BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Efektifitas Kebijakan Moneter Bank Indonesia yang bertujuan untuk

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Efektifitas Kebijakan Moneter Bank Indonesia yang bertujuan untuk"

Transkripsi

1 BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh Rohmadyati (2011) dalam thesisnya yang berjudul Determinan Ekses Likuiditas Perbankan dalam Rangka Efektifitas Kebijakan Moneter Bank Indonesia yang bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya ekses likuiditas perbankan dan menganalisis sensitivitas faktor-faktor tersebut dalam mempengaruhi ekses likuiditas perbankan dalam rangka efektifitas kebijakan moneter Bank Indonesia. Hasil estimasi menunjukan bahwa variabel ekses likuiditas periode sebelumnya, reserves requirement, currency, suku bunga PUAB O/N, dan eksport neto signifikan secara statistik mempengaruhi ekses likuiditas perbankan. Sensitivitas variabel yang diukur dari angka koefisien hasil regresi cukup bervariasi. Yang paling kuat mempengaruhi ekses likuiditas perbankan adalah ekses likuiditas periode sebelumnya, reserves requirement dan currency. Hasil peneltian ini juga menyimpulkan bahwa perilaku perbankan secara makro di Indonesia tidak cukup moderat dalam memelihara ekses likuiditasnya. Penelitian yang dilakukan oleh Bathaluddin et al., (2012) yang berjudul Dampak persistensi ekses likuiditas terhadap kebijakan moneter. Secara garis besar tujuan dari penelitian ini adalah pertama, mengetahui dampak persistensi ekses likuiditas terhadap pelaksanaan kebijakan moneter dan kedua memberikan rekomendasi kebijakan terhadap kondisi persistensi 8

2 9 ekses likuiditas. Hasil penelitian ini pertama, perilaku bank yang menyimpan ekses likuiditas (EL) untuk berjaga-jaga dipengaruhi secara signifikan oleh volatilitas kebutuhan uang kartal di masyarakat, volatilitas pertumbuhan ekonomi, biaya dana bagi bank serta kondisi likuiditas periode sebelumnya. Kedua, aplikasi metode T-VAR (thershold-var) menunjukan terdapat dua rezim ekses likuiditas di Indonesia yakni rezim EL rendah (1001: :9) dan Rezim EL tinggi (2005: :9). Mengacu pada hasil estimasi thershold yang dihasilkan maka switching dari rezim ini terjadi pada tahun 2005 dimana memang terjadi perubahan di perekonomian Indonesia, antara lain dengan melonjaknya inflasi, BI rate yang meningkat, peningkatan OPT, perubahan kebijakan GWM bagi perbankan, serta mulai meningkatnya akumulasi cadangan devisa Bank Indonesia. Kelebihan likuiditas mengurangi efektivitas kebijakan moneter dalam pengendalian inflasi. Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Sari (2015) dalam skripsinya yang berjudul Determinan ekses likuiditas pada bank umum di Indonesia periode bertujuan untuk mengetahui apakah faktor seperti ekses likuiditas perbankan sebelumnya (ELt), reserves requirement (RR), penalty rate (r), Shock liquidity (SL), volatulity output (VO), dan output gap (OG) berpengaruh terhadap ekses likuiditas (EL) perbankan di Indonesia, serta mengetahui pengaruhnya dalam jangka pendek dan jangka panjang. Hasil dari penelitian menunjukan secara parsial ekses likuiditas sebelumnya (ELt), reserves requirement (RR), penalty rate (r), Shock liquidity (SL),

3 10 volatulity output (VO) berpengaruh terhadap ekses likuiditas perbankan di Indonesia dalam jangka panjang, sedangkan dalam jangka pendek semua variabel signifikan kecuali Shock liquidity (SL) dan output gap (OG) tidak signifikan mempengaruhi ekses likuiditas perbankan di Indonesia. Secara simultan semua variabel ekses likuiditas perbankan sebelumnya (ELt), reserves requirement (RR), penalty rate (r), Shock liquidity (SL), volatulity output (VO), dan output gap (OG) berpengaruh terhadap ekses likuiditas perbankan (EL) di Indonesia dalam jangka panjang dan jangka pendek. Adapun relevansi penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah dengan menggunakan metode development riset yaitu pengembangan dari penelitian sebelumnya dengan melihat pengaruh faktor-faktor ekses likuiditas pada bank umum skala besar. B. Teori dan Kajian Pustaka 1. Manajemen Likuiditas Bank Manajemen likuiditas adalah kemampuan manajemen bank dalam menyediakan dana yang cukup untuk memenuhi semua kewajiban kewajibannya maupun komitmen yang telah dikeluarkan kepada nasabahnya setiap saat. Kewajiban yang timbul dari sisi aktiva misalnya penyediaan dana bagi penarikan pinjaman yang telah disetujui atau penarikan atas kelonggaran tarik pinjam. Sedangkan kewajiban yang timbul dari sisi pasiva/liabilities, misalnya penyediaan dana bagi penarikan tabungan dan simpanan lainnya oleh nasabah. Secara keseluruhan manajemen likuiditas meliputi pengelolaan atas Reserve Requirement (RR)

4 11 atau Primary Reserve atau Giro Wajib Minimum (GWM) sesuai ketentuan Bank Indonesia, Secondary Reserve maupun pembahasan tentang seluruh sumber dan penggunaaan dana. Dalam sistem keuangan, sektor perbankan menduduki posisi yang sangat penting dan strategis terutama dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Hal ini antara lain karena fungsi lembaga perbankan sebagai lembaga intermediasi keuangan yang dapat menyalurkan dana dari pihak yang kelebihan kepada pihak yang kekurangan. Keynes mengatakan bahwa, permintaan terhadap uang merupakan tindakan rasional, meningkatnya permintaan uang akan menaikan tingkat suku bunga. Terdapat tiga motif yang mendorong masyarakat untuk melakukan permintaan terhadap uang, yaitu (Sinungan, 1995) : 1. Motif transaksi dimana masyarakat memegang uang guna memenuhi dan melancarkan transaksi-transaksi yang dilakukan, dan permintaan akan uang dari masyarakat untuk tujuan ini dipengaruhi oleh tingkat national income dan tingkat bunga. Semakin tinggi national income semakin besar volume transaksi dan semakin besar pula kebutuhan uang untuk memenuhi tujuan transaksi. 2. Motif berjaga-jaga (precautionary motive). Masyarakat mendapat manfaat dari memegang uang untuk menghadapi keadaan-keadaan yang tak terduga, karena sifat uang yang likuid. Menurut Keynes permintaan uang untuk tujuan berjaga-jaga dipengaruhi oleh faktor yang sama dengan faktor-

5 12 faktor yang mempengaruhi permintaan akan uang untuk transaksi, yaitu terutama dipengaruhi oleh tingkat pendapatan dan mungkin dipengaruhi oleh tingkat bunga. 3. Motif spekulasi adalah pemegangan uang bertujuan untuk memperoleh keuntungan yang bisa diperoleh. Manajemen likuiditas yaitu memperoleh aset likuid secara memadai untuk memenuhi kewajiban bank kepada deposannya. Walaupun aset yang likuid cenderung mendapatkan imbalan yang lebih rendah, namun bankbank cenderung lebih suka untuk memegang aset tersebut. Secara khusus, bank yang akan memegang kelebihan cadangan dan cadangan sekuritas karena keduanya memberikan jaminan terhadap biaya dari penarikan deposito (Mishkin, 2008). Dalam memahami bagaimana perilaku bank dalam mengelola likuiditasnya agar dapat memperoleh profit yang optimal melalui pengelolaan aset dan kewajiban (liabilities), dapat dilihat dari kinerja neraca bank pada tabel 2.1 (Mishkin, 2008). Tabel 2.1 Neraca bank Komersial Aset (Penggunaan Dana) Cadangan Kas Surat-surat berharga Kredit Lainnya Kewajiban (Sumber dana) Giro/Simpanan (Dana Pihak Ketiga) Utang Modal

