Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download ""

Transkripsi

1

2 SAMBUTAN KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Puji dan syukur kita panjatkan ke Hadirat Allah SWT, bahwa atas rahmat dan karunia-nya, telah diterbitkan Buku. Profil Kesehatan merupakan salah satu bentuk penyajian data dan informasi tahunan yang mengambarkan hasil pembangunan Kesehatan di Provinsi Jawa Barat, melalui berbagai indikator yang telah ditetapkan, antara lain indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Indikator Indonesia Sehat (IS), Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan, Rencana Kerja Tahunan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. Mengacu pada Visi Kementerian Kesehatan Tahun , yaitu Masyarakat Sehat Yang Mandiri dan Berkeadilan dan RPJMD Provinsi Jawa Barat Tahun , dengan Visi Jawa Barat Maju dan Sejahtera Untuk Semua dimana Dinas Kesehatan mendukung Misi 1, yaitu Membangun Masyarakat Yang Berkualitas dan Berdaya Saing, dengan Tujuan (1) Membangun sumber daya manusia Jawa Barat yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, senantiasa berkarya, kompetitif, dengan tetap mempertahankan identitas dan ciri khas masyarakat yang santun dan berbudaya, dengan sasarannya adalah meningkatkan kualitas layanan kesehatan bagi seluruh masyarakat serta perluasan akses pelayanan yang terjangkau dan merata, maka Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat untuk tahun telah menetapkan Visinya Masyarakat Jawa Barat Yang Mandiri Untuk Hidup Sehat Dengan diseminasi informasi hasil pembangunan kesehatan melalui Profil Kesehatan ini diharapkan seluruh pihak yang berkepentingan dapat memantau upaya pembangunan kesehatan, dalam mencapai Visi Pembangunan Kesehatan Jawa Barat yaitu : Tercapainya Masyarakat Jawa Barat yang Mandiri untuk Hidup Sehat. Visi Pembangunan Kesehatan Jawa Barat ini merupakan penjabaran dari Misi 1 (satu) Pemerintahan Provinsi Jawa Barat yaitu Mewujudkan Sumber Daya Manusia Jawa Barat yang produktif dan ber Daya Saing. Penilaian keberhasilan pembangunan kesehatan diukur berdasarkan indikator yang telah ditetapkan. Untuk itu pembangunan kesehatan perlu didukung oleh suatu Sistem Informasi yang dapat selalu memberikan gambaran pencapaian pembangunan kesehatan. i

3 Meskipun belum optimal kehadiran profil kesehatan merupakan salah satu produk yang lahir berkat dukungan sistem informasi kesehatan. Hasil pembangunan kesehatan pun bukan hanya semata hasil Dinas Kesehatan tetapi merupakan akumulasi dari keberhasilan berbagai komponen sektor yang terkait. Hal ini juga tercermin dari keberadaan data pada Profil Kesehatan bukan hanya berasal dari sektor kesehatan semata tapi juga melibatkan komponen lintas sektor lain seperti dari BPS, Dinas Pendidikan, Badan Koordinasi Keluarga Berencana, Badan Penelitian Pembangunan Kesehatan. Profil Kesehatan diharapkan dapat memberikan informasi yang evidence based baik untuk perencanaan saat sekarang maupun untuk kepentingan dimasa yang akan datang, dimana Profil Kesehatan dapat dijadikan salah satu acuan dokumen data dan informasi kesehatan yang cukup lengkap. Oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca sekalian dapat meningkatkan mutu Profil Kesehatan pada setiap penerbitannya. Sebagai akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada seluruh tim penyusun Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Kota/Provinsi serta Pengelola Program Kegiatan di Lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat yang telah bekerja keras mengumpulkan, mengolah, menganalisa dan menyajikan data dan informasi dalam Profil Kesehatan ini. Semoga Allah Yang Maha Kuasa selalu menyertai kita semua, Amiin. Bandung, Juli 2016 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT dr. Hj. ALMA LUCYATI, M.Kes, M.Si, MH.Kes Pembina Utama Madya NIP ii

4 KATA PENGANTAR Puji syukur kami sampaikan ke hadirat Allah SWT atas rakhmat dan karunia- Nya sehingga Penyusunan dapat terselesaikan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat tahun 2015 merupakan salah satu bentuk penyajian data dan informasi bidang kesehatan yang diharapkan dapat digunakan baik untuk kepentingan perencanaan jangka pendek maupun kepentingan jangka panjang. Dalam proses penyusunan Profil Kesehatan digunakan acuan Pedoman Penyusunan Profil Kabupaten Kota. Kegiatan penyusunan profil bukan saja melibatkan semua komponen pengelola kegiatan program kesehatan baik di lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi maupun kabupaten kota, namun juga melibatkan sektor lain seperti BPS, Sektor Pendidikan, BKKBN, Puslitbangkes. Rangkaian kegiatan dalam penyusunan profil kesehatan meliputi Workshop dan Validasi Data Profil Kesehatan yang melibatkan kabupaten kota, Koordinasi Lintas Program dan Sektor, Pengumpulan Data, Pengolahan dan Penyajian Data serta Analisa Data. Proses penyusunan Profil Kesehatan membutuhkan sumberdaya khususnya sumber daya manusia yang terampil, sumber daya data yang terpercaya dan sumber daya lain, seperti ATK yang mencukupi, Komputer dan Aplikasi Manajemen Data dan lain sebagainya. Dengan segala keterbatasan kemampuan sumber daya tersebut diatas Penyusun mencoba dan berusaha untuk menampilkan semaksimal mungkin seluruh variabel data Profil Kesehatan sesuai Pedoman Penyusunan Profil Kesehatan, meskipun hasilnya masih kurang memuaskan berbagai pihak yang berkepentingan. Hambatan dan kendala yang dihadapi oleh Tim Penyusun antara lain, jumlah tabel profil dan variabel yang sangat banyak, kelengkapan dan ketersediaan variabel data profil kesehatan, terdapat data sektoral non kesehatan, adanya perbedaan data hasil pengumpulan data rutin baik ditingkat dinas kesehatan provinsi maupun kabupaten kota, data tabel profil kesehatan kabupaten kota yang disepakati sebagai tabel final berubah, adanya keterbatasan pemahaman dan kemampuan tim penyusun dalam pengelolaan profil. Diharapkan Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat ke depan banyak mengalami penyempurnaan baik dari sisi kelengkapan data variabel, kecepatan proses iii

5 penyusunan, validasi datanya, penyajian dan analisa datanya serta dapat terbit lebih awal lagi setiap tahunnya. Dari sisi pemanfaatan informasi kesehatan, diharapkan Profil Kesehatan dapat dijadikan salah satu jejak rekam pembangunan kesehatan khususnya untuk memberikan gambaran secara umum tentang Derajat Kesehatan Masyarakat, Indeks Kesehatan, Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan, serta capaian Millenium Development Goal s (MDG s) di Provinsi Jawa Barat. Tak ada gading yang tak retak, saran dan kritik untuk penyempurnaan Profil Kesehatan baik dari sisi proses penyusunan maupun substansial sangat kami harapkan. Kerjasama yang telah dibina dalam proses penyusunan Profil Kesehatan ini harus terus ditingkatkan. Semoga Profil Kesehatan 2015 dapat bermanfaat bagi seluruh pihak yang berkepentingan. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah berperan aktif dalam penyususunan dan pengelolaan Profil Kesehatan 2015 ini. Bandung, Juli 2016 Tim Penyusun Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat iv

6 DAFTAR ISI Halaman SAMBUTAN KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL i iii v ix xvi BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II A. RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL (RPJMN) TAHUN B. RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) PROVINSI JAWA BARAT TAHUN C. VISI MISI DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT 13 GAMBARAN UMUM A. GAMBARAN UMUM WILAYAH 20 B. KEPENDUDUKAN Perkembangan Penduduk Piramida Penduduk Komposisi Penduduk Laju Pertumbuhan Penduduk 23 C. GAMBARAN SOSIAL EKONOMI Laju Pertumbuhan Ekonomi Penduduk Miskin 26 D. TINGKAT PENDIDIKAN Angka Partisipasi Kasar (APK) Angka Partispasi Murni (APM) Angka Partisipasi Sekolah (APS) 33 E. INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA Skenario IPM 80 Tahun Capaian IPM Jawa Barat v

7 Halaman 3. Dimensi Pendidikan 37 BAB III SARANA KESEHATAN 41 A. SARANA PELAYANAN KESEHATAN DASAR (PUSKESMAS) 41 B. SARANA PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN (RUMAH SAKIT) 1. Jumlah Rumah Sakit Jumlah Sarana Tempat Tidur 46 C. SARANA PELAYANAN KESEHATAN DASAR LAINNYA 47 D. UPAYA KESEHATAN BERSUMBER DAYA MASYARAKAT 48 BAB IV SUMBER DAYA MANUSIA BIDANG KESEHATAN 51 A. JUMLAH TENAGA KESEHATAN Tenaga Kesehatan di Pusat Kesehatan Masyarakat Tenaga Kesehatan di Rumah Sakit 57 B. RASIO TENAGA KESEHATAN 58 BAB V PEMBIAYAAN KESEHATAN 64 A. JUMLAH ANGGARAN KESEHATAN 64 B. ANGGARAN APBD PROVINSI DAN APBD KABUPATEN/KOTA 65 C. JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) 68 D. ALOKASI ANGGARAN PROGRAM DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT E. CAPAIAN KINERJA ANGGARAN 72 BAB VI DERAJAT KESEHATAN 74 A. ANGKA HARAPAN HIDUP 74 B. MORTALITAS/KEMATIAN Angka Kematian Bayi (AKB) Angka Kematian Balita (AKABA) Angka Kematian Ibu (AKI) Angka Kematian Kasar BAB VII UPAYA PELAYANAN KESEHATAN 84 A. KESEHATAN KELUARGA 84 vi

8 Halaman 1. Kesehatan Ibu 84 a. Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil 84 b. Pelayanan Kesehatan Ibu Bersalin 89 c. Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas 91 d. Pelayanan dan Penanganan Komplikasi Kebidanan Kesehatan Anak 94 a. Berat Badan Bayi Lahir 94 b. Penanganan Komplikasi Neonatal dan Pelayanan 96 Kesehatan Neonatal c. Pelayanan Kesehatan Bayi 100 d. Pemberian ASI Eksklusif 102 e. Cakupan Pemberian Kapsul Vitamin A Balita Usia Bulan f. Pelayanan Imunisasi 105 g. Pelayanan Kesehatan Anak Balita 110 h. Pelayanan Kesehatan Pada Siswa Sekolah Dasar dan 111 Setingkat 3. Perbaikan Gizi 114 a. Penimbangan Baduta (Usia 0-23 Bulan) 115 b. Penimbangan Balita (Usia 0 59 Bulan) 116 c. Anak Bawang Garis Merah (BGM) Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia (Lansia) Pelayanan Kesehatan Gizi dan Mulut 131 a. Cakupan Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut 131 b. Hasil Riset Kesehatan Dasar Tentang Gigi dan Mulut 132 B. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PENYEHATAN 134 LINGKUNGAN 1. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Penyehatan Lingkungan 136 a. Rumah Sehat 136 b. Akses Penduduk Terhadap Air Minum Berkualitas 137 c. Akses Penduduk Terhadap Fasilitas Sanitasi Layak 138 d. Tempat-Tempat Umum Yang Memenuhi Syarat 139 e. Tempat-tempat Pengolahan Makanan Memenuhi Syarat 140 Hygiene sanitasi f. Sanitasi Total Bebasis Masyarakat (STBM) 141 vii

9 Halaman C. PENGENDALIAN PENYAKIT Penyakit Menular Bersumber Binatang 143 a. Malaria 143 b. Demam Berdarah Dengue (DBD) 148 c. Rabies 152 d. Flu Burung (Avian Influenza-AL) 154 e. Anthraks 156 f. Pes 157 g. Leptospirosis 157 h. Filariasis Penyakit Menular Langsung 166 a. Diare 166 b. Kusta 170 c. Tuberkulosa 173 d. Pneumonia 179 e. HIV/AIDS dan IMS Penyakit yang Dapat Dicegah Imunisasi (P3DI) 185 a. Diptheri 185 b. Pertusis 187 c. Tetanus Neonatrum 187 d. Campak 188 e. Surveilans AFP (Non Polio) Penyakit Tidak Menular 189 a. Hipertensi 189 b. Obesitas 191 c. Deteksi Kanker Leher Rahim dan Payudara Kejadian Luar Biasa (KLB) 194 DAFTAR LAMPIRAN GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN TABEL viii

10 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar II.B. 1 Jumlah Penduduk di Provinsi Jawa Barat Tahun Gambar II.B. 2 Piramida Penduduk Provinsi Jawa Barat Tahun Gambar II.B. 3 Gambar II.B. 4 Gambar II.C. 1 Persentase Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Provinsi Jawa Barat Tahun Laju Pertumbuhan Penduduk di Provinsi Jawa Barat Periode Tahun Perkembangan Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Maret 2015 September 2015 Gambar II.C. 2 Grafik Garis Kemiskinan Maret 2015 September Gambar II.C. 3 Gambar III. A.1 Gambar III. A.2 Gambar III. B.1 Gambar III. B.2 Gambar III. B.3 Gambar III. C.1 Gambar III. C.2 Gambar III. D.1 Gambar III. D.2 Peranan Komoditi Makanan dan Non Makanan Terhadap Garis Kemiskinan September 2015 Jumlah Puskesmas dan Jejaring Puskesmas di Provinsi Jawa Barat Tahun Rasio Puskesmas terhadap Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 Jumlah Rumah Sakit Khusus berdasarkan Jenis Pelayanan di Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 Jumlah Tempat Tidur di Rumah Sakit Umum dan Khusus di Provinsi Jawa Barat Tahun Jumlah Tempat Tidur di Rumah Sakit dan Puskesmas di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan Dasar Lainnya di Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 Persentase Sarana Pelayanan Kesehatan Dasar di Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 Persentase Desa dan Kelurahan Siaga Aktif di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat Persentase Posyandu Menurut Strata di Provinsi Jawa Barat Tahun Gambar III. D.3 Gambar IV. A.1 Rasio Posyandu Terhadap Desa/Kelurahan di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat tahun 2015 Proporsi Kelompok Tenaga Kesehatan Provinsi Jawa Barat Tahun Gambar IV. A.2 Jumlah Tenaga Kesehatan berdasarkan Jenis Tenaga Kesehatan di Jawa Barat tahun 2015 Gambar IV. A.3 Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskesmas berdasarkan ix

11 Halaman Gambar IV. A.4 Gambar IV. A.5 Gambar IV. A.6 Gambar IV. A. 7 Gambar IV. B. 1 Gambar IV. B. 2 Gambar IV. B. 3 Gambar IV. B. 4 Gambar V. B. 1 Gambar V. B. 2 Gambar V. B. 3 Gambar V. B. 4 Gambar V. C. 1 Gambar V. D. 1 Gambar V. E. 1 Jenis Tenaga Kesehatan di Jawa Barat tahun 2015 Rasio Dokter Umum Terhadap Jumlah Puskesmas di Jawa Barat Tahun 2015 Rasio Perawat Terhadap Jumlah Puskesmas di Jawa Barat Tahun 2015 Rasio Bidan Terhadap Jumlah Puskesmas di Jawa Barat Tahun 2015 Jumlah Tenaga Tenaga Kesehatan Rumah Sakit di Jawa Barat Tahun 2015 Rasio Dokter Spesialist Terhadap Penduduk di Jawa Barat Tahun 2015 Rasio Dokter Umum Terhadap Penduduk di Jawa Barat Tahun 2015 Rasio Perawat Terhadap Penduduk di Jawa Barat Tahun 2015 Rasio Bidan Terhadap Penduduk di Jawa Barat Tahun 2015 Proporsi Anggaran APBD Kesehatan di Provinsi Jawa Barat Tahun Proporsi Anggaran APBD Kesehatan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat tahun 2015 Anggaran Kesehatan Per Kapita Provinsi Jawa Barat Tahun Anggaran Kesehatan Per Kapita Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 Cakupan Peserta Jaminan Kesehatan Nasional Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 Proporsi Alokasi Anggaran Per Program Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 Realisasi Keuangan dan Fisik Per Program Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat tahun Gambar VI. A.1 Gambar VI. A.2 Angka Harapan Hidup (AHH) Penduduk di Provinsi Jawa Barat Tahun Angka Harapan Hidup (AHH) Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2014 Gambar VI. B.1 Angka Kematian Bayi di Provinsi Jawa Barat Tahun Gambar VI. B.2 Jumlah Kematian Bayi di Provinsi Jawa Barat Tahun Gambar VI. B.3 Angka Kematian Bayi* Per Kelahiran Hidup Menurut x

12 Halaman Gambar VI. B.4 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 Proporsi Kematian Balita Menurut Kabupaten Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun Gambar VI. B.5 Gambar VI. B.6 Gambar VI. B.7 Gambar VI. B.8 Gambar VII. A.1 Gambar VII. A.2 Gambar VII. A.3 Gambar VII. A.4 Gambar VII. A.5 Gambar VII. A.6 Gambar VII. A.7 Gambar VII. A.8 Gambar VII. A.9 Gambar VII. A.10 Gambar VII. A.11 Gambar VII. A.12 Gambar VII. A.13 Gambar VII. A.14 Pencapaian dan Proyeksi Angka Kematian Ibu (AKI) Tahun Proporsi Kematian Ibu Maternal *Per di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 Kematian Ibu Berdasarkan Kelompok Umur dan Persalinan Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 Angka Kematian Kasar Nasional dan Provinsi Jawa Barat Tahun Persentasi Mangkir Pelayanan Bumil K4 Berdasarkan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 Cakupan Pelayanan K1 dan K4 di Provinsi Jawa Barat Tahun Proporsi Tenaga Kesehatan yang Memberi Pelayanan ANC, Jawa Barat Tahun 2013 Proporsi Fasilitas Kesehatan untuk Pelayanan ANC, Jawa Barat Tahun 2013 Cakupan Ibu Hamil Resiko Tinggi yang Ditangani Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 Cakupan Ibu Hamil Resiko Tinggi Yang Dimunisasi TT Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan di Provinsi Jawa Barat Tahun Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 Cakupan Pelayanan Ibu Nifas (KF) Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 Proporsi Kelahiran Hidup Menurut Pelayanan Pemeriksaan Masa Nifas di Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 Cakupan Ibu Nifas Mendapatkan Kapsul Vitamin A Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2014 Cakupan Penangan Komplikasi Kebidanan Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 Cakupan Berat Badan Lahir Bayi Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 Cakupan Kunjungan Neonatus (KN) di Provinsi Jawa Barat Tahun Gambar VII.A.15 Cakupan Kunjungan Neonatus (KN1) Menurut Kabupaten/Kota xi

