BAB 2 Tinjauan Pustaka
|
|
- Liana Atmadjaja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Perusahaan Perbankan Definisi Bank Pengertian bank menurut Undang-Undang No. 7 tahun 1992 (dalam Maharani, 2009, hal. 8) tentang perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undag- Undang No. 10 tahun 1998 pasal 1 nomor 2 adalah sebagai berikut: Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak. Sedangkan pengertian bank dalam Standar Akuntansi Keuangan nomor 31 adalah: Bank adalah suatu lembaga keuangan yang berperan sebagai perantara keuangan antar pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang memerlukan dana, serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran. Berdasarkan definisi-definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa bank merupakan lembaga keuangan yang menghimpun dan menyalurkan dana ke masyarakat Jenis-jenis Bank Menurut Widjanarto (2003, dalam Maharani, 2009, hal. 9), jenis-jenis bank dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu sebagai berikut: 1. Jenis bank menurut fungsinya a. Bank Central, merupakan Bank Indonesia b. Bank Umum, merupakan bank yang melakukan kegiatan usaha secara konvensional ataupun berdasarkan prinsip syariah (UU Perbankan tahun 1998 pasal 1 ayat 3). c. Bank Perkreditan Rakyat, merupakan bank yang menjalankan kegiatan usaha secara konvensional ataupun prinsip syariah namun 9
2 10 tidak memberikan jasa pembayaran (UU Perbankan tahun 1998 pasal 1 ayat 4). d. Bank Umum merupakan bank yang menjalankan kegiatan tertentu berdasarkan ketentuan UU Perbankan tahun 1992 pasal 5 ayat Jenis bank menurut kepemilikannya a. Bank Umum Milik Negara, merupakan bank yang didirikan berdasarkan Undang-Undang. b. Bank Umum Swasta, merupakan bank yang menjalankan usahanya setelah mendapat izin dari pimpinan Bank Indonesia. c. Bank campuran, merupakan bank yang didirikan oleh bank umum Indonesia dengan bank yang berkedudukan di luar negeri. 2.2 Impression Management Definisi Impression Management Impression management melibatkan upaya untuk membangun makna atau tujuan dari interaksi sosial, memandu tindakan dan membantu kita mengantisipasi apa yang diharapkan dari orang lain. Orang-orang merupakan pemain yang memainkan banyak peran yang berbeda untuk membangun identitas sosial mereka. Ketika identitas sosial ini melibatkan informasi yang berhubungan dengan diri, istilah self-presentation kadang-kadang juga digunakan (Aaina, Che Su & Mohd. Taib, 2013). Menurut Leary dan Kowalski (1990 dalam Aaina, Che Su & Mohd. Taib, 2013), impression management yang disebut juga self- prensentation, mengacu pada proses dimana individu mencoba untuk mengontrol kesan orang lain terhadap diri mereka. Hal ini dikarenakan kesan yang diciptakan seseorang terhadap orang lain memiliki implikasi tentang bagaimana orang lain memandang, mengevaluasi dan memperlakukan mereka serta untuk membuat pandangan tentang diri mereka sendiri, terkadang individu berperilaku dengan cara yang akan membuat kesan tertentu di mata orang lain. Sementara, Schlenker (1980 dalam Aaina, Che Su & Mohd. Taib, 2013) mendefinisikan impression management sebagai upaya untuk mengontrol gambaran yang diproyeksikan dalam interaksi sosial yang nyata atau dibayangkan. Robbins (2003) menjelaskan bahwa impression management
3 11 merupakan proses yang ditempuh organisasi untuk mengendalikan kesan orang lain terhadap mereka. Menurut Newman (2009), impression management adalah tindakan menyajikan citra publik sehingga orang lain akan membentuk penilaian positif. Terrel dan Kwok (2011) mendefiniskan impression management sebagai studi tentang bagaimana organisasi berusaha untuk mengelola atau mengontrol persepsi orang lain yang membentuk mereka. Dari beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa impression management merupakan proses yang ditempuh organisasi dalam mengelola kesan orang lain terhadap mereka sehingga membentuk penilaian positif Pendekatan Dramaturgical dalam Impression Management Konsep impression management menurut Goffman (dalam Yuarta, 2008), mengatakan bahwa setiap orang dalam berinteraksi, mereka akan bertindak seperti mereka berada di sebuah panggung. Seseorang akan bertindak dalam lingkungan sosial layaknya mereka dalam sebuah drama. Mereka diberi peran dan akan menampilkan diri dengan cara yang ingin mereka sampaikan kepada orang lain. Orang-orang akan berinteraksi dengan cara tertentu untuk meninggalkan kesan. Peran sosial mirip dengan peran yang diberikan dalam teater, di mana seorang individu akan memproyeksikan gambar dari diri mereka sendiri kepada orang lain. Goffman juga melihat adanya perbedaan akting saat aktor berada di atas panggung (front stage) dan di belakang panggung (back stage) drama kehidupan. Kondisi akting di front stage adalah adanya penonton, dan individu sedang berada dalam bagian pertunjukkan. Saat itu individu berusaha untuk memainkan peran sebaik-baiknya agar penonton memahami tujuan dari perilakunya. Dalam front stage, individu dibatasi oleh konsep-konsep drama yang bertujuan untuk membuat drama berhasil. Sedangkan back stage merupakan keadaan dimana seorang individu berada di belakang panggung, dengan kondisi tidak ada penonton, sehingga ia dapat berperilaku bebas tanpa mempedulikan plot perilaku yang harus ditampilkannya. Misalnya seorang front liner bank seperti teller, senantiasa berpakaian rapi, menyambut nasabah dengan ramah, murah senyum, santun serta bersikap formil supaya meninggalkan kesan baik di mata nasabah. Sedangkan
4 12 saat waktu istirahat, seorang front liner dapat bersikap santai, bersenda gurau atau bersikap tidak formal Taktik Impression Management Menurut Jones dan Pittman (1990 dalam Mohamed, Gardner, & Paolillo, 1999), ada lima taktik impression management: a. Self Promotion, perilaku organisasi yang menampilkan kompetensi, keefektifan, dan kesuksesan organisasi. Strategi ini dapat digunakan ketika organisasi berusaha untuk menciptakan atau mempertahankan atribusi kompetensi. Di sini, kompetensi didefinisikan sebagai tingkat keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tugas-tugas tertentu. b. Ingratiation, perilaku yang digunakan oleh pelaku organisasi untuk membuat organisasi tampil lebih menarik di mata publik seperti berbagi informasi, bertindak sebagai mitra, bersikap baik, senyum, menyenangkan orang lain, dan jujur. c. Exemplification, perilaku yang digunakan oleh organisasi untuk memberikan gambaran integritas, tanggung jawab sosial, dan kelayakan moral dengan tujuan untuk menjadi teladan bagi orang lain. Organisasi dapat melakukan kegiatan seperti filantropi umum, pelayanan publik, dan perbaikan masyarakat. d. Supplication, perilaku organisasi yang menggambarkan suatu ketergantungan dan kerentanan untuk tujuan meminta bantuan dari orang lain. e. Intimidation, organisasi mencoba terlihat kuat dan menakutkan. Taktik ini digunakan untuk menyampaikan kesan kekuasaan dan ketegasan organisasi Tujuan Impression Management Leary & Kowalski (1990 dalam Merkl-Davies & Brennan, 2007) menyebutkan ada tiga motivasi utama bagi para pelaku organisasi untuk terlibat dalam impression management. Pertama, organisasi akan terlibat dalam perilaku oportunistik dengan memaksimalkan keuntungan yang diharapkan dan
5 13 meminimalkan hukuman. Organisasi dapat terlibat dalam impression management untuk mencapai satu atau beberapa tujuan. Kedua, Leary & Kowalski (1990 dalam Merkl-Davies & Brennan, 2007) menyatakan bahwa organisasi berusaha untuk memastikan bahwa citra publik mereka konsisten dengan peran sosial mereka. Ketiga, kegagalan publik atau rasa malu dapat menyebabkan organisasi terlibat dalam impression management untuk memperbaiki citra mereka yang rusak. 2.3 Kebanggaan terhadap organisasi Definisi Kebanggaan terhadap organisasi Kebanggaan terhadap organisasi mengacu pada pengalaman menyenangkan dan self respect yang muncul dari anggota organisasi (Jones, 2010 dalam Olson, Bryan, dan Thompson, 2013). Menurut Pryce (2011, hal.1), pride is a psychological feeling and an excessively high opinion employees having about their job and organization. Ini merupakan kombinasi dari kesenangan, perasaan positif, harga diri, kehangatan personal, dan keterlibatan karyawan terhadap organisasi dan nilai-nilai di dalamnya. Menurut beberapa studi yang didasarkan pada penelitian psikologis, kebanggaan ditandai sebagai hal positif, terkait kinerja emosi. Hal tersebut dipicu oleh peristiwa tertentu seperti keberhasilan yang dirasakan dari perbuatan pribadi (Decrop & Derbaix, 2009; Grandey et al, 2002; Lea dan Webley, 1997; Tracy & Robins, 2007). Alexander Haslam (2004) mengemukakan bahwa kebanggaan terhadap organisasi merujuk pada perasaan positif seorang individu terhadap kelompoknya yang bersumber dari penilaian orang lain terhdap status kelompok tersebut. Sementara itu menurut Mischkin (1998), kebanggaan terhadap organisasi nerupakan perasaan bangga yang individu rasakan sebagai hasil pengidentifikasian diri dengan organisasi yang memiliki reputasi dan rekam jejak yang bagus dimana individu tersebut terlibat. Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa kebanggaan terhadap organisasi merupakan perasaan positif mengenai pekerjaan dan organisasi.
6 Aspek-aspek Kebanggaan Terhadap Organisasi Emotional Organizational Pride Karyawan dapat memunculkan emosi kebanggaan yang dipicu oleh peristiwa seperti pencapaian kesuksesan organisasi yang bukan merupakan kontribusi mereka sendiri. Kebanggaan adalah salah satu emosi yang paling kuat (Katzenbach, 2003b dalam Gouthier & Rhein, 2011) dan merupakan pengalaman mental (Fisher & Ashkanasy, 2000 dalam Gouthier & Rhein, 2011). Biasanya, objek stimulus tertentu atau peristiwa tertentu menyebabkan munculnya rasa bangga (Basch & Fisher, 2000 dalam Gouthier & Rhein, 2011). Menurut prinsip atribusi eksternal, karyawan bisa bangga dengan prestasi rekan-rekan mereka, kelompok kerja mereka, atau perusahaan pada umumnya dan, dengan demikian, mengembangkan emotional organizational pride. Oleh karena itu, pencapaian/prestasi yang pernah diraih perusahaan, dapat memunculkan rasa bangga karyawan. Pemicu awal yang memunculkan emotional orgaizational pride adalah perbandingan kognitif antara prestasi aktual perusahaan dan harapan asli karyawan tentang bagaimana tugas organisasi dipenuhi oleh perusahaan (Eccles & Wigfield, 2002 dalam Gouthier & Rhein, 2011). Jika karyawan menganggap perbuatan ini sebagai suatu keberhasilan, emotional organizational pride dapat muncul. Emotional organizational pride, seperti semua emosi, mempengaruhi sikap dan perilaku yang dihasilkan karyawan (Elfenbein, 2007 dalam Gouthier & Rhein, 2011) Attitudinal Organizational Pride Penelitian dan praktek organisasi secara umum melihat kebanggaan terhadap organisasi bukan sebagai emosi tetapi sebagai konstruksi yang didasarkan pada keanggotaan karyawan dalam kelompok (Arnett et al., 2002 dalam Gouthier & Rhein, 2011). Sikap merupakan kecenderungan psikologis yang dihasilkan dari evaluasi dengan beberapa derajat suka atau tidak suka- dari sebuah objek atau orang (Eagly, & Chaiken, 1998, dalam Gouthier & Rhein, 2011). Berdasarkan teori sikap, organisasi merupakan objek sikap yang potensial (Ajzan, 2005 dalam Gouthier & Rhein, 2011).
7 15 Dalam kasus attitudinal organizational pride, individu memiliki derajat rasa suka yang tinggi terhadap perusahaan. Sikap biasanya merupakan hasil dari pengalaman, mereka dipelajari dan - dibandingkan dengan emosi belaka - cukup bertahan dalam jangka panjang (Fairfield dan Wagner, 2004 dalam Gouthier & Rhein, 2011) Commitment to Customer Service Menurut teori Broaden-and-Built, emosi positif seperti emotional organizational pride memperluas thought-action repertoir karyawan, yang mendorong mereka untuk mempertimbangkan jangkauan yang lebih luas dari pemikiran dan tindakan mereka (Fredrickson, 2001 dalam Gouthier & Rhein, 2011) yang khas. Emotional organizational pride berkontribusi terhadap keterbukaan pikiran karyawan mengenai informasi baru dan, dengan demikian, menyebabkan konsolidasi pengetahuan (Fredrickson, 1998 dalam Gouthier & Rhein, 2011). Emosi kebanggaan, menyebabkan upaya karyawan untuk menawarkan kualitas pelayanan yang tinggi terhadap pelanggan (Arnett et al., 2002 dalam Gouthier & Rhein, 2011). Oleh karena itu, rasa bangga menunjukkan peningkatan komitmen dalam hal pelayanan terhadap pelanggan, yang merupakan kecenderungan dari seorang karyawan untuk mengerahkan usaha pada pekerjaan untuk kepentingan pelanggan (Peccei & Rosenthal, 1997 dalam Gouthier & Rhein, 2011). Karyawan yang berkomitmen untuk pelanggan mereka berjuang untuk melakukan pelayanan berkualitas tinggi sebagai tujuan pekerjaan yang penting. Dari perspektif afektif, komitmen untuk customer service melihat bahwa karyawan meningkatkan dan membuat upaya karena mereka memandang bahwa melayani pelanggan menjadi pengalaman yang memuaskan (Peccei & Rosenthal, 1997 dalam Gouthier & Rhein, 2011). Akibatnya, konsep komitmen untuk customer service merupakan konstruk utama yang menarik bagi perusahaan jasa untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan, dengan demikian, menstabilkan hubungan jangka panjang dengan pelanggan.
8 Creativity Pelayanan biasanya ditandai dengan interaksi yang intensif antara pegawai frontline dengan pelanggan. Pelayanan yang dilakukan pegawai menyediakan insight terhadap harapan, kebutuhan, dan masalah para pelanggan. Dalam melayani pelanggan, pegawai akan mengalami tantangan dan masalah baru (debrentani, 2001 dalam Gouthier & Rhein, 2011). Dengan menghadapi tantangan, mereka akan menemukan cara baru untuk melewati hambatan yang ada. Konseptualisasi ide-ide baru merujuk kepada konstruk kreativitas yaitu kemampuan untuk menghasilkan ide. Di tingkat individu, kreativitas meningkatkan perilaku problem solving dalam suatu pekerjaan (Sternberg, 1999 dalam Gouthier & Rhein, 2011). Emosi positif menyebabkan individu untuk mengasimilasi informasi lebih mudah dan mengarahkan pada sejumlah alternatif yang bervariasi. Akibatnya, emotional organizational pride memiliki potensi untuk merangsang kreativitas (Fredrickson, 2001 dalam Gouthier & Rhein, 2011) Turnover Intention Turnover pada karyawan adalah bentuk paling radikal karena berakhirnya hubungan karyawan dengan organisasi, sering mengeluarkan biaya (Walsh et al., 1985 dalam Gouthier & Rhein, 2011). Bagi perusahaan, pengeluaran biaya tersebut berasal dari perekrutan personil baru dan on the job training (Mukherjee & Malhotra, 2006 dalam Gouthier & Rhein, 2011). Situasi yang dihasilkan dari kekurangan karyawan menyebabkan stress pada karyawan yang masih tersisa (Hacker, 2003 dalam Gouthier & Rhein, 2011). Dalam hubungannya dengan pelanggan, fluktuasi karyawan secara negatif mempengaruhi kualitas pelayanan dan retensi pelanggan sehingga berpengaruh pada profitabilitas perusahaan (Bendapudi & Leone, 2002; Schlesinger dan Heskett, 1991 dalam Gouthier & Rhein, 2011). Bagi karyawan, turnover sering menyertakan konsekuensi ekstrim seperti ketidakpastian tentang masa depan atau perubahan tempat tinggal. Implikasi ekstrim terkait perubahan pekerjaan, niat karyawan untuk meninggalkan
9 17 organisasi dapat digambarkan sebagai keputusan kognitif (Fisher, 2002 dalam Gouthier & Rhein, 2011). 2.4 Manfaat dari Kebanggaan Terhadap Organisasi Menurut Tracy, Shariff, dan Cheng (2010) ada beberapa keuntungan yang dapat dihasilkan dari rasa bangga: a. Pengalaman merasakan kebanggaan memotivasi seseorang untuk melakukan suatu pencapaian, rasa bangga juga merupakan perasaan yang menyenangkan dan dapat membuat seseorang merasa senang dengan dirinya sendiri. b. Pegawai yang dimanipulasi untuk merasakan kebanggaan sebagai hasil dari keberhasilan dalam mengerjakan tugas juga akan menjadi lebih gigih dalam mengerjakan tugas berikutnya yang serupa dengan tugas sebelumnya, sehingga dapat dikatakan bahwa pengalaman merasakan kebanggaan secara langsung meningkatkan hasrat dan keinginan untuk mencapai sesuatu (Williams & DeSteno, 2008, dalam Tracy, Shariff, & Cheng, 2010). c. Semakin besar rasa bangga pegawai, semakin besar pula motivasi pegawai tersebut dalam menyelesaikan tugas yang sulit. Sedangkan menurut penelitian Gouthier dan Rhein (2011) rasa bangga akan organisasi (organizational pride) memiliki efek positif terhadap komitmen pegawai dalam bekerja, kreativitas pegawai, dan selain itu rasa bangga akan organisasi juga berarti menghadirkan konstruk yang penting yang berkontribusi terhadap daya saing organisasi. Oleh karena itu sangat penting untuk mengetahui emosi pegawai terhadap organisasi dimana ia bekerja terutama rasa bangga yang dimilikinya terhadap organisasi tersebut. 2.5 Pegawai Definisi Pegawai Menurut Undang-Undang Tahun 1969 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja dalam pasal 1 dikatakan bahwa pegawai adalah tenaga kerja yang melakukan pekerjaan dan memberikan hasil karyanya kepada
10 18 pengusaha yang mempekerjakan mereka, dimana hasil karyanya itu sesuai dengan profesi atau pekerjaan atas dasar keahlian sebagai mata pencariannya. Senada dengan hal tersebut menurut Undang-Undang No.14 Tahun 1969 tentang Pokok Tenaga Kerja, tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan, baik di dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat (Manullang, 2002, hal. 3) Frontliner Frontliner merupakan barisan depan yang paling pertama dilihat oleh pelanggan dan menciptakan kesan pertama (first impression) dalam perusahaan. Mereka inilah yang nantinya akan membentuk citra perusahaan. Mereka harus mampu menserasikan antara apa yang diharapkan dan diwujudkan, mempertemukan kepentingan bersama organisasi atau perusahaan dengan para pelanggannya. Dengan keharmonisan tersebut, akan menciptakan pula iklim yang terus-menerus positif dalam pengertian kreatif, produktif, dan progresif antara kedua belah pihak (Baker, 1999 dalam Ardilla, 2013, hal.4). 2.6 Kerangka Berpikir Adanya persaingan yang semakin ketat, menuntut bank-bank di Indonesia untuk meningkatkan pelayanan nasabah sesuai dengan bidangnya masing-masing. Banyak cara yang dapat dilakukan bank dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan nasabah, salah satunya dengan memberikan kesan/citra yang baik dalam hal produk maupun pelayanan kepada nasabah. Citra menggambarkan pengalaman dan harapan konsumen atas kualitas pelayanan perusahaan. Citra perusahaan yang positif dapat memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk berkomunikasi dan mencapai tujuan secara efektif. Hal yang dapat dilakukan perusahaan dalam menciptakan, meningkatkan dan memelihara citra positif di mata publik, adalah dengan melakukan impression management. Organisasi mempraktikkan impression management dengan menciptakan opini yang lebih positif di antara masyarakat, klien, pelanggan, konsumen atau pasien mereka (Ivancevich, dkk, 2005). Menurut Jones dan Pittman (1990), ada lima taktik dalam impression management dalam Mohamed, Gardner, & Paolillo, 1999) yaitu ingratiation, self
11 19 promotion, exemplification, supplication dan intimidation. Ingratiation, merupakan perilaku yang digunakan oleh pelaku organisasi untuk membuat organisasi tampil lebih menarik di mata publik seperti berbagi informasi, bertindak sebagai mitra, bersikap baik, senyum, menyenangkan orang lain, dan jujur. Taktik yang kedua adalah self promotion, perilaku organisasi yang menampilkan kompetensi, keefektifan, dan kesuksesan organisasi. Strategi ini dapat digunakan ketika organisasi berusaha untuk menciptakan atau mempertahankan atribusi kompetensi. Selanjutnya adalah exemplification, perilaku yang digunakan oleh organisasi untuk memberikan gambaran integritas, tanggung jawab sosial, dan kelayakan moral dengan tujuan untuk menjadi teladan bagi orang lain. Kemudian supplication, yaitu perilaku organisasi yang menggambarkan suatu ketergantungan dan kerentanan untuk tujuan meminta bantuan dari orang lain. Individu menekankan ketergantungan dan kelemahan sendiri untuk mendapatkan bantuan dari orang lain yang lebih mampu. Taktik yang terakhir adalah intimidation, organisasi mencoba terlihat kuat dan menakutkan. Taktik ini digunakan untuk menyampaikan kesan kekuasaan dan ketegasan organisasi. Organisasi menggunakan taktik impression management untuk mengelola citra organisasi dan menumbuhkan citra positif di luar lingkup organisasi (Terrel & Kwok, 2011). Salah satu manfaat citra positif perusahaan adalah meningkatkan kebanggaan karyawan terhadap organisasi (Philip Kotler & Howard Barich, 1991). Kebanggaan terhadap organisasi adalah perekat yang membuat karyawan berkomitmen untuk organisasi mereka. Rasa bangga (pride) merupakan salah satu emosi penting yang cukup berperan dalam fungsi psikologis. Lebih tepatnya, rasa bangga dapat meningkatkan perilaku prososial seperti altruism dan perilaku adaptif seperti prestasi (Hart & Matsuba, in press; Weiner, 1985, dalam Tracy & Robins, 2007). Rasa bangga pada karyawan juga secara positif mempengaruhi keputusan karyawan untuk tetap bekerja di suatu perusahaan, meningkatkan pelayanan dan mengurangi keinginan untuk keluar dari perusahaan (Appleberg, 2005, dalam Gouthier & Rhein, 2011). Kebanggaan terhadap organisasi merupakan perasaan positif karyawan mengenai pekerjaan dan organisasi. Aspek-aspek kebanggaan terhadap organisasi
12 20 adalah sebagai berikut: emotional organizational pride, attitudinal orgaizational pride, commitment to customer service, creativity, dan turnover intention. Emotional organizational pride adalah pengalaman merasakan pencapaian organisasi, karyawan bisa bangga dengan prestasi rekan-rekan mereka, kelompok kerja mereka, atau perusahaan pada umumnya dan, dengan demikian, mengembangkan emotional organizational pride. Oleh karena itu, pencapaian/prestasi yang pernah diraih perusahaan, dapat memunculkan rasa bangga karyawan. Attitudiunal organizational pride adalah kebutuhan afiliasi karyawan terhadap organisasi, dalam hal ini kebanggaan terhadap organisasi bukan hanya dilihat sebagai emosi tetapi sebagai konstruksi yang didasarkan pada keanggotaan karyawan dalam kelompok (Arnett et al., 2002 dalam Gouthier & Rhein, 2011). Commitment to customer service adalah pelayanan kualitas tinggi terhadap pelanggan. Rasa bangga pada karyawan menunjukkan peningkatan komitmen dalam hal pelayanan terhadap pelanggan, yang merupakan kecenderungan dari seorang karyawan untuk mengerahkan usaha pada pekerjaan untuk kepentingan pelanggan (Peccei & Rosenthal, 1997 dalam Gouthier & Rhein, 2011). Creativity adalah kemampuan karyawan untuk menghasilkan ide yang diukur, emosi yang positif menyebabkan individu untuk mengasimilasi informasi lebih mudah dan mengarahkan pada sejumlah alternatif yang bervariasi. Akibatnya, emotional organizational pride memiliki potensi untuk merangsang kreativitas (Fredrickson, 2001 dalam Gouthier & Rhein, 2011). Turnover intention adalah keinginan karyawan untuk berhenti dari perusahaan. Jika karyawan memiliki rasa bangga, ia akan menetap pada suatu perusahaan.
13 21 Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Citra Positif Impression management Kebanggaan terhadap organisasi
14 22
HUBUNGAN ANTARA IMPRESSION MANAGEMENT DAN KEBANGGAAN TERHADAP ORGANISAI PADA PEGAWAI PERBANKAN DI JAKARTA
HUBUNGAN ANTARA IMPRESSION MANAGEMENT DAN KEBANGGAAN TERHADAP ORGANISAI PADA PEGAWAI PERBANKAN DI JAKARTA Lisa Arindi Jurusan Psikologi, Fakultas Humaniora, BINUS University, lisaarindi@gmail.com (Lisa
Lebih terperinciBAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang
BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Industri perbankan di Indonesia yang semakin berkembang dari tahun ke tahun membuat persaingan antar bank semakin ketat dengan berbagai produk dan layanan yang ditawarkan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN Kesimpulan Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
BAB V KESIMPULAN Bab terakhir ini akan memaparkan kesimpulan berdasarkan hasil dari penelitian yang dilakukan dan juga merupakan jawaban dari persoalan-persoalan penelitian. Selanjutnya kesimpulan tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. konsumen, yaitu pada bagian sales product. Bagian ini terdiri dari beberapa divisi,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Pemasaran suatu produk memerlukan beberapa aktivitas yang melibatkan berbagai sumber daya. Sebagai fenomena yang berkembang saat ini, dalam pemasaran terdapat suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kesuksesan organisasi di masa depan. Kemampuan perusahaan. efektif dan efisien (Djastuti, 2011:2).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persaingan perekonomian pasar bebas dalam abad 21 adalah persaingan sumber daya manusia yang berkualitas. Manusia yang menjadi perencanaan, pelaku dan penentu dari operasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 GAMBARAN UMUM OBJEK OBSERVASI
BAB I PENDAHULUAN 1.1 GAMBARAN UMUM OBJEK OBSERVASI 1.1.1 Sejarah Perusahaan PT. Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk Berdiri sejak 1946, BNI yang dahulu dikenal sebagai Bank Negara Indonesia, merupakan
Lebih terperinciDisampaikan oleh : MOH. HOESSEIN
Disampaikan oleh : MOH. HOESSEIN Pengertian Service Quality Service Quality bisa juga diartikan suatu kualitas pelayanan yang terbaik, melebihi, melampaui, menggungguli pelayanan yang diberikan pihak lain
Lebih terperinciBAB II DRAMATURGI: ERVING GOFFMAN. yang namanya teori dramaturgi, Dramaturgi adalah teori yang
BAB II DRAMATURGI: ERVING GOFFMAN A. Kerangka Teoritik Dalam ilmu sosiologi mungkin kita sudah tidak asing lagi dengan yang namanya teori dramaturgi, Dramaturgi adalah teori yang mengemukakan bahwa teater
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. (financial intermediary) antara pihak pihak yang memiliki kelebihan dana
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Umum Tentang Bank 2.1.1 Pengertian Bank Bank merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak pihak yang memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. termaktub dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, antara lain adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan saat ini merupakan pembangunan yang berkesinambungan dalam berbagai bidang, meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan Negara untuk mencapai tujuan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kepuasan Kerja. seseorang. Menurut Wexley dan Yukl (2005: 129) kepuasan kerja adalah cara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Kerja 1. Definisi Kepuasan Kerja Menurut Kinicki dan Kreitner (2014 : 169) kepuasan kerja adalah sebuah tanggapan afektif atau emosional terhadap berbagai segi pekerjaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagainya. Disamping itu pula, pekerjaan semakin sulit untuk didapatkan.
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pekerjaan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat penting bagi masyarakat. Bekerja merupakan suatu tuntutan yang mendasar, baik dalam rangka memperoleh imbalan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
6 BAB II LANDASAN TEORI II.1. Jasa Dunia usaha yang ada dalam kehidupan manusia sehari-hari dapat berkaitan dengan industri jasa dimana pada setiap tahunnya mengalami kemajuan yang cukup pesat seiring
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. (Suartana, 2010). Menurut Luthans, 2006 (dalam Harini et al., 2010), teori ini
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Atribusi Teori atribusi mempelajari proses bagaimana seseorang menginterpretasikan suatu peristiwa, alasan atau sebab perilakunya
Lebih terperinciKuliah ke-8 Teori Sosiologi Kontemporer Amika Wardana, Ph.D.
Kuliah ke-8 Teori Sosiologi Kontemporer Amika Wardana, Ph.D. a.wardana@uny.ac.id Materi: Konsep Diri: Mengingat kembali Looking-glass self Cooley Tensi antara I dan Me Mead Interaksi Pelaku dan Audien
Lebih terperinciBAB II KERANGKA TEORETIS
BAB II KERANGKA TEORETIS 2.1. Teori Tentang Perilaku Konsumen Perilaku konsumen menyangkut masalah keputusan yang diambil seseorang dalam persaingannya dan penentuan untuk mendapatkan dan mempergunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Semakin maju juga perusahaan dalam melihat peruntungan dimasa depan dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi menuntut setiap perusahaan untuk dapat berkompetisi baik dalam taraf lokal maupun global. Semakin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang semakin meningkat (Kotter, 1995). Dalam iklim persaingan usaha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi sekarang ini, perusahaan dihadapkan pada persaingan antar perusahaan yang semakin meningkat (Kotter, 1995). Dalam iklim persaingan usaha
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Internal Marketing Pemasaran internal sangat penting artinya bagi perusahaan jasa. Apa lagi bagi usaha jasa yang terkenal dengan high contact. Apa yang dikatakan dengan high
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. berbagai pengaruh lingkungan seperti lingkungan psikologis, pengaruh sosial,
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Iklim Organisasi 2.1.1. Definisi Iklim Organisasi Awalnya, iklim organisasi adalah istilah yang digunakan merujuk kepada berbagai pengaruh lingkungan seperti lingkungan psikologis,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kecenderungan pelarian nasabah oleh masyarakat telah jauh berkurang jika
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak berlangsungnya krisis nilai tukar pada pertengahan tahun 1997 yang diikuti krisis ekonomi, sampai akhir tahun 1999 perbankan masih terpuruk. Posisi keuangan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan tingginya angka pengangguran di negara Indonesia adalah. pertumbuhan ekonomi di Indonesia (Andika, 2012).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengangguran dan kemiskinan merupakan masalah klasik yang dihadapi negara-negara berkembang termasuk di Indonesia. Tingginya angka pengangguran merupakan fenomena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Komitmen organisasional menjadi hal penting pada sebuah organisasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komitmen organisasional menjadi hal penting pada sebuah organisasi dalam menciptakan kelangsungan hidupnya, apapun bentuk organisasi itu dalam mencapai tujuannya.
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Self Efficacy Konsep mengenai self efficacy ini pada dasarnya melibatkan banyak kemampuan yang terdiri dari aspek kegiatan sosial dan kemampuan untuk bertingkah laku.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. industri semakin meningkat. Banyak perusahaan perusahaan baru yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dengan memasuki era perdagangan bebas saat ini, tantangan dalam bidang industri semakin meningkat. Banyak perusahaan perusahaan baru yang bermunculan, sehingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan suatu bentuk Organisasi. Organisasi menggambarkan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan suatu bentuk Organisasi. Organisasi menggambarkan adanya suatu aktivitas kerja anggota-anggotanya sesuai dengan fungsi dan tugas yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu organisasi yang memiliki tujuan tertentu yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan adalah suatu organisasi yang memiliki tujuan tertentu yang hendak dicapai. Salah satu tujuan utama yang ingin dicapai oleh perusahaan adalah mempertahankan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bergerak di bidang keuangan. Pengertian bank menurut Undang-Undang Nomor
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bank merupakan salah satu lembaga keuangan atau perusahaan yang bergerak di bidang keuangan. Pengertian bank menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan
Lebih terperinciBAB V MODEL KONSEPTUAL MANAJEMEN PENGEMBANGAN KUALITAS KINERJA KARYAWAN BANK JABAR. Model merupakan abstraksi visual atau konstruksi dari suatu
BAB V MODEL KONSEPTUAL MANAJEMEN PENGEMBANGAN KUALITAS KINERJA KARYAWAN BANK JABAR A. ASUMSI MODEL Model merupakan abstraksi visual atau konstruksi dari suatu konsep. Sebagai pendekatan, model dapat digunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sanggup bertahan dan berkembang. PT.Superintending Company of Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan lingkungan organisasi yang semakin kompleks dan kompetitif, menuntut setiap organisasi dan perusahaan untuk lebih bersifat responsive agar sanggup
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Manajemen keuangan masyarakat. Kecepatan, kemudahan, dan keamanan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perbankan merupakan lembaga keuangan yang bergerak mengelola jasa Manajemen keuangan masyarakat. Kecepatan, kemudahan, dan keamanan merupakan salah satu bentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia bisnis yang sangat pesat memberikan tantangan yang beraneka ragam terhadap suatu perusahaan, dimana perubahan tersebut juga telah membawa
Lebih terperincifleksibel dan reputasi yang baik untuk dapat bertahan dan bersaing. Karyawan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persaingan dunia perbankan yang semakin ketat menuntut setiap organisasi perbankan untuk memiliki keunggulan-keunggulan kompetitif, respons yang cepat, fleksibel
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam pencapaian tujuan tersebut, perusahaan membutuhkan tenaga-tenaga
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan memiliki tujuan atau target tertentu yang hendak dicapai. Dalam pencapaian tujuan tersebut, perusahaan membutuhkan tenaga-tenaga profesional
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perusahaan memiliki berbagai tujuan yang ingin dicapai agar maju dan berkembang pesat. Salah satu tujuan yang ingin dicapai perusahaan adalah memperoleh laba terus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. awal, dimana memiliki tuntutan yang berbeda. Pada masa dewasa awal lebih
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Mahasiswa mengalami masa peralihan dari remaja akhir ke masa dewasa awal, dimana memiliki tuntutan yang berbeda. Pada masa dewasa awal lebih dituntut suatu
Lebih terperinciMOTIVASI BERPRESTASI ABSTRACK
MOTIVASI BERPRESTASI ABSTRACK Materi pembelajaran 'Motivasi Berprestasi' bertujuan untuk membekali mahasiswa/i akan pengertian, pemahaman terhadap motivasi berprestasi sebagai aspek pendorong untuk mencapai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Universitas Widyatama (UTama) adalah salah satu Institusi Pendidikan Tinggi Swasta terkemuka di Bandung. UTama secara konsisten berkomitmen untuk mewujudkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Merriam Webster dalam (Zangaro, 2001), menyimpulkan definisi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Komitmen Organisasi 1.1 Definisi Komitmen Organisasi Kata komitmen berasal dari kata latin yang berarti to connect. Merriam Webster dalam (Zangaro, 2001), menyimpulkan definisi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. yang sangat bernilai karena sumber daya manusialah yang mengelola seluruh
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber daya manusia yang dimiliki sebuah perusahaan merupakan aset yang sangat bernilai karena sumber daya manusialah yang mengelola seluruh sumber daya yang ada di dalam
Lebih terperinci1 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
1 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini akan disajikan mengenai kesimpulan yang didapatkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Selain itu, pada bab ini akan ditampilkan pula saran yang berguna
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ageng Tirtayasa Banten terhadap Pelayanan SPP Online Bank BTN Cabang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian sebelumnya yang terkait dengan penelitian ini dilakukan oleh: Nurmaya Sari (2009). Nurmaya Sari (2009) mengkaji Kepuasan Mahasiswa Universitas
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bank 1. Pengertian Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Employee engagement merupakan topik yang banyak dibicarakan. beberapa tahun terakhir. Penelitian dan aplikasi mengenai topik ini banyak
PENDAHULUAN Employee engagement merupakan topik yang banyak dibicarakan beberapa tahun terakhir. Penelitian dan aplikasi mengenai topik ini banyak dilakukan di bidang human resource development (HRD) (Chalofsky
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. tergolong cukup (48.51%). Komitmen afektif masih tergolong cukup dikarenakan
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis dan pemaparan maka diperoleh simpulan sebagai berikut: Komitmen Afektif guru di SMP Negeri Kecamatan Tanah Jawa mayoritas tergolong
Lebih terperinciLANDASAN TEORI. teknologi, dan perubahan gaya hidup manusia modern, maka jenis dan tingkat
II. LANDASAN TEORI 2.1 Arti dan Pentingnya Pemasaran Kegiatan pemasaran adalah kegiatan penawaran suatu produk sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen. Seiring dengan perkembangan jaman, teknologi,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Presentasi Diri Ayam Kampus Di Yogyakarta
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Presentasi Diri Ayam Kampus Di Yogyakarta 1. Pengertian Presentasi Diri Pada dasarnya, setiap orang memiliki langkah-langkah khusus dalam mempresentasikan dirinya kepada orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri,
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang berarti tidak dapat hidup tanpa orang lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri, baik terhadap
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. A. Tipe Kepribadian Tangguh (Hardiness) Istilah kepribadian ( personality) berasal dari bahasa Yunani kuno, persone
BAB II LANDASAN TEORI A. Tipe Kepribadian Tangguh (Hardiness) 1. Pengertian Kepribadian Istilah kepribadian ( personality) berasal dari bahasa Yunani kuno, persone yang artinya topeng yang biasanya dipakai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. organisasi yang bernama Gallup pada tahun 1990-an. Menurut survei Global,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asal-usul kemunculan employee engagement dalam dunia bisnis tidak sepenuhnya jelas. Pertama kali yang menggunakan ide tersebut adalah sebuah organisasi yang bernama
Lebih terperinciuntuk dapat terus mempertahankan kualitas kinerjanya. Perkembangan zaman juga menyebabkan persaingan antar perusahaan semakin ketat.
Perubahan zaman yang semakin berkembang menuntut perusahaanperusahaan untuk dapat terus mempertahankan kualitas kinerjanya. Perkembangan zaman juga menyebabkan persaingan antar perusahaan semakin ketat.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. modal dasar pembangunan nasional. Dengan kata lain manusia adalah unsur kerja
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Potensi sumber daya manusia pada hakekatnya merupakan salah satu modal dasar pembangunan nasional. Dengan kata lain manusia adalah unsur kerja yang terpenting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang Masalah. Dengan bertambah pesatnya industri perbankan membuat persaingan
BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Dengan bertambah pesatnya industri perbankan membuat persaingan antar bank semakin ketat dalam merebut nasabah serta mempertahankan pangsa pasar yang ada saat
Lebih terperinci2.1.2 Tipe-Tipe Kepemimpinan Menurut Hasibuan (2009: ) ada tiga tipe kepemimpinan masing-masing dengan ciri-cirinya, yaitu:
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepemimpinan 2.1.1 Pengertian Kepemimpinan Menurut Wukir (2013:134), kepemimpinan merupakan seni memotivasi dan mempengaruhi sekelompok orang untuk bertindak mencapai tujuan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia memiliki kehidupan dan kegiatan yang bersifat konsumtif sehingga memudahkan pelaku usaha untuk menawarkan berbagai produk baik barang dan/atau jasa kepada masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Bank adalah sebuah lembaga keuangan. Umumnya didirikan dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bank adalah sebuah lembaga keuangan. Umumnya didirikan dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang dan meminjamkan uang. Bank adalah badan usaha yang menghimpun
Lebih terperinciBab I PENDAHULUAN. Total Quality Management (TQM) adalah sebuah pendekatan yang banyak
Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Total Quality Management (TQM) adalah sebuah pendekatan yang banyak digunakan oleh perusahaan dalam meningkatkan kualitas secara sistematis dengan menggunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam dunia bisnis dan perbankan. Masyarakat sangat membutuhkan kehadiran
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kebahagiaan. mengacu pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktivitas-aktivitas
11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebahagiaan 1. Definisi Kebahagiaan Seligman (2005) menjelaskan kebahagiaan merupakan konsep yang mengacu pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktivitas-aktivitas
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA HUMAN RELATIONS DENGAN MOTIVASI KERJA PADA KARYAWAN SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA HUMAN RELATIONS DENGAN MOTIVASI KERJA PADA KARYAWAN SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Guna Memperoleh Derajat Sarjana S-1 Psikologi Disusun Oleh YUSVA RAHMAN Nim
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Peranan Peranan bermula dari pola kehidupan yang dijalani seseorang dan peranan itu akan menentukan apa yang diperbuat oleh seseorang tersebut untuk masyarakat,
Lebih terperinciBAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN
BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisa Kinerja Pelayanan Frontliner Kinerja merupakan perilaku nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan perannya
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Frontliner yang berarti garis depan ini begitu populer, akrab di telinga masyarakat yang rajin berinteraksi dengan bank. Frontliner merupakan istilah umum untuk Customer Service
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. didalamnya, dan prestasi akhir itulah yang dikenal dengan performance atau
BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Masalah Kekuatan setiap organisasi terletak pada sumber daya manusia, sehingga prestasi organisasi tidak terlepas dari prestasi setiap individu yang terlibat didalamnya,
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan
BAB 2 LANDASAN TEORI Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan prestasi belajar. 2.1 Self-Efficacy 2.1.1 Definisi self-efficacy Bandura (1997) mendefinisikan self-efficacy
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Era persaingan usaha yang ketat sekarang ini, bidang Hubungan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Era persaingan usaha yang ketat sekarang ini, bidang Hubungan Mayarakat (Humas) berupaya merebut dukungan publik melalui program yang dilakukannya agar perusahaan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pada era globalisasi saat ini, kegiatan pelayanan jasa sangat mendominasi
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini, kegiatan pelayanan jasa sangat mendominasi kehidupan sehari-hari. Salah satu kegiatan jasa yang sangat dibutuhkan saat ini adalah jasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. waktu ke waktu. Hal ini ditunjukkan dengan semakin banyaknya perusahaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perekonomian pada umumnya senantiasa mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Hal ini ditunjukkan dengan semakin banyaknya perusahaan yang bergerak dalam bidang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. tetap aman, berkembang dan dapat cepat digunakan untuk kebutuhan yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ditengah semakin tingginya kebutuhan manusia terhadap kebutuhan sekunder, primer maupun tersier, tentunya kebutuhan akan tempat untuk mengelola keuangan juga sangatlah
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pendahuluan Menghasilkan pelanggan yang puas saat ini tidaklah cukup. Bagi kelangsungan bisnis, menciptakan pelanggan yang loyal menjadi agenda penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan jumlah bank yang semakin banyak dan produk perbankan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perkembangan bisnis perbankan di Indonesia saat ini sangat pesat, hal ini ditandai dengan jumlah bank yang semakin banyak dan produk perbankan yang semakin
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Organizational Citizenship Behavior. Menurut Organ, Podsakoff, & MacKinzie (2006), organizational
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Organizational Citizenship Behavior 2.1.1. Pengertian Organizational Citizenship Behavior Menurut Organ, Podsakoff, & MacKinzie (2006), organizational citizenship behavior
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semakin pesat, sumber daya manusia yang mampu dan berkualitas merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat, sumber daya manusia yang mampu dan berkualitas merupakan kebutuhan yang tidak dapat dihindarkan.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepuasan Kerja 2.1.1 Pengertian Kepuasan Kerja Di antara para pakar memberikan pengertian tentang kepuasan kerja atau job satisfaction dengan penekanan pada sudut pandang masing-masing.
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Flow Akademik 1. Definisi Flow Akademik Menurut Bakker (2005), flow adalah suatu keadaan sadar dimana individu menjadi benar-benar tenggelam dalam suatu kegiatan, dan menikmatinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Globalisasi yang terjadi di Indonesia saat ini memberikan dampak
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Globalisasi yang terjadi di Indonesia saat ini memberikan dampak bagi kelangsungan hidup organisasi. Globalisasi telah menyebabkan perubahan-perubahan yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Surabaya merupakan kota dengan perkembangan bisnis yang pesat dan cukup signifikan. Pembangunan infrastruktur yang terkait dengan sarana dan prasarana penunjang perekonomian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diajak bicara mempunyai kesan tertentu tentang si pembicara. Pengelolaan kesan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan, manusia sering kali mengelola kesan sehingga orang yang diajak bicara mempunyai kesan tertentu tentang si pembicara. Pengelolaan kesan seringkali
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Dukungan Sosial Orang Tua Definisi dukungan sosial mengacu pada kenyamanan, perhatian, penghargaan, atau bantuan yang diberikan orang lain atau kelompok kepada individu (Sarafino,
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
12 BAB II LANDASAN TEORI Pemerintah merupakan organisasi pelayanan publik yang diharapkan dapat memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat. Pegawai negeri sipil yang merupakan pelaksana tugas-tugas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tua peserta didik dan antara sekolah dengan masyarakat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan lembaga pendidikan dapat diraih bila terdapat kerja sama yang baik, antara orang orang yang bekerja dalam lembaga pendidikan tersebut. Kerja sama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi memiliki berbagai tujuan. Untuk mencapai tujuannya,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap organisasi memiliki berbagai tujuan. Untuk mencapai tujuannya, organisasi biasanya berusaha meningkatkan produktifitas, kemampuan berinovasi, dan kemampuan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Komunikasi organisasi Komunikasi organisasi pada umumnya membahas tentang struktur dan fungsi organisasi hubungan antarmanusia, komunikasi dan proses pengorganisasian serta budaya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan yang dinamis akan selalu meningkatkan produktivitasnya melalui konsistensi menghasilkan kinerja terbaik serta mempertahankan hal yang menjadi keunggulan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kesejahteraan Psikologis. Menurut Achour (2011) kesejahteraan pada karyawan adalah seseorang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesejahteraan Psikologis 1. Pengertian Kesejahteraan Psikologis Menurut Achour (2011) kesejahteraan pada karyawan adalah seseorang yang memiliki semangat kerja, dedikasi, disiplin,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dunia telah memasuki era perubahan dan transformasi yang sangat cepat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia telah memasuki era perubahan dan transformasi yang sangat cepat. Hal tersebut ditandai dengan adanya perkembangan dan perubahan budaya sosial, meningkatnya persaingan,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. ini maka diperlukan adanya teori-teori atau konsep-konsep yang
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pemasaran Sehubungan dengan permasalahan yang terdapat dalam penelitian ini maka diperlukan adanya teori-teori atau konsep-konsep yang memerlukan penjelasan. Dalam banyak perusahaan
Lebih terperinciII. LANDASAN TEORI. disebabkan karena manusia dapat memenuhi kebutuhannya melalui kegiatan pemasaran
II. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pemasaran dan Konsep Pemasaran 2..1.1 Pengetian Pemasaran Kegiatan pemasaran memainkan peranan penting dalam kehidupan manusia, hal ini disebabkan karena manusia dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan semakin meningkatnya kebutuhan nasabah akan kualitas
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejalan dengan semakin meningkatnya kebutuhan nasabah akan kualitas pelayanan dan produk keuangan perbankan yang semakin hari semakin kompleks maka pihak perbankan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pelayanan merupakan bagian dari Public Relations. Hal tersebut tercermin
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelayanan merupakan bagian dari Public Relations. Hal tersebut tercermin dari definisi Public Relations seperti yang dikemukakan oleh Rex F.Halow di mana Public Relations
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pemasaran
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pemasaran Pemasaran adalah proses untuk merencanakan dan melaksanakan perancangan, penetapan harga, promosi, dan distribusi dari ide, barang, dan layanan untuk menimbulkan
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi saat ini, persaingan dalam dunia bisnis semakin
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi saat ini, persaingan dalam dunia bisnis semakin bertambah ketat. Persaingan ini menuntut para pelaku bisnis untuk mampu memaksimalkan kinerja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini dunia mengalami perubahan dengan begitu cepatnya. Perubahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang masalah Dewasa ini dunia mengalami perubahan dengan begitu cepatnya. Perubahan tersebut begitu terasa dan terus meningkat ke arah yang semakin maju. Untuk mengantisipasinya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pelayanan publik yang dilakukan oleh pemerintah belum optimal.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemerintah merupakan salah satu organisasi pelayanan publik yang sering dianggap belum produktif dan efisien dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya. Sebagai penyelenggara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional suatu bangsa mencakup didalamnya adalah. peran serta lembaga keuangan untuk membiayai pembangunan yang sangat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional suatu bangsa mencakup didalamnya adalah pembangunan ekonomi. Dalam pelaksanaan pembangunan ekonomi diperlukan peran serta lembaga keuangan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sangat cepat. Globalisasi, liberalisasi perdagangan, deregulasi dan. organisasi dihadapkan pada lingkungan yang serba tidak pasti.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belakangan ini lingkungan bisnis mengalami perubahan yang sangat cepat. Globalisasi, liberalisasi perdagangan, deregulasi dan kemajuan teknologi informasi menciptakan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kinerja merupakan salah satu alat ukur dari keberhasilan sebuah
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Pengertian Kinerja Kinerja merupakan salah satu alat ukur dari keberhasilan sebuah perusahaan. Ketika kinerja dari karyawan meningkat maka bisa dipastikan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN PERILAKU MELAYANI PADA PERAWAT DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH ROEMANI SEMARANG. Skripsi
HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN PERILAKU MELAYANI PADA PERAWAT DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH ROEMANI SEMARANG Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam kondisi persaingan yang semakin ketat setiap perusahaan harus
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kondisi persaingan yang semakin ketat setiap perusahaan harus mampu terus berkembang demi mempertahankan kelangsungan hidup.salah satu hal penting yang perlu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebelum kemunculan telepon seluler, PT. X merupakan penyedia. tunggal layanan komunikasi domestik di Indonesia dengan memenuhi
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Sebelum kemunculan telepon seluler, PT. X merupakan penyedia tunggal layanan komunikasi domestik di Indonesia dengan memenuhi kebutuhan masyarakat akan fasilitas
Lebih terperinci