PELATIHAN AHLI SUPERVISI TEROWONGAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PELATIHAN AHLI SUPERVISI TEROWONGAN"

Transkripsi

1 TSE 12 = PENGENALAN MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN PELATIHAN AHLI SUPERVISI TEROWONGAN DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI

2 KATA PENGANTAR Usaha dibidang Jasa konstruksi merupakan salah satu bidang usaha yang telah berkembang pesat di Indonesia, baik dalam bentuk usaha perorangan maupun sebagai badan usaha skala kecil, menengah dan besar. Untuk itu perlu diimbangi dengan kualitas pelayanannya. Pada kenyataannya saat ini bahwa mutu produk, ketepatan waktu penyelesaian, dan efisiensi pemanfaatan sumber daya relatif masih rendah dari yang diharapkan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain adalah ketersediaan tenaga ahli/ terampil dan penguasaan manajemen yang efisien, kecukupan permodalan serta penguasaan teknologi. Masyarakat sebagai pemakai produk jasa konstruksi semakin sadar akan kebutuhan terhadap produk dengan kualitas yang memenuhi standar mutu yang dipersyaratkan. Untuk memenuhi kebutuhan terhadap produk sesuai kualitas standar tersebut, perlu dilakukan berbagai upaya, mulai dari peningkatan kualitas SDM, standar mutu, metode kerja dan lain-lain. Salah satu upaya untuk memperoleh produk konstruksi dengan kualitas yang diinginkan adalah dengan cara meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang menggeluti perencanaan baik untuk bidang pekerjaan jalan dan jembatan, pekerjaan sumber daya air maupun untuk pekerjaan dibidang bangunan gedung. Kegiatan inventarisasi dan analisa jabatan kerja dibidang sumber daya air, telah menghasilkan sekitar 130 (seratus Tiga Puluh) Jabatan Kerja, dimana Jabatan Kerja Ahli Supervisi Terowongan (Tunnel Supervision Engineer) merupakan salah satu jabatan kerja yang diprioritaskan untuk disusun materi pelatihannya mengingat kebutuhan yang sangat mendesak dalam pembinaan tenaga kerja yang berkiprah dalam perencanaan konstruksi bidang sumber daya air. Materi pelatihan pada Jabatan Kerja Ahli Supervisi Terowongan (Tunnel Supervision Engineer) ini terdiri dari 12 (dua belas) modul yang merupakan satu kesatuan yang utuh yang diperlukan dalam melatih tenaga kerja yang menggeluti Ahli Supervisi Terowongan (Tunnel Supervision Engineer). Namun penulis menyadari bahwa materi pelatihan ini masih banyak kekurangan khususnya untuk modul Pengenalan Manual O & P pekerjaan konstruksi Sumber Daya Air. Untuk itu dengan segala kerendahan hati, kami mengharapkan kritik, saran dan masukkan guna perbaikan dan penyempurnaan modul ini. Jakarta, Desember 2005 Tim Penyusun i

3 LEMBAR TUJUAN JUDUL PELATIHAN : AHLI SUPERVISI TEROWONGAN TUJUAN PELATIHAN A. Tujuan Umum Pelatihan Mampu melaksanakan supervisi pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan metode kerja, gambar teknik dan spesifikasi teknik yang tertuang dalam dokumen kontrak kontraktor maupun konsultan supervisi dan ketentuan-ketentuan proyek. B. Tujuan Khusus Pelatihan Setelah mengikuti pelatihan mampu: 1. Menguasai dokumen kontrak kontraktor dan konsultan supervisi 2. Melakukan pertemuan awal konstruksi 3. Melakukan pemeriksaan kesesuaian antara gambar desain dengan kondisi lapangan 4. Melaksanakan pemeriksaan kesiapan kontraktor dalam pelaksanaan pekerjaan 5. Mensupervisi pelaksanaan pekerjaan sesuai dokumen kontrak dan metode pelaksanaan 6. Mengikuti rapat koordinasi bulanan 7. Melakukan pengendalian mutu, dimensi dan waktu 8. Melakukan pengukuran bersama untuk pembayaran 9. Memverifikasi dokumen pembayaran 10. Melakukan evaluasi kinerja kontraktor, pelaporan dan penyerahan pekerjaan ii

4 NOMOR MODUL JUDUL MODUL : TSE-12 : PENGENALAN MANUAL O & P TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU) Setelah selesai mengikuti modul ini peserta mampu menjelaskan dan menerapkan Pengetahuan Manual O & P TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK) Setelah modul ini diajarkan peserta mampu : 1. Menjelaskan definisi operasi dan pemeliharaan 2. Menjelaskan tujuan operasi dan pemeliharaan 3. Menjelaskan kegiatan persiapan operasi dan pemeliharaan dalam periode transisi 4. Menerapkan manual kegiatan O & P Terowongan iii

5 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...i LEMBAR TUJUAN...ii NOMOR MODUL...iii DAFTAR ISI...iv DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN MODUL PELATIHAN...vii DAFTAR MODUL...viii PANDUAN PEMBELAJARAN...ix MATERI SERAHAN...xv BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Maksud dan Tujuan Ruang Lingkup Pengertian Secara Fisik ada 3 (tiga) macam terowongan Terowongan Mendatar Terowongan Miring Terowongan Tegak Klasifikasi Terowongan Tergantung dari Fungsi Terowongan Pada Proyek-proyek di Sungai Terowongan sesuai Jenis Aliran Air Terowongan Aliran Bebas (free flow tunnel) Terowongan Aliran Tekan Terowongan Pengelak (diversion tunnel) BAB II KEGIATAN PERSIAPAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN DALAM PERIODE TRANSISI Pendahuluan Komponen-komponen Kegiatan Pembentukan Organisasi O&P Penyediaan Staff O&P Penyelesaian Fisik Latihan Staf O&P Penyerahan Mekanisme Kegiatan Persiapan O&P iv

6 2.4 Anggaran untuk Kegiatan Persiapan O&P Kategori Anggaran Tanggung Jawab Atas Anggaran Jadwal untuk Persiapan O&P Tenaga Ahli O&P BAB III PEMANTAUAN TEROWONGAN Pemantauan Lingkungan Tahapan Pengecekan Terowongan Kontrol Pengukuran Pergerakan (deformasi) Investigasi, Perbaikan dan lain-lain BAB IV PEMELIHARAAN Umum Proses SIDCOM Sarana dan Prasarana Konsep Dasar Pemeliharaan Pertimbangan dalam Pemeliharaan Lay Out Waktu Pemeliharaan Kelembagaan Penyelenggara Operasi dan Pemeliharaan Perencanaan Laporan (inventarisasi) kerusakan Laporan Bencana Alam Laporan Kebutuhan Bahan Cat dan Pelumas Laporan Kebutuhan Upah dan Bahan Laporan Pelaksanaan Survai dan Desain Penetapan Prioritas Pekerjaan Pelaksanaan Pemeliharaan Persiapan Pelaksanaan Pelaksanaan Pemantauan dan Evaluasi Wewenang dan Tanggung Jawab Kegiatan Pemantauan dan Evaluasi Sumber Dana Meknisme Pengelolaan Dana v

7 BAB V PEMELIHARAAN TEROWONGAN PADA PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air) Maksud dan Tujuan Terowongan Pelaksana Patroli dan Inspeksi Persyaratan / Tugas Umum Lingkup Tugas/ Pekerjaan dan Definisi Umum Laporan/ Catatan Hasil Patroli dan Inspeksi Tindakan yang harus diambil pada keadaan abnormal DAFTAR PUSTAKA Lampiran 1 Lampiran 2 RANGKUMAN DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN MODUL vi

8 PELATIHAN AHLI SUPERVISI TEROWONGAN 1. Kompetensi kerja yang disyaratkan untuk jabatan kerja Ahli Supervisi Terowongan (Tunnel Supervision Engineer) dibakukan dalam Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) yang didalamnya telah ditetapkan unit -unit kompetensi, elemen kompetensi, dan kriteria unjuk kerja sehingga dalam Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan (Tunnel Supervision Engineer) unit-unit tersebut menjadi Tujuan Khusus Pelatihan. 2. Standar Latihan Kerja (SLK) disusun berdasarkan analisis dari masing -masing Unit Kompetensi, Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja yang menghasilkan kebutuhan pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku dari setiap Elemen Kompetensi yang dituangkan dalam bentuk suatu susunan kurikulum dan silabus pelatihan yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan kompetensi tersebut. 3. Untuk mendukung tercapainya tujuan khusus pelatihan tersebut, maka berdasarkan Kurikulum dan Silabus yang ditetapkan dalam SLK, disusun seperangkat modul pelatihan (seperti tercantum dalam Daftar Modul) yang harus menjadi bahan pengajaran dalam pelatihan Ahli Supervisi Terowongan (Tunnel Supervision Engineer). DAFTAR MODUL vii

9 NO. KODE JUDUL 1. TSE 01 Etika Profesi, Etos Kerja, UU Jasa Konstruksi Dan UU SDA 2. TSE 02 Sistem Manajemen K3 dan Pengendalian Lingkungan 3. TSE 03 Dokumen Kontrak 4. TSE 04 Survai dan Investigasi 5. TSE 05 Kriteria dan Perhitungan 6. TSE 06 Pengetahuan Gambar Konstruksi 7. TSE 07 Perhitungan Harga Satuan/ Biaya Konstruksi 8. TSE 08 Tahapan dan Metode Pelaksanaan 9. TSE 09 Manajemen Mutu 10. TSE 10 Manajemen Konstruksi 11. TSE 11 Administrasi Teknik 12. TSE 12 Pengenalan Manual dan Operasi Terowongan PANDUAN PEMBELAJARAN viii

10 PELATIHAN : AHLI SUPERVISI TEROWONGAN JUDUL MODUL : PENGENALAN MANUAL O & P KETERANGAN KODE MODUL : TSE 12 DESKRIPSI : Materi ini terutama membahas Pengenalan Manual Operasi dan Pemeliharaan pada pekerjaan di bidang Sumber Daya Air yang meliputi Pengenalan O & P Terowongan TEMPAT KEGIATAN : Dalam ruang kelas lengkap dengan fasilitasnya WAKTU KEGIATAN : 2 jam pelajaran (1 JP = 45 menit) ix

11 KEGIATAN INSTRUKTUR KEGIATAN PESERTA PENDUKUNG 1. Ceramah : Pembukaan - Menjelaskan Tujuan Pelatihan - Menjelaskan Tujuan Instruksional (TIU & TIK) - Merangsang motivasi peserta dengan pertanyaan atau pengalamannya dalam penerapan Manual O&P Waktu : 10 menit Bahan : Lembar Tujuan - Mengikuti penjelasan TIU dan TIK dengan tekun dan aktif - Mengajukan pertanyaan apabila kurang jelas OHT No.1 No.5 2. Ceramah : Pendahuluan - Menjelaskan latar belakang - Menjelaskan maksud dan tujuan - Menjelaskan ruang lingkup - Menjelaskan pengertian - Menjelaskan macam terowongan - Menjelaskan klasifikasi terowongan - Menjelaskan terowongan sesuai jenis aliran air Waktu : 10 menit Bahan : Materi Serahan (Bab 1 Pendahuluan) 3. Ceramah : Kegiatan Persiapan O&P dalam period transisi - Menjelaskan pendahuluan - Menjelaskan komponen-komponen O&P - Menjelaskan mekanisme - Kegiatan persiapan OP - Menjelaskan angaran untuk kegiatan persiapan O&P - Menjelaskan jadwal untuk persiapan O&P - Menjelaskan tenaga ahli O&P - Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif - Mencatat halhal yang perlu - Mengajukan pertanyaan bila perlu - Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif - Mencatat halhal yang perlu - Mengajukan pertanyaan bila perlu OHT No.6 No. 11 OHT No.12 No.13 Waktu : 15 menit Bahan : Materi Serahan (Bab 2 Kegiatan Persiapan O&P dalam Periode Transisi) 4. Ceramah : Pemantauan Terowongan - Menjelaskan pemantauan lingkungan - Mengikuti OHT No. 14 x

12 KEGIATAN INSTRUKTUR KEGIATAN PESERTA PENDUKUNG - Menjelaskan tahapan pengecekan terowongan - Menjelaskan kontrol pengukuran pergerakan (deformasi) - Menjelaskan investigasi, perbaikan dan lainlain Waktu : 15 menit Bahan : Materi Serahan (Bab 3 Pemantauan Terowongan) 5. Ceramah : Pemeliharaan - Menjelaskan secara umum - Menjelaskan proses SIDCOM - Menjelaskan sarana dan prasarana - Menjelaskan konsep dasar pemeliharaan - Menjelaskan pertimbangan dalam pemeliharaan - Menjelaskan kelembagaan penyelenggara O&P - Menjelaskan perencanaan - Menjelaskan pelaksanaan pemeliharaan - Menjelaskan pemantauan dan evaluasi penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif - Mencatat halhal yang perlu - Mengajukan pertanyaan bila perlu - Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif - Mencatat halhal yang perlu - Mengajukan pertanyaan bila perlu OHT No.15 No.19 Waktu : 20 menit Bahan : Materi Serahan (Bab 4 Pemeliharaan) 6. Ceramah : Pemeliharaan Terowongan pada PLTA - Menjelaskan maksud dan tujuan - Menjelaskan terowongan - Menjelaskan pelaksana - Menjelaskan patroli dan inspeksi Menjelaskan persyaratan/ tugas umum - Menjelaskan lingkup tugas/ pekerjaan dan definisi umum - Menjelaskan laporan/ catatan hasil patroli dan inspeksi - Menjelaskan tindakan yang harus diambil pada keadaan abnormal - Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif - Mencatat halhal yang perlu - Mengajukan pertanyaan bila perlu OHT No.20 No.22 Waktu : 20 menit Bahan : Materi Serahan (Bab 5 Pemeliharaan Terowongan pada PLTA) xi

13 xii

14 MATERI SERAHAN xiii

15 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terowongan adalah suatu lubang yang dibuat didalam bumi (dibawah laut atau didalam bukit) untuk berbagai kegunaan antara lain untuk saluran air, lalu lintas kendaraan mobil / kereta api, manusia untuk pekerjaan tambang dan lain sebagainya. Dalam materi pelatihan ini akan diuraikan secara singkat tentang pemeliharaan terowongan untuk saluran air baik untuk tujuan serbaguna (PLTA dan irigasi) atau khusus untuk PLTA atau khusus untuk irigasi. Sejak Pelita I pengembangan baik untuk irigasi maupun yang dilaksanakan oleh Pemerintah berjalan dengan pesat, sebagai upaya untuk mencapai swa sembada pangan. Pada periode itu banyak dibangun jaringan-jaringan irigasi baru dengan skala besar, dilengkapi dengan bendungan besar dan terowongan yang mampu mensuplai air untuk lahan yang luas. Dalam perkembangannya kemudian, terlihat adanya penurunan fungsi layanan pada terowongan yang telah dibangun yang utamanya disebabkan karena (1) perencanaan yang kurang sesuai dengan kondisi setempat, (2 ) kurang perhatian terhadap pelaksanaan kegiatan OP untuk terowongan yang ada, (3) kurangnya alokasi pendanaan untuk kegiatan OP, (4) kurang memadainya perangkat OP, yaitu organisasi OP, fasilitas OP serta perangkat lunak OP, (5) ber akibat kepada peningkatan percepatan penurunan fungsi terowongan, dimana pada suatu saat harus dilakukan kegiatan pemeliharaan untuk mengembalikan fungsi layanan sesuai dengan rencana semula. Sejak pertengahan dekade 80 an, terjadi perubahan kesadaran baru dalam pengembangan baik jaringan irigasi maupun PLTA yang menempatkan kegiatan OP pada prioritas pertama, menyusul kemudian kegiatan rehabilitasi pada prioritas kedua dan prioritas ketiganya adalah kegiatan upgrading. Pembangunan jaringan baru menempati prioritas terakhir. Kegiatan operasi pada umumnya dilakukan bersamaan dengan kegiatan pemeliharaan dengan menggunakan perangkat para organisasi pengelola yang sama pula. Kegiatan operasi merupakan suatu proses pemanfaatan air seoptimal mungkin melalui pengelolaan air dalam jaringan maupun yang melalui terowongan yang berwawasan lingkungan dan mempertimbangkan aspek kelestarian. 1-1

16 Sesuai dengan jiwa Inpres Nomor 3 tahun 1999, wewenang dan tanggung jawab pengelolaan diserahkan dari tangan Pemerintah kepada P3A/GP3A/IP3A; yang didalamnya mencakup penyelenggaraan pelaksanaan kegiatan operasi, pemeliharaan dan rehabilitasi. Penyerahan pengelolaan dilakukan secara bertahap, selektif dan demokratis yang mencakup semua aspek, baik teknis, manajemen, maupun finansial/ pembiayaan kegiatan. Diperlukan masa transisi untuk penyerahan pengelolaan jaringan, dimana pada masa transisi ini bimbingan dan bantuan Pemerintah kepada P3A sangat dibutuhkan. Kemandirian P3A dapat dicapai melalui suatu P3A pemberdayaan yang dilakukan melalui bimbingan, penyuluhan, pelatihan-pelatihan dan kegiatan pembinaan langsung di lapangan. Terowongan dibangun dengan perhitungan untuk dapat memberikan fungsi pelayanan dengan jangka waktu yang ditetapkan (project life). Jangka waktu pelayanan ini akan dapat dicapai jika semua unsur-unsur dalam kegiatan pembangunan dan pengelolaan dilakukan dengan sebaik-baiknya. Unsur-unsur ini menyangkut ; survey, investigasi, design, land acqaution, construction dan operation maintenance (SIDLACOM). Kerusakan suatu terowongan akan mengakibatkan menurunnya kinerja terowongan (penurunan fungsi) dan debit yang dialirkan yang pada akhirnya akan mengakibatkan berkurangnya luas pelayanan dan menurunnya produksi pangan. Untuk menjaga agar dapat berfungsi dengan baik guna pelaksanaan Operasi dan dapat terjaga kelestariannya diperlukan kegiatan pemeliharaan. 1.2 Maksud dan Tujuan Pedoman umum pemeliharaan terowongan ini dimaksudkan sebagai acuan dalam tata cara dan tata laksana pemeliharaan, sehingga diperoleh hasil kerja sesuai dengan standar mutu yang baik dan seragam. Pedoman umum pemeliharaan ini dibuat untuk para pelaksana / pengelola jaringan, guna memberikan : Keseragaman dalam pemahaman tentang hal-hal yang berkaitan dengan operasi, sebagai terjemahan dari reformasi sektor pengairan, khususnya dalam bidang irigasi. Keseragaman alur pikir dalam kegiatan pelaksanaan operasi terowongan Kemudahan dalam menyusun pedoman teknis dan manual kegiatan pemeliharaan terowongan. 1-2

17 1.3 Ruang Lingkup Ruang lingkup pedoman ini meliputi (1) pendekatan konsep pemeliharaan terowongan, (2) perencanan pemeliharaan, (3) pelaksanaan pemeliharaan, (4) monitoring, (5) evaluasi, serta (6) tindak lanjut setelah evaluasi. Pedoman ini disusun untuk pelaksanaan seluruh proses pelaksanaan pemeliharaan terowongan dengan menggunakan pendekatan paradigma baru di sektor pengairan. 1.4 Pengertian Suatu terowongan dibangun dengan tujuan agar terowongan tersebut dapat mengalirkan air irigasi dari sumber air ke lahan budi daya melalui saluran terowongan atau untuk mengalirkan air saat pembangunan bendungan. Pemeliharaan terowongan ialah usaha-usaha untuk menjaga fungsi layanan jaringan irigasi seoptimal mungkin melalui upaya perbaikan yang dilakukan secara rutin dan periodik dengan memperhatikan perkembangan situasi kondisi setempat, sedemikian hingga tercipta kondisi yang memungkinkan penerima manfaat mendapatkan hasil yang optimal, tanpa menyebabkan kerusakan lingkungan kegiatan direncanakan, dilaksanakan, dipantau / diawasi oleh para stake holder. 1.5 Secara fisik ada 3 (tiga) macam terowongan yaitu : Terowongan Mendatar Terowongan lazim dibangun untuk terowongan pengelak (diversion tunnel), watering (terusan air), terowongan pembantu (adit tunnel), terowongan masuk (acces tunnel), terowongan drainase (drainage tunnel), inspection tunnel, terowongan saluran buri (tail race tunnel), terowongan pelimpah (spillway tunnel), terowongan penghubung (connection tunnel) dan lain sebagainya Terowongan Miring (inelied tunnel) Terowongan miring lazim dibangun untuk pelimpah (spillway), terowongan tekan (penstock tunnel), terusan air (water way) Terowongan Tegak (vertical shaft) Pada umumnya terowongan tegak (vertical shaft) dibangun untuk sumur pengendali pintu pengambilan (intakegate control shaft), sumur pendatar air (surge tank), terowongan tekan (penstock). Dari ketiga macam terowongan tersebut diatas sesuai dengan kebutuhan dapat berdiri sendiri ataupun tergabung antara satu dengan yang lain sebagai contoh : 1-3

18 Bangunan spillway pada bendungan Cirata adalah gabungan terowongan mendatar dengan terowongan miring. Bangunan terusan air (water way) pada bendungan Saguling adalah gabungan terowongan mendatar (headrace tunnel) dengan terowongan tegak (surge tank) dan terowongan miring (penstock tunnel). Dalam kondisi tertentu juga dimungkinkan gabungan antara terowongan dengan conduit dan saluran terbuka. 1.6 Klasifikasi Terowongan Tergantung dari fungsi terowongan a. Terowongan lalu lintas Berfungsi untuk lalu lintas kereta api, jalan raya, pejalan kaki, sub way dan sebagainya. b. Terowongan pengangkut / conveyance Berfungsi untuk ruangan tenaga listrik, mensuplisi air, menuju ke ruangan tenaga listrik, untuk kabel listrik atau telepon dan sebagainya. c. Terowongan penampungan Berfungsi untuk tempat parkir, tempat gardu listrik, tempat perlindungan, rumah toko dan sebagainya Pada proyek-proyek di lembah sungai Pada proyek di lembah sungai terowongan pada batu keras dengan melihat hidroliknya digunakan baik untuk aliran bebas atau aliran bertekanan untuk tujuan sebagai berikut : a. Untuk menghubungkan dari sumber ke pengguna air atau waduk b. Untuk suplisi air irigasi, peternakan, industri dan lain-lain c. Untuk mengelakan air sungai pada saat pembuatan bendungan (diversion tunnel). Pada pembuatan bendungan terowongan pengelak (diversion tunnel), kemungkinan ditutup sebagian atau seluruhnya dipakai untuk terowongan pengeluaran untuk mengalirkan air irigasi atau untuk terowongan bertekanan yang digunakan untuk menggerakan turbin di ruang tenaga listrik / power house atau sebagai terowongan pelimpah untuk mengalirkan debit banjir rencana. d. Untuk mengalirkan air dari pelimpah (spillway tunnel) e. Untuk menahan tekanan, melepas tekanan, menahan pukulan air/ water hammer dan lain-lain. 1-4

19 f. Membuang air dari ruang tenaga listrik / power house yang ada di bawah tanah. g. Untuk melepaskan tekanan air (surge shafts) biasanya dilengkapi dengan bantalan untuk bila ada perubahan tekanan yang tiba-tiba didalam terowongan bertekanan akibat perubahan keadaan operasi turbin. Pada proyek lembah sungai terowongan digunakan untuk tujuan selain pengangkutan air (conveyance) yaitu untuk drainase dan untuk pelaksanaan grouting pada terowongan untuk bendungan, terowongan penghubung untuk memfasilitasi pembuatan terowongan utama atau untuk inspeksi dan pemeliharaan, terowongan untuk melewatkan kabel dan ventilasi dan terowongan untuk membuat/ mengangkut peralatan/ mesin ke ruang tenaga listrik dibawah tanah. Dalam kondisi tertentu juga dimungkinkan gabungan antara terowongan dengan conduit dan saluran terbuka. 1.7 Terowongan Sesuai Jenis Aliran Air Terowongan aliran bebas (free flow tunnel) Terowongan aliran bebas lazim dibangun untuk terowongan dan spillway untuk keperluan PLTA maupun keperluan irigasi Terowongan aliran tekan (pressure tunnel) Terowongan aliran tekan biasanya untuk terusan air (water way) atau terowongan mendatar (headrace tunnel), sebagai saluran air guna pembangkit listrik pada proyek PLTA. Pressure tunnel bias terdiri dari pressure tunnel dan penstock tunnel, sesuai dengan keadaan topograpi dan kebutuhan Terowongan Pengelak (diversion tunnel) Terowongan aliran tekan dapat juga sebagai bangunan saluran pengelak. 1-5

20 BAB II KEGIATAN PERSIAPAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN DALAM PERIODE TRANSISI 2.1 Pendahuluan Dengan telah selesainya suatu proyek terowongan, maka prasarana terowongan ini akan diserahkan kepada Pemerintah Daerah dan dimasukkan dalam daftar inventarisasi DPU Propinsi yang bersangkutan. Selanjutnya kegiatan operasi dan Pemeliharaan terowongan tersebut akan menjadi tanggung jawab daripada Sub Dinas/ Sub Dinas SDA. Prosedur penyerahan proyek yang telah selesai atau proyek sebagian selesai dicantumkan dalam Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 347/ KPTS/ 1986, tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyerahan Proyek Selesai di Lingkungan Departemen Pekerjaan Umum. Sebagaimana telah ditentukan dalam keputusan tersebut, suatu proyek dianggap selesai dan berfungsi, bilamana terowongan yang telah selesai tersebut dapat berfungsi sesuai dengan spesifikasinya. Untuk dapat menjamin bahwa terowongan yang akan diserahkan oleh proyek telah berfungsi dengan baik, maka perlu disusun langkah-langkah persiapan yang dapat memberikan jaminan tersebut. Dalam prosedur tersebut juga harus diatur tentang pembentukan baik organisasi maupun penyediaan fasilitas-fasilitas penunjang untuk dapat terlaksananya O&P yang mantap dikemudian hari. Suatu periode transisi untuk pekerjaan persiapan O&P ini hendaknya dimasukkan dalam jadwal pelaksanaan kegiatan proyek. Kegiatan tersebut akan merupakan suatu bagian daripada periode O&P selama konstruksi yang ada. Periode ini akan termasuk dalam pelaksanaan operasi dan pemeliharaan. Selama periode transisi, staf proyek dan staf O&P dari Dinas/ Sub Dinas SDA akan bekerja sama seperti pada gambar 1. Kerja sama ini untuk menjamin bahwa persiapan serah terima terowongan untuk operasi dan pemeliharaan dari proyek kepada sub Dinas Pengairan dapat dilakukan secara sistematis tepat pada waktu yang telah ditentukan. 2-1

21 Kegiatan-kegiatan selama persiapan O & P harus memberi jaminan tentang : - Partisipasi Sub Dinas SDA, selama tahap akhir pelaksanaan pembangunan. - Telah selesainya pekerjaan - Penyusunan organisasi O & P sesuai kebutuhan - Penyediaan sarana penunjang untuk O & P - Penyediaan data O&P, Peta dan manual-manual O&P. Dalam petunjuk ini diuraikan dengan singkat aspek-aspek yang dicakup dan langkah kegiatan untuk pelaksanaan program persiapan O & P. Desain, Konstruksi Kegiatan Proyek P e r i o d e T r a n s i s i Kerjasama Antara Proyek dan Dinas/ Sub Dinas SDA Persiapan O & P Penyerahan Proyek Selesai untuk O & P Pemantapan O & P Kegiatan Sub Dinas Pengairan (O & P) Gambar 1 Persiapan O & P dalam Periode Transisi 2.2 Komponen-Komponen Kegiatan Persiapan Operasi & Pemeliharaan Dalam Periode Transisi Komponen utama dari pada Persiapan O & P ialah : 1. Pembentukan organisasi O&P 2. Penyediaan staf O&P yang dibutuhkan 3. Persiapan sarana penunjang yang dibutuhkan untuk O&P 4. Latihan staf O&P 5. Penyiapan pedoman O&P dan data 6. Penyusunan anggaran untuk kegiatan Persiapan O&P 2-2

22 Komponen kegiatan persiapan O&P ini merupakan bagian dari usaha persiapan untuk penyerahan proyek selesai Pembentukan Organisasi O&P Ada tiga alternatif yang mungkin terjadi dalam rangka penyusunan organisasi O&P : 1. Menggunakan organisasi O&P yang ada Sub Dinas Pengairan (SDP) 2. Membentuk unit organisasi baru tambahan 3. Modifikasi organisasi O&P yang ada di Dinas/ Sub Dinas SDA Bentuk susunan organisasi proyek dan keterlibatan Seksi O&P, Sub Dinas Pengairan, selama tahap pelaksanaan proyek sangat berbeda antara proyek yang satu dengan proyek yang lainnya. Dalam beberapa kasus staf senior O&P dari Sub Dinas Pengairan sudah merupakan bagian dari organisasi proyek tersebut yang menangani aspek-aspek O&P. dalam kasus-kasus lain praktis tidak ada keterlibatan dari pihak SDP. Organisasi proyek (non structural) mungkin telah memiliki suatu unit O&P dalam bentuk embrio atau sudah terbentuk selama persiapan O&P yang bias menjadi inti pada organisasi O&P nantinya. Oleh karena itu tidak dapat ditetapkan suatu ketentuan yang berlaku secara umum, tetapi dalam hal ini yang terpenting adalah merencanakan suatu organisasi O&P (baik kualitas maupun kuantitas) yang sesuai dengan kebutuhan menurut rencana kegiatan operasi dan menjabarkannya secara rinci bagaimana mengatur tata kepegawaiannya (staffing). Untuk dapat terlaksananya tugas O&P dengan baik dan benar perlu dilakukan suatu evaluasi secara teliti, tentang kebutuhan pegawai baik dari segi kualitas maupun kuantitas untuk kategori-kategori yang berbeda Penyediaan Staf O&P yang Dibutuhkan Salah satu dari sasaran pokok persiapan O & P adalah untuk mengatur suatu peralihan yang lancar dalam tata kepegawaian (staffing), dimana staf O&P yang dibutuhkan sebanyak mungkin diambil dari proyek yang bersangkutan. 2-3

23 Staf O&P yang dibutuhkan nantinya akan berasal dari : 1. Staf dari proyek yang bersangkutan (sebanyak mungkin) 2. Staf dari Sub Dinas Pengairan 3. Gabungan dari staf proyek yang bersangkutan dan Dinas/ Sub Dinas SDA 4. Penerimaan pegawai baru Pemilihan (seleksi) staf proyek untuk tugas-tugas O&P dilakukan dengan jalan memanggil calon untuk posisi yang telah ditentukan dan membandingkan spesifikasi pekerjaan yang akan dijabat dengan kualifikasi dan pengalaman dari calon Penyelesaian Fisik Seksi O&P dari Dinas/ Sub Dinas Pengairan. bersama-sama dengan staf proyek harus memeriksa/ menceck semua bagian-bagian terowongan. Pelaksanaan pekerjaan ini harus dilakukan oleh proyek sebelum proyek diserahkan ke Sub Dinas Pengairan atau tetap diserahkan tetapi perbaikan masih oleh proyek, sehingga beban pekerjaan ini tidak dipikul dalam kegiatan O&P nantinya Latihan Staf O&P Staf yang direncanakan untuk O&P akan terdiri dari mereka yang baru dalam bidang O&P ataupun mereka yang sudah berpengalaman. Sifat latihan selama persiapan O&P akan berupa latihan praktek dan bersifat pengenalan, untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan praktis secepatnya. Kursus-kursus penyegaran akan diselenggarakan sesuai kebutuhan untuk semua staf setelah beberapa tahun pengoperasian. Kurikulum yang diusulkan untuk latihan praktek ini akan terdiri dari : a. Pengenalan terowongan b. Undang-undang dan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan terowongan c. Organisasi O&P d. Pemeliharaan terowongan e. Penganggaraan biaya O&P f. Data O&P 2-4

24 Kelompok sasaran untuk pengenalan O&P ini ialah staf pada dan di bawah tingkat Sub Dinas Pengairan, begitu pula staf tingkat Dinas Pengairan dalam hal dimana jaringan mempunyai lebih dari satu Sub Dinas Pengairan. Pelatihan staf pada tingkat Dinas Pengairan dan yang lebih tinggi lagi, akan diliput dalam program O & P mantap. Staf senior dikemudian hari akan berkesempatan untuk mengikuti kursus klasikal. Para pelatih atau instruktur untuk latihan ini adalah mereka yang telah dilatih sebagai pelatih dan tersedia di tiap propinsi. Untuk propinsi-propinsi yang tidak memilikinya, pelatih akan disediakan dari propinsi terdekat atau melalui program O & P yang sejalan. Bahan-bahan latihan telah tersedia dalam program O & P dan dapat dipakai dengan sedikit modifikasi. Latihan akan dilaksanakan oleh Dinas/ Sub Dinas Pengairan dengan dana yang disediakan oleh proyek Penyerahan Komponen-komponen kegiatan persiapan O&P merupakan bagian dan usaha persiapan untuk penyerahan proyek selesai. Setelah kegiatan-kegiatan persiapan tersebut dapat diselesaikan dengan baik, maka penyerahan proyek selesai dapat dilakukan dengan lengkap dan benar. Sebelum penyerahan O&P dilakukan, pemeliharaan prasarana terowongan tetap menjadi tanggung jawab proyek. Ini merupakan suatu hal yang penting tetapi sering terlupakan. Jika hal ini diabaikan, maka untuk memulihkan kondisi terowongan tersebut agar sesuai dengan syarat penyerahan O&P, mungkin akan diperlukan pengeluaran tambahan selama periode persiapan O&P. Prosedur untuk penyerahan proyek selesai harus mengikuti Keputusan Menteri PU No. 347/ KPTS/ 1986 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyerahan Proyek selesai harus diikuti. Pimpinan proyek diharuskan menyusun data proyek dan dokumen-dokumen penunjang dan memajukan usulan untuk penyerahan proyek selesai. Staf O&P dari Dinas Pengairan/ Sub Dinas SDA Propinsi/ Kabupaten harus memantau 2-5

25 dan membantu menyusun data dan dokumen O&P yang diperlukan. Dinas Pengairan terkait akan diwakili dalam tim untuk persiapan penyerahan proyek selesai. Pada tahap ini Dinas Pengairan melalui staf O&P yang mewakilinya dalam tim harus dapat menjamin bahwa kondisi proyek yang diserahkan telah memenuhi syarat-syarat. 2.3 Mekanisme Kegiatan Persiapan O&P Tanggung jawab utama atas proyek dan semua kegiatan selama periode persiapan O&P akan tetap melekat pada Pimpinan Proyek, tetapi Dinas/ Sub Dinas Pengairan akan membantu dalam bentuk kerjasama untuk pembentukan unit O&P dalam struktur proyek untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam persiapan O&P. Unit ini sudah harus berfungsi sejak tahun pertama pelaksanaan persiapan O&P. 2.4 Anggaran untuk Kegiatan Persiapan O&P Kategori Anggaran Anggaran yang dibutuhkan untuk kegiatan-kegiatan komponen dalam persiapan O&P dapat dibagi kedalam katagori sebagai berikut : Biaya untuk penyelesaian pekerjaan prasarana fisik dan sarana penunjang. Kategori ini mencakup perbaikan pada terowongan, sarana-sarana penunjang seperti; kantor, perumahan dan komunikasi. Biasanya biaya ini sudah tersedia dalam anggaran pelaksanaan proyek. Biaya peralatan, dan pengeluaran insidential adalah sebagai berikut : a. Organisasi dan staf b. Pengumpulan data dan penyusunan pedoman O&P c. Penyerahan Peralatan dan sarana yang dibutuhkan akan mencakup : a. Kendaraan empat gardan (4 WD/ Jeep) dengan pengemudi b. Seorang juru ukur ( surveyor) dengan theodolit dan pengukur ketinggian termasuk biaya untuk sepeda motor dan pekerja. c. Kamera d. Honor untuk staf pekerja, bahan dan lain-lain pengeluaran. Biaya latihan Kalau peralatan latihan belum tersedia pada Sub. Dinas Pengairan, maka tersebut harus disediakan dari anggaran proyek yang bersangkutan. 2-6

26 2.4.2 Tanggung Jawab Atas Anggaran Alokasi dan administrasi anggaran akan dilakukan oleh proyek. Apabila diperlukan Pimpinan Bagian Proyek untuk kegiatan persiapan O&P boleh dari Proyek yang bersangkutan atau ditunjuk oleh proyek dari Pejabat Sub Dinas Pengairan, tergantung kondisi setempat. Tabel 1 Tugas dan Tanggung Jawab Kegiatan Persiapan O&P No. KEGIATAN PROYEK 1. Pembentukan Organisasi O&P - SUB DINAS PENGAIRAN P 2. Penyediaan Staf O&P B P 3. Penyempurnaan Fisik P M 4. Penyiapan Fasilitas Penunjang P M 5. Latihan Staf O&P B P 6. Penyiapan Pedoman O&P dan Data P B 7. Penyusunan Anggaran untuk persiapan O&P P B 8. Penyerahan B B Catatan : B Kegiatan bersama P Penanggung jawab utama M Monitoring Anggaran untuk kategori B dan C akan berada apabila ada di bawah BagPro yang ditugaskan untuk persiapan O&P. Kategori ini mungkin tidak disediakan khusus dalam anggaran semula proyek, sehingga harus disusun dan diusulkan dimasukkan kedalam anggaran proyek untuk persiapan O&P tahun pertama. 2.5 Jadwal Untuk Persiapan O&P Jadwal kegiatan proyek yang sejak awal sampai selesai termasuk periode persiapan O&P untuk suatu terowongan diharapkan dapat dilakukan dalam periode maksimum dua tahun. Penyerahan harus dapat diselesaikan pada akhir tahun kedua persiapan O&P sehingga O&P biasa akan berjalan sejak waktu itu. 2.6 Tenaga Ahli O&P Hasil akhir dari desain serta pelaksanaan pada akhirnya akan diserahkan pada Sub Dinas Pengairan. Oleh karena itu penting sekali untuk memantau kegiatan-kegiatan proyek dari sejak awal sehingga dapat dijamin bahwa terowongan itu jika selesai akan 2-7

27 memenuhi persyaratan-persyaratan untuk O&P yang mantap. Masukan tentang O&P dari ahlinya amat diperlukan sejak dari awal pembuatan desain, sehingga kebutuhankebutuhan untuk terlaksananya O&P yang baik dan benar sudah dapat masuk dalam kegiatan proyek secara lengkap. Seorang tenaga teknis untuk persiapan O&P secara penuh harus ditugaskan di Dinas/ Sub Dinas Pengairan untuk koordinasi dengan proyek-proyek baru. Satu orang atau lebih tenaga teknis (O&P) akan diperlukan tergantung dengan program masing-masing propinsi. Kegiatan Persiapan Operasi dan Pemeliharaan pada khususnya akan memerlukan seorang tenaga teknis dari Dinas/ Sub Dinas SDA untuk mengarahkan dan mengkoordinasikan. Dia akan merupakan seorang staf inti yang akan bertanggung jawab memantau atas penyelesaian persiapan O&P sehingga mempercepat/ melancarkan proses penyerahan proyek. 2-8

28 BAB III PEMANTAUAN TEROWONGAN Pemantauan terowongan dilakukan dengan suatu anggapan bahwa bangunan struktur yang telah dibangun belum tentu stabil. Pemantauan meliputi pengontrolan terhadap keamanan bangunan terowongan, daerah perbukitan di sekitarnya, pemeliharaan berbagai fasilitas bangunan dan penjagaan kelestarian lingkungan. 3.1 Pemantauan Lingkungan Tujuan utama pemantauan adalah untuk mengetahui adanya pergerakan yang mengakibatkan terjadinya longsornya tanah di sekitar bangunan dan tanah diatasnya ataupun bocoran / rembesan pada bangunan terowongan. Untuk itu diperlukan suatu standar manual yang terdiri dari metode pengukuran, inspeksi, investigasi secara teliti dan cara perbaikan. Apabila dari hasil pemantauan menunjukkan adanya kondisi tidak normal, maka diperlukan tindakan pencegahan ataupun perbaikan sesegera mungkin. 3.2 Tahapan Pengecekan Terowongan Pemeriksaan terowongan dibagi dalam 3 (tiga) yaitu pengawasan selama pembangunan, pemantauan selama penggenangan dan pemeliharaan. Pada umumnya selama konstruksi terowongan dilakukan pemantauan terhadap pergerakan horizontal dan bocoran/ rembesan. Selama penggenangan pada terowongan pengelak bagian outlet dilakukan pemantauan terhadap pergerakan dan kebocoran. Untuk itulah perlu dilakukan beberapa tahapan dalam rangka pemeriksaan terowongan : - Tahap pertama : dilakuan pada saat permulaan penggenangan sampai beberapa waktu setelah air penuh - Tahap kedua : dilakukan setelah tahapan kedua dimulai dan berakhir sampai waku tertentu - Tahap ketiga : dilakukan setelah tahap kedua selesai 3.3 Kontrol Pengukuran Pergerakan (deformasi) Deformasi merupakan salah satu faktor pengontrol terowongan yang sangat penting. diantara pergerakan-pergerakan yang dipantau adalah deformasi internal, pergerakan horizontal dan pergeseran diantara zona dan pergerakan batuan. 3-1

29 Catatan pengukuran dari hasil pemantauan tersebut merupakan faktor yang juga sangat penting sebagaimana pentingnya pengukuran bocoran pada bagian-bagian bangunan terowongan. Deformasi external dipantau dengan metode survai, sedangkan deformasi internal oleh instrument listrik. 3.4 Investigasi, Perbaikan dan lain-lain Apabila dijumpai keadaan yang tidak normal setelah dilakukan pengukuran dan inspeksi, maka investigasi atau penelitian harus segera dilakukan untuk mengetahui penyebabnya dan situasinya. Setelah melakukan penelitian, apabila situasinya mengkhawatirkan maka tidakan pencegahan secara darurat harus segera dilaksanakan. Sebaliknya apabila situasinya tidak terlalu membahayakan, maka pemantauan harus tetap dilakukan sampai keadaan menjadi normal. Keputusan tentang penentuan kondisi bahaya tersebut harus dilakukan oleh engineer yang mengetahui dan berpengalaman dalam desain terowongan, metode konstruksi dan lain-lain. 3-2

30 BAB IV PEMELIHARAAN 4.1 Umum Tujuan pemeliharaan bangunan-bangunan sipil baik pada irigasi maupun pada PLTA adalah untuk menjaga agar bangunan-bangunan tersebut tetap dapat berfungsi dengan baik dan aman. Didalam kerangka pekerjaan pemeliharaan, tercakup pekerjaan-pekerjaan yang terkait yaitu : pengukuran, pemantauan (monitoring), pemeriksaan (inspeksi), penyelidikan detail dan perbaikan. Termasuk didalam lingkup bangunan sipil salah satunya adalah terowongan bukit-bukit disekeliling terowongan. 4.2 Proses SIDCOM Dalam penyelenggaraan terowongan dikenal proses SIDCOM yaitu survey, investigation, design, construction, operation and maintenance. Survai dan investigasi : adalah kegiatan studi, baik teknis maupun non teknis, untuk memperoleh kesimpulan tentang kelayakan pengembangan terowongan di suatu daerah, termasuk memperkirakan dampak yang akan terjadi pada daerah termaksud. Kegiatan desain dimaksudkan untuk memperoleh rencana teknis terowongan Kegiatan konstruksi adalah penerapan hasil desain ke lapangan, sehingga pada akhirnya diperoleh suatu bangunan terowongan. Kegiatan operasi adalah upaya untuk mengoperasikan terowongan yang ada, sedemikian hingga fungsi yang direncanakan dapat dipenuhi secara optimal. Kegiatan maintenance adalah kegiatan untuk memelihara terowongan agar fungsinya tidak menurun, sehingga umur diperoleh layanan seperti yang direncanakan. Selain dari tahapan SIDCOM itu dalam perkembangannya terowongan juga membutuhkan kegiatan rehabilitasi, yaitu upaya untuk mengembalikan fungsi layanan yang telah menurun yang jika dilihat dari cakupannya tidak bisa lagi dikategorikan sebagai kegiatan maintenance / pemeliharaan. 4-1

31 4.3 Sarana dan Prasarana Dimaksudkan dengan sarana terowongan adalah bangunan yang langsung berhubungan dengan pengaliran air irigasi antara lain berupa waduk dan embung, bendung, saluran, bangunan-bangunan bagi dan sadap, bangunan pengukur, bangunan pembawa, bangunan lindung dan bangunan pelengkap. Prasarana terowongan adalah segala hal yang diperlukan untuk pengaliran air yang bukan termasuk dalam sarana, antara lain berupa jalan inspeksi, organisasi OP, serta perangkat OP (peralatan, perlengkapan, fasilitas kantor, transportasi, komunikasi dan manual OP). 4.4 Konsep Dasar Pemeliharaan Pada prinsipnya kegiatan pemeliharaan dibagi dalam 4 kelompok yaitu : (1) Pengamanan dan pencegahan, (2) Perawatan rutin dan berkala, (3) Perbaikan darurat dan permanen, serta (4) Penggantian. a. Pengamanan dan Pencegahan Pengamanan dan pencegahan adalah supaa untuk menjauhkan terowongan dari hal-hal yang dapat mengakibatkan rusaknya terowongan. Kegiatan itu antara lain : Inspeksi dan inventarisasi rutin kondisi terowongan Mencegah kerusakan yang diakibatkan oleh benda-benda yang masuk kedalam terowongan Melarang pembuangan sampah kedalam terowongan Melarang perusakan bangunan Kegiatan pengamanan dan pencegahan dilakukan sendiri secara swakelola oleh pengelola dengan cara memberikan penyuluhan, pemasangan papan peringatan, serta penerapan hukum. b. Perawatan Rutin Perawatan rutin adalah usaha untuk mempertahankan fungsi dan kondisi yang dilakukan berulang setiap tahun atau kurang, pada lokasi yang sama, tanpa melakukan penggantian atau perubahan konstruksi elemen bangunan. Pemeliharaan ini dilakukan oleh pengelola secara swakelola. c. Perawatan Berakala Perawatan berkala adalah kegiatan untuk mempertahankan fungsi dan kondisi terowongan yang dilakukan secara berkala, tanpa mengubah atau mengganti 4-2

32 bagian elemen konstruksi. Kegiatan ini dilakukan secara swakelola oleh Pengelola Jaringan. d. Perbaikan Darurat Perbaikan darurat adalah usaha-usaha untuk mengembalikan fungsi dan kondisi terowongan dapat berfungsi sesegera mungkin atas kerusakan yang timbul mendadak yang diakibatkan oleh bencana alam (misalnya gempa bumi, banjir, angin topan dan lain-lain). Kegiatan ini bisa dilakukan secara swakelola atau diborongkan. Prinsip pelaksanaan untuk perbaikan darurat adalah (1) pelaksanaan cepat sehingga terowongan bisa segera berfungsi, (2) biaya pelaksanaan murah. e. Perbaikan Permanen Perbaikan permanen adalah usaha-usaha untuk mengembalikan fungsi dan kondisi terowongan yang mencakup : Sifatnya perbaikan adalah peningkatan dari hasil perbaikan-perbaikan darurat. Memperbaiki kerusakan akibat bencana alam dan kelalaian manusia yang tidak dapat ditangani dengan kegiatan perawatan (rutin atau berkala). Perbaikan permanen dilakukan dengan didasarkan pada rencana teknis matang dan pelaksanaan yang mantap. Kegiaan perbaikan permanen dilakukan secara swakelola oleh Pengelola atau diborongkan. f. Penggantian Penggantian dilakukan terhadap seluruh / sebagian elemen terowongan yang secara ekonomis elemen itu sudah tidak layak lagi. Penggantian dapat dilakukan secara swakelola atau diborongkan. Pemeliharaan harus dibedakan dari rehabilitasi, karena rehabilitasi adalah usahausaha untuk mengembalikan fungsi dan kondisi terowongan akibat kerusakan yang merata pada sebagian atau seluruh daerah irigasi yang dilihat luas cakupan, sifat dan bobotnya sudah tidak bisa lagi dikategorikan sebagai pemeliharaan. Dari sifatnya, pekerjan rehabilitasi membutuhkan penangaan yang lebih komplek, jangka waktu pelaksanaan yang lebih panjang. Tergantung kepada faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi terowongan, pekerjaan rehabilitasi dapat berulang dalam waktu (8-20 tahun). 4-3

33 4.5 Pertimbangan dalam Pemeliharaan Lay out Terowongan adalah suatu kesatuan antara saluran dan bangunan air yang mempunyai fungsi untuk mengatur penyaluran pembuangan air dari sumbernya ke lahan untuk memenuhi deficit kebutuhan air tanaman budi daya. Lay out ditentukan oleh fungsi terowongan dan kriteria perencanaannya yang dipengaruhi oleh : Aspek fisik : sungai, topograpi, kondisi tanah, kondisi geoteknik Aspek perencanaan : lokasi permukiman, bentuk permukiman, lokasi lahan yang diairi, rencana pengembangan di masa datang, dan lain-lain. Aspek O&P Aspek sosial ekonomi Aspek lingkungan : konservasi dan rencana pengembangan di masa datang. Kegiatan operasi terowongan dilakukan dengan memperhatikan segenap aspek-aspek yang ada sedemikian hingga selama pelaksanaannya memberikan dampak kerugian yang kecil terhadap masyarakat petani Waktu Pemeliharaan Dalam pelaksanaan kegiatan pemeliharaan selalu diupayakan agar kegiatan operasi tidak terganggu. Khususnya pada kegiatan pemeliharaan berkala dilakukan pada saat pengeringan tahunan. Kegiatan pemeliharaan terowongan dilaksanakan dengan tahapan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi, serta tindak turun tangan hasil evaluasi. Pelaksanaan pemeliharaan terowongan dilakukan dengan basis harian (rutin), tahunan (berkala) atau setiap saat di terima diperlukan (darurat / permanen / penggantian). Kegiatan monitoring dan evaluasi yang dilakukan secara periodik dengan basis mingguan atau bulanan. Tindakan turun tangan sebagai tindakan korektif atas hasil evaluasi dilakukan jika diperlukan. 4.6 Kelembagaan Penyelenggara Operasi dan Pemeliharaan Penyelenggaraan operasi pemeliharaan terowongan tercakup dalam penyelenggaraan irigasi secara umum, kegiatan itu dilakukan oleh penyelenggara / pengelola. Dari Kepmendagri No. 84 tahun 2000, tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah, disimpulkan beberapa hal yang menyangkut organisasi berkaitan dengan penyelenggaraan irigasi sebagai berikut : 4-4

34 Organisasi penyelenggara/ pengelola terowongan dibentuk dengan mempertimbangkan karakteristik, potensi, kebutuhan, kemampuan keuangan ketersediaan SDM, dan pengembangan pola kerjasama antar daerah atau dengan pihak ketiga. Dinas (Propinsi dan Kabupaten) merupakan unsur pelaksana pemerintah daerah (Prop. dan Kab.). Ia mempunyai tugas melaksanakan kewenangan desentralisasi dan dekonsentralisasi. Hal ini diterjemahkan menjadi fungsi (1) perumusan kebijakan teknis, (2) pemberian peri jinan dan pelayanan umum, (3) pembinaan pelaksanaan tugas. Pada Dinas Kabupaten dapat dibentuk Cabang Dinas dan/atau Unit Pelaksana Teknis Dinas yang mempunyai wilayah kerja satu atau beberapa kecamatan. Dinas (Prop. dan Kab.) terdiri dari Bagian TU, Sub Dinas. Sub Dinas terdiri dari Seksi Nomenklatur, jenis dan jumlah unit organisasi di lingkungan Pemda ditetapkan sendiri oleh masing-masing Pemda berdasarkan kemampuan kebutuhan dan beban kerja. Dengan mengacu kepada Kepmendagri no. 84 tahun 2000, terdapat beberapa organisasi berkaitan dengan penyelenggaraan irigasi yaitu : a. Di tingkat propinsi Dinas PU Propinsi Panitia Irigasi Propinsi Panitia Irigasi Propinsi Panitia Tata Pengaturan Air (PTPA) Propinsi Panitia Pelaksana Tata Pengaturan Air (PPTPA) b. Di tingkat Kabupaten / Kota Dinas PU Kabupaten Panitia Irigasi Kabupaten c. Di tingkat Lapangan (kecamatan / desa) Cabang Dinas Pengairan Pengamat / Ranting Pengairan Kemantren / Juru Pengairan P3A Secara detial hal yang berkaitan dengan kelembagaan itu diuraikan pada lampiran. 4-5

35 4.7 Perencanaan Laporan (inventarisasi) Kerusakan Inventarisasi rutin dilakukan setiap 15 hari sekali yang diikuti oleh : Juru Pengairan bersama dengan P3A, PPL dan Pemerintahan Desa yang terkait Pengamat Pengairan mewakili Cabang Dinas Pengairan, bersama dengan Cabang Dinas lain terkait dan Pemerintah Kecamatan yang terkait/ Setempat Dinas PU Kabupaten yang bersama dengan IP3A, pihak Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan lain-lain. Dinas PU Propinsi / Dinas lain yang terkait. Hal yang diamati di lapangan adalah semua kerusakan (berat, sedang, ringan) skala prioritasnya (segera, perlu dapat ditangguhkan), penanganan darurat yang telah dilaksanakan, usulan penanganan lebih lanjut, serta perkiraan biayanya. Hasil inventarisasi bersama dilaporkan dengan menggunakan format P-01 dan rekapitulasinya dengan P Laporan Bencana Alam Jika terjadi bencana alam, kerusakan dilaporkan oleh GP3A/IP3A dan pengamat Pengairan/ Cabang Dinas ke Dinas PU Kabupaten/ Kota. Laporan ini berisi kerusakan yang terjadi, tindakan darurat yang telah dilaksanakan dan usulan penanganan yang akan datang. Bentuk laporan menggunakan form P- 03. Oleh Dinas PU Kabupaten/ Kota laporan form P-03 ini setelah dilengkapi diteruskan ke Instansi terkait, misalnya : Dinas PU Propinsi, Departemen Kimpraswil Laporan Kebutuhan Bahan Cat dan Pelumas Layanan kebutuhan bahan cat dan pelumas untuk kebutuhan satu tahun dibuat oleh Gab. P3A/IP3A dan Juru/ Pengamat kepada IP3A dan Kepala Cabang Dinas/ Kepala Dinas PU Kabupaten/ Kota. Laporan ini juga dipakai untuk perencanaan dan pelaksanaan (setiap 3 bulanan) dan bentuk laporan dalam form P Laporan Kebutuhan Upah dan Bahan Untuk menunjang kegiatan pemeliharaan diperlukan bahan-bahan yang harus disediakan antara lain : semen, pasir dan lain-lain, disamping itu diperlukan upah untuk tenaga penunjang seperti : tukang dan lain-lain. Usulan ini dilakukan oleh Gab.P3A/IP3A dan Pengamat / Kepala Cabang Dinas Pengairan kepada 4-6

36 IP3A dan Kepala Cabang Dinas Pengairan Kabupaten/ Kepala Dinas PU Kabupaten. Usulan ini dapat diatasi tetapi perlu bantuan upah dan tenaga). Bentuk usulan ini dibuat dalam form P Laporan Pelaksanaan Survai dan Desain Berdasarkan form P-02 dan form P-02 ini GP3A/IP3A melakukan survai dan desain dengan dibantu konsultan atau dibantu Pengamat Pengairan dan Dinas PU Kabupaten. Pekerjaan perencanaan ini utamanya untuk pekerjaan pemeliharaan berat atau pekerjaan berkala, baik yang akan diswakelolakan maupun yang akan diborongkan. Hasil pekerjaan ini dituangkan dalam form P- 06, untuk dijadikan bahan untuk anggaran tahun berikutnya. Tergantung tingkat kepentingan perbaikan, jika dapat ditunda dan tidak membahayakan dimasukan dalam program rehabilitasi Penetapan Prioritas Pekerjaan Dari data hasil survai dan desain yang dilaporkan dalam form P-06, dilakukan pemisahan antara pekerjaan pemeliharaan yang diswakelolakan dan yang akan diborongkan untuk program tahun mendatang. Prioritas pekerjaan yang akan diswakelolakan dibuat dalam bentuk form P-07, sedang yang akan diborongkan dalam bentuk form P-08. form P-07 dan P-08 ini akan dijadikan salah satu dasar dalam usulan biaya O&P daerah irigasi yang bersangkutan. Form P-07 dan P-08 ini dibuat oleh Gab. P3A/IP3A dan pengamat Pengairan/ Kepala Cabang Dinas Pengairan PU Kabupaten/ Kota. Tergantung kepada Dinas PU Kabupaten untuk dijadikan bahan tahun anggaran mendatang dengan sumber dana dari DAU/DIPDA dengan memperhitungkan IPI bila ada. 4.8 Pelaksanaan Pemeliharaan Persiapan Pelaksanaan Setelah besarnya alokasi anggaran baik dari IPI maupun dari DIP/DIPDA diketahui dan DIP/DIPDA telah disahkan dilakukan evaluasi kembali terhadap hasil survai dan desain yang telah dituangkan dalam program pekerjaan swakelola dan pekerjaan yang diborongkan pada form P-07 dan P-08. Program pekerjaan swakelola dan pekerjaan yang diborongkan dalam masing-masing form P-09 dan form P-010. Persiapan pelaksanaan untuk pekerjaan yang diborongkan antara lain juga mencakup penyiapan dokumen lelang, proses pelaksanaan lelang, serta pembuatan perjanjian kontrak/spk. 4-7

37 4.8.2 Pelaksanaan a. Pelaksanaan Pemeliharan Rutin Pelaksanaan pemeliharaan rutin yang dilaksanakan oleh petugas Gab. P3A/ IP3A dan atau Petugas Pengairan setempat (yang ditunj uk sebagai pelaksana) di lapangan dilaporkan dengan form P-011 (progres fisik 2 mingguan) dan Pengamat Pengairan/ Cabang Dinas/ Dinas PU Kabupaten/ Kota setiap bulan. b. Pelaksana Pekerjaan Berkala Untuk pekerjaan berkala diswakelolakan laporan kemajuan pekerjaan, dilakukan oleh Petugas yang ditunjuk di lapangan ke Gab. P3A/IP3A dan atau Pengawas/ Cabang Dinas/ Kepala PU Kabupaten/ Kota juga dalam bentuk form P-011. Selanjutnya dibuat form P-012 sebagai resume form-form P-011 hasil pelaksanaan pekerjaan berkala dalam wilayah kerja satu Daerah Irigasi, serta wilayah kerja G.P3A/IP3A dan satu wilayah Dinas PU Kabupaten. c. Pelaksanaan Pekerjaan Pemeliharaan Berkala yang diborongkan Laporan kemajuan pelaksanan pemeliharaan yang diborongkan secara mingguan dilaporkan oleh Pengawas Lapangan kepada GP3A/IP3A dan atau Pengamat/ Kepala Cabang Dinas Pengairan dilaporkan ke IP3A dan Kepala Dinas PU Kabupaten / Kota. Laporan ini dibuat dengan form P-013. Dari form-form P-013 dibuat rekapitulasi pekerjaan bulanan yang dibuat oleh GP3A/IP3A dan atau Kepala Cabang Dinas/ Dinas PU Kabupaten/ Kota dalam bentuk form P-016. d. Laporan Penggunaan Bahan, Cat, Pelumas dan Pekerjaan Swakelola Pengadaan dan penggunaan bahan swakelola sebagaimana bahannya bersumber dari form P-05 dari GP3A/IP3A dan atau Pengamat/ Cabang Dinas/ Dinas PU Pengairan dibuat dalam bentuk P-014 dan form P-015. e. Laporan Tahunan Pelaksanaan Pemeliharaan Laporan tahunan untuk pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan baik yang diswakelolakan maupun yang diborongkan dibuat dalam lapoan tahunan realisasi pekerjaan pemeliharaan form P-017 oleh GP3A/IP3A dan atau Cabang Dinas Pengairan/ Dinas PU Kabupaten/ Kota. 4.9 Pemantauan dan Evaluasi Wewenang dan Tanggung Jawab Pada prinsipnya sesuai dengan amanat PKPI, wewenang dan tanggung jawab kewajiban pemantauan dan evaluasi pekerjaan pemeliharaan terowongan 4-8

38 berada pada P3A/GP3A/IP3A dan pemerintah Kabupaten/ Kota untuk daerah irigasi yang terletak pada satu Kabupaten/ Kota, lintas Kabupaten/ Kota maupun lintas propinsi. Sedang untuk daerah irigasi dalam satu kabupaten/ kota, pemerintah propinsi ikut bertanggung jawab. Untuk daerah irigasi lintas kabupaten/ kota dan lintas propinsi. Sedang untuk daerah irigasi dalam satu kabupaten/ kota, pemerintah propinsi ikut bertanggung jawab. Untuk daerah irigasi lintas / kabupaten/ kota dan lintas propinsi, disamping menjadi tanggung jawab P3A/GP3A/IP3A dan Pemerintah Kabupaten/ Kota, Pemerintah Propinsi juga berperan aktif. Wewenang dan tanggung jawab pemantauan dan evaluasi dalam kegiatan pemeliharaan ini dapat dilihat dalam matrik (x) Kegiatan Pemantauan dan Evaluasi Kegiatan pemantauan dimulai sejak kegiatan inspeksi rutin atau penelusuran lapangan yang dituangkan dalam bentuk form-form lapangan P-01, P-02 dan P- 03. Selanjutnya kerusakan-kerusakan ini dicatat dalam Buku Catatan Pemeliharaan Cabang Dinas Pengawas (BCP -I) dan Buku Catatan Pemeliharaan Dinas PU/ Kabupaten (BCP-II). Selanjutnya proses pemantauan dilaksanakan pada semua tahap pemeliharaan. Evaluasi pada akhir tahap pelaksanaan pemeliharaan (form P -17) untuk membandingkan hasil yang dicapai dengan rencana yang diusulkan (form P-07 dan P-08) dengan anggaran yang disetujui (form P-09 dan P-10) Sumber Dana Rincian uraian sumber dana, jenis pendanaan dan mekanisme pendanaan diuraikan dalam lampiran. Sumber dana operasi pemeliharaan terowongan berasal dari (1) dana alokasi umum (DAU) yang diberikan oleh pemerintah Pusat kepada Pemerintah Kabupaten/ Kota, (2) Dana yang berasal dari pendapatan asli daerah (PAD) propinsi dan atau Kabupaten Kota, (3 ) Dana dari Petani dalam bentuk IPI/ IPAIR, (4) Sumbangan masyarakat. Selain dukungan berupa dana, sumbangan dapat berupa tenaga atau bahan/ material bangunan. Apabila dalam pelaksanaannya, terjadi kesulitan yang berkaitan dengan aliran dana (cash flow), m aka dapat diatasi dengan upaya pinjaman dari pihak luar dengan dasar perhitungan finansial murni. 4-9

39 Secara bertahap dana bantuan pemerintah berasal dari DAU dan PAD secara berangsur-angsur akan dikurangi, sehingga pembiayaan OP sebagian akan didukung oleh dana melalui IPI/ IPAIR Mekanisme Pengelolaan Dana Adapun dana murni P3A yang berhasil dikumpulkan dibukukan oleh P3A/ GP3A/ IP3A disimpan didalam kas organisasi. Pemakaian dana disesuaikan dan tujuan atau anggaran yang telah disepakati oleh forum Komisi Irigasi dan sewaktu-waktu dapat diaudit oleh yang ditunjuk oleh Rapat Anggota. Penggunaan dana O&P yang berasal dari subsidi bantuan Pemerintah dilakukan sesuai dengan peraturan/ perundang-undangan yang berlaku didalam pengelolaan keuangan Negara. Target penggunaan dana O&P ini seyogyanya dilakukan secara transparan dan terbuka. 4-10

40 P-01 Laporan Kerusakan Terowongan P-01 Laporan Keuangan Terowongan 4-11

41 BAGIAN ALIR PROGRAM PEMELIHARAAN TEROWONGAN 4-12

42 BAB V PEMELIHARAAN TEROWONGAN PADA PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air) 5.1 Maksud dan Tujuan Tujuan utama dari pemeliharaan adalah untuk menjaga fungsi dari fasilitas/bangunan sipil agar selalu dalam keadaan yang baik dalam menunjang operasi bangunanbangunan sipil dan menghindari terjadinya peristiwa-peristiwa yang menyebabkan kerusakan, serta memberikan peringatan dini untuk mencegah musibah dikemudian hari. 5.2 Terowongan Sejak lama telah dibangun dan dipelihara banyak terowongan. Kasus-kasus kerusakan yang terjadi dapat dijadikan pengalaman dan dasar pengembangan metode pemeliharaan yang efektif. Prinsip langkah-langkah yang diperlukan dalam kegiatan pemeriksaan perilaku tiap-tiap terowongan berbeda-beda, tergantung pada : - Topograpi dan kondisi geologi didaerah terowongan - Besar kecilnya terowongan - Metode pelaksanaan pembangunan terowongan Pusat listrik tenaga air (PLTA) adalah suatu instalasi yang memanfaatkan tenaga air dengan ketinggian dan debit tertentu menjadi tenaga listrik, peralatan utama yang digunakan adalah jalanan air (water way) yang terdiri atas : - Bangunan intake - Bangunan terowongan tekan - Bangunan tangki pendatar - Bangunan pipa pesat - Bangunan draft tube - Bangunan tail race Terowongan air dengan concrete lining direncanakan menahan beban-beban sebagai berikut : - Rock pressure - External water pressure - Inner water pressure - Grant pressure 5-1

43 Setelah terpakai untuk pengoperasian, concrete lining mungkin rusak akibat gerusan, retak, rembesan dan lain-lain. Oleh karena itu perlu diadakan pemeriksaan secara berkala. Pokok-pokok pemeriksaan adalah : - Performance of surface of concrete lining - Falling of concrete - Erosion - Defection in the joint - Leakage of water - Deformation - Crack Bila terjadi kerusakan, harus segera diperbaiki. Kunci utama pemeliharaan adalah : - Orang - Perangkat lunak - Perangkat keras - Dana - Arsip data yang baik Oleh karena itu, prinsip langkah-langkah tersebut diatas dapat ditambah dengan halhal yang spesifik dan sesuai dengan kondisi masing-masing terowongan. Atas dasar hasil pengukuran, pemantauan, pemeriksaan atau pemeriksaan atau penyelidikan detail, bila ternyata terowongan menunjukkan adanya perilaku yang tidak sebagaimana mestinya, maka harus diambil langkah-langkah seperlunya untuk perbaikan atau penanggulangan. Penentuan waktu dan jenis langkah perbaikan/ penanggulangan merupakan hal yang paling penting dalam kegiatan pemeliharaan, maka dalam hal ini pengambilan keputusan harus dilaksanakan oleh pejabat yang bertanggungjawab yang mengetahui seluk beluk karekteristik dan metode pemeliharaan terowongan. 5.3 Pelaksana Patroli dan inspeksi termasuk dalam lingkup tugas bagian operasi/ pemeliharaan. Kepala tim pemeliharan fasilitas bangunan-bangunan sipil / PLTA membawahi satu kelompok patroli/ inspeksi atau lebih tergantung dari besar/ luasnya fasilitas PLTA yang ada. 5-2

44 Pelaksana patroli dan inspeksi tergantung dari struktur organisasi yang ada. Untuk PLTA/ bangunan-bangunan sipil pelaksanaannya dapat dibagi menjadi 3 (tiga) tim pemeliharaan sesuai dengan seksi yang ada dibagian operasi yaitu : - Tim pemeliharaan fasilitas sipil dan lingkungan hidup - Tim pemeliharaan fasililtas mesin - Tim pemeliharaan fasilitas listrik relay meter Untuk tim pemeliharaan fasilitas sipil dan lingkungan hidup terdiri dari 3 (tiga) kelompok yaitu : - Kelompok fasilitas daerah hulu - Kelompok fasilitas daerah hilir - Kelompok lingkungan hidup 5.4 Patroli dan inspeksi - Dengan melakukan inspeksi lapangan, guna memeriksa dan menyelidiki terowongan dengan tujuan untuk mengetahui secara pasti akan fungsi dari fasilitas sipil, keadaannya apakah normal atau abnormal melakukan pencatatan, perbaikan ringan, melakukan pengukuran, maka terjadinya sesuatu hal yang tidak diinginkan dapat dilakukan tindakan pengamanan sendiri mungkin. Inspeksi lapangan dapat dibagi dalam 3 (tiga) bagian : 1. Inspeksi rutin : dilakukan setiap hari atau seminggu sekali 2. Inspeksi periodik : dilakukan secara periodik (1 bulan sekali) 3. Inspeksi khusus : dilakukan apabila terjadi gempa, dan lain-lain - Patroli mempunyai arti berjalan sampai mengamati fasilitas sipil dalam selang waktu dan rute yang telah direncanakan. Pengamatan dilakukan secara visual dan kemudian menentukan kondisinya dalam keadaan normal atau abnormal serta membuat catatan dan melakukan pembersihan ringan di lokasi sekitar bangunan terowongan. 5.5 Persyaratan/ Tugas Umum Pelaksana fasilitas sipil harus memiliki persyaratan/ tugas umum yaitu : a. Tempat pekerjaan (kantor) harus berada di daerah sekitar proyek b. Pekerjaan dilakukan satu shift per hari c. Pelaksana harus mengerti buku pegangan (manual) dan harus mempunyai latar belakang pendidikan yang sesuai. d. Pelaksana harus dilengkapi dengan peralatan/ fasilitas yang memadai dan harus selalu menjaga keselamatan diri e. Pelaksana harus selalu siap dalam keadaan darurat 5-3

45 5.6 Lingkup Tugas / Pekerjaan dan Definisi Umum Perincian tugas / pekerjaan patroli dan inspeksi dapat diuraikan sebagai berikut : a. Patroli harian, patroli periodik khusus, inspeksi periodik b. Mengawasi pekerjaan perbaikan c. Mengadakan tukar informasi dengan bagian lain yang ada hubungannya d. Membuat dan menyimpan catatan dan laporan patroli/ inspeksi dalam suatu format tertentu dan meneruskan informasi yang didapat kebagian yang berwenang. 5.7 Laporan / Catatan Hasil Patroli dan Inspeksi Hasil patroli dan inspeksi kerusakan harus dicatat dengan format tertentu seperti (tabel- 1) dan dilaporkan kepada atasannya. Hasil patroli dan inspeksi secara keseluruhan pada lingkup PLTA diberikan seperti pada tabel Tindakan yang harus diambil pada keadaan abnormal Bila keadaan abnormal terjadi, maka harus segera dilaporkan kepada tingkat yang lebih tinggi yang tergantung kerusakannya. Tabel 1 : Kklasifikasi / tingkat kerusakan dan tingkat pelaporan Tingkatan Laporan Tingkatan kerusakan (1) (2) (3) (4) Project manager for civil work X X X X Manajerial X X X X Direksi X X Lembaga pemerintah yang berwenang X Keterangan : (1) Bila kerusakan dapat diperbaiki oleh tim pemeliharaan (2) Bila kerusakan tidak mengganggu pembangkitan (3) Bila kerusakan mengganggu pembangkitan (4) Bila kerusakan mempunyai kemungkinan dapat menghilangkannya manusia 5-4

46 MARKS ACCORDING TO CONDITIONS PATROLING OF DAM AREA RESER- VOIR AREA DAM BODY DOWN STREAM SPILL WAY OUTLET DAM CON- TROL CENTER ROAD TUNNEL Concrete Structure REMARKS REPORTER CHIEF ENGINEER 5-5

47 DAFTAR PUSTAKA 1. Modul Training Operasi dan Pemeliharaan Irigasi (Sir M. Macdonald & Partner Asia In Association with Sinotech, Indah Karya, Virama Karya dan Grasia) 2. Kegiatan Persiapan O&P dalam periode Transisi pada Proyek Irigasi Baru Sub Dit Pembinaan E & P Direktorat Irigasi I, Jakarta Desember Operasi dan Pemeliharaan PLTA Bidang Sipil / Geologi, 1987, OSAKA 4. Cirata Hydroelectric Powerstation Dan Operation Manual, 1988, NEWJEC 5. Pedoman Umum Pemeliharaan Jaringan Irigasi, 2001, Nippon KOEI. CO.LTD 5-6

48 i

49 ii

50 iii

51 iv

52 v

53 vi

54 vii

55 viii

56 ix

57 x

58 xi

59 xii

60 xiii

61 xiv

62 xv

63 xvi

64 xvii

65 xviii

66 xix

67 xx

68 xxi

69 xxii

PELATIHAN AHLI DESAIN HIDRO MEKANIK

PELATIHAN AHLI DESAIN HIDRO MEKANIK HDE 06 : MANUAL OPERASI & PEMELIHARAAN PELATIHAN AHLI DESAIN HIDRO MEKANIK DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1991 TENTANG SUNGAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1991 TENTANG SUNGAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1991 TENTANG SUNGAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sungai sebagai sumber air sangat penting fungsinya dalam pemenuhan kebutuhan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BREBES Nomor : 21 Tahun : 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BREBES, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 30 /PRT/M/2007

MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 30 /PRT/M/2007 MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 30 /PRT/M/2007 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN SISTEM IRIGASI PARTISIPATIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 44, 1991 (PERHUBUNGAN. PERTANIAN. Perikanan. Prasarana. Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik

Lebih terperinci

PP 35/1991, SUNGAI... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 35 TAHUN 1991 (35/1991)

PP 35/1991, SUNGAI... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 35 TAHUN 1991 (35/1991) PP 35/1991, SUNGAI... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 35 TAHUN 1991 (35/1991) Tanggal: 14 JUNI 1991 (JAKARTA) Sumber: LN 1991/44; TLN NO. 3445 Tentang: SUNGAI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30/PRT/M/2015 TENTANG PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN SISTEM IRIGASI

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30/PRT/M/2015 TENTANG PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN SISTEM IRIGASI MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30/PRT/M/2015 TENTANG PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN SISTEM IRIGASI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG, PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mencapai keberlanjutan sistem irigasi serta untuk

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang : a. bahwa sektor pertanian mempunyai peran yang sangat strategis

Lebih terperinci

PELATIHAN AHLI DESAIN TEROWONGAN SDA

PELATIHAN AHLI DESAIN TEROWONGAN SDA TDE 05 : PENGENALAN MANUAL O & P PELATIHAN AHLI DESAIN TEROWONGAN SDA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI KATA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 1 TAHUN 2009

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 1 TAHUN 2009 PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 1 TAHUN 2009 DRAFT-4 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP, Menimbang : a. bahwa pertanian mempunyai

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menyelenggarakan otonomi,

Lebih terperinci

BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang: BUPATI BOYOLALI, a. bahwa untuk mendukung produktivitas

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 02 TAHUN 2009 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI TENGAH,

PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 02 TAHUN 2009 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI TENGAH, PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 02 TAHUN 2009 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI TENGAH, Menimbang : a. bahwa air mempunyai fungsi sosial dalam

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA,

WALIKOTA TASIKMALAYA, WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS UNIT DINAS BINA MARGA, PENGAIRAN, PERTAMBANGAN DAN ENERGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibatasi kanan dan kiri oleh garis sempadan. Pengelolaan sumber daya air adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibatasi kanan dan kiri oleh garis sempadan. Pengelolaan sumber daya air adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sungai Menurut Peraturan Pemerinah Republik Indonesia No.38 Tahun 2011, Sungai adalah alur atau wadah air alami dan/atau buatan berupa jaringan pengaliran air beserta air di

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 15 Tahun : 2012 Seri : E

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 15 Tahun : 2012 Seri : E LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 15 Tahun : 2012 Seri : E Menimbang PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG IRIGASI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG I R I G A S I

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG I R I G A S I PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR, Menimbang : a. bahwa irigasi merupakan salah satu

Lebih terperinci

MODUL STEBC 07 : PERMASALAHAN PELAKSANAAN JEMBATAN

MODUL STEBC 07 : PERMASALAHAN PELAKSANAAN JEMBATAN PELATIHAN STRUCTURE ENGINEER OF BRIDGE CONSTRUCTION PEKERJAAN (AHLI STRUKTUR PEKERJAAN JEMBATAN) MODUL STEBC 07 : PERMASALAHAN PELAKSANAAN JEMBATAN 2006 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG IRIGASI DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG IRIGASI DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG IRIGASI DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN

Lebih terperinci

MODUL SIB 10 : PEMELIHARAAN JALAN DARURAT DAN PEMELIHARAAN LALU LINTAS

MODUL SIB 10 : PEMELIHARAAN JALAN DARURAT DAN PEMELIHARAAN LALU LINTAS PELATIHAN SITE INSPECTOR OF BRIDGE (INSPEKTUR PEKERJAAN LAPANGAN PEKERJAAN JEMBATAN) MODUL SIB 10 : PEMELIHARAAN JALAN DARURAT DAN PEMELIHARAAN LALU LINTAS 2006 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH 1 GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 26 TAHUN 2008 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN SUMBAWA.

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN SUMBAWA. PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN SUMBAWA. BUPATI SUMBAWA Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa irigasi merupakan salah satu komponen penting pendukung

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 616 TAHUN : 2003 SERI : C PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 7 TAHUN 2003 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERANG Menimbang :

Lebih terperinci

2 sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu membangun bendungan; d. bahwa untuk membangun bendungan sebagaimana dimaksud pada huruf c, yang

2 sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu membangun bendungan; d. bahwa untuk membangun bendungan sebagaimana dimaksud pada huruf c, yang No.771, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN PU-PR. Bendungan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2015 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG KELEMBAGAAN PENGELOLAAN IRIGASI (KPI) DI KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG KELEMBAGAAN PENGELOLAAN IRIGASI (KPI) DI KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS, 1 BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG KELEMBAGAAN PENGELOLAAN IRIGASI (KPI) DI KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 21

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2015 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2015 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2015 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 4 SERI E

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 4 SERI E LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 4 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJARNEGARA, Menimbang

Lebih terperinci

STUDI MANAJEMEN PEMELIHARAAN ASET PADA INFRASTRUKTUR SUNGAI (STUDI KASUS BANGUNAN REVETMENT SUNGAI PEPE DI SURAKARTA)

STUDI MANAJEMEN PEMELIHARAAN ASET PADA INFRASTRUKTUR SUNGAI (STUDI KASUS BANGUNAN REVETMENT SUNGAI PEPE DI SURAKARTA) Konferensi Nasional Teknik Sipil 11 Universitas Tarumanagara, 26-27 Oktober 2017 STUDI MANAJEMEN PEMELIHARAAN ASET PADA INFRASTRUKTUR SUNGAI (STUDI KASUS BANGUNAN REVETMENT SUNGAI PEPE DI SURAKARTA) Nectaria

Lebih terperinci

NO LD. 23 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG IRIGASI

NO LD. 23 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG IRIGASI PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG IRIGASI I. UMUM 1. Peran sektor pertanian dalam struktur perekonomian nasional sangat strategis dan kegiatan pertanian tidak

Lebih terperinci

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS POKOK DAN RINCIAN TUGAS UNIT DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG KOTA TASIKMALAYA Menimbang

Lebih terperinci

PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI BIREUEN NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG PENGUATAN KELEMBAGAAN PENGELOLAAN IRIGASI KABUPATEN BIREUEN

PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI BIREUEN NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG PENGUATAN KELEMBAGAAN PENGELOLAAN IRIGASI KABUPATEN BIREUEN PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI BIREUEN NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG PENGUATAN KELEMBAGAAN PENGELOLAAN IRIGASI KABUPATEN BIREUEN DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA Menimbang : a. b. BUPATI BIREUEN, bahwa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hasil pertanian. Jumlah penduduk Idonesia diprediksi akan menjadi 275 juta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hasil pertanian. Jumlah penduduk Idonesia diprediksi akan menjadi 275 juta BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Irigasi Indonesia adalah Negara yang sebagian besar penduduknya hidup dari pertanian dengan makanan pokoknya bersumber dari beras, sagu, serta ubi hasil pertanian.

Lebih terperinci

BUPATI ALOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR,

BUPATI ALOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR, BUPATI ALOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR, Menimbang : a. bahwa irigasi merupakan salah satu komponen yang mendukung

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SUNGAI DAN DRAINASE

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SUNGAI DAN DRAINASE LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR : 03 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SUNGAI DAN DRAINASE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG,

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BELITUNG

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BELITUNG BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK TIMUR, Menimbang : a. bahwa irigasi merupakan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung keberhasilan pembangunan pertanian yang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 22 TAHUN 2007 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI INDRAMAYU,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 22 TAHUN 2007 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI INDRAMAYU, PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 22 TAHUN 2007 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI INDRAMAYU, Menimbang : a. bahwa dalam rangka usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO, Menimbang : a. bahwa irigasi sebagai salah

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG IRIGASI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG IRIGASI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG, Menimbang : a. bahwa irigasi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 09/PER/M/2008

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 09/PER/M/2008 MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 09/PER/M/2008 TENTANG PEDOMAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN UMUM DENGAN

Lebih terperinci

PELATIHAN AHLI SUPERVISI KONSTRUKSI JARINGAN IRIGASI

PELATIHAN AHLI SUPERVISI KONSTRUKSI JARINGAN IRIGASI ICSE 05 : PENGENALAN MANUAL O & P PELATIHAN AHLI SUPERVISI KONSTRUKSI JARINGAN IRIGASI DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 05 TAHUN 2014 TENTANG GARIS SEMPADAN SUNGAI, DAERAH MANFAAT SUNGAI, DAERAH PENGUASAAN SUNGAI DAN BEKAS SUNGAI DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR, Menimbang : a. bahwa irigasi mempunyai peranan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2001 TENTANG I R I G A S I PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2001 TENTANG I R I G A S I PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2001 TENTANG I R I G A S I PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa perubahan sistem pemerintahan daerah sebagaimana diatur dalam Undang-undang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN IRIGASI PARTISIPATIF (PIP) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN IRIGASI PARTISIPATIF (PIP) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN IRIGASI PARTISIPATIF (PIP) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mencapai keberlanjutan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN. Dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN. Dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG IRIGASI BUPATI LEBAK,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG IRIGASI BUPATI LEBAK, LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEBAK, Menimbang a. bahwa irigasi merupakan

Lebih terperinci

BUPATI PULANG PISAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI PULANG PISAU NOMOR 36 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PULANG PISAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI PULANG PISAU NOMOR 36 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI PULANG PISAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI PULANG PISAU NOMOR 36 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM DAN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 143, 2001 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2001 TENTANG I R I G A S I PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

WALIKOTA PAREPARE PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS DINAS PEKERJAAN UMUM

WALIKOTA PAREPARE PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS DINAS PEKERJAAN UMUM WALIKOTA PAREPARE PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS DINAS PEKERJAAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PAREPARE, Menimbang : a.

Lebih terperinci

DAERAH KOTA PAREPARE SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No. 78 Telepon (0421) Fax.

DAERAH KOTA PAREPARE SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No. 78 Telepon (0421) Fax. daerah-kabupaten-barrutahun-2008 PEMERINTAH DAERAH KOTA PAREPARE SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No. 78 Telepon (0421) 21157 21003 21125 21090 21001 21000 Fax. (0421) 24330 Kode Pos 91122 PERATURAN

Lebih terperinci

STANDAR LATIHAN KERJA

STANDAR LATIHAN KERJA 1 STANDAR KERJA (S L K) Keahlian Nama Jabatan : Pengawasan Jalan / Jembatan : Kepala Supervisi Pekerjaan Jalan/Jembatan (Chief Supervision Engineer of Roads/Bridges) Kode SKKNI : DEPARTEMEN PEMUKIMAN DAN

Lebih terperinci

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM KOTA SURAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIS

BAB II KERANGKA TEORITIS BAB II KERANGKA TEORITIS 2.1. Penelitian Terdahulu Murtiningrum (2009), Kebutuhan Peningkatan Kemampuan Petugas Pengelolaan Irigasi Di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Berdasarkan pembagian kewenangan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menyimpan air yang berlebih pada

Lebih terperinci

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Copyright (C) 2000 BPHN UU 7/2004, SUMBER DAYA AIR *14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR SUMATERA SELATAN,

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR SUMATERA SELATAN, PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR SUMATERA SELATAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa sumber daya air adalah merupakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menyimpan air yang berlebih pada

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menyimpan air yang berlebih pada

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang : a. bahwa guna mewujudkan pembangunan sektor pertanian dalam rangka

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 16 TAHUN 2003 TENTANG ORGANISASI DINAS PEKERJAAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 16 TAHUN 2003 TENTANG ORGANISASI DINAS PEKERJAAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 16 TAHUN 2003 TENTANG ORGANISASI DINAS PEKERJAAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG, Menimbang : a. bahwa dengan telah ditetapkannya Peraturan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 64 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS PEKERJAAN UMUM KOTA TASIKMALAYA

KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 64 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS PEKERJAAN UMUM KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 64 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS PEKERJAAN UMUM KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 89 TAHUN 2008

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 89 TAHUN 2008 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 89 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS SEKRETARIAT, BIDANG, SUB BAGIAN DAN SEKSI DINAS PEKERJAAN UMUM PENGAIRAN PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN PENDAHULUAN

BAB I. PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1 BAB I. PENDAHULUAN PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalan merupakan infrastruktur transportasi darat yang berperan sangat penting dalam perkembangan suatu wilayah. Jalan berfungsi untuk mendukung kegiatan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 24 TAHUN 2009 SERI E. 11 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 24 TAHUN 2009 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIREBON, Menimbang : a.

Lebih terperinci

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt Menimbang Mengingat jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 87 TAHUN 2013 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS UNIT DINAS BINA MARGA, PENGAIRAN, PERTAMBANGAN DAN ENERGI DENGAN

Lebih terperinci

PROFIL DINAS PEKERJAAN UMUM PENGAIRAN KABUPATEN SUMENEP TAHUN 2010

PROFIL DINAS PEKERJAAN UMUM PENGAIRAN KABUPATEN SUMENEP TAHUN 2010 PROFIL DINAS PEKERJAAN UMUM PENGAIRAN KABUPATEN SUMENEP TAHUN 2010 SATUAN KERJA A. DASAR HUKUM SATUAN KERJA 1. Peraturan daerah Kabupaten Sumenep Nomor 02 Tahun 2006 tentang Pembentukan Organisasi Dinas

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN, PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN, Menimbang : a. bahwa pengelolaan irigasi merupakan salah satu faktor pendukung bagi

Lebih terperinci

GUBERNUR BENGKULU NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG IRIGASI DI PROVINSI BENGKULU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BENGKULU,

GUBERNUR BENGKULU NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG IRIGASI DI PROVINSI BENGKULU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BENGKULU, 1 GUBERNUR BENGKULU NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG IRIGASI DI PROVINSI BENGKULU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BENGKULU, Menimbang : a.bahwa demi terselenggaranya penyediaan air yang dapat memberikan

Lebih terperinci

PELATIHAN AHLI TEKNIK SUPERVISI PEKERJAAN JALAN (SUPERVISION ENGINEER OF ROADS CONSTRUCTION) MODUL MODUL SE 10 PENYERAHAN PEKERJAAN SELESAI

PELATIHAN AHLI TEKNIK SUPERVISI PEKERJAAN JALAN (SUPERVISION ENGINEER OF ROADS CONSTRUCTION) MODUL MODUL SE 10 PENYERAHAN PEKERJAAN SELESAI PELATIHAN AHLI TEKNIK SUPERVISI PEKERJAAN JALAN (SUPERVISION ENGINEER OF ROADS CONSTRUCTION) MODUL MODUL SE 10 PENYERAHAN PEKERJAAN SELESAI DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 52 TAHUN 2000 TENTANG JALUR KERETA API MENTERI PERHUBUNGAN,

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 52 TAHUN 2000 TENTANG JALUR KERETA API MENTERI PERHUBUNGAN, KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 52 TAHUN 2000 TENTANG JALUR KERETA API MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang: a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1998 tentang Prasarana dan Sarana Kereta

Lebih terperinci

JARINGAN IRIGASI PEDOMAN PENYELENGGARAAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI BAB I KEGIATAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI

JARINGAN IRIGASI PEDOMAN PENYELENGGARAAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI BAB I KEGIATAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 12/PRT/M/2015 TANGGAL : 6 APRIL 2015 TENTANG EKSPLOITASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI PEDOMAN PENYELENGGARAAN PEMELIHARAAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 59 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 59 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 59 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PASURUAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 41 Undang-Undang

Lebih terperinci

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI DINAS PEKERJAAN UMUM KOTA BANJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJAR,

Lebih terperinci

SLK (STANDAR LATIH KOMPETENSI)

SLK (STANDAR LATIH KOMPETENSI) SLK (STANDAR LATIH KOMPETENSI) Judul Pelatihan : FOREMAN OF ASPHALT PAVEMENT Kode Jabatan Kerja : INA.5211.222.04 Kode Pelatihan : DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA

Lebih terperinci

PP 27/1991, RAWA... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 27 TAHUN 1991 (27/1991) Tanggal: 2 MEI 1991 (JAKARTA)

PP 27/1991, RAWA... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 27 TAHUN 1991 (27/1991) Tanggal: 2 MEI 1991 (JAKARTA) PP 27/1991, RAWA... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 27 TAHUN 1991 (27/1991) Tanggal: 2 MEI 1991 (JAKARTA) Sumber: LN 1991/35; TLN NO. 3441 Tentang: RAWA Indeks:

Lebih terperinci

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR PROVINSI SULAWESI SELATAN SALINAN BUPATI KEPULAUAN SELAYAR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPULAUAN SELAYAR, Menimbang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 56 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 56 TAHUN 2010 TENTANG 1 BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 56 TAHUN 2010 TENTANG TUGAS POKOK KELEMBAGAAN PENGELOLAAN IRIGASI (KPI) DALAM PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN SISTEM IRIGASI PARTISIPATIF (PPSIP) KABUPATEN

Lebih terperinci

O H T UUJK, ETIKA PROFESI DAN ETOS KERJA

O H T UUJK, ETIKA PROFESI DAN ETOS KERJA O H T UUJK, ETIKA PROFESI DAN ETOS KERJA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI Jl. Sapta Taruna Raya Kompleks

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI 1 / 70 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 41

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan kemanfaatan

Lebih terperinci

BUPATI SAMPANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI SAMPANG PROVINSI JAWA TIMUR 1 BUPAT SAMPANG PROVNS JAWA TMUR PERATURAN BUPAT SAMPANG NOMOR 57 TAHUN 2017 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANSAS, TUGAS DAN FUNGS, SERTA TATA KERJA DNAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG KABUPATEN SAMPANG

Lebih terperinci

Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 1991 Tentang : Sungai

Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 1991 Tentang : Sungai Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 1991 Tentang : Sungai Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 35 TAHUN 1991 (35/1991) Tanggal : 14 JUNI 1991 (JAKARTA) Sumber : LN 1991/44; TLN NO. 3445 Presiden Republik

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 41 Undang-

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 41 Undang-Undang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN

BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG GARIS SEMPADAN SUNGAI, DAERAH MANFAAT SUNGAI, DAERAH PENGUASAAN SUNGAI DAN BEKAS SUNGAI DENGAN

Lebih terperinci