DESAIN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL SPIRIT KEARIFAN LOKAL MEDAMAZI UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR

Transkripsi

1 DESAIN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL SPIRIT KEARIFAN LOKAL MEDAMAZI UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR 1) Antonia Lagong 2) Eufrasia Juita 3) Dek Ngurah Laba Laksana 1) SDI Malanuza, NTT 2,3) PGSD STKIP Citra Bakti, NTT 1) 2) 3) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana mendesain model pembelajaran berbasis kontekstual meda mazi dikelas tinggi. Penelitian dilakukan di SDI Malanuza, NTT, dengan melibatkan 4 guru dan 28 siswa. pengumpulan data dilakukan dengan lembar observasi, wawancara, dan telaah literatur. Data yang terkumpul kemudian dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan model pembelajaran kontekstual dapat dilakukan oleh guru, melalui proses pengaitan materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Meda mazi merupakan sebuah ungkapan dalam bahasa Bajawa yang artinya duduk untuk berdiskusi atau bermusyawara dalam menemukan sesuatu dengan tepat. Model Pembelajaran berbasis kontekstual meda mazi saat ini sedang diterapkan di Sekolah Dasar di kecamatan Golewa dan Golewa selatan, Kabupaten Ngada. Kata kunci: pembelajaran kontekstual, meda mazi PENDAHULUAN Kurikulum 2013 adalah kurikulum nasional. Kurikulum nasional merupakan kurikulum yang harus dapat mewujudkan tujuan pendidikan nasional suatu bangsa. UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 1 Butir 1 menyatakan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar yang menyenangkan dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, dan keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Kurikulum yang dikembangkan harus dapat mendekatkan pada halhal yang dipelajari di sekolah dengan hal-hal yang terjadi di masyarakat. Oleh karena itu segala sesuatu yang terjadi di masyarakat sebagai sumber kurikulum. Filosofi rekonstruksi sosial memberi arah kepada kurikulum untuk menempatkan peserta didik sebagai subjek yang peduli pada lingkungan sosial, alam, dan lingkungan budaya. Kurikulum juga harus dapat menjadi sarana untuk mengembangkan potensi intelektual, berpikir rasional, dan 195

2 kemampuan membangun masyarakat demokratis peserta didik menjadi suatu kemampuan yang dapat digunakan untuk mengembangkan kehidupan masyarakat yang lebih baik. Sesuai dengan pandangan filsafat esensialisme dan perenialisme, kurikulum harus menempatkan kemampuan intelektual dan berpikir rasional sebagai aspek penting yang harus menjadi kepedulian kurikulum untuk dikembangkan. Kurikulum harus dapat mewujudkan peserta didik menjadi manusia yang terdidik. Pada intinya kurikulum harus mampu mengembangkan seluruh potensi manusia yaitu menjadikan peserta didik sebagai manusia seutuhnya. Manusia yang memiliki kekuatan yang berguna bagi dirinya masyarakat, bangsa, dan negara. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya, karena pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran. Demikian pentingnya pendidikan, maka pemerintah pun membuat aturan tentang hak dan kewajiban warganya memperoleh pendidikan. Hal tersebut diatur dalam UUD 1945 pasal 31 yang menyatakan bahwa setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan dan wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional. Menurut UU Nomor 20 tahun 2003, pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut maka di sekolah-sekolah diadakan suatu proses pembelajaran. Proses pembelajaran di Sekolah Dasar kususnya di kecamatan Golewa dan Golewa selatan, sedang menerapkan model pembelajaran berbasis kontekstual meda mazi. Menurut Jonson (dalam Nurhadi, 2004) Pembelajaran kontekstual merupakan suatu proses pendidikan yang bertujuan membantu siswa melihat makna dalam bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan cara menghubungkannya dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari, yaitu dengan konteks lingkungan, pribadinya, sosialnya dan budayanya. Zahorik (dalam Blanchar, 2001) mengatakan bahwa pembelajaran kontektual merupakan suatu proses belajar yang di alami lansung oleh siswa bukan dengan cara menghafal. Dari kedua pendapat diatas dapat disimpulkan Pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang dilakukan oleh guru untuk mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata yang dialami lansung oleh siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Meda mazi merupakan sebuah kegiatan dari pakar pendidik untuk menemukan sebuah kata yang tepat dalam bermusyawara. SDI Malanuza saat ini sedang menerapkan Model pembelajaran berbasis kontekstual dengan spirit meda mazi, dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam hal ini guru harus banyak mempunyai kretifitas yang tinggi untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai oleh peserta didik. Dalam menerapkan model 196

3 pembelajaran berbasis kontekstual spirit meda mazi, guru juga mengalami kendala, seperti dalam mengkaji materi, karena tidak semua materi termasuk dalam kontekstual. Guru benar-benar mencermati materinya. Desain pembelajaran dengan menggunakan model kontekstual spirit meda mazi yaitu Standar Kompetensi, kompetensi Dasar, Indikator, Tujuan, Materi, Kegiatan kontekstual, pengetahuan yang ditambahkan, kunci kreatif, langkah-langkah pembelajaran dan penilaian. METODE Artikel ini dikembangkan dengan pendekatan deskriptif melalui wawancara, observasi dan riview literatur. Berdasarkan hasil wawancara dengan para guru SDI Malanuza bahwa pembelajaran berbasis kontekstual dengan spiririt meda mazi masih mengalami kesulitan. Yaitu dalam menentukan kontekstual dari setiap materi. Karena kontekstual ini materinya harus terkait dengan materi lain dalam satu pelajaran. Materi juga harus terkait dengan lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik dan psikologi. Materi memberikan pengalaman langsung melalui inkuiri. Pembelajaran kontekstual, siswa mengalami langsung, karena hal ini membuat daya ingat siswa semakin tinggi dibanding hanya menghafal daya ingat cuman sedikit. Oleh karena itu pembalajaran kontekstual dengan spirit meda mazi bisa merangsang daya nalar siswa dari sebelumnya kurang aktif menjadi aktif. Dalam proses pembelajaran, dengan menggunakan model pembelajaran berbasis kontekstual spirit meda mazi, guru menyusun langkah-langkah kontekstual sesuai dengan karakteristik siswa. Guru hanya sebagai fasilitator dan siswa yang berperan aktif dalam proses pembelajaran. Jika temuan siswa belum tepat guru yang mmeluruskannya sesuai dengan indikator yang sudah ditetapkan. PEMBAHASAN Kajian Teoritis yang Mendukung Pembelajaran Kontekstual Meda Mazi Menurut Jonson (dalam Nurhadi, 2004) Pembelajaran konstekstual merupakan suatu proses pendidikan yang bertujuan membantu siswa melihat makna dalam bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan cara menghubungkannya dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari, yaitu dengan konteks lingkungan, pribadinya, sosialnya dan budayanya. Laksana dan Rabu (2015) menegaskan bahwa pembelajaran konstekstual mampu meningkatkan hasil belajar siswa sekolah dasar. Zahorik (dalam Blanchar, 2001) mengatakan bahwa pembelajaran kontektual merupakan suatu proses belajar yang dialami lansung oleh siswa bukan dengan cara menghafal. Kedua ahli diatas yang mendukung pembelajaran kontekstual Di SD. Dari kedua pendapat diatas dapat disimpulkan Pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang dilakukan oleh guru untuk mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata yang dialami lansung oleh siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Proses pembelajaran berbasis kontekstual berbasis kearifan lokal dengan spirit meda mazi di Kabupaten Ngada hanya dilaksanakan di 197

4 kecamatan Golewa dan Golewa selatan untuk jenjang sekolah dasar. Dua kecamatan ini menjalin kerja sama dengan wahana visi Indonesia (Jokyakarta), yang mengadopsi karakter daerah kedalam lembaga pendidikan dasar. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kerifan local mampu meningkatkan hasil belajar siswa sekolah dasar (Laksana dkk. (2016); Laksana dan Wawe, 2015). Meda mazi merupakan sebuah ungkapan dalam bahasa Bajawa yang artinya duduk untuk berdiskusi atau bermusyawara dalam menemukan sesuatu dengan tepat. Meda mazi merupakan sebuah kegiatan dari pakar pendidik untuk menemukan sebuah kata yang tepat dalam bermusyawara. SDI Malanuza saat ini sedang menerapkan Model pembelajaran berbasis kontekstual dengan spirit meda mazi, dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam hal ini guru harus banyak mempunyai kretifitas yang tinggi untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai oleh peserta didik. Dalam menerapkan model pembelajaran berbasis kontekstual spirit meda mazi, guru juga mengalami kendala, seperti dalam mengkaji materi, karena tidak semua materi termasuk dalam kontekstual. Guru benar-benar mencermati materinya. Desain pembelajaran dengan menggunakan model kontekstual spirit meda mazi yaitu Proses pembelajaran yang dirancang agar peserta didik secara aktif dan kreatif mengembangkan potensi dirinya dan potensi lingkungan untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Untuk itu satuan pendidikan melakukan perencanaan pembelajaran yang dirancang dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). berbasis kontektual spirit meda mazi. Desain Pembelajaran Kontekstual Meda Mazi Berbagai prinsip dalam mengembangkan atau menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah sebagai berikut: 1) Sikap secara utuh memuat kompetensi dasar, sikap spiritual (KD dari KI-1), sosial (KD dari KI-2), pengetahuan (KD dari KI-3), dan keterampilan (KD dari KI- 4), 2) Satu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dilaksanakan dalam satu kali pertemuan (satu hari), 3) Memperhatikan perbedaan individu peserta didik. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran(RPP) disusun dengan memperhatikan perbedaan kemampuan awal, tingkat intelektual, minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta didik, 4) Berpusat pada peserta didik. Proses pembelajaran dirancang dengan berpusat pada peserta didik untuk mendorong motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian, dan semangat belajar, menggunakan pendekatan saintifik meliputi mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar/mengasosiasi, dan 198

5 mengomunikasikan, 5) Berbasis kontekstual. Proses pembelajaran yang menjadikan lingkungan sekitarnya sebagai sumber belajar, 6) Berorientasi kekinian. Pembelajaran yang berorientasi pada pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan nilai-nilai kehidupan masa kini, 7) Mengembangkan kemandirian belajar. Pembelajaran yang memfasilitasi peserta didik untuk belajar secara mandiri, 8) Memberikan umpan balik dan tindak lanjut pembelajaran. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remedial, 9) Memiliki keterkaitan dan keterpaduan antar kompetensi dan/atau antar muatan pembelajaran. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara KI, KD, indikator pencapaian kompetensi, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran(RPP) disusun dengan mengakomodasikan pembelajaran tematik, keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya, 10) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran(RPP) disusun dengan mempertimbangkan penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi nyata. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran berbasis Kontekstual (RPPBK) spirit meda mazi merupakan rencana pembelajaran yang dikembangkan secara rinci mengacu pada silabus, buku teks pelajaran, dan buku panduan guru. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran(RPP) paling sedikit memuat: 1) Identitas sekolah/madrasah, Kelas/Semester, Tema dan subtema, pembelajaran ke alokasi waktu, tanggal pelaksanaan dan Ketuntasan Belajar Minimal(KBM), 2) KI, KD, indikator pencapaian kompetensi, 3) Tujuan pembelajaran, 4) Materi Pembelajaran, 5) Nama dan deskripsi Kegiatan Kontekstual, 6) Pokok pikiran spirit kontekstual, 7) Kegiatan pembelajaran, 8) Kunci Kreatif, 9) Alat, bahan, dan sumber belajar, 10) Penilaian. Setiap guru berkewajiban menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran(RPP) untuk kelas di mana guru tersebut mengajar (guru kelas) di SD. Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran(RPP) dilakukan sebelum awal semester atau awal tahun pelajaran dimulai, namun perlu diperbaharui sebelum pembelajaran dilaksanakan. Pengembangan RPP dapat dilakukan oleh guru secara mandiri dan/atau berkelompok di sekolah dikoordinasi, difasilitasi, dan disupervisi oleh kepala sekolah. Komponen-komponen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran(RPP) berbasis meda mazi secara operasional diwujudkan dalam bentuk format berikut ini. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Berbasis Kontekstual Spirit Meda Mazi a) Identitas yang meliputi: Sekolah, Kelas/Semester, Tema, Subtema, Pembelajaran ke, Alokasi waktu, Tanggal Pelaksanaan, Ketuntasan Belajar Minimal(KBM). Identitas dicuplik dari Permendikbud No 103 Tahun 2014 dan disesuaikan dengan karakteristik pendekatan tematik terpadu kontekstual di SD. b) Kompetensi Inti (KI) meliputi Spiritual (KD dari KI-1), sosial 199

6 (KD dari KI-2), pengetahuan (KD dari KI-3), dan keterampilan (KD dari KI-4). c) Kompetensi Dasar meliputi, KD pada KI-1, KD pada KI-2, KD pada KI-3, KD pada KI-4. KD pada KI-1 dan KD pada KI-2 dipilih dari pemetaan KD KI-1 dan KD KI-2 pada awal subtema disesuaikan dengan KD-3 dan KD-4. KD pada KI-3 dan KD pada KI-4 dicuplik dari pemetaan KD pada setiap pembelajaran, KD yang ada pada buku guru disesuaikan dengan KD pada Permendikbud Nomor 57 tahun 2014,tentang standar nasional pendidikan,dan standar isi pendidikan dasar. d) Indikator Pencapaian Kompetensi meliputi Indikator KD pada KI-1, Indikator KD pada KI-2, Indikator KD pada KI-3, Indikator KD pada KI-4. Guru boleh memperkaya dengan konteks lokal, sedangkan indikator KD pada KI-1 dan KD pada KI-2 dikembangkan sendiri oleh guru dalam bentuk perilaku umum yang bermuatan nilai dan sikap yang gejalanya dapat diamati, Indikator KD pada KI-3 dan KD pada KI-4 dicuplik dari buku guru dan bisa dirubah/disesuaikan atau dikembangkan oleh guru. e) Tujuan Pembelajaran yaitu Tujuan mampu menjawabi semua indikator diatas. f) Deskripsi Materi yaitu Memuat Pokok -pokok Materi sesuai Indikator dan KD, Memuat Nilai nilai lokal yang berkaitan dengan Indikator dan KD. g) Kegiatan Kontekstual yaitu Berisi Nama Kegiatan Kontekstual, Berisi deskripsi kegiatan Spirit meda mazi yaitu 1) Pengetahuan yang ditambahkan (manfaat dalam kehidupan bagi anak), 2) Ketrampilan yang diasah (manfaat dalam kehidupan anak), 3) Sikap yang mau ditumbuhkan, 4) Pembiasaan yang mau dipertahankan. h) Langkah-Langkah Pembelajaran yaitu a) Kegiatan Awal dengan uraian kegiatan a) Guru dan siswa saling menyapa, b) Guru meminta siswa untuk memimpin doa, c) Guru mencek kehadiran siswa, Berisikan kegiatan apersepsi (Lgu Rumus debit) Mencari debit folume perwaktu Mencari volume debit perwaktu Mencari waktu volume perdebit Itulah rumus satuan debit, d) Guru menanyakan materi yang lalu berkaitan dengan materi yang baru anak-anak minggu lalu kita sudah belajar tentang sumber daya alam yang dapat diperbarui, coba sebutkan 5 sumber daya alam yang dapat diperbarui, e) Siswa menjawab sesuai dengan kemampuannya masing-masing, f) Guru mengaitkan materi yang lalu dengan yang sekarang anak-anak hari ini kita akan belajar tentang debit apa yang di maksudkan dengan debit?, g) Persiapan pembelajaran. h) Penyampaian materi, KD, Indikator dan tujuan. Alokasi waktunya 15 % dari waktu seluruhnya. 2) Kegiatan inti, dengan uraian kegiatan sebagai berikut: Berisikan langkah langkah kegiatan yang dilakukan oleh guru dan siswa selama pertemuan. a) Guru menyampaikan informasi singkat tentang materi, b) Guru membagi siswa kedalam kelompok-kelompok, c) Siswa secara berkelompok mengukur satuan zat cair kedalam botol, ember atau jerigen, untuk menentukan 200

7 besarnya debit, d) Guru memberikan Lembar Kerja(LK), e) Siswa mendiskusikan sesuai dengan Lembar Kerja yang sudah diberikan, f) Guru memberikan kesempatan kepada siswa dalam kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok, g) Kelompok lain menanggapinya, h) Guru meluruskan kekeliruan yang dilakukan oleh setiap kelompok. Alokasi waktunya Waktunya 70 % dari alokasi waktu seluruhnya. 3) Kegiatan penutup, dengan uraian kegiatan sebagai berikut: Berisikan a) Evaluasi yaitu Kisi kisi test, Soal Test, Lembaran Observasi sikap b) Refleksi pelajaran hari ini apa kah kalian sudah mengerti atau belum? Siapa yang belum mengerti angkatangan dan dibagian mana yang belum mengerti c) Pemberian Pekerjaan Rumah(PR), d) Merencanakan tindak lanjut pembelajaran e) Lagu penutup lagu maju tak gentar, f) Pesan moral manfat belajar kita hari ini ketika kamu dewasa nanti kamu bisa jadi pengusaha, jadi ahli bangunan dan lain-lain, kamu bisa mengukurnya dengan baik dan benar, g) Doa Penutup. Alokasi waktunya 15 % dari waktu seluruhnya. i) Kunci Kreatif yaitu (Dapat berupa gerakan tubuh yaitu tepuk Bajawa, lagu-lagu Mencari debit folume perwaktu Mencari volume debit perwaktu Mencari waktu volume perdebit Itulah rumus satuan debit. j) Alat, Bahan, Media dan Sumber: Alat: Selang, ember/jerigen/botol, Bahan: Air, Sumber: Buku Matematika, IPA, Bahasa Indonesia. k) Penilaian yaitu tes akhir untuk menentukan apakah indikator yang disajikan hari itu berhasil atau tidak. Kalau belum berhasil sesuai dengan Ketuntasan Belajar Minimal diadakan remidial. KESIMPULAN Pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang dilakukan oleh guru untuk mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata yang dialami lansung oleh siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Proses pembelajaran berbasis kontekstual dengan spirit meda mazi di Kabupaten Ngada hanya dilaksanakan di kecamatan Golewa dan Golewa selatan untuk jenjang sekolah dasar. Dua kecamatan ini menjalin kerja sama dengan wahana visi Indonesia( Jokyakarta), yang mengadopsi karakter daerah kedalam lembaga pendidikan dasar. Meda mazi merupakan sebuah kegiatan dari pakar pendidik untuk menemukan sebuah kata yang tepat dalam bermusyawara. SDI Malanuza saat ini sedang menerapkan Model pembelajaran berbasis kontekstual dengan spirit meda mazi, dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam hal ini guru harus banyak mempunyai kretifitas yang tinggi untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai oleh peserta didik. Dalam menerapkan model pembelajaran berbasis kontekstual spirit meda mazi, guru juga mengalami kendala, seperti dalam mengkaji materi, karena tidak semua materi termasuk dalam kontekstual. Guru benar-benar mencermati materinya. Desain pembelajaran dengan menggunakan model kontekstual spirit meda mazi yaitu Proses pembelajaran yang dirancang agar peserta didik 201

8 secara aktif dan kreatif mengembangkan potensi dirinya dan potensi lingkungan untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Untuk itu satuan pendidikan melakukan perencanaan pembelajaran yang dirancang dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). berbasis kontektual spirit meda mazi. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran berbasis Kontekstual (RPPBK) spirit meda mazi merupakan rencana pembelajaran yang dikembangkan secara rinci mengacu pada silabus, buku teks pelajaran, dan buku panduan guru. RPP paling sedikit memuat: 1) Identitas sekolah/madrasah, Kelas/Semester, Tema dan subtema, pembelajaran ke alokasi waktu, tanggal pelaksanaan dan Ketuntasan Belajar Minimal (KBM), 2) KI, KD, indikator pencapaian kompetensi 3) Tujuan pembelajaran 4) Materi Pembelajaran 5) Nama dan deskripsi Kegiatan Kontekstual 6) Pokok pikiran spirit kontekstual 7) Kegiatan pembelajaran 8) Kunci Kreatif 9) Alat, bahan, dan sumber belajar 10) Penilaian DAFTAR RUJUKAN Blanchar. (2001). Pembelajaran kontekstual (konsep dan aplikasi). Bandung: Refika Aditama. Fulaillah, M. (2015). Desain Pembelajaran Berbasis Pendekatan Kontekstual Learning Sumber Daya Air Terhadap Budaya Masyarakat Desa Situterate Di Kelas IV Sekolah Dasar. Universitas Pendidikan Indonesia Komalasari, K. (2010). Pembelajaran Kontekstual. Bandung: PT Refika Aditama. Laksana, D.N L. & Rabu, K. (2015). Pembelajaran Kontekstual Berbantuan LKS dalam upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep IPA dan Aktivitas Belajar Siswa SD. Jurnal Ilmiah Pendidikan Citra Bakti, 2 (1), Laksana, D.N.L. & Wawe, F. (2015). Penggunaan Media Berbasis Budaya Lokal Dalam Pembelajaran IPA untuk Meningkatkan Aktivitas dan Pemahaman Konsep IPA Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Ilmiah Pendidikan Citra Bakti, 2 (1), Laksana, D.N.L., Kurniawan, P.A.W., & Niftalia, I. (2016). Pengembangan Bahan Ajar Tematik SD Kelas IV Berbasis Kearifan Lokal Masyarakat Ngada. Jurnal Ilmiah Pendidikan Citra Bakti, 3 (1), Nurhadi. (2004). Pembelajaran Kontekstual Dan Penerapannya Dalam KBK. Malang: UM Press. 202