LAPORAN LENGKAP PRAKTEK LAPANG ANALISIS MENENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN (AMDAL) Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan Pada Mata Kuliah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN LENGKAP PRAKTEK LAPANG ANALISIS MENENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN (AMDAL) Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan Pada Mata Kuliah"

Transkripsi

1 1 LAPORAN LENGKAP PRAKTEK LAPANG ANALISIS MENENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN (AMDAL) Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan Pada Mata Kuliah Analisis Menengenai Dampak Lingkungan OLEH : ARDANA KURNIAJI I1A PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS HALUOLEO KENDARI 2013

2 2 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan serangkaian upaya yang direncanakan dan dilaksanakan oleh pemerintah, badan-badan atau lembaga-lembaga internasional, nasional atau lokal yang terwujud dalam bentuk-bentuk kebijaksanaan, program, atau proyek, yang secara terencana mengubah cara-cara hidup atau kebudayaan dari sesuatu masyarakat sehingga warga masyarakat tersebut dapat hidup lebih baik atau lebih sejahtera daripada sebelum adanya pembangunan tersebut. Proses perubahan yang dilakukan melalui upaya-upaya secara sadar dan terencana. Sedangkan perkembangan adalah proses perubahan yang terjadi secara alami sebagai dampak dari adanya pembangunan. Oleh sebab itu, pembangunan yang dilakukan ditiap daerah sering kali memberikan dampak terhadap berbagai aspek kemasyarakatan, baik ekonomi, sosial maupun kesehatan. Kota Kendari merupakan salah satu daerah di Sulawesi Tenggara yang mengalami pembangunan cukup signifikan. Pembangunan banyak dilakukan dibeberapa tempat terutama di pusat kota. Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya aktifitas pembangunan pasar, ruko, bangunan, masjid dan infrastruktur lain yang mendorong laju peningkatan kesejahteraan masyarakat di Kota Kendari. Pembangunan yang terjadi di Kota Kendari pada dasarnya bukan hanya memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi dan beberapa aspek lain, tetapi juga memberikan dampak negatif terutama untuk lingkungan dan kelestraian alam. Tidak bisa dipungkiri bahwa pembangunan di Kota Kendari telah mengalami peningkatan, salah satunya ialah pembangunan ruko diberbagai

3 3 sudut kota. Bertambahnya jumlah ruko di Kota Kendari telah memberikan dampak yang baik pada peningkatan siklus perekonomian masyarakat, namun tidak hanya itu pembangunan ruko diberbagai tempat juga telah menurunkan kualitas lingkungan dan beberapa merusak kelestarian alam. Meskipun demikian, rencana pembangunan ruko masih terus dilakukan dibeberapa tempat, seperti rencana pembangunan ruko di Kecamatan Kambu Kelurahan Poasia. Pembangunan ini diinisialir akan memberikan dampak negatif dan dampak positif pada masyarakat di daerah sekitar, oleh sebab itu untuk mengatahui seberapa jauh dampak yang akan ditimbulkan maka dilakukanlah analisis dampak lingkungan terhadap rencana pembangunan ruko di daerah tersebut. B. Tujuan dan Kegunaan Proyek Tujuan dari penyusunan laporan ini adalah untuk mengetahui dampak lingkungan yang terjadi pada pembangunan ruko di Kecamatan Kambu Kelurahan Poasia. Adapun manfaat yang akan dicapai adalah mahasiswa dapat mengetahui metode analisis dampak lingkungan untuk memprediksi seberapa jauh pengaruh pembangunan ruko terhadap dampak yang akan ditimbulkannya.

4 4 II. DESKRIPSI KEGIATAN Bangunan ruko atau rumah toko merupakan bangunan yang dibuat untuk fungsi perdagangan/jasa pada lantai 1 dengan ketinggian 2 sampe 3 lantai yang digunakan sebagai rumah hunian. Bangunan ini telah banyak dibangun di semua tempat di Kota Kendari. Pembangunan ruko yang terus dilakukan ini akan berpengaruh besar pada Kota Kendari. Dampak yang ditimbulkan dari banyaknya bangunan ruko ini akan menyentuh pada aspek ekonomi perkotaan dan aspek keruangan perkotaan meliputi estetika kota maupun guna lahan kota. Ruko ini juga secara tidak langsung akan menyentuh aspek sosial dari masyarakat Kota Kendari. Pembangunan Kawasan Ruko di Kelurahan Anduonohu dilakukan dengan beberapa tahap yang dimasukan dalam tiga komponen kegiatan yakni pra kontruksi, kontruksi dan operasional. Pada pra kontruksi komponen kegiatan yang dilakukan yakni survei awal dan desai kegiatan, perijinan lokasi dan pembebasan lahan. Sedangkan pada tahapan kontruksi dilakukan mbilisasi tenaga kerja, mobilisasi alat dan material, pembukaan lahan dan pembangunan sarana dan prasarana. Terakhir pada tahap operasional dilakukan mobilitas pedagang, dan pemberian kesempatan kerja untuk jual beli serta pemungutan pajak kepada pengguna kawasan, berikut ini penjelasan masing-masing tahapan: A. Pra Kontruksi Pra Kontruksi adalah suatu persiapan yang dilakukan dalam proses pembangunan. Pra kontruksi sangat penting dilakukan untuk keberhasilan pembangunan. Pembangunan akan berjalan lancar jika pra kontruksi dapat dilakukan dengan baik, tahapan pra kontruksi ini meliputi:

5 5 1. Survei Awal dan Desain Bangunan Survei ini dilakukan untuk menilai suatu kondisi lingkungan. Selain itu juga untuk memastikan secara komprehensif luasan lokasi pembangunan untuk memastikan dengan desain kontruksi. Survei menjadi kegiatan awal yang memulai aktifitas pembangunan, hal ini dikarenakan penilaian akan kondisi lokasi yang sesuai sangat menentukan model kontruksi dan manfaat pembangunan nantinya. Survei awal juga bertujuan untuk mencari secara detail informasi mengenai kepemilikan lahan yang akan dibebaskan dan meninjau seberapa banyak pihak yang memanfaatkan lahan tersebut sebelumnya. Hasil Penilaian inilah nantinya yang akan dijadikan sebagai referensi awal dalam memulai pembangunan dan merancang langkah yang dilakukan untuk meminimalisir dampak negatif yang ditimbulkan. Apabila terdapat beberapa hal yang kemungkinan akan menjadi kendala dalam pembangunan, maka dapat secara langsung dilakukan perumusan solusi untuk mengatasi masalah tersebut. Tahap selanjutnya adalah proses desain bangunan, letak bangunan, dan model sarana dan prasarana yang akan dibangun. Desain berfungsi untuk menampilkan rencana pembangunan yang akan dilakukan. Sekalipun masih dalam bentuk desain, namun melalui model-model desain yang ada kita dapat mengarahkan pembangunan sesuai dengan planing kegiatan. Disisi lain desain dapat bermanfaat kepada seluruh pihak yang memerlukan informasi mengenai rencana pembangunan yang akan dilakukan, baik masyarakat maupun pemerintah terkait, sehingga nantinya dalam pelaksanaan kegiatan masyarakat dapat mendukung pembangunan dengan informasi yang ada dan akan mengontrol selama kegiatan pembangunan.

