LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN TAHUN 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN MALANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN TAHUN 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN MALANG"

Transkripsi

1 LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN MALANG TAHUN 2017 PEMERINTAH KABUPATEN MALANG DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA Jl. A. Yani Utara No. 384 B, Malang, Jawa Timur Telp

2 KATA PENGANTAR Human Development Index (HDI) menjadi tolak ukur keberhasilan atau kinerja (performance) suatu negara dalam pembangunan manusia. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) mengukur perkembangan pembangunan manusia sampai ketingkat kabupaten/kota. Dalam penyusunan IPM Kabupaten Malang dapat menjadi arahan bagi pemerintah kabupaten untuk memberikan prioritas pembangunan manusia yang dinilai perlu untuk ditingkatkan. Laporan penyusunan Indeks Pembangunan Manusia tahun anggaran 2017 menyajikan data IPM Kabupaten Malang terkait dengan pencapaian nilai IPM berdasarkan indikator-indikator pendukungnya serta gambaran pencapaian nilai IPM kabupaten malang dibandingkan dengan Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Timur. Kegiatan Penyusunan Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Malang Tahun Anggaran 2017 memuat data dan informasi yang bermanfaat sebagai arahan kebijakan, program dan kegiatan yang bertujuan meningkatkan pembangunan manusia di kabupaten Malang. Penyusunan Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Malang Tahun 2017 berisi Pendahuluan, Tinjauan Pustaka, Metode Kajian, Gambaran Umum Wilayah Kajian, Analisis IPM, Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Malang dan Penutup. Laporan Kegiatan Penyusunan Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Malang terwujud atas kerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Malang, Dinas Komunikasi dan Informatika dan partisipasi berbagai. Penyusun mengucapkan terimakasih atas saran dan masukan dari sehingga terwujudnya laporan ini. Semoga kerjasama yang terjalin dapat terus ditingkatkan khususnya peningkatan ketersediaan berbagai data. Malang, November 2017 TIM PENYUSUN CV. CITIPLAN Penyusunan Indeks Pembangunan Kabupaten Malang Tahun

3 DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL. 1 KATA PENGANTAR.. 2 DAFTAR ISI. 3 DAFTAR TABEL. 5 DAFTAR GAMBAR. 6 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Rumusan Masalah Maksud dan Tujuan Kegiatan Sasaran Kegiatan Dasar Hukum Lingkup Pelaksanaan Kegiatan Manfaat Hasil Kegiatan Keluaran (output) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Pengertian Indeks Pembangunan Manusia Komponen Pembangunan Manusia Pengukuran Pembangunan Manusia Manfaat Indeks Pembangunan Manusia Pertumbuhan Ekonomi Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi BAB III METODE KAJIAN 3.1.Ruang Lingkup Studi Jenis dan Sumber Data Metode Pengumpulan Data Metode Perhitungan IPM Alur Analisis BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1.Kondisi Fisik dan Letak Geografis Wilayah Kondisi Perekonomian Kabupaten Malang Kependudukan BAB V ANALISIS INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA 5.1.Perkembangan IPM Kabupaten Malang Perkembangan Komponen IPM Angka Harapan Hidup (AHH) Rata-Rata Lama Sekolah dan Harapan lama Sekolah Pengeluaran Perkapita Riil Disesuaikan Perbandingan IPM Kabupaten Malang di Propinsi Jawa Timur Penyusunan Indeks Pembangunan Kabupaten Malang Tahun

4 BAB VI SITUASI PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN MALANG 6.1.Dimensi Kesehatan Dimensi Pendidikan Dimensi Perekonomian Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Malang BAB VII PENUTUP 7.1.Kesimpulan Rekomendasi Penyusunan Indeks Pembangunan Kabupaten Malang Tahun

5 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Kriteria Komponen Pembangunan Manusia Tabel 3.1 Perbedaan Indikator Metode Lama dan Metode Baru UNDP Tabel 3.2 Penentuan Nilai Minimum dan Maksimum Tabel 4.1 Wilayah Administratif Kabupaten Malang Tabel 4.2 Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha, Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) 2010 Kabupaten Malang, Tahun (dalam juta rupiah) Tabel 4.3 Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2010 Kabupaten Malang, Tahun (dalam persen)...48 Tabel 4.4 Kontribusi Sektor Ekonomi Terhadap PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010, Kabupaten Malang Tahun (ADHK) Tabel 4.5 Struktur Ekonomi Kabupaten Malang Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) 2010 Tahun Tabel 4.6 Penduduk Kabupaten Malang Tahun Tabel 4.7 Luas Wilayah, Penduduk dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Malang, Tabel 4.8 Banyaknya Pencari Menurut Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin di Kabupaten Malang Tahun Tabel 5.1 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Komponen IPM Kabupaten Malang Tahun Tabel 5.2 Persentase Penduduk Menurut Golongan Pengeluaran Perkapita Sebulan di Kabupaten Malang, 2016 (Ribu Rupiah) Tabel 5.3 Pencapaian Nilai IPM Kabupaten Malang dibandingkan Kota/Kabupaten di Jawa Timur Tabel 6.1 Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Malang Tahun Tabel 6.2 Banyaknya Dokter Spesialis, Dokter Umum dan Dokter Gigi di Sarana Pelayanan Kesehatan di Kabupaten Malang Tahun Tabel 6.3 Persentase Kelahiran Menurut Penolong Kelahiran di Kabupaten Malang Tahun Tabel 6.4 Jumlah Sarana Pendidikan di Kabupaten Malang Tahun Tabel 6.5 Rasio Murid-Guru Kabupaten Malang Tahun Tabel 6.6 Persentase Penduduk Menurut Partisipasi Sekolah dan Kelompok Usia Sekolah di Kabupaten Malang Tahun Tabel 6.7 Persentase Penduduk Kabupaten Malang Menurut Jenjang Pendidikan yang Ditamatkan Tahun Tabel 6.8 Persentase Penduduk Menurut Golongan Pengeluaran Perkapita Sebulan di Kabupaten Malang, 2016 (Ribu Rupiah) Tabel 6.9 Kontribusi PDRB dan Distribusi Tenaga Kerja Menurut Sektor Ekonomi di Kabupaten Malang tahun Tabel 6.10 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Komponen IPM Kabupaten Malang Tahun Tabel 6.11 IPM Kabupaten Malang dan Daerah Sekitarnya Tabel 6.12 Peringkat Kabupaten Malang dan Daerah Sekitarnya untuk Komponen HLS dan RLS tahun Tabel 6.13 Peringkat Kabupaten Malang dan Daerah Sekitarnya untuk Komponen AHH dan Pengeluaran tahun Penyusunan Indeks Pembangunan Kabupaten Malang Tahun

6 DAFTAR GAMBAR Gambar 3.1 Perjalanan Metode Penghitungan IPM di UNDP Gambar 5.1 Grafik Perkembangan IPM Kabupaten Malang Gambar 5.2 Angka Harapan Hidup (AHH-eo) Kabupaten Malang Tahun Gambar 5.3 Rata-rata Lama Sekolah (RLS) Kabupaten Malang Tahun Gambar 5.4 Harapan Lama Sekolah (HLS) Kabupaten Malang Tahun Gambar 6.1 Konsep Kerja Program Sutra Emas Gambar 6.2 Produk Domestik Regional Bruto ADHB dan ADHB Gambar 6.3 Konsumsi Rumah Tangga Kabupaten Malang Gambar 6.4 Distribusi LNPRT ADHB Berlaku Kabupaten Malang Gambar 6.5 Belanja Pemerintah Kabupaten Malang Penyusunan Indeks Pembangunan Kabupaten Malang Tahun

7 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan manusia adalah sebuah proses dan hasil yaitu proses memperbesar pilihan orang tetapi juga menjadi tujuan. Pembangunan manusia mengimplikasikan bahwa orang harus mempengaruhi proses yang membentuk kehidupan mereka. Pertumbuhan ekonomi merupakan sarana penting bagi pembangunan manusia, namun tidak pada akhirnya. Pembangunan manusia adalah pengembangan masyarakat melalui pembangunan kemampuan manusia, oleh masyarakat melalui partisipasi aktif dalam proses yang membentuk kehidupan dan masyarakat dengan memperbaiki kehidupan mereka. Ini lebih luas daripada pendekatan lain, seperti pendekatan sumber daya manusia, pendekatan kebutuhan dasar dan pendekatan kesejahteraan manusia. Indeks Pembangunan Manusia gabungan ( IPM) mengintegrasikan tiga dimensi dasar pembangunan manusia. Harapan hidup saat lahir mencerminkan kemampuan untuk menjalani hidup yang panjang dan sehat. Tahun bersekolah dan tahun-tahun sekolah yang diharapkan mencerminkan kemampuan untuk memperoleh pengetahuan. Dan pendapatan nasional bruto per kapita mencerminkan kemampuan untuk mencapai standar kehidupan yang layak. (Human Development Report Office). Menurut UNDP (1995), paradigma pembangunan manusia terdiri dari 4 (empat) komponen utama, yaitu : (1) Produktifi tas, masyarakat harus dapat meningkatkan produktifitas mereka dan berpartisipasi secara penuh dalam proses memperoleh penghasilan dan pekerjaan berupah. Oleh karena itu, pertumbuhan ekonomi adalah salah satu bagian dari jenis pembangunan manusia, (2) Ekuit as, masyarakat harus punya akses untuk memperoleh kesempatan yang adil. Semua hambatan terhadap peluang ekonomi dan politik harus dihapus agar masyarakat dapat berpartisipasi di dalam dan memperoleh manfaat dari kesempatankesempatan ini, (3) Kesinambungan, akses untuk memperoleh kesempatan harus dipastikan tidak hanya untuk generasi sekarang tapi juga generasi yang akan datang. Segala bentuk permodalan fisik, manusia, lingkungan hidup, harus dilengkapi, (4) Pemberdayaan, pembangunan harus dilakukan oleh masyarakat dan bukan hanya untuk mereka. Masyarakat harus berpartisipasi penuh dalam mengambil keputusan dan proses-proses yang mempengaruhi kehidupan mereka. Dengan peningkatan kemampuan, kreatifitas dan Penyusunan Indeks Pembangunan Kabupaten Malang Tahun

8 produktifitas manusia akan meningkat sehingga mereka menjadi agen pertumbuhan yang efektif. Dalam Human Development Report 2016 oleh UNDP terdapat 5 pesan dasar yaitu: 1. Universalisme adalah kunci bagi pembangunan manusia, dan pembangunan manusia untuk semua orang dapat dicapai. 2. Berbagai kelompok masyarakat masih menderita kekurangan dasar dan menghadapi hambatan substansial untuk mengatasinya. 3. Perkembangan manusia untuk semua orang menyerukan agar memfokuskan kembali beberapa masalah analitis dan penilaian penilaian. 4. Pilihan kebijakan ada dan, jika diterapkan, akan berkontribusi untuk mencapai pembangunan manusia untuk semua orang. 5. Tata kelola global yang telah direformasi, dengan multilateralisme yang lebih adil, akan membantu mencapai pembangunan manusia untuk semua orang. Dewasa ini di kalangan pengambil kebijakan telah sadar akan pentingnya pembangunan di bidang sumber daya manusia. Kesadaran ini tumbuh setelah dirasakan bahwa pembangunan yang cenderung berorientasi pada pertumbuhan ternyata menghasilkan kesenjangan yang sangat besar baik antara pertumbuhan ekonomi dengan pemerataan, pertumbuhan ekonomi yang tidak diikuti oleh penyerapan tenaga kerja, adanya kualitas hidup yang rendah, tingkat pendidikan yang tidak merata, daya beli masyarakat yang menurun drastis dan lain sebagainya. Padahal rendahnya pembangunan di bidang manusia juga akan melemahkan sendi-sendi perekonomian secara menyeluruh, karena pembangunan manusia yang baik mempunyai multiplier effects ke berbagai bidang. Multiplier effects yang dimaksud adalah efek penyebaran yang ditimbulkan dari suatu kegiatan yang berdampak pada kegiatan lain karena kegiatan tersebut mempunyai keterkaitan atau saling tergantung satu sama lain, misalnya dengan semakin membaiknya pendidikan dan kesehatan manusia maka dengan sendirinya memperbaiki tingkat pendapatannya, dan seterusnya akan menciptakan pula kegiatan lain yang sifatnya forward linkage seperti peningkatan pelayanan. Dalam rangka melengkapi indikator pengukuran keberhasilan pembangunan, maka perlu diukur dari aspek yang langsung berkaitan dengan kesejahteraan dan kualitas hidup setiap penduduk Indonesia. Ukuran yang dapat menunjukkan hal tersebut yaitu Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau biasa disebut Human Development Index (HDI). Indeks ini dapat menggambarkan kondisi kualitas hidup penduduk dari sisi kualitatif (non ekonomi) maupun kuantitatif Penyusunan Indeks Pembangunan Kabupaten Malang Tahun

9 (ekonomi). Cara pengukurannya pun berdasarkan penghitungan variabel individu penduduk, bukan variabel akumulatif atau kolektif, misal pertumbuhan ekonomi diukur dari perubahan output total penduduk tanpa melihat siapa penghasilnya. Perkembangan manusia adalah tentang memperoleh lebih banyak kemampuan dan menikmati lebih banyak kesempatan untuk menggunakan kemampuan itu. Dengan kemampuan dan kesempatan lebih, orang memiliki lebih banyak pilihan, dan memperluas pilihan merupakan inti dari pendekatan pembangunan manusia. Tapi perkembangan manusia juga sebuah proses. Terangkai dalam hak asasi manusia, terkait dengan keamanan manusia. Dan tujuan utamanya adalah untuk memperbesar kebebasan manusia. Pembangunan manusia adalah pengembangan masyarakat melalui pembangunan sumber daya manusia, bagi masyarakat melalui penjabaran manfaat pembangunan dalam kehidupan dan masyarakat melalui partisipasi aktif dalam proses yang mempengaruhi dan membentuk kehidupan mereka. Penghasilan adalah sarana untuk pembangunan manusia tapi bukan tujuan itu sendiri. Pendekatan pembangunan manusia dalam Human Developmen Report 1990 juga memperkenalkan indeks komposit, Indeks Pembangunan Manusia (IPM), untuk menilai pencapaian dalam dimensi dasar pembangunan manusia. Dimensi perkembangan manusia itu untuk menjalani hidup yang panjang dan sehat, diukur dengan harapan hidup saat lahir; untuk mendapatkan pengetahuan, diukur dengan rata-rata tahun sekolah dan tahuntahun sekolah yang diharapkan; dan untuk mencapai standar kehidupan yang layak, diukur dengan pendapatan nasional bruto per kapita. UNDP ( United Nation Development Programme) memberikan ukuran terhadap keberhasilan pembangunan manusia yakni dengan Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index). Indeks Pembangunan Manusia atau disingkat IPM merupakan indeks komposit yang dihitung sebagai rata-rata dari Indeks Harapan Hidup, Indeks Pendidikan dan Indeks Standar Hidup Layak yang tertuang dalam Paritas Daya Beli ( purchasing power parity). Sejak otonomi daerah, maka setiap daerah diharapkan untuk mengetahui ukuran IPM daerahnya sendiri baik untuk keperluan perencanaan maupun untuk evaluasi khususnya dalam mengetahui perkembangan dan sebaran hasil-hasil pembangunan bidang manusia. Menurut hasil analisis BPS Provinsi Jawa Timur, angka IPM Kabupaten Malang pada tahun 2015 sebesar 66,63 (hasil penyusunan tahun 2016). Angka tersebut menempati urutan ke 25 Penyusunan Indeks Pembangunan Kabupaten Malang Tahun

10 dari 38 Kabupaten/Kota di Jawa timur. Adapun rincian IPM kabupaten Malang sebagai berikut: Angka Harapan Hidup saat Lahir (AHH) : 71,98 tahun Harapan Lama Sekolah (HLS) : 11,98 tahun Rata-rata Lama Sekolah : 6,70 tahun Indeks Pembangunan Manusia : 66,63 Hasil IPM Kabupaten Malang tersebut perlu dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, dan dihubungkan dengan besaran dalam ekonomi makro seperti pertumbuhan ekonomi. Dalam rangka untuk mengungkap lebih jelas dan detail tentang keberhasilan pembangunan di seluruh wilayah Kabupaten Malang, maka perlu adanya kajian. Studi ini akan fokus untuk membahas masalah pembangunan daerah yang diukur dari pembangunan manusia 1.2. Rumusan Masalah Pengukuran keberhasilan pembangunan di seluruh wilayah Kabupaten Malang perlu diukur dengan angka IPM. Angka ini dapat menunjukkan sejauh mana tingkat pencapaian pembangunan daerah dalam meningkatkan kesejahteraan penduduknya. Untuk mengukur hal tersebut maka penelitian ini akan membahas permasalahan berikut: 1. Seberapa besar pencapaian komponen IPM Kabupaten Malang dilihat dari aspek: tingkat kesehatan penduduk, tingkat pendidikan dan pengetahuan penduduk serta kemampuan daya beli (standar kelayakan hidup) penduduk? 2. Bagaimana upaya-upaya peningkatan serta faktor-faktor pendukung dan penghambat pencapaiannya Indeks Pembangunan Manusia kabupaten Malang? 3. Bagaimana perbandingan pencapaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kabupaten Malang dengan kabupaten/kota di Jawa Timur? 4. Bagaimana Disparitas level kecamatan serta keterkaitan antara input, proses, dan output pembangunan manusia di wilayah Kabupaten Malang? 5. Bagaimana korelasi antara IPM dengan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Malang? 6. Bagaimana kesimpulan dan saran diharapkan dapat menjadi masukan dalam perencanaan dan pengambilan kebijakan yang berkaitan dengan pemberdayaan sumber daya manusia di kabupaten Malang? Penyusunan Indeks Pembangunan Kabupaten Malang Tahun

11 1.3. Maksud dan Tujuan Kegiatan Maksud kegiatan Penyusunan Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Malang Tahun Anggaran 2017 adalah untuk memberikan gambaran umum bagi Pemerintah Kabupaten Malang mengenai kinerja pembangunan manusia di Kabupaten Malang. Sedangkan tujuan umum dari kegiatan ini adalah: 1. Pembangunan manusia yang akan dilakukan tepat sasaran. 2. Bahan evaluasi pembangunan manusia sehingga keputusan keputusan yang diambil oleh pihak yang berwenang dapat menguntungkan semua pihak. 3. Menumbuhkan kebiasaan pada pihak penentu kebijakan agar menggunakan data dalam mengambil keputusan terutama dikaitkan dengan upaya perencanaan berbasis kinerja Sedangkan tujuan khusus secara rinci berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai dalam studi ini adalah: 1. Mengetahui capaian komponen IPM Kabupaten Malang dilihat dari aspek: tingkat kesehatan penduduk, tingkat pendidikan dan pengetahuan penduduk serta kemampuan daya beli (standar kelayakan hidup) penduduk. 2. Mengetahui upaya-upaya peningkatan serta faktor-faktor pendukung dan penghambat pencapaiannya Indeks Pembangunan Manusia kabupaten Malang. 3. Mengetahui keterbandingan angka Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Malang dengan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur 4. Mengetahui disparitas level kecamatan serta keterkaitan antara input, proses, dan output pembangunan manusia di wilayah Kabupaten Malang. 5. Mengetahui korelasi antara IPM dengan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Malang. 6. Mengetahui arahan pengambilan kebijakan terkait pemberdayaan sumber daya manusia di kabupaten Malang 1.4. Sasaran Kegiatan Kegiatan Penyusunan Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Malang Tahun Anggaran 2017 ini dengan tujuan seperti dimuka memiliki sasaran, yaitu: 1. Diketahuinya tingkat kesejahteraan masyarakat berdasarkan besaran komponen unsur pembentuk Indeks Pembangunan Manusia; 2. Tersedianya rekomendasi kebijakan intervensi perbaikan sektoral berdasarkan kewilayahan dan disparitas kesejahteraan penduduk; Penyusunan Indeks Pembangunan Kabupaten Malang Tahun

12 3. Terumuskannya kebijakan pembangunan yang berbasis pada data dan informasi 4. Terukurnya tingkat kualitas hidup penduduk Kabupaten Malang secara kualitatif dilihat dari tingkat kesehatan, pendidikan dan pengetahuan penduduk; 5. Terukurnya tingkat kualitas hidup penduduk Kabupaten Malang secara kuantitatif dilihat dari tingkat daya beli penduduk; 6. Terukurnya pencapaian pembangunan daerah Kabupaten Malang dilihat dari sisi pembangunan manusia secara komposit Dasar Hukum Kegiatan Penyusunan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Malang Tahun 2017 ini didasarkan pada dasar hukum yang diantaranya adalah berikut : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara; 3. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah; 4. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Daerah; 5. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2015 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah; 6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; 7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2013 Tentang Pedoman Pelaksanaan dan Pembinaan Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan; 8. Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomor 6 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Tahun ; 9. Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomor 6 Tahun 2016 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun ; 10. Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomor 12 Tahun 2016 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2017 Penyusunan Indeks Pembangunan Kabupaten Malang Tahun

13 1.6. Lingkup Pelaksanaan Pekerjaan Ruang lingkup kegiatan Penyusunan Penyusunan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Malang Tahun 2017 dibedakan menjadi cakupan lokasi dan materi kegiatan. A. Lingkup Lokasi Kegiatan Penyusunan Penyusunan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Malang Tahun 2017 ini meliputi lokasi seluruh wilayah Kabupaten Malang. B. Lingkup Materi Kegiatan Lingkup Kegiatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) meliputi 3 (tiga) komponen antara lain: 1. Angka Harapan Hidup (Life Expectation of Age), jumlah rata-rata tahun (umur) yang diharapkan oleh seseorang yang baru lahir untuk dijalani sampai meninggal kelak. 2. Angka Melek Huruf penduduk dewasa (Adult Literacy Rate /LIT) dan rata-rata lama sekolah (Mean Years of Schooling/MYS) yakni mengukur pengetahuan (knowledge) dan ketrampilan (skill). 3. Paritas daya beli (Purchasing Power Parity) merupakan ukuran pendapatan yang sudah disesuaikan dengan paritas daya beli Manfaat Hasil Kegiatan Diharapkan hasil dari kegiatan Penyusunan Penyusunan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Malang Tahun dapat memberikan manfaat, antara lain: 1. Sebagai tolok ukur keberhasilan pembangunan daerah dari aspek kependudukan atau sumber daya manusia. 2. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah daerah dalam perencanaan dan pengambilan kebijakan pembangunan daerah khususnya bidang sumber daya manusia Keluaran (Output) Kegiatan Penyusunan Penyusunan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Malang Tahun 2017 diharapkan akan menghasilkan Dokumen Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Malang Tahun yang memuat substansi materi sebagai berikut: Penyusunan Indeks Pembangunan Kabupaten Malang Tahun

14 1. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Malang beserta tiga komponen pembentuknya. 2. Upaya-upaya peningkatan dan faktor-faktor pencapaian IPM 3. Posisi capaian IPM Kabupaten Malang di antara IPM kabupaten lainnya di Jawa Timur selama lima tahun terakhir 4. Disparitas level kecamatan serta keterkaitan antara input, proses, dan output pembangunan manusia di wilayah Kabupaten Malang. 5. Kontribusi dan peran pembangunan manusia (dilihat dari IPM) terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Malang 6. Mengetahui arahan pengambilan kebijakan terkait pemberdayaan sumber daya manusia di kabupaten Malang Penyusunan Indeks Pembangunan Kabupaten Malang Tahun

15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Pengertian Indeks Pembangunan manusia Menurut UNDP ( United Nations Development Programme), pembangunan manusia adalah suatu proses untuk memperbesar pilihan-pilihan bagi manusia. Konsep atau definisi pembangunan manusia tersebut pada dasarnya mencakup dimensi pembangunan yang sangat luas. Dalam konsep pembangunan manusia, pembangunan seharusnya dianalisis serta dipahami dari sudut manusianya, bukan hanya dari pertumbuhan ekonominya. Sebagaimana dikutip dari UNDP ( Human Development Report, 1995:103), sejumlah premis penting dalam pembangunan manusia adalah: Pembangunan harus mengutamakan penduduk sebagai pusat perhatian. Pembangunan dimaksudkan untuk memperbesar pilihan-pilihan bagi penduduk, tidak hanya untuk meningkatkan pendapatan mereka. Oleh karena itu konsep pembangunan manusia harus terpusat pada penduduk secara keseluruhan, dan bukan hanya pada aspek ekonomi saja. Pembangunan manusia memperhatikan bukan hanya pada upaya meningkatkan kemampuan (kapabilitas) manusia tetapi juga dalam upaya-upaya memanfaatkan kemampuan manusia tersebut secara optimal. Pembangunan manusia didukung oleh empat pilar pokok, yaitu: produktifitas, pemerataan, kesinambungan, dan pemberdayaan. Pembangunan manusia menjadi dasar dalam penentuan tujuan pembangunan dan dalam menganalisis pilihan-pilihan untuk mencapainya. Berdasarkan konsep tersebut, penduduk di tempatkan sebagai tujuan akhir sedangkan upaya pembangunan dipandang sebagai sarana untuk mencapai tujuan itu. Untuk menjamin tercapainya tujuan pembangunan manusia, ada empat hal pokok yang perlu diperhatikan yaitu: 1. Produktivitas Penduduk harus meningkatkan produktifitas dan partisipasi penuh dalam proses penciptaan pendapatan dan nafkah. Sehingga pembangunan ekonomi merupakan bagian dari model pembangunan manusia. 2. Pemerataan Penyusunan Indeks Pembangunan Kabupaten Malang Tahun

16 Penduduk memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan akses terhadap sumber daya ekonomi dan sosial. Semua hambatan yang memperkecil kesempatan untuk memperoleh akses tersebut harus dihapus, sehingga mereka dapat mengambil manfaat dari kesempatan yang ada dan berpartisipasi dalam kegiatan produktif yang dapat meningkatkan kualitas hidup 3. Kesinambungan Akses terhadap sumber daya ekonomi dan sosial harus dipastikan tidak hanya untuk generasi-generasi yang akan datang. Semua sumber daya fisik, manusia, dan lingkungan selalu diperbaharui. 4. Pemberdayaan Penduduk harus berpartisipasi penuh dalam keputusan dan proses yang akan menentukan (bentuk/arah) kehidupan mereka serta untuk berpartisipasi dan mengambil keputusan dalam proses pembangunan. Sebenarnya paradigma pembangunan manusia tidak hanya berhenti sampai di sana. Pilihan-pilihan tambahan yang dibutuhkan dalam masyarakat luas seperti kebebasan politik,ekonomi dan sosial, sampai kesempatan untuk menjadi kreatif dan produktif, dan menikmati kehidupan yang sesuai dengan harkat pribadi dan jasmani. Selain itu, pengertian pembangunan manusia adalah upaya yang dilakukan untuk memperluas peluang penduduk agar mencapai hidup yang layak. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) / Human Development Indeks (HDI) adalah pengukuran perbandingan dari harapan hidup, melek huruf, pendidikan dan standar hidup untuk semua negara seluruh dunia. HDI digunakan untuk mengklasifikasi apakah sebuah negara adalah negara maju, negara berkembang atau negara terbelakang dan juga untuk mengukur pengaruh dari kebijaksanaan ekonomi terhadap kualitas hidup. Indeks ini diperkenalkan pada 1990 oleh pemenang nobel India, Amartya Sen dan Mahbub Ul Haq seorang ekonomi Pakistan dibantu oleh Gustav Ranis dari Yale University dan Lord Merghnad Desai dari London School of Economics dan sejak itu dipakai oleh program pembangunan PBB pada laporan HDI tahunannya. Digambarkan sebagai pengukuran vulgar oleh Amartya Sen karena batasannya, indeks ini lebih fokus pada hal-hal yang lebih sensitif dan berguna dari pada hanya sekedar pendapatan perkapita yang selama ini digunakan, dan indeks ini juga berguna bagi jembatan bagi peneliti yang serius untuk mengetahui hal-hal yang lebih terinci dalam membuat laporan pembangunan manusianya. Penyusunan Indeks Pembangunan Kabupaten Malang Tahun

17 Menurut United Nations Development Programme (UNDP), dalam Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terdapat tiga indikator komposit yang digunakan untuk mengukur pencapaian rata-rata suatu negara dalam pembangunan manusia, yaitu: lama hidup, yang diukur dengan angka harapan hidup ketika lahir; pendidikan yang diukur berdasarkan rata-rata lama bersekolah dan angka melek huruf penduduk usia 15 tahun ke atas; standar hidup yang diukur dengan pengeluaran perkapita yang telah disesuaikan menjadi paritas daya beli. Nilai indeks ini berkisar antara Pengertian IPM yang dikeluarkan oleh UNDP yang menyatakan bahwa Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Indeks (HDI) merupakan salah satu pendekatan untuk mengukur tingkat keberhasilan pembangunan manusia. IPM ini mulai digunakan oleh UNDP sejak tahun 1990 untuk mengukur upaya pencapaian pembangunan manusia suatu negara. Walaupun tidak dapat mengukur semua dimensi dari pembangunan, namun mampu mengukur dimensi pokok pambangunan manusia yang dinilai mencerminkan status kemampuan dasar ( basic capabilities) penduduk. IPM dihitung berdasarkan data yang dapat menggambarkan keempat komponen yaitu; angka harapan hidup yang mewakili bidang kesehatan, angka melek huruf dan rata-rata lamanya bersekolah mengukur capaian pembangunan di bidang pendidikan, dan kemampuan daya beli / paritas daya beli (PPP) masyarakat terhadap sejumlah kebutuhan pokok yang dilihat dari rata-rata besarnya pengeluaran perkapita sebagai pendekatan pendapatan yang mewakili capaian pembangunan untuk hidup layak. Konsep pembangunan manusia seutuhnya merupakan konsep yang menghendaki peningkatan kualitas hidup penduduk baik secara fisik, mental maupun secara spiritual. Bahkan secara eksplisit disebutkan bahwa pembangunan yang dilakukan menitikberatkan pada pembangunan sumber daya manusia yang seiring dengan pertumbuhan ekonomi. Pembangunan sumber daya manusia secara fisik dan mental mengandung makna peningkatan kapasitas dasar penduduk yang kemudian akan memperbesar kesempatan untuk dapat berpartisipasi dalam proses pembangunan yang berkelanjutan. Indeks Pembangunan Manusia, karena dimaksudkan untuk mengukur dampak dari upaya peningkatan kemampuan dasar tersebut, dengan demikian menggunakan indikator dampak sebagai komponen dasar penghitungannya yaitu, angka harapan hidup waktu lahir, pencapaian pendidikan yang diukur dengan angka melek huruf dan Penyusunan Indeks Pembangunan Kabupaten Malang Tahun

18 rata-rata lama sekolah, serta pengeluaran konsumsi. Nilai IPM suatu negara atau wilayah menunjukkan seberapa jauh negara atau wilayah itu telah mencapai sasaran yang ditentukan yaitu angka harapan hidup 85 tahun, pendidikan dasar bagi semua lapisan masyarakat (tanpa kecuali), dan tingkat pengeluaran dan konsumsi yang telah mencapai standar hidup layak. Pembentukan modal manusia adalah suatu proses memperoleh dan meningkatkan jumlah orang yang mempunyai keahlian, pendidikan, dan pengalaman yang menentukan bagi pembangunan ekonomi suatu negara. Pembentukan modal manusia karenanya dikaitkan dengan investasi pada manusia dan pengembangannya sebagai sumber yang kreatif dan produktif Komponen Pembangunan Manusia Lembaga United Nations Development Programme (UNDP) telah mempublikasikan laporan pembangunan sumber daya manusia dalam ukuran kuantitatif yang disebut Human Development Indeks (HDI). Meskipun HDI merupakan alat ukur pembangunan sumber daya manusia yang dirumuskan secara konstan, diakui tidak akan pernah menangkap gambaran pembangunan sumber daya manusia secara sempurna. Adapun indikator yang dipilih untuk mengukur dimensi HDI adalah sebagai berikut: (UNDP, Human Development Report 1993: ) Longevity, diukur dengan variabel harapan hidup saat lahir atau life expectancy of birth dan angka kematian bayi per seribu penduduk atau infant mortality rate. Educational Achievement, diukur dengan dua indikator, yakni melek huruf penduduk usia 15 tahun ke atas ( adult literacy rate) dan tahun rata-rata bersekolah bagi penduduk 25 tahun ke atas (the mean years of schooling). Access to resource, dapat diukur secara makro melalui PDB rill perkapita dengan terminologi purchasing power parity dalam dolar AS dan dapat dilengkapi dengan tingkatan angkatan kerja. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa komponen-komponen yang mempengaruhi IPM antara lain 1. Derajat kesehatan dan panjangnya umur yang terbaca dari angka harapan hidup (life expecntacy rate), parameter kesehatan dengan indikator angka harapan hidup, mengukur keadaan sehat dan berumur panjang. Penyusunan Indeks Pembangunan Kabupaten Malang Tahun

19 2. Pendidikan yang diukur dengan angka melek huruf rata-rata lamanya sekolah, parameter pendidikan dengan angka melek huruf dan lamanya sekolah, mengukur manusia yang cerdas, kreatif, terampil, dan bertaqwa. 3. Pendapatan yang diukur dengan daya beli masyarakat (purchasing power parity), parameter pendapatan dengan indikator daya beli masyarakat, mengukur manusia yang mandiri dan memiliki akses untuk layak. Pembangunan manusia ada tiga komponen universal meliputi: 1. Kecukupan, yaitu merupakan kebutuhan dasar manusia secara fisik. Kebutuhan dasar adalah kebutuhan yang apabila tidak dipenuhi akan menghentikan kehidupan seseorang, meliputi pangan, sandang, papan, kesehatan dan keamanan. Jika satu saja tidak terpenuhi akan menyebabkan keterbelakangan absolut. 2. Jati Diri, yaitu merupakan komponen dari kehidupan yang serba lebih baik adalah adanya dorongan dari diri sendiri untuk maju, untuk menghargai diri sendiri, untuk merasa diri pantas dan layak mengejar sesuatu, dan seterusnya. Semuanya itu terangkum dalam self esteem (jati diri) 3. Kebebasan dari Sikap Menghamba, yaitu merupakan kemampuan untuk memiliki nilai universal yang tercantum dalam pembangunan manusia adalah kemerdekaan manusia. Kemerdekaan dan kebebasan di sini diartikan sebagai kemampuan berdiri tegak sehingga tidak diperbudak oleh pengejaran dari aspek-aspek materil dalam kehidupan. Dengan adanya kebebasan kita tidak hanya semata-mata dipilih tapi kitalah yang memilih Pengukuran Pembangunan Manusia Indikator komposit pembangunan manusia adalah alat ukur yang dapat digunakan untuk melihat pencapaian pembangunan manusia antar wilayah dan antar waktu. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan alat ukur yang dapat menunjukkan presentase pencapaian dalam pembangunan manusia dengan memperhatikan tiga faktor yaitu: kelangsungan hidup, pengetahuan, dan daya beli. Tabel 2.1 Kriteria Komponen Pembangunan Manusia Kondisi Faktor Komponen Max Min Kelangsungan hidup Angka Harapan Hidup (AHHo) tahun Harapan Lama Sekolah (HLS) tahun 18 0 Pengetahuan Rata-rata lama sekolah (thn) 15 0 Daya Beli Pengeluaran per perkapita (Rp) Sumber: UNDP, Human Development Report Penyusunan Indeks Pembangunan Kabupaten Malang Tahun

20 Dengan tiga ukuran pembangunan tersebut dan menerapkan suatu formula yang kompleks terhadap data 160 negara pada tahun 1990, rangking HDI (Human Development Index) semua negara dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok, yaitu 1. Negara dengan pembangunan manusia yang rendah ( low human development) bila nilai HDI berkisar 0,0 hingga 0, Negara dengan pembangunan manusia yang menengah ( medium human development) bila nilai HDI berkisar antara 0,51 hingga 0, Negara dengan pembangunan manusia yang tinggi ( high human development) bila nilai HDI berkisar antara 0,80 hingga 1,0. Dapat disimpulkan bahwa negara dengan nilai HDI dibawah 0,51 hingga 0,79 dapat dikatakan bahwa negara tersebut mulai memperhatikan pembangunan manusianya, sedangkan negara dengan nilai HDI 0,8 berarti negara tersebut sangat memperhatikan pembangunan manusianya. Penghitungan IPM sebagai indikator pembangunan manusia memiliki tujuan penting, diantaranya: Membangun indikator yang mengukur dimensi dasar pembangunan manusia dan perluasan kebebasan memilih. Memanfaatkan sejumlah indikator untuk menjaga ukuran tersebut sederhana. Membentuk satu indeks komposit dari pada menggunakan sejumlah indeks dasar. Menciptakan suatu ukuran yang mencakup aspek sosial dan ekonomi. Indeks pembangunan manusia merupakan indeks dasar yang tersusun dari dimensi-dimensi: (1) Umur panjang dan kehidupan yang sehat, dengan indikator angka harapan hidup, (2) Pengetahuan, yan g diukur dengan Harapan Lama Sekolah (HLS) dan Rata-rata Lama Sekolah (RLS), dan (3) Standar hidup yang layak, dengan indicator pengeluaran per kapita disesuaikan. Konsep Pembangunan Manusia yang dikembangkan oleh Perserikatan Bangsa- Bangsa (PBB), menetapkan peringkat kinerja pembangunan manusia pada skala 0,0 100,0 dengan kategori sebagai berikut : Sangat Tinggi : IPM > 80 Tinggi : IPM antara 70 < IPM < 80 Sedang : IPM antara 60 < IPM < 70 Rendah : IPM < 60 Penyusunan Indeks Pembangunan Kabupaten Malang Tahun

21 2.3.1.Angka Harapan Hidup Angka Harapan Hidup (AHH), dijadikan indikator dalam mengukur kesehatan suatu individu di suatu daerah. Angka Harapan Hidup (AHH) adalah rata -rata perkiraan banyak tahun yang dapat ditempuh seseorang selama hidup. Angka Harapan Hidup (AHH) diartikan sebagai umur yang mungkin dicapai seseorang yang lahir pada tahun tertentu. Angka harapan hidup dihitung menggunakan pendekatan tak langsung ( indirect estimation). Ada dua jenis data yang digunakan dalam penghitungan Angka Harapan Hidup (AHH) yaitu Anak Lahir Hidup (ALH) dan Anak Masih Hidup (AMH). Sementara itu untuk menghitung indeks harapan hidup digunakan nilai maksimum harapan hidup sesuai standar UNDP, dimana angka tertinggi sebagai batas atas untuk penghitungan indeks dipakai 85 tahun dan terendah 25 tahun (standar UNDP). Usia harapan hidup dapat panjang jika status kesehatan, gizi, dan lingkungan yang baik Pengeluaran Per Kapita Disesuaikan Indikator pengeluaran perkapita digunakan untuk mengukur standar hidup manusia. Indikator ini juga dipengaruhi oleh pengetahuan serta peluang yang ada untuk merealisasikan pengetahuan dalam berbagai kegiatan produktif sehingga menghasilkan output baik berupa barang maupun jasa sebagai pendapatan. Kemudian pendapatan yang ada menciptakan pengeluaran atau konsumsi. Pengeluaran perkapita memberikan gambaran tingkat daya beli PPP (Purchasing Power Parity) masyarakat, dan sebagai salah satu komponen yang digunakan dalam melihat status pembangunan manusia di suatu wilayah. Rata-rata pengeluaran per kapita setahun diperoleh dari SUSENAS, dihitung dari level provinsi hingga level kab/kota. Rata-rata pengeluaran per kapita dibuat konstan/riil dengan tahun dasar 2012=100. Perhitungan paritas daya beli pada metode baru menggunakan 96 komoditas dimana 66 komoditas merupakan makanan dan sisanya merupakan komoditas nonmakanan. Metode penghitungan paritas daya beli menggunakan Metode Rao Rata-rata Lama Sekolah Rata-rata lama sekolah mengindikasikan makin tingginya pendidikan yang dicapai oleh masyarakat di suatu daerah. Semakin tinggi rata-rata lama sekolah berarti semakin tinggi jenjang pendidikan yang dijalani. Asumsi yang berlaku secara umum bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin tinggi pula kualitas seseorang, baik pola pikir maupun pola tindakannya. Rata-rata Lama Sekolah Penyusunan Indeks Pembangunan Kabupaten Malang Tahun

22 didefinisikan sebagai jumlah tahun yang digunakan oleh penduduk dalam menjalani pendidikan formal. Diasumsikan bahwa dalam kondisi normal rata-rata lama sekolah suatu wilayah tidak akan turun. Cakupan penduduk yang dihitung dalam penghitungan rata-rata lama sekolah adalah penduduk berusia 25 tahun ke atas. 1. Rata-rata Lama Sekolah - RLS (Mean Years of Schooling - MYS) Rata-rata Lama Sekolah didefinisikan sebagai jumlah tahun yang digunakan oleh penduduk dalam menjalani pendidikan formal. Diasumsikan bahwa dalam kondisi normal rata-rata lama sekolah suatu wilayah tidak akan turun. Cakupan penduduk yang dihitung dalam penghitungan rata-rata lama sekolah adalah penduduk berusia 25 tahun ke atas. 2. Angka Harapan Lama Sekolah - HLS (Expected Years of Schooling EYS) Angka Harapan Lama Sekolah didefinisikan lamanya sekolah (dalam tahun) yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa mendatang. Diasumsikan bahwa peluang anak tersebut akan tetap bersekolah pada umurumur berikutnya sama dengan peluang penduduk yang bersekolah per jumlah penduduk untuk umur yang sama saat ini. Angka Harapan Lama Sekolah dihitung untuk penduduk berusia 7 tahun ke atas. HLS dapat digunakan untuk mengetahui kondisi pembangunan sistem pendidikan di berbagai jenjang yang ditunjukkan dalam bentuk lamanya pendidikan (dalam tahun) yang diharapkan dapat dicapai oleh setiap anak Angka Harapan Lama Sekolah - HLS (Expected Years of Schooling EYS) Salah satu indikator yang dapat dijadikan ukuran kesejahteraan sosial yang merata adalah Angka Harapan Lama Sekolah. HLS mendefinisikan lamanya sekolah (dalam tahun) yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa mendatang. Diasumsikan bahwa peluang anak tersebut akan tetap bersekolah pada umur-umur berikutnya sama dengan peluang penduduk yang bersekolah per jumlah penduduk untuk umur yang sama saat ini. Angka Harapan Lama Sekolah dihitung untuk penduduk berusia 7 tahun ke atas. HLS dapat digunakan untuk mengetahui kondisi pembangunan sistem pendidikan di berbagai jenjang yang ditunjukkan dalam bentuk lamanya pendidikan (dalam tahun) yang diharapkan dapat dicapai oleh anak Manfaat Indeks Pembangunan Manusia Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dapat dimanfaatkan untuk beberapa hal, antara lain: Penyusunan Indeks Pembangunan Kabupaten Malang Tahun

23 Untuk mengalihkan fokus perhatian para pengambil keputusan, media, dan organisasi non-pemerintah dari penggunaan statistik ekonomi biasa, agar lebih menekankan pada pencapaian manusia. IPM diciptakan untuk menegaskan bahwa manusia dan segenap kemampuannya seharusnya menjadi kriteria utama untuk menilai pembangunan sebuah negara, bukannya pertumbuhan ekonomi Untuk mempertanyakan pilihan-pilihan kebijakan suatu negara. Bagaimana dua negara yang tingkat pendapatan perkapitanya sama dapat memiliki IPM yang berbeda. Untuk memperlihatkan perbedaan di antara negara-negara, di antara provinsiprovinsi (atau negara bagian), di antara gender, kesukuan, dan kelompok sosial ekonomi lainnya. Dengan memperlihatkan disparitas atau kesenjangan di antara kelompok-kelompok tersebut, maka akan lahir berbagai debat dan diskusi di berbagai negara untuk mencari sumber masalah dan solusinya Pertumbuhan Ekonomi Pengertian Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi merupakan proses terjadinya kenaikan produk nasional bruto atau pendapatan nasional riil. Dengan kata lain, perekonomian mengalami perkembangan jika terjadi pertumbuhan output riil. Sedangkan pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan GDP ( Gross Domestic Product) tanpa memandang kenaikan tersebut lebih besar atau lebih kecil dari pertumbuhan penduduk yang terjadi, serta tanpa memandang apakah terjadi perubahan dalam struktur perekonomiannya atau tidak. Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat. Jadi pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian. Dari suatu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara untuk menghasilkan barang dan jasa akan meningkat. Kemampuan yang meningkat ini disebabkan oleh pertambahan faktorfaktor produksi baik dalam jumlah dan kualitasnya. Investasi akan menambah barang modal dan teknologi yang digunakan juga makin berkembang. Disamping itu tenaga kerja bertambah sebagai akibat perkembangan penduduk seiring dengan meningkatnya pendidikan dan keterampilan mereka. Penyusunan Indeks Pembangunan Kabupaten Malang Tahun

24 Menurut Arsyad (2004) pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan Produk Domestik Bruto/ Pendapatan Nasional Bruto tanpa memandang apakah kenaikan tersebut lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk atau apakah perubahan struktur ekonomi terjadi atau tidak. Kuznets mendefinisikan pertumbuhan ekonomi sebagai kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari suatu negara untuk menyediakan berbagai jenis barang dan jasa kepada penduduk. Dengan demikian, manifestasi dari pertumbuhan ekonomi diwujudkan dalam peningkatan output jangka panjang atau secara berkesinambungan Teori Pertumbuhan Ekonomi A. Teori Pertumbuhan Klasik Ahli ekonomi klasik Adam Smith mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan proses perpaduan antara pertumbuhan penduduk dengan kemajuan teknologi. Kemudian David Ricardo mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan proses tarik menarik antara dua kekuatan yaitu the law of deminishing retun dan kemajuan teknologi. Sedangkan menurut John Stuart Mill mengatakan bahwa pembangunan ekonomi tergantung pada dua jenis perbaikan, yaitu perbaikan dengan tingkat pengetahuan masyarakat dan perbaikan yang berupa usaha-usaha untuk menghapus penghambat pembangunan, seperti adat istiadat, kepercayaan dan berpikir tradisional. B. Teori Pertumbuhan Neo-Klasik Pertengahan tahun 1950-an berkembang teori pertumbuhan neo-klasik yang merupakan suatu analisis pertumbuhan ekonomi yang didasarkan pada pandanganpandangan ahli ekonomi klasik. Perintisnya adalah Robert Sollow, kemudian diikuti dan dikembangkan oleh Edmund Philips, Harry Johson, dan J.E Meade. Pendapatpendapat dari para ahli tersebut yaitu (Suryana, 2005:58): Adanya akumulasi kapital yang merupakan faktor penting dalam pembangunan ekonomi Perkembangan merupakan proses yang gradual. Perkembangan merupakan proses yang harmonis dan kumulatif. Adanya pikiran yang optimis terhadap perkembangan. Aspek internasional yang merupakan faktor bagi perkembangan. Selanjutnya menurut Sollow menyatakan bahwa yang menjadi faktor terpenting dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi bukan hanya pertambahan modal dan Penyusunan Indeks Pembangunan Kabupaten Malang Tahun

25 tenaga kerja. Faktor terpenting adalah kemajuan teknologi dan pertambahan kemahiran dan kepakaran tenaga kerja C. Teori Pertumbuhan Ekonomi Modern 1. Teori Pertumbuhan Walt Whitman Rostow Rostow mengartikan pembangunan ekonomi sebagai suatu proses yang menyebabkan perubahan dalam masyarakat, yaitu perubahan politik, struktur sosial, nilai sosial dan kegiatan ekonominya. Dalam bukunya The Stages of Economics (1960), Rostow mengemukakan tahap-tahap dalam proses pertumbuhan ekonomi yang dialami oleh setiap negara pada umumnya ke dalam 5 (lima) tahap, yaitu (Lincolin,2004: 48) : a. The Taditional Society (Masyarakat Tradisional) b. Precondition for Take-Off (Persyaratan Tinggal Landas) c. Take Off (Tinggal Landas) d. The Derive to Manurity (Dorongan Menuju Kedewasaan) e. The Age of High Mass Consumption (Tingkat Konsumsi Masyarakat Tinggi) 2. Teori Pertumbuhan menurut Kuznet Kuznet mendefinisikan pertumbuhan ekonomi sebagai jangka panjang untuk menyediakan berbagai jenis barang ekonomi yang terus meningkat kepada masyarakat. Kemampuan ini tumbuh berdasarkan kemajuan teknologi, institutional, dan ideologis yang diperlukan. Dalam analisisnya, Kuznet mengemukakan ciri-ciri pertumbuhan ekonomi yaitu: a. Dua variabel ekonomi yang bersamaan (aggregate), yaitu: (1) Tingginya tingkat produk per kapita dan laju pertumbuhan penduduk, ( 2) Tingginya peningkatan produktivitas terutama produktivitas tenaga kerja. b. Dua variabel transformasi struktural, berupa: ( 1) Tingginya tingkat transformasi struktur ekonomi, dan (2) Tingginya tingkat struktur sosial dan ideologi. c. Dua variabel penyebaran internasional berupa: (1) Kecenderungan negara-negara yang ekonominya sudah maju untuk pergi ke seluruh pelosok dunia untuk mendapatkan pasaran dan bahan baku, ( 2) Arus barang, modal, dan orang antar bangsa yang meningkat. 3. Teori Pertumbuhan Endogen Teori ini memberikan kerangka teoritis untuk menganalisis pertumbuhan yang bersifat endogen, Pertumbuhan ekonomi merupakan hasil dari dalam sistem ekonomi. Penyusunan Indeks Pembangunan Kabupaten Malang Tahun

26 Teori ini menganggap bahwa pertumbuhan ekonomi lebih ditentukan oleh sistem produksi, bukan berasal dari luar sistem. Kemajuan teknologi merupakan hal yang endogen, pertumbuhan merupakan bagian dari keputusan pelaku-pelaku ekonomi untuk berinvestasi dalam pengetahuan. Peran modal lebih besar dari sekedar bagian dari pendapatan apabila modal yang tumbuh bukan hanya modal fisik saja tapi menyangkut modal manusia (Romer, 1994) Akumu lasi modal merupakan sumber utama pertumbuhan ekonomi.. Definisi modal/kapital diperluas dengan memasukkan modal ilmu pengetahuan dan modal sumber daya manusia. Perubahan teknologi bukan sesuatu yang berasal dari luar model atau eksogen tapi teknologi merupakan bagian dari proses pertumbuhan ekonomi. Dalam teori pertumbuhan endogen, peran investasi dalam modal fisik dan modal manusia turut menentukan pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Tabungan dan investasi dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan (Mankiw, 2000). Harrod-Domar sependapat bahwa pertambahan produksi dan pendapatan masyarakat bukan ditentukan oleh kapasitas memproduksi masyarakat tetapi oleh kenaikan pengeluaran masyarakat. Dengan demikian walaupun kapasitas dalam memproduksi bertambah, pendapatan nasional baru akan bertambah dan pertumbuhan ekonomi akan tercipta apabila pengeluaran masyarakat meningkat dibandingkan masa lalu. Berangkat dari hal itu bahwa analisa Harrod-Domar menunjukkan syarat yang diperlukan agar dalam jangka panjang kemampuan memproduksi bertambah dari masa ke masa yang diakibatkan oleh pembentukan modal pada masa sebelumnya akan selalu sepenuhnya digunakan. Model awal dari endogenous growth oleh Romer (1983,1986) menyatakan bahwa long-run growth pada umumnya ditentukan oleh akumulasi pengetahuan. Walaupun ada penambahan ilmu pengetahuan baru menunjukan diminishing returns pada suatu perusahaan, namun penciptaan ilmu pengetahuan pada suatu perusahaan diasumsikan mempunyai dampak positif secara eksternal pada tekonologi produksi perusahaan lain. Model endogenous growth lainya dikembangkan oleh Lucas (1988). Dia melakukan two-sector model yaitu learning-by-doing and schooling model yang memasukkan faktor human capital as sebagai faktor penggerak economic growth. Pada model pertama, pertumbuhan human capital bergantung pada bagaimana worker antara current production dan human capital accumulation, sedangkan model kedua, Penyusunan Indeks Pembangunan Kabupaten Malang Tahun

27 pertumbuhan human capital adalah merupakan fungsi yang positif untuk produksi barang baru. Seperti pada model Romer, model Lucas mempunyai efek internal produktivitas pekerja dan efek eksternal pada sources of scale economies dan meningkatkan produktivitas selain faktor produksi. Namun demikian, akumulasi human capital akan mengorbankan utility konsumsi pada saat sekarang. Pada model pertama, pengorbanan berasal dari penurunan konsumsi saat ini, sedangkan pada model kedua, berasal dari kombinasi current consumption goods dengan human capital. Lucas berpendapat bahwa pentingnya kebijakan mendasar untuk meningkatkan tingkat kesejahteraan dengan memberikan subsidi pada sekolah Pembangunan Manusia Dengan Pertumbuhan Ekonomi Modal Manusia Dengan Pertumbuhan Ekonomi Modal manusia dalam terminologi ekonomi sering digunakan untuk bidang pendidikan, kesehatan dan berbagai kapasitas manusia lainnya yang ketika bertambah dapat meningkatkan produktivitas. Pendidikan memainkan peran kunci dalam hal kemampuan suatu perekonomian untuk mengadopsi teknologi modern dan dalam membangun kapasitasnya bagi pembangunan dan pertumbuhan yang berkelanjutan. Kesuksesan dalam pendidikan bergantung juga pada kecukupan kesehatan. Disamping itu kesehatan merupakan prasyarat bagi peningkatan produktivitas. Dengan demikian kesehatan dan pendidikan dapat juga dilihat sebagai komponen vital dalam pertumbuhan dan pembangunan sebagai input bagi fungsi produksi agregat (Todaro, 2006). Menurut Mankiw (2003) modal manusia adalah pengetahuan dan kemampuan yang diperoleh oleh para pekerja melalui pendidikan mulai dari program untuk anakanak sampai dengan pelatihan dalam pekerjaan ( on the job training) untuk para pekerja dewasa. Seperti halnya dengan modal fisik, modal manusia meningkatkan kemampuan untuk memproduksi barang dan jasa. Untuk meningkatkan level modal manusia dibutuhkan investasi dalam bentuk guru, perpustakaan dan waktu belajar. Sementara itu untuk menyesuaikan dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi, negara-negara berkembang harus memperhatikan kualitas sumber daya manusia, dengan mewujudkan program-program spesifik, yakni: (1) Mengendalikan penyakit serta meningkatkan kesehatan dan nutrisi. Meningkatkan standar kesehatan penduduk menyebabkan peningkatan produktivitas mereka sebagai tenaga kerja. Penyusunan Indeks Pembangunan Kabupaten Malang Tahun

28 Pusat kesehatan masyarakat dan penyediaan air bersih merupakan modal sosial yang bermanfaat. (2) Meningkatkan pendidikan, menurunkan angka buta huruf dan melatih tenaga kerja. Manusia terdidik merupakan tenaga kerja yang lebih produktif karena mampu menggunakan modal secara lebih efektif, mampu mengadopsi teknologi dan mampu belajar dari kesalahan. (3) Selain itu, tidak boleh mengestimasi secara lebih rendah (under estimate) terhadap pentingnya sumber daya manusia Hubungan Pembangunan Manusia Dengan Pertumbuhan Ekonomi Menurut UNDP (1996), hubungan antara pertumbuhan ekonomi dengan pembangunan manusia bersifat timbal balik, terlihat pada Gambar 2.1 di atas dan dapat diketahui dari arah anak panah yang terlihat dari bawah ke atas. Hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan pembangunan manusia berlangsung melalui dua jalur. Jalur pertama melalui kebijaksanaan dan pengeluaran pemerintah. Maka faktor yang menentukan adalah pengeluaran pemerintah dan subsektor sosial yang merupakan prioritas, seperti pendidikan dan kesehatan dasar. Dari hal tersebut diketahui bahwa pengeluaran merupakan faktor penentu besarnya komitmen pemerintah terhadap pembangunan manusia. Jalur kedua yaitu melalui pengeluaran rumah tangga, faktor yang menentukan adalah besarnya pengeluaran rumah tangga untuk kebutuhan dasar seperti pemenuhan nutrisi anggotanya, untuk biaya pelayanan kesehatan dan pendidikan dasar. Selain pengeluaran pemerintah dan pengeluaran rumah tangga, hubungan antara kedua variabel tersebut berlangsung melalui penciptaan lapangan kerja. Kuatnya hubungan timbal balik antara pertumbuhan ekonomi dan pembangunan manusia akan juga dipengaruhi oleh faktor-faktor kelembagaan pemerintah, distribusi sumber daya swasta dan masyarakat, modal sosial, lembaga swadaya masyarakat dan ormas. Faktor-faktor kelembagaan pemerintah jelas peranannya karena keberadaanya sangat menentukan implementasi kebijakan publik. Faktor distribusi sumber daya juga jelas karena tanpa distribusi sumber daya yang merata (misal dalam penguasaan lahan atau sumber daya ekonomi lainnya) hanya akan menimbulkan frustasi masyarakat dalam proses pengambilan kebijakan terhadap sistem dan perilaku pemerintah. Semua faktor-faktor tersebut berperan sebagai katalisator bagi berlangsungnya hubungan timbal balik antara keduanya secara efisien. Selain itu pembangunan manusia akan mempengaruhi jenis produksi domestik, kegiatan riset dan pengembangan teknologi yang pada akhirnya mempengaruhi komposisi output dan ekspor suatu negara (Cahyadi, 2005) Penyusunan Indeks Pembangunan Kabupaten Malang Tahun

29 Hubungan pembangunan manusia dengan pertumbuhan ekonomi sangat erat sekali dan merupakan prasyarat tercapainya pembangunan manusia, karena peningkatan pembangunan ekonomi akan mendukung peningkatan produktivitas melalui pengisian kesempatan kerja dengan usaha-usaha produktif sehingga tercipta peningkatan pendapatan (UNDP, 1996). Hubungan atas-bawah antara pertumbuhan ekonomi dan pembangunan manusia menunjukkan bahwa melalui upaya pembangunan manusia berkemampuan dasar dan berketerampilan. Tenaga kerja termasuk petani, pengusaha dan manajer akan meningkat. Namun perlu dicatat bahwa konsep pembangunan manusia berbeda dengan pembangunan yang memberikan perhatian utama pada pertumbuhan ekonomi, dengan asumsi bahwa pertumbuhan ekonomi pada akhirnya akan menguntungkan manusia. Pembangunan manusia memperkenalkan konsep yang lebih luas dan lebih komprehensif yang mencakup semua pilihan yang dimiliki oleh manusia pada semua golongan masyarakat dan semua tahap pembangunan. Pembangunan manusia merupakan perwujudan tujuan jangka panjang dari suatu masyarakat dan meletakkan pembangunan di sekeliling manusia, bukan manusia di sekeliling pembangunan. Ada hubungan timbal balik ( two-way relationship) antara human capital dan pertumbuhan ekonomi Studi Ramirez berangkat dari terdapatnya hubungan dua arah antara pertumbuhan ekonomi dan pembangunan manusia ( human development). Hubungan yang dimaksudkan oleh adalah sebagai berikut : Pertama adalah dari pertumbuhan ekonomi ke human development. GNP mempengaruhi pembangunan manusia, khususnya melalui aktivitas rumah tangga dan pemerintah; civil society seperti melalui organisasi masyarakat dan lembaga swadaya masyarakat. Dalam membelanjakan pendapatannya, rumah tangga cenderung membelanjakan barang-barang yang memiliki kontribusi langsung terhadap pembangunan manusia seperti makanan, air, pendidikan dan kesehatan yang tergantung pada sejumlah faktor seperti tingkat dan distribusi pendapatan antar rumah tangga, siapa yang mengontrol alokasi pengeluaran dalam rumah tangga. Umumnya, penduduk miskin menghabiskan porsi pendapatannya lebih banyak ketimbang penduduk kaya untuk kebutuhan pembangunan manusia dan andil perempuan cukup besar dalam mengatur pengeluaran rumah tangga. Ketika tingkat kemiskinan tinggi, yang dikarenakan rendahnya pendapatan per kapita atau karena buruknya distribusi pendapatan, pengeluaran rumah tangga untuk kebutuhan pembangunan manusia Penyusunan Indeks Pembangunan Kabupaten Malang Tahun

30 menjadi rendah. Fakta menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi mereduksi kemiskinan, reduksi kemiskinan sangat bervariasi dengan distribusi pendapatan dan berubah-ubah. Pereduksian distribusi pendapatan dan kemiskinan melalui pertumbuhan sangat tergantung pada proses pertumbuhan ekonominya secara khusus didasarkan pada penciptaan tenaga kerja dan peningkatan pendapatan pedesaan Peranan fungsi alokasi pemerintah untuk meningkatkan pembangunan manusia adalah fungsi total pengeluaran sektor publik, seberapa besar alokasi pengeluaran sektor publik untuk sektor pembangunan manusia, dan bagaimana pengeluaran tersebut dialokasikan. Perananan alokasi pengeluaran publik oleh pemerintah ini sangat memegang peranan yang sangat penting didalam pembangunan manusia. Peranan organisasi masyarakat dan LSM memegang peranan sebagai faktor pendukung dan pelengkap didalam pembangunan manusia. Pembangunan manusia akan menjadi lebik efektif apabila peranan organisasi masyarakat dan LSM menempati salah satu ruang pembangunan manusia. Kedua adalah dari human development ke pertumbuhan ekonomi. Memperhatikan hubungan kedua, dari pembangunan manusia ke pertumbuhan ekonomi, ada sebuah asumsi dan didukung oleh pembuktian bahwa masyarakat yang lebih sehat dipelihara dengan baik dan berpendidikan akan berkontribusi menyokong pertumbuhan ekonomi. Tingginya pembangunan manusia akan mempengaruhi ekonomi melalui peningkatan kemampuan atau kapabilitas masyarakat. Sebagai konsekuensinya akan mengakibatkan peningkatan kreativitas dan produktivitas masyarakat. Jelas bahwa kesehatan dan pendidikan masyarakat merupakan salah satu faktor utama dalam komposisi dan pertumbuhan output dan ekspor. Kesehatan dan pendidikan masyarakat juga menjadi salah satu faktor penting di dalam membangun sebuah sistem produksi dengan penggunaan teknologi secara efektif. Pendidikan dan kesehatan yang baik akan mendorong peningkatan modal manusia, mendorong peningkatan produktivitas masyarakat (tenaga kerja), mendorong kemampuan masyarakat untuk mengadaptasi dan mempergunakan teknologi didalam produksi serta meningkatkan kemampuan masyarakat untuk beradaptasi dengan perubahan kapasitas dan teknikal teknologi dalam industri. Peningkatan modal manusia, peningkatan produktivitas, kemampuan mengadaptasi dan menggunakan teknologi dalam produksi dan kemampuan mengadaptasi perubahan kapasitas dan teknikal teknologi tersebut pada akhirnya akan mendorong perekonomian suatu negara serta Penyusunan Indeks Pembangunan Kabupaten Malang Tahun

31 meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Peningkatan pembangunan manusia ini juga membutuhkan investasi yang besar dan diikuti juga dengan pemerataan distribusi pendapatan sehingga dengan investasi dan pemerataan pendapatan tersebut pada akhirnya akan mempermudah peningkatan pembangunan pendidikan dan kesehatan. Joseph Stiglitz- Globalization Work The Next Step to Global Justice, 2006 menjelaskan bahwa sebuah pendekatan komprehensif menuju pembangunan ialah pendidikan, namun pendidikan tanpa pekerjaan tidak akan mendorong pembangunan. Seperti di China, pada awalnya fokus pada menarik investor asing dan kemudian fokus tersebut bergeser pada pengembangan entrepreneur domestik. Menurut Stiglitz, pasar, pemerintah, dan individu adalah tiga pilar bagi kesuksesan strategi pembangunan. Dan pilar keempat ialah komunitas (orang saling bekerjasama dengan bantuan pemerintah dan NGO), seperti di Bali dalam membuat irigrasi pertanian, Grameen micro-credit bank di pedalaman Bangladesh (pemberian pinjaman kecil bagi wanita miskin). Penguatan komunitas ini dapat dilakukan dengan kesehatan, pertolongan legal, dan program pendidikan bahwa kesehatan merupakan inti dari kesejahteraan dan pendidikan adalah hal yang pokok untuk menggapai kehidupan yang memuaskan dan berharga. Pendidikan memainkan peran utama dalam membentuk kemampuan sebuah negara berkembang untuk menyerap teknologi modern dan untuk mengembangkan kapasitas agar tercipta pertumbuhan serta pembangunan yang berkelanjutan. Kesehatan merupakan prasyarat bagi peningkatan produktivitas, sementara keberhasilan pendidikan juga bertumpu pada kesehatan yang baik. Peran gandanya sebagai input maupun output menyebabkan kesehatan dan pendidikan sangat penting dalam pembangunan ekonomi Hubungan Angka Harapan Hidup dan Pertumbuhan Ekonomi Angka Harapan Hidup (AHH) merupakan alat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk pada umumnya, dan meningkatkan derajat kesehatan pada khususnya. Dalam membandingkan tingkat kesejahteraan antar kelompok masyarakat sangatlah penting untuk melihat angka harapan hidup. Di negara-negara yang tingkat kesehatannya lebih baik, setiap individu memiliki rata-rata hidup lebih lama, dengan demikian secara ekonomis mempunyai peluang untuk memperoleh pendapatan lebih tinggi. Usia harapan hidup yang tinggi dan jumlah penduduk lanjut usia semakin besar akan juga menuntut kebijaksanaankebijaksanaan yang serasi dan sesuai dengan perubahan tersebut. Suatu tantangan Penyusunan Indeks Pembangunan Kabupaten Malang Tahun

32 pula untuk dapat memanfaatkan penduduk usia lanjut yang masih potensial agar dapat dimanfaatkan sesuai pengetahuan dan pengalamannya. Kesehatan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap manusia, tanpa kesehatan masyarakat tidak dapat menghasilkan suatu produktivitas bagi negara. Kegiatan ekonomi suatu negara akan berjalan jika ada jaminan kesehatan bagi setiap penduduknya. Terkait dengan teori human capital bahwa modal manusia berperan signifikan, bahkan lebih penting daripada faktor teknologi dalam memacu pertumbuhan ekonomi. Kesehatan penduduk sangat menentukan kemampuan untuk menyerap dan mengelola sumber-sumber pertumbuhan ekonomi baik dalam kaitannya dengan teknologi sampai kelembagaan yang penting bagi pertumbuhan ekonomi. Penelitian Wibisono (2001) mengenai Determinan Pertumbuhan Ekonomi Regional: Studi Antar Provinsi di Indonesia mengatakan bahwa angka harapan hidup berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi Hubungan Konsumsi Perkapita dan Pertumbuhan Ekonomi Dalam cakupan lebih luas standar hidup layak menggambarkan tingkat kesejahteraan yang dinikmati oleh penduduk sebagai dampak semakin membaiknya ekonomi. Kemampuan daya beli masyarakat terhadap sejumlah kebutuhan pokok yang dilihat dari rata-rata besarnya konsumsi perkapita sebagai pendekatan pendapatan yang mewakili pencapaian pembangunan untuk hidup layak. Tingkat kesejahteraan dikatakan meningkat jika terjadi peningkatan konsumsi riil perkapita, yaitu peningkatan nominal pengeluaran rumah tangga lebih tinggi dari tingkat inflasi pada periode yang sama. Pengeluaran rumah tangga yang terdiri dari pengeluaran makanan dan bukan makanan dapat menggambarkan bagaimana penduduk mengalokasikan kebutuhan rumah tangganya. Untuk mengukur daya beli penduduk antar daerah, BPS menggunakan data rata-rata konsumsi komoditi terpilih dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) yang dianggap paling dominan dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia dan ini telah distandarkan agar bisa dibandingkan antar daerah dan antar waktu yang disesuaikan dengan indeks PPP ( Purchasing Power Parity). Banyak alasan yang menyebabkan analisis makro ekonomi perlu memperhatikan tentang konsumsi rumah tangga secara mendalam. Alasan pertama, konsumsi rumah tangga memberikan pemasukan kepada pendapatan nasional. Di kebanyakaan negara pengeluaran konsumsi sekitar persen dari pendapatan nasional. Alasan yang kedua, konsumsi rumah tangga mempunyai dampak dalam Penyusunan Indeks Pembangunan Kabupaten Malang Tahun

33 menentukan fluktuasi kegiataan ekonomi dari satu waktu ke waktu lainnya. Konsumsi seseorang berbanding lurus dengan pendapatannya (Sukirno, 2003: 338). Keputusan rumah tangga mempengaruhi keseluruhan perilaku perekonomian baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Keputusan konsumsi sangat penting untuk analisis jangka panjang karena peranannya dalam pertumbuhan ekonomi. Fluktuasi dalam konsumsi adalah elemen penting dari booming dan resesi ekonomi, dalam hal ini menunjukkan bahwa perubahan dalam rencana pengeluaran konsumen bisa menjadi sumber guncangan terhadap perekonomian Hubungan Rata-Rata Lama Sekolah dan Pertumbuhan Ekonomi Pendidikan (formal dan non formal) bisa berperan penting dalam mengurangi kemiskinan dalam jangka panjang, baik secara tidak langsung melalui perbaikan produktivitas dan efesiensi secara umum, maupun secara langsung melalui pelatihan golongan miskin dengan keterampilan yang dibutuhkan untuk meningkatkan produktivitas mereka dan pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan mereka (Lincolin, 1999). Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang dan semakin lama seseorang sekolah, maka pengetahuan dan keahlian juga akan meningkat sehingga akan mendorong peningkatan produktivitas seseorang. Perusahaan akan memperoleh hasil yang lebih banyak dengan mempekerjakan tenaga kerja dengan produktivitas yang lebih tinggi, sehingga perusahaan akan bersedia memberikan upah/gaji yang lebih tinggi kepada yang bersangkutan. Pada akhirnya seseorang yang memiliki produktivitas yang tinggi akan memperoleh kesejahteraan yang lebih baik, yang dapat diperlihatkan melalui peningkatan pendapatan maupun konsumsinya Hubungan Angka Harapan Lama Sekolah dan Pertumbuhan Ekonomi Pendidikan memainkan peran utama dalam membentuk kemampuan sebuah negara untuk menyerap teknologi modern dan untuk mengembangkan kapasitas agar tercipta pertumbuhan serta pembangunan yang berkelanjutan. Pendidikan sangat penting dalam pembangunan ekonomi. Peningkatan angka melek huruf dilakukan oleh pemerintah melalui program pemberantasan buta aksara. Angka melek huruf yang tinggi menggambarkan semakin membaiknya produktivitas penduduk sehingga akan memicu pertumbuhan ekonomi yang baik. Sumber daya manusia ( human capital) sebagai input pembangunan ekonomi sebenarnya telah dimunculkan oleh Adam Smith pada tahun 1776, yang mencoba menjelaskan penyebab kesejahteraan suatu negara, dengan mengisolasi dua faktor, yaitu; (1) pentingnya skala ekonomi; Penyusunan Indeks Pembangunan Kabupaten Malang Tahun

34 dan pembentukan keahlian dan kualitas manusia. Faktor yang kedua inilah yang sampai saat ini telah menjadi isu utama tentang pentingnya pendidikan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Robert M. Sollow menekankan bahwa peranan ilmu pengetahuan dan investasi sumber daya manusia dalam memacu pertumbuhan ekonomi. Dari teori Sollow tersebut kemudian dikembangkan menjadi teori baru pertumbuhan ekonomi (The new growth theory) yang menyebutkan bahwa pendidikan merupakan dasar dari pertumbuhan ekonomi. Hal ini dikatakan juga oleh Lim (Dalam Dedy Rustiono, 2008) bahwa pertumbuhan ekonomi yang tinggi di Jepang dan Korea Selatan besar disebabkan oleh sumber daya manusia yang berkualitas, hal ini terlihat dari tingkat melek huruf ( literacy rate) yang tinggi, sehingga tenaga kerja mudah menyerap dan beradaptasi dengan perubahan teknologi dan ekonomi yang terjadi. Lim menunjukkan peranan pendidikan dalam pertumbuhan ekonomi dalam 6 cara, yaitu: (1) pendidikan secara umum meningkatkan kualitas tenaga kerja melalui keterampilan dan pengetahuan; (2) pendidikan juga meningkatkan mobilitas spesifikasi tenaga kerja sehingga mendorong pembagian kerja secara efisien; (3) pendidikan memungkinkan informasi baru serta berbagai input dan proses-proses baru yang belum dikenal dapat diserap dengan lebih cepat dan efektif; (4) pendidikan meningkatkan keterampilan manajerial yang membuat alokasi sumberdaya lebih efisien; (5) pendidikan juga dapat menghapuskan berbaga i hambatan yang sifatnya institusional; (6) pendidikan mendukung jiwa kewirausahaan dengan mempromosikan sikap yang bertanggung jawab, kemampuan organisasional, berani mengambil risiko serta mampu menciptakan konsep perencanaan yang berorientasi jangka panjang. Menurut Mankiw (2003) suatu negara yang memberikan perhatian lebih kepada pendidikan terhadap masyarakatnya ceteris paribus akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik daripada tidak melakukannya. Dengan kata lain, investasi terhadap sumber daya manusia melalui kemajuan pendidikan akan menghasilkan pendapatan nasional atau pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Penyusunan Indeks Pembangunan Kabupaten Malang Tahun

35 BAB III METODE KAJIAN 3.1. Ruang Lingkup Studi Kegiatan Penyusunan Penyusunan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Malang Tahun 2017 ini meliputi lokasi seluruh wilayah Kabupaten Malang. Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta tantangan pembangunan, UNDP mengembangkan gagasan baru dalam penghitungan pembangunan. Pada tahun 2010, UNDP secara resmi memperkenalkan penghitungan IPM dengan metode yang baru. Metode ini menggunakan indikator baru dalam penghitungan IPM. Indikator Angka Melek Huruf (AMH) dan gabungan Angka Partisipasi Kasar (APK) diganti dengan indikator Harapan Lama Sekolah dan Rata - Rata Lama Sekolah. Indikator PDB per kapita juga diganti dengan Produk Nasional Bruto (PNB) per kapita. Selain itu, penghitungan rata -rata indeks juga dirubah dari rata-rata aritmatik menjadi rata-rata geometrik. Indonesia mulai mengaplikasikan penghitungan IPM dengan metode baru tahun Sejak saat itu, Indonesia telah meninggalkan penghitungan IPM dengan metode yang lama. Indikator yang digunakan di Indonesia sama dengan UNDP, kecuali PNB per kapita. Indikator ini diproksi dengan pengeluaran per kapita. Untuk menjaga kesinambungan penghitungan, IPM metode baru dihitung dari tahun 2010 hingga 2014 dan dihitung hingga tingkat kabupaten/kota. Metode baru penghitungan IPM membawa dampak yang harus dicermati agar tidak terjadi salah penafsiran. Metode ini menyebabkan level IPM menjadi lebih rendah dibanding metode lama. Selain itu, metode ini menyebabkan perubahan peringkat di beberapa daerah. Namun, peringkat yang dihasilkan metode baru tidak dapat dibandingkan dengan metode lama karena perbedaan secara metodologi Jenis Dan Sumber Data Dilihat dari sumbernya, data yang digunakan dalam studi ini adalah data sekunder. Data ini merupakan data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain. Adapun data sekunder yang akan digunakan dalam penelitian ini diantaranya data kependudukan, pendidikan dan ekonomi. Data-data yang sudah diuraikan dimuka akan dikumpulkan dari berbagai sumber yang dapat dipertanggungjawabkan, yaitu: Penyusunan Indeks Pembangunan Kabupaten Malang Tahun

36 1. Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Malang. 2. Dinas Pendidikan Kabupaten Malang. 3. Dinas Kesehatan Kabupaten Malang. 4. Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Malang Metode Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumentasi, dengan cara mengutip atau menyalin dokumen-dokumen yang relevan untuk digunakan sebagai data dalam penelitian ini Metode Perhitungan IPM UNDP memperkenalkan penghitungan IPM metode baru dengan beberapa perbedaan mendasar dibanding metode lama. Setidaknya, terdapat dua hal mendasar dalam perubahan metode baru ini. Kedua hal mendasar terdapat pada aspek indikator dan cara penghitungan indeks. Pada metode baru, UNDP memperkenalkan indikator baru pada dimensi pengetahuan yaitu Harapan Lama Sekolah ( Expected Years of Schooling). Indikator ini digunakan untuk menggantikan indikator AMH yang memang saat ini sudah tidak relevan karena capaian di banyak negara sudah sangat tinggi. UNDP juga menggunakan indikator PNB per kapita untuk menggantikan indikator PDB per kapita. Selain indikator baru, UNDP melakukan perubahan cara penghitungan indeks. Untuk menghitung agregasi indeks, digunakan rata-rata geometrik (geometric mean). Cara penghitungan indeks yang terbilang baru ini cederung sensitif terhadap ketimpangan. Tidak seperti rata-rata aritmatik yang dapat menutupi ketimpangan yang terjadi antardimensi, rata-rata geometrik menuntut keseimbangan ketiga dimensi IPM agar capaian IPM menjadi optimal. Sementara untuk Indonesia dalam mengaplikasikan penghitungan metode baru dilakukan dengan melihat secara mendalam tentang kelemahan pada penghitungan metode lama sehingga merasa perlu memperbarui penghitungan untuk menjawab tantangan masyarakat internasional. Pada tahun 2014, Indonesia secara resmi melakukan penghitungan IPM dengan metode baru. Untuk mengaplikasikan metode baru, sumber data yang tersedia di Indonesia antara lain: 1. Angka harapan hidup saat lahir (Sensus Penduduk 2010/SP2010, Proyeksi Penduduk) Penyusunan Indeks Pembangunan Kabupaten Malang Tahun

37 2. Angka harapan lama sekolah dan rata-rata lama sekolah (Survei Sosial Ekonomi Nasional/SUSENAS 2015) 3. PNB per kapita tidak tersedia pada tingkat provinsi dan kabupaten/ kota, sehingga diproksi dengan pengeluaran per kapita disesuaikan menggunakan data SUSENAS Beberapa penyesuaian yang dilakukan terhadap metode baru dilakukan pada indikator PNB per kapita karena masalah ketersediaan data. Dari empat indikator yang digunakan dalam penghitungan IPM metode baru, tiga diantaranya sama persis dengan UNDP. Khusus untuk PNB per kapita, indikator ini diproksi dengan pengeluaran per kapita. Perbedaan indikator antara metode lama dan metode baru perhitungan IPM adalah sebagai berikut: Tabel 3.1. Perbedaan Indikator Metode Lama dan Metode Baru UNDP Dimensi Metode Lama Metode Baru Kesehatan Angka Harapan Hidup saat Lahir Angka Harapan Hidup saat Lahir Umur Panjang (AHH) (AHH) dan Hidup Sehat Pengetahuan Angka Melek Huruf (AMH) Kombinasi Angka Partisipasi Harapan Lama Sekolah (HLS) Kasar Rata-Rata Lama Sekolah (RLS) (APK) Standar PDB per Kapita Pengeluaran per Kapita Hidup Layak Disesuaikan Agregasi Rata-rata Aritmatik Rata-rata Geometrik Sumber: Indeks Pembangunan Manusia 2015, BPS 2016 Dengan menggunakan rata-rata geometrik dalam menyusun IPM dapat diartikan bahwa capaian satu dimensi tidak dapat ditutupi oleh capaian pada dimensi lain. Artinya, untuk mewujudkan pembangunan manusia yang baik, ketiga dimensi harus memperoleh perhatian yang sama besar karena sama pentingnya. Penyusunan Indeks Pembangunan Kabupaten Malang Tahun

38 Gambar 3.1. Perjalanan Metode Penghitungan IPM di UNDP Sumber : United Nations Development Programme Perhitungan Indeks Komponen IPM Setiap komponen IPM distandardisasi dengan nilai minimum dan maksimum sebelum digunakan untuk menghitung IPM. Rumus yang digunakan sebagai berikut. (BPS, 2016) Dimensi Kesehatan : Dimensi Pendidikan : Dimensi Pengeluaran: Penyusunan Indeks Pembangunan Kabupaten Malang Tahun

39 Menghitung IPM IPM dihitung sebagai rata-rata geometrik dari indeks kesehatan, pendidikan, dan pengeluaran. Penentuan Nilai Minimum dan Maksimum Dalam menghitung IPM, diperlukan nilai minimum dan maksimum untuk masing-masing indikator. Pada tabel 3.2 berikut disajikan nilai-nilai tersebut. Tabel 3.2 Penentuan Nilai Minimum dan Maksimum Indikator Satuan Minimum Maksimum UNDP BPS UNDP BPS Angka Harapan Hidup Tahun Saat Lahir Angka Harapan Lama Tahun Sekolah Rata-rata Lama Tahun Sekolah Pengeluaran per * ** Kapita Disesuaikan (PPP (Rp) (PPPUS) (Rp) US) Sumber: Indeks Pembangunan Manusia 2015, BPS 2016 Keterangan: Daya beli minimum merupakan garis kemiskinan terendah kabupaten tahun 2010 (data empiris) yaitu di Tolikara-Papua ** Daya beli maksimum merupakan nilai tertinggi kabupaten yang diproyeksikan hingga 2025 (akhir RPJPN) yaitu perkiraan pengeluaran per kapita Jakarta Selatan tahun 2025 Variabel dalam IPM Metode Baru Variabel dalam perhitungan IPM metode baru sebagaimana dikutip dari Indeks Pembangunan Manusia 2015, BPS 2016 antara lain meliputi: 3. Angka Harapan Hidup Saat Lahir - AHH (Life Expectancy e 0 ) Angka Harapan Hidup saat Lahir didefinisikan sebagai rata-rata perkiraan banyak tahun yang Penyusunan Indeks Pembangunan Kabupaten Malang Tahun

40 dapat ditempuh oleh seseorang sejak lahir. AHH mencerminkan derajat kesehatan suatu masyarakat. AHH dihitung dari hasil sensus dan survei kependudukan. 4. Rata-rata Lama Sekolah - RLS (Mean Years of Schooling - MYS) Rata-rata Lama Sekolah didefinisikan sebagai jumlah tahun yang digunakan oleh penduduk dalam menjalani pendidikan formal. Diasumsikan bahwa dalam kondisi normal rata-rata lama sekolah suatu wilayah tidak akan turun. Cakupan penduduk yang dihitung dalam penghitungan rata-rata lama sekolah adalah penduduk berusia 25 tahun ke atas. 5. Angka Harapan Lama Sekolah - HLS (Expected Years of Schooling EYS) Angka Harapan Lama Sekolah didefinisikan lamanya sekolah (dalam tahun) yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa mendatang. Diasumsikan bahwa peluang anak tersebut akan tetap bersekolah pada umurumur berikutnya sama dengan peluang penduduk yang bersekolah per jumlah penduduk untuk umur yang sama saat ini. Angka Harapan Lama Sekolah dihitung untuk penduduk berusia 7 tahun ke atas. HLS dapat digunakan untuk mengetahui kondisi pembangunan sistem pendidikan di berbagai jenjang yang ditunjukkan dalam bentuk lamanya pendidikan (dalam tahun) yang diharapkan dapat dicapai. 4. Pengeluaran per Kapita Disesuaikan Pengeluaran per kapita yang disesuaikan ditentukan dari nilai pengeluaran per kapita dan paritas daya beli (Purcashing Power Parity-PPP). Rata-rata pengeluaran per kapita setahun diperoleh dari SUSENAS, dihitung dari level provinsi hingga level kab/kota. Rata-rata pengeluaran per kapita dibuat konstan/riil dengan tahun dasar 2012=100. Perhitungan paritas daya beli pada metode baru menggunakan 96 komoditas dimana 66 komoditas merupakan makanan dan sisanya merupakan komoditas nonmakanan. Metode penghitungan paritas daya beli menggunakan Metode Rao. Pengelompokan IPM Untuk melihat capaian IPM antar wilayah dapat dilihat melalui pengelompokkan IPM ke dalam beberapa kategori, yaitu: (BPS 2015) IPM < 60 : IPM rendah 60 IPM < 70 : IPM sedang 70 IPM < 80 : IPM tinggi IPM 80 : IPM sangat tinggi Penyusunan Indeks Pembangunan Kabupaten Malang Tahun

41 3.5. Alur Analisis Pada tahun 2010, UNDP merubah metodologi penghitungan IPM. Kali ini perubahan drastis terjadi pada penghitungan IPM. UNDP menyebut perubahan yang dilakukan pada penghitungan IPM sebagai metode baru. Beberapa indikator diganti menjadi lebih relevan. Indikator Angka Partisipasi Kasar Gabungan diganti dengan indikator Harapan Lama Sekolah. Indikator Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita diganti dengan Produk Nasional Bruto (PNB) per kapita. Selain itu, cara penghitungan juga ikut berubah. Metode rata-rata aritmatik diganti menjadi rata-rata geometrik untuk menghitung indeks komposit. Serangkaian perubahan yang dilakukan UNDP bertujuan agar dapat membuat suatu indeks komposit yang cukup relevan dalam mengukur pembangunan manusia. Perubahan metodologi penghitungan IPM didasarkan pada alasan yang cukup rasional. Suatu indeks komposit harus mampu mengukur apa yang diukur. Dengan pemilihan metode dan variabel yang tepat, indeks yang dihasilkan akan cukup relevan. Namun, alasan utama yang dijadikan dasar perubahan metodologi penghitungan IPM setidaknya ada dua hal mendasar. Pertama, beberapa indikator sudah tidak tepat untuk digunakan dalam penghitungan IPM. Angka Melek Huruf (AMH) sudah tidak relevan dalam mengukur pendidikan secara utuh karena tidak dapat menggambarkan kualitas pendidikan. Sebelum penghitungan metode baru digunakan, AMH di sebagian besar daerah sudah tinggi, sehingga tidak dapat membedakan tingkat pendidikan antarwilayah dengan baik. Dalam konsep pembentukan indeks komposit, variabel yang tidak sensitif membedakan akan menyebakan indikator komposit menjadi tidak relevan. Oleh karena itu, indikator AMH dianggap sudah tidak relevan sebagai komponen dalam penghitungan IPM. Selanjutnya adalah indikator PDB per kapita. Indikator ini pada dasarnya merupakan proksi terhadap pendapatan masyarakat. Namun disadari bahwa PDB diciptakan dari seluruh faktor produksi dan apabila ada investasi dari asing turut diperhitungkan. Padahal, tidak seluruh pendapatan faktor produksi dinikmati penduduk lokal. Oleh karena itu, PDB per kapita kurang dapat menggambarkan pendapatan masyarakat atau bahkan kesejahteraan masyarakat pada suatu wilayah. Kedua, penggunaan rumus rata-rata aritmatik dalam penghitungan IPM menggambarkan bahwa capaian yang rendah di suatu dimensi dapat ditutupi oleh capaian tinggi dari dimensi lain. Pada dasarnya, konsep yang diusung dalam Penyusunan Indeks Pembangunan Kabupaten Malang Tahun

42 pembangunan manusia adalah pemerataan pembangunan dan sangat anti terhadap ketimpangan pembangunan. Rata-rata aritmatik memungkinkan adanya transfer capaian dari dimensi dengan capaian tinggi ke dimensi dengan capaian rendah. Perumpamaan sederhana untuk dapat melihat kelemahan rata-rata aritmatik misalnya dengan menghitung secara sederhana nilai ketiga dimensi pembangunan manusia. Metode baru penghitungan IPM memberikan potret pembangunan manusia lebih utuh. Kemajuan pembangunan manusia didorong oleh kemajuan indikator yang membentuk IPM. Angka harapan hidup saat lahir (AHH), rata rata penduduk usia 25 tahun ke atas yang telah mengenyam pendidikan setara dengan kelas 2 SMP (belum tamat) dan penduduk usia 7 tahun ke atas berpeluang menempuh pendidikan hingga Diploma I (belum tamat). Perekonomian yang semakin membaik turut mendorong pengeluaran per kapita per tahun penduduk Indonesia. Peningkatan kapabilitas dasar manusia merupakan salah satu upaya dalam meningkatkan potensi bangsa yang pada akhirnya berdampak pada peningkatan kualitas manusia. Pendidikan dan kesehatan menjadi modal utama yang harus dimiliki suatu bangsa untuk meningkatkan potensinya. Oleh karena itu, untuk menciptakan manusia yang berkualitas dapat dimulai dengan perbaikan pada kedua aspek tersebut. Berdasarkan perhitungan metode baru IPM, tantangan di bidang pendidikan terutama disebabkan oleh belum semua penduduk dapat mengenyam pendidikan formal terutama pada kelompok penduduk dengan pengeluaran rendah. Hal ini akan ditunjukkan oleh pencapaian Angka Partisipasi Sekolah (APS) untuk tingkat SMA dan pendidikan yang lebih tinggi. Sementara dalam bidang kesehatan, tantangan yang dihadapi adalah memperbaiki determinan derajat kesehatan yang meliputi: keturunan, lingkungan, pelayanan kesehatan, dan perilaku kesehatan. Di bidang ekonomi, tantangan yang dihadapi Indonesia mencakup: struktur ekonomi yang tidak seimbang, transformasi ekonomi yang berjalan lambat, ketimpangan cenderung meningkat, serta penurunan yang cenderung melambat dalam hal kemiskinan Penyusunan Indeks Pembangunan Kabupaten Malang Tahun

43 BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH KAJIAN 4.1. Kondisi Fisik dan Letak Geografis Wilayah Kabupaten Malang adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2008, Kota Kepanjen ditetapkan sebagai ibukota Kabupaten Malang yang baru. Kota Kepanjen saat ini sedang berbenah diri agar nantinya layak sebagai ibu kota kabupaten. Kabupaten ini berbatasan langsung dengan Kota Malang, Kota Batu, Kabupaten Mojokerto, Kota Batu, dan Kabupaten Pasuruan di utara, Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Probolinggo di timur, Samudra Hindia di selatan, serta Kabupaten Blitar dan Kabupaten Kediri di barat. Sebagian besar wilayahnya merupakan pegunungan yang berhawa sejuk, Malang dikenal sebagai salah satu daerah tujuan wisata utama di Jawa Timur. Kabupaten Malang terdiri atas 33 kecamatan, yang dibagi lagi menjadi sejumlah desa dan kelurahan. Pusat pemerintahan di Kecamatan Kepanjen. Pusat pemerintahan sebelumnya berada di Kota Malang. Kota Batu dahulu bagian dari Kabupaten Malang, sejak tahun 2001 memisahkan diri setelah ditetapkan menjadi kota. Ibukota kecamatan yang cukup besar di Kabupaten Malang antara lain Lawang, Singosari, Turen, dan Kepanjen. Kabupaten Malang terletak pada ,90 sampai ,00 Bujur Timur ,11 sampai ,45 Lintang Selatan. Luas keseluruhan wilayahnya seluas 3.534,86 km² atau sama dengan ha, dengan daratan seluas 2.977,05 km² dan selebihnya adalah lautan. Secara administratif wilayahnya dibatasi oleh batas-batas administrasi daerah disekitarnya, yaitu: Sebelah Utara Sebelah Timur Sebelah Barat Sebelah Selatan Bagian Tengah : Kabupaten Pasuruan dan Kabupaten Mojokerto. : Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Lumajang. : Kabupaten Blitar dan Kabupaten Kediri. : Samudra Indonesia. : Kota Batu dan Kota Malang. Dengan kondisi di atas, maka Kabupaten Malang adalah kabupaten terluas kedua di Pulau Jawa setelah Kabupaten Banyuwangi. Sebagian besar wilayahnya berupa pegunungan. Bagian barat dan barat laut berupa pegunungan, dengan puncaknya Gunung Arjuno (3.339 m) dan Gunung Kawi (2.651 m). Di pegunungan ini terdapat mata air Sungai Brantas, sungai terpanjang di Jawa Timur. Penyusunan Indeks Pembangunan Kabupaten Malang Tahun

44 Bagian timur merupakan kompleks Pegunungan Bromo-Tengger-Semeru, dengan puncaknya Gunung Bromo (2.392 m) dan Gunung Semeru (3.676 m). Gunung Semeru adalah gunung tertinggi di Pulau Jawa. Kota Malang sendiri berada di cekungan antara kedua wilayah pegunungan tersebut. Bagian selatan berupa pegunungan dan dataran bergelombang. Dataran rendah di pesisir selatan cukup sempit dan sebagian besar pantainya berbukit. Kabupaten Malang memiliki potensi pertanian dengan iklim sejuk. Daerah utara dan timur banyak digunakan untuk perkebunan apel. Daerah pegunungan di barat banyak ditanami sayuran dan menjadi salah satu penghasil sayuran utama di Jawa Timur. Daerah selatan banyak digunakan ditanami tebu dan hortikultura, seperti salak dan semangka. Selain perkebunan teh, Kabupaten Malang juga berpotensi untuk perkebunanan kopi, dan cokelat (daerah pegunungan Kecamatan Tirtoyudo). Hutan jati banyak terdapat di bagian selatan yang merupakan daerah pegunungan kapur. Selanjutnya Kabupaten Malang terbagi atas 33 (tiga puluh tiga) wilayah kecamatan, 378 desa dan 12 kelurahan sebagaimana Tabel 4.1 berikut. Penyusunan Indeks Pembangunan Kabupaten Malang Tahun

45 Tabel 4.1 Wilayah Administratif Kabupaten Malang No. Kecamatan Jumlah Desa / Luas Wilayah Kelurahan (Km 2 ) 1 Donomulyo ,60 2 Kalipare 9 105,39 3 Pagak 8 90,08 4 Bantur ,15 5 Gedangan 8 130,55 6 Sumbermanjing Wetan ,49 7 Dampit 11/1 135,31 8 Tirtoyudo ,96 9 Ampelgading 13 79,60 10 Poncokusumo ,99 11 Wajak 13 94,56 12 Turen 15/2 63,90 13 Bululawang 14 49,36 14 Gondanglegi 14 79,74 15 Pagelaran *) 10 45,83 16 Kepanjen 14/4 46,25 17 Sumberpucung 7 35,90 18 Kromengan 7 38,63 19 Ngajum 9 60,12 20 Wonosari 8 48,53 21 Wagir 12 75,43 22 Pakisaji 12 38,41 23 Tajinan 12 40,11 24 Tumpang 15 72,09 25 Pakis 15 53,62 26 Jabung ,89 27 Lawang 10/2 68,23 28 Singosari 14/3 118,51 29 Karangploso 9 58,74 30 Dau 10 41,96 31 Pujon ,75 32 Ngantang ,70 33 Kasembon 6 55,67 Jumlah ,05 Sumber : Kabupaten Malang Dalam Angka Tahun Kondisi Perekonomian Kabupaten Malang Perkembangan Sektor Ekonomi Tingkat kegiatan perekonomian di suatu daerah dapat diukur dari indikator Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB mencerminkan besar kecilnya produksi sektor ekonomi atau tingkat konsumsi masyarakat. PDRB menurut lapangan usaha atau menurut sektor produksi merupakan jumlah dari nilai tambah bruto yang dihasilkan oleh unit kegiatan ekonomi yang beroperasi di suatu wilayah dalam periode waktu tertentu. Dengan demikian data PDRB dapat pula menggambarkan kemampuan Penyusunan Indeks Pembangunan Kabupaten Malang Tahun

46 suatu wilayah atau daerah mengelola sumber daya alam serta faktor produksi lainnya. PDRB disajikan dengan dua cara. Pertama, PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB), sedangkan yang kedua yaitu PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) tahun 2010 yang berguna untuk melihat trend atau membandingkan besaran-besaran PDRB antar tahun. PDRB menurut lapangan usaha dikelompokkan menjadi 17 sektor (lapangan usaha) yaitu sektor: (1) Pertanian, Kehutanan dan Perikanan, (2) Pertambangan dan Penggalian, (3) Industri Pengolahan, (4) Pengadaan Listrik dan Gas, (5) Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah (6) Konstruksi, (7) Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, (8) Transportasi dan Pergudangan, (9) Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, (10) Informasi dan Komunikasi, (11) Jasa Keuangan dan Asuransi, (12) Real Estate, (13) Jasa Perusahaan, (14) Administrasi Pemerintahan, (15) Jasa Pendidikan, (16) Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial, dan (17) Jasa Lainnya. PDRB Kabupaten Malang Atas Dasar Harga Konstan antara tahun dapat dilihat pada Tabel Penyusunan Indeks Pembangunan Kabupaten Malang Tahun

47 Tabel 4.2 Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha, Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) 2010 Kabupaten Malang, Tahun (dalam juta rupiah) NO SEKTOR (LAPANGAN USAHA) Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 9.224, , ,91 2 Pertambangan dan Penggalian 1.097, , ,01 3 Industri Pengolahan , , ,59 4 Pengadaan Listrik dan Gas 53,33 52,94 55,21 5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, limbah 52,81 55,83 58,58 6 Konstruksi 6.319, , ,98 Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil 7 dan Sepeda Motor , , ,12 8 Transportasi dan Pergudangan 566,54 610,04 653,28 9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 1.671, , ,59 10 Informasi dan Komunikasi 2.518, , ,39 11 Jasa Keuangan dan Asuransi 851,57 901,22 956,21 12 Real Estate 755,52 800,48 849,48 13 Jasa Perusahaan 191,46 207,79 219,78 14 Administrasi Pemerintahan 977, , ,30 15 Jasa Pendidikan 1.257, , ,17 16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 311,92 324,97 340,87 17 Jasa Lainnya 1.087, , ,87 PDRB , , ,34 Rerata PDRB (Rp. Juta) ,86 Rerata Pertumbuhan PDRB (%) 5,281 Sumber : PDRB tahun 2016, BPS Kabupaten Malang. PDRB pada tahun tumbuh positif meski dengan angka yang relatif hampir sama, yaitu: - Tahun 2014 = Rp ,42 juta, - Tahun 2015 = Rp ,82 juta, dan - Tahun 2016 = Rp ,34 juta, dan Hal ini berarti selama 3 (tiga) tahun terakhir (tahun ke tahun 2016) telah terjadi kenaikan PDRB harga konstan (nilai produksi rii) sebesar 10,56 persen dengan rata-rata pertumbuhan per tahun sebesar 5,28 persen. Rata-rata PDRB selama kurun waktu 3 (tiga) tahun tersebut adalah sebesar Rp ,86 juta. Angka yang cukup menarik diperhatikan terkait dengan Penyusunan Disparitas Wilayah di Kabupaten Malang adalah di Sektor Industri Pengolahan, sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor serta sektor Pertanian Kehutanan dan Perikanan. Ketiga sektor ini menjadi andalan kontributor Penyusunan Indeks Pembangunan Kabupaten Malang Tahun

48 perekonomian daerah karena memiliki nilai yang paling besar diantara 17 sektor lapangan usaha dalam PDRB. Pada tahun 2016 nilai PDRB dari sektor Industri Pengolahan mencapai Rp ,59 juta, dan sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor sebesar Rp ,12 juta serta sektor Pertanian Kehutanan dan Perikanan sebesar Rp ,91 juta. Sebenarnya secara visual atau sekilas nampak bahwa Kabupaten Malang merupakan daerah agraris, namun pada kenyataannya tidak demikian. Nilai-nilai PDRB sektoral maupun agregat tersebut merupakan nilai produksi yang dihasilkan oleh sektor ekonomi setiap tahun. Hal yang lebih penting lagi untuk melihat kecenderungan perekonomian dapat dilihat dari trend pertumbuhannya. Pertumbuhan PDRB maupun sektor-sektornya selama kurun waktu dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut. Tabel 4.3 Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2010 Kabupaten Malang, Tahun (dalam persen) N0. SEKTOR (LAPANGAN USAHA) Rerata 1 Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 2,84 3,44 3,09 3,12 2 Pertambangan dan Penggalian 1,75 2,92 1,64 2,10 3 Industri Pengolahan 9,74 6,44 6,00 7,39 4 Pengadaan Listrik dan Gas 4,06-0,74 4,29 2,54 5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, limbah 1,85 5,72 4,94 4,17 6 Konstruksi 5,92 3,84 5,13 4,96 Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan 4,23 5,29 5,64 5,05 7 Sepeda Motor 8 Transportasi dan Pergudangan 5,89 7,68 7,09 6,89 9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 6,03 6,70 7,30 6,68 10 Informasi dan Komunikasi 6,67 6,78 7,00 6,82 11 Jasa Keuangan dan Asuransi 6,85 5,83 6,01 6,23 12 Real Estate 5,71 5,95 6,12 5,93 13 Jasa Perusahaan 9,54 8,53 5,77 7,95 14 Administrasi Pemerintahan 0,62 4,99 3,90 3,17 15 Jasa Pendidikan 7,02 7,21 6,05 6,76 16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 10,73 4,18 4,89 6,60 17 Jasa Lainnya 4,40 4,54 6,01 4,98 PDRB 6,01 5,27 5,30 5,53 Sumber : PDRB tahun 2016, BPS Kabupaten Malang. Pertumbuhan ekonomi yang diukur dari pertumbuhan PDRB Kabupaten Malang ADHK 2010 menunjukkan bahwa pertumbuhan dalam tiga tahun terakhir selalu Penyusunan Indeks Pembangunan Kabupaten Malang Tahun

49 positif. Pada kurun waktu tahun pertumbuhan PDRB Kabupaten Malang sebesar 6,01 persen; 5,27 persen dan 5,30 persen, dengan rata-rata pertumbuhan selama tiga tahun sebesar 5,53 persen per tahun. Pada aspek pertumbuhan ini juga cukup penting untuk mengamati pertumbuhan dari sektor yang dominan. Pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan pada tahun 2016 mencapai 6,00 persen, dan sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor sebesar 5,64 persen. Sementara sektor Pertanian Kehutanan dan Perikanan pada tahun 2016 hanya bertumbuh sebesar 3,09 persen. Dalam hal prestasi sektoral yang sangat bagus karena jauh melebihi pertumbuhan PDRB, terjadi pada 10 sektor (lapangan usaha) yang mempunyai laju pertumbuhan di atas laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Malang (5, 30 persen). Kesepuluh sektor (lapangan usaha) beserta laju pertumbuhan tahun 2016 tersebut adalah; Industri Pengolahan (6,21 persen), Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor (5,64 persen), Transportasi dan Pergudangan (7,09 persen), Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum (7,3 persen), Informasi dan Komunikasi (7,00 persen), Jasa Keuangan dan Asuransi (6,01 persen), Real Estate (6,12 persen), Jasa Perusahaan (5,77 persen), Jasa Pendidikan (6,05 persen), Jasa Lainnya (6,01 persen). Fakta ini menunjukkan terjadinya transformasi struktur ekonomi yang terjadi dalam perekonomian Kabupaten Malang dari semula perekonomian yang bertumpu pada sektor primer menjadi bergeser pada sektor sekunder dan tersier. Secara umum dapat dinilai bahwa tingkat pertumbuhan PDRB ini menunjukkan kinerja ekonomi daerah Kabupaten Malang yang termasuk dalam ketegori baik. Hal ini disebabkan karena adanya peningkatan produksi dari masing-masing sektor pembentuk PDRB Struktur Perekonomian Daerah Struktur perekonomian daerah menunjukkan komponen pembentuk kegiatan perkonomian suatu daerah, atau terdiri dari kegiatan apa saja perekonomian ini tersusun. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi kelompok usaha/sektor PDRB di wilayah yang bersangkutan. Struktur perekonomian dikelompokkan menjadi tiga kelompok sektor, yaitu sektor: Primer, Sekunder dan Tersier. Kelompok Sektor Primer terdiri atas Pertanian Kehutanan dan Perikanan dan Sektor Pertambangan dan Penggalian. Kelompok Sektor Sekunder terdiri atas Sektor Industri Pengolahan, Pengadaan Listrik dan Gas, Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, limbah, dan sektor Konstruksi. Penyusunan Indeks Pembangunan Kabupaten Malang Tahun

50 Kemudian Sektor Tersier terdiri atas Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, Transportasi dan Pergudangan, Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, Informasi dan Komunikasi, Jasa Keuangan dan Asuransi, Real Estate, Jasa Perusahaan, Administrasi Pemerintahan, Jasa Pendidikan, Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial, dan sektor Jasa Lainnya. Kondisi struktur perekonomian Kabupaten Malang pada tahun dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut. Tabel 4.4 Kontribusi Sektor Ekonomi Terhadap PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010, Kabupaten Malang Tahun (ADHK) 2010 (dalam persen) No. SEKTOR (LAPANGAN USAHA) Rerata 1 Pertanian, Kehutanan dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Pengadaan Listrik dan Gas Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, limbah Konstruksi 12, Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 8 Transportasi dan Pergudangan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Informasi dan Komunikasi Jasa Keuangan dan Asuransi Real Estate Jasa Perusahaan Administrasi Pemerintahan Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Jasa Lainnya Sumber : PDRB tahun 2016, BPS Kabupaten Malang. Kontributor utama atau terbesar dari PDRB Kabupaten Malang Tahun 2016 adalah sektor Industri Pengolahan dan sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor. Rata-rata kontribusi kedua sektor tersebut selama adalah sebesar 30,16 persen dan 18,55 persen. Dua sektor ini cukup dominan mewarnai perekonomian Kabupaten Malang, karena secara kumulatif dua sektor tersebut kontribusinya hampir mencapai 50 persen yaitu 48,71 persen. Dari persentase nilai kontribusi masing-masing sektor terhadap PDRB, selanjutnya dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok sektor utama yang dapat digunakan untuk Penyusunan Indeks Pembangunan Kabupaten Malang Tahun

51 menggambarkan struktur ekonomi wilayah. Dari 17 sektor pembentuk PDRB tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok sektor utama yaitu sebagai berikut: 1. Kelompok Sektor Primer, terdiri dari : Sektor Pertanian dan Sektor Pertambangan dan Penggalian. 2. Kelompok Sektor Sekunder, terdiri dari : Sektor Industri Pengolahan, Pengadaan Listrik dan Gas, Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, limbah, dan sektor Konstruksi.. 3. Kelompok Sektor Tersier, terdiri dari : Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, Transportasi dan Pergudangan, Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, Informasi dan Komunikasi, Jasa Keuangan dan Asuransi, Real Estate, Jasa Perusahaan, Administrasi Pemerintahan, Jasa Pendidikan, Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial, dan sektor Jasa Lainnya. Perkembangan tiga kelompok sektor utama ekonomi di Kabupaten Malang dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut. Tabel 4.5 Struktur Ekonomi Kabupaten Malang Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) 2010 Tahun KELOMPOK PDRB (Rp. Juta) Kontribusi (%) SEKTOR Primer , , ,92 19,64 19,61 19,17 Sekunder , , ,36 41,82 42,67 42,86 Tersier , , ,85 38,54 37,72 37,97 KELOMPOK Rerata Rerata SEKTOR PDRB Kontribusi Primer ,59 19,48% Sekunder ,07 42,45% Tersier ,05 38,07% Sumber : Kabupaten Malang dalam Angka Hasil Pengolahan Data Sekunder Berdasarkan hasil pengolahan data yang disajikan pada Tabel 4.5, menunjukkan bahwa berdasarkan kelompok struktur perekonomian, kontributor terbesar dalam PDRB Kabupaten Malang dalam kurun adalah Kelompok Sektor Sekunder dengan kontribusi rata-rata sebesar 42,45 persen, urutan kedua adalah Sektor Tersier sebesar 38,07 persen dan urutan ketiga dietmpati oleh Sektor Primer sebesar 19,48 persen. Melihat kondisi kontributor berdasarkan kelompok sektor, maka menunjukkkan bahwa Kabupaten Malang memiliki struktur ekonomi yang bertumpu pada sektor Sekunder dan Tersier atau ekonomi jasa. Dengan kata lain, kegiatan Penyusunan Indeks Pembangunan Kabupaten Malang Tahun

52 ekonomi yang mendominasi dalam aktivitas perekonomian Kabupaten Malang banyak diwarnai atau didominasi oleh sektor pengolahan dan jasa Kependudukan Jumlah dan Kepadatan Penduduk Berdasarkan data dalam Informasi Hasil-hasil Pembangunan Kabupaten Malang Tahun , jumlah Penduduk Kabupaten Malang, pada tahun 2016 tercatat sebesar jiwa. Komposisi penduduk menurut jenis kelamin menunjukan bahwa jiwa ( 50,25 persen) adalah penduduk laki-laki dan jiwa (49,75 persen) adalah penduduk perempuan. Perbandingan antara jumlah laki-laki dengan perempuan ditunjukkan dengan rasio jenis kelamin (sex ratio) yang mencapai angka sebesar 101,03 persen. Kepadatan penduduk Kabupaten Malang pada 2016 mencapai 860 jiwa/km 2. Beberapa kecamatan yang memiliki kepadatan tinggi yaitu mencapai di atas 2000 jiwa/km 2 adalah Kecamatan Kepanjen, Pakisaji, dan Pakis. Sedangkan Kecamatan Turen, Singosari, Sumberpucung, Lawang dan Dau memiliki kepadatan berkisar jiwa/km 2. Selebihnya memiliki tingkat kepadatan dibawah 1500 jiwa/km 2. Tabel 4.6 Penduduk Kabupaten Malang Tahun Jumlah Penduduk Satuan Laki-laki Jiwa Perempuan Jiwa Jumlah Jiwa Sumber: Statistik Kesejahteraan Kabupaten Malang Tahun 2016, BPS Kabupaten Malang Perkembangan wilayah di masing-masing lokasi dipengaruhi banyak faktor, salah satunya adalah perkembangan jumlah penduduk. Disparitas atau kesenjangan wilayah dapat disebabkan dan juga dapat berakibat adanya perbedaan perkembangan jumlah penduduk di masing-masing wilayah. Tingkat kemajuan wilayah sangat ditentukan oleh jumlah dan kualitas penduduk di suatu wilayah tersebut. Jumlah penduduk yang besar dengan asumsi pendapatan tertentu, maka akan mempengaruhi perkembangan wilayah. Berarti semakin besar jumlah penduduk, maka dapat mendorong wilayah untuk berkembang lebih cepat, dibandingkan dengan wilayah dengan jumlah penduduk lebih kecil. Lebih jelasnya terkait dengan kondisi jumlah dan kepadatan penduduk Kabupaten Malang dapat dilihat pada Tabel 4. 7 berikut ini. Penyusunan Indeks Pembangunan Kabupaten Malang Tahun

53 Tabel 4.7 Luas Wilayah, Penduduk dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Malang, 2016 No Kecamatan Luas Wilayah Penduduk Km 2 % Jumlah % Kepadatan Penduduk (Km 2 ) 1 Donomulyo 192,60 6, ,44 325,01 2 Kalipare 105,39 3, ,36 572,63 3 Pagak 90,08 3, ,79 507,94 4 Bantur 159,15 5, ,69 432,69 5 Gedangan 130,55 4, ,07 406,29 6 Sumbermanjing 239,49 8, ,53 377,15 7 Dampit 135,31 4, ,65 879,33 8 Tirtoyudo 141,96 4, ,37 428,39 9 Ampelgading 79,60 2, ,05 659,92 10 Poncokusumo 102,99 3, ,62 900,85 11 Wajak 94,56 3, ,16 856,03 12 Turen 63,90 2, , ,58 13 Bululawang 49,36 1, , ,43 14 Gondanglegi 79,74 2, , ,85 15 Pagelaran 45,83 1, , ,91 16 Kepanjen 46,25 1, , ,50 17 Sumberpucung 35,90 1, , ,18 18 Kromengan 38,63 1, ,49 989,10 19 Ngajum 60,12 2, ,92 818,48 20 Wonosari 48,53 1, ,61 851,68 21 Wagir 75,43 2, , ,85 22 Pakisaji 38,41 1, , ,47 23 Tajinan 40,11 1, , ,57 24 Tumpang 72,09 2, , ,75 25 Pakis 53,62 1, , ,24 26 Jabung 135,89 4, ,90 546,02 27 Lawang 68,23 2, , ,24 28 Singosari 118,51 3, , ,15 29 Karangploso 58,74 1, , ,88 30 Dau 41,96 1, , ,85 31 Pujon 130,75 4, ,65 518,94 32 Ngantang 147,70 4, ,20 381,77 33 Kasembon 55,67 1, ,22 559,58 Kabupaten Malang 2977,05 100, ,00 860,14 Sumber : Kabupaten Malang Dalam Angka Kepadatan penduduk ditentukan oleh distribusi kegiatan dan tempat tinggal penduduk di suatu wilayah. Kepadatan penduduk tertinggi ada di kecamatan Pakis sebesar Penyusunan Indeks Pembangunan Kabupaten Malang Tahun

54 jiwa/km2 sedangkan kepadatan penduduk terendah ada pada kecamatan Donomulyo sebesar 325 jiwa/km2. Kegiatan yang berbeda-beda ini telah menciptakan pola mobilitas atau pergerakan yang berbeda-beda pula. Pola pergerakan penduduk ini dapat diamati melalui kecenderungan masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya. Pola pergerakan dan mobilitas penduduk yang ada di Kabupaten Malang dipengaruhi oleh kegiatan perkotaan yang ada (perkantoran dan perdagangan/jasa) serta upaya masyarakat dalam pemenuhan kebutuhannya. Kecenderungan pergerakan penduduk lebih besar ke arah pusat kegiatan, terutama di sekitar jalan utama kabupaten. Sedangkan sebagian lagi menyebar di sekitar jalan-jalan lokal saja, seperti misalnya di tempat-tempat pelayanan sosial lainnya. Hal ini dipengaruhi oleh kemudahan dalam mencapai tujuan dalam pemenuhan kebutuhan. Peningkatan kepadatan penduduk ini tentunya akan menambah kosentrasi penduduk disuatu wilayah sehingga akan berpotensi mempengaruhi disparitas wilayah Ketenagakerjaan Masalah ketenagakerjaan merupakan salah satu isu penting di setiap negara. Ketersediaan tenaga kerja, baik dari sisi kuantitas maupun kualitas menjadi tuntutan kebutuhan bagi pelaksanaan kegiatan penduduk yang berorientasi motif ekonomi. Salah satu indikator untuk mengukur kualitas tenaga kerja yaitu tingkat pendidikannya. Idealnya antara pencari kerja dengan penempatannya harus seimbang sehingga semua pencari kerja tertampung. Hal ini dapat menekan tingkat angka pengangguran penduduk. Jumlah pencari kerja dan penempatan kerja menurut tingkat pendidikan di Kabupaten Malang dapat dilihat pada Tabel 4.8. Tabel 4.8 Banyaknya Pencari Menurut Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin di Kabupaten Malang Tahun 2016 Tingkat Pendidikan Laki-laki Jenis Kelamin Perempuan Jumlah Pencari Kerja SD SMP SMA D1 / D2 / D Sarjana / S1 1-1 S2 dan S Jumlah Sumber : Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Malang. Penyusunan Indeks Pembangunan Kabupaten Malang Tahun

55 Menurut data yang berhasil dihimpun oleh BPS menunjukkan bahwa pencari kerja dengan tingkat pendidikan S1 Perempuan dan S2/S3 tidak ada penempatan sama sekali. Pada nyatanya hal ini tidak seperti itu karena pencari kerja terutama di sektor non formal cukup sulit dilakukan pendataan, apalagi jumlahnya relatif sedikit. Jumlah pencari kerja tahun 2016 terbanyak adalah berpendidikan SMP sebanyak Kemudian lulusan SMU sebanyak 769 orang pada tahun Jenjang pendidikan para pencari kerja di Kabupaten Malang pada peringkat berikutnya adalah berpendidikan SD, yakni sebanyak 649 orang pada tahun Sementara pencari kerja dengan kualifikasi pendidikan diploma berjumlah 18 orang pada tahun Potensi suatu daerah dapat dilihat dari jumlah tenaga kerja yang ada. Kabupaten Malang memiliki potensi tenaga kerja yang data-datanya disajikan menurut uraian angkatan kerja, angkatan kerja tertampung, pencari kerja, penduduk usia kerja, penduduk bukan usia kerja. Penyusunan Indeks Pembangunan Kabupaten Malang Tahun

56 BAB V ANALISIS IPM Modal Manusia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses pencapaian pertumbuhan ekonomi. Pencapaian pertumbuhan ekonomi tidak terlepas dari kualitas modal manusianya. Ada beberapa indikator yang bisa digunakan dalam mengukur kualitas modal manusia, seperti IPM, Indeks Pendidikan, Indeks Kesehatan dan sebagainya. Oleh sebab itu, dalam rangka memacu pertumbuhan ekonomi perlu pula dilakukan pembangunan manusia secara merata. PDRB mempengaruhi pembangunan manusia, khususnya melalui aktivitas rumah tangga dan pemerintah; civil society seperti melalui organisasi masyarakat dan lembaga swadaya masyarakat juga. Dalam membelanjakan pendapatannya, rumah tangga cenderung membelanjakan barang-barang yang memiliki kontribusi langsung terhadap pembangunan manusia seperti makanan, air, pendidikan dan kesehatan yang tergantung pada sejumlah faktor seperti tingkat dan distribusi pendapatan antar rumah tangga, siapa yang mengontrol alokasi Pengeluaran dalam rumah tangga. Umumnya, penduduk miskin menghabiskan porsi pendapatannya lebih banyak ketimbang penduduk kaya untuk kebutuhan pembangunan manusia dan andil perempuan cukup besar dalam mengatur pengeluaran rumah tangga. Ketika tingkat kemiskinan tinggi, yang dikarenakan rendahnya pendapatan per kapita atau karena buruknya distribusi pendapatan, pengeluaran rumah tangga untuk kebutuhan pembangunan manusia menjadi rendah. Fakta menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi mereduksi kemiskinan, reduksi kemiskinan sangat bervariasi dengan distribusi pendapatan dan berubah-ubah. Pereduksian distribusi pendapatan dan kemiskinan melalui pertumbuhan sangat tergantung pada proses pertumbuhan ekonominya secara khusus didasarkan pada penciptaan tenaga kerja dan peningkatan pendapatan pedesaan. Peranan fungsi alokasi pemerintah untuk meningkatkan pembangunan manusia adalah fungsi total pengeluaran sektor publik, seberapa besar alokasi pengeluaran sektor publik untuk sektor pembangunan manusia, dan bagaimana pengeluaran tersebut dialokasikan. Peranan alokasi pengeluaran publik oleh pemerintah ini sangat memegang peranan yang sangat penting didalam pembangunan manusia. Peranan organisasi masyarakat dan LSM memegang peranan sebagai faktor pendukung dan pelengkap didalam pembangunan manusia, hanya saja di beberapa. Pembangunan Penyusunan Indeks Pembangunan Kabupaten Malang Tahun

57 manusia akan menjadi lebik efektif apabila peranan organisasi masyarakat dan LSM menempati salah satu ruang pembangunan manusia. Kedua adalah dari human development ke pertumbuhan ekonomi. Memperhatikan hubungan kedua, dari pembangunan manusia ke pertumbuhan ekonomi, ada sebuah asumsi dan didukung oleh pembuktian, bahwa masyarakat yang lebih sehat, dipelihara dengan baik dan berpendidikan akan berkontribusi menyokong pertumbuhan ekonomi. Tingginya pembangunan manusia akan mempengaruhi ekonomi melalui peningkatan kemampuan atau kapabilitas masyarakat. Sebagai konsekuensinya akan mengakibatkan peningkatan kreatifitas dan produktifitas masyarakat. Jelas bahwa kesehatan dan pendidikan masyarakat merupakan salah satu faktor utama dalam komposisi dan pertumbuhan output dan ekspor. Kesehatan dan pendidikan masyarakat juga menjadi salah satu faktor penting di dalam membangun sebuah sistem produksi dengan penggunaan teknologi secara efektif. Pendidikan dan kesehatan yang baik akan mendorong peningkatan modal manusia, mendorong peningkatan produktifitas masyarakat (tenaga kerja), mendorong kemampuan masyarakat untuk mengadaptasi dan mepergunakan teknologi didalam produksi serta meningkatkan kemampuan masyarakat untuk beradaptasi dengan perubahan kapasitas dan teknikal teknologi dalam industri. Peningkatan modal manusia, peningkatan produktifitas, kemampuan mengadaptasi dan menggunakan teknologi dalam produksi dan kemampuan mengadaptasi perubahan kapasitas dan teknikal teknologi tersebut pada akhirnya akan mendorong perekonomian suatu negara serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Peningkatan pembangunan manusia ini juga membutuhkan investasi yang besar dan diikuti juga dengan pemerataan distribusi pendapatan sehingga dengan investasi dan pemerataan pendapatan tersebut pada akhirnya akan mempermudah peningkatan pembangunan pendidikan dan kesehatan. Pemerataan hasil-hasil pembangunan bukan saja berarti dalam bentuk sarana dan prasarana fisik yang harus dibangun secara merata, namun yang lebih penting dari itu adalah kemudahan warga masyarakat untuk dapat mengakses dan sekaligus dapat terfasilitasi sarana kebutuhannya. Pada gilirannya diharapkan setiap warga masyarakat dapat merubah perilaku untuk berkembang membangun diri meningkatkan kesejahteraannya. Tingkat kesejahteraan dipandang sebuah ukuran Penyusunan Indeks Pembangunan Kabupaten Malang Tahun

58 yang bercirikan relatif dan kompleks. Untuk itu perlu adanya batasan ideal, pembatasan yang paling representatif pada bahasan berikut akan diamati seberapa jauh tingkat kemajuan bidang sosial ekonomi. Untuk mengetahui kemajuan tersebut dan sejauh mana keadaan sumber daya manusia di Kabupaten Malang, akan dibahas indikator-indikator tunggal seperti keadaan pendidikan, kesehatan, dan ketenagakerjaan yang selanjutnya akan dikaitkan dengan hasil perhitungan angka IPM Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Malang 2016 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Malang meningkat setiap tahun dengan rata-rata 1.09 persen pertahun. Gambar dibawah menunjukan pencapaian nilai IPM dari tahun 2011 hingga Pada tahun 2016 pencapaian IPM Kabupaten Malang sebesar atau meningkat 0,88 point (1,32%) dari tahun 2015 (66,63). Angka pencapaian IPM Kabupaten Malang sebesar 67,51 masih dibawah pencapaian IPM Propinsi Jawa Timur yang sebesar 69,74. Peringkat IPM Kabupaten Malang di tahun 2016 menduduki peringkat kedua puluh lima (25) se Propinsi Jawa Timur Gambar 5.1. Grafik Perkembangan IPM Kabupaten Malang Penyusunan Indeks Pembangunan Kabupaten Malang Tahun

59 Capaian nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) menentukan peringkat, namun tidak mutlak untuk menilai keberhasilan pembangunan manusia. Akselerasi peningkatan capaian IPM melambat pada tahun 2013 dan 2014 sebesar 0,75 % dan 0,61% namun mengalami peningkatan yang signifikan sebesar 1,58 % pada tahun 2015 dan pada tahun 2016 meningkat 1,32% Perkembangan Komponen IPM United Nations Development Programmes (UNDP) telah merekomendasikan penggunaan IPM untuk mengukur keberhasilan atau kinerja suatu negara dalam bidang pembangunan manusia. Sebagai sebuah indeks komposit yang dapat mencerminkan kinerja pembangunan manusia, indeks pembangunan manusia (IPM) dapat dibandingkan antarwilayah dan antarwaktu. Bahkan nilai IPM suatu daerah menjadi tidak bermakna jika tidak dibandingkan dengan waktu lainnya. Tabel 5.1 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Komponen IPM Malang Tahun Kabupaten IPM dan Komponennya Angka Harapan Hidup saat lahir/ahh (tahun) Harapan Lama Sekolah/HLS (tahun) Rata-rata Lama Sekolah/RLS (tahun) Pengeluaran Per Kapita Riil Disesuaikan (Rp.000) 8, , , , , , Indeks Pembangunan Manusia/IPM Pertumbuhan IPM (%) Sumber: BPS Kabupaten Malang Tingkat pencapaian pembangunan manusia di Kabupaten Malang yang digambarkan oleh IPM, pada tahun 2012 sebesar 64,71 dan terus meningkat hingga tahun 2016 sebesar 67,51. Selama tahun 2012 sampai dengan tahun 2016, pertumbuhan tertinggi IPM terjadi pada tahun 2015 sebesar 1,58 persen. Jika dibandingkan dengan keadaan tahun 2015, IPM tahun 2016 telah terjadi peningkatan sebesar 1,32 persen. IPM Kabupaten Malang tahun 2016 sebesar 67,51. Peningkatan angka IPM menjadi 67,51 tersebut menandakan arah pembangunan daerah yang mulai berpihak kepada peningkatan kualitas hidup manusia di Kabupaten Malang. Penyusunan Indeks Pembangunan Kabupaten Malang Tahun

60 5.3. Angka Harapan Hidup (AHH) Salah satu aspek penting pembangunan manusia adalah kualitas fisik penduduk yang dapat dilihat dari derajat kesehatan penduduk. Komponen IPM yang digunakan untuk melihat derajat kesehatan penduduk adalah Angka Harapan Hidup (AHH e o ) Gambar 5.2. Angka Harapan Hidup (AHH-e o ) Kabupaten Malang Tahun Angka Harapan Hidup Kabupaten Malang menunjukkan trend yang terus meningkat dan penduduk di Kabupaten Malang pada tahun 2016 memiliki peluang hidup hingga usia 72,05 tahun. Angka Harapan Hidup ini berlaku pada manusia yang masih berumur nol tahun atau baru lahir. Dengan kata lain, seorang bayi yang baru lahir di Kabupaten Malang pada tahun 2016 memiliki harapan untuk hidup hingga 72,05 tahun ke depan. Variabel Angka Harapan Hidup (e o ) mencerminkan lama hidup sekaligus hidup sehat suatu masyarakat. Hasil perhitungan Angka Harapan Hidup akan lebih berbobot jika ada perbandingannya dengan periode waktu sebelumnya atau dengan daerah lain. Sebelum tahun 2016, angka harapan hidup 71,78 tahun di tahun Pada tahun 2015, AHH sebesar 71,98 tahun dan terus meningkat hingga tahun 2016 sebesar 72,05 tahun. Hal tersebut memberikan gambaran bahwa terjadi peningkatan kualitas kesehatan masyarakat di Kabupaten Malang yang ditandai dengan peningkatan angka harapan hidup Rata-Rata Lama Sekolah dan Harapan lama Sekolah Pendidikan merupakan proses pemberdayaan peserta didik sebagai subyek sekaligus obyek dalam membangun kehidupan yang lebih baik. Pendidikan sangat Penyusunan Indeks Pembangunan Kabupaten Malang Tahun

61 berperan sebagai faktor kunci dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia. Komponen kedua dalam penghitungan indeks pembangunan manusia berkaitan erat dengan data-data pendidikan. Komponen pendidikan dalam IPM dihitung dengan dua indikator, yaitu rata-rata lama sekolah dan harapan lama sekolah Gambar 5.3 Rata-rata Lama Sekolah (RLS) Kabupaten Malang Tahun Rata-rata lama sekolah penduduk Kabupaten Malang menunjukkan trend yang terus meningkat dan rata-rata lama sekolah Kabupaten Malang pada tahun 2015 sebesar 6,73 tahun. Dengan kata lain, penduduk Kabupaten Malang pada tahun 2015 rata-rata menjalani pendidikan formal selama 6,7 tahun atau setara SMP Kelas I. Variabel Rata-rata lama sekolah (RLS) mencerminkan kual itas pendidikan suatu masyarakat. Hasil perhitungan rata-rata lama sekolah akan lebih bermakna jika ada perbandingannya dengan periode waktu sebelumnya. Sebelum tahun 2015, rata-rata lama sekolah di Kabupaten Malang masih di bawah 6,7 tahun dengan pertumbuhan tertinggi dicapai pada tahun 2012 mencapai 16 persen. Pada tahun 2011, RLS sebesar 6,35 tahun dan terus meningkat hingga tahun 2015 sebesar 6,7 tahun. Hal tersebut memberikan gambaran bahwa terjadi peningkatan kualitas pendidikan masyarakat di Kabupaten Malang yang ditandai dengan peningkatan rata-rata lama sekolah. Akan tetapi pendidikan masih harus menjadi perhatian penting di saat ini. Dilihat dari ratarata lama sekolah selama lima tahun terakhir masih dibawah tujuh tahun, yang Penyusunan Indeks Pembangunan Kabupaten Malang Tahun

62 menandakan masih membutuhkan usaha keras dari semua pihak untuk mencapai pendidikan 9 tahun Gambar 5.4 Harapan Lama Sekolah (HLS) Kabupaten Malang Tahun Harapan lama sekolah Kabupaten Malang menunjukkan trend yang terus meningkat dan harapan lama sekolah Kabupaten Malang pada tahun 2015 sebesar 11,98 tahun. Dengan kata lain, penduduk Kabupaten Malang yang masih bersekolah pada tahun 2015 memiliki harapan untuk menjalani pendidikan formal selama hampir 12 tahun. Selain variabel rata-rata lama sekolah, variabel harapan lama sekolah termasuk indikator pencapaian kualitas pendidikan suatu masyarakat. Hasil penghitungan harapan lama sekolah akan lebih berarti jika ada perbandingannya dengan periode waktu sebelumnya. Sebelum tahun 2013, harapan lama sekolah masih dibawah 11 tahun dengan pertumbuhan tertinggi mencapai 73 persen di tahun 2015 pada tahun 2011, HLS sebesar 10,87 tahun dan terus meningkat hingga tahun 2015 sebesar 11,98 tahun. Hal tersebut memberikan gambaran bahwa terjadi peningkatan kualitas pendidikan masyarakat di Kabupaten Malang yang ditandai dengan peningkatan harapan lama sekolah. Sebagaimana telah dijelaskan, rata-rata lama sekolah dan harapan lama sekolah dipengaruhi oleh kulaitas pendidikan masyarakat. Sehingga untuk terus meningkatkan nilai rata-rata lama sekolah (RLS) dan harapan lama sekolah (HLS) di Kabupaten Malang, perlu dilakukan perbaikan fasilitas pendidikan Penyusunan Indeks Pembangunan Kabupaten Malang Tahun

63 hingga merata ke seluruh wilayah sehingga setiap lapisan masyarakat dapat menikmatinya. Kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan juga perlu diimbangi dengan tenaga pendidik yang mencukupi hingga ke seluruh wilayah Pengeluaran Perkapita Riil Disesuaikan Suatu masyarakat yang ideal selain harus memenuhi kondisi peluang hidup panjang dan sehat serta tingkat pendidikan dan ketrampilan yang memadai, juga harus mempunyai peluang bekerja dan berusaha yang memadai sehingga memperoleh sejumlah uang yang memiliki daya beli ( purchasing power). Pemenuhan kebutuhan seperti itulah yang dicoba diukur dengan pengeluaran per kapita disesuaikan. Tabel 5.2 Persentase Penduduk Menurut Golongan Pengeluaran Perkapita Sebulan di Kabupaten Malang, 2016 (Ribu Rupiah) Golongan Pengeluaran Per Kapita Sebulan (Rp) Persentase (%) < , , , , , , ,16 Sumber : Diolah dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) 2016 Hasil perhitungan pengeluaran per kapita penduduk Kabupaten Malang tahun 2016, rata-rata pengeluaran per kapita per bulan disesuaikan berkisar sebesar Rp Rp yang berjumlah 30,39 persen. Sementara pengeluaran per kapita disesuaikan tertinggi sebesar lebih dari Rp mencapai 6,16 persen. Salah satu hal yang menggembirakan adalah pada tahun 2016, sudah tidak ada pengeluaran per kapita disesuaikan per bulan dari penduduk Kabupaten Malang dengan pengeluaran sebesar antara Rp Rp per bulan, bahkan pengeluaran per kapita disesuaikan per bulan sebesar Rp Rp hanya berjumlah 0,62 persen. Hal ini menunjukkan kemampuan daya beli masyarakat Kabupaten Malang pada tahun 2016 mengalami peningkatan. Kemampuan daya beli masyarakat erat kaitannya dengan kemampuan penduduk untuk mendapatkan penghasilan, yang juga berhubungan dengan masalah ketenagakerjaan. Semakin beragamnya lapangan Penyusunan Indeks Pembangunan Kabupaten Malang Tahun

64 pekerjaan di suatu daerah, mencerminkan banyaknya pilihan penduduk dalam meningkatkan pendapatannya untuk memenuhi beragam kebutuhan hidup Perbandingan IPM Kabupaten Malang di Propinsi Jawa Timur Tahun 2016 Pencapaian Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Malang pada tahun 2016 sebesar 67,51 menempati peringkat ke-25 di Propinsi Jawa Timur yang memiliki IPM Kecepatan pembangunan manusia di Kabupaten Malang tahun 2016 sebesar 1,32 persen. Tabel 5.3 Pencapaian Nilai IPM Kabupaten Malang dibandingkan Kota/Kabupate di Jawa Timur 2016 No Kota/Kabupaten Angka Harapan Hidup (Tahun) Harapan Lama Sekolah (Tahun) Rata-Rata Lama Sekolah (Tahun) Pengeluaran Perkapita Riil (Ribu) 1 Kota Malang , Kota Surabaya , Kota Madiun , Sidoarjo , Kota Blitar , Kota Mojokerto , Kota Kediri , Gresik , Kota Pasuruan , Kota Batu , Magetan , Kota Probolinggo , Mojokerto , Tulungagung , Nganjuk , Lamongan , Jombang , Kediri , Madiun , Banyuwangi , Ngawi , Ponorogo , Blitar , Trenggalek , Malang , Bojonegoro , Tuban , Pacitan , Penyusunan Indeks Pembangunan Kabupaten Malang Tahun IPM

65 29 Pasuruan , Situbondo , Bondowoso , Probolinggo , Jember , Pamekasan , Lumajang , Sumenep , Bangkalan , Sampang , JAWA TIMUR , Sumber : BPS Jawa Timur Secara umum capaian IPM di tingkat kabupaten/kota Jawa Timur tahun 2016 menunjukkan peningkatan dari tahun sebelumnya. Kota Malang menduduki peringkat tertinggi pada capaian pembangunan manusia tahun ini dengan nilai IPM sebesar 80,46. Kabupaten Sampang masih menduduki peringkat terendah dalam pencapaian pembangunan manusia yaitu sebesar 69,74. Kondisi ini IPM ini secara umum tidak berbeda selama 2 tahun ke belakang, dimana Kota Malang yang mewakili wilayah perkotaan memiliki capaian IPM yang sangaat tinggi, sementara Kabupaten Sampang sebagai representasi wilayah perdesaan memiliki IPM terendah di Jawa Timur. Penyusunan Indeks Pembangunan Kabupaten Malang Tahun

66 BAB VI SITUASI PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN MALANG Situasi pembangunan manusia digambarkan oleh komponen penyusun IPM dan untuk memperoleh gambaran yang lebih spesifik dan terfokus perlu dilengkapi dengan indikator-indikator pendukung lainnya. Komponen dan indikator ini diharapkan dapat memberikan penjelasan lebih lanjut tentang pencapaian pembangunan manusia Kabupaten Malang Dimensi Kesehatan Salah satu aspek penting pembangunan manusia adalah kualitas fisik penduduk yang dapat dilihat dari derajat kesehatan penduduk. Sebagaimana telah dijelaskan, angka harapan hidup dipengaruhi oleh kualitas hidup dan kesehatan masyarakat. Sehingga untuk terus meningkatkan nilai e o di Kabupaten Malang, perlu dilakukan perbaikan fasilitas kesehatan hingga merata ke seluruh daerah, bahkan yang terpencil sekalipun, sehingga setiap lapisan masyarakat dapat menikmatinya. Kesadaran masyarakat akan perilaku hidup sehat juga perlu didampingi oleh tenaga kesehatan yang bersedia untuk turun hingga ke pelosok-pelosok desa. Setiap kelahiran perlu didampingi oleh tenaga medis yang terlatih. Kegiatan posyandu perlu dioptimalkan untuk mengawasi kesehatan setiap anak dan balita di Kabupaten Malang. Hal ini karena metode penghitungan angka harapan hidup menggunakan data kelahiran dan kematian menurut kelompok umur ibu, maka kesehatan ibu dan anak akan berpengaruh langsung pada perbaikan nilainya. Setidaknya terdapat 4 (empat) faktor utama yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat, yaitu; lingkungan, perilaku kesehatan, pelayanan kesehatan, dan keturunan. Keempat faktor tersebut saling terkait dengan beberapa faktor lain, yaitu; sumber daya alam, keseimbangan ekologi, kesehatan mental, sistem budaya, dan populasi sebagai satu kesatuan. Dari berbagai faktor tersebut lingkungan mempunyai pengaruh paling besar terhadap derajat kesehatan masyarakat. Pemerintah untuk mendukung hal tersebut telah berupaya untuk mendekatkan akses sarana maupun tenaga kesehatan ke masyarakat. Pembangunan sarana kesehatan seperti puskesmas, pustu, posyandu dan poskesdes terus dilakukan. Begitu pula dengan pengadaan tenaga kesehatan. Keberadaan bidan desa adalah upaya yang paling efektif untuk mempermudah masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan. Penyusunan Indeks Pembangunan Kabupaten Malang Tahun

67 Selain itu serangkaian program akses gratis terhadap sarana kesehatan bagi masyarakat yang kurang mampu juga terus digalakkan. Tabel 6.1 Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Malang Tahun Tahun Rumah Sakit Rumah Bersalin Puskesmas Posyandu Klinik/ Balai Kesehatan Polindes Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Malang Adapun sarana kesehatan yang ada di Kabupaten Malang pada tahun 2016, rumah sakit 24 unit yang berada pada 14 kecamatan di Kabupaten Malang dengan jumlah rumah sakit terbanyak ada di Kecamatan lawang sebesar 5 rumah sakit. Untuk rumah sakit bersalin 12 unit terdapat di 9 kecamatan, puskesmas 39 unit yang tersebar merata pada masing-masing kecamatan, Posyandu tersebar merata pada masing masing kecamatan dengan jumlah posyandu terbanyak ada pada kecamatan Turen dengan jumlah posyandu sebanyak 149, Klinik/Balai Kesehatan sejumlah 44 unit yang tersebar pada 19 kecamatan dengan jumlah terbesar ada pada kecamatan Singosari dengan jumlah klinik sebesar 7 klinik dan 390 Polindes tersebar merata pada seluruh kecamatan di kabupaten Malang. Perkembangan sarana kesehatan juga harus diimbangi dengan perkembangan tenaga medis dan paramedis di Kabupaten Malang. Jumlah dokter dan dokter spesialis pada tahun 2016 masing-masing sebanyak 317 orang dan 245 orang. Tabel 6.2 Banyaknya Dokter Spesialis, Dokter Umum dan Dokter Gigi di Sarana Pelayanan Kesehatan di Kabupaten Malang Tahun 2016 Unit Kerja Dokter Spesialis Dokter Umum Dokter Gigi Puskesmas Rumah Sakit Dinas Kesehatan Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Malang Untuk total jumlah perawat yang terdapat pada puskesmas, Dinkes dan rumah sakit berjumlah orang, bidan sejumlah 890 orang, tenaga farmasi sejumlah 262, tenaga ahli gizi sejumlah 115, teknisi medis sejumlah 263 termasuk ahli radiologi, fisioterapi dan pinata anastesi, tenaga sanitasi sebesar 56 dan tenaga kesehatan Penyusunan Indeks Pembangunan Kabupaten Malang Tahun

68 masyarakat sejumlah 44 orang. Sementara itu, meningkatnya jumlah tenaga kesehatan di Kabupaten malang juga berpengaruh terhadap meningkatnya angka penolong kelahiran yang dilakukan oleh tenaga kesehatan. Tabel 6.3 Persentase Kelahiran Menurut Penolong Kelahiran di Kabupaten Malang Tahun Tenaga Non Tenaga Persentase Tahun Kesehatan Kesehatan Jumlah Tenaga Kesehatan , , , , ,75 Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Malang Penolong kelahiran tertinggi di Kabupaten Malang tahun 2016 adalah tenaga kesehatan (dokter/bidan) sebanyak 99, 75 persen, mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yang tercatat 99,93 persen. Sedangkan untuk penolong kelahiran non tenaga kesehatan cenderung mengalami kenaikan, yaitu dari 0,07 persen di tahun 2015 menjadi 0,25 persen di tahun Pemenuhan kebutuhan pokok manusia meliputi pangan, sandang dan papan. Tempat tinggal selain sarana berlindung dari gangguan luar, juga mempunyai fungsi sosial dan fungsi kesehatan yang penting dalam pembentukan kepribadian setiap anggota rumah tangga. Perkembangan anak pada masa balita akan sangat mempengaruhi tumbuh kembang saat mereka tumbuh menjadi manusia dewasa. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan balita antara lain pemberian ASI dan imunisasi. Kualitas dan kuantitas ASI yang diberikan pada bayi sangat berkaitan dengan asupan gizi makanan yang dikonsumsi oleh ibu, terutama saat ibu hamil dan setelah melahirkan (masa menyusui). Air Susu Ibu (ASI) merupakan sumber nutrisi alami yang penting bagi kesehatan dan pertumbuhan bayi. Selain tinggi kandungan gizinya, ASI juga mengandung zat pembentuk kekebalan tubuh. Semakin lama periode pemberian ASI, maka semakin baik daya tahan tubuh anak. Pemberian ASI selain mengurangi tingkat kematian bayi juga mampu menumbuhkan ikatan batin antara ibu dan anak. Hal yang tak kalah penting dalam melindungi balita pada masa tumbuh kembangnya dan menjaga kesehatannya hingga dewasa adalah pemberian Imunisasi. Imunisasi merupakan prosedur pencegahan penyakit menular yang diberikan kepada anak sejak masih bayi hingga remaja. Melalui program ini, tubuh diperkenalkan dengan bakteri Penyusunan Indeks Pembangunan Kabupaten Malang Tahun

69 atau virus tertentu yang sudah dilemahkan atau dimatikan dengan tujuan untuk merangsang sistem imun guna membentuk antibodi. Antibodi yang terbentuk setelah imunisasi berguna untuk melindungi tubuh dari serangan mikroorganisme tersebut di masa yang akan datang. Inilah yang disebut dengan kekebalan aktif. Bayi yang baru lahir memang telah memiliki antibodi dari ibunya yang diterima saat masih di dalam kandungan. Namun kekebalan ini hanya dapat bertahan hingga beberapa minggu atau bulan saja. Setelah itu bayi akan rentan terhadap berbagai jenis penyakit dan perlu mulai memproduksi antibodinya sendiri. Dengan imunisasi, sistem kekebalan tubuh anak akan siap untuk menghadapi penyakit menular tertentu di masa depan, sesuai dengan jenis vaksin yang diberikan. Karena imunisasi secara tepat pada balita dapat bermanfaat dalam memberikan kekebalan terhadap penyakit-penyakit tertentu. Sehingga melalui imunisasi diharapkan dapat menurunkan jumlah kematian bayi dan balita. Balita dikatakan mendapat imunisasi lengkap apabila telah mendapat imunisasi BCG dan campak sebanyak satu kali, serta tiga kali untuk DPT, Polio, dan Hepatitis B. Pada tahun 2016, balita di Kabupaten Malang yang telah mendapat imunisasi lengkap sebanyak 67,31 persen, menurun apabila dibandingkan tahun 2015 yaitu sebesar 83,43 persen. Berdasarkan hasil Susenas tahun 2016, status rumah tempat tinggal yang ditempati oleh rumah tangga di Kabupaten Malang yaitu sekitar 95,88 persen menempati rumah milik sendiri dengan luas lantai yang terbanyak diatas 50 meter persegi (78,89 persen). Sedangkan berdasarkan kualitas rumah, masih ada sekitar 7,22 persen rumah di Kabupaten Malang masih berlantai tanah. Dilihat dari dinding rumah, baik di daerah perkotaan maupun perdesaan sebagian besar berdinding tembok. Selain itu, 15 persen persen rumah di daerah perdesaan masih menggunakan dinding bambu. Untuk atap rumah sebesar 93,81 persen rumah di kabupaten Malang beratapkan genteng. Sementara 86,21 persen rumah tangga di Kabupaten Malang sudah menempati rumah dengan fasilitas tempat buang air besar digunakan hanya oleh ART itu sendiri. Meskipun sebagian besar rumah tangga di Kabupaten Malang sudah mempunyai tempat buang air besar sendiri. Pemerintah Kabupaten Malang mempunyai Konsep Kerja Inovasi Pelayanan Kesehatan Melalui Program Sutera Emas Di Puskesmas Kepanjen, Kabupaten Malang Penyusunan Indeks Pembangunan Kabupaten Malang Tahun

70 Sutera Emas merupakan salah satu inovasi bidang kesehatan dari pemerintahan yang dikomandani Rendra Kresna. Program tersebut awalnya dirintis di Puskesmas Kepanjen, Kabupaten Malang, Program ini merupakan ikhtiar agar kesehatan setiap warga bisa terdeteksi sejak dini. Dengan demikian, belum sampai warga sakit parah, sudah ada tindakan dari tenaga medis. Berikut merupakan konsep dasar dalam program sutera emas, yaitu: 1) Satu RT Satu Kader 2) Satu Ibu Hamil Beresiko Satu Kader 3) Satu Bayi Baru Lahir Beresiko - Satu Kader 4) Satu Bayi (1 tahun Beresiko) Satu kader 5) Satu Balita Beresiko Satu Kader 6) Satu individu beresiko Satu Kader. Tujuan Program Sutera Emas antara lain berjalannya sistem kewaspadaan dini (early warning system), pendeteksian faktor resiko di masyarakat, penuruan AKI dan AKB, peningkatan derajat kesehatan ibu, bayi dan balita, peningkatan angka penemuan kasus, penanganan kasus KLB (Kejadian Luar Biasa) secara dini, pemberdayaan masyarakat dalam proses pembangunan kesehatan, serta peningkatan peran aktif masyarakat dalam UKBM. Sedangkan manfaat dalam inovasi program sutera emas ini antara lain deteksi dini untuk mencegah timbulnya KLB (Kejadian Luar Biasa); memudahkan petugas dalam merekap dan menganalisa data yang masuk; memudahkan dan mempercepat pencarian/pelacakan kasus di lapangan; mempercepat penanganan dan rujukan berdasarkan jenis penyakit, jenis kelamin, kelompok usia, waktu, tempat, dll; memudahkan dalam membuat laporan; sistem beroperasi 24 jam nonstop; serta analisa data dilakukan setiap saat secara otomatis. Program Sutera Emas merupakan sebuah bentuk jawaban berupa terobosan dalam kecepatan pengumpulan data dengan mengoptimalkan prses pemberdayaan masyarakat sebagai obyek dan subyek surveilans dalam hal ini kader terlaitih (kader sutera emas) di wilayah terkecil yaitu Rukun Tetangga (RT) sebagai ujung tombak informasi, dan tenaga kesehatan yang tersebar di seluruh Desa serta unit pelayanan puskesmas dengan alat bantu berupa telepon seluler dan komputer sebagai media pelaporan dan entry data yang didukung software yang mampu menganalisa data yang diperlukan secara otomatis yang dapat bekerja 24 jam nonstop dan realtime (kapanpun). Inovasi pelayanan kesehatan melalui program sutera emas ini pertama Penyusunan Indeks Pembangunan Kabupaten Malang Tahun

71 kali diimplementasikan di Puskesmas Kepanjen, Kabupaten Malang. Program ini merupakan salah satu pelayanan kesehatan yang mengedepankan dan memprioritaskan pada temuan kasus kesehatan secara dini, laporan kasus kesehatan secara dini, penanganan kasus kesehatan secara dini, serta pemberdayaan kepada masyarakat khususnya untuk mewujudkan perilaku hidup sehat. Masyarakat sebagai obyek dan subyek surveilans yang dikenal dengan kader sutera emas berfungsi sebagai ujung tombak pemberi informasi primer di lapangan yang menyalurkan/mendistribusikan informasi tersebut (terkait temuan kasus kesehatan di lapangan) kepada tenaga medis yang tersebar pada masing-masing desa melalui alat bantu telepon seluler dan komputer sebagai media/fasilitator pelaporan dan masukan pada data-data kesehatan di lapangan dengan didukung software yang mampu menganalisa data yang diperlukan secara otomatis yang bekerja selama 24 jam dan realtime. Perkembangan implementasi program sutera emas ini, pada awalnya hanya berpusat di Puskesmas Kepanjen sebagai kunci penyedia software sutera emas yang telah berlangsung sejak tahun Namun, dalam proses pengembangan program ini sejak tahun 2013 penggunaan software dalam program sutera emas sudah mulai dikembangkan melalui system software berbasis web yang dikelola oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Malang pada tahun Sistem software ini berfungsi untuk mengintegrasikan dan mengkoordinasikan input data dari berbagai sumber yang berasal dari berbagai puskesmas di Kabupaten Malang. Prosedur pelaksanaan program sutera emas dijabarkan sebagai berikut: Gambar 6.1. Konsep Kerja Program Sutera Emas Penyusunan Indeks Pembangunan Kabupaten Malang Tahun

72 6.2. Dimensi Pendidikan Pendidikan merupakan proses pemberdayaan peserta didik sebagai subyek sekaligus obyek dalam membangun kehidupan yang lebih baik. Pendidikan sangat berperan sebagai faktor kunci dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia. Komponen kedua dalam penghitungan indeks pembangunan manusia berkaitan erat dengan data-data pendidikan. Komponen pendidikan dalam IPM dihitung dengan dua indikator, yaitu rata-rata lama sekolah dan harapan lama sekolah. Rata-rata lama sekolah penduduk Kabupaten Malang menunjukkan trend yang terus meningkat dan rata-rata lama sekolah Kabupaten Malang pada tahun 2015 sebesar 6,73 tahun. Dengan kata lain, penduduk Kabupaten Malang pada tahun 2015 rata-rata menjalani pendidikan formal selama 6,7 tahun atau setara SMP Kelas I. Variabel Rata-rata lama sekolah (RLS) mencerminkan kualitas pendidikan suatu masyarakat. Hasil perhitungan rata-rata lama sekolah akan lebih bermakna jika ada perbandingannya dengan periode waktu sebelumnya. Sebelum tahun 2015, rata-rata lama sekolah di Kabupaten Malang masih di bawah 6,7 tahun dengan pertumbuhan tertinggi dicapai pada tahun 2012 mencapai 16 persen. Pada tahun 2011, RLS sebesar 6,35 tahun dan terus meningkat hingga tahun 2015 sebesar 6,7 tahun. Hal tersebut memberikan gambaran bahwa terjadi peningkatan kualitas pendidikan masyarakat di Kabupaten Malang yang ditandai dengan peningkatan rata-rata lama sekolah. Akan tetapi pendidikan masih harus menjadi perhatian penting di saat ini. Dilihat dari rata-rata lama sekolah selama lima tahun terakhir masih dibawah tujuh tahun, yang menandakan masih membutuhkan usaha keras dari semua pihak untuk mencapai pendidikan 9 tahun. Harapan lama sekolah Kabupaten Malang menunjukkan trend yang terus meningkat dan harapan lama sekolah Kabupaten Malang pada tahun 2015 sebesar 11,98 tahun. Dengan kata lain, penduduk Kabupaten Malang yang masih bersekolah pada tahun 2015 memiliki harapan untuk menjalani pendidikan formal selama hampir 12 tahun. Selain variabel rata-rata lama sekolah, variabel harapan lama sekolah termasuk indikator pencapaian kualitas pendidikan suatu masyarakat. Hasil penghitungan harapan lama sekolah akan lebih berarti jika ada perbandingannya dengan periode waktu sebelumnya. Sebelum tahun 2013, harapan lama sekolah masih dibawah 11 tahun dengan pertumbuhan tertinggi mencapai 73 persen di tahun 2015 pada tahun 2011, HLS sebesar 10,87 tahun dan terus meningkat hingga tahun 2015 sebesar 11,98 tahun. Hal tersebut memberikan gambaran bahwa terjadi peningkatan Penyusunan Indeks Pembangunan Kabupaten Malang Tahun

73 kualitas pendidikan masyarakat di Kabupaten Malang yang ditandai dengan peningkatan harapan lama sekolah. Sebagaimana telah dijelaskan, rata-rata lama sekolah dan harapan lama sekolah dipengaruhi oleh kulaitas pendidikan masyarakat. Sehingga untuk terus meningkatkan nilai rata-rata lama sekolah (RLS) dan harapan lama sekolah (HLS) di Kabupaten Malang, perlu dilakukan perbaikan fasilitas pendidikan hingga merata ke seluruh wilayah sehingga setiap lapisan masyarakat dapat menikmatinya. Kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan juga perlu diimbangi dengan tenaga pendidik yang mencukupi hingga ke seluruh wilayah. Tabel 6.4 Jumlah Sarana Pendidikan di Kabupaten Malang Tahun Jenjang Pendidikan SD SMP SMU SMK Sumber: Informasi Hasil-Hasil Pembangunan Kabupaten Malang 2016, diolah Pendidikan menjadi faktor penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia khususnya dalam proses pembangunan suatu daerah. Keseriusan pemerintah dalam memajukan pendidikan tercermin dari usaha untuk menyediakan sarana dan prasarana pendidikan seperti gedung sekolah, kelas, penyediaan buku sekolah termasuk peningkatan kemampuan guru. Tahun 2015 banyak sekolah negeri (SD hingga SMA/SMK) di Kabupaten Malang sebanyak unit. Dari jumlah tersebut diantaranya adalah SD unit, 319 unit sekolah SMP dan 178 sekolah SMA/SMK. Tabel 6.5 Rasio Murid-Guru Kabupaten Malang Tahun 2015 Jenjang Pendidikan Rasio Murid/Guru SD 16,71 MI 15,51 SMP 13,74 MTs 16,55 SMU 11,03 SMK 3,65 MA 17,47 Sumber: Informasi Hasil-Hasil Pembangunan Kabupaten Malang 2016, diolah Rasio murid-guru merupakan gambaran perbandingan antara jumlah murid dan guru yang tersedia. Semakin kecil angka rasio menunjukkan beban guru terhadap murid binaannya semakin ringan. Secara umum rasio murid-guru di Kabupaten Penyusunan Indeks Pembangunan Kabupaten Malang Tahun

74 Malang pada tahun 2015 berturut-turut, untuk SD sebanyak 16,71 murid per satu guru, MI sebanyak 15,51 murid per satu guru, SMP sebanyak 13,74 murid per satu guru, MTs sebanyak 16,55 murid per satu guru, SMU sebanyak 11,03 murid per satu guru, MA sebanyak 17,47 murid per satu guru, dan SMK sebanyak 3,65 murid per satu guru. Tabel 6.6 Persentase Penduduk Menurut Partisipasi Sekolah dan Kelompok Usia Sekolah di Kabupaten Malang Tahun 2015 SD/MI Angka Partisipasi * APK (Persen) 113,12 113,14 113,19 109,8 96,39 * APM (Persen) 99,26 99,26 96,26 99,32 99,34 * Angka Putus Sekolah (Persen) 0,13 0,13 0,12 0,12 0,09 SMP Sederajat * APK (Persen) 95,54 96,36 96,41 96,39 96,39 * APM (Persen) 77,02 79,78 79,8 79,83 80,78 * Angka Putus Sekolah (Persen) 0,56 0,56 0,54 0,85 0,44 SMA Sederajat * APK (Persen) 52,73 55,56 55,62 59,34 60,23 * APM (Persen) 41,4 44,46 44,48 47,38 76,61 * Angka Putus Sekolah (Persen) 0,95 0,94 0,85 0,85 0,11 Sumber: Infromasi Hasil-Hasil Pembangunan Kabupaten Malang 2016, diolah Tidak semua penduduk usia sekolah di Kabupaten Malang mendapatkan kesempatan untuk memperoleh pendidikan sesuai dengan jenjangnya. Sebanyak 3,61 persen penduduk usia sekolah dasar pada tahun 2015 tidak/belum pernah mendapatkan pendidikan, sementara di usia tersebut 0,09 persen pernah bersekolah tetapi tidak dapat menyelesaikan pendidikannya. Semakin tinggi jenjang pendidikan, semakin banyak penduduk usia sekolah tersebut yang tidak dapat menyelesaikan pendidikannya. Pada kelompok usia sekolah menengah pertama, sebanyak 0,44 persen penduduk tidak bersekolah lagi. Sementara sebanyak 0,11 persen penduduk usia sekolah sekolah menengah atas tidak menyelesaikan pendidikan sesuai jenjang usianya atau mengalami putus sekolah. Penyusunan Indeks Pembangunan Kabupaten Malang Tahun

75 Tabel 6.7. Persentase Penduduk Kabupaten Malang Menurut Jenjang Pendidikan Yang Ditamatkan Jenjang Pendidikan Yang Ditamatkan 2015 Tidak Punya Ijasah SD 23,74 SD/MI/SDLB/Paket A 33,89 SMP/MTS/SMPLB/Paket B 21,53 SMU/MA/SMULB/Paket C 11,19 SMK/MAK 5,46 D1/D2/D3 1,00 D4/S1 2,93 S2/S3 0,25 Sumber: Kabupaten Malang Dalam Angka 2016 Tingginya angka putus sekolah tersebut berdampak pada kepemilikan ijasah yang sebagian besar penduduk Kabupaten Malang masih setingkat sekolah dasar. Bahkan terdapat 23,74 persen penduduk usia 10 tahun ke atas tidak memiliki ijasah SD atau tidak pernah menamatkan SD. Penduduk yang tamat sekolah dasar sebanyak 33,89 persen dari seluruh penduduk usia 10 tahun ke atas pada tahun Sementara yang berhasil menamatkan SMP dan SMA berturut-turut sebanyak 21,53 persen dan 11,19 persen serta menamatkan SMK sebanyak 5,46 persen. Meskipun demikian, sebagian kecil penduduk Kabupaten Malang berhasil menamatkan jenjang pendidikan tinggi. Jumlah penduduk yang berhasil menamatkan jenjang Diploma (D1/D2/D3), Sarjana (S1/D4), dan pasca sarjana (S2/S3) masing -masing berturut-turut 1 persen, 2,93 persen, dan 0,25 persen. Program Pendidikan yang dilakukan pemerintah Kabupaten Malang meliputi Program Pendidikan Anak Usia Dini, meliputi kegiatan : a. Pembangunan Gedung TK Negeri Pembina b. Pengadaan alat praktek dan peraga siswa TK dan PAUD c. Pengembangan PAUD d. Pengembangan dan Sosialisasi kurikulum, bahan ajar, dan model pembelajaran TK dan PAUD Program Wajib Belajar Pendidikan dasar 9 Tahun meliputi : a. Pembangunan Gedung SMP Negeri b. Pengembangan dan penyelenggaraan SD-SMP Satu Atap c. Pembangunan Ruang Kelas Baru SMP d. Pengadaan sarana prasarana sekolah Tingkat SD dan SMP Penyusunan Indeks Pembangunan Kabupaten Malang Tahun

76 e. Rehabilitasi Gedung Sekolah SD dan SMP f. Pembangunan fasilitas penunjang pembelajaran tingkat SMP g. Worskshop KTSP Tingkat SD h. Bantuan Operasional Sekolah (BOS) tingkat SD dan SMP i. Pengembangan SD Sekolah Standart Nasional (SSN) j. Pengembangan SMP Sekolah Standart Nasional (SSN) k. Pengembangan SMP Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) l. Pembinaan Minat, Bakat dan Kreativitas Siswa Tingkat SD dan SMP m. Workshop Comprehensif Teaching and Learning (CTL) tingkat SMP n. Penyelenggaraan Ujian Akhir Sekolah tingkat SMP o. Penyelenggaraan pendidikan kesetaraan Paket A Setara SD dan Paket B Setara SMP Program Pendidikan Menengah meliputi: a. Pembangunan Gedung SMK Negeri b. Pembangunan fasilitas penunjang pembelajaran tingkat SMA dan SMK c. Pengadaan sarana prasarana pendidikan tingkat SMA / SMK d. Workshop KTSP tingkat SMA/SMK e. Workshop kompetensi teknis Guru SMK f. Workshop TIK di sekolah tingkat SMA/SMK g. Perluasan jaringan kerjasama dengan DU/DI dalam rangka pengembangan bursa kerja lulusan SMK h. Pengembangan kelembagaan dan MBS tingkat SMA i. Penyelenggaraan Ujian Akhir Sekolah tingkat SMA/SMK j. Penyelenggaraan pendidikan kesetaraan Pake C setara SMA Program Pendidikan Non Formal Meliputi: a. Pengembangan dan Penyelenggaraan Pendidikan Keaksaraan b. Pengembangan Pendidikan Kecakapan Hidup c. Sosialisasi dan Publikasi Pendidikan Non Formal Program Pendidikan Luar Biasa / Pendidikan Inklusi bagi anak berkebutuhan Khusus meliputi: a. Pengadaan Alat Praktek dan Peraga Siswa PLB b. Workshop KTSP PLB Program Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan meliputi: Penyusunan Indeks Pembangunan Kabupaten Malang Tahun

77 a. Pelaksanaan Sertifikasi Pendidik b. Pembinaan KKG dan MGMP c. Peningkatan Kualifikasi Pendidik d. Pelatihan Pendidik dan Tenaga Kependidikan e. Pengembangan Sistem Pendataan dan Pemetaan Pendidik dan Tenaga kependidikan f. Pengembangan Sistem Penghargaan dan Perlindungan terhadap Profesi Pendidik g. Pengembangan Sistem Perencanaan dan Pengendalian Program Profesi PTP Program Manajemen Pelayanan Pendidikan meliputi: a. Evaluasi hasil Kinerja Pendidikan b. Pembinaan Dewan Pendidikan c. Penerapan SIM Pendidikan 6.3. Dimensi Perekonomian Suatu masyarakat yang ideal selain harus memenuhi kondisi peluang hidup panjang dan sehat serta tingkat pendidikan dan ketrampilan yang memadai, juga harus mempunyai peluang bekerja dan berusaha yang memadai sehingga memperoleh sejumlah uang yang memiliki daya beli ( purchasing power). Pemenuhan kebutuhan seperti itulah yang dicoba diukur dengan pengeluaran per kapita disesuaikan. Tabel 6.8 Persentase Penduduk Menurut Golongan Pengeluaran Perkapita Sebulan di Kabupaten Malang, 2016 (Ribu Rupiah) Golongan Pengeluaran Per Kapita Sebulan (Rp) Persentase (%) < , , , , , , ,16 Sumber : Diolah dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) 2016 Hasil perhitungan pengeluaran per kapita penduduk Kabupaten Malang tahun 2016, rata-rata pengeluaran per kapita per bulan disesuaikan berkisar sebesar Rp Penyusunan Indeks Pembangunan Kabupaten Malang Tahun

78 Rp yang berjumlah 30,39 persen. Sementara pengeluaran per kapita disesuaikan tertinggi sebesar lebih dari Rp mencapai 6,16 persen. Salah satu hal yang menggembirakan adalah pada tahun 2016, sudah tidak ada pengeluaran per kapita disesuaikan per bulan dari penduduk Kabupaten Malang dengan pengeluaran sebesar antara Rp Rp per bulan, bahkan pengeluaran per kapita disesuaikan per bulan sebesar Rp Rp hanya berjumlah 0,62 persen. Hal ini menunjukkan kemampuan daya beli masyarakat Kabupaten Malang pada tahun 2016 mengalami peningkatan. Kemampuan daya beli masyarakat erat kaitannya dengan kemampuan penduduk untuk mendapatkan penghasilan, yang juga berhubungan dengan masalah ketenagakerjaan. Semakin beragamnya lapangan pekerjaan di suatu daerah, mencerminkan banyaknya pilihan penduduk dalam meningkatkan pendapatannya untuk memenuhi beragam kebutuhan hidup. Tabel 6.9 Kontribusi PDRB dan Distribusi Tenaga Kerja Menurut Sektor Ekonomidi Kabupaten Malang tahun 2015 Sektor Ekonomi Penyerapan Tenaga Kerja Kontribusi PDRB Pertanian 43% 18% Penggalian dan Pertambangan 1% 2% Industri Pengolahan 6% 30% Listrik, Gas dan Air 0% 0% Konstruksi 10% 13% Perdagangan 17% 19% Angkutan dan Komunikasi 3% 8% Jasa 4% 8% Lain-lain 15% 2% Sumber: Kabupaten Malang Dalam Angka 2016 Tabel 6.9 di atas menunjukkan bahwa sektor pertanian sebagai mata pencaharian utama di Kabupaten Malang, dengan penyerapan tenaga kerja sebesar 43 persen ternyata pada tahun 2015 hanya mampu memberikan kontribusi terhadap PDRB Kabupaten Malang sebesar 18 persen. Sementara sektor industri pengolahan yang mempunyai kontribusi terbesar dalam pembentukan PRB Kabupaten Malang belum menjadi sektor yang mampu menyerap tenaga kerja, tercatat hanya 6 persen tenaga kerja yang terserap ke sektor industri pengolahan. Sementara sektor yang mempunyai angka kontribusi terhadap PDRB Kabupaten Malang yang besarnya hampir sebanding dengan penyerapan tenaga kerja adalah sektor perdagangan. Dari data ini hampir bisa diprediksikan akan berpengaruh terhadap jumlah pengeluaran per kapita Penyusunan Indeks Pembangunan Kabupaten Malang Tahun

79 yang disesuaikan dari penduduk Kabupaten Malang yang hampir bertumpu pada sektor pertanian dimana sektor pertanian dibandingkan dengan sektor yang lain mempunyai nilai tambah yang paling rendah. Komposisi belanja penduduk Kabupaten Malang sangat dipengaruhi oleh total pengeluaran per bulannya. Semakin rendah total pengeluaran sebulan, konsumsi makanan akan menjadi prioritas untuk dibelanjakan. Di tengah kondisi ekonomi global yang penuh ketidakpastian dan struktur ekonomi Indonesia yang masih rentan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Malang pada tahun Perkembangan tersebut dipengaruhi struktur permintaan domestik yang dominan. Ekonomi Kabupaten Malang pada 2016 tumbuh 5,30 persen, meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,27 persen, dan masih jauh dibawah perkiraan pada awal tahun yang menargetkan 6 persen. Kinerja sektor eksternal melambat sebagaimana tercermin dari perlambatan pertumbuhan industri pengolahan. Dengan komposisi industri pengolahan yang masih didominasi sumber daya alam, pelemahan nilai tukar rupiah belum dapat memperbaiki kinerja industri pengolahan secara umum. Dari sisi lapangan usaha, perlambatan ekonomi yang semula dipicu lapangan usaha berbasis komoditas sektor primer telah merambah pada kinerja lapangan usaha lainnya. Berdasarkan lapangan usaha, perlambatan ekonomi terjadi pada lapangan usaha tradables. Dari kelompok tradable, pelemahan terutama terjadi di lapangan usaha pertanian yang dipengaruhi fenomena alam, serta industri pengolahan sejalan dengan penurunan ekspor dan perlambatan permintaan lokal. Pada sisi yang lain, lapangan usaha non tradables sedikit, antara lain lapangan usaha pengadaan listrik dan gas, konstruksi, perdagangan mobil, sepeda motor dan reparasi, penyediaan akomodasi dan makan minum, informasi dan komunikasi jasa keuangan dan asuransi, serta jasa kesehatan dan jasa lainnya. Di tengah kinerja pertumbuhan yang belum sesuai harapan ini, konsumsi rumah tangga masih tumbuh cukup stabil sehingga dapat menopang pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Ketahanan konsumsi rumah tangga juga didukung keuntungan demografi. Struktur penduduk Kabupaten Malang yang berada pada kondisi yang menguntungkan yaitu relatif tingginya rasio penduduk usia produktif terhadap usia non produktif. Struktur penduduk yang didominasi usia produktif sangat mendukung pembangunan ekonomi. Dari sisi pola konsumsi, penduduk usia produktif cenderung berkonsumsi lebih besar dari usia non produktif. Fenomena demografis inilah yang oleh para pakar Penyusunan Indeks Pembangunan Kabupaten Malang Tahun

80 kependudukan disebut bonus demografi ( demographic dividend) yang akan terjadi hanya satu kali dalam sejarah kependudukan sebuah bangsa. Bonus demografi tentu saja merupakan suatu berkah karena melimpahnya jumlah penduduk usia kerja akan menguntungkan dari sisi pembangunan sehingga dapat memacu pertumbuhan ekonomi ke tingkat yang lebih tinggi. Pada periode yang sama, kontribusi pertumbuhan konsumsi pemerintah pada Pertumbuhan PDRB tahun 2016 mengalami kontraksi. Konsumsi pemerintah tumbuh sebesar minus 6,22 persen, jauh lebih rendah dari pertumbuhan tahun sebelumnya yang sebesar 2,58 persen. Rendahnya pertumbuhan konsumsi pemerintah disebabkan oleh kurang optimalnya belanja pemerintah. Belanja pegawai tumbuh lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Memasuki 2016, kinerja neraca perdagangan mengalami perbaikan dalam menopang perekonomian Kabupaten Malang. Hal ini terlihat dari pertumbuhan net ekspor antar daerah yang sejauh ini lebih baik apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Pada 2016, secara keseluruhan net ekspor PDRB Atas Dasar Harga Berlaku sebesar - 2,93 trilyun. Pencapaian tersebut mengalami peningkatan dari posisi tahun 2015 yang tercatat sebesar -3,34 trilyun. Secara sektoral, investasi baik PMA maupun PMDN masih dominan menyasar pada sektor sekunder atau industri pengolahan. Berdasarkan sektornya, penyaluran PMA terutama pada pertanian tanaman pangan, industri kimia perdagangan. Sedangkan, porsi PMDN disalurkan pada industri makanan dan minuman, industri tekstil, perdagangan,industri barang logam dan peternakan. Dari uraian di atas, maka perlu untuk mengetahui kinerja Pemerintah Kabupaten Malang selama periode yang didekati melalui besaran PDRB Pengeluaran. Sehubungan dengan permasalahan tersebut, dalam bab ini akan dijabarkan secara lengkap tinjauan ekonomi Kabupaten Malang dengan mendeskripsikan angka-angka hasil penghitungan PDRB Pengeluaran Kabupaten Malang Tahun 2016 dengan membandingkan PDRB tahun sebelumnya Dalam penghitungannya PDRB menurut Pengeluaran disajikan atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan tahun PDRB Pengeluaran berdasarkan harga berlaku menjelaskan tentang besaran nominal PDRB menurut Pengeluaran karena dipengaruhi oleh perubahan volume dan perubahan harga yang berlaku di tahun tersebut. Sedangkan PDRB Pengeluaran atas dasar harga konstan menjelaskan besaran PDRB yang hanya dipengaruhi oleh perubahan volume saja (harga diasumsikan tetap). Penyusunan Indeks Pembangunan Kabupaten Malang Tahun

81 Angka PDRB menurut Pengeluaran bermanfaat untuk pengukuran laju pertumbuhan konsumsi, investasi dan perdagangan luar negeri dan antar propinsi. Ditinjau dari pendekatan pengeluaran, PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) Kabupaten Malang pada tahun berjalan mencapai ,33 milyar. Dengan perhitungan menggunakan SNA 2008 struktur perekonomian tidak mengalami perubahan. Konsumsi rumah tangga masih menjadi pendukung utama PDRB ADHB Kabupaten Malang tahun 2016 dengan kontribusi sebesar ,67 milyar. Berikutnya pembentukan modal tetap bruto, impor serta ekspor yang masing-masing mencapai ,36 milyar, ,70 milyar dan ,44 milyar. Dalam pembentukan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Malang konsumsi rumah tangga dan investasi masih memberikan porsi terbesar. Porsi konsumsi rumah tangga terhadap perkembangan PDRB ADHB sebesar 63,86 persen, investasi 31,67 persen dan konsumsi pemerintah tercatat sekitar 4,43 persen. Dengan demikian perkembangan PDRB ADHB pada periode 2016 tercatat sebesar 10,76 persen. Catatan ini sedikit lebih lambat dibanding perkembangan tahun 2015 yang tercatat sebesar 12,00 persen. Gambar 6.2. Produk Domestik Regional Bruto ADHB dan ADHB Tahun (Dalam Juta) Sumber Data: BPS Kabupaten Malang Secara parsial, konsumsi memiliki pengaruh signifikan dan positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Malang. Terdapatnya pengaruh yang signifikan dan positif antara konsumsi terhadap pertumbuhan ekonomi mengindikasikan bahwa pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Malang ditentukan oleh konsumsi. Apabila konsumsi mengalami peningkatan maka pertumbuhan ekonomi juga akan mengalami Penyusunan Indeks Pembangunan Kabupaten Malang Tahun

82 peningkatan. Hal ini dikarenakan terjadinya peningkatan konsumsi berarti telah terjadi peningkatan permintaan terhadap barang dan jasa. Terjadinya peningkatan permintaan terhadap barang dan jasa akan memaksa perekonomian untuk meningkatkan produksi barang dan jasa. Peningkatan produksi barang dan jasa akan menyebabkan peningkatan terhadap pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya, apabila konsumsi mengalami penurunan maka pertumbuhan ekonomi juga akan mengalami perlambatan. Hal ini disebabkan oleh terjadinya penurunan konsumsi berarti telah terjadinya penurunan permintaan terhadap barang dan jasa. Penurunan ini akan mengakibatkan perekonomian menurunkan produksi barang dan jasa. Penurunan produksi barang dan jasa akan menyebabkan penurunan terhadap pertumbuhan ekonomi. Komponen konsumsi rumah tangga di Kabupaten Malang pada Tahun 2016 berkontribusi di atas 66 persen sehingga merupakan komponen penyumbang terbesar terhadap terbentuknya PDRB Kabupaten Malang. Nilai konsumsi dari Tahun 2010 sampai dengan 2015 selalu mengalami kenaikan sesuai dengan pertumbuhan penduduk, kenaikan harga dari barang dan jasa. Konsumsi rumah tangga mencatat laju pertumbuhan sebesar 4,23 persen atau melambat dibandingkan dengan tahun sebelumnya 4,33 persen. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga bersumber dari konsumsi makanan dan non makanan (Gambar 3.1). Peningkatan konsumsi non makanan dikonfirmasi oleh kenaikan penjualan yang terjadi pada kelompok perlengkapan rumah tangga, peralatan informasi dan komunikasi, suku cadang kendaraan dan barang lainnya. Gambar 6.3. Konsumsi Rumah Tangga Kabupaten Malang (Rupiah) Sumber Data: Susenas Kabupaten Malang Penyusunan Indeks Pembangunan Kabupaten Malang Tahun

83 Pertumbuhan konsumsi rumah tangga didukung oleh peningkatan daya beli riil masyarakat yang bersumber dari meningkatnya penyerapan tenaga kerja. Porsi serapan tenaga kerja ke sektor formal yang semakin besar akan meningkatkan pendapatan riil, termasuk untuk konsumsi. Peningkatan pendapatan juga terjadi pada kelompok buruh formal, seiring kenaikan Upah Minimum Kabupaten (UMK ) riil. Peningkatan upah diperkirakan berlanjut pada tahun 2016 dengan ukuran yang lebih besar. Namun peningkatan upah buruh informal masih terbatas, tercermin dari pertumbuhan upah riil yang masih bergerak di bawah konsumsi rumah tangga. Selain dari pendapatan, sumber pembiayaan konsumsi rumah tangga juga berasal dari kredit perbankan dan lembaga keuangan bukan bank. Kredit riil konsumsi dari perbankan tumbuh stabil dengan suku bunga yang dalam tren menurun. Porsi lembaga swasta nirlaba di Kabupaten Malang sangat kecil kurang dari 3 persen dari nilai PDRB. Tahun 2010 sekitar 1,91 persen. Berikutnya meningkat pada tahun 2011 menjadi sebesar 2,19 dan Selanjutnya dalam tiga tahun terakhir berangsurangsur meningkat masing-masing tercatat sebesar 2,27 persen, 2,53 persen dan 2,60 persen. Memasuki tahun 2015, tren peningkatan porsi lembaga non profit rumah tangga tertahan menurun menjadi 2,56 persen. Penurunan ini terus berlanjut pada 2016 yang hanya mencapai sebesar 2,49 persen. Pada umumnya lembaga ini selalu mendapat dukungan dari pemerintah dan berbagai lembaga donor internasional. Hal ini menunjukkan bahwa walaupun pemerintah selalu mendukung kegiatan-kegiatan yang dikembangkan oleh lembaga ini namun perkembangannya belum mampu mendongkrak perkembangan ekonomi Kabupaten Malang secara agregat jika dibandingkan dengan komponen-komponen penyusun PDRB yang lain. Gambar 6.4. Distribusi LNPRT ADHB Berlaku Kabupaten Malang (Milyar) Sumber Data: BPS Kabupaten Malang Penyusunan Indeks Pembangunan Kabupaten Malang Tahun

84 Pengeluaran konsumsi pemerintah meliputi konsumsi pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Pemerintah pusat meliputi seluruh instansi negara, baik yang ada di pusat maupun kantor wilayah (vertikal)nya di daerah. Sedangkan pemerintah daerah meliputi pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten, dan pemerintahan desa beserta perangkat dinasnya di masing-masing tingkat pemerintahan tersebut. Pengeluaran konsumsi pemerintah tingkat kabupaten mencakup konsumsi pemerintah desa, pemerintah kabupaten, ditambah dengan pemerintah pusat yang merupakan bagian dari konsumsi pemerintah kabupaten. Dalam menjalankan kegiatan sehari-hari pemerintah membutuhkan anggaran yang digunakan untuk keperluan belanja rutin pegawai dan keperluan pembiayaan pembangunan. Besar kecilnya pengeluaran konsumsi pemerintah dipengaruhi oleh komponen belanja pegawai, belanja barang dan belanja modal serta belanja pemerintah lainnya. Peran yang dimiliki oleh pemerintah ini digunakan terutama untuk membiayai kegiatankegiatan pelayanan yang tidak dapat dilakukan oleh pihak swasta. Jumlah pengeluaran pemerintah ini merupakan salah satu komponen penting dari PDRB. Secara teoritis kenaikan pengeluaran pemerintah sejak tahun 2010 hingga tahun 2016 merupakan salah satu kebijakan untuk meningkatkan pembangunan lewat instrumen kebijakan fiskal. Instrumen ini diambil untuk meningkatkan daya beli masyarakat sehingga dapat meningkatkan kehidupan perekonomian. Selanjutnya, secara parsial pengeluaran pemerintah berpengaruh signifikan dan positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Terjadinya peningkatan pengeluaran pemerintah misalnya untuk penyediaan atau perbaikan infrastruktur maka proses produksi barang dan jasa akan semakin lancar. Hal ini akan menyebabkan terjadinya peningkatan produksi barang dan jasa. Peningkatan produksi barang dan jasa ini akan menyebabkan peningkatan terhadap pertumbuhan ekonomi. Begitu sebaliknya, apabila pengeluaran pemerintah mengalami penurunan sehingga masalah infrastruktur tidak dapat diatasi akan engakibatkan proses produksi barang dan jasa menjadi terhalang. Hal ini akan berdampak terhadap penurunan produksi barang dan jasa. Penurunan produksi barang dan jasa akan menyebabkan penurunan terhadap pertumbuhan ekonomi. Selama periode tahun 2010 sampai dengan tahun 2016 pengeluaran pemerintah secara nominal selalu semakin membesar dari tahun ke tahunnya sesuai dengan peningkatan pada APBD dan APBN. Penyusunan Indeks Pembangunan Kabupaten Malang Tahun

85 Kontribusi konsumsi pemerintah pada periode tersebut berkisar dikisaran 5 persen. Pada tahun 2010 dengan pengeluaran sebesar 2.074,78 milyar rupiah memberikan kontribusi 5,02 persen terhadap total PDRB. Berikutnya menjadi sebesar 2.442,98 milyar rupiah dengan kontribusi mencapai 5,20 persen. Memasuki tahun pola ini tidak berlanjut, meskipun nilai pengeluarannya meningkat menjadi sebesar 3.263,85 milyar rupiah, 3.367,07 milyar rupiah, 3.776,33 milyar rupiah dan 3.622,17 milyar rupiah, namun kontribusinya mengalami penurunan yaitu masingmasing tercatat 5,56 persen, 5,11 persen, 5,11 persen dan 4,43 persen. Menurunnya kontribusi pengeluaran pemerintah tersebut berimbas pada terkontraksinya pertumbuhan pada Tahun Konsumsi pemerintah yang tumbuh minus 6,22 persen lebih rendah dari pertumbuhan tahun sebelumnya sebesar 2,58 persen. Melambatnya pertumbuhan konsumsi pemerintah disebabkan oleh kurang optimalnya belanja pemerintah. Belanja pegawai tumbuh lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sedangkan belanja barang dan jasa tumbuh melambat seiring langkah efisiensi pemerintah. Serapan belanja pemerintah yang tercatat dalam konsumsi pemerintah lebih rendah dari targetnya dalam APBN-P tahun Belanja pegawai mencapai 95,76 persen, lebih tinggi dari daya serap tahun sebelumnya 92,77 persen. Sementara serapan belanja barang dan jasa serta belanja modal masing-masing tercatat sebesar 86,01 persen dan 92,57 persen. Gambar 6.5. Belanja Pemerintah Kabupaten Malang (Milyar) Sumber Data: APBD Kabupaten Malang Selama ini pertumbuhan ekonomi Kabupaten Malang ditopang oleh konsumsi, besarnya kontribusi konsumsi memberikan andil terbesar dari pertumbuhan ekonomi, sesungguhnya motor pertumbuhan ekonomi adalah pembentukan modal. Untuk itu kedepannya diharapkan investasi dan ekspor dapat memperbaiki kinerjanya dan Penyusunan Indeks Pembangunan Kabupaten Malang Tahun

Malang, 2016 Tim Penyusun

Malang, 2016 Tim Penyusun Dalam rangka pelaksanaan Penyusunan Dokumen Indeks Pembangunan Manusia sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja (KAK), untuk memenuhi salah satu persyaratan dan tugas yang diberikan kepada Konsultan selaku pelaksana,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik atau meningkat. Pembangunan Nasional yang berlandaskan. dan stabilitas nasional yang sehat dan dinamis.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik atau meningkat. Pembangunan Nasional yang berlandaskan. dan stabilitas nasional yang sehat dan dinamis. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu langkah dalam membuat sesuatu yang belum ada menjadi ada atau membuat suatu perubahan yaitu membuat sesuatu menjadi lebih baik atau meningkat.

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. tingkat kegiatan ekonomi yang berlaku dari tahun ketahun. Suatu

II. LANDASAN TEORI. tingkat kegiatan ekonomi yang berlaku dari tahun ketahun. Suatu 16 II. LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi Menurut Sukirno (1985), pengertian pertumbuhan ekonomi adalah perubahan tingkat kegiatan ekonomi yang berlaku dari tahun ketahun.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pembangunan manusiadengan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi. untuk menghasilkan barang dan jasa akan meningkat.

I. PENDAHULUAN. pembangunan manusiadengan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi. untuk menghasilkan barang dan jasa akan meningkat. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini banyak literatur ekonomi pembangunan yang membandingkan antara pembangunan manusiadengan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi dapat didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

PENGARUH INDIKATOR KOMPOSIT INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI SULAWESI SELATAN SKRIPSI

PENGARUH INDIKATOR KOMPOSIT INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI SULAWESI SELATAN SKRIPSI PENGARUH INDIKATOR KOMPOSIT INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI SULAWESI SELATAN SKRIPSI YUNITA MAHRANY A 111 08 293 JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manusia merupakan kekayaan bangsa dan sekaligus sebagai modal dasar

I. PENDAHULUAN. Manusia merupakan kekayaan bangsa dan sekaligus sebagai modal dasar I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan kekayaan bangsa dan sekaligus sebagai modal dasar pembangunan. Tujuan dari pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan bagi rakyat untuk

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN NGADA, TAHUN O15

PERKEMBANGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN NGADA, TAHUN O15 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN NGADA No. 0/07/Th. VIII, 1 Juli 016 PERKEMBANGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN NGADA, TAHUN 011 - O15 Selama kurun waktu 011-015, IPM Kabupaten Ngada meningkat dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Indeks Pembangunan Manusia Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan bahwa manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Pembangunan manusia menempatkan

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL INDIKATOR PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA JAKARTA SELATAN 2014

ANALISIS HASIL INDIKATOR PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA JAKARTA SELATAN 2014 ANALISIS HASIL INDIKATOR PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA JAKARTA SELATAN 2014 (Oleh Endah Saftarina Khairiyani, S.ST) 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, perkembangan era globalisasi menuntut setiap insan untuk menjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup

I. PENDAHULUAN. perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan upaya yang sudah direncanakan dalam melakukan suatu perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup masyarakat, meningkatkan

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan. Gambar 1.1 Peta Dunia Berdasarkan Indeks Pembangunan Manusia (2004). menengah. tinggi. data ( ) rendah (

Bab 1 Pendahuluan. Gambar 1.1 Peta Dunia Berdasarkan Indeks Pembangunan Manusia (2004). menengah. tinggi. data ( ) rendah ( Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI) adalah pengukuran perbandingan dari harapan hidup, melek huruf, pendidikan dan standar hidup untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat di suatu negara maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan bangsa dan sekaligus sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) / Human Development Index (HDI) adalah pengukuran perbandingan dari harapan hidup, melek huruf, pendidikan dan standar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa berada di garda terdepan. Pembangunan manusia (human development)

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa berada di garda terdepan. Pembangunan manusia (human development) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam perencanaan pembangunan dewasa ini, pembangunan manusia senantiasa berada di garda terdepan. Pembangunan manusia (human development) dirumuskan sebagai perluasan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN NGADA, TAHUN O14

PERKEMBANGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN NGADA, TAHUN O14 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN NGADA No. 02/10/Th. VII, 05 Oktober 2015 PERKEMBANGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN NGADA, TAHUN 2010-2O14 (PENGHITUNGAN DENGAN MEMAKAI METODE BARU) Selama kurun

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN GUNUNG MAS 2017

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN GUNUNG MAS 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN GUNUNG MAS 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN GUNUNG MAS 2017 Nomor ISBN : Ukuran Buku : 6,5 x 8,5 inchi Jumlah Halaman : vii + 38 Halaman Naskah Penanggung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan milenium (Millenium Development Goals/MDG s), yang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan milenium (Millenium Development Goals/MDG s), yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di negara berkembang seperti Indonesia, peranan sumber daya manusia mengambil tempat yang sentral, khususnya dalam setiap pencapaian pembangunan ekonomi, di

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembangunan manusia dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Pada tahun 1990 UNDP (United Nations Development Programme) dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembangunan manusia dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Pada tahun 1990 UNDP (United Nations Development Programme) dalam BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam bab ini diuraikan definisi dan teori pembangunan manusia, pengukuran pembangunan manusia, kajian infrastruktur yang berhubungan dengan pembangunan manusia, dan kajian empiris

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kultural, dengan tujuan utama meningkatkan kesejahteraan warga bangsa secara

BAB I PENDAHULUAN. kultural, dengan tujuan utama meningkatkan kesejahteraan warga bangsa secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan proses yang berkesinambungan yang mencakup seluruh aspek kehidupan masyarakat, termasuk aspek sosial, ekonomi, politik dan kultural, dengan tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan pendudukyang

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan pendudukyang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan pendudukyang disertai dengan perubahan

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) METODE BARU

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) METODE BARU INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) METODE BARU H.Nevi Hendri, S.Si Soreang, 1 Oktober 2015 Pendahuluan Metodologi IPM Hasil Penghitungan IPM Metode Baru Penutup Pendahuluan SEJARAH PENGHITUNGAN IPM 1990:

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II URAIAN TEORITIS BAB II URAIAN TEORITIS 2.1. Konsep Pembanguanan Manusia dan Pengukurannya UNDP mendefenisikan pembangunan manusia sebagai suatu proses untuk memperluas pilihan-pilihan bagi penduduk. Dalam konsep tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertumbuhan Ekonomi 2.1.1 Pengertian Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pembangunan adalah IPM (Indeks Pembangunan Manusia). Dalam. mengukur pencapaian pembangunan sosio-ekonomi suatu negara yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pembangunan adalah IPM (Indeks Pembangunan Manusia). Dalam. mengukur pencapaian pembangunan sosio-ekonomi suatu negara yang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesejahteraan masyarakat merupakan hal yang harus dicapai dalam pembangunan. Adapun salah satu indikator untuk mengukur keberhasilan dalam pembangunan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik selama periode tertentu. Menurut Sukirno (2000), pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. baik selama periode tertentu. Menurut Sukirno (2000), pertumbuhan ekonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara yang berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu.

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Per Kapita dan Struktur Ekonomi Tingkat pertumbuhan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Timur dalam lima tahun terakhir

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 38/07/34/Th.XVIII, 1 Juli 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 IPM Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2015 Pembangunan manusia di Daerah Istimewa Yogyakarta pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan, khususnya pembangunan manusia dapat dinilai secara parsial dengan melihat seberapa besar permasalahan yang paling mendasar di masyarakat

Lebih terperinci

I..PENDAHULUAN. Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) secara fisik dan mental. pembangunan. Tujuan dari pembangunan adalah menciptakan lingkungan

I..PENDAHULUAN. Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) secara fisik dan mental. pembangunan. Tujuan dari pembangunan adalah menciptakan lingkungan I..PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah subjek dan objek pembangunan dalam kehidupannya harus mampu meningkatkan kualitas hidupnya sebagai insan pembangunan. Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di segala bidang yang dilakukan pemerintah bersama

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di segala bidang yang dilakukan pemerintah bersama BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan di segala bidang yang dilakukan pemerintah bersama masyarakat melalui tahapan pelita demi pelita telah banyak membawa kemajuan bagi bangsa Indonesia. Namun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya serta

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya serta I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya serta pembangunan seluruh aspek kehidupan masyarakat. Hakikat pembangunan ini mengandung makna bahwa pembangunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan ekonomi, pertumbuhan ekonomi, dan teori konvergensi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan ekonomi, pertumbuhan ekonomi, dan teori konvergensi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai teori yang menjadi dasar dari pokok permasalahan yang diamati. Teori yang dibahas dalam bab ini terdiri dari pengertian pembangunan ekonomi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan bangsa dan pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk menilai keberhasilan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu perhatian khusus terhadap pembangunan ekonomi. Perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. suatu perhatian khusus terhadap pembangunan ekonomi. Perekonomian suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam memperkuat suatu perekonomian agar dapat berkelanjutan perlu adanya suatu perhatian khusus terhadap pembangunan ekonomi. Perekonomian suatu negara sangat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep konsep dan Definisi 2.1.1 Pengertian penduduk Badan Pusat Statistik (2011) mendifinisikan penduduk adalah semua orang yang berdomisili di wilayah geografis Republik Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ekonomi yang terjadi. Bagi daerah indikator ini penting untuk mengetahui

I. PENDAHULUAN. ekonomi yang terjadi. Bagi daerah indikator ini penting untuk mengetahui I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan pertumbuhan ekonomi yang terjadi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan reformasi sosial politik di Indonesia. Reformasi tersebut

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan reformasi sosial politik di Indonesia. Reformasi tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem desentralistik atau otonomi daerah merupakan salah satu keberhasilan reformasi sosial politik di Indonesia. Reformasi tersebut dilatarbelakangi oleh pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI BANTEN

BAB IV GAMBARAN UMUM INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI BANTEN BAB IV GAMBARAN UMUM INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI BANTEN 4.1 Pendidikan di Banten Pemerintah Provinsi Banten sejauh ini berupaya melakukan perbaikan tingkat kesejahteraan masyarakat salah satunya

Lebih terperinci

KAJIAN TENTANG PENGELUARAN PEMERINTAH DI SEKTOR PENDIDIKAN DAN KESEHATAN DALAM MENINGKATKAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR

KAJIAN TENTANG PENGELUARAN PEMERINTAH DI SEKTOR PENDIDIKAN DAN KESEHATAN DALAM MENINGKATKAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR KAJIAN TENTANG PENGELUARAN PEMERINTAH DI SEKTOR PENDIDIKAN DAN KESEHATAN DALAM MENINGKATKAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR Baiq Kisnawati 1), Irianto 2) 1,2) Sekolah Tinggi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Analisis jalur dikenal dengan path analysis dikembangkan pertama tahun 1920-an

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Analisis jalur dikenal dengan path analysis dikembangkan pertama tahun 1920-an BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Analisis Jalur Analisis jalur dikenal dengan path analysis dikembangkan pertama tahun 1920-an oleh seorang ahli genetika yaitu Sewall Wright. Analisis jalur sebenarnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara ketimpangan dan pertumbuhan ekonomi. pembangunan ekonomi yang terjadi dalam suatu negara adalah pertumbuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara ketimpangan dan pertumbuhan ekonomi. pembangunan ekonomi yang terjadi dalam suatu negara adalah pertumbuhan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai teori yang menjadi dasar dari pokok permasalahan yang diamati. Teori yang dibahas dalam bab ini terdiri dari pengertian pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Posisi manusia selalu menjadi tema sentral dalam setiap program

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Posisi manusia selalu menjadi tema sentral dalam setiap program BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Posisi manusia selalu menjadi tema sentral dalam setiap program pencapaian pembangunan. Dalam skala internasional dikenal tujuan pembangunan milenium (Millenium

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA METODE BARU UMUR PANJANG DAN HIDUP SEHAT PENGETAHUAN STANDAR HIDUP LAYAK BADAN PUSAT STATISTIK DAFTAR ISI Pembangunan Manusia Perubahan Metodologi IPM Implementasi IPM Metode

Lebih terperinci

BAB 2 Pembangunan Komparatif: Perbedaan dan Persamaan di Antara Negara Berkembang

BAB 2 Pembangunan Komparatif: Perbedaan dan Persamaan di Antara Negara Berkembang BAGIAN 1 Prinsip & Konsep BAB 2 Pembangunan Komparatif: Perbedaan dan Persamaan di Antara Negara Berkembang Ciri perekonomian global yang mencolok adalah adanya perbedaan yang sangat tajam Output per kapita

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 No. 36/06/17/II, 2 Juni 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN IPM PROVINSI BENGKULU TAHUN TERMASUK KATEGORI SEDANG Pembangunan manusia di Provinsi Bengkulu terus mengalami kemajuan yang ditandai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nilai inti untuk memahami pembangunan yang paling hakiki antara lain

BAB I PENDAHULUAN. nilai inti untuk memahami pembangunan yang paling hakiki antara lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan semua proses yang dilakukan melalui upaya-upaya secara sadar dan terencana. Pada intinya pembangunan merupakan sebuah upaya atau proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang, terus melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang, terus melaksanakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang, terus melaksanakan pembangunan secara berencana dan bertahap, tanpa mengabaikan usaha pemerataan dan kestabilan. Pembangunan

Lebih terperinci

INDIKATOR PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PULAU MOROTAI 2015

INDIKATOR PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PULAU MOROTAI 2015 INDIKATOR PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PULAU MOROTAI Kata Pengantar merupakan publikasi yang menyajikan data terkait indikator ekonomi, sosial, infrastruktur dan pelayanan publik, lingkungan, dan teknologi

Lebih terperinci

HUMAN DEVELOPMENT INDEX

HUMAN DEVELOPMENT INDEX HUMAN DEVELOPMENT INDEX Oleh : 1. ITRA MUSTIKA (135030201111117) 2. YUSRIN RIZQI FARADITA (135030201111119) 3. DINAR DWI PURNAMASARI (135030201111135) 4. ERVINGKA RAHMA Y.S (135030207111101) Jurusan Ilmu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Konsep dan Definisi Kemiskinan Menurut Badan Pusat Statistik, kemiskinan adalah ketidakmampuan memenuhi standar minimum kebutuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Suatu wilayah akan berkembang sesuai dengan cara alokasi pemanfaatan sumber daya yang tersedia. Sumber daya tersebut adalah sumber daya manusi (SDM) dan sumber daya modal,

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Kuncoro (2014), dalam jurnal Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Tingkat Pengangguran dan Pendidikan terhadap Tingkat Kemiskinan

Lebih terperinci

Data Pokok Pembangunan 2014 PEMBANGUNAN MANUSIA

Data Pokok Pembangunan 2014 PEMBANGUNAN MANUSIA PEMBANGUNAN MANUSIA Proses pembangunan yang sedang dilaksanakan terutama pada Negara berkembang hakikatnya adalah pembangunan terhadap manusianya. Taraf kualitas kehidupan manusia merupakan tujuan utama

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dilakukan oleh para peneliti terdahulu. Alitasari (2014), teknik analisis yang

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dilakukan oleh para peneliti terdahulu. Alitasari (2014), teknik analisis yang BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian yang berkaitan dengan indeks pembangunan manusia juga telah dilakukan oleh para peneliti terdahulu. Alitasari (2014), teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum diketahui bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan indikator

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum diketahui bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan indikator BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara umum diketahui bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan indikator yang lazim dipergunakan untuk melihat keberhasilan pembangunan. Pertumbuhan ekonomi sangat penting

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. negara untuk mengembangkan outputnya (GNP per kapita). Kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. negara untuk mengembangkan outputnya (GNP per kapita). Kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebelum dekade 1970, pembangunan identik dengan pertumbuhan ekonomi. Pembangunan ekonomi lebih menitikberatkan pada kemampuan suatu negara untuk mengembangkan outputnya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. H.F Williamson (Todaro, 1983:4) Pembangunan ekonomi meliputi usaha suatu

II. TINJAUAN PUSTAKA. H.F Williamson (Todaro, 1983:4) Pembangunan ekonomi meliputi usaha suatu 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembangunan Ekonomi H.F Williamson (Todaro, 1983:4) Pembangunan ekonomi meliputi usaha suatu masyarakat untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan mempertinggi tingkat pendapatan

Lebih terperinci

IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014

IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014 IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014 LATAR BELAKANG Sebelum tahun 1970-an, pembangunan semata-mata dipandang sebagai fenomena ekonomi saja. (Todaro dan Smith)

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pembangunan secara tradisional diartikan sebagai kapasitas dari sebuah

TINJAUAN PUSTAKA. Pembangunan secara tradisional diartikan sebagai kapasitas dari sebuah 16 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Ekonomi Pembangunan Pembangunan secara tradisional diartikan sebagai kapasitas dari sebuah perekonomian nasional yang kondisi-kondisi ekonomi awalnya kurang lebih bersifat

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PASER

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PASER BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PASER IPM (INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA) KABUPATEN PASER TAHUN 2011 Pencapaian pembangunan manusia di Kabupaten Paser pada kurun 2007 2011 terus mengalami peningkatan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjuan Penelitian Terdahulu Suliswanto (2010), Melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Produk Domestik Bruto (PDRB) Dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Terhadap Angka Kemiskinan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. keagenan didefinisikan sebagai sebuah kontrak antara satu atau lebih (prinsipal)

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. keagenan didefinisikan sebagai sebuah kontrak antara satu atau lebih (prinsipal) BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori keagenan Menurut Jensen dan Meckling (1976), hubungan keagenan dalam teori keagenan didefinisikan sebagai sebuah kontrak antara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari suatu

Lebih terperinci

BAB II STUDI KEPUSTAKAAN. Dalam bab ini akan diuraikan mengenai landasan teori yang menjadi dasar

BAB II STUDI KEPUSTAKAAN. Dalam bab ini akan diuraikan mengenai landasan teori yang menjadi dasar BAB II STUDI KEPUSTAKAAN Dalam bab ini akan diuraikan mengenai landasan teori yang menjadi dasar dari pokok permasalahan yang diamati, studi empiris dari penelitian sebelumnya yang merupakan studi penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cita-cita bangsa Indonesia dalam konstitusi negara adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Cita-cita bangsa Indonesia dalam konstitusi negara adalah untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cita-cita bangsa Indonesia dalam konstitusi negara adalah untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Cita-cita mulia tersebut dapat diwujudkan melalui pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan dari pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan dari pembangunan ekonomi nasional yang dapat dicapai melalui pembenahan taraf hidup masyarakat, perluasan lapangan

Lebih terperinci

PENGARUH BELANJA MODAL, PENGANGGURAN DAN PENDUDUK TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN AGAM DAN KABUPATEN PASAMAN

PENGARUH BELANJA MODAL, PENGANGGURAN DAN PENDUDUK TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN AGAM DAN KABUPATEN PASAMAN PENGARUH BELANJA MODAL, PENGANGGURAN DAN PENDUDUK TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN AGAM DAN KABUPATEN PASAMAN SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Pada Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerataan pembangunan ekonomi bagi bangsa Indonesia sudah lama

BAB I PENDAHULUAN. Pemerataan pembangunan ekonomi bagi bangsa Indonesia sudah lama 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemerataan pembangunan ekonomi bagi bangsa Indonesia sudah lama dinantikan serta diinginkan oleh rakyat Indonesia. Harapan dan cita-cita yang diinginkan dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pandang yang berbeda oleh para ekonom. Boediono (1999) mengemukakan bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pandang yang berbeda oleh para ekonom. Boediono (1999) mengemukakan bahwa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertumbuhan Ekonomi Pengertian pertumbuhan ekonomi sudah banyak dirumuskan dengan sudut pandang yang berbeda oleh para ekonom. Boediono (1999) mengemukakan bahwa pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA. Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index) yang telah

BAB II STUDI PUSTAKA. Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index) yang telah BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Pengertian Indeks Pembangunan manusia Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index) yang telah dikembangkan oleh United Nations for Develpment Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Apriliyah S. Napitupulu, Pengaruh Indikator Komposit Indeks

BAB I PENDAHULUAN. 1 Apriliyah S. Napitupulu, Pengaruh Indikator Komposit Indeks BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang merata materil dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Tujuan utama dari

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Tujuan utama dari 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Tujuan utama dari pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan bagi rakyatnya untuk menikmati umur

Lebih terperinci

ANALISIS INDIKATOR PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN GRESIK TAHUN 2017

ANALISIS INDIKATOR PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN GRESIK TAHUN 2017 PENGETAHUAN STANDAR HIDUP LAYAK ANALISIS INDIKATOR PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN GRESIK TAHUN BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN, PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAERAH KABUPATEN GRESIK Jl. Dr. Wahidin Sudirohusodo

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam UNDP (United Nations Development Programme), pembangunan manusia

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam UNDP (United Nations Development Programme), pembangunan manusia II. TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Indeks Pembangunan Manusia Dalam UNDP (United Nations Development Programme), pembangunan manusia adalah suatu proses untuk memperbesar pilihan-pilihan bagi manusia ( a process

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang 17 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang dilakukan secara berkelanjutan, berdasarkan kemampuan dengan pemanfaatan kemajuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendekatan pembangunan manusia telah menjadi tolak ukur pembangunan. pembangunan, yaitu United Nations Development Programme (UNDP)

BAB I PENDAHULUAN. Pendekatan pembangunan manusia telah menjadi tolak ukur pembangunan. pembangunan, yaitu United Nations Development Programme (UNDP) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sumber Daya Manusia (SDM) adalah kekayaan suatu negara yang dijadikan sebagai modal dasar pembangunan. Pembangunan bertujuan untuk menciptakan lingkungan

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 No. 25/05/15/Th.XI, 5 Mei 2017 IPM Provinsi Jambi Tahun 2016 Pembangunan manusia di Provinsi Jambi pada tahun 2016 terus mengalami kemajuan yang ditandai dengan

Lebih terperinci

Kata kunci: Indeks Pembangunan Manusia, Pertumbuhan Ekonomi

Kata kunci: Indeks Pembangunan Manusia, Pertumbuhan Ekonomi Pengaruh Indikator Komposit. (Nita Nurwijayati) PENGARUH INDIKATOR KOMPOSIT PEMBANGUNAN MANUSIA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN/KOTA PROVINSI DIY Nita Nurwijayati Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi,

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II URAIAN TEORITIS BAB II URAIAN TEORITIS 2.1. Dana Perimbangan 2.1.1. Pengertian dan Pembagian Dana Perimbangan 2.1.1.1. Pengertian Dana Perimbangan Dana Perimbangan merupakan sumber pendapatan daerah yang berasal dari

Lebih terperinci

Indeks Pembangunan Manusia

Indeks Pembangunan Manusia Indeks Pembangunan Manusia Kuliah Pengantar: Indeks Pembangunan Sub Bidang Pembangunan Perdesaan Di Program Studi Arsitektur, ITB Wiwik D Pratiwi, PhD Indeks Pembangunan Manusia Indeks Pembangunan Manusia

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BONTANG

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BONTANG 1. Metodologi No. 03/6474/Th. VI, 07 Desember 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KOTA BONTANG Tahun 2015 Secara nasional Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Tahun 2015 berdasarkan metode baru Tahun 2010

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN BAB I 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi sangat terkait erat dengan pembangunan sosial masyarakatnya. Pada awalnya pembangunan ekonomi lebih diprioritaskan pada pertumbuhannya saja, sedangkan

Lebih terperinci

Pembangunan dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia, maka tujuan dasar dan paling essensial dari pembangunan tidak lain adalah

Pembangunan dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia, maka tujuan dasar dan paling essensial dari pembangunan tidak lain adalah BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia, maka tujuan dasar dan paling essensial dari pembangunan tidak lain adalah mengangkat kehidupan manusia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan

I. PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum pembangunan ekonomi di definisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan masyarakat meningkat dalam periode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari definisi ini bahwa pembangunan ekonomi mempunyai tiga sifat penting

BAB I PENDAHULUAN. dari definisi ini bahwa pembangunan ekonomi mempunyai tiga sifat penting 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pengertian pembangunan ekonomi secara essensial dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk suatu masyarakat meningkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses menuju perubahan yang diupayakan suatu negara secara terus menerus dalam rangka mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA 2013

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA 2013 BADAN PUSAT STATISTIK INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA 2013 BPS KABUPATEN WONOSBO Visi: Pelopor Data Statistik Terpercaya Untuk Semua Nilai-nilai Inti BPS: Profesional Integritas Amanah Pelopor Data Statistik

Lebih terperinci

Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi)

Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi) Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi) Jurnal Paradigma Ekonomika Vol.1, No.7 April 2013 ANALISIS INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PERIODE 2007-2011 H. Syamsuddin. HM ABSTRACT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi pada dasarnya bervariasi antarwilayah, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi pada dasarnya bervariasi antarwilayah, hal ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi pada dasarnya bervariasi antarwilayah, hal ini disebabkan oleh potensi sumber daya yang dimiliki daerah berbeda-beda. Todaro dan Smith (2012: 71)

Lebih terperinci

BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL

BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL 2.1 Indeks Pembangunan Manusia beserta Komponennya Indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM; Human Development Index) merupakan salah satu indikator untuk mengukur

Lebih terperinci

PENDIDIKAN DI INDONESIA DALAM HUMAN DEVELOPMENT INDEX (HDI) YULIANI *) *) Dosen STKIP PGRI Tulungagung

PENDIDIKAN DI INDONESIA DALAM HUMAN DEVELOPMENT INDEX (HDI) YULIANI *) *) Dosen STKIP PGRI Tulungagung PENDIDIKAN DI INDONESIA DALAM HUMAN DEVELOPMENT INDEX (HDI) YULIANI *) *) Dosen STKIP PGRI Tulungagung ABSTRAK merupakan ukuran ringkasan untuk menilai kemajuan jangka panjang dalam tiga dimensi dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pembangunan. Pembangunan pada dasarnya adalah suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pembangunan. Pembangunan pada dasarnya adalah suatu proses BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat di suatu negara maka membutuhkan pembangunan. Pembangunan pada dasarnya adalah suatu proses untuk melakukan

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA K o t a B a t a m Tahun 2015 No. Publikasi : 2171.15.07 No. Katalog BPS : 4102.002.2171 Ukuran Buku : 21 cm x 15 cm Jumlah Halaman : viii + 50 Naskah : Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

KOMPONEN IPM 5.1 INDIKATOR KESEHATAN. Keadaan kesehatan penduduk merupakan salah satu modal

KOMPONEN IPM 5.1 INDIKATOR KESEHATAN. Keadaan kesehatan penduduk merupakan salah satu modal KOMPONEN IPM Pembangunan manusia adalah suatu proses untuk memperbanyak pilihan-pilihan yang dimiliki manusia (masyarakat). Di antara berbagai pilihan, yang terpenting yaitu berumur panjang dan sehat,

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BONTANG

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BONTANG BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BONTANG No. 03/6474/Th. V, 07 Desember 2015 1. Metodologi INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KOTA BONTANG Tahun 2014 Secara nasional Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Tahun 2014

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Artinya, manusia sebagai subjek dan objek pembangunan dalam

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Artinya, manusia sebagai subjek dan objek pembangunan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah kekayaan bangsa dan sekaligus sebagai modal dasar pembangunan. Artinya, manusia sebagai subjek dan objek pembangunan dalam kehidupannya harus mampu meningkatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan proses multidimensional yang mencakup berbagai

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan proses multidimensional yang mencakup berbagai 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi nasional,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi bagi suatu negara. Demi meningkatkan kelanjutan ekonomi suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi bagi suatu negara. Demi meningkatkan kelanjutan ekonomi suatu 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Manusia merupakan harta atau aset yang sangat berharga bagi kelanjutan ekonomi bagi suatu negara. Demi meningkatkan kelanjutan ekonomi suatu negara, pengembangan kualitas akan

Lebih terperinci