KONTRIBUSI KECENDERUNGAN TIPE KEPRIBADIAN INTROVERT TERHADAP PERILAKU PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KONTRIBUSI KECENDERUNGAN TIPE KEPRIBADIAN INTROVERT TERHADAP PERILAKU PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA"

Transkripsi

1 KONTRIBUSI KECENDERUNGAN TIPE KEPRIBADIAN INTROVERT TERHADAP PERILAKU PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA Ayu Mandari Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma ABSTRAK Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh para ilmuwan psikologi, yang menyatakan bahwa sebagian besar mahasiswa melakukan prokrastinasi pada tugas kuliahnya dan tipe kepribadian introvert memiliki hubungan positif yang signifikan dengan prokrastinasi akademik. Maka penelitian ini bertujuan untuk meneliti apakah tipe kepribadian introvert berkontribusi atau tidak terhadap prokrastinasi akademik. Pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling. Responden dalam penelitian ini sebanyak 260 mahasiswa, setelah dilakukan penyaringan diperoleh 130 mahasiswa yang dapat dijadikan sampel penelitian. Penelitian ini menggunakan dua skala sebagai alat ukur, yaitu skala kepribadian introvert dan skala prokrastinasi akademik. Uji hipotesis menggunakan teknik regresi sederhana. Sebagai syarat untuk melakukan uji regresi terlebih dahulu dilakukan uji korelasi dengan menggunakan teknik korelasi Product Moment Pearson, diperoleh nilai korelasi sebesar 0,100 dengan taraf signifikansi sebesar 0,258 (p>0,05), yang berarti bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tipe kepribadian introvert dan prokrastinasi akademik. Oleh karena tidak terdapat hubungan antar variabel, sehingga tidak perlu dilakukan uji regresi. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis dalam penelitian ini ditolak, artinya tidak ada kontribusi kecenderungan tipe kepribadiann introvert terhadap perilaku prokrastinasi akademik. Kata kunci : Keprinadian Introvert, Prokrastinasi Akademik, Mahasiswa PENDAHULUAN Menurut Millgram, dkk. (dalam Ghufron & Risnawita, 2010), trait kepribadian individu turut mempengaruhi munculnya perilaku prokrastinasi. Jung (dalam Safaria & Rahardi, 2004) mengemukakan adanya dua tipe kecenderungan dasar pribadi manusia, yaitu tipe introvert dan ekstrovert. individu yang introvert mempunyai kecenderungan untuk melihat ke dalam diri, lebih menekankan pengalaman subjektif, dan makna pribadinya. Menurut Suryabrata (2011), introvert itu memperlihatkan kecenderungan untuk 1

2 2 mengembangkan gejala-gejala ketakutan dan depresi, ditandai oleh kecenderungankecenderungan obsesi, mudah tersinggung, apathy, syaraf otonom mereka stabil menurut pernyataan mereka sendiri, perasaan mereka gampang terluka, mudah gugupan, menderita rasa rendah diri, mudah melamun dan suka tidur. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Utaminingsih dan Setyabudi (2012), menghasilkan bahawa ekstrovert memiliki tingkat prokrastinasi yang rendah karena ekstrovert lebih aktif, mudah bergaul, dan cenderung memiliki emosi yang positif. Hal ini dapat menghasilkan sebuah asumsi bahwa individu introvert memiliki tingkat prokrastinasi yang tinggi, karena individu introvert cenderung pasif, unsosial dan cenderung untuk mengembangkan gelajagejala ketakutan dan depresi serta emosi negatif. Berdasarkan penelitian lainnya yang telah dilakukan oleh Catrunada dan Puspitawati (2008), mahasiswa introvert memiliki kecenderungan yang lebih besar dalam melakukan prokrastinasi tugas skripsi dibandingkan mahasiswa ekstrovert, yang disebabkan oleh performansi individu dengan tipe kepribadian introvert cenderung lambat dalam aktifitas motorik. Hal tersebut karenakan individu introvert lebih pasif dan kaku sehingga lebih lambat dalam aktifitas motorik. Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Yulistia (2003), juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara prokrastinasi akademik dan tipe kepribadian introvert. Hal ini dikarenakan oleh tipe kepribadian introvert cenderung tertutup dan memilih untuk melakukan refleksi terlebih dahulu sebelum berbicara dan berbuat, dan introvert cenderung memiliki hambatan dalam berkomunikasi dengan lingkungannya. Berdasarkan penjelasan tentang prokrastinasi dan tipe kepribadian, serta hasil penelitian sebelumnya seperti yang telah dijelaskan di atas dan pada bab sebelumnya bahwa terdapat hubungan antara perilaku prokrastinasi dengan tipe kepribadian introvert. Adapun hubungan antara perilaku prokrastinasi dengan tipe kepribadian introvert adalah positif dan individu yang memiliki kecenderungan tipe kepribadian introvert memiliki tingkat prokrastinasi yag lebih tinggi terhadap perilaku prokrastinasi akademik dari pada individu yang memiliki kecenderungan tipe kepribadian ekstrovert. Hal ini mengansumsikan bahawa kecenderungan tipe kepribadian introvert berkontribusi terhadap perilaku prokrastinasi akademik.

3 3 TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji seberapa besar kontribusi kecenderungan tipe kepribadian introvert terhadap perilaku prokrastinasi akademik pada mahasiswa. TINJAUAN PUSTAKA 1. Prokrastinasi Akademik Secara etiologis atau menurut asal katanya, istilah prokrastinasi berasal dari bahasa latin yaitu pro atau forward yang berarti maju, dan crastinus atau tomorrow yaitu hari esok, ini berarti prokrastinasi adalah maju pada hari esok. Sedangkan secara etimologis prokrastinasi adalah suatu mekanisme untuk mengatasi kecemasan yang berhubungan dengan bagaimana cara memulai atau melengkapi suatu pekerjaan dan dalam hal membuat keputusan (Fiore, 2006). Burka dan Yuen (2008), mengemukakan bahwa penundaan yang dikategorikan sebagai prokrastinasi apabila penundaan tersebut sudah merupakan kebiasaan atau pola menetap yang selalu dilakukan seseorang ketika menghadapi tugas dan penundaan tersebut disebabkan oleh adanya keyakinan-keyakinan yang irasional dalam memandang tugas. Prokrastinasi adalah sebuah masalah kebiasaan yang terjadi secara otomatis ditandai dengan menunda suatu kegiatan penting yang harus dilakukan pada suatu saat tertentu sampai ke waktu yang akan datang. Proses penundaan ini sangat memungkinkan memiliki konsekuensi (Knaus, 2010). Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ke-3 Departemen Pendidikan Nasional Balai Pustaka (2007), Akademik merupakan suatu kegiatan yang memberikan layanan yang berupa data dan memiliki tahapantahapan di dalam melakukan pemrosesannya guna menghasilkan informasi yang berhubungan dalam kegiatan pendidikan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia akademik atau akademis adalah mengenai atau berhubungan dengan akademik, bersifat ilmiah, bersifat ilmu pengetahuan, bersifat teori, tanpa arti praktis yang langsung (dalam Alwi dkk, 2003). Knaus (2010), mengungkapkan bahwa prokrastinasi akademik adalah mengacu pada menghindari studi dan belajar. Berdasarkan dari definsi prokrastinasi dan akademik yang telah di kemukakan oleh beberapa tokoh di atas, maka dapat disimpulkan bahwa prokrastinasi akademik adalah suatu kebiasaan menunda-nunda untuk melakukan atau menyelesaikan kegiatan

4 4 yang berhubungan dengan pendidikan, ilmu pengetahuan, bersifat ilmiah dan teoritis, yang dilakukan secara berulang oleh individu dan dapat menimbulkan perasan tidak nyaman. Menurut Ferrari dkk (dalam Ghufron & Risnawita, 2010), prokrastinasi akademik dapat termanifestasikan dalam indikator tertentu yang dapat diukur dan diamati ciri-ciri tertentu, yaitu : a. Penundaan untuk memulai dan menyelesaikan tugas Penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan tugas yang dihadapi. Seseorang yang melakukan prokrastinasi tahu bahwa tugas yang dihadapi harus segera diselesaikan. Akan tetapi, dia menunda-nunda untuk mengerjakannya atau menunda-nunda untuk menyelesaikan sampai tuntas jika dia sudah mulai mengerjakan sebelumnya. b. Keterlambatan dalam mengerjakan tugas Orang yang melakukan prokrastinasi memerlukan waktu yang lebih lama dari pada waktu yang dibutuhkan pada umumnya dalam mengerjakan suatu tugas. Seorang prokrastinator menghabiskan waktu yang dimilikinya untuk mempersiapkan diri secara berlebihan. Selain itu, juga melakukan hal-hal yang tidak dibutuhkan dalam penyelesaian suatu tugas, tanpa memperhitungkan keterbatasan waktu yang dimilikinya. Kadang-kadang tindakan tersebut mengakibatkan seseorang tidak berhasil menyelesaikan tugasnya secara memadai. c. Kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual Seorang prokrastinator mempunyai kesulitan untuk melakukan sesuatu sesuai dengan batas waktu yang telah dilakukan sebelumnya. Seorang prokrastinator sering mengalami keterlambatan dalam memenuhi deadline yang telah ditentukan, baik oleh orang lain maupun rencana yang telah ditentukan sendiri. d. Melakukan aktivitas yang lebih menyenangkan Melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan dari pada melakukan tugas yang harus dikerjakan. Seorang prokrastinator dengan sengaja tidak segera melakukan tugasnya. Akan tetapi, menggunakan waktu yang dia miliki untuk melakukan aktivitas lain yang dipandang lebih menyenangkan dan mendatngkan hiburan, seperti membaca (koran, majalah, atau buku

