Oleh: Ulta Levenia. I. Pendahuluan Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Oleh: Ulta Levenia. I. Pendahuluan Latar Belakang"

Transkripsi

1 Perubahan Struktural Ekonomi Indonesia pada Masa Orde Baru Melalui International Monetary Fund (IMF) sebagai Institusi dengan Paham Neoliberalisme : Studi Program Penyesuaian Struktural Oleh: Ulta Levenia I. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang International Monetary Fund (IMF) atau dalam bahasa Indonesia Dana Moneter Internasional adalah salah satu badan khusus yang di bawahi oleh bank dunia atau World Bank dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nation). IMF didirikan dengan tujuan membangun kesehatan perekonomian dunia dan memberikan bantuan bagi negara yang membutuhkan bantuan dana. Dengan tujuan utama membantu kesehatan perekonomian dunia, maka IMF dalam hal ini dapat membantu berbagai negara yang sedang mengalami kesulitan dalam sektor ekonomi terutama sebagai dukungan umum terhadap neraca pembayaran maupun cadangan devisa suatu negara sementara negara tersebut sedang mengambil langkah kebijakan untuk mengatasi kesulitannya. Sebagai dokter ekonomi negara-negara di dunia, IMF melancarkan obat melawan krisisnya yang mengandung neoliberalisme. Setiap negara yang terindikasi penyakit krisis moneter, meminta bantuan kepada IMF dan IMF selalu memberikan resep yang sama demi penyembuhan penyakit negara tersebut. Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami krisis ekonomi pada awal Orde Baru yang dipimpin oleh Jenderal Soeharto. Peninggalan permasalahan ekonomi Orde Lama, berupa depresiasi nilai mata uang rupiah, melemahnya daya beli masyarakat dan lemahnya sektor swasta dalam perekonomian membuat ekonomi Indonesia terpuruk pada masa itu. Salah satu tindakan pemerintah adalah dengan meminta bantuan IMF berupa pinjaman. IMF mensyaratkan adanya perubahan struktural perekonomian Indonesia untuk dapat menjalankan pinjaman IMF tersebut. Klaimnya persyaratan perubahan struktural ini merupakan bagian penting yang perlu dilakukan oleh pemerintah Indonesia demi terwujudnya negara dengan kekuatan ekonomi yang baik. Untuk itu pemerintah Indonesia perlu bekerja sama dengan IMF dengan menjalankan persyaratan tersebut, di

2 antaranya berupa privatisasi perusahaan nasional, liberalisasi pasar, meningkatkan investor asing melalui penanaman modal asing. Paham neoliberalisme dalam tubuh IMF ini disalurkan melalui Structural Adjustment Program (SAP) yang merupakan salah satu persyaratan yang harus dipatuhi pemerintahan yang meminta bantuan kepada IMF. Dalam kurun waktu yang lama setelah penerimaan bantuan IMF dan pelaksanaan program penyesuaian struktural atau SAP dilakukan, Indonesia ikut terkena krisis moneter pada tahun Krisis moneter ini menghancurkan perekonomian Indonesia yang sebelumnya telah dibangun sedemikian baiknya dengan bantuan pinjaman dari IMF. Melalui bantuan IMF dan program penyesuaian strukturalnya, idealnya Indonesia cukup kuat untuk menghadapi krisis moneter tersebut, dengan struktur ekonomi yang sudah berubah sesuai dengan negara industri lainnya. Namun ternyata Indonesia tidak mampu menghadapi krisis moneter yang merupakan efek domino atau pengaruh dari negara lain yang juga terkena krisis Kerangka Teoritis David Harvey dalam bukunya The Brief History of Neoliberalism, menjelaskan dengan apik bagaimana IMF sebagai institusi dan agen yang menyebarluaskan paham Neoliberalisme melaui operasi administrasi yang harus disetujui oleh setiap negara yang membutuhkan bantuan IMF demi menyelamatkan perekonomian negara tersebut. Harvey menyatakan bahwa lembaga atau institusi internasional seperti IMF, World Bank, World Trade Organization (WTO) melakukan regulasi liberalisasi pasar dalam upaya melancarkan paham Neoliberalisme dan dengan singkat, Neoliberalisme menjadi paham yang meng-hegemoni paham ekonomi dunia dalam bentuk diskursus. 1 Menurut Harvey, melalui regulasinya IMF beserta agen Neoliberalisme lainnya menanamkan paham bahwa kebaikan sosial akan maksimal dengan memaksimalkan pasar sebagai domain kegiatan manusia. Melalui Structural Adjustment Program (SAP) yang wajib dijalankan oleh pemerintahan yang menerima bantuan, IMF masuk dengan regulasi sarat dengan Neoliberalisme. Regulasi IMF seperti mengharuskan privatisasi, membuka pengelolaan sumber daya alam kepada pasar, hingga privatisasi keamanan sosial (social security) merupakan tindakan agar Neoliberalisme dapat tumbuh di negara tersebut. Regulasi ini direfleksikan sebagai peraturan pemerintah yang mendukung agar setiap kebijakan berorientasi pasar dan ramah akan investasi modal asing. 1 Harvey, David The Brief History of Neoliberalism. Oxford University Press. Hal: 3

3 Keberadaan IMF ini yang bagi beberapa negara terlihat sebagai pahlawan di tengah terjangan krisis bagi Harvey hanya berdasarkan kepentingan Neoliberalisme yang membutuhkan sistem yang sama di setiap negara. Aktor utama dibalik layar IMF bagi Harvey adalah United States (US) yang merupakan tuan dari Neoliberalisme. Karena jika situasi kembali pada masa teori Keynesian masih berlaku, maka negara-negara barat khususnya United States (US), Inggris dan kolega akan mengalami keterpurukan ekonomi, dengan kuatnya kontrol negara terhadap pasar, seperti halnya yang berlaku ketika terbentuknya OPEC. Kebutuhan akan terorganisasinya sistem yang sama di setiap negara ini dapat diwujudkan melalui IMF. Kemudian IMF bersama Bank Duni (World Bank) menjadi pusat dari penyebaran dan pelaksanaan sistem Free Market Fundamentalist dan pengikut neoliberalisme. 2 Tentunya dipaksakan masuk dengan memanfaatkan krisis dan kewajiban bagi pemerintahan negara tersebut untuk mengadopsi peraturan yang ditetapkan oleh IMF. 1.3 Rumusan Masalah Indonesia di akhir masa pemerintahan presiden Soekarno atau Orde Lama mengalami krisis ekonomi yang hebat dengan tingginya tingkat inflasi hingga 600%, rendahnya daya beli masyarakat dan kosongnya kas negara. Keadaan ini memaksa pemerintahan setelah presiden Soekarno yang dipimpin oleh presiden Soeharto atau Orde Baru untuk memperoleh pinjaman asing demi mencapai perbaikan ekonomi. Meskipun sebelumnya Indonesia pada masa Orde Lama pernah memiliki hubungan dengan IMF, tetapi pemerintahan Orde Lama tidak melakukan kewajiban yang diharuskan oleh IMF, dengan melakukan nasionalisasi perusahaan privat. Pemerintahan Orde Baru melakukan kerja sama yang baik dengan IMF dengan menaati peraturan dan kewajiban IMF salah satunya melalui penerapan program penyesuaian struktural. Program ini mengubah kondisi ekonomi Indonesia yang lebih liberal dan berorientasi kepada pasar. Selain itu, pemerintahan Orde Baru menerapkan kebijakan ekonomi yang ramah dengan investor asing atau penanaman modal asing di Indonesia. Makalah ini menganalisis bahwa program penyesuaian struktural yang diwajibkan oleh IMF dan dijalankan melalui kebijakan pemerintah Indonesia memberikan dampak terhadap struktur ekonomi yang awalnya merupakan negara berbasis agraris bergeser menjadi negara berbasis industri. Namun kesehatan 2 Ibid. Hal:29

4 perekonomian Indonesia ini tidak mampu dijaga sehingga cukup kuat untuk melawan krisis, oleh karena itu, krisis moneter pada tahun 1998 merubuhkan perekonomian Indonesia Pertanyaan Penelitian Seiring dengan latar belakang dan rumusan masalah yang telah penulis paparkan, maka pertanyaan utama makalah ini adalah: bagaimana program penyesuaian struktural atau yang dikenal dengan Structural Adjustment Program (SAP), mengubah struktur perekonomian Indonesia dan apa yang menyebabkan Indonesia tidak mampu menghadapi krisis moneter tahun 1998 setelah program tersebut telah dilaksanakan. I.I. Pembahasan 2.1. IMF dan Structural Adjustment Program (SAP) IMF (International Monetary Fund) merupakan organisasi yang berada di bawah wewenang Bank Dunia atau World Bank. Tujuan utama didirikannya IMF dalah dalam rangka memelihara kesehatan ekonomi dunia dan membantu negara anggota yang menghadapi krisis ekonomi maupun moneter. Selain itu, IMF juga mendorong kerjasama moneter global, mengamankan stabilitas keuangan, memfasilitasi perdagangan internasional yang dilakukan oleh 188 negara-negara anggota, mempromosikan kerja tinggi dan pertumbuhan ekonomi yang bersangkutan dan yang terakhir adalah mengurangi kemiskinan di seluruh dunia. 3 Hingga saat ini, IMF memiliki andil dalam membantu mengatasi masalah-masalah struktural dengan adanya program yang mengatasi permasalahan tersebut, yaitu program penyesuaian struktura atau Structural Adjustment Program (SAP). Perubahan struktural yang dimaksud adalah perubahanperubahan yang mencakup salah satunya perubahan infrastruktur dimana hal tersebut mendukung perubahan suatu negara yang berasal dari negara agraris menjadi negara Industri karena pada dasarnya perubahan struktural terjadi karena adanya masalah struktural yang terdiri dari berbagai persoalan besar dan mendasar sejak lama secara sistematis, disadari atau tidak dan terus mengikat pada keterpurukan. 4 Melalui perspektif IMF, melihat bahwa untuk dapat 3 (diakses pada 14/12/2015 pukul 07.18) 4 Basri, Faisal Lanskap Ekonomi Indonesia: Kajian dan Renungan Terhadap Masalah-Masalah Struktural, Transformasi Baru, dan Prospek perekonomian Indonesia. Jakarta: Kencana

5 memperbaiki kondisi perekonomian suatu negara yang terkena krisis, perubahan pertama kali yang perlu dilakukan adalah perubahan struktural perekonomian itu sendiri. Negara anggota yang membutuhkan bantuan finansial oleh IMF untuk penangan krisis, diwajibkan untuk melaksanakan Structural Adjustment Program (SAP) untuk dapat dapat menjalankan dana yang disediakan oleh IMF. Program penyesuaian struktural yang dimaksud adalah penghapusan subsidi, liberalisasi perdagangan, privatisasi, liberlisasi investasi, deregulasi, restrukturisasi perbankan dan hal lain sebagainya. Hal ini bagi IMF, ditujukan untuk membangunkan kembali kondisi perekonomian negara yang terkena krisis moneter. Program IMF ini memiliki pro dan kontra terhadap kinerja dari program itu sendiri. Kontranya, program ini di beberapa negara menyebabkan semakin terpuruknya perekonomian, karena dengan privatisasi negara menjadi kekurangan aset yang diharapkan menambah kas negara. Sedangkan pro nya, beberapa negara sukses menjadi negara industri karena keterlibatan IMF dalam mengubah struktur perekonomian negara tersebut. Structural Adjustment Program (SAP) oleh IMF ini, dapat dijelaskan dalam beberapa poin berikut: Memperkuat sektor moneter dan keuangan melalui nasihat pengaturan sistem perbankan, pengawasan, dan restrukturisasi, manajemen dan pengoperasian sistem valuta asing, sistem kliring dan penyelesaian untuk pembayaran, serta struktur dan pembangunan bank sentral; Mendukung manajemen dan kebijakan fiskal yang kuat melalui nasihat administrasi dan kebijakan bea dan cukai, formulasi anggaran, manajemen perbelanjaan, rancangan jaringan pengaman sosial, dan manajemen hutang internal dan external; Menyusun, mengelola, and diseminasi data statistik dan meningkatkan kwalitas data; dan

6 Penulisan konsep dan peninjauan peraturan perundangundangan ekonomi dan keuangan. 5 Beberapa kondisi untuk Structural Adjustments atau juga sering juga disebut sebagai The Washington Consensus dapat mencakup: 6 Memotong pengeluaran, juga dikenal sebagai Austerity. Fokus output ekonomi terhadap ekspor langsung dan ekstraksi sumberdaya, Devaluasi mata uang, Liberalisasi perdagangan, peningkatan impor dan pembatasan ekspor, Meningkatkan stabilitas investasi (dengan melengkapi investasi langsung asing dengan pembukaan pasar saham domestik), Menyeimbangkan anggaran dan tidak overspending, Menghapus kontrol harga dan subsidi negara, Privatisasi, atau pelepasan semua atau bagian dari perusahaan milik negara, Meningkatkan hak-hak investor asing vis-a-vis hukum nasional, Meningkatkan tata pemerintahan dan memerangi korupsi 2.2. Masuknya Indonesia ke dalam Pusaran Neoliberalisme melalui bantuan IMF Tantangan utama pemerintahan Orde Baru yang dipimpin oleh Jendral Soeharto adalah mengembalikan perekonomian Indonesia yang terpuruk ditandai dengan melemahnya daya beli masyarakat, depresiasi nilai rupiah dan tingginya tingkat inflasi pada masa itu mencapai sekitar 600% (Hyperinflation). Permasalahan pemerintahan Orde Baru ini terdapat dalam pernyataan Ali Moertopo di bawah ini: Pembangunan pemerintah pada awal Orde Baru berorientasi pada usaha penyelamatan ekonomi nasional terutama pada usaha mengendalikan tingkat inflasi, penyelamatan keuangan negara dan pengamanan kebutuhan pokok rakyat. Tindakan pemerintah ini dilakukan karena adanya kenaikan harga pada 5 Clift, Jeremy What is International Monetary Fund in Indonesia. Washington, D.C. Hlm:35 6 James, B A Political Ecology of Structural-Adjustment Policies: The Case of The Dominican Republic,Culture & Agriculture, Greenberg., hal

7 awal tahun 1966 yang menunjukkan tingkat inflasi kurang lebih 650% setahun. Hal itu menjadi penyebab kurang lancarnya program pembangunan yang telah direncanakan pemerintah (AliMoertopo, 2009:48). Untuk mengatasi permasalahan tersebut, pemerintahan Orde Baru melakukan rekonstruksi ekonomi salah satunya dengan bantuan IMF. IMF di Indonesia, dijalankan melalui IGGI (International Governmental Group on Indonesia) yang kemudian berganti nama menjadi CGI (Consultative Group on Indonesia). Seperti umumnya negara-negara yang meminta bantuan IMF, Indonesia juga harus melakukan tiga hal yaitu liberalisasi, deregulasi, dan privatisasi. 7 Tiga indikator tersebut merupakan indikator penting untuk menjalankan Struktural Adjustment Program (SAP) oleh IMF. Dalam bidang liberalisasi, penerapan oleh pemerintahan Indonesia melakukan perombakan dasar yuridis dan membuat salah satu undang-undang yaitu UU no 1 tahun 1967 yang mengatur tentang penanaman modal asing. Dalam undang-undang ini Indonesia membuka diri bagi investor asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Liberalisasi ini dilakukan agar upaya pembangunan di Indonesia berjalan dengan lancar. Dengan konsep yuridis dalam bentuk kebijakan dan undang-undang yang mendukung liberalisasi ini, mempermudah investor asing melakukan investasi di Indonesia dengan memperhitungkan Low Wage Production. Pelayanan ini diberikan dengan membukakan peluang bagi investor asing untuk memasuki semua sektor melalui pengurangan subsidi untuk kebutuhan-kebutuhan dasar (seperti pendidikan, kesehatan, pangan dan perumahan), termasuk menghilangkan subsidi pada listrik, tarif telepon dan bahan bakar minyak. 8 Hasilnya banyak investor asing dalam kurun waktu mendirikan perusahaan mereka di Indonesia karena kemudahan akses dan biaya operasional perusahaan yang dapat ditekan dibandingkan memilih berinvestasi di negara lain. Diasumsikan jika banyak investor asing melakukan investasi di Indonesia maka perekonomian negara dapat berkembang, seperti pengelolaan lahan ekonomi yang belum tersentuh oleh pemerintah ataupun pengusaha lokal. Dampak positif dari penyesuaian struktural dalam konteks liberalisasi ini yaitu membuka banyak lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat Indonesia, 7 Prasetiantono,A Tony IMF (International Monetary Fund. Dalam Neoliberalisme oleh I. Wibowo dan Francis Wahono. Pustaka Rakyat Cerdas. Yogyakarta. Hlm: Kusfiardi, Menyerah Untuk Dijajah AS, pdf=1&id=58 diakses pada 14/12/2015: 14.55

8 secara otomatis ini akan mengurangi pengangguran. Selain itu dengan adanya liberalisasi ini menjadi sarana untuk peralihan teknologi dan pengetahuan bagi masyarakat Indonesia. Namun dampak negatifnya, perusahaan lokal yang tidak mampu bersaing dengan perusahaan asing yang telah matang secara konsep, modal, dan distribusi. Selain itu banyak lahan ekonomi yang menguasai hajat banyak orang yang dikuasai oleh sektor privat terutama perusahaan asing, seperti air mineral (Aqua) pertambangan ( Caltex, Freeport, Exon Mobil, Newmont dst), dan komunikasi (Indosat). Dalam bidang deregulasi pemerintahan Indonesia membentuk suatu konsep yang memudahkan semua masyarakat mengakses sumber daya alam, yang kemudian juga tercantum dalam program Rapelita. Pemerintah membuka artikulasi kepentingan masyarakat pedesaan, dengan menguncurkan subsidi (subsidi pupuk, bantuan kredit, harga pembelian yang memadai, bantuan irigasi dan bentuk bantuan lainnya) yang dibiayai oleh utang luar negeri dan kenaikan harga minyak. 9 Semua masyarakat dituntut aktif untuk menjalankan perekonomian agar menunjang pembangunan yang telah dirumuskan dalam program Rapelita. Pemerintahan Soeharto pada saat itu membuka kesempatan dan menunjang masyarakatnya untuk menjadi aktor dalam perekonomian melalui kebijakan pemerintah. Hal ini berdampak positif dengan dikenalnya Indonesia sebagai Macan Asia karena sukses dalam sektor pertanian dan menjadi salah satu negara eksportir minyak bumi yang pada masa itu meningkat harganya. Tuntutan IMF yang lain demi membantu membangun ekonomi Indonesia adalah tuntutan privatisasi BUMN. Pada masa Orde Baru, fungsi BUMN tidak dijalankan selayaknya perusahaan yang mencari keuntungan untuk menambah kas negara. BUMN dibuat untuk menjadi pionir dalam sektor-sektor yang tidak menarik dengan infrastruktur yang miskin. Namun pada tahun 1970an terjadi ledakan minyak dan harga minyak dunia yang meningkat, ini menjadikan peran BUMN meningkat. Dengan mendapatkan banyak keuntungan dari BUMN pemerintah memiliki modal untuk membangun BUMN baru. Fenomena ini bertahan selama hampir satu dasawarsa, dan berakhir setelah terjadinya krisis keuangan karena jatuhnya harga minyak di pasar dunia pada tahun Semenjak itu privatisasi gencar didiskusikan dan dilaksanakan oleh 9 Abison, Gama Fatih Dinamika Kebijakan Pangan Orde Baru: Otonomi negara vs pasar Global. Jurnal Ilmu sosial dan Ilmu Politik. ISSN Hlm: Tumiwa, Febby Privatisasi BUMN: Tinjauan Kasus di Sektor Listrik INFID Annual Lobby. Op Cit Hlm: 3

9 pemerintahan. Dimulai dengan privatisasi seperti PT. Telkom Indonesia, PT indosat, PDAM, PLN, PT tambang Batu Bara, PT Gresik, Krakatau Steel dan BUMN lainnya. Privatisasi dinilai perlu agar terdapat efisiensi perusahaan, jika perusahaan berada dalam penguasaan swasta, diasumsikan bahwa perusahaan tersebut dapat lebih efisien dan meningkatkan produktivitas perusahaan tersebut. berikut 11 Hasil dari perubahan struktural di Indonesia ini secara umum dapat dilihat pada grafik 11 Laporan Kamar Dagang dan Industri Indonesia Daya Saing Indonesia dalammenarik Investasi Asing. diakses pada 13/12/2015 pukul 16:48

10 Dari grafik yang dipublikasikan oleh Kamar Dagang dan Industri terlihat bahwa terjadi fluktuasi investasi dalam sektor industri yang pada umumnya terjadi peningkatan. Sektor jasa mengalami fluktuasi yang juga umumnya mengalami peningkatan walau tidak setinggi sektor Industri. Sementara itu sektor pertanian mengalami fluktuasi yang cenderung selalu turun dan tidak banyak mengalami peningkatan. Peralihan investasi masyarakat lokal dan asing ini memperlihatkan suskesnya proses perubahan struktural dari agraris ke industri di Indonesia karena berbagai faktor salah satunya menjalankan program liberalisasi, deregulasi dan privatisasi oleh IMF. Walau masih menjadi perdebatan namun pada masa orde baru bimbingan yang diberikan oleh IMF masih berdampak positif terhadap perubahan struktural di Indonesia. Sementara itu, pendapatan negara dalam bentuk PDB dari berbagai sektor tampak mengalami pergeseran, digambarkan lewat tabel berikut 12 : TABEL PERUBAHAN PDB STRUKTUR SEKTOR EKONOMI DI INDONESIA 2.3 Gagalnya Program Penyesuaian Struktural oleh IMF dan Jatuhnya Perekonomian Indonesia saat Krisis Moneter Widodo, Tri. Tansformasi struktural perekonomian Indonesia pada tahun 2020: permasalahan dan tantangan. Jurnal terbuka.

11 Structural Adjustment Program (SAP) atau Program Penyesuaian Struktural, merupakan salah satu obat yang ditawarkan IMF sebagai dokter ekonomi kepada negara-negara anggota yang tergabung dalam IMF untuk menangani permasalahan ekonomi negara yang bersangkutan. Umumnya negara yang meminta bantuan IMF, merupakan negara berkembang yang rentan dan rapuh jika terjadi krisis, seperti Venezuela, Brazil, Turki dan lainnya termasuk Indonesia. IMF mulai melakukan intervensi terhadap perekonomian Indonesia melalui bantuan (utang) dana dari Masa Orde Lama, namun Presiden Sukarno yang sebagai Presiden Indonesia pada masa itu melakukan hal yang bertolak belakang dengan tujuan IMF yaitu Nasionalisasi perusahaan swasta. Sehingga pada Masa Orde Lama, IMF menarik bantuan tersebut. Peralihan Orde Lama dan Orde Baru yang dipimpin oleh Presiden Soeharto memberi peluang IMF untuk mengintervensi perekonomian Indonesia, didukung dengan terpuruknya kondisi perekonomian Indonesia selepas Orde Lama. Selama masa Orde Baru SAP yang diterapkan dapat berjalan cenderung baik dan memperbaiki perekonomian Indonesia karena masih dalam masa proses. Asumsinya hal ini dikarenakan SAP masih dilakukan perlahan dan ditopang dengan utang luar negeri oleh IMF melalui IGGI (International Governmental Group on Indonesia). Pada periode tersebut SAP masih belum menimbulkan masalah hingga terjadi krisis global pada tahun SAP yang menuntut liberalisasi, memberikan ruang yang besar kepada penanaman modal asing di Indonesia. Sehingga banyak perusahaan asing yang mendirikan perusahaannya di Indonesia karena memperhitungkan Low wage Production. Namun pertumbuhan ini tidak di topang dengan tabungan nasional yang memadai dan hanya mengandalkan utang luar negeri yang semakin membesar. 13 Situasi seperti ini, membahayakan ketika pemodal asing menarik modal mereka di Indonesia. Krisis Moneter yang berubah menjadi Krisis Total pada tahun 1997 dan memuncak pada tahun 1998 ini berdasarkan cirinya digolongkan sebagai krisis over investment. Dalam hal ini tidak ada obatnya, karena pemodal asing yang memasukkan modalnya kehilangan kepercayaan dan menarik modal mereka dari Indonesia, diperparah dengan tabungan nasional yang kosong. 14 Hilangnya kepercayaan pemodal asing terhadap Indonesia disebabkan karena kerawanan 13 Lihat Kwik Kian Gie Ekonomi Indonesia dalam Krisis dan Transisi Politik. Gramedia Pustaka. Jakarta. Hlm: 4 14 Ibid. Hlm: 10

12 perekonomian Indonesia sendiri. Kerawanan perekonomian bisa terjadi karena unsur-unsur yang pada dasarnya bersifat internal, seperti kebijakan makro yang tidak tepat, lemahnya atau hilangnya kepercayaan terhadap mata uang dan lembaga keuangan dan ketidakstabilan politik. 15 Kerawanan dapat pula berasal dari faktor eksternal, seperti kondisi keuangan global yang berubah, ketidakseimbangan atau misalignment nilai tukar mata uang dunia (dollar dengan yen), atau perubahan cepat dari sentimen pasar yang meluas sebagai akibat dari perilaku ikut-ikutan atau herdinstinct dari pelaku usaha. 16 Inilah yang menjadi poin penilaian SAP gagal diterapkan di Indonesia. III. Kesimpulan Program penyesuaian struktural oleh IMF ynag diwajibkan dilaksanakan oleh pemerintaha negara yang menerima bantuan dari IMF, mengubah struktur negara tersebut menjadi lebih liberal dan terbuka dengan pasar. Indonesia merupakan pasien IMF yang juga melakukan hal tersebut pada masa pemerintahan Orde Baru. Perubahan struktur ekonomi Indonesia memang bergeser dari yang tadinya berbasis agraris menjadi negara berbasis industri dan taat kepada pasar. Melalui program ini juga IMF menuntut kebijakan pemerintahan yang mampu menarik investor asing sebanyak mungkin ke Indonesia. Pada masa awal penerimaan bantuan, Indonesia mengalami kesuksesan perekonomian, hingga menjadikan negara ini sebagai macan Asia Namun kesuksesan ini berakhir pada saat terjangan krisis moneter 1998 ikut menghancurkan perekonomian Indonesia. Hancurnya perekonomian Indonesia ini menandakan bahwa program penyesuaian struktural IMF tidak sukses di Indonesia. Terutama karena IMF menuntut adanya liberalisasi ekonomi Indonesia, perbaikan infrastruktur yang menunjang liberalisasi, menuntut privatisasi BUMN, sementara itu IMF tidak memperhitungkan sistem pemerintahan Indonesia yang rapuh sehingga sangat mudah untuk jatuh. Ibaratnya membangun gedung serbaguna yang besar dan tinggi, tetapi mengabaikan ketahanan fondasi bangunan tersebut. 15 Djiwandono J. Soedjadjad Bergulat dengan Krisis dan Pemulihan Ekonomi Indonesia. Sinar Harapan. Jakarta. Hlm: Ibid.

13 Kepustakaan Buku dan Jurnal: Basri, Faisal Lanskap Ekonomi Indonesia: Kajian dan Renungan Terhadap Masalah-Masalah Struktural, Transformasi Baru, dan Prospek perekonomian Indonesia. Jakarta: Kencana D.C. Clift, Jeremy What is International Monetary Fund in Indonesia. Washington, Harvey, David The Brief History of Neoliberalism. Oxford University Press. James, B A Political Ecology of Structural-Adjustment Policies: The Case of The Dominican Republic,Culture & Agriculture, Greenberg. Kusfiardi, Menyerah Untuk Dijajah AS, Gie, Kwik Kian Ekonomi Indonesia dalam Krisis dan Transisi Politik. Gramedia Pustaka. Jakarta. Prasetiantono,A Tony IMF (International Monetary Fund. Dalam Neoliberalisme oleh I. Wibowo dan Francis Wahono. Pustaka Rakyat Cerdas. Yogyakarta. Soedjadjad, Djiwandono J Bergulat dengan Krisis dan Pemulihan Ekonomi Indonesia. Sinar Harapan. Jakarta. Staf Departemen Hubungan Eksternal IMF, Apakah Dana Moneter Internasional Itu?, Washington DC, 2003, Widodo, Tri. Tansformasi struktural perekonomian Indonesia pada tahun 2020: permasalahan dan tantangan. Jurnal terbuka. Internet:

14 Laporan Kamar Dagang dan Industri Indonesia Daya Saing Indonesia dalam Menarik Investasi Asing. diakses pada 13/12/2015 pukul 16:48 Kusfiardi, Menyerah Untuk Dijajah AS, diakses pada 14/12/2015: (diakses pada 14/12/2015 pukul 07.18)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Structural Adjustment Programs (SAPs) adalah sebuah program pemberian pinjaman yang dicanangkan oleh IMF. SAPs pada mulanya dirumuskan untuk membendung bencana

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pada Bab V merupakan kesimpulan dari pembahasan bab sebelumnya

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pada Bab V merupakan kesimpulan dari pembahasan bab sebelumnya 177 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada Bab V merupakan kesimpulan dari pembahasan bab sebelumnya tentang Kebijakan Pemerintah Orde Baru dalam Privatisasi BUMN Ditinjau dari Peranan IMF Antara Tahun 1967-1998.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perubahan yang menakjubkan ketika pemerintah mendesak maju dengan

I. PENDAHULUAN. perubahan yang menakjubkan ketika pemerintah mendesak maju dengan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Selama tiga dekade terakhir, perekonomian Indonesia sudah mengalami perubahan yang menakjubkan ketika pemerintah mendesak maju dengan melakukan kebijakan deregulasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan tersebut muncul dari faktor internal maupun faktor eksternal. Namun saat ini, permasalahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang sehingga perekonomian

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang sehingga perekonomian 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang sehingga perekonomian masih sangat bergantung pada negara lain. Teori David Ricardo menerangkan perdagangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak sedikit jumlahnya di dalam pembangunan nasional. Dalam konteks pembangunan nasional maupun

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS FLUKTUASI NILAI TUKAR RUPIAH DAN PENGARUHNYA TERHADAP DEPOSITO MUDHARABAH PERIODE

BAB IV ANALISIS FLUKTUASI NILAI TUKAR RUPIAH DAN PENGARUHNYA TERHADAP DEPOSITO MUDHARABAH PERIODE BAB IV ANALISIS FLUKTUASI NILAI TUKAR RUPIAH DAN PENGARUHNYA TERHADAP DEPOSITO MUDHARABAH PERIODE 2014-2015 A. Analisis Fundamental Nilai Tukar Rupiah 1. Faktor Ekonomi Faktor Ekonomi yaitu hal-hal yang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... HALAMAN DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR BOKS... KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI... HALAMAN DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR BOKS... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR BOKS... KATA PENGANTAR... i iii iv vi vii BAB I RINGKASAN EKSEKUTIF... I-1 A. PROSES PEMULIHAN EKONOMI TAHUN 2003... I-1 B. TANTANGAN DAN

Lebih terperinci

Perekonimian Indonesia

Perekonimian Indonesia Perekonimian Indonesia Sumber : 2. Presentasi Husnul Khatimah 3. Laporan Bank Indonesia 4. Buku Aris Budi Setyawan 5. Sumber lain yg relevan (Pertemuan 1-11) Peraturan Perkuliahan Hadir dengan berpakaian

Lebih terperinci

International Monetary Fund UNTUK SEGERA th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C USA

International Monetary Fund UNTUK SEGERA th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C USA Siaran Pers No. 16/104 International Monetary Fund UNTUK SEGERA 700 19 th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C. 20431 USA Dewan Eksekutif IMF Menyimpulkan Konsultasi Pasal IV 2015 dengan Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam ekonomi, pemerintah merupakan agen, dimana peran pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam ekonomi, pemerintah merupakan agen, dimana peran pemerintah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam ekonomi, pemerintah merupakan agen, dimana peran pemerintah adalah menghasilkan barang publik. Barang publik harus dihasilkan pemerintah, terutama karena tidak

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN INDONESIA

PEREKONOMIAN INDONESIA Modul ke: PEREKONOMIAN INDONESIA Sejarah Perekenomian Indonesia Periode Orde Baru Fakultas FEB Sitti Rakhman, SP., MM. Program Studi Manajemen Latar belakang lahirnya Orde Baru Terjadinya peristiwa Gerakan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: PDB, Kurs, Impor, Utang luar negeri

ABSTRAK. Kata kunci: PDB, Kurs, Impor, Utang luar negeri Judul : Pengaruh Kurs dan Impor Terhadap Produk Domestik Bruto Melalui Utang Luar Negeri di Indonesia Tahun 1996-2015 Nama : Nur Hamimah Nim : 1306105143 ABSTRAK Pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN INDONESIA

PEREKONOMIAN INDONESIA PEREKONOMIAN INDONESIA Modul ke: Cecep Winata FEB Fakultas Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id SEJARAH PEREKONOMIAN INDONESIA Periode Reformasi Masa Orde Baru Orde Reformasi -Sejarah Perekonomian

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi, BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA 4.1 Perkembangan Laju Inflasi di Indonesia Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi suatu negara selain faktor-faktor lainnya seperti

Lebih terperinci

SISTEM EKONOMI INDONESIA

SISTEM EKONOMI INDONESIA SISTEM EKONOMI INDONESIA Suatu sistem ekonomi mencakup nilai nilai, kebiasaan, adat istiadat, hukum, norma norma, peraturanperaturan yang berkenaan dengan pemanfaatan sumber daya bagi pemenuhan kebutuhan.

Lebih terperinci

Presented by: M Anang Firmansyah IMF. system Perserikatan Bangsa-bangsa yang didirikan berdasarkan perjanjian

Presented by: M Anang Firmansyah IMF. system Perserikatan Bangsa-bangsa yang didirikan berdasarkan perjanjian Presented by: M Anang Firmansyah IMF Dana Moneter Internasional adalah Salah satu badan khusus dalam system Perserikatan Bangsa-bangsa yang didirikan berdasarkan perjanjian internasional pada tahun 1945

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemungkinan kelebihan produksi barang dan jasa tersebut demikian juga negara lain. Jika

BAB I PENDAHULUAN. kemungkinan kelebihan produksi barang dan jasa tersebut demikian juga negara lain. Jika BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap negara berusaha memenuhi kebutuhannya baik barang dan jasa, atinya akan ada kemungkinan kelebihan produksi barang dan jasa tersebut demikian juga negara lain.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, seperti Indonesia serta dalam era globalisasi sekarang ini, suatu negara tidak terlepas dari kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian di Indonesia. Fluktuasi kurs rupiah yang. faktor non ekonomi. Banyak kalangan maupun Bank Indonesia sendiri yang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian di Indonesia. Fluktuasi kurs rupiah yang. faktor non ekonomi. Banyak kalangan maupun Bank Indonesia sendiri yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat krisis keuangan global beberapa tahun belakan ini kurs, inflasi, suku bunga dan jumlah uang beredar seolah tidak lepas dari masalah perekonomian di Indonesia.

Lebih terperinci

Perekonomian Indonesia Pada Masa Reformasi

Perekonomian Indonesia Pada Masa Reformasi Modul ke: 04Fakultas Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi S1 MANAJEMEN Sejarah Perkembangan Perekonomian Indonesia Periode Revormasi Krisis ekonomi di Indonesia Fundamental ekonomi nasional pengaruh

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010 PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak Juni 2010 viii Ringkasan Eksekutif: Keberlanjutan di tengah gejolak Indonesia terus memantapkan kinerja ekonominya yang kuat,

Lebih terperinci

SISTEM EKONOMI INDONESIA. Ilmu Hubungan Internasional Semester III

SISTEM EKONOMI INDONESIA. Ilmu Hubungan Internasional Semester III SISTEM EKONOMI INDONESIA Ilmu Hubungan Internasional Semester III Suatu sistem ekonomi mencakup nilai-nilai, kebiasaan, adat istiadat, hukum, norma-norma, peraturan-peraturan yang berkenaan dengan pemanfaatan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN SELAMA PERIODE

KEBIJAKAN SELAMA PERIODE KEBIJAKAN-KEBIJAKAN PEMERINTAH DR. MOHAMMAD ABDUL MUKHYI, SE., MM FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA JAKARTA KEBIJAKAN SELAMA PERIODE 1966-1969 Pembersihan proses-proses kebijakan orde lama yang tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat. Hal ini sangat mempengaruhi negara-negara lain karena

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat. Hal ini sangat mempengaruhi negara-negara lain karena 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang masalah Pada tahun 2008 terjadi krisis global dan berlanjut pada krisis nilai tukar. Krisis ekonomi 2008 disebabkan karena adanya resesi ekonomi yang melanda Amerika

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan yang dipaparkan dalam bab ini merujuk pada jawaban atas permasalahan penelitian yang telah dikaji oleh penulis di dalam skripsi yang berjudul Perkembangan

Lebih terperinci

Perekonomian Indonesia

Perekonomian Indonesia Modul ke: Modul ke: 04 Perekonomian Indonesia Sejarah Perekonomian Indonesia Krisis Moneter Fakultas: Fakultas Eknomi dan Bisnis Ekonomi dan Program Studi Bisnis Program Studi: Akuntansi www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu Negara yang diukur dari perbedaan PDB tahun

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter

Lebih terperinci

KRISIS EKONOMI DI INDONESIA MATA KULIAH PEREKONOMIAN INDONESIA

KRISIS EKONOMI DI INDONESIA MATA KULIAH PEREKONOMIAN INDONESIA KRISIS EKONOMI DI INDONESIA MATA KULIAH PEREKONOMIAN INDONESIA Definisi Krisis ekonomi : Suatu kondisi dimana perekonomian suatu negara mengalami penurunan akibat krisis keuangan Krisis keuangan/ moneter

Lebih terperinci

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2008 Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 Asumsi Dasar dan Kebijakan Fiskal 2008 Sesuai dengan ketentuan UU Nomor 17 Tahun 2003, Pemerintah Pusat diwajibkan untuk menyampaikan

Lebih terperinci

VII. SIMPULAN DAN SARAN

VII. SIMPULAN DAN SARAN VII. SIMPULAN DAN SARAN 7.1. Simpulan Hasil analisis menunjukkan bahwa secara umum dalam perekonomian Indonesia terdapat ketidakseimbangan internal berupa gap yang negatif (defisit) di sektor swasta dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Cadangan devisa didefenisikan sebagai saham eksternal aset, yang tersedia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Cadangan devisa didefenisikan sebagai saham eksternal aset, yang tersedia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cadangan devisa didefenisikan sebagai saham eksternal aset, yang tersedia untuk suatu negara dalam otoritas moneter yang digunakan untuk menutupi ketidakseimbangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. B. Belanja Negara (triliun Rupiah)

I. PENDAHULUAN. B. Belanja Negara (triliun Rupiah) 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang fokus terhadap pembangunan nasional. Menurut data Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih terbuka (openness). Perekonomian terbuka dalam arti dimana terdapat

BAB I PENDAHULUAN. lebih terbuka (openness). Perekonomian terbuka dalam arti dimana terdapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Globalisasi ekonomi mendorong perekonomian suatu negara ke arah yang lebih terbuka (openness). Perekonomian terbuka dalam arti dimana terdapat aktivitas perdagangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terlepas dari kegiatan ekonomi internasional. Kegiatan ekonomi internasional

I. PENDAHULUAN. terlepas dari kegiatan ekonomi internasional. Kegiatan ekonomi internasional I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara penganut sistem perekonomian terbuka yang tidak terlepas dari kegiatan ekonomi internasional. Kegiatan ekonomi internasional yang dilakukan oleh

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. antar negara. Nilai tukar memainkan peran vital dalam tingkat perdagangan

I.PENDAHULUAN. antar negara. Nilai tukar memainkan peran vital dalam tingkat perdagangan I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nilai tukar atau kurs merupakan indikator ekonomi yang sangat penting karena pergerakan nilai tukar berpengaruh luas terhadap aspek perekonomian suatu negara. Saat

Lebih terperinci

Perekonomian Suatu Negara

Perekonomian Suatu Negara Menteri Keuangan RI Jakarta, Maret 2010 Perekonomian Suatu Negara Dinamika dilihat dari 4 Komponen= I. Neraca Output Y = C + I + G + (X-M) AS = AD II. Neraca Fiskal => APBN Total Pendapatan Negara (Tax;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan. Penanaman modal dapat dijadikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Semenjak merdeka 1945 hingga 1966 atau selama pemerintahan Orde Lama,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Semenjak merdeka 1945 hingga 1966 atau selama pemerintahan Orde Lama, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semenjak merdeka 1945 hingga 1966 atau selama pemerintahan Orde Lama, ekonomi Indonesia yang bercorak agraris terjerat dalam lingkaran setan kemiskinan atau terjerat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi.

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan yang dilakukan oleh setiap pemerintahan terutama ditujukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, pemerataan distribusi pendapatan, membuka kesempatan kerja,

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. A. Perkembangan Penanaman Modal Dalam Negeri di Indonesia

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. A. Perkembangan Penanaman Modal Dalam Negeri di Indonesia BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Perkembangan Penanaman Modal Dalam Negeri di Indonesia PMDN dapat diartikan sebagai kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik BAB V Kesimpulan dan Saran 5. 1 Kesimpulan 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik bruto. Indonesia merupakan negara pengekspor energi seperti batu bara dan gas alam. Seiring

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh penghasilan saat ini, maka dia dihadapkan pada keputusan investasi.

BAB I PENDAHULUAN. seluruh penghasilan saat ini, maka dia dihadapkan pada keputusan investasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang dihadapkan pada berbagai pilihan dalam menentukan proporsi dana atau sumber daya yang mereka miliki untuk konsumsi saat ini dan di masa mendatang. Kapan

Lebih terperinci

perkembangan investasi di Indonesia, baik investasi dalam negeri maupun investasi asing, termasuk investasi oleh ekonomi rakyat. Sementara itu, pada

perkembangan investasi di Indonesia, baik investasi dalam negeri maupun investasi asing, termasuk investasi oleh ekonomi rakyat. Sementara itu, pada ix B Tinjauan Mata Kuliah uku Materi Pokok (BMP) ini dimaksudkan sebagai bahan rujukan utama dari materi mata kuliah Perekonomian Indonesia yang ditawarkan oleh Fakultas Ekonomi Universitas Terbuka. Mata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu negara, terutama untuk negara-negara yang sedang berkembang. Peningkatan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. iklimnya, letak geografisnya, penduduk, keahliannya, tenaga kerja, tingkat harga,

BAB I PENDAHULUAN. iklimnya, letak geografisnya, penduduk, keahliannya, tenaga kerja, tingkat harga, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap negara selalu berbeda bila ditinjau dari sumber daya alamnya, iklimnya, letak geografisnya, penduduk, keahliannya, tenaga kerja, tingkat harga, keadaan struktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan barang dan jasa, investasi yang dapat meningkatkan barang modal,

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan barang dan jasa, investasi yang dapat meningkatkan barang modal, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian negara dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional tidak bisa lepas dari hal-hal yang sedang dan akan berlangsung di

BAB I PENDAHULUAN. internasional tidak bisa lepas dari hal-hal yang sedang dan akan berlangsung di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, keadaan dan perkembangan perdagangan luar negeri serta neraca pembayaran internasional tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terpuruk. Konsekuensi dari terjadinya krisis di Amerika tersebut berdampak pada

BAB I PENDAHULUAN. terpuruk. Konsekuensi dari terjadinya krisis di Amerika tersebut berdampak pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kredit macet sektor perumahan di Amerika Serikat menjadi awal terjadinya krisis ekonomi global. Krisis tersebut menjadi penyebab ambruknya pasar modal Amerika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi sehingga dapat meningkatkan taraf pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi sehingga dapat meningkatkan taraf pertumbuhan ekonomi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap negara, baik itu negara maju maupun negara berkembang menginginkan adanya perkembangan dan kemajuan dalam berbagai aspek kehidupan yang berkelanjutan. Salah satu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat dan berdampak luas bagi perekonomian, baik di dalam negeri maupun di tingkat dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang artinya masih rentan terhadap pengaruh dari luar. Oleh karena itu perlu adanya fundasi

BAB I PENDAHULUAN. yang artinya masih rentan terhadap pengaruh dari luar. Oleh karena itu perlu adanya fundasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara membangun yang perekonomiannya masih bersifat terbuka, yang artinya masih rentan terhadap pengaruh dari luar. Oleh karena itu perlu adanya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Nilai tukar mata uang mencerminkan kuatnya perekonomian suatu negara. Jika

BAB 1 PENDAHULUAN. Nilai tukar mata uang mencerminkan kuatnya perekonomian suatu negara. Jika BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Nilai tukar mata uang mencerminkan kuatnya perekonomian suatu negara. Jika perekonomian suatu negara mengalami depresiasi mata uang, maka bisa dikatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara fundamental, bahwa gerak perdagangan semakin terbuka, dinamis, dan cepat yang menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara umum diukur dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Hal ini disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. secara umum diukur dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Hal ini disebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan perekonomian suatu negara dan tingkat kesejahteraan penduduk secara umum diukur dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan semakin terbukanya perekonomian Indonesia terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan semakin terbukanya perekonomian Indonesia terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan semakin terbukanya perekonomian Indonesia terhadap aliran modal asing, tekanan internasionalpun semakin besar. Rentannya sistem keuangan Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kondisi anggaran pendapatan belanja negara (APBN) selalu mengalami budget

BAB I PENDAHULUAN. kondisi anggaran pendapatan belanja negara (APBN) selalu mengalami budget 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara sedang berkembang yang tengah menuju tahap kemapanan ekonomi, Indonesia membutuhkan anggaran belanja dalam jumlah besar untuk membiayai berbagai program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cara yang tepat dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. cara yang tepat dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat suatu negara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perekonomian Indonesia diestimasikan akan mengalami tantangan baru di masa yang akan datang. Di tengah liberalisasi ekonomi seperti sekarang suatu negara akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbuka. Hal ini mengakibatkan arus keluar masuk barang, jasa dan modal

BAB I PENDAHULUAN. terbuka. Hal ini mengakibatkan arus keluar masuk barang, jasa dan modal BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keadaan perekonomian dunia pada era sekarang ini semakin bebas dan terbuka. Hal ini mengakibatkan arus keluar masuk barang, jasa dan modal menjadi semakin mudah menembus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis moneter adalah krisis finansial yang dimulai pada Juli 1997 di Thailand

BAB I PENDAHULUAN. Krisis moneter adalah krisis finansial yang dimulai pada Juli 1997 di Thailand 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Krisis moneter adalah krisis finansial yang dimulai pada Juli 1997 di Thailand dengan jatuhnya mata uang Bath Thailand yang kemudian diikuti dengan mata

Lebih terperinci

Pembangunan ekonomi berhubungan erat dengan perkembangan jumlah. penduduk, penyediaan kesempatan ke ja, distribusi pendapatan, tingkat output yang

Pembangunan ekonomi berhubungan erat dengan perkembangan jumlah. penduduk, penyediaan kesempatan ke ja, distribusi pendapatan, tingkat output yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi berhubungan erat dengan perkembangan jumlah penduduk, penyediaan kesempatan ke ja, distribusi pendapatan, tingkat output yang dihasilkan, penghapusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar Rupiah terus mengalami tekanan depresiasi. Ketidakpastian pemulihan ekonomi dunia juga telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saling mempengaruhi suatu negara dengan negara lain serta lalu lintas barang dan

BAB I PENDAHULUAN. saling mempengaruhi suatu negara dengan negara lain serta lalu lintas barang dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam perekonomian setiap negara di dunia. Dengan perdagangan internasional, perekonomian akan saling terjalin

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009

KEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009 KEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009 Â Krisis keuangan global yang melanda dunia sejak 2008 lalu telah memberikan dampak yang signifikan di berbagai sektor perekonomian, misalnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2. untuk mencapai tingkat kestabilan harga secara mantap. 3. untuk mengatasi masalah pengangguran.

BAB I PENDAHULUAN. 2. untuk mencapai tingkat kestabilan harga secara mantap. 3. untuk mengatasi masalah pengangguran. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan jangka panjang yang dilaksanakan di Indonesia bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur dengan mengacu pada Trilogi Pembangunan (Rochmat Soemitro,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Guncangan (shock) dalam suatu perekonomian adalah suatu keniscayaan. Terminologi ini merujuk pada apa-apa yang menjadi penyebab ekspansi dan kontraksi atau sering juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi pada arus modal eksternal, prospek pertumbuhan yang tidak pasti. Krisis

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi pada arus modal eksternal, prospek pertumbuhan yang tidak pasti. Krisis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Selama beberapa dekade terakhir, banyak negara di dunia ini mengalami krisis yang didorong oleh sistem keuangan mereka yang kurang dikembangkan, votalitas kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan cerminan

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan cerminan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk disertai dengan perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rakyat (Yunan, 2009:2). Pertumbuhan ekonomi juga berhubungan dengan proses

BAB I PENDAHULUAN. rakyat (Yunan, 2009:2). Pertumbuhan ekonomi juga berhubungan dengan proses 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu negara berkembang berusaha dengan giat melaksanakan pembangunan secara berencana dan bertahap, tanpa mengabaikan usaha pemerataan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan Amerika pada beberapa tahun terakhir telah membawa dampak runtuhnya

BAB I PENDAHULUAN. dan Amerika pada beberapa tahun terakhir telah membawa dampak runtuhnya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Krisis keuangan yang melanda sebagian besar negara di kawasan Eropa dan Amerika pada beberapa tahun terakhir telah membawa dampak runtuhnya sendi-sendi perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan ekonomi internasional yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan ekonomi internasional yang semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejalan dengan perkembangan ekonomi internasional yang semakin pesat, dimana kebutuhan ekonomi antar negara juga semakin saling terkait, telah meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam negeri sehingga akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. dalam negeri sehingga akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Investasi merupakan modal penting bagi negara-negara berkembang, karena memiliki peranan yang besar dalam proses pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengejar ketertinggalan pembangunan dari negara-negara maju, baik di kawasan

BAB I PENDAHULUAN. mengejar ketertinggalan pembangunan dari negara-negara maju, baik di kawasan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perekonomian Indonesia selalu mengalami perjalanan yang berfluktuasi, minyak dan gas alam yang selama ini menjadi mesin pertumbuhan, harganya dipasar internasional

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan hal yang tidak asing lagi di Indonesia khususnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan hal yang tidak asing lagi di Indonesia khususnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan hal yang tidak asing lagi di Indonesia khususnya bagi para pelaku ekonomi. Dewasa ini pasar modal merupakan indikator kemajuan perekonomian

Lebih terperinci

Fundamental forex adalah metode analisa yang menitik beratkan pada rasio finansial dan kejadian -

Fundamental forex adalah metode analisa yang menitik beratkan pada rasio finansial dan kejadian - Analisa Fundamental I. Fundamental Forex I.1 Faktor penggerak pasar Fundamental forex adalah metode analisa yang menitik beratkan pada rasio finansial dan kejadian - kejadian yang secara langsung maupun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah)

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam beberapa dekade terakhir, perekonomian Indonesia telah menunjukkan integrasi yang semakin kuat dengan perekonomian global. Keterkaitan integrasi ekonomi

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 245 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 Tim Penulis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. Pada satu sisi Indonesia terlalu cepat melakukan

Lebih terperinci

SISTEM MONETER INTERNASIONAL. Oleh : Dr. Chairul Anam, SE

SISTEM MONETER INTERNASIONAL. Oleh : Dr. Chairul Anam, SE SISTEM MONETER INTERNASIONAL Oleh : Dr. Chairul Anam, SE PENGERTIAN KURS VALAS VALUTA ASING (FOREX) Valas atau Forex (Foreign Currency) adalah mata uang asing atau alat pembayaran lainnya yang digunakan

Lebih terperinci

Diskusi Terbuka INFID

Diskusi Terbuka INFID Diskusi Terbuka INFID Dr. Edi Prio Pambudi Asisten Deputi Moneter dan Neraca Pembayaran Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian 10 September 2015 PERSOALAN SAAT INI Tantangan Global Pemulihan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. minyak dunia yang turun, dollar yang menguat dan revolusi shale gas oleh Amerika

BAB I PENDAHULUAN. minyak dunia yang turun, dollar yang menguat dan revolusi shale gas oleh Amerika BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekonomi dunia saat ini berada pada posisi tiga kejadian penting yaitu harga minyak dunia yang turun, dollar yang menguat dan revolusi shale gas oleh Amerika Serikat.

Lebih terperinci

http://www.hadiborneo.wordpress.com/ The Asian Development Bank (Bank Pembangunan Asia) Bank Dunia (World Bank) Dana Moneter Internasional (IMF) ADB merupakan lembaga pengembangan keuangan internasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya sistem nilai tukar mengambang penuh/ bebas

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya sistem nilai tukar mengambang penuh/ bebas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sejak diberlakukannya sistem nilai tukar mengambang penuh/ bebas (freely floating system) yang dimulai sejak Agustus 1997, posisi nilai tukar rupiah terhadap mata uang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara emerging economy. berkembang pembangunan ekonomi dan penerapan demokrasi.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara emerging economy. berkembang pembangunan ekonomi dan penerapan demokrasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara emerging economy yang sedang berkembang pembangunan ekonomi dan penerapan demokrasi. Ekonomi Indonesia relatif cukup

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Sejak pertengahan tahun 2006, kondisi ekonomi membaik dari ketidakstabilan ekonomi tahun 2005 dan penyesuaian kebijakan fiskal dan moneter yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Inflasi Inflasi adalah indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus maksudnya

Lebih terperinci

ekonomi KTSP & K-13 PERDAGANGAN INTERNASIONAL K e l a s A. Konsep Dasar Tujuan Pembelajaran

ekonomi KTSP & K-13 PERDAGANGAN INTERNASIONAL K e l a s A. Konsep Dasar Tujuan Pembelajaran KTSP & K-13 ekonomi K e l a s XI PERDAGANGAN INTERNASIONAL Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami tentang teori perdagangan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini berisi hasil kesimpulan penelitian secara keseluruhan yang dilakukan dengan cara study literatur yang data-datanya diperoleh dari buku, jurnal, arsip, maupun artikel

Lebih terperinci

ekonomi Sesi PERDAGANGAN INTERNASIONAL A. KONSEP DASAR a. Faktor Pendorong Perdagangan Internasional

ekonomi Sesi PERDAGANGAN INTERNASIONAL A. KONSEP DASAR a. Faktor Pendorong Perdagangan Internasional ekonomi KELAS XII IPS - KURIKULUM 2013 01 Sesi PERDAGANGAN INTERNASIONAL A. KONSEP DASAR Perdagangan internasional merupakan kegiatan ekonomi yang dilakukan antara negara satu dengan negara lainnya dengan

Lebih terperinci

Dari hasil penelitian mengenai perilaku makroekonomi lndonesia. dikaitkan dengan liberalisasi perdagangan, maka dapat ditarik beberapa

Dari hasil penelitian mengenai perilaku makroekonomi lndonesia. dikaitkan dengan liberalisasi perdagangan, maka dapat ditarik beberapa VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian mengenai perilaku makroekonomi lndonesia dikaitkan dengan liberalisasi perdagangan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan : 1. Dari pembahasan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan liberalisasi perdagangan barang dan jasa semakin tinggi intensitasnya sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. dan liberalisasi perdagangan barang dan jasa semakin tinggi intensitasnya sehingga BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perekonomian dalam perdagangan internasional tidak lepas dari negara yang menganut sistem perekonomian terbuka. Apalagi adanya keterbukaan dan liberalisasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini peranan minyak bumi dalam kegiatan ekonomi sangat besar. Bahan bakar minyak digunakan baik sebagai input produksi di tingkat perusahaan juga digunakan untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara berkembang yang menggunakan sistem perekonomian terbuka.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara berkembang yang menggunakan sistem perekonomian terbuka. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara berkembang yang menggunakan sistem perekonomian terbuka. Sistem perekonomian terbuka sangat penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang merata baik material/spiritual berdasarkan Pancasila di dalam Negara

I. PENDAHULUAN. yang merata baik material/spiritual berdasarkan Pancasila di dalam Negara I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang merata baik material/spiritual berdasarkan Pancasila di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

Andri Helmi M, SE., MM. Sistem Ekonomi Indonesia

Andri Helmi M, SE., MM. Sistem Ekonomi Indonesia Andri Helmi M, SE., MM Sistem Ekonomi Indonesia Pemerintah bertugas menjaga stabilitas ekonomi, politik, dan sosial budaya kesejahteraan seluruh masyarakat. Siapa itu pemerintah? Bagaimana stabilitas di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang erekonomian Jawa Barat 10 tahun pasca krisis ekonomi 1997 menunjukkan suatu pertumbuhan yang cukup menakjubkan. Proses recovery akibat krisis yang berkepanjangan tampaknya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi suatu negara sangat ditunjang oleh indikator tabungan dan investasi domestik yang digunakan untuk menentukan tingkat pertumbuhan dan pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Amerika Serikat merupakan topik pembicaraan yang menarik hampir di

BAB I PENDAHULUAN. di Amerika Serikat merupakan topik pembicaraan yang menarik hampir di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurunnya nilai indeks bursa saham global dan krisis finansial di Amerika Serikat merupakan topik pembicaraan yang menarik hampir di seluruh media massa dan dibahas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini hampir semua negara-negara di dunia menganut sistem pasar bebas

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini hampir semua negara-negara di dunia menganut sistem pasar bebas BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Saat ini hampir semua negara-negara di dunia menganut sistem pasar bebas sehingga terkait satu sama lain. Aliran dana bebas keluar masuk dari satu negara ke negara

Lebih terperinci