JUDUL: NEGARA MIKRO (MICRO NATION)
|
|
- Hamdani Hadiman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 KARYA TULIS JUDUL: NEGARA MIKRO (MICRO NATION) DISUSUN OLEH KELOMPOK V: 1. RIKA PUSPITA ( ) 2. NADYA OKTAVIANI C. ( ) 3. SOMA WIJAYA ( ) 4. TUBAGUS REZA ( ) FAKULTAS HUKUM PROGRAM STUDI ILMU HUKUM UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG KARAWANG
2 BAB I PENDAHULUAN Negara adalah merupakan Subjek Hukum Internasional. Pengertian ini mengandung makna bahwa Negara berperan sebagai pemegang segala hak dan kewajiban dalam hukum internasional, pemegang hak istimewa procedural untuk mengadakan tuntutan di depan Mahkamah Internasional dan juga sebagai pemilik kepentingan yang diatur oleh hukum internasional. Pengertian Negara dalam Konvensi Montevideo menyebutkan unsur-unsur yang harus ada pada suatu Negara agar dapat disebut sebagai suatu Negara yang dapat termasuk dalam subjek hukum internasional adalah Negara yang mengandung unsur-unsur sebagai berikut; 1. Penduduk yang tetap (a permanent population) 2. Wilayah yang pasti (a defined territory) 3. Pemerintah (gooverment) 4. Kemampuan untuk mengadakan hubungan dengan negara-negara lain (capacity to enter into relations with the other state) 1
3 Negara mikro adalah Negara kecil atau mini yang ditinjau dari aspek wilayahnya, penduduknya atau dari kemampuan ekonominya yang kecil. Negara mikro merupakan entitas kecil yang mengakui diri sendiri sebagai Negara yang berdaulat dan mandiri, tetapi sebagaian besar Negara berdaulat tidak mengakui Negara mikro, termasuk kerorganisasian supranasional. Dalam mekanisme kenegaraan, dibeberapa Negara mikro merilis koin mata uang, bendera, perangko, paspor, medali, symbol, dan barang lainnya. Negara mikro juga menunjuk kepala Negara sendiri dan mengklaim kependudukan sendiri. Menurut hukum internasional, Negara mikro berhak ada, dimana keberadaannya itu termasuk pada hak menentukan nasib sendiri dari tiap bangsa. Tetapi bedanya Negara mikro dengan Negara normal adalah Negara mikro tidak dapat menikmati hak-hak internasional tertentu, salah satunya adalah tidak diperbolehkan menjadi anggota PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa). Dengan asumsi bahwa Negara mikro terlalu berat untuk menjadi anggota PBB dan dapat melemahkan kedudukan PBB. Negara mikro adalah Negara yang diakui hanya oleh hukum kebiasaan internasional, didalam susunan Negara-negara berdaulat Negara mikro mendapat 2
4 definisi sebagai Negara dengan pengakuan internasional terbatas. Dikarenakan Negara mikro tergolong Negara kecil sehingga hanya diakui secara de facto dan tidak diakui secara de jure. 3
5 BAB II KAJIAN TEORI Negara merupakan subyek hukum internasional sebagaimana yang dijelaskan oleh Mochtar Kusumaatmadja didalam bukunya bahwa; Negara adalah subjek hukum internasional dalam arti yang klasik, dan telah demikian halnya sejak lahirnya hukum internasional. Bahkan, hingga sekarang pun masih ada anggapan bahwa hukum internasional itu pada hakikatnya adalah hukum antar Negara. (2003 : 98) Negara sebagai subjek hukum internasional menurut Hans Kelsen (2007 : 272) dapat dideskripsikan dari beberapa tinjauan berikut : 1. Pengakuan sebagai Negara ; pengakuan suatu komunita sebagai suatu Negara, hukum internasional umum menentukan kondisi-kondisi yang mendasari suatu tata sosial sebagai negara hukum ineternasional, atau kondisi-kondisi suatu komunita sebagai suatu Negara, sebagai subjek hukum internasional. Jika Negara adalah subjek hukum internasional, maka hukum internasional harus menentukan apakah suatu Negara itu dapat diresmikan atau diakui komunitanya sebagai Negara. Pengakuan politik 4
6 mensyaratkan eksistensi hukum dari Negara yang diakui tindakan ini disebut deklaratif. Negara yang telah diakui oleh hukum internasional maka sudah terikat dengan hukum internasional. 2. Pengakuan de jure dan de facto; setelah berdiri suatu komunita baru yang menuntut sebagai suatu negara, dalam banyak hal diragukan apakah fakta tertentu itu sepenuhnya memenuhi syarat-syarat hukum internasional, khususnya apakah komunita yang baru itu secara permanen efektif dan merdeka. Jika tindakan pengakuan hukum dilakukan pada tahap ini pengakuan de fakto. Jika pengakuan itu telah di umumkan maka terjadi pengakuan secara de jure menurut hukum internasional. 3. Persamaan derajat dari Negara; diantara hak-hak fundamental Negara yang yang memegang suatu peranan penting adalah hak persamaan derajat. Persamaan derajat atau kedudukan yang sama dimuka hukum internasional dianggap sebagai satu karakteristik esensial dari negara. Istilah persamaan derajat sepintas tampaknya berarti bahwa semua Negara mempunyai kewajiban-kewajiban dan hak-hak yang sama. Namun demikian, pernyataan ini jelas keliru, karena kewajiban-kewajiban dan hak-hak yang ditetapkan oleh perjanjian internasional menunjukan perbedaan besar diantara Negara-negara. Artinya Negara-negara adalah sederajat 5
7 dimuka hukum internasional karena mereka sama-sama tunduk kepada hukum internasional dan hukum internasional adalah sama-sama dapat diterapkan kepada Negara-negara tersebut. Pernyataan ini mengandung makna yang persis sama seperti pernyataan bahwa Negara-negara adalah subjek hukum internasional atau bahwa Negara-negara tersebut mempunyai kewajiban-kewajiban dan hak-hak dibawah hukum internasional; tetapi ini tidak berarti bahwa kewajiban-kewajiban dan hakhak ini sama. Negara mikro adalah Negara kecil atau mini yang ditinjau dari aspek wilayahnya, penduduknya atau dari kemampuan ekonominya yang kecil. Negara mikro merupakan entitas kecil yang mengakui diri sendiri sebagai Negara yang berdaulat dan mandiri, tetapi sebagaian besar Negara berdaulat tidak mengakui Negara mikro, termasuk kerorganisasian supranasional. Dalam mekanisme kenegaraan, dibeberapa Negara mikro merilis koin mata uang, bendera, perangko, paspor, medali, symbol, dan barang lainnya. Negara mikro juga menunjuk kepala Negara sendiri dan mengklaim kependudukan sendiri. 6
8 Menurut hukum internasional, Negara mikro berhak ada, dimana keberadaannya itu termasuk pada hak menentukan nasib sendiri dari tiap bangsa. Tetapi bedanya Negara mikro dengan Negara normal adalah Negara mikro tidak dapat menikmati hak-hak internasional tertentu, salah satunya adalah tidak diperbolehkan menjadi anggota PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa). Dengan asumsi bahwa Negara mikro terlalu berat untuk menjadi anggota PBB dan dapat melemahkan kedudukan PBB. Negara mikro adalah Negara yang diakui hanya oleh hukum kebiasaan internasional, didalam susunan Negara-negara berdaulat Negara mikro mendapat definisi sebagai Negara dengan pengakuan internasional terbatas. Dikarenakan Negara mikro tergolong Negara kecil sehingga hanya diakui secara de facto dan tidak diakui secara de jure, hal ini disebabkan karena keterbatasan yang dimiliki oleh Negara mikro yang berbeda dengan Negara lain yang lebih sempurna kelengkapan dan keberadaan negaranya. 7
9 BAB III PEMBAHASAN Studi hubungan internasional secara tradisonal dipahami sebagai hubungan antarnegara. Meskipun dewasa ini asumsi tersebut tidak sepenuhnya berlaku lagi, namun disiplin ilmu ini masih menempatkan Negara sebagai salah satu unit analisis yang penting. Sehingga, bagi yang hendak mendalami ilmu hubungan internasional, seharusnya memahami dengan sejelas-jelasnya batasan-batasan Negara, serta karakteristik dan kecenderungannya, baik tradisional maupun kontemporer. Dalam studi politik, Negara dipahami sebagai suatu entitas yang merupakan satu kesatuan, memiliki penduduk yang dikenali, berdiam pada suatu wilayah atau teritorial dengan batas yang jelas, dan memiliki pemerintah yang berdaulat. Batasan ini diadopsi dari Montevideo convention 1933 tentang The Right and Duties of States. Konvensi ini secara tega mengkodifikasi kesepakatan internasional tentang teori Negara yang kemudian diadopsi dalam ukum 8
10 internasional, dengan menambahkan satu unsur lagi, yaitu pengakuan internasional (The political existence of the states is independent of recognition by the other states) yang dikenal dengan declarative theory of statehood. Dengan demikian, dengan menggunakan pendekatan Konvensi Montevideo ini, Negara-negara di dunia kemudian dapat dikelompokan dalam dua bagian, yaitu: 1. Negara-negara dengan pengakuan penuh. Kelompok Negara ini berjumlah 193 negara, yaitu 192 negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Tahta Suci Vatikan (yang bukan anggota PBB). Tentu saja tidak ada perdebatan dengan pengakuan Negaranegara ini, dan masing-masing memiliki independensi dalam hubungan internasional serta kesetaraan dalam hukum internasional. 2. Negara-negara dengan pengakuan terbatas. Terdapat 10 negara dalam katagori ini, yang bukan anggota PBB, tetapi diterima sebagai Negara menurut hokum kebiasaan internasional dan dengan menggunakan preseden Konvensi Montevideo, Ke-10 negara itu terdiri dari: 9
11 Sebanyak 4 negara yang diakui terbatas oleh beberapa Negara lain, dan memenuhi klausal (d) dari Konvensi Montevideo, yaitu memiliki kapasitas untuk berinteraksi dengan Negara lain Negara-negara ini bergabung dengan beberapa organisasi internasional yang diakui, yaitu: a. Palestina, yang memiliki hubungan diplomatik dengan lebih dari 100 negara di dunia. b. Republik Demokratik Arab Sahrawi, yang diakui oleh lebih dari 81 negara anggota PBB dan diakui sebagai anggota Uni Afrika. c. Republik Kosovo, yang diakui lebih dari 71 negara anggota PBB (termasuk Republik Rakyat Cina). d. Taiwan (atau Republik Cina), yang diakui oleh 22 negara anggota PBB, dan Tahta Suci Vatikan. Taiwan pada awalnya diakui sebagai wakil Cina di PBB, Namun pada tahun 1971 pengakuan tersebut dicabut dan diserahkan ke RRC. Sementara itu, sebanyak 6 negara memiliki unsur-unsur dasar Negara menurut klausul Konvensi Montevideo, namun hanya sedikit 10
12 memperoleh pengakuan internasional (tidak signifikan). Ke-6 negara itu adalah: a. Republik Abhkazia, yang diakui oleh 4 negara anggota PBB, Negara Republik Transnistria, dan Republik Ossetia Selatan; b. Republik Ossetia Selatan, yang juga diakui oleh 4 negara anggota PBB, Republik Transnistria dan Republik Abhkazia; c. Republik Transnistria (atau Pridnestrovskaia Moldavskaia Republik), suatu wilayah yang dianggap dunia internasional sebagai bagian dari Moldova dan mendeklarasikan kemerdekaan pada tahun Negara ini hanya memperoleh pengakuan Republik Abhkazia dan Republik Ossetia Selatan; d. Republik Turki Siprus Utara, yang memperoleh pengakuan dari 1 anggota PBB (Turki), dan memiliki hubungan informal dengan 25 negara berdaulat lainnya. e. Republik Nagorno-Karabakh, yang terletak didekat wilayah Azerbaijan dan Armenia. Mendeklarasikan kemerdekaan pada tahun 1991, namun hanya memperoleh pengakuan dari Republik Transnistria. 11
13 f. Republik Somaliland, yang sebelumnya merupakan wilayah Inggris didaerah Tanduk Afrika, berbatasan dengan Somalia. Pada tahun 1991, klan-klan di daerah ini mendeklarasikan kemerdekaan, dengan wilayah meliputi beberapa wilayah Somalia. Meskipun Negara ini tidak memperoleh pengakuan yang dinyatakan (declatarive) dari satu negarapun, namun ia,memenuhi seluruh klausul syarat-syarat Negara menurut Konvensi Montevideo Entitas Lain. Selain ke-203 negara tersebut, terdapat pula puluhan entitas politik internasional yang setara dengan Negara (setidaknya memenuhi unsur-unsur Negara menurut konsepsi ilmu politik). Terdapat 4 kelompok entitas dalam konteks ini, yaitu: a. Negara-negara yang sebenarnya merupakan wilayah jauh dari suatu Negara lain. Namun karena faktor jarak geografis menyebabkan Negara-negara tersebut nyaris berada di luar kendali Negara induknya dan cenderung independen. b. Entitas setara Negara yang diakui menurut perjanjian internasional (yaitu: Aland di Finlandia, Svalbard di Norwegia, Hong Kong dan Makau di China). 12
14 c. Wilayah Dependensi yang berada dalam wilayah kedaulatan suatu Negara, seperti: Guam, Kepulauan Mariana Utara, Puerto Rico, American Samoa, Virgin Island. d. Negara mikro (micro nation, bukan micro states), yaitu entitas kecil yang mengakui diri sendiri sebagai Negara berdaulat dan mandiri, tetapi tidak diakui oleh Negara berdaulat manapun atau organisasi supranasional apapun. Beberapa Negara mikro merilis koin mata uang, bendera, perangko, paspor, medali, simbol, dan barang lainnya. Mereka juga menunjuk kepala Negara sendiri dan mengklaim kependudukan sendiri. Contohnya adalah Sealand dan Lundy. 13
15 BAB IV PENUTUP Dalam studi politik, Negara dipahami sebagai suatu entitas yang merupakan satu kesatuan, memiliki penduduk yang dikenali, berdiam pada suatu wilayah atau teritorial dengan batas yang jelas, dan memiliki pemerintah yang berdaulat. Batasan ini diadopsi dari Montevideo convention 1933 tentang The Right and Duties of States. Konvensi ini secara tega mengkodifikasi kesepakatan internasional tentang teori Negara yang kemudian diadopsi dalam ukum internasional, dengan menambahkan satu unsur lagi, yaitu pengakuan internasional (The political existence of the states is independent of recognition by the other states) yang dikenal dengan declarative theory of statehood. Negara mikro (micro nation, bukan micro states), yaitu entitas kecil yang mengakui diri sendiri sebagai Negara berdaulat dan mandiri, tetapi tidak diakui oleh Negara berdaulat manapun atau organisasi supranasional apapun. Beberapa Negara mikro merilis koin mata uang, bendera, perangko, paspor, medali, simbol, dan barang lainnya. Mereka juga menunjuk kepala Negara sendiri dan mengklaim kependudukan sendiri. Contohnya adalah Sealand dan Lundy. 14
16 DAFTAR PUSTAKA 1. Mochtar Kusumaatmadja; Pengantar Hukum Internasional, Bandung, 2003, Alumni. 2. Hans kelsen; General theory of law and state (teori umum hukum dan Negara), alih bahasa; Drs, somardi, Jakarta, 2007, Bee Media Indonesia. 15
KEKUASAAN HUBUNGAN LUAR NEGERI PRESIDEN (FOREIGN POWER OF THE PRESIDENT) Jumat, 16 April 2004
KEKUASAAN HUBUNGAN LUAR NEGERI PRESIDEN (FOREIGN POWER OF THE PRESIDENT) Jumat, 16 April 2004 1. Ketentuan UUD 1945: a. Pra Amandemen: Pasal 11: Presiden dengan persetujuan DPR menyatakan perang, membuat
Lebih terperinciMATERI KULIAH ILMU NEGARA MATCH DAY 5 UNSUR-UNSUR NEGARA
MATERI KULIAH ILMU NEGARA MATCH DAY 5 UNSUR-UNSUR NEGARA Sebagaimana dibahas sebelumnya bahwa banyak sekali definisi dari negara, setiap pakar memberikan masing-masing definisinya. Akan tetapi dari sekian
Lebih terperinciSTATUS KENEGARAAN (STATEHOOD) NEGARA NEGARA KEPULAUAN BERDATARAN RENDAH (LOW-LYING ISLAND NATIONS) YANG SELURUH WILAYAHNYA TERENDAM AIR LAUT SKRIPSI
STATUS KENEGARAAN (STATEHOOD) NEGARA NEGARA KEPULAUAN BERDATARAN RENDAH (LOW-LYING ISLAND NATIONS) YANG SELURUH WILAYAHNYA TERENDAM AIR LAUT SKRIPSI Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh
Lebih terperinciORGANISASI DAN ADMINISTRASI INTERNASIONAL 2013 ILMU ADMINISTRASI NEGARA UNY UTAMI DEWI
ORGANISASI DAN ADMINISTRASI INTERNASIONAL 2013 ILMU ADMINISTRASI NEGARA UNY UTAMI DEWI Utami.dewi@uny.ac.id Kedudukan atau kepribadian hukum (legal personality)diperlukan untuk memperoleh keabsahan hukum
Lebih terperinciKonvensi Montevideo 1933
Konvensi Montevideo 1933 N E G A R A 1. Penduduk yang tetap; 2. Wilayah yang pasti; 3. Pemerintah; 4. Kemampuan untuk mengadakan hubungan internasional (kedaulatan) PENGERTIAN NEGARA Kelsen Kesatuan ketentuan
Lebih terperinciBAB SYARAT TERBENTUKNYA NEGARA
BAB SYARAT TERBENTUKNYA NEGARA Menurut Konvensi Montevideo tahun 1933, yang merupakan Konvensi Hukum Internasional, Negara harus mempunyai empat unsur konsititutif, yaitu : a. Harus ada penghuni (rakyat,
Lebih terperinciH. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI
H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI Subyek hukum: pemegang, pemilik, atau pendukung hak dan pemikul kewajiban (individu dan badan hukum). Subyek hukum Internasional adalah setiap pemilik, pemegang, atau pendukung
Lebih terperinciH. Budi Mulyana, S.IP., M.Si
H. Budi Mulyana, S.IP., M.Si PASAL 3, DEKLARASI MONTEVIDEO 1933: Keberadaan politik suatu negara, bebas dari pengakuannya oleh negara lain. PERMASALAHAN: 1. Recognition is a political act with legal consequences.
Lebih terperinciPENGAKUAN. AKIBAT: PERMASALAHAN: PASAL 3, DEKLARASI MONTEVIDEO 1933: POLITIK SUATU NEGARA, BEBAS DARI PENGAKUANNYA OLEH NEGARA LAIN
PENGAKUAN. AKIBAT: PERMASALAHAN: PASAL 3, DEKLARASI MONTEVIDEO 1933: POLITIK SUATU NEGARA, BEBAS DARI PENGAKUANNYA OLEH NEGARA LAIN PENGAKUAN Iman Prihandono, Prihandono, SH., MH., LL.M Departemen Hukum
Lebih terperinciBAB V SUBJEK HUKUM INTERNASIONAL
BAB V SUBJEK HUKUM INTERNASIONAL TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU) Pada akhir kuliah mahasiswa diharapkan dapat memahami kedudukan subyek hukum dalam hukum internasional. SASARAN BELAJAR (SB) Setelah mempelajari
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM. 1.1 Tinjauan Umum Mengenai Subjek Hukum Internasional Pengertian Subjek Hukum Internasional
19 BAB II TINJAUAN UMUM 1.1 Tinjauan Umum Mengenai Subjek Hukum Internasional 1.1.1 Pengertian Subjek Hukum Internasional Secara umum subyek hukum diartikan sebagai pendukung / pemilik hak dan kewajiban.
Lebih terperinciPENGAKUAN. Akibat: Permasalahan: Pasal 3, Deklarasi Montevideo 1933: politik suatu negara, bebas dari pengakuannya oleh negara lain.
PENGAKUAN Iman Prihandono, SH., MH., LL.M Departemen Hukum Internasional Fakultas Hukum Universitas Airlangga E-Mail: iprihandono@unair.ac.id Blog: imanprihandono.wordpress.com Pasal 3, Deklarasi Montevideo
Lebih terperinciH. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI
PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI Pasal 2 (3) dari Piagam PBB Semua anggota wajib menyelesaikan perselisihan internasional mereka melalui cara-cara damai sedemikian rupa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut perspektif sebuah negara, diplomasi terdiri dari perumusan,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut perspektif sebuah negara, diplomasi terdiri dari perumusan, pembentukan dan implementasi kebijakan luar negeri. Diplomasi adalah instrumen negara melalui
Lebih terperinciBAB 1 SUBJEK HUKUM INTERNASIONAL
BAB 1 SUBJEK HUKUM INTERNASIONAL 1.0 Pendahuluan Hukum internasional, pada dasarnya terbentuk akibat adanya hubungan internasional. Secara spesifik, hukum internasional terdiri dari peraturan-peraturan
Lebih terperinciKEABSAHAN SUDAN SELATAN SEBAGAI NEGARA MERDEKA BARU DALAM PERSPEKTIF HUKUM INTERNASIONAL
KEABSAHAN SUDAN SELATAN SEBAGAI NEGARA MERDEKA BARU DALAM PERSPEKTIF HUKUM INTERNASIONAL Oleh: Sakti Prasetiya Dharmapati I Dewa Gede Palguna I Made Budi Arsika Program Kekhususan Hukum Internasional dan
Lebih terperincimaka dunia internasional berhak untuk memakai kembali wilayah laut Indonesia dengan bebas seperti sebelumnya 298.
115 maka dunia internasional berhak untuk memakai kembali wilayah laut Indonesia dengan bebas seperti sebelumnya 298. Konvensi Hukum Laut Internasional 1982 tidak hanya memberi keuntungan-keuntungan ekonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Semenjak lahirnya negara-negara di dunia, semenjak itu pula berkembang prinsipprinsip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semenjak lahirnya negara-negara di dunia, semenjak itu pula berkembang prinsipprinsip hubungan internasional, hukum internasional dan diplomasi. Sebagai entitas yang
Lebih terperinciPada pokoknya Hukum Internasional menghendaki agar sengketa-sengketa antar negara dapat diselesaikan secara damai he Hague Peace
Pasal 2 (3) dari Piagam PBB - Semua anggota wajib menyelesaikan perselisihan internasional mereka melalui cara-cara damai sedemikian rupa sehingga perdamaian, keamanan dan keadilan internasional tidak
Lebih terperinciWilayah Negara Dalam Hukum Internasional
Wilayah Negara Dalam Hukum Internasional Wilayah Negara Pasal 1 Konvensi Montevideo 1933 menyatakan bahwa: The state as a person of international law should possess the following qualifications: (a) a
Lebih terperinciPERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN NASIONAL TERKAIT DENGAN PENETAPAN INDONESIA SEBAGAI NEGARA KEPULAUAN. Oleh : Ida Kurnia*
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN NASIONAL TERKAIT DENGAN PENETAPAN INDONESIA SEBAGAI NEGARA KEPULAUAN Oleh : Ida Kurnia* Abstrak KHL 1982 tentang Hukum Laut yang telah diratifikasi oleh Indonesia dengan Undang-Undang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG SUBJEK HUKUM INTERNASIONAL. A. Pengertian Subjek Hukum Internasional
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG SUBJEK HUKUM INTERNASIONAL A. Pengertian Subjek Hukum Internasional Secara umum, subjek hukum diartikan sebagai setiap pemegang, pemilik, atau pendukung hak dan pemikul kewajiban
Lebih terperinciSTATUS KEWARGANEGARAAN INDONESIA BAGI PENDUKUNG ISIS (ISLAMIC STATE OF IRAQ AND SYRIA)
STATUS KEWARGANEGARAAN INDONESIA BAGI PENDUKUNG ISIS (ISLAMIC STATE OF IRAQ AND SYRIA) Oleh I Gusti Ngurah Surya Adhi Kencana Putra I Ketut Sudiarta Bagian Hukum Penyelenggara Negara Fakultas Hukum Universitas
Lebih terperinciK 173 KONVENSI PERLINDUNGAN KLAIM PEKERJA (KEPAILITAN PENGUSAHA), 1992
K 173 KONVENSI PERLINDUNGAN KLAIM PEKERJA (KEPAILITAN PENGUSAHA), 1992 2 K-173 Konvensi Perlindungan Klaim Pekerja (Kepailitan Pengusaha), 1992 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan
Lebih terperinciK105 PENGHAPUSAN KERJA PAKSA
K105 PENGHAPUSAN KERJA PAKSA 1 K 105 - Penghapusan Kerja Paksa 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan kesempatan bagi laki-laki dan
Lebih terperinciNEGARA PALESTINA DALAM PERSPEKTIF HUKUM INTERNASIONAL. M. Syuib, MH
NEGARA PALESTINA DALAM PERSPEKTIF HUKUM INTERNASIONAL M. Syuib, MH Dosen Tetap Prodi Ilmu Hukum Pada Fakultas Syari ah dan Hukum UIN Ar-Raniry Banda Aceh Email: mosyumid@yahoo.com Abstrak Tujuan penelitian
Lebih terperinciPENERAPAN UNCLOS 1982 DALAM KETENTUAN PERUNDANG UNDANGAN NASIONAL, KHUSUSNYA ZONA EKONOMI EKSKLUSIF INDONESIA. Oleh : Ida Kurnia * Abstrak
PENERAPAN UNCLOS 1982 DALAM KETENTUAN PERUNDANG UNDANGAN NASIONAL, KHUSUSNYA ZONA EKONOMI EKSKLUSIF INDONESIA Oleh : Ida Kurnia * Abstrak Sebelum Indonesia meratifikasi UNCLOS 1982, Indonesia telah mempunyai
Lebih terperinciTelah menyetujui sebagai berikut: Pasal 1. Untuk tujuan Konvensi ini:
LAMPIRAN II UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perang Dunia II dan pada waktu pembentukan Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Human rights atau Hak Asasi Manusia menjadi pembahasan penting setelah perang Dunia II dan pada waktu pembentukan Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1945. Istilah hak
Lebih terperinciBAGIAN KEDUA NEGARA DALAM HUKUM INTERNASIONAL BABV EKSISTENSI NEGARA DALAM MASYARAKATINTERNASIONAL
BAGIAN KEDUA NEGARA DALAM HUKUM INTERNASIONAL BABV EKSISTENSI NEGARA DALAM MASYARAKATINTERNASIONAL A. Negara sebagai Subyek Hukuin Internasional 1. Pengertian Negara: - H Kelsen = Negara adalah identik
Lebih terperinci: Public International Law: Contemporary Principles and Perspectives Penulis buku : Gideon Boas Penerbit :
RESENSI BUKU Judul : Public International Law: Contemporary Principles and Perspectives Penulis buku : Gideon Boas Penerbit : Bahasa : Inggris Jumlah halaman : x + 478 Tahun penerbitan : 2012 Pembuat resensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suatu negara harus memenuhi syarat-syarat tertentu berdasarkan Konvensi Montevideo tahun 1933 untuk dapat disebut sebagai negara yang berdaulat. Negara harus memiliki
Lebih terperinciK111 DISKRIMINASI DALAM PEKERJAAN DAN JABATAN
K111 DISKRIMINASI DALAM PEKERJAAN DAN JABATAN 1 K 111 - Diskriminasi dalam Pekerjaan dan Jabatan 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan dalam lingkungan wilayah yang dibatasi oleh garis-garis perbatasan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Wilayah atau teritori adalah salah satu manifestasi paling utama dari kedaulatan suatu negara.oleh karena itu dalam lingkungan wilayahnya tersebut suatu negara
Lebih terperinciPRINSIP PENGAKUAN DALAM PEMBENTUKAN NEGARA BARU DITINJAU DARI HUKUM INTERNASIONAL
PRINSIP PENGAKUAN DALAM PEMBENTUKAN NEGARA BARU DITINJAU DARI HUKUM INTERNASIONAL A. Masyhur Effendi, Andri Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, Surabaya Jl. Darmawangsa Dalam selatan Surabaya, 60222
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara yang membawa akibat-akibat hukum yang sangat kompleks.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suksesi negara adalah suatu keadaan di mana terjadi perubahan atau penggantian kedaulatan dalam suatu negara sehingga terjadi semacam pergantian negara yang membawa
Lebih terperinciSENGKETA INTERNASIONAL
SENGKETA INTERNASIONAL HUKUM INTERNASIONAL H. Budi Mulyana, S.IP., M.Si Indonesia-Malaysia SENGKETA INTERNASIONAL Pada hakikatnya sengketa internasional adalah sengketa atau perselisihan yang terjadi antar
Lebih terperinciMATERI PERKULIAHAN HUKUM INTERNASIONAL MATCH DAY 6 PERJANJIAN INTERNASIONAL
MATERI PERKULIAHAN HUKUM INTERNASIONAL MATCH DAY 6 PERJANJIAN INTERNASIONAL A. PENDAHULUAN Dalam pergaulan dunia internasional saat ini, perjanjian internasional mempunyai peranan yang penting dalam mengatur
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG SUBJEK HUKUM INTERNASIONAL. Secara umum subyek hukum diartikan sebagai pendukung / pemilik hak dan
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG SUBJEK HUKUM INTERNASIONAL A. Definisi Subjek Hukum Internasional Secara umum subyek hukum diartikan sebagai pendukung / pemilik hak dan kewajiban. Pada awal mula dari kelahiran
Lebih terperinciBAB 5 PENUTUP. 5.1.Kesimpulan
99 BAB 5 PENUTUP 5.1.Kesimpulan Berbagai macam pernyataan dari komunitas internasional mengenai situasi di Kosovo memberikan dasar faktual bahwa bangsa Kosovo-Albania merupakan sebuah kelompok yang memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. wilayahnya. Konflik etnis merupakan salah satu permasalahan yang masih terjadi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pecahnya Uni Soviet telah meninggalkan berbagai permasalahan dibekas wilayahnya. Konflik etnis merupakan salah satu permasalahan yang masih terjadi pasca jatuhnya
Lebih terperinciK69 SERTIFIKASI BAGI JURU MASAK DI KAPAL
K69 SERTIFIKASI BAGI JURU MASAK DI KAPAL 1 K-69 Sertifikasi Bagi Juru Masak Di Kapal 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan kesempatan
Lebih terperinciK87 KEBEBASAN BERSERIKAT DAN PERLINDUNGAN HAK UNTUK BERORGANISASI
K87 KEBEBASAN BERSERIKAT DAN PERLINDUNGAN HAK UNTUK BERORGANISASI 1 K 87 - Kebebasan Berserikat dan Perlindungan Hak untuk Berorganisasi 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan
Lebih terperinciKedaulatan Wilayah H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI
Kedaulatan Wilayah H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI Kedaulatan Negara Berasal dari kata : sovereignty (Inggris) superanus (Latin) Berarti : yang teratas kekuasaan tertinggi Pengertian Kedaulatan: Pengertian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kegiatan tersebut tidak bertentangan dengan hukum internasional 4. Kedaulatan
BAB I PENDAHULUAN H. Latar Belakang Kedaulatan ialah kekuasaan tertinggi yang dimiliki oleh suatu negara untuk secara bebas melakukan berbagai kegiatan sesuai dengan kepentingannya asal saja kegiatan tersebut
Lebih terperinciLex et Societatis, Vol. V/No. 4/Jun/2017
TANGGUNG JAWAB NEGARA YANG BELUM MENDAPAT PENGAKUAN INTERNASIONAL MENURUT HUKUM INTERNASIONAL 1 Oleh: Hendrik B. Sompotan 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana
Lebih terperinciH. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI
H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI HUKUM INTERNASIONAL INTERNATIONAL LAW : 1. PUBLIC INTERNATIONAL LAW ( UNITED NATIONS LAW, WORLD LAW, LAW of NATIONS) 2. PRIVATE INTERNATIONAL LAW 2 DEFINISI "The Law of Nations,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengenai dilaksanakan atau tidaknya kewajiban-kewajiban yang terdapat dalam
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sengketa Internasional Menurut Mahkamah Internasional, sengketa internasional merupakan suatu situasi ketika dua negara mempunyai pandangan yang bertentangan mengenai dilaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Secara subyektif, ketika menyebut Palestina orang awam bisa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara subyektif, ketika menyebut Palestina orang awam bisa mengatakannya sebagai sebuah negara kapanpun mereka inginkan. 1 Namun demikian bagi ilmuwan hukum,
Lebih terperinciPENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL SECARA DAMAI. Dewi Triwahyuni
PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL SECARA DAMAI Dewi Triwahyuni DASAR HUKUM Pencegahan penggunaan kekerasan atau terjadinya peperangan antar negara mutlak dilakukan untuk terhindar dari pelanggaran hukum
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penulis uraikan mengenai rangkaian teori yang akan digunakan dalam menelusuri
12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pemberian landasan berpijak dalam penulisan penelitian ini, maka akan Penulis uraikan mengenai rangkaian teori yang akan digunakan dalam menelusuri pembahasan dalam penelitian
Lebih terperinciUnsur-Unsur Negara. Ilmu Negara Andrie Irawan, SH., MH
Unsur-Unsur Negara Ilmu Negara Andrie Irawan, SH., MH Unsur-Unsur Negara Convention on Rights and Duties of States of 1933 Pasal 1 Monteviedeo (Pan American) A permanent population A definef terrioty A
Lebih terperinciHUKUM INTERNASIONAL PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL PERTEMUAN XXVII, XXVIII & XXIX. By Malahayati, SH, LLM
HUKUM INTERNASIONAL PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL PERTEMUAN XXVII, XXVIII & XXIX By Malahayati, SH, LLM 1 TOPIK PRINSIP UMUM JENIS SENGKETA BENTUK PENYELESAIAN SENGKETA PENYELESAIAN POLITIK PENYELESAIAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara dimana wilayah daratnya berbatasan dengan laut. menimbulkan kerenggangan hubungan dan apabila berlarut-larut akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wilayah suatu negara yang kita kenal seperti udara dan darat juga lautan. Namun masalah kelautan atau wilayah laut tidak dimiliki oleh setiap negara, hanya negara-negara
Lebih terperinciK 183 KONVENSI PERLINDUNGAN MATERNITAS, 2000
K 183 KONVENSI PERLINDUNGAN MATERNITAS, 2000 2 K-183 Konvensi Perlindungan Maternitas, 2000 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan kesempatan
Lebih terperinciBAHAN KULIAH HUKUM ORGANISASI INTERNASIONAL Match Day 8 HAK-HAK ISTIMEWA DAN KEKEBALAN ORGANISASI INTERNASIONAL
BAHAN KULIAH HUKUM ORGANISASI INTERNASIONAL Match Day 8 HAK-HAK ISTIMEWA DAN KEKEBALAN ORGANISASI INTERNASIONAL Sebagai subjek hukum yang mempunyai personalitas yuridik internasional yang ditugaskan negara-negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). PBB sebagai suatu organisasi yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan salah satu bangsa yang merupakan bagian dari komunitas dunia. Salah satu organisasi komunitas dunia tersebut adalah Perserikatan
Lebih terperinciK177 Konvensi Kerja Rumahan, 1996 (No. 177)
K177 Konvensi Kerja Rumahan, 1996 (No. 177) 1 K177 - Konvensi Kerja Rumahan, 1996 (No. 177) 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan kesempatan
Lebih terperinciKAPASITAS ORGANISASI INTERNASIONAL (PBB) DALAM MENENTUKAN SUATU ENTITAS (PALESTINA) SEBAGAI NEGARA
KAPASITAS ORGANISASI INTERNASIONAL (PBB) DALAM MENENTUKAN SUATU ENTITAS (PALESTINA) SEBAGAI NEGARA Ria Wulandari Fakultas Hukum Universitas Tanjungpura Abstract On December 2014 palestina to have member
Lebih terperinciBangsa dan Negara 1.1 Kedudukan Manusia Sebagai Makhluk Individu 1.2 Kedudukan Manusia Sebagai Makhluk Sosial 2.1 Pengertian Bangsa
Bangsa dan Negara 1.1 Kedudukan Manusia Sebagai Makhluk Individu Manusia sebagai makhluk individu diartikan sebagai person atau perseorangan atau sebagai diri pribadi. a. Sebagai Makhluk Tuhan Yang Maha
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia lainnya. Di dalam masyarakat bagaimanapun sederhananya, para anggota
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk sosial selalu membutuhkan hubungan dengan manusia lainnya. Di dalam masyarakat bagaimanapun sederhananya, para anggota masyarakat membutuhkan
Lebih terperincithe Right of Indigenous Peoples, melalui suatu pemungutan suara (roll-call vote),
POTENSI PELANGGARAN HAM DALAM BERBAGAI KEBIJAKAN NEGARA YANG BERHUBUNGAN DENGAN HAK MASYARAKAT ADAT DALAM BIDANG HAK SIPOL 1 OLEH: DR.IR.ADHI SANTIKA, MS, SH BALITBANG HAM DEPARTEMEN HUKUM DAN HAM 1. Pada
Lebih terperinciLex Administratum, Vol.I/No.3/Jul-Sept/2013
PENGUJIAN TERHADAP UNDANG-UNDANG YANG MERATIFIKASI PERJANJIAN INTERNASIONAL 1 Oleh : Marthina Ulina Sangiang Hutajulu 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana mekanisme
Lebih terperinciTINJAUAN MATA KULIAH...
iii Daftar Isi TINJAUAN MATA KULIAH... xi MODUL 1: PENGERTIAN HUKUM INTERNASIONAL 1.1 Istilah Hukum Internasional... 1.3 Latihan... 1.16 Rangkuman... 1.17 Tes Formatif 1..... 1.18 Hukum Internasional dan
Lebih terperinciVIENNA CONVENTION ON THE LAW OF TREATIES 1969
VIENNA CONVENTION ON THE LAW OF TREATIES 1969 Konvensi Wina 1969 terdiri dari dua bagian, yaitu bagian Pembukaan/Konsideran (Preambule) dan bagian isi (Dispositive), serta Annex dan dilengkapi dengan dua
Lebih terperinciDiadopsi oleh resolusi Majelis Umum 53/144 pada 9 Desember 1998 MUKADIMAH
Deklarasi Hak dan Kewajiban Individu, Kelompok dan Badan-badan Masyarakat untuk Pemajuan dan Perlindungan Hak Asasi Manusia dan Kebebasan Dasar yang Diakui secara Universal Diadopsi oleh resolusi Majelis
Lebih terperinciR-180 REKOMENDASI PERLINDUNGAN KLAIM PEKERJA (KEPAILITAN PENGUSAHA), 1992
R-180 REKOMENDASI PERLINDUNGAN KLAIM PEKERJA (KEPAILITAN PENGUSAHA), 1992 2 R-180 Rekomendasi Perlindungan Klaim Pekerja (Kepailitan Pengusaha), 1992 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO)
Lebih terperinciRESENSI BUKU. : Investor-State Arbitration. Rubins, Borzu Sabahi. Judul. Penulis buku : Christopher F. Dugan, Don Wallace, Jr., Noah D.
RESENSI BUKU Judul : Investor-State Arbitration Penulis buku : Christopher F. Dugan, Don Wallace, Jr., Noah D. Rubins, Borzu Sabahi Penerbit : Oxford University Press Bahasa : Inggris Jumlah halaman :
Lebih terperinciK 158 KONVENSI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA, 1982
K 158 KONVENSI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA, 1982 2 K-158 Konvensi Pemutusan Hubungan Kerja, 1982 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan kesempatan
Lebih terperinciPROLIFERASI SENJATA NUKLIR DEWI TRIWAHYUNI
PROLIFERASI SENJATA NUKLIR DEWI TRIWAHYUNI 1 Introduksi: Isu proliferasi senjata nuklir merupaka salah satu isu yang menonjol dalam globalisasi politik dunia. Pentingnya isu nuklir terlihat dari dibuatnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. internasional, sudah sejak lama dilakukan oleh negara-negara di dunia ini. Perjanjianperjanjian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perwujudan atau realisasi hubungan-hubungan internasional dalam bentuk perjanjianperjanjian internasional, sudah sejak lama dilakukan oleh negara-negara di
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penetapan batas wilayah teritorial laut telah menjadi permasalahan antar negaranegara bertetangga sejak dulu. Kesepakatan mengenai batas teritorial adalah hal penting
Lebih terperinciK 95 KONVENSI PERLINDUNGAN UPAH, 1949
K 95 KONVENSI PERLINDUNGAN UPAH, 1949 2 K-95 Konvensi Perlindungan Upah, 1949 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan kesempatan bagi laki-laki
Lebih terperinciHak Lintas Damai di Laut Teritorial
Hak Lintas Damai di Laut Teritorial A. Laut Teritorial HAK LINTAS DAMAI DI LAUT TERITORIAL (KAJIAN HISTORIS) Laut teritorial merupakan wilayah laut yang terletak disisi luar dari garis-garis dasar (garis
Lebih terperinciADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA PENOLAKAN PENYATUAN PAPUA DALAM NKRI... RAKYAT PAPUA TABUN 2000 SEBAGAI PERWUJUDAN HAK
PENOLAKAN PENYATUAN PAPUA DALAM NKRI OLEH KONGRES RAKYAT PAPUA TABUN 2000 SEBAGAI PERWUJUDAN HAK MENENTUKAN NASIB SENDIRI kk f' \ J.j!')"..): pe>r r MII~'K: PE~PUSTAf(~AN 8NITERSITAS AI~l' "IJOO~,. SUHAft4\"
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK SOSIALIS VIETNAM TENTANG PENETAPAN BATAS LANDAS KONTINEN,
Lebih terperinciLOG Ci O vic Education
LOGO Civic Education NEGARA DAN WARGA NEGARA Dosen Pengajar: Dra. Hermawati, MA Kelompok 5a : 1 Nia Cita Anisa (1113102000052) Kelas B No absen :15 2 Ramaza Rizka (1113102000076) Kelas D No absen :10 3
Lebih terperinciHukum Laut Indonesia
Hukum Laut Indonesia Pengertian Hukum Laut Hukum Laut berdasarkan pendapat ahli ahli : Hukum laut menurut dr. Wirjono Prodjodikoro SH adalah meliputi segala peraturan hukum yang ada hubungan dengan laut.
Lebih terperinciK100 UPAH YANG SETARA BAGI PEKERJA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN UNTUK PEKERJAAN YANG SAMA NILAINYA
K100 UPAH YANG SETARA BAGI PEKERJA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN UNTUK PEKERJAAN YANG SAMA NILAINYA 1 K 100 - Upah yang Setara bagi Pekerja Laki-laki dan Perempuan untuk Pekerjaan yang Sama Nilainya 2 Pengantar
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari pembahasan yang telah di sampaikan dalam penulisan tesis ini, maka dapat
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dari pembahasan yang telah di sampaikan dalam penulisan tesis ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: Pengelolaan wilayah perbatasan RDTL dengan NKRI selama ini lebih mengutamakan
Lebih terperinciDaftar negara yang warganya perlu visa untuk melewati perbatasan eksternal Negara Schengen dan daftar negara yang tidak memerlukannya.
Daftar negara yang warganya perlu visa untuk melewati perbatasan eksternal Negara Schengen dan daftar negara yang tidak memerlukannya. A. Daftar negara yang warganya perlu visa untuk melewati perbatasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang ditimbulkan dapat menyentuh berbagai bidang kehidupan. Korupsi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di berbagai belahan dunia, korupsi selalu mendapatkan perhatian yang lebih dibandingkan dengan tindak pidana lainnya. Fenomena ini dapat dimaklumi mengingkat dampak
Lebih terperinciKONVENSI INTERNASIONAL TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN MARITIM, 1979 (Hamburg, 27 April 1979)
KONVENSI INTERNASIONAL TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN MARITIM, 1979 (Hamburg, 27 April 1979) PARA PIHAK DALAM KONVENSI MEMPERHATIKAN arti penting yang tercantum dalam beberapa konvensi mengenai pemberian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara merupakan salah satu subjek hukum internasional. Sebagai subjek hukum internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, salah satunya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada tanggal 17 Februari 2008 yang lalu, parlemen Kosovo telah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pada tanggal 17 Februari 2008 yang lalu, parlemen Kosovo telah memproklamasikan Kosovo sebagai Negara merdeka, lepas dari Serbia. Sebelumnya Kosovo adalah
Lebih terperinciPERMASALAHAN HUKUM TERHADAP ISI BUTIR-BUTIR PERJANJIAN RI-GAM DALAM HAL KEWARGANEGARAAN
MAKALAH PERMASALAHAN HUKUM TERHADAP ISI BUTIR-BUTIR PERJANJIAN RI-GAM DALAM HAL KEWARGANEGARAAN Disusun oleh MAHATMA HADHI RIZKY ARGAMA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS INDONESIA Jakarta, ABSTRAK Dengan dimulai
Lebih terperinciK143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975
K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975 1 K-143 Konvensi Pekerja Migran (Ketentuan Tambahan), 1975 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang
Lebih terperinciStatuta Mahkamah Internasional (1945) Perserikatan Bangsa-Bangsa. Pasal 1
Statuta Mahkamah Internasional (1945) Perserikatan Bangsa-Bangsa Pasal 1 Mahkamah Internasional dibentuk berdasarkan Piagam Perserikatan Bangsa- Bangsa sebagai badan kehakiman peradilan utama dari Perserikatan
Lebih terperinciHAKIKAT BANGSA DAN NEGARA. M.Mamun Salman, M.Pd.I
HAKIKAT BANGSA DAN NEGARA M.Mamun Salman, M.Pd.I TATAP MUKA 1 SKKD Standar Kompetensi Memahami hakikat bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) Kompetensi Dasar 1. Mendeskripsikan haikat bangsa
Lebih terperinciZONASI LAUT TERITORIAL. Oleh Dr. Ir. HJ. KHODIJAH ISMAIL, M.Si
ZONASI LAUT TERITORIAL Oleh Dr. Ir. HJ. KHODIJAH ISMAIL, M.Si Indonesia memiliki wilayah perairan laut yang sangat luas. Untuk landas kontinen negara Indonesia berhak atas segala kekayaan alam yang terdapat
Lebih terperinciKEDUDUKAN ORGANISASI INTERNASIONAL DALAM MAHKAMAH INTERNASIONAL
KEDUDUKAN ORGANISASI INTERNASIONAL DALAM MAHKAMAH INTERNASIONAL Oleh Vici Fitriati SLP. Dawisni Manik Pinatih Bagian Hukum Internasional Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK Penulisan ini berjudul
Lebih terperinciK98 BERLAKUNYA DASAR-DASAR DARI HAK UNTUK BERORGANISASI DAN UNTUK BERUNDING BERSAMA
K98 BERLAKUNYA DASAR-DASAR DARI HAK UNTUK BERORGANISASI DAN UNTUK BERUNDING BERSAMA 1 K 98 - Berlakunya Dasar-dasar dari Hak untuk Berorganisasi dan untuk Berunding Bersama 2 Pengantar Organisasi Perburuhan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP KESIMPULAN. Rangkaian perjalanan sejarah yang panjang terhadap upaya-upaya dan
BAB V PENUTUP KESIMPULAN Rangkaian perjalanan sejarah yang panjang terhadap upaya-upaya dan Strategi Republik Kosovo dalam Proses Mencapai Status Kedaulatannya pada Tahun 2008 telah berlangsung sejak didirikannya
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. diadakan antara anggota masyarakat bangsa-bangsa dan bertujuan untuk
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian-pengertian 1. Perjanjian Internasional Perjanjian internasional menurut Mochtar Kusumaatmadja adalah perjanjian yang diadakan antara anggota masyarakat bangsa-bangsa
Lebih terperinciPERJANJIAN INTERNASIONAL DI ERA GLOBALISASI
PERJANJIAN INTERNASIONAL DI ERA GLOBALISASI DISUSUN OLEH : Sudaryanto, S.H., M.Hum FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS TUJUH BELAS AGUSTUS SEMARANG TAHUN 2011 BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Hukum Perjanjian
Lebih terperinciPENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Permasalahan C. Tujuan
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Akselerasi dalam berbagai aspek kehidupan telah mengubah kehidupan yang berjarak menjadi kehidupan yang bersatu. Pengetian kehidupan yang bersatu inilah yang kita kenal sebagai
Lebih terperinciPENGANTAR ILMU DAN TEKNOLOGI KEMARITIMAN. Dr. Ir. Hj. Khodijah Ismail, M.Si www. Khodijahismail.com
PENGANTAR ILMU DAN TEKNOLOGI KEMARITIMAN Dr. Ir. Hj. Khodijah Ismail, M.Si khodijah5778@gmail.com www. Khodijahismail.com POKOK BAHASAN Kontrak Perkuliahan dan RPKPS (Ch 01) Terminologi Ilmu dan Teknologi
Lebih terperinciK19 PERLAKUKAN YANG SAMA BAGI PEKERJA NASIONAL DAN ASING DALAM HAL TUNJANGAN KECELAKAAN KERJA
K19 PERLAKUKAN YANG SAMA BAGI PEKERJA NASIONAL DAN ASING DALAM HAL TUNJANGAN KECELAKAAN KERJA 1 K-19 Perlakukan Yang Sama Bagi Pekerja Nasional dan Asing dalam Hal Tunjangan Kecelakaan Kerja 2 Pengantar
Lebih terperinciMODUL VII HAK AZAZI MANUSIA
MODUL VII HAK AZAZI MANUSIA Pengertian Hak Azazi Manusia Hak asasi Manusia adalah hak-hak yang telah dipunyai seseorang sejak ia dalam kandungan. HAM berlaku secara universal Dasar-dasar HAM tertuang dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tanda berakhirnya perang tiga puluh tahun (Thirty Years War) di Eropa.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ditandatanganinya perjanjian Westphalia pada tahun 1648 menjadi tanda berakhirnya perang tiga puluh tahun (Thirty Years War) di Eropa. Dalam banyak studi tentang hukum
Lebih terperinci