5 5 cerita lainnya), nonton, ngobrol, jalan, mendengarkan musik, dan sebagainya sehingga menyita waktu yang dia miliki untuk mengerjakan tugas yang harus diselesaikan. 2. Kepribadian Introvert Introversi atau introvert menurut Jung (dalam Feist & Feist, 2010), adalah aliran energi psikis ke arah dalam yang memiliki orientasi subjektif. Introversi memiliki pemahaman yang baik terhadap dunia dalam diri mereka, dengan semua bias, fantasi mimpi, dan persepsi yang bersifat individu. Orang - orang ini akan menerima dunia luar dengan selektif dan dengan pandangan subjektif mereka. Tipe kepribadian introvert adalah satu kecenderungan untuk mengarahkan kepribadian untuk menarik diri dari kontak sosial dan minatnya lebih mengarah ke dalam pikiran-pikiran dan pengalamannya sendiri (Chaplin, 2001). Menurut Suryabrata (2011), introvert itu memperlihatkan kecenderungan untuk msengembangkan gejala-gejala ketakutan dan depresi, ditandai oleh kecenderungankecenderungan obsesi, mudah tersinggung, apathy, syaraf otonom mereka stabil menurut pernyataan mereka sendiri, perasaan mereka gampang terluka, mudah gugupan, menderita rasa rendah diri, mudah melamun dan suka tidur. Umumnya mereka teliti tapi lambat. Mereka agak kaku dan memperlihatkan Intrapersonal-variability yang kecil, sedangkan orang-orang yang ekstrovert memperlihatkan kecenderungan untuk mengembangkan gejala-gejala histeris. Mereka tidak begitu kaku dan memperlihatkan Intra-personal variability yang besar. Introversion adalah istilah yang dipakai oleh Jung untuk lebih menunjuk minat ke dalam daripada minat keluar dunia manusia dan benda, jenis tempramen atau kepribadian, sifat-sifat individu yang minatnya lebih berada dalam perasaan dan pikirannya sendiri, daripada dalam dunia sekitarnya (Drever, 1986). Introvert bersifat tertutup, suka memikirkan diri sendiri, tidak terpengaruh pujian, banyak fantasi, tidak tahan kritik, mudah tersinggung, menahan ekspresi emosinya, sukar bergaul, sukar dimengerti orang lain, suka membesarkan kesalahannya, serta analisi dan kritik diri sendiri menjadi buah pikirannya (Sunaryo, 2004). Berdasarkan penjelasan dari beberapa tokoh di atas, dapat disimpulkan bahwa tipe kepribadian introvert adalah tipe kepribadian yang menerima dunia luar dengan selektif dan dengan pandangan subjektif mereka serta cenderung menarik diri dari lingkungan

6 6 sosial, mudah merasa cemas, pasif, bersifat pesimis, merasa rendah diri dan hati-hati. Menurut Suryabrata (2011), orang-orang yang introvert ditandai oleh kecenderungan mudah tersinggung, perasaan gampang terluka, mudah gugup, rendah diri, mudah melamun, sukar tidur, intelegensia relatif tinggi, prendaharaan kata-kata baik, cenderung tetap pada pendirian (keras kepala), umumnya teliti tapi lambat, mereka agak kaku, dan kurang suka lelucon, terlebih mengenai seks. Sedangkan orang-orang yang ekstrovert intelegensia mereka relatif rendah, perbendaharaan kata-kata kurang, mempunyai kecenderungan tidak tetap pada pendirian, umumnya mereka cepat namun tidak teliti, mereka tidak begitu kaku, dan mereka menyukai lelucon terlebih mengenai seks. 3. Mahasiswa Menurut Susantoro (2003), mahasiswa merupakan kalangan muda yang berumur antara 19 sampai 28 tahun yang memang dalam usia tersebut mengalami suatu peralihan dari tahap remaja ke tahap dewasa. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, mahasiswa adalah mereka yang sedang belajar di perguruan tinggi (Poerwadarminta, 2005). Mahasiswa dapat didefinisikan sebagai individu yang sedang menuntut ilmu ditingkat perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta atau lembaga lain yang setingkat dengan perguruan tinggi. Menurut Budiman (2006), mahasiswa adalah orang yang belajar di sekolah tingkat perguruan tinggi untuk mempersiapkan dirinya bagi suatu keahlian tingkat sarjana. Mahasiswa adalah pemuda-pemuda yang berjiwa dinamis, yang terpelajar, karena itu mengetahui persoalanyang dihadapi secara cepat. Menurut Antoni (2012), mahasiswa adalah insan yang dipercaya untuk mengemban tugas-tugas keilmuan sesuai potensi dan kadar intelektual yang dimiliki masing-masingnya. Mahasiswa dengan segala potensi yang tersedia dan disediakan adalah titipan keluarga dan masyarakat dalam rangka membingkai kemajuan berpikir, kearifan dalam bertindak, dan kematangan dalam bersosialisasi. Mahasiswa disiapkan untuk berjiwa besar, terbuka dalam banyak hal, dan siap untuk menerima kritikan. Berdasarkan dari beberapa definisi yang diungkapkan oleh beberapa tokoh di atas, maka dapat disimpulkan bahwa mahasisawa adalah seseorang yang sedang menjalani pendidikan di perguruan tinggi negri maupun swasta yang dipercaya dapat mengembangkan ilmu pengetahuan yang sesuai dengan

7 7 potensi dan bidang ilmuannya serta berumur rata-rata antara 19 sampai 28 tahun. HIPOTESIS Berdasarkan tinjauan pustaka dan landasan teori yang telah dikemukakan di atas, maka hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah : ada kontribusi kecenderungan tipe kepribadian introvert terhadap perilaku prokrastinasi akademik pada mahasiswa. METODE PENELITIAN Untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian ini peneliti menggunakan self report melalui kuesioner yang berupa skala prokrastinasi akademik dan skala kepribadian introvert. Skala prokrastinasi akademik menggunakan teknik penyusunan skala Likert. Pada skala ini respon yang diberikan oleh subjek adalah tingkat kesesuaian yang mempunyai 4 variasi jawaban sebagai berikut: sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS). Skala tipe kepribadian introvert menggunakan teknik penyusunan skala Osgood. Pada skala ini respon yang diberikan oleh subjek adalah penilaian diri (self report) yang diwakilkan dalam rentang angka 1-7. Angka-angka pada kedua ujung kutub kiri maupun kanan menunjukkan kesesuaian dengan diri. Prokrastinasi akademik dapat diukur dan diamati melalui ciri-ciri prokrastinasi akademik menurut Ferrari dkk (dalam Ghufron & Risnawita, 2010). Alat ukur yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan skala Likert. Untuk mengukur kepribadian introvert, peneliti menggunakan skala kepribadian introvert yang dimodifikasi oleh Priharti (2010), dari skala tipe kepribadian introvert dan ekstrovert yang disusun oleh Lestari (2004). Teknik sampling yang digunakan oleh penulis adalah non probability sampling. Pengertian purposive sampling menurut Sugiyono (2008) adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Sehingga data yang diperoleh lebih representatif dengan melakukan proses penelitian yang kompeten dibidangnya. Adapun karakteristik pertimbangan pemilihan sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa fakultas psikologi Universitas Gunadarma tingkat III, IV dan nonkelas yang memiliki kecenderungan kepribadian introvert. Subjek penelitian ini terdiri dari 260 mahasiswa. Pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi sederhana untuk melihat adanya kontribusi kecenderungan tipe kepribadian introvert terhadap perilaku prokrastinasi akademik pada mahasiswa.

8 8 HASIL PENELITIAN Validitas, Daya Diskriminasi Aitem Dan Reliabilitas Adapun validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas tampang atau face validity yang merupaknan bagian dari validitas isi atau content validity. Validitas ini dianggap telah terpenuhi apabila penampilan alat ukur atau tes telah meyakinkan dan memberi kesan mampu mengungkapkan apa yang hendak diukur (dalam Nisfiannoor, 2009). Validitas isi atau content validity merupakan kerepresentatifan butir-butir dalam instrumen pengukuran. Untuk mengetahui apakah alat ukur atau tes yang dibuat telah memenuhi validitas isi, maka dapat dilakukan dengan meminta penilaian dari orang yang kompeten atau pakar (dalam Nisfiannoor, 2009). Pada penelitian ini, uji validitas aitem pada alat ukur baik skala prokrastinasi akademik maupun skala kepribadian introvert dilakukan secara kualitatif oleh ilmuwan yang berkompeten dibidang psikologi, dalam hal ini validitas alat ukur yang digunkan dinilai oleh dosen pembimbing. Dari penilaian yang diberikan dapat dirumuskan 24 aitem untuk skala prokrastinasi akademik dan 22 aitem untuk skala kepribdian introvert. Korelasi skor aitem dan skor total alat ukur skala prokrastinasi akademik bergerak antara 0,019 sampai 0,771. Sedangkan pada pengujian α Cronbach alat ukur skala prokrastinasi akademik diperoleh skor sebesar 0,902. Hal ini berarti koefisien reliabilitas pada alat ukur skala prokrastinasi akademik menunjukkan adanya konsistensi nilai dan stabilitas nilai yang tinggi atau sempurna. Dari analisis daya diskriminasi aitem dan reliabilitas yang telah dilakukan pada skala kepribadian introvert dari Priharti (2010), diperoleh hasil nilai korelasi skor aitem dan skor total alat ukur yang bergerak antara 0,322 sampai 0,837. Sedangkan pada pengujian α Cronbach alat ukur skala kepribadin introvert diperoleh skor sebesar 0,877. Hal ini berarti koefisien reliabilitas pada alat ukur skala prokrastinasi akademik menunjukkan adanya konsistensi nilai dan stabilitas nilai yang kuat. Pembagian Kepribadian Introvert Penelitian ini hanya mengambil data subjek yang masuk ke dalam ketegori kepribadian introvert. Untuk membagi kepribadian introvert dan ekstrovert digunakan median atau nilai tengah. Hal ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Priharti (2010). Semua data diurutkan berdasarkan skor total terkecil sampai dengan skor total terbesar dan dicari median atau nilai tengahnya. Kemudian berdasarkan median tersebut, maka akan terbagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok skor total di

9 9 bawah nilai median masuk ke dalam kategori ekstrovert dan kelompok skor besar total di atas nilai median masuk ke dalam kategori introvert. Uji hipotesis dalam penelitian ini hanya menggunakan subjek yang memiliki skor total di atas nilai median yaitu subjek yang masuk ke dalam kategori introvert saja. Berdasarkan data yang diperoleh dalam penelitian ini memperoleh hasil nilai skor total terkecil sebesar 26 dan nilai skor total terbesar 111, setelah diperoleh nilai skor total dan terkecil semua data yang berjumlah 260 diurutkan berdasarkan urutan mulai dari nalai terkecil hingga nilai terbesar yaitu dari 26 sampai ke 111, dan diperoleh nilai median sebesar 62,5. Pembagian kategori tersebut dapat dilihat dari tabel berikut : yang memiliki nilai total di atas nilai median (62,5) yang tergolong ke dalam kategori kepribadian introvert. Maka hanya 130 responden yang dapat dijadikan subjek untuk analisis selanjutnya dalam penelitian ini yaitu yang tergolong ke dalam kepribadian introvert. Uji Asumsi 1. Uji Normalitas Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Dari uji tersebut didapatkan hasil sebagai berikut : Tabel 1. Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov a Skala Statistic Df Sig. Prokrastinasi 0, ,000 Introvert 0, ,002 Gambar 1. Pembagian Kategori Kepribadian Introvert dan Ekstrovert Berdasarkan hasil dari pembagian kepribadian ekstrovert dan introvert yang didasari nilai median, dari 260 responden diperoleh sebanyak 130 responden yang memiliki nilai total di bawah nilai median (62,5) yang tergolong ke dalam kategori kepribadian ekstrovert dan sebanyak 130 responden Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai signifikansi dari uji normalitas Kolmogorov Smirnov adalah 0,002 pada skala prokrastinasi (sig.<0,05) dan 0,000 (sig.<0,05) pada skala kepribadian introvert. Hal tersebut menandakan bahawa data pada skala prokrastinasi akademik dan kepribadian introvert tidak berdistribusi normal.

10 10 Grafik Linearitas Skala Prokrastinasi Akademik dan Kepribadian Introvert 2. Uji Linearitas Berdasarkan dari hasil uji Uji Hipotesis Setelah melakukan uji asumsi yang linearitas yang dilakukan pada menghasilkan data yang tidak berdistribusi penelitian ini, maka diperoleh hasil normal, dalam penelitian ini peneliti tetap sebagai berikut : menggunakan statistika parametrik untuk Tabel 2. Hasil Uji Linearitas menguji hipotesis dengan pertimbangkan Mean jumlah data yang banyak (>30) dan data Model Square F Sig. Regression 67,114 1,288 0,258 b menggunakan skala interval. Residual 52,091 Total Uji hipotesis dilakukan sebagai penentuan tingkat signifikansi dalam Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahawa nilai F = 1,288 dan nilai signifikansi sebesar 0,258 (p > 0,05). Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang tidak linear antara prokrastinasi akademik dengan kepribadian introvert. Sebaran da ta yang diperoleh dari skala prokrastinasi akademik dan kepribadian introvert dapat dilihat pada gambar berikut : pengujian statistik. Dalam hal ini, uji hipotesis dilakukan dengan melihat nilai signifikansi melalui uji korelasi dan uji regresi sederhana antara variabel yang diteliti. Sebelum melakukan uji regresi sederhana untuk melihat kontribusi tipe kepribadian introvert terhadap prokrastinasi akademik, terlebih dahulu dilakukan uji korelasi untuk melihat hubungan antara veriabel kepribadian introvert dengan prokrastinasi akdemik. Berdasarkan analisis data yang dilakukan dengan menggunakan Product Moment Pearson Correlation Two Tailed, diketahui bahwa koefisien korelasi antara kepribadian introvert dengan prokrastinasi akademik nilai sebesar 0,100 dengan taraf signifikansi sebesar 0,258 (p>0,05). Hal tersebut dapat dilihat dari tabel berikut : Gambar 2.

11 11 Tabel 3. Hasil Uji Korelasi Kepribadi an Introvert Prokrastin asi Akademik KI PA Pearson Correlation 1 0,100 Sig. (2-tailed) 0,258 N Pearson Correlation 0,100 1 Sig. (2-tailed) 0,258 N Berdasarkan hasil tersebut, dapat diketahui bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kepribadian introvert dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa. Berdasarkan hasil uji korelasi yang telah dilakukan, bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kepribadian introvert dan prokrastinasi akademik. Maka dapat diasumsikan bahwa tipe kepribadian introvert tidak memiliki kontribusi terhadap prokrastinasi akademik, sehingga tidak perlu dilakukan uji regresi sederhana untuk melihat kontribusi tipe kepribadian introvert terhadap prokrastinasi akademik. Hal ini berarti bahwa hipotesis dalam penelitian ini dotolak, maka tidak ada kontribusi kecenderungan kepribadian introvert terhadap perilaku prokrastinasi akademik pada mahasiswa. PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk menguji hipotesis dimana kepribadian introvert mempunyai kontribusi terhadap prokrastinasi akademik. Sebelum melakukan uji hipotesis untuk melihat ada tidaknya kontribusi kepribadian introvert terhadap prokrastinasi akademik terlebih dahulu dilakukan uji korelasi antar kedua variabel tersebut. Setelah dilakukan uji korelasi maka dapat diperoleh hasil koefisien korelasi antara kepribadian introvert dengan prokrastinasi akademik nilai sebesar 0,100 dengan taraf signifikansi sebesar 0,258 (p>0,05), maka dapat diketahui bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kepribadian introvert dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa. Berdasarkan hasil uji korelasi yang telah dilakukan, bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kepribadian introvert dengan prokrastinasi akademik, maka diasumsikan variabel kepribadian introvert tidak berkontribusi terhadap prokrastinasi akademik. Berdasarkan hasil tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini ditolak, dan dapat diartikan bahwa kepribadian introvert tidak berkontribusi terhadap prokrastinasi akademik. Hal tersebut bisa disebabkan oleh beberapa faktor, menurut peneliti salah satu dari faktor yang menyebabkan kepribadian introvert tidak berpengaruh terhadap prokrastinasi akademik adalah karena individu yang memiliki kepribadian

12 12 introvert cenderung untuk mengarahkan kepribadian untuk menarik diri dari kontak sosial dan minatnya lebih mengarah ke dalam pikiran-pikiran dan pengalamannya sendiri (dalam Chaplin, 2001). Dengan demikian individu introvert lebih suka untuk menyendiri dan tidak membuang waktu yang banyak untuk bermain dan berkumpul dengan teman-temannya, sehingga lebih fokus dalam mengerjakan tugas kuliahnya serta dapat untuk menghindari melakukan prokrastinasi dalam mengerjakan tugas kuliahnya. Hal tersebut didukung oleh penelitian secara kualitatif yang dilakukan oleh Adi (2008), menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi individu melakukan prokrastinasi akademik adalah lingkungan, yaitu ajakan teman untuk bermain mempengaruhi subjek dalam mengerjakan tugas yang diberikan, sebagian subjek lebih memilih mengikuti ajakan teman untuk bermain dan meninggalkan tugasnya. Hal lain yang dapat menyebabkan tidak adanya hubungan antara prokrastinasi akademik dan kepribadian introvert adalah karena individu yang memiliki kepribadian introvert merupakan individu yang terkontrol dan lebih banyak dipengaruhi oleh dunia subjektifnya. Jung (dalam Hall & Lindzey, 1985), juga mengatakan mereka yang memiliki tipe kepribadian introvert cenderung fokus pada dunia pribadi dalam diri mereka sendiri. Sehingga mahasiswa yang memiliki kepribadian introvert dapat mengontrol waktu dan hal-hal yang mengganggu mereka dalam mengerjakan tugas kuliah serta tidak mudah untuk terpengaruhi oleh lingkungan. Pernyataan tersebut sesuai dengan penelitian Rizvi, Prawitasari, dan Soetjipto (1997), mengenai mengenai prokrastinasi akademik ditinjau dari pusat kendali dan efikasi diri pada 111 mahasiswa psikologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Hasil menunjukkan bahwa 20,38% mahasiswa telah melakukan prokrastinasi akademik dan didapat hubungan positif antara prokrastinasi akademik dengan pusat kendali eksternal. Hal tersebut mengartikan bahwa pusat kendali internal memiliki hubungan yang negatif terhdap prokrastinasi akademik. Menurut Millgram, dkk. (dalam Ghufron & Risnawita, 2010), trait kepribadian individu yang turut mempengaruhi munculnya perilaku penundaan, seperti trait kemampuan sosial yang tercermin dalam self-regulation dan tingkat kecemasan dalam berhubungan sosial. Dengan berkembanganya teknologi pada masa sekarang ini, peneliti memandang bahwa trait kemampuan sosial dan tingkat kecemasan dalam berhubungan sosial yang dimiki oleh individu bertipe kepribadian introvert tidak mempengaruhi perilaku prokrastinasi. Karena pada masa sekarang

13 13 komunikasi lebih banyak terjadi melalui internet (online) dari pada bertemu langsung (face to face), sehingga individu yang memiliki kepribadian introvert tidak lagi mengalami masalah dalam berkomunikasi dan merasa cemas dalam berhubungan sosial. Dengan adanya perkembangan teknologi juga dapat membuat perubahan pada individu yang memiliki kepribadian introvert, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Catrunada dan Puspitawati (2011), tentang perbedaan prokrastinasi ditinjau dari kepribadian introvert dan ekstrovert diperoleh hasil bahwa prokrastinasi pada individu yang memiliki kepribadian introvert lebih tinggi karena individu dengan tipe kepribadian introvert cenderung memperlambat gerak mereka pada aktifitas motorik. Begitupun dengan hasil penelitian menurut Yulistia (2003), kecenderungan prokrastinasi akademis pada mahasiswa yang memiliki kepribadian introvert dikarenakan individu introvert merasa kesulitan dalam berkomunikasi dengan lingkungan, cenderung tertutup dan memilih untuk melakukam refleksi terlebih dahulu sebelum berbicara dan berbuat. Adanya perkembangan teknologi yang terjadi pada masa sekarang, lambatnya gerak pada aktivitas motorik tidak lagi dapat mempengaruhi prokrastinasi, karena hampir semua kegiatan dapat dilakukan melalui media internet, seperti mencari materi untuk menyusun tugas kuliah dapat dicari di internet, membaca buku diperpustakan dapat diganti dengan lembaca ebook di online library, berkumpul untuk bekerja kelompok dapat dilakukan melalui chating dengan menggunakan media sosial dan lain sebagainya. Individu yang memiliki kepribadian introvert mungkin saja pasif dalam dunia off line atau dalam kehidupan sehari-hari secara face to face namun individu bertipe kepribadian introvert dapat saja aktif di dunia on line. Seperti tidak berani bertanya kepada dosen atau teman tentang materi kuliah, individu dapat saja mencari informasi melalui internet sehingga tidak menghambatnya dalam menyelesaikan tugas kuiah. Hal lain yang menyebabkan tidak adanya kontribusi kepribadian introvert terhadap prokrastinasi akademik adalah karena individu yang memiliki kepribadian introvert rentan terhadap kecemasan, dengan adanya kerentanan terhadap kecemasan sebagian individu yang memilki kepribadian introvert lebih aware terhadap tugas-tugas kuliahnya. Sehingga kecemasan tersebut tidak selalu menjadi hal yang negatif bahkan bisa menjadi hal yang positif. Oleh karena kepribadian introvert tidak berkontribusi terhadap prokrastinasi akademik maka prokrastinasi akademik dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor lain. berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh

14 14 Rahardjo, Juneman dan Setiani (2013), tentang hubungan kecemasan penggunaan komputer, stress akademis, dan prokrastinasi akademik pada mahasiswa. Penelitian tersebut menemukan bahawa kontribusi stres akademik pada prokrastinasi akademik juga cukup signifikan yaitu sebesar 62,6 %. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahawa prokrastinasi akademik dapat dipengaruhi oleh 37,4 % faktor lain. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wibowo (2014), hasil analisis menggunakan teknik korelasi product moment diperoleh nilai koefisien korelasi (r) sebesar -0,243 serta taraf sigifikansi 0,000 < 0,05. Hasil analisis tersebut dapat diartikan bahwa ada hubungan negatif antara self-efficacy dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Surabya. Penelitian lain oleh Putri, Wiyanti dan Priyatama (2010), menghasilkan bahwa self efficacy memiliki kontribusi sebesar 23,8% terhadap prokrastinasi akademik. Sumbangan self-efficacy terhadap prokrastinasi akademik sebesar 23,8%. Telah diketahui bahawa stres akademik dapat memberi pengaruh sebesar 62,6% dan self-efficacy dapat memberi pengaruh sebesar 23,8% terhadap prokrastinasi akademik maka telah diketahui sebesar 86,4% faktor yang mempengaruhi prokrastinasi akademik, maka 13,6 % lainnya dapat dipengaruhi oleh faktor lainnya. Berdasarkan analisis deskriptif pada penelitian ini dari perbandingan rata-rata (mean), diketahui bahwa mahasiswa yang berpacaran memiliki tingkat prokrastinasi akademik yang lebih rendah dari kelompok lainnya. Hal tersebut dikarenakan mahasiswa yang berpacaran memiliki dukungan sosial yang lebih selain dari keluarga dan temannya ia juga mendapatkan dukungan sosial dari pasangannya. Hasil tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Putri, Wiyanti dan Priyatma (2010), yang menyatakan bahawa ada hubungan negatif yang signifikan antara dukungan sosial dengan prokrastinasi akademik yang berarti bahwa semakin tinggi dukungan sosial maka semakin rendah prokrastinasi akademik, begitu pula sebaliknya, semakin rendah dukungan sosial maka semakin tinggi prokrastinasi akademik. Hasil analisis deskriptif lainnya berdasarkan perbandingan rata-rata (mean), menemukan bahawa mahasiswa yang memiliki jumlah teman dekat yang lebih sedikit 1-5 orang memiliki tingkat prokrastinasi akademik yang lebih rendah dibandingkan dengan kelompok lain, karena dengan pengaruh teman yang sedikit individu tidak melakukan prokrastinasi terhadap tugas kuliahnya. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

15 15 Adi (2008), bahwa ajakan teman untuk bermain mempengaruhi subjek dalam mengerjakan tugas yang diberikan, sebagian subjek lebih memilih mengikuti ajakan teman untuk bermain dan meninggalkan tugasnya. Berdasarkan analisis deskriptif lainnya yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), mahasiswa yang memiliki jumlah teman dekat 1-5 memiliki tingkat introvert yang lebih tinggi dibandingkan kelompok lain. Hasil tersebut sesuai dengan teori menurut Eysenck (dalam Hjelle & Ziegler, 1992), ciri-ciri kepribadian introvert salah satunya adalah atau lebih suka menyendiri. sulit berpartisipasi sosial Berdasarkan nalisis deskriptif jenis kelamin yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), mahasiswa yang berjenis kelamin laki-laki memiliki tingkt prokrastinasi yang lebih tinggi dari mahasiswa yang berjenis kelamin perempuan. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Akmal (2013), mahasiswa perempuan memiliki tingkat prokrastinsi yang lebih rendah dari mahasiswa yang berjenis kelamin laki-laki, dikarenakan mahasiswa perempuan lebih memiliki manajemen waktu yang lebih baik dari pada mahasiswa laki-laki. KESIMPULAN Penelitian ini dilakukan untuk membuktikan secara empirik apakah ada kontribusi kecenderungan tipe kepribadian introvert terhadap perilaku prokrastinasi akademik pada mahasiswa. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa tingkat III, IV dan non kelas Fakultas Psikologi Universitas Guadarma kampus Depok, dari 260 mahasiswa yang diperoleh sebagai responden hanya 130 mahasiswa yang meiliki kecenderungan tipe kepribadian introvert yang dapat dijadikan sampel untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini. Pengkategorian tipe kepribadian introvert dibedakan berdasarkan nilai median atau nilai tengah total skor skala kepribadian introvert-ekstrovert. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan. dapat disimpulkan bahwa hipotesis dalam penelitian ini ditolak, yang berarti bahwa tidak ada kontribusi kecenderungan tipe kepribadian introvert terhadap prokrastinasi akademik pada mahasiswa. Rendah tingginya prokrastinasi pada mahasiswa tidak dipengaruhi oleh kepribadian introvert. Hal tersebut mengasumsikan bahwa prokrastinasi akademik dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan tidak adanya hubungan dan kontribusi antara tipe kepribadian introvert dan prokrastinasi akdemik adalah karena kecenderunga tipe kepribadian introvert yang menarik diri dari kontak sosial dan suka menyendiri sehingga lebih fokus untuk mengerjakan tugas kuliah, memiliki pusat kendali internal atau terkontrol sehingga

16 16 tidak mudah dipengaruhi oleh lingkungan, rasa cemas yang mebuat individu menjadi lebih aware terhadap tugas kuliahnya dan perkembangan teknologi yang mebuat komunikasi menjadi semakin mudah sehingga individu yang memiliki tipe kepribadian introvert tidak mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dan dapat aktif mencari informasi yang diinginkan. SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat dkemukakan saran-saran sebagai berikut: 1. Saran Untuk Subjek Penelitian Berdasarkan hasil analisis deskriptif, ditemukan bahwa subjek dalam penelitian ini memiliki tingkat prokrastinasi akademik yang sedang dan hampir mendekati rendah. Oleh karena itu subjek diharapkan mempertahankan gaya belajar yang telah diterapkan sebelumnya dan memperbaiki menjadi lebih baik lagi, sehingga dapat mencegah meningkatnya tingkat prokrastinasi dan bahkan dapat menurunkan dari tingkat kecenderungan prokrastinasi yang sebelumnya. 2. Saran Untuk Penelitian Lebih Lanjut a. Saran untuk peneliti selanjutnya yang hendak meneliti tentang prokrastinasi akademik, diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk menggunakan variabel lain seperti locus of control, self regulation, self management, self awareness dan variabel yang berhubungan dengan perkembangan teknologi informasi sebagai variabel prediktor terhadap prokrastinasi akademik. b. Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk memilih sampel yang lebih banyak, keterangan identitas yang lebih banyak dan dari berbagai fakultas, sehingga prokrastinasi akademik dapat dilihat dari berbagai faktor dan dapat digeneralisasikan lebih baik serta dapat dibandingkan tingkat prokrastinasi akademik antar fakultas. DAFTAR PUSTAKA Adi, P.C. (2008). Faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya perilaku prokrastinasi akademik pada mahasiswa yang mengikuti organisasi kelembagaan di fakultas psikologi universitas katolik soegijapranata semarang. Skripsi (tidak diterbitkan). Semarang : Perpustakaan Unika. Akmal, V.E. (2013). Perbedaan prokrastinasi akademik berdasarkan jenis kelamin dengan mengontrol manajemen waktu pada mahasiswa yang kuliah sambil bekerja di Yogyakarta. Skripsi (tidak

17 17 diterbitkan). Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan Alwi, H.,dkk (2003). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai pustaka Antoni, C. (2012). Wacana ruang. Yogyakarta: Penerbit Andi. Budiman, A. (2006). Kebebasan, negara, pembangunan. Jakarta: Pustaka Alvabet dan Freedom Institute. Burka, B.J., & Yuen, L.M. (2008). Prokrastinasi : Why do it, what to do about it now. America : Da Capo Press. Catrunada, L., & Puspitawati,I. (2008). Prokrastinasi task differences on thesis introvert and extrovert personality. /files/journals/5/articles/229/publ ic/ pb.pdf. Chaplin, J.P. (2001). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Drever, J. (1986). Kamus psikologi. Jakarta: P.T. Bina Aksara. Feist, J., & Feist, G.J. (2010). Theoris of personality, edisi 7. Terjemahan Samita Prathita Sjahputri. Jakarta : Salemba Humanika. Fiore, N.A. (2006). The now habit: A strategic program for overcoming procrastination and enjoying guilt-free play. New York: Penguin group. Ghufron, M.N., & Risnawita, R. (2010). Teori-teori psikologi. Jakarta : Ar-ruzz Media. Hall, C.S & Lindzey, G. (1985). Introduction to theory of personality. New York : John M. Wiley Sons. Hjelle, L.A. & Ziegler, D.J. (1992). Personality theories. 3rd edition. New York: Mcgraw Hill. Kanaus, W. (2010). End procrastination now!. New York : Mcgraw Hill. Lestari, F.S. (2004). Perbedaan sikap terhadap faktor-faktor penyebab perilaku seksual pranikah pada remaja berdasarkan tipe kepribadian introvert dan ekstrovert. Skripsi (tidak diterbitkan). Depok : Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma. Nisfiannoor, M. (2009). Pendekatan statistika modern untuk ilmu sosial. Jakarta : Salemba Humanika. Poerwadarminta, W.J.S. (2005). Kamus umum bahasa indonesia. Edisi ketiga. Jakarta: Balai Pustaka. Priharti, M. (2010). Kontribusi kepribadian introvert terhadap kecanduan internet pada mahasiswa. Skripsi (tidak diterbitkan). Jakrta : Fakutas Psikologi Universitas Gunadarma. Putri, N.F.A., Wiyanti, S., & Priyatama, A.N. (2010). Hubungan antara self efficacy dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa program studi psikologi unversitas sebelas maret Surakarta. Jurnal Universitas Sebelas Maret Surakarta, 11,(2), Rahardjo, W., Juneman., & Setiani, Y. (2013). Computer anxiety, academic stress, and academic

18 18 procrastination on college students. Journal of Education and Learning, 7, (3), Rizvi, A., Prawitasari, J.E., & Soetjipto, H.S. (1997). Pusat kendali dan efikasi diri sebagai prediktor terhadap prokrastinasi akademik mahasiswa. Jurnal Psikologika, 2, (3), Safaria, T., & Rahardi, R.K. (2004). Menjadi pribadi berprestaasi : Strategi kerasan kerja di kantor. Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia. prokrastinasi akademik pada siwa SMA X Tangerang. Jurnal psikologi, 10, (1), Wibowo, R.F. (2014). Self efficacy dan prokrastinasi pada mahasiswa fakultas psikologi universitas Surabaya. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya, 3, (1), Yulistia. (2003). Hubungan antara karaktristik kepribadian mahasiswa dan kecenderungan prorastinasi akademis. Skripsi (tidak diterbitkan). Depok : Universitas Indonesia. Sugiyono. (2007). Statistika untuk penelitian. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. (2008). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R dan D. Bandung : Penerbit Alfabeta. Sunaryo. (2004). Psikologi untuk keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Suryabrata, S. (2006). Psikologi kepribadian. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Suryabrata, S. (2011). Psikologi kepribadian. Jakarta: Rajawali Pers. Susantoro, A.A. (2003). Sejarah pers mahasiswa Indonesia. ace.com/ Tim Departemen Pendidikan Nasional. (2007). Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Balai Pustaka. Utaminingsih, S., & Setyabudi., I. (2012). Tipe kepribadian dan

19

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA SMA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA SMA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA SMA NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana ( S1 ) Psikologi Disusun

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Prokrastinasi Akademik.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Prokrastinasi Akademik. BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Prokrastinasi Akademik 1. Pengertian Prokrastinasi Akademik. Secara etimologis atau menurut asal katanya, istilah prokrastinasi berasal dari bahasa latin yaitu pro atau forward

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya belajar merupakan bagian dari pendidikan. Selain itu

BAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya belajar merupakan bagian dari pendidikan. Selain itu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aktivitas yang berlangsung sepanjang hidup manusia. Pendidikan itu sendiri tidak dapat dipisahkan dari istilah belajar karena pada dasarnya

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PROKRASTINASI AKADEMIK DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP 137 JAKARTA

HUBUNGAN ANTARA PROKRASTINASI AKADEMIK DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP 137 JAKARTA Hubungan Antara Prokrastinasi Akademik Dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII SMP 137 Jakarta HUBUNGAN ANTARA PROKRASTINASI AKADEMIK DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP 137 JAKARTA Andini Megiantara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh kedua orang tuanya untuk mengikuti pembelajaran yang diselenggarakan di

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh kedua orang tuanya untuk mengikuti pembelajaran yang diselenggarakan di BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Siswa atau peserta didik adalah mereka yang secara khusus diserahkan oleh kedua orang tuanya untuk mengikuti pembelajaran yang diselenggarakan di sekolah, dengan

Lebih terperinci

Hubungan antara Flow Akademik dan Prokrastinasi Akademik pada Mahasiswa Teacher College Universitas X

Hubungan antara Flow Akademik dan Prokrastinasi Akademik pada Mahasiswa Teacher College Universitas X Hubungan antara Flow Akademik dan Prokrastinasi Akademik pada Mahasiswa Teacher College Universitas X Penulisan Ilmiah Nama : Obaja L Raja NPM : 16513750 Pembimbing : Annisa Julianti, S.Psi., M.Si. Jurusan

Lebih terperinci

Hubungan Antara Motivasi Berprestasi dengan Prokrastinasi Akademik Pada Mahasiswa Tingkat 3 Jurusan Psikologi Universitas Gunadarma Kalimalang

Hubungan Antara Motivasi Berprestasi dengan Prokrastinasi Akademik Pada Mahasiswa Tingkat 3 Jurusan Psikologi Universitas Gunadarma Kalimalang Hubungan Antara Motivasi Berprestasi dengan Prokrastinasi Akademik Pada Mahasiswa Tingkat 3 Jurusan Psikologi Universitas Gunadarma Kalimalang Nama : Novela Ayu Ratna Puri NPM : 16513511 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel-variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah : B. Definisi Operasional

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel-variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah : B. Definisi Operasional BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel-variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah : 1. Variabel Tergantung : Prokrastinasi 2. Variabel Bebas : Kecemasan B. Definisi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Jurusan Psikologi

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Jurusan Psikologi BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia

Lebih terperinci

Pengaruh Prokrastinasi Terhadap Kecurangan Akademik Pada Mahasiswa Yang Bekerja

Pengaruh Prokrastinasi Terhadap Kecurangan Akademik Pada Mahasiswa Yang Bekerja Pengaruh Prokrastinasi Terhadap Kecurangan Akademik Pada Mahasiswa Yang Bekerja OLEH: Nama : Rurialita NPM : 18513134 Kelas : 3PA12 Dosen Pembimbing : Mimi Wahyuni BAB I. PENDAHULUAN Mahasiswa Yang Bekerja

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Metode penelitian mempunyai peranan yang penting dalam penelitian karena berhasil tidaknya pengujian suatu hipotesis sangat tergantung pada ketepatan dan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK MAHASISWA JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING FIP UNJ

HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK MAHASISWA JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING FIP UNJ Hubungan Antara Self Efficacy Dengan Prokrastinasi Akademik Mahasiswa Jurusan Bimbingan dan... HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK MAHASISWA JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING FIP

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. maju dan akhiran crastinus yang berarti keputusan hari esok. Jadi prokrastinasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. maju dan akhiran crastinus yang berarti keputusan hari esok. Jadi prokrastinasi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prokrastinasi 1. Pengertian Prokrastinasi Secara bahasa, istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan pro yang berarti mendukung maju atau bergerak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian, identifikasi variabel penelitian, definisi operasional, subjek penelitian,

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian, identifikasi variabel penelitian, definisi operasional, subjek penelitian, BAB III METODE PENELITIAN Metode merupakan unsur penting dalam penelitian ilmiah, karena metode yang digunakan dalam penelitian dapat menemukan apakah penelitian tersebut dapat dipertanggungjawabkan hasilnya.

Lebih terperinci

HUBUNGAN SELF EFFICACY DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI UNIKA SOEGIJAPRANATA SEMARANG

HUBUNGAN SELF EFFICACY DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI UNIKA SOEGIJAPRANATA SEMARANG HUBUNGAN SELF EFFICACY DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI UNIKA SOEGIJAPRANATA SEMARANG Nindya Prameswari Dewi dan Y. Sudiantara Fakultas Psikologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Menurut Babbie (Prasetyo, 2005) rancangan penelitian adalah mencatat perencanaan dari cara berfikir dan merancang suatu strategi untuk menemukan sesuatu.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Peneliti akan melakukan penelitian ini di SMA Negeri 2 Kejuruan Muda,

BAB III METODE PENELITIAN. Peneliti akan melakukan penelitian ini di SMA Negeri 2 Kejuruan Muda, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Peneliti akan melakukan penelitian ini di SMA Negeri 2 Kejuruan Muda, Aceh Tamiang. Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2015 sampai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian korelasional merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian korelasional merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui 31 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan menggunakan teknik korelasional. Penelitian korelasional merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 2.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 2. BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Variabel tergantung Varibel bebas : Prokrastinasi akademik dalam menyelesaikan skripsi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI PSIKOLOGI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI PSIKOLOGI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI PSIKOLOGI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA CORRELATION BETWEEN SELF-EFFICACY AND ACADEMIC PROCRASTINATION ON

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SELF ESTEEM DENGAN PERILAKU MENCONTEK PADA SISWA KELAS IV DAN V SD NEGERI BADRAN NO. 123 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016

HUBUNGAN ANTARA SELF ESTEEM DENGAN PERILAKU MENCONTEK PADA SISWA KELAS IV DAN V SD NEGERI BADRAN NO. 123 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016 HUBUNGAN ANTARA SELF ESTEEM DENGAN PERILAKU MENCONTEK PADA SISWA KELAS IV DAN V SD NEGERI BADRAN NO. 123 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Vania Dwi Tristiana (14541084) Prodi : PGSD FKIP UNISRI ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research). Penelitian lapangan merupakan suatu penelitian untuk memperolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan suatu tahapan dalam kehidupan seseorang yang berada diantara tahapan kanak-kanak dan tahapan dewasa. Peralihan ini melibatkan lebih dari

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Universitas Bina Nusantara yang sedang mengerjakan skripsi. Penyebaran

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Universitas Bina Nusantara yang sedang mengerjakan skripsi. Penyebaran BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Profil Responden Responden terdiri dari 200 orang dan merupakan mahasiswa Universitas Bina Nusantara yang sedang mengerjakan skripsi. Penyebaran rentang usia responden

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Variabel penelitian memiliki beberapa jenis, pada peneltian ini jenis

Lebih terperinci

PERBEDAAN KECENDERUNGAN PROKRASTINASI TUGAS SKRIPSI BERDASARKAN TIPE KEPRIBADIAN INTROVERT DAN EKSTROVERT

PERBEDAAN KECENDERUNGAN PROKRASTINASI TUGAS SKRIPSI BERDASARKAN TIPE KEPRIBADIAN INTROVERT DAN EKSTROVERT PERBEDAAN KECENDERUNGAN PROKRASTINASI TUGAS SKRIPSI BERDASARKAN TIPE KEPRIBADIAN INTROVERT DAN EKSTROVERT LIDYA CATRUNADA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GUNADARMA ABSTRAKSI Menyusun skripsi bagi sebagian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel dalam penelitian ini, yaitu: B. Definisi Operasional

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel dalam penelitian ini, yaitu: B. Definisi Operasional digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini, yaitu: 1. Variabel Bebas : a. Regulasi diri b. Hubungan interpersonal dalam keluarga 2. Variabel

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian a. Persiapan Penelitian Persiapan penelitian perlu dilakukan agar penelitian yang akan diadakan dapat

Lebih terperinci

HUBUNGAN INTENSITAS PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL FACEBOOK

HUBUNGAN INTENSITAS PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL FACEBOOK JURNAL HUBUNGAN INTENSITAS PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL FACEBOOK DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 KARANGREJO TULUNGAGUNG TAHUN PELAJARAN 2015/2016 THE RELATION INTENSITY OF FACEBOOK

Lebih terperinci

PERBEDAAN TOLERANSI TERHADAP STRES PADA REMAJA BERTIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT DI KELAS XI SMA ASSALAAM SUKOHARJO

PERBEDAAN TOLERANSI TERHADAP STRES PADA REMAJA BERTIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT DI KELAS XI SMA ASSALAAM SUKOHARJO PERBEDAAN TOLERANSI TERHADAP STRES PADA REMAJA BERTIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT DI KELAS XI SMA ASSALAAM SUKOHARJO SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada setiap individu tanpa memandang usia, jenis kelamin, atau statusnya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pada setiap individu tanpa memandang usia, jenis kelamin, atau statusnya sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki era globalisasi sekarang ini, manusia dituntut untuk dapat menggunakan waktu dengan efektif sehingga efisiensi waktu menjadi sangat penting, namun sampai sekarang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Devinisi Operasional Penelitian, (C) Subjek Penelitian, Populasi dan Sampel (D)

BAB III METODE PENELITIAN. Devinisi Operasional Penelitian, (C) Subjek Penelitian, Populasi dan Sampel (D) 87 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Dalam bab ini peneliti akan menjelaskan tentang metode yang akan digunakan dalam penelitian ini meliputi: (A) Identifikasi Variabel Penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menggunakan waktu dengan efektif sehingga efisiensi waktu menjadi sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menggunakan waktu dengan efektif sehingga efisiensi waktu menjadi sangat penting 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki era teknologi dan globalisasi, manusia dituntut untuk menggunakan waktu dengan efektif sehingga efisiensi waktu menjadi sangat penting (Husetiya,

