STUDI KASUS PENGAMBILAN KEPUTUSAN
|
|
- Hadi Sudirman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 STUDI KASUS PENGAMBILAN KEPUTUSAN Evaluasi Program BLSM (Bantuan Langsung Sementara) DISUSUN OLEH : 1. BASNITA 2. HERIANI WAILID 3. MARLINA KOSIM 4. NUR KHIKMAH 5. RASTITI WIGATI 6. TEDDY 7. AFPRI MELYANA 8. AFPRI MELYANI SEMESTER : VII B KHUSUS DOSEN PEMBIMBIMBING : ROHMIAL, SE., M.Si STIA SATYA NEGARA PALEMBANG 2013
2 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai Negara yang penuh dengan keanekaragaman, Indonesia terdiri dari suku bangsa yang beranekaragam, memiliki bahasa dan budaya yang beranekaragam, serta memiliki sejumlah permasalahan yang beranekaragam, mulai dari permasalahan social, politik, ekonomi, dan lain-lain. Terutama mengenai permasalahan kesejahteraan dan kemiskinan yang tidak pernah ada habisnya. Dalam menghadapi permasalahan-permasalahan tersebut maka diperlukan pengambilan keputusan yang cepat dan tepat. Proses pengambilan keputusan yang cepat dan tepat dilakukan agar mendapatkan penyelesaian atau paling tidak mengurangi tingkat permasalahan yang terjadi. Kegiatan pembuatan keputusan meliputi pengindentifikasian masalah, pencarian alternatif penyelesaian masalah, evaluasi daripada alternatif-alternatif tersebut, dan pemilihan alternatif keputusan yang terbaik. Kemampuan seorang pimpinan dalam membuat keputusan dapat ditingkatkan apabila ia mengetahui dan menguasai teori dan teknik pembuatan keputusan. Dengan peningkatan kemampuan pimpinan dalam pembuatan keputusan maka diharapkan dapat meningkatkan kualitas keputusan yang dibuatnya, sehingga akan meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja organisasi. Pembuatan keputusan tersebut mencakup kegiatan identifikasi masalah, perumusan masalah, dan pemilihan alternatif keputusan berdasarkan perhitungan dan berbagai dampak yang mungkin timbul. Setelah tahap implementasi atau operasional suatu keputusan dalam suatu organisasi, akan dilanjutkan ke tahap evaluasi. Dalam tahap pengawasan/evaluasi, mencakup pemantauan, pemeriksaan, dan penilaian terhadap hasil pelaksanaan dari pembuatan keputusan yang telah dilakukan. Pada akhirnya, kegiatan pengambilan keputusan yang cepat dan tepat merupakan bagian dari kegiatan administrasi dimaksudkan agar permasalahan 1
3 3 yang akan menghambat roda organisasi dapat segera terpecahkan dan terselesaikan sehingga suatu organisasi dapat berjalan secara efisien dan efektif dalam rangka mencapai suatu tujuan organisasi. Program BLSM merupakan salah satu contoh keputusan yang dibuat pemerintah sebagai kompensasi atas kenaikan harga BBM. Seiring dengan telah berlangsungnya program BLSM, program tersebut menuai banyak permasalahan. Pada hal, program ini dimasukkan sebagai penyelesaian masalah kenaikan BBM. Pemerintah mengklaim program bantuan langsung sosial masyarakat (BLSM) merupakan keputusan yang tidak hanya akan membantu masyarakat miskin ketika harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi dinaikan, namun juga akan menurunkan angka kemiskinan. BLSM yang dibagi-bagi pemerintah ternyata tidak efektif membantu masyarakat. Kompensasi senilai Rp 150 per bulan dinilai tak berarti bila dibanding dampak sosial yang ditimbulkan akibat kenaikan harga BBM. B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan pengambilan keputusan? 2. Apakah tujuan dari pengambilan keputusan? 3. Bagaimana proses pengambilan keputusan itu? 4. Bagaimana pelaksaanaan program BLSM? C. Tujuan 1. Mengetahui definisi dari pengambilan keputusan. 2. Mengetahui tujuan pengambilan keputusan. 3. Mengetahui bagaimana proses pengambilan keputusan. 4. Mengevaluasi pelaksanaan program BLSM.
4 4 BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Pengambilan Keputusan Keputusan adalah hasil pemecahan masalah yang dihadapinya dengan tegas. Hal itu berkaitan dengan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mengenai apa yang harus dilakukan dan seterusnya mengenai unsur-unsur perencanaan. Dapat juga dikatakan bahwa keputusan itu sesungguhnya merupakan hasil proses pemikiran yang berupa pemilihan satu diantara beberapa alternatif yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Keputusan itu sendiri merupakan unsur kegiatan yang sangat vital. Jiwa kepemimpinan seseorang itu dapat diketahui dari kemampuan mengatasi masalah dan mengambil keputusan yang tepat. Keputusan yang tepat adalah keputusan yang berbobot dan dapat diterima bawahan. Ini biasanya merupakan keseimbangan antara disiplin yang harus ditegakkan dan sikap manusiawi terhadap bawahan. Keputusan yang demikian ini juga dinamakan keputusan yang mendasarkan diri pada human relations. Setelah pengertian keputusan disampaikan, kiranya perlu pula diikuti dengan pengertian tentang pengambilan keputusan. Ada beberapa definisi tentang pengambilan keputusan, dalam hal ini arti pengambilan keputusan sama dengan pembuatan keputusan, misalnya Terry, definisi pengambilan keputusan adalah pemilihan alternatif perilaku dari dua alternatif atau lebih ( tindakan pimpinan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam organisasi yang dipimpinnya dengan melalui pemilihan satu diantara alternatif-alternatif yang dimungkinkan). Menurut Siagian pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan terhadap hakikat suatu masalah, pengumpulan fakta-fakta dan data, penentuan yang matang dari alternatif yang dihadapi dan pengambilan tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat. 3
5 5 Dari kedua pengertian diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa keputusan itu diambil dengan sengaja, tidak secara kebetulan, dan tidak boleh sembarangan. Masalahnya telebih dahulu harus diketahui dan dirumuskan dengan jelas, sedangkan pemecahannya harus didasarkan pemilihan alternatif terbaik dari alternatif yang ada. B. Tujuan Pengambilan Keputusan Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam organisasi itu dimaksudkan untuk mencapai tujuan organisasinya yang dimana diinginkan semua kegiatan itu dapat berjalan lancer dan tujuan dapat dicapai dengan mudah dan efisien. Namun, kerap kali terjadi hambatan-hambatan dalam melaksanakan kegiatan. Ini merupakan masalah yang hatus dipecahkan oleh pimpinan organisasi. Pengambilan keputusan dimaksudkan untuk memecahkan masalah tersebut. C. Proses Pengambilan Keputusan Setiap keputusan yang diambil itu merupakan perwujudan kebijakan yang telah digariskan. Oleh karena itu, analisis proses pengambilan keputusan pada hakikatnya sama saja dengan analisis proses kebijakan. Proses pengambilan keputusan meliputi : 1. Identifikasi masalah Dalam hal ini pemimpin diharapkan mampu mengindentifikasikan masalah yang ada di dalam suatu organisasi. 2. Pengumpulan dan penganalisis data Pemimpin diharapkan dapat mengumpulkan dan menganalisis data yang dapat membantu memecahkan masalah yang ada. 3. Pembuatan alternatif-alternatif kebijakan Setelah masalah dirinci dengan tepat dan tersusun baik, maka perlu dipikirkan cara-cara pemecahannya. Cara pemecahan ini hendaknya selalu diusahakan adanya alternatif-alternatif beserta konsekuensinya, baik positif maupun negatif. Oleh sebab itu, seorang pimpinan harus dapat mengadakan perkiraan
6 6 sebaik-baiknya. Untuk mengadakan perkiraan dibutuhkan adanya informasi yang secukupnya dan metode perkiraan yang baik. Perkiraan itu terdiri dari berbagai macam pengertian: Perkiraan dalam arti Proyeksi Perkiraan yang mengarah pada kecenderungan dari data yang telah terkumpul dan tersusun secara kronologis. Perkiraan dalam arti prediksi Perkiraan yang dilakukan dengan menggunakan analisis sebab akibat. Perkiraan dalam arti konjeksi Perkiraan yang didasarkan pada kekuatan intuisi (perasaan). Intuisi disini sifatnya subjektif, artinya tergantung dari kemampuan seseorang untuk mengolah perasaan. 4. Pemilihan salah satu alternatif terbaik Pemilihan satu alternatif yang dianggap paling tepat untuk memecahkan masalah tertentu dilakukan atas dasar pertimbangan yang matang atau rekomendasi. Dalam pemilihan satu alternatif dibutuhkan waktu yang lama karena hal ini menentukan alternative yang dipakai akan berhasil atau sebaliknya. 5. Pelaksanaan keputusan Dalam pelaksanaan keputusan berarti seorang pemimpin harus mampu menerima dampak yang positif atau negatif. Ketika menerima dampak yang negatif, pemimpin harus juga mempunyai alternatif yang lain. 6. Pemantauan dan pengevaluasian hasil pelaksanaan Setelah keputusan dijalankan seharusnya pimpinan dapat mengukur dampak dari keputusan yang telah dibuat. D. Evaluasi Atas Pelaksanaan Keputusan Evaluasi seringkali dianggap proses terakhir dari pengambilan keputusan, namun perlu kita cermati lagi evaluasi bukanlah akhir, evaluasi dapat melahirkan
7 7 umpan balik, setelah diadakan evaluasi dapat menghasilkan keputusan-keputusan baru misalnya ketika keputusan yang telah dilaksanakan dinilai efektif maka keputusan tersebut dapat dijadikan acuan untuk keputusan-keputusan atas permasalahan lain yang dikemudian hari dapat terjadi, namun ketika pada tahap evaluasi teryata keputusan yang dijalankan menghasilkan permasalahanpermasalahan baru atau bisa diartikan keputusan tersebut kurang efektif, maka pembuat keputusan diharuskan membuat keputusan baru yang mengarah pada perbaikan. Pendekatan umum dalam evaluasi adalah sebagai berikut: a. Pengukuran atas pencapaian yang diamati. b. Perbandingan dengan norna, standar atau hasil yang didinginkan. c. Penilaian sampai sejauh mana nilai dapat dipenuhi. d. Analisis penyebab kegagalan. e. Keputusan (umpan balik) Ruang Lingkup Evaluasi Menurut Deniston ruang lingkup evaluasi ada 3 yaitu: a. Kelayakan program (kesesuaian hasil dengan sikon) b. Kecukupan program (hasil dibandingkan dengan tujuan) c. Efektivitas program (hasil dapat menyelesaikan masalah), efisiensi (hasil dengan penggunaan sumber daya) Menurut George James, ruang lingkup evaluasi program ada 4 yaitu: a. Upaya program (berbasis pada masalah) b. Penampilan program (bandingkan rencana) c. Ketepatan penampilan program (dibandingkan dengan tujuan) d. Efisiensi program (penggunaan sumber daya) Tujuan Evaluasi 1. Mengukur efek suatu program/kebijakan pada kehidupan masyarakat dengan membandingkan kondisi antara sebelum dan sesudah adanya program
8 8 tersebut. Mengukur efek menunjuk pada perlunya metodologi penelitian. Sedang membandingkan efek dengan tujuan mengharuskan penggunaan kriteria untuk mengukur keberhasilan 2. Memperoleh informasi tentang kinerja implementasi kebijakan dan menilai kesesuaian dan perubahan program dengan rencana 3. Memberikan umpan balik bagi manajemen dalam rangka perbaikan/ penyempurnaan implementasi 4. Memberikan rekomendasi pada pembuat kebijakan untuk pembuatan keputusan lebih lanjut mengenai program di masa datang. 5. Sebagai bentuk pertanggung-jawaban public/ memenuhi akuntabilitas public. Katagori Evaluasi Katagori Efektifitas Efisiensi Kecukupan Pemerataan Responsivitas Ketepatan Pertanyaan Apakah hasil yang diinginkan telah tercapai? Seberapa banyak upaya yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan? Seberapa jauh pencapaian hasil yang diinginkan untuk memecahkan masalah Apakah biaya manfaat didistribusikan secara merata kepada kelompok-kelompok yang berbeda? Apakah hasil kebijakan memuaskan kebutuhan/preferensi atau nilai-nilai kelompok tertentu? Apakah hasil (tujuan) yang diinginkan benar-benar berguna atau bernilai
9 9 BAB III STUDI KASUS Kebiijakan adalah suatu tindakan yang mengarah pada tujuan tertentu yang dilakukan oleh seorang aktor atau beberapa aktor berkenaan dengan suatu masalah. Tindakan para aktor kebijakan dapat berupa pengambilan keputusan yang biasanya bukan merupakan keputusan tunggal, artinya kebijakan diambil dengan cara mengambil beberapa keputusan yang saling terkait dengan masalah yang ada. Pengambilan keputusan dapat diartikan sebagai pemilihan alternatif terbaik dari beberapa pilihan alternatif yang tersedia. Salah satu contoh kasus pengambilan keputusan adalah mengenai pengambilan keputusan kenaikan harga BBM oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Jika berbicara tentang BBM (bahan bakar minyak) yang mempengaruhi hajat hidup manusia banyak, proses pengambilan keputusan telah melalui sidang paripurna dikarenakan pada rapat sebelumnya dengan badan anggaran ( Banggar) tidak menemukan titik temu, ada beberapa alternatif yang dibuat oleh pihak yang pro maupun yang kontra. Pada akhirnya keputusan yang diambil adalah menaikkan harga BBM dengan tujuan agar subsidi yang diberlakukan selama ini akan lebih tepat sasaran bila langsung disalurkan kepada warga miskin melalui program BLSM. Bantuan Langsung Sementara Masyarakat atau BLSM (kadang disebut juga balsem) adalah bantuan yang diberikan Pemerintah Indonesia atas kenaikan harga BBM yang terjadi pada 22 Juni2013. Pemerintah Indonesia meyakini tindakan ini merupakan keputusan yang penting untuk menyelamatkan fiskal negara, meskipun pemerintah juga meyakini bahwa ini adalah keputusan yang sulit bagi pemerintah. Total dana ganti rugi kenaikan BBM bersubsidi sebesar 27,9 triliun rupiah kepada setiap keluarga yang berhak menerima. Ada 15,5 juta rumah tangga yang akan menerima BLSM selama 4-5 bulan bagi mereka yang berpenghasilan Rp Rp per hari. Walaupun begitu, BLSM sering disebut masyarakat sebagai kelanjutan dari Bantuan Langsung Tunai (BLT). 8
10 10 Sebenarnya apa dampak dari keputusan menaikan harga BBM terhadap kehidupan perekonomian rakyat? Bukankah keputusan yang diambil pemerintah tersebut diambil agar subsidi pemerintah lebih tepat sasaran? Kenaikan harga BBM tentu akan berimbas pada kenaikan harga seluruh barang baik komoditas pertanian, bahan-bahan kebutuhan pokok, tarif angkutan umum, hingga bahanbahan material properti. Dampak ini bukannya tidak disadari oleh pemerintah, tapi dengan dalih inflasi yang tidak terhindarkan, maka mau tidak mau, setuju atau tidak setuju harga BBM bersubsidi harus dinaikkan. Meski demikian, pemerintah juga tidak tinggal diam. Untuk meningkatkan daya beli masyarakat miskin, pemerintah menyertakan program bantuan sosial berupa Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) untuk kaum papa di negeri ini. Sasaran penerima BLSM adalah masyarakat miskin penerima raskin (beras miskin). Teknisnya, setiap penerima raskin memperoleh Kartu Perlindungan Sosial (KPS) yang dikirim melalui layanan POS Indonesia. BLSM merupakan program pemerintah untuk meningkatkan daya beli masyarakat miskin sebagai kompensasi kenaikan harga BBM. Program ini berupa pemberian dana bantuan secara tunai sebesar Rp ,- (seratus lima puluh ribu rupiah) setiap bulan. Sesuai dengan namanya, bantuan sosial ini tidak berlangsung abadi, karena hanya bersifat sementara. Rumah Tangga Sasaran (RTS) hanya akan menerima BLSM selama empat bulan saja. Secara teknis, penyaluran BLSM mulai dilakukan serentak pada 22 Juni Tidak seperti penyaluran BLT (Bantuan Langsung Tunai) pada tahun 2009 silam, di mana para penerima bantuan sosial tersebut harus antre bahkan saling berdesakan. Meski instansi penyalur yang ditunjuk masih sama, yakni PT. POS Indonesia, namun kali ini, sistem penyaluran BLSM lebih teratur, karena ditentukan jadwal layanan berdasarkan kelurahan. Petugas hanya akan melayani pencairan BLSM sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan saja. Artinya, jika warga dari kelurahan lain ingin mencairkan BLSM tidak sesuai dengan jadwal yang ditentukan, maka warga tersebut tidak akan dilayani. Oleh sebab itu, RTS yang ingin mencairkan BLSM disyaratkan untuk membawa Kartu Tanda
11 11 Penduduk (KTP) sehingga petugas dapat melakukan verifikasi data yang bersangkutan. Pada tahap pertama, BLSM akan disalurkan untuk dua bulan sekaligus yakni Juli dan Agustus, sehingga setiap RTS akan memperoleh dana sebesar Rp ,- (tiga ratus ribu rupiah). Cara mendapatkan bantuan Cara untuk mendapatkan bantuan ini adalah sebagai berikut: 1. Terdaftar di Badan Pusat Statistik sebagai orang yang tidak mampu. 2. Setelah terdaftar, Kartu Perlindungan Sosial (KPS) dibagikan melalui Pos Indonesia. 3. Bila telah menerima KPS, maka yang bersangkutan datang ke Kantor pos yang ditunjuk. 4. Kemudian, anda mengantre untuk selanjutnya mendapatkan kartu antrean. Bawalah Kartu Perlindungan Sosial sebagai buktinya. 5. Seusai mendapatkan kartu antrian, masyarakat menunggu kembali untuk dilakukan verifikasi. 6. Setelah lolos verifikasi untuk KPS, Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan kartu normatif, masyarakat baru berhak menerima Bantuan BLSM yang diberikan pemerintah sebesar Rp EVALUASI PROGRAM BLSM Pemerintah diminta untuk melakukan evaluasi penyaluran Bantuan Langsung Sementara (BLSM) kepada masyarakat miskin sebagai kompensasi keputusan menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM). 1. Penyaluran BLSM tidak tepat sasaran Penerima BLSM tidak tepat sasaran : - Ada beberapa Warga Miskin (GAKIN) tidak menerima BLSM - Yang kaya/warga mampu (dalam hal ekonomi) menerima BLSM
12 12 - Menurut data dari PT Pos Indonesia, sebanyak Kartu Perlindungan Sosial berstatus retur (kembali). Ada 5 kategori untuk kartu KPS dengan status retur itu. Yakni alasan 40 persen ditolak, sekitar 25 persen meninggal pindah, 25 persen penerima tidak dikenal, serta 10 persen karena alasan lainnya. Ini membuktikan data penerima BLSM tidak akurat bahkan banyak salah sasaran. Nilai BLSM memang tidak seberapa, tapi bagi keluarga miskin sangat berarti. pemerintah seharusnya serius menyikapi BLSM salah sasaran, karena BLSM program mulia dari pemerintah tapi justru mengudang kesedihan di masyarakat miskin yang tidak mendapatkannya. Seharusnya pemerintah betulbetul melakukan pendataan terhadap penerima bantuan BLSM. Pendataan penerima BLSM diluar dari kerja PT Pos. Pihaknya hanya berperan menyerahkan KPS kepada penerima yang tercatat pada kartu tersebut, selanjutnya menyalurkan sesuai dengan data yang telah ada. Pendataan dilakukan dari Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) Pusat sementara dananya berasal dari Kementerian Sosial. Pemerintah seharusnya segera melakukan evaluasi menyeluruh atas realisasi pencairan dana Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) tahap pertama agar ada perbaikan di tahap kedua, namun pencairan BLSM tahap kedua tetap menuai permasalahan yang sama. Kita tidak bisa menutup mata bahwa pemerintah tidak siap dengan keputusan yang diambilnya, terbukti dengan adanya beragam data yang tidak akurat. 2. BLSM mendidik bangsa jadi pengemis Meski pemerintah telah berusaha mengurangi dampak negatif kenaikan harga BBM bagi masyarakat miskin dengan memberikan kompensasi berupa BLSM, namun program tersebut dinilai sebagian kalangan tidak mendidik masyarakat untuk mandiri. Masyarakat justru dilatih untuk menjadi pengemis yang selalu bergantung pada bantuan pemerintah. Hal ini akan berpengaruh pada keefektifan program tersebut. BLSM hanya berlangsung sementara dengan
13 13 nominal yang relatif kecil. Apakah dalam waktu empat bulan, penerima BLSM akan mandiri secara ekonomi? Belum tentu. Pemerintah seolah lupa bahwa dampak kenaikan harga BBM akan berimbas pada setiap lini perekonomian dan akan berlangsung seterusnya. Lantas, apa yang bisa dilakukan masyarakat miskin penerima BLSM setelah tidak memperoleh bantuan sosial dari pemerintah? Jika tidak ada usaha pemberdayaan, kelompok masyarakat tersebut akan tetap miskin. Program BLSM dipandang hanya sebagai fatamorgana, tampak indah tetapi hanya sementara. Masyarakat dicekoki dengan bantuan sosial, tapi di saat masyarakat terlena dengan bantuan tersebut, pemerintah akan meninggalkannya, karena memang anggaran program terbatas untuk empat bulan saja. Masyarakat yang terlena sontak gelagapan karena sumber dana untuk membiayai sebagian kebutuhannya tertutup. Oleh sebab itu, ketergantungan masyarakat inilah yang mendasari munculnya penilaian bahwa program BLSM tidak mendidik masyarakat untuk mandiri. Uang bagi yang berkendaraan roda dua, dan tempat pekerjaan relatif jauh belum tentu cukup uang bensin. Sedangkan harga kebutuhan melambung tinggi. BLSM hanya bermanfaat bagi masyarakat jika pemerintah mampu mengendalikan harga kebutuhan pokok pada harga sebelum issu kenaiikan harga BBM. Pertanyaanya bisakah pemerintah mengendalikan itu? Pasti jawabannya TIDAK oleh sebab itu BLSM tidak efektif menolong rakyat. 3. Keluhan, Protes dan Demonstrasi Lemahnya pengawasan pemerintah akan bantuan BLSM membuat sebagian warga yang berhak menerima bantuan BLSM malah tidak mendapatkan bantuan BLSM. Sementara itu, sebagian warga yang tidak berhak menerima bantuan BLSM malah mendapatkan bantuan BLSM. Oleh karena itu, terjadilah protes dan demonstrasi yang disebabkan oleh bantuan BLSM yang tidak tepat sasaran.
14 14 4. BLSM Sarana Kepentingan Politik Program bantuan langsung sementara masyarakat (BLSM) dinilai oleh banyak orang, dijadikan sebagai sarana mencari dukungan publik terhadap tokoh atau partai politik menjelang Pemilu Menjelang Pemilu 2014 adalah sangat wajar apabila publik mencurigai motivasi dari menteri yang memantau langsung pemberian BLSM tersebut. Terlebih lagi, menteri yang melakukan pemantauan tidak ada kaitannya dengan BLSM dan membagikannya di daerah pemilihannya. Namun, alangkah baiknya kita berfikir positif bisa saja faktor kebetulan semata, pemantauan BLSM di daerah A dipantau oleh pejabat menteri yang dapilnya sama agar pengawasan bisa efektif. Pemerintah mengklaim program bantuan langsung sosial masyarakat (BLSM) merupakan keputusan yang tidak hanya akan membantu masyarakat miskin ketika harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi dinaikan, namun juga akan menurunkan angka kemiskinan. BLSM yang dibagi-bagi pemerintah ternyata tidak efektif membantu masyarakat. Kompensasi senilai Rp 150 per bulan dinilai tak berarti bila dibanding dampak sosial yang ditimbulkan akibat kenaikan harga BBM.
15 15 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan 1. Pengambilan keputusan adalah pemilihan alternatif perilaku dari beberapa alternatif untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan pengambilan tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat. 2. Proses pengambilan keputusan meliputi: Identifikasi masalah, pengumpulan dan penganalisis data, pembuatan alternatif-alternatif kebijakan, pemilihan salah satu alternatif terbaik, pelaksanaan keputusan/implementasi, pemantauan dan pengevaluasian hasil pelaksanaan. 3. Program BLSM merupakan salah satu contoh keputusan yang dibuat pemerintah sebagai kompensasi atas kenaikan harga BBM. Seiring dengan telah berlangsungnya program BLSM, program tersebut menuai banyak permasalahan. Pada hal, program ini dimasukkan sebagai penyelesaian masalah kenaikan BBM. Namun ternyata program tersebut malah menuai masalah-masalah baru. BLSM bukanlah keputusan yang tepat karena faktanya program ini kurang efektif. B. Saran 1. Setiap keputusan yang dibuat diharapkan merupakan keputusan yang berkualitas dengan mengacu pada efisiensi dan efektivitasnya, terutama mengenai keputusan yang menyangkut hajat hidup orang banyak ataupun yang menyangkut kesejahteraan. 2. Pemerintah diminta untuk melakukan evaluasi penyaluran Bantuan Langsung Sementara (BLSM) kepada masyarakat miskin sebagai kompensasi keputusan menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM). 3. Evaluasi atas program BLSM diharapkan akan menjadi acuan pemerintah dalam pengambilan keputusan-keputusan dimasa yang akan datang, agar keputusan yang diambil dapat lebih bijaksana, dan teruji ketepatannya dalam menyelesaikan permasalahan publik. 14
16 16 Daftar Pustaka diakses Rabu, 02 Oktober diakses Rabu, 02 Oktober diakses Rabu, 02 Oktober diakses Rabu, 02 Oktober diakses Rabu, 02 Oktober diakses Rabu, 02 Oktober 2013 Syamsi, Ibnu. Pengambilan Keputusan (Decision Making). Jakarta : Bina Aksara. 1989
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemiskinan merupakan akar dari segala permasalahan. Pada saat ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan akar dari segala permasalahan. Pada saat ini kemiskinan merupakan masalah yang banyak terjadi di masyarakat. Kemiskinan yang terjadi saat
Lebih terperinciPO LIT EKNIK IND RAM AYU (PO LIND RA)
1 (teori pengambilan keputusan) Ditujukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Statistika Dan Probabilitas DISUSUN OLEH KELOMPOK I : SENDY BAYU SETIYAZI AHMAD JAMALUDIN FARIZ FATH AL-AKBAR CANDRA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lima tahun kedepan kepada Bapak Susilo Bambang Yudhoyono terbukti dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono periode pertama berakhir tahun 2009, namun rakyat Indonesia masih mempercayakan kepemimpinan negeri ini lima tahun kedepan kepada
Lebih terperinciBantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) 2012
1. Pendahuluan Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) 2012 Pemerintah akan mengalokasikan dana tunai sebesar Rp 25,6 triliun kepada 18,5 juta keluarga miskin atau 74 juta jiwa sebagai kompensasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono periode pertama berakhir tahun 2009,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono periode pertama berakhir tahun 2009, namun rakyat Indonesia masih mempercayakan kepemimpinan negeri ini lima tahun kedepan
Lebih terperinci1 Universitas Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kenaikan harga minyak mentah dunia berimbas kepada meningkatnya harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di Indonesia. Walaupun sumber daya migas di Indonesia cukup berlimpah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. komunikasi, yang menjadi unsur pokok dalam aktivitas Public Relations (PR).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan jaman, komunikasi mengalami perkembangan pesat. Baik bentuk maupun media komunikasi sekarang ini menjadi lebih kompleks dan global. Perusahaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia upaya kepedulian terhadap persoalan kemiskinan sudah. Orde Baru, maupun pada masa pemerintahan di era Reformasi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia upaya kepedulian terhadap persoalan kemiskinan sudah berlangsung sejak lama, baik pada jaman pemerintahan masa Orde Lama, masa Orde Baru, maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. separuh APBN terkonsentrasi pada pemberian subsidi. Menurut Kompas.com
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada 22 Juni 2013, pemerintah melakukan sebuah kebijakan yaitu menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Kebijakan ini merupakan kenaikan harga BBM pertama
Lebih terperinciBukuGRATISinidapatdiperbanyakdengantidakmengubahkaidahsertaisinya.
EdisiBukuSaku Bersama-samaSelamatkanUangRakyat Disusunoleh: Tim SosialisasiPenyesuaianSubsidi BahanBakarMinyak JokoSulistyo(TataLetak) Komikoleh: @irfanamalee(creativedirector) ZahraSafirah(Naskah) Isnaeni(Ilustrator)
Lebih terperinciRegulasi Kebijakan Umum
BBM Regulasi Kebijakan Umum Undang Undang Nomor 19 Tahun 2012 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun 2013 Peraturan Presiden RI No.15 Tahun 2012 Tentang Harga Jual Eceran Dan Konsumen Pengguna
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Krisis perekonomian tersebut telah mengakibatkan kondisi
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Krisis moneter yang berlangsung di Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 telah memporakporandakan seluruh aspek kehidupan bangsa terutama sendi-sendi perekonomian nasional.
Lebih terperinciBuku GRATIS ini dapat diperbanyak dengan tidak mengubah kaidah serta isinya
Edisi Tanya Jawab Bersama-sama Selamatkan Uang Bangsa Disusun oleh: Tim Sosialisasi Penyesuaian Subsidi Bahan Bakar Minyak Sampul Depan oleh: Joko Sulistyo & @irfanamalee dkk. Ilustrator oleh: Benny Rachmadi
Lebih terperinciBANTUAN LANGSUNG UNTUK RAKYAT MISKIN DIBERIKAN HINGGA 2014
BANTUAN LANGSUNG UNTUK RAKYAT MISKIN DIBERIKAN HINGGA 2014 bintangsatria.wordpres.com Tahun 2012 ini pemerintah kembali bagi-bagi uang. Dana disediakan sebesar Rp1,8 triliun untuk 1,5 juta keluarga miskin.
Lebih terperinciMenjelaskan Kenaikan Harga Premium dan Solar
Menjelaskan Kenaikan Harga Premium dan Solar Menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi sudah pasti mengundang protes. Ini adalah kebijakan yang sangat tidak populer. Banyak orang menilai, keputusan
Lebih terperinciMenjelaskan Kenaikan Harga Premium dan Solar
Menjelaskan Kenaikan Harga Premium dan Solar Menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi sudah pasti mengundang protes. Ini adalah kebijakan yang sangat tidak populer. Banyak orang menilai, keputusan
Lebih terperinciAPBN 2008 dan Program Kompensasi. Freddy H. Tulung Dirjen SKDI
APBN 2008 dan Program Kompensasi Freddy H. Tulung Dirjen SKDI 1 Filosofi Kebijakan Pemerintah Kebijakan yang populer belum tentu benar, kebijakan yg benar tidak selamanya populer Ekonomi negara harus dikelola
Lebih terperinciAlokasi Dana Hasil Penghematan Subsidi BBM: Sebuah Catatan
Alokasi Dana Hasil Penghematan Subsidi BBM: Sebuah Catatan 1. Pendahuluan Pemerintah mengusulkan kenaikan harga premium dan solar Rp 1.500 per liter, sehingga harga kedua jenis BBM bersubsidi itu akan
Lebih terperinciSchool of Communication Inspiring Creative Innovation. Pengembangan Kepemimpinan Pertemuan 10 SM III
Penempatan School of Communication Pegawai & Business Inspiring Creative Innovation Pengembangan Kepemimpinan Pertemuan 10 SM III 2017-2018 PROSES DAN MEKANISME PENGAMBILAN KEPUTUSAN Mahasiswa dapat memahami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kebijakan APBN 2013 memberikan alokasi yang cukup besar terhadap
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebijakan APBN 2013 memberikan alokasi yang cukup besar terhadap subsidi energi seperti Bahan Bakar Minyak (BBM) sekitar 193,8 Triliun atau 11,5 persen dialokasikan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Tidak ada satu negara di muka bumi ini yang melewatkan pembangunan.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tidak ada satu negara di muka bumi ini yang melewatkan pembangunan. Pembangunan sudah menjadi bagian dari proses terbentuknya peradaban manusia. Tujuan dari
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia merupakan negara pengekspor dan pengimpor, baik untuk minyak mentah (crude oil) maupun produk-produk minyak (oil product) termasuk bahan bakar minyak. Produksi
Lebih terperinci1. Memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional pada umumnya dan penerimaan negara pada khususnya.
Pelaksanaan Kewajiban Pelayanan Publik (Public Service Obligation-PSO) sampai saat ini belum berjalan dengan baik. Secara umum permasalahan tersebut antara lain adalah belum adanya persepsi yang sama tentang
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 45
BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 45 WALIKOTA BANDUNG PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR 836 TAHUN 2010 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR 269 TAHUN 2010 TENTANG
Lebih terperinciWALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 42 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENDISTRIBUSIAN BERAS MISKIN DI KOTA SURABAYA TAHUN 2010
SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 42 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENDISTRIBUSIAN BERAS MISKIN DI KOTA SURABAYA TAHUN 2010 WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : a. bahwa guna kelancaran
Lebih terperinciDEPARTEMEN KAJIAN Dan AKSI STRATEGIS. Kenaikan. HargaBBM. Ditinjau dari Aspek Kewenangan Pengambilan Kebijakan. buka dari sini
DEPARTEMEN KAJIAN Dan AKSI STRATEGIS Kenaikan HargaBBM Ditinjau dari Aspek Kewenangan Pengambilan Kebijakan buka dari sini Pembahasan wacana kenaikan harga BBM kembali menguak dan menjadi sorotan utama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai elemen di dalam masyarakat. Contohnya elemen pemerintah dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media massa tidak hanya digunakan untuk komunikasi massa atau sebagai sarana penyampaian pesan saja, tetapi juga sebagai penghubung antar berbagai elemen di
Lebih terperinciRINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 43/PUU-X/2012 Tentang Penentuan Harga BBM Bersubsidi
RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 43/PUU-X/2012 Tentang Penentuan Harga BBM Bersubsidi I. PEMOHON 1. Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) diwakili oleh Ir. H. Said Iqbal, M.E. dan
Lebih terperinciGUBERNUR GORONTALO PERATURAN GUBERNUR GORONTALO NOMOR 34 TAHUN 2017 TENTANG
GUBERNUR GORONTALO PERATURAN GUBERNUR GORONTALO NOMOR 34 TAHUN 2017 TENTANG PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG HAK KEUANGAN DAN ADMINISTRATIF PIMPINAN DAN ANGGOTA
Lebih terperinciRINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 43/PUU-X/2012 Tentang Penentuan Harga BBM Bersubsidi
RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 43/PUU-X/2012 Tentang Penentuan Harga BBM Bersubsidi I. PEMOHON 1. Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) diwakili oleh Ir. H. Said Iqbal,
Lebih terperinciProgram Bantuan Langsung Tunai (BLT) merupakan salah satu solusi meminimalkan dampak kenaikan harga BBM dengan memberikan subsidi langsung bagi
B O KS RIN G KA S A N EKS EKU TIF S U RV EI EF EKTIV ITA S B A N TU A N L A N G S U N G TU N A I (B L T) D I KO TA S EM A RA N G Program Bantuan Langsung Tunai (BLT) merupakan salah satu solusi meminimalkan
Lebih terperinciProgram Kompensasi Penyesuaian Subsidi Bahan Bakar Minyak 2013
Program Kompensasi Penyesuaian Subsidi Bahan Bakar Minyak 2013 Kebijakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2013 semula masih memberikan alokasi yang cukup besar terhadap subsidi energi, termasuk
Lebih terperinciBADAN PEMERIKSA KEUANGAN : PROGRAM BERAS BAGI MASYARAKAT BERPENDAPATAN RENDAH TAHUN 2014 TAK TEPAT SASARAN. medanseru.co
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN : PROGRAM BERAS BAGI MASYARAKAT BERPENDAPATAN RENDAH TAHUN 2014 TAK TEPAT SASARAN medanseru.co Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menyatakan bahwa kinerja penyaluran program beras
Lebih terperinci2008, No.59 2 c. bahwa dalam penyelenggaraan pemilihan kepala pemerintah daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pem
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.59, 2008 OTONOMI. Pemerintah. Pemilihan. Kepala Daerah. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844) UNDANG-UNDANG REPUBLIK
Lebih terperinciWALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENDISTRIBUSIAN BERAS MISKIN DIKOTA SURABAYA TAHUN 2011
SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENDISTRIBUSIAN BERAS MISKIN DIKOTA SURABAYA TAHUN 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi salah satu faktor yang menentukan tingkatan kesejahteraan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kesejahteraan masayarakat merupakan suatu permasalah yang sangat penting dan perlu perhatian khusus oleh pemerintah. Hal yang perlu diperhatikan oleh pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berusaha membangun dalam segala bidang aspek seperti politik, sosial,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang berusaha membangun dalam segala bidang aspek seperti politik, sosial, pendidikan, ekonomi dan lain-lain.
Lebih terperinciPedoman Pemantauan TKPK PROGRAM PERCEPATAN DAN PERLUASAN PERLINDUNGAN SOSIAL (P4S) DAN BANTUAN LANGSUNG SEMENTARA MASYARAKAT (BLSM)
Pedoman Pemantauan TKPK PROGRAM PERCEPATAN DAN PERLUASAN PERLINDUNGAN SOSIAL (P4S) DAN BANTUAN LANGSUNG SEMENTARA MASYARAKAT (BLSM) DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 0 DAFTAR GAMBAR... 2 DAFTAR TABEL... 3 DAFTAR
Lebih terperinciKEBIJAKAN DAN ALOKASI ANGGARAN SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK TAHUN 2013
KEBIJAKAN DAN ALOKASI ANGGARAN SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK TAHUN 2013 I. SUBSIDI BBM TAHUN 2013 a. Subsidi BBM Dalam Undang-undang No.19 Tahun tentang APBN 2013, anggaran subsidi BBM dialokasikan sebesar
Lebih terperinciINSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG PELAKSANAAN BANTUAN LANGSUNG TUNAI KEPADA RUMAH TANGGA MISKIN
INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG PELAKSANAAN BANTUAN LANGSUNG TUNAI KEPADA RUMAH TANGGA MISKIN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Untuk kelancaran pelaksanaan program pemberian
Lebih terperinciINSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG PELAKSANAAN BANTUAN LANGSUNG TUNAI KEPADA RUMAH TANGGA MISKIN
INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG PELAKSANAAN BANTUAN LANGSUNG TUNAI KEPADA RUMAH TANGGA MISKIN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Untuk kelancaran pelaksanaan program pemberian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diperbaharui, karena memiliki proses pembentukan yang cukup lama serta
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Minyak bumi merupakan sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui, karena memiliki proses pembentukan yang cukup lama serta jumlah dan persediaan yang terbatas.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia, sehingga menjadi suatu fokus perhatian bagi pemerintah Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemiskinan dan pengangguran menjadi masalah yang penting saat ini di Indonesia, sehingga menjadi suatu fokus perhatian bagi pemerintah Indonesia. Masalah kemiskinan
Lebih terperinciPERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KOMISI PEMILIHAN UMUM,
KOMISI PEMILIHAN UMUM PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENETAPAN JUMLAH DAN TATA CARA PENGISIAN KEANGGOTAAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI ATAU DEWAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
20 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sedikitnya ada tiga fungsi utama yang harus dijalankan oleh pemerintah dalam fungsi pelayanan publik, yaitu fungsi pelayanan masyarakat (public service function),
Lebih terperinciPROGRAM RASKIN 2013 SUBSIDI BERAS BAGI RUMAH TANGGA BERPENDAPATAN RENDAH
PROGRAM RASKIN 2013 SUBSIDI BERAS BAGI RUMAH TANGGA BERPENDAPATAN RENDAH BAMBANG WIDIANTO SEKRETARIS EKSEKUTIF (TNP2K) JAKARTA, 29 JANUARI 2013 TUJUAN DAN PRINSIP UTAMA PROGRAM RASKIN Mengurangi beban
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional merupakan suatu strategi pembangunan untuk
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan Nasional merupakan suatu strategi pembangunan untuk mewujudkan tujuan Nasional dan mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang merata materiil dan sprituil
Lebih terperinciKEBIJAKAN SUBSIDI LISTRIK TEPAT SASARAN RUMAH TANGGA DAYA 900 VA
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN KEBIJAKAN SUBSIDI LISTRIK TEPAT SASARAN RUMAH TANGGA DAYA 900 VA Jakarta, Januari 2017 1 LANDASAN HUKUM 1. Undang-Undang
Lebih terperinciJokowi, SBY, dan Infrastruktur
Jokowi, SBY, dan Infrastruktur http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2016/03/22/060000726/jokowi.sby.dan.infrastruktur Abror/presidenri.go.idPresiden keenam SBY dan Presiden Joko Widodo memberikan keterangan
Lebih terperinciPedoman Pemantauan TKPK 1
Pedoman Pemantauan TKPK 1 Program Percepatan dan Perluasan Perlindungan Sosial (P4S) dan Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) Website: www.wapresri.go.id PENGANTAR Kebijakan Pemerintah Republik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengeluaran rutin serta dengan berbagai pertimbangan yang lain, pemerintah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan Bahan Bakar Minyak di Indonesia pada tahun 2013 dirasakan cukup tinggi, hal tersebut dikarenakan terjadinya kenaikan harga minyak mentah di pasar internasional.
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciWALIKOTA JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 10 TAHUN 2013
WALIKOTA JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN DISTRIBUSI LIQUIFIED PETROLEUM GAS TABUNG 3 (TIGA) KILOGRAM BERSUBSIDI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia telah merdeka hampir mencapai 69 tahun, tetapi masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia telah merdeka hampir mencapai 69 tahun, tetapi masalah kemiskinan masih tetap menjadi masalah fenomenal yang masih belum dapat terselesaikan hingga
Lebih terperinciBAB VIII RENCANA SISTEM MONITORING DAN EVALUASI
BAB VIII RENCANA SISTEM MONITORING DAN EVALUASI 8.1 Mekanisme dan Prosedur Monitoring Berbagai upaya yang dilakukan melalui pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan dapat dimaksimalkan bila
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Bogor, April Penulis
KATA PENGANTAR Alhamdulillahirobbil alamin, puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala karunia-nya, shalawat dan salam kepada Nabi Besar Muhammad SAW sehingga kami dapat menyelesaikan gagasan tertulis
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN EVALUASI KINERJA BAGIAN PEREKONOMIAN SETDA KOTA SALATIGA TAHUN 2017
PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN EVALUASI KINERJA BAGIAN PEREKONOMIAN SETDA KOTA SALATIGA TAHUN 2017 1 AKUNTABILITAS KINERJA A. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI Capaian kinerja kegiatan
Lebih terperinciPoliteknik Negeri Sriwijaya BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi dan komputerisasi sering kali digunakan untuk membantu pencatatan dan pengolahan data dalam kegiatan instansi pemeritahan. Data yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kenaikan harga bahan pokok (sembako). (Debby, 2008 : 3). tahun Tiga tahun berikutnya harga terus naik seiring dengan
19 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahan Bakar Minyak (BBM) sangat penting dan berpengaruh terhadap kestabilan perekonomian di masyarakat. Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang memegang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Krisis harga minyak yang sempat melonjak hingga lebih dari 120 dolar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Krisis harga minyak yang sempat melonjak hingga lebih dari 120 dolar Amerika bahkan rencana kenaikan harga BBM, krisis pangan dan berbagai bencana alam, serta
Lebih terperinciSIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN
273 VII. SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 7.1. Simpulan Berdasarkan hasil analisis deskripsi, estimasi, dan simulasi peramalan dampak kebijakan subsidi harga BBM terhadap kinerja perekonomian, kemiskinan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melalui pembangunan di berbagai bidang terutama bidang ekonomi. Hasil dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan salah satu Negara yang sedang berkembang dimana pemerintah selalu berusaha untuk meningkatkan tarif hidup masyarakat dengan melalui pembangunan
Lebih terperinciKeterangan Pers Presiden RI pasca penetapan APBN-P 2012, Jakarta, 31 Maret 2012 Sabtu, 31 Maret 2012
Keterangan Pers Presiden RI pasca penetapan APBN-P 2012, Jakarta, 31 Maret 2012 Sabtu, 31 Maret 2012 KETERANGAN PERS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MENGENAI LANGKAH-LANGKAH PEMERINTAH PASCA PENETAPAN APBN
Lebih terperinciRINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 16/PUU-XIV/2016 Subsidi Energi (BBM) dan Subsidi Listrik dalam UU APBN
RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 16/PUU-XIV/2016 Subsidi Energi (BBM) dan Subsidi Listrik dalam UU APBN I. PEMOHON Mohamad Sabar Musman II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian Materiil Undang-Undang Nomor 47
Lebih terperinciBAB I BUDAYA POLITIK DI INDONESIA
BAB I BUDAYA POLITIK DI INDONESIA Standar Kompetensi : 1. Menganalisis budaya politik di Indonesia Kompetensi Dasar : 1.1. Mendeskripsikan pengertian budaya politik A. Pendahuluan Salah satu komponen yang
Lebih terperinciTeks Tantangan Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak
Teks Tantangan Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak Struktur Kalimat Pengantar, isu, masalah Besaran subsidi energi pada tahun anggaran 2014 mencapai 297,4 triliun. Angka tersebut didasarkan pada realisasi
Lebih terperincisasaran dalam rangka penanggulangan kemiskinan tahun 2009, dengan ini
INSTRUKSI PRESIDEN NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PELAKSANAAN PROGRAM BANTUAN UNTUK RUMAH TANGGA SASARAN DALAM RANGKA PENANGGULANGAN KEMISKINAN PRESIDEN, Untuk kelancaran pelaksanaan program pemberian bantuan
Lebih terperinci- 2 - MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG PENATAAN DAERAH PEMILIHAN DAN ALOKASI KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAE
- 2 - MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG PENATAAN DAERAH PEMILIHAN DAN ALOKASI KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN/KOTA DALAM PEMILIHAN UMUM. BAB I KETENTUAN
Lebih terperinciLampiran D UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lampiran D UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara menjamin kemerdekaan
Lebih terperinciSTUDI TENTANG PELAKSANAAN PROGRAM BERAS MISKIN (RASKIN) DI KELURAHAN SIMPANG PASIR KOTA SAMARINDA
ejournal lmu Pemerintahan, 2016, ( ): ISSN 0000-0000, ejournal.ip.fisip-unmul.ac.id Copyright 2016 STUDI TENTANG PELAKSANAAN PROGRAM BERAS MISKIN (RASKIN) DI KELURAHAN SIMPANG PASIR KOTA SAMARINDA Shandy
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masyarakat sebagai terjemahan istilah society merupakan sekelompok
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat sebagai terjemahan istilah society merupakan sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem di mana besar interaksi adalah antara individu-individu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang memegang. peranan sangat vital dalam menggerakkan semua aktivitas ekonomi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang memegang peranan sangat vital dalam menggerakkan semua aktivitas ekonomi. Selain sebagai komoditas publik, sektor
Lebih terperinci10JAWABAN BBM BERSUBSIDI HARGA TENTANG KENAIKAN
TENTANG KENAIKAN 10JAWABAN HARGA BBM BERSUBSIDI KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL JAKARTA 2012 2 10 JAWABAN TENTANG KENAIKAN HARGA BBM BERSUBSIDI KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL JAKARTA
Lebih terperinciPerkembangan Perekonomian, Subsidi BBM, dan Evaluasi Program BLT
Perkembangan Perekonomian, Subsidi BBM, dan Evaluasi Program BLT Pertemuan Koordinasi Tingkat Nasional Pelaksanaan Program BLT 2008 Departemen Sosial Cikampek, 4 Juni 2008 DISTRIBUSI PENGGUNAAN SUBSIDI
Lebih terperinciBERALIH DARI SUBSIDI UMUM MENJADI SUBSIDI TERARAH: PENGALAMAN INDONESIA DALAM BIDANG SUBSIDI BBM DAN REFORMASI PERLINDUNGAN SOSIAL
KANTOR WAKIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA BERALIH DARI SUBSIDI UMUM MENJADI SUBSIDI TERARAH: PENGALAMAN INDONESIA DALAM BIDANG SUBSIDI BBM DAN REFORMASI PERLINDUNGAN SOSIAL Dr. Bambang Widianto Deputi Bidang
Lebih terperinciWALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PROGRAM RASKIN
WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PROGRAM RASKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR TAHUN 2012 TENTANG BANTUAN HUKUM UNTUK MASYARAKAT MISKIN
- 1 - Draft Ke 4 PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR TAHUN 2012 TENTANG BANTUAN HUKUM UNTUK MASYARAKAT MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,
Lebih terperinciRINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA : 58/PUU-X/2012
RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 58/PUU-X/2012 Tentang Penentuan Harga BBM dan Penentuan Besaran Anggaran Untuk Bantuan Dana Langsung I. PEMOHON 1. Indonesian Human Rights Committee
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. menjadikan Indonesia sebagai salah satu anggota OPEC (Organization of. Tabel 1. Kondisi Perminyakan Indonesia Tahun
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara berkembang yang kaya akan sumber daya alam, baik di darat maupun di laut. Kekayaan alam yang dimiliki Indonesia berupa hasil pertanian, perkebunan,
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang
1. 1.1 PENDAHULUAN Latar Belakang Listrik merupakan salah satu sumber daya energi dan mempunyai sifat sebagai barang publik yang mendekati kategori barang privat yang disediakan pemerintah (publicly provided
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 dan 34 mengamanatkan bahwa pemerintah
1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 dan 34 mengamanatkan bahwa pemerintah wajib menjamin kehidupan fakir miskin, anak-anak terlantar, mengembangkan sistem jaminan sosial,
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciEfektivitas Program Bantuan Sosial dalam Pengurangan Kemiskinan dan Ketimpangan
Efektivitas Program Bantuan Sosial dalam Pengurangan Kemiskinan dan Ketimpangan Asep Suryahadi, Niken Kusumawardhani, Ridho Al Izzati The SMERU Research Institute % Ekonomi terus tumbuh, kemiskinan menurun,
Lebih terperinciPERATURAN WALIKOTA DUMAI NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PROGRAM BERAS UNTUK RUMAH TANGGA MISKIN KOTA DUMAI TAHUN 2014
PERATURAN WALIKOTA DUMAI NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PROGRAM BERAS UNTUK RUMAH TANGGA MISKIN KOTA DUMAI TAHUN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, WALIKOTA DUMAI, Menimbang
Lebih terperinciTINJAUAN KEBIJAKAN HARGA BERSUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK DARI MASA KE MASA Jumat, 30 Maret 2012
TINJAUAN KEBIJAKAN HARGA BERSUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK DARI MASA KE MASA Jumat, 30 Maret 2012 Pada periode 1993-2011 telah terjadi 13 (tiga belas) kali perubahan harga bersubsidi bahan bakar minyak (bensin
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini peranan minyak bumi dalam kegiatan ekonomi sangat besar. Bahan bakar minyak digunakan baik sebagai input produksi di tingkat perusahaan juga digunakan untuk
Lebih terperinciDARURAT KEBIJAKAN TAK PRO RAKYAT KADO PAHIT AWAL TAHUN 2017 #REFORMASIJILID2
DARURAT KEBIJAKAN TAK PRO RAKYAT KADO PAHIT AWAL TAHUN 2017 #REFORMASIJILID2 Apa kabar Indonesia hari ini? Kabarnya tahun baru di Indonesia dibanjiri oleh hadiahhadiah luar biasa dari pemerintah untuk
Lebih terperinciSAMBUTAN PADA ACARA RAPAT KOORDINASI PELAKSANAAN PENYALURAN RASKIN MENGGUNAKAN KARTU. Jakarta, 17 Juli 2012
MENTERI KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN PADA ACARA RAPAT KOORDINASI PELAKSANAAN PENYALURAN RASKIN MENGGUNAKAN KARTU Jakarta, 17 Juli 2012 Bismillahir rahmaanir rahim,
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas penentu kelangsungan perekonomian suatu negara. Hal ini disebabkan oleh berbagai sektor dan kegiatan ekonomi di Indonesia
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.189, 2016 KEUANGAN. APBN. Tahun 2015. Pertanggungjawaban. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5930) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari secara penuh, masih terdapat
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah ekonomi selalu menarik perhatian besar dari individu atau masyarakat, dan berbagai cara telah dilakukan untuk memecahkan masalah yang sulit ini. Realitanya
Lebih terperinciKEBIJAKAN SUBSIDI LISTRIK TEPAT SASARAN RUMAH TANGGA DAYA 900 VA
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN KEBIJAKAN SUBSIDI LISTRIK TEPAT SASARAN RUMAH TANGGA DAYA 900 VA Bahan Coffee Morning Jakarta, 18 November 2016 1 LANDASAN
Lebih terperinciPROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 5 TAHUN 2016
PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYALURAN BERAS BERSUBSIDI BAGI MASYARAKAT BERPENDAPATAN RENDAH DI KABUPATEN KARAWANG TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciDAMPAK INFLASI KEBIJAKAN PENYESUAIAN TTL 900 VA UNTUK RUMAH TANGGA MAMPU
1 DAMPAK INFLASI KEBIJAKAN PENYESUAIAN TTL 900 VA UNTUK RUMAH TANGGA MAMPU DR. Juda Agung Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Disampaikan dalam Acara Coffee Morning Kementerian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meliputi kebutuhan makan maupun non makan. Bagi Indonesia, kemiskinan sudah sejak lama menjadi persoalan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hampir disetiap negara berkembang kemiskinan selalu menjadi trending topic yang ramai dibicarakan. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang menempati urutan
Lebih terperinciLAPORAN HASIL PENELITIAN
LAPORAN HASIL PENELITIAN PEMETAAN PERSEPSI ATAS PENYELENGGARAAN SOSIALISASI KEPEMILUAN, PARTISIPASI DAN PERILAKU PEMILIH DI KABUPATEN BANGLI Kerjasama Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli dan Fakultas
Lebih terperinciCatatan Atas Harga BBM: Simulasi Kenaikan Harga, Sensitivitas APBN dan Tanggapan terhadap 3 Opsi Pemerintah
Catatan Atas Harga BBM: Simulasi Kenaikan Harga, Sensitivitas APBN dan Tanggapan terhadap 3 Opsi Pemerintah I. Pendahuluan Harga Minyak Indonesia atau Indonesian Crude Price (ICP) merupakan salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seluruh aspek kehidupan. Salah satu aspek reformasi yang dominan adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Reformasi yang dimulai beberapa tahun lalu telah merambah ke seluruh aspek kehidupan. Salah satu aspek reformasi yang dominan adalah aspek pemerintahan yaitu
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciBAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH
BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Hal mendasar dalam perencanaan pembangunan tahunan adalah kemampuannya dalam memproyeksikan kapasitas riil keuangan daerah secara
Lebih terperinci