13 Halaman di Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 Gambar VII. A.16 Gambar VII. A.17 Cakupan Kunjungan Neonatus Lengkap (KN) Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 Persentase Kunjungan Neonatus, di Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 (Riskesdas 2013) Gambar VII. A.18 Persentase Kunjungan Neonatus (KN1, KN2, KN3 dan Tidak Pernah KN) Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 Gambar VII. A.19 Cakupan Kunjungan Bayi di Provinsi Jawa Barat Tahun Gambar VII. A.20 Gambar VII. A.21 Gambar VII. A.22 Gambar VII. A.23 Gambar VII. A.24 Gambar VII. A.25 Gambar VII. A.26 Gambar VII. A.27 Gambar VII. A.28 Gambar VII. A.29 Gambar VII. A.30 Gambar VII. A.31 Gambar VII. A.32 Gambar VII. A.33 Gambar VII. A.33 Gambar VII. A.34 Gambar VII. A.35 Gambar VII. A.36 Cakupan Kunjungan Bayi Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 Cakupan ASI Eklusif Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 Cakupan Kapsul Vitamin A Pada Balita Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 Cakupan Desa/Kelurahan UCI di Provinsi Jawa Barat Tahun Cakupan Desa/Kelurahan UCI Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 Cakupan Immunisasi Dasar Bayi di Provinsi Jawa Barat, Tahun Cakupan Imuniasi Dasar Lengkap Pada Bayi Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 Cakupan Pelayanan Kesehatan Pada Balita Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 Cakupan Siswa Sekolah Dasar/Sederajat yang Melaksanakan Penjaringan Kesehatan di Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 Cakupan Bayi Umur 0-23 Bulan Yang Ditimbang Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 Cakupan Balita Umur 0-23 Bulan Yang Ditimbang Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 Cakupan Baduta Bawah Garis Merah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 Cakupan Balita Bawah Garis Merah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 Prevalensi Status Gizi BB/TB <-2 SD Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 Prevalensi Anak Sangat Pendek Umur 5 12 Tahun Menurut Kabupaten/Kota, di Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 Prevalensi Gemuk & Sangat Gemuk Anak Umur 5 12 Tahun Menurut Kabupaten/Kota Jawa Barat Tahun 2013 Prevalensi Kurus (IMT/U) Remaja Umur Tahun Menurut Kabupaten/Kota, di Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 Persentase Cakupan Pemberian Tablet Besi (Fe3) Ibu Hamil di Provinsi Jawa Barat Tahun xii

14 Gambar VII. A.37 Gambar VII. A.38 Gambar VII. A.39 Gambar VII. A.40 Gambar VII. A.41 Gambar VII.A.42 Gambar VII.A.43 Gambar VII.B.1 Gambar VII.B.2 Gambar VII.B.3 Gambar VII.B.4 Gambar VII.B.5 Gambar VII.B.6 Gambar VII.B.7 Gambar VII.B.8 Gambar VII.C.1 Gambar VII.C.2 Persentase Cakupan Pemberian Tablet Besi (Fe3) Ibu Hamil Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2014 Persentase Cakupan Anak Balita (6-59 Bulan) Mendapatkan Vitamin A Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 Persentase Rumah Tangga Yang Mengkonsumsi Garam Beryodium Menurut Tipe Daerah, Jawa Barat Tahun 2013 Persentase Rumah Tangga Yang Mengkonsumsi Garam Beryodium Menurut Kabupaten/Kota Hasil Tes Cepat, Jawa Barat Tahun 2013 Cakupan Pelayanan Usia Lanjut (> 60 Tahun) di Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 Rasio Tumpatan/ Pencabutan Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 Persentase Penduduk 10 Tahun Yang Berperilaku Benar Menyikat Gigi Menurut Kabupaten/Kota, Jawa Barat 2013 Persentase Rumah Tangga Ber- Perilaku Bersih dan Sehat (PHBS) di Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 Cakupan (%) Rumah Sehat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat, Tahun 2015 Cakupan (%) Penduduk dengan Akses Air Minum Berkualitas di Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 Cakupan (%) Penyelenggara Air Minum memenuhi Syarat Kabupaten/Kota di Jawa Barat Tahun 2015 AksesPenduduk Terhadap Fasilitas Sanitasi Layak Menurut Kabupaten Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 Persentasi Tempat Tempat Umum (TTU) Memenuhi Syarat Kesehatan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 Persentasi Tempat Pengolahan Makanan (TPM) Memenuhi Syarat Kesehatan Menurut Kabupaten Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 Cakupan (%) Desa/Kelurahan Yang Melaksanakan STBM Menurut Kabupaten Kota di Provinsi Jawa Barat, Tahun 2015 Annual Parasit Insiden (API) Malaria per 1000 penduduk di Provinsi Jawa Barat Pada Tahun Angka Kejadian dan Angka Kematian Penyakit DBD di Provinsi Jawa Barat Tahun 2000 s.d Halaman Gambar VII.C.3 Angka Kesakitan DBD Menurut Kabupaten/Kota Tahun Gambar VII.C.4 Angka Kematian DBD Menurut Kabupaten/Kota Tahun Gambar VII.C.5 Gambar VII.C.6 Pola Penyakit DBD Berdasarkan Rata Rata Kasus Tahun di Provinsi Jawa Barat Angka Kematian (CFR %) Kasus Flu Burung di Provinsi Jawa Barat Tahun xiii

15 Gambar VII.C.7 Sebaran Kasus Flu Burung di Provinsi Jawa Barat Tahun Gambar VII.C.8 Kasus Filariasis Kronis Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 Gambar VII.C.9 Kumulatif Kasus Filariasis di Provinsi Jawa Barat Tahun Halaman Gambar VII.C.10 Survei Mikro Filaria di Provinsi Jawa Barat Tahun Gambar VII.C.11 Cakupan Pelayanan Diare di Provinsi Jawa Barat Tahun Gambar VII.C.12 Gambar VII.C.13 Gambar VII.C.14 Gambar VII.C.15 Perbandingan Cakupan Diare Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 Proporsi Pemberian Oralit Terhadap Kasus Diare di Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 Proporsi Penggunaan Zinc Terhadap Kasus Diare di Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 Penemuan Kusta Dengan Kecacatan Tingkat 2 di Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 Gambar VII.C.16 Prevalensi Kusta dan Case Detection Rate / Penduduk di Provinsi Jawa Barat Tahun Gambar VII.C.17 Prevalensi Rate (PR/10.000) Penyakit Kusta, Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun Gambar VII.C.18 Case Notification Rate (CNR) TBC Paru dalam Penduduk di Provinsi Jawa Barat Tahun Gambar VII.C.19 Case Notification Rate (CNR) TBC Paru dalam Penduduk Berdasarkan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 Gambar VII.C.20 Gambar VII.C.21 Gambar VII.C.22 Gambar VII.C.23 Angka Kesembuhan (Cure Rate) TBC Paru Berdasarkan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 Pola Angka Kesembuhan (Cure Rate) TBC Paru di Provinsi Jawa Barat Tahun Angka Pengobatan Lengkap (Complete Rate) TBC Paru di Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 Angka Keberhasilan Pengobatan (TSR) TBC Paru di Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 Gambar VII.C.24 Cakupan Pneumoni di Provinsi Jawa Barat Tahun Gambar VII.C.25 Gambar VII.C.26 Gambar VII.C.27 Gambar VII.C.28 Cakupan Pneumoni Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 Kumulatif HIV dan Kasus HIV di Provinsi Jawa Barat Tahun < Prosentasi HIV Berdasarkan Kab/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 Cakupan Penemuan Kasus AIDS di Provinsi Jawa Barat Tahun < xiv

16 Gambar VII.C.29 Kasus AIDS berdasarkan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun < Gambar VII.C.30 Penemuan Kasus Diptheri di Provinsi Jawa Barat Tahun Gambar VII.C.31 Gambar VII.C.32 Gambar VII.C.33 Kasus Diptheri Berdasarkan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 Kasus Tetanus Neonatrum di Provinsi Jawa Barat Tahun Insiden Rate Campak Berdasarkan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat 2015 Halaman Gambar VII.C.34 Surveilans AFP Rate di Provinsi Jawa Barat Tahun Gambar VII.C.35 Gambar VII.C.36 Prevalensi Hipertensi terhadap Penduduk Usia 18 Tahun Berdasarkan Pemeriksaan Tekanan Darah di Puskesmas Provinsi Jawa Barat, Tahun 2015 Persentasi Pemeriksaan Obesitas Berdasarkan Kab/Kota Terhadap Jumlah Pengunjung Puskesmas dan Jejaringnya di Provinsi Jawa Barat, Tahun 2015 Gambar VII.C.37 IVA Positif (Kanker Rahim) Berdasarkan Kab/Kota Terhadap Sasaran Wanita Usia Tahun di Provinsi Jawa Barat, Tahun 2015 Gambar VII.C.38 IVA Positif (Tumor/ Benolan) Berdasarkan Kab/Kota Terhadap Sasaran Wanita Usia Tahun Di Provinsi Jawa Barat, Tahun xv

17 DAFTAR TABEL Halaman Tabel I. A. 1 Sasaran RPJMN Berdasarkan Peraturan Presiden No. 2 Tahun 2015 Tabel II. B.1 Kepadatan Penduduk di Provinsi Jawa Barat Tahun Tabel II. C.1 Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Jawa Barat Menurut Daerah Maret 2015 September 2015 Tabel II. C.2 Persentase Penduduk Miskin (P0), Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1), Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) dirinci Menurut Daerah Perkotaan dan Perdesaan di Provinsi Jawa Barat Bulan Maret 2015 dan September 2015 Tabel II. D.1 Tabel II. D.2 Tabel II. D.3 Angka Partisipasi Kasar (APK) menurut Kabupaten Kota dan Jenjang Pendidikan Tahun 2014 Angka Partisipasi Murni (APM) menurut Kabupaten/Kota dan Jenjang Pendidikan tahun Angka Partisipasi Sekolah (APS) Penduduk Usia 7-24 menurut Kabupaten/Kota dan Kelompok Umur 2014 Tabel II. D.4 Perhitungan IPM dengan Metode Lama dengan Metode Baru 35 Tabel II. D.5 Indeks Pembangunan Manusia Perhitungan Metode Baru Provinsi Jawa Barat Tahun Tabel II. D.6 Dimensi Kesehatan / Angka Harapan Hidup 37 Tabel II. D.7 Harapan Lama Sekolah (EYS) 39 Tabel II. D.8 Rata-rata Lama Sekolah (MYS) 38 Tabel II. D.9 Pengeluaran/Produk Nasional Bruto Tahun Tabel III. A.1 Tabel III. B.1 Tabel IV. B. 1 Tabel V. A. 1 Tabel V. D. 1 Tabel V. E. 1 Tabel VI. B. 1 Rasio Puskesmas Terhadap Wilayah Administrasi dan Penduduk di Provinsi Jawa Barat Tahun Jumlah Rumah Sakit berdasarkan Kepemilikan di Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 Rekapitulasi Rasio Tenaga Kesehatan / Penduduk di Jawa Barat Tahun 2015 Anggaran Pembangunan Kesehatan Menurut Sumber Anggaran di Provinsi Jawa Barat Tahun Alokasi Anggaran Per Program Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 Realisasi Anggaran Per Program Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 Angka Kematian Ibu per kelahiran hidup di Provinsi Jawa Barat xvi

18 Tabel VI. B. 2 Tabel VII. A. 1 Banyaknya Kelahiran dan Angka Kematian Ibu di Provinsi Jawa Barat Tahun 2003 Persentase Kelahiran Menurut Penolong Persalinan Menurut Kabupaten/Kota, di Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 Halaman Tabel VII. C. 1 Tabel VII. C. 2 Tabel VII. C. 3 Tabel VII. C. 4 Proporsi Suspek Penderita Malaria Klinis Yang Diambil Sediaan Darah Malaria Menurut Asal Penemuan di Provinsi Jawa Barat Pada Tahun Annual Parasite Incidence (API) di Daerah Reseptif Malaria Tahun Wilayah High Case Incidence (HCI) di Daerah Reseptif Per Kabupaten di Propinsi Jawa Barat Tahun Proporsi Pengobatan Penderita (+) Malaria Menurut Kabupaten di Propinsi Jawa Barat Tahun Tabel VII. C. 5 Evaluasi dan Analisis Kinerja Program Malaria di Jawa Barat Tahun 2015 Tabel VII. C. 6 Tabel VII. C. 7 Jumlah Kasus Gigitan Hewan Penular Rabies (HPR) di Provinsi Jawa Barat tahun Distribusi Penemuan Kasus Flu Burung pada manusia di Provinsi Jawa Barat Berdasarkan Kabupaten/Kota Tahun Tabel VII. C. 8 Jumlah Kasus Anthraks di Provinsi Jawa Barat Tahun Tabel VII. C.9 Jumlah Kasus Anthraks Kabupaten/Kota Tahun Tabel VII. C. 10 Persentasi Pemberian Obat Pencegahan Massal Filaria Provinsi Jawa Barat Tahun Tabel VII. C.11 Hasil Transsmission Assesment Survey di Provinsi Jawa Barat 165 Tabel VII. C.12 Penemuan Kusta Baru, Kusta Tercatat, Kusta Anak, dan Kecacatan Tk.2 di Provinsi Jawa Barat, Tahun Tabel VII. C.13 Angka Kesembuhan, Angka Pengobatan Lengkap, Angka Keberhasilan Pengobatan dan Angka Kematian TBC Paru Selama Pengobatan di Provinsi Jawa Barat Tahun xvii

19

20 Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN A. RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL (RPJMN) TAHUN Visi dan Misi Pembangunan Nasional untuk Tahun Visi Pembangunan Nasional untuk tahun adalah: Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotongroyong. Visi ini diwujudkan melalui 7 (tujuh) misi pembangunan, yaitu: a. Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim, dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan. b. Mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan, dan demokratis berlandaskan negara hukum. c. Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat jati diri sebagai negara maritim. d. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju, dan sejahtera. e. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing. f. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional. g. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan. Sembilan Agenda Pembangunan (Nawa Cita), meliputi : a. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman kepada seluruh warga negara. b. Membuat pemerintah selalu hadir dengan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya. c. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan. d. Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya. e. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. 1

21 Pendahuluan e. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. f. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsabangsa Asia lainnya. g. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik. h. Melakukan revolusi karakter bangsa. i. Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia. 2. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Bidang Kesehatan a. Tujuan 1) Meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat. 2) Meningkatkan pemeratan pelayanan kesehatan, dengan fokus pada Daerah Tertinggal, Perbatasan dan Kepulauan Terluar (DTPK). 3) Meningkatkan perlindungan finansial, melalui Penerima Bantuan Iuran. b. Kondisi Umum 1) Kesehatan ibu dan anak membaik namun belum signifikan dan kesenjangan masih cukup lebar. 2) Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) masih cukup tinggi. 3) Disparitas masih lebar : Persalinan di fasilitas kesehatan tertinggi berada di DIY (99%) dan terendah berada di Maluku (25,2%); Cakupan imunisasi dasar lengkap tertinggi berada di DIY (83,1%) dan terendah berada di Papua (29,2%). c. Status Gizi di Indonesia 1) Permasalahan kekurangan gizi, terutama pendek (stunting) 2) Wasting / kurus dialami oleh 12,1% balita 3) Ibu hamil di Indonesia mengalami anemia (37,1%) d. Pengendalian Penyakit 1) Beban ganda penyakit: penyakit menular masih muncul sedangkan penyakit tidak menular semakin meningkat. 2) Prevalensi HIV dan AIDS di Indonesia cukup tinggi tahun 2013 adalah 0,43 persen. 2

22 Pendahuluan 3) Faktor Risiko PTM (Penduduk >10 th kurang konsumsi buah dan sayur : 93,5%). e. Fasilitas Pelayanan Kesehatan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pada pelayanan kesehatan rujukan, banyak rumah sakit yang belum memenuhi standar ketenagaan. 3. Sasaran Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tabel I. A. 1 Sasaran RPJMN Berdasarkan Peraturan Presiden No. 2 Tahun 2015 No INDIKATOR Status Awal Target Meningkatkan Status Ibu dan Anak 1) Angka kematian Ibu Per Kelahiran 2) Angka Kematian Bayi per kelahiran 2 Meningkatnya Status Gizi Masyarakat 346 (SP.2010) 32 (2012/2013) 1) Prevalensi anemia pada ibu hamil (persen) 37,1 (2013) 28 2) Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) (persen) 3) Persentase bayi usia kurang dari 6 bulan yang mendapat ASI eksklusif 4) Prevalensi kekurangan gizi (underweight) pada anak balita (persen) ,2 (2013) 8 38,0 (2013) 50 19,6 (2013) 17 5) Prevalensi wasting (kurus) anak balita (persen) 12 (2012) 9,5 6) Prevalensi stunting (pendek dan sangat pendek) anak baduta (persen) 32,9 (2013) 28 3 Meningkatnya Pengendalian Penyakit Menular dan Tidak Menular serta Meningkatnya Penyehatan Lingkungan 1) Prevalensi Tuberkulosis (TB) per penduduk 297 (2013) 245 2) Prevalensi HIV pada populasi dewasa (persen) 0,43 (2013) < 0,5 3) Jumlah Kab/Kota mencapai eliminasi malaria 212 (2013) 300 4) Jumlah provinsi mencapai eliminasi kusta 20 (2013) 34 5) Jumlah Kab/Kota mencapai eliminasi Filariasis ) Persentase Kabupaten/Kota yang memenuhi syarat kualitas kesehatan lingkungan 15,3 40 7) Prevalensi tekanan darah tinggi (persen) 25,8 (2013) 23,4 8) Prevalensi berat badan lebih dan obesitas 15,4 (2013) 15,4 pada penduduk usia 18+ tahun (persen) 9) Prevalensi merokok pada usia 18 tahun 7,2 (2013) 5,4 3

