BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dakir (2010: 3) mengemukakan bahwa kurikulum adalah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dakir (2010: 3) mengemukakan bahwa kurikulum adalah"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kurikulum 2013 a. Kurikulum Dakir (2010: 3) mengemukakan bahwa kurikulum adalah program pendidikan yang dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran bagi tenaga kependidikan dan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan yang mencakup berbagai bahan ajaran pengalaman yang telah direncanakan, diprogamkan, dan dirancang secara sistemik berdasarkan norma-norma yang berlaku. Sebagai pedoman dalam proses pembelajaran maka pendidik harus mampu memahami kurikulum dengan baik agar proses pembelajaran berjalan sesuai yang diharapkan dan tujuan pendidikan dapat tercapai. Arifin (2011: 5) berpendapat bahwa kurikulum merupakan semua kegiatan dan pengalaman belajar serta segala sesuatu yang berpengaruh terhadap pembentukan pribadi peserta didik, baik disekolah maupun di luar sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan. Kurikulum selain menjadi pedoman dalam proses pembelajaran juga berfungsi membentuk kepribadian dan karakter peserta didik yang dilaksanakan melalui kegiatan pengalaman belajar yang dilakukan di sekolah maupun di luar sekolah. Berdasarkan pengertian kurikulum yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli diatas dan sehubungan dengan penelitian ini maka definisi kurikulum dapat disimpulkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana yang tertulis mengenai tujuan, isi, bahan pelajaran yang 10

2 berpengaruh terhadap pembentukan pribadi peserta didik atas tanggung jawab sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan. Berdasarkan pendapat dari Arifin (2013: 13-16) fungsi kurikulum dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Fungsi kurikulum dalam mencapai tujuan pendidikan Fungsi kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan, yaitu alat untuk membentuk manusia seutuhnya sesuai dengan visi, misi dan tujuan pendidikan nasional, termasuk berbagai tingkatan tujuan pendidikan yang ada bawahnya. 2) Fungsi kurikulum bagi kepala sekolah Fungsi kurikulum bagi kepala sekolah merupakan pedoman untuk mengatur dan membimbing kegiatan sehari-hari di sekolah, baik kegiatan intrakulikuler, ekstrakulikuler maupun kokulikuler. 3) Fungsi kurikulum bagi setiap jenjang pendidikan Fungsi kurikulum bagi setiap jenjang pendidikan adalah fungsi kesinambungan yaitu sekolah pada tingkat yang lebih atau harus mengetahui dan memahami kurikulum sekolah yang di bawahnya, sehingga dapat dilakukan penyesuaian kurikulum. Fungsi penyiapan tenaga yaitu jika sekolah tertentu diberi wewenang mempersiapkan tenaga-tenaga terampil, maka sekolah tersebut perlu mempelajari apa yang diperlukan oleh tenaga terampil, baik mengenai kemampuan akademik, kecakapan atau ketrampilan, kepribadian maupun hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan sosial. 12

3 4) Fungsi kurikulum bagi guru Guru merupakan ujung tombak pengembangan kurikulum sekaligus sebagai pelaksana kurikulum di lapangan, guru juga sebagai faktor kunci dalam keberhasilan kurikulum. 5) Fungsi kurikulum bagi pengawas Bagi pengawas, fungsi kurikulum dapat dijadikan sebagai pedoman, patokan atau ukuran dalam membimbing kegiatan guru di sekolah. 6) Fungsi kurikulum bagi masyarakat Bagi masyarakat, kurikulum dapat memberikan pencerahan dan perluasan wawasan pengetahuan dalam berbagai bidang kehidupan. 7) Fungsi kurikulum bagi pemakai lulusan Sebagai acuan instansi atau perusahaan yang mempergunakan tenaga kerja lulusan suatu lembaga pendidikan. Kadar pengetahuan, ketrampilan, sikap dan nilai-nilai yang dimiliki calon tenaga kerja, merupakan produk dari kurikulum yang ditempuhnya. b. Pengertian dan Tujuan Kurikulum 2013 Kurikulum 2013 adalah pengembangan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi yang dirintis pada tahun 2004 maupun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada tahun 2006 yang mulai diterapkan pada tahun ajaran 2013/2014 (Fadlillah, 2014: 16). Kurikulum 2013 lebih menekankan pada peningkatan dan keseimbangan antara soft skill dan hard skill melalui kompetensi sikap, pengetahuan dan ketrampilan. 13

4 Sholeh Hidayat (2013: 120) mengemukakan bahwa sejumlah hal yang menjadi alasan pengembangan Kurikulum 2013 yaitu : 1) Perubahan proses pembelajaran (dari siswa diberi tahu menjadi siswa mencari tahu) dan proses penilaian (dari berbasis output menjadi berbasis proses dan output) memerlukan penambahan jam pelajaran. 2) Kecenderungan akhir-akhir ini banyak negara menambah jam pelajaran (KIPP dan MELT di AS Korea Selatan) 3) Perbandingan dengan negara-negara lain menunjukkan jam pelajaran di Indonesia relatif lebih singkat. 4) Pembelajaran di Finlandia relatif singkat, karena didukung dengan pembelajaran tutorial. Mulyasa (2013: 99), tujuan Kurikulum 2013 adalah menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, afektif, melalui penguatan sikap, ketrampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi. Pengembangan kurikulum difokuskan pada pembentukan kompetensi dan karakter peserta didik, berupa paduan pengetahuan, ketrampilan dan sikap. Dilihat dari pengembangan Kurikulum 2013 yang disosialisasikan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam Fadlillah (2014: 25), tujuannya terperinci sebagai berikut: 1) Meningkatkan mutu pendidikan dengan menyeimbangkan hard skills dan soft skills melalui kemampuan sikap, ketrampilan, dan pengetahuan dalam rangka menghadapi tantangan global yang terus berkembang. 2) Membentuk dan meningkatkan sumber daya manusia yang produktif, kreatif dan inovatif sebagai modal pembangunan bangsa dan Negara Indonesia. 3) Meringankan tenaga pendidik dalam menyampaikan materi dan menyiapkan administrasi mengajar, sebab pemerintah telah menyiapkan semua kompetensi kurikulum beserta buku teks yang digunakan dalam pembelajaran. 4) Meningkatkan peran serta pemerintah pusat dan daerah serta warga masyarakat secara seimbang dalam menentukan dan mengendalikan kualitas dalam pelakasanaan kurikulum di tingkat satuan pendidikan. 14

5 5) Meningkatkan persaingan yang sehat antar satuan pendidikan tentang kualitas pendidikan yang akan dicapai. Sebab sekolah diberikan keleluasaan untuk mengembangkan Kurikulum 2013 sesuai dengan kondisi sattuan pendidikan, kebutuhan peserta didik dan potensi daerah. c. Landasan Hukum dan Prinsip Kurikulum 2013 Dalam Mulyasa (2015:64) menyebutkan bahwa pengembangan Kurikulum 2013 dilandasi secara filosofis, yuridis dan konseptual sebagai berikut : 1) Landasan Filosofis a) Filosofis Pancasila yang memberikan berbagai prinsip dasar dalam pembangunan pendidikan. b) Filosofi pendidikan yang berbasis pada nilai-nilai luhur, nilai-nilai akademik, kebutuhan peserta didik, dan masyarakat. 2) Landasan Yuridis a) RPJMN sektor Pendidikan, tentang Perubahan Metodologi Pembelajaran dan Penataan Kurikulum b) PP Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan. c) INPRES Nomor 11 tahun 2010, tentang Percepatan Pelaksanaan dan metode pembelajaran aktif berdasarkan nilai-nilai budaya bangsa untuk membentuk daya saing dan karakter bangsa. 3) Landasan Konseptual Relevansi Pendidikan a) Kurikulum berbasis kompetensi dan karakter. b) Pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning) c) Pembelajaran aktif (student active learning) d) Penilaian yang valid, utuh dan menyeluruh. Sesuai dengan kondisi negara, kebutuhan masyarakat dan berbagai pengembangan serta perubahan yang sedang berlangsung dewasa ini, dalam pengembangan Kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi perlu memperhatikan dan mempertimbangkan prinsip-prinsip sebagai berikut (Mulyasa, 2013: 81). 1) Pengembangan kurikulum dilakukan mengacu pada standar nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. 15

6 2) Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik. 3) Mata Pelajaran merupakan wahana untuk mewujudkan pencapaian kompetensi. 4) Standar Kompetensi Lulusan dijabarkan dari tujuan pendidikan nasional dan kebutuhan masyarakat, negara, serta perkembangan global. 5) Standar Isi dijabarkan dari Standar Kompetensi Lulusan. 6) Standar proses dijabarkan dari standar Isi. 7) Standar Penilaian dijabarkan dari Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi, dan Standar Proses. 8) Standar Kompetensi Lulusan dijabarkan ke dalam Kompetensi Inti. 9) Kompetensi Inti dijabarkan ke dalam Kompetensi Dasar yang dikontekstualisasikan dalam suatu mata pelajaran. 10) Kurikulum satuan pendidikan dibagi menjadi kurikulum tingkat nasional, daerah, dan satuan pendidikan. a) Tingkat nasional dikembangkan oleh Pemerintah b) Tingkat daerah dikembangkan oleh pemerintah daerah c) Tingkat satuan pendidikan dikembangkan oleh satuan pendidikan 11) Proses pembelajaran diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberi rung yng cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. 12) Penilaian pembelajaran berbasis proses dan produk. 13) Proses belajar dengan pendekatan ilmiah (Scientifiec approach) 4) Karakteristik Kurikulum 2013 Dalam Permendikbud No. 69 tahun 2013, Kurikulum 2013 dirancang dengan karakteristik sebagai berikut. 1) Mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik. 2) Sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman belajar terencana di mana peserta didik menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar. 3) Mengembangkan sikap, pengetahuan, dan ketrampilan serta menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat. 4) Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan dan ketrampilan. 16

7 5) Kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas, yang dirinci, lebih lanjut dalam kompetensi dasar mata pelajaran. 6) Kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi kompetensi dasar, di mana semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi dasar mata pelajaran. 7) Kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pad prinsip akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antar matapelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal). 2. Implementasi Kurikulum 2013 Menurut Hamalik (2011: 237) implementasi adalah suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan, atau inovasi dalam bentuk tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik berupa perubahan pengetahuan, ketrampilan, maupun nilai dan sikap. Implementasi mengacu pada aktivitas atau suau kegiatan yang terencana dan dilakukan secara sungguh-sungguh untuk mencapai suat tujuan. Implementasi kurikulum adalah bagaimana membelajarkan pesanpesan kurikulum kepada peserta didik untuk menghasilkan lulusan yang memiliki seperangkat kompetensi mereka sesuai dengan karakteristik dan kemampuan masing-masing (Hidayat 2013 : 158). Kurikulum tidak hanya dianggap sebagai sebuah dokumen, kurikulum diharapkan dapat membantu dalam mencapai tujuan pendidikan. Keberhasilan implementasi kurikulum dipengaruhi oleh beberapa faktor, maka kondisi tersebut perlu mendapatkan perhatian dalam manajemen implementasi kurikulum. Katuk (2014: 17-21) faktor yang mempengaruhi keberhasilan kurikulum yaitu sebagai berikut: a. Faktor perencanaan implementasi kurikulum 17

8 Perencanaan implementasi penting sebagai kerangka acuan sehingga terjadi efisiensi dalam penggunaan sumber daya, baik sarana prasarana maupun sumber daya manusia. Perencanaan dapat menjadi instrumen penting untuk evaluasi program sejauh mana tujuan dan sasaran implementasi kurikulum dapat dicapai. b. Faktor kurikulum Faktor kurikulum yang berpengaruh dalam mencapai keberhasilan implementasi kurikulum mencakup karakteristik sebagai berikut: memiliki kejelasan baik tujuan, pendekatan, dan tata kelola, realistik dan relevan sehingga memperkuat kontekstualitas implementasinya dan kerangka konseptual yang mendasari pengebangan kerangka isi konseptual bahan ajar. c. Faktor guru Pengembangan kemampuan guru dalam implementasi kurikulum mencakup kompetensi profesional, pedagogik, kepribadian maupun sosial. d. Faktor sarana dan prasarana Terdapat sarana dan prasarana utama yang diperlukan dalam implementasi kurikulum baru, yang terdiri atas: 1) buku pelajaran, manajemen perbukuan dalam rangka implementasi kurikulum baru akan mencakup penentuan jenis, bentuk dan isi bahan buku, pengadaan buku, distribusi buku dan evaluasi umpan balik, 2) laboratorium peralatan dan bahan, peralatan dan bahan sudah tersedia dalam rasio yang mencukupi dan yang memnuhi standar mutu minimal laboratorium, 3) ketersediaan berbagai media pembelajaran baik jenis, bentuk dan model, 4) aksesibilitas penggunaan sarana dan prasaranaoleh guru dan siswa agar dapat dengan mudah mengakses ataupun memanfaatkan media yang tersedia. e. Faktor kepala sekolah Kepala sekolah mengemban fungsi manajerial dalam implementasi kurikulum yang diantaranya adalah fungsi perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Menurut Mulyasa (2013: 99) implementasi Kurikulum 2013 merupakan aktualisasi kurikulum dalam pembelajaran dan pembentukan kompetensi serta karakter peserta didik. Hal tersebut menuntut keaktifan guru dalam menciptakan dan menumbuhkan berbagai kegiatan sesuai dengan rencana yang telah diprogamkan. Guru diharapkan mampu merancang pembelajaran yang efektif dan bermakna, mengorganisasikan 18

9 pembelajaran, memilih pendekatan pembelajaran yang tepat, menentukan prosedur pembelajaran dan pembentukan kompetensi secara efektif dan menetapkan kriteria keberhasilan. Implementasi kurikulum dapat dilihat dari dua perspektif, yaitu implementasi sebagai instrumen dan implementasi sebagai suatu proses. Implementasi Kurikulum 2013 sebagai suatu proses terdapat tiga aspek di dalamnya yaitu meliputi perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan penilaian proses pembelajaran. a. Perencanaan Pembelajaran Perencanaan adalah menyusun langkah-langkah yang kan dilaksanakan utuk mencapai tujuan yang telah ditentukan (Majid, 2007: 15). Kegiatan pembelajaran diawali dengan adanya perencanaan, perencanaan yang baik akan menunjukkan hasil yang optimal dalam pembelajaran. Perencanaan pembelajaran dibuat atau disusun bukan hanya sekedar untuk memenuhi kelengkapan administrasi sebagai pendidik. Tetapi hal itu merupakan bagian yang integral proses pekerjaan profesional, sehingga berfungsi sebagai arah dan pedoman yang jelas dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan. Guru dalam melaksanakan perencanaan pembelajaran perlu mempersiapkan perangkat yang harus dilaksanakan. Pelaksanaan pembelajaran didahului dengan penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang dikembangkan oleh guru baik secara individual maupun kelompok yang mengacu pada buku pegangan guru, buku siswa 19

10 atau silabus yang telah ditetapkan (Kurniasih, 2014: 113). Pengembangan silabus dan RPP bisa dilakukan oleh guru mata pelajaran secara mandiri atau berkelompok dalam sebuah sekolah (MGMPS) atau beberapa sekolah (MGMP). 1) Silabus Silabus adalah rencana pembelajaran pada satu atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian, penilaian, alokasi waktu dan sumber belajar (Majid, 2014: 108). Silabus disusun berdasarkan standar isi, yang di dalamnya berisikan identitas mata pelajaran, standar kompetensi, kompetensi dasar (KD), materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Dalam Kurikulum 2013, silabus sudah disiapkan pemerintah sehingga guru hanya tinggal mengembangkan rencana pembelajaran. 2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan telah dijabarkan dalam silabus (Majid, 2014: 125). Lingkup RPP paling luas mencakup satu kompetensi dasar (KD) yang terdiri atas beberapa indikator untuk satu pertemuan atau lebih. 20

11 Berdasarkan Lampiran Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 komponen dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran terdiri atas: a) Identitas sekolah yaitu nama satuan pendidikan. b) Identitas mata pelajaran atau tema/subtema. c) Kelas/semester d) Materi pokok e) Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban belajar dengan mempertimbangkan jumlah jam pelajaran yang tersedia dalam silabus dan KD yang harus dicapai. f) Tujuan pembelajaran yang dirumuskan berdasarkan KD, dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur yang mencakup, sikap, pengetahuan dan ketrampilan. g) Kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi. h) Materi pembelajaran memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator ketercapaian kompetensi. i) Metode pembelajaran digunakan oleh pendidik untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai KD yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan KD yang akan dicapai j) Media pembelajaran berupa alat bantu proses pembelajaran untuk menyampaikan materi pembelajaran. k) Sumber belajar dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar atau sumber belajar lain yang relevan. l) Langkah-langkah pembelajaran dilakukan melalui tahapan pendahuluan, inti dan penutup. m) Penilaian hasil pembelajaran. b. Pelaksanaan Pembelajaran Pembelajaran secara harfiah berarti proses belajar. Pembelajaran dapat dimaknai sebagai proses penambahan pengetahuan dan wawasan melalui rangkaian aktivitas yang dilakukan secara sadar oleh seseorang dan mengakibatkan perubahan dalam dirinya, sehingga terjadi perubahan yang sifatnya positif dan pada tahap akhir akan didapat keterampilan, kecakapan dan pengetahuan baru (Saefuddin, 2014: 8). Dalam proses 21

12 pembelajaran harus terjalin interaksi yang saling menunjang antara guru dan siswa agar hasil belajar siswa dapat tercapai secara optimal. Agar proses pembelajaran berjalan secara efektif maka diperlukan interaksi dua arah antara guru dan siswa, guru tidak harus selalu menjadi pihak yang dominan. Guru tidak hanya berperan sebagai pemberi informasi tetapi juga bertugas dan bertanggung jawab sebagai pelaksana yang harus menciptakan situasi memimpin, merangsang dan menggerakan siswa secara aktif. Selain itu guru harus dapat menimbulkan keberanian siswa baik untuk mengeluarkan idenya atau sekedar bertanya. Perubahan pola pembelajaran inilah yang seharusnya diterapkan dalam pembelajaran Kurikulum Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran kurikulum 2013 ialah pendekatan Scientifiec dan tematik-integratif. Pembelajaran saintifik merupakan pembelajaran yang mengadopsi langkah-langkah saintis dalam membangun pengetahuan melalui metode ilmiah (Majid, 2014: 3). Menurut Daryanto (2014: 53) pembelajaran dengan metode saintifik memiliki karakteristik sebagai berikut: 1) Berpusat pada siswa 2) Melibatkan ketrampilan proses sains dalam mengkontruksi konsep, hukum atau prinsip. 3) Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya ketrampilan berpikir tingkat tinggi siswa. 4) Dapat mengembangkan karakter siswa. Pelaksanaan pembelajaran 2013 terbagi menjadi tiga bagian, yaitu kegiatan awal kegiatan inti dan kegiatan akhir. Ketiga kegiatan tersebut 22

13 tersusun dalam satu kegiatan dan tidak boleh dipisah-pisahkan satu dengan yang lain (Fadillah, 2014: 182). 1) Kegiatan awal Kegiatan awal merupakan kegiatan pendahuluan sebelum memasuki inti pelajaran. Tujuan dari kegiatan awal dalam Majid (2014: 129) ada tiga yaitu untuk menarik perhatian siswa, menumbuhkan motivasi belajar siswa dan memberikan acuan tentang pembelajaran yang akan dilakukan. Halhal yang dilakukan oleh guru pada kegiatan awal yaitu sebagai berikut: a) Menyiapkan peserta didik secara fisik dan psikis untuk mengikuti pembelajaran. b) Mengawali dengan membaca doa dan salam. c) Melakukan apersepsi d) Menjelaskan tujuan pembelajaran atau KD yang akan dicapai. e) Menyampaikan cakupan materi dan kegiatan yang akan dilakukan peserta didik. f) Memberikan motivasi belajar kepada peserta didik 2) Kegiatan inti Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan, yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang dan memotivasi peserta didik secara aktif menjadi pencari informasi, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian 23

14 sesuai dengan bakat minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik (Fadillah, 2014: 183). Kegiatan inti dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan Scientifiec atau tematik integratif. Menurut Saeffudin (2014: 47) kegiatan pembelajaran yang dilakukan melalui proses mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi dan mengkomunikasikan yang dapat dijabarkan sebagai berikut: a) Kegiatan mengamati bertujuan agar pembeljaran berkaitan erat dengan konteks situasi nyata yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Proses mengamati mencakup mencari informasi, melihat, mendengar, membaca atau menyimak. b) Kegiatan menanya dilakukan sebagai salah satu proses membangun pengetahuan siswa dalam bentuk konsep, prinsip, prosedur, huum dan teori hingga berfikir metakognitif. Tujuannya agar siswa memliki kemampuan berpikir tingkat tinggi secara kritis, logis dan sistematis. c) Kegiatan mengumpulkan informasi bermanfaat untuk meningkatkan keingintahuan siswa, mengembangkan kreativitas dan ketrampilan berkomunikasi melalui cara kerja ilmiah. Kegiatan ini dilakukan melalui membaca sumber lain selain buku teks, mengamati aktivitas, kejadian atau objek tertentu, memperoleh informasi, menyajikan dan mengolah data. d) Kegiatan mengasosiasi bertujuan untuk membangun kemampuan berfikir dan bersikap ilmiah. Kegiatan dapat dirancang oleh guru 24

15 melalui situasi yang direkayasa dalam kgiatan tertentu sehingga siswa melakukan aktivitas antara lain menganalisis data, mengelompokkan, membuat kategori, menyimpulkan dan memprediksi dengan memanfaatkan lembar kerja diskusi atau praktik. e) Kegiatan mengkomunikasikan adalah sarana untuk menyampaikan hasil konseptualisasi dalam bentuk lisan, tulisan, gambar, diagram atau grafik. Kegiatan ini dilakukan agar siswa mampu mengkomunikasikan pengetahuan, ketrampilan dan penerapannya serta kreasi siswa melalui presentasi, membuat laporan dan unjuk karya. 3) Kegiatan akhir Kegiatan akhir atau penutup adalah kegiatan yang dimaksudkan untuk mengakhiri proses pembelajaran. Kegiatan penutup diharapkan mampu untuk membrikan gambaran menyeluruh tentang apa yangtelah dipelajari siswa serta keterkaitannya dengan pengalaman sebelumnya, mengetahui tingkat keberhasilan siswa serta keberhasilan guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran (Majid, 2014: 130). Aktivitas yang dapat dilakukan oleh guru dan peserta didik pada saat kegiatan akhir adalah sebagai berikut: a) Menarik kesimpulan terhadap seluruh rangkaian aktivitas pembelajaran oleh guru maupun bersama-sama dengan peserta didik. b) Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran. c) Melakukan tindak lanjut dalam bentuk pemberian tugas, baik tugas individu maupun kelompok. 25

16 d) Menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan berikutnya. Usman (2013: 9) menyatakan bahwa perkembangan baru terhadap pandangan belajar mengajar membawa konsekuensi kepada guru untuk meningkatkan peranan dan kompetensinya karena proses belajar mengajar dan hasil belajar siswa sebagian besar ditentukan oleh peranan dan kompetensi guru. Peranan dan kompetensi guru dalam proses belajar mengajar sebagi berikut. a) Guru sebagai demonstrator Melalui peranannya sebagai demonstrator atau pengajar, guru hendaknya senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkan serta senantiasa mengembangkannya dalam arti meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu yang dimilikinya, karena hal ini akan sangat menentukan hasil belajar yang dicapai oleh siswa. untuk itu guru hendaknya dapat memotivasi siswa. b) Guru sebagi pengelola klas Dalam peranannya sebagai pengelola kelas, guru hendaknya mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar yang merupakan aspek dari lingkungan sekolah yang perlu diorganisasikan. Kualitas dan kuantitas belajar siswa di dalam kelas bergantung pada banyak faktor, antara lain adalah guru, hubungan pribadi antara siswa di dalam kelas, serta kondisi umum dan suasana di dalam kelas. Tujuan umum pengelolaan kelas menyediakan dan menggunakan fasilitas-fasilitas kelas untuk 26

17 bermacam-macam kegiatan belajar dan mengajar agar mencapai hasil yang baik. c) Guru sebagai mediator dan fasilitator Sebagai mediator guru hendaknya memiliki pengetahuan yang cukup tentang media pendidikan karena media pendidikan merupakan alat komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses belajar mengajar. Sebagai fasilitator guru hendaknya mampu mengusahakan sumber belajar yang berguna serta menunjang pencapaian tujuan dan proses belajar mengajar, baik berupa narasumber, buku teks majalah ataupun surat kabar. d) Guru sebagai evaluator Dalam satu kali proses belajar mengajar, guru hendaknya menjadi seorang evaluator yang baik. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan itu tercapai atau belum dan apakah materi yang diajarkan sudah cukup tepat. Semua pertanyaan tersebut akan dijawab melalui kegiatan evaluasi atau penilaian. melalui penilaian, guru dapat mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan, penguasaan siswa terhadap pelajaran, serta ketepatan atau keefektifan metode mengajar. Tujuan dari penilaian diantaranya adalah untuk mengetahui kedudukan siswa di dalam kelas atau kelompoknya. Menurut Fadillah (2014: 187) berhasil dan tidaknya pelaksanaan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh interaksi guru dan peserta didik 27

18 maupun antar peserta didik itu sendiri berjalan dengan aktif. Pembelajaran dilaksanakan dengan menarik dan menyenangkan bagi peserta didik. Untuk menciptakan suasana pembelajaran seperti itu dibutuhkan pengelolaan kelas yang baik oleh seorang guru dan apabila kondisi kelas tertata dengan baik serta berlangsung kondusif, pembelajaran akan berjalan sesuai dengan tujuan c. Penilaian Pembelajaran Penilaian merupakan bagian integral dari proses pembelajaran, sehingga tujuan penilaian harus sejalan dengan tujuan pembelajaran sebagai upaya untuk mengumpulkan informasi dengan berbagai teknik sebagai bahan petimbangan penentuan tingkat keberhasilan proses dan hasil pembelajaran oleh karenanya penilaian hendaknya dilakukan dengan perencanaan yang cermat (Majid, 2014: 35). Penilaian dilakukan berdasarkan indikator-indikator pencapaian hasil belajar, baik pada aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik. Hidayat (2013: 119) penilaian bertujuan untuk memberikan masukan informasi secara komprehensif tentang hasil belajar peserta didik, baik saat kegiatan pembelajaran berlangsung maupun dilihat dari hasil akhirnya. Penilaian harus bersifat menyeluruh dengan menggunakan beragam cara dan alat untuk menilai beragam kompetensi atau kemampuan peserta didik sehingga tergambar profil kemampuan peserta didik. Dalam implementasi Kurikulum 2013 identik dengan metode penilaian autentik. Majid (2014: 56) penilaian autentik (aunthentic 28

19 assesment) adalah suatu proses pengumpulan pelaporan dan penggunaan informasi tentang hasil belajar siswa dengan menerapkan prinsip-prinsip penilaian, pelaksanaan berkelanjutan, bukti-bukti autentik, akurat dan konsisten sebagai akunbilitas publik. Daryanto (2013: 113) penilaian autentik adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, ketrampilan dan pengetahuan. Jadi penilaian autentik adalah proses pengolahan hasil belajar siswa yang meliputi ranah sikap, ketrampilan dan pengetahuan dengan menerapkan prinsip-prinsip penilaian, pelaksanaan berkelanjutan, bukti autentik, akurat serta konsisten sebagai akunbilitas publik. Majid (2014: 77) teknik dan instrumen penilaian yang digunakan dalam Kurikulum 2013 meliputi penilaian sikap, pengetahuan dan ketrampilan. Teknik dan instrumen penilaian dapat dijabarkan sebagai berikut: 1) Penilaian kompetensi sikap Pendidik melakukan kompetensi sikap melalui observasi, penilaian diri dll. Berikut ini penjelasan lebih rinci : a) Observasi, yaitu teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan dengan menggunakan indra, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan pedoman observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati. b) Penilaian diri, yaitu teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam konteks pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian diri. c) Penilaian antar peserta didik, yaitu teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk saling menilai terkait dengan pencapain kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian diri. 29

20 d) Jurnal, yaitu catatan pendidik di dalam dan di luar kelas yang berisi informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik yang berkaitan dengan sikap dan perilaku. 2) Penilaian Kompetensi Pengetahuan a) Instrumen tes tulis berupa soal pilihan ganda, isian, jawaban singkat, benar-salah, menjodohkan, dan uraian. Instrumen uraian dilengkapi pedoman penskoran. b) Instrumen tes lisan berupa daftar pertanyaan. c) Instrumen penugasan berupa pekerjaan rumah dan/atau proyek yang dikerjakan secara individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik tugas. 3) Penilaian Kompetensi Ketrampilan a) Tes praktik adalah penilaian yang menuntut respon berupa ketrampilan melakukan suatu aktivitas atau perilaku sesuai dengan tuntutan kompetensi. b) Projek adalah tugas-tugas belajar (learning tasks) yang meliputi kegiatan perancangan pelaksanaan, dan pelaporan secara tertulis maupun lisan dalam waktu tertentu. c) Penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan dengan cara menilai kumpulan seluruh karya peserta didik dalam bidang tertentu yang bersifat reflektif-integratif untuk mengetahui minat, perkembangan, prestasi dan/atau kreativitas peserta didik dalam kurun waktu tertentu. Kunandar (2014: 13) menjelaskan bahwa setelah melaksanakan analisis hasil belajar kegiatan yang harus dilakukan adalah melaksanakan program tindak lanjut dengan mengacu pada hasil pemetaan tingkat pencapaian kompetensi peserta didik melalui analisis hasil penilaian. Progam tindak lanjut diperuntukkan bagi peserta didik yang sangat tuntas dan belum tuntas. Sangat tuntas artinya peserta didik yang mencapai nilai jauh dari Kriteria Ketuntasan Minimal. Peserta didik yang masuk kategori sangat tuntas diberikan program pengayaan dan peserta didik yang belum tuntas yakni mengikuti program remedial. 30

21 1) Remedial Pembelajaran remedial merupakan layanan pendidikan yang diberikan kepada peserta didik untuk memperbaiki prestasi belajarnya sehingga mencapai kriteria ketuntasan yang ditetapkan. Remedial diperlukan bagi peserta didik yang belum mencapai kemampuan minimal yang ditetapkan dalam perencanaan pembelajaran. Pemberian program pembelajaran remedial didasarkan atas latar belakang bahwa pendidik perlu memperhatikan perbedaan individual peserta didik. 2) Pengayaan Kegiatan pengayaan adalah suatu bentuk pembelajaran yang khusus diberikan kepada peserta didik yang sangat cepat dalam belajar (Majid, 2009: 240). Tujuan kegiatan pengayaan adalah agar peserta didik dapat belajar secara optimal, baik dalam pendayagunaan kemampuannya maupun perolehan dari hasil belajar. Majid (2014: 3) ada lima indikator kompetensi penilaian dan evaluasi guru yang dijadikan ukuran dalam penilaian kinerja guru, diantaranya yaitu: a) Guru mampu menyusun alat penilaian yang sesuai dengan tujuan pembelajaran untuk mencapai kompetensi tertentu seperti yang tertulis dalam RPP. b) Guru mampu melakukan penilaian dengan berbagai teknik dan jenis penilaian, selain penilaian formal yang dilaksanakan sekolah dan mengumumkan hasil-hasil serta implikasinya kepada peserta didik, 31

22 tentang tingkat pemahaman terhadap materi pembelajaran yang telah dan akan dipelajari. c) Guru harus mampu menganalisis hasil penilaian untuk mengidentifikasi topik/kompetensi dasar yang sulit sehingga diketahui kekuatan dan kelemahan masing-masing peserta didik untuk keperluan remedial dan pengayaan. d) Guru mampu memanfaatkan masukan dari peserta didik dan merefleksikannya untuk meningkatkan pembelajaran selanjutnya dan dapat membuktikannya melalui catatan, jurnal pembelajaran, rancangan pembelajaran, materi tambahan dan sebagainya. e) Guru mampu memanfaatkan hasil penilaian sebagai bahan penyusunan rancangan pembelajaran yang akan dilaksanakan selanjutnya. 3. Pembelajaran IPS pada Kurikulum 2013 a. Pengertian Pembelajaran IPS Pembelajaran adalah suatu upaya yang dilakukan oleh seseorang guru atau pendidik untuk membelajarkan siswa yang belajar. Pada pendidikan formal (sekolah), pembelajaran merupakan tugas yang dibebankan kepada guru, karena guru merupakan tenaga profesional yang dipersiapkan untuk itu (Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran, 2011:128). Istilah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan nama mata pelajaran ditingkat sekolah dasar dan menengah. Menurut Soemantri (2004: 44) pendidikan IPS adalah penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan 32

23 dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan. Pendidikan IPS dijenjang pendidikan dasar khususnya Sekolah Menengah Pertama meliputi geografi, sosiologi, ekonomi dan sejarah dan pembelajarannya yang bersifat terpadu. Dalam Pasal 37 UU Sisdiknas dikemukakan bahwa mata pelajaran IPS merupakan muatan wajib yang harus ada dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah. Lebih lanjut dikemukakan bahwa kajian ilmu pengetahuan sosial antar lain, ilmu bumi, sejarah, ekonomi, kesehatan dan sebagainya dimaksudkan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis peserta didik terhadap kondisi sosial masyarakat. Untuk jenjang SMP pengorganisasian materi mata pelajaran IPS menganut pendekatan korelasi (correlated), artinya materi pelajaran dikembangkan dan disusun mengacu pada beberapa disiplin ilmu secara terbatas kemudian dikaitkan dengan aspek kehidupan nyata (factual/real) peserta didik sesuai dengan karakteristik usia, tingkat perkembangan berfikir, dan kebiasan bersikap dan berperilaku. Dalam Permendiknas (2006) dikemukakan bahwa IPS untuk SMP/MTS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SMP/MTS mata pelajaran IPS memuat geografi, sejarah sosisologi dan ekonomi (Sapriya 2009: 200) Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPS adalah proses interaksi yang sistematik antara pendidik dan peserta didik dalam mata 33

24 pelajaran yang terintegrasi dari berbagai cabang ilmu sosial yang dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang disajikan secara ilmiah untuk tujuan pendidikan. b. Tujuan Pembelajaran IPS Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan. Pada dasarnya tujuan dari pendidikan IPS adalah untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai bakat, minat, kemampuan, dan lingkungannya serta sebagai bekal siswa untuk melajutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi (Trianto, 2012: 174) Sapriya (2009: 201) tujuan mata pelajaran IPS yaitu sebagai berikut : 1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya. 2) Memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan etrampilan dalam kehidupan sosial. 3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan. 4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama, dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional dan global. Akbar, S (2011: 85) ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspekaspek sebagai berikut yaitu : 1) Manusia, tempat dan lingkungan 2) Waktu, kebelanjutan dan perubahan 34

25 3) Sistem sosial dan budaya 4) Perilaku ekonomi dan kesejahteraan c. Perubahan Pembelajaran IPS dalam Kurikulum 2013 Karakteristik mata pelajaran IPS berbeda dengan disiplin ilmu lain yang bersifat monolitik. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai disiplin ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum dan budaya (Trianto, 2012: 174). Implementasi Kurikulum 2013 terjadi perubahan pada pembelajaran IPS, khususnya di jenjang SMP/MTS. Perubahan yang terjadi dalam pembelajaran IPS yaitu menggunakan pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran (mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, mencipta). IPS dikembangkan sebagai mata pelajaran integrative social studies, bukan sebagai disiplin ilmu. IPS sebagai pendidikan berorientasi aplikatif, pengembangan kemampuan berfikir, kemampuan belajar, rasa ingin tahu dan pembangunan sikap peduli serta bertanggung jawab terhadap lingkungan alam dan sosial (Sholeh Hidayat, 2013: 137). 35

26 Tabel 1. Perbandingan pembelajaran IPS pada Kurikulum 2006 dan Kurikulum 2013 No Kurikulum Lama Kurikulum Baru 1. Materi disajikan terpisah menjadi Geografi, Sejarah, Ekonomi dansosiologi 2. Tidak ada platform, semua kajian berdiri sejajar 3. Diajarkan oleh guru berbeda (team teaching) dengan sertifikasi berdasarkkan mata kajian Sumber: Kemdikbud, 2013 Materi disajikan secara terpadu, tidak dipisah dalam kelompok Geografi, Sejarah, Ekonomi, Sosiologi Menggunakan Geografi sebagai platform kajian dengan pertimbangan semua kejadian dan kegiatan terikat dengan lokasi. Tujuannya adalah menekankan pentingnya konektivitas ruang dalam memperkokoh NKRI. Kajian sejarah, sosiologi, budaya dan ekonomi disajikan untuk mendukung terbentuknya konektivitas yang lebih kokoh. Diajarkan oleh satu guru yang memberikan wawasan terpadu antar mata kajian tersebut sehingga siswa dapat memahami pentingnya keterpaduan antar mata kajian tersebut sebelum mendalaminya secara terpisah dan lebih mendalam pada jenjang selanjutnya. B. Penelitian yang Relevan Sebelum penelitian ini dilakukan, terdapat penelitian lain yang telah dilakukan dan memiliki hasil relevan dengan penelitian ini. 1. Penelitian yang relevan dilakukan oleh Resmaningrum Yuni Haryono (2015) dengan judul Implementasi Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMPN 4 Kalasan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi Kurikulum 2013 pada pembelajaran Bahasa Indonesia yang meliputi perencanaan, pelaksanaan dan penilaian pembelajaran. Desain penelitian yang digunakan yaitu cross-sectional 36

27 survey. Hasil dari penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa : (1) Dalam aspek perencanaan pembelajaran berdasarkan data yang diperoleh dalam penelitian dikategorikan sangat baik dengan rata-rata ketercapaian sebesar 88,75%. Guru mata pelajaran sudah menyusun RPP secara mandiri yang dikembangkan dari silabus Kurikulum (2) Pelaksanaan pembelajaran bedasarkan data yang diperoleh dalam penelitian dikategorikan sangat baik dengan rata-rata ketercapaian sebesar 88,55%. Dalam pelaksanaannya, semua guru suah menerapkan pendekatan saintifik dan menggunakan berbagai media serta megoptimalkan penggunaan sarana dan prasarana yang tersedia di sekolah dalam pembelajaran. Dikelompokkan dalam tiga kegiatan besar yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. (3) Penilaian pembelajaran berdasarkan data yang diperoleh dalam penelitian dikategorikan sangat baik dengan rata-rata ketercapaian sebesar 86,25%. Semua guru sudah melaksanakan penilaian otentik dan tidak lanjut hasil pembelajaran sesuai Kurikulum Penelitian yang relevan dilakukan oleh dengan judul Implementasi Kurikulum 2013 kelas IV di SD Negeri 1 Kalasan. Penelitian ini bertuuan untuk mendeskripsikan implementasi Kurikulum 2013 kelas IV di SD Negeri 1 Kalasan yang meliputi perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, penilaian pembelajaran dan hambat yang dialami dalam implementasi Kurikulum 2013 serta upaya mengatasi hambatan tersebut. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode 37

28 penelitian kualitatif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dalam perencanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru berupa pengembangan RPP tematik berdasarkan silabus, buku guru dan siswa. Pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan dengan pembelajaran tematik integratif dan pendekatan Scientifiec. Penilaian autentik dilaksanakan untuk menilai kompetensi sikap, pengetahuan dan ketrampilan peserta didik secara terpadu. C. Kerangka Pikir Kurikulum 2013 merupakan pengembangan dan penyempurnaan dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Agar tujuan dari implementasi kurikulum terwujud, maka perlu adanya kerjasama yang baik dari pihak-pihak yang terkait, yaitu Pemerintah, Menteri Pendidikan, Komite Sekolah dan Guru. Proses pembelajaran dalam Kurikulum 2013 dibagi menjadi tiga yaitu perencanaan, pelaksanaan dan peniaian pembelajaran. Adanya perubahan pada Kurikulum 2013 membutuhkan penyesuaian baik dari perangkat sekolah, guru maupun siswa itu sendiri. Penerapan Kurikulum 2013 yang dinilai tergesa-gesa menimbulkan kendala oleh banyak pihak terutama guru. Salah satu kendala yang dialami oleh guru yaitu proses pembelajaran. Proses pembelajaran dibagi menjadi tiga yaitu tahap persiapan, pelaksanaan dan penilaian. Ketiga tahap merupakan data yang akan dicari dalam penelitian ini yang meliputi implementasinya, hambatan serta upaya dalam mengatasi hambatan tersebut. 38

29 SMP Negeri 1 Muntilan merupakan salah satu SMP yang menjadi pilloting project dalam implementasi Kurikulum Penerapan Kurikulum yang tergesa-gesa membuat implementasi Kurikulum 2013 berjalan dengan beberapa kali perbaikan yang dilakukan oleh pemerintah baik dari buku ajar yang digunakan siswa maupun peraturan pemerintah yang memuat tentang proses yang harus dilakukan oleh guru dari perencanaan sampai dengan penilaian. Hal tersebut membuat sejumlah guru di SMP Negeri 1 Muntilan merasa kesulitan terutama pada proses penilaian hasil belajar dengan menggunakan penilaian autentik. Implementasi Kurikulum 2013 pada pembelajaran IPS Tema Kemerdekaan sebagai Modal Pembangunan di SMP N 1 Muntilan Perencanaan Pembelajaran Pelaksanaan Pembelajaran Penilaian Pembelajaran Hambatan Implementasi Kurikulum 2013 pada pembelajaran IPS Tema Kemerdekaan sebagai Modal Pembangunan di SMP N 1 Muntilan Upaya Mengatasi Hambatan Implementasi Kurikulum 2013 pada pembelajaran IPS Tema Kemerdekaan sebagai Modal Pembangunan di SMP N 1 Muntilan Gambar 1. Kerangka Pikir 39

30 D. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berfikir di atas maka pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana perencanaan pembelajaran IPS Tema kemerdekaan awal sebagai modal dasar pembangunan berbasis Kurikulum 2013 di SMP Negeri 1 Muntilan? 2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran IPS Tema kemerdekaan awal sebagai modal dasar pembangunan berbasis Kurikulum 2013 di SMP Negeri 1 Muntilan? 3. Bagaimana proses penilaian hasil belajar IPS Tema kemerdekaan awal sebagai modal dasar pembangunan berbasis Kurikulum 2013 di SMP Negeri 1 Muntilan? 4. Apa saja hambatan yang dihadapi pada saat perencanaan pembelajaran IPS Tema kemerdekaan awal sebagai modal dasar pembangunan berbasis Kurikulum 2013 pada pembelajaran IPS di SMP Negeri 1 Muntilan? 5. Apa saja hambatan yang dihadapi pada saat pelaksanaan pembelajaran IPS Tema kemerdekaan awal sebagai modal dasar pembangunan berbasis Kurikulum 2013 pada pembelajaran IPS di SMP Negeri 1 Muntilan? 6. Apa saja hambatan yang dihadapi pada saat penilaian pembelajaran IPS Tema kemerdekaan awal sebagai modal dasar pembangunan berbasis Kurikulum 2013 pada pembelajaran IPS di SMP Negeri 1 Muntilan? 7. Apa saja upaya yang diterapkan untuk mengatasi hambatan dalam perencanaan pembelajaran IPS Tema kemerdekaan awal sebagai modal 40

31 dasar pembangunan berbasis Kurikulum 2013 pada pembelajaran IPS di SMP Negeri 1 Muntilan? 8. Apa saja upaya yang diterapkan untuk mengatasi hambatan dalam pelaksanaan pembelajaran IPS Tema kemerdekaan awal sebagai modal dasar pembangunan berbasis Kurikulum 2013 pada pembelajaran IPS di SMP Negeri 1 Muntilan? 9. Apa saja upaya yang diterapkan untuk mengatasi hambatan dalam penilaian pembelajaran IPS Tema kemerdekaan awal sebagai modal dasar pembangunan berbasis Kurikulum 2013 pada pembelajaran IPS di SMP Negeri 1 Muntilan? 41

TEKNIK PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Oleh: Dr. Marzuki UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

TEKNIK PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Oleh: Dr. Marzuki UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA TEKNIK PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Oleh: Dr. Marzuki UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 1 Penegasan Istilah Istilah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang digunakan terutama untuk

Lebih terperinci

(Contoh) DESAIN PEMBELAJARAN PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN KESETARAAN PAKET C UPT SKB KABUPATEN BANDUNG

(Contoh) DESAIN PEMBELAJARAN PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN KESETARAAN PAKET C UPT SKB KABUPATEN BANDUNG (Contoh) DESAIN PEMBELAJARAN PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN KESETARAAN PAKET C UPT SKB KABUPATEN BANDUNG UPT SANGGAR KEGIATAN BELAJAR (SKB) KABUPATEN BANDUNG 2017 DESAIN PEMBELAJARAN Oleh: Yaya Sukarya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar (Hamalik, 2011: 18).

BAB I PENDAHULUAN. pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar (Hamalik, 2011: 18). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan unsur utama dalam pengembangan manusia Indonesia seutuhnya, oleh karena itu pengelolaan pendidikan harus berorientasi kepada bagaimana menciptakan

Lebih terperinci

PANDUAN PENGEMBANGAN RPP

PANDUAN PENGEMBANGAN RPP PANDUAN PENGEMBANGAN RPP 1. Penekanan pada keterkaitan dan keterpaduan antara KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan

Lebih terperinci

SERI MATERI PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO 2015 PUSAT PENGEMBANGAN PPL & PKL KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

SERI MATERI PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO 2015 PUSAT PENGEMBANGAN PPL & PKL KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN SERI MATERI PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO 2015 PUSAT PENGEMBANGAN PPL & PKL KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN Panduan Penyusunan KTSP jenjang Dikdasmen BSNP KURIKULUM 2013? (Berbasis Scientific Approach)

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar 1. Pengertian Belajar Belajar merupakan proses memperoleh ilmu pengetahuan, baik diperoleh sendiri maupun dengan bantuan orang lain. Belajar dapat dilakukan berdasarkan

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) BERDASARKAN KURIKULUM 2013 KELAS VIII DI SMP NEGERI 31 PADANG JURNAL EFRIJONI

PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) BERDASARKAN KURIKULUM 2013 KELAS VIII DI SMP NEGERI 31 PADANG JURNAL EFRIJONI PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) BERDASARKAN KURIKULUM 2013 KELAS VIII DI SMP NEGERI 31 PADANG JURNAL EFRIJONI 10020021 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PADA PEMBELAJARAN IPS DI SMP NEGERI 1 MUNTILAN RINGKASAN SKRIPSI

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PADA PEMBELAJARAN IPS DI SMP NEGERI 1 MUNTILAN RINGKASAN SKRIPSI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PADA PEMBELAJARAN IPS DI SMP NEGERI 1 MUNTILAN RINGKASAN SKRIPSI oleh : ELFIRA MIFTAKHUL JANNAH NIM. 13416244018 JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL

Lebih terperinci

PENYUSUNAN RPP PADA KURIKULUM 2013

PENYUSUNAN RPP PADA KURIKULUM 2013 PENYUSUNAN RPP PADA KURIKULUM 2013 Oleh: Dr. Widarto, M.Pd. DISAMPAIKAN PADA PENDIDIKAN DAN LATIHAN PROFESI GURU (PLPG) GELOMBANG 4 TAHUN 2014 DI LEMBAGA PENGEMBANGAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Prinsip dan Langkah-Langkah Pengembangan Silabus

Prinsip dan Langkah-Langkah Pengembangan Silabus Prinsip dan Langkah-Langkah Pengembangan Silabus A. Prinsip Pengembangan Silabus Prinsip-prinsip pengembangan silabus adalah: 1. Ilmiah Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PROSES PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN SMA NEGERI 10 SAMARINDA TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PROSES PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN SMA NEGERI 10 SAMARINDA TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PROSES PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN SMA NEGERI 10 SAMARINDA TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017 Berdasarkan : Permendikbud no. 22/2016 Tentang Standar Proses endidikan Dasar &

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang dikenal dan diakui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan sebagai upaya meningkatkan kualitas pendidikan. Salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan sebagai upaya meningkatkan kualitas pendidikan. Salah satunya adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini masuk pada era globalisasi yang menuntut adanya perubahan di segala bidang, termasuk bidang pendidikan. Perubahan dalam bidang pendidikan dilakukan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU SISDIKNAS 2003, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU SISDIKNAS 2003, 2006). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan posisi dirinya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu tolak ukur terpenting dan berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari terbentuknya karakter bangsa. Salah

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR PROSES PENDIDIKAN KESETARAAN PROGRAM PAKET A, PROGRAM PAKET B, DAN PROGRAM PAKET C DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 SISDIKNAS adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika

BAB II LANDASAN TEORI. A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika BAB II LANDASAN TEORI A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika Pengertian pembelajaran sebagaimana tercantum dalam UU RI nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional adalah suatu proses interaksi

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Pembahasan terkait fokus penelitian pertama: Bagaimana implementasi

BAB V PEMBAHASAN. A. Pembahasan terkait fokus penelitian pertama: Bagaimana implementasi BAB V PEMBAHASAN A. Pembahasan terkait fokus penelitian pertama: Bagaimana implementasi kurikulum 2013 pada pembelajaran PAI dan Budi Pekerti tahap perencanaan di SMAN 1 Ngunut? Setiap kegiatan pasti memiliki

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA IMPLEMENTASI KTSP DALAM PEMBELAJARAN

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA IMPLEMENTASI KTSP DALAM PEMBELAJARAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA IMPLEMENTASI KTSP DALAM PEMBELAJARAN Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran saintifik dari kelas I sampai dengan kelas VI. Pembelajaran tematik

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran saintifik dari kelas I sampai dengan kelas VI. Pembelajaran tematik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum 2013 pada tingkat dasar menggunakan pendekatan pembelajaran saintifik dari kelas I sampai dengan kelas VI. Pembelajaran tematik saintifik mengedepankan

Lebih terperinci

KONSEP DASAR PERENCANAAN PEMBELAJARAN. M. Nasir Tamalene (Dosen Universitas Khairun Ternate)

KONSEP DASAR PERENCANAAN PEMBELAJARAN. M. Nasir Tamalene (Dosen Universitas Khairun Ternate) 1 KONSEP DASAR PERENCANAAN PEMBELAJARAN M. Nasir Tamalene (Dosen Universitas Khairun Ternate) I. Pendahuluan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 (UU 20/2003) tentang Sistem Pendidikan

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN INQUIRY

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN INQUIRY PENGARUH PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN INQUIRY TERHADAP HASIL BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS 4 SD N MUDAL KECAMATAN BOYOLALI KABUPATEN BOYOLALI SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2013/2014 SKRIPSI di susun untuk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sebagai ikhtisar yang memberikan fakta tentang hal-hal khusus. Sedangkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. sebagai ikhtisar yang memberikan fakta tentang hal-hal khusus. Sedangkan 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Profil Guru Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:1386), profil didefinisikan sebagai ikhtisar yang memberikan fakta tentang hal-hal khusus. Sedangkan guru adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk pembangunan pendidikan

I. PENDAHULUAN. Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk pembangunan pendidikan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk pembangunan pendidikan dengan baik yang berkaitan dengan peningkatan kuantitas maupun kualitasnya. Dalam prakteknya, upaya

Lebih terperinci

SOSIALISASI DAN PELATIHAN KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1 / 34

SOSIALISASI DAN PELATIHAN KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1 / 34 HALAMAN 1 / 34 1 2 3 4 5 Pengertian Landasan Prinsip Pengembangan Unit Waktu Pengembangan g Silabus 6 7 8 9 Komponen Silabus Mekanisme Pengembangan Silabus Langkah Pengembangan Silabus Contoh Model HALAMAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata dari rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia adalah rendahnya perolehan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga Negara yang beriman, produktif kreatif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang amat penting untuk menjamin kelangsungan hidup Negara, juga merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan formal merupakan upaya sadar yang dilakukan sekolah dengan berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan kemampuan kognitif,

Lebih terperinci

SERI MATERI PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO 2013 PUSAT LAYANAN PPL & PKL KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

SERI MATERI PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO 2013 PUSAT LAYANAN PPL & PKL KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN SERI MATERI PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO 2013 PUSAT LAYANAN PPL & PKL KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN Panduan Penyusunan KTSP jenjang Dikdasmen BSNP Landasan & Acuan Penyusunan & Pengembangan KTSP UU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran untuk menambah wawasan di suatu bidang. Kompetensi

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran untuk menambah wawasan di suatu bidang. Kompetensi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang mencakup kompetensi pengetahuan, keterampilan dan sikap secara terpadu. Penilaian pada kurikulum 2013 menggunakan penilaian autentik.

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS X DI SMAN 2 BUNGO. Irma Suryani, Aripudin dan Zulena Fertika

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS X DI SMAN 2 BUNGO. Irma Suryani, Aripudin dan Zulena Fertika IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS X DI SMAN 2 BUNGO Irma Suryani, Aripudin dan Zulena Fertika ABSTRACK Artikel ini memberikan hasil penelitian dari Implementasi Kurikulum

Lebih terperinci

PENGANTAR PENGEMBANGAN SILABUS

PENGANTAR PENGEMBANGAN SILABUS PENGANTAR PENGEMBANGAN SILABUS A. Pengertian Silabus Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat ini pembelajaran di sekolah harus bervariasi agar bisa menarik perhatian siswa untuk mengikuti proses pembelajaran dimana siswa dapat tertarik pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat (Hamalik, 2008: 79).

I. PENDAHULUAN. berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat (Hamalik, 2008: 79). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dengan demikian akan menimbulkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan.

BAB II KAJIAN TEORI. mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan. 11 BAB II KAJIAN TEORI A. Ilmu Pengetahuan Sosial Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yangdiberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Pendidikan nasional, sebagai salah satu sektor pembangunan nasional dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, mempunyai visi terwujudnya sistem pendidikan sebagai

Lebih terperinci

DOSEN PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS STKIP SILIWANGI BANDUNG

DOSEN PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS STKIP SILIWANGI BANDUNG APPRENTICESHIP II MAGANG II Acep Haryudin, M.Pd DOSEN PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS STKIP SILIWANGI BANDUNG PROGRAM MAGANG 2 Program Magang 2 bertujuan memantapkan kompetensi akademik kependidikan dan kaitannya

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN DAN TEORI HASIL PENELITIAN. 1. Indikator dan tujuan rencana pelaksanaan pembelajaran berbasis

BAB V PEMBAHASAN DAN TEORI HASIL PENELITIAN. 1. Indikator dan tujuan rencana pelaksanaan pembelajaran berbasis 67 BAB V PEMBAHASAN DAN TEORI HASIL PENELITIAN A. Pembahasan 1. Indikator dan tujuan rencana pelaksanaan pembelajaran berbasis karakter di SMP Muhammadiyah 3 Ampel Boyolali Perencanaan adalah proses dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didik untuk menciptakan suasana belajar dan proses pembelajaran peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. didik untuk menciptakan suasana belajar dan proses pembelajaran peserta didik secara aktif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi dalam proses kehidupan. Pendidikan pada dasarnya merupakan usaha sadar dan terencana antara guru dengan

Lebih terperinci

RPP. Pengertian RPP. Komponen RPP

RPP. Pengertian RPP. Komponen RPP RPP Pengertian, Komponen dan Prinsip Penyusunan RPP Pengertian RPP Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 131 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Keterampilan sosial dalam pembelajaran IPS aspek perilaku yang berhubungan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : SMK NEGERI 2 DEPOK SLEMAN Mata pelajaran : Gambar Teknik Kelas/Semester : XI / 2 Materi Pokok/Topik : Pengenalan Tanda Dan Letak Hasil Gambar

Lebih terperinci

REVIEW DAN REVISI SILABUS-RPP MAPAEL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) Oleh: Ajat Sudrajat

REVIEW DAN REVISI SILABUS-RPP MAPAEL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) Oleh: Ajat Sudrajat REVIEW DAN REVISI SILABUS-RPP MAPAEL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) Oleh: Ajat Sudrajat PRODI ILMU SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2009 REVIEW

Lebih terperinci

Click to edit Master title style KELOMPOK IV : 1. MUJAENI 2. ELLA NURLELAWATI 3. MAIMUNAH 4. HERMANTO

Click to edit Master title style KELOMPOK IV : 1. MUJAENI 2. ELLA NURLELAWATI 3. MAIMUNAH 4. HERMANTO Click to edit Master title style KELOMPOK IV : 1. MUJAENI 2. ELLA NURLELAWATI 3. MAIMUNAH 4. HERMANTO Click to edit Master title style PP 32 Tahun 2013 Tentang STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN Permendikbud

Lebih terperinci

guna mencapai tujuan dari pembelajaran yang diharapkan.

guna mencapai tujuan dari pembelajaran yang diharapkan. 8 II. KAJIAN PUSTAKA A. Strategi Pembelajaran 1. Pengertian Strategi Pembelajaran Menurut Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan diamanatkan bahwa proses pembelajaran

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA A. Deskripsi Data MAN Purwodadi adalah Madrasah Aliyah Negeri yang terletak di kabupaten Grobogan jawa tengah, tepatnya di jalan diponegoro no. 22 Purwodadi. Sekolah tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang individu di muka bumi ini, tanpa pendidikan berarti seseorang tidak berilmu, padahal kita tidak

Lebih terperinci

KONSEP KURIKULUM 2013

KONSEP KURIKULUM 2013 Oleh : Pratiwi Pujiastuti pratiwi@uny.ac.id KONSEP KURIKULUM 2013 Kurikulum menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (19) adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan

Lebih terperinci

BAB VI STANDAR PROSES PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BAHASA ARAB DI MADRASAH IBTIDAIYAH, TSANAWIYAH DAN ALIYAH

BAB VI STANDAR PROSES PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BAHASA ARAB DI MADRASAH IBTIDAIYAH, TSANAWIYAH DAN ALIYAH BAB VI STANDAR PROSES PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BAHASA ARAB DI MADRASAH IBTIDAIYAH, TSANAWIYAH DAN ALIYAH A. Pandangan tentang Pembelajaran Secara prinsip, kegiatan pembelajaran merupakan proses pendidikan

Lebih terperinci

RPP. Pengertian RPP. Komponen RPP

RPP. Pengertian RPP. Komponen RPP RPP Pengertian, Komponen dan Prinsip Penyusunan RPP Pengertian RPP Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA TERPADU

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA TERPADU PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA TERPADU KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA 2011 Perencanaan Mengkaji dan memetakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses pendidikan dapat berlangsung dalam dua tahapan, yakni proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses pendidikan dapat berlangsung dalam dua tahapan, yakni proses 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pendidikan dapat berlangsung dalam dua tahapan, yakni proses jangka pendek dan jangka panjang. Pencapaian tujuan pendidikan nasional memerlukan pertahapan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. perhatian anak didik agar terpusat pada yang akan dipelajari. Sedangkan menutup

II. TINJAUAN PUSTAKA. perhatian anak didik agar terpusat pada yang akan dipelajari. Sedangkan menutup II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Membuka Dan Menutup Pelajaran Guru sangat memerlukan keterampilan membuka dan menutup pelajaran. Keterampilan membuka adalah perbuatan guru untuk menciptakan sikap mental

Lebih terperinci

EDISI : 2. PENGEMBANGAN RPP. Modul : Pengembangan RPP Soal-soal seputar RPP

EDISI : 2. PENGEMBANGAN RPP. Modul : Pengembangan RPP Soal-soal seputar RPP EDISI : 2. PENGEMBANGAN RPP Modul : Pengembangan RPP Soal-soal seputar RPP Mekanisme Pengembangan RPP 1. Perencanaan Tahap pertama dalam pembelajaran yaitu perencanaan pembelajaran yang diwujudkan dengan

Lebih terperinci

dan mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dengan memperhatikan dan menerapkan nilai Humaniora.

dan mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dengan memperhatikan dan menerapkan nilai Humaniora. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu komponen yang sangat strategis di dalam pembentukan kualitas sumber daya manusia, yaitu manusia yang mampu menghadapi perubahan dan kemajuan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN IPA TERPADU (IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013)

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN IPA TERPADU (IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013) PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN IPA TERPADU (IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013) Putri Anjarsari, S.Si., M.Pd Pendidikan IPA, FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta Makalah disampaikan dalam PPM Workshop Pengembangan

Lebih terperinci

PENGANTAR PENGEMBANGAN SILABUS

PENGANTAR PENGEMBANGAN SILABUS PENGANTAR PENGEMBANGAN SILABUS A. Pengertian Silabus Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) a. Pengertian KTSP Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat

Lebih terperinci

ELEMEN PERUBAHAN KURIKULUM 2013

ELEMEN PERUBAHAN KURIKULUM 2013 ELEMEN PERUBAHAN KURIKULUM 2013 PPT - 1.2 BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Elemen Perubahan Standar

Lebih terperinci

Elemen Perubahan dari Kurikulum 2006 ke Kurikulum (1) Identitas satuan pendidikan dan mata pelajaran, (2) tingkat kelas, (3)

Elemen Perubahan dari Kurikulum 2006 ke Kurikulum (1) Identitas satuan pendidikan dan mata pelajaran, (2) tingkat kelas, (3) Elemen Perubahan dari Kurikulum 2006 ke Kurikulum 2013 Pergeseran Komponen Kurikulum 2013 Komponen Silabus: (1) Identitas satuan pendidikan dan mata pelajaran, (2) tingkat kelas, (3) kompetensi inti, (4)

Lebih terperinci

DESAIN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL SPIRIT KEARIFAN LOKAL MEDAMAZI UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR

DESAIN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL SPIRIT KEARIFAN LOKAL MEDAMAZI UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR DESAIN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL SPIRIT KEARIFAN LOKAL MEDAMAZI UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR 1) Antonia Lagong 2) Eufrasia Juita 3) Dek Ngurah Laba Laksana 1) SDI Malanuza, NTT 2,3) PGSD STKIP Citra Bakti,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Orientasi utama dari evaluasi konteks adalah:

BAB III METODE PENELITIAN. Orientasi utama dari evaluasi konteks adalah: BAB III METODE PENELITIAN 3. 1 Model Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian evaluasi dengan model CIPP. Komponen evaluasi yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Konteks (context)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kegiatan pelaksanaan pendidikan di sekolah, guru merupakan orang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kegiatan pelaksanaan pendidikan di sekolah, guru merupakan orang yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kegiatan pelaksanaan pendidikan di sekolah, guru merupakan orang yang paling penting karena gurulah yang melaksanakan proses pendidikan langsung menuju

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SILABUS MATA PELAJARAN PAI DALAM KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN Oleh: Marzuki

PENGEMBANGAN SILABUS MATA PELAJARAN PAI DALAM KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN Oleh: Marzuki PENGEMBANGAN SILABUS MATA PELAJARAN PAI DALAM KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN Oleh: Marzuki A. Pendahuluan Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) merupakan kelanjutan dari kurikulum tahun 2004

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum memainkan peran yang sangat penting dalam Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum memainkan peran yang sangat penting dalam Sistem Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum memainkan peran yang sangat penting dalam Sistem Pendidikan Indonesia. Kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan

Lebih terperinci

SILABUS DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Berdasarkan Permendiknas 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses)

SILABUS DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Berdasarkan Permendiknas 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses) SILABUS DAN (Berdasarkan Permendiknas 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses) Disunting dan dikembangkan oleh Pirdaus Widyaiswara LPMP Sumsel Perencanaan Proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum yang sedang coba diterapkan oleh pemerintah ke beberapa sekolah sasaran saat ini yaitu Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 bertujuan untuk mendorong peserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dengan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan, yang berlangsung dalam lingkungan tertentu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, pembelajaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, pembelajaran merupakan aktivitas yang paling utama. Ini berarti bahwa keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan

Lebih terperinci

KURIKULUM 2013 PELATIHAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013

KURIKULUM 2013 PELATIHAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN PUSAT PENGEMBANGAN PROFESI PENDIDIK 2015 1 PPT- 3.4

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kesulitan Guru 2.1.1 Pengertian Kesulitan Istilah kesulitan/problema berasal dari bahasa inggris yaitu problematic yang artinya persoalan atau masalah. Sedangkan dalam Kamus Besar

Lebih terperinci

Kompetensi Dasar. perencanaan program. rangka implementasi

Kompetensi Dasar. perencanaan program. rangka implementasi MERENCANAKAN PROGRAM PEMBELAJARAN DALAM RANGKA IMPLEMENTASI KTSP Pertemuan XI Desain Pembelajaran STAI SMQ Bangko Kompetensi Dasar Mahasiswa memahami perencanaan program pembelajaran dalam rangka implementasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) dikemukakan bahwa kurikulum untuk jenis

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) dikemukakan bahwa kurikulum untuk jenis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) dikemukakan bahwa kurikulum untuk jenis pendidikan umum,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan perubahan yang terjadi kian cepat seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum pendidikan harus disusun dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rafika Warma, Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu 1

BAB I PENDAHULUAN. Rafika Warma, Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu 1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyelenggara pendidikan dasar dan menengah sebagaimana yang dinyatakan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SILABUS MATA PELAJARAN SENI BUDAYA (SENI RUPA)

PENGEMBANGAN SILABUS MATA PELAJARAN SENI BUDAYA (SENI RUPA) PENGEMBANGAN SILABUS MATA PELAJARAN SENI BUDAYA (SENI RUPA) A. Pendahuluan Secara prinsip, silabus sebagai acuan pengembangan RPP dikembangkan oleh satuan pendidikan berdasarkan Standar Isi (SI) dan Standar

Lebih terperinci

PENERAPAN LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM KURIKULUM 2013

PENERAPAN LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM KURIKULUM 2013 1 PENERAPAN LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM KURIKULUM 2013 Pendahuluan Oleh: Bambang Prihadi*) Implementasi Kurikulum 2013 dicirikan dengan perubahan yang sangat mendasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur

BAB I PENDAHULUAN. serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menjadi salah satu sarana untuk membantu manusia menjadi insan yang lebih baik. Adapun tujuan pendidikan nasional menurut UUD Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB III STANDAR KOMPETENSI LULUSAN STRUKTUR DAN MUATAN KURIKULUM

BAB III STANDAR KOMPETENSI LULUSAN STRUKTUR DAN MUATAN KURIKULUM BAB III STANDAR KOMPETENSI LULUSAN STRUKTUR DAN MUATAN KURIKULUM A. STANDAR KOMPETENSI LULUSAN ( SKL) 1. Pengertian Standar kompetensi Lulusan adalah kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan mencakup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan pondasi utama dalam mengelola, mencetak dan meningkatkan sumber daya manusia yang handal dan berwawasan yang diharapkan mampu untuk menjawab

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA Susilawati Program Studi Pendidikan Fisika, IKIP PGRI Semarang Jln. Lontar No. 1 Semarang susilawatiyogi@yahoo.com

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATERI PEDAGOGIK

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATERI PEDAGOGIK SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATERI PEDAGOGIK BAB VIII PENILAIAN DAN EVALUASI PEMBELAJARAN Prof. Dr. Sunardi, M.Sc Dr. Imam Sujadi, M.Si KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia kompetensi berarti kewenangan. kuantitatif. Johnson (dalam Usman 2006: 14) menyatakan bahwa

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia kompetensi berarti kewenangan. kuantitatif. Johnson (dalam Usman 2006: 14) menyatakan bahwa 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kompetensi Guru 1. Pengertian Kompetensi Guru Sebagai pendidik seorang guru harus dibekali kompetensi. Kompetensi dapat diartikan sebagai kemampuan melaksanakan tugas. Menurut

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik Melalui Pembelajaran PKn Dalam Mengembangkan Kompetensi (Studi Kasus di SMA Negeri 2 Subang)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. cerdas, terbuka dan demokratis. Pendidikan memegang peran dalam. tertuang dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945.

I. PENDAHULUAN. cerdas, terbuka dan demokratis. Pendidikan memegang peran dalam. tertuang dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu faktor penentu kualitas kehidupan suatu bangsa adalah bidang pendidikan. Pendidikan sangat diperlukan untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, terbuka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diprioritaskan adalah sektor pendidikan. Menyadari betapa pentingnya. tentang pendidikan harus selalu ditingkatkan.

BAB I PENDAHULUAN. diprioritaskan adalah sektor pendidikan. Menyadari betapa pentingnya. tentang pendidikan harus selalu ditingkatkan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kemajuan suatu bangsa, dapat dilihat dari segi Pendidikannya, sehingga jika suatu bangsa ingin maju tentunya yang pertama kali harus diprioritaskan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan pondasi utama dalam upaya memajukan bangsa. Suatu bangsa dapat dikatakan maju apabila pendidikan di negara tersebut dapat mengelola sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan selalu berlangsung dalam suatu lingkungan, yaitu lingkungan pendidikan. Lingkungan ini mencakup lingkungan fisik, sosial, budaya, politis, keagamaan, intelektual,

Lebih terperinci

PENILAIAN AUTENTIK DALAM KURIKULUM 2013

PENILAIAN AUTENTIK DALAM KURIKULUM 2013 PENILAIAN AUTENTIK DALAM KURIKULUM 2013 YUBALI ANI, M.PD Universitas Pelita Harapan, Karawaci, Tangerang jc_yubali@yahoo.com Abstrak Penilaian merupakan bagian integral dari pembelajaran. Seperti semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting didalam pembangunan suatu bangsa. Pendidikan yang berkualitas dapat digunakan sebagai tolak ukur yang paling mendasar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN TEORITIS BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kajian Teori 1. Kurikulum Kurikulum di pandang sebagai suatu rencana menurut S. Nasution, (2014, h. 5) yang di susun untuk melancarkan proses belajar-mengajar di bawah bimbingan

Lebih terperinci

STRATEGI PEMBELAJARAN BER-TEAM PADA KURIKULUM 2013 DI SMK. Oleh : Sri Karyono

STRATEGI PEMBELAJARAN BER-TEAM PADA KURIKULUM 2013 DI SMK. Oleh : Sri Karyono STRATEGI PEMBELAJARAN BER-TEAM PADA KURIKULUM 2013 DI SMK Oleh : Sri Karyono A. PENDAHULUAN Keberhasilan Implementasi Kurikulum 2013 te rutama di SMK menuntut peran guru yang optimal. Pembelajaran dan

Lebih terperinci

PEDOMAN PENDAMPINGAN PELAKSANAAN KURIKULUM 2013 PADA PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH

PEDOMAN PENDAMPINGAN PELAKSANAAN KURIKULUM 2013 PADA PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 105 TAHUN 2014 TENTANG PENDAMPINGAN PELAKSANAAN KURIKULUM 2013 PADA PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH PEDOMAN

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SILABUS DAN RPP

PENGEMBANGAN SILABUS DAN RPP PENGEMBANGAN SILABUS DAN RPP DIAN BUDIANA,M.PD. Disiapkan sebagai Bahan Diklat Sertifikasi Guru dalam Jabatan Pengertian Silabus Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan atau kelompok mata pelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Tantangan masa depan yang selalu berubah sekaligus persaingan yang semakin ketat memerlukan keluaran pendidikan yang tidak hanya terampil dalam suatu bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Niat pemerintah untuk perbaikan system pendidikan yaitu dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Niat pemerintah untuk perbaikan system pendidikan yaitu dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Niat pemerintah untuk perbaikan system pendidikan yaitu dengan melaksanakan perubahan kurikulum. Meskipun pada kenyataannya setiap kurikulum pastilah memiliki

Lebih terperinci