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Bab ini memuat variabel penelitian, hipotesis, subjek penelitian, teknik

BAB 3 METODE PENELITIAN. Bab ini memuat variabel penelitian, hipotesis, subjek penelitian, teknik BAB 3 METODE PENELITIAN Bab ini memuat variabel penelitian, hipotesis, subjek penelitian, teknik sampling, desain penelitian, alat ukur penelitian dan prosedur penelitian. 3.1 Variabel Penelitian & Hipotesis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pengamatan dengan pemikiran yang tepat secara terpadu melalui tahap-tahap yang

BAB III METODE PENELITIAN. pengamatan dengan pemikiran yang tepat secara terpadu melalui tahap-tahap yang BAB III METODE PENELITIAN Metodologi penelitian adalah ilmu yang mempelajari cara-cara melakukan pengamatan dengan pemikiran yang tepat secara terpadu melalui tahap-tahap yang disusun secara ilmiah untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 58 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk mencari hubungan antar variabel.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Dan Definisi Operasional 1 Variabel Variabel penelitian pada dasarnya merupakan sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian akan dilakukan di SMP Methodist-an Pancurbatu.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian akan dilakukan di SMP Methodist-an Pancurbatu. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.1.1. Tempat Penelitian Penelitian akan dilakukan di SMP Methodist-an Pancurbatu. 3.1.2. Waktu Penelitian Waktu Penelitian akan dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Untuk dapat meneliti konsep empirik, konsep tersebut harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel. Menurut Arikunto (2006), variabel adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia yang berlokasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan elemen penting bagi kehidupan. Menurut. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 pasal (1) ayat 1,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan elemen penting bagi kehidupan. Menurut. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 pasal (1) ayat 1, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan elemen penting bagi kehidupan. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 pasal (1) ayat 1, pendidikan adalah usaha sadar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. diperoleh signifikansi antar variabel yang diteliti (Azwar, 1998).

BAB III METODE PENELITIAN. diperoleh signifikansi antar variabel yang diteliti (Azwar, 1998). BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang merupakan penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data

Lebih terperinci

KORELASI SELF CONTROL DENGANKECEMASAN DALAM MENGHADAPI DUNIA KERJA PADA MAHASISWA SEMESTER V DI APIKES IRIS PADANG

KORELASI SELF CONTROL DENGANKECEMASAN DALAM MENGHADAPI DUNIA KERJA PADA MAHASISWA SEMESTER V DI APIKES IRIS PADANG KORELASI SELF CONTROL DENGANKECEMASAN DALAM MENGHADAPI DUNIA KERJA PADA MAHASISWA SEMESTER V DI APIKES IRIS PADANG Selvi Zola Fenia APIKES Iris Padang ABSTRAK Variabel bebas dalam penelitian ini adalah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. b. Regulasi emosi. B. Definisi Operasional

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. b. Regulasi emosi. B. Definisi Operasional BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian 1. Variabel tergantung : Harga diri 2. Varibel bebas : a. Dukungan sosial b. Regulasi emosi B. Definisi Operasional 1. Harga Diri Harga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. hubungan (kausal) antara dua variabel. Hubungan kausalitas dalam hal ini mengacu

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. hubungan (kausal) antara dua variabel. Hubungan kausalitas dalam hal ini mengacu BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini adalah penelitian korelasional, salah satu jenis pendekatan penelitian dalam penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui fungsi

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN A. Persiapan Penelitian Persiapan penelitian dimulai dengan mempersiapkan alat ukur, yaitu menggunakan satu macam skala untuk mengukur self esteem dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang sebenarnya terjadi di lapangan. Penelitian korelasional merupakan penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang sebenarnya terjadi di lapangan. Penelitian korelasional merupakan penelitian 47 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang bersifat kuantitatif korelasional. Penelitian lapangan merupakan suatu penelitian untuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. didik kelas VII di SMP Negeri 2 Pariaman, maka dalam penelitian ini

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. didik kelas VII di SMP Negeri 2 Pariaman, maka dalam penelitian ini BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu ingin mengetahui hubungan signifikan keharmonisan keluarga Islami dengan penyesuaian diri pada peserta didik

Lebih terperinci

sendiri seperti mengikuti adanya sebuah kursus suatu lembaga atau kegiatan

sendiri seperti mengikuti adanya sebuah kursus suatu lembaga atau kegiatan BAB I PENDAHULUAN Pendidikan adalah salah satu cara yang digunakan agar sesorang mendapatkan berbagai macam ilmu. Pendidikan dapat diperoleh secara formal maupun informal. Pendidikan secara formal seperti

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian dapat diklasifikasikan dari berbagai cara dan sudut pandang. Dilihat dari pendekatan analisisnya, penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. numerik dan diolah dengan metode statistika serta dilakukan pada

BAB III METODE PENELITIAN. numerik dan diolah dengan metode statistika serta dilakukan pada BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang merupakan penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah: BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel penelitian pada dasarnya adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Oleh karena itu, peneliti telah menetapkan tiga variable dalam penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN. Oleh karena itu, peneliti telah menetapkan tiga variable dalam penelitian. 49 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Identifikasi Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. hipotesis yang telah disusun. Dalam penelitian yang bersifat kuantitatif ini, maka

BAB III METODE PENELITIAN. hipotesis yang telah disusun. Dalam penelitian yang bersifat kuantitatif ini, maka BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif dalam usaha menguji hipotesis yang telah disusun. Dalam penelitian yang bersifat kuantitatif ini, maka proses

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 40 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan usaha yang harus ditempuh dalam suatu penelitian untuk menemukan, mengembangkan dan menguji suatu kebenaran pengetahuan. Metode yang digunakan harus

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan pendekatan kuantitatif. Menurut Arikunto penelitian kuantitatif

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan pendekatan kuantitatif. Menurut Arikunto penelitian kuantitatif 64 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Pada penelitian ini peneliti mengajukan metode penelitian dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Menurut Arikunto penelitian kuantitatif adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam melakukan suatu penelitian, khususnya penelitian kuantitatif, perlu secara jelas diketahui variabel-variabel apa saja yang akan diukur dan instrumen seperti apa yang akan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Peneliti menggunakan dua variabel dalam penelitian ini, yaitu:

BAB 3 METODE PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Peneliti menggunakan dua variabel dalam penelitian ini, yaitu: BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Hipotesis 3.1.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Peneliti menggunakan dua variabel dalam penelitian ini, yaitu: A. Variabel X: academic locus

Lebih terperinci

PROKRASTINASI AKADEMIK DITINJAU DARI EFIKASI DIRI AKADEMIK DAN LAMA STUDI PADA MAHASISWA JURUSAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO

PROKRASTINASI AKADEMIK DITINJAU DARI EFIKASI DIRI AKADEMIK DAN LAMA STUDI PADA MAHASISWA JURUSAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO PROKRASTINASI AKADEMIK DITINJAU DARI EFIKASI DIRI AKADEMIK DAN LAMA STUDI PADA MAHASISWA JURUSAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO Adelia Dyah Pratiwi, Dian Ratna Sawitri Fakultas Psikologi,

Lebih terperinci

PERBEDAAN EFIKASI DIRI AKADEMIK PADA MAHASISWA TINGKAT AWAL DAN TINGKAT AKHIR FARHAND DIANSYAH FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GUNADARMA 2012

PERBEDAAN EFIKASI DIRI AKADEMIK PADA MAHASISWA TINGKAT AWAL DAN TINGKAT AKHIR FARHAND DIANSYAH FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GUNADARMA 2012 PERBEDAAN EFIKASI DIRI AKADEMIK PADA MAHASISWA TINGKAT AWAL DAN TINGKAT AKHIR FARHAND DIANSYAH 10508075 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GUNADARMA 2012 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Mahasiswa Tingkat

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KEMATANGAN EMOSIONAL SISWA KELAS XI SMA NEGERI PUNUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

HUBUNGAN KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KEMATANGAN EMOSIONAL SISWA KELAS XI SMA NEGERI PUNUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Artikel Skripsi HUBUNGAN KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KEMATANGAN EMOSIONAL SISWA KELAS XI SMA NEGERI PUNUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 ARTIKEL SKRIPSI Jurusan Bimbingan Konseling FKIP UNP Kediri Oleh: SUCI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kata, mahasiswa adalah seorang agen pembawa perubahan, menjadi seorang

BAB I PENDAHULUAN. kata, mahasiswa adalah seorang agen pembawa perubahan, menjadi seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menyandang gelar mahasiswa merupakan suatu kebanggaan sekaligus tantangan. Betapa tidak, ekspektasi dan tanggung jawab yang diemban oleh mahasiswa begitu besar. Pengertian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Jenis dan Sumber Data Penelitian ini termasuk dalam penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Defenisi Operasional Variabel Penelitian, (C) Populasi, Sampel, Teknik

BAB III METODE PENELITIAN. Defenisi Operasional Variabel Penelitian, (C) Populasi, Sampel, Teknik BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini peneliti akan menjelaskan tentang metode yang akan digunakan dalam penelitian ini meliputi: (A) Identifikasi Variabel Penelitian, (B) Defenisi Operasional Variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif. Menurut Creswell (dalam Alsa, 2011, h.13), penelitian kuantitatif

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian a. Persiapan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara beban kerja dengan stres

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 47 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian dilakukan di Departemen Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia yang terletak di Jalan Dr.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menjadi sampel dalam penelitian mengenai pengaruh harga, kualitas produk, citra merek

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menjadi sampel dalam penelitian mengenai pengaruh harga, kualitas produk, citra merek BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Objek Penelitian Deskripsi responden disini akan menganalisa identitas para konsumen yang menjadi sampel dalam penelitian mengenai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif menurut Usman (1996:

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA BARU

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA BARU 1 NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA BARU Oleh : Chinta Pradhika H. Fuad Nashori PRODI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PROKRASTINASI DALAM MENYELESAIKAN SKRIPSI PADA MAHASISWA UNIVERSITAS MURIA KUDUS

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PROKRASTINASI DALAM MENYELESAIKAN SKRIPSI PADA MAHASISWA UNIVERSITAS MURIA KUDUS HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PROKRASTINASI DALAM MENYELESAIKAN SKRIPSI PADA MAHASISWA UNIVERSITAS MURIA KUDUS Aliya Noor Aini Iranita Hervi Mahardayani 1 2 Abstract This study aims to examine the

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Proses Pelaksanaan Penelitian. perlu dilakukan oleh peneliti meliputi persiapan studi pustaka,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Proses Pelaksanaan Penelitian. perlu dilakukan oleh peneliti meliputi persiapan studi pustaka, BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Proses Pelaksanaan Penelitian a. Persiapan Penelitian Dalam mengadakan suatu penelitian langkah awal yang perlu dilakukan adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian 1. Pendekatan penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Variabel-variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah :

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Variabel-variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah : 49 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Variabel-variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah : Variabel Tergantung : Kematangan karir pada remaja Variabel Bebas : 1. Self-Esteem

Lebih terperinci

PERBEDAAN MOTIVASI MENGEMBANGKAN KARIR ANTARA TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT PADA KARYAWAN. Skripsi

PERBEDAAN MOTIVASI MENGEMBANGKAN KARIR ANTARA TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT PADA KARYAWAN. Skripsi PERBEDAAN MOTIVASI MENGEMBANGKAN KARIR ANTARA TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT PADA KARYAWAN Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan oleh : Gatot

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Populasi/ Sampel Penelitian Penelitian ini dilakukan di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang asuransi jiwa, yaitu PT. Prudential Life Assurance (Prudential

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 46 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan cara memecahkan persoalan dalam penelitian. ilmiah tidaknya suatu penelitian sangat tergantung pada metodologi yang digunakan. 1 Kesalahan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. hari esok untuk menyelesaikannya. Menunda seakan sudah menjadi kebiasaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. hari esok untuk menyelesaikannya. Menunda seakan sudah menjadi kebiasaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap individu mempunyai cara yang berbeda dalam menyelesaikan pekerjaan mereka. Ada yang menginginkan pekerjaan agar cepat selesai, ada pula yang menunda dalam menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. responden disetiap rangkap kuesioner yang terdiri dari :

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. responden disetiap rangkap kuesioner yang terdiri dari : BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Statistik Deskriptif Subyek Penelitian Sebelum melakukan pengujian statistik terlebih dahulu penelitit melihat profil remaja sebagai responden. Peneliti menyertakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. hubungan antara dua atau beberapa variabel (Arikunto, 2005: 247). Penelitian dengan

BAB III METODE PENELITIAN. hubungan antara dua atau beberapa variabel (Arikunto, 2005: 247). Penelitian dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian korelasional kuantitatif. Penelitian korelasional merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. dan harga diri, peneliti melakukan pengujian hipotesis. Hipotesis diuji dengan menggunakan teknik analisis korelasi Regresi

BAB V HASIL PENELITIAN. dan harga diri, peneliti melakukan pengujian hipotesis. Hipotesis diuji dengan menggunakan teknik analisis korelasi Regresi BAB V HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian Berdasarkan data penelitian yang diperoleh dari skala perilaku konsumtif dan harga diri, peneliti melakukan pengujian hipotesis. Hipotesis diuji dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Variabel dan Hipotesis Penelitian 3.1.1. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.1.1.1.Variabel Bebas Variabel adalah karakteristik yang akan diobservasi dari satuan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tipe Penelitian Metode penelitian sangat menentukan suatu penelitian karena menyangkut cara yang benar dalam pengumpulan data, analisa data dan pengambilan keputusan hasil

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional. Metode korelasional yaitu suatu cara untuk menemukan hubungan antara variabel-variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. menghubungkan antara variabel X dan variabel Y. Penelitian dengan. B. Variabel Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. menghubungkan antara variabel X dan variabel Y. Penelitian dengan. B. Variabel Penelitian 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan korelasional yang menghubungkan antara variabel X dan variabel Y. Penelitian dengan teknik korelasional merupakan

Lebih terperinci

Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan

Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas 10 sebanyak 107 orang di SMAN 1 CiracapKabupatenSukabumi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan akhiran crastinus yang berarti keputusan hari esok. Jika

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan akhiran crastinus yang berarti keputusan hari esok. Jika BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Prokrastinasi Akademik 1. Pengertian Prokrastinasi Akademik Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa latin procrastination dengan awalan pro yang berarti mendorong maju atau bergerak

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang berada di Fakultas Psikologi dan Kesehatan dan Fakultas Ekonomi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang berada di Fakultas Psikologi dan Kesehatan dan Fakultas Ekonomi 68 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Subjek Subyek penelitian atau populasi ini adalah Mahasiswa Semester 8 yang berada di Fakultas Psikologi dan Kesehatan dan Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Universitas Mercu Buana Jakarta, hal tersebut

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Universitas Mercu Buana Jakarta, hal tersebut BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Universitas Mercu Buana Jakarta, hal tersebut karena Universitas Mercu Buana Jakarta merupakan salah satu universitas

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN 4.1. Pelaksanaan Penelitian Pelaksanaan penelitian dimulai dengan pembuatan Skala Intensitas Penggunaan Gadgets dan Skala Perilaku Prososial yang telah disusun sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 44 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan metode korelasional. Metode penelitian korelasional digunakan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA. Wheny Ervita Sari Fakultas Psikologi Universitas Semarang ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA. Wheny Ervita Sari Fakultas Psikologi Universitas Semarang ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA Wheny Ervita Sari Fakultas Psikologi Universitas Semarang ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian. ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

BAB III METODE PENELITIAN. A. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian. ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik 34 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi pada penelitian ini adalah di Universitas Pendidikan Indonesia Bandung. 2. Populasi Penelitian Populasi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Mahasiswa yang telah menyelesaikan seluruh mata kuliahnya sesuai dengan program akademis dalam arti bahwa mahasiswa tersebut telah menempu

PENDAHULUAN Mahasiswa yang telah menyelesaikan seluruh mata kuliahnya sesuai dengan program akademis dalam arti bahwa mahasiswa tersebut telah menempu Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dan Prokrastinasi pada Mahasiswa yang Menyusun Skripsi di Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Sarah Devina Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma ABSTRAK Kecerdasan

Lebih terperinci

Uji Normalitas Sebaran Hasil Penelitian Utama. Uji Linearitas Hasil Penelitian Utama

Uji Normalitas Sebaran Hasil Penelitian Utama. Uji Linearitas Hasil Penelitian Utama Uji Normalitas Sebaran Hasil Penelitian Utama One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test makna hidup harga diri N 80 80 Normal Parameters(a,b) Most Extreme Differences Mean 79,64 109,85 Std. Deviation 8,070 9,834

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitaif adalah metode untuk menguji teori-teori tertentu dengan cara

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitaif adalah metode untuk menguji teori-teori tertentu dengan cara BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Pada penelitian ini pendekatan yang dipakai adalah kuantitatif. Penelitian kuantitaif adalah metode untuk menguji teori-teori tertentu dengan cara meneliti

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Pengamatan dilakukan terhadap karyawan PT. Inhutani I Kantor Direksi Jakarta. Jenis penelitian yang digunakan adalah asosiatif. Dengan penelitian asosiatif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang banyak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Kata prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan

BAB II LANDASAN TEORI. Kata prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Prokrastinasi Akademik 2.1.1 Pengertian prokrastinasi Kata prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan pro yang berarti mendorong maju atau bergerak

Lebih terperinci