6 6 2. Perijinan Lokasi Perijinan penting dilakukan untuk mengambil izin pembangunan kepada pemerintah terkait. Legalitas suatu usaha dilihat dari sejauh mana kekuatan hukum yang didasari oleh pemberian izin oleh suatu instansi terkait. Sehingga dalam menjalankan usaha, tidak akan ditemukan masalah hukum yang menggagalkan usaha. Perijinan dapat diperoleh di Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT). Selain masyarakat, adanya kegiatan perizinan ini pula maka pemerintah akan mengetahui adanya rencana pembangunan yang akan dilakukan. Sehingga selama masa pembangunan dan operasional usaha, pemerintah memiliki otoritas untuk mengontrol dan mengatur jalannya aktifitas usaha. Selain itu juga perijinan akan digunakan sebagai kekuatan hukum oleh pemrakarsa terkait dalam melakukan kegiatan pembangunan ruko, agar segala tindakan yang menghalangi pembangunan dapat dicegah dengan ada izin pembangunan. Oleh sebab itulah perizinan lokasi perlu dilakukan sebelum tahapan pembebasan lahan. Hal ini untuk menghindari adanya respon negatif dan penuntutan kembali masyarakat terhadap pemrakarsa yang berencana melakukan kegiatan. Secara langsung, masyarakat dapat memberikan sumbangsi pemikiran dan sarannya dalam rencana pembangunan, namun tidak dapat menolak terlaksananya kegiatan kecuali ada hal yang menjadi alasan dibatalkannya kegiatan pembangunan tersebut. 3. Pembebasan Lahan Pembebasan lahan merupakan interaksi langsung yang dilakukan oleh pihak pemrakarsa terhadap pemilik lahan. Pembebasan lahan ini memiliki dua tahapan pelaksanaan, yakni perpindahan kepemilikan dimana pemilik lahan

7 7 sebelumnya memberikan secara legal lahan yang ada kepada pihak pemrakarsa untuk mengelola lahan sesuai dengan rencana pembangunan. Kedua penertiban dan pembebasan lahan dimana seluruh pihak yang masih menggunakan lahan tersebut akan ditertibkan dengan pelarangan penggunaan lahan kembali. Seperti pedagang kaki lima, kios-kios kecil dan beberapa pihak yang masih memanfaatkan lahan tersebut sebelumnya. Termasuk areal sekitar lokasi yang nantinya akan menganggu proses pembangunan terutama untuk askes jalan. Adanya pembebasan lahan ini tentu akan menimbulkan dua respon dari masyarakat yakni positif dan negatif. Respon positif masyarakat terutama pemilik lahan karena mereka akan menetapkan harga yang lebih mahal atau tidak sesuai dengan harga biasa kepada pihak pemrakarsa yang ingin membeli lahan tersebut. Sedangkan respon negatif akan lahir dari masyarakat yang merasa dirugikan dengan adanya pembebasan lahan ini terutama bagi mereka yang sebelumnya memanfaatkan lahan namun karena adanya pembebasan lahan akhirnya mereka tidak lagi dapat menggunakan lahan karena adanya pembebasan lahan. Sedangkan persepsi pada masyarakat lain, pembebasan ini akan membawa dampak positif bagi perekonomian masyarakat sekitar sekaligus juga dampak negatif terhadap komponen lingkungan abiotik selama masa pembangunan hingga selesai. Sementara persepsi pemilik lahan yang serupa dilahan yang berbeda akan merespon negatif baik dari segi persaingan maupun eksploitasi lahan yang memberikan keuntungan bagi mereka. Itulah sebabnya dalam pembebasan lahan ini perlu untuk dilakukan sosilaisasi secara berkala mengenai rencana usaha disetiap pemukiman warga yang nantinya akan merasakan dampak pembangunan.

8 8 B. Konstruksi Konstruksi adalah tahapan yang dilakukan untuk merealisasikan seluruh deasin kegiatan pembangunan yang telah dibuat sebelumnya. Kegiatan ini pada dasarnya bertujuan untuk melaksankan master plan yang ada. Kontruksi merupakan suatu kegiatan membangun sarana maupun prasarana, oleh sebab itu dibutuhkan manajemen kontruksi yang baik guna terlaksananya pembangunan. Berikut ini tahapan-tahapan yang dilakukan dalam konstruksi pembangunan ruko: 1. Mobilisasi Tenaga Kerja Mobilisasi tenaga kerja adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengumpulkan tenaga kerja dalam pembangunan. Perekrutan tenaga kerja sebaiknya dilakukan di sekitar lokasi kegiatan dan tidak mendatangkan tenaga kerja dari luar kecuali pada pekerjaan yang membutuhkan keahlian khusus dan tidak ditemukan tenaga kerja disekitar daerah pembangunan. Hal ini selain bertujuan untuk menghemat biaya tenaga kerja dengan memanfaatkan masyarakat sekitar juga akan mencegah terjadinya konflik masyarakat yang terkena dampak negatif dari pembangunan. Oleh sebab itu diperlukan pendekatan sosial-budaya dalam menganalisis perilaku mobilitas tenaga kerja, melihat kaitannya dengan setting atau konteks di mana mobilitas tenaga kerja itu terjadi pada kurun waktu tertentu. maka kekutan-kekuatan tradisional dari aspek-aspek sosial-budaya dilihat sebagai suatu hal yang dinamis, berubah dan berkembang. Selain perekrutan, mobilisasi tenaga kerja juga perlu dilakukan dengan menyediakan basecamp atau tempat tinggal bagi tenaga kerja selama melakukan kegiatan pembangunan. Selain menjadi tempat hunian dan peristrahatan, basecamp ini juga dapat digunakan untuk menyimpan peralatan ringan bangunan.

9 9 Dampak yang dapat ditimbulkan dengan adanya basecamp ini adalah terganggunya kesehatan masyarakat, seperti diare atau penyakit lain yang bisa timbul akibat pola hidup yang tidak sehat. Sehingga perlu upaya khusus untuk menangani hal ini seperti ketersediaan tempat pembuangan yang baik untuk para tenaga kerja maupun akses akomodasi yang cukup. 2. Mobilisasi Alat dan Material Mobilisasi alat dan bahan pada dasarnya dilakukan untuk menyediakan alat dan material atau bahan yang diperlukan dalam pembangunan. Biasanya dilakukan dengan transportasi khusus dan alat berat yang digunakan untuk mengangkut bahan tersebut. Mobilisasi alat dan bahan yang dilakukan oleh pemrakarsa akan meningkatkan berbagai dampak, baik itu dampak negatif maupun positif. Dampak negatif yang timbul akibat aksebilitas alat dan material ini adalah terjadinya kebisingan disekitar lokasi pembangunan. Kebisingan terjadi akibat akses transportasi pengangkut maupun berbagai alat yang digunakan pada saat membangun. Hal inilah yang menganggu aktifitas masyarakat setempat dan menimbulkan ketidaknyamanan. 3. Pembukaan Lahan Proses pembukaan lahan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mempersiapkan lahan yang akan digunakan dalam pembangunan. Kegiatan ini bertujuan untuk membersihkan lahan dari segala hal yang menganggu dilakukannya pembangunan. Pembukaan lahan ini pada dasarnya menganggu habitat organisme yang hidup disekitar lahan, apalagi untuk lokasi rencana pembangunan kawasan ruko ini memiliki ekosistem mangrove dan aliran sungai

