BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan utama untuk memaksimalkan kekayaan pemegang saham (Weston, 1993).

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan merupakan suatu badan yang didirikan oleh perorangan atau lembaga dengan tujuan utama untuk memaksimalkan kekayaan pemegang saham (Weston, 1993). Perusahaan merupakan organisasi yang mencari keuntungan sebagai tujuan utamanya walaupun tidak menutup kemungkinan mengharapkan kemakmuran sebagai tujuan lainnya (Gitosudarmo, 2002). Disamping itu ada pula tujuan lain yang tidak kalah penting yaitu berkembang (growth), dapat melaksanakan fungsi-fungsi sosial lain di masyarakat, serta dapat terus bertahan (survive) dalam persaingan. Harahap (2002) menyatakan bahwa prinsip going concern (kelangsungan usaha) menganggap bahwa perusahaan akan terus melaksanakan operasinya sepanjang proses penyelesaian proyek, perjanjian, dan kegiatan yang sedang berlangsung. Perusahaan dianggap tidak akan berhenti, ditutup, atau dilikuidasi dimasa yang akan datang. Perusahaan dianggap akan hidup dan beroperasi untuk jangka waktu yang tidak terbatas. Nilai masa depan merupakan keberlanjutan usaha bagi suatu perusahaan. Keberlanjutan usaha dapat dicapai, bila pengelolaan perusahaan dijalankan dengan sebaikbaiknya dan semaksimal mungkin sehingga sumber daya yang dimiliki dapat dimanfaatkan secara efektif yang pada akhirnya dapat menghindarkan perusahaan dari dampak krisis keuangan. Keberlanjutan usaha sangat penting bagi perusahaan dan investor (Surjadiman, 2005). 1

2 Salah satu dampak dari krisis global adalah ditutupnya sejumlah perusahaan karena tidak mampu mempertahankan kelangsungan usahanya. Ketidakmampuan atau kegagalan perusahaan- perusahaan tersebut dapat disebabkan oleh dua hal, pertama yaitu kegagalan ekonomi, dan yang kedua yaitu kegagalan keuangan (Aryati dan Manao, 2000). Kegagalan ekonomi berkaitan dengan ketidakseimbangan antara pendapatan dan pengeluaran. Kegagalan ekonomi juga bisa disebabkan oleh biaya modal perusahaan yang lebih besar dari tingkat laba atas biaya historis investasi. Sementara itu, sebuah perusahaan dikategorikan gagal keuangan jika perusahaan tersebut tidak mampu membayar kewajibannya pada waktu jatuh tempo, meskipun aktiva total melebihi kewajibannya (Weston dan Grigham, 1993, dalam Wardhani, 2007). Keadaan ini sering didefinisikan sebagai insolvesi teknis (technical insolvency). Risiko kebangkrutan bagi perusahaan sebenarnya dapat dilihat dan diukur melalui laporan keuangan, dengan cara melakukan analisis terhadap laporan keuangan yang dikeluarkan oleh perusahaan yang bersangkutan. Analisis laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan serta hasil-hasil yang telah dicapai sehubungan dengan pemilihan strategi perusahaan yang telah dilaksanakan. Analisis rasio keuangan merupakan suatu alternatif untuk menguji apakah informasi keuangan yang dihasilkan bermanfaat untuk melakukan klasifikasi atau prediksi terhadap harga saham dipasar modal. Tingkat kesehatan perusahaan penting artinya bagi perusahaan untuk meningkatkan efisiensi dalam menjalankan usahanya, sehingga kemampuan untuk memperoleh keuntungan dapat ditingkatkan yang pada akhirnya dapat menghindari adanya kemungkinan kebangkrutan (terlikuidasi) pada perusahaan.

3 Terjadinya likuidasi atau kebangkrutan pada sejumlah perusahaan tentu saja akan menimbulkan beberapa permasalahan yang berkaitan dengan pemilik maupun karyawan yang harus kehilangan pekerjaannya. Hal ini sebenarnya tidak akan menimbulkan masalah yang lebih besar kalau proses kebangkrutan pada sebuah perusahaan dapat diprediksi lebih dini. Oleh karena itu, analisis laporan keuangan sangat dibutuhkan untuk memahami informasi laporan keuangan. Adanya tindakan untuk memprediksi terjadinya kebangkrutan tersebut tentu saja akan dapat menghindari atau mengurangi risiko terjadinya kebangkrutan (Beaver, 1966). Secara empiris prediksi kebangkrutan atau likuidasi ini dapat dibuktikan, sebagaimana yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti dengan menggunakan rasio-rasio keuangan. Analisis diskriminan dilakukan untuk memprediksi kebangkrutan suatu perusahaan dengan menganalisa laporan keuangan sutau perusahaan dua sampai dengan lima tahun sebelum perusahaan tersebut diprediksi bangkrut (Mamduh dan Halim, 1996). Analisis diskriminan Altman merupakan satu model statistik yang dikembangkan oleh Altman yang kemudian berhasil merumuskan rasio-rasio keuangan terbaik dalam memprediksi terjadinya kebangkrutan perusahaan. Dari rasio tersebut kemudian dirumuskan dalam Z score kebangkrutan perusahaan. Dimana perusahaan yang diteliti mendekati kebangkrutan atau menjauhi kebangkrutan. Landasan penelitian terdahulu diambil dari penelitian yang disusun oleh Rodliyah (2002) mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang yang telah mengadakan penelitian dengan judul Penerapan Analisis Diskriminan Altman untuk Memprediksi Tingkat Kebangkrutan (Studi Kasus Pada Perusahaan Tekstil dan Produk Tekstil yang Tercatat di BEJ). Hasil penelitian terdahulu disimpulkan bahwa terdapat 14 perusahaan yang tergolong

4 dalam kategori tidak bangkrut, 5 perusahaan dalam kategori bangkrut, sedangkan 4 perusahaan tergolong dalam grey area. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah pada objek penelitian dan periode penelitian. Penelitian terdahulu dilakukan di perusahaan tekstil dan produk tekstil yang go public di Bursa Efek Indonesia tahun , sedangkan penelitian ini dilakukan pada industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun Rumusan Masalah Mengadakan analisa terhadap laporan keuangan perusahaan akan sangat bermanfaat untuk dapat mengetahui keadaan dan perkembangan keuangan dari perusahaan yang bersangkutan, sehingga dapat diketahui kinerja perusahaan tersebut. Berdasarkan keadaan yang terdapat di perusahaan, maka timbul permasalahan: 1. Apakah rasio keuangan dapat digunakan untuk memprediksi kebangkrutan dengan model Altman pada industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia? 2. Apakah terdapat perbedaan rasio keuangan yang signifikan antara perusahaan yang diprediksi bangkrut dan perusahaan yang tidak diprediksi bangkrut pada tahun ? 1.3 Pembatasan Masalah pada: Agar permasalahan yang diteliti tidak meluas, maka penulis membatasi penulisan

5 1. Prediksi kebangkrutan dalam penelitian ini diukur dengan rasio keuangan Z-Score model Altman. 2. Periode penelitian adalah tahun dengan pertimbangan data yang lebih up to date. 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah disajikan maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah perhitungan rasio keuangan dengan Z- Score model Altman dapat memprediksi potensi kebangkrutan industri barang konsumsi disamping itu juga untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan raso keuangan yang signifikan antara perusahaan yang diprediksi bangkrut dan perusahaan yang diprediksi tidak bangkrut. 1.5 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk menambah wawasan, pengetahuan mengenai prediksi kebangkrutan dengan metode Z-Score model Altman serta merupakan kesempatan untuk mempraktekkan teori-teori yang diperoleh dari bangku kuliah dan diharapkan dapat menjadi acuan penelitian-penelitian sejenis dan penelitian lanjutan. 1.6 Kerangka Pemikiran Dengan adanya krisis yang melanda kawasan Asia termasuk Indonesia, banyak sekali perusahaan-perusahaan yang mengalami goncangan dan bahkan mengalami likuidasi. Dengan adanya kondisi yang seperti itu penulis bermaksud untuk melakukan penelitian dengan menggunakan z-score model Altman untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan. Working capital to total asset Retained Earning to total asset

6 EBIT to total asset Z Score Altman MVE to BVTD Total asset turnover Gambar 1 : Rasio keuangan yang mempengaruhi ketepatan z score Altman Adanya kebangkrutan pada perusahaan menyebabkan banyak kerugian yang menimpa berbagai pihak, untuk mengatasi hal tersebut banyak penelitian telah di lakukan. Salah satu penelitian yang sukses adalah penelitian yang dilakukan oleh Altman pada tahun Altman dalam penelitianya menggunakan analisis multivariat diskriminan untuk membuat suatu model yang bertujuan meramalkan kebangkrutan perusahaan dengan sampel dirancang sebanyak 66 perusahaan. Dalam penelitiannya, Altman melakukan survei model-model yang di kembangkan di Amerika Serikat, Jepang, Jerman, Swiss, Brazil, Australia, Inggris, Irlandia, Kanada, Belanda dan Prancis. Dengan menggunakan multivariate discriminant analysis tersebut. Altman menemukan bahwa rasio-rasio keuangan liquidity, solvency dan profitability bermanfaat dalam memprediksi kebangkrutan perusahaan dengan tingkat keakuratan yang semakin menurun seiring dengan semakin lamanya periode prediksi. 1.7 hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran diatas dirumuskan hipotesis sebagai berikut: 1. Rasio keuangan dapat digunakan untuk memprediksi kebangkrutan dengan z score model Altman pada industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

7 2. Terdapat perbedaan rasio keuangan perusahaan yang diprediksi bangkrut dan perusahaan yang diprediksi tidak bangkrut