TUGAS TERSTRUKTUR. Hukum Adat

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TUGAS TERSTRUKTUR. Hukum Adat"

Transkripsi

1 TUGAS TERSTRUKTUR Hukum Adat Pengakuan Hukum Adat dalam Hukum Positif di Indonesia Disusun Oleh : NAMA NIM Kelas : DAHLIA ANDRIANI : E1A : A FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS JENDRAL SOEDIRMAN KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI PURWOKERTO 2015

2 1 BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara di dunia yang dapat dikatakan kaya, baik dilihat dari kekayaan Sumber Daya Alam maupun dari banyaknya suku suku yang ada disetiap daerah. Setiap suku di Indonesia memiliki norma dan nilai yang berbeda beda yang hidup di dalam lingkungan masyarakatnya. Dimana nilai dan norma yang diterapkan tersebut telah melekat dan ditaati oleh masyarakat itu sendiri. Karena norma norma merupakan aturan tingkah laku manusia yang bentuknya tidak tertulis sehingga masyarakat tidak menyadari bahwa norma tersebutlah yang disebut hukum adat. Meskipun tidak tertulis akan tetapi masyarakat sangat menaati norma norma tersebut. Taatnya masyarakat dengan aturan tidak tertulis ini menunjukan bahwa hukum adat itu ada sebelum hukum positif berada ditengah masyarakat, hukum adat sendiri berfungsi untuk mengatur kehidupan masyarakat. Istilah Hukum Adat pertama kali dikemukakan oleh Prof. Snouck Hurgrounje seorang ahli sastra dalam timur di Belanda (1894). Sebelum istilah hukum adat berkembang, dulu dikenal dengan istilah Adat Recht. Hukum adat adalah hukum yang berkembang dalam masyarakat sehingga sifatnya dinamis karena mengikuti perkembangan zaman dan mengikuti kebutuhan masyarakat yang setiap saat dapat berubah. Bentuk dari hukum adalah tidak dikodifikikasikan (disusun secara sistematis, bulat, tuntas dan tuntas). Sehingga tidak mempunyai asas legalitas. Dalam perjalanan sejarahnya Indonesia adalah Negara yang pernah dijajah oleh bangsa bangsa Eropa, termasuk Negara Belanda yang cukup lama menjajah Indonesia. Selama masa penjajahan atau Indonesia dijajah Belanda, terdapat pengingkaran terhadap eksistensi hukum adat sebagai hukum yang digunakan untuk mengintegrasi organisasi kehidupan berskala antarlokal. Hal ini terlihat dengan adanya asas konkordasi (menginduk) yang diberlakukan di Indonesia

3 2 yang mengharuskan hukum yang digunakan adalah hukum Negara penjajah. Hukum Negara penjajah pada waktu itu lebih ditunjukan sebagai hukum yang tertulis yang berlaku sebagai hukum positif. Hukum yang berlaku pada masa ini lah yang menyebabkan masyarakat Indonesia dibagi menjadi 3 Golongan. Namun ketika Indonesia menyatakan diri sebagai negara yang merdeka dan bebas dari penjajahan melalui sebuah proklamasi pada tanggal 17 Agustus Maka dapat diartikan kemerdekaan tersebut merupakan lahirnya negara Indonesia yang berbentuk republik, lahirnya tata pemerintahan Indonesia, lahirnya tata hukum Indonesia serta lahirnya sistem hukum di Indonesia. Oleh sebab itu, bangsa Indonesia memiliki kewajiban untuk mengatur dirinya sendiri. Hal tersebut dilakukan dengan cara pembentukan suatu sistem hukum, hukum tersebut berisi tentang peraturan yang berlaku bagi seluruh rakyat Indonesia. Dan tata hukum tersebut harus bersumber dan berdasar atas pancasila dan UUD Dengan kata lain bahwa Tata Hukum Hindia Belanda tidak berlaku lagi di Indonesia sehingga digantikan oleh Tata Hukum Republik Indonesia. Pembentukan sistem hukum di Indonesia itu harus didasarkan pada Pancasila dan UUD Akan tetapi, sebelum adanya hukum positif yang bersifat unifikasi, yaitu suatu sistem hukum yang secara nasional dan berlaku untuk seluruh rakyat Indonesia. Maka hukum yang diterapkan adalah hukum yang bersumber pada nilai nilai yang berlaku dimasyarakat itu sendiri. Hukum tersebut merupakan hukum kebiasaan pada masyarakat setempat yang sangat melekat dalam kebudayaan masyarakat itu. Hukum ini bentuknya tidak tertulis tetapi sangat megikat dan ditaati. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk membahas menegenai Pengakuan Hukum Adat dalam Hukum Positif di Indonesia.

4 3 II. Rumusan Masalah Apakah perbedaan antara hukum adat dan hukum positif? Bagaimanakah pengakuan hukum adat sebagai hukum positif di Indonesia? III. Tujuan Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah: 1. Mengetahui perbedaan antara hukum adat dan hukum positif. 2. Mengetahui pengakuan hukum adat sebagai hukum positif di Indonesia.

5 4 BAB III PEMBAHASAN A. Sejarah Perkembangan Sistem Hukum di Indonesia 1) Perkembangan Hukum di Indonesia pada Zaman Penundukan Belanda dan Jepang Hukum di Indonesia merupakan campuran dari hukum Eropa, hukum adat dan hukum Islam. Hukum di Indonesia baik pidana maupun perdata yang berbasis pada sistem hukum Eropa Continental karena dari aspek sejarahnya Indonesia pernah dijajah diantaranya oleh Belanda. Sistem Hukum Eropa continental dianut oleh negara, Spayol, Portugis dan lain- lain. Sistem hukum Eropa Continental ini sumbernya berasal dari Romawi Kuno yang banyak berkembang di benua Eropa. Sedangkan Hukum Indonesia dipengaruhi oleh hukum adat karena hukum adat itu hidup dan berkembang dalam masyarakat Indonesia sendiri yang sudah lama ada. Hukum adat sendiri diserap kedalam yuriprudensi atau perundangan-perundangan yang merupakan penerus aturan-aturan dan budaya masyarakat setempat. Karena sepanjang sejarah Indonesia sendiri telah dijajah oleh negara seperti Belanda, Jepang, dan Inggris. Dimana setiap negara penjajah berusaha untuk menanamkan nilai-nilai dan tata hukum diwilayah jajahannya. Sedangkan wilayah jajahannya sendiri telah memiliki tata nilai dan sistem hukum sendiri. Sehingga hukum Indonesia menganut hukum adat. Kemudian Hukum di Indonesia juga menganut hukum Islam karena sebagian besar penduduk Indonesia beragama Islam. Ketika Indonesia dikuasai oleh pemerintah Belanda, pada saat itu pemerintah Hindia Belanda mulai memberlakukan peraturan Perundang-undangan baik yang sudah dikodifikasikan seperti Wvk, BW, Wvs dan yang belum dikodifikasikan seperti RV dan HIR. Namun Pemerintah Hindia Belanda masih memberlakukan hukum adat dan hukum lain bagi orang asing lain yang ada di Indonesia. Pada tahun 1917 dengan adanya staatsblaad 1917 No. 21 memungkin penduduk non Eropa untuk tunduk pada hukum Perdata dan hukum dagang tersebut. Dan didalam peratutaran tersebut terdapat penundukkan diri yaitu:

6 5 1. Penundukan pada seluruh Hukum Perdata Eropa; 2. Penundukan pada sebagian hukum Perdata Eropa, yakni hanya pada hukum kekayaan harta benda saja (vermogensrecht), seperti yang dinyatakan berlaku bagi golongan Timur Asing bukan Tiong Hoa; 3. Penundukan secara diam-diam, yang mengandung maksud jika seorang bangsa Indonesia asli melakukan suatu perbuatan hukum yang tidak dikenal didalam hukumnya sendiri, ia dianggap secara diam-diam menundukkan dirinya pada hukum Eropa. Dengan demikian terdapat pluralisme hukum dan tidak ada unifikasi hukum saat itu. Tetapi tidak dengan Wvs ( KUH Pidana) yang berlaku untuk semua golongan. Sedangkan untuk badan peradilannya tidak untuk semua golongan tetapi setiap golongan memiliki peradilannya sendiri. Pluralisme sendiri memiliki definisi yaitu sebagai suatu kondisi yang terdapat lebih dari satu sistem hukum dalam suatu lingkungan kehidupan sosial. Pluralisme sendiri merupakan suatu kenyataan dalam kehidupan masyarakat karena setiap masyarakat memiliki sistem tata hukum sendiri yang berbeda satu lain seperti dalam keluarga, komunitas dan lain sebagainya. Pluralisme sendiri menyebabkan suatu konflik karena akan menyebabkan kebingungan, hukum manakah yang akan digunakan untuk menyelesaikan konflik tersebut dan bagaimana seseorang mengetahui bagaimana menentukan hukum yang berlaku padanya. Pengertian pluralisme sendiri memiliki pengertian yang berbeda dari masa ke masa yang memiliki koeksistensi dan interelasi dengan berbagai agama seperti hukum adat, agama dan hukum negara. Dan semakin komplek karena adanya globalisasi karena terkait dengan perkembangan hukum internasional. Pada tahun 1942 Indonesia dikuasai oleh pemerintah Jepang. Peraturan penting yang dikeluarkan oleh pemerintah Jepang adalah peraturan mengenai hukum pidana dan peraturan Osamu Sirei No 1 Tahun 1942 yang salah satu pasalnya mengatur tentang lembaga pemerintahan dan hukum yang telah ada sebelumnya tetap berlaku asalkan tidak bertentangan dengan hukum pemeritah Jepang. Hal itu bertujuan untuk menghindari adanya kekosongan hukum di Indonesia. Pemerintah Jepang membagi wilayah Indonesia menjadi 3 bagian yaitu

7 6 Jawa, Madura, Sumatera serta Indonesia bagian timur. DI Jawa dan Madura berlaku peraturan Osamu Sirei yang mengatur mengenai wewenang badan pemerintahan dan peraturan yang selama ini masih berlaku dinyatakan tetap berlaku selama tidak bertentangan dengan peraturan Pemerintah Jepang. Dan untuk wilayah lainnya diberlakukan aturan yang sama. Kontribusi Jepang yang penting juga adalah tentang penghapusan dualisme peradilan sehingga Indonesia memiliki hanya satu Peradilan. Sebagaimana halnya dengan badan Peradilan, Jepang juga mengunifikasikan badan kejaksaan dengan membentuk Kenzatsu Kyoku, yang diorganisasikan menurut 3 tingkatan Pengadilan. Reorganisasi badan Peradilan dan Kejaksaan itu bertujuan untuk meniadakan kesan khusus bagi orang-orang Eropa dihadapan Orang Asia. Dalam situasi yang lebih mementingkan kepentingan berperang, Jepang tidak banyak merubah ketentuan berlaku pada masa itu hanya merubah sebagian ketentuan yang perlu diubah. Untuk Menjalankan roda pemerintahan dan penegakan tata tertib hukum pemerintah Jepang mengangkat pejabat- pejabat yang berasal dari orang-orang Indonesia untuk menjalankan hal tersebut. Namun setelah Indonesia merdeka maka banyak peraturan Jepang yang dinyatakan tidak berlaku. 2) Perkembangan Hukum di Indonesia Pasca Merdeka Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945 sering disebut sebagai masa awal kemerdekaan. Pada awal kemerdekaan ini merupakan salah satu perkembangan hukum Indonesia untuk memiliki tata hukum sendiri. Tetapi Tata Hukum Pemerintahan Hindia Belanda menurut Indische Staatsblad yang terdiri dari hukum barat, hukum agama dan hukum adat dinyatakan berlaku dalam Tata Hukum Republik Indonesia berdasar pasal II Aturan Peralihan UUD Sebab pada waktu memproklamirkan kemerdekaan, Indonesia baru hanya memiliki norma dasar yaitu proklamasi. Maka dari itu untuk mengisi kekosongan hukum di Indonesia sehingga adanya kepastian hukum, Tata Hukum Hindia Belanda diberlakukan sementara sebelum terbentuknya Hukum Nasional yang bersumber dari Pancasila dan UUD 1945.Sejalan dengan beriringannya waktu

8 7 lembaga lembaga Negara terutama lembaga legislatif telah berfungsi dan telah membuat peraturan perundang-undangan yang disebut sebagai Hukum Nasional.Maka sedikit demi sedikit untuk menggantikan tata hukum yang bersumber dari Hindia Belanda dilakukan pembangunan hukum nasional yang nantinya bersifat unifikasi.unifikasi itu adalah sistem hukum yang berlaku secara nasional dan berlaku untuk seluruh rakyat Republik Indonesia. Berdasar asas konkordansi tata hukum Republik Indonesia mengikuti model hukum Eropa Kontinental yaitu model hukum legisme, adanya kodifikasi dan berbentuk undang-undang. Hal ini terbukti bahwa bangsa Indonesia lebih mengutamakan atau lebih dominan mengenai undang-undang daripada hukum kebiasaan.oleh karena itu hukum kebiasaaan memiliki fungsi sebagai pelengkap hukum undang-undang. B. Perbedaan Hukum Adat dan Hukum Positif 1. Pengertian Hukum Adat Hukum adat terdiri dari dua kata yaitu hukum dan adat. Hukum berasal dari bahasa belanda yaitu recht, sedangkan Adat berasal dari bahasa arab yang artinya kebiasaan. Sedangkan istilah hukum adat itu berasal dari terjemahan bahasa Belanda yaitu Adat-recht, istilah ini pertama kali dikemukakan oleh Snouck Hurgronje dan pernah dipakai oleh Van Vollenhoven dalam menulis buku-bukunya yang mengenai hukum adat. Hukum adat itu merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut hukum yang berlaku bagi masyarakat asli Indonesia. Walaupun pemerintah sudah mengakui keberadaannya hukum adat, tetapi masyarakat Indonesia asli belum mengetahui seperti apa berlakunya hukum adat tersebut. Sehingga dalam penyebutannya dalam peraturan perundang-undangan masih banyak digunakan istilah yang berbeda-beda.seperti : 1. Dalam A.B. (Algemene Bepalingen van Wetgeving= Ketentuanketentuan Umum Perundang-undangan) pasal 11 dipakai istilah : Godsdienstige Wetten, Volksinstellingen en Gebruiken. (Peraturan-

9 8 peraturan Keagamaan, Lembaga lembaga Rakyat dan Kebiasaankebiasaan). 2. Dalam R. R 1854 pasal 75 ayat 3 : Godsdienstige Wetten, Instellingen En Gebruiken (Peraturan-peraturan Keagamaan, Lembaga-lembaga dan Kebiasaan). 3. Dalam L. S (Indische Staatsregeling = Peraturan Hukum Negara Belanda semacam Undang-Undang Dasar Bagi Hindia Belanda) pasal 128 ayat 4: Instellingen des Volks (Lembag-lembaga dari Rakyat). 4. Dalam I. S pasal 131 ayat 2, sub B : Met Hunne Godsdiensten en Gowoonten Samenhangende Rechts Regeleen (Aturan-aturan Hukum yang Berhubungan dengan Agama-agama dan Kebiasaan-kebiasaan Mereka). 5. Dalam R. R 1854 pasal 78 ayat 2 : Godsdientige Wetten en OudeHerkomsten (Peraturan-peraturan Keagamaan dan Naluri-naluri). 6. S No. 221 jo. No.487 : Adat- Recht (Hukum Adat). (Iman Sudiyat, 1981 :1 2). 1 Dalam arti sempit hukum adat adalah hukum asli yang tidak tertulis yang hidup dalam kebiasaan masyarakat asli Indonesia dan dijadikan pedoman dalam kehidupan sehari-hari, dalam hubungan antara orang yang satu dengan yang lainnya.disamping yang tidak tertulis ada juga yang tertulis seperti piagam, prasasti, perintah-perintah raja. Dibawah ini beberapa definisi hukum adat menurut para sarjana : 1. Van Vollenhoven 1 Iman Sudiyat, Asas Asas Hukum Adat Bekal Pengantar (Cet. 5 ; Yogyakarta: Liberty, 2010), h.1-2.

10 9 Menurut Van Vollenhoven Hukum adat adalah keseluruhan aturan tingkah laku positif yang disatu pihak mempunyai sanksi (oleh karena itu hukum ) dan di pihak lain dalam keadaan tidak dikodifikasikan (oleh karena itu : Adat ) 2 Jadi dapat diambil sebuah uraian yang jelas dari definisi tersebut bahwa, hukum adat merupakan tingkah laku yang berdasarkan hukum yang berlaku disini dan kini serta apabila melanggar akan ada sanksi sebagai reaksi dari pelanggaran terebut namun tidak dibukukan secara tersusun seperti undang-undang. 2. Supomo Menurut Supomo di dalam Beberapa catatan mengenai Kedudukan Hukum Adat menulis antara lain: Dalam tata hukum baru Indonesia baik kiranya guna menghindarkan salah pengertian, istilah Hukum Adat dipakai sebagai sinonim dari hukum yang tidak tertulis di dalam peraturan legislatief (non-statutory law); hukum yang hidup sebagai konvensi di badan badan hukum Negara (parlemen, dewan dewan Propinsi dan sebagainya); hukum yang timbul karena putusan putusan hakim (Judgemade Law); hukum yang hidup sebagai peraturan kebiasaan yang dipertahankan di dalam pergaulan hidup, baik dikota kota maupun di desa desa (Customary law); semua merupakan Adat atau hukum yang tidak tertulis yang disebut oleh pasal 32 UUDS Tahun Jadi dapat disimpulkan bahwa menurut Supomo hukum adat bukan hanya yang berkaitan dengan hukum yang hidup didalam masyarakat yang dijadikan kebiasaan akan tetapi memahamkan bahwa hukum adat adalah hukum yang tidak tertulis dalam arti hukum kebiasaan. 3. Sukanto 2 Ibid, h Ibid, h. 8

11 10 Menurut Sukanto dalam bukunya Meninjau Hukum Adat Indonesia mengatakan bahwa kompleks adat-adat inilah yang kebanyakan tidak dibukukan, tidak dikodifikasikan dan bersifat paksaan (dwang), mempunyai akibat hukum (rechtsgevolg) kompleks ini disebut Hukum Adat. 4 Jadi Hukum Adat merupakaan aturan adat yang tidak tertulis dan tidak dikodifikasikan yang hidup dalam kebiasaan, kebudayaan, ketertiban masyarakat dan apabila melanggar ada akibat hokum yang bersifat memaksa. 4. Ter Haar Ter Haar adalah seorang sarjana hukum yang bekerja sebagai hakim Landraad di Jawa. Sesuai dengan profesinya sebagai hakim maka Ter Haar akan memandang hukum adat dari sudut pandang hakim. Ter Haar membuat dua perumusan yang menunjukan pendapatnya tentang hukum adat yaitu : a. Hukum adat lahir dan dipelihara oleh keputusan keputusan ; keputusan para warga masyrakat hukum, terutama keputusan berwibawa dari kepala - kepala rakyat yang membantu pelaksanaan perbuatan-perbuatan hukum ; atau dalam hal pertentangan kepentingan keputusan para Hakim yang bertugas mengadili sengketa, sepanjang keputusan keputusan itu karena kesewenangan atau kurang pengertian tidak bertentangan dengan keyakinan hukum rakyat, melainkan senapas seirama dengan kesadaran tersebut, diterima/ diakui atau setidak-tidaknya ditoleransikan olehnya. b. Hukum adat itu dengan mengabaikan bagian bagiannya yang tertulis yang terdiri dari peraturan peraturan desa, surat surat perintah raja adalah keseluruhan peraturan yang menjelma dalam keputusan keputusan para Fungsionaris Hukum (dalam arti luas) yang mempunyai wibawa (Macht, Authority) serta pengaruh dan yang dalam pelaksanaannya berlaku seta merta (spontan) dan 4 Ibid, h. 9.

12 11 dipatuhi dengan sepenuh hati. (Fungsionaris disini terbatas pada dua kekuasaan yaitu : Eksekutif dan Yudikatif). Dengan demikian Hukum Adat yang berlaku itu hanya dapat diketahui dan dilihat dalam bentuk keputusan keputusan para fungsionaris hukum itu ; bukan saja hakim tetapi juga Kepala Adat, rapat desa, wali tanah, petugas- petugas dan lapangan Agama, petugas petugas desa lainnya. Keputusan itu bukan saja keputusan mengenai suatu sengketa yang resmi, tetapi juga diluar itu berdasarkan kerukunan (musyawarah). Keputusan- keputusan itu diambil berdasarkan nilainilai yang hidup sesuai dengan alam rokhnai dan hidup kemasyarakatan anggota- anggota persekutuan itu. Dalam perumusan ter Haar ini tersimpul ajaran : Beslissingenleer (Ajaran Keputusan). 5 Dari uraian diatas terlihat bahwa Ter Haar benar-benar melihat hukum adat dari sudut pandang hakim, karena hakim ketika mengambil keputusan harus melihat dari adat yang hidup di masyarakat. Tidak boleh bertentangan dengan apa yang menjadi keyakinan hukum rakyat harus diambil dari nilai nilai yang sesuai dengan rokhani, kepercayaan serta kebudayaan masyarakat tersebut. Dapat diambil kesimpulan dari pendapat tiga sarjana diatas mengenai hukum adat adalah keseluruhan tingkah laku yang hidup dalam masyarakat asli Indonesia, yang diambil dari nilai nilai rokhani, kepercayaan serta kebudayaan yang ada dalam masayarakat dan apabila melanggar ada sanksi sebagai reaksi dari pelanggaran tesebut yang bersifat memaksa. Corak hukum adat menurut Soepomo adalah : Mempunyai sifat kebersamaan yang kuat ; artinya manusia menurut hukum adat, merupakan makhluk dalam ikatan kemasyarakatan yang erat, rasa kebersamaan mana meliputi sebuah lapangan hukum ; 5 Ibid, h. 7.

13 12 Mempunyai corak magish- religi, yang berhubungan dengan pandangan hidup alam Indonesia; Sistem hukum itu diliputi oleh pikiran serba konkrit, artinya hukum adat sangat memperhatikan banyaknya dan berulang-ulangnya hubungan yang kongkrit tadi dalam pengatur pergaulan hidup; Hukum adat mempunyai sifat visual, artinya hubungan-hubungan hukum dianggap hanya terjadi oleh karena ditetapkan dengan suatu ikatan yang dapat dilihat ( atau tanda yang tampak ). Pengertian Hukum Positif Hukum positif merupakan hukum yang berlaku pada suatu wilayah dan tempat tertentu. Setiap hukum positif pada tiap negara tentuanya berbeda-beda dan beraneka ragam, termasuk di Indonesia. Hukum positif yang berlaku di Indonesia terbagi menjadi dua bagian, hukum tertulis dan hukum tidak tertulis. Hukum positif yang tertulis adalah hukum yang sumbernya di atur berdasarkan peraturan perundang-undangan seperti kitab undang-undang hukum perdata maupun kitab undang-undang hukum pidana. Namun sumber hukum tertulis yang paling fundamental dan yang menjadi dasar peraturan perundang-undangan lainnya adalah Undang-undang Dasar Sementara hukum tidak tertulis di Indonesia bersumber pada kebiasaan-kebiasaan yang berlaku dan diterapkan secara turun temurun dan manjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat atau suku-suku tertentu di Indonesia. Kebiasaan yang seperti itu di namakan adat istiadat. Indonesia yang masyarakatnya tergolong menjadi masyarakat majemuk memiliki masyarakat yang adat dan budayanya beraneka ragam, mulai dari sabang sampai merauke. Adat dan kebiasaannya pun berbeda antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lainnya. Hukum adat merupakan kekayaan untuk membangun hukum nasional tetapi bukan berarti hukum adat dipertahankan dalam segi keutuhannya didalam hukum nasional. Hal ini pada gilirannya akan muncul hukum nasional Indonesia

14 13 sebagai miliknya sendiri 6. Agar penerapan hukum positif di Indonesia dapat berjalan efektif maka perlu adanya kerjasama dari masyarakat untuk mematuhi hukum positif di Indonesia secara seksama, namun bukan berarti menghilangkan unsur-unsur hukum adat pula yang ada dan sudah lama tumbuk dalam masyarakat adat di Indonesia. Sebab hukum adat juga berperan penting dalam membangun dan menciptakan hukum positif di Indonesia. Menurut Prof. Djojodigoeno hukum adalah suatu karya masyarakat tertentu yang bertujuan tata yang adil dalam tingkah laku dan perbuatan orang dalam perhubungan pamrihnya serta kesejahteraan masyarakat itu sendiri yang menjadi substratumnya (dasarnya/alasannya). Menurutnya Hukum positif itu merupakan ius constituendum karena hukum itu adanya untuk dilaksanakan, sedangkan pelakasannanya masih diharapkan dan apabila sudah dilaksanakan maka hukum akan ditinggal begitu saja hanya menjadi bekas 7. Sedangkan menurut pendapat yang lazim Hukum positif atau bisa dikenal dengan istilah Ius Constitutum, adalah hukum yang berlaku sekarang bagi suatu masyarakat tertentu dalam suatu daerah tertentu. Ada sarjana yang menamakan hukum positif itu "Tata Hukum".Tata hukum sendiri berasal dari bahasa belanda. "recht orde" yaitu susunan hukum, artinya memberikan tempat yang sebenarnya kepada hukum.maksud dari memberikan tempat sebenarnya adalah menyusun dan membuat aturan aturan hukum dengan baik dan teratur sehingga aturan tersebut dapat digunakan secepat dan sebaik mungkin apabila menghadapi peristiwa hukum. Hukum Positif adalah kumpulan asas dan kaidah hukum tertulis yang saat ini sedang berlaku dan mengikat secara umum atau khusus untuk masyaraktnya dan ditegakkan oleh atau melalui pemerintah atau pengadilan dalam negara Indonesia. Beberapa unsur yang terkandung dalam pengertian hukum, antara lain : Hukum sebagai himpunan peraturan-peraturan yang mengatur kehidupan bermasyarakat, maksudnya adalah bahwa hukum itu dibuat 6 (diakses pada hari rabu, 25 Maret 2015 pukul wib) 7 Ibid, h, 12.

15 14 secara tertulis dan terdiri dari kaidah yang mengatur berbagai kepentingan. Hukum dibuat oleh lembaga yang berwenang adalah bahwa hukum merupakan produk dari lembaga yang telah diberi amanah untuk membuat hukum. Hukum bersifat memaksa, yakni penegakan hukum dilaksanakan oleh aparat yang memiliki kewenangan tertentu yang dapat memaksa orang untuk mematuhi hukum. Hukum berisi perintah dan larangan adalah bahwa hukum memuat perintah-perintah yang harus dilaksanakan dan larangan-larangan yang harus ditinggalkan atau tidak boleh dilaksanakan. Hukum memberikan sanksi adalah apabila hukum tersebut dilanggar maka pelanggar akan dikenakan sanksi dimana pemberian sanksi terhadap pelanggar melalui sebuah proses yang juga diatur dalam hukum. Pengertian hukum yang diberikan diatas adalah pengertian hukum yang bersifat positivisme dalam artian hukum positif, yakni hukum yang berlaku dalam suatu negara yang dibentuk atas dasar kesepakatan bersama. 3) Pengakuan Hukum Adat dalam Hukum Positif di Indonesia Hukum Adat merupakan hukum yang bersifat melengkapi hukum positif sebagaimana yang diatur dalam Pasal II Aturan Peralihan UUD 1945 sebelum diamandemen yang menyebutkan bahwa, segala badan negara dan peraturan yang ada masih langsung berlaku, selama belum diadakan yang baru menurut Undang Undang Dasar ini. Dan disini segala peraturan yang sedang berlaku tersebut merupakan hukum yang ada dalam masyarakat yaitu hukum adat. Hukum positif adalah hukum tertulis yang salah satu sumber hukumnya adalah nilai nilai yang ada dalam masyarakat, sehingga hukum adat merupakan sumber hukum positif. 1.Kedudukan Hukum Adat dalam Prespektif UUD 1945

16 15 Konstitusi kita sebelum diamandemen belum menunjukkan adanya pengakuan dan penggunaan istilah hukum adat. Namun apabila ditelaah maka rumusan-rumusan dalam UUD 1945 sendiri itu mengandung nilai luhur dan Jiwa bangsa Indonesia yang terdapat dalam hukum adat. Pembukaan UUD 1945 sendiri mencerminkan kepribadian bangsa Indonesia yang hidup dalam nilai-nilai dan pola pikir hukum adat. Hal itu dapat dilihat dari pasal yang terdapat dalam UUD 1945 yaitu pasal 29 (1) Negara berdasarkan Ketuhanan Manusia, pasal 33 (1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan azas kekeluargaan. Namun setelah diamandemen hukum adat diakui sebagaimana dinyatakan dalam UUD 1945 yaitu pasal 18 B ayat 2 yaitu : Negara menagkui dan menghormati kesatuan kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara kesatuan Republik Indonesia yang diatur dalam Uundang-undang. Dalam memberikan tafsiran terhaddap ketentuan tersebut Jimly Ashiddiqie menyatakan perlu diperhatikan bahwa pengakuan ini diberikan oleh Negara: 1. Kepada eksistensi suatu masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisional yang dimilikinya; 2. Eksistensi yang diakui adalah eksistensi kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat. Artinya pengakuan diberikan kepada satu persatu dari kesatuan-kesatuan tersebut dan karenanya masyarakat hukum adat itu haruslah tertentu; 3. Masyarakat hukum adat itu memang hidup ( masih hidup ) 4. Dalam lingkungannya yang tertentu pula; 5. Pengakuan dan penghormatan itu diberikan tanpa mengabaikan ukuranukuran kelayakan bagi kemanusiaan sesuai dengan tingkat perkembangan keberadaaan bangsa. Misalnya tradisi-tradisi tertentu yang memang tidak layak lagi dipertahankan tidak boleh dibiarkan tidak mengikuti arus kemajuan peradaban hanya karena alasan sentimentil;

17 16 6. Pengakuan dan penghormatan itu tidak boleh mengurangi makna Indonesia sebagai suatu negara yang berbentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia. Memahami rumusan pasal 18 B UUD 1945 tersebut maka: 1. Konstitusi menjamin kesatuan masyarakat adat dan hak-hak tradisionalnya; 2. Jaminan Konstitusi sepanjang hukum adat itu masih hidup; 3. Sesuai dengan perkembangan masyarakat,dan; 4. Sesuai dengan prinsip negara Kesatuan Republik Indonesia; 5. Diatur dalam undang-undang Dengan demikian konstitusi ini, memberikan jaminan pengakuan dan penghormatan hukum adat apabila memenuhi syarat : 1. 1.Syarat realitas, yaitu hukum adat masih hidup dan sesuai perkembangan masyarakat. 2. Syarat idealitas,yaitu sesuai dengan prinsip negara Kesatuan Republik Indonesia dan keberlakuan diatur dalam UU. Pasal 28 I ayat (3) UUD 1945 menegaskan bahwa identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras dengan perkembangan zaman dan peradaban. Sebagaimana penjelasan UU No 39 Tahun 1999 ( TLN No. 3886) pasal 6 ayat (1) menyebutkan bahwa hak adat harus dihormati dan dilindungi dalam rangka perlindungan dan penegakan hak asasi Manusia dalam masyarakat bersangkutan dalam memperhatikan hukum dan peraturan Per Undang-undangan. Selanjutnya penjelasan, pasal 6 ayat 2 menyatakan dalam rangka penegakan Hak Asasi Manusia, identitas budaya nasional masyarakat hukum adat yang masih secara nyata dipegang teguh oleh masyarakat hukum adat, tetap dihormati dan dilindungi sepanjang tidak bertentangan dengan asas-asas Negara Hukum yang berintikan keadilan dan kesejahteraan masyarakat. Dalam ketentuan tersebut, bahwa hak adat termasuk hak atas tanah adat dalam artian harus dihormati dan

18 17 dilindungi sesuai dengan perkembangan zaman, ditegaskan bahwa pengakuan itu dilakukan terhadap hak adat yang secara nyata dipegang teguh oleh masyarakat hukum adat setempat. C. Contoh Pengakuan Adat oleh Hukum Positif Di Indonesia Berbicara persoalan penegak hukum adat Indonesia, ini memang sangat mendasar karena adat merupakan salah satu cermin bagi bangsa, adat merupakan identitas bagi bangsa, dan identitas bagi tiap daerah. Dalam kasus salah satu adat suku Nuaulu yang terletak di daerah Maluku Tengah, ini butuh kajian adat yang sangat mendetail lagi, persoalan kemudian adalah pada saat ritual adat suku tersebut, dimana proses adat itu membutuhkan kepala manusia sebagai alat atau prangkat proses ritual adat suku Nuaulu tersebut.. Dalam penjatuhan pidana oleh salah satu Hakim pada Perngadilan Negeri Masohi di Maluku Tengah, ini pada penjatuhan hukuman mati, sementara dalam Undang-undang Kekuasaan Kehakiman Nomor 4 tahun dalam Pasal 28 hakim harus melihat atau mempelajari kebiasaan atau adat setempat dalam menjatuhan putusan pidana terhadap kasus yang berkaitan dengan adat setempat. Dalam kerangka pelaksanaan Hukum Tanah Nasional dan dikarenakan tuntutan masyarakat adat maka pada tanggal 24 Juni 1999, telah diterbitkan Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional No.5 Tahun 1999 tentang Pedoman Penyelesaian Masalah Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat. Peraturan ini dimaksudkan untuk menyediakan pedoman dalam pengaturan dan pengambilan kebijaksanaan operasional bidang pertanahan serta langkah-langkah penyelesaian masalah yang menyangkut tanah ulayat.

19 18 Peraturan ini memuat kebijaksanaan yang memperjelas prinsip pengakuan terhadap "hak ulayat dan hak-hak yang serupa itu dari masyarakat hukum adat" sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 3 UUPA. Kebijaksanaan tersebut meliputi Penyamaan persepsi mengenai "hak ulayat" (Pasal 1) Kriteria dan penentuan masih adanya hak ulayat dan hak-hak yang serupa dari masyarakat hukum adat (Pasal 2 dan 5). Kewenangan masyarakat hukum adat terhadap tanah ulayatnya (Pasal 3 dan 4) 8 Pengakuan hukum Adat dalam hukum positif di Indonesia juga terlihat dalam hukum adat perkawinan, dimana perkawinan yang dilakukan oleh kedua pihak mempelai biasanya atas dasar perjodohan yang ditentukan oleh orang tua dari masing-masing anak. Perkawinan semacam ini sudah dilakukan oleh para pendahulu turun temurun sampai sekarang (dibeberapa tempat yang masih kuat hukum adatnya). Filosofinya adalah perkawinan tersebut tidak hanya menghubungkan dua manusia saja, akan tetapi persatuan dua keluarga dan mengeratkan hubungan. Namun, fakta membuktikan adanya benturan-benturan hukum yang terjadi antara masalah perkawinan adat yang memperbolehkan melakukan perkawinan di usia baligh walaupun si laki-laki belum mencapai usia 19 tahun dan si wanita usia 16 tahun, dengan hukum positif yang diatur oleh UU No. 1 Tahun 1974 yang menentukan batasan umur minimal 19 tahun bagi laki-laki dan 16 tahun bagi perempuan. Sehingga dari pasal tersebut bisa kita lihat bahwa hukum positif tidak memperbolehkan perkawinan di bawah umur minimal. Hukum positif mengatur hal tersebut mengharapkan agar orang yang akan menikah sudah memiliki kematangan dalam menghadapi kehidupan, sehingga tidak terjadi penyesalan di akhir kemudian seperti perceraian. 8 diakses pada tanggal 28 maret pukul WIB

20 19 Akan tetapi, perkawinan adat tetap bisa dijalankan meskipun terpaksa karena UU No. 1 Tahun 1974 masih memungkinkan akan terjadi penyimpangan. Melihat pada saat ini cara pikir masyarakat Indonesia yang melakukan penyimpangan-penyimpangan karena salah mengadopsi pemikiran-pemikiran yang glamour. Maka dari itu dalam Pasal 7 ayat (2) UU No. 1 Tahun 1974, bagi yang ingin melakukan perkawinan (adat) dibawah umur pengadilan memberikan dispensasi. Adat seperti ini akan banyak kita temui saat ini di daerah pedalamanpedalaman yang masih belum tersentuh modernisasi. Dan dapat dilihat hasilnya, minim pengetahuan namun memiliki kekuatan budaya yang kuat sehingga kehidupan yang dijalani tidak seperti orang modern yang cerai-cerai semakin marak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hukum adat yang ada sebenarnya adalah demi kemaslahatan langgengnya sebuah perkawinan, artinya pengkondisian yang ada di hukum adat merupakan dasar-dasar yang meminimkan masalah yang akan timbul di kemudian hari. Jadi, hukum Adat pun menjadi salah satu pertimbangan dalam pembuatan Hukum poisitif di Indonesia.

21 20 IV. PENUTUP KESIMPULAN Hukum adat merupkan hukum yang telah ada dan telah hidup lama dan mendarah daging di dalam masyarakat adat. Hukum adat merupakan sekumpulan kebiasaan masyarakat adat yang telah di patuhi secara turun-temurun dan mempunyai sanksi tersendiri berupa sanksi moral bagi masyarakat adat yang hidup dan tinggal di wilayah tertentu. Kebanyakan pengaturan hukum adat tersebut tidak dikodifikasikan. Ketika Indonesia merdeka, maka disitulah wujud dari adanya suatu negara baru dengan sistem pemerintahan yang baru. Dari sinilah makan muncul pemikiran untuk menyatukan beberapa aturan hukum adat menjadi satu kesatuan hukum yaitu dengan unifikasi hukum dengan cara membentuk hukum positif. Tujuan di bentuknya suatu unifikasi hukum ini adalah untuk menghindari pluralisme hukum sehingga ketika terjadi suatu konflik maka hukum yang di gunakan adalah hukum positif. Ketika adanya suatu hukum positif di Indonesia sebenarnya posisi hukum adat itu masih di akui oleh masing-masing daerah, hanya saja hukum adat yang berlaku tersebut merupakan hukum pelengkap (unfullen recht). Hal itu dapat di lihat dalam Undang-undang Dasar 1945 Pasal 18 B dan yang tercantum di UUPA.

22 21 DAFTAR PUSTAKA Abdurrahman. 1978, Kedudukan Hukum Adat dalam Rangka Pembangunan Nasional, Bandung : Alumni. Afrizal, Dika. Makalah Hukum Adat sebagai Hukum Positif. diakses pada 25 Maret 2015 Patricia, Hukum Islam Hukum Adat dan Hukum Barat, diakses pada 23 Maret 2015 Soekanto, Soerjono. 2012, Hukum Adat Indonesia, Jakarta : Rajawali Pers. Sudiyat, Iman. 2010, Asas Asas Hukum Adat Bekal Pengantar, Yogyakarta : Liberty. Subekti, Trusto. 2013, Hukum Adat, Bahan Pembelajaran, Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.

KUMPULAN SOAL-SOAL UTS HUKUM ADAT

KUMPULAN SOAL-SOAL UTS HUKUM ADAT KUMPULAN SOAL-SOAL UTS HUKUM ADAT 1. Menurut pendapat anda, apa yang dimaksud dengan : a. Adat : aturan, norma dan hukum, kebiasaan yang lazim dalam kehidupan suatu masyarakat. Adat ini dijadikan acuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. "Adat" berasal dari bahasa Arab,عادات bentuk jamak dari عاد ة (adah), yang

BAB II KAJIAN TEORI. Adat berasal dari bahasa Arab,عادات bentuk jamak dari عاد ة (adah), yang 1 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Adat "Adat" berasal dari bahasa Arab,عادات bentuk jamak dari عاد ة (adah), yang berarti "cara", "kebiasaan" dengan makna berulang kali. Merupakan nama kepada pengulangan perbuatan

Lebih terperinci

II. Istilah Hukum Perdata

II. Istilah Hukum Perdata I. Pembidangan Hukum Privat Hukum Hukum Publik II. Istilah Hukum Perdata = Hukum Sipil >< Militer (Hukum Privat Materil) Lazim dipergunakan istilah Hukum Perdata Prof.Soebekti pokok-pokok Hukum Perdata

Lebih terperinci

JAMINAN KEPASTIAN DAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PERJANJIAN GADAI TANAH MENURUT HUKUM ADAT ( ESTI NINGRUM, SH, MHum) Dosen FH Unwiku PWT A.

JAMINAN KEPASTIAN DAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PERJANJIAN GADAI TANAH MENURUT HUKUM ADAT ( ESTI NINGRUM, SH, MHum) Dosen FH Unwiku PWT A. JAMINAN KEPASTIAN DAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PERJANJIAN GADAI TANAH MENURUT HUKUM ADAT ( ESTI NINGRUM, SH, MHum) Dosen FH Unwiku PWT A. Latar Belakang Sifat pluralisme atau adanya keanekaragaman corak

Lebih terperinci

Hukum adat-2- PENGERTIAN DASAR DAN GUNA MEMPELAJARI HUKUM ADAT

Hukum adat-2- PENGERTIAN DASAR DAN GUNA MEMPELAJARI HUKUM ADAT FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG-INDONESIA Hukum adat-2- PENGERTIAN DASAR DAN GUNA MEMPELAJARI HUKUM ADAT Oleh Herlindah, SH, M.Kn (Kelas A) 1 Pokok Bahasan: A. Istilah hukum adat B. Pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan menurut Pendapat Umum, yang dimaksud dengan Hukum adalah:

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan menurut Pendapat Umum, yang dimaksud dengan Hukum adalah: BAB I PENDAHULUAN A. HUKUM PERDATA 1. Pengertian Hukum Perdata Para ahli banyak memberikan pengertian-pengertian maupun penggunaan istilah Hukum Perdata. Adapun pengertian-pengertian tersebut tergantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup terpisah dari kelompok manusia lainnya. Dalam menjalankan kehidupannya setiap manusia membutuhkan

Lebih terperinci

BAB. IV POLITIK HUKUM

BAB. IV POLITIK HUKUM BAB. IV POLITIK HUKUM I. PENGERTIAN POLITIK HUKUM POLITIK H U K U M CARA MENENTUKAN TUJUAN YANG AKAN DICAPAI DENGAN DIBUAT DAN DIBERLAKUKANNYA HUKUM CARA MENENTUKAN STRATEGI YANG DIPILIH UNTUK MENCAPAI

Lebih terperinci

PENGATURAN PERKAWINAN SEAGAMA DAN HAK KONSTITUSI WNI Oleh: Nita Ariyulinda Naskah diterima : 19 September 2014; disetujui : 3 Oktober 2014

PENGATURAN PERKAWINAN SEAGAMA DAN HAK KONSTITUSI WNI Oleh: Nita Ariyulinda Naskah diterima : 19 September 2014; disetujui : 3 Oktober 2014 PENGATURAN PERKAWINAN SEAGAMA DAN HAK KONSTITUSI WNI Oleh: Nita Ariyulinda Naskah diterima : 19 September 2014; disetujui : 3 Oktober 2014 Membentuk suatu keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah hukuman berasal dari kata straf dan istilah di hukum yang berasal dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah hukuman berasal dari kata straf dan istilah di hukum yang berasal dari 21 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pidana dan Hukum Pidana Istilah hukuman berasal dari kata straf dan istilah di hukum yang berasal dari perkataan wordt gestraf menurut Mulyanto merupakan istilah-istilah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar 1945, sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 27 ayat (1) UUD 1945, yang

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar 1945, sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 27 ayat (1) UUD 1945, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945, sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 27 ayat (1) UUD

Lebih terperinci

Daftar Pustaka. Glosarium

Daftar Pustaka. Glosarium Glosarium Daftar Pustaka Glosarium Deklarasi pembela HAM. Pernyataan Majlis Umum PBB yang menyatakan bahwa setiap orang mempunyai hak secara sen-diri sendiri maupun bersama sama untuk ikut serta dalam

Lebih terperinci

SEJARAH HUKUM INDONESIA

SEJARAH HUKUM INDONESIA SEJARAH HUKUM INDONESIA GAMBARAN SEJARAH HUKUM INDONESIA ADAT VOC 1622-1799 AB RR IS JEPANG UUD 45 170845 RIS 1949 UUDS 1950 UUD 45 1959 SAAT INI INGGRIS SBL BLD PENJAJAHAN BELANDA SEBELUM BELANDA Hukum

Lebih terperinci

BAB II KEBIJAKAN HUKUM PEMERINTAH INDONESIA DALAM PENCATATAN KELAHIRAN

BAB II KEBIJAKAN HUKUM PEMERINTAH INDONESIA DALAM PENCATATAN KELAHIRAN 23 BAB II KEBIJAKAN HUKUM PEMERINTAH INDONESIA DALAM PENCATATAN KELAHIRAN A. Pengertian Umum Pencatatan sipil merupakan hak dari setiap Warga Negara Indonesia dalam arti hak memperoleh akta autentik dari

Lebih terperinci

Sistem Hukum dan Peradilan Nasional

Sistem Hukum dan Peradilan Nasional Sistem Hukum dan Peradilan Nasional 1. Pengertian Sistem Hukum Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sistem adalah perangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas.

Lebih terperinci

BAB I. Persada, 1993), hal Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, cet.17, (Jakarta:Raja Grafindo

BAB I. Persada, 1993), hal Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, cet.17, (Jakarta:Raja Grafindo BAB I 1. LATAR BELAKANG Salah satu kebutuhan hidup manusia selaku makhluk sosial adalah melakukan interaksi dengan lingkungannya. Interaksi sosial akan terjadi apabila terpenuhinya dua syarat, yaitu adanya

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA PEMERINTAH PROVINSI PAPUA PERATURAN DAERAH KHUSUS PAPUA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG PERADILAN ADAT DI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI PAPUA, Menimbang : a. bahwa pemberian Otonomi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERKAWINAN DI INDONESIA. Perkawinan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Perkawinan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERKAWINAN DI INDONESIA. Perkawinan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Perkawinan BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERKAWINAN DI INDONESIA A. Pengertian Perkawinan Perkawinan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Perkawinan nomor 1 Tahun 1974. Pengertian perkawinan menurut Pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman, UUD 1945 telah empat kali mengalami perubahan. atau amandemen. Di dalam bidang hukum, pengembangan budaya hukum

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman, UUD 1945 telah empat kali mengalami perubahan. atau amandemen. Di dalam bidang hukum, pengembangan budaya hukum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) adalah hukum dasar di Negara Republik Indonesia. Seiring perkembangan zaman, UUD 1945 telah empat

Lebih terperinci

Beberapa Pertanyaan Mendasar

Beberapa Pertanyaan Mendasar Oleh: Joeni Arianto Kurniawan 1 Tujuan Mempelajari Hukum Adat: Tujuan praktis: - Hukum adat masih digunakan dalam lapangan hukum perdata, khususnya dalam perkara waris - Secara faktual, masih banyak terdapat

Lebih terperinci

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN Oleh DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd Materi Ke-1 Hakikat Perlindungan dan Penegakkan Hukum

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN Oleh DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd Materi Ke-1 Hakikat Perlindungan dan Penegakkan Hukum PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN Oleh DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd Materi Ke-1 Hakikat Perlindungan dan Penegakkan Hukum MAKNA KATA HUKUM Asal-usul hukum, kata hukum berasal dari bahasan Arab hukmun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tiap-tiap hukum merupakan suatu sistem yaitu peraturan-peraturannya

BAB I PENDAHULUAN. Tiap-tiap hukum merupakan suatu sistem yaitu peraturan-peraturannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan 1. Latar Belakang Tiap-tiap hukum merupakan suatu sistem yaitu peraturan-peraturannya merupakan suatu kebulatan berdasarkan atas kesatuan alam pikiran.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN HUKUM DAN HAK PENGUASAAN ATAS TANAH

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN HUKUM DAN HAK PENGUASAAN ATAS TANAH BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN HUKUM DAN HAK PENGUASAAN ATAS TANAH A. Tinjauan Umum tentang Perlindungan Hukum 1. Pengertian Perlindungan Hukum Perlindungan hukum adalah sebuah hak yang bisa

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 24 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERDAYAAN, PELESTARIAN, PERLINDUNGAN DAN PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN LEMBAGA ADAT DALAM WILAYAH

Lebih terperinci

Pertemuan ke-3 Pembentukkan UUPA dan Pembangunan Hukum Tanah Nasional. Dr. Suryanti T. Arief SH.,MKn.,MBA

Pertemuan ke-3 Pembentukkan UUPA dan Pembangunan Hukum Tanah Nasional. Dr. Suryanti T. Arief SH.,MKn.,MBA Pertemuan ke-3 Pembentukkan UUPA dan Pembangunan Hukum Tanah Nasional Dr. Suryanti T. Arief SH.,MKn.,MBA FUNGSI UUPA 1. Menghapuskan dualisme, menciptakan unifikasi serta kodifikasi pada hukum (tanah)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Hukum adat merupakan salah satu sumber penting untuk memperoleh bahan-bahan bagi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Hukum adat merupakan salah satu sumber penting untuk memperoleh bahan-bahan bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Hukum adat merupakan salah satu sumber penting untuk memperoleh bahan-bahan bagi pembangunan hukum nasional. Unsur kejiwaan hukum adat yang berintikan kepribadian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Oleh karena itu, dalam hidupnya

BAB I PENDAHULUAN. dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Oleh karena itu, dalam hidupnya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia secara kodrati merupakan makhluk sosial, yang mana tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Oleh karena itu, dalam hidupnya manusia akan

Lebih terperinci

BAB II. ASAS- ASAS PERLINDUNGAN MASYARAKAT dan MASYARAKAT ADAT

BAB II. ASAS- ASAS PERLINDUNGAN MASYARAKAT dan MASYARAKAT ADAT BAB II ASAS- ASAS PERLINDUNGAN MASYARAKAT dan MASYARAKAT ADAT A. Prinsip Umum tentang Perlindungan Bagi Masyarakat dan Masyarakat Adat Dimana ada masyarakat disitu ada hukum (ubi societes ibi ius), hukum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara hukum yang memiliki konstitusi tertinggi dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara hukum yang memiliki konstitusi tertinggi dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara hukum yang memiliki konstitusi tertinggi dalam tata urutan perundang-undangan yaitu Undang-Undang Dasar 1945. Undang- Undang dasar 1945 hasil

Lebih terperinci

PERSPEKTIF PEMERINTAH ATAS HAK DAN KEWAJIBAN MASYARAKAT HUKUM ADAT

PERSPEKTIF PEMERINTAH ATAS HAK DAN KEWAJIBAN MASYARAKAT HUKUM ADAT PERSPEKTIF PEMERINTAH ATAS HAK DAN KEWAJIBAN MASYARAKAT HUKUM ADAT DR. Wahiduddin Adams, SH., MA ** Pembentukkan Negara Kesatuan Republik Indonesia berawal dari bersatunya komunitas adat yang ada di seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. etnis,suku, agama dan golongan. Sebagai salah satu negara terbesar di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. etnis,suku, agama dan golongan. Sebagai salah satu negara terbesar di dunia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia yang merupakan negara yang terdiri dari berbagai etnis,suku, agama dan golongan. Sebagai salah satu negara terbesar di dunia, Indonesia merupakan negara

Lebih terperinci

KEDUDUKAN HUKUM ADAT DALAM TATA HUKUM NASIONAL INDONESIA MARIA, SH. Fakultas Hukum Bagian Hukum Keperdataan Universitas Sumatera Utara

KEDUDUKAN HUKUM ADAT DALAM TATA HUKUM NASIONAL INDONESIA MARIA, SH. Fakultas Hukum Bagian Hukum Keperdataan Universitas Sumatera Utara KEDUDUKAN HUKUM ADAT DALAM TATA HUKUM NASIONAL INDONESIA MARIA, SH Fakultas Hukum Bagian Hukum Keperdataan Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN Hukum adat berlaku diseluruh kepulauan Indonesia

Lebih terperinci

KEDUDUKAN HUKUM ADAT DALAM ERA REFORMASI. Abdul Mukmin. Alumni Fakultas Hukum Universitas Widya Gama Mahakam Samarinda ABSTRAK

KEDUDUKAN HUKUM ADAT DALAM ERA REFORMASI. Abdul Mukmin. Alumni Fakultas Hukum Universitas Widya Gama Mahakam Samarinda ABSTRAK KEDUDUKAN HUKUM ADAT DALAM ERA REFORMASI Abdul Mukmin Alumni Fakultas Hukum Universitas Widya Gama Mahakam Samarinda ABSTRAK Berbicara persoalan penegak hukum adat Indonesia, memang sangat prinsipil karena

Lebih terperinci

2. Macam-Macam Norma. a. Norma Kesusilaan

2. Macam-Macam Norma. a. Norma Kesusilaan Sumber: ibnulkhattab.blogspot.com Gambar 4.3 Masyarakat yang sedang Melakukan Kegiatan Musyawarah untuk Menentukan Suatu Peraturan. 2. Macam-Macam Norma a. Norma Kesusilaan Ketika seseorang akan berbohong,

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR 2.1 Konsep Hubungan Manusia Dengan Tanah

BAB II TEORI DASAR 2.1 Konsep Hubungan Manusia Dengan Tanah BAB II TEORI DASAR Pada bab ini akan dijelaskan mengenai Sistem Konsep Hubungan Manusia Dengan Tanah (Bab 2.1) Sistem Kepemilikan Tanah (Bab 2.2), Hukum Pertanahan Adat (Bab 2.3), dan Kedudukan Hukum Adat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dalam kehidupan bermasyarakat manusia sangat membutuhkan adanya suatu aturan-aturan yang dapat mengikat manusia dalam melakukan perbuatan baik untuk diri sendiri dalam

Lebih terperinci

FENOMENA DALAM KEKOSONGAN HUKUM Oleh : Hario Mahar Mitendra Diterima 19 April 2018; disetujui 26 April 2018

FENOMENA DALAM KEKOSONGAN HUKUM Oleh : Hario Mahar Mitendra Diterima 19 April 2018; disetujui 26 April 2018 FENOMENA DALAM KEKOSONGAN HUKUM Oleh : Hario Mahar Mitendra Diterima 19 April 2018; disetujui 26 April 2018 Negara Indonesia merupakan Negara hukum, sebagaimana yang dijelaskan dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-

Lebih terperinci

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN RANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPAT PANJA KOMISI III DPR-RI DENGAN KEPALA BADAN PEMBINAAN HUKUM NASIONAL (BPHN) DALAM RANGKA PEMBAHASAN DIM RUU TENTANG KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA ---------------------------------------------------

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penegakan hukum adalah kegiatan menyerasikan hubungan-hubungan, nilai-nilai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penegakan hukum adalah kegiatan menyerasikan hubungan-hubungan, nilai-nilai II. TINJAUAN PUSTAKA A. Penegakan Hukum Pidana Penegakan hukum adalah kegiatan menyerasikan hubungan-hubungan, nilai-nilai yang terjabarkan dalam kaidah-kaidah atau pandangan menilai yang mantap dan mengejawantahkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masala

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masala BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masala Adat adalah prilaku yang terus menerus dilakukan yang akan menimbulkan kebiasaan pribadi, kebiasaan pribadi kemudian ditiru oleh orang lain lambat laun orang

Lebih terperinci

PELEMBAGAAN HUKUM ISLAM DI INDONESIA. Oleh: Dr. Marzuki, M.Ag. sendiri. Jadi, hukum Islam mulai ada sejak Islam ada. Keberadaan hukum Islam di

PELEMBAGAAN HUKUM ISLAM DI INDONESIA. Oleh: Dr. Marzuki, M.Ag. sendiri. Jadi, hukum Islam mulai ada sejak Islam ada. Keberadaan hukum Islam di PELEMBAGAAN HUKUM ISLAM DI INDONESIA Oleh: Dr. Marzuki, M.Ag. I Hukum Islam telah ada dan berkembang seiring dengan keberadaan Islam itu sendiri. Jadi, hukum Islam mulai ada sejak Islam ada. Keberadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan negara hukum yang berasaskan Pancasila

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan negara hukum yang berasaskan Pancasila BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan negara hukum yang berasaskan Pancasila dan UUD 1945 sebagai dasar dalam menjalankan tata hukum di Indonesia. Oleh sebab itu, untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah mengenai Hukum Waris. Adanya pemisahan penduduk dengan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah mengenai Hukum Waris. Adanya pemisahan penduduk dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai Negara dengan beraneka ragam budaya dan suku tentunya memiliki beraneka ragam adat istiadat dan warisan yang sifatnya turun temurun. Banyaknya adat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh hukum adatnya masing-masing. Negara telah mengakui hak-hak adat

BAB I PENDAHULUAN. oleh hukum adatnya masing-masing. Negara telah mengakui hak-hak adat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki masyarakat majemuk. Kemajemukan masyarakat di negara Indonesia terdiri dari berbagai etnis, suku, adat dan budaya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam fase kehidupan manusia terdapat tiga peristiwa penting yaitu, kelahiran,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam fase kehidupan manusia terdapat tiga peristiwa penting yaitu, kelahiran, BAB I PENDAHULUAN Dalam fase kehidupan manusia terdapat tiga peristiwa penting yaitu, kelahiran, perkawinan, dan kematian. Dengan adanya kelahiran maka berakibat pada timbulnya hak dan kewajban baik dari

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGAKUAN DAN PERLINDUNGAN HAK MASYARAKAT HUKUM ADAT

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGAKUAN DAN PERLINDUNGAN HAK MASYARAKAT HUKUM ADAT RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGAKUAN DAN PERLINDUNGAN HAK MASYARAKAT HUKUM ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

HUKUM AGRARIA NASIONAL

HUKUM AGRARIA NASIONAL HUKUM AGRARIA NASIONAL Oleh : Hj. Yeyet Solihat, SH. MKn. Abstrak Hukum adat dijadikan dasar karena merupakan hukum yang asli yang sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia. Hukum adat ini masih harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Alasan Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. A. Alasan Pemilihan Judul BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Dalam perkembangan Indonesia sebagai sebuah negara merdeka masih banyak aspek-aspek kehidupan di masyarakat yang perlu di tata salah, satunya dalam hal perkawinan,

Lebih terperinci

PENYELESAIAN PELANGGARAN ADAT DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBAHARUAN HUKUM PIDANA. Oleh : Iman Hidayat

PENYELESAIAN PELANGGARAN ADAT DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBAHARUAN HUKUM PIDANA. Oleh : Iman Hidayat PENYELESAIAN PELANGGARAN ADAT DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBAHARUAN HUKUM PIDANA Oleh : Iman Hidayat ABSTRAK Secara yuridis konstitusional, tidak ada hambatan sedikitpun untuk menjadikan hukum adat sebagai

Lebih terperinci

TENTIR UJIAN TENGAH SEMESTER PENGANTAR HUKUM INDONESIA BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA FAKULTAS HUKUM 2012

TENTIR UJIAN TENGAH SEMESTER PENGANTAR HUKUM INDONESIA BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA FAKULTAS HUKUM 2012 TENTIR UJIAN TENGAH SEMESTER PENGANTAR HUKUM INDONESIA BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA FAKULTAS HUKUM 2012 1. Pada saat ini terdapat beberapa aturan Hindia Belanda yang masih berlaku di Indonesia. Mengapa peraturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masyarakat dan kebudayaan merupakan hubungan yang sangat sulit dipisahkan. Sebab masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

Lebih terperinci

e. Senat diharuskan ada, sedangkan DPR akan terdiri dari gabungan DPR RIS dan Badan Pekerja KNIP;

e. Senat diharuskan ada, sedangkan DPR akan terdiri dari gabungan DPR RIS dan Badan Pekerja KNIP; UUDS 1950 A. Sejarah Lahirnya Undang-Undang Sementara 1950 (UUDS) Negara Republik Indonesia Serikat yang berdiri pada 27 Desember 1949 dengan adanya Konferensi Meja Bundar, tidak dapat bertahan lama di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan akibat lahir maupun batin baik terhadap keluarga masing-masing

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan akibat lahir maupun batin baik terhadap keluarga masing-masing BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan salah satu peristiwa penting dalam kehidupan manusia. Perkawinan yang terjadi antara seorang pria dengan seorang wanita menimbulkan akibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat merupakan suatu perwujudan kehidupan bersama manusia sebagai makhluk

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat merupakan suatu perwujudan kehidupan bersama manusia sebagai makhluk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat merupakan suatu perwujudan kehidupan bersama manusia sebagai makhluk sosial. Dimana sebagai makhluk sosial manusia mempunyai naluri untuk selalu

Lebih terperinci

Bab II HAK HAK ATAS TANAH. A. Dasar Hukum Hak-Hak Atas Tanah menurut UUPA. I. Pasal pasal UUPA yang menyebutkan adanya dan macamnya hak hak atas

Bab II HAK HAK ATAS TANAH. A. Dasar Hukum Hak-Hak Atas Tanah menurut UUPA. I. Pasal pasal UUPA yang menyebutkan adanya dan macamnya hak hak atas Bab II HAK HAK ATAS TANAH A. Dasar Hukum Hak-Hak Atas Tanah menurut UUPA I. Pasal pasal UUPA yang menyebutkan adanya dan macamnya hak hak atas tanah adalah Pasal 4 ayat 1 dan 2, 16 ayat 1 dan 53. Pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi, sebagai bagian dari pembangunan nasional, merupakan salah satu upaya untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan kebutuhan fitri setiap manusia yang memberikan banyak hasil yang penting, diantaranya adalah pembentukan sebuah keluarga yang didalamnya

Lebih terperinci

Sistem Hukum. Nur Rois, S.H.,M.H.

Sistem Hukum. Nur Rois, S.H.,M.H. Sistem Hukum Nur Rois, S.H.,M.H. Prof. Subekti sistem hukum adalah susunan atau tatanan yang teratur, suatu keseluruhan yang terdiri dari bagian-bagian yang teratur,terkait, tersusun dalam suatu pola,

Lebih terperinci

Hukum Perdata. Rahmad Hendra

Hukum Perdata. Rahmad Hendra Hukum Perdata Rahmad Hendra Hukum publik mengatur hal-hal yang berkaitan dengan negara serta kepentingan umum misalnya politik dan pemilu (hukum tata negara), kegiatan pemerintahan sehari-hari (hukum administrasi

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Modul ke: KONSTITUSI DAN RULE OF LAW Fakultas TEKNIK Martolis, MT Program Studi Teknik Mesin Tujuan Instruksional Khusus 1. Menyebutkan definisi dan pengertian rule of law 2.

Lebih terperinci

1. Perbedaan PIH dan PHI 2. Hukum dalam masyarakat 3. Pengetian dasar sistem hukum 4. Sumber Hukum 5. Klasifikasi/Pembedaan Hukum 6.

1. Perbedaan PIH dan PHI 2. Hukum dalam masyarakat 3. Pengetian dasar sistem hukum 4. Sumber Hukum 5. Klasifikasi/Pembedaan Hukum 6. 2006/2007 1. Perbedaan PIH dan PHI 2. Hukum dalam masyarakat 3. Pengetian dasar sistem hukum 4. Sumber Hukum 5. Klasifikasi/Pembedaan Hukum 6. Asas Konkordansi 7. Pluralisme di Indonesia 8. Pembidangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1974, TLN No.3019, Pasal.1.

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1974, TLN No.3019, Pasal.1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dulu tanah sangat erat hubungannya dengan kehidupan manusia sehari hari

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dulu tanah sangat erat hubungannya dengan kehidupan manusia sehari hari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak dulu tanah sangat erat hubungannya dengan kehidupan manusia sehari hari dan merupakan kebutuhan hidup manusia yang mendasar. Manusia hidup dan berkembang biak,

Lebih terperinci

BAB IV. 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat. Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat,

BAB IV. 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat. Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat, BAB IV ANALISIS 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat, yang secara sadar maupun tidak telah membentuk dan melegalkan aturan-aturan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanah terdapat hubungan yang erat. Hubungan tersebut dikarenakan. pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Berdasarkan prinsip

BAB I PENDAHULUAN. tanah terdapat hubungan yang erat. Hubungan tersebut dikarenakan. pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Berdasarkan prinsip BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Tanah merupakan faktor yang sangat penting dalam kehidupan suatu masyarakat. Hukum alam telah menentukan bahwa keadaan tanah yang statis menjadi tempat tumpuan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENGAKUAN DAN PERLINDUNGAN HAK MASYARAKAT HUKUM ADAT

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENGAKUAN DAN PERLINDUNGAN HAK MASYARAKAT HUKUM ADAT RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN. TENTANG PENGAKUAN DAN PERLINDUNGAN HAK MASYARAKAT HUKUM ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

HUKUM EKONOMI DALAM SISTEM HUKUM 1

HUKUM EKONOMI DALAM SISTEM HUKUM 1 2 CARA DALAM MEMPERMUDAH MEMAHAMI LEVEL KOMPETENSI III: DALAM SISTEM 1 MEMAHAMI UNSUR MEMAHAMI PEMBIDANGAN SUMBER: MATERIEL FORMIL BENTUK: TERTULIS TIDAK TERTULIS FUNGSI MEMPERTAHANKAN: MATERIEL (SUBSTANSI)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Penerapan hukum dengan cara menjunjung tinggi nilai-nilai yang

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Penerapan hukum dengan cara menjunjung tinggi nilai-nilai yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara hukum, artinya segala tindakan yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia harus berdasarkan hukum yang berlaku di negara Indonesia. Penerapan hukum

Lebih terperinci

NEGARA HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Universitas Indo Global Mandiri Palembang

NEGARA HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Universitas Indo Global Mandiri Palembang NEGARA HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA Universitas Indo Global Mandiri Palembang NEGARA HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA Pengertian Hukum yaitu : Seperangkat asas dan akidah yang mengatur kehidupan manusia dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. watak pada individu. Karena salah satu faktor yang mempengaruhi terbentuknya

BAB I PENDAHULUAN. watak pada individu. Karena salah satu faktor yang mempengaruhi terbentuknya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebudayaan Indonesia mempunyai nilai yang tinggi karena merupakan suatu system yang dikembangkan oleh nenek moyang kita sejak berabad-abad lamanya, di dalam kebudayaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. vital dalam kehidupan dan penghidupan bangsa, pendukung negara yang

BAB 1 PENDAHULUAN. vital dalam kehidupan dan penghidupan bangsa, pendukung negara yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Tanah memberikan penghidupan bagi mereka. Imam Sudiyat menyatakan bahwa, sebagai salah satu unsure esensial pembentuk negara, tanah memegang peranan vital dalam kehidupan

Lebih terperinci

Ruang Lingkup Hukum Agraria

Ruang Lingkup Hukum Agraria RH Pendahuluan Definisi Hukum Agraria Dalam bahasa latin ager berarti tanah atau sebidang tanah. Agrarius - berladangan, persawahan, pertanian. KBBI Agraria- urusan pertanian atau pertanahan juga urusan

Lebih terperinci

KISI UAS PPKN 20 Desember 2014

KISI UAS PPKN 20 Desember 2014 KISI UAS PPKN 20 Desember 2014 1. Asas Kekeluarganegaraan 2. Sistem Kekeluarganegaraan 3. Deninisi Hukum 4. Hukum Campuran 5. HAM 6. Pembagian / Jenis HAM 7. Pembangunan Nasional 8. Demokrasi PEMBAHASAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkawinan merupakan hal yang sakral dilakukan oleh setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkawinan merupakan hal yang sakral dilakukan oleh setiap manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan hal yang sakral dilakukan oleh setiap manusia di dunia ini, termasuk di Indonesia. Sejak dilahirkan di dunia manusia sudah mempunyai kecenderungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita

BAB I PENDAHULUAN. faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap anak adalah bagian dari penerus generasi muda yang merupakan faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita perjuangan bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR 1.1 Pengertian Hukum Pidana Hukum Pidana Endah Lestari D.,SH,MH. Fakultas Hukum Univ. Narotama Surabaya

BAB I PENGANTAR 1.1 Pengertian Hukum Pidana Hukum Pidana Endah Lestari D.,SH,MH. Fakultas Hukum Univ. Narotama Surabaya BAB I PENGANTAR 1.1 Pengertian Hukum Pidana Hukum adalah penamaan umum bagi semua akibat hukum karena melanggar suatu norma hukum. Apabila yang dilanggar norma hukum pidana maka ganjarannya adalah hukum

Lebih terperinci

BUPATI ENREKANG PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN ENREKANG NOMOR 1 TAHUN 2016

BUPATI ENREKANG PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN ENREKANG NOMOR 1 TAHUN 2016 P BUPATI ENREKANG PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN ENREKANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGAKUAN DAN PERLINDUNGAN TERHADAP MASYARAKAT HUKUM ADAT DI KABUPATEN ENREKANG DENGAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 26 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hak Menguasai Dari Negara Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa Indonesia adalah negara kesatuan yang berdasarkan hukum dan demokrasi sehingga

Lebih terperinci

PANCASILA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT

PANCASILA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT PANCASILA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT Oleh : Falihah Untay Rahmania Sulasmono KELOMPOK E NIM. 11.11.5273 11-S1TI-09 Dosen Pembimbing : Abidarin Rosidi, Dr, M.Ma STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011 ABSTRAKSI Pancasila

Lebih terperinci

Terciptanya keadilan. Terciptanya tata tertib. Memberikan suasana aman, damai, dan sejahtera

Terciptanya keadilan. Terciptanya tata tertib. Memberikan suasana aman, damai, dan sejahtera DEFINISI, TUJUAN, DAN ASPEK LAIN DARI HUKUM EKONOMI Definisi Hukum Hukum secara umum dapat diartikan sebagai keseluruhan norma yang oleh penguasa negara atau penguasa masyarakat yang berwenang menetapkan

Lebih terperinci

PENGANTAR ILMU HUKUM. Henry Anggoro Djohan

PENGANTAR ILMU HUKUM. Henry Anggoro Djohan PENGANTAR ILMU HUKUM Henry Anggoro Djohan Mengatur hubungan antara manusia secara perorangan dengan suatu masyarakat sebagai kelompok manusia. Beberapa definisi hukum dari sarjana hukum 1. E. Utrech memberikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia Tahun 2004 Nomor 117, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4432, Penjelasan umum.

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia Tahun 2004 Nomor 117, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4432, Penjelasan umum. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan hukum dalam mendukung jalannya roda pembangunan maupun dunia usaha memang sangat penting. Hal ini terutama berkaitan dengan adanya jaminan kepastian hukum.

Lebih terperinci

Berkomitmen terhadap Pokok Kaidah Negara Fundamental

Berkomitmen terhadap Pokok Kaidah Negara Fundamental Bab III Berkomitmen terhadap Pokok Kaidah Negara Fundamental Sumber: http://www.leimena.org/id/page/v/654/membumikan-pancasila-di-bumi-pancasila. Gambar 3.1 Tekad Kuat Mempertahankan Pancasila Kalian telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara hukum. Negara hukum merupakan dasar Negara dan pandangan. semua tertib hukum yang berlaku di Negara Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. negara hukum. Negara hukum merupakan dasar Negara dan pandangan. semua tertib hukum yang berlaku di Negara Indonesia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia dikenal sebagai Negara Hukum. Hal ini ditegaskan pula dalam UUD 1945 Pasal 1 ayat (3) yaitu Negara Indonesia adalah negara hukum. Negara hukum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ratus) pulau-pulau yang tersebar di nusantara, masyarakat Indonesia terbagai

BAB I PENDAHULUAN. ratus) pulau-pulau yang tersebar di nusantara, masyarakat Indonesia terbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Masyarakat Indonesia merupakan sebuah masyarakat yang majemuk yang terdiri dari berbagai sukubangsa dan budaya. Dengan penduduk lebih dari 210 (dua ratus

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. Dalam Wikipedia, K. C. Wheare menyatakan bahwa undang-undang atau

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. Dalam Wikipedia, K. C. Wheare menyatakan bahwa undang-undang atau 9 II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep Undang-Undang Dalam Wikipedia, K. C. Wheare menyatakan bahwa undang-undang atau konstitusi adalah keseluruhan sistem

Lebih terperinci

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA ABSTRAK Prinsip-prinsip pembangunan politik yang kurang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila telah membawa dampak yang luas dan mendasar bagi kehidupan manusia Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelompok masyarakat, baik di kota maupun di desa, baik yang masih primitif

BAB I PENDAHULUAN. kelompok masyarakat, baik di kota maupun di desa, baik yang masih primitif BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan paling sempurna. Dalam suatu kelompok masyarakat, baik di kota maupun di desa, baik yang masih primitif maupun yang sudah modern

Lebih terperinci

d. bahwa dalam usaha mengatasi kerawanan sosial serta mewujudkan, memelihara dan mengembangkan kehidupan masyarakat yang

d. bahwa dalam usaha mengatasi kerawanan sosial serta mewujudkan, memelihara dan mengembangkan kehidupan masyarakat yang RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO.: Ä Ä Ä TAHUN 2003 TENTANG KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

HUKUM DAN SISTEM HUKUM DI INDONESIA

HUKUM DAN SISTEM HUKUM DI INDONESIA HUKUM DAN SISTEM HUKUM DI INDONESIA PENGERTIAN HUKUM E. UTRECHT : Hukum adalah himpunan petunjuk-petunjuk hidup yang berisi perintahperintah dan larangan-larangan yang mengatur tata tertib dalam suatu

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN

commit to user BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam suatu kehidupan manusia tidak lepas dari keinginan untuk memiliki seorang keturunan. Keinginan untuk memiliki keturunan atau mempunyai anak merupakan suatu

Lebih terperinci

MATERI UUD NRI TAHUN 1945

MATERI UUD NRI TAHUN 1945 B A B VIII MATERI UUD NRI TAHUN 1945 A. Pengertian dan Pembagian UUD 1945 Hukum dasar ialah peraturan hukum yang menjadi dasar berlakunya seluruh peraturan perundangan dalam suatu Negara. Hukum dasar merupakan

Lebih terperinci

Dengan Rahmat Allah Swt Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang

Dengan Rahmat Allah Swt Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang PERATURAN FAKULTAS NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS TATA PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG- UNDANGAN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG TATA PEMBENTUKAN PERATURAN FAKULTAS FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI

Lebih terperinci

SEJARAH KETATANEGARAAN INDONESIA SHINTA HAPPY YUSTIARI, S.AP, MPA

SEJARAH KETATANEGARAAN INDONESIA SHINTA HAPPY YUSTIARI, S.AP, MPA SEJARAH KETATANEGARAAN INDONESIA SHINTA HAPPY YUSTIARI, S.AP, MPA SEJARAH KETATANEGARAAN INDONESIA SUMBER PENELITIAN SEJARAH DOKUMEN / ARSIP BENDA / PRASASTI PELAKU SEJARAH SISTEM PRA KEMERDEKAAN PENJAJAHAN

Lebih terperinci

1. Hak individual diliputi juga oleh hak persekutuan.

1. Hak individual diliputi juga oleh hak persekutuan. Van Vollenhoven menyebutkan enam ciri hak ulayat, yaitu persekutuan dan para anggotanya berhak untuk memanfaatkan tanah, memungut hasil dari segala sesuatu yang ada di dalam tanah dan tumbuh dan hidup

Lebih terperinci

STATUS PERKAWINAN INTERNASIONAL DAN PERJANJIAN PERKAWINAN. (Analisis Kasus WNI Yang Menikah Dengan Warga Negara Prancis di Jepang)

STATUS PERKAWINAN INTERNASIONAL DAN PERJANJIAN PERKAWINAN. (Analisis Kasus WNI Yang Menikah Dengan Warga Negara Prancis di Jepang) STATUS PERKAWINAN INTERNASIONAL DAN PERJANJIAN PERKAWINAN (Analisis Kasus WNI Yang Menikah Dengan Warga Negara Prancis di Jepang) A. Latar Belakang Masalah Seorang WNI menikah dengan warga Negara Prancis

Lebih terperinci

Berikut ini adalah pengertian dan definisi tentang masyarakat menurut beberapa ahli :

Berikut ini adalah pengertian dan definisi tentang masyarakat menurut beberapa ahli : BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. MASYARAKAT Menurut Istilah masyarakat berasal dari kata musyarak yang berasal dari Bahasa Arab yang memiliki arti ikut serta atau berpartisipasi, sedangkan dalam bahasa Inggris

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan undang-undang yang berlaku. Meskipun menganut sistem hukum positif,

I. PENDAHULUAN. dan undang-undang yang berlaku. Meskipun menganut sistem hukum positif, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang berdasarkan pada hukum positif, artinya hukumhukum yang berlaku di Indonesia didasarkan pada aturan pancasila, konstitusi, dan undang-undang

Lebih terperinci

Oleh: Novianto Murti Hantoro Sulasi Rongiyati Denico Doly Monika Suhayati Trias Palupi Kurnianingrum

Oleh: Novianto Murti Hantoro Sulasi Rongiyati Denico Doly Monika Suhayati Trias Palupi Kurnianingrum LAPORAN HASIL PENELITIAN KELOMPOK TENTANG BENTUK PENGHORMATAN DAN PENGAKUAN NEGARA TERHADAP KESATUAN MASYARAKAT HUKUM ADAT BESERTA HAK-HAK TRADISIONALNYA Oleh: Novianto Murti Hantoro Sulasi Rongiyati Denico

Lebih terperinci

HUKUM PERDATA H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI.

HUKUM PERDATA H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI. HUKUM PERDATA H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI. A. PENDAHULUAN I. Pembidangan Hukum Privat Hukum Hukum Publik II. Istilah Hukum Perdata = Hukum Sipil >< Militer (Hukum Privat Materil) Lazim dipergunakan istilah

Lebih terperinci