EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN TREFFINGER BERBANTUAN LEMBAR KERJA SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN TREFFINGER BERBANTUAN LEMBAR KERJA SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMA"

Transkripsi

1 EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN TREFFINGER BERBANTUAN LEMBAR KERJA SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMA skripsi disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan WAHYU HIDAYATULLOH MUHAIMINU UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM 2014

2 PERNYATAAN Saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan dari jiplakan dari karya orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Semarang, 22 Agustus 2014 Wahyu Hidayatulloh Muhaiminu ii

3 PENGESAHAN Skripsi yang berjudul Efektivitas Model Pembelajaran Treffinger Berbantuan Lembar Kerja Siswa Terhadap Hasil Belajar Siswa SMA disusun oleh Wahyu Hidayatulloh Muhaiminu telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi FMIPA UNNES pada tanggal 22 Agustus 2014 Panitia: Ketua Sekretaris Prof. Dr. Wiyanto, M.Si Dra. Woro Sumarni, M.Si Ketua Penguji Drs. Subiyanto HS,M. Si Anggota Penguji/ Penguji II Anggota Penguji/ Pembimbing Dr. Sri Haryani, M.Si Dra. Sri Nurhayati, M.Pd iii

4 MOTTO Dalam suatu usaha pasti ada hasil yang dicapai Berusaha semaksimal mungkin agar hasil yang dicapai juga maksimal Setiap pekerjaan dapat diselesaikan dengan mudah bila dikerjakan tanpa keengganan Persembahan: Dengan penuh rasa syukur, skripsi ini saya persembahkan untuk: 1. Bapak dan ibuku tercinta; 2. Kakak dan adikku tersayang; 3. Musyarofah, Fika, Dini, Ita, Lidya, Krishna, Nino, Waridi, Ersa, Mastoni yang selalu memberi semangat dalam pembuatan skripsi ini; 4. Teman-teman Pendididkan Kimia 2010 Rombel 3. iv

5 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufik dan hidayah-nya yang senantiasa tercurah sehingga peneliti dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi yang berjudul Efektivitas Model Pembelajaran Treffinger Berbantuan Lembar Kerja Siswa Terhadap Hasil Belajar Siswa SMA. Pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada: 1. Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ijin dan kemudahan dalam penelitian, 2. Ketua Jurusan Kimia Universitas Negeri Semarang yang memberikan kemudahan dalam penelitian, 3. Ibu Dra. Sri Nurhayati, M.Pd dosen pembimbing yang telah sabar memberikan bimbingan, arahan, dan saran selama menyusun skripsi, 4. Bapak Drs. Subiyanto HS,M. Si dosen penguji I yang telah memberikan arahan, dan saran, 5. Ibu Dr. Sri Haryani, M.Si dosen penguji II yang telah memberikan arahan dan saran, 6. Ibu Sri Widati, S.Pd dan Nurwantini, S.Pd guru mata pelajaran kimia SMA Negeri 1 Andong Boyolali yang telah banyak membantu terlaksananya penelitian, 7. Siswa-siswi kelas XI IPA-1 dan kelas XI IPA-2 yang telah mengikuti pembelajaran dalam penelitian ini dengan baik. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca khususnya dan perkembangan pendidikan pada umumnya. Semarang, Agustus 2014 Penulis v

6 ABSTRAK Muhaiminu, Wahyu Hidayatulloh Efektivitas Model Pembelajaran Treffinger Berbantuan Lembar Kerja Siswa Terhadap Hasil Belajar Siswa SMA. Skripsi, Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Dra. Sri Nurhayati, M.Pd. Penguji utama Drs. Subiyanto HS, M. Si. Penguji kedua Dr. Sri Haryani, M.Si Kata Kunci : keefektifan; Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan; Treffinger. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan model pembelajaran Treffinger berbantuan lembar kerja siswa (LKS) terhadap hasil belajar siswa SMA pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. Model pembelajaran Treffinger berbantuan LKS membantu siswa lebih aktif dan kreatif dalam pembelajaran. Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimen dan teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling dan didapat kelas XI IPA 1 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IPA 2 sebagai kelas kontrol. Penelitian ini menggunakan desain posttest only control design. Instrumen dalam penelitian ini adalah silabus, RPP, LKS, lembar pengamatan aspek afektif, lembar pengamatan aspek psikomotorik, tes hasil belajar kognitif. Uji statistika yang digunakan adalah uji normalitas, kesamaan dua varians, hipotesis dan ketuntasan hasil belajar. Hasil posttest kelas eksperimen rata-rata 80,72 sedangkan pada kelas kontrol rata-rata 71,17. Berdasarkan data tersebut persentase ketuntasan klasikal pada kelas eksperimen sebesar 87,5 % dan pada kelas kontrol sebesar 40,63 %. Kelas eksperimen telah mencapai ketuntasan klasikal tetapi pada kelas kontrol belum mencapai ketuntasan klasikal. Kesimpulan dari penelitian ini adalah model pembelajaran Treffinger berbantuan lembar kerja siswa efektif terhadap hasil belajar siswa SMA pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. Saran yang diberikan adalah sebelum melakukan penelitian hendaknya memeriksa kelengkapan alat dan bahan praktikum, model pembelajaran Treffinger berbantuan lembar kerja siswa sebaiknya juga diterapkan pada materi kimia yang lain agar model pembelajaran tersebut dapat berkembang dan bermanfaat untuk kegiatan pembelajaran. vi

7 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i PERNYATAAN... ii LEMBAR PENGESAHAN... iii MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iv PRAKATA... v ABSTRAK... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN... x BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Penegasan Istilah... 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Belajar Dan Hasil Belajar Hakikat Pembelajaran Kimia Efektivitas Pembelajaran Model Pembelajaran Treffinger Lembar Kerja Siswa (LKS) Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Treffinger Berbantuan Lembar Kerja Siswa Kerangka Berfikir Hipotesis BAB III METODE PENELITIAN Penentuan Objek Penelitian Metode Pengumpulan Data Desain Penelitian Instrumen Analisis Instrumen Penelitian Metode Analisis Data BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Pembahasan BAB V PENUTUP Simpulan Saran vii

8 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN viii

9 DAFTAR TABEL Tabel Halaman 2.1. Sintak Treffinger Berbantuan Lembar Kerja Siswa Jumlah Siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Andong Boyolali Desain Penelitian Klasifikasi Validitas Butir Soal Klasifikasi Daya Beda Soal Hasil Perhitungan Daya Pembeda Soal Klasifikasi Daya Beda Soal Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal Klasifikasi Reliabilitas Soal Klasifikasi Reliabilitas Intrumen Klasifikasi Reliabilitas Instrumen Observasi Kriteria Skor Keterampilan dalam Diskusi Kriteria Skor Keterampilan dalam Praktikum Kategori Presentasi Angket Respon Siswa Kriteria Skor Angket Respon Siswa Data Nilai Uas Semester Ganjil Nilai Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Analisis Uji Normalitas Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Hasil Analisis Dua Varians Nilai Postest Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Dua Pihak Hasil Analisis Uji Perbedaan Rata-Rata Satu Pihak (Pihak Kiri) Hasil Perhitungan Uji Ketuntasan Belajar Persentase Ketuntasan Belajar Klasikal Nilai Afektif Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Hasil Nilai Psikomotorik Hasil Angket Tanggapan Siswa ix

10 DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 2.1. Kerangka Berfikir Analisis Angket Tanggapan Siswa x

11 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman 1. Daftar Nama Siswa Kelas XI IPA SMA N 1 Andong Boyolali Tahun 2013/ Nilai Ulangan Semester Gasal Kelas XI IPA Daftar Nilai Posttest Uji Normalitas data Posttest Uji Kesamaan Dua Varians Nilai Posttest Uji Perbedaan Rata-rata Hasil Belajar (Dua Pihak) Uji Perbedaan Rata-rata Hasil Belajar (Satu Pihak) Uji Ketuntasan Belajar Kelas Eksperimen Uji Ketuntasan Belajar Kelas Kontrol Silabus Kelas eksperimen Rencana Pelaksaan Pembelajaran (RPP) Lembar Kerja Siswa (LKS) Kisi-kisi Soal Uji Coba Soal Uji Coba Analisis Uji Coba Soal Perhitungan Validitas Instrumen Test Perhitungan Tingkat Kesukaran Butir Soal Perhitungan Daya Beda Soal Perhitungan Reliabilitas Instrumen Tes Kisi-kisi Soal Posttest Soal Posttest Rubrik Penilaian Afektif Siswa Analisis Nilai Afektif Analisis Reabilitas Niali Afektif Pedoman Penyekoran Aspek Psikomotorik Siswa Analisis Nilai Psikomotorik Analisis Reabilitas Nilai Psikomotorik Angket Tanggapan Siswa terhadap Pembelajaran Analisis Angket Respon Siswa dan Perhitungan Reliabilitas Analisis Angket Tanggapan Siswa Dokumentasi Penelitian Surat Keterangan Penelitian xi

12 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik. Interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan, diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan. Guru dengan sadar merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis dengan memanfaatkan sesuatunya guna mencapai kepentingan pengajaran yaitu tuntasnya hasil belajar siswa (Bachman, 2005). Kimia merupakan bidang ilmu yang menyelidiki sifat dan perilaku dari semua zat di alam semesta dan menggunakan informasi ini untuk memenuhi kebutuhan manusia serta membangun lingkungan yang damai dan kesejahteraan (Nuray et al, 2010: 1417). Selama ini kebanyakan guru hanya mengajarkan konsep-konsepnya saja, tanpa menambahkan aplikasi dari konsep tersebut. Siswa seharusnya tidak hanya mahir dalam konsep, tetapi paham tentang realita yang ada dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan konsep yang mereka pelajari di sekolah. Fakta di lapangan menunjukan bahwa pelajaran kimia dianggap mata pelajaran yang dipandang oleh siswa sedikit rumit dibanding dengan mata pelajaran lain. Pemahaman konsep yang baik sangat penting, karena untuk 1

13 2 memahami suatu konsep baru diperlukan syarat pemahaman konsep sebelumnya. Selain itu, kimia erat kaitannya dengan kehidupan seharihari, Sehingga pembelajaran dapat diarahkan kepada kejadian sehari-hari yang dialami siswa. Berbagai penelitian menunjukkan pembelajaran berpusat pada guru masih banyak digunakan, demikian pula di SMA Negeri 1 Andong Boyolali. Waktu belajar siswa dihabiskan untuk mendengarkan ceramah dari guru, menghafalkan materi dan menulis saja. Hal ini akan menyebabkan siswa menjadi pasif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dan hasil belajar yang dicapai menjadi kurang optimal. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan di SMAN 1 Andong Boyolali menunjukkan hasil belajar kimia siswa kelas XI IPA masih cukup rendah. Nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) khusus untuk kimia di SMAN 1 Andong Boyolali adalah 75. Hal ini diperkuat oleh data nilai-nilai siswa pada ujian akhir semester 1 tahun 2013/2014 kelas XI IPA 1 yang belum mencapai standar KKM, yaitu dengan nilai rata-rata 63 dan 28 dari 32 siswa yang belum mencapai ketuntasan KKM. Ada beberapa faktor yang menyebabkan siswa kurang mampu dalam menyelesaikan masalah kimia diantaranya (1) pembelajaran masih berfokus pada guru, sehingga siswa pasif dan hanya menerima informasi pembelajaran dari guru. (2) siswa kurang dilibatkan dalam proses

14 3 pembelajaran, sehingga komunikasi yang terjadi cenderung satu arah. (3) media, alat dan bahan pembelajaran yang tidak memadai. Untuk menumbuhkan keaktifan siswa, sebaiknya dalam proses belajar-mengajar siswa diberi kesempatan untuk langsung terlibat dalam kegiatan-kegiatan atau pengalaman-pengalaman ilmiah. Hal ini dapat meningkatkan kemampuan berpikir. Kemampuan berpikir memegang peranan besar dalam peningkatan kualitas individu, karena siswa mempunyai kemampuan psikomotorik mental disamping kemampuan psikomotorik manual. Pembelajaran yang menekankan keaktifan siswa merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran (Nisa, 2011). Materi kelarutan dan hasil kali kelarutan merupakan materi yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Materi tersebut terdapat dalam kimia kelas XI IPA semester 2. Kaitan materi dengan kehidupan seharihari membantu siswa meningkatkan rasa ingin tahu yang tinggi. Siwa akan lebih tertarik dengan proses-proses kimia yang ada dalam kehidupan sehari-hari dan bisa digunakan untuk melatih aktivitas dan kreativitas siswa. Model pembelajaran Treffinger diharapkan dapat digunakan dalam pembelajaran pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan terhadap hasil belajar siswa. Pada dasarnya, jika guru melaksanakan proses belajar mengajar dengan menerapkan model pembelajaran yang berfokus pada aktivitas dan kreativitas siswa, maka siswa akan menjadi kritis dalam menerima

15 4 informasi. Model pembelajaran Treffinger membangkitkan kemampuan berpikir secara kritis dan kreatif sehingga dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi, kemudian dapat digunakan secara efisien terhadap pendidikan guru dan siswa harus menerima pengenalan yang secara menyeluruh untuk memecahkan masalah secara kreatif (Myrmel, 2003). Model Treffinger merupakan revisi atas kerangka kerja CPS yang dikembangkan oleh Osborn. Menurut Treffinger dalam Huda (2013), digagasnya model ini adalah karena perkembangan zaman yang terus berubah dengan cepat dan semakin kompleksnya permasalahan yang harus dihadapi. Oleh karena itu, untuk mngatasi permasalahan tersebut dapat dilakukan dengan cara memperhatikan fakta-fakta penting yang ada di lingkungan sekitar lalu memunculakan berbagai gagasan dan memilih solusi yang tepat untuk kemudian diimplementasikan secara nyata. Treffinger dalam Huda (2013) menyebutkan bahwa model pembelajaran ini terdiri atas 3 komponen penting, yaitu Understanding Challenge (memahami tantangan), Generating Ideas (membangkitkan gagasan), dan Preparing for Action (mempersiapkan tindakan). Agar pencapaian hasil belajar dapat lebih baik, guru dapat memberikan lembar kerja siswa (LKS) kepada siswa. Lembar kerja siswa yang digunakan dibuat sendiri oleh guru yang disesuaikan dengan kondisi kegiatan pembelajaran di kelas. Berdasarkan hasil penelitian dari Ozmen dan Yildirim (2005:4) menyimpulkan bahwa pembelajaran dengan LKS (lembar kerja siswa) lebih efektif daripada kelas yang diajarkan dengan

16 5 metode konvensional, karena siswa ikut aktif dalam pembelajaran dan guru dapat menentukan target pembelajaran yang bisa dicapai, atau perubahan perilaku yang bisa diungkapkan serta sikap mental yang bisa dibentuk melalui pembelajaran tersebut. Berdasarkan uraian di atas, penulis bermaksud untuk melakukan sebuah penelitian yang berjudul Efektivitas Model Pembelajaran Treffinger Berbantuan Lembar Kerja Siswa Terhadap Hasil Belajar Siswa SMA N 1 Andong Boyolali. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas serta untuk memperjelas masalah maka dirumuskan sebagai berikut : Apakah model pembelajaran Treffinger berbantuan lembar kerja siswa efektif terhadap hasil belajar siswa SMA N 1 Andong Boyolali. 1.3 Tujuan Penelitian Sesuai dengan perumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui model pembelajaran Treffinger berbantuan lembar kerja siswa efektif terhadap hasil belajar siswa SMA N 1 Andong Boyolali. 1.4 Manfaat Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi: (1) Siswa a. Meningkatkan pemahaman siswa tentang materi kelarutan dan hasil kali kelarutan yang diajarkan

17 6 b. Mengembangkan kemampuan pemecahan masalah kimia sebagai hasil belajar siswa dapat ditingkatkan (2) Guru a. Membantu mengatasi permasalahan pembelajaran yang dihadapi. b. Memberikan informasi atau wacana tentang Manfaat penerapan model pembelajaran Treffinger berbantuan lembar kerja siswa dalam meningkatkan hasil belajar siswa dan kemampuan pemecahan masalah kimia. (3) Sekolah Hasil penelitian dapat memberikan masukan berharga bagi sekolah dalam upaya meningkatkan dan mengembangkan proses pembelajaran kimia lebih baik. (4) Peneliti Bagi peneliti, dapat menambah wawasan dan pengalaman peneliti terhadap kreativitas dan keterampilan dalam memilih model pembelajaran serta sebagai acuan untuk mengembangkan penelitian berikutnya. 1.5 Penegasan Istilah Dalam penelitian ini ada beberapa istilah yang perlu dijelaskan agar tidak terjadi salah penafsiran. Adapun istilah yang perlu dijelaskan antara lain:

18 7 1. Efektivitas Efektivitas adalah jika suatu keadaan terjadinya suatu efek atau akibat yang dikehendaki dalam perbuatan yang membawa hasil (Tim Penyusun KBBI, 2002: 219). Efektivitas diukur dari KKM sebesar 65%. Apabila kelas eksperimen nilai KKM lebih dari 65% dan lebih baik dari kelas kontrol maka dikatakan efektif. 2. Hasil belajar Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar (Anni, 2007). Dalam penelitian ini,hasil belajar tersebut meliputi hasil belajar aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik pada pembelajaran kimia pada materi pembelajaran kelarutan dan hasil kali kelarutan. 3. Model pembelajaran Treffinger berbantuan lembar kerja siswa Model pembelajaran Treffinger berbantuan lembar kerja siswa merupakan salah satu dari sedikit model yang menangani masalah kreativitas secara langsung dan memberikan saran-saran praktis cara mencapai keterpaduan. Model pembelajaran Treffinger berbantuan lembar kerja siswa melibatkan keterampilan kognitif dan afektif pada setiap tingkat, Treffinger menunjukkan saling hubungan dan ketergantungan antara keduanya dalam mendorong belajar kreatif. 4. Materi kelarutan dan hasil kali kelarutan Dalam KTSP, pokok materi kelarutan dan hasil kali kelarutan merupakan pokok materi pelajaran kimia SMA kelas XI semester II.

19 8 Pokok materi kelarutan dan hasil kali kelarutan perlu dipelajari oleh siswa agar manpu menjelaskan kesetimbangan dalam larutan jenuh, memahami kelarutan dan tetapan hasil kali kelarutan, serta menentukan ph larutan dan memperkirakan endapan dari hasil kali kelarutan.

20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Belajar dan Hasil Belajar Slameto (2003: 2) mengemukakan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan. Gagne dan Berliner dalam Anni (2005: 4) menyatakan bahwa belajar merupakan proses yang di dalamnya terjadi perubahan tingkah laku karena hasil dari pengalaman. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang berupa tingkah laku, pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan sikap karena pengalaman atau interaksi dengan lingkungan. Ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar antara lain perubahan terjadi karena sadar, bersifat kontinu dan fungsional, bersifat positif dan aktif, tidak bersifat sementara, bertujuan dan terarah, dan mencakup seluruh aspek tingkah laku (Slameto 2003: 2-4). Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar (Rifa i & Anni, 2009: 85). Menurut penelitian hasil belajar merupakan perwujudan perilaku belajar yang telah dialami seseorang yang biasanya terlihat dalam perubahan kebiasaan, keterampilan, sikap, tujuan, kemampuan, dan kepribadian. 9

21 10 Benny Bloom dalam Dimyati dan Mudjiono (2006: 26-29) membagi hasil belajar menjadi tiga ranah: 1. Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri atas pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. 2. Ranah afektif, berkenan dengan sikap yang terdiri atas penerimaan jawaban atau reaksi dan penilaian dengan cara berdiskusi. 3. Ranah psikomotorik, berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak dalam praktikum. 2.2 Hakikat Pembelajaran Kimia Menurut Gagne, dikutip oleh Rusmono (2012: 6), menyatakan bahwa pembelajaran merupakan serangkaian peristiwa eksternal peserta didik yang dirancang untuk mendukung proses internal belajar. Peristiwa belajar dirancang agar memungkinkan peserta didik memproses informasi nyata dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Untuk mencapai tujuan belajar, pendidik hendaknya menguasai cara-cara merancang belajar agar peserta didik mampu belajar optimal. Guru dalam pembelajaran menyediakan fasilitas bagi peserta didiknya dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berfikir agar dapat memahami apa yang dipelajari. Hakikat ilmu Kimia mencakup dua hal, yaitu kimia sebagai produk dan kimia sebagai proses. Kimia sebagai produk meliputi sekumpulan pengetahuan yang terdiri atas fakta-fakta, konsep-konsep, dan prinsip-

22 11 prinsip kimia. Kimia sebagai proses meliputi keterampilan-keterampilan dan sikap-sikap yang dimiliki oleh para ilmuwan untuk memperoleh dan mengembangkan pengetahuan Kimia. Keterampilan-keterampilan tersebut disebut keterampilan proses, dan sikap-sikap yang dimiliki para ilmuwan disebut sikap ilmiah. Oleh karena itu, pembelajaran kimia tidak boleh mengesampingkan proses karena dalam pembelajaran, hasil belajar tidak hanya dilihat dari hasil namun proses juga menentukan. Sehubungan dengan hal tersebut, untuk menjelaskan konsep-konsep kimia ditempuh dengan pendekatan proses. Pendekatan ini biasa dikenal dengan metode ilmiah, dengan menerapkan keterampilan-keterampilan proses sains, yaitu mulai dari menemukan masalah hingga mengambil keputusan. Perkembangan selanjutnya pendekatan ini lebih dikenal dengan Pendekatan Keterampilan Proses. 2.3 Efektivitas Pembelajaran Efektivitas berasal dari kata efektif yang artinya dapat membawa hasil; berhasil guna tentang usaha; tindakan (Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002: 2005). Jadi keefektivan adalah jika suatu keadaan terjadinya suatu efek atau akibat yang dikehendaki dalam perbuatan yang membawa hasil. Efektivitas yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu adanya pengaruh yang dapat menghasilkan nilai yang lebih besar dalam pembelajaran dengan tercapainya tunjuan belajar.

23 12 Berdasarkan teori belajar tuntas, pembelajaran dikatakan efektif jika seorang siswa dipandang tuntas belajar. Seorang siswa dikatakan tuntas belajar jika ia mampu menyelesaikan, menguasai kompetensi atau mencapai tujuan pembelajaran minimal 65% dari seluruh tujuan pembelajaran. Sedangkan keberhasilan kelas dilihat dari jumlah siswa yang mampu menyelesaikan atau mencapai minimal sekurang kurangnya 85% dari jumlah siswa yang ada di kelas tersebut telah mencapai ketuntasan belajar (Mulyasa, 2007: 254). Indikator keefektifan pembelajaran pada penelitian ini hanya ditinjau dari aspek : 1) Rata-rata hasil belajar kognitif kelas eksperimen lebih besar daripada rata-rata hasil belajar kelompok kontrol. 2) Ketuntasan belajar klasikal siswa kelas eksperimen telah memenuhi ketuntasan belajar klasikal sebanyak 85% (Mulyasa, 2007: 254). 3) Rata-rata skor psikomotorik dan afektif kelas eksperimen lebih besar daripada kelas kontrol. Berdasarkan uraian yang ditulis oleh Mulyasa (2007: 254), penulis mengkategorikan tingkat efektivitas pembelajaran ditinjau dari hasil belajar ranah kognitif sebagai berikut : 1. Sangat tinggi : apabila nilai rata-rata hasil belajar siswa Tinggi : apabila nilai rata-rata hasil belajar siswa Cukup : apabila nilai rata-rata hasil belajar siswa Kurang : apabila nilai rata-rata hasil belajar siswa

24 13 5. Tidak efektif : apabila nilai rata-rata hasil belajar siswa kurang dari Model Pembelajaran Treffinger Model Treffinger untuk mendorong belajar kreatif merupakan salah satu dari sedikit model yang menangani masalah kreativitas secara langsung dan memberikan saran-saran praktis bagaimana mencapai keterpaduan. Model Treffinger menunjukan saling hubungan dan ketergantungan antara keterampilan kognitif maupun afektif pada setiap tingkat dalam mendorong belajar kreatif. Menurut Treffinger dalam bukunya Encoureging Creative Learning for The Gifted and Talented, belajar kreatif (creative learning) adalah proses pembelajaran yang mengupayakan proses belajar mengajar dibuat sekomunikatif mungkin sehingga situasi belajar menjadi menyenangkan bagi siswa (1980). Dalam pembelajaran ini, penyajian materi dilakukan melalui permainan, diskusi, bermain peran, dan lain-lain. Hal tersebut menunjukan siswa tidak semata-mata dituntut untuk belajar sesuatu materi dari suatu bahan ajar. Dampak dari hal tersebut di atas adalah memotivasi kreativitas siswa dan pada akhirnya siswa akan mendapatkan rasa senang, puas dan pengalaman terbaik dalam hidupnya. Torrance dan Myers, dikutip oleh Treffinger (1980) berpendapat bahwa belajar kreatif adalah menjadi peka atau sadar akan masalah, kekurangan-kekurangan, kesenjangan dalam pengetahuan, unsur-unsur yang tak ada, ketidakharmonisan, dan sebagainya; mengumpulkan

25 14 informasi yang ada; mengidentifikasi (menemutunjukkan) unsur-unsur yang belum lengkap, mencari solusi, membuat hipotesis, memodifikasi dan menguji ulang; menyempurnakannya; dan akhirnya mengkomunikasikan atau menyampaikan hasil-hasilnya. Model Treffinger sebenarnya tidak berbeda jauh dengan model pembelajaran yang digagas oleh Osborn. Treffinger ini juga dikenal dengan Creative Problem Solving. Keduanya sama-sama berupaya untuk mengajak siswa berpikir kreatif dalam menghadapi masalah, namun sintak yang diterapkan antara Osborn dan Treffinger sedikit berbeda satu sama lain. Singkatnya, model CPS Treffinger merupakan revisi atas kerangka kerja CPS yang dikembangakn oleh Osborn. Treffinger memodifikasi enam tahap Osborn menjadi tiga komponen penting, yaitu Understanding Challenge, Generating Idea, dan Preparing for Action. Menurut Treffinger dalam Huda (2013), digagasnya model CPS Treffinger adalah karena perkembangan zaman yang terus berubah dengan cepat dan semakin kompleksnya permasalahan yang harus dihadapi. Karena itu, untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan suatu cara agar dapat menyelesaikan suatu permasalahan dan menghasilkan solusi yang tepat. Yang perlu dilakukan untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan memperhatikan fakta-fakta penting yang ada di lingkungan sekitar lalu memunculkan berbagai gagasan dan memilih solusi yang tepat untuk kemudian diimplementasikan secara nyata.

26 15 Treffinger dalam Huda (2013) menyebutkan bahwa model pembelajaran ini terdiri atas 3 komponen penting, yaitu Understanding Challenge, Generating Idea, dan Preparing for Action, yang kemudian dirinci ke dalam enam tahapan. Penjelasan mengenai model ini adalah sebagai berikut. Komponen I Memahami Tantangan (Understanding Challenge) 1. Menentukan tujuan: Guru menginformasikan kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajarannya. 2. Menggali data: Guru mendemonstrasikan/ menyajikan fenomena alam yang dapat mengundang keingintahuan siswa. 3. Merumuskan masalah: Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi permasalahan. Komponen II Membangkitkan Gagasan (Generating Idea) 4. Memunculkan gagasan: Guru memberi waktu dan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasannya dan juga membimbing siswa untuk menyepakati alternatif pemecahan yang akan diuji. Komponen III Mempersiapkan Tindakan (Preparing for Action) 5. Mengembangkan solusi: Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah. 6. Membangun penerimaan: Guru mengecek solusi yang telah diperoleh siswa dan memberikan permasalahan yang baru namun yang lebih kompleks agar siswa dapat menerapkan solusi yang telah ia peroleh.

27 16 Karakteristik yang paling dominan dari pembelajaran Treffinger ini adalah upayanya dalam mengintegrasikan dimensi kognitif dan afektif siswa untuk mencari arah-arah penyelesaian yang akan ditempuhnya untuk memecahakan permasalahan. Artinya, siswa diberi keleluasaan untuk berkreativitas menyelesaikan permasalahannya sendiri dengan cara-cara yang ia kehendaki. Tugas guru adalah membimbing siswa agar arah-arah yang ditempuh oleh siswa ini tidak keluar dari permasalahan. 2.5 Lembar Kerja Siswa Lembar kerja siswa (LKS) merupakan salah satu media yang digunakan dalam pembelajaran. Lembar kerja siswa adalah lembaranlembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Lembar kegiatan biasanya berupa petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas. (Sulistyowati, 2012) Untuk membuat atau menentukan sebuah LKS buatan guru yang baik, ada beberapa petunjuk yang harus diperhatikan. Jones (dalam Mayasari, 2009) menyatakan LKS yang baik untuk diberikan kepada peserta didik, haruslah: 1. Dapat menampung keragaman kemampuan siswa dikelas; 2. Bahasanya cukup dimengerti (tidak terlalu sulit); 3. Format dan gambar harus jelas (mudah dipahami); 4. Mempunyai tujuan yang jelas; 5. Memiliki isian yang memerlukan pemikiran dan pemprosesan informasi;

28 17 6. Tetap memiliki gambaran umum (global disamping gambaran detail). Langkah-langkah dalam menyiapkan lembar kerja siswa dapat dilakukan sebagai berikut : 1. Analisis kurikulum; Analisis kurikulum dimaksudkan untuk menentukan materi-materi mana yang memerlukan bahan ajar LKS. Analisis dilakukan dengan cara mempelajari standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok, pengalaman belajar, dan indikator ketercapaian hasil belajar. 2. Menyusun peta kebutuhan LKS; Peta kebutuahn LKS sangat diperlukan guna mengetahui jumlah LKS yang harus ditulis dan sekuensi atau urutan LKSnya juga dapat dilihat. Sekuens LKS ini sangat diperlukan dalam menentukan prioritas penulisan. Diawali denagn analisis kurikulum dan analisis sumber belajar. 3. Menentukan judul-judul LKS; Judul LKS ditentukan atas dasar KD-KD, materi-materi pokok atau pengalaman belajar yang terdapat dalam kurikulum. Judul LKS tidak harus sama dengan tercantum dalam kurikulum, yang penting adalah bahwa kompetensi dasar yang harus dicapai secara esensi tidak berubah. 4. Penulisan LKS Penulisan LKS dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

29 18 a. Perumusan KD yang harus dikuasai. Rumusan KD pada suatu LKS langsung diturunkan dari Pedoman Kamus Pengembangan Silabus. b. Menentuakan alat penilaian Penilaian dilakukan terhadap proses kerja dan hasil kerja peserta didik. c. Penyusunan materi Materi LKS sangat tergantung pada KD yang dicapai. Materi dapat diambil dari berbagai sumber seperti buku, majalah, internet, jurnal hasil penelitian. d. Struktur LKS Struktur LKS secara umum adalah sebagi berikut: Judul, petunjuk belajar (petunjuk siswa), kompetensi yang akan dicapai, informasi pendukung, tugas-tugas dan langkah-langkah kerja. (Sulistyowati, 2012) 2.6 Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Kelarutan (Solubility) Istilah kelarutan (solubility) digunakan untuk menyatakan jumlah maksimal zat yang dapat larut dalam sejumlah tertentu pelarut. Kelarutan (khususnya untuk zat yang sukar larut) dinyatakan dalam satuan mol.l 1. Jadi, kelarutan (s) sama dengan molaritas (M).

30 Tetapan Hasil Kali Kelarutan (Ksp) Suatu larutan jenuh dari elektrolit yang sukar larut, terdapat kesetimbangan antara zat padat yang tidak larut dan ion-ion zat itu yang larut. M x A y (s) xm y+ (aq) + ya x- (aq) Karena zat padat mempunyai molaritas yang tetap, maka tetapan kesetimbangan reaksi di atas hanya melibatkan ion-ionnya saja, dan tetapan kesetimbangannya disebut tetapan hasil kali kelarutan (Ksp). Ksp = [M y+ ] x [A x- ] y Contoh: Tuliskan rumus tetapan hasil kali kelarutan untuk senyawa Mg(OH) 2! Jawab: Mg(OH) 2 dalam larutan akan terurai menjadi ion-ionnya, Mg(OH) 2 (s) Mg 2+ (aq) + 2 OH - (aq) maka dari rumus umum Ksp = [Mg 2+ ] [OH - ] Hubungan Kelarutan (s) dengan Tetapan Hasil Kali Kelarutan(Ksp) Oleh karena s dan Ksp sama-sama dihitung pada larutan jenuh, maka antara s dan Ksp ada hubungan yang sangat erat. Jadi, nilai Ksp ada keterkaitannya dengan nilai s. Secara umum hubungan antara kelarutan (s) dengan tetapan hasil kali kelarutan (Ksp) untuk larutan elektrolit AxBy dapat dinyatakan sebagai berikut.

31 20 A x B y (s) xa y+ (aq) + yb x- (aq) s xs ys Ksp = [A y+ ] x [B x- ] y = (xs) x (ys) y Contoh: Pada suhu tertentu, kelarutan AgIO 3 adalah mol/l, tentukan harga tetapan hasil kali kelarutannya! Jawab: AgIO 3 (s) Ag + (aq) + IO 3 - (aq) Konsentrasi ion Ag + = konsentrasi ion IO - 3 = konsentrasi AgIO 3 = mol/l Ksp = [Ag + ] [IO - 3 ] = (s)(s) = ( )( ) = Pengaruh Ion Senama terhadap Kelarutan Suatu larutan jenuh Ag 2 CrO 4 terdapat kesetimbangan antara Ag 2 CrO 4 padat dengan ion Ag+ dan ion CrO 2 4. Ag 2 CrO 4 (s) 2Ag + (aq) + CrO 4 2- (aq) Apa yang terjadi jika ke dalam larutan jenuh tersebut ditambahkan larutan AgNO 3 atau larutan K 2 CrO 4? Penambahan larutan AgNO 3 atau K 2 CrO 4 akan memperbesar konsentrasi ion Ag + 2 atau ion CrO 4 dalam larutan. AgNO 3 (aq) Ag + - (aq) + NO 3 (aq)

32 21 K 2 CrO 4 (aq) 2K + (aq) + CrO 4 2- (aq) Sesuai asas Le Chatelier tentang pergeseran kesetimbangan, penambahan konsentrasi ion Ag + atau ion CrO 4 2 akan menggeser kesetimbangan ke kiri. Akibatnya jumlah Ag 2 CrO 4 yang larut menjadi berkurang. Jadi dapat disimpulkan bahwa ion senama memperkecil kelarutan. Contoh Kelarutan Ag 2 CrO 4 dalam air adalah 10 4 M. Hitunglah kelarutan Ag 2 CrO 4 dalam larutan K 2 CrO 4 0,01 M! Jawab: Ksp Ag 2 CrO 4 = 4s 3 =4(10-4 ) 3 = 4 x Kelarutan Ag 2 CrO 4 dalam larutan K 2 CrO 4 Ksp Ag 2 CrO 4 = [Ag + ] 2 [CrO 2-4 ] 4 x = [Ag + ] 2 x 10-2 [Ag + ] = 2 x 10-5 M Ag 2 CrO 4 2 Ag CrO 4 Kelarutan Ag 2 CrO 4 = ½ x 2 x 10-5 = 10-5 M Jadi, kelarutan Ag 2 CrO 4 dalam larutan K 2 CrO 4 adalah 10-5 M Hubungan Ksp dengan ph Harga ph sering digunakan untuk menghitung Ksp suatu basa yang sukar larut. Sebaliknya, harga Ksp suatu basa dapat digunakan untuk menentukan ph larutan Contoh:

33 22 Jika larutan MgCl 2 0,3 M ditetesi larutan NaOH, pada ph berapakah endapan Mg(OH) 2 mulai terbentuk? (Ksp Mg(OH) 2 = ) Jawab: Ksp Mg(OH) 2 = [Mg 2+ ] [OH - ] 3 x 10-1 = 3 x [OH - ] 2 [OH - ] = [OH - ] = 10-5 M poh = 5 ph = 14 poh ph = 14 5 = Penggunaan Konsep Ksp dalam Pemisahan Zat Harga Ksp suatu elektrolit dapat dipergunakan untuk memisahkan dua atau lebih larutan yang bercampur dengan cara pengendapan. Proses pemisahan ini dengan menambahkan suatu larutan elektrolit lain yang dapat berikatan dengan ion-ion dalam campuran larutan yang akan dipisahkan. Karena setiap larutan mempunyai kelarutan yang berbedabeda, maka secara otomatis ada larutan yang mengendap lebih dulu dan ada yang mengendap kemudian, sehingga masing-masing larutan dapat dipisahkan dalam bentuk endapannya. Cara untuk meramalkan terjadi tidaknya endapan suatu senyawa A m B n, jika larutan yang mengandung ion A n+ dan ion B m- dicampurkan maka digunakan konsep hasil kali ion ( Q c ). Q c A m B n = [ A n+ ] m. [ B m- ] n

34 23 Jika Q c < Ksp maka belum terbentuk larutan jenuh maupun endapan A m B n Jika Q c = Ksp maka terbentuk larutan jenuh A m B n Jika Q c > Ksp maka terbentuk endapan A m B n Contoh: Jika dalam suatu larutan terkandung Pb(NO 3 ) 2 0,05 M dan HCl 0,05 M, dapatkah terjadi endapan PbCl 2? (Ksp PbCl 2 = 6, ) Jawab: [Pb 2+ ] = 0,05 M [Cl ] = 0,05 M Q c = [Pb 2+ ] [Cl ] 2 Q c = 0,05 (0,05) 2 = 1, Oleh karena Q c PbCl 2 > Ksp PbCl 2, maka PbCl 2 dalam larutan itu akan mengendap. 2.7 Treffinger Berbantuan Lembar Kerja Siswa Pembelajaran Treffinger berbantuan lembar kerja siswa adalah pembelajaran yang menggunakan tiga langkah Treffinger terhadap hasil belajar siswa. Siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil agar dapat saling membantu memahami materi pelajaran dan menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Lembar kerja siswa sebagai media yang digunakan untuk membantu siswa agar dapat lebih memahami dan mengikuti proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru.

35 24 Adapun kegiatan pembelajaran Treffinger berbantuan lembar kerja siswa terhadap hasil belajar siswa pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan disajikan dalam Tabel 2.1 berikut: Tabel 2.1. Sintak Treffinger Berbantuan Lembar Kerja Siswa Langkah Kegiatan guru Kegiatan siswa Guru membagi kelompok Siswa membentuk kecil siswa dan kelompok kecil membagikan LKS Memahami Tantangan (Understanding Challenge) Membangkitkan Gagasan (Generating Idea) Mempersiapkan Tindakan (Preparing for Action) Guru menginformasikan kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajarannya Guru menayangkan animasi atau video tentang kelarutan dan hasil kali kelarutan sebagai tantangan dan dapat mengundang keingintahuan siswa Guru memberi soal-soal tentang animasi atau video tersebut yang ada di LKS kepada siswa untuk mengidentifikasi permasalahan Guru memberi waktu dan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasannya dan juga membimbing siswa untuk menyepakati alternatif pemecahan yang akan diuji Guru memberikan beberapa soal yang baru namun yang lebih kompleks yang ada pada LKS Guru mengecek solusi yang telah diperoleh siswa Siswa mendengarkan penjelasan guru Siswa mengamati animasi atau video tentang kelarutan dan hasil kali kelarutan yang diberikan oleh guru Siswa mengerjakan soal yang ada di LKS dan didiskusikan kepada kelompok Siswa menjelaskan hasil diskusi dengan kelompok di depan kelas Siswa mengerjakan soal yang ada di LKS Siswa menjelaskan jawaban yang diperoleh

36 Kerangka Berfikir Materi pembelajaran kelarutan dan hasil kali kelarutan membutuhkan kejelian dan pemahaman yang cukup tinggi. Kenyataan menunjukkan masih dijumpai beberapa kesulitan yang dihadapi siswa dalam memahami dan mendalami materi kimia. Hal tersebut perlu adanya variasi pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam mendalami materi kimia dan memecahkan permasalahan kimia. Penelitian ini menggunakan dua model pembelajaran, yaitu model pembelajaran Treffinger berbantuan LKS untuk kelas eksperimen dan model pembelajaran konvensional untuk kelas kontrol. Kedua kegiatan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol di atas diharapkan akan terjadi peningkatan pemahaman siswa terhadap materi kelarutan dan hasil kali kelarutan sehingga diharapkan hasil belajar siswa meningkat. Efektivitas dalam penelitian ini ditunjukkan dengan peningkatan kemampuan (ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik) siswa dalam proses belajar mengajar dengan Treffinger berbantuan LKS dan hasil pembelajaran kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Efektivitas dilihat dari jumlah siswa yang mampu menyelesaikan atau mencapai minimal sekurang kurangnya 85% dari jumlah siswa yang ada di kelas tersebut telah mencapai ketuntasan belajar (Mulyasa, 2007: 254). Secara ringkas gambaran penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.1

37 26 Hasil belajar kimia masih rendah Pembelajaran masih berfokus pada guru Metode yang digunakan kurang tepat, siswa cenderung pasif Dilakukan penelitian terhadap hasil belajar kimia dengan menggunakan metode pembelajaran Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Model pembelajaran CPS tipe Treffinger berbantuan LKS Model pembelajaran konvensional Hasil Belajar Dibandingkan Kesimpulan Gambar 2.1 Kerangka Berpikir 2.9 Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah metode pembelajaran Treffinger berbantuan lembar kerja siswa efektif terhadap hasil belajar siswa kelas XI IPA di SMA Negeri 1 Andong Boyolali.

38 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Penentuan Objek Penelitian Populasi Penelitian Menurut Arikunto (2006: 102), populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang lazimnya dipakai sebagai masalah dan tujuan penelitian sebagai dokumen. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas XI IPA SMA Negeri 1 Andong Boyolali tahun pelajaran 2013/2014 terdiri dari tiga kelas dengan perincian pada Tabel 3.1. Tabel 3.1. Rincian Siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Andong Boyolali Tahun pelajaran 2013/2014 No Kelas Jumlah siswa 1 XI IPA XI IPA XI IPA-3 32 Jumlah 96 (Sumber: Administrasi kesiswaan SMA Negeri 1 Andong Boyolali Tahun pelajaran 2013/2014) Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA-1 sampai dengan XI IPA-3 karena mempunyai kesamaan dalam hal berikut: 1. Siswa-siswa tersebut berada dalam tingkat kelas yang sama, yaitu kelas XI IPA SMA; 2. Siswa siswa tersebut berada dalam semester yang sama yaitu semester 2; 3. Siswa dalam pelaksanaan pengajarannya diajar dengan kurikulum, media, dan jumlah jam pelajaran yang sama. 27

39 Sampel Penelitian Sampel adalah sebagian yang diambil dari populasi (Sudjana, 2005: 6). Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini purposive sampling, yaitu mengambil 2 kelas berdasarkan pertimbangan ahli, yaitu guru yang mengajar di SMA. Pertimbangan yang dimaksudkan yaitu memilih kelas yang diajar guru yang sama dan memiliki nilai rata-rata ulangan akhir semester gasal yang hampir sama. Sampel dalam penelitian ini yaitu kelas XI IPA 1 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IPA 2 sebagai kelas kontrol Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini ialah sebagai berikut: 1. Variabel Bebas Variabel bebas dalam penelitian ini ialah pembelajaran menggunakan model Treffinger berbantuan LKS pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol. 2. Variabel Terikat Variabel terikat dalam penelitian ini ialah hasil belajar kimia yang dilihat dari ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik kelas XI IPA semester 2 pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. 3. Variabel Kontrol Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah kurikulum, materi pelajaran, dan jumlah jam pelajaran yang sama.

40 Metode Pengumpulan Data Data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut: Metode Dokumentasi Metode dokumentasi yaitu metode mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, agenda, dan sebagainya (Arikunto, 2006: 231). Metode dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data mengenai nama-nama siswa anggota sampel dan data nilai ulangan semester 1 bidang kimia yang diambil dari daftar nilai SMA N 1 Andong Boyolali. Data nilai ini digunakan untuk analisis tahap awal Metode Tes Metode tes merupakan metode yang digunakan untuk mengukur kemampuan dasar dan pencapaian atau prestasi (Arikunto, 2006:223). Pada penelitian ini mengetahui pencapaian hasil belajar kognitif siswa. Bentuk tes yang digunakan adalah soal pilihan ganda untuk mengukur hasil belajar kognitif siswa Metode Observasi Observasi adalah kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh indera (Arikunto, 2006: 199). Metode observasi digunakan untuk menilai hasil belajar ranah afektif dan psikomotorik pada proses diskusi dengan Treffinger Berbantuan Lembar Kerja Siswa. Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi, yaitu lembar observasi yang berisi indikatorindikator yang dijadikan acuan untuk mengamati kemampuan siswa dari ranah afektif dan psikomotorik selama proses pembelajaran berlangsung.

41 Metode Angket Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang diketahui (Arikunto, 2006: 194). Angket diberikan kepada siswa yang berasal dari kelas eksperimen diakhir pembelajaran, bertujuan untuk mengetahui pendapat siswa tentang pembelajaran dengan model pembelajaran Treffinger Berbantuan Lembar Kerja Siswa. Hasil angket dianalisis secara deduktif dengan membuat tabel frekuensi jawaban siswa kemudian ditarik kesimpulan. 3.3 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dan yang dibandingkan adalah nilai hasil belajar dari dua kelas yang diberi perlakuan berbeda. Penelitian ini menggunakan desain posttest only control design yaitu desain penelitian dengan hanya melihat nilai posttest antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Desain penelitian secara singkat dijelaskan pada Tabel 3.2. Keterangan: Tabel 3.2. Desain Penelitian Kelas Perlakuan Keadaan Akhir Eksperimen X T 1 Kontrol Y T 2 X : Pembelajaran kimia menggunakan metode pembelajaran Treffinger berbantuan LKS Y T 1 : Pembelajaran kimia menggunakan pembelajaran konvensional : Hasil belajar kelas eksperimen

42 31 T 2 : Hasil belajar kelas kontrol 3.4 Instrumen Instrumen penelitian adalah fasilitas yang digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data yang diharapkan agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cepat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Arikunto, 2006: 160). Instrumen (alat yang dibuat peneliti untuk memperoleh data) dalam penelitian ini adalah: silabus, RPP, LKS, lembar pengamatan aspek afektif, lembar pengamatan aspek psikomotorik, tes hasil belajar kognitif Silabus Silabus yang digunakan dalam penelitian ini merupakan silabus KTSP Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) digunakan sebagai panduan bagi guru untuk melakukan kegiatan belajar mengajar di kelas Lembar kerja Siswa Lembar kerja siswa (LKS) digunakan untuk memudahkan dan melatih kemampuan siswa dalam mengkonstruk konsep yang berkaitan dengan materi dan menyelesaikan soal kelarutan dan hasil kali kelarutan. Lembar kerja siswa digunakan dalam kegiatan pembelajaran pada setiap pertemuan yang diberikan kepada siswa Lembar Pengamatan Aspek Afektif Lembar pengamatan aspek afektif digunakan untuk mengukur dan menilai tingkat apresiasi siswa terhadap pembelajaran yang dilaksanakan. Pengamatan

43 32 aspek afektif ini dilakukan oleh observer. Penelitian ini ditetapkan rentang skor lembar pengamatan aspek afektif dari skor 1 (satu) sampai 4 (empat). Penyusunan kriteria penskoran mengacu pada skor aspek yang telah ditetapkan. Kriteria yang menggambarkan rendahnya nilai suatu aspek diberi skor terendah, yaitu 1. Sedangkan kriteria yang menggambarkan nilai aspek yang tinggi diberi skor tertinggi, yaitu Lembar Pengamatan Aspek Psikomotorik Lembar pengamatan aspek psikomotorik digunakan untuk mengukur dan menilai keterampilan siswa. Penilaian aspek psikomotorik dilakukan pada proses pembelajaran saat praktikum. Penelitian ini ditetapkan rentang skor lembar pengamatan aspek psikomotorik dari skor 1 (satu) sampai 5 (lima). Penyusunan kriteria penskoran mengacu pada skor aspek yang telah ditetapkan. Kriteria yang menggambarkan rendahnya nilai suatu aspek diberi skor terendah, yaitu 1. Sedangkan kriteria yang menggambarkan nilai aspek yang tinggi diberi skor tertinggi, yaitu Tes Hasil Belajar Kognitif Tes hasil belajar kognitif atau posttest digunakan untuk mengukur dan menilai penguasaan siswa pada materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan. Tes hasil belajar kognitif yang disusun pada penelitian ini berupa 30 soal pilihan ganda dengan waktu pengerjaan tes 45 menit. Langkah-langkah penyusunan soal uji coba tes hasil belajar kognitif adalah sebagai berikut: (1) Menentukan jumlah butir soal dan alokasi waktu yang disediakan. Jumlah butir soal yang diujicobakan 50 soal dengan alokasi waktu 90

44 33 menit (2) Menentukan tipe atau bentuk soal. Tipe soal yang digunakan berbentuk Tipe soal pilihan ganda dengan lima pilihan jawaban; (3) Menentukan tabel spesifikasi atau kisi-kisi soal; (4) Menyusun butir-butir soal; (5) Mengujicobakan soal; (6) Menganalisis hasil uji coba, dalam hal validitas dan reliabilitas perangkat tes yang digunakan Uji Alat Evaluasi Sebelum alat evaluasi digunakan, perlu dilakukan uji coba terlebih dahulu supaya dapat diketahui apakah alat evaluasi tersebut layak digunakan. Hasil test uji coba selanjutnya dihitung validitas dan reliabilitas. 3.5 Analisis Instrumen Penelitian Analisis Lembar Penilaian Kognitif Analisis lembar penilaian kognitif siswa digunakan untuk mengukur pengetahuan dan pencapaian kompetensi siswa terhadap materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. Lembar penilaian kognitif siswa dilakukan uji validitas, indeks kesukaran, daya beda dan reliabilitas soal Validitas Validitas adalah ukuran yang menunjukkan kevalidan suatu instrumen. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang dimaksud. Validitas soal-soal posttest dalam penelitian ini ada dua macam validitas soal yaitu validitas isi soal dan validitas butir soal.

45 34 1. Validitas isi soal Perangkat tes telah memenuhi validitas isi apabila telah disesuaikan dengan kurikulum yang sedang berlaku. Jadi peneliti menyusun kisi-kisi soal berdasarkan kurikulum, selanjutnya instrumen dikonsultasikan dengan guru pengampu dan dosen pembimbing. 2. Validitas Butir Soal Untuk menghitung validitas butir soal digunakan rumus korelasi point biseral yaitu sebagai berikut. Keterangan: R pbis = Koefisien korelasi point biserial M p p S t q = Skor rata-rata kelas yang menjawab benar butir yang bersangkutan = Proporsi peserta yang menjawab benar butir yang bersangkutan = Standar deviasi skor total = 1 p Klasifikasi validitas butir soal dijelaskan pada Tabel 3.3. Tabel 3.3. Klasifikasi Validitas Butir Soal Inteval Kriteria 0,8< r 1,0 Tinggi Sekali 0,6< r 0,8 Tinggi 0,4< r 0,6 Cukup 0,2< r 0,4 Rendah r< 0,00 Sangat Rendah (Arikunto, 2007: 78-79) Hasil perhitungan r pbis kemudian digunakan untuk mencari signifikasi (t hitung ) dengan rumus:

46 35 (Sudjana, 2005: 380) Kriteria : jika t hitung t (1-α ) dengan taraf signifikasi 5% dan n adalah jumlah siswa, maka butir soal adalah valid. Berdasarkan uji coba soal yang dilakukan terhadap 32 siswa kelas XII IPA 1 SMA N 1 Andong Boyolali diperoleh hasil analisis validitas soal yang diujicobakan. Perhitungan validitas keseluruhan terdapat 34 soal valid. Hasil analisis uji coba menunjukkan soal uji yang valid adalah soal nomor 1, 2, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 11, 12, 13, 15, 16, 18, 20, 21, 23, 24, 27, 28, 30, 31, 32, 35, 37, 39, 40, 44, 45, 46, 47, 48, 49, Daya Beda Butir Soal Analisis daya pembeda dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kamampuan soal dalam membedakan siswa termasuk pandai (kelas atas) dan siswa yang termasuk kelompok kurang pandai (kelompok bawah). Cara menentukan daya pembeda adalah sebagai berikut: 1. Seluruh peserta tes diurutkan mulai dari yang mendapat skor teratas sampai terbawah. 2. Seluruh siswa tes dibagi 2 yaitu kelompok atas dan kelompok bawah 3. Menghitung daya pembeda soal dengan rumus: Keterangan: D = Daya pembeda

47 36 BA = Banyaknya siswa kelompok atas yang menjawab benar BB = Banyaknya siswa kelompok bawah yang menjawab benar JA = Banyaknya siswa pada kelompok atas JB = Banyaknya siswa pada kelompok bawah Klasifikasi daya beda soal dijelaskan pada Tabel 3.4. Tabel 3.4. Klasifikasi Daya Beda Soal Inteval Kriteria 0,7< D 1,0 Baik Sekali 0,4< D 0,7 Baik 0,2< D 0,4 Cukup 0,0< D 0,2 Jelek D< 0,00 Sangat Jelek (Arikunto, 2007: 213) Hasil perhitungan daya pembeda soal dijelaskan pada Tabel 3.5. Tabel 3.5. Hasil Perhitungan Daya Pembeda Soal No. Kriteria Nomor soal 1 Baik Sekali 13, 30, 45 (3 soal) 2 Baik 8, 16, 24, 32, 37, 44, 47, 49 (8 soal) 3 Cukup 1, 2, 4, 5, 7, 9, 11, 12, 14, 15, 18, 20, 21, 23, 25, 27, 28, 33, 35, 39, 40, 43, 48, 50 (24 soal) 4 Jelek 3, 6, 19, 22, 31, 35, 38, 41, 46 (9 soal) 5 Sangat Jelek 10, 17, 26, 29, 36, 42 (6 soal) 4. Tingkat Kesukaran Butir Soal Ditinjau dari tingkat kesukaran, soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk memecahkannya, sedangkan soal yang terlalu sukar dapat menyebabkan siswa cepat putus asa. Jadi soal yang baik adalah soal yang memiliki tingkat kesukaran seimbang, artinya soal tersebut tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar.

48 37 Bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran (difficulty index). Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai 1,00 (Arikunto, 2006:207) Tingkat kesukaran soal dihitung dengan menggunakan rumus: Keterangan: P : Indeks kesukaran B : Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar JS : Jumlah seluruh pengikut tes Adapun Kriteria yang digunakan untuk menunjukkan indeks kesukaran soal ditunjukan pada Tabel 3.6. Tabel 3.6. Klasifikasi Daya Beda Soal Inteval Kriteria P = 1,00 Sangat Mudah 0,7< P< 0,1 Mudah 0,3< P 0,7 Sedang 0,0< P 0,3 Sukar P =0,00 Sangat Sukar (Arikunto, 2007:208) Hasil perhitungan tingkat kesukaran soal ditunjukan pada Tabel 3.7. Tabel 3.7. Hasil perhitungan tingkat kesukaran soal Kriteria Nomor Soal Sangat Mudah - Mudah 1, 2, 3, 4, 6, 12, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 29, 31, 34, 35, 36, 40, 46, 50 (21 soal) Sedang 5, 9, 11, 13, 14, 17, 18, 28, 30, 32, 33, 38, 39, 42, 44, 45, 47, 48, 49 ( 19 soal) Sukar 7, 8, 10, 15, 16, 19, 20, 37, 41, 43 (10 soal) Sangat Sukar -

49 38 5. Reliabilitas Soal Suatu hasil tes dikatakan mempunyai reliabilitas yang tinggi apabila memberikan hasil yang relatif tetap bila digunakan pada kesempatan lain. Reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan rumus KR-21 yang dinyatakan dengan rumus: Keterangan: R 11 Vt M K = reliabilitas tes secara keseluruhan =varians skor total =rata-rata skor total =jumlah butir soal Klasifikasi reliabilitas soal ditunjukan pada tabel 3.8. Tabel 3.8. Klasifikasi Reliabilitas Soal Inteval Kriteria 0,8 < r ,6 < r 11 0,8 0,4 < r ,2 < r 11 0,4 r 11 0,2 Sangat tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat rendah (Arikunto, 2007: 189) Hasil perhitungan diperoleh r 11 = 0,8137. Berdasarkan tabel klasifikasi reliabilitas, soal-soal tersebut mempunyai reliabilitas sangat tinggi Analisis Instrumen Lembar Angket Lembar angket tanggapan diuji validitas isi yang disesuaikan dengan kondisi siswa dan dikonsultasikan dan disetujui oleh ahli dosen pembimbing I.

50 39 setelah dilakukan validitas isi kemudian diuji reliabilitas dengan menggunakan rumus r 11. Reliabilitas untuk instrumen ini menggunakan rumus Alpha Cronbach yaitu: Varians: Keterangan : = reliabilitas instrumen = jumlah kuadrat skor butir = banyak butir pertanyaan = jumlah kuadrat skor total = jumlah varians skor butir = varians total = kuadrat jumlah skor butir = kuadrat jumlah skor total = banyaknya subjek Klasifikasi Reliabilitas Intrumen ditunjukan pada Tabel 3.9. Tabel 3.9. Klasifikasi Reliabilitas Intrumen Inteval Kriteria 0,8 < r Sangat tinggi

51 40 0,6 < r 11 0,8 0,4 < r ,2 < r 11 0,4 r 11 0,2 Tinggi Cukup Rendah Sangat rendah (Arikunto, 2007:196) Analisis Lembar Observasi Instrumen-instrumen lembar obesrvasi diuji validitas isi yang disesuaikan dengan materi pelajaran, kondisi siswa dan dikonsultasikan dan disetujui oleh ahli yaitu dosen penguji dan guru SMA. Setelah dilakukan validitas isi kemudian diuji reliabilitas dengan menggunakan rumus r 11. Untuk mencari reliabilitas lembar observasi, digunakan rumus Spearman Brown : Keterangan : = reliabilitas instrumen Vp = varian person Ve = varian error K = jumlah observer = jumlah varians beda butir Klasifikasi reliabilitas dapat dilihat pada Tabel Tabel Klasifikasi Reliabilitas Instrumen Observasi Inteval Kriteria 0,8 < r Sangat tinggi 0,6 < r 11 0,8 Tinggi 0,4 < r Cukup 0,2 < r 11 0,4 Rendah r 11 0,2 Sangat rendah

52 41 ( Arikunto, 2007: 196) 3.6 Metode Analisis Data Analisis data merupakan langkah paling penting dalam penelitian, karena dalam analisis data dapat ditarik kesimpulan berdasrakan hipotesis yang sudah diajukan Analisis data tahap awal Pengambilan sampel tidak dilakukan secara random, melainkan dengan teknik purposive sampling sehingga analisis populasi yang meliputi uji normalitas populasi dan homogenitas tidak diperlukan Analisis Data Tahap Akhir Setelah kedua kelompok mendapat perlakuan yang berbeda kemudian diadakan tes akhir (posttest) yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian Uji Normalitas Uji ini digunakan untuk mengetahui normal tidaknya data yang akan dianalisis. Uji statistik yang digunakan adalah uji chi-kuadrat dengan rumus: 2 k i 1 O E 2 i E i i Keterangan : χ 2 = chi-kuadrat O i = frekuensi pengamatan E i = frekuensi yang diharapkan K = banyaknya kelas interval I = 1,2,3,...,k

53 42 (Sudjana, 2005: 273). Kriteria pengujian hipotesis adalah sebagai berikut: Ho diterima jika (1 ) ( k 3) dengan taraf signifikan 5% dan derajat hitung kebebasan (k-3), yang berarti bahwa data tidak berbeda normal atau data berdistribusi normal, sehingga uji selanjutnya menggunakan statistik parametrik Ho diterima jika (1 ) ( k 3) dengan taraf signifikan 5% dan derajat hitung kekebasan (k-3), yang berarti bahwa data berbeda normal atau tidak berdistribusi normal sehingga uji selanjutnya menggunakan statistik non parametrik. ( Sudjana, 2005: 273) Uji Kesamaan Dua Varians Uji kesamaan dua varians bertujuan untuk mengetahui apakah kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai tingkat varians yang sama (homogen) atau tidak. Uji kesamaan dua varians bertujuan pula untuk menentukan rumus t- test yang digunakan dalam uji hipotesis akhir. Pasangan hipotesis yang akan diuji: H : A : Keterangan: = varians kelas eksperimen = varians kelas kontrol Ho diterima apabila F hitung F 1/2 (nb-1): (nk-1)

54 43 Rumus yang digunakan adalah: Kriteria pengujian adalah sebagai berikut: Kriteria pengujian; jika harga F hitung < F tabel, maka kedua kelompok mempunyai varians yang sama (homogen)(sudjana, 2002 : 250) Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Dua Pihak Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil belajar antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Pasangan hipotesis yang diajukan: H : A : : rata-rata hasil belajar kimia kelas eksperimen : rata-rata hasil belajar kimia kelas kontrol (Sugiyono, 2006: 118) Pengajuan hipotesis: 1) Jika varians kedua kelompok sama, maka rumus uji t yang digunakan: dengan, dk = n 1 + n 2-2 Keterangan: 1 = rata-rata nilai posttest kelompok eksperimen

55 44 2 = rata-rata nilai posttest kelompok kontrol n 1 = jumlah siswa kelompok eksperimen n 2 = jumlah siswa kelompok kontrol = varians data kelompok eksperimen = varians data kelompok kontrol = varians gabungan (Sudjana, 2005:239) Kriteria pengujian sebagai berikut: H diterima apabila t (1-1/2α)(n +n2-2) < t hitung < t (1-1/2α)(n +n2-2) (taraf signifikan 5%). Hal ini berarti tidak ada perbedaan hasil belajar kimia antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Untuk nilai selain itu tolak H. 2) Jika varians kedua kelompok berbeda ( ), maka rumus uji t yang digunakan adalah: Kriteria pengujian hipotesis adalah sebagai berikut: H diterima jika (Sudjana, 2005: 241) dengan

56 45 Keterangan: = rata-rata hasil belajar kimia kelompok eksperimen = rata-rata hasil belajar kimia kelompok kontrol n 1 n 2 S 1 = jumlah siswa kelompok eksperimen = jumlah siswa kelompok kontrol = simpangan baku kelompok eksperimen S 2 = simpangan baku kelompok kontrol S = simpangan baku gabungan Hal ini berarti rata-rata hasil belajar kimia kelompok eksperimen tidak lebih baik dari rata-rata hasil belajar kimia kelompok kontrol. Untuk nilai selain itu H ditolak Uji Hipotesis Uji hipotesis ini digunakan untuk membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan. Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji perbedaan rata-rata dua pihak dan uji perbedaan rata-rata satu pihak kiri. Data yang digunakan yaitu nilai hasil belajar kognitif (posttest) antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol Uji Perbedaan Rata-Rata Satu Pihak Kiri Uji satu pihak digunakan untuk membuktikan hipotesis yang menyatakan bahwa hasil belajar kimia kelas eksperimen lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol. Apabila hasil belajar kelas eksperimen lebih baik dibandingkan dengan

57 46 kontrol maka dapat pula disimpulkan bahwa model pembelajaran Treffinger memberikan pengaruh positif terhadap belajar siswa. Hipotesis yang diajukan : Ho : ( µ 1 < µ 2 ) berarti nilai rata rata posttest kelas eksperimen kurang dari nilai rata rata postest kelas kontrol. Ha : ( µ 1 µ 2 ) berarti nilai rata rata posttest kelas eksperimen lebih dari atau sama dengan nilai rata rata posttest kelas kontrol. (Soeprojo 2012:8) Uji t dipengaruhi oleh hasil uji kesamaan dua varians. Berdasarkan hasil uji kesamaan dua varians: 1. Apabila kedua kelompok mempunyai varians yang sama, maka rumus uji t yang digunakan yaitu : t x x s n n 1 2 ; 1 2 s 2 2 n 1 s n n n s 2 2 Keterangan: = nilai rata rata kelas kontrol = nilai rata rata kelas eksperimen = variansi data pada kelas kontrol = variansi data pada kelas eksperimen = variansi gabungan = banyak subyek pada kelas kontrol = banyak subyek pada kelas eksperimen

58 47 Derajat kebebasan (dk) untuk tabel distribusi t yaitu ) dengan peluang (1-α), α= 5%. Kriteria yang digunakan yaitu: a. Uji dua pihak, jika, maka Ha diterima. b. Uji satu pihak, jika, maka Ha diterima. 2. Jika diperoleh simpulan bahwa kedua varians tidak sama, maka rumus yang digunakan yaitu : = Kriteria yang digunakan terima hipotesis Ho jika : dengan :, dan, (Sudjana, 2002: ) Uji Ketuntasan Hasil Belajar Uji ketuntasan hasil belajar bertujuan untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar kimia pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Data yang digunakan dalam uji ini adalah nilai posttest kimia materi pokok Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan siswa kelas XI semester 2 SMA Negeri 1 Andong Boyolali tahun ajaran 2013/2014. Hipotesis yang diuji dalam analisis: H : µ 75

59 48 A : µ < 75 Rumus t yang digunakan: (Sudjana, 2005:227) Keterangan: µ 0 = rata-rata batas ketuntasan belajar s n = standar deviasi = banyaknya siswa = rata-rata nilai yang diperoleh Kriteria pengujian adalah H diterima jika t hitung t (1-α)(n-1). Untuk selain itu tolak H. Masing-masing kelompok eksperimen selain dihitung ketuntasan belajar individu juga dihitung ketuntasan belajar klasikal (keberhasilan kelas). Menurut Mulyasa (2004:99) keberhasilan kelas dapat dilihat dari sekurang-kurangnya 85% dari jumlah siswa yang ada di kelas tersebut telah mencapai ketuntasan individu. Rumus yang digunakan untuk mengetahui ketuntasan klasikal ialah sebagai berikut: Keterangan: n = jumlah seluruh siswa = jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar

60 Analisis Aspek Afektif dalam diskusi. Pada analisis hasil belajar aspek afektif digunakan analisis keterampilan Skor Terendah : 6 Skor Tertinggi : 30 Rentang Nilai : 6 30 Kriteria skor keterampilan dalam diskusi ditunjukan pada Tabel sangat baik. Tabel Kriteria skor keterampilan dalam diskusi Kriteria Skor Sangat Baik Baik Cukup Kurang 6 12 Pada aspek afektif, dikatakan efektif jika kriteria mencapai baik atau Analisis Aspek Psikomotor Pada analisis hasil belajar aspek psikomotor digunakan data hasil dari keterampilan praktikum. Skor Terendah : 7 Skor Tertinggi : 35 Rentang Nilai : 7 35 Kriteria skor keterampilan dalam praktikum ditunjukan pada Tabel Tabel Kriteria skor keterampilan dalam praktikum Kriteria Skor Sangat Baik Baik Cukup Kurang 8 15 Sangat Kurang 7

61 50 Pada aspek afektif, dikatakan efektif jika kriteria mencapai baik atau sangat baik Analisis Data Angket Pada analisis data hasil pengisian angket oleh siswa digunakan analisis deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran kimia materi kelarutan dan hasil kali kelarutan yang diungkapkan menggunakan angket. Tiap aspek dari pembelajaran kimia menggunakan pendekatan induktif deduktif dianalisis untuk mengetahui rata-rata nilai tiap indikator dalam kelas. Dalam menganalisis data yang berasal dari angket bergradasi atau berperingkat satu sampai dengan empat, peneliti menyimpulkan makna setiap alternatif ditunjukan pada Tabel 3.13 : Tabel Kategori Presentasi Angket Respon Siswa Skor Keterangan 4 Sangat setuju 3 Setuju 2 Tidak setuju 1 Sangat tidak setuju Skor Terendah : 8 Skor Tertinggi : 32 Rentang Nilai : 8 32 Kriteria skor Angket Respon Siswa ditunjukan pada tabel 3.14 Tabel Kriteria skor Angket Respon Siswa Kriteria Skor Sangat Baik Baik Cukup 9 18 Kurang 8

62 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Berdasarkan pengumpulan data dari hasil penelitian yang telah dilakukan di SMA N 1 Andong Boyolali diperoleh data sebagai berikut : Hasil Analisis Tahap Awal Pengambilan sampel tidak dilakukan secara random, melainkan dengan teknik purposive sampling sehingga analisis populasi yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas tidak dibutuhkan karena penentuan sampel ditentukan oleh pertimbangan guru sebagai ahli. Pertimbangan yang dimaksudkan yaitu memilih kelas yang diajar guru yang sama dan memiliki nilai rata-rata ulangan akhir semester gasal yang hampir sama. Kelas IPA 1 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IPA 2 sebagai kelas kontrol. Data nilai ulangan akhir semester ganjil kelas XI ditunjukan pada Tabel 4.1 Tabel 4.1 Data Nilai Uas Semester Ganjil No. Kelas N Rata-rata Sd Skor tertinggi Skor terendah 1 XI IPA ,27 7, XI IPA ,98 9, XI IPA ,28 8, Data Tahap Akhir Data yang digunakan untuk analisis tahap akhir adalah data nilai post test. Dari data posttest dapat digunakan untuk menjawab hipotesis yang diajukan. Hasil analisis postes kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan pada Tabel

63 52 Tabel 4.2 Nilai Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol No. Kelas N Rata-rata Sd Skor tertinggi Skor terendah 1 Eksperimen 32 80,72 6, Kontrol 32 71,17 9, Uji Normalitas Data posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan uji normalitas untuk mengetahui data berdistribusi normal. Hasil perhitungan uji normalitas disajikan pada Tabel 4.3 Tabel 4.3 Analisis uji normalitas kelas eksperimen dan kelas kontrol Kelas χ² hitung χ² tabel Kriteria XI IPA 1 7,45 7,81 Data berdistribusi normal XI IPA 2 2,25 7,81 Data berdistribusi normal Perhitungan uji normalitas data kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh χ 2 hitung pada kelas eksperimen = 7,45; kelas kontrol = 2,25 dengan kriteria α =5% dan dk = k-3 diperoleh χ 2 tabel = 7,81. Karena χ 2 hitung < χ 2 tabel maka dapat disimpulkan bahwa data kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal. sehingga uji selanjutnya menggunakan statistik parametrik. Perhitungan uji normalitas populasi terdapat pada Lampiran 4 halaman Uji Kesamaan Dua Varians Hasil analaisis uji kesamaan dua varians nilai posttest kelas ekaperimen dan kelas kontrol disajikan pada Tabel 4.4. Tabel 4.4 Hasil Analisis Dua Varians Nilai Posttest Kelas Varians (s 2 ) F hitung F tabel Kriteria Eksperimen 48,60 Varians tidak 1,82 2,05 Kontrol 88,21 berbeda Berdasarkan perhitungan diperoleh varians kelas eksperimen = 48,60 sedangkan varians kelas kontrol = 88,21. Nilai F (hitung) = 1,82 untuk α = 5%

64 53 dengan dk pembilang 31 dan dk penyebut 31 diperoleh F (0,95)(31,31) = 2,05. Dari perhitungan tersebut dapat diketahui F hitung < F tabel, yang berarti varians kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak berbeda. Perhitungan analisis terdapat pada Lampiran 5 halaman Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Dua Pihak Uji perbedaan dua rata-rata dua pihak digunakan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil belajar antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Hasil analisis uji perbedaan dua rata-rata dua pihak disajikan pada Tabel 4.5. Tabel 4.5 Uji perbedaan dua rata-rata dua pihak Kelas Rata-rata Varians dk t hitung t tabel Kriteria Eksperimen 80,72 48, ,62 1,67 Rata-rata berbeda Kontrol 71,17 88,21 Berdasarkan perhitungan uji perbedaan rata-rata antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol, diperoleh t hitung = 4,62, dengan α=5% dan dk= 62 diperoleh t (0,975)(62) = 1,67. Oleh karena t hitung > t tabel maka H 0 ditolak yang berarti nilai ratarata posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol berbeda. Perhitungan analisis uji kesamaan rata-rata posttest (uji dua pihak) terdapat pada Lampiran 6 halaman Uji Hipotesis Uji hipotesis ini digunakan untuk membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan. Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji perbedaan rata-rata satu pihak kiri. Data yang digunakan yaitu nilai hasil belajar kognitif (posttest) antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol.

65 Uji Perbedaan Rata-Rata Satu Pihak Kiri Uji perbedaan rata-rata pihak kiri digunakan untuk mengetahui apakah kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol. Apabila kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol maka dapat dikatakan model pembelajaran Treffinger berbantuan LKS efektif terhadap hasil belajar. Hasil analisis uji perbedaan rata-rata satu pihak (pihak kiri) ditunjukkan pada Tabel 4.6. Tabel 4.6 Hasil analisis uji perbedaan rata-rata satu pihak (pihak kiri) Kelas Rata-rata Varians dk t hitung t tabel Kriteria Eksperimen 80,72 48,60 Kontrol 71,17 88, ,62 1,67 Kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol Berdasarkan perhitungan uji perbedaan rata-rata antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol, diperoleh t hitung = 4,62, dengan α=5% dan dk= 62 diperoleh t (0,975)(62) = 1,67. Oleh karena t hitung > t tabel maka H 0 ditolak yang berarti nilai ratarata posttest kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol berbeda. Perhitungan analisis uji kesamaan rata-rata posttest (uji dua pihak) terdapat pada Lampiran 7 halaman Uji Ketuntasan Hasil Belajar Uji ketuntasan hasil belajar digunakan untuk mengetahui ketuntasan pencapaian kompetensi materi kelarutan dan hasil kali kelarutan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil Perhitungan uji ketuntasan hasil belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan pada Tabel 4.7. Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Uji Ketuntasan Belajar Kelas Rata-rata kelas t hitung t tabel Kriteria Eksperimen 80,72 4,49 2,04 Tuntas Kontrol 71,17 2,33 2,04 Tuntas

66 55 Uji ketuntasan belajar pada kelas ekperimen diperoleh t hitung sebesar 4,49 dan t tabel sebesar 2,04. Karena t hitung > t tabel maka kelas eksperimen telah mencapai ketuntasan belajar. Uji ketuntasan belajar pada kelas kontrol diperoleh t hitung sebesar -2,33 dan t tabel sebesar 2,04. Karena t hitung > t tabel maka kelas kontrol telah mencapai ketuntasan belajar. Perhitungan analisis ketuntasan belajar kelas eksperimen terdapat pada Lampiran 8 halaman 80 dan perhitungan ketuntasan belajar kelas kontrol terdapat pada Lampiran 9 halaman Persentase Ketuntasan Belajar Klasikal Hasil presentase ketuntasan belajar klasikal ditunjukkan pada Tabel 4.8. Tabel 4.8 Persentase Ketuntasan Belajar Klasikal Kelas Rata-rata Jumlah siswa yang tuntas Presentase (%) kriteria Eksperimen 80, ,5 Tuntas Kontrol 71, ,63 Belum tuntas Berdasarkan analisis tersebut, kelas eksperimen telah mencapai ketuntasan belajar klasikal sedangkan kelas kontrol belum mencapai ketuntasan klasikal. Perhitungan analisis persentase ketuntasan belajar klasikal kelas eksperimen terdapat pada Lampiran 8 halaman 80 dan perhitungan analisis presentase ketuntasan belajar klasikal kelas kontrol terdapat pada Lampiran 9 halaman Analisis Deskriptif Data Hasil Belajar Afektif Penilaian afektif dilakukan untuk mengetahui perbedaan aktifitas siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Terdapat 4 aspek pada ranah afektif yang digunakan untuk menilai aktifitas siswa. Tiap aspek dianalisis sacara diskriptif yang bertujuan untuk

67 56 mengetahui aspek mana yang dimiliki siswa untuk dibina dan dikembangkan. Nilai afektif kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.9. Tabel 4.9 Nilai Afektif Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol No Aspek Kelas Kategori Kelas Kategori Eksperimen Kontrol 1 Bertanya 3,22 Baik 2,66 Baik 2 Menyumbangkan 3,28 Sangat 3,06 Baik ide Baik 3 Menjadi pendengar 3,41 Sangat 3,16 Baik yang baik Baik 4 Bekerjasama 3,53 Sangat Baik 3,28 Sangat Baik 149. Keterangan: data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 23 halaman Hasil analisis menunjukkan bahwa pada kelas eksperimen terdapat 3 aspek mencapai kategori sangat baik, 1 aspek mencapai kategori nilai baik. Pada kelas kontrol terdapat 1 aspek mencapai kategori sangat baik, 3 aspek mencapai kategori baik Analisis Deskriptif Data Hasil Belajar Psikomotorik Ranah psikomotorik yang digunakan untuk menilai ada 6 aspek. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan selama pembelajaran dengan menggunakan instrumen berupa lembar obsevasi psikomotorik, diperoleh hasil analisis skor aspek psikomotorik pada tiap-tiap aspek. Nilai psikomotorik kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel Tabel 4.10 Hasil Nilai Psikomotorik No Aspek Kelas Kelas Kategori Eksperimen Kontrol Kategori 1 Persiapan alat dan bahan 5 Sangat baik 5 Sangat baik 2 Keterampilan menggunakan alat 3,59 Baik 3,53 baik

68 57 3 Kecakapan siswa dalam melakukan percobaan 4 Kerjasama dalam kelompok 5 Kebersihan ruang dan alat 6 Kemampuan membuat laporan praktikum 3,78 Baik 3,56 baik 4,09 Sangat 3,84 baik baik 3,97 Baik 3,53 baik 3,91 Baik 3,72 baik Keterangan: data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 26 halaman 154. Dari hasil analisis, dapat dilihat bahwa nilai psikomotorik pada kelas eksperimen terdapat 2 aspek mencapai nilai kategori sangat baik, sedangkan 4 aspek lain mencapai kategori baik. Pada kelas kontrol terdapat 1 aspek mencapai kategori sangat baik dan 5 aspek mencapai kategori baik Analisis Deskriptif Hasil Angket Tanggapan Siswa Hasil analisis tanggapan siswa diperoleh reliabilitas 0,97. Perhitungan lebih lengkap disajikan pada Lampiran 29 halaman 158. Hasil angket tanggapan siswa menyatakan bahwa sebagian besar siswa tertarik dengan pembelajaran kelarutan dan hasil kali kelarutan dengan menggunakan model pembelajaran Treffinger berbantuan LKS. Dilihat pada hasil angket tanggapan siswa, sebagian besar siswa mempunyai respon positif terhadap model pembelajaran Treffinger berbantuan LKS. Hal tersebut ditunjukkan dengan respon siswa dengan banyaknya siswa yang setuju dengan model pembelajaran Treffinger berbantuan LKS pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. Hasil Angket tanggapan siswa disajikan pada Tabel 4.11.

69 58 Tabel 4.11 Hasil Angket Tanggapan Siswa No. Pernyataan Jumlah Siswa Yang Merespon SS S TS STS 1. Saya lebih memahami materi kelarutan dan hasil kali kelarutan yang diajarkan menggunakan model pembelajaran Treffinger berbantuan LKS 2. Model pembelajaran Treffinger berbantuan LKS membuat saya lebih termotivasi untuk mempelajari kimia. 3. Saya sangat senang jika penggunaan model pembelajaran Treffinger berbantuan LKS ini juga dilaksanakan oleh guru-guru yang lain. 4. Setelah mengikuti pembelajaran ini saya dapat mengkaitkan materi kelarutan dan hasil kali kelarutan dalam kehidupan sehari-hari 5. Model pembelajaran Treffinger berbantuan LKS melatih kerja sama dalam kelompok. 6. Saya lebih suka mempelajari kimia dengan menggunakan media LKS 7. Setelah mengikuti pembelajaran ini saya lebih percaya diri dalam bertanya dan mengutarakan pendapat 8. Model pembelajaran Treffinger berbantuan LKS sangat sesuai jika diterapkan dalam pelajaran kimia. 9. Model pembelajaran Treffinger berbantuan LKS membuat proses belajar mengajar lebih aktif. 10. Model pembelajaran Treffinger berbantuan LKS membuat Saya lebih mudah memahami materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. Keterangan: SS : Sangat Setuju S : Setuju TS : Tidak Setuju STS: Sangat Tidak Setuju 4.2 Pembahasan Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 28 April sampai 8 Mei 2014 di SMA Negeri 1 Andong Boyolali. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui model pembelajaran Treffinger berbantuan lembar kerja siswa efektif terhadap

70 59 hasil belajar siswa kelas XI IPA pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan di SMA N 1 Andong Boyolali. Penelitian dimulai dengan mengadakan uji coba soal di kelas XII IPA 1 SMA N 1 Andong Boyolali. Jumlah soal yang diuji cobakan adalah 50 butir soal. Tipe soal pilihan ganda dengan lima pilihan jawaban dan 1 jawaban yang benar. Dari 50 soal yang telah diuji cobakan diambil 30 soal sebagai soal posttest. Pada penelitian ini pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling, yaitu mengambil 2 kelas berdasarkan pertimbangan ahli, yaitu guru yang mengajar di SMA. Pertimbangan yang dimaksudkan yaitu memilih kelas yang diajar guru yang sama dan memiliki nilai rata-rata ulangan akhir semester gasal yang hampir sama. Sampel dalam penelitian ini yaitu kelas XI IPA 1 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IPA 2 sebagai kelas kontrol. Pada pertemuan ke-1 sampai ke-4 dilaksanakan kegiatan pembelajaran di dalam kelas. Pada pertemuan ke-5 dilaksanakan kegiatan pembelajaran di laboratorium kimia. Pertemuan ke-6 diadakan post-test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Posttest bertujuan untuk mengukur keberhasilan siswa dalam mencapai kompetensi materi kelarutan dan hasil kali kelarutan setelah kedua kelas diberi perlakuan yang berbeda. Pada kelas eksperimen diterapkan model pembelajaran Treffinger berbantuan LKS sedangkan pada kelas kontrol diterapkan pembelajaran konvensional. Pada kelas eksperimen, setiap kali pertemuan guru memberikan animasi atau video tentang materi yang akan diajarkan di dalam kelas. Hal ini bertujuan untuk menumbuhkan rasa ingin tahu pada siswa. Setiap guru menyampaikan

71 60 materi selalu menggunakan media LKS, tujuannya adalah agar siswa lebih mudah memahami penjelasan dan dapat mengikuti model pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Setelah diberikan tayangan tersebut, siswa melakukan diskusi untuk menjawab soal-soal yang ada di dalam LKS yang telah diberikan kepada setiap siswa. Diskusi dilakukan secara kelompok dan setiap kelompok terdiri dari 4 siswa. Hal ini bertujuan untuk melatih bekerja sama, menerima pendapat orang lain dan melatih percaya diri siswa. Kemudian perwakilan dari kelompok diskusi menjelaskan jawaban dari soal-soal yang ada di LKS yang telah diperoleh di depan kelas, tujuannya untuk melatih rasa percaya diri dan menerima pendapat orang lain. Guru sebagai penengah diskusi memberikan jawaban dan alasan mengapa proses atau kejadian yang ada di dalam animasi atau video tersebut dapat terjadi. Diakhir pertemuan siswa diberikan soal-soal yang baru namun yang lebih kompleks di LKS agar siswa dapat menerapkan solusi yang telah ia peroleh. Guru dalam CPS bertugas untuk mengarahkan upaya pemecahan masalah secara kreatif. Guru juga bertugas untuk menyiapkan materi pelajaran atau topik diskusi yang dapat merangsang siswa untuk berfikir kreatif dalam memecahkan masalah (Huda, 2013 : 298). Kegiatan pembelajaran pada kelas kontrol diterapkan pembelajaran konvenional. Pada setiap kali pertemuan guru menjelaskan materi kelarutan dan hasil kali kelarutan dengan metode ceramah. Diakhir pertemuan siswa mengerjakan soal-soal yang diberikan oleh guru. Kemudian soal-soal tersebut dibahas bersama oleh guru dan siswa.

72 61 Setelah diberikan pembelajaran materi kelarutan dan hasil kali kelarutan pada kedua kelas dengan perlakuan yang berbeda, kedua kelas diberi soal posttest dengan soal yang sama. Hasil pembelajaran kedua kelas dibandingkan untuk mengetahui efektivitas pembelajaran Treffinger berbantuan lembar kerja siswa pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan dapat meningkatkan hasil belajar. Hasil posttest menunjukkan bahwa kelas eksperimen dan kelas kontrol mengalami perbedaan rata-rata. Hal tersebut dibuktikan dengan uji kesamaan rata-rata posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil uji kesamaan rata-rata dua pihak diperoleh t hitung sama dengan 4,62 dan t tabel sama dengan 1,67, t hitung lebih besar t tabel yang artinya terdapat perbedaan rata-rata nilai posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada uji rata-rata satu pihak diperoleh t hitung sama dengan 4,62 dan t tabel sama dengan 1,67, karena t hitung lebih besar t tabel maka dapat diartikan bahwa nilai rata-rata posttest kelas eksperimen lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol. Kemudian dilakukan uji ketuntasan hasil belajar untuk mengetahui keefektifan dan ketuntasan hasil belajar kimia pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Analisis uji ketuntasan hasil belajar didapatkan hasil pada kelas eksperimen diperoleh t hitung sebesar 4,49 dan t tabel sebesar 2,04. Karena t hitung lebih besar t tabel yang artinya kelas eksperimen telah mencapai ketuntasan hasil belajar. Sedangkan pada kelas kontrol diperoleh t hitung sebesar 2,33 dan t tabel sebesar 2,04 maka t hitung lebih besar t tabel yang artinya kelas kontrol telah mencapai ketuntasan hasil belajar. Berdasarkan uji ketuntasan belajar individu kedua kelas telah mencapai kriteria tuntas.

73 62 Uji ketuntasan klasikal dilakukan untuk mengetahui efektivitas pembelajaran Treffinger berbantuan LKS. Hasil uji ketuntasan klasikal pada kelas eksperimen mencapai 87,5% atau 28 dari 32 siswa telah mencapai KKM. sedangkan pada kelas kontrol mencapai 40,63% atau 13 dari 32 siswa telah mencapai KKM. Berdasarkan hasil analisis ketuntasan klasikal kelas eksperimen memperoleh hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Hal tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran Treffinger berbantuan LKS efektif terhadap hasil belajar pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Retnowati dan Murtiyasa (2013) yang menyatakan bahwa penggunaan model Treffinger dapat meningkatkan pemahaman konsep hasil belajar siswa. Ada beberapa faktor yang menyebabkan hasil pembelajaran Treffinger berbantuan LKS lebih baik dibandingkan pembelajaran konvensional. Pada pembelajaran Treffinger berbantuan LKS: (1) siswa lebih terlibat aktif dalam pembelajaran (2) siswa dituntut untuk mengembangkan kreativitasnya untuk menyelesaikan suatu masalah atau soal yang dihadapi (3) siswa dapat bekerjasama dan saling bertukar pengetahuan untuk menyelesaikan soal (4) pembelajaran memberikan fenomena yang menarik untuk siswa. Penilaian siswa tidak hanya pada aspek kognitif saja tetapi aspek afektif dan aspek psikomotorik juga dihitung dalam penelitian ini. Pencapaian tujuan domain afektif akan menjadikan seseorang menjadi berakhlak mulia, dan pencapaian tujuan psikomotorik akan menjadikan seseorang menjadi terampil (Qomari, 2008: 2).

74 63 Penilaian afektif dalam penitian ini terdapat 4 aspek. Penilaian aspek afektif siswa pada kelas eksperimen terdapat terdapat 3 aspek mencapai kategori sangat baik, 1 aspek mencapai kategori nilai baik. Penilaian aspek afektif siswa pada kelas kontrol terdapat 1 aspek mencapai kategori sangat baik, 3 aspek mencapai kategori baik. Aspek kemampuan siswa dalam bertanya pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sama-sama mencapai kategori baik. Hal tersebut terjadi karena siswa sama-sama memiliki rasa ingin tahu dan tertarik pada pembelajaran yang diajarkan. Hal tersebut karena pada kelas eksperimen dan kelas kontrol samasama memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Aspek menyampaikan ide pada kelas eksperimen mencapai kategori sangat baik dan kelas kontrol mencapai kategori baik. Perbedaan ini karena pada kelas eksperimen dibentuk kerjasama kelompok untuk memecahkan masalah sehingga ide dari tiap anggota kelompok dapat diutarakan. Aspek mendengarkan pada kelas eksperimen mencapai kategori sangat baik dan kelas kontrol mencapai kategori baik. Hal ini karena pada kelas eksperimen lebih antusias pada pembelajaran yang diterapkan. Aspek bekerja sama pada kelas eksperimen dan kelas kontrol mencapai kategori baik. Adanya kesamaan penilaian aspek afektif dimungkinkan terjadi karena dipengaruhi oleh faktor sikap dan kebiasaan siswa dalam pembelajaran sebelumnya. Model pembelajaran Treffinger dapat meningkatkan aktifitas dan berpikir kreatif siswa serta berpikir kritis dalam proses pembelajarannya (Hariawan et al, 2013) Penilaian aspek psikomorik pada penelitian ini terdapat 6 aspek. Hasil analisis penilaian psikomotorik siswa pada kelas eksperimen 2 aspek mencapai

75 64 kateori sangat baik dan 4 aspek mencapai kategori baik. Dua aspek penilaian psikomotorik yang mencapai kategori sangat baik adalah persiapan siswa dalam melaksanakan praktikum dan kemampuan siswa dalam bekerjasama dengan kelompok. Empat aspek penilaian psikomotorik siswa kelas eksperimen yang mencapai kategori baik adalah keterampilan menggunakan alat, kecakapan siswa dalam melakukan percobaan, kebersihan ruang dan alat, dan kemampuan membuat laporan praktikum. Pada pada kelas kontrol 1 aspek mencapai kategori sangat baik dan 5 aspek mencapai kategori baik. Penilaian psikomotorik pada kelas kontrol yang mencapai kategori sangat baik adalah persiapan siswa dalam melaksanakan praktikum. Aspek penilaian psikomotorik yang mencapai kategori baik adalah keterampilan menggunakan alat, kecakapan siswa dalam melakukan percobaan, kerjasama dalam kelompok, kebersihan ruang dan alat, dan kemampuan membuat laporan praktikum. Hasil analisis menunjukkan bahwa pada aspek persiapan siswa melaksanakan kegiatan praktikum pada kelas eksperimen dan kelas kontrol mencapai kategori yang sama yaitu sangat baik, hal tersebut terjadi karena sebelum praktikum dilaksanakan guru memberi informasi perlengkapan yang harus dibutuhkan pada saat melaksanakan praktikum. Aspek keterampilan menggunakan alat pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sama-sama memiliki kategori baik. Hal tersebut dikarenakan pada kedua kelas sama-sama jarang melakukan praktikum. Aspek kecakapan siswa dalam melakukan percobaan juga sama-sama memiliki kategori baik karena sebelum melakukan praktikum, siswa telah diberikan penjelasan tentang praktikum yang dilakukan. Aspek kemampuan

76 65 siswa dalam bekerjasama dengan kelompok pada kelas ekperimen mencapai kategori sangat baik sedangkan pada kelas kontrol mancapai kategori baik. Hal tersebut dimungkinkan dapat terjadi karena pada kelas ekperimen selalu diadakan kerja kelompok untuk mengerjakan soal atau diskusi kelompok. Aspek kebersihan dan kerapian tempat serta alat percobaan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol mencapai kategori baik. Hal tersebut terjadi karena siswa sudah terbiasa menjaga kebersihan kelas dan merapikan benda yang ada dimeja setelah selesai pembelajaran. Aspek kemampuan membuat laporan praktikum pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sama-sama memiliki kategori baik. Analisis angket tanggapan siswa menyatakan sebagian besar siswa setuju dengan pembelajaran Treffinger berbantuan LKS, yang artinya model pembelajaran Treffinger berbantuan LKS mendapat respon positif (setuju) bagi siswa. Tanggapan siswa tersebut menunjukan bahwa model pembelajaran Treffinger berbantuan LKS membantu siswa menjadi lebih aktif dan kreatif dalam memecahkan suatu persoalan materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. Model pembelajaran Treffinger berbantuan LKS juga membatu untuk bekarja sama dalam kelompok. Hal tersebut ditunjukan dari 13 siswa sangat setuju model pembelajaran Treffinger berbantuan LKS melatih kerja sama dalam kelompok. Hasil analisis angket selengkapnya dimuat dalam Gambar 4.1.

77 66 Gambar 4.1 Analisis Angket Tanggapan Siswa Model pembelajaran Treffinger berbantuan LKS siswa tidak hanya pasif dalam pembelajaran, tetapi siswa dituntut untuk lebih aktif dalam menganalisis dan memecahkan masalah. Dalam hal ini siswa diminta untuk lebih kreatif dan dapat mengembangkan sumber informasi yang diperoleh. Dari informasi tersebut siswa dapat menerapkannya pada persoalan yang lebih kompleks. Pelaksanaan penelitian ini, peneliti mengalami hambatan-hambatan, diantaranya: 1) Pada awal pembelajaran siswa merasa bingung dalam kurang aktif untuk bertanya atau berpendapat. 2) Terbatasnya waktu pembelajaran. Waktu penelitian yang direncanakan adalah 10 jam pelajaran. 8 jam pelajaran untuk proses belajar mengajar dan 2 jam untuk posttest. Pada kelas kontrol dapat selesai sesuai jadwal sedangkan pada kelas eksperimen kurang satu pertemuan, karena pada tanggal 1 Mei bertepatan dengan libur nasional.

78 67 3) Terbatasnya alat dan bahan untuk melakukan praktikum sehingga hasil praktikum tidak bisa maksimal. Cara yang dilakukan peneliti untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut adalah sebagai berikut: 1) Untuk mengatasi hambatan pertama, usaha yang dilakukan peneliti adalah memotivasi siswa agar lebih aktif berpartisipasi dalm pembelajaran, karena dengan aktif menyampaikan gagasan, pendapat, pertanyaan, atau sanggahan maka dapat memperbanyak ide-ide mereka 2) Untuk mengatasi hambatan kedua peneliti meminta jam pelajaran bahasa Indonesia sehingga jam pertemuan yang direncakan dapat terpenuhi 3) Untuk mengatasi hambatan ketiga peneliti mencari alat dan bahan dari luar agar proses praktikum dapat berjalan lancar.

79 BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa Model pembelajan Treffinger berbantuan lembar kerja siswa efektif terhadap hasil belajar siswa kelas XI IPA pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. Hasil belajar kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan siswa kelas XI IPA setelah dilakukan pembelajaran menggunakan model pembelajan Treffinger berbantuan lembar kerja siswa. 5.2 Saran Saran yang dapat diberikan berdasarkan penelitian ini yaitu: (1) Guru kimia hendaknya dapat memotivasi siswa agar lebih aktif dalam menyampaikan gagasan, pendapat, pertanyaan, atau sanggahan. (2) Perlu perencanaan yang matang dalam melaksanakan penelitian, agar waktu penelitian tepat dan sesuai jadwal yang ditentukan (3) Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti hendaknya melakukan observasi laboratoriun untuk mengecek alat dan bahan yang akan dilaksanakan dalam penelitian. 68

80 DAFTAR PUSTAKA Anni, Chatarina Tri Psikologi Belajar. Semarang: UNNES. Arikunto, Suharsimi Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Bachman, Edmund Metode Belajar Berpikir Kritis dan Inofatif. Jakarta: Prestasi Pustaka. Dimyati & Mudjiono Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Ekawati Model Pembelajaran Treffinger. com/2013/03/blog-post.html (diakses pada tanggal 10 Februari 2014) Hariawan, Kamaludin & Wahyono, U Pengaruh model pembelajaran creative problem solving terhadap kemampuan memecahkan masalah fisika pada siswa kelas XI SMA negeri 4 Palu. Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako. 1(2): Huda, Miftahul Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Mayasari, F Pendesainan LKS Matematika Interaktif Model E-Learning Berbasis Web Di Kelas X SMA Negeri 3 Palembang. Skripsi: FKIP Universitas Sriwijaya. Mulyasa, E Rosdakarya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja Myrmel, M. K Effect Of Using Creative Problem Solving In Eighth Grade Technology Education Class At Hopkins North Junior High School. A Research Paper, The Graduate School, University of Wisconsin-Stout, August /2003myrmelm.pdf (diakses pada tanggal 6 Pebruari 2014) Nisa, Titin Faridatun Pembelajaran Matematika Dengan Setting Model Treffinger Untuk Mengembangkan Kreatifitas Siswa. (diakses pada tanggal 6 Februari 2014) Nuray, Y, Inci M, & Nilgun S The Effects Of Science, Technology, Society, Environment (STSE) Interactions On Teaching Chemistry. Natural Science 2(12) : (diakses pada tanggal 20 Februari 2014) 69

81 70 Ozmen, H. & Yildirim, N Effect Of Work Seets On Student s Success: Acids And Bases Sample. Journal Of Turkish Science Education. Pratiwi, Wahyu Tria Pengaruh Penerapan Creative Problem Solving (CPS) Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Fisika Kelas XI IPA MAN 3 Malang. (diakses pada tanggal 6 Februari 2014) Qomari, Rohmad Pengembangan Instrumen Evaluasi Domain Afektif. Jurnal Pemikiran Alternatif Pendidikan. Vol 13(1): Retnowati, D. & Murtiyasa, B Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Disposisi Matematis Menggunakan Model Pembelajaran Treffinger. Seminar Nasional Pendidikan Matematika. Surakarta: 15 Mei 2013 Rifa i, Achmad & Anni, Chatarina Tri Psikologi Pendidikan. Semarang: UPT UNNES Press. Rusmono Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learning Itu Perlu. Bogor: Ghalia Indonesia Saroyah Efektivitas Pembelajaran Kimia Melalui Pendekatan Science Technology Literacy (STL) Materi Pokok Larutan Penyangga dan Hidrolisis di SMA Negeri 1 Bojong. Skripsi: Universitas Negeri Semarang Slameto Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta Soeprodjo Hand Out Statistik untuk Pendidikan Kimia. Semarang: FMIPA UNNES Sulistyowati, Nastiti Efektivitas Model Pembelajaran Guided Discovery Learning Berbantuan Smart-Worksheet Ditinjau Dari Hasil Belajar dan Kemampuanpemecahan Masalah Kimia. Skripsi: Universitas Negeri Semarang Sudarmo, Unggul Kimia Untuk SMA Kelas XI.Surakarta: Phibeta

82 71 Sudiran Penerapan Model Pembelajaran Creative Problem Solving Terhadap Kemampuan Siswa Menyelesaikan Masalah Fisika. Jurnal Penelitian Inovasi Pembelajaran Fisika Sudjana Metoda Statistika. Bandung: Tarsito Sugiyono Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Treffinger, D. J A Preliminary Model of Creative Learning. In Gifted Child Ouarterly 24f :

83 72 Lampiran 1 DAFTAR NAMA SISWA KELAS XI IPA SMA N 1ANDONG BOYOLALI TAHUN 2013/2014 No Kelas XI IPA-1 Kelas XI IPA -2 Kelas XI IPA -3 1 Anisa Puji Astuti Alpina Dewi Andi Triyanto 2 Astrini Wulandari Anastariva Ambar Vianingsih 3 Atrik Pujiastuti Aris Stiawan Arum Nur Sidik Choirul Nita Wahyuningsih 4 Ayu Permatasary Busro Nur Iman Duwi Putri Utami 5 Dewi Safitri Chairul Huda Eka Wahyu Azisyah 6 Dinar Kalih Pangestu Dwi Rahayu Eko Puji Lestariyanto 7 Ega Dwi Nur Septianti Eko Suadi Fitri Utami 8 Enggar Yuhana Farida Rahmawati Indri Astuti 9 Erika Wahyu Nurani Fiqih Adham Prastiwi Meida Dwi Agiyati 10 Fatikhah Sri Hastuti Fitri Wulandari Mira Febi Kusuma Putri 11 Jeshica Sekar Purnama Frisky Umi Karisma Putri Nifadah Farantika Ningrum 12 Lia Rahmawati Heni Diah Lestari Nur Aini Fijanah 13 Maya Murivani Ika Kurnia Noviantika Panji Wicaksono Putro 14 Miftahul Khoiriyah Ika Septiana Prayoga Yusuf Mahendra 15 Muhammad Amien Prabowo Ilham Meilana Putra Rica Rahmawati 16 Muhammad Damar Satria Jehan Nafa Asmuningtyas Rini Dwi Astuti 17 Muhammad Faizal Miyardi Kiki Ayuning Utami Rini Wijayanti 18 Nana Wahyu Astuti Lina Rahmatia Riska Pramudani 19 Niken Andre Faslah Luluk Khumairoh Salma Astri Cahyani 20 Nisrina Rakhimawati M. Joko Suroso Sinta Handikasari 21 Nur Asiah Masturoh Rohmah Siti Barokah 22 Pranar Maya Eka Pradina Melinda Ekawati Sri Susanti 23 Ridho Permata Surya Nita Andriyanti Sri Wahyuni 24 Sety Rahayu Nur Anisa Fitri Suci Cahyaning Tyas 25 Siti Ibtidaiyatul Hasanah Ramadanti Aulia Teguh Maulana 26 Siti Maryani Riki Nofiyanti Tri Ragil Sayekti 27 Siti Nurjannah Shafira Kaesa Siska Hapsari 28 Tri Rahayu Siti Nur Fatimah Uswatun Khasanah Valentya Fitri Choirunnisa 29 Tri Wahyani Sri Widati Wahyu Oktavia 30 Umi Sholihah Susanti Yeni Ernawati 31 Wisnu Hakim Wahyu Rofiqurrutaf Yulindawati 32 Yuniar Ima Rosyianti Yulia Rohmah Wulaningsih Zaki Taufiqurrohman

84 73 Lampiran 2 NILAI ULANGAN AKHIR SEMESTER GASAL KELAS XI IPA-1 SAMPAI XI IPA-3 TAHUN 2013/2014 KELAS NO XI IPA-1 XI IPA-2 XI IPA Jumlah Siswa Jumlah Nilai rata-rata 65,27 73,98 55,28 Nilai Max Nilai Min sd ,77 8,12

85 74 Lampiran 3 Daftar Nilai Posttest Kelas XI SMA N 1 Andong Tahun Pelajaran 2013/2014 Kelas No XI A1 XI A Jumlah x 80,72 71,17 s 2 48,60 88,21 s 6,97 9,39 n 32 32

86 75 Lampiran 4 Uji Normalitas Data Posttest Kelas XI A1 SMA N 1 Andong Tahun Pelajaran 2013/2014 Hipotesis Ho : Ha : Data berdistribusi normal Data tidak berdistribusi normal Pengujian Hipotesis: Rumus yang digunakan: k 2 O E 2 i 1 Kriteria yang digunakan Ho diterima jika c 2 < c 2 tabel Pengujian Hipotesis i E i i Nilai maksimal = 93 Panjang Kelas = 5,0 Nilai minimal = 63 Rata-rata ( x ) = Rentang = 30 s = Banyak kelas = 6 n = 32 80,72 6,97 Kelas Interval ,50-2,61 0,4955 0,0353 1, , ,50-1, Batas Kelas Z untuk batas kls ,50-0,03 Peluang untuk Z ,50 0,83 0, ,50 1,69 0,4545 0, ,50 2,55 0,4946 Untuk a = 5%, dengan dk = 6-3 = 3 diperoleh c² tabel = Luas Kls. Untuk Z 0,4602 0,1464 c² Ei Oi (Oi-Ei)² Ei 4, , ,50-0,89 0,3138 0,3013 9, ,5767 Daerah penerimaan Ho 0,0125 0,3091 9, ,5299 0,1579 5, ,0801 7,81 1, ,0630 = 7,4552 7,46 7,81 Karena c² berada pada daerah penerimaan Ho, maka data tersebut berdistribusi normal

87 76 Hipotesis Ho : Data berdistribusi normal Ha : Data tidak berdistribusi normal Pengujian Hipotesis: Rumus yang digunakan: 2 k i 1 O E i Kriteria yang digunakan Ho diterima jika c 2 < c 2 tabel UJI NORMALITAS DATA NILAI Posttest KELAS XI A2 E i i 2 Pengujian Hipotesis Nilai maksimal = 90 Panjang Kelas = 5,55 Nilai minimal = 57 Rata-rata ( x ) = 71,17 Rentang = 33 s = 9,39 Banyak kelas = 6 n = 32 Kelas Interval Batas Z untuk Peluang Luas Kls. (Oi-Ei)² Ei Oi Kelas batas kls. untuk Z Untuk Z Ei 56,70 62,70 68,70 74,70 80,70 86, ,70 67,70 73,70 79,70 85,70 91,70 56,20 62,20 68,20 74,20 80,20 86,20-1,59-0,95-0,32 0,32 0,96 1,60 0,4445 0,3301 0,1239 0,1267 0,3320 0,4453 0,1144 0,2062 0,2506 0,2053 0,1133 0,0422 3,6595 6,599 8,0190 6,569 3,6265 1, ,4970 1,0233 0,0000 0,0492 0,5202 0, ,20 2,24 0,4874 c² = 3,4040 Untuk a = 5%, dengan dk = 6-3 = 3 diperoleh c² tabel = 7,81 Daerah penerimaan Ho 3,404 7,81 Karena c² berada pada daerah penerimaan Ho, maka data tersebut berdistribusi normal

88 77 Lampiran 5 Uji Kesamaan Dua Varians Data Hasil Belajar (Nilai Post Test) Kelompok Eksperimen dan Kontrol Hipotesis Ho: = Ha : S 1 2 S 1 2 S 2 2 S 2 2 Uji Hipotesis Untuk menguji hipotesis digunakan rumus: F = varian terbesar varian terkecil Ho diterima apabila F < F 1/2a (nb-1):(nk-1) Dari data diperoleh: Sumber variasi Kelas XI IPA 1 Kelas XI IPA 2 Jumlah n x 80,72 71,17 Varians (s 2 ) 48,60 88,21 Standart deviasi (s) 6,97 9,39 Berdasarkan rumus di atas diperoleh: F = 88,21 48,60 = 1,815 Pada a = 5% dengan: dk pembilang = nb - 1 = 32-1 = 31 dk penyebut = nk -1 = 32-1 = 31 F (0.025)(31:31) = 2,05 Daerah penerimaan Ho 1,815 2,05 Karena F berada pada daerah penerimaan Ho, maka dapat disimpulkan bahwa kedua kelas mempunyai varians yang sama.

89 78 Lampiran 6 Uji Perbedaan Rata-Rata Hasil Belajar (Nilai Post Test) Kelompok Eksperimen dan Kontrol Hipotesis Ho: X 1 = X 2 Ha : X 1 X 2 Uji Hipotesis Untuk menguji hipotesis digunakan rumus: t Dimana, s s x 1 1 n x n 2 2 n 1 s n 1 1 n 1 1 n 2 Ho diterima apabila t < t (1-a)(n1+n2-2) Dari data diperoleh: 2 2 s 2 2 Sumber variasi Kelas XI IPA 1 Kelas XI IPA 2 Jumlah n x 80,72 71,17 Varians (s 2 ) 48,60 88,21 Standart deviasi (s) 6,97 9,39 Berdasarkan rumus di atas diperoleh: s = , ,21 = 8,27 80,72 71,17 t = = 4,620 8, Pada a = 5% dengan dk = = 62 diperoleh t (0.95)(62) =1,670 Daerah penolakan Ho Daerah penerimaan H Daerah penolakan Ho -1,67 1,670 4,620 Karena t berada pada daerah penolakan Ho, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata posttest kelas XI IPA 1 (kelas eksperimen) dan kelas XI IPA 2 (kelas

90 79 Lampiran 7 Uji Perbedaan Rata-Rata Hasil Belajar (Nilai Post Test) Kelompok Eksperimen dan Kontrol Hipotesis Ho: X 1 = X 2 Ha : X 1 X 2 Uji Hipotesis Untuk menguji hipotesis digunakan rumus: t s x 1 1 n x n 2 Dimana, s 2 n 1 s n 1 1 n 1 1 n s 2 2 Ho diterima apabila t < t (1-a)(n1+n2-2) Dari data diperoleh: Sumber variasi Kelas XI IPA 1 Kelas XI IPA 2 Jumlah n x 80,72 71,17 Varians (s 2 ) 48,60 88,21 Standart deviasi (s) 6,97 9,39 Berdasarkan rumus di atas diperoleh: s = , , = 8,27 80,72 71,17 t = = 4,620 8, Pada a = 5% dengan dk = = 62 diperoleh t (0.95)(62) = 1,670 Daerah penerimaan Ho 1,670 4,620 Karena t berada pada daerah penolakan Ho, maka dapat disimpulkan bahwa kelas XI IPA 1 (kelas eksperimen) lebih baik daripada kelas XI IPA 2 (kelas kontrol)

91 80 Lampiran 8 Uji Ketuntasan Belajar Kelompok Eksperimen Hipotesis Ho : μ < μ o (Belum tuntas) Ha : μ μo (Sudah tuntas) Pengujian Hipotesis: Rumus yang digunakan: x S 0 t n Kriteria yang digunakan Tolak Ho jika t > t (1-α)(n-1) Dari data diperoleh: Sumber Variasi Jumlah n x Varians (s 2 ) Standar Deviasi (s) Nilai ,34 45,14 6,72 t = 80, ,72 32 = 4,499 Untuk α = 5% dengan dk = 32 diperoleh t (1-α)(n-1) = 2,040 Daerah penolakan Ho Daerah penerimaan H Daerah penolakan Ho -2,04 2,04 4,499 Karena t berada daerah penolakan Ho, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belaja kelompok eksperimen setelah perlakuan lebih besar sama dengan 75 atau sudah mencapai ketuntasan hasil belajar Persentase Ketuntasan Belajar Klasikal Kelompok Eksperimen Tuntas jika % Tidak tuntas jika % < 85% 85% % Jumlah siswa dengan nilai > 75 = X 100% Jumlah siswa = X 100% = 87,5 % Karena persentase ketuntasan belajar lebih dari 85% maka kelas eksperimen sudah mencapai ketuntasan belajar klasikal

92 81 Lampiran 9 Uji Ketuntasan Belajar Kelompok Kontrol Hipotesis Ho : μ < μ o (Belum tuntas) Ha : μ μo (Sudah tuntas) Pengujian Hipotesis: Rumus yang digunakan: x S 0 t n Kriteria yang digunakan tolak Ho jika t < - t (1-α)(n-1) Dari data diperoleh: Sumber Variasi Jumlah n x Varians (s 2 ) Standar Deviasi (s) Nilai ,63 112,78 10,62 t = 70, ,62 = 32-2,325 Untuk α = 5% dengan dk = 32 diperoleh -t (1-α)(n-1) = -2,040 Daerah penolakan Ho Daerah penerimaan H Daerah penolakan Ho -2,325-2,04 2,04 Karena t berada daerah penerimaan Ho, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar kelompok kontrol setelah perlakuan sama dengan 75 atau sudah mencapai ketuntasan hasil belajar Persentase Ketuntasan Belajar Klasikal Kelompok Kontrol Tuntas jika % Tidak tuntas jika % < 85% 85% % = Jumlah siswa dengan nilai > 75 Jumlah siswa = X 100% = 40,625 % Karena persentase ketuntasan belajar kurang dari 85% maka kelas kontrol belum mencapai ketuntasan belajar klasikal

93 Lampiran SILABUS KELAS EKSPERIMEN Sekolah : SMA Mata Pelajaran : Kimia Kelas : XI Semester : Genap (2) Standar Kompetensi : 4. Memahami sifat-sifat larutan asam basa, metode pengukuran, dan terapannya. Alokasi Waktu : 56 jam ( 6 jam untuk UH ) Kompetensi Dasar Indikator Materi pokok 4.6 memprediksi terbentuknya endapan dari suatu reaksi berdasarkan prinsip kelarutan dan hasil kali kelarutan Menjelaskan kesetimbangan dalam larutan jenuh atau larutan garam yang sukar larut Menghubungkan tetapan hasil kali kelarutan dengan tingkat kelarutan atau pengendapannya Memberi beberapa contoh konsep kelarutan dan hasil kali kelarutan dalam kehidupan sehari-hari. Menghitung kelarutan suatu elektrolit yang sukar larut berdasarkan data Kelarutan dan hasil kali kelarutan Kegiatan Pembelajaran Mendeskripsikan konsep-konsep kelarutan dan hasil kali kelarutan di lingkungan sekitar Menjelaskan kesetimbangan dalam larutan jenuh atau larutan garam yang sukar larut melalui diskusi kelas. Menghitung kelarutan suatu elektrolit yang sukar larut melalui diskusi kelas Merancang dan melakukan percobaan kelarutan Menghitung kelarutan suatu Penilaian Jenis tagihan Tugas individu Tugas kelompok Ulangan Bentuk instrumen Performans (kinerja dan sikap), laporan tertulis Tes tertulis lembar kerja siswa Alokasi Waktu 10 jam ( 2 jam postes ) Sumber/ Bahan/Alat Sumber Buku kimia Lembar Kerja Siswa Bahan Lembar kerja, Bahan/alat untuk percobaan

94 83 Ksp atau sebaliknya Menuliskan ungkapan berbagai Ksp elektrolit yang sukar larut dalam air Menghitung kelarutan suatu elektrolit yang sukar larut berdasarkan data harga Ksp atau sebaliknya Menjelaskan pengaruh penambahan ion senama dalam larutan Menentukan ph larutan dari harga Ksp-nya Memperkirakan terbentuknya endapan berdasarkan harga Ksp garam dan membandingkannya dengan hasil kali kelarutan Menyimpulkan kelarutan suatu garam.

95 Lampiran 11 RENCANA PELAKSAAN PEMBELAJARAN EKSPERIMEN PERTEMUAN 1 Satuan Pendidikan : SMA N 1 Andong Boyolali Mata Pelajaran : Kimia Kelas / Semester : XI IPA/ 2 Tahun Pelajaran : 2013/2014 Alokasi waktu : 2 jam pelajaran (2 X 45 menit) 84 I. STANDAR KOMPETENSI 4. Memahami sifat-sifat larutan asam basa, metode pengukuran, dan terapannya. II. KOMPETENSI DASAR 4.6 Memprediksi terbentuknya endapan dari suatau reaksi berdasarkan prinsip kelarutan dan hasil kali kelarutan. III. INDIKATOR Kognitif 1) Produk: a. Menjelaskan pengertian kelarutan suatu zat dalam air. b. Menjelaskan kesetimbangan dalam larutan jenuh atau larutan garam yang sukar larut. c. Menuliskan persamaan tetapan hasil kali kelarutan suatu zat d. Menjelaskan hubungan tetapan hasil kali kelarutan dengan kelarutan 2) Proses: a. Mengolah informasi melalui kerja kelompok dan contoh soal mengenai konsep kelarutan maupun tetapan hasil kali kelarutan dari suatu zat. b. Menganalisis materi kelarutan dan tetapan hasil kali kelarutan yang ada pada LKS. c. Melaksanakan dikusi untuk memecahkan masalah materi kelarutan dan tetapan hasil kali kelarutan d. Menyimpulkan materi tentang apa itu kelarutan dan tetapan hasil kali kelarutan. Psikomotorik a. Menyampaikan pendapat sesuai pokok bahasan diskusi. b. Melakukan diskusi dengan baik. c. Mengemukakan gagasan dengan baik d. Mematuhi aturan diskusi yang dibuat kelompok

96 85 Afektif 1) Karakter a. Berpikir kreatif, kritis, dan logis b. Rasa ingin tahu c. Percaya diri d. Teliti e. Komunikatif f. Cermat 2) Keterampilan Sosial a. Memperhatikan penjelasan orang lain. b. Menyumbang ide atau berpendapat c. Berdiskusi, mengemukakan pendapat. d. Berkomunikasi dengan baik. e. Bertanya dan menanggapi pertanyaan atau pendapat orang lain. IV. TUJUAN PEMBELAJARAN Kognitif 1) Produk : a. Siswa dapat menjelaskan pengertian kelarutan suatu zat dalam air. b. Siswa dapat menjelaskan kesetimbangan dalam larutan jenuh atau larutan garam yang sukar larut. c. Siswa dapat menuliskan persamaan tetapan hasil kali kelarutan suatu zat. d. Siswa dapat menjelaskan hubungan tetapan hasil kali kelarutan dengan kelarutan 2) Proses : a. Siswa dapat mengolah informasi melalui kerja kelompok dan contoh soal mengenai konsep kelarutan maupun tetapan hasil kali kelarutan dari suatu zat. b. Siswa dapat menganalisis materi kelarutan dan tetapan hasil kali kelarutan yang ada pada LKS. c. Siswa dapat melaksanakan dikusi kelompok untuk memecahkan masalah materi kelarutan dan tetapan hasil kali kelarutan d. Siswa dapat menyimpulkan materi tentang apa itu kelarutan dan tetapan hasil kali kelarutan. Psikomotorik a. Siswa dapat menyampaikan pendapat sesuai pokok bahasan diskusi

97 86 Afektif V. MATERI AJAR b. Siswa dapat melakukan diskusi dengan baik c. Siswa dapat mengemukakan gagasan dengan baik d. Siswa dapat mematuhi aturan diskusi yang dibuat kelompok. a. Siswa dapat terlibat aktif dalam pembelajaran dan menunjukkan karakter rasa ingin tahu, cermat, berpikir kreatif, kritis dan logis. b. Siswa dapat bekerja sama dalam diskusi kelompok dan aktif menyampaikan a. Kelarutan (Solubility) pendapat, pendengar yang baik maupun menanggapi pendapat orang lain. Istilah kelarutan (solubility) digunakan untuk menyatakan jumlah maksimal zat yang dapat larut dalam sejumlah tertentu pelarut. Kelarutan (khususnya untuk zat yang sukar larut) dinyatakan dalam satuan mol.l 1. Jadi, kelarutan (s) sama dengan molaritas (M). b. Tetapan Hasil Kali Kelarutan (Ksp) Dalam suatu larutan jenuh dari suatu elektrolit yang sukar larut, terdapat kesetimbangan antara zat padat yang tidak larut dan ion-ion zat itu yang larut. M x A y (s) xm y+ (aq) + ya x- (aq) Tetapan kesetimbangan reaksi di atas melibatkan ion-ionnya, dan tetapan kesetimbangannya disebut tetapan hasil kali kelarutan (Ksp). Contoh: Ksp = [M y+ ] x [A x- ] y Tuliskan rumus tetapan hasil kali kelarutan untuk senyawa Mg(OH) 2! Jawab: Mg(OH) 2 dalam larutan akan terurai menjadi ion-ionnya, Mg(OH) 2 (s) Mg 2+ (aq) + 2 OH - (aq) maka dari rumus umum Ksp = [Mg 2+ ] [OH - ] 2 c. Hubungan Kelarutan (s) dengan Tetapan Hasil Kali Kelarutan(Ksp) Oleh karena s dan Ksp sama-sama dihitung pada larutan jenuh, maka antara s dan Ksp ada hubungan yang sangat erat. Jadi, nilai Ksp ada keterkaitannya dengan nilai s. Secara umum hubungan antara kelarutan (s) dengan tetapan hasil kali kelarutan (Ksp) untuk larutan elektrolit AxBy dapat dinyatakan sebagai berikut. A x B y (s) xa y+ (aq) + yb x- (aq) s xs ys

98 87 Ksp = [A y+ ] x [B x- ] y = (xs) x (ys) y Contoh: Pada suhu tertentu, kelarutan AgIO 3 adalah mol/l, tentukan harga tetapan hasil kali kelarutannya! Jawab: AgIO 3 (s) Ag + (aq) + IO - 3 (aq) Konsentrasi ion Ag + = konsentrasi ion IO - 3 = konsentrasi AgIO 3 = mol/l Ksp = [Ag + ] [IO - 3 ] = (s)(s) = ( )( ) = VI. METODE/ PENDEKATAN PEMBELAJARAN a. Model : Treffinger b. Metode : penjelasan informasi, diskusi, tanya jawab dan penugasan c. Media : Papan tulis dan LKS VII. KEGIATAN PEMBELAJARAN No. Kegiatan Pembelajaran Waktu 1 Kegiatan Awal 1. Guru mengucapkan salam kepada siswa. 2. Sebelum memulai pembelajaran, guru mengajak siswa berdoa sesuai keyakinan masing-masing. 3. Guru memeriksa kehadiran siswa. 4. Guru membagi LKS dan menyampaikan materi yang akan 10 menit dipelajari serta tujuan pembelajaran. 5. Guru mengkondisikan Siswa untuk membentuk kelompok dengan jumlah 4 orang per kelompok untuk berdiskusi mengenai contoh dan latihan soal yang diberikan (komunikatif) 2 Kegiatan Inti Eksplorasi (Memahami Tantangan) 1. Guru menginformasikan kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran. 2. Guru memberikan suatu peristiwa melarutkan garam melalui 65 menit

99 88 3 demonstrasi sebagai tantangan dan dapat mengundang keingin tahuan siswa. (siswa berpikir kreatif, kritis, dan logis) 3. Masing-masing kelompok berdiskusi dan menjawab soal-soal yang ada di LKS tentang peristiwa tersebut. (komunikatif, cermat, teliti, percaya diri) Elaborasi (Membangkitkan Gagasan) 1. Perwakilan siswa dari masing-masing kelompok mengungkapkan pendapatnya.(percaya diri, komunikatif) 2. Siswa menanggapi pendapat siswa dan menjelaskan peristiwa pelarutan gula.(cermat, teliti, percaya diri) 3. Guru menjelaskan tentang definisi kelarutan dan tetapan hasil kali kelarutan. (Mempersiapkan Tindakan) 4. Guru memberikan beberapa soal yang ada pada LKS dan siswa mendiskusikannya bersama teman sekelompok. Konfirmasi 1. Perwakilan siswa mengungkapkan pendapatnya(percaya diri) 2. Guru bersama siswa mengecek hasil jawaban siswa di papan tulis.(cermat, teliti) 3. Guru menyampaikan apakah ada siswa yang kurang paham mengenai materi atau soal-soal yang telah diberikan. Kegiatan Penutup 1. Guru bersama-sama siswa menyimpulkan materi kelarutan dan tetapan hasil kali kelarutan. 2. Guru memberikan pekerjaan rumah dan menyampaikan kepada siswa untuk mempelajari materi berikutnya. 3. Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam dan berdoa. 15 menit VIII. PENILAIAN 1. Ranah kognitif Prosedur : Tugas tertulis

100 89 Jenis tagihan : - Instrument : Lembar Kerja Siswa 2. Ranah afektif Prosedur : Observasi langsung Jenis tagihan : - Instrument : angket IX. SUMBER BELAJAR Sudiono, Sri dkk.2006.kimia untuk Kelas XI.Yogyakarta:Intan Pariwara Purba, Michael Kimia untuk SMA kelas XI Jilid 1. Jakarta : Erlangga Sudarmo, Unggul Kimia Untuk SMA Kelas XI.Surakarta : PHIBETA

101 90 RENCANA PELAKSAAN PEMBELAJARAN PERTEMUAN 2 Satuan Pendidikan : SMA N 1 Andong Boyolali Mata Pelajaran : Kimia Kelas / Semester : XI IPA/ 2 Tahun Pelajaran : 2013/2014 Alokasi waktu : 2 jam pelajaran (2 X 45 menit) I. STANDAR KOMPETENSI 4. Memahami sifat-sifat larutan asam basa, metode pengukuran, dan terapannya. II. KOMPETENSI DASAR 4.6 Memprediksi terbentuknya endapan dari suatau reaksi berdasarkan prinsip kelarutan dan hasil kali kelarutan. III. INDIKATOR Kognitif 1) Produk: a. Menjelaskan pengaruh penambahan ion senama terhadap kelarutan. b. Menentukan ph larutan dari harga Ksp-nya. 2) Proses: a. Mengolah informasi melalui kerja kelompok dan contoh soal mengenai pengaruh penambahan ion senama terhadap kelarutan. b. Menganalisis soal-soal materi kelarutan dan tetapan hasil kali kelarutan pada LKS. c. Menyimpulkan materi tentang pengaruh ph larutan dari harga Ksp-nya. Psikomotorik a. Keterampilan mengkomunikasikan hasil diskusi kelompok secara komunikatif dan cermat. b. Keaktifan siswa bertanya, menjawab, dan mengeluarkan pendapat. Afektif 1) Karakter a. Berpikir kreatif, kritis, dan logis b. Rasa ingin tahu c. Percaya diri d. Teliti

102 91 e. Komunikatif f. Cermat 2) Keterampilan Sosial a. Memperhatikan penjelasan orang lain. b. Menyampaikan ide atau pendapat c. Berdiskusi, mengemukakan pendapat. d. Berkomunikasi dengan baik. e. Bertanya dan menanggapi pertanyaan atau pendapat orang lain. IV. TUJUAN PEMBELAJARAN Kognitif 1) Produk : a. Siswa dapat menentukan pengaruh penambahan ion senama terhadap kelarutan. b. Siswa dapat menentukan ph larutan dari harga Ksp-nya 2) Proses : a. Siswa dapat mengolah informasi melalui kerja kelompok dan contoh soal mengenai pengaruh penambahan ion senama terhadap kelarutan. b. Siswa dapat menganalisis soal-soal materi kelarutan dan tetapan hasil kali kelarutan pada LKS. c. Siswa dapat menyimpulkan materi tentang pengaruh ph larutan dari harga Ksp-nya. Psikomotorik a. Siswa dapat terampil dalam mengkomunikasikan hasil diskusi kelompok secara komunikatif dan cermat. b. Siswa dapat aktif dalam bertanya, menjawab, dan mengeluarkan pendapat. Afektif a. Siswa dapat terlibat aktif dalam pembelajaran dan menunjukkan karakter rasa ingin tahu, cermat, berpikir kreatif, kritis dan logis. b. Siswa dapat bekerja sama dalam diskusi kelompok dan aktif menyampaikan pendapat, pendengar yang baik maupun menanggapi pendapat orang lain. V. MATERI AJAR 1. Pengaruh Ion Senama terhadap Kelarutan Dalam larutan jenuh Ag 2 CrO 4 terdapat kesetimbangan antara Ag 2 CrO 4 padat dengan ion Ag+ dan ion CrO 2 4.

103 92 Ag 2 CrO 4 (s) 2Ag + (aq) + CrO 2-4 (aq) Apa yang terjadi jika ke dalam larutan jenuh tersebut ditambahkan larutan AgNO 3 atau larutan K 2 CrO 4? Penambahan larutan AgNO 3 atau K 2 CrO 4 akan memperbesar konsentrasi ion Ag + 2 atau ion CrO 4 dalam larutan. AgNO 3 (aq) Ag + - (aq) + NO 3 (aq) K 2 CrO 4 (aq) 2K + 2- (aq) + CrO 4 (aq) Sesuai asas Le Chatelier tentang pergeseran kesetimbangan, penambahan konsentrasi ion Ag + 2 atau ion CrO 4 akan menggeser kesetimbangan ke kiri. Akibatnya jumlah Ag 2 CrO 4 yang larut menjadi berkurang. Jadi dapat disimpulkan bahwa ion senama memperkecil kelarutan. Contoh Kelarutan Ag 2 CrO 4 dalam air adalah 10 4 M. Hitunglah kelarutan Ag 2 CrO 4 dalam larutan K 2 CrO 4 0,01 M! Jawab: Ksp Ag 2 CrO 4 = 4s 3 =4(10-4 ) 3 = 4 x Kelarutan Ag 2 CrO 4 dalam 0,01 M K 2 CrO 4 Ag 2 CrO 4 2Ag CrO 4 s 2s s K 2 CrO 4 2K CrO 4 0,01 M 0,01 M [CrO 2-4 ] = (s + 0,01) M karena s sangat kecil maka dianggap 0,01 M Ksp Ag 2 CrO 4 = [Ag + ] 2 [CrO 2-4 ] 4 x = [2s] 2 x 0,01 [2s] = 2 x 10-5 M [s] = 10-5 M Jadi, kelarutan Ag 2 CrO 4 dalam larutan K 2 CrO 4 adalah 10-5 M. 2. Hubungan Ksp dengan ph Harga ph sering digunakan untuk menghitung Ksp suatu basa yang sukar larut. Sebaliknya, harga Ksp suatu basa dapat digunakan untuk menentukan ph larutan tersebut. Contoh: Jika larutan MgCl 2 0,3 M ditetesi larutan NaOH, pada ph berapakah endapan Mg(OH) 2 mulai terbentuk? (Ksp Mg(OH) 2 = ) Jawab: Ksp Mg(OH) 2 = [Mg 2+ ] [OH - ] 3 x 10-1 = 3 x [OH - ] 2

104 93 [OH - ] = [OH - ] = 10-5 M poh = 5 ph = 14 poh ph = 14 5 = 9 VI. METODE/ PENDEKATAN PEMBELAJARAN a. Model : Treffinger b. Metode : penjelasan informasi, diskusi, tanya jawab dan penugasan c. Media : Papan tulis dan LKS VII. KEGIATAN PEMBELAJARAN No. Kegiatan Pembelajaran Waktu 1 Kegiatan Awal 1. Guru mengucapkan salam kepada siswa. 2. Sebelum memulai pembelajaran hari ini, guru mengajak siswa berdoa sesuai keyakinan masing-masing. 10 menit 3. Guru memeriksa kehadiran siswa. 4. Guru mengulas kembali hal-hal penting dari pertemuan sebelumnya. 2 Kegiatan Inti Eksplorasi (Memahami Tantangan) 1. Guru menginformasikan kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran. 2. Guru memberikan suatu peristiwa kepada siswa, apabila ke dalam larutan jenuh PbCl 2 ditambahkan beberapa tetes larutan NaCl melalui flash. (siswa berpikir kreatif, kritis, dan logis) 3. Masing-masing kelompok berdiskusi dan menjawab soal-soal yang ada di LKS tentang peristiwa tersebut. (komunikatif, cermat, teliti, percaya diri) Elaborasi (Membangkitkan Gagasan) 65 menit 4. Perwakilan siswa dari masing-masing kelompok mengungkapkan pendapatnya.

105 Guru menanggapi pendapat siswa dan menjelaskan peristiwa pengendapan AgCl. 6. Guru menjelaskan pengaruh penambahan ion senama terhadap kelarutan dan menentukan ph larutan dari harga Ksp-nya. (Mempersiapkan Tindakan) 7. Guru memberikan beberapa soal yang ada pada LKS dan siswa mendiskusikannya bersama teman sekelompok. Konfirmasi 8. Perwakilan siswa mengungkapkan pendapatnya 9. Guru bersama siswa mengecek hasil jawaban siswa di papan tulis. 10. Guru menyampaikan apakah ada siswa yang kurang paham mengenai materi atau soal-soal yang telah diberikan. Kegiatan Penutup 1. Guru memberikan kesempatan kepada beberapa siswa untuk menyimpulkan materi yang telah dipelajari. 2. Guru bersama-sama siswa menyimpulkan materi kelarutan dan tetapan hasil kali kelarutan. 3. Guru memberikan pekerjaan rumah dan menyampaikan kepada siswa untuk mempelajari materi berikutnya. 4. Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam dan berdoa. 15 menit VIII. PENILAIAN 1. Ranah kognitif Prosedur : Tugas tertulis Jenis tagihan : - Instrument : Lembar Kerja Siswa 2. Ranah afektif Prosedur : Observasi langsung Jenis tagihan : - Instrument : angket

106 95 IX. SUMBER BELAJAR Sudiono, Sri dkk.2006.kimia untuk Kelas XI.Yogyakarta:Intan Pariwara Purba, Michael Kimia untuk SMA kelas XI Jilid 1. Jakarta : Erlangga Sudarmo, Unggul Kimia Untuk SMA Kelas XI.Surakarta : PHIBETA

107 96 RENCANA PELAKSAAN PEMBELAJARAN PERTEMUAN 3 Satuan Pendidikan : SMA N 1 Andong Boyolali Mata Pelajaran : Kimia Kelas / Semester : XI IPA/ 2 Tahun Pelajaran : 2013/2014 Alokasi waktu : 2 jam pelajaran (2 X 45 menit) I. STANDAR KOMPETENSI 4. Memahami sifat-sifat larutan asam basa, metode pengukuran, dan terapannya. II. KOMPETENSI DASAR 4.6 Memprediksi terbentuknya endapan dari suatau reaksi berdasarkan prinsip kelarutan dan hasil kali kelarutan. III. INDIKATOR Kognitif 1) Produk: Memperkirakan terbentuknya endapan berdasarkan harga Ksp 2) Proses: Psikomotorik Afektif a. Mengolah informasi melalui kerja kelompok dan contoh soal mengenai terbentuknya endapan berdasarkan harga Ksp. b. Menganalisis materi kelarutan dan tetapan hasil kali kelarutan yang ada pada LKS. c. Melaksanakan dikusi untuk memecahkan masalah materi kelarutan dan tetapan hasil kali kelarutan d. Menyimpulkan materi tentang terbentuknya endapan berdasarkan harga Ksp. a. Keterampilan mengkomunikasikan hasil diskusi kelompok secara komunikatif dan cermat. b. Keaktifan siswa bertanya, menjawab, dan mengeluarkan pendapat. 1) Karakter a. Berpikir kreatif, kritis, dan logis b. Rasa ingin tahu c. Percaya diri

108 97 d. Teliti e. Komunikatif f. Cermat 2) Keterampilan Sosial a. Memperhatikan penjelasan orang lain. b. Menyampaikan ide atau pendapat c. Berdiskusi, mengemukakan pendapat. d. Berkomunikasi dengan baik. e. Bertanya dan menanggapi pertanyaan atau pendapat orang lain. IV. TUJUAN PEMBELAJARAN Kognitif Psikomotorik Afektif 1) Produk : Siswa dapat memperkirakan terbentuknya endapan berdasarkan harga Ksp 2) Proses : a. Siswa dapat mengolah informasi melalui kerja kelompok dan contoh soal mengenai terbentuknya endapan berdasarkan harga Ksp. b. Siswa dapat menganalisis materi kelarutan dan tetapan hasil kali kelarutan yang ada pada LKS. c. Siswa dapat melaksanakan dikusi kelompok untuk memecahkan masalah materi kelarutan dan tetapan hasil kali kelarutan d. Siswa dapat menyimpulkan materi tentang terbentuknya endapan berdasarkan harga Ksp. a. Siswa dapat terampil dalam mengkomunikasikan hasil diskusi kelompok secara komunikatif dan cermat. b. Siswa dapat aktif dalam bertanya, menjawab, dan mengeluarkan pendapat. a. Siswa dapat terlibat aktif dalam pembelajaran dan menunjukkan karakter rasa ingin tahu, cermat, berpikir kreatif, kritis dan logis. b. Siswa dapat bekerja sama dalam diskusi kelompok dan aktif menyampaikan pendapat, pendengar yang baik maupun menanggapi pendapat orang lain.

109 98 V. MATERI AJAR Penggunaan Konsep K sp dalam Pemisahan Zat Harga Ksp suatu elektrolit dapat dipergunakan untuk memisahkan dua atau lebih larutan yang bercampur dengan cara pengendapan. Proses pemisahan ini dengan menambahkan suatu larutan elektrolit lain yang dapat berikatan dengan ion-ion dalam campuran larutan yang akan dipisahkan. Karena setiap larutan mempunyai kelarutan yang berbeda-beda, maka secara otomatis ada larutan yang mengendap lebih dulu dan ada yang mengendap kemudian, sehingga masing-masing larutan dapat dipisahkan dalam bentuk endapannya. Cara untuk meramalkan terjadi tidaknya endapan suatu senyawa A m B n, jika larutan yang mengandung ion A n+ dan ion B m- dicampurkan maka digunakan konsep hasil kali ion ( Q c ). Q c A m B n = [ A n+ ] m. [ B m- ] n Jika Q c < Ksp maka belum terbentuk larutan jenuh maupun endapan A m B n Jika Q c = Ksp maka terbentuk larutan jenuh A m B n Jika Q c > Ksp maka terbentuk endapan A m B n VI. METODE/ PENDEKATAN PEMBELAJARAN a. Model : Treffinger b. Metode : penjelasan informasi, diskusi, tanya jawab dan penugasan c. Media : Papan tulis dan LKS VII. KEGIATAN PEMBELAJARAN No. Kegiatan Pembelajaran Waktu 1 Kegiatan Awal 1. Guru mengucapkan salam kepada siswa. 2. Sebelum memulai pembelajaran hari ini, guru mengajak siswa berdoa sesuai keyakinan masing-masing. 3. Guru memeriksa kehadiran siswa. 10 menit 4. Guru mengulas kembali hal-hal penting dari pertemuan sebelumnya. 2 Kegiatan Inti Eksplorasi (Memahami Tantangan) 1. Guru menginformasikan kompetensi yang harus dicapai dalam 65 menit

110 99 3 pembelajaran 2. Guru memberikan suatu peristiwa pencampuran antara larutan MgCl 2 dengan larutan NaOH melalui video. (siswa berpikir kreatif, kritis, dan logis) 3. Masing-masing kelompok berdiskusi dan menjawab soal-soal yang ada di LKS tentang peristiwa tersebut. (komunikatif, cermat, teliti, percaya diri) (Membangkitkan Gagasan) 4. Perwakilan siswa dari masing-masing kelompok mengungkapkan pendapatnya. (percaya diri) 5. Guru menjelaskan materi tentang hubungan Q dengan Ksp. (Mempersiapkan Tindakan) 6. Guru menugaskan siswa untuk mendiskusikan soal-soal yang ada dalam LKS Elaborasi 7. Perwakilan siswa dari masing-masing kelompok mengungkapkan pendapatnya (percaya diri) 8. Siswa dari kelompok lain menggapi hasil jawaban siswa di depan. Konfirmasi 9. Guru bersama siswa mengecek hasil jawaban siswa di papan tulis. 10. Siswa yang lain mecocokkan hasil jawaban dari masing-masing kelompok. 11. Guru menyampaikan apakah ada siswa yang kurang paham mengenai materi atau soal-soal yang telah diberikan. Kegiatan Penutup 1. Guru memberikan kesempatan kepada beberapa siswa untuk menyimpulkan materi yang telah dipelajari. 2. Guru bersama-sama siswa menyimpulkan materi kelarutan dan tetapan hasil kali kelarutan. 3. Guru memberikan pekerjaan rumah dan menyampaikan kepada siswa untuk mempelajari materi berikutnya. 15 menit

111 Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam dan berdoa. VIII. PENILAIAN 1) Ranah kognitif Prosedur : Tugas tertulis Jenis tagihan : - Instrument : lembar kerja siswa 2) Ranah afektif Prosedur : Observasi langsung Jenis tagihan : - Instrument : angket IX. SUMBER BELAJAR Sudiono, Sri dkk.2006.kimia untuk Kelas XI.Yogyakarta:Intan Pariwara Purba, Michael Kimia untuk SMA kelas XI Jilid 1. Jakarta : Erlangga Sudarmo, Unggul Kimia Untuk SMA Kelas XI.Surakarta : PHIBETA

112 101 RENCANA PELAKSAAN PEMBELAJARAN PERTEMUAN 4 Satuan Pendidikan : SMA N 1 Andong Boyolali Mata Pelajaran : Kimia Kelas / Semester : XI IPA/ 2 Tahun Pelajaran : 2013/2014 Alokasi waktu : 2 jam pelajaran (2 X 45 menit) I. STANDAR KOMPETENSI 4. Memahami sifat-sifat larutan asam basa, metode pengukuran, dan terapannya. II. KOMPETENSI DASAR 4.6 Memprediksi terbentuknya endapan dari suatau reaksi berdasarkan prinsip kelarutan dan hasil kali kelarutan. III. INDIKATOR Kognitif 1) Produk: a. Menganalisis terbentuknya endapan dalam suatu campuran. 2) Proses: Psikomotorik Afektif a. Mengolah informasi melalui kerja kelompok mengenai kelarutan dan hasil kali kelarutan (Ksp). b. Menganalisis materi kelarutan dan tetapan hasil kali kelarutan yang ada pada LKS. c. Melaksanakan dikusi untuk memecahkan masalah materi kelarutan dan tetapan hasil kali kelarutan d. Menyimpulkan materi tentang apa itu kelarutan dan tetapan hasil kali kelarutan. a. Keterampilan mengkomunikasikan hasil diskusi kelompok secara komunikatif dan cermat. b. Keaktifan siswa bertanya, menjawab, dan mengeluarkan pendapat. 1) Karakter a. Berpikir kreatif, kritis, dan logis b. Rasa ingin tahu c. Percaya diri

113 102 d. Teliti e. Komunikatif f. Cermat 2) Keterampilan Sosial a. Memperhatikan penjelasan orang lain. b. Menyampaikan ide atau pendapat c. Berdiskusi, mengemukakan pendapat. d. Berkomunikasi dengan baik. e. Bertanya dan menanggapi pertanyaan atau pendapat orang lain. IV. TUJUAN PEMBELAJARAN Kognitif 1) Produk : a. Siswa dapat menganalisis terbentuknya endapan dalam suatu campuran 2) Proses : a. Siswa dapat mengolah informasi melalui kerja kelompok mengenai konsep kelarutan maupun tetapan hasil kali kelarutan dari suatu zat. b. Siswa dapat menganalisis materi kelarutan dan tetapan hasil kali kelarutan yang ada pada LKS. c. Siswa dapat melaksanakan dikusi kelompok untuk memecahkan masalah materi kelarutan dan tetapan hasil kali kelarutan d. Siswa dapat menyimpulkan materi tentang apa itu kelarutan dan tetapan hasil kali kelarutan.. Psikomotorik a. Siswa dapat terampil dalam mengkomunikasikan hasil diskusi kelompok secara komunikatif dan cermat. b. Siswa dapat aktif dalam bertanya, menjawab, dan mengeluarkan pendapat. Afektif a. Siswa dapat terlibat aktif dalam pembelajaran dan menunjukkan karakter rasa ingin tahu, cermat, berpikir kreatif, kritis dan logis. b. Siswa dapat bekerja sama dalam diskusi kelompok dan aktif menyampaikan pendapat, pendengar yang baik maupun menanggapi pendapat orang lain.

114 103 V. MATERI AJAR 1. Penggunaan Konsep K sp dalam Pemisahan Zat Harga K sp suatu elektrolit dapat dipergunakan untuk memisahkan dua atau lebih larutan yang bercampur dengan cara pengendapan. Proses pemisahan ini dengan menambahkan suatu larutan elektrolit lain yang dapat berikatan dengan ion-ion dalam campuran larutan yang akan dipisahkan. Karena setiap larutan mempunyai kelarutan yang berbeda-beda, maka secara otomatis ada larutan yang mengendap lebih dulu dan ada yang mengendap kemudian, sehingga masing-masing larutan dapat dipisahkan dalam bentuk endapannya. Cara untuk meramalkan terjadi tidaknya endapan suatu senyawa A m B n, jika larutan yang mengandung ion A n+ dan ion B m- dicampurkan maka digunakan konsep hasil kali ion ( Q c ). Q c A m B n = [ A n+ ] m. [ B m- ] n Jika Q c < Ksp maka belum terbentuk larutan jenuh maupun endapan A m B n Jika Q c = Ksp maka terbentuk larutan jenuh A m B n Jika Q c > Ksp maka terbentuk endapan A m B n VI. METODE/ PENDEKATAN PEMBELAJARAN a. Model : Trefingger b. Metode : penjelasan informasi, diskusi, tanya jawab dan penugasan c. Media : Papan tulis dan LKS VII. KEGIATAN PEMBELAJARAN No. Kegiatan Pembelajaran Waktu 1 Kegiatan Awal 1. Guru mengucapkan salam kepada siswa. 2. Sebelum memulai pembelajaran hari ini, guru mengajak siswa berdoa sesuai keyakinan masing-masing. 3. Guru memeriksa kehadiran siswa. 10 menit 4. Guru mengulas kembali hal-hal penting dari pertemuan sebelumnya. 2 Kegiatan Inti dilaksanakan.(rasa ingin tahu) Eksplorasi 1. Guru menjelaskan tentang percobaan yang akan 65 menit

115 Guru dan siswa mempersiapkan alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan.(teliti dan cermat) Elaborasi 3. Siswa melakukan percobaan sesuai dengan pedoman dengan baik dan benar.(teliti, cermat, komunikatif) 4. Guru berkeliling untuk mengecek kelompok yang kesulitan dalam melaksanakan percobaan. Konfirmasi 5. Siswa dari tiap kelompok menjawab soal-soal yang ada di dalam LKS.(percaya diri, berpikir kreatif, kritis, dan logis) 6. Guru menjelaskan hasil percobaan yang telah dilaksanakan. Kegiatan Penutup 1. Guru menyampaikan bahwa untuk pertemuan selanjutnya adalah ulangan harian materi Ksp dan siswa disuruh mempersiapkannya dengan baik. 2. Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam dan berdoa. 15 menit VIII. PENILAIAN 1. Ranah kognitif Prosedur : Tugas tertulis Jenis tagihan : - Instrument : lembar kerja siswa 2. Ranah afektif Prosedur : Observasi langsung Jenis tagihan : - Instrument : angket 3. Ranah psikomotorik Prosedur : Observasi langsung Jenis tagihan : - Instrument : lembar observasi

116 105 IX. SUMBER BELAJAR Sudiono, Sri dkk.2006.kimia untuk Kelas XI.Yogyakarta:Intan Pariwara Purba, Michael Kimia untuk SMA kelas XI Jilid 1. Jakarta : Erlangga Sudarmo, Unggul Kimia Untuk SMA Kelas XI.Surakarta : PHIBETA

117 Lampiran Nama : No. absen : Kelas : Oleh: Wahyu Hidayatulloh M.

118 107 Standar kompetensi Kompetensi dasar : memahami sifat-sifat larutan asam basa, metode pengukuran terapannya. : memprediksi terbentuknya endapan dari suatu reaksi berdasarkan prinsip kelarutan dan hasil kali kelarutan Tujuan e. Menjelaskan kesetimbangan dalam larutan jenuh atau larutan garam yang sukar larut. f. Menuliskan persamaan tetapan hasil kali kelarutan suatu zat g. Menjelaskan hubungan tetapan hasil kali kelarutan dengan kelarutan h. Menjelaskan pengaruh penambahan ion senama terhadap kelarutan. i. Menentukan ph larutan dari harga Ksp-nya. j. Memperkirakan terbentuknya endapan berdasarkan harga Ksp Pertemuan 1 Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan air Larutan garam garam Pelarutan garam dalam air Jika Anda memasukkan satu sendok garam ke dalam segelas air, kemudian Anda aduk, apa yang terjadi? Ya, garamnya larut dalam air. Tetapi jika Anda tambahkan lagi garam lalu diaduk, kemudian tambah garam lagi dan diaduk, begitu seterusnya, maka apa yang terjadi? Ya, larutan akan mencapai jenuh dan tidak dapat melarutkan gula lagi.

119 108 Soal Diskusi 1. Mengapa jika kita tambahkan satu sendok garam ke dalam segelas air, garamnya larut dalam air tetapi jika ditambahkan garam lebih banyak lagi tidak semua garam bisa larut? Apa yang menyebabkan garam tidak bisa larut seluruhnya dalam segelas air tersebut? Istilah kelarutan (solubility) digunakan untuk menyatakan jumlah maksimal zat yang dapat larut dalam sejumlah tertentu pelarut. Kelarutan (khususnya untuk zat yang sukar larut) dinyatakan dalam satuan gram L 1 atau mol.l Tuliskan persamaan reaksi dari AgCl yang ditambahkan kedalam air AgCl (s) + H 2 O (l) Semua bentuk molekul yang terlarut (aq) terurai menjadi ion-ionnya, di dalam larutan hanya terdapat keseimbangan antara bentuk padat (s) dan ion-ionnya. Tuliskan reaksi dari kesetimbangan AgCl dalam air AgCl (s) Tuliskan rumus tetapan hasil kali kelarutan senyawa AgCl K sp = [...]... [...] Pada suhu tertentu, Ksp Ag 2 S adalah 10 49, tentukan harga kelarutannya! Penyelesaian : Ag 2 S (s) pembahasan : K sp = [...]... [...]... K sp = (...)... (...)... K sp = =... s =... =... Maka kelarutan Ag 2 S sebesar... M.

120 109 Jawablah pertanyaan berikut dengan tepat dan jelas! 1. Tulislah persamaan kesetimbangan senyawa-senyawa berikut dan persamaan tetapan hasil kali kelarutan! a. BaSO 4 b. CaF 2 c. Mg(OH) 2 d. CaCO 3 e. Al(OH) 3 2. Tuliskan harga kelarutan dari senyawa-senyawa pada soal nomor 1 jika hasil kali kelarutan senyawa tersebut dinyatakan dengan Ksp! 3. Hasil kali kelarutan Ksp CaSO 4 = 2,5 x Kelarutan CaSO 4 dalam 100 ml adalah

121 110 Pertemuan 2 Pengaruh Ion Senama Terhadap Kelarutan Suatu larutan NaCl ditambahkan ke dalam larutan jenuh PbCl 2. Penambahan tersebut dilakukan tetes demi tetes sampai terbentuk endapan. Soal Diskusi 1. Mengapa ketika larutan NaCl ditambahkan ke dalam larutan jenuh PbCl 2 akan terbentuk endapan warna putih? Apa yang menyebabkan terjadinya endapan putih tersebut? Kelarutan Ag 2 CrO 4 dalam air adalah 10 4 M. Hitunglah kelarutan Ag 2 CrO 4 dalam larutan K 2 CrO 4 0,01 M! Jawaban : Kelarutan Ag 2 CrO 4 dalam air Ag 2 CrO 4 2Ag CrO 4 K sp Ag 2 CrO 4 =... =... =... Kelarutan Ag 2 CrO 4 dalam K 2 CrO 4 K sp Ag 2 CrO 4 = [Ag + ] 2 [CrO 2 4 ]... = [Ag + ] 2... [Ag + ] =... M Jadi, kelarutan Ag 2 CrO 4 dalam larutan K 2 CrO 4 adalah... M. Hubungan K sp dengan ph Jika larutan MgCl 2 0,3M ditetesi larutan NaOH, pada ph berapakah endapan Mg(OH) 2 mulai terbentuk? (K sp Mg(OH) 2 = ) Pembahasan :

122 111 K sp Mg(OH) 2 = [Mg 2+ ] [OH ] 2... =... [OH ] 2 [OH ] 2 =... [OH ] =... M poh =... ph = 14 poh ph = =... Jawablah pertanyaan berikut dengan tepat dan jelas! 1. Pada suhu tertentu kelarutan BaSO 4 dalam air 1, mol/l. hitunglah Ksp senyawa BaSO 4! 2. Jika diketahui Ksp HgI 2 = 3, , maka berapa konsentrasi ion Hg 2+ dalam larutan jenuh HgI 2? 3. Jika Ksp AgI = 10-16, tentukan kelarutannya dalam : a. Air murni b. Larutan KI 0,02 M 4. Diketahui Ksp CaF 2 = Tentukan kelarutan CaF 2 dalam 0,01 M CaCl 2! 5. Tentukan ph larutan jenuh Mn(OH) 2 jika diketahui Ksp Mn(OH) 2 = 4, ! 6. Tentukan Ksp dari larutan basa tepat jenuh Mg(OH) 2 dengan ph = 10! 7. Diketahui Ksp Al(OH) 3 = 3, Tentukan kelarutan Al(OH) 3 dalam : a. Akuades b. Larutan dengan ph = 12

123 112 Pertemuan 3 Suatu percobaan dengan mencampurkan larutan 20 ml MgCl 2 1 M dan 20 ml NaOH 1 M. ketika dicampurkan akan terbentuk endapan putih. Soal Diskusi 1. Mengapa jika mencampurkan 20 ml MgCl 2 1 M dengan 20 ml NaOH 1 M akan terbentuk endapan putih? apa endapan putih tersebut? Hitunglah Q c dari campuran 20 ml MgCl 2 1 M dengan 20 ml NaOH 1 M tersebut? Bandingkan Q c campuran 20 ml MgCl 2 1 M dengan 20 ml NaOH 1 M dengan tetapan hasil kali kelarutan Mg(OH) 2 jika diketahui Ksp Mg(OH) 2 = 1,8 x Penggunaan Konsep K sp dalam Pemisahan Zat Harga K sp suatu elektrolit dapat dipergunakan untuk memisahkan dua atau lebih larutan yang bercampur dengan cara pengendapan. Proses pemisahan ini dengan menambahkan suatu larutan elektrolit lain yang dapat berikatan dengan ion-ion dalam campuran larutan yang akan dipisahkan. Karena setiap larutan mempunyai kelarutan yang berbeda-beda, maka secara otomatis ada larutan yang mengendap lebih dulu dan ada yang mengendap kemudian, sehingga masing-masing larutan dapat dipisahkan dalam bentuk endapannya. Misalnya pada larutan jenuh PQ berlaku persamaan : K sp = [P + ] [Q ] Jika larutan itu belum jenuh (PQ yang terlarut masih sedikit), sudah tentu harga [P + ] [Q ] lebih kecil daripada harga K sp. Sebaliknya jika [P + ] [Q ] lebih besar daripada K sp, hal ini berarti larutan itu lewat jenuh, sehingga PQ akan mengendap. Jika [P + ] [Q ] < K sp, maka larutan belum jenuh (tidak terjadi endapan).

124 113 Jika [P + ] [Q ] = K sp, maka larutan tepat jenuh (tidak terjadi endapan). Jika [P + ] [Q ] > K sp, maka larutan lewat jenuh (terjadi endapan). Mengerjakan Soal : Jika dalam suatu larutan terkandung 500 ml Pb(NO 3 ) 2 0,05 M dan 500 ml HCl 0,05 M, dapatkah terjadi endapan PbCl 2? (K sp PbCl 2 = 6, ) Jawaban : [Pb 2+ ] = 0,05 M [Cl ] = 0,05 M [Pb 2+ ] [Cl ] 2 = =... Oleh karena [Pb 2+ ][Cl ] 2... K sp PbCl 2, maka PbCl 2 dalam larutan... Jawablah pertanyaan berikut dengan tepat dan jelas! ml larutan CaCl 2 0,1 M dicampur dengan 50 ml larutan larutan NaOH 0,01 M. Tentukan apakah terjadi endapan jika diketahui Ksp Ca(OH) 2 adalah 8 x Diketahui harga hasil kali kelarutan dari senyawa-senyawa : AgCl = 1, Ag 2 CrO 4 = 2, AgI = 0, AgCNS = 1, Ag 2 S = 1, Urutkan senyawa-senyawa di atas dari yang paling sukar larut sampai yang paling mudah larut! 3. Apakah penambahan 100 ml larutan Na 2 CO 3 0,001 M ke dalam 100 ml larutan AgNO 3 0,001 M menyebabkan terjadinya endapan? (K sp Ag 2 CO 3 = 6, ). 4. Di dalam suatu larutan terdapat ion-ion X 2+, Y 2+ dan Z 2+ dengan kosentrasi masingmasing 0,1 M. Ke dalam larutan ini ditambahkan NaOH padat, sehingga ph larutan menjadi 8. Berdasarkan data berikut: Ksp X(OH) 2 = 2, Ksp Y(OH) 2 = 4, Ksp Z(OH) = 1, Mana hidroksida yang mengendap?

125 114 Pertemuan 4 Kegiatan Praktikum Standar kompetensi terapannya. Kompetensi dasar : memahami sifat-sifat larutan asam basa, metode pengukuran : memprediksi terbentuknya endapan dari suatu reaksi berdasarkan prinsip kelarutan dan hasil kali kelarutan A. Tujuan praktikum 1. Siswa dapat memperkirakan terbentuknya endapan berdasarkan harga Ksp 2. Siswa dapat menghitung pembenukan endapan melalui suatu percobaan 3. Siswa dapat mengetahui kelarutan garam MgCl 2 dan BaCl 2 melalui suatu percobaan. B. Landasan teori Reaksi pengendapan Secara umum keadaan suatularutan belum jenuh, tepat jenuh, atau lewat jenuh (terjadi endapan), dapat ditentukan dengan memeriksa nilai hasil kali konsentrasi ionionnya. A x B y (s) xa y+ (aq) + yb x- (aq) Apabila ketentuannya sebagai berikut : [A y+ ] x [B x- ] y < Ksp, larutan belum jenuh [A y+ ] x [B x- ] y < Ksp, larutan tepat jenuh [A y+ ] x [B x- ] y < Ksp, larutan lewat jenuh (terjadi pengendapan) C. Alat dan bahan Alat : - Tabung reaksi - Pipet tetes - Gelas kimia - Pengaduk - Gelas ukur Bahan : - Larutan MgCl 2 0,01 M - Larutan BaCl 2 0,01 M - Larutan NaOH 0,1 M - Larutan Pb(NO 3 ) 2 0,005 M - Larutan KI 0,005 M - Akuades D. Cara kerja 1. Kelautan garam a. Siapkan 2 buah tabung reaksi yang masing-masing diisi dengan 2 ml MgCl 2 0,01 M dan BaCl 2 0,01 M. b. Campurkan masing-masing tabung dengan 2 ml NaOH 0,1 M. c. Amati perubahan yang terjadi. 2. Pembentukan endapan

126 115 a. Siapkan 2 ml larutan Pb(NO 3 ) 2 0,005 M dalam tabung reaksi. Tambahkan tetes demi tetes larutan KI 0,005 M b. Hentikan penambahan KI saat mulai terbentuk endapan E. Data pengamatan 1. Kelarutan garam Volume NaOH Sampel Volume Pengamatan 0,01M MgCl 2 0,01 M 2 ml 2 ml BaCl 2 0,01 M 2 ml 2 ml 2. Pembentukan endapan Penambahan KI =..tetes warna endapan =.. F. Pertanyaan 1. Kelarutan garam a. Berapa harga hasil kali kelarutan 2 ml MgCl 2 0,01 M dengan 2 ml NaOH 0,01M dan 2 ml BaCl 2 0,01 M dengan 2 ml NaOH 0,01M? b. Bandingkan kelarutan MgCl 2 dan BaCl 2 dengan harga Ksp masing-masing! (jika diketahui harga Ksp Mg(OH) 2 = 1, dan Ba(OH) 2 = ) 2. Pembentukan endapan a. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, berapakah harga Ksp PbI 2? b. Bandingkan Ksp hasil percobaan dan Ksp secara teoritis jika diketahui harga Ksp PbI 2 secara teoritis diketahui 7, !

127 116 G. Kesimpulan

128 Lampiran KISI- KISI SOAL UJI COBA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN No. Materi Indikator 1. Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Menjelaskan kesetimbangan dalam larutan jenuh atau larutan garam yang sukar larut Menghubungkan tetapan hasil kali kelarutan dengan tingkat kelarutan atau pengendapannya Menuliskan ungkapan berbagai Ksp elektrolit yang sukar larut dalam air Menjelaskan faktor yang mempengaruhi kelarutan Menghitung kelarutan suatu elektrolit yang sukar larut berdasarkan data harga Ksp atau sebaliknya Menjelaskan pengaruh penambahan ion senama dalam larutan Menentukan ph larutan dari harga Ksp-nya atau sebaliknya Memperkirakan terbentuknya endapan berdasarkan harga Ksp Penyebaran C1 C2 C3 C4 1, 12, 17, 21 13, 42 8, 10 2, 3, 18, 22, 33, 49 44, 50 32, 34, 35, 46 27, 45 28, 29, 30, 11 4, 7, 9, 14, 31 5, 6, 23, 40 19, 25, 39 15, 20 36, 37, 38, 47, , 26, 41, Jumlah persentase 16% 46% 30% 8% 43

129 Lampiran 14 SOAL UJI COBA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN KELAS XI SEMESTER Berikut pernyataan yang benar mengenai suatu larutan yang telah mencapai keadaan tepat jenuh adalah... a. Keadaan dimana suhu larutan bertambah b. larutan mengendap c. Proses melarut dan mengendap sama cepat d. Proses melarut meningkat e. Tepat terbentuk endapan 2. Persamaan untuk tetapan hasil kali kelarutan Hg 2 SO 4 adalah a. Ksp = [Hg + ] [SO 2-4 ] b. Ksp = [Hg 2+ ] [SO 2-4 ] c. Ksp = [Hg + ] 2 [SO 2-4 ] d. Ksp = [Hg + ] 2 [SO 4 - ] 2 e. Ksp = [Hg 2+ ] [SO 4 - ] 2 3. Persamaan kesetimbangan larutan jenuh PbI 2 yang benar adalah a. PbI 2 (s) Pb 2+ (aq)+i (aq) b. PbI 2(aq) Pb 2+ (aq) + I (aq) d. PbI 2(s) Pb 2+ (aq) + 2I (aq) e. PbI 2 (s) 2Pb 2+ (aq)+2i (aq) c. PbI 2(aq) Pb 2+ (aq) + 2I (aq) 4. Kelarutan AgBr adalah 7,07 x 10-7 mol/l. Tetapan hasil kali kelarutannya adalah a. 1,8 x d. 7,07 x 10-7 b. 4,9 x e. 7,07 x c. 49 x Nilai Ksp dan Q dapat digunakan untuk meramalkan pembentukan endapan. Endapan akan terbentuk jika a. Ksp sangat besar b. Ksp > Q c. Q <Ksp d. Q > Ksp e. Q = Ksp 6. Ketika larutan yang mengandung ion Barium ditetesi larutan yang mengandung ion Karbonat dengan volume tertentu, ternyata tidak terbentuk endapan BaCO 3 ini berarti... a. [Ba 2+ ] [CO 3 2- ] > Ksp BaCO 3 b. [Ba 2+ ] [CO 3 2- ] = Ksp BaCO 3 c. [Ba 2+ ][CO 3 2- ] < Ksp BaCO 3 d. [Ba 2+ ] [CO 3 2- ] 2 > Ksp BaCO 3 e. [Ba 2+ ] 2 [CO 3 2- ] < Ksp BaCO 3 7. Hasil kali kelarutan Ksp CaSO 4 = 2,5 x Kelarutan CaSO4 dalam 100 ml adalah a. 5,5 x 10-5 mol b. 5 x 10-3 mol c. 3,5 x 10-3 mol d. 3,5 x 10-2 mol e. 5 x 10-4 mol 8. Jika kelarutan suatu garam adalah x mol/l, maka pernyataan di bawah ini yang benar adalah.

130 121 a. x mol garam dilarutkan akan terbentuk endapan b. x mol garam dilarutkan akan terbentuk larutan lewat jenuh c. x mol garam akan larut dalam 1 gram air d. garam dilarutkan kurang dari x mol maka terbentuk endapan e. Dalam 1 L, jumlah maksimum garam yang dapat larut adalah x mol 9. Jika diketahui Ksp Cu(OH) 2 = 1,6 x dengan [OH - ] = 1 x 10-9 M, kelarutan Cu(OH) 2 adalah... a. 1,6 x 10-1 mol/l b. 1,0 x mol/l c. 1,0 x 10-9 mol/l d. 1,6 x 10-3 mol/l e. 1,6 x mol/l 10. Besarnya kelarutan zat padat dipengaruhi oleh a. ph, udara, kelembaban d. jenis zat terlarut, jenis zat pelarut, udara b. jenis zat terlarut, ph, kelembaban e. jenis zat terlarut, jenis pelarut, suhu c. jenis zat terlarut, ph, tekanan, udara 11. Larutan Fe(OH) 3 mempunyai kelarutan dalam air sebesar s mol/l, maka Ksp larutan tesebut adalah a. s 2 b. 9s 2 c. 27s 4 d. 4s 2 e. 81s Hasil perkalian konsentrasi ion-ion dalam larutan jenuh, masing-masing dipangkatkan dengan koefisien ionisasinya disebut... a. Zat terlarut d. Kelarutan b. Hubungan kelarutan c. Satuan kelarutan e. Tetapan hasil kali kelarutan 13. Perhatikan kesetimbangan yang terjadi dalam larutan jenuh Ag 2 CrO 4 Ag 2 CrO 4(s) 2Ag + 2- (aq)+cro 4 (aq) Jika konsentrasi Ag 2 CrO 4 dinyatakan dengan s, maka konsentrasi ion Ag + dalam larutan itu sama dengan 2s, dan konsentrasi ion CrO 2-4 sama dengan s. Di bawah ini pernyataan yang benar tentang hubungan nilai kelarutan (s) dengan Ksp adalah a. Ksp = s 2 b. Ksp = s 3 d. Ksp = 4s 3 e. Ksp = 4s 4 c. Ksp = 16 s Jika konsentrasi Ca 2+ dalam larutan jenuh CaF 2 = 2 x 10-4 M. Maka hasil kali kelarutan CaF 2 adalah a. 8,0 x 10-8 b. 3,2 x c. 2,3 x d. 1,6 x e. 4,0 x Kelarutan AgCl dalam air adalah 10-5 mol/l. kelarutan AgCl dalam larutan CaCl 2 0,05 M adalah a. 5 x d. 1 x 10-4

131 122 b e. 2 x 10-4 c Perhatikan tabel Ksp senyawa karbonat dengan konsentrasi ion pembentuknya: Rumus zat Ksp Berdasarkan data pada tabel di atas, endapan yang akan terbentuk jika ion (+) dan ion negatif (-) direaksikan adalah... a. MgCO 3 b. CaCO 3 c. SrCO 3 d. BaCO 3 e. FeCO Pernyataan berikut yang benar yaitu a. Basa lebih sukar larut dalam larutan yang bersifat asam dari pada dalam larutan netral b. Basa lebih mudah larut dalam larutan yang bersifat basa dari pada dalam larutan netral c. Basa lebih sukar larut dalam larutan netral d. Basa lebih mudah larut dalam larutan yang bersifat asam dari pada dalam larutan netral e. Larutan asam maupun basa tidak mempengaruhi kelarutan suatu basa 18. Al 2 (CO 3 ) 3 (s) 2Al (aq) + 3CO 3 (aq) Tetapan hasil kali kelarutan untuk Al 2 (CO 3 ) 3 adalah... a. Ksp Al 2 (CO 3 ) 3 = [Al 3+ ] 2 [CO 2-3 ] 3 b. Ksp Al 2 (CO 3 ) 3 = [CO 2-3 ] c. Ksp Al 2 (CO 3 ) 3 = [Al 3+ ] d. Ksp Al 2 (CO 3 ) 3 = [CO 2-3 ] / Al 2 (CO 3 ) 3 e. Ksp Al 2 (CO 3 ) 3 = [Al 2-3 ] / Al 2 (CO 3 ) Di antara senyawa Hg 2 Br 2, BaF 2, Ag 3 PO 4, Fe(OH) 3 masing masing kelarutannya adalah s mol/l. Yang memiliki harga Ksp = 27S 4 adalah. a. Hg 2 Br 2, BaF 2, Ag 3 PO 4 b. Hg 2 Br 2, Ag 3 PO 4 c. BaF 2, Ag 3 PO 4 Konsentrasi (mol L -1 ) Ion (+) Ion (-) MgCO 3 3,5 x ,0 x ,0 x 10-6 CaCO 3 9,0 x ,0 x ,0 x 10-5 SrCO 3 9,3 x ,0 x ,0 x 10-5 BaCO 3 8,9 x ,0 x ,0 x 10-5 FeCO 3 2,1 x 10-1,0 x ,0 x 10-4 d. Fe(OH) 3, Ag 3 PO 4 e. BaF 2, Fe(OH) Kelarutan AgCl dalam air pada suhu 25 0 C adalah 1,435 g/l. Kelarutan AgCl dalam larutan yang mengandung 0,1 M NaCl adalah.(ar Ag=108; Ar Cl= 35,5)

132 123 a. 1 x 10-2 M b. 1 x 10-4 M c. 1 x 10-5 M d. 1 x 10-3 M e. 1 x 10-6 M 21. Kelarutan didefinisikan sebagai.... a. Banyaknya mol zat terlarut dalam 1000 gram pelarut b. Jumlah maksimum zat yang dapat larut dalam sejumlah tertentu pelarut c. Hasil kali konsentrasi molar ion-ion dalam pelarut d. Tetapan hasil kali kelarutan konsentrasi molar ion-ion dalam larutan jenuh e. Besaran yang menunjukkan banyaknya zat terlarut 22. Persamaan Ksp suatu garam yang sukar larut [A + ] 2 [B 2- ] adalah 4s 3, maka rumus kimia garam tersebut adalah... a. AB b. A 2 B c. A 2 B Garam dengan kelarutan paling besar adalah. a. AgCl, Ksp = 1 x b. AgI, Ksp = 1 x c. Ag 2 CrO 4, Ksp = 3, d. AB 2 e. A 2 B 3 d. Ag 2 S, Ksp = 1, e. Ag 2 C 2 O 4, Ksp = 1, Diketahui : 1. Barium Hidroksida, 2. Perak Klorida, 3. Kalsium Karbonat, 4. Barium Fosfat, 5. Perak Bromida Zat-zat diatas yang memiliki kelarutan yang sama besar, jika Ksp-nya sama besar adalah... a. 2,3,4 b. 2,3,5 c. 1,2,3 d. 1,2,4 e. 1,3,5 25. Jika kelarutan senyawa berikut sama, maka yang mempunyai harga Ksp terbesar.... a. AgI d. Mg(OH) 2 b. Ba(PO 4 ) 2 e. Fe(OH) 3 c. Ag 2 CrO Diketahui Ksp PbSO 4 = 1,6 x Campuran yang tidak menghasilkan endapan PbSO 4 yaitu a. 50 ml larutan PbCl M dengan 50 ml larutan Na 2 SO M b. 500 ml larutan PbCl M dengan 500 ml larutan Na 2 SO M c. 100 ml larutan PbCl M dengan 100 ml larutan Na 2 SO M d. 100 ml larutan Pb(OH) M dengan 50 ml larutan H 2 SO M e. 500 ml larutan Pb(OH) M dengan 100 ml larutan H 2 SO M 27. Pernyataan berikut ini benar, kecuali... a. Penambahan ion sejenis akan menggeser kesetimbangan ke arah reaktan

133 124 b. Penambahan kation sejenis memperkecil kelarutan suatu zat c. Harga kelarutan suatu zat berubah jika dilakukan penambahan anion sejenis d. Penambahan ion sejenis memperkecil kelarutan suatu zat e. Penambahan ion sejenis memperbesar kelarutan suatu zat 28. Kelarutan garam AgCl bertambah kecil dalam larutan... a. NaCl dan NaCN b. NaCN dan AgNO 3 c. AgNO 3 dan NH 4 OH d. NaCl dan AgNO 3 e. NH 4 OH pekat 29. Disediakan: Gelas I : 0,01 M HCl Gelas IV : 0,20 M HCl Gelas II: 0,10 M HCl Gelas V : 2,00 M HCl Gelas III: 1,00 M HCl Jika ke dalam kelima gelas kimia itu dilarutkan sejumlah perak kloorida padat, maka perak klorida padat akan paling mudah larut dalam gelas kimia bernomor... a. I b. II c. III d. IV e. V 30. Kelarutan perak bromida yang terkecil terdapat dalam... a. Larutan AgCl 0,1 M d. Larutan Na2CrO4 0,01 M b. Larutan NaBr 0,2 M e. Larutan AgNO3 0,02 M c. Aquades 31. Fe(OH) 2 Fe OH - I. Penambahan padatan NaCl II. Penambahan Aquades III. Penambahan padatan FeCl 2 Pernyataan di atas yan memperkecil kelarutan Fe(OH) 2 adalah... a. I dan II b. II dan III c. I dan III 32. Kesetimbangan larutan pada reaksi: CaF 2 Ca F - Kelarutan akan menjadi besar apabila a. Suhu dinaikan b. Suhu diturunkan c. Konsentrasi dinaikan d. Hanya II e. Hanya III d. Diatur volumenya e. Kelarutan tak bisa diubah 33. Jika harga kelarutan dinyatakan dengan s maka larutan jenuh yang mempunyai harga Ksp=4s 3 adalah a. AgCl d. Ca 3 (PO 4 ) 2 b. Ag 2 CrO 4 e. AgNO 3 c. Al(OH) Pada kelarutan Zn(OH) 2, bila larutan tersebut berada dalam suasana lebih asam, maka... a. Konsentrasi ion hidroksida berkurang

134 125 b. Konsentrasi ion hidroksida bertambah c. Konsentrasi ion hidroksida tetap d. Konsentrasi ion Zn 2+ (aq) berkurang e. Seng hidroksida lebih sukar larut 35. Pada larutan jenuh AgI, terjadi kesetimbangan antara padatan AgI yang tak larut dengan... a. pelarutnya b. ion-ionnya c. atom-atomnya d. molekul-molekulnya e. air 36. Ksp Zn(OH) 2 pada T o C adalah 2 x 10-27, jika Zn(OH) 2 dilarutkan dalam larutan dengan ph = 8, maka konsentrasi maksimum ion Zn 2+ yang dapat larut adalah... a. 2 x d. 2 x b. 2 x e. 2 x c. 2 x Kelarutan L(OH) 2 dalam air sebesar 5x10-2 mol/l, maka kelarutan jenuh L(OH) 2 dalam air mempunyai ph sebesar... a. 10,3 d. 13 b. 9,7 e. 3,7 c. 1,2 38. Diketahui hasil kali kelarutan Mg(OH) 2 = 2 x 10-12, maka kelarutan Mg(OH) 2 pada larutan yang mempunyai ph = 12 adalah... a. 2 x 10-4 mol/l b. 2 x 10-5 mol/l c. 2 x 10-6 mol/l d. 2 x 10-7 mol/l e. 2 x 10-8 mol/l 39. Dalam 200 ml larutan hanya dapat terlarut 1,4 gram PbCl 2 (Ar Pb = 207; Cl = 35,5). Ksp PbCl 2 adalah a. 2,5 x 10-5 d. 2,5 x 10-6 b. 6,25 x 10-4 e. 62,5 x 10-4 c. 6,25 x Penambahan ion Ag + pada larutan yang mengadung ion I - ternyata membentuk endapan AgI, ini berarti... a. [Ag + ][I - ] < Ksp b. [Ag + ][I - ] > Ksp c. [Ag + ][I - ] = Ksp d. [Ag + ] < Ksp e. [I - ] < Ksp 41. Dalam suatu larutan terdapat ion ion Ca 2+, Sr 2+, Ba 2+, dan Pb 2+ dengan konsentrasi yang sama. Apabila larutan itu ditetesi dengan larutan NaSO 4, maka zat yang mula mula mengendap adalah... a. CaSO 4 ( Ksp = 2,4 x 10-5 ) b. SrSO 4 ( Ksp = 5,6 x 10-8 ) c. BaSO 4 ( Ksp = 1,1 x ) d. PbSO 4 (ksp = 1,1 x 10-8 ) e. Mengendap bersamaan

135 Dalam suatu larutan jenuh AgCl ditambahkan larutan AgNO 3 maka yang akan terjadi adalah. a. Penambahan AgNO 3 akan membuat kelarutan AgCl akan semakin besar b. Penambahan AgNO 3 akan membuat kelarutan AgCl akan semakin kecil c. Penambahan AgNO 3 akan memperbesar kelarutan ion Ag + d. Penambahan AgNO 3 akan memperbesar konsentrasi ion NO 3 - e. Penambahan AgNO 3 akan memperbesar kelarutan ion AgCl 43. Di dalam suatu larutan terdapat ion-ion X 2+, Y 2+ dan Z 2+ dengan kosentrasi masingmasing 0,1 M. Kedalam larutan ini ditambahkan NaOH padat, sehingga ph larutan menjadi 8. Berdasarkan data berikut: Ksp X(OH) 2 = 2, Ksp Y(OH) 2 = 4, Ksp Z(OH) = 1, Maka hidroksida yang mengendap adalah. a. X(OH) 2 b. Z(OH) 2 c. Y(OH) 2 dan Z(OH) 2 d. Y(OH) 2 e. X(OH) 2 dan Y(OH) Pernyataan berikut yang benar yaitu.... a. Pembentukan endapan mengisyaratkan kenaikan suhu larutan b. Pembentukan endapan mengisyaratkan menurunnya konsentrasi larutan c. Pembentukan endapan mengisyaratkan terjadi peningkatan kelarutan d. Pembentukan endapan mengisyaratkan harga Q melampaui harga Ksp e. Pembentukan endapan tidak mempengaruhi kelarutan 45. Menurut asas Le Chatelier, jika ion senama ditambahkan ke dalam larutan jenuh, maka a. Kelarutan zat bertambah b. Kelarutan zat berkurang c. Tidak terbentuk endapan d. Kesetimbangan bergeser ke kanan e. Kesetimbangan tidak bergeser 46. ph larutan jenuh suatu asam / basa dapat diketahui dari kelarutan zat tersebut dalam air, jika kelarutannya semakin besar maka... a. tidak ada pengaruh terhadap ph larutan (ph tetap) b. ph asam semakin kecil, ph basa semakin kecil c. ph asam semakin besar, ph basa semakin besar d. ph asam semakin besar, ph basa semakin kecil e. ph asam semakin kecil, ph basa semakin besar 47. Larutan jenuh dari L(OH) 2 mempunyai ph = 10, Ksp dari L(OH) 2 tersebut adalah. a b c d e

136 Dalam 200 ml larutan terdapat 2 x 10-5 mol Mg(OH) 2 jenuh, maka kelarutan Mg(OH) 2 dalam larutan ph 11 + log 2 adalah... a. 1 x 10-2 M d. 2 x 10-3 M b. 1 x 10-3 M e. 4 x 10-6 M c. 1 x 10-6 M 49. Salah satu komponen penyusun obat maag yaitu senyawa basa alumunium hidroksida. Ungkapan kelarutan senyawa Al(OH) 3 yaitu.... a. s = d. s = b. s = e. s = c. s = Ksp 50. Tingkat keasamaan larutan (ph) dapat mempengaruhi kelarutan dari berbagai zat. Senyawa Zn(OH) 2 umumnya sukar larut dalam larutan... a. Basa d. Gula b. Asam e. Benzena c. Air

137 128 Kunci Jawaban 1. E 11. C 21. B 31. E 41. C 2. C 12. E 22. B 32. B 42. B 3. D 13. D 23. A 33. A 43. E 4. B 14 B 24. B 34. A 44. D 5. D 15. B 25. A 35. C 45. B 6. E 16. C 26 E 36. C 46. E 7. E 17. D 27. E 37. D 47. A 8. E 18. A 28. B 38. E 48 C 9. A 19. D 29. E 39. A 49. B 10. E 20. D 30. D 40. B 50. A

138 Reliabilitas Daya Beda IK Validitas Butir Soal 129 Lampiran 15 Analisis Uji Coba Soal No. KO DE Nomer Soal UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC jumlah XY Xp 29, , , ,2 30, , ,5714 Xt 28,5 28,5 28,5 28,5 28,5 28,5 2 p 0,875 0,8125 0,875 0, ,6875 0, ,218 q 0,125 0,1875 0,125 0, ,3125 0, ,781 St 7, , , , , , ,77817 rbis 0, , , , , , ,48107 thitung 2, , , , , , ,0055 ttabel 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 kriteria valid valid tdk valid valid valid valid valid IK 0,875 0,8125 0,875 0, ,6875 0, ,218 Kriteria sedang sedang sedang sedang mudah sedang sangat mu BA BB JA JB Daya Beda 0,25 0,25 0,125 0,3125 0,375 0,1875 0,31 Kriteria Cukup Cukup Jelek Cukup Cukup Jelek Cukup Kriteria Soal Dipakai Dipakai Dibuang Dipakai Dipakai Dibuang Dipakai k/k-, M 28,5 M(K-M) 612,75 M(K-M)/KVt 0, [M(K-M)/KVt] 0, Reliabilitas 0,

139 Nomer Soal , , , ,5 33,6 36,125 34, , , , ,5 28,5 28,5 28,5 28,5 28,5 28,5 28,5 28,5 2 0, , , ,0625 0,3125 0,25 0, , ,1875 0,281 0, , , ,9375 0,6875 0,75 0, , ,8125 0,718 7, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 valid valid valid tdk valid valid valid valid tdk valid valid valid 0, , , ,0625 0,3125 0,25 0, , ,1875 0,281 sangat mudah sangat mudah mudah sangat mudah mudah sangat mudah mudah mudah sangat mudah sangat mu ,3125 0,4375 0,3125-0,125 0,25 0,375 0,8125 0,3125 0,375 0,43 Cukup Baik Cukup Sangat Jelek Cukup Cukup Baik Sekali Cukup Cukup Baik Dipakai Dipakai Dipakai Dibuang Dipakai Dipakai Dipakai Dibuang Dipakai Dipakai 130

140 Nomer Soal , , , , ,84 29, , , , ,5 28,5 28,5 28,5 28,5 28,5 28,5 28,5 28,5 2 0, , ,3125 0, ,75 0, , ,75 0, ,81 0, , ,6875 0, ,25 0, , ,25 0, ,18 7, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 valid tdk valid valid tdk valid valid valid tdk valid valid valid tdk valid 0, , ,3125 0, ,75 0, , ,75 0, ,81 sangat mudah mudah mudah sangat mudah sedang sedang sedang sedang sedang sedang ,4375-0,3125 0,25 0,0625 0,25 0,3125 0,0625 0,25 0, Baik Sangat Jelek Cukup Jelek Cukup Cukup Jelek Cukup Baik Cukup Dipakai Dibuang Dipakai Dibuang Dipakai Dipakai Dibuang Dipakai Dipakai Dibuang 131

141 Nomer Soal , , , ,2 28, ,5 29, , , , ,5 28,5 28,5 28,5 28,5 28,5 28,5 28,5 28,5 2 0,8125 0,875 0,8125 0,3125 0, ,375 0,9375 0, ,5 0,906 0,1875 0,125 0,1875 0,6875 0, ,625 0,0625 0, ,5 0,093 7, , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,2412 1, , , , , , , , , , ,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 tdk valid tdk valid valid valid tdk valid valid valid valid tdk valid tdk valid 0,8125 0,875 0,8125 0,3125 0, ,375 0,9375 0, ,5 0,906 sedang sedang sedang mudah sedang mudah sedang mudah mudah sedang ,25 0 0,25 0,375-0,0625 0,75 0,125 0,6875 0,25 0,06 Cukup Sangat Jelek Cukup Cukup Sangat Jelek Baik Sekali Jelek Baik Cukup Jelek Dibuang Dibuang Dipakai Dipakai Dibuang Dipakai Dibuang Dipakai Dibuang Dibuang 132

142 Nomer Soal , , ,92 33, , ,85 30, , ,3 32, ,5 28,5 28,5 28,5 28,5 28,5 28,5 28,5 28,5 2 0, ,875 0, , ,4375 0,625 0,75 0, ,3125 0,218 0, ,125 0, , ,5625 0,375 0,25 0, ,6875 0,781 7, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 tdk valid valid tdk valid valid tdk valid valid valid tdk valid tdk valid tdk valid 0, ,875 0, , ,4375 0,625 0,75 0, ,3125 0,218 sedang sedang sedang sangat mudah mudah mudah sedang sangat mudah mudah sangat mu ,0625 0,25-0,0625 0,4375 0,125 0,25 0,25 0, ,31 Jelek Cukup Sangat Jelek Baik Jelek Cukup Cukup Jelek Sangat Jelek Cukup Dibuang Dipakai Dibuang Dipakai Dibuang Dipakai Dipakai Dibuang Dibuang Dibuang 133

143 Nomer Soal Y Y² , ,8 34, , ,25 31,15 32, , ,5 28,5 28,5 28,5 28,5 28,5 28,5 28,5 0, ,625 0,5 0, ,625 0,625 0, ,75 0, ,375 0,5 0, ,375 0,375 0, ,25 7, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 tdk valid valid valid valid valid valid valid valid 0, ,625 0,5 0, ,625 0,625 0, ,75 sangat mudah mudah mudah sedang mudah mudah mudah sedang ,3125 0,5 0,75 0,1875 0,5 0,375 0,5625 0,25 Cukup Baik Baik Sekali Jelek Baik Cukup Baik Cukup Dibuang Dipakai Dipakai Dibuang Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai 134

144 135 Lampiran 16 Rumus yang digunakan: PERHITUNGAN VALIDITAS INSTRUMEN TES Keterangan: R pbis M p M t P S t Q = Koefisien korelasi point biserial = Skor rata-rata kelas yang menjawab benar butir yang bersangkutan = Skor rata-rata total = Proporsi peserta yang menjawab benar butir yang bersangkutan = Standar deviasi skor total = 1 p Kriteria: Apabila t hitung > t tabel, maka soal tersebut valid. Berikut ini adalah perhitungan instrumen tes butir soal no. 1. Untuk butir soal nomor selanjutnya digunakan rumus yang sama. No Kode X Y Y 2 1 UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC No Kode X Y Y 2 17 UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC jumlah

145 136 Diketahui: = 0.47 Dengan taraf signifikasi 5% dan jumlah siswa 32, maka diperoleh t tabel sebesar 1,7. Dari perhitungan diatas diperoleh t hitung > t tabel, maka butir soal nomor 1 valid.

146 137 Lampiran 17 PERHITUNGAN TINGKAT KESUKARAN BUTIR SOAL Rumus: Keterangan: P : Indeks kesukaran B : Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar JS : Jumlah seluruh pengikut tes No Kode X 1 UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC-18 1 No Kode X 17 UC- 18 UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC-13 0 jumlah 28 Kriteria: Inteval P = 1,00 0,7< P< 0,1 0,3< P 0,7 0,0< P 0,3 P =0,00 Kriteria Sangat Mudah Mudah Sedang Sukar Sangat Sukar Nilai perhitungan berada pada interval 0.7 < P < 0.1, sehingga butir soal nomor 1 tergolong mudah.

147 138 Lampiran 18 PERHITUNGAN DAYA BEDA SOAL Rumus: Keterangan: DB =Daya pembeda BA =banyaknya siswa kelompok atas yang menjawab benar BB =banyaknya siswa kelompok bawah yang menjawab benar JA =banyaknya siswa pada kelompok atas JB =banyaknya siswa pada kelompok bawah Perhitungan: Berikut ini contoh perhitungan pada butir soal no 1, selanjutnya untuk butir soal yang lain dihitung dengan cara yang sama dan diperoleh seperti pada tabel analisis butir soal. Kelas Atas No Kode Skor 1 UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC-18 1 Jumlah Skor 16 Kelas Bawah No Kode Skor 17 UC- 18 UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC-13 0 Jumlah Skor 12

148 139 Kriteria: Inteval 0,7< DB 1,0 0,4< DB 0,7 0,2< DB 0,4 0,0< DB 0,2 DB< 0,00 Kriteria Baik Sekali Baik Cukup Jelek Sangat Jelek Nilai perhitungan berada pada interval 0.2 < DB < 0.4, sehingga daya beda butir soal nomor 1 tergolong cukup.

149 140 Lampiran 19 Menggunakan rumus KR.21 PERHITUNGAN RELIABILITAS INSTRUMEN TES Keterangan: r 11 k M Vt : reliabilitas tes secara keseluruhan : Banyaknya butir soal : rata-rata skor total (Y) : Varians skor total = kuadrat simpangan baku skor total Kriteria: Apabila r 11 > r tabel, maka instrumen tersebut reliabel. Diketahui: k = 50 M = 29,03 St = 7.53

150 Lampiran KISI- KISI SOAL POSTTEST MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN No. Materi Indikator 1. Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Menjelaskan kesetimbangan dalam larutan jenuh atau larutan garam yang sukar larut Menghubungkan tetapan hasil kali kelarutan dengan tingkat kelarutan atau pengendapannya Menuliskan ungkapan berbagai Ksp elektrolit yang sukar larut dalam air Menjelaskan faktor yang mempengaruhi kelarutan Menghitung kelarutan suatu elektrolit yang sukar larut berdasarkan data harga Ksp atau sebaliknya Menjelaskan pengaruh penambahan ion senama dalam larutan Penyebaran C1 C2 C3 C4 1, 9, , 13, , , 5, 7, 24 18, 27 19, 20 11, 14 Menentukan ph larutan dari harga Ksp-nya 23, 28, 29 atau sebaliknya Memperkirakan terbentuknya endapan berdasarkan harga Ksp 4, 16, Jumlah persentase 20% 43% 33% 3%

151 Lampiran 21 SOAL POST-TEST MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN KELAS XI SEMESTER Berikut pernyataan yang benar mengenai suatu larutan yang telah mencapai keadaan tepat jenuh adalah... a. Keadaan dimana suhu larutan bertambah b. larutan mengendap c. Proses melarut dan mengendap sama cepat d. Proses melarut meningkat e. Tepat terbentuk endapan 2. Persamaan untuk tetapan hasil kali kelarutan Hg 2 SO 4 adalah a. Ksp = [Hg + ] [SO 2-4 ] b. Ksp = [Hg 2+ ] [SO 2-4 ] c. Ksp = [Hg + ] 2 [SO 2-4 ] d. Ksp = [Hg + ] 2 [SO 4 - ] 2 e. Ksp = [Hg 2+ ] [SO 4 - ] 2 3. Kelarutan AgBr adalah 7,07 x 10-7 mol/l. Tetapan hasil kali kelarutannya adalah a. 1,8 x d. 7,07 x 10-7 b. 4,9 x e. 7,07 x c. 49 x Nilai Ksp dan Q dapat digunakan untuk meramalkan pembentukan endapan. Endapan akan terbentuk jika a. Ksp sangat besar b. Ksp > Q c. Q <Ksp d. Q > Ksp e. Q = Ksp 5. Hasil kali kelarutan Ksp CaSO 4 = 2,5 x Kelarutan CaSO4 dalam 100 ml adalah a. 5,5 x 10-5 mol b. 5 x 10-3 mol c. 3,5 x 10-3 mol d. 3,5 x 10-2 mol e. 5 x 10-4 mol 6. Jika kelarutan suatu garam adalah x mol/l, maka pernyataan di bawah ini yang benar adalah. a. x mol garam dilarutkan akan terbentuk endapan b. x mol garam dilarutkan akan terbentuk larutan lewat jenuh c. x mol garam akan larut dalam 1 gram air d. garam dilarutkan kurang dari x mol maka terbentuk endapan e. Dalam 1 L, jumlah maksimum garam yang dapat larut adalah x mol 7. Jika diketahui Ksp Cu(OH) 2 = 1,6 x dengan [OH - ] = 1 x 10-9 M, kelarutan Cu(OH) 2 adalah... a. 1,6 x 10-1 mol/l b. 1,0 x mol/l c. 1,0 x 10-9 mol/l d. 1,6 x 10-3 mol/l e. 1,6 x mol/l

152 Larutan Fe(OH) 3 mempunyai kelarutan dalam air sebesar s mol/l, maka Ksp larutan tesebut adalah a. s 2 d. 4s 2 b. 9s 2 e. 81s 3 c. 27s 4 9. Hasil perkalian konsentrasi ion-ion dalam larutan jenuh, masing-masing dipangkatkan dengan koefisien ionisasinya disebut... a. Zat terlarut d. Kelarutan b. Hubungan kelarutan e. Tetapan hasil kali kelarutan c. Satuan kelarutan 10. Perhatikan kesetimbangan yang terjadi dalam larutan jenuh Ag 2 CrO 4 Ag 2 CrO 4(s) 2Ag + 2- (aq)+cro 4 (aq) Jika konsentrasi Ag 2 CrO 4 dinyatakan dengan s, maka konsentrasi ion Ag + dalam larutan itu sama dengan 2s, dan konsentrasi ion CrO 2-4 sama dengan s. Di bawah ini pernyataan yang benar tentang hubungan nilai kelarutan (s) dengan Ksp adalah a. Ksp = s 2 d. Ksp = 4s 3 b. Ksp = s 3 e. Ksp = 4s 4 c. Ksp = 16 s Kelarutan AgCl dalam air adalah 10-5 mol/l. kelarutan AgCl dalam larutan CaCl 2 0,05 M adalah a. 5 x b c d. 1 x 10-4 e. 2 x Perhatikan tabel Ksp senyawa karbonat dengan konsentrasi ion pembentuknya: Rumus zat Ksp Konsentrasi (mol L -1 ) Ion (+) Ion (-) MgCO 3 3,5 x ,0 x ,0 x 10-6 CaCO 3 9,0 x ,0 x ,0 x 10-5 SrCO 3 9,3 x ,0 x ,0 x 10-5 BaCO 3 8,9 x ,0 x ,0 x 10-5 FeCO 3 2,1 x 10-1,0 x ,0 x 10-4 Berdasarkan data pada tabel di atas, endapan yang akan terbentuk jika ion (+) dan ion negatif (-) direaksikan adalah... a. MgCO 3 b. CaCO 3 c. SrCO 3 d. BaCO 3 e. FeCO 3

153 Al 2 (CO 3 ) 3 (s) 2Al (aq) + 3CO 3 (aq) Tetapan hasil kali kelarutan untuk Al 2 (CO 3 ) 3 adalah... a. Ksp Al 2 (CO 3 ) 3 = [Al 3+ ] 2 [CO 2-3 ] 3 b. Ksp Al 2 (CO 3 ) 3 = [CO 2-3 ] c. Ksp Al 2 (CO 3 ) 3 = [Al 3+ ] d. Ksp Al 2 (CO 3 ) 3 = [CO 2-3 ] / Al 2 (CO 3 ) 3 e. Ksp Al 2 (CO 3 ) 3 = [Al 2-3 ] / Al 2 (CO 3 ) Kelarutan AgCl dalam air pada suhu 25 0 C adalah 1,435 g/l. Kelarutan AgCl dalam larutan yang mengandung 0,1 M NaCl adalah.(ar Ag=108; Ar Cl= 35,5) a. 1 x 10-2 M b. 1 x 10-4 M c. 1 x 10-5 M d. 1 x 10-3 M e. 1 x 10-6 M 15. Kelarutan didefinisikan sebagai.... a. Banyaknya mol zat terlarut dalam 1000 gram pelarut b. Jumlah maksimum zat yang dapat larut dalam sejumlah tertentu pelarut c. Hasil kali konsentrasi molar ion-ion dalam pelarut d. Tetapan hasil kali kelarutan konsentrasi molar ion-ion dalam larutan jenuh e. Besaran yang menunjukkan banyaknya zat terlarut 16. Garam dengan kelarutan paling besar adalah. a. AgCl, Ksp = 1 x b. AgI, Ksp = 1 x c. Ag 2 CrO 4, Ksp = 3, d. Ag 2 S, Ksp = 1, e. Ag 2 C 2 O 4, Ksp = 1, Diketahui : 1. Barium Hidroksida, 2. Perak Klorida, 3. Kalsium Karbonat, 4. Barium Fosfat, 5. Perak Bromida Zat-zat diatas yang memiliki kelarutan yang sama besar, jika Ksp-nya sama besar adalah... a. 2,3,4 b. 2,3,5 c. 1,2,3 d. 1,2,4 e. 1,3,5 18. Pernyataan berikut ini benar, kecuali... a. Penambahan ion sejenis akan menggeser kesetimbangan ke arah reaktan b. Penambahan kation sejenis memperkecil kelarutan suatu zat c. Harga kelarutan suatu zat berubah jika dilakukan penambahan anion sejenis d. Penambahan ion sejenis memperkecil kelarutan suatu zat e. Penambahan ion sejenis memperbesar kelarutan suatu zat 19. Kelarutan garam AgCl bertambah kecil dalam larutan... a. NaCl dan NaCN b. NaCN dan AgNO 3 c. AgNO 3 dan NH 4 OH d. NaCl dan AgNO 3

154 145 e. NH 4 OH pekat 20. Kelarutan perak bromida yang terkecil terdapat dalam... a. Larutan AgCl 0,1 M d. Larutan Na2CrO4 0,01 M b. Larutan NaBr 0,2 M e. Larutan AgNO3 0,02 M c. Aquades 21. Kesetimbangan larutan pada reaksi: CaF 2 Ca F - Kelarutan akan menjadi besar apabila a. Suhu dinaikan b. Suhu diturunkan c. Konsentrasi dinaikan d. Diatur volumenya e. Kelarutan tak bisa diubah 22. Pada larutan jenuh AgI, terjadi kesetimbangan antara padatan AgI yang tak larut dengan... a. pelarutnya d. molekul-molekulnya b. ion-ionnya e. air c. atom-atomnya 23. Kelarutan L(OH) 2 dalam air sebesar 5x10-2 mol/l, maka kelarutan jenuh L(OH) 2 dalam air mempunyai ph sebesar... a. 10,3 d. 13 b. 9,7 e. 3,7 c. 1,2 24. Dalam 200 ml larutan hanya dapat terlarut 1,4 gram PbCl 2 (Ar Pb = 207; Cl = 35,5). Ksp PbCl 2 adalah a. 2,5 x 10-5 d. 2,5 x 10-6 b. 6,25 x 10-4 e. 62,5 x 10-4 c. 6,25 x Penambahan ion Ag + pada larutan yang mengadung ion I - ternyata membentuk endapan AgI, ini berarti... a. [Ag + ][I - ] < Ksp b. [Ag + ][I - ] > Ksp c. [Ag + ][I - ] = Ksp d. [Ag + ] < Ksp e. [I - ] < Ksp 26. Pernyataan berikut yang benar yaitu.... a. Pembentukan endapan mengisyaratkan kenaikan suhu larutan b. Pembentukan endapan mengisyaratkan menurunnya konsentrasi larutan c. Pembentukan endapan mengisyaratkan terjadi peningkatan kelarutan d. Pembentukan endapan mengisyaratkan harga Q melampaui harga Ksp e. Pembentukan endapan tidak mempengaruhi kelarutan 27. Menurut asas Le Chatelier, jika ion senama ditambahkan ke dalam larutan jenuh, maka a. Kelarutan zat bertambah b. Kelarutan zat berkurang c. Tidak terbentuk endapan d. Kesetimbangan bergeser ke kanan

155 146 e. Kesetimbangan tidak bergeser 28. Larutan jenuh dari L(OH) 2 mempunyai ph = 10, Ksp dari L(OH) 2 tersebut adalah. a d b e c Dalam 200 ml larutan terdapat 2 x 10-5 mol Mg(OH) 2 jenuh, maka kelarutan Mg(OH) 2 dalam larutan ph 11 + log 2 adalah... a. 1 x 10-2 M b. 1 x 10-3 M c. 1 x 10-6 M d. 2 x 10-3 M e. 4 x 10-6 M 30. Salah satu komponen penyusun obat maag yaitu senyawa basa alumunium hidroksida. Ungkapan kelarutan senyawa Al(OH) 3 yaitu.... a. s = b. s = c. s = Ksp d. s = e. s =

156 147 Kunci Jawaban 1. E 11. B 21. B 2. C 12. E 22. B 3. B 13. A 23. D 4. D 14 D 24. A 5. E 15. B 25. B 6. E 16. A 26 D 7. A 17. B 27. B 8. C 18. E 28. A 9. E 19. D 29. C 10. D 20. B 30. B

157 148 Lampiran 22 RUBRIK PENILAIAN AFEKTIF SISWA No. Aspek yang dinilai Indikator yang sering muncul Gradasi tingkat ketercapaian 1. Bertanya Bertanya dengan mengacungkan jari 4 = apabila 3 indikator Memulai pertanyaan setelah dipersilahkan Pertanyaan disampaikan dengan runtut dan jelas Pertanyaan logis sesuai dengan topik bahasan yang sedang dibahas muncul 3 = apabila 2 indikator muncul 2 = apabila 1 indikator muncul 1 = apabila tidak ada indikator yang muncul 2. Menyumbangkan ide atau pendapat 3. Menjadi pendengar yang baik Berpendapat dengan mengacungkan jari Mengemukakan pendapat setelah dipersilahkan Pendapat disampaikan secara runtut dan jelas Pendapat logis dan sesuai dengan topik bahasan yang dibahas Mendengarkan teman yang sedang menyampaikan hasil Mendengarkan teman yang sedang mengajukan pertanyaan Mendengarkan jawaban teman Mendengarkan pendapat yang pro maupun yang kontra 4. Bekerjasama Kemauan dalam membantu teman kelompoknya Kemauan membagi tugas dalam kelompoknya Kemampuan untuk mengorganisir kelompoknya Kemampuan berkomunikasi dengan teman kelompoknya 4 = apabila 3 indikator muncul 3 = apabila 2 indikator muncul 2 = apabila 1 indikator muncul 1 = apabila tidak ada indikator yang muncul 4 = apabila 3 indikator muncul 3 = apabila 2 indikator muncul 2 = apabila 1 indikator muncul 1 = apabila tidak ada indikator yang muncul 4 = apabila 3 indikator muncul 3 = apabila 2 indikator muncul 2 = apabila 1 indikator muncul 1 = apabila tidak ada indikator yang muncul

158 149 Lampiran 23 ANALISIS NILAI AFEKTIF SISWA KELAS EKSPERIMEN No Kode Siswa Aspek yang dinilai Jumlah Skor Kriteria 1 PE sangat baik 2 PE sangat baik 3 PE sangat baik 4 PE sangat baik 5 PE baik 6 PE sangat baik 7 PE sangat baik 8 PE sangat baik 9 PE sangat baik 10 PE sangat baik 11 PE sangat baik 12 PE sangat baik 13 PE sangat baik 14 PE sangat baik 15 PE sangat baik 16 PE sangat baik 17 PE sangat baik 18 PE sangat baik 19 PE sangat baik 20 PE sangat baik 21 PE sangat baik 22 PE sangat baik 23 PE baik 24 PE sangat baik 25 PE sangat baik 26 PE sangat baik 27 PE sangat baik 28 PE sangat baik 29 PE sangat baik 30 PE sangat baik 31 PE sangat baik 32 PE sangat baik Jumlah Rata-rata 2, , , , Kriteria baik baik baik baik

159 150 ANALISIS NILAI AFEKTIF SISWA KELAS KONTROL No Kode Siswaspek yang dinilai Jumlah Skor Kriteria PE sangat baik 2 PE baik 3 PE sangat baik 4 PE sangat baik 5 PE baik 6 PE baik 7 PE baik 8 PE sangat baik 9 PE baik 10 PE sangat baik 11 PE baik 12 PE sangat baik 13 PE baik 14 PE baik 15 PE sangat baik 16 PE baik 17 PE baik 18 PE baik 19 PE cukup 20 PE sangat baik 21 PE sangat baik 22 PE sangat baik 23 PE baik 24 PE baik 25 PE baik 26 PE sangat baik 27 PE baik 28 PE baik 29 PE baik 30 PE baik 31 PE sangat baik 32 PE sangat baik Jumlah rata-rata 2,5 2, ,9706 3, Kriteria cukup baik baik baik

160 151 Lampiran 24 PERHITUNGAN RELIABILITAS ASPEK AFEKTIF SISWA RATERS VARIASI JK db MK RESPONDEN Xp ( xp)2 A B C JKT 72, JK antar raters 0, JKs 58, , JKr 13, , r11 0, r11 0, Xp ( xp)

161 152 Lampiran 25 PEDOMAN PENYEKORAN ASPEK PSIKOMOTORIK SISWA No. Aspek Skor Kriteria 1 Persiapan alat dan bahan 5 Membawa buku pedoman praktikum, membawa buku kimia lain, membuat rancangan praktikum dan menyelesaikan lembar prediksi 4 Tidak melaksanakan satu diantaranya 3 Tidak melaksanakan dua diantaranya 2 Tidak melaksanakan tiga diantaranya 1 Tidak melaksanakan semuanya. 2 Keterampilan menggunakan alat 3 Kecakapan siswa dalam melakukan percobaan 5 Mengetahui alat, fungsi, dan penggunaan 4 Mengetahui alat, fungsi, tetapi tidak dapat menggunakan 3 Tidak mengetahui alat dan fungsinya, tatapi dapat menggunakan 2 Mengetahui alat, tetapi tidak mengetahui fungsi serta tidak mengetahui cara menggunakan 1 Tidak mengatahui baik alat, fungsi maupun penggunaan 5 Siswa mampu melakukan percobaan tanpa bantuan guru dan temannya 4 Siswa mampu melakukan percobaan setelah mendapat bantuan dari guru 3 Siswa mampu melakukan percobaan setelah mendapat bantuan dari temannya 2 Siswa mampu melakukan percobaan setelah mendapt bantuan dari guru dan temannya. 1 Siswa tidak mampu melakukan percobaan 4 Kerjasama dalam kelompok 5 Siswa mampu bekerja sama dengan memberi bantuan kepada anggota kelompoknya maupun anggota kelompok lain 4 Siswa mampu bekerjasama hanya dengan anggota kelompoknya saja dengan baik 3 Siswa hanya mampu bekerjasama dengan beberapa orang dalam kelompoknya 2 Siswa kurang mampu bekerjasama antar anggota kelompok dan kelompok lain. 1 Siswa tidak mau memberi bantuan kepada siapapun 5 Kebersihan ruang dan alat 5 Membersihkan alat-alat praktikum, meletakkan alat praktikum di tempat semula dengan rapi, dan meninggalkan laboratorium dalam

162 153 6 Kemampuan membuat laporan praktikum keadaan bersih 4 Membersihkan alat-alat praktikum, meletakkan alat praktikum di tempat semula dengan rapi, dan meninggalkan laboratorium dalam keadaan kurang bersih 3 Membersihkan alat-alat praktikum, meletakkan alat praktikum di tempat semula dengan tidak rapi, dan meninggalkan laboratorium dalam keadaan bersih 2 Tidak membersihkan alat-alat praktikum, meletakkan alat praktikum di tempat semula dengan rapi dan meninggalkan laboratorium dalam keadaan kurang bersih 1 Meninggalkan laboratorium tanpa membersihkan alat dan tempat praktikum 5 Siswa mampu membuat pembahasan dan simpulan dengan benar tanpa bantuan dari guru. 4 Siswa mampu membuat simpulan dengan benar tanpa bantuan dari guru 3 Siswa mampu membuat pembahasan tanpa bantuan dari guru. 2 Siswa mampu membuat pembahasan dan simpulan dengan benar setelah mendapat bantuan dari guru. 1 Siswa tidak dapat membuat simpulan dan pembahasan dengan benar

163 154 Lampiran 26 ANALISIS NILAI PSIKOMOTORIK SISWA KELAS EKSPERIMEN No Kode Siswa Aspek yang dinilai Jumlah Skor Kriteria 1 P-E sangat baik 2 P-E baik 3 P-E baik 4 P-E baik 5 P-E baik 6 P-E sangat baik 7 P-E sangat baik 8 P-E baik 9 P-E baik 10 P-E sangat baik 11 P-E sangat baik 12 P-E sangat baik 13 P-E baik 14 P-E baik 15 P-E baik 16 P-E sangat baik 17 P-E sangat baik 18 P-E baik 19 P-E sangat baik 20 P-E sangat baik 21 P-E baik 22 P-E sangat baik 23 P-E baik 24 P-E sangat baik 25 P-E sangat baik 26 P-E sangat baik 27 P-E baik 28 P-E baik 29 P-E sangat baik 30 P-E baik 31 P-E baik 32 P-E sangat baik Jumlah Rata-rat 5 3,594 3,781 4,094 3,969 3,906 Kriteria angat bai baik baik angat bai baik baik

164 155 ANALISIS NILAI PSIKOMOTORIK SISWA KELAS KONTROL No Kode Siswa Aspek yang dinilai Jumlah Skor Kriteria 1 P-K baik 2 P-K baik 3 P-K baik 4 P-K baik 5 P-K baik 6 P-K baik 7 P-K baik 8 P-K baik 9 P-K sangat baik 10 P-K sangat baik 11 P-K baik 12 P-K baik 13 P-K baik 14 P-K baik 15 P-K baik 16 P-K baik 17 P-K baik 18 P-K baik 19 P-K baik 20 P-K baik 21 P-K baik 22 P-K baik 23 P-K baik 24 P-K baik 25 P-K baik 26 P-K baik 27 P-K baik 28 P-K baik 29 P-K baik 30 P-K baik 31 P-K baik 32 P-K sangat baik Jumlah Rata-rata 5 3,531 3,563 3,844 3,531 3,719 Kriteria angat bai baik baik baik baik baik

165 156 Lampiran 27 PERHITUNGAN RELIABILITAS ASPEK PSIKOMOTORIK SISWA RATERS VARIASI JK db MK RESPONDEN Xp ( xp)2 A B C JKT 50, JK antar raters 0, JKs 41, , JKr 8, , r11 0, r11 0, Xp ( xp)

166 157 Lampiran 28 ANGKET TANGGAPAN SISWA TERHADAP PEMBELAJARAN Nama : Kelas/ No. Absen : Petunjuk Pengisian : 1. Jawablah pertanyaan-petanyaan berikut ini dengan sebenar-benarnya. 2. Angket ini tidak berpengaruh terhadap hasil belajar anda. 3. Baca dengan seksama petunjuk dan pernyataan di bawah ini sebelum anda mengisi. 4. Pilih salah satu jawaban yang sesuai dengan kenyataan yang Anda alami, dengan cara memebri tanda (v) pada salah satu option. 5. Tanyakan jika ada kesulitan. No. Pernyataan 1. Saya lebih memahami materi kelarutan dan hasil kali kelarutan yang diajarkan menggunakan model pembelajaran Treffinger berbantuan LKS 2. Model pembelajaran Treffinger berbantuan LKS membuat saya lebih termotivasi untuk mempelajari kimia. 3. Saya sangat senang jika penggunaan model pembelajaran Treffinger berbantuan LKS ini juga dilaksanakan oleh guru-guru yang lain. 4. Setelah mengikuti pembelajaran ini saya dapat mengkaitkan materi kelarutan dan hasil kali kelarutan dalam kehidupan seharihari 5. Model pembelajaran Treffinger berbantuan LKS melatih kerja sama dalam kelompok. 6. Saya lebih suka mempelajari kimia dengan menggunakan media LKS 7. Setelah mengikuti pembelajaran ini saya lebih percaya diri dalam bertanya dan mengutarakan pendapat 8. Model pembelajaran Treffinger berbantuan LKS sangat sesuai jika diterapkan dalam pelajaran kimia. 9. Model pembelajaran Treffinger berbantuan LKS membuat proses belajar mengajar lebih aktif. 10. Model pembelajaran Treffinger berbantuan LKS membuat Saya lebih mudah memahami materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. Tanggapan SS S TS STS Keterangan: SS :Setuju Sekali S :Setuju TS STS :Tidak Setuju :Sangat Tidak Setuju

167 Lampiran ANALISIS ANGKET RESPON SISWA DAN PERHITUNGAN RELIABILITAS Terhadap Model Pembelajaran CPS Tipe Treffinger Berbantuan Lembar Kerja Siswa No Nama JUMLAH RESPON SISWA JML KUADRAT 1 A TINGGI A TINGGI A TINGGI A TINGGI A TINGGI A SANGAT TINGGI A SANGAT TINGGI A SANGAT TINGGI A SANGAT TINGGI A TINGGI A TINGGI A TINGGI A TINGGI A TINGGI A TINGGI A SANGAT TINGGI A TINGGI A TINGGI A TINGGI A TINGGI A TINGGI A TINGGI A SANGAT TINGGI A TINGGI A SANGAT TINGGI A TINGGI A TINGGI A TINGGI A TINGGI A TINGGI A SANGAT TINGGI A TINGGI 961 JUMLAH ( X²) S 2 t 98, S 2 1 S 2 2 S 2 3 S 2 4 S 2 5 S 2 6 S 2 7 S 2 8 S 2 9 S 2 10 S 2 i r11 0, ,101,145,2986 1,1728 1,4159 0,8889 1,2284 1,101,1196 1, ,683642

168 159 Lampiran 30 Angket Tanggapan Siswa Terhadap Pembelajaran Pernyataan No KODE Saya lebih memahami materi kelarutan dan hasil kali kelarutan yang diajarkan menggunakan model pembelajaran CPS tipe Treffinger berbantuan LKS Model pembelajaran CPS tipe Treffinger berbantuan LKS membuat saya lebih termotivasi untuk mempelajari kimia. SS S TS STS SS S TS STS 1 E E-02 3 E-03 4 E-04 5 E-05 6 E-06 7 E-07 8 E-08 9 E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E-32 Skor 2,0 27,0 3,0 0,0 3,0 25,0 4,0 0,0 % Pemilih 6,06 81,82 9,09 0,00 9,09 75,76 12,12 0,00

169 160 Angket Tanggapan Siswa Terhadap Pembelajaran Pernyataan Saya sangat senang jika penggunaan model pembelajaran CPS tipe Treffinger berbantuan LKS ini juga dilaksanakan oleh guru-guru yang lain. Setelah mengikuti pembelajaran ini saya dapat mengkaitkan materi kelarutan dan hasil kali kelarutan dalam kehidupan sehari-hari SS S TS STS SS S TS STS 7,0 21,0 4,0 0,0 5,0 24,0 3,0 0,0 21,21 63,64 12,12 0,00 15,15 72,73 9,09 0,00

170 161 Angket Tanggapan Siswa Terhadap Pembelajaran Pernyataan Model pembelajaran CPS tipe Treffinger berbantuan LKS melatih kerja sama dalam kelompok. Saya lebih suka mempelajari kimia dengan menggunakan media LKS SS S TS STS SS S TS STS 13,0 15,0 4,0 0,0 0,0 20,0 12,0 0,0 39,39 45,45 12,12 0,00 0,00 60,61 36,36 0,00

171 162 Angket Tanggapan Siswa Terhadap Pembelajaran Pernyataan Setelah mengikuti pembelajaran ini saya lebih percaya diri dalam bertanya dan mengutarakan pendapat Model pembelajaran CPS tipe Treffinger berbantuan LKS sangat sesuai jika diterapkan dalam pelajaran kimia. SS S TS STS SS S TS STS 5,0 24,0 3,0 0,0 3,0 26,0 3,0 0,0 15,15 72,73 9,09 0,00 9,09 78,79 9,09 0,00

172 163 Angket Tanggapan Siswa Terhadap Pembelajaran Pernyataan Model pembelajaran CPS tipe Treffinger berbantuan LKS membuat proses belajar mengajar lebih aktif. Model pembelajaran CPS tipe Treffinger berbantuan LKS membuat Saya lebih mudah memahami materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. SS S TS STS SS S TS STS 3,0 24,0 5,0 0,0 6,0 24,0 2,0 0,0 9,09 72,73 15,15 0,00 18,18 72,73 6,06 0,00

173 164 Lampiran 31 DOKUMENTASI PENELITIAN Uji Coba Soal PBM kelas eksperimen PBM kelas kontrol PBM kelas eksperimen Praktikum kelas kontrol Praktikum kelas eksperimen Posttest kelas kontrol Posttest kelas eksperimen

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMA Kemala Bhayangkari Bandung yang terletak di jalan Palasari No. 46 Bandung, Jawa Barat. Sekolah yang berdiri di bawah naungan

Lebih terperinci

I. STANDAR KOMPETENSI 4. Memahami sifat-sifat larutan asam-basa, metode pengukuran, dan terapannya.

I. STANDAR KOMPETENSI 4. Memahami sifat-sifat larutan asam-basa, metode pengukuran, dan terapannya. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KELARUTAN DAN HASILKALI KELARUTAN SEKOLAH : SMAN 6 SURABAYA MATA PELAJARAN : KIMIA KELAS / SEMESTER : XI / 2 (dua) ALOKASI WAKTU : 2x45 menit I. STANDAR KOMPETENSI

Lebih terperinci

BAB 8. Jika Anda memasukkan satu sendok gula ke dalam segelas air, kemudian Anda. Kelarutan Garam Sukar Larut. Kata Kunci.

BAB 8. Jika Anda memasukkan satu sendok gula ke dalam segelas air, kemudian Anda. Kelarutan Garam Sukar Larut. Kata Kunci. Kimia XI SMA 205 BAB 8 Kelarutan Garam Sukar Larut Gambar Larutan Tujuan Pembelajaran: Setelah mempelajari bab ini, Anda diharapkan mampu: 1. Menjelaskan kesetimbangan dalam larutan jenuh atau larutan

Lebih terperinci

skripsi disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan oleh : ERSA ERFAWAN

skripsi disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan oleh : ERSA ERFAWAN EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING BERBANTUAN BUKU SAKU PADA HASIL BELAJAR KIMIA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN SISWA SMAN 1 AMBARAWA skripsi disajikan sebagai salah satu

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Mata Pelajaran Satuan Pendidikan Kelas/semester Alokasi Waktu Pertemuan ke- : Kimia : SMA : XI/2 : 2 x 45 menit : 9 (sembilan) Standar Kompetensi : 4. Memahami sifat-sifat

Lebih terperinci

kimia K-13 KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN K e l a s A. Kelarutan Garam (Elektrolit) Tujuan Pembelajaran

kimia K-13 KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN K e l a s A. Kelarutan Garam (Elektrolit) Tujuan Pembelajaran K-1 kimia K e l a s XI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan 1. Memahami tentang kelarutan garam (elektrolit). 2. Memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap,

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap, proses, dan produk. Sains (fisika) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. eksperimen ini belu memenuhi persyaratan seperti cara eksperimen yang dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. eksperimen ini belu memenuhi persyaratan seperti cara eksperimen yang dapat 31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pre-experimental design atau eksperimen semu. Disebut demikian karena eksperimen

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Prototipe Produk 1. Pengumpulan Data Awal a. Analisis Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) Analisis KBM dilakukan dengan melakukan wawancara kepada guru kimia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi. eksperimen dengan one group pre-test and post-test design.

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi. eksperimen dengan one group pre-test and post-test design. BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi eksperimen dengan one group pre-test and post-test design. Pada metode ini diperlukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. meningkatkan prestasi belajar dan aktivitas peserta didik dalam proses dan

BAB III METODE PENELITIAN. meningkatkan prestasi belajar dan aktivitas peserta didik dalam proses dan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas dimaksudkan untuk memberikan informasi terhadap tindakan yang tepat untuk meningkatkan

Lebih terperinci

KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN AKTIF TIPE GROUP TO GROUP EXCHANGE (GGE)

KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN AKTIF TIPE GROUP TO GROUP EXCHANGE (GGE) KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN AKTIF TIPE GROUP TO GROUP EXCHANGE (GGE) BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DENGAN PEMBELAJARAN AKTIF TIPE GGE TERHADAP KETUNTASAN BELAJAR SISWA Skripsi Disusun sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan mix methode dengan desain

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan mix methode dengan desain BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan mix methode dengan desain embedded di mana metode kualitatif dan kuantitatif dipergunakan untuk mendapatkan

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK SEBAGAI INOVASI MATERI RIAS WAJAH PANGGUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DI SMK N 3 MAGELANG

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK SEBAGAI INOVASI MATERI RIAS WAJAH PANGGUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DI SMK N 3 MAGELANG EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK SEBAGAI INOVASI MATERI RIAS WAJAH PANGGUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DI SMK N 3 MAGELANG SKRIPSI diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sebenarnya (Suryabrata, 2005 : 38). Dalam penelitian ini peneliti ingin

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sebenarnya (Suryabrata, 2005 : 38). Dalam penelitian ini peneliti ingin 33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Metode yang dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen yang bertujuan memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 7 Bandar Lampung yang terletak di Jl.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 7 Bandar Lampung yang terletak di Jl. III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 7 Bandar Lampung yang terletak di Jl. Teuku Cik Ditiro No. 2 Beringin Raya Kemiling Bandar Lampung. Populasi

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENERAPAN METODE KASUS MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO-VISUAL TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA SMA

EFEKTIVITAS PENERAPAN METODE KASUS MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO-VISUAL TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA SMA 345 EFEKTIVITAS PENERAPAN METODE KASUS MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO-VISUAL TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA SMA Woro Sumarni, Soeprodjo, Krida Puji Rahayu Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang Kampus

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dikemukakan mengenai metode penelitian yang digunakan meliputi lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen,

Lebih terperinci

PEMANFAATAN OBJEK WISATA LINGGO ASRI (KALI PAINGAN) SEBAGAI SUMBER BELAJAR OUTDOOR STUDY

PEMANFAATAN OBJEK WISATA LINGGO ASRI (KALI PAINGAN) SEBAGAI SUMBER BELAJAR OUTDOOR STUDY AMPUL PEMANFAATAN OBJEK WISATA LINGGO ASRI (KALI PAINGAN) SEBAGAI SUMBER BELAJAR OUTDOOR STUDY PADA POKOK BAHASAN MATERI LITOSFER KELAS X DI SMA NEGERI 1 KESESI TAHUN 2014/2015 SKRIPSI Untuk memperoleh

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Wassalamualaikum Wr. Wb. Palembang, Oktober Penyusun

KATA PENGANTAR. Wassalamualaikum Wr. Wb. Palembang, Oktober Penyusun KATA PENGANTAR Assalamualikum Wr.Wb Puji syukur senatiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas segala limpahan rahmat dan hidayah-nya kami dapat menyelesaikan Makalah Kimia ini dengan baik dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada bab III metode penelitian akan dipaparkan mengenai jenis dan pendekatan, tempat dan waktu penelitian, populasi dan sampel penelitian, variabel dan indikator penelitian, teknik

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Persada Bandar

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Persada Bandar III. METODOLOGI PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Persada Bandar Lampung, Tahun Ajaran 2012-2013 yang berjumlah 128 siswa dan tersebar

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA Eva M. Ginting dan Harin Sundari Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Negeri

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 19 Bandar Lampung yang terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 19 Bandar Lampung yang terletak di 24 III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 19 Bandar Lampung yang terletak di Jl. Turi Raya No.1 Labuhan Dalam, Kecamatan Tanjung Senang, Kota Bandar Lampung.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Berikut ini adalah penjelasan operasional tentang istilah-istilah yang

BAB III METODE PENELITIAN. Berikut ini adalah penjelasan operasional tentang istilah-istilah yang BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Berikut ini adalah penjelasan operasional tentang istilah-istilah yang terdapat pada perumusan masalah, guna menghindari terjadinya perbedaan penafsiran

Lebih terperinci

PENGARUH DISIPLIN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI KELAS X IS SMA NEGERI 5 TEGAL TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI

PENGARUH DISIPLIN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI KELAS X IS SMA NEGERI 5 TEGAL TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI PENGARUH DISIPLIN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI KELAS X IS SMA NEGERI 5 TEGAL TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh: Safitri

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Subjek Penelitian 1.1.1 Lokasi Penelitian Objek penelitian dilaksanakan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 1 Cimahi, Jalan Mahar Martanegara (Leuwigajah)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Hasil Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 26 Agustus s.d. 26 September 2013. Populasi dalam penelitian adalah seluruh kelas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle (LC) adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle (LC) adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai II. TINJAUAN PUSTAKA A. Learning Cycle Learning Cycle (LC) adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan proses pembelajaran yang berpusat pada pembelajar atau anak didik

Lebih terperinci

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN BUZZ GROUP

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN BUZZ GROUP PENGARUH METODE PEMBELAJARAN BUZZ GROUP DENGAN AUTHENTIC ASSESSMENT TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI (Siswa kelas X semester genap SMA Negeri 5 Jember tahun ajaran 2011/2012) SKRIPSI Oleh:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... HALAMAN SAMPUL... PERSETUJUAN PEMBIMBING... HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN KEASLIAN...

DAFTAR ISI... HALAMAN SAMPUL... PERSETUJUAN PEMBIMBING... HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN KEASLIAN... DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL... PERSETUJUAN PEMBIMBING... HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN KEASLIAN... PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH... MOTTO... PERSEMBAHAN... ABSTRAK... ABSTRACT... KATA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Efektivitas dari penerapan model pembelajaran berbasis masalah dalam

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Efektivitas dari penerapan model pembelajaran berbasis masalah dalam BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional. Efektivitas dari penerapan model pembelajaran berbasis masalah dalam meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berkomunikasi siswa dilihat dari

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data 1. Persiapan Penelitian Persiapan penelitian yang dilakukan meliputi: a. Melakukan observasi awal untuk mengidentifikasi masalah yang meliputi wawancara

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS VIII-B SMPN 4 MADIUN

PENERAPAN PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS VIII-B SMPN 4 MADIUN PENERAPAN PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS VIII-B SMPN 4 MADIUN Dwi Muchindasari SMP Negeri 4 Madiun E-mail: dwimuchin@yahoo.com Abstrak

Lebih terperinci

skripsi disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Kimia oleh Waridi

skripsi disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Kimia oleh Waridi PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERORIENTASI PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN SISWA KELAS XI SMA NEGERI 14 SEMARANG skripsi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Persada Bandar

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Persada Bandar III. METODOLOGI PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Persada Bandar Lampung, Tahun Ajaran 2012-2013 yang berjumlah 128 siswa dan tersebar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya (Trianto,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Ngambur Pesisir Barat. Populasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Ngambur Pesisir Barat. Populasi 1 III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri Ngambur Pesisir Barat. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas IX semester ganjil SMP Negeri Ngambur Pesisir

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS BERORIENTASI PROBLEM-BASED INSTRUCTION

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS BERORIENTASI PROBLEM-BASED INSTRUCTION 391 PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS BERORIENTASI PROBLEM-BASED INSTRUCTION Sri Wardani, Antonius Tri Widodo, Niken Eka Priyani Jurusan Kimia FMIPA Universitas

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Gadingrejo tahun pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 128 siswa dan tersebar

Lebih terperinci

Perbandingan Peningkatan Keterampilan Generik Sains Antara Model Inquiry Based Learning dengan Model Problem Based Learning

Perbandingan Peningkatan Keterampilan Generik Sains Antara Model Inquiry Based Learning dengan Model Problem Based Learning Perbandingan Peningkatan Keterampilan Generik Sains Antara Model Inquiry Based Learning dengan Model Problem Based Learning A. Kusdiwelirawan 1, Tri Isti Hartini 2, Aniq Rif atun Najihah 3 1,2,3 Program

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasy

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasy 38 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasy Experimental Design (Sugiyono, 009: 77). B. Desain Penelitian Adapun desain penelitian

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR (MP PKB) DISERTAI METODE EKSPERIMEN PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMP SKRIPSI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR (MP PKB) DISERTAI METODE EKSPERIMEN PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMP SKRIPSI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR (MP PKB) DISERTAI METODE EKSPERIMEN PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMP SKRIPSI Oleh Shaufan Habibi NIM 080210102031 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode eksperimen. 1 Pendekatan yang dilakukan berbentuk Posttest-Only Control Design,

Lebih terperinci

Jurnal Pendidikan Sains Universitas Muhammadiyah Semarang

Jurnal Pendidikan Sains Universitas Muhammadiyah Semarang PENGARUH PENGGUNAAN PENDEKATAN POE (PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN) BERVISI SETS POKOK BAHASAN REAKSI REDOKS Andari Puji Astuti 1, Subiyanto 2, Ahmad Binadja 3 123 Pendidikan Kimia, FMIPA, Universitas Negeri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Terdapat beberapa definisi operasional dalam Penelitian Tindakan Kelas. (PTK) ini. Berikut ini merupakan penjabarannya:

BAB III METODE PENELITIAN. Terdapat beberapa definisi operasional dalam Penelitian Tindakan Kelas. (PTK) ini. Berikut ini merupakan penjabarannya: 36 BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Terdapat beberapa definisi operasional dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini. Berikut ini merupakan penjabarannya: 1. Penguasaan konsep merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Subjek Populasi/ Sampel Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian Lokasi pada penelitian ini yaitu Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Penelitian dilakukan di SMK Negeri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 33 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini termasuk ke dalam quasy experimental. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling karena

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian pengembangan. Metode penelitian pengembangan memuat tiga

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian pengembangan. Metode penelitian pengembangan memuat tiga BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian pengembangan. Metode penelitian pengembangan memuat tiga komponen utama, yaitu:

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. ini, maka diperlukan penjelaskan tentang istilah yang digunakan, yaitu:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. ini, maka diperlukan penjelaskan tentang istilah yang digunakan, yaitu: BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi operasional Untuk menghindari kesalahan dalam penafsiran istilah dalam penelitian ini, maka diperlukan penjelaskan tentang istilah yang digunakan, yaitu: 1. Kreativitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Sampel Penelitian Penelitian dilakukan di SMAN 4 Bandung, yang berlokasi di Jl. Gardujati No. 20 Bandung. Waktu penelitian dilakukan selama berlangsungnya pembelajaran

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 19 Bandarlampung yang terletak di Jl.

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 19 Bandarlampung yang terletak di Jl. III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 19 Bandarlampung yang terletak di Jl. Soekarno Hatta Gg. Turi Raya No. 1 Bandar Lampung. Populasi dalam penelitian

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN KOLABORASI KONSTRUKTIF DAN INKUIRI BERORIENTASI CHEMO-ENTREPRENEURSHIP

PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN KOLABORASI KONSTRUKTIF DAN INKUIRI BERORIENTASI CHEMO-ENTREPRENEURSHIP 476 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol. 3 No.2, 2009, hlm 476-483 PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN KOLABORASI KONSTRUKTIF DAN INKUIRI BERORIENTASI CHEMO-ENTREPRENEURSHIP Supartono, Saptorini, Dian Sri

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri 7 Bandar

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri 7 Bandar 19 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri 7 Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 200 siswa dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Elyani Nurjannah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Elyani Nurjannah, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang dekat sekali dengan kehidupan manusia. Saat kita mempelajari IPA, berarti mempelajari bagaimana alam semesta

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Way Pengubuan kabupaten Lampung

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Way Pengubuan kabupaten Lampung 31 III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel 1. Populasi Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Way Pengubuan kabupaten Lampung Tengah. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Model dan Desain Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pre-experimental design dengan one group pretest posttest design (Sugiyono, 2010). Dalam desain

Lebih terperinci

Kelarutan (s) dan Hasil Kali Kelarutan (Ksp)

Kelarutan (s) dan Hasil Kali Kelarutan (Ksp) Kelarutan (s) dan Hasil Kali Kelarutan (Ksp) Tim Dosen Kimia Dasar FTP UNIVERSITAS BRAWIJAYA Kelarutan (s) Kelarutan (solubility) adalah jumlah maksimum suatu zat yang dapat larut dalam suatu pelarut.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. materi, sarana, serta prasarana belajar. Variabel bebas adalah lembar kerja siswa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. materi, sarana, serta prasarana belajar. Variabel bebas adalah lembar kerja siswa A. Metode dan Desain Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada penelitian ini digunakan metode penelitian quasi eksperimen karena tidak semua variabel ekstra dapat dikendalikan oleh peneliti. Variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen semu. Dalam penelitian eksperimen terdapat dua variabel, yaitu veriabel bebas dan variabel terikat (Arikunto, 2008).

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dipaparkan mengenai model yang digunakan dalam penelitian dan pengembangan, prosedur dalam pengembangannya, subjek yang menjadi penelitian, teknik pengumpulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah Quasi Experimental Design (eksperimen semu) dimana metode penelitian eksperimen semu diartikan sebagai penelitian

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif eksperimen dengan desain penelitian post test only control design. Subjek penelitian yang dipilih

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan metode penelitian weak eksperimen dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan metode penelitian weak eksperimen dengan 52 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metodologi Penelitian Pada penelitian ini digunakan metode penelitian weak eksperimen dengan desain The One-Group Pretest-Postes Design (Fraenkel, J. R. & Wallen, N.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menghindari berbagai penafsiran terhadap definisi yang digunakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menghindari berbagai penafsiran terhadap definisi yang digunakan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional Untuk menghindari berbagai penafsiran terhadap definisi yang digunakan dalam penelitian ini, maka diberikan penjelasan dari masing-masing variabel

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 22 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian Menurut Arikunto (2010: 173) populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian. Populasi dalam penelitian penelitian adalah seluruh siswa

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMAN 1 Pringsewu

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMAN 1 Pringsewu III. METODOLOGI PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMAN 1 Pringsewu tahun pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 166 siswa dan tersebar

Lebih terperinci

KOMPARASI HASIL BELAJAR MATEMATIKA ANTARA SISWA YANG DIAJAR DENGAN METODE ACCELERATED LEARNING

KOMPARASI HASIL BELAJAR MATEMATIKA ANTARA SISWA YANG DIAJAR DENGAN METODE ACCELERATED LEARNING KOMPARASI HASIL BELAJAR MATEMATIKA ANTARA SISWA YANG DIAJAR DENGAN METODE ACCELERATED LEARNING MODEL MASTER DAN METODE CERAMAH SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KAUMAN PONOROGO TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN OPEN ENDED DENGAN PENDEKATAN ACTIVE LEARNING PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA SKRIPSI. Oleh

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN OPEN ENDED DENGAN PENDEKATAN ACTIVE LEARNING PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA SKRIPSI. Oleh PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN OPEN ENDED DENGAN PENDEKATAN ACTIVE LEARNING PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA SKRIPSI diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode B A B I I I. M e t o d o l o g i P e n e l i t i a n 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menghindari kesalahan dalam menafsirkan beberapa istilah yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menghindari kesalahan dalam menafsirkan beberapa istilah yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN Definisi Operasional Untuk menghindari kesalahan dalam menafsirkan beberapa istilah yang digunakan sebagai variabel dalam penelitian ini, maka diperlukan penjelasan tentang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nur dalam Trianto (2009), menyatakan bahwa menurut teori kontruktivis, satu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nur dalam Trianto (2009), menyatakan bahwa menurut teori kontruktivis, satu 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Belajar Konstruktivis Nur dalam Trianto (2009), menyatakan bahwa menurut teori kontruktivis, satu prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah guru tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai proses belajar mengajar bertujuan untuk mengembangkan seluruh potensi yang ada pada diri siswa secara optimal. Pendidikan merupakan sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam teknologi. Salah satu materi pokok yang terkait dengan kemampuan kimia

BAB I PENDAHULUAN. dalam teknologi. Salah satu materi pokok yang terkait dengan kemampuan kimia BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Mata pelajaran kimia di SMA/MA bertujuan untuk membentuk sikap positif pada diri peserta didik terhadap kimia yaitu merasa tertarik untuk mempelajari kimia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (Quasi Experiment). Perlakuan pembelajaran yang diberikan adalah pembelajaran matematika

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional Penelitian ini memiliki 3 variabel, yaitu model pembelajaran SETS, kemampuan berpikir kritis,dan sikap ilmiah. Dari ketiga variabel tersebut yang menjadi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP TMI Roudlotul Qur an Metro yang terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP TMI Roudlotul Qur an Metro yang terletak di 36 III. METODE PENELITIAN 3. Populasi dan Sampel Penelitian ini dilaksanakan di SMP TMI Roudlotul Qur an Metro yang terletak di jalan Patimura Kelurahan Mulyojati 6 B Kecamatan Metro Barat Kota Metro.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian ini tidak menguji hipotesa atau tidak menggunakan hipotesa, melainkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan disalah satu SMA yang ada di kota Bandung yaitu SMA Pasundan 2 Bandung, lokasi sekolah ini berada di jalan Cihampelas Bandung.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pengembangan pendidikan (Educational Research and Development) yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pengembangan pendidikan (Educational Research and Development) yang 45 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian dan pengembangan pendidikan (Educational Research and Development) yang meliputi tahapan

Lebih terperinci

*Korespondensi, tel : ,

*Korespondensi, tel : , Jurnal Pendidikan Kimia, Vol. 1 No. 1 Tahun 2012 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret PENERAPAN SIKLUS BELAJAR 5E (LEARNING CYCLE 5E) DISERTAI PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS

Lebih terperinci

PENCAPAIAN KETUNTASAN HASIL BELAJAR DENGAN MODEL SNOWBALLING PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

PENCAPAIAN KETUNTASAN HASIL BELAJAR DENGAN MODEL SNOWBALLING PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING CiE 2 (1) (2013) Chemistry in Education http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/chemined PENCAPAIAN KETUNTASAN HASIL BELAJAR DENGAN MODEL SNOWBALLING PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING TA Putranto,

Lebih terperinci

Auliya Puspitaningtyas, Parlan, Dedek Sukarianingsih Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang

Auliya Puspitaningtyas, Parlan, Dedek Sukarianingsih Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING DALAM MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI SMAN 10 MALANG PADA POKOK BAHASAN KELARUTAN (s) DAN HASIL KALI KELARUTAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. diperoleh pengetahuan, keterampilan serta terwujudnya sikap dan tingkah laku

I. PENDAHULUAN. diperoleh pengetahuan, keterampilan serta terwujudnya sikap dan tingkah laku I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan sesuatu yang penting dan mutlak harus dipenuhi dalam rangka upaya peningkatan taraf hidup masyarakat. Dari pendidikan inilah diperoleh pengetahuan,

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION BERBASIS CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING. Info Artikel. Abstrak.

PENGARUH PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION BERBASIS CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING. Info Artikel. Abstrak. CiE 2 (1) (2013) Chemistry in Education http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/chemined PENGARUH PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION BERBASIS CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penjelasan tentang istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian. Penjelasan

BAB III METODE PENELITIAN. penjelasan tentang istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian. Penjelasan 34 BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Berikut ini dikemukakan beberapa definisi operasional yang berkaitan dengan penjelasan tentang istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian. Penjelasan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri I Natar

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri I Natar III. METODOLOGI PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri I Natar Tahun Pelajaran 2012-2013 yang berjumlah 200 siswa dan tersebar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi 49 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan desain One Group Pretest-Posttest Design (Nazir, 2003)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen. Menurut Panggabean (1996:27) penelitian ini bertujuan untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen. Penelitian ini dilakukan untuk menunjukkan desain pembelajaran yang dikembangkan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini, memiliki definisi

BAB III METODE PENELITIAN. Beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini, memiliki definisi BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini, memiliki definisi secara operasional, diantaranya: 1. Kemampuan berpikir kritis yang akan diukur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, manusia hampir tidak pernah dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, manusia hampir tidak pernah dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, manusia hampir tidak pernah dapat terlepas dari kegiatan belajar, baik ketika seseorang melaksanakan aktivitas sendiri,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. eksperimen. Pada penelitian ini peneliti melakukan satu macam perlakuan yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. eksperimen. Pada penelitian ini peneliti melakukan satu macam perlakuan yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen. Pada penelitian ini peneliti melakukan satu macam perlakuan yang diberikan

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN FLIPCARD

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN FLIPCARD UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN FLIPCARD Diyah Nur W 1), Djoko Nugroho 2) Mahasiswa Fisika IKIP PGRI Madiun 1) Guru Fisika SMA Negeri 1 Jiwan 2) Jl. Setia Budi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Campbell & Stanley dalam Arikunto (2006 : 84) mengelompokkan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Campbell & Stanley dalam Arikunto (2006 : 84) mengelompokkan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Campbell & Stanley dalam Arikunto (2006 : 84) mengelompokkan rancangan penelitian menjadi dua kelompok yaitu, pre experimental design (eksperimen yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Definisi operasional diperlukan agar tidak terjadi salah pengertian dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Definisi operasional diperlukan agar tidak terjadi salah pengertian dan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional Definisi operasional diperlukan agar tidak terjadi salah pengertian dan penafsiran terhadap istilah-istilah yang terkandung dalam judul penelitian

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN BUKU KERJA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PEMBUATAN BUSANA INDUSTRI DI SMK WIDYA PRAJA UNGARAN

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN BUKU KERJA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PEMBUATAN BUSANA INDUSTRI DI SMK WIDYA PRAJA UNGARAN EFEKTIVITAS PENGGUNAAN BUKU KERJA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PEMBUATAN BUSANA INDUSTRI DI SMK WIDYA PRAJA UNGARAN Skripsi diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMAN 1 PEMALANG MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMAN 1 PEMALANG MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN i EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMAN 1 PEMALANG MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN skripsi disajikan sebagai salah satu syarat untuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional. Dalam penelitian ini definisi operasionalnya adalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional. Dalam penelitian ini definisi operasionalnya adalah 34 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional Dalam penelitian ini definisi operasionalnya adalah 1. Pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok memiliki langkahlangkah pembelajaran yaitu

Lebih terperinci