INTISARI GAMBARAN TEMPAT PENYIMPANAN DAN KELENGKAPAN ADMINISTRATIF RESEP NARKOTIKA DI APOTEK KECAMATAN BANJARMASIN UTARA

Transkripsi

1 INTISARI GAMBARAN TEMPAT PENYIMPANAN DAN KELENGKAPAN ADMINISTRATIF RESEP NARKOTIKA DI APOTEK KECAMATAN BANJARMASIN UTARA Lita Hendriani 1 ; Riza Alfian, S.Farm., M.Sc., Apt 2 ; Ratih Pratiwi Sari, S.Farm., M.Sc., Apt 3 Narkotika adalah obat yang sering disalahgunakan untuk tujuan selain pengobatan. Pengelolaan obat golongan narkotika penting dilakukan untuk mencegah penyalahgunaan narkotika. Penyimpanan narkotika diatur dalam Permenkes RI No. 28 tahun 1978 dan kelengkapan administrasi resep diatur dalam Kepmenkes RI No tahun Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kelengkapan administratif resep narkotika dan mengetahui kriteria penilaian untuk lemari obat narkotika di apotek dalam wilayah Kecamatan Banjarmasin Utara Kota Banjarmasin pada bulan November Penelitian ini dirancang secara deskriptif dengan cara melakukan skrining resep-resep golongan narkotika, melakukan penilaian terhadap lemari penyimpanan di apotek-apotek dalam wilayah Kecamatan Banjarmasin Utara Kota Banjarmasin dan hasilnya dibandingkan sesuai dengan standar pengelolaan narkotika dalam PerMenKes No.28 tahun 1978 dan Kepmenkes RI No tahun Hasil penelitian dari 14 apotek di wilayah kecamatan Banjarmasin Utara Kota Banjarmasin menunjukkan 293 resep lembar narkotika yang masuk pada bulan November Hasil penelitian menunjukkan yaitu tidak ada SIP (0 %), tidak mencantumkan alamat dokter (0 %), tidak ada paraf dokter (32,76 %), tidak mencantumkan alamat pasien (38,23 %), tidak mencantumkan umur (51,54 %), tidak mencantukan jenis kelamin (65,53 %), dan tidak mencantumkan berat badan pasien (100%). Hasil penilaian terhadap lemari penyimpanan diperoleh hanya ada 3 apotek sudah memenuhi dan 11 apotek yang belum memenuhi ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Kata kunci : Narkotika, penyimpanan narkotika, pelayanan administratif, apotek. 1,2 Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin 3 Apotek Kecamatan Banjarmasin Utara

2 ABSTRACT DESCRIPTION OF STRORAGE AND ADMINISTRATIVE COMPLETENESS PRESCRIPTION NARCOTICS AT THE PHARMACIES IN THE BANJARMASIN NORTH SUBDISTRICT Lita Hendriani 1 ; Riza Alfian, S.Farm., M.Sc., Apt 2 ; Ratih Pratiwi Sari, S.Farm., M.Sc., Apt 3 Narcotics are drugs that are frequently abused for the other purposes than as therapeutic purpose. Proper narcotics administration is crucial to prevent narcotic abuse. The storage of narcotics are regulated in the Health Ministerial Regulation of Republic Indonesia Number 28 of 1978 and administrative completeness prescription are regulated in the Health Ministerial Decision of Republic Indonesia Number 1027 of This research was aimed to identifying the administrative completeness of narcotic drug prescription, identifying of evaluation criteria of narcotic cabinet at the pharmacies in the Banjarmasin North Subdistrict, Banjarmasin City in November This research was designed descriptively by screening narcotics prescriptions, evaluating criteria for narcotic cabinet at the pharmacies in the Banjarmasin North Subdistrict, Banjarmasin City and the results was compared with the standarts narcotic drugs administration in the Health Ministerial Regulation of Republic Indonesia Number 28 of 1978 and in the Health Ministerial Decision of Republic Indonesia Number 1027 of The results of the 14 pharmacies in the Banjarmasin North Subdistrict, Banjarmasin City showed that there are 293 prescriptions of narcotics in November The result showed that there was no SIP (0 %), there was no doctor s address (0 %), there was no doctor s initial (32,76 %), there was no patient s address (38,23 %), there was no patient s age (51,54 %), there was no patient s gender (65,53 %), and there was no patient s weight (100%). In regard to the evaluation value, there were only 3 pharmacies whose cabinets had met the prevailing laws and regulations and 8 pharmacies was not comply with the regulations. Key words : Narcotics, storage of narcotics, administrative services, pharmacy. 1,2 Pharmaceutical Academy ISFI Banjarmasin 3 Pharmacies In The Banjarmasin North Subdistrict

3 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Narkotika adalah golongan obat yang bisa digunakan dalam hal pengobatan dan juga pengembangan ilmu pengetahuan. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintesis maupun semi sintesis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan kedalam beberapa golongan (DepKes RI, 2009). Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika disebutkan bahwa narkotika di satu sisi merupakan obat atau bahan yang bermanfaat di bidang pengobatan atau pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan di sisi lain dapat pula menimbulkan ketergantungan yang sangat merugikan apabila disalahgunakan atau digunakan tanpa pengendalian dan pengawasan yang ketat dan seksama. Narkotika apabila dipergunakan secara tidak teratur menurut takaran / dosis akan dapat menimbulkan bahaya fisik dan mental bagi yang menggunakannya serta dapat menimbulkan ketergantungan pada pengguna itu sendiri (DepKes RI, 2009). Peredaran narkotika secara gelap akan menimbulkan akibat yang sangat merugikan perorangan maupun masyarakat khususnya generasi muda

4 bahkan dapat menimbulkan bahaya yang lebih besar bagi kehidupan dan nilai nilai budaya bangsa yang pada akhirnya akan dapat melemahkan ketahanan nasional. Menurut United Nations Office On Drugs And Crime yang merupakan salah satu lembaga PBB yang menangani masalah penyalahgunaan narkoba memperkirakan sekitar 149 sampai 272 juta orang atau 3,3% sampai 6,1% dari penduduk usia tahun di dunia pernah menggunakan narkoba sekali selama hidupnya. Sekitar separuh dari jumlah pengguna tersebut, saat ini masih menggunakan narkoba minimal satu kali dalam sebulan terakhir sebelum survei dilakukan. Tingkat prevalensi sebagian besar tetap stabil dari tahun-tahun sebelumnya, dimana jumlah pengguna narkoba bermasalah diperkirakan antara 15 sampai 39 juta (BNN, 2011). Di Indonesia diperkirakan jumlah penyalahgunaan narkoba setahun terakhir sekitar 3,1 juta sampai 3,6 juta orang atau setara dengan 1,9% dari populasi penduduk berusia tahun di tahun Diperkirakan tingkat penyalahgunaan narkoba akan semakin marak dalam beberapa tahun ke depan. Hasil proyeksi memperkirakan angka prevalensi penyalahgunaan narkoba akan meningkat sekitar 2,6% di tahun 2013 (BNN, 2011). Pemerintah memiliki tanggung jawab dalam pembinaan dan pengawasan terhadap semua hal yang terkait dengan narkotika. Pembinaan dan pengawasan tersebut adalah dengan menjamin ketersedian narkotika untuk pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan meng-

5 awasi agar tidak terjadinya penyalahgunaan narkotika. Dalam melaksanakan tanggung jawab tersebut pemerintah menerbitkan peraturan yaitu UU RI No. 35 Tahun 2009 tentang tata cara pengelolaan Narkotika dan PerMenKes No. 28/MenKes/Per/1978 tentang tata cara penyimpanan narkotika. Salah satu tempat pengelolaan dan penyimpanan narkotika adalah apotek. Apotek adalah tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat (Anonim, 2004). Pengelolaan dan penyimpanan narkotika di apotek sangatlah penting karena narkotika merupakan golongan obat yang dapat membahayakan jika terjadi penyalahgunaan. Disini apoteker dan tenaga teknis kefarmasian (TTK) memiliki tanggung jawab profesional untuk menginformasikan mengenai efek yang tidak dikehendaki (adverse reaction) yang terjadi pada pasien yang menggunakan obat tersebut serta untuk mendorong anggota masyarakat agar memperlakukan obat tersebut sebagai produk khusus yang harus dipergunakan dan disimpan secara hati-hati, dan tidak boleh digunakan tanpa indikasi yang jelas. Angka penyalahgunaan narkotika di Banjarmasin (Kalimantan Selatan) mencapai 1,9% (BNN, 2011). Diperkirakan tingkat penyalahgunaan narkotika di Banjarmasin akan semakin meningkat. Penyalahgunaan narkotika tersebut menjadi masalah penting yang harus dibenahi sehingga pengadaan dan pengelolaan narkotika dapat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

6 Berdasarkan permasalahan di atas dilakukan penelitian secara deskriptif pada beberapa apotek di Kecamatan Banjarmasin Utara karena merupakan kecamatan terluas kedua di Banjarmasin dan belum pernah dilakukan penelitian tentang penyimpanan dan pelayanan administratif narkotika di wilayah tersebut. Penelitian dilakukan untuk mengetahui apakah apotek yang berada dalam wilayah Kecamatan Banjarmasin Utara telah menerapkan peraturan peraturan tersebut.