Baden-Powell dan Indonesia

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Baden-Powell dan Indonesia"

Transkripsi

1 Baden-Powell dan Indonesia Bagian I: Baden-Powell ke Indonesia Berthold Sinaulan Indonesia Scout Journalist*) Tulisan ini dipersiapkan untuk mengikuti Workshop Peningkatan Kapasitas Tenaga Bidang Kesejarahan bagi Penulis Sejarah yang diselenggarakan oleh Direktorat Sejarah, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, di Jakarta, pada 28 Februari sampai dengan 3 Maret 2017.

2 Pengantar Penulis: Bagi para anggota maupun mereka yang pernah mengikuti pendidikan kepanduan, yang kini di Indonesia diberi nama Gerakan Pramuka, nama Baden-Powell atau sering disingkat B-P sudah pasti tak asing lagi. Tokoh yang mendapat gelar Chief Scouts of the World atau Bapak Pandu Sedunia itu memang tak bisa terpisahkan dari sejarah kepanduan di dunia dan juga di Indonesia. Sayangnya, belum banyak informasi mengenai keterkaitan B-P dengan Indonesia. Bahkan sejarah kedatangannya ke Indonesia, juga masih belum terungkap dengan jelas. Tulisan ini merupakan bagian pertama tentang keterkaitan B-P dan Indonesia, yaitu meneliti ulang sejarah kedatangan B-P ke Indonesia pada Bagian kedua akan bercerita tentang B-P dan kontingen Pandu dari Hindia-Belanda ketika berlangsungnya Jambore Kepanduan Dunia ke-5 di Vogelenzang, Belanda, pada Saat itu, B-P menerima kontingen Hindia-Belanda dan dengan senang hati mendapat hadiah sebuah keris yang dinamakan Keris Majapahit. Sedangkan bagian ketiga nanti akan berkisah tentang masa awal 1960-an, ketika nama B-P sempat diupayakan dihapus dari gerakan kepanduan di Indonesia. Melalui Ketetapan MPRS Ketetapan MPRS No. II/MPRS/1960 yang antara lain isinya supaya kepanduan dibebaskan dari sisa-sisa Baden Powellisme, segala hal yang terkait dengan B-P dicoba dihapuskan. Sementara bagian keempat, akan menelusuri sejarah kembalinya B-P ke Indonesia.Ketika telah terjadi perubahan arah politik Indonesia, yang membolehkan kembali aktivitas terkait B-P diselenggarakan di Indonesia. Walaupun pada kenyataannya, proses ini masih harus berlangsung sedikit demi sedikit. +++ Baden-Powell atau sering disingkat B-P, bernama lengkap Robert Stephenson Smyth Baden- Powell, adalah seorang purnawirawan Angkatan Darat Kerajaan Inggris. Kelak B-P diberi anugerah gelar Lord sehingga namanya dikenal sebagai Lord Baden-Powell. Gelar kebangsawanan itu diberikan oleh Kerajaan Inggris atas jasa-jasanya menginovasi dan mendirikan gerakan pendidikan bagi anak-anak dan remaja, yang diadakan di luar iingkungan sekolah dan di luar sekolah, dan sebanyak mungkin dilaksanakan di alam terbuka. Gerakan pendidikan yang disebut Scouting (Kepanduan) itu akhirnya menyebar ke seluruh dunia, termasuk ke Indonesia. Di Indonesia, gerakan kepanduan dimulai pada pertengahan Adalah seorang pegawai jawatan meteorologi Belanda, P Joh Smits, yang membawanya ke Indonesia yang ketika itu masih bernama Hindia-Belanda dan memulainya dengan membentuk satu kelompok Pandu di Batavia (sekarang Jakarta). Gerakan itu berkembang demikian pesatnya, dan puluhan organisasi kepanduan tumbuh di Indonesia. Tertarik pada perkembangan pesat gerakan kepanduan di Hindia-Belanda, B-P akhirnya mengunjungi juga negeri ini pada Sayangnya, data tentang sejarah B-P dan Indonesia belum terungkap dengan cukup jelas. Sejauh ini, informasi yang dapat diakses banyak anggota Gerakan Pramuka tentang kedatangan B-P ke Indonesia adalah dalam buku Patah Tumbuh Hilang Berganti 75 Tahun Kepanduan dan Kepramukaan terbitan Kwartir Nasional (Kwarnas) Gerakan Pramuka (Jakarta, 1987). Namun dalam buku itu pun, kedatangan B-P hanya dimuat sekilas di halaman 25 dengan subjudul Peristiwa kedatangan Baden Powell dan Jambore Dunia. Di situ disebutkan,

3 Suatu peristiwa yang tidak mudah dilupakan adalah kedatangan Lord Baden Powell of Gilwell dan Lady Baden Powell di Indonesia, pada tanggal 3 Desember 1934, dalam rangka kunjungan keliling ke beberapa negara, waktu kembali dari Jambore di Australia. Baden Powell melihat keadaan dan perkembangan organisasi kepanduan di Indonesia, yang biarpun pada waktu itu Indonesia dijajah oleh Belanda, namun perkumpulan kepanduannya berkembang sangat pesat dan menggembirakan. Data itulah yang sering dikutip dalam berbagai tulisan, yang menyebutkan, kedatangan Lord Baden Powell of Gilwell dan Lady Baden Powell di Indonesia, pada tanggal 3 Desember Hasil cek ulang dengan sejumlah data lainnya, diperoleh kesimpulan bahwa ada kesalahan penulisan dalam buku terbitan Kwarnas itu. Pertama, penulisan nama Baden-Powell. Di dalam buku itu ditulis sebagai Baden Powell, padahal seharusnya Baden-Powell. Ada garis penghubung antara kata Baden dan Powell. Sampai saat ini, penulisan nama Baden-Powell memang masih kurang diperhatikan di Indonesia. Meski pun sebenarnya, tak terlalu sulit untuk mengetahui penulisan nama sebenarnya. Suatu hal yang juga telah dijelaskan panjang lebar oleh Tim Jeal, penulis biografi terkenal tentang Baden-Powell (Jeal, 2001). Jeal menjelaskan, ketika dilahirkan dan dibaptis sebagai anak penganut Kristiani, nama lengkapnya hanya Robert Stephenson Smyth Powell, anak dari Profesor HG Baden Powell dan istrinya, Henriette Grace Powell. Setelah sang ayah meninggal dunia ketika Robert Stephenson Smyth baru berusia 3 tahun, Henriette Grace mengubah nama keluarganya pada Perubahan nama keluarga itu dipengaruhi kondisi sosial di Inggris saat itu, di mana kabarnya banyak keluarga kelas menengah yang mengubah nama keluarganya agar bila ditulis atau dibaca menjadi lebih indah dan berkelas. Henrietta Grace pun memutuskan untuk menggunakan nama keluarga Baden-Powell, dan bukan sekadar Powell saja. Menyatukan dua nama suaminya Baden dan Powell dengan tanda garis penghubung, juga merupakan penghormatan yang dilakukan Henrietta kepada suaminya itu. Maka, kini putranya menggunakan nama lengkap Robert Stephenson Smyth Baden-Powell. Kedua, mengenai tanggal kedatangan Baden-Powell di Indonesia. Banyak yang mengutip buku Kwarnas itu dan menuliskan Baden-Powell datang pada 3 Desember 1934 sepulangnya dari perjalanan ke Australia. Sumber-sumber primer menunjukkan hal sebaliknya. Terbukti antara lain dari pemberitaan Bintang Timoer (BT), suratkabar di Batavia (nama Jakarta sewaktu Indonesia masih dijajah Belanda), serta Het Pandvindersblad, majalah resmi Nederlandsch-Indische Padvinders Vereegining, organisasi kepanduan yang diakui keberadaannya oleh Pemerintah Hindia- Belanda. Dalam rubrik Kota harian BT edisi 28 November 1934, terdapat berita berjudul Kedatangan Baden Powell Di Betawi. Di situ dituliskan: Programma penjamboetan pada Lord Baden Powell dilapangan B.B.W.S.pada hari Selasa 4 December djam 8 pagi sekarang dapat ditentoekan sebagai berikoet: Jang akan menoenggoe kedatengannja Chief dan Ladi Baden Powell semoea padvinders dan padvindsters kira-kira ada 1400 orang. Chief akan masoek dengan kendaraan sepandjang djalan jan teroetama, dan muziek akan mendengarkan lagoe-lagoe kebangsaan Inggeris.

4 Kemoedian tamoe-tamoe itoe disamboet oleh kolonel Dromaar, voorzitter dari H.B.I., Schook, voorzitter afdeelingbestuur di Bteawi, dan njonja Feuilletau de Bruyn, president afdeeling Betawi bagian anak perempoean. Setelah penjamboetan itoe orang akan mematahkan bendera, sementara lagoe kebangsaan Belanda akan didengarkan. Hoofdcommisssaris Padvidnersbond, toean Ranneft akan mengadakan pidato terhadadap (sic!) pada tamoe-tamoe itoe, begitoepoen hoofdcommissarese bagian perempoean, nona Siedenburg. Sementara pada Harian BT tertanggal 4 Desember 1934 terdapat berita berjudul Lord Baden Powell. Tiba di Batavia. Isi beritanya adalah: Tadi pagi kira-kira djam 8 dengan kapal K.P.M. Lord Baden Powell dan isterinja telah tiba Tandjoeng Priok. Di Tandjoeng Priok disamboet oleh toean GJ. Ranneft dll, sebagai wakil Bond Kepandoean. Dari Tandjoeng Priok teroes menoempang auto, menoedjoe ke lapangan Gambir (lapangan boeat patjoe koeda). Disini soedah berkoempoel pandoe dari berbagaibagai bangsa (Belanda, Tionghoa, dan Indonesiea). Mereka berbaris seperti biasa, oentoek memberikan penghormatan kepada Bapak Kepandoean. Kita taksir banjaknya pandoe atas 3000 orang. Tidak terhitoeng publiek jang djoega besar menjatakan perhatiannja. Koempoelan ito diramaikan oleh muziek militair. Pandoe-pandoe berbaris dengan pakai muziek, pedato-pedato tidak ketinggalan. Oleh pandoe-pandoe dipertoendjoekkan : Vlagbreken. Kemoedian toean Ranneft menjatakan selamat datang. Dari pihak kepandoean Indonesier dipertoendjoekan tari-tari : Badoei (Bantam) dan Wajang. Selandjoetnja pandoe-pandoe berbaris. Oleh Kabouters dilakoekan penghormatan kepada Chief Guide, bendera ditoeroenkan. Seteroesnja oleh Welpen dan penoentoennja benderabendera ditoereoenkan. Semoea anak-anak merasa girang. Kira-kira djam keramaian ditoetoep. Kedatangan Baden-Powell ke Batavia juga dapat dilacak dari informasi yang dituliskan pada buku Scouting for Boys Singapore-Malaysia Edition (Baden-Powell, 2004). Selain berisi catatan-catatan Baden-Powell yang kemudian dibukukan dalam Scouting for Boys, Kevin YL Tan juga menambahkan tulisan tentang kedatangan B-P di Malaya (Malaysia dan Singapura) pada 1934, yang kemudian dilanjutkan dengan perjalanan ke Hindia-Belanda. Dalam buku itu dijelaskan, Baden-Powell dan keluarganya yang mengadakan perjalanan keliling dunia tiba di Penang pada 22 November Kemudian setelah berkunjung ke Perak, Baden-Powell dan keluarganya melanjutkan perjalanan dengan kereta api ke Kuala Lumpur pada 26 November Selanjutnya, menggunakan kereta api lagi, Lord Baden- Powell beserta istri dan dua anak perempuannya, melanjutkan perjalanan dan tiba di Singapura pada 30 November Seusai mengunjungi Singapura, Baden-Powell dan keluarganya berangkat dari Singapura menuju Batavia, Hindia-Belanda, pada 2 Desember 1934, dengan menggunakan kapal laut Steam Ship (SS) Marella, sebuah kapal yang melayari rute Singapura Australia pergi dan pulang, dengan melewati Hindia-Belanda. Mengingat ketika itu perjalanan kapal laut dari Singapura ke Batavia tidak mungkin ditempuh dalam waktu satu hari, maka mustahil B-P dapat tiba di Batavia pada 3 Desember 1934.

5 Bahkan dalam Het Padvindersblad No.7/8 Tahun ke-20 Juli 1934 disebutkan, Zij vertrekken 27 October e.k. van Londen. Na een bezoek aan de padvindersorganisaties in vele platsen doen zij Batavia op 5 December, Semarang op 6 December en Soerabaja op 7 December aan. Slechts te Batavia staat een officieele P.V.-gebeurtenis op het programma. Alih-alih tiba 3 Desember atau 4 Desember 1934, di situ dituliskan B-P rencananya akan tiba di Batavia pada 5 Desember Suatu hal yang ternyata tidak benar, karena pemberitaan Harian BT menyebutkan B-P datang dan tiba di Batavia pada 4 Desember Selanjutnya mengenai, kehadiran B-P dan keluarganya yang ke Hindia-Belanda, sebelumnya disebutkan mereka tiba setelah kunjungannya ke Australia. Kenyataan, yang terjadi justru sebaliknya. Dari Hindia-Belanda itulah baru mereka melanjutkan perjalanan ke Australia. Harian BT edisi 7 Desember 1934 menuliskan dalam rubrik Kabaran berita berjudul Sir Baden Powell. Isi beritanya antara lain, Ini hari ditoenggoe datangnja di Soerabaja Chief Scout, Sir Baden Powell, jang berangkat dari Batavia dengan kapal Marella. Kapal tsb. akan membawanja teroes ke Australie oentoek menghadiri jamboree disana. Sebelumnya, pada BT edisi 25 Juli 1934 ada berita yang mengabarkan, Dari Java kedoea tamoe itoe akan berangkat ke Australie, akan menghadiri satoe jamboree di Melbourne.... Kedua berita itu diperkuat dengan pernyataan Heather Baden-Powell, salah satu anak B-P yang mengikuti perjalanan orangtuanya keliling dunia. Dalam biografinya berjudul Baden- Powell: A Family Album (London, 2007), Heather menulis bahwa setelah dari (Pulau) Jawa, menggunakan kapal laut SS Marella, Baden-Powell dan keluarganya melalui Laut Timor yang banyak ikan hiunya, singgah di Darwin dan seterusnya ke Melbourne, keduanya di Australia. Informasi yang melengkapi juga diperoleh dari situs web Scouts On Stamps Society International (SOSSI), wadah internasional bagi kolektor prangko dan benda filateli lainnya dengan tema kepanduan. Di situs web itu terdapat cap (stempel) pos khusus menyambut jambore di Australia yang dikunjungi B-P, yaitu cap pos bertanggal 24 Desember 1934 yang dikeluarkan oleh Kantor Pos Frankston, Victoria. Indonesia. Pengalaman pribadi penulis sendiri yang aktif di kepanduan Asia-Pasifik sejak 1995 sampai sekarang, penyelenggaraan jambore di Australia memang biasanya pada akhir Desember sampai awal Januari tahun berikutnya. Sehingga lebih masuk akal kalau pada awal Desember 1934, B-P dan keluarganya terlebih dulu datang ke Indonesia, dan baru setelah itu melanjutkan perjalanan ke Australia. +++ Bagian II: Baden-Powell dan Kontingen Hindia-Belanda di Jambore Kepanduan Sedunia 1937 di Vogelenzang, Belanda. Bagian III: Upaya Menghapus Nama Baden-Powell di Indonesia Bagian IV: Kembalinya Baden-Powell ke Indonesia

6 *) Indonesia Scout Journalist, adalah komunitas para Pramuka yang menyenangi kegiatan jurnalistik dan para jurnalis/pewarta yang senang meliput kegiatan kepramukaan. Secara resmi dibentuk di Jakarta pada 10 November 2016 berdasarkan Akta Notaris Benediktus Andy Widyanto SH Nomor 05 Tanggal 09 Desember 2016, dan terdaftar serta disahkan oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor AHU AH Tahun 2017 tertanggal 11 Januari Daftar Pustaka Baden-Powell, Heather. Baden-Powell: A Family Album. London: History Press Limted, 2007 Jeal, Tim. Baden-Powell The Founder of The Boy Scouts. (Special Edition, published to mark the worldwide centenary of Scouting). Yale Nota Bene, New Haven, Robert Baden-Powell. Scouting for Boys. Singapore-Malaysia Edition. Edited with Preface and Introductory Articles by Kevin YL Tan. Brownsea Service, Singapore, Sinaulan, Berthold DH. Yo, Ke Pramuka, Yo!!!. Kwartir Ranting Matraman, Jakarta Timur, Anggaran Dasar Gerakan Pramuka. Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Jakarta, Patah Tumbuh Hilang Berganti 75 Tahun Kepanduan dan Kepramukaan. Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Jakarta, Ringkasan Ketetapan Madjelis Permusjawaratan Rakjat Sementara Republik Indonesia. No. I dan II/MPRS/1960. Djakarta: M.P.R.S. dan Departemen Penerangan, Terbitan Berkala: Bintang Timoer. Harian umum di Batavia. Edisi 25 Juli 1934, 28 November 1934, 3 Desember 1934, 4 Desember 1934, dan 7 Desember Het Pandvindersblad. Majalah resmi Nederlandsch-Indische Padvinders Vereegining. Edisi No.1 Tahun ke-16 Januari 1930, No.2 Tahun ke-20 Februari 1934, No.7/8 Tahun ke-20 Juli 1934, No.9 Tahun ke-20 September 1934, No.11 Tahun ke-20 November 1934, No.12 Tahun ke-20 Desember 1934, No.1 Tahun ke-21 Januari 1935, dan No.2 Tahun ke-21 Februari 1935.

7 Situs web: Situs web resmi Scouts On Stamps Society International (SOSSI). Diakses pada 26 Desember 2016.

Mengenal Sosok Panutan dalam Perkembangan Karakter Pramuka Indonesia

Mengenal Sosok Panutan dalam Perkembangan Karakter Pramuka Indonesia Mengenal Sosok Panutan dalam Perkembangan Karakter Pramuka Indonesia Baden Powell lahir di London, Inggris pada tanggal 22 Februari 1857 dengan nama Robert Stephenson Smyth Baden Powell. Nama Baden Powell

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Smith Baden Powell yang kemudian lebih dikenal dengan Bapak Pandu Sedunia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Smith Baden Powell yang kemudian lebih dikenal dengan Bapak Pandu Sedunia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Munculnya gerakan kepanduan dunia dipelopori oleh Robert Stephenson Smith Baden Powell yang kemudian lebih dikenal dengan Bapak Pandu Sedunia (22 Februari 1857-8

Lebih terperinci

Sejarah Pengakap Dunia

Sejarah Pengakap Dunia Sejarah Pengakap Dunia Pengakap Dunia adalah bermula pada tahun 1907 di Pulau Brownsea, England. Pergerakan Pengakap bermula apabila satu perkhemahan untuk budak-budak lelaki di pulau tersebut. Perkhemahan

Lebih terperinci

Berikut pengertian masing-masing menurut Undang-undang Nomor 12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka:

Berikut pengertian masing-masing menurut Undang-undang Nomor 12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka: 1. Materi Pengetahuan Umum Kepramukaan untuk Penggalang Materi Pengetahuan Umum Kepramukaan adalah materi yang secara umum harus diketahui oleh pramuka, yang meliputi : Mengenal Pramuka Gerakan Pramuka

Lebih terperinci

Sejarah Gerakan Pramuka

Sejarah Gerakan Pramuka Sejarah Gerakan Pramuka Gerakan Pramuka lahir pada tahun 1961, jadi kalau akan menyimak latar belakang lahirnya Gerakan Pramuka, orang perlu mengkaji keadaan, kejadian dan peristiwa pada sekitar tahun

Lebih terperinci

PRINSIP DASAR KEPANDUAN SEDUNIA / GERAKAN PRAMUKA UNIVERSAL

PRINSIP DASAR KEPANDUAN SEDUNIA / GERAKAN PRAMUKA UNIVERSAL 1 PRINSIP DASAR KEPANDUAN SEDUNIA / GERAKAN PRAMUKA UNIVERSAL 2 BIDANG HUBUNGAN INTERNASIONAL FORUM KERJASAMA MENINGKATKAN PARTISIPASI KWARNAS KWARDA KETERLIBATAN TETAP KOMITMEN DUKUNG PROGRAM DAN KERJASAMA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini banyak membawa pengaruh positif maupun negatif bagi penggunanya. Apabila

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini banyak membawa pengaruh positif maupun negatif bagi penggunanya. Apabila BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Komunikasi) dewasa ini banyak membawa pengaruh positif maupun negatif bagi penggunanya. Apabila generasi muda

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA PERKUMPULAN FILATELIS INDONESIA ANGGARAN DASAR PERKUMPULAN FILATELIS INDONESIA PEMBUKAAN

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA PERKUMPULAN FILATELIS INDONESIA ANGGARAN DASAR PERKUMPULAN FILATELIS INDONESIA PEMBUKAAN ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA PERKUMPULAN FILATELIS INDONESIA ANGGARAN DASAR PERKUMPULAN FILATELIS INDONESIA PEMBUKAAN Penerbitan prangko pertama di dunia di Inggris tanggal 6 Mei 1840 membuka

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA TANJUNGPINANG PERKEMBANGAN KUNJUNGAN WISMAN KE KOTA TANJUNGPINANG SEPTEMBER 2016 Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang berkunjung ke Kota Tanjungpinang pada bulan 2016 mencapai

Lebih terperinci

Asyiknya Berolahraga Sepeda

Asyiknya Berolahraga Sepeda 3 Asyiknya Berolahraga Sepeda Pernahkah kamu mendengar kisah Heinz Stucke? Hampir 200 negara sudah ia kunjungi dengan mengendarai sepeda. Total jarak yang ditempuhnya dengan bersepeda lebih dari 415.000

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Sejarah Gerakan Pramuka Dunia

Sejarah Gerakan Pramuka Dunia Sejarah Gerakan Pramuka Dunia Kelahiran Gerakan Pramuka Dunia dimulai pada Tahun 1907 ketika Robert Baden Powell, seorang Letnan Jendral Angkatan Bersenjata Britania Raya, dan William Alexander Smith,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 65/11/12/Thn. XVIII, 2 November 215 PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA UTARA SEPTEMBER 215 A. PERKEMBANGAN PARIWISATA Jumlah wisatawan mancanegara (wisman)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kontrak perkebunan Deli yang didatangkan pada akhir abad ke-19.

BAB I PENDAHULUAN. kontrak perkebunan Deli yang didatangkan pada akhir abad ke-19. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Batubara merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten yang baru menginjak usia 8 tahun ini diresmikan tepatnya pada 15

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 3/5/12/Thn. XVIII, 4 Mei 215 PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA UTARA MARET 215 A. PERKEMBANGAN PARIWISATA Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang berkunjung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Palembang muncul sebagai Kesultanan Palembang sekitar pada tahun 1659 dan

I. PENDAHULUAN. Palembang muncul sebagai Kesultanan Palembang sekitar pada tahun 1659 dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Palembang merupakan salah satu wilayah terpenting yang berada di Sumatera dikarenakan keadaan geografinya yang kaya akan sumber daya alamnya dan didominasi oleh

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA UTARA NOVEMBER 2015

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA UTARA NOVEMBER 2015 BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 3/1/12/Th.XIX, 4 Januari 216 PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA UTARA NOVEMBER 215 A. PERKEMBANGAN PARIWISATA Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang berkunjung

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. da kerajaan Mataram, walaupun hanya sebatas diantara kalangan pemerintahan

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. da kerajaan Mataram, walaupun hanya sebatas diantara kalangan pemerintahan 14 BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 3.1 Sejarah Singkat Perusahaan Sejarah penyelenggaraan jasa perposan sudah dikenal sejak zaman kerajaan majapahit, kerajaan Sriwijaya, kerajaan Tarumenegara, mulawarna

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN NILAI-NILAI DEMOKRASI DALAM KEGIATAN PRAMUKA

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN NILAI-NILAI DEMOKRASI DALAM KEGIATAN PRAMUKA IMPLEMENTASI PENDIDIKAN NILAI-NILAI DEMOKRASI DALAM KEGIATAN PRAMUKA (Studi Kasus Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka Di SMP Negeri 1 Baturetno Kabupaten Wonogiri Tahun Ajaran 2012/2013) NASKAH PUBLIKASI

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA UTARA DESEMBER 2011

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA UTARA DESEMBER 2011 P BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 10/02/12 Th. XV, 01 Februari 2012 PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA UTARA DESEMBER 2011 A. PERKEMBANGAN PARIWISATA Jumlah wisatawan mancanegara (wisman)

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA UTARA NOVEMBER 2016

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA UTARA NOVEMBER 2016 BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 3/1/12/Thn. XX, 3 Januari 217 PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA UTARA NOVEMBER 216 Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang berkunjung di Sumatera Utara

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA UTARA OKTOBER 2015

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA UTARA OKTOBER 2015 BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 74/12/12/Thn. XVIII, 1 Desember 215 PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA UTARA OKTOBER 215 A. PERKEMBANGAN PARIWISATA Jumlah wisatawan mancanegara (wisman)

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA UTARA JULI 2017

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA UTARA JULI 2017 BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 52/09/12/Thn.XX, 04 September 2017 PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA UTARA JULI 2017 Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang berkunjung di Sumatera Utara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gerakan Pramuka merupakan nama organisasi pendidikan nonformal yang menyelenggarakan pendidikan kepanduan yang dilaksanakan di berbagai Negara. Kata "Pramuka" merupakan

Lebih terperinci

2. Title Bagian ini akan ditampilkan setelah bulatan menjadi besar kembali dan peta berubah menjadi judul film Djakarta Tempo Doeloe.

2. Title Bagian ini akan ditampilkan setelah bulatan menjadi besar kembali dan peta berubah menjadi judul film Djakarta Tempo Doeloe. 1 1.3.3 Treatment 1. Opening Film ini diawali dengan munculnya peta Negara Indonesia, kemudian muncul sebuah bulatan yang akan memfokuskan peta tersebut pada bagian peta Pulau Jawa. Selanjutnya, bulatan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI (OBYEK PENELITIAN)

BAB II DESKRIPSI (OBYEK PENELITIAN) BAB II DESKRIPSI (OBYEK PENELITIAN) 2.1 Sejarah Organisasi Scouting yang di Indonesia dikenal dengan istilah Kepramukaan, dikembangkan oleh Lord Baden Powell sebagai cara membina kaum muda di Inggris yang

Lebih terperinci

2016, No Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2015 tentang Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2

2016, No Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2015 tentang Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2 No.1052, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKUMHAM. Visa Kunjungan. Visa Tinggal Terbatas. Permohonan dan Pemberian. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA UTARA FEBRUARI 2012

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA UTARA FEBRUARI 2012 P BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 23/04/12 Th. XV, 02 April 2012 PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA UTARA FEBRUARI 2012 A. PERKEMBANGAN PARIWISATA Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang

Lebih terperinci

pengalaman putra 'tokoh integrasi' Tionghoa Indonesia pada 1965

pengalaman putra 'tokoh integrasi' Tionghoa Indonesia pada 1965 'Dicina-cinakan' di jalan: pengalaman putra 'tokoh integrasi' Tionghoa Indonesia pada 1965 Endang NurdinBBC Indonesia 27 Oktober 2017 http://www.bbc.com/indonesia/dunia-41738253?ocid=wsindonesia.chat-apps.in-app-msg.whatsapp.trial.link1_.auin

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA TANJUNGPINANG No. 10/05/2172/Th.II, 2 Mei 2017 PERKEMBANGAN KUNJUNGAN WISMAN KE KOTA TANJUNGPINANG MARET 2017 Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang berkunjung ke Kota Tanjungpinang

Lebih terperinci

KEGIATAN TAHUN 2015 DAN RENCANA KEGIATAN TAHUN 2016

KEGIATAN TAHUN 2015 DAN RENCANA KEGIATAN TAHUN 2016 DIREKTORAT JENDERAL KEBUDAYAAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KEGIATAN TAHUN 2015 DAN RENCANA KEGIATAN TAHUN 2016 Direktorat Internalisasi Nilai dan Diplomasi Budaya Rapat Koordinasi Pusat dan Daerah

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA UTARA FEBRUARI 2015

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA UTARA FEBRUARI 2015 BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 26/4/12/Thn. XVIII, 1 April 215 PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA UTARA FEBRUARI 215 A. PERKEMBANGAN PARIWISATA Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA UTARA JUNI 2017

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA UTARA JUNI 2017 BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 44/8/12/Thn.XX, 1 Agustus 217 PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA UTARA JUNI 217 Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang berkunjung di Sumatera Utara melalui

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1661, 2014 KEMENDIKBUD. Buku Sejarah. Indonesia. Pencetakan. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130 TAHUN 2014 TENTANG PENCETAKAN BUKU

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA UTARA MEI 2016

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA UTARA MEI 2016 BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 36/7/12/Thn. XIX, 1 Juli 216 PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA UTARA MEI 216 A. PERKEMBANGAN PARIWISATA Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang berkunjung

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN KUNJUNGAN WISMAN KE KOTA BATAM DESEMBER 2015

PERKEMBANGAN KUNJUNGAN WISMAN KE KOTA BATAM DESEMBER 2015 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BATAM No. 05/02/2171/Th. IV, 1 Februari 2016 PERKEMBANGAN KUNJUNGAN WISMAN KE KOTA BATAM DESEMBER 2015 Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang berkunjung ke Kota Batam pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. organisasi-organisasi pergerakan yang lain. Budi Utomo, disamping dikenal

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. organisasi-organisasi pergerakan yang lain. Budi Utomo, disamping dikenal BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Munculnya berbagai perkumpulan atau organisasi berlandaskan pendidikan dan politik bertugas untuk mensejahterakan bangsa Indonesia terutama di bidang pendidikan agar

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA UTARA MARET 2014

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA UTARA MARET 2014 BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 29/5/12 Th. XVII, 1 Mei 214 PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA UTARA MARET 214 A. PERKEMBANGAN PARIWISATA Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang berkunjung

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA TANJUNGPINANG PERKEMBANGAN KUNJUNGAN WISMAN KE KOTA TANJUNGPINANG JULI 2016 Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang berkunjung ke Kota Tanjungpinang pada bulan mencapai 6.932

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.68, 2013 HUKUM. Keimigrasian. Administrasi. Pelaksanaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5409) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Landasan Teori 1. Transportasi Kereta Api Transportasi merupakan dasar untuk pembangunan ekonomi dan perkembangan masyarakat, serta pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN TRANSPORTASI DAN PARIWISATA FEBRUARI DI PROVINSI ACEH No. 20/04/Th. XVIII, 1 April Pada bulan ruari jumlah penumpang yang tercatat di bandar udara Sultan

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 58 TAHUN 1959 TENTANG KEDUDUKAN KEUANGAN KETUA, WAKIL KETUA, ANGGOTA DAN SEKRETARIS JENDERAL/SEKRETARIS DEWAN PERANCANG NASIONAL PRESIDEN, Menimbang : bahwa kedudukan keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Aceh memiliki kedudukan yang sangat strategis sebagai pusat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Aceh memiliki kedudukan yang sangat strategis sebagai pusat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aceh memiliki kedudukan yang sangat strategis sebagai pusat perdagangan. Aceh banyak menghasilkan lada dan tambang serta hasil hutan. Oleh karena itu, Belanda

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2015 TENTANG PERLAKUAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS PENYERAHAN JASA KEPELABUHANAN TERTENTU KEPADA PERUSAHAAN ANGKUTAN LAUT YANG MELAKUKAN KEGIATAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1994 TENTANG VISA IZIN MASUK, DAN IZIN KEIMIGRASIAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1994 TENTANG VISA IZIN MASUK, DAN IZIN KEIMIGRASIAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1994 TENTANG VISA IZIN MASUK, DAN IZIN KEIMIGRASIAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Undang-undang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2015 TENTANG PERLAKUAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS PENYERAHAN JASA KEPELABUHANAN TERTENTU KEPADA PERUSAHAAN ANGKUTAN LAUT YANG MELAKUKAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.118, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Penyelenggaraan. Pengusahaan. Angkutan Multimoda. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 8 TAHUN 2012 TENTANG

Lebih terperinci

Mengingat : Pasal-pasal 73, 89 dan 90 ayat 1 Undang-undang Dasar Sementara Republik Indonesia.

Mengingat : Pasal-pasal 73, 89 dan 90 ayat 1 Undang-undang Dasar Sementara Republik Indonesia. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 81 TAHUN 1958 (81/1958) TENTANG KEDUDUKAN KEUANGAN KETUA, WAKIL KETUA DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT *) Presiden Republik Indonesia, Menimbang : Bahwa Undang-undang

Lebih terperinci

ADIK-ADIK PRAMUKA YANG SAYA BANGGAKAN DI SELURUH INDONESIA, WABARAKATUH, SALAM SEJAHTERA BAGI KITA SEMUA, SALAM PRAMUKA,

ADIK-ADIK PRAMUKA YANG SAYA BANGGAKAN DI SELURUH INDONESIA, WABARAKATUH, SALAM SEJAHTERA BAGI KITA SEMUA, SALAM PRAMUKA, ADIK-ADIK PRAMUKA YANG SAYA BANGGAKAN DI SELURUH INDONESIA, KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA SAMBUTAN KETUA KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA PADA PERINGATAN HARI PRAMUKA KE 56 TAHUN 2017 YANG TERHORMAT,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA UTARA FEBRUARI 2017

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA UTARA FEBRUARI 2017 BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 2/4/12/Thn.XX, 3 April 217 PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA UTARA FEBRUARI 217 Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang berkunjung di Sumatera Utara melalui

Lebih terperinci

BAB II RUANG LINGKUP PERUSAHAAN. Berdasarkan Sejarah Pos dan Telekomunikasi di Indonesia Kantor Pos

BAB II RUANG LINGKUP PERUSAHAAN. Berdasarkan Sejarah Pos dan Telekomunikasi di Indonesia Kantor Pos BAB II RUANG LINGKUP PERUSAHAAN 2.1. Sejarah PT. Pos Indonesia (Persero) Berdasarkan Sejarah Pos dan Telekomunikasi di Indonesia Kantor Pos yang pertama kali didirikan yaitu di Batavia (Jakarta) pada tanggal

Lebih terperinci

LAMPIRAN. PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 13 TAHUN 1947

LAMPIRAN. PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 13 TAHUN 1947 - 2 - LAMPIRAN. PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 13 TAHUN 1947 Pasal 1. Aturan Umum. 1. Biaya perjalanan dinas dibayar oleh Negeri dengan cara dan sebanyak jumlah-jumlah yang ditetapkan dalam peraturan ini.

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA UTARA MARET 2016

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA UTARA MARET 2016 BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 23/5/12/Thn. XIX, 2 Mei 216 PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA UTARA MARET 216 A. PERKEMBANGAN PARIWISATA Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang berkunjung

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH (PP) 1947 NO. 13) (13/1947) PERATURAN TENTANG ONGKOS JALAN UNTUK PEGAWAI NEGERI, YANG MELAKSANAKAN PERJALANAN DINAS.

PERATURAN PEMERINTAH (PP) 1947 NO. 13) (13/1947) PERATURAN TENTANG ONGKOS JALAN UNTUK PEGAWAI NEGERI, YANG MELAKSANAKAN PERJALANAN DINAS. PERATURAN PEMERINTAH (PP) 1947 NO. 13) (13/1947) PERATURAN TENTANG ONGKOS JALAN UNTUK PEGAWAI NEGERI, YANG MELAKSANAKAN PERJALANAN DINAS. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Menimbang: bahwa "Peraturan tentang

Lebih terperinci

A. PERKEMBANGAN EKSPOR/IMPOR MARET 2012

A. PERKEMBANGAN EKSPOR/IMPOR MARET 2012 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN EKSPOR/IMPOR MARET, TRANSPORTASI MARET- APRIL, PARIWISATA APRIL DI PROVINSI ACEH No.26/06/12/Th. XV, 1 Juni Nilai ekspor Provinsi Aceh pada bulan Maret

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA UTARA

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA UTARA BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 19/3/12/Thn. XVIII, 2 Maret 215 PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA UTARA JANUARI 215 A. PERKEMBANGAN PARIWISATA Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Keterlibatan Jepang dalam Perang Dunia II bukanlah sesuatu yang

PENDAHULUAN. Keterlibatan Jepang dalam Perang Dunia II bukanlah sesuatu yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterlibatan Jepang dalam Perang Dunia II bukanlah sesuatu yang datangnya tiba-tiba, namun merupakan puncak dari suatu proses. Berkembangnya negara-negara fasis

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA Nomor: 32 TAHUN 1994 (32/1994) TENTANG VISA, IZIN MASUK, DAN IZIN KEIMIGRASIAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA Nomor: 32 TAHUN 1994 (32/1994) TENTANG VISA, IZIN MASUK, DAN IZIN KEIMIGRASIAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA Nomor: 32 TAHUN 1994 (32/1994) TENTANG VISA, IZIN MASUK, DAN IZIN KEIMIGRASIAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA UTARA JANUARI 2016

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA UTARA JANUARI 2016 BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 15/3/12/Thn. XIX, 1 Maret 216 PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA UTARA JANUARI 216 A. PERKEMBANGAN PARIWISATA Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang berkunjung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terletak di Asia Tenggara dan secara geografis saling berdekatan. Kesamaan letak

BAB I PENDAHULUAN. terletak di Asia Tenggara dan secara geografis saling berdekatan. Kesamaan letak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia, Malaysia, dan Singapura merupakan negara-negara yang terletak di Asia Tenggara dan secara geografis saling berdekatan. Kesamaan letak geografis inilah yang

Lebih terperinci

PROGRAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SEKOLAH DASAR KELAS VI SEMESTER 1

PROGRAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SEKOLAH DASAR KELAS VI SEMESTER 1 PROGRAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SEKOLAH DASAR KELAS VI SEMESTER 1 1 MATA PELAJARAN : Bahasa Indonesia KELAS / SEMESTER : VI (enam) / 1 (satu) Standar Kompetensi : 1. Memahami teks dan cerita anak

Lebih terperinci

LAGU KEBANGSAAN INDONESIA RAYA DICIPTAKAN PADA TAHUN Written by Joesoef Adipatah Monday, 26 September :48 -

LAGU KEBANGSAAN INDONESIA RAYA DICIPTAKAN PADA TAHUN Written by Joesoef Adipatah Monday, 26 September :48 - Lagu Kebangsaan kita Indonesia Raya telah diciptakan oleh Pemuda Wage Rudolf Supratman jauh sebelum Indonesia merdeka. Lagu itu pertama kali dikumandangkan pada tanggal 28 Oktober disela sela acara konggres

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 32 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian Penelitian ini berlangsung pada kurun waktu September 2010 s.d. Maret 2011 selama 6 (enam) bulan. 2. Tempat Penelitian.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 212 TAHUN 1961 TENTANG KEDUDUKAN KEUANGAN KETUA, WAKIL KETUA, ANGGOTA DAN SEKRETARIS JENDERAL/SEKRETARIS DEWAN PERANCANG NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai

Lebih terperinci

Dari Pulau Bunga ke Pulau Dewa

Dari Pulau Bunga ke Pulau Dewa Dari Pulau Bunga ke Pulau Dewa Selasa, 24 Mei 2016 07:19 WIB KOMPAS/HANDINING Ilustrasi Pada tahun 1961 ayah saya menulis sebuah buku yang diberi judul Dari Pulau Bunga ke Pulau Dewa. Buku itu berisi semacam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kota Tanjung Balai adalah salah satu kota di provinsi Sumatera Utara.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kota Tanjung Balai adalah salah satu kota di provinsi Sumatera Utara. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kota Tanjung Balai adalah salah satu kota di provinsi Sumatera Utara. Luas wilayahnya 60 km. Kota ini berada ditepi Sungai Asahan, sebagai salah satu sungai terpanjang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA TANJUNGPINANG PERKEMBANGAN KUNJUNGAN WISMAN KE KOTA TANJUNGPINANG JUNI 2016 Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang berkunjung ke Kota Tanjungpinang pada bulan mencapai 7.930

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kekayaan yang luar biasa bagi bangsa Indonesia. 1

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kekayaan yang luar biasa bagi bangsa Indonesia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara maritim terbesar di dunia, yang memiliki lebih dari 17.000 (tujuh belas ribu) pulau yang membentang dari 6 LU sampai 11 LS dan 92 BT sampai

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No. 5742 KEUANGAN. PPN. Jasa Kepelabuhanan. Perusahaan Angkutan Laut. Luar Negeri. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 220). PENJELASAN ATAS

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 1956 TENTANG PERATURAN PERJALANAN DINAS DALAM NEGERI BAGI PARA MENTERI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 1956 TENTANG PERATURAN PERJALANAN DINAS DALAM NEGERI BAGI PARA MENTERI PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 1956 TENTANG PERATURAN PERJALANAN DINAS DALAM NEGERI BAGI PARA MENTERI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa di dalam "Peraturan yang mengatur

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA UTARA MARET 2017

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA UTARA MARET 2017 BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 24/05/12/Thn.XX, 02 Mei 2017 PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA UTARA MARET 2017 Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang berkunjung di Sumatera Utara melalui

Lebih terperinci

PROSEDUR TEKNIS PERMOHONAN DAN PEMBERIAN VISA KUNJUNGAN DAN VISA TINGGAL TERBATAS

PROSEDUR TEKNIS PERMOHONAN DAN PEMBERIAN VISA KUNJUNGAN DAN VISA TINGGAL TERBATAS PROSEDUR TEKNIS PERMOHONAN DAN PEMBERIAN VISA KUNJUNGAN DAN VISA TINGGAL TERBATAS Dasar hukum : Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 24 Tahun 2016 tentang Prosedur Teknis Permohonan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat ini sangat didukung oleh berbagai kecanggihan jaringan internet dan jaringan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. saat ini sangat didukung oleh berbagai kecanggihan jaringan internet dan jaringan lainnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Komunikasi sangat penting bagi kelancaran hidup manusia. Dewasa ini perkembangan alat komunikasi sangat pesat, bahkan dalam hitungan sepersekian detik saja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Laju pertumbuhan ekonomi di beberapa propinsi di Indonesia menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Laju pertumbuhan ekonomi di beberapa propinsi di Indonesia menunjukkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laju pertumbuhan ekonomi di beberapa propinsi di Indonesia menunjukkan peningkatan yang significan tiap tahunnya, hal ini nyata dilihat sejak digulirnya konsep otonomi

Lebih terperinci

Analisis Cerpen Kartu Pos dari Surga

Analisis Cerpen Kartu Pos dari Surga Analisis Cerpen Kartu Pos dari Surga A. Unsur Interensik 1. Tema Tema cerpen Kartu Pos dari Surga adalah kepercayaan seseorang yang menjadikan sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin. Ulasan Tema Tema

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 1956 TENTANG PERATURAN PERJALANAN DINAS DALAM NEGERI BAGI PARA MENTERI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 1956 TENTANG PERATURAN PERJALANAN DINAS DALAM NEGERI BAGI PARA MENTERI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 22 TAHUN 1956 TENTANG PERATURAN PERJALANAN DINAS DALAM NEGERI BAGI PARA MENTERI PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa di dalam "Peraturan yang mengatur penggantian biaya perjalanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Belanda, meskipun saat ini penggolongan penduduk telah dihapus semenjak adanya

BAB I PENDAHULUAN. Belanda, meskipun saat ini penggolongan penduduk telah dihapus semenjak adanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hukum waris yang berlaku di Indonesia dikenal sangat beragam, hal ini dikarenakan adanya pengaruh penggolongan penduduk yang pernah dilakukan pada masa Hindia Belanda,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN KUNJUNGAN WISMAN KE KOTA TANJUNGPINANG AGUSTUS 2016

PERKEMBANGAN KUNJUNGAN WISMAN KE KOTA TANJUNGPINANG AGUSTUS 2016 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA TANJUNGPINANG No. 10/10/2172/Th. I, 3 Oktober 2016 PERKEMBANGAN KUNJUNGAN WISMAN KE KOTA TANJUNGPINANG AGUSTUS 2016 Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang berkunjung ke Kota

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk dan Strategi Penelitian Mengacu pada permasalahan yang dirumuskan, maka bentuk penelitian ini adalah deskriptif naratif. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN SEPTEMBER 2016

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN SEPTEMBER 2016 PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR - IMPOR SUMATERA SELATAN MEI 2006 BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. / /Th., Mei 2007 No.61/11/16/Th.XVIII, 01 November PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Citra tokoh..., Vidya Dwina Paramita, FIB UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Citra tokoh..., Vidya Dwina Paramita, FIB UI, 2009 12 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak dengan segala problematika yang melingkupinya merupakan salah satu topik yang tidak ada habisnya dibahas. Dalam diri seorang anak, melekat hak untuk mendapat

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG NOMOR 32 TAHUN 1994 TENTANG VISA, IZIN, MASUK, DAN IZIN KEIMIGRASIAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG NOMOR 32 TAHUN 1994 TENTANG VISA, IZIN, MASUK, DAN IZIN KEIMIGRASIAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 32 TAHUN 1994 TENTANG VISA, IZIN, MASUK, DAN IZIN KEIMIGRASIAN PRESIDEN, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada Desember 1941, Jepang menyerang Honolulu, Hawai, negara bagian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada Desember 1941, Jepang menyerang Honolulu, Hawai, negara bagian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Desember 1941, Jepang menyerang Honolulu, Hawai, negara bagian ke-50 Amerika Serikat, dari udara. Pada waktu itu juga Amerika dan Inggris menyatakan perang

Lebih terperinci

Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman Direktorat Jenderal Kebudayaan 2014

Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman Direktorat Jenderal Kebudayaan 2014 Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman Direktorat Jenderal Kebudayaan 2014 Cagar Budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penetapan batas wilayah teritorial laut telah menjadi permasalahan antar negaranegara bertetangga sejak dulu. Kesepakatan mengenai batas teritorial adalah hal penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 dinyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 dinyatakan bahwa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 dinyatakan bahwa negara Indonesia adalah negara hukum. Hal tersebut memiliki makna bahwa negara Indonesia berdasarkan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1956 TENTANG PERJALANAN LUAR NEGERI TENAGA BANGSA ASING PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1956 TENTANG PERJALANAN LUAR NEGERI TENAGA BANGSA ASING PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 9 TAHUN 1956 TENTANG PERJALANAN LUAR NEGERI TENAGA BANGSA ASING PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa di samping perjalanan-perjalanan dinas ke-, dari dan di luar negeri yang diatur

Lebih terperinci

Pertemuan ke-3 Pembentukkan UUPA dan Pembangunan Hukum Tanah Nasional. Dr. Suryanti T. Arief SH.,MKn.,MBA

Pertemuan ke-3 Pembentukkan UUPA dan Pembangunan Hukum Tanah Nasional. Dr. Suryanti T. Arief SH.,MKn.,MBA Pertemuan ke-3 Pembentukkan UUPA dan Pembangunan Hukum Tanah Nasional Dr. Suryanti T. Arief SH.,MKn.,MBA FUNGSI UUPA 1. Menghapuskan dualisme, menciptakan unifikasi serta kodifikasi pada hukum (tanah)

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN KUNJUNGAN WISMAN KE KOTA BATAM FEBRUARI 2016

PERKEMBANGAN KUNJUNGAN WISMAN KE KOTA BATAM FEBRUARI 2016 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BATAM No. 11/04/2171/Th. IV, 1 April 2016 PERKEMBANGAN KUNJUNGAN WISMAN KE KOTA BATAM FEBRUARI 2016 Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang berkunjung ke Kota Batam pada bulan

Lebih terperinci

RPP: Alat Tranportasi SD Kelas IV/2 Bidang Studi IPS. Ridwan Effendi UPI Bandung 2009

RPP: Alat Tranportasi SD Kelas IV/2 Bidang Studi IPS. Ridwan Effendi UPI Bandung 2009 2009 RPP: Alat Tranportasi SD Kelas IV/2 Bidang Studi IPS Ridwan Effendi UPI Bandung 2009 Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester :.. : Ilmu Pengetahuan Sosial : IV/2 Pertemuan ke : 3 Alokasi Waktu

Lebih terperinci

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5208); 3. Peraturan Pemerintah Nomor

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5208); 3. Peraturan Pemerintah Nomor BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.430,2016 KEMENHUB. Jasa. Angkutan Penyeberangan. Pengaturan dan Pengendalian. Kendaraan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 27 TAHUN 2016 TENTANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan komunikasi sebagai kebutuhan utama untuk berhubungan satu dengan yang lain, surat menjadi sebuah alat atau media

Lebih terperinci

Trainers Club Indonesia Surabaya Learning Forum episode 28. Rabu 29 Juli 2009 WILLEM ISKANDAR

Trainers Club Indonesia Surabaya Learning Forum episode 28. Rabu 29 Juli 2009 WILLEM ISKANDAR WILLEM ISKANDAR Willem Iskandar adalah penulis terkenal dari Sumatra Utara, Indonesia. Ia menulis puisi dan buku-buku sekolah. Ia tertarik untuk mengajar dan belajar. Ia adalah seorang Sumatra pertama

Lebih terperinci