PELATIHAN AHLI DESAIN TEROWONGAN SDA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PELATIHAN AHLI DESAIN TEROWONGAN SDA"

Transkripsi

1 TDE 05 : PENGENALAN MANUAL O & P PELATIHAN AHLI DESAIN TEROWONGAN SDA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI

2 KATA PENGANTAR Usaha dibidang Jasa konstruksi merupakan salah satu bidang usaha yang telah berkembang pesat di Indonesia, baik dalam bentuk usaha perorangan maupun sebagai badan usaha skala kecil, menengah dan besar. Untuk itu perlu diimbangi dengan kualitas pelayanannya. Pada kenyataannya saat ini bahwa mutu produk, ketepatan waktu penyelesaian, dan efisiensi pemanfaatan sumber daya relatif masih rendah dari yang diharapkan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain adalah ketersediaan tenaga ahli/ terampil dan penguasaan manajemen yang efisien, kecukupan permodalan serta penguasaan teknologi. Masyarakat sebagai pemakai produk jasa konstruksi semakin sadar akan kebutuhan terhadap produk dengan kualitas yang memenuhi standar mutu yang dipersyaratkan. Untuk memenuhi kebutuhan terhadap produk sesuai kualitas standar tersebut, perlu dilakukan berbagai upaya, mulai dari peningkatan kualitas SDM, standar mutu, metode kerja dan lain-lain. Salah satu upaya untuk memperoleh produk konstruksi dengan kualitas yang diinginkan adalah dengan cara meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang menggeluti perencanaan baik untuk bidang pekerjaan jalan dan jembatan, pekerjaan sumber daya air maupun untuk pekerjaan dibidang bangunan gedung. Kegiatan inventarisasi dan analisa jabatan kerja dibidang sumber daya air, telah menghasilkan sekitar 130 (seratus Tiga Puluh) Jabatan Kerja, dimana Jabatan Kerja Ahli Desain Terowongan SDA merupakan salah satu jabatan kerja yang diprioritaskan untuk disusun materi pelatihannya mengingat kebutuhan yang sangat mendesak dalam pembinaan tenaga kerja yang berkiprah dalam perencanaan konstruksi bidang sumber daya air. Materi pelatihan pada Jabatan Kerja Ahli Desain Terowongan SDA ini terdiri dari 9 (Sembilan) modul yang merupakan satu kesatuan yang utuh yang diperlukan dalam melatih tenaga kerja yang menggeluti Ahli Desain Terowongan SDA. Namun penulis menyadari bahwa materi pelatihan ini masih banyak kekurangan khususnya untuk modul Pengenalan Manual O & P pekerjaan konstruksi Sumber Daya Air. Untuk itu dengan segala kerendahan hati, kami mengharapkan kritik, saran dan masukkan guna perbaikan dan penyempurnaan modul ini. Jakarta, Desember 2005 Tim Penyusun i

3 LEMBAR TUJUAN JUDUL PELATIHAN : AHLI DESAIN TEROWONGAN SDA TUJUAN PELATIHAN A. Tujuan Umum Pelatihan Setelah mengikuti pelatihan peserta diharapkan mampu : Melakukan kegiatan Desain Terowongan, memeriksa dan mengarahkan asisten perencanaan dan juru gambar dalam melakukan kegiatan Desain Terowongan sesuai tahapan Desain, metode Desain dan spesifikasi yang ada dalam kontrak. B. Tujuan Khusus Pelatihan Setelah mengikuti pelatihan mampu: 1. Menetapkan Rencana Trase Terowongan 2. Mengkaji dan Menerapkan Data Survai dan Investigasi (Primer & Sekunder) 3. Menentukan Bentuk Bahan Konstruksi dan Dimensi Terowongan dan Bangunan Pelengkapnya 4. Menyiapkan Gambar Desain Terowongan yang Mengacu Pada Hasil Uji Model Hidrolis Yang Diperlukan ii

4 NOMOR MODUL : TDE. 05 JUDUL MODUL : PENGENALAN MANUAL O & P TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU) Setelah selesai mengikuti modul ini peserta mampu menjelaskan dan menerapkan Pengetahuan Manual O & P, sesuai standar O & P yang ada. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK) Setelah modul ini diajarkan peserta mampu : 1. Menjelaskan definisi operasi dan pemeliharaan 2. Menjelaskan tujuan operasi dan pemeliharaan 3. Menjelaskan kegiatan persiapan operasi dan pemeliharaan dalam periode transisi 4. Menerapkan manual kegiatan O & P waduk. 5. Menerapkan manual kegiatan O & P terowongan. iii

5 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i LEMBAR TUJUAN... ii DAFTAR ISI... iv DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN MODUL PELATIHAN AHLI DESAIN TEROWONGAN... viii DAFTAR MODUL... ix PANDUAN PEMBELAJARAN... x MATERI SERAHAN... xiii BAB I PENDAHULUAN Umum Definisi Tujuan Sarana Irigasi Kegiatan Persiapan Operasi dan Pemeliharaan dalam Periode Transisi Pendahuluan Komponen-komponen Kegiatan Persiapan Operasi & Pemeliharaan Dalam Periode Transisi Pembentukan Organisasi O & P Penyediaan Staf O & P yang Dibutuhkan Uji Coba Jaringan Irigasi (Trial Run) Penyelesaian Fisik Jaringan Irigasi Penyiapan Sarana-sarana Penunjang Latihan Staf O & P Petani dan P3A Pedoman O & P dan Data Penyusunan Anggaran untuk Kegiatan Persiapan O & P Penyerahan Mekanisme PersiapanO & P Anggaran untuk PersiapanO & P Kategori Anggaran Tanggung Jawab Atas Anggaran Jadwal untuk PersiapanO & P Tenaga Ahli O & P iv

6 BAB II PENGENALAN MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN SISTEM IRIGASI Tata Cara Operasi dan Pemeliharaan Sistem Irigasi Pengukuran dan Pengumpulan Data Pengumpulan Dan Pengolahan Data Kalibrasi Alat Ukur Debit Rencana Pembagian Air (RPA) Pelaksanaan Pembagian Air Pembukaan/ Penutupan Pintu-pintu Air di Bangunan Pengatur Pemantauan dan Evaluasi Kebutuhan Dana BAB III PENGENALAN MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN BANGUNAN KHUSUS (BENDUNG) Tata Cara Operasi dan Pemeliharaan Pengurasan/ Pembilasan Lumpur di Depan Bangunan Pengambil Masalah Endapan Lumpur Penanggulangan Masalah Lumpur Teori Dasar Pengurasan Lumpur di Depan Bangunan Pengambil Pembilasan Lumpur dari Kolam Pengendap Teori Dasar Cara Pembilasan Kolam Pengendap Pengaturan Air Menurut Tinggi Muka Air Rencana di Saluran Cara Mengatur Tinggi Muka Air Saluran Pengaturan Bangunan Pengambilan dan Bangunan Sadap Waktu Hujan Prinsip Umum Pengoperasian Bangunan Utama dengan Kepentingan Pengaman Bendung Tetap Bendung Gerak Pengoperasian Waduk Umum Operasi Waduk dalam Musim Hujan Operasi Waduk dalam Musim Kemarau v

7 3.7.4 Pengamatan Oleh Unit Monitoring Bendungan Pencatatan Data Pengoperasian dan Pemeliharaan Terowongan Umum Operasi dan Pemeliharaan Terowongan O & P Terowongan Saluran Pembawa O & P Terowongan Spillway O & P Terowongan Air Irigasi O & P Terowongan PLTA RANGKUMAN DAFTAR PUSTAKA vi

8 DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Persiapan O&P dalam Periode Transisi Gambar 2 Jadwal Pelaksanaan Program periapan O&P Gambar 3 Prosedur Pelaporan Operasi Sistem Irigasi Gambar 4 Bagan Arus Pelaporan Operasi Jaringan Irigasi Gambar 5 Penampang Melintang Saluran Gambar 6 Denah Gambar 7 Jenis Beban Lumpur Gambar 8 Balok Sekat di Depan Pengambil Gambar 9 Aliran Air Pada Saluran Gambar 10 Denah Kolam Pengendap Gambar 11 Penampang Melintang Kolam Pengendap Gambar 12 Denah Bangunan Sadap Gambar 13 Denah Bangunan Kantong Pengendap DAFTAR TABEL Tabel 1 Tugas dan Tanggung Jawab Kegiatan PersiapanO & P Tabel 2 Rencana Luas Tanam Per Petak Tersier Tabel 3 Rencana Tanam Per Kemantren Per Masa tanam Tabel 4 Lampiran Keputusan Panitia Irigasi Mengenai Rencana Tata Tanam Global Tabel 5 Laporan Keadaan Air Dan Tanaman pada petak Tersier Tabel 6 Rencana Kebutuhan Air di Pintu Tersier Tabel 7 Pencatatan Debit Saluran Tabel 8 Rencana Kebutuhan Air di Jaringan Utama Dan Usulan Faktor K Tabel 9 Pencatatan Debit Normal Sungai Tabel 10 Perhitungan Faktor K Tabel 11 Prinsip Umum Operasi Bangunan Utama vii

9 DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN MODUL PELATIHAN AHLI DESAIN TEROWONGAN 1. Kompetensi kerja yang disyaratkan untuk jabatan kerja Ahli Desain Terowongan SDA (Tunnel Design Engineer) dibakukan dalam Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) yang didalamnya telah ditetapkan unit -unit kompetensi, elemen kompetensi, dan kriteria unjuk kerja sehingga dalam Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA unit-unit tersebut menjadi Tujuan Khusus Pelatihan. 2. Standar Latihan Kerja (SLK) disusun berdasarkan analisis dari masing -masing Unit Kompetensi, Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja yang menghasilkan kebutuhan pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku dari setiap Elemen Kompetensi yang dituangkan dalam bentuk suatu susunan kurikulum dan silabus pelatihan yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan kompetensi tersebut. 3. Untuk mendukung tercapainya tujuan khusus pelatihan tersebut, maka berdasarkan Kurikulum dan Silabus yang ditetapkan dalam SLK, disusun seperangkat modul pelatihan (seperti tercantum dalam Daftar Modul) yang harus menjadi bahan pengajaran dalam pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA. viii

10 DAFTAR MODUL MODUL NOMOR : TDE. 05 JUDUL : PENGENALAN MANUAL O & P Merupakan salah satu modul dari : NO. KODE JUDUL 1. TDE. 01 Etika Profesi, Etos Kerja, UU Jasa Konstruksi Dan UU SDA 2. TDE. 02 Sistem Manajemen K3 Dan RKL, RPL 3. TDE. 03 Pengenalan Survai Dan Investigasi 4. TDE. 04 Pengenalan Dokumen Tender Dan Dokumen Kontrak 5. TDE. 05 Pengenalan Manual O & P 6. TDE. 06 Kriteria Desain Terowongan 7. TDE. 07 Perhitungan Desain Terowongan 8. TDE. 08 Metode Menggambar Teknis 9. TDE. 09 Dasar-Dasar Manajemen Proyek ix

11 PANDUAN PEMBELAJARAN PELATIHAN : AHLI DESAIN TEROWONGAN SDA JUDUL MODUL : PENGENALAN MANUAL O & P KETERANGAN KODE MODUL : TDE. 05 DESKRIPSI : Materi ini terutama membahas Pengenalan Manual Operasi dan Pemeliharaan pada pekerjaan di bidang Sumber Daya Air yang meliputi Pengenalan O & P Sistem Irigasi dan Pengenalan O & P Bangunan Khusus (Bendung, Bendungan dan Terowongan) TEMPAT KEGIATAN : Dalam ruang kelas lengkap dengan fasilitasnya WAKTU KEGIATAN : 2 jam pelajaran (1 JP = 45 menit) x

12 KEGIATAN INSTRUKTUR KEGIATAN PESERTA PENDUKUNG 1. CERAMAH : PEMBUKAAN Menjelaskan Tujuan Instruksional (TIU & TIK) Merangsang motivasi peserta dengan pertanyaan atau pengalamannya dalam penerapan Manual O & P Mengikuti penjelasan TIU dan TIK dengan tekun dan aktif Mengajukan pertanyaan apabila kurang jelas OHT No. 4 Waktu : 5 menit Bahan : Lembar tujuan 2. CERAMAH : PENDAHULUAN Gambaran manual O & P Menjelaskan manual O & P secara umum Menjelaskan definisi Menjelaskan tujuan Menjelaskan sarana irigasi Menjelaskan kegiatan persiapan O & P dalam periode transisi Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif Mencatat hal-hal yang perlu Mengajukan pertanyaan bila perlu OHT No. 5 s/d 15 Waktu : 10 menit Bahan : Materi serahan (bab 1 Pendahuluan) 3. CERAMAH : Pengenalan Manual O & P Sistem Irigasi Menjelaskan tata cara operasi sistem irigasi Menjelaskan kebutuhan dana Waktu : 45 menit Bahan : Materi serahan (bab 2 Pengenalan Manual O & P Sistem Irigasi) Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif Mencatat hal-hal yang perlu Mengajukan pertanyaan bila perlu OHT No. 16 s/d 25 xi

13 KEGIATAN INSTRUKTUR KEGIATAN PESERTA PENDUKUNG 4. CERAMAH : Pengenalan Manual O & P Bangunan Khusus (Bendung) Menjelaskan tata cara operasi bangunan khusus (bendung) Menjelaskan pengurasan/ pembilasan lumpur di depan bangunan pengambilan Menjelaskan pembilasan lumpur dari kolam pengendap Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif Mencatat hal-hal yang perlu Mengajukan pertanyaan bila perlu OHT No. 26 s/d 40 Menjelaskan pengaturan air menurut tinggi muka air rencana di saluran Menjelaskan pengaturan bangunan pengambilan dan bangunan sadap waktu hujan Menjelaskan prinsip umum pengoperasian bangunan utama dengan kepentingan pengaman Menjelaskan pengoperasian waduk Menjelaskan Pengoperasian Terowongan Waktu : 30 menit Bahan : Materi serahan (bab 3. Pengenalan Manual O & P Bangunan Khusus) xii

14 MATERI SERAHAN xiii

15 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Air adalah kebutuhan yang sangat penting untuk kehidupan manusia, tumbuhtumbuhan dan hewan. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut sebagian dapat dicukupi secara alami yakni dari air hujan, air sungai, air danau, air rawa, mata air dan air tanah. Kekurangannya dicukupi dari sumber air buatan, seperti saluran irigasi, pompa, sumur air, dll. Jaringan irigasi ialah saluran air buatan untuk keperluan mencukupi kebutuhan air terutama untuk usaha pertanian tanaman pangan dan perkebunan. Pada musim hujan sebagian besar kebutuhan air untuk pertanian dicukupi oleh air hujan, tapi ada kalanya hujan terputus beberapa hari/ minggu berturut-turut, pada saat itulah air irigasi sangat diperlukan untuk membantu kekurangan air untuk pertanian, terutama tanaman padi. Air irigasi diusahakan di samping untuk pertanian juga air minum, keperluan rumah tangga, industri, perikanan dan pembersihan kota. Bangunan Terowongan dapat sebagai bagian dari jaringan irigasi atau sebagai bagian dari saluran yaitu berupa saluran tertutup yang melintasi pegunungan, juga dapat sebagai bagian dari bendungan yaitu berupa terowongan pengelak yaitu terowongan yang berfungsi mengelakkan air sungai agar pelaksanaan bendungan dapat aman dari pengaruh air sungai. Setelah selesai pembuatan bendungan terowongan pengelak tersebut dapat ditutup tidak berfungsi lagi, tetapi dapat pula berfungsi lagi untuk mengalirkan air dari spillway ke sungai bagian hilir atau berfungsi mengalirkan air dari pintu pengambilan. Disamping fungsi-fungsi diatas ada fungsi-fungsi lain. Manual O&P untuk setiap proyek atau jaringan berbeda-beda, sedangkan yang ada didalam modul ini hanya sebagai contoh. Manual O&P tergantung dari tipe atau jenis jaringan, pintu-pintu dan seterusnya. Menurut kelengkapan atau kesempurnaan konstruksi, jaringan irigasi dibagi dalam tiga tingkatan : a. Jaringan irigasi teknis : seluruh jaringan dari bendung/ penangkap air, saluran pembawa utama (saluran induk, saluran sekunder) bahkan saluran tersiernya telah dibangun secara teknis permanent. Semua pengambilan, bangunan bagi dan sadap tersier mempunyai pintu pengatur dan bangunan pengukur debit. 1-1

16 b. Jaringan irigasi semi teknis : bendung/ penangkap airnya telah dibangun secara teknis permanen, mempunyai pintu dan bangunan pengukur debit, tapi bangunan bagi pada saluran pembawa dan sadap tersiernya belum mempunyai bangunan pengukur debit. c. Jaringan irigasi nonteknis ( sederhana) : dari bendung penangkap air dan semua saluran pembawanya belum dibangun secara teknis permanen, pembagian air dan pengambilan airnya belum teratur dan terukur debitnya. Operasi dan pemeliharaan (O & P) pada jaringan irigasi teknis dan semi teknis sampai pintu sadap tersier termasuk saluran pembuangnya menjadi tanggung jawab Pemerintah cq Dinas Pengairan Propinsi. O & P jaringan tersier dari pintu sadap sampai ke sawah termasuk saluran pembuang pada petak tersier menjadi tanggung jawab perkumpulan petani pemakai air (P3A). Wewenang dan tanggung jawab tunggal secara menyeluruh dalam pengaturan air dan pemeliharaan jaringan-jaringan irigasi berada pada Pemda TK. I Propinsi. Sebagai aparat pelaksana yang membantu Gubernur Kepala Daerah ditetapkan Dinas Pekerjaan Umum Propinsi/ Pengairan, yang mendapat pengawasan dan petunjuk teknis dari Departemen Pekerjaan Umum (Inpres No. 1 tahun 1969). 1.2 Definisi Definisi Operasi. Operasi irigasi adalah proses pengumpulan data, pengaturan/ pengambilan air dari sumber air, pembagian air irigasi dan pembuangan kelebihan air agar dapat mencapai sasaran secara efisien dengan tepat dalam jumlah, cara, waktu dan mutu Definisi Pemeliharaan. Pemeliharaan jaringan irigasi adalah usaha yang terus menerus (rutin) untuk mempertahankan fungsi dan kelestarian jaringan seoptimal mungkin berikut kondisi fisik jaringan sehingga pengoperasian jaringan irigasi dapat dilaksanakan dengan baik dan efisien. 1.3 Tujuan Tujuan Operasi. Dalam kalimat mengatur air irigasi agar berdaya guna dan berhasil guna (efektif dan efisien), ada 2 macam tujuan yang perlu dicapai, yaitu : 1-2

17 - Baik saluran irigasi dan pembuang maupun bangunan serta alat pengatur dan pengukur air perlu diusahakan agar jangan sampai rusak, atau kurang/ tidak berfungsi oleh karena kesalahan operasi. - Jaringan irigasi benar-benar didayagunakan sebagai sarana pengatur air mulai dari pengambilan, pengiriman, pengaturan, pengukuran, dan pembagian air ke petak-petak tersier dan pemberian air ke petak-petak sawah dengan jumlah dan waktu sesuai dengan kebutuhan berbagai tanaman dan umur pertumbuhannya dan didayagunakan untuk sasaran lain seperti air minum, industri dan air pembersihan kota. Singkatnya tujuan operasi irigasi mencakup tujuan untuk : a. Mengoperasikan bangunan dan saluran irigasi dengan sebaik-baiknya agar tetap terjaga fungsinya dan kondisi fisiknya. b. Mendayagunakan jaringan irigasi secara optimum untuk meningkatkan produksi pangan dan kesejahteraan masyarakat pada umumnya. Kegiatan-kegiatan operasi : - Pekerjaan pengukuran dan pengumpulan data (debit, curah hujan, luas tanaman, dll) dan pengolahannya. - Pekerjaan kalibrasi pintu/ alat ukur debit. - Membuat rencana pembagian air (RPA) termasuk rencana golongan dan rencana tata tanam (RTT), rencana pengeringan, analisa debit air tersedia dan neraca air. - Melaksanakan pembagian air/ pengaturan air. - Melaksanakan pembukaan/ penutupan pintu air dari bangunan pengatur dan kolam pengendap. - Pemantauan dan evaluasi Tujuan Pemeliharaan Kegiatan pengamanan dan pencegahan dalam rangka menjaga kondisi dan fungsi jaringan dari hal-hal yang dapat mengakibatkan terganggu dan rusaknya jaringan irigasi. Adapun jenis-jenis pekerjaan pemeliharaan meliputi : a. Pemeliharaan Rutin 1. Tanggul Menutup lubang-lubang ketam Mengurug bagian-bagian yang rendah dan meratakan tanggul 1-3

18 memulihkan lebar tanggul yang menyempit Menutup bocoran-bocoran pada tanggul Membersihkan semak/ tanaman liar dan pohon yang akarnya dapat merusak tanggul Memotong rumput dan tumbuh-tumbuhan pengganggu di sepanjang tebing dan tanggul saluran membersihkan sampah yang bertahan pada tebing-tebing tanggul Merapikan tebing saluran 2. Pembuangan Endapan Membersihkan lumpur di depan pintu pengambilan dan kantong endapan intake dan bangunan lain Membersihkan endapan antara pintu sadap, pintu pengatur, bangunan ukur, sipon, gorong-gorong, jembatan dan bangunan air (di sekitar bangunan) Membersihkan sampah dan endapan pada bangunan pemasukan saluran pembuang (drain inlet) 3. Pemeliharaan Saluran Pasangan dan Bangunan Pasangan Memotong tanaman liar yang akarnya dapat merusak pasangan saluran Memelihara tanaman lindung di sekeliling bangunan Memperbaiki kerusakan kecil pada pasangan saluran 4. Pelumasan dan Pengecetan Membersihkan stang-stang ulir dari debu dan melumasi agar mudah dioperasikan Mengecat bagian-bagian pintu air agar tidak mudah berkarat Mengecat bangunan-bangunan pelindung atau bangunan lain yang mudah berkarat b. Pemeliharaan Berkala 1. Bangunan Pengambilan dan Bangunan Pengatur Perbaikan mercu bendung, kolam olakan, koperan sebelah hilir, konstruksi pelindung tanggul, dan sebagainya Penggantian plat baja pintu, stang ulir dan mur-mur kuningan, serta perbaikan dan penggantian pintu kayu 1-4

19 Siar kembali pasangan batu di sekitar pintu dan pembersihan alur Pengecetan bagian pintu di bawah permukaan air Perbaikan dan penggantian skot balk Penggantian/ perbaikan Pell Schaal dan Liter Schaal Perbaikan mercu ambang lebar/ drempel Penggantian/ perbaikan Pell schaal Perbaikan pasangan batu Perbaikan pondasi 2. Saluran Pasangan batu - Siar kembali yang retak - Perbaikan pasangan berongga di belakangnya - Perbaikan pasangan yang rusak Tanggul - Perbaikan tanggul yang sifatnya bukan darurat - Perbaikan tanggul setelah perbaikan sementara - pemulihan tanggul rusak untuk menutup bocoran 3. Pembuangan lumpur Pembuangan lumpur dan sampah yang tidak tertangani pada waktu pemeliharaan rutin Normalisasi saluran 4. Pintu-pintu Lain dan Balok sekat Penggantian plat baja pintu, stang ulir dan mur-mur kuningan serta perbaikan dan penggantian kayu Siar kembali pasangan batu di sekitar pintu dan pembersihan alur Pengecatan bagian pintu di bawah permukaan air Perbaikan dan penggantian balok skat Perbaikan/ penggantian Pell Schaal 5. Pembuangan Tumbuh-tumbuhan Pembuangan pohon-pohon dan semak-semak besar Pengendalian tanaman pengganggu dalam air dan tumbuh-tumbuhan di atas saluran 1-5

20 1.4 Sarana irigasi Sarana irigasi yang perlu diatur bagi suatu system irigasi utama adalah : - Waduk - Bendung atau pompa di sungai, dilengkapi dengan bangunan penguras, pengambilan (intake) dan kolam pengendap. - Bangunan bagi - Bangunan sadap - Bangunan pengatur tinggi muka air - Bangunan disaluran pembawa (terowongan, talang, sipon, gorong-gorong) - Bangunan pengaman (pembuang, pelimpas, gorong-gorong pembuang, dsb) - Bangunan pengukur - Jembatan dan jalan inspeksi - Bangunan pelengkap (tangga cuci, patok hektometer, dsb) Kebutuhan untuk menunjang operasi dan pemeliharaan bangunan-bangunan yang disebutkan di atas, adalah : - Tenaga personil yang terampil dalam jumlah yang memadai. - Sarana penunjang (fasilitas) misalnya : rumah/ kantor, peralatan dan bahan - bahan, kendaraan, telepon dan keperluan kantor. - Biaya - Mutu dan banyaknya sarana yang tersedia serta keterampilan personil sangat mempengaruhi efisiensi operasi dan pemeliharaan 1.5 Kegiatan Persiapan Operasi Dan Pemeliharaan Dalam Periode Transisi Pendahuluan Dengan telah selesainya suatu proyek irigasi, maka prasarana jaringan irigasi ini akan diserahkan kepada Pemerintah Daerah dan dimasukkan dalam daftar inventarisasi DPU Propinsi yang bersangkutan. Selanjutnya kegiatan operasi dan Pemeliharaan jaringan irigasi tersebut akan menjadi tanggung jawab daripada Dinas/ Sub Dinas SDA. Prosedur penyerahan proyek yang telah selesai atau proyek sebagian selesai dicantumkan dalam Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 347/ KPTS/ 1986, tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyerahan Proyek Selesai di Lingkungan Departemen Pekerjaan Umum. 1-6

21 Sebagaimana telah ditentukan dalam keputusan tersebut, suatu proyek dianggap selesai dan berfungsi, bilamana jaringan yang telah selesai tersebut dapat berfungsi sesuai dengan spesifikasinya. Untuk dapat menjamin bahwa jaringan irigasi yang akan diserahkan oleh proyek telah berfungsi dengan baik, maka perlu disusun langkah-langkah persiapan yang dapat memberikan jaminan tersebut. Dalam prosedur tersebut juga harus diatur tentang pembentukan baik organisasi maupun penyediaan fasilitas-fasilitas penunjang untuk dapat terlaksananya O&P yang mantap dikemudian hari. Suatu periode transisi untuk pekerjaan persiapan O&P ini hendaknya dimasukkan dalam jadwal pelaksanaan kegiatan proyek. Kegiatan tersebut akan merupakan suatu bagian daripada periode O&P selama konstruksi yang ada. Periode ini akan termasuk dalam pelaksanaan operasi dan pemeliharaan. Selama periode transisi, staf proyek dan staf O&P dari Dinas/ Sub Dinas SDA akan bekerja sama (gambar 1). Kerja sama ini untuk menjamin bahwa persiapan serah terima jaringan untuk operasi dan pemeliharaan dari proyek kepada sub Dinas SDA dapat dilakukan secara sistematis tepat pada waktu yang telah ditentukan. Kegiatan-kegiatan selama persiapan O & P (PROM) harus memberi jaminan tentang : - Partisipasi Sub Dinas SDA, selama tahap akhir pelaksanaan pembangunan. - Telah selesainya jaringan primer dan tersier, uji-coba dan penyelesaian yang kurang - Penyusunan organisasi O & P sesuai kebutuhan - Penyediaan sarana penunjang untuk O & P - Penyediaan data O&P, Peta dan manual-manual O&P. Dalam petunjuk ini diuraikan dengan singkat aspek-aspek yang dicakup dan langkah kegiatan untuk pelaksanaan program persiapan O & P. 1-7

22 P e r i o d e T r a n s i s i Desain, Konstruksi Kegiatan Proyek Kerjasama Antara Proyek dan Dinas/ Sub Dinas SDA Persiapan O & P Penyerahan Proyek Selesai untuk O & P Pemantapan O & P Kegiatan Sub Dinas SDA (O & P) Gambar 1 Persiapan O & P dalam Periode Transisi Komponen-Komponen Kegiatan Persiapan Operasi & Pemeliharaan Dalam Periode Transisi Komponen utama dari pada Persiapan O & P ialah : 1. Pembentukan organisasi O&P 2. Penyediaan staf O&P yang dibutuhkan 3. Uji coba jaringan irigasi 4. Melengkapi penyelesaian pekerjaan Jaringan Irigasi (Utama s/d Tersier) 5. Persiapan sarana penunjang yang dibutuhkan untuk O&P 6. Latihan staf O&P 7. Dibentuknya dan latihan P3A 8. Penyiapan pedoman O&P dan data 9. Penyusunan anggaran untuk kegiatan Persiapan O&P Komponen kegiatan persiapan O&P ini merupakan bagian dari usaha persiapan untuk penyerahan proyek selesai Pembentukan Organisasi O&P Ada tiga alternatif yang mungkin terjadi dalam rangka penyusunan organisasi O&P : 1-8

23 1. Menggunakan organisasi O&P yang ada Sub Dinas SDA 2. Membentuk unit organisasi baru tambahan 3. Modifikasi organisasi O&P yang ada di Dinas/ Sub Dinas SDA Bentuk susunan organisasi proyek dan keterlibatan Seksi O&P, Sub Dinas SDA, selama tahap pelaksanaan proyek sangat berbeda antara proyek yang satu dengan proyek yang lainnya. Dalam beberapa kasus staf senior O&P dari Sub Dinas SDA sudah merupakan bagian dari organisasi proyek tersebut yang menangani aspek-aspek O&P. dalam kasus-kasus lain praktis tidak ada keterlibatan dari pihak Sub Dinas SDA. Organisasi proyek (non structural) mungkin telah memiliki suatu unit O&P dalam bentuk embrio atau sudah terbentuk selama persiapan O&P yang bias menjadi inti pada organisasi O&P nantinya. Oleh karena itu tidak dapat ditetapkan suatu ketentuan yang berlaku secara umum, tetapi dalam hal ini yang terpenting adalah merencanakan suatu organisasi O&P (baik kualitas maupun kuantitas) yang sesuai dengan kebutuhan menurut rencana kegiatan operasi dan menjabarkannya secara rinci bagaimana mengatur tata kepegawaiannya (staffing). Untuk dapat terlaksananya tugas O&P dengan baik dan benar perlu dilakukan suatu evaluasi secara teliti, tentang kebutuhan pegawai baik dari segi kualitas maupun kuantitas untuk kategori-kategori yang berbeda Penyediaan Staf O&P yang Dibutuhkan Salah satu dari sasaran pokok persiapan O & P adalah untuk mengatur suatu peralihan yang lancar dalam tata kepegawaian (staffing), dimana staf O&P yang dibutuhkan sebanyak mungkin diambil dari proyek yang bersangkutan. Staf O&P yang dibutuhkan nantinya akan berasal dari : 1. Staf dari proyek yang bersangkutan (sebanyak mungkin) 2. Staf dari Sub Dinas SDA 3. Gabungan dari staf proyek yang bersangkutan dan Dinas/ Sub Dinas SDA 4. Penerimaan pegawai baru 1-9

24 Pemilihan (seleksi) staf proyek untuk tugas -tugas O&P dilakukan dengan jalan memanggil calon untuk posisi yang telah ditentukan dan membandingkan spesifikasi pekerjaan yang akan dijabat dengan kualifikasi dan pengalaman dari calon Uji Coba Jaringan Irigasi (Trial Run) Uji coba sarana yang telah dibangun harus dilakukan, untuk membandingkan hasilnya dengan desainnya semula. Uji coba ini harus dilakukan bersama oleh staf desain/ konstruksi proyek dan staf O&P dari Sub Dinas SDA dengan bantuan staf ahli jika diperlukan untuk mengukur debit dan memeriksa pintu-pintu. Kegiatan-kegiatan ini akan mencakup pembuktian/ verifikasi kapasitas debit saluran dan kehilangan air, memeriksa pengoperasian dan performance dari bangunan, pintu dan alat-alat pengoperasian lainnya, serta tinggi jagaan ( free board). Penyimpangan-penyimpangan/ ketidak sesuaian dari desain yang ditemui selama trial run ini harus dicatat dan dibuat dalam laporan kegiatan trial test tersebut. Kekurangan-kekurangan dan perbaikan-perbaikan yang diperlukan tersebut harus dikerjakan sebagai bagian dari kegiatan proyek. Pelaksanaan uji coba dilakukan dalam tahun pertama masa Persiapan Operasi dan Pemeliharaan, dimana penentuan waktunya disesuaikan dengan tersedianya air dalam debit yang cukup untuk dapat terlaksananya uji coba dengan baik Penyelesaian Fisik Jaringan Irigasi Seksi O&P dari Dinas/ Sub Dinas SDA, bersama-sama dengan staf proyek harus memeriksa/ mengecek semua bagian-bagian jaringan utama dan jaringan tersier yang belum/ tidak lengkap. Untuk melengkapi dan memperbaiki kekurangan-kekurangan/ penyimpangan yang diketemukan selama masa uji coba, maka harus disusun suatu program perbaikan termasuk juga penganggarannya. Pelaksanaan pekerjaan ini harus dilakukan oleh proyek sebelum proyek diserahkan ke Sub Dinas SDA atau tetap diserahkan tetapi perbaikan masih oleh proyek, sehingga beban pekerjaan ini tidak dipikul dalam kegiatan O&P nantinya. 1-10

25 Kekurangan/ kerusakan konstruksi yang masih merupakan tanggung jawab kontraktor (apabila memungkinkan uji coba selama masa pemeliharaan), sesuai dengan kontrak harus dibebankan pada kontraktor. Modifikasi yang dikarenakan oleh perubahan desain yang dilakukan selama uji coba, akan dilaksanakan oleh proyek. Desain-desain yang diperlukan tersebut harus dibuat segera setelah uji coba dalam tahun pertama, disusul dengan pelaksanaan konstruksi dalam tahun kedua Penyiapan Sarana-sarana Penunjang Sarana-sarana penunjang untuk O&P mencakup kantor, gudang, perumahan pegawai, kendaraan, jaringan komunikasi, dan peralatan O&P lainnya. Pihak proyek biasanya sudah memasukkan pembangunan sarana ini tetapi staf O&P di Dinas/ Sub Dinas SDA Propinsi harus meninjau ulang/ mencheck kembali sesuai dengan melengkapi kekurangan-kekurangan yang ada di dalam pelaksanaan masa persiapan O&P. Juga harus disusun kemungkinan suatu rencana pengalihan secara bertahap untuk dipakai oleh staf O&P atas gedung-gedung dan sarana-sarana proyek termasuk yang ada pada kontraktor yang masih dalam kondisi dapat berfungsi dengan baik Latihan Staf O&P Staf yang direncanakan untuk O&P akan terdiri dari mereka yang baru dalam bidang O&P ataupun mereka yang sudah berpengalaman. Sifat latihan selama persiapan O&P akan berupa latihan praktek dan bersifat pengenalan, untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan praktis secepatnya. Kursus-kursus penyegaran akan diselenggarakan sesuai kebutuhan untuk semua staf setelah beberapa tahun pengoperasian. Kurikulum yang diusulkan untuk latihan praktek ini akan terdiri dari : a. Pengenalan irigasi b. Undang-undang dan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan irigasi c. Organisasi O&P d. Pengoperasian jaringan-jaringan irigasi e. Pemeliharaan jaringan-jaringan irigasi f. Penganggaran biaya O&P 1-11

26 g. Jaringan tersier dan P3A h. Hubungan air, tanah dan tanaman i. Data O&P Kelompok sasaran untuk pengenalan O&P ini ialah staf pada dan di bawah tingkat Sub Dinas SDA, begitu pula staf tingkat Dinas SDA dalam hal dimana jaringan mempunyai lebih dari satu Sub Dinas SDA. Pelatihan staf pada tingkat Dinas SDA dan yang lebih tinggi lagi, akan diliput dalam program O & P mantap. Staf senior dikemudian hari akan berkesempatan untuk mengikuti kursus klasikal. Para pelatih atau instruktur untuk latihan ini adalah mereka yang telah dilatih sebagai pelatih dan tersedia di tiap propinsi. Untuk propinsi-propinsi yang tidak memilikinya, pelatih akan disediakan dari propinsi terdekat atau melalui program O & P mantap yang sejalan. Bahan-bahan latihan telah tersedia dalam program O & P mantap, dan dapat dipakai dengan sedikit modifikasi. Latihan akan dilaksanakan oleh Dinas/ Sub Dinas SDA dengan dana yang disediakan oleh proyek Petani dan P3A Kegiatan kepada para petani selama persiapan O&P ini dititik beratkan pada pengenalan aspek-aspek operasi dan pemeliharaan serta untuk mendorong dibentuknya Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A). Cara dan bahan-bahan latihan untuk operasi pada petak tersier begitu pula tentang aspek-aspek perkumpulan petani telah dikembangkan dan tersedia untuk dipakai dalam pelatihan para pemakai air dalam kegiatan persiapan O&P. Latihan pada tahap persiapan O&P ini ditujukan kepada para petani dan mencakup aspek-aspek sebagai berikut : a. Pengenalan jaringan irigasi b. Pengenalan O&P 1-12

27 c. Peranan lembaga pemerintah yang berhubungan dengan irigasi; fungsi panitia irigasi d. Landasan hukum/ perundang-undangan e. Ketrampilan sosial f. Organisasi dan fungsi P3A Latihan ini akan dilakukan oleh Sub Dinas SDA dengan dana dari proyek Pedoman O&P dan Data Data dasar tentang komponen jaringan irigasi dan areal diairi, yang dibutuhkan untuk operasi dan pemeliharaan harus disediakan oleh proyek kepada staf O&P. Kalau data yang disediakan itu tidak lengkap, harus diadakan usaha bersama untuk mengumpulkan data lengkap dari catatan-catatan yang tidak dapat diperoleh atau tidak dapat ditelusuri lagi. Para desainer dari proyek harus menyusun pedoman operasi dan pemeliharaan yang memasukkan asumsi dan kriteria perencanaan dan desain serta prosedur pengoperasian jaringan. Pedoman tersebut juga harus memuat instruksi tentang pengoperasian peralatan bangunan yang khusus/ spesifik. Selama periode persiapan PROM, staf E&P senior memantau dan membantu dalam penyusunan pedoman dan data. Pedoman O&P yang diselesaikan pada tahap ini harus merupakan pedoman lengkap untuk staf O&P diberbagai tingkat Penyusunan Anggaran untuk Kegiatan Persiapan O&P Anggaran yang dibutuhkan untuk semua komponen kegiatan persiapan O&P harus diperhitungkan alokasinya oleh Proyek, diusulkan dan dimasukkan dalam komponen biaya Proyek. Perincian anggaran untuk PROM dibicarakan lebih detail dalam butir dibagian tulisan di belakang. Selain itu perhatian harus diberikan pada penganggaran yang benar untuk operasi dan pemeliharaan (Program EOM). Prosedur dan praktek yang benar harus ditetapkan untuk menyusun anggaran yang dapat memenuhi semua kebutuhan pemantapan O&P. Penyusunan anggaran O&P sesuai kebutuhan untuk tahun pertama setelah jaringan diserahkan ke SDP dari proyek, harus juga disiapkan. 1-13

28 Penyediaan secara khusus akan dibutuhkan untuk hal-hal yang sebagai berikut : Gaji/ upah tunjangan-tunjangan untuk staf baru Peralatan kantor dan bahan-bahan untuk kantor lapangan bila diperlukan Pembelian alat angkutan/ kendaraan tambahan (kalau pengalihan dari proyek tidak mencukupi) Penyerahan Komponen-komponen kegiatan persiapan O&P merupakan bagian dan usaha persiapan untuk penyerahan proyek selesai. Setelah kegiatan-kegiatan persiapan tersebut dapat diselesaikan dengan baik, maka penyerahan proyek selesai dapat dilakukan dengan lengkap dan benar. a. Tahap-tahap Penyelesaian Proyek Areal akan siap secara bertahap untuk pemberian air dan penanaman sejalan dengan selesainya jaringan irigasi (azas manfaat). Oleh karena itu penyerahan akan dilakukan secara bertahap, dimana bagian dari jaringan yang telah siap (azas manfaat) akan diserahkan oleh proyek untuk dapat di- O&P-kan oleh Sub Dinas SDA, sedang penyerahan aset dan proyek selesai akan dilakukan setelah jaringan-jaringan irigasi telah dapat diselesaikan seluruhnya. Sebagai bahan pertimbangan bahwa penyerahan dapat dilakukan sekaligus untuk jaringan irigasi yang memiliki areal kurang dari ha dan lebih dari satu kali untuk tiap kelipatan ha. Sampai tiba saatnya penyerahan O&P dilakukan, pemeliharaan prasarana irigasi tetap menjadi tanggung jawab proyek. Ini merupakan suatu hal yang penting tetapi sering terlupakan. Jika hal ini diabaikan, maka untuk memulihkan kondisi jaringan tersebut agar sesuai dengan syarat penyerahan O&P, mungkin akan diperlukan pengeluaran tambahan selama periode PROM. b. Penyerahan Jaringan Secara Resmi Prosedur untuk penyerahan proyek selesai harus mengikuti Keputusan Menteri PU No. 347/ KPTS/ 1986 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyerahan Proyek selesai harus diikuti. 1-14

29 Pimpinan proyek diharuskan menyusun data proyek dan dokumen-dokumen penunjang dan memajukan usulan untuk penyerahan proyek selesai. Staf O&P dari Dinas / Sub Dinas SDA Propinsi/ Kabupaten harus memantau dan membantu menyusun data dan dokumen O&P yang diperlukan. Dinas SDA terkait akan diwakili dalam tim untuk persiapan penyerahan proyek selesai. Pada tahap ini Dinas SDA melalui staf O&P yang mewakilinya dalam tim harus dapat menjamin bahwa kondisi proyek yang diserahkan telah memenuhi syarat-syarat Mekanisme Kegiatan Persiapan O&P Tanggung jawab utama atas proyek dan semua kegiatan selama periode persiapan O&P akan tetap melekat pada Pimpinan Proyek, tetapi Dinas/ Sub Dinas SDA akan membantu dalam bentuk kerjasama untuk pembentukan unit O&P dalam struktur proyek untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam persiapan O&P. Unit ini sudah harus berfungsi sejak tahun pertama pelaksanaan persiapan O&P. Pemda, termasuk juga instansi lain yang terkait, akan berperanan dalam menunjang kegiatan-kegiatan pembentukan para petani dan lain-lain. Kegiatankegiatan penyuluhan pertanian diharapkan mulai berjalan bersamaan dengan kegiatan persiapan O&P. Pembagian tugas dan tanggung jawab komponen kegiatan-kegiatan persiapan O&P antara proyek dan Sub Dinas SDA tercantum dalam tabel 1 pada halaman Anggaran untuk Kegiatan Persiapan O&P Kategori Anggaran Anggaran yang dibutuhkan untuk kegiatan-kegiatan komponen dalam persiapan O&P dapat dibagi kedalam katagori sebagai berikut : A. Untuk komponen (3) dan (4) pada butir Biaya untuk penyelesaian pekerjaan prasarana fisik dan sarana penunjang. Kategori ini mencakup perbaikan pada jaringan irigasi, sarana-sarana penunjang seperti; kantor, perumahan dan komunikasi. Biasanya biaya ini sudah tersedia dalam anggaran pelaksanaan proyek. 1-15

30 B. Untuk komponen (1), (2), (7) pada butir dan penyerahan Biaya peralatan, dan pengeluaran insidential adalah sebagai berikut : a. Organisasi dan staf b. Uji coba (trial run) c. Pengumpulan data dan penyusunan pedoman O&P d. Penyerahan Peralatan dan sarana yang dibutuhkan akan mencakup : a. Kendaraan empat gardan (4 WD/ Jeep) dengan pengemudi b. Seorang juru ukur (surveyor) dengan theodolit dan pengukur ketinggian termasuk biaya untuk sepeda motor dan pekerja. c. Dua atau tiga alat pengukur arus (current meter) d. Tiga atau empat alat ukur debit (cut throat flume) e. Kamera f. Bor tangan (Auger) g. Honor untuk staf pekerja, bahan dan lain-lain pengeluaran. C. Untuk komponen (5) dan (6) pada butir Biaya latihan Kalau peralatan latihan belum tersedia pada Sub. Din. SDA, maka tersebut harus disediakan dari anggaran proyek yang bersangkutan Tanggung Jawab Atas Anggaran Alokasi dan administrasi anggaran akan dilakukan oleh proyek. Apabila diperlukan Pimpinan Bagian Proyek untuk kegiatan persiapan O&P boleh dari Proyek yang bersangkutan atau ditunjuk oleh proyek dari Pejabat Sub Dinas SDA, tergantung kondisi setempat. Tabel 1 Tugas dan Tanggung Jawab Kegiatan Persiapan O&P No. KEGIATAN PROYEK 1. Pembentukan Organisasi O&P - SUB DINAS SDA P 2. Penyediaan Staf O&P B P 3. Uji coba (Trial Run) Jaringan Irigasi B B 4. Penyempurnaan Fisik Jaringan P M 5. Penyiapan Fasilitas Penunjang P M 6. Latihan Staf O&P B P 1-16

31 7. Dibentuknya dan Latihan P3A B P 8. Penyiapan Pedoman O&P dan Data P B 9. Penyusunan Anggaran untuk persiapan O&P P B 10. Penyerahan B B Catatan : B Kegiatan bersama P Penanggung jawab utama M Monitoring Anggaran untuk kategori B dan C akan berada apabila ada di bawah BagPro yang ditugaskan untuk persiapan O&P. Kategori ini mungkin tidak disediakan khusus dalam anggaran semula proyek, sehingga harus disusun dan diusulkan dimasukkan kedalam anggaran proyek untuk persiapan O&P tahun pertama Jadwal Untuk Persiapan O&P Suatu contoh jadwal kegiatan proyek yang khas sejak awal sampai selesai termasuk periode persiapan O&P untuk suatu jaringan irigasi diperlihatkan dalam gambar 2 pada halaman Diharapkan untuk kegiatan persiapan O&P dapat dilakukan dalam periode maksimum dua tahun. Penyerahan harus dapat diselesaikan pada akhir tahun kedua persiapan O&P sehingga O&P biasa akan berjalan sejak waktu itu Tenaga Ahli O&P Hasil akhir dari desain serta pelaksanaan pada akhirnya akan diserahkan pada Sub Dinas SDA. Oleh karena itu penting sekali untuk memantau kegiatan-kegiatan proyek dari sejak awal sehingga dapat dijamin bahwa jaringan itu jika selesai akan memenuhi persyaratan-persyaratan untuk O&P yang mantap. Masukan tentang O&P dari ahlinya amat diperlukan sejak dari awal pembuatan desain, sehingga kebutuhan-kebutuhan untuk terlaksananya O&P yang baik dan benar sudah dapat masuk dalam kegiatan proyek secara lengkap. Seorang tenaga teknis untuk persiapan O&P secara penuh harus ditugaskan di Dinas/ Sub Dinas SDA untuk koordinasi dengan proyek-proyek baru. Satu orang atau lebih tenaga teknis (O&P) akan diperlukan tergantung dengan program masing-masing propinsi. 1-17

32 Kegiatan Persiapan Operasi dan Pemeliharaan pada khususnya akan memerlukan seorang tenaga teknis dari Dinas/ Sub Dinas SDA untuk mengarahkan dan mengkoordinasikan. Dia akan merupakan seorang staf inti yang akan bertanggung jawab memantau atas penyelesaian persiapan O&P sehingga mempercepat/ melancarkan proses penyerahan proyek. 1-18

33 Tahun Thn 1 Thn 2 Thn 3 Thn 4 Thn 5 KEGIATAN Bulan SID & Konstruksi Jaringan Utama dan Tersier *********************************************************************************************************************************************************************************** P E R I O D E PROM Pencetakan Sawah *********************************************************** Trial Run ######## Musim tanam Pertama, kedua ################ ############ Penyempn. Fisik dan Fasilitas Penunjang ################ ##################### Organisasi dan Staf O&P ***************** ######## ######################### Latihan Staf O&P ######## Latihan Pemakaian Air ######## Inventori data dan Pedoman O&P ######## ############ Pelaksanaan Penyerahan ************************######## Keterangan : #### : Kegiatan PROM Gambar 2 Jadwal Pelaksanaan Program Persiapan O & P 1-19

34 BAB II PENGENALAN MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN SISTEM IRIGASI 2.1 Tata Cara Operasi dan Pemeliharaan Sistem Irigasi Macam-macam kegiatan operasi irigasi yang semuanya disebutkan pada butir 1.3 akan dibicarakan pada perkenalan terhadap pokok persoalannya yang secara singkat dimuat dalam modul ini Pengukuran dan Pengumpulan Data Pengumpulan data terdiri dari penggunaan blanko-blanko sebagai tersebut di bawah ini : Data - Luas tanaman - Rencana kebutuhan air dan perhitungan faktor K - Debit saluran dan sungai - Curah hujan - Neraca air dan realisasi luas tanam Blanko 01 0, 02 0, 03 0, , 05 0, 06 0, 07 0, 08 0, , 08 0, 10 0, , , 15 0, Pengumpulan dan Pengolahan Data Pengumpulan data memerlukan ketelitian dan kebenaran karena kegiatankegiatan yang lebih lanjut mengenai pengolahan dan penganalisaan data keduaduanya adalah sangat berguna. Prosedur pelaporan operasi system irigasi beserta periode penyampaian setiap blanko operasi dapat dilihat pada bagan-bagan arus di halaman berikut (gambar 3 dan gambar 4) Kalibrasi Alat Ukur Debit Alat ukur debit seperti Cipoletti, pintu air Romijn, Ambang Ukur, pintu Crump-de Gruyter, dll yang dipasang perlu secara berkala dikalibrasi agar dapat dipertahankan ketelitian (akurasi) hasil pengukuran debitnya. 2-1

35 2.1.4 Rencana Pembagian Air (RPA) Pembagian air pada jaringan irigasi adalah tugas pokok staf Dinas SDA. Untuk pelaksanaannya perlu dibuat RPA tahunan yang memuat RPA musiman termasuk tata tanam global dan detail serta aturan golongan, dan RPA per periode (15 hari). Rencana ini memerlukan studi neraca air (water balance study), yaitu kebutuhan air yang hampir mendekati debit andalan dari sungai dan atau waduk/ kolam Pelaksanaan Pembagian Air Dengan menggunakan RPA per periode, maka debit diambil dari sungai atau sumber lain kemudian masuk ke saluran, lalu debit di pintu dibagi sesuai dengan RPA nya. Akan tetapi RPA tersebut harus diatur menurut tersedianya debit dari sumber air dan curah hujan efektif dan juga menurut kegiatan yang sangat diperlukan Pembukaan/ Penutupan Pintu-pintu Air di Bangunan Pengatur Bangunan-bangunan pengatur di saluran utama terdiri dari : - Bendung atau pompa dan pelengkapnya (p intu penguras, pintu pengambilan, kantong lumpur) - Bangunan pengatur tinggi muka air - Bangunan bagi atau bagi sadap - Bangunan sadap tersier Semua ini dibangun dengan pintu-pintu untuk mengatur air yang lewat agar dapat mengontrol debit yang melaluinya menurut jumlah yang diperlukan. Selain dari itu cara-cara pengaturan pintu air juga banyak mempengaruhi keamanan pintunya, bangunan dan tanggul saluran di sekitarnya; khususnya bagi pintu-pintu di bendung ketika terjadi banjir di sungai, pengaturan pintu sangat erat kaitannya dengan keamanan bangunan itu dan banyaknya lumpur/ pasir/ batu yang masuk ke saluran Pemantauan dan Evaluasi Memantau data menyangkut penggunaan data yang dikumpulkan, mengecek kebenarannya dan masalah-masalah yang timbul guna mengetahui kemajuan kegiatan operasi dan memperbaikinya. 2-2

36 Yang perlu dipantau adalah : - Luas tanam - Debit saluran dan sungai - Curah hujan - Rencana dan kenyataan debit yang dibagi - Pembersihan kolam pengendap dengan pengaturan pintu-pintunya - Penelitian kadar lumpur yang masuk ke saluran dan kualitas air - Prosedur pembukaan/ penutupan pintu-pintu bendung - Pengecekan keadaan bangunan ukur dan alat penakar hujan - Pengisian papan operasi Evaluasi mengenai operasi irigasi adalah kegiatan menyelidiki hasil operasi. Indikator-indikator yang perlu dievaluasi antara lain meliputi intensitas tanam, bencana alam, hasil panen tanaman, efisiensi penyaluran air ( conveyance efficiency), dan ongkos operasi irigasi. Hasil evaluasi ini dapat digunakan untuk menyempurnakan perencanaan berikutnya. 2.2 Kebutuhan Dana Biaya yang dibutuhkan untuk kepentingan operasi irigasi dapat dibagi dalam golongan-golongan (kategori) : - Biaya gaji/ upah staf : - gaji pegawai tetap - upah tenaga musiman/ harian lepas - Biaya untuk pencetakan blanko-blanko dan laporan-laporan serta penjilidannya. - Biaya guna keperluan perjalanan dinas - Biaya pembinaan personil - Biaya untuk keperluan alat dan material - Biaya penyelidikan efisiensi irigasi, kadar lumpur, dsb - Biaya untuk keperluan telekomunikasi, rapat, kantor dan sebagainya Jumlahnya keperluan dana untuk operasi irigasi lebih banyak bergantung pada tingkat teknis jaringan irigasi dan kerapatan bangunan daripada perkiraan areal irigasinya. 2-3

37 Program pekerjaan O&P tiap tahun anggaran (TA) perlu dipersiapkan. Usulan biaya tersebut dijumlahkan dan ditambah biaya untuk kebutuhan yang tetap atau rutin, maka dapat ditaksir sejumlah dana yang dibutuhkan. Kegiatan operasi seharusnya dapat dibiayai dari anggaran rutin, tapi berhubung anggaran rutin masih kurang memadai maka masih dibantu dari anggaran program EOM (pemantapan O&P). 2-4

38 Tabel 2 BLANKO : 01-0 RENCANA LUAS TANAM PER PETAK TERSIER Daerah Irigasi : KEPUH No. Kode D.I. : 173 Total Luas Sawah Irigasi : 300 ha Cabang Dinas : Kepodang Ranting Dinas : Kutilang Kemantren : Perkutut Petak Tersier : T1 Periode Masa Tanam : Tahun 1984/ 1985 Luas Sawah Irigasi : 80 ha Jenis Tanaman 1 1) Usulan P3A (ha) 2) Keputusan Panitia Irigasi (ha) MT 1 MT 2 MT 3 MT 1 MT 2 MT Padi Tebu Telah ada Akan Ditanam Palawija Lain-lain *) Bera Luas Sawah Irigasi Golongan Tgl Pengolahan Tanah xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx A xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx 15 Oktober 12 Juli Agustus 1984 Ketua P3A/ Ulu-ulu Kepala Ranting Dinas Pengairan Kutilang ( Slamet ) ( Winarno ) Penjelasan : 1) Dibuat 1 bln sebelum Rapat Panitia Irigasi dan dibuat sekaligus untuk ketiga masa tanam MT 1, MT 2, MT 3 2) Dibuat 1 bln sebelum musim tanam mulai *) Untuk keperluan.. Laporan tahunan : P3A Mantri Ranting Mantri P3A 2-5

39 Tabel 3 RENCANA TANAM PER KEMANTREN PER MASA TANAM BLANKO : 02-0 Daerah Irigasi : KEPUH No. Kode D.I. : 173 Total Luas Sawah Irigas: 300 ha Kemantren : Perkutut Cabang Dinas : Kepodang Jumlah Petak Tersier : 3 Ranting Dinas : Kutilang Periode MT. 1/ MT. 2/ MT. 3 Tahun 1984/ 1985 Luas Sawah Irigasi : 300 ha No. Petak Tersier 1) Kutipan Usulan P3A (ha) 2) Kutipan Keputusan Panitia Irigasi (ha) Urut Nama Petak Luas Sawah Padi 3) Tebu Palawija Lainlain Tanaman Y.A. Y.A.D. lain Tanaman pemberian Jumlah Bera Padi 3) Tebu Palawija Lain- Jumlah Bera Golongan Tgl. Awal Tersier Irigasi (ha) Y.A. Y.A.D. Air T C 1/4 2 T B 16/3 3 T A 1/3 Jumlah Penjelasan : 1) Dibuat 1 bln sebelum Rapat Panitia Irigasi, data dihimpun dari usulan P3A (blanko 01)] 2) Dibuat 1 bln sebelum musim tanam dimulai. Data merupakan Kutipan Keputusan Panitia Irigasi 20 Juli 1984 Kepala Ranting Dinas Pengairan Kutilang ( Winarno ) 22 Agustus 1984 Kepala Cabang Dinas Pengairan Kepodang ( Sutadi ) 3) Y.A. : Yang ada = tebu tua Y.A.D. : Yang akan datang = tebu muda Laporan tahunan : Ranting Cabang Ranting Kemantren 2-6

40 Tabel 4 LAMPIRAN KEPUTUSAN PANITIA IRIGASI MENGENAI RENCANA TATA TANAM GLOBAL BLANKO : 03-0 Periode Musim Tanam : tahun 1984 s/d Cabang Dinas : Kepodang No. Daerah No. Luas Rencana Golongan Padi (ha) Tebu (ha) Palawija (ha) Lain-lain Jumlah Irigasi Kode D.I. Sawah Irigasi (ha) Golongan Tgl Pengolahan tanah MT.1 MT.1 MT.2 MT.1 MT.2 MT.3 MT.1 MT.2 MT.3 MT.1 MT.2 MT.3 Luas Tanam (MT.1+MT.2+MT.3) Kepuh A, B, C 15/ Jumlah Penjelasan : 1. Blanko ini dibuat 2 bulan sebelum MT.1 dimulai 2. Kolom (9) = YA = Yang Ada 3. Kolom (10) = YAD = Yang Akan Datang 4. Kolom (18) = (7) + (8) + (9) + (10) + (11) + (12) + (13) + (14) + (15) + (16) + (17) 10 September 1984 Panitia Irigasi kabupaten Pandaan Sekretaris Laporan tahunan : Cabang Dinas KPKD DPUP Direktorat ( S e n o ) 2-7

41 Tabel 5 BLANKO : 04-0 LAPORAN KEADAAN AIR DAN TANAMAN PADA PETAK TERSIER Daerah Irigasi : KEPUH Petak Tersier : T1 No. Kode D.I. : 173 Luas Sawah Irigasi : 80 ha Ranting Dinas : Kutilang Kemantren : Perkutut Periode Pemberian Air Tgl 1 s/d 15 bln April 1985 Periode MT.1/ MT.2/ MT.3 : Tahun 1984/ s/d Keputusan target areal tanam (data dari blanko - 02) Padi : 60 ha Tebu muda :. ha Tebu tua :. ha Palawija : 55 ha Lain-lain :. ha Jumlah Tanam.... ha Bera. ha 2. Usulan dan realisasi luas tanam (ha) No. Areal Jumlah Bera 20 Bera Realisasi Luas Tanaman s/d Saat Laporan Dibuat Areal Padi MT 1 Padi MT 2 Padi MT 3 Tebu Muda Tebu Tua Palawija MT 1 Palawija MT 2 Palawija MT 3 Gadu Tanpa Ijin MT 2 Gadu Tanpa Ijin MT 3 Lain-lain Jumlah (Luas Sawah Irigasi) Usulan Luas Tanam Pada Periode Tersebut Jenis Tanaman Padi Rondong/ Padi Gadu Ijin a) Pengolahan Tanah + Persemaian b) Pertumbuhan c) Panen Tebu : a) Pengolahan Tanah + Penanaman b) Tebu Muda c) Tebu Tua Palawija : a) Yang perlu banyak air b) Yang perlu sedikit air Gadu Tanpa Ijin : Keperluan lain-lain Jumlah (Luas Sawah Irigasi) 3. Keadaan air irigasi di petak tersier : berlebihan cukup kurang Kerusakan tanaman (ha) Tanaman Padi Tebu Palawija Kekeringan 4 Tergenang/ Kebanjiran 13 April 1985 Mengetahui Mantri Pengairan Perkutut 12 April 1985 Ketua P3A/ Ulu-ulu ( S i s ) ( S l a m e t ) 2-8

42 Tabel 6 RENCANA KEBUTUHAN AIR DI PINTU TERSIER BLANKO : 05-0 Daerah Irigasi : KEPUH Kemantren : Perkutut No. Kode D.I. : 173 Jumlah Petak Tersier : 3 Total Luas Sawah Irigasi : 300 ha Luas Sawah Irigasi : 300 ha Cabang Dinas : Kepodang Ranting Dinas : Kutilang Periode Pemberian Air Tgl 1 s/d 15 bln April s/d 30 Periode MT. 1/ MT. 2/ MT. 3 Tahun 1984/ 1985 No. Uraian/ Bab Satuan Tersier T3 Tersier T2 Tersier T1 Tersier. Tersier. Tersier. Kebutuhan Air di Sawah (l/dt/ha) MT1 : MT2/MT3 Usulan Luas Tanam (ha) Kebutuhan Air di sawah (l/dt) Usulan Luas Tanam (ha) Kebutuhan Air di sawah (l/dt) Usulan Luas Tanam (ha) Kebutuhan Air di sawah (l/dt) Usulan Luas Tanam (ha) Kebutuhan Air di sawah (l/dt) Usulan Luas Tanam (ha) Kebutuhan Air di sawah (l/dt) Usulan Luas Tanam (ha) Kebutuhan Air di sawah (l/dt) Usulan Luas Tanam (ha) Tersier Kebutuhan Air di sawah (l/dt) 1. Padi Rondong/ Padi Gadu Ijin a) Pengolahan Tanah + Persemaian b) Pertumbuhan c) Panen Tebu : a) Pengolahan Tanah + Penanaman b) Tebu Muda c) Tebu Tua Palawija : a) Yang perlu banyak air b) Yang perlu sedikit air Gadu Tanpa Ijin Lain-lain 6. Jumlah di sawah (l/det) xxxxxxxxxxxxxxx xxxxxxxxx 66 xxxxxxxxx 62 xxxxxxxxx 42 xxxxxxxxx xxxxxxxxx xxxxxxxxx xxxxxxxxx 7. Faktor Tersier xxxxxxxxxxxxxxx xxxxxxxxx 1.30 xxxxxxxxx 1.25 xxxxxxxxx 1.25 xxxxxxxxx xxxxxxxxx xxxxxxxxx xxxxxxxxx 8. Kebutuhan air di pintu tersier (l/det) xxxxxxxxxxxxxxx xxxxxxxxx 86 xxxxxxxxx 78 xxxxxxxxx 53 xxxxxxxxx xxxxxxxxx xxxxxxxxx xxxxxxxxx Penjelasan : 1. Usulan luas tanam dikutip dari blanko Baris No. 8 = baris No. 6 dikalikan baris No Angka-angka dalam kol. 3.1 & 3.2 hanya untuk referensi/ acuan saja. Apabila ada angka lain yang lebih sesuai dengan kebutuhan air setempat, supaya dipakai angka tsb 14 April 1985 Mantri Pengairan Perkutut ( S i s ) Laporan tengah bulanan : Mantri Ranting P3A ybs (hanya diinformasikan saja) 2-9

43 Tabel 7 PENCATATAN DEBIT SALURAN BLANKO : 06-0 Daerah Irigasi :..... Kemantren :. No. Kode D.I. :. Jumlah Petak Tersier :. Total Luas Sawah Irigasi :. ha Luas Sawah Irigasi :. Cabang Dinas :. Ranting Dinas :. Bulan : 19.. No. Ruas Saluran/ Petak Tersier Debit ( l/ det ) pada tanggal Jumlah Debit rata-rata Debit setengah bulanan Cara Pengukuran (l/det) (l/det) a b c Baik Rusak Debit Kondisi Alat Ukur Penjelasan : 1. Pencatatan debit dilakukan jam 08.00, angka debit dibulatkan dalam satuan l/det 2. a = Dengan alat pengukur debit (Romyn, Cipoleti, dll) b = Dengan pelampung c = Dengan cara lain..,..19 Mantri Pengairan.. Laporan tengah bulanan : Mantri Ranting (. ) 2-10

44 Tabel 8 RENCANA KEBUTUHAN AIR DI JARINGAN UTAMA DAN USULAN FAKTOR K BLANKO : 07-0 Daerah Irigasi : KEPUH Ranting Dinas : Kutilang No. Kode D.I. : 173 Total Luas Sawah Irigasi : 300 ha Periode Pemberian Air Tgl 1 s/d 15 bln April 1985 Cabang Dinas : Kepodang 16 s/d 30 No. Lokasi - Petak tersier - Pint. Bang bagi - dll Luas Sawah Irigasi (ha) Realisasi debit pada periode sebelumnya Debit Ratarata Debit akhir pada periode Usulan Luas Tanam Pada Periode ini (ha) Rencana kebutuhan air periode pembagian air tersebut (l/det) Keb. Air di pintu Tersier Qt Keb. Air lainlain Q1 Q hilang di sal Ind/ Sek Qh Debit Suplesi Qs Keb. Air di Bang. Bagi Qb T T T Debit diberikan (l/det) Q1t/ Q1b 4 Pabrik Hilang suplesi Sek Kepuh *) K = diusulkan 1.0 Penjelasan : K = ditetapkan Kolom (11) = (7) + (8) + (9) + (10) 2. Kolom (12) = (7) x K + (8) + (9) - (10) 15 April 1985 *) K = diusulkan : hanya diisi untuk D.I. Besar (Lebih dari satu Ranting) Laporan tengah bulanan : Ranting Cabang (untuk D.I. besar) Mantri (diinformasikan saja) Kepala Ranting Dinas Pengairan Kutilang ( W i n a r n o ) 2-11

45 Tabel 9 BLANKO : 08-0 PENCATATAN DEBIT NORMAL SUNGAI Cabang Dinas : Kepodang Sungai : Kepuh Ranting Dinas : Kutilang Bendung : Kepuh Kemantren : Perkutut Daerah Irigasi : Kepuh Bulan : April 1985 Tanggal 1 Debit Masuk ke Pintu Pengambilan Debit melalui Debit Sungai Bendung Kiri Kanan Q Q Q H (cm) H (cm) H (cm) (l/det) (l/det) (l/det) (l/det) (l/det) = Jumlah Debit 3081 Debit Rata-rata 1/2 bulan 205 Debit Sungai Ratarata 5 harian Penjelasan : 1. Pencatatan debit dilakukan tiap pkl Perhitungan kolom 8 & 9 oleh Ranting 3. Dimulai pada keadaan banjir bahaya pertama harus diisi juga blanko Kol. (5) & (7) adalah Q yang aktual dialirkan Laporan tengah bulanan : Penjaga bendung/ Mantri Ranting 15 April 1985 Penjaga Bendung/ Mantri Pengairan Perkutut ( S i s ) 2-12

46 Tabel 10 PERHITUNGAN FAKTOR - K BLANKO : 09-0 Daerah Irigasi : KEPUH Ranting Dinas : Kutilang No. Kode D.I. : s/d 15 Total Luas Sawah Irigasi : 300 ha Periode Pemberian Air Tgl bln April s/d 30 Cabang Dinas : Kepodang 1. Debit diperlukan (dari blanko 07) 2. Debit tersedia (dari blanko 08) No. Kode Debit Jumlah No. Q rata-rata Faktor K (l/det) Tanggal Jumlah (l/det) (K1/K2/K3/ ) 1.1 Qt Di pintu tersier K1 1.2 Q1 Kepr. Lain-lain Qh Hilang 30 ( + ) 1.4 Qs Jumlah 267 Suplesi 20 ( - ) 1.5 Qb Di bendung Debit dialirkan Neraca Debit Tersedian (b) Diperlukan (a) (Qa) Batas Normal (l/det) Deb. Dialirkan (l/det) (l/det) Debit Q 100 Saluran Q 70 Saluran 4. Perhitungan Faktor K No. Kode Debit 4.1 Qa Qs Q Qh 30 Jumlah (l/det) (c) 217 (d) Selisih = (c) - (d) Qt Faktor - K = 0, Penjelasan : Rumus faktor - K : K = ( Q dialirkan + Qs ) - (Q1 + Q2) Qt 15 April 1985 Kepala Ranting Dinas Pengairan Kutilang Laporan tengah bulanan : Ranting Cabang Dinas ( W i n a r n o ) 2-13

47 Gambar 3 Prosedur Pelaporan Operasi Sistem Irigasi 2-14

48 Bagan Arus Pelaporan Operasi Jaringan Irigasi DPUP Sub Dinas Pengairan B l a n k o P e la p o r S t a n d a r No Judul PERENCANAAN 1-0 Rencana luas tanam per peak tersier P3A Menteri/ Ranting/ Cabang/ KPKD/ Pusat/ Juru Pengamat Seksi Wilayah Propinsi K T T T O T Pengirim/ Penerima R 2-0 Rencana tanam per kemantren per MT 3-0 Lampiran keputusan Pan. Irigasi mengenai RTTG I M I K M T R K T O T R PELAKSANAAN 4-0 Laporan keadaan air dan tanaman pada petak tersier K 1/2B O B R 5-0 Rencana kebutuhan air di pintu tersier I 1/2B K 1/2B R 6-0 Pencatatan debit saluran K 1/2B R 1/2B R/I 7-0 Rencana kebutuhan air di jaringan utama dan usulan faktor K I 1/2B K 1/2B R 8-0 Pencatatan debit sungai normal K 1/2B R 1/2B R/I 9-0 Perhitungan faktor K K 1/2B R/I 10-0 Pencatatan debit sungai banjir K D O D R 11-0 Pencatatan curah hujan K B O B R MONITORING & EVALUASI 12-0 Data curah hujan tahunan K T O T R 13-0 Debit sungai tahunan K T O T O T R 14-0 Laporan produktivitas dan neraca pembagian air per D.I. K T O T O T R 15-0 Realisasi luas tanam per D.I. selama masa tanam K M R 16-0 Realisasi luas tanam per CD selama 1 tahun K T O T R Catatan : B Formulir dikirim tiap setengah bulan Formulir dikirim tiap bulan Formulir dikirim tiap musim tanam Formulir dikirim tiap tahun Formulir dikirim secara insidentil Kantor yang mencatat/ menyusun/ mengirimkan Kantor yang menerima/ memeriksa Kantor yang mengolah lantas mengirimkannya Kantor yang menerima sebagai di informasikan Arus pengiriman Gambar 4 Bagan Arus Pelaporan Operasi Jaringan Irigasi 2-15

49 BAB III PENGENALAN MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN BANGUNAN KHUSUS (BENDUNG) 3.1 Tata Cara Operasi dan Pemeliharaan Dipilih empat macam tata cara operasi khusus untuk didiskusikan secara terperinci, yakni: - Pengurasan endapan lumpur dari dasar kolam di depan pengambil - Pembilasan lumpur dari kolam pengendap di hilir bangunan pengambil - Operasi bangunan pengontrol menurut tinggi muka air pada tiap ruas saluran - Operasi bangunan utama demi kepentingan pengamanan bangunan di sungai dan jaringan 3.2 Pengurasan/ Pembilasan Lumpur di Depan Bangunan Pengambil Masalah Endapan Lumpur Selama musim hujan, apabila air hujan menghanyutkan tanah dan membawanya masuk ke sungai, maka air sungai akan mengandung muatan lumpur. Lumpur tersebut akan masuk ke jaringan saluran yang biasanya kecepatan alirannya lebih kecil daripada kecepatan aliran di sungai. Akibatnya sebagian dari lumpur mengendap di saluran dan mengurangi penampang basah saluran serta menghambat pengaliran debit rencana. Tidak ada waled dg tinggi air tertentu Berwaled dengan air tertentu debit menjadi kurang Berwaled dg debit tertentu saluran tidak muat dan meluap F = 2 m 2 V = 0,50 m/det Q = 1 m 3 /det F = 2 m 2 V = 0,50 m/det Q = 0,50 m 3 /det F = 2 m 2 V = 0,50 m/det Q = 1 m 3 /det Gambar 5 Penampang Melintang Saluran Apabila debit rencana dialirkan, muka air akan naik dan tinggi jagaan berkurang. Keadaan ini menambah resiko air melimpah di atas tanggul. 3-1

50 3.2.2 Penanggulangan Masalah Lumpur Ada dua cara yang pokok untuk menanggulangi masalah Lumpur di saluran, yaitu : a. Mencegah masuknya lumpur ke dalam saluran b. Membuang lumpur dari dalam saluran Ada beberapa teknik untuk mencegah masuknya lumpur ke saluran : - Pengoperasian pintu pengambil dan pintu penguras secara cermat - Pengoperasian kolam pengendap - Penanggulangan erosi tanah pada daerah aliran sungai (DAS) Pada bagian-bagian berikutnya dibicarakan teknik pengoperasian pintu pengambil dan pintu penguras pada bendung Teori Dasar Gambar 6 Denah Pada gambar di atas, tata letak bendung yang biasa dijumpai terdiri dari tubuh bendung dari pasangan batu yang melintang sungai, pintu penguras dan pintu pengambil. Pintu penguras dimaksudkan untuk menguras lumpur yang berat di depan pintu pengambil, untuk mencegah masuknya lumpur yang akan mengendap di dalam jaringan saluran. 3-2

51 Adalah penting untuk membedakan dua jenis beban Lumpur : Gambar 7 Jenis Beban Lumpur Beban dasar berupa bahan yang berat seperti kerikil dan batu-batu kecil yang menggelinding sepanjang dasar sungai. Beban ini terlalu berat untuk dapat terbawa oleh air. Beban melayang berupa partikel-partikel pasir, lumpur dan lempung yang dapat terangkat oleh air dan tetap dalam keadaan suspensi (melayang -layang) karena gerak air yang cepat dan berputar. Dengan mengoperasikan pintu pengambilan di sungai tidak akan banyak hasilnya dalam mencegah masuknya beban melayang ke saluran, tetapi hal itu dapat banyak membantu mencegah masuknya beban dasar Pengurasan Lumpur di Depan Bangunan Pengambil Ada dua prosedur yang harus diikuti : - Selama terjadi banjir - Dalam keadaan biasa Bagi kedua keadaan tersebut dianjurkan agar balok sekat di depan pintu pengambil dipasang, sehingga air melimpas dari atas balok sekat. Hal ini banyak membantu pencegahan masuknya beban dasar ke saluran melalui bukaan bawah pintu pengambil. Kemudian beban dasar dapat disalurkan keluar melalui pintu penguras. 3-3

52 Gambar 8 Balok Sekat di Depan Pengambil 1. Selama terjadi banjir Selama terjadi banjir pintu pengambil harus ditutup sama sekali atau dibuka sedikit untuk sekedar mengalirkan debit sedikit ke saluran. Pintu penguras harus terus ditutup guna mencegah timbulnya turbulensi di sekitar pintu pengambil. Apabila banjir mulai surut, pintu penguras harus dibuka penuh dan pintu pengambil dibuka secukupnya guna memenuhi kebutuhan irigasi. 2. Dalam keadaan biasa Apabila debit sungai lebih besar dari kebutuhan debit untuk irigasi, pintu harus tetap dalam keadaan terbuka untuk menguras endapan lumpur yang ada di depan pintu pengambil. Apabila debit sungai lebih kecil dari kebutuhan debit untuk irigasi maka pintu penguras harus ditutup dan pengurasan lumpur yang terkumpul di depan pintu pengambil harus dilaksanakan secara berkala, yaitu kurang lebih sekali tiap setengah bulan s/d sebulan. Untuk melaksanakan pengurasan Lumpur itu dapat iikuti prosedur di ini : a. Tutuplah pintu pengambil b. Biarkan muka air semakin naik bawah 3-4

53 c. Bukalah pintu penguras paling sedikit setengah bukaan untuk memperoleh daya kuras yang cukup besar. Apabila mungkin pengurasan itu dilangsungkan selama ½ jam. d. Tutuplah pintu penguras e. Biarlah Lumpur yang terkacau itu mengendap dulu dan muka air menjadi naik, lalu bukalah pintu pengambil 3.3 Pembilasan Lumpur dari Kolam Pengendap Pembuangan Lumpur ini termasuk pekerjaan pemeliharaan. Sebetulnya hal ini merupakan gabungan antara operasi dan pemeliharaan. Adalah penting jaringan irigasi dioperasikan sedemikian sehingga permukaan lumpur di dalam kolam pengendap dapat dibuat serendah-rendahnya Teori Dasar Gambar 9 Aliran Air Pada Saluran Kolam pengendap direncanakan dengan penampang melintang yang luas dan cukup panjang agar partikel-partikel lumpur berat sempat mengendap di dasar kolam dalam gerak air yang pelan. Lumpur yang sudah mengendap di dasar kolam sewaktu-waktu dibuang dengan cara membilas kolam. Apabila pembilasan lumpur itu tidak dilaksanakan secara teratur, maka luas penampang kolam pengendap akan berkurang, aliran air menjadi makin cepat dan muatan lumpur tidak dapat mengendap. Maka kolam pengendap itu tidak dapat berfungsi dan lumpur terus masuk ke saluran dan menyebabkan pelumpuran. 3-5

54 3.3.2 Cara Pembilasan Kolam Pengendap Gambar 10 Denah Kolam Pengendap Penentuan bilamana harus dilaksanakan pembilasan kolam pengendap menjadi tanggung jawab urusan O&P Kantor Cabang Dinas. Kriterianya ialah bahwa pembilasan harus dilaksanakan bilamana duga permukaan lumpur mencapai duga maksimum yang diijinkan. Kedalaman aliran air di kolam pengendap jangan sampai menurun di bawah 50% kedalaman rencana. Pekerjaan yang membantu mantri/ juru harus memantau permukaan lumpur dengan cara mengadakan jajagan. (lihat gambar di bawah ini) Gambar 11 Penampang Melintang Kolam Pengendap 3-6

55 Apabila dipasang patok permanen di atas tanggul kanan-kiri kolam pengendap maka dapat diukur kedalaman dasar kolam pengendap terhadap garis penyipat. Seutas tali dapat dibentangkan dari patok satu ke patok yang berseberangan, kemudian tinggi duga lumpur dapat dijajagi. Apabila permukaan lumpur lebih tinggi dari duga maksimum yang diijinkan, maka kolam pengendap harus dikuras. Para pengurasan/ pembuangan lumpur dari kolam pengendap dengan tenaga hidrolika dilakukan sebagai berikut : 1. Tutuplah pintu penguras yang ada di bendung. Hal yang demikian adalah untuk menjamin agar dapat diperbolehkan debit penguras yang sebesarbesarnya. 2. Tutuplah pintu (pintu I, gambar 10 pada hal 3 6) yang ada di sebelah hilir kolam pengendap. 3. Bukalah pintu pengambil jaringan (pintu P, gambar pada 10 pada hal 3 6) supaya air dapat mengalir secara bebas. Biarlah duga air di kolam pengendap menjadi tinggi. 4. Bukalah pintu pembilas di sebelah hilir kolam pengendap (pintu K, gambar 10 pada hal 3 6) supaya air bilasan dapat disalurkan melalui saluran pembuang. 5. Bantulah kegiatan pembilasan dengan mengerahkan tenaga kelompok Ranting Dinas ataupun para pekerja Mantri/ Juru untuk menggali dan membuang lumpurnya sehingga aliran airnya tidak terhalang. 6. Apabila pembilasan telah selesai, bukalah pintu penguras (pintu B, gambar 10 pada hal 3 6) di bendung secara perlahan-lahan. Tutuplah pintu pembilas kolam pengendap sampai pembukaannya K cm. 7. Tutup kembali pintu pengambil sampai pada pembukaan yang dibutuhkan untuk irigasi, bukalah pintu intake saluran di sebelah hilir kolam pengendap. 3.4 Pengaturan Air Menurut Tinggi Muka Air Rencana di Saluran Kadang-kadang sulit untuk mengairi beberapa bidang sawah karena duganya relative lebih tinggi dari sawah yang lain. Kesulitan tersebut kerap kali dapat diatasi dengan cara pengoperasian bangunan pembagi secara benar. Dengan mempertahankan tinggi muka air rencana pada bangunan bagi ini, acapkali memungkinkan untuk menjamin air untuk saluran yang menyadap. 3-7

56 3.4.1 Cara Mengatur Tinggi Muka Air Saluran Gambar 12 Denah Bangunan Sadap Pada gambar di atas ada 3 bangunan sadap tersier yang menyadap air dari saluran sekunder. Tersier A mengairi sawah yang duganya tinggi. Agar debit rencana dapat mengalir ke saluran itu, duga air di saluran sekunder harus setinggi duga air 1. Saluran B dapat mengairi sawah pada duga air 2 di saluran sekunder, sedang sawah yang rendah yang mendapat air dari saluran C dapat mengairi sawah pada duga air 3 di saluran sekunder. Semua duga air itu diatur dengan menggunakan pintu atau balok sekat di saluran sekunder (di D). Supaya dapat memasukkan air ke ketiga bangunan sadap itu, duga air di kolam penerima desebelah hulu D, harus dipertahankan pada muka air rencana pada bangunan pembagi dan ketinggian ini merupakan muka air turun dibawahnya maka saluran A tidak dapat memperoleh debit yang diperlukan. Apabila muka air ada pada duga 1 akan tetapi jumlah debit yang keluar lebih besar dari debit yang masuk ke saluran sekunder, muka air di kolam penerima akan turun sampai debit yang mengalir ke bangunan sadap sama dengan debit yang masuk ke saluran sekunder. Keadaan demikian ini dapat diterima apabila hal ini hanya terjadi untuk sementara. Apabila debit yang masuk ke saluran sekunder tidak mencukupi kebutuhan, dan mungkin demikian untuk beberapa hari, maka pintu-pintu sadap untuk saluran A, B dan C harus ditutup sedikit dan muka air dinaikkan sampai muka air rencana. 3-8

57 Pada bangunan bagi semacam itu muka air di kolam penerima harus setinggi muka air rencana yaitu pada duga 1 dan pintu saluran A, B dan C disetel supaya mengeluarkan debit sejumlah yang diperlukan. Apabila setelah sesaat lamanya muka air di kolam penerima berubah dari muka air rencana maka pintu-pintu pengatur duga atau balok sekat pada bangunan pembaginya harus diatur untuk mempertahankan muka air rencana. Perlu diperhatikan juga duga jagaan/ waking saluran harus dijaga secukupnya, agar pengamanan tanggul saluran tidak terancam. Kedudukan muka air rencana (duga 1) harus diberi tanda yang jelas dan tidak terhapuskan pada bangunannya. Maka jelaslah bagi Mantri Pengairan atau bagi PPA, sampai setinggi mana muka air harus dipertahankan. Pengaturan muka air di saluran dengan muka air di atas muka air rencana dapat mengurangi tinggi jagaan dan dapat berakibat meluapnya air saluran di atas mercu tanggul. Hal ini tidak dapat dibenarkan 3.5 Pengaturan Bangunan Pengambil dan Bangunan Sadap Waktu Hujan Keadaan I : Hujan lebat di daerah aliran sungai di sebelah hulu bendung Qs akan bertambah sampai banjir. Dalam hal ini pintu pengambil harus diatur sesuai dengan cara yang telah dijelaskan di atas Keadaan II : Hujan turun di sebagian D.I : Pengamat menentukan berapa Q yang harus dikurangi pada pintu-pintu yang bersangkutan berdasarkan laporan curah hujan lebat (75 mm/ hari) dari juru -juru, selanjutnya dia menginstruksikan agar pintu pengambil, pintu sadap dan pintu pembagi harus dikurangi pembukaannya, urutan penyetelannya harus dimulai dari hulu ke hilir. 3-9

58 3.6 Prinsip Umum Pengoperasian Bangunan Utama dengan Kepentingan Pengamanan Sewaktu banjir sungai lewat bendung, cara operasi bangunan utama ( headwork) agak berpengaruh terhadap keamanan bangunan itu, saluran di hilirnya dan ruas sungai di sekitarnya. Selain itu juga berpengaruh terhadap banyaknya lumpur yang masuk ke dalam saluran seperti yang telah dibicarakan di atas Bendung Tetap Prosedur operasi yang terjadi dapat diketahui dari : - Buku Pedoman Operasi Bendung/ Bangunan Utama ybs. Bila buku itu tidak ada cobalah cari dalam catatan desain bangunan utama ybs. Apabila kedua dokumen itu tidak terdapat, operasi bangunan utama dapat mengikuti prinsip umum seperti yang terlihat di bawah ini : Tabel 11 Prinsip umum operasi bangunan utama No Skala Banjir Pintu Pengambilan Pintu Penguras Pintu Pembilas 1. Banjir Kecil Buka Sebagian Buka Sebagian Buka Sebagian. m 3 /dt.m... m m m 2. Banjir Sedang Tutup Tutup Tutup. m 3 /dt.m 3. Banjir Besar Tutup Tutup Tutup. m 3 /dt.m 4. Banjir Besar Tutup Buka Penuh Tutup Turun S/D Banjir Sedang 5. Banjir Sedang Turun S/D Banjir Buka Sebagian... m Buka Penuh Buka Sebagian... m Kecil Penjelasan : - Skala banjir : perlu dicantumkan batas besarnya debit atau elevasi muka air banjir kecil, sedang & besar untuk setiap bangunan khusus. - Tinggi pembukaan pintu-pintu air perlu diberi batas angka. Sedapat mungkin menghindari kata-kata yang artinya kurang jelas/ definitif - Membuka & menutup pintu air harus perlahan-lahan 3-10

59 - Bila jumlah daun pintu pada tiap tipe bangunan lebih dari 2 (dua), bukalah pertama yang di tengah, lalu yang disamping dan pembukaan pintu-pintu diatur secara simetris - Tailwater sangat mempengaruhi kekuatan aliran dari lubang-lubang pintu air yang akan mengakibatkan scouring di sebelah hilir bendung. Maka keadaan tailwater sangat perlu diperhatikan oleh operator Bendung gerak Bahan-bahan petunjuk untuk operasi bendung gerak, adalah manual operasi yang dibuat untuk bangunan utama tersebut. Bila manual tidak terdapat, lihatlah catatan desainnya. Apabila dua-duanya tidak ada, dibawah ini diberi contoh prinsip umum operasinya : NO. SKALA BANJIR PINTU BENDUNG GERAK PINTU PENGAMBILAN PINTU PENGURAS PINTU PEMBILAS 1. BANJIR KECIL. m 3 /dt.m BUKA SEBAGIAN... m BUKA SEBAGIAN... m BUKA SEBAGIAN m BUKA SEBAGIAN m 2. BANJIR SEDANG. m 3 /dt.m BUKA LAGI TUTUP TUTUP TUTUP 3. BANJIR BESAR. m 3 /dt.m BUKA PENUH TUTUP TUTUP TUTUP 4. BANJIR BESAR TURUN s/d BANJIR SEDANG BUKA PENUH TUTUP BUKA PENUH TUTUP 5. BANJIR SEDANG TURUN s/d BANJIR KECIL BUKA SEBAGIAN... m BUKA SEBAGIAN... m BUKA PENUH BUKA SEBAGIAN... m Penjelasan : Pintu-pintu pada mercu bendung bilamana ditutup kembali harus dimulai dari yang berada di samping. Yang lain sama dengan penjelasan untuk Operasi Bendung Tetap. 3-11

60 Contoh Operasi Bangunan Utama Bendung Sokawati Jawa Tengah Gambar 13 Denah Bangunan Kantong Pengendap Permukaan air sungai Pintu : A-2x Pintu : B-5x Pintu : C-4x Di bawah puncak bendung Tutup Buka penuh Tutup Banjir kecil m 3 /det Buka 50 cm Atur Q in Buka 4 cm Banjir normal m 3 /det Buka 200 cm Atur Q in Buka 8 cm Banjir besar 550 dan besar m 3 /det Buka 200 cm Tutup Tutup Pengurasan kantor lumpur seminggu sekali Sesuaikan dengan permukaan air Atur Q in Buka penuh 1. Permukaan air sungai berdasarkan pembacaan papan duga 2. Pembukaan pintu C untuk keperluan pengurasan kolam pengendap harus dilakukan sedemikian sehingga permukaan air kolam pengendap turun perlahan-lahan selama dua jam. 3. Jika Q sungai lebih kecil dari 6 m 3 /det, maka pengurasan lumpur dapat ditangguhkan satu minggu 4. Pengurasan kolam pengendap harus ditangguhkan hingga permukaan air banjir sungai turun di bawah 450 m 3 /det. 5. Pada musim kering kedalaman air kolam pengendap harus diperiksa setiap kali setelah banjir. Jika kedalaman rata-rata pada penampang , dan lebih kecil dari 1,50 m, maka kolam pengendap harus segera dikuras, dengan syarat apabila Q sungai lebih besar dari 6 m 3 /det. 6. Pada musim kering pintu A dan C dibuka 50 cm dua kali sebulan 3-12

61 7. Petunjuk pengaturan pintu-pintu pada bendung harus dimodifikasi berdasarkan hasil pengamatan dan pengalaman dari operasi bendung ini, supaya fungsi pintu masing-masing dapat dicapai dengan pengaturan yang sesuai. 3.7 Pengoperasian Waduk Umum a. Pintu air pada waduk kecil khusus irigasi umumnya terdiri dari dua jenis : 1. Pintu pemberi air 2. Pintu penguras Tiap-tiap pintu terdiri dari pintu normal beserta pintu darurat. Pintu darurat berupa pintu sorong atau balok sekat. Hal tersebut dimaksudkan supaya apabila sebuah pintu rusak atau dalam perawatan dapat digunakan pintu yang lain, dan sementara perbaikan pada gorong-gorong pengukur air keluar (outlet) pintu darurat dapat ditutup. b. Pada ruang operasi waduk perlu tersedia 1. Petunjuk operasi pintu-pintu air 2. tabel atau grafik hubungan antara t.m.a waduk dan isi waduk 3. Tabel debit pengeluaran air waduk 4. Grafik yang memantau air keluar dan air masuk (outflow dan inflow) 5. Grafik yang memantau air curah hujan pada DAS dan pada daerah irigasi 6. Gambar konstruksi pokok badan bendung dan pintu air serta peta luas genangan air waduk 7. Peralatan penerangan darurat dengan generator atau accu atau lampu petromak c. Dengan mengevaluasi hasil pemantauan inflow dan outflow beberapa tahun dapat diketahui kapasitas air waduk andalan, dan dengan memperhitungkan curah hujan efektif pada areal irigasinya dapat dipersiapkan Rencana Pembagian Air (RPA) waduk mantap. Kapasitas air waduk andalan dan curah hujan efektif pada areal irigasinya, dapat juga dibuatkan analisa data curah hujan sepuluh tahunan atau lebih Operasi Waduk dalam Musim Hujan a. Umumnya awal musim hujan pintu penguras waduk dibuka lebar dengan maksud : 3-13

62 1. Debit sungai pengisi waduk dapat digunakan untuk membilas endapan lumpur yang tertimbun selama setahun sebelumnya. 2. Air tersebut dapat digunakan untuk awal pemberian air pada areal irigasinya b. Atas dasar pengalaman atau dasar perhitungan analitis dapat ditetapkan waktu penutupan pintu penguras bendung tersebut. Diperhitungkan demikian agar pada akhirnya musim hujan atau awal musim kemarau waduk dapat terisi penuh. Naiknya air dalam cekungan waduk pada saat pengisian hendaknya tidak terlalu cepat, sebab kenaikan dan atau penurunan muka air yang terlalu cepat dapat membahayakan kontruksi badan bendungan. c. Pemakaian air waduk pada musim hujan harus dihemat. Untuk itu pengaruh curah hujan efektif pada areal irigasi harus diperhitungkan secara cermat. d. Kenaikan muka air waduk harus diamati secara cermat, sedapat-dapatnya pembuangan air yang melebihi daya tampung waduk tidak melewati mercu pelimpahan tapi dapat diatur melewati pintu penguras. Dengan demikian kekuatan air dapat digunakan untuk menguras endapan Lumpur yang umumnya pada musim hujan relatif cukup besar Operasi Waduk dalam Musim Kemarau a. Pelaksanaan pembagian air waduk atau pengaturan pengeluaran air waduk hendaknya berpedoman pada Rencana Tata Tanam (RTT) yang telah disahkan oleh Panitia Irigasi Kabupaten dan Rencana Pembagian Air (RPA) yang telah disetujui Kepala Cabang Dinas. b. Setiap hari fluktuasi T.M.A. waduk dipantau dan dicatat dengan teratur. Berapa T.M.A. waduk, berapa pengeluaran air (m 3 /det dan m 3 /hari), berapa tambahan air dari curah hujan dan bocoran dan lain-lain dicatat tiap jam 8.00 pagi, dan dilaporkan menurut prosedur, sehingga setiap hari dapat diketahui berapa sisa air waduk Pengamatan Oleh Unit Monitoring Bendungan a. Setiap hari diadakan pengamatan pada pipa pisometrik untuk mengetahui garis rembesan pada badan bendungan. 3-14

63 b. Setiap hari diadakan pengamatan bocoran pada sistem drainase waduk. Berapa besarnya bocoran, air bocoran jernih atau keruh dan sebagainya? Juga pengamatan terhadap keamanan badan tanggul terhadap keretakan, keamblesan dan lain-lain. Kalau ada kejadian yang luar biasa harap segera dilaporkan sesuai prosedur. c. Secara berkala 3 atau 5 tahun sekali diadakan pengecekan pengukuran isi waduk. Perhatikan supaya volume di bawah dead storage (isi mati) jangan diperhitungkan. d. Lain-lain yang penting : 1. Permukaan badan bendungan yang dibuat dari tanah harus ditanami gebalan rumput yang terawat, jangan ditanami dengan pohon tahunan yang berakar tunjang. 2. Penebaran ikan hendaknya dilakukan pada bulan April dan dipanen bulan Oktober. Harus dijaga agar pada musim panen ikan tidak merusak lapisan batu badan bendungan dan lain-lain Pencatatan data Secara ringkas kegiatan operasi waduk yang harus dicatat antara lain sebagai berikut : a. Pencatatan curah hujan : - Turun hujan di atas daerah aliran waduk, agar diketahui hubungan antara curah hujan dengan pengisian waduk. - Turun hujan di atas daerah irigasinya, untuk kemudian menentukan besarnya pengeluaran air yang ekonomis. - Dari kedua hasil pencatatan dapatlah dianalisa apakah rencana operasi sudah mendekati pelaksanaan kenyataan. Bilamana perbedaannya jauh sekali, maka perlu dicari sebab musababnya. - Penyelesaiannya amat penting untuk perencanaan selanjutnya dengan kemungkinan perubahan semua perencanaan operasi, bilamana memang beralasan. b. Pencatatan T.M.A. waduk setiap hari agar diketahui setiap saat adanya pengurangan atau tambahan air setiap hari (m 3 ) karena hujan, sumber air setempat dan/ atau sungai pengisi (voeding river) 3-15

64 c. Pengukuran besarnya debit setiap hari, apalagi kalau sering diadakan perubahan terhadap besarnya debit pengeluaran. Dalam hal ini bilamana perlu besarnya debit dicatat lebih dari sekali sehari dengan mencantumkan jam pencatatannya. Pencatatan diperinci untuk berbagai keperluan dan dinyatakan dalam m 3 /det dan m 3 /hari. d. Besarnya kehilangan air karena penguapan, bocoran dan rembesan yang dinyatakan dalam mm/hari dan m 3 /hari. e. Jumlah air yang melimpas melalui bangunan pelimpas dalam m 3 f. Sisa isi menurut kenyataannya dan isi seharusnya menurut grafik isi g. Luas areal tanam yang diairi dengan perincian tiap-tiap jenisnya h. Untuk waduk besar cuaca dan kecepatan angin harus dicatat karena berpengaruh terhadap besarnya penguapan. i. Penelitian jalannya garis lengkung perembesan dalam bendungan 3.8 Pengoperasian dan Pemeliharaan Terowongan Umum Terowongan adalah suatu lobang yang dibuat didalam bumi (dibawah laut atau didalam bukit), untuk berbagai kegunaan antara lain untuk : saluran air, lalu lintas kendaraan mobil / kereta api, manusia untuk pekerjaan tambang dan lain sebagainya. Dalam tulisan ini akan diuraikan secara singkat tentang pelaksanaan pembuatan terowongan untuk saluran air sebagai bangunan pelengkap pada proyek bendungan baik untuk tujuan serbaguna (PLTA dan Irigasi) atau khusus untuk Irigasi atau khusus untuk PLTA. Secara fisik ada tiga macam terowongan yaitu : 1. Terowongan mendatar Terowongan mendatar lazim dibangun untuk terowongan pengelak (dirvesion tunnel), waterway (terusan air), terowongan pembantu (adit tunnel), terowongan masuk (access tunnel), terowongan drainase (drainage tunnel), inspection tunnel, terowongan saluran buri (tail race tunnel), terowongan pelimpah (spillway tunnel), terowongan penghubung (connection tunnel) dan lain sebagainya. 2. Terowongan miring (inclined tunnel) Terowongan miring lazim dibangun untuk pelimpah (spillway), terowongan tekan (penstock tunnel), terusan air (waterway). 3-16

65 3. Terowongan tegak (vertical shaft) Pada umumnya terowongan tegak ( vertical shaft) dibangun untuk sumur pengendali pintu pengambilan (intake gate control shaft, sumur pendatar air (surge tank), terowongan tekan (penstock). Dari ketiga macam terowongan tersebut diatas sesuai dengan kebutuhan dapat berdiri sendiri ataupun tergabung antara satu dengan yang lain, sebagai contoh : a. Bangunan spillway pada bendungan selorejo, Malang Jaw Timur, Spillway Bendungan Cirata dipurwakarta, Jawa Barat adalah gabungan terowongan mendatar dengan terowongan miring. b. Bangunan terusan air ( waterway) pada bendungan Saguling, kabupaten Bandung, Jawa Barat adalah gabungan terowongan mendatar ( headrace tunnel) dengan terowongan tegak ( surge tank) dan terowongan miring (penstock tunnel). Dalam kondisi tertentu juga dimungkinkan gabungan antara terowongan dengan conduit dan saluran terbuka, sebagai contoh bangunan saluran pengelak pada bendungan batutegi, yang terdiri dari upstream conduit, upstream dan downstream tunnel, downstream conduit dan terminal structure. Terowongan untuk saluran air pada umumnya dilapisi beton atau pasangan batu ada yang dilapisi kombinasi beton dan pelat baja, namun ada juga yang tanpa pelapisan. Perlu tidaknya pelapisan (linning) pada terowongan tergantung dari kegunaan terowongan dan kondisi batuan disepanjang terowongan tersebut. Sebagai bangunan pelengkap pada proyek bendungan, biasanya terowongan dilapisi beton bertulang atau kombinasi beton berulang dengan pelat baja. Terowongan untuk saluran air, sesuai dengan jenis aliran air terdapat dua macam terowongan yaitu : 1. Free flow tunnel (terowongan aliran bebas) Free flow tunnel lazim dibangun untuk terowongan pengelak dan spillway sebagai contoh : terowongan pengelak Bendungan Wonorejo, Tulungagung Jawa Timur, terowongan pengelak & spillway bendungan Batutegi, Lampung, Spillway bendungan Cirata Kabupaten Purwakarta Jawa Barat, Terowongan pengelak bendungan selorejo, Malang Jawa Timur. Free flow tunnel juga sudah lama dibuat dibali untuk keperluan irigasi yang tergabung dalam sistim Irigasi Subak. Terowongan ini biasanya dibangun dengan tenaga orang secara tradisional dengan peralatan sederhana, yang hingga saat ini masih berfungsi dengan baik. Terowongan yang dibangun untuk irigasi subuk dibali ada yang berdiri sendiri ada juga yang gabungan 3-17

66 antara terowongan mendatar sebagai saluran air dan terowongan tegak sebagai sumur kontrol pada saat membangun, ada yang dilapis pasangan batu ada pula yang tanpa pelapisan tergantung dari kondisi tanah disepanjang terowongan tersebut. Terowongan Tulungagung Selatan I dan II yang juga disebut sebagai Terowongan Neyama, dibangun untuk membangun air banjir di daerah Tulungagung, kearah laut selatan (Samudera Indonesia). Terowongan ini juga termasuk free flow tunnel. 2. Pressure tunnel (terowongan aliran tekan) Pressure tunnel biasanya untuk terusan air (waterway) atau headrace tunnel, sebagai saluran air guna pembangkitan listrik pada proyek PLTA. Pressure tunnel bisa terdiri dari pressure dan penstock tunnel, sesuai dengan keadaan topografi dan kebutuhan Yang perlukan diperhatikan ahli desain terowongan adalah memfasilitasi hal-hal sebagai berikut : - Pada terowongan disaluran pembawa perlu difasilitasi trastrack atau saringan sampah agar tidak masuk ke terowongan. - Main Hall atau terowongan untuk inspeksi kedalam terowongan dibagian tengah bila terowongan tersebut cukup panjang (khusus untuk terowon gan pada saluran irigasi) Operasi dan Pemeliharaan Terowongan Cara pengoperasian terowongan tergantung dari tujuan atau fungsi terowongan. Dalam hal ini yang akan dibahas adalah terowongan yang membawa air irigasi dan terowongan pengelak, yang semula berfungsi sebagai pengelak air sungai agar pada saat pelaksanaan pekerjaan bangunan disungai tidak terganggu dari air sungai, biasanya bangunan tersebut adalah bendungan serta terowongan PLTA. Terowongan pengelak biasanya setelah berfungsi sebagai pengelak berfungsi juga sebagai bangunan yang mengalirkan air dari spillway atau pelimpah, disamping itu juga berfungsi sebagai bangunan yang mengalirkan air untuk kebutuhan irigasi dan lain keperluan. Jadi disini setelah tidak berfungsi lagi sebagai pengelak, terowongan beroperasi tergantung dari air yang mengalir di pelimpah atau spillway dan atau air yang mengalir berdasarkan pengoperasian sesuai kebutuhan air irigasi. 3-18

67 Kadang-kadang terowongan hanya berfungsi sebagai terowongan pengelak saja kemudian setelah ditutup tidak berfungsi lagi, atau setelah berfungsi sebagai pengelak hanya berfungsi sebagai bangunan yang mengalirkan air dari spillway atau air dari pengoperasian sesuai kebutuhan irigasi saja O & P Terowongan Saluran Pembawa Cara pengoperasian terowongan ini tergantung dari tata cara pengoperasiannya yang sesuai dengan rencana pembagian jaringan irigasi yang telah disusun dan dan disetujui, Terowongan ini biasanya dilengkapi dengan trastrack / saringan sampah yang terletak dihulu terowongan, saringan sampah setiap hari harus selalu dipantau dan dibersihkan (sampah yang berhenti disaringan harus diangkat keluar / keatas) Disamping itu juga dilengkapi dengan main hole (terowongan inspeksi yang tegak lurus terowongan saluran pembawa) yang terletak dibagian tengah terowongan, gunanya untuk mempermudah dalam menginspeksi bagian tengah. Pencatatan, pengumpulan data evaluasi data telah dilakukan pada O&P jaringan irigasi O & P Terowongan Spillway. Sewaktu berfungsi sebagai terowongan pengelak air yang mengalir diterowongan besarnya tergantung dari debit air sungai atau hujan yang jatuh di daerah pengaliran. Pada musim hujan debit sungai meningkat / membesar apalagi pada saat terjadi banjir. Pada saat musim kemarau debit sungai menurun sampai mencapai debit air minimum untuk ini tidak diperlukan manual O&P. Setelah bendungan selesai dilaksanakan dibagian ujung hulu terowongan yang telah dipersiapkan balok sekat dari beton, alur untuk meletakkan balok sekat dan tempat layanan mobile crane, yang digunakan pada saat penutupan terowongan. Setelah penutupan yaitu dipasangnya balok sekat pada alur yang telah dipersiapkan dengan mobile crane dilakukan penutupan dengan beton dekat balok sekat yang dipasang tadi, yang mana telah disiapkan plug serta pipa untuk mengalirkan kebocoran dari balok sekat, yaitu tempat pengecoran beton sebagai penutup terowongan. 3-19

68 Setelah ditutup terowongan pengelak tidak lagi sebagai pengelak air sungai, tetapi dapat berfungsi sebagai terowongan spillway yaitu mengalirkan air dari hasil limpahan air dari spillway. Pada saat terowongan berfungsi sebagai terowongan spillway perlu diadakan pencatatan data sebagai berikut : 1. Pencatatan curah hujan Setiap hari diadakan pencatatan banyaknya curah hujan didaerah aliran sungai 2. Tinggi muka air dihulu dan dihilir terowongan Setiap hari diadakan pencatatan tinggi muka air dihulu terowongan, untuk mengetahui berapa debit air yang mengalir diatas spillway atau tinggi air diatas spillway. Begitu juga tinggi muka air dihilir terowongan. Pengamatan pada bagian pengeluaran dilakukan setiap habis terjadi banjir apakah penggerusan yang terjadi tidak membahayakan bila ya perlu diadakan perbaikan misalnya pemasangan bronjong. Bila memungkinkan dilakukan pengamatan terowongan pada saat air kecil musim kemarau apakah terjadi kerusakan didalam terowongan O & P Terowongan Air Irigasi Terowongan pengelak biasanya setelah berfungsi sebagai pengelak berfungsi juga sebagai bangunan yang mengalirkan air untuk kebutuhan irigasi dan lain keperluan. Cara pengoperasian terowongan ini tergantung dari tata cara pengoperasian jaringan yang sesuai dengan rencana pembagian air yang telah disusun dan disetujui. Intake / pengambilan dilengkapi dengan pintu-pintu dan trasrack. Pintu terdiri dari pintu sorong dan valve O & P Terowongan PLTA Sejak lama telah dibangun dan dipelihara banyak terowongan. Kasuskasus kerusakan yang terjadi dapat dijadikan pengalaman dan dasar pengembangan metode pemeliharaan yang efektif. Prinsip langkah-langkah yang diperlukan dalam kegiatan pemeriksaan perilaku tiap-tiap terowongan berbeda-beda, tergantung pada : - Topograpi dan kondisi geologi didaerah terowongan 3-20

69 - Besar kecilnya terowongan - Metode pelaksanaan pembangunan terowongan Pusat listrik tenaga air (PLTA) adalah suatu instalasi yang memanfaatkan tenaga air dengan ketinggian dan debit tertentu menjadi tenaga listrik, peralatan utama yang digunakan adalah jalanan air (water way) yang terdiri atas : - Bangunan intake - Bangunan terowongan tekan - Bangunan tangki pendatar - Bangunan pipa pesat - Bangunan draft tube - Bangunan tail race Terowongan air dengan concrete lining direncanakan menahan bebanbeban sebagai berikut : - Rock pressure - External water pressure - Inner water pressure - Grant pressure Setelah terpakai untuk pengoperasian, concrete lining mungkin rusak akibat gerusan, retak, rembesan dan lain-lain. Oleh karena itu perlu diadakan pemeriksaan secara berkala. Pokok-pokok pemeriksaan adalah : - Performance of surface of concrete lining - Falling of concrete - Erosion - Defection in the joint - Leakage of water - Deformation - Crack Bila terjadi kerusakan, harus segera diperbaiki. Kunci utama pemeliharaan adalah : - Orang - Perangkat lunak - Perangkat keras - Dana 3-21

70 - Arsip data yang baik Oleh karena itu, prinsip langkah-langkah tersebut diatas dapat ditambah dengan hal-hal yang spesifik dan sesuai dengan kondisi masing-masing terowongan. Atas dasar hasil pengukuran, pemantauan, pemeriksaan atau pemeriksaan atau penyelidikan detail, bila ternyata terowongan menunjukkan adanya perilaku yang tidak sebagaimana mestinya, maka harus diambil langkah-langkah seperlunya untuk perbaikan atau penanggulangan. Penentuan waktu dan jenis langkah perbaikan/ penanggulangan merupakan hal yang paling penting dalam kegiatan pemeliharaan, maka dalam hal ini pengambilan keputusan harus dilaksanakan oleh pejabat yang bertanggungjawab yang mengetahui seluk beluk karekteristik dan metode pemeliharaan terowongan Organisasi Patroli dan inspeksi termasuk dalam lingkup tugas bagian operasi/ pemeliharaan. Kepala tim pemeliharan fasilitas bangunan-bangunan sipil / PLTA membawahi satu kelompok patroli/ inspeksi atau lebih tergantung dari besar/ luasnya fasilitas PLTA yang ada. Pelaksana patroli dan inspeksi tergantung dari struktur organisasi yang ada. Untuk PLTA/ bangunan-bangunan sipil pelaksanaannya dapat dibagi menjadi 3 (tiga) tim pemeliharaan sesuai dengan seksi yang ada dibagian operasi yaitu : - Tim pemeliharaan fasilitas sipil dan lingkungan hidup - Tim pemeliharaan fasililtas mesin - Tim pemeliharaan fasilitas listrik relay meter Untuk tim pemeliharaan fasilitas sipil dan lingkungan hidup terdiri dari 3 (tiga) kelompok yaitu : - Kelompok fasilitas daerah hulu - Kelompok fasilitas daerah hilir - Kelompok lingkungan hidup Patroli dan inspeksi - Dengan melakukan inspeksi lapangan, guna memeriksa dan menyelidiki terowongan dengan tujuan untuk mengetahui secara 3-22

71 pasti akan fungsi dari fasilitas sipil, keadaannya apakah normal atau abnormal melakukan pencatatan, perbaikan ringan, melakukan pengukuran, maka terjadinya sesuatu hal yang tidak diinginkan dapat dilakukan tindakan pengamanan sendiri mungkin. Inspeksi lapangan dapat dibagi dalam 3 (tiga) bagian : 1. Inspeksi rutin : dilakukan setiap hari atau seminggu sekali 2. Inspeksi periodik : dilakukan secara periodik (1 bulan sekali) 3. Inspeksi khusus : dilakukan apabila terjadi gempa, dan lain-lain - Patroli mempunyai arti berjalan sampai mengamati fasilitas sipil dalam selang waktu dan rute yang telah direncanakan. Pengamatan dilakukan secara visual dan kemudian menentukan kondisinya dalam keadaan normal atau abnormal serta membuat catatan dan melakukan pembersihan ringan di lokasi sekitar bangunan terowongan Persyaratan/ Tugas Umum Pelaksana fasilitas sipil harus memiliki persyaratan/ tugas umum yaitu : a. Tempat pekerjaan (kantor) harus berada di daerah sekitar proyek b. Pekerjaan dilakukan satu shift per hari c. Pelaksana harus mengerti buku pegangan (manual) dan harus mempunyai latar belakang pendidikan yang sesuai. d. Pelaksana harus dilengkapi dengan peralatan/ fasilitas yang memadai dan harus selalu menjaga keselamatan diri e. Pelaksana harus selalu siap dalam keadaan darurat Lingkup Tugas / Pekerjaan dan Definisi Umum Perincian tugas / pekerjaan patroli dan inspeksi dapat diuraikan sebagai berikut : a. Patroli harian, patroli periodik khusus, inspeksi periodik b. Mengawasi pekerjaan perbaikan c. Mengadakan tukar informasi dengan bagian lain yang ada hubungannya d. Membuat dan menyimpan catatan dan laporan patroli/ inspeksi dalam suatu format tertentu dan meneruskan informasi yang didapat kebagian yang berwenang. 3-23

72 Laporan / Catatan Hasil Patroli dan Inspeksi Hasil patroli dan inspeksi kerusakan harus dicatat dengan format tertentu seperti (tabel -1) dan dilaporkan kepada atasannya. Hasil patroli dan inspeksi secara keseluruhan pada lingkup PLTA diberikan seperti pada tabel Tindakan yang harus diambil pada keadaan abnormal Bila keadaan abnormal terjadi, maka harus segera dilaporkan kepada tingkat yang lebih tinggi yang tergantung kerusakannya. Tabel 1 : Kklasifikasi / tingkat kerusakan dan tingkat pelaporan Tingkatan Laporan Tingkatan kerusakan (1) (2) (3) (4) Project manager for civil work X X X X Manajerial X X X X Direksi X X Lembaga pemerintah yang berwenang X Keterangan : (1) Bila kerusakan dapat diperbaiki oleh tim pemeliharaan (2) Bila kerusakan tidak mengganggu pembangkitan (3) Bila kerusakan mengganggu pembangkitan (4) Bila kerusakan mempunyai kemungkinan dapat menghilangkannya manusia 3-24

73 MARKS ACCORDING TO CONDITIONS PATROLING OF DAM AREA RESER- VOIR AREA DAM BODY DOWN STREAM SPILL WAY OUTLET DAM CON- TROL CENTER ROAD TUNNEL Concrete Structure REMARKS REPORTER CHIEF ENGINEER 3-25

PELATIHAN AHLI SUPERVISI KONSTRUKSI JARINGAN IRIGASI

PELATIHAN AHLI SUPERVISI KONSTRUKSI JARINGAN IRIGASI ICSE 05 : PENGENALAN MANUAL O & P PELATIHAN AHLI SUPERVISI KONSTRUKSI JARINGAN IRIGASI DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Azwar Wahirudin, 2013

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Azwar Wahirudin, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kebutuhan air untuk pertanian di Indonesia merupakan hal yang sangat penting, untuk tercapainya hasil panen yang di inginkan, yang merupakan salah satu program pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 UMUM BAB I PENDAHULUAN 1.1 UMUM Air merupakan elemen yang sangat mempengaruhi kehidupan di alam. Semua makhluk hidup sangat memerlukan air dalam perkembangan dan pertumbuhannya. Siklus hidrologi yang terjadi

Lebih terperinci

PELATIHAN AHLI SUPERVISI TEROWONGAN

PELATIHAN AHLI SUPERVISI TEROWONGAN TSE 12 = PENGENALAN MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN PELATIHAN AHLI SUPERVISI TEROWONGAN DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BREBES Nomor : 21 Tahun : 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BREBES, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BUPATI ALOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR,

BUPATI ALOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR, BUPATI ALOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR, Menimbang : a. bahwa irigasi merupakan salah satu komponen yang mendukung

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA,

WALIKOTA TASIKMALAYA, WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 15A Tahun 2006 Lampiran : - TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 17 TAHUN 2004 TENTANG IRIGASI WALIKOTA TASIKMALAYA,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG, PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mencapai keberlanjutan sistem irigasi serta untuk

Lebih terperinci

BAB IV KAJIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV KAJIAN DAN PEMBAHASAN 36 BAB IV KAJIAN DAN PEMBAHASAN A. DAERAH LAYANAN Daerah Irigasi Cipuspa memiliki area seluas 130 Ha, dengan sumber air irigasi berasal dari Sungai Cibeber yang melalui pintu Intake bendung Cipuspa. Jaringan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 1 TAHUN 2009

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 1 TAHUN 2009 PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 1 TAHUN 2009 DRAFT-4 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP, Menimbang : a. bahwa pertanian mempunyai

Lebih terperinci

MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 30 /PRT/M/2007

MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 30 /PRT/M/2007 MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 30 /PRT/M/2007 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN SISTEM IRIGASI PARTISIPATIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 15 Tahun : 2012 Seri : E

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 15 Tahun : 2012 Seri : E LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 15 Tahun : 2012 Seri : E Menimbang PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG IRIGASI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang : a. bahwa sektor pertanian mempunyai peran yang sangat strategis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibatasi kanan dan kiri oleh garis sempadan. Pengelolaan sumber daya air adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibatasi kanan dan kiri oleh garis sempadan. Pengelolaan sumber daya air adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sungai Menurut Peraturan Pemerinah Republik Indonesia No.38 Tahun 2011, Sungai adalah alur atau wadah air alami dan/atau buatan berupa jaringan pengaliran air beserta air di

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG KELEMBAGAAN PENGELOLAAN IRIGASI (KPI) DI KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG KELEMBAGAAN PENGELOLAAN IRIGASI (KPI) DI KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS, 1 BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG KELEMBAGAAN PENGELOLAAN IRIGASI (KPI) DI KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 21

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjangkau beberapa teknis sebagai berikut : 1. Pengembangan sumber air dan penyediaan air bagi keperluan usaha tani.

TINJAUAN PUSTAKA. menjangkau beberapa teknis sebagai berikut : 1. Pengembangan sumber air dan penyediaan air bagi keperluan usaha tani. TINJAUAN PUSTAKA Irigasi Irigasi merupakan kegiatan penyediaan dan pengaturan air untuk memenuhi kepentingan pertanian dengan memanfaatkan air yang berasal dari permukaan dan air tanah. Pengaturan pengairan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa irigasi merupakan salah satu komponen penting pendukung

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30/PRT/M/2015 TENTANG PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN SISTEM IRIGASI

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30/PRT/M/2015 TENTANG PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN SISTEM IRIGASI MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30/PRT/M/2015 TENTANG PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN SISTEM IRIGASI

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIS

BAB II KERANGKA TEORITIS BAB II KERANGKA TEORITIS 2.1. Penelitian Terdahulu Murtiningrum (2009), Kebutuhan Peningkatan Kemampuan Petugas Pengelolaan Irigasi Di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Berdasarkan pembagian kewenangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hasil pertanian. Jumlah penduduk Idonesia diprediksi akan menjadi 275 juta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hasil pertanian. Jumlah penduduk Idonesia diprediksi akan menjadi 275 juta BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Irigasi Indonesia adalah Negara yang sebagian besar penduduknya hidup dari pertanian dengan makanan pokoknya bersumber dari beras, sagu, serta ubi hasil pertanian.

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 32 / PRT / M / 2007 TENTANG PEDOMAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 32 / PRT / M / 2007 TENTANG PEDOMAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 32 / PRT / M / 2007 TENTANG PEDOMAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM, Menimbang Mengingat : bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG I R I G A S I

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG I R I G A S I PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR, Menimbang : a. bahwa irigasi merupakan salah satu

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG IRIGASI BUPATI LEBAK,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG IRIGASI BUPATI LEBAK, LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEBAK, Menimbang a. bahwa irigasi merupakan

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 4 SERI E

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 4 SERI E LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 4 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJARNEGARA, Menimbang

Lebih terperinci

SDA RPT0. Konsep. Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknis Volume III : Jaringan Irigasi. Bagian 4 : Pekerjaan Operasi dan Pemeliharaan

SDA RPT0. Konsep. Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknis Volume III : Jaringan Irigasi. Bagian 4 : Pekerjaan Operasi dan Pemeliharaan RPT0 RANCANGAN PEDOMAN TEKNIS BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL Konsep Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknis Volume III : Jaringan Irigasi Bagian 4 : Pekerjaan Operasi dan Pemeliharaan ICS 93.010

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menyelenggarakan otonomi,

Lebih terperinci

BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang: BUPATI BOYOLALI, a. bahwa untuk mendukung produktivitas

Lebih terperinci

Perhitungan LPR dan FPR J.I Bollu (Eksisting)

Perhitungan LPR dan FPR J.I Bollu (Eksisting) 21 Perhitungan LPR dan FPR J.I Bollu (Eksisting) Bulan Periode Luas Tanaman Golongan I ( 1199 Ha ) Golongan II ( 1401 Ha ) Golongan III ( 1338 Ha ) LPR Q lahan FPR FPR Padi Tebu Polowijo jumlah Padi Tebu

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 24 TAHUN 2009 SERI E. 11 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 24 TAHUN 2009 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIREBON, Menimbang : a.

Lebih terperinci

NO LD. 23 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG IRIGASI

NO LD. 23 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG IRIGASI PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG IRIGASI I. UMUM 1. Peran sektor pertanian dalam struktur perekonomian nasional sangat strategis dan kegiatan pertanian tidak

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 02 TAHUN 2009 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI TENGAH,

PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 02 TAHUN 2009 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI TENGAH, PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 02 TAHUN 2009 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI TENGAH, Menimbang : a. bahwa air mempunyai fungsi sosial dalam

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Daftar Isi... 1

DAFTAR ISI. Daftar Isi... 1 DAFTAR ISI Daftar Isi... 1 BAB I STANDAR KOMPETENSI... 2 1.1 Kode Unit... 2 1.2 Judul Unit... 2 1.3 Deskripsi Unit... 2 1.4 Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja... 2 1.5 Batasan Variabel... 3 1.6

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA, Menimbang : a. bahwa keberadaan sistem irigasi beserta keberhasilan pengelolaannya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 URAIAN UMUM

BAB III METODOLOGI 3.1 URAIAN UMUM BAB III METODOLOGI 3.1 URAIAN UMUM Metodologi adalah suatu cara atau langkah yang ditempuh dalam memecahkan suatu persoalan dengan mempelajari, mengumpulkan, mencatat dan menganalisa semua data-data yang

Lebih terperinci

Gambar 7. Peta Ikhtisar Irigasi

Gambar 7. Peta Ikhtisar Irigasi GEOMETRIK IRIGASI Komponen-komponen sebuah jaringan irigasi teknis dapat dibedakan berdasarkan fungsinya. Untuk mengetahui komponen-komponen suatu jaringan irigasi dapat dilihat pada peta ikhtisar. Peta

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 22 TAHUN 2007 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI INDRAMAYU,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 22 TAHUN 2007 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI INDRAMAYU, PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 22 TAHUN 2007 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI INDRAMAYU, Menimbang : a. bahwa dalam rangka usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung keberhasilan pembangunan pertanian yang

Lebih terperinci

RC MODUL 1 TEKNIK IRIGASI

RC MODUL 1 TEKNIK IRIGASI RC14-1361 MODUL 1 TEKNIK IRIGASI PENDAHULUAN PENGERTIAN DAN MAKSUD IRIGASI Irigasi: Berasal dari istilah Irrigatie (Bhs. Belanda) atau Irrigation (Bahasa Inggris) diartikan sebagai suatu usaha yang dilakukan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 32 / PRT / M / 2007 TENTANG PEDOMAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 32 / PRT / M / 2007 TENTANG PEDOMAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 32 / PRT / M / 2007 TENTANG PEDOMAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM, Menimbang Mengingat : bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang : a. bahwa guna mewujudkan pembangunan sektor pertanian dalam rangka

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBER NOMOR 16 TAHUN 2005 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PENGAIRAN KABUPATEN JEMBER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBER,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1991 TENTANG SUNGAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1991 TENTANG SUNGAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1991 TENTANG SUNGAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sungai sebagai sumber air sangat penting fungsinya dalam pemenuhan kebutuhan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2001 TENTANG I R I G A S I PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2001 TENTANG I R I G A S I PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2001 TENTANG I R I G A S I PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa perubahan sistem pemerintahan daerah sebagaimana diatur dalam Undang-undang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI Uraian Umum

BAB III METODOLOGI Uraian Umum BAB III METODOLOGI 3.1. Uraian Umum Metodologi adalah suatu cara atau langkah yang ditempuh dalam memecahkan suatu persoalan dengan mempelajari, mengumpulkan, mencatat dan menganalisa semua data-data yang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK TIMUR, Menimbang : a. bahwa irigasi merupakan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN IRIGASI PARTISIPATIF (PIP) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN IRIGASI PARTISIPATIF (PIP) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN IRIGASI PARTISIPATIF (PIP) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mencapai keberlanjutan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMENEP NOMOR : 5 TAHUN 2011 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMENEP Menimbang : Mengingat : a. bahwa dengan diundangkannya

Lebih terperinci

JARINGAN IRIGASI PEDOMAN PENYELENGGARAAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI BAB I KEGIATAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI

JARINGAN IRIGASI PEDOMAN PENYELENGGARAAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI BAB I KEGIATAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 12/PRT/M/2015 TANGGAL : 6 APRIL 2015 TENTANG EKSPLOITASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI PEDOMAN PENYELENGGARAAN PEMELIHARAAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR SUMATERA SELATAN,

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR SUMATERA SELATAN, PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR SUMATERA SELATAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa sumber daya air adalah merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan I 1

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan I 1 I 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. TINJAUAN UMUM Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 menyatakan bahwa Sumber Daya Air dengan luas areal irigasi lebih dari 3.000 Ha atau yang mempunyai wilayah lintas propinsi menjadi

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan kemanfaatan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEMALANG, Menimbang : a. bahwa peran sektor pertanian

Lebih terperinci

IRIGASI AIR. Bangunan-bangunan Irigasi PROGRAM STUDI S-I TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI

IRIGASI AIR. Bangunan-bangunan Irigasi PROGRAM STUDI S-I TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI IRIGASI DAN BANGUNAN AIR Bangunan-bangunan Irigasi PROGRAM STUDI S-I TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2013 PENGERTIAN TENTANG IRIGASI Sejak ratusan tahun lalu atau bahkan ribuan

Lebih terperinci

BUPATI PESISIR SELATAN

BUPATI PESISIR SELATAN BUPATI PESISIR SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESISIR SELATAN NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PESISIR SELATAN, Menimbang : a. bahwa irigasi merupakan salah

Lebih terperinci

2 c. bahwa guna memberikan dasar dan tuntunan dalam pembentukan kelembagaan pengelolaan irigasi sebagaimana dimaksud pada huruf a, diperlukan komisi i

2 c. bahwa guna memberikan dasar dan tuntunan dalam pembentukan kelembagaan pengelolaan irigasi sebagaimana dimaksud pada huruf a, diperlukan komisi i No.640, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPU-PR. Irigasi. Komisi. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17/PRT/M/2015 TENTANG KOMISI IRIGASI DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

JARINGAN IRIGASI DAN BANGUNAN AIR

JARINGAN IRIGASI DAN BANGUNAN AIR Definisi Irigasi Irigasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring (Dalam Jaringan/Online) Edisi III, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Indonesia Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik

Lebih terperinci

PENYELENGGARAAN OPERASI JARINGAN IRIGASI

PENYELENGGARAAN OPERASI JARINGAN IRIGASI LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM Nomor : 32 / PRT/M/2007 Tanggal : 11 September 2007 PENYELENGGARAAN OPERASI JARINGAN IRIGASI BAB I KEGIATAN OPERASI JARINGAN IRIGASI Kegiatan operasi jaringan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 143, 2001 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2001 TENTANG I R I G A S I PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

PROFIL DINAS PEKERJAAN UMUM PENGAIRAN KABUPATEN SUMENEP TAHUN 2010

PROFIL DINAS PEKERJAAN UMUM PENGAIRAN KABUPATEN SUMENEP TAHUN 2010 PROFIL DINAS PEKERJAAN UMUM PENGAIRAN KABUPATEN SUMENEP TAHUN 2010 SATUAN KERJA A. DASAR HUKUM SATUAN KERJA 1. Peraturan daerah Kabupaten Sumenep Nomor 02 Tahun 2006 tentang Pembentukan Organisasi Dinas

Lebih terperinci

PP 35/1991, SUNGAI... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 35 TAHUN 1991 (35/1991)

PP 35/1991, SUNGAI... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 35 TAHUN 1991 (35/1991) PP 35/1991, SUNGAI... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 35 TAHUN 1991 (35/1991) Tanggal: 14 JUNI 1991 (JAKARTA) Sumber: LN 1991/44; TLN NO. 3445 Tentang: SUNGAI

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 44, 1991 (PERHUBUNGAN. PERTANIAN. Perikanan. Prasarana. Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik

Lebih terperinci

PERTEMUAN KE 6 A. Kompetensi Mahasiswa memahami proses pembuatan peta petak untuk keperluan irigasi

PERTEMUAN KE 6 A. Kompetensi Mahasiswa memahami proses pembuatan peta petak untuk keperluan irigasi PERTEMUAN KE 6 A. Kompetensi Mahasiswa memahami proses pembuatan peta petak untuk keperluan irigasi Bangunan Bangunan Utama (headworks) merupakan kompleks bangunan yang direncanakan di dan sepanjang sungai

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR, Menimbang : a. bahwa irigasi mempunyai peranan

Lebih terperinci

DESAIN BANGUNAN IRIGASI

DESAIN BANGUNAN IRIGASI DESAIN BANGUNAN IRIGASI 1. JENIS JENIS BANGUNAN IRIGASI Keberadaan bangunan irigasi diperlukan untuk menunjang pengambilan dan pengaturan air irigasi. Beberapa jenis bangunan irigasi yang sering dijumpai

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG WEWENANG, TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB KELEMBAGAAN PENGELOLAAN IRIGASI

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG WEWENANG, TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB KELEMBAGAAN PENGELOLAAN IRIGASI GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG WEWENANG, TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB KELEMBAGAAN PENGELOLAAN IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa keberadaan sistem

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG IRIGASI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG IRIGASI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG, Menimbang : a. bahwa irigasi

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO, Menimbang : a. bahwa irigasi sebagai salah

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG IRIGASI DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG IRIGASI DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG IRIGASI DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN

Lebih terperinci

STUDI MANAJEMEN PEMELIHARAAN ASET PADA INFRASTRUKTUR SUNGAI (STUDI KASUS BANGUNAN REVETMENT SUNGAI PEPE DI SURAKARTA)

STUDI MANAJEMEN PEMELIHARAAN ASET PADA INFRASTRUKTUR SUNGAI (STUDI KASUS BANGUNAN REVETMENT SUNGAI PEPE DI SURAKARTA) Konferensi Nasional Teknik Sipil 11 Universitas Tarumanagara, 26-27 Oktober 2017 STUDI MANAJEMEN PEMELIHARAAN ASET PADA INFRASTRUKTUR SUNGAI (STUDI KASUS BANGUNAN REVETMENT SUNGAI PEPE DI SURAKARTA) Nectaria

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG INFRASTRUKTUR IRIGASI

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG INFRASTRUKTUR IRIGASI LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03/PRT/M/2015 TENTANG PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG INFRASTRUKTUR PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG

Lebih terperinci

I. KERANGKA UMUM PEDOMAN RINCI OPERASI DAN PEMELIHARAAN DAERAH REKLAMASI RAWA PASANG SURUT

I. KERANGKA UMUM PEDOMAN RINCI OPERASI DAN PEMELIHARAAN DAERAH REKLAMASI RAWA PASANG SURUT LAMPIRAN III PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 11/PRT/M/2015 TANGGAL : 6 APRIL 2015 TENTANG EKSPLOITASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN REKLAMASI RAWA PASANG SURUT I. KERANGKA UMUM

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17/PRT/M/2015 TENTANG KOMISI IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17/PRT/M/2015 TENTANG KOMISI IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17/PRT/M/2015 TENTANG KOMISI IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, Menimbang : a. bahwa air sebagai sumber kehidupan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Umum. Bendung adalah suatu bangunan yang dibangun melintang sungai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Umum. Bendung adalah suatu bangunan yang dibangun melintang sungai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Bendung adalah suatu bangunan yang dibangun melintang sungai untuk meninggikan taraf muka air sungai dan membendung aliran sungai sehingga aliran sungai bisa bisa disadap dan

Lebih terperinci

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM SUMBER DAYA AIR DAN TATA

Lebih terperinci

IDENTITAS DAERAH IRIGASI

IDENTITAS DAERAH IRIGASI FORM SIPAI-D01 INVENT JARINGAN TAHUN : IDENTITAS DAERAH IRIGASI 1 Nama Daerah Irigasi 2 Kewen./Kepem. Pemerintah, status: Pusat Provinsi Kab./Kota Badan Usaha Badan Sosial P3A Desa Perseorangan 3 Nama

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 33 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Lokasi Penelitian berada di Saluran Sekunder Pulosari dengan panjang saluran sekunder 11,949 km yang terdiri dari Saluran Sekunder Pulosari dan Saluran

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PROBOLINGGO NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PROBOLINGGO, Menimbang : a. bahwa perubahan sistem

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTAPERATURAN DAERAH

PEMERINTAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTAPERATURAN DAERAH PEMERINTAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTAPERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 2 TAHUN 1998 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANIASIDAN TATAKERJA DINAS PEKERJAAN UMUM PROPINSI DAERAH ISTIMEWA

Lebih terperinci

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 22.A TAHUN TENTANG

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 22.A TAHUN TENTANG SALINAN WALIKOTA TEGAL 2013 TENTANG UNTUK MUSIM TANAM PENGHUJAN TAHUN 2013/2014 DAN MUSIM KEMARAU TAHUN 2014 DI KOTA TEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan produktivitas

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ACEH UTARA NOMOR : 11 TAHUN : 2005 SERI : D NOMOR : 11

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ACEH UTARA NOMOR : 11 TAHUN : 2005 SERI : D NOMOR : 11 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ACEH UTARA NOMOR : 11 TAHUN : 2005 SERI : D NOMOR : 11 QANUN KABUPATEN ACEH UTARA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS SUMBER DAYA AIR KABUPATEN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 41 Undang-Undang

Lebih terperinci

9. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1991 tentang Sungai ( Lembaran Negara Tahun 1991 Nomor 35, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3441 ); 10.

9. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1991 tentang Sungai ( Lembaran Negara Tahun 1991 Nomor 35, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3441 ); 10. Menimbang : a. PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR :17 TAHUN 2004 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA bahwa dalam rangka meningkatkan produktivitas hasil pertanian

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT IRIGASI

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT IRIGASI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT Menimbang Mengingat : a. bahwa air sebagai sumber kehidupan masyarakat yang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23/PRT/M/2015 TENTANG PENGELOLAAN ASET IRIGASI

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23/PRT/M/2015 TENTANG PENGELOLAAN ASET IRIGASI PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23/PRT/M/2015 TENTANG PENGELOLAAN ASET IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Bendung Kaligending terletak melintang di Sungai Luk Ulo, dimana sungai ini merupakan salah satu sungai yang cukup besar potensinya dan perlu dikembangkan untuk dimanfaatkan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN KOMISI IRIGASI KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, Menimbang : a. b. c. d. e. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI 1 / 70 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 41

Lebih terperinci

PERENCANAAN BENDUNGAN PAMUTIH KECAMATAN KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN BAB III METODOLOGI

PERENCANAAN BENDUNGAN PAMUTIH KECAMATAN KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN BAB III METODOLOGI BAB III METODOLOGI 3.1 TINJAUAN UMUM Dalam suatu perencanaan bendungan, terlebih dahulu harus dilakukan survey dan investigasi dari lokasi yang bersangkutan guna memperoleh data perencanaan yang lengkap

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN SUMBAWA.

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN SUMBAWA. PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN SUMBAWA. BUPATI SUMBAWA Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.863, 2012 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM. Pengelolaan. Aset. Irigasi. Pedoman. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13/PRT/M/2012 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN

Lebih terperinci

d. pelaksanaan operasi dan pemeliharaan, perbaikan sarana dan prasarana sumber daya e. pelaksanaan penanggulangan banjir dan pengendalian sumber daya

d. pelaksanaan operasi dan pemeliharaan, perbaikan sarana dan prasarana sumber daya e. pelaksanaan penanggulangan banjir dan pengendalian sumber daya BAB XXXV BALAI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WILAYAH SUNGAI CILIMAN CISAWARNA PADA DINAS SUMBER DAYA AIR DAN PEMUKIMAN PROVINSI BANTEN Pasal 158 Susunan Balai Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Ciliman

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBER NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBER, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13/PRT/M/2012 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN ASET IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13/PRT/M/2012 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN ASET IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13/PRT/M/2012 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN ASET IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 41 Undang-Undang

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 89 TAHUN 2008

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 89 TAHUN 2008 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 89 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS SEKRETARIAT, BIDANG, SUB BAGIAN DAN SEKSI DINAS PEKERJAAN UMUM PENGAIRAN PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang : a. bahwa Air merupakan karunia

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Daerah Irigasi Lambunu Daerah irigasi (D.I.) Lambunu merupakan salah satu daerah irigasi yang diunggulkan Propinsi Sulawesi Tengah dalam rangka mencapai target mengkontribusi

Lebih terperinci