimana keragaman tanaman dan hewan dapat diharapkan tidak
Lebih terperinciKajian Potensi Dan Status Kerusakan Tanah Pada Lahan Pertanian di Kecamatan Denpasar Timur
Kajian Potensi Dan Status Kerusakan Tanah Pada Lahan Pertanian di Kecamatan Denpasar Timur RISKA PUTRI RUKMANA TATI BUDI KUSMIYARTI, *) TATIEK KUSMAWATI *) Email : tatihartanto@ymail.com Program Studi
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Karakteristik Lahan Kesesuaian Tanaman Karet
57 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Karakteristik Lahan Kesesuaian Tanaman Karet Sektor pekebunan dan pertanian menjadi salah satu pilihan mata pencarian masyarakat yang bermukim
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Lokasi dan waktu Bahan dan Alat
22 METODE PENELITIAN Lokasi dan waktu Lokasi penelitian berada di Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciambulawung yang secara administratif terletak di Desa Hegarmanah, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak, Provinsi
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di lahan padi sawah irigasi milik Kelompok Tani Mekar
26 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di lahan padi sawah irigasi milik Kelompok Tani Mekar Desa Tulung Balak dengan luas 15 ha yang terletak pada wilayah Kecamatan
Lebih terperinciTATACARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni Oktober 2015 dan dilakukan
22 TATACARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni Oktober 2015 dan dilakukan di lapangan dan di laboratorium. Pengamatan lapangan dilakukan di empat lokasi
Lebih terperinciI. TINJAUAN PUSTAKA. bahan induk, relief/ topografi dan waktu. Tanah juga merupakan fenomena alam. pasir, debu dan lempung (Gunawan Budiyanto, 2014).
I. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanah dan Lahan Tanah merupakan sebuah bahan yang berada di permukaan bumi yang terbentuk melalui hasil interaksi anatara 5 faktor yaitu iklim, organisme/ vegetasi, bahan induk,
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 150 TAHUN 2000 TENTANG PENGENDALIAN KERUSAKAN TANAH UNTUK PRODUKSI BIOMASSA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 150 TAHUN 2000 TENTANG PENGENDALIAN KERUSAKAN TANAH UNTUK PRODUKSI BIOMASSA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa tanah sebagai salah satu sumber
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian adalah suatu rancangan tentang cara mengumpulkan, mengolah dan menganalisis data secara sistematis dan terarah agar penelitian dapat dilaksanakan
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik dan Fisiografi Wilayah. lingkungan berhubungan dengan kondisi fisiografi wilayah.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik dan Fisiografi Wilayah Pertumbuhan dan perkembangan tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor selain faktor internal dari tanaman itu sendiri yaitu berupa hormon
Lebih terperinciGambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi
BAB III METODOLOGI. Lokasi dan Waktu Kegiatan studi dilakukan di Dukuh Karangkulon yang terletak di Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan luas
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Erodibilitas. jumlah tanah yang hilang setiap tahunnya per satuan indeks daya erosi curah
TINJAUAN PUSTAKA Erodibilitas Indeks kepekaan tanah terhadap erosi atau erodibilitas tanah merupakan jumlah tanah yang hilang setiap tahunnya per satuan indeks daya erosi curah hujan pada sebidang tanah
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada tangga 24 Agustus 5 Oktober 2014.
III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tangga 24 Agustus 5 Oktober 2014. Lokasi pelaksanaan penelitian ini di Desa Purworejo Kecamatan Pasir Sakti Kabupaten
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE
34 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari penelitian terdahulu yang dilakukan di Jawa Barat. Kegiatan yang dilakukan terdiri dari survei
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE
III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Desa Dayun Kecamatan Dayun Kabupaten Siak. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian Universitas Riau.
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Panumbangan yang merupakan salah satu wilayah kecamatan di bagian Utara Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat.
Lebih terperinciDAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xiii
DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xiii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Rumusan Masalah... 10 C. Tujuan Penelitian... 10
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Dalam pengertian yang lebih sempit, desain penelitian
Lebih terperinciKEMAMPUAN LAHAN DI KECAMATAN MUSUK KABUPATEN BOYOLALI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Fakultas Geografi
KEMAMPUAN LAHAN DI KECAMATAN MUSUK KABUPATEN BOYOLALI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Fakultas Geografi Diajukan Oleh : ANA DWI JONI ARGENTINA NIRM: 95.6.16.91.5.11
Lebih terperinciV. EVALUASI KEMAMPUAN LAHAN UNTUK PERTANIAN DI HULU DAS JENEBERANG
57 V. EVALUASI KEMAMPUAN LAHAN UNTUK PERTANIAN DI HULU DAS JENEBERANG 5.1. Pendahuluan Pemenuhan kebutuhan manusia untuk kehidupannya dapat dilakukan antara lain dengan memanfaatkan lahan untuk usaha pertanian.
Lebih terperinciTPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN
TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN PERTEMUAN 10 SUMBERDAYA LAHAN Sumberdaya Lahan Lahan dapat didefinisikan sebagai suatu ruang di permukaan bumi yang secara alamiah dibatasi oleh sifat-sifat fisik serta bentuk
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. A. Metode USLE
BAB III LANDASAN TEORI A. Metode USLE Metode Universal Soil Loss Equation (USLE) merupakan model empiris yang dikembangkan di Pusat Data Aliran Permukaan dan Erosi Nasional, Dinas Penelitian Pertanian,
Lebih terperinciTATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016 Maret 2017.
17 IV. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016 Maret 2017. Penelitian dilakukan di lapangan dan di laboratorium. Pengamatan lapangan dilakukan
Lebih terperinciGambar 1. Lahan pertanian intensif
14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Penggunaan Lahan Seluruh tipe penggunaan lahan yang merupakan objek penelitian berada di sekitar Kebun Percobaan Cikabayan, University Farm, IPB - Bogor. Deskripsi
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Survei dan Pemetaan Tanah. memetakan tanah dengan mengelompokan tanah-tanah yang sama kedalam satu
TINJAUAN PUSTAKA Survei dan Pemetaan Tanah Tujuan survey dan pemetaan tanah adalah mengklasifikasikan dan memetakan tanah dengan mengelompokan tanah-tanah yang sama kedalam satu satuan peta tanah yang
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Lahan adalah suatu daerah dipermukaan bumi dengan sifat- sifat tertentu yaitu
7 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Lahan Lahan adalah suatu daerah dipermukaan bumi dengan sifat- sifat tertentu yaitu adanya persamaan dalam hal geologi, geomorfologi,
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada lahan pertanaman ubi kayu (Manihot esculenta
29 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada lahan pertanaman ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) monokultur dan kebun campuran di Desa Seputih Jaya Kecamatan Gunung
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA A.
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Durian 1. Karakteristik tanaman durian Durian (Durio zibethinus Murr.) merupakan salah satu tanaman hasil perkebunan yang telah lama dikenal oleh masyarakat yang pada umumnya
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2013 di Laboratorium
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2013 di Laboratorium Sentraldan Laboratorium Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Lebih terperinciANALISIS LAHAN KRITIS DI KECAMATAN KLEGO KABUPATEN BOYOLALI PROPINSI JAWA TENGAH
ANALISIS LAHAN KRITIS DI KECAMATAN KLEGO KABUPATEN BOYOLALI PROPINSI JAWA TENGAH Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Fakultas Geografi Oleh : ERIE KUSUMAWARDANI
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai bulan Febuari 2009 sampai Januari 2010, mengambil lokasi di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pengolahan dan Analisis
Lebih terperinciBAB III PROSEDUR PENELITIAN. penelitian dengan baik dan benar, metode penelitian juga merupakan suatu cara
36 BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode penelitian Metode penelitian merupakan sebuah pedoman untuk merancang penelitian dengan baik dan benar, metode penelitian juga merupakan suatu cara untuk mendapatkan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok
III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kecamatan Beji sebagai pusat Kota Depok, Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Penelitian
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan
4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan Menurut Lillesand dan Kiefer (1997) penggunaan lahan berkaitan dengan kegiatan manusia pada bidang lahan tertentu. Penggunaan lahan juga diartikan sebagai setiap
Lebih terperinciANGGOTA KELOMPOK 6: KELAS : F TUGAS STELA MO-1
ANGGOTA KELOMPOK 6: 1. EKI ANNISA PRATAMI 115040200111155 2. EKO RAHMAT SHOUMI 115040201111010 3. ELLY DARU IKA WILUJENG 115040201111294 4. ENDAH SETIYO RINI 115040207111038 KELAS : F TUGAS STELA MO-1
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. sampai beriklim panas (Rochani, 2007). Pada masa pertumbuhan, jagung sangat
4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Jagung Jagung merupakan tanaman yang dapat hidup di daerah yang beriklim sedang sampai beriklim panas (Rochani, 2007). Pada masa pertumbuhan, jagung sangat membutuhkan sinar matahari
Lebih terperinciSUMBERDAYA LAHAN INDONESIA
Kuliah 2 SUMBERDAYA LAHAN INDONESIA Luas Wilayah : 600 Juta Ha Luas Daratan : 191 Juta Ha Luas Lautan : 419 Juta Ha Jumlah Pulau : 17 Ribu Panjang Pantai : 80 Ribu Km Jumlah G.Api : 130 Luas Rawa : 29
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
15 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Kabupaten Bone Bolango dan pengolahan data dilakukan di Laboratorium Dinas Kehutahan Provinsi Gorontalo. Penelitian
Lebih terperinciMetode Analisis Kestabilan Lereng Cara Yang Dipakai Untuk Menambah Kestabilan Lereng Lingkup Daerah Penelitian...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN KATA PENGANTAR... i PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... x INTISARI... xi ABSTRACT...
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4.
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dimulai dari bulan Juni sampai dengan bulan September 2009. Lokasi Penelitian adalah di Kawasan Agropolitan Cendawasari, Desa Karacak,
Lebih terperinciPOTENSI DAS DELI DALAM MENDUKUNG PERTANIAN BERKELANJUTAN BERDASARKAN EVALUASI KEMAMPUAN PENGGUNAAN LAHAN ABSTRAK
1 POTENSI DAS DELI DALAM MENDUKUNG PERTANIAN BERKELANJUTAN BERDASARKAN EVALUASI KEMAMPUAN PENGGUNAAN LAHAN ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji potensi DAS Deli berdasarkan evaluasi kemampuan
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
9 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Persiapan : Oktober November 2010 (Bogor). Pelaksanaan lapang (pra survei dan survei) : Desember 2010. Analisis Laboratorium : Januari Februari 2011.
Lebih terperinci