Gambaran Sikap Remaja terhadap Perilaku Bullying Saat SMA di Kota Maju (Adolescent Attitudes toward Bullying in Urban High School) Abstract Abstrak

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Gambaran Sikap Remaja terhadap Perilaku Bullying Saat SMA di Kota Maju (Adolescent Attitudes toward Bullying in Urban High School) Abstract Abstrak"

Transkripsi

1 Gambaran Sikap Remaja terhadap Perilaku Bullying Saat SMA di Kota Maju (Adolescent Attitudes toward Bullying in Urban High School) Dairisena Arsela Lifina Dewi Pohan Ratna Djuwita Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Abstract Bullying is a systematic abuse of power did by person or group of people to hurts someone or group of people deliberately, repetitively, and continually (Rigby, 2008). Earlier research showed that youth attitudes that agreed toward bullying behavior to be a predictor of bullying behavior. An attitude is influenced by the environment where someone lives. The present study investigated to assess 500 adolescent (aged 18-21) attitudes toward bullying behavior of urban high school. In this study used Bullying Survey questionnaire were adapted from Swearer and Cary (2003). Results from the study indicate that 86% of adolescent attitudes in the urban high school did not agreed toward bullying behavior at school, but inclined to neutral attitude. In contrast 65,3 % adolescent in the urban high school have an experienced of bullying. Most of the participants were bystander, because researcher did not divide specifically about role in bullying, so this research indicated that they were disagree with bullying. Keywords: bullying, attitude, adolescent, urban. Abstrak Bullying merupakan perilaku tidak menyenangkan yang dilakukan seseorang ataupun sekelompok orang secara sengaja, sistematis, berulang, dan terus menerus untuk menyakiti seseorang atau sekelompok orang (Rigby, 2008). Penelitian sebelumnya yang dilakukan di Barat menunjukkan bahwa sikap remaja yang setuju terhadap perilaku bullying menjadi prediktor penyebab terjadinya perilaku bullying. Sikap seseorang dipengaruhi oleh lingkungan dimana ia tinggal. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran sikap remaja terhadap perilaku bullying saat SMA di kota maju. Partisipan dalam penelitian ini adalah 500 remaja yang berasal dari kota maju. Teknik pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner Bullying Survey yang dikembangkan dari alat ukur sikap terhadap bullying oleh Swearer dan Cary (2003). Hasil analisis pada penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak 86% partisipan memiliki sikap yang tidak setuju terhadap perilaku bullying di sekolah, dimana ketidaksetujuan tersebut cenderung pada sikap netral. Sementara itu, sebanyak 65,3 % remaja di kota maju mengaku pernah terlibat dalam perilaku bullying di sekolah, baik sebagai pelaku, korban, maupun saksi. Sebagian besar partisipan adalah saksi, karena peneliti tidak secara khusus memetakan peran dalam bullying sehingga hasil penelitian ini menunjukkan sikap yang tidak setuju terhadap perilaku bullying. Kata Kunci : bullying, sikap, remaja, kota maju. Latar Belakang Bullying merupakan salah satu bentuk perilaku agresi yang terjadi ketika seseorang atau sekelompok orang menggunakan ketidakseimbangan kekuasaan untuk menyakiti seseorang secara terus-menerus (Byers, Caltabiano, & Caltabiano, 2011). Penelitian di tahun

2 2008 yang dilakukan oleh World Vision Indonesia, sebuah organisasi kemanusiaan di Indonesia, menunjukkan bahwa ada 1626 kasus bullying di Indonesia dan mengalami peningkatan pada tahun 2009 menjadi 1891 kasus dimana 891 kasusnya terjadi di lingkungan sekolah seperti pemukulan, penganiayaan, dan penindasan (Napitupulu, 2012). Data tersebut menunjukkan bahwa bullying yang terjadi di sekolah-sekolah Indonesia mengalami peningkatan sebanyak 16,3% setiap tahunnya. Oleh karena itu, tim payung penelitian fakultas Psikologi mengenai perilaku bullying di Sekolah Menengah Atas melakukan Focus Group Discussion (FGD) pada 7 mahasiswa angkatan 2012 Universitas Indonesia. Hasil diskusi secara keseluruhan menunjukkan bahwa mayoritas partisipan pernah terlibat dalam perilaku bullying di sekolah. Ada fenomena yang menarik dalam diskusi tersebut, dimana tiga partisipan menganggap perilaku bullying di sekolah merupakan perilaku yang positif atau dapat dikatakan bahwa mereka memiliki sikap yang mendukung perilaku bullying di sekolah. Alasan mereka mendukung perilaku bullying karena untuk membentuk mental korban agar lebih tangguh, membuat korban mengikuti norma yang ada di lingkungan tersebut, dan agar korban lebih menghormati kakak kelas. Keputusan pelaku untuk melakukan bullying pada korban dikarenakan pelaku memiliki sikap yang mendukung adanya perilaku bullying. Sikap seseorang terhadap perilaku bullying menjadi prediktor seseorang untuk melakukan atau tidak melakukan bullying. Sikap adalah reaksi evaluatif berupa penilaian terhadap objek baik situasi atau manusia dengan menunjukkan kesukaan atau ketidaksukaan yang melibatkan kepercayaan, perasaan, dan kecenderungan terhadap perilaku seseorang (Vaughan & Hogg, 2002). McConville dan Cornell (2003), dalam penelitiannya yang dilakukan pada 403 siswa menengah pertama untuk menguji sikap siswa terhadap kekerasan membuktikan bahwa sikap yang setuju terhadap kekerasan menjadi prediktor perilaku bullying. Perilaku bullying muncul ketika seseorang memiliki sikap yang setuju terhadap perilaku bullying karena individu akan berperilaku sesuai dengan apa yang ia yakini. Hanif, Nadeem, dan Tariq (2011) melakukan penelitian mengenai gambaran sikap terhadap perilaku bullying pada 100 siswa berusia tahun di sekolah-sekolah di Islamabad, Pakistan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar siswa tidak mendukung perilaku bullying. Penelitian eksperimental juga dilakukan oleh Baldry (2004) pada 117 siswa menengah pertama untuk menguji pengaruh sikap terhadap perilaku bullying. Pengukuran dilakukan dengan menonton video yang dimanipulasi menjadi empat kelompok, kemudian diberikan kuesioner yang mengukur sikap siswa terhadap perilaku bullying. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar siswa memiliki sikap yang tidak

3 setuju terhadap perilaku bullying. Sementara itu, responden yang setuju terhadap perilaku bullying menyebutkan alasan mereka setuju terhadap perilaku bullying agar seseorang menjadi lebih kuat, berani, tangguh, lebih berkuasa, dan memiliki karakter yang dikagumi oleh teman-temannya. Sikap seseorang pada dasarnya dipengaruhi oleh lingkungan dimana ia tinggal seperti karakteristik lingkungan baik secara fisik seperti infrastruktur yang tersedia, kepadatan penduduk, maupun konteks sosial seperti norma masyarakat yang berlaku (Esposito, 2007). Menurut Esposito, lingkungan perkotaan lebih rentan bagi remaja untuk terlibat dalam perilaku bullying karena remaja perkotaan lebih banyak terpapar kekerasan yang membentuk sikap mereka menjadi positif terhadap kekerasan. Penelitian yang dilakukan Djuwita dan Royanto (2008) mengenai perilaku bullying di tiga kota maju yaitu Jakarta, Yogyakarta, dan Surabaya, juga menunjukkan bahwa 67,9 % responden dari tingkat SD, SMP, dan SMA mengakui bullying terjadi di sekolah mereka. Akan tetapi, penelitian-penelitian bullying selama ini masih dilakukan dalam lingkup yang kecil seperti di sebuah sekolah, satu kota, atau tiga kota saja. Oleh karena itu, penelitian ini mencoba untuk melihat gambaran sikap remaja terhadap perilaku bullying saat SMA di beberapa kota yang memiliki karakteristik yang sama dan tergolong dalam kategori kota maju. Batasan kota maju dalam penelitian ini mengacu pada pembagian kategori kota menurut BPS dan KPDT yang menyebutkan bahwa kota maju merupakan kota dengan karakteristik yang memiliki fasilitas perkotaan lengkap, sumber daya manusia yang berkualitas, dan perekonomian daerah yang baik (Badan Pusat Statistik, 2010). Partisipan dalam penelitian ini sekitar 500 mahasiswa baru angkatan 2012 yang berada pada tahap perkembangan remaja akhir dan berasal dari kota maju. Peneliti memilih mahasiswa dalam penelitian ini karena partisipan yang sudah terlepas dari institusi SMA diharapkan akan lebih terbuka dalam menjawab pertanyaan. Selain itu, menurut Swearer dan Cary (2003), pengukuran sikap yang berkaitan dengan pengaruh lingkungan atau norma sosial, sebaiknya dilakukan pada remaja yang lebih tua atau menjelang dewasa karena nilai-nilai dan identitas dalam konteks sosial pada remaja akhir lebih stabil. Partisipan diminta untuk mengisikan kuesioner Bullying Survey yang peneliti kembangkan dari alat ukur Swearer dan Cary. Tinjauan Teoritis Rigby (2011) menyebutkan bahwa bullying adalah penyalahgunaan kekuasaan yang dilakukan secara sistematis, berulang-ulang dan terus menerus. Batasan perilaku berulangulang tidak harus berlangsung beberapa kali, tetapi mungkin saja berlangsung satu kali, tetapi

4 dampaknya masih dirasakan korban secara terus-menerus. Misalkan korban mendapatkan perilaku bullying satu kali di bus sekolah, tetapi korban merasakan dampaknya sampai berhari-hari dan takut untuk kembali naik bus sekolah. Penelitian terbaru terkait literatur bullying dari tahun ke juga dilakukan oleh Brank, Hoetger, dan Hazen (2012) yang menunjukkan bahwa sebagian besar peneliti bullying menggunakan definisi dari Olweus yaitu adanya ketidakseimbangan kekuatan yang dilihat dari sisi ukuran tubuh atau fisik, kekuatan (strength), usia, dan status sosial. Disimpulkan juga dalam literatur review tersebut, bahwa bullying adalah perilaku yang disengaja, dilakukan berulang kali dengan tujuan untuk menyakiti seseorang dan biasanya korban tidak berdaya untuk melawan atau menghentikan perilaku bullying tersebut. Peneliti mengacu pada definisi bullying yang digunakan oleh Rigby yaitu perilaku yang tidak menyenangkan di sekolah, dilakukan secara sengaja dan sistematis oleh siswa atau sekelompok siswa yang lebih kuat untuk menyakiti fisik, verbal, maupun psikologis siswa atau sekelompok siswa yang lebih lemah. Rigby menyatakan meskipun perilaku bullying hanya terjadi satu kali, tetapi dapat diingat terus oleh korban sebagai batasan perilaku yang berulang. Selain itu, Rigby juga membagi peran dalam bullying ke dalam bullies/bully (pelaku), yaitu seseorang yang melakukan perilaku bullying dan victim (korban), yaitu seseorang yang tersakiti, dan bystander (saksi) yang melihat berlangsungnya perilaku bullying. Penyebab terjadinya perilaku bullying terbagi ke dalam faktor internal dan faktor eksternal (Esposito, 2007). Faktor internal misalkan pelaku bullying juga merupakan seseorang yang impulsif, ingin lebih dominan, dan memiliki empati yang rendah (Olweus, 1993). Olweus juga menjelaskan seseorang bisa memiliki karakteristik yang agresif disebabkan oleh pola asuh orang tua yang menerapkan kekerasan dalam mendidik anaknya. Sementara faktor eksternal misalnya suasana dan lingkungan dimana seseorang tinggal. Olweus menyebutkan bahwa remaja yang sering menonton tayangan televisi, video game, dan film yang mengandung kekerasan, akan lebih agresif dibandingkan yang tidak menonton. Pelaku bullying biasanya adalah siswa yang memiliki sikap positif terhadap kekerasan dan sering menggunakan kekerasan untuk berinteraksi dengan orang lain (Esposito, 2007). Esposito menyatakan bahwa sikap yang setuju terhadap perilaku bullying memengaruhi seseorang untuk melakukan perilaku bullying. Sikap memiliki pengaruh terhadap keputusan seseorang untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku bullying. Sikap menurut Baron, Byrne, dan Branscombe (2008) adalah evaluasi terhadap beberapa aspek perkataan sosial. Proses evaluasi tersebut bersifat subjektif

5 dan berlangsung secara implisit dan eksplisit. Implisit maksudnya berlangsung secara internal di dalam diri seseorang sehingga tidak dapat diamati secara langsung. Eksplisit artinya sikap seseorang dapat diketahui melalui pengetahuan, keyakinan, perasaan, dan kecenderungan tingkah laku seseorang terhadap objek atau situasi tertentu. Penelitian ini menggunakan batasan sikap menurut Ajzen (2005) sebagai suatu kecenderungan untuk merespon secara positif atau negatif terhadap suatu objek, manusia, institusi, atau peristiwa. Sikap tidak dapat terlihat secara langsung, tetapi sikap dapat disimpulkan melalui pengukuran respon seseorang terhadap objek sikap. Respon yang dimaksudkan harus mencerminkan evaluasi negatif atau positif dengan objek sikap yaitu perilaku bullying. Sikap seseorang bukan trait yang diperoleh sejak lahir, tetapi proses yang terus berkembang melalui interaksi seseorang dengan lingkungan dan orang-orang di sekitarnya (Ajzen, 2005). Sikap juga diperoleh melalui proses belajar sosial, yaitu sikap yang baru diperoleh dari informasi, tingkah laku, atau sikap orang lain. Menurut Baron, Byrne, dan Branscombe (2008), sikap seeorang dipelajari melalui pengamatan (observational learning) yaitu proses pembelajaran dengan mengamati perilaku orang lain untuk dijadikan contoh. Sarwono dan Meinarno (2009) juga menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi pembentukan sikap yaitu pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting (significant other), media massa, institusi atau lembaga pendidikan, dan faktor emosi dalam diri individu. Perbedaan sikap siswa dalam memberikan penilaian terhadap objek atau situasi tertentu juga dipengaruhi oleh karakteristik dimana mereka tinggal (Park & Peterson, 2010). Perbedaan lingkungan tempat tinggal yang didiami seseorang akan membentuk tipe penilaian seseorang terhadap suatu hal menjadi berbeda pula. Ada kemungkinan lingkungan dimana seseorang tinggal memiliki peran yang signifikan dalam terjadinya bullying. Bullying terjadi di lingkungan yang memang memandang bahwa bullying dapat diterima dan memiliki sikap yang mendukung terjadinya bullying, begitu pula sebaliknya bullying tidak terjadi di lingkungan yang memandang bahwa bullying merupakan perilaku yang salah (Miller, 2006). Miller menyebutkan norma sosial di lingkungan tempat tinggal seseorang memiliki peran penting dalam memengaruhi sikap seseorang terhadap bullying. Peran norma sosial dimana seseorang tinggal akan memengaruhi pembentukan sikap seseorang karena sikap terbentuk oleh proses pembelajaran yang diperoleh dari lingkungan. Oleh karena itu, dalam penelitian ini mencoba melakukan kontrol terhadap lingkungan yang homogen, yaitu di kota-kota maju agar dapat terlihat kecenderungan remaja dalam bersikap terhadap perilaku bullying. Kota maju menurut Badan Pusat Statistik (2010) adalah wilayah

6 administrasi yang memenuhi kriteria klasifikasi wilayah perkotaan, seperti kepadatan penduduk, presentase rumah tangga pertanian, dan keberadaan akses pada fasilitas perkotaan. Fasilitas perkotaan yang dimaksud beradasarkan Peraturan Klasifikasi Perkotaan-Perdesaan, Pasal 2 tahun 2010 adalah adanya Sekolah Taman Kanak-Kanak, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Umum, pasar, pertokoan, bioskop, rumah sakit, hotel/ bilyar/ diskotek/ panti pijat/ salon, persentase rumah tangga yang menggunakan telepon, dan persentase rumah tangga yang menggunakan listrik. Metode Penelitian Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif, yaitu berdasarkan tujuannya untuk melihat gambaran dan menganalisa faktor-faktor penyebab munculnya fenomena bullying pada siswa Sekolah Menengah Atas secara sistematis. Penelitian ini digolongkan juga ke dalam penelitian kuantitatif (quantitative research) jika didasarkan pada proses yang digunakan untuk memperoleh jawaban dengan mengkuantifikasi variasi dalam variabel bullying menggunakan perhitungan statistik. Partisipan Partisipan dalam penelitian ini adalah 500 mahasiswa angkatan 2012 dari lima Universitas yaitu Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, Universitas Negeri Sebelas Maret, Universitas Padjajaran, dan Univesitas Diponegoro. Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa baru angkatan 2012 yang baru lulus dari SMA dan berasal dari kota maju. Penelitian ini melibatkan mahasiswa dari beberapa universitas karena diharapkan mahasiswa di universitas tersebut berasal dari kota domisili yang cukup heterogen, sehingga lebih merepresentasikan populasi kota maju dalam penelitian ini. Instrumen Penelitian Pengukuran sikap terhadap perilaku bullying pada remaja menggunakan alat ukur kuesioner Bullying Survey yang peneliti adaptasi dan modifikasi dari alat ukur Swearer dan Cary pada tahun Alat ukur tersebut merupakan tipe alat ukur self report dan memiliki reliabilitas setelah dilakukan uji coba dengan koefisien Cronbach s Alpha sebesar 0,786. Kemudian, berdasarkan uji validitas, ada 2 item yang memiliki skor corrected item-total correlation di bawah 0,2. Kedua item tersebut berdasarkan uji analisis berarti kurang homogen dalam mengukur konstruk sikap terhadap bullying. Menurut Crocker dan Algina (1986) item yang memiliki skor corrected item-total correlation negatif sebaiknya dihapus

7 untuk meningkatkan validitas. Peneliti kemudian menghapus item e karena sudah terwakili oleh 5 item lainnya dalam dimensi afektif. Peneliti tetap mempertahankan item c yang memiliki skor corrected item-total correlation dibawah 0,2 karena mewakili dimensi kognitif yang sedikit. Setelah melakukan revisi, alat ukur dalam penelitian ini memiliki 13 item yang terdiri dari tiga dimensi kognitif, afektif, dan konatif. Berdasarkan hasil revisi alat ukur Bullying Survey yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 13 item untuk mengukur sikap remaja terhadap perilaku bullying dari item a hingga item m. Item- item unfavorable yang di awal adalah item b, item d, item g, item j, item l, dan item m. Item unfavorable pada alat ukur penelitian ini setelah dilakukan revisi menjadi item b, item d, item f, item i, item k, dan item l. Alat ukur terdiri dari 3 dimensi sikap yaitu kognitif, afektif, dan konatif. Dimensi kognitif terdiri atas 4 item pernyataan, contohnya Pelaku bullying adalah orang yang populer. Dimensi afektif terdiri atas 5 pernyataan, misalnya Saya dapat mengerti mengapa seseorang melakukan bullying pada orang lain. Dimensi konatif terwakili oleh 4 pernyataan, contohnya Bullying baik dilakukan kepada seorang siswa yang bermental lemah. Prosedur Penelitian Peneliti mengawali penelitian dengan melakukan Focus Group Discussion pada 7 mahasiswa angkatan 2012 untuk menggali fenomena bullying yang terjadi di SMA. Setelah memeroleh topik penelitian dan mengembangkan alat ukur, peneliti melakukan uji coba alat ukur. Uji coba alat ukur peneliti lakukan kepada 75 mahasiswa angkatan Berdasarkan uji coba tersebut, alat ukur kuesioner Survey Bullying layak untuk digunakan dalam mengukur sikap remaja terhadap perilaku bullying karena memiliki nilai reliabilitas dan validitas yang baik. Pelaksanaan penelitian peneliti lakukan dengan menyebarkan kuesioner melalui beberapa ketua angkatan di masing-masing universitas yang menjadi sampel penelitian ini. Peneliti menjelaskan melalui pesan elektronik terkait tujuan penelitian, teknis penyebaran kuesioner, dan menanyakan kesediaan setiap ketua angkatan maupun perwakilannya untuk membantu mengkoordinasikan penyebaran kuesioner. Peneliti membagikan kuesioner pada ketua angkatan 2012 atau perwakilannya dari beberapa jurusan di beberapa universitas. Peneliti memberikan penjelasan terkait jumlah item dalam kuesioner, instruksi dalam kuesioner, cara pengerjaan kuesioner, dan item-item yang wajib diisi atau boleh tidak diisi. Kuesioner yang peneliti bagikan di setiap universitasnya berjumlah 120 paket kuesioner. Setelah kuesioner terisi seluruhnya, setiap perwakilan di masing-masing universitas yang berada di luar kota, akan mengirimkan kuesioner melalui jasa pengiriman.

8 Skoring Sikap terhadap perilaku bullying dalam penelitian ini diukur menggunakan tigabelas item pertanyaan tertutup dengan lima respon jawaban dari sangat tidak setuju (1) sampai sangat setuju (5). Skor sikap setiap partisipan diperoleh dengan membagi total skor partisipan dengan jumlah item. Skor yang rendah menunjukkan sikap yang tidak setuju dengan perilaku bullying, sedangkan skor yang tinggi menunjukkan sikap setuju terhadap perilaku bullying. Batasan norma dalam penelitian ini adalah skor yang lebih kecil dari 3,00 merupakan sikap yang tidak setuju dengan perilaku bullying dan skor yang berada di atas 3,00 merupakan sikap yang setuju terhadap perilaku bullying. Hasil Penelitian Partisipan dalam penelitian ini adalah remaja dengan rentang usia tahun (M=18,61, SD = 0,621). Partisipan laki-laki sebanyak 132 (26,4%) dan perempuan sejumlah 368 (73,6%). Berdasarkan tipe sekolahnya, mayoritas partisipan berasal dari SMA Negeri sebanyak 446 (89%) partisipan. Sampel kota maju dalam penelitian ini sejumlah 89 kota yang berasal dari Pulau Jawa sebanyak 67 kota (92 %), Pulau Sumatra sebanyak 13 kota (5,6 %), Pulau Sulawesi sebanyak 4 kota (0,8 %), Pulau Kalimantan sebanyak 3 kota (1 %), dan Pulau Bali sebanyak 2 kota (0,6 %). Berdasarkan hasil analisis data, rentang skor partisipan dalam penelitian ini adalah 1,08 4,31 (SD= 0, 52). Mean skor sikap remaja terhadap perilaku bullying oleh siswa SMA di kota maju adalah 2,39. Artinya, remaja di kota maju cenderung memiliki sikap yang tidak setuju terhadap perilaku bullying di sekolah. Berikut penjelasan mengenai persebaran skor sikap terhadap perilaku bullying pada remaja di kota maju. Tabel 1.1 Gambaran Sikap Remaja terhadap Perilaku Bullying di Kota Maju (N=500) Sikap Range Skor Respon N Persentase Partisipan Jawaban ( % ) Tidak Setuju 1,00 1,99 Sangat Tidak Setuju ,2 2,00 2,99 Tidak Setuju ,8 Total ,0 Setuju 3,00 3,99 Setuju 67 13,4 4,00 4,99 Sangat Setuju 3 0,6 Total 70 14,0

9 Berdasarkan tabel 1.1 dapat diketahui bahwa sebagian besar remaja di kota maju memiliki sikap yang tidak setuju terhadap perilaku bullying dengan persentase 86 %. Akan tetapi, dapat terlihat berdasarkan tabel 1.1 bahwa sebagian besar partisipan, yaitu 65,8% berada pada respon jawaban tidak setuju yang mendekati range skor 3,00. Artinya, partisipan memiliki sikap ragu-ragu dalam mendukung atau tidak mendukung perilaku bullying di sekolah mereka. Selain itu, peneliti juga melakukan analisis sikap remaja berdasarkan data demografis. Tabel 1.2 Perbedaan Mean Skor Sikap terhadap Bullying berdasarkan Data Demografis (N=500) Karakteristik N Mean F p Jenis Kelamin Laki-laki 132 2,56 0,198 0,656 Perempuan 368 2,32 Tipe Sekolah SMA Negeri 446 2,39 1,173 0,319 SMA Swasta 45 2,32 SMK Negeri 5 2,09 SMK Swasta 4 2,12 Peran dalam Perilaku Bullying Pelaku 59 2,61 9,522 0,00* Korban 57 2,24 Saksi 214 2,30 Bully-victim 130 2,54 Outsider 40 2,21 *Signifikan p < 0,05 Berdasarkan tabel 1.2, dapat dilihat bahwa : a. Perhitungan perbedaan mean skor sikap remaja terhadap bullying pada data demografi jenis kelamin menunjukkan nilai F sebesar 0,198 dan tidak signifikan pada los 0,05 (p =0,656). Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan mean skor sikap remaja terhadap perilaku bullying pada partisipan laki-laki dan partisipan perempuan. b. Perhitungan perbedaan mean skor sikap remaja terhadap bullying pada data demografi tipe sekolah menunjukkan nilai F sebesar 1,173 dan tidak signifikan pada los 0,05 (p=0,319). Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan mean skor sikap remaja terhadap perilaku bullying yang signifikan pada partisipan yang berasal dari SMA Negeri, SMA Swasta, SMK Negeri, dan SMK Swasta. c. Perhitungan perbedaan mean skor sikap remaja terhadap perilaku bullying pada data demografi peran dalam perilaku bullying menunjukkan F sebesar 9,522 dan signifikan

10 pada los 0,05 (p = 0,00). Artinya, terdapat perbedaan sikap yang signifikan antara peranperan dalam perilaku bullying. Selain itu, agar perbedaan antar peran terlihat lebih jelas, dilakukan uji Post Hoc dan diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 1.3 Hasil Uji Post Hoc Perbedaan Sikap Berdasarkan Peran Peran P Pelaku Korban 0,011* Pelaku Saksi 0,002* Pelaku - Bully-Victim 0,985 Pelaku Outsider 0,008* *Signifikan p < 0,05 Tabel 1.3 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan sikap terhadap perilaku bullying pada pelaku dan saksi yang signifikan pada los 0,05 (0,002). Artinya, perbedaan sikap yang paling besar berada pada kelompok pelaku dan saksi dalam perilaku bullying. Akan tetapi, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pelaku dan bully-victim. Pembahasan Berdasarkan hasil analisis data diperoleh bahwa mayoritas remaja di kota maju tidak setuju dengan perilaku bullying. Sementara hasil analisis dari gambaran perilakubullyingyang terjadi pada remaja dalam penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar partisipan pernah terlibat dalam perilaku bullying baik sebagai korban, pelaku, pelaku sekaligus korban (bullyvictim), dan saksi (bystander). Hasil penelitian ini, sejalan dengan penelitian yang dilakukan Salmivalli, Kaukiainen, dan Voeten (2005) pada remaja di Amerika yang menemukan adanya kesenjangan antara sikap siswa terhadap perilaku bullying dengan perilaku bullying yang sebenarnya terjadi. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa mayoritas partisipan memiliki sikap yang tidak setuju terhadap perilakubullying, namun perilaku bullying yang sebenarnya terjadi di kota maju cukup tinggi. Hal tersebut disebabkan oleh partisipan dalam penelitian ini mayoritas adalah saksi (bystander) dan korban, hanya sedikit partisipan yang teridentifikasi sebagai pelaku bullying, sehingga hasil penelitian ini cenderung menunjukkan sikap yang tidak setuju dengan perilaku bullying, tetapi ketidaksetujuan partisipan mendekati sikap netral. Jumlah yang tidak seimbang antara pelaku, korban, dan saksi dikarenakan dari awal peneliti tidak memfokuskan pada pembagian peran sehingga peran dalam perilaku bullying diperoleh berdasarkan perolehan partisipan. Selain itu, peneliti juga memodifikasi alat ukur dengan menggabungkan pertanyaan untuk pelaku, korban, maupun saksi.penelitian selanjutnya perlu

11 membedakan peran dalam perilaku bullying sebab berdasarkan uji ANOVAdiketahui terdapat perbedaan sikap antara peran-peran dalam perilaku bullying. Selain itu, peneliti menduga pemilihan partisipan yang berasal dari beberapa universitas negeri memengaruhi hasil sikap yang tidak setuju terhadap perilaku bullying dalam penelitian ini. Partisipan yang diterima di universitas negeri sebagian besar adalah siswa yang memiliki karakter dan latar belakang yang baik dari sekolah asalnya, sehingga partisipan akan cenderung memilih respon jawaban yang tidak setuju terhadap perilaku bullying. Pemilihan respon jawaban partisipan juga ditentukan oleh strategi dalam pembuatan kuesioner untuk menghindari faking good yaitu kecenderungan partisipan untuk menjawab dengan menunjukkan kesan yang baik (Baron, Byrne, & Branscombe, 2008). Strategi alat ukur untuk menghindari partisipan memberikan respon faking good adalah menggunakan item unfavorable dengan pernyataan yang sebaliknya. Pada penelitian ini, sudah ada beberapa item yang menggunakan pernyataan yang sebaliknya, tetapi kuesioner tidak sepenuhnya menggunakan item unfavorable, sehingga masih ada kemungkinan partisipan untuk faking good. Hasil dalam penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang menunjukkan sikap setuju terhadap perilaku bullying, karena setiap kota dalam batasan kota maju memiliki level yang berbeda-beda (Park & Peterson, 2010). Tingkat urbanisasi yang tinggi memberikan peranan yang penting dalam pembentukan karakteristik masyarakat yang mendiami kota tersebut karena beragamnya budaya yang datang dan bercampur. Selain itu, disebutkan juga kota yang lebih besar dan kesesakkan yang tinggi akan menyebabkan seseorang lebih individualistik dan tidak saling mengenal satu sama lain secara lebih dekat. Kemungkinan tersebut yang menyebabkan prevalensi bullying di kota maju masih tinggi, walaupun sebagian besar remaja memiliki sikap yang tidak setuju terhadap perilaku bullying. Sebagian besar partisipan mengidentifikasikan dirinya sebagai saksi, karena karakteristik individualistik yang tinggi, mereka mungkin beranggapan bahwa guru dan teman lainnya yang akan memberikan penanganan jika terjadi perilaku bullying. Pembentukan sikap terhadap perilaku bullying dipengaruhi oleh pengalaman seseorang dalam perilaku bullying baik sebagai pelaku, korban, maupun saksi. Pelaku bullying cenderung memiliki sikap yang lebih setuju terhadap perilaku bullying dan sebaliknya, korban bullying memiliki sikap yang paling tidak setuju terhadap perilaku bullying (Rigby, 2005). Sebagian besar partisipan dalam penelitian ini adalah saksi (bystander) dan sebagian lainnya merupakan pelaku yang sekaligus menjadi korban bullying. Oleh karena itu, sebagian besar partisipan dalam penelitian ini memiliki sikap yang tidak setuju terhadap perilaku bullying.

12 Sikap seseorang, dipengaruhi oleh faktor budaya. Menurut Matsumoto dan Juang (2008), budaya adalah sistem dinamis dengan aturanyang dimiliki oleh kelompok untuk menjamin keberlangsungan hidup mereka, melibatkan sikap (attitudes), nilai-nilai (values), keyakinan (beliefs) norma, dan perilaku. Dalam penelitian ini, partisipan berasal dari berbagai kota dengan budaya yang berbeda-beda. Hal tersebut juga memengaruhi keyakinan partisipan yang berbeda-beda di setiap wilayah di Indonesia, sehingga sikap remaja juga akan berbedabeda. Misalnya saja wilayah Surabaya dan sekitarnya, penggunaan bahasa yang kasar merupakan hal yang wajar dilakukan untuk berinteraksi satu sama lain. Jadi, meskipun mereka tidak setuju dengan perilaku bullying, tetapi mereka melakukan bullying verbal karena memang sudah menjadi cara komunikasi sehari-hari. Hal lain yang menarik dalam penelitian ini terkait dengan faktor budaya adalah banyak partisipan yang menyatakan bahwa mereka pernah mengalami perilaku bullying di sekolah,tetapi mereka menganggap bahwa bullying bukan suatu masalah bagi mereka dan sebagian besar partisipan merasa bahwa pihak sekolah perlu mengkhawatirkan perilaku bullying yang terjadi antar siswa. Hal tersebut sesuai dengan hasil focus group discussion yang peneliti lakukan sebelum penelitian ini. Berdasarkan hasil diskusi diperoleh bahwa masih banyak siswa yang beranggapan bahwa bullying adalah hal yang wajar untuk dilakukan. Cara pandang yang wajar terhadap perilaku bullying disebabkan oleh komunitas masyarakat dimana seseorang tinggal juga menganggap bahwa kekerasan adalah hal yang wajar. Penelitian yang dilakukan Boswell (2009) dengan mengkondisikan norma dalam sebuah kelompok untuk menerima kekerasan, menunjukkan sikap yang lebih mendukung terhadap perilaku bullying. Hasil lain dalam analisis penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara sikap remaja laki-laki dan remaja perempuan terhadap perilaku bullying. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Healey, Dowson, dan Nelson (2010) yang membuktikan bahwa lakilaki dan perempuan memiliki persepsi dan sikap yang sama terhadap perilaku bullying meskipun memiliki pengalaman yang berbeda tentang bullying.penelitian yang dilakukan Reid, Monsen, dan River (2004) menunjukkan bahwa pada dasarnya laki-laki dan perempuan memiliki prevalensi yang sama dalam melakukan bullying, tetapi mereka hanya berbeda dalam bentuk bullying yang dilakukan. Laki-laki cenderung melakukan bullying fisik dan secara langsung, sedangkan perempuan lebih pada bullying gestural maupun psikologis seperti menjauhi seeorang, menyebarkan fitnah atau bullying secara tidak langsung. Akan tetapi, untuk bullying verbal, hampir sama antara laki-laki dan perempuan.

13 Jika dilihat dari tipe sekolah pada remaja kota maju, juga tidak terdapat perbedaan yang signifikan baik di SMA Negeri, SMA Swasta, maupun di SMK. Sejalan dengan hasil penelitian ini, perbedaan tipe sekolah menurut penelitian Rigby (2005) juga tidak signifikan terhadap tingkat terjadinya perilaku bullying. Perbedaan tipe sekolah tersebut ditentukan oleh banyaknya siswa, sekolah khusus laki-laki atau perempuan saja, dan sekolah negeri maupun swasta. Akan tetapi, tipe sekolah juga menjadi keterbatasan dalam penelitian ini, karena peneliti tidak mengkontrol tipe sekolah sehingga tidak diperoleh jumlah yang seimbang di setiap kategori tipe sekolah. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data yang sudah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagian besar remaja di kota maju yang berada pada rentang usia tahun memiliki sikap yang tidak setuju terhadap perilaku bullying, tetapi ketidaksetujuan tersebut cenderung ke sikap netral. Jika dilihat berdasarkan perbedaan jenis kelamin, tidak terdapat pebedaan sikap yang signifikan antara remaja laki-laki dan remaja perempuan di kota maju. Artinya, remaja lakilaki dan perempuan memiliki sikap yang sama terhadap perilaku bullying. Berdasarkan peran dalam perilaku bullying, terdapat perbedaan sikap terhadap perilaku bullying yang signifikan antara pelaku bullying dengan saksi bullying, pelaku dengan korban, dan pelaku dengan outsider. Saran Berdasarkan hasil penelitan yang telah dilakukan, saran teoritis yang dapat diajukan peneliti antara lain : Saran Metodologis a. Penelitian mengenai sikap terhadap perilaku bullying sebaiknya terus dikembangkan, dengan melihat perbandingan sikap terhadap perilaku bullying berdasarkan kategori lingkungan dimana seseorang tinggal. b. Penelitian selanjutnya, perlu menggali faktor-faktor yang paling berpengaruh terhadap pembentukan sikap remaja terhadap perilaku bullying. Penelitian tersebut sebaiknya dilakukan dengan penggabungan dua metode penelitian yaitu metode kuantitatif dan kualitatif. Melalui metode kualitatif dengan wawancara, diharapkan dapat lebih menggali faktor-faktor yang memengaruhi sikap seseorang.

14 c. Penelitian selanjutnya sebaiknya melihat hubungan sikap terhadap perilaku bullying dengan faktor-faktor lainnya yang dapat memengaruhi, seperti kepribadian, norma sosial, dan nilai-nilai budaya yang masih kental dengan masyarakat Indonesia. d. Untuk penelitian selanjutnya, perlu menambahkan data demografi yang mungkin akan memengaruhi sikap remaja. Data demografi yang perlu ditambahkan adalah apakah partisipan tinggal bersama orang tua, lingkungan kost, atau tinggal di lingkungan asrama bersama teman-teman yang berasal dari berbagai daerah. Faktor tersebut diperkirakan memengaruhi perubahan tingkah laku remaja yang cenderung untuk menyesuaikan terhadap lingkungan baru. Saran Praktis a. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sikap remaja di kota maju cenderung tidak setuju terhadap perilaku bullying, Dengan demikian, dapat menjadi referensi bagi pihak-pihak yang berkepentingan untuk memberikan penanganan yang tepat terkait perilaku bullying di sekolah karena dapat diketahui sebenarnya sebagian besar siswa di kota maju, tidak mendukung perilaku bullying. b. Perlu dilakukan penyuluhan, seminar, psikoedukasi terhadap pihak sekolah dan orang tua terkait banyaknya perilaku bullying yang terjadi pada siswa SMA di kota maju. c. Banyaknya perilaku bullying masih terjadi, tidak hanya disebabkan oleh sikap seseorang yang setuju terhadap perilaku bullying, tapi mungkin karena kurangnya empati seseorang dan rendahnya kemampuan seseorang untuk asertif. Oleh karena itu, perlu bagi pihak sekolah, orang tua, dan siswa untuk meningkatkan empati mereka terhadap korban bullying dan meningkatkan kemampuan asertif siswa dengan pelatihan-pelatihan yang meningkatkan kemampuan sosial. d. Komunitas di mana seseorang tinggal diharapkan masyarakat memberikan dukungan sosial dan kontrol yang baik pada remaja dengan menciptakan suasana di pusat rekreasi serta tempat hiburan bagi remaja menjadi lebih nyaman, sehingga menjadi tempat pengalihan bagi remaja dari perilaku bullying.

15 Daftar Pustaka Ajzen, I. (2005) Attitudes, personality, and behavior : Second edition. New York : McGraw Hill Education. Badan Pusat Statistik. (2010). Klasifikasi perkotaan dan pedesaan di indonesia. Electronic Book. Diunduh dari Baldry,A.C. (2004). What about bullying? An experimental field study to understand student s attitudes towards bullying and victimization in Italian middle school. Journal of Educational Psychology, 74, Barboza, G. E., Schiamberg, L. B., Oehmke, J., Korzeniewski, S. J., Post, L. A., dan Heraux, C. G. (2009). Inividual characteristics and the multiple contexts of adolescent bullying : An ecological perpective. Journal Youth Adolescene, 38, doi : /s Baron,R.A., Byrne,D., & Branscombe. (2008). Social Psychology : 13 th edition. Boston : Pearson. Boswell, M.K. (2009). Social norms, empathy, and attitudes toward aggression as predictors of bullying in school children. (Dissertation). Northen Illinois University : USA. Brank, E.M., Hoetger, Lori.A., & Hazen, K.P. (2012). Bullying. Annual Review of Law Social Science, 8, Byers, D.L., Caltabiano, N. J., & Caltabiano, M. L. (2011). Teacher s attitudes towards overt and covert bullying and perceived efficacy to intervene. Journal of Teacher Education. 36, Crocker, L., & Algina, J. (1986).Introduction to classical and modern test theory.united States: Holt, Rinehart and Winston, Inc. Djuwita, R., dan Royanto, R.M. (2008). Peranan faktor personal dan situasional terhadap perilaku bullying di tiga kota besar. (Laporan Penelitian DIPA). Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Tidak Dipublikasikan. Esposito, L. E. (2002). The role of empathy, anger management anda normative beliefs about aggression in bullying among urban, African-american middle school children. (Dissertation). University of Hartford : Virginia. Hanif, R. Nadeem, M., & Tariq, S. (2011). Bullying in school : attitudes of children, teachers, and parents. Journal of Contemporary Research in Business, 11, 1-9. Healey, J., Dowson, M., & Nelson, G. F. (2010). Adolescents experiences, perceptions and attitudes towards bullying. (National Research). University of Western Sydney : Australia. Matsumoto, D., & Juang, L. (2008). Culture and Psychology : 4rd edition. USA : Wadsworth. McConville, D., & Cornell, D. (2003). Aggressive attitudes predict aggressive behavior in middle school students. Journal of Emotional and Behavioral Disorder, 11, Miller, C. K. (2006). Student and teacher perceptions of school social climate and attitudes toward bullying : Implication for intervention. (Dissertation). University of Nebraska- Lincoln : Nebraska. Napitupulu, E. L., (27 September 2012). Mengampanyekan antibullying. Kompas.com. Diunduh dari

16 pada 10 Maret Olweus, D. (1993). Bullying at school : Understanding children s worlds. USA : Blackwell Publishing. Park, N., & Peterson, C. (2010). Does it matter where we live? : The urban psychology of character strengths. American Psychologist Association, 65, 6, doi : /a Reid, P., Monsen, J., & River, I. (2004). Psychology's contribution to understanding and managing bullying within schools. Educational Psychology in Practice, 20, 3, doi / Rigby, K. (2005). Why do some children bully at school? : The contributions of negative attitudes towards victims and the perceived expectations of friends, parents and teachers. School Psychology International, 26, , doi : / Rigby, K. (2008). Children and bullying : how parents and educators can reduce bullying at school. USA : Backwell Publishing. Rigby, K. (2011). The methode of share concern : A positive approach to bullying in school. Australia : Acer Press. Salmivalli, C., Kaukiainen, A., & Voeten, M. (2005). Anti-bullying intervention: implementation and outcome. British Journal of Educational Psychology, 75, Sarwono, S.W., & Meinarno,E. (2009). Psikologi sosial. Salemba Humanika : Jakarta. Swearer, S. M., & Cary, P. T. (2003). Perceptions and attitudes toward bullying in middle school youth: A developmental examination across the bully/victim continuum. Journal of Applied School Psychology, 19, Vaughan, G.M., & Hogg, M.A. (2002). Introduction to social psychology : Third edition. Australia : Pearson Education.

PENGARUH KONFORMITAS DAN HARGA DIRI TERHADAP KECENDERUNGAN MENJADI KORBAN KEKERASAN (BULLYING VICTIM) PADA REMAJA

PENGARUH KONFORMITAS DAN HARGA DIRI TERHADAP KECENDERUNGAN MENJADI KORBAN KEKERASAN (BULLYING VICTIM) PADA REMAJA PENGARUH KONFORMITAS DAN HARGA DIRI TERHADAP KECENDERUNGAN MENJADI KORBAN KEKERASAN (BULLYING VICTIM) PADA REMAJA NUR IKHSANIFA Fakultas Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda INTISARI Penelitian

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hari Minggu tanggal 29 April 2007 seorang siswa kelas 1 (sebut saja A) SMA swasta di bilangan Jakarta Selatan dianiaya oleh beberapa orang kakak kelasnya. Penganiayaan

Lebih terperinci

Abstrak. i Universitas Kristen Maranatha

Abstrak. i Universitas Kristen Maranatha Abstrak Penelitian ini berjudul Studi Deskriptif Mengenai Sikap Terhadap Aksi Bullying Pada Remaja Kelas XI di SMA X Bandung. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran sikap terhadap

Lebih terperinci

Agresivitas. Persahabatan. Kesepian. Penolakan

Agresivitas. Persahabatan. Kesepian. Penolakan HUBUNGAN ANTARA KESEPIAN DENGAN AGRESIVITAS PADA REMAJA MADYA DI SMA X BOGOR LATAR BELAKANG MASALAH Agresivitas Persahabatan Kesepian Penolakan AGRESIVITAS Perilaku merugikan atau menimbulkan korban pihak

Lebih terperinci

PERILAKU AGRESI REMAJA LAKI-LAKI TAHUN YANG MENGALAMI ADIKSI DAN TIDAK MENGALAMI ADIKSI ONLINE GAME VIOLENCE MUHAMMAD IRHAM RAMADHAN ABSTRAK

PERILAKU AGRESI REMAJA LAKI-LAKI TAHUN YANG MENGALAMI ADIKSI DAN TIDAK MENGALAMI ADIKSI ONLINE GAME VIOLENCE MUHAMMAD IRHAM RAMADHAN ABSTRAK PERILAKU AGRESI REMAJA LAKI-LAKI 12-20 TAHUN YANG MENGALAMI ADIKSI DAN TIDAK MENGALAMI ADIKSI ONLINE GAME VIOLENCE MUHAMMAD IRHAM RAMADHAN ABSTRAK Online game yang mengandung unsur kekerasan merupakan

Lebih terperinci

TEKNIK PENGUMPULAN DATA. Metode Penelitian Psikologi 1 Unita Werdi Rahajeng unita.lecture.ub.ac.id

TEKNIK PENGUMPULAN DATA. Metode Penelitian Psikologi 1 Unita Werdi Rahajeng unita.lecture.ub.ac.id TEKNIK PENGUMPULAN DATA Metode Penelitian Psikologi 1 Unita Werdi Rahajeng unita.lecture.ub.ac.id REVIEW Informasi pada penelitian kuantitatif harus diangkakan dan terukur. Angka itu untuk menggambarkan

Lebih terperinci

STUDI ANTESEDEN INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA. Woro Endah Sulistyaningrum Universitas Gadjah Mada

STUDI ANTESEDEN INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA. Woro Endah Sulistyaningrum Universitas Gadjah Mada STUDI ANTESEDEN INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA Woro Endah Sulistyaningrum Universitas Gadjah Mada Majang Palupi Universitas Islam Indonesia majang_palupi@uii.ac.id ABSTRACT In this research, theory of

Lebih terperinci

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI GAMBARAN SELF-ESTEEM PADA SISWA SMA PELAKU BULLYING FRESHKA JULIE HARDI. Drs. Amir Sjarif Bachtiar, M.

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI GAMBARAN SELF-ESTEEM PADA SISWA SMA PELAKU BULLYING FRESHKA JULIE HARDI. Drs. Amir Sjarif Bachtiar, M. STUDI DESKRIPTIF MENGENAI GAMBARAN SELF-ESTEEM PADA SISWA SMA PELAKU BULLYING FRESHKA JULIE HARDI Drs. Amir Sjarif Bachtiar, M.Si 1 Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran ABSTRACT During adolescence,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perilaku merokok merupakan salah satu penyebab yang menimbulkan munculnya berbagai penyakit dan besarnya angka kematian. Hal ini wajar, mengingat setiap tahunnya

Lebih terperinci

TEKNIK PENGUMPULAN DATA. Metode Penelitian Psikologi 1 Unita Werdi Rahajeng unita.lecture.ub.ac.id

TEKNIK PENGUMPULAN DATA. Metode Penelitian Psikologi 1 Unita Werdi Rahajeng unita.lecture.ub.ac.id TEKNIK PENGUMPULAN DATA Metode Penelitian Psikologi 1 Unita Werdi Rahajeng unita.lecture.ub.ac.id REVIEW Informasi pada penelitian kuantitatif harus diangkakan dan terukur. Angka itu untuk menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saat ini berbagai masalah tengah melingkupi dunia pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saat ini berbagai masalah tengah melingkupi dunia pendidikan di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini berbagai masalah tengah melingkupi dunia pendidikan di Indonesia. Salah satunya yang cukup marak akhir-akhir ini adalah kasus kekerasan atau agresivitas baik

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEIKUTSERTAAN ORGANISASI DENGAN REGULASI DIRI PADA REMAJA : STUDI KASUS DI SMA N 2 NGAWI

HUBUNGAN KEIKUTSERTAAN ORGANISASI DENGAN REGULASI DIRI PADA REMAJA : STUDI KASUS DI SMA N 2 NGAWI HUBUNGAN KEIKUTSERTAAN ORGANISASI DENGAN REGULASI DIRI PADA REMAJA : STUDI KASUS DI SMA N 2 NGAWI Rhea Auliya Anggareni 1, Fitri Hartanto 2 1 Mahasiswa Program Pendidikan S-1 Kedokteran Umum, Fakultas

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui derajat self-efficacy belief pada siswa kelas XI. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan teknik survey dan pengambilan data melalui kuesioner.

Lebih terperinci

Upaya Mengurangi Perundungan melalui Penguatan Bystanders di SMP B Yogyakarta

Upaya Mengurangi Perundungan melalui Penguatan Bystanders di SMP B Yogyakarta Upaya Mengurangi Perundungan melalui Penguatan Bystanders di SMP B Yogyakarta Aning Az Zahra Prodi Psikologi/Fakultas Psikologi dan Humaniora, Univarsitas Muhammadiyah Magelang Email: aningazzahra@rocketmail.com

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 23 BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan objek atau subjek pada suatu wilayah yang memenuhi kriteria tertentu sesuai dengan ruang lingkup masalah yang

Lebih terperinci

H, 2016 HUBUNGAN ANTARA REGULASI EMOSI DAN KONTROL DIRI DENGAN PERILAKU BULLYING

H, 2016 HUBUNGAN ANTARA REGULASI EMOSI DAN KONTROL DIRI DENGAN PERILAKU BULLYING BAB I PENDAHULUAN Pokok bahasan yang dipaparkan pada Bab I meliputi latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi penelitian. A.

Lebih terperinci

Kata kunci: Remaja Akhir, Sexting, Intensi

Kata kunci: Remaja Akhir, Sexting, Intensi STUDI DESKRIPTIF MENGENAI GAMBARAN INTENSI MELAKUKAN SEXTING PADA REMAJA AKHIR DI KOTA BANDUNG Karya Ilmiah Pramudya Wisnu Patria (190110070051) Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran Abstrak. Masa

Lebih terperinci

Gambaran Intensi Golput pada Pemilih Pemula dalam Pemilihan Umum 2014

Gambaran Intensi Golput pada Pemilih Pemula dalam Pemilihan Umum 2014 Gambaran Intensi Golput pada Pemilih Pemula dalam Pemilihan Umum 2014 oleh : Yoga Adi Prabowo (190110080095) Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran ABSTRAK Golput atau golongan putih merupakan suatu

Lebih terperinci

GAMBARAN INTENSI MELAKUKAN OBSESSIVE CORBUZIER S DIET (OCD) PADA MAHASISWA

GAMBARAN INTENSI MELAKUKAN OBSESSIVE CORBUZIER S DIET (OCD) PADA MAHASISWA GAMBARAN INTENSI MELAKUKAN OBSESSIVE CORBUZIER S DIET (OCD) PADA MAHASISWA Studi Deskriptif Mengenai Intensi untuk Melakukan Diet OCD Pada Mahasiswa Universitas Padjadjaran dilihat dari Attitude Toward

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERFORMANCE GOAL ORIENTATION DENGAN SIKAP TERHADAP SERTIFIKASI GURU PADA MAHASISWA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS A

HUBUNGAN ANTARA PERFORMANCE GOAL ORIENTATION DENGAN SIKAP TERHADAP SERTIFIKASI GURU PADA MAHASISWA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS A 1 HUBUNGAN ANTARA PERFORMANCE GOAL ORIENTATION DENGAN SIKAP TERHADAP SERTIFIKASI GURU PADA MAHASISWA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS A Rohmatul Ummah, Anita Listiara* Fakultas Psikologi Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Definisi operasional adalah definisi yang menjadikan variabel-variabel yang

BAB III METODE PENELITIAN. Definisi operasional adalah definisi yang menjadikan variabel-variabel yang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian & Hipotesis 3.1.1 Variabel Penelitian & Definisi Operasional Definisi operasional adalah definisi yang menjadikan variabel-variabel yang sedang diteliti

Lebih terperinci

STUDI MENGENAI INTENSI BERPERILAKU ASERTIF DALAM KEGIATAN PERKULIAHAN PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN

STUDI MENGENAI INTENSI BERPERILAKU ASERTIF DALAM KEGIATAN PERKULIAHAN PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN STUDI MENGENAI INTENSI BERPERILAKU ASERTIF DALAM KEGIATAN PERKULIAHAN PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN NURUL HAMIDAH Dr. Rismiyati E. Koesma 1 Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Variabel Penelitian dan Hipotesis 3.1.1 Variabel dan Definisi Operasional Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel atau konstruk dengan

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 23 3. METODE PENELITIAN Pada bab ini peneliti akan menjelaskan tentang metode yang akan digunakan dalam penelitian ini. Adapun isi dari metode penelitian adalah permasalahan, hipotesis, dan variabel yang

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK SIKAP MENTAL WIRAUSAHA MAHASISWA DALAM BIDANG OTOMOTIF

KARAKTERISTIK SIKAP MENTAL WIRAUSAHA MAHASISWA DALAM BIDANG OTOMOTIF 9 KARAKTERISTIK SIKAP MENTAL WIRAUSAHA MAHASISWA DALAM BIDANG OTOMOTIF Agil N. Maulida 1, Inu H. Kusumah 2, Tatang Permana 3 Departemen Pendidikan Teknik Mesin Universitas Pendidikan Indonesia Jl. Dr.

Lebih terperinci

PSIKOMETRI. Pengantar Psikometri MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 01

PSIKOMETRI. Pengantar Psikometri MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 01 MODUL PERKULIAHAN PSIKOMETRI Pengantar Psikometri Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 01 B41616BA Mutiara Pertiwi, M.Psi Abstract Modul ini berisi tentang pengantar

Lebih terperinci

iii Universitas Kristen Maranatha

iii Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui hubungan antara grit dan IPK pada mahasiswa Kurikulum Berbasis KKNI angkatan 2013 di Universitas X di Kota Bandung. Subjek dalam penelitian ini adalah

Lebih terperinci

ABSTRACT Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT The study, entitled Effect of Attachment to God ( ATG ) on Forgiveness of Christian / Catholic s High School Students Bandung to their peers, aims to obtain an overview of the effect of ATG s

Lebih terperinci

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI KOMITMEN TERHADAP ORGANISASI PADA TENAGA KEPENDIDIKAN FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI KOMITMEN TERHADAP ORGANISASI PADA TENAGA KEPENDIDIKAN FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN STUDI DESKRIPTIF MENGENAI KOMITMEN TERHADAP ORGANISASI PADA TENAGA KEPENDIDIKAN FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN DWI NINGSIH ARIANI Dr. Maya Rosmayati Ardiwinata, M. Si 1 Fakultas Psikologi Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini sering kita dengar tentang banyaknya kasus kekerasan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini sering kita dengar tentang banyaknya kasus kekerasan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini sering kita dengar tentang banyaknya kasus kekerasan yang dilakukan dilingkungan institusi pendidikan yang semakin menjadi permasalahan dan menimbulkan

Lebih terperinci

PERSEPSI TENTANG LINGKUNGAN APARTEMEN DI KOTA BANDUNG SEBAGAI TEMPAT TINGGAL TETAP PADA MAHASISWA PERANTAU FITRIYANTI

PERSEPSI TENTANG LINGKUNGAN APARTEMEN DI KOTA BANDUNG SEBAGAI TEMPAT TINGGAL TETAP PADA MAHASISWA PERANTAU FITRIYANTI PERSEPSI TENTANG LINGKUNGAN APARTEMEN DI KOTA BANDUNG SEBAGAI TEMPAT TINGGAL TETAP PADA MAHASISWA PERANTAU FITRIYANTI Dibimbing oleh: Prof. Dr. Tb. Zulrizka Iskandar, S.Psi., M.Sc. ABSTRAK Keterbatasan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Berikut ini akan dipaparkan hasil pengolahan data dari penelitian

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Berikut ini akan dipaparkan hasil pengolahan data dari penelitian BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengolahan Data Berikut ini akan dipaparkan hasil pengolahan data dari penelitian mengenai hubungan antara cara mengajar guru dengan self-efficacy siswa pada pemerolehan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. 2010). Hal tersebut sejalan dengan Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. 2010). Hal tersebut sejalan dengan Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini berjudul Mengubah Body Image Negatif melalui Pelatihan Body Image pada siswi SMP X Pamanukan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengubah body image negatif pada siswi SMP X Pamanukan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. meluasnya lingkungan sosial. Anak-anak melepaskan diri dari keluarga dan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. meluasnya lingkungan sosial. Anak-anak melepaskan diri dari keluarga dan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan sosial dan kepribadian anak usia dini ditandai oleh meluasnya lingkungan sosial. Anak-anak melepaskan diri dari keluarga dan mendekatkan diri pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan terutama dalam bidang pendidikan. Terselenggaranya layanan

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan terutama dalam bidang pendidikan. Terselenggaranya layanan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan zaman yang semakin pesat membawa dampak ke berbagai aspek kehidupan terutama dalam bidang pendidikan. Terselenggaranya layanan pendidikan yang efektif

Lebih terperinci

Abstrak. vii Universitas Kristen Maranatha

Abstrak. vii Universitas Kristen Maranatha Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran self-concept pada mahasiswa Fakultas Psikologi yang sedang mengontrak mata kuliah Usulan Penelitian Lanjutan di Universitas X Kota Bandung. Responden

Lebih terperinci

GAMBARAN KEMANDIRIAN EMOSIONAL REMAJA USIA TAHUN BERDASARKAN POLA ASUH AUTHORITATIVE NUR AFNI ANWAR LANGGERSARI ELSARI NOVIANTI S.PSI. M.

GAMBARAN KEMANDIRIAN EMOSIONAL REMAJA USIA TAHUN BERDASARKAN POLA ASUH AUTHORITATIVE NUR AFNI ANWAR LANGGERSARI ELSARI NOVIANTI S.PSI. M. GAMBARAN KEMANDIRIAN EMOSIONAL REMAJA USIA 12-15 TAHUN BERDASARKAN POLA ASUH AUTHORITATIVE NUR AFNI ANWAR LANGGERSARI ELSARI NOVIANTI S.PSI. M.PSI 1 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN ABSTRAK Kemandirian

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. penelitian. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa baru tahun

BAB IV PEMBAHASAN. penelitian. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa baru tahun BAB IV PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek Penelitian ini adalah penelitian populasi, sehingga tidak digunakan sampel untuk mengambil data penelitian. Semua populasi dijadikan subyek penelitian. Subyek dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel adalah konstruk-konstruk atau sifat-sifat yang sedang

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel adalah konstruk-konstruk atau sifat-sifat yang sedang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian, Definisi Operasional dan Hipotesis 3.1.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel adalah konstruk-konstruk atau sifat-sifat yang sedang dipelajari

Lebih terperinci

ABSTRAK. (Kata kunci : College adjustment ) Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. (Kata kunci : College adjustment ) Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran kemampuan college adjustment. Rancangan penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan menggunakan teknik survei. Sampel dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan hal yang penting dalam suatu penelitian. Dalam metode penelitian dijelaskan tentang urutan suatu penelitian yang dilakukan yaitu dengan teknik dan

Lebih terperinci

Kata Kunci : Emotional Intelligence, remaja, berpacaran

Kata Kunci : Emotional Intelligence, remaja, berpacaran Studi Deskriptif Mengenai Emotional Intelligence Pada Siswa dan Siswi SMA Negeri X yang Berpacaran Muhamad Chandika Andintyas Dibimbing oleh : Esti Wungu S.Psi., M.Ed ABSTRAK Emotional Intelligence adalah

Lebih terperinci

SELF ESTEEM KORBAN BULLYING (Survey Kepada Siswa-siswi Kelas VII SMP Negeri 270 Jakarta Utara)

SELF ESTEEM KORBAN BULLYING (Survey Kepada Siswa-siswi Kelas VII SMP Negeri 270 Jakarta Utara) Self Esteem Korban Bullying 115 SELF ESTEEM KORBAN BULLYING (Survey Kepada Siswa-siswi Kelas VII SMP Negeri 270 Jakarta Utara) Stefi Gresia 1 Dr. Gantina Komalasari, M. Psi 2 Karsih, M. Pd 3 Abstrak Tujuan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran intention dan determinandeterminannya dalam melakukan usaha untuk dapat naik kelas pada siswa kelas XI di SMAN X Bandung ditinjau dari teori planned

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk memeroleh gambaran mengenai derajat self-efficacy beliefs pada siswa kelas XII dalam menghadapi ujian nasional di SMA Negeri 1 Kota Bandung. Populasi sasaran dalam

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Cara Pemilihan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Cara Pemilihan Contoh 23 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Desain penelitian ini adalah cross-sectional study yaitu penelitian yang dilakukan dalam satu waktu tertentu. Lokasi penelitian dipilih secara purposive dengan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini berjudul Studi Deskriptif mengenai Student Centered Learning yang Diterapkan pada Siswa di SMA X Bandung. Student Centered Learning (SCL) merupakan pendekatan pembelajaran yang memadukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Variabel Penelitian dan Hipotesis 1.1.1 Variabel Penelitian dan Definisi operasional Konformitas adalah perilaku ikut-ikutan individu terhadap individu atau kelompok lain.

Lebih terperinci

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha Abstrak Pola asuh merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kecerdasan interpersonal remaja. Penelitian ini menggunakan teori pola asuh dari Baumrind (2010) dan teori kecerdasan interpersonal dari

Lebih terperinci

PENGARUH STEREOTIPI PEROKOK DAN KONFORMITAS TERHADAP PERILAKU MEROKOK PADA SISWA SMP

PENGARUH STEREOTIPI PEROKOK DAN KONFORMITAS TERHADAP PERILAKU MEROKOK PADA SISWA SMP PENGARUH STEREOTIPI PEROKOK DAN KONFORMITAS TERHADAP PERILAKU MEROKOK PADA SISWA SMP (THE EFFECT OF SMOKER S STEREOTYPE AND CONFORMITY ON SMOKING BEHAVIOUR IN MIDDLE SCHOOL STUDENTS) SKRIPSI DIAN PRATIWI

Lebih terperinci

Modul ke: PSIKOLOGI SOSIAL 1. Sikap. Fakultas PSIKOLOGI. Filino Firmansyah M. Psi. Program Studi Psikologi

Modul ke: PSIKOLOGI SOSIAL 1. Sikap. Fakultas PSIKOLOGI. Filino Firmansyah M. Psi. Program Studi Psikologi Modul ke: PSIKOLOGI SOSIAL 1 Sikap Fakultas PSIKOLOGI Filino Firmansyah M. Psi Program Studi Psikologi Bahasan Pengertian Sikap Komponen Sikap Pembentukan Sikap Fungsi Sikap Pilih Apa? Mau berkenalan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku dan segala sifat yang membedakan antara individu satu dengan individu

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku dan segala sifat yang membedakan antara individu satu dengan individu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia terlahir memiliki kesamaan dan perbedaan antara satu dengan lainnya, dan hal tersebut yang menjadikan manusia sebagai makluk yang unik. Manusia memiliki

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Marantha

ABSTRAK. Universitas Kristen Marantha ABSTRAK Penelitian mengenai orientasi masa depan bidang pekerjaan pada mahasiswa yang sedang mengerjakan skripsi di Fakultas Psikologi Universitas X Bandung ini dilakukan dengan tujuan untuk memeroleh

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 4 Nomor 3 September 2015 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman :163-174 PERSEPSI SISWA CIBI TERHADAP FAKTOR LINGKUNGAN SEKOLAH YANG MEMPENGARUHI

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian bertujuan mengetahui kontribusi determinan-determinan terhadap intention untuk menggunakan TransJakarta ke tempat kerja. Partisipan penelitian ini sebanyak 103 pekerja di DKI Jakarta

Lebih terperinci

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha Abstrak Penelitian ini berjudul Studi Deskriptif Mengenai Persepsi Siswa Terhadap Penerapan Student Centered Learning di SMP X Kota Bandung. Student Centered Learning menurut McCombs dan Whisler (1997)

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERHATIAN ORANG TUA DENGAN KEPRIBADIAN SISWA KELAS TINGGI SD N 1 MUDALREJO TAHUN AJARAN 2014/2015 ARTIKEL JURNAL

HUBUNGAN PERHATIAN ORANG TUA DENGAN KEPRIBADIAN SISWA KELAS TINGGI SD N 1 MUDALREJO TAHUN AJARAN 2014/2015 ARTIKEL JURNAL HUBUNGAN PERHATIAN ORANG TUA DENGAN KEPRIBADIAN SISWA KELAS TINGGI SD N 1 MUDALREJO TAHUN AJARAN 2014/2015 ARTIKEL JURNAL Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meneruskan perjuangan dan cita-cita suatu negara (Mukhlis R, 2013). Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. meneruskan perjuangan dan cita-cita suatu negara (Mukhlis R, 2013). Oleh karena 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Setiap negara pasti memerlukan generasi penerus untuk menggantikan generasi lama. Bangsa yang memiliki generasi penerus akan tetap diakui keberadaannya, oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang kompleks yang merupakan hasil interaksi berbagai penyebab dari keadaan

BAB I PENDAHULUAN. yang kompleks yang merupakan hasil interaksi berbagai penyebab dari keadaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang paling mendapat perhatian dalam rentang kehidupan manusia. Hal ini disebabkan banyak permasalahan yang terjadi dalam masa remaja.

Lebih terperinci

GAMBARAN MOTIVASI PELAKU BULLYING PADA PELAJAR SMA DAN PT KOTA BESAR DI INDONESIA

GAMBARAN MOTIVASI PELAKU BULLYING PADA PELAJAR SMA DAN PT KOTA BESAR DI INDONESIA GAMBARAN MOTIVASI PELAKU BULLYING PADA PELAJAR SMP, SMA DAN PT DI TIGA KOTA BESAR DI INDONESIA (Bullying Motivation Among High School and College Student in Three Big Cities in Indonesia) SKRIPSI ANDY

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA PENGARUH KEDEKATAN DENGAN KORBAN DAN SIKAP TERHADAP BULLYING TERHADAP TINDAKAN PROSOSIAL BYSTANDER BULLYING DI SMA

UNIVERSITAS INDONESIA PENGARUH KEDEKATAN DENGAN KORBAN DAN SIKAP TERHADAP BULLYING TERHADAP TINDAKAN PROSOSIAL BYSTANDER BULLYING DI SMA UNIVERSITAS INDONESIA PENGARUH KEDEKATAN DENGAN KORBAN DAN SIKAP TERHADAP BULLYING TERHADAP TINDAKAN PROSOSIAL BYSTANDER BULLYING DI SMA (Effect of Closeness with Victims and Bullying Attitude towards

Lebih terperinci

GAMBARAN KECEMASAN ORANG TUA TERHADAP ORIENTASI MASA DEPAN ANAK TUNARUNGU DITINJAU DARI TUGAS PERKEMBANGAN MASA DEWASA AWAL

GAMBARAN KECEMASAN ORANG TUA TERHADAP ORIENTASI MASA DEPAN ANAK TUNARUNGU DITINJAU DARI TUGAS PERKEMBANGAN MASA DEWASA AWAL GAMBARAN KECEMASAN ORANG TUA TERHADAP ORIENTASI MASA DEPAN ANAK TUNARUNGU DITINJAU DARI TUGAS PERKEMBANGAN MASA DEWASA AWAL Oleh: HALDILA LINTANG PALUPI 802008039 TUGAS AKHIR Diajukan kepada Fakultas Psikologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel-variabel Penelitian. B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel-variabel Penelitian. B. Definisi Operasional Variabel Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel-variabel Penelitian Hipotesis dalam penelitian ini adalah hubungan kontrol diri dan perilaku bullying. Untuk membuktikan secara empiris hipotesis tersebut

Lebih terperinci

4. METODE PENELITIAN

4. METODE PENELITIAN 27 4. METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan dibahas metode yang digunakan dalam menjawab permasalahan serta menguji hipotesis penelitian. Pada bagian pertama akan dijelaskan mengenai partisipan penelitian,

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Pada bab ini peneliti akan memaparkan tentang metode penelitian yang

BAB 3 METODE PENELITIAN. Pada bab ini peneliti akan memaparkan tentang metode penelitian yang BAB 3 METODE PENELITIAN Pada bab ini peneliti akan memaparkan tentang metode penelitian yang digunakan. Akan dipaparkan secara singkat variabel penelitian, definisi operasional dari variabel, karakterisitik

Lebih terperinci

ABSTRAK. iii Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. iii Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Empati didefinisikan sebagai reaksi-reaksi individu terhadap situasi yang terlihat pada orang lain. Maksud penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran derajat empati mahasiswa perokok Fakultas

Lebih terperinci

4. METODE PENELITIAN

4. METODE PENELITIAN 40 4. METODE PENELITIAN Bab ini terbagi ke dalam empat bagian. Pada bagian pertama, peneliti akan membahas responden penelitian yang meliputi karakteristik responden, teknik pengambilan sampel, jumlah

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN. Sampel peneliti terbagi dalam 2 kelompok yaitu gamers DotA dan gamers

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN. Sampel peneliti terbagi dalam 2 kelompok yaitu gamers DotA dan gamers BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5.1 Simpulan Sampel peneliti terbagi dalam 2 kelompok yaitu gamers DotA dan gamers Ragnarok Online. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat perbedaan tingkat

Lebih terperinci

PROFIL PERILAKU BULLYING PESERTA DIDIK DI SEKOLAH (Studi Terhadap Siswa Kelas VIII SMP N 1 Panti Kabupaten Pasaman) ABSTRACT

PROFIL PERILAKU BULLYING PESERTA DIDIK DI SEKOLAH (Studi Terhadap Siswa Kelas VIII SMP N 1 Panti Kabupaten Pasaman) ABSTRACT PROFIL PERILAKU BULLYING PESERTA DIDIK DI SEKOLAH (Studi Terhadap Siswa Kelas VIII SMP N 1 Panti Kabupaten Pasaman) Radhita Syam Prima Mutiara 1, Helma 2, Joni Adison 2 1 Mahasiswa Program Studi Bimbingan

Lebih terperinci

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha Abstrak Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui informasi yang dapat menjelaskan mengenai gambaran kemandirian remaja bungsu SMA Negeri X di Bandung berdasarkan tiga aspek kemandirian Steinberg (2002),

Lebih terperinci

BULLYING. I. Pendahuluan

BULLYING. I. Pendahuluan BULLYING I. Pendahuluan Komitmen pengakuan dan perlindungan terhadap hak atas anak telah dijamin dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 28B ayat (2) menyatakan bahwa setiap

Lebih terperinci

4. METODE PENELITIAN. Universitas Indonesia. Hubungan Antara..., Anindita Kart, F.Psi UI, 2008i

4. METODE PENELITIAN. Universitas Indonesia. Hubungan Antara..., Anindita Kart, F.Psi UI, 2008i 34 4. METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan diuraikan mengenai metode yang digunakan dalam penelitian ini. Penjelasan mengenai metode dimulai dengan partisipan penelitian, desain penelitian, metode pengumpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan periode baru didalam kehidupan seseorang, yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan periode baru didalam kehidupan seseorang, yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan periode baru didalam kehidupan seseorang, yang ditandai dengan perubahan-perubahan didalam diri individu baik perubahan secara fisik, kognitif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan, pendidikan dan mengasihi serta menghargai anak-anaknya (Cowie

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan, pendidikan dan mengasihi serta menghargai anak-anaknya (Cowie 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu ukuran pencapaian sebuah bangsa yang diajukan oleh UNICEF adalah seberapa baik sebuah bangsa memelihara kesehatan dan keselamatan, kesejahteraan, pendidikan

Lebih terperinci

3. MASALAH, HIPOTESIS DAN METODE PENELITIAN

3. MASALAH, HIPOTESIS DAN METODE PENELITIAN 30 3. MASALAH, HIPOTESIS DAN METODE PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan tentang masalah dan metode penelitian yang terdiri dari masalah penelitian, variabel penelitian, hipotesis penelitian, subyek

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang ingin diteliti, yang ciriciri

METODOLOGI PENELITIAN. Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang ingin diteliti, yang ciriciri METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel 3.1.1 Sampel Penelitian Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang ingin diteliti, yang ciriciri dan keberadaannya diharapkan mampu

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Mengingat pentingnya pendidikan pemerintah membuat undang-undang

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Mengingat pentingnya pendidikan pemerintah membuat undang-undang BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan salah satu fasilitas pendidikan yang disediakan oleh negara sebagai wujud dari bukti HAM bagi tiap warganya khususnya anak-anak sebagai generasi

Lebih terperinci

Abstrak. ii Universitas Kristen Maranatha

Abstrak. ii Universitas Kristen Maranatha Abstrak Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui gambaran mengenai derajat Student Engagement pada mahasiswa Fakultas Psikologi di Universitas X Bandung. Pemilihan sampel menggunakan teknik stratified

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. Pada bab 5 ini, dijabarkan mengenai kesimpulan, diskusi, serta saran

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. Pada bab 5 ini, dijabarkan mengenai kesimpulan, diskusi, serta saran BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN Pada bab 5 ini, dijabarkan mengenai kesimpulan, diskusi, serta saran terkait metodologis dan praktis. 5.1 Kesimpulan Berdasarkan analisis data dari uji statistik yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menekankan analisanya pada data-data numerical (angka) yang di olah dengan

BAB III METODE PENELITIAN. menekankan analisanya pada data-data numerical (angka) yang di olah dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian korelasional. Pendekatan pendekatan kuantitatif menekankan

Lebih terperinci

Persepsi Masyarakat terhadap Suasana pada Bangunan Kolonial yang Berfungsi sebagai Fasilitas Publik

Persepsi Masyarakat terhadap Suasana pada Bangunan Kolonial yang Berfungsi sebagai Fasilitas Publik TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Persepsi Masyarakat terhadap Suasana pada Bangunan Kolonial yang Berfungsi sebagai Fasilitas Publik Emmelia Tricia Herliana (1) Himasari Hanan (2) (1) Mahasiswa Program Doktor Arsitektur,

Lebih terperinci

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI AKADEMIK DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA ANGAKATAN 2013 DIPLOMA III FAKULTAS TEKNIK JURUSAN KIMIA DAN SIPIL UNIVERSITAS DIPONEGORO FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL i. LEMBAR PENGESAHAN ii. LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN PENELITIAN iii

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL i. LEMBAR PENGESAHAN ii. LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN PENELITIAN iii Abstrak Pemenuhan terhadap basic needs satisfaction akan mendukung siswa untuk dapat berfungsi secara optimal dalam mencapai educational outcomes. Menggunakan teori basic need satisfaction oleh Deci &

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel-Variabel Penelitian. efikasi diri akademik pada remaja yang tinggal di panti asuhan, untuk

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel-Variabel Penelitian. efikasi diri akademik pada remaja yang tinggal di panti asuhan, untuk BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel-Variabel Penelitian Hipotesis dalam penelitian ini adalah Hubungan dukungan sosial dengan efikasi diri akademik pada remaja yang tinggal di panti asuhan,

Lebih terperinci

Rizka Fitriana Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran ABSTRAK

Rizka Fitriana Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran ABSTRAK Studi Deskriptif mengenai Intensi Mahasiswa Politeknik Negeri Bali yang Tinggal di Wilayah Sarbagita dalam Penggunaan Bus Trans Sarbagita ke Tempat Kuliah Rizka Fitriana Fakultas Psikologi Universitas

Lebih terperinci

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI INTENSI MEMBUANG SAMPAH PADA TEMPAT SAMPAH OLEH PENGUNJUNG CAR FREE DAY DAGO KOTA BANDUNG

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI INTENSI MEMBUANG SAMPAH PADA TEMPAT SAMPAH OLEH PENGUNJUNG CAR FREE DAY DAGO KOTA BANDUNG STUDI DESKRIPTIF MENGENAI INTENSI MEMBUANG SAMPAH PADA TEMPAT SAMPAH OLEH PENGUNJUNG CAR FREE DAY DAGO KOTA BANDUNG DEDE SUPRIADI Julian Amriwijaya, S.Psi, M.Psi 1 Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEER GROUP DENGAN KARAKTER DAN PERILAKU BULLYING REMAJA KARINA

HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEER GROUP DENGAN KARAKTER DAN PERILAKU BULLYING REMAJA KARINA HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEER GROUP DENGAN KARAKTER DAN PERILAKU BULLYING REMAJA KARINA DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012 Hak Cipta

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN Pada Bab ini, akan dibahas mengenai hipotesis penelitian, variabel penelitian, responden penelitian, alat ukur penelitian, prosedur pilot study dan penelitian, serta metode analisis

Lebih terperinci

JURNAL OLEH: FAJAR KUSUMAJATI K

JURNAL OLEH: FAJAR KUSUMAJATI K PEMBERIAN INFORMASI TENTANG KONSEP DIRI POSITIF MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK MENUMBUHKAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA KELAS VII SMP N 7 KLATEN TAHUN AJARAN 2013/2014 JURNAL OLEH: FAJAR KUSUMAJATI K3109031

Lebih terperinci

BAB III METODELOGIPENELITIAN. Setelah menguraikan teori-teori yang digunakan pada penelitian ini, selanjutnya peneliti

BAB III METODELOGIPENELITIAN. Setelah menguraikan teori-teori yang digunakan pada penelitian ini, selanjutnya peneliti BAB III METODELOGIPENELITIAN Setelah menguraikan teori-teori yang digunakan pada penelitian ini, selanjutnya peneliti akan menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan metode penelitian. Pada bab ini, akan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 24 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Subyek Penelitian Subyek dalam penelitian ini adalah 113 pasang antara siswa kelas tujuh (56 siswa laki-laki dan 57 siswa perempuan) yang berasal dari dua SMP di Bekasi

Lebih terperinci

Peranan Self-Esteem Siswa Terhadap Respon Sebagai Bystander Pada Perilaku Bullying di Sekolah Menengah Atas

Peranan Self-Esteem Siswa Terhadap Respon Sebagai Bystander Pada Perilaku Bullying di Sekolah Menengah Atas Peranan Self-Esteem Siswa Terhadap Respon Sebagai Bystander Pada Perilaku Bullying di Sekolah Menengah Atas Sorayya dan Lifina Dewi Pohan Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan uraian-uraian hasil penelitian dari bab sebelumnya hasil yang dapat disimpulkam sebagai berikut: 1. Tingkat agresivitas andikpas di Lembaga Pemasyarakatan

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN. 25 Universitas Indonesia. Gambaran Optimisme..., Binta Fitria Armina, F.PSI UI, 2008

3. METODE PENELITIAN. 25 Universitas Indonesia. Gambaran Optimisme..., Binta Fitria Armina, F.PSI UI, 2008 3. METODE PENELITIAN Pada bab ini peneliti akan menjelaskan tentang metode yang digunakan dalam penelitian ini. Adapun metode penelitian ini meliputi permasalahan, hipotesis, dan variabel yang diajukan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : Kompensasi Langsung, Kompensasi Tidak Langsung, Kinerja.

ABSTRAK. Kata Kunci : Kompensasi Langsung, Kompensasi Tidak Langsung, Kinerja. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kompensasi finansial terhadap kinerja karyawan. Hipotesis pertama menguji bagaimana kompensasi langsung dan kompensasi tidak langsung di Toko

Lebih terperinci

Abstract. Universitas Kristen Maranatha

Abstract. Universitas Kristen Maranatha Abstract This research is an descriptive study about Self-Efficacy Belief Degree to graduate the SNMPTN of High School alumni that enroll intensive tutoring at X institute in Bandung. The purpose of this

Lebih terperinci

4. METODE PENELITIAN

4. METODE PENELITIAN 42 4. METODE PENELITIAN Bab metode penelitian ini membahas mengenai responden penelitian, peneliti, tipe dan desain penelitian, alat ukur penelitian, cara pengolahan data, metode pengumpulan data, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakangMasalah. dalam mengantarkan peserta didik sehingga dapat tercapai tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakangMasalah. dalam mengantarkan peserta didik sehingga dapat tercapai tujuan yang BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakangMasalah Perubahan zaman yang semakin pesat membawa dampak ke berbagai aspek kehidupan yang terutama dalam bidang pendidikan. Terselenggaranya pendidikan yang efektif dan

Lebih terperinci

1.PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1.PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hari pertama masuk sekolah, ia diculik dan dibawa ke rumah seniornya. Di sana, ia dibentak dan dipukuli oleh beberapa orang seniornya. Menurut pengakuan D, bukan hanya

Lebih terperinci