23 Pendahuluan 10) Persentase penurunan kasus penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) tertentu dari tahun Meningkatnya pemerataan Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan Berkualitas 1) Jumlah kecamatan yang memiliki minimal 1 puskesmas yang Terakreditasi ) Jumlah Kab/Kota yang memiliki minimal 1 RSUD yang terakreditasi 3) Persentase kabupaten/kota yang mencapai 80 persen imunisasi dasar lengkap pada bayi 5 Meningkatnya Perlindungan Finansial 1) Jumlah penduduk yang menjadi peserta penerima bantuan iuran (PBI) melalui Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)/Kartu Indonesia Sehat (KIS) (dalam juta) 10 (2013) , ,4 107,2 2) Unmet need pelayanan kesehatan Meningkatnya Ketersediaan, Penyebaran, dan Mutu Sumber Daya Manusia Kesehatan 1) Jumlah puskemas yang minimal memiliki 5 jenis tenaga kesehatan 2) Persentase RSU Kab/Kota kelas C yang memiliki 7 dokter spesialis 3) Meningkatnya jumlah tenaga kesehatan yang ditingkatkan kompetensinya (kumulatif) Memastikan Ketersediaan Obat dan Mutu Obat dan Makanan 1) Persentase ketersediaan obat dan vaksin di Puskesmas 75,5 (2014) 90 2) Persentase obat yang memenuhi syarat 92 (2014) 94 3) Presentase makanan yang memenuhi syarat 87,6 (2013) 90,1 8 Meningkatnya upaya peningkatan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat, serta meningkatnya pembiayaan kegiatan promotif dan preventif; 9 Meningkatnya upaya peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat 10 Meningkatnya perlindungan finansial termasuk menurunnya pengeluaran katastropik akibat pelayanan kesehatan; 11 Meningkatnya responsifitas sistem kesehatan (health system responsiveness). 12 Meningkatnya daya saing Obat dan Makanan nasional 4. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan R.I tahun tidak ada visi dan misi, namun mengikuti visi dan misi Presiden Republik Indonesia, yaitu Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotongroyong. Dalam hal ini Kementerian Kesehatan mempunyai 4

24 Pendahuluan peran dan berkonstribusi dalam tercapainya seluruh Nawa Cita terutama dalam meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. Terdapat dua tujuan, yaitu: a. Meningkatnya status kesehatan masyarakat dan; b. Meningkatnya daya tanggap (responsiveness) dan perlindungan masyarakat terhadap risiko sosial dan finansial di bidang kesehatan. Peningkatan status kesehatan masyarakat dilakukan pada semua kontinum siklus kehidupan (life cycle), yaitu bayi, balita, anak usia sekolah, remaja, kelompok usia kerja, maternal, dan kelompok lansia. Tujuan indikator Kementerian Kesehatan bersifat dampak (impact atau outcome) dalam peningkatan status kesehatan masyarakat, indikator yang akan dicapai adalah: a. Menurunnya angka kematian ibu dari 359 per kelahiran hidup (SP 2010), 346 menjadi 306 per kelahiran hidup (SDKI 2012). b. Menurunnya angka kematian bayi dari 32 menjadi 24 per kelahiran hidup. c. Menurunnya persentase BBLR dari 10,2% menjadi 8%. d. Meningkatnya upaya peningkatan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat, serta pembiayaan kegiatan promotif dan preventif. e. Meningkatnya upaya peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat. Sedangkan dalam rangka meningkatkan daya tanggap (responsiveness) dan perlindungan masyarakat terhadap risiko sosial dan finansial di bidang kesehatan, maka ukuran yang akan dicapai adalah: a. Menurunnya beban rumah tangga untuk membiayai pelayanan kesehatan setelah memiliki jaminan kesehatan dari 37% menjadi 10%. b. Meningkatnya indeks responsiveness terhadap pelayanan kesehatan dari 6,80 menjadi 8, Sasaran Kegiatan Kementerian Kesehatan a. Meningkatnya Kesehatan Masyarakat, dengan sasaran yang akan dicapai adalah: 1) Meningkatnya persentase persalinan di fasilitas kesehatan sebesar 85%. 2) Menurunnya persentase ibu hamil kurang energi kronik sebesar 18,2%. 5

25 Pendahuluan 3) Meningkatnya persentase kabupaten dan kota yang memiliki kebijakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) sebesar 80%. b. Meningkatnya Pengendalian Penyakit, dengan sasaran yang akan dicapai adalah: 1) Persentase kabupaten/kota yang memenuhi kualitas kesehatan lingkungan sebesar 40%. 2) Penurunan kasus Penyakit yang dapat dicegah dengan Imunisasi (PD3I) tertentu sebesar 40%. 3) Kabupaten/Kota yang mampu melaksanakan kesiapsiagaan dalam penanggulangan kedaruratan kesehatan masyarakat yang berpotensi wabah sebesar 100%. 4) Menurunnya prevalensi merokok pada pada usia 18 tahun sebesar 5,4%. c. Meningkatnya Akses dan Mutu Fasilitas Pelayanan Kesehatan, dengan sasaran yang akan dicapai adalah: 1) Jumlah kecamatan yang memiliki minimal 1 Puskesmas yang terakreditasi sebanyak ) Jumlah kabupaten/kota yang memiliki minimal 1 RSUD yang terakreditasi sebanyak 481 kabupaten/kota. d. Meningkatnya akses, kemandirian, dan mutu sediaan farmasi dan alat kesehatan, dengan sasaran yang akan dicapai adalah: 1) Persentase ketersediaan obat dan vaksin di Puskesmas sebesar 90%. 2) Jumlah bahan baku obat, obat tradisional serta alat kesehatan yang diproduksi di dalam negeri sebanyak 35 jenis. 3) Persentase produk alat kesehatan dan PKRT peredaran yang memenuhi syarat sebesar 83%. e. Meningkatnya Jumlah, Jenis, Kualitas dan Pemerataan Tenaga Kesehatan, dengan sasaran yang akan dicapai adalah: 1) Jumlah Puskesmas yang minimal memiliki 5 jenis tenaga kesehatan sebanyak Puskesmas. 2) Persentase RS kabupaten/kota kelas C yang memiliki 4 dokter spesialis dasar dan 3 dokter spesialis penunjang sebesar 60%. 6

26 Pendahuluan 3) Jumlah SDM Kesehatan yang ditingkatkan kompetensinya sebanyak 56,910 orang. f. Meningkatnya sinergitas antar Kementerian/Lembaga, dengan sasaran yang akan dicapai adalah: 1) Meningkatnya jumlah kementerian lain yang mendukung pembangunan kesehatan. 2) Meningkatnya persentase kab/kota yang mendapat predikat baik dalam pelaksanaan SPM sebesar 80%. g. Meningkatnya daya guna kemitraan dalam dan luar negeri, dengan sasaran yang akan dicapai adalah: 1) Jumlah dunia usaha yang memanfaatkan CSR untuk program kesehatan sebesar 20%. 2) Jumlah organisasi kemasyarakatan yang memanfaatkan sumber dayanya untuk mendukung kesehatan sebanyak 15 ormas 3) Jumlah kesepakatan kerja sama luar negeri di bidang kesehatan yang diimplementasikan sebanyak 40 h. Meningkatnya integrasi perencanaan, bimbingan teknis dan pemantauanevaluasi, dengan sasaran yang akan dicapai adalah 1) Jumlah provinsi yang memiliki rencana lima tahun dan anggaran kesehatan terintegrasi dari berbagai sumber sebanyak 34 provinsi. 2) Jumlah rekomendasi monitoring evaluasi terpadu sebanyak 100 rekomendasi. i. Meningkatnya efektivitas penelitian dan pengembangan kesehatan, dengan sasaran yang akan dicapai adalah: 1) Jumlah hasil penelitian yang didaftarkan HKI sebanyak 35 buah. 2) Jumlah rekomendasi kebijakan berbasis penelitian dan pengembangan kesehatan yang diadvokasikan ke pengelola program kesehatan dan atau pemangku kepentingan sebanyak 120 rekomendasi. 3) Jumlah laporan Riset Kesehatan Nasional (Riskesnas) bidang kesehatan dan gizi masyarakat sebanyak 5 laporan. j. Meningkatnya tata kelola kepemerintahan yang baik dan bersih, dengan sasaran yang akan dicapai adalah: 1) Persentase satuan kerja yang dilakukan audit memiliki temuan kerugian negara 1% sebesar 100%. 7

27 Pendahuluan 2) Meningkatnya kompetensi dan kinerja aparatur Kementerian Kesehatan, dengan sasaran yang akan dicapai adalah: Meningkatnya persentase pejabat struktural di lingkungan Kementerian Kesehatan yang kompetensinya sesuai persyaratan jabatan sebesar 90%. Meningkatnya persentase pegawai Kementerian Kesehatan dengan nilai kinerja minimal baik sebesar 94%. k. Meningkatkan sistem informasi kesehatan integrasi, dengan sasaran yang akan dicapai adalah: 1) Meningkatnya persentase Kabupaten/Kota yang melaporkan data kesehatan prioritas secara lengkap dan tepat waktu sebesar 80%. 2) Persentase tersedianya jaringan komunikasi data yang diperuntukkan untuk akses pelayanan e-health sebesar 50%. B. RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) PROVINSI JAWA BARAT TAHUN Visi dan Misi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) merupakan dokumen perencanaan daerah periode 5 (lima) tahun. Dokumen RPJMD bersifat makro yang memuat visi, misi dan program prioritas serta rencana penganggaran. RPJMD merupakan kesepakatan para pemangku kepentingan dalam pembangunan daerah mengenai program prioritas 5 (lima) tahun kedepan yang akan menjadi pedoman bagi seluruh pemangku kepentingan pembangunan dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, sebagai koridor penyusunan visi, misi dan program program pembangunan Selain itu RPJMD menjadi pedoman penyusunan program prioritas jangka menengah bagi Kabupaten/Kota yang disesuaikan dengan kondisi, potensi dan karakteristik daerah serta penyusunan Rencana Strategis (Renstra) OPD/Biro Provinsi Jawa Barat Tahun Visi Pembangunan Jawa Barat Tahun sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Daerah Nomor 24 Tahun 2010 adalah Dengan Iman dan Taqwa, Provinsi Jawa Barat Termaju di Indonesia. Dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, permasalahan tantangan dan peluang serta 8

28 Pendahuluan budaya yang hidup dalam masyarakat, maka visi Pemerintah Provinsi Jawa Barat tahun adalah Jawa Barat Maju dan Sejahtera Untuk Semua. Untuk mewujudkan pencapaian visi yang telah ditetapkan dengan memperhatikan kondisi dan permasalahan yang ada, tantangan ke depan, serta memperhitungkan peluang yang dimiliki, maka ditetapkan 5 (lima) misi sebagai berikut : a. Misi Pertama, Membangun Masyarakat yang Berkualitas dan Berdaya Saing. b. Misi Kedua, Membangun Perekonomian yang Kokoh dan Berkeadilan. c. Misi Ketiga, Meningkatkan Kinerja Pemerintahan, Profesionalisme Aparatur, dan Perluasan Partisipasi Publik. d. Misi Keempat, Mewujudkan Jawa Barat yang Nyaman dan Pembangunan Infrastruktur Strategis yang Berkelanjutan. e. Misi Kelima, Meningkatkan Kehidupan Sosial, Seni dan Budaya, Peran Pemuda dan Olah Raga serta Pengembangan Pariwisata dalam Bingkai Kearifan Lokal. 2. Nilai-Nilai a. Good Governance (tata kelola kepemerintahan), yaitu pengelolaan pemerintahan yang baik dan bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) untuk menciptakan penyelenggaraan negara yang seimbang, bertanggung jawab, efektif dan efisien, dengan menjaga keserasian interaksi yang konstruktif di antara pemerintah, swasta dan masyarakat. b. Integrity (integritas), yaitu suatu kesatuan perilaku yang melekat pada prinsip-prinsip moral dan etika, terutama mengenai karakter moral dan kejujuran, yang dihasilkan dari suatu sistem nilai yang konsisten. c. Quality and Accountability (mutu dan akuntabilitas), yaitu suatu tingkatan kesempurnaan karakteristik pribadi yang mampu memberikan hasil melebihi kebutuhan ataupun harapan, dan sebuah bentuk tanggungjawab untuk suatu tindakan, keputusan dan kebijakan yang telah mempertimbangkan mengenai aturan, pemerintahan dan implementasinya, dalam pandangan hukum dan tata kelola yang transparan. d. Pemerataan pembangunan yang berkeadilan, yaitu upaya mewujudkan peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat untuk mengurangi tingkat kemiskinan, kesenjangan antar wilayah, dan 9

29 Pendahuluan kesenjangan sosial antar kelompok masyarakat, melalui pemenuhan kebutuhan akses pelayanan sosial dasar termasuk perumahan beserta sarana dan prasarananya, serta memberikan kesempatan berusaha bagi seluruh lapisan masyarakat untuk menanggulangi pengangguran dengan menyeimbangkan pengembangan ekonomi skala kecil, menengah, dan besar. e. Penggunaan data dan informasi yang terintegrasi (Satu Data dan Informasi Jawa Barat) yang akurat, terbaharukan dan dapat dipertanggungjawabkan. Dokumen tersebut terdiri dari data dan informasi spasial (keruangan) dan a-spasial (non keruangan). 3. Strategi dan arah kebijakan Bidang Kesehatan melalui strategi pertama, Menguatkan pemberdayaan masyarakat, kerjasama dan kemitraan serta penyehatan lingkungan dengan arah kebijakan penguatan pemberdayaan masyarakat, kerjasama & kemitraan serta penyehatan lingkungan. Strategi kedua, Menguatkan pelayanan kesehatan, pencegahan, pengendalian penyakit menular dan tidak menular, gangguan mental serta gangguan gizi dengan arah kebijakan penguatan pelayanan kesehatan, pencegahan, pengendalian penyakit menular dan tidak menular gangguan mental serta gizi masyarakat. Strategi ketiga, Menguatkan pembiayaan, sumber daya kesehatan dengan arah kebijakan penguatan Pembiayaan dan sumber daya kesehatan. Strategi keempat, Menguatkan manajemen, regulasi, teknologi informasi kesehatan dan penelitian pengembangan kesehatan dengan arah kebijakan penguatan manajemen, regulasi, sistem infomasi bidang kesehatan dan penelitian pengembangan kesehatan. Untuk mewujudkan tujuan dan sasaran setiap misi dilaksanakan melalui 10 (sepuluh) skenario pembangunan Common Goals berbasis tematik sektoral. Adapun operasionalisasi Common Goals dilaksanakan berdasarkan 5 (lima) strategi yaitu: Pertama, pelibatan komunitas berbasis masyarakat dengan prinsip penguatan aktor lokal (strengthening local actor); Kedua, integrasi seluruh potensi nyata pembangunan dan daya saing di seluruh kabupaten/kota; Ketiga, penerapan manajemen pemerintahan model hibrida sebagai penghela percepatan pembangunan, yaitu mengkombinasi manajemen berbasis daerah otonom Kabupaten/Kota dengan manajemen kewilayahan; Keempat, penguatan komitmen pelaksanaan pembangunan lintas sektor dan lintas pemerintahan; serta Kelima, 10

30 Pendahuluan peningkatan peran multi pihak dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan mutu serta akuntabilitas pembangunan. Penjabaran tematik sektoral untuk 10 (sepuluh) Common Goals berbasis untuk Bidang kesehatan adalah dengan Meningkatkan aksesibilitas dan kualitas layanan kesehatan; a. Peningkatan pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas, puskesmas PONED dan pemenuhan sumber daya kesehatan b. Pemenuhan pelayanan kesehatan dasar ibu dan anak c. Peningkatan Layanan Rumah sakit Rujukan dan Rumah sakit Jiwa d. Pemberantasan penyakit menular dan penyakit tidak menular serta peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat 4. Urusan Wajib Pembangunan Kesehatan a. Program Promosi Kesehatan b. Program Pengembangan Lingkungan Sehat c. Program Pelayanan Kesehatan d. Program Pengendalian Penyakit Menular dan Tidak Menular e. Program Sumber Daya Kesehatan f. Program Manajemen Kesehatan 5. Program Prioritas a. Bidang Kesehatan 1) Kebijakan Penguatan pemberdayaan masyarakat, kerjasama dan kemitraan serta penyehatan lingkungan, yang dilaksanakan melalui : a) Program Pengembangan Lingkungan Sehat, dengan sasaran meningkatnya penyehatan dan pengawasan kualitas lingkungan melalui Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STMB). b) Program Promosi Kesehatan dengan sasaran meningkatnya kemampuan kabupaten/kota untuk mencapai desa/kelurahan siaga aktif, PHBS di tatanan rumah tangga dan regulasi kawasan tanpa rokok. 2) Kebijakan penguatan pelayanan kesehatan, pencegahan, pengendalian penyakit menular dan tidak menular gangguan mental serta gizi masyarakat melalui : a) Program Pelayanan Kesehatan dengan sasaran : Meningkatkan perlindungan pada ibu hamil, ibu bersalin, 11

31 Pendahuluan ibu nifas bayi, anak, dan masyarakat resiko tinggi untuk gerakan penyelamatan masa depan; Meningkatnya pelayanan kesehatan dasar dan rujukan; Meningkatnya pelayanan komprehensif gangguan mental sesuai standar. b) Program Pengendalian penyakit menular dan tidak menular, dengan sasaran : Meningkatnya persentase desa/kelurahan mencapai Universal child immunization (UCI) Setiap kejadian luar biasa (KLB) penyakit dan keracunan tertanggulangi secara cepat dan tepat serta dilaporkan secara cepat kurang dari 24 jam kepada unit pelayanan terdekat Meningkatkan surveilans sistem kewaspadaan dini (SKD) dalam rangka reduksi, eliminasi, dan eradikasi penyakit yang berorietasi pada penguatan sistem, kepatuhan terhadap standar dan peningkatan komitmen Meningkatkan dalam pengendalian, penemuan dan tatalaksana penyakit TBC, HIV/AIDS, menurunnya angka penyakit Zoonosis, serta penyakit menular dan tidak menular lainnya. 3) Kebijakan Penguatan Pembiayaan dan sumber daya kesehatan melalui program sumber daya kesehatan dengan sasaran meningkatnya kualitas dan penyebaran tenaga kesehatan sesuai standar. 4) Kebijakan Penguatan Managemen, regulasi, sistem infomasi bidang kesehatan dan penelitian pengembangan kesehatan melalui program Manajemen kesehatan, dengan sasaran sebagai berikut : a) Meningkatnya kualitas rumah sakit menjadi center of excellent/rujukan spesifik berbasis masalah kesehatan di Jawa Barat. b) Terwujudnya kualifikasi UPTD Provinsi menjadi center of excellent. c) Tersedianya regulasi dan kebijakan bidang kesehatan. d) Terwujudnya sistem informasi kesehatan terintegrasi dan penelitian pengembangan kesehatan dalam mendukung manajeman kesehatan. 12

32 Pendahuluan C. VISI MISI DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT Dinas Kesehatan sebagai salah satu Satuan Kerja Perangkat Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Barat berkepentingan untuk memberikan kontribusi yang bermakna dalam mewujudkan Visi dan Misi Pemerintah Provinsi Jawa Barat dengan mempertimbangkan kesesuaian dan keterkaitan dengan Visi dan Misi Kementerian Kesehatan serta Visi Pembangunan Provinsi Jawa Barat, maka telah disusun Visi Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat yaitu : Masyarakat yang Mandiri Untuk Hidup Sehat Untuk mewujudkan pencapaian visi yang telah ditetapkan dengan memperhatikan kondisi dan permasalahan yang ada, tantangan ke depan, serta memperhitungkan peluang yang dimiliki, maka ditetapkan 4 (empat) misi Pembangunan Kesehatan di Jawa Barat sebagai berikut: 1) Membangun kemandirian masyarakat untuk hidup sehat 2) Menjamin pelayanan kesehatan yang prima 3) Mendukung sumber daya pembangunan kesehatan 4) Regulator pembangunan kesehatan di Jawa Barat 1. Tujuan, Sasaran dan Indikator 1) Misi 1 : Membangun kemandirian masyarakat untuk hidup sehat, dengan tujuan Terwujudnya kemandirian masyarakat untuk mencapai kualitas lingkungan yang sehat serta perilaku hidup bersih dan sehat, dengan sasaran sebagai berikut : a) Meningkatnya Kemandirian Masyarakat, dengan indikator : Persentase Kabupaten/Kota mempunyai cakupan PHBS Rumah Tangga mencapai 50%. Persentase Desa Siaga Aktif b) Meningkatnya Kualitas Penyehatan Lingkungan, dengan indikator : Persentase penduduk yang memiliki akses terhadap air minum yang berkualitas Persentase penduduk yang mengiakan jamban sehat 2) Misi 2 : Menjamin pelayanan kesehatan yang prima, dengan tujuan Tercapainya pelayanan kesehatan yang berkualitas, dengan sasaran : a) Menurunnya ratio kematian ibu dan Bayi, dengan indikator : Ratio Kematian Ibu 13

33 Pendahuluan Ratio Kematian Bayi Jumlah Kabupaten/Kota yang menangani Kasus Gizi Buruk Cakupan Persalinan oleh tenaga kesehatan b) Meningkatnya Upaya pencegahan, pemberantasan, pengendalian penyakit menular dan tidak menular, dengan indikator : Persentasi desa/kelurahan yang mencapai UCI 90% Persentase Kabupaten/Kota yang mencapai Treatment Succes Rate TB Presentase Kabupaten/Kota dengan kasus tekanan darah tinggi sebesar 23,38% Persentase Kabupaten Kota dengan 100% Puskesmas melaksanakan pelayanan kesehatan Jiwa. 3) Misi 3 : Mendukung sumber daya pembangunan kesehatan, dengan tujuan Terpenuhinya Sumber Daya Kesehatan, dengan sasaran : a) Meningkatkan sumber daya kesehatan sesuai dengan standar, dengan indikator : Persentase Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) terisi dokter Spesialis sesuai standar. Jumlah Puskesmas yang sudah terakreditasi. Jumlah Rumah Sakit yang sudah terakreditasi. Jumlah Rumah Sakit mampu memberikan pelayanan kesehatan ibu dan bayi sesuai standar. Persentasi ketersediaan obat esensial di instalasi farmasi kabupaten/kota. b) Menuju universal coverage JPKM, dengan indikator : Persentase penduduk dengan jaminan kesehatan. 4) Misi 4 : Regulator pembangunan kesehatan di Jawa Barat, dengan Tujuan : Terwujudnya Regulasi dan kebijakan kesehatan, dengan sasaran : a) Terwujudnya Regulasi dan kebijakan kesehatan, dengan indikator : Jumlah dokumen regulasi kebijakan pembangunan kesehatan b) Meningkatnya Data Kesehatan yang Komprehensif, dengan indikator : Persentase Kabupaten/Kota yang menyediakan Data dan Informasi yang komprehensif. 14

34 Pendahuluan 2. Strategi, Kebijakan dan Program Dalam rangka mencapai Visi dan Misi yang telah dirumuskan dan dijelaskan tujuan dan sasarannya, maka untuk memperjelas cara untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut melalui strategi pembangunan kesehatan yang terdiri atas Kebijakan dan Program sebagai berikut: a. Strategi 1) Menguatkan pemberdayaan masyarakat, kerja sama & kemitraan serta penyehatan lingkungan; 2) Menguatkan pelayanan kesehatan, pencegahan, pengendalian penyakit menular dan tidak menular, gangguan mental serta gangguan gizi; 3) Menguatkan pembiayaan dan sumberdaya kesehatan; 4) Menguatkan manajemen, regulasi, teknologi informasi kesehatan dan penelitian pengembangan kesehatan. b. Kebijakan : 1) Penguatan pemberdayaan masyarakat, kerjasama & kemitraan serta penyehatan lingkungan; 2) Penguatan pelayanan kesehatan, pencegahan, pengendalian penyakit menular dan tidak menular, gangguan mental serta gangguan gizi; 3) Penguatan pembiayaan dan sumber daya kesehatan; 4) Penguatan manajemen, regulasi, sistem informasi bidang kesehatan dan penelitian pengembangan kesehatan c. Program 1) Program Promosi Kesehatan; 2) Program Pengembangan Lingkungan Sehat; 3) Program Pelayanan Kesehatan; 4) Program Pengendalian Penyakit Menular dan Tidak Menular; 5) Program Sumber Daya Kesehatan; dan 6) Program Manajemen Kesehatan. 3. Perencanaan Kinerja Tahun 2015 Perencanaan Kinerja Tahun 2015 disusun berdasarkan tujuan dan sasaran dari Renstra Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat Tahun , tujuan dan sasaran tersebut mengacu pada RPJMD Provinsi Jawa Barat Tahun , yaitu dengan tujuan : Membangun sumber daya manusia Jawa Barat yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, senantiasa berkarya, kompetitif, 15

35 Pendahuluan dengan tetap mempertahankan identitas dan ciri khas masyarakat yang santun dan berbudaya dan sasarannya : Meningkatnya kualitas layanan kesehatan bagi semua serta perluasan akses layanan yg terjangkau dan merata, dengan Indikator Kinerja Sasaran yaitu: 1) Misi 1 : Membangun kemandirian masyarakat untuk hidup sehat a. Tujuan Terwujudnya kemandirian masyarakat untuk mencapai kualitas lingkungan yang sehat serta perilaku hidup bersih dan sehat. b. Sasaran dan Indikator Sasaran 1 Meningkatnya Kemandirian Masyarakat, dengan Indikator, meliputi (a) Persentase Kabupaten/Kota mempunyai cakupan Perilaku Hidup Besrsih dan Sehat (PHBS) Rumah Tangga mencapai 50% dan (b) Persentase Desa Siaga Aktif. Sasaran 2 Meningkatnya Kualitas Penyehatan Lingkungan, dengan indikator, meliputi ; (a) Persentase Persentase Penduduk yang memiliki akses terhadap air minum yang berkualitas, dan (b) Persentase Penduduk yang menggunakan jamban sehat. 2) Misi 2 : Menjamin pelayanan kesehatan yang prima a) Tujuan Tercapainya pelayanan kesehatan yang berkualitas b) Sasaran dan Indikator Sasaran 1 Menurunnya ratio kematian ibu dan Bayi, dengan indikator, meliputi : (a) Ratio Kematian Ibu; (b) Ratio Kematian Bayi; (c) Jumlah Kabupaten/Kota yang menangani kasus gizi buruk; dan (d) Cakupan Persalinan oleh tenaga Kesehatan. Sasaran 2 Meningkatnya upaya pencegahan, pemberantasan, pengendalian penyakit menular dan tidak menular, dengan Indikator, meliputi : (a) Persentasi desa/kelurahan mencapai UCI 90%; (b) Persentase Kabupaten/Kota yang mencapai Treatment Succes Rate TB; (c) Persentase Kabupaten/Kota dengan kasus tekanan darah tinggi 16

36 Pendahuluan sebesar 23,38%; dan (d) Persentase Kab/Kota dengan 100% Puskesmas melaksanakan pelayanan kesehatan Jiwa. 3) Misi 3 : Mendukung sumber daya pembangunan kesehatan a) Tujuan Terpenuhinya Sumber Daya Kesehatan b) Sasaran dan Indikator Sasaran 1 Meningkatkan sumber daya kesehatan sesuai dengan standar, dengan indikator, meliputi; (a) Persentase Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) terisi dokter spesialis sesuai standar; (b) Jumlah Puskesmas yang sudah terakreditasi; (c) Jumlah Rumah Sakit yang sudah terakreditasi; (d) Jumlah Rumah Sakit mampu memberikan pelayanan kesehatan Ibu dan Bayi sesuai standar; dan (e) Persentase ketersediaan obat esensial di instalasi farmasi Kabupaten/Kota. Sasaran 2 Menuju universal coverage Jaminan Pelayanan Kesehatan Masyarakat (JPKM), dengan indikator, meliputi Persentasi penduduk dengan jaminan kesehatan. 4) Misi 4 : Regulator pembangunan kesehatan di Jawa Barat a) Tujuan Terwujudnya Regulasi dan Kebijakan Kesehatan b) Sasaran dan Indikator Sasaran 1 Terwujudnya regulasi dan kebijakan kesehatan, dengan indikator, meliputi Jumlah dokumen regulasi kebijakan pembangunan kesehatan. Sasaran 2 Meningkatnya data kesehatan yang komprehensif dengan indikator yang meliputi persentase kabupaten/kota yang menyediakan data dan informasi yang komprehensif. 17

37 Pendahuluan 4. Perjanjian Kinerja Tahun 2015 Perjanjian Kinerja tahun 2015 disusun berdasarkan tujuan dan sasaran Renstra Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat Tahun , tujuan dan sasaran tersebut mengacu pada sasaran yang terdapat pada RPJMD, yaitu dengan tujuan : Membangun sumber daya manusia Jawa Barat yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, senantiasa berkarya, kompetitif, dengan tetap mempertahankan identitas dan ciri khas masyarakat yang santun dan berbudaya dan sasarannya : Meningkatnya kualitas layanan kesehatan bagi semua serta perluasan akses layanan yg terjangkau dan merata, dengan menetapkan Indikator Kinerja Utama, yang tercapai melalui Indikator Kinerja Sasaran yaitu : a. Meningkatnya kemandirian masyarakat, dengan indikator, yaitu Persentase Kabupaten/Kota mempunyai cakupan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Rumah Tangga mencapai 50%, dengan target 40%. b. Menurunnya ratio kematian ibu dan bayi, dengan indikator : 1) Ratio kematian ibu, dengan target 90/ KH 2) Ratio kematian bayi, dengan target 6/1000 KH 3) Jumlah Kabupaten/Kota yang menangani kasus Gizi Buruk, dengan target 100%. 4) Cakupan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan, dengan target 85% c. Meningkatnya upaya pencegahan, pemberantasan, pengendalian penyakit menular dan tidak menular, dengan indikator : 1) Presentase Desa/kelurahan yang mencapai Universal Child Immunization (UCI) 90%, dengan target 90%. 2) Persentase Kabupaten/Kota yang mencapai Treatment Succes Rate (TSR) TB, dengan target 78%. d. Meningkatkan sumber daya kesehatan sesuai dengan standar, dengan indikator: 1) Jumlah Puskesmas yang sudah terakreditasi, dengan target 34 2) Jumlah Rumah Sakit yang sudah terakreditasi, dengan target 21 e. Terwujudnya Regulasi dan kebijakan kesehatan, dengan indikator, yaitu Jumlah Dokumen Regulasi kebijakan pembangunan kesehatan dengan target 2 (dua) dokumen. 18

38 Pendahuluan 5. Isu Strategi Bidang Kesehatan dalam RPJMD Jawa Barat Permasalahan utamanya adalah sebagai berikut : a. Intensitas beberapa penyakit menular dan tidak menular serta malnutrisi makin meningkat dan terjadi penyebaran beberapa penyakit menular (multiple burden of desease) diluar sasaran MDGs 2015, ada ancaman meningkatnya atau munculnya penyakit lain (new emerging dan reemerging) serta kejadian luar biasa yang diakibatkan adanya perubahan perilaku manusia dan lingkungan. b. Sistem kesehatan belum responsif terhadap kebutuhan masyarakat, berdasarkan jumlah sarana pelayanan kesehatan belum sesuai dengan kebutuhan penduduk di kabupaten/kota. c. Sistem pelayanan kesehatan belum efektif dan efisien, masih berorientasi kepada kuratif daripada promotif dan preventif, hal ini terlihat dari proporsi anggaran lebih tinggi untuk kuratif. d. Belum optimalnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Masyarakat, e. Belum terpenuhinya Sumber Daya Kesehatan sesuai dengan standar dalam penyediaan pelayanan kesehatan yang prima. f. Belum optimalnya aspek Regulasi dan Sistem Informasi Kesehatan dalam mendukung manajemen kesehatan. 19

39

40 Gambaran Umum BAB II GAMBARAN UMUM A. GAMBARAN UMUM WILAYAH Provinsi Jawa Barat, secara geografis terletak di antara Lintang Selatan dan Bujur Timur, dengan batas wilayah di sebelah Barat berbatasan dengan Provinsi Banten, sebelah Timur berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah di sebelah Selatan dibatasi oleh Samudera Indonesia, sedangkan di daerah Utara adalah Laut Jawa. Luas wilayah Provinsi Jawa Barat ,76 kilometer persegi atau sekitar 27,82% dari luas wilayah Pulau Jawa dan Madura setara 1,85 % dari luas wilayah Indonesia dan merupakan salah satu Provinsi di Indonesia di sebelah barat Pulau Jawa. Kondisi geografis yang strategis ini merupakan keuntungan bagi daerah Jawa Barat terutama dari segi komunikasi dan perhubungan. Kawasan utara merupakan daerah berdatar rendah, sedangkan kawasan selatan berbukit-bukit dengan sedikit pantai serta dataran tinggi bergunung-gunung ada di kawasan tengah. Kondisi topografi Jawa Barat, dibedakan atas wilayah pegunungan curam (9,5%) yang terletak di bagian Selatan dengan ketinggian lebih dari meter di atas permukaan laut, wilayah lereng bukit yang landai (36,48 %) yang terletak di bagian Tengah dengan ketinggian m dpl., dan wilayah daratan landai (54,02%) yang terletak di bagian Utara dengan ketinggian 0-10 m dpl. Jawa Barat memiliki iklim tropis dengan suhu rata-rata berkisar 17,40-30,70 derajat celcius dengan kelembaban udara 73-84%. Jawa Barat beriklim tropis dengan curah hujan tinggi, rata-rata curah hujan dalam sebulan adalah 161 milimeter dan 7 hari hujan. Iklim demikian menunjang adanya lahan subur yang berasal dari endapan vulkanis serta banyaknya aliran sungai menyebabkan sebagian besar dari luas tanah yang ada dipergunakan sebagai lahan pertanian. Suhu 9 0 C di Puncak Gunung Pangrango dan 34 0 C di Pantai Utara, curah hujan rata-rata mm per tahun, namun di beberapa daerah pegunungan antara sampai mm per tahun. Pemerintah Provinsi Jawa Barat terdiri dari 18 kabupaten dan 9 kota, mencakup sekitar 626 Kecamatan, Desa dan Kelurahan dan dibagi menjadi 5 koordinator wilayah yaitu : 20

41 Gambaran Umum Wilayah Bogor yang terdiri dari Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Kota Depok, Kabupaten Sukabumi, Kota Sukabumi, dan Kabupaten Cianjur. Wilayah Purwakarta terdiri dari Kabupaten Subang, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Bekasi, Kota Bekasi, dan Kabupaten Karawang. Wilayah Cirebon terdiri dari Kabupaten Cirebon, Kota Cirebon, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Majelengka, dan Kabupaten Kuningan. Wilayah Priangan Timur terdiri dari Kabupaten Ciamis, Kota Banjar, Kabupaten Tasikmalaya Kota Tasikmalaya, Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Pangandaran. Wilayah Priangan Barat terdiri dari Kabupaten Bandung, Kota Bandung, Kabupaten Garut, Kota Cimahi dan Kabupaten Bandung Barat. Jumlah Pegawai Negeri Sipil daerah di Provinsi Jawa Barat sebanyak orang yang terdiri dari Golongan I : (1,67 %) orang, Golongan II : (17,49 %) orang, Golongan III : (51,06 %) orang dan Golongan IV : (29,78 %) orang. Jumlah anggota DPR Provinsi Jawa Barat menurut partai politik, laki-laki sebanyak 77 orang sedangkan perempuan 22 orang. Dengan komposisi tiga terbesar adalah fraksi partai Demokrasi Perjuangan sebanyak 20 orang, fraksi partai Golongan Karya 17 orang dan fraksi partai Demokrat dan fraksi partai Keadilan Sejahtera masing masing sebanyak 12 orang. B. KEPENDUDUKAN Pada tahun 2015, jumlah penduduk Provinsi Jawa Barat adalah jiwa terdiri dari penduduk laki-laki sebesar jiwa (50,70%) dan penduduk perempuan adalah (49,30%). Sex Ratio di Provinsi Jawa Barat tahun 2015 adalah 102,83 artinya komposisi laki-laki lebih banyak dibandingkan komposisi perempuan, dengan pengertian ada 102 hingga 103 orang laki-laki diantara 100 orang perempuan. Rasio jenis kelamin tiga tertinggi di Jawa Barat adalah Kabupaten Indramayu (104,73), Kabupaten Cianjur (102,93), dan Kabupaten Karawang (106,10). 21

42 Gambaran Umum 1. Perkembangan Penduduk Gambar II B.1 Jumlah Penduduk di Provinsi Jawa Barat Tahun Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat 2. Piramida Penduduk Gambar II. B.2 Piramida Penduduk Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat 22

43 Gambaran Umum Gambar piramida tersebut menunjukan Angka Kelahiran masih tetap tinggi dan umur usia lanjut pada wanita lebih tinggi dibandingkan pria. 3. Komposisi Penduduk Komposisi penduduk suatu wilayah dikategorikan penduduk muda bila median umur < 20, penduduk menengah jika median umur 20-30, dan penduduk tua jika median umur > 30 tahun. Berdasarkan kriteria tersebut, komposisi umur penduduk Provinsi Jawa Barat masih termasuk dalam kategori penduduk menengah, dimana median umurnya berada pada umur 26,86 tahun. Untuk mengetahui komposisi penduduk Provinsi Jawa Barat berdasarkan struktur umur dan jenis kelamin berikut digambarkan piramida penduduk seperti dibawah ini. Gambar II. B. 3 Persentase Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Provinsi Jawa Barat Tahun Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat Angka beban ketergantungan penduduk di Provinsi Jawa Barat dari tahun 2008 sebesar 52,48% mengalami penurunan menjadi 47,62% pada tahun 2015 yang artinya bahwa setiap 100 penduduk usia produktif di Jawa Barat menanggung sekitar 47,62 orang penduduk usia belum/ tidak produktif. 23

44 Gambaran Umum 4. Laju Pertumbuhan Penduduk Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) Provinsi Jawa Barat dari tahun ke tahun relatif cenderung terus menurun. Sehingga pada periode tahun menjadi 1,52. Gambar II. B. 4 Laju Pertumbuhan Penduduk di Provinsi Jawa Barat Periode Tahun Sumber : Badan Pusat Statistik Jawa Barat Laju pertumbuhan penduduk per Kabupaten/Kota pada tahun 2015 antara 0,04% 7,73%. LPP tertinggi di Kabupaten Bekasi dan terendah di Kabupaten Majalengka. Sedangkan proporsi Kabupaten/Kota dengan LPP lebih rendah dari angka Jawa Barat sebanyak 20 Kabupaten/Kota yaitu Kab. Purwakarta, Bandung Barat, Kab. Karawang, Kota Sukabumi, Kab. Garut, Kab. Sumedang, Kab. Sukabumi, Kab. Subang, Kab. Tasikmalaya, Kota Bandung, Kota Banjar, Kota Tasikmalaya, Kab. Cianjur, Kota Cirebon, Kab. Cirebon, Kab. Kuningan, Kab. Ciamis, Kab. Indramayu, Kab. Majalengka dan Kab. Pangandaran, sedangkan LPP diatas Jawa Barat terdapat di Kabupaten Bekasi mencapai 7,73 persen/tahun, menyusul Kota Depok 6,88 persen/tahun, Kota Bekasi 4,99 persen/tahun, Kabupaten Bogor 4,25 persen/tahun, Kab. Bandung, 2,97 persen/tahun, Kota Bogor 2,59 persen/tahun, dan Kota cimahi 1,84 persen/tahun. 24

45 Gambaran Umum C. GAMBARAN SOSIAL EKONOMI Tabel II. B.1 Kepadatan Penduduk di Provinsi Jawa Barat Tahun Tahun Kepadatan Penduduk Per kilometer Keterangan persegi Sumber Data Suseda Suseda Sensus Estimasi Estimasi BPS BPS BPS 1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Sumber Badan Pusat Statistik Jawa Barat Perekonomian Jawa Barat pada Triwulan II-2015 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku mencapai 379,40 triliun, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan 2010 mencapai 301,16 triliun, Ekonomi Jawa Barat Triwulan II-2015 terhadap Triwulan II-2014 tumbuh 4,88 persen (y-on-y) melambat dibanding periode yang sama pada tahun 2014 sebesar 5,18 persen. Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Lapangan Usaha Informasi dan Komunikasi sebesar 19,12 persen. Dari sisi pengeluaran oleh Komponen Ekspor Barang dan Jasa yang tumbuh 12,04 persen. Secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi Jawa Barat semester I-2015 dibandingkan dengan semester I-2014 tumbuh 4,87 persen (c-to-c). Ekonomi Jawa Barat Triwulan II-2015 terhadap triwulan sebelumnya meningkat sebesar 3,16 persen (q-to-q). Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan yang tumbuh sebesar 6,65 persen. Sedangkan dari sisi Pengeluaran lebih disebabkan pertumbuhan komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah sebesar 17,02 persen. Sumber laju pertumbuhan (Source of Growth, SOG) secara (y-o-y) dari sisi lapangan usaha yang memberikan andil pertumbuhan terbesar adalah Lapangan Usaha Industri Pengolahan yaitu sebesar 1,37 persen. Dari sisi 25

46 Gambaran Umum pengeluaran, andil positif terbesar terhadap pertumbuhan adalah komponen Ekspor Barang dan Jasa sebesar 4,22 persen. 2. Penduduk Miskin Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Jawa Barat pada bulan September 2015 sebesar orang (9,57 persen). Dibandingkan dengan bulan bulan Maret 2015 sebesar orang (9,53 persen), jumlah penduduk miskin bulan September 2015 mengalami kenaikan sebesar orang (1,13 %). Jumlah penduduk miskin bulan September 2015 untuk daerah perkotaan sebanyak orang (8,58% terhadap jumlah penduduk perkotaan) sedangkan di daerah perdesaan sebanyak orang (11,61% terhadap total penduduk perdesaan). Dibandingkan dengan Maret 2015 terjadi kenaikan persentase penduduk miskin di perkotaan sebesar 0,15 % poin yaitu dari 8,43 % menjadi 8,58 %. Dan di perdesaan terjadi penurunan sebesar -0,21 % poin yaitu dari 11,82 & menjadi 11,61 %. Garis kemiskinan Jawa Barat bulan September 2015 sebesar Rp ,- atau mengalami peningkatan sebesar 3,82 % dibandingkan dengan garis kemiskinan bulan Maret 2015 sebesar Rp ,-. Untuk daerah perkotaan garis kemiskinan bulan September 2015 sebesar Rp ,- atau naik 3,52 % dari kondisi Maret 2015 sebesar Rp Garis kemiskinan di daerah perdesaan mengalami peningkatan yang lebih tinggi yaitu 4,45 persen menjadi sebesar Rp ,- dibandingkan dengan kondisi Maret 2015 yaitu sebesar Rp ,- Peranan komoditi makanan terhadap garis kemiskinan masih jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Sumbangan Garis Kemiskinan Makanan (GKM) terhadap Garis Kemiskinan (GK) sebesar 70,33 persen untuk daerah perkotaan. Sedangkan di daerah perdesaan sebesar 75,54 persen. Secara total peranan komoditi makanan terhadap GK adalah sebesar 72,03 persen. Pada periode Maret September 2015 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) sama-sama menunjukkan kecenderungan mengalami kenaikan. Ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin menjauh dari garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga cenderung melebar, terutama Indeks Kedalaman Kemiskinan naik dari 1,628 pada keadaaan 26

47 Gambaran Umum Maret 2015 menjadi 1,674 pada keadaaan September 2015 sedangkan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menunjukkan kenaikan dari 0,435 pada keadaaan Maret 2015 menjadi 0,491 pada keadaaan September Sementara di daerah perdesaaan kondisinya semakin parah karena baik P1 maupun P2 mengalami kenaikan yang sangat signifikan, yaitu P1 meningkat dari 1,875 menjadi 2,233 dan P2 meningkat dari 0,469 menjadi 0,678. Hal ini mengindikasikan kondisi penduduk miskin semakin parah. Tabel II. C.1 Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Jawa Barat Menurut Daerah Maret 2015 September 2015 Gambar II. C.1 Perkembangan Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Maret 2015 September

48 Gambaran Umum Gambar II. C. 2 Grafik Garis Kemiskinan Maret 2015 September 2015 Gambar II. C.3 Peranan Komoditi Makanan dan Non Makanan Terhadap Garis Kemiskinan September 2015 Tabel II C.2 Persentase Penduduk Miskin (P0), Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1), Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) dirinci Menurut Daerah Perkotaan dan Perdesaan di Provinsi Jawa Barat Bulan Maret 2015 dan September

49 Gambaran Umum D. TINGKAT PENDIDIKAN Keberhasilan pembangunan suatu wilayah ditentukan oleh sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan merupakan salah satu cara meningkatkan kualitas sumber daya manusia tersebut. Oleh karena itu peningkatan mutu pendidikan harus terus diupayakan, dimulai dengan membuka kesempatan seluas-luasnya kepada penduduk untuk mengenyam pendidikan, hingga pada peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana pendidikan. Untuk mengetahui seberapa banyak penduduk yang memanfaatkan fasilitas pendidikan dapat dilihat dari persentase penduduk menurut partisipasi sekolah. Untuk melihat partisipasi sekolah dalam suatu wilayah biasa dikenal beberapa indikator untuk mengetahuinya, antara lain: Angka Partisipasi Sekolah (APS), Angka Partisipasi Kasar (APK), serta Angka Partisipasi Murni (APM). Program wajib belajar 6 tahun dan 9 tahun, Gerakan Nasional Orang Tua Asuh (GNOTA), dan berbagai program pendukung lainnya adalah bagian dari upaya pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk mempercepat peningkatan kualitas SDM, yang pada akhirnya akan menciptakan sumber daya manusia yang tangguh, yang siap bersaing di era globalisasi. Tersedianya sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas merupakan salah satu faktor utama keberhasilan pembangunan di suatu daerah. Peningkatan SDM sekarang ini lebih difokuskan pada pemberian kesempatan seluas luasnya kepada penduduk untuk mengecap pendidikan. Oleh sebab itu pemerintah berusaha secara konsisten berupaya meningkatkan SDM penduduk melalui jalur pendidikan. Ada empat Perguruan Tinggi Negeri yang besar di Jawa Barat, yakni Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Padjajaran (Unpad) Institut Pertanian Bogor (IPB), dan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Pada tahun akademi 2014/2015, jumlah mahasiswa di ITB , dan di UPI orang. Jumlah PTS di lingkungan kopertis wilayah IV Jawa Barat menurut bentuknya universitas 42, institut 8, sekolah tinggi 169, akademi 91, dan politeknik Angka Partisipasi Kasar (APK) Angka Partisipasi Kasar (APK), menunjukkkan partisipasi penduduk yang sedang mengenyam pendidikan sesuai dengan jenjang pendidikannya. Angka Partisipasi Kasar (APK) merupakan persentase jumlah penduduk yang sedang 29

50 Gambaran Umum bersekolah pada suatu jenjang pendidikan (berapapun usianya) terhadap jumlah penduduk usia sekolah yang sesuai dengan jenjang pendidikan tersebut. APK digunakan untuk mengukur keberhasilan program pembangunan pendidikan yang diselenggarakan dalam rangka memperluas kesempatan bagi penduduk untuk mengenyam pendidikan. APK merupakan indikator yang paling sederhana untuk mengukur daya serap penduduk usia sekolah di masing-masing jenjang pendidikan. Nilai APK bisa lebih dari 100%. Hal ini disebabkan karena populasi murid yang bersekolah pada suatu jenjang pendidikan mencakup anak berusia di luar batas usia sekolah pada jenjang pendidikan yang bersangkutan. Sebagai contoh, banyak anak-anak usia diatas 12 tahun, tetapi masih sekolah di tingkat SD atau juga banyak anak-anak yang belum berusia 7 tahun tetapi telah masuk SD. Adanya siswa dengan usia lebih tua dibanding usia standar di jenjang pendidikan tertentu menunjukkan terjadinya kasus tinggal kelas atau terlambat masuk sekolah. Sebaliknya, siswa yang lebih muda dibanding usia standar yang duduk di suatu jenjang pendidikan menunjukkan siswa tersebut masuk sekolah di usia yang lebih muda. Tabel II. D.1 Angka Partisipasi Kasar (APK) menurut Kabupaten Kota dan Jenjang Pendidikan Tahun 2014 NO KABUPATEN/KOTA TAHUN 2014 APK_SD APK_SMP APK_SMA APK_PT 1 Bogor 109,69 76,12 66,76 19,40 2 Sukabumi 106,84 84,75 61,71 22,69 3 Cianjur 106,36 88,39 63,36 15,28 4 Bandung 108,30 89,56 55,05 18,67 5 Garut 106,28 82,80 62,17 20,12 6 Tasikmalaya 105,06 90,58 60,38 17,68 7 Ciamis 104,62 93,11 79,87 23,49 8 Kuningan 103,72 81,92 81,84 23,03 9 Cirebon 109,48 82,43 66,58 15,94 10 Majalengka 107,06 89,24 70,34 15,56 11 Sumedang 106,11 93,22 71,99 29,08 12 Indramayu 108,19 92,86 69,26 22,45 13 Subang 111,40 83,58 60,38 12,66 14 Purwakarta 107,16 91,27 71,24 13,46 15 Karawang 107,41 83,74 79,66 7,95 16 Bekasi 107,42 90,75 75,60 12,96 17 Bandung Barat 104,85 89,73 52,70 8,98 18 Kota Bogor 107,62 90,53 83,93 20,59 19 Kota Sukabumi 102,46 97,64 74,86 25,35 20 Kota Bandung 104,46 97,14 65,66 38,14 30

51 Gambaran Umum 21 Kota Cirebon 105,31 92,88 83,49 29,54 22 Kota Bekasi 106,34 98,42 74,70 35,80 23 Kota Depok 104,51 94,81 80,14 37,87 24 Kota Cimahi 103,66 84,99 88,90 40,38 25 Kota Tasikmalaya 105,05 89,59 78,44 30,85 26 Kota Banjar 101,19 93,46 91,14 19,92 27 PROVINSI JAWA BARAT 106,98 87,50 68,55 21,70 Keterangan : APK SD = {(Jumlah penduduk yang sekolah di SD : Jumlah penduduk umur 7-12 tahun) X 100} APK SLTP = {(Jumlah penduduk yang sekolah di SLTP :Jumlah penduduk umur tahun) X 100} APK SLTA = {(Jumlah penduduk yang sekolah di SLTA :Jumlah penduduk umur tahun) X 100} 2. Angka Partisipasi Murni (APM) Angka Partisipasi Murni (APM) adalah persentase jumlah anak pada kelompok usia sekolah tertentu yang sedang bersekolah pada jenjang pendidikan yang sesuai dengan usianya terhadap jumlah seluruh anak pada kelompok usia sekolah yang bersangkutan Bila APK digunakan untuk mengetahui seberapa banyak penduduk usia sekolah yang sudah dapat memanfaatkan fasilitas pendidikan di suatu jenjang pendidikan tertentu tanpa melihat berapa usianya, maka Angka Partisipasi Murni (APM) mengukur proporsi anak yang bersekolah tepat waktu. Bila seluruh anak usia sekolah dapat bersekolah tepat waktu, maka APM akan mencapai nilai 100. Secara umum, nilai APM akan selalu lebih rendah dari APK karena nilai APK mencakup anak diluar usia sekolah pada jenjang pendidikan yang bersangkutan. Selisih antara APK dan APM menunjukkan proporsi siswa yang terlambat atau terlalu cepat bersekolah. Keterbatasan APM adalah kemungkinan adanya under estimate karena adanya siswa diluar kelompok usia yang standar di tingkat pendidikan tertentu. Contoh: Seorang anak usia 6 tahun bersekolah di SD kelas 1 tidak akan masuk dalam penghitungan APM karena usianya lebih rendah dibanding kelompok usia standar SD yaitu 7-12 tahun. 31

52 Gambaran Umum Tabel II. D.2 Angka Partisipasi Murni (APM) menurut Kabupaten/Kota dan Jenjang Pendidikan tahun TAHUN 2014 NO KABUPATEN/KOTA APM_SD APM_SMP APM_SMA APM_PT 1 Bogor 98,20 66,80 48,89 16,60 2 Sukabumi 98,94 77,80 51,50 18,43 3 Cianjur 97,74 79,38 49,56 13,89 4 Bandung 98,26 83,56 48,36 14,29 5 Garut 97,55 73,72 48,32 17,55 6 Tasikmalaya 98,73 84,54 54,54 16,33 7 Ciamis 98,08 85,90 67,17 20,66 8 Kuningan 99,11 79,23 66,40 16,98 9 Cirebon 97,81 73,10 52,14 10,96 10 Majalengka 98,67 85,61 59,15 11,59 11 Sumedang 98,36 87,85 60,80 22,58 12 Indramayu 98,41 87,90 61,74 19,78 13 Subang 99,06 79,55 48,41 9,11 14 Purwakarta 96,83 79,09 61,93 8,44 15 Karawang 97,76 76,53 63,79 7,23 16 Bekasi 97,46 79,51 62,95 9,45 17 Bandung Barat 94,15 77,11 43,32 7,69 18 Kota Bogor 98,32 86,15 69,40 18,57 19 Kota Sukabumi 94,37 82,51 65,10 21,40 20 Kota Bandung 97,95 89,85 59,76 28,99 21 Kota Cirebon 94,11 79,13 64,02 25,24 22 Kota Bekasi 96,76 91,47 68,39 28,88 23 Kota Depok 92,47 77,15 62,26 29,81 24 Kota Cimahi 98,60 80,94 70,96 31,15 25 Kota Tasikmalaya 96,97 81,26 66,71 26,31 26 Kota Banjar 95,79 85,87 73,36 14,36 27 PROVINSI JAWA BARAT 97,60 79,30 56,48 17,48 Keterangan : APM SD = {(Jumlah penduduk umur 7-12 yang sekolah di SD :Jumlah penduduk umur 7-12 tahun) X 100} APM SLTP = {(Jumlah penduduk umur yang sekolah di SLTP : Jumlah penduduk umur tahun) X 100} APM SLTA = {( Jumlah penduduk umur yang sekolah di SLTA : Jumlah penduduk umur tahun) X 100} 32

53 Gambaran Umum 3. Angka Partisipasi Sekolah (APS) Angka Partisipasi Sekolah merupakan ukuran daya serap lembaga pendidikan terhadap penduduk usia sekolah. APS merupakan indikator dasar yang digunakan untuk melihat akses penduduk pada fasilitas pendidikan khususnya bagi penduduk usia sekolah. Semakin tinggi Angka Partisipasi Sekolah semakin besar jumlah penduduk yang berkesempatan mengenyam pendidikan. Namun demikian meningkatnya APS tidak selalu dapat diartikan sebagai meningkatnya pemerataan kesempatan masyarakat untuk mengenyam pendidikan. Tabel II. D.3 Angka Partisipasi Sekolah (APS) Penduduk Usia 7-24 menurut Kabupaten/Kota dan Kelompok Umur 2014 NO KABUPATEN/KOTA TAHUN 2014 Kelompok Umur Bogor 99,23 86,90 58,51 17,79 2 Sukabumi 99,64 92,00 61,32 18,99 3 Cianjur 99,13 90,96 61,36 18,71 4 Bandung 99,51 95,02 53,70 15,87 5 Garut 98,91 86,47 58,47 19,45 6 Tasikmalaya 99,25 95,68 62,63 17,59 7 Ciamis 99,74 95,91 73,60 24,00 8 Kuningan 99,58 93,90 74,26 18,18 9 Cirebon 98,60 88,03 64,26 15,15 10 Majalengka 99,23 95,44 66,78 13,31 11 Sumedang 99,80 94,47 73,04 25,37 12 Indramayu 99,68 93,33 67,38 22,52 13 Subang 99,59 94,05 57,94 11,44 14 Purwakarta 99,63 92,06 71,31 10,32 15 Karawang 99,00 93,03 69,98 7,46 16 Bekasi 99,87 95,59 70,08 11,46 17 Bandung Barat 97,81 91,29 49,28 10,56 18 Kota Bogor 100,00 97,06 74,31 21,25 19 Kota Sukabumi 98,95 97,65 74,13 23,07 20 Kota Bandung 99,57 97,52 73,62 29,97 21 Kota Cirebon 98,76 96,09 75,71 27,66 22 Kota Bekasi 99,41 98,70 78,75 29,52 23 Kota Depok 99,16 98,57 72,82 30,52 24 Kota Cimahi 99,66 96,97 83,74 33,89 25 Kota Tasikmalaya 98,30 96,71 74,15 27,78 26 Kota Banjar 98,80 97,30 82,40 17,64 27 PROVINSI JAWA BARAT 99,30 92,84 65,48 19,27 33

54 Gambaran Umum Rumus: APS (7-12) = {(Jumlah penduduk berumur 7-12 tahun yang masih sekolah:jumlah penduduk umur 7 12 tahun) X 100 } APS(13-15) = {(Jumlah penduduk berumur tahun yang masih sekolah: Jumlah penduduk umur tahun) X 100} APS (16-18)= {(Jumlah penduduk berumur tahun yang masih sekolah:jumlah penduduk umur tahun) X 100} E. INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA Salah satu alat ukur yang dianggap dapat merefleksikan status pembangunan manusia adalah Human Development Index (HDI) atau Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM merupakan suatu indeks komposit yang mencakup tiga bidang pembangunan manusia yang dianggap sangat mendasar yaitu usia hidup (longevity), pengetahuan (knowledge), dan standar hidup layak (decent living). Konsep Pembangunan Manusia yang dikembangkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), menetapkan peringkat kinerja pembangunan manusia pada skala 0,0 100,0 dengan kategori tinggi apabila IPM lebih dari 80,0; kategori menengah atas : IPM antara 66,0 79,9; kategori menengah bawah : IPM antara 50,0 65,9; dan katagori rendah : IPM kurang dari 50,0. Sejak tahun 2014 Perhitungan IPM berubah dengan metode baru alasan yang dijadikan dasar perubahan metodologi penghitungan IPM yaitu: Pertama : Beberapa indikator sudah tidak tepat untuk digunakan dalam penghitungan IPM. Angka Melek Huruf (AMH) sudah tidak relevan dalam mengukur pendidikan secara utuh karena tidak dapat menggambarkan kualitas pendidikan. Selain itu, karena AMH di sebagian besar daerah sudah tinggi, sehingga tidak dapat membedakan tingkat pendidikan antardaerah dengan baik. Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita tidak dapat menggambarkan pendapatan masyarakat pada suatu wilayah. Kedua: Penggunaan rumus rata-rata aritmatik dalam penghitungan IPM menggambarkan bahwa capaian yang rendah di suatu dimensi dapat ditutupi oleh capaian tinggi dimensi lain. 34

55 Gambaran Umum Indikator yang berubah adalah Angka Melek Huruf (AMH) pada metode lama diganti dengan angka Harapan Lama Sekolah (HLS). Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita diganti dengan Produk Nasional Bruto (PNB) per kapita, sedangkan Metode penghitungan: dari Metode agregasi diubah dari rata-rata aritmatik menjadi rata-rata geometrik. Perbandingan perhitungan IPM versi lama dengan versi baru dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel II. D.4 Perhitungan IPM dengan Metode Lama dengan Metode Baru DIMENSI METODE LAMA METODE BARU Kesehatan Angka Harapan Hidup Angka Harapan Hidup Max : 83,4 (e0) (e0) Min : Angka Melek Huruf 1. Expected Years of Max : 18 Pengetahuan (AMH) Schooling (EYS) Min : 0 2. Mean Years of 2. Mean Years of Max : 13,1 Schooling (MYS) Schooling (MYS) Min : 0 Standar Hidup Pengetahuan per kapita Pengetahuan per kapita Max : RP ,00 Layak disesuaikan (PPP IDR) disesuaikan (PPP IDR) Perkiraan pengeluaran Indonesia th 2015 Min : RP ,00 (Pengeluaran terendah th 2008, Tolikara-Papua) Aggregasi Rata-rata Hitung Rata-rata UKur Sumber : Badan Pusat Statisik Provinsi Jawa Barat 1. Skenario IPM 80 Tahun Provinsi Jawa Barat menetapkan IPM 80 poin semula akan diproyeksikan dicapai pada tahun 2015, tetapi terjadi perubahan menjadi tahun 2022 sesuai dengan Perda No.24 Tahun 2010 tentang Perubahan Peraturan daerah No. 9 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Tahun dan Perda No 25 Tahun 2013 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tahun Capaian IPM Jawa Barat Berdasarkan Perhitungan BPS dengan metoda Baru IPM Jawa Barat tergambar dalam tabel dibawah ini selama periode mengalami peningkatan sebesar 2,76 poin dari 66,08 tahun 2010 menjadi 68,82 pada tahun Hal ini berhubungan langsung dengan perbaikan beberapa indikator sosial ekonomi, misalnya, angka harapan hidup, angka harapan lama sekolah, angka rata rata lama sekolah, angka pengeluaran perkapita / Produk Nasional Bruto. 35

56 Gambaran Umum NO Tabel II. D.5 Indeks Pembangunan Manusia Perhitungan Metode Baru Provinsi Jawa Barat Tahun Kabupaten/Kota IPM Bogor 64,18 64,98 65,78 66,58 67,37 2 Sukabumi 60,51 61,43 62,36 63,28 64,21 3 Cianjur 58,54 59,47 60,40 61,33 62,26 4 Bandung 67,29 67,73 68,17 68,60 69,04 5 Garut 60,12 60,63 61,14 61,66 62,17 6 Tasikmalaya 60,33 60,98 61,63 62,28 62,93 7 Ciamis 64,70 65,48 66,25 67,02 67,79 8 Kuningan 64,45 65,01 65,57 66,12 66,68 9 Cirebon 63,64 64,11 64,57 65,04 65,51 10 Majalengka 62,26 62,72 63,18 63,64 64,09 11 Sumedang 65,81 66,58 67,36 68,13 68,91 12 Indramayu 60,81 61,50 62,19 62,88 63,57 13 Subang 63,62 64,20 64,78 65,36 65,94 14 Purwakarta 64,96 65,59 66,23 66,87 67,50 15 Karawang 64,61 65,25 65,89 66,53 67,17 16 Bekasi 67,78 68,51 69,24 69,97 70,70 17 Bandung Barat 61,53 62,27 63,02 63,76 64,50 18 Pangandaran 63,06 63,62 64,17 64,73 65,29 19 Kota Bogor 71,27 71,76 72,24 72,72 73,20 20 Kota Sukabumi 67,95 68,81 69,67 70,53 71,40 21 Kota Bandung 77,61 77,95 78,29 78,63 78,97 22 Kota Cirebon 70,85 71,37 71,88 72,40 72,92 23 Kota Bekasi 76,82 77,35 77,89 78,42 78,95 24 Kota Depok 76,52 77,03 77,55 78,06 78,58 25 Kota Cimahi 73,81 74,41 75,02 75,62 76,22 26 Kota Tasikmalaya 66,58 67,22 67,86 68,49 69,13 27 Kota Banjar 66,78 67,18 67,57 67,96 68,35 JAWA BARAT 66,06 66,75 67,44 68,13 68,82 Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat Terdapat tiga bidang yang mempengaruhi Indek Pembangunan Manusia yaitu usia hidup (longevity), pengetahuan (knowledge), dan standar hidup layak (decent living) dari capaian IPM 68,82 poin pada tahun 2014 dikontribusikan oleh : 36

57 Gambaran Umum No Kabupaten/Kota Tabel II. D.6 Dimensi Kesehatan / Angka Harapan Hidup AHH Bogor 70,34 70,38 70,42 70,46 70,50 2 Sukabumi 69,48 69,54 69,61 69,68 69,75 3 Cianjur 68,78 68,86 68,94 69,02 69,11 4 Bandung 72,93 72,94 72,95 72,96 72,97 5 Garut 70,35 70,38 70,42 70,46 70,50 6 Tasikmalaya 67,56 67,67 67,77 67,88 67,99 7 Ciamis 70,00 70,09 70,18 70,27 70,36 8 Kuningan 72,05 72,10 72,15 72,20 72,25 9 Cirebon 71,10 71,15 71,19 71,24 71,29 10 Majalengka 68,23 68,35 68,46 68,57 68,68 11 Sumedang 71,68 71,74 71,79 71,84 71,90 12 Indramayu 70,00 70,08 70,16 70,23 70,31 13 Subang 71,05 71,09 71,14 71,18 71,23 14 Purwakarta 69,88 69,90 69,93 69,95 69,97 15 Karawang 71,35 71,38 71,41 71,43 71,46 16 Bekasi 72,94 73,00 73,06 73,12 73,18 17 Bandung Barat 71,51 71,52 71,54 71,55 71,57 18 Pangandaran 69,48 69,58 69,68 69,77 69,87 19 Kota Bogor 72,54 72,55 72,56 72,57 72,58 20 Kota Sukabumi 71,65 71,68 71,71 71,74 71,77 21 Kota Bandung 73,72 73,74 73,76 73,78 73,80 22 Kota Cirebon 71,62 71,66 71,70 71,74 71,78 23 Kota Bekasi 74,12 74,14 74,15 74,17 74,18 24 Kota Depok 73,84 73,87 73,90 73,94 73,97 25 Kota Cimahi 73,53 73,54 73,55 73,56 73,57 26 Kota Tasikmalaya 70,75 70,81 70,86 70,92 70,98 27 Kota Banjar 69,95 70,03 70,11 70,18 70,26 JAWA BARAT 71,32 71,56 71,80 72,04 72,28 3. Dimensi Pendidikan Indeks pembangunan Pendidikan di Jawa Barat ditentukan oleh angka harapan lama sekolah, dan rata rata lama sekolah dengan mengetahui seberapa banyak penduduk yang memanfaatkan fasilitas pendidikan hal ini dapat dilihat dari persentase penduduk menurut partisipasi sekolah dengan indikator Angka Partisipasi Sekolah (APS), Angka Partisipasi Kasar (APK), serta Angka Partisipasi Murni (APM). 37

58 Gambaran Umum a. Harapan Lama Sekolah Tabel II. D. 7 Harapan Lama Sekolah (EYS) Tahun No Kabupaten/Kota EYS / Harapan Lama Sekolah Bogor 10,22 10,64 11,05 11,47 11,88 2 Sukabumi 9,81 10,39 10,97 11,55 12,12 3 Cianjur 9,56 10,15 10,74 11,32 11,91 4 Bandung 10,80 11,03 11,27 11,50 11,74 5 Garut 10,27 10,59 10,90 11,22 11,54 6 Tasikmalaya 10,90 11,32 11,74 12,16 12,58 7 Ciamis 11,78 12,27 12,76 13,25 13,74 8 Kuningan 10,78 11,09 11,39 11,69 12,00 9 Cirebon 10,71 10,95 11,18 11,42 11,66 10 Majalengka 10,95 11,11 11,26 11,41 11,56 11 Sumedang 10,72 11,31 11,90 12,49 13,08 12 Indramayu 10,52 10,80 11,08 11,37 11,65 13 Subang 10,64 10,86 11,09 11,31 11,53 14 Purwakarta 10,08 10,41 10,74 11,07 11,40 15 Karawang 10,71 10,92 11,14 11,35 11,57 16 Bekasi 10,52 10,82 11,12 11,41 11,71 17 Bandung Barat 9,74 10,10 10,47 10,84 11,20 18 Pangandaran 10,26 10,67 11,08 11,48 11,89 19 Kota Bogor 11,73 11,85 11,98 12,11 12,23 20 Kota Sukabumi 11,40 11,87 12,34 12,80 13,27 21 Kota Bandung 12,58 12,78 12,98 13,18 13,38 22 Kota Cirebon 11,77 12,07 12,36 12,66 12,96 23 Kota Bekasi 12,05 12,36 12,68 12,99 13,31 24 Kota Depok 12,29 12,54 12,78 13,03 13,28 25 Kota Cimahi 12,35 12,74 13,13 13,52 13,90 26 Kota Tasikmalaya 11,87 12,25 12,64 13,03 13,42 27 Kota Banjar 11,89 12,02 12,16 12,29 12,42 JAWA BARAT 10,61 10,97 11,34 11,71 12,08 38

59 Gambaran Umum b. Rata Rata Lama Sekolah No Tabel II. D. 8 Rata-rata Lama Sekolah (MYS) Tahun Kabupaten/Kota MYS / Rata-Rata Lama Sekolah Bogor 6,81 7,06 7,25 7,46 7,68 2 Sukabumi 5,91 6,04 6,18 6,31 6,45 3 Cianjur 6,19 6,28 6,37 6,47 6,56 4 Bandung 8,01 8,08 8,16 8,23 8,31 5 Garut 6,67 6,71 6,75 6,79 6,83 6 Tasikmalaya 6,57 6,63 6,69 6,75 6,81 7 Ciamis 6,98 7,08 7,18 7,29 7,39 8 Kuningan 6,68 6,78 6,88 6,99 7,09 9 Cirebon 5,88 5,97 6,06 6,15 6,24 10 Majalengka 6,36 6,47 6,57 6,68 6,78 11 Sumedang 7,48 7,51 7,54 7,57 7,60 12 Indramayu 4,86 5,00 5,14 5,28 5,42 13 Subang 5,85 6,00 6,15 6,30 6,45 14 Purwakarta 7,00 7,04 7,08 7,12 7,16 15 Karawang 6,04 6,24 6,45 6,66 6,87 16 Bekasi 7,67 7,88 8,09 8,30 8,51 17 Bandung Barat 7,12 7,22 7,32 7,42 7,53 18 Pangandaran 6,88 6,92 6,97 7,01 7,05 19 Kota Bogor 9,24 9,44 9,65 9,85 10,06 20 Kota Sukabumi 7,92 8,13 8,34 8,56 8,77 21 Kota Bandung 10,29 10,33 10,38 10,42 10,46 22 Kota Cirebon 9,13 9,22 9,32 9,41 9,50 23 Kota Bekasi 10,20 10,30 10,40 10,50 10,60 24 Kota Depok 10,07 10,20 10,32 10,45 10,57 25 Kota Cimahi 10,28 10,40 10,52 10,64 10,75 26 Kota Tasikmalaya 8,22 8,29 8,36 8,43 8,50 27 Kota Banjar 7,43 7,51 7,59 7,67 7,75 JAWA BARAT 7,38 7,46 7,53 7,61 7,68 39

60 Gambaran Umum c. Pengeluaran / Produk Nasional Bruto No Tabel II. D. 9 Pengeluaran/Produk Nasional Bruto Tahun Kabupaten/Kota Pengeluaran Bogor 8942, , , , ,43 2 Sukabumi 7643, , , , ,95 3 Cianjur 6420, , , , ,94 4 Bandung 8732, , , , ,34 5 Garut 6140, , , , ,87 6 Tasikmalaya 6611, , , , ,22 7 Ciamis 7882, , , , ,06 8 Kuningan 8186, , , , ,03 9 Cirebon 8853, , , , ,68 10 Majalengka 7909, , , , ,63 11 Sumedang 8591, , , , ,90 12 Indramayu 8268, , , , ,21 13 Subang 8969, , , , ,95 14 Purwakarta 9817, , , , ,13 15 Karawang 9455, , , , ,09 16 Bekasi 9868, , , , ,76 17 Bandung Barat 6694, , , , ,40 18 Pangandaran 1646,46 819, , , ,23 19 Kota Bogor 10176, , , , ,14 20 Kota Sukabumi 9306, , , , ,56 21 Kota Bandung 14599, , , , ,70 22 Kota Cirebon 10256, , , , ,99 23 Kota Bekasi 14129, , , , ,82 24 Kota Depok 13752, , , , ,83 25 Kota Cimahi 10348, , , , ,34 26 Kota Tasikmalaya 7820, , , , ,40 27 Kota Banjar 9035, , , , ,36 JAWA BARAT 9179, , , , ,03 Sumber : Badan Pusat Statistik Jawa Barat 40

61

62 Sarana Kesehatan BAB III SARANA KESEHATAN Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan menyatakan bahwa fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif, maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat. Keberadaan sarana kesehatan dapat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Sarana Kesehatan yang akan di ulas pada bagian ini terdiri dari Sarana Pelayanan Dasar (Puskesmas dan Fasilitas Lainnya), Sarana Pelayanan Kesehatan Rujukan (Rumah Sakit), Sarana Kefarmasian dan Alat Kesehatan. A. SARANA PELAYANAN KESEHATAN DASAR (PUSKESMAS) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas menyebutkan bahwa puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka mendukung terwujudnya kecamatan sehat. Selain melaksanakan tugas tersebut, puskesmas memiliki fungsi sebagai penyelenggara Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) tingkat pertama dan Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) tingkat pertama serta sebagai wahana pendidikan tenaga kesehatan. Upaya kesehatan masyarakat adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan dengan sasaran keluarga, kelompok, dan masyarakat. Upaya kesehatan perseorangan adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk peningkatan, pencegahan, penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit dan memulihkan kesehatan perseorangan. Jumlah Puskesmas di Provinsi Jawa Barat tahun 2014 tercatat sebanyak buah. Terdiri dari 874 puskesmas tanpa perawatan dan 176 puskesmas 41

63 Sarana Kesehatan dengan perawatan. Rasio Puskesmas terhadap penduduk di Jawa Barat sebesar 1 : atau 2,3 per penduduk, hal ini masih dibawah target nasional sebesar 1 : Sedangkan jumlah Puskesmas Pembantu tercatat sebanyak buah, dengan Rasio terhadap Puskesmas sebesar 1,52. Untuk Puskesmas kelilingnya terdapat 905 unit (Roda 4), sehingga masih ada puskesmas (245) yang belum mempunyai puskesmas keliling roda 4. Jumlah posyandu tahun 2015 berjumlah buah, bertambah buah dibanding kondisi 2014 yaitu buah. Hal ini mengindikasikan adanya peningkatan upaya pemberdayaan masyarakat dalam upaya promotif dan preventif. Jumlah puskesmas dan jejaring puskesmas selengkapnya dapat dilihat pada gambar berikut ini. Gambar III. A. 1 Jumlah Puskesmas dan Jejaring Puskesmas di Provinsi Jawa Barat Tahun Sumber : Profil Kesehatan Berdasarkan rasio puskesmas terhadap kecamatan selama 2009 sampai dengan 2015 pertumbuhannya sangat kecil, yaitu berkisar 1.2 sampai 1.6. Rasio ini menunjukan bahwa di setiap kecamatan minimal sudah ada satu puskesmas, bahkan ada satu kecamatan dengan 2 (dua) puskesmas. 42

64 Sarana Kesehatan Tabel III. A. 1 Rasio Puskesmas Terhadap Wilayah Administrasi dan Penduduk di Provinsi Jawa Barat Tahun Rasio Fasilitas Kesehatan Puskesmas/Kecamatan Penduduk/Puskesmas Posyandu/Puskesmas Berdasarkan ketentuan nasional bahwa satu puskesmas untuk melayani minimal ribu penduduk. Rasio penduduk per puskesmas di Jawa Barat selama 2009 sd 2015 masih diatas 40 ribuan. Artinya satu puskesmas melayani 40 ribu penduduk. Melihat rasio penduduk dengan puskesmas yang setiap tahunnya meningkat, penyebabnya adalah pertumbuhan penduduk yang sangat cepat dibanding penambahan jumlah puskesmas. Untuk mencapai standar 1 puskesmas untuk melayani 30 ribu penduduk, di Jawa Barat, maka dibutuhkan puskesmas sebanyak buah. Artinya Jawa Barat masih kekurangan 494 buah puskesmas. Wilayah kabupaten/kota dengan perbandingan puskesmas per penduduk mendekati kondisi ideal (1 : penduduk) terdapat di 5 Kab/Kota yaitu Kota Tasikmalaya, Kota Bandung, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Majalengka, Terdapat sepuluh kabupaten kota dengan rasio puskesmas terhadap penduduk lebih besar dari rata rata Provinsi Jawa Barat 1 : , yaitu Kota Cimahi, Kota Depok, Kota Bekasi, Kabupaten Karawang, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Bogor, Kabupaten Bandung dan Kab Bekasi. Gambar III. A.2 Rasio Puskesmas terhadap Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun

65 Sarana Kesehatan B. SARANA PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN (RUMAH SAKIT) 1. Jumlah Rumah Sakit Rumah Sakit adalah Institusi Pelayanan Kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan, kemajuan teknologi, dan kehidupan social ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggitingginya. Rumah Sakit adalah instutusi pelayanan kesehatan yang menyeranggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan rawat darurat. Pelayanan kesehatan paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Berdasarkan pengelolaannya rumah sakit dapat dibagi menjadi rumah sakit publik dan rumah sakit privat. Rumah sakit publik dikelola oleh pemerintah daerah, dan badan hukum yang bersifat nirlaba. Rumah Sakit privat dikelola oleh badan hukum dengan tujuan profit yang berbentuk persero terbatas atau persero. Jumlah rumah sakit di Jawa Barat tahun 2015 sebanyak 316 unit, yang mencakup rumah sakit umum dan khusus milik pusat, pemerintah daerah provinsi atau kabupaten/kota, TNI/Polri, BUMN dan swasta. Jika dibandingkan jumlah rumah sakit pada tahun 2014 (308 unit) dan tahun 2015 menjadi 316 unit terjadi peningkatan atau penambahan sebanyak 8 unit rumah sakit pada tahun 2015 (316 unit). Peningkatan rumah sakit umum terjadi pada rumah sakit swasta dan rumah sakit pemerintah daerah. Peningkatan rumah sakit swasta antara lain adanya perubahan status dari rumah sakit ibu dan anak serta rumah sakit bersalin menjadi Rumah Sakit Umum, serta adanya kemudahan proses perizinan rumah sakit, peningkatan peran swasta dan masyarakat dalam pelayanan kesehatan. Kepemilikan rumah sakit swasta di Jawa Barat (RSU dan RS Khusus) mencapai 250 rumah sakit (79,11 %) merupakan kepemilikan tertinggi dibanding dengan kepemilikan lainnya. Terendah adalah kepemilikan rumah sakit pemerintah provinsi ada 3 (tiga) rumah sakit (0,95 %). Dari kepemilikan RS ini tampak bahwa peran swasta dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat semakin besar. 44

66 Sarana Kesehatan Tabel III. B. 1 Jumlah Rumah Sakit berdasarkan Kepemilikan di Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 KEPEMILIKAN RS RSU RSK JUMLAH % KEMENKES ,58 PEM PROV ,95 PEM KAB/KOTA ,29 TNI/POLRI ,43 BUMN ,63 SWASTA ,11 JUMLAH ,0 Jumlah rumah sakit khusus di Provinsi Jawa Barat tahun 2015 tercatat sebanyak 80 unit, terdiri dari RS khusus kesehatan ibu anak/bersalin, jiwa, paru dan khusus lainnya. Dibanding tahun 2014 (71 unit) terjadi kenaikan sebanyak 9 (sembilan) rumah sakit, antara lain Rumah Sakit Ibu Anak/Bersalin. Gambar III. B. 1 Jumlah Rumah Sakit Khusus berdasarkan Jenis Pelayanan di Provinsi Jawa Barat Tahun

67 Sarana Kesehatan 2. Jumlah Sarana Tempat Tidur Sejak tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 terdapat kecenderungan peningkatan jumlah tempat tidur di Rumah Sakit. Kondisi tahun 2015 jumlah tempat tidur rumah sakit sebanyak Dibandingkan dengan tahun 2014 jumlah tempat tidur rumah sakit sebanyak , sehingga ada peningkatan sebanyak 770 tempat tidur. Gambar III. B. 2 Jumlah Tempat Tidur di Rumah Sakit Umum dan Khusus di Provinsi Jawa Barat Tahun Standar WHO untuk rasio tempat tidur untuk perawatan terhadap penduduk adalah 1/1000 penduduk, artinya satu tempat tidur untuk melayani penduduk. Rasio tempat tidur rumah sakit terhadap penduduk 2015 adalah 1/1.406 penduduk. Mengacu kepada standar WHO tersebut maka di Jawa Barat idealnya membutuhkan tempat tidur. Berarti sampai saat ini masih kekurangan sekitar tempat tidur. 46

68 Sarana Kesehatan Gambar III. B.3 Jumlah Tempat Tidur di Rumah Sakit dan Puskesmas di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 C. SARANA PELAYANAN KESEHATAN DASAR LAINNYA Selain pusat Pelayanan Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) Provinsi Jawa Barat memiliki sarana pelayanan kesehatan lainnya seperti Balai Pengobatan/Klinik, Praktek Perorangan Dokter Umum, Dokter Perorangan Dokter Gigi dan Praktek Perorangan Bidan. Jumlah masing-masing sarana dapat dilihat pada gambar berikut ini. Gambar III. C.1 Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan Dasar Lainnya di Provinsi Jawa Barat Tahun

69 Sarana Kesehatan Persentase masing-masing sarana pelayanan kesehatan dasar di bandingkan dengan total sarana pelayanan kesehatan di Provinsi Jawa Barat dapat di lihat pada diagram gambar III C.2. Dari diagram tersebut terlihat bahwa persentase sarana pelayanan kesehatan dasar swasta/perorangan mendominasi dengan 74,78% dibandingkan dengan persentase Puskesmas 25,22%. Gambar III C.2 Persentase Sarana Pelayanan Kesehatan Dasar di Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 D. UPAYA KESEHATAN BERSUMBER DAYA MASYARAKAT Pembangunan kesehatan untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya juga memerlukan peran masyarakat. Melalui konsep Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM), masyarakat berperan serta aktif dalam penyelenggaraan upaya kesehatan. Bentuk UKBM antara lain Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), Pos Kesehatan Desa (Poskesdes), dan RW/desa/kelurahan siaga aktif. Desa/kelurahan/nagari siaga aktif adalah desa/kelurahan/nagari yang mempunyai Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) atau UKBM lainnya yang buka setiap hari dan berfungsi sebagai pemberi pelayanan kesehatan dasar, penanggulangan bencana dan kegawatdaruratan, surveilans berbasis masyarakat yang meliputi pemantauan pertumbuhan (gizi), penyakit, lingkungan dan perilaku sehingga masyarakatnya menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). 48

70 Sarana Kesehatan Jumlah desa/kelurahan/nagari siaga aktif di Jawa Barat pada tahun 2015 sebesar 5842, dengan persentase terhadap jumlah seluruh desa/kelurahan/nagari sebesar 97,99%. Kabupaten/Kota dengan persentase tertinggi ( % ) adalah 22 Kabupaten/Kota, masih terdapat 5 Kabupaten/Kota yang di bawah 100% yaitu Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Garut, Kabupaten Cirebon, Kota Bandung dan Kabupaten Majalengka. Rincian dapat dilihat pada gambar berikut ini. Gambar III. D. 1 Persentase Desa dan Kelurahan Siaga Aktif di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat Salah satu UKBM yang memiliki peran signifikan dalam pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat adalah posyandu. Posyandu dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat, untuk memberdayakan dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat terutama ibu, bayi, dan anak balita. Posyandu memiliki 5 (lima) program prioritas yaitu kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, imunisasi, gizi, serta pencegahan dan penanggulangan diare. Terdapat posyandu pada tahun 2015 di Jawa Barat. Dari jumlah tersebut, posyandu pratama sebanyak 7,27%, madya sebanyak 47,16%, purnama sebanyak 34,38%, dan mandiri sebanyak 11,19%. 49

71 Sarana Kesehatan Gambar III D. 2 Persentase Posyandu Menurut Strata di Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 Pada gambar di atas terlihat bahwa proporsi tertinggi adalah posyandu madya dan proporsi terendah adalah posyandu pratama. Dalam menjalankan fungsinya, perlu diketahui rasio kecukupan posyandu terhadap masyarakat yang ada. Pada tahun 2015, rasio posyandu terhadap jumlah desa/kelurahan adalah 8,49%. Pada tingkat provinsi, rasio posyandu terhadap jumlah desa/keluarahan tertinggi (27,61) di kota Bekasi dan rasio terendah (3,77) di Kabupaten Kuningan. Gambar III D.3 Rasio Posyandu Terhadap Desa/Kelurahan di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat tahun

72 Sumber Daya Manusia Bidang Kesehatan BAB IV SUMBER DAYA MANUSIA BIDANG KESEHATAN Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan menyatakan bahwa tenaga kesehatan memegang peranan penting dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang maksimal kepada masyarakat agar masyarakat mampu untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat sehingga akan terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi serta sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Tenaga di bidang kesehatan terdiri atas tenaga kesehatan dan asisten tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan dikelompokan kedalam 13 (tiga belas) jenis, yang terdiri dari ; tenaga medis, tenaga fisiologis klinis, tenaga keperawatan, tenaga bidan, tenaga kefarmasian, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan lingkungan, tenaga gizi, tenaga keterafian fisik, tenaga keteknisan medis, tenaga teknik biomedika, tenaga kesehatan tradisional, dan tenaga kesehatan lainya. A. JUMLAH TENAGA KESEHATAN Pemerintah Provinsi Jawa Barat telah mengatur terkait tenaga kesehatan dalam Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 11 Tahun 2010 tentang Penyelenggaran Kesehatan yang tertuang dalam pasal 23 Paragraf 2 pemerintah daerah menempatkan tenaga kesehatan strategis dan pemindahan tenaga kesehatan tertentu antar kabupaten/kota skala provinsi. Pemerintah daerah dapat melaksanakan pengadaan tenaga kesehatan strategis tertentu pada keadaan tertentu. Data jumlah tenaga kesehatan sangat diperlukan dalam menentukan pengadaan dan penempatan tenaga. Dari data tersebut diharapkan dapat tergambarkan pemenuhan tenaga kesehatan setiap kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat dalam peninkatan pelayananan kesehatan yang berkualitas. 51

73 Sumber Daya Manusia Bidang Kesehatan Data jumlah tenaga terdiri dari jumlah tenaga kesehatan termasuk jenis tenaga kesehatan dan penempatan tenaga kesehatan. Berdasarkan jenis tenaga kesehatan meliputi dokter spesialis, dokter umum, dokter gigi, bidan, perawat, perawat gigi, kefarmasian, tenaga gizi, kesehatan masyarakat, kesehatan lingkungan, keteknisan medis, fisioterapis serta tenaga non kesehatan. Tenaga perawat merupakan gabungan dari latar belakang pendidikan keperawatan tingkat sarjana dan diploma. Untuk tenaga kefarmasian merupakan gabungan dari apoteker, sarjana farmasi, diploma farmasi dan asisten apoteker. Tenaga gizi merupakan gabungan sarjana gizi dan diploma gizi. Sedangkan tenaga kesehatan masyarakat merupakan gabungan dari lulusan sarjana dan diploma kesmas, tidak termasuk tenaga kesehatan lingkungan, sedangkan berdasarkan penempatan meliputi tenaga kesehatan di Puskesmas, Rumah Sakit, Diklat Dinas Kesehatan dan Sarana Kesehatan lainnya. Jumlah data tenaga kesehatan ini dihasilkan dari hasil validasi data kesehatan 27 Kabupaten/Kota di Jawa Barat. Beberapa keterbatasan dalam validasi data tenaga kesehatan antara lain belum semua tenaga kesehatan dapat diidentifikasi, antara lain kemungkinan adanya laporan tenaga kesehatan (terutama tenaga medis) lebih dari satu kali, belum teridentifikasinya tenaga medis yang bekerja secara penuh waktu dengan yang paruh waktu, adanya perubahan pada tingkat dan latar belakang pendidilkan terakhir terutama yang mengikuti jenjang pendidikan yang berbeda dari jenis tenaga awalnya. Jumlah keseluruhan tenaga bidang kesehatan di Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 sebanyak orang. Tenaga tersebut terdiri dari 77,75 % tenaga kesehatan dan 22,25 % tenaga non kesehatan. Berdasarkan proporsi kelompok tenaga kesehatan, tenaga keperawatan merupakan tenaga kesehatan yang terbanyak yaitu 47,38 %. Berikutnya tenaga Non Kesehatan sebesar 22,07 % dan tenaga medis 12,82 %. Urutan terbesar berikutnya adalah kelompok tenaga Teknis Medis sebesar 6,11 % dan kelompok tenaga kefarmasian 4,72% serta Tenaga Kesehatan Masyarakat sebesar 2,50 %. Untuk proporsi tiga terkecil terdapat pada kelompok tenaga Gizi 2,48 %, tenaga kesehatan lainnya 1,10 %, dan Tenaga Keterapian Fisik 0.81 %. 52

74 Sumber Daya Manusia Bidang Kesehatan Gambar IV. A.1 Proporsi Kelompok Tenaga Kesehatan Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 Jumlah tenaga berdasarkan perjenis tenaga kesehatan di Jawa Barat adalah tenaga perawat sebesar orang, kemudian Tenaga Non Kesehatan sebesar dan Bidan sebesar , sedangkan untuk tenaga keteknisan medis terdapat sebanyak Dokter spesialis terdapat sebanyak dan dokter umum sebanyak 4.695, jumlah tenaga dokter spesialis lebih banyak dari tenaga dokter umum karena adanya double entry pada pencatatan dokter spesialis. Untuk tenaga gizi dan dokter gigi masing-masing sebanyak orang dan orang. Tiga urutan terbawah jumlah tenaga kesehatan adalah Kesmas sebanyak 1.192, Kesling dan keterafian fisik sebanyak 733. Gambar IV. A.2 Jumlah Tenaga Kesehatan berdasarkan Jenis Tenaga Kesehatan di Jawa Barat tahun

75 Sumber Daya Manusia Bidang Kesehatan 1. Tenaga Kesehatan di Pusat Kesehatan Kesehatan Masyarakat Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Pelayanan Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) sumber daya manusia terdiri dari Tenaga Kesehatan dan Tenaga Non Kesehatan. Jenis dan jumlah Tenaga Kesehatan dan tenaga non kesehatan dihitung berdasarkan analisis beban kerja, dengan mempertimbangkan jumlah pelayanan yang diselenggarakan, jumlah penduduk dan persebarannya, karakteristik wilayah kerja, luas wilayah kerja, ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama lainnya di wilayah kerja, dan pembagian waktu kerja. Tenaga Kesehatan minimal yag harus tersedia di Puskesmas terdiri dari a. dokter atau dokter layanan primer; b. dokter gigi; c. perawat; d. bidan; e. tenaga kesehatan masyarakat; f. tenaga kesehatan lingkungan; g. ahli teknologi laboratorium medik; h. tenaga gizi; dan i. tenaga kefarmasian. Gambar IV. A. 3 Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskesmas berdasarkan Jenis Tenaga Kesehatan di Jawa Barat Tahun

76 Sumber Daya Manusia Bidang Kesehatan Mengacu kepada indikator Indonesia Sehat standar minimal Tenaga Kesehatan untuk tenaga di Puskesmas adalah 2 dokter umum per puskesmas, 1 dokter gigi per puskesmas, 3 bidan per puskesmas, 7 perawat per puskesmas,1 tenaga gizi per puskesmas, 1 tenaga sanitarian per puskesmas dan 1 tenaga apoteker per puskesmas. Kebutuhan dokter umum di Provinsi Jawa Barat pada tahun 2015 yang ditempatkan di Puskesmas secara umum telah terpenuhi, dengan jumlah Puskesmas rasio dokter umum yang bekerja di Puskesmas sebesar 4,47 yang artinya jika penyebaran dokter umum merata maka setiap Puskesmas mempunyai 4 dokter umum. Kabupaten yang belum terpenuhi secara rata-rata untuk kebutuhan dokter umum disetiap Puskesmas adalah Kabupaten Ciamis dengan rasio dokter yang bekerja di Puskesmas sebesar Rasio dokter umum terhadap jumlah Puskesmas dengan jumlah dokter umum terbanyak rata rata 11 dokter umum di setiap Puskesmas adalah Kota Bogor, Kota Cimahi, dan Kota Depok. Berikut adalah rekepitulasi rasio dokter terhadap jumlah Puskesmas di Provinsi Jawa Barat tahun 2015 Gambar IV. A. 4 Rasio Dokter Umum Terhadap Jumlah Puskesmas di Jawa Barat Tahun 2015 Standar minimal berdasarkan indikator Indonesia Sehat untuk perawat adalah 7 perawat di setiap Puskesmas. Provinsi Jawa Barat mempunyai rata rata sebesar 7,06 tenaga perawat yang bekerja di Puskesmas, berdasarkan indikator 55

77 Sumber Daya Manusia Bidang Kesehatan Indonesia Sehat sudah memenuhi standar walaupun belum merata secara penyebaranya untuk tiap kabupaten/kota. Tenaga perawat yang paling banyak terdapat di Kabupaten Subang dengan rata rata 11,05 orang perawat di setiap Puskesmasnya. Sedangkan kabupate/kota lain berkisar antara 4 sampai 9 perawat disetiap Puskesmas. Kabupaten/kota yang belum memenuhi standar untuk tenaga perawat adalah Kota Cimahi dengan rasio perawat terhadap puskesmas sebesar 3,77 dan Kota Bandung sebesar 2,97, berikut adalah rasio perawat terhadap jumlah puskesmas di provinsi Jawa Barat tahun Gambar IV. A. 5 Rasio Perawat Terhadap Jumlah Puskesmas di Jawa Barat Tahun 2015 Gambar IV. A. 6 Rasio Bidan Terhadap Jumlah Puskesmas di Jawa Barat Tahun

78 Sumber Daya Manusia Bidang Kesehatan Pemenuhan tenaga bidan terhadap jumlah puskesmas di Jawa Barat berdasarkan standar minimal tenaga bidan per Puskesmas sebanyak 3 orang per puskesmas telah terpenuhi, hal ini dapat terlihat pada gambar IV.A.6. Rasio tenaga bidan terhadap puskesmas di provinsi Jawa Barat pada tahun 2015 adalah sebanyak 14,86 dengan rasio bidan terhadap jumlah puskesmas terbesar terdapat di Kabupaten Bekasi sebesar 26,64 bidan per puskesmas, Kabupaten Subang sebesar 23,05 per puskesmas, dan Kabupaten Karawang sebesar 22,84 bidan per puskesmas. Rasio Bidan terhadap jumlah puskesmas terkecil terdapat di Kota Cirebon sebesar 3,36, Kota Bandung 4,71 dan Kabupaten Pangandaran 6, Tenaga Kesehatan Di Rumah Sakit Sumber daya manusia kesehatan memegang peranan penting dalam dalam pelayananan rumah sakit. Rumah sakit adalah fasilitas kesehatan yang memberikan pelayanan terhadap perorangan secara paripurna hal ini berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 Tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit, Rumah Sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat sehingga ketersediaan tenaga memegang peranan penting. Jumlah tenaga di Rumah Sakit di Jawa Barat pada tahun 2015 terdapat sebanyak orang yang terdiri dari tenaga kesehatan dan non tenaga kesehatan. Jumlah sumber daya kesehatan di rumah sakit pada tahun 2015 di Provinsi Jawa Barat pada gambar berikut ini. Gambar IV. A. 7 Jumlah Tenaga Tenaga Kesehatan Rumah Sakit di Jawa Barat Tahun

79 Sumber Daya Manusia Bidang Kesehatan Jumlah Perawat merupakan tenaga kesehatan terbesar yang berada di Rumah Sakit di Jawa Barat Tahun 2015 sebanyak orang dan tenaga non kesehatan sebanyak orang. Dengan jumlah rumah sakit sebanyak 317 unit maka rata rata perawat yang bertugas di rumah sakit sabanyak 59 orang. Jumlah dokter spesialis yang bertugas di rumah sakit sebanyak 5210, dengan rata rata 16 dokter spesialis per rumah sakit. Dokter umum yang bertugas di rumah sakit sebanyak 2700 orang dengan rata rata yang bertugas 9 orang di rumah sakit sedangkan jumlah dokter gigi yang bertugas di rumah sakit sebanyak 834 dengan rata 3 orang per Rumah Sakitnya. Jumlah perawat dan bidan yang bekerja dirumah sakit sebanyak orang dan orang dengan rata rata 59 dan 15 orang petugas per rumah sakitnya.total tenaga penunjang (Tenaga Non Kesehatan) sebanyak dean rata rata 38 tenaga penunjang untuk setiap rumah sakit. B. RASIO TENAGA KESEHATAN Berdasarkan Keputusan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Nomor 54 Tahun 2013 tentang Rencana Pengembangan Tenaga Kesehatan Tahun , telah ditetapkan sejumlah target rasio tenaga kesehatan terhadap jumlah penduduk. Pada tahun 2014 sampai dengan tahun 2019 Pada tahun 2014 diharapkan ketersediaan tenaga dokter spesialis mencapai 10 per penduduk, dokter umum 40 per penduduk, dokter gigi 12 per penduduk, perawat 158 per penduduk, bidan 100 per penduduk, sanitarian 15 per penduduk, tenaga gizi 10 per penduduk. Perhitungan rasio tenaga kesehatan digunakan untuk mengukur ketersediaan tenaga kesehatan untuk mencapai tenaga kesehatan. Data jumlah tenaga kesehatan yang digunakan adalah data tenaga kesehatan yang bekerja sesuai dengan fungsi dan estimasi. Berikut adalah rekapitulasi rasio tenaga kesehatan terhadap per penduduk di Jawa Barat pada tahun

80 Sumber Daya Manusia Bidang Kesehatan Tabel IV. B. 1 Rekapitulasi Rasio Tenaga Kesehatan / Penduduk di Jawa Barat Tahun 2015 Jenis Tenaga Kesehatan Ratio/ Penduduk Dokter Spesialis Dokter Umum Dokter Gigi 3.47 Bidan Perawat Kefarmasian 9.18 Kesehatan Masyarakat 2.55 Kesehatan Lingkungan 2.27 Gizi 2.77 Keterafian Fisik 1.56 Keteknisan Medis 7.88 Non Kesehatan Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa rasio tenaga kesehatan di Jawa Barat secara umum masih belum terpenuhi, baru dokter spesialis yang sesudah dengan target berdasarkan kepada Keputusan Menteri Koordinator Bidang Kesejahtraan Rakyat Nomor 54 Tahun 2013 tentang Rencana Pengembangan Tenaga Kesehatan Tahun dengan rasio sebesar per penduduk sedangkankan yang ditarget adalah 10 dokter spesialis per penduduk. Untuk tenaga kesehatan di Jawa Barat selain dokter spesialis masih dibawah target rasio tenaga kesehatan terhadap jumlah penduduk. Rasio dokter umum dari yang ditarget sebesar 40 dokter umum per penduduk dicapai sebesar 10.05, rasio dokter gigi sebesar 3.47 dari target 12 dokter gigi per penduduk,rasio perawat dari target 158 per penduduk dan rasio bidan dari target sebesar 100 per penduduk. 59

81 Sumber Daya Manusia Bidang Kesehatan Gambar IV. B. 1 Rasio Dokter Spesialis Terhadap Penduduk di Jawa Barat Tahun 2015 Berdasarkan kepada data Kabupaten/Kota mengenai rasio tenaga kesehatan terhadap penduduk untuk rasio dokter spesialis 12 Kabupaten/Kota telah sesuai target 10 dokter spesialis untuk per penduduk dengan rasio tenaga kesehatan dokter spesialis terbesar ada di Kota Bogor sebesar per penduduk, Kota Sukabumi dan Kota Bandung per penduduk. Rasio dokter spesialis terendah ada di Sukabumi dengan Rasio 0 dikarenakan tidak ada data kemudian Pangandaran dengan Rasio 0 mengingat Kabupaten Pangandaran belum memiliki Rumah Sakit dan untuk pasien yang membutuhkan pelayanan dokter spesialis di rujuk ke rumah sakit yang ada di Kota Banjar. Data terkait rasio dokter spesialis per penduduk Kabupaten Kota di Jawa Barat dapat dilihat pada gambar IV. B. 1. Rasio dokter umum terhadap penduduk di Jawa Barat pada tahun 2015 masih dibawah angka rasio yang ditargetkan. Rasio dokter umum terhadap penduduk sebesar 40 dokter umum per dokter umum. Rasio dokter umum Jawa Barat pada tahun 2015 sebesar 10.5 sedangkan rasio dokter umum terbesar terdapat di Kota Cirebon dengan rasio sebesar kemudian Kota Sukabumi sebesar dan Kota Bogor sebesar dokter umum terhadap penduduk. Kabupaten kota yang mempunyai rasio dokter umum terendah adalah Kabupaten Tasikmalaya 4.49 kemudian kabupaten 60

82 Sumber Daya Manusia Bidang Kesehatan Sukabumi 3.57 dan Kabupaten Ciamis sebesar 2.48 dokter umum terhadap penduduk. Berikut adalah rasio dokter umum terhadap penduduk Kabupaten Kota di Jawa Barat pada tahun Gambar IV. B. 2 Rasio Dokter Umum Terhadap Penduduk di Jawa Barat Tahun 2015 Data rasio tenaga kesehatan terhadap penduduk berikutnya adalah rasio tenaga kesehatan perawat. Rasio tenaga kesehatan perawat di Jawa Barat tahun 2015 sacara rata rata masih belum sesuai dengan yang diharapkan, rasio perawat di Jawa Barat pada tahun 2015 adalah 57,87 perawat terhadap penduduk di Jawa Barat, hanya 4 Kabupaten saja yang telah sesuai dengan target rasio tenaga kesehatan yang telah ditetapkan sebesar 158 perawat terhadap penduduk. Kabupaten/Kota tersebut adalah Kota Cirebon dengan rasio 378,22, Kota Sukabumi dengan rasio 340,76, Kota Bogor 209,01 dan Kota Cimahi sebesar per penduduk. Rasio tenaga kesehatan perawat terendah terdapat di Kabupaten Bogor sebesar kemudian Kota Bandung sebesar dan Kabupaten Bandung sebesar terhadap penduduk Kabupaten Kota di Jawa Barat pada Tahun Berikut adalah rekapitulasi rasio tenaga perawat di Kabupaten/Kota terhadap penduduk Kabupaten/ Kota di Jawa Barat pada Tahun

83 Sumber Daya Manusia Bidang Kesehatan Gambar IV. B. 3 Rasio Perawat Terhadap Penduduk di Jawa Barat Tahun 2015 Rasio Tenaga Kesehatan yang belum sesuai dengan yang ditargetkan selain dokter umum di Jawa Barat pada tahun 2015 adalah rasio tenaga kesehatan bidan. Secara rata rata capaian angka rasio tenaga kesehatan bidan pada tahun 2015 di Jawa Barat sebesar 33.4 per lebih rendah dengan yang ditarget sebesar 100 bidan per penduduk. Rasio bidan tertinggi berada di Kota Sukabumi sebesar kemudian 4 kabupaten dengan rata-rata 62 bidan per penduduk adalah Kabupaten Kuningan, Indramayu dan Kabupaten Subang sedangkan Kabupaten Kota dengan rasio bidan terendah adalah Kota bandung 16.44, Kota Bekasi dan Kota Bandung sebesar per penduduk. Berikut adalah rekapitulasi rasio tenaga bidan terhadap penduduk Kabupaten Kota di Jawa Barat pada tahun

84 Sumber Daya Manusia Bidang Kesehatan Gambar IV. B. 4 Rasio Bidan Terhadap Penduduk di Jawa Barat Tahun

85

86 Pembiayaan Kesehatan BAB V PEMBIAYAAN KESEHATAN A. JUMLAH ANGGARAN KESEHATAN Pembiayaan kesehatan adalah bentuk dan cara penyelenggaraan berbagai upaya penggalian, pengalokasian dan pembelanjaan dana kesehatan untuk mendukung penyelenggaraan pembangunan kesehatan guna mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Dana digali dari sumber pemerintah baik dari sektor kesehatan dan sektor lain terkait, dari masyarakat, maupun swasta serta sumber lainnya yang digunakan untuk mendukung pelaksanaan pembangunan kesehatan. Dana yang tersedia harus mencukupi dan dapat dipertanggungjawabkan. Program Kegiatan dan anggaran yang mendukung pencapaian indikator sasaran strategis dan tugas pokok di Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat dan kabupaten/kota pada Tahun 2015 bersumber dana APBD (setelah anggaran perubahan), APBN Dekonsentrasi (setelah revisi anggaran), dan PHLN serta anggaran APBN (DAK dan Tugas Pembantuan) yang diperoleh Kabupaten/Kota di wilayah Jawa Barat. Total anggaran untuk pembangunan kesehatan di Provinsi Jawa Barat tahun 2015 mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun 2014, untuk tahun 2015 sebesar Rp. 830,857,268,044,- sedangkan anggaran tahun 2014 sebesar Rp. 759,299,699,709,- atau naik sekitar 6,94%. Demikian juga dengan sumber pembiayaan dari APBD 2015 mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun 2013, pembiayaan kesehatan naik sebesar 6.06%. Sedangkan untuk sumber APBN mengalami peningkatan pembiayaan sebesar 8.52% serta untuk PHLN mengalami kenaikan sebesar %. 64

87 Pembiayaan Kesehatan Tabel. V.A.1 Anggaran Pembangunan Kesehatan Menurut Sumber Anggaran di Provinsi Jawa Barat Tahun SUMBER Anggaran (Rp) Tahun APBD 390,378,006, ,311,998, ,284,125,300 BL 75,654,839, ,999,676, ,546,291,271 BTL 46,186,661, ,812,322,110 45,318,011,089 BANKEU 268,536,505,760 2,500,000, ,419,822,940 APBN 251,588,572, ,411,482, ,199,982,000 DEKON 35,551,448,000 74,798,849,000 49,841,792,000 DAK 216,037,124, ,612,633, ,358,190,000 PHLN 21,947,605,635 13,576,218,685 33,373,160,744 TOTAL ANGGARAN 641,966,579, ,723,481, ,484,107,300 Keterangan : Tidak termasuk APBD Kab/Kota dan JKN B. ANGARAN APBD PROVINSI DAN APBD KABUPATEN/KOTA Berdasarkan Undang-Undang Kesehatan dipersyaratkan setiap pemerintahan daerah harus mengalokasikan dana kesehatan sebesar 10% dari total APBD nya. Berdasarkan data yang masuk ke provinsi selama periode diketahui bahwa selama periode tersebut yang mencapai diatas 10% adalah periode 2013 sebesar 10.5 dan 2015 sebesar 11.2%. Gambar V. B. 1 Proporsi Anggaran APBD Kesehatan di Provinsi Jawa Barat Tahun

88 Pembiayaan Kesehatan Untuk mengetahui proporsi alokasi anggaran kesehatan Kabupaten/Kota dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Gambar V. B.2 Proporsi Anggaran APBD Kesehatan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat tahun 2015 Proporsi anggaran kesehatan (terhadap total anggaran kesehatan Kabupaten/Kota) Kabupaten/Kota di Jawa Barat tahun 2015 berkisar 3.91 % sampai dengan %. Proporsi tertinggi pada kelompok Kabupaten dicapai oleh Kabupaten Sukabumi sebesar % dan yang terendah adalah Kabupaten Tasikmalaya