J. Sains & Teknologi, Desember 2015, Vol.4 No.2 : ISSN PENGEMBANGAN TRANSPORTASI SUNGAI TALLO MAKASSAR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "J. Sains & Teknologi, Desember 2015, Vol.4 No.2 : ISSN PENGEMBANGAN TRANSPORTASI SUNGAI TALLO MAKASSAR"

Transkripsi

1 J. Sains & Teknologi, Desember 2015, Vol.4 No.2 : ISSN PENGEMBANGAN TRANSPORTASI SUNGAI TALLO MAKASSAR The Transportation Development in Tallo River Ridwan AR, M. Yamin Jinca, Ganding Sitepu Teknik Perencanaan Transportasi Universitas Hasanuddin Makassar ( ridwanarsyad@ymail.com) ABSTRAK Kota Makassar, secara geografis terletak antara 119º Bujur Timur dan 5º Lintang Selatan, dengan luas wilayah kurang lebih seluas hektar dengan jumlah penduduk 1,7 juta jiwa dan laju pertumbuhan penduduk 1,68 %. Penelitian ini bertujuan (1) Mengetahui kondisi fisik dan karakteristik Sungai Tallo sebagai prasarana transportasi perairan., (2) Menentukan lokasi Titik Simpul Sungai Tallo sebagai jaringan pelayanan transportasi perairan berdasarkan analisis spasial untuk menentukan titik simpul yang potensial yang dapat dilihat dari pergerakan (bangkitan dan tarikan)., dan (3) M enentukan konsep pengembangan transportasi perairan Sungai Tallo dengan menggunakan analisis SWOT. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis deskriptif dan kualitatif., analisis spasial untuk menentukan titik simpul yang potensial yang dapat dilihat dari pergerakan (bangkitan dan tarikan)., dan konsep strategi ( SWOT) adalah menentukan konsep kebijakan yang akan diterapkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sungai Tallo dapat dimanfaatkan dan layak digunakan sebagai prasarana transportasi perairan. Terdapat sembilan titik simpul yang potensial yang harus dirancang berdasarkan bangkitan pergerakan dan tarikan dikawasan pemukiman dan sarana umum. Kesembilan titik simpul yaitu titik simpul pemukiman Makam Raja Tallo, pemukiman di sekitar Jembatan Tol Ir. Sutami, pemukiman desa wisata Lakkang, pemukiman Kera-kera, Jembatan Perintis Kemerdekaan Tello, Kawasan pemukiman Middle Road, Kawasan permukiman Bung Permai, Kawasan permukiman Bukit Baruga dan Jembatan Manggala. Strategi dalam pengembangan ini yaitu Rapid Growth Strategy, yaitu strategi petumbuhan aliran cepat untuk diperlihatkan pengembangan secara maksimal untuk target tertentu dan dalam waktu singkat. Kata Kunci: Sungai Tallo, Angkutan Perairan, Titik Simpul ABSTRACT Makassar, is geographically located between 119º24'17'38 "East Longitude and 5º8'6'19" south latitude, with an area covering approximately hectares with a population of 1.7 million and a population growth rate of 1.68%. This research aims to (1) Know the physical conditions and characteristics Tallo River as a water transport infrastructure. (2) Determine the location of Point Node Tallo River as a waterway transport service network based spatial analysis to determine the potential nodes that can be seen from the movement (generation and pull)., and (3) determine the concept of the development of water transportation Tallo River using SWOT analysis. The method used is descriptive and qualitative analysis., Spatial analysis to determine the potential nodes that can be seen from the movement (generation and attraction), and the concept of strategy (SWOT) is determining the concept of the policy to be applied. The results showed that Tallo River can be harnessed and used as a transport infrastructure worth waters. There are nine potential nodes to be designed based on trip generation and attraction area of residential and public facilities. To nine nodes, namely node housing the tomb of King Tallo, settlements around Toll Bridge Ir. Sutami, Lakkang tourist village settlements, settlement monkeys, Tello Independence Pioneer Bridge, Middle Road residential area, residential area Bung Permai, Bukit Baruga Settlement areas and Mangala Bridge. This development strategy is Rapid Growth Strategy, namely a fast flow strategy development to the maximum shown for a specific target and in a short time. Keywords: Tallo River, Water Transport, Node 175

2 Ridwan AR ISSN PENDAHULUAN Transportasi merupakan sektor yang sangat berperan dalam mendukung pengembangan wilayah atau pertumbuhan ekonomi suatu daerah, bahkan dapat dikatakan sebagai urat nadi bagi pembangunan. Sektor tersebut sangat diperlukan karena mobilitas penumpang dan barang dari suatu tempat ke tempat lain yang membutuhkan sarana dan prasarana transportasi. Transportasi merupakan kebutuhan turunan ( derived demand) dari kegiatan ekonomi, sehingga pertumbuhan ekonomi suatu negara atau wilayah tercermin pada peningkatan intensitas transportasinya (Jinca et al., 2007). Permasalahan transportasi tidak terlepas dari struktur kota yang berkembang dengan latar belakang sejarahnya, politik, ekonomi, budaya dan nilai-nilai masyarakat. Menurut Riyanto (2006), permasalahan transportasi yang sering dihadapi antara lain adanya kesenjangan supply dan demand transportasi, kesenjangan suplai secara geografis, peningkatan permintaan yang tidak diimbangi dengan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan, kehilangan waktu, biaya transportasi yang mahal, meningkatnya kecelakaan dan dampak lingkungan (kebisingan, pencemaran, kelangkaan bahan bakar minyak, dan kelangkaan lahan di daerah perkotaan). Kota Makassar dengan luas wilayah kurang lebih seluas (tujuh belas ribu lima ratus tujuh puluh tujuh) hektar (BPS Kota Makassar, 2014), dan jumlah penduduk 1,7 juta jiwa dan laju pertumbuhan penduduk 1,68 % (Disdukcapil Kota Makassar, 2014). Daftar pasang surut perairan Kota Makassar (Distrik Navigasi Paotere, 2015), dan data kecepatan angin, curah hujan, hari hujan, kelembaban udara dan suhu (BMKG Paotere, 2015). Kota Makassar mengalami permasalahan yang sama dengan kota-kota besar lainnya, yaitu permasalahan transportasi perkotaan. Tingkat pergerakan kendaraan di Kota Makassar sudah cukup tinggi sehingga sering menimbulkan kemacetan di wilayah pusat kota maupun di wilayah pinggiran kota. Umumnya kemacetan di Kota Makassar terjadi pada saat pagi dan sore hari. Kemacetan terjadi akibat pertumbuhan moda transportasi tidak berbanding lurus dengan partumbuhan panjang jaringan jalan, dimana pembangunan fisik jaringan jalan sangat terbatas. Menurut Kementerian Perhubungan Darat, bahwa di Provinsi Sulsel, jumlah kendaraan meningkat 18 persen per tahun. Sementara di Kota Metropolitan Makassar jumlah kendaraan roda 2 meningkat persen per tahun dan roda 4 meningkat 8-10 persen per tahun. Sementara pertumbuhan jalan hanya 0,001 persen per tahun. Jumlah kendaraan baik roda dua maupun roda empat mencapai 2,4 juta (1,1 juta roda 2 dan 1,3 juta mobil) lebih tinggi dari jumlah penduduknya sebanyak 1,7 juta jiwa (Departemen Perhubungan Darat, 2015). Pola pergerakan angkutan orang dan barang pada dasarnya dapat dikembangkan melalui pemanfaatan potensi Daerah Aliran Sungai (DAS) Tallo yang melintasi Kota Makassar (Bappeda Kota Makassar, 2010). Daerah aliran Sungai Tallo menghubungkan pusat-pusat jaringan primer dan kawasankawasan strategis. Penelitian-penelitian yang sejenis yang telah dilakukan adalah sebagai berikut: Studi Penyusunan Konsep Serta Site Plan Makro Pengembangan Kawasan Sungai Tallo (Yudono, 2002). Selan - jutnya studi ini memberikan hasil berupa konsep yang salah satunya adalah konsep umum transportasi sungai. Transportasi sungai di KST mirip dengan sistem transportasi jalan raya, yaitu ada perahu cepat yang dapat menghubungkan tempat-tempat jauh baik di pulau-pulau, kota marina, dan bagian kota lainnya yang akan melalui Sungai Tallo dari muaranya sampai dengan Pemukiman Bukit Baruga yang merencanakan pusat perbelanjaan yang mempunyai akses ke Sungai Tallo. 176

3 Sungai Tallo, Angkutan Perairan, Titik Simpul ISSN Studi Peluang Penggunaan Sungai Tallo sebagai Alternatif Transpotasi Perkotaan di Kota Makassar (Rahman, 2003). Hasil dari penelitian ini adalah penilaian masyarakat di KST cenderung setuju terhadap penggunaan Sungai Tallo sebagai alternatif transportasi sungai, faktor yang mempengaruhi bangkitan lalu lintas sungai adalah opini masyarakat, dan berdasarkan total bangkitan perjalanan penduduk di KST, maka peluang penggunanaan Sungai Tallo sebagai alternatif transportasi kota adalah 23,97% dari jumlah penduduk di KST. Studi Debit Banjir Sungai Tallo dan Alternatif Pengendaliannya (Wetenri, 2005). Hasil penelitian menunjukkan bahwa debit banjir rencana maksimum pada Sungai Tallo adalah 148,73 m 3 /dt untuk periode ulang 2 tahun, 217,53 m 3 /dt untuk periode ulang 5 tahun, 263,08 m 3 /dt untuk periode ulang 10 tahun, 320,64 m 3 /dt untuk periode ulang 25 tahun, dan 363,34 m 3 /dt untuk periode ulang 50 tahun. Studi Pemanfaatan Sungai Tallo- Pampang dan Kanal Banjir Kota Makassar Sebagai Prasarana Transportasi (Rasyid, 2009). Sungai Tallo dapat digunakan sebagai prasarana transportasi sungai dengan sistem pintu air, dengan perahu/kapal berdraf lebih kecil dari 0,5 M, lebar lebih kecil dari 3,8 M, dan panjang lebih kecil dari 20 M. Pembangunan jalan inspeksi sungai dibutuhkan untuk memelihara fungsi sungai sebagaimana mestinya. Pada penelitian ini pengembangan Sungai Tallo sebagai media transportasi perairan tidak terlepas dari sistem transportasi di atas, yaitu adanya kegiatan pada daerah aliran Sungai Tallo. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis karakteristik kondisi perairan Sungai Tallo sebagai prasarana transportasi. METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian dan Lokasi Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Pemilihan lokasi penelitian ini didasarkan pada pertimbangan Sungai Tallo merupakan sungai yang paling berpengaruh terhadap Kota Makassar, namun potensi Sungai Tallo saat ini tidak digunakan secara optimal. Lokasi penelitian adalah kawasan pemukiman daerah aliran sungai (DAS) Tallo yang bersinggungan langsung dengan Sungai Tallo yang mencakup empat kecamatan dan sebelas kelurahan. Lokasi penelitian dan daftar kecamatan dapat dilihat pada Tabel 1 dan Gambar 1. Populasi dan Sampel Dengan mengacu pada Peraturan Kementrian Pekerjaan Umum (PU) tentang jarak dari tempat pengambilan angkutan umum (helte/terminal) ke lokasi hunian yaitu maksimum 500 meter, maka Populasi penelitian yang akan dijadikan objek pengumpulan data yaitu 500 meter dari sisi kiri dan 500 meter sisi kanan Sungai Tallo, berdasarkan jumlah kecamatan dan kelurahan yang bersinggungan langsung dengan Sungai Tallo Jenis sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik random sampling atau penarikan sampel secara acak melalui sampel area (Cluster Sampling) yaitu untuk menentukan area mana yang dijadikan sampel, selanjutnya teknik ini dilengkapi dengan proportional random sampling yaitu untuk proporsi sampel tiap cluster wilayah. Rumus dalam menentukan jumlah sampel pada penelitian ini yaitu: = + 1 Keterangan: n = Jumlah ukuran sampel yang dicari N = Jumlah populasi d 2 = Nilai presisi (batas ketelitian) ditentukan sebesar 90% atau d = 0,1 (Bungin, 2006). Hasil penggunaan rumus diatas, maka jumlah sampel dapat ditentukan sebesar 99 orang responden. 177

4 Ridwan AR ISSN Jenis dan Sumber Data Dalam penelitian ini digunakan dua macam data yaitu data sekunder dan data primer. Data sekunder dalam penelitian ini merupakan data-data yang dapat diperoleh dari berbagai sumber literatur, antara lain: Data keadaan umum Kota Makassar, Rencana Tata Ruang Kota (RTRW), Arah dan kecepatan ratarata angin dan Data pasang surut perairan selat Makassar. Sedangkan data Primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh langsung dilapangan dengan metode pengumpulan data dengan cara observasi, wawancara dan sebaran kuesioner. Teknik Analisis Analisis deskriptif bertujuan menguraikan sifat atau karakteristik dari suatu fenomenal tertentu, mengumpulkan fakta, menguraikannya secara menyeluruh dan diteliti. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis pergerakan untuk mengetahui bangkitan dan tarikan, analisis lokasi untuk penentuan lokasi titik simpul dan analisis SWOT untuk strategi pengembangan transportasi Sungai Tallo. HASIL Analisis kondisi fisik dan karakteristik sungai merupakan suatu metode yang digunakan untuk melihat kelayakan alur pelayaran dengan mengacu pada lebar alur sungai, kedalaman alur sungai, dan kondisi lingkungan sungai. Karakteristik lebar Sungai Tallo sangat beragam, dibagian hulu (Jembatan Manggala) 23,87 m dan semakin membesar kearah hilir (muara tallo) 389,9 m. Lebar sungai di sekitar Jembatan Tello rata-rata 53,29 m, sedangkan di bagian hilir Jembatan Tello (belakang kampus UNHAS) rata-rata 102,2 m, di bagian hilir Jembatan Tol 196,16 m dan di muara Sungai Tallo 389,9 m. Lebar Sungai Tallo adalah 23,87-389,9 meter sedangkan lebar kapal 2 meter. Lebar kelayakan sungai mengacu pada pedoman Peraturan Menteri Perhubungan yaitu 14,4 m untuk pelayaran satu lajur kapal sedangkan untuk dua lajur lebar kelayakannya adalah 22,8 meter. Lebar terkecil dari Sungai Tallo cukup layak untuk pelayaran namun masih bisa dilayari oleh kapal dengan kecepatan tertentu dalam hal ini kapal harus berada pada kecepatan yang pelan untuk melewati alur sungai yang berukuran kecil. Sedangkan kedalaman sungai untuk jalur pelayaran merupakan jarak antara penampang atas sungai dengan penampang bawah sungai, Kedalaman alur pelayaran secara umum dapat ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Diketahui: Kedalaman alur Sungai (H) = 2-20 m Draft kapal (d) = 0,4 m Gerak vertikal kapal karena gelombang dan squat (G) = 0,2 m Ruang kebebasan bersih (R) untuk Alur 10%-15% dari draft kapal, R = 0,04 0,06 m Ditanyakan : Kedalaman alur pelayaran yang layak (H) Penyelesaian: H = d + G + R H = 0,4 + 0,2 + 0,06 = 0,66 m Hasil Kedalaman alur pelayaran Sungai yang layak adalah 0,66 meter Dari hasil perhitungan di atas kedalaman alur pelayaran yang layak adalah 0,66 meter sedangkan kondisi kedalaman Sungai Tallo surut terendah adalah 1,5-6,7 meter yang berarti kondisi kedalaman alur Sungai pada lokasi perencanaan sangat layak untuk diadakan pelayaran. Kedalaman alur pelayaran digunakan oleh kapal sebagai ruang gerak kapal di dalam air, bagian kapal yang tenggelam disebut dengan draft kapal. Berdasarkan kondisi eksisting, kedalaman alur di sekitar jembatan Manggala 178

