MERANTI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH. LAPORAN A HIR PenyusunanMas erpla PerencanaanPelabuhan/DermagaK abupatenk pulauanm anti

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MERANTI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH. LAPORAN A HIR PenyusunanMas erpla PerencanaanPelabuhan/DermagaK abupatenk pulauanm anti"

Transkripsi

1 PEMERINTAH KABUPATEN E KEPULAUAN MERANTI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH LAPORAN A HIR PenyusunanMas erpla PerencanaanPelabuhan/DermagaK abupatenk pulauanm anti e 20

2

3 PENGANTAR Laporan Akhir untuk pekerjaan Penyusunan Masterplan Perencanaan Dermaga/Pelabuhan Kab. Kep. Meranti ini merupakan apresiasi Konsultan terhadap rencana pelaksanaan dan penyelesaian pekerjaan tersebut di atas. Secara garis besar laporan ini berisi gambaran umum lokasi pekerjaan, arahan pengembangan wilayah, identifikasi lokasi, prioritas pengembangan simpul, Program pengembangan Pelabuhan. Semoga Laporan Akhir ini dapat memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan, serta dapat dijadikan acuan dalam memahami konsep kerja dan strategi penyelesaian pekerjaan yang kami rencanakan. Akhir kata, kami ucapkan terima kasih atas kesempatan yang diberikan kepada kami untuk dapat berperan dalam pekerjaan Penyusunan Masterplan Perencanaan Dermaga/Pelabuhan Kab. Kep. Meranti ini. Bandung, Desember 20 Ketua Tim i

4 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR GAMBAR... v DAFTAR TABEL... vi Bab PENDAHULUAN Latar Belakang Maksud dan Tujuan Pekerjaan Lingkup Pekerjaan Lokasi Pekerjaan Metodologi Konsep Pemahaman Pekerjaan Konsep Pendekatan Pekerjaan Konsep Pentahapan Bab 2 GAMBARAN UMUM LOKASI PEKERJAAN KONDISI WILAYAH DAN ADMINISTRASI Kondisi Fisik Geografis Pemerintahan Geologi Klimatologi Hidrologi Oceanografi ii

5 Bab KONDISI SOSIO EKONOMI Kependudukan Perekonomian Perikanan Perkebunan KARAKTERISTIK LINGKUNGAN Pulau Padang Pulau Merbau Pulau Tebing Tinggi Pulau Rangsang ARAHAN PENGEMBANGAN WILAYAH Umum Kebijakan Pelabuhan Nasional Undang Undang No 2 tahun 992 tentang Pelayaran Peraturan Pemerintah No. 69 tahun 200 tentang Kepelabuhan Keputusan Menteri Perhubungan No. 2 tahun 200 tentang Penyelenggaraan Angkutan Penyeberangan Keputusan Menteri Perhubungan No. 52 tahun 200 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan Penyeberangan Rencana Tata Ruang Wilayah Arahan Kebijakan dan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) Arahan Kebijakan dan Rencana Tata Ruang Wilayah Pulau Sumatera Kebijakan dan Rencana Tata Ruang Wilayah Riau Kebijakan dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti Bab IDENTIFIKASI LOKASI Umum Pulau Padang iii

6 . Pulau Merbau Pulau Rangsang Pulau Tebing Tinggi Bab 5 PRIORITAS PENGEMBANGAN SIMPUL Konsep Dasar Pengembangan Kriteria Pengembangan Simpul Kriteria Analisis Pembobotan Kriteria Perbandingan Karakteristik dan Skoring Simpul Bab 6 PROGRAM PENGEMBANGAN PELABUHAN GRAND STRATEGY DAN KEBIJAKAN PROGRAM AKSI PENGEMBANGAN PELABUHAN Prioritas Pengembangan Simpul Pelabuhan Prioritas Pengembangan Moda Penyeberangan iv

7 DAFTAR GAMBAR Gambar. Gambar.2 Peta orientasi lokasi pekerjaan Konsep Pendekatan Metode Pelaksanaan Pekerjaan Gambar 2. Wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti Gambar 2.2 Peta Administratif Kabupaten Meranti Gambar 2. Grafik pasang surut 5 hari saat pengamatan Bulan Juni 200 di Sta. Batu Ampar Pulau Batam Gambar. Wilayah Pulau Padang Gambar.2 Wilayah Pulau Merbau Gambar. Wilayang pulau Rangsang Gambar. Wilayang pulau Tebing Tinggi... 9 Gambar 5. Pelabuhan Prioritas berdasarkan analisis v

8 DAFTAR TABEL Tabel 2.2 Tabel 2. Tabel 2. Tabel 2. Tabel 2. Tabel 2.5 Tabel 2.6 Tabel 2.7 Tabel 2.8 Tabel 2.9 Wilayah Administrasi Kabupaten Kepulauan Meranti Jumlah Penduduk Kabupaten Kepulauan Meranti Periode Nilai Ekspor Kabupaten Kepulauan Meranti Menurut Pelabuhan Tahun (US$) Nilai Impor Kabupaten Kepulauan Meranti Menurut Pelabuhan Tahun (US$) Ekspor Melalui Kabupaten Kepulauan Meranti Menurut Komuditas Tahun Impor Melalui Kabupaten Kepulauan Meranti Menurut Komuditas Tahun Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Kepulauan Meranti Tahun Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Kepulauan Meranti Atas Dasar Harga Berlaku Tahun PDRB Kabupaten Kepualan Meranti atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Periode Tahun (juta Rp) Produksi Perikanan Menurut Kecamatan Tahun 2009 (ton) Produksi Tanaman Bahan Perkebunan Menurut Kecamatan Tahun 2009 (ton) Data Administratif Wilayah Pulau Padang (Kecamatan Merbau) Data Administratif Wilayah Pulau Merbau Data Administratif Wilayah Kecamatan Tebing Tinggi Timur Data Administratif Wilayah Kecamatan Tebing Tinggi Data Administratif Wilayah Kecamatan Tebing Tinggi Barat Data Administratif Wilayah Kecamatan Rangsang Barat Data Administratif Wilayah Kecamatan Rangsang Barat Tabel. Deskripsi Struktur Ruang Wilayah Riau sampai dengan Tabel. Kebutuhan dan Sumber Data Tabel.2 Kriteria/Pertimbangan Pengembangan Transportasi Penyeberangan Tabel 2.5 Tabel 2.6 Tabel 2.7 Tabel 2.8 Tabel 2.9 Tabel 2.0 Tabel 2. Tabel 2.2 vi

9 Tabel 5. Kriteria Pertimbangan Pengembangan Transportasi Penyeberangan Tabel 5.2 Bobot Kriteria /Pertimbangan Pengembangan Transportasi Penyeberangan vii

10 Bab PENDAHULUAN. LATAR BELAKANG Pelabuhan sebagai prasarana transportasi merupakan salah satu komponen kawasan yang sangat penting bagi perkembangan kegiatan ekonomi wilayah, terutama bagi kawasan yang berbatasan langsung dengan lautan. Dalam hal ini pelabuhan mempunyai peran sebagai simpul atau outlet dari pergerakan orang dan barang dari dan ke kawasan dimaksud ke dunia luar. Pergerakan barang dari kawasan hinterland ke dunia luar dan sebaliknya sangat tergantung pada seberapa mampu suatu pelabuhan melakukan pelayanan intermodality. Suatu pelabuhan yang baik adalah pelabuhan yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang memadai, yang mampu memfasilitasi pergerakan intermodality secara efisien dan efektif. Suatu pelabuhan yang efisien merupakan prasyarat bagi perkembangan ekonomi dari suatu kawasan. Karena dengan adanya pelabuhan yang efisien berarti komponen biaya transport bagi pengiriman barang dari dan ke kawasan dapat ditekan, yang pada gilirannya akan menyebabkan hasil produksi kawasan menjadi kompetitif di pasaran lokal, nasional maupun internasional. Hal ini pada akhirnya akan menyebabkan kegiatan ekonomi di kawasan yang bersangkutan akan menjadi bergairah. Kabupaten Kepulauan Meranti sebagai Kabupaten baru yang terdiri dari pulau utama dan beberapa pulau kecil sangat memerlukan sarana dan prasarana pelabuhan guna menunjang kegiatan di pulau-pulau yang ada di kabupaten tersebut. Dan tentunya sejalan dengan perubahan peran dan fungsi kawasan kabupaten Kepulauan Meranti di masa mendatang, maka intensitas aktifitas jasa dan aktifitas ekonomi di kabupaten Kepualauan Meranti dan sekitarnya di masa mendatang akan makin meningkat secara signifikan. Dengan terjadinya perubahan intensitas kegiatan ekonomi, jasa dan sosial, maka tuntutan untuk tersedianya prasarana pelabuhan yang memadai menjadi suatu keharusan. Karena jika hal ini tidak dipenuhi, maka harapan untuk menjadikan Kabupaten Kepulauan Meranti sebagai basis ekonomi Riau hanyalah menjadi impian belaka. Dalam rangka mendukung pengembangan prasarana pelabuhan/dermaga di Kabupaten Kepulauan Meranti, maka Pemerintah Kabupaten Kepulauan Meranti - melalui Badan Perencanaan Pembangunan Daerah bermaksud melakukan suatu kajian yang komprehensif berkaitan dengan masalah pengembangan pelabuhan atau dermaga yang tersebar di Kabupaten Kepulauan Meranti. Kajian pengembangan pelabuhan ini akan dilakukan dalam suatu kegiatan Masterplan Perencanaan Dermaga/Pelabuhan Kabupaten Kepulauan Meranti. Diharapkan dengan adanya studi ini dapat dirumuskan rencana induk pengembanganpelabuhan yang komprehensif, yang terdiri dari rencana pengembangan prasarana pokok pelabuhan maupun prasarana penunjangnya, baik di sisi laut (sea-side) maupun di sisi darat (land-side). Dengan adanya rencana pengembangan pelabuhan ini diharapkan Pemerintah kabupaten akan mempunyai acuan yang mantap dalam melaksanakan program-program pembangunan Pelabuhan atau Dermaga yang berada di Kabupaten Kepulauan Meranti, sedemikian sehingga pelabuhan-pelabuhan akan dapat dikembangkan menjadi pelabuhan yang -

11 berperan secara regional, baik untuk kawasan Kabupaten Kepulauan Meranti maupun untuk kawasan di sekitarnya..2 MAKSUD DAN TUJUAN PEKERJAAN Maksud dari studi ini adalah melakukan kajian komprehensif mengenai rencana pengembangan pelabuhan atau dermaga yang tersebar di Kabupaten Kepulauan Meranti, baik di sisi darat (land-side) maupun di sisi-laut (seaside). Sedangkan tujuan dari pelaksanaan pekerjaan ini adalah untuk mengkaji kelayakan pembangunan Pelabuhan/Dermaga di Kab. Kepulauan Meranti dan merumuskan atau menyusun rencana induk (masterplan) pengembangan Dermaga/Pelabuhan di Kab. Kepulauan Meranti. LINGKUP PEKERJAAN Untuk mencapai hasil yang maksimal, maka studi ini haruslah disusun dengan memperhitungkan aspek-aspek teknis dan finansial yang tercakup didalamnya nilai sosial ekonomis, operasional, dan lingkungan. Aspek-aspek tersebut tercakup dalam ruang lingkup pekerjaan ini, sebagai berikut: ) Pekerjaan Persiapan 2) Pengumpulan data Sekunder dan Primer Data sekunder dikumpulkan dari dokumen studi terdahulu yang terkait langsung maupun tidak langsung dengan pekerjaan ini, misalnya lokasi Quarry, hasil studi sedimentasi, studi pantai, studi hidrologi, laporan arus lalulintas barang & penumpang, dan lain-lain. Data Primer merupakan data hasil survei yang dilaksanakan untuk mengetahui kondisi fisik, transportasi, dan sosial ekonomi lokasi pekerjaan saat ini, terdiri dari: a) Kondisi topografi b) Kondisi sistem transportasi c) Kondisi sosial ekonomi ) Analisa Arus dan Lalulintas Barang ) Pengolahan dan analisis data 5) Analisa Kebutuhan Sarana dan Prasarana 6) Perencanaan Teknis Pelabuhan. LOKASI PEKERJAAN Lokasi pekerjaan Masterplan Pelabuhan Kabupaten Kepulauan Meranti, Propinsi Riau adalah seluruh pelabuhan penyeberangan dan alur transportasi Pelabuhan Penyeberangan di Kabupaten Kepulauan Meranti meliputi kawasan: Kecamatan Merbau, Kecamatan Pulau Merbau, Kecamatan Rangsang Barat, Kecamatan Rangsang, Kecamatan Tebing Tinggi Barat, Kecamatan Tebing Tinggi, dan Kecamatan Tebing Tinggi Timur. Untuk lebih jelasnya peta orientasi pekerjaan dapat dilihat pada Gambar.. -2

12 Gambar. Peta orientasi lokasi pekerjaan. -

13 .5 METODOLOGI.5. KONSEP PEMAHAMAN PEKERJAAN Selain jaringan transportasi, simpul transportasi (Pelabuhan) merupakan salah satu bagian dari sistem transportasi yang diperlukan untuk mencukupi kebutuhan bongkar muat arus barang dan penumpang. Dengan adanya pelabuhan ini diharapkan dapat dipenuhi kebutuhan bongkar muat arus barang dan penumpang yang menunjang pembangunan/perkembangan wilayah di Kabupaten Kepulauan Meranti.Dengan demikian, pembangunan pelabuhan bukanlah merupakan kegiatan yang berdiri sendiri, tapi berkaitan erat dengan aspekaspek ekonomi dan sosial yang berada dalam jangkauan pelayanan angkutan pelabuhan tersebut. Pengembangan pelabuhan penyeberangan secara prinsip dapat memperlancar mobilisasi dan distribusi kebutuhan pokok, kendaraan maupun orang serta memperlancar pelaksanaan program pemerintah di kawasan penyeberangan. Dampak peningkatan aksesibilitas transportasi adalah peningkatan kinerja ekonomi di kawasan yang terhubungkan oleh transportasi tersebut. Namun demikian, peningkatan aksesibilitas transportasi memerlukan pengembangan sarana dan prasarana pendukungnya. Pengembangan di wilayah tersebut memerlukan suatu masterplan (rencana induk) yang cukup komprehensif yang dapat secara optimum menjadi acuan pengembangan kegiatan transportasi penyeberangan di masa mendatang. Pola dan arahan dalam masterplan transportasi penyeberangan di suatu region (kawasan) dilakukan atas berbagai pertimbangan, diantaranya adalah faktor kondisi transportasi penyeberangan saat ini, pertimbangan kebutuhan transportasi penyeberangan, faktor sinergi dan kompetisi antar moda transportasi (terutama dengan transportasi jalan raya dan laut), kelembagaan transportasi penyeberangan yang berkembang, parameter lingkungan pelabuhan dan lintasan penyeberangan, faktor kelayakan teknis, kelayakan ekonomi regional, kelayakan finansial dan operasinal dan faktor lain yang menunjukkan peluang maupun kendala pembangunan transportasi penyeberangan. Sehubungan dengan uraian di atas, maka dalam rangka pengembangan sarana dan prasarana angkutan Penyeberangan untuk menghubungkan wilayah-wilayah tersebut di atas, perlu dilakukan studi yang mendalam, baik secara mikro maupun secara makro. Studi yang dilakukan secara makro, adalah menyangkut kondisi sosial ekonomi pada masa kini serta kecenderungannya dimasa datang yang meliputi potensi-potensi dan permasalahan-permasalahan yang ada, yakni pengaruhnya terhadap daerah belakang (hinterland), seperti perdagangan, kemungkinan-kemungkinan sistem perhubungan darat yang berpengaruh terhadap angkutan Penyeberangan, kebijaksanaan (policy) dan kebijakan (wisdom) yang diterapkan, baik yang berasal dari Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah. Studi-studi makro dilaksanakan dalam berbagai kegiatan seperti studi pendukung, studi pra kelayakan, studi kelayakan, studi masterplan, studi lingkungan, dll. Studi mikro (detil) yang dilakukan adalah dengan menentukan lokasi pelabuhan penyeberangan yang aman dari pengaruh dan sifat-sifat perairan (angin, gelombang, arus pasang surut dan lain-lain), kedalaman kolam pelabuhan, alur pelayaran, kriteria-kriteria navigasi serta pemenuhan terhadap standar-standar keselamatan yang berlaku, termasuk di dalamnya perumusan dokumen-dokumen pra konstruksi, penilaian konstruksi dan kegiatan sipil pelabuhan lainnya. Studi mikro diakomodir dalam kegiatan penyusunan Detail Engineering Design (DED) dan kegiatan pengawasan/evaluasi konstruksi. -

14 Tahapan dan jenis studi pengembangan pelabuhan penyeberangan dilakukan dalam beberapa tahapan, yaitu: ƒ Survei Potensi Penyeberangan yang menghasilkan potret, gambaran dan deskripsi potensi dan kemungkinan pelayanan angkutan penyeberangan di wilayah kerja dengan rekomendasi pengembangan per region/sub region/cluster penyeberangan. ƒ Pradesain Pelabuhan Penyeberangan (Tahap ) yang menghasilkan pola pengembangan simpul pelabuhan dan lintasan yang vital untuk dikembangkan. ƒ Pradesain Pelabuhan Penyeberangan (Tahap 2) yang berisi pra kelayakan dan kelayakan simpul pelabuhan penyeberangan serta inventarisasi alternatif lokasi pelabuhan penyeberangan yang layak untuk dikembangkan. ƒ Pradesain Pelabuhan Penyeberangan (Tahap ) yang berisi penyusunan rencana induk (masterplan) dan indikasi program pengembangan lokasi pelabuhan penyeberangan beserta studi lingkungan. ƒ Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Penyeberangan yang menghasilkan dokumen perencanaan konstruksi. Dalam Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti ini meliputi aspek-aspek yang wajib diperhatikan, antara lain: Tatanan Kepelabuhanan Nasional, Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota dan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, kelayakan teknis, kelayakan ekonomis, pertumbuhan ekonomi dan perkembangan sosial, kelayakan lingkungan, keterpaduan intra dan antar moda, adanya aksesibilitas terhadap hinterland, keamanan dan keselamatan pelayaran, serta pertahanan dan keamanan negara..5.2 KONSEP PENDEKATAN PEKERJAAN Angkutan penyeberangan seperti halnya dengan jenis angkutan lainnya merupakan kegiatan yang bekaitan erat dengan aspek-aspek sosial, ekonomi pada wilayah yang dipengaruhi oleh kegiatan tersebut atau yang berada pada jangkauan pelayanannya. Selain itu angkutan penyeberangan akan sangat erat kaitannya dengan sistem transportasi secara keseluruhan dan khususnya dengan sistem transportasi angkutan penyeberangan. Oleh karena itu secara umum lingkup studi ini akan mencakup: Studi Fisik, Sosial Ekonomi dan Sistem Transportasi pada wilayah pengaruh/wilayah pelayanan. Pendekatan pekerjaan dapat dilihat pada Gambar.2. -5

15 Karakteristik Wilayah Fungsional Struktur Tata Ruang Perkembangan Sosial Ekonomi Kegiatan Transportasi Perkembangan Struktur Tata Ruang Peranan Transportasi Yang Diharapkan Konstelasi Simpul-Simpul Peranan Angkutan Penyeberangan Dalam Sistem Trasportasi Yang Ada Kebutuhan Angkutan Pelayaran Rekomendasi Untuk Aspek Pelaksanaan Peranan Umum Angkutan Pelayaran : Rute Pelayaran Kapal Penyeberangan Operasional Penyeberangan Tahapan Pengembangan Pertimbangan Fisik Makro/Makro dan Potensi Navigasi Lokasi Dermaga/Terminal Pertimbangan Fisik Makro Konsep Pengembangan Dermaga/ Terminal Gambar.2 Konsep Pendekatan Metode Pelaksanaan Pekerjaan -6

16 Penilaian terhadap aspek sosial-ekonomi dan sistem transportasi ditekankan pada kemungkinan perkembangannya dimasa depan yang didalam studinya diarahkan pada pertimbangan penentuan lintasan penyeberangan, tipe, ukuran dan kapasitas kapal yang akan dioperasikan. Langkah lebih lanjut dari studi ini adalah penentuan lokasi/site dan Pradesain/tata letak pelabuhan dengan mempertimbangkan faktor-faktor fisik. Atas dasar uraian tersebut di atas, maka secara keseluruhan studi ini akan mengakomodasi aspek-aspek: tatanan kepelabuhan Nasional, Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota dan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, kelayakan teknis, kelayakan ekonomis, pertumbuhan ekonomi dan perkembangan sosial, kelayakan lingkungan, keterpaduan intra dan antar moda, adanya aksesibilitas terhadap hinterland, keamanan dan keselamatan pelayaran, serta pertahanan dan keamanan negara, termasuk penentuan koordinat geografi lokasi pelabuhan, kebijaksanaan pemerintah daerah baik sektoral maupun spasial. Dengan demikian diharapkan adanya sinkronisasi antara pengembangan angkutan penyeberangan dengan program pembangunan daerah..5. KONSEP PENTAHAPAN Tahapan dan jenis studi pengembangan pelabuhan penyeberangan dilakukan dalam beberapa tahapan, yaitu:. Survei Potensi Penyeberangan yang menghasilkan potret, gambaran dan deskripsi potensi dan kemungkinan pelayanan angkutan penyeberangan di wilayah kerja dengan rekomendasi pengembangan per region/sub region/cluster penyeberangan. 2. Pradesain Pelabuhan Penyeberangan (Tahap ) yang menghasilkan pola pengembangan simpul pelabuhan dan lintasan yang vital untuk dikembangkan. Adapun kajian yang dilakukan pada tahapan ini meliputi: Kajian atas aspirasi masyarakat Kajian atas kebutuhan dan aspirasi pengelola transportasi wilayah Kajian atas indikasi lokasi dan pengembangan simpul pelabuhan penyeberangan Kajian atas sinergisitas antar moda di wilayah kerja Sedangkan tahapan studi kelayakan dan masterplan pada lingkup kegiatan ini masih terbatas pada lingkup tahapan pengembangan dari pelabuhan yang diprioritaskan pengembangannya atau memenuhi persyaratan kelayakan..5.. Pra Studi Kelayakan Kegiatan ini merupakan suatu preliminary appraisal atau site reconnaissance survey terhadap suatu kawasan yang berdasarkan potensi permintaan (demand) untuk mengetahui secara indikatif apakah suatu rencana kegiatan layak untuk dikaji dengan studi kelayakan (feasibility study). Tahapan Pra Studi Kelayakan meliputi: Review studi pendukung survei potensi transportasi penyeberangan sebelumnya Review indikasi simpul pelabuhan yang sudah diteliti sebelumnya Review program pengembangan transportasi penyeberangan secara regional Review indikasi kebutuhan pengembangan transportasi penyeberangan regional Survei literatur standar operasional dan pembangunan transportasi penyeberangan Survei data perencanaan pengembangan kawasan yang terkait dengan region Kabupaten Kepulauan Meranti serta kawasan regional di sekelilingnya Survei data sosial ekonomi Survei literatur peta tematik maupun peta dasar Survei aksesibilitas transportasi penyeberangan (survei pendahuluan lokasi)

17 .5..2 Studi Kelayakan Kegiatan ini merupakan suatu appraisal guna mengetahui kelayakan suatu kegiatan untuk dilaksanakan pembangunan. Adapun tahapan Studi Kelayakan meliputi: Penelitian alur penyeberangan di pelabuhan terkait dan survei lokasi outlet serta simpul transportasi di sekitar region terkait Analisis kondisi fisik alur penyeberangan dan lokasi pelabuhan penyeberangan Survei pergerakan penumpang dan barang di region terkait Penelitian seluruh simpul penyeberangan dan kegiatan transportasi penyeberangan di region terkait Survei kegiatan moda transportasi lainnya yang terkait dengan kegiatan transportasi penyeberangan Estimasi proyeksi kegiatan transportasi penyeberangan berupa proyeksi arus barang dan penumpang di setiap lintasan yang direncanakan Kajian kelayakan ekonomi, finansial dan operasional di lintasan dan simpul pelabuhan penyeberangan dalam region terkait Analisis kebutuhan lintasan transportasi penyeberangan Analisis kebutuhan fisik pelabuhan penyeberangan dan sarana transportasi penyeberangan Analisis kegiatan transportasi penyeberangan Analisis biaya transportasi penyeberangan Analisis keterpaduan antar moda transportasi Analisis awal kajian aspek keselamatan pelayaran dan kajian lingkungan.5.. Penyusunan Rencana Induk Kegiatan ini merupakan acuan umum bagi arah dan pola pembangunan transportasi penyeberangan pada region terkait. Produk rencana umum (masterplan) dalam Pradesain Transportasi Penyeberangan Tahap, terbagi dalam dua jenis : Masterplan Pengembangan Transportasi Penyeberangan di region terkait Masterplan Pengembangan Lokal Pelabuhan Penyeberangan Tahapan kegiatan penyusunan rencana induk (masterplan) pengembangan transportasi penyeberangan di region terkait terdiri atas: Penyusunan Masterplan Pengembangan Transportasi Penyeberangan di lingkup region terkait Penentuan prioritas pembangunan transportasi penyeberangan yang lebih rinci di region penyeberangan terkait (prioritas pengembangan pelabuhan penyeberangan, prioritas pengembangan lintasan, prioritas pengembangan kebijakan, estimasi anggaran dan estimasi manajemen dan kelembagaan terkait transportasi penyeberangan) Penyusunan jadwal dan implementasi program pembangunan transportasi penyeberangan di region terkait Tahapan kegiatan penyusunan rencana induk (masterplan) pengembangan lokal pelabuhan penyeberangan terdiri atas: Survei topografi di beberapa simpul penyeberangan dengan prioritas pembangunan utama atau mendesak Pengukuran topografi di simpul penyeberangan yang mendesak untuk dibangun

18 Pemilihan lokasi di simpul penyeberangan prioritas Pembuatan layout masterplan sesuai kebutuhan pembangunan Pola dan arahan pembangunan di lokasi terkait Besaran fisik, kebutuhan ruang, zonasi Estimasi Biaya Pembangunan Estimasi Pola Operasional Estimasi sarana dan prasarana transportasi penyeberangan Perumusan kriteria Studi Pradesain Transportasi Lanjutan (Tahap 2) Rekomendasi studi pendukung dan lanjutan yang diperlukan -9

19 Bab 2 Gambaran Umum Lokasi Pekerjaan 2. KONDISI WILAYAH DAN ADMINISTRASI Lokasi studi yang tercakup pada Pekerjaan Penyusunan Masterplan Perencanaan Dermaga/Pelabuhan Kabupaten Kepulauan Meranti ini terdiri dari Pulau Padang, Pulau Merbau, Pulau Rangsang, dan Pulau Tebing Tinggi. 2.. KONDISI FISIK GEOGRAFIS Secara geografis, Kabupaten Kepulauan Meranti terletak di Propinsi Riau bagian timur (Gambar 2.) dengan posisi lintang 025'6 Lintang Utara - 000' Lintang Utara dan 0200'0 Bujur Timur - 00 Bujur Timur. Kabupaten Meranti memiliki luas wilayah sekitar.707,8 km2. Gambar 2. Wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti Letak Kabupaten Meranti sangat strategis, karena disamping berada di tepi alur pelayaran internasional yang paling sibuk di dunia, yakni Selat Malaka, juga berada pada kawasan segitiga pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2-

20 Malaysia-Singapura (IMS-GT) dan kawasan segitiga pertumbuhan Ekonomi Indonesia-Malaysia-Thailand (IMTGT). Kabupaten termuda ini, secara geografis, berada di jalur pelayaran dan perdagangan internasional Selat Melaka di dua negara yakni Malaysia dan Singapura, serta secara alamiah sudah menjadi daerah hinterland kawasan Free Trade Zone (FTZ) Batam dan Tanjungbalai Karimun. Posisi ini menjadikan peluang bagi Kabupaten Kepulauan Meranti dalam pengembangan potensi ekonominya ke depan sebagai garda terdepan untuk Provinsi Riau dalam membuat simpul ekonomi di kawasan pesisir. Skenario untuk membuka simpul Meranti akan memberikan dampak yang besar. Pasalnya, Kepri, satu sisi sudah terbentuk sebagai daerah tujuan investasi. Berbagai industri menjamur di Batam, Balai Karimun dan daerah daerah hinterland lainnya di Kepri. Sedangkan Riau, merupakan daerah yang sangat kaya akan material untuk berbagai kebutuhan industri. Kabupaten Kepulauan Meranti bisa menjadi kabupaten yang memiliki peranan penting sebagai hinterland jalur strategis antara Provinsi Riau, Kepulauan Riau dan negara tetangga Malaysia dan Singapura. Untuk mewujudkannya, dengan posisi strategis sebagai kawasan interkoneksi, maka ke depan perlu ditunjang infrastruktur perhubungan yang memadai. Wilayah Kabupaten Meranti merupakan dataran rendah, rata-rata ketinggian antara 2-7 meter diatas permukaan laut (Tabel 2.), sebagian besar merupakan tanah organosol, yaitu jenis tanah yang banyak mengandung bahan organik. Terdapat sungai, tasik (danau) serta pulau besar dan kecil. Adapun pulau-pulau besar dimaksud, pulau Tebing Tinggi, pulau Rangsang, serta pulau Padang dan pulau Merbau. Tinggi Ibukota Kecamatan di Kabupaten Kepulauan Meranti dari Permukaan Laut Tabel 2. No Kecamatan Ibukota Kecamatan Tinggi Rata Rata (m) Merbau Teluk Belitung 5 2 Rangsang Tanjung Samak 6 Rangsang Barat Bantar 6 Tebing Tinggi Selatpanjang 7 5 Tebing Tinggi Barat Alai 7 6 Pulau Merbau Kuala Merbau 5 7 Tebing Tinggi Timur Sungai Tohor 7 Sumber : Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Bengkalis, PEMERINTAHAN Kabupaten Kepulauan Meranti merupakan salah satu kabupaten otonomi baru, dibentuk berdasarkan UU No 2/2009. Kabupaten Kepulauan meranti merupakan daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkalis, pada awalnya memiliki 5 kecamatan kemudian dimekarkan menjadi 7 kecamatan (Gambar 2.2 dan Tabel 2.2). 2-2

21 Gambar 2.2 Peta Administratif Kabupaten Meranti Wilayahnya mencakup daratan bagian timur pulau Sumatera dan wilayah kepulauan, dengan luas adalah.707,8km2, dan mempunyai batas-batas sebagai berikut : Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka dan Kabupaten Bengkalis Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Siak Sebelah Barat dengan Kabupaten Siak dan Kabupaten Bengkalis Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Malaka Tabel 2.2 No. Kecamatan Wilayah Administrasi Kabupaten Kepulauan Meranti Ibukota Kecamatan Luas Daratan (Ha) Persentas luas (%) Desa da Kelurahan Selatpanjang ,27 9 Alai 9.80,75 8 Tebing Tinggi 2 Tebing Tinggi Barat Merbau Teluk Belitung.02 0,86 Rangsang Tanjung Samak Rangsang Barat Bantar , Pulau Merbau Kuala Merbau 2.5 6, Tebing Tinggi Timur Sungai Tohor Jumlah Sumber : Kabupaten Kepulauan Meranti Dalam Angka

22 2.. GEOLOGI Secara umum wilayah Kepulauan Meranti merupakan kelompok dari formasi vulkanik yang membeku dan membentuk gelombang dan tonjolan pada permukaan bumi yang disebut pulau. Berdasarkan peta geologi dari pusat penelitian dan pengembangan geologi disimpulkan bahwa stratigrafi wilayah Kepulauan Meranti umumnya disusun oleh kuarter berupa alluvial muda (batuan sedimen endapan muda), yang terdiri dari lapisan lempung, kerikil-kerikilan, sisa-sisa tumbuhan, rawa gambut dan terumbu koral. Sebaran disepanjang pesisir pantai dan melebar ke arah daratan sebagian berupa daerah rawa. Jenis tanah didominasi oleh tanah organosol dan gel humus yang sebagian besar mengandung gambut. 2.. KLIMATOLOGI Dari aspek klimatologi, Kabupaten Kepulauan Meranti terletak di dataran rendah yang beriklim tropis yang sangat dipengaruhi oleh sifat iklim laut dengan temperatur udara berkisar antara C, dengan curah hujan berkisar antara mm/tahun. Musim kemarau di Kabupaten Kepulauan Meranti pada umumnya terjadi pada bulan Februari Agustus dan musim hujan terjadi pada bulan September Januari dengan jumlah hari hujan berkisar antara 25 6 hari/tahun HIDROLOGI Selain sebagai jalur transportasi, sungai di Kabupaten Kepulauan Meranti juga berfungsi sebagai sumber air. Kabupaten Kepulauan Meranti memiliki beberapa sungai, baik besar maupun kecil, sebanyak buah sungai diantaranya terdapat di Kecamatan Merbau, Kecamatan Rangsang, Kecamatan Tebing Tinggi dan Kecamatan Tebing Tinggi Barat. Sungai - sungai tersebut adalah Sungai Suir, Sungai Suir Kanan, Sungai Jabi, Sungai Pinang Rapat, Sungai Simpang Kiri, Sungai Mengkopot, Sungai Batang Hari, Sungai Sokop, Sungai Bokor, Sungai Perumbi, Sungai Penyagun, Sungai Centai, Sungai Merbau, Sungai Guba, Sungai Selat Akar, Sungai Tohor, Sungai Dedap, Sungai Penekat, Sungai Juling, Sungai Suak Nipah, Sungai Gelora/Pasar Baru, Sungai Borot, Sungai Melibur, Sungai Lukit, Sungai Mengkuang, Sungai Mengkikit, dan Sungai Alah Air, Sungai Banglas, Sungai Pelimau, dan Sungai Dorak (Meranti dalam Angka 200). Selain itu terdapat sungai yang terdapat tasik diantaranya Tasik Air Putih Kecamaatan Rangsang, Tasik Nambus Kecamatan Tebing Tinggi Barat, Tasik Penyagun Kecamatan Rangsang, Tasik Ular Kecamaatan Rangsang, Tasik Meskil Kecamatan Rangsang, Tasik Penekat Kecamaatan Rangsang, Tasik Tanjung Padang Kecamatan Merbau, dan Tasik Putri Puyu berada di Tanjung Padang Kecamatan Merbau. Selain sungai, sumber air di Kabupaten Kepuluan Meranti juga berasal dari air tanah. Kualitas air tanah di daerah wilayah pesisir bersifat asam atau payau dengan salinitas tinggi, sehingga untuk kebutuhan air seharihari, sebagian besar penduduk memanfaatkan air hujan. Kualitas air di perairan pesisir pada umumnya dipengaruhi oleh aktivitas masyarakat disepanjang sungai yang bermuara ke perairan tersebut, kegiatan wilayah pesisir itu sendiri, dan kegiatan laut lepas yang berbatasan dengan perairan pesisir dimaksud. Sungai-sungai ini banyak dilayari oleh kapal-kapal dan kegiatan penduduk seperti perkebunan, perikanan, perkayuan, dan lainlain. Keadaan drainase wilayah sebagian besar dicirikan oleh adanya tanah gambut yang tersebar di Kecamatan Tebing Tinggi dan Rangsang. Hampir seluruh wilayah pesisir kadang- kadang terjadi genangan. Keberadaan gambut yang mendominasi lahan Kabupaten Kepulauan Meranti merupakan kantong-kantong penyimpanan air yang sangat besar.

23 2..6 OCEANOGRAFI ) Ekosistem Laut dan Pesisir Ekosistem laut dan pesisir di Kabupaten Kepulauan Meranti didomonasi oleh ekosistem rawa gambut dan mangrove, berupa sagu, hutan bakau, nipah dan api - api. Berbagai ekosistim tersebut menyediakan fungsi yang sangat besar untuk kehidupan di wilayah pesisir dan laut. Kawasan hutan sagu yang tumbuh pada lahan rawa gambut di Kabupaten Kepulauan Meranti, menghasilkan sagu yang berkualitas sangat baik dengan jumlah produksi cukup besar, sehingga ditetapkan sebagai produk komoditi unggulan dan menjadi basis kegiatan ekonomi masyarakat tempatan. 2) Karakteristik Pantai Kondisi pantai di Kabupaten Kepulauan Meranti pada umumnya landai, berlumpur dan hanya sebagian saja yang berpasir putih halus. Karakteristik pantai berlumpur dipengaruhi oleh sedimentasi yang cukup tinggi dan sebagian besar kawasan pesisir didominasi oleh lahan rawa gambut. Karakteristik pantai tersebut dapat menjadikan peluang untuk mengembangkan pariwisata dan perikanan. Abrasi pantai terjadi pada kawasan pesisir yang berhadapan langsung dengan perairan Selat Malaka dikarenakan arus gelombang dari perairan Selat Malaka yang cukup kuat dan besar dan makin berkurangnya ekosistem hutan bakau seperti di Pulau Rangsang. ) Kedalaman Laut Berdasarkan peta Lingkungan Laut Nasional (LLN) lembar 06/Riau, kedalaman laut Kabupaten Kepulauan Meranti berkisar antara - 20 meter. Pada lokasi - lokasi tertentu memiliki kedalaman 20-0 meter yang efektif untuk dijadikan sebagai pelabuhan, seperti pelabuhan Selatpanjang, Teluk Belitung dan Tanjung Samak. Sedangkan untuk kategori laut kedalaman berikisar hingga 0 meter adalah perairan Selat Malaka. ) Kondisi Air Laut Kondisi air laut Kabupaten Kepulauan Meranti dipengaruhi oleh proses sedimentasi, lahan rawa gambut, limbah industri dan limbah kapal. Kondisi air dengan tingkat kekeruhan cukup tinggi karena pengaruh sedimentasi dan lahan rawa gambut. Potensi sumber daya perikanan diperairan ini relatif kecil, sehingga tidak dimanfaatkan sebagai areal tangkap. Namun pada masa mendatang, kawasan pesisirnya masih dapat dimanfaatkan sebagai lokasi pengembangan budidaya perikanan air payau. Kondisi air laut yang tercemar olah limbah kapal (minyak) dan kegiatan industri terkonsentrasi diperairan Selat Malaka. Tingkat pencemaran air laut yang sudah berlangsung lama, mengurangi jumlah produksi perikanan dan biota laut lainnya, khususnya pada areal tangkap di perairan Selat Malaka. Berkurangnya jumlah produksi perikanan di pengaruhi pula oleh perubahan arus air laut dan jalur pelayaran kapal yang menghambat berkumpulnya plankton - plankton/nutrien sebagai sumber pakan ikan. 5) Arus dan Gelombang Laut Kondisi arus di selat-selat yang ada di Kabupaten Kepulauan Meranti cukup tinggi, yaitu sekitar 0,7 ~,0 m/detik. Di bagian dalam dari Kepulauan Meranti relatif tidak ada gelombang yang signifikan, sementara di bagian luar dari kepulauan yang berhadapan dengan Selat Malaka terjadi gelombang yang cukup besar 6) Pasang Surut Jenis pasang surut termasuk kategori semidiurnal dengan tunggang pasang saat pasang purnama m dan saat pasang perbani sekitar 0.75 meter. Selengkapnya hasil pengamatan muka air selama 5 hari dengan interval jam dari stasiun pengamatan terdekat tersaji pada Gambar 2..

24 ,5 TINGGI (m) 2,5 Grafik Pasang Surut 5 Hari (Juni 200) Sta. Batu Ampar ( P. Batam ) 2,5 0, JAM Gambar 2. Grafik pasang surut 5 hari saat pengamatan Bulan Juni 200 di Sta. Batu Ampar Pulau Batam. 2.2 KONDISI SOSIO EKONOMI 2.2. KEPENDUDUKAN Penduduk Kabupaten Kepulauan Meranti pada tahun 200 tercatat sebanyak 76.7 jiwa yang terdiri jiwa laki-laki dan jiwa perempuan. Kecamatan yang paling banyak penduduknya adalah Kecamatan Tebing Tinggi yaitu jiwa dan kecamatan yang paling sedikit penduduknya adalah Kecamatan Tebing Tinggi Timur yaitu 9.8 jiwa. Pertumbuhan Penduduk Data kependudukan Kabupaten Kepulauan Meranti pada akhir tahun 200, menyebutkan bahwa jumlah penduduk Kabupaten Kepulauan Meranti adalah 76.7 jiwa, menurun drastis dari jiwa pada tahun Tingkat penyebarannya tidak merata, sebaran penduduk terbanyak berada di Kecamatan Tebing Tinggi (7,0%) dan Kecamatan Merbau (25,00%), yang dapat dilihat pada Tabel 2.. Sementara terjadi fenomena yang menarik terhadap data pertumbuhan penduduk tahun 2008 bila dibandingkan dengan tahun 2007 di Kecamatan Tebing Tinggi. Pada tahun 2008 di kecamatan tersebut terjadi peningkatan jumlah penduduk. Hal ini sangat mungkin dipengaruhi oleh perkembangan Kota Selatpanjang yang merupakan kawasan perkotaan yang paling berkembang di Kabupaten Kepulauan Meranti, akan tetapi pada kecamatan lain terus mengalami penurunan. Hal ini dapat terjadi karena beberapa factor. Penurunan ini diduga karena besarnya arus out migration penduduk Kabupaten Kepulauan Meranti selama kurun waktu terakhir. Pada tahun-tahun berikutnya diproyeksikan penduduk di Kabupaten Kepulauan Meranti akan mengalami peningkatan yang cukup signifikan, hal ini didukung pula oleh hasil sensus penduduk 200 yang telah dilakukan Badan Pusat Statistik Kabupaten Kepulauan Meranti. Pada data tersebut diketahui bahwa laju pertumbuhan keselurahan Kabupaten Kepulauan Meranti ialah 0,60%. Untuk laju pertumbuhan tertinggi

25 terdapat pada Kecamatan Tebing Tinggi Barat (,58%) yang disusul oleh Kecamatan Rangsang (0,87%),

26 Kecamatan Tebing Tinggi (0,56%), Kecamatan Merbau (0,7%), dan yang laju pertumbuhan terkecil di Kabupaten Kepulauan Meranti yaitu Kecamatan Rangsang Barat (0,2%). Jumlah Penduduk Kabupaten Kepulauan Meranti Periode Tabel 2. No Jumlah Penduduk Tahun Kecamatan * Merbau Rangsang Rangsang Barat Tebing Tinggi Tebing Tinggi Barat Kabupaten Sumber : Di Kompilasi dari Laporan Kecamatan dalam Angka Tahun 2009 * = Hasil sensus penduduk Kabupaten Kepulauan Meranti PEREKONOMIAN Nilai ekspor di Kabupaten Kepulauan Meranti hingga Desember 2009 mencapai US$. Nilai ekspor tersebut hanya dari Pelabuhan Selatpanjang. Nilai impor di Kabupaten Kepulauan Meranti selama 2009 mencapai 55. US$ melalui pelabuhan Selatpanjang. Tabel 2. Nilai Ekspor Kabupaten Kepulauan Meranti Menurut Pelabuhan Tahun (US$) Pelabuhan Tanjung Kedabu Selatpanjang Bandul Tanjung Samak Jumlah Total Sumber : BPS Propinsi Riau Tabel 2.5 Nilai Impor Kabupaten Kepulauan Meranti Menurut Pelabuhan Tahun (US$) Pelabuhan Tanjung Kedabu Selatpanjang Bandul Tanjung Samak Jumlah Total Sumber : BPS Propinsi Riau

27 Tabel 2.6 Ekspor Melalui Kabupaten Kepulauan Meranti Menurut Komuditas Tahun 2009 Komoditas Berat (kg) Nilai (US$) Minyak & Gas - - Pertanian Pertambangan Industri Jumlah Total Sumber : BPS Propinsi Riau Tabel 2.7 Impor Melalui Kabupaten Kepulauan Meranti Menurut Komuditas Tahun 2009 Komoditas Berat (kg) Nilai (US$) Minyak & Gas - - Pertanian Pertambangan 59 2 Industri Jumlah Total Sumber : BPS Propinsi Riau Pertumbuhan ekonomi tahun 200 sebesar 8 persen, lebih tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yaitu sebesar 7,5 persen pada tahun 2009 dan 7, persen pada tahun Tabel 2.8 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Kepulauan Meranti Tahun Sektor Pertanian 5,5 5,80 5,7,99 Pertambangan dan Penggalian 8,0 0,02 9,80,77 Industri Pengolahan 7,68 8,66 7,66 6,78 Listrik dan Air Bersih 6,5 7,80 8,0 6,9 Bangunan 8,8 9,65 7,5 6,5 Perdagangan, Hotel dan Restoran 8,67 8,5 8,68 8,07 Angkutan dan Komunikasi 8,52 9,7 9,8 0,7 Keuangan, Persewaan dan Jasa 5,0 6,07 6,7 8,7 Jasa-jasa 9,6 9,5 9,65, PDRB TANPA MIGAS 7,27 7,57 7, 6,59 Sumber : BPS Kabupaten Bengkalis PDRB per kapita dan pendapatan regional per kapita tahun 2009 mengalami peningkatan. Atas dasar harga berlaku PDRB per kapita tahun 2008 sebesar Rp 20,67 juta menjadi Rp 2, juta pada tahun Atas dasar

28 harga konstan 2000, PDRB per kapita tahun 2009 mengalami peningkatan dari sebesar Rp 6, juta pada tahun 2008 menjadi Rp 6,6 juta pada tahun Perkembangan dan Struktur Ekonomi Sejak tahun 200 sampai tahun 2009 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kepulauan Meranti mengalami peningkatan yang signifikan (Tabel 2. ). Berdasarkan struktur lapangan usaha, sektor pertambangan dan penggalian merupakan penyumbang utama PDRB. Kontributor peringkat kedua adalah sektor pertanian, industri pengolahan dan yang terkecil adalah listrik dan air. Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Kepulauan Meranti Atas Dasar Harga Berlaku Tahun Tabel 2.9 Sektor Pertanian 0,7 9,86 9,8 8, Pertambangan dan Penggalian 0,05 0,05 0,05 0,05 Industri Pengolahan 28,2 28,5 28,2 29,8 Listrik dan Air Bersih 0,27 0,27 0,26 0,26 Bangunan,69 2,2 2,70 2,8 Perdagangan, Hotel dan Restoran 20,7 20,5 2,0 2,5 Angkutan dan Komunikasi 2,90 2,87 2,76 2,77 Keuangan, Persewaan dan Jasa,02,0,00,05 Jasa-jasa,95,8,6,57 PDRB TANPA MIGAS 00,00 00,00 00,00 00,00 Sumber : BPS Kabupaten Bengkalis Tabel 2.0 No PDRB Kabupaten Kepualan Meranti atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Periode Tahun (juta Rp) Lapangan Usaha Tahun , , , , , , , , , , , ,90 Pertanian 2 Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan 56.77,6 669., , , ,.56.69,5 Listrik dan Air Bersih 5.97, ,5 7.6, 9.05, , ,6 5 Perdagangan, Restauran 5.069,0 9.25, , , ,.62,09 6 Bangunan 96.7, , , , , ,0 7 Pengangkutan dan Komunikasi 57.0, , , , ,09 8.5,6 8 Kauangan, Persewaan Jasa Perusahaan 20.67, ,2.,25.66, Jasa Jasa , 02.,6 9.85,6 6.86, , ,7 PDRB Termasuk Migas , ,8.6.6, , , , PDRB Tanpa Migas.970.2, , , , , ,08 Hotel dan dan Sumber : Data Statistik Kabupaten Kepulauan Meranti Tahun 200 (Angka Sementara)

29 2.2. PERIKANAN Produksi perikanan Kepulauan Meranti didominasi oleh hasil penangkapan laut sebesar 2.82,55 ton dari jumlah total sebesar 2.8,0 (Tabel 2.). Dari hasil penangkapan laut tersebut, sebagian besar dihasilkan oleh kecamatan Rangsang dan Rangsang Barat yang berhadapan langsung dengan selat Malaka. Sementara produksi perikanan dari tambak Produksi Perikanan Menurut Kecamatan Tahun 2009 (ton) Tabel 2. Kecamatan Penangkapan Laut Tambak KJA Air Tawar Jumlah Tebing Tinggi Barat Tebing Tinggi, 0,0 0,50,79 0,00 0,00 0,00 0,00,8,89 Rangsang.706,0 0,00,20 0,00.707,60 Rangsang Barat 90,75 0,00 0,80 0,00 9,55 Merbau 2,96 0,00,20 0,00,6 2.82,55,29 Jumlah Total,20 0,00 2.8,0 Sumber : Dinas Pertanian, Kehutanan, Perikanan, dan Kelautan Kabupaten Kepulauan Meranti 2.2. PERKEBUNAN Hasil Perkebunan utama dari Kabupaten Kepulauan Meranti adalah Sagu, dengan produksi sebesar 9.,7 ton pada tahun 2009 (Tabel 2.2). Hampir setengah produksi sagu tersebut dihasilkan di kecamatan Tebing Tinggi. Tabel 2.2 Produksi Tanaman Bahan Perkebunan Menurut Kecamatan Tahun 2009 (ton) Kecamatan Kelapa Karet Sagu Kopi Pinang Tebing Tinggi Barat Tebing Tinggi 966, 5.558,.768,0 2.20,0 8.2, ,7 58,5,8 92,0 20,0 Rangsang 26.87,6 57, ,0 90,0 0,2 Rangsang Barat 7.22,0.98,0.960,0.50,0.0,2 Merbau 2.50,2 9.7, , 5,0 25,0 Jumlah Total 5.077,6 7.70,0 9.,7.685,.720, Sumber : Dinas Pertanian, Kehutanan, Perikanan, dan Kelautan Kabupaten Kepulauan Meranti

30 2. KARAKTERISTIK LINGKUNGAN 2.. PULAU PADANG Pulau Padang yang merupakan wilayah administrasi Kecamatan merbau dengan ibukota kecamatan di Teluk Belitung terletak pada 00o5 7 LU 0o25 08 LU dan 02o2 8 BT 02o29 5 BT. Pada Tabel 2. terdapat nama desa/kelurahan dengan jumlah penduduk tahun 2009, luas wilayah dan kepadatan. Tabel 2. No. 7 2 Data Administratif Wilayah Pulau Padang (Kecamatan Merbau) Des a Lukit Jumlah Penduduk Meranti Bunting 60 Pelantai 80 Teluk Belitung 85 5 Bagan Melibur 6 Mengkirau 25 7 Mengkopot 28 8 Selat Akar Luas Wilayah Kepadat an 28,00 20, , , , , , , Bandul 26 Kudap 0 0 2, , Dedap 276 0,00 68 Tanjung Kulim Tanjung Padang Mekar Sari 8 Jumlah 292 Sumber : BPS Kabupaten Bengkalis 29 50, , ,00 96,9 0 Pulau Padang merupakan penghasil minyak bumi di Kabupaten Kepulauan Meranti dengan daerah dataran rendah yang sebagian besar merupakan sabana dan hutan tropis terutama dibagian utara. Sebagian lainnya terdiri dari perumahan penduduk, hutan karet, kelapa, sagu dan hutan bakau di daerah rawa pesisir pantai. Pasang surut di Pulau Padang tergolong cukup tinggi yaitu berkisar antara,0 m,0 m. Prasarana Transportasi darat yang ada di Pulau Padang merupakan jaringan jalan yang menghubungkan desadesa ke Teluk Belitung sebagai ibukota kecamatan Merbau dan sebagai penghubung dari tempat-tempat pengeboran minyak. Pulau Padang memiliki beberapa ruas jalan utama, yaitu berupa jalan poros : Tanjung Padang ke meranti Bunting melalui Dusun Dakal, Desa Dedap, Desa Kudap, Desa Bandul, Desa Selat Akar, Desa Mengkirau, Desa Bagan Melibur, Kelurahan Teluk Belitung, Desa Pelantai dan Desa Meranti Bunting. Teluk Belitung ke daerah minyak Kurau. Meranti Bunting ke Lukit melalui Tanjung Kulim. Lintas penyeberangan di Pulau Padang, terbagi menjadi bagian, yaitu : Lintas penyeberangan Pulau Padang ke Pulau Bengkalis Lintas penyeberangan Pulau Padang ke Pulau tebing Tinggi Lintas penyeberangan Pulau Padang ke Pulau Merbau Lintas penyeberangan Pulau Padang ke Pulau Sumatera

31 2..2 PULAU MERBAU Pulau Merbau yang merupakan wilayah administrasi Kecamatan Pulau Merbau dengan ibukota kecamatan di Kuala Merbau terletak pada 00o56 2 LU 0o07 58 LU dan 02o27 0 BT 02o6 58 BT. Pada Tabel 2. terdapat nama desa/kelurahan dengan jumlah penduduk tahun 2009, luas wilayah dan kepadatan untuk wilayah Pulau Merbau. Tabel 2. Data Administratif Wilayah Pulau Merbau No. Desa Jumlah Penduduk Teluk Ketapang 775 Luas Wilayah 6,00 Kepadat an 9 2 Semukut ,00 0 Centai ,00 Renak Dungun , Kuala Merbau 28 2, Baran Melintang 7 Tanjung Bunga 29 56, , ,00 8 Jumlah 57 Sumber : BPS Kabupaten Bengkalis Pulau Merbau merupakan daerah dataran rendah yang sebagian besar merupakan sabana dan hutan tropis, hutan karet, kelapa, sagu dan hutan bakau di daerah rawa pesisir pantai sebelah timur. Pasang surut di Pulau Merbau tergolong cukup tinggi yaitu berkisar antara,0 m,0 m. Prasarana Transportasi darat yang ada di Pulau Merbau merupakan jaringan jalan yang menghubungkan desadesa dari barat ke timur, yaitu dari Teluk ketapang ke desa Centai melalui desa Semukut di Selatan, dan dari Baran melintang ke Kuala Merbau melalui desa Renak Dungun. Akan tetapi jalur dari Utara ke Selatan belum terhubung. Lintas penyeberangan di Pulau Merbau, terbagi menjadi 2 bagian, yaitu : Lintas penyeberangan Pulau Merbau ke Pulau Padang Lintas penyeberangan Pulau Merbau ke Pulau tebing Tinggi 2.. PULAU TEBING TINGGI Pulau Tebing Tinggi merupakan wilayah administrasi dari Kecamatan, yaitu Kecamatan Tebing Tinggi, Kecamatan Tebing Tinggi Timur, dan Kecamatan Tebing Tinggi Timur terletak pada 00o0 LU 0o0 9 LU dan 02o2 BT 0o0 2 BT. Pada Tabel 2.5, Tabel 2.6, Tabel 2.7 terdapat nama desa/kelurahan dengan jumlah penduduk tahun 2009, luas wilayah dan kepadatan. Tabel 2.5 Data Administratif Wilayah Kecamatan Tebing Tinggi Timur No Des Jumlah Luas Kepadat. Teluk abuntal Penduduk 0Wilayah an Tanjung Gadai 0 0,5 7 Tanjung Sari 6 Sungai Tohor 2 5 Lukun 9 6 Kapau Baru 7 7 Nipah Sendanu 2 Jumlah 98 Sumber : BPS Kabupaten Bengkalis ,50

32 Data Administratif Wilayah Kecamatan Tebing Tinggi Tabel 2.6 No Des. a Alah Air Sesap Jumlah Penduduk 56 Banglas 20 Selat Panjang Timur Selat Panjang Selatan Selat Panjang Barat Selat Panjang Kota Alah Air Timur Banglas Barat 2 Jumlah Luas Wilayah 59 Kepadat an, , 28 5, ,5 9086, ,5 2682, , Sumber : BPS Kabupaten Bengkalis Tabel 2.7 Data Administratif Wilayah Kecamatan Tebing Tinggi Barat No Des Jumlah Luas. a Penduduk Wilayah Tanjung Peranap Lalang Tanjung Tenan 067 Alai Insit Kundur Mekong 99 8 Batang Malas 80 2 Jumlah , Kepadat an 20,00 28,8 75,00,00,50 7,00 2,00 8,00 26 Sumber : BPS Kabupaten Bengkalis Pulau Tebing Tinggi merupakan daerah dataran rendah yang sebagian besar merupakan sabana dan hutan tropis, hutan karet, kelapa, sagu dan hutan bakau di daerah rawa pesisir pantai sebelah Utara. Produksi sagu Kabupaten Kepulauan Meranti berasal dari Pulau ini. Pasang surut di Pulau Tebing Tinggi tergolong cukup tinggi yaitu berkisar antara,0 m 5,0 m. Prasarana Transportasi darat yang ada di Pulau Tebing Tinggi merupakan jaringan jalan yang menghubungkan desa-desa ke ibukota kecamatan yaitu Alai (ibukota Kecamatan Tebing Tinggi Barat), Selat Panjang (ibukota kecamatan Tebing Tinggi), dan Sungai Tohor (ibukota kecamatan Tebing Tinggi Timur) dengan beberapa jalan poros, yaitu : Tanjung Peranap ke Selat panjang, melalui Desa Batang Malas, desa Mekong, Alai, dan desa Insit. Selat Panjang ke Desa Lukun melalui Desa Banglas. Sungai Tohor ke Tanjung Gadai melalui Tanjung Sari

33 Lintas penyeberangan di Pulau Tebing Tinggi, terbagi menjadi bagian, yaitu : Lintas penyeberangan Pulau Tebing Tinggi ke Pulau Padang Lintas penyeberangan Pulau Tebing Tinggi ke Pulau Merbau Lintas penyeberangan Pulau Tebing Tinggi ke Pulau Rangsang Lintas penyeberangan Pulau Tebing Tinggi ke Pulau Sumatera 2.. PULAU RANGSANG Pulau Rangsang yang merupakan wilayah administrasi 2 Kecamatan yaitu Rangsang Barat dengan ibukota kecamatan di Bantar dan Rangsang dengan ibukota kecamatan di Tanjung Samak. Pulau Rangsang terletak pada 00o9 7 LU 0o09 07 LU dan 02o27 0 BT 0o09 5 BT. Pada Tabel 2.8 dan Tabel 2.9 terdapat nama desa/kelurahan dengan jumlah penduduk tahun 2009, luas wilayah dan kepadatan untuk wilayah Pulau Rangsang. Tabel 2.8 Data Administratif Wilayah Kecamatan Rangsang Barat No Des Jumlah. a Penduduk Bantar 28 2 Anak Setatah 5 Segomeng 9 Sungai Cina 6 5 Lemang 98 6 Bokor 76 7 Melai 8 Kedabu Rapat 96 9 Sonde 68 0 Kayu Ara Telaga Baru 65 2 Sendaur 88 Tanah Merah 0 Sialang Pasung Bina Maju 5 Jumlah 2885 Sumber : BPS Kabupaten Bengkalis Luas Wilayah 278 Kepadat an , 985 8, 62 8, , , 29 2, ,2 99,7 62 5,6 99 7,8 66 7,72 2, 6 0

34 Tabel 2.9 Des a Beting Data Administratif Wilayah Kecamatan Rangsang Barat Jumlah Luas Kepadat Penduduk Wilayah an No Sokop 28 Bungur 9 Tanjung Kedabu 22 5 Repan 2 6 Pengayun 2 7 Gemala Sari 2 8 Tanjung Samak 69 9 Tanjung Medang 26 0 Topang 56 Teluk Samak 9 2 Tanjung Bakau 56 Sungai Gayung Kiri 6 Jumlah Sumber : BPS Kabupaten Bengkalis , , , , , Pulau Rangsang merupakan daerah dataran rendah yang sebagian besar merupakan sabana dan hutan tropis, hutan karet, kelapa, sagu, dan hutan bakau serta rawa di sebelah barat dan tengah. Karena berhadapat langsung dengan perairan laut lepas (Selat Malaka), Pulau Rangsang merupakan penghasil utama perikanan di Kabupaten Kepulauan Meranti. Pasang surut di Pulau Rangsang tergolong cukup tinggi yaitu berkisar antara,0 m,0 m. Prasarana Transportasi darat yang ada di Pulau Rangsang merupakan jaringan jalan yang menghubungkan desa-desa ke ibukota Kecamatan yaitu Bantar dan Tanjung Samak, dengan beberapa poros jalan : Bantar ke Tanjung kedabu melalui Desa Segomeng, Desa Anak Setatah, Desa Sungai Cina, Desa Melai, Desa Kedabu Rapat, Desa Sonde, dan Desa Bungur. Tanjung Samak ke Sungai Gayung, Tanjung Medang, dan teluk Samak Lintas penyeberangan di Pulau Rangsang adalah penyeberangan ke Pulau Tebing Tinggi.

35

36 Bab Arahan Pengembangan Wilayah. UMUM Kebijakan tata ruang merupakan upaya pendekatan pembangunan yang menganggap ruang sebagai satu kesatuan wilayah, sehingga pelaksanaan pembangunan harus dilaksanakan di seluruh bagian ruang sesuai dengan potensi dan kendala dengan tetap mengacu pada tujuan pembangunan wilayah secara keseluruhan. Terkait hal tersebut, kemajuan pembangunan wilayah diupayakan secara optimal merata di seluruh wilayah. Dengan demikian pendekatan tata ruang bertujuan untuk memacu kegiatan pembangunan di daerah daerah yang belum maju. Selain itu untuk lebih mendorong kegiatan pembangunan secara keseluruhan pada setiap wilayah sesuai dengan karakteristik dan potensi yang dimiliki oleh setiap wilayah tersebut, hingga terjadi spesialisasi wilayah, yang akan menciptakan kondisi saling ketergantungan antara satu wilayah dengan wilayah lainnya..2 KEBIJAKAN PELABUHAN NASIONAL.2. UNDANG UNDANG NO 2 TAHUN 992 TENTANG PELAYARAN Undang-undang No 2 tahun 992 tentang Pelayaran menyebutkan bahwa transportasi mempunyai peranan penting dan strategis untuk memantapkan perwujudan wawasan nusatara, memperkukuh ketahanan nasional, dan mempererat hubungan antar bangsa dalam usaha mencapai tujuan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar 95. Pelayaran bagi Negara Republik Indonesia sebagai Negara kepulauan merupakan salah satu moda transportasi, tidak dapat dipisahkan dari moda-moda transportasi lain yang ditata dalam system transportasi nasional yang inamis yang mampu mengadaptasi kemajuan di masa depan, mempunyai karakteristik mampu melakukan pengangkutan secara masal, menghubungkan, dan menjangkau seluruh wilayah melalui perairan, perlu lebih dikembangkan potensinya dan ditingkatkan peranan baik nasional maupun internasional, sebagai penunjang, pendorong, dan penggerak pembangunan nasional demi meningkatkan kesejahteraan rakyat. Pada Bab I Ketentuan Umum, Pasal disebutkan bahwa Pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan disekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan ekonomi yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, berlabuh, naik turun penumpang dan/atau bongkar muat barang yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan antar moda transportasi. Pada Bab II Asas dan Tujuan, Pasal disebutkan bahwa pelayaran sebagai salah satu moda transportasi diselenggarakan dengan tujuan untuk memperlancar arus perpindahan orang dan/atau barang melalui perairan dengan mengutamakan dan melindungi pelayaran nasional, dalam ragka menunjang, menggerakan, dan -

37 mendorong pencapaian tujuan pembangunan nasional, memantapkan perwujudan wawasan nusantar serta memperkukuh ketahanan nasional. Pada Bab VI Kepelabuhan, Pasal 2 tentang Penetapan Lokasi disebutkan bahwa penggunaan bagian tertentu daerah daratan dan/atau perairan untuk pelabuhan, wajib memenuhi persyaratan. Pada Bab 2 dijelaskan bahwa untuk kepentingan penyelenggaraan pelabuhan umum, ditetapkan daerah lingkungan kepentingan pelabuhan. Dan pada Bab 25 dicantumkan pembangunan pelabuhan umum dilaksanakan berdasarkan persyaratan teknis kepelabuhan, kelestarian lingkungan, dan memperhatikan keterpaduan intra dan antarmoda transportasi serta wajib memperoleh izin dari Pemerintah..2.2 PERATURAN KEPELABUHAN PEMERINTAH N O. 69 TAHUN 200 TENTANG Pada Pasal 2 disebutkan bahwa Pelabuhan sebagai salah satu unsur dalam penyelenggaraan pelayaran merupakan untuk menyelenggarakan pelayanan jasa kepelabuhan, pelaksanaan kegiatan pemerintahan dan kegiatan ekonomi lainnya, ditata secara terpadu guna mewujudkan penyediaan jasa kepelabuhan sesuai dengan tingkat kebutuhan. Pelabuhan sebagaimana dimaksud tersebut, ditata dalam suatu kesatuan tatanan kepelabuhan nasional guna mewujudkan penyelenggaraan pelabuhan yang handal, dan berkemampuan tinggi, menjamin efisiensi nasional dan mempunai daya saing global dalam rangka menunjang pembangunan nasional dan daerah. Pelabuhan menurut kegiatannya Pasal ayat ) terdiri dari pelabuhan yang melayani kegiatan : a. Angkutan Laut, yang selanjutnya disebut Pelabuhan Laut. b. Angkutan Sungai dan Danau, yang selanjutnya disebut Pelabuhan Sungai dan Danau c. Angkutan Penyeberangan, yang selanjutnya disebut Pelabuhan Penyeberangan. Pelabuhan menurut perannya merupakan (Pasal, ayat 2) : a. Simpul dalam jaringan transportasi sesuai dengan hirarkinya b. Pintu gerbang kegiatan perekonomian daerah, nasional dan internasional c. Tempat kegiatan alih moda transportasi d. Penunjang kegiatan industry dan perdagangan e. Tempat distribusi, konsolidasi dan produksi Dermaga penyeberangan dapat didefinisikan ke dalam tiga jenis : a. Pelabuhan penyeberangan lintas provinsi dan antar Negara b. Pelabuhan penyeberangan lintas kabupaten/kota c. Pelabuhan penyeberangan lintas dalam kabupaten/kota. Untuk menetapkan lokasi pelabuhan, wajib memperhatikan aspek-aspek: a. Tatanan kepelabuhan nasional b. Rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota dan rencana tata ruang wilayah provinsi c. Kelayakan teknis d. Kelayakan ekonomis e. Pertumbuhan ekonomi dan perkembangan sosial. f. Kelayakan lingkungan g. Keterpaduan intra dan antar moda h. Adanya aksesibilitas terhadap hinterland i. Keamanan dan keselamatan pelayaran j. Pertahanan dan keamanan Negara -2

38 Daerah Lingkungan Kerja (DLKR) Pelabuhan adalah wilayah perairan dan daratan pada pelabuhan umum yang dipergunakan secara langsung untuk kegiatan kepelabuhanan, dan Daerah Lingkungan Kepentingan (DLKP) Pelabuhan adalah wilayah perairandi sekeliling daerah lngkungan kerja perairan pelabuhan umum yang dipergunakan untuk menjamin keselamatan pelayaran. Daerah Lingkungan Kerja Dratan digunakan untuk kegiatan fasilitas pokok daratan dan fasilitas penunjang daratan. Daerah Lingkungan Kerja Perairan digunakan untuk kegiatan fsilitas pokok di perairan dan fasilitas penunjang di daratan.. Fasilitas Pokok Daratan, antara lain: a. Dermaga b. Gudang lini c. Lapangan penumpukan lini d. Terminal penumpang e. Terminal peti kemas f. Terminal ro-ro (roll on roll of) g. Fasilitas penampungan dan pengolahan limbah h. Fasilitas bunker i. Fasilitas pemadam kebakaran j. Fasilitas gudang untuk bahan/barang berbahaya dan beracun (B) k. Fasilitas peeliharaan dan perbaikan peralatan l. Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP) 2. Fasilitas Penunjang Daratan, antara lain: a. Kawasan Perkantoran b. Fasilitas pos dan telekomunikasi c. Fasilitas pariwisata dan perhotelan d. Instalasi ir bersih, listrik dan telekomunikasi e. Jaringan jalan dan rel kereta api f. Jaringan air limbah, drainase dan sampah g. Areal pengembangan pelabuhan h. Tempat tunggu kendaraan bermotor i. Kawasan perdagangan j. Fasilitas umum lainnya (peribadatan, taman, tempet rekreasi, olahraga, jalur hijau dan kesehatan).. Fasilitas Pokok Perairan, antara lain adalah : a. Alur pelayaran b. Perairan tempat labuh c. Kolam pelabuhan untuk kebutuhan sandar dan olah gerak kapal d. Perairan tempat alh muat kapal e. Perairan untuk kapal yang mengangkut bahan/barang berbahaya f. Perairan untuk kegiatan karantina g. Perairan alur penghubung intra pelabuhan h. Perairan pandu i. Perairan untuk kapal pemerintah -

39 . Fasilitas Penunjang Perairan, antara lain adalah : a. Perairan untuk pengembangan pelabuhan jangka panjang b. Perairan untuk fasilitas pembangunan dan pemeliharaan kapal c. Perairan tempat uji coba kapal (percobaan berlayar) d. Perairan tempat kapal mati e. Perairan untuk keperluan darurat f. Perairan untuk kegiatan rekreasi (wisata air) Daerah lingkungan kepentingan pelabuhan umum merupakan perairan pelabuhan diluar daerah lingkungan kerja perairan yang digunakan untuk alur pelayaran dari dan ke pelabuhan, keperluan keadaan darurat, pengembangan pelabuhan jangka panjang, penempatan kapal mati, percobaan berlayar, kegiatan pemanduan, fasilitas pembangunan dan pemeliharaan kapal..2. KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN PENYELENGGARAAN ANGKUTAN PENYEBERANGAN N O. 2 TAHUN 200 TENTANG Angkutan Penyeberangan (Pasal ) adalah angkutan yang dilakukan untuk melayani lintas penyeberangan yang berfungsi sebagai jembatan bergerak yang menghubungkan jaringan jalan atau jaringan kereta api yang terputus karena adanya perairan, untuk mengengkut penumpang dan kendaraan besarta muatannya. Lintas penyeberangan adalah suatau alur perairan di laut, selat, teluk, sungai, dan/atau danau yang ditetapkan sebagai lintas penyeberangan. Penyusunan rencana penetapan lintas penyeberangan (Pasal 6) diatur sebagai berikut : a. Lintas penyeberangan antar Negara dan/atau antar provinsi, dilakukan oleh Menteri b. Lintas penyeberangan antar kabupaten/kota dilakukan oleh Gubernur c. Lintas penyeberangan dalam kabupaten/kota, dilakukan oleh Bupati/walikota Penetapan lintas penyeberangan (Pasal 8) dilakukan dengan pertimbangan hal-hal sebagai berikut :. Tatanan kepelabuhan nasional 2. Adanya demand (kebutuhan angkutan). Rencana dan/atau ketersediaan pelabuhan penyeberangan. Ketersediaan kapal penyeberangan (supply) sesuai dengan spesifikasi teknis kapal dan spesifikasi pelabuhan pada lintas yang akan dilayani 5. Potensi perekonomian daerah 6. Analisis dan evaluasi teknis yang meliputi : a. Kondisi daerah pelayaran b. Perkiraan kapasitas Lintas c. Kemampuan pelayanan alur d. Spesifikasi teknis kapal dan pelabuhan. -

40 .2. KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN PENYELENGGARAAN PELABUHAN PENYEBERANGAN N O. 52 TAHUN 200 TENTANG Penetapan lokasi untuk penyelenggaraan pelabuhan penyeberangan (Pasal 2) ditetapkan oleh Menteri berdasarkan tatanan kepelabuhan nasional dan rekomendasi Gubernur serta Bupati/Walikota terhadap keterpaduan dengan perencanaan tata ruang wilayah provinsi dan perencanaan tata ruang wilayah kabupaten/kota. Penetapan lokasi pelabuhan penyeberangan harus mempertimbangkan (Pasal ) : a. Tatanan kepelabuhan nasional b. Rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota dan rencana tata ruang wilayah provinsi serta rencana umum jaringan transportasi jalan c. Kelayakan teknis dengan memperhatikan kondisi geografi (kondisi lahan yang akan diperuntukkan sebagai pelabuhan penyeberangan serta arah dan kecepatan angin), hidrooceanografi (luas dan kedalaman perairan, karakteristik pasang surut, karakteristik gelombang, arah dan kecepatan arus serta erosi dan pengendapan) dan topografi. d. Kelayakan ekonomis dengan memperhatikan produk domestik regional bruto, aktivitas/perdagangan dan industry yang ada serta prdiksi dimasa mendatang, perkembangan aktivitas volume barang dan penumpang, kontribusi pada peningkatan taraf hidup penduduk dan perhitungan ekonomi/financial. e. Pertumbuhan ekonomi dan perkembangan social yang berdampak pada peningkatan aktivitas penumpang, barang, dan hewan dari dan keluar pelabuhan penyeberangan. f. Kelayakan lingkungan dengan memperhatikan daya dukung lokasi, daerah perlindungan dan suaka flora dan fauna. g. Keterpaduan intra dan antar moda transportasi. h. Adanya aksesibilitas terhadap hinterland untuk kelancaran distribusi dan industri i. Keamanan dan keselamatan pelayaran j. Pertahanan dan keamanan Negara. Untuk keperluan pelayanan jasa kepelabuhan, keselamatan pelayaran dan fasilitas penunjang pelabuhan penyeberangan, penyelenggara pelabuhan penyeberangan wajib menyusun rencana induk pelabuhan penyeberangan (Pasal 6) yang terdiri dari : a. Jangka Panjang yaitu 5 (lima belas) tahun sampai dengan 25 (dua puluh lima) tahun b. Jangka menengah yaitu 0 (sepuluh) tahun sampai dengan 5 (lima belas) tahun c. Jangka pendek yaitu 5 (lima) tahun samapi dengan 0 (sepuluh) tahun Penyusunan rencana induk pelabuhan penyeberangan dilakukan dengan memperhatikan : a. Tatanan kepelabuhan nasional b. Rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota dan rencana tata ruang wilayah provinsi c. Keamanan dan keselamatan pelayaran d. Keserasian dan keseimbangan dengan kegiatan lain terkait lokasi pelabuhan e. Kelayakan teknis, ekonomi, dan lingkungan. Rencana induk pelabuhan penyeberangan sebagaimana dimaksud diatas, meliputi :. Rencana peruntukan lahan daratan. a. Fasilitas pokok, antara lain : Terminal penumpang Penimbangan kendaraaan bermuatan Jalan penumpang keluar/masuk kapal (gang way) -5

41 2. Perkantoran untuk kegiatan pemerintahan dan pelayanan dan jasa Fasilitas penyimpanan bahan bakar (bunker) Instalasi air, listrik dan telekomunikasi Akses jalan dan/atau jalur kereta api Fasilitas pemadam kebakaran Tempat tunggu kendaraan bermotor sebelum naik ke kapal. b. Fasilitas penunjang, antara lain : Kawasan perkantoran untuk menunjang kelancaran pelayanan jasa kepelabuhan Tempat penampungan limbah Fasilitas usaha yang menunjang kegiatan pelabuhan penyeberangan Areal pengembangan pelabuhan Fasilitas umum lainnya (peribadatan, taman, jalur hijau dan kesehatan) Rencana peruntukan perairan a. Fasilitas pokok, antara lain : Alur pelayaran Fasilitas sandar kapal Perairan tempat labuh Kolam pelabuhan untuk kebutuhan sandar dan olah gerak kapal b. Fasilitas penunjang antara lain : Perairan untuk pengembangan pelabuhan jangka panjang Perairan untuk fasilitas pembanguanan dan pemeliharaan kapal. Perairan tempat uji coba kapal (percobaan berlayar) Perairan untuk keperluan darurat Perairan untuk kapal pemerintah. RENCANA TATA RUANG WILAYAH.. ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL (RTRWN) Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional berdasarkan PP tentang RTRWN tahun 2008 merupakan pedoman kebijakan pokok pemanfaatan ruang wilayah nasional, serta penataan ruang wilayah provinsi dan wilayah kabupaten/kota agar penataan lingkungan hidup dan pemanfaatan sumber daya alam dapat dilakukan secara aman, tertib, efisien dan efektif. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional meliputi: a. Tujuan nasional pemanfaatan ruang untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pertahanan keamanan b. Pola pemanfaatan dan struktur ruang wilayah nasional c. Kriteria dan pola pengelolaan kawasan lindung, kawasan budidaya dan kawasan tertentu. Penataan ruang wilayah nasional bertujuan untuk mewujudkan: a. ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan; b. keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan; c. keterpaduan perencanaan tata ruang wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/kota; d. keterpaduan pemanfaatan ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia; -6

42 e. f. g. h. i. keterpaduan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/kota dalam rangka pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang; pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat; keseimbangan dan keserasian perkembangan antar wilayah; keseimbangan dan keserasian kegiatan antarsektor; dan pertahanan dan keamanan negara yang dinamis serta integrasi nasional. RTRWN menjadi pedoman untuk: a. penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional; b. penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional; c. pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah nasional d. pewujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antarwilayah provinsi, serta keserasian antarsektor; e. penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi; f. penataan ruang kawasan strategis nasional; dan g. penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota. Sedang pemanfaatan ruang nasional adalah gambaran secara indikatif yang memperlihatkan sebaran kawasan lindung nasional dan kawasan budidaya. Struktur pemanfaatan ruang nasional adalah struktur yang memperlihatkan arahan pengembangan sistem perkotaan nasional, sistem jaringan transportasi, sistem jaringan energi kelistrikan, sistem jaringan telekomunikasi dan sistem jaringan sumber daya air dalam upaya untuk mendukung sistem permukiman dan kawasan. Struktur ruang wilayah nasional di atas disusun berdasarkan arahan sebagai berikut: a. Arahan pengembangan sistem perkotaan nasional; b. Arahan pengembangan sistem jaringan transportasi nasional; c. Arahan pengembangan sistem jaringan energi nasional; d. Arahan pengembangan sistem jaringan telekomunikasi nasional; e. Arahan pengembangan sistem jaringan sumber daya air; f. Arahan pengembangan kawasan lindung nasional; dan g. Arahan pengembangan kawasan budi daya. Arahan pengembangan fungsi kawasan perkotaan sebagai pusat permukiman dengan tingkat intensitas pemanfaatan ruang menengah hingga tinggi yang kecenderungan pengembangan ruangnya ke arah vertikal. pengembangan fungsi kawasan perkotaan sebagai pusat permukiman dengan tingkat intensitas pemanfaatan ruang menengah yang kecenderungan pengembangan ruangnya ke arah horizontal dikendalikan. Arahan pemanfaatan ruang wilayah nasional () Pemanfaatan ruang wilayah nasional berpedoman pada rencana struktur ruang dan pola ruang. (2) Pemanfaatan ruang wilayah nasional dilaksanakan melalui penyusunan dan pelaksanaan program pemanfaatan ruang beserta perkiraan pendanaannya. () Perkiraan pendanaan program pemanfaatan ruang disusun sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pusat Kegiatan Nasional (PKN) adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala internasional, nasional atau beberapa provinsi. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) adalah kawasan perkotaan yang -7

43 berfungsi untuk melayani kegiatan skala provinsi atau beberapa kabupaten. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kabupaten atau beberapa kecamatan. Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) adalah pusat permukiman yang terletak di dalam kawasan perbatasan negara...2 ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH PULAU SUMATERA Rencana Tata Ruang Pulau yang selanjutnya disingkat RTR Pulau adalah hasil perencanaan tata ruang pada kawasan-kawasan baik di ruang daratan, ruang lautan dan di ruang udara sebagai bagian dari Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional di wilayah pulau. Wilayah Sumatera merupakan kesatuan wilayah geografis, ekonomi dan ekosistem yang mencakup Pulau Sumatera, kepulauan, laut, lautan dan pulau-pulau kecil disekitarnya, serta ruang udara diatasnya yang berada di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Provinsi Sumatera Utara, Provinsi Riau, Provinsi Sumatera Barat, Provinsi Sumatera Selatan, Provinsi Jambi, Provinsi Bengkulu, Provinsi Lampung dan Provinsi Bangka Belitung. Penetapan rencana tata ruang wilayah Sumatera bertujuan untuk: Mencapai keseimbangan pemanfaatan ruang makro antara kawasan berfungsi lindung dan budidaya, antara kawasan perkotaan dan perdesaan, antar wilayah dan antar sektor, dalam satu ekosistem pulau dan perairannya; 2 Meningkatkan kesatuan pengembangan kegiatan ekonomi, sosial dan pengembangan prasarana wilayah pada kawasan perkotaan dan perdesaan dengan memperhatikan kemampuan daya dukung lingkungan; Menjamin efisiensi pelaksanaan pembangunan lintas sektor dan lintas provinsi; Memulihkan daya dukung lingkungan untuk mencegah terjadinya bencana yang lebih besar dan menjamin keberlanjutan pembangunan. Kebijakan dasar yang melandasi penyusunan RTRW Sumatera adalah untuk:. Menghindari konflik perbatasan antar wilayah meliputi antar Provinsi, antar kabupaten dan antar kota; 2. Memantapkan interaksi kawasan pantai timur dan pantai barat melalui sistem jaringan transportasi yang handal meliputi darat seperti Sumatera Trans Highways, laut seperti Sumatera Shipping, dan udara seperti Sumatera Airlines;. Mengembangkan komoditas unggulan wilayah melalui kerjasama pengelolaan, dan pemasaran melalui prinsip kompetisi manajemen;. Mengembangkan akses bagi daerah terisolir dan pulau-pulau kecil di pesisir barat dan timur sebagai sentra produksi perikanan, pariwisata, dan migas ke pusat kegiatan industri pengolahan meliputi kota pantai serta pusat pemasaran antar pulau dan antar negara; 5. Mempertahankan kawasan lindung sebesar 0% dari luas Wilayah Sumatera; 6. Memperkuat pusat-pusat di pantai timur untuk menjadi pasar regional dan internasional; 7. Mendorong kemandirian akses ke pasar global dengan mengurangi ketergantungan pada Singapura; 8. Mengembangkan komoditas dengan daya saing global yang didukung oleh industri pengolahan bertaraf internasional; 9. Mengembangkan sistem transportasi yang menghubungkan kota-kota pusat kegiatan di wilayah Sumatera dengan pusat-pusat kawasan bisnis di Asia Pasifik; 0. Mempertahankan keunikan budaya lokal. -8

44 Ruang lingkup substansi RTRW Sumatera mencakup : Arahan Pola Pengelolaan Struktur Ruang yang terdiri dari a. Arahan pola pengelolaan sistem pusat permukiman dan b. Arahan pola pengelolaan sistem jaringan prasarana wilayah; ) Arahan Pola Pengelolaan Sistem Jaringan Prasarana Transportasi Darat, meliputi jalan dan rel; 2) Arahan Pola Pengelolaan Sistem Jaringan Prasarana Transportasi Laut; ) Arahan Pola Pengelolaan Sistem Jaringan Prasarana Transportasi Udara; ) Arahan Pola Pengelolaan Sistem Jaringan Prasarana Energi; 5) Arahan Pola Pengelolaan Sistem Jaringan Prasarana Sumber Daya Air; 6) Arahan Pola Pengelolaan Sistem Jaringan Prasarana Perkotaan. 2 Arahan Pola Pengelolaan Pemanfaatan Ruang yang terdiri dari Arahan pola pengelolaan kawasan lindung dan arahan pola pengelolaan kawasan budidaya; Arahan Pola Pengelolaan Konflik Lintas Wilayah dan Lintas Sektor; Arahan Tata Laksana Pemanfaatan Ruang Wilayah Sumatera. Arahan Pola Pengelolaan Sistem Pusat Permukiman Arahan pola pengelolaan sistem pusat permukiman di wilayah Sumatera diarahkan pada terbentuknya fungsi dan hirarki perkotaan sesuai dengan RTRWN. 2 Hirarki perkotaan meliputi Kota PKN, PKW, dan PKL sebagai satu kesatuan sistem. Arahan pola pengelolaan Kota PKN di wilayah Sumatera adalah : Kota-kota PKN yang didorong perkembangannya sebagai pusat pelayanan primer adalah Kota Lhokseumawe, Batam, dan Palembang; 2 Kota-kota PKN yang didorong perkembangannya sebagai pusat pelayanan sekunder adalah Kota Bandar Lampung, Padang, dan Pekanbaru; Kota-kota PKN yang didorong perkembangannya sebagai pusat pelayanan tersier adalah Kota Lubuk Pakam, Dumai, dan Ranai; Kota-kota PKN sebagai pusat pelayanan primer yang dibatasi perkembangannya sesuai dengan daya dukung lingkungannya adalah Kota PKN Metropolitan Medan-Binjai-Deli Serdang. Arahan pola pengelolaan sistem jaringan prasarana transportasi laut didasarkan pada strategi berikut : Meningkatkan aksesibilitas dari kawasan pusat produksi dari KAPET dan kawasan andalan ke outlet-outlet pemasaran, khususnya ke Makassar dan Bitung; 2 Meningkatkan cakupan pasar produk-produk unggulan dengan memanfaatkan jalur ALKI II yang melintasi Selat Makassar serta ALKI III yang melintasi Laut Maluku dan Laut Banda; Mengembangkan jalur-jalur penyeberangan lintas provinsi dan lintas pulau; Meningkatkan volume ekspor-impor melalui pelabuhan petikemas yang didukung oleh keberadaan industri manufaktur dan/atau industri pengolahan bahan baku. Arahan pola pengelolaan sistem jaringan prasarana transportasi laut yang diprioritaskan penanganannya mencakup : Pelabuhan Belawan sebagai Pelabuhan Hub Internasional dengan prioritas tinggi; 2 Pelabuhan Bilang Lancang di Lhoksemawe, Sabang, Sibolga, Tanjung Balai Asahan, Kuala Tanjung, Batu Ampar, Dumai, Boom Baru di Palembang, dan Panjang sebagai Pelabuhan Internasional dengan prioritas sedang; Pelabuhan Kuala Langsa, Pakanbaru, Bagan Siapiapi, Tembilahan, Tanjung Uban, Tanjung Pinang, Kuala -9

45 5 Tungkal, Muara Sabak, Tanjung Pandan sebagai Pelabuhan Nasional dengan prioritas tinggi; Pelabuhan Calang, Malahayati, Sinabang, Ule Lheu, P. Serok, Singkil, Pangkalan Susu, Pangkalan Brandan, Sei Berombang, Teluk Leidong, Tanjung Sarang Elang, Natal, Gunung Sitoli, Lahewa, Pulau Tello, Teluk Dalam, Sekapang, Kabil, Nongsa, Pulau Sambu, Batu Panjang, Bengkalis, Buatan, Sungai Pakning, Selat Panjang, Tanjung Medang, Kuala Enok, Kuala Gaung, Sungai Guntung, Rengat, Moro, Sikumbang Sikundur, Tanjung Batu, Dabo Singkep, Lagoi, Lobam, Sei Kolak Kijang, Anoa Natuna, Kakap Natuna, Letung, Matak, Midai, Ranai, Sedanau, Selat Lampa, Serasan, Tarempa, Udang Natuna, Penyalal, Sungai Siak, Batu Enam, Bintan, Panipahan, Pulau Halang, Sikakap, Siuban, Muara Padang, Jambi, Talang Duku, Pulau Baai, Belinyu, Muntok, Pangkal Balam, Tanjung Sadai, Manggar, Sungai Lais, Kota Agung, dan Tulang Bawang sebagai Pelabuhan Nasional dengan prioritas sedang; Pelabuhan Meulaboh, Singkil, Labuhan Bilik, Kruing Raya, Buatan, Perawang, Kuantan, Teluk Nibung, Pangkal Pinang, Enggano, Seumeue, Siak, Indrapura, Kijang, Tambelan, Tanjung Batu Karimun, dan Tanjung Uncang sebagai Pelabuhan Pengumpan Regional dengan prioritas tinggi. Arahan pola pengelolaan kawasan andalan laut didasarkan atas strategi berikut : Mengembangkan potensi sumberdaya kelautan secara optimal dengan memperhatikan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan; 2 Mengembangkan pusat pengolahan hasil produksi kelautan untuk meningkatkan nilai tambahnya; Meningkatkan aksesibilitas dari kawasan andalan laut ke kota-kota pantai dan outlet-outlet pemasaran; Mengurangi tingkat dampak pengembangan kawasan andalan laut terhadap kawasan lindung di sekitarnya. Arahan pola pengelolaan kawasan andalan laut yang diprioritaskan penanganannya mencakup : Penanganan kawasan dengan prioritas tinggi pada kawasan andalan laut Lhokseumawe-Medan dsk, Nias dsk, Siberut dsk, dan Selat Bangka; 2 Penanganan kawasan dengan prioritas sedang pada kawasan andalan laut Selat Malaka dsk, Riau dsk, Bengkulu, Bangka, dan Krakatau dsk; Pengembangan kota-kota pantai di Meulaboh, Sibolga, Padang, Tanjungbalai, Bagansiapiapi, Lhokseumawe, Medan, Tanjung Balai Karimun, Batam, Kuala Enok, Manna, dan Kalianda yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung budidaya kelautan. -0

46 .. KEBIJAKAN DAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH RIAU Kebijakan struktur ruang wilayah dalam RTRW Provinsi yang berlaku untuk Kabupaten Kepulauan Meranti adalah : Sebagai antisipasi terhadap proses globalisasi yang terus berlangsung, struktur ruang wilayah kabupaten/kota di Propinsi Riau pada saat ini maupun ke depan secara bertahap harus terbuka dan bersifat orientasi keluar (outward looking). Namun, orientasi ke luar ini tidak boleh sampai menyebabkan terputusnya basis perekonomian setempat pada proses perekonomian global dan tercerabutnya akar sosial-budaya lokal; Orientasi ke luar, dimana struktur ruang wilayah Riau perlu ditunjang dengan pusat-pusat permukiman perkotaan jenjang PKN (Pusat Kegiatan Nasional) dan PKW (Pusat Kegiatan Wilayah), serta dilengkapi dengan simpul-simpul jaringan transportasi internasional berupa pelabuhan laut, pelabuhan penyeberangan, dan bandar udara, yang tidak hanya handal dalam pelayanan tetapi juga mampu bersaing dengan prasarana serupa di daerah dan Negara lain; PKW perlu dilengkapi fasilitas pelabuhan laut dengan kelas fungsi Pelabuhan Internasional atau minimal Pelabuhan Nasional (tergantung pada kondisi perairan pelabuhan) dan bandar udara dengan kelas fungsi Pusat Penyebaran Sekunder. Seperti PKN, pada PKW juga dapat dilengkapi dengan pelabuhan laut kelas fungsi lebih bawah dan pelabuhan penyeberangan; Untuk PKL yang berlokasi di pesisir dapat dilengkapi fasilitas pelabuhan laut kelas fungsi Pelabuhan Regional dan pelabuhan penyeberangan, sedangkan untuk PKL yang berlokasi di tepi sungai dapat dikembangkan pelabuhan sungai dengan kelas fungsi disesuaikan kapasitas alur sungai; Selatpanjang sebagai Ibukota Kabupaten Pemekaran baru dipromosikan menjadi PKWp; Dalam rangka menyongsong era pasar bebas (khususnya AFTA di lingkungan ASEAN), permukiman perkotaan jenjang fungsi PKN dan PKW yang sudah ditetapkan yaitu Selatpanjang perlu terus didorong perkembangannya untuk lebih meningkatkan daya tarik dan daya saing kawasan. Rencana struktur ruang ini disusun dengan mempertimbangkan hasil analisis terdahulu, Rencana Struktur Ruang Wilayah Provinsi Riau ( ) (Tabel.) dan sekaligus untuk mendorong percepatan pembangunan ekonomi wilayah, melalui pembentukan Poros Ekonomi Timur - Barat dan Poros Ekonomi UtaraSelatan, dengan menempatkan Kawasan Perkotaan Selatpanjang sebagai pusat orientasi, melalui : Peningkatan fungsi pelayanan pusat-pusat permukiman Alai - Selatpanjang Bantar - Tanjung Kedabu dalam rangka membentuk poros ekonomi Timur Barat yang diorientasikan keluar (outward looking), yaitu ke Malaka dan Batu Pahat. Selatpanjang dan Alai perlu juga diorientasikan kedalam (inward looking), yaitu ke Mengkapan Buton. Rencana ini menempatkan pusat - pusat pengembangan dipesisir Sumatera sebagai wilayah belakang Kepulauan Meranti; Peningkatan fungsi pelayanan pusat - pusat permukiman Teluk Belitung - Selatpanjang - Tanjung Samak, yang ditujukan untuk mendorong perkembangan pembangunan poros ekonomi Utara - Selatan. Pengembangan poros ekonomi ini perlu juga diorientasikan ke Bengkalis - Dumai, Karimun dan Sungai Guntung/Tembilahan dan Batam. Pembentukan poros kegiatan ekonomi di atas, tentunya perlu didukung oleh pengembangan sistem pusat pusat perkotaan secara berjenjang dan pelayanan sarana dan prasarana wilayah yang terpadu dan terintegrasi, sesuai dengan kondisi geografis sebagai wilayah Kepulauan. -

47 Deskripsi Struktur Ruang Wilayah Riau sampai dengan 2026 ( Jenjang Fungsi Perkotaan s/d PKL Fungsi-fungsi Utama Pelayanan Perkotaan Simpul-simpul Kegiatan Transportasi Laut dan Udara ) Sistem Perkotaan (Pusat-Pusat Permukiman) Nama Pusat (Lokasi) Selat Panjang Simpul Kegiatan Transportasi Jenjang Fungsi Fungsi Utama Perkotaan PKWp Pusat Perdagangan dan Jasa Nama Pelabuhan Transportasi Laut Jenjang Jenis Angk/ Fungsi Fas Pelab. Jaringan Pelayanan Nama Bandara Selat Panjang*) Selat Panjang PR Pnp&brg/Konv Domestik Tanjung Peranap PL Pnp&brg/Konv Domestik Tanjung Samak PR Pnp&brg/Konv Domestik & LB Tanjung Kedabu PN Pnp&brg/Konv Domestik Bantar PP Pnp&brg/Konv Transportasi Udara Jenjang Jenis Fungsi Angkutan PPTp Jaringan Pelayanan Penumpang Domestik dan dan Barang Lintas Batas Domestik Sumber : RTRW Propinsi Riau Keterangan : *) : Pelabuhan laut dan bandar udara baru (direncanakan), penamaan sementara, mengikuti nama unsur alam atau tempat yang sudah dikenal (selat, tanjung, desa dll)... : Pada pelabuhan yang diberi garis bawah ini, juga disediakan fasilitas Penyeberangan (Ferry dan/atau Roro). < > : Pada pelabuhan/bandar udara yang diapit tanda ini adalah pelabuhan/bandar udara khusus untuk militer atau berfungsi ganda untuk sipil dan militer. S. Duku : Pada pelabuhan yang dicetak miring ini adalah pelabuhan sungai. PKN = Pusat Kegiatan Nasional PKNp = Promosi PKN PHI = Pelabuhan Hub Internasional Regional PRS = Pelabuhan Regional (sungai) PL = Pelabuhan Lokal Khusus Bahan Bakar Minyak PKW = Pusat Kegiatan Wilayah PKWp = Promosi PKW PI = Pelabuhan Internasional PKL PIp PN = Pusat Kegiatan Lokal = promosi Pelabuhan Internasional = Pelabuhan Nasional PLS = Pelabuhan Lokal (sungai) Pkpar = Pelabuhan Khusus Pariwisata -2 PP = Pelabuhan Penyeberangan PNS = Pelabuhan Nasional (Sungai) PR PKInd = Pelabuhan Khusus Industri PKBbm = Pelabuhan = Pelabuhan

48 .. KEBIJAKAN DAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI Tujuan penataan ruang wilayah kabupaten merupakan arahan perwujudan ruang wilayah kabupaten yang ingin dicapai pada masa yang akan datang. Tujuan penataan ruang wilayah kabupaten memiliki fungsi : a) Sebagai dasar untuk menformulasikan kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten; b) Memberikan arah bagi penyusunan indikasi program utama dalam RTRW Kabupaten; dan; c) Sebagai dasar dalam penetapan arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten. Tujuan penataan ruang wilayah kabupaten dirumuskan berdasarkan : a) Visi dan misi pembangunan wilayah kabupaten; b) Karakteristik wilayah kabupaten; c) Isu strategis; dan d) Kondisi objektif yang diinginkan Tujuan penataan ruang wilayah kabupaten dirumuskan dengan kriteria : a) Tidak bertentangan dengan tujuan penataan ruang wilayah provinsi dan nasional; b) Jelas dan dapat tercapai sesuai jangka waktu perencanaan; dan c) Tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan. Isu Strategis yang terdapat di wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti adalah: a) Menciptakan Perekonomian Wilayah Kabupaten yang kuat, yang didukung oleh sektor-sektor tangguh, produktif, dan berdaya saing dengan bertumpu pada sumber daya alam setempat dan kelestarian daya dukung wilayah; b) Pengembangan wilayah berorientasi regional (Outward Looking) dengan memanfaatkan keunggulan geografis dan geoekonomi; c) Pembangunan wilayah kepulauan yang berkelanjutan berlandaskan keterpaduan ruang darat, ruang pesisir, dan ruang laut; d) Pengembangan sistem perkotaan pada wilayah kepulauan secara terpadu dengan jaringan prasarana dan sarana untuk mendukung kegiatan sosial-ekonomi masyarakat, pemerataan pembangunan dan mengurangi kemiskinan; e) Penyediaan energi listrik dan air bersih yang cukup dan berkelanjutan sebagai faktor pendukung dalam pengembangan wilayah; f) Pengembangan pulau-pulau terluar di perbatasan negara sebagai kawasan depan yang potensial untuk kegiatan bisnis dan investasi; g) Pengembangan wilayah berbasis mitigasi bencana. Tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti yang dirumuskan adalah : 9 Mewujudkan Kabupaten Kepulauan Meranti sebagai kawasan niaga dan investasi berskala regional yang maju, unggul dan berkelanjutan, didukung oleh sektor industri, maritim, pertambangan, perikanan dan pertanian. -

49 Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten merupakan arah tindakan yang harus ditetapkan untuk mencapai tujuan penataan ruang wilayah kabupaten. Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten berfungsi sebagai : a) Sebagai dasar untuk memformulasikan strategi penataan ruang wilayah kabupaten; b) Sebagai dasar untuk merumuskan struktur dan pola ruang wilayah kabupaten; c) Memberikan arah bagi penyusunan indikasi program utama dalam RTRW kabupaten; dan d) Sebagai dasar dalam penetapan arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten. Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten dirumuskan berdasarkan : a) Tujuan penataan ruang wilayah kabupaten dan b) Karakteristik wilayah kabupaten; c) Kapasitas sumber daya wilayah kabupaten dalam mewujudkan tujuan penataan ruangnya; dan d) Ketentuan peraturan perundang-undangan terkait. Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten dirumuskan dengan kriteria : a) Mengakomodasi kebijakan penataan ruang wilayah nasional dan kebijakan penataan ruang wilayah provinsi yang berlaku pada wilayah kabupaten bersangkutan; b) Jelas, realistis, dan dapat diimplementasikan dalam jangka waktu perencanaan pada wilayah kabupaten bersangkutan; c) Mampu menjawab isu-isu strategis baik yang ada sekarang maupun yang diperkirakan akan timbul di masa yang akan datang; dan d) Tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan. Kebijakan Penataan Ruang adalah garis besar tindakan yang harus diambil untuk mencapai atau mewujudkan Tujuan Penataan Ruang. Mengingat bahwa Tujuan Penataan Ruang disusun berdasarkan isuisu strategis tata ruang wilayah yang dihadapi sekarang maka Kebijakan Penataan Ruangpun berangkat dari atau dikaitkan dengan penyelesaian berbagai isu strategis tata ruang wilayah yang dihadapi sekarang. Strategi penataan ruang wilayah kabupaten merupakan penjabaran kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten ke dalam langkah-langkah operasional untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Strategi penataan ruang wilayah kabupaten berfungsi : a) Sebagai dasar untuk penyusunan rencana struktur ruang, rencana pola ruang, dan penetapan kawasan strategis kabupaten; b) Memberikan arah bagi penyusunan indikasi program utama dalam RTRW kabupaten; dan c) Sebagai dasar dalam penetapan arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten. Strategi penataan ruang wilayah kabupaten dirumuskan berdasarkan : a) Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten; b) Kapasitas sumber daya wilayah kabupaten dalam melaksanakan kebijakan penataan ruangnya; dan c) Ketentuan peraturan perundang-undangan. -

50 Strategi penataan ruang wilayah kabupaten dirumuskan dengan kriteria : a) Memiliki kaitan logis dengan kebijakan penataan ruang; b) Tidak bertentangan dengan tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah nasional, dan provinsi; c) Jelas, realistis, dan dapat diimplementasikan dalam jangka waktu perencanaan pada wilayah kabupaten bersangkutan secara efisien dan efektif; d) Harus dapat dijabarkan secara spasial dalam rencana struktur dan rencana pola ruang wilayah kabupaten; dan e) Tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan. Dengan pertimbangan bahwa strategi adalah turunan dari kebijakan yang dijabarkan secara lebih operasional yang dapat dituangkan dalam bentuk ruang. Mengacu pada klausul kebijakan yang telah dirumuskan di atas serta dikaitkan dengan program pembangunan yang tertuang dalam RPJMD Kabupaten Kepulauan Meranti. Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti dapat dirumuskan sebagai berikut : KEBIJAKAN Strategi KEBIJAKAN 2 Strategi KEBIJAKAN Strategi : PENGEMBANGAN KEGIATAN PERDAGANGAN DAN JASA, INDUSTRI PERIKANAN DAN MARITIM, PERTANIAN, SERTA PERTAMBANGAN; : a. mengembangkan pusat-pusat perdagangan regional; b. mengembangkan kegiatan industri berbasis kegiatan perikanan dan maritim, serta pertanian; c. mengembangkan sentra-sentra produksi pertanian; d. mengembangkan sentra-sentra produksi perikanan; e. menetapkan dan mengembangkan kawasan maritim; f. mengembangkan kegiatan pertambangan migas dan timah; dan g. mengembangkan sarana dan prasarana penunjang sentra ekonomi wilayah. : PELESTARIAN DAN PENGEMBANGAN POTENSI SUMBER DAYA ALAM SECARA OPTIMAL SESUAI DAYA DUKUNG WILAYAH; : a. mempertahankan kawasan hutan; b. mengembangkan kawasan pertambangan dan sumber daya alam lain dengan mempertimbangkan daya dukung lingkungan; dan c. mempertahankan kawasan hutan bakau pada kawasan pesisir setiap pulau. : : a. b. c. d. PENGEMBANGAN SISTEM PERKOTAAN YANG EFISIEN DAN EFEKTIF SECARA HIRARKIS; Menetapkan sistem perkotaan secara hirarakis; Mengembangkan kawasan perkotaan secara terintegrasi; Mempromosikan kawasan perkotaan; Mengembangkan kawasan perkotaan baru untuk meningkatkan pemerintahan, pembangunan, dan pengelolaan sumber daya alam; dan pelayanan -5

51 e. Mengembangkan dan meningkatkan sarana dan prasarana perkotaan. KEBIJAKAN Strategi : PEMBANGUNAN SISTEM JARINGAN PRASARANA DAN SARANA WILAYAH; : a. Mengembangkan dan meningkatkan sistem jaringan prasarana dan sarana transportasi secara terpadu; b. Mengembangkan dan meningkatkan sarana wilayah berskala lokal dan regional; c. Meningkatkan aksesibilitas antar pulau secara bertahap; d. Mengembangkan dan membangun prasarana energi serta sistem jaringan distribusi; e. mengembangkan dan membangun sistem prasarana pengolahan air minum dan sistem jaringan distribusi; dan f. Membangun dan meningkatkan sistem jaringan telekomunikasi dan informasi. KEBIJAKAN 5 Strategi : : a. b. c. PENINGKATAN PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP; Meningkatkan dan memantapkan pelestarian kawasan lindung; Memantapkan kawasan-kawasan budidaya berfungsi lindung; Mengembangkan kawasan budidaya sesuai dengan daya dukung, daya tampung ruang serta memperhatikan kearifan lokal; dan d. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengendalian dan pengembangan kawasan lindung serta budidaya. KEBIJAKAN 6 Strategi : PENINGKATAN PENGAMANAN WILAYAH TERHADAP POTENSI BENCANA ALAM. : a. meningkatkan fungsi lindung seluruh kawasan konservasi di Kabupaten; b. meningkatkan kelestarian dan upaya penanggulangan kerusakan kawasan pantai dan hutan bakau; c. melakukan pengawasan dan penataan pembangunan pada kawasan pesisir yang berhadapan langsung dengan perairan Selat Malaka; d. mempertahankan daya dukung dan kelestarian fungsi resapan air kawasan lindung gambut; dan e. mengamankan dan melestarikan kawasan hutan sekitar kawasan tasik pada setiap pulau. KEBIJAKAN 7 Strategi : PENINGKATAN FUNGSI KAWASAN PERTAHANAN DAN KEAMANAN NEGARA. : a. mendukung penetapan Kawasan Stategis Nasional dengan fungsi khusus pertahanan dan keamanan negara; b. mengembangakan kegiatan budidaya secara selektif didalam dan disekitar kawasan strategi nasional untuk menjaga fungsi pertahanan dan keamanan negara; c. mengembangakan kawasan lindung dan/atau kawasan budidaya tidak terbangun disekitar kawasan strategis nasional sebagai zona penyangga yang memisahkan kawasan strategis nasional dengan kawasan budidaya tidak terbangun; d. turut serta manjaga dan memelihara aset-aset pertahanan dan keamanan negara. -6

52 Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti No Sistem PusatPusat Lokasi dan Wilayah pelayanan Fungsi Orientasi Pengembangan Prasarana Pendukung PKWp Perkotaan Selatpanjang (Kecamatan Tebing Tinggi ) Wilayah pelayanannya adalah pusatpusat perkotaan diwilayah Kabupaten Kepulauan Meranti Pusat Niaga Regional berupa perdagangan dan jasa Pengembangan Kawasan Industri Berbasis Pertanian (Pengolahan Sagu) Pusat Pengembangan Permukiman perkotaan Pusat Kegiatan Wisata Kuliner Pusat Pendidikan Pusat Pengembangan Fasilitas Pelayanan Publik dengan Skala Pelayanan Kabupaten Outward looking : 9 Pusat-pusat pertumbuhan dipesisir Barat Malaysia (Batu Pahat, Johor) dan Singapura Inward Looking : 9 Buton, Dumai, Duri Buruk Bakul (Bengkalis) dan KEK Batam, Bintan, Karimun Lahan perluasan perkotaan kearah Alah Air untuk pengembangan permukiman dan Tanjung Harapan sebagai lokasi baru CBD Pembangunan koridor ekonomi Selatpanjang ke pusat-pusat pertumbuhan disekitarnya Pelabuhan barang dan penumpang Pembangunan pelabuhan internasional Dorak Prasarana jaringan Kolektor Primer dan lokal primer yang terintegrasi dengan sistem transportasi laut. Prasarana energi listrik / sumber daya air Teknologi informasi setara dengan negara tetangga dan sekaligus untuk mewujudkan wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti sebagai wilayah investasi yang Smart Island 2 PKL Tanjung Samak (Kecamatan Rangsang) Wilayah pelayanannya adalah Tanjung Medang, Tanjung Kedabu, Pulau Topang, Pulau Burung dan Tanjung Sari serta pusat-pusat permukiman perkotaan di sekitarnya Pusat Pemerintahan Kecamatan Sentra komoditi pertanian Pusat kegiatan tambang timah Indutri berbasis pertanian, khususnya industri pengolahan hasil perkebunan kelapa Pengembangan permukiman Pusat niaga skala kecamatan dan Pengembangan kegiatan ekowisata (Tasik) Selatpanjang Buruk Bakul,Duri (Bengkalis) Dumai dan Buton sebagai cluster ekonomi/industri Koridor Ekonomi Nasional Karimun sebagai bagian dari kawasan ekonomi khusus (Karimun, Batam dan Bintan) Pusat-pusat pertumbuhan dipesisir Barat Malaysia dan Singapura Koridor ekonomi SelatpanjangKarimun dan Singapura melalui pembangunan jalan kolektor primer ruas Selatpanjang-PeranggasTanjung Kedabu-Tanjung MedangTanjung Samak Peningkatan fungsi pelabuhan lokal Tanjung Samak dan Tanjung Medang (pelabuhan perikanan) Lahan pengembangan kegiatan industry kecil/home industry Fasilitas pendukung kegiatan ekowisata. Prasarana energi/listrik, telekomunikasi dan air minum yang cukup. PPK Teluk Belitung (Kecamatan Merbau) Wilayah pelayanannya adalah pusatpusat permukiman di Kecamatan Merbau Pusat Pemerintahan Kecamatan Merbau Sentra komoditi pertanian (sagu, karet dan perikanan) Pengembangan permukiman Pusat niaga skala kecamatan. Selatpanjang Buruk Bakul, Duri, Dumai, Buton dan Ke Pusat-Pusat Pertumbuhan di Pesisir Barat Malaysia Pelabuhan lokal untuk memperkuat kegiatan perdagangan lintas batas. Pembangunan koridor ekonomi Selatpanjang Buruk Bakul melalui pembangunan jalan kolektor primer ruas Selatpanjang-Alai-Kuala Merbau-Teluk Ketapang-PelantaiTeluk Belitung- Tanjung Padang menuju Buruk Bakul, Duri (Bengkalis) dan ruasteluk BelitungMeranti Bunting Lukit- Buton. Peningkatan kondisi jalan lokal primer eksisting dengan dimensi ROW maksimum m, yang terintegrasi dengan transportasi laut. Prasarana energy/listrik, telekomunikasi dan air minum yang cukup. Tanjung Sari Pusat Pemerintahan Kecamatan pengumpan regional dan Satu koridor Pelabuhan -7

53 No Sistem PusatPusat Lokasi dan Wilayah pelayanan (Kecamatan Tebing Tinggi Timur) Wilayah pelayanannya adalah pusatpusat permukiman diwilayah Kecamatan Tebing Tinggi bagian Timur dan Pulau Topang Perangas (Kecamatan Rangsang Barat) Wilayah pelayanannya adalah pusatpusat permukiman diwilayah Kecamatan Rangsang Barat Tanjung Padang (Kec. Merbau) Wilayah pelayanannya adalah pusatpusat permukiman perkotaan dan perdesaan di Kecamatan Merbau bagian Utara Alai (Kecamatan Tebing Tinggi Barat) Wilayah pelayanannya Fungsi Orientasi Pengembangan Tebing Tinggi Timur pengembangan ekonomi dengan kawasan Sentra komoditi pertanian (sagu, perkotaan Selatpnjang, kelapa dan perikanan) Kawasan Pulau Topang Pengembangan permukiman dan Tanjung Samak Industri pengolahan sagu yang Diorientasikan ke Karimun menyatu dengan kawasan sebagai bagian dari pengembangan pelabuhan Kawasan Ekonomi Khusus pengumpan regional dan (Karimun, Batam, Bintan) nasional dan ke Singapura Pusat kegiatan niaga (perdagangan dan jasa) lokal dan regional Pengembangan permukiman perkotaan. Pengembangan permukiman Selatpanjang Sentra komoditi pertanian (kopi, Ke Pusat-Pusat sagu, karet, pinang, kakao dan Pertumbuhan di Pesisir sentra komoditi hortikultura) Barat Malaysia. Pusat niaga komoditi pertanian dengan orientasi ekspor. Pusat niaga skala pelayanan kecamatan Pusat pengembangan energy/listrik gas bumi Sentra pertanian (berbasis karet, sagu dan perikanan) Pusat permukiman Lokasi pengembangan pelabuhan Ro-Ro sebagai pusat interkoneksi atau perpindahan moda angkutan laut dan darat yang menghubungkan Pelabuhan Sei Selari(Bengkalis) dan Tanjung Padang (Meranti). Pusat Pemerintahan Kecamatan Tebing Tinggi Barat Sentra komoditi pertanian (sagu, dan karet) Pengembangan kawasan perkotaan Tanjung Padang diwujudkan dalam satu koridor pengembangan dengan Kawasan Perkotaan Teluk Belitung Satu koridor pengembangan dengan kawasan perkotaan Selatpanjang dan Kuala Merbau Prasarana Pendukung nasional. Koridor ekonomi SelatpanjangKarimun (KEK Batam, Bintan dan Karimun) melalui pembangunan jalan kolektor primer ruas Selatpanjang-Sungai Tohor-Tanjung Sari. Peningkatan kondisi jalan lokal primer yang terintegrasi dengan transportasi laut. Prasarana energy/listrik, telekomunikasi dan air minum yang cukup. Peningkatan fungsi pelabuhan lokal. Jalan kolektor primer (Selatpanjang-PeranggasPelabuhan Tanjung MedangKarimun) Prasarana energy/listrik, telekomunikasi dan air minum yang cukup. Areal pengolahan komoditi kopi, sagu, karet, pinang dan kakao Pelabuhan Ro-Ro dan peningkatan fungsi pelabuhan rakyat Lahan untuk kegiatan perdagangan dan jasa skala pelayanan kecamatan. Pemanfaatan sumberdaya gas bumi, untuk PLTG yang melayani Kabupaten Kepulauan Meranti. Prasarana energi/listrik, air, dan telekomunikasi Prasarana energi/listrik telekomunikasi dan air minum Jaringan jalan kolektor primer Terminal penumpang tipe C Rencana lokasi pengembangan bandara perintis di

54 Kec. Tebing Kuala Merbau (Kec. Pulau Merbau) Wilayah pelayanannya adalah pusatpusat permukiman disekitarnya Rencana pusat pemerintahan Kabupaten Kepulauan Meranti Kawasan permukiman Kawasan niaga skala pelayanan lokal Sentra pengembangan pertanian (sagu dan karet). Satu koridor pengembangan dengan kawasan perkotaan Alai dan Selatpanjang Pengembangan jalan kolektor primer (Selatpanjang-Alai-Kuala Merbau) Peningkatan jalan lokal eksisting Pembangunan jembatan Selat Rengit Pengembangan pelabuhan penumpang dan barang Lahan untuk pengembangan pusat pemerintahan Kabupaten Kepulauan Meranti

55 No Sistem PusatPusat Lokasi dan Wilayah pelayanan adalah pusatpusat permukiman di Kecamatan Tebing Tinggi Barat Wilayah pelayanannya adalah pusatpusat permukiman disekitarnya yang berciri perkampungan Melayu Bandul (Kec. Merbau) Wilayah pelayanannya adalah pusatpusat permukiman disekitarnya Meranti Bunting (Kecamatan Merbau) Wilayah pelayanannya adalah pusatpusat permukiman disekitarnya Lukit (Kecamatan Merbau bagian Selatan) Teluk Ketapang (Kecamatan Merbau) Wilayah pelayanannya adalah wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti PPL Fungsi Pusat niaga skala kecamatan Pusat pengembangan permukiman Orientasi Pengembangan Teluk Ketapang. Kawasan pengembangan pertanian (sagu, karet, kelapa dan perikanan) Kawasan permukiman Lokasi transit/lokasi pelabuhan ro ro yang menghubungkan Buton dan Selatpanjang. Kawasan permukiman Lokasi transit/ Pelabuhan Teluk Ketapang Kawasan niaga skala pelayanan lokal Sentra pengembangan pertanian (sagu dan karet). Tinggi Barat Prasarana energy/listrik, telekomunikasi dan air minum yang cukup. g trik lintas batas Kawasan pengembangan permukiman dengan mempertahankan ciri perkampungan Melayu. Pusat pemerintahan kecamatan dan permukiman Kegiatan niaga dengan skala pelayanan kecamatan Sentra produksi sagu dan karet Lokasi kegiatan perikanan yang dikembangakan dengan pola minapolitan. Kawasan pengembangan pertanian (sagu, karet, kelapa dan perikanan) Kawasan permukiman Prasarana Pendukung dan air minum Teluk Belitung Peningkatan jalan local eksisting Penyediaan prasarana energi/listrik dan air minum Buton Pelabuhan Kampung Balak/Mengkikip Selatpanjang. Pelabuhan Ro-Ro (Meranti BuntingKampung Balak) Prasarana energi/listrik telekomunikasi dan air minum Buton Tanjung Peranap Selatpanjang. Jaringan jalan kolektor primer Pelabuhan Ro-Ro Prasarana energi/listrik telekomunikasi dan air minum Satu koridor pengembangan dengan Kawasan Perkotaan Alai dan Selatpanjang Peningkatan fungsi pelabuhan Teluk Ketapang Jaringan jalan kolektor primer Peningkatan jalan lokal eksisting Pembangunan jembatan Selat Rengit Prasarana energi/listrik telekomunikasi dan air minum Pengembangan pelabuhan Ro-Ro Kampung Balak-Meranti Bunting Tanjung Peranap (Kecamatan Tebing Tinggi Barat) Pusat niaga (perdagangan dan jasa) Pusat perpindahan moda angkutan dari Buton ke Selatpanjang Mengkapan Buton (Riau Daratan) dan Selatpanjang Dakal (Kecamatan Merbau) Kawasan pertanian (sagu, karet dan perikanan) Lokasi kegiatan perdagangan Tanjung Padang Teluk Belitung Jaringan jalan kolektor primer (Tanjung Peranap/Kampung Peningkatan kondisi pelabuhan rakyat. Peningkatan jalan lokal eksistin

56 Balak- Insit-AlaiAlah AirSelatpanjang)

57 No Sistem PusatPusat Lokasi dan Wilayah pelayanan Fungsi Wilayah pelayanannya adalah kampung balak, mengkikit dan pusat-pusat permukiman disekitarnya Sungai Tohor (Kecamatan Tebing Tinggi) Wilayah pelayanannya adalah pusatpusat permukiman disekitarnya Topang (Kecamatan Rangsang) Sentra komoditi pertanian (sagu, karet dan cacao) Kegiatan wisata alam (ekowisata) dan pengembangan permukiman. Segomeng (Kecamatan Rangsang Barat) Wilayah pelayanannya adalah pusatpusat permukiman disekitarnya Tanjung Medang (Kec. Rangsang) Wilayah pelayanannya adalah pusatpusat permukiman disekitarnya Sidomulyo & Anak Penyagun (Kecamatan Rangsang) Orientasi Pengembangan Prasarana Pendukung Prasarana energy/listrik, telekomunikasi dan air minum yang cukup. Sentra pengembangan pertanian (sagu, karet dan kelapa) Kawasan pengembangan permukiman. Selatpanjang dan Tanjung Sari. Jembatan Banglas-Lukan Jaringan jalan kolektor primer Prasarana energy/listrik, telekomunikasi dan air minum yang cukup. Lokasi pengembangan sentra komoditi pertanian (kelapa dan tanaman pangan lainnya) Pengembangan permukiman. Pengembangan Kawasan Perkotaan Topang diusulkan dengan Pola Kota Terpadu Mandiri (KTM). Lokasi pengembangan pertanian (padi, sagu dan karet) dan Pengembangan permukiman. Tanjung Sari Selatpanjang dan Tanjung Samak Pelabuhan local pulau Topang Perangas dan Selatpanjang Jaringan jalan kolektor primer Jalan local primer eksisting Prasarana energy/listrik, telekomunikasi dan air minum Lokasi pengembangan pertanian dalam arti luas Pusat kegiatan niaga lokal dikawasan pelabuhan Lokasi kegiatan tambang timah (disekitar Pulau Burung) dan Lokasi pengembangan permukiman. Tanjung Samak, Karimun dan Selatpanjang. Jaringan jalan kolektor primer Peningkatan kondisi pelabuhan perikanan Tanjung Medang Prasarana energy/listrik, telekomunikasi dan air minum Sentra pertanian (sagu, karet, kopi, pinang dan kelapa) Pengembangannya diorientasikan ke Pusatpusat Pelayanan Kawasan (PPK) dan PKLp disekitarnya serta ke Selatpanjang. Jaringan jalan local eksisting Pelabuhan lokal Prasarana energy/listrik, telekomunikasi dan air minum

58 RENCANA SISTEM PRASARANA UTAMA Rencana sistem prasarana utama di arahkan untuk pengembangan sistem transportasi wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti (200-20), secara umum ditujukan untuk mendorong perkembangan pembangunan fisik, sosial dan ekonomi, mewujudkan pemerataan pembangunan, serta mewujudkan upaya pelestarian lingkungan melalui penerapan prinsip-prinsip pembangunan wilayah yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan. SISTEM JARINGAN TRANSPORTASI DARAT A. Sistem Jaringan Jalan Mengacu pada Undang - Undang Nomor 8 Tahun 200 tentang Jalan, Undang - Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu lintas dan Angkutan Jalan dan Peraturan Pemerintah Nomor Tahun 2006 tentang Jalan, telah ditetapkan mengenai fungsi dan peranan jalan di wilayah perkotaan. Dalam peraturan tersebut ditetapkan tingkatan fungsi jaringan jalan yang terdiri dari : Jalan Arteri, Jalan Kolektor, dan Jalan Lokal, baik bersifat pelayanan primer maupun sekunder. Sistem Jaringan Jalan Primer merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah di tingkat nasional, dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud pusat - pusat kegiatan, dengan perincian : ) Jalan Arteri Primer menghubungkan secara berdaya guna antar pusat kegiatan nasional atau antara pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan wilayah; 2) Jalan Kolektor Primer menghubungkan secara berdaya guna antara pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan lokal, antar pusat kegiatan wilayah, atau antara pusat kegiatan wilayah dengan pusat kegiatan local; ) Jalan Lokal Primer menghubungkan secara berdaya guna PKN dengan pusat kegiatan lingkungan, PKW dengan pusat kegiatan lingkungan, antar pusat kegiatan lokal, atau pusat kegiatan lokal dengan pusat kegiatan lingkungan, serta antar pusat kegiatan lingkungan. Sistem Jaringan Jalan Sekunder disusun berdasarkan rencana tata ruang wilayah kota dan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk masyarakat didalam kawasan perkotaan yang menghubungkan secara menerus kawasan yang mempunyai fungsi primer, fungsi sekunder kesatu, fungsi sekunder kedua, fungsi sekunder ketiga dan seterusnya sampai persil, dengan perincian : ) Jalan Arteri Sekunder menghubungkan kawasan primer dengan kawasan sekunder kesatu, kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kesatu, dan kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kedua; 2) Jalan Kolektor Sekunder menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder kedua, atau kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder ketiga; ) Jalan Lokal Sekunder menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan perumahan, kawasan sekunder kedua dengan perumahan, kawasan sekunder ketiga dan seterusnya sampai ke perumahan; ) Jalan Desa adalah jaringan jalan yang berfungsi sebagai prasarana pergerakan penduduk secara internal dalam satu desa atau menuju pusat pelayanan desa serta jalan usaha tani yang dibangun dalam rangka pengembangan budidaya pertanian. Transportasi memegang peranan penting dalam pengembangan wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti. Sektor ini merupakan salah satu prasyarat yang harus dipenuhi dalam rangka penciptaan daya saing wilayah. Agar aksesibilitas yang selama ini menjadi kendala pengembangan dapat segera dieliminasi, maka pengembangan sistem transportasi dalam penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti direncanakan dengan mengembangkan sistem transportasi antar moda untuk merangkai dan

59 meningkatkan aksesbilitas wilayah daratan dan kepulauan. Pengembangan prasarana transportasi tersebut, dapat diperkuat dengan penerapan konsep koridor pengembangan ekonomi untuk mewujudkan wilayah kabupaten Kepulauan Meranti sebagai wilayah investasi yang terbuka.. Pengembangan koridor ekonomi yang didukung dengan pembangunan Jalan Kolektor Primer (KP). Dimensi (ROW) jaringan jalan disesuaikan dengan daya dukung wilayah kepulauan, yaitu berkisar 6 sampai dengan 8 meter. Koridor ekonomi yang dibentuk, akan mencakup ruas jalan kolektor, sebagai berikut : a. Koridor pengembangan ekonomi Selatpanjang Buton, mencakup ruas jalan Selatpanjang - Alah Air Insit Alai Kondur Tanjung Peranap (Kampung Balak dan Mengkikip) Lukit menuju Buton (Kabupaten Siak) dengan menggunakan kapal Ro Ro. Dimensi ROW jalan dibatasi berkisar sampai dengan 6 meter; b. Koridor pengembangan ekonomi Selatpanjang Karimun (KEK Batam, Bintan dan Karimun) mencakup ruas jalan Selatpanjang-Lukun Sungai Tohor Tanjung Sari menuju Karimun dan Singapura dengan menggunakan kapal barang dan penumpang. Dimensi ROW jaringan jalan dibatasi berkisar 6 sampai dengan 8 meter; c. Koridor pengembangan ekonomi Selatpanjang - Karimun, mencakup ruas jalan Bantar Anak Setatah Segomeng Sungai Cina Melai Kedabu Rapat - Tanjung Kedabu Tanjung Medang Tanjung Samak menujutanjung Balai Karimun (KEK Batam, Bintan dan Karimun). Pembangunan jalan Kolektor Primer (KP) dengan dimensi (ROW) jaringan jalan disesuaikan dengan daya dukung wilayah kepulauan yang rawan abrasi, yaitu berkisar sampai dengan 6 meter; d. Koridor pengembangan ekonomi Selatpanjang- Buruk Bakul, yang mencakup ruas jalan Lukit Meranti Bunting Teluk Belitung Bandul Dakal - Tanjung Padang menuju Buruk Bakul/Duri-Dumai dengan menggunakan kapal Ro Ro; e. Pembangunan ruas jalan kolektor primer Alai Batang Malas Semukut Teluk Ketapang Kuala Merbau. Dimensi ROW jalan dibatasi berkisar 6 sampai dengan 8 meter. 2. Pengembangan jalan provinsi yang akan dikembangkan berupa jalan kolektor primer (KP) yang ada di Kabupaten terdiri dari Semukut Teluk Ketapang, Teluk Ketapang Rambai, Rambai Jembatan Selat Rengit; Bantar Tanjung Kedabu, Tanjung Kedabu Tanjung Samak, Tanjung Samak Penyagun, Tanjung Samak Tanjung Balai Karimun (KEK Batam, Bintan dan Karimun), Simpang Rintis Mengkikit, Lukun Tanjung Sari, Tanjung Sari Teluk Kepau, Tanjung Sari - Tanjung Balai Karimun (KEK Batam, Bintan dan Karimun), Lukit Teluk Belitung, Lukit Buton, Teluk Belitung Bandul, Bandul Tanjung Padang; dan Tanjung Padang Buruk Bakul (Kabupaten Bengkalis).. Mengembangkan jalan kabupaten yang meliputi ruas jalan antar kecamatan, ruas jalan poros desa, ruas jalan penghubung antar kabupaten, dan ruas jalan lingkar. Ruas jalan lingkar direncanakan berada di jalan lingkar Dorak menuju Tanjung Harapan Kecamatan Tebing Tinggi.. Meningkatkan kondisi jalan eksisting yang melayani perjalanan antar pusat-pusat permukiman dan pusat permukiman ke pelabuhan rakyat disetiap pulau (Tebing Tinggi, Padang, Merbau dan Rangsang); 5. Mewujudkan pembangunan jalan lokal primer eksisting pada setiap pulau dengan pola jalan lingkar yang mampu melayani pusat-pusat permukiman dan pelabuhan rakyat secara merata dan terintegrasi. Dimensi ROW jalan lokal dibatasi berkisar 2 sampai dengan 5 meter; 6. Mempercepat rencana pembangunan Jembatan sebagai perangkai pulau, yang berperan sebagai pembuka isolasi daerah. Rencana jembatan yang dimaksud, meliputi: a. Jembatan Mekong (Pulau Tebing Tinggi) Semukut (Pulau Merbau); b. Jembatan Kampung Air Mabuk (Pulau Tebing Tinggi) Futong (Kabupaten Siak-Pulau Sumatera); c. Jembatan Teluk Ketapang (Pulau Merbau) Pelantai (Pulau Padang);

60 B. Moda Angkutan Ro - Ro Rencana pada moda angkutan Ro Ro dilakukan dengan cara mempersiapkan pelabuhan dan mengoperasikan pelayanan moda angkutan laut jenis kapal Ro - Ro yang difungsikan sebagai penghubung atau perangkai antar pulau. Pelabuhan kapal Ro - Ro yang direncanakan, adalah : a. Rencana pembangunan pelabuhan Ro-Ro Kampung Balak Mengkapan Buton di wilayah Pantai Timur Sumatra dan Riau Bagian Tengah; b. Rencana pembangunan pelabuhan Ro-Ro Insit - Bantar; c. Rencana pembangunan pelabuhan Ro-Ro Lukit Mengkapan Buton di Kabupaten Siak; d. Rencana pembangunan pelabuhan Ro-Ro Kampung Balak Meranti Bunting; e. Rencana pembangunan pelabuhan Ro-Ro Tanjung Samak Tanjung Balai Karimun; f. Rencana pembangunan pelabuhan Ro-Ro Tanjung Samak Tanjung Sari g. Rencana pembangunan pelabuhan Ro-Ro Tanjung Padang Sei Pakning / Sel Selari Kabupaten Bengkalis; RENCANA PENGEMBANGAN TERMINAL Memperhatikan rencana struktur ruang yang telah dirumuskan, rencana pengembangan sistem jaringan jalan dan keberadaan terminal yang ada (eksisting), jenis dan kelas pelayanannya, rencana pengembangan terminal angkutan penumpang untuk Kabupaten Kepulauan Meranti adalah mempersiapkan pembangunan terminal penumpang Type C yang dialokasikan diwilayah Kecamatan Tebing Tinggi Barat. Jaringan pelayanan Lalu Lintas Angkutan Jalan (LLAJ) terdiri atas : a. Jaringan trayek angkutan penumpang; dan b. Jaringan lintas angkutan barang Peningkatan jaringan trayek angkutan antar kota antar provinsi (AKAP) meliputi: a. Selatpanjang-Pekanbaru-Sumatera Barat; b. Selatpanjang Tanjung Balai Karimun Batam; c. Selatpanjang Pekanbaru Jambi; d. Selatpanjang Pekanbaru Medan. Peningkatan jaringan trayek angkutan antar kota dalam provinsi (AKDP) meliputi: a. Selatpanjang Siak Sri Indrapura; b. Selatpanjang Pekanbaru; c. Selatpanjang Dumai; d. Selatpanjang Pelalawan; dan e. Selatpanjang Tembilahan. Peningkatan jaringan trayek angkutan perkotaan meliputi: a. Selatpanjang Teluk Belitung; b. Selatpanjang Pulau Merbau; c. Selatpanjang Bantar; d. Selatpanjang Tanjungsamak; e. Selatpanjang Alai; dan f. Selatpanjang Sungai Tohor.

61 RENCANA SISTEM JARINGAN TRANSPORTASI LAUT Rencana pengembangan pelabuhan laut dilakukan dengan pertimbangan untuk meningkatkan aksesibilitas, mendukung kegiatan ekonomi dan pengembangan kawasan dan dengan memperhatikan kebijakan struktur ruang nasional, provinsi, kebijakan pembangunan daerah, rencana zonasi kawasan pesisir, fungsi, skala pelayanan dan keberadaan pelabuhan yang ada. Adapun peran dan hirarki pelabuhan laut adalah sebagai berikut : a) Simpul dalam jaringan transportasi sesuai dengan hierarkinya; b) Pintu gerbang kegiatan perekonomian; c) Tempat kegiatan alih moda transportasi; d) Penunjang kegiatan industri dan/atau perdagangan; e) Tempat distribusi, produksi, dan konsolidasi muatan atau barang; dan f) Mewujudkan Wawasan Nusantara dan kedaulatan negara. Pelabuhan Utama ; pelabuhan yang fungsi pokoknya melayani kegiatan angkutan laut dalam negeri dan nternasional, alih muat angkutan laut dalam negeri dan internasional dalam jumlah besar, dan sebagai tempat asal tujuan penumpang dan/atau barang, serta angkutan penyeberangan dengan jangkauan pelayanan antar provinsi. Pelabuhan Pengumpul; pelabuhan yang fungsi pokoknya melayani kegiatan angkutan laut dalam negeri, alih muat angkutan laut dalam negeri dalam jumlah menengah, dan sebagai tempat asal tujuan penumpang dan/atau barang, serta angkutan penyeberangan dengan jangkauan pelayanan antar provinsi. Pelabuhan Pengumpan ; pelabuhan yang fungsi pokoknya melayani kegiatan angkutanlaut dalam negeri, alih muat angkutan laut dalam negeri dalam jumlah terbatas, merupakan pengumpan bagi pelabuhan utama dan pelabuhan pengumpul, dan sebagai tempat asal tujuan penumpang dan/atau barang, serta angkutan penyeberangan dengan jangkauan pelayanan dalam provinsi. Pelabuhan pengumpan terdiri dari pelabuhan pengumpan regional dan pelabuhan pengumpan lokal. Pelabuhan pengumpan regional yang digunakan untuk melayani angkutan penyeberangan antar kabupaten/ kota dalam (satu) provinsi. Sedangkan pelabuhan pengumpan lokal yang digunakan untuk melayani angkutan penyeberangan dalam (satu) kabupaten/kota. Adapun rencana pengembangan pelabuhan di Kabupaten Kepulauan Meranti adalah sebagai berikut : ) Meningkatkan kondisi Pelabuhan Tanjung Samak, Bantar, Perangas dan Teluk Belitung serta meningkatkan kondisi pelabuhan Tanjung Medang yang melayani kapal menuju Karimun; 2) Pembangunan pelabuhan pengumpan regional dan nasional sebagai pelabuhan penumpang dan barang/peti kemas. Kawasan pelabuhan ini dialokasikan di Tanjung Sari. Keberadaan pelabuhan ini akan sangat mendukung upaya pengembangan kawasan industri Selatpanjang, pusat niaga ASEAN, sentrasentra produksi pertanian (sagu, karet, kelapa dan komoditi pertanian lainnya) diwilayah Kabupaten Kepulauan Meranti, khususnya di Pulau Tebing Tinggi serta mendukung upaya pengembangan pulau Topang sebagai kawasan sentra produksi pertanian yang direncanakan dengan pola Kota Terpadu Mandiri (KTM); ) Pembangunan pelabuhan penumpang lokal, regional dan internasional Selatpanjang. Lokasi pelabuhan ini direncanakan dikawasan Dorak; ) Meningkatkan kondisi pelabuhan penumpang eksisting dan sekaligus meningkatkan pelayanan kapal motor cepat yang melayani penumpang regional jurusan Selatpanjang - Batu Pahat, Selatpanjang Bengkalis Dumai - Pekanbaru dan Selatpanjang Karimun Batam; 5) Meningkatkan pelayanan kapal motor yang melayani angkutan barang dan penumpang lokal antar pulau di wilayah Kabupaten

62 6) Meningkatkan kondisi pelabuhan rakyat dan pelabuhan pengumpan lokal yang tersebar dipesisir Pulau Tebing Tinggi, Padang, Merbau dan Rangsang. Pengembangan pelabuhan rakyat ini ditujukan untuk memperkuat kegiatan perdagangan lintas batas; 7) Pengembangan sistem transportasi darat dan laut direncanakan secara terpadu dalam satu koridor pengembangan ekonomi, untuk memperkuat interaksi kegiatan ekonomi kabupaten Kepulauan Meranti ke Kawasan Ekonomi Khusus (Karimun, Batam dan Bintan) dan ke cluster ekonomi/industri Dumai dan Buton sebagai bagian dari Koridor Pembangunan Ekonomi Nasional serta ke wilayah kabupaten Bengkalis (inward looking), termasuk juga mendorong upaya percepatan terbentuknya kerjasama ekonomi regional dan global (outward looking).

63 Bab Identifikasi Lokasi. UMUM Menurut UU No. 2 tahun 992 tentang Pelayaran (direvisi menjadi UU No. 7 Tahun 2008) dalam Masterplan Transportasi Darat (2005), disebutkan bahwa transportasi sungai, danau dan penyeberangan adalah angkutan menggunakan kapal yang dilakukan di sungai, danau, waduk, rawa, kanal, dan terusan untuk mengangkut penumpang, barang dan/atau hewan, yang diselenggarakan oleh perusahaan angkutan sungai dan danau, yang penyelenggaraannya disusun secara terpadu intra dan antarmoda yang merupakan satu kesatuan tatanan transportasi nasional serta menggunakan trayek tetap dan teratur yang dilengkapi dengan trayek tidak tetap dan tidak teratur. Sedangkan transportasi penyeberangan adalah angkutan yang berfungsi sebagai jembatan bergerak yang menghubungkan jaringan jalan atau jaringan jalur kereta api yang terputus karena adanya perairan, dan mengangkut penumpang dan kendaraan berserta muatannya, serta diselenggarakan dengan trayek tetap dan teratur. Kriteria lintas penyeberangan meliputi menghubungkan jaringan jalan dan/atau jaringan kereta api yang terputus oleh laut, selat dan teluk, melayani lintas dengan tetap dan teratur, berfungsi sebagai jembatan bergerak, menghubungkan antara dua pelabuhan dan tidak mengangkut barang lepas. Kebijakan Pemerintah kaitannya Transportasi Sungai, Danau dan Penyeberangan yang berkaitan dengan wilayah studi, meliputi:. Meningkatkan kelancaran dan kapasitas pelayanan di lintas yang telah jenuh dan memperbaiki tatanan pelayanan angkutan antar moda dan kesinambungan transportasi darat yang terputus di dalam pulau (sungai dan danau) dan antar pulau; 2. Pengembangan ASDP untuk menjangkau seluruh daerah dengan jaringan transportasi penyeberangan pada lintas antar provinsi dan antar pulau di pulau Jawa dan Sumatera, dan perencanaan lintas internasional;. Meningkatkan aksesibilitas pelayanan ASDP dengan mengembangkan angkutan sungai di Sumatera yang telah memiliki sungai cukup besar; mengembangkan angkutan danau untuk menunjang program wisata; meningkatkan pelayanan penyeberangan sebagai penghubung jalur jalan yang terputus di perairan.. Mendorong peran serta pemerintah daerah dan swasta dalam penyelenggaraan ASDP. Selain jaringan transportasi, simpul transportasi (Pelabuhan) merupakan salah satu bagian dari sistem transportasi yang diperlukan untuk mencukupi kebutuhan bongkar muat arus barang dan penumpang. Dengan adanya pelabuhan ini diharapkan dapat dipenuhi kebutuhan bongkar muat arus barang dan penumpang yang menunjang pembangunan/perkembangan wilayah di Kabupaten Meranti. Dengan demikian, pembangunan -

64 pelabuhan bukanlah merupakan kegiatan yang berdiri sendiri, tapi berkaitan erat dengan aspek-aspek ekonomi dan sosial yang berada dalam jangkauan pelayanan angkutan pelabuhan tersebut. Pengembangan pelabuhan penyeberangan secara prinsip dapat memperlancar mobilisasi dan distribusi kebutuhan pokok, kendaraan maupun orang serta memperlancar pelaksanaan program pemerintah di kawasan penyeberangan. Dampak peningkatan aksesibilitas transportasi adalah peningkatan kinerja ekonomi di kawasan yang terhubungkan oleh transportasi tersebut. Namun demikian, peningkatan aksesibilitas transportasi memerlukan pengembangan sarana dan prasarana pendukungnya. Prasarana perhubungan air terdiri dari prasarana perhubungan laut dan sungai, memiliki peranan yang sangat penting dalam mendukung transportasi wilayah kepulauan. Prasarana perhubungan laut dan sungai di Kabupaten Kepulauan Meranti didukung oleh pelabuhan-pelabuhan ibukota kecamatan, pelabuhan-pelabuhan pedesaan pesisir serta pelabuhan-pelabuhan internasional. Perkembangan prasarana pelabuhan utama di Kabupaten Kepulauan Meranti adalah 5 pelabuhan yang menjadi aset Kabupaten Kepulauan Meranti. Selain pelabuhan, terdapat juga dermaga penyeberangan yang merupakan kepanjangan dari jaringan prasarana jalan yang terputus akibat adanya sungai atau selat. Dari data terdahulu didapat data mengenai pelabuhan-pelabuhan utama (Tabel.) dan dermaga penyeberangan utama (Tabel.2) di Kabupaten Kepulauan Meranti. Tabel. Pelabuhan-Pelabuhan Utama di Kabupaten Kepulauan Meranti No Nama Pelabuhan Wilayah Pelayanan Kegiatan yang Dilayani Selat Panjang Tebing Tinggi, Tebing Tinggi Barat, Rangsang, Rangsang Barat, Merbau 2 Tanjung Samak Rangsang Teluk Belitung Merbau Bandul Merbau Komoditi pertanian Komoditi Agroindustri Komoditi perdagangan Kebutuhan sehari-hari Penumpang orang Interchange timur Komoditi pertanian Komoditi agroindustri Penumpang orang Exit and Entri Point ke batu Pahat Komoditi pertanian Penumpang orang Exit and Entri Point ke batu Pahat Komoditi pertanian Penumpang orang 5 Tanjung Kedabu Rangsang Komoditi pertanian Arahan Fungsi dan Hierarki Pelabuhan Realisasi Penumpang regional Sudah terbangun Penumpang regional Sudah terbangun Penumpang lokal Sudah terbangun Penumpang lokal Sudah terbangun Penumpang lokal Sudah terbangun Sumber : Evaluasi dan Sinkronisasi RTRW Kab Bengkalis

65 Tabel.2 Dermaga Penyeberangan Utama di Kabupaten Kepulauan Meranti No Lokasi Dermaga Fungsi Ds. Ketam putih Ds. Tanjung Padang Menghubungkan pulau dengan pulau Padang Bengkalis Perahu motor Sudah terbangun 2 Ds. Meranti Bunting Ds. Tj. Peranap Menghubungkan pulau dengan pulau Padang Bengkalis Perahu motor Sudah terbangun Ds. Insit Ds. Bantar Menghubungkan Pulau Tebing Tinggi Dengan Pulau Rangsang Perahu motor Sudah terbangun Ds. Mengkikit Mengkapan Buton Menghubungkan Kecamatan Tebing Tinggi Barat Dengan Kabupaten Siak RORO (blm berjalan) Sudah terbangun Ds. Jenis Realisasi Sumber : Evaluasi dan Sinkronisasi RTRW Kab Bengkalis Berdasarkan peta sistem jaringan transportasi wilayah dari Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti (Gambar.), hierarki pelabuhan di Kabupaten Kepulauan Meranti adalah sebagai berikut :. Pelabuhan Pengumpan Regional : Pelabuhan Selat Panjang Pelabuhan Tanjung Samak 2. Pelabuhan Pengumpan Lokal : Pelabuhan Teluk Belitung Pelabuhan Alai Pelabuhan Mengkopot Pelabuhan Tanjung Kedabu Pelabuhan Mengkikit. Dermaga Roro : Pelabuhan Mengkikit. Pelabuhan Rakyat/Perikanan : Pelabuhan Dakal Pelabuhan Bantar Pelabuhan Bandul Pelabuhan Parit Panjang Pelabuhan Kampung Balak Pelabuhan Tanjung Sari Pelabuhan Kuala Merbau Sementara berdasarkan peta rencana pengembangan sistem transportasi Kabupaten Kepulauan Meranti (Gambar.2), hierarki pelabuhan Kabupaten Kepulauan Meranti adalah sebagai berikut :. Pelabuhan penumpang lokal, regional, dan internasional : Pelabuhan Dorak 2. Pelabuhan pengumpan regional dan nasional sebagai penumpang barang dan peti kemas : Pelabuhan Selat Panjang Pelabuhan Tanjung Sari. Pelabuhan Pengumpan Lokal : Pelabuhan Tanjung Kedabu Pelabuhan Kuala Merbau Pelabuhan Parit Panjang Pelabuhan Bandul. Dermaga Roro dan Pelabuhan Rakyat : Pelabuhan Tanjung Padang Pelabuhan Teluk Ketapang Pelabuhan Teluk Belitung Pelabuhan Tanjung Medang Pelabuhan Lukit Pelabuhan Mengkikit Pelabuhan Meranti Bunting Pembahasan mengenai masing-masing pelabuhan akan dibahas di sub bab berikutnya. -

66 Gambar. Peta Sistem Jaringan Transportasi Wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti -

67 GAMBAR.2 Peta Rencana Pengembangan Sistem Transportasi Kabupaten Kepulauan Meranti -5

68 .2 PULAU PADANG Gambar. Pelabuhan wilayah Pulau Padang hasil survey -6

69 Tabel. No. KONDISI EKSISTING I KONDISI PERAIRAN Kondisi Eksisting Lokasi Pelabuhan di Pulau Padang Tanjung Padang Bandul Teluk Belitung Mekarsari Pelantai Meranti Bunting Tanjung Kulim Lukit 0 m 8m 8m 8m 5m 8m 0 m 5 m a Kedalaman di lokasi dermaga b Arus 0,5 m/det ~,0 m/det 0,5 m/det ~,0 m/det,0 m/det ~ 2,0 m/det,0 m/det ~ 2,0 m/det,0 m/det ~ 2,0 m/det,0 m/det ~ 2,0 m/det,0 m/det ~ 2,0 m/det,0 m/det ~ 2,0 m/det c Gelombang 0,2 ~ 0, m 0,2 ~ 0, m 0, ~ 0,5 m 0, ~ 0,5 m 0, ~ 0,5 m 0, ~ 0,5 m 0, ~ 0,5 m 0, ~ 0,5 m d Pasang Surut Beda tinggi,0 ~,0 m Beda tinggi,0 ~,0 m Beda tinggi,0 ~,0 m Beda tinggi,0 ~,0 m Beda tinggi,0 ~,0 m Beda tinggi,0 ~,0 m Beda tinggi,0 ~,0 m Beda tinggi,0 ~ 5,0 m e Ruang Gerak Kapal Memadai, jari-jari (R) kolam pelabuhan >,5 L Memadai, jari-jari (R) kolam pelabuhan >,5 L Memadai, jari-jari (R) kolam pelabuhan >,5 L Memadai, jari-jari (R) kolam pelabuhan >,5 L Memadai, jari-jari (R) kolam pelabuhan >,5 L Memadai, jari-jari (R) kolam pelabuhan >,5 L Memadai, jari-jari (R) kolam pelabuhan >,5 L Memadai, jari-jari (R) kolam pelabuhan >,5 L f Alur Pelayaran Lebar dan kedalaman alur memenuhi Lebar dan kedalaman alur memenuhi Lebar dan kedalaman alur memenuhi Lebar dan kedalaman alur memenuhi Lebar dan kedalaman alur memenuhi Lebar dan kedalaman alur memenuhi Lebar dan kedalaman alur memenuhi Lebar dan kedalaman alur memenuhi II KONDISI DARATAN a Aksesibilitas Jalan masih berupa jalan tanah Jalan cukup baik Jalan beton kondisi baik Jalan beton kondisi baik Jalan beton kondisi baik Jalan beton kondisi baik Jalan beton kondisi baik Jalan beton kondisi baik b Kondisi dan Status Lahan Kondisi lahan merupakan tanah datar yang ditanami tanaman bakau Daerah sekitar merupakan pemukiman penduduk yang cukup padat Daerah sekitar merupakan pemukiman penduduk yang cukup padat Kondisi lahan merupakan tempat bersandarnya kapalkapal nelayan Kondisi lahan merupakan tempat bersandarnya kapalkapal nelayan Kondisi lahan merupakan tanah datar yang ditanami tanaman bakau Daerah sekitar merupakan pemukiman penduduk yang tidak terlalu padat Kondisi lahan merupakan tempat bersandarnya kapalkapal nelayan c Area Pengembangan Luas lahan untuk areal darat cukup luas untuk dapat dikembangkan Luas lahan terbatas Luas lahan terbatas karena berada di pusat kota yang merupakan ibokota kecamatan Luas lahan untuk areal darat cukup luas untuk dapat dikembangkan, pemukiman tidak rapat Luas lahan untuk areal darat cukup luas untuk dapat dikembangkan Luas lahan untuk areal darat cukup luas untuk dapat dikembangkan Luas lahan terbatas Luas lahan untuk areal darat cukup luas untuk dapat dikembangkan -7

70 No. KONDISI EKSISTING III NON TEKNIS Tanjung Padang Bandul Teluk Belitung Mekarsari Pelantai Meranti Bunting Tanjung Kulim dermaga dari struktur beton dengan lantai kayu yang masih dalam keadaan baik dermaga dari struktur beton dengan lantai kayu yang masih dalam keadaan baik Lukit a. Fasilitas Pendukung dermaga dari struktur beton dengan lantai kayu yang masih dalam keadaan baik dermaga dari struktur beton dengan lantai kayu yang mulai rusak Sebagian fasilitas sudah ada, mencukupi kebutuhan b. Pengembangan transportasi Pelabuhan Roro Tanjung Padang -Sei Pakning, peningkatan jalan kolektor primer (KP ) Peningkatan jalan kolektor primer (KP ) Peningkatan kondisi pelabuhan, jalan kolektor primer (KP ) Pelabuhan Roro Meranti Bunting Kampung Balak, peningkatan jalan kolektor primer (KP ) Pelabuhan Roro Lukit -Buton, peningkatan jalan kolektor primer (KP ) c. Sistem Perkotaan Sebagai PPK, pusat niaga skala pelayanan kecamatan sebagai PPL, pusat pemukiman, niaga sebagai PPK, pusat pemerintahan kecamatan, pemukiman, niaga sebagai PPL, kawasan pemukiman sebagai PPL, kawasan pemukiman d. Potensi Sumber Daya Alam gas bumi, untuk pengembangan energi listrik sagu, karet, dan perikanan sagu, karet, dan perikanan sagu, karet, kelapa, dan perikanan sagu, karet, kelapa, dan perikanan e. Hierarki Pelabuhan penyeberangan Pelabuhan penyeberangan Pelabuhan penyeberangan dermaga dari struktur beton dengan lantai kayu yang masih dalam keadaan baik Pelabuhan nelayan dermaga dari struktur beton dengan lantai kayu yang masih dalam keadaan baik Pelabuhan nelayan -8 Pelabuhan penyeberangan Pelabuhan penyeberangan dermaga dari struktur beton dengan lantai kayu yang masih dalam keadaan baik Pelabuhan nelayan

71 Gambar. Pelabuhan Tanjung Labu, Tanjung Padang Gambar.5 Gambar.6 Pelabuhan Bandul Pelabuhan Teluk Belitung -9

72 Gambar.7 Gambar.8 Gambar.9 Pelabuhan Mekar Sari Pelabuhan Pelantai Pelabuhan Meranti Bunting 00

73 Gambar.0 Pelabuhan Tanjung Kulim Gambar. Pelabuhan Lukit

74 . PULAU MERBAU Gambar.2 Pelabuhan di wilayah Pulau Merbau hasil survey 22

75 Gambar. Dermaga Kuala Merbau Gambar. Dermaga Teluk Ketapang Gambar.5 Dermaga Teluk Ketapang 2

76 Gambar.6 Gambar.7 Dermaga Terus Dermaga Semukut -

77 Tabel. No. KONDISI EKSISTING I KONDISI PERAIRAN a Kedalaman di lokasi dermaga b Kondisi Eksisting Lokasi Pelabuhan di Pulau Merbau dan Pulau Rangsang Kuala Merbau Teluk Ketapang Semukut Bantar Peranggas Bokor Tanjung Samak Tanjung Kedabu 5m 5m 5m 5 m 9m 8m 5 m 5 m Arus 0,2 m/det ~ 0,5 m/det 0,2 m/det ~ 0,5 m/det 0,2 m/det ~ 0,5 m/det 0, m/det ~ 0,5 m/det 0,5 m/det ~,0 m/det 0,5 m/det ~,0 m/det 0, m/det ~ 0,5 m/det,0 m/det ~ 2,0 m/det c Gelombang 0,2 ~ 0, m 0,2 ~ 0, m 0,2 ~ 0, m 0,2 ~ 0, m 0, ~ 0,5 m 0, ~ 0, m 0,2 ~ 0, m,0 ~ 2,0 m d Pasang Surut Beda tinggi,0 ~,0 m Beda tinggi,0 ~,0 m Beda tinggi,0 ~,0 m Beda tinggi,0 ~,0 m Beda tinggi 0, ~ 0, m Beda tinggi,0 ~,0 m Beda tinggi,0 ~,0 m Beda tinggi,0 ~ 5,0 m e Ruang Gerak Kapal Memadai, jari-jari (R) kolam pelabuhan >,5 L Memadai, jari-jari (R) kolam pelabuhan >,5 L Memadai, jari-jari (R) kolam pelabuhan >,5 L Memadai, jari-jari (R) kolam pelabuhan >,5 L Memadai, jari-jari (R) kolam pelabuhan >,5 L Memadai, jari-jari (R) kolam pelabuhan >,5 L Memadai, jari-jari (R) kolam pelabuhan >,5 L Memadai, jari-jari (R) kolam pelabuhan >,5 L f Alur Pelayaran Lebar dan kedalaman alur cukup pada saat pasang Lebar dan kedalaman alur memenuhi Lebar dan kedalaman alur cukup Lebar dan kedalaman alur memenuhi Lebar dan kedalaman alur memenuhi Lebar dan kedalaman alur memenuhi Lebar dan kedalaman alur memenuhi Lebar dan kedalaman alur memenuhi II KONDISI DARATAN a Aksesibilitas Jalan beton kondisi baik Jalan kondisi sedang Jalan beton kondisi baik Jalan beton kondisi baik Jalan beton kondisi baik Jalan beton kondisi baik Jalan beton kondisi baik Jalan beton kondisi baik b Kondisi dan Status Lahan Daerah sekitar merupakan pemukiman penduduk yang cukup padat Kondisi lahan merupakan tanah datar yang ditanami tanaman bakau Daerah sekitar merupakan pemukiman penduduk yang cukup padat Kondisi lahan merupakan tanah datar Daerah sekitar merupakan pemukiman penduduk yang cukup padat Daerah sekitar merupakan pemukiman penduduk yang tidak terlalu padat Daerah sekitar merupakan pemukiman penduduk yang tidak terlalu padat Daerah sekitar merupakan pemukiman penduduk yang cukup padat c Area Pengembangan Luas lahan terbatas Luas lahan untuk areal darat cukup luas untuk dapat dikembangkan Luas lahan untuk areal darat cukup luas untuk dapat dikembangkan Luas lahan untuk areal darat cukup luas untuk dapat dikembangkan Luas lahan terbatas Luas lahan terbatas Luas lahan untuk areal darat cukup luas untuk dapat dikembangkan Luas lahan terbatas -5

78 No. KONDISI EKSISTING III NON TEKNIS a. Fasilitas Pendukung dermaga dari struktur beton dengan lantai kayu yang masih dalam keadaan baik dermaga dari struktur beton dengan lantai kayu yang masih dalam keadaan baik dermaga dari struktur beton dengan lantai kayu yang masih dalam keadaan baik dermaga dari struktur beton dengan lantai kayu yang masih dalam keadaan baik dermaga dari struktur beton dengan lantai kayu yang masih dalam keadaan baik b. Pengembangan transportasi Peningkatan kondisi pelabuhan, jalan kolektor primer (KP ) Peningkatan kondisi pelabuhan, jalan kolektor primer (KP ) Jembatan Selat Rengit Pelabuhan Roro Bantar -Insit, peningkatan jalan kolektor primer (KP ) c. Sistem Perkotaan sebagai PPK, pusat pemerintahan, pemukiman, niaga sebagai PPL, pusat pemukiman, niaga d. Potensi Sumber Daya Alam sagu, karet sagu, karet, dan cacao e. Hierarki Pelabuhan penyeberangan Pelabuhan penyeberangan Kuala Merbau Teluk Ketapang Semukut Pelabuhan penyeberangan Bantar Peranggas Bokor Tanjung Samak Tanjung Kedabu dermaga dari struktur beton dalam keadaan baik dermaga dari struktur beton dengan lantai kayu yang masih dalam keadaan baik Peningkatan kondisi pelabuhan, jalan kolektor primer (KP ) Pelabuhan Roro Tanjung Samak Balai Karimun dan Tanjung Samak Tanjung Sari, peningkatan jalan kolektor primer (KP ) Peningkatan kondisi pelabuhan, jalan kolektor primer (KP ) sebagai PPL, pusat pemukiman, niaga sebagai PPK, pusat pemukiman, niaga orientasi ekspor sebagai PKL, pusat pemukiman, niaga sebagai PPL, kawasan pemukiman padi, sagu, karet kopi, sagu, karet, pinang, dan cacao padi, sagu, karet padi, sagu, karet, perikanan Pelabuhan penyeberangan Pelabuhan penyeberangan Pelabuhan penyeberangan Pelabuhan nelayan -6 dermaga dari struktur beton dengan lantai kayu yang masih dalam keadaan baik Pelabuhan penyeberangan

79 . PULAU RANGSANG Gambar.8 Pelabuhan hasil survey Wilayah Pulau Rangsang 77

80 Gambar.9 Gambar.20 Gambar.2 Pelabuhan Bantar Pelabuhan Peranggas Dermaga Bokor 88

81 .5 PULAU TEBING TINGGI Gambar.22 Wilayah Pulau Tebing Tinggi 99

82 Tabel.5 No. KONDISI EKSISTING I KONDISI PERAIRAN a Kedalaman di lokasi dermaga b Kondisi Eksisting Lokasi Pelabuhan di Pulau Tebing Tinggi dan Pulau Topang Tanjung Peranap Selat Panjang Sungai Tohor Tanjung Sari Topang 8m 6m 8m 5m 8m Arus,0 m/det ~ 2,0 m/det,0 m/det ~ 2,0 m/det,0 m/det ~ 2,0 m/det,0 m/det ~ 2,0 m/det,0 m/det ~ 2,0 m/det c Gelombang 0, ~ 0, m 0, ~ 0, m 0, ~ 0, m 0, ~ 0, m 0, ~ 0, m d Pasang Surut Beda tinggi,0 ~,0 m Beda tinggi,0 ~,0 m Beda tinggi,0 ~,0 m Beda tinggi,0 ~,0 m Beda tinggi 0, ~ 0, m e Ruang Gerak Kapal Memadai, jari-jari (R) kolam pelabuhan >,5 L Memadai, jari-jari (R) kolam pelabuhan >,5 L Memadai, jari-jari (R) kolam pelabuhan >,5 L Memadai, jari-jari (R) kolam pelabuhan >,5 L Memadai, jari-jari (R) kolam pelabuhan >,5 L f Alur Pelayaran Lebar dan kedalaman alur cukup pada saat pasang Lebar dan kedalaman alur memenuhi Lebar dan kedalaman alur cukup Lebar dan kedalaman alur memenuhi Lebar dan kedalaman alur memenuhi II KONDISI DARATAN a Aksesibilitas Jalan beton kondisi baik Jalan beton kondisi baik Jalan beton kondisi baik Jalan beton kondisi baik Jalan kondisi baik b Kondisi dan Status Lahan Daerah sekitar merupakan pemukiman penduduk yang tidak terlalu padat Daerah sekitar merupakan pemukiman penduduk yang cukup padat Daerah sekitar merupakan pemukiman penduduk yang tidak terlalu padat Daerah sekitar merupakan pemukiman penduduk yang tidak terlalu padat Daerah sekitar merupakan pemukiman penduduk yang tidak terlalu padat c Area Pengembangan Luas lahan untuk areal darat cukup luas untuk dapat dikembangkan Luas lahan terbatas Luas lahan untuk areal darat cukup luas untuk dapat dikembangkan Luas lahan untuk areal darat cukup luas untuk dapat dikembangkan Luas lahan untuk areal darat cukup luas untuk dapat dikembangkan III NON TEKNIS a. Fasilitas Pendukung dermaga dari struktur beton dalam keadaan baik dermaga dari struktur beton dengan lantai kayu yang masih dalam keadaan baik dermaga dari struktur beton kayu yang masih dalam keadaan baik dermaga dari struktur beton dalam keadaan baik dermaga dalam keadaan baik b. Pengembangan transportasi Pengembangan Pelabuhan Kampung Balak -Meranti Bunting, peningkatan jalan kolektor primer (KP ) Pembangunan pelabuhan penumpang internasional, jalan kolektor primer (KP ) Peningkatan jalan kolektor primer (KP ) Pelabuhan Roro Tanjung Samak Tanjung Sari, pelabuhan penumpan regional dan nasional, peningkatan jalan kolektor primer (KP ) Peningkatan kondisi pelabuhan lokal c. Sistem Perkotaan sebagai PPL, pusat pemukiman, niaga sebagai PKWp, pusat pemukiman, niaga sebagai PPL, pusat pemukiman, niaga sebagai PPK, pusat pemukiman, niaga sebagai PPL, pusat pemukiman, niaga, kota terpadu mandiri d. Potensi Sumber Daya Alam sagu, karet, dan cacao sagu, karet, dan kelapa sagu, karet, dan kelapa sagu, karet, dan kelapa kelapa dan tanaman pertanian lainnya e. Hierarki Pelabuhan penyeberangan RoRo Pelabuhan regional penumpang dan barang Pelabuhan penyeberangan Pelabuhan penyeberangan Pelabuhan penyeberangan -20

83 Gambar.2 Dermaga Tanjung Peranap Gambar.2 Dermaga Kampung Balak Gambar.25 Pelabuhan Selat Panjang 22

84 Gambar.26 Gambar.27 Gambar.28 Pelabuhan Sungai Tohor Pelabuhan Sungai Tohor Kanan Pelabuhan Tanjung Sari

Sekapur Sirih. Selatpanjang, Juli 2010 Kepala BPS Kabupaten Bengkalis. Ir. BUDIANTO

Sekapur Sirih. Selatpanjang, Juli 2010 Kepala BPS Kabupaten Bengkalis. Ir. BUDIANTO Sekapur Sirih Sebagai pengemban amanat Undang-undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik dan sejalan dengan rekomendasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengenai Sensus Penduduk dan Perumahan Tahun 2010

Lebih terperinci

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI BAB V AREA BERISIKO SANITASI Penentuan area berisiko berdasarkan tingkat resiko sanitasi dilakukan dengan menggunakan data sekunder dan data primer berdasarkan hasil penilaian oleh SKPD dan hasil studi

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti secara geografis terletak pada koordinat antara sekitar 0 42'30" - 1 28'0" LU dan 102 12'0" - 103 10'0" BT, dan terletak

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Riau. Wilayahnya mencakup daratan bagian pesisir timur Pulau Sumatera dan wilayah kepulauan,

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan

Lebih terperinci

STRATEGI SANITASI KOTA KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

STRATEGI SANITASI KOTA KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1. Visi Misi Sanitasi Dalam Penetapan Visi dan Misi Pembangunan Kabupaten Kepulauan Meranti mengacu kepada Peraturan Daerah Propinsi Riau Nomor : 7 Tahun 2014 tentang

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia merupakan suatu negara kepulauan terbesar di

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia merupakan suatu negara kepulauan terbesar di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Republik Indonesia merupakan suatu negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah pulau mencapai 17.508 pulau besar dan kecil dengan garis pantai sangat panjang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelalawan merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Riau. Kabupaten ini terletak di bagian tengah pulau Sumatera dan berbatasan langsung dengan Kabupaten

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.1.1 Dasar Hukum... 1 1.1.2 Gambaran Umum Singkat... 1 1.1.3 Alasan Kegiatan Dilaksanakan... 3 1.2 Maksud dan Tujuan... 3 1.2.1 Maksud Studi...

Lebih terperinci

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah 2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda berdiri pada tanggal 7 Desember 1956, dengan dasar hukum Undang-Undang

Lebih terperinci

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Kondisi Geografis Kota Makassar secara geografi terletak pada koordinat 119 o 24 17,38 BT dan 5 o 8 6,19 LS dengan ketinggian yang bervariasi antara 1-25 meter dari

Lebih terperinci

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kebijakan Tata Ruang Nasional menempatkan Metropolitan Mebidang-Ro sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) sekaligus sebagai Kawasan Strategis Nasional (KSN) dengan

Lebih terperinci

BAB 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BENGKALIS DAN PERKEMBANGAN PERIKANANNYA

BAB 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BENGKALIS DAN PERKEMBANGAN PERIKANANNYA BAB 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BENGKALIS DAN PERKEMBANGAN PERIKANANNYA A. Sejarah Singkat Kabupaten Bengkalis Secara historis wilayah Kabupaten Bengkalis sebelum Indonesia merdeka, sebagian besar berada

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Seluma Kabupaten Seluma merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, yang memiliki ± 18.110 pulau dengan garis pantai sepanjang 108.000 km, serta

Lebih terperinci

KEKAYAAN ALAM PEKAN BARU DAN DUMAI UTUK INDONESIA

KEKAYAAN ALAM PEKAN BARU DAN DUMAI UTUK INDONESIA KEKAYAAN ALAM PEKAN BARU DAN DUMAI UTUK INDONESIA Wilayah Pekanbaru dan Dumai berada di Provinsi Riau yang merupakan provinsi yang terbentuk dari beberapa kali proses pemekaran wilayah. Dimulai dari awal

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM Jaringan jalan merupakan salah satu prasarana untuk meningkatkan laju pertumbuhan perekonomian suatu daerah. Berlangsungnya kegiatan perekonomian

Lebih terperinci

KONDISI UMUM BANJARMASIN

KONDISI UMUM BANJARMASIN KONDISI UMUM BANJARMASIN Fisik Geografis Kota Banjarmasin merupakan salah satu kota dari 11 kota dan kabupaten yang berada dalam wilayah propinsi Kalimantan Selatan. Kota Banjarmasin secara astronomis

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI 4.1 Keadaan Umum Provinsi Jambi secara resmi dibentuk pada tahun 1958 berdasarkan Undang-Undang No. 61 tahun 1958. Secara geografis Provinsi Jambi terletak antara 0º 45

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Wilayah Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Wilayah Joglosemar terdiri dari kota Kota Yogyakarta, Kota Surakarta dan Kota Semarang. Secara geografis ketiga

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 39 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Kabupaten Deli Serdang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara dan secara geografis Kabupaten ini terletak pada 2º 57-3º

Lebih terperinci

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI II-1 BAB II 2.1 Kondisi Alam 2.1.1 Topografi Morfologi Daerah Aliran Sungai (DAS) Pemali secara umum di bagian hulu adalah daerah pegunungan dengan topografi bergelombang dan membentuk cekungan dibeberapa

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian ini meliputi wilayah Kota Palangkaraya, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Katingan, Kabupaten

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan Pemerintahan dan kegiatan ekonomi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. desenteralisasi fiskal. Pemerintah Daerah sebagai dasar penyelenggaraan Otonomi

BAB I PENDAHULUAN. desenteralisasi fiskal. Pemerintah Daerah sebagai dasar penyelenggaraan Otonomi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan Daerah di Indonesia semakin pesat, seiring dengan adanya era baru dalam pelaksanaan Orde baru dalam pelaksanaan Otonomi Daerah dan desenteralisasi

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI WILAYAH KAJIAN

BAB III DESKRIPSI WILAYAH KAJIAN 24 BAB III DESKRIPSI WILAYAH KAJIAN 3.1. Gambaran Umum Kabupaten Serdang Bedagai Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu Kabupaten yang berada di kawasan Pantai Timur Sumatera Utara. Secara geografis

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI 2.1 Geografis dan Administratif Sebagai salah satu wilayah Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Kendal memiliki karakteristik daerah yang cukup

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Situasi Wilayah Letak Geografi Secara geografis Kabupaten Tapin terletak antara 2 o 11 40 LS 3 o 11 50 LS dan 114 o 4 27 BT 115 o 3 20 BT. Dengan tinggi dari permukaan laut

Lebih terperinci

KONDISI UMUM PERUSAHAAN

KONDISI UMUM PERUSAHAAN KONDISI UMUM PERUSAHAAN Sejarah Kebun PT. National Sago Prima dahulu merupakan salah satu bagian dari kelompok usaha Siak Raya Group dengan nama PT. National Timber and Forest Product yang didirikan pada

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN PENYEBERANGAN MENTERI PERHUBUNGAN,

RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN PENYEBERANGAN MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN PENYEBERANGAN MENTERI PERHUBUNGAN, : a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 61 tahun 2009 tentang Kepelabuhanan telah diatur ketentuan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Sejarah Pelabuhan Sunda Kelapa Pelabuhan Sunda Kelapa berlokasi di Kelurahan Penjaringan Jakarta Utara, pelabuhan secara geografis terletak pada 06 06' 30" LS,

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan. Bab 1.

LAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan. Bab 1. LAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan Bab 1 Pendahuluan Bab 1 Pendahuluan Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. IV. GAMBARAN UMUM A. Kondisi Umum Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. Luas wilayah Kabupaten Lampung Tengah sebesar 13,57 % dari Total Luas

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Iklim

IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Iklim IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Iklim Provinsi Banten secara geografis terletak pada batas astronomis 105 o 1 11-106 o 7 12 BT dan 5 o 7 50-7 o 1 1 LS, mempunyai posisi strategis pada lintas

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI. A. Keadaan Geografis Kabupaten Kepulauan Meranti

BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI. A. Keadaan Geografis Kabupaten Kepulauan Meranti BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI A. Keadaan Geografis Kabupaten Kepulauan Meranti Kabupaten Kepulauan Meranti merupakan pemekaran dari Kabupaten Bengkalis yang dibentuk pada tanggal 19

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Kondisi Umum Provinsi Kalimantan Barat Setelah era reformasi yang menghasilkan adanya otonomi daerah, maka daerah administrasi di Provinsi Kalimantan Barat yang telah mengalami

Lebih terperinci

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1. Letak Geografis dan Administrasi Pemerintahan Propinsi Kalimantan Selatan memiliki luas 37.530,52 km 2 atau hampir 7 % dari luas seluruh pulau Kalimantan. Wilayah

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kabupaten Belitung Timur adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Bangka Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak tanggal 25 Februari

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Geografis Kabupaten Indragiri Hulu. yang meliputi wilayah Rengat dan Tembilahan di sebelah Hilir.

BAB III GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Geografis Kabupaten Indragiri Hulu. yang meliputi wilayah Rengat dan Tembilahan di sebelah Hilir. 37 BAB III GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis Kabupaten Indragiri Hulu 1. Wilayah Pembentukan Kabupaten Indragiri Hulu pada awainya ditetapkan dengan UU No. 12 Tahun 1956 tentang pembentukan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan beberapa alat analisis, yaitu analisis Location Quetiont (LQ), analisis MRP serta Indeks Komposit. Kemudian untuk

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, Pemerintah Daerah diberikan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Secara geografis Provinsi Sumatera Selatan terletak antara 1 0 4 0 Lintang Selatan dan 102 0-106 0 Bujur Timur dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Reformasi yang terjadi di Indonesia menyebabkan terjadinya pergeseran

I. PENDAHULUAN. Reformasi yang terjadi di Indonesia menyebabkan terjadinya pergeseran I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reformasi yang terjadi di Indonesia menyebabkan terjadinya pergeseran paradigma dan sistem pemerintahan yang bercorak monolitik sentralistik di pemerintahan pusat kearah

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM KOTA BATAM

BAB 3 GAMBARAN UMUM KOTA BATAM BAB 3 GAMBARAN UMUM KOTA BATAM Bab ini berisikan gambaran fisik wilayah, gambaran sosial ekonomi, struktur industri yang terbentuk pada wilayah studi, serta gambaran sarana dan prasarana yang terdapat

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Administrasi Kabupaten Bangka Tengah secara administratif terdiri atas Kecamatan Koba, Kecamatan Lubuk Besar, Kecamatan Namang, Kecamatan Pangkalan Baru, Kecamatan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Sejarah terbentuknya Kabupaten Lampung Selatan erat kaitannya dengan dasar

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Sejarah terbentuknya Kabupaten Lampung Selatan erat kaitannya dengan dasar IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Sejarah Kabupaten Lampung Selatan Sejarah terbentuknya Kabupaten Lampung Selatan erat kaitannya dengan dasar pokok Undang-Undang Dasar 1945. Dalam Undang-Undang Dasar

Lebih terperinci

KEBUTUHAN PENGEMBANGAN FASILITAS PELABUHAN KOLAKA UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KOLAKA

KEBUTUHAN PENGEMBANGAN FASILITAS PELABUHAN KOLAKA UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KOLAKA KEBUTUHAN PENGEMBANGAN FASILITAS PELABUHAN KOLAKA UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KOLAKA TUGAS AKHIR Oleh: FARIDAWATI LATIF L2D 001 418 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU

GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU 75 GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU Sumatera Barat dikenal sebagai salah satu propinsi yang masih memiliki tutupan hutan yang baik dan kaya akan sumberdaya air serta memiliki banyak sungai. Untuk kemudahan dalam

Lebih terperinci

BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta Kondisi Geografis

BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta Kondisi Geografis BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta 3.1.1. Kondisi Geografis Mengacu kepada Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Akhir Masa Jabatan 2007 2012 PemProv DKI Jakarta. Provinsi DKI Jakarta

Lebih terperinci

IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian merupakan wilayah Kabupaten Lampung Tengah Propinsi Lampung yang ditetapkan berdasarkan Undang-undang No 12 Tahun 1999 sebagai hasil pemekaran Kabupaten

Lebih terperinci

KONDISI FISIK BAB I 1.1. LUAS WILAYAH DAN BATAS WILAYAH

KONDISI FISIK BAB I 1.1. LUAS WILAYAH DAN BATAS WILAYAH BAB I KONDISI FISIK 1.1. LUAS WILAYAH DAN BATAS WILAYAH Sebelum dilakukan pemekaran wilayah, Kabupaten Kampar merupakan salah satu Kabupaten yang memiliki wilayah terluas di Provinsi Riau dengan luas mencapai

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA BONTANG. 4.1 Gambaran Umum Wilayah Kota Bontang. Gambar 4.1 Peta Wilayah Kota Bontang

IV. GAMBARAN UMUM KOTA BONTANG. 4.1 Gambaran Umum Wilayah Kota Bontang. Gambar 4.1 Peta Wilayah Kota Bontang 51 IV. GAMBARAN UMUM KOTA BONTANG 4.1 Gambaran Umum Wilayah Kota Bontang Gambar 4.1 Peta Wilayah Kota Bontang 52 Kota Bontang terletak antara 117 23 BT - 117 38 BT dan 0 01 LU - 0 12 LU atau berada pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang lebih dari 2/3 wilayahnya berupa perairan. Dari zaman nenek moyang bangsa Indonesia sudah mengenal dan menggunakan transportasi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM Letak Wilayah, Iklim dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Barat

IV. GAMBARAN UMUM Letak Wilayah, Iklim dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Barat 51 IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Letak Wilayah, Iklim dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Barat Sumatera Barat adalah salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di pesisir barat Pulau Sumatera dengan ibukota

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN 2011 2031 I. UMUM Ruang Wilayah Kabupaten Kepulauan Anambas yang meliputi

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace mencabut: PP 70-1996 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 127, 2001 Perhubungan.Pelabuhan.Otonomi Daerah.Pemerintah Daerah.Tarif Pelayanan. (Penjelasan

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5. 1. Letak Geografis Kota Depok Kota Depok secara geografis terletak diantara 106 0 43 00 BT - 106 0 55 30 BT dan 6 0 19 00-6 0 28 00. Kota Depok berbatasan langsung dengan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota 66 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Bandarlampung 1. Letak Geografis Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota Bandarlampung memiliki luas wilayah

Lebih terperinci

STUDI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KOMPONEN WISATA DI PULAU RUPAT KABUPATEN BENGKALIS TUGAS AKHIR. Oleh : M. KUDRI L2D

STUDI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KOMPONEN WISATA DI PULAU RUPAT KABUPATEN BENGKALIS TUGAS AKHIR. Oleh : M. KUDRI L2D STUDI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KOMPONEN WISATA DI PULAU RUPAT KABUPATEN BENGKALIS TUGAS AKHIR Oleh : M. KUDRI L2D 304 330 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karakteristik potensi wilayah baik yang bersifat alami maupun buatan, merupakan salah satu unsur yang perlu diperhatikan dalam proses perencanaan pembangunan. Pemahaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM Indonesia merupakan negara kepulauan dengan potensi luas perairan 3,1 juta km 2, terdiri dari 17.508 pulau dengan panjang garis pantai ± 81.000 km. (Dishidros,1992).

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 33 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Umum Kepulauan Seribu Wilayah Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu terletak di sebelah Utara Teluk Jakarta dan Laut Jawa Jakarta. Pulau Paling utara,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006 KATA PENGANTAR Untuk mencapai pembangunan yang lebih terarah dan terpadu guna meningkatkan pembangunan melalui pemanfaatan sumberdaya secara maksimal, efektif dan efisien perlu dilakukan perencanaan, pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Kabupaten Bengkalis Kabupaten Bengkalis adalah salah satu kabupaten di Provinsi Riau dengan ibukota Bengkalis yang berada di Pulau Bengkalis, terpisah

Lebih terperinci

BUPATI KEPULAUAN MERANTI

BUPATI KEPULAUAN MERANTI BUPATI KEPULAUAN MERANTI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 06 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN DESA PUTRI PUYU, DESA MAYANG SARI, DESA MEKAR DELIMA, DESA TANJUNG PISANG, DESA SUNGAI ANAK

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1 Geografis dan Administratif Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 0 50 7 0 50 Lintang Selatan dan 104 0 48 108 0 48 Bujur Timur, dengan batas-batas

Lebih terperinci

Pangkalanbalai, Oktober 2011 Pemerintah Kabupaten Banyuasin Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal

Pangkalanbalai, Oktober 2011 Pemerintah Kabupaten Banyuasin Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Banyuasin Tahun 2012 2032merupakan suatu rencana yang disusun sebagai arahan pemanfaatan ruang di wilayah Kabupaten Banyuasin untuk periode jangka panjang 20

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PELALAWAN BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mempercepat proses pelaksanaan pembangunan dan hasil-hasilnya upaya

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PELALAWAN BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mempercepat proses pelaksanaan pembangunan dan hasil-hasilnya upaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemekaran wilayah pada dasarnya salah satu upaya untuk mempercepat proses pelaksanaan pembangunan dan hasil-hasilnya upaya peningkatan pelayanan kepada masyarakat. Dalam

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH Bujur Timur dan Lintang Utara, dengan batas. Utara : Kabupaten Siak dan Kabupaten Kampar

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH Bujur Timur dan Lintang Utara, dengan batas. Utara : Kabupaten Siak dan Kabupaten Kampar V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Keadaan Umum Kota Pekanbaru Kota Pekanbaru merupakan ibukota dari Provinsi Riau yang terletak di Pulau Sumatera. Secara geografis Kota Pekanbaru terletak pada koordinat 101

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Tanjungpinang adalah salah satu kota dan sekaligus merupakan ibu kota dari Provinsi Kepulauan Riau. Sesuai dengan peraturan pemerintah Nomor 31 Tahun 1983 Tanggal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perekonomian dapat berfungsi dengan baik. Sulivan, Arthur, dan Steven M.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perekonomian dapat berfungsi dengan baik. Sulivan, Arthur, dan Steven M. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Infrastruktur Infrastruktur fisik dan sosial dapat diartikan sebagian kebutuhan dasar fisik pengorganisasian sistem struktur yang diperlukan untuk jaminan ekonomi

Lebih terperinci

Laporan Akhir Kajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten Pelalawan Tahun KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL...

Laporan Akhir Kajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten Pelalawan Tahun KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR ISI Isi Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... xiv I. PENDAHULUAN......1 1.1. Latar Belakang......1 1.2. Maksud dan Tujuan Studi......8 1.2.1. Maksud......8

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006 BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006 4.1. Gambaran Umum inerja perekonomian Jawa Barat pada tahun ini nampaknya relatif semakin membaik, hal ini terlihat dari laju pertumbuhan ekonomi Jawa

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PULAU BURUNG. wilayah administratif Kabupaten Indragiri Hilir, Propinsi Riau yang memiliki luas 531,22 km²

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PULAU BURUNG. wilayah administratif Kabupaten Indragiri Hilir, Propinsi Riau yang memiliki luas 531,22 km² BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PULAU BURUNG 2.1 Letak Geografis Pulau Burung Pulau Burung merupakan salah satu kecamatan dari 17 kecamatan yang berada dalam wilayah administratif Kabupaten Indragiri Hilir,

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis LS dan BT. Beriklim tropis dengan

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis LS dan BT. Beriklim tropis dengan III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Geografis Secara geografis Kabupaten Tebo terletak diantara titik koordinat 0 52 32-01 54 50 LS dan 101 48 57-101 49 17 BT. Beriklim tropis dengan ketinggian

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Gambaran Umum Kabupaten Tulang Bawang Barat. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak di bagian utara Provinsi Lampung.

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Gambaran Umum Kabupaten Tulang Bawang Barat. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak di bagian utara Provinsi Lampung. BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Kabupaten Tulang Bawang Barat Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak di bagian utara Provinsi Lampung. Kabupaten Tulang Bawang Barat berbatasan langsung dengan Provinsi

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN UMUM Pelabuhan sebagai salah satu unsur dalam penyelenggaraan pelayaran memiliki peranan yang sangat penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran pelabuhan yang memadai berperan besar dalam menunjang mobilitas barang dan

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran pelabuhan yang memadai berperan besar dalam menunjang mobilitas barang dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang dua per tiga wilayahnya adalah perairan dan terletak pada lokasi yang strategis karena berada di persinggahan rute perdagangan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Malaka terletak antara Lintang Selatan Lintang Utara atau antara 100

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Malaka terletak antara Lintang Selatan Lintang Utara atau antara 100 BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Provinsi Riau terdiri dari daerah daratan dan perairan, dengan luas lebih kurang 8.915.016 Ha (89.150 Km2), Keberadaannya membentang dari lereng

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

IV. KONDISI UMUM WILAYAH 29 IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis dan Administrasi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 LS dan 104 48-104 48 BT dengan batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN Geografis dan Administratif Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru terbentuk di Provinsi Sulawesi Tengah berdasarkan Undang-Undang Nomor 51 tahun

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR 4. 1 Kondisi Geografis Provinsi Jawa Timur membentang antara 111 0 BT - 114 4 BT dan 7 12 LS - 8 48 LS, dengan ibukota yang terletak di Kota Surabaya. Bagian utara

Lebih terperinci

REKLAMASI PANTAI DI PULAU KARIMUN JAWA

REKLAMASI PANTAI DI PULAU KARIMUN JAWA LAPORAN PRAKTIKUM REKLAMASI PANTAI (LAPANG) REKLAMASI PANTAI DI PULAU KARIMUN JAWA Dilaksanakan dan disusun untuk dapat mengikuti ujian praktikum (responsi) mata kuliah Reklamasi Pantai Disusun Oleh :

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI POTENSI DAN PEMETAAN SUMBERDAYA PULAU-PULAU KECIL

IDENTIFIKASI POTENSI DAN PEMETAAN SUMBERDAYA PULAU-PULAU KECIL IDENTIFIKASI POTENSI DAN PEMETAAN SUMBERDAYA PULAU-PULAU KECIL Nam dapibus, nisi sit amet pharetra consequat, enim leo tincidunt nisi, eget sagittis mi tortor quis ipsum. PENYUSUNAN BASELINE PULAU-PULAU

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini memaparkan sejarah dan kondisi daerah pemekaran yang terjadi di Indonesia khususnya Kota Sungai Penuh. Menguraikan tentang latar belakang penelitian, perumusan masalah,

Lebih terperinci