PERHITUNGAN NILAI CHART DATUM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERHITUNGAN NILAI CHART DATUM"

Transkripsi

1 PERHITUNGAN NILAI CHART DATUM STASIUN PASANG SURUT JEPARA BERDASARKAN PERIODE PERGERAKAN BULAN, BUMI, DAN MATAHARI MENGGUNAKAN DATA PASUT TAHUN 1994 S.D 2013 Isna Uswatun Khasanah a,*, Leni Sophia Heliani b a,* Alumni Jurusan Teknik Geodesi FT-UGM (isnauswatunkhasanah@yahoo.com) Jln. Grafika No. 2 Yogyakarta, Telp , geodesi@ugm.ac.id b Staf Pengajar Jurusan Teknik Geodesi FT-UGM Diterima: ; Dipublikasikan: Abstract The datum to which depths on a chart are referred is known as the chart datum. The determination of a chart datum is connected with the tides on a location. Tides on The Earth it is always changing in accordance with the position of the moon and the sun in its orbit which has a specific period. The aim of this research was to analysis the effect of moon, earth, and sun motions periods, those are: 1 month, 1 year, 8.85 years, and 18.6 yeas, to determination of the chart datum values.. The research was conducted using Jepara Tidal Station tidal data 1994 until 2013, obtained from BIG. The tidal data has been quality controled using a global test. The tidal harmonic analysis done by least-square methods using T_tide v 1.3, and the chart datum has been determined based on DISHIDROS and IHO equation s. The results from this research showed that the quality of 18.6 year tidal data of Jepara station was not good, since contain gap data almost 22.2 %. Therefore, the longest tidal data with good quality that is 14 year was used as a reference period instead of 18.6 year period. The tidal analys results showed that he longest periode tidal data can separate out more constituens in the tidal potential. Based on the obtained tidal constituens, the value of chart datum that generated using 14 years and 8.85 years tidal data are almost same and the difference of the varian value is smaller than the other periods. Finally, the optimum period of tidal data is 8.85 years, and the chart datum value for Jepara Tidal Station is cm based on DISHIDROS equation s and cm based on IHO equation s. Keywords: moon-sun-earth motions, tidal analysis, tidal harmonic constituens, chart datum Pendahuluan Muka surutan peta atau chart datum merupakan bidang referensi kedalaman untuk proses pemetaan di laut. Penentuan chart datum disuatu wilayah akan berbeda dengan penentuan chart datum di wilayah yang lain, karena chart datum sangat dipengaruhi oleh pergerakan muka air laut dalam hal ini gerakan pasang surut air laut di wilayah tersebut. Pasang surut air laut merupakan gerakan naik turunnya permukaan air laut secara periodik. Pergerakan tersebut disebabkan karena pengaruh gaya tarik menarik benda-benda angkasa, khususnya bulan dan matahari terhadap laut di berbagai tempat di bumi. Kedudukan atau pergerakan bulan, bumi, dan matahari bervariasi secara periodik sehingga bisa dihitung dan diketahui dengan teliti. Periode gerakan bulan, bumi, dan matahari tersebut adalah 1 bulan merupakan waktu yang dibutuhkan untuk bulan mengelilingi bumi, 1 tahun yang merupakan periode untuk bumi mengelilingi matahari, 8,85 tahun merupakan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan gerakan orbital presesi dan 18,6 tahun merupakan waktu yang dibutuhkan untuk berhimpitnya node bulan dan ekliptik (Ali, dkk, 1994). Proses pengolahan data pengamatan pasut yang memiliki periode berbeda akan menghasilkan konstanta harmonik pasut yang berbeda, yang 1

2 selanjutnya akan menghasilkan nilai Zo yang berbeda dan akhirnya mempengaruhi hitungan nilai chart datum. Tujuan dan manfaat penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh periode pengamatan pasut sesuai dengan periode pergerakan bulan, bumi, dan matahari terhadap perhitungan nilai chart datum sehingga nilai chart datum yang dihasilkan dapat digunakan sebagai referensi pemetaan di laut yang sesuai di wilayah Jepara. Studi kasus untuk penelitian ini adalah Stasiun pasut Jepara, dengan data pengamatan pasut periode panjang selama 20 tahun dari tahun 1994 s.d 2013 yang diperoleh dari Badan Informasi Geospasial (BIG). Analisis harmonik pasut menggunakan metode hitung kuadrat terkecil, dijalankan dengan aplikasi t_tide v.1.3, kemudian chart datum dihitung berdasarkan rumus DISHIDROS dan The International Hydrographic Organization (IHO). Metodologi Dalam penelitian ini menggunakan bahan berupa data pasut tahun 1994 s.d 2013 di Stasiun pasut Jepara (6⁰ LS, BT) dapat dilihat pada gambar 1. Data pasut dicuplik setiap 1 jam sehingga jumlah keseluruhan data adalah jam. Perangkat lunak untuk pengolahan data meliputi Microsoft Excel untuk kontrol kualitas dan aplikasi t_tide v.1.3 yang dijalankan dengan Matlab R2008a untuk proses analisis harmonik pasut. Gambar 1. Stasiun pasut Jepara Tahapan pelaksanaan penelitian disajikan dalam diagram alir gambar 2. Gambar 2. Diagram alir penelitian 1. Persiapan, kegiatan yang dilakukan antara lain penentuan lokasi penelitan, pengumpulan data penelitian, studi pustaka yang terkait dengan penelitian, dll. 2. Penanganan data pasut, meliputi keigatan : a. Konversi format data pasut, yaitu mengkonversi data pasut yang diperoleh dari BIG menjadi format yang bisa dibaca oleh t_tide v.1.3 yaitu format satu kolom ketinggian pasut. b. Pengecekan data kosong, yaitu mengecek data pasut perbulan yang memiliki data kosong. 3. Kontrol kualitas data, yaitu dengan uji global menggunakan tingkat kepercayaan 99,7% atau 3σ. Cara yang dilakukan adalah sebagai berikut : a. Melakukan prediksi untuk tahun yang sama menggunakan data pasut hasil pengamatan. Data prediksi ini merupakan data pasut dengan pola yang dianggap benar. 2

3 b. Menghitung selisih antara data ke-i dari data pengamatan pasut dengan data ke-i dari data prediksi. Nilai selisih ini sebagai nilai X. c. Menghitung nilai rata-rata kemudian menghitung standard deviasi dari selisih tersebut menggunakan persamaan (1). σ X i x n dimana : σ = (X i x ) (n 1) : standard deviasi : nilai data ke i (1) : nilai rata-rata data setiap tahun : jumlah data + d. Menentukan batas 3σ untuk data yang akan dikontrol kualitasnya menggunakan persamaan (2) dan (3). Batas Kanan = (x + 3σ ) (2) Batas Kiri = (x 3σ ) (3) e. Melakukan pengecekan data pasut, apabila + nilai X terletak antara batas 3σ maka data tersebut memiliki kualitas baik dan dapat digunakan untuk proses analisis harmonik. Apabila nilai X terletak diluar batas + 3σ maka data tersebut dibuang dan diganti dengan Not a Number (NaN). 4. Pengelompokan data pasut, yaitu berdasarkan periode pergerakan bulan, bumi dan matahari menjadi 4 kelompok data meliputi : a. Kelompok data periode 1 bulan, yaitu berdasarkan peristiwa revolusi bulan terhadap bumi. b. Kelompok data periode 1 tahun, yaitu berdasarkan peristiwa revolusi bumi terhadap matahari. c. Kelompok data periode 8,85 tahun, yaitu berdasarkan gerakan orbital presesi. d. Kelompok data periode 18,6 tahun, yaitu berdasarkan peristiwa nodal presesi. 5. Analisis harmonik pasut Analisis harmonik pasut adalah suatu proses pengolahan data pasut untuk mendapatkan nilai amplitudo dan beda fase konstanta harmonik pasut. Proses analisis harmonik pasut dengan aplkasi t-tide menggunakan konsep metode hitung kuadrat terkecil (least square). Aplikasi t-tide dijalankan dengan Matlab R2008a. Variasi tinggi muka air laut di lokasi tertentu dapat dinyatakan sebagai hasil dari superposisi dari berbagai gelombang konstanta harmonik pasut. Tinggi muka air laut pada saat t dituliskan oleh Pawlowicz, et.al (2002) sebagai berikut : x(t) = B 0 + B i t + k=1,n a k e iσ kt+ a k e iσ k t (4) dalam hal ini : x(t) : tinggi muka air pada waktu t Bo : tinggi muka air rata-rata saat t = 0 B i t : tinggi muka air rata-rata saat t a k N σ k : amplitudo : konstituen pasut dengan bilangan Doodson : frekuensi yang diperoleh dari potensial Persamaan (4) dapat disederhanakan dengan pendekatan model pasut menggunakan pendekatan tradisional sinusoidal sebagai berikut : x(t) = B 0 + B i t + k=1,n A k cos(σ k t) + B k sin( σ k t) (5) dengan A k = a k + a k dan B k = a k - a k Prinsip analisis pasut dengan metode kuadral terkecil yaitu dengan meminimkan perbedaan sinyal komposit dan sinyal ukuran. Persamaan metode kuadrat terkecil dapat dilihat pada persamaan (6) sebagai berikut : k h(t) + v(t n ) = hm + i=1 A i cos(ω i t g i ) (6) dimana : h(t) Ai i gi hm t k : tinggi muka air fungsi dari waktu : amplitudo komponen ke-i : kecepatan sudut komponen ke-i : fase komponen ke-i : tinggi muka air rerata : waktu : jumlah komponen V(t n ) : residu Untuk dapat menggunakan aplikasi t-tide, maka dibuat script program. Script tersebut kemudian disimpan dengan format m.file pada folder yang sama dengan aplikasi t-tide dan data pasut yang akan diolah supaya script tersebut dapat dieksekusi. Apabila 3

4 script yang dibuat benar, maka program tersebut dapat dieksekusi dan menghasilkan nilai konstanta harmonik pasut serta dua gambar yaitu gambar pengeplotan data pasut yang diolah dan gambar hasil analisis harmonik. 6. Perhitungan nilai chart datum Chart datum adalah bidang permukaan acuan pada suatu perairan yang didefinisikan terletak dibawah permukaan air laut terendah yang mungkin terjadi. Chart datum digunakan sebagai dasar penentuan angka kedalaman pada peta bathimetri. Gambar chart datum ditujukan gambar 3. Perhitungan nilai chart datum dipengaruhi oleh besarnya Zo. Perhitungan nilai chart datum berdasarkan persamaan (7), sedangkan rumus menghitung Zo berdasarkan The International Hydrographic Organization (IHO) dan DISHIDROS dapat dilihat pada persamaan (8). Gambar 3. Kedudukan chart datum Persamaan untuk menghitung nilai chart datum: Dimana: CD = So Zo (7) CD : chart datum / muka surutan peta So : titik duduk tengah di atas titik nol palem Zo : jarak surutan peta n Zo = i=1 Ai (8) Menurut definisi IHO, Ai adalah amplitudo konstanta harmonik pasut ke-i yang signifikan, sedangkan menurut DISHIDROS Ai adalah amplitudo konstanta harmonik utama pasut yang jumlahnya ada 9 dan n adalah jumlah konstanta harmonik pasut. 7. Analisis hasil Analisis hasil perhitungan dilakukan terhadap nilai chart datum yang dihasilkan dari masing-masing kelompok data. Nilai chart datum masing-masing kelompok data dilihat apakah ada variasi dan perbedaan yang signifikan atau tidak. Kemudian menentukan periode optimal untuk menghitung nilai chart datum di Stasiun pasut Jepara, setelah itu melakukan analisis dan pemilihan nilai chart datum yang paling sesuai sebagai referensi pengukuran dan pemetaan di Stasiun pasut Jepara, Jawa Tengah. Hasil dan Pembahasan Hasil dan pembahasan pada penelitian ini meliputi kualitas data pasut, konstanta harmonik pasut, nilai chart datum dan rekomendasi nilai chart datum 1. Kualitas data pasut Kualitas data pasut untuk setiap kelompok data dapat dilihat pada tabel 1. 1 bulan Tabel 1. Kualitas data pasut penelitian Periode Jumlah data (jam) Data terisi Prosentase Data kosong Prosentase (Oktober 2013) ,52 % 1,48 % 1 tahun (2013) ,13 % 5,87 % 8,85 tahun ( ) ,5 % 11,5 % 18,6 tahun ( ) ,80 % 22,2 % Berdasarkan tabel 1, kualitas data periode 18,6 tahun memiliki data kosong lebih dari 20%. Berdasarkan percobaan yang dilakukan oleh peneliti, maka dapat dikatakan memiliki kualitas yang kurang baik. Hal tersebut akan mempengaruhi konstanta signifikan yang dihasilkan. Pangesti (2012) menyebutkan bahwa semakin lama pengamatan pasut yang memiliki kualitas data baik maka akan menghasilkan konstanta harmonik signifikan semakin banyak. Hal ini akan sangat berpengaruh terhadap perhitungan nilai chart datum. Berdasarkan hal tersebut maka pada penelitian ini mengelompokan periode terpanjang yang memiliki kualitas yang baik yaitu periode 14 tahun. Jumlah data periode 14 tahun jam dengan data isi jam atau 81,05% sedangkan data yang tertolak sebanyak jam atau 18.95%. 4

5 2. harmonik pasut a. Jumlah konstanta harmonik setiap kelompok data Perbedaan periode pengamatan pasut akan menghasilkan jumlah konstanta harmonik pasut yang berbeda. Hal ini disebabkan karena untuk memisahkan antara konstanta satu dengan konstanta yang lain, maka masing-masing konstanta harmonik mempunyai periode yang harus dipenuhi yaitu periode sinodiknya. Rekapitulasi jumlah konstanta yang dapat dihasilkan setiap periode dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Rekapitulasi jumlah konstanta harmonik Periode Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa jumlah konstanta harmonik yang paling sedikit merupakan hasil analisis dari pengamatan data pasut periode 1 bulan karena periode pengamatan 1 bulan adalah periode terpendek sehingga ada beberapa konstanta harmonik yang tidak bisa dihasilkan. Jumlah konstanta terbanyak dihasilkan oleh kelompok data dengan periode panjang yaitu periode 8,85 tahun, 14 tahun dan 18,6 tahun yaitu 69 konstanta. Aplikasi t_tide secara defaultnya hanya bisa menampilkan maksimal 69 konstanta harmonik yang terdiri dari 45 buah konstanta yang dipengaruhi oleh faktor astronomis dan 24 buah konstanta perairan dangkal (shallow water). Pada dasarnya aplikasi t_tide menyediakan 101 konstanta perairan dangkal yang dapat dimunculkan, akan tetapi default dari t_tide hanya mengeluarkan 24 konstanta perairan dangkal Jumlah kerena 24 konstanta tersebut merupakan konstanta yang memiliki pengaruh cukup besar (Pawlowicz, et.al, 2002). Signifikan non-signifikan 1 bulan tahun ,85 tahun tahun ,6 tahun harmonik pasut dikatakan signifikan apabila nilai amplitudo konstantanya lebih besar daripada nilai amplitudo errornya. Jumlah konstanta signifikan terbanyak yaitu 60 buah merupakan hasil dari analisis harmonik data periode 14 tahun. Hal ini dapat terjadi karena pada periode 14 tahun memiliki kualitas data yang baik dan periode pengamatannya panjang. Sedangkan konstanta non signifikan paling banyak dihasilkan dari periode data 18,6 tahun. Hal ini dapat terjadi karena kondisi data untuk periode 18,6 tahun memiliki banyak data kosong. b. harmonik utama setiap kelompok data Nilai amplitudo konstanta harmonik utama untuk setiap kelompok data adalah berbeda. amplitudo tersebut dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. harmonik utama 1 bulan 1 tahun Nilai amplitudo (cm) 8,85 tahun Nilai Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat bahwa setiap kelompok data dapat menghasilkan konstanta utama. Pada dasarnya untuk periode data 1 bulan belum dapat menghasilkan nilai konstanta harmonik utama berupa P1 dan K2 karena untuk memisahkan konstanta tersebut membutuhkan periode pengamatan 182 hari. Periode 182 hari dihitung berdasarkan periode sinodik, akan tetapi dengan menggunakan t_tide hal tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan inference yaitu untuk memperoleh konstanta P1 dan K2 dilakukan dengan mengalikan nilai amplitudo acuan dengan faktor pengalinya. Nilai amplitudo kosntanta harmonik utama setiap kelompok data adalah berbeda. perbedaan yang signifikan ditujukan pada nilai amplitudo konstanta harmonik periode 18,6 tahun. Untuk mengetahui pola 14 tahun 18,6 tahun K2 2,0816 3,1651 3,2398 2,7056 1,3895 N2 2,9091 3,2348 3,3515 3,0785 1,7261 S2 7,6487 6,4331 6,8953 6,5309 4,0383 M2 9,7247 8,4177 8,1932 7,8402 4,0383 K1 24, , , , ,6973 O1 10,0962 8,918 8,9584 7,6344 6,0508 P1 8,0773 7,3368 7,4665 7,3734 5,7001 M4 0,4257 0,348 0,28 0,2452 0,2737 MS4 0,3884 0,3361 0,3414 0,3217 0,

6 amplitudo yang dihasilkan dari periode panjang data pasut maka dilakukan beberapa percobaan, antara lain: 1. Percobaan satu Pada percobaan pertama dilakukan pengisian terhadap data kosong yang ada pada periode 18,6 tahun menggunakan data prediksi. percobaan ini dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4. Hasil percobaan satu Hasil dari Nilai amplitudo (cm) Periode 18,6 tahun data asli data interpolasi K1 15, ,5656 K2 1,3895 1,5386 M2 4,8649 4,2516 S2 4,0383 3,6891 O1 6,0508 5,9549 P1 5,7001 5,8659 N2 1,7261 1,322 M4 0,2737 0,2765 MS4 0,3302 0, Percobaan dua Pada percobaan kedua dilakukan pengelompokan data periode 18,6 tahun dari tahun 1995 s.d Hal ini dlakukan untuk melihat apakah ada perbedaan terhadap nilai amplitudo konstanta harmonik yang dihasilkan. Hasil percobaan kedua dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5. Hasil percobaan dua 3. Percobaan tiga Utama Nilai Amplitudo (cm) K1 14,0048 K2 1,1227 M2 4,454 S2 3,4107 O1 5,0059 P1 5,3149 N2 1,759 M4 0,2131 MS4 0,2901 Pada percobaan ketiga dilakukan pengelompokan untuk periode panjang selama 14 tahun, 15 tahun, 16 tahun dan 17 tahun untuk mengetahui pola dari nilai konstanta harmonik pasut. Hasil percobaan ketiga dapat dilhat pada tabel 6. Tabel 6. Hasil percobaan tiga Berdasarkan hasil percobaan dapat dlihat bahwa untuk percobaan pertama dan kedua yang merupakan percobaan periode panjang 18,6 tahun, menghasilkan nilai amplitudo konstanta harmonik yang relatif sama yaitu nilai amplitudo konstanta harmoniknya kecil dibandingkan dengan ketiga kelompok data pada penelitian. Untuk percobaan ketiga dapat dilihat bahwa semakin lama pengamatan data pasut, maka konstanta-konstanta harmonik yang dihasilkan semakin kecil. Hal tersebut dapat terjadi karena pada percobaan tiga, semakin panjang pengelompokan datanya maka semakin banyak jumlah data kosongnya. Hanya untuk periode 14 tahun memiliki jumlah data kosong kurang dari 20%. Perbedaan nilai amplitudo yang dihasilkan oleh kelompok data periode panjang dapat disebabkan karena faktor astronomis, pengaruh non linier, dan variasi dari topografi bawah laut. Semakin lama pengamatan data pasut maka faktor-faktor penyebab pasut akan dapat teridentifkasi sehingga konstanta-konstanta harmonik pasut yang dihasilkan semakin banyak (Zuke, et.al, 1996). Oleh karena semakin banyaknya konstanta yang dihasilkan maka menyebabkan nilai-nilai amplitudo konstanta harmonik 14 tahun 15 semakin kecil. Nilai amplitudo (cm) tahun 16 tahun 17 tahun K1 23, , , ,7509 K2 2,7056 2,3044 1,9204 1,7871 M2 7,8402 7,2538 6,4834 6,4003 S2 6,5309 5,9941 5,2623 5,2102 O1 7,6344 7,1071 6,4401 6,1807 P1 7,3734 7,0617 6,691 6,5722 N2 3,0785 2,8441 2,5341 2,5009 M4 0,2452 0,2424 0,2341 0,2362 MS4 0,3217 0,3203 0,314 0,3132 Pada penelitian yang dilakukan Zuke, et.al (1996) menunjukan bahwa walaupun nilai amplitudo konstanta harmonik yang dihasilkan dari data 6

7 pengamatan pasut periode panjang semakin kecil, akan tetapi perbedaan nilai amplitudo konstanta tersebut tidak terlalu berbeda secara signifikan. Perbedaan yang terjadi untuk hasil hitungan dari kelompok data 18,6 tahun pada penelitian ini dapat disebabkan karena data pengamatan pasut selama periode 18,6 tahun memiliki data kosong yang cukup banyak (lebih dari 20%) sehingga kualitasnya dapat dikatakan kurang baik. Berdasarkan hal tersebut, maka pada penelitan ini menetapkan periode pengamatan pasut selama 14 tahun sebagai periode yang dianggap dapat mewakili periode terpanjang yang memiliki kualitas baik. harmonik hasil hitungan data pasut periode 14 tahun adalah nilai konstanta yang dianggap benar, sehingga hasil hitungannya akan digunakan sebagai pertimbangan dalam penentuan waktu yang optimal untuk menentukan nilai chart datum. Untuk memudahkan proses analisis pola konstanta harmonik, maka dibuat grafik harmonik utama pasut setiap dapat dilihat pada gambar 4. amplitudo konstanta kelompok data yang M2). Hal ini dapat terjadi karena pada periode panjang ada peristiwa pergerakan orbital bulan dan nodal presesi sehingga faktor kecepatan sudut bulan dan kecepatan sudut matahari sangat mempengaruhi peristiwa pasang surut di permukaan bumi. Sedangkan untuk periode pendek 1 bulan dan 1 tahun terjadi peristiwa pergerakan revolusi bulan dan revolusi bumi sehingga faktor dalam mempengaruhi adalah faktor kecepatan sudut bulan. 3. Nilai chart datum yang lebih dominan terhadap kejadian pasut Hasil perhitungan nilai duduk tengah (So), jarak muka surutan peta (Zo) dan chart datum disajikan dalam tabel 7 kemudian grafik hasil hitungan nilai So, Zo dan Chart Datum (CD) disajikan pada gambar 5 dan 6. periode 1 Tabel 7. Hasil perhitungan nilai So, Zo, dan CD MSL (So) cm Zo (cm) CD (cm) DISHIDROS IHO DISHIDROS IHO bulan 95,3 65,75 74,33 29,54 20,96 1 tahun ,71 86,61 39,28 15,38 8,85 tahun 92,5 63,90 95,00 28,59-2,50 14 tahun 90,8 59,02 90,25 31,77 0,54 Gambar 4. Grafik amplitudo konstanta harmonik Berdasarkan gambar 4 dapat diketahui bahwa untuk masing-masing periode pengamatan pasut memiliki pola nilai amplitudo konstanta harmonik pasut hampir sama. Perbedaan terjadi pada pola pengaruh konstanta perairan dangkal (M4 dan MS4). Untuk periode 1 bulan dan 1 tahun pengaruh faktor M4 (kombinasi kecepatan sudut M2) lebih besar dibandingkan pengaruh MS4 (kombinasi percepatan sudut antara M2 dan S2). Untuk periode panjang 8,85 tahun, 14 tahun dan 18,6 tahun pengaruh yang disebabkan karena faktor MS4 (kombinasi percepatan sudut antara M2 dan S2) lebih besar dibandingkan dengan pengaruh M4 (kombinasi kecepatan sudut 18,6 tahun 91,1 40,14 61,94 50,95 29,15 Berikut grafik hasil hitungan nilai So, Zo dan Chart Datum (CD) : Gambar 5. Nilai So, Zo, dan CD (DISHIDROS) 7

8 Gambar 6. Nilai So, Zo, dan CD ( IHO) Nilai So (duduk tengah) atau MSL merupakan nilai rata-rata data pengamatan pasut dari masing-masing kelompok data. Nilai So terbesar adalah 102 cm dari kelompok data 1 tahun, yaitu tahun Untuk nilai So atau MSL yang paling rendah adalah 90,8 cm hasil dari hitungan data pasut periode 14 tahun. Nilai So sangat dipengaruhi oleh data pengamatan pasut di Stasiun pasut Jepara. Berdasarkan tabel 7 dan grafik nilai Zo (gambar 5 dan 6) dapat dilihat bahwa nilai Zo bervariasi. Hasil hitungan berdasarkan rumus DISHIDROS menunjukan bahwa nilai Zo yang terbesar dihasilkan oleh kelompok data 1 bulan, yaitu 65,7596 cm. sedangkan nilai Zo terkecil berdasarkan rumus DISHIDROS dihasilkan pada kelompok data terpanjang 18,6 tahun yaitu 40,1493 cm. Berdasarkan rumus IHO diperoleh nilai Zo terbesar dari kelompok data periode 8,85 tahun yaitu sebesar 95,0002 cm karena jumlah konstanta harmonik pasut yang signifikan adalah 59 buah. Kemudian untuk nilai Zo terkecil diperoleh dari kelompok data periode 18,6 tahun yaitu 61,9487 cm. Berdasarkan rumus IHO maupun DISHIDROS, hasil Zo dari kelompok data periode 18,6 tahun merupakan nilai Zo terkecil karena nilai amplitudo konstanta harmonik dari hasil analisis harmoniknya adalah kecil. Hal ini dapat disebabkan karena jumlah data pada periode 18,6 tahun banyak mengandung data kosong. Berdasarkan tabel 7 dan gambar 6 dapat dilihat bahwa nilai Zo atau jarak muka surutan peta berdasarkan rumus dari IHO hasil hitungan periode 8,85 tahun menghasilkan nilai chart datum negatif. Hal tersebut terjadi karena nilai So lebih kecil daripada nilai jarak muka surutan petanya (Zo). nilai chart datum maka dilakukan analisis perbandingan hasil. Analisis pertama terhadap nilai chart datum yang dihitung berdasarkan rumus DISHIDROS menunjukan bahwa ada 3 kelompok data yang menghasilkan nilai chart datum berdekatan yaitu periode 1 bulan sebesar 29,5904 cm, periode 8,85 tahun sebesar 28,5903cm dan periode 14 tahun sebesar 31,7724 cm. Pemilihan waktu yang optimal untuk menentukan chart datum di Stasiun pasut Jepara adalah periode 8,85 tahun. Alasannya adalah periode 8,85 tahun sama-sama periode panjang sehingga dapat menghasilkan jumlah konstanta harmonik yang sama dengan periode 14 tahun. Oleh karena itu perode 8,85 tahun dikatakan lebih stabil dari pada periode 1 bulan. Nilai chart datum yang dihitung berdasarkan periode satu bulan belum konsisten atau belum stabil karena faktor yang mempengaruhi pasut yang dihitung menggunakan periode satu bulan belum dapat diuraikan secara lengkap dan apabila menghitung dengan data 1 bulan menggunakan bulan yang lain pada tahun yang sama, nilai amplitudo konstanta harmonik yang dihasilkan kemungkinan juga berbeda. Untuk membuktikan hal tersebut maka pada penelitian ini mencoba untuk menghitung nilai chart datum dari periode 1 bulan di bulan Januari tahun Kemudian membandingkan nilai chart datum yang dihasilkan. Nilai konstanta harmonik utama dan nilai perhitungan chart datum dari perhitungan data pasut periode 1 bulan di bulan Januari 2013 dapat dilihat pada tabel 8. Berdasarkan hitungan tersebut dapat dilihat bahwa nilai chart datum yang dihasilkan adalah berbeda. Berdasarkan tabel 8 dapat dilihat bahwa nilai chart datum yang dihasilkan dari periode bulan Januari 2013 adalah 49,7647 cm. Kemudian selisih dengan nilai chart datum periode 1 bulan di bulan Oktober 2013 adalah 20,2243 cm. Nilai chart datum yang dihasilkan menunjukan perbedaan yang signifikan walaupun lama pengamatan pasutnya sama-sama satu bulan. Untuk penentuan waktu optimal dalam menghitung 8

9 Tabel 8. harmonik dan hitungan chart datum periode Januari 2013 Utama Analisis kedua berdasarkan tabel 7 dapat dilihat bahwa nilai chart datum yang dihasilkan periode 1 tahun berbeda secara signifikan dengan periode 14 tahun. Hal tersebut dapat terjadi karena ada beberapa konstanta harmonik pasut yang belum dapat dikeluarkan dibandingkan dengan periode 8,85 tahun, 14 tahun dan 18,6 tahun. Selain itu, konstanta signifikan yang dihasilkan tidak terlalu banyak yaitu 44 konstanta karena walapun kualitas data 1 tahun baik tetapi waktu pengamatannya relatif pendek dibandingkan dengan periode 8,85 tahun, 14 tahun dan 18,6 tahun. signifikan akan sangat mempengaruhi hitungan Zo sehingga akan berpengaruh terhadap nilai chart datum. Oleh karena itu pada penelitian ini periode 1 tahun dianggap bukan periode yang optimal untuk menentukan nilai chart datum di Stasiun pasut Jepara. Analisis ketiga pemilihan waktu yang lebih optimal 8,85 tahun adalah dengan melihat selisih nilai jumlah varian amplitudo konstanta harmonik antara periode pengamatan data pasut 14 tahun dengan 4 kelompok data yang lain. Nilai varian dan selisih varian ditunjukan pada tabel 9. Amplitudo (A) (cm) K1 21,0832 K2 1,1353 M2 7,8566 S2 4,1715 O1 4,6663 P1 6,9771 N2 2,6962 M4 0,3538 MS4 0,1953 Hitungan Chart Datum Zo (cm) 49,1353 So (cm) 98,9 CD (cm) 49,7647 Berdasarkan tabel 9 menunjukan bahwa selisih nilai varian yang paling kecil adalah selisih antara periode 8,85 tahun dan 14 tahun. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dikatakan bahwa ketelitian konstanta harmonik hasil hitungan periode 8,85 tahun dan 14 tahun tidak terlalu berbeda. Oleh karena itu, waktu yang optimal dalam menghitung nilai chart datum di Stasiun pasut Jepara adalah periode 8,85 tahun. Tabel 9. Nilai varian dan selisih varian setiap kelompok data Tahun Varian (cm 2 ) Selisih Varian (cm 2 ) 14 tahun 0, bulan 6,1484 6, tahun 0,9336 0,8063 8,85 tahun 0,1588 0, ,6 tahun 0,4114 0, Rekomendasi nilai chart datum Pembuatan rekomendasi nilai chart datum dapat dikaitkan dengan data lama pengamatan pasut yang memiliki kualitas baik. Berdasarkan pengertian dari chart datum maka nilai chart datum merupakan nilai terendah di suatu perairan dan elevasi surutan tidak boleh rendah daripada chart datum. Periode terpanjang pengamatan pasut pada penelitian ini adalah 18,6 tahun. Pada periode 18,6 tahun menghasilkan nilai jarak muka surutan peta dari MSL paling kecil, sehingga menghasilkan nilai chart datum yang relatif besar yaitu 50,9507 cm (DISHIDROS) dan 29,1513 cm (IHO). Berdasarkan definisi chart datum maka nilai chart datum yang dihasilkan dari periode 18,6 tahun tidak dijadikan sebagai rekomendasi. Rekomendasi nilai chart datum berdasarkan hasil penelitian ini adalah nilai chart datum yang dihitung dari kelompok data 14 tahun. Nilai chart datum nya yaitu 31,7724 cm (DISHIDROS) dan 0,5418 cm (IHO), karena kelompok data ini merupakan kelompok data terpanjang yang memiliki kualitas baik dari data pengamatan pasut selama 20 tahun. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan pada penelitian ini adalah semakin lama pengamatan data pasut dengan kualitas baik maka akan menghasilkan semakin banyak konstanta harmonik signifikan yang akan mempengaruhi perhitungan nilai chart datum. Untuk itu, dalam penentuan waktu optimal dan rekomendasi nilai chart 9

10 datum harus memperhatikan lama pengamatan dan kualitasnya. Pada penelitian ini, hasil hitungan periode 18,6 tahun belum bisa digunakan untuk rekomendasi nilai chart datum karena kualitasnya yang kurang baik. Nilai chart datum di Stasiun pasut Jepara berdasarkan rumus DISHIDROS berkisar antara 28 cm s.d 51 cm, sedangkan berdasarkan rumus IHO nilainya berkisar antara -2 cm s.d 30 cm. Rekomendasi nilai chart datum untuk Stasiun pasut Jepara berdasarkan rumus DISHIDROS adalah 31,7724 cm dan 0,5418 cm apabila berdasarkan rumus IHO yang diperoleh dari periode data 14 tahun Saran untuk penelitian berikutnya adalah perlunya penelitian terkait pengolahan data pasut periode 18,6 tahun dengan kualitas yang baik. Untuk mengetahui perbedaan signifikan nilai amplitudo yang dihasilkan dari data 18,6 tahun dengan periode yang lain. Pengolahan data dapat menggunakan aplikasi untuk analisis harmonik selain t_tide. Ucapan terima kasih Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada Bayu Triyogo Widyantoro S.T dari Bidang Jaring Kontrol Gayaberat dan Pasang Surut, PJKGG, BIG yang telah memberikan banyak informasi dan data terkait pelaksanaan penelitian ini dan Anggun Wara Pangesti S.T yang telah memberikan banyak ilmu terkait pasang surut. Daftar Pustaka Ali, M., Mihardja D.K., dan Hadi, S., 1994, Pasang Surut Laut, Institut Teknologi Bandung, Bandung. Banna, F.S., 2013, Pengaruh Periodik Pergerakan Bumi, Bulan dan Matahari terhadap Pasang Surut dan MSL (Studi Kasus Stasiun Pasang Surut Surabaya, Jawa Timur), Skripsi,, Yogyakarta. BIG., 2014, Prediksi Pasang Surut 2014, Bidang Medan Gayaberat dan Pasang Surut, Pusat Jaring Kontrol Geodesi dan Geodinamika, Badan Informasi Geospasial, Cibinong. Foreman, MGG., 1996, Manual For Tidal Heights Analysis and Prediction, Institute of Ocean Sciences, Sidney, Pacific Marine Science Report Gill, S.K., dan Schultz, J.R., 2001, Tidal Datums and Their Aplications, National Ocean Service, Center for Operational Oceanographic Product and Service, U.S. Deapartment Of Commerce, NOAA Special Publication NOS CO-OPS1. Hijriana, M.U., 2011, Analisis Harmonik Pasut dan Penentuan Muka Surutan Peta Jaring Permanent Service For Mean Sea Level (PSMSL) untuk Wilayah Sumatera, Jawa dan Bali, Skripsi,, Yogyakarta. De Jong, C.D., 2002, Hydrography, VSSD Leeghwaterstraat 42, 2628 CA Delft, De Netherland. lications/hydrography_2ndedition_ebook_2010. pdf (akses tgl.12 Juni 2014) Joyosumarto, S., 2013, Pengaruh Datum Vertikal (Tidal Datum) dalam Delimitasi Batas Maritim, Jurusan Teknik Geodesi Fakultas Teknik,, Yogyakarta. Jun SHU, J., 2003, Prediction and Analysis of Tides and Tidal Current, School of Mechanical & Production Engineering, Nanyang Technological University. International Hydrographic Review Vol.4 No.2. Mahatmawati, D.A., dkk., 2009, Perbandingan Fluktuasi Muka Air laut Rerata (MLR) di Perairan Pantai Utara Jawa Timur dengan Perairan Pantai Selatan Jawa Timur, Jurnal Kelautan, Universitas Trunojoyo, ISSN : Pangesti, A.W., 2012, Pengaruh Lama Pengamatan Data Pasang Surut terhadap Penentuan Muka Surutan Peta (Studi Kasus Stasiun Prigi Jawa Timur), Skripsi,, Yogyakarta. Pawlowicz, R., Beardsley, B., dan Lentz, S., 2001, Tidal Analysis Toolbox, t_readme.m, t_tide Version 1.3b. Pawlowicz, R., Beardsley, B., dan Lentz, S., 2002, Classical Tidal Harmonik Analysis Including Error Estimates in Matlab using T_tide, Department of Earth and Oean Sciences, University of British Columbia and Woods Hole Oceanographic Institution, USA. 10

11 Rufaida, N.H., 2008, Perbandingan Metode Meast Square (Program World Tides dan Program Tifa) dengan Metode Admiralty dalam Analisis Pasang Surut, Tugas Akhir, Teknologi Bandung, Bandung. Oseanografi, Institut Sinaga, R.S.P., 2010, Analisis Perbandingan antara Data Pasut dan Prediksi Pasut untuk Pendefinisian LAT, Tugas Akhir, Teknik Geodesi dan Geomatika, Fakultas Ilm dan Teknologi Kebumian, Institut Teknologi Bandung, Bandung. Soeprapto., 1993, Pasang Surut Laut dan Chart Datum, Jurusan Teknik Geodesi, Fakultas Teknik, Yogyakarta. Soeprapto., 2001, Bahan Ajar Survei Hidrografi, Jurusan Teknik Geodesi, Fakultas Teknik, Yogyakarta. Tapo, R., 2003, Penentuan Chart Datum dengan Data Pasang Surut Tahun (Stasiun Pasut Ujung Pandang Sulawesi Selatan), Skripsi, Teknik Geodesi, Yogyakarta, Zuke, H., Chen Z., dan Si Hongye., 1996, Analysis of 19-year Tidal Data. Ocean University of Qingdao, China, Science in China, Vol.40 no.4. BIOGRAFI SINGKAT Leni Sophia Heliani ST, M.Sc. D.Sc menempuh studi Stara 1 (S1) Teknik Geodesi UGM pada tahun 1988 dan menyelesaikannya tahun Gelar Magister diperoleh dari Kyoto University, JAPAN dengan konsetrasi ilmu bidang Geodesi pada tahun 1999, kemudian gelar doctor didapatkan tahun 2003 dengan konsentrasi bidang ilmu teknik sipil di Kyoto University, JAPAN. Aktif sebagai Dosen jurusan Teknik Geodesi UGM dengan spesifikasi keahlian bidang geodesy dan hydrography. Selain itu aktif melakukan penelitian, pengabdian masyarakat serta publikasi artikel ilmiah dalam jurnal. Beliau berperan dalam merumuskan kebijakan publik yang berkaitan tentang Evaluasi dan pendefinisian Datum Geodesi (Pemetaan Horizontal) Indonesia 2013 yang bekerjasama dengan BIG. Isna Uswatun Khasanah ST menempuh studi Strata 1 (S1) Teknik Geodesi di pada tahun 2010 dan menyelesaikan studinya pada tahun Pada masa perkuliahan aktif dibeberapa organisasi kemahasiswaan meliputi himpunan mahasiswa tingkat jurusan (KMTG dan SKI), organisasi kerohanian fakultas (KMT) dan komunitas penerima beasiswa kementrian agama (Css-MoRA) di tingkat universitas. Selain itu aktif juga di lembaga keilmuan tingkat Fakultas (CT). Mulai awal perkuliahan sudah aktif mengikuti Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM) yang diadakan oleh DIKTI serta mengikuti perlombaan karya tulis ilmiah. Pada tahun 2013 sampai sekarang sedang mengikuti program fast track untuk studi Strata 2 (S2) program Magister Teknik Geomatika dengan konsentrasi Teknologi Survei Pemetaan. 11

Analisis Harmonik Pasang Surut untuk Menghitung Nilai Muka Surutan Peta (Chart Datum) Stasiun Pasut Sibolga

Analisis Harmonik Pasang Surut untuk Menghitung Nilai Muka Surutan Peta (Chart Datum) Stasiun Pasut Sibolga nalisis Harmonik Pasang Surut untuk Menghitung Nilai Muka Surutan Peta (Chart Datum) Stasiun Pasut Sibolga I. U. KHSNH 1*, S. WIRDINT 2 dan Q. GUVIL 3 1,3 Tenaga Pengajar Teknik Geodesi, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

I Elevasi Puncak Dermaga... 31

I Elevasi Puncak Dermaga... 31 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... v HALAMAN PERNYATAAN.. vi HALAMAN PERSEMBAHAN... vii INTISARI... viii ABSTRACT... ix KATA PENGANTAR...x DAFTAR ISI... xii DAFTAR GAMBAR... xvi DAFTAR

Lebih terperinci

Perbandingan Akurasi Prediksi Pasang Surut Antara Metode Admiralty dan Metode Least Square

Perbandingan Akurasi Prediksi Pasang Surut Antara Metode Admiralty dan Metode Least Square 1 Perbandingan Akurasi Prediksi Pasang Surut Antara Metode Admiralty dan Metode Least Square Miftakhul Ulum dan Khomsin Jurusan Teknik Geomatika, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi

Lebih terperinci

Oleh : Ida Ayu Rachmayanti, Yuwono, Danar Guruh. Program Studi Teknik Geomatika ITS Sukolilo, Surabaya

Oleh : Ida Ayu Rachmayanti, Yuwono, Danar Guruh. Program Studi Teknik Geomatika ITS Sukolilo, Surabaya PENENTUAN HWS (HIGH WATER SPRING) DENGAN MENGGUNAKAN KOMPONEN PASUT UNTUK PENENTUAN ELEVASI DERMAGA (Studi Kasus: Rencana Pembangunan Pelabuhan Teluk Lamong) Oleh : Ida Ayu Rachmayanti, Yuwono, Danar Guruh

Lebih terperinci

PERBANDINGAN AKURASI PREDIKSI PASANG SURUT ANTARA METODE ADMIRALTY DAN METODE LEAST SQUARE

PERBANDINGAN AKURASI PREDIKSI PASANG SURUT ANTARA METODE ADMIRALTY DAN METODE LEAST SQUARE Sidang Tugas Akhir PERBANDINGAN AKURASI PREDIKSI PASANG SURUT ANTARA METODE ADMIRALTY DAN METODE LEAST SQUARE Miftakhul Ulum 350710021 Pendahuluan 2 Latar Belakang Pasut fenomena periodik dapat diprediksi

Lebih terperinci

SPESIFIKASI PEKERJAAN SURVEI HIDROGRAFI Jurusan Survei dan Pemetaan UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI

SPESIFIKASI PEKERJAAN SURVEI HIDROGRAFI Jurusan Survei dan Pemetaan UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI SPESIFIKASI PEKERJAAN SURVEI HIDROGRAFI Jurusan Survei dan Pemetaan UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI Spesifikasi Pekerjaan Dalam pekerjaan survey hidrografi, spesifikasi pekerjaan sangat diperlukan dan

Lebih terperinci

BAB III PENGAMBILAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB III PENGAMBILAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB III PEGAMBILA DA PEGOLAHA DATA Pembahasan yang dilakukan pada penelitian ini, meliputi dua aspek, yaitu pengamatan data muka air dan pengolahan data muka air, yang akan dibahas dibawah ini sebagai

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PASANG SURUT DI PERAIRAN KALIANGET KEBUPATEN SUMENEP

KARAKTERISTIK PASANG SURUT DI PERAIRAN KALIANGET KEBUPATEN SUMENEP KARAKTERISTIK PASANG SURUT DI PERAIRAN KALIANGET KEBUPATEN SUMENEP Mifroul Tina Khotip 1, Aries Dwi Siswanto 2, Insafitri 2 1 Mahasiswa Program Studi Ilmu Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo

Lebih terperinci

PERBANDINGAN METODE LEAST SQUARE (PROGRAM WORLD TIDES DAN PROGRAM TIFA) DENGAN METODE ADMIRALTY DALAM ANALISIS PASANG SURUT TUGAS AKHIR

PERBANDINGAN METODE LEAST SQUARE (PROGRAM WORLD TIDES DAN PROGRAM TIFA) DENGAN METODE ADMIRALTY DALAM ANALISIS PASANG SURUT TUGAS AKHIR PERBANDINGAN METODE LEAST SQUARE (PROGRAM WORLD TIDES DAN PROGRAM TIFA) DENGAN METODE ADMIRALTY DALAM ANALISIS PASANG SURUT TUGAS AKHIR Disusun untuk memenuhi syarat kurikuler Program Sarjana Oseanografi

Lebih terperinci

PENGOLAHAN DATA PASANG SURUT DENGAN METODE ADMIRALTY

PENGOLAHAN DATA PASANG SURUT DENGAN METODE ADMIRALTY PENGOLAHAN DATA PASANG SURUT DENGAN METODE ADMIRALTY TUJUAN - Mahasiswa dapat memahamibagaimana cara pengolahan data pasang surut dengan metode Admiralty. - Mahasiswa dapat mengetahui nilai komponen harmonik

Lebih terperinci

IDA AYU RACHMAYANTI T.GEOMATIKA FTSP-ITS 2009

IDA AYU RACHMAYANTI T.GEOMATIKA FTSP-ITS 2009 IDA AYU RACHMAYANTI 3505 100 018 T.GEOMATIKA FTSP-ITS 2009 TUGAS AKHIR PENENTUAN HIGH WATER SPRING DENGAN MENGGUNAKAN KOMPONEN PASUT UNTUK PENENTUAN ELEVASI DERMAGA (Studi Kasus: Rencana Pelabuhan Teluk

Lebih terperinci

KONTRIBUSI KONSTANTA PASANG SURUT PERAIRAN DANGKAL TERHADAP PASANG SURUT DI SEKITAR PULAU JAWA

KONTRIBUSI KONSTANTA PASANG SURUT PERAIRAN DANGKAL TERHADAP PASANG SURUT DI SEKITAR PULAU JAWA KONTRIBUSI KONSTANTA PASANG SURUT PERAIRAN DANGKAL TERHADAP PASANG SURUT DI SEKITAR PULAU JAWA Abstrak Abdul Basith a,yudhono Prakoso b Abdul Basith a Staf Pengajar Jurusan Teknik Geodesi FT-UGM ( ) b

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pasang surut laut (pasut) merupakan suatu fenomena pergerakan naik turunnya permukaan air laut secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya

Lebih terperinci

Lampiran 1. Data komponen pasut dari DISHIDROS

Lampiran 1. Data komponen pasut dari DISHIDROS L A M P I R A N 46 Lampiran 1. Data komponen pasut dari DISHIDROS KOLAKA Posisi 4 3'6.65" 121 34'54.5" waktu GMT + 08.00 Gerakan pasut diramalkan terhadap suatu Muka Surutan yang letaknya 9 dm di bawah

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN METODA

BAB 2 DATA DAN METODA BAB 2 DATA DAN METODA 2.1 Pasut Laut Peristiwa pasang surut laut (pasut laut) adalah fenomena alami naik turunnya permukaan air laut secara periodik yang disebabkan oleh pengaruh gravitasi bendabenda-benda

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengukuran Beda Tinggi Antara Bench Mark Dengan Palem Dari hasil pengukuran beda tinggi dengan metode sipat datar didapatkan beda tinggi antara palem dan benchmark

Lebih terperinci

Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Jl. A. H. Nasution No. 264 Bandung

Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Jl. A. H. Nasution No. 264 Bandung ANALISIS KOMPONEN HARMONIK PENGAMATAN PASANG SURUT MENGGUNAKAN ALAT PENGAMAT PASANG SURUT BERBASIS SENSOR ULTRASONIK (STUDI KASUS: DESA UJUNG ALANG, KAMPUNG LAUT, CILACAP) ANALISIS KOMPONEN HARMONIK PENGAMATAN

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Platax Vol. 1:(3), Mei 2013 ISSN:

Jurnal Ilmiah Platax Vol. 1:(3), Mei 2013 ISSN: AMPLITUDO KONSTANTA PASANG SURUT M2, S2, K1, DAN O1 DI PERAIRAN SEKITAR KOTA BITUNG SULAWESI UTARA Amplitude of the Tidal Harmonic Constituents M2, S2, K1, and O1 in Waters Around the City of Bitung in

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN 25 III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan meliputi seluruh Perairan (Gambar 3.1). Pelaksanaan penelitian dimulai bulan Januari hingga Mei 2011. Pengambilan data

Lebih terperinci

STUDI KARAKTERISTIK DAN PERAMALAN PASANG SURUT PERAIRAN TAPAKTUAN, ACEH SELATAN Andhita Pipiet Christianti *), Heryoso Setiyono *), Azis Rifai *)

STUDI KARAKTERISTIK DAN PERAMALAN PASANG SURUT PERAIRAN TAPAKTUAN, ACEH SELATAN Andhita Pipiet Christianti *), Heryoso Setiyono *), Azis Rifai *) JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016, Halaman 441 446 Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jose STUDI KARAKTERISTIK DAN PERAMALAN PASANG SURUT PERAIRAN TAPAKTUAN, ACEH SELATAN

Lebih terperinci

Pengujian Ketelitian Hasil Pengamatan Pasang Surut dengan Sensor Ultrasonik (Studi Kasus: Desa Ujung Alang, Kampung Laut, Cilacap)

Pengujian Ketelitian Hasil Pengamatan Pasang Surut dengan Sensor Ultrasonik (Studi Kasus: Desa Ujung Alang, Kampung Laut, Cilacap) JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) G-212 Pengujian Ketelitian Hasil Pengamatan Pasang Surut dengan Sensor Ultrasonik (Studi Kasus: Desa Ujung Alang, Kampung Laut,

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Peta batimetri Labuan

Gambar 2.1 Peta batimetri Labuan BAB 2 DATA LINGKUNGAN 2.1 Batimetri Data batimetri adalah representasi dari kedalaman suatu perairan. Data ini diperoleh melalui pengukuran langsung di lapangan dengan menggunakan suatu proses yang disebut

Lebih terperinci

Tabel 4.1 Perbandingan parameter hasil pengolahan data dengan dan tanpa menggunakan moving average

Tabel 4.1 Perbandingan parameter hasil pengolahan data dengan dan tanpa menggunakan moving average BAB IV ANALISIS 4.1 Analisis terhadap Moving average Hasil pengolahan data menunjukan bahwa proses moving average tidak memberikan kontribusi yang signifikan terhadap nilai konstanta pasut laut yang dihasilkan

Lebih terperinci

Jurnal Geodesi Undip Oktober 2017

Jurnal Geodesi Undip Oktober 2017 PEMBUATAN PROGRAM PENENTUAN KONSTANTA HARMONIK DAN PREDIKSI DATA PASANG SURUT DENGAN MENGGUNAKAN VISUAL BASIC FOR APPLICATION (VBA) MS. EXCEL Fadhilla Shara Denafiar, Arief Laila Nugraha, Moehammad Awaluddin

Lebih terperinci

Pengertian Pasang Surut

Pengertian Pasang Surut Pengertian Pasang Surut Pasang surut adalah fluktuasi (gerakan naik turunnya) muka air laut secara berirama karena adanya gaya tarik benda-benda di lagit, terutama bulan dan matahari terhadap massa air

Lebih terperinci

ANALISIS SURUT ASTRONOMIS TERENDAH DI PERAIRAN SABANG, SIBOLGA, PADANG, CILACAP, DAN BENOA MENGGUNAKAN SUPERPOSISI KOMPONEN HARMONIK PASANG SURUT

ANALISIS SURUT ASTRONOMIS TERENDAH DI PERAIRAN SABANG, SIBOLGA, PADANG, CILACAP, DAN BENOA MENGGUNAKAN SUPERPOSISI KOMPONEN HARMONIK PASANG SURUT ANALISIS SURUT ASTRONOMIS TERENDAH DI PERAIRAN SABANG, SIBOLGA, PADANG, CILACAP, DAN BENOA MENGGUNAKAN SUPERPOSISI KOMPONEN HARMONIK PASANG SURUT Oleh: Gading Putra Hasibuan C64104081 PROGRAM STUDI ILMU

Lebih terperinci

Studi Proses Cyclostationarity untuk Prediksi Tinggi Pasut

Studi Proses Cyclostationarity untuk Prediksi Tinggi Pasut Jurnal Rekayasa LPPM Itenas No.3 Vol. XIV Institut Teknologi Nasional Juli September 2010 Studi Proses Cyclostationarity untuk Prediksi Tinggi Pasut NI MADE RAI RATIH CAHYA PERBANI Jurusan Teknik Geodesi

Lebih terperinci

Pembuatan Alur Pelayaran dalam Rencana Pelabuhan Marina Pantai Boom, Banyuwangi

Pembuatan Alur Pelayaran dalam Rencana Pelabuhan Marina Pantai Boom, Banyuwangi G186 Pembuatan Alur Pelayaran dalam Rencana Pelabuhan Marina Pantai Boom, Banyuwangi Muhammad Didi Darmawan, Khomsin Jurusan Teknik Geomatika, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi

Lebih terperinci

Pasang Surut Surabaya Selama Terjadi El-Nino

Pasang Surut Surabaya Selama Terjadi El-Nino Pasang Surut Surabaya Selama Terjadi El-Nino G181 Iva Ayu Rinjani dan Bangun Muljo Sukojo Jurusan Teknik Geomatika, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl.

Lebih terperinci

KONSTANTA PASUT PERAIRAN LAUT DI SEKITAR KEPULAUAN SANGIHE

KONSTANTA PASUT PERAIRAN LAUT DI SEKITAR KEPULAUAN SANGIHE KONSTANTA PASUT PERAIRAN LAUT DI SEKITAR KEPULAUAN SANGIHE (Tidal Constant of Marine Waters Around The Sangihe Archipelago) Sutrian A. Malo 1*, Gybert E. Mamuaya 1, Royke M. Rampengan 1 1. Program Studi

Lebih terperinci

BAB III 3. METODOLOGI

BAB III 3. METODOLOGI BAB III 3. METODOLOGI 3.1. Pasang Surut Pasang surut pada umumnya dikaitkan dengan proses naik turunnya muka laut dan gerak horizontal dari massa air secara berkala yang ditimbulkan oleh adanya gaya tarik

Lebih terperinci

PROSES DAN TIPE PASANG SURUT

PROSES DAN TIPE PASANG SURUT PROSES DAN TIPE PASANG SURUT MATA KULIAH: PENGELOLAAN LAHAN PASUT DAN LEBAK SUB POKOK BAHASAN: PROSES DAN TIPE PASANG SURUT Oleh: Ir. MUHAMMAD MAHBUB, MP PS Ilmu Tanah Fakultas Pertanian UNLAM Pengertian

Lebih terperinci

BAB 1 Pendahuluan 1.1.Latar Belakang

BAB 1 Pendahuluan 1.1.Latar Belakang BAB 1 Pendahuluan 1.1.Latar Belakang Perubahan vertikal muka air laut secara periodik pada sembarang tempat di pesisir atau di lautan merupakan fenomena alam yang dapat dikuantifikasi. Fenomena tersebut

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI TEKNIK GEODESI DAN GEOMATIKA FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

PROGRAM STUDI TEKNIK GEODESI DAN GEOMATIKA FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG PENGAMATAN DAN ANALISIS DATA PASUT DAN ARUS DI KAWASAN PESISIT KECAMATAN MUARA GEMBONG, KABUPATEN BEKASI, JAWA BARAT. TUGAS AKHIR Karya tulis ilmiah yang diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar

Lebih terperinci

PROSES DAN TIPE PASANG SURUT

PROSES DAN TIPE PASANG SURUT MATA KULIAH: PENGELOLAAN LAHAN PASUT DAN LEBAK SUB POKOK BAHASAN: PROSES DAN TIPE PASANG SURUT Oleh: Ir. MUHAMMAD MAHBUB, MP PS Ilmu Tanah Fakultas Pertanian UNLAM Pengertian Pasang Surut Pasang surut

Lebih terperinci

Karakteristik Pasang Surut di Alur Pelayaran Sungai Musi Menggunakan Metode Admiralty

Karakteristik Pasang Surut di Alur Pelayaran Sungai Musi Menggunakan Metode Admiralty 1 N Nurisman et al. / Maspari Journal 04 (2012) 110-115 Maspari Journal, 2012, 4(1), 110-115 http://masparijournal.blogspot.com Karakteristik Pasang Surut di Alur Pelayaran Sungai Musi Menggunakan Metode

Lebih terperinci

Jurnal Geodesi Undip Agustus 2013

Jurnal Geodesi Undip Agustus 2013 PEMBUATAN APLIKASI PENGOLAH KOMPONEN PASUT METODE PERATAAN KUADRAT TERKECIL BERBASIS WEB Agung Setiawan 1), Andri Suprayogi, ST., MT 2), Arief Laila Nugraha, ST., M.Eng 3) 1) Mahasiswa Teknik Geodesi Universitas

Lebih terperinci

PERAMALAN PASANG SURUT DI PERAIRAN PELABUHAN KUALA STABAS, KRUI, LAMPUNG BARAT

PERAMALAN PASANG SURUT DI PERAIRAN PELABUHAN KUALA STABAS, KRUI, LAMPUNG BARAT JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 4, Nomor 2, Tahun 2015, Halaman 508-515 Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jose PERAMALAN PASANG SURUT DI PERAIRAN PELABUHAN KUALA STABAS, KRUI, LAMPUNG BARAT

Lebih terperinci

Oleh: Ikhsan Dwi Affandi

Oleh: Ikhsan Dwi Affandi ANALISA PERUBAHAN NILAI MUKA AIR LAUT (SEA LEVEL RISE) TERKAIT DENGAN FENOMENA PEMANASAN GLOBAL (GLOBAL WARMING) ( Studi Kasus : Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya ) Oleh: Ikhsan Dwi Affandi 35 08 100 060

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA Abdurachim, A., 2002, Abidin, H. Z., 1995,

DAFTAR PUSTAKA Abdurachim, A., 2002, Abidin, H. Z., 1995, DAFTAR PUSTAKA Abdurachim, A., 2002, Dampak Kenaikan Muka Air Laut terhadap Penanganan Kawasan Permukiman, Seminar Nasional Pengaruh Global Warming terhadap Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Ditinjau dari

Lebih terperinci

STUDI PENENTUAN DRAFT DAN LEBAR IDEAL KAPAL TERHADAP ALUR PELAYARAN (Studi Kasus: Alur Pelayaran Barat Surabaya)

STUDI PENENTUAN DRAFT DAN LEBAR IDEAL KAPAL TERHADAP ALUR PELAYARAN (Studi Kasus: Alur Pelayaran Barat Surabaya) Studi Penentuan Draft dan Lebar Ideal Kapal Terhadap Alur Pelayaran STUDI PENENTUAN DRAFT DAN LEBAR IDEAL KAPAL TERHADAP ALUR PELAYARAN Putu Angga Bujana, Yuwono Jurusan Teknik Geomatika FTSP-ITS, Kampus

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN PEMBANGUNAN INDEKS KERENTANAN PANTAI

MODUL PELATIHAN PEMBANGUNAN INDEKS KERENTANAN PANTAI MODUL PELATIHAN PEMBANGUNAN INDEKS KERENTANAN PANTAI Modul Pengolahan Data Rata-rata Tunggang Pasut Disusun oleh : Asyari Adisaputra 2010 Pendahuluan Pasang surut laut merupakan suatu fenomena pergerakan

Lebih terperinci

ANALISA VARIASI HARMONIK PASANG SURUT DI PERAIRAN SURABAYA AKIBAT FENOMENA EL-NINO

ANALISA VARIASI HARMONIK PASANG SURUT DI PERAIRAN SURABAYA AKIBAT FENOMENA EL-NINO Bangun Muljo Sukojo 1, Iva Ayu Rinjani 1 1 Departemen Teknik Geomatika, FTSLK-ITS, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya, 60111, Indonesia e-mail: 1 bangun_ms@geodesy.its.ac.id Abstrak Pengaruh fenomena El Nino

Lebih terperinci

Jurnal Geodesi Undip April 2015

Jurnal Geodesi Undip April 2015 ANALISIS PASANG SURUT AIR LAUT MENGGUNAKAN DATA IOC (Intergovermental Oceanographic Comission) UNTUK MENENTUKAN CHART DATUM DI PERAIRAN CILACAP Nuardi Dwi Pradipta, Yudo Prasetyo, Arwan Putra Wijaya *)

Lebih terperinci

ANALISIS PASANG SURUT PERAIRAN MUARA SUNGAI MESJID DUMAI ABSTRACT. Keywords: Tidal range, harmonic analyze, Formzahl constant

ANALISIS PASANG SURUT PERAIRAN MUARA SUNGAI MESJID DUMAI ABSTRACT. Keywords: Tidal range, harmonic analyze, Formzahl constant : 48-55 ANALISIS PASANG SURUT PERAIRAN MUARA SUNGAI MESJID DUMAI Musrifin 1) 1) Staf Pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Universitas Raiu Diterima : 5 April 2011 Disetujui : 14 April 2011 ABSTRACT Tidal

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI SUNGAI DAN PASANG SURUT

BAB II LANDASAN TEORI SUNGAI DAN PASANG SURUT BAB II LANDASAN TEORI SUNGAI DAN PASANG SURUT 2.1 Sungai Sungai merupakan air larian alami yang terbentuk akibat siklus hidrologi. Sungai mengalir secara alami dari tempat yang tinggi menuju tempat yang

Lebih terperinci

PENENTUAN CHART DATUM DENGAN MENGGUNAKAN KOMPONEN PASUT UNTUK PENENTUAN KEDALAMAN KOLAM DERMAGA

PENENTUAN CHART DATUM DENGAN MENGGUNAKAN KOMPONEN PASUT UNTUK PENENTUAN KEDALAMAN KOLAM DERMAGA PENENTUAN CHART DATUM DENGAN MENGGUNAKAN KOMPONEN PASUT UNTUK PENENTUAN KEDALAMAN KOLAM DERMAGA PENENTUAN CHART DATUM DENGAN MENGGUNAKAN KOMPONEN PASUT UNTUK PENENTUAN KEDALAMAN KOLAM DERMAGA Oleh : Ari

Lebih terperinci

Puncak gelombang disebut pasang tinggi dan lembah gelombang disebut pasang rendah.

Puncak gelombang disebut pasang tinggi dan lembah gelombang disebut pasang rendah. PASANG SURUT Untuk apa data pasang surut Pengetahuan tentang pasang surut sangat diperlukan dalam transportasi laut, kegiatan di pelabuhan, pembangunan di daerah pesisir pantai, dan lain-lain. Mengingat

Lebih terperinci

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM PASANG SURUT

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM PASANG SURUT LAPORAN RESMI PRAKTIKUM PASANG SURUT MODUL I METODE ADMIRALTY Disusun Oleh : PRISMA GITA PUSPAPUAN 26020212120004 TIM ASISTEN MOHAMMAD IQBAL PRIMANANDA 26020210110028 KIRANA CANDRASARI 26020210120041 HAFIZ

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I1 Latar Belakang Pulau Bangka dan Belitung telah menjadi propinsi sendiri dengan keluarnya Undang-undang No 27 Tahun 2000 tentang Pembentukan Propinsi Kepulauan Bangka Belitung tepatnya

Lebih terperinci

KOMPARASI HASIL PENGAMATAN PASANG SURUT DI PERAIRAN PULAU PRAMUKA DAN KABUPATEN PATI DENGAN PREDIKSI PASANG SURUT TIDE MODEL DRIVER

KOMPARASI HASIL PENGAMATAN PASANG SURUT DI PERAIRAN PULAU PRAMUKA DAN KABUPATEN PATI DENGAN PREDIKSI PASANG SURUT TIDE MODEL DRIVER KOMPARASI HASIL PENGAMATAN PASANG SURUT DI PERAIRAN PULAU PRAMUKA DAN KABUPATEN PATI DENGAN PREDIKSI PASANG SURUT TIDE MODEL DRIVER Muhammad Ramdhan 1) 1) Peneliti pada Pusat Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

2 BAB II LANDASAN TEORI DAN DATA

2 BAB II LANDASAN TEORI DAN DATA 2 BAB II LANDASAN TEORI DAN DATA 2.1 Pasut Laut Fenomena pasang dan surutnya muka air laut biasa disebut sebagai pasut laut (ocean tide). Pasut terjadi dikarenakan oleh perbedaan gaya gravitasi dari pergantian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Informasi pasang surut (pasut) laut dibutuhkan bagi Indonesia sebagai salah satu negara kepulauan di dunia yang memiliki wilayah perairan yang cukup luas. Luas laut

Lebih terperinci

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman Online di :

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman Online di : JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman 214-220 Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jose Studi Tipe Pasang Surut di Pulau Parang Kepulauan Karimunjawa Jepara Jawa Tengah

Lebih terperinci

Studi Tipe Pasang Surut di Pulau Parang Kepulauan Karimunjawa Jepara, Jawa Tengah

Studi Tipe Pasang Surut di Pulau Parang Kepulauan Karimunjawa Jepara, Jawa Tengah Buletin Oseanografi Marina April 03. vol. 6-67 Studi Tipe Pasang Surut di Pulau Parang Kepulauan Karimunjawa Jepara, Jawa Tengah Lucy Amellia Lisnawati *), Baskoro Rochaddi *), Dwi Haryo Ismunarti *) *)

Lebih terperinci

STUDI KENAIKAN MUKA AIR LAUT DI PERAIRAN KENDAL

STUDI KENAIKAN MUKA AIR LAUT DI PERAIRAN KENDAL JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014, Halaman 535 539 Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jose STUDI KENAIKAN MUKA AIR LAUT DI PERAIRAN KENDAL Gisela Dinda Kresteva, Baskoro

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV DATA DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV DATA DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Data Pengamatan Pasang Surut Untuk menerapkan perhitungan dan mendapatkan tujuan tugas akhir ini, pada Tabel 4.1 dan Gambar 4.1 dapat dilihat lokasi dan panjang data

Lebih terperinci

Praktikum M.K. Oseanografi Hari / Tanggal : Dosen : 1. Nilai PASANG SURUT. Oleh. Nama : NIM :

Praktikum M.K. Oseanografi Hari / Tanggal : Dosen : 1. Nilai PASANG SURUT. Oleh. Nama : NIM : Praktikum M.K. Oseanografi Hari / Tanggal : Dosen : 1. 2. 3. Nilai PASANG SURUT Nama : NIM : Oleh JURUSAN PERIKANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA 2015 MODUL 5. PASANG SURUT TUJUAN

Lebih terperinci

Jurnal Geodesi Undip Januari 2016

Jurnal Geodesi Undip Januari 2016 ANALISIS HARMONIK DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK KUADRAT TERKECIL UNTUK PENENTUAN KOMPONEN-KOMPONEN PASUT DI WILAYAH LAUT SELATAN PULAU JAWA DARI SATELIT ALTIMETRI TOPEX/POSEIDON DAN JASON-1 Jaka Gumelar, Bandi

Lebih terperinci

PENENTUAN CHART DATUM DENGAN MENGGUNAKAN KOMPONEN PASUT UNTUK PENENTUAN KEDALAMAN KOLAM DERMAGA

PENENTUAN CHART DATUM DENGAN MENGGUNAKAN KOMPONEN PASUT UNTUK PENENTUAN KEDALAMAN KOLAM DERMAGA PENENTUAN CHART DATUM DENGAN MENGGUNAKAN KOMPONEN PASUT UNTUK PENENTUAN KEDALAMAN KOLAM DERMAGA Oleh : Ari Juna Benyamin, Danar Guruh, Yuwono Program Studi Teknik Geomatika ITS Sukolilo, Surabaya - 60111

Lebih terperinci

Pengamatan Pasang Surut Air Laut Sesaat Menggunakan GPS Metode Kinematik

Pengamatan Pasang Surut Air Laut Sesaat Menggunakan GPS Metode Kinematik JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6 No. 2, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) G-178 Pengamatan Pasang Surut Air Laut Sesaat Menggunakan GPS Metode Kinematik Ahmad Fawaiz Safi, Danar Guruh Pratomo, dan Mokhamad

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. I.2 Tujuan

PENDAHULUAN. I.2 Tujuan I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Menurut Ongkosongo (1989), pengetahuan mengenai pasang surut secara umum dapat memberikan informasi yang beraneka macam, baik untuk kepentingan ilmiah, maupun untuk pemanfaatan

Lebih terperinci

PRAKTIKUM 6 PENGOLAHAN DATA PASANG SURUT MENGGUNAKAN METODE ADMIRALTY

PRAKTIKUM 6 PENGOLAHAN DATA PASANG SURUT MENGGUNAKAN METODE ADMIRALTY PRAKTIKUM 6 PENGOLAHAN DATA PASANG SURUT MENGGUNAKAN METODE ADMIRALTY Tujuan Instruksional Khusus: Setelah mengikuti praktikum ini, mahasiswa mampu melakukan pengolahan data pasang surut (ocean tide) menggunakan

Lebih terperinci

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016, Halaman Online di :

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016, Halaman Online di : JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016, Halaman 447 451 Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jose Peramalan Pasang Surut di Perairan Ujungnegoro Kabupaten Batang Jawa Tengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi satelit altimetri pertama kali diperkenalkan oleh National Aeronautics and Space Administration (NASA)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi satelit altimetri pertama kali diperkenalkan oleh National Aeronautics and Space Administration (NASA) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi satelit altimetri pertama kali diperkenalkan oleh National Aeronautics and Space Administration (NASA) pada tahun 1973. Saat ini, satelit altimetri mempunyai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daerah Penelitian Kecamatan Muara Gembong merupakan daerah pesisir di Kabupaten Bekasi yang berada pada zona 48 M (5 0 59 12,8 LS ; 107 0 02 43,36 BT), dikelilingi oleh perairan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sea Level Rise atau yang biasa disebut SLR merupakan fenomena peningkatan volume air laut yang diakibatkan karena beberapa hal kompleks. Pada mulanya, SLR merupakan

Lebih terperinci

UJI KETELITIAN DATA KEDALAMAN PERAIRAN MENGGUNAKAN STANDAR IHO SP-44 DAN UJI STATISTIK (Studi Kasus : Daerah Pantai Barat Aceh)

UJI KETELITIAN DATA KEDALAMAN PERAIRAN MENGGUNAKAN STANDAR IHO SP-44 DAN UJI STATISTIK (Studi Kasus : Daerah Pantai Barat Aceh) UJI KETELITIAN DATA KEDALAMAN PERAIRAN MENGGUNAKAN STANDAR IHO SP-44 DAN UJI STATISTIK (Studi Kasus : Daerah Pantai Barat Aceh) N. Oktaviani 1, J. Ananto 2, B. J. Zakaria 3, L. R. Saputra 4, M. Fatimah

Lebih terperinci

KARATERISTIK PASANG SURUT DAN KEDUDUKAN MUKA AIR LAUT DI PERAIRAN PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) CAMPUREJO PANCENG, KABUPATEN GRESIK

KARATERISTIK PASANG SURUT DAN KEDUDUKAN MUKA AIR LAUT DI PERAIRAN PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) CAMPUREJO PANCENG, KABUPATEN GRESIK JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 6, Nomor 1, Tahun 2017, Halaman 151 157 Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jose KARATERISTIK PASANG SURUT DAN KEDUDUKAN MUKA AIR LAUT DI PERAIRAN PANGKALAN

Lebih terperinci

Simulasi Pola Arus Dua Dimensi Di Perairan Teluk Pelabuhan Ratu Pada Bulan September 2004

Simulasi Pola Arus Dua Dimensi Di Perairan Teluk Pelabuhan Ratu Pada Bulan September 2004 Simulasi Pola Arus Dua Dimensi Di Perairan Teluk Pelabuhan Ratu Pada Bulan September 2004 R. Bambang Adhitya Nugraha 1, Heron Surbakti 2 1 Pusat Riset Teknologi Kelautan-Badan (PRTK), Badan Riset Kelautan

Lebih terperinci

ANALISIS PERUBAHAN TINGGI MUKA LAUT RATA RATA ATAU MEAN SEA LEVEL (MSL) DI MUARA BATANG KURANJI KEC. NANGGALO, KOTA PADANG

ANALISIS PERUBAHAN TINGGI MUKA LAUT RATA RATA ATAU MEAN SEA LEVEL (MSL) DI MUARA BATANG KURANJI KEC. NANGGALO, KOTA PADANG ANALISIS PERUBAHAN TINGGI MUKA LAUT RATA RATA ATAU MEAN SEA LEVEL (MSL) DI MUARA BATANG KURANJI KEC. NANGGALO, KOTA PADANG Oleh: Ahmad Refi 1), Agung Rahma Yati 2) 1) Dosen Jurusan Teknik Sipil 2) Mahasiswa

Lebih terperinci

Simulasi pemodelan arus pasang surut di kolam Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta menggunakan perangkat lunak SMS 8.1 (Surface-water Modeling System 8.

Simulasi pemodelan arus pasang surut di kolam Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta menggunakan perangkat lunak SMS 8.1 (Surface-water Modeling System 8. 48 Maspari Journal 01 (2010) 48-52 http://masparijournal.blogspot.com Simulasi pemodelan arus pasang surut di kolam Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta menggunakan perangkat lunak SMS 8.1 (Surface-water Modeling

Lebih terperinci

Bab II Teori Harmonik Pasang Surut Laut

Bab II Teori Harmonik Pasang Surut Laut Bab II Teori Harmonik Pasang Surut Laut Fenomena pasang surut dihasilkan oleh adanya gaya tarik menarik bulan dan matahari yang berpengaruh terhadap bumi. Meskipun gejala pasut ini sudah diketahui sejak

Lebih terperinci

PEMETAAN BATIMETRI PERAIRAN PANTAI PEJEM PULAU BANGKA BATHYMETRY MAPPING IN THE COASTAL WATERS PEJEM OF BANGKA ISLAND

PEMETAAN BATIMETRI PERAIRAN PANTAI PEJEM PULAU BANGKA BATHYMETRY MAPPING IN THE COASTAL WATERS PEJEM OF BANGKA ISLAND PEMETAAN BATIMETRI PERAIRAN PANTAI PEJEM PULAU BANGKA BATHYMETRY MAPPING IN THE COASTAL WATERS PEJEM OF BANGKA ISLAND Khoirul Effendi 1, Risandi Dwirama Putra, ST, M.Eng 2, Arief Pratomo, ST, M.Si 2 Mahasiswa

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK ANTAR-MUKA INSTRUMEN MOTIWALI (TIDE GAUGE) UNTUK ANALISIS DATA PASANG SURUT

PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK ANTAR-MUKA INSTRUMEN MOTIWALI (TIDE GAUGE) UNTUK ANALISIS DATA PASANG SURUT PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK ANTAR-MUKA INSTRUMEN MOTIWALI (TIDE GAUGE) UNTUK ANALISIS DATA PASANG SURUT SOFTWARE DEVELOPMENT OF MOTIWALI (TIDE GAUGE) FOR TIDAL CONSTITUENTS ANALYSIS Husnul Khatimah 1),

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN PROTOTIPE SISTEM BASIS DATA DAN PERAMALAN ARUS PASANG SURUT STUDI KASUS TELUK JAKARTA TUGAS AKHIR. Oleh : YUYUS RUDIMANSAH NIM :

PEMBANGUNAN PROTOTIPE SISTEM BASIS DATA DAN PERAMALAN ARUS PASANG SURUT STUDI KASUS TELUK JAKARTA TUGAS AKHIR. Oleh : YUYUS RUDIMANSAH NIM : PEMBANGUNAN PROTOTIPE SISTEM BASIS DATA DAN PERAMALAN ARUS PASANG SURUT STUDI KASUS TELUK JAKARTA TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan studi program sarjana Oleh : YUYUS

Lebih terperinci

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG PENGARUH PENGAMATAN DATA DAN KUALITAS DATA TINGGI MUKA AIR LAUT TERHADAP HASIL PREDIKSI AMPLITUDO DAN DATUM PASUT TUGAS AKHIR Oleh Rendy Hermawan NIM. 15107005 Program Studi Teknik Geodesi dan Geomatika

Lebih terperinci

ANALISIS PASANG SURUT DI PULAU KARAMPUANG, PROVINSI SULAWESI BARAT Tide Analysis in Karampuang Island of West Sulawesi Province SUDIRMAN ADIBRATA

ANALISIS PASANG SURUT DI PULAU KARAMPUANG, PROVINSI SULAWESI BARAT Tide Analysis in Karampuang Island of West Sulawesi Province SUDIRMAN ADIBRATA AKUATIK-Jurnal Sumberdaya Perairan 1 ISSN 1978-1652 ANALISIS PASANG SURUT DI PULAU KARAMPUANG, PROVINSI SULAWESI BARAT SUDIRMAN ADIBRATA Abstract Tide phenomenon is one of oceanography parameter that important

Lebih terperinci

Oleh. Muhammad Legi Prayoga

Oleh. Muhammad Legi Prayoga PEMETAAN ARUS DAN PASUT LAUT DENGAN METODE PEMODELAN NUMERIK DAN PEMANFAATANNYA DALAM ANALISIS KERENTANAN WILAYAH PESISIR TERHADAP ABRASI (STUDI KASUS: PESISIR KABUPATEN INDRAMAYU, JAWA BARAT) TUGAS AKHIR

Lebih terperinci

Studi Prosedur Dealiasing untuk Deteksi Konstanta Pasut Dominan

Studi Prosedur Dealiasing untuk Deteksi Konstanta Pasut Dominan Jurnal Rekayasa LPPM Itenas No.4 Vol. XIV Institut Teknologi Nasional Oktober Desember 21 Studi Prosedur Dealiasing untuk Deteksi Konstanta Pasut Dominan NI MADE RAI RATIH CAHYA PERBANI Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Tidal Prediction On The Sungai Enam Pier Kabupaten Bintan Kepulauan Riau Province

Tidal Prediction On The Sungai Enam Pier Kabupaten Bintan Kepulauan Riau Province Tidal Prediction On The Sungai Enam Pier Kabupaten Bintan Kepulauan Riau Province Elvi Anggio Peni College Student of Merine Science, FIKP UMRAH, elvianggiopenie@yahoo.co.id Arief Pratomo Lecture of Merine

Lebih terperinci

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 4, Nomor 1, Tahun 2015, Halaman Online di :

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 4, Nomor 1, Tahun 2015, Halaman Online di : JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 4, Nomor 1, Tahun 2015, Halaman 93-99 Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jose STUDI KARAKTERISTIK DAN CO-RANGE PASANG SURUT DI TELUK LEMBAR LOMBOK NUSA TENGGARA

Lebih terperinci

Bab IV Pengolahan Data dan Analisis

Bab IV Pengolahan Data dan Analisis Bab IV Pengolahan Data dan Analisis Kualitas data yang dihasilkan dari suatu pengukuran sangat tergantung pada tingkat kesuksesan pereduksian dan pengeliminasian dari kesalahan dan bias yang mengkontaminasi

Lebih terperinci

Membandingkan Hasil Pengukuran Beda Tinggi dari Hasil Survei GPS dan Sipat Datar

Membandingkan Hasil Pengukuran Beda Tinggi dari Hasil Survei GPS dan Sipat Datar Reka Geomatika Jurusan Teknik Geodesi No. 2 Vol. 1 ISSN 2338-350X Desember 2013 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Membandingkan Hasil Pengukuran Beda Tinggi dari Hasil Survei GPS dan Sipat Datar

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April Oktober 2011 meliputi

3. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April Oktober 2011 meliputi 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April Oktober 2011 meliputi penyusunan basis data, pemodelan dan simulasi pola sebaran suhu air buangan

Lebih terperinci

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 5, Nomor 1, Tahun 2016, Halaman Online di :

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 5, Nomor 1, Tahun 2016, Halaman Online di : JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 5, Nomor 1, Tahun 2016, Halaman 96-104 Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jose Studi Pasang Surut Perairan Juntinyuat Kabupaten Indramayu Terhadap Potensi Banjir

Lebih terperinci

Jurnal KELAUTAN, Volume 2, No.1 April 2009 ISSN :

Jurnal KELAUTAN, Volume 2, No.1 April 2009 ISSN : PERBANDINGAN FLUKTUASI MUKA AIR LAUT RERATA (MLR) DI PERAIRAN PANTAI UTARA JAWA TIMUR DENGAN PERAIRAN PANTAI SELATAN JAWA TIMUR Anugrah Dewi Mahatmawati 1 Mahfud Efendy 2 Aries Dwi Siswanto 2 1 Alumni

Lebih terperinci

ANALISA PETA LINGKUNGAN PANTAI INDONESIA (LPI) DITINJAU DARI ASPEK KARTOGRAFIS BERDASARKAN PADA SNI

ANALISA PETA LINGKUNGAN PANTAI INDONESIA (LPI) DITINJAU DARI ASPEK KARTOGRAFIS BERDASARKAN PADA SNI ANALISA PETA LINGKUNGAN PANTAI INDONESIA (LPI) DITINJAU DARI ASPEK KARTOGRAFIS BERDASARKAN PADA SNI 19-6726-2002 Pristantrina Stephanindra, Ir.Yuwono MT Program Studi Teknik Geomatika, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

SURVEI HIDROGRAFI PENGUKURAN DETAIL SITUASI DAN GARIS PANTAI. Oleh: Andri Oktriansyah

SURVEI HIDROGRAFI PENGUKURAN DETAIL SITUASI DAN GARIS PANTAI. Oleh: Andri Oktriansyah SURVEI HIDROGRAFI PENGUKURAN DETAIL SITUASI DAN GARIS PANTAI Oleh: Andri Oktriansyah JURUSAN SURVEI DAN PEMETAAN UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI PALEMBANG 2017 Pengukuran Detil Situasi dan Garis Pantai

Lebih terperinci

Karakteristik Pasang Surut dan Pola Arus di Muara Sungai Musi, Sumatera Selatan

Karakteristik Pasang Surut dan Pola Arus di Muara Sungai Musi, Sumatera Selatan Jurnal Penelitian Sains Volume 15 Nomer 1(D) 15108 Karakteristik Pasang Surut dan Pola Arus di Muara Sungai Musi, Sumatera Selatan Heron Surbakti Program Studi Ilmu Kelautan, Universitas Sriwijaya, Sumatera

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Peta lokasi penelitian di perairan Teluk Bone, Perairan Sulawesi dan sekitarnya, Indonesia (Gambar 6). Gambar 6. Peta Lokasi Penelitian Teluk Bone,

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Analisis World Tides 5.1.1 Analisis Data 15 Hari Hasil analisis World Tides berupa grafik yang terdiri dari data, prediksi, residu, serta muka air rata-rata. Dapat

Lebih terperinci

PENGUKURAN LOW WATER SPRING (LWS) DAN HIGH WATER SPRING (HWS) LAUT DENGAN METODE BATHIMETRIC DAN METODE ADMIRALTY

PENGUKURAN LOW WATER SPRING (LWS) DAN HIGH WATER SPRING (HWS) LAUT DENGAN METODE BATHIMETRIC DAN METODE ADMIRALTY PENGUKURAN LOW WATER SPRING (LWS) DAN HIGH WATER SPRING (HWS) LAUT DENGAN METODE BATHIMETRIC DAN METODE ADMIRALTY Nila Kurniawati Sunarminingtyas Email: sunarminingtyas@gmail.com Abstrak : Pembangunan

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Perbandingan Hasil Model dengan DISHIDROS Komponen gelombang pasang surut M2 dan K1 yang dipilih untuk dianalisis lebih lanjut, disebabkan kedua komponen ini yang paling dominan

Lebih terperinci

KOMPARASI HASIL PENGAMATAN PASANG SURUT DI PERAIRAN PULAU PRAMUKA DAN KABUPATEN PATI DENGAN PREDIKSI PASANG SURUT TIDE MODEL DRIVER

KOMPARASI HASIL PENGAMATAN PASANG SURUT DI PERAIRAN PULAU PRAMUKA DAN KABUPATEN PATI DENGAN PREDIKSI PASANG SURUT TIDE MODEL DRIVER Komparasi Hasil Pengamatan Pasang Surut...Dengan Prediksi Pasang Surut Tide Model Driver (Ramdhan, M.) KOMPARASI HASIL PENGAMATAN PASANG SURUT DI PERAIRAN PULAU PRAMUKA DAN KABUPATEN PATI DENGAN PREDIKSI

Lebih terperinci

Analisa Perubahan Garis Pantai Akibat Kenaikan Muka Air Laut di Kawasan Pesisir Kabupaten Tuban

Analisa Perubahan Garis Pantai Akibat Kenaikan Muka Air Laut di Kawasan Pesisir Kabupaten Tuban JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1 Analisa Perubahan Garis Pantai Akibat Kenaikan Muka Air Laut di Kawasan Pesisir Kabupaten Tuban Liyani, Kriyo Sambodho, dan Suntoyo Teknik Kelautan, Fakultas

Lebih terperinci

PENENTUAN CHART DATUM PADA SUNGAI YANG DIPENGARUHI PASANG SURUT

PENENTUAN CHART DATUM PADA SUNGAI YANG DIPENGARUHI PASANG SURUT PENENTUAN CHART DATUM PADA SUNGAI YANG DIPENGARUHI PASANG SURUT (Studi Kasus : Teluk Sangkulirang, Kalimantan Timur) TUGAS AKHIR Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pemetaan laut khususnya pemetaan batimetri merupakan keperluan mendasar dalam rangka penyediaan informasi spasial untuk kegiatan, perencanaan dan pengambilan keputusan

Lebih terperinci

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN Data survey Hidrografi

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN Data survey Hidrografi BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN Data survey Hidrografi Hal yang perlu diperhatikan sebelum pelaksanaan survey hidrografi adalah ketentuan teknis atau disebut juga spesifikasi pekerjaan. Setiap pekerjaan

Lebih terperinci

ANALISIS PASANG SURUT DI DERMAGA SUNGAI ENAM KIJANG KABUPATEN BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU ABSTRAK

ANALISIS PASANG SURUT DI DERMAGA SUNGAI ENAM KIJANG KABUPATEN BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU ABSTRAK ANALISIS PASANG SURUT DI DERMAGA SUNGAI ENAM KIJANG KABUPATEN BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU ABSTRAK Endi Dalpan Mahasiswa Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH, dalpan.endi@gmail.com Arief Pratomo Dosen Ilmu Kelautan,

Lebih terperinci