KEARIFAN LOKAL PASANG RI-KAJANG SEBAGAI KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN ADAT AMMATOA SUKU KAJANG KABUPATEN BULUKUMBA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KEARIFAN LOKAL PASANG RI-KAJANG SEBAGAI KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN ADAT AMMATOA SUKU KAJANG KABUPATEN BULUKUMBA"

Transkripsi

1 KEARIFAN LOKAL PASANG RI-KAJANG SEBAGAI KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN ADAT AMMATOA SUKU KAJANG KABUPATEN BULUKUMBA Hamka Program Pasca Sarjana Arsitektur Lingkungan Binaan-Universitas Brawijaya, Malang ABSTRAK Kawasan adat ammatoa suku kajang memiliki nilai kearifan lokal yang bernama Pasang, sebuah pesan lisan dari leluhur yang sangat dijaga dan terus jalankan. Hal-hal yang bersifat sakral wajib hukumnya untuk ditaati, karena diyakini akan menimbulkan hal buruk apabila pasang tersebut dilanggar. Oleh karena itu, kondisi kawasan adat hingga saat ini masih terus dijaga keasliannya, hanya sedikit hal yang sudah terpengaruh oleh modernisasi. Pasang mengatur 4 sendi kehidupan masyarakat adat yaitu mengenai ketuhanan, kemasyarakatan, pemerintahan, dan pelestarian alam (hutan). Selain itu juga terdapat nilai kesederhanaan (kamase-masea) yang menjadi prinsip hidup dalam keseharian masyarakat adat ini. Dalam keseharian mereka ada adat dan norma-norma yang berkaitan dengan pasang dan tidak boleh dilanggar, sehingga dalam konsep pengembangan kawasan adat perlu kajian mengenai adat dan norma tersebut. Ke-empat sendi kehidupan yang diatur dalam pasang dan juga prinsip kesederhanaan yang akan dijadikan acuan konsep pengembangan kawasan adat ammatoa yang berbasis lingkungan dan masyarakat. Sehingga dalam proses pengembangan kawasan secara fisik maupun non fisik tidak merusak kondisi asli kawasan adat. Selain itu juga dilihat potensi sumber daya alam dan masyarakat setempat sebagai arah pengembangan kawasan adat ammatoa suku kajang. Kata kunci: Kearifan Lokal, Konsep Pengembangan Kawasan, Kawasan Adat Ammatoa 1. PENDAHULUAN Suku Kajang merupakan salah satu suku yang tinggal di pedalaman secara turun temurun, tepatnya di desa Tana Toa, Kecamatan Kajang, Kab. Bulukumba. Masyarakatnya lebih dikenal dengan nama masyarakat ammatoa kajang. ammatoa adalah sebutan bagi pemimpin adat mereka yang diperoleh secara turun temurun. Amma artinya Bapak, sedangkan Toa berarti yang di Tuakan (Heryati, 2013). Masyarakat ammatoa Kajang dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu rilalang embayya (Tanah Kamase-masea) lebih dikenal dengan nama Kajang Dalam yang dikenal sebagai kawasan adat ammatoa dan ipantarang embayya (Tanah Kausayya) atau lebih dikenal dengan nama Kajang Luar (Aminah dalam Heryati, 2013). Yang membedakan diantara keduanya adalah modernitas, di kajang dalam masih sangat memegang teguh adat dan tradisi dan menolak modernisasi yang dianggap dapat merusak tatanan norma kehidupan mereka. Dalam pasang terdapat amanah untuk selalu hidup sederhana, selaras dan menjaga alam, khususnya hutan, karena dari alam tersebutlah mereka mendapatkan sumber kehidupan. Masyarakat masih sangat memegang kuat tradisi dan pola hidup yang senantiasa harmonis dengan alam, dan memiliki sistem sosial dan juga budaya yang unik serta berbeda dari yang lainnya. Mulai dari kepercayaan, tradisi, adat, sistem sosial, hingga kehuniannya sangat dipengaruhi oleh alam, bahkan dikawasan ini masyarakat tidak menggunakan teknologi yang ada sekarang, seperti listrik dan barang-barang elektronik. Semua rumah warga dibangun dengan bentuk yang sama, konsep ini menunjukkan kesederhanaan dan sebagai simbol keseragaman. Dalam keseharian tidak pernah menggunakan alas kaki dan selalu menggunakan pakaian yang berwarna hitam. Meski terlihat sangat primitif, namun mereka juga mengenal teknologi yang meski masih sangat sederhana. Selain itu, masyarakat suku kajang dalam kesehariaanya senantiasa berpegang teguh terhadap apa yang didapatkan dari alam tempat mereka hidup. Gambar 1. Kondisi Masyarakat Adat Ammatoa Suku Kajang Sumber: ( 1

2 Ajaran para leluhur memiliki arti penting bagi masyarakat ammatoa kajang. Sehingga mereka selalu menjalankan berbagai aktifitas kehidupan berdasarkan tradisi leluhur. Semua aturan adat dari yang mengikat setiap kegiatan mereka bersumber dari pasang dan berisi amanah atau pesan yang dituangkan dalam 4 sendi kehidupan mereka yaitu mengenai ketuhanan, kemasyarakatan, pemerintahan, dan pelestarian alam (hutan) Kearifan Lokal Pasang Ri-Kajang Kearifan lokal dianggap oleh masyarakat setempat sebagai pemikiran arif bijaksana yang sifatnya setempat pula, tapi diharapkan mempunyai pengaruh positif ke daerah lainnya sebagai salah-satu bentuk solusi terhadap permasalahan-permasalahan yang timbul akibat pengaruh dari pemikiran global (Pawitro, 2011). Sementara Moendardjito (dalam Ayatrohaedi, 1986:40-41) berpendapat bahwa local genius didapatkan dari unsur budaya daerah potensial yang telah teruji kemampuannya untuk bertahan sampai sekarang. Kearifan lokal didefinisikan sebagai kebenaran yang telah mentradisi atau ajeg dalam suatu daerah (Gobyah, 2003). Kearifan lokal secara substansial merupakan norma yang berlaku dalam suatu masyarakat yang diyakini kebenarannya dan menjadi acuan dalam bertindak dan berperilaku sehari-hari (Ernawi, 2010). Dari berbagai macam pemahaman yang muncul, secara garis besar memahami bahwa lokal wisdom berasal dari nilai budaya (tradisi, adat istiadat, sistem kemasyarakatan) yang diciptakan oleh individu maupun kelompok berdasarkan pertimbangan lingkungan dan kepercayaan masyarakat itu sendiri. Pada akhirnya menghasilkan sebuah nilai kearifan lokal yang berwujud nyata (tangible) dan yang tak berwujud (intangible). Nilai kearifan itulah yang kemudian secara terus-menerus dijalankan dan mampu bertahan hingga sekarang. Kearifan lokal pasang ri-kajang ini merupakan kearifan lokal yang tak berwujud (intangible) namun mempengaruhi kondisi fisik lingkungan kawasan adat ammatoa suku kajang ini. Pasang merupakan pesan-pesan yang berisi pengetahuan hidup yang harus ditaati. Jika tidak ditaati maka akan terjadi hal-hal buruk. Secara harfiah, Pasang berarti Pesan yang merupakan sebuah amanat yang sifatnya sakral dan wajib hukumnya untuk dituruti, dipatuhi dan dilaksanakan, yang bila tidak dilaksanakan, akan berakibat munculnya hal-hal yang tidak diinginkan seperti rusaknya keseimbangan sistem sosial dan ekologis antara lain berwujud penyakit tertentu pada yang bersangkutan maupun terhadap keseluruhan warga, (Hijjang, 2005). Berikut ini merupakan beberapa materi Pasang, sebagai berikut, (Akib, 2003): 1. Pasang Sehubungan dengan Religi Ketuhanan a. Anne Linoa pammari mariangji ahera pammantangang satuli-tuli. Artinya Dunia ini hanya terminal sementara, akhiratlah tempat yang abadi. b. Tu Rie Arakna ammantangi ri pangnga rakanna artinya Tu Rie Arakna (Tuhan) berbuat sesuai kehendaknya. Butir Pasang tersebut di atas mengandung ajaran tentang religi/ Ketuhanan, yang bermakna harus melakukan perintahnya dan menghindari larangan-nya. Manusia juga harus berusaha mencari nilai kebajikan demi kehidupan di hari kemudian. Secara umum dan administrasi masyarakat adat ammatoa beragama Islam namun mereka masih memegang teguh kepercayaan leluhur mereka yang bernama Patuntung yang berarti sumber kebenaran. 2. Pasang sehubungan dengan kehidupan dan kemasyarakatan. a. Ako naha-nahai lanupunnai numaeng taua napattiki songo artinya Jangan berniat memiliki sesuatu yang berasal dari tetesan keringat orang lain. Ini merupakan nasehat agar jangan mengambil hak orang lain. b. Ako appadai tummue parring artinya jangan seperti orang membelah bambu. Ini bermakna anjuran untuk berlaku adil. 3. Pasang sehubungan dengan pemerintahan a. Bola-bola pa lettekang, baju-baju pasampeang, petta kalennu kamaseang kolantu nu, naiya kala biranga a lele cera minto i. Artinya Rumah-rumah dapat dipindahkan, baju-baju dapat 2

3 ditanggalkan, jaga dirimu kasihani lututmu, yang dikatakan kekuasaan mengalir bagai darah. Pasang ini memberikan peringatan kepada pemimpin, bahwa kekuasaan itu tidak selamanya dimiliki. Kekuasaan itu akan berpindah seperti darah yang mengalir dalam tubuh. Ini merupakan anjuran kepada pemegang kekuasaan agar selalu melaksanakan amanah. b. Lambusu nuji nukaraeng, gattannuji nu ada, sa bara nuji nu guru, pisonanuji nu sanro. Artinya, karena jujur engkau menjadi pemerintah, karena tegas engkau menjadi adat, karena sabar engkau menjadi guru, karena pasrah engkau menjadi dukun. Pasang ini bermakna bahwa seseorang yang memegang jabatan harus memiliki sifat, yaitu jujur, tegas, sabar, dan pasrah. 4. Pasang sehubungan dengan pelestarian alam (hutan) a. Jagai Linoa sosbud.kompasiana.com lollong bonena, kammayatompa langika siagang rupa taua, siagang boronga. Pasang ini berarti peliharalah bumi beserta isinya, begitupun langit, manusia maupun hutan. b. Punna nita bangi kayua ri boronga, angnqurangngi bosi, appatanrei timbusua, anjo boronga angkontai bosia, aka na kayua appakalompo timbusu, raung kayua angngonta bos i. Artinya: kalau pohon kayu di hutan ditebang, akan mengurangi hujan, meniadakan mata air. Hutan itulah yang mengontak hujan, akarnya membesarkan mata air, daunnya yang menarik hujan. c. Punna erokko anna bang sipoko kayu ri boronga, a lamunko rolo ruang poko anggenna timbo. Artinya, kalau ingin menebang satu batang pohon kayu di dalam hutan harus menanam dulu dua pohon sampai tumbuh dengan baik. Selain itu terdapat pula prinsip kesederhanaan yang diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat mereka yang juga bersumber dari pasang: Ammentengko nu kamase-mase, accidongko nu kamase-mase, a dakkako nu kamasemase, a meako nu kamase-mase (berdiri engkau sederhana, duduk engkau sederhana, melangkah engkau sederhana, dan berbicara engkau sederhana) Filosofi masyarakat kampung adat suku Kajang. Angnganre na rie, care-care na rie, Pammalli juku na rie, tan koko na galung rie, Balla situju-tuju. Artinya: hidup yang cukup itu adalah bila makanan ada, pakaian ada, pembeli lauk ada, sawah dan ladang ada dan rumah yang sederhana saja. Dari prinsip kesederhanaan inilah muncul beberapa norma adat yang berlaku dalam lingkungan kawasan adat yaitu pakaian adat dan pakaian sehari-hari berwarna hitam, tidak menggunakan alas kaki, tidak menggunakan teknologi yang ada sekarang, seperti listrik dan barang-barang elektronik serta perabot-perabot dalam rumah tangga, dan rumah dibuat dalam bentuk yang sama Konsep Pengembangan Kawasan Perdesaan Konsep Pengembangan Desa Konsep perencanaan pengembangan desa mencakup 5 dimensi sebagai pilar utama ( 2012) yaitu menyangkut tata ruang desa, perekonomian desa, sosial budaya desa, mitigasi bencana, dan lingkungan hidup. Tata ruang desa : rehabilitasi, rekonstruksi dan pengembangan desa. Selain itu, juga mampu menampung pertumbuhan ruang di masa datang secara fleksibel dan mampu menampung kebutuhan perbaikan struktur tata ruang desa melalui konsolidasi lahan (jika diperlukan). Konsep ini sesuai dengan muatan PP no 2 tahun Perekonomian Desa : meningkatkan penghidupan masyarakat dan pembangunan sarana ekonomi berbasis potensi lokal, pengembangan usaha mikro, kelembagaan ekonomi dikaitkan dengan sumber daya manusia. Sosial Budaya Desa : pembangunan pendidikan, sosial dan penguatan adat istiadat setempat dalam rangka pengembangan partisipasi masyarakat yang melibatkan segenap lapisan masyarakat, termasuk di dalamnya kelompok anak-anak pemuda dan wanita. 3

4 Mitigasi bencana : penataan ruang desa dengan fungsi khusus yaitu mitigasi bencana, berupa pembangunan daerah daerah yang rawan bencana dan tempat tempat yang digunakan untuk penampungan evakuasi warga ketika terjadi bencana. Lingkungan hidup : penataan lingkungan yang menjaga keseimbangan holistik antara kawasan budidaya dengan kawasan lindung dalam upaya menjaga kelestarian penghidupan sebagian besar masyarakat. Penataan dilakukan juga terhadap pengelolaan di sektor pertanian, termasuk perkebunan, perikanan, kehutanan untuk meminimalisir ketidakseimbangan ekosistem Prinsip Perencanaan Partisipatif Prinsip ini memuat sikap dan pandangan tentang cara mengembangkan program pembangunan yang bercita-cita untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan menghormati sesama. Melalui pemberdayaan potensi masyarakat, yaitu penguatan kemampuan yang telah ada dan pengalihan kemampuan baru kepada masyarakat. Penguatan masyarakat dilakukan dengan cara mendorong mereka melaksanakan semua tahap kegiatan sebagai proses saling belajar. Mengutamakan yang terabaikan, yaitu memperhatikan kelompok masyarakat yang terpinggirkan seperti kelompok miskin, lemah terabaikan dan minoritas. Selain itu, juga berpihak kepada kelompok perempuan yang paling sedikit mendapat kesempatan menjadi pelaku aktif pembangunan. Masyarakat sebagai pelaku utama dan pihak luar sebagai fasilitator, bahwa pihak luar memfasilitasi dan saling bertukar pengalaman dengan masyarakat, bukan mengajari, menggurui, menyuruh dan mendominasi kegiatan. Peran pihak luar akan berkurang secara bertahap. Saling belajar dan menghargai perbedaan, bahwa semua pihak dapat saling menyampaikan pengetahuan dan pengalamannya untuk mengkaji pemecahan masalah yang tepat guna. Mengakui nilai pengetahuan tradisional, dan pihak luar juga terbuka untuk belajar dari cara masyarakat memecahkan masalah. Mengoptimalkan hasil, yaitu terus menerus memperbaiki lingkup dan mutu kajian informasi melalui pemahaman optimal dan kecermatan yang memadai. Pemahaman optimal dipahami, bahwa informasi yang dikumpulkan dianggap cukup menggambarkan keadaan waktu. Orientasi praktis, bahwa penerapan prinsip ini bukan hanya untuk menggali informasi, melainkan juga untuk merancang program bersama yang ditekankan pada penguatan kemampuan swadaya masyarakat Metodelogi Pembahasan Pembahasan dilakukan secara kualitatif dalam bentuk deskriptif analisis dari data dan referensi sumber yang didapatkan, yaitu dengan mendiskripsikan kemudian memberikan penafsiran-penafsiran dengan interpretasi rasional yang memadai terhadap fakta-fakta yang diperoleh. Proses analisis mengenai potensi sumber daya kawasan dilakukan untuk mendapatkan sebuah kesimpulan dan juga rekomendasi mengenai arah pengembangan kawasan adat ammatoa suku kajang. Karena kawasan merupakan desa adat yang masih mempertahankan tradisinya sehingga perlu dikaitkan antara potensi sumber daya kawasan dengan norma-norma adat yang berlaku di dalam kawasan sehingga tidak menyalahi aturan-aturan adat yang berlaku. 2. PEMBAHASAN 2.1. Lingkungan Fisik dan Demografis Kawasan Kawasan adat ammatoa kajang berada Lokasi Desa Tana Toa, Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba Provinsi Sulawesi Selatan yang berada sekitar 250 km dari kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan. Desa Tana Toa Kecamatan Kajang Kabupaten Dati II Bulukumba, terletak di bagian utara Kecamatan Kajang, berbatasan dengan wilayah Kabupaten Dati II Sinjai. Luas wilayah Desa Tana Towa ha, ketinggian 75 m sampai 155 m Dipl, terdiri atas sembilan dusun, yaitu : (1) Dusun Balagana, (2) Dusun Jannayya, (3) Dusun Bantalang, (4) Dusun Pangi, (5) Dusun Sobbu, (6) Dusun Balambina, (7) Dusun Benteng, (8) Dusun Luraya, dan (9) Dusun Tombolo, dengan pusat kawasan adat berada di dusun benteng dan dusun jannayya sebagai 4

5 wilayah kajang dalam dan sisanya merupakan wilayah kajang luar. Yang membedakan kajang dalam dan luar adalah modernisasi, hal mengenai modernisasi hanya boleh sampai di kajang luar. Jumlah penduduk yaitu dengan jumlah laki-laki sebanyak 1850 dan jumlah perempuan sebanyak Jumlah keluarga 833 kepada keluarga dan rumah sebanyak 730 buah. Penduduk dari kawasan adat ini homogen yaitu satu sub suku Makassar yang bernama Konjo, dalam hal agama yang diresmikan mereka digolongkan kedalam Islam. Kawasan adat dipimpin oleh seorang ammtoa beserta kabinetnya, seorang ammtoa memiliki menteri yang mengurusi bidangnya masing-masing seperti urusan adat dan pemerintahan. Pendidikan warga jarang yang pernah mengecap pendidikan formal, dan karena itu sangat sedikit diantara mereka yang tahu tulis- baca, terutama di kalangan orang dewasa. Persoalan ini sebenarnya tidak sesederhana seperti yang dibayangkan oleh pemerintah bahwa masyarakat kajang khusunya yang didalam kawasan tidak sekolah karena kurangnya pemahaman mereka dan juga bukan karena factor ekonomi, tetapi ini berkait erat dengan soal keyakinan dan pandangan hidup masyarakat Kajang. Adapun mata pencaharian bertumpu pada pertanian di sawah dan ladang, dan usaha perkebunan. Jagung dan padi adalah tanaman pangan utama yang menjadi sumber penghidupan masyarakat adat. Sebagai tambahan mereka juga membudidayakan bahan makanan dan pendapatan lain, seperti ubi kayu, ubi jalar, dan kacang-kacangan untuk tanaman jangka pendek; sedangkan tanaman jangka panjang terdapat kelapa, kemiri, kopi, kapok, durian, langsat. Disamping bertani, mereka juga beternak sapi, kerbau dan kuda adalah yang paling banyak diternakkan oleh komunitas ini. Selain itu untuk menambah penghasilan, mereka juga membuat tope yaitu sarung hitam yang mereka tenung sendiri dan digarusu yaitu di lamuri dengan pewarna dari tumbuh-tumbuhan tertentu. Peninggalan kebudayaan oleh para leluhur yang sangat mereka jaga dan kemudian mereka lestarikan yaitu kesenian dan alat industri rumah tangga berupa alat tenun (Pattannungang) dan alat pertanian tradisional. Adapun kesenian tersebut antara lain Tari Pa bitte Passapu : untuk acara kegembiraan seperti acara pernikahan, penjemputan tamu, dll.tari Pa bitte Passapu ditampilkan pada acara-acara adat, acara penjemputan tamu yang dihormati. Tarian ini sering ditampilkan di luar kawasan adat dan diberikan imbalan sesuai kemampuan orang yang mengundang para penari. Gambar 2. Pembuatan Kain Tenun (Sumber: titiw.com) Gambar 3. Tarian Pa bitte Passapu Gambar 4. Membawa Hasil Panen (Sumber: rca-fm.com) (Sumber: kabupatenbulukumba.com) Gambar 5. Suasan Kawasan, Hutan, dan Lahan Adat Gambar 6. Kondisi Lingkungan Kawasan (Sumber: adatkompas.com) 5

6 2.2. Kajian Pasang sebagai Konsep Pengembangan Kawasan Ketuhanan Secara keseluruhan masyarakat adat ammatoa memeluk agama Islam namun mereka masih masih menjalankan ajaran leluhur yakni patuntung. Dalam konteks pengembangan kawasan perdesaan memang sulit untuk mencampuri wilayah kepercayaan masyarakat, perlu pendekatan personal maupun politik didalamnya. Meskipun masyarakat ammatoa memeluk agama Islam, tapi belum sepenuhnya mereka menjalankan syariat Islam. Di dalam pasang sendiri, sebenarnya dijelaskan mengenai perintah menjalankan shalat 5 waktu seperti Je ne Talluka, Sembahyang Talatappu, artinya Jangan merusak Shalat dan melunturkan Wudhu. Masjidnya berada di luar kawasan adat ammatoa yang bertempat di dekat pintu gerbang kawasan adat tersebut. Masjid ditempatkan di luar kawasan adat karena mereka tidak ingin peradaban yang mereka miliki berbaur dengan peradaban yang lain seperti halnya manusia yang hidup di jaman modern pada umumnya. Demikian bentuk toleransi yang diberikan masyarakat adat dalam kawasan terhadap masyarakat luar kawasan, masjid yang letaknya berada dekat pintu gerbang kawasan ammatoa lebih memudahkan masyarakat yang berada di dalam kawasan untuk beribadah Kemasyarakatan Hal yang hal hubungannya dengan kemasyarakatan, adalah erat hubungannya dengan kegiatan sosial keseharian mereka. Yang sangat di pengaruhi oleh prinsip kesederhanaan (kamase-masea). Mulai cara berpakaian, hunian, cara bertani, peralatan, kesenian semuanya sangat sederhana. Bahkan perabot yang berteknologi modern tidak dipergunakan di dalam kawasan ada. Ketaatan mereka dalam menjalankan prinsip kamase-masea disebabkan oleh, adanya imbalan kekayaan tiada taranya dari segi keyakinan dan adanya sanksi bagi yang tidak menjalankannya. Sanksi yang dijatuhkan berupa sanksi biasa (pengusiran dari wilayah tanah kamase-masea atau pengucilan dari semua kegiatan masyarakat) dan yang lebih berat lagi adalah sanksi adat. Kearifan lokal tersebut perlu dipertahankan keberadaannya, karena telah menjadi ciri khas adat dan budaya setempat. Sehingga kearifan tersebut tetap dapat bertahan dan sejalan dengan pesan pasang. Adapun hal-hal yang dapat dilakukan pendekatan untuk pengembangan kawasan demi peningkatan kualitas maupun penghasilan masyarakat setempat tetapi tidak memunculkan hal yang dapat merusak keseimbangan maupun kondisi sosial budaya setempat. Dari segi pengembangan fisik yang mengandung unsur modernisasi cukup dibangun dikawasan kajang luar saja, karena dikawasan kajang luar sudah menerima modernisasi. Sedangkan dikawasan kajang dalam difokuskan pada pengembangan non fisik jika mengacu pada pasang, namun pengembangan secara fisik juga bisa dilakukan dengan cara konsep Pangemanan yang mempertahankan kondisi asli kawasan tanpa harus menggunakan unsur-unsur modern Pemerintahan Sistem pemerintahan kawasan adat memiliki struktur tersendiri yang dipimpin oleh seorang ammatoa yang terdiri dari kabinet dengan beberapa menteri yang mengurusi berbagai bidang. Karena di dalam pasang disebutkan bahwa ammatoa: Amma mana ada (Amma melahirkan adat) dan Amma mana karaeng (Amma melahirkan pemerintahan). Sehingga struktur pemerintahan terbentuk untuk untuk menjaga keberlangsungan adat di dalam kawasan. Dalam konsep pengembangan kawasan adat ammatoa adat, struktur pemerintahan sangat diperlukan sebagai unsur pemantau yang menjaga adat tersebut tetap berjalan dan tidak menyimpang dari pasang. Selain itu diperlukan adanya dewan pertimbangan sendiri yang bertugas untuk memilah hal-hal modern yang dapat diterapkan dalam kawasan namun tidak menimbulkan hal-hal yang ditakutkan dalam pasang yaitu dapat merusak moral masyarakat setempat Pelestarian Alam (Hutan) Di dalam pasang diamanatkan untuk menjaga lingkungan alam sekitar khususnya hutan agar tidak menimbulkan bencana alam dikemudian hari. Salah satu pesan yang disebutkan bahwa Punna erokko anna bang sipoko kayu ri boronga, a lamunko rolo ruang poko anggenna timbo. Artinya, kalau ingin menebang satu batang pohon kayu di dalam hutan harus menanam dulu dua 6

7 pohon sampai tumbuh dengan baik. Pesan pasang untuk menjaga dan melestarikan alam dapat dijadikan konsep pengembangan kawasan adat yang berwawasan lingkungan karena hal tersebut sudah sejalan dengan amanah yang ada dalam pasang itu sendiri Potensi Pengembangan Kawasan Adat Kawasan adat ammatoa kajang memiliki beberapa potensi yang dapat dikembangkan sebagai wujud pengembangan kawasan, diantaranya yaitu potensi agraris/agropolitan khususnya pertanian yang menjadi komoditi utama masyarakat dan juga potensi perkubunan lainnya seperti kopi dan jagung. Potensi adat, seni dan budaya yang mengarah pada desa wisata adat sebagai wujud pengembangan sosial-budaya mereka. Potensi wilayah konservasi alam (hutan) untuk mendukung pasang yang mengamanatkan agar menjaga alam. Yang kesemuanya harus dengan menerapkan prinsip partisipatif masyarakat secara langsung. Potensi pengembangan kawasan adat ditinjau dari 5 potensi pengembangan utama yaitu: Tata ruang kawasan : dari segi tata ruang desa pengembangan secara fisik hanya dapat dilakukan hingga pada batas perbatasan antara kajang dalam dan kajang luar, dengan kata lain fokus pengembangan kawasan secara fisik difokuskan pada kawasan kajang luar. Hal tersebut bertujuan untuk tetap mempertahankan keaslian kondisi kawasan adat di kajang dalam sesuai dengan isi pasang. Penataan kondisi lingkungan dalam kawasan adat kajang dalam juga dapat dilakukan dengan syarat memperhatikan dan menggunakan material-material dari alam sesuai dengan kondisi aslinya. Perekonomian kawasan : dengan tujuan meningkatkan penghidupan masyarakat dan pembangunan sarana ekonomi berbasis potensi lokal, pengembangan usaha mikro, kelembagaan ekonomi dikaitkan dengan sumber daya manusia. Pengembangan perekonomian masyarakat bisa didapatkan dari pengembangan usaha pertanian dengan cara penyediaan sarana pemasaran hasil pertanian, penggunaan teknologi pertanian yang bertujuan untuk mendukung pertanian masyarakat, tersedianya alat dan bahan produksi bagi petani. Selain itu, dari sekala mikro dapat dilakukan pengembangan kaum perempuan yang memproduksi kain tenun khas kawasan adat sebagai salah satu komoditi hasil kesenian masyarakat yang dapat dijadikan sebagai daya tarik cindera mata bagi para pengunjung dalam aspek potensi wisata adat. Sosial Budaya : sosial budaya secara keseluruhan dapat dijadikan potensi wisata adat. Ciri khas fisik maupun nonfisik lingkungan kawasan telah menjadi salah satu daya tarik wisatawan, hal tersebut perlu dijaga keasliannya. Untuk mendukung potensi wisata tersebut diperlukan pengembangan management dan pusat pengembangan dan informasi kawasan adat, tentunya dari segi tata ruang fisik dikembangkan diwilayah kajang luar. Selain itu, juga berfungsi sebagai wadah pemasaran untuk pengembangan ekonomi masyarakat. Untuk mendukung kondisi sosial budaya masyarakat dalam bidang pendidikan, perlu dibangun sarana untuk itu. Pengembangan sosial dan penguatan adat istiadat setempat dalam rangka pengembangan partisipasi masyarakat yang melibatkan segenap lapisan masyarakat, termasuk di dalamnya kelompok anak-anak pemuda dan wanita. Mitigasi bencana : sebagai kawasan yang terus dijaga keasliannya menjadi salah satu amanah yang pasang yang terus dijalankan oleh masyarakat setempat dengan tujuan untuk menghindari bencana yang ditimbulkan dari kerusakan alam. Hutan adat maupun hutan masyarakat yang dijaga harus tetap dipertahankan sebagai paru-paru alam dan juga meresap serta menahan air hujan. Pesan dari pasang tersebutlah yang hingga saat ini menjadikan kawasan adat terhindar dari bencana alam, karena mereka senang-tiasa menjaga alam mereka khususnya hutan. Dengan berbagai cara untuk menjaga itu semua, seperti dengan memberikan hukuman adat maupun hukuman denda, bahkan jika perlu masyarakat akan mengusir orang yang bersalah jika terbukti melakukan kesalahan yang sangat berat. Lingkungan hidup : penataan lingkungan yang menjaga keseimbangan alam antara kawasan budidaya dengan kawasan lindung dalam upaya menjaga kelestarian penghidupan sebagian besar masyarakat. Kawasan lindung yang dimaksud dalam hal ini adalah hutan adat dan kawasan budidaya adalah wilayah pertanian dan ladang masyarakat. Penataan dilakukan terhadap pengelolaan di sektor pertanian, termasuk perkebunan, perikanan, kehutanan untuk meminimalisir ketidakseimbangan ekosistem. 7

8 Sebagai kawasan adat yang memiliki tradisi yang kuat dan juga sumber pedoman hidup pasang yang terus dipegang teguh. Tentunya segala potensi terbut harus disingkronkan dengan adat dan norma-norma yang berlaku. Terwujudnya potensi tersebut seharusnya ditentukan oleh masyarakat dalam kawasan adat itu sendiri. Agar segala hal yang dikembangkan dalam wilayah mereka tidak menyimpang dari adat, norma dan tradisi yang ada didalamnya. Maka dari keseluruhan potensi diatas perlu dilakukan penataan kawasan berupa zonasi lahan sesuai dengan fungsinya, dilengkapi dengan aturan, serta sistem peradilan yang diterapkan bagi yang melanggar zonasi tersebut Rekomendasi Pengembangan Kawasan Adat Dari semua penjelasan-penjelasan sebelumnya, maka berikut ini poin-poin rangkuman mengenai rekomendasi untuk pengembangan kawasan adat ammatoa suku kajang, sebagai berikut: 1. Pengembangan kawasan harus berlandaskan pada kearifan lokal pasang ri-kajang yang meliputi 4 sendi, yaitu: a. Pengembangan kawasan harus berlandaskan ketuhanan atas kepercayaan masyarakat adat ammatoa suku kajang. b. Pengembangan kawasan adat harus berdasarkan potensi sosial budaya masyarakat adat. c. Pengembangan kawasan harus melibatkan pemerintahan adat dan masyarakat setempat d. Pengembangan kawasan adat harus berbasis wawasan lingkungan dalam rangka pelestarian lingkungan alam khususnya hutan adat dan hutan masyarakat yang ada di dalam lingkungan kawasan adat ammatoa suku kajang. 2. Pengembangan kawasan dengan membuat zonasi lahan berdasarkan fungsi adat, budidaya untuk peningkatan perekonomian seperti pertanian, fungsi permukiman, fungsi kawasan adat kajang dalam dan kajang luar dan fungsi kawasan lindung. 3. Pengembangan secara fisik hanya dapat dilakukan hingga pada batas perbatasan antara kajang dalam dan kajang luar, dengan kata lain fokus pengembangan kawasan secara fisik difokuskan pada kawasan kajang luar. Hal tersebut bertujuan untuk tetap mempertahankan keaslian kondisi kawasan adat di kajang dalam sesuai dengan isi pasang. 4. Pengembangan usaha pertanian dan perkebunan dengan cara penyediaan sarana pemasaran hasil pertanian, penggunaan teknologi pertanian yang bertujuan untuk mendukung pertanian masyarakat. Selain itu, dari sekala mikro dapat dilakukan pengembangan kaum perempuan yang memproduksi kain tenun khas kawasan adat sebagai salah satu komoditi hasil kesenian masyarakat. 5. Pengkajian penggunaan-penggunaan teknologi yang memiliki banyak dampak positif dari segi peralatan masyarakat. Bukan teknologi yang dapat memicu perubahan sosial budaya atau moral masyarakat setempat. 6. Sosial budaya secara keseluruhan dapat dijadikan potensi wisata adat. Ciri khas fisik maupun nonfisik lingkungan kawasan telah menjadi salah satu daya tarik wisatawan, hal tersebut perlu dijaga keasliannya. Untuk mendukung potensi wisata tersebut diperlukan pengembangan management dan pusat pengembangan dan informasi kawasan adat, tentunya dari segi tata ruang fisik dikembangkan diwilayah kajang luar dengan tujuan inti di kawasan kajang dalam. 7. Penataan lingkungan yang menjaga keseimbangan alam antara kawasan budidaya dengan kawasan lindung dalam upaya menjaga kelestarian penghidupan sebagian besar masyarakat. 8. Melibatkan peran serta dan potensi masyarakat yaitu melalui penguatan kemampuan yang telah ada maupun pengalihan kemampuan baru kepada masyarakat. 8

9 3. KESIMPULAN Dalam peranan kehidupan modern, tradisi dianggap primitif sehingga menyebabkan perubahan makna kearifan lokal. Maka dibutuhkan konsep yang mampu menyeimbangkan antara kebutuhan dan penghargaan terhadap alam, baik itu datangnya dari para praktisi maupun akademisi, agar nilai kearifan tersebut dapat terjaga dan lestari. Kekuatan kearifan lokal berasal dari pemikiran yang sudah ada sejak dulu dan bersifat lokal, tidak terbatas pada wilayah geografis, masing-masing memiliki nilai kearifan lokal sesuai dengan kondisi budaya dan alam setempat. Begitupun wujud kearifan lokal intangibel pasang rikajang yang mampu mempengaruhi kondisi lokal sosial-budaya yang ada dikawasan adat ammaota suku kajang. Sebagai kawasan adat yang bersumber dari ajaran pasang, adat, norma, dan tradisinya masih terus dipertahankan menurut kepercayaan yang dipegang teguh oleh masyarakat. Sehingga pengaruh-pengaruh yang dianggap dapat merusak adat dan bertentangan dengan pasang akan ditolak. Namun untuk tujuan pengembangan kawasan adat yang lebih terencana dan tertata dengan baik tentunya perlu sebuah konsep yang bersumber dari potensi masyarakat setempat tanpa harus meruba kondisi yang sudah ada. Dengan demikian, untuk kasus kawasan adat ammatoa suku kajang ini perlu direncanakan berdasarkan adat dan aturan yang ada di dalam kawasan dengan prinsip partisipasi masyarakat secara langsung. 4. REFERENSI Aminah, Sitti Nilai-nilai Luhur Budaya Spritual Masyarakat Ammatoa Kajang. Departemen P & K Sulawesi Selatan. Akib, Yusuf, Potret Manusia Kajang, Pustaka Refleksi: Makassar. Ernawi, Harmonisasi Kearifan Lokal Dalam Regulasi Penataan Ruang. Makalah pada Seminar Nasional Urban Culture, Urban Future : Harmonisasi Penataan Ruang dan Budaya Untuk Mengoptimalkan Potensi Kota. Gobyah, I. Ketut, Berpijak Pada Kearifan lokal, Gising, Simbolisme Dalam Tradisi Lisan Pasang Ri-Kajang: Tinjauan Semiotik. Universitas Hasanuddin. BAHASA DAN SENI, Tahun 40, Nomor 2, Agustus Heryati, Menguak Nilai-nilai Tradisi Pada Rumah Tinggal Masyarakat Ammatoa-Tanatoa Kajang di Sulawesi Selatan Hijjang, Pasang dan Kepemimpinan Ammatoa:Memahami Kembali Sistem Kepemimpinan Tradisional Masyarakat Adat dalam Pengelolaan Sumberdaya Hutan di Kajang Sulawesi Selatan. Universitas Hasanuddin. ANTROPOLOGI INDONESIA Vol. 29, No. 3, 2005 Pawitro, Prinsip-Prinsip Kearifan Lokal Dan Kemandirian Berhuni pada Arsitektur Rumah Tinggal Suku Sasak Di Lombok Barat. Simposium Nasional RAPI X FT UMS 2011 ( 2012). Pengembangan Kawasan Perdesaan. 9

1 BAB I PENDAHULUAN. Arsitektur rumah tradisional yang tersebar hingga ke pelosok Nusantara

1 BAB I PENDAHULUAN. Arsitektur rumah tradisional yang tersebar hingga ke pelosok Nusantara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Arsitektur rumah tradisional yang tersebar hingga ke pelosok Nusantara memiliki berbagai keistimewaan masing-masing. Proses pembuatan atau pembangunan rumah tersebut,

Lebih terperinci

BAB 8 KESIMPULAN DAN KONTRIBUSI

BAB 8 KESIMPULAN DAN KONTRIBUSI BAB 8 KESIMPULAN DAN KONTRIBUSI 8.1. Kesimpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan dalam penelitan ini maka dibuat kesimpulan dari fokus kajian mengenai, perubahan ruang hunian, gaya hidup dan gender,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masyarakat dan kebudayaan merupakan hubungan yang sangat sulit dipisahkan. Sebab masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sumber daya alam merupakan titipan Tuhan untuk dimanfaatkan sebaikbaiknya

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sumber daya alam merupakan titipan Tuhan untuk dimanfaatkan sebaikbaiknya I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya alam merupakan titipan Tuhan untuk dimanfaatkan sebaikbaiknya bagi kesejahteraan manusia. Keberadaan sumber daya alam dan manusia memiliki kaitan yang sangat

Lebih terperinci

2015 KEHID UPAN MASAYARAKAT BAD UY LUAR D I D ESA KANEKES KABUPATEN LEBAK BANTEN

2015 KEHID UPAN MASAYARAKAT BAD UY LUAR D I D ESA KANEKES KABUPATEN LEBAK BANTEN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Masyarakat merupakan sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau dengan istilah ilmiah, saling berinteraksi. Suatu kesatuan manusia dapat mempunyai prasarana

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 2 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KARAWANG TAHUN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 2 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KARAWANG TAHUN PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 2 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KARAWANG TAHUN 2011 2031 UMUM Ruang wilayah Kabupaten Karawang dengan keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, REKOMENDASI 189 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, REKOMENDASI A. Simpulan Umum Kampung Kuta yang berada di wilayah Kabupaten Ciamis, merupakan komunitas masyarakat adat yang masih teguh memegang dan menjalankan tradisi nenek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumber daya alam yang terdapat pada suatu wilayah pada dasarnya merupakan modal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumber daya alam yang terdapat pada suatu wilayah pada dasarnya merupakan modal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya alam yang terdapat pada suatu wilayah pada dasarnya merupakan modal dasar pembangunan yang perlu digali dan dimanfaatkan secara tepat dengan memperhatikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang terkenal akan kemajemukan suku bangsanya, terdapat lebih dari 654 komunitas lokal atau sub suku bangsa dari 19 suku bangsa tersebar di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan yang berkembang di daerah-daerah di seluruh Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan yang berkembang di daerah-daerah di seluruh Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebudayaan yang berkembang di daerah-daerah di seluruh Indonesia merupakan buah Pergumulan Kreatif dari penduduk setempat dan telah menjadi warisan untuk genarasi

Lebih terperinci

Dari Bukit Turun Ke Sawah PLPBK di Kawasan Heritage Mentirotiku dan Lakessi

Dari Bukit Turun Ke Sawah PLPBK di Kawasan Heritage Mentirotiku dan Lakessi Dari Bukit Turun Ke Sawah PLPBK di Kawasan Heritage Mentirotiku dan Lakessi PLPBK DI KAWASAN HERITAGE MENTIROTIKU Kabupaten Toraja Utara memiliki budaya yang menarik bagi wisatawan dan memilki banyak obyek

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Simpulan Pada bagian ini akan disimpulan hasil penelitian yang telah dilakukan dalam penulisan skripsi yang berjudul. Kehidupan Masyarakat Baduy Luar Di Desa Kanekes

Lebih terperinci

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PERLINDUNGAN HUTAN

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PERLINDUNGAN HUTAN GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PERLINDUNGAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal memiliki potensi sumberdaya alam yang tinggi dan hal itu telah diakui oleh negara-negara lain di dunia, terutama tentang potensi keanekaragaman hayati

Lebih terperinci

BAB V PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT TERHADAP MITOS DAN NORMA

BAB V PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT TERHADAP MITOS DAN NORMA 36 BAB V PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT TERHADAP MITOS DAN NORMA 5.1 Gambaran Sosial-Budaya Masyarakat Lokal Masyarakat Kampung Batusuhunan merupakan masyarakat yang identik dengan agama Islam dikarenakan

Lebih terperinci

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil hasil yang diperoleh pada bab sebelumnya, terlihat bahwa: 1. Secara umum gambaran singkat seluruh aktivitas masyarakat Baduy baik itu unsur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar di dalam suatu ekosistem. Hutan mampu menghasilkan oksigen yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. besar di dalam suatu ekosistem. Hutan mampu menghasilkan oksigen yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan anugerah Tuhan yang memiliki dan fungsi yang sangat besar di dalam suatu ekosistem. Hutan mampu menghasilkan oksigen yang dapat menjaga kesegaran udara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial juga makhluk budaya. Sebagai makhluk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial juga makhluk budaya. Sebagai makhluk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial juga makhluk budaya. Sebagai makhluk sosial, manusia selalu hidup bersama dalam artian bahwa sesungguhnya manusia hidup dalam interaksi

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Seberang Pulau Busuk merupakan salah satu desa dari sebelas desa di

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Seberang Pulau Busuk merupakan salah satu desa dari sebelas desa di BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Geofrafis dan Demografis Seberang Pulau Busuk merupakan salah satu desa dari sebelas desa di wilayah Kecamatan Inuman Kabupaten Kuantan Singingi Propinsi Riau.

Lebih terperinci

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PERLINDUNGAN HUTAN

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PERLINDUNGAN HUTAN GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PERLINDUNGAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006 KATA PENGANTAR Untuk mencapai pembangunan yang lebih terarah dan terpadu guna meningkatkan pembangunan melalui pemanfaatan sumberdaya secara maksimal, efektif dan efisien perlu dilakukan perencanaan, pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. itu wajib bagi generasi muda untuk melestarikan dan menjaganya agar tidak. hilang terkena arus globalisasi dan modernisasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. itu wajib bagi generasi muda untuk melestarikan dan menjaganya agar tidak. hilang terkena arus globalisasi dan modernisasi. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan keanekaragaman kebudayaannya dari sabang sampai merauke dan setiap kebudayaannya memiliki ciri khas dan karakter yang

Lebih terperinci

Implementasi Model Pendidikan Keluarga Pada Masyarakat Adat Kajang

Implementasi Model Pendidikan Keluarga Pada Masyarakat Adat Kajang Implementasi Model Pendidikan Keluarga Pada Masyarakat Adat Kajang Wilayah atau komunitas Masyarakat Adat Suku Kajang menjadi objek penyelenggaraan labsite pendidikan keluarga tahun 2016, seperti apa harapannya

Lebih terperinci

BUPATI ENREKANG PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN ENREKANG NOMOR 1 TAHUN 2016

BUPATI ENREKANG PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN ENREKANG NOMOR 1 TAHUN 2016 P BUPATI ENREKANG PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN ENREKANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGAKUAN DAN PERLINDUNGAN TERHADAP MASYARAKAT HUKUM ADAT DI KABUPATEN ENREKANG DENGAN

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. kabupaten yang salah satu dari 14 Desa Kelurahan pada awalnya merupakan

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. kabupaten yang salah satu dari 14 Desa Kelurahan pada awalnya merupakan 29 BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Desa Teluk Mesjid Desa Teluk Mesjid adalah suatu wilayah di kecamatan Sungai Apit kabupaten yang salah satu dari 14 Desa Kelurahan pada awalnya merupakan

Lebih terperinci

VII. PERSEPSI MASYARAKAT KASEPUHAN SINAR RESMI TERHADAP PERLUASAN KAWASAN TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN SALAK (TNGHS)

VII. PERSEPSI MASYARAKAT KASEPUHAN SINAR RESMI TERHADAP PERLUASAN KAWASAN TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN SALAK (TNGHS) VII. PERSEPSI MASYARAKAT KASEPUHAN SINAR RESMI TERHADAP PERLUASAN KAWASAN TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN SALAK (TNGHS) 7.1. Persepsi Masyarakat Kasepuhan Sinar Resmi terhadap Keberadaan Hutan Penilaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut menjadi isu yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut menjadi isu yang sangat penting untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut menjadi isu yang sangat penting untuk diperhatikan. Karena akhir-akhir ini eksploitasi terhadap sumberdaya pesisir dan laut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kampung adat Benda Kerep terletak di Argasunya Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon. Masyarakat kampung ini masih memelihara tradisi yang hingga kini masih dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang merupakan daerah yang memiliki potensi budaya yang masih berkembang secara optimal. Keanekaragaman budaya mencerminkan kepercayaan dan kebudayaan masyarakat setempat

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.34/MENLHK/SETJEN/KUM.1/5/2017 TENTANG PENGAKUAN DAN PERLINDUNGAN KEARIFAN LOKAL DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kota Jakarta yang merupakan pusat pemerintahan, perdagangan, jasa, pariwisata dan kebudayaan juga merupakan pintu gerbang keluar masuknya nilai-nilai budaya

Lebih terperinci

-1- PENJELASAN ATAS QANUN ACEH NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG KEHUTANAN ACEH

-1- PENJELASAN ATAS QANUN ACEH NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG KEHUTANAN ACEH -1- PENJELASAN ATAS QANUN ACEH NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG KEHUTANAN ACEH I. UMUM Sejalan dengan Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 sebagai landasan konstitusional yang mengamanatkan agar bumi, air dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. (1968) disebut sebagai tragedi barang milik bersama. Menurutnya, barang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. (1968) disebut sebagai tragedi barang milik bersama. Menurutnya, barang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan komponen yang sangat penting dalam kehidupan makhluk hidup di alam ini. Selain itu, air juga merupakan barang milik umum, sehingga air dapat mengalami

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG

- 1 - PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG - 1 - PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN PERATURAN PRESIDEN NOMOR 186 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERDAYAAN SOSIAL TERHADAP KOMUNITAS ADAT TERPENCIL DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Rakyat dan Pengelolaannya Hutan rakyat adalah suatu lapangan yang berada di luar kawasan hutan negara yang bertumbuhan pohon-pohonan sedemikian rupa sehingga secara keseluruhan

Lebih terperinci

BUPATI PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR : 10 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,

Lebih terperinci

2015, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Le

2015, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Le No.1279, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENSOS. Pemberdayaan. Sosial. Adat. Terpencil. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPULIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN PERATURAN PRESIDEN NOMOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaannya diserahkan hukum adat (Pasal 1 UU No.41 tahun 1999). Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaannya diserahkan hukum adat (Pasal 1 UU No.41 tahun 1999). Masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan adat adalah hutan negara yang berada dalam wilayah adat yang pengelolaannya diserahkan hukum adat (Pasal 1 UU No.41 tahun 1999). Masyarakat hukum adat tidak diakui

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Setelah menganalisis hasil penelitian dan pengolahan data, maka penulis mengambil kesimpulan, yaitu : Sebagai suatu bentuk struktur dari kegiatan pariwisata, desa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting pembangunan. Sehingga pada tanggal 11 Juni 2005 pemerintah pusat

BAB I PENDAHULUAN. penting pembangunan. Sehingga pada tanggal 11 Juni 2005 pemerintah pusat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembukaan undang-undang dasar 1945 telah menggariskan landasan filosofis mengenai hal-hal yang terkait dengan segala aktifitas berbangsa dan bernegara. Bahwa bumi,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 44 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Arat Sabulungan adalah akar budaya dan juga cara pandang hidup masyarakat Mentawai yang tetap menjaga dan mengatur masyarakat Mentawai melalui tabu dan pantrngannya.

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Negara Indonesia dengan luas daratan 1,3% dari luas permukaan bumi merupakan salah satu Negara yang memiliki keanekaragaman ekosistem dan juga keanekaragam hayati yang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan yang luas. Gejala ini mulai muncul sejak awal abad ke-20 dan mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan yang luas. Gejala ini mulai muncul sejak awal abad ke-20 dan mengakibatkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Globalisasi merupakan gejala yang tak dapat dihindari, tetapi sekaligus juga membuka kesempatan yang luas. Gejala ini mulai muncul sejak awal abad ke-20 dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140), yang disebut lingkungan hidup

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140), yang disebut lingkungan hidup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam Pasal 1 Angka 1 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor

Lebih terperinci

Bab II. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Tinjauan Penataan Ruang Nasional

Bab II. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Tinjauan Penataan Ruang Nasional Bab II Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG 2.1.1 Tinjauan Penataan Ruang Nasional Tujuan Umum Penataan Ruang; sesuai dengan amanah UU Penataan Ruang No. 26 Tahun 2007 tujuan penataan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Agroforestri Secara umum agroforestri adalah manajemen pemanfaatan lahan secara optimal dan lestari, dengan cara mengkombinasikan kegiatan kehutanan dan pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Hutan lindung sesuai fungsinya ditujukan untuk perlindungan sistem

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Hutan lindung sesuai fungsinya ditujukan untuk perlindungan sistem BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Hutan lindung sesuai fungsinya ditujukan untuk perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN - 107 - BAB V VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN Merujuk pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan bangsa di dunia yang mendiami suatu daerah tertentu memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, setiap bangsa memiliki

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MUSYAWARAH DEWAN PERSEKUTUAN MASYARAKAT ADAT ARSO JAYAPURA NOMOR : 03/KPTS DPMAA/DJ/94 TENTANG

KEPUTUSAN MUSYAWARAH DEWAN PERSEKUTUAN MASYARAKAT ADAT ARSO JAYAPURA NOMOR : 03/KPTS DPMAA/DJ/94 TENTANG KEPUTUSAN MUSYAWARAH DEWAN PERSEKUTUAN MASYARAKAT ADAT ARSO JAYAPURA NOMOR : 03/KPTS DPMAA/DJ/94 TENTANG PEMBANGUNAN, HAK MASYARAKAT DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP MUSYAWARAH PERSEKUTUAN MASYARAKAT ADAT

Lebih terperinci

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis 3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Penelitian dilakukan di dua kabupaten di Provinsi Jambi yaitu Kabupaten Batanghari dan Muaro Jambi. Fokus area penelitian adalah ekosistem transisi meliputi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Masyarakat Kampung Mosso di perbatasan provinsi papua kota Jayapura

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Masyarakat Kampung Mosso di perbatasan provinsi papua kota Jayapura BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN UMUM Masyarakat Kampung Mosso di perbatasan provinsi papua kota Jayapura memiliki pergaulan hidup yang unik jika dibandingkan dengan masyarakat Papua lainnya.

Lebih terperinci

PERATURAN DESA.. KECAMATAN. KABUPATEN... NOMOR :... TAHUN TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMANFAATAN SUMBER AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DESA.. KECAMATAN. KABUPATEN... NOMOR :... TAHUN TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMANFAATAN SUMBER AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DESA.. KECAMATAN. KABUPATEN... NOMOR :... TAHUN 20... TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMANFAATAN SUMBER AIR DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA Menimbang : a. bahwa sumber air sebagai

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Trimodadi Kecamatan Abung Selatan Kabupaten Lampung Utara

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Trimodadi Kecamatan Abung Selatan Kabupaten Lampung Utara IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Desa Trimodadi 1. Kondisi Geografis Desa Trimodadi Desa Trimodadi Kecamatan Abung Selatan Kabupaten Lampung Utara terletak pada ketinggian 120 m dari

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Hutan secara konsepsional yuridis dirumuskan di dalam Pasal 1 Ayat (1)

TINJAUAN PUSTAKA. Hutan secara konsepsional yuridis dirumuskan di dalam Pasal 1 Ayat (1) TINJAUAN PUSTAKA Definisi Hutan Hutan secara konsepsional yuridis dirumuskan di dalam Pasal 1 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. Menurut Undang- Undang tersebut, hutan adalah

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PENGAKUAN DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT HUKUM ADAT KAMPUNG KUTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS,

Lebih terperinci

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN Visi dan misi merupakan gambaran apa yang ingin dicapai Kota Surabaya pada akhir periode kepemimpinan walikota dan wakil walikota terpilih, yaitu: V.1

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu isu yang muncul menjelang berakhirnya abad ke-20 adalah persoalan gender. Isu tentang gender ini telah menjadi bahasan yang memasuki setiap analisis sosial. Gender

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bertambahnya jumlah penduduk dan masuknya migrasi penduduk di suatu daerah, maka akan semakin banyak jumlah lahan yang diperlukan untuk pemenuhan kebutuhan sandang, papan

Lebih terperinci

BAB II. DESKRIPSI DESA NAMO RAMBE PADA TAHUN Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang. Luas wilayahnya sekitar 389

BAB II. DESKRIPSI DESA NAMO RAMBE PADA TAHUN Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang. Luas wilayahnya sekitar 389 BAB II. DESKRIPSI DESA NAMO RAMBE PADA TAHUN 1988 2.1. Kondisi Geografis Desa Namo Rambe merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang. Luas wilayahnya sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, setiap individu terkait dengan persoalan politik dalam arti luas. Masyarakat sebagai kumpulan individu-individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup dalam melangsungkan kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup dalam melangsungkan kehidupannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk hidup dalam melangsungkan kehidupannya tidak lepas dari lingkungan hidup sekitarnya. Lingkungan hidup manusia tersebut menyediakan berbagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Senakin kabupaten Landak Kalimantan Barat. Teori-teori tersebut dalah sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Senakin kabupaten Landak Kalimantan Barat. Teori-teori tersebut dalah sebagai BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam Bab II ini penulis akan menjelaskan kajian teori yang akan digunakan dalam menganalisis data hasil penelitian yang berjudul pergeseran makna Tangkin bagi masyarakat Dayak Kanayatn

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata di Indonesia merupakan sektor ekonomi yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata di Indonesia merupakan sektor ekonomi yang penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata di Indonesia merupakan sektor ekonomi yang penting dalam mendongkrak pendapatan di sektor usaha atau pendapatan daerah. Dunia pariwisata saat ini sudah mengalami

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan data-data hasil penelitian dan pembahasan, sebagaimana telah

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan data-data hasil penelitian dan pembahasan, sebagaimana telah BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan data-data hasil penelitian dan pembahasan, sebagaimana telah diuraikan pada bagian terdahulu, maka pada bagian ini peneliti akan menarik beberapa kesimpulan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan sosial, pembangunan dan

PENDAHULUAN. peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan sosial, pembangunan dan PENDAHULUAN Latar Belakang Hutan sebagai bagian dari sumber daya alam nasional memiliki arti dan peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan sosial, pembangunan dan lingkungan hidup. Hutan memiliki

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. ± 30 km atau sekitar 2 jam jarak tempuh, sementara menuju Kabupaten Aceh

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. ± 30 km atau sekitar 2 jam jarak tempuh, sementara menuju Kabupaten Aceh BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 2.1 Kondisi Geografis Desa Suka Damai merupakan salah satu desa yang berada di wilayah Kecamatan Gereudong Pase, Kabupaten Aceh Utara. Ibu kota kecamatan ini berada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budaya merupakan simbol peradaban. Apabila sebuah budaya luntur dan tidak lagi dipedulikan oleh sebuah bangsa, peradaban bangsa tersebut tinggal menunggu waktu

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BULUKUMBA

PEMERINTAH KABUPATEN BULUKUMBA PEMERINTAH KABUPATEN BULUKUMBA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG HUTAN KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUKUMBA, Menimbang : a. bahwa hutan disamping

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGAKUAN DAN PERLINDUNGAN HAK MASYARAKAT HUKUM ADAT

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGAKUAN DAN PERLINDUNGAN HAK MASYARAKAT HUKUM ADAT RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGAKUAN DAN PERLINDUNGAN HAK MASYARAKAT HUKUM ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 101 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini akan disimpulkan hasil penellitian yang telah dilakukan dalam penulisan skripsi yang berjudul Tenun Songket Palembang 1980-2000 (Kajian Sosial Budaya Tentang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Hutan kemasyarakatan atau yang juga dikenal dengan community forestry

TINJAUAN PUSTAKA. Hutan kemasyarakatan atau yang juga dikenal dengan community forestry TINJAUAN PUSTAKA Pengertian hutan kemasyarakatan Hutan kemasyarakatan atau yang juga dikenal dengan community forestry memiliki beberapa pengertian, yaitu : 1. Hutan kemasyarakatan menurut keputusan menteri

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR

PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR Oleh : TEMMY FATIMASARI L2D 306 024 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2013 2018 Visi Terwujudnya Kudus Yang Semakin Sejahtera Visi tersebut mengandung kata kunci yang dapat diuraikan sebagai berikut: Semakin sejahtera mengandung makna lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang ada di Indonesia dan masih terjaga kelestariannya. Kampung ini merupakan kampung adat yang secara

Lebih terperinci

11 LEMBARAN DAERAH Oktober KABUPATEN LAMONGAN 6/E 2006 SERI E

11 LEMBARAN DAERAH Oktober KABUPATEN LAMONGAN 6/E 2006 SERI E 11 LEMBARAN DAERAH Oktober KABUPATEN LAMONGAN 6/E 2006 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 09 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

5.1. Analisa Produk Unggulan Daerah (PUD) Analisis Location Quotient (LQ) Sub Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Perikanan, dan Kehutanan

5.1. Analisa Produk Unggulan Daerah (PUD) Analisis Location Quotient (LQ) Sub Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Perikanan, dan Kehutanan 5.1. Analisa Produk Unggulan Daerah (PUD) 5.1.1 Analisis Location Quotient (LQ) Sub Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Perikanan, dan Kehutanan Produk Unggulan Daerah (PUD) Lamandau ditentukan melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ada di Indonesia. Kebutuhan akan kawasan konservasi sebagai kawasan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ada di Indonesia. Kebutuhan akan kawasan konservasi sebagai kawasan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Taman Nasional merupakan salah satu bentuk kawasan konservasi yang ada di Indonesia. Kebutuhan akan kawasan konservasi sebagai kawasan yang disisihkan untuk masa depan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Hutan secara konsepsional yuridis dirumuskan di dalam Pasal 1 Ayat (1)

TINJAUAN PUSTAKA. Hutan secara konsepsional yuridis dirumuskan di dalam Pasal 1 Ayat (1) TINJAUAN PUSTAKA Definisi Hutan Hutan secara konsepsional yuridis dirumuskan di dalam Pasal 1 Ayat (1) Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. Menurut Undangundang tersebut, hutan adalah suatu

Lebih terperinci

POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP

POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP Ekowisata pertama diperkenalkan oleh organisasi The Ecotourism Society (1990) adalah suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 116) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENANGANAN KONFLIK SOSIAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman tradisional Kelurahan Melai, merupakan permukiman yang eksistensinya telah ada sejak zaman Kesultanan

Lebih terperinci

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN Pada tahun 2009, Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian melakukan kegiatan analisis dan kajian secara spesifik tentang

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Lahirnya Kelembagaan Lahirnya kelembagaan diawali dari kesamaan karakteristik dan tujuan masing-masing orang dalam kelompok tersebut. Kesamaan kepentingan menyebabkan adanya

Lebih terperinci

2017 DAMPAK MODERNISASI TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT KAMPUNG BENDA KEREP KOTA CIREBON TAHUN

2017 DAMPAK MODERNISASI TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT KAMPUNG BENDA KEREP KOTA CIREBON TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberagaman dalam budaya Indonesia tercermin dalam berbagai kebudayaan lokal yang berkembang di masyarakat. Keragaman tersebut tidak muncul begitu saja, melainkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. asia, tepatnya di bagian asia tenggara. Karena letaknya di antara dua samudra,

BAB I PENDAHULUAN. asia, tepatnya di bagian asia tenggara. Karena letaknya di antara dua samudra, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar yang terletak di benua asia, tepatnya di bagian asia tenggara. Karena letaknya di antara dua samudra, yaitu samudra

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Awal terbentuknya Desa Margo Mulyo Pada tahun 1960 terjadi bencana alam

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Awal terbentuknya Desa Margo Mulyo Pada tahun 1960 terjadi bencana alam IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN A. Kondisi Desa 1. Sejarah Desa Awal terbentuknya Desa Margo Mulyo Pada tahun 1960 terjadi bencana alam gunung berapi di Magelang Kecamatan Serumbung Jawa tengah. Pada

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA. Universitas Sumatera Utara TINJAUAN PUSTAKA Partisipasi Masyarakat Desa Hutan Masyarakat (community) adalah sekumpulan orang yang mendiami suatu tempat tertentu, yang terikat dalam suatu norma, nilai dan kebiasaan yang disepakati

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 1997 TENTANG KETRANSMIGRASIAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 1997 TENTANG KETRANSMIGRASIAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 1997 TENTANG KETRANSMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, tarian dan adat istiadat yang dimiliki oleh setiap suku bangsa juga sangat beragam. Keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ayu Fauziyyah, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Ayu Fauziyyah, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberagaman dalam budaya Indonesia tercermin pada bagian budayabudaya lokal yang berkembang di masyarakat. Keragaman tersebut tidak ada begitu saja, tetapi juga karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan kebutuhan dasar masyarakat seperti pangan, obat-obatan, dan

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan kebutuhan dasar masyarakat seperti pangan, obat-obatan, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan salah satu sumber daya alam yang mampu menyediakan kebutuhan dasar masyarakat seperti pangan, obat-obatan, dan pendapatan bagi keluarga, sehingga hutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan

BAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Bima merupakan perpaduan dari berbagai suku, etnis dan budaya yang hampir menyebar di seluruh pelosok tanah air.akan tetapi pembentukan masyarakat Bima yang

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Perawang Barat maju pesat dalam pembangunan maupun perekonomian, hal ini didukung

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Perawang Barat maju pesat dalam pembangunan maupun perekonomian, hal ini didukung BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Geografis dan Demografis Sejarah Desa Perawang Barat adalah salah satu Desa hasil dari pemekaran dari Desa Induk yaitu Desa Tualang berdasarkan peraturan

Lebih terperinci

PENGANTAR REDAKSI. Salam Redaksi

PENGANTAR REDAKSI. Salam Redaksi PENGANTAR REDAKSI Syukur Alhamdulillah kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya dengan rahmat-nya segala yang kita lakukan dengan kerja keras dapat terlaksana dengan baik. Jurnal Etnoreflika Volume

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pemerintah Indonesia dalam pengembangan kepariwisataan

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pemerintah Indonesia dalam pengembangan kepariwisataan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upaya pemerintah Indonesia dalam pengembangan kepariwisataan diwujudkan dalam program Visit Indonesia yang telah dicanangkannya sejak tahun 2007. Indonesia sebagai

Lebih terperinci

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN VIII. KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan Dari hasil analisis terhadap keberlanjutan komunitas Kampung Adat Cireundeu dapat disimpulkan beberapa hal sebagai akhir kajian : Kelembagaan adat sebagai salah

Lebih terperinci

PERAN SERTA MASYARAKAT DESA DALAM MENJAGA DAN MEMELIHARA HUTAN

PERAN SERTA MASYARAKAT DESA DALAM MENJAGA DAN MEMELIHARA HUTAN PEMERINTAH KABUPATEN CIANJUR KECAMATAN CIDAUN DESA CIBULUH Jl. Lurah Bintang No. 129 Cibuluh, Cidaun, Cianjur 43275 PERATURAN DESA CIBULUH NOMOR : 01/Perdes-cb/IV/2003 Tentang PERAN SERTA MASYARAKAT DESA

Lebih terperinci