6 13 Dalam mengelola aset dan liabilities-nya, bank akan selalu berpegang pada empat prinsip umum agar tetap diperoleh keuntungan yang maksimum. Keempat prinsip umum tersebut adalah : 1. Bank harus dapat menjamin kecukupan uang tunai untuk membayar nasabahnya pada saat terjadi penarikan dana dan kewajiban pembayaran lainnya. Untuk mengelola kondisi ini, diperlukan kemampuan dalam manajemen likuiditas. 2. Aset yang dimiliki bank merupakan aset dengan tingkat risiko rendah. Hal ini dapat dilakukan memalui pemilihan aset (yang memiliki tingkat risiko rendah) dan melalui diversifikasi aset. Untuk mengelola kondisi tersebut diperlukan kemampuan dalam manajemen aset. 3. Bank harus mendapatkan dana dengan harga murah, melaui manajemen liquidity. 4. Bank harus dapat menetukan jumlah modal yang dipelihara dan selanjutnya memperoleh modal yang dibutuhkan. Kondisi ini memerlukan kemampuan dalam manajemen capital adequacy. Jika bank memiliki cadangan (reserve) dalam jumlah yang cukup, terjadinya penarikan dana oleh nasabah tidak akan merubah/mempengaruhi bentuk maupun posisi jumlah aset lain dineraca bank. Semua bank memiliki dana yang tersimpan di bank sentral. Dana yang tersimpan di bank sentral ditambah dengan uang tunai yang dipegang bank secara fisik (cash in vault) disebut sebagai reserves (cadangan bank). Secara umum terdapat dua alasan mengapa bank harus memelihara reserves yang

7 14 notabene merupakan aset yang tidak menghasilkan bunga (non-interest bearing asset). Yang pertama, karena adanya ketentuan dari bank sentral yang menyatakan agar setiap bank wajib memelihara reserves sejumlah prosentase tertentu dari setiap dana yang diperoleh dari nasabah. Reserves ini biasa disebut sebagai cadangan wajib minimum atau biasa dikenal dengan giro wajib minimum (GWM). Di samping untuk memenuhi kebutuhan reserves minimum, bank juga harus memelihara sejumlah reserves lain untuk memenuhi kewajiban bank pada saat terjadi penarikan dana oleh nasabah baik secara langsung (tunai) ataupun melalui cek yang diterbitkan. Reserves yang disimpan melebihi jumlah yang diperlukan, disebut sebagai ekses reserves (excess reserves). Ekses reserves diperlukan karena sifatnya yang paling likuid diantara berbagai bentuk aset bank. Pada umumnya bank akan menyimpan sejumlah ekses reserves karena dalam menjalankan kegiatan operasional sehari-hari, bank menghadapi risiko likuiditas dan hal-hal ketidakpastian (uncertainty) lainnya. Mishkin (2008) mengatakan bahwa bank-bank memelihara ekses reserve sebagai suatu jaminan untuk menanggung beban biaya penarikan simpanan (deposit) oleh nasabah. Dampak munculnya biaya yang ditimbulkan oleh penarikan deposit oleh nasabah bank, dalam hal ini, biaya (cost) mempunyai pengertian luas. Contohnya, jika bank menganggap penarikan deposit oleh pelanggan dapat mengakibatkan bank runs, maka dengan menyediakan reserve yang memadai akan memberikan jaminan

8 15 pada nasabah bahwa bank akan selalu mampu menjamin penarikan dana yang mereka lakukan dapat dipenuhi oleh bank. Dalam hal ini, bank akan bersedia membayar ongkos memegang ekses reserves (opportunity cost yang merupakan hilangnya keuntungan/manfaat memegang aset yang menguntungkan seperti kredit atau surat berharga) untuk menjamin kerugian akibat penarikan dana oleh nasabah. Pada saat terjadi penarikan dana oleh nasabah, keberadaan ekses reserves akan memungkinkan bank untuk terhindar dari biaya pinjaman kepada bank lain, menjual surat berharga, biaya pinjaman dari bank sentral, ataupun menjual kredit (selling off loans). 2. Ekses Likuiditas Perbankan Ekses likuiditas merupakan jumlah cadangan bank yang didepositokan di bank sentral ditambah dengan uang kas yang disimpan untuk keperluan operasional harian bank (cash invaults), dikurangi kewajiban Giro Wajib Minimum, (Saxegaard, 2006). Dalam konteks tersebut, ekses likuiditas merupakan likuiditas yang digunakan bank untuk berjaga-jaga (precationary), dan dapat dianggap sebagai perilaku optimisasi oleh bank. Pada umumnya bank akan memelihara sejumlah reserve (cadangan) di bank sentral untuk dua tujuan yaitu untuk memenuhi ketentuan reserve requirement yang ditetapkan bank sentral dan untuk memfasilitasi transaksi yang melewati bank sentral, (Dow). Cadangan dalam jumlah yang melebihi kebutuhan (ekses reserve), akan digunakan sebagai cadangan (buffer) untuk mengantisipasi terjadinya fluktuasi reserve requirement yang tidak dapat

9 16 diperkirakan sebelumnya (unexpected), karena bank akan terkena pinalti apabila tidak memenuhi reserve yang diwajibkan tersebut. Mengingat penempatan dana di bank sentral biasanya tidak mendapatkan bunga, bank umumnya cenderung untuk menjaga saldonya di bank sentral pada posisi minimum untuk berjaga-jaga yaitu sebatas untuk memenuhi kebutuhan setemen dengan bank lainnya. Setelah bank mengetahui posisi saldonya, motif berjaga-jaga dengan sendirinya akan berkurang. Aikaeli (2006) menyebutkan bahwa beberapa alasan yang melatarbelakangi bank memelihara ekses likuiditas adalah : a. Rentan terhadap penalti yang dikenakan bank sentral kepada bankbank pada pemenuhan ketentuan required reserve, b. Rentan terhadap risiko pasar, biaya kekurangan likuiditas, yang besarnya antara suku bunga pinjaman dan kemungkinan adanya peraturan kepailitan, c. Masuknya dana simpanan dalam jumlah sangat besar, sementara bank tidak dapat mengalokasikan ke dalam bentuk aset yang menguntungkan karena keterbatasan kapasitas operasional, d. Adanya shock makroekonomi di sektor rill, serta e. Ketidakmampuan bank - bank dalam menyerap sumber dana yang tersedia untuk dipinjamkan. Salah satu alasan penting juga mengapa bank lebih memilih memegang ekses likuiditas dibandingkan memberikan kredit atau membeli obligasi pemerintah, apalagi dalam jangka waktu yang panjang adalah kondisi