10 10 yang bersebrangan dengan lokasi, sehingga kegiatan pembukaan lahan secara langsung akan mengganggu ekosistem tersebut, baik mangrove, organisme lain yang hidup dan memanfaatkan mangrove maupun nekton dan plankton yang ada disungai. 4. Pemadatan Tanah Pemadatan ini bertujuan untuk meningkatkan kerapatan tanah dengan memperkecil jarak antar partikel sehingga tanah dapat menjadi padat. Sehingga pemadatan tanah ini sangat penting untuk menghindari kerusakan bangunan akibat longsor atau retaknya tanah. Hal ini mengingat areal lokasi pembangunan sebelumnya digenangi oleh air sehingga sebelumnya perlu dilakukan penimbunan dan setelah itu pemadatan tanah. Dampak yang timbul dari pemadatan ini adalah hilangsnya ekosistem organisme yang dulunya hidup disekitar lokasi baik benthos maupun organisme lain. Namun mengingat pemadatan tanah ini penting terutama untuk pembangunan ruko yang memerlukan pondasi kuat, maka kegiatan ini perlu untuk dilakukan. 5. Pembangunan Sarana dan Prasarana Pembangunan sarana dan prasarana ini berupa pembangunan kawasan ruko yang nantinya dapat digunakan untuk proses jual beli dan aktifitas ekonomi lain. Kawasan ruko yang dibangun berorientasi pada aktifitas mobilisasi lokasi dan akses transportasi masyarakat, sehingga tidak akan menimbulkan dampak negatif pada akses transportasi. Sarana yang dibangun tentunya akan membutuhkan waktu yang lama sesuai dengan periode pembangunan dan akan memberikan dampak lingkungan

11 11 berupa kebisingan dan perubahan estetika lingkungan. Selain itu dampak lain berupa terganggunya kualitas air dan terjadinya sedimentasi di dekat sungai akan mengganggu keseimbangan ekologi lingkungan dan ekosistem organisme. Oleh sebab itu, perlu upaya penerapan solusi yang praktis untuk mereduksi dampak negatif lingkungan. C. Operasional Operasional merupakan komponen kegiatan terakhir yang dipusatkan untuk menggunakan seluruh kawasan ruko yang telah dibangun untuk kepentingan umum. Pengoprasian kawasan ruko ini selain meningkatkan pendapatan masyarakat juga akan meningkatkan perputaran siklus ekonomi kota, berikut ini tahapan yang dilakukan dalam kegiatan operasional: 1. Mobilitas Pedangang Moblititas pedagang adalah perekrutan para pedagang yang akan membuka usahanya dikawasan ruko dengan memanfaatkan sarana dan parasarana yang ada. Penyediaan kawasan ruko untuk para pedagang akan meningkatkan taraf ekonomi masyarakat setempat dikarenakan pemanfaatan sarana dan prasarana yang ada. Mobilitas pedagang akan meningkatkan kesempatan kerja pada masyrakat yang ingin membuka usaha. 2. Kegiatan Jual Beli Kegiatan jual beli dilakukan setelah perekrutan pedangang, jual beli ini merupakan interaksi yang terjadi dikawasan ruko baik bagi pembeli maupun penjual/pedagang. Oleh sebab itu, kegiatan ini membutuhkan peningkatan faktor perdagangan berupa akses pasar dan modalitas yang tersedia bagi para pedagang.

12 12 Jual beli akan berlangsung secara kontinyu dan otomatis jika seluruh masyarakat telah mengetahui keberadaan kawasan ruko. 3. Pemungutan Pajak Pemungutan pajak dilakukan bagi para pedagang yang memanfaatkan sarana prasarana kawasan ruko. Pemungutan pajak ini dapat dilakukan sesuai dengan kesepakatan awal, sehingga period pemungutan dapat berlangsung secara reguler dan tidak merugikan satu sama lain.

13 13 III. PERKIRAAN DAMPAK YANG AKAN TERJADI A. Matriks Identifikasi Matriks Identifikasi komponen lingkungan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Matriks Identifikasi Dampak Pembangunan Kawasan Ruko Kendari Komponen Kegiatan No. Komponen Lingkungan Pra Konstruksi Operasional Konstruksi A. FISIKA KIMIA (ABIOTIK) 1 Kualitas Tanah Kualitas Udara Kebisingan Kualitas air Sungai dan Laut Sedimentasi dan Erosi B. BIOLOGI (BIOTIK) 1 Biota Perairan Plankton Benthos Nekton C. SOSEKBUDKESMAS 1 Kesempatan kerja dan Peluang berusaha Perekonomian local (PAD) Persepsi Masyarakat ± Kesehatan Masyarakat Estetika Lingkungan Pendapatan Masyarakat Keterangan: 1. Survei awal dan desain 2. Perijinan lokasi 3. Pembebasan lahan 4. Mobilitas tenaga kerja 5. Mobilitas alat dan material 6. Pembukaan lahan 7. Penimbunan dan Pemadatan Tanah 8. Pembangunan sarana dan prasarana 9. Mobilitas pedagang 10. Kegiatan Jual Beli 11. Pemungutan Pajak

14 14 B. Fisika Kimia (Abiotik) Fisika dan kimia adalah hal penting yang perlu diperhatikan dalam kegiatan pembangunan, terutama untuk fisika dan kimia lingkungan. Hal ini tentu dikarenakan pembangunan akan memberikan dampak negatif pada faktor kimia dan fisika lingkungan. Dalam pembangunan kawasan ruko di Kecamatan Kambu Kelurahan Poasia terkendalam dalam tahapan pembukaan lahan dan pengerasan tanah. Pada lokasi ditemukan kawasan mangrove dan aliran sungai ditepi lokasi, sehingga dengan begitu pembangunan ini akan memberikan dampak fisika dan kimia pada lingkungan sekitar lokasi. Misalnya pada tahapan konstuksi, dimana pembersihan lahan dan pemadatan tanah akan mempengaruhi kualitas tanah menjadi baik jikalau penimbunan menggunakan tanah yang berkualitas dan padat sehingga dapat digunakan dalam proses pembangunan. Sementara itu untuk kegiatan mobilisasi alat dan bahan akan memberikan dampak yang buruk bagi kualitas udara. Dimana polusi udara akan terjadi dengan akses dan mobilitas alat serta material seperti tanah, pasir, batu dan berbagi material lain. sehingga hal ini tentu akan berdampak negatif pada lingkungan sekitar lokasi pembangunan. Selain mempengaruhi kualitas udara karena tingginya akses pengangkutan material bangunan, juga akan menimbulkan kebisingan dikarenkan aktifitas alat berat yang digunakan. Oleh kerena itu, hali akan menganggu kenyamanan masyrakat sekitar lokasi pembangunan. Selain itu pada pembangunan sarana dan prasarana kawasan ruko akan tetap menimbulkan kebisingan serta menganggu kualitas air sungai dan menimbulkan polusi udara. Terganggunya kualitas udara dalam jangka waktu yang lama nantinya akan memberikan dampak negatif pada kesehatan masyrakat

15 15 sekitar lokasi pembangunan. Dampak ini tidak hanya dirasakan oleh masyarakat yang bermukim diareal tersebut, tetapi juga akan dirasakan oleh pengguna jalan raya yang melintasi sekitar areal pembangunan. Kualitas air yang memburuk dikarenakan pembuangan limbah hasil pembangunan dan sisa bahan material yang tidak digunakan akan menurunkan populasi nekton dan beberapa organisme lain diperairan. Jika kegiatan pembangunan terus dilakukan dalam periode tertentu, maka dampak lain yang akan timbul adalah peningkatan sedimentasi pada sungai sekitar lokasi dan sedimentasi ini akan terbawa ke hilir bagian laut yang letaknya dekat dengan lokasi pembangunan. Jika sedimentasi semakin meningkat, maka kelangsungan hidup organisme sekitar akan terganggu. C. Biologi (Biotik) Faktor Biologi merupakan indikator yang baik digunakan dalam menilai kondisi lingkungan. Kegiatan pembangunan kawasan ruko secara langsung maupun tidak akan memberikan dampak terhadap kondisi biotik tersebut. disekitar kawasan rencana pembangunan ruko terdapat aliran sungai yang bermuara dekat dengan lokasi. Sehingga areal estuari tersebut sering dimanfaatkan oleh warga sekitar untuk pemancingan. Adanya pembangunan ini tentu akan mempengaruhi keberadaan organisme-organisme tersebut. Misalnya saja pada mobilisasi alat dan material bangunan yang secara terus menerus dilakukan akan menimbulkan polusi udara diatmosfir, sehingga difusi oksigen kedalam air berkurang bahkan akan menimbulkan peningkatan kekeruhan perairan. Tingginya kekeruhan perairan atau Total Dispended Substance akan manutup lapisan permukaan perairan sehingga intensits cahaya

16 16 tidak dapat masuk secara normal di perairan. Akibatnya fotosintesis oleh fitoplankton dan tumbuhan air lain akan terganggu dan berujung pada terganggunya keseimbangan siklus rantai makanan. Tidak hanya itu, pembukaan lahan yang menghilangkan beberapa pohon mangorve ini jelas telah merusak ekosistem mangrove dan menganggu siklus rantai makanan. Penimbunan dan pemadatan tanah ini akan berdampak pada peningkatan sedimentasi di dasar perairan, sehingga organisme benthos yang hidup di dasar perairan akan terganggu atau bahkan mati. Sama halnya dengan dampak pembangunan sarana dan prasarana yang menggunakan bahan material, sisa maupun hasil penggunaan bahan yang tidak digunakan dibuang disekitar sungai, sehingga populasi nekton akan berkurang. Terganggunya siklus rantai makanan dan berkurangnya populasi nekton akan memberikan dampak negatif terhadap masyarakat terutama bagi mereka yang memanfaatkan sungai sebagai sumber mata pencaharian dan sumber air untuk mengaliri usaha tambak yang terdapat disekitar kawasan pembangunan ruko. Usaha tambak yang banyak memanfaatkan aliran sungai ini tentu akan mengalami kerugian dan harus menyediakan alternatif sumber air lain yang jelas akan membutuhkan biaya pembuatannya. Disamping itu pula, kegiatan pemancingan tidak lagi ada karena berkurangnya populasi nekton dan keruhnya air disekitar seungai. Maka secara tidak langsung, penurunan kualitas air dan berkurangnya organisme di sekitar sungai dan estuari berdampak pada aktifitas masyarakat yang bermukin disekitar kawasan pembanguan ruko.

17 17 D. Sosekbudkesmas Ditinjau dari aspek sosial, pembangunan ruko pada komponen kegiatan prakontruksi tahapan survei awal dan desain telah memberikan pengaruh utamnya pada persepsi masyrakat. Adanya kegiatan survei atau peninjauan lokasi akan membuat masyarakat ingin tahu dengan rencana pembangunan. Secara umum pembangunan ini akan berdampak baik pada ekonomi masyarakat melalui sosialisasi maka persepsi masyarakat akan positif dan menyambut baik rencana pembangunan. Persepsi masyarakat yang positif juga timbul dengan adanya perekrutan tenaga kerja yang berasal dari warga setempat, sehingga pihak pemrakarsa dan masyarakat sekitar akan bekerjasama dalam membangunan kawasan ruko sesuai dengan master plan. Sebaliknya, persepsi masyrakat akan manjadi negatif saat komponen kegiatan masuk pada tahapan konstruksi, dimana polusi udara dan berbagai dampak negatif lain timbul dari aktifitas pemabangunan. Oleh sebab itu, dibutuhkan solusi pengelolaan limbah dan polusi yang ditimbulkan oleh aktifitas pembangunan. Masyarakat secara tidak langsung akan berpengaruh dengan perkembangan ruko yang begitu pesat dengan jejeran ruko sepanjang jalan. Banyaknya ruko yang berfungsi sebagai fungsi perdagangan akan memicu sifat konsumtif dari masyarakat. Keberadaan ruko yang menyediakan berbagai macam variasi dagangan memang merupakan suatu hal yang positif, namun sisi negatifnya masyarakat akan menjadi sangat konsumtif karena dengan mudah mendaptkan barang yang diinginkan. Jaminan aksesibilitas mudah untuk menjangkau suatu ruko menjadi penambah hasrat masyarakat dalam memiliki

18 18 barang yang disediakan pada ruko yang fungsi perdagangan. Masyarakat yang konsumtif tidak baik dalam kehidupan perkotaan karena akan menimbulkan banyak dampak negatif kehidupan sosial masyarakat. Dari aspek ekonomi, pembangunan ruko dimaksudkan untuk fungsi perdagangan dan jasa. Ruko yang rencana dibangun dipinggir jalan ini akan digunakan untuk fungsi perdagangan dan jasa, seperti rumah makan, mini market, kantor jasa kredit, dialer kendaraan, dan sebagainya. Ini merupakan keuntungann tersediri bagi Kota Kendari dalam hal ekonomi. Pajak yang ditarik dari aktifitas ini akan sangat besar dan sangat menguntungkan bagi perekonomian kota. Penggunaan ruko sebagai fungsi perdagangan/jasa pasti akan sepakat dengan signage dari fungsi ruko tersebut. Ini juga membawa keuntungan bagi pemerintah kota. Yang terakhir, dengan banyaknya ruko yang telah difungsikan akan membuka lapangan pekerjaan bagi warga kota Kendari. Meskipun dalam hal lapangan pekerjaan yang disediakan tidak terlalu banyak mengingat besaran ruko yang terbatas tidak mungkin menampung banyak pekerja. Pada aspek keruangan perkotaan dalam hal estetika kota. Ruko yang berjejer sepanjang jalan tidak baik dalam hal estetika kota. Bentuk bangunan ruko persegi panjang dan sangat sedikit variasi arsitektur yang dimasukan dalam bentuk ruko. Jejeran ruko yang terbangun terlihat begitu monoton hiasan kiri kanan jalan. Ruko yang banyak juga ini memperlihatkan ketidak aturan tata ruang perkotaan. Selain itu pula adanya aktifitas pembangunan ini juga membawa dampak pada kesehatan masyarakat. Penurunan kualitas udara menjadi hal utama yang dapat menjadi sumber penyakit pada masyarakat sekitar terutama bagi pengidap asma dan penyakit pernafasan lain. Sementara penggunaan bahan-bahan material

19 19 yang tidak terkontrol diserta dengan bahan kimia jelas akan berpengaruh bagi masyarakat sekitar, baik tidak langsung seperti melalui perantara ikan yang mengkonsumsi bahan kimia juga secara langsung melalui sistem pernafasan. Oleh sebab itulah, pembangunan kawasan ruko ini sekiranya pelu pengawasan dan pengontrolan baik itu dari segi administrasi maupun kontuksi pembangunannya hingga pada tahapan operasional nanti.

20 20 IV. PENUTUP A. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil dan pembahasan di atas adalah sebagai berikut: 1. Pembangunan kawasan ruko membawa dampak negatif pada komponen lingkungan yakni penurunan kualitas tanah, udara, terjadinya kebisingan dan sedimentasi di dasar sungai serta berdampak buruk bagi populasi nekton di sungai yang digunakan sebagai lokasi pemancingan. Hal inilah yang nantinya akan menganggu kesehatan masyarakat sekitar. 2. Pembangunan kawasan ruko ini pula juga membawa dampak positif pada ekonomi masyarakat yakni membuka lapangan kerja, peningkatan pendapatan dan perekonomian lokasl daerah (PAD). B. Saran Saran yang dapat diajukan pada pelaksanaan praktikum ini sebaiknya dilakukan wawancara dengan pemrakarsa terkait untuk mendapat informasi yang lebih banyak dan dalam pengukuran faktor fisika, kimia dan biologi sebaiknya menggunakan alat pengukuran.

21 21

Tabel Hasil Proses Pelingkupan

Tabel Hasil Proses Pelingkupan Tabel 2.50. Hasil Proses No. menimbulkan A. Tahap Pra 1. Sosialisasi Permen 17 tahun 2012 tentang Keterlibatan Masyarakat Dalam ProsesAMDAL dan Izin Lingkungan terkena Sosial Budaya Munculnya sikap Evaluasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Hutan mangrove merupakan hutan yang tumbuh pada daerah yang berair payau dan dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Hutan mangrove memiliki ekosistem khas karena

Lebih terperinci

ABSTRAKSI DOKUMEN AMDAL

ABSTRAKSI DOKUMEN AMDAL ABSTRAKSI DOKUMEN AMDAL PEMRAKARSA NAMA DOKUMEN PT. ASIATIC PERSADA Kegiatan Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Pengolahannya NO. PERSETUJUAN & TANGGAL Komisi Penilai AMDAL Propinsi Jambi Nomor:274/2003,

Lebih terperinci

5.1. Analisis mengenai Komponen-komponen Utama dalam Pembangunan Wilayah Pesisir

5.1. Analisis mengenai Komponen-komponen Utama dalam Pembangunan Wilayah Pesisir BAB V ANALISIS Bab ini berisi analisis terhadap bahasan-bahasan pada bab-bab sebelumnya, yaitu analisis mengenai komponen-komponen utama dalam pembangunan wilayah pesisir, analisis mengenai pemetaan entitas-entitas

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. seperti analisis fisika dan kimia air serta biologi. Analisis fisika dan kimia air

PENDAHULUAN. seperti analisis fisika dan kimia air serta biologi. Analisis fisika dan kimia air 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penentuan kualitas suatu perairan dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti analisis fisika dan kimia air serta biologi. Analisis fisika dan kimia air kurang memberikan

Lebih terperinci

ARAHAN DAN PENJELASAN GUBERNUR SULAWESI TENGGARA TENTANG RENCANA PENGERUKKAN DAN REKLAMASI TELUK KENDARI

ARAHAN DAN PENJELASAN GUBERNUR SULAWESI TENGGARA TENTANG RENCANA PENGERUKKAN DAN REKLAMASI TELUK KENDARI ARAHAN DAN PENJELASAN GUBERNUR SULAWESI TENGGARA TENTANG RENCANA PENGERUKKAN DAN REKLAMASI TELUK KENDARI DISAMPAIKAN PADA PERTEMUAN DENGAN DPRD KOTA KENDARI KENDARI, 11 JUNI 2012 1 DESKRIPSI TELUK KENDARI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Total permintaan umat manusia sejagat raya terhadap sumberdaya alam dan jasajasa

BAB I PENDAHULUAN. Total permintaan umat manusia sejagat raya terhadap sumberdaya alam dan jasajasa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Total permintaan umat manusia sejagat raya terhadap sumberdaya alam dan jasajasa lingkungan di dunia khususnya di Indonesia telah melampaui daya dukung bumi dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki pulau dengan garis pantai sepanjang ± km dan luas

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki pulau dengan garis pantai sepanjang ± km dan luas BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar didunia yang memiliki 17.508 pulau dengan garis pantai sepanjang ± 81.000 km dan luas sekitar 3,1 juta km 2.

Lebih terperinci

PEMANFAATAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DI KELURAHAN WAWOMBALATA KOTA KENDARI TUGAS AKHIR

PEMANFAATAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DI KELURAHAN WAWOMBALATA KOTA KENDARI TUGAS AKHIR PEMANFAATAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DI KELURAHAN WAWOMBALATA KOTA KENDARI TUGAS AKHIR Oleh : RIAS ASRIATI ASIF L2D 005 394 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

LAPORAN LENGKAP PRAKTEK LAPANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN (AMDAL)

LAPORAN LENGKAP PRAKTEK LAPANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN (AMDAL) LAPORAN LENGKAP PRAKTEK LAPANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN (AMDAL) Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan pada Mata Kuliah Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) OLEH: KELOMPOK I HERI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air laut merupakan suatu medium yang unik. Sebagai suatu sistem, terdapat hubungan erat antara faktor biotik dan faktor abiotik, karena satu komponen dapat

Lebih terperinci

2015 KAJIAN TENTANG PEND IRIAN BANGUNAN D I SEMPAD AN SUNGAI D ALAM MENINGKATKAN KESAD ARAN HUKUM MASYARAKAT AGAR MENJAD I WARGA NEGARA YANG BAIK

2015 KAJIAN TENTANG PEND IRIAN BANGUNAN D I SEMPAD AN SUNGAI D ALAM MENINGKATKAN KESAD ARAN HUKUM MASYARAKAT AGAR MENJAD I WARGA NEGARA YANG BAIK BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan zaman, kemajuan teknologi serta pertumbuhan penduduk menimbulkan berbagai permasalahan sosial, terutama pesatnya perkembangan masyarakat diperkotaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan pesisir dikenal sebagai ekosistem perairan yang memiliki potensi sumberdaya yang sangat besar. Wilayah tersebut telah banyak dimanfaatkan dan memberikan sumbangan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan kota pantai merupakan tempat konsentrasi penduduk yang paling padat. Sekitar 75% dari total penduduk dunia bermukim di kawasan pantai. Dua pertiga dari kota-kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai adalah alur atau wadah air alami dan/atau buatan berupa jaringan pengaliran air beserta air di dalamnya, mulai dari hulu sampai muara, dengan dibatasi kanan

Lebih terperinci

Pada tahap Pra Kontruksi, komponen kegiatan yang diperkirakan menimbulkan dampak primer dan dampak sekunder terhadap lingkungan, meliputi:

Pada tahap Pra Kontruksi, komponen kegiatan yang diperkirakan menimbulkan dampak primer dan dampak sekunder terhadap lingkungan, meliputi: 2.3 ISU-ISU POKOK 2.3.1 Dampak Primer dan Sekunder 1. Tahap Pra Kontruksi Pada tahap Pra Kontruksi, komponen kegiatan yang diperkirakan menimbulkan dampak primer dan dampak sekunder terhadap lingkungan,

Lebih terperinci

BAB 3 TINJAUAN LINGKUNGAN

BAB 3 TINJAUAN LINGKUNGAN BAB 3 TINJAUAN LINGKUNGAN A. KARAKTERISTIK LINGKUNGAN DI SEKITAR LOKASI PROYEK 1. Teluk Kendari Kota Kendari memiliki area perairan teluk yang cukup luas. Kawasan teluk Kendari yang berada di ibu kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kota Bandung, merupakan sebuah kota metropolitan dimana didalamnya terdapat beragam aktivitas kehidupan masyarakat. Perkembangan kota Bandung sebagai kota metropolitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan fakta fisiknya, Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.508 pulau dengan garis pantai sepanjang 81.000 km (terpanjang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan tingginya kepadatan penduduk dan diwarnai dengan strata sosial ekonomi yang heterogen

Lebih terperinci

3.3 KONSEP PENATAAN KAWASAN PRIORITAS

3.3 KONSEP PENATAAN KAWASAN PRIORITAS 3.3 KONSEP PENATAAN KAWASAN PRIORITAS 3.3.1. Analisis Kedudukan Kawasan A. Analisis Kedudukan Kawasan Kawasan prioritas yaitu RW 1 (Dusun Pintu Air, Dusun Nagawiru, Dusun Kalilangkap Barat, dan Dusun Kalilangkap

Lebih terperinci

RENCANA PENATAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL

RENCANA PENATAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL RENCANA PENATAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL Rencana Lanskap Berdasarkan hasil analisis data spasial mengenai karakteristik lanskap pemukiman Kampung Kuin, yang meliputi pola permukiman, arsitektur bangunan

Lebih terperinci

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB III: DATA DAN ANALISA BAB III: DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik 2.1.1. Data Fisik Lokasi Luas Lahan Kategori Proyek Pemilik RTH Sifat Proyek KLB KDB RTH Ketinggian Maks Fasilitas : Jl. Stasiun Lama No. 1 Kelurahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. termasuk kebutuhan akan sumberdaya lahan. Kebutuhan lahan di kawasan

BAB I PENDAHULUAN. termasuk kebutuhan akan sumberdaya lahan. Kebutuhan lahan di kawasan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya pembangunan menyebabkan bertambahnya kebutuhan hidup, termasuk kebutuhan akan sumberdaya lahan. Kebutuhan lahan di kawasan perkotaan semakin meningkat sejalan

Lebih terperinci

berkembang seperti Indonesia dewasa ini adalah tingginya pertumbuhan penduduk terutama pada pusat-pusat perkotaan, dimana terpusatnya

berkembang seperti Indonesia dewasa ini adalah tingginya pertumbuhan penduduk terutama pada pusat-pusat perkotaan, dimana terpusatnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu permasalahan yang dihadapi negara-negara yang sedang berkembang seperti Indonesia dewasa ini adalah tingginya pertumbuhan penduduk terutama pada pusat-pusat

Lebih terperinci

DOKUMEN AMDAL : KA ANDAL DAN ANDAL (REVIEW)

DOKUMEN AMDAL : KA ANDAL DAN ANDAL (REVIEW) DOKUMEN AMDAL : KA ANDAL DAN ANDAL (REVIEW) DOKUMEN AMDAL Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup (KA-ANDAL) Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) Rencana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Yogyakarta yang memiliki luasan 1.485,36 kilometer persegi. Sekitar 46,63 %

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Yogyakarta yang memiliki luasan 1.485,36 kilometer persegi. Sekitar 46,63 % I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Gunungkidul merupakan wilayah dari Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang memiliki luasan 1.485,36 kilometer persegi. Sekitar 46,63 % dari luas wilayah Provinsi

Lebih terperinci

PENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR

PENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR PENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR Oleh: EVA SHOKHIFATUN NISA L2D 304 153 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan dan pertumbuhan jumlah penduduk, industri dan perdagangan merupakan unsur utama dalam perkembangan kota Pematangsiantar. Keadaan ini juga

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. terluas di dunia. Hutan mangrove umumnya terdapat di seluruh pantai Indonesia

PENDAHULUAN. terluas di dunia. Hutan mangrove umumnya terdapat di seluruh pantai Indonesia PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki hutan mangrove terluas di dunia. Hutan mangrove umumnya terdapat di seluruh pantai Indonesia dan hidup serta tumbuh berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai sub tropis. Menurut Spalding et al. (1997) luas ekosistem mangrove di dunia

BAB I PENDAHULUAN. sampai sub tropis. Menurut Spalding et al. (1997) luas ekosistem mangrove di dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan mangrove merupakan salah satu ekosistem yang khas dimana dibentuk dari komunitas pasang surut yang terlindung dan berada di kawasan tropis sampai sub tropis.

Lebih terperinci

Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan Masyarakat 1 Meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pemberdayaan komponen sosial masyarakat, usaha dan ekonomi, serta lingkungan sebagai pendekatan pembangunan permukiman yang berkelanjutan KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH

ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH 56 ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH Berdasarkan hasil inventarisasi maka dari faktor-faktor yang mewakili kondisi tapak dianalisis sehingga diketahui permasalahan yang ada kemudian dicari solusinya sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan unsur penting bagi kehidupan makhluk hidup baik manusia,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan unsur penting bagi kehidupan makhluk hidup baik manusia, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan unsur penting bagi kehidupan makhluk hidup baik manusia, flora, fauna maupun makhluk hidup yang lain. Makhluk hidup memerlukan air tidak hanya sebagai

Lebih terperinci

PENATAAN PEMUKIMAN NELAYAN TAMBAK LOROK SEMARANG

PENATAAN PEMUKIMAN NELAYAN TAMBAK LOROK SEMARANG LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENATAAN PEMUKIMAN NELAYAN TAMBAK LOROK SEMARANG Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik Diajukan Oleh

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang selain merupakan sumber alam yang penting artinya bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berakar pada faktor-faktor geografi dan sejarah nusantara yang selama berabad-abad

BAB I PENDAHULUAN. berakar pada faktor-faktor geografi dan sejarah nusantara yang selama berabad-abad BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan tepi air ataupun kawasan tepi sungai di Indonesia sebenarnya berakar pada faktor-faktor geografi dan sejarah nusantara yang selama berabad-abad telah menjadi

Lebih terperinci

BUPATI SIGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DANAU LINDU

BUPATI SIGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DANAU LINDU BUPATI SIGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DANAU LINDU PEMERINTAH KABUPATEN SIGI TAHUN 2013 0 BUPATI SIGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Perkembangan fisik yang paling kelihatan adalah perubahan penggunaan

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Perkembangan fisik yang paling kelihatan adalah perubahan penggunaan BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1. Kesimpulan 1. Perkembangan fisik Kota Taliwang tahun 2003-2010 Perkembangan fisik yang paling kelihatan adalah perubahan penggunaan lahan dari rawa, rumput/tanah

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pertumbuhan jumlah penduduk semakin meningkat dan tidak terkendali. Hal ini menyebabkan kebutuhan permukiman meningkat. Dengan kebutuhan permukiman yang meningkat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Model Genesi dalam Jurnal : Berkala Ilmiah Teknik Keairan Vol. 13. No 3 Juli 2007, ISSN 0854-4549.

BAB I PENDAHULUAN. Model Genesi dalam Jurnal : Berkala Ilmiah Teknik Keairan Vol. 13. No 3 Juli 2007, ISSN 0854-4549. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wilayah pesisir merupakan pertemuan antara wilayah laut dan wilayah darat, dimana daerah ini merupakan daerah interaksi antara ekosistem darat dan ekosistem laut yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karena berada di dekat pantai, mangrove sering juga disebut hutan pantai, hutan

BAB I PENDAHULUAN. Karena berada di dekat pantai, mangrove sering juga disebut hutan pantai, hutan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mangrove merupakan ekosistem yang terdapat di antara daratan dan lautan. Karena berada di dekat pantai, mangrove sering juga disebut hutan pantai, hutan pasang surut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sungai Bedagai merupakan sumberdaya alam yang dimiliki oleh Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sungai Bedagai merupakan sumberdaya alam yang dimiliki oleh Pemerintah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sungai Bedagai merupakan sumberdaya alam yang dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai, mengalir dari hulu di Kabupaten Simalungun dan terus mengalir ke

Lebih terperinci

3.1 Metode Identifikasi

3.1 Metode Identifikasi B A B III IDENTIFIKASI UNSUR-UNSUR DAS PENYEBAB KERUSAKAN KONDISI WILAYAH PESISIR BERKAITAN DENGAN PENGEMBANGAN ASPEK EKONOMI DAN SOSIAL MASYARAKAT PESISIR 3.1 Metode Identifikasi Identifikasi adalah meneliti,

Lebih terperinci

ke segala arah dan melepaskan panas pada malam hari. cukup pesat. Luas wilayah kota Pematangsiantar adalah km 2 dan

ke segala arah dan melepaskan panas pada malam hari. cukup pesat. Luas wilayah kota Pematangsiantar adalah km 2 dan Kota memiliki keterbatasan lahan, namun pemanfaatan lahan kota yang terus meningkat mengakibatkan pembangunan kota sering meminimalkan ruang terbuka hijau. Lahan-lahan pertumbuhan banyak yang dialihfungsikan

Lebih terperinci

Syarat Penentuan Lokasi TPA Sampah

Syarat Penentuan Lokasi TPA Sampah Syarat Penentuan Lokasi TPA Sampah 1. Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-3241-1994, membagi kriteria pemilhan loasi TPA sampah menjadi tiga, yaitu: a. Kelayakan regional Kriteria yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan yang disebut sumberdaya pesisir. Salah satu sumberdaya pesisir

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan yang disebut sumberdaya pesisir. Salah satu sumberdaya pesisir BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan pesisir dan laut di Indonesia memegang peranan penting, karena kawasan ini memiliki nilai strategis berupa potensi sumberdaya alam dan jasajasa lingkungan yang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG BANGUNAN GEDUNG BAGIAN HUKUM DAN PERUNDANG-UNDANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tingginya laju pertumbuhan penduduk di suatu daerah diikuti pula dengan laju pertumbuhan permukiman. Jumlah pertumbuhan permukiman yang baru terus meningkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN TINJAUAN UMUM I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. TINJAUAN UMUM Sistem transportasi merupakan suatu bentuk keterikatan dan keterkaitan antara penumpang, barang, prasarana dan sarana yang berinteraksi dalam rangka perpindahan

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN. Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN. Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan 29 BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN 3.1. Kerangka Berpikir Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan ekosistem laut. Mangrove diketahui mempunyai fungsi ganda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara berkembang yang terdiri dari 34 Provinsi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara berkembang yang terdiri dari 34 Provinsi yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara berkembang yang terdiri dari 34 Provinsi yang memiliki sumber daya alam yang melimpah dengan perekonomian yang beragam, dan proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan penduduk kota kota di Indonesia baik sebagai akibat pertumbuhan penduduk maupun akibat urbanisasi telah memberikan indikasi adanya masalah perkotaan yang

Lebih terperinci

dan (3) pemanfaatan berkelanjutan. Keharmonisan spasial mensyaratkan bahwa dalam suatu wilayah pembangunan, hendaknya tidak seluruhnya diperuntukkan

dan (3) pemanfaatan berkelanjutan. Keharmonisan spasial mensyaratkan bahwa dalam suatu wilayah pembangunan, hendaknya tidak seluruhnya diperuntukkan KERANGKA PEMIKIRAN Dasar teori yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada konsep pembangunan berkelanjutan, yaitu konsep pengelolaan dan konservasi berbasis sumberdaya alam serta orientasi perubahan

Lebih terperinci

BAB VII DAMPAK KONVERSI LAHAN TERHADAP KEBERLANJUTAN EKOLOGI

BAB VII DAMPAK KONVERSI LAHAN TERHADAP KEBERLANJUTAN EKOLOGI 63 BAB VII DAMPAK KONVERSI LAHAN TERHADAP KEBERLANJUTAN EKOLOGI 7.1 Dampak Ekologi Konversi lahan pertanian ke pemukiman sangat berdampak negatif terhadap ekologi. Secara ekologis, perubahan telah terjadi

Lebih terperinci

RESPON MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK TAMBANG GALIAN C DI KELURAHAN PASIR SIALANG KECAMATAN BANGKINANG

RESPON MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK TAMBANG GALIAN C DI KELURAHAN PASIR SIALANG KECAMATAN BANGKINANG RESPON MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK TAMBANG GALIAN C DI KELURAHAN PASIR SIALANG KECAMATAN BANGKINANG Budi Azwar Program Doktor Ilmu Lingkungan Pasca Sarjana Universitas Riau Email: budiazwar79@yahoo.com

Lebih terperinci

Analisis Kebutuhan Parkir dan Kajian Dampak Lalu Lintas Gedung Pusat Perbelanjaan Ramayana Makassar

Analisis Kebutuhan Parkir dan Kajian Dampak Lalu Lintas Gedung Pusat Perbelanjaan Ramayana Makassar 1.1. Latar Belakang Makassar merupakan kota yang strategis dimana terletak ditengah-tengah wilayah Republik Indonesia atau sebagai Center Point of Indonesia. Hal ini mendukung posisi Makassar sebagai barometer

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kawasan perumahan pada hakekatnya tidak akan pernah dapat dipisahkan dari lingkungan sekitarnya. Terlebih pada kenyataannya lingkungan yang baik akan dapat memberikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Peraturan Perumahan dan Kawasan Permukiman Peraturan terkait dengan perumahan dan kawasan permukiman dalam studi ini yaitu Undang-Undang No. 1 Tahun 11 tentang Perumahan dan Kawasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang

BAB I PENDAHULUAN. maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pesisir merupakan wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut. Menurut Suprihayono (2007) wilayah pesisir merupakan wilayah pertemuan antara daratan dan laut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fauna yang hidup di habitat darat dan air laut, antara batas air pasang dan surut.

BAB I PENDAHULUAN. fauna yang hidup di habitat darat dan air laut, antara batas air pasang dan surut. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mangrove merupakan ekosistem yang kompleks terdiri atas flora dan fauna yang hidup di habitat darat dan air laut, antara batas air pasang dan surut. Ekosistem mangrove

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULU 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULU 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air merupakan zat yang paling banyak terdapat dalam protoplasma dan merupakan zat yang sangat esensial bagi kehidupan, karena itu dapat disebut kehidupan adalah

Lebih terperinci

BAB II RUANG BAGI KEHIDUPAN

BAB II RUANG BAGI KEHIDUPAN BAB II RUANG BAGI KEHIDUPAN Untuk memperoleh hasil pemrograman yang maksimal, proses analisa yang dilakukan sebaiknya bersumber pada data yang tersusun dengan sempurna. Data yang sudah terkumpul kemudian

Lebih terperinci

PIL (Penyajian Informasi Lingkungan)

PIL (Penyajian Informasi Lingkungan) PIL (Penyajian Informasi Lingkungan) PIL adalah suatu telaah secara garis besar tentang rencana kegiatan yang akan dilakukan atau diusulkan yang kemungkinan menimbulkan dampak lingkungan dari kegiatan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Kecamatan Ujungpangkah Kabupaten Gresik dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Penentuan karakteristik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana telah disepakati oleh para pakar mengenai wilayah perkotaan,

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana telah disepakati oleh para pakar mengenai wilayah perkotaan, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagaimana telah disepakati oleh para pakar mengenai wilayah perkotaan, bahwa penduduk perkotaan dari waktu ke waktu cenderung meningkat jumlah dan proporsinya. Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kehidupan bergantung kepada air dalam berbagai bentuk. Air merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kehidupan bergantung kepada air dalam berbagai bentuk. Air merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan bergantung kepada air dalam berbagai bentuk. Air merupakan zat yang sangat penting bagi kehidupan semua makhluk hidup yang ada di bumi. Hampir 71%

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Tinjauan Umum

BAB I PENDAHULUAN Tinjauan Umum 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Umum Banjir merupakan salah satu fenomena alam yang menimbulkan kerugian yang sangat besar bagi manusia. Di samping disebabkan oleh faktor alam, seringkali disebabkan

Lebih terperinci

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN 186 BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan 1. Secara umum suhu air perairan Teluk Youtefa berkisar antara 28.5 30.0, dengan rata-rata keseluruhan 26,18 0 C. Nilai total padatan tersuspensi air di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I - 1. Sumber data statistic BPS DKI Jakarta. Dinas Pemadam Kebakaran DKI Jakarta

BAB I PENDAHULUAN I - 1. Sumber data statistic BPS DKI Jakarta. Dinas Pemadam Kebakaran DKI Jakarta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai ibu kota Negara Republik Indonesia, Jakarta memegang peran yang cukup besar dalam skala nasional maupun internasional. Salah satu peranan yang dimaksud adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan salah satu sumber daya alam yang mutlak diperlukan bagi

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan salah satu sumber daya alam yang mutlak diperlukan bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu sumber daya alam yang mutlak diperlukan bagi kehidupan manusia. Dalam sistem tata lingkungan, air merupakan unsur utama. Negara Indonesia merupakan

Lebih terperinci

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PROVINSI JAWA TIMUR

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PROVINSI JAWA TIMUR - 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PROVINSI JAWA TIMUR I. UMUM Air merupakan karunia Tuhan sebagai salah satu sumberdaya

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii LEMBAR PERSEMBAHAN... iv ABSTRAK... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR PETA... xiv BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sungai adalah tempat berkumpulnya air yang berasal dari hujan yang jatuh di daerah tangkapannya dan mengalir dengan takarannya. Sungai tersebut merupakan drainase

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 129 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian mengenai Konsep Penataan Kawasan Permukiman Kumuh di kelurahan Kampung Makasar dan Soa-sio, kota Ternate,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah pesisir merupakan transisi ekosistem terestrial dan laut yang ditandai oleh gradien perubahan ekosistem yang tajam (Pariwono, 1992). Kawasan pantai merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN Daerah pemukiman perkotaan yang dikategorikan kumuh di Indonesia terus meningkat dengan pesat setiap tahunnya. Jumlah daerah kumuh ini bertambah dengan kecepatan sekitar

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menyimpan air yang berlebih pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor transportasi merupakan salah satu mata rantai jaringan distribusi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor transportasi merupakan salah satu mata rantai jaringan distribusi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor transportasi merupakan salah satu mata rantai jaringan distribusi barang dan penumpang yang telah berkembang sangat dinamis serta berperan di dalam menunjang

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumberdaya alam pesisir merupakan suatu himpunan integral dari komponen hayati (biotik) dan komponen nir-hayati (abiotik) yang dibutuhkan oleh manusia untuk hidup dan

Lebih terperinci

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 32 TAHUN 1990 (32/1990) Tanggal : 25 JULI 1990 (JAKARTA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perumahan dan pemukiman merupakan kebutuhan dasar manusia dan mempunyai peranan strategis dalam pembentukan watak serta kepribadian bangsa, dan perlu dibina dan dikembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan - 1 -

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan - 1 - BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Umum Dengan pembangunan dan industrialisasi, pemerintah berusaha mengatasi permasalahan yang timbul akibat pertumbuhan penduduk yang pesat. Dan dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi di bidang transportasi sangat membantu manusia dalam menghemat waktu perjalanan yang tadinya berlangsung sangat lama menjadi lebih cepat. Teknologi

Lebih terperinci

Pengaruh Aktivitas Masyarakat di pinggir Sungai (Rumah Terapung) terhadap Pencemaran Lingkungan Sungai Kahayan Kota Palangka Raya Kalimantan Tengah

Pengaruh Aktivitas Masyarakat di pinggir Sungai (Rumah Terapung) terhadap Pencemaran Lingkungan Sungai Kahayan Kota Palangka Raya Kalimantan Tengah MITL Media Ilmiah Teknik Lingkungan Volume 1, Nomor 2, Agustus 2016 Artikel Hasil Penelitian, Hal. 35-39 Pengaruh Aktivitas Masyarakat di pinggir Sungai (Rumah Terapung) terhadap Pencemaran Lingkungan

Lebih terperinci

Sungai berdasarkan keberadaan airnya dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu (Reid, 1961):

Sungai berdasarkan keberadaan airnya dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu (Reid, 1961): 44 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekologi Sungai Aspek ekologi adalah aspek yang merupakan kondisi seimbang yang unik dan memegang peranan penting dalam konservasi dan tata guna lahan serta pengembangan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Plankton merupakan organisme renik yang hidup melayang-layang di air dan

BAB I PENDAHULUAN. Plankton merupakan organisme renik yang hidup melayang-layang di air dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Plankton merupakan organisme renik yang hidup melayang-layang di air dan mempunyai kemampaun berenang yang lemah dan pergerakannya selalu dipegaruhi oleh gerakan massa

Lebih terperinci

BAB VI DATA DAN ANALISIS

BAB VI DATA DAN ANALISIS BAB VI DATA DAN ANALISIS 4.1 Analisa Kawasan Pemilihan tapak dikawasan Cicadas tidak lepas dari fakta bahwa Kawasan Cicadas termasuk kedalam salah satu kawasan terpadat didunia dimana jumlah penduduk mencapai

Lebih terperinci

ISU STRATEGIS DAN REKOMENDASI

ISU STRATEGIS DAN REKOMENDASI BAB V ISU STRATEGIS DAN REKOMENDASI A. ISU STRATEGIS Penentuan Isu Strategis dikaji dengan pendekatan kuantitatif berdasarkan data dan tekanan lingkungannya serta status nilai, dan juga dikaji dari pendekatan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG GARIS SEMPADAN SUNGAI, DAERAH MANFAAT SUNGAI, DAERAH PENGUASAAN SUNGAI DAN BEKAS SUNGAI DENGAN

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

BAB III KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS BAB III KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS A. Kerangka Teori Hutan mangrove merupakan ekosistem wilayah pesisir yang potensial yang memiliki kaitan erat dengan kondisi ekonomi, sosial dan lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM 1.2 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM 1.2 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM Kota Semarang adalah ibukota Provinsi Jawa Tengah, yang terletak di dataran pantai Utara Jawa. Secara topografi mempunyai keunikan yaitu bagian Selatan berupa pegunungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kawasan konservasi merupakan suatu kawasan yang dikelola dan dilindungi dalam rangka pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan. Penetapan status sebuah kawasan menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin bertambah hari, bulan, bahkan tahun, jumlah penduduk di Indonesia pada umumnya dan Sumatra Selatan khususnya semakin bertambah padat dan tak heran jika Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang sangat menentukan keberhasilan pembangunan nasional secara menyeluruh. Pembangunan daerah telah berlangsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Oleh karena itu,bukan suatu pandangan yang aneh bila kota kota besar di

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Oleh karena itu,bukan suatu pandangan yang aneh bila kota kota besar di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota di Indonesia merupakan sumber pengembangan manusia atau merupakan sumber konflik sosial yang mampu mengubah kehidupan dalam pola hubungan antara lapisan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB IV ANALISA PERENCANAAN BAB IV ANALISA PERENCANAAN 4.1. Analisa Non Fisik Adalah kegiatan yang mewadahi pelaku pengguna dengan tujuan dan kegiatannya sehingga menghasilkan besaran ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi kegiatannya.

Lebih terperinci

BAB VI ALTERNATIF PENANGGULANGAN ABRASI

BAB VI ALTERNATIF PENANGGULANGAN ABRASI 87 BAB VI ALTERNATIF PENANGGULANGAN ABRASI 6.1 Perlindungan Pantai Secara alami pantai telah mempunyai perlindungan alami, tetapi seiring perkembangan waktu garis pantai selalu berubah. Perubahan garis

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1/PERMEN-KP/2016 TENTANG PENGELOLAAN DATA DAN INFORMASI DALAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci