FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA DAN CARA MENGATASINYA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA DAN CARA MENGATASINYA"

Transkripsi

1 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA DAN CARA MENGATASINYA Lisa, S.Si., M.Pd (Dosen Tarbiyah Tadris Matematika STAIN Malikussaleh Lhokseumawe) ABSTRACT The purpose of this paper is to discuss about the difficulty of learning, factors affecting mathematics learning difficulties and how to overcome them. The cause difficulty learning mathematics is influenced by several factors, factors from within and from outside the student factors. In addition, influenced also by the inability of students in the control concept correctly, the inability to use the data, the inability of students interpret the language of mathematics, inaccuracy in arithmetic operations and the inability to draw conclusions. How to overcome learning difficulties in mathematics, among others, teach the concepts, principles and skills teachers should be able to connect with everyday problems, the teacher engages students in making generalizations; teachers can use simple language to explain mathematical concepts.. Keywords: Difficulty learning math, how to overcome difficulties A. PENDAHULUAN Pendidikan pada hakikatnya tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia karena dengan pendidikan manusia dapat berdaya guna dan mandiri. Selain itu, pendidikan ialah usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan. Oleh karena itu, pendidikan sangat penting dalam rangka mencerdaskan anak didik. Proses pembelajaran yang kita semua ketahui merupakan kegiatan sosial, dalam dunia pendidikan yang dihadapkan pada masalah yang lebih kompleks di mana sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu menghadapi

2 tantangan zaman yang akan dapat bertahan. Pada kenyataannya semua bidang keilmuan maupun sektor kehidupan kita selalu dihadapkan pada masalah yang memerlukan pemikiran dan tindakan sebagai pemecahannya. Dan guru memegang peranan penting dalam upaya memecahkan permasalahan yang dihadapi pendidikan tersebut. Guru adalah salah satu komponen pendidikan yang sangat berpengaruh terhadap pembelajaran, sebab guru merupakan ujung tombak yang langsung berhubungan dengan siswa baik objek belajar maupun subjek belajar. Secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya (Slameto, 2010:2). Belajar membawa perubahan bagi mereka yang melakukan belajar tersebut. Perubahan tingkah laku bukan hanya menyangkut pengetahuan saja akan tetapi lebih dari pada itu yaitu perubahan kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, penghargaan, minat, penyesuaian diri, dan lain-lain yang berhubungan dengan pribadi seseorang. Pada prakteknya pelaksanaan belajar tidak selalu lancar dan berhasil dengan baik. Terkadang dalam proses belajar yang tidak lancar itu diakibatkan karena adanya hambatan atau kesulitan siswa dalam belajar. Secara umum kesulitan belajar yang dihadapi siswa bukan hanya pada mata pelajaran yang bersifat alamiah saja akan tetapi lebih dari pada itu. Mata pelajaran yang bersifat hitungmenghitung, berhubungan dengan angka-angka dan rumus-rumus kerap kali mendatangkan kesulitan bagi siswa atau peserta didik. Misal saja Mata Pelajaran Matematika. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib ditempuh oleh setiap siswa sejak dari bangku sekolah dasar sampai sekolah menengah. Materi yang diajarkan juga selalu berkembang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa, materi-materi dalam matematika dikembangkan dan diajarkan di setiap jenjang pendidikan kepada siswa dengan memperluas dan memperdalam isi sesuai dengan tingkat perkembangan dan pendidikan siswa. Materi matematika, satu dengan yang lain saling berkaitan, materi yang satu kadang-kadang merupakan prasyarat dari materi lain.

3 Menurut Hudojo (1988: 3) menyatakan bahwa mempelajari matematika haruslah bertahap dan berurutan serta berdasarkan kepada pengalaman yang lalu. Di sisi lain matematika merupakan mata pelajaran yang dianggap sulit, dibenci dan ditakuti oleh sebagian besar siswa baik siswa sekolah dasar maupun siswa sekolah menengah. Karena merasa kesulitan, sehingga dalam evaluasi belajar siswa berusaha mencontek. Sehingga perlu adanya peningkatan mutu pendidikan khususnya mata pelajaran matematika, para pendidik dituntut untuk selalu meningkatkan diri baik dalam pengetahuan matematika maupun pengelolaan proses belajar mengajar. Hal ini dimaksudkan agar para siswa dapat mempelajari matematika dengan baik dan benar sehingga mereka mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Keanekaragaman kemampuan intelektual siswa sangat bervariasi. Kemampuan ini menyangkut kemampuan untuk mengingat kembali, memahami, menginterpretasi informasi, memahami makna simbol dan memanipulasinya, mengabstraksi, menggeneralisasi, menalar, memecahkan masalah, dan masih banyak lagi. Sikap dan perangai siswa pun beraneka ragam, baik dalam menanggapi pembelajaran pada umumnya maupun matematika pada khususnya. Demikian pula minat dan emosinya. Berbagai hal yang menyangkut siswa itu juga berkembang bersama lingkungan belajarnya, baik yang langsung dirasakan siswa maupun yang tidak langsung. Hasil pengamatan penulis menunjukkan bahwa masih sulitnya siswa dalam mengerjakan soal perhitungan Matematika ditunjukkan dengan hasil belajar yang dicapai masih dibawah rata-rata, lambatnya dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, dan terkadang siswa acuh tak acuh terhadap tugas yang diberikan sehingga dalam proses pengerjaan dan kertas kerja masih banyak mengalami kesalahan, dan berpengaruh pada hasil belajar yang dicapai. Tujuan penulisan ini akan membahas antara lain : Faktor yang Mempengaruhi Kesulitan Belajar Matematika dan Cara Mengatasi Kesulitan Belajar Matematika. B. KAJIAN TEORI

4 Menutut Koestur Partowisastro (1986: 47) mendefinisikan masalah dalam belajar yaitu: a. Suatu masalah belajar itu ada kalau seorang jelas tidak memenuhi harapanharapan yang disyaratkan kepadanya oleh sekolah, baik harapan-harapan yang tercantum sebagai tujuan-tujuan formil dari kurikulum maupun harapanharapan yang ada di dalam pandangan atau anggapan dari para guru di sekolah. b. Suatu masalah itu timbul kalau seorang siswa itu jelas berada di bawah taraf perilaku dari sebagian besar teman-teman seusianya atau sekelasnya, baik mata pelajaran formil dari kurikulum maupun kebiasaan kebiasaan belajar dan perilaku sosial yang dianggap penting oleh guru. c. Tidak hanya anak-anak yang hasil belajarnya jelas berada di bawah teman seusianya dan sekelasnya dianggap mempunyai kesukaran belajar, tetapi juga anak-anak yang dianggap mempunyai kemampuan yang tinggi (misalnya intelegensi yang tinggi) sering dianggap juga sudah mempunyai kesulitan belajar kalau mereka hanya mencapai sama dengan rata-rata kelasnya dan tidak mencapai taraf kemampuannya sendiri yang didugakan kepadanya. Belajar di sekolah dalam belajar matematika, banyak siswa telah berhasil mencapai tujuan pembelajaran, namun tidak sedikit siswa yang mengalami kegagalan dalam mencapai tujuan pembelajaran. Siswa yang gagal sering mengatakan bahwa matematika itu sulit dipelajari. Hal ini menunjukkan adanya masalah atau kesulitan yang dialami siswa dalam belajar matematika. Kesulitan merupakan suatu kondisi tertentu yang ditandai dengan adanya hambatan-hambatan dalam kegiatan mencapai tujuan, sehingga memerlukan usaha lebih giat lagi untuk dapat mengatasi. Kesulitan belajar dapat diartikan sebagai suatu kondisi dalam suatu proses belajar yang ditandai adanya hambatanhambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar. Menurut Mulyadi (2010:6-7) Kesulitan belajar mempunyai pengertian yang luas dan kedalamnya termasuk pengertian-pengertian seperti: 1. LearningDisorder (ketergangguan belajar) adalah keadaan di mana proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. Pada

5 dasarnya orang yang mengalami gangguan belajar, prestasi belajarnya tidak terganggu, akan tetapi proses belajarnya yang terganggu atau terhambat oleh adanya respons-respons yang bertentangan. Dengan demikian hasil belajarnya lebih rendah dari potensi yang dimiliki. 2. LearningDisabilities (ketidakmampuan belajar) adalah ketidakmampuan seseorang murid yang mengacu kepada gejala di mana murid tidak mampu belajar, sehingga hasil belajarnya di bawah potensi intelektualnya. 3. LearningDisfungtion (ketidakfungsian belajar) adalah menunjukkan gejala di mana proses belajar tidak berfungsi dengan baik meskipun pada dasarnya tidak ada tanda-tanda subnormalitas mental, gangguan alat dria atau gangguangangguan psikologis lainnya. 4. Under Achiever (pencapaian rendah) adalah mengacu kepada murid-murid yang memiliki tingkat potensi intelektual di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah. 5. Slow Learner (lambat belajar) adalah murid yang lambat dalam proses belajarnya sehingga membutuhkan waktu dibandingkan dengan murid-murid yang lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama. Kesulitan belajar siswa adalah suatu gejala atau kondisi dalam proses belajar mengajar yang ditandai oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar (Askury,1999:136). Banyak siswa tidak menyadari hambatan-hambatan dalam proses belajar. Pada umumnya proses belajar mengajar tidak terlepas dari upaya untuk membantu siswa dalam mengatasi kesulitankesulitan yang dihadapi siswa, walaupun kesulitan-kesulitan itu tidak selalu merupakan hal yang negatif bagi siswa. Guru dalam proses pembelajaran dapat mengambil manfaat dari kesulitan-kesulitan yang dialami siswa untuk perbaikan dalam pembelajaran yang sedang berlangsung atau untuk pembelajaran yang akan datang. Selain itu kesulitan-kesulitan siswa dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun sajian materi pelajaran, sehingga dapat untuk motivasi dalam belajar serta memilih metode yang tepat dalam pembelajaran. Dalam usaha memperbaiki mutu hasil belajar matematika, para ahli pendidikan

6 matematika selalu berusaha mendeteksi letak kesulitan belajar yang dialami siswa dari berbagai padangan. Oemar Hamalik (1982 : 139) berpendapat bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar matematika adalah sebagai berikut: 1. Faktor-faktor yang bersumber dari diri sendiri yaitu faktor yang timbul dari diri siswa itu sendiri atau disebut juga dengan faktor intern. Sebab-sebab yang tergolong dalam faktor ini adalah sebagai berikut: 1) tidak mempunyai tujuan belajar yang jelas, 2) kurangnya minat terhadap bahan pelajaran, 3) kesehatan yang sering terganggu, 4) kecakapan mengikuti pelajaran, 5) kebiasaan belajar, 6) kurangnya pengasaan bahasa 2. Faktor-faktor yang bersumber dari lingkungan sekolah, Hambatan terhadap kemajuan studi tidak saja bersumber dari diri siswa akan tetapi juga bersumber dari sekolah atau lembaga. 3. Faktor-faktor yang bersumber dari lingkungan masyarakat, Kita ketahui bahwa sebagian besar waktu belajar siswa dilaksanakan di rumah. Karena aspek-aspek kehidupan dalam keluarga turut mempengaruhi kemajuan studi, bahkan mungkin juga dapat dikatakan menjadi faktor dominan untuk sukses di sekolah. 4. Faktor yang bersumber dari masyarakat, Masyarakat pada umumnya tidak akan menghalangi kemajuan belajar pada anakanaknya, bahkan sebaliknya mereka membutuhkan anak-anak yang berpendidikan untuk kemajuan lingkungan masyarakat. Semakin tinggi tingkat pendidikan setiap warga akan semakin tinggi tingkat kemajuan dan kesejahteraan masyarakatnya.sudjono dalam Askury (1999:137) mengklasifikasi kesulitan belajar matematika yang difokuskan pada penyebabnya, dibedakan atas faktor dasar umum dan faktor dasar khusus. Faktor dasar umum adalah faktor yang secara umum menjadi penyebab kesulitan belajar siswa, faktor-faktor itu terdiri dari; 1) Faktor Fisiologis Hasil penelitian Brecker dan Bond dalam Askury (1999:137) mengungkapkan adanya hubungan yang positif antara kesulitan belajar dengan faktor fisiologis.

7 Misalnya seorang yang pendengarannya lemah akan kesulitan dalam mengikuti penjelasan guru atau temannya. Kondisi-kondisi fisiologis yang permanen, meliputi: a. Intelegensi yang terbatas; Setiap golongan anak mempunyai kemampuan intelegensi yang berbedabeda, padahal kemampuan intelegensi tersebut sangat berpengaruh terhadap belajar anak. Anak yang mempunyai kemampuan intelegensi terbatas, kurang mampu menguasai konsep-konsep yang abstrak dengan kecepatan sama seperti teman-temannya yang mempunyai kemampuan integensi lebih tinggi. b. Hambatan persepsi; Barangkali seseorang dapat melihat dn mendengar secara lebih jelas, tetapi ketika perangsang penglihatan dan pendengaran sampai pada otaknya mengalami gangguan oleh mekanisme penafsiran/persepsi images, sehingga salah penafsiran informasi yang diperoleh. c. Hambatan penglihatan dan pendengaran. Indera yang terpenting dalam untuk belajar di sekolah adalah penglihatan dan pendengaran. Berdasarkan hasil yang penelitian ternyata dalam kegiatan komunikasi penggunaan panca indera oleh individu menunjukkan prosentase sebagai berikut: (1) Indera rasa 1 %, (2) Indera Peraba 1%, (3) Indera pencium 3,5%, (4) Indera rungu 11% dan (5) Indera penglihatan 83% Kondisi-kondisi fisiologis yang temporer, meliputi: a. Masalah makanan; Pada waktu tubuh seseorang bekerja secara efisien maka diperlukan struktur yang baik seperti mata yang baik, otak yang sehat dan pengisian bahan bakar atau makanan yang cukup dan bergizi untuk membentuk tubuh. Anak yang kekurangan vitamin, protein atau kekurangan substansi lain yang diperlukan, maka dampak negatifnya akan merasa cepat capai, tidak dapat memusatkan perhatian kegiatan belajar. b. Kecanduan; Kecanduan alkohol, ganja dan sejenisnya dapat menimbulkan ketagihan.pada mulanya kebiasaan itu kelihatan tidak berbahaya dan gampang ditinggalkan, tetapi

8 sebelum bahaya itu disadari, kuasa kemauan sudah hilang sehingga kebiasan itu sudah tidak dapat ditinggalkanlagi.pada saat kecanduan, tidak dapat memusatkan perhatian dan sulit memahami konsep-konsep baru. c. Kelelahan; Kondisi fiologis pada umumnya sangat mempengaruhi prestasi belajar seseorng.dalam kondisi kelelahan seseorang tidak dapat menerima pelajaran, bahkan mudah mengantuk, sehingga prestasi belajarnya rendah. 2) Faktor Intelektual Siswa yang mengalami kekurangan dalam daya abstraksi, generalisasi, dan kemampuan penalaran deduktif maupun induktif serta kemampuan numeriknya akan mengalami kesulitan dalam belajar matematika, karena kemampuankemampuan tersebut merupakan kemampuan dasar yang menentukan keberhasilan dalam belajar matematika. Misalnya siswa yang kesulitan memahami sifat komutatif dan sifat asosiatif dalam penjumlahan, maka siswa akan kesulitan meyelesaikan soal yang melibatkan hukum-hukum itu dalam penyelesaiannya. 3) Faktor Pedagogik Kesulitan yang disebabkan oleh guru, misalnya: a. guru tidak mampu memilih atau menggunakan metode mengajar yang sesuai dengan pokok bahasan dan kedalaman materinya. b. motivasi serta perhatian guru terhadap siswa kurang. c. cara pemberian motivasi yang kurang tepat, misalnya hukuman, membandingkan kemampuan individu siswa (siswa yang berkemampuan kurang selalu mendapatkan penilaian negatif dan sebaliknya). d. guru memperlakukan semua siswa secara sama. e. suasana kelas selama kegiatan belajar mengajar berlangsung cenderung kaku dan serius sehingga siswa kurang berani mengungkapkan pendapatnya. f. variasi bahasa yang digunakan guru dalam menyampaikan suatu konsep kurang, sehingga jika siswa kesulitan menangkap penyampaian guru maka akan timbul sikap negatif. 4) Faktor Sarana dan Cara Belajar Siswa

9 Kesulitan belajar matematika juga dapat disebabkan oleh keterbatasan sarana belajar seperti literatur, alat-alat bantu visualisasi, dan ruang tempat belajar. Literatur merupakan sarana belajar yang sangat penting karena merupakan sumber informasi yang utama tentang konsep atau prinsip yang harus dipahami siswa. Literatur juga dapat memberikan informasi yang sifatnya ajeg dan dapat digunakan setiap saat. Di samping itu literatur juga memuat soal-soal, masalahmasalah, serta tantangan yang dapat menambah pengalaman serta penguasaan siswa atas suatu konsep atau prinsip. Penyajian konsep yang sederhana dan sistematis dapat menimbulkan sikap positif dalam diri siswa dan mendorong siswa untuk belajar secara mandiri. 5) Faktor Lingkungan Sekolah Lingkungan sekolah yang nyaman, indah dan sejuk akan membuat siswa menjadi bergairah untuk belajar. Sebaliknya jika sekolah berada di dekat pusatpusat keramaian seperti gedung bioskop, pusat perbelanjaan, terminal, bengkel yang mengeluarkan suara bising, atau pabrik maka suasana belajar menjadi tidak nyaman akibatnya aktivitas belajar siswa akan terganggu, sehingga siswa akan mengalami kesulitan dalam belajarnya. Faktor dasar khusus adalah faktor yang secara spesifik menjadi penyebab siswa mengalami kesulitan melakukan aktivitas belajar. Faktor-faktor yang dimaksud meliputi: a. Kesulitan Menggunakan Konsep Dalam hal ini diasumsikan bahwa siswa telah memperoleh pembelajaran mengenai konsep, tetapi belum menguasai dengan baik karena mungkin lupa sebagian atau seluruhnya. Mungkin juga penguasaan siswa atas suatu konsep masih kurang jelas atau kurang cermat sehingga ia kesulitan dalam menggunakannya. Menurut Sujono (1984) kesulitan menggunakan konsep disebabkan antara lain: a) siswa tidak mampu mengingat nama singkat suatu situasi, misalnya nama garis yang memotong lingkaran di dua titik, lambang ruas garis, sinar dan garis.

10 b) ketidakmampuan siswa menyatakan arti istilah dalam suatu konsep, misalnya siswa tidak mampu menyatakan istilah, hukum komutatif, asosiatif, distributif, dan identitas. c) ketidakmampuan siswa mengingat satu atau lebih kondisi yang diharuskan (syarat perlu) untuk berlakunya suatu sifat tertentu, misalnya dalam mempelajari pengertian fungsi, bahwa fungsi adalah suatu relasi khusus bila dua anggota komponen pertama sama (anggota daerah asal) maka komponen kedua sama (anggota daerah hasil) merupakan syarat cukup untuk suatu fungsi atau siswa tidak mampu membedakan antara yang contoh dan bukan contoh. Disini siswa gagal mengklasifikasikan mana contoh dan mana yang bukan contoh. d) ketidakmampuan mengingat syarat perlu suatu objek yang dinyatakan oleh istilah yang ditunjukkan dalam konsep. Akibatnya siswa tidak dapat membedakan yang contoh dan yang bukan contoh. Misalnya siswa lupa bahwa suatu relasi yang mempunyai dua anggota sama pada komponen pertama (anggota daerah asal) sedangkan anggota komponen kedua berbeda (anggota daerah hasil) bukan merupakan suatu fungsi. e) ketidakmampuan siswa membuat generalisasi berdasarkan suatu situasi tertentu, misalnya siswa tidak dapat menyimpulkan bahwa diagonal suatu belah ketupat berpotongan tegak lurus dan belah ketupat terdiri dari dua segitiga samakaki. Mungkin siswa juga mengalami kesulitan menerima generalisasi bahwa luas daerah suatu belah ketupat sama dengan setengah dari hasil kali panjang diagonalnya. b. Kurangnya Keterampilan Operasi Aritmetika Kesulitan siswa yang disebabkan oleh kurangnya keterampilan operasional aritmetika merupakan kesulitan yang disebabkan oleh kekurangmampuan dalam mengoperasikan secara tepat kuantitas-kuantitas yang terdapat dalam soal. Operasi yang dimaksud meliputi penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian bilangan bulat, pecahan maupun desimal. Seperti yang dikemukakan oleh Sa dijah (1989) bahwa salah satu cabang matematika yang sangat berperan dalam melatih ketelitian, kecermatan dan ketepatan kerja adalah aritmetika.

11 c. Kesulitan Menyelesaikan Soal Cerita Soal cerita adalah soal yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk suatu cerita yang dapat dimengerti dan ditangkap secara matematis. Dapat juga dikatakan bahwa soal cerita merupakan pengungkapan masalah dalam kehidupan sehari-hari secara matematis. Kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal cerita adalah kesulitan siswa memahami cerita itu, menetapkan besaran-besaran yang ada serta hubungannya sehingga diperoleh model matematika dan meyelesaikan model matematika tersebut secara matematika. Kadangkala siswa juga kesulitan dalam menentukan apakah bilangan yang merupakan selesaian model matematika itu merupakan jawab dari masalah semula. Kesulitan ini dialami tidak hanya oleh siswa sekolah menengah, tetapi juga siswa di jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Soegiono (1984; 214) menyatakan bahwa kesulitan-kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal-soal matematika adalah sebagai berikut: a. Ketidakmampuan siswa dalam penguasaan konsep secara benar Ketidakmampuan siswa dalam penguasaan konsep secara benar ini banyak dialami siswa yang belum sampai proses berpikir abstrak yaitu masih dalam taraf berpikir konkret. Sedangkan konsep-konsep dalam matematika diajarkan secara abstrak yang tersusun secara deduktif aksiomatis, ini tentunya menyebabkan siswa kurang menguasai dalam memahami konsep-konsep tersebut. Indikator dari kesulitan ini meliputi kesalahan dalam menentukan teorema atau rumus-rumus untuk menjawab masalah, penggunaan teorema atau rumus yang tidak sesuai dengan kondisi prasyarat berlakunya rumus tersebut. b. Ketidakmampuan menggunakan data Bahwa dalam suatu soal tentunya diberikan data-data dari suatu permasalahan. Namun banyak siswa yang tidak mampu menggunakan data mana yang seharusnya dipakai. Kesulitan ini sangat dipengaruhi oleh pengetahuan siswa tentang konsep ataupun istilah-istilah dalam soal. Jadi dari kesulitan ini antara lain siswa tidak menggunakan data yang seharusnya dipakai, kesalahan memasukkan data ke dalam variabel tertentu, menambah data yang tidak diperlukan dalam menjawab suatu masalah.

12 c. Ketidakmampuan mengartikan bahasa matematika Bahasa matematika merupakan bahasa simbol yang padat, akurat, abstrak dan penuh arti. Kebanyakan siswa hanya mampu menuliskan dan atau mengucapkan tetapi tidak dapat menggunakannya. Indikator kesulitan ini adalah kesalahan menginterpretasikan simbol-simbol, grafik, tabel dalam matematika. d. Ketidakcermatan dalam melakukan operasi hitung Bahwa mengerjakan soal -soal matematika diperlukan konsentrasi yang tinggi, karena banyak manipulasi rumus-rumus dan banyaknya operasi hitung dalam melakukan operasi terhadap rumus-rumus. siswa dituntut untuk cermat terhadap kesalahan-kesalahan yang dapat terjadi, baik disengaja dilakukan ataupun tanpa disadari telah dilakukan oleh siswa. Hal ini menunjukkan bahwa siswa dapat mengalami kesulitan karena ketidakcermatan terhadap operasi hitung yang telah dilakukan. Indikator dari penyebab kesulitan ini adalah siswa melakukan kesalahan dalam operasi hitung dan tidak melakukan operasi hitung yang seharusnya dilakukan dalam operasi tersebut. e. Ketidakmampuan dalam menarik kesimpulan Kesimpulan merupakan hasil akhir dari suatu soal pembuktian, suatu pembuktian haruslah disusun secara logis dan sistematis berdasarkan teoremateorema, konsep konsep atau definisi-definisi yang telah dipahami, sehingga kesimpulan yang dibuat berlaku untuk umum dan juga memperjelas dari pembuktian tersebut. Siswa yang mengalami kesulitan dalam menyimpulkan untuk pembuktian pada soal banyak disebabkan oleh kurangnya penguasaan terhadap konsep. Adapun indikator dari kesulitan ini antara lain kesalahan dalam menarik kesimpulan ataupun siswa tidak mampu dalam menarik kesimpulan. Dari beberapa kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan soal-soal matematika tersebut menunjukkan pentingnya pemahaman konsepkonsep yang terdapat dalam matematika itu oleh karena memahami konsep sebelumnya dalam matematika merupakan prasyarat untuk memahami konsep selanjutnya, sehingga implikasi terhadap belajar matematika haruslah bertahap dan berurutan secara sistematis serta didasarkan pada pengalaman belajar yang telah lalu, dan dengan diketahuinya penyebab kesulitan dalam menyelesaikan

13 soal, maka guru dapat memberikan pemecahan yang tepat terhadap kesulitan yang dialami siswa. Kriteria Gejala Kesulitan Belajar Menurut Markus, 2004 (dalam Damayanti, 2007:17) ciri-ciri tingkah laku kesulitan belajar adalah sebagai berikut: a. Menunjukkan hasil belajar yang rendah. b. Hasil belajar yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan. c. Lambat dalam melakukan kegiatan-kegiatan belajar. d. Menunjukkan sikap yang kurang wajar. e. Menujukkan tingkah laku yang berlainan. f. Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar. Kekeliruan Umum Yang Dilakukan Oleh Anak Berkesulitan Belajar Matematika Agar dapat membantu anak berkesulitan belajar matematika, guru perlu memahami berbagai kesalahan umum yang dilakukan anak dalam menyelesaikan tugas-tugas matematika. Menurut Lerner (1981: 367), kekurangan itu meliputi pemahaman tentang: simbol, nilai tempat, perhitungan, penggunaan proses yang keliru, dan tulisan yang tidak terbaca. 1. Kekurangan pemahaman tentang simbol Anak-anak pada umumnya tidak terlalu sulit jika dihadapkan pada soal-soal 4+3 =..., 8-6 =..., tetapi akan mengalami kesulitan jika dihadapkan pada soal-soal seperti = 7, 8 =...+ 5, atau = 3. Kesulitan semacam ini umumnya karena anak tidak memahami simbol-simbol seperti (=), (+), (-), dsb. Agar anak dapat menyelesaikan soal-soal itu, mereka harus lebih dahulu memahami simbolsimbol tersebut. 2. Nilai tempat, Ketidakpahaman terhadap nilai tempat banyak ditunjukkan oleh anak-anak seperti berikut:

14 3. Perhitungan Ada anak yang belum mengenal dengan baik konsep perkalian, tetapi menghafal perkalian tersebut. Kesalahan tersebut umumnya tampak sebagai berikut: Daftar perkalian mungkin dapat membantu memperbaiki kekeliruan anak jika anak telah memahami konsep dasar perkalian. 4. Penggunaan proses yang keliru Kekeliruan dalam penggunaan proses penghitungan dapat dilihat pada contoh berikut: a. Mempertukarkan simbol-simbol b. Jumlah satuan dan puluhan ditulis tanpa memperhatikan nilai tempat c. Semua digit ditambahkan bersama Anak menghitung = = 16 d. Bilangan yang besar dikurangi bilangan yang kecil tanpa memperhatikan nilai tempat:

15 e. Tulisan yang tidak dapat dibaca Ada anak yang tidak dapat membaca tulisannya sendiri karena bentukbentuk hurufnya tidak tepat atau tidak lurus mengikuti garis. Akibatnya anak banyak mengalami kekeliruan. Cara Mengatasi Kesulitan Belajar Matematika Pembelajaran matematika sering kali tidak terlepas dari kesulitan dan permasalahan yang merupakan fakta yang terjadi di lapangan, baik di tingkat pendidikan dasar, pendidikan menengah maupun pendidikan tinggi. Permasalahan atau kesulitan yang dihadapi siswa sangat sulit untuk dihindari. Kita hanya dapat meminimalkan batas kesalahan atau permasalahan dengan cara antara lain: a. Dalam mengajarkan konsep, prinsip, atau keterampilan matematika terutama pada tingkat sekolah menengah diperlukan kemampuan guru untuk mengaitkan konsep, prinsip, serta keterampilan itu dengan pengalaman sehari-hari siswa yang diperoleh dari alam sekitarnya. Jika diperlukan guru dapat menggunakan perumpamaan atau alat peraga yang mudah dijangkau dan murah serta secara tepat dapat menggambarkan situasi yang ada. b. Guru melibatkan siswa dalam membuat generalisasi. Guru menuntun siswa untuk mampu membuat kesimpulan berdasarkan sifat-sifat yang khas dari suatu situasi yang diberikan. Kekurangan-kekurangan yang masih terdapat dalam diri siswa dalam membuat generalisasi perlu ditangapi secara positif sehingga siswa semakin terpacu untuk mampu memperoleh jawaban yang tepat. c. Dalam pembelajaran matematika guru hendaknya mampu menjelaskan konsep konsep matematika kepada siswa dengan bahasa yang sederhana. Jika memang diperlukan guru dapat menggunakan alat peraga matematika, karena dengan bantuan alat peraga yang sesuai dengan pokok bahasan yang diajarkan, konsep matematika akan lebih mudah dipahami oleh siswa. Dengan demikian siswa akan mudah memahami ide dasar suatu konsep atau membuktikan suatu konsep. d. Dalam membantu mengatasi kesalahan yang dihadapi siswa, dilakukan dengan pembelajaran remidial. Kesalahan dibedakan dalam dua hal yaitu kesalahan

16 konseptual atau kesalahan prosedural. Apabila terjadi kesalahan konseptual, dapat diatasi dengan cara mengajar kembali teori-teori atau rumus-rumus yang telah dipelajari. Pembelajaran dilaksanakan dengan cara yang berbeda dengan cara sebelumnya. Kesalahan prosedural diatasi dengan mencoba kembali soalsoal atau permasalahan dengan memperhatikan fakta-fakta, konsep-konsep dan prinsip yang telah dipelajari sebelumnya. Pembelajaran dilaksanakan dengan cara yang berbeda dengan cara sebelumnya. C. KESIMPULAN Matematika perlu diajarkan kepada siswa dikarenakan matematika selalu digunakan dalam segi kehidupan, semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai, merupakan sarana komunikasi yang kuat, ringkas dan jelas, dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara, meningkatkan kemampuan berfikir logis, ketelitian dan kesadaran keruangan, memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang. Kesulitan belajar matematika dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor yang bersumber dari diri sendiri, dari lingkungan sekolah, dari lingkungan keluarga, dan faktor dari masyarakat. Selain itu juga dipengaruhi oleh faktor dasar umum yang meliputi: faktor fisiologis, intelektual, pedagogis, sarana dan cara belajar siswa, lingkungan sekolah. Faktor dasar khusus meliputi kesulitan menggunakan konsep, kurang ketrampilan operasi hitung dan kesulitan menyelesaikan soal cerita. Selain itu ketidakmampuan menggunakan data, ketidakmampuan mengartikan bahasa matematika dan ketidakmampuan dalam menarik kesimpulan. Cara mengatasi kesulitan belajar matematika antara lain Guru dalam mengajarkan konsep, fakta dan skill dapat mengaitkan materi palajaran dengan masalah sehari-hari; guru melibatkan siswa dalam membuat generalisasi; guru dapat menggunakan bahasa yang sederhana dalam menjelaskan konsep matematika; dilakukan pengajaran remedial untuk kesulitan yang sifatnya klasikal. DAFTAR PUSTAKA

17 Askury Kesulitan Belajar Matematika Permasalahan dan Alternatif Pemecahannya. Jurnal Matematika dan Pembelajaran, Th.V No. 1 Februari Malang: UMMalang Dimyati dan Mudjiono Belajar dan pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Hamalik, Oemar Metode Belajar dan Kesulitan-kesulitan Balajar. Bandung: Tarsito Jawa Pos. 27 Februari Matematika Masih Jadi Momok. hlm. 19. Hudojo, Herman Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: Depdikbud Dikti PPLPTK. Karso Hakikat Matematika. Dalam Ruseffendi, ET. Pendidikan Matematika 3. Jakarta: Depdikbud, Proyek Penataran Guru SD Setara D-II. Krismanto, Al. (2006) Diagnosis Kesulitan Belajar Matematika SMP, Bahan Pelatihan Diklat Jenjang Lanjut, PPPG Matematika, Yogyakarta. Lerner, Janet Learning Disabilities - 9th Edition, Boston: Houghton Mifflin Company Mardiyono, S. 26 Mei Masih Kering, Konsep Matematika di Indonesia. Kompas, hlm. 9. Markus, Maas (2004) Faktor-faktor Kesulitan Belajar Akutansi Siswa IPS. Jurnal Pendidikan Penabur-N0. 03 / h III/ Desember Tersedia (online di (oktober 3010) Muhibin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada), hal. 64. Mulyadi, 2008, Diagnosis kesulitan belajar Partowisastro, Koetur Diagnosa dan Pemecahan Kesulitan Belajar. Jakarta: Erlangga. Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : PT. Rineka Cipta.Sujono (1988), Pengajaran matematika untuk sekolah menenggah, Jakarta, Dirjen Dikti P2LPTK

SEBUAH SOLUSI MENGATASI KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA Oleh: Drs. Paridjo, M.Pd* )

SEBUAH SOLUSI MENGATASI KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA Oleh: Drs. Paridjo, M.Pd* ) A. Pendahuluan SEBUAH SOLUSI MENGATASI KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA Oleh: Drs. Paridjo, M.Pd* ) Abstrak: Tujuan penulisan artikel ini adalah membahas tentang kesulitan belajar, penyebab kesulitan belajar

Lebih terperinci

SUATU SOLUSI MENGATASI KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA

SUATU SOLUSI MENGATASI KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SUATU SOLUSI MENGATASI KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA Paridjo Abstrak Tujuan pembelejsrsn di sekolsh senantiasa untuk menentuksn tingkat keberhssilsn siswa dalam mempelsjeri suatu msteri yang sedang dipelsjeri.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. lingkup persekolahan. Suherman mendefinisikan pembelajaran adalah proses

BAB II KAJIAN PUSTAKA. lingkup persekolahan. Suherman mendefinisikan pembelajaran adalah proses BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Matematika Pembelajaran dapat diartikan sebagai proses pendidikan dalam ruang lingkup persekolahan. Suherman mendefinisikan pembelajaran adalah proses komunikasi fungsional

Lebih terperinci

HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI BENTUK ALJABAR DI KELAS VII SMP NEGERI 1 BANDA ACEH TAHUN PELAJARAN 2013/2014

HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI BENTUK ALJABAR DI KELAS VII SMP NEGERI 1 BANDA ACEH TAHUN PELAJARAN 2013/2014 HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI BENTUK ALJABAR DI KELAS VII SMP NEGERI 1 BANDA ACEH TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Irwitadia Hasibuan Universitas Syiah Kuala irwitadiahasibuanmedan@gmail.com ABSTRAK Aljabar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. setiap manusia akan selalu berusaha untuk menambahi ilmu pengetahuannya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. setiap manusia akan selalu berusaha untuk menambahi ilmu pengetahuannya. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Belajar Ilmu pengetahuan sangat penting bagi kehidupan seseorang dengan ilmu pengetahuan seseorang akan berpikir lebih maju dari sebelumnya. Oleh karena itu, setiap

Lebih terperinci

ANALISIS KESULITAN SISWA SMP DALAM MEMPELAJARI PERSAMAAN GARIS LURUS DAN ALTERNATIF PEMECAHANNYA

ANALISIS KESULITAN SISWA SMP DALAM MEMPELAJARI PERSAMAAN GARIS LURUS DAN ALTERNATIF PEMECAHANNYA ANALISIS KESULITAN SISWA SMP DALAM MEMPELAJARI PERSAMAAN GARIS LURUS DAN ALTERNATIF PEMECAHANNYA Sumarsih SMP Negeri 1 Masaran/Program Magister Pendidikan Matematika FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Kesulitan Belajar Matematika Pengertian kesulitan dalam kamus umum Bahasa Indonesia menurut Poerwadarminta (2007) adalah suatu keadaan yang sulit. Sedangkan pengertian belajar

Lebih terperinci

Menurut Jhonson dan Myklebust (1967:244), matematika adalah bahasa. simbolik yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan

Menurut Jhonson dan Myklebust (1967:244), matematika adalah bahasa. simbolik yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA Oleh: Dra.Hj.Ehan, M.Pd. A. PENDAHULUAN Menurut Jhonson dan Myklebust (1967:244), matematika adalah bahasa simbolik yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. untuk mengembangkan cara berfikir. Sehingga matematika sangat diperlukan baik

BAB II KAJIAN PUSTAKA. untuk mengembangkan cara berfikir. Sehingga matematika sangat diperlukan baik 11 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakekat Matematika Banyak sekali pengertian matematika yang dikemukakan oleh para ahli. Hudojo (2001: 45) 8, menyatakan bahwa matematika adalah merupakan suatu alat untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang yang mencakup

BAB II KAJIAN TEORI. bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang yang mencakup 9 BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran Matematika Belajar dapat didefinisikan sebagai suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang yang mencakup perubahan tingkah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain

BAB I PENDAHULUAN. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, kita dihadapkan dengan sejumlah karakterisktik siswa yang beraneka ragam. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan

Lebih terperinci

Analisis Kesulitan Mahasiswa Dalam Menyelesaikan Soal Geometri Analitik Bidang Materi Garis Dan Lingkaran

Analisis Kesulitan Mahasiswa Dalam Menyelesaikan Soal Geometri Analitik Bidang Materi Garis Dan Lingkaran SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2015 Analisis Kesulitan Mahasiswa Dalam Menyelesaikan Soal Geometri Analitik Bidang Materi Garis Dan Lingkaran Aritsya Imswatama, Nur aini Muhassanah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. lebih luas dari pada itu, yakni mengalami. Hal ini sejalan dengan pernyataan

TINJAUAN PUSTAKA. lebih luas dari pada itu, yakni mengalami. Hal ini sejalan dengan pernyataan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar Matematika Menurut Hamalik (2008:36) belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Hasil Belajar. a. Pengertian Hasil Belajar

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Hasil Belajar. a. Pengertian Hasil Belajar BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas, yang mampu menghadapi berbagai tantangan dan mampu bersaing. Sumber

Lebih terperinci

ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATERI OPERASI ALJABAR BAGI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 SALATIGA

ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATERI OPERASI ALJABAR BAGI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 SALATIGA p-issn 2086-6356 e-issn 2614-3674 Vol. 9, No. 1, April 2018, Hal. 30-36 ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATERI OPERASI ALJABAR BAGI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 SALATIGA Asri Dwi Kusumawati 1, Sutriyono

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN MENYELESAIKAN PENGURANGAN PECAHAN DI SDN 6 BULANGO SELATAN KABUPATEN BONE BOLANGO

ANALISIS KESALAHAN MENYELESAIKAN PENGURANGAN PECAHAN DI SDN 6 BULANGO SELATAN KABUPATEN BONE BOLANGO ANALISIS KESALAHAN MENYELESAIKAN PENGURANGAN PECAHAN DI SDN 6 BULANGO SELATAN KABUPATEN BONE BOLANGO SAMSIAR RIVAI Jurusan Pendidikanj Guru Sekolah Dasar Universitas Negeri Gorontalo Abstrak: Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk mata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk mata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk mata pelajaran matematika di tingkat Sekolah Menengah Pertama adalah agar peserta didik memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu dari sekian banyak mata pelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu dari sekian banyak mata pelajaran yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu dari sekian banyak mata pelajaran yang diberikan sejak tingkat pendidikan dasar sampai pendidikan menengah dan merupakan salah

Lebih terperinci

KESALAHAN MENYELESAIKAN SOAL BANGUN RUANG SISI LENGKUNG SISWA KELAS VIII SMP PGRI 1 KEDIRI

KESALAHAN MENYELESAIKAN SOAL BANGUN RUANG SISI LENGKUNG SISWA KELAS VIII SMP PGRI 1 KEDIRI KESALAHAN MENYELESAIKAN SOAL BANGUN RUANG SISI LENGKUNG SISWA KELAS VIII SMP PGRI 1 KEDIRI Oleh: Aan Nurfahrudianto Dosen Universitas Nusantara PGRI Kediri Abstrak Banyak siswa yang mengalami kesulitan

Lebih terperinci

ANALISIS KESULITAN SISWA KELAS VII DALAM MENYEDERHANAKAN BENTUK ALJABAR

ANALISIS KESULITAN SISWA KELAS VII DALAM MENYEDERHANAKAN BENTUK ALJABAR ANALISIS KESULITAN SISWA KELAS VII DALAM MENYEDERHANAKAN BENTUK ALJABAR Iftitaahul Mufarrihah Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Hasyim Asy ari email : iftitaahul.mufarrihah@gmail.com

Lebih terperinci

PERLU DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN IPA DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENGAJARAN REMIDIAL

PERLU DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN IPA DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENGAJARAN REMIDIAL PERLU DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN IPA DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENGAJARAN REMIDIAL Oleh Henoki Waruwu Abstrak: Many students have difficulty in learning generaly. Therefore require to

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Aturan tersebut dapat kita lihat aplikasinya dalam jalur pendidikan formal yang

BAB I PENDAHULUAN. Aturan tersebut dapat kita lihat aplikasinya dalam jalur pendidikan formal yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Sebuah bangsa yang maju memang sangat diharapkan oleh setiap Negara di belahan dunia, kemajuan sebuah bangsa tergantung pada warga Negara itu sendiri. Sudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang terdapat pada jenjang pendidikan formal dari mulai sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Bahkan dalam

Lebih terperinci

FAKTOR PENYEBAB KESULITAN BELAJAR PESERTA DIDIK JURNAL

FAKTOR PENYEBAB KESULITAN BELAJAR PESERTA DIDIK JURNAL FAKTOR PENYEBAB KESULITAN BELAJAR PESERTA DIDIK JURNAL YOLA MARDILA NPM. 10060157 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG 2014

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan sehari- hari maupun dalam ilmu pengetahuan.

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan sehari- hari maupun dalam ilmu pengetahuan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan yang sangat berperan dalam perkembangan dunia. Matematika sangat penting untuk mengembangkan kemampuan dalam pemecahan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar Matematika Menurut Slameto (dalam Bahri, 2008:13), Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL ADVANCE ORGANIZER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN ANALOGI MATEMATIS SISWA SMP

PENERAPAN MODEL ADVANCE ORGANIZER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN ANALOGI MATEMATIS SISWA SMP BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika memiliki peran yang sangat luas dalam kehidupan. Salah satu contoh sederhana yang dapat dilihat adalah kegiatan membilang yang merupakan kegiatan

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN MATEMATIKA di SD

PEMBELAJARAN MATEMATIKA di SD Kegiatan Belajar 3 PEMBELAJARAN MATEMATIKA di SD A. Pengantar Seorang guru SD atau calon guru SD perlu mengetahui beberapa karakteristik pembelajaran matematika di SD. Seperti yang telah diuraikan sebelumnya,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Definisi Kesalahan Menyelesaikan Soal

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Definisi Kesalahan Menyelesaikan Soal 6 BAB II KAJIAN TEORI A. Kesalahan Menyelesaikan Soal 1. Definisi Kesalahan Menyelesaikan Soal Menurut kamus besar bahasa Indonesia (1996: 865) kesalahan adalah penyimpangan terhadap sesuatu yang benar.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan sains dan teknologi yang begitu pesat dewasa ini tidak terlepas dari peranan matematika. Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu pengetahuan yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata belajar sudah sangat familiar dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata belajar sudah sangat familiar dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran Kata belajar sudah sangat familiar dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan keluarga maupun masyarakat, sebagai contohnya adalah bayi yang sedang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Prestasi Belajar Matematika Prestasi belajar pada hakekatnya adalah sebuah bentuk rumusan prilaku sebagaimana yang tercantum dalam pembelajaran yaitu tentang penguasaan terhadap

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Belajar Belajar adalah suatu proses atau usaha yang dilakukan dengan sadar oleh seseorang ditandai adanya perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman dan latihan, baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matematika timbul karena pikiran-pikiran manusia yang berhubungan dengan ide,

BAB I PENDAHULUAN. Matematika timbul karena pikiran-pikiran manusia yang berhubungan dengan ide, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika adalah ilmu tentang struktur yang terorganisasikan. Matematika timbul karena pikiran-pikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses, dan penalaran.

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Palangkaraya, 09 Maret Penulis

KATA PENGANTAR. Palangkaraya, 09 Maret Penulis KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat dan hidayah-nya jualah penulisan makalah ini dapat selesai dengan tepat waktu. Karena dengan pertolongan-nya

Lebih terperinci

HAKIKAT PENDIDIKAN MATEMATIKA. Oleh: Nur Rahmah Prodi Pendidikan Matematika Jurusan Tarbiyah STAIN Papopo

HAKIKAT PENDIDIKAN MATEMATIKA. Oleh: Nur Rahmah Prodi Pendidikan Matematika Jurusan Tarbiyah STAIN Papopo HAKIKAT PENDIDIKAN MATEMATIKA Oleh: Nur Rahmah Prodi Pendidikan Matematika Jurusan Tarbiyah STAIN Papopo Abstrak: Matematika merupakan salah satu bidang studi yang dijarkan di Sekolah. Baik Sekolah dasar,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Hakikat Kemampuan Mengurang Bilangan Bulat. 2010:10), mengartikan bahwa kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Hakikat Kemampuan Mengurang Bilangan Bulat. 2010:10), mengartikan bahwa kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Kemampuan Mengurang Bilangan Bulat 2.1.1 Pengertian Kemampuan Kemampuan adalah kapasitas seorang individu untuk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan. Kemampuan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. peneliti memberikan masalah tentang matriks, siswa menemui kesulitan-kesulitan

BAB V PEMBAHASAN. peneliti memberikan masalah tentang matriks, siswa menemui kesulitan-kesulitan BAB V PEMBAHASAN Materi yang diajarkan pada penelitian ini adalah materi matriks. Pada saat peneliti memberikan masalah tentang matriks, siswa menemui kesulitan-kesulitan yang berbeda-beda. Sebenarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia agar kelak mampu bersaing dan berperan dalam menghadapi setiap perubahan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat. rumusan kuntitatif, rumusan institusional, dan rumusan kualitatif.

BAB II KAJIAN TEORI. lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat. rumusan kuntitatif, rumusan institusional, dan rumusan kualitatif. 7 BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Konseptual. 1) Hakikat Belajar. Syah (2009) berpendapat belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan bahasa universal yang mendasari perkembangan teknologi modern. Matematika mempunyai peranan yang sangat penting dalam berbagai disiplin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib dimuat dalam kurikulum pendidikan dasar sampai tingkat sekolah menengah. Dikarenakan matematika merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya teknologi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya teknologi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya teknologi informasi sekarang ini telah memberikan dampak positif dalam semua aspek kehidupan manusia termasuk

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN GEOMETRI BIDANG DATAR DI SEKOLAH DASAR BERORIENTASI TEORI BELAJAR PIAGET

PEMBELAJARAN GEOMETRI BIDANG DATAR DI SEKOLAH DASAR BERORIENTASI TEORI BELAJAR PIAGET PEMBELAJARAN GEOMETRI BIDANG DATAR DI SEKOLAH DASAR BERORIENTASI TEORI BELAJAR PIAGET Mursalin Dosen Prodi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Malikussaleh E-mail: mursalin@unimal.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Matematika merupakan salah satu ilmu yang memiliki peranan penting

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Matematika merupakan salah satu ilmu yang memiliki peranan penting BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Matematika merupakan salah satu ilmu yang memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Karena itu, pemerintah selalu berusaha agar mutu pendidikan matematika

Lebih terperinci

2013 PENGARUH PENGGUNAAN TEKNIK JARIMATIKA TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN BERHITUNG PERKALIAN ANAK TUNANETRA

2013 PENGARUH PENGGUNAAN TEKNIK JARIMATIKA TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN BERHITUNG PERKALIAN ANAK TUNANETRA 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tunanetra didefinisikan sebagai individu yang indera penglihatannya tidak berfungsi sebagai saluran penerima informasi dalam kegiatan seharihari seperti halnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika sebagai salah satu disiplin ilmu yang berhubungan dengan dunia pendidikan yang dapat mengembangkan kemampuan untuk berargumentasi, memberi kontribusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan setiap manusia sepanjang hidupnya. Tanpa adanya pendidikan manusia akan sulit berkembang bahkan akan terbelakang. Salah satu

Lebih terperinci

Mengatasi Kesulitan Anak dalam Pembelajaran Pecahan Menggunakan Model Konkret dan Gambar

Mengatasi Kesulitan Anak dalam Pembelajaran Pecahan Menggunakan Model Konkret dan Gambar Mengatasi Kesulitan Anak dalam Pembelajaran Pecahan Menggunakan Model Konkret dan Gambar Mutijah *) *) Penulis adalah calon dosen di STAIN Purwokerto. Menyelesaikan studi S-1 di IKIP Yogyakarta (Sekarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam suatu pembelajaran terdapat dua aktivitas inti yaitu belajar dan mengajar. Menurut Hermawan, dkk. (2007: 22), Belajar merupakan proses perubahan perilaku

Lebih terperinci

TEORI PEMBELAJARAN ALIRAN PSIKOLOGI KOGNITIF DIENES

TEORI PEMBELAJARAN ALIRAN PSIKOLOGI KOGNITIF DIENES TEORI PEMBELAJARAN ALIRAN PSIKOLOGI KOGNITIF DIENES A. Pendahuluan Zoltan P. Dienes lahir di Hungaria pada tahun 96 dan pindah ke Inggris di usia 6 tahun. Setelah mempelajari matematika di berbagai negara,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Belajar Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memeperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya

Lebih terperinci

Resume Diagnosti kesulitan Belajar

Resume Diagnosti kesulitan Belajar Resume Diagnosti kesulitan Belajar Siswa dikatakan gagal apabila yang bersangkutan tidak dapat mengerjakan atau atau mencapai prestasi yang semestinya. Ia diprediksi akan dapat mengejakannya atau mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu proses perubahan tingkah laku dan kemampuan seseorang menuju ke arah yang lebih baik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu proses perubahan tingkah laku dan kemampuan seseorang menuju ke arah yang lebih baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu proses perubahan tingkah laku dan kemampuan seseorang menuju ke arah yang lebih baik berupa kemajuan dan peningkatan. Pendidikan dapat menjadi

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN MATEMATIKA OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT DENGAN ALAT PERAGA

PEMBELAJARAN MATEMATIKA OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT DENGAN ALAT PERAGA PEMBELAJARAN MATEMATIKA OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT DENGAN ALAT PERAGA YUNITA WILDANIATI Dosen Matakuliah Matematika pada Prodi PGMI STAIN Jurai Siwo Metro Abstact The purpose of this article is to embed

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mudah dari berbagai tempat di dunia, di sisi lain kita tidak mungkin

BAB I PENDAHULUAN. mudah dari berbagai tempat di dunia, di sisi lain kita tidak mungkin 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) khususnya teknologi informasi sekarang ini telah memberikan dampak positif pada semua aspek kehidupan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2001), 64. 2

BAB I PENDAHULUAN. Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2001), 64. 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku siswa yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan 1. Gagne dan Berlin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan setiap manusia sepanjang hidupnya. Pendidikan dapat diartikan sebagai proses kegiatan mengubah perilaku individu kearah kedewasaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. belajar sebagai suatu kebutuhan yang telah dikenal dan bahkan sadar atau

BAB II KAJIAN PUSTAKA. belajar sebagai suatu kebutuhan yang telah dikenal dan bahkan sadar atau 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA Teori Belajar dan Pembelajaran 2.1 Hakikat Belajar Belajar merupakan suatu kegiatan yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Sejak lahir manusia telah mulai melakukan kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dan informasi yang cepat berubah saat ini membutuhkan manusia yang siap dan tanggap. Salah satu cara untuk menghasilkan manusia yang

Lebih terperinci

2014 PENGGUNAAN ALAT PERAGA TULANG NAPIER DALAM PEMBELAJARAN OPERASI PERKALIAN BILANGAN CACAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

2014 PENGGUNAAN ALAT PERAGA TULANG NAPIER DALAM PEMBELAJARAN OPERASI PERKALIAN BILANGAN CACAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang dewasa ini telah berkembang cukup pesat, baik secara teori maupun praktik. Oleh sebab itu maka konsep-konsep

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persiapan Persiapan adalah faktor penenu keberhasilan mahasiswa dalam menguasai materi perkuliahan (Rapiyanta, 2015). Salah satu cara mempersiapkan materi perkuliahan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan memerlukan kecakapan hidup.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan memerlukan kecakapan hidup. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan, keterampilan, dan pendidikan merupakan unsur dasar yang menentukan kecakapan berpikir tentang dirinya dan lingkungannya. Seseorang yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. didiknya. Sekolah sebagai lembaga pendidikan berusaha secara terus menerus dan

I. PENDAHULUAN. didiknya. Sekolah sebagai lembaga pendidikan berusaha secara terus menerus dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi harus segera direspon secara positif oleh dunia pendidikan. Salah satu bentuk respon positif dunia pendidikan adalah

Lebih terperinci

2015 PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS ANTARA SISWA YANG MENDAPATKAN MODEL DISCOVERY LEARNING DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING

2015 PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS ANTARA SISWA YANG MENDAPATKAN MODEL DISCOVERY LEARNING DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bappenas (2006) mengemukakan bahwa majunya suatu bangsa dipengaruhi oleh mutu pendidikan dari bangsa itu sendiri, karena pendidikan yang berkualitas dapat menghasilkan

Lebih terperinci

Analisis Kesulitan Belajar Mahasiswa pada Matakuliah Matematika Dasar

Analisis Kesulitan Belajar Mahasiswa pada Matakuliah Matematika Dasar Analisis Kesulitan Belajar Mahasiswa pada Matakuliah Matematika Dasar Iik Nurhikmayati Program Studi Pendidikan Matematika, Universitas Majalengka Email: ik.nurhikmayati@gmail.com Abstrak Penelitian ini

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN PADA SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL PEMBAGIAN KELAS IV SD

ANALISIS KESALAHAN PADA SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL PEMBAGIAN KELAS IV SD ANALISIS KESALAHAN PADA SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL PEMBAGIAN KELAS IV SD Ahmad Fathurrozi (148620600187/6/A3) ahmadfathurrozi99@gmail.com Abstrak Pembelajaran matematika tentang penambahan, pengurangan,

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MEDIA KEPING BERMUATAN UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI SISWA

PENGGUNAAN MEDIA KEPING BERMUATAN UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI SISWA PENGGUNAAN MEDIA KEPING BERMUATAN UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI SISWA Abstrak: Permasalahan yang dibahas penelitian ini adalah kurangnya pemahaman siswa kelas IV SD Negeri Bancaran IV Bangkalan tentang konsep

Lebih terperinci

PROBLEMATIKA KESULITAN BELAJAR STATISTIK

PROBLEMATIKA KESULITAN BELAJAR STATISTIK PROBLEMATIKA KESULITAN BELAJAR STATISTIK Nusrotus Sa idah UNISNU Jepara Abstrak Kesulitan belajar adalah suatu kondisi dimana anak didik tidak dapat belajar secara wajar, disebabkan adanya ancaman, hambatan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. konsep, kesulitan keterampilan, dan pemecahan masalah serta faktor-faktor yang

BAB V PEMBAHASAN. konsep, kesulitan keterampilan, dan pemecahan masalah serta faktor-faktor yang BAB V PEMBAHASAN Berdasarkan temuan peneliti pada bab IV diperoleh tingkat kesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan soal operasi aljabar meliputi kesulitan konsep, kesulitan keterampilan, dan pemecahan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004:22). Sedangkan menurut Horwart

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang mempunyai peranan yang sangat penting baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam pengembangan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA. (PTK Pembelajaran Matematika Kelas VII Semester II SMP Negeri 2

UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA. (PTK Pembelajaran Matematika Kelas VII Semester II SMP Negeri 2 IMPLEMENTASI PENDEKATAN OPEN-ENDED PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA (PTK Pembelajaran Matematika Kelas VII Semester II SMP Negeri 2 Kartasura Tahun Ajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika merupakan salah satu unsur utama dalam. mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hakikatnya matematika

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika merupakan salah satu unsur utama dalam. mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hakikatnya matematika 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan matematika merupakan salah satu unsur utama dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hakikatnya matematika berkedudukan sebagai ilmu

Lebih terperinci

OLEH : DELVIZA SURYANI

OLEH : DELVIZA SURYANI PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG KETERAMPILAN MENGAJAR GURU, PERHATIAN ORANG TUA DAN KESIAPAN BELAJAR TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS VII MTsN LEMBAH GUMANTI JURNAL OLEH :

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. merupakan sarana yang sangat baik dalam pembinaan sumberdaya manusia.

I. PENDAHULUAN. merupakan sarana yang sangat baik dalam pembinaan sumberdaya manusia. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang semakin pesat mempengaruhi perkembangan dan kemajuan masyarakat di berbagai bidang, sehingga membutuhkan

Lebih terperinci

ANALISIS KESULITAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATERI ALJABAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 BANGIL

ANALISIS KESULITAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATERI ALJABAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 BANGIL ANALISIS KESULITAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATERI ALJABAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 BANGIL Bunga Ayu Desy Permatasari 31, Toto Bara Setiawan 32, Arika Indah Kristiana 33 Abstract: This research

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Departemen Pendidikan Nasional RI. Undang-undang RI no 20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. 1 Departemen Pendidikan Nasional RI. Undang-undang RI no 20 tahun 2003 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam undang-undang Republik Indonesia 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional, yang dimaksud dengan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

Lebih terperinci

Kata kunci : kemampuan, kompetensi dasar, sifat-sifat operasi

Kata kunci : kemampuan, kompetensi dasar, sifat-sifat operasi KEMAMPUAN SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR NEGERI GUGUS URIP SUMOHARJO DI KECAMATAN PURWOREJO PADA KOMPETENSI DASAR MENGGUNAKAN SIFAT-SIFAT OPERASI HITUNG BILANGAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Rima Ratna Hestiningrum,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. suatu maksud atau tujuan tertentu. Maka strategi identik dengan teknik, siasat

BAB II KAJIAN TEORI. suatu maksud atau tujuan tertentu. Maka strategi identik dengan teknik, siasat BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoritis 1. Strategi Berikan Uangnya Bambang warsita menjelaskan strategi adalah; a) ilmu siasat perang; b) siasat perang; c) bahasa pembicaraan akal (tipu muslihat) untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah dasar merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah dasar merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah dasar merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang pertama yang ditempuh peserta didik. Pada jenjang inilah siswa diberikan dasar-dasar pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat penting dari jenjang pendidikan dasar hingga pendidikan lanjutan serta suatu alat untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dan informasi yang cepat berubah saat ini membutuhkan manusia yang siap dan tanggap. Salah satu cara untuk menghasilkan manusia yang dimaksud

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memiliki alat-alat potensial yang harus dikembangkan secara

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memiliki alat-alat potensial yang harus dikembangkan secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia memiliki alat-alat potensial yang harus dikembangkan secara optimal. Salah satu pertanyaan mendasar yang merupakan inti dari pandangan hidup seseorang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Matematika 1. Pentingnya Pembelajaran Matematika Matematika sebagai salah satu ilmu dasar, dewasa ini telah berkembang cukup pesat baik dari segi materi maupun segi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu pengetahuan mendasar yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu pengetahuan mendasar yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu pengetahuan mendasar yang dapat menumbuhkan kemampuan penalaran siswa dan berfungsi sebagai dasar pengembangan sains dan teknologi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga manusia itu tumbuh sebagai pribadi yang utuh. Pendidikan adalah proses

BAB I PENDAHULUAN. sehingga manusia itu tumbuh sebagai pribadi yang utuh. Pendidikan adalah proses 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan sebenarnya merupakan rangkaian komunikasi antar manusia sehingga manusia itu tumbuh sebagai pribadi yang utuh. Pendidikan adalah proses perubahan sikap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang perlu mendapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang perlu mendapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang perlu mendapat perhatian lebih. Matematika menurut sebagian besar anak di Indonesia adalah pelajaran yang terkesan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan oleh setiap orang. Dirumuskan dalam

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan oleh setiap orang. Dirumuskan dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan manusia seutuhnya bertujuan agar individu dapat mengekspresikan dan mengaktualisasi diri dengan mengembangkan secara optimal dimensi-dimensi kepribadian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS. kelingkungan atau kewilayahan dalam konteks keruangan.

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS. kelingkungan atau kewilayahan dalam konteks keruangan. 12 II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Geografi Menurut Nursid Sumaatmadja (2001:11) Pengertian Geografi adalah : Ilmu yang memperlajari persamaan dan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN KELAS DAN IMPLIKASINYA DALAM PENGEMBANGAN RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

PENGELOLAAN KELAS DAN IMPLIKASINYA DALAM PENGEMBANGAN RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENGELOLAAN KELAS DAN IMPLIKASINYA DALAM PENGEMBANGAN RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Husni El Hilali Abstraksi Pengelolaan kelas memiliki peran yang sangat penting dalam proses pendidikan. Proses pembelajaran

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. yang dikutip oleh Winataputra (2003: 2.3) bahwa belajar adalah suatu proses

I. TINJAUAN PUSTAKA. yang dikutip oleh Winataputra (2003: 2.3) bahwa belajar adalah suatu proses I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan perubahan perilaku individu dalam merespon suatu kondisi dan peristiwa yang terjadi di lingkungan. Hal ini sesuai dengan pendapat Gagne yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai sebuah lembaga pendidikan diharapkan dapat mencetak

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai sebuah lembaga pendidikan diharapkan dapat mencetak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai sebuah lembaga pendidikan diharapkan dapat mencetak peserta didik yang berkualitas dari segi jasmani maupun rohani, mandiri sesuai dengan tingkat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan dapat menyesuaikan secara aktif dalam kehidupannya. melalui pendidikan yang baik akan dihasilkan sumber daya manusia yang

I. PENDAHULUAN. dan dapat menyesuaikan secara aktif dalam kehidupannya. melalui pendidikan yang baik akan dihasilkan sumber daya manusia yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi suatu bangsa merupakan salah satu usaha yang strategis dalam rangka mempersiapkan warga negara dalam menghadapi masa depan diri sendiri dan bangsanya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matematika mempunyai peran yang sangat besar baik dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Matematika mempunyai peran yang sangat besar baik dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika mempunyai peran yang sangat besar baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam pengembangan ilmu pengetahuan lain. Dengan tidak mengesampingkan pentingnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu aspek penting bagi kehidupan. Auliya

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu aspek penting bagi kehidupan. Auliya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu aspek penting bagi kehidupan. Auliya (2013:1) menyatakan, Pentingnya orang belajar matematika tidak terlepas dari perannya dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan upaya mewujudkan cita-cita

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan upaya mewujudkan cita-cita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan upaya mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia dalam mewujudkan

Lebih terperinci

2014 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE KUIS TIM UNTUK ENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA SMP

2014 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE KUIS TIM UNTUK ENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA SMP BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas suatu bangsa ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya. Manusia sebagai pemegang dan penggerak utama dalam menentukan kemajuan suatu bangsa. Melalui

Lebih terperinci