10 17 perekonomian berada dalam liquidity trap. Kondisi liquidity trap adalah dimana return dari kredit perbankan terlalu kecil untuk menutup biaya intermediasi, dan serta bank mendapatkan yield yang lebih besar dalam reserve dibandingkan dengan memberikan loans atau pinjaman (Bathaluddin et.al, 2012). 3. Ekses Likuiditas dan Kebijakan Moneter Secara makro, kecukupan likuiditas di sektor perbankan dapat dinilai dari sudut pandang bank sentral, dimana tingkat cadangan sektor perbankan konsisten/sesuai dengan target kebijakan yang ditentukan oleh otoritas moneter seperti untuk kepentingan agregat moneter, nilai tukar, atau laju inflasi. Kondisi ini dimungkinkan mengingat secara umum dapat dikatakan bahwa likuiditas yang optimal merupakan hasil keputusan dari semua pelaku ekonomi seperti rumah tangga, perusahaan dan bank. Pada umumnya bank akan berusaha menjaga likuiditas yang dimiliki melebihi tingkat kebutuhannya karena faktor kesenjangan atau karena kemauan sendiri (voluntary) atau di luar kemauan mereka (involuntary) (Ganley, 2006). Dari sisi regulator, bank sentral tidak akan mempermasalahkan apabila kondisi ekses likuiditas terjadi karena kemauan bank itu sendiri. Motivasi bank memelihara ekses likuiditas pada dasarnya didorong oleh beberapa hal antara lain untuk berjaga-jaga (precautionary) terhadap kemungkinan meningkatnya reserve requirement yang tidak diperkirakan sebelumnya atau untuk berjaga-jaga atas kemungkinan

11 18 penarikan uang tunai oleh nasabah yang tidak diperkirakan sebelumnya (unexpected). Bagi usaha bank yang masih relatif baru, biasanya akan merasa lebih aman untuk memelihara ekses reserve sebagai proses penyesuaian stock (stockk adjustment process). Namun, tentunya kondisi ekses reserve ini tidak akan berlangsung lama (long term). Dengan demikian, apabila ekses reserve bank terjadi karena didorong adanya motif berjaga-jaga, maka diharapkan kebijakan moneter akan tetap efektif (Saxegaard, 2006). Dalam hal ini, adanya kebijakan moneter ekspansif yang dilakukan melalui penurunan reserve requirement, akan meningkatkan ekses likuiditas bank melebihi kebutuhan untuk berjaga-jaga. Kondisi ini selanjutnya akan mendorong bank untuk meningkatkan penyaluran kredit dengan menurunkan suku bunga pinjaman atau mengurangi credit rationing. Di sisi lain, bisa jadi sebagian dari ekses reserve yang ada tidak sesuai dengan jumlah yang diinginkan bank (involuntary). Kondisi ini dimungkinkan diantaranya karena pinjaman pemerintah yang cukup besar dari bank sentral yang masuk dalam sistem perbankan atau karena adanya arus modal asing masuk (capital inflows) yang relatif besar. Ekses reserve juga bisa terjadi sebagai refleksi dari buruknya manajemen likuiditas karena manajemen portofolio bank yang tidak efektif. Selain itu, ekses reserve juga bisa terjadi karena infrastruktur pembayaran yang tidak dapat diprediksi yang akan menyulitkan upaya pengelolaan struktur neraca keuangan yang dimiliki bank.

12 19 Sementara itu, ekses reserve yang bersifat involuntary mengindikasikan bank tidak dapat memperluas penyaluran kredit. Upaya mendorong kredit melalui penurunan bunga pinjaman menjadi tidak efektif (Saxegaard, 2006). Dengan demikian, ekses reeserve tersebut akan menimbulkan permasalahan bagi perekonomian. jika bank memiliki ekses reserve melebihi jumlah yang diperlukan, maka upaya otoritas moneter untuk meningkatkan likuiditas untuk mendorong agregat demand tidak efektif (Agenor et al., 2004). Terjadinya ekses reserve yang tidak diinginkan (involuntary), apabila tidak segera dilakukan sterilisasi oleh otoritas moneter, akan mendorong kenaikan agregat moneter melebihi target yang ditetapkan sehingga akan mendorong pula kenaikan harga aset yang tajam. Dengan demikian, ekses reserve dapat berpotensi menganggu mekanisme transmisi kebijakan moneter (Ganley, 2006). Sejalan dengan Ganley, Nissanke dan Aryeetey (1998) mengemukakan bahwa ekses likuiditas yang terjadi akan menyulitkan otoritas moneter dalam mengatur supply uang dengan menggunakan required reserve ratio dan money multiplier. Dengan demikian, penggunanaan kebijakan moneter untuk tujuan stabilisasi menjadi terhambat (undermined) atau dengan kata lain bahwa ekses likuiditas bank akan melemahkan mekanisme transmisi kebijakan moneter.

13 20 4. Model Teoritis Ekses Reserve Bank Agenor et al. (2004) mengembangkan model teoritis permintaan excess liquid reserve oleh bank komersial dimana terdapat risiko likuiditas dan volatilitas sektor rill. Untuk mengelola kedua jenis risiko tersebut dan dalam menentukan jumlah aset likuid yang harus dimiliki, bank komersial dapat memperoleh dana dari pasar uang antar bank atau dari bank sentral. Diasumsikan terdapat satu bank komersial yang menghimpun dana pihak ketiga deposit (D) yang bersifat eksogen. Bank harus menetukan jumlah asset likuid yang tidak menghasilkan bunga yakni cadangan reserve (R) dan jumlah asset non-likuid yang menghasilkan bunga (dalam bentuk kredit) loan (L), secara formal dapat dituliskan sebagai berikut: R + L = D (1) Reserve dibutuhkan oleh bank karena adanya risiko likuiditas. Ketika net outflow dari Dana Pihak Ketiga (DPK) melebihi cadangan yang dimiliki oleh bank, u R, maka bank harus menanggung iliquidity cost yang besaranya proposional terhadap jumlah kekurangan cadangan, max (0, u R). Dalam kondisi terjadi iliquidity, bank harus meminjam kekurangan rerserve dengan menaggung penalty rate (q), yang lebih besar dari bunga kredit, q > r L. Dengan mendefinisikan r D sebagai suku bunga tabungan (deposit rate), maka keuntungan bank dapat dirumuskan sebagai berikut : Π = r L L r D D q max (0, u R) (2)

14 21 Dimana : Π = profit bank rl = tingkat bunga i = D, L q = penalty rate, dimana q> rl u = net deposit flow Diasumsikan bahwa permintaan kredit dipengaruhi secara negatif oleh suku bunga kredit dan proporsional terhadap expected output (Y e ). Demikian juga dengan DPK, dipengaruhi secara positif oleh suku bunga deposito dan proporsional terhadap expected output (Y e ). L = f (r L )Y e, f < 0 (3) D = g (r D )Y e, g > 0 (4) Diasumsikan pula bahwa agen ekonomi menetukan L dan D dipermulaan periode, sebelum terjadinya shock terhadap output. Selain itu, terdapat pula permintaan akan uang kas yang ditentukan diakhir periode, setelah terjadi shock terhadap output dan likuiditas. Bank diharuskan mempertaruhkan suatu jumlah tertentu aset likuid (liquid reserve) yang proporsional terhadap dana pihak ketiga yang dimilikinya, dengan bunga sebesar r. Dengan mendefinisikan θ sebagai reserve requirement rate dan R sebagai total reserve, maka excess reserve, Z, adalah : Z = R θd = (1 θ) D L (5)

