BAB III LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Daur Hidrologi Bumi terdapat 1,3 sampai dengan 1,4 milyar km 3 air yang meliputi 97,5 % adalah air laut, 1,75 % berbentuk es, 0,73 % berada di daratan sebagai air sungai, air danau dan air tanah serta 0,001 % berbentuk uap yang berada di udara. Air di bumi mengalami perputaran terus atau membentuk siklus yang dimulai dari penguapan (evaporasi), hujan (presipitation) dan pengaliran (out flow). Air menguap ke udara dari permukaan tanah dan laut berubah menjadi awan sesudah melalui beberapa proses dan kemudian jatuh sebagai hujan atau salju ke permukaan laut atau daratan. Sebelum tiba di permukaan bumi sebagian langsung menguap ke udara dan sebagian tiba ke permukaan bumi, namun tidak semua bagian hujan yang jatuh ke permukaan bumi mencapai ke permukaan tanah karena sebagian akan tertahan oleh tumbuhtumbuhan di mana sebagian akan menguap dan sebagian lagi akan jatuh atau mengalir melalui dahan-dahan ke permukaan tanah. Sebagian air hujan yang tiba ke permukaan tanah akan masuk ke dalam tanah (infiltrasi). Bagian lain yang merupakan kelebihan akan mengisi lekuk-lekuk permukaan tanah kemudian mengalir ke daerah-daerah yang rendah, masuk ke sungai-sungai dan akhirnya bermuara di laut. Namun tidak semua butiran air yang mengalir akan tiba di laut karena dalam perjalanan menuju laut sebagian akan menguap dan kembali ke udara. Sebagian air yang masuk kedalam tanah akan keluar lagi ke sungai-sungai (disebut aliran intra = interflow) dan sebagian lagi akan tersimpan sebagai air tanah (groundwater) yang akan keluar sedikit demi sedikit dalam jangka waktu yang lama ke permukaan tanah di daerah-daerah yang rendah (disebut groundwater runoff = limpasan air tanah). Dengan melihat keadaan di atas, sungai itu mengandung atau mengumpulkan tiga jenis limpasan, yaitu limpasan permukaan (surface runoff), aliran intra (interflow) dan limpasan air tanah (groundwater runoff) yang akhirnya akan mengalir ke laut. Seperti telah dikemukakan di atas, sirkulasi air yang kontinyu antara air laut dan air daratan berlangsung terus maka sirkulasi air ini disebut dengan daur hidrologi (hydrological cycle) lihat gambar.1. 6

2 7 Akan tetapi sirkulasi air ini tidak merata, karena kita melihat perbedaan besar presipitasi dari tahun ke tahun, dari musim ke musim yang berikut dan juga dari wilayah ke wilayah yang lain. Sirkulasi air ini dipengaruhi oleh kondisi meteorologi yaitu suhu, tekanan atmosfir, angin dan lain-lain serta kondisi topografi. Air permukaan tanah dan air tanah yang dibutuhkan untuk kehidupan dan produksi adalah air yang terdapat dalam proses sirkulasi. Jadi kalau sirkulasi ini tidak merata maka akan terjadi beberapa kesulitan. Jika terjadi sirkulasi yang lebih maka dapat mengakibatkan bencana seperti banjir. Gambar 3.1 Siklus Hidrologi 3. Curah Hujan Dalam pembuatan suatu rancangan penirisan tambang data distribusi curah hujan yang diperlukan adalah distribusi curah hujan jangka waktu pendek yaitu jangka waktu harian. Penggunaan dari masing-masing data distribusi curah hujan tersebut disesuaikan dengan tujuan dari perencanaan yang dilakukan. Besarnya curah hujan dinyatakan dalam mm yang berarti jumlah air hujan yang jatuh pada satuan luas. Curah hujan 1 mm identik dengan 1 liter/m. Derajat curah hujan dinyatakan dalam curah hujan per satuan waktu disebut intensitas curah hujan. Hubungan antara derajat dan intensitas hujan dapat dilihat pada tabel 5.1. Tabel 3.1 Hubungan Derajat dan Intensitas Curah Hujan Keadaan Curah Hujan Intensitas Curah Hujan (mm/menit) Kondisi Hujan lemah 0,05 0,5 Tanah sedikit basah semuanya Hujan normal 0,05 0,5 Bunyi curah hujan terdengar Hujan deras 0,5 1,00 Air tergenang di seluruh permukaan tanah dan terdengar bunyi dari genangan Hujan sangat deras > 1,00 Hujan seperti ditumpahkan, saluran penirisan meluap Sumber : Sayoga, Rudi, Pengantar Penirisan Tambang. 1994

3 Metode Analisis Intensitas Curah Hujan Intensitas Curah Hujan adalah jumlah curah hujan dalam jangka waktu tertentu, dan dinyatakan dalam mm persatuan waktu. Intensitas curah hujan dapat digunakan untuk menghitung debit air limpasan. Besarnya intensitas curah hujan dapat ditentukan secara langsung jika ada rekaman durasi hujan setiap harinya yang diukur dengan alat penakar hujan otomatis. Perhitungan intensitas curah hujan bertujuan untuk mendapatkan curah hujan yang sesuai, yang nantinya dapat dipakai sebagai dasar perencanaan debit limpasan hujan pada daerah penelitian. Untuk pengolahan data curah hujan menjadi intensitas curah hujan dapat digunakan cara statistik dari pengamatan durasi yang terjadi. Analisis statistik yang digunakan adalah dengan formula Extreme Value E.J Gumbel. Adapun langkah-langkah analisis dari formula tersebut adalah sebagai berikut: : 1. Tentukan rata-rata X nilia data, dengan rumus : X = CH...Persamaan (-1) n Dimana : X = Rata-rata nilai data CH = Jumlah nilai data n = Jumlah data. Tentukan standar deviasi (S), dengan rumus : S = ( Xi X ) ( n 1) Persamaan (-) Dimana : S = Standard deviasi Xi = Data ke-i, X = Rata-rata intensitas curah hujan n = Jumlah data 3. Tentukan koreksi varians (Yt), dengan rumus : T 1 Yt = ln ln...persamaan (-3) T

4 9 Dimana : Yt = Koreksi varians T = Periode ulang hujan 4. Tentukan koreksi rata-rata (Yn), dengan rumus : n 1 m Yn = ln ln.persamaan (-4) n 1 Dimana : Yn = Koreksi rata-rata n = Jumlah urut data m = Nomor urut data Kemudian tentukan : YN = Yn...Persamaan (-5) n Dimana : YN = Rata-rata Yn Yn = Jumlah nilai Yn n = Jumlah data 5. Tentukan koreksi simpangan (Sn), dengan rumus : Sn = ( Yn YN) n 1 Persamaan (-6) Dimana : Sn = Koreksi simpangan Yn = Nilai Yn ke-i YN = Rata-rata nilai Yn n = Jumlah data 6. Tentukan curah hujan rencana (CHR), dengan rumus : CHR = X S. Sn.( Yt YN ) Persamaan (-7) Dimana : CHR = Curah hujan rencana E.J. Gumbel X = Rata-rata intensitas curah hujan

5 10 S Sn Yt YN = Standard deviasi = Koreksi Simpangan = Koreksi varians = Rata-rata nilai Yn Sedangkan rumus yang dapat digunakan untuk mengolah data curah hujan harian kedalam satuan jam adalah dengan Rumus Mononobe : I = R. 4 t Persamaan (-8) Dimana : R 4 = Intensitas curah hujan dalam satu hari (mm/hari) t I = Durasi hujan (jam) = Intensitas curah hujan perjam (mm/jam) Evapotranspirasi Peristiwa berubahnya air menjadi uap dan bergerak dari permukaan tanah ke udara disebut penguapan (evaporasi), sedangkan peristiwa penguapan dari tumbuhan disebut transpirasi. Apabila proses tersebut terjadi keduanya disebut evapotranspirasi. Untuk menghitung besarnya evapotranspirasi sangat sulit dilakukan, sehingga digunakan cara tidak langsung dengan menggunakan Rumus Turc (Sayoga, 1993) sebagai berikut : T RH ETP = 0,4 x x( RS 50)(1 50 )...Persamaan (-9) ( T 15) 70 Dimana : ETP = Evapotranspirasi potensial rata-rata (mm/tahun) T = Temperatur rata-rata tahunan ( 0 C) RH = Kelembaban relatif (%) 3.3 Daerah Tangkapan Air Hujan (Catchment Area) Daerah tangkapan air hujan (catchment area) dapat diartikan sebagai luas wilayah yang apabila hujan turun, daerah aliran air permukaannya (run off) akan terkonsentrasi pada suatu titik tertentu. Adapun cara menentukan daerah tangkapan hujan adalah dengan menentukan batas terluar dari daerah penelitian karena berdasarkan dari keadaan daerah penelitian tidak semua air limpasan masuk ke front kerja tambang. Oleh karena itu, untuk

6 11 menghitung luas daerah tangkapan air hujan (catchment area) dapat dihitung dengan alat planimeter dari peta topografi dan peta situasi. Dengan adanya proses penggalian dan penimbunan maka kemungkinan perubahan luas daerah tangkapan air hujan akan berubah sesuai dengan bentuk dan tinggi rendahnya galian maupun timbunan pada periode tertentu. Apabila diasumsikan dengan curah hujan tetap (curah hujan rata-rata maksimum perhari) maka besar kecilnya debit air yang harus dipompa serta dialirkan ke saluran utama akan dipengaruhi oleh perubahan luas daerah tangkapan air hujan. 3.4 Rancangan Sistem Penyaliran Tambang Perancangan sistem penyaliran pada umumnya menganalisis tentang perancangan dimensi paritan, dimensi sump, instalasi pemipaan serta pemompaan Paritan Saluran air (paritan) pada suatu daerah penambangan berfungsi sebagai penampung air limpasan permukaan. Saluran ini akan mengalirkan air limpasan permukaan ke tempat penampungan di dalam tambang ataupun tempat lain yang berada di luar tambang. Sistem ini cukup ideal diterapkan pada tambang terbuka open cast atau kuari. Parit dibuat berawal dari sumber mata air atau air limpasan menuju suatu kolam penampung atau langsung ke sungai alam yang sudah ada atau diarahkan ke selokan jalan tambang utama. Jumlah parit itu disesuaikan dengan kebutuhan, sehingga mungkin bisa lebih dari satu. Apabila parit terpaksa harus dibuat melalui lalulintas tambang, maka dapat dipasang gorong-gorong yang terbuat dari beton atau galvanis. Dimensi parit diukur berdasarkan volume maksimum pada saat musim penghujan deras dengan memperhitungkan kemiringan lereng. Dalam sistem penyaliran itu sendiri terdapat beberapa bentuk penampang penyaliran yang dapat digunakan. Bentuk penampang penyaliran diantaranya bentuk segiempat, bentuk segitiga dan bentuk trapesium. Bentuk penampang saluran yang paling sering digunakan dan umum dipakai adalah bentuk trapesium sebab mudah dalam pembuatannya, murah, efisien dan mudah dalam perawatannya serta stabilitas kemiringan dindingnya dapat disesuaikan menurut keadaan daerah. Penampang saluran bentuk trapesium dapat dilihat pada Gambar 5.. Pada perencanaan bentuk dan ukuran saluran, perlu dilakukan berbagai pertimbangan diantaranya yaitu :

7 1 1. Dapat mengalirkan debit air yang direncanakan,. Kecepatan aliran air tidak mengakibatkan terjadinya sedimentasi dan terjadinya erosi yang dapat merusak saluran air tersebut, dan 3. Mudah dalam pembuatan dan perawatannya. H B B Ket : - lebar dasar parit (B) - tinggi parit (H) - Slope lebar permukaan air (3B) Gambar 3. Penampang Melintang Parit Paritan kadang-kadang juga dapat diterapkan pada tambang terbuka open pit apabila situasinya memungkinkan. Sasaran akhir parit adalah kolam atau sump yang akan menampung air sementara sebelum dipompakan ke permukaan. Pada dasamya pembuatan parit ini cukup mudah dan pula murah. Pada prinsipnya, pembuatan paritan ini diaplikasikan untuk dua tujuan utama yang sering diterapkan dilapangan, yaitu sebagai pengatur pola aliran air limpasan di dalam pit dan kedua sebagai sarana untuk menampung air limpasan dari luar tambang agar tidak masuk ke dalam pit. Kedua metode penerapan paritan tersebut memiliki metode atau cara perhitungan yang sama untuk menganalisis kebutuhan dimensi yang harus dibuatnya. Analisis dimensi paritan tersebut menggunakan beberapa langkah perhitungan antara lain : 1. Waktu Konsentrasi (Tc) Waktu konsentrasi adalah waktu yang diperlukan hujan untuk mengalir dari titik terjauh ke tempat penyaliran. Waktu konsentrasi dapat dihitung dengan rumus dari Kirpich, sebagai berikut : 0,87. L Tc = H 3 0,385...Persamaan (-10)

8 13 Dimana : T c = Waktu terkumpulnya air (jam) L = Jarak terjauh sampai titik pengaliran (km) H = Beda ketinggian dari titik terjauh sampai ke tempat berkumpulnya air (meter). Koefisien Limpasan (C) Koefisien limpasan merupakan salah satu penentu ketelitian hasil perhitungan dimana merupakan parameter yang menggambarkan hubungan curah hujan dan limpasan, yaitu memperkirakan persentase dari jumlah air hujan yang masuk menjadi limpasan langsung dipermukaan. Koefisien limpasan dipengaruhi oleh faktor-faktor tutupan tanah, kemiringan dan lamanya hujan. Beberapa perkiraan koefisien limpasan terlihat pada Tabel. Tabel. Nilai Koefisien Limpasan Kemiringan Tutupan Koefisien Limpasan (Jenis Lahan) (C) sawah, rawa 0, < 3% Hutan, perkebunan 0,3 (datar) Perumahan 0,4 Hutan, perkebunan 0,4 3% - 15% Perumahan 0,5 (sedang) Semak-semak agak jarang 0,6 Lahan terbuka 0,7 Hutan 0,6 > 15% Perumahan 0,7 (curam) Semak-semak agak jarang 0,8 Lahan terbuka daerah tambang 0,9 Sumber : Sayoga, Rudi, Hidrologi dan Hidrogeologi Kemiringan Dinding dan Dasar Saluran Kemiringan saluran ditentukan dengan pertimbangan bahwa suatu aliran dapat mengalir secara alamiah dan tanpa terjadi pengendapan lumpur di dasar saluran tersebut. Menurut E.P Pfleider (Surface Mining) kemiringan saluran antara 0,1 1% sudah cukup untuk mencegah terjadinya pengendapan Lumpur. Kemiringan dinding tebing saluran tergantung pada macam material atau bahan yang membentuk tubuh saluran. Kemiringan dinding saluran yang sesuai dengan bahan yang membentuk tubuh saluran dapat dilihat pada Tabel.3.

9 14 Tabel 3.3 Kemiringan Dinding pada Berbagai Jenis Bahan Bahan Kemiringan dinding Batu/cadas Hampir tegak lurus Tanah gambut (peat) ¼ : 1 Tanah berlapis beton ½ : 1 Tanah bagi saluran yang lebar 1 :01 Tanah bagi parit kecil 1,5 : 1 Tanah berpasir lepas :01 Lempung berpori 3 :01 4. Debit Limpasan Air limpasan disebut juga air permukaan, yaitu air hujan yang mengalir di atas permukaan tanah. Besarnya air limpasan adalah besarnya curah hujan dikurangi oleh besarnya penyerapan (infiltrasi) dan penguapan (evaporasi). Bila curah hujan melampaui kapasitas infiltrasi maka limpasan air permukaan akan segera meningkat sesuai dengan peningkatan intensitas curah hujan. Besarnya air limpasan tergantung oleh beberapa faktor, sehingga tidak semua air hujan yang jatuh ke permukaan bumi akan menjadi sumber bagi sistem penyaliran dan kolam pengendapan. Penentuan debit air limpasan maksimum ditentukan dengan menggunakan Metode Rasional. Rumus metode rasional adalah sebagai berikut : Q = 0,78 x C x I x A...Persamaan (-11) Dimana : Q = Debit air limpasan (m 3 /detik) C = Koefisien limpasan (tanpa satuan pada Tabel 5.) I = Intensitas curah hujan (mm/jam), untuk rancangan paritan durasi hujan yang dipakai dalam Persamaan Mononobe sama dengan waktu konsentrasi (tc) pada periode ulang tertentu (mm/jam) A = luas daerah tangkapan hujan (km ) Setelah dihitung parameter-parameter diatas maka bisa dilakukan perhitungan dimensi sump yang dibutuhkan. Perhitungan dimensi ini menggunakan Formula Manning, yaitu sebagai berikut : Q = A.. R. S...Persamaan (-1) n

10 15 Dimana: Q = Debit limpasan (m³/det) A = Luas penampang basah (m²) n = Koefisien kekasaran manning (Dapat dilihat di tabel.4) R S = Jari-jari hidrolis (m) = Kemiringan dasar saluran 3.4. Kolam Penampung (Sump) Tabel3.4 Kemiringan Dinding pada Berbagai Jenis Bahan Dinding Saluran Koefisien manning (n) Semen 0,010 0,014 Beton 0,011 0,016 Bata 0,01 0,00 Besi 0,013 0,017 Tanah 0,00-0,030 Gravel 0,0 0,030 Tanah yang ditanami 0,05 0,040 Sumber : Sayoga, Rudi, Hidrologi dan Hidrogeologi Sump (kolam penampung) merupakan kolam penampungan air yang dibuat untuk penampung air limpasan yang dibuat sementara sebelum air itu dipompakan serta dapat berfungsi sebagai pengendap lumpur. Pengaliran air dari sump dilakukan dengan cara pemompaan atau dialirkan kembali melalui saluran pelimpah. Tata letak sump akan dipengaruhi oleh sistem drainase tambang yang disesuaikan dengan geografis daerah tambang dan kestabilan lereng tambang. Ada dua sistem penirisan tambang, yaitu : 1. Sistem Penirisan Memusat Pada sistem ini sump akan di tempatkan di setiap jenjang tambang (bench), dengan sistem pengalirannya dari jenjang paling atas menuju jenjang di bawahnya sehingga akhirnya air dipusatkan di Main Sump (balong induk) untuk kemudian dipompa keluar tambang.. Sistem Penirisan Tidak Memusat Sistem ini dapat dilakukan bila kedalaman tambang relatif dangkal dengan keadaan geografis daerah luar tambang memungkinkan untuk mengalirkan air langsung dari sump keluar tambang. Sump sendiri berdasarkan fungsi dan penempatannya, dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu:

11 16 1. Sump temporer (temporary sump), dibuat pada daerah front tambang baik secara terencana yang digambarkan pada peta jangka pendek atau tidak terencana sebelumnya. Sump ini dibuat apabila situasi untuk menanggulangi air permukaan dibutuhkan. Jangka waktu penggunaan sump ini relatif singkat dan selalu ditempatkan sesuai dengan kemajuan front tambang.. Sump tandem (tandem sump) atau sump transit, dibuat secara terencana dalam pemilihan lokasi maupun volumenya. Penempatannya pada jenjang tambang dan biasanya di bagian lereng tepi tambang. Fungsi utama dari sump ini adalah sebagai tempat limpahan pertama air dari dasar tambang dikarenakan keterbatasan kemampuan pompa dan sebagai tempat pengendap lumpur awal sebelum di buang ke Kolam Pengendap Lumpur (KPL) 3. Main Sump (balong induk), dibuat sebagai penampungan air terakhir dan dapat digunakan sebagai cadangan air untuk digunakan dalam pengamanan kebakaran. Pada umumnya sump ini dibuat di elevasi terendah dalam tambang (dasar tambang). Adapun untuk menghitung kebutuhan dimensi sump diperoleh dengan cara iterasi untuk memperoleh selisih terbesar antara debit limpasan dengan debit pemompaan, seperti persamaan dibawah ini : V sump = (Q limpasan.t.3600) (Qp.t)...Persamaan (-13) Dimana: Q limpasan = 0,78.C.I.A (m³/det) I = Intensitas hujan Talbot (mm/jam) t = Lama hujan (jam) Qp = Debit pemompaan (m³/jam) Pemompaan dan Pemipaan Pompa Pompa merupakan alat yang berfungsi untuk memindahkan atau mengangkat zat cair dari tempat yang rendah ke tempat yang tinggi. Dalam suatu sistem pemompaan terdiri dari instalasi pompa dan pipa. Adapun beberapa macam tipe sambungan pemompaan, yaitu :

12 17 1. Seri Dua atau beberapa buah pompa dihubungkan secara seri maka nilai head bertambah sebesar jumlah head masing-masing sedangkan debit pemompaan tetap.. Paralel Kapasitas pemompaan bertambah sesuai kemampuan debit masing-masing pompa namun head tetap. 1. Klasifikasi Pompa Sesuai dengan gerakan-gerakan bagian penyusunnya maka pompa dapat diklasifikasikan menjadi empat jenis, yaitu : a. Pompa Torak (Plunyer) Merupakan pompa yang dipengaruhi oleh gerakan torak/plunyer yang bolak-balik dalam suatu plunyer rapat. Pada ujung silinder ditempatkan katup-katup untuk mengatur keluar masuknya zat cair. b. Pompa Putar Merupakan pompa yang dipengaruhi oleh roda gigi yang ditempatkan dalam suatu silinder rapat. Zat cair yang dihisap masuk antara celah-celah roda gigi (rotor) dan silinder (rumah pompa), karena berputar zat cair terdesak oleh bagian rotor yang lain, sehingga dapat memindahkan zat cair dari tempat bertekanan statis rendah ke tempat bertekanan statis tinggi. c. Pompa Centrifugal Merupakan pompa yang dipengaruhi oleh gerakan sebuah kipas yang tersusun oleh sudu-sudu yang ditempatkan pada suatu rumah pompa. Aliran Zat cair di antara sudu padat kipas yang berputar, mendapat gaya luar pusat (sentrifugal) dan mendapat tambahan tekanan, sehingga zat cair terhisap dan terlempar keluar. Ditampung oleh selongsong yang berbentuk gelung membungkus kipas dan keluar dari selongsong sebagai penghasil pompa. d. Pompa Khusus Merupakan pompa yang digunakan pada keperluan khusus, sehingga prinsip kerja dan konstruksi bagian-bagiannya bermacam-macam. Pompa dengan motor benam (submersible motor pump), digunakan untuk memompa air yang sangat dalam. Pompa yang sering dipakai adalah pompa yang tergabung satu unit dengan motor penggeraknya, di mana keduanya terbenam di bawah permukaan air. Pompa jenis ini dipakai pada pengairan dan

13 18 drainase, dimana pompa ini harus mempunyai konstruksi yang kokoh karena harus mampu memompa air yang seringkali berlumpur, serta beroperasi pada lingkungan kerja luas dengan kondisi lingkungan yang buruk. Pompa lumpur, yaitu pompa yang digunakan untuk mengangkat zat cair yang mengandung pasir atau butiran zat padat dalam jumlah besar. Pompa yang khusus dipakai untuk memompa butiran dengan diameter < 0.3 mm, sering disebut pompa lumpur (slurry pump). Pompa motor terselubung (menjadi satu unit dengan motornya), yaitu pompa yang pada bagian celah antara rotor dan stator motor terdapat selubung rotor dari logam anti magnet. Ruangan di dalam selubung ini dihubungkan dengan ruang dalam pompa.. Faktor yang Mempengaruhi Kerja Pompa Adapun kapasitas pompa dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : a. Beda elevasi antara antara tempat penampungan dengan tempat pembuangan b. Kecepatan fluida yang mengalir c. Gesekan antara fluida dengan pipa d. Belokan-belokan dan perubahan aliran yang terjadi e. Ukuran butiran material dalam cairan dan densitas cairan 3. Pemilihan Pompa Secara teknis pemilihan pompa dilakukan berdasarkan informasi-informasi : a. Kecepatan air yang dipompakan. b. Tinggi angkatan dari bak penampung ke pembuangan. c. Tekanan head pada titik pembuangan. d. Ketinggian tempat pengoperasian pompa. e. Tinggi pompa di atas permukaan air yang akan dipompakan. f. Ukuran pipa yang akan digunakan. g. Jumlah, ukuran, jenis sambungan dan katup. 4. Faktor yang Mempengaruhi Umur Alat Pompa Beberapa faktor yang mempengaruhi umur alat adalah ph cairan, jenis material lumpur, ukuran butir lumpur dan cara perawatan dari pompa. a. ph Cairan ph cairan yang akan dipompakan sangat berpengaruh terhadap umur pakai alat. Makin kecil ph suatu cairan atau semakin asam, maka cairan itu akan semakin mudah mengakibatkan terjadinya korosi pada logam. Untuk meghindarkan

14 19 peralatan dari korosi maka sebelum digunakan sebaiknya alat tersebut dicat terlebih dahulu atau dengan pemberian kapur untuk menetralkan keasaman air. b. Jenis Material Material lumpur yang abrasif akan menyebabkan material bagian dalam pompa cepat aus, karena gesekan antara cairan dengan pipa yang dilaluinya semakin besar. Pompa mempunyai spesifikasi tertentu tentang material yang dihisap yang berkaitan dengan densitas cairan. c. Ukuran Butiran Lumpur Ukuran butiran lumpur dapat mempengaruhi lifetime pompa karena semakin besar butiran lumpur yang dialirkan, maka semakin besar pula gesekan antara material lumpur dengan bagian dalam pompa. d. Perawatan Alat Cara perawatan dan pemeliharaan alat yang baik dapat mempengaruhi lifetime alat. Sebagai contoh, pengecatan shock yang digunakan sebagi penyambung antara rubber hose dengan pompa dapat memperlambat proses korosi karena mencegah kontak langsung antara cairan dengan bahan pompa dan pipa yang terbuat dari logam. 5. Penentuan Daya Pompa Daya pompa yang dibutuhkan bisa dihitung dengan persamaan berikut : P = fhs/3960 e.. Persamaan (-14) Dimana : p = Daya pompa (HP) f = Laju aliran cairan (gpm) hs = Head total pompa (ft) e = Efisiensi pompa (dinyatakan dalam desimal) Pipa (Pipe) Pipa adalah suatu alat yang dipakai untuk menyalurkan air dengan bantuan pompa. Kapasitas pipa tergantung dari luas penampang pipa tersebut dan kecepatan alirannya. Kecepatan aliran pipa dapat diketahui apabila diketahui debit air yang dikeluarkan per satuan waktu dan luas penampang dari pipa yaitu dengan rumus : Q = v x A Persamaan (-15)

15 0 Dimana : Q = Debit air (m 3 /dtk) v = Kecepatan alir (m/dtk) A = Luas penampang Pipa (m ) Berdasarkan perbedaan bahan pembuat pipa, secara umum ada dua () jenis pipa yang digunakan, yaitu : 1. Pipa Baja Diameter (Ø) yang umum digunakan berkisar antara mm yang masingmasing ukuran diameternya mempunyai kapasitas tersendiri dengan masing-masing panjang batang pipa baja 8 meter. Biasanya pipa jenis ini digunakan untuk mengalirkan air dari sump terakhir menuju ke Kolam Pengendap Lumpur (KPL).. Pipa HDPE (High Density Polyethyllen) Pipa jenis ini terbuat dari bahan Polyethyllen dengan density antara 0,94-0,97 g/cm³ merupakan hasil pereaksian antara Ethylene dengan Benzaldehyde pada tekanan yang sangat tinggi (Sumber :Hogan and Banks, 1959). Pipa jenis ini memiliki sifat yang lentur dan lebih ringan bila dibanding pipa baja. Pada perkembangan teknologi pemakaian pipa saat ini sebagian besar sudah banyak yang memilih menggunakan pipa jenis ini Pehitungan Head Total Head total diperoleh dari penjumlahan head seperti berikut : H tot = Hs + Hv + Hp + (Hf + HB + HA)....Persamaan (-16) 1. Static Head (Hs) Static head adalah kehilangan energi yang disebabkan oleh perbedaan tinggi antara tempat penampungan dengan tempat pembuangan. Persamaan yang dipakai untuk menghitung nilai Hs, adalah : Hs = h h Persamaan (-17) Dimana : Hs h h 1 = Head statis (m) = Elevasi tempat pembuangan (m) = Elevasi tempat penampungan (m)

16 1. Head akibat beda tekanan ( Hp) Hp adalah kehilangan karena adanya perbedaan tekanan antara titik isap dan titik buang. Persamaannya adalah sebagai berikut : Hp = H P H P Persamaan (-18) Dimana : Hp H P1 H P = Head akibat beda tekanan (m) = Tekanan atmosfir titik isap (m) = Tekanan atmosfir titik buang (m) 3. Velocity Head (Hv) Velocity Head adalah kehilangan yang diakibatkan oleh kecepatan air yang melalui pompa. Hv = v. g...persamaan (-19) Dimana : v g = Kecepatan air yang melalui pompa (m/dt) = Gaya gravitasi bumi (m²/dt) 4. Head Loss Adapun Head Loss terdiri dari friction head dan head akibat belokan. a. Friction head (Hf) Friction Head adalah kehilangan head akibat gesekan air yang melalui pipa dengan pipa karena adanya pengaruh kekasaran dari dinding pipa, yang dihitung berdasarkan : Hf = (f x L x v ) / (D x x g)......persamaan (-0) Dimana : Hf F D V L G = Head friction (m) = Faktor kekasaran pipa = Diameter dalam pipa (m) = Kecepatan rata-rata aliran dalam pipa (m/det) = Panjang pipa (m) = Percepatan gravitasi (m²/det)

17 Head gesekan (Hf) untuk pipa HDPE bisa dihitung dari persamaan head friction per seribu meter dari data spesifikasi HDPE. Adapun data nilai Hf/100 m tersebut seperti pada tabel 5.5. Tabel 5.5 Nilai Hf/1000 m untuk Pipa HDPE Diameter (mm) Kapasitas Pompa (liter/det) Hf per 1000 (m) ,9 8,4 4,7 1,6 0,3 00 5,1 8,0 15,9 5,9 1, ,0 35,4 1,5, ,1 67,1,9 4, ,0 3,1 6, ,3 10, , , ,6 Sumber : HDPE Specifications Hanbook, ASTM b. Head akibat belokan (HB) Adapun persamaan yang digunakan adalah : Hl = v n. f....persamaan (-1) g Dimana : Hl F = Head akibat belokan (m) = Faktor kekasaran pipa = 0,964.sin 4,047.sin...Persamaan (-) D = Diameter dalam pipa (m) V = Kecepatan rata-rata aliran dalam pipa (m/det) L = Panjang pipa (m) G = Percepatan gravitasi (m²/det) c. Head Akibat fitting dan sambungan (HA)

PERENCANAAN TEKNIS SISTEM PENYALIRAN TAMBANG TERBUKA DI PT. BARA ANUGRAH SEJAHTERA LOKASI PULAU PANGGUNG MUARA ENIM SUMATERA SELATAN

PERENCANAAN TEKNIS SISTEM PENYALIRAN TAMBANG TERBUKA DI PT. BARA ANUGRAH SEJAHTERA LOKASI PULAU PANGGUNG MUARA ENIM SUMATERA SELATAN PERENCANAAN TEKNIS SISTEM PENYALIRAN TAMBANG TERBUKA DI PT. BARA ANUGRAH SEJAHTERA LOKASI PULAU PANGGUNG MUARA ENIM SUMATERA SELATAN Tumpol Richardo Girsang 1, Eddy Ibrahim 2, dan Mukiat 3 1,2,3 Jurusan

Lebih terperinci

Kajian Teknis Sistem Penyaliran dan Penirisan Tambang Pit 4 PT. DEWA, Tbk Site Asam-asam Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan Selatan

Kajian Teknis Sistem Penyaliran dan Penirisan Tambang Pit 4 PT. DEWA, Tbk Site Asam-asam Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan Selatan Kajian Teknis Sistem Penyaliran dan Penirisan Tambang Pit 4 PT. DEWA, Tbk Site Asam-asam Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan Selatan Uyu Saismana 1, Riswan 2 1,2 Staf Pengajar Prodi Teknik Pertambangan,

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya, peredaran dan penyebarannya, sifat sifatnya dan hubungan dengan lingkungannya terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di bumi terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard km 3 : 97,5% adalah air

BAB I PENDAHULUAN. Di bumi terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard km 3 : 97,5% adalah air BAB I PENDAHULUAN I. Umum Di bumi terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard km 3 : 97,5% adalah air laut, 1,75% berbentuk es dan 0,73% berada di daratan sebagai air sungai, air danau, air tanah dan sebagainya.

Lebih terperinci

EVALUASI KAPASITAS POMPA PADA SISTEM PENIRISAN TAMBANG BANKO BARAT PIT

EVALUASI KAPASITAS POMPA PADA SISTEM PENIRISAN TAMBANG BANKO BARAT PIT EVALUASI KAPASITAS POMPA PADA SISTEM PENIRISAN TAMBANG BANKO BARAT PIT 1 TIMUR PT BUKIT ASAM (PERSERO) TBK UNIT PENAMBANGAN TANJUNG ENIM SUMATERA SELATAN Yohannes Gultom 1, Maulana Yusuf 2, Abuamat 3 1,2,3

Lebih terperinci

LAMPIRAN A PETA TOPOGRAFI

LAMPIRAN A PETA TOPOGRAFI LAMPIRAN A PETA TOPOGRAFI 70 71 LAMPIRAN B PETA CACTHMENT AREA 72 PETA CATCHMENT AREA LOKASI PENELITIAN KEC. MEUREBO, KAB. ACEH BARAT PROVINSI ACEH 73 LAMPIRAN C PETA CACTHMENT AREA DAN ARAH ALIRAN 74

Lebih terperinci

Analisis Kebutuhan Pompa pada Sistem Penyaliran Tambang Terbuka dengan Persamaan Material Balance (Studi Kasus pada PT TIA)

Analisis Kebutuhan Pompa pada Sistem Penyaliran Tambang Terbuka dengan Persamaan Material Balance (Studi Kasus pada PT TIA) Analisis Kebutuhan Pompa pada Sistem Penyaliran Tambang Terbuka dengan Persamaan Material Balance (Studi Kasus pada PT TIA) Riswan 1, Dimas Aditya 2 Abstrak. Tambang terbuka menghasilkan daerah bukaan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. lereng tambang. Pada analisis ini, akan dipilih model lereng stabil dengan FK

BAB V PEMBAHASAN. lereng tambang. Pada analisis ini, akan dipilih model lereng stabil dengan FK 98 BAB V PEMBAHASAN Berdasarkan analisis terhadap lereng, pada kondisi MAT yang sama, nilai FK cenderung menurun seiring dengan semakin dalam dan terjalnya lereng tambang. Pada analisis ini, akan dipilih

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. menentukan tingkat kemantapan suatu lereng dengan membuat model pada

BAB V PEMBAHASAN. menentukan tingkat kemantapan suatu lereng dengan membuat model pada BAB V PEMBAHASAN 5.1 Kajian Geoteknik Analisis kemantapan lereng keseluruhan bertujuan untuk menentukan tingkat kemantapan suatu lereng dengan membuat model pada sudut dan tinggi tertentu. Hasil dari analisis

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DATA. Analisa Data

BAB V ANALISA DATA. Analisa Data BAB V ANALISA DATA 5.1 UMUM Analisa data terhadap perencanaan jaringan drainase sub sistem terdiri dari beberapa tahapan untuk mencapai suatu hasil yang optimal. Sebelum tahapan analisa dilakukan, terlebih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berikut ini beberapa pengertian yang berkaitan dengan judul yang diangkat oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berikut ini beberapa pengertian yang berkaitan dengan judul yang diangkat oleh BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian pengertian Berikut ini beberapa pengertian yang berkaitan dengan judul yang diangkat oleh penulis, adalah sebagai berikut :. Hujan adalah butiran yang jatuh dari gumpalan

Lebih terperinci

Berfungsi mengendalikan limpasan air di permukaan jalan dan dari daerah. - Membawa air dari permukaan ke pembuangan air.

Berfungsi mengendalikan limpasan air di permukaan jalan dan dari daerah. - Membawa air dari permukaan ke pembuangan air. 4.4 Perhitungan Saluran Samping Jalan Fungsi Saluran Jalan Berfungsi mengendalikan limpasan air di permukaan jalan dan dari daerah sekitarnya agar tidak merusak konstruksi jalan. Fungsi utama : - Membawa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Bumi terdiri dari air, 97,5% adalah air laut, 1,75% adalah berbentuk es, 0,73% berada didaratan sebagai air sungai, air danau, air tanah, dan sebagainya. Hanya 0,001% berbentuk uap

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Menurut Triatmodjo (2008), Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya,

BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Menurut Triatmodjo (2008), Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya, BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Menurut Triatmodjo (2008), Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya, peredaran dan penyebarannya, sifatsifatnya dan hubungan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Menurut (Triatmodjo, 2008:1).Hidrologi merupakan ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya, peredaran dan penyebarannya. Penerapan ilmu hidrologi

Lebih terperinci

Evaluasi Sistem Penyaliran Tambang Di Pit Tutupan Pt. Pamapersada Nusantara Jobsite Adaro Kabupaten Tabalong Provinsi Kalimantan Selatan

Evaluasi Sistem Penyaliran Tambang Di Pit Tutupan Pt. Pamapersada Nusantara Jobsite Adaro Kabupaten Tabalong Provinsi Kalimantan Selatan Evaluasi Sistem Penyaliran Tambang Di Pit Tutupan Pt. Pamapersada Nusantara Jobsite Adaro Kabupaten Tabalong Provinsi Kalimantan Selatan Fahrizal Ardy Kurniawan 1, Peter Eka Rosadi 2 Mahasiswa Jurusan

Lebih terperinci

PERSYARATAN JARINGAN DRAINASE

PERSYARATAN JARINGAN DRAINASE PERSYARATAN JARINGAN DRAINASE Untuk merancang suatu sistem drainase, yang harus diketahui adalah jumlah air yang harus dibuang dari lahan dalam jangka waktu tertentu, hal ini dilakukan untuk menghindari

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Hidrologi

BAB III LANDASAN TEORI. A. Hidrologi BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya, peredaran dan penyebarannya, sifat sifatnya dan hubungan dengan lingkungannya terutama

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Peil Banjir Peil Banjir adalah acuan ketinggian tanah untuk pembangunan perumahan/ pemukiman yang umumnya di daerah pedataran dan dipakai sebagai pedoman pembuatan jaringan drainase

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2. Lokasi Kabupaten Pidie. Gambar 1. Siklus Hidrologi (Sjarief R dan Robert J, 2005 )

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2. Lokasi Kabupaten Pidie. Gambar 1. Siklus Hidrologi (Sjarief R dan Robert J, 2005 ) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Siklus Hidrologi Pada umumnya ketersediaan air terpenuhi dari hujan. Hujan merupakan hasil dari proses penguapan. Proses-proses yang terjadi pada peralihan uap air dari laut ke

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mesin Fluida Mesin fluida adalah mesin yang berfungsi untuk mengubah energi mekanis poros menjadi energi potensial fluida, atau sebaliknya mengubah energi fluida (energi potensial

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV DATA DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV DATA DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Kegiatan Lapangan 4.1.1 Kondisi Lapangan PT Cipta Kridatama memiliki luas IUP sebesar 4.642 Ha. Lokasi penelitian mengenai system penyaliran tambang (mine dewatering)

Lebih terperinci

BAB III METODE ANALISIS

BAB III METODE ANALISIS BAB III Bab III Metode Analisis METODE ANALISIS 3.1 Dasar-dasar Perencanaan Drainase Di dalam pemilihan teknologi drainase, sebaiknya menggunakan teknologi sederhana yang dapat di pertanggung jawabkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN IV.1 Menganalisa Hujan Rencana IV.1.1 Menghitung Curah Hujan Rata rata 1. Menghitung rata - rata curah hujan harian dengan metode aritmatik. Dalam studi ini dipakai data

Lebih terperinci

Kajian Teknis Sistem Penyaliran pada Tambang Batubara PIT 1 Utara Banko Barat PT. Bukit Asam (Persero) Tbk. Tanjung Enim Sumatera Selatan

Kajian Teknis Sistem Penyaliran pada Tambang Batubara PIT 1 Utara Banko Barat PT. Bukit Asam (Persero) Tbk. Tanjung Enim Sumatera Selatan Kajian Teknis Sistem Penyaliran pada Tambang Batubara PIT 1 Utara Banko Barat PT. Bukit Asam (Persero) Tbk. Tanjung Enim Sumatera Selatan Subiakto 1, Peter Eka Rosadi 2, Hartono 3 Mahasiswa Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kawasan perkotaan yang terjadi seiring dengan semakin meningkatnya pertumbuhan penduduk pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kawasan perkotaan yang terjadi seiring dengan semakin meningkatnya pertumbuhan penduduk pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kawasan perkotaan yang terjadi seiring dengan semakin meningkatnya pertumbuhan penduduk pada akhirnya berimplikasi pada pembangunan sarana dan prasarana

Lebih terperinci

ANALISA PENYALIRAN AIR TAMBANG BATU KAPUR PT. SEMEN BATURAJA (PERSERO) DI PABRIK BATURAJA

ANALISA PENYALIRAN AIR TAMBANG BATU KAPUR PT. SEMEN BATURAJA (PERSERO) DI PABRIK BATURAJA Jurnal Desiminasi Teknologi, Volume 2, No. 1, Januari 2014 ANALISA PENYALIRAN AIR TAMBANG BATU KAPUR PT. SEMEN BATURAJA (PERSERO) DI PABRIK BATURAJA Yuliantini Eka Putri 1 Abstrak : Operasi penambangan

Lebih terperinci

EVALUASI SISTEM PENYALIRAN TAMBANG PADA PT RIMAU ENERGY MINING SITE JAWETEN, KECAMATAN KAROSEN JANANG, KABUPATEN BARITO TIMUR, KALIMANTAN TENGAH

EVALUASI SISTEM PENYALIRAN TAMBANG PADA PT RIMAU ENERGY MINING SITE JAWETEN, KECAMATAN KAROSEN JANANG, KABUPATEN BARITO TIMUR, KALIMANTAN TENGAH EVALUASI SISTEM PENYALIRAN TAMBANG PADA PT RIMAU ENERGY MINING SITE JAWETEN, KECAMATAN KAROSEN JANANG, KABUPATEN BARITO TIMUR, KALIMANTAN TENGAH Alpian Nafarin 1*, Agus Triantoro 1, Riswan 1, Freddy Aditya

Lebih terperinci

Sambungan Persil. Sambungan persil adalah sambungan saluran air hujan dari rumah-rumah ke saluran air hujan yang berada di tepi jalan

Sambungan Persil. Sambungan persil adalah sambungan saluran air hujan dari rumah-rumah ke saluran air hujan yang berada di tepi jalan Kelengkapan Saluran Sambungan Persil Sambungan persil adalah sambungan saluran air hujan dari rumah-rumah ke saluran air hujan yang berada di tepi jalan Bentuk: Saluran terbuka Saluran tertutup Dibuat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sistem guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan komponen penting

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sistem guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan komponen penting BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Drainase merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai sistem guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan komponen penting dalam perencanaan kota (perencanaan

Lebih terperinci

TATA CARA PEMBUATAN RENCANA INDUK DRAINASE PERKOTAAN

TATA CARA PEMBUATAN RENCANA INDUK DRAINASE PERKOTAAN 1. PENDAHULUAN TATA CARA PEMBUATAN RENCANA INDUK DRAINASE PERKOTAAN Seiring dengan pertumbuhan perkotaan yang amat pesat di Indonesia, permasalahan drainase perkotaan semakin meningkat pula. Pada umumnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di bumi terdapat kira-kira 1,3 1,4 milyar km³ air : 97,5% adalah air laut, 1,75% berbentuk es dan 0,73% berada di daratan sebagai air sungai, air danau, air tanah,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Hujan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Hujan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Hujan Curah hujan adalah volume air yang jatuh pada suatu areal tertentu (Arsyad, 2010). Menurut Tjasyono (2004), curah hujan yaitu jumlah air hujan yang turun pada

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. secara alamiah. Mulai dari bentuk kecil di bagian hulu sampai besar di bagian

TINJAUAN PUSTAKA. secara alamiah. Mulai dari bentuk kecil di bagian hulu sampai besar di bagian TINJAUAN PUSTAKA Daerah Aliran Sungai Sungai merupakan jaringan alur-alur pada permukaan bumi yang terbentuk secara alamiah. Mulai dari bentuk kecil di bagian hulu sampai besar di bagian hilir. Air hujan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hidrologi dengan panjang data minimal 10 tahun untuk masing-masing lokasi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hidrologi dengan panjang data minimal 10 tahun untuk masing-masing lokasi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penentuan Stasiun Pengamat Hujan Untuk melakukan analisa ini digunakan data curah hujan harian maksimum untuk tiap stasiun pengamat hujan yang akan digunakan dalam analisa

Lebih terperinci

Daur Siklus Dan Tahapan Proses Siklus Hidrologi

Daur Siklus Dan Tahapan Proses Siklus Hidrologi Daur Siklus Dan Tahapan Proses Siklus Hidrologi Daur Siklus Hidrologi Siklus hidrologi adalah perputaran air dengan perubahan berbagai bentuk dan kembali pada bentuk awal. Hal ini menunjukkan bahwa volume

Lebih terperinci

Surface Runoff Flow Kuliah -3

Surface Runoff Flow Kuliah -3 Surface Runoff Flow Kuliah -3 Limpasan (runoff) gabungan antara aliran permukaan, aliran yang tertunda ada cekungan-cekungan dan aliran bawah permukaan (subsurface flow) Air hujan yang turun dari atmosfir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 31 km di atas area seluas 1145 km² di Sumatera Utara, Sumatera, Indonesia. Di

BAB I PENDAHULUAN. 31 km di atas area seluas 1145 km² di Sumatera Utara, Sumatera, Indonesia. Di BAB I PENDAHULUAN 1.1. URAIAN UMUM Danau Toba adalah sebuah danau vulkanik dengan ukuran luas 100 km x 31 km di atas area seluas 1145 km² di Sumatera Utara, Sumatera, Indonesia. Di tengah danau terdapat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gambaran umum Daerah Irigasi Ular Di Kawasan Buluh. Samosir dan Kabupaten Serdang Bedagai pada 18 Desember 2003, semasa

TINJAUAN PUSTAKA. Gambaran umum Daerah Irigasi Ular Di Kawasan Buluh. Samosir dan Kabupaten Serdang Bedagai pada 18 Desember 2003, semasa TINJAUAN PUSTAKA Gambaran umum Daerah Irigasi Ular Di Kawasan Buluh Kabupaten Serdang Bedagai yang beribukota Sei Rampah adalah kabupaten yang baru dimekarkan dari Kabupaten Deli Serdang sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Setelah dilakukan penelitian dengan mengumpulkan data skunder dari instansi terkait, dan data primer hasil observasi dan wawancara maka dapat diperoleh

Lebih terperinci

TEKNOLOGI KONSERVASI AIR TANAH DENGAN SUMUR RESAPAN

TEKNOLOGI KONSERVASI AIR TANAH DENGAN SUMUR RESAPAN TEKNOLOGI KONSERVASI AIR TANAH DENGAN SUMUR RESAPAN Oleh Kelompok Teknologi Pengelolaan Air Bersih dan Limbah Cair Direktorat Teknologi Lingkungan, Deputi Bidang Teknologi Informasi, Energi, Material dan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Menurut Suripin (2004 ; 7) drainase mempunyai arti mengalirkan, menguras,

BAB II DASAR TEORI. Menurut Suripin (2004 ; 7) drainase mempunyai arti mengalirkan, menguras, BAB II DASAR TEORI 2.1. Drainase Menurut Suripin (2004 ; 7) drainase mempunyai arti mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan air. Secara umum, drainase didefinisikan sebagai serangkaian bangunan

Lebih terperinci

HIDROSFER I. Tujuan Pembelajaran

HIDROSFER I. Tujuan Pembelajaran KTSP & K-13 Kelas X Geografi HIDROSFER I Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami pengertian hidrosfer dan siklus hidrologi.

Lebih terperinci

tidak ditetapkan air bawah tanah, karena permukaan air tanah selalu berubah sesuai dengan musim dan tingkat pemakaian (Sri Harto, 1993).

tidak ditetapkan air bawah tanah, karena permukaan air tanah selalu berubah sesuai dengan musim dan tingkat pemakaian (Sri Harto, 1993). batas topografi yang berarti ditetapkan berdasarkan aliran air permukaan. Batas ini tidak ditetapkan air bawah tanah, karena permukaan air tanah selalu berubah sesuai dengan musim dan tingkat pemakaian

Lebih terperinci

TINJAUAN PERENCANAAN DRAINASE KALI GAJAH PUTIH KODIA SURAKARTA

TINJAUAN PERENCANAAN DRAINASE KALI GAJAH PUTIH KODIA SURAKARTA TINJAUAN PERENCANAAN DRAINASE KALI GAJAH PUTIH KODIA SURAKARTA TUGAS AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya pada program D-III Teknik Sipil Infrastruktur Perkotaan Jurusan

Lebih terperinci

Analisis Drainase Bandara Muara Bungo Jambi

Analisis Drainase Bandara Muara Bungo Jambi Analisis Drainase Bandara Muara Bungo Jambi Widarto Sutrisno Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Ito_tok@yahoo.com Abstrak Areal bandara Muara Bungo Jambi

Lebih terperinci

PERTEMUAN II SIKLUS HIDROLOGI

PERTEMUAN II SIKLUS HIDROLOGI PERTEMUAN II SIKLUS HIDROLOGI SIKLUS HIDROLOGI Siklus Hidrologi adalah sirkulasi air yang tidak pernah berhenti dari atmosfir ke bumi dan kembali ke atmosfir melalui kondensasi, presipitasi, evaporasi

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS 4.1 Analisa Curah Hujan 4.1.1 Jumlah Kejadian Bulan Basah (BB) Bulan basah yang dimaksud disini adalah bulan yang didalamnya terdapat curah hujan lebih dari 1 mm (menurut

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Hidrologi

BAB III LANDASAN TEORI. A. Hidrologi BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya, peredaran dan penyebarannya, sifat-sifatnya dan hubungan dengan lingkungannya terutama

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Hidrologi

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Hidrologi BAB II TEORI DASAR 2.1 Hidrologi Hidrologi adalah cabang Geografi Fisis yang berurusan dengan air di bumi, sorotan khusus pada propertis, fenomena, dan distribusi air di daratan. Khususnya mempelajari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam perencanaan kota (perencanaan infrastruktur khususnya). Menurut Dr.Ir. Suripin, M.Eng. (2004;7) drainase mempunyai arti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam perencanaan kota (perencanaan infrastruktur khususnya). Menurut Dr.Ir. Suripin, M.Eng. (2004;7) drainase mempunyai arti BAB II DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Drainase merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai sistem guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan komponen penting dalam perencanaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daerah Aliran Sungai Dalam konteksnya sebagai sistem hidrologi, Daerah Aliran Sungai didefinisikan sebagai kawasan yang terletak di atas suatu titik pada suatu sungai yang oleh

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. penelitian tentang Analisis Kapasitas Drainase Dengan Metode Rasional di

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. penelitian tentang Analisis Kapasitas Drainase Dengan Metode Rasional di BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Penelitian ini menggunakan tinjauan pustaka dari penelitian-penelitian sebelumnya yang telah diterbitkan, dan dari buku-buku atau artikel-artikel yang ditulis para peneliti sebagai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pompa Pompa adalah peralatan mekanis yang digunakan untuk menaikkan cairan dari dataran rendah ke dataran tinggi atau untuk mengalirkan cairan dari daerah bertekanan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Embung berfungsi sebagai penampung limpasan air hujan/runoff yang terjadi di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Embung berfungsi sebagai penampung limpasan air hujan/runoff yang terjadi di II. TINJAUAN PUSTAKA A. Embung Embung berfungsi sebagai penampung limpasan air hujan/runoff yang terjadi di Daerah Pengaliran Sungai (DPS) yang berada di bagian hulu. Konstruksi embung pada umumnya merupakan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB III TEORI DASAR Lereng repository.unisba.ac.id. Halaman

DAFTAR ISI. BAB III TEORI DASAR Lereng repository.unisba.ac.id. Halaman DAFTAR ISI Halaman LEMBAR PENGESAHAN SARI... i ABSTRACT... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... vi DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR GRAFIK... xi DAFTAR TABEL... xii DAFTAR LAMPIRAN... xv BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

PROGRAM PENDIDIKAN EKSTENSION DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010

PROGRAM PENDIDIKAN EKSTENSION DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010 TUGAS AKHIR ANALISA SISTEM DRAINASE UNTUK MENANGGULANGI BANJIR PADA KECAMATAN MEDAN SELAYANG DAN KECAMATAN MEDAN SUNGGAL ( Studi Kasus : Jl. Jamin Ginting, Jl. Dr. Mansyur dan Jl. Gatot Subroto ) FITHRIYAH

Lebih terperinci

SISTEM DRAINASE UNTUK MENANGGULANGI BANJIR DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL (STUDI KASUS : JL. PDAM SUNGGAL DEPAN PAM TIRTANADI)

SISTEM DRAINASE UNTUK MENANGGULANGI BANJIR DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL (STUDI KASUS : JL. PDAM SUNGGAL DEPAN PAM TIRTANADI) SISTEM DRAINASE UNTUK MENANGGULANGI BANJIR DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL (STUDI KASUS : JL. PDAM SUNGGAL DEPAN PAM TIRTANADI) Raja Fahmi Siregar 1, Novrianti 2 Raja Fahmi Siregar 1 Alumni Fakultas Teknik

Lebih terperinci

PERENCANAAN SISTEM PENYALIRAN TAMBANG TERBUKA BATUBARA. Muhammad Endriantho*, Muhammad Ramli*

PERENCANAAN SISTEM PENYALIRAN TAMBANG TERBUKA BATUBARA. Muhammad Endriantho*, Muhammad Ramli* PERENCANAAN SISTEM PENYALIRAN TAMBANG TERBUKA BATUBARA Muhammad Endriantho*, Muhammad Ramli* *) Teknik Pertambangan Universitas Hasanuddin **) Teknik Geologi Universitas Hasanuddin SARI: Operasi penambangan

Lebih terperinci

DAERAH ALIRAN SUNGAI

DAERAH ALIRAN SUNGAI DAERAH ALIRAN SUNGAI PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI Limpasan (Runoff) Dalam siklus hidrologi, bahwa air hujan yang jatuh dari atmosfer sebelum air dapat mengalir di atas permukaan

Lebih terperinci

MENGELOLA AIR AGAR TAK BANJIR (Dimuat di Harian JOGLOSEMAR, Kamis Kliwon 3 Nopember 2011)

MENGELOLA AIR AGAR TAK BANJIR (Dimuat di Harian JOGLOSEMAR, Kamis Kliwon 3 Nopember 2011) Artikel OPINI Harian Joglosemar 1 MENGELOLA AIR AGAR TAK BANJIR (Dimuat di Harian JOGLOSEMAR, Kamis Kliwon 3 Nopember 2011) ŀ Turunnya hujan di beberapa daerah yang mengalami kekeringan hari-hari ini membuat

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS KAPASITAS DAN PERENCANAAN SALURAN

BAB VI ANALISIS KAPASITAS DAN PERENCANAAN SALURAN BAB VI ANALISIS KAPASITAS DAN PERENCANAAN SALURAN 6.1 KAPASITAS TAMPUNG SALURAN EKSISTING Pada bab sebelumnya, telah diperoleh debit banjir rencana saluran drainase. Untuk mengetahui kapasitas tampung

Lebih terperinci

Limpasan (Run Off) adalah.

Limpasan (Run Off) adalah. Limpasan (Run Off) Rekayasa Hidrologi Universitas Indo Global Mandiri Limpasan (Run Off) adalah. Aliran air yang terjadi di permukaan tanah setelah jenuhnya tanah lapisan permukaan Faktor faktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. parameter yang tertulis dalam kriteria di bawah ini. Nilai-nilai yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. parameter yang tertulis dalam kriteria di bawah ini. Nilai-nilai yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kriteria perancangan adalah suatu kriteria yang dipakai Perancang sebagai pedoman untuk merancang Perancang diharapkan mampu menggunakan kriteria secara tepat dengan membandingkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah drainase kota sudah menjadi permasalahan utama pada daerah perkotaan. Masalah tersebut sering terjadi terutama pada kota-kota yang sudah dan sedang berkembang

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 93

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 93 DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN... v ABSTRAK... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii BAB I. PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Siklus Hidrologi Air memiliki susunan molekul yang sangat sederhana. Dua atom hidrogen dan satu atom oksigen, H-O-H atau yang ditulis dengan rumus H 2 O. Air juga mempunyai sifat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Siklus Hidrologi

TINJAUAN PUSTAKA Siklus Hidrologi 4 TINJAUAN PUSTAKA Siklus Hidrologi Siklus hidrologi merupakan perjalanan air dari permukaan laut ke atmosfer kemudian ke permukaan tanah dan kembali lagi ke laut yang terjadi secara terus menerus, air

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... x

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... x DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... x BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 2 1.2 Maksud Dan Tujuan... 2 1.2.1 Maksud...

Lebih terperinci

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499 Pencegahan dan Penanggulangan Air Limpasan yang Masuk ke Kolam Blok Barat terhadap Pit Blok Timur Penambangan Batubara PT. Indoasia Cemerlang (PT. IAC) Desa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah dengan pasang surut air. Kegunaan pintu air otomatis ini adalah sebagai

BAB I PENDAHULUAN. daerah dengan pasang surut air. Kegunaan pintu air otomatis ini adalah sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pintu klep otomatis adalah salah satu pintu air yang pengoperasiannya dilakukan secara otomatis dengan membuka dan menutupnya pintu pada setiap perubahan muka air baik

Lebih terperinci

Bab III HIDROLIKA. Sub Kompetensi. Memberikan pengetahuan tentang hubungan analisis hidrolika dalam perencanaan drainase

Bab III HIDROLIKA. Sub Kompetensi. Memberikan pengetahuan tentang hubungan analisis hidrolika dalam perencanaan drainase Bab III HIDROLIKA Sub Kompetensi Memberikan pengetahuan tentang hubungan analisis hidrolika dalam perencanaan drainase 1 Analisis Hidraulika Perencanaan Hidraulika pada drainase perkotaan adalah untuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 METODE ANALISIS DAN PENGOLAHAN DATA

BAB III METODOLOGI 3.1 METODE ANALISIS DAN PENGOLAHAN DATA 4 BAB III METODOLOGI 3.1 METODE ANALISIS DAN PENGOLAHAN DATA Dalam penyusunan Tugas Akhir ini ada beberapa langkah untuk menganalisis dan mengolah data dari awal perencanaan sampai selesai. 3.1.1 Permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permukaan bumi kita sebagian besar tertutupi oleh air sehingga sangat mudah terjadinya proses penguapan air ke atmosfer, kondensasi, kemudian terjadilah hujan. Hujan

Lebih terperinci

254x. JPH = 0.278H x 80 x 2.5 +

254x. JPH = 0.278H x 80 x 2.5 + 4.3. Perhitungan Daerah Kebebasan Samping Dalam memperhitungkan daerah kebebasan samping, kita harus dapat memastikan bahwa daerah samping/bagian lereng jalan tidak menghalangi pandangan pengemudi. Dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Siklus Hidrologi dan Neraca air Menurut Mori (2006) siklus air tidak merata dan dipengaruhi oleh kondisi meteorologi (suhu, tekanan atmosfir, angin, dan lain-lain) dan kondisi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daerah Aliran Sungai Daerah aliran sungai (DAS) adalah daerah yang dibatasi oleh punggungpunggung gunung atau pegunungan dimana air hujan yang jatuh di daerah tersebut akan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sistem irigasi bertekanan atau irigasi curah (sprinkler) adalah salah satu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sistem irigasi bertekanan atau irigasi curah (sprinkler) adalah salah satu 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Irigasi Curah Sistem irigasi bertekanan atau irigasi curah (sprinkler) adalah salah satu metode pemberian air yang dilakukan dengan menyemprotkan air ke udara kemudian jatuh

Lebih terperinci

BIOFISIK DAS. LIMPASAN PERMUKAAN dan SUNGAI

BIOFISIK DAS. LIMPASAN PERMUKAAN dan SUNGAI BIOFISIK DAS LIMPASAN PERMUKAAN dan SUNGAI SUNGAI Air yang mengalir di sungai berasal dari : ALIRAN PERMUKAAN ( (surface runoff) ) ALIRAN BAWAH PERMUKAAN ( (interflow = subsurface flow) ALIRAN AIR TANAH

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hidrologi Hidrologi adalah ilmu yang mempelajari tentang terjadinya, pergerakan dan distribusi air di bumi, baik di atas maupun di bawah permukaan bumi, tentang sifat fisik,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Air di dunia 97,2% berupa lautan dan 2,8% terdiri dari lembaran es dan

PENDAHULUAN. Air di dunia 97,2% berupa lautan dan 2,8% terdiri dari lembaran es dan PENDAHULUAN Latar Belakang Air di dunia 97,2% berupa lautan dan 2,8% terdiri dari lembaran es dan gletser (2,15%), air artesis (0,62%) dan air lainnya (0,03%). Air lainnya ini meliputi danau air tawar

Lebih terperinci

Suatu kriteria yang dipakai Perancang sebagai pedoman untuk merancang

Suatu kriteria yang dipakai Perancang sebagai pedoman untuk merancang Kriteria Desain Kriteria Desain Suatu kriteria yang dipakai Perancang sebagai pedoman untuk merancang Perancang diharapkan mampu menggunakan kriteria secara tepat dengan melihat kondisi sebenarnya dengan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA. membahas langkah untuk menentukan debit banjir rencana. Langkahlangkah

BAB IV ANALISA. membahas langkah untuk menentukan debit banjir rencana. Langkahlangkah BAB IV ANALISA 4.1 Analisa Hidrologi Sebelum melakukan analisis hidrologi, terlebih dahulu menentukan stasiun hujan, data hujan, dan luas daerah tangkapan. Dalam analisis hidrologi akan membahas langkah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidrologi di suatu Daerah Aliran sungai. Menurut peraturan pemerintah No. 37

BAB I PENDAHULUAN. hidrologi di suatu Daerah Aliran sungai. Menurut peraturan pemerintah No. 37 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hujan adalah jatuhnya air hujan dari atmosfer ke permukaan bumi dalam wujud cair maupun es. Hujan merupakan faktor utama dalam pengendalian daur hidrologi di suatu

Lebih terperinci

PERENCANAAN SISTEM DRAINASE SEGOROMADU 2 GRESIK

PERENCANAAN SISTEM DRAINASE SEGOROMADU 2 GRESIK PERENCANAAN SISTEM DRAINASE SEGOROMADU 2 GRESIK VIRDA ILLYINAWATI 3110100028 DOSEN PEMBIMBING: PROF. Dr. Ir. NADJAJI ANWAR, Msc YANG RATRI SAVITRI ST, MT JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN

Lebih terperinci

BAB 4 PERENCANAAN ALTERNATIF SOLUSI

BAB 4 PERENCANAAN ALTERNATIF SOLUSI BAB 4 PERENCANAAN ALTERNATIF SOLUSI Perencanaan Sistem Suplai Air Baku 4.1 PERENCANAAN SALURAN PIPA Perencanaan saluran pipa yang dimaksud adalah perencanaan pipa dari pertemuan Sungai Cibeet dengan Saluran

Lebih terperinci

PENDUGAAN PARAMETER UPTAKE ROOT MENGGUNAKAN MODEL TANGKI. Oleh : FIRDAUS NURHAYATI F

PENDUGAAN PARAMETER UPTAKE ROOT MENGGUNAKAN MODEL TANGKI. Oleh : FIRDAUS NURHAYATI F PENDUGAAN PARAMETER UPTAKE ROOT MENGGUNAKAN MODEL TANGKI Oleh : FIRDAUS NURHAYATI F14104021 2008 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 1 PENDUGAAN PARAMETER UPTAKE ROOT MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Daerah Aliran Sungai (DAS) Definisi daerah aliran sungai dapat berbeda-beda menurut pandangan dari berbagai aspek, diantaranya menurut kamus penataan ruang dan wilayah,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Resapan Air Daerah resapan air adalah daerah masuknya air dari permukaan tanah ke dalam zona jenuh air sehingga membentuk suatu aliran air tanah yang mengalir ke daerah yang lebih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1. MESIN-MESIN FLUIDA Mesin fluida adalah mesin yang berfungsi untuk mengubah energi mekanis poros menjadi energi potensial atau sebaliknya mengubah energi fluida (energi potensial

Lebih terperinci

Pengaruh Hujan terhadap Perubahan Elevasi Muka Air Tanah pada Model Unit Resapan dengan Media Tanah Pasir

Pengaruh Hujan terhadap Perubahan Elevasi Muka Air Tanah pada Model Unit Resapan dengan Media Tanah Pasir JURNAL ILMIAH SEMESTA TEKNIKA Vol. 16, No. 1, 57-64, Mei 2013 57 Pengaruh Hujan terhadap Perubahan Elevasi Muka Air Tanah pada Model Unit Resapan dengan Media Tanah Pasir (The Effect of Rain to the Change

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Hidrologi adalah ilmu yang menjelaskan tentang kehadiran dan gerakan air di alam, yang meliputi bentuk berbagai bentuk air, yang menyangkut perubahan-perubahannya antara

Lebih terperinci

KAJIAN DRAINASE TERHADAP BANJIR PADA KAWASAN JALAN SAPAN KOTA PALANGKARAYA. Novrianti Dosen Program Studi Teknik Sipil UM Palangkaraya ABSTRAK

KAJIAN DRAINASE TERHADAP BANJIR PADA KAWASAN JALAN SAPAN KOTA PALANGKARAYA. Novrianti Dosen Program Studi Teknik Sipil UM Palangkaraya ABSTRAK KAJIAN DRAINASE TERHADAP BANJIR PADA KAWASAN JALAN SAPAN KOTA PALANGKARAYA Novrianti Dosen Program Studi Teknik Sipil UM Palangkaraya ABSTRAK Pertumbuhan kota semakin meningkat dengan adanya perumahan,

Lebih terperinci

Besar, Palembang, 30139, Indonesia PT. Bukit Asam, Tanjung Enim, 31712, Indonesia ABSTRAK ABSTRACT

Besar, Palembang, 30139, Indonesia PT. Bukit Asam, Tanjung Enim, 31712, Indonesia   ABSTRAK ABSTRACT KAJIAN TEKNIS SISTEM PENIRISAN TAMBANG BANKO BARAT GUNA MENANGGULANGI DAN MENGOPTIMALISASI SISTEM PEMOMPAAN AIR TAMBANG DI PIT III BARAT PT BUKIT ASAM (PERSERO) TBK TANJUNG ENIM THE RECITATION TECNICS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 19 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Data Umum Drainase merupakan sebuah sistem yang dibuat untuk menangani persoalan kelebihan air baik kelebihan air yang berada di bawah permukaan tanah maupun air yang berada

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gambaran Umum Daerah Irigasi Ular Kabupaten Serdang Bedagai

TINJAUAN PUSTAKA. Gambaran Umum Daerah Irigasi Ular Kabupaten Serdang Bedagai TINJAUAN PUSTAKA Gambaran Umum Daerah Irigasi Ular Kabupaten Serdang Bedagai Kabupaten Deli Serdang memiliki iklim tropis yang kondisi iklimnya hampir sama dengan kabupaten Serdang Bedagai. Pengamatan

Lebih terperinci

Evaluasi Teknis Sistem Penyaliran Tambang Studi Kasus: PT. Bara Energi Lestari Kabupaten Nagan Raya, Aceh

Evaluasi Teknis Sistem Penyaliran Tambang Studi Kasus: PT. Bara Energi Lestari Kabupaten Nagan Raya, Aceh Evaluasi Teknis Sistem Penyaliran Tambang Studi Kasus: PT. Bara Energi Lestari Kabupaten Nagan Raya, Aceh Rahmadi Siahaan, Pocut Nurul Alam, Febi Mutia Program Studi Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

EVALUASI DAN ANALISA DESAIN KAPASITAS SALURAN DRAINASE KAWASAN KAMPUS UNIVERSITAS DARMA AGUNG MEDAN TUGAS AKHIR

EVALUASI DAN ANALISA DESAIN KAPASITAS SALURAN DRAINASE KAWASAN KAMPUS UNIVERSITAS DARMA AGUNG MEDAN TUGAS AKHIR EVALUASI DAN ANALISA DESAIN KAPASITAS SALURAN DRAINASE KAWASAN KAMPUS UNIVERSITAS DARMA AGUNG MEDAN TUGAS AKHIR Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat untuk Ujian Sarjana Teknik Sipil

Lebih terperinci

BAB 3 POMPA SENTRIFUGAL

BAB 3 POMPA SENTRIFUGAL 3 BAB 3 POMPA SENTRIFUGAL 3.1.Kerja Pompa Sentrifugal Pompa digerakkan oleh motor, daya dari motor diberikan kepada poros pompa untuk memutar impeler yang dipasangkan pada poros tersebut. Zat cair yang

Lebih terperinci

EVALUASI SISTEM DRAINASE JALAN LINGKAR BOTER KABUPATEN ROKAN HULU

EVALUASI SISTEM DRAINASE JALAN LINGKAR BOTER KABUPATEN ROKAN HULU EVALUASI SISTEM DRAINASE JALAN LINGKAR BOTER KABUPATEN ROKAN HULU SYAFRIANTO 1 ANTON ARIYANTO, M.Eng 2 dan ARIFAL HIDAYAT MT 2 Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Pasir Pengaraian e-mail

Lebih terperinci