MAKALAH. PERANCANGAN ALAT PROSES ALAT KRISTALISASI (Crystallizer) DOSEN: Prof. Dr. Zuhrina Masyithah, S.T., MSc.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MAKALAH. PERANCANGAN ALAT PROSES ALAT KRISTALISASI (Crystallizer) DOSEN: Prof. Dr. Zuhrina Masyithah, S.T., MSc."

Transkripsi

1 MAKALAH PERANCANGAN ALAT PROSES ALAT KRISTALISASI (Crystallizer) DOSEN: Prof. Dr. Zuhrina Masyithah, S.T., MSc. Disusun Oleh: KELOMPOK V No NAMA MAHASISWA NIM 1 2 RIZKY AMALIA ANDRY H. SIANTURI ISKANDAR ZULKARNAIN SAID HANIEF IMMANUEL P. R. H YUNAL M. PANE REGY A. PUTRA GINTING NOVITA WAHYUNI MHD DEDI ANGGREAWAN DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2017

2 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-nya penulis dapat menyelesaikan Tugas Mata Kuliah Perancangan Alat Proses mengenai Alat Kristalisasi (Crystallizer) dengan baik dan tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk pemenuhan tugas Mata Kuliah Perancangan Alat Proses dan untuk melengkapi persyaratan yang telah ada pada pelaksanaan perkuliahan. Penulisan makalah ini didasarkan pada hasil studi literatur yang telah dilakukan yang ada baik dari buku maupun sumber lainnya. Dengan ini, penulis juga menyampaikan terima kasih kepada : 1. Orang tua yang telah memberikan dukungan baik materil maupun spiritual. 2. Dosen Pembimbing mata kuliah Perancangan Alat Proses, Ibu Prof. Dr. Zuhrina Masyithah, S.T., MSc. 3. Rekan-rekan mahasiswa seangkatan yang ikut dalam proses penyusunan hingga terselesaikannya makalah ini. Demikian makalah ini dibuat oleh penulis. Namun demikian penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna dan masih terdapat kesalahan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca khususnya dosen pembimbing untuk peningkatan mutu makalah selanjutnya di masa yang akan datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Akhirnya, penulis mengucapkan terima kasih. Medan, 05 Januari 2018 Kelompok V i

3 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR GAMBAR... iii DAFTAR TABEL... iv BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penulisan Manfaat Penulisan... 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Crystallizer Jenis-Jenis Crystallizer Jenis-Jenis Crystallizer dengan Circulating Magma Jenis Crystallizer Tanpa Circulating Magma Proses Kristalisasi Skema Alat Kristalisasi BAB III CONTOH SOAL BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA ii

4 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Forced Circulating Liquid Evaporator Crystallizer... 4 Gambar 2.2 Forced Circulation Baffle Surface Cooled Crystallizer... 7 Gambar 2.3 OSLO Evaporative Crystallizer... 8 Gambar 2.4 OSLO Surface Cooled Crystallizer... 8 Gambar 2.5 Jacketed Pipe Scraped Crystallizer... 9 Gambar 2.6 Batch Stirred Tank With Internal Cooling Coil Gambar 2.7 Direct Contact Refrigeration Crystallizer Gambar 2.8 Twinned Crystallizer Gambar 2.9 Oslo Crystalization Open System Gambar 3.1 Distribusi Massa Diferensial Kristal iii

5 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam waktu yang sangat lama, ilmuwan mulai mengerti tentang hubungan antara elemen dasar dari material dan sifat-sifat dari material tersebut. Sehingga banyak sekali perkembangan yang terjadi dalam bidang yang mengkaji tentang material. Banyak sekali material baru bermunculan dengan berbagai jenis cara untuk membuatnya. Contoh dari jenis material yang sangat gencar dikembangkan adalah material semikonduktor ataupun superkonduktor yang mempunyai keunggulan dibandingkan material pada umumnya. Namun, sebelum jauh melangkah dalam membahas hal tersebut, banyak sekali yang harus diketahui mengenai hal hal dasar yang menjadi bagian dalam membentuk suatu material. Salah satunya adalah mengenai proses kristalisasi pada suatu material. Proses kristalisasi memegang peranan penting dalam terbentuknya suatu material. Karena proses kristalisasi merupakan salah satu proses dasar dalam terbentuknya suatu material [1]. Kristalisasi (crystallization) merupakan peristiwa pembentukan kristal - kristal padat dalam suatu fase homogen. Baik itu dalam pembuatan partikel padat di dalam uap seperti dalam hal pembuatan salju atau pembuatan partikel partikel padat di dalam lelehan cair sebagai mana dalam pembuatan kristal tunggal yang besar maupun kristalisasi dari larutan cair misalnya pembuatan garam. Peristiwa kristalisasi ditandai dengan terbentuknya kristal padat [1]. Oleh karena itu, untuk mempelajari lebih lanjut mengenai apa proses kristalisasi, bagaimana terjadinya proses kristalisasi, bagian-bagian apa saja yang terdapat dalam proses kristalisasi dan bagaimana sudut pandang kristalisasi yang dapat menjadi penting dalam dunia industri saat ini. Sebagai seorang Ahli Teknik Kimia, maka dalam hal ini dibuatlah sebuah resume mengenai proses kristalisasi yang terjadi pada suatu material secara umum. 1

6 1.2 Perumusan Masalah Adapun perumusan masalah dari pembuatan makalah perancangan alat proses mengenai alat kristalisasi (crystallizer) ini yaitu: 1. Bagaimana terjadinya suatu proses kristalisasi? 2. Bagaimana cara mendesain alat proses yang akan digunakan dalam industri berdasarkan proses kristalisasi? 3. Bagaimana pertimbangan bahan konstruksi yang digunakan dalam proses perancangan alat kristalisasi (crystallizer)? 1.3 Tujuan Penulisan Adapun tujuan dari pembuatan makalah perancangan alat proses mengenai alat kristalisasi (crystallizer) ini yaitu: 1. Untuk mengetahui terjadinya suatu proses kristalisasi di dalam perindustrian yang menerapkannya. 2. Untuk mengetahui cara mendesain alat proses yang akan digunakan dalam industri yang menggunakan kristalisasi dalam prosesnya. 3. Untuk mengetahui pertimbangan bahan konstruksi yang digunakan dalam proses perancangan alat kristalisasi (crystallizer). 1.4 Manfaat Penulisan Adapun manfaat penulisan dari pembuatan makalah perancangan alat proses mengenai alat kristalisasi (crystallizer) ini yaitu: 1. Mahasiswa mengetahui dan dapat memahami suatu proses terjadinya kristalisasi pada suatu zat. 2. Mahasiswa mengetahui cara mendesain alat proses yang akan digunakan dalam industri yang menggunakan kristalisasi sebagai prosesnya. 3. Mahasiswa mengetahui pertimbangan bahan konstruksi yang akan digunakan dalam proses perancangan alat kristalisasi (crystallizer) sesuai material yang akan dijadikan kristal. 2

7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Crystallizer Alat-alat kristalisasi disebut juga Crystallizer atau Kristallisator. Alat-alat yang digunakan dalam proses kristalisasi terutama dalam skala industri (dalam proses kristalisasi) sangat beragam. Hal ini disebabkan oleh sifat-sifat bahan dan kondisi pertumbuhan kristal yang sangat bervariasi. Disamping itu juga karena kristalisasi dilaksanakan untuk tujuan yang berbeda-beda (pemisahan bahan, pemurnian bahan, pemberian bentuk) [2]. Kristalisasi adalah peristiwa pembentukan suatu kristal dari solute dalam larutan toleransinya. Kristalisasi dapat terjadi sebagai pembentukan partikel-partikel padat dalam uap seperti pada pembentukan salju sebagai pembekuan lelehan cair. Sebagaimana dalam pembentukan kristal dari larutan cair atau pembentukan kristal tunggal yang besar. Kristalisasi dapat dilakukan dengan pendinginan, penguapan, dan penambahan solvent bahan kimia. Kristalisasi merupakan proses yang dipelajari dalam bidang ilmu alam dan juga mempunyai penerapan yang penting. Karena sifat dari berbagai macam bentuk padat dan material bergantung terhadap struktur kristal mereka masing-masing, ukuran kristal dan tekstur timbal balik mereka [2]. Secara umum, kristalisasi dapat diartikan pula sebagai permulaan dari kristal dari larutan yang sangat jenuh. Kuantitas dari energi kinetik dari kristalisasi dan penggunaan untuk tujuan pembentukannya dipelajari dalam bidang Teknik Kimia. Metode untuk memperoleh kinetik kristalisasi dan metode untuk pengaplikasiannya dari kinetik kristalisasi telah dikembangkan untuk berbagai macam proses dalam dunia industri. Tipe mekanisme dari kristalisasi adalah menyusun nukleasi dan pertumbuhan kristal yang besar dengan penyusunan reguler dari sebuah larutan mono molekuler yang didifusikan ke dalam permukaan kristal [3]. 2.2 Jenis-Jenis Crystallizer Jenis Crystallizer dengan Circulating Magma Adapun jenis crystallizer dengan circulating magma adalah sebagai berikut: 1. Forced Circulating Liquid Evaporator Crystallizer 3

8 Kristalisator jenis ini mengkombinasikan antara pendingin dan evaporasi untuk mencapai kondisi supersaturasi (larutan lewat jenuh). Gambar 2.1 Forced Circulating Liquid Evaporator Crystallizer [1] Pada Gambar 2.1 diatas terlihat bahwa umpan berupa larutan induk terlebih dahulu dilewatkan melalui sebuah Heat Exchanger untuk dipanaskan. Heat Exchanger tersebut berada di dalam evaporator. Di dalam evaporator terjadi flash evaporation yaitu terjadi pengurangan jumlah atau kandungan pelarut dan terjadi peningkatan konsentrasi zat terlarut. Dimana saat itu juga, keadaan zat terlarut yang sudah lewat jenuh atau supersaturasi. Larutan yang sudah berada pada keadaan lewat jenuh tersebut dialirkan menuju badan crystallizer untuk diperoleh padatan berupa kristal. Dimana pada badan crystallizer terdapat mekanisme kristalisasi yaitu nukleasi dan pertumbuhan kristal. Produk kristal dapat diambil sebagai hasil pada bagian bawah crystallizer, namun tidak semua proses berjalan sempurna atau dengan kata lain tidak semua cairan induk berubah menjadi padatan kristal. Karena itu ada proses pengembalian kembali hasil pipa sirkulasi (circulating pipe) atau proses recycle hasil kristalisasi. 4

9 Terlihat bahwa umpan dan campuran umpan dengan hasil yang masih belum padatan, dialirkan dengan paksa atau forced circulation, serta adanya Heat Exchanger dapat membuat kenaikan titik didih yang sempurna. Kenaikan titik didih pada Heat Exchanger pada Evaporator untuk dapat membuat larutan menjadi lewat jenuh berkisar antara 3 10 o F untuk sekali lewat. Bila kenaikan titik didih yang diharapkan untuk mendapatkan kristal yang baik tidak sesuai, maka dapat digunakan beberapa evaporator untuk menaikkan titik didih, dimana konsentrasi zat terlarut akan meningkatkan juga. Karena mengalir secara paksa menggunakan pompa, maka kecepatan aliran cukup tinggi, sehingga akan mengakibatkan ketinggian permukaan larutan pada crystallizer tidak tetap atau naik turun. Umumnya, crystallizer jenis ini dibangun dengan diameter 2 feet atau pada skala industri sekitar 4 feet atau lebih [1]. 2. Draft Tube Baffle (DTB) Crystallizer Draft Tube Baffle (DTB) crystallizer atau plat buang atau tabung hisap kristalisasi merupakan salah satu dari beberapa jenis alat kristalisator yang didasarkan pada pemisahan debu atau uap dari bahan melalui fase lewat jenuh yang ditingkatkan sehingga diperoleh kristal-kristal yang besar. Alat ini dilengkapi dengan tabung junjut fungsi sekat untuk mengendalikan sirkulasi magma dan dilengkapi pula oleh alat penggerak (agitator) [4]. Proses kerja Draft Tube Baffle (DTB) crystallizer dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu: 1) Proses Kristalisasi Bahan sampel dan cairan induk dimasukkan ke dalam tangki DTB crystallizer melalui sebuah pipa Superheated Solution From Heater and Recirculation Pump, komponen ini akan mendorong bahan naik ke atas dalam Draft Tube (tabung hisap). Di dalam tabung hisap bahan akan tercampur dan mengalami sirkulasi dengan bantuan Agitator (pemutar atau pengaduk) yang berada di dalam tangki bagian bawah. Kedua bahan ini akan membentuk magma melalui fase lewat jenuh yang ditingkatkan. Magma yang terbentuk akan mengalami perubahan densitas sehingga uap yang terkandung di dalamnya akan terlepas ke permukaan magma 5

10 menuju ke Vapor Separation (pemisahan uap). Lalu mengalami proses nukleasi (pembentukan inti kristal), kristal yang terbentuk akan mengendap ke dasar larutan dan sebagian akan naik ke permukaan. Kristal yang mengendap akan mengalami pemisahan antara kristal halus dengan kristal kasar pada settling zone (zona penyelesaian), dimana sebagian kristal akan dikeluarkan dari dasar tangki dan selebihnya dijadikan umpan bersama cairan induk untuk melakukan proses sirkulasi guna melarutkan partikel-partikel halus yang masih mengendap. 2) Proses Klarifikasi Terjadi pemisahan pada bentuk kristal. Kristal yang sesuai dengan keinginan akan diambil dan kristal yang belum sesuai (ukuran besar atau kasar) akan dikembalikan ke zona kristalisasi untuk proses lebih lanjut. Produk yang diperoleh dengan menggunakan Draft Tube Baffle (DTB) crystallizer adalah: a. Natrium Karbonat (Sodium Carbonate) b. Sodium Sulfat (Sodium Sulfate) c. Natrium Nitrat (Sodium Nitrate) d. Tembaga Sulfat (Copper Sulfate) e. Sodium Sulfit (Sodium Sulfite) f. Kalsium Klorida (Calcium Chloride) g. Amonium Sulfat (Ammonium Sulfate) h. Kalium Klorida (Potassium Chloride) Keuntungan dari penggunaan Draft Tube Baffle (DTB) crystallizer antara lain sebagai berikut: a. Mampu memproduksi kristal-kristal dalam bentuk tunggal. b. Siklus operasionalnya lebih panjang. c. Biaya operasi lebih rendah. d. Kebutuhan ruang minimum. e. Instrumen dapat dikendalikan dengan mudah. f. Kesederhanaan operasi, memulai dan penyelesaian. 6

11 3. Forced Circulation Baffle Surface Cooled Crystallizer Crystallizer jenis ini menggunakan prinsip sirkulasi cairan atau larutan iknduk, dimana umpan maupun hasil kristalisasi akan masuk ke dalam Shell and Tube Heat Exchangers untuk didinginkan. Gambar 2.2 Forced Circulation Baffle Surface Cooled Crystallizer [1] Pada Gambar 2.2 di atas, umpan dan recycle kristalisasi bersama-sama masuk ke dalam medium pendingin. Namun kelemahannya adalah panjang untuk pertukaran panas pada Heat Exchanger dan kecepatan umpan serta recycle kristalisasi sangat diperhitungkan, sebab jika terjadi kesalahan penurunan suhu untuk dapat melakukan kristalisasi pada proses pendinginan tidak berlangsung secara optimal. Oleh karena itu, pompa untuk sirkulasi sangat dikontrol dengan baik. Adanya pompa menyebabkan cairan induk akan mengalir secara turbulen. Bila kristal sudah terbentuk pada cairan induk yang sudah lewat jenuh, maka kristal akan turun karena adanya gaya gravitasi dan perbedaan massa jenis. Kristal dari crystallizer jenis ini berukuran besar antara 30 hingga100 mesh [1]. 4. OSLO Evaporative Crystallizer Crystallizer ini dirancang berdasarkan adanya perbedaan suspensi yang mulai terbentuk pada chamber of suspension. Dimana terdapat Heat Exchanger eksternal yang bertujuan untuk membuat keadaan lewat jenuh pada suhu supersaturasinya [1]. 7

12 Gambar 2.3 OSLO Evaporative Crystallizer [1] 5. OSLO Surface Cooled Crystallizer Tidak jauh berbeda dengan OSLO Evaporative Crystallizer, hanya saja cairan induk didinginkan terlebih dahulu sebelum masuk ke dalam crystallizer [1]. Gambar 2.4 OSLO Surface Cooled Crystallizer [1] 6. Crystal Vacum Crystallizer Prinsip kerjanya adalah umpan dicampur dengan cairan yang direcycle dipompa ke ruang penguap untuk diuapkan secara adiabatik sehingga terjadi larutan lewat jenuh. Larutan tersebut mengalir melalui pipa ke tangki kristalisasi sehingga terbentuk kristal di dalam tangki kristalisasi, kemudian kristal dikeluarkan melalui dischargennya dan cairannya direcycle. Dengan alat 8

13 ini ukuran kristal yang diinginkan dapat diatur dengan mengatur kecepatan pompa sirkulasi. Kalau sirkulasinya lambar, maka kristal yang kecil-kecil pun akan larut mengendap [1]. 7. Circulating Magma Vacuum Crystallizer Pada tipe kristaliser ini, baik kristal ataupun larutan di sirkulasi diluar badan kristal. Setelah dipanaskan larutan akan dialirkan ke badan kristaliser. Kondisi vakum menjadi penyebab menguapnya pelarut, sehingga menjadi lewat jenuh dan dihasilkan kristal [1] Jenis Crystallizer Tanpa Circulating Magma Adapun jenis crystallizer tanpa circulating magma adalah sebagai berikut: 1. Jacketed Pipe Scraped Crystallizer Alat ini umumnya dibuat dengan pipa 6-12 inch sebagai diameter dan panjangnya sekitar ft, yang disusun seri dalam sambungan dengan 3 buah atau lebih. Piringan yang berlekuk di dalam alat tersebut dinamakan dengan Scraper Blades. Gambar 2.5 Jacketed Pipe Scraped Crystallizer [1] Prinsip kerjanya ialah plug flow, dimana cairan induk masuk dari bagian atas samping kanan, lama kelamaan akan membentuk kristal di dalam pipa tersebut dan kristal akan mengendap dibawah dan menempel di dinding pipa, yang nantinya scaper blades akan mengambil kristal - kristal tersebut. Ukuran kristal yang dihasilkan akan seragam, umumnya besar besar [1]. 2. Batch Stirred Tank With Internal Cooling Coil Jenis Crystallizer ini termasuk dalam jenis yang batch atau tidak ada aliran yang keluar setiap waktunya. Jenis ini dapat digunakan untuk proses 9

14 continuous dengan dilengkapi pengaduk dan apabila menggunakan pengaduk, pembentukan kristal terutama pada secondary nucleation akan lebih besar bila dibandingkan dengan tanpa pengaduk [1]. Gambar 2.6 Batch Stirred Tank With Internal Cooling Coil [1] 3. Direct Contact Refrigeration Crystallizer Prinsip kerja dari crystallizer jenis ini ialah dengan adanya pendingin dari refrigerant yang digunakan, dimana umpan berupa cairan induk yang dimasukkan ke badan crystallizer dengan suhu yang lebih tinggi dengan suhu yang refrigerant (suhu cair refrigerant minus). Karena titik didih refrigerant sangat kecil atau jauh dibawah suhu cairan induk, maka ada perpindahan panas dari cairan induk menuju refrigerant, dimana akan mengakibatkan kenaikan suhu pada refrigerant dan menguap untuk mendinginkan cairan induk, sampai cairan induk berada pada keadaan lewat jenuh. Contoh dari cristallyzer ini adalah pada proses pembuatan kristal Calcium Chloride dengan refrigerant freon atau propane dan pembuatan kristal p- xylene dengan refrigerant propane. 10

15 Gambar 2.7 Direct Contact Refrigeration Crystallizer [1] 4. Twinned Crystallizer Jenis crystallizer ini sebenarnya berbentuk tangki yang di dalamnya terdapat dua pengaduk yang dipisahkan oleh sekat atau baffle. Pada tiap pengaduk terdapat medium pemanas dimana yang salah satunya bekerja pada suhu saturasi, sedangkan satunya bekerja pada suhu supersaturasi atau lewat jenuh. Namun bila suhu operasi pada cristallizer ini sama pada kedua medium pemanas, umumnya akan didapatkan keseragaman ukuran. Tetapi waktu yang diperlukan akan lebih lama, walaupun terdapat dua pengaduk dalam satu tangki tersebut [1]. Gambar 2.8 Twinned Crystallizer [1] Sesuai dengan namanya bahwa seolah-olah terdapat dua macam jenis crystallizer yang beroperasi pada suhu yang berbeda namun dalam satu tangki 11

16 crystallizer. Terlihat bahwa umpan masuk dari sebelah kanan atas, karena adanya pergerakan pengaduk, cairan induk bersikulasi dan juga disebabkan karena adanya sekat antara kedua pengaduk tersebut. Semakin cepat gerakan pengaduk dan semakin tinggi perbedaan suhu yang ditukarkan, maka semakin cepat dan baik kristal yang didapatkan. Produk berupa kristal dapat diambil pada bagian bawah crystallizer, karena kristal akan jatuh atau mengendap di bawah karena adanya gaya gravitasi dan perbedaan massa jenis [1]. 5. APV-Kestner Long Tube Vertical Evaporative Crystallizer Umumnya crystallizer jenis ini digunakan untuk mendapatkan butiran-butiran atau kristal yang cukup kecil, biasanya kurang dari 0,5 mm. Prinsip kerjanya hampir sama dengan crystallizer yang lain, yaitu umpan masuk dengan pompa, lalu melewati sebuah evaporator yang di dalamnya terdapat Heat Exchanger. Pada saat cairan induk berada pada keadaan supersaturasi atau lewat jenuh, maka akan terbentuk kristal-kristal halus. Kristal-kristal tersebut ditampung pada salt box, cairan induk yang belum lewat jenuh dikeluarkan, sedangkan yang berupa kristal dikeluarkan produk. Contohnya pada pembuatan kristal NaCl (garam), Na2SO4, dan Citric Acid [1]. 2.3 Proses Kristalisasi Kristalisasi dapat memisahkan suatu campuran tertentu dari larutan multi komponen sehingga didapat produk dalam bentuk kristal. Kristalisasi juga dapat dipakai sebagai salah satu cara pemurnian karena lebih ekonomis. Operasi kristalisasi terbagi menjadi: a. Membuat larutan supersaturasi (lewat jenuh). b. Pembuatan inti kristal. c. Pertumbuhan kristal. Dalam proses kristalisasi, terdiri atas dua buah kejadian besar, yaitu nukleasi (nucleation) dan pertumbuhan kristal (crystal growth). Kristal dibuat pada saat nuklei dibentuk dan kemudian ditumbuhkan. Proses kinetika dari nukleasi dan pertumbuhan kristal membutuhkan keadaan yang sangat jenuh, yang secara umum dapat diperoleh dengan mengubah suhu, menghilangkan pelarut, atau dengan menambahkan agen 12

17 penenggelam (drowning-out agent) atau pendamping reaksi. Sistem kemudian menempatkan diri untuk mendapatkan termodinamik melalui nukleasi dan pertumbuhan dari nuklei. Jika suatu larutan mengandung partikel padatan dari luar daripada kristal dari tipenya sendiri, maka nuklei dapat terbentuk hanya dengan nukleasi homogen (homogeneus nucleation). Apabila terdapat keberadaan partikel dari luar, nukleasi difasilitasi dan proses dikenal sebagai nukleasi heterogen (heterogeneous nucleation). Kedua jenis nukleasi mengambil tempat dalam kehadiran kristal dari larutan itu sendiri dan secara kolektif dikenal sebagai nukleasi primer (primary nucleation). Ini didapatkan ketika keadaan spesifik yang sangat jenuh, dikenal sebagai super saturasi metastabil yang didapatkan dalam sistem. Akan tetapi, semi komersil dan kristalizer dalam industri, telah diamati bahwa terdapat nuklei bahkan pada saat super saturasi rendah ketika larutan dari kristalnya sendiri ada [1]. 2.4 Skema Alat Kristalisasi Skema peralatan kristalisasi yang akan dibahas adalah oslo type crystallizer Oslo Jenis crystallizer juga disebut diklasifikasikan-suspensi crystallizer adalah desain tertua dikembangkan untuk produksi besar, kristal kasar. Kriteria desain dasar ada dua: - Desupersaturation dari larutan induk melalui kontak dengan kristal terbesar hadir di ruang kristalisasi. - Menjaga sebagian besar kristal dalam suspensi tanpa kontak dengan perangkat pengadukan, sehingga memungkinkan produksi kristal besar distribusi ukuran yang sempit. 13

18 Gambar 2.9 Oslo Crystalization Open System Pengklasifikasian kristalisasi ruang adalah bagian bawah unit. Bagian atas adalah area pemisahan cairan-uap jenuh di mana dikembangkan oleh penghilangan pelarut (air untuk sebagian besar aplikasi). Cairan sedikit jenuh mengalir turun melalui pipa tengah dan jenuh yang lega dengan kontak dengan fluidized bed kristal. Desupersaturation terjadi secara progresif sebagai larutan induk beredar bergerak ke atas melalui tidur pengklasifikasian sebelum dikumpulkan di bagian atas ruangan. Kemudian daun melalui pipa beredar dan setelah penambahan pakan segar, melewati penukar panas di mana panas make-up disediakan. Hal ini kemudian didaur ulang ke bagian atas. Perlu diingat bahwa biaya operasi unit jenis crystallizer Oslo jauh lebih rendah daripada dengan jenis lain. Ini Oslo Jenis crystallizer (diklasifikasikan - crystallizer suspensi) memungkinkan siklus panjang produksi antara periode cuci. Selain operasi proses biasa, Oslo Jenis crystallizer juga menemukan sejumlah aplikasi yang menarik, misalnya untuk reaksi kristalisasi dan pemisahan kristal jika beberapa spesies kimia yang terlibat. Untuk itu, jenis peralatan kristalisasi ini layak untuk dikembangkan. Adapun prinsip kerja alat kristalisasi tipe oslo adalah: 14

19 Awalnya dirancang sebagai mengklasifikasikan crystallizers, unit Oslo sering dioperasikan dalam modus campuran suspensi untuk meningkatkan produktivitas, meskipun hal ini mengurangi ukuran kristal produk. Dengan modus pengklasifikasian operasi, larutan umpan pekat panas dimasukkan ke kapal pada titik tepat di atas inlet ke pipa sirkulasi. Larutan jenuh dari daerah atas crystallizer, bersama dengan sejumlah kecil bahan baku, disirkulasikan melalui tabung penukar panas dan didinginkan oleh sirkulasi paksa air atau air garam. Dengan cara ini, larutan menjadi jenuh, meskipun harus diperhatikan untuk menghindari nukleasi spontan. Kristal produk magma dihapus dari daerah yang lebih rendah dari kapal. Keuntungan alat kristalisasi jenis oslo adalah : - Biaya operasi jauh lebih rendah dibandingkan dengan jenis lain dari crystallizer perawatan yang rendah. - Memungkinkan siklus produksi yang panjang antara periode cuci. 15

20 BAB III STUDI KASUS DAN CONTOH SOAL Kristal asam sitrat monohidrat dalam sebuah MSMPR (mixed suspension mixed product removal) pada 30 C dengan ukuran kristal dominan LD = 0,833 mm (20 mesh). Density kristal 1.54 g/ml, volume shape factor = 1 dan kelarutannya 39,0 wt %. Rasio supersaturasi yang digunakan C/C0 = 1,05. Kecepatan pertumbuhan kristal, G = m/s. Jika kecepatan produksi kristal = 15 kg/jam, hitung kecepatan nukleasi dan gambar distribusi massa diferensial dari kristal yang dihasilkan. Penyelesaian : G dl dt m s mm jam Hubungan antara ukuran dominan dengan besaran lain: L D 0,833 3G Untuk kecepatan produksi 15 kg/jam: M' 15 Kecepatan nukleasi dihitung dengan persamaan dibawah ini: 0 1,5 M ' B 3 = 2, nuklei/m 3 jam Distribusi massa diferensial dinyatakan dalam persamaan: d m dx Dengan: 0, c L pr 1,93 1,5 15 jam 3 1 1,5 0, x e 6 3 x L L x 3, 60 L G 0,144 1,93 Maka diperoleh : d m dx 3,60L e 6 3 3,60L 16

21 d m / dx Maka gambar distribusi massa diferensial dari kristal yang dihasilkan L (mm) Gambar 3.1 Distribusi Massa Diferensial Kristal 17

22 BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini adalah: 1. Kristalisasi merupakan salah satu satuan proses yang sering digunakan dalam industri kimia, seperti pemekatan susu menjadi berwujud powder dan sebagainya. 2. Alat-alat yang digunakan dalam proses kristalisasi disebut dengan Crystallizer dimana alat ini sering ditemukan di berbagai industri pabrik di dunia. 3. Terdapat beberapa jenis dari Crystallizer yang dikelompokkan berdasarkan ada tidaknya sirkulasi magma yang berupa larutan pekat di dalam alat crystallizer. 4. Proses kristalisasi pada umumnya merupakan suatu proses evaporasi dimana hal ini terjadi pada kondisi larutan yang supersaturated sehingga terjadi perubahan fasa dari fasa cair ke fasa padatan. 4.2 Saran Adapun saran yang diberikan dari makalah ini adalah: 1. Sebaiknya agar lebih memahami mengenai kristalisasi beserta alatnya, maka diperlukan langkah-langkah cara mendesain crystallizer dengan ketentuan sesuai dengan umpan yang akan dikristalkan. 2. Diharapkan mahasiswa untuk mencari penerapan mengenai proses kristalisasi di dalam kehidupan sehari-hari untuk lebih meningkatkan pemahaman sebagai seorang Ahli Teknik Kimia di bidang perancangan alat kristalisasi. 18

23 DAFTAR PUSTAKA [1] Cyntia, Rizky Fajar, Ornastya Pratiwi Wulandari, Ahmad Aldi Wijanarko Crystallizer. Universitas Muhammadiyah: Surakarta. [2] Coelfen, H dan Antonietti, M Mesocrystals and Nonclassical Crystallization. United Kingdom (UK): John Wiley and Sons Ltd. [3] McKetta, John J Unit Operation Handbook Volume 1 Mass Transfer. New York: Marcel Dekker. [4] Surdiansyah, Eko Aji dan Radityo Pungky P Evaporator dan Kristalisator. Universitas Negeri Malang: Malang 19

MAKALAH AIK (ALAT INDUSTRI KIMIA) CRYSTALLIZER

MAKALAH AIK (ALAT INDUSTRI KIMIA) CRYSTALLIZER MAKALAH AIK (ALAT INDUSTRI KIMIA) CRYSTALLIZER Disusun untuk memenuhi tugas pertengahan semester ganjil mata kuliah Alat Industri Kimia. Dosen : Eni Budiyati, ST, M.Eng Disusun Oleh : 1. Rizky Fajar Cyntia

Lebih terperinci

KRISTALISASI. Kristalisasi empat macam, yaitu :

KRISTALISASI. Kristalisasi empat macam, yaitu : KRISTALISASI Kristalisasi merupakan teknik pemisahan kimia antara bahan padat-cair, di mana terjadi perpindahan massa (mass transfer) dari suat zat terlarut(solute) dari cairan larutan ke fase kristal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produksi garam dapur, gula, sodium sulphat, urea, dan lain-lain. pada batas kristalisasi dan batas kelarutan teoritis.

BAB I PENDAHULUAN. produksi garam dapur, gula, sodium sulphat, urea, dan lain-lain. pada batas kristalisasi dan batas kelarutan teoritis. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dalam teknik kimia kristalisasi dilakukan dalam alat pengkristal. Kristalisasi adalah suatu unit operasi teknik kimia dimana senyawa kimia dilarutkan dalam suatu pelarut

Lebih terperinci

Kristalisasi. Shinta Rosalia Dewi (SRD)

Kristalisasi. Shinta Rosalia Dewi (SRD) Kristalisasi Shinta Rosalia Dewi (SRD) Pendahuluan Kristalisasi adalah proses pembentukan kristal padat dari suatu larutan induk yang homogen. Proses ini adalah salah satu teknik pemisahan padat-cair yang

Lebih terperinci

KRISTALISASI. Amelia Virgiyani Sofyan Azelia Wulan C.D Dwi Derti. S Fakih Aulia Rahman

KRISTALISASI. Amelia Virgiyani Sofyan Azelia Wulan C.D Dwi Derti. S Fakih Aulia Rahman KRISTALISASI Penyusun : Amelia Virgiyani Sofyan 1215041006 Azelia Wulan C.D 1215041007 Dwi Derti. S 1215041012 Fakih Aulia Rahman 1215041019 Ulfah Nur Khikmah 1215041052 Yuliana 1215041056 Mata Kuliah

Lebih terperinci

BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES

BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES digilib.uns.ac.id BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES 3.1. Spesifikasi Alat Utama 3.1.1 Mixer (NH 4 ) 2 SO 4 Kode : (M-01) : Tempat mencampurkan Ammonium Sulfate dengan air : Silinder vertical dengan head

Lebih terperinci

Diagram Fasa Zat Murni. Pertemuan ke-1

Diagram Fasa Zat Murni. Pertemuan ke-1 Diagram Fasa Zat Murni Pertemuan ke-1 Perubahan Fasa di Industri Evaporasi Kristalisasi Diagram Fasa Diagram yang bisa menunjukkan, pada kondisi tertentu (tekanan, suhu, kadar, dll) zat tersebut berfasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Telah kita ketahui bahwa materi terdiri dari unsur, senyawa, dan campuran. Campuran dapat dipisahkan melalui beberapa proses pemisahan campuran secara fisika dimana

Lebih terperinci

Gambar 1 Open Kettle or Pan

Gambar 1 Open Kettle or Pan JENIS-JENIS EVAPORATOR 1. Open kettle or pan Prinsip kerja: Bentuk evaporator yang paling sederhana adalah bejana/ketel terbuka dimana larutan didihkan. Sebagai pemanas biasanya steam yang mengembun dalam

Lebih terperinci

I. Pendahuluan. A. Latar Belakang. B. Rumusan Masalah. C. Tujuan

I. Pendahuluan. A. Latar Belakang. B. Rumusan Masalah. C. Tujuan I. Pendahuluan A. Latar Belakang Dalam dunia industri terdapat bermacam-macam alat ataupun proses kimiawi yang terjadi. Dan begitu pula pada hasil produk yang keluar yang berada di sela-sela kebutuhan

Lebih terperinci

PENANGANAN BAHAN PADAT S1 TEKNIK KIMIA Sperisa Distantina KRISTALISASI

PENANGANAN BAHAN PADAT S1 TEKNIK KIMIA Sperisa Distantina KRISTALISASI Pustaka: PENANGANAN BAHAN PADAT S1 TEKNIK KIMIA Sperisa Distantina KRISTALISASI 1. Geankoplis, 3th. ed., chap.12 2. Hougen and Watson, 1954, Chemical Process Principles, part I, chap.6. 3. Chopey and Hicks,

Lebih terperinci

TUGAS BESAR: SATUAN OPERASI DAN PROSES KRISTALISASI. Dosen Pengampu: Arie Febrianto Mulyadi, STP, MP.

TUGAS BESAR: SATUAN OPERASI DAN PROSES KRISTALISASI. Dosen Pengampu: Arie Febrianto Mulyadi, STP, MP. TUGAS BESAR: SATUAN OPERASI DAN PROSES KRISTALISASI Dosen Pengampu: Arie Febrianto Mulyadi, STP, MP. Kelas F Prillanda Irenne Putri (125100301111045) Gita Syarifah Ali (125100301111075) Qanitatul Afifah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam teknik kimia kristalisasi dilakukan dalam alat pengkristal. Kristalisasi adalah suatu unit operasi teknik kimia dimana senyawa kimia dilarutkan dalam suatu pelarut

Lebih terperinci

TUGAS SATUAN OPERASI DAN PROSES

TUGAS SATUAN OPERASI DAN PROSES TUGAS SATUAN OPERASI DAN PROSES RESUME JURNAL KRISTALISASI Dengan Dosen Pengampu : Bp.Arie Febrianto, STP., MP. Disusun Oleh : Alam Surya Gemilang 125100318113038 Bayu Septian Widada 125100318113014 Farchan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses evaporasi telah dikenal sejak dahulu, yaitu untuk membuat garam dengan cara menguapkan air dengan bantuan energi matahari dan angin. Evaporasi adalah salah satu

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PROSES

BAB III PERANCANGAN PROSES BAB III PERANCANGAN PROSES 3.1. Uraian Proses Proses pembuatan natrium nitrat dengan menggunakan bahan baku natrium klorida dan asam nitrat telah peroleh dari dengan cara studi pustaka dan melalui pertimbangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengeringan Pengeringan adalah proses mengurangi kadar air dari suatu bahan [1]. Dasar dari proses pengeringan adalah terjadinya penguapan air ke udara karena perbedaan kandungan

Lebih terperinci

BAB II STUDI LITERATUR

BAB II STUDI LITERATUR BAB II STUDI LITERATUR 2.1 Kebutuhan Air Tawar Siklus PLTU membutuhkan air tawar sebagai bahan baku. Hal ini dikarenakan peralatan PLTU sangat rentan terhadap karat. Akan tetapi, semakin besar kapasitas

Lebih terperinci

PENENTUAN METODE REKRISTALISASI YANG TEPAT UNTUK MENINGKATKAN KEMURNIAN KRISTAL AMONIUM PERKLORAT (AP)

PENENTUAN METODE REKRISTALISASI YANG TEPAT UNTUK MENINGKATKAN KEMURNIAN KRISTAL AMONIUM PERKLORAT (AP) Majalah Sains dan Teknologi Dirgantara Vol. 6 No. 2 Juni 2011 :64-70 PENENTUAN METODE REKRISTALISASI YANG TEPAT UNTUK MENINGKATKAN KEMURNIAN KRISTAL AMONIUM PERKLORAT (AP) Anita Pinalia Peneliti Bidang

Lebih terperinci

LAPORAN KERJA PRAKTEK 1 JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

LAPORAN KERJA PRAKTEK 1 JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Alat penukar kalor (Heat Exchanger) merupakan suatu peralatan yang digunakan untuk menukarkan energi dalam bentuk panas antara fluida yang berbeda temperatur yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Dasar Steam merupakan bagian penting dan tidak terpisahkan dari teknologi modern. Tanpa steam, maka industri makanan kita, tekstil, bahan kimia, bahan kedokteran,daya, pemanasan

Lebih terperinci

PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES

PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES 10 II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES Usaha produksi dalam Pabrik Kimia membutuhkan berbagai sistem proses dan sistem pemroses yang dirangkai dalam suatu sistem proses produksi yang disebut Teknologi proses.

Lebih terperinci

II. DESKRIPSI PROSES

II. DESKRIPSI PROSES II. DESKRIPSI PROSES Usaha produksi dalam pabrik kimia membutuhkan berbagai sistem proses dan sistem pemroses yang dirangkai dalam suatu sistem proses produksi yang disebut teknologi proses. Secara garis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Absorpsi dan stripper adalah alat yang digunakan untuk memisahkan satu komponen atau lebih dari campurannya menggunakan prinsip perbedaan kelarutan. Solut adalah komponen

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA PERANCANGAN PABRIK AMMONIUM CHLORIDE PROSES AMMONIUM SULFAT-SODIUM CHLORIDE KAPASITAS PRODUKSI 35. TON/TAHUN Oleh : Agnes Ayunda N.U. NIM. L2C819 Heru Cahyana

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. Prarancangan Pabrik Amonium Sulfat dari Amonia dan Asam Sulfat Kapasitas Ton/Tahun

BAB I PENGANTAR. Prarancangan Pabrik Amonium Sulfat dari Amonia dan Asam Sulfat Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENGANTAR A. LATAR BELAKANG Amonium sulfat [(NH 4 ) 2 SO 4 ] atau yang juga dikenal dengan nama Zwavelzure Ammoniak (ZA) merupakan garam anorganik yang digunakan sebagai pupuk nitrogen selain pupuk

Lebih terperinci

PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER

PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER Oleh Denni Alfiansyah 1031210146-3A JURUSAN TEKNIK MESIN POLITEKNIK NEGERI MALANG MALANG 2012 PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER Air yang digunakan pada proses pengolahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Asetanilida Asetanilida merupakan senyawa turunan asetil amina aromatis yang digolongkan sebagai amida primer, dimana satu atom hidrogen pada anilin digantikan dengan satu gugus

Lebih terperinci

BAB III DASAR TEORI SISTEM PLTU

BAB III DASAR TEORI SISTEM PLTU BAB III DASAR TEORI SISTEM PLTU Sistem pembangkit listrik tenaga uap (Steam Power Plant) memakai siklus Rankine. PLTU Suralaya menggunakan siklus tertutup (closed cycle) dengan dasar siklus rankine dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kegunaan Produk Kuprisulfatpentahidrat Kegunaan kupri sulfat pentahidrat sangat bervariasi untuk industri. Adapun kegunaannya antara lain : - Sebagai bahan pembantu fungisida

Lebih terperinci

PLANT 2 - GAS DEHYDRATION AND MERCURY REMOVAL

PLANT 2 - GAS DEHYDRATION AND MERCURY REMOVAL PROSES PENGOLAHAN GAS ALAM CAIR (Liquifed Natural Gas) Gas alam cair atau LNG adalah gas alam (metana terutama, CH4) yang telah diubah sementara untuk bentuk cair untuk kemudahan penyimpanan atau transportasi.

Lebih terperinci

Pipa pada umumnya digunakan sebagai sarana untuk mengantarkan fluida baik berupa gas maupun cairan dari suatu tempat ke tempat lain. Adapun sistem pen

Pipa pada umumnya digunakan sebagai sarana untuk mengantarkan fluida baik berupa gas maupun cairan dari suatu tempat ke tempat lain. Adapun sistem pen BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Unit penukar kalor adalah suatu alat untuk memindahkan panas dari suatu fluida ke fluida yang banyak di gunakan untuk operasi dan produksi dalam industri proses, seperti:

Lebih terperinci

BAB II PESAWAT PENGUBAH PANAS (HEAT EXCHANGER )

BAB II PESAWAT PENGUBAH PANAS (HEAT EXCHANGER ) BAB II PESAWAT PENGUBAH PANAS (HEAT EXCHANGER ) Pesawat pengubah panas adalah pesawat pesawat yang bekerja atas dasar perpindahan panas dan satu zatke zat yang lain. A. Dapat digolongkan menurut : 1. Pendinginan

Lebih terperinci

V. SPESIFIKASI ALAT. Pada lampiran C telah dilakukan perhitungan spesifikasi alat-alat proses pembuatan

V. SPESIFIKASI ALAT. Pada lampiran C telah dilakukan perhitungan spesifikasi alat-alat proses pembuatan V. SPESIFIKASI ALAT Pada lampiran C telah dilakukan perhitungan spesifikasi alat-alat proses pembuatan pabrik furfuril alkohol dari hidrogenasi furfural. Berikut tabel spesifikasi alat-alat yang digunakan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Rumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyejuk udara atau pengkondisi udara atau penyaman udara atau erkon atau AC (air conditioner) adalah sistem atau mesin yang dirancang untuk menstabilkan suhu udara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Destilasi merupakan suatu cara yang digunakan untuk memisahkan dua atau

BAB I PENDAHULUAN. Destilasi merupakan suatu cara yang digunakan untuk memisahkan dua atau 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Destilasi merupakan suatu cara yang digunakan untuk memisahkan dua atau lebih komponen cairan berdasarkan perbedaan titik didihnya. Uap yang dibentuk

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem refrigerasi kompresi uap Sistem refrigerasi yang umum dan mudah dijumpai pada aplikasi sehari-hari, baik untuk keperluan rumah tangga, komersial dan industri adalah sistem

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Polistirena dengan Proses Polimerisasi Suspensi Kapasitas Ton/Tahun BAB III SPESIFIKASI ALAT

Prarancangan Pabrik Polistirena dengan Proses Polimerisasi Suspensi Kapasitas Ton/Tahun BAB III SPESIFIKASI ALAT BAB III SPESIFIKASI ALAT 1. Tangki Penyimpanan Spesifikasi Tangki Stirena Tangki Air Tangki Asam Klorida Kode T-01 T-02 T-03 Menyimpan Menyimpan air Menyimpan bahan baku stirena monomer proses untuk 15

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PROSES

BAB III PERANCANGAN PROSES BAB III PERANCANGAN PROSES 3.1. URAIAN PROSES Pabrik asetanilida ini di produksi dengan kapasitas 27.500 ton/tahun dari bahan baku anilin dan asam asetat yang akan beroperasi selama 24 jam perhari dalam

Lebih terperinci

BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES. : untuk menyerap NH3 dan CO2 oleh. : Menara bahan isian (packed tower) : Low alloy steel SA 204 grade C

BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES. : untuk menyerap NH3 dan CO2 oleh. : Menara bahan isian (packed tower) : Low alloy steel SA 204 grade C BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES 3.1. Absorber Kode : AB : untuk menyerap NH3 dan CO2 oleh H2O Material Kondisi Operasi : Menara bahan isian (packed tower) : Low alloy steel SA 204 grade C : T = 40

Lebih terperinci

AMONIUM NITRAT (NH4NO3)

AMONIUM NITRAT (NH4NO3) AMONIUM NITRAT (NH4NO3) K E L OM P OK 4 ANG G O T A K E L OM P OK : D E B B Y D WI C. ( 15 0 0 0 2 0 12 0 ) I ND AH TR I R. ( 15 0 0 0 2 0 12 1) M U S L I M E K A A. ( 15 0 0 0 2 0 12 2 ) AD I T Y A FAHR

Lebih terperinci

E V A P O R A S I PENGUAPAN

E V A P O R A S I PENGUAPAN E V A P O R A S I PENGUAPAN Faktor yang mempengaruhi laju evaporasi Laju dimana panas dapat dipindahkan ke cairan Jumlah panas yang dibutuhkan untuk menguapkan setiap satuan massa air Suhu maksimum yang

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya BAB II DASAR TEORI 2.1 Hot and Cool Water Dispenser Hot and cool water dispenser merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengkondisikan temperatur air minum baik dingin maupun panas. Sumber airnya berasal

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Amonium Klorida dengan Proses Amonium Sulfat - Natrium Klorida Kapasitas Ton/ Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Amonium Klorida dengan Proses Amonium Sulfat - Natrium Klorida Kapasitas Ton/ Tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik Perkembangan industri kimia tiap tahunnya mengalami peningkatan yang begitu cepat dan mempunyai dampak terhadap tumbuhnya berbagai industri yang terkait.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara Sistem pengkondisian udara adalah suatu proses mendinginkan atau memanaskan udara sehingga dapat mencapai temperatur dan kelembaban yang sesuai dengan

Lebih terperinci

Evaporasi S A T U A N O P E R A S I D A N P R O S E S T I P F T P UB

Evaporasi S A T U A N O P E R A S I D A N P R O S E S T I P F T P UB Evaporasi S A T U A N O P E R A S I D A N P R O S E S T I P F T P UB M A S U D E F F E N D I Pendahuluan Evaporasi bertujuan untuk memekatkan atau menaikkan konsentrasi zat padat dari bahan yang berupa

Lebih terperinci

PERALATAN INDUSTRI KIMIA (CRYSTALLIZATION, HEAT TREATMENT, SEPARATION & FILTER)

PERALATAN INDUSTRI KIMIA (CRYSTALLIZATION, HEAT TREATMENT, SEPARATION & FILTER) PERALATAN INDUSTRI KIMIA (CRYSTALLIZATION, HEAT TREATMENT, SEPARATION & FILTER) Penyusun: Lely Riawati, ST., MT. Agustina Eunike, ST., MT., MBA PERALATAN INDUSTRI KIMIA YANG DIBAHAS : I Material Handling

Lebih terperinci

Teknologi pengeringan bed fluidasi (fluidized Bed)

Teknologi pengeringan bed fluidasi (fluidized Bed) Teknologi pengeringan bed fluidasi (fluidized Bed) Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa akan dapat menjelaskan teknologi pengeringan bed fluidasi (fluidized Bed) Sub

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PROSES

BAB III PERANCANGAN PROSES BAB III PERANCANGAN PROSES 3.1. Uraian Proses Pabrik Fosgen ini diproduksi dengan kapasitas 30.000 ton/tahun dari bahan baku karbon monoksida dan klorin yang akan beroperasi selama 24 jam perhari dalam

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PROSES

BAB III PERANCANGAN PROSES BAB III PERANCANGAN PROSES 3.1. Uraian Proses Larutan benzene sebanyak 1.257,019 kg/jam pada kondisi 30 o C, 1 atm dari tangki penyimpan (T-01) dipompakan untuk dicampur dengan arus recycle dari menara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PLTU 3 Jawa Timur Tanjung Awar-Awar Tuban menggunakan heat. exchanger tipe Plate Heat Exchanger (PHE).

BAB I PENDAHULUAN. PLTU 3 Jawa Timur Tanjung Awar-Awar Tuban menggunakan heat. exchanger tipe Plate Heat Exchanger (PHE). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Heat Exchanger adalah alat penukar kalor yang berfungsi untuk mengubah temperatur dan fasa suatu jenis fluida. Proses tersebut terjadi dengan memanfaatkan proses perpindahan

Lebih terperinci

MODUL 1.04 FILTRASI LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA JURUSAN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA CILEGON BANTEN

MODUL 1.04 FILTRASI LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA JURUSAN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA CILEGON BANTEN MODUL 1.04 FILTRASI LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA JURUSAN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA CILEGON BANTEN 2008 2 Modul 1.04 FILTRASI I. Tujuan Praktikum: Mahasiswa dapat memahami tentang

Lebih terperinci

Ahmad Zaki Mubarok Kimia Fisik Pangan 2014

Ahmad Zaki Mubarok Kimia Fisik Pangan 2014 Ahmad Zaki Mubarok Kimia Fisik Pangan 2014 1 Kristalisasi adalah proses dimana kristal padat dari suatu zat terlarut terbentuk pada suatu larutan. Komponen terlarut dipisahkan dari larutan dengan membuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia sebagai negara berkembang memiliki stabilitas ekonomi yang cenderung naik turun. Oleh karena itu, kini Pemerintah Indonesia sedang giat dalam meningkatkan

Lebih terperinci

PRINSIP DASAR KRISTALISASI

PRINSIP DASAR KRISTALISASI PRINSIP DASAR KRISTALISASI Posted on 20.12 by ayu anisa No comments Pengertian Kristalisasi Kristalisasi merupakan istilah yang menunjukkan beberapa fenomena yang berbeda berkaitan dengan pembentukan struktur

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR BAB II DASAR TEORI

LAPORAN TUGAS AKHIR BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Dispenser Air Minum Hot and Cool Dispenser air minum adalah suatu alat yang dibuat sebagai alat pengkondisi temperatur air minum baik air panas maupun air dingin. Temperatur air

Lebih terperinci

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Pengaruh Arus Listrik Terhadap Hasil Elektrolisis Elektrolisis merupakan reaksi yang tidak spontan. Untuk dapat berlangsungnya reaksi elektrolisis digunakan

Lebih terperinci

JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA TUGAS AKHIR PRARANCANGAN PABRIK AMONIUM KLORIDA DARI AMONIUM SULFAT DAN SODIUM KLORIDA KAPASITAS 25.000 TON/TAHUN Oleh: Novalia Mustika Sari I 0508057 Ki Bagus Teguh Santoso I 0508098 JURUSAN TEKNIK KIMIA

Lebih terperinci

KIMIA TERAPAN (APPLIED CHEMISTRY) (PENDAHULUAN DAN PENGENALAN) Purwanti Widhy H, M.Pd Putri Anjarsari, S.Si.,M.Pd

KIMIA TERAPAN (APPLIED CHEMISTRY) (PENDAHULUAN DAN PENGENALAN) Purwanti Widhy H, M.Pd Putri Anjarsari, S.Si.,M.Pd KIMIA TERAPAN (APPLIED CHEMISTRY) (PENDAHULUAN DAN PENGENALAN) Purwanti Widhy H, M.Pd Putri Anjarsari, S.Si.,M.Pd KIMIA TERAPAN Penggunaan ilmu kimia dalam kehidupan sehari-hari sangat luas CAKUPAN PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES

II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES A. Pemilihan Proses Usaha produksi dalam pabrik kimia membutuhkan berbagai sistem proses dan sistem pemroses yang dirangkai dalam suatu sistem proses produksi yang disebut

Lebih terperinci

Pabrik Gula dari Nira Siwalan dengan Proses Fosfatasi-Flotasi

Pabrik Gula dari Nira Siwalan dengan Proses Fosfatasi-Flotasi Pabrik Gula dari Nira Siwalan dengan Proses Fosfatasi-Flotasi Nurul Istiqomah (2309 030 075) Rini Rahayu (2309 030 088) Dosen Pembimbing : Prof.Dr.Ir.Danawati Hari Prajitno, M.Pd NIP : 19510729 198603

Lebih terperinci

Maka persamaan energi,

Maka persamaan energi, II. DASAR TEORI 2. 1. Hukum termodinamika dan sistem terbuka Termodinamika teknik dikaitkan dengan hal-hal tentang perpindahan energi dalam zat kerja pada suatu sistem. Sistem merupakan susunan seperangkat

Lebih terperinci

1/14/2014 NERACA MASSA DALAM PENGOLAHAN PANGAN

1/14/2014 NERACA MASSA DALAM PENGOLAHAN PANGAN NERACA MASSA DALAM PENGOLAHAN PANGAN Tujuan Instruksional Khusus : Mahasiswa dapat menjelaskan prinsip dasar hukum kekekalan massa Mahasiswa dapat melakukan analisa aliran bahan yang masuk dan keluar selama

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin pendingin atau kondensor adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan panas dari dalam ruangan ke luar ruangan. Adapun sistem mesin pendingin yang

Lebih terperinci

BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES

BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES III.. Spesifikasi Alat Utama Alat-alat utama di pabrik ini meliputi mixer, static mixer, reaktor, separator tiga fase, dan menara destilasi. Spesifikasi yang ditunjukkan

Lebih terperinci

Gambar 2.21 Ducting AC Sumber : Anonymous 2 : 2013

Gambar 2.21 Ducting AC Sumber : Anonymous 2 : 2013 1.2.3 AC Central AC central sistem pendinginan ruangan yang dikontrol dari satu titik atau tempat dan didistribusikan secara terpusat ke seluruh isi gedung dengan kapasitas yang sesuai dengan ukuran ruangan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PROSES

BAB III PERANCANGAN PROSES BAB III PERANCANGAN PROSES 3.1 Uraian Proses 3.1.1 Persiapan Bahan Baku Proses pembuatan Acrylonitrile menggunakan bahan baku Ethylene Cyanohidrin dengan katalis alumina. Ethylene Cyanohidrin pada T-01

Lebih terperinci

Perancangan Instalasi Unit Utilitas Kebutuhan Air pada Industri dengan Bahan Baku Air Sungai

Perancangan Instalasi Unit Utilitas Kebutuhan Air pada Industri dengan Bahan Baku Air Sungai Perancangan Instalasi Unit Utilitas Kebutuhan Air pada Industri dengan Bahan Baku Air Sungai Air yang digunakan meliputi : 1. Air pendingin, digunakan untuk mendinginkan alat penukar panas. 2. Air Proses,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. panas. Karena panas yang diperlukan untuk membuat uap air ini didapat dari hasil

BAB II LANDASAN TEORI. panas. Karena panas yang diperlukan untuk membuat uap air ini didapat dari hasil BAB II LANDASAN TEORI II.1 Teori Dasar Ketel Uap Ketel uap adalah pesawat atau bejana yang disusun untuk mengubah air menjadi uap dengan jalan pemanasan, dimana energi kimia diubah menjadi energi panas.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perpindahan Panas Perpindahan panas adalah perpindahan energi karena adanya perbedaan temperatur. Perpindahan kalor meliputu proses pelepasan maupun penyerapan kalor, untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perak Nitrat Perak nitrat merupakan senyawa anorganik tidak berwarna, tidak berbau, kristal transparan dengan rumus kimia AgNO 3 dan mudah larut dalam alkohol, aseton dan air.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Energi Departemen Teknik Mesin dan Biosistem dan Laboratorium Kimia Pangan Departemen Ilmu Teknologi

Lebih terperinci

II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES

II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES 10 II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES A. Proses Pembuatan Disodium Fosfat Anhidrat Secara umum pembuatan disodium fosfat anhidrat dapat dilakukan dengan 2 proses berdasarkan bahan baku yang digunakan, yaitu

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PROSES

BAB III PERANCANGAN PROSES BAB III PERANCANGAN PROSES 3.1. Uraian Proses Reaksi pembentukan C8H4O3 (phthalic anhydride) adalah reaksi heterogen fase gas dengan katalis padat, dimana terjadi reaksi oksidasi C8H10 (o-xylene) oleh

Lebih terperinci

BAB III SPESIFIKASI ALAT

BAB III SPESIFIKASI ALAT digilib.uns.ac.id 47 BAB III PROSES 3.1. Alat Utama Tabel 3.1 Spesifikasi Reaktor Kode R-01 Mereaksikan asam oleat dan n-butanol menjadi n-butil Oleat dengan katalis asam sulfat Reaktor alir tangki berpengaduk

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang B. Tinjauan Pustaka

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang B. Tinjauan Pustaka BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Sektor industri termasuk industri kimia di dalamnya, dewasa ini mengalami pertumbuhan yang sangat pesat seiring dengan meningkatnya kebutuhan hidup manusia, baik dari

Lebih terperinci

BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES. Kode M-01 M-02 M-03 Fungsi Mencampur NaOH 98% dengan air menjadi larutan NaOH 15%

BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES. Kode M-01 M-02 M-03 Fungsi Mencampur NaOH 98% dengan air menjadi larutan NaOH 15% III.1 Spesifikasi Alat Utama BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES Alat-alat utama di pabrik ini meliputi mixer, reaktor, netralizer, evaporator, centrifuge, dekanter. Spesifikasi yang ditunjukkan adalah fungsi,

Lebih terperinci

Gbr. 2.1 Pusat Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU)

Gbr. 2.1 Pusat Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian HRSG HRSG (Heat Recovery Steam Generator) adalah ketel uap atau boiler yang memanfaatkan energi panas sisa gas buang satu unit turbin gas untuk memanaskan air dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditimbulkan oleh proses reaksi dalam pabrik asam sulfat tersebut digunakan Heat Exchanger

BAB I PENDAHULUAN. ditimbulkan oleh proses reaksi dalam pabrik asam sulfat tersebut digunakan Heat Exchanger BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam proses produksi Asam Sulfat banyak menimbulkan panas. Untuk mengambil panas yang ditimbulkan oleh proses reaksi dalam pabrik asam sulfat tersebut digunakan

Lebih terperinci

II. DESKRIPSI PROSES. Pembuatan kalsium klorida dihidrat dapat dilakukan dengan beberapa macam proses:

II. DESKRIPSI PROSES. Pembuatan kalsium klorida dihidrat dapat dilakukan dengan beberapa macam proses: II. DESKRIPSI PROSES A. Jenis Proses Pembuatan kalsium klorida dihidrat dapat dilakukan dengan beberapa macam proses: 1. Proses Recovery reaksi samping pembuatan soda ash ( proses solvay ) Proses solvay

Lebih terperinci

PENGOPERASIAN COOLING WATER SYSTEM UNTUK PENURUNAN TEMPERATUR MEDIA PENDINGIN EVAPORATOR. Ahmad Nurjana Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN

PENGOPERASIAN COOLING WATER SYSTEM UNTUK PENURUNAN TEMPERATUR MEDIA PENDINGIN EVAPORATOR. Ahmad Nurjana Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN PENGOPERASIAN COOLING WATER SYSTEM UNTUK PENURUNAN TEMPERATUR MEDIA PENDINGIN EVAPORATOR ABSTRAK Ahmad Nurjana Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN PENGOPERASIAN COOLING WATER SYTEM UNTUK PENURUNAN

Lebih terperinci

LABORATORIUM PERLAKUAN MEKANIK

LABORATORIUM PERLAKUAN MEKANIK LABORATORIUM PERLAKUAN MEKANIK SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2013 / 2014 MODUL PEMBIMBING : Plate and Frame Filter Press : Iwan Ridwan, ST, MT Tanggal Praktikum : 10 Juni 2014 Tanggal Pengumupulan : 21 Juni

Lebih terperinci

PABRIK AMMONIUM NITRAT DARI AMMONIA DAN ASAM NITRAT DENGAN PROSES FAUSER

PABRIK AMMONIUM NITRAT DARI AMMONIA DAN ASAM NITRAT DENGAN PROSES FAUSER PABRIK AMMONIUM NITRAT DARI AMMONIA DAN ASAM NITRAT DENGAN PROSES FAUSER PRA RENCANA PABRIK Oleh : Adinda Gitawati NPM : 0831010054 PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA PRA RANCANGAN PABRIK AMMONIUM NITRAT KAPASITAS 180.000 TON/TAHUN Oleh: Nurmeilia Rahmaniar Heni Sofiana NIM.21030110151073 NIM.21030110151130 JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Magnesium klorida Salah satu kegunaan yang paling penting dari MgCl 2, selain dalam pembuatan logam magnesium, adalah pembuatan semen magnesium oksiklorida, dimana dibuat melalui

Lebih terperinci

BAB III SISTEM REFRIGERASI DAN POMPA KALOR

BAB III SISTEM REFRIGERASI DAN POMPA KALOR BAB III SISTEM REFRIGERASI DAN POMPA KALOR Untuk mengenalkan aspek-aspek refrigerasi, pandanglah sebuah siklus refrigerasi uap Carnot. Siklus ini adalah kebalikan dari siklus daya uap Carnot. Gambar 1.

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Pengujian alat pendingin..., Khalif Imami, FT UI, 2008

BAB II DASAR TEORI. Pengujian alat pendingin..., Khalif Imami, FT UI, 2008 BAB II DASAR TEORI 2.1 ADSORPSI Adsorpsi adalah proses yang terjadi ketika gas atau cairan berkumpul atau terhimpun pada permukaan benda padat, dan apabila interaksi antara gas atau cairan yang terhimpun

Lebih terperinci

Pemurnian Garam Lokal Untuk Konsumsi Industri Syafruddin dan Munawar ABSTRAK

Pemurnian Garam Lokal Untuk Konsumsi Industri Syafruddin dan Munawar ABSTRAK Pemurnian Garam Lokal Untuk Konsumsi Industri Syafruddin dan Munawar ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemurnian produk garam lokal, sehingga memenuhi standar sebagai garam untuk konsumsi

Lebih terperinci

1. Ciri-Ciri Reaksi Kimia

1. Ciri-Ciri Reaksi Kimia Apakah yang dimaksud dengan reaksi kimia? Reaksi kimia adalah peristiwa perubahan kimia dari zat-zat yang bereaksi (reaktan) menjadi zat-zat hasil reaksi (produk). Pada reaksi kimia selalu dihasilkan zat-zat

Lebih terperinci

BAB V SPESIFIKASI ALAT PROSES

BAB V SPESIFIKASI ALAT PROSES BAB V SPESIFIKASI ALAT PROSES A. Peralatan Proses 1. Reaktor ( R-201 ) : Mereaksikan 8964,13 kg/jam Asam adipat dengan 10446,49 kg/jam Amoniak menjadi 6303,2584 kg/jam Adiponitril. : Reaktor fixed bed

Lebih terperinci

PERALATAN INDUSTRI KIMIA

PERALATAN INDUSTRI KIMIA PERALATAN INDUSTRI KIMIA (SIZE REDUCTION, STORAGE, REACTOR ) Penyusun: Lely Riawati, ST., MT. Agustina Eunike, ST., MT., MBA. PERALATAN INDUSTRI KIMIA YANG DIBAHAS : I Material Handling II III Size Reduction

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hexamine Hexamine merupakan produk dari reaksi antara amonia dan formalin dengan menghasilkan air sebagai produk samping. 6CH 2 O (l) + 4NH 3(l) (CH 2 ) 6 N 4 + 6H 2 O Gambar

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA ABSTRAK

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA ABSTRAK LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA 1113016200027 ABSTRAK Larutan yang terdiri dari dua bahan atau lebih disebut campuran. Pemisahan kimia

Lebih terperinci

ANALISA DESAIN DAN PERFORMA KONDENSOR PADA SISTEM REFRIGERASI ABSORPSI UNTUK KAPAL PERIKANAN

ANALISA DESAIN DAN PERFORMA KONDENSOR PADA SISTEM REFRIGERASI ABSORPSI UNTUK KAPAL PERIKANAN ANALISA DESAIN DAN PERFORMA KONDENSOR PADA SISTEM REFRIGERASI ABSORPSI UNTUK KAPAL PERIKANAN Jurusan Teknik Sistem Perkapalan Fakultas Teknologi Keluatan Institut Teknolgi Sepuluh Nopember Surabaya 2011

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Air Conditioner Air Conditioner (AC) digunakan untuk mengatur temperatur, sirkulasi, kelembaban, dan kebersihan udara didalam ruangan. Selain itu, air conditioner juga

Lebih terperinci

Bunga. Sayuran. Cold Storage. Hortikultura

Bunga. Sayuran. Cold Storage. Hortikultura Cold Storage Hortikultura Panen C 6 H 12 O 6 + O 2 Respirasi 6 CO 2 + 6 H 2 O + 673 Kal Umur simpan produk Tergantung dari laju evolusi panas Kondisi lingkungan daun buah Sayuran : kailan, brokoli, horenzo,

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMENTAL PEMURNIAN GARAM NACL DENGAN CARA REKRISTALISASI

STUDI EKSPERIMENTAL PEMURNIAN GARAM NACL DENGAN CARA REKRISTALISASI Setyopratomo, Siswanto, Ilham, Studi Eksperimental Pemurnian Garam STUDI EKSPERIMENTAL PEMURNIAN GARAM NACL DENGAN CARA REKRISTALISASI Puguh Setyopratomo, Wahyudi Siswanto dan Heru Sugiyanto Ilham Jurusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Gambaran Umum Nira Siwalan atau Lontar Menurut Rismawati dan Nashrullah, 2012, Pohon lontar berasal dari India dan kemudian tersebar sampai Papua Nugini, Afrika, Australia,

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Asam Nitrat Dari Natrium Nitrat dan Asam Sulfat Kapasitas Ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Asam Nitrat Dari Natrium Nitrat dan Asam Sulfat Kapasitas Ton/tahun BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik Senyawa nitrat banyak terdapat di alam dalam bentuk garam-garam nitrat. Asam nitrat (HNO 3 ) diperkirakan berasal dari mineral sodium nitrat (NaNO

Lebih terperinci

STUDY PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA PADA EVAPORASI NIRA DI DALAM FALLING FILM EVAPORATOR DENGAN ADANYA ALIRAN UDARA

STUDY PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA PADA EVAPORASI NIRA DI DALAM FALLING FILM EVAPORATOR DENGAN ADANYA ALIRAN UDARA Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2010 STUDY PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA PADA EVAPORASI NIRA DI DALAM FALLING FILM EVAPORATOR DENGAN ADANYA ALIRAN

Lebih terperinci