15 22 Kondisi keseimbangan dari pasar uang adalah : C + D = ky (6) Dimana C = currency holding ; k > 0 adalah reciprocal of velocity (diasumsikan konstan); sementara Y adalah realized output. Model ini juga mengasumsikan bahwa permintaan akan uang kas proporsional terhadap realized output. Secara spesifik asumsi ini adalah sebagai berikut : C = c 1+c. k Y (7) Dimana c = C/D output dan c. k /(1+c) diansumsikan acak menurut persamaan sebagai berikut : Y = Y e (1 + ε), c. k /(1 + c) = Ʌ (1 + ξ) (8) dimana ε dan ξ adalah random shocks. Dengan menggunakan persamaan (7) dan (8), maka permintaan akan uang kas adalah : C = ɅkY e (1 + ε)(1 + ξ) (9) = ɅkY e x, (1 + ε)(1 + ξ) = x N(μ, σ 2 ) Untuk memenuhi kebutuhan penarikan dana oleh konsumen yang tidak diantisipasi oleh bank (unanticipated demand for cash), bank dapat meminjam dengan dikenakan biaya bunga sebesar q, dan selain itu juga

16 23 dapat mengambil dari cadangan excess reserve-nya (Z). Menggunakan persamaan (5), maka expected reserve deficiency adalah : E max[0, C ((1 θ)d L)] (10) Berdasarkan persamaan (10), (3), (4) dan (6) maka dapat ditentukan persamaan expected profit dari bank sebagai berikut : (11) Π = [r L f(r L ) r D g(r D )]Y e + rr q E max[0, C ((1 θ)d L)] Dengan mengasumsikan bahwa fungsi f(r L ) dan g(r D ) adalah fungsi quasi-concave, Agenor et al. (2004) Dapat membuktikan preposisi sebagai berikut : 1. Kenaikan penalty rate, akan menaikan tingkat bunga deposit dan tingkat bunga kredit, demikian juga dengan excess reserves yang dimiliki oleh bank. 2. Kenaikan risiko likuiditas dan volatilitas perekonomian, memiliki dampak yang ambigu terhadap ketiga variabel (tingkat bunga simpanan, tingkat bunga pinjaman, dan tingkat cadangan bank). Jika tingkat penalty rate cukup tinggi, maka dampak kenaikan risiko likuiditas dan volatilitas perekonomian akan positif terhadap ketiga variabel. 3. Kenaikan reserve requirement akan menyebabkan kenaikan tingkat bunga kredit dan menurunkan reserves.

17 24 Berdasarkan 3 preposisi diatas maka pada tingkat penalty rate yang cukup tinggi terdapat hubungan antara excess reserve (Z), penalty rate (q), reserve requirement rate (θ), volatilitas output dan shock likuiditas (σ) sebagai berikut : + Z = Z ( + q,θ,σ ) (12) 5. Hubungan Antar Variabel a. Hubungan Ekses Likuiditas dengan Periode Sebelumnya terhadap Ekses Likuiditas Menurut Bathaludddin et al. (2012) bahwa Ekses likuiditas perbankan di Indonesia sangat besar dan persisten maka kondisi likuiditas periode sebelumnya akan mempengaruhi likuiditas saat ini. Sehingga penetapan besarnya ekses likuiditas oleh perbankan sebagian besar dipengaruhi oleh perilaku likuiditas masa sebelumnya. b. Hubungan Suku Bunga PUAB O/N dengan Ekses Likuiditas Sumber ekses likuiditas adalah faktor institusional dimana pasar uang antar bank (PUAB) yang masih belum berkembang, akan mendorong perbankan untuk meningkatkan likuiditas untuk berjagajaga karena seringkali sulit bagi bank untuk melakukan pinjaman dalam kondisi darurat. Dalam sistem keuangan, jika bank tidak memiliki sumber daya yang cukup untuk memenuhi kebutuhan dana nasabah, bank tersebut akan berusaha meminjam dana pada pasar uang antarbank atau

18 25 meminta bantuan bank sentral yang tentunya akan dikenai biaya bunga (penalti) (Agenor et al., 2004). Perhitungan dalam model teoritis ekses likuiditas oleh Agenor et al., (2004) mengatakan bahwa kenaikan penalty rate, akan menaikan tingkat bunga deposit dan tingkat bunga kredit, demikian juga dengan excess reserves yang dimiliki oleh bank. Semakin meningkatnya penalti rate, suku bunga simpanan dan suku bunga kredit yang selanjutnya akan meningkatkan ekses likuiditas yang dimiliki bank. c. Hubungan Currency dengan Ekses Likuiditas Currency adalah Preferensi masyarakat dalam memegang uang tunai Rohmadyati, (2011). Meningkatnya preferensi masyarakat dalam memegang uang tunai, akan mendorong bank meningkatkan ekses likuiditasnya sebagai antisipasi atas penarikan dana oleh nasabah (precautionary motive). Bank perlu memelihara aset likuiditas dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan kas/uang tunai nasabahnya. Jika bank mengalami masalah likuiditas (illiquidity), bank akan mencari dana ke pasar uang antar bank sebelum meminjam ke bank sentral dengan biaya tertentu (penalty rate yang merefleksikan biaya likuiditas). C. Perumusan Hipotesis Berdasarkan identifikasi penelitian terdahulu dan tinjauan pustaka di atas, hipotesa yang dibangun dalam penelitian ini adalah Diduga faktor

19 26 ekses likuiditas perbankan periode sebelumnya, suku bunga PUAB O/N, dan Currency berpengaruh terhadap ekses likuiditas bank. 1. Kerangka Berpikir Gambar 2.1. Kerangka Berpikir X1 (ELRt-1) X2 (SPUA) Ekses Likuiditas (ELRBB) X3 (CURR) Keterangan : ELRt-1 : Ekses likuiditas/deposit perbankan periode sebelumnya SPUA : suku bunga PUAB O/N CURR : uang karta (rasio terhadap jumlah simpanan nasabah) Variabel yang diduga mempengaruhi ekses likuiditas perbankan secara signifikan sebagai berikut : 1. ELRt-1 : ekses likuiditas periode sebelumnya berpengaruh secara positif terhadap peningkatan ekses likuiditas bank pada saat itu.

20 27 2. SPUA : suku bunga puab antar bank berpengaruh secara positif terhadap peningkatan ekses likuiditas bank. 3. CURR : preferensi nasabah dalam memegang uang tunai berpengaruh secara positif terhadap peningkatan ekses likuiditas bank.

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga keuangan perantara (intermediary) yang. liabilitas (penghimpunan dana) (Wuryandani, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga keuangan perantara (intermediary) yang. liabilitas (penghimpunan dana) (Wuryandani, 2012). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank merupakan lembaga keuangan perantara (intermediary) yang dapat menghimpun dan mengalokasikan dana dari atau kepada masyarakat. Kinerja individual bank dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. adalah kemampuan bank untuk memenuhi kemungkinan ditariknya

II. TINJAUAN PUSTAKA. adalah kemampuan bank untuk memenuhi kemungkinan ditariknya 16 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Likuiditas 1. Pengertian Likuiditas Dalam terminologi keuangan dan perbankan terdapat banyak pengertian mengenai likuiditas, beberapa diantaranya dapat disebutkan sebagai berikut.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. harian bank (cash in vaults), dikurangi kewajiban Giro Wajib Minimum (Reserve

I. PENDAHULUAN. harian bank (cash in vaults), dikurangi kewajiban Giro Wajib Minimum (Reserve 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ekses likuiditas merupakan jumlah cadangan bank yang didepositokan di bank sentral ditambah dengan uang kas yang disimpan untuk keperluan operasional harian bank (cash

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DETERMINAN EKSES LIKUIDITAS PERBANKAN DALAM RANGKA EFEKTIFITAS KEBIJAKAN MONETER BANK INDONESIA TESIS

UNIVERSITAS INDONESIA DETERMINAN EKSES LIKUIDITAS PERBANKAN DALAM RANGKA EFEKTIFITAS KEBIJAKAN MONETER BANK INDONESIA TESIS UNIVERSITAS INDONESIA DETERMINAN EKSES LIKUIDITAS PERBANKAN DALAM RANGKA EFEKTIFITAS KEBIJAKAN MONETER BANK INDONESIA TESIS Usmanti Rohmadyati 0606012705 FAKULTAS EKONOMI PROGRAM MAGISTER PERENCANAAN DAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN LITERATUR

BAB II TINJAUAN LITERATUR BAB II TINJAUAN LITERATUR 2.1 Kebijakan Moneter Kebijakan moneter adalah kebijakan yang diambil oleh otoritas moneter untuk mempengaruhi langkah dan arah aktivitas ekonomi secara keseluruhan. Tujuan utama

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis yang berkembang dengan pesat sehingga sangat diperlukan sumber-sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis yang berkembang dengan pesat sehingga sangat diperlukan sumber-sumber 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin majunya perkembangan perekonomian saat ini semakin banyak pula bisnis yang berkembang dengan pesat sehingga sangat diperlukan sumber-sumber dana yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam implementasi kebijakan moneter, otoritas moneter (OM) tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam implementasi kebijakan moneter, otoritas moneter (OM) tidak dapat BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG Dalam implementasi kebijakan moneter, otoritas moneter (OM) tidak dapat melakukan kontrol langsung atas penawaran uang (Iljas, 1997). Implementasi kebijakan moneter

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Hasil analisa dari regresi model yang didasarkan pada persamaan model Iljas

BAB V PENUTUP. Hasil analisa dari regresi model yang didasarkan pada persamaan model Iljas BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Hasil analisa dari regresi model yang didasarkan pada persamaan model Iljas (1997) mendapatkan hasil yang cukup baik dimana persamaan dapat menjelaskan secara umum mengenai

Lebih terperinci

Kebijakan Moneter & Bank Sentral

Kebijakan Moneter & Bank Sentral Kebijakan Moneter & Bank Sentral Pengertian Umum Kebijakan moneter adalah salah satu dari kebijakan ekonomi yang bisa dibuat oleh pemerintah Kebijakan moneter berkaitan dan berfokus pada pasokan uang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Anggraini Pudji Lestari (2010) dengan topik Pengaruh rasio Likuiditas, Kualitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Anggraini Pudji Lestari (2010) dengan topik Pengaruh rasio Likuiditas, Kualitas BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Dalam penelitian ini menggunakan dua peneliti terdahulu sebagai rujukan. Rujukan yang pertama menggunakan penelitian yang dilakukan oleh Anggraini Pudji

Lebih terperinci

Asset Liabilities Management (ALMA) Muniya Alteza

Asset Liabilities Management (ALMA) Muniya Alteza Asset Liabilities Management (ALMA) Muniya Alteza Manajemen Likuiditas Pengertian likuiditas: Kemampuan manajemen bank dalam menyediakan dana yang cukup untuk memenuhi semua kewajibannya pada saat ditagih

Lebih terperinci

1.Peran mata uang 2.Lembaga Keuangan. PIEw9 1

1.Peran mata uang 2.Lembaga Keuangan. PIEw9 1 Uang dan Lembaga Keuangan 1.Peran mata uang 2.Lembaga Keuangan PIEw9 1 Sejarah Timbulnya Uang Perekonomian tradisional sistem barter ada masalah mencari kesesuaian antara orang yang membutuhkan dan orang

Lebih terperinci

Teori Klasik tentang Permintaan Uang

Teori Klasik tentang Permintaan Uang Keseimbangan pasar uang tercapai ketika terjadi keseimbangan antara permintaan uang dengan penawaran uang (Md = Ms). Dari keseimbangan tersebut akan terbentuk kurva LM yang mencerminkan titik-titik keseimbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dikonsumsinya atau mengkonsumsi semua apa yang diproduksinya.

BAB I PENDAHULUAN. yang dikonsumsinya atau mengkonsumsi semua apa yang diproduksinya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem ekonomi adalah suatu sistem yang memiliki spesialisasi yang tinggi. Hal ini berarti tidak ada seorangpun yang mampu memproduksi semua apa yang dikonsumsinya

Lebih terperinci

MANAJEMEN LIKUIDITAS. Andri Helmi M, SE., MM. Manajemen Dana Bank

MANAJEMEN LIKUIDITAS. Andri Helmi M, SE., MM. Manajemen Dana Bank MANAJEMEN LIKUIDITAS Andri Helmi M, SE., MM. Manajemen Dana Bank PENDAHULUAN (1) Manajemen likuiditas berisi dua bagian yang berkaitan: 1. Manajemen harus mengestimasi kebutuhan2 dana, yang didasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas perbankan selalu berkaitan dengan bidang keuangan. Seperti telah

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas perbankan selalu berkaitan dengan bidang keuangan. Seperti telah BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH Bank merupakan perusahaan yang bergerak di bidang keuangan, artinya aktivitas perbankan selalu berkaitan dengan bidang keuangan. Seperti telah ditegaskan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menurut pasal 29 ayat 2 Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 tahun

BAB I PENDAHULUAN. menurut pasal 29 ayat 2 Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Eksistensi perbankan sangat diperlukan dalam suatu negara, untuk itu perlu diadakan pengawasan pembinaan usaha agar usaha bank dapat berjalan sesuai dengan

Lebih terperinci

L PENDAHULUAN. Perbankan bisa disebut sebagai bisnis yang highly regulated. Harnpir. pengumpulan dana dari pihak ketiga, bank diatur untuk tidak

L PENDAHULUAN. Perbankan bisa disebut sebagai bisnis yang highly regulated. Harnpir. pengumpulan dana dari pihak ketiga, bank diatur untuk tidak L PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perbankan bisa disebut sebagai bisnis yang highly regulated. Harnpir tidak ada gerak bank yang tidak diatur oleh otoritas moneter. Dalam ha1 pengumpulan dana dari pihak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kegiatan pokok industri perbankan adalah menghimpun dana dari anggota masyarakat yang memiliki kelebihan dana dan menyalurkan kepada masyarakat yang membutuhkan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pada Bab V ini, berdasarkan hasil penelitian terhadap analisis sumber dan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pada Bab V ini, berdasarkan hasil penelitian terhadap analisis sumber dan Bab V Kesimpulan dan Saran BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada Bab V ini, berdasarkan hasil penelitian terhadap analisis sumber dan penggunaan modal kerja serta rasio likuiditas dan pembahasan-pembahasan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipahami melalui pendekatan Flows atau Turn Overs dari jumlah uang beredar. Jumlah

BAB I PENDAHULUAN. dipahami melalui pendekatan Flows atau Turn Overs dari jumlah uang beredar. Jumlah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang. Peranan uang dalam perekonomian nasional suatu negara dapat dilihat dan dipahami melalui pendekatan Flows atau Turn Overs dari jumlah uang beredar. Jumlah uang beredar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Bank Pengertian bank menurut Bank Indonesia dan menurut Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit) dengan pihak-pihak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ada lima penelitian terdahulu tentang ROA (Return on Aseet) yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ada lima penelitian terdahulu tentang ROA (Return on Aseet) yang 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Ada lima penelitian terdahulu tentang ROA (Return on Aseet) yang dijadikan rujukan dalam penelitian ini, yaitu penelitian yang dilakukan oleh : 1. Tan

Lebih terperinci

ekonomi Kelas X KEBIJAKAN MONETER KTSP A. Kebijakan Moneter Tujuan Pembelajaran

ekonomi Kelas X KEBIJAKAN MONETER KTSP A. Kebijakan Moneter Tujuan Pembelajaran KTSP Kelas X ekonomi KEBIJAKAN MONETER Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami instrumen kebijakan moneter. 2. Memahami kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan salah satu bentuk lembaga keuangan yang menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan salah satu bentuk lembaga keuangan yang menjalankan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank merupakan salah satu bentuk lembaga keuangan yang menjalankan fungsi intermediasi. Keberadaan bank sangat penting dalam kegiatan ekonomi masyarakat. Baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 27 Oktober 1988 (PAKTO) yang mencakup bidang keuangan, moneter dan

BAB I PENDAHULUAN. 27 Oktober 1988 (PAKTO) yang mencakup bidang keuangan, moneter dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada pertengahan tahun 1980-an pemerintah mengeluarkan Paket Kebijakan 27 Oktober 1988 (PAKTO) yang mencakup bidang keuangan, moneter dan perbankan. Kebijakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 1. Waktu dan Tempat Penelitian Data yang diolah dalam Tugas Akhir ini diambil dari PT. Central Asia Tbk. Menurut waktu pengumpulannya, data yang digunakan adalah data time series,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan bagian dari suatu pasar finansial karena berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka panjang. Hal ini berarti pasar

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI PERBANKAN. BI. Makroprudensial. Pengaturan. Pengawasan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 141) PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank merupakan salah satu lembaga keuangan atau perusahaan yang bergerak di bidang keuangan, bertugas menghimpun dana (Funding) dari masyarakat, menyalurkan dana (Lending)

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN PERBANKAN BERDASARKAN METODE CAMELS

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN PERBANKAN BERDASARKAN METODE CAMELS ANALISIS TINGKAT KESEHATAN PERBANKAN BERDASARKAN METODE CAMELS MUNGNIYATI STIE TRISAKTI mungniyati@stietrisakti.ac.id PENDAHULUAN K esehatan merupakan aspek yang sangat penting dalam berbagai bidang kehidupan.

Lebih terperinci

Permintaan dan Penawaran Uang

Permintaan dan Penawaran Uang Permintaan dan Penawaran Uang Teori Permintaan Uang 1. Quantity Theory of Money 2. Liquidity Preference Theory 3. Milton Friedman Theory Quantity Theory of Money...1 Dikembangkan oleh Irving Fisher Menjelaskan

Lebih terperinci

A. PENGERTIAN SISTEM MONETER DI INDONESIA

A. PENGERTIAN SISTEM MONETER DI INDONESIA A. PENGERTIAN SISTEM MONETER DI INDONESIA Yang termasuk dalam sistem moneter adalah bank-bank atau lembaga-lembaga yang ikut menciptakan uang giral. Di Indonesia yang dapat digolongkan ke dalam sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peranan bank dalam kegiatan perekonomian sangat fundamental, setiap

BAB I PENDAHULUAN. Peranan bank dalam kegiatan perekonomian sangat fundamental, setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Peranan bank dalam kegiatan perekonomian sangat fundamental, setiap aktivitas ekonomi memerlukan jasa perbankan untuk memudahkan transaksi keuangan. Di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perekonomian di Indonesia pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perekonomian di Indonesia pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perekonomian di Indonesia pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dari dunia perbankan. Bank sebagai lembaga keuangan yang berfungsi sebagai intermediasi untuk menghimpun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. moneter, bunga itu adalah sebuah pembayaran untuk menggunakan uang. Karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. moneter, bunga itu adalah sebuah pembayaran untuk menggunakan uang. Karena BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Umum Suku Bunga Keynes berpendapat bahwa suku bunga itu adalah semata-mata gejala moneter, bunga itu adalah sebuah pembayaran untuk menggunakan uang. Karena tingkat bunga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dunia perbankan merupakan salah satu institusi yang sangat berperan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dunia perbankan merupakan salah satu institusi yang sangat berperan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia perbankan merupakan salah satu institusi yang sangat berperan dalam bidang perekonomian suatu negara, khususnya dalam bidang pembiayaan perekonomian. Menurut UU

Lebih terperinci

penting. Menurut UU Perbankan No.10 Tahun 1998, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan

penting. Menurut UU Perbankan No.10 Tahun 1998, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian Bank Dalam perekonomian suatu negara, bank memiliki peranan yang sangat penting. Menurut UU Perbankan No.10 Tahun 1998, bank adalah badan usaha

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian 9 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kebijakan kebijakan pemerintah dalam bidang perbankan antara lain adalah paket deregulasi Tahun 1983, paket kebijakan 27 Oktober 1988, paket kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dunia perbankan Indonesia semakin menghadapi banyak tantangan, terutama menghadapi pasar global. Di dalam melaksanakan bisnis, perbankan Indonesia akan dihadapkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pembiayaan alternatif selain pembiayaan melalui perjanjian pinjaman (loan

BAB 1 PENDAHULUAN. pembiayaan alternatif selain pembiayaan melalui perjanjian pinjaman (loan BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Surat Berharga Negara (SBN) dipandang oleh pemerintah sebagai instrumen pembiayaan alternatif selain pembiayaan melalui perjanjian pinjaman (loan agreement). Kondisi APBN

Lebih terperinci

BAB 10 Permintaan dan Penawaran Uang serta Kebijakan Moneter

BAB 10 Permintaan dan Penawaran Uang serta Kebijakan Moneter BAB 10 Permintaan dan Penawaran Uang serta Kebijakan Moneter Satuan Acara Perkuliahan 10 Sub Pokok Bahasan: Teori Permintaan Uang Teori Penawaran Uang Keseimbangan Pasar Uang (Kurva LM) Kebijakan Moneter

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian ini merujuk pada dua penelitian sebelumnya yaitu : 1. Sofan Hariati (2012) Peneliti terdahulu yang dijadikan rujukan oleh penulis adalah peneliti

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. dulu pernah dilakukan, diantaranya : Andriani (2000) dalam penelitiannya yang

BAB II URAIAN TEORITIS. dulu pernah dilakukan, diantaranya : Andriani (2000) dalam penelitiannya yang BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Sebagai landasan dalam penelitian ini, digunakan beberapa penelitian yang dulu pernah dilakukan, diantaranya : Andriani (2000) dalam penelitiannya yang mengambil

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kegiatan perekonomian suatu negara tidak lepas dari transaksi keuangan.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kegiatan perekonomian suatu negara tidak lepas dari transaksi keuangan. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan perekonomian suatu negara tidak lepas dari transaksi keuangan. Bank adalah salah satu lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menghimpun dana dari masyarakat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan mengenai analisis Kesehatan Bank terhadap Harga Saham pada Perbankan BUMN Go Public periode tahun 2007-2011,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Yuliani, 2007) (Dendawijaya,2006:120).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Yuliani, 2007) (Dendawijaya,2006:120). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perbankan mempunyai peranan penting dalam membangun sistem perekonomian Indonesia. Bank sebagai lembaga keuangan berfungsi sebagai intermediasi atau perantara

Lebih terperinci

MANAJEMEN ASET DAN LIABILITAS (ALMA) /

MANAJEMEN ASET DAN LIABILITAS (ALMA) / MANAJEMEN ASET DAN LIABILITAS (ALMA) Pengertian ALMA suatu usaha untuk mengoptimumkan struktur neraca bank sedemikian rupa agar peroleh laba yang maksimal dan sekaligus membatasi risiko menjadi sekecil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alokasi sumber-sumber dana secara efektif dan efisien, bank juga memberikan

BAB I PENDAHULUAN. alokasi sumber-sumber dana secara efektif dan efisien, bank juga memberikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perekonomian secara keseluruhan akan memperoleh manfaat dari keberadaan suatu bank. Perekonomian mendapat manfaat berupa mekanisme alokasi sumber-sumber

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu 1. Sofan Hariati (2012) Peneliti membahas mengenai Pengaruh Risiko Usaha Terhadap Return On Asset (ROA) Pada Bank-Bank Umum Yang Go Public. Masalah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan jasa dalam perekonomian dinilai dengan satuan uang. Seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. dan jasa dalam perekonomian dinilai dengan satuan uang. Seiring dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan uang sangat penting dalam perekonomian. Seluruh barang dan jasa dalam perekonomian dinilai dengan satuan uang. Seiring dengan perkembangan perekonomian atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Lembaga Keuangan Bank (LKB) merupakan lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Lembaga Keuangan Bank (LKB) merupakan lembaga keuangan yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Lembaga Keuangan Bank (LKB) merupakan lembaga keuangan yang memberikan jasa keuangan paling lengkap. Lembaga Keuangan Bank (LKB) dalam praktiknya terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang masih mengalami gejolak-gejolak

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang masih mengalami gejolak-gejolak 1 Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai salah satu negara berkembang masih mengalami gejolak-gejolak perekonomian yang mempengaruhi seluruh aspek masyarakat. Salah

Lebih terperinci

Proudly present. Manajemen Kas. Budi W. Mahardhika Dosen Pengampu MK.

Proudly present. Manajemen Kas. Budi W. Mahardhika Dosen Pengampu MK. Proudly present Manajemen Kas Budi W. Mahardhika Dosen Pengampu MK 081-331-529-764 www.bwmahardhika.com MANAJEMEN KAS DAN SURAT BERHARGA MANAJEMEN KAS Cash/kas yaitu uang tunai (kertas, logam) yang tersedia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Loan to Deposit Ratio (LDR) 2.1.1 Pengertian Loan to Deposit Ratio (LDR) Pengertian Loan to Deposit Ratio menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 15/7/PBI/2013 Tentang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penelitian terdahulu pertama yang berjudul Pengaruh Risiko

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penelitian terdahulu pertama yang berjudul Pengaruh Risiko BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai rujukan adalah sebagai berikut : 1. Nur Rahma Imania (2012) Dalam penelitian terdahulu pertama yang berjudul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian sebagai wujud peningkatan kualitas hidup. Peningkatan kualitas hidup

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian sebagai wujud peningkatan kualitas hidup. Peningkatan kualitas hidup 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbankan merupakan lembaga yang ikut andil maupun berperan penting dalam laporan keuangan suatu perusahaan, terutama untuk mengembangkan dan mengatur perekonomian

Lebih terperinci

yang keterikatannya dalam investasi lebih dari satu tahun.

yang keterikatannya dalam investasi lebih dari satu tahun. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Pasar Modal Pengertian pasar modal menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang pasar modal dalam Paulus (2008: 3) memberikan rumusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan memperluas kesempatan kerja melalui penyediaan sejumlah dana pembangunan dan memajukan dunia usaha.

Lebih terperinci

Mekanisme transmisi. Angelina Ika Rahutami 2011

Mekanisme transmisi. Angelina Ika Rahutami 2011 Mekanisme transmisi Angelina Ika Rahutami 2011 the transmission mechanism Seluruh model makroekonometrik mengandung penjelasan kuantitatif yang menunjukkan bagaimana perubahan variabel nominal membawa

Lebih terperinci

II. KERANGKA PEMIKIRAN. Uang didefinisikan sebagai sesuatu yang diterima secara umum dalam

II. KERANGKA PEMIKIRAN. Uang didefinisikan sebagai sesuatu yang diterima secara umum dalam II. KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Konsep dan Fungsi Uang Uang didefinisikan sebagai sesuatu yang diterima secara umum dalam pembayaan barang dan jasa (Mishkin, 2001). Uang seringkali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Mekanisme transmisi kebijakan moneter didefenisikan sebagai jalur yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Mekanisme transmisi kebijakan moneter didefenisikan sebagai jalur yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mekanisme transmisi kebijakan moneter didefenisikan sebagai jalur yang dilalui oleh sebuah kebijakan moneter untuk mempengaruhi kondisi perekonomian, terutama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan. sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan. sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Bank Menurut Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi aktivitas perekonomian ditransmisikan melalui pasar keuangan.

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi aktivitas perekonomian ditransmisikan melalui pasar keuangan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan moneter dan pasar keuangan merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan mengingat setiap perubahan kebijakan moneter untuk mempengaruhi aktivitas perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sektor riil dalam pertumbuhan ekonomi, regulasi pemerintah di

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sektor riil dalam pertumbuhan ekonomi, regulasi pemerintah di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada saat ini Perbankan Indonesia mengalami perubahan yang sangat besar mengikuti perkembangan perekonomian yang terjadi. Pengaruh terbesar dalam perubahan

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA BANK

ANALISIS KINERJA BANK ANALISIS LAPORAN KEU. PERBANKAN KARTIKA SARI. UniversitasGunadarma. ANALISIS KINERJA BANK TUJUAN MATERI : 1. Menjelaskan pengertian analisis rasio likuiditas, rentabilitas dan solvabilitas. 2. Menyebutkan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/7/PBI/2013 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 12/19/PBI/2010 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM BANK UMUM PADA BANK INDONESIA DALAM RUPIAH DAN VALUTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertindak sebagai perantara keuangan (financial intermediary), melakukan

BAB I PENDAHULUAN. bertindak sebagai perantara keuangan (financial intermediary), melakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank merupakan lembaga keuangan yang menghubungkan antara pemilik dana dan yang membutuhkan dana. Bank yang dalam aktivitasnya bertindak sebagai perantara keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh keuntungan atau laba yang optimal. Laba merupakan faktor

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh keuntungan atau laba yang optimal. Laba merupakan faktor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada umumnya suatu bank didirikan dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan atau laba yang optimal. Laba merupakan faktor penunjang kelangsungan hidup bank,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian Indonesia yang masih labil sering menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian Indonesia yang masih labil sering menjadikan Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kondisi perekonomian Indonesia yang masih labil sering menjadikan dunia usaha, khususnya industri dan manufaktur, berada dalam kondisi penuh ketidakpastian

Lebih terperinci

ekonomi K-13 KEBIJAKAN MONETER DAN KEBIJAKAN FISKAL K e l a s A. PENGERTIAN KEBIJAKAN MONETER Tujuan Pembelajaran

ekonomi K-13 KEBIJAKAN MONETER DAN KEBIJAKAN FISKAL K e l a s A. PENGERTIAN KEBIJAKAN MONETER Tujuan Pembelajaran K-13 ekonomi K e l a s XI KEBIJAKAN MONETER DAN KEBIJAKAN FISKAL Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Menjelaskan jenis dan instrumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Likuiditas bank adalah kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban segera, baik kewajiban untuk memenuhi penarikan dana maupun permintaan pembiayaan dari nasabah.