5 Sungai Tallo, Angkutan Perairan, Titik Simpul ISSN rata-rata 1,5 m pada musim kemarau (surut) dan 3,0 m pada musim hujan (pasang), disekitar jembatan Tello ratarata 5 m pada musim kemarau (surut) dan 6,8 m pada musim hujan (pasang), sedangkan di bagian hilir jembatan Tello (belakang kampus UNHAS) rata-rata 6,5 pada musim kemarau (surut) dan rata-rata 7,9 m pada musim hujan (pasang) dan di muara kedalaman mendekati 10 m pada musim kemarau (surut) dan 12,5 m pada musim hujan (pasang). Tetapi ditemukan tempat yang sangat dangkal (1,5 m) pada musim kemarau (surut) yaitu di muara Sungai Tallo, yang disebabkan terjadinya pertemuan arus (tekana n air laut dan air sungai) sehingga terjadilah pendangkalan gusung (penumpukan pasir/lumpur akibat tekanan air). Selanjutnya kelayakan ruang bebas di bawah jembatan menjadi salah satu komponen yang sangat penting mengingat Sungai Tallo terdapat 2 jembatan besar yang melintang sehingga diperlukan analisis perhitungan yang akurat agar dapat layak untuk dilalui oleh kapal. Berikut perhitungan kelayakan jembatan untuk dapat dilewati Kapal: Diketahui : Tinggi kapal penumpang = 2,6 m Draft kapal = 0,4 m Ruang kapal di atas air = 2,2 m Gerak vertikal kapal karena gelombang dan squat = 0,2 m Ditanyakan: Besar ruang bebas gerak kapal di atas air Penyelesaian: Besar ruang bebas gerak kapal di atas air = 2,2 + 0,2 = 2,4 m, hasil ruang bebas gerak kapal di atas air adalah 2,4 meter Dari hasil perhitungan di atas ruang gerak bebas kapal penumpang di atas air adalah 2,4 meter, ini memungkinkan Sungai Tallo termasuk dalam kategori sungai yang layak untuk transportasi perairan. Kelayakan lingkungan sungai Tallo sebagai sarana transportasi perairan diketahui bahwa kondisi lingkungan yaitu tingginya tingkat sedimentasi atau endapan sampah dan lumpur pada sungai dan terjadinya pencemaran air sungai yang disebabkan dari sampah dan air limbah yang dialirkan ke sungai. Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian 179

6 Ridwan AR ISSN Gambar 2. Peta Eksisting Titik Simpul Transportasi di Sungai Tallo Tabel 1. Wilayah Kecamatan dan Kelurahan yang bersinggungan dengann Sungai Tallo. No 1 Tallo 2 Panakukang 3 Tamalanrea 4 Manggala Kecamatan Kelurahan Luas (Km²) Jumlah Tallo Buloa Lakkang Panaikang Tello Baru Parangloe Kapasa Tamalanrea Indah Tamalanrea Jaya Antang Manggala 0,51 0,41 1, ,27 6,53 4,18 4,74 3,04 3,94 5,21 31,98 180

7 Sungai Tallo, Angkutan Perairan, Titik Simpul ISSN Tabel 2. Lebar dan kedalaman rata-rata Sungai Tallo. No. Lokasi Lebar (m) Kedalaman (m) Pasang Surut 1 Muara Sungai 389,9 2,10 1,5 2 Jembatan Tol 196,16 6,7 5,5 3 Muara Sinassara 181,29 3,20 2,20 4 Lakkang 117, Kera-kera 102,2 3,5 2,5 6 Jembatan Tello 53,29 4 2,4 7 Titik Simpul Middle Road 45,73 3,15 1,80 8 Perumahan Bung Permai 47,9 3,0 1,8 9 Perumahan Bukit Baruga 45,56 3,5 1,20 10 Jembatan Manggala 23, PEMBAHASAN Penelitian ini menunjukkan bahwa, berdasarkan hasil analisis yang dilakukan mengenai pengembangan transportasi Sungai Tallo sebagai transportasi alternatif di Kota Makassar, diketahui Sungai Tallo layak untuk dilayari moda angkutan sungai, dimana jalur transportasi sungai ini dapat dikembangkan secara terpadu dengan transportasi darat yang ada, sehingga dapat dimanfaatkan secara efektif oleh pengguna jasa transportasi dan khususnya masyarakat yang tinggal disekitar derah aliran sungai. atau yang bersinggungan langsung dengan Sungai Tallo. Lebar dan kedalaman rata-rata Sungai Tallo dapat dilihat pada Tabel 2. Sungai Tallo yang terhubung langsung dengan laut menyebabkan kondisi permukaan air sungai juga berubah-ubah sesuai dengan pasang surut air laut. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan (bulan Januari - bulan Maret 2015) menunjukkan bahwa arah ombak/ gelombang relatif dari arah barat dan barat daya, hasil korelasi data penelitian pada tahun 2014 menunjukkan bahwa pengaruh ombak/gelombang tersebut, mencapai puncaknya pada setiap bulan Januari, Februari dan Desember (Laporan Studi Perencanaan Transportasi, 2014). Berdasarkan hasil analisis pergerakan penduduk untuk mengetahui seberapa besar sebaran pergerakan pemukiman di wilayah daerah aliran Sungai Tallo dan analisis penentuan lokasi titik simpul yang menitik beratkan pada tiga unsur jarak ( distance), kaitan (interaction) dan gerakan ( movement). Penelitian ini menentukan 9 titik simpul yang layak sebagai dermaga/halte berdasarkan tiga unsur diatas. Peta eksisting titik simpul transportasi Sungai Tallo dapat dilihat pada gambar 2. Muara Sungai Tallo memiliki potensi jarak yang dekat dengan makam Raja Tallo, kawasan pergudangan, permukiman penduduk, dan galangan kapal. Jembatan Jln. Ir. Sutami, memiliki potensi jarak yang dekat dengan permukiman penduduk, aksesbilitas jalan tol, kawasan pergudangan. Aktivitas yang terdapat di wilayah ini sebagian besar digunakan penduduk pengangkutan ke Lakkang. Selain itu, aksesbilitas yang menunjang pergerakan penduduk dari dan ke lakkang menggunakan perahu yang melintasi Sungai Tallo. Lakkang memiliki potensi sebagai kawasan desa wisata, tambak, sawah dan pemukiman penduduk. Hal ini sangat menunjang untuk pergerakan. Kera-kera memiliki potensi jarak dengan permukiman dan kawasan pendidikan (Unhas) serta kawasan penelitian Unhas. Simpul ini menunjang untuk pergerakan penduduk 181

