WASTE TREATMENT COMPETITION PEMANFAATAN KULIT DURIAN SEBAGAI BIOSORBEN LOGAM BERAT PADA LIMBAH INDUSTRI PENGOLAHAN MINERAL DI INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "WASTE TREATMENT COMPETITION PEMANFAATAN KULIT DURIAN SEBAGAI BIOSORBEN LOGAM BERAT PADA LIMBAH INDUSTRI PENGOLAHAN MINERAL DI INDONESIA"

Transkripsi

1 WASTE TREATMENT COMPETITION PEMANFAATAN KULIT DURIAN SEBAGAI BIOSORBEN LOGAM BERAT PADA LIMBAH INDUSTRI PENGOLAHAN MINERAL DI INDONESIA LIMBAH INDUSTRI Diusulkan Oleh : Reza Anggara Indra Zaki Achirudin Juli Wahyu Prayogi f INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG BANDUNG 2014

2 ABSTRAK UU Minerba yang diberlakukan sejak 12 Januari 2014 lalu melarang perusahaan tambang untuk mengekspor mineral mentah. Kebijakan tersebut membuat para pengusaha harus membangun industri pengolahan mineral di dalam negeri. Hal ini memberikan dampak positif tehadap kemajuan industri dan perekonomian negara. Namun, industri pengolahan dan pemurnian mineral dapat memberikan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pembuangan logam berat seperti Tembaga (Cu), Kadmium (Cd), Timbal (Pb), Seng (Zn), dan Nikel (Ni) yang sangat beracun dan bersifat karsinogen. Penanganan logam berat ini relatif mahal, sehingga beberapa industri cenderung mengabaikannya. Di lain hal, Indonesia menghasilkan banyak limbah pertanian, salah satunya kulit durian. Lebih dari 300 ribu ton kulit durian dihasilkan setiap tahunnya dan jumlah tersebut akan bertambah seiring dengan meningkatnya jumlah konsumsi buah durian. Selama ini, kulit durian dianggap sebagai limbah yang tidak memiliki nilai ekonomis dan umumnya dibuang atau dibakar, padahal ada potensi manfaat berupa kandungan pektin yang mampu mengadsorpsi logam berat. Dalam karya tulis ini, penulis akan membahas potensi pengolahan kulit durian untuk dijadikan biosorben logam berat sebagai alternatif penanganan limbah industri pengolahan mineral, mengingat kulit durian mengandung pektin sebesar 2,56%. Pektin kulit durian yang dimodifikasi melalui proses pengaturan temperatur dan ph memiliki kemampuan mengadsorp logam berat yang cukup baik, bahkan lebih baik dari sebagian produk biosorben komersial. Biaya pembuatan yang murah, efisien, serta kemudahan dalam regenerasi menjadi keuntungan dari biosorben ini. Oleh karena itu, penulis menyimpulkan biosorben ini layak sebagai alternatif penanganan logam berat pada limbah industri pengolahan mineral. Metode yang penulis gunakan dalam karya tulis ini adalah studi literatur dari berbagai hasil penelitian yang telah dipublikasikan di jurnal dalam negeri dan internasional. Kata Kunci : Biosorben, Logam Berat, Kulit Durian, Pektin, Pengolahan Limbah

3 KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah Swt atas segala limpahan rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul Pemanfaatan Kulit Durian sebagai Biosorben Logam Berat pada Limbah Industri Pengolahan Mineral di Indonesia dengan lancar. Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat bimbingan, asuhan, dan dorongan dari berbagai pihak, untuk itu perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada, 1. Keluarga tercinta, terutama kedua orang tua dan saudara-saudara penulis yang telah memberikan dukungan, semangat, dan bantuan baik moral, materi, ataupun spiritual. 2. Ibu Dr. Retno Gumilang Dewi selaku dosen pebimbing. 3. Semua dosen prodi Teknik Kimia ITB 4. Kepada teman-teman yang telah memberikan bantuan baik berupa dukungan nyata ataupun semangat. 5. Serta pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Harapan penulis, Karya Tulis Ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi masyarakat khusunya kalangan pelajar dan industri. Bandung, 18 Oktober 2014 Penulis i

4 DAFTAR ISI Halaman Abstrak Kata Pengantar... i Daftar Isi....ii Daftar Gambar dan Tabel... iv BAB I. Pendahuluan Latar Belakang Permasalahan Tujuan Manfaat Penulisan Sistematika Penulisan... 3 BAB II. Tinjauan Pustaka Durian Pektin Biosorben Logam Berat Keracunan Logam Berat... 7 BAB III. Metode Penulisan Metode Pengumpulan Data Subjek Penelitian... 8 BAB IV. Pembahasan Potensi Kulit Durian di Indonesia Pengolahan, Pembuatan, dan Modifikasi Perbandingan antara DRP (Durian Rind Pectin) dengan (modified Durian Rind Pectin) Perbandingan antara mdrp dengan Citrus Pectin (CP) dan Modified Citrus Pectin (mcp) ii

5 BAB V. Penutup Simpulan Saran Daftar Pustaka Lampiran iii

6 DAFTAR GAMBAR DAN TABEL Halaman Gambar I. Struktur Molekul Pektin... 5 Gambar II. Grafik Penyediaan dan Konsumsi Buah Durian Setiap Tahun... 9 Tabel I. Data Perbandingan Kemampuan Adsorbsi DRP dan MDRP Tabel II. Data Perbandingan Kemampuan Adsorbsi mdrp, CP, dan mcp iv

7 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Minerba yang diberlakukan sejak 12 Januari 2014 lalu melarang perusahaan tambang untuk mengekspor mineral mentah. Kebijakan tersebut membuat para pengusaha harus membangun industri pengolahan mineral di dalam negeri. Hal ini memberikan dampak positif tehadap perekonomian negara. Di sisi lain, industri pengolahan mineral dapat memberikan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pembuangan logam berat seperti Tembaga (Cu), Kadmium (Cd), Timbal (Pb), Seng (Zn), dan Nikel (Ni). Logam berat tersebut sangat beracun bagi manusia dan sebagian bersifat karsinogen walaupun dalam skala kecil. Penanganan logam berat ini umumnya menggunakan teknologi ion exchange, membran, dan ekstraksi. Teknologi tersebut relatif mahal sehingga beberapa industri cenderung mengabaikan penanganan limbah. Indonesia merupakan negara agraris yang menghasilkan beragam produk pertanian, demikian pula limbah hasil pengolahannya, salah satunya adalah limbah kulit durian. Lebih dari 300 ribu ton kulit durian dihasilkan setiap tahunnya. Jumlah konsumsi buah durian di Indonesia yang setiap tahunnya meningkat akan menambah jumlah kulit durian di dalam negeri. Selama ini, kulit durian dianggap sebagai limbah yang tidak memilki nilai ekonomis dan umumnya dibuang atau dibakar. Sementara itu, ada potensi manfaat di dalamnya, yaitu kandungan pektin. Pektin yang biasa digunakan sebagai stabilizer dalam industri pangan mampu mengadsorp logam berat. Dalam karya tulis ini akan dibahas potensi pemanfaatan limbah kulit durian sebagai biosorben dan pengujian kelayakannya. Hal ini ditujukan sebagai usulan alternatif solusi pengelolaan logam berat dalam limbah industri pengolahan mineral, sehingga diharapkan dapat meningkatkan kualitas perairan dan lingkungan di sekitar kawasan industri pengolahan mineral.

8 2 1.2 Rumusan Masalah Permasalahan yang akan dibahas pada karya tulis ini meliputi: 1) Bagaimana potensi pemanfaatan kulit durian sebagai biosorben logam berat pada limbah industri pengolahan mineral? 2) Bagaimana kelayakan biosorben kulit durian sebagai agen pengadsorb logam berat pada limbah industri pengolahan mineral? 3) Bagaimana perbandingan biosorben kulit durian terhadap biosorben lain yang berbahan dasar pektin? 1.3 Tujuan Tujuan penulisan karya tulis ini meliputi: 1) Melakukan analisis potensi pemanfaatan limbah kulit durian sebagai biosorben logam berat di industri mineral. 2) Melakukan studi kelayakan biosorben limbah kulit durian sebagai agen pengadsorb logam berat pada limbah industri pengolahan mineral. 3) Memberikan alternatif solusi pengelolaan logam berat limbah industri mineral di Indonesia dengan pemanfaatan kandungan pektin limbah kulit durian sebagai biosorben logam berat. 1.4 Manfaat Penulisan Manfaat dari penulisan karya tulis ini meliputi: 1) Sebagai upaya pendayagunaan limbah kulit durian sebagai biosorben logam berat pada limbah industri mineral. 2) Sebagai alternatif solusi pengelolaan logam berat dalam limbah industri pengolahan mineral 3) Sebagai langkah efektif guna meningkatkan kualitas perairan dan lingkungan di sekitar kawasan industri pengolahan mineral.

9 3 1.5 Sistematika Penulisan Penulisan karya tulis ilmiah ini dibagi dalam lima bab yang terdiri dari pendahuluan, tinjauan pustaka, metode penulisan, pembahasan, dan penutup. Bab 1 membahas tentang latar belakang pemanfaatan limbah kulit durian sebagai biosorben, permasalahan yang muncul, tujuan penulisan, serta manfaat dari penulisan karya tulis ini. Bab 2 memaparkan studi pustaka yang terkait dengan permasalahan yang dibahas dalam karya tulis. Bab 3 berisi metode pengumpulan data dan pengolahannya. Bab 4 membahas mengenai potensi limbah kulit durian menjadi biosorben logam berat dengan bahan baku pektin, proses pengolahan dan modifikasi pektin, analisis kelayakan biosorben limbah kulit durian sebagai agen pengadsorb logam berat, dan perbandingan biosrben limbah kulit durian dengan produk biosorben lain. Bab 5 berisi kesimpulan dan saran.

10 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Durian Tanaman durian ( Durio zibethinus Murr ) termasuk dalam famili Bombaceae yang dikenal sebagai buah tropis basah asli Indonesia. Tanaman durian merupakan buah asli Indonesia yang menempati posisi ke-4 buah nasional dengan produksi yang tidak merata sepanjang tahun, lebih kurang 700 ribu ton per tahun. Secara nasional, tanaman durian mengalami musim panen yang tidak serentak yang berlangsung dari bulan September sampai Pebruari serta mengalami masa paceklik bulan April sampai Juli (Sinar Tani, 2010 dalam artikel Chaerul Novita P, 2013 ). Durian (Durio zibhetinus Murr) merupakan buah yang memiliki aroma yang sangat khas, buah ini juga merupakan buah yang banyak diminati masyarakat karena rasa enak dan aromanya yang harum. Pada saat musim buah durian, maka masalah lingkungan pun terjadi akibat dari limbah kulit itu sendiri yang dianggap tidak memiliki nilai ekonomis. ( Tim Bina Karya Tani, 2010 dalam artikel Chaerul Novita P, 2013). Hutan Malaysia, Sumatera dan Kalimantan merupakan asal tanaman ini, tanaman ini pada mulanya merupakan tanaman liar. Selanjutnya persebaran buah ini ke arah Barat yaitu di negara Thailand, Birma, India dan Pakistan. Buah Durian memiliki berbagai varietas, beberapa yang sudah di kenal yaitu durian sukun ( Jawa Tengah ), petruk ( Jawa Tengah ), Montong ( Thailand ) dan lainlain ( Tim Bina Karya Tani, 2008, dalam artikel Chaerul Novita P, 2013 ). Saat ini, proporsi pemanfaatan durian berpusat hanya di bagian daging buahnya saja. Hal ini tentu saja akan menimbulkan dampak limbah bagian durian lainnya yang tidak terpakai. Bagian yang tidak terpakai tersebut mayoritas adalah kulit durian. Hal ini tentu saja amat disayangkan, mengingat potensi kulit durian yang dapat dimanfaatkan untuk hal lain. Kulit durian merupakan limbah rumah tangga yang di buang sebagai sampah dan tidak memiliki nilai ekonomi, khususnya di desa ploso, jumapolo, karanganyar. Pada saat puncaknya limbah kulit durian mencapai 100 ton per hari

11 5 (Data ini diambil dari usaha pengolahan daging buah yang dimiliki oleh Yahya Imanuddin, Mahasiswa Manajemen Rekayasa Industri ITB) Jumlah ini terhitung sangat banyak apalagi jika limbah kulit durian ini dibuang begitu saja. Kulit durian sebetulnya memiliki potensi untuk dimanfaatkan. 2.2 Pektin Pektin merupakan polimer yang mengandung asam galakturonat (minimum 65%). Kelompok asam ini bisa asam bebas atau dikombinasikan sebagai metil ester atau garam. Bahkan dibeberapa jenis pektin juga mengandung gugus amida. ( L. Kurniasari et al, 2012). Pektin memiliki struktur molekul sebagai berikut (Lihat Gambar 1). Gambar I. Struktur Molekul Pektin ( M. Nasril Syah, 2010) Reaksi esterifikasi asam galakturonat dengan methanol atau asam asetat merupakan reaksi yang akan menentukan karakteristik struktur pektin yang dihasilkan. Derajat esterifikasi (degree of esterification / DE) pektin menunjukkan persentase gugus karbonyl yang diesterifikasi dengan methanol. Jika lebih dari 50% gugus karboksil dimetilasi, maka pektin yang dihasilkan tergolong high methoxyl pectin (HMP). Sedangkan jika kurang dari 50% yang dimetilasi, maka disebut low methoxyl pectin (LMP). Pektin yang umum terdapat pada limbah pertanian adalah pektin jenis HMP. Pektin jenis ini akan membentuk gel pada ph rendah dan dengan adanya padatan terlarut dalam jumlah besar. Gel yang terbentuk akan mudah larut dalam air sehingga praktis pektin jenis HMP tidak bisa digunakan sebagai adsorben logam berat (Mata dkk., 2009). Semakin rendah kadar metoksil pektin maka sifat pembentukan jellinya akan semakin berkurang, sehingga jenis pektin yang dapat

12 6 digunakan sebagai adsorben adalah LMP. LMP dapat dihasilkan dari HMP dengan proses demetilasi. Demetilasi adalah proses penurunan kadar metoksil pektin. Proses ini dilakukan untuk mendapatkan LMP dari bahan HMP. Low methoxyl pectin sendiri banyak digunakan sebagai gelling agent pada produksi selai rendah gula. Selain itu LMP juga berpotensi untuk digunakan sebagai senyawa anti kanker (Hartati dan Kurniasari, 2011), dan bila dilihat dari adanya gugus aktif, maka LMP juga berpotensi sebagai biosorben logam-logam berat. 2.3 Biosorben Biosorben adalah jenis adsorben yang terbuat dari komponen organik makhluk hidup. Adsorben adalah sebuah zat yang secara alamiah biasanya berpori dan memiliki luas permukaan yang tinggi yang mampu untuk mengadsorb zat lain menuju permukaannya dengan gaya intermolekular ( ). Pada konsentrasi adsorbsi yang rendah, proses adsorbsi dengan temperatur konstan (isoterm) adalah linier. Pada konsentrasi adsorbsi yang tinggi, proses adsorbsi yang terjadi adalah adsorbsi Langmuir atau freundlich dengan catatan temperaturnya konstan. Dengan fakta bahwa larutan dapat terdistribusi di permukaan adsorben maupun di fasa gerak, adsorben digunakan sebagai fasa stasioner dalam gas-solid dan liquid-solid kromatografi. Adsorben juga digunakan untuk mengekstraksi dengan tujuan menghilangkan material organik maupun ion dalam air dengan volume yang besar secara efisien. 2.4 Logam Berat Logam berat memiliki respon biokimia spesifik terhadap organisme hidup yang dibagi dalam 3 kelompok, yaitu: logam-logam yang mudah mengalami reaksi dengan unsur oksigen, logam yang mudah bereaksi dengan unsur nitrogen dan atau sulfur dan logam transisi yang memiliki sifat khusus sebagai logam pengganti untuk logam atau ion logam dari kelas A atau logam dari kelas B. Logam dapat dikelompokan menjadi logam berat (berat jenis > 5) dan logam ringan (berat jenis < 5), logam esensial dan tidak esensial, dan logam yang

13 7 terdapat dalam jumlah yang sangat kecil dalam kerak bumi ( 1000 ppm) (Palar, 2008; Soemirat, 2003). Logam berasal dari kerak bumi yang berupa bahan murni. Secara alami siklus perputaran logam adalah dari kerak bumi yang kemudian ke lapisan tanah, kemudian ke mahkluk hidup (tanaman, hewan dan manusia) lalu kedalam air, mengendap dan akhirnya kembali ke kerak bumi. Adapun logam yang dapat menyebabkan keracunan adalah jenis logam berat saja. 2.5 Keracunan Logam Kejadian keracunan logam paling sering disebabkan pengaruh pencemaran lingkungan dari logam berat, seperti penggunaan logam untuk pembasmi hama (peptisida), pemupukan atau limbah buangan pabrik yang menggunakan logam. Logam tembaga dan seng termasuk logam esensial yang dalam dosis tertentu dibutuhkan sebagai unsur nutrisi pada hewan, namun bila kadar logam ini melebihi jumlah dosis tertentu akan menyebabkan keracunan (Darmono, 1995). Toksisitas logam dapat bersifat kronis dan akut, sangat bergantung pada berbagai faktor. Adapun yang mempengaruhi toksisitas logam yang akut tergantung pada dosis tinggi sekaligus dalam waktu pendek maka biasanya berefek akut dan parah, waktu pemaparan yang pendek namun massif, dan tergantung pada penyerapan dari organ tersebut terhadap logam yang memungkinkan masuk keperedaran darah dengan cepat. Toksisitas kronis tergantung pada dosis yang tidak tinggi, tetapi paparan yang menahun, gejala yang tidak mendadak dan terpapar pada seluruh bagian organ (Soemirat, 2003).

14 8 BAB III METODE PENULISAN 3.1 Metode Pengumpulan Data Penulisan karya ilmiah ini menggunakan metode kaji teori. Metode ini dipilih karena memiliki karakteristik yang sesuai dengan permasalahan yang diangkat serta tujuan penulisan, yaitu menganalisis potensi pemanfaatan limbah kulit durian sebagai biosorben logam berat di industri pengolahan mineral. 3.2 Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah limbah kulit durian (Duriozibentinus sp.). Limbah kulit durian yang dimodifikasi kandungan pektinnya menjadi MDRP (Modified Durian Rind Pectin), kemudian dibandingkan kemampuan adsorbsinya dengan biosorben lain berbasis pektin seperti CP (Citrus Pectin) dan MCP (Modified Citrus Pectin).

15 Durian ( ribu ton) 9 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Potensi Kulit Durian di Indonesia Indonesia memiliki potensi kulit durian yang sangat besar. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya penyediaan durian di dalam negeri baik yang berasal dari produksi dalam negeri dan impor. Hal ini diperlihatkan dalam grafik berikut Gambar II. Grafik Penyediaan dan Konsumsi Durian Setiap Tahun Penyediaan dan Konsumsi Durian Setiap Tahun Tahun Penyediaan Konsumsi Sumber: neraca bahan makanan, BKP Kementan Berdasarkan grafik di atas kecenderungan penyediaan dan konsumsi semakin meningkat kecuali tahun 2010 yang merosot 38,34% dari tahun Dari harian kompas tanggal 17 Juni 2011 penurunan ini dikarenakan pada pertengahan tahun 2010 curah hujan masih tinggi sehingga tidak ada panen raya. Kulit durian memiliki bobot persentase berat yang dominan dibanding dengan bagian lainnya yaitu 60-75% sedangkan daging (20-35%), dan biji (5-15%) (Djaeni dan Prasetyaningrum, 2010). Dengan melihat bobot kulit durian yang dominan sedangkan belum dimanfaatkan hal ini menjadi potensi untuk mengolah

16 10 kulit durian lebih lanjut untuk mengambil pektin dan kandungan pektin dalam kulit durian yaitu sebesar 2.56% ( Syah,2010). 4.2 Pengolahan, Pembuatan, dan Modifikasi Pektin kulit durian dapat diolah menjadi DRP (Durian Rind Pektin), kemudian dilakukan modifikasi hingga menjadi MDRP (Modified Durian Rind Pektin) yang memiliki kemampuan mengadsorb lebih baik. Modifikasi yang dimaksud meliputi proses pengaturan ph dan temperatur yang menyebabkan rantai pektin lebih pendek, tidak bercabang, dan kaya gugus galaktosa. Rantai yang lebih pendek menyebabkan pektin mudah larut dalam air sehingga memiliki kemampuan lebih tinggi dalam mengadsorb logam-logam berat yang terlarut dalam air. Berikut adalah tahapan pengolahan dan modifikasi pektin menjadi MDRP menurut W.W. Wong dan F.M. Abbas dari Universiti Sains Malaysia. a. Persiapan pektin dari kulit durian Pektin didapatkan dari kulit durian dengan cara ekstraksi. Kulit durian (solidliquid ratio; 1:9 w/v) dimasukkan ke dalam larutan HCl 1M dengan ph=2 kemudian diaduk. Selanjutnya, larutan diekstraksi pada temperatur 90 o C selama 4 jam. Slurry yang terbentuk difiltrasi, kemudian didinginkan pada temperatur 25 o C. Etanol terasamkan (4% HCl dalam 95% etanol) ditambahkan dengan rasio 1:4 (v/v) dan dijaga selama 1 jam. Campuran disentrifugasi dengan kecepatan pengadukan 3000 rpm selama 15 menit. Gel seperti endapan dikumpulkan dan disuspensi ulang dalam distilled water dengan rasio 1:4 (w/v). selanjutnya, larutan dicuci ulang dua kali dengan 95% etanol (1:2 v/v) dan disentrifugasi selama 15 menit (3000 rpm). Endapan yang terbentuk dikumpulkan dan dikeringkan dalam oven vakum temperature 25 o C selama 8 jam. Pektin kering diayak dan disiapkan untuk percobaan selanjutnya. b. Modifikasi DRP Mula-mula, DRP dilarutkan dalam 1,5 % (larutan) dalam distilled water, dan ph-nya ditingkatkan menjadi 10 dengan larutan NaOH 3 N, diikuti dengan inkubasi selama 1 jam pada temperatur o C. Kemudian didinginkan pada temperatur ruangan. ph disesuaikan ke 3 dengan penambahan larutan HCl 3N dan

17 11 disimpan semalam. Sampel diendapkan di hari berikutnya dengan 95% etanaol dan diinkubasi pada 20 o C selama 2 jam, difiltasi, dicuci dengan aseton, dan dikeringkan dala oven vakum pada 25 o C selama 8 jam. Pektin diayak dan disimpan untuk percobaan selanjutnya. Pekti hasil percobaan ini sudah dalam bentuk MDRP. c. Proses biosorbsi Proses biosorpsi logam berat dengan adsorben hayati merupakan proses yang kompleks dan mekanismenya bisa bervariasi tergantung bahan baku adsorbennya (Ahalya dkk., 2003). Bila didasarkan pada metabolisme sel, maka mekanismenya dapat dibagi menjadi adsorpsi yang tergantung pada metabolisme sel dan yang tidak tergantung pada metabolisme sel. Bila bahan baku biosorpsi adalah dari limbah pertanian, maka mekanisme yang mungkin adalah yang tidak tergantung pada metabolisme sel. Mekanisme biosorpsi pada bahan-bahan ini umumnya didasarkan pada interaksi kimia fisika antara ion logam dengan gugus fungsional yang ada pada permukaan sel. Interaksi tersebut dapat berupa interaksi elektrostatik, ion exchange maupun pembentukan kompleks chelat (Ahalya dkk, 2003; Kaewsarn dkk, 2008). Sementara proses biosorpsi sendiri dapat dibagi dalam dua proses utama yaitu adsorpsi ion pada permukaan sel serta bioakumulasi sel adsorben (Ashraf dkk, 2010). 4.3 Perbandingan antara DRP (Durian Rind Pectin) dan mdrp (Modified Durian Rind Pectin) Durian rind pectin merupakan pektin yang telah diolah dari bahan baku kulit durian. Namun, kemampuan adsorbsi logam berat dari durian rind pectin terbilang masih rendah. Untuk meningkatkan kemampuan pectin yang berbahan baku kulit durian perlu dilakukan modifikasi. Modifikasi ini dilakukan dengan cara dan kondisi tertentu. Berikut kami tampilkan perbandingan kemampuan adsorbsi dari DRP dan mdrp.

18 12 Tabel I. Data perbandingan kemampuan adsorbsi DRP dan mdrp Pectin Persen Metal ions yang dapat teradsorbsi Types Cd (II) Cu (II) Zn (II) Pb (II) Ni (II) DRP (10,52 ± (54,94 ± (8,46 ± (38,57 ± (26,12 ± 0,69) % 4,66) % 0,83) % 1,00) % 2,54) % mdrp (40,04 ± 81,24 ± 42,50 ± 57,86 ± 53,58 ± 1,61) % 0,41 % 2,11 % 0,83 % 0,53 % Sumber: Wong, W.W et al, 2008, Modification of durian rind pectin for improved biosorbent ability. Universiti Sains Malaysia Berdasarkan Tabel 1 tersebut, dapat disimpulkan bahwa pektin durian yang telah termodifikasi memiliki kemampuan adsorbsi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pektin durian biasa. Kemampuan adsorbsi mdrp meningkat % dibandingkan dengan kemampuan adsorbsi DRP. Cara memodifikasi pektin kulit durian ini cukup mudah dan murah untuk dilakukan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa mdrp lebih layak digunakan sebagai biosorben logam berat dibandingkan DRP. 4.4 Perbandingan mdrp dengan Citrus Pectin (CP) dan Modified Citrus Pectin (mcp) Citrus Pectin adalah pektin yang terbuat dari kulit jeruk. Pektin jenis ini adalah pektin yang telah dikomersialkan. Secara umum ada dua jenis citrus pectin, yang pertama adalah citrus pectin (CP) biasa, yang kedua adalah Modified Citrus Pectin (mcp). Penelitian untuk menguji kemampuan adsorbsi untuk ketiga jenis pektin tersebut telah dilakukan. Berikut tabel perbandingan kemampuan adsorbsi dari mdrp, CP, dan mcp

19 13 Tabel II. Data perbandingan kemampuan adsorbsi mdrp, CP, dan mcp Pectin Persen Metal ions yang dapat teradsorbsi Types Cd (II) Cu (II) Zn (II) Pb (II) Ni (II) CP (38,43 ± (80,01 ± (41,56 ± (67,06 ± (52,43 ± 2,75) % 1,96) % 2,31) % 1,53) % 2,86) % mdrp (40,04 ± 81,24 ± 42,50 ± 57,86 ± 53,58 ± 1,61) % 0,41 % 2,11 % 0,83 % 0,53 % mcp (93,96 ± (98,40 ± (94,41 ± (97,89 ± (92,72 ± 0,47) % 0,16) % 0,99) % 0,16) % 0,32) % Sumber : Wong, W.W et al, 2008, Modification of durian rind pectin for improved biosorbent ability. Universitas Sains Malaysia Berdasarkan Tabel diatas dapat dilihat kemampuan adsorbsi mdrp secara umum lebih besar dibanding dengan CP. Namun, kemampuan adsorbsi mdrp lebih kecil dibandingkan dengan mdrp. Hal ini terjadi karena mcp sudah masuk dalam tahap komersialisasi sehingga sudah ada tahap penelitian lebih lanjut sedangakan untuk mdrp masih dalam tahap penelitian awal dan belum ada pengembangan produk lebih lanjut. Dari segi harga, mcp jauh lebih mahal dibanding dengan mdrp. Saat ini mcp dihargai sebesar $76.22/ 454 gr (sumber: Harga mcp yang mahal dipengaruhi oleh bahan baku mcp. mcp dibuat dari buah jeruk (kulit dan daging buahnya) hal ini membuat bahan baku pembuatan mcp yaitu buah jeruk diperebutkan oleh industri makanan dan industri pektin. Untuk pembuatan mdrp bahan baku yang digunakan hanya kulit durian, sehingga bahan baku yang dipakai lebih urah bahkan gratis. Dari segi harga, dapat disimpulkan bahwa mdrp lebih murah untuk dibuat.

20 14 BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Ketersedian kulit durian yang banyak dan cenderung meningkat setiap tahunnya akan menjadi potensi bahan baku untuk pembuatan biosorben yang murah dan melimpah. Pektin kulit durian yang sudah dimodifikasi menjadikan biosorben ini layak dan memiliki daya adsorb yang lebih besar disbanding Citrus Pectin. Dengan demikian pengolahan kulit durian menjadi biosorben dapat menjadi solusi alternatif penanganan logam berat limbah industri pengolahan mineral di Indonesia. 5.2 Saran Penelitian ini dapat terus dikembangkan bahkan biosorben berbahan baku kulit durian dapat dibuat dalam skala industri

21 15 DAFTAR PUSTAKA Novita, Chaerul Durian dan Kandungan Kulitnya. Diakses pada 15 Oktober 2014 pukul Universitas Negeri Solo. Syah, M.Nasril Daya Serap Pektin Dari Kulit Buah Durian (Durio Zibethinus) Terhadap Logam Tembaga Dan Seng. Skripsi Jurusan Farmasi Universitas Sumatera Utara. Palar, H. (2008). Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta. Darmono, (1995). Logam Dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. UI Press. Jakarta. Soemirat, J. (2003). Toksikologi Lingkungan. Gadjah Mada University Press. Jogjakarta. Wong, W.W et al, 2008, Modification of durian rind pectin for improved biosorbent ability. Universitas Sains Malaysia Statistik Konsumsi Pangan Tahun L. Kurnia Sari Pektin sebagai Alternatif Bahan Baku Biosorben Logam Berat.

22 16 LAMPIRAN 5.1 Biodata 1 Nama Lengkap Reza Anggara 2 Tempat dan Tanggal Lahir Bandung, 14 Mei NIM Program Studi Teknik Kimia 5 Penghargaan dalam menulis Tidak ada 1 Nama Lengkap Indra Zaki Achirudin 2 Tempat dan Tanggal Lahir Bengkulu, 31 Oktober NIM Program Studi Teknik Kimia 5 Penghargaan dalam menulis Tidak Ada 1 Nama Lengkap Juli Wahyu Prayogi 2 Tempat dan Tanggal Lahir Bojonegoro, 21 juli NIM Program Studi Teknik Kimia 5 Penghargaan dalam menulis Tidak ada Semua data yang tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.

23 5.2 KTM 17

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Logam berat merupakan salah satu bahan pencemar perairan.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Logam berat merupakan salah satu bahan pencemar perairan. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Logam berat merupakan salah satu bahan pencemar perairan. Keberadaan logam- logam ini sangat berbahaya, meskipun dalam jumlah yang kecil. Berbagai kegiatan manusia seperti

Lebih terperinci

4.1. Penentuan Konsentrasi Gel Pektin dalam Cookies

4.1. Penentuan Konsentrasi Gel Pektin dalam Cookies 4. PEMBAHASAN Bahan baku yang digunakan pada penelitian ini adalah buah jeruk keprok Malang yang masih mentah. Hal ini disebabkan karena pada buah yang belum matang lamella belum mengalami perubahan struktur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemajuan teknologi dan berkembangnya dunia industri, ikut andil

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemajuan teknologi dan berkembangnya dunia industri, ikut andil I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan teknologi dan berkembangnya dunia industri, ikut andil bagian dalam menyebabkan pencemaran lingkungan (Giyatami, dkk. 2008). Pencemaran lingkungan oleh logam berat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri yang menghasilkan limbah logam berat banyak dijumpai saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri yang menghasilkan limbah logam berat banyak dijumpai saat ini. Industri yang menghasilkan limbah logam berat banyak dijumpai saat ini. Berbagai macam industri yang dimaksud seperti pelapisan logam, peralatan listrik, cat, pestisida dan lainnya. Kegiatan tersebut dapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pencemaran atau polusi adalah suatu kondisi yang telah merubah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pencemaran atau polusi adalah suatu kondisi yang telah merubah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencemaran atau polusi adalah suatu kondisi yang telah merubah lingkungan dari bentuk asal menjadi keadaan yang lebih buruk. Pergeseran dari lingkungan yang baik menjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. akumulatif dalam sistem biologis (Quek dkk., 1998). Menurut Sutrisno dkk. (1996), konsentrasi Cu 2,5 3,0 ppm dalam badan

I. PENDAHULUAN. akumulatif dalam sistem biologis (Quek dkk., 1998). Menurut Sutrisno dkk. (1996), konsentrasi Cu 2,5 3,0 ppm dalam badan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Logam berat merupakan komponen alami yang terdapat di kulit bumi yang tidak dapat didegradasi atau dihancurkan (Agustina, 2010). Logam dapat membahayakan bagi kehidupan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bidang industri di Indonesia pada saat ini berkembang cukup pesat. Hal ini

I. PENDAHULUAN. Bidang industri di Indonesia pada saat ini berkembang cukup pesat. Hal ini I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bidang industri di Indonesia pada saat ini berkembang cukup pesat. Hal ini dapat dilihat dengan semakin banyaknya industri yang memproduksi berbagai jenis kebutuhan manusia

Lebih terperinci

pektat dan membentuk jembatan yang akan mengikat ion-ionlogam berat dalam suatu larutan(constenla dan Lozano, 2003).

pektat dan membentuk jembatan yang akan mengikat ion-ionlogam berat dalam suatu larutan(constenla dan Lozano, 2003). 4. PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan dengan proses ekstraksi pektin yang berasal dari ampas jeruk keprok sebagai bahan baku yang nantinya akan dimasukkan ke dalam produk cupcake. Buah jeruk merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan baik udara, tanah, ataupun air banyak terjadi akibat dari aktivitas manusia. Menurut UU No.32 tahun 2009, yang dimaksud dengan pencemaran adalah

Lebih terperinci

PEMANFAATAN PEKTIN KULIT BUAH JERUK SIAM (Citrus nobilis var. microcarpa) SEBAGAI ADSORBEN LOGAM TEMBAGA (Cu)

PEMANFAATAN PEKTIN KULIT BUAH JERUK SIAM (Citrus nobilis var. microcarpa) SEBAGAI ADSORBEN LOGAM TEMBAGA (Cu) 1 PEMANFAATAN PEKTIN KULIT BUAH JERUK SIAM (Citrus nobilis var. microcarpa) SEBAGAI ADSORBEN LOGAM TEMBAGA (Cu) Utilization of Pectin Orange Rind Siam (Citrus nobilis var. microcarpa) As An Adsorbent of

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tomat merupakan buah dengan panen yang melimpah, murah, tetapi mudah busuk dan menjadi limbah yang mencemari lingkungan. Pemerintah daerah telah membuat kebijakan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN KULIT LIMBAH COKLAT MENJADI PEKTIN DENGAN EKSTRAKSI SOXHLET SKRIPSI. Oleh : SUSETYO TRIATMOJO NPM : PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA

PEMANFAATAN KULIT LIMBAH COKLAT MENJADI PEKTIN DENGAN EKSTRAKSI SOXHLET SKRIPSI. Oleh : SUSETYO TRIATMOJO NPM : PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA PEMANFAATAN KULIT LIMBAH COKLAT MENJADI PEKTIN DENGAN EKSTRAKSI SOXHLET SKRIPSI Oleh : SUSETYO TRIATMOJO NPM : 0831010059 PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perindustrian di Indonesia semakin berkembang. Seiring dengan perkembangan industri yang telah memberikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perindustrian di Indonesia semakin berkembang. Seiring dengan perkembangan industri yang telah memberikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perindustrian di Indonesia semakin berkembang. Seiring dengan perkembangan industri yang telah memberikan kontribusi dalam peningkatan kualitas hidup manusia,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAULUAN 1.1. Latar Belakang Kontaminasi logam berat dalam bahan pangan sudah banyak terjadi dan berakibat buruk pada kesehatan manusia. Kadmium (Cd) dan tembaga (Cu) merupakan contoh logam berat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri di Indonesia saat ini berlangsung sangat pesat seiring

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri di Indonesia saat ini berlangsung sangat pesat seiring BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Perkembangan industri di Indonesia saat ini berlangsung sangat pesat seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, hal ini ditandai dengan semakin banyaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup. Sebagian besar bumi terdiri atas air karena luas daratan lebih kecil dibandingkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Industri mempunyai pengaruh besar terhadap lingkungan, karena dalam prosesnya akan dihasilkan produk utama dan juga produk samping berupa limbah produksi, baik limbah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keberadaan logam berat di sistem perairan dan distribusinya, diatur oleh

I. PENDAHULUAN. Keberadaan logam berat di sistem perairan dan distribusinya, diatur oleh I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberadaan logam berat di sistem perairan dan distribusinya, diatur oleh kesetimbangan dinamik dan interaksi fisika-kimia. Logam berat dalam perairan antara lain

Lebih terperinci

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A. PEMANFAATAN SERBUK GERGAJI KAYU SENGON SEBAGAI ADSORBEN ION LOGAM Pb 2+

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A. PEMANFAATAN SERBUK GERGAJI KAYU SENGON SEBAGAI ADSORBEN ION LOGAM Pb 2+ MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA IV Peran Riset dan Pembelajaran Kimia dalam Peningkatan Kompetensi Profesional Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK EDIBLE FILM BERBAHAN DASAR KULIT DAN PATI BIJI DURIAN (Durio sp) UNTUK PENGEMASAN BUAH STRAWBERRY

KARAKTERISTIK EDIBLE FILM BERBAHAN DASAR KULIT DAN PATI BIJI DURIAN (Durio sp) UNTUK PENGEMASAN BUAH STRAWBERRY KARAKTERISTIK EDIBLE FILM BERBAHAN DASAR KULIT DAN PATI BIJI DURIAN (Durio sp) UNTUK PENGEMASAN BUAH STRAWBERRY SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 53 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Analisis Mutu Kitosan Hasil analisis proksimat kitosan yang dihasilkan dari limbah kulit udang tercantum pada Tabel 2 yang merupakan rata-rata dari dua kali ulangan.

Lebih terperinci

PEMBUATAN KHITOSAN DARI KULIT UDANG UNTUK MENGADSORBSI LOGAM KROM (Cr 6+ ) DAN TEMBAGA (Cu)

PEMBUATAN KHITOSAN DARI KULIT UDANG UNTUK MENGADSORBSI LOGAM KROM (Cr 6+ ) DAN TEMBAGA (Cu) Reaktor, Vol. 11 No.2, Desember 27, Hal. : 86- PEMBUATAN KHITOSAN DARI KULIT UDANG UNTUK MENGADSORBSI LOGAM KROM (Cr 6+ ) DAN TEMBAGA (Cu) K. Haryani, Hargono dan C.S. Budiyati *) Abstrak Khitosan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong pesatnya perkembangan di berbagai sektor kehidupan manusia terutama sektor industri. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kitin dan kitosan merupakan biopolimer yang secara komersial potensial

BAB I PENDAHULUAN. Kitin dan kitosan merupakan biopolimer yang secara komersial potensial 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kitin dan kitosan merupakan biopolimer yang secara komersial potensial dalam berbagai bidang dan industri. Kitin dan kitosan merupakan bahan dasar dalam bidang biokimia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran logam berat merupakan salah satu masalah penting yang sering terjadi di perairan Indonesia, khususnya di perairan yang berada dekat dengan kawasan industri,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Limbah Organik Cair Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab pencemaran berupa zat atau bahan yang dianggap tidak memiliki manfaat bagi masyarakat.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini di masyarakat kita, banyak ditemukan penyakit kelainan muskuloskeletal

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. di Indonesia dengan angka sebesar ton pada tahun Durian (Durio

TINJAUAN PUSTAKA. di Indonesia dengan angka sebesar ton pada tahun Durian (Durio TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Buah Durian Sumatera Utara adalah salah satu provinsi penghasil buah durian terbesar di Indonesia dengan angka sebesar 79.659 ton pada tahun 2011. Durian (Durio zibethinus)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan perubahan lingkungan tidak menghambat perkembangan industri. Hal ini

I. PENDAHULUAN. dan perubahan lingkungan tidak menghambat perkembangan industri. Hal ini I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi yang memunculkan berbagai macam industri tidak dapat dipisahkan dari pertimbangan lingkungan hidup, maka diperlukan suatu keseimbangan dimana pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin banyaknya industri-industri yang berkembang, baik dalam skala besar

BAB I PENDAHULUAN. semakin banyaknya industri-industri yang berkembang, baik dalam skala besar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang. Dengan semakin banyaknya industri-industri yang berkembang, baik dalam skala besar maupun kecil (skala

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 52 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Kadar Logam Berat Timbal (Pb) Pada Kerang Bulu (Anadara antiquata) Setelah Perendaman dalam Larutan Buah Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia Swingle.) dan Belimbing Wuluh

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka. Penelitian, (6) Hipotesis, dan (7) Tempat Penelitian.

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka. Penelitian, (6) Hipotesis, dan (7) Tempat Penelitian. 12 I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis, dan

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Perolehan Organicremoval Hasil pembuatan organicremoval dari kulit singkong dan kulit kacang tanah dari 100 gram kulit mentah diperoleh hasil sebagai berikut (Tabel

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan seringkali. berupa dampak positif maupun negatif. Salah satu aktivitas manusia yang

I. PENDAHULUAN. Aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan seringkali. berupa dampak positif maupun negatif. Salah satu aktivitas manusia yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan seringkali menghasilkan dampak terhadap lingkungan. Dampak tersebut dapat berupa dampak positif maupun negatif. Salah satu aktivitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Tahapan penelitian secara umum tentang pemanfaatan daun matoa sebagai adsorben untuk menyerap logam Pb dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.1. Preparasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin meningkat seiring dengan perkembangan kehidupan manusia. Perkembangan tersebut diikuti dengan meningkatnya aktivitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pada bidang industri di Indonesia saat ini mengalami kemajuan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pada bidang industri di Indonesia saat ini mengalami kemajuan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan pada bidang industri di Indonesia saat ini mengalami kemajuan yang sangat pesat. Hal ini dapat menimbulkan dampak bagi manusia dan lingkungan sekitarnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pencemaran terhadap lingkungan hidup akhir-akhir ini banyak mendapat perhatian pemerintah, khususnya pihak akademisi, terutama terhadap kehadiran polutan beracun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta lapisan kerak bumi (Darmono, 1995). Timbal banyak digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. serta lapisan kerak bumi (Darmono, 1995). Timbal banyak digunakan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Logam timbal atau Pb adalah jenis logam lunak berwarna coklat kehitaman dan mudah dimurnikan. Logam Pb lebih tersebar luas dibanding kebanyakan logam toksik lainnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lingkungan hidup dikatakan tercemar apabila telah terjadi perubahanperubahan dalam tatanan lingkungan itu sehingga tidak sama lagi dengan bentuk asalnya, sebagai akibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan industri adalah limbah bahan berbahaya dan beracun. Penanganan dan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan industri adalah limbah bahan berbahaya dan beracun. Penanganan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam menjalani kehidupan sehari-hari atau aktifitasnya akan selalu menghasilkan suatu bahan yang tidak diperlukan yang disebut sebagai buangan atau limbah.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. serius, ini karena penggunaan logam berat yang semakin meningkat seiring

I. PENDAHULUAN. serius, ini karena penggunaan logam berat yang semakin meningkat seiring I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencemaran lingkungan karena logam berat merupakan masalah yang sangat serius, ini karena penggunaan logam berat yang semakin meningkat seiring dengan perkembangan di bidang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. cenderung ditemukan dalam deposit sulfide (Manahan,2001). Kemelimpahan Cd

II. TINJAUAN PUSTAKA. cenderung ditemukan dalam deposit sulfide (Manahan,2001). Kemelimpahan Cd II. TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Logam Kadmium (Cd) Logam Kadmium (Cd) merupakan logam yang bernomor atom 48 dan massa atom 112,41. Logam ini termasuk dalam logam transisi pada periode V dalam tabel periodik.

Lebih terperinci

ISOLASI PEKTIN DARI WORTEL (Daucus carota L.) SEBAGAI ADSORBEN LOGAM TIMBAL (II)

ISOLASI PEKTIN DARI WORTEL (Daucus carota L.) SEBAGAI ADSORBEN LOGAM TIMBAL (II) SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA V Kontribusi Kimia dan Pendidikan Kimia dalam Pembangunan Bangsa yang Berkarakter Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP UNS Surakarta, 6 April 2013

Lebih terperinci

PEKTIN SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN BAKU BIOSORBEN LOGAM BERAT

PEKTIN SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN BAKU BIOSORBEN LOGAM BERAT PEKTIN SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN BAKU BIOSORBEN LOGAM BERAT L. Kurniasari, I. Riwayati, Suwardiyono Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim Jln. Menoreh Tengah X/22 Sampangan

Lebih terperinci

PENGAMBILAN PEKTIN DARI AMPAS WORTEL DENGAN EKSTRAKSI MENGGUNAKAN PELARUT HCl ENCER

PENGAMBILAN PEKTIN DARI AMPAS WORTEL DENGAN EKSTRAKSI MENGGUNAKAN PELARUT HCl ENCER PENGAMBILAN PEKTIN DARI AMPAS WORTEL DENGAN EKSTRAKSI MENGGUNAKAN PELARUT HCl ENCER Haryono, Dyah Setyo Pertiwi, Dian Indra Susanto dan Dian Ismawaty Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. adalah Timbal (Pb). Timbal merupakan logam berat yang banyak digunakan

PENDAHULUAN. adalah Timbal (Pb). Timbal merupakan logam berat yang banyak digunakan 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah pencemaran lingkungan oleh logam berat cukup membahayakan kehidupan. Salah satu logam berbahaya yang menjadi bahan pencemar tersebut adalah Timbal (Pb). Timbal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan perairan yang disebabkan oleh logam-logam berat seperti kadmium, timbal dan tembaga yang berasal dari limbah industri sudah lama diketahui. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun gas dapat menimbulkan pencemaran lingkungan. Lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. maupun gas dapat menimbulkan pencemaran lingkungan. Lingkungan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses industrialisasi tidak dapat melepaskan diri dari efek negatif yang ditimbulkannya. Adanya bahan sisa industri baik yang berbentuk padat, cair, maupun gas dapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tenggara yang beriklim tropis basah seperti Indonesia, Thailand dan Malaysia

I. PENDAHULUAN. Tenggara yang beriklim tropis basah seperti Indonesia, Thailand dan Malaysia I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Durian (Durio zibethinus Murray) merupakan salah satu tanaman asli Asia Tenggara yang beriklim tropis basah seperti Indonesia, Thailand dan Malaysia (Ashari, 1995). Durian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Ekstraksi Pektin Tahap pendahuluan pada penelitian ini dilakukan dengan proses ekstraksi untuk memperoleh bahan baku pektin yang terbaik. Bahan baku yang diekstrak yaitu kulit

Lebih terperinci

PEMISAHAN LOGAM BERAT (PB DAN CD) DALAM BIOSOLID DENGAN PROSES EKSTRAKSI (LEACHING) ASAM BASA PENELITIAN OLEH :

PEMISAHAN LOGAM BERAT (PB DAN CD) DALAM BIOSOLID DENGAN PROSES EKSTRAKSI (LEACHING) ASAM BASA PENELITIAN OLEH : PEMISAHAN LOGAM BERAT (PB DAN CD) DALAM BIOSOLID DENGAN PROSES EKSTRAKSI (LEACHING) ASAM BASA PENELITIAN OLEH : ANDRY HERDIAN POMANTOUW NPM : 0731010013 JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas lingkungan turun sampai

TINJAUAN PUSTAKA. manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas lingkungan turun sampai TINJAUAN PUSTAKA Pencemaran Pencemaran lingkungan adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain kedalam lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang perindustrian. Penggunaan logam krombiasanya terdapat pada industri

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang perindustrian. Penggunaan logam krombiasanya terdapat pada industri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Logam krom (Cr) merupakan salah satu logam berat yang sering digunakan dalam bidang perindustrian. Penggunaan logam krombiasanya terdapat pada industri pelapisan logam,

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN PEKTIN DARI KULIT JERUK MANIS

PENGARUH PEMBERIAN PEKTIN DARI KULIT JERUK MANIS PENGARUH PEMBERIAN PEKTIN DARI KULIT JERUK MANIS (Citrus sinensis (L) Osbeck) TERHADAP KADAR PROTEIN PRODUK OLAHAN MAKANAN JELLY DARI BIJI BUAH DURIAN (Durio ziberthinus Murr) SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masalah yang sangat krusial bagi negara maju dan sedang berkembang. Terjadinya

I. PENDAHULUAN. masalah yang sangat krusial bagi negara maju dan sedang berkembang. Terjadinya I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang Seiring dengan semakin meningkatnya aktivitas di berbagai sektor pembangunan, terutama pada sektor industri, maka masalah pencemaran lingkungan menjadi masalah yang sangat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan dan kemudian ditimbang. Penimbangan dilakukan sampai diperoleh bobot konstan. Rumus untuk perhitungan TSS adalah sebagai berikut: TSS = bobot residu pada kertas saring volume contoh Pengukuran absorbans

Lebih terperinci

BAB I PENDA HULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDA HULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemajuan industri dan teknologi yang tidak memperhatikan keseimbangan lingkungan telah menimbulkan berbagai dampak pada pencemaran udara, air dan darat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh karena itu kebutuhan air tidak pernah berhenti (Subarnas, 2007). Data

BAB I PENDAHULUAN. oleh karena itu kebutuhan air tidak pernah berhenti (Subarnas, 2007). Data BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air adalah kebutuhan utama bagi seluruh makhluk hidup, semuanya bergantung pada air untuk atau dalam melakukan aktivitas mereka sehari hari, oleh karena itu kebutuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berbagai sektor seperti bidang ekonomi, sosial dan budaya. Momentum pembangunan

I. PENDAHULUAN. berbagai sektor seperti bidang ekonomi, sosial dan budaya. Momentum pembangunan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang melaksanakan pembangunan di berbagai sektor seperti bidang ekonomi, sosial dan budaya. Momentum pembangunan dicapai dengan kerusakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu sumber daya alam yang terpenting bagi semua makhluk hidup di bumi. Air digunakan hampir di setiap aktivitas makhluk hidup. Bagi manusia, air

Lebih terperinci

3. Metodologi Penelitian

3. Metodologi Penelitian 3. Metodologi Penelitian 3.1 Alat dan bahan 3.1.1 Alat Peralatan gelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelas kimia, gelas ukur, labu Erlenmeyer, cawan petri, corong dan labu Buchner, corong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara penghasil batubara yang cukup banyak. Sumber daya alam yang melimpah dapat dijadikan alternatif sebagai pemanfaatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penampilannya atau lebih tahan tehadap korosi dan keausan. Dampak negatif dari

BAB I PENDAHULUAN. penampilannya atau lebih tahan tehadap korosi dan keausan. Dampak negatif dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi dan berkembangnya kegiatan industri dapat membawa dampak positif maupun dampak negatif. Salah satu contohnya adalah industri pelapisan logam.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar belakang I.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN Limbah cair yang mengandung zat warna telah banyak dihasilkan oleh beberapa industri domestik seperti industri tekstil dan laboratorium kimia. Industri-industri tekstil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Aktivitas pencemaran lingkungan yang dihasilkan dari suatu kegiatan industri merupakan suatu masalah yang sangat umum dan sulit untuk dipecahkan pada saat

Lebih terperinci

et al., 2005). Menurut Wan Ngah et al (2005), sambung silang menggunakan glutaraldehida, epiklorohidrin, etilen glikol diglisidil eter, atau agen

et al., 2005). Menurut Wan Ngah et al (2005), sambung silang menggunakan glutaraldehida, epiklorohidrin, etilen glikol diglisidil eter, atau agen PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kitosan merupakan senyawa dengan rumus kimia poli(2-amino-2-dioksi-β-d-glukosa) yang dapat diperoleh dari deasetilasi kitin. Kitosan serta turunannya sangat bermanfaat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pangan merupakan kebutuhan yang paling esensial bagi manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pangan merupakan kebutuhan yang paling esensial bagi manusia untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang paling esensial bagi manusia untuk mempertahankan hidup dan kehidupannya. Pangan sebagai sumber zat gizi (karbohidrat, lemak, protein,

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pencemaran logam berat sangat berbahaya bagi lingkungan. Banyak laporan yang memberikan fakta betapa berbahayanya pencemaran lingkungan terutama oleh logam berat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Buah apel banyak dijumpai di mana pun tak hanya apel dari Malang,

BAB I PENDAHULUAN. Buah apel banyak dijumpai di mana pun tak hanya apel dari Malang, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Buah apel banyak dijumpai di mana pun tak hanya apel dari Malang, tapi juga apel impor yang memiliki banyak khasiat. Jika masyarakat Timur (Eastern) memiliki

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI digilib.uns.ac.id Pembuatan Kitosan dari Cangkang Keong Mas untuk Adsorben Fe pada Air BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka A.1. Keong mas Keong mas adalah siput sawah yang merupakan salah satu hama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran lingkungan perairan yang disebabkan oleh logam-logam berat

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran lingkungan perairan yang disebabkan oleh logam-logam berat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan perairan yang disebabkan oleh logam-logam berat yang berasal dari limbah industri sudah lama diketahui. Limbah cair yang mengandung logam berat

Lebih terperinci

4.2. Kadar Abu Kadar Metoksil dan Poligalakturonat

4.2. Kadar Abu Kadar Metoksil dan Poligalakturonat Kualitas pektin dapat dilihat dari efektivitas proses ekstraksi dan kemampuannya membentuk gel pada saat direhidrasi. Pektin dapat membentuk gel dengan baik apabila pektin tersebut memiliki berat molekul,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proporsi Protein kasar limbah (%) (% BK) Palabilitas. Limbah jagung Kadar air (%)

BAB I PENDAHULUAN. Proporsi Protein kasar limbah (%) (% BK) Palabilitas. Limbah jagung Kadar air (%) BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Tanaman jagung (Zea Mays) merupakan salah satu tanaman andalan Indonesia. Tanaman jagung merupakan bahan pangan di beberapa bagian wilayah di Indonesia. Selain itu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran logam berat yang berlebihan di lingkungan akibat dari

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran logam berat yang berlebihan di lingkungan akibat dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran logam berat yang berlebihan di lingkungan akibat dari aktivitas industri merupakan masalah besar yang banyak dihadapi oleh negaranegara di seluruh dunia.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanah merupakan salah satu unsur alam yang sama pentingnya dengan air dan udara. Tanah adalah suatu benda alami, bagian dari permukaan bumi yang dapat ditumbuhi oleh

Lebih terperinci

BAB I PEDAHULUAN. banyak terdapat ternak sapi adalah di TPA Suwung Denpasar. Sekitar 300 ekor sapi

BAB I PEDAHULUAN. banyak terdapat ternak sapi adalah di TPA Suwung Denpasar. Sekitar 300 ekor sapi BAB I PEDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin berkurangnya lahan sebagai tempat merumputnya sapi, maka banyak peternak mencari alternatif lain termasuk melepas ternak sapinya di tempat pembuangan sampah

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara Keseluruhan

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara Keseluruhan 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara umum penelitian akan dilakukan dengan pemanfaatan limbah media Bambu yang akan digunakan sebagai adsorben dengan diagram alir keseluruhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari proses soaking, liming, deliming, bating, pickling, tanning, dyeing,

BAB I PENDAHULUAN. dari proses soaking, liming, deliming, bating, pickling, tanning, dyeing, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri penyamakan kulit merupakan salah satu industri rumah tangga yang sering dipermasalahkan karena limbahnya yang berpotensi mencemari lingkungan yang ada di sekitarnya

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Isolasi Kitin dan Kitosan Isolasi kitin dan kitosan yang dilakukan pada penelitian ini mengikuti metode isolasi kitin dan kitosan dari kulit udang yaitu meliputi tahap deproteinasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Istilah logam berat mengacu kepada unsur logam yang mempunyai kerapatan relatif tinggi dan bersifat toksik atau beracun bahkan pada konsentrasi yang relatif rendah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak 4000 SM, manusia telah mengenal dan mengolah emas, berdasarkan penemuan arkeolog di Bulgaria. Pengolahan emas berlanjut hingga sekarang. Emas menjadi salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Singkong (Manihot esculenta) merupakan salah satu komoditas yang penting di Indonesia. Produksi singkong di Indonesia cukup besar yaitu mencapai 21.801.415 ton pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi maka berkembang pula dengan pesat bidang industri yang berdampak positif guna untuk peningkatan kesejahteraan

Lebih terperinci

Lembaran Pengesahan KINETIKA ADSORBSI OLEH: KELOMPOK II. Darussalam, 03 Desember 2015 Mengetahui Asisten. (Asisten)

Lembaran Pengesahan KINETIKA ADSORBSI OLEH: KELOMPOK II. Darussalam, 03 Desember 2015 Mengetahui Asisten. (Asisten) Lembaran Pengesahan KINETIKA ADSORBSI OLEH: KELOMPOK II Darussalam, 03 Desember 2015 Mengetahui Asisten (Asisten) ABSTRAK Telah dilakukan percobaan dengan judul Kinetika Adsorbsi yang bertujuan untuk mempelajari

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia industri banyak memberikan dampak terhadap kehidupan manusia, di satu sisi dapat meningkatkan kualitas hidup manusia yaitu dengan meningkatnya pendapatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Teknologi membran telah banyak digunakan dalam berbagai proses pemisahan dan pemekatan karena berbagai keunggulan yang dimilikinya, antara lain pemisahannya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. laut, walaupun jumlahnya sangat terbatas. Dalam kondisi normal, beberapa macam

PENDAHULUAN. laut, walaupun jumlahnya sangat terbatas. Dalam kondisi normal, beberapa macam PENDAHULUAN Latar Belakang Logam dan mineral lainnya hampir selalu ditemukan dalam air tawar dan air laut, walaupun jumlahnya sangat terbatas. Dalam kondisi normal, beberapa macam logam baik logam ringan

Lebih terperinci

Bab V Hasil dan Pembahasan

Bab V Hasil dan Pembahasan terukur yang melebihi 0,1 mg/l tersebut dikarenakan sifat ortofosfat yang cenderung mengendap dan membentuk sedimen, sehingga pada saat pengambilan sampel air di bagian dasar ada kemungkinan sebagian material

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. termasuk buah terpopuler di negara-negara ASEAN. Buah khas daerah tropis ini

TINJAUAN PUSTAKA. termasuk buah terpopuler di negara-negara ASEAN. Buah khas daerah tropis ini TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Tentang Durian Menurut Untung (2008), durian (Durio zibethimus) termasuk buah terpopuler di negara-negara ASEAN. Buah khas daerah tropis ini termasuk ordo Malvaceae, family

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. populer di Indonesia. Buah dengan julukan The King of fruits ini termasuk dalam

BAB I PENDAHULUAN. populer di Indonesia. Buah dengan julukan The King of fruits ini termasuk dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Durian (Durio zibethinus murr) adalah salah satu buah yang sangat populer di Indonesia. Buah dengan julukan The King of fruits ini termasuk dalam famili Bombacaceae

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh para pelaut Spanyol dan Portugis sekitar tahun 1599 (Afrianti, 2010:78).

BAB I PENDAHULUAN. oleh para pelaut Spanyol dan Portugis sekitar tahun 1599 (Afrianti, 2010:78). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut sejarah, tanaman nanas berasal dari Brazil dan dibawa ke Indonesia oleh para pelaut Spanyol dan Portugis sekitar tahun 1599 (Afrianti, 2010:78). Sentra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Logam berat merupakan salah satu komponen pencemar lingkungan, baik

BAB I PENDAHULUAN. Logam berat merupakan salah satu komponen pencemar lingkungan, baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Logam berat merupakan salah satu komponen pencemar lingkungan, baik di darat, perairan maupun udara. Logam berat yang sering mencemari lingkungan terutama adalah merkuri

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ekosistem di dalamnya. Perkembangan industri yang sangat pesat seperti

I. PENDAHULUAN. ekosistem di dalamnya. Perkembangan industri yang sangat pesat seperti I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan industri dan teknologi beberapa tahun terakhir ini menyebabkan peningkatan jumlah limbah, baik itu limbah padat, cair maupun gas. Salah satunya adalah pencemaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perbandingan nilai ekonomi kandungan logam pada PCB (Yu dkk., 2009)

BAB I PENDAHULUAN. Perbandingan nilai ekonomi kandungan logam pada PCB (Yu dkk., 2009) BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Emas telah muncul sebagai salah satu logam yang paling mahal dengan mencapai harga tinggi di pasar internasional. Kenaikan harga emas sebanding dengan peningkatan permintaan

Lebih terperinci

Prarencana Pabrik Karagenan dari Rumput Laut Eucheuma cottonii I-1

Prarencana Pabrik Karagenan dari Rumput Laut Eucheuma cottonii I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan, termasuk salah satu negara dengan garis pantai terpanjang di dunia yaitu 95.181 km dan memiliki keanekaragaman hayati laut berupa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. organik disamping pupuk anorganik (Rubiyo dkk., 2003). Pupuk organik tersebut

I. PENDAHULUAN. organik disamping pupuk anorganik (Rubiyo dkk., 2003). Pupuk organik tersebut I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini sistem pertanian berkelanjutan yang berwawasan lingkungan sedang digalakkan. Semakin mahalnya pupuk anorganik dan adanya efek samping yang merugikan, memerlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tunggang dengan akar samping yang menjalar ketanah sama seperti tanaman dikotil lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. tunggang dengan akar samping yang menjalar ketanah sama seperti tanaman dikotil lainnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Tomat (Lycopersicum esculentum Mill) merupakan tanaman perdu dan berakar tunggang dengan akar samping yang menjalar ketanah sama seperti tanaman dikotil lainnya. Tomat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Meningkatnya teknologi di bidang pertanian, industri, dan kehidupan sehari-hari meningkatkan jumlah polutan berbahaya di lingkungan. Salah satu dampak peningkatan

Lebih terperinci