Publikasi Wahid Foundation Tim Penyusun Ringkasan Laporan. Alamsyah M Dja far Libasut Taqwa Siti Kholishoh

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Publikasi Wahid Foundation Tim Penyusun Ringkasan Laporan. Alamsyah M Dja far Libasut Taqwa Siti Kholishoh"

Transkripsi

1 1

2 Publikasi Wahid Foundation 2017 Tim Penyusun Ringkasan Laporan Alamsyah M Dja far Libasut Taqwa Siti Kholishoh Tim Peneliti dan Penyusun Laporan CSIS Fitriani Noory Okthariza Alif Satria Mayolisia Ekayanti Ilmi Dwiastuti Nicky Fahrizal Pricilia Putri Nirmala Sari Rebekha Adriana Halaman: 17 halaman Wahid Foundation Jl. Taman Amir Hamzah No. 8 Jakarta Indonesia Telp: Faks: info@wahidfoundation.org 2

3 Daftar Singkatan BASOLIA BNPT CEDAW DI/TII DPRD FKUB FORKAMI FPI GP Anshor HAM HTI JAD JAI JAT JI KCD KOPRAS LUIS MHTI MMI MUI NA Napiter NGO NII PB Perda Perppu TKI TKW UUD Badan Sosial Lintas Agama Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Forum Kerukunan Umat Beragama Forum Komunikasi Muslim Indonesia Front Pembela Islam Gerakan Pemuda Anshor Hak Asasi Manusia Hizbut Tahrir Indonesia Jema ah Atnsharud Daulah Jema ah Ahmadiyah Indonesia Jema ah Ansharut Tauhid Jema ah Islamiyah Koperasi Cinta Damai Komunitas Perempuan Ekonomi Kreatif Solo Laskar Umat Islam Solo Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia Majelis Mujahidin Indonesia Majelis Ulama Indonesia Nasyiatul Aisyiyah Narapidana Teroris Non-Governmental Organization Negara Islam Indonesia Peraturan Bersama Peraturan Daerah Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Tenaga Kerja Indonesia Tenaga Kerja Wanita Undang-Undang Dasar 3

4 Pengantar Tulisan ini merupakan ringkasan laporan hasil Riset Mendalam tentang Potensi Intoleransi dan Radikalisme di Kalangan Perempuan di Lima Wilayah yang dilaksanakan Wahid Foundation (WF) bekerja sama dengan Centre for Strategic and International Studies (CSIS) atas dukungan UN Women. Riset yang diselenggarakan pada September-November 2017 ini bertujuan untuk menjawab empat pertanyaan pokok: Sejauhmana kebijakan-kebijakan di tingkat nasional dan lokal mendukung atau tidak mendukung peran perempuan dalam mencegah ekstremisme? Bagaimana peta umum jejaring aktor dan kelompok perempuan intoleran dan radikal di masing-masing wilayah penelitian? Apa saja faktor-faktor kunci yang mendorong keterlibatan perempuan dalam ekstremisme sekaligus upaya pencegahannya? Bagaimana inisiasi dan usahausaha pencegahan yang dilakukan aktor-aktor dan komunitas-komunitas lokal, termasuk kegiatan ekonomi, berikut dampaknya? Hasil dari riset ini diharapkan memperkaya hasil-hasil riset dan kajian dalam isu perempuan, intoleransi dan radikalisme di Indonesia. Wilayah riset yang dipilih adalah Kota Depok, Kota Bogor dan Kabupaten Bogor untuk Jawa Barat; Kota Solo, Kabupaten Klaten, dan Kabupaten Sukoharjo (atau dikenal dengan sebutan Solo Raya) untuk Jawa Tengah; dan, Kota Malang, Kabupaten Malang, Kota Batu dan Kabupaten Sumenep untuk Jawa Timur. Selain alasan jumlah kasus intoleransi dan radikalisme yang meningkat, penelitian ini memilih area studi tersebut karena juga merupakan daerah sasaran program WISE (Women Participation for Inclusive Society), salah satu program Wahid Foundation yang bertujuan untuk mencegah intoleransi dan radikalisme di kalangan perempuan dan kelompok rentan (Wahid Foundation-CSIS, 2018: 25). Penelitian ini menggunakan metode sebagai berikut: kajian literatur (literature review), wawancara mendalam (in-depth interview), dan diskusi terfokus (focus group discussion). Jumlah responden penelitian ini sebanyak 358 orang yang terdiri dari mantan narapidana terorisme, pejabat pemerintah, aktivis organisasi masyarakat, serta komunitas perempuan di lima daerah penelitian. Dari 358 responden, 186 di antaranya perempuan. Jalur Terpapar Menuju Radikalisme Riset ini mengeksplorasi definisi radikalisme yang dirumuskan Omar Ashour (2009: 4-6). Menurut dosen senior Institute of Arab and Islamic Studies, Universitas Exeter Inggris ini, hal yang membedakan gerakan radikal dan moderat terletak pada dukungan terhadap nilai-nilai dan prinsip-prinsip demokrasi seperti misalnya legitimasi pluralisme, kebebasan beragama, kebebasan berekspresi, sistem pemilihan umum dan lainnya. Jika kelompok moderat mendukung nilai dan prinsip itu, maka kelompok radikal cenderung menolaknya. Ashour kemudian membagi gerakan radikalisme dalam dua tipologi: radikalisme ideologis (ideological radicalism) dan radikalisme tingkah laku (behavioral radical). Kelompok pertama adalah mereka yang secara ideologis menolak nilai-nilai dan prinsip-prinsip demokrasi, namun tidak setuju dengan penggunaan cara-cara kekerasan. Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dapat dimasukan dalam kelompok ini. Sedang kelompok kedua, selain menolak nilai dan prinsip demokrasi, mereka juga mendukung atau berpartisipasi dalam aksi kekerasan untuk menggantikannya. Jemaah Islamiyah masuk dalam kategori ini (Wahid Foundation-CSIS, 2018: 13-16). 4

5 Radikalisme dalam penelitian ini dimaknai sebagai sikap dan gerakan yang menginginkan perubahan tatanan sosial-politik secara fundamental lewat cara-cara ekstrem yang revolusioner, yang didasarkan pada pemahaman ajaran agama tertentu. Sementara itu, intoleransi diartikan sebagai sikap, tindakan, atau kepercayaan yang tidak bisa menerima ajaran-ajaran atau perilaku-perilaku kelompok tertentu yang tidak sesuai dengan kelompoknya sendiri (Wahid Foundation-CSIS, 2018: 13-16). Dalam studi Ashour, proses radikalisasi umumnya berlangsung dari tahap intoleransi, radikalisasi ideologi, dan kemudian radikalisasi perilaku (Ashour, 2009: 5). Harus dicatat di sini bahwa radikalisme bukanlah gejala khas Islam. Ia terjadi pada agama dan kepercayaan lain, dan untuk tujuan yang beragam, dari politik hingga ekonomi. Misalnya saja radikalisme di sebagian kalangan dalam agama Buddha di Myanmar atas isu etnis Rohingya. Namun demikian, proses radikalisasi tidak selalu linear, malah cenderung kompleks. Orang seperti Peter Neumann percaya bahwa tindakan kekerasan radikal sesungguhnya dibentuk, bukan natural. Maksudnya, radikalisme dipengaruhi banyak faktor, dan bukan begitu saja lahir. Dia menyimpulkan pandangan tersebut setelah meneliti gerakan radikalisme dan upaya penanganannya di 15 negara. Menurutnya lima tahapan berikut bisa membuat seseorang terpengaruh radikalisme: Diagram 2. Proses Terpapar Radikalisasi Dikembangkan dari Konsep Peter Neumann Rasa ketidakadilan (grievance) Kebutuhan emosional Pertemuan dengan ideologi intoleran radikal Individu yang berpengaruh Normalisasi kekerasan Kondisi Latar Belakang Titik Jenuh Proses Terpapar Narasi Doktrin Narasi Doktrin Dia mencontohkan kasus pengikut ISIS. Umumnya mereka dari latar belakang biasa-biasa saja dalam masyarakat. Mereka bukan orang yang religius, tidak merasa sukses, dan kurang bergaul. Mereka memiliki kebutuhan emosional pada perasan memiliki (sense of belonging) atau terlibat dalam suatu hal yang lebih besar dari dirinya (Wahid Foundation-CSIS, 2018: 19). Pada tahapan inilah mereka tiba pada titik jenuh berupa situasi di mana seseorang tidak merasa kebutuhan emosional pada perasaan memiliki dan diterima oleh masyarakat terpenuhi. Meski demikian, titik jenuh tidak dapat dikatakan serta-merta langsung menyebabkan orang bertindak radikal. Ketidakadilan dapat dirasakan siapa saja. Proses yang menentukan selanjutnya adalah faktor-faktor lain seperti individu-individu yang berpengaruh untuk menguatkan narasi doktrin ideologi tertentu seperti tokoh agama. Pengaruh lain bisa juga datang dari orang yang dianggap memiliki nasib yang sama, yang dapat menjadi panduan sehingga tindakan dan aktivitas kekerasan seperti normal dengan sentuhan dalil-dalil keagamaan untuk 5

6 menjawab kebutuhan mereka. Ideologi radikal lantas mampu menjelaskan rasa ketidakadilan yang mereka alami dengan menjadikan sistem yang salah sebagai kambing hitam. Tindakan kekerasan selanjutnya dapat mereka lakukan karena dipengaruhi oleh normalisasi kekerasan, proses menjadikan kekerasan menjadi hal biasa dan tidak salah. Dalam psikologi, titik jenuh ini lebih dekat dengan situasi burnout atau sindrom kelelahan. Burnout yang lebih banyak digunakan dan diteliti di tempat kerja merupakan masalah multidimensional. Saat seseorang mengalaminya maka ia akan cenderung mengalami kelelahan fisik, emosional, dan mental yang diakibatkan karena keterlibatan dalam situasi yang penuh emosional (dinamakan exhaustion). Ahli lain mengatakan bahwa burnout menyebabkan seseorang memiliki kecenderungan dehumanisasi, cenderung menarik diri dari lingkungannya (dinamakan cynicism), dan merasa apa (tugas, aktivitas) yang dijalankan menjadi berat, tidak berdaya(dinamakan ineffectiveness) (Maslach, 1993: 19-32). Perempuan: Agen Perdamaian dan Tantangan Radikalisme Banyak bukti untuk membangun argumen jika perempuan merupakan kelompok penting dalam membangun toleransi dan perdamaian. Perempuan menjadi pihak yang terlibat dalam upaya-upaya rekonsiliasi konflik di masa-masa awal republik berdiri. Bahkan kaum perempuan dari ormas-ormas keagamaan terlibat aktif bersama kaum laki-laki dalam kemerdekaan republik Indonesia (Jamhari, 2003: 84). Dibanding negara-negara di Timur Tengah, kaum perempuan Indonesia jauh lebih baik dalam mendapatkan hak-haknya mereka secara adil. Organisasi perempuan keagamaan turut andil dalam membangun pemahaman keagamaan yang lebih terbuka dan otonom. Indonesia kini juga memiliki banyak kebijakan yang berusaha mendorong pengarusutamaan gender dan perlindungan mereka dari kekerasan. Misalnya ratifikasi Konvensi tentang Hak Politik Perempuan melalui UU No. 68 Tahun 1958; Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan (CEDAW) melalui UU No. 7 Tahun 1984; Inpres No. 9/2000 Tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional yang dikeluarkan di masa Presiden Abdurrahman Wahid dan ditindaklanjuti dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 67 Tahun 2011 Tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender. Begitupun Kebijakan kuota 30 persen perempuan untuk anggota legislatif. Hanya saja, Indonesia tidak sepi dari kasus-kasus keterlibatan perempuan dalam aksi intoleransi, radikalisme, bahkan dalam bentuk terorisme. Dalam kasus terorisme pada tahun 2016, setidaknya enam perempuan telah ditangkap atas tuduhan terlibat dalam aksi terorisme. Angka ini, walaupun terkesan kecil, namun jumlahnya meningkat dibanding tahun-tahun sebelumnya. Beberapa nama tersebut antara Dian Yulia Novi, Arinda Putri Maharani dan Anggi alias Khanza mantan Tenaga Kerja Wanita di luar negeri (IPAC, 2017: 1). Perubahan tren ini salah satunya disebabkan oleh perubahan strategi ISIS sejak Sejak posisi yang makin terdesak di Suriah dan Irak, ISIS mengubah taktik perjuangan yakni kegiatan amaliyah yang dilakukan dengan 6

7 cara apa saja dan dimana saja. Perubahan strategi ini juga memberi ruang lebih terbuka bagi kalangan perempuan untuk lebih aktif sebagai aktor, mulai dari menyebarkan informasi di dunia maya untuk menambah simpatisan, merencanakan teror, membuat bahan peledak, hingga mengeksekusinya di lapangan. Sejumlah studi menyebutkan posisi perempuan dalam radikalisme memiliki peran yang tidak selalu sama dengan laki-laki. Misalnya menjadi ibu yang berperan krusial mendidik anak dan menciptakan generasi muda pelaku teroris; pelindung (protectors yang berperan dalam menyembunyikan, menyelamatkan, serta memberikan tempat aman terhadap teroris; dan, pejuang (combatants), yang berkontribusi secara aktif dalam aksi-aksi kekerasan radikal, antara lain sebagai penggalang dana, fasilitator transaksi, dan pelaku pengeboman (Cunningham, 2008: 87-95). Dalam budaya patriarki, perempuan dinilai memiliki kelebihan tersendiri (merit advantage) (Zedalis, 2008: 50). Yakni, persepsi bahwa perempuan dipandang tidak berbahaya ketimbang laki-laki. Namun yang penting dicatat adalah bahwa keterlibatan perempuan dalam proses intoleransi dan radikalisme tidak bisa ditangani dengan cara serupa dengan laki-laki. Ini terkait dengan konteks pengalaman hidup dan relasi gender yang tidak bisa diabaikan begitu saja. Dalam situasi patriarki, perempuan juga cenderung memiliki sikap intoleran jika interaksinya dengan dunia di luar terbatas, atau dengan kata lain hanya berada di level rumah tangga (Tessler, 2008: ). Temuan-temuan Riset ini menghasilkan enam temuan utama: Pertama, Indonesia memiliki peraturan perundang-undangan yang mendorong kehidupan yang toleran, menjamin hak-hak kemerdekaan beragama, melarang siar kebencian (hate speech), dan memiliki undangundang untuk menangani terorisme. Namun begitu, masih ada peraturan perundang-undangan yang dinilai turut mempengaruhi meningkatnya intoleransi, pelanggaran kebebasan beragama, dan dukungan atas aksiaksi terorisme. Misalnya, PNPS 1965 tentang Penodaan Agama atau Peraturan Bersama Dua Menteri tentang pendirian rumah ibadah. Dua aturan ini sering digunakan kelompok intoleran dan radikal dalam aksi-aksi penyesatan, penolakan pembangunan rumah ibadah, bahkan kekerasan terhadap minoritas. Di beberapa daerah dalam penelitian ini, selain terdapat kebijakan yang mendukung upaya penguatan toleransi dan perdamaian, ada pula aturan dan kebijakan yang dikhawatirkan menumbuhsuburkan intoleransi dan radikalisme. Misalnya, pelarangan Ahmadiyah di Kota Depok yang didasarkan kepada Peraturan Walikota Depok No. 9 tahun 2011 Tentang Pelarangan Ahmadiyyah yang merupakan turunan dari Peraturan Gubernur Jawa Barat No. 12 tahun 2011 Tentang Pelarangan Aktivitas Ahmadiyyah dan SKB Tiga Menteri tentang Ahmadiyyah. Kedua, saat ini, pemerintah dan DPR tengah merevisi UU Anti-Terorisme. Ada kebutuhan untuk menyiapkan pasal-pasal yang menyasar isu-isu penting dalam perkembangan terorisme seperti mengatasi orang-orang yang pergi ke luar negeri untuk bergabung sebagai kombatan. Sayangnya, rancangan Undang-Undang ini tidak banyak membahas usaha-usaha pencegahan keterlibatan perempuan dan anak dalam aksi terorisme atau yang mengarah pada terorisme. Padahal kecenderungan terakhir keterlibatan perempuan dan anak dalam isu ini harus menjadi perhatian serius. Keterlibatan perempuan seperti Dian Yulia Novi ataupun Ika Puspitasari dan juga anak-anak seperti Brekele dalam aksi terorisme 2 tahun terakhir merupakan fakta yang tidak dapat dikesampingkan. 7

8 Ketiga, Indonesia juga sudah memiliki aturan yang kuat untuk mendorong pengarusutamaan gender dan pemberdayaan perempuan di tingkat nasional dan lokal. Namun begitu, pada praktiknya masih terdapat berbagai kekangan sosial yang diskriminatif terhadap perempuan. Misalkan, walaupun sudah ada persyaratan akan adanya 30% perwakilan perempuan di parlemen, hingga kini, karena adanya bias kompetensi dan halangan-halangan domestik bagi perempuan, tingkat keterwakilan perempuan di parlemen hanya 17,32% (Koalisi Perempuan Indonesia, 2017). Riset ini masih belum mendapatkan data yang lebih kuat untuk melihat hubungan dan dampak dari kebijakan diskriminatif terhadap perempuan dalam meningkatkan intoleransi dan radikalisme. Keempat, di beberapa daerah penelitian, ditemukan sejumlah aktor perempuan yang terafiliasi dengan organisasi-organisasi yang dapat dikategorikan radikal, baik tanpa atau dengan kekerasan. Misalnya, Muslimah HTI di Bogor dan Mujahidah FPI serta Mujahidah MMI di Solo. Di Bogor, Solo dan Malang, riset ini juga menemukan adanya perempuan-perempuan yang terhubung dengan ISIS dan pro-jemaah Islamiyah (JI) serta Al-Qaeda. Namun begitu, tidak setiap istri pelaku terorisme bisa digolongkan berpaham radikal dan bagian dari jaringan ideologis kelompok ini. Misalnya kasus DC di Depok dan kasus BE di Bogor yang bahkan tidak tahu bahwa suaminya aktif dalam kelompok teroris. Di beberapa daerah terdapat kelompok yang selalu mengangkat isu-isu penegakan hukum berdasarkan syariat Islam seperti LUIS di Solo ataupun FPI di Klaten. Perempuan yang menjadi deportan dan kelompok istri jaringan teroris pro-isis Abu Jandal ditemukan di Malang, sementara kelompok perempuan yang terkait dengan kelompok radikal Jema ah Islamiyah dan kelompok pro-al Qaeda terdapat di Depok, Bogor, Solo dan Malang. Riset juga menemukan jika proses rekrutmen jejaring ini menyasar mahasiswi di kampus-kampus negeri di Depok, Bogor dan Malang. Perekrutan dilakukan kepada mahasiswa-mahasiswi baru, terutama yang berasal dari luar daerah dan mencari pertemanan atau komunitas Islami. Strateginya melalui mentoring di kampus, talk show dan pengajian yang bermula dari hal-hal ringan seperti tutorial pemakaian hijab, lalu masuk ke isu-isu kontemporer seperti masalah penodaan agama dan kondisi Muslim di Rohingya. Kelima, titik jenuh merupakan faktor pendorong radikalisme yang umum ditemukan dalam riset, khususnya di kalangan gerakan radikal. Titik jenuh muncul ketika mereka merasa gagal memaknai hidup mereka dan kemudian beralih mendalami agama. Seseorang tidak berarti langsung radikal karena ingin mendalami agama, tapi terjadi ketika memperoleh interpretasi ajaran-ajaran intoleran dan radikal dalam proses pencairannya. Pada tahap ini titik jenuh yang sudah mengarah pada radikalisme mendapatkan dukungan normalisasi kekerasan dari tokoh berpengaruh dalam organisasi radikal. Misalnya terlihat dalam kasus SA di Solo, DA di Depok, BB di Bogor. Proses titik jenuh dialami saat SA bekerja sebagai tenaga kerja wanita di Malaysia dan setelah itu berusaha memperdalam agama. DA juga mulai jenuh dengan hidupnya dan suatu ketika mulai mempertanyakan mengapa hidupnya begitu-begitu saja dan mula tertarik mendalami agama melalui pengajian yang sudah diikuti temannya yang lebih dulu aktif dalam pengajian ini. Adapun BB merasa jenuh dengan pekerjaan dan karirnya sebagai manajer asuransi. Meski 8

9 memiliki kekayaan yang cukup untuk membiayai keenam anaknya untuk hidup dan liburan ke luar negeri, BB memilih ingin ke Suriah untuk hidup di negara berdasarkan hukum Islam yang menjanjikan. Selain faktor pendorong, terdapat beberapa faktor penarik. Salah satu yang paling kuat, faktor relasi sosialpersonal, melalui hubungan kekeluargaan maupun pertemanan yang menjadi alasan bagi perempuan untuk mendukung kelompok intoleran dan radikal. Relasi personal yang paling umum adalah melalui relasi suami-istri. Perempuan menjadi rentan dipengaruhi pasangannya, khususnya karena kepercayaan di kelompok mereka yang menganggap suami adalah pemimpin dan perempuan diposisikan sebagai pihak yang harus patuh terhadap apa yang suami katakan. Walaupun perlu dicatat bahwa tidak semua kasus radikalisasi perempuan karena mengikuti suami. Misalnya seorang istri sudah radikal tanpa pengaruh suami seperti dalam kasus BB maupun BC di Bogor, dan SA di Solo. Relasi lain melalui pertemanan. Seperti terlihat di jaringan perempuan dalam jaringan pro-isis di Solo. Mereka aktif berdiskusi melalui Whatsapp dan Facebook untuk memberikan bantuan dana jika salah satu anggota mereka sedang membutuhkan. Faktor penarik lain adalah ideologi yang mampu menarik perhatian seseorang yang sedang mengalami titik jenuh dan melakukan pencarian. Narasi yang dikembangkan kelompok radikal seringkali mudah dipahami, menjawab masalah sehari-hari dan memiliki detail interpretasi yang rinci, dan jelas mengenai Islam yang benar versi mereka. Informasi itu juga mudah dicari melalui online maupun offline, termasuk mudahnya menjangkau ustaz dan ustazahnya yang berada di sekitar mereka. Faktor pengaruh ideologi ini ditemukan paling banyak di wilayah perkotaan seperti di Depok dan Bogor, jika dibandingkan di daerah pedesaan seperti Sumenep. Faktor penarik ketiga adalah tawaran ekonomi. Iming-iming bahwa khilafah Islam akan lebih memperbaiki kondisi ekonomi diminati oleh perempuan yang berasal dari kelompok ekonomi lemah. Kelompok-kelompok intoleran dan radikal juga aktif merekrut mereka yang kesulitan untuk diterima oleh masyarakat, misalnya kalangan ibu-ibu yang kesulitan untuk menyekolahkan anaknya di sekolah umum karena masalah ekonomi maupun administratif. Mereka mendekati kelompok ibu-ibu itu agar menyekolahkan anaknya ke sekolah yang ideologinya sejalan dengan mereka. Di daerah penelitian, ustaz dan ustazah kelompok intoleran dan radikal sangat aktif mengajar agama, bahkan tidak meminta bayaran saat mereka berceramah, berbeda dari tokoh moderat pada umumnya. Kelompok intoleran dan radikal juga memberi tawaran modal usaha bagi perempuan yang ingin membuka usaha. DA, istri dari seorang narapidana teroris berinisial KD. KD sendiri terlibat dalam camp pelatihan Aceh tahun 2010 yang digerebek Densus 88. Usai lulus sekolah menengah atas, DA kemudian bekerja selama tiga tahun di sebuah pabrik telepon seluler di Cikarang, Bekasi, Jawa Barat. Ketika itu ia belum mengenakan 9

10 jilbab. Pengetahuan agama diakuinya sangat terbatas. Ia mulai belajar tertarik mendalami agama ketika sudah beberapa kali bertemu dengan teman sekolah dasar. Temannya inilah yang kemudian mengajaknya mengikuti pengajian-pengajian. Setelah itu ia mengenakan jilbab. DA rajin mengikuti pengajian sepanjang Dari sinilah cara pandang keagamaannya terbentuk. Lewat komunitas pengajian ini ia mengenal KD yang saat itu bekerja di salah satu kantor sebuah partai. Sebelumnya KD sudah terlibat dalam pengajian-pengajian yang dilakukan komunitas Jemaah Tabligh dan Majelis Mujahidin. KD sudah banyak terlibat dalam pengajian-pengajian kelompok lain seperti Jemaah Tabligh, Salafi, dan Majelis Mujahidin. Setelah beberapa lama bekerja sebagai petugas keamanan, ia memutuskan keluar. Sebab partai tersebut dianggap kurang cocok dengan ide-ide keagamaannya yang harus lebih total dalam berjihad. Setelah keluar, KD lebih intens dengan jaringan JI pimpinan Umar Patek dan ia menjadi salah satu yang ditangkap dalam kasus camp pelatihan Aceh tahun Sumber: Wawancara dengan DA, 16 September 2017, Depok. BB, perempuan berusia 45 tahun, merupakan salah seorang deportan yang dikembalikan oleh pemerintah Turki saat dia, suami, dan anak-anaknya mencoba menyeberang ke Suriah. Ia berusia sekitar 45 tahun. Belum diperoleh data yang cukup untuk mengetahui proses radikalisasinya. Tapi ia mengaku belajar agama dari banyak ulama yang dikenalnya. Salah satunya Arifin Ilham. Bersama suami ia sepakat pergi ke Suriah. Pasangan suami-istri ini membawa serta keenam anaknya. Mereka menjual rumah, mobil, dan barang-barangnya untuk berangkat ke Suriah melalui Turki. Pilihan tersebut diyakini sejalan dengan hadis yang mengatakan ketika tinggal di negara yang tidak diberlakukan hukum Islam, maka umat muslim wajib hijrah. Hingga saat ini, BB masih memiliki pandangan yang negatif terhadap Barat. Menurutnya kekejaman yang dilakukan ISIS seperti disaksikannya melalui media umum dan sosial merupakan rekayasa zionis yang ingin menguasai dunia. Ia juga menilai jika non-muslim berkuasa, akan menindas muslim seperti yang dialami muslim Rohingnya atau di Poso. BB tidak suka etnis Tionghoa sebab mereka dianggap suka berjudi, membenci kaum muslim dan tengah menyusun kekuatan untuk menindas muslim. Ia tidak puas dengan kepemimpinan Presiden Jokowi yang dianggapnya sama saja dengan presiden sebelumnya. Pemerintahan belum berhasil memberikan kebutuhan dasar yang murah pada warga. Contohnya biaya listrik yang tetap mahal. Sumber: Wawancara dengan BB, 19 September 2017, Bogor. SA kini istri ketiga dari OS, mantan narapidana teroris yang dulu dipenjara karena membantu menyembunyikan seorang teroris buronan polisi. SA berasal dari Dieng, Jawa Tengah. Orang tuanya tidak berasal dari organisasi Islam tertentu. Proses radikalisasi SA tidak terjadi akibat bertemu dengan suaminya, namun terjadi secara independen sebelum dia menikah dengan OS. Jalan terpapar radikalisasi SA bermula dari tahun

11 Di tahun itu, SA bekerja sebagai TKW di Malaysia. Karena dia dekat dengan seorang laki-laki dan sempat diketahui oleh polisi syari ah bahwa dia sempat bermalam di rumah orang tersebut, mereka dipaksa menikah. Beberapa bulan setelah itu SA mengandung. Namun tak lama setelah itu mengalami keguguran. Dikarenakan kondisinya yang semakin parah, SA dipulangkan balik ke Indonesia. Beberapa bulan setelah menetap di Indonesia, kondisi SA membaik dan diketahui bahwa dia masih mengandung. Mengetahui informasi ini, suami SA menuduhnya selingkuh dan bercerai. Selama Sembilan bulan mengandung, SA mengalami depresi yang, setelah anaknya lahir, berkembang menjadi penyakit bipolar yang dideritanya. Sebagai cara menanggulangi penyakitnya ini, SA sering belajar melalui internet tentang depresi dan bipolar. Setelah terus membaca, akhirnya SA informasi-informasi keagamaan dari jaringan kelompok Salafi-Wahabi di Jawa Tengah. Upaya tersebut berlanjut hingga tahun Ia kemudian mengikuti anti-kristenisasi dan sempat bergabung dengan Saving Islam Team yang membawanya ke berbagai negara termasuk Filipina untuk menyebarkan Islam. Selain itu ia juga intens mengikuti pengajian melalui media sosial dengan tokoh-tokoh yang berafiliasi dengan HTI. Melalui aktivitas itu ia mengenal OS. Menurut SA, aksi terorisme adalah sebuah aksi yang seharusnya dibenarkan. Aksi tersebut merupakan pembelaan diri dari sebuah umat yang terzalimi dan tidak dilindungi oleh pihak-pihak yang seharusnya bertanggung jawab (misalnya negara). Dia menjelaskan bahwa umat Islam itu pada saat menjadi minoritas selalu ditindas, sedangkan jika nanti terdapat khilafah dan umat Islam berkuasa, agama-agama lain tidak akan ditindas. Sumber: Wawancara dengan SA, 11 Oktober 2017, di Surakarta. Keenam, sudah terdapat inisiasi dan usaha dari kelompok toleran dalam merespons intoleransi dan radikalisme di kalangan perempuan, langsung maupun tidak langsung, yang ditemukan di seluruh wilayah penelitian. Umumnya mereka berasal dari organisasi keagamaan moderat seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, termasuk organisasi sayap perempuannya seperti Fatayat Nahdlatul Ulama atau Aisyiyah Muhammadiyah. Selain itu, usaha lain juga dilakukan organisasi masyarakat sipil lain yang berbasis lintas iman. Di Depok, Fatayat NU, Basolia, GP Anshor Depok, menjalankan kegiatan beragam seperti bakti sosial, pengobatan massal, dan pagelaran seni lintas agama hingga penanganan anak jalanan. Di Bogor, Aisyiyah dan Fatayat NU dan tokoh-tokoh agama lokal juga mengembangkan usaha merespons radikalisme melalui dakwah dan bakti sosial. Di Solo Raya, Nasyiatul Aisyiyah (NA) dan Fatayat NU Kota Solo aktif mengambil inisiatif upaya pencegahan. Anggota NA telah memiliki program pendampingan perempuan korban berbagai macam kekerasan, seperti pelecehan seksual, KDRT, dan juga terorisme. Selain Fatayat NU dan Nasyiatul Aisyiyah, di Malang terdapat Sekolah Perempuan Kota Batu, dan Komisi Hubungan Antar Agama dan Kepercayaan Keuskupan. Sekolah Perempuan memberi pengajaran mengenai ekonomi, sosial budaya, politik, dan hukum juga memberi pembekalan untuk mengenal isu-isu radikalisme. Sedang Komisi Hubungan Antar Agama dan Kepercayaan Keuskupan aktif melakukan kegiatan untuk membina hubungan baik antara agama dan kepercayaan serta meningkatkan toleransi antar umat. 11

12 Di Sumenep, upaya pencegahan baru sampai pada tahap penolakan secara verbal (verbal rejection). Belum ada program khusus yang dilakukan pemerintah daerah ataupun organisasi masyarakat untuk mengatasi kehadiran kelompok organisasi intoleran atau radikal di Sumenep. Program WISE (Women Participation for Inclusive Society) yang diinisiasi Wahid Foundation atas dukungan UN Women di lima wilayah penelitian dapat dilihat sebagai program yang cukup menjanjikan. Program ini menjadikan pendekatan ekonomi untuk memperkuat toleransi dan perdamaian. Misalnya melalui simpan pinjam, pelatihan keuangan, dan penguatan nilai-nilai toleransi. Sebagai program yang baru berjalan kurang dari satu tahun, program ini kemungkinan baru akan menyiapkan fondasi-fondasi awal untuk dikembangkan di masa mendatang. Secara umum, dapat dikatakan komunitas dan organisasi-organisasi moderat di lima wilayah tersebut belum banyak menyasar kelompok-kelompok rentan khususnya yang memiliki kecenderungan radikal atau sudah terlibat dalam tindakan radikal. Misalnya menyasar keluarga mantan pelaku teroris atau mahasiswi di kampus-kampus negeri. Aktor-aktor ini umumnya menyasar anggota-anggota mereka atau kelompok yang diidentifikasi sebagai moderat. Jika dilihat dari level pemberdayaan, efektivitas dari inisiasi dan upaya-upaya yang dilakukan tersebut bervariasi. Perbedaan ini tampaknya dipengaruhi oleh beberapa hal. Misalnya, kekuatan antar jaringan organisasi masyarakat sipil di masing-masing wilayah, termasuk antara organisasi masyarakat dengan pemerintah. Rekomendasi Berdasarkan enam temuan utama tersebut, riset ini mengajukan tujuh rekomendasi. Pertama, mendorong Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah terus meningkatkan pemenuhan hakhak sipil dan politik warga negara sebagaimana dijamin dalam peraturan perundang-undangan, termasuk di dalamnya pemenuhan hak-hak tersangka dan terpidana, termasuk keluarga, pelaku aksi-aksi intoleran dan radikal. Upaya ini diharapkan bisa mengurangi ketidakpuasan-ketidakpuasan yang pada akhirnya mendorong lahirnya aksi intoleransi dan radikalisme. Kepala Daerah di lima wilayah penelitian sudah sepatutnya menghapus atau merevisi kebijakan diskriminatif. Kedua, mendorong Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Republik Indonesia menghapus atau merevisi peraturan perundang-undangan di tingkat nasional dan tingkat lokal yang diskriminatif seperti UU PNPS 1965 atau peraturan daerah yang membatasi hak-hak perempuan. Ketiga, mendorong Pemerintah Pusat mewakili Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), memasukan pasal-pasal dalam revisi UU Anti-Terorisme yang mengatur pencegahan dan penanganan keterlibatan perempuan dan anak dalam aksi terorisme. Keempat, mendorong Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPP PA) mengembangkan pengarusutamaan gender melalui kerjasama dengan organisasi keagamaan dan tokoh agama perempuan. 12

13 Kelima, mendorong lembaga-lembaga penelitian dan pengembangan di lingkungan pemerintah seperti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Pusat Penelitian Pengembangan Kementerian Agama, Kementerian Sosial, KPP PA untuk mengembangkan kajian dan riset yang menyediakan data dan analisis mengenai keterlibatan perempuan dalam aksi intoleransi dan radikalisme, termasuk dampak kebijakan dan peraturan diskriminatif terhadap perempuan dengan meningkatnya intoleransi dan radikalisme. Keenam, mendorong organisasi perempuan ormas keagamaan moderat seperti Fatayat, Aisyiyah, dan organisasi masyarakat sipil lain di tingkat nasional maupun lokal mengembangkan kegiatan-kegiatan yang bertujuan mengatasi faktor-faktor pendorong dan penarik radikalisme di kalangan perempuan seperti kegiatan konseling, pengajian keagamaan berisi materi-materi moderat, pendidikan pra-nikah, penguatan keluarga, dan pendampingan ekonomi perempuan. Ketujuh, mendorong kerjasama pemerintah pusat dan lima daerah dengan organisasi masyarakat sipil mengembangkan program yang menyasar langsung kelompok-kelompok rentan dan wilayah-wilayah rentan dengan pelibatan tokoh agama dan tokoh masyarakat, termasuk pemberdayaan ekonomi keluarga mantan narapidana terorisme. 13

14 Daftar Pustaka Amnesty International. (2014). Prosecuting Beliefs: Indonesia s Blasphemy Laws. London: Amnesty International Ltd. Ashour, O. (2009). Votes and Violence: Islamists and the Processes of Transformation. London: Developments in Radicalisation and Political Violence. Ayubi, N. (1991). Political Islam: Religion and Politics in the Arab World. London, New York: Routledge. Aziz, A., & D, H. A. (2016, Desember 10). Para Perempuan yang Terlibat Kasus Terorisme. Tirto.id. tirto.id/para-perempuan-yang-terlibat-kasus-terorisme-b9me Bari, F. (2014). Perempuan di Ranah Politik. Jakarta: ELSAM. Berko, A., & Erez, E. (2008). Martyrs or Murderers? Victims or Victimizers? The Voices of Would-be Palestinian Female Suicide Bombers. In C. D. Ness, Female Terrorism and Militancy: Agency, Utility and Organization. New York: Routledge. Bhakti, M. A. (2016). Perempuan dan Terorisme. Jakarta: PAKAR. Colombijn, F., & Lindblad, J. T. (2002). Roots of Violence in Indonesia: Contemporary Violence in Historical Perspective. Leiden: KITLV Press. Cunningham, K. (2008). The Evolving Participation of Muslim Women in Palestine, Chechnya, and the Global Jihadi Movement. In C. D. Ness, Female Terrorism and Militancy: Agency, Utility and Organization. New York: Routledge. Fararo, T. J., & Doreian, P. (1998). The Theory of Solidarity: An Agenda of Problems. In The Problem of Solidarity: Theories and Models (pp. 1-33). Goodin, R. (1975). Cross-Cutting Cleavages and Social Conflict. British Journal of Political Science, Vol. 5, Issue 4, Hafez, M. (2004). Why Muslims Rebel? Repression and Resistance in the Islamic World. London: Lynne Rienner Publishers. Hamayotsu, K. (2011). The End of Political Islam? A Comparative Analysis of Religious Parties in the Muslim Democracy of Indonesia. Journal of Current Southeast Asian Affairs, 30 (2), Hamdi, I. (2016, Desember 1). Ikut Demo 212, Warga Depok Berangkat Pukul Besok. Tempo. co. Hapsari, D. A. (2017, Januari 24). Kepulangan Keluarga Terduga ISIS Tunggu Kesiapan Pemkab. Malang Voice. Horgan, J., & Braddock, K. (2010). Rehabilitating the Terrorists?: Challenges in Assessing the Effectiveness of De-radicalization Programs. Terrorism and Political Violence, Vol. 22, No. 2,

15 Human Rights Watch. (2013). Atas Nama Agama: Pelanggaran terhadap Minoritas Agama di Indonesia. Jakarta: Human Rights Watch. Ibrahim, S. (2004). Challenges for Islam and Democracy. A lecture given at the Law Faculty, McGill University, Montreal, Quebec, Canada. Quebec: McGill University. Institute for Policy Analysis of Conflict. (2016). IPAC Report No. 30. The Failed Solo Suicide Bombing and Bahrun Naim s Network. Jakarta: Institute for Policy Analysis of Conflict. Institute for Policy Analysis of Conflict. (2017). Mothers to Bombers: The Evolution of Indonesian Women Extremists. Jakarta: Institute for Policy Analysis of Conflict. Jamhari. (2003). Citra Perempuan dalam Islam: Pandangan Ormas Keagamaan. Jakarta: Gramedia, PPIM-UIN Jakarta, Ford Foundation. Jones, S. (2016, Januari 18). Battling ISIS in Indonesia. The New York Times. com/2016/01/19/opinion/battling-isis-in-indonesia.html?_r=0 Kendhammer, B. (2013). The Sharia Controversy in Northern Nigeria and the Politics of Islamic Law in New and Uncertain Democracies. Comparative Politics, 45(3). Kine, P. (2014). Indonesia s growing religious intolerance. Jakarta: Human Rights Watch. Koalisi Perempuan Indonesia. (2017, Maret). Pernyataan Koalisi Perempuan Indonesia: Pengesahan RUU KKG: Wujud Janji Negara Menghapus Ketimpangan Gender. Koalisi Perempuan. Komnas Perempuan. (2014). Pengalaman dan Perjuangan Perempuan Minoritas Agama Menghadapi Kekerasan dan Diskriminasi Atas Nama Agama. Laporan Pelapor Khusus Komnas Perempuan Tentang Kekerasan dan Diskriminasi terhadap Perempuan dalam Konteks Pelanggaran Hak Konstitusional Kebebasan. Jakarta: Komnas Perempuan. Lawrence, J., & Tar, U. (2013). The use of Grounded Theory Techniques and a Practical Tool of Qualitative Data Collection and Analysis. Electronic Journal of Business Research Methods, 11(1). Lembaga Bantuan Hukum Jakarta. (2014). Korban Intoleransi Tidak Terlindungi Hukum. Jakarta: Lembaga Bantuan Hukum. Machmudi, Y. (2006). Islamising Indonesia: The Rise of Jemaah Tarbiyah and The Prosperous Justice Party (PKS). Canberra: ANU Press. Marcus, G. (1995). With Malice toward Some: How People Make Civil Liberties Judgments. Cambridge: Cambridge University Press. Movanita, A. N. (2017, Oktober 31). Polisi Sebut Teroris di Bima Ada Kaitan Kuat dengan Kelompok Santoso. Kompas. Murtono, M. (2014). Konsep Manquul dalam Perspektif Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII). Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta. Neumann, P. (2009). Old and New Terrorism. Cambridge: Polity Press. 15

16 16 Neumann, P. (2010). Prisons and Terrorism: Radicalisation and De-radicalisation in 15 Countries. London: International Centre for the Study of Radicalisation and Political Violence (ICSR). Neumann, P. (2013). The Trouble with Radicalization. International Affairs, 89, Issue 4 July 2013, Nurdin, E. (2017, Januari 19). Toleransi di Sumenep: Masjid dengan tukang dari Cina dan bicara tafsir di kelompok Syiah. BBC Indonesia. Olidort, J. (2015, November 24). What Is Salafism? How a Nonpolitical Ideology Became a Political Force? Foreign Affairs. what-salafism. Schaufeli, Wilmar, dkk. Burnout: A multidimensional perspective. In Professional Burnout: Recent Developments in Theory and Research. New York: Taylor & Francis.hlm Smith, G. (2011, November 3). Religious Toleration Vs. Religious Freedom. Libertarianism.org. libertarianism.org/publications/essays/excursions/religious-toleration-versus-religious-freedom Soage, A. B. (2009). Islamism and Modernity: The Political Thought of Sayyid Qutb. Totalitarian Movements and Political Religions, 10 (2), Solahudin. (2011). NII sampai JI: Salafy Jihadisme di Indonesia. Depok: Komunitas Bambu. Speckhard, A., & Akhmedova, K. (2008). Black Widows and Beyond: Understanding the Motivations and Life Trajectories of Chechen Female Suicide Terrorists. In C. D. Ness, Terrorism and Militancy: Agency, Utility and Organization. New York: Routledge. Tessler, M. (2002). Islam and Democracy in the Middle East: The Impact of Religious Orientations on Attitudes toward Democracy in Four Arab Countries. Comparative Politics, 34(3). Thalib, J. U. (2015). Jihad Fii Sabilillah: Puncak Amal Shalih yang Diabaikan Ummat Islam di Indonesia. Yogyakarta: Ihya As-Sunnah. Ward, K. (2009). Non-violent extremists? Hizbut Tahrir Indonesia. Australian Journal of International Affairs, 63(2), Zedalis, D. (2008). Beyond the Bombings: Analyzing Female Suicide Bombers. In C. D. Ness, Female Terrorism and Militancy: Agency, Utility and Organization. New York: Routledge.

17 17

THE WAHID FOUNDATION

THE WAHID FOUNDATION PERMINTAAN PROPOSAL (REQUEST FOR PROPOSAL) RISET MENDALAM INTOLERANSI DAN RADIKALISME DI KALANGAN PEREMPUAN DI EMPAT DAERAH (BOGOR, DEPOK, SOLO-KLATEN, MALANG) THE WAHID FOUNDATION 1 LATAR BELAKANG Salah

Lebih terperinci

Grafik 1: Transmisi Pengetahuan Agama 9.6. Grafik 2: Bertetangga dengan orang yang berbeda Suku dan Agama

Grafik 1: Transmisi Pengetahuan Agama 9.6. Grafik 2: Bertetangga dengan orang yang berbeda Suku dan Agama Grafik 1: Transmisi Pengetahuan Agama Orang tua/keluarga 68.1 Pendidikan di sekolah 9.6 Majelis-majelis agama/ pengajian/ kebaktian 19 Tidak tahu/menjawab 3.3 Grafik 2: Bertetangga dengan orang yang berbeda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Muslim dunia (Top ten largest with muslim population, 2012). Muslim

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Muslim dunia (Top ten largest with muslim population, 2012). Muslim BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk Muslim terbanyak di dunia. Penduduk muslimnya berjumlah 209.120.000 orang atau 13% dari jumlah penduduk Muslim

Lebih terperinci

Mam MAKALAH ISLAM. Gerakan ISIS, Ancaman Ideologi dan Keamanan NKRI

Mam MAKALAH ISLAM. Gerakan ISIS, Ancaman Ideologi dan Keamanan NKRI Mam MAKALAH ISLAM Gerakan ISIS, Ancaman Ideologi dan Keamanan NKRI 5 Agustus 2014 Makalah Islam Gerakan ISIS, Ancaman Ideologi dan Keamanan NKRI Fuad Nasar (Pemerhati Masalah Sosial Keagamaan) Islamic

Lebih terperinci

BAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK

BAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK BAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK Di dalam UUD 1945 Bab XA tentang Hak Asasi Manusia, pada dasarnya telah dicantumkan hak-hak yang dimiliki oleh setiap orang atau warga negara. Pada

Lebih terperinci

Pengalaman dan Perjuangan Perempuan Minoritas Agama Menghadapi Kekerasan dan Diskriminasi Atas Nama Agama

Pengalaman dan Perjuangan Perempuan Minoritas Agama Menghadapi Kekerasan dan Diskriminasi Atas Nama Agama Laporan Pelapor Khusus Komnas Perempuan Tentang Kekerasan dan Diskriminasi terhadap Perempuan dalam Konteks Pelanggaran Hak Konstitusional Kebebasan Beragama Pengalaman dan Perjuangan Perempuan Minoritas

Lebih terperinci

GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21

GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21 Forum Dunia tentang HAM di Kota tahun 2011 GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21 16-17 Mei 2011 Gwangju, Korea Selatan Deklarasi Gwangju tentang HAM di Kota 1

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS SK GUBERNUR NO. 188/94/KPTS/013/2011 DALAM TEORI PERLINDUNGAN EKSTERNAL DAN PEMBATASAN INTERNAL PERSPEKTIF WILL KYMLICKA

BAB V ANALISIS SK GUBERNUR NO. 188/94/KPTS/013/2011 DALAM TEORI PERLINDUNGAN EKSTERNAL DAN PEMBATASAN INTERNAL PERSPEKTIF WILL KYMLICKA BAB V ANALISIS SK GUBERNUR NO. 188/94/KPTS/013/2011 DALAM TEORI PERLINDUNGAN EKSTERNAL DAN PEMBATASAN INTERNAL PERSPEKTIF WILL KYMLICKA A. SK Gubernur dalam Perlindungan Eksternal (External Protection)

Lebih terperinci

MENGAPA TERORIS MUSLIM SEDIKIT? P r o j e c t. i t a i g. D k a a n. Rizal Panggabean. Edisi 012, Maret 2012 Review Buku

MENGAPA TERORIS MUSLIM SEDIKIT? P r o j e c t. i t a i g. D k a a n. Rizal Panggabean. Edisi 012, Maret 2012 Review Buku l Edisi 012, Maret 2012, Edisi 012, Maret 2012 P r o j e c t i t a i g D k a a n MENGAPA TERORIS MUSLIM SEDIKIT? Rizal Panggabean 1 Edisi 012, Maret 2012 Informasi Buku: Charles Kurzman, The Missing Martyrs;

Lebih terperinci

Asesmen Gender Indonesia

Asesmen Gender Indonesia Asesmen Gender Indonesia (Indonesia Country Gender Assessment) Southeast Asia Regional Department Regional and Sustainable Development Department Asian Development Bank Manila, Philippines July 2006 2

Lebih terperinci

Tahun Sidang : Masa Persidangan : IV Rapat ke :

Tahun Sidang : Masa Persidangan : IV Rapat ke : LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI III DPR RI DENGAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME ------------------------------------------------------------ (BIDANG HUKUM, PERUNDANG-UNDANGAN, HAM

Lebih terperinci

ISLAM DAN KEBANGSAAN. Jajat Burhanudin. Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM)

ISLAM DAN KEBANGSAAN. Jajat Burhanudin. Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) ISLAM DAN KEBANGSAAN Temuan Survey Nasional Jajat Burhanudin Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Jakarta 2007 METODOLOGI SURVEI Wilayah: Nasional Metode: multi-stage random sampling Jumlah

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara REKONSTRUKSI DATA B.1. Analisa

Universitas Sumatera Utara REKONSTRUKSI DATA B.1. Analisa REKONSTRUKSI DATA B. NO Analisa Analisa dan koding tematik Perceive threat Adanya ketidakadilan terhadap pelebelan terorisme yang dirasakan umat Islam FGD.B..8 FGD.B..04 FGD.B.. FGD.B..79 FGD.B..989 Umat

Lebih terperinci

Perempuan dalam pandangan Islam

Perempuan dalam pandangan Islam http://www.antaranews.com/berita/492962/emansipasi-perempuan-dalam-pandangan-islam Perempuan dalam pandangan Islam Minggu, 26 April 2015 20:12 WIB 3.378 Views Oleh Dyah Dwi Astuti Anggota Polisi Wanita

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Setelah dilakukan analisa terkait penelitian yang telah peneliti kaji dalam penyusunan skripsi ini, terdapat beberapa kesimpulan dari penjelasan

Lebih terperinci

BAB III INSTRUMEN INTERNASIONAL PERLINDUNGAN HAM PEREMPUAN

BAB III INSTRUMEN INTERNASIONAL PERLINDUNGAN HAM PEREMPUAN BAB III INSTRUMEN INTERNASIONAL PERLINDUNGAN HAM PEREMPUAN A. Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination Against Women 1. Sejarah Convention on the Elimination of All Discrimination Against

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harmoni kehidupan umat beragama di Indonesia. 1. Syiah di Sampang pada tahun 2012 yang lalu.

BAB I PENDAHULUAN. harmoni kehidupan umat beragama di Indonesia. 1. Syiah di Sampang pada tahun 2012 yang lalu. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada tanggal 30 Mei 2013, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mendapatkan penghargaan World Statesman Award dari Appeal of Conscience Foundation yang berkedudukan di

Lebih terperinci

HAK ASASI MANUSIA DAN KEHIDUPAN BERBANGSA MEMPERINGATI ULANG TAHUN ELSAM KE-20

HAK ASASI MANUSIA DAN KEHIDUPAN BERBANGSA MEMPERINGATI ULANG TAHUN ELSAM KE-20 HAK ASASI MANUSIA DAN KEHIDUPAN BERBANGSA MEMPERINGATI ULANG TAHUN ELSAM KE-20 Oleh Drs. Sidarto Danusubroto, SH (Ketua MPR RI) Pengantar Setiap tanggal 10 Desember kita memperingati Hari Hak Asasi Manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagai bangsa yang lekat dengan primordialisme, agama menjadi salah satu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagai bangsa yang lekat dengan primordialisme, agama menjadi salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai bangsa yang lekat dengan primordialisme, agama menjadi salah satu komponen yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan bernegara. Kepercayaan agama tidak hanya

Lebih terperinci

INDEKS KINERJA PENEGAKAN HAM 2011

INDEKS KINERJA PENEGAKAN HAM 2011 RINGKASAN TABEL INDEKS KINERJA PENEGAKAN HAM 2011 SETARA Institute, Jakarta 5 Desember 2011 SCORE 2011 PENYELESAIAN PELANGGARAN HAM MASA LALU 1,4 KEBEBASAN BEREKSPRESI 2,5 KEBEBASAN BERAGAMA/BERKEYAKINAN

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR KOMNAS PEREMPUAN PENGESAHAN: 11 FEBRUARI 2014

ANGGARAN DASAR KOMNAS PEREMPUAN PENGESAHAN: 11 FEBRUARI 2014 ANGGARAN DASAR KOMNAS PEREMPUAN PENGESAHAN: 11 FEBRUARI 2014 PEMBUKAAN Bahwa sesungguhnya hak-hak asasi dan kebebasan-kebebasan fundamental manusia melekat pada setiap orang tanpa kecuali, tidak dapat

Lebih terperinci

Mewujudkan Payung Hukum Penghapusan Diskriminasi Gender di Indonesia Prinsip-Prinsip Usulan Terhadap RUU Kesetaraan dan Keadilan Gender

Mewujudkan Payung Hukum Penghapusan Diskriminasi Gender di Indonesia Prinsip-Prinsip Usulan Terhadap RUU Kesetaraan dan Keadilan Gender Mewujudkan Payung Hukum Penghapusan Diskriminasi Gender di Indonesia Prinsip-Prinsip Usulan Terhadap RUU Kesetaraan dan Keadilan Gender Mewujudkan Payung Hukum Penghapusan Diskriminasi Gender di Indonesia

Lebih terperinci

BAB 6 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME

BAB 6 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME BAB 6 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME I. PERMASALAHAN YANG DIHADAPI Peran Pemerintah dan masyarakat untuk mencegah dan menanggulangi terorisme sudah menunjukan keberhasilan yang cukup berarti,

Lebih terperinci

MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL

MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL Resolusi disahkan oleh konsensus* dalam Sidang IPU ke-128 (Quito, 27 Maret 2013) Sidang ke-128 Inter-Parliamentary

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sebenarnya bukan hal yang baru

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sebenarnya bukan hal yang baru BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sebenarnya bukan hal yang baru di Indonesia, namun selama ini selalu dirahasiakan atau ditutup-tutupi oleh keluarga maupun

Lebih terperinci

Rilis Pers Bersama. Perppu Ormas Ancaman bagi Demokrasi dan Negara Hukum

Rilis Pers Bersama. Perppu Ormas Ancaman bagi Demokrasi dan Negara Hukum Rilis Pers Bersama Perppu Ormas Ancaman bagi Demokrasi dan Negara Hukum Pemerintah akhirnya menerbitkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perppu) Nomor 2 Tahun 2017 tentang Perubahan Undang-undang

Lebih terperinci

BAB 9 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK

BAB 9 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK BAB 9 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK A. KONDISI UMUM Dalam rangka mewujudkan persamaan di depan hukum, penghapusan praktik diskriminasi terus menerus dilakukan, namun tindakan pembedaan

Lebih terperinci

No ekonomi. Akhir-akhir ini di Indonesia sering muncul konflik antar ras dan etnis yang diikuti dengan pelecehan, perusakan, pembakaran, perkel

No ekonomi. Akhir-akhir ini di Indonesia sering muncul konflik antar ras dan etnis yang diikuti dengan pelecehan, perusakan, pembakaran, perkel TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 4919 DISKRIMINASI.Ras dan Etnis. Penghapusan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 170) PENJELASAN A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahkan menjadi tolak ukur kemajuan Negara. Secara umum, Indonesia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. bahkan menjadi tolak ukur kemajuan Negara. Secara umum, Indonesia merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan aspek yang penting dalam kehidupan suatu negara dan bahkan menjadi tolak ukur kemajuan Negara. Secara umum, Indonesia merupakan negara yang mutu

Lebih terperinci

Memutus Rantai Pelanggaran Kebebasan Beragama Oleh Zainal Abidin

Memutus Rantai Pelanggaran Kebebasan Beragama Oleh Zainal Abidin Memutus Rantai Pelanggaran Kebebasan Beragama Oleh Zainal Abidin Saat ini, jaminan hak asasi manusia di Indonesia dalam tataran normatif pada satu sisi semakin maju yang ditandai dengan semakin lengkapnya

Lebih terperinci

Oleh Dra. Hj. Siti Masrifah, MA (Ketua Umum DPP Perempuan Bangsa) Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PKB 1

Oleh Dra. Hj. Siti Masrifah, MA (Ketua Umum DPP Perempuan Bangsa) Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PKB 1 Disampaikan pada Seminar Menghadirkan Kepentingan Perempuan: Peta Jalan Representasi Politik Perempuan Pasca 2014 Hotel Haris, 10 Maret 2016 Oleh Dra. Hj. Siti Masrifah, MA (Ketua Umum DPP Perempuan Bangsa)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat membuat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat membuat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat membuat banyak harga-harga kebutuhan rumah tangga, angkutan umum dan biaya rumah sakit semakin mahal,

Lebih terperinci

Survei Nasional: Dukungan dan Penolakan Terhadap Radikalisme Islam. Lembaga Survei Indonesia (LSI) Jakarta, 16 Maret 2005

Survei Nasional: Dukungan dan Penolakan Terhadap Radikalisme Islam. Lembaga Survei Indonesia (LSI) Jakarta, 16 Maret 2005 Survei Nasional: Dukungan dan Penolakan Terhadap Radikalisme Islam Lembaga Survei Indonesia (LSI) Jakarta, 16 Maret 2005 Latar Belakang Sikap dan perilaku keagamaan, terutama keagamaan Islam, semakin mendapat

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PERINGATAN HARI IBU (PHI) KE-89 TAHUN 2017

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PERINGATAN HARI IBU (PHI) KE-89 TAHUN 2017 PEDOMAN PENYELENGGARAAN PERINGATAN HARI IBU (PHI) KE-89 TAHUN 2017 KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK Jl. Medan Merdeka Barat Nomor 15, Jakarta 10110 Telepon/Faksimile (021) 3805542

Lebih terperinci

Tujuan 5: Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan semua perempuan dan anak perempuan

Tujuan 5: Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan semua perempuan dan anak perempuan : Multi-stakeholder Consultation and Workshop, 26-27 April 2017, Jakarta, Tujuan 5: Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan semua perempuan dan anak perempuan Hak Asasi Perempuan Pelarangan diskriminasi

Lebih terperinci

MARI BERGABUNG DI PROGRAM MENCARE+ INDONESIA!

MARI BERGABUNG DI PROGRAM MENCARE+ INDONESIA! MARI BERGABUNG DI PROGRAM MENCARE+ INDONESIA! 4 dari 5 laki-laki seluruh dunia pada satu masa di dalam hidupnya akan menjadi seorang ayah. Program MenCare+ Indonesia adalah bagian dari kampanye global

Lebih terperinci

Bagaimana agar intoleransi tak berlanjut sesudah pilkada DKI Jakarta?

Bagaimana agar intoleransi tak berlanjut sesudah pilkada DKI Jakarta? Bagaimana agar intoleransi tak berlanjut sesudah pilkada DKI Jakarta? 19 November 2017 Hak atas fotoed WRAY/GETTY IMAGES)Image captionsejumlah demonstrasi dilakukan menentang salah satu pasangan calon

Lebih terperinci

1 LATAR 3 TEMUAN 7 KETIDAKMAMPUAN

1 LATAR 3 TEMUAN 7 KETIDAKMAMPUAN Daftar isi TERLANGGARNYA HAK PEREMPUAN ATAS RASA AMAN Hasil Pemantauan Hak Perempuan atas Rasa Aman di Transportasi Publik hal : 1 LATAR BELAKANG 3 TEMUAN PEMANTAUAN PEREMPUAN 7 KETIDAKMAMPUAN NEGARA MENJAMIN

Lebih terperinci

Penyebab dan Akar Masalah

Penyebab dan Akar Masalah Membedah Angka Kematian Ibu: Penyebab dan Akar Masalah Tingginya Angka Kematian Ibu Konferensi INFID, 26-27 November 2013 Institut KAPAL Perempuan Jl. Kalibata Timur Raya No.5 Jakarta Selatan Telp/Fax:

Lebih terperinci

GENDER, PEMBANGUNAN DAN KEPEMIMPINAN

GENDER, PEMBANGUNAN DAN KEPEMIMPINAN G E N D E R B R I E F S E R I E S NO. 1 GENDER, PEMBANGUNAN DAN KEPEMIMPINAN The Australia-Indonesia Partnership for Reconstruction and Development Local Governance and Community Infrastructure for Communities

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman kebutuhan kelompok dan individu masyarakat, tak terkecuali

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman kebutuhan kelompok dan individu masyarakat, tak terkecuali BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prinsip partisipasi, transparansi dan akuntabilitas dalam good governance menjamin berlangsungnya proses pembangunan yang partisipatoris dan berkesetaraan gender. Menurut

Lebih terperinci

P E N G A N T A R. Pengantar J U L I E B A L L I N G T O N

P E N G A N T A R. Pengantar J U L I E B A L L I N G T O N 10 BAB 1 BAB 1 P E N G A N T A R Pengantar J U L I E B A L L I N G T O N Partisipasi sejajar perempuan dalam pengambilan keputusan bukanlah semata-mata sebuah tuntutan akan keadilan demokrasi, namun juga

Lebih terperinci

Sistem Rekrutmen Anggota Legislatif dan Pemilihan di Indonesia 1

Sistem Rekrutmen Anggota Legislatif dan Pemilihan di Indonesia 1 S T U D I K A S U S Sistem Rekrutmen Anggota Legislatif dan Pemilihan di Indonesia 1 F R A N C I S I A S S E S E D A TIDAK ADA RINTANGAN HUKUM FORMAL YANG MENGHALANGI PEREMPUAN untuk ambil bagian dalam

Lebih terperinci

BAB III PEMBANGUNAN BIDANG POLITIK

BAB III PEMBANGUNAN BIDANG POLITIK BAB III PEMBANGUNAN BIDANG POLITIK A. KONDISI UMUM Setelah melalui lima tahun masa kerja parlemen dan pemerintahan demokratis hasil Pemilu 1999, secara umum dapat dikatakan bahwa proses demokratisasi telah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA)

Lebih terperinci

Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan

Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan Oleh Rumadi Peneliti Senior the WAHID Institute Disampaikan dalam Kursus HAM untuk Pengacara Angkatan XVII, oleh ELSAM ; Kelas Khusus Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan,

Lebih terperinci

Dawam Rahardjo: Saya Muslim dan Saya Pluralis

Dawam Rahardjo: Saya Muslim dan Saya Pluralis http://www.sinarharapan.co/news/read/31850/dawam-rahardjo-saya-muslim-dan-saya-pluralis- Dawam Rahardjo: Saya Muslim dan Saya Pluralis 03 February 2014 Ruhut Ambarita Politik dibaca: 279 Dawam Rahardjo.

Lebih terperinci

PELUANG DAN KENDALA MEMASUKKAN RUU KKG DALAM PROLEGNAS Oleh : Dra. Hj. Soemientarsi Muntoro M.Si

PELUANG DAN KENDALA MEMASUKKAN RUU KKG DALAM PROLEGNAS Oleh : Dra. Hj. Soemientarsi Muntoro M.Si PELUANG DAN KENDALA MEMASUKKAN RUU KKG DALAM PROLEGNAS 2017 Oleh : Dra. Hj. Soemientarsi Muntoro M.Si KOALISI PEREMPUAN INDONESIA Hotel Ambara, 19 Januari 2017 Pengertian Keadilan dan Kesetaraan Gender

Lebih terperinci

MENJADI MUSLIM DI NEGARA SEKULER

MENJADI MUSLIM DI NEGARA SEKULER l Edisi 001, Oktober 2011 Edisi 001, Oktober 2011 P r o j e c t i t a i g D k a a n MENJADI MUSLIM DI NEGARA SEKULER Ihsan Ali Fauzi 1 Edisi 001, Oktober 2011 Informasi Buku: Abdullahi Ahmed An- Na`im,

Lebih terperinci

Pemberdayaan KEKUASAAN (POWER)

Pemberdayaan KEKUASAAN (POWER) 1 Pemberdayaan KEKUASAAN (POWER) Pemberdayaan (empowerment) adalah sebuah konsep yang berhubungan dengan kekuasaan (power) Dalam tulisan Robert Chambers 1, kekuasaan (power) diartikan sebagai kontrol terhadap

Lebih terperinci

Telah terjadi penembakan terhadap delapan TNI dan empat warga oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM). Bagaimana tanggapan Anda terkait hal ini?

Telah terjadi penembakan terhadap delapan TNI dan empat warga oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM). Bagaimana tanggapan Anda terkait hal ini? Organisasi Papua Merdeka (OPM) terus beraksi dalam beberapa bulan terakhir di Papua. Aparat keamanan dan kepolisian jadi sasaran, termasuk warga sipil. Sudah banyak korban yang tewas karenanya, termasuk

Lebih terperinci

perkebunan kelapa sawit di Indonesia

perkebunan kelapa sawit di Indonesia Problem HAM perkebunan kelapa sawit di Indonesia Disampaikan oleh : Abdul Haris Semendawai, SH, LL.M Dalam Workshop : Penyusunan Manual Investigasi Sawit Diselenggaran oleh : Sawit Watch 18 Desember 2004,

Lebih terperinci

Lembaga Akademik dan Advokasi Kebijakan dalam Perlindungan Perempuan dari Kekerasan Berbasis Gender Margaretha Hanita

Lembaga Akademik dan Advokasi Kebijakan dalam Perlindungan Perempuan dari Kekerasan Berbasis Gender Margaretha Hanita + Lembaga Akademik dan Advokasi Kebijakan dalam Perlindungan Perempuan dari Kekerasan Berbasis Gender Margaretha Hanita Disampaikan dalam Seminar Nasional "Jaringan dan Kolaborasi untuk Mewujudkan Keadilan

Lebih terperinci

23 Oktober Kepada Yth: Ibu Retno L.P. Marsudi Menteri Luar Negeri Republik Indonesia

23 Oktober Kepada Yth: Ibu Retno L.P. Marsudi Menteri Luar Negeri Republik Indonesia 23 Oktober 2017 Kepada Yth: Ibu Retno L.P. Marsudi Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Setelah mengikuti siklus ketiga Tinjauan Periodik Universal (Universal Periodic Review - UPR) Indonesia, saya menyambut

Lebih terperinci

Lampiran Usulan Masukan Terhadap Rancangan Undang-Undang Bantuan Hukum

Lampiran Usulan Masukan Terhadap Rancangan Undang-Undang Bantuan Hukum Lampiran Usulan Masukan Terhadap Rancangan Undang-Undang Bantuan Hukum No. Draft RUU Bantuan Hukum Versi Baleg DPR RI 1. Mengingat Pasal 20, Pasal 21, Pasal 27 ayat (1), Pasal 28D ayat (1), Pasal 28H ayat

Lebih terperinci

RENCANA AKSI GLOBAL MENANG DENGAN PEREMPUAN: MEMPERKUAT PARTAI PARTAI POLITIK

RENCANA AKSI GLOBAL MENANG DENGAN PEREMPUAN: MEMPERKUAT PARTAI PARTAI POLITIK RENCANA AKSI GLOBAL MENANG DENGAN PEREMPUAN: MEMPERKUAT PARTAI PARTAI POLITIK Sebagai para pemimpin partai politik, kami memiliki komitmen atas perkembangan demokratik yang bersemangat dan atas partai

Lebih terperinci

2017, No kewajiban negara untuk memastikan bahwa perempuan memiliki akses terhadap keadilan dan bebas dari diskriminasi dalam sistem peradilan

2017, No kewajiban negara untuk memastikan bahwa perempuan memiliki akses terhadap keadilan dan bebas dari diskriminasi dalam sistem peradilan No.1084, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA MA. Mengadili Perkara Perempuan. Pedoman. PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN MENGADILI PERKARA PEREMPUAN BERHADAPAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. wilayah dan tataran kehidupan publik, terutama dalam posisi-posisi pengambilan

I. PENDAHULUAN. wilayah dan tataran kehidupan publik, terutama dalam posisi-posisi pengambilan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Demokrasi mengamanatkan adanya persamaan akses dan peran serta penuh bagi laki-laki, maupun perempuan atas dasar perinsip persamaan derajat, dalam semua wilayah

Lebih terperinci

Bahan Diskusi Sessi Kedua Implementasi Konvensi Hak Sipil Politik dalam Hukum Nasional

Bahan Diskusi Sessi Kedua Implementasi Konvensi Hak Sipil Politik dalam Hukum Nasional Bahan Diskusi Sessi Kedua Implementasi Konvensi Hak Sipil Politik dalam Hukum Nasional Oleh Agung Putri Seminar Sehari Perlindungan HAM Melalui Hukum Pidana Hotel Nikko Jakarta, 5 Desember 2007 Implementasi

Lebih terperinci

Antara Harapan dan Kecemasan Menyusup di Celah Sempit Pemilu 2004

Antara Harapan dan Kecemasan Menyusup di Celah Sempit Pemilu 2004 Antara Harapan dan Kecemasan Menyusup di Celah Sempit Pemilu 2004 Disampaikan pertama kali dalam Paparan untuk Sidang Para Uskup KWI Jakarta, 4 November 2003 Direvisi untuk disampaikan dalam VE di ATMI

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terwujudnya kota layak anak. Mewujudkan Kota Layak Anak merupakan hak

BAB I PENDAHULUAN. terwujudnya kota layak anak. Mewujudkan Kota Layak Anak merupakan hak BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Sebagaimana diketahui bahwa anak merupakan masa depan Bangsa. Anak adalah generasi penerus cita-cita kemerdekaan dan kelangsungan hajat hidup Bangsa dan Negara.

Lebih terperinci

Perilaku mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi dalam pencegahan kekerasan terhadap perempuan di Manado

Perilaku mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi dalam pencegahan kekerasan terhadap perempuan di Manado Penel itia n Perilaku mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi dalam pencegahan kekerasan terhadap perempuan di Manado Laura Tjia * Henry M.F Palandeng, Iyone E. T. Siagian Abstract Objective:

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN OLEH TERORIS,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. standar Internasional mengenai hak-hak perempuan dan diskriminasi peremupuan

BAB V KESIMPULAN. standar Internasional mengenai hak-hak perempuan dan diskriminasi peremupuan BAB V KESIMPULAN Konstitusi yang berlaku dari era sebelum dan setelah Revolusi 2011 untuk dapat menjamin kesetaraan gender dan penolakan diskriminasi bagi perempuan dan lakilaki tampaknya hanya hitam diatas

Lebih terperinci

Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan dalam Peta Politik Demokratisasi Indonesia* AE Priyono Peneliti Senior Demos

Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan dalam Peta Politik Demokratisasi Indonesia* AE Priyono Peneliti Senior Demos Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan dalam Peta Politik Demokratisasi Indonesia* AE Priyono Peneliti Senior Demos Tulisan ini akan mengulas isu kebebasan beragama dan berkeyakinan dalam konteks problematik

Lebih terperinci

Mayoritas Publik Khawatir Terorisme Merembet ke Indonesia

Mayoritas Publik Khawatir Terorisme Merembet ke Indonesia Mayoritas Publik Khawatir Terorisme Merembet ke Indonesia LSI DENNY JA November 2015 Mayoritas Publik Khawatir Terorisme Merembet ke Indonesia Aksi terorisme yang terjadi di Paris, Perancis, 13 November

Lebih terperinci

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 12 TAHUN 2011 TENTANG LARANGAN KEGIATAN JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA DI JAWA BARAT

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 12 TAHUN 2011 TENTANG LARANGAN KEGIATAN JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA DI JAWA BARAT 1 Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 12 TAHUN 2011 TENTANG LARANGAN KEGIATAN JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA DI JAWA BARAT GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa hak beragama adalah

Lebih terperinci

KOLABORASI ANTAR STAKEHOLDER DALAM MENANGANI TINDAK KEKERASAN ANAK BERBASIS GENDER DI KOTA SURAKARTA

KOLABORASI ANTAR STAKEHOLDER DALAM MENANGANI TINDAK KEKERASAN ANAK BERBASIS GENDER DI KOTA SURAKARTA KOLABORASI ANTAR STAKEHOLDER DALAM MENANGANI TINDAK KEKERASAN ANAK BERBASIS GENDER DI KOTA SURAKARTA Disusun Oleh : ANDRE RISPANDITA HIRNANTO D 1114001 SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk

Lebih terperinci

UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan

UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan PENJELASAN ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF THE FINANCING OF TERRORISM, 1999 (KONVENSI INTERNASIONAL

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

BAB V PENUTUP. sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan paparan yang digambarkan dalam pembahasan sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Proses pengukuhan PAI sebagai bagian dari mata kuliah yang harus

Lebih terperinci

KEJAHATAN SEKSUAL Lindungi Hak Korban. Masruchah Komnas Perempuan 11 Januari 2012

KEJAHATAN SEKSUAL Lindungi Hak Korban. Masruchah Komnas Perempuan 11 Januari 2012 KEJAHATAN SEKSUAL Lindungi Hak Korban Masruchah Komnas Perempuan 11 Januari 2012 KOMNAS PEREMPUAN Mei 1998 : kerusuhan dibeberapa kota besar, dengan berbagai bentuk kekerasan Kekerasan seksual menjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu budaya yang melekat pada diri seseorang karena telah diperkenalkan sejak lahir. Dengan kata lain,

Lebih terperinci

DEKLARASI TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN. Diproklamasikan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa

DEKLARASI TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN. Diproklamasikan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa DEKLARASI TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN Majelis Umum, Diproklamasikan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal 20 Desember 1993 [1] Mengikuti perlunya penerapan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama sejak terjadinya peristiwa World Trade Centre (WTC) di New York,

BAB I PENDAHULUAN. terutama sejak terjadinya peristiwa World Trade Centre (WTC) di New York, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Terorisme di dunia bukanlah merupakan hal baru, namun menjadi aktual terutama sejak terjadinya peristiwa World Trade Centre (WTC) di New York, Amerika Serikat

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF THE FINANCING OF TERRORISM, 1999 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENDANAAN TERORISME,

Lebih terperinci

Komitmen Penegakan HAM Pemerintah dan Implikasinya dalam Hubungan Internasional

Komitmen Penegakan HAM Pemerintah dan Implikasinya dalam Hubungan Internasional Komitmen Penegakan HAM Pemerintah dan Implikasinya dalam Hubungan Internasional Refleksi Akhir Tahun Papua 2010: Meretas Jalan Damai Papua, Aryaduta, Jakarta 13 Desember 2010 Rafendi Djamin Wakil Indonesia

Lebih terperinci

pendekatan agama-budaya atasi terorisme

pendekatan agama-budaya atasi terorisme Indonesia sarankan pendekatan agama-budaya atasi terorisme Senin, 22 Mei 2017 00:20 WIB 1.596 Views Pewarta: Joko Susilo Presiden Joko Widodo. (ANTARA News/Bayu Prasetyo) Riyadh (ANTARA News) - Indonesia

Lebih terperinci

I. UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan

I. UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pendidikan, pekerjaan, dan politik. Di bidang politik, kebijakan affirmative

I. PENDAHULUAN. pendidikan, pekerjaan, dan politik. Di bidang politik, kebijakan affirmative I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kebijakan affirmative action merupakan kebijakan yang berusaha untuk menghilangkan tindakan diskriminasi yang telah terjadi sejak lama melalui tindakan aktif

Lebih terperinci

BAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK

BAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK BAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK Diskriminasi merupakan suatu bentuk ketidakadilan di berbagai bidang yang secara tegas dilarang berdasarkan UUD 1945. Penegakan hukum melawan perlakuan

Lebih terperinci

MENCEGAH DISKRIMINASI DALAM PERATURAN DAERAH

MENCEGAH DISKRIMINASI DALAM PERATURAN DAERAH MENCEGAH DISKRIMINASI DALAM PERATURAN DAERAH (Mengenal Pedoman Pengujian Kebijakan Konstitusional) Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) Disampaikan dalam Workshop Perencanaan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang bahagia dan kekal berdasarkan KeTuhanan Yang Maha Esa. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang bahagia dan kekal berdasarkan KeTuhanan Yang Maha Esa. Tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal

Lebih terperinci

RADIKALISME AGAMA DALAM KAJIAN SOSIOLOGI

RADIKALISME AGAMA DALAM KAJIAN SOSIOLOGI Radikalisme Agama Dalam Kkajian Sosiologi RADIKALISME AGAMA DALAM KAJIAN SOSIOLOGI Ibnu Hibban Judul Buku : Radikalisme Agama di Indonesia Penulis : Dr. Zuly Qodir Penerbit : Pustaka Pelajar Tahun Terbit

Lebih terperinci

PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENDANAAN TERORISME

PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENDANAAN TERORISME PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENDANAAN TERORISME I. UMUM Sejalan dengan tujuan nasional Negara Republik Indonesia sebagaimana

Lebih terperinci

Agama Resmi dalam RUU PUB: Solusi konflik agama? Tobias Basuki

Agama Resmi dalam RUU PUB: Solusi konflik agama? Tobias Basuki Agama Resmi dalam RUU PUB: Solusi konflik agama? Tobias Basuki Rancangan Undang-Undang Perlindungan Umat Beragama (RUU PUB) di awal masa konsepsinya digadang sebagai peraturan payung akan mengakomodasi

Lebih terperinci

TOLERANSI SOSIAL MASYARAKAT PERKOTAAN

TOLERANSI SOSIAL MASYARAKAT PERKOTAAN TOLERANSI SOSIAL MASYARAKAT PERKOTAAN Survey Opini Publik di Jakarta, Bogor, Bekasi, dan Tangerang SETARA Institute Jakarta, 29 Nopember 2010 Page 2 I PENGANTAR Dinamika kebebasan beragama/ berkeyakinan

Lebih terperinci

PENGARUSUTAMAAN GENDER SEBAGAI UPAYA STRATEGIS UNTUK MEWUJUDKAN DEMOKRATISASI DALAM BIDANG EKONOMI. Murbanto Sinaga

PENGARUSUTAMAAN GENDER SEBAGAI UPAYA STRATEGIS UNTUK MEWUJUDKAN DEMOKRATISASI DALAM BIDANG EKONOMI. Murbanto Sinaga Karya Tulis PENGARUSUTAMAAN GENDER SEBAGAI UPAYA STRATEGIS UNTUK MEWUJUDKAN DEMOKRATISASI DALAM BIDANG EKONOMI Murbanto Sinaga DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

POLRI KONSITITUSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA, BERKEYAKINAN DAN BERIBADAH

POLRI KONSITITUSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA, BERKEYAKINAN DAN BERIBADAH SEMINAR Peran Polisi, Masyarakat dan Tokoh Agama dalam Penanggulangan Isu Keamanan: Studi Kasus Kekerasan Bernuansa Keagamaan Jogjakarta Plaza Hotel, 23 September 2013 MAKALAH POLRI KONSITITUSI DAN KEBEBASAN

Lebih terperinci

Tahun Sidang : Masa Persidangan : III Rapat ke :

Tahun Sidang : Masa Persidangan : III Rapat ke : LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI III DPR RI DENGAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME ------------------------------------------------------------ (BIDANG HUKUM, PERUNDANG-UNDANGAN, HAM

Lebih terperinci

POINTERS KEYNOTE SPEAKER PADA FESTIVAL KARTINI KE-IV TAHUN 2016 Jepara, 16 April 2016

POINTERS KEYNOTE SPEAKER PADA FESTIVAL KARTINI KE-IV TAHUN 2016 Jepara, 16 April 2016 POINTERS KEYNOTE SPEAKER PADA FESTIVAL KARTINI KE-IV TAHUN 2016 Jepara, 16 April 2016 Yang terhormat : Sdr. Bupati Kabupaten Jepara Musyawarah Pimpinan Daerah Kabupaten Jepara, dan Para Peserta dan Hadirin

Lebih terperinci

HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL KONFLIK BERSENJATA NON-INTERNASIONAL

HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL KONFLIK BERSENJATA NON-INTERNASIONAL HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL KONFLIK BERSENJATA NON-INTERNASIONAL Malahayati Kapita Selekta Hukum Internasional October 10, 2015 Kata Pengantar Syukur Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah

Lebih terperinci

MAKALAH HAM UNTUK STABILITAS POLITIK DAN KEAMANAN SERTA PEMBANGUNAN SOSIAL DAN EKONOMI

MAKALAH HAM UNTUK STABILITAS POLITIK DAN KEAMANAN SERTA PEMBANGUNAN SOSIAL DAN EKONOMI FOCUS GROUP DISCUSSION DAN WORKSHOP PEMBUATAN MODUL MATERI HAM UNTUK SPN DAN PUSDIK POLRI Hotel Santika Premiere Yogyakarta, 17 18 Maret 2015 MAKALAH HAM UNTUK STABILITAS POLITIK DAN KEAMANAN SERTA PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

LEGAL OPINI: PROBLEM HUKUM DALAM SK NO: 188/94/KPTS/013/2011 TENTANG LARANGAN AKTIVITAS JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA (JAI) DI JAWA TIMUR

LEGAL OPINI: PROBLEM HUKUM DALAM SK NO: 188/94/KPTS/013/2011 TENTANG LARANGAN AKTIVITAS JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA (JAI) DI JAWA TIMUR LEGAL OPINI: PROBLEM HUKUM DALAM SK NO: 188/94/KPTS/013/2011 TENTANG LARANGAN AKTIVITAS JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA (JAI) DI JAWA TIMUR A. FAKTA HUKUM 1. Bahwa Keputusan Bersama Menteri Agama, Jaksa Agung

Lebih terperinci

CATATAN PENGANTAR Hentikan Kematian Ibu Indonesia

CATATAN PENGANTAR Hentikan Kematian Ibu Indonesia CATATAN PENGANTAR Hentikan Kematian Ibu Indonesia Sulistyowati Irianto Bila ada 359 orang meninggal bersama karena kecelakan pesawat, bisa dipastikan kehebohan akan melanda dunia. Namun bila 359 orang

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan pada uraian yang telah diuraikan pada bab hasil dan

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan pada uraian yang telah diuraikan pada bab hasil dan BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pada uraian yang telah diuraikan pada bab hasil dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan mengenai pengertian dari kemajemukan identitas perempuan adalah identitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui penghargaan terhadap perbedaan-perbedaan yang ada, khususnya

I. PENDAHULUAN. melalui penghargaan terhadap perbedaan-perbedaan yang ada, khususnya 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebuah masyarakat dapat dikatakan demokratis jika dalam kehidupannya dapat menghargai hak asasi setiap manusia secara adil dan merata tanpa memarginalkan kelompok

Lebih terperinci

Survei Opini Publik Toleransi Sosial Masyarakat Indonesia

Survei Opini Publik Toleransi Sosial Masyarakat Indonesia Survei Opini Publik Toleransi Sosial Masyarakat Indonesia Jakarta, 7 Agustus 2006 METHODOLOGI Populasi survei ini adalah seluruh warga negara Indonesia yang punya hak pilih dalam pemilihan umum, yakni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. politik yang secara legal masuk dalam Undang-undang partai politik merupakan

BAB I PENDAHULUAN. politik yang secara legal masuk dalam Undang-undang partai politik merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ditetapkannya kuota 30 persen untuk keterlibatan perempuan dalam proses politik yang secara legal masuk dalam Undang-undang partai politik merupakan terobosan besar

Lebih terperinci