8 Ridwan AR ISSN terutama mahasiswa yang akan melakukan penelitian di sepanjang Sungai Tallo maupun kawasan wisata Desa Lakkang. Selanjutnya Jembatan Perintis Kemerdekaan Tello, memiliki potensi kedekatan dengan jalan arteri yang menghubungkan daerah utara Kota Makassar dengan daerah Selatan Kota Makassar (pusat kota) yang merupakan jalur angkutan umum Kota Makassar serta terletak dekat dengan pusat perdagangan (M Tos). Kawasan Middle Road (Kelurahan Tello Baru) memiliki potensi kedekatan dengan permukiman untuk menunjang aktivitas pergerakan penduduk. Selain itu, perencanaan jalan Middle Road Kawasan Mamminasata ikut menunjang konektivitas multimoda antara transportasi sungai dan transportasi darat. Kawasan permukiman Bung Permai memiliki potensi kedekatan jarak dengan permukiman penduduk sehingga dapat menunjang pergerakan aktivitas penduduk di sepanjang Sungai Tallo baik untuk kegiatan wisata serta menghubungkan dengan jalur perencanaan jalan Middle Road. Kawasan permukiman Bukit Baruga memiliki potensi kedekatan dengan kawasan permukiman dan kawasan wisata (Bugis Waterpark), selanjutnya Jembatan Manggala memiliki potensi kedekatan dengan permukiman penduduk dan jalan poros yang menghubungkan Kabupaten Maros dan Gowa. Selain itu kawasan ini masuk ke dalam kawasan Perencanaan Mamminasata yang menjadi wilayah perencanaan jalur Middle Road. Analisis IFAS dan EFAS pada Sungai Tallo dalam perspektif transportasi sungai terletak dikuadran I, maka prioritas strategi pengembangan transportasi sungai jatuh pada strategi SO (strenght-opportunities). Maksud dari pengembangan strategi SO yaitu letak Sungai Tallo dan potensi guna lahan yang ada pada sekitar wilayah Sungai Tallo serta di dukung oleh kondisi fisik Sungai Tallo, sangat memungkinkan diadakannya transportasi sungai (Sungai Tallo) di Kota Makassar, sesuai dengan arahan RTRW kota Makassar. Dengan adanya transportasi sungai pada Sungai Tallo akan merangsang pertumbuhan kegiatan pada sekitar wilayah Sungai Tallo, selanjutnya masyarakat nelayan yang bermukim didaerah aliran Sungai Tallo mendapatkan peluang kerja baru. Pada analisis SWOT Sungai Tallo Kota Makassar dalam perspektif pemanfaatannya sebagai media transportasi sungai lebih menekankan strategi pengembangan dengan memaksimalkan seluruh potensi dan peluang yang dimiliki serta menyelesaikan permasalahan yang ada secara bertahap melalui kerja sama antara masyarakat, pemerintah dan swasta dan menekan ancaman yang akan dihadapi. Strategi pengembangan Rapid Growth Strategy, yaitu strategi petumbuhan aliran cepat untuk pengembangan secara maksimal guna mencapai target tertentu dan dalam waktu singkat (Rangkuti, 2014). KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan dari hasil penelitian ini, Sungai Tallo layak untuk digunakan sebagai transportasi sungai oleh kapal yang memiliki draft 0,8 m dan memiliki ruang bebas ± 2,5 m dari permukaan air pada saat pasang sehingga dapat dilalui oleh kapal klotok katamaran dan speed boat. Berdasarkan hasil analisis lokasi, dari aspek jarak, keterkaitan dan aktivitas pergerakan maka dapat direncanakan 9 titik simpul yakni Muara Sungai Tallo, Jembatan Tol Ir. Sutami, Lakkang, Kerakera, Jembatan Perintis Kemerdekaan, Kawasan Middle Ring Road (Kelurahan Tello Baru RW. 3 RT. 3), Perumahan Bung Permai, Bukit Baruga dan Persimpangan Manggala. Konsep Strategi pada penelitian ini yaitu strategi pertumbuhan aliran cepat untuk diperlihatkan pengembangan secara maksimal dengan target tertentu dan dalam waktu singkat, sehingga prioritas pengembangannya terletak pada strategi Strenght Opportunities. Saran dari penulis adalah 182

9 Sungai Tallo, Angkutan Perairan, Titik Simpul ISSN perencanaan pemerintah untuk trayek baru angkutan darat hendaknya terkonektivitas dengan perencanaan pengembangan transportasi Sungai Tallo, khususnya rencana titik simpul. Sehingga jarak, waktu, dan keterkaitan dapat bersinergi dan pemerintah hendaknya melakukan penataan bangunan pada bantaran sungai yang fasadenya membelakangi sungai menjadi menghadap sungai atau membuat 2 fasade bangunan, guna mengurangi terjadinya pencemaran (sampah). DAFTAR PUSTAKA BMKG Paotere. (2015). Arah Kecepatan Angin Rata-Rata, Badan Meteorologi Klimatologo dan Geofisika Paotere Makassar. Makassar. Bappeda Kota Makassar. (2010). Peraturan Daerah Kota Makassar tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Makassar Badan Pembangunan Daerah Kota Makassar. Makassar. Bungin B. (2006). Analisis data penelitian kualitatif. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Disdukcapil Kota Makassar. (2014). Data Kependudukan Kota Makassar. Dinas Kpendudukan dan Catatan Sipil Kota Makassar. Makassar. Departemen Perhubungan Darat. (2015). Benahi Transportasi Kota Makassar. Diakses 7 April Dikutip dari go.id. Distrik Navigasi Paotere. (2015). Daftar Pasang Surut Perairan Selat Makassar. Distrik Navigasi Paotere Makassar. Makassar. Jinca M.Y., Bari A., Panca, Supriyatna Y., Mandja A. (2007). Dasar-dasar Transportasi. Bahan ajar Diklat Teknis Perhubungan Tingkat Staf, Departemen Perhubungan. Laporan Studi Perencanaan Transportasi. (2014). Rencana Pengembangan Transportasi Sungai Tallo. Kelas Reguler 2013 Prodi Teknik Perencanaan Transportasi Unhas. Makassar. Rahman F. (2003). Studi Peluang Penggunaan Sungai Tallo Sebagai Alternatif Transportasi Perkotaan di Kota Makassar. Unhas. Makassar. Rangkuti F. (2014). Teknik Membedah Kasus Bisnis, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Rasyid H. (2009). Studi Pemanfaatan Sungai Tallo Pampang dan Kanal Banjir Kota Makassar Sebagai Prasarana Transportasi. Unhas. Makassar. Riyanto B. (2006). Transportasi. Materi Kuliah Manajemen Transportasi. MPPWK Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, Semarang. Wetenri P. (2005). Tesis Studi Debit Banjir Sungai Tallo dan Alternatif Pengendaliannya. Universitas Hasanuddin. Makassar. Yudono A. (2002). Studi Penyusunan Konsep Serta Site Plan Makro Pengembangan Kawasan Sungai Tallo. Kerjasama Pemkot Makassar dengan PKP Unhas, Makassar. 183

PENGEMBANGAN KONEKTIVITAS ANTAR MODA TRANSPORTASI SUNGAI DAN JALAN UNTUK TRANSPORTASI KOTA MAKASSAR

PENGEMBANGAN KONEKTIVITAS ANTAR MODA TRANSPORTASI SUNGAI DAN JALAN UNTUK TRANSPORTASI KOTA MAKASSAR PENGEMBANGAN KONEKTIVITAS ANTAR MODA TRANSPORTASI SUNGAI DAN JALAN UNTUK TRANSPORTASI KOTA MAKASSAR DEVELOPMENT OF INTERMODAL CONNECTIVITY BETWEEN ROAD AND RIVER FOR TRANSPORTATION IN MAKASSAR Ridwan AR

Lebih terperinci

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Kondisi Geografis Kota Makassar secara geografi terletak pada koordinat 119 o 24 17,38 BT dan 5 o 8 6,19 LS dengan ketinggian yang bervariasi antara 1-25 meter dari

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SISTEM TRANSPORTASI SUNGAI DALAM MENDUKUNG EKOWISATA SUNGAI TALLO KOTA MAKASSAR

PENGEMBANGAN SISTEM TRANSPORTASI SUNGAI DALAM MENDUKUNG EKOWISATA SUNGAI TALLO KOTA MAKASSAR PENGEMBANGAN SISTEM TRANSPORTASI SUNGAI DALAM MENDUKUNG EKOWISATA SUNGAI TALLO KOTA MAKASSAR RIVER TRANSPORT SYSTEM DEVELOPMENT IN SUPPORTING TALLO RIVER ECOTOURISM MAKASSAR Muhajirin, Shirly Wunas, dan

Lebih terperinci

Analisis Kebutuhan Parkir dan Kajian Dampak Lalu Lintas Gedung Pusat Perbelanjaan Ramayana Makassar

Analisis Kebutuhan Parkir dan Kajian Dampak Lalu Lintas Gedung Pusat Perbelanjaan Ramayana Makassar 1.1. Latar Belakang Makassar merupakan kota yang strategis dimana terletak ditengah-tengah wilayah Republik Indonesia atau sebagai Center Point of Indonesia. Hal ini mendukung posisi Makassar sebagai barometer

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Bantul terletak pada Lintang Selatan dan 110

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Bantul terletak pada Lintang Selatan dan 110 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Deskripsi Daerah Daerah hulu dan hilir dalam penelitian ini adalah Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul. Secara geografis Kabupaten Sleman terletak pada 110 33 00

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. permukaan laut, dan batas-batas wilayah sebagai berikut : a) Batas Utara : Kabupaten Banyuasin

V. GAMBARAN UMUM. permukaan laut, dan batas-batas wilayah sebagai berikut : a) Batas Utara : Kabupaten Banyuasin V. GAMBARAN UMUM 5.1 Keadaan Umum Kota Palembang Kota Palembang merupakan ibukota dari Provinsi Sumatera Selatan. Secara geografis Kota Palembang terletak antara 2 52' - 3 5' Lintang Selatan dan 104 37'

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota menurut Alan S. Burger The City yang diterjemahkan oleh (Dyayadi, 2008) dalam bukunya Tata Kota menurut Islam adalah suatu permukiman yang menetap (permanen) dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Transportasi merupakan proses pergerakan atau perpindahan orang atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Transportasi merupakan proses pergerakan atau perpindahan orang atau 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi merupakan proses pergerakan atau perpindahan orang atau barang dari satu tempat ketempat lain. Proses ini dapat dilakukan dengan menggunakan sarana angkutan

Lebih terperinci

ANALISIS INTENSITAS BANGUNAN KORIDOR JALAN RAYA CIMAHI BERDASARKAN KAPASITAS JALAN

ANALISIS INTENSITAS BANGUNAN KORIDOR JALAN RAYA CIMAHI BERDASARKAN KAPASITAS JALAN ANALISIS INTENSITAS BANGUNAN KORIDOR JALAN RAYA CIMAHI BERDASARKAN KAPASITAS JALAN TUGAS AKHIR Oleh : Beri Titania 15403053 PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA SEKOLAH ARSITEKTUR, PERENCANAAN DAN

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di wilayah Kalimantan Selatan yang saat ini memiliki posisi yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. di wilayah Kalimantan Selatan yang saat ini memiliki posisi yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Banjarmasin merupakan Ibu Kota Provinsi Kalimantan Selatan yang merupakan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), sebagai Kota Pusat Pemerintahan serta sebagai pintu gerbang

Lebih terperinci

BAB VI DATA DAN ANALISIS

BAB VI DATA DAN ANALISIS BAB VI DATA DAN ANALISIS 4.1 Analisa Kawasan Pemilihan tapak dikawasan Cicadas tidak lepas dari fakta bahwa Kawasan Cicadas termasuk kedalam salah satu kawasan terpadat didunia dimana jumlah penduduk mencapai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Transportasi merupakan faktor pendukung pertumbuhan perekonomian di sebuah

I. PENDAHULUAN. Transportasi merupakan faktor pendukung pertumbuhan perekonomian di sebuah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi merupakan faktor pendukung pertumbuhan perekonomian di sebuah wilayah. Menurut Nasution (1996), transportasi berfungsi sebagai sektor penunjang pembangunan

Lebih terperinci

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI II-1 BAB II 2.1 Kondisi Alam 2.1.1 Topografi Morfologi Daerah Aliran Sungai (DAS) Pemali secara umum di bagian hulu adalah daerah pegunungan dengan topografi bergelombang dan membentuk cekungan dibeberapa

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 42 IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Makassar terletak di pesisir barat Provinsi Sulawesi Selatan pada koordinat 119 18 30.18 sampai 119 32 31.03 BT dan 5 00 30.18 sampai 5 14

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pelayanan mendasar bagi masyarakat kota. Sejalan dengan fungsi ini,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pelayanan mendasar bagi masyarakat kota. Sejalan dengan fungsi ini, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Prasarana kota berfungsi untuk mendistribusikan sumber daya perkotaan dan merupakan pelayanan mendasar bagi masyarakat kota. Sejalan dengan fungsi ini, kualitas dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lokasi yang paling efisien dan efektif untuk kegiatan-kegiatan produktif sehubungan dengan ketersediaan sarana dan prasarana.

BAB I PENDAHULUAN. lokasi yang paling efisien dan efektif untuk kegiatan-kegiatan produktif sehubungan dengan ketersediaan sarana dan prasarana. BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan ini berisi mengenai latar belakang yang digunakan sebagai dasar penelitian, perumusan masalah, tujuan dan sasaran, ruang lingkup, kebutuhan data, teknik pengumpulan data,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi DKI Jakarta terletak pada posisi Lintang Selatan dan Bujur

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi DKI Jakarta terletak pada posisi Lintang Selatan dan Bujur BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Provinsi DKI Jakarta terletak pada posisi 6 0 12 Lintang Selatan dan 106 0 48 Bujur Timur. Sebelah Utara Propinsi DKI Jakarta terbentang pantai dari Barat

Lebih terperinci

Analisis Konsentrasi dan Laju Angkutan Sedimen Melayang pada Sungai Sebalo di Kecamatan Bengkayang Yenni Pratiwi a, Muliadi a*, Muh.

Analisis Konsentrasi dan Laju Angkutan Sedimen Melayang pada Sungai Sebalo di Kecamatan Bengkayang Yenni Pratiwi a, Muliadi a*, Muh. PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 3 (214), Hal. 99-15 ISSN : 2337-824 Analisis Konsentrasi dan Laju Angkutan Sedimen Melayang pada Sungai Sebalo di Kecamatan Bengkayang Yenni Pratiwi a, Muliadi a*, Muh. Ishak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM Transportasi merupakan sarana yang sangat penting dan strategis dalam memperlancar roda perekonomian, memperkokoh persatuan dan kesatuan serta mempengaruhi semua aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kota Semarang adalah ibukota Provinsi Jawa Tengah, yang terletak di dataran pantai Utara Jawa. Secara topografi mempunyai keunikan yaitu bagian Selatan berupa pegunungan

Lebih terperinci

BAB II KONDISI UMUM LOKASI

BAB II KONDISI UMUM LOKASI 6 BAB II KONDISI UMUM LOKASI 2.1 GAMBARAN UMUM Lokasi wilayah studi terletak di wilayah Semarang Barat antara 06 57 18-07 00 54 Lintang Selatan dan 110 20 42-110 23 06 Bujur Timur. Wilayah kajian merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Letak kota Palembang adalah antara 101º-105º Bujur Timur dan antara 1,5º-2º Lintang Selatan atau terletak pada bagian timur propinsi Sumatera Selatan, dipinggir kanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. musim hujan, mengingat hampir semua kota di Indonesia mengalami banjir.

BAB I PENDAHULUAN. musim hujan, mengingat hampir semua kota di Indonesia mengalami banjir. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banjir merupakan kata yang sangat popular di Indonesia, khususnya dalam musim hujan, mengingat hampir semua kota di Indonesia mengalami banjir. Permasalahan banjir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Definisi banjir ialah aliran air sungai yang tingginya melebih muka air normal, sehinga melimpas dari palung sungai menyebabkan adanya genangan pada lahan rendah di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat, di samping berbagai indikator sosial ekonomi lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat, di samping berbagai indikator sosial ekonomi lainnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingkat pendapatan masih menjadi indikator utama tingkat kesejahteraan masyarakat, di samping berbagai indikator sosial ekonomi lainnya. Perkembangan tingkat pendapatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 TINJAUAN UMUM Jembatan sebagai sarana transportasi mempunyai peranan yang sangat penting bagi kelancaran pergerakan lalu lintas. Dimana fungsi jembatan adalah

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH P erpustakaan Anak di Yogyakarta BAB 3 TINJAUAN WILAYAH 3.1. Tinjauan Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 3.1.1. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. 4.1 ANALISIS FUNGSIONAL a) Organisasi Ruang

BAB IV ANALISIS. 4.1 ANALISIS FUNGSIONAL a) Organisasi Ruang BAB IV ANALISIS 4.1 ANALISIS FUNGSIONAL a) Organisasi Ruang Skema 1 : Organisasi ruang museum Keterkaitan atau hubungan ruang-ruang yang berada dalam perancangan museum kereta api Soreang dapat dilihat

Lebih terperinci

PENGARUH PENYEMPITAN JALAN TERHADAP KARAKTERISTIK LALU LINTAS JALAN (STUDI KASUS: JL. P. KEMERDEKAAN DEKAT MTOS JEMBATAN TELLO)

PENGARUH PENYEMPITAN JALAN TERHADAP KARAKTERISTIK LALU LINTAS JALAN (STUDI KASUS: JL. P. KEMERDEKAAN DEKAT MTOS JEMBATAN TELLO) PENGARUH PENYEMPITAN JALAN TERHADAP KARAKTERISTIK LALU LINTAS JALAN (STUDI KASUS: JL. P. KEMERDEKAAN DEKAT MTOS JEMBATAN TELLO) S. A. Adisasmita 1, I. Renta 1, A. Fitriani 2 ABSTRAK : Pada beberapa ruas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelabuhan adalah daerah perairan yang terlindung terhadap gelombang, yang dilengkapi dengan fasilitas terminal laut meliputi dermaga dimana kapal dapat bertambat untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayaran antar pulau di Indonesia merupakan salah satu sarana transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan pembangunan nasional yang berwawasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Atika Permatasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Atika Permatasari, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu masalah kependudukan yang saat ini banyak dihadapi oleh banyak negara berkembang termasuk Indonesia adalah pertambahan penduduk yang relatif cepat.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Persiapan. Pengamatan Pendahuluan. Identifikasi Masalah. Alternatif Pendekatan Masalah. Pengumpulan Data Data Primer Data Sekunder

BAB III METODOLOGI. Persiapan. Pengamatan Pendahuluan. Identifikasi Masalah. Alternatif Pendekatan Masalah. Pengumpulan Data Data Primer Data Sekunder III - 1 BAB III METODOLOGI Persiapan Mulai Studi Pustaka Pengamatan Pendahuluan Identifikasi Masalah Alternatif Pendekatan Masalah Pengumpulan Data Data Primer Data Sekunder T Data Cukup Y Analisa Jalan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. kembali adalah upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan cara

BAB 2 LANDASAN TEORI. kembali adalah upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan cara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Redevelopment Redevelopment atau yang biasa kita kenal dengan pembangunan kembali adalah upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan cara mengganti sebagian dari,

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara sampai

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara sampai 49 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Penelitian Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara 4 0 14 sampai 4 0 55 Lintang Selatan dan diantara 103 0 22 sampai 104

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN JALAN DI KAWASAN KOTA BARU TEGALLUAR KABUPATEN BANDUNG

ANALISIS KEBUTUHAN JALAN DI KAWASAN KOTA BARU TEGALLUAR KABUPATEN BANDUNG bidang TEKNIK ANALISIS KEBUTUHAN JALAN DI KAWASAN KOTA BARU TEGALLUAR KABUPATEN BANDUNG MOHAMAD DONIE AULIA, ST., MT Program Studi Teknik Sipil FTIK Universitas Komputer Indonesia Pembangunan pada suatu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan ( trip) antara asal ( origin) dan tujuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan ( trip) antara asal ( origin) dan tujuan II. TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Transportasi 2. 1. 1 Pengertian Transportasi Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan ( trip) antara asal ( origin) dan tujuan (destination). Perjalanan adalah pergerakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kota Bandung, merupakan sebuah kota metropolitan dimana didalamnya terdapat beragam aktivitas kehidupan masyarakat. Perkembangan kota Bandung sebagai kota metropolitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak hanya terbatas untuk memenuhi dan mendapatkan pangan, sandang, dan

BAB I PENDAHULUAN. tidak hanya terbatas untuk memenuhi dan mendapatkan pangan, sandang, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi merupakan salah satu sektor kegiatan yang sangat penting karena berkaitan dengan kebutuhan setiap orang. Kebutuhan manusia pada saat ini tidak hanya terbatas

Lebih terperinci

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM KOTA TANGERANG SELATAN

GAMBARAN UMUM KOTA TANGERANG SELATAN GAMBARAN UMUM KOTA TANGERANG SELATAN Letak Geografis dan Luas Wilayah Kota Tangerang Selatan terletak di timur propinsi Banten dengan titik kordinat 106 38-106 47 Bujur Timur dan 06 13 30 06 22 30 Lintang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota Semarang merupakan ibu kota propinsi Jawa Tengah. Kota

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota Semarang merupakan ibu kota propinsi Jawa Tengah. Kota BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Semarang merupakan ibu kota propinsi Jawa Tengah. Kota Semarang dapat ditempuh melalui jalan laut, udara dan darat. Namun demikian pelayanan transportasi darat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010). BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Air merupakan salah satu komponen penting untuk kehidupan semua makhluk hidup di bumi. Air juga merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kebutuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan transportasi sangat diperlukan dalam pembangunan suatu negara ataupun daerah. Dikatakan bahwa transportasi sebagai urat nadi pembangunan kehidupan politik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bencana banjir seakan telah dan akan tetap menjadi persoalan yang tidak memiliki akhir bagi umat manusia di seluruh dunia sejak dulu, saat ini dan bahkan sampai di masa

Lebih terperinci

PLANO MADANI VOLUME 5 NOMOR 2, OKTOBER 2016, P ISSN X - E ISSN

PLANO MADANI VOLUME 5 NOMOR 2, OKTOBER 2016, P ISSN X - E ISSN PLANO MADANI VOLUME 5 NOMOR 2, OKTOBER 2016, 180-191 2016 P ISSN 2301-878X - E ISSN 2541-2973 DAMPAK SEDIMENTASI SUNGAI TALLO TERHADAP KERAWANAN BANJIR DI KOTA MAKASSAR Zulfahmi 1, Nur Syam AS 2, Jufriadi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.1.1 Dasar Hukum... 1 1.1.2 Gambaran Umum Singkat... 1 1.1.3 Alasan Kegiatan Dilaksanakan... 3 1.2 Maksud dan Tujuan... 3 1.2.1 Maksud Studi...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang mempunyai lebih dari 3.700 pulau dengan luas daratan ± 1.900. 000 km 2 dan lautan ± 3.270.000 km 2.Garis

Lebih terperinci

Tinjauan Terhadap Tarif Angkutan Kapal Cepat KM. Expres Bahari Lintas Palembang-Muntok di Pelabuhan Boom Baru Palembang

Tinjauan Terhadap Tarif Angkutan Kapal Cepat KM. Expres Bahari Lintas Palembang-Muntok di Pelabuhan Boom Baru Palembang Tinjauan Terhadap Tarif Angkutan Kapal Cepat KM. Expres Bahari Lintas Palembang-Muntok di Pelabuhan Boom Baru Palembang Ramadhani 1 dan Achmad Machdor Alfarizi 2 Jurusan Teknik Sipil Universitas IBA Palembang

Lebih terperinci

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

TERMINAL BUS TIPE A DI SURAKARTA

TERMINAL BUS TIPE A DI SURAKARTA LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR (LP3A) TERMINAL BUS TIPE A DI SURAKARTA Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik Diajukan Oleh : TITIS WULANDARI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1. TINJAUAN UMUM BAB I PENDAHULUAN 1.1. TINJAUAN UMUM Pemerataan pembangunan di seluruh penjuru tanah air merupakan program pemerintah sebagai usaha untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan terutama dibidang ekonomi.

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN

BAB III METODA PENELITIAN BAB III METODA PENELITIAN 3.1 Alur Kerja Gambar 3.1 Bagan Alir Tahapan Kegiatan III - 1 3.2 Pelaksanaan Survey Lalu Lintas 3.2.1 Definisi Survey Lalu Lintas Survey lalu lintas merupakan kegiatan pokok

Lebih terperinci

12-5. Gambar 1.4 Volume Lalu Lintas Jalan-Jalan Utama. Studi Sektoral (12) TRANSPORTASI DARAT

12-5. Gambar 1.4 Volume Lalu Lintas Jalan-Jalan Utama. Studi Sektoral (12) TRANSPORTASI DARAT 3) Standar Desain Standar desain jalan (1997) ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga 2 dan Pedoman Kapasitas Jalan Raya Indonesia (Versi Bahasa Inggris berjudul Indonesian Highway Capacity Manual,

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN SLEMAN

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN SLEMAN BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN SLEMAN 3.1. Tinjauan Umum Kota Yogyakarta Sleman Provinsi Derah Istimewa Yogyakarta berada di tengah pulau Jawa bagian selatan dengan jumlah penduduk 3.264.942 jiwa,

Lebih terperinci

BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta Kondisi Geografis

BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta Kondisi Geografis BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta 3.1.1. Kondisi Geografis Mengacu kepada Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Akhir Masa Jabatan 2007 2012 PemProv DKI Jakarta. Provinsi DKI Jakarta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dapat digunakan untuk memperkirakan kebutuhan (demand) yaitu dengan. menggunakan metode empat tahap (four stage method).

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dapat digunakan untuk memperkirakan kebutuhan (demand) yaitu dengan. menggunakan metode empat tahap (four stage method). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan transportasi merupakan rangkaian kegiatan persiapan pengadaan atau penyediaan sistem transportasi agar sesuai dengan tingkat kebutuhan (demand) pada setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Transportasi memiliki peran penting dalam suatu negara yaitu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Transportasi memiliki peran penting dalam suatu negara yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Transportasi memiliki peran penting dalam suatu negara yaitu menghubungkan serta menyatukan berbagai segi kehidupan masyarakat seperti ekonomi, sosial, budaya dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Umum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Umum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Umum Kali Tuntang mempuyai peran yang penting sebagai saluran drainase yang terbentuk secara alamiah dan berfungsi sebagai saluran penampung hujan di empat Kabupaten yaitu

Lebih terperinci

Gambar 10. Peta Jakarta dan Teluk Jakarta

Gambar 10. Peta Jakarta dan Teluk Jakarta IV. KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 4.1. Kondisi Geografis Kota Jakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata ± 7 meter di atas permukaan laut, terletak pada posisi 6 12' Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional)

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional) Geo Image 3 (2) (2014) Geo Image (Spatial-Ecological-Regional) http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/geoimage ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN PENDUDUK TERHADAP PERKEMBANGAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN GAJAH

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2004 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kian meningkat dalam aktivitas sehari-harinya. Pertumbuhan sektor politik,

BAB 1 PENDAHULUAN. kian meningkat dalam aktivitas sehari-harinya. Pertumbuhan sektor politik, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Ambon merupakan ibu kota Provinsi Maluku di Negara Republik Indonesia yang semakin berkembang, dikarenakan pertumbuhan penduduk di kota Ambon semakin hari semakin

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Keberhasilan pembangunan di bidang ekonomi yang dicapai selama ini telah menimbulkan berbagai tuntutan baru diantaranya sektor angkutan. Diperlukan tingkat pelayanan

Lebih terperinci

Chyntia Sami Bhayangkara 1. Mahasiswi Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, FMIPA UT. korespondensi:

Chyntia Sami Bhayangkara 1. Mahasiswi Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, FMIPA UT.  korespondensi: PENGUATAN KECAMATAN BALARAJA SEBAGAI PUSAT KEGIATAN WILAYAH MELALUI KONSEP SUSTAINABLE AGROINDUSTRIAL CITY (Studi Kasus: Kecamatan Balaraja, Kabupaten Tangerang) Chyntia Sami Bhayangkara 1 1 Mahasiswi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang pendahuluan yang merupakan bagian

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang pendahuluan yang merupakan bagian 1 BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas tentang pendahuluan yang merupakan bagian awal dari penelitian. Pendahuluan adalah awal suatu cara untuk mengetahui suatu masalah dengan cara mengumpulkan

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 41 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung 1. Keadaan Umum Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi di Republik Indonesia dengan areal daratan seluas 35.288 km2. Provinsi

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Sejarah Kota Bekasi Berdasarkan Undang-Undang No 14 Tahun 1950, terbentuk Kabupaten Bekasi. Kabupaten bekasi mempunyai 4 kawedanan, 13 kecamatan, dan 95 desa.

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

STUDI SEKTORAL (12) TRANSPORTASI DARAT

STUDI SEKTORAL (12) TRANSPORTASI DARAT Studi Implementasi Rencana Tata Ruang Terpadu Wilayah Metropolitan Mamminasata STUDI SEKTORAL (12) KRI International Corp. Nippon Koei Co., Ltd STUDI IMPLEMENTASI TATA Daftar Isi 1. SEKTOR TRANSPORTASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat luas, dirasakan sangat perlu akan kebutuhan adanya angkutan (transport) yang

BAB I PENDAHULUAN. sangat luas, dirasakan sangat perlu akan kebutuhan adanya angkutan (transport) yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Republik Indonesia yang berbentuk kepulauan dengan daerah yang sangat luas, dirasakan sangat perlu akan kebutuhan adanya angkutan (transport) yang efektif dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.I TINJAUAN UMUM Pembangunan di berbagai sektor bidang kehidupan bangsa yang dilaksanakan oleh pemerintah Republik Indonesia merupakan usaha untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA SURVEI

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA SURVEI BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA SURVEI 4.1 GAMBARAN UMUM KOTA SEMARANG Kota Semarang secara geografis terletak pada koordinat 6 0 50-7 0 10 Lintang Selatan dan garis 109 0 35-110 0 50 Bujur Timur

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI 3.1 TINJAUAN UMUM

BAB 3 METODOLOGI 3.1 TINJAUAN UMUM BAB 3 METODOLOGI 3.1 TINJAUAN UMUM Untuk dapat memenuhi tujuan penyusunan Tugas Akhir tentang Perencanaan Polder Sawah Besar dalam Sistem Drainase Kali Tenggang, maka terlebih dahulu disusun metodologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mobil Penumpang (emp) adalah faktor yang menunjukkan pengaruh berbagai tipe

BAB I PENDAHULUAN. Mobil Penumpang (emp) adalah faktor yang menunjukkan pengaruh berbagai tipe BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dalam perencanaan prasarana tranportasi jalan raya di Indonesia berpedoman pada Manual Kapasitas Jalan Raya (MKJI) tahun 1997. Ekivalensi Mobil Penumpang (emp) adalah

Lebih terperinci

PENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR

PENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR PENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR Oleh: EVA SHOKHIFATUN NISA L2D 304 153 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Negara berkembang mirip dengan Negara lainnya. Pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Negara berkembang mirip dengan Negara lainnya. Pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pola pertumbuhan kota dan tingkat urbanisasi yang terjadi di Indonesia sebagai Negara berkembang mirip dengan Negara lainnya. Pertumbuhan penduduk perkotaan di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidup. Peningkatan kualitas hidup

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidup. Peningkatan kualitas hidup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada zaman yang semakin modern ini pembangunan pesat terjadi pada berbagai bidang yang memberikan kemajuan pada sektor ekonomi, kesehatan, teknologi maupun berbagai

Lebih terperinci

repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN

repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Pembahasan mengenai Model Bangkitan Pergerakan Perumahan Perumahan di Kota Cimahi ini muncul dilatar belakangi oleh beberapa ayat Al Quran d ibawah ini : 1. Al-Quran Surat Saba ayat 18

Lebih terperinci

MPS Kabupaten Bantaeng Latar Belakang

MPS Kabupaten Bantaeng Latar Belakang MPS Kabupaten Bantaeng 1.1. Latar Belakang Kondisi sanitasi di Indonesia memang tertinggal cukup jauh dari negara-negara tetangga, apalagi dibandingkan dengan Malaysia atau Singapura yang memiliki komitmen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Semarang terletak antara garis 6 50-7 10 lintang selatan dan 109 35-110 50 bujur timur dengan 16 wilayah kecamatan di dalamnya. Kota Semarang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN Uraian Umum

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN Uraian Umum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Uraian Umum Banjir besar yang terjadi hampir bersamaan di beberapa wilayah di Indonesia telah menelan korban jiwa dan harta benda. Kerugian mencapai trilyunan rupiah berupa rumah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM 1.2 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM 1.2 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM Kota Semarang adalah ibukota Provinsi Jawa Tengah, yang terletak di dataran pantai Utara Jawa. Secara topografi mempunyai keunikan yaitu bagian Selatan berupa pegunungan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik 4.1.1 Wilayah Administrasi Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak pada 6 o 49 58 hingga 6 o 58 38 Lintang Selatan dan 107 o 32 32 hingga

Lebih terperinci

Kajian Potensi Sungai Tallo Kota Makassar sebagai Daya Tarik

Kajian Potensi Sungai Tallo Kota Makassar sebagai Daya Tarik TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Kajian Potensi Sungai Tallo Kota Makassar sebagai Daya Tarik Wisata dengan Konsep Revitalisasi Mukti Ali (1), Muhammad Adhim Arasy (2), Andi Risdayanti (2), Tristania Agatha K. (2)

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM Jaringan jalan merupakan salah satu prasarana untuk meningkatkan laju pertumbuhan perekonomian suatu daerah. Berlangsungnya kegiatan perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan penduduk dapat ditampung dalam ruang-ruang sarana sosial dan ekonomi, tetapi tidak akan berjalan dengan baik tanpa didukung oleh pelayanan infrastruktur yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. prioritas utama dalam pemenuhannya. Seiring dengan perkembangan jaman dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. prioritas utama dalam pemenuhannya. Seiring dengan perkembangan jaman dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan primer bagi umat manusia di mana pun berada selalu menjadi prioritas utama dalam pemenuhannya. Seiring dengan perkembangan jaman dan pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB IV ANALISA PERENCANAAN BAB IV ANALISA PERENCANAAN 4.1. Analisa Non Fisik Adalah kegiatan yang mewadahi pelaku pengguna dengan tujuan dan kegiatannya sehingga menghasilkan besaran ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi kegiatannya.

Lebih terperinci

tahun ke tahun. Demand bidang perdagangan dan perekonomian kota Sragen dalam kurun waktu mencapai peningkatan 60%. Namun perkembangan yang

tahun ke tahun. Demand bidang perdagangan dan perekonomian kota Sragen dalam kurun waktu mencapai peningkatan 60%. Namun perkembangan yang 1.1 LATAR BELAKANG Pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada suatu daerah disertai pertambahan penduduk dengan pergerakan yang tinggi mempengaruhi peningkatan mobilitas antar Propinsi, Kabupaten, Kecamatan,

Lebih terperinci

BAB 2 LATAR BELAKANG dan PERUMUSAN PERMASALAHAN

BAB 2 LATAR BELAKANG dan PERUMUSAN PERMASALAHAN 6 BAB 2 LATAR BELAKANG dan PERUMUSAN PERMASALAHAN 2.1. Latar Belakang Kemacetan lalu lintas adalah salah satu gambaran kondisi transportasi Jakarta yang hingga kini masih belum bisa dipecahkan secara tuntas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM Seiring perkembangan kegiatan perekonomian di wilayah Propinsi Jawa Tengah yang cukup pesat, maka Semarang sebagai Ibukota Propinsi memiliki peran besar dalam mendorong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banjir sudah menjadi masalah umum yang dihadapi oleh negaranegara di dunia, seperti di negara tetangga Myanmar, Thailand, Filipina, Malaysia, Singapore, Pakistan serta

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan wilayah merupakan program komprehensif dan terintegrasi dari semua kegiatan dengan mempertimbangkan

PENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan wilayah merupakan program komprehensif dan terintegrasi dari semua kegiatan dengan mempertimbangkan 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan wilayah merupakan program komprehensif dan terintegrasi dari semua kegiatan dengan mempertimbangkan sumberdaya yang ada dalam rangka memberikan kontribusi untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Yogyakarta merupakan ibukota Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan merupakan satu-satunya daerah tingkat II yang berstatus Kota di samping empat daerah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Perkembangan Pemukiman dan Bangkitan Perjalanan Pada awalnya manusia hidup secara nomad, berpindah-pindah dari suatu tempat ketempat lain untuk bertahan hidup dan mencari makanan.

Lebih terperinci

ANALISIS TUNDAAN PADA RUAS JALAN MAJAPAHIT KOTA SEMARANG DAN PENGARUHNYA TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) TUGAS AKHIR

ANALISIS TUNDAAN PADA RUAS JALAN MAJAPAHIT KOTA SEMARANG DAN PENGARUHNYA TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) TUGAS AKHIR ANALISIS TUNDAAN PADA RUAS JALAN MAJAPAHIT KOTA SEMARANG DAN PENGARUHNYA TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) TUGAS AKHIR Oleh: CAHYAWATI YULY FITRIANI HARYOPUTRI L2D 303 285 JURUSAN PERENCANAAN

Lebih terperinci