BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengumpul. Pembeli dan penjual dapat bertransaksi langsung maupun tidak

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengumpul. Pembeli dan penjual dapat bertransaksi langsung maupun tidak"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Permasalahan Sebuah model pasar terdiri dari tiga jenis agen, yakni penjual, pembeli, dan pengumpul. Pembeli dan penjual dapat bertransaksi langsung maupun tidak langsung melalui pengumpul (Rubinstein, 1987:1). Pengumpul banyak ditemui di tata niaga produk pertanian dan perikanan. Pengumpul dalam rangkaian tata niaga perikanan memiliki peran yang sangat penting. Kehadiran pengumpul tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan masyarakat nelayan. Pengumpul menampung hasil tangkapan para nelayan untuk dijual kembali kepada para pedagang besar di kota-kota besar, seperti Jakarta, Bandung, Palembang, Medan, dan Jambi (Susilowati, 1983: 1). Pengumpul perikanan di masa sekarang agak berbeda dengan masa dahulu. Jika dahulu antara nelayan dan pengumpul memiliki keterikatan langsung, baik berupa bantuan pinjaman uang atau peralatan melaut, maka sekarang sudah tidak terlalu banyak ditemui. Para nelayan sudah dapat hidup mandiri, tidak selalu menggantungkan kebutuhannya kepada pengumpul. Para nelayan sudah mulai mengakses lembaga-lembaga keuangan untuk mencukupi kebutuhan hidupnya, misalnya perbankan dan pegadaian. 1

2 2 Pelelangan ikan pun sudah tidak banyak ditemui fenomena seperti dahulu. Para nelayan di masa dahulu menyetor ikan hasil tangkapannya langsung kepada para pengumpul, tetapi hal ini tidak banyak terjadi di masa sekarang. Hal seperti ini hanya terjadi di daerah-daerah pedesaan yang mengalami kesulitan akses transportasi. Pengumpul biasanya datang sendiri ke tempat para nelayan melabuhkan kapal atau perahunya dan transaksi terjadi seketika itu juga di tempat tersebut. Pengumpul kemudian membawa ikan yang dibelinya dari nelayan ke pasar-pasar besar. Pelelangan ikan pada masyarakat modern, seperti yang terjadi di Pesisir Kabupaten Tuban, berbeda dengan yang terjadi di pedesaan. Pelelangan ikan dilaksanakan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) atau di pasar ikan. Para pengumpul sudah jarang ditemui mengambil ikan langsung dari para nelayan dengan harga sewenang-wenang. Hanya ada beberapa nelayan yang menyetor langsung ikan hasil tangkapannya ke pengumpul. Hal ini terjadi semata-mata karena memang sudah berlangganan dan terikat komitmen kerja. Proses pelelangan ikan di TPI atau pasar membuat persaingan antar pengumpul di era modern semakin ketat. Pengumpul tidak bisa lagi membeli ikan tangkapan nelayan dengan harga yang sewenang-wenang, melainkan melalui proses pelelangan ikan yang resmi atau membeli ikan dengan harga standar. Para pengumpul saling bersaing menekan harga selama proses pelelangan berlangsung untuk mendapatkan ikan hasil tangkapan nelayan.

3 3 Persaingan yang terjadi di pasar ikan tempat pengumpul mendistribusikan ikannya tidak kalah ketat. Sifat produk perikanan yang mudah rusak menuntut proses penjualan berlangsung singkat agar kualitas produk perikanan tidak menurun atau bahkan rusak. Pengumpul di pasar ikan berhadapan dengan sesama pengumpul dari daerah lain untuk bersaing menjual ikannya. Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Jawa Timur (2015: 75) mencatat jumlah unit pemasaran perikanan tangkap di Kabupaten Tuban sebanyak 38 pengumpul (collector), 42 pedagang besar (distributor), dan pengecer (retailer). Salah satu perusahaan pengumpul perikanan tangkap yang besar adalah Putra Haji Muin (PHM) yang berlokasi di Desa Sukolilo Kecamatan Bancar. Perusahaan PHM menarik untuk dikaji karena PHM adalah satu-satunya perusahaan pengumpul perikanan tangkap di Kabupaten Tuban yang mampu bertahan lebih dari tiga dasawarsa di tengah persaingan pasar yang ketat. Ketangguhan PHM ini teruji dengan bukti bahwa PHM masih eksis sampai saat ini. PHM bahkan menjadi satu-satunya perusahaan perikanan tangkap tertua di Kabupaten Tuban yang konsisten beroperasi di pasar-pasat besar, yakni Pasar Muara Angke dan Pasar Ikan Muara Baru Jakarta, serta Pasar Ikan Caringin Bandung. Permasalahan produksi perikanan tangkap berupa produk yang tidak tahan lama dan naik-turunnya grafik produksi sesuai musim dapat diatasi dengan baik oleh PHM. PHM meyakini bahwa kunci utama untuk memenangkan kompetisi pasar tersebut adalah administrasi yang baik.

4 4 Permasalahan produksi perikanan tangkap dan persaingan antar pengumpul tidak bisa dihindari. Salah satu cara efektif untuk memenangkan persaingan adalah dengan cara memperbaiki kualitas adminstrasi perusahaan. Siagian (2001: 1) berpendapat bahwa administrasi pada dasarnya memiliki peranan yang sangat penting bagi perusahaan karena dapat membantu perusahaan dalam memberikan data atau informasi yang diperlukan oleh pimpinan perusahaan dan memudahkan pimpinan dalam mengambil keputusan dalam pelaksanaan tugas untuk memenangkan kompetisi pasar. Etika merupakan salah satu cabang filsafat yang relevan untuk mengkaji permasalahan-permasalahan aktual. Etika dalam bentuknya sebagai etika terapan (applied ethics) atau bahkan filsafat terapan (applied philosophy) membahas masalah-masalah yang sangat praktis (Bertens, 2013: 207). Salah satu cabang etika yang saat ini mulai banyak dikaji adalah etika administrasi. Etika administrasi adalah etika yang membahas tentang proses kerjasama antara dua orang manusia atau lebih yang didasarkan atas rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya (Siagian, 2003: 2). Setiap perusahaan mempunyai prinsip, visi, dan asas-asas etis yang dipegang teguh. Penelitian filsafati terhadap perusahaan pengumpul perikanan tangkap PHM dilakukan untuk menguraikan administrasi yang selama ini dilakukan. Penelitian ini bertujuan menganalisis asas-asas etis administrasi yang ada dalam administrasi

5 5 perusahaan PHM. Asas-asas etis tersebut selanjutnya direfleksikan untuk menemukan kelebihan dan kekurangan dari administrasi Perusahaan PHM. 2. Rumusan Masalah a. Bagaimana praktik administrasi Perusahaan Pengumpul Perikanan Tangkap PHM? b. Bagaimana konsep administrasi Perusahaan Pengumpul Perikanan Tangkap PHM? c. Apa implementasi asas-asas etis administrasi pada Perusahaan Pengumpul Perikanan Tangkap PHM? 3. Keaslian Penelitian Penelitian tentang pengumpul perikanan telah banyak dilakukan. Sejauh penelusuran peneliti belum ditemukan penelitian mengenai pengumpul perikanan yang dikaji melalui perspektif etika administrasi, khususnya penelitian tentang perusahaan perikanan tangkap PHM. Berikut ini beberapa penelitian yang memiliki objek material yang sama dengan peneltian ini: 1. Siswanto, Budi Perlawanan Nelayan Prigi: Resistensi Nelayan terhadap Tempat Pelelangan Ikan (TPI), Tengkulak, dan Juragan. Thesis. Surabaya: Universitas Airlangga. 2. Ngatini Hubungan Kerja Petani Tambak dengan Tengkulak Ikan (Studi Kasus di Desa Bakaran Wetan Kecamatan Juwana Kabupaten Pati). Skripsi. Semarang: Universitas Negeri Semarang.

6 6 3. Wulan, Ana Nurnovita Faktor-Faktor yang mempengaruhi Tengkulak Ikan Kecamatan Palang Kabupaten Tuban Memilih Ikan dari Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Kecamatan Brondong Kabupaten Lamongan. Skripsi. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya. 4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat di antaranya bagi: 1. Ilmu Pengetahuan Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi positif pada perkembangan ilmu pengetahuan. Etika administrasi perusahaan privat akan memberikan pandangan baru yang lebih komprehensif mengenai pertimbangan moral administrator dalam menjalankan tugas-tugasnya. 2. Ilmu filsafat Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan terhadap perkembangan etika administrasi, khususnya etika administrasi privat. 3. Bangsa Indonesia Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan pedoman kepada bangsa Indonesia, khususnya para pelaku usaha dan administrator mengenai administrasi yang baik sehingga dapat lebih meningkatkan usaha yang dijalankan di tengah persaingan yang ketat.

7 7 B. Tujuan Penelitian Penelitian yang berjudul Inventarisasi Asas-Asas Etis Perusahaan Perikanan Tangkap Putra Haji Muin (PHM) di Kabupaten Tuban dalam Perspektif Etika Administrasi bertujuan untuk menyelesaikan persoalan dalam rumusan masalah sebagai berikut: 1. Menguraikan praktik administrasi pada Perusahaan Pengumpul Perikanan Tangkap PHM 2. Menguraikan konsep administrasi Perusahaan Pengumpul Perikanan Tangkap PHM d. Menganalisis implementasi asas-asas etis administrasi pada Perusahaan Pengumpul Perikanan Tangkap PHM C. Tinjauan Pustaka Sejumlah orang dalam masyarakat nelayan mempunyai kegiatan utama sebagai pedagang. Sejumlah orang itu menampung hasil tangkapan para nelayan untuk dijual kembali kepada para penampung di kota-kota besar, seperti Jakarta, Bandung, Palembang, Medan, dan Jambi (Susilowati, 1983: 1). Peranan pedagang dalam masyarakat nelayan dilihat dari jenis spesialisasi kegiatannya dibedakan atas pedagang pengumpul, yaitu para bakul ikan, dan pedagang kecil atau pedagang eceran dan pedagang besar (grosir) (Susilowati, 1983: 5).

8 8 Pedagang pengumpul merupakan pedagang perantara yang menyelenggarakan kegiatan atau fungsi tata niaga, yakni pergerakan barang-barang dari pihak produsen sampai ke pihak konsumen. Pedagang perantara merupakan perorangan, perserikatan, atau perseroan yang berusaha dalam bidang tata niaga. Lembaga ini membeli dan mengumpulkan barang-barang yang berasal dari produsen dan menyalurkannya kepada konsumen (Hanafiah dan Syaefuddin, 1983: 26) Pengumpul dalam praktiknya biasanya memberikan bantuan sebagai bentuk jaminan hubungan kerja, baik berupa alat tangkap untuk kepentingan usaha, maupun berupa makanan atau sejumlah uang untuk kepentingan keluarga nelayan tanpa mewajibkan bunga. Namun ada kewajiban moral bahwa semua hasil tangkapan yang diperoleh nelayan, hendaknya dijual kepada para penampung itu dengan harga yang berbeda dari harga pasar (Susilowati, 1983: 1). Pedagang pengumpul (tengkulak) adalah mereka yang aktif membeli dan mengumpulkan barang dari produsen (nelayan dan petani ikan) di daerah produksi dan menjualnya kepada pedagang perantara berikutnya dan jarang menjual kepada konsumen terakhir. Pedagang ini dapat terdiri dari mereka yang mempunyai tempat usaha tetap di desa-desa, di mana para nelayan dan petani ikan menjual barangnya, dan mereka yang membeli barang dengan mendatangi nelayan atau petani ikan (unit usaha perikanan) satu-persatu atau membuka tempat pembelian di tempat-tempat pengangkutan lokal (traveling buyer) (Hanafiah dan Syaefuddin, 1983: 33).

9 9 Pedagang pengumpul memiliki peranan terpenting dalam tata niaga hasil perikanan. Pergerakan hasil perikanan berupa bahan makanan dari produsen sampai konsumen pada umumnya meliputi proses-proses pengumpulan, pengimbangan, dan penyebaran. Pedagang pengumpul menjalankan fungsi sebagai pengumpul hasil, berhubung daerah hasil terpencar-pencar, skala produksi masing-masing kecil, dan produksinya berlangsung sesuai musim (Hanafiah dan Syaefuddin, 1983: 3). Pedagang pengumpul pada umumnya memberi kredit (advance payment) kepada produsen (nelayan) sebagai ikatan atau jaminan untuk dapat memperoleh bagian terbesar dari hasil perikanan dalam waktu tertentu (Hanafiah dan Syaefuddin, 1983: 3). Pedagang pengumpul dapat berbentuk perseorangan, perserikatan, ataupun perseroan. Berdasarkan pemilikan atas barang dagangan, pedagang pengumpul ini termasuk kelompok pedagang yang memiliki barang dagangan, yakni mereka yang membeli dan menjual barang dengan maksud memperoleh laba dan keharusan memikul risiko (Hanafiah dan Syaefuddin, 1983: 32-33). Dinarwan (2002: 2) menjelaskan bahwa hampir di setiap wilayah pesisir di Indonesia dijumpai adanya tengkulak (pengumpul perikanan) yang mengambil beberapa fungsi pengembangan sektor perikanan dan kelautan secara informal. Fungsi-fungsi pengembangan sektor perikanan dan kelautan tidak hanya pada fungsi finansial, melainkan beberapa fungsi yang lain, yakni:

10 10 1. Fungsi Produksi Tengkulak pada fungsi produksi ini mengambil peran sebagai penyedia faktor/sarana produksi penangkapan ikan, seperti menyediakan biayabiaya bekal operasi penangkapan ikan, menyediakan alat tangkap ikan dan menyediakan mesin motor tempel serta kapal penangkap ikan. 2. Fungsi Pemasaran Ikan hasil tangkapan nelayan pada lokasi-lokasi yang tidak terdapat tempat pelelangan ikan (TPI) umumnya dibeli oleh tengkulak. Kemudian oleh tengkulak disalurkan ke perusahaan-perusahaan eksportir atau disalurkan ke pasar-pasar lokal. 3. Fungsi Finansial Segala kebutuhan berupa finansial untuk terlaksananya kegiatan usaha penangkapan ikan senantiasa disediakan oleh tengkulak. Nelayan hampir dapat dikatakan bergantung pada tengkulak. Para tengkulak memberikan bantuan finansial tanpa syarat-syarat tertentu tidak seperti pada lembagalembaga keuangan atau perbankan. 4. Fungsi Sosial Nelayan saat terjadi musim paceklik tidak melakukan operasi penangkapan ikan sama sekali. Nelayan dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari banyak mengandalkan bantuan tengkulak. Bahkan untuk kepentingan biaya pendidikan anak-anak nelayan, kadang-kadang mereka juga memohon bantuan pada tengkulak.

11 11 Edi Iwan (1983: 2) menjelaskan bahwa pengumpul ikan berperan dalam hal pemasaran untuk menyampaikan produk perikanan hingga sampai kepada konsumen. Kegiatan administratif pengumpul terdiri dari: 1. Pengumpulan ikan 2. Sortasi menurut jenis dan ukuran 3. Pengawetan untuk memperpanjang daya kesegaran 4. Pengemasan 5. Penyimpanan dalam ruang 6. Pendistribusian ke pasar besar, pengecer, atau langsung ke konsumen D. Landasan Teori Etika adalah ilmu yang membahas tentang moralitas atau tentang manusia sejauh berkaitan dengan moralitas. Etika dapat pula dirumuskan sebagai ilmu yang menyelidiki tingkah laku moral (Bertens, 2013: 13). The Liang Gie (1963: 9) menjelaskan bahwa suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang dalam sebuah kerjasama untuk mencapai tujuan tertentu dapat dicakup dalam istilah administrasi, yang dalam bahasa Inggris disebut administration. Kata administrasi berasal dari bahasa latin ad dan ministrare, yakni suatu kata kerja yang berarti melayani, membantu, menunang, atau memenuhi. Selanjutnya dari kata tersebut terbentuklah kata benda administrario dan kata sifat administrativus.

12 12 Kata administrasi dalam bahasa Indonesia menggambarkan peristiwa di mana suatu tujuan tertentu dilayani, diperlancar atau ditunjang penataannya sehingga tujuan itu benar-benar tercapai. Adapun kegiatan yang digolongkan sebagai administrasi mencakup: 1. Dilakukan oleh sekelompok orang (dua orang atau lebih). 2. Berlangsung dalam suatu kerjasama. 3. Dimaksud untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan. Tiga hal inilah yang merupakan ciri khas dari administrasi. Ketiga hal tersebut dapat disingkat menjadi sekelompok orang, kerjasama, dan tujuan tertentu. Adminsitrasi dengan demikian adalah sekelompok orang yang bekerjasama untuk mencapai tujuan tertentu (The Liang Gie, 1963: 9). Siagian (2003: 7) membagi administrasi dari segi perkembangannya menjadi dua macam, yakni administrasi negara (public administration) dan administrasi privat (Private Administration). Sebagian besar kegiatan dalam bidang administrasi privat dilakukan oleh sektor keniagaan, sehingga sering disebut administrasi niaga. Administrasi niaga adalah keseluruhan kegiatan organisasi, mulai dari produksi barang dan/atau jasa sampai tibanya barang atau jasa tersebut ke tangan konsumen. Ciri administrasi privat adalah mengutamakan aspek keuntungan atas modal yang ditanam. Perusahaan privat seringkali dihadapkan pada kompetisi yang ketat sehingga membutuhkan kecepatan. Administrasi yang dilakukan lebih bersifat

13 13 pragmatis untuk mengejar keuntungan daripada sekedar legalistis (Siagian, 2003: 27). Petugas administrasi dalam menjalankan tugas diwajibkan untuk memahami dan melaksanakan asas-asas etis administrasi. Asas-asas tersebut adalah asas pertanggungjawaban, pengabdian, kesetiaan, kepekaan, persamaan, dan kepantasan (The Liang Gie, 1993: 115). E. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian pustaka yang dilengkapi dengan data lapangan. Berdasarkan metode penelitian yang dirumuskan oleh Anton Bakker dan Achmad Charris Zubair dalam buku Metodologi Penelitian Filsafat (1990: 91) penelitian ini menggunakan metode penelitian pandangan filsafati di lapangan, yaitu suatu metode dalam meneliti suatu objek berupa pandangan hidup atau pandangan dunia dalam suatu kelompok daerah, suku, bangsa, maupun negara, yang mendasari seluruh kebudayaan kelompok tersebut. Penelitian ini secara khusus akan meneliti tentang etika administrasi yang dimiliki oleh perusahaan PHM. 1. Bahan dan materi penelitian Penelitian pustaka yang dilakukan ini memiliki bahan dan meteri yang diperoleh dari berbagai literatur, baik berupa buku, jurnal, makalah, artikel, dan laporan penelitian. Penelitian ini selain dilakukan dengan pustaka juga dibantu

14 14 dengan penelitian lapangan melalui wawancara terhadap beberapa narasumber di lapangan. a. Kajian pustaka Peneliti melakukan penelitian pustaka menggunakan bahan dan materi yang dapat dikategorikan dalam dua kategori utama, yaitu bahan dan materi yang bersumber dari data primer dan bahan dan materi yang bersumber dari data sekunder. 1) Sumber Primer Sumber primer yang digunakan adalah Tanda Daftar Perusahaan PHM dari Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan Kabuparten Tuban tahun 2016, Visi, Misi, dan Buku Catatan Keuangan Perusahaan PHM tahun ) Sumber Sekunder a) Buku Tata Niaga Hasil Perikanan karya Hanafiah dan Syaefuddin tahun b) Buku Keadilan sebagai Landasan bagi Etika Administrasi Pemerintahan dalam Negara Indonesia karya The Liang Gie tahun c) Buku Filsafat Administrasi karya Sondang P. Siagian tahun d) Makalah Kedudukan Pedagang Perantara dalam Masyarakat Nelayan karya Tuti Susilowati tahun 1983.

15 15 b. Kajian lapangan Penelitian lapangan dilakukan dengan metode wawancara semiterstruktur. Wawancara semiterstruktur dilakukan dengan tujuan menggali dan menemukan permasalahan secara terbuka. Responden wawancara ini adalah pendiri Perusahaan PHM, karyawan bidang produksi, distribusi, dan pemasaran, serta nelayan setempat. Responden diminta pendapat dan ide-idenya agar memperoleh informasi yang perspektifnya lebih terbuka dan luas. 2. Jalan penelitian berupa: Peneliti dalam melakukan penelitian ini melakukan tiga tahap penelitian a. Pengumpulan data Dilakukan dengan cara mengumpulkan semua data yang diperlukan dalam penelitian, yang berhubungan dengan objek kajian penelitian. Data yang diperoleh berasal dari studi pustaka dan hasil wawancara di lapangan. b. Pengolahan data Dilakukan dengan cara mengolah data yang terkumpul, meliputi klasifikasi dan deskripsi sesuai dengan apa yang dibahas di dalam penelitian. Data hasil wawancara di lapangan dan studi pustaka diklasifikasikan dan dideskripsikan.

16 16 c. Penyusunan hasil penelitian Dilakukan dengan cara menyusun data meliputi analisis data yang kemudian dituangkan ke dalam bentuk laporan penelitian yang sistematis. 3. Analisis data berikut: Analisis data dilakukan dengan menggunakan unsur-unsur metodis sebagai a. Deskripsi Unsur metodis ini memberikan gambaran menyeluruh mengenai data yang terkait dengan administrasi Perusahaan PHM sebagai objek material yang diperoleh melalui wawancara di lapangan serta kepustakaan mengenai perniagaan hasil perikanan dan etika administrasi. b. Interpretasi Peneliti mengungkapkan konsep filsafati dari data yang didapat tentang administrasi perusahaan PHM dan etika administrasi. c. Holistika Struktur-struktur dan norma-norma Perusahaan PHM yang diidentifikasi dilihat perspektif yang menyeluruh. d. Refleksi Peneliti merenungkan dan menyelami releksi sistematis atas dasar data dan pemahaman mengenai etika administrasi yang ada dalam administrasi Perusahaan PHM.

17 17 F. Hasil yang Dicapai Hasil yang dicapai dalam penelitian adalah berdasar pada rumusan masalah yang diajukan, yakni: 1. Memperoleh uraian yang lebih mendalam praktik administrasi Perusahaan PHM 2. Memperoleh penjelasan yang komprehensif tentang konsep administrasi Perusahaan PHM 3. Memperoleh hasil analisis implementasi asas-asas etis administrasi pada administrasi Perusahaan PHM G. Sistematika Penulisan Sistematika penelitian penelitian yang berjudul Inventarisasi Asas-Asas Etis Perusahaan Perikanan Tangkap Putra Haji Muin (PHM) di Kabupaten Tuban dalam Perspektif Etika Administrasi terdiri dari lima bab, yaitu: BAB I berupa pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah yang akan dijawab dalam penelitian, keaslinan penelitian, manfaat penelitian, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, hasil yang akan dicapai dalam penelitian, dan sistematika penelitian. BAB II berisi uraian objek formal dalam penelitian ini, yaitu etika administrasi. Pada bab ini akan diuraikan peran pengertian dan peran penting etika administrasi dan perbedaan antara administrasi negara dan administrasi privat.

18 18 Selain itu pada bab ini akan dibahas juga mengenai unsur administrasi, asas-asas etis administras, dan hal-hal pokok dalam etika administrasi privat. BAB III menguraikan objek material penelitian berupa latar belakang sejarah berdiri Perusahaan PHM. Diuraikan lebih detail bagaimana mekanisme kerja dan unsur umum administrasi Perusahaan PHM, serta beberapa hal pokok dalam administrasi Perusahaan PHM. BAB IV berisi uraian asas-asas etis dalam perusahaan PHM. Peneliti menganalisis asas-asas etis administrasi yang ada dalam administrasi perusahaan PHM. Asas-asas etis tersebut selanjutnya direfleksikan untuk menemukan kelebihan dan kekurangan dari administrasi Perusahaan PHM. BAB V berisi penutup yang memuat kesimpulan dengan merangkum secara garis besar pembahasan dalam penelitian yang telah dilakukan dan saran yang berisi saran peneliti untuk pengembangan penelitian di masa depan.

BAB I PENDAHULUAN. dirubah yakni dari ikan yang dijual sendiri-sendiri menjadi ikan dijual secara lelang

BAB I PENDAHULUAN. dirubah yakni dari ikan yang dijual sendiri-sendiri menjadi ikan dijual secara lelang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara tradisional setelah nelayan memperoleh hasil ikan tangkapan, mereka lalu mencoba menjual sendiri kepada konsumen setempat melalui cara barter atau dengan nilai

Lebih terperinci

5 KETERLIBATAN TENGKULAK DALAM PENYEDIAAN MODAL NELAYAN

5 KETERLIBATAN TENGKULAK DALAM PENYEDIAAN MODAL NELAYAN 56 5 KETERLIBATAN TENGKULAK DALAM PENYEDIAAN MODAL NELAYAN 5.1 Bentuk Keterlibatan Tengkulak Bentuk-bentuk keterlibatan tengkulak merupakan cara atau metode yang dilakukan oleh tengkulak untuk melibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi merupakan salah satu bentuk badan usaha yang sesuai dengan. badan usaha penting dan bukan sebagai alternatif terakhir.

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi merupakan salah satu bentuk badan usaha yang sesuai dengan. badan usaha penting dan bukan sebagai alternatif terakhir. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Perkembangan perekonomian nasional yang dihadapi dunia usaha termasuk koperasi dan usaha kecil menengah saat ini sangat cepat dan dinamis. Koperasi merupakan salah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berkumpulnya nelayan dan pedagang-pedagang ikan atau pembeli ikan dalam rangka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berkumpulnya nelayan dan pedagang-pedagang ikan atau pembeli ikan dalam rangka BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tempat Pelelangan Ikan (TPI) 2.1.1. Pengertian Tempat Pelelangan Ikan TPI kalau ditinjau dari menejemen operasi, maka TPI merupakan tempat penjual jasa pelayanan antara lain

Lebih terperinci

PELABUHAN PERIKANAN PANTAI REMBANG

PELABUHAN PERIKANAN PANTAI REMBANG LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PELABUHAN PERIKANAN PANTAI REMBANG Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik diajukan oleh : ENDANG DWI HARIYANTI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecenderungan pelarian nasabah oleh masyarakat telah jauh berkurang jika

BAB I PENDAHULUAN. kecenderungan pelarian nasabah oleh masyarakat telah jauh berkurang jika BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak berlangsungnya krisis nilai tukar pada pertengahan tahun 1997 yang diikuti krisis ekonomi, sampai akhir tahun 1999 perbankan masih terpuruk. Posisi keuangan dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dimanfaatkan secara optimal dapat menjadi penggerak utama (prime mover)

I. PENDAHULUAN. dimanfaatkan secara optimal dapat menjadi penggerak utama (prime mover) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara kepulauan, Indonesia yang memiliki lebih dari 17.000 pulau dan 81.000 km panjang garis pantai, memiliki potensi beragam sumberdaya pesisir dan laut yang

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN TEMPAT PELELANGAN IKAN

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN TEMPAT PELELANGAN IKAN WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang

Lebih terperinci

DISTRIBUSI DAN MARGIN PEMASARAN HASIL TANGKAPAN IKAN TONGKOL (Euthynnus Affinis) DI TPI UJUNGBATU JEPARA

DISTRIBUSI DAN MARGIN PEMASARAN HASIL TANGKAPAN IKAN TONGKOL (Euthynnus Affinis) DI TPI UJUNGBATU JEPARA AQUASAINS (Jurnal Ilmu Perikanan dan Sumberdaya Perairan) DISTRIBUSI DAN MARGIN PEMASARAN HASIL TANGKAPAN IKAN TONGKOL (Euthynnus Affinis) DI TPI UJUNGBATU JEPARA Trisnani Dwi Hapsari 1 Ringkasan Ikan

Lebih terperinci

2015 KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON

2015 KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara maritim yang memiliki potensi alam di sektor perikanan yang melimpah yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakatnya. Salah satu sumber

Lebih terperinci

5 AKTIVITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN

5 AKTIVITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN 5 AKTIVITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN Aktivitas pendistribusian hasil tangkapan dilakukan untuk memberikan nilai pada hasil tangkapan. Nilai hasil tangkapan yang didistribusikan sangat bergantung kualitas

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan Penelitian 3.3 Metode Penelitian

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan Penelitian 3.3 Metode Penelitian 25 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian lapang dilaksanakan pada bulan Maret 2010 yang bertempat di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Muara Angke, Jakarta Utara. 3.2 Alat dan Bahan Penelitian Alat

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN NELAYAN

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN NELAYAN WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN NELAYAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BREBES. Nomor : 6 Tahun : 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BREBES. Nomor : 6 Tahun : 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BREBES Nomor : 6 Tahun : 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN RETRIBUSI TEMPAT PELELANGAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES LEMBARAN DAERAH Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan urusan bidang kelautan dan perikanan khususnya Tempat Pelelangan Ikan (TPI) berdasarkan Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan manusia dalam membantu kegiatannya sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. digunakan manusia dalam membantu kegiatannya sehari-hari. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat dilepaskan dengan arus lalu lintas transportasi. Semua kebutuhan dan kegiatan yang dilakukan dalam pekerjaan sehari-hari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Mei sampai Juni 2013 di Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan. PPN Pekalongan berada dipantai utara

Lebih terperinci

PERANCANGAN PROGRAM. 6.5 Visi, Misi dan Tujuan Pembangunan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lampung Barat

PERANCANGAN PROGRAM. 6.5 Visi, Misi dan Tujuan Pembangunan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lampung Barat VII. PERANCANGAN PROGRAM 6.5 Visi, Misi dan Tujuan Pembangunan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lampung Barat Mengacu pada Visi Kabupaten Lampung Barat yaitu Terwujudnya masyarakat Lampung Barat

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BREBES Nomor : 6 Tahun : 2010 Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan urusan bidang kelautan dan perikanan khususnya Tempat Pelelangan Ikan (TPI) berdasarkan Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. menyebutkan bahwa setiap pemerintah daerah diberi kewenangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. menyebutkan bahwa setiap pemerintah daerah diberi kewenangan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menyebutkan bahwa setiap pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas dalam menyelenggarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk dan pembangunan di

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk dan pembangunan di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk dan pembangunan di Kota Bandung, menimbulkan permintaan akan kebutuhan air bersih mengalami peningkatan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 19 TAHUN 2009 TENTANG TEMPAT PELELANGAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 19 TAHUN 2009 TENTANG TEMPAT PELELANGAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 19 TAHUN 2009 TENTANG TEMPAT PELELANGAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : a. bahwa Tempat Pelelangan Ikan adalah merupakan sarana bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya, suatu perusahaan pemerintah maupun swasta yang maju dan berkembang adalah perusahaan yang dapat mencapai tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya, semakin

Lebih terperinci

7 TINGKAT PEMANFAATAN KAPASITAS FASILITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN

7 TINGKAT PEMANFAATAN KAPASITAS FASILITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN 7 TINGKAT PEMANFAATAN KAPASITAS FASILITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN 7.1 Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Tempat pelelangan ikan (TPI) merupakan tempat untuk melelang hasil tangkapan, dimana terjadi pertemuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat

I. PENDAHULUAN. Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota pada seluruh pemerintahan daerah bahwa pelaksanaan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai nelayan. Masyarakat nelayan memiliki tradisi yang berbeda. setempat sebagai referensi perilaku mereka sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai nelayan. Masyarakat nelayan memiliki tradisi yang berbeda. setempat sebagai referensi perilaku mereka sehari-hari. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desa Kranji merupakan desa yang ada di wilayah Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan. Secara georgafis Desa Kranji terletak di utara pesisir Pulau Jawa, yang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL

PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN RETRIBUSI TEMPAT PELELANGAN IKAN DI KABUPATEN KENDAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KENDAL,

Lebih terperinci

7 SOLUSI KEBIJAKAN YANG DITERAPKAN PEMERINTAH TERKAIT SISTEM BAGI HASIL NELAYAN DAN PELELANGAN

7 SOLUSI KEBIJAKAN YANG DITERAPKAN PEMERINTAH TERKAIT SISTEM BAGI HASIL NELAYAN DAN PELELANGAN 78 7 SOLUSI KEBIJAKAN YANG DITERAPKAN PEMERINTAH TERKAIT SISTEM BAGI HASIL NELAYAN DAN PELELANGAN 7.1 Kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah terkait sistem bagi hasil nelayan dan pelelangan Menurut

Lebih terperinci

JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2000

JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2000 P LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN PANGKALAN PENDARATAN IKAN BAJOMULYO JUWANA PATI Penekanan Desain Arsitektur Neo-Vernakular Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang : a. bahwa untuk menjamin kelancaran dan ketertiban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi pancasila. Secara ideologis normatif sumber dari dasar penjabaran

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi pancasila. Secara ideologis normatif sumber dari dasar penjabaran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perekonomian indonesia disusun berdasarkan falsafah dan ideologi negara, yaitu pancasila. Perekonomian yang disusun berdasarkan pancasila adalah ekonomi pancasila.

Lebih terperinci

2 PT Perkebunan Minanga Ogan Sei Ogan Mill sebuah perusahaan agri - bisnis yang bergerak dalam perkebunan kelapa sawit adalah sebuah perseroan terbata

2 PT Perkebunan Minanga Ogan Sei Ogan Mill sebuah perusahaan agri - bisnis yang bergerak dalam perkebunan kelapa sawit adalah sebuah perseroan terbata BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan baik yang bergerak dalam sektor industri, perkebunan, perdagangan maupun jasa umumnya mempunyai tujuan yang ingin dicapai secara efisien yaitu

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN RETRIBUSI PELELANGAN IKAN DI TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bisnis pasar modern sudah cukup lama memasuki industri retail Indonesia dan dengan cepat memperluas wilayahnya sampai ke pelosok daerah. Bagi sebagian konsumen pasar

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, Menimbang Mengingat : : PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, a. bahwa untuk menjamin kelancaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi atau profesi Mowday et al., dalam Shaub (1993:148).

BAB I PENDAHULUAN. organisasi atau profesi Mowday et al., dalam Shaub (1993:148). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia kerja, komitmen seseorang terhadap organisasi atau perusahaan seringkali menjadi fenomena yang penting. Mengingat pentingnya hal tersebut, sampai-sampai

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang : a. bahwa Tempat

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 36 TAHUN 2017 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 36 TAHUN 2017 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 36 TAHUN 2017 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN NELAYAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi masyarakat dalam bidang perikanan di Indonesia, telah

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi masyarakat dalam bidang perikanan di Indonesia, telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan ekonomi masyarakat dalam bidang perikanan di Indonesia, telah menjadi salah satu kegiatan perekonomian penduduk yang sangat penting. Perikanan dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pabundu Tika, 2005:12). Desain penelitian bertujuan untuk memberi

BAB III METODE PENELITIAN. Pabundu Tika, 2005:12). Desain penelitian bertujuan untuk memberi BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian adalah suatu rencana tentang cara mengumpulkan, mengolah dan menganalisis data secara sistematis dan terarah agar penelitian dapat dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan manusia.peranan itu makin menentukan sehubungan

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan manusia.peranan itu makin menentukan sehubungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada zaman sekarang ini pengangkutan memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia.peranan itu makin menentukan sehubungan dengan makin berkembangnya

Lebih terperinci

DAMPAK PELELANGAN TERHADAP STABILISASI HARGA IKAN PADA TINGKAT PRODUSEN DI PANTAI UTARA JAWA

DAMPAK PELELANGAN TERHADAP STABILISASI HARGA IKAN PADA TINGKAT PRODUSEN DI PANTAI UTARA JAWA DAMPAK PELELANGAN TERHADAP STABILISASI HARGA IKAN PADA TINGKAT PRODUSEN DI PANTAI UTARA JAWA Oleh : Victor T. Manurung dan Mat Syukuro ABSTRAK Pemasaran ikan pada tingkat produsen merupakan masalah yang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN RETRIBUSI PELELANGAN IKAN PADA PELABUHAN PERIKANAN PANTAI

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN RETRIBUSI PELELANGAN IKAN PADA PELABUHAN PERIKANAN PANTAI PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN RETRIBUSI PELELANGAN IKAN PADA PELABUHAN PERIKANAN PANTAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG Menimbang :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis di Indonesia semakin kompetitif yang menuntut setiap

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis di Indonesia semakin kompetitif yang menuntut setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan bisnis di Indonesia semakin kompetitif yang menuntut setiap perusahaan untuk dapat mengelola bisnis menjadi lebih profesional. Perkembangan pengelolaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengisi jabatan tertentu di dalam suatu negara. Bagi negara yang menganut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengisi jabatan tertentu di dalam suatu negara. Bagi negara yang menganut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum merupakan suatu sarana untuk memilih orang agar dapat mengisi jabatan tertentu di dalam suatu negara. Bagi negara yang menganut sistem demokrasi,

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 77 /POJK.04/2017 TENTANG PEDOMAN MENGENAI BENTUK DAN ISI PERNYATAAN PENDAFTARAN PERUSAHAAN PUBLIK

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 77 /POJK.04/2017 TENTANG PEDOMAN MENGENAI BENTUK DAN ISI PERNYATAAN PENDAFTARAN PERUSAHAAN PUBLIK - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 77 /POJK.04/2017 TENTANG PEDOMAN MENGENAI BENTUK DAN ISI PERNYATAAN PENDAFTARAN PERUSAHAAN PUBLIK DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pendapatan negara (export earnings) yang merupakan salah satu sumber

BAB I PENDAHULUAN. dan pendapatan negara (export earnings) yang merupakan salah satu sumber BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peranan ekspor sangat penting bagi Indonesia karena menghasilkan devisa dan pendapatan negara (export earnings) yang merupakan salah satu sumber pembiayaan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun orang, karena perpindahan itu mutlak diperlukan untuk mencapai dan

BAB I PENDAHULUAN. maupun orang, karena perpindahan itu mutlak diperlukan untuk mencapai dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengangkutan adalah perpindahan tempat, baik mengenai benda-benda maupun orang, karena perpindahan itu mutlak diperlukan untuk mencapai dan meninggikan manfaat serta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Potensi sumber daya kelautan dan perikanan menyebabkan munculnya suatu aktivitas atau usaha di bidang perikanan sesuai dengan kondisi lokasi dan fisiknya. Banyak penduduk

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI NOMOR 36 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT PELELANGAN IKAN BAGIAN HUKUM DAN PERUNDANG-UNDANGAN SETDA KABUPATEN WAKATOBI TAHUN 2013

Lebih terperinci

BAB VI SISTEM LANGGAN DAN PERUBAHANNYA

BAB VI SISTEM LANGGAN DAN PERUBAHANNYA BAB VI SISTEM LANGGAN DAN PERUBAHANNYA 6.1. Mekanisme Sistem Di Desa Muara-Binuangeun Proses kerjasama antara nelayan dengan ditandai dengan adanya serangkaian mekanisme yang terstruktur yang dimulai dengan

Lebih terperinci

BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI SUMBAWA BARAT NOMOR 53 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) DI KABUPATEN SUMBAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. dijalankan melalui sub sistem biaya dan permintaan (permintaan ikan laut di

BAB VI PENUTUP. dijalankan melalui sub sistem biaya dan permintaan (permintaan ikan laut di 291 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan. Dari pembahasan pada bab I sampai bab V dapatlah disimpulkan di bawah ini : 1. Sistem penetapan harga hasil ikan laut. Hasil temuan di lapangan, bahwa sistem penetapan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG IZIN USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG IZIN USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG IZIN USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka pengelolaan, pemanfaatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan perusahaan di Indonesia yang semakin lama semakin pesat terutama di era globalisasi saat ini, membuat setiap perusahaan untuk terus memproduksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Pemasaran Pengertian manajemen pemasaran menurut Adi (2006:6) adalah suatu analisis, perencana, pelaksanaan serta kontrol program-program yang telah direncanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekuatan tersebut adalah sektor negara, swasta dan koperasi. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. kekuatan tersebut adalah sektor negara, swasta dan koperasi. Untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia mempunyai tiga sektor kekuatan ekonomi yang melaksanakan berbagai kegiatan usaha dalam tata kehidupan. Ketiga sektor kekuatan tersebut adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 80-an dan 90-an kesan dunia perbankan menjadi terbalik, karena di era ini

BAB I PENDAHULUAN. 80-an dan 90-an kesan dunia perbankan menjadi terbalik, karena di era ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bisnis perbankan di Indonesia era tahun 60-an dan 70-an merupakan bisnis yang belum begitu terkenal, di mana bank tidak perlu mencari nasabah tetapi sebaliknya nasabahlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah pengetahuan. Kemudian Plato, menurutnya baik itu apabila ia dikuasai oleh

BAB I PENDAHULUAN. adalah pengetahuan. Kemudian Plato, menurutnya baik itu apabila ia dikuasai oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Etika di mulai pada abad ke lima sebelum masehi. Berbagai mazhab di yunani yang ditandai dengan kehadiran Socrates, yang mengatakan bahwa kebaikan itu adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung mencanangkan diri sebagai kota jasa, yang memfokuskan pada

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung mencanangkan diri sebagai kota jasa, yang memfokuskan pada m BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung mencanangkan diri sebagai kota jasa, yang memfokuskan pada industri wisata, seperti wisata belanja, wisata kuliner, wisata buatan, ataupun wisata alam

Lebih terperinci

Sistem Pembukuan Dan, Erida Ayu Asmarani, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UMP, 2017

Sistem Pembukuan Dan, Erida Ayu Asmarani, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UMP, 2017 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Ketentuan mengenai gadai ini diatur dalam KUHP Buku II Bab XX, Pasal 1150 sampai dengan pasal 1160. Sedangkan pengertian gadai itu sendiri dimuat dalam Pasal

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum Tempat Penelitian 4.1.1 Lokasi dan Keadaan Umum Pasar Ciroyom Bermartabat terletak di pusat Kota Bandung dengan alamat Jalan Ciroyom-Rajawali. Pasar Ciroyom

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang : a. bahwa guna menunjang pembangunan sektor kelautan dan perikanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan masyarakat. Perubahan tersebut juga berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan masyarakat. Perubahan tersebut juga berpengaruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi telah mendorong berbagai perubahan pada setiap aspek kehidupan masyarakat. Perubahan tersebut juga berpengaruh terhadap meningkatnya perdagangan barang

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 72 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 72 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 72 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN KEBUMEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan berkaitan dengan istri atau suami maupun anak-anak yang masih memiliki

BAB I PENDAHULUAN. akan berkaitan dengan istri atau suami maupun anak-anak yang masih memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan manusia penuh dengan ketidakpastian. Ketidakpastian tersebut biasanya berhubungan dengan takdir dan nasib manusia itu sendiri yang telah ditentukan oleh Tuhan.

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN - PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017 TENTANG PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN NELAYAN, PEMBUDIDAYA IKAN

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Distribusi Pengertian distribusi

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Distribusi Pengertian distribusi 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Distribusi 2.1.1 Pengertian distribusi Salim (2000) mengemukakan bahwa dalam distribusi terdapat dua kategori, yaitu: 1. Pemindahan bahan dan hasil produksi dengan menggunakan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT PELELANGAN IKAN

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT PELELANGAN IKAN PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT PELELANGAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT PELELANGAN IKAN

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT PELELANGAN IKAN PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT PELELANGAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan manusia, pengangkutan memiliki peranan yang sangat penting. Demikian juga halnya dalam dunia perdagangan, bahkan pengangkutan memegang peranan yang mutlak,

Lebih terperinci

Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2013, hlm ISSN

Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2013, hlm ISSN Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2013, hlm 102 108 ISSN 0126-4265 Vol. 41. No.1 PERANAN TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) DALAM PEMASARAN IKAN HASIL TANGKAPAN NELAYAN DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) KEC.

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Nusantara 2.2 Kegiatan Operasional di Pelabuhan Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Nusantara 2.2 Kegiatan Operasional di Pelabuhan Perikanan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Nusantara Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) merupakan pelabuhan perikanan tipe B atau kelas II. Pelabuhan ini dirancang untuk melayani kapal perikanan yang

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Fungsi pelabuhan perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Fungsi pelabuhan perikanan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Menurut UU No 45 tahun 2009, Pelabuhan Perikanan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam kegiatan. pembangunan yang sedang dilaksanakan di Indonesia dewasa ini,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam kegiatan. pembangunan yang sedang dilaksanakan di Indonesia dewasa ini, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam kegiatan pembangunan yang sedang dilaksanakan di Indonesia dewasa ini, menuntut semua pihak untuk terlibat didalamnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan upaya pembangunan yang berkesinambungan dalam rangka mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan upaya pembangunan yang berkesinambungan dalam rangka mewujudkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional yang dilaksanakan selama ini oleh Pemerintah Indonesia merupakan upaya pembangunan yang berkesinambungan dalam rangka mewujudkan masyarakat yang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BURU PERATURAN DAERAH KABUPATEN BURU NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT PELELANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN BURU PERATURAN DAERAH KABUPATEN BURU NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT PELELANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PEMERINTAH KABUPATEN BURU PERATURAN DAERAH KABUPATEN BURU NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT PELELANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BURU, Menimbang : a. bahwa berdasarkan pasal 127

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mempertahankan pelanggan yang sudah ada dan dapat dengan mudah menarik

BAB 1 PENDAHULUAN. mempertahankan pelanggan yang sudah ada dan dapat dengan mudah menarik BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini banyak bermunculan perusahaan yang bergerak di sektor jasa dan pelayanan, hal ini menjadi suatu bagian terpenting supaya perusahaan selalu dapat mempertahankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Propinsi Sumatera Utara yang terdiri dari daerah perairan yang mengandung

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Propinsi Sumatera Utara yang terdiri dari daerah perairan yang mengandung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Propinsi Sumatera Utara yang terdiri dari daerah perairan yang mengandung sumber daya ikan yang sangat banyak dari segi keanekaragaman jenisnya dan sangat tinggi dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suatu perusahaan pada saat ini dihadapi dengan sebuah tantangan dan persaingan yang sangat ketat. Pertumbuhan bisnis yang semakin hari semakin bertambah, menuntut

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN TEMPAT PELELANGAN IKAN

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN TEMPAT PELELANGAN IKAN PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEMALANG, Menimbang :

Lebih terperinci

2016, No. -2- Negara Republik Indonesia Nomor 4866); 5. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indones

2016, No. -2- Negara Republik Indonesia Nomor 4866); 5. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indones No.502, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAG. Distribusi Barang. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22/M-DAG/PER/3/2016 TENTANG KETENTUAN UMUM DISTRIBUSI BARANG DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menunculkan bidang-bidang yang terus berkembang di berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. menunculkan bidang-bidang yang terus berkembang di berbagai aspek BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pesatnya pembangunan dan perkembangan Ekonomi di Indonesia semakin tahun semakin meningkat. Hal tersebut ditandai dengan semakin pesatnya laju perekonomian di

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Dewi (2006) dengan judul

BAB II URAIAN TEORITIS. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Dewi (2006) dengan judul BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Dewi (2006) dengan judul Pengaruh Saluran Distribusi Terhadap Peningkatan Volume Penjualan Produk Pocari Sweat pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produk baru bisa berlangsung dengan cepat. Kompetisi di pasar menjadi sangat ketat dan

BAB I PENDAHULUAN. produk baru bisa berlangsung dengan cepat. Kompetisi di pasar menjadi sangat ketat dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Perkembangan teknologi yang ada saat ini telah memungkinkan pengembangan produk baru bisa berlangsung dengan cepat. Kompetisi di pasar menjadi sangat

Lebih terperinci

SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMBELIAN BAHAN BAKU DALAM MENUNJANG KELANCARAN PROSES PRODUKSI

SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMBELIAN BAHAN BAKU DALAM MENUNJANG KELANCARAN PROSES PRODUKSI ABSTRAK SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMBELIAN BAHAN BAKU DALAM MENUNJANG KELANCARAN PROSES PRODUKSI (Studi Kasus pada PT. Suri Tani Pemuka Unit Aquafeed Banyuwangi) Oleh : Ike Sulistyawati Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut mempunyai tujuan tertentu. Diantaranya pertumbuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. tersebut mempunyai tujuan tertentu. Diantaranya pertumbuhan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia usaha di era globalisasi ini semakin pesat. Hal ini dilihat dari banyaknya perusahaan yang berdiri dimana perusahaan-perusahaan tersebut mempunyai

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 31 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian deskriptif (Umar, 2004). Desain ini bertujuan untuk menguraikan karakteristik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih menciptakan rasa aman dalam masyarakat. bermotor dipengaruhi oleh faktor-faktor yang satu sama lain memberikan

BAB I PENDAHULUAN. lebih menciptakan rasa aman dalam masyarakat. bermotor dipengaruhi oleh faktor-faktor yang satu sama lain memberikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Dewasa ini pemerintah melakukan pembangunan di segala bidang, tidak terkecuali pembangunan dalam bidang hukum sebagai wujud reformasi di bidang hukum itu sendiri.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki luas perairan lebih besar dari pada luas daratan. Hal ini berakibat pada luasnya bentang pantai yang membujur di seluruh

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN(MAHASISWA) TERHADAP KUALITAS PELAYANAN BIRO ADMINISTRASI UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN(MAHASISWA) TERHADAP KUALITAS PELAYANAN BIRO ADMINISTRASI UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN(MAHASISWA) TERHADAP KUALITAS PELAYANAN BIRO ADMINISTRASI UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat - Syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jaminan atau agunan yang diajukan atau yang diberikan oleh debitur

BAB I PENDAHULUAN. Jaminan atau agunan yang diajukan atau yang diberikan oleh debitur 9 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jaminan atau agunan yang diajukan atau yang diberikan oleh debitur kepada Bank berupa tanah-tanah yang masih belum bersertifikat atau belum terdaftar di Kantor Pertanahan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yang bertujuan untuk menggambarkan keadaan data sebagaimana

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan sektor pertanian sampai saat ini telah banyak dilakukan di Indonesia. Selain sebagai salah satu upaya dalam meningkatkan pendapatan petani, sektor pertanian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Agar bisa memenangkan pesaingan bisnis, perusahanan harus mampu

BAB 1 PENDAHULUAN. Agar bisa memenangkan pesaingan bisnis, perusahanan harus mampu 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan yang terjadi dalam dunia ekonomi membuat perusahaan semakin berlomba-lomba untuk menciptakan ide yang menarik masyarakat. Agar bisa memenangkan pesaingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari merupakan suatu kenyataan bahwa betapa besarnya manfaat suatu produk bagi pembeli, namun produk tersebut tidak mencari sendiri pembelinya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keoptimalan volume penjualan tanpa meninggalkan kepuasan konsumen.

BAB I PENDAHULUAN. keoptimalan volume penjualan tanpa meninggalkan kepuasan konsumen. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Objek KKP Secara umum perusahaan atau industri mempunyai tujuan dan sasaran yang sama, yaitu memperoleh laba dan berhasil mempertahankan keoptimalan volume

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA DI WILAYAH LAUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA DI WILAYAH LAUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA DI WILAYAH LAUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA DI WILAYAH LAUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA DI WILAYAH LAUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA DI WILAYAH LAUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang Mengingat : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi dewasa ini, strategi pemasaran menjadi faktor penting bagi suatu perusahaan untuk dapat bersaing dan bertahan. Menghadapi kenyataan

Lebih terperinci