POLA PERGERAKAN PENGGUNA KERETA API SEBAGAI DASAR PENGEMBANGAN KAWASAN TOD (STUDI KASUS : STASIUN K.A MEDAN)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "POLA PERGERAKAN PENGGUNA KERETA API SEBAGAI DASAR PENGEMBANGAN KAWASAN TOD (STUDI KASUS : STASIUN K.A MEDAN)"

Transkripsi

1 POLA PERGERAKAN PENGGUNA KERETA API SEBAGAI DASAR PENGEMBANGAN KAWASAN TOD (STUDI KASUS : STASIUN K.A MEDAN) Nova Lestari Siregar Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara Jl. Almamater, Kampus USU INDONESIA Phone/Fax.: khunnova@gmail.com Abstract. Transportation is one of the things that greatly affect the quality of city. Poor transportation problems will lead to wasted fuel, air quality deteriorates, reduced access for pedestrians and make the city are not environmentally friendly. TOD concept is present as a solution as one of the concept of sustainable development in particular to solve the problem of transportation. This research is important to know how users movement pattern in order to create a user station on the concept of integrated development in the region TOD station. The problem in this research is to find out how users movement pattern of train at the railway station as the basis for the formulation field TOD good development of the region. This type of research that will be used is the mixed method. The study shows that users movement pattern of rail users is still dominated by public transportation, as much as 60% of respondents still use the vehicle in the form of public transportation to get to the station and as many as 49% of respondents used public transport means to leave the station. As for TOD neighborhood in railway station has not integrated with land use and the surrounding area. While the recommendation for the development of the field railway station is the transit point must be integrated with the surrounding area by maximizing the area of pedestrian path as the access link. Key Word: TOD, Users movement pattern, Railway Station LATAR BELAKANG Pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi dan tidak terkontrol merupakan permasalah tersendiri bagi perkotaan. Pengaruh pertumbuhan penduduk terhadap perkembangan kota adalah terjadinya urban sprawl yang berdampak pada buruknya sistem transportasi kota dan menyebabkan kemacetan. Salah satu upaya dalam mengatasi permasalahan kemacetan didaerah perkotaan adalah dengan menerapkan konsep TOD sebagai pengembangan kawasan transit. Transit Oriented Development (TOD) merupakan pola pembangunan tata kota yang terintegrasi dengan sistem transportasi sehingga menciptakan suatu kota yang efisien 1. Menurut Calthrope (1993) konsep TOD merupakan konsep pengembangan kawasan transit yang besinergi dengan lingkungan, dimana lebih mengedepankan konsep ramah lingkungan dengan memaksimalkan pedestrian dan mengurangi penggunaan kendaraan.saat ini kawasan TOD di kota medan belum terlihat menerapkan konsep TOD sebagai pengembangan kawasan transitnya. Salah satu titik transit yang ada di kota adalah Stasiun K.A. Stasiun K.A medan merupakan salah satu tempat transit yang cukup besar yang berada di kota, dan memiliki kawasan yang cukup kompleks. Stasiun ini juga merupakan stasiun kereta api 1 Dikutip dari (27/04/2015) 1

2 Jurnal Arsitektur dan Perkotaan yang melayani penduduk dengan kapasitas penumpang per harinya 2. Namun Stasiun K.A masih belum terlihat mengusung konsep TOD, padahal konsep TOD dapat menjadi salah satu alternatif yang dapat mengurangi permasalahan kemacetan di kota medan. Permasalahan utama dalam menerapkan konsep TOD pada suatu kawasan adalah pola pergerakan penggunanya. Karena penerapan konsep TOD pada suatu kawasan dengan kawasan lain akan berbeda tergantung pola pergerakan pengguna kawasan TOD tersebut. Oleh karena itu penelitian ini menjadi penting karena akan melakukan tinjauan terhadap pola pengguna kereta pada Stasiun K.A agar tercipta suatu rekomendasi konsep pengembangan kawasan TOD yang baik. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pola pergerakan pengguna kereta api di Stasiun K.A sebagai dasar perumusan pengembangan kawasan TOD. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi pola pergerakan pengguna kereta api di Stasiun K.A sebagai dasar perumusan rekomendasi pengembangan di kawasan TOD. TINJAUAN PUSTAKA TOD pertama kali diperkenalkan oleh Peter Calhorpe pada tahun 1993, beliau mengatakan bahwa TOD merupakan suatu konsep pengembangan titik transit yang terintegrasi dengan tata guna lahan yang dapat memaksimalkan pedestrian sehingga dapat mengurangi pemakaian kendaraan bermotor. Adapun tipologi dari TOD menurut Calthorpe (1993) yaitu Urban TOD dan Neihgborhoood TOD. sedangkan untuk tipe pengembangannya TOD terdiri atas 3 yaitu redevelopment site, infill site dan new growth area. Sedangkan untuk pembentukan TOD menurut Calthorpe (1993) terdiri atas beberapa variabel, diantaranya : Area Komersial Pusat Area dengan fungsi campuran ini berfungsi memberi pelayanan pada kegiatan transit seperti fungsi retail, perkantoran skala regional, 2 Dikutip dari (26/04/2015) supermarket, komersial dan hiburan serta hunian pada level lantai atas. Dapat menjadi daya tarik keragaman tujuan pada lokasi. Area Hunian Campuran Hunian dalam jarak jangkau daerah komersial pusat dan penghentian dengan berjalan kaki, dengan hunian dengan beragam tipe (tunggal, apartemen atau town house). Fungsi Ruang Publik Bentuknya dapat berupa taman, plaza, tata hijau, yang melayani sekitar lingkungan. Ruang publik yang didesain dalam bangunan umum atau fasilitas publik disesuaikan dengan kebutuhan. Area Sekunder Berjarak sekitar 1 mil dari daerah pusat dan memiliki jaringan jalan sebagai penghubung ke daerah belakang. Penghubung ini dilengkapi dengan jalur pedestrian dan sepeda. Area sekunder ini terdiri dari perumahan berkepadatan rendah, Fasilitas umum serta ruang parkir yang bersifat park and-ride. Fungsi Campuran Fungsi dalam TOD bersifat beragam dan campuran, yaitu fungsi publik, pusat komersial dan hunian. Dimana bangunan dengan fungsi ragam secara vertikal merupakan type yang disarankan. Konsep TOD yang diutarakan oleh Calthrope tidak terlepas dari sistem pergerakan kota yang berupa kendaraan baik kendaraan umum maupun pribadi serta manusia yang terus bergerak mengikuti pola aktivitasnya, serta bagaimana memanfaatkan suatu lahan kosong yang tidak terpakai menjadi sangat berguna bagi warganya. Sedangkan untuk pola pergerakannya dilihat dari karakteristik penggunanya, menurut Alan Black dalam Setiawan (2005) yaitu : Tujuan Perjalanan, untuk daerah perkotaan kota sebagian besar tujuan perjalanan adalah untuk bekerja. Tujuan perjalanan yang lain adalah: sekolah, rekreasi, belanja dan lain-lain. Waktu Perjalanan, jumlah perjalanan terbesar biasanya terjadi pada saat jam puncak (peak hour), yaitu pada saat jam kerja. Oleh karena itu penggunaan

3 kendaraan pribadi maupun angkutan umum menjadi lebih bersaing selama jam puncak. Sehingga hal ini mengakibatkan jalanan menjadi padat dan pelaku perjalanan berupaya mencari moda transportasi alternatif yang bisa menghemat waktu tempuh. Lokasi Stasiun/shelter dan Arah Perjalanan, lokasi stasiun/shelter berpengaruh terhadap operasional KA Komuter; sebab penempatan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat umum berarti pelayanan KA Komuter menjadi optimal. Sedangkan arah perjalanan berpengaruh terhadap tujuan perjalanan pengguna karena biasanya tujuan perjalanan adalah menuju ke daerah pusat bisnis (CBD). Jadwal Keberangkatan dan Kedatangan, pengaturan jadwal adalah salah satu hal penting dalam pengoperasian KA Komuter sehingga harus mampu mengakomodasi kebutuhan penggunanya. Pengaturan jadwal yang tepat bisa memberikan dampak yang positif bagi para pengguna untuk lebih memilih menggunakan kereta komuter. Tingkat Pendapatan, sangat berhubungan dengan karakteristik pengguna kereta komuter karena biasanya semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang semakin kecil minat mereka untuk menggunakan angkutan umum. Usia, faktor usia juga mempengaruhi karakteristik pengguna kereta komuter, karena biasanya dengan bertambahnya usia seseorang maka semakin malas menggunakan angkutan umum; terutama angkutan umum yang mengangkut dalam jumlah besar seperti KA Komuter karena pertimbangan beberapa hal, antara lain rasa tidak nyaman jika harus berdesakan dengan penumpang yang lain. Jenis Kelamin, menurut Nationwide Personal Transportation Survey (NPTS) 46.5% dari pengguna kereta komuter adalah wanita. Hal ini bisa disebabkan karena peran sosial seorang wanita; wanita lebih suka bekerja di rumah sebagai ibu rumah tangga, wanita cenderung mendapatkan gaji yang lebih rendah daripada pria dan juga kebanyakan dari mereka tidak bisa mengemudi. Namun semua itu bisa berubah seiring dengan perkembangan jaman. Jenis Pekerjaan, dengan mengetahui jenis pekerjaan pengguna KA Komuter maka bisa diketahui apakah mayoritas pengguna berasal dari golongan pelajar, mahasiswa, pegawai negeri sipil, ibu rumah tangga dan lain-lain. Umumnya seseorang dengan jenis pekerjaan/jabatan yang sudah mapan cenderung untuk lebih memilih menggunakan mobil pribadi daripada angkutan umum. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah mixed method, merupakan penggabungan dua jenis penelitian yaitu penelitian kualitatif dan kuantitatif. Variabel penelitian dibedakan atas dua yaitu variabel pembentuk TOD dan pola pergerakan penumpang. a. Pola Pergerakan Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dilakukan maka ditentukan variable untuk pola pergerakan ditinjau dari karakteristik penggunanya menurut Alan Black dalam Setiawan (2005), yaitu :Tujuan perjalanan,waktu perjalanna, lokasi stasiun/shelter, jadwal keberangkatan kereta, tingkat pendapatan, dan usia. b. Variabel pembentuk TOD Sedangkan untunk variabel pembentuk TOD ditinjau dari pembentukan TOD menurut Calthorpe (1993), yaitu : Area komersial pusat, area hunian campuran, fungsi ruang publik, area sekunder dan fungsi campuran. Sedangkan untuk jumlah populasi diperoleh dari jumlah pengunjung Stasiun K.A / hari yaitu orang/hari. Dari jumlah tersebut dengan menggunakan rumus Slovin didapat jumlah sampel adalah sebanyak 97 orang. 3

4 Jurnal Arsitektur dan Perkotaan Kriteria awal dalam memilih kawasan pada penelitian ini adalah kawasan TOD di kota. Dalam RTRW kota tahun Stasiun K.A akan ditetapkan sebagai kawasan TOD city, yang akan diintergrasikan dengan moda transportasi publik yang melayani penduduk. (Gambar.1) Teori Calthorpe (1993) mengatakan bahwa kawasan TOD harus dapat dijangkau dengan berjalan kaki atau sejauh 2000-foot (600 meter). Berdasarkan teori tersebut maka ditetapkan kawasan penelitian adalah Stasiun K.A dengan radius 600 meter. (Gambar.2a) Sumber : (28/04/2015) ANALISA Gambar.1 Peta Kota Gambar.3.2 Kawasan TOD Karakteristik Pengguna Kereta Menurut mauliawati (2013) dalam jurnalnya bahwa karakteristik pengguna kereta sangat berpengaruh terhadap pola pergerakan penumpang. Untuk bisa merencanakan kawasan TOD yang baik, pola pergerakan penumpang merupakan hal yang perlu diperhatikan agar tercipta suatu kawasan TOD yang baik. Berikut merupakan analisa dari hasil tabulasi data karakteristik pengguna kereta pada Stasiun K.A. Tabel.1 Jenis kelamin 57% perempuan Usia 93% tahun Pekerjaan 75% pelajar/mahasiswa Rata-rata penghasilan 81% Rp. sebulan Tempat tujuan 31% Binjai Kemudahan menjangkau 53% mudah Stasiun K.A Moda menuju stasiun 60% angkutan kota Moda meninggalkan stasiun 49% angkutan kota Kemudahan mendapatkan 46% mudah angkutan umum pada saat meninggalkan stasiun Tujuan perjalanan 29% sekolah/kuliah Frekuensi perjalanan 34 % 2-5 kali Pulang pergi Waktu yang dihabiskan 44% <1 jam dalam perjalanan Jarak antara tempat tinggal 51% 1-10 km dengan Stasiun K.A Jadwal kedatangan dan 42% memuaskan keberangkatan kereta Sumber : Hasil Analisa Tabel.1 Hasil tabulasi kuisioner pengguna kereta api Dalam kawasan TOD Stasiun sebagai titik transit seharusnya terintegrasi dengan moda angkutan kota yang lainnya dan harus memiliki integrasi antarmoda yang baik. Saat ini mayoritas responden, yaitu sebanyak 53% mengatakan mudah dalam menjangkau stasiun, dan sebanyak 46% mudah untuk mendapatkan angkutan umum untuk tujuan akhir perjalanan mereka. Responden yang merasa masih sulit menemukan moda transportasi di sekitar stasiun dikarenakan aksesibilitas yang buruk. Selain itu tidak terdapat titik pemberhentian moda sehingga ketidakdisiplinan supir angkutan kota sering menyebabkan kemacetan karena sembarangan berhenti pada saat menaikturunkan penumpang. Dapat disimpulkan bahwa kondisi integrasi antarmoda di sekitar stasiun masih kurang baik karena walaupun lokasinya sudah dekat namun aksesibilitasnya kurang baik. Dalam konteks TOD, kegiatan disekitar stasiun harus ditunjang dengan sirkulasi pejalan kaki yang baik dan nyaman. Saat ini, dari seluruh responden ternyata lebih memilih moda

5 angkutan umum untuk menuju dan meninggalkan Stasiun K.A. Sebanyak 60% menggunakan angkutan kota pada saat menuju lokasi dan sebanyak 49% menggunakan angkutan kota pada saat meninggalkan stasiun. Hanya 2% saja yang berjalan kaki menuju stasiun, dan hanya 7% yang berjalan kaki pada saat meninggalkan stasiun. Hal ini mugkin dikarenakan jarak antara Stasiun K.A dengan tempat tinggal mereka cukup jauh, terbukti karena sebanyak 51% responden memiliki jarak yang cukup jauh dari Stasiun, yaitu 1-10 km. Dalam menyusun rekomendasi pengembangan stasiun terpadu yang berkonsep TOD dalam penelitian ini, perlu dipertimbangkan aspek-aspek yang akan menjadi fokus pengembangan. Aspek-aspek yang akan dibahas lebih lanjut antara lain:, area komersial pusat, area hunian campuran, fungsi ruang publik, area sekunder dan fungsi area campuran. Area Komersial Pusat Area komersial pusat dalam TOD menurut Calthorpe (1993) adalah area dengan fungsi campuran yang berfungsi memberi pelayanan pada kegiatan transit seperti fungsi retail, supermarket, komersial dan hiburan serta hunian pada level lantai atas yang dapat menjadi daya tarik keragaman tujuan pada lokasi. Adapun area komersial pusat pada kawasan penelitian yaitu Merdeka Walk, Titi Gantung, Pasar Ikan, dan Kesawan Square. (Gambar. 3) Merdeka Walk Titi Gantung a. Pasar Ikan Pasar Ikan atau yang lebih sering disebut Pajak Ikan merupakan pasar tekstil yang cukup terkenal di Kota. Lokasinya yang berada di jantung kota, membuat kawasan ini selalu ramai dikunjungi oleh masyarakat. (Gambar. 4 dan Gambar. 5) Gambar. 4 Area komersial pusat pada kawasan Stasiun K.A Sumber : Dokumentasi Pribadi Gambar. 5 Kondisi pasar ikan Dalam kawasan TOD, keberadaan area komersial cukup penting karena berfungsi untuk memenuhi kebutuhan penggunaan kawasan sambil melakukan perjalanan dari tempat satu ketempat lain. Berdasarkan hasil analisa keberadaan Pajak Ikan sebagai pusat komersial tidak terintegrasi dengan titik transit. Hal ini dapat dilihat dari masih terjadinya kemacetan disepanjang Jl. Stasiun Kereta Api sebagai akses utama menuju pasar ini. Jalan Stasiun Kereta Api sebagai akses utama Pajak Ikan merupakan titik yang sering mengalami kemacetan. Hal ini dikarenakan banyaknya kendaraan yang melintasi daerah ini, parkir on street, dan angkutan umum yang sembarang menurunkan penumpang. (Gambar. 6) Kesawan Square Pasar Ikan Gambar. 3 Area komersial pusat pada kawasan TOD 5

6 Jurnal Arsitektur dan Perkotaan Gambar. 7 Merdeka walk lapangan Merdeka Gambar. 6 Kondisi jalur pedestrian Pasar Ikan Keterangan gambar : Tidak tersedianya jalur pedestrian membuat masyarakat berjalan dibahu jalan. Jalur pedestrian hanya satu sisi, dan dialih fungsikan sebagai tempat berjualan oleh pedagang. Parkir on street dibahu jalan, sepanjang Jl. Stasiun Kereta Api. a. Merdeka Walk Salah satu area komersial pusat yang berada pada kawasan transit Stasiun K.A adalah Merdeka Walk. Karena lokasinya yang sangat strategis yaitu di Lapangan Merdeka membuat tempat ini menjadi tempat yang paling sering dikunjungi oleh masyarakat setempat maupun wisatawan yang datang ke Kota. Adanya tempat ini sangat berpengaruh terhadap lokasi transit, karena jaraknya yang cukup dekat dengan titik transit. Menurut Taolin (2008) area komersial yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan penggunaan kawasan sambil melakukan perjalanan dari tempat satu ketempat lain. Hal ini sesuai dengan teori tersebut karena Merdeka Walk sebagai area pusat komersial dapat memenuhi kebutuhan pengguna kawasan dan sebagai pendukung aktivitas pada titik transit. (Gambar. 7) Berdasarkan hasil analisa area komersial ini sudah cukup terintegrasi dengan titik transit. Selain lokasinya yang cukup dekat, akses menuju tempat ini juga cukup mudah. Tetapi kondisi jalur pedestrian masih kurang karena dimensinya yang tidak begitu lebar dan tidak dilengkapi dengan street furniture. Saat ini stasiun K.A dalam tahap pegembangang kawasan, yang akan mengintegrasikan lapangan merdeka dengan Stasiun K.A. Selain pembangunan akses langsung dari Lapangan Merdeka menuju stasiun K.A melalui sky cross, akan disediakan lahan parkir kendaraan, dan retail. Dalam kawasan TOD area komersial pusat harus dapat memenuhi kebutuhan pengguna kawasan yang melakukan perjalanan, dengan adanya pengembangan kawasan Stasiun K.A saat ini diharapkan dapat mewujudkan hal tersebut, sehingga tercipta kawasan TOD yang baik. (Gambar. 8) Gambar. 8 Kondisi jalur pedestrian menuju Merdeka Walk dari Stasiun K.A medan

7 Area Hunian Campuran Area hunian campuran pada kawasan TOD menurut Calthorpe (1993) adalah Hunian dalam jarak jangkau daerah komersial pusat dan penghentian dengan berjalan kaki, dengan hunian dengan beragam tipe (tunggal, apartemen atau town house). Berdasarkan hasil analisa pada kawasan 600 meter dari titik transit yang merupakan lokasi penelitian, tipe area hunian didominasi oleh ruko (rumah toko). Area hunian campuran pada kawasan ini sama sekali tidak terintegrasi dengan titik transit, karena akses antara titik transit dengan area hunian tidak tersedia dengan baik. (Gambar. 9) hunian cukup dekat, tetapi hal ini belum dapat mengurangi tingginya penggunaan kendaraan pribadi pada kawasan ini. Hal ini dapat dikarenakan jalur pejalan kaki yang tersedia belum terencana dengan baik, dan kondisi jalur pejalan kaki yang tersedia tidak memenuhi kriteria jalur pejalan kaki yang baik. (Gambar. 10 dan Gambar. 11) Gambar. 10 Kondisi area hunian pada kawasan TOD Sumber : Dokumentasi Pribadi Gambar. 11 Area hunian pada kawasan TOD Gambar. 9 Area hunian campuran Tujuan TOD adalah mengurangi tingkat penggunaan mobil pribadi, dengan perancangan dan lokasi area hunian yang tepat, tujuan ini dapat dicapai. Area Hunian sebaiknya berdekatan dengan area komersial dan dan transit. Pada kawasan penelitian hal ini sudah memenuhi, tetapi tidak adanya akses yang jelas untuk pejalan kaki membuat pergerakan masyarakat yang tinggal pada kawasan ini masih didominasi oleh kendaraan bermotor. Area Hunian Campuran pada kawasan penelitian didominasi oleh Rumah Toko (Ruko). Walaupun jarak antara titik transit dengan area Ruang Fungsi Publik Adapun fungsi ruang publik dalam kawasan TOD menurut Calthorpe (1993) dapat berupa taman, plaza, tata hijau, yang melayani sekitar lingkungan. Ruang publik yang didesain dalam bangunan umum atau fasilitas publik disesuaikan dengan kebutuhan. Adapun fasilitas publik berupa jalur pedestrian dan area parkir. Fungsi pada ruang publik pada kawasan penelitian adalah Lapangan Merdeka. (Gambar. 12) Sumber : Dokumentasi Pribadi Gambar.12 Lapangan Merdeka sebagai ruang terbuka hijau pada kawasan TOD 7

8 Jurnal Arsitektur dan Perkotaan Pada kawasan TOD ruag terbuka hijau berfungsi sebagai pendukung aktivitas pada titik transit. Hal yang harus diperhatikan agar terciptanya ruang publik yang dapat mendukung penggunaan transit adalah jalur pedestrian yang nyaman.(gambar. 13 dan Gambar. 14) Gambar. 15 Kondisi jalur pedestrian Lebar zona sidewalk minimal untuk dilalui pejalan kaki adalah 1,5 meter (dapat dialui dua orang sekaligus). Gambar. 16 Kondisi jalur pedestrian Gambar. 13 Lapangan Merdeka sebagai ruang terbuka hijau pada kawasan TOD Pada kawasan penelitian Gambar. 16(a) merupakan kondisi pedestrian pada ruang terbuka. Pada Gambar. 16(b) menunjukkan jalur pedestrian sebagai akses menuju ruang terbuka, dimensi jalur pedestrian belum memenuhi standart. Jalur pedestrian yang bersatu dengan area parkir mengurangi kenyamanan saat melewati jalur pedestrian. Dan Gambar 16(c) merupakan keadaan jalur pedestrian disekitar area pembangunan kawasan Stasiun K.A. Street furniture pada pedestrian sangat diperlukan bagi pejalan kaki. Jika ruang jalan tidak memiliki fasilitas ini maka pemakaian ruang jalan mnjadi tidak nyaman. (Gambar. 17) Gambar. 14 Lapangan Merdeka sebagai ruang terbuka hijau pada kawasan TOD a. Jalur Pedestrian Menurut Taolin (2008) jalan di kawasan TOD merupakan elemen paling vital dalam menentukan kualitas ruang publik. Jalan di kawasan TOD harus dibuat pedestrianfriendly. Gambar.17 Street furniture

9 b. Area Parkir Area parkir pada ruang terbuka hijau memakai jenis area parkir on-street yang terletak di sisi luar lapangan merdeka. Jenis parkir on-street menurut Taolin (2008) memang direkomendasikan dan lebarnya sebaiknya antara 2,1-2,4 meter. Parkir dipinggir jalan ini untuk mencegah fokus pada lahan parkir dan lebih mengutamakan jalan. Parkir paralel lebih baik namun parkir dengan sudut lebih direkomendasikan untuk area komersial. Pada ruang terbuka publik keadaan parkir tidak begitu mengganggu kendaraan yang melintas, tetapi menyebabkan jalur pedestrian tidak nyaman utuk dilewati, karena jalur pedestrian yang tersedia hanya 0,60 meter. (Gambar. 18 dan Gambar. 19) Area Sekunder Menurut Calthorpe (1993) area sekunder merupakan area yang berjarak sekitar 1 mil dari daerah pusat dan memiliki jaringan jalan sebagai penghubung ke daerah belakang. Penghubung ini dilengkapi dengan jalur pedestrian dan sepeda. Area sekunder pada kawasan penelitian masih didominasi oleh bangunan komersial dengan fungsi kantor dan hotel. (Gambar. 20) Area Sekunder berjarak ±1 mil dari titik transit Kawasan TOD Radius ±600 Gambar.20 Area Sekunder Gambar. 18 Parkir on street Gambar. 19 Parkir on street 9

10 Jurnal Arsitektur dan Perkotaan Fungsi Campuran Fungsi dalam TOD bersifat beragam dan campuran, yaitu fungsi publik, pusat komersial dan hunian. Dimana bangunan dengan fungsi ragam secara vertikal merupakan type yang disarankan. Konsep TOD yang diutarakan oleh Calthrope (1993) tidak terlepas dari sistem pergerakan kota yang berupa kendaraan baik kendaraan umum maupun pribadi serta manusia yang terus bergerak mengikuti pola aktivitasnya, serta bagaimana memanfaatkan suatu lahan kosong yang tidak terpakai menjadi sangat berguna bagi warganya. Pada kawasan penelitian yang merupakan area campuran adalah bangunan Centre point, dengan fungsi bangunan mixe-used. Bangunan centre point sendiri masih dalam tahap pembangunan, dan sudah hampir selesai. Diperkirakan kawasan tersebut akan menjadi salah satu generator aktivitas disekitar kawasan transit. Dengan adanya bangunan centre point ini diharapkan dapat terintegrasi dengan titik transit, sehingga masyarakat dapat mengurangi pemakaian kendaraan pribadi dan beralih kepada angkutan umum salah satunya kereta api. Dengan begitu manfaat kawasan TOD dapat dirasakan warga kota, yakni berkurangnya kemacetan dan dapat meningkatkan kualitas hidup warga kota menjadi lebih baik lagi. (Gambar. 21) Gambar. 21 Fungsi campuran KESIMPULAN Kesimpulan penelitian ini adalah : Pola pergerakan pengguna kereta dapat dilihat dari karakteristik penggunanya. Variabel yang berkaitan dengan karakeristik penggunan menurut Allan Black dalam setiawan terdiri dari tujuan perjalanan, waktu perjalanan, lokasi stasiun, jadwal keberangkatan, tingkat pendapatan, usia, jenis kelamin, dan jenis pekerjaan. Dari hasil analisis data yang telah dilakuakn diketahui bahwa yang mendominasi melakukan perjalanan adalah perempuan yaitu sebanyak 57%, tujuan perjalanan sebesar 29% untuk sekolah/kuliah, sedangkan untuk tempat tujuan 31% responden memilih Binjai. Dalam kawasan TOD seharusnya mengurangi penggunaan kendaraan dan memaksimalkan berjalan kaki. Tetapi sebanyak 60% responden masih menggunakan kendaraan berupa angkutan kota untuk menuju stasiun, dan sebanyak 49% responden menggunakan moda angkutan umum untuk meninggalkan stasiun. Hal ini tidak sesuai dengan karakteristik kawasan TOD yang seharusnya meminimalisir penggunaan kendaraan. Dari hasil analisa tersebut dapat disimpulkan, bahwa pola pergerakan pengguna kereta api di Stasiun K.A masih didominasi oleh angkutan kota. Hal ini disebabkan karena kurangnya integrasi lokasi Stasiun dengan tata guna lahan, selain itu aksesibilitas yang buruk juga menyebabkan orang malas untuk berjalan kaki dan lebih menilih untuk menggunakan angkutan umum. Sedangkan untuk karakteristik kawasan TOD, Stasiun K.A medan belum terintegrasi dengan kawasan sekitarnya, hal ini dimungkinkan karena aksesibiltas yang buruk dan kondisi jalur pedestrian yang kurang memadai. Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan pada kawasan sekitar Stasiun (radius 600m), integrasi antarmoda belum dapat dikatakan baik karena aksesibilitas ke stasiun masih kurang baik.

11 Rekomendasi untuk penelitian ini jika ditinjau berdasarkan pola pergerakan pengguna Stasiun K.A dan identifikasi karekateristik kawasan TOD pada kawasan Stasiun K.A yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan suatu rekomendasi agar tercipta suatu kawasan TOD yang baik. Rekomendasi yang dapat diusulkan untuk stasiun terpadu dalam kawasan TOD adalah integrasi antara lokasi stasiun dengan tata guna lahan di kawasan sekitar stasiun; peran stasiun terhadap kawasan TOD; aksesibilitas pejalan kaki, pengendara sepeda, pengguna moda transportasi umum, pengguna kendaraan pribadi; integrasi antarmoda di sekitar stasiun; dan manajemen parkir. DAFTAR PUSTAKA Handayeni, Ketut Dewi Martha Erli., Putu Gde Ariastita Keberlanjutan Transportasi Di Kota Surabaya Melalui Pengembangan Kawasan Berbasis TOD (Transit Oriented Development), Jurnal TATALOKA Volume 16 Nomor 2. Hardiono Analisis karakteristik tarikan pergerakan Pengunjung wanita yang memiliki sepeda motor Dengan pola pergerakan rumah pasar rumah di Kota makassar. Skripsi Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Makassar. (Diakses pada Senin, 27/04/2015) ( Diakses pada Minggu, 26/04/2015) Isa, Muhammad Hidayat Transit Oriented Develovment (TOD) Sebagai SolusiAlternatif Dalam Mengatasi Permasalahan Kemacetan Di Kota Surabaya. Jurusan Arsitektur Bidang Magister Manajemen Pembangunan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Isa, Muhammad Hidayat., Ketut Dewi Martha Erli Handayeni Keterkaitan Karakteristik Kawasan Transit Berdasarkan Prinsip Transit Oriented Development (TOD) terhadap Tingkat Penggunaan Kereta Komuter Koridor Surabaya-Sidoarjo, JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2 Mauliawati, Titis Astri Pola Pergerakan Pengguna Kereta Api Sebagai Dasar Pengembangan Stasiun Terpadu Di Kawasan Berbasis Transit (Studi Kasus : Stasiun Depok Baru, Kota Depok). Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota A V2N2 Setiawan, Rudi Karakteristik Pengguna Kereta Api Komuter Surabaya Sidoarjo. Seminar Nasional, Rekayasa Perencanaan V Taolin, Tetriana Vivi Oktora Kualitas Ruang Publik Kota Pada Kawasan TOD. Skripsi Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Widyahari, Ni Luh Asti Potensi dan Peluang Pengembangan Transit Oriented Development di Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung, Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota B SAPPK V3N2 353 Wijaya, Alfred Penataan Ruang Yang Ramah Lingkungan Melalui Perencanaan TOD (Transit Oriented Development). Seminar Nasional Perencanaan Wilayah dan Kota ITS, Surabaya ( Diakses pada Selasa 28/04/2015) /Pada-2025-Mayoritas-Penduduk- Indonesia-Menumpuk-di-Kota ( Diakses pada Minggu, 26/04/2015) Yuniasih, Fahdiana Perancangan kawasan Transit Oriented Development Dukuh Atas Berdasarkan Optimalisasi Sirkulasi. Program Studi Magister Rancang Kota. Institut Teknologi Bandung. Zahnd, Markus. (2006). Perancangan Kota Secara Terpadu. Yogyakarta: Kanisius. 11

PENGEMBANGAN KAWASAN TRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT (TOD) DI STASIUN K.A MEDAN SKRIPSI OLEH NOVA LESTARI SIREGAR

PENGEMBANGAN KAWASAN TRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT (TOD) DI STASIUN K.A MEDAN SKRIPSI OLEH NOVA LESTARI SIREGAR KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN KAWASAN TRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT (TOD) DI STASIUN K.A MEDAN SKRIPSI OLEH NOVA LESTARI SIREGAR 110406021 DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI PROYEK

BAB III DESKRIPSI PROYEK 38 3.1 Gambaran Umum BAB III DESKRIPSI PROYEK Gambar 3. 1 Potongan Koridor Utara-Selatan Jalur Monorel (Sumber : Studi Pra Kelayakan Koridor 1 Dinas Perhubungan Kota Bandung Tahun 2014) Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. merupakan Upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan terlebih dulu

BAB 2 LANDASAN TEORI. merupakan Upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan terlebih dulu 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Redevelopment Salah satu pengertian redevelopment menurut Prof. Danisworo merupakan Upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan terlebih dulu melakukan pembongkaran

Lebih terperinci

Bab VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kawasan stasiun Pasar Nguter, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

Bab VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kawasan stasiun Pasar Nguter, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: Bab VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan temuan penelitian mengenai elemen ROD pada kawasan stasiun Pasar Nguter, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: -

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Simpulan dalam laporan ini berupa konsep perencanaan dan perancangan yang merupakan hasil analisa pada bab sebelumnya. Pemikiran yang melandasi proyek kawasan transit

Lebih terperinci

Penentuan Prioritas Pengembangan Kawasan Transit Stasiun Gubeng dengan Konsep Transit Oriented Development

Penentuan Prioritas Pengembangan Kawasan Transit Stasiun Gubeng dengan Konsep Transit Oriented Development C481 Penentuan Prioritas Pengembangan Kawasan Transit Stasiun Gubeng dengan Konsep Transit Oriented Development Virta Safitri Ramadhani dan Sardjito Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota sebagai pusat pertumbuhan menyebabkan timbulnya daya tarik yang tinggi terhadap perekonomian sehingga menjadi daerah tujuan untuk migrasi. Dengan daya tarik suatu

Lebih terperinci

Karakteristik Pengguna Kereta Api Komuter Surabaya - Sidoarjo

Karakteristik Pengguna Kereta Api Komuter Surabaya - Sidoarjo Karakteristik Pengguna Kereta Api Komuter Surabaya - Sidoarjo Rudy Setiawan Dosen Fakultas Teknik Sipil & Perencanaan Jurusan Teknik Sipil Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto 121-131, Surabaya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Jaringan Kereta Api di Surakarta dan Kota-Kota Sekitarnya

BAB I PENDAHULUAN Jaringan Kereta Api di Surakarta dan Kota-Kota Sekitarnya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Jaringan Kereta Api di Surakarta dan Kota-Kota Sekitarnya Kota Surakarta merupakan pusat Wilayah Pengembangan VIII Propinsi Jawa Tengah yang mempunyai peran

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Shopping mall atau biasa disebut juga dengan mal adalah salah satu pusat perbelanjaan yang cepat berkembang di kota-kota besar di Indonesia. Mal merupakan bagian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kota Batam adalah kota terbesar di provinsi Kepulauan Riau dan merupakan kota terbesar ke tiga populasinya di Sumatera setelah Medan dan Palembang, dengan jumlah penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang terkenal dengan kepadatan penduduknya dengan berada ditingkat keempat. Angka kepadatan penduduk yang terus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Medan merupakan Kabupaten/Kota yang berada di Provinsi Sumatera Utara. Sebagai daerah otonom dan memiliki status sebagai Kota Metropolitan, pembangunan Kota Medan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORI. di pelopori oleh Peter Calthorpe. TOD muncul dikarenakan fenomena urban

BAB 2 TINJAUAN TEORI. di pelopori oleh Peter Calthorpe. TOD muncul dikarenakan fenomena urban BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1.Transit Oriented Development (TOD) Transit Oriented Development muncul pertama kali pada tahun 1990-an yang di pelopori oleh Peter Calthorpe. TOD muncul dikarenakan fenomena urban

Lebih terperinci

Perancangan Terminal dalam Kawasan Pembangunan Berorientasi Transit: Studi Kasus Terminal Pinang Baris Medan

Perancangan Terminal dalam Kawasan Pembangunan Berorientasi Transit: Studi Kasus Terminal Pinang Baris Medan 15 Fakultas Teknik Universitas Pembangunan Panca Budi Jurnal ArchiGreen Jurnal ArchiGreen Vol. 3 No. 5 (2016) 15 23 Perancangan Terminal dalam Kawasan Pembangunan Berorientasi Transit: Studi Kasus Terminal

Lebih terperinci

2015 STASIUN TRANSIT MONORELBERBASIS SISTEMTRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT

2015 STASIUN TRANSIT MONORELBERBASIS SISTEMTRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan Sebagai Ibu Kota Provinsi Jawa Barat, Kota Bandung telah mengalami perkembangan pesat sebagai kota dengan berbagai aktivitas yang dapat menunjang pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuatu yang merupakan penunjang terselenggaranya suatu proses (usaha,

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuatu yang merupakan penunjang terselenggaranya suatu proses (usaha, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infrastruktur, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang terselenggaranya suatu proses (usaha, pembangunan, proyek, dsb);

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Isu keberlanjutan (sustainability) merupakan isu yang kian melekat dengan proses perencanaan dan perancangan lingkungan binaan. Dengan semakin rumitnya

Lebih terperinci

Keterkaitan Karakteristik Pergerakan di Kawasan Pinggiran Terhadap Kesediaan Menggunakan BRT di Kota Palembang

Keterkaitan Karakteristik Pergerakan di Kawasan Pinggiran Terhadap Kesediaan Menggunakan BRT di Kota Palembang JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN : 2337-3539 (2301-9271 Print) C-116 Keterkaitan Karakteristik di Kawasan Pinggiran Terhadap Kesediaan Menggunakan BRT di Kota Palembang Dian Nur afalia, Ketut

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN TOD

STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN TOD LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR... TAHUN... TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN KAWASAN BERORIENTASI TRANSIT STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN TOD Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan Perumahan bagi Penduduk Jakarta

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan Perumahan bagi Penduduk Jakarta BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Kebutuhan Perumahan bagi Penduduk Jakarta Sebagai sentral dari berbagai kepentingan, kota Jakarta memiliki banyak permasalahan. Salah satunya adalah lalu lintasnya

Lebih terperinci

Rancangan Sirkulasi Pada Terminal Intermoda Bekasi Timur

Rancangan Sirkulasi Pada Terminal Intermoda Bekasi Timur JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 6, No.2, (2017) 2337-3520 (2301-928X Print) G 368 Rancangan Sirkulasi Pada Terminal Intermoda Bekasi Timur Fahrani Widya Iswara dan Hari Purnomo Departemen Arsitektur,

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. sarana dan prasarana mencakup pada sarana transportasi. Transportasi merupakan

Bab I PENDAHULUAN. sarana dan prasarana mencakup pada sarana transportasi. Transportasi merupakan Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Perkembangan Transportasi Kota Pertumbuhan penduduk khususnya di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Meningkatnya pertumbuhan penduduk ini disertai

Lebih terperinci

moda udara darat laut

moda udara darat laut BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Pengertian Moda Moda adalah pengelompokan berbagai jenis transportasi dengan memperhatikan medium (tempat berjalan) serta kesamaan sifat-sifat fisiknya. Dengan adanya pengelompokan

Lebih terperinci

Kesesuaian Kawasan Transit Tramstop Surabaya Mass Rapid Transit dengan Konsep Transit Oriented Development (Studi Kasus: Koridor Embong Malang)

Kesesuaian Kawasan Transit Tramstop Surabaya Mass Rapid Transit dengan Konsep Transit Oriented Development (Studi Kasus: Koridor Embong Malang) C23 Kesesuaian Transit Tramstop Surabaya Mass Rapid Transit dengan Konsep Transit Oriented Development (Studi Kasus: Koridor Embong Malang) R.M. Bagus Prakoso, dan Sardjito Perencanaan Wilayah dan Kota,

Lebih terperinci

Peran Transportasi. (Studi Kasus: Stasiun KA Patukan, Gamping, Yogyakarta)

Peran Transportasi. (Studi Kasus: Stasiun KA Patukan, Gamping, Yogyakarta) Peran Transportasi dalam Pengembangan Kawasan TOD/ROD (Studi Kasus: Stasiun KA Patukan, Gamping, Yogyakarta) Dr.Eng. Muhammad Zudhy Irawan http://zudhyirawan.staff.ugm.ac.id Pendahuluan ROD merupakan sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Transit oriented development (TOD) merupakan konsep yang banyak digunakan negara-negara maju dalam kawasan transitnya, seperti stasiun kereta api, halte MRT, halte

Lebih terperinci

BAB II TRUTHS. bukunya yang berjudul Experiencing Architecture, mengatakan bahwa arsitektur

BAB II TRUTHS. bukunya yang berjudul Experiencing Architecture, mengatakan bahwa arsitektur BAB II TRUTHS Setelah menemukan adanya potensi pada kawasan perancangan, proses menemukan fakta tentang kawasan pun dilakukan. Ramussen (1964) dalam bukunya yang berjudul Experiencing Architecture, mengatakan

Lebih terperinci

Gambar 5.30 Peta Jalur Transportasi Publik Kawasan Manggarai Gambar 5.31 Peta rencana Jalur Transportasi Publik Kawasan Manggarai...

Gambar 5.30 Peta Jalur Transportasi Publik Kawasan Manggarai Gambar 5.31 Peta rencana Jalur Transportasi Publik Kawasan Manggarai... Gambar 5.30 Peta Jalur Transportasi Publik Kawasan Manggarai... 114 Gambar 5.31 Peta rencana Jalur Transportasi Publik Kawasan Manggarai... 115 Gambar 5.32 Kondisi Jalur Pedestrian Penghubung Stasiun dan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL, PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN KAWASAN BERORIENTASI TRANSIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PRESENTASI TUGAS AKHIR DIPLOMA IV TEKNIK SIPIL Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

PRESENTASI TUGAS AKHIR DIPLOMA IV TEKNIK SIPIL Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan PRESENTASI TUGAS AKHIR DIPLOMA IV TEKNIK SIPIL Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan STUDI KARAKTERISTIK PENUMPANG KERETA API KOMUTER SURABAYA - SIDOARJO DISUSUN OLEH : ANI ROSITA 3109.040.501 DOSEN PEMBIMBING:

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR: TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN KAWASAN BERORIENTASI TRANSIT

PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR: TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN KAWASAN BERORIENTASI TRANSIT Versi 23 Mei 2017 PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR: TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN KAWASAN BERORIENTASI TRANSIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Transportasi mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Transportasi mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Dengan berkembangnya kehidupan masyarakat, maka semakin banyak pergerakan yang dilakukan oleh masyarakat.

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERENCANAAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN BAB VI KONSEP PERENCANAAN VI.1 KONSEP BANGUNAN VI.1.1 Konsep Massa Bangunan Pada konsep terminal dan stasiun kereta api senen ditetapkan memakai masa gubahan tunggal memanjang atau linier. Hal ini dengan

Lebih terperinci

PENELITIAN MODEL ANGKUTAN MASSAL YANG COCOK DI DAERAH PERKOTAAN. Balitbang bekerjasama dengan PT Karsa Haryamulya Jl.Imam Bonjol 190 Semarang

PENELITIAN MODEL ANGKUTAN MASSAL YANG COCOK DI DAERAH PERKOTAAN. Balitbang bekerjasama dengan PT Karsa Haryamulya Jl.Imam Bonjol 190 Semarang PENELITIAN MODEL ANGKUTAN MASSAL YANG COCOK DI DAERAH PERKOTAAN Balitbang bekerjasama dengan PT Karsa Haryamulya Jl.Imam Bonjol 190 Semarang RINGKASAN Pendahuluan Berdasarkan kebijakan Pemerintah Pusat,

Lebih terperinci

BAB IV: KONSEP Pengertian Konsep Transit Oriented Development (TOD)

BAB IV: KONSEP Pengertian Konsep Transit Oriented Development (TOD) BAB IV: KONSEP 4.1. Konsep Dasar 4.1.1. Pengertian Konsep Transit Oriented Development (TOD) Pada tahun 1993 Peter Calthorpe menawarkan sebuah sistem mengenai Konsep Transit Oriented Development ( TOD

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN BAB 5 KONSEP PERANCANGAN PENGEMBANGAN STASIUN KERETA API PASAR SENEN 5.1. Ide Awal Ide awal dari stasiun ini adalah Intermoda-Commercial Bridge. Konsep tersebut digunakan berdasarkan pertimbangan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya perkembangan kota dipengaruhi oleh faktor daya tarik kota yang kemudian menyebabkan pertambahan penduduk dan akhirnya bermuara pada perubahan fisik dan

Lebih terperinci

Moda Transportasi yang Efektif dan Efisien bagi Mahasiswa ITB

Moda Transportasi yang Efektif dan Efisien bagi Mahasiswa ITB TEMU ILMIAH IPLBI 06 Moda Transportasi yang Efektif dan Efisien bagi Mahasiswa ITB Febby Nugrayolanda Program Magister Rancang Kota, SAPPK, Institut Teknologi Bandung. Abstrak Intensitas penggunaan angkutan

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tam

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tam BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1408, 2017 KEMEN-ATR/BPN. Pengembangan Kawasan Berorientasi Transit. PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Kota Surakarta

BAB V PEMBAHASAN. Kota Surakarta BAB V PEMBAHASAN Pada bab ini akan berisi pembahasan tentang posisi hasil penelitian terhadap teori yang digunakan sehingga mampu menjawab permasalahan penelitian. Pembahasan akan secara kritis dilakukan

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Medan merupakan salah satu kawasan strategis yang terletak di Negara Indonesia dimana wilayah penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Transportasi Massal di Kota Bandung Salah satu kriteria suatu kota dikatakan kota modern adalah tersedianya sarana dan prasarana transportasi yang memadai bagi

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS. Gambar 15. Peta lokasi stasiun Gedebage. Sumber : BAPPEDA

BAB III ANALISIS. Gambar 15. Peta lokasi stasiun Gedebage. Sumber : BAPPEDA BAB III ANALISIS 3.1 Analisis tapak Stasiun Gedebage terletak di Bandung Timur, di daerah pengembangan pusat primer baru Gedebage. Lahan ini terletak diantara terminal bis antar kota (terminal terpadu),

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... iii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i iii vi vii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Perumusan Masalah... 4 1.3 Tujuan dan Sasaran... 5 1.3.1 Tujuan...

Lebih terperinci

BAB I SHARPEN YOUR POINT OF VIEW. Pelaksanaan PA6 ini dimulai dari tema besar arsitektur muka air, Riverfront

BAB I SHARPEN YOUR POINT OF VIEW. Pelaksanaan PA6 ini dimulai dari tema besar arsitektur muka air, Riverfront BAB I SHARPEN YOUR POINT OF VIEW Proses Perancangan Arsitektur 6 (PA6) merupakan obyek riset skripsi untuk pendidikan sarjana strata satu (S1) bagi mahasiswa peserta skripsi alur profesi. Pelaksanaan PA6

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada dasarnya, jalan merupakan sebuah prasarana transportasi darat yang memiliki peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi dan pembangunan suatu daerah. Hal ini pernah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Transportasi adalah pemindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan oleh manusia atau mesin. Sedangkan

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN TOD

STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN TOD LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN KAWASAN BERORIENTASI TRANSIT STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN TOD 1.

Lebih terperinci

Dukuh Atas Interchange Station BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Dukuh Atas Interchange Station BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pertambahan jumlah penduduk, pertumbuhan ekonomi industri dan perdagangan merupakan unsur utama perkembangan kota. Kota Jakarta merupakan pusat pemerintahan, perekonomian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentunya dengan perencanaan terpadu dengan peningkatan kegiatan manusia di

BAB I PENDAHULUAN. tentunya dengan perencanaan terpadu dengan peningkatan kegiatan manusia di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pada dasarnya sebuah kota terbentuk dan berkembang secara bertahap dan tentunya dengan perencanaan terpadu dengan peningkatan kegiatan manusia di dalamnya, di mana

Lebih terperinci

PERENCANAAN WILAYAH KOMERSIAL STUDI KASUS RUAS JALAN MARGONDA DEPOK

PERENCANAAN WILAYAH KOMERSIAL STUDI KASUS RUAS JALAN MARGONDA DEPOK PERENCANAAN WILAYAH KOMERSIAL STUDI KASUS RUAS JALAN MARGONDA DEPOK A.R. Indra Tjahjani 1, Gita Cakra 2, Gita Cintya 3 1Program Studi Teknik Sipil, Universitas Pancasila Jakarta, Lenteng Agung Jakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang yang merupakan Ibukota Jawa Tengah adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang yang merupakan Ibukota Jawa Tengah adalah salah satu BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Kota Semarang yang merupakan Ibukota Jawa Tengah adalah salah satu kota besar di Indonesia yang sedang berkembang. Secara geografis kota ini terletak di sebelah utara

Lebih terperinci

Pengaruh Keberadaan Apartemen Terhadap Kinerja Jalan Arief Rahman Hakim Surabaya

Pengaruh Keberadaan Apartemen Terhadap Kinerja Jalan Arief Rahman Hakim Surabaya JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-202 Pengaruh Keberadaan Apartemen Terhadap Kinerja Jalan Arief Rahman Hakim Surabaya Yani Triyandani dan Sardjito Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Re-Desain Stasiun Besar Lempuyangan Dengan Penekanan Konsep pada Sirkulasi, Tata ruang dan Pengaturan Fasilitas Komersial,

BAB I PENDAHULUAN. Re-Desain Stasiun Besar Lempuyangan Dengan Penekanan Konsep pada Sirkulasi, Tata ruang dan Pengaturan Fasilitas Komersial, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Judul Re-Desain Stasiun Besar Lempuyangan Dengan Penekanan Konsep pada Sirkulasi, Tata ruang dan Pengaturan Fasilitas Komersial, pengertian Judul : Re-Desain Redesain berasal

Lebih terperinci

DUKUH ATAS COMMUTER CENTER 2019

DUKUH ATAS COMMUTER CENTER 2019 LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR DUKUH ATAS COMMUTER CENTER 2019 Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik diajukan oleh : TINGGA PRADANA

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka kesimpulan dari penelitian ini berdasarkan pertanyaan penelitian yaitu: mengetahui karakteristik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Parkir Berdasarkan Keputusan Dirjen Perhubungan Darat Nomor : 272/HK.105/DJRD/96 Tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir menyebutkan parkir adalah

Lebih terperinci

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB III: DATA DAN ANALISA BAB III: DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik 2.1.1. Data Fisik Lokasi Luas Lahan Kategori Proyek Pemilik RTH Sifat Proyek KLB KDB RTH Ketinggian Maks Fasilitas : Jl. Stasiun Lama No. 1 Kelurahan

Lebih terperinci

Kualitas Walkability Jalur Pedestrian Pada Koridor Jalan Permindo, Padang Berdasarkan Persepsi Masyarakat

Kualitas Walkability Jalur Pedestrian Pada Koridor Jalan Permindo, Padang Berdasarkan Persepsi Masyarakat Kualitas Walkability Jalur Pedestrian Pada Koridor Jalan Permindo, Padang Berdasarkan Persepsi Masyarakat Ashiddiqy Adha 1 dan Jenny Ernawati 2 1 Mahasiswa Program Studi Sarjana Arsitektur, Jurusan Arsitektur,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan kota baik dari skala mikro maupun makro (Dwihatmojo)

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan kota baik dari skala mikro maupun makro (Dwihatmojo) BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Ruang terbuka merupakan ruang publik yang digunakan masyarakat untuk berinteraksi, berolahraga, dan sebagai sarana rekreatif. Keberadaan ruang terbuka juga bermanfaat

Lebih terperinci

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang.

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang. BAB I: PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Jakarta sebagai ibukota negara merupakan pusat bagi seluruh kegiatan ekonomi Indonesia. Seluruh pihak-pihak yang berkepentingan di Indonesiamenempatkan kantor utama

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Bandara kualanamu adalah sebuah Bandar udara internasional yang melayani kota medan dan sekitarnya. Bandara ini terletak 39 km dari kota medan. Bandara ini adalah bandara

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KONSEP MULTI FUNGSI LAHAN DI KAWASAN SUB-URBAN MAKASSAR

PENGEMBANGAN KONSEP MULTI FUNGSI LAHAN DI KAWASAN SUB-URBAN MAKASSAR PROS ID I NG 2 0 1 1 HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK PENGEMBANGAN KONSEP MULTI FUNGSI LAHAN DI KAWASAN SUB-URBAN MAKASSAR Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Jl. Perintis

Lebih terperinci

BAB IV PENGAMATAN PERILAKU

BAB IV PENGAMATAN PERILAKU BAB IV PENGAMATAN PERILAKU 3.1 Studi Banding Pola Perilaku Pengguna Ruang Publik Berupa Ruang Terbuka Pengamatan terhadap pola perilaku di ruang publik berupa ruang terbuka yang dianggap berhasil dan mewakili

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bambang Herawan ( ) Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Bambang Herawan ( ) Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kota Medan, ibukota propinsi Sumatera Utara, merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia. Dengan posisi strategis sebagai pintu gerbang utama Indonesia di wilayah

Lebih terperinci

BAB II FIRST LINE. ditinggalkan dan diabaikan oleh masyarakatnya sendiri. pada tahun yang berisi pengembangan Transit Oriented Development

BAB II FIRST LINE. ditinggalkan dan diabaikan oleh masyarakatnya sendiri. pada tahun yang berisi pengembangan Transit Oriented Development BAB II FIRST LINE Sesuai dengan proses perancangan, pengetahuan dan pengalaman ruang sangat dibutuhkan untuk melengkapi dan mendapatkan data-data yang berkaitan dengan kasus yang ditangani. Karena itu

Lebih terperinci

KAJIAN SISTEM TRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT DI DAERAH MIXED USE DAN KEPADATAN TINGGI (STUDI KASUS : KOTA DEPOK)

KAJIAN SISTEM TRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT DI DAERAH MIXED USE DAN KEPADATAN TINGGI (STUDI KASUS : KOTA DEPOK) KAJIAN SISTEM TRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT DI DAERAH MIXED USE DAN KEPADATAN TINGGI (STUDI KASUS : KOTA DEPOK) Rina Widayanti 1 Remigius Hari Susanto 2 Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Gunadarma rinawidayanti@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi adalah suatu pergerakan orang dan barang. Transportasi digunakan untuk memudahkan manusia dalam melakukan aktivitas sehariharinya, sehingga transportasi

Lebih terperinci

Karakteristik Pengunjung dan Aktivitasnya Terhadap Penggunaan Taman Kota Sebagai Ruang Sosial di Taman Keplaksari Kabupaten Jombang

Karakteristik Pengunjung dan Aktivitasnya Terhadap Penggunaan Taman Kota Sebagai Ruang Sosial di Taman Keplaksari Kabupaten Jombang JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN : 2337-3539 (2301-9271 Print) C-188 Karakteristik Pengunjung dan Aktivitasnya Terhadap Penggunaan Taman Kota Sebagai Ruang Sosial di Taman Keplaksari Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan kualitas dan daya tariknya kemudian berangsur-angsur akan berubah

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan kualitas dan daya tariknya kemudian berangsur-angsur akan berubah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pusat kota sebagai kawasan yang akrab dengan pejalan kaki, secara cepat telah menurunkan kualitas dan daya tariknya kemudian berangsur-angsur akan berubah menjadi lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN Kota Medan merupakan kota yang berada di posisi strategis IMT-GT (Indonesia- Malaysia-Thailand Growt Triangle) dari keadaan itu pula kota Medan menjadi salah satu Kawasan Strategis Nasional.

Lebih terperinci

Persepsi Masyarakat terhadap Transportasi Umum di Jababodetabek

Persepsi Masyarakat terhadap Transportasi Umum di Jababodetabek TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Persepsi Masyarakat terhadap Transportasi Umum di Jababodetabek Salwa B. Gustina Program Magister Rancang Kota, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Umum

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Umum BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Salah satu permasalahan penting yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan Kota Bandung adalah permasalahan transportasi. Transportasi adalah penunjang fungsi sosial ekonomi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Peranan tersebut menjadikan angkutan umum perkotaan sebagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Peranan tersebut menjadikan angkutan umum perkotaan sebagai aspek BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angkutan umum perkotaan merupakan bagian dari sistem transportasi perkotaan yang memegang peranan sangat penting dalam mendukung mobilitas masyarakat. Peranan tersebut

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB IV ANALISA PERENCANAAN BAB IV ANALISA PERENCANAAN 4.1. Analisa Non Fisik Adalah kegiatan yang mewadahi pelaku pengguna dengan tujuan dan kegiatannya sehingga menghasilkan besaran ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi kegiatannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kwala Bekala pada awalnya merupakan wilayah Kabupaten Deli Serdang. Kemudian, sesuai peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1973 tentang Perluasan Daerah

Lebih terperinci

BAB II STEP BY STEP, UNDERSTANDING THE WHOLE PICTURE

BAB II STEP BY STEP, UNDERSTANDING THE WHOLE PICTURE BAB II STEP BY STEP, UNDERSTANDING THE WHOLE PICTURE Pemograman merupakan bagian awal dari perencanaan yang terdiri dari kegiatan analisis dalam kaitan upaya pemecahan masalah desain. Pemograman dimulai

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Judul laporan tugas akhir yang dipilih oleh peneliti dapat dijabarkan dan didefinisikan sebagai berikut : Peremajaan adalah upaya untuk meningkatkan kualitas melalui

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya,

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, 130 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulkan sebagai berikut: 1. Kawasan Cihampelas termasuk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu keadaan tidak bergerak dari suatu kendaraan yang tidak bersifat

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu keadaan tidak bergerak dari suatu kendaraan yang tidak bersifat II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Parkir dan Pedestrian Menurut Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir, Direktorat Jenderal Perhubungan Darat (1996) yang menyatakan bahwa parkir adalah suatu

Lebih terperinci

LAPORAN PERANCANGAN ARSITEKTUR AKHIR PERANCANGAN STASIUN TERPADU MANGGARAI JAKARTA SELATAN CONTEXTUAL ARCHITECTURE

LAPORAN PERANCANGAN ARSITEKTUR AKHIR PERANCANGAN STASIUN TERPADU MANGGARAI JAKARTA SELATAN CONTEXTUAL ARCHITECTURE LAPORAN PERANCANGAN ARSITEKTUR AKHIR PERANCANGAN STASIUN TERPADU MANGGARAI JAKARTA SELATAN CONTEXTUAL ARCHITECTURE DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN GUNA MEMPEROLEH GELAR SARJANA TEKNIK ARSITEKTUR

Lebih terperinci

ANALISIS KESELAMATAN DAN KENYAMANAN PEMANFAATAN TROTOAR BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PEJALAN KAKI DI PENGGAL JALAN M.T. HARYONO KOTA SEMARANG

ANALISIS KESELAMATAN DAN KENYAMANAN PEMANFAATAN TROTOAR BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PEJALAN KAKI DI PENGGAL JALAN M.T. HARYONO KOTA SEMARANG ANALISIS KESELAMATAN DAN KENYAMANAN PEMANFAATAN TROTOAR BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PEJALAN KAKI DI PENGGAL JALAN M.T. HARYONO KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh : Arif Rahman Hakim L2D 303 283 JURUSAN

Lebih terperinci

BAB IV: KONSEP Konsep Bangunan Terhadap Tema.

BAB IV: KONSEP Konsep Bangunan Terhadap Tema. BAB IV: KONSEP 4.1. Konsep Bangunan Terhadap Tema Kawasan Manggarai, menurut rencana pemprov DKI Jakarta akan dijadikan sebagai kawasan perekonomian terpadu dengan berbagai kelengkapan fasilitas. Fasilitas

Lebih terperinci

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN STASIUN KERETA API SOLO- BALAPAN DENGAN FASILITAS PENDUKUNG SHOPPING MALL DAN HOTEL BINTANG TIGA DI SURAKARTA PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan studi berupa temuantemuan yang dihasilkan selama proses analisis berlangsung yang sesuai dengan tujuan dan sasaran studi,

Lebih terperinci

Studi Kemacetan Lalu Lintas Di Pusat Kota Ratahan ABSTRAK

Studi Kemacetan Lalu Lintas Di Pusat Kota Ratahan ABSTRAK Studi Kemacetan Lalu Lintas Di Pusat Kota Ratahan Melisa Margareth 1, Papia J.C. Franklin 2, Fela Warouw 3 1 Mahasiswa S1 Program Studi Perencanaan Wilayah & Kota Universitas Sam Ratulangi Manado 2 & 3

Lebih terperinci

BAB VII PENUTUP 7.1 Kesimpulan

BAB VII PENUTUP 7.1 Kesimpulan BAB VII PENUTUP 7.1 Kesimpulan Dalam rangka menyelesaikan permasalahan Kota Administrasi Jakarta Pusat yang berupa peningkatan jumlah kendaraan pribadi, tingkat kemacetan, permasalahan guna lahan, dan

Lebih terperinci

Studi Demand Kereta Api Komuter Lawang-Kepanjen

Studi Demand Kereta Api Komuter Lawang-Kepanjen JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) E-47 Studi Demand Kereta Api Komuter Lawang-Kepanjen Rendy Prasetya Rachman dan Wahju Herijanto Jurusan Teknik Sipil, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pesawat terbang merupakan moda transportasi tercepat yang ada saat ini. Dengan kecepatan berkisar 500-900 km/jam, transportasi udara menggunakan pesawat terbang merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi adalah perpindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan oleh manusia atau mesin.

Lebih terperinci

Terdapat 3 (tiga) metode dalam memarkir kendaraan, diantaranya adalah:

Terdapat 3 (tiga) metode dalam memarkir kendaraan, diantaranya adalah: Parkir adalah suatu kondisi kendaraan yang berhenti atau tidak bergerak pada tempat tertentu yang telah ditentukan dan bersifat sementara, serta tidak digunakan untuk kepentingan menurunkan penumpang/orang

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN dan SARAN

BAB 5 KESIMPULAN dan SARAN 57 BAB 5 KESIMPULAN dan SARAN 5.1 Kesimpulan Penelitian Dari hasil penelitian didapat, bahwa: a. Penghuni kawasan multifungsi memiliki tingkat ketergantungan pada mobil pribadi pada kategori sedang-tinggi,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah maka akan bertambah pula taraf hidup masyarakat di daerah tersebut. Hal

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah maka akan bertambah pula taraf hidup masyarakat di daerah tersebut. Hal BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring bertambahnya populasi manusia dan peningkatan ekonomi suatu daerah maka akan bertambah pula taraf hidup masyarakat di daerah tersebut. Hal ini juga menimbulkan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR KESESUAIAN SISTEM TRANSPORTASI UMUM DI KOTA SURAKARTA TERHADAP KONSEP TRANSPORTATION FOR LIVABLE CITY

TUGAS AKHIR KESESUAIAN SISTEM TRANSPORTASI UMUM DI KOTA SURAKARTA TERHADAP KONSEP TRANSPORTATION FOR LIVABLE CITY TUGAS AKHIR KESESUAIAN SISTEM TRANSPORTASI UMUM DI KOTA SURAKARTA TERHADAP KONSEP TRANSPORTATION FOR LIVABLE CITY Diajukan Sebagai Syarat Untuk Mencapai Jenjang Sarjana Strata-1 Perencanaan Wilayah dan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA)

BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA) BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA) 5.1 Sirkulasi Kendaraan Pribadi Pembuatan akses baru menuju jalan yang selama ini belum berfungsi secara optimal, bertujuan untuk mengurangi kepadatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pedestrian berasal dari bahasa Yunani, dimana berasal dari kata pedos yang berarti kaki, sehingga pedestrian dapat diartikan sebagai pejalan kaki atau orang yang berjalan

Lebih terperinci

Muhammad Hidayat Isa, Mewujudkan Transportasi yang Berkelanjutan Melalui Seminar Nasional Cities 2014

Muhammad Hidayat Isa, Mewujudkan Transportasi yang Berkelanjutan Melalui Seminar Nasional Cities 2014 MEWUJUDKAN TRANSPORTASI YANG BERKELANJUTAN MELALUI PENGEMBANGAN KAWASAN TRANSIT BERBASIS TRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT (TOD) PADA KORIDOR SURABAYA- SIDOARJO Muhammad Hidayat Isa Ketut Dewi Martha Erli Handayeni,

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut: BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Building form Bentuk dasar yang akan digunakan dalam Kostel ini adalah bentuk persegi yang akan dikembangkan lebih lanjut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I- BAB I PENDAHULUAN.. LATAR BELAKANG Seiring dengan adanya peningkatan pola kehidupan dan aktivitas manusia, kebutuhan akan sarana dan prasarana yang lebih baik semakin besar pula. Tuntutan-tuntutan akan

Lebih terperinci