BAB II LANDASAN TEORI
|
|
- Hadian Darmadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Dasar Manajemen Risiko 1. Pengertian Manajemen Risiko Manajemen merupakan ilmu yang berhubungan dengan kepemimpinan, perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan terhadap suatu cabang bank atau bagian bank yang dilakukan oleh manajer. 20 Sedangkan risiko merupakan kemungkinan, kerugian, dan akibat. Risiko di sini merupakan risiko-risiko yang dapat ditimbulkan oleh kegiatan pembiayaan di BNI Syariah. 21 Adiwarman A. Karim dalam buku yang berjudul Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, menjelaskan bahwa Manajemen Risiko adalah serangkaian prosedur dan metodologi yang dapat digunakan untuk mengidentifikasikan, mengukur, memantau, dan mengendalikan risiko yang timbul dari suatu kegiatan usaha. 22 Manajemen Risiko adalah pengelolaan berbagai bentuk risiko yang berhubungan dengan operasional bank, sesuai dengan prinsip kehatihatian. Guna mengontrol risiko pembiayaan yang terdiri atas risiko kredit, risiko suku bunga yaitu dengan cara cegah risiko (kedging), financial futures, dan batas atau suku bunga (interest rate caps), Komarudin, Kamus Perbankan (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 1994), hlm Yasyin Sulchan, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Surabaya: Amanah, 1997), hlm. 22 Adiwarman A Karim, op. cit., hlm
2 21 tujuannya untuk mengendalikan biaya dana, anggaran biaya bunga dan membatasi tekanan terhadap perubahan tingkat suku bunga. 23 Meskipun BNI Syariah tidak menetapkan tingkat bunga, baik dari sisi pendanaan maupun sisi pembayaran, tetapi BNI Syariah tidak akan dapat terlepas dari risiko tingkat bunga. Hal ini disebabkan pasar yang dijangkau oleh Bank Syariah tidak hanya nasabah-nasabah yang loyal terhadap syariah. 2. Jenis-Jenis Risiko Jenis-jenis Risiko yang dihadapi oleh Bank adalah sebagai berikut: Risiko likuiditas Risiko likuiditas pasar di mana risiko yang timbul karena bank tidak mampu melakukan offsetting tertentu dengan harga, yang disebabkan kondisi likuiditas pasar yang tidak memadai atau terjadi gangguan pasar. Risiko likuiditas pendanaan di mana risiko yang timbul karena bank tidak mampu mencairkan assetnya atau memperoleh pendanaan dari sumber dana lain. 2. Risiko Pasar Risiko yang timbul akibat adanya perubahan variabel pasar, seperti: suku bunga, nilai tukar, harga equity dan harga komoditas sehingga nilai portofolio/asset yang dimiliki bank menurun. 23 Sudarno Heri, et al., Istilah-istilah Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (Yogyakarta: UII Press, 2004), hlm Asep Ali Hasan Wahyu Ari Nugroho, Manajemen Risiko,
3 22 3. Risiko Kredit Risiko yang timbul akibat kegagalan (default) dari pihak lain (nasabah/debitur) dalam memenuhi kewajibannya. Seperti dalam masalah pembiayaan, nasabah atau debitur lalai dalam memenuhi angsuran yang telah disepakati bersama. 4. Risiko Operasional Risiko akibat kurangnya sistem informasi atau sistem pengawasan internal yang akan menghasilkan kerugian yang tidak diharapkan. Dalam kasus ini dapat dicontohkan kasus Inong Malinda Dee di mana tidak adanya internal control Citybank serta tidak adanya rotasi jabatan sehingga dengan mudah melakukan penyelewengan. 5. Risiko Kepatuhan Risiko kepatuhan timbul sebagai akibat tidak dipatuhinya atau tidak dilaksanakannya peraturan-peraturan atau ketentuanketentuan yang berlaku atau yang telah ditetapkan baik ketentuan internal maupun eksternal. 6. Risiko Hukum Risiko hukum terkait dengan risiko bank yang menanggung kerugian sebagai akibat adanya tuntutan hukum, kelemahan dalam aspek legal atau yuridis. Kelemahan ini diakibatkan antara lain oleh ketiadaan peraturan perundang-undangan yang mendukung atau kelemahan perikatan seperti tidak terpenuhinya syarat-syarat syahnya kontrak dan pengikatan agunan yang tidak sempurna.
4 23 7. Risiko Reputasi Risiko yang timbul akibat adanya publikasi negatif yang terkait dengan kegiatan usaha bank atau karena adanya persepsi negatif terhadap bank. Resiko reputasi ini berasal dari argumen masyarakat dalam menilai perbankan yang di pengaruhi beritaberita dari media cetak atau elektronik. Seperti dalam kasus penggelapan dana nasabah di Bank Century yang mengakibatkan kurangnya kepercayaan masyarakat untuk menginvestasikan dananya di bank tersebut. 8. Risiko Strategik Risiko yang timbul karena adanya penetapan dan pelaksanaan strategi usaha bank yang tidak tepat, pengambilan keputusan bisnis yang tidak tepat atau kurang responsifnya bank terhadap perubahan-perubahan eksternal. 3. Penilaian Risiko Dalam membangun kadar pengawasan yang diperlukan, Angkatan Udara Amerika Serikat menggunakan risk assessment matrix. Matrix mengkombinasikan berat-ringannya beban risiko dan kemungkinan hazard sampai lima tingkat penilaian. Tingkat penilaian risiko menjelaskan semua dampak dari semua hazard yang terkait dengan operasi yaitu : Muhammad, Manajemen Bank Syariah (Yogyakarta: (UPP) AMP YKPN, 2003), hlm.
5 24 a. Sangat tinggi (extremely high): kehilangan kemampuan untuk menyelesaikan semua operasi b. Tinggi (high) : kehilangan kemampuan untuk memenuhi persyaratan standar operasi c. Sedang (medium) : turunnya kemampuan dalam pemenuhan persyaratan standar operasi d. Rendah (low) : tidak (sedikit) berdampak pada penyelesaian operasi e. Sangat rendah (residual risk) : risiko tersisa setelah dilakukan usaha pengurangan risiko. 4. Standar Manajemen Risiko Sistem manajemen risiko dapat dijadikan sebagai standar yang bisa dianut oleh bank. Sistem manajemen risiko yang komperhensif harus mencakup 3 komponen berikut : 26 a) Membangun lingkungan manajemen risiko yang tepat serta kebijakan dan prosedur yang sehat. Tahap ini berhubungan dengan keseluruhan tujuan dan strategi bank terhadap risiko dan kebijakankebijakan manajemen terhadapnya. b) Menciptakan proses pengukuran, mitigasi, memonitor, dan melaporkan berbagai eksposur risiko. Langkah-langkah yang perlu diambil untuk tujuan pengukuran adalah pembuatan standar bagi 26 Tariqullah Khan dan Habib Ahmed, op. cit., hlm. 17.
6 25 pengkategorian dan review risiko, penilaian secara konsisten dan rating eksposur risiko. c) Kontrol internal yang cukup. Bank harus memiliki kontrol internal untuk memastikan bahwa semua kebijakan telah terlaksana. Sebuah sistem kontrol internal yang efektif mencakup proses identifikasi dan evaluasi berbagai jenis risiko yang cukup dan terdapat sistem informasi yang memadai untuk mendukungnya. Sistem harus menciptakan kebijakan dan prosedur serta kepatuhannya harus di-review secara terus menerus. 5. Cara penyelesaian Risiko Seorang manajer risiko bukan saja harus mengorganisir tetapi harus pula menemukan dan menilai kemungkinan kerugian yang membutuhkan pengetahuan tentang fakta-fakta yang berhubungan dengan aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Ia juga harus dapat memutuskan dengan cara apa mengendalikan risiko-risiko yang mungkin timbul baik masa sekarang atau masa yang akan datang. Dalam hal ini diperlukan kerja sama dengan kepala-kepala bagian dan pegawai operasional untuk mengungkapkan semua risiko yang terdapat dalam bagian-bagian dan operasi-operasi sehingga dapat menentukan tanggungan dan tingkat kemungkinan sebuah kerugian. Sesudah manajer risiko mengidentifikasikan dan mengukur risiko yang dihadapi perusahaannya maka ia harus memutuskan bagaimana
7 26 menangani risiko tersebut. Pada dasarnya ada dua pendekatan dalam penanganan risiko yaitu ; Pengendalian risiko (risk control) Dalam mengendalikan risiko seorang manajer dapat menggunakan metode-metode sebagai berikut: a) Menghindari risiko Salah satu cara mengendalikan suatu risiko murni adalah menghindari harta, orang, atau kegiatan dari exposure terhadap risiko dengan jalan: - Menolak memiliki, menerima atau melaksanakan kegiatan itu walaupun hanya untuk sementara. - Menyerahkan kembali risiko yang terlanjur diterima, atau segera menghentikan kegiatan begitu kemudian diketahui mengandung risiko. Jadi menghindar risiko berarti juga menghilangkan risiko itu. b) Mengendalikan kerugian (loss control) Pengendalian kerugian dapat dijalankan dengan cara: - Merendahkan kemungkinan untuk terjadinya kerugian. - Mengurangi keparahannya jika kerugian tersebut memang terjadi. 27 Misbahul Munir, Implementasi Prudential Banking dalam Perbankan Syariah (Malang: UIN Malang Press, 2009), hlm. 54.
8 27 c) Penyebaran dan pemisahan Yang dimaksud penyebaran dan pemisahan di sini adalah menyebarkan harta yang menghadapi risiko yang sama. Misalnya dengan menempatkan barang persedian tidak dalam satu gudang saja, tapi dipisahkan dalam dua atau lebih. Maksud pemisahan ini adalah mengurangi jumlah kerugian untuk satu peristiwa. d) Pemindahan risiko Pemindahan risiko dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut, Pertama: harta milik atau kegiatan yang menghadapi risiko dapat dipindahkan kepada pihak lain. Misalnya perusahaan yang menjual salah satu gedungnya, dengan sendirinya telah memindahkan risiko yang berhubungan dengan pemilikan gedung itu kepada pemilik baru. Atau perusahaan yang menyerahkan sebagian kegiatannya kepada kontraktor, dengan tujuan untuk memindahkan risiko yang berhubungan dengan pekerjaan itu. Kedua: Risiko itu sendiri yang dipindahkan. Misalnya seorang pembuat barang mungkin sanggup mendesak seorang pengecer untuk memikul tanggung jawab terhadap diterimanya kerusakan barang yang terjadi sesudah barang
9 28 itu meninggalkan gedung milik pembuat barang, bahkan jika pembuat barang sebenarnya harus bertanggung jawab. 2. Pembiayaan risiko (risk financing) Metode kedua dalam penanganan risiko adalah dengan pembiayaan risiko (risk financing). Pembiayaan tersebut berhubungan dengan cara-cara pengadaan dana untuk memulihkan kerugian, hal ini karena dalam pengendalian risiko (risk control) tidak memerlukan pengerahan dana baik itu dengan memindahkan harta, kegiatan atau memindahkan tanggung jawab kepada seorang tansferee. Ada dua cara dalam proses pembiayaan risiko, yaitu : risk financing transfer (memindahkan risiko disertai dengan pembiayaan) dan risk retention (risiko ditangani sendiri oleh perusahaan yang bersangkutan). a. Risk Financing Transfer Memindahkan risiko melalui risk financing berarti trasferor mencari dana eksternal yang akan membayar kerugian yang bersangkutan apabila kerugian itu nanti sungguh terjadi. b. Risk Retention (Menanggung sendiri risiko) Metode paling umum penanganan risiko adalah penanggungan sendiri oleh perusahaan yang bersangkutan. Sumber dananya diusahakan oleh perusahaan yang
10 29 bersangkutan. Penanggungan sendiri ini bisa bersifat pasif atau tidak direncanakan (unplanned retention) dan bisa bersifat aktif atau direncanakan (planned retention). 6. Risiko Terkait Pembiayaan Mudharabah (Modal Kerja) Pada pembiayaan modal kerja / Mudharabah terdapat risiko terkait pembiyaan ini yaitu: 28 a) Business risk (risiko bisnis yang dibiayai) Adalah risiko yang terjadi pada first way out yang dipengaruhi oleh: 1. Industri risk yaitu risiko yang terjadi pada jenis usaha yang ditentukan oleh: karakteristik masing-masing jenis usaha yang bersangkutan, kinerja keuangan jenis usaha yang bersangkutan (industry financial standard). 2. Faktor negative lainnya yang mempengaruhi perusahaan nasabah, seperti kondisi group usaha, keadaan force majeure, permasalahan hukum, pemogokan, kewajiban off balance sheet (L/C impor, bank garansi), market risk (forex risk, interest risk, scurity risk), riwayat pembayaran (tunggakan kewajiban) dan restrukturisasi pembiayaan. 3. Shirinking risk (resiko berkurangnya nilai pembiayaan) adalah risiko yang terjadi pada second way out. 28 Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2004).
11 30 b) Unusual bisiness risk yaitu risiko bisnis yang luar biasa yang ditentukan oleh: 1. Penurunan drastis tingkat bisnis yang dibiayai. 2. Penurunan drastis harga jual barang/jasa dari bisnis yang dibiayai. 3. Penurunan drastis harga barang/jasa dari bisnis yang dibiayai. c) Jenis bagi hasil yang dilakukan, apakah profit and loss sharing atau revenue sharing. 1. Untuk jenis profit and loss sharing, shirnking risk muncul bila terjadi loss sharing yang harus ditanggung oleh bank. 2. Untuk jenis revenue sharing, shirnking risk terjadi bila nasabah tidak mampu menanggung biaya (nafaqah) yang seharusnya ditanggung nasabah, sehingga nasabah tidak mampu melanjutkan usahanya. d) Disaster risk yaitu keadaan force majeure yang dampaknya sangat besar terhadap bisnis nasabah yang dibiayai bank. e) Character risk (risiko karakter buruk mudharib) yaitu risiko yang terjadi pada third way out yang dipengaruhi oleh hal berikut: 1. Kelalaian nasabah dalam menjalankan bisnis yang dibiayai bank. 2. Pelanggaran ketentuan yang telah disepakati sehingga nasabah dalam menjalankan bisnis yang dibiayai bank tidak lagi sesuai dengan kesepakatan.
12 31 3. Pengelolaan intenal perusahaan seperti manajemen, organisasi, pemasaran, teknis produksi, dan keuangan yang tidak dilakukan secara profesional sesuai dengan standar pengelolaan yang disepakati antara bank dan nasabah. Untuk mengatasi character risk, bank menetapkan kovenan khusus pembiayaan mudharabah. Bila terjadi kerugian yang disebabkan oleh character risk, kerugian akan di bebankan kepada nasabah. Untuk menjamin agar nasabah mampu menanggung kerugian akibat risiko tersebut, maka bank menetapkan adanya jaminan (colleteral). B. Konsep Dasar Pembiayaan dalam Lembaga Keuangan Syariah 1. Pengertian Pembiayaan Pembiayaan atau financing, yaitu pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga. Adapun Pembiayaan dalam Bank Islam adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa: a. Transaksi Bagi Hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah b. Transaksi sewa dalam bentuk ijarah atau sewa dengan opsi perpindahan hak milik dalam bentuk ijarah muntahiyah bit Tamlik. c. Transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan istishna.
13 32 d. Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang Qardh. e. Transaksi multijasa dengan menggunakan akad ijarah atau kafalah. Berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank atau Lembaga Keuangan dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai dan/atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan, tanpa imbalan, atau bagi hasil. 2. Tujuan dan Fungsi Pembiayaan Pembiayaan merupakan sumber pendapatan bagi Bank Syariah. Tujuan pembayaran yang dilaksanakan Perbankan Syariah terkait dengan stake holder, yakni: 29 a. Pemilik : Dari sumber pendapatan diatas, para pemilik mengharapkan akan memperoleh penghasilan atas dana yang ditanamkan pada bank tersebut. b. Pegawai : Para pegawai mengharapkan dapat memperoleh kesejahteraan dari bank yang dikelolanya. c. Masyarakat 1. Pemilik dana : sebagaimana pemilik, mereka mengharapkan dana yang diinvestasikan akan memperoleh hasil 2. Debitur yang bersangkutan : Para debitur, dengan penyediaan dana baginya, mereka terbantu guna menjalankan 29 Muhammad, op. cit., hlm. 183.
14 33 usahanya (sektor produktif) atau terbantu untuk pengadaan barang yang diinginkannya (pembiayaan konsumtif). 3. Masyarakat umum-konsumen : mereka dapat memperoleh barang-barang yang dibutuhkan. d. Pemerintah : Akibat penyediaan pembiayaan, pemerintah terbantu dalam pembiayaan pembangunan negara. e. Bank : Bank dapat mengembangkan dan meneruskan usahanya agar tetap bertahan dan meluas jaringan usahanya. Pembiayaan secara umum, memiliki fungsi untuk: a. Meningkatkan Daya Guna Uang b. Meningkatkan Daya Guna Barang c. Meningkatkan Peredaran Uang d. Menimbulkan Kegairahan Usaha e. Stabilitas Ekonomi f. Sebagai Jembatan untuk Meningkatkan Pendapatan Nasional 3. Jenis-Jenis Pembiayaan Pembiayaan merupakan tugas pokok dalam perbankan, yaitu pemberi fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihakpihak yang merupakan defisit unit. Menurut sifat penggunaannya, pembiayaan dapat dibagi menjadi 2 jenis: Muhammad Syafi i Antonio, op. cit., hlm. 160.
15 34 a) Pembiayaan produktif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas yaitu peningkatan usaha, baik usaha produksi, perdagangan maupun investasi. b) Pembiayaan konsumtif yaitu pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi yang akan habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan. Menurut keperluannya, pembiayaan produktif dapat dibagi menjadi 2 hal berikut: a) Pembiayaan Modal Kerja yaitu pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan : 1. Peningkatan produksi, baik secara kuantitatif, yaitu jumlah hasil produksi, maupun secara kualitatif yaitu peningkatan kualitas atau mutu hasil produksi; dan 2. Untuk keperluan perdagangan atau peningkatan utility of place dari suatu barang. b) Pembiayaan investasi, yaitu untuk memenuhi kebutuahan barangbarang modal (capital goods) serta fasilitas-fasilitas yang erat kaitannya dengan itu. 4. Analisis Pengawasan Pembiayaan Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam analisis pengawasan pembiayaan di Bank Syariah adalah sebagai berikut : 31 a) Pendekatan analisis pembiayaan 31 Muhammad, op. cit., hlm. 260.
16 35 Ada beberapa pendekatan analisa pembiayaan yang dapat diterapkan oleh Bank Syariah dalam kaitannya dengan pembiayaan yang dapat diterapkan oleh Bank Syariah dalam kaitannya dengan pembiayaan yang akan dilakukan, yaitu: 1. Pendekatan Jaminan, artinya Bank dalam memberikan pembiayaan selalu memperhatikan kuantitas dan kualitas jaminan yang dimiliki oleh peminjam. 2. Pendekatan Karakter, artinya bank mencermati secara sungguh-sungguh terkait dengan karakter nasabah. 3. Pendekatan kemampuan pelunasan, artinya bank menganalisis kemampuan nasabah untuk melunasi jumlah pembayaran yang telah diambil 4. Pendekatan dengan study kelayakan, artinya bank memperhatikan kelayakan usaha yang dijalankan oleh nesabah peminjam 5. Pendekatan fungsi-fungsi bank, artinya bank memperhatikan fungsinya sebagai Lembaga Intermediary keuangan yaitu mengatur mekanisme dana yang dikumpulkan dengan dana yang disalurkan. b) Prinsip analisis pembiayaan Selain pendekatan di atas, bank juga mengunakan prinsip analisis pembiayaan berdasarkan dengan prinsip 5C, yaitu : a) Character : sifat/karakter nasabah pengambil pinjaman
17 36 b) Capacity : kemampuan nasabah untuk menjalankan usaha dan mengembalikan pinjaman yang diambil c) Capital : besarnya modal yang diperlukan d) Colateral : jaminan yang telah dimiliki yang diberikan peminjam kepada bank e) Condition : keadaan usaha nasabah prospek atau tidak Prinsip 5C tersebut terkadang ditambahkan dengan 1C yaitu Constraint artinya hambatan-hambatan yang mungkin mengganggu proses usaha. c) Media pemantauan pembiayaan Setelah melakukan analisis dengan prinsip-prinsip pembiayaan dan pendekatan bank juga perlu mengadakan media pemantauan pembiayaan seperti : 1. Informasi dari luar Bank Syariah Diupayakan data dari laporan periodik usaha yang dibiayai baik itu berupa laporan stok, realisasi kerja dan laporan keuangan. 2. Informasi dari dalam Bank Syariah Penelitian mutasi keuangan anggota dalam rekening sehingga diperoleh gambaran mutasi yang sesungguhnya dan tidak terjadi manipulasi. 3. Meneliti perputaran yang terjadi atas debit atau kredit pada beberapa bulan berjalan.
18 37 4. Memberikan tanda pada laporan sehingga dapat diantisisipasi jika ada kekeliruan yang lebih besar. 5. Periksalah adakah tanggal-tanggal jatuh tempo yang dijanjikan terealisasi. 6. Meneliti buku-buku pembantu / tambahan dan map-map yang berkaitan dengan peminjaman. C. Pembiayaan Modal Kerja pada Lembaga Keuangan Syariah 1. Mekanisme dan Skema Pembiayaan Modal Kerja Mekanisme pembiayaan modal kerja yaitu : a) Nasabah mempunyai kontrak kerja dengan pemilik proyek. b) Nasabah mengajukan pembiayaan ke bank. c) Bank membiayai dengan akad mudharabah, bank membiayai seluruh kebutuhan biaya proyek. d) Pengembalian modal dan distribusi keuangan dapat dilakukan secara angsuran atau tempo. e) Distribusi tingkat keuntungan untuk Bank dan nasabah sebesar nisbah yang ditentukan pada akad. f) Pengembalian modal bank pada saat jatuh tempo pembayaran.
19 38 Sedangkan skema pembiayaan modal kerja seperti, gambar 2.1: BANK 4 5 NASABAH PEMILIK PROYEK 8 7 PROYEK 6 MODAL BAGI HASIL BAGI HASIL Keterangan : 1. Kontrak kerja antara nasabah dan pemilik proyek 2. Pengajuan dan pemenuhan persyaratan 3. Akad Mudharabah 4. Menyerahkan modal 5. Mengelola 6. Pengembalian modal dan distribusi keuntungan 7. Pengembalian modal dan bagi hasil sesuai nisbah bank 8. Bagi hasil sesuai nisbah nasabah
20 39 2. Perhitungan Nisbah Bagi Hasil pada Pembiayaan Modal Kerja Proses penentuan Bagi Hasil pembiayaan ditentukan dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: a. Tingkat keuntungan yang diharapkan pihak bank Hal ini dipengaruhi oleh beberapa komponen yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan pasar meliputi: - Beban dana operasional - Beban dana efektif - Beban overhead - Beban dana - Margin (Laba yang diinginkan) - Cadangan risiko pembiayaan bermasalah b. Perkiraan kemampuan keuntungan usaha yang dibiayai Diperoleh dari data historis tingkat rata-rata usaha yang akan dibiayai misalnya diketahui bahwa dari data historis usaha tersebut ternyata memiliki kemampuan menghasilkan keuntungan sebesar 30%. Hal ini dengan mempertimbangkan : - Perkiraan penjualan - Lama cash to cash cyle - Perkiraan biaya-biaya langsung berkaitan dengan kegiatan penjualan - Perkiraan biaya-biaya tidak langsung berkaitan dengan kegiatan penjualan
21 40 - Delayed factor, tambahan waktu yang ditambahkan pada cash to cash cycle untuk mengantisipasi timbulnya keterlambatan pembayaran dari nasabah kepada bank. c. Menghitung nisbah hak nasabah Didapat dari selisih antara tingkat keuntungan yang diharapkan pihak bank dengan perkiraan kemampuan keuntungan usaha yang dibiayai dibagi dengan perkiraan kemampuan keuntungan yang dibiayai. d. Menghitung nisbah hak bank Didapat dari sisa hak nasabah.
BAB IV ANALISIS MEKANISME MANAJEMEN RISIKO PADA PEMBIAYAAN MODAL KERJA UNTUK KOPERASI DI BNI SYARIAH CABANG PEKALONGAN
BAB IV ANALISIS MEKANISME MANAJEMEN RISIKO PADA PEMBIAYAAN MODAL KERJA UNTUK KOPERASI DI BNI SYARIAH CABANG PEKALONGAN A. Analisis Manajemen Risiko Pada Pembiayaan Modal Kerja Untuk Koperasi di BNI Syariah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejak Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, ada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, ada bentuk alternatif lain disamping bank konvensional yang sudah dikenal masyarakat yaitu bank yang berdasarkan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Risiko 1. Pengertian Risiko Risiko merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan, bahkan ada orang yang mengatakan bahwa tidak ada hidup tanpa risiko, terlebih
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/24/PBI/2006 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/24/PBI/2006 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kelangsungan usaha
Lebih terperinciSYSTEM PEMBIAYAAN PERBANKAN SYARIAH
Paper di bawah ini sama sekali tidak menghubungkan isi materi kuliah Hukum Ekonomi yang telah diberikan dosen ke dalam pembahasan hukum perbankan syariah. Yang dibahas dalam paper ini adalah sistem pembiayaan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. dengan mengambil judul Analisis Kelayakan Pembiayaan Mikro pada Bank
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan Pustaka Terdapat beberapa tinjauan pustaka terdahulu yang berhubungan dengan sistem screening nasabah pembiayaan yaitu Skripsi oleh Maulana Syam Idris
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Saat ini kehidupan perekonomian di dunia tidak dapat dipisahkan dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Saat ini kehidupan perekonomian di dunia tidak dapat dipisahkan dengan dunia perbankan. Hampir semua aktivitas perekonomian memanfaatkan perbankan sebagai
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kelangsungan
Lebih terperinciBAB III PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO MENURUT KETENTUAN PBI 13/23/2011 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH
34 BAB III PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO MENURUT KETENTUAN PBI 13/23/2011 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH A. Pengertian Pengertian manajemen risiko menurut
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PEMBIAYAAN BERMASALAH DAN PENANGANANNYA DI KOSPIN JASA LAYANAN SYARIAH PEMALANG
BAB IV ANALISIS PEMBIAYAAN BERMASALAH DAN PENANGANANNYA DI KOSPIN JASA LAYANAN SYARIAH PEMALANG A. Analisis Pembiayaan Bermasalah di Kospin Jasa Layanan Syariah Pemalang Keluarnya Keputusan Menteri Negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga keuangan syariah semakin berkembang pesat. Hal ini dapat dilihat dari semakin banyaknya lembaga keuangan syariah yang berdiri di Indonesia. Tidak hanya
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh Total Pembiayaan (Financing) terhadap NPF. Berdasarakan analisis data secara statistik dalam penelitian ini,
BAB V PEMBAHASAN A. Pengaruh Total Pembiayaan (Financing) terhadap NPF Berdasarakan analisis data secara statistik dalam penelitian ini, menjelaskan bahwa total pembiayaan keseluruhan perbankan syariah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan bank dan lembaga keuangan syariah. Dimana perkembangan
BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Perkembangan ekonomi Islam di Indonesia ditandai dengan perkembangan bank dan lembaga keuangan syariah. Dimana perkembangan lembaga kuangan syariah di Indonesia
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/9/PBI/2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 10/18/PBI/2008 TENTANG RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN BAGI BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu agama yang mengajarkan prinsip at ta awun yakni saling
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah suatu pandangan atau cara hidup yang mengatur semua sisi kehidupan manusia, maka tidak ada satu pun aspek kehidupan manusia yang terlepas dari ajaran
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Bank Syariah Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, definisi bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Pembiayaan Bank Syariah 1. Pengertian Pembiayaan Banyak defenisi mengenai pembiayaan yang dikemukakan oleh para ahli. Dari setiap defenisi tersebut tidaklah berbeda antara ahli
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/18/PBI/2004 TENTANG GUBERNUR BANK INDONESIA,
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/18/PBI/2004 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kinerja dan kelangsungan usaha Bank Perkreditan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. keberadaan bank sebagai lembaga keuangan telah bertansformasi menjadi dua
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberadaan bank sebagai perusahaan yang bergerak di bidang keuangan memegang peranan sangat penting dalam memenuhi kebutuhan akan dana. Sehubungan dengan hal tersebut sudah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. prinsip keadilan dan keterbukaan, yaitu Perbankan Syariah. operasional bisnisnya dengan sistem bagi hasil.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis yang melanda dunia perbankan Indonesia sejak tahun 997 telah menyadarkan semua pihak bahwa perbankan dengan sistem konvensional bukan merupakan satu-satunya
Lebih terperinciWAKA<LAH PADA KJKS MBS
BAB IV ANALISIS TERHADAP MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MURAlah di KJKS Muamalah Berkah Sejahtera Pembiayaan Mura>bah}ah
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. diberikan oleh pemilik dana kepada pengguna dana. Bank percaya kepada
BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Pembiayaan Pembiayaan dapat diartikan sebagai aktivitas bank syariah dalam menyalurkan dananya kepada pihak nasabah yang membutuhkan dana. Penyaluran dana dalam bentuk
Lebih terperinciLAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2015 TENTANG PRODUK DAN AKTIVITAS BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH
LAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2015 TENTANG PRODUK DAN AKTIVITAS BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH KODIFIKASI PRODUK DAN AKTIVITAS STANDAR BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH
Lebih terperinciBAB 5 Penutup. Universitas Indonesia. Risiko dan manajemen..., Lusianna Elizabeth, Pascasarjana UI, 2009
114 BAB 5 Penutup 5. 1. Kesimpulan Dari hasil pemaparan dalam bab-bab sebelumnya maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut,: 1. Bank syariah sebagai bank umum yang menjalankan kegiatan operasionalnya
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/ 7 /PBI/2003 TENTANG GUBERNUR BANK INDONESIA,
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/ 7 /PBI/2003 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF BAGI BANK SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kinerja dan kelangsungan usaha bank yang melakukan kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan perbankan mempunyai peranan penting dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga keuangan perbankan mempunyai peranan penting dalam menstabilkan perekonomian suatu negara. Bank sebagai lembaga intermediasi yang mempertemukan antara pihak
Lebih terperinciBAB I. Bandung, 2003, hal. xi 2 Undang-undang No. 10 Tahun 1998, Tentang Perbankan, hal. 5. Penerapan prinsip..., Indah Fajarwati, FH UI, 2011
BAB I A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi baik kebutuhan primer, sekunder maupun terseir. Adakalanya masyarakat tidak memiliki cukup
Lebih terperinciMANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH
MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH SESI 5: Manajemen Risiko Syariah Achmad Zaky,MSA.,Ak.,SAS.,CMA.,CA Definisi Risiko Dalam konteks perbankan, adalah suatu kejadian potensial yang dapat diperkirakan maupun yang
Lebih terperinciNo. 10/ 14 / DPbS Jakarta, 17 Maret S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK SYARIAH DI INDONESIA
No. 10/ 14 / DPbS Jakarta, 17 Maret 2008 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK SYARIAH DI INDONESIA Perihal : Pelaksanaan Prinsip Syariah dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana serta Pelayanan
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/18/PBI/2008 TENTANG RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN BAGI BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH.
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/18/PBI/2008 TENTANG RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN BAGI BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI Untuk lebih memahami penulisan Tugas Akhir yang berjudul Analisis Penerapan Manajemen Risiko Pembiayaan di BMT Tamzis cabang Wonosobo maka penulis menganggap perlu menulis istilah-istilah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008). Ditinjau dari segi imbalan atau
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bank adalah usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk lainnya
Lebih terperinciMANAJEMEN RISIKO PERBANKAN SYARIAH
MANAJEMEN RISIKO PERBANKAN SYARIAH Tujuan Manajemen Risiko 1. Menyediakan informasi tentang risiko kepada pihak regulator. 2. Memastikan bank tidak mengalami kerugian yang bersifat unacceptable. 3. Meminimalisasi
Lebih terperinciRISIKO PERBANKAN ANDRI HELMI M, SE., MM MANAJEMEN RISIKO
RISIKO PERBANKAN ANDRI HELMI M, SE., MM MANAJEMEN RISIKO Introduction Bank adalah sebuah institusi yang memiliki surat izin bank, menerima tabungan dan deposito, memberikan pinjaman, dan menerima serta
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS STRATEGI PENCEGAHAN DAN IMPLIKASI PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH MULTIGUNA BERMASALAH
BAB IV ANALISIS STRATEGI PENCEGAHAN DAN IMPLIKASI PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH MULTIGUNA BERMASALAH A. Strategi Pencegahan Pembiayaan Mura>bah}ah Multiguna Bermasalah Bank BNI Syariah Cabang Surabaya Resiko
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam (Fiqh Muamalah), PT. Grafindo Persada, Jakarta, 2003, hlm.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sosial kemasyarakatan, manusia secara naluri adalah makhluk yang senantiasa bergantung dan terikat serta saling membutuhkan kepada yang lain.
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. ANALISIS PENERAPAN SISTEM BAGI HASIL PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI KJKS CEMERLANG WELERI
BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. ANALISIS PENERAPAN SISTEM BAGI HASIL PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI KJKS CEMERLANG WELERI KENDAL Dikeluarkannya Undang-undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariat Islam. Berdasarkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank Islam adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini hampir semua kegiatan perekonomian. dilakukan oleh lembaga keuangan, misalnya bank, lembaga keuangan non bank,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini hampir semua kegiatan perekonomian yang mengelola dana dilakukan oleh lembaga keuangan, misalnya bank, lembaga keuangan non bank, lembaga pembiayaan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur pengertian prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perbankan syariah di Indonesia telah menjadi tolak ukur keberhasilan ekonomi syariah. Perkembangan bank syariah di Indonesia secara umum cukup menggembirakan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Subagyo, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, Yogyakarta, 2002, hlm. 127.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Krisis moneter dan ekonomi sejak Juli 1997, yang disusul dengan krisis politik nasional telah menelan korban membawa musibah besar dalam perekonomian nasional. Salah
Lebih terperinciMANAJEMEN RISIKO PADA PERBANKAN SYARI AH Di susun Oleh : Maryani* Abstract
MANAJEMEN RISIKO PADA PERBANKAN SYARI AH Di susun Oleh : Maryani* Abstract Risk management can be defined as a potential for the occurrence of an event that could cause harm. Risk is a possibility there
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penerapan Pembiayaan Mudharabah berdasarkan PSAK No. 105 dan PAPSI 2003. 1. Kebijakan umum pembiayaan mudharabah PT Bank Syariah Mandiri menetapkan sektor-sektor
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bank Pengertian bank menurut UU No. 7 tahun 1992 tentang perbankan sebagai mana diubah dengan UU No. 10 tahun 1998 : a. Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 9/19/PBI/2007 TENTANG PELAKSANAAN PRINSIP SYARIAH DALAM KEGIATAN PENGHIMPUNAN DANA DAN PENYALURAN DANA SERTA PELAYANAN JASA BANK SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciKARAKTERISTIK TRANSAKSI PERBANKAN SYARIAH DIRINGKAS DARI PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO.59
KARAKTERISTIK TRANSAKSI PERBANKAN SYARIAH DIRINGKAS DARI PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO.59 by KarimSyah Law Firm Level 11, Sudirman Square Office Tower B Jl. Jend. Sudirman Kav. 45-46, Jakarta
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kebijakan perbankan di Indonesia sejak tahun 1992 berdasarkan ketentuan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan perbankan di Indonesia sejak tahun 1992 berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan, yang kemudian diperkokoh dengan Undang-Undang
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA
BAB IV ANALISIS DATA A. Implementasi Manajemen Risiko Pembiayaan Ija>rah Multijasa pada PT. BPRS Jabal Nur Surabaya Setiap bank pasti menghendaki proses pembiayaan yang sehat yaitu pembiayaan yang berimplikasi
Lebih terperinciNo. 10/ 34 / DPbS Jakarta, 22 Oktober S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA
No. 10/ 34 / DPbS Jakarta, 22 Oktober 2008 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA Perihal : Restrukturisasi Pembiayaan bagi Bank Umum Syariah dan Unit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perbankan Indonesia, khususnya perbankan syariah, terus mengalami
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perbankan Indonesia, khususnya perbankan syariah, terus mengalami perubahan bentuk dan karakter secara signifikan pada beberapa dekade terakhir. Perubahan kebijakan-kebijakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan adalah mekanisme pembagian keuntungannya. Pada bank syariah,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di Indonesia saat ini organisasi bisnis Islam yang berkembang adalah bank syariah. Salah satu penyebab yang menjadikan bank syariah terus mengalami peningkatan adalah
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kelangsungan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Prosedur Pemberian Pembiayaan 1. Pembiayaan a. Pengertian Pembiayaan Pembiayaan secara lebih luas, berarti financing atau pembelanjaan, yaitu pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung
Lebih terperinciTAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No.5626 KEUANGAN. OJK. Manajemen. Resiko. Terintegerasi. Konglomerasi. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 348) PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS
Lebih terperinciGUBERNUR BANK INDONESIA,
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 7/5/PBI/2005 TENTANG PERLAKUAN KHUSUS TERHADAP KREDIT BANK UMUM PASCABENCANA NASIONAL DI PROPINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM DAN KABUPATEN NIAS, PROPINSI SUMATERA UTARA GUBERNUR
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Stewardship Theory Teori stewardship merupakan teori yang dicetuskan oleh Donaldson dan Davis tentang situasi para manajer yang memiliki motivasi dalam bekerja,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. operasional dan produknya dikembangkan berlandaskan pada Al-Qur an
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tinjauan Umum Perbankan Syariah 2.1.1.1 Pengertian Bank Syariah Bank syariah merupakan lembaga keuangan perbankan yang operasional dan produknya dikembangkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Rasio Keuangan a. Pengertian Rasio Keuangan Menurut Kasmir (2008:104), rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan
Lebih terperinciLAMPIRAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 40/POJK.05/2015 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA
OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 40/POJK.05/2015 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA - 2 - I. PEDOMAN PENILAIAN
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. tersebut dikarenakan dari hasil penyaluran pembiayaan bank dapat
BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Pembiayaan Pembiayaan merupakan sumber pendapatan bagi bank syariah. Hal tersebut dikarenakan dari hasil penyaluran pembiayaan bank dapat meneruskan dan mengembangkan
Lebih terperinciGUBERNUR BANK INDONESIA,
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 8/ 10 /PBI/2006 TENTANG PERLAKUAN KHUSUS TERHADAP KREDIT BANK PASCA BENCANA ALAM DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DAN DAERAH SEKITARNYA DI PROPINSI JAWA TENGAH GUBERNUR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pinggiran, atau biasa dikenal dengan rural banking. Di Indonesia, rural banking
BAB PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehadiran perbankan berfungsi melayani masyarakat di daerah pedesaan atau pinggiran, atau biasa dikenal dengan rural banking. Di ndonesia, rural banking diakomodasi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Pembiayaan Dua fungsi utama bank syariah adalah menghimpun dana dan menyalurkan dana. Penyaluran dana yang dilakukan bank syariah adalah pemberian
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/ 19 /PBI/2004 TENTANG PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/ 19 /PBI/2004 TENTANG PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kelangsungan usaha Bank
Lebih terperinciManajemen Resiko. Profil Resiko
Manajemen Resiko Profil Resiko Di Susun Oleh : Dea Deviana Anggraeny 20120730027 Reni Nurhidayah 20120730033 Ananda Syahdini E.P 20120730039 Melinda Dwijayanti 20120730041 Dhyka Rachmaeni 20120730045 Fakultas
Lebih terperinci2017, No khusus terhadap kredit atau pembiayaan bank bagi daerah tertentu di Indonesia yang terkena bencana alam; e. bahwa berdasarkan pertimba
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.151, 2017 KEUANGAN OJK. Bank. Bencana Alam. Daerah Tertentu. Kredit. Pembiayaan. Perlakuan Khusus. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk meminjam uang atau kredit bagi masyarakat yang membutuhkannya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Kemudian bank juga dikenal sebagai tempat untuk meminjam
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBIAYAAN MACET PADA AKAD MURABAHAH DI BMT NU SEJAHTERA MANGKANG
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBIAYAAN MACET PADA AKAD MURABAHAH DI BMT NU SEJAHTERA MANGKANG A. Analisis faktor-faktor penyebab terjadinya pembiayaan macet pada akad murabahah di BMT NU Sejahtera
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS AKUNTANSI PEMBIAYAAN MUSYARAKAH WAL IJARAH MUNTAHIYA BITTAMLIK DI BMI CABANG PEKALONGAN
BAB IV ANALISIS AKUNTANSI PEMBIAYAAN MUSYARAKAH WAL IJARAH MUNTAHIYA BITTAMLIK DI BMI CABANG PEKALONGAN 4.1 Pengakunan Pembiayaan Musyarakah Wal Ijarah Muntahiya Bittamlik di Bank Muamalat Indonesia Cabang
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/21/PBI/2006 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/21/PBI/2006 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kelangsungan
Lebih terperinciSTIE DEWANTARA Pengelolaan Risiko Kredit
Pengelolaan Risiko Kredit Manajemen Risiko, Sesi 6 Latar Belakang 1. Risiko Kredit didefinisikan sebagai risiko akibat kegagalan debitur dan/atau pihak lain dalam memenuhi kewajiban kepada Bank. 2. Pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perbankan nasional yang terbagi menjadi dua macam yaitu perbankan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perekonomian Indonesia tidak terlepas dari peran perbankan nasional yang terbagi menjadi dua macam yaitu perbankan syariah dan konvensional. Perbankan syariah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana, sedangkan bank
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank merupakan lembaga perantara keuangan antara masyarakat yang kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana, sedangkan bank menurut istilah adalah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Abdul Ghafur Anshori, Perbankan Syariah di Indonesia, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2009), hlm. 31.
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai sebuah Negara berpenduduk muslim terbesar di dunia baru pada akhir abad XX ini memiliki bank-bank yang mendasarkan pengelolaannya pada prinsip
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,
SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 45 /POJK.03/2017 TENTANG PERLAKUAN KHUSUS TERHADAP KREDIT ATAU PEMBIAYAAN BANK BAGI DAERAH TERTENTU DI INDONESIA YANG TERKENA BENCANA ALAM DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka Lembaga perbankan memegang peranan yang sangat penting dan dibutuhkan oleh masyarakat. Perbankan melayani kebutuhan pembiayaan dan memperlancar
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : 35.3/Per/M.KUKM/X/2007 TENTANG
PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 35.3/Per/M.KUKM/X/2007 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN KESEHATAN KOPERASI JASA KEUANGAN SYARIAH DAN UNIT JASA KEUANGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat, sebab sering dijumpai ada anggota masyarakat yang melakukan jual
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Istilah kredit bukan hal yang asing dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat, sebab sering dijumpai ada anggota masyarakat yang melakukan jual beli barang dengan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORITIS. secara dini indeksi-indeksi penyimpangan (deviation) dari kesepakatan
BAB II LANDASAN TEORITIS A. Sistim Maintain 1. Pengertian Sistim Maintain Sistim maintain atau disebut juga pengawasan pembiayaan merupakan usaha untuk mengetahui dan menyusun strategi perbaikan secara
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Deposito 1. Pengertian Deposito Secara umum, deposito diartikan sebagai simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu menurut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam perekonomian suatu negara. Menurut Undang-Undang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting dalam perekonomian suatu negara. Menurut Undang-Undang tahun 1998 tentang perubahan Undang-Undang
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. pelanggan perusahaan tidak berarti apa-apa. Bahkan sampai ada istilah yang
BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Nasabah Nasabah adalah aset atau kekayaan utama perusahaan karena tanpa pelanggan perusahaan tidak berarti apa-apa. Bahkan sampai ada istilah yang mengatakan pelanggan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kredit Kata dasar kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kredit 2.1.1 Pengertian kredit Kata dasar kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti kepercayaan, atau credo yang berarti saya percaya (Firdaus dan Ariyanti, 2009).
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. bentuk pembiayaan didasarkan pada kepercayaan yang diberikan oleh pemilik
BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Pembiayaan Pembiayaan merupakan aktivitas bank syariah dalam menyalurkan dananya kepada pihak nasabah yang membutuhkan dana. Penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. krisis, perbankan syariah mulai dapat berdiri sedangkan sebagian besar
1 BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Indonesia dengan mayoritas penduduk muslim kini semakin mengenal perbankan syariah. Semakin banyak yang menyadari bahwa perlunya lembaga keuangan yang beroperasional
Lebih terperinciBANK ROYAL INDONESIA PERIODE : 30 APRIL 2016
LAPORAN POSISI KEUANGAN/NERACA BULANAN BANK ROYAL INDONESIA PERIODE : 30 APRIL 2016 POS - POS ASET 1. Kas 8,741 2. Penempatan pada Bank Indonesia 160,533 3. Penempatan pada bank lain 3,478 4. Tagihan spot
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana fungsi utamanya sebagai penghimpun dan penyalur dana
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagaimana fungsi utamanya sebagai penghimpun dan penyalur dana dari masyarakat, perbankan memegang peranan yang sangat besar dalam perekonomian. Begitu pula dengan
Lebih terperinciPengertian. Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia. Iman Pirman Hidayat. Pembiayaan Mudharabah
Pengertian Iman Pirman Hidayat Pembiayaan mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara bank sebagai pemilik dana (shahibul maal) dan nasabah sebagai pengelola dana (mudharib) untuk melakukan kegiatan
Lebih terperinciAnalisis Akuntansi Pembiayaan Mudharabah Pada PT. Bank Rakyat Indonesia Syariah, Tbk KCI Citarum
Repositori STIE Ekuitas STIE Ekuitas Repository Final Assignment - Diploma 3 (D3) http://repository.ekuitas.ac.id Final Assignment of Accounting 2017-01-07 Analisis Akuntansi Pembiayaan Mudharabah Pada
Lebih terperinciBANK ROYAL INDONESIA PERIODE : 28 FEBRUARI 2018
LAPORAN POSISI KEUANGAN/NERACA BULANAN PERIODE : 28 FEBRUARI 208 POS - POS ASET. Kas 0.357 2. Penempatan pada Bank Indonesia 6.583 3. Penempatan pada bank lain 2.702 4. Tagihan spot dan derivatif 5. Surat
Lebih terperinciLAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN. PT BANK MEGA Tbk. Tanggal : 28 Februari 2018
LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN PT MEGA Tbk. Tanggal : 8 Februari 018 POS - POS ASET 1. Kas 94,05. Penempatan pada Bank Indonesia 5,59,49 3. Penempatan pada bank lain 3,364,909 4. Tagihan spot
Lebih terperinciBUKU IV AKUNTANSI SYARI AH BAB I CAKUPAN AKUNTANSI SYARI AH. Pasal 735
205 BUKU IV AKUNTANSI SYARI AH BAB I CAKUPAN AKUNTANSI SYARI AH Pasal 735 (1) Akuntansi syari ah harus dilakukan dengan mencatat, mengelompokkan, dan menyimpulkan transaksi-transaksi atau kejadian-kejadian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perekonomian yang dapat kita rasakan seperti sekarang, dimana hampir seluruh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Industri perbankan mempunyai peranan yang kompleks terhadap perekonomian yang dapat kita rasakan seperti sekarang, dimana hampir seluruh aspek kegiatan manusia
Lebih terperinciPenyajian Laporan Keuangan Bank Syariah. Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si.
Penyajian Laporan Keuangan Bank Syariah Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si. Syarat Transaksi sesuai Syariah a.l : Tidak Mengandung unsur kedzaliman Bukan Riba Tidak membahayakan pihak sendiri atau pihak lain.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangannya. Pertumbuhan ini dapat dilihat dari semakin banyaknya bankbank
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan dunia perbankan dirasa semakin cepat dan pesat perkembangannya. Pertumbuhan ini dapat dilihat dari semakin banyaknya bankbank baru bermunculan, bukan
Lebih terperinci2017, No penyusunan dan pelaksanaan kebijakan perkreditan atau pembiayaan bank bagi bank umum; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana di
No.148, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Bank. Perkreditan. Pembiayaan. Kebijakan. Penyusunan dan Pelaksanaan. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Lebih terperinciGUBERNUR BANK INDONESIA,
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 7/17/PBI/2005 TENTANG PERLAKUAN KHUSUS TERHADAP BANK PERKREDITAN RAKYAT PASCA BENCANA ALAM DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM DAN KABUPATEN NIAS, PROVINSI SUMATERA UTARA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Adanya potensi jumlah penduduk muslim Indonesia yang mencapai ±
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Adanya potensi jumlah penduduk muslim Indonesia yang mencapai ± 85% dari 220 juta penduduk Indonesia, memberikan kesempatan bagi berkembang pesatnya sektor Perbankan
Lebih terperinciKODIFIKASI PRODUK PERBANKAN SYARIAH
KODIFIKASI PRODUK PERBANKAN SYARIAH Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia 2008 DAFTAR ISI A. Penghimpunan Dana I. Giro Syariah... A-1 II. Tabungan Syariah... A-3 III. Deposito Syariah... A-5 B. Penyaluran
Lebih terperinci