Lebih terperinci

Manajemen Hutang Bank

Manajemen Hutang Bank Manajemen Hutang Bank Pertemuan ke 9 Manajemen Dana Bank Program Pasca Sarjana Univ. Gunadarma ManajeMen Kredit Hampir 70% volume usaha bank berupa kredit. Arti kredit : Asal bahasa latin (credere) berarti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh 19,7% tahun 2015, jauh lebih tinggi dari tahun triliun menjadi Rp triliun hingga akhir tahun.

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh 19,7% tahun 2015, jauh lebih tinggi dari tahun triliun menjadi Rp triliun hingga akhir tahun. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang penelitian Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memproyeksikan laba perbankan akan tumbuh 19,7% tahun 2015, jauh lebih tinggi dari tahun 2014 yang pertumbuhannya hanya 5%. Secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keberadaan sektor perbankan sebagai subsistem dalam perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keberadaan sektor perbankan sebagai subsistem dalam perekonomian suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan sektor perbankan sebagai subsistem dalam perekonomian suatu negara memiliki peranan cukup penting, bahkan dalam kehidupan masyarakat modern sehari-hari sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar melemah diluar batas

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar melemah diluar batas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada pertengahan tahun 1997, telah terjadi gejolak moneter yang menimbulkan nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar melemah diluar batas kewajaran. Perekonomian

Lebih terperinci

1. Tinjauan Umum

1. Tinjauan Umum 1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peranan uang dalam peradaban manusia hingga saat ini dirasakan sangat

BAB I PENDAHULUAN. Peranan uang dalam peradaban manusia hingga saat ini dirasakan sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan uang dalam peradaban manusia hingga saat ini dirasakan sangat penting, sehingga dampak jumlah uang beredar dapat mempengaruhi perekonomian. Peningkatan jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia modern sekarang ini, pertumbuhan dan perkembangan perekonomian suatu negara tergantung pada lembaga keuangannya. Lembaga keuangan terutama perbankan berperan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bank Pengertian Bank berdasarkan pasal 1 UU No.10 tahun 1998 tentang Perbankan menyatakan bahwa: Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga memberikan pelayanan dalam bentuk jasa jasa perbankan. Bank memiliki

BAB I PENDAHULUAN. juga memberikan pelayanan dalam bentuk jasa jasa perbankan. Bank memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank merupakan lembaga keuangan yang fungsi utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat, menyalurkan dana kepada masyarakat, dan juga memberikan pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peran yang sangat penting karena perbankan mempunyai fungsi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. peran yang sangat penting karena perbankan mempunyai fungsi sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam perekonomian suatu negara, lembaga perbankan mempunyai peran yang sangat penting karena perbankan mempunyai fungsi sebagai perantara keuangan, yaitu sebagai fund

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan ekonomi. Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan ekonomi. Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah 1 A. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN Di negara seperti Indonesia, bank memegang peranan penting dalam pembangunan karena bukan hanya sebagai sumber pembiayaan untuk kredit investasi kecil,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bank memiliki peranan yang sangat penting dalam perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. Bank memiliki peranan yang sangat penting dalam perekonomian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank memiliki peranan yang sangat penting dalam perekonomian dikarenakan bank berfungsi sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Hasil penelitian Ardiani (2007) menunjukkan bahwa secara simultan CAR, RORA, ROA, LDR, NPM dan BOPO berpengaruh signifikan terhadap perubahan harga

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/11/PBI/2014 TENTANG PENGATURAN DAN PENGAWASAN MAKROPRUDENSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/11/PBI/2014 TENTANG PENGATURAN DAN PENGAWASAN MAKROPRUDENSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/11/PBI/2014 TENTANG PENGATURAN DAN PENGAWASAN MAKROPRUDENSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sebagai bank sentral, Bank

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perbankan memiliki peranan yang sangat strategis dalam menunjang berjalannya roda perekonomian dan pembangunan nasional mengingat fungsinya sebagai lembaga

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh rasio keuangan Capital

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh rasio keuangan Capital BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh rasio keuangan Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), Non Performing Loan (NPL), BOPO, dan Net

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan investasi di suatu negara akan dipengaruhi oleh pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan investasi di suatu negara akan dipengaruhi oleh pertumbuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan investasi di suatu negara akan dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Semakin baik tingkat perekonomian suatu negara, maka semakin baik pula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Bank juga dikenal sebagai

BAB I PENDAHULUAN. menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Bank juga dikenal sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Bank juga dikenal sebagai tempat untuk meminjam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitianyang dilakukan oleh Lutfiatun Nukhus pada tahun 2010, Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitianyang dilakukan oleh Lutfiatun Nukhus pada tahun 2010, Penelitian BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian Terdahulu yang menjadi rujukan dalam penulisan penelitianyang dilakukan oleh Lutfiatun Nukhus pada tahun 2010, Penelitian yangberjudul Pengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang telah berlangsung cukup lama di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang telah berlangsung cukup lama di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi yang telah berlangsung cukup lama di Indonesia menuntut berbagai prasyarat untuk mencapai keberhasilannya. Salah satunya adalah keterlibatan sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan di ukur dan ditentukan oleh uang sehingga eksistensi dunia

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan di ukur dan ditentukan oleh uang sehingga eksistensi dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank merupakan institusi yang berpengaruh signifikan dalam menentukan kelancaran aktivitas perekonomian dan keberhasilan pembangunan sehingga wajar menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bank didefinisikan sebagai lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Bank didefinisikan sebagai lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank didefinisikan sebagai lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah menghimpun dana dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat dalam bentuk kredit serta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebijakan moneter memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap suatu perekonomian,

I. PENDAHULUAN. Kebijakan moneter memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap suatu perekonomian, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan moneter memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap suatu perekonomian, sehingga dalam tatanan perekonomian suatu negara diperlukan pengaturan moneter yang disebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori Fundamental Teori fundamental adalah teori yang didasarkan pada fundamental ekonomi suatu perusahaan. Teori ini menitikberatkan pada rasio finansial

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen likuiditas adalah kemampuan manajemen dalam. Mudrajat (2002:279). Kewajiban yang timbul dari sisi aktiva misalnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen likuiditas adalah kemampuan manajemen dalam. Mudrajat (2002:279). Kewajiban yang timbul dari sisi aktiva misalnya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1.Likuiditas Manajemen likuiditas adalah kemampuan manajemen dalam menyediakan dana yang cukup untuk memenuhi semua kewajibannya maupun komitmen yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bunga yang sangat tinggi. Hingga saat ini, sistem pengkreditan bank sudah merata

BAB 1 PENDAHULUAN. bunga yang sangat tinggi. Hingga saat ini, sistem pengkreditan bank sudah merata 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak jaman penjajahan Belanda, sistem pengkreditan rakyat sudah diterapakan pada masa itu dengan mendirikan Bank Kredit Rakyat (BKR) yang membantu para petani, pegawai,

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/19/PBI/2010 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM BANK UMUM PADA BANK INDONESIA DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/19/PBI/2010 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM BANK UMUM PADA BANK INDONESIA DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/19/PBI/2010 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM BANK UMUM PADA BANK INDONESIA DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci