SIMULASI ESTIMASI POPULASI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SIMULASI ESTIMASI POPULASI"

Transkripsi

1 SIMULASI ESTIMASI POPULASI I. PENDAHUALUAN A. Latar Belakang Ekologi adalah ilmu yang membicarakan tentang hubungan timbal balik antara organisme dan lingkungannya serta antara organisme itu sendiri. Dalam proses hubungan timbal balik atau interaksi ini, organisme saling mempengaruhi satu dengan yang lain dan dengan lingkungan sekitar, begitu pula lingkungan mempengaruhi kegiatan hidup organisme. Semua individu yang hidup dalam suatu daerah membentuk suatu populasi. Dan beberapa populasi spesies yang cenderung untuk hidup bersama di suatu daerah geografis tertentu membentuk suatu komunitas ekologi dimana suatu komunitas tersebut beserta lingkungan fisik dan kimia disekelilingnya secara bersama-sama membentuk suatu ekositem yang dipelajari dalam ekologi Di dalam lingkungan terjadi interaksi kisaran yang luas dan kompleks. Ekologi merupakan cabang ilmu biologi yang menggabungkan pendekatan hipotesis deduktif, yang menggunakan pengamatan dan eksperimen untuk menguji penjelasan hipotesis dari fenomena-fenomena ekologis. Pada praktikum ini, kita mencoba untuk mensmulasi sebuah populasi. Dengan menggunakan kancing, kita akan mencoba menghitung jumlah pupulasi dengan menggunakan metoda eschmeyer dan Schumacher.

2 B. Tujuan Adapun tujuan dari praktikum ini adalah : 1. Menduga sebuah populasi dengan metode eschmeyer dan Schumacher. 2. Mengaplikasikan metode CMRR pada pengestimasian popolasi.

3 II. TINJAUAN PUSTAKA Populasi didefinisikan sebagai kelompok kolektif organisme. Organisme dan spesies yang sama ( kelompok-kelompok lain di mana individu-individu dapat bertukar informasi genetika ) menduduki ruang atau tempat tertentu, memiliki berbagai ciri atau sifat yang merupakan sifat milik individu di dalam kelompok itu. Populasi mempunyai sejarah hidup dalam arti mereka tumbuh, mengadakan pembedaan-pembedaan dan memelihara diri seperti yang dilakukan oleh organisme. Sifat-sifat kelompok seperti laju kelahiran, laju kematian, perbandingan umur, dan kecocokan genetik hanya dapat diterapkan pada populasi (Resosoedarmo, 1990). Populasi adalah kumpulan individu sejenis yang hidup pada suatu daerah dan waktu tertentu. Contoh populasi dari komunitas sungai dapat berupa populasi rumput, populasi ikan, populasi kepiting, popuasi kerang, populasi sumpil, dan lain-lain. Contoh populasi dari komunitas sawah dapat berupa populasi padi, populasi tikus, populasi ular, dan lain-lain. Antara populasi yang satu dengan populasi lain selalu terjadi interaksi baik secara langsung maupun tidak langsung dalam komunitasnya. Contoh interaksi antarpopulasi adalah sebagai berikut (Heddy, 1986): 1. Alelopati Merupakan interaksi antar populasi, bila populasi yang satu menghasilkan zat yang dapat menghalangi tumbuhnya populasi lain. Contohnya, di sekitar pohon walnut (juglans) jarang ditumbuhi tumbuhan lain karena tumbuhan ini menghasilkan zat yang bersifat toksik. Pada mikroorganisme istilah alelopati dikenal sebagai anabiosa.contoh, jamur Penicillium sp. dapat menghasilkan antibiotika yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri tertentu.

4 2. Kompetisi Merupakan interaksi antarpopulasi, bila antar populasi terdapat kepentingan yang sama sehingga terjadi persaingan untuk mendapatkan apa yang diperlukan. Contoh, persaingan antara populasi kambing dengan populasi sapi di padang rumput. Semua makhluk hidup selalu bergantung kepada makhluk hidup yang lain. Tiap individu akan selalu berhubungan dengan individu lain yang sejenis atau lain jenis, baik individu dalam satu populasinya atau individu-individu dari populasi lain. Interaksi demikian banyak kita lihat di sekitar kita. Interaksi antar organisme dalam komunitas ada yang sangat erat dan ada yang kurang erat. Interaksi antarorganisme dapat dikategorikan sebagai berikut (Tarumingkeng, 1994): a. Netral Hubungan tidak saling mengganggu antarorganisme dalam habitat yang sama yang bersifat tidak menguntungkan dan tidak merugikan kedua belah pihak, disebut netral. Contohnya : antara capung dan sapi. b. Predasi Predasi adalah hubungan antara mangsa dan pemangsa (predator). Hubungan ini sangat erat sebab tanpa mangsa, predator tak dapat hidup. Sebaliknya, predator juga berfungsi sebagai pengontrol populasi mangsa. Contoh : Singa dengan mangsanya, yaitu kijang, rusa,dan burung hantu dengan tikus. c. Parasitisme Parasitisme adalah hubungan antarorganisme yang berbeda spesies, bilasalah satu organisme hidup pada organisme lain dan mengambil makanan dari hospes/inangnya sehingga bersifat merugikan inangnya. d. Komensalisme Komensalisme merupakan hubunganantara dua organisme yang berbeda spesies dalam bentuk kehidupan bersama untuk berbagi sumber makanan; salah satu spesies diuntungkan dan spesies lainnya tidak dirugikan. Contohnya anggrek dengan pohon yang ditumpanginya. e. Mutualisme Mutualisme adalah hubungan antara dua organisme yang berbeda spesies yang saling menguntungkan kedua belah pihak. Contoh, bakteri Rhizobium yang hidup pada bintil akar kacang-kacangan. Capture Mark Release Recapture (CMMR) yaitu menandai, melepaskan dan menangkap kembali sampel sebagai metode pengamatan populasi. Merupakan metode yang umumnya

5 dipakai untuk menghitung perkiraan besarnya populasi. Populasimerupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Hal yang pertama dilakukan adalah dengan menentukan tempat yang akan dilakukan estimasi, lalu menghitung dan mengidentifikasinya (Resosoedarmo, 1990). Metode Capture-Recapture seringkali sulit digunakan untuk menduga ukuran populasi alami. Hal ini disebabkan karena asumsi-asumsi dalam metode Capture-Recapture sulit dilaksanakan di lapangan. Untuk itu dilakukan metode Removal Sampling yang tidak melepaskan kembali hewan yang telah disampling. Contoh metode Removal Sampling adalah Metode Zippin yang dilakukan dengan cara penangkapan pertama tidak dilepaskan kembali, kemudian dalam jangka waktu tertentu dilakukan kembali penangkapan kedua dan juga hewan tidak dilepaskan kembali. Sehingga dengan menggunakan persamaan Zippin dapat diduga populasi hewan dalam suatu areal (Umar, 2009).

6 III. METODOLOGI KERJA A. Waktu dan Tempat Praktikum dlaksanakan pada tanggal 7 november Bertempat di laboratorium ekologi. Jurusan Biologi. Fakultas metematika dan ilmu pengetahuan alam. Universitas lampung. B. Alat dan bahan Adapun alat dan bahan yang dibutuhkan dalam praktikum ini adalah : Toples plastic, kancing dalam 2 warna.kertas estimasi, dan kalkulator. C. Cara kerja 1. memasukkan sejumlah kancing berwarna biru pada sebuah toples. 2. mengambil secara acak kancing-kancing tersebut, lalu menghitung berapa kancing yang terambil. 3. mengganti sejumlah kancing biru yang terambil tersebut dengan kancing warna coklat, sebagai individu yang di tandai. 4. melakukan kembali hal yang sama seperti kegiatan 2 & 3. 5.bila kancing coklat terambil kembali, maka tidak perlu di ganti dengan kancing lain. 6. melakukan pencatatan terhadap pengambilan sebanyak 10 kali.

7 IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN A. Data pengamatan Table.1 data estimasi populasi A C M T R M 2 C.M 2 M.R R 2 R 2 /C , , , , , , , ,3888 Jumlah ,0269 B. Pembahasan Kepadatan populasi satu jenis atau kelompok hewan dapat dinyatakan dalam dalam bentuk jumlah atau biomassa per unit, atau persatuan luas atau persatuan volume atau persatuan penangkapan. Kepadatan pupolasi sangat penting diukur untuk menghitung produktifitas, tetapi untuk membandingkan suatu komunitas dengan komnitas lainnya parameter ini tidak begitu tepat. Untuk itu biasa digunakan kepadatan relatif. Kepadatan relatif dapat dihitung dengan membandingkan kepadatan suatu jenis

8 dengan kepadatan semua jenis yang terdapat dalam unit tersebut. Kepadatan relatif biasanya dinyatakan dalam bentuk persentase. Perhitungan populasi baik untuk hewan maupun tumbuhan dapat dilaksanakan dengan dua cara yaitu secara langsung dan tidak langsung. Secara tidak langsung yaitu dengan perkiraan besarnya populasi sedemikian rupa sesuai dengan sifat hewan atau tumbuhan yang akan dihitung. Misalnya untuk menghitung sampling populasi rumput di padang rumput dapat digunakan metode kuadarat rumput, untuk hewan-hewan besar dapat dilakukan dengan metode track count atau fecal count, sedangkan untuk hewan yang relatif mudah ditangkap misalnya tikus, belalang atau burung dapat diperkirakan populasinya dengan metode capture mark release recapture (CMRR). Metode CMRR dapat di terapkan dengan asumsi- asumsi bahwa : a. Hewan yang ditandai tidak terpengaruh oleh tanda dan tanda tidak mudah hilang. b. Hewan yang ditandai harus tercampur secara homogen dalam populasi. c. Populasi harus dalam sistem tertutup (tidak ada migrasi atau migrasi dapat dihitung). d. Tidak ada kelahiran atau kematian selama periode sampling. e. Hewan yang ditangkap sekali atau lebih, tidak mempengaruhi hasil sampling selanjutnya. f. Populasi sampling secara random dengan asumsi semua kelompok umur dan jenis kelamin dapat ditangkap serta semua individu mempunyai kemampuan yang sama untuk ditangkap. g. Sampling dilakukan dengan interval waktu yang tetap. Penandaan yang dilakukan pada individu dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti dengan menggunakan cat yang sukar luntur, dengan memotong bagian sirip atau bulu di sayap, dengan menggunakan cincin penanda, atau untuk teknologi yang modern dapat dilakukan dengan menggunakan chip yang dapat memberikan sinyal. Selagi tanda resebut tidak menggangu aktifitas hidup dari organisme yang di tandai. Bila kita ingin langsung mengestimasi populasi, biasanya data akan menjadi bias, hal ini dikarenakan sulit menemukan nilai pasti suatu kelompok makhluk hidup pada daerah terbuka, kecuali individu tersebut terisolasi. Sulitnya mendapatkan nilai pasti dari suatu populasi

9 dikarenkan gangguan-gangguan yang datang dari lingkungan tempat populasi tersebut tinggal, bisa saja suatu populasi yang diamati mengalami kematian akibat suatu penyakit atau kegiatan predasi oleh organisme yang dalam rantai makan merupakan pemakan individu yang sedang diamati tersebut. Pada praktikum, kancing berwarna biru dianggap sebagai individu yang belum di tandai, sedangkan kancing biru yang terambil akan di gantikan oleh kancing coklat yang dianggap sebagai indivudu yang tertangkap dan di tandai. Saat terambil misalkan 10 buah berwarna biru, maka akan di ganti dengan sejumlah yang diambil dengan kancing warna coklat dan dikembalikan kembali ke toples untuk mengaplikasikan release pada metode CMRR. Pada saat praktikum terdapat beberapa jenis simbol antara lain: S : menandai banyak kali pengambilan C : untuk menyatakan jumlah kancing yang terambil pada pengambilan ke n M : untuk menyatakan jumlah individu baru yang di tandai pada pengambilan ke n a + n b T : untuk menyatakan jumlah individu tertangkap yang belum tertandai R : untuk menyatakan individu yang tertangkap lagi pda pengambilan ke n, namun sudah bertanda. Pada hasil perhitungan (terlampir) di dapati bahwa dengan menggunakn perhitungan rumus schaumacher dan eschmeyer, nilai a adalah 514, 0534 sedangkan nilai variancenya di dapat b = 0,1139. Dengan diketahuinya nilai a dan b nya maka dapat dihitung nilai standar erornya yaitu sebesar 70, 818. Besarnya nilai dari standar eror ini diakibatkan karena jumlah pengambilan sampel yang tidak konsistan, terkadang terambil sedikit, kadang pula terambil banyak. Dengan tingginya nilai standar eror ini maka dapat dinyatakan bahwa simulasi estimasi yang dilakukan datanya tidak baik atau tidak valid.

10 V. KESIMPULAN Adapun kesimpulan yang dapat di ambil dari praktikum ini adalah : 1. Data hasil estimasi dinyatakan tidak baik 2. Ketidakbaikan data di karenakan nilai standar erornya besar 3. Besarnya nilai SE karena pengmbilan individu tidak konsisten jumlahnya.

11 DAFTAR PUSTAKA Heddy, Suwasono Pengantar Ekologi. CV Rajawali. Jakarta. Resosoedarmo, Soedjiran Pengantar Ekologi. PT Remaja Rosdakarya. Jakarta. Soegianto, Agoes Ekologi Kuantitatif. Penerbit Usaha Nasional. Surabaya. Tarumingkeng, R. C Dinamika Populasi Kajian Ekologi Kuantitatif.Pustaka Sinar Harapan. Jakarta. Umar, M. Ruslan Ekologi Umum Dalam Praktikum. Universitas Hasanuddin. Makassar. METODE SAMPLING BIOTIK UNTUK MENDUGA POPULASI HEWAN BERGERAK NAMA NIM KELOMPOK : KHAERUNNISA : H : VIII (DELAPAN) B HARI/TANGGAL : SELASA/ 18 MARET 2014 ASISTEN : RISPAH HAMZAH SAKINAH JULIANTI

12 LABORATORIUM ILMU LINGKUNGAN DAN KELAUTAN JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2014 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Suatu populasi adalah suatu kelompok individu terlokalisir digolongkan sebagai spesies yang sama. Sampai saat ini, kita akan mendefinisikan spesies sebagai suatu kelompok populasi yang tiap individunya mempunyai potensi untuk saling mengawini dan menghasilkan keturunan yang subur di alam bebas. Masing-masing spesies memiliki suatu wilayah geografis tempat individu tersebar secara tidak merata, tetapi pada umumnya terpusat pada beberapa terlokalisir(campbell, dkk., 2003). Kepadatan populasi satu jenis atau kelompok hewan dapat dinyatakan dalam dalam bentuk jumlah atau biomassa per unit, atau persatuan luas atau persatuan volume atau persatuan penangkapan.kepadatan populasi sangat penting diukur untuk menghitung produktifitas, tetapi untuk membandingkan suatu komunitas dengan komunitas lainnya parameter ini tidak begitu tepat.untuk itu biasa digunakan kepadatan relatif.kepadatan relatif dapat dihitung dengan membandingkan kepadatan suatu jenis dengan kepadatan semua jenis yang terdapat dalam unit tersebut.kepadatan relatif biasanya dinyatakan dalam bentuk persentase (Suin, 1989).

13 Dalam percobaan ini akan dilakukan pendugaan populasi dari suatu areal dengan menggunakan metode Lincoln-peterson dan metode Zippin, serta untuk melatih dalam menerapkan teknis-teknis sampling organisme dan rumus-rumus sederhana dalam analisis populasi. I.2 Tujuan Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk menduga atau mengetahui populasi dari suatu areal dengan menggunakan metode Lincoln-Peterson dan metode Zippin. 2. Melatih keterampilan mahasiswa dalam menerapkan teknik-teknik sampling organisme dan rumus-rumus sederhana dalam analisis populasi. I.3 Waktu dan Tempat Percobaan Percobaan mengenai metode sampling untuk menduga populasi hewan bergerak dilaksanakan pada hari Selasa, 25 Maret 2014, pukul WITA, bertempat di Laboratorium Biologi Dasar, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar. Pengambilan sampel dilakukan pada hari Senin dan Selasa, Maret 2014, pukul WITA, bertempat di Danau Universitas Hasanuddin.

14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kepadatan populasi satu jenis atau kelompok hewan dapat dinyatakan dalam dalam bentuk jumlah atau biomassa per unit, atau persatuan luas atau persatuan volume atau persatuan penangkapan. Kepadatan pupolasi sangat penting diukur untuk menghitung produktifitas, tetapi untuk membandingkan suatu komunitas dengan komnitas lainnya parameter ini tidak begitu tepat. Untuk itu biasa digunakan kepadatan relatif. Kepadatan relatif dapat dihitung dengan membandingkan kepadatan suatu jenis dengan kepadatan semua jenis yang terdapat dalam unit tersebut. Kepadatan relatif biasanya dinyatakan dalam bentuk persentase (Suin, 1989). Populasi ditafsirkan sebagai kumpulan kelompok makhluk yang sama jenis (atau kelompok lain yang individunya mampu bertukar informasi genetik) yang mendiami suatu ruangan khusus, yang memiliki berbagai karakteristik yang walaupun paling baik digambarkan secara statistik, unik sebagai milik kelompok dan bukan karakteristik individu dalam kelompok itu (Soetjipta,1992). Ukuran populasi umumnya bervariasi dari waktu, biasanya mengikuti dua pola. Beberapa populasi mempertahankan ukuran poulasi mempertahankan ukuran populasi, yang relatif konstan sedangkan pupolasi lain berfluktasi cukup besar. Perbedaan lingkungan yang pokok adalah suatu eksperimen yang dirangsang untuk meningkatkan populasi grouse itu. Penyelidikan tentang dinamika populasi, pada hakikatnya dengan keseimbangan antara

15 kelahiran dan kematian dalam populasi dalam upaya untuk memahami pada tersebut di alam (Naughhton, 1973). Suatu populasi dapat juga ditafsirkan sebagai suatu kelompok yang sama. Suatu populasi dapat pula ditafsirkan sebagai suatu kolompok makhuk yang sama spesiesnya dan mendiami suatu ruang khusus pada waktu yang khusus. Populasi dapat dibagi menjadi deme, atau populasi setempat, kelompok-kelompok yang dapat saling membuahi, satuan kolektif terkecil populasi hewan atau tumbuhan. Populasi memiliki beberapa karakteristik berupa pengukuran statistik yang tidak dapat diterapkan pada individu anggota populasi.karakteristik dasar populasi adalah besar populasi atau kerapatan (Naughhton, 1973). Kerapatan populasi ialah ukuran besar populasi yang berhubungan dengan satuan ruang, yang umumnya diteliti dan dinyatakan sabagai cacah individu atau biomassa per satuan luas per satuan isi. Kadang kala penting untuk membedakan kerapatan kasar dari kerapatan ekologik (kerapatan spesifik). Kerapatan kasar adalah cacah atau biomassa persatuan ruang total, sedangkan kerapatan ekologik adalah cacah individu biomassa persatuan ruang habitat. Dalam kejadian yang tidak praktis untuk menerapkan kerapatan mutklak suatu populasi.dalam pada itu ternyata dianggap telah cukup bila diketahui kerapan nisbi suatu populasi. Pengukuran kerapatan mutlak ialah dengan cara (Soetjipta, 1992) : 1. Penghitungan menyeluruh yaitu cara yang paling langsung untuk mengerti berapakah makhluk yang di pertanyakan di sutau daerah adalah menghitung makhluk tersebut semuanya. 2. Metode cuplikan yaitu dengan menghitung proporsi kecil populasi seperti metode Lincoln- Peterson Model Peterson menangkap sejumlah individu dari sujumlah populasi hewan yang akan dipelajari. Individu yang ditangkap itu diberi tanda kemudian dilepaskan kembali dalam beberapa waktu yang singkat. Setelah itu dilakukan pengambilan (Penangkapan Ke 2

16 terhadap sejumlah individu dari populasi yang sama). Dari penangkapan kedua inilah diidentifikasi individu yang bertanda yang berasal dari penangkapan pertama dan individu yang tidak bertanda dari hasil penangkapan ke dua. Metode schanebel ini dapat digunakan untuk mengurangi ke tidak validan dalam metode Paterson. Metode ini membutuhkan asumsi yang sama dengan metode Peterson yang ditambahkan dengan asumsi bahwa ukuran populasi harus konstan dari suatu periode sampling dengan periode berikutnya. Pada metode ini penangkapan penandaan dan pelepasan hewan dilakukan lebih dari 2 kali. Untuk setiap periode sampling semua hewan yang belum bertanda diberi tanda dan dilepaskan kembali (Tarumingkeng, 1994). Capture Mark Release Recapture (CMMR) yaitu menandai, melepaskan dan menangkap kembali sampel sebagai metode pengamatan populasi. Merupakan metode yang umumnya dipakai untuk menghitung perkiraan besarnya populasi. Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Hal yang pertama dilakukan adalah dengan menentukan tempat yang akan dilakukan estimasi, lalu menghitung dan mengidentifikasinya, dan hasil dapat dibuat dalam sistem daftar ( Naughhton,1973). Suatu populasi dapat pula ditafsirkan sebagai suatu kolompok makhuk yang sama spesiesnya dan mendiami suatu ruang khusus pada waktu yang khusus. Karakteristik dasar populasi adalah besar populasi atau kerapatan. Pengukuran kerapatan mutlak ialah dengan cara penghitungan menyeluruh yaitu cara yang paling langsung untuk mengerti berapakah makhluk yang di pertanyakan di sutau daerah adalah menghitung makhluk tersebut semuanya dan metode cuplikan yaitu dengan menghitung proporsi kecil populasi pada rumus Paterson. Untuk metode sampling biotik hewan bergerak biasanya digunakan metode

17 capture-recapture merupakan metode yang sederhana untuk menduga ukuran populasi dari suatu spesies hewan yang bergerak cepat seperti ikan, burung dan mamalia kecil. Metode CMMR ini dilakukan dengan mengambil dan melepaskan sejumlah kancing yang dianggap sebagai besarnya populasi yang ada menggunakan kancing hitam dan putih yang danggap sebagai populasi yang tersebar di alam. Hasil memperlihatkan banyaknya populasi yang ditandai dengan kancing berawarna putih dan akan ditandai dengan kancing hitam ( Naughhton,1973). Metode CMR dapat digambarkan dengan menangkap hewan, menandainya, melepaskan, dan kemudian ditangkap kembali. Dalam melakukan metode CMR untuk menghitung kepadatan populasi suatu kelompok hewan ada beberapa hal yang hendaknya diperhatikan, (Yoan, 2012), antara lain: a. Tanda yang diberikan pada hewan tersebut tidak memnuat hewan merasaterganggu. b. Hewan yang bertanda harus menyebar secara merata dengan hewan yang tidak bertanda dalam populasi tersebut. c. Tidak boleh ada perpindahan penduduk populasi tersebut baik masuk ataupun keluar. d. Tidak ada kelahiran ataupun kematian. e. Sampling yang dilakukan harus secara random. Bila jumlah unsur populasi itu terlalu banyak, padahal kita ingin menghemat biaya dan waktu, kita harus puas dengan sampel. Karakteristik sampel disebut statistik. Kita sebetulnya tidak tertarik pada statistik. Kita ingin menduga secara cermat parameter dart statistik. Metode pendugaan inilah yang dikenal sebagai teori sampling. Ini berarti sampel harus mencerminkan semua unsur dalam populasi secara proporsional. Sampel seperti itu dikatakan sampel tak bias (unibased sample) atau sampel yang representatif. Sebaliknya sampel bias adalah sampel yang tidak memberikan kesempatan yang sama pada semua unsur populasi untuk dipilih. Memang, sampel mungkin menunjukkan karakteristik yang menyimpang dari karakteristik populasi. Penyimpangan dari karakteristik populasi disebut galat sampling (sampling error). Jadi, galat sampling adalah perbedaan antara hasil

18 yang diperoleh dari sampel dengan hasil yang didapat dari sensus. Statistik dapat membantu kita menentukan sampling error hanya bila kita menggunakan sampel tak bias (Ariwulan, 2010). Sampel tak biasa adalah sampel yang ditarik berdasarkan probabilitas (probability sampling). Dalam sampel probabilitas, setiap unsur populasi mempunyai nilai kemungkinan tertentu untuk dipilih. Dalam sampel ini mengasumsikan kerandoman (randomness), maka sampel probabilitas lazim juga disebut sebagai sampel random.bila kita mengambil sampel tertentu berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu, kita memperoleh sampel pertimbangan (judgemental sampling), disebut juga sample non-probabilitas. Untuk kedua jenis sampling ini, ada beberapa alternatif teknik penelitian sampel. Teknik penarikan sampel sering disebut rencana sampling atau rancangan sampling (sampling design) (Ariwulan, 2010). Penarikan sampel secara random sistematis (Systematic Random Sampling) teknik ini merupakan pengembangan teknik sebelumnya hanya bedanya teknik ini menggunakan urutan-urutan yang alami. Caranya ialah pilih secara random dimulai dari antara angka 1 dan integer yang terdekat terhadap ratio sampling (N/n) kemudian pilih item-item dengan interval dari integer yang terdekat terhadap ratio sampling. Keuntungan menggunakan sampel ini ialah peneliti menyederhanakan proses penarikan sampel dan mudah dicek, dan menekan keanekaragaman sampel. Kerugian ialah apabila interval berhubungan dengan pengurutan periodik suatu populasi, maka akan terjadi keanekaragaman sampel (Proyono, 2008).

19 BAB III METODE PERCOBAAN III.1 Alat Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah botol sampel dan sweeping net. III.2 Bahan Bahan yang digunakan untuk percobaan ini adalah serangga yang terdapat pada areal yang akan diamati dan tinta cina. III.3 Cara Kerja

20 Cara kerja dalam percobaan ini sebagai berikut: III.3.1 Cara pengambilan sampel : A. Metode Lincoln-Peterson 1. Ditentukan areal yang akan diamati, kemudian dilakukan penangkapan hewan pada lokasi tersebut (Penangkapan periode I). 2. Ditangkap hewan dengan menggunakan sweeping net. 3. Dilakukan tiga kali sampling, setiap sampling terdiri dari 10 langkah maju dan 10 langkah mundur. 4. Dikumpul hasil penangkapan dan diberi tanda pada bagian tertentu ditubuhnya, selanjutnya dilepaskan kembali dihabitatnya, dicatat jumlahnya (M). 5. Dilakukan Penangkapan periode II keesokan harinya, dilakukan cara kerja no. 1 sampai dengan no Dicatat jumlah semua hewan yang tertangkap (n) dan diperiksa/dihitung jumlah hewan bertanda yang tertangkap (R) dalam penangkapan kedua. 7. Dilakukan perhitungan pendugaan populasi dengan menggunakan metode Lincoln-peterson. B. Metode Zippin 1. Ditentukan areal yang akan diamati, kemudian dilakukan penangkapan hewan pada lokasi tersebut (Penangkapan I) 2. Ditangkap hewan dengan menggunakan sweeping net. 3. Dilakukan tiga kali sampling, setiap sampling terdiri dari 10 langkah maju dan 10 langkah mundur. 4. Dikumpul hasil penangkapan I dan dihitung jumlahnya, hewan tidak ditandai dan tidak dilepas kembali kehabitatnya. 5. Dilakukan penangkapan II keesokan harinya, dilakukan cara kerja no. 1 sampai dengan no Dari hasil penangkapan I dan II, dilakukan perhitungan pendugaan populasi dengan menggunakan metode Zippin. III.3.2 Cara kerja di laboratorium A. Metode Lincoln-Peterson 1. Serangga yang diperoleh kemudian dihitung dengan ketentuan M adalah jumlah individu yang ditangkap pada penangkapan pertama dan ditandai, n adalah jumlah individu tertangkap pada penangkapan kedua baik yang bertanda maupun tidak, dan R adalah individu yang bertanda yang tertangkap pada penangkapan kedua. 2. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan metode Lincoln-Peterson.

21 B. Metode Zippin 1. Serangga yang terdapat di dalam botol sampel 1 dan 2 kemudian dihitung sebagai nilai untuk n 1 dan n Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan metode Zippin. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV. 1 Hasil IV Tabel a. Pengamatan Metode Capture-Recapture Tabel 1. Pengamatan Metode Capture-Recapture

22 No. Parameter Jumlah (N) 1. M 7 2. N 6 3. R 0 Keterangan: M: jumlah individu tertangkap pada penangkapan pertama dan ditandai n: jumlah individu tertangkap pada penangkapan kedua (bertanda atau tidak) R: jumlah individu ber4tanda yang tertangkap pada penangkapan kedua N: jumlah total individu populasi b. Pengamatan Metode Zippin Tabel 2. Pengamatan Metode Zippin No. Parameter Jumlah 1. N N 2 8 IV Analisis Data a. Metode Capture-Recapture 1. Pendugaan Populasi N = N = N = - 2. Kesalahan Baku SE = SE = SE = - 3. Selang Kepercayaan N ± (t) (SE) t = (dk α) = ((6-2)(0,01)) = ((4)(0,01)) = 0,04 Dimana ; dk = Derajat kebebasan α = Tingkat singnifikan (0,01) Jadi, selang kepercayaannya adalah = ± (0,04)( )

23 b. Metode Zippin 1. Pendugaan Populasi N = N = N = Kesalahaan Baku SE = = = 44,89 3. Selang Kepercayaan N ± (t) (SE) t = (dk α) = ((n-2)(0,01)) = ((-18-(2))(0,01)) = - 0,2 Dimana ; dk = Derajat kebebasan α = Tingkat singnifikan (0,01) Jadi, selang kepercayaannya adalah = -18 ± (-0,2) (44,89) IV.2 Pembahasan Pada percobaan ini digunakan dua metode sampling, yang pertama metode Capture Recapture melalui Metode Linclon Peterson dan yang kedua metode removal sampling

24 melalui metode Zippin. Pada Metode Lincoln Peterson dilakukan dengan cara menangkap serangga kemudian serangga yang ditangkap pada penangkapan pertama kemudian ditandai. Serangga yang diperoleh pada penangkapan pertama sebanyak 7 yang kemudian ditandai dan setelah itu serangga tersebut dilepaskan kembali, dalam selang satu hari, kemudian dilakukan penangkapan ulang pada areal tempat penangkapan serangga yang pertama, hasilnya diperoleh serangga sebanyak 6 ekor namun diantara serangga ini tidak ada satupun serangga yang bertanda pada penangkapan pertama yang kembali ditangkap pada penangkapan yang kedua. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan Metode Lincoln Peterson, hasil yang diperoleh dimana nilainya sama dengan tak terhingga karena R=0, pembagi nol menyebabkan hasil yang diperoleh tidak berhingga. Dapat disimpulkan bahwa lingkungan tempat pengambilan sampel tersebut terjadi migrasi. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu adanya dorongan mencari makanan, menghindari predator, atau mungkin karena terbawa angin atau air karena pada saat penangkapan hari kedua tidak ada serangga yang ditandai (penangkapan pertama). Peristiwa ini terjadi karena kemungkinan besar serangga tersebut dimakan oleh predator, dan terjadi migrasi akibat adanya beberapa faktor di atas. Hal lainnya dikarenakan serangga yang ditangkap sebagian besar berukuran sangat kecil sehingga kemungkinan tertangkapnya kembali sangat sulit, dan areal tersebut kemungkinan bukan merupakan habitat dari serangga itu sehingga pad penangkapan yang kedua tidak diperoleh kembali serangga yang bertanda. Metode Capture recapture seringkali sulit digunakan untuk menduga populasi alami. Hal ini disebabkan karena asumsi-asumsi dalam metode Capture recapture pada kenyataannya sulit dilaksanakan di lapangan seperti halnya yang terjadi didalam percobaan dimana nilai yang diperoleh tidak mampu untuk menduga secara valid populasi hewan di areal tersebut.

25 Metode lainnya yang digunakan dalam percobaan ini adalah melalui metode Zippin dimana melaui metode ini dilakukan penangkapan pada serangga yang tidak dilepaskan kembali (n 1 ), kemudian dalam jangka waktu tertentu dilakukan kembali penangkapan kedua dan juga tidak dilepaskan kembali (n 2 ). Dari hasil yang diperoleh kemudian dianalisis dengan meggunakan metode Zippin dimana diperoleh jumlah individu sebanyak 18 dengan standart error sebesar 44,89 dan selang kepercayaan antara-18 ± (-0,2) (44,89). Hal-hal yang mungkin menyebabkan terjadinya perbedaan kesalahan pada percobaan adalah cara penangkapan serangga, luas area, kondisi lingkungan dan suhu sekitar lingkungan.

26 BAB V PENUTUP V.1 Kesimpulan Dari hasil pengambilan sampel dan pengujian dengan menggunakan Metode Lincoln Peterson dan Metode Zippin, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Berdasarkan Metode Lincoln Peterson diperoleh jumlah populasi yang tidak terbatas sedangkan dengan menggunakan Metode Zippin diperoleh jumlah populasi sebesar 18. Halhal yang mungkin menyebabkan terjadinya perbedaan kesalahan pada percobaan adalah cara penangkapan serangga, luas area, kondisi lingkungan dan suhu sekitar lingkungan. 2. Teknik-teknik sampling organism diantaranya termasuk metode Lincoln Peterson dan metode Zippin yang mana data yang diperoleh nantinya akan dimasukkan kedalam rumus-rumus sederhana untuk menganalisis populasinya. V.2 Saran Saran mengenai percobaan ini sebaiknya tinta yang digunakan merupakan tinta yang tidak mudah luntur ketika terkena air. DAFTAR PUSTAKA

27 Campbell, N. A., Reece, J. B., Urry, L. A., Cain, M. L., Wasserman, S. A., Minorsky, P. V., Jackson, R. B., 2003, Biologi, Erlangga, Jakarta. Naughhton, 1973, Ekologi Umum Edisi Ke 2, UGM Press,Yogyakarta. Proyono, 2008, Ekologi Kuantitatif, diakses pada hari Minggu tanggal 24 Maret 2014, pukul WITA. Soetjipta.1992, Dasar-dasar Ekologi Hewan, Dept DikBud DIKTI, Jakarta. Suin, N. M., 1989, Ekologi Hewan Tanah, Bumi Aksara, Jakarta. Tarumingkeng, R. C., 1994, Dinamika Populasi Kajian Ekologi Kuantitatif, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta. IDENTIFIKASI ESTIMASI POPULASI IKAN di KEBUN WISATA PENDIDIKAN UNNES A. Tujuan 1. Untuk memperkirakan besarnya populasi hewan (ikan) dengan menerapkan metode Lincoln- Petersen. 2. Untuk memperkirakan besarnya populasi hewan (ikan) dengan menerapkan metode Schnabel. B. Tinjauan Pustaka Populasi didefinisikan sebagai kelompok organisme dari jenis yang sama, menduduki ruang atau tempat tertentu, memiliki berbagai ciri atau sifat yang merupakan sifat dari individu di dalam kelompok itu. Populasi memiliki beberapa sifat antara lain kelahiran, laju kematian, perbandingan umur, kerapatan, kepadatan dan kecocokan genetik yang hanya dapat dijumpai pada suatu populasi tersebut. Karakteristik dasar dalam populasi adalah besar populasi atau kerapatan. Kerapatan populasi ialah ukuran besar populasi yang berhubungan dengan satuan ruang, yang umumnya diteliti dan dinyatakan sabagai cacah individu atau biomassa per satuan luas per satuan isi. Metode yang paling akurat untuk mengetahui kerapatan populasi adalah dengan cara menghitung seluruh individu yang dimaksud atau dengan kata lain sensus. Namun kondisi dan situasi alam atau lokasi penelitian sering tidak memungkinkan pelaksanaan hal tersebut, terutama pada perhitungan hewanyang bergerak.

28 Perhitungan populasi dapat dilaksanakan dengan dua cara yaitu secara langsung dan tidak langsung. Secara tidak langsung yaitu dengan perkiraan besarnya populasi sedemikian rupa sesuai dengan sifat hewan atau tumbuhan yang akan dihitung. Misalnya untuk sampling populasi rumput di padang rumput dapat digunakan metode kuadrat rumput, untuk hewanhewan besar dapat dilakukan dengan metode track count ataufecal count, sedangkan untuk hewan yang relatif mudah ditangkap misalnya tikus, belalang atau burung dapat diperkirakan populasinya dengan metode Capture Mark Release Recapture (CMMR). Metode CMMR secara sederhana adalah menangkap hewan, menandai, melepaskan dan menangkap kembali. Kadang-kadang ada beberapa hewan yang bersifat suka ditangkap (trap happy) atau susah ditangkap (trap shy). Ada beberapa asumsi dalam penerapan metode CMMR, antara lain: Hewan yang ditandai tidak terpengaruh oleh tanda dan tanda tidak mudah hilang Hewan yang ditandai harus tercampur secara homogen dalam populasi Populasi harus dalam sistem tertutup (tidak ada migrasi atau migrasi dapat dihitung) Tidak ada kelahiran atau kematian selama periode sampling Hewan yang ditangkap sekali atau lebih, tidak mempengaruhi hasil sampling selanjutnya Populasi disampling secara random dengan asumsi semua kelompok umur dan jenis kelamin dapat ditangkap serta semua individu mempunyai kesempatan yang sama untuk ditangkap Sampling dilakukan dengan interval waktu yang tetap. Dalam menaksir jumlah populasi dapat digunakan 2 metode yaitu : 1. Metode Lincoln-Peterson Indeks Lincoln-Peterson juga disebut metode Mark and Recapture (juga dikenal sebagai Capture-Recapture) yaitu metode penandaan dan penangkapan kembali. Metode ini umumnya digunakan untuk penaksiran ukuran populasi, digunakan untuk menandai dalam satu kesempatan dan mencatat populasi individu yang tertandai dalam penangkapan atau pangambilan sampel pada ksempatan kedua (Anonim,2009). Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menerapkan metode Lincoln-Peterson : Aspek reproduksinya. Apakah kegiatan penangkapan tidak mengganggu tingkah laku dan aktivitas reproduksinya? Pola mortalitasnya Apakah ada pengaruh penandaan terhadap tingkah laku dan fungsi faal hewan?

29 Pola pergerakan musiman Teknik penangkapan 2. Metode Schnabel Untuk memperbaiki keakuratan metode Peterson (karena sampel yang diambil relatif kecil), dapat digunakan metode Scnhnabel. Metode Schanabel selain membutuhkan asumsi yang sama dengan metode Petersen, juga ditambahkan dengan asumsi bahwa ukuran populasi harus konstan pada periode sampling yang berikutnya. Pada metode ini, penangkapan, penandaan dan pelepasan kembali hewan dilakukan lebih dari 2 kali. Untuk setiap periode sampling, semua hewan yang belum bertanda diberi tanda dan dilepaskan kembali. C. Metode Penelitian a. Waktu dan Tempat Praktikum ini akan dilakukan di Kebun Wisata Pendidikan UNNES pada tanggal 8 November b. Alat dan Bahan Jaring ikan Kolam ikan Ikan merah dan ikan hitam Data Sheet c. Metode Pengambilan Data 1. Metode Lincoln-Peterson a. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan b. Menangkap ikan secara acak dengan cara menggarakkan jarring ikan dari ujung kolam satu ke ujung kolam lain. c. Menghitung jumlah ikan yang tertangkap dan memasukkan datanya kedalam data sheet. d. Mengganti ikan yang tertangkap dengan ikan yang berwarna lain (ikan merah) dengan jumlah yang sama e. Melepaskan ikan merah tersebut kedalam kolam dan membiarkannya sampai ikan-ikan merah tersebut membaur dengan ikan lain f. Menangkap ikan kembali secara acak dengan cara yang sama seperti pada penangkapan pertama g. Menghitung jumlah seluruh ikan yang tertangkap serta jumlah ikan (merah) yang tertangkap kembali h. Memasukkan data kedalam data sheet

30 2. Metode Schnabel a. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan b. Menangkap ikan secara acak dengan cara menggarakkan jarring ikan dari ujung kolam satu ke ujung kolam lain. c. Menghitung jumlah ikan yang tertangkap dan memasukkan datanya kedalam data sheet. d. Mengganti ikan yang tertangkap dengan ikan yang berwarna lain (ikan merah) dengan jumlah yang sama e. Melepaskan ikan merah tersebut kedalam kolam dan membiarkannya sampai ikan-ikan merah tersebut membaur dengan ikan lain f. Menangkap ikan kembali secara acak dengan cara yang sama seperti pada penangkapan pertama g. Menghitung jumlah seluruh ikan yang tertangkap serta jumlah ikan (merah) yang tertangkap kembali h. Memasukkan data kedalam data sheet i. Mengganti ikan (hitam) yang tertangkap dengan ikan (merah) dengan jumlah yang sama j. Melepaskan ikan yang sudah ditandai (diganti) kedalam kolam dan membarkannya sampai ikan-ikan merah tersebut membaur dengan ikan lain k. Melakukan langkah f-j sampai lima kali l. Memasukkan data yang diperoleh kedalam data sheet d. Metode Analisis Data 1. Metode Lincoln-Peterson a) Menentukan Besar Populasi Total Untuk menentukan besarnya populasi total ikan dalam kolam, digunakan rumus : Dengan : N = Besar populasi total M = Jumlah individu yang tertangkap pada penangkapan pertama n = Jumlah individu pada penangkapan kedua, terdiri dari individu tidak bertanda dan individu bertanda pada penangkapan pertama

31 R = Individu yang bertanda dari penangkapan pertama yang tertangkap kembali pada penangkapan kedua b) Perhitungan Standar Error (SE) Perhitungan standar error digunakan untuk menghitung kesalahan baku pada waktu penarikan sampel, untuk menghitung nilai SE digunakan rumus : Dengan : SE = Standar error M = Jumlah individu yang tertangkap pada penangkapan pertama n = Jumlah individu pada penangkapan kedua, terdiri dari individu tidak bertanda dan individu bertanda pada penangkapan pertama R = Individu yang bertanda dari penangkapan pertama yang tertangkap kembali pada penangkapan kedua c) Menentukan selang kepercayaan Selang kepercayaan didapat dari rumus : N ± t (SE) Dengan : N = Besar populasi total t = (df,α) dengan nilai df (derajat bebas) ~ dan α (tingkat signifikan) sebesar 0,05 SE = Standar error 2. Metode Schnabel a) Menentukan Besar Populasi Total Untuk menentukan besarnya populasi total ikan dalam kolam, digunakan rumus :

32 Dengan : N = Besar populasi total Mi = Jumlah individu yang tertangkap pada periode ke-i ditambah periode sebelumnya Ni = Jumlah individu pada periode ke-i Ri = Jumlah hewan yang tertangkap kembali pada periode ke-i b) Perhitungan Standar Error (SE) Perhitungan standar error digunakan untuk menghitung kesalahan baku pada waktu penarikan sampel, untuk menghitung nilai SE digunakan rumus : Dengan : SE = Standar error N = Besar populasi total Mi = Jumlah individu yang tertangkap pada periode ke-i ditambah periode sebelumnya Ni = Jumlah individu pada periode ke-i k = Jumlah periode sampling c) Menentukan selang kepercayaan N ± t (SE) Selang kepercayaan didapat dari rumus : Dengan :

33 N = Besar populasi total t = (df,α) dengan df (derajat bebas) ~ dan α (tingkat signifikan) sebesar 0,05 SE = Standar error

34 D. Hasil PengamatandanAnalisis Data 1. Metode Linclon-Peterson Periode Jumlah individu Jumlah hewan yang Jumlah hewan yang tertangkap tertangkap kembali diberi tanda 1 9 (M) (n) 8 (R) 11 N = 21,375 = 21 Keterangan : N : Besarnya populasi total M : Jumlah individu yang tertangkap pada penangkapan pertama dan diberi tanda n : Jumlah individu yang tertangkap pada penangkapan kedua, terdiri dari individu yang tidak bertanda dan individu bertanda pada penangkapan pertama R : Individu yang bertanda dari penangkapan pertama yang tertangkap kembali pada penangkapan kedua Rentang : a. Jumlah maksimal N ± t (SE) 21 ± 1,645 (1,92) ,645 (1,92)

35 = ,16 = 24,16 = 24 b. Jumlah minimal N ± t (SE) 21 ± 1,645 (1,92) 21-1,645 (1,92) = 21 3,16 = 17,84 = Metode Schnabel Period e Analisis Data : Jumlah hewan sampel (ni) Jumlah hewan yang tertangkap kembali (Ri) Jumlah hewan yang diberi tanda Jumlah akumulasi total hewan bertanda (Mi) (ni.mi) ni = 50 Ri = 6 Mi = 38 (ni.mi) = 875 Keterangan : N : Besarnya populasi total

36 Rentang : a. Jumlah minimal N ± t (SE) 146 ± 1,645 (E) ,645 (E) b. Jumlah maksimal N ± t (SE) 146 ± 1,645 (E) 146-1,645 (E)

37 E. Pembahasan Kegiatan simulasi sampling biotik yang dilakukan ini bertujuan untuk melihat estimasi populasi ikan pada suatu kolam yang dibuat dengan ukuran 200x100x30 cm. Dalam pengambilan data yang dilakukan digunakan metode Capture, Mark, Release and Recapture (CMRR). Metode CMRR dilakukan dengan menangkap ikan atau objek amatan, kemudian menandai objek amatan yang tertangkap, kemudian melepas objek amatan yang telah ditandai dan yang terakhir yaitu menangkap kembali objek amatan tersebut. Alasan menggunakan metode tersebut karena hewan yang menjadi objek amatan memiliki tingkat mobilitas yang tinggi. Pada penggunaan metode CMRR dilakukan dengan dua cara yaitu Metode Lincoln- Peterson dan metode Schnabel. Perbedaan kedua metode tersebut terletak pada banyaknya periode pengambilan sampel. Metode Lincoln-Peterson menggunakan dua kali pengambilan sampel, sedangkan pada metode Schnabel pengambilan sampel dilakukan dalam beberapa periode. Dalam penerapan metode Lincoln-Peterson harus diperhatikan beberapa syarat seperti misalnya ikan yang digunakan harus memiliki kesempatan yang sama untuk tertangkap, tidak terdapat perbedaan rasio antar masing-masing jenis ikan dan yang terpenting yaitu penyebaran ikan pada saat dilakukan penangkapan harus merata. Berdasarkan hasil analisis dari data pengamatan diketahui bahwa jumlah populasi total ikan dalam kolam tersebut memiliki rentang antara berdasarkan metode Lincoln- Peterson. Rentang tersebut didapatkan dari hasil penjumlahan dan pengurangan jumlah populasi total yaitu 21 dengan standar error yaitu 1,92 yang dikalikan dengan t tabel distribusi sebesar 1,645 dengan tingkat kepercayaan 0,05 dan df tak terhingga. Standar Eror merupakan parameter yang menunjukan berapa besar kesalahan yang dilakukan selama penangkapan ikan. Standar eror yang dihasilkan tersebut tergolong kecil, sehingga dapat dikatakan bahwa hasil pengamatan tersebut representatif. Sedangkan pada penggunaan metode Schnabel diperoleh rentang 146-1,645 (E) sampai dengan ,645 (E). Rentang tersebut diperoleh dari hasil penjumlahan dan pengurangan jumlah populasi total yaitu 146 dengan standar eror yaitu E yang dikalikan dengan t tabel distribusi sebesar 1,645 dengan tingkat kepercayaan 0,05 dan df tak terhingga. Standar eror yang dihasilkan tersebut tergolong kecil, sehingga dapat dikatakan bahwa hasil pengamatan tersebut representatif. Hasil pada kedua metode tersebut sangat berbeda jauh yaitu pada metode Lincoln- Peterson memiliki rentang 18<N<24 sedangkan pada metode Schnabel memiliki rentang 146-1,645 (E)<N< ,645 (E). Hal tersebut dapat dikarenakan rata-rata jumlah ikan yang tertangkap pada kedua metode tersebut berbeda. Pada metode pertama secara berturut-urut

38 ikan yang tertangkap adalah 9 dan 19 sehinga rata-rata ikan yang tertangkap adalah 14 ekor. Sedangkan pada metode kedua berturut-urut ikan yang tertangkap adalah 19, 9, 12 dan 10 jika dihitung rata-ratanya adalah 12,5. Dengan adanya perbedaan ini akan memberikan perbedaan pada perikiraan total ikan yang berada di kolam. Selain itu perbedaan nilai ahir kedua metode tersebut dikarenakan perbedaan jumlah ikan yang terangkap kembali. Pada metode Lincoln ikan yang tertangkap kembali sebanyak 8 ekor, sedangkan metode schnabel ikan yang tertangkap kembali berjumlah 6 ekor. Akar tersebut sangat tidak seimbang jika dihubungkan dengan banyak pengambilan ikan. F. Kesimpulan 1. Perhitungan simulasi estimasi populasi ikan dalam kolam dengan menggunakan metode CMRR Lincoln-Peterson didapatkan jumlah populasi 21dengan SE 1,92 dan rentang jumlah populasi ikan ekor. 2. Perhitungan simulasi estimasi populasi dengan menggunakan metode Schnabel didapat jumlah populasi 146 dengan SE adalah E dan rentang jumlah populasi ikan {146-1,645 (E)} sampai dengan { ,645 (E)}. G. Daftar Pustaka Fachrul, Melati Ferinto Metode Sampling Bioteknologi. Jakarta : Bumi Aksara Ngabekti, Sri Paparan Kuliah Ekologi. Semarang : Jurusan Biologi FMIPA UNNES Pipia Penghitungan Populasi. Online at Blog» Blog Archive» Penghitungan Populasi.htm (diakses tanggal 4 Mei 2012) Soegianto, Agoes EkologiKuantitatif :MetodeAnalisisPopulasidanKomunitas. Surabaya : Usaha Nasional

BAB I PENDAHULUAN. B. Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. B. Rumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam penelitian ekologi seringkali seseorang perlu mendapatkan informasi besarnya populasi makhluk hidup di alam, baik di laboratorium, di lapangan seperti : hutan,

Lebih terperinci

SIMULASI ESTIMASI POPULASI HEWAN

SIMULASI ESTIMASI POPULASI HEWAN SIMULASI ESTIMASI POPULASI HEWAN Dawam Suprayogi, A1C408049 Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

Lebih terperinci

MAKALAH EKOLOGI TUMBUHAN

MAKALAH EKOLOGI TUMBUHAN MAKALAH EKOLOGI TUMBUHAN KOMUNITAS TUMBUHAN Disusun oleh : Irma Pebriyani Risa Ukhti Muslima Sandya Puspa Kartilla JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI PADANG

Lebih terperinci

Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem dengan berbagai komponen penyusunnya, yaitu faktor abiotik dan biotik.

Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem dengan berbagai komponen penyusunnya, yaitu faktor abiotik dan biotik. Ekologi berasal dari bahasa Yunani, yangterdiri dari dua kata, yaitu oikos yang artinya rumah atau tempat hidup, dan logos yang berarti ilmu. Ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik interaksi

Lebih terperinci

B I O T I K Interaksi Antar Komponen Ekosistem

B I O T I K Interaksi Antar Komponen Ekosistem B I O T I K Interaksi Antar Komponen Ekosistem Interaksi antarkomponen ekosistem dapat merupakan interaksi antar organisme, antar populasi, dan antar komunitas. A. Interaksi antar organisme Semua makhluk

Lebih terperinci

MODUL MATA PELAJARAN IPA

MODUL MATA PELAJARAN IPA KERJASAMA DINAS PENDIDIKAN KOTA SURABAYA DENGAN FAKULTAS MIPA UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA MODUL MATA PELAJARAN IPA Interaksi Antar Komponen dalam Ekosistem dan Kepadatan Populasi Manusia untuk kegiatan

Lebih terperinci

EKOLOGI TERESTRIAL Ekologi adalah Ilmu Pengetahuan Ekologi berasal dari bahasa Yunani, yangterdiri dari dua kata, yaitu oikos yang artinya rumah

EKOLOGI TERESTRIAL Ekologi adalah Ilmu Pengetahuan Ekologi berasal dari bahasa Yunani, yangterdiri dari dua kata, yaitu oikos yang artinya rumah EKOLOGI TERESTRIAL Ekologi adalah Ilmu Pengetahuan Ekologi berasal dari bahasa Yunani, yangterdiri dari dua kata, yaitu oikos yang artinya rumah atau tempat hidup, dan logos yang berarti ilmu. Ekologi

Lebih terperinci

2) Komponen Penyusun Ekosistem

2) Komponen Penyusun Ekosistem EKOSISTEM 1) Pengertian Habitat dan Relung Ekologi Hubungan timbal balik dan saling ketergantungan antara mahluk hidup dengan lingkungannya dipelajari dalam cabang ilmu yang disebut ekologi. Ekologi berasal

Lebih terperinci

Individu Populasi Komunitas Ekosistem Biosfer

Individu Populasi Komunitas Ekosistem Biosfer Ekosistem adalah kesatuan interaksi antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem juga dapat diartikan sebagai hubungan timbal balik yang komplek antara organisme dengan lingkungannya. Ilmu yang

Lebih terperinci

Interaksi antarkomponen ekologi dapatmerupakan interaksi antarorganisme,antarpopulasi, dan antarkomunitas.

Interaksi antarkomponen ekologi dapatmerupakan interaksi antarorganisme,antarpopulasi, dan antarkomunitas. Interaksi antarkomponen ekologi dapatmerupakan interaksi antarorganisme,antarpopulasi, dan antarkomunitas. A. Interaksi antar organisme Semua makhluk hidup selalu bergantung kepada makhluk hidup yang lain.

Lebih terperinci

Apabila terdapat sepetak padi, 2 ekor ular, 10 ekor katak dan 20 ekor cacing dalam suatu ekosistem sawah. Maka 10 ekor katak disebut...

Apabila terdapat sepetak padi, 2 ekor ular, 10 ekor katak dan 20 ekor cacing dalam suatu ekosistem sawah. Maka 10 ekor katak disebut... SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 11. INTERAKSI ANTARA MAKHLUK HIDUP DAN LINGKUNGANNYALatihan Soal 11.1 1. Apabila terdapat sepetak padi, 2 ekor ular, 10 ekor katak dan 20 ekor cacing dalam suatu ekosistem sawah.

Lebih terperinci

1. Individu. 2. Populasi. 3. Komunitas. 4. Ekosistem. 5. Bioesfer

1. Individu. 2. Populasi. 3. Komunitas. 4. Ekosistem. 5. Bioesfer 1. Individu 2. Populasi 3. Komunitas 4. Ekosistem 5. Bioesfer Kata individu berasal dari bahasa latin individum yang berarti tidak dapat dibagi. Dalam ekologi, individu berarti satu organisme. Misalnya

Lebih terperinci

Kuliah ke-2. R. Soedradjad Lektor Kepala bidang Pengelolaan Sumberdaya Alam

Kuliah ke-2. R. Soedradjad Lektor Kepala bidang Pengelolaan Sumberdaya Alam Kuliah ke-2 R. Soedradjad Lektor Kepala bidang Pengelolaan Sumberdaya Alam Spektrum Biologi: KOMPONEN BIOTIK GEN SEL ORGAN ORGANISME POPULASI KOMUNITAS berinteraksi dengan KOMPONEN ABIOTIK menghasilkan

Lebih terperinci

TEKNIK PENARIKAN SAMPEL

TEKNIK PENARIKAN SAMPEL TEKNIK PENARIKAN SAMPEL Konsep-konsep Dasar Sampling Salah satu hal yang menakjubkan dalam penelitian ialah kenyataan bahwa kita dapat menduga sifat-sifat suatu kumpulan objek penelitian hanya dengan mempelajari

Lebih terperinci

TERMINOLOGI POPULASI. Populasi (bahasa Latin populus =rakyat, atau penduduk). Terminologi :

TERMINOLOGI POPULASI. Populasi (bahasa Latin populus =rakyat, atau penduduk). Terminologi : MATERI AJAR Sifat-sifat populasi Kepadatan populasi dan indeks jumlah relatif Konsep dasar tentang laju (rate) Natalitas dan mortalitas Penyebaran umur populasi TERMINOLOGI POPULASI Populasi (bahasa Latin

Lebih terperinci

Faktor biotik dalam lingkungan. Tim dosen biologi

Faktor biotik dalam lingkungan. Tim dosen biologi Faktor biotik dalam lingkungan Tim dosen biologi FAKTOR BIOTIK Di alam jarang sekali ditemukan organisme yang hidup sendirian, tetapi selalu berada dalam asosiasi dengan organisme lain. Antar jasad dalam

Lebih terperinci

Gambar 2.1. Parameter-parameter yang mempengaruhi ukuran suatu populasi.

Gambar 2.1. Parameter-parameter yang mempengaruhi ukuran suatu populasi. URAIAN MATERI Dalam hirarki ekologi, populasi menempati dasar hirarki, dimana populasi adalah unit terkecil dalam kajian ekologi. Populasi merupakan kumpulan individu-individu yang sejenis pada waktu dan

Lebih terperinci

EKOLOGI 2/10/2013 REDOCOSSOVA

EKOLOGI 2/10/2013 REDOCOSSOVA EKOLOGI 1 ISTILAH EKOLOGI PERTAMA KALI DIKENALKAN OLEH AHLI BIOLOGI JERMAN, YAITU ERNST HAECKEL (1834-1919). EKOLOGI BERASAL DARI BAHASA YUNANI; OIKOS, ARTINYA RUMAH ATAU TEMPAT TINGGAL DAN LOGOS, ARTINYA

Lebih terperinci

PEMILIHAN SUATU BIDANG PERMASALAHAN EKOLOGI*)

PEMILIHAN SUATU BIDANG PERMASALAHAN EKOLOGI*) PEMILIHAN SUATU BIDANG PERMASALAHAN EKOLOGI*) Oleh Dr. Leonardus Banilodu, M.S. Dosen Biologi dan Ekologi FMIPA dan FKIP Unika Widya Mandira Jln. Jend. A. Yani 50-52 Telp. (0380) 833395 Kupang 85225, Timor

Lebih terperinci

Lampiran 3. Rubrik Penilaian Jawaban Esai Ekologi

Lampiran 3. Rubrik Penilaian Jawaban Esai Ekologi 106 Lampiran 3. Rubrik Penilaian Jawaban Esai Ekologi 1. Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa energi matahari akan diserap oleh tumbuhan sebagai produsen melalui klorofil untuk kemudian diolah menjadi

Lebih terperinci

Kelas X.2, SMA 3 Padang : Cindy Medrina Olivia Septiana Putri Ovyra Ramadhani Sardiman EKOSISTEM

Kelas X.2, SMA 3 Padang : Cindy Medrina Olivia Septiana Putri Ovyra Ramadhani Sardiman EKOSISTEM Kelas X.2, SMA 3 Padang : Cindy Medrina Olivia Septiana Putri Ovyra Ramadhani Sardiman EKOSISTEM A. JENJANG KEHIDUPAN Ekologi ilmu yang mempelajari baik interaksi antar makhluk hidup maupun interaksi antara

Lebih terperinci

INTERAKSI DALAM EKOSISTEM BENTUK INTERAKSI PIRAMIDA EKOLOGI SIKLUS BIOGEOKIMIA

INTERAKSI DALAM EKOSISTEM BENTUK INTERAKSI PIRAMIDA EKOLOGI SIKLUS BIOGEOKIMIA INTERAKSI DALAM EKOSISTEM BENTUK INTERAKSI PIRAMIDA EKOLOGI SIKLUS BIOGEOKIMIA Interaksi Biotik Antar individu Antar populasi Contoh: Interaksi antar individu Induk mengasuh anak Kerjasama mencari mangsa

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Jumlah spesies dalam satu komunitas yang sering disebut dengan. banyak spesies tersebut (Anonimus, 2008).

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Jumlah spesies dalam satu komunitas yang sering disebut dengan. banyak spesies tersebut (Anonimus, 2008). TINJAUAN PUSTAKA Indeks keanekaragaman/ Indeks Diversitas Insdeks keanekaragaman dapat dipegunakan dalam menyatakan hubungan kelimpahan spesies dalam suatu komunitas. Keanekaragaman jenis terdiri dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pengambilan sampel secara langsung dari lokasi pengamatan.

BAB III METODE PENELITIAN. pengambilan sampel secara langsung dari lokasi pengamatan. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif. Pengambilan data menggunakan metode eksplorasi, yaitu pengamatan atau pengambilan sampel

Lebih terperinci

PENARIKAN SAMPEL & PENDUGAAN PARAMETER

PENARIKAN SAMPEL & PENDUGAAN PARAMETER PENARIKAN SAMPEL & PENDUGAAN PARAMETER Arti Penarikan Sampel Populasi ( Universe) adalah totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang akan diteliti

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Jumlah spesies dalam komunitas yang sering disebut kekayaan spesies

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Jumlah spesies dalam komunitas yang sering disebut kekayaan spesies TINJAUAN PUSTAKA Keragaman dan Keanekaragaman Serangga Indeks Keanekaragaman dapat digunakan untuk menyatakan hubungan kelimpahan species dalam komunitas. Keanekaragaman species terdiri dari 2 komponen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. langsung dari lokasi pengamatan. Parameter yang diukur dalam penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. langsung dari lokasi pengamatan. Parameter yang diukur dalam penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian diskriptif kuantitatif. Pengambilan data menggunakan metode eksplorasi, yaitu pengamatan atau pengambilan sampel

Lebih terperinci

BAB 5 PENENTUAN POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau

BAB 5 PENENTUAN POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau BAB 5 PENENTUAN POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN 5.1. Populasi dan Sampel Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang memiliki kuantitas atau kualitas tertentu yang ditentukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif. Penelitian ini menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif. Penelitian ini menggunakan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif. Penelitian ini menggunakan metode eksplorasi, yaitu pengamatan atau pengambilan sampel langsung dari lokasi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN POPULASI (Eksponensial dan logistik), Neraca Kehidupan, Strategi Pertumbuhan Populasi dan Interaksi Populasi MAKALAH Disusun Untuk

PERTUMBUHAN POPULASI (Eksponensial dan logistik), Neraca Kehidupan, Strategi Pertumbuhan Populasi dan Interaksi Populasi MAKALAH Disusun Untuk PERTUMBUHAN POPULASI (Eksponensial dan logistik), Neraca Kehidupan, Strategi Pertumbuhan Populasi dan Interaksi Populasi MAKALAH Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekologi Hewan Yang Dibina Oleh

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN PLANKTON. Ima Yudha Perwira, SPi, Mp

KEANEKARAGAMAN PLANKTON. Ima Yudha Perwira, SPi, Mp KEANEKARAGAMAN PLANKTON Ima Yudha Perwira, SPi, Mp Keanekaragaman Biodiversitas (Keanekaragaman) adalah keanekaragaman di antara makhluk hidup dari semua sumber termasuk di antaranya daratan, lautan, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertentu yang dapat berupa pohon, herba, rumput maupun tumbuhan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. tertentu yang dapat berupa pohon, herba, rumput maupun tumbuhan tingkat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Vegetasi merupakan seluruh jenis tumbuhan yang hadir pada suatu wilayah (Barbour et al, 1987). Weaver & Clement (1938) menyatakan bahwa vegetasi adalah tumbuh-tumbuhan

Lebih terperinci

Tujuan : 1. Mengetahui komponen penyusun ekosistem 2. Mengetahui interaksi antar komponen penyusun ekosistem 3. Mengetahui definisi ekosistem

Tujuan : 1. Mengetahui komponen penyusun ekosistem 2. Mengetahui interaksi antar komponen penyusun ekosistem 3. Mengetahui definisi ekosistem LEMBAR KERJA SISWA 1 Petunjuk: - Kerjakan LKS secara berkelompok dan bekerjasama - Kerjakan secara berurutan - Jika ada hal yang kurang jelas segera sampaikan ke guru Tujuan : 1. Mengetahui komponen penyusun

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA 1 EKOSISTEM (Rancangan Percobaan)

LEMBAR KERJA SISWA 1 EKOSISTEM (Rancangan Percobaan) Nama Kelompok Kelas :.. :. :. LEMBAR KERJA SISWA 1 EKOSISTEM (Rancangan Percobaan) Petunjuk: - Kerjakan LKS secara berkelompok dan bekerjasama - Kerjakan secara berurutan - Jika ada hal yang kurang jelas

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODA. Penelitian Kelapa Sawit, Pematang Siantar dengan ketinggian tempat ± 369 m di

BAHAN DAN METODA. Penelitian Kelapa Sawit, Pematang Siantar dengan ketinggian tempat ± 369 m di BAHAN DAN METODA Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Insektarium Balai Penelitian Marihat, Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Pematang Siantar dengan ketinggian tempat ± 369 m di atas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yakni penelitian yang bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran atau

Lebih terperinci

Ilmu Pengetahuan Alam

Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam Saling Ketergantungan Antara Makhluk Hidup dengan Lingkungannya SEKOLAH DASAR TETUM BUNAYA Kelas Mars Nama Pengajar: Kak Winni Ilmu Pengetahuan Alam Saling Ketergantungan Antara Makhluk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. secara langsung dari lokasi pengamatan. Parameter yang diukur dalam penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. secara langsung dari lokasi pengamatan. Parameter yang diukur dalam penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian diskriptif kuantitatif. Pengambilan data menggunakan metode eksplorasi, yaitu pengamatan atau pengambilan sampel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini mengunakan metode penelitian eksperimen (experimental research). Metode penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan dengan mengadakan

Lebih terperinci

PERTEMUAN XIII: POPULASI DAN KOMUNITAS. Program Tingkat Persiapan Bersama IPB 2011

PERTEMUAN XIII: POPULASI DAN KOMUNITAS. Program Tingkat Persiapan Bersama IPB 2011 PERTEMUAN XIII: POPULASI DAN KOMUNITAS Program Tingkat Persiapan Bersama IPB 2011 1 DINAMIKA POPULASI I. Struktur dan Dinamika Populasi Definisi populasi Densitas/kepadatan Pola penyebaran populasi Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB 6 PENAKSIRAN PARAMETER

BAB 6 PENAKSIRAN PARAMETER BAB 6 PENAKSIRAN PARAMETER Bab 6 PENAKSIRAN PARAMETER Standar Kompetensi : Setelah mengikuti kuliah ini, mahasiswa dapat memahami hubungan nilai sampel dan populasi dan menentukan distribusi sampling yang

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 12. Ekosistem Dan Pencemaran LingkunganLatihan Soal pengurai memegang peranan penting dalam proses fotosintesis

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 12. Ekosistem Dan Pencemaran LingkunganLatihan Soal pengurai memegang peranan penting dalam proses fotosintesis 1. Manakah pernyataan dibawah ini yang benar SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 12. Ekosistem Dan Pencemaran LingkunganLatihan Soal 12.2 pengurai memegang peranan penting dalam proses fotosintesis klorofil dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. serangga yang ada di perkebunan jeruk manis semi organik dan anorganik.

BAB III METODE PENELITIAN. serangga yang ada di perkebunan jeruk manis semi organik dan anorganik. 36 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian bersifat deskriptif kuantitatif. Pengambilan data menggunakan metode eksplorasi, yaitu dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap serangga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelembaban. Perbedaan ph, kelembaban, ukuran pori-pori, dan jenis makanan

BAB I PENDAHULUAN. kelembaban. Perbedaan ph, kelembaban, ukuran pori-pori, dan jenis makanan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanah merupakan habitat yang kompleks untuk organisme. Dibandingkan dengan media kultur murni di laboratorium, tanah sangat berbeda karena dua hal utama yaitu pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. metode eksplorasi, yaitu dengan mengadakan pengamatan terhadap arthropoda

BAB III METODE PENELITIAN. metode eksplorasi, yaitu dengan mengadakan pengamatan terhadap arthropoda BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif. Penelitian ini menggunakan metode eksplorasi, yaitu dengan mengadakan pengamatan terhadap arthropoda tanah

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 12. Ekosistem Dan Pencemaran LingkunganLATIHAN SOAL BAB 12

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 12. Ekosistem Dan Pencemaran LingkunganLATIHAN SOAL BAB 12 SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB. Ekosistem Dan Pencemaran LingkunganLATIHAN SOAL BAB. Makhluk hidup yang bertindak sebagai konsumen tingkat III adalah nomor http://www.primemobile.co.id/assets/uploads/materi/bio-7-d.png

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat BAB IV METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung yang terfokus di Desa Tompobulu dan kawasan hutan sekitarnya. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

(Pertemuan 5) TANAMAN DAN FAKTOR LINGKUNGAN LINGKUNGAN BIOTIK

(Pertemuan 5) TANAMAN DAN FAKTOR LINGKUNGAN LINGKUNGAN BIOTIK (Pertemuan 5) TANAMAN DAN FAKTOR LINGKUNGAN LINGKUNGAN BIOTIK EKOLOGI PERTANIAN (AGROEKOLOGI) Bagaimana mengaplikasikan konsep dan prinsip-prinsip ekologi untuk mendesain dan memanage sistem produksi pangan

Lebih terperinci

Contoh Soal Try Out IPA Ilmu Pengetahuan Alam Kelas 7 SMP/MTs. Hindayani.com

Contoh Soal Try Out IPA Ilmu Pengetahuan Alam Kelas 7 SMP/MTs. Hindayani.com Hindayani.com Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat! 1. Wahyu naik mobil yang sedang bergerak lurus. Pernyataan yang benar a. Wahyu bergerak terhadap mobil b. Wahyu tidak bergerak terhadap rumah

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN DAN PENELITIAN SAMPEL. (Dharminto)

METODE PENELITIAN DAN PENELITIAN SAMPEL. (Dharminto) METODE PENELITIAN DAN PENELITIAN SAMPEL (Dharminto) Penelitian (research) merupakan rangkaian kegiatan ilmiah dalam rangka pemecahan suatu permasalahan. Jadi penelitian merupakan bagian dari usaha pemecahan

Lebih terperinci

Komponen rantai makanan menurut nicia/jabatan meliputi produsen, konsumen, dan pengurai. Rantai makanan dimulai dari organisme autotrof dengan

Komponen rantai makanan menurut nicia/jabatan meliputi produsen, konsumen, dan pengurai. Rantai makanan dimulai dari organisme autotrof dengan Rantai Makanan Rantai makanan adalah perpindahan materi dan energi dari suatu mahluk hidup ke mahluk hidup lain dalam proses makan dan dimakan dengan satu arah. Tiap tingkatan dari rantai makanan disebut

Lebih terperinci

Ciri-Ciri Makhluk Hidup 1. Dun putri malu mengatup ketika disentuh. Peristiwa ini menunjukkan makhluk hidup... (Ujian Nasional 2007/2008) A.

Ciri-Ciri Makhluk Hidup 1. Dun putri malu mengatup ketika disentuh. Peristiwa ini menunjukkan makhluk hidup... (Ujian Nasional 2007/2008) A. Ciri-Ciri Makhluk Hidup 1. Dun putri malu mengatup ketika disentuh. Peristiwa ini menunjukkan makhluk hidup... (Ujian Nasional 2007/2008) A. Membutuhkan makanan B. Peka terhadap rangsangan C. Mengeluarkan

Lebih terperinci

Aliran energi dalam ekosistem

Aliran energi dalam ekosistem Aliran energi dalam ekosistem Aliran energi dalam ekosistem Produser mendapatkan energi dari cahaya matahari untuk menyusun zat organik melalui fotosintesis. Jadi, matahari merupakan sumber energi bagi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dalam penelitian adalah indeks keanekaragaman (H ) dari Shannon, indeks

BAB III METODE PENELITIAN. dalam penelitian adalah indeks keanekaragaman (H ) dari Shannon, indeks BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian diskriptif kuantitatif. Pengambilan data menggunakan metode eksplorasi, yaitu pengamatan atau pengambilan sampel

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. lainnya dan berkaitan dengan lingkungan hidupnya. Dalam komunitas organisme

TINJAUAN PUSTAKA. lainnya dan berkaitan dengan lingkungan hidupnya. Dalam komunitas organisme TINJAUAN PUSTAKA Komunitas Ekosistem Komunitas adalah sistem kehidupan bersama dari sekelompok populasi organisme yang saling berhubungan karena ada saling pengaruh satu dengan yang lainnya dan berkaitan

Lebih terperinci

Konsep Populasi dan Komunitas. Ekologi Perairan Pertemuan Saifullah Jurusan Perikanan Untirta

Konsep Populasi dan Komunitas. Ekologi Perairan Pertemuan Saifullah Jurusan Perikanan Untirta Konsep Populasi dan Komunitas Ekologi Perairan Pertemuan 10-11 Saifullah Jurusan Perikanan Untirta Konsep Populasi Individu Populasi kelompok organisme dari spesies yang sama dan menduduki ruang atau

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. (Preview, Question, Read, Reflecty, Recite, dan Review) yang didasarkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. (Preview, Question, Read, Reflecty, Recite, dan Review) yang didasarkan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Pembelajaran PQ4R Salah satu teknik studi untuk membantu siswa memahami dan mengingat apa yang mereka baca adalah suatu prosedur yang disebut metode PQ4R (Preview, Question,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 20 mm per hari) begitu pula dengan produksi bijinya. Biji gulma

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 20 mm per hari) begitu pula dengan produksi bijinya. Biji gulma BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Gulma siam (Chromolaena odorata) tercatat sebagai salah satu dari gulma tropis. Gulma tersebut memiliki tingkat pertumbuhan yang sangat cepat (dapat mencapai 20 mm per

Lebih terperinci

ANALISIS DINAMIKA MODEL KOMPETISI DUA POPULASI YANG HIDUP BERSAMA DI TITIK KESETIMBANGAN TIDAK TERDEFINISI

ANALISIS DINAMIKA MODEL KOMPETISI DUA POPULASI YANG HIDUP BERSAMA DI TITIK KESETIMBANGAN TIDAK TERDEFINISI Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 02, No. 3 (2013), hal 197 204. ANALISIS DINAMIKA MODEL KOMPETISI DUA POPULASI YANG HIDUP BERSAMA DI TITIK KESETIMBANGAN TIDAK TERDEFINISI Eka

Lebih terperinci

ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) KELAS XII SEMESTER

ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) KELAS XII SEMESTER ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) KELAS XII SEMESTER 1 BAB 1. EKOSISTEM A. KOMPONEN EKOSISTEM Ekosistem adalah sistem alam yang dibentuk dari interaksi antar mahluk hidup dengan lingkungannya. Ilmu yang mempelajari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai panjang garis pantai lebih kurang 114 km yang membentang

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai panjang garis pantai lebih kurang 114 km yang membentang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indramayu merupakan salah satu kota di Jawa Barat yang mempunyai potensi perikanan dan kelautan yang cukup tinggi. Wilayah pesisir Indramayu mempunyai panjang

Lebih terperinci

MODUL II DISTRIBUSI PELUANG DISKRIT DAN KONTINU

MODUL II DISTRIBUSI PELUANG DISKRIT DAN KONTINU DISTRIBUSI PELUANG DISKRIT DAN KONTINU A. TUJUAN PRAKTIKUM Melalui praktikum Modul II ini diharapkan praktikan dapat: 1. Mengenal jenis dan karakteristik dari beberapa distribusi peluang. 2. Menguji dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Plankton merupakan organisme renik yang hidup melayang-layang di air dan

BAB I PENDAHULUAN. Plankton merupakan organisme renik yang hidup melayang-layang di air dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Plankton merupakan organisme renik yang hidup melayang-layang di air dan mempunyai kemampaun berenang yang lemah dan pergerakannya selalu dipegaruhi oleh gerakan massa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah hasil belajar dengan bahasa akhlak dalam menyelesaikan persoalan penjumlahan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Hutan dapat diberi batasan sesuai dengan sudut pandang masing-masing pakar. Misalnya dari sisi ekologi dan biologi, bahwa hutan adalah komunitas hidup yang terdiri dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 51 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif kuantitatif. Menurut Sugiyono (2013), metode penelitian kuanitatif merupakan metode penelitian yang

Lebih terperinci

BAB III METODE SCHNABEL

BAB III METODE SCHNABEL BAB III METODE SCHNABEL Uuran populasi tertutup dapat diperiraan dengan teni Capture Mar Release Recapture (CMRR) yaitu menangap dan menandai individu yang diambil pada pengambilan sampel pertama, melepasan

Lebih terperinci

PENYEBARAN KOMUNITAS FAUNA DI DUNIA

PENYEBARAN KOMUNITAS FAUNA DI DUNIA PENYEBARAN KOMUNITAS FAUNA DI DUNIA Materi Penyebaran Komunitas Fauna di Dunia Keadaan fauna di tiap-tiap daerah (bioma) tergantung pada banyak kemungkinan yang dapat diberikan daerah itu untuk memberi

Lebih terperinci

BAB III GANGGUAN OLEH SERANGGA HAMA

BAB III GANGGUAN OLEH SERANGGA HAMA BAB III GANGGUAN OLEH SERANGGA HAMA Serangga merupakan kelompok hama paling banyak yang menyebabkan kerusakan hutan. Hama tanaman hutan pada umumnya baru menimbulkan kerugian bila berada pada tingkat populasi

Lebih terperinci

MODUL TEORI ESTIMASI ATAU MENAKSIR TEORI ESTIMASI ATAU MENAKSIR

MODUL TEORI ESTIMASI ATAU MENAKSIR TEORI ESTIMASI ATAU MENAKSIR TEORI ESTIMASI ATAU MENAKSIR MODUL 9 TEORI ESTIMASI ATAU MENAKSIR. Pendahuluan Untuk menginginkan mengumpulkan populasi kita lakukan dengan statistik berdasarkan data yang diambil secara sampling yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian diskriptif kuantitatif. Pengambilan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian diskriptif kuantitatif. Pengambilan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian diskriptif kuantitatif. Pengambilan data menggunakan metode eksplorasi yaitu dengan mengadakan pengamatan terhadap

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Jenis Penelitian dan Metode Penelitian yang digunakan

METODE PENELITIAN Jenis Penelitian dan Metode Penelitian yang digunakan III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian dan Metode Penelitian yang digunakan Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode penelitian eksperimen. Metode penelitian eksperimen

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis-Jenis Predator Pada Tanaman Jagung Jenis-jenis predator yang tertangkap pada tanaman jagung dengan sistem pola tanam monokultur dan tumpangsari adalah sama yakni sebagai

Lebih terperinci

ASAS- ASAS DAN KONSEP KONSEP TENTANG ORGANISASI PADA TARAF KOMUNITAS

ASAS- ASAS DAN KONSEP KONSEP TENTANG ORGANISASI PADA TARAF KOMUNITAS KOMUNITAS ASAS- ASAS DAN KONSEP KONSEP TENTANG ORGANISASI PADA TARAF KOMUNITAS KONSEP KOMUNITAS BIOTIK Komunitas biotik adalah kumpulan populasi yang menempati suatu habitat dan terorganisasi sedemikian

Lebih terperinci

MODUL ONLINE 22.1 ARTI PENTING LINGKUNGAN HIDUP BAGI MANUSIA PENDALAMAN MATERI ISU-ISU LINGKUNGAN HIDUP

MODUL ONLINE 22.1 ARTI PENTING LINGKUNGAN HIDUP BAGI MANUSIA PENDALAMAN MATERI ISU-ISU LINGKUNGAN HIDUP MODUL ONLINE 22.1 ARTI PENTING LINGKUNGAN HIDUP BAGI MANUSIA PENDALAMAN MATERI ISU-ISU LINGKUNGAN HIDUP KHOIRUL ANWAR PPG DALAM JABATAN Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi 2018 i A. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

RISET AKUNTANSI. Materi RISET AKUNTANSI

RISET AKUNTANSI. Materi RISET AKUNTANSI RISET AKUNTANSI Materi RISET AKUNTANSI Dr. Kartika Sari U niversitas G unadarma Materi 5-1 Satuan Acara Perkuliahan 1. Riset Ilmiah 2. Metode dan Desain Riset 3. Topologi Data 4. Teknik Sampling 5. Metode

Lebih terperinci

RUANG LINGKUP EKOLOGI

RUANG LINGKUP EKOLOGI EKOLOGI TEMA 1 RUANG LINGKUP EKOLOGI Program Studi Tadris Biologi Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Jember A. Pengertian & Ruang Lingkup Ekologi Ekologi adalah ilmu yang mempelajari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Waduk merupakan salah satu bentuk perairan menggenang yang dibuat

I. PENDAHULUAN. Waduk merupakan salah satu bentuk perairan menggenang yang dibuat I. PENDAHULUAN Waduk merupakan salah satu bentuk perairan menggenang yang dibuat dengan cara membendung aliran sungai sehingga aliran air sungai menjadi terhalang (Thohir, 1985). Wibowo (2004) menyatakan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : SMA

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : SMA RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : SMA Kelas : X Tahun Ajaran : 2013/2014 Alokasi Waktu : 2 x 45 menit Materi : Ekosistem 1. Kompetensi Inti 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran

Lebih terperinci

ESTIMASI. Arna Fariza PENDAHULUAN

ESTIMASI. Arna Fariza PENDAHULUAN ESTIMASI Arna Fariza PENDAHULUAN MATERI LALU Karena adanya berbagai alasan seperti banyaknya individu dalam populasi amatan, maka penelitian keseluruhan terhadap populasi tersebut tidaklah ekonomis, baik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif eksperimental. Eksperimen

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif eksperimental. Eksperimen 3 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif eksperimental. Eksperimen merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Semak Daun merupakan salah satu pulau yang berada di Kelurahan Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara. Pulau ini memiliki daratan seluas 0,5 ha yang dikelilingi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN R X O 1 R O 2

BAB III METODE PENELITIAN R X O 1 R O 2 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif yang merupakan metode eksperimen berdesain posttest-only control design, karena tujuan

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA PRAKTIKUM KONSEP DASAR IPA DI SD PDGK 4107 MODUL 2 EKOSISTEM

LEMBAR KERJA PRAKTIKUM KONSEP DASAR IPA DI SD PDGK 4107 MODUL 2 EKOSISTEM LEMBAR KERJA PRAKTIKUM KONSEP DASAR IPA DI SD PDGK 07 MODUL EKOSISTEM NAMA : NIM : UPBJJ : A. KEGIATAN PRAKTIKUM : EKOSISTEM. Judul Percobaan : ekosistem darat a. Hasil pengamatan Tabel. Komponen abiotik

Lebih terperinci

STATISTIKA II Distribusi Sampling. (Nuryanto, ST., MT)

STATISTIKA II Distribusi Sampling. (Nuryanto, ST., MT) STATISTIKA II Distribusi Sampling (Nuryanto, ST., MT) 1. Pendahuluan Bidang Inferensia Statistik membahas generlisasi/penarikan kesimpulan dan prediksi/ peramalan. Generalisasi dan prediksi tersebut melibatkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif, yang. sensus atau dengan menggunakan sampel (Nazir,1999).

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif, yang. sensus atau dengan menggunakan sampel (Nazir,1999). 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Metode penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif, yang merupakan suatu penyelidikan terhadap sejumlah individu, baik secara sensus atau

Lebih terperinci

Daftar Isi. Halaman Sampul... Daftar Isi... A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan D. Manfaat Bab II Dasar Teori...

Daftar Isi. Halaman Sampul... Daftar Isi... A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan D. Manfaat Bab II Dasar Teori... Daftar Isi Halaman Sampul... Daftar Isi... i ii Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah... 2 C. Tujuan... 2 D. Manfaat... 2 Bab II Dasar Teori... 3 Bab III Metode dan Pelaksanaan Praktikum

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu penelitian untuk membuat deskripsi atau gambaran secara sistematis,

Lebih terperinci

Prinsip-Prinsip Ekologi. Faktor Biotik

Prinsip-Prinsip Ekologi. Faktor Biotik Prinsip-Prinsip Ekologi Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem dengan berbagai komponen penyusunnya, yaitu faktor abiotik dan biotik. Faktora biotik antara lain suhu, air, kelembapan,

Lebih terperinci

Komponen Ekosistem, Peran dan Interaksinya

Komponen Ekosistem, Peran dan Interaksinya Komponen Ekosistem, Peran dan Interaksinya Bumi dihuni oleh manusia, hewan, tumbuhan dan jasad renik. Semua makhluk hidup tersebut memerlukan lingkungan untuk tempat hidupnya. Lingkungan adalah segala

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. subyek yang akan diteliti, teknik-teknik pengumpulan data, prosedur pengumpulan

BAB III METODE PENELITIAN. subyek yang akan diteliti, teknik-teknik pengumpulan data, prosedur pengumpulan BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. 1 Metode penelitian dalam makna yang lebih luas bisa berarti rancangan penelitian.

Lebih terperinci

EKOSISTEM. Yuni wibowo

EKOSISTEM. Yuni wibowo EKOSISTEM Yuni wibowo EKOSISTEM Hubungan Trofik dalam Ekosistem Hubungan trofik menentukan lintasan aliran energi dan siklus kimia suatu ekosistem Produsen primer meliputi tumbuhan, alga, dan banyak spesies

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITAN

BAB III METODOLOGI PENELITAN 49 BAB III METODOLOGI PENELITAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif yaitu suatu penelitian untuk membuat gambaran mengenai situasi dan kejadian,

Lebih terperinci

INTERAKSI ANTAR KOMPONEN EKOSISTEM

INTERAKSI ANTAR KOMPONEN EKOSISTEM INTERAKSI ANTAR KOMPONEN EKOSISTEM 1. Interaksi antar Organisme Komponen Biotik Untuk memenuhi kebutuhannya akan makanan, setiap organisme melakukan interaksi tertentu dengan organisme lain. Pola-pola

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berada pada puncak rantai makanan atau top predator yang oportunis. Hal ini memiliki

I. PENDAHULUAN. berada pada puncak rantai makanan atau top predator yang oportunis. Hal ini memiliki I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekosistem adalah hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Salah satunya adalah ekosistem sawah. Ekosistem sawah kaya akan unsur-unsur penyusun

Lebih terperinci

Estimasi Populasi Gastropoda di Sungai Tambak Bayan Yogyakarta

Estimasi Populasi Gastropoda di Sungai Tambak Bayan Yogyakarta Estimasi Populasi Gastropoda di Sungai Tambak Bayan Yogyakarta Andhika Rakhmanda 1) 10/300646/PN/12074 Manajamen Sumberdaya Perikanan INTISARI Makrozoobentos merupakan salah satu kelompok terpenting dalam

Lebih terperinci

BAB I. Pengertian Dasar dalam Statistika. A. Statistika, Statistik, Statistika Deskriptif

BAB I. Pengertian Dasar dalam Statistika. A. Statistika, Statistik, Statistika Deskriptif BAB I Pengertian Dasar dalam Statistika A. Statistika, Statistik, Statistika Deskriptif 1. Pengertian Statistika Statistika adalah bagian dari matematika yang secara khusus membicarakan cara-cara pengumpulan,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Regresi Linier Sederhana Dalam beberapa masalah terdapat dua atau lebih variabel yang hubungannya tidak dapat dipisahkan karena perubahan nilai suatu variabel tidak selalu terjadi

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Untuk mengetahui efektif tidaknya model pembelajaran Probing Prompting dengan pendekatan Scientific dalam meningkatkan hasil belajar matematika materi Sifat-sifat Operasi

Lebih terperinci

- - EKOSISTEM - - tujuh3ekosistem

- - EKOSISTEM - - tujuh3ekosistem - - EKOSISTEM - - Modul ini singkron dengan Aplikasi Android, Download melalui Play Store di HP Kamu, ketik di pencarian tujuh3ekosistem Jika Kamu kesulitan, Tanyakan ke tentor bagaimana cara downloadnya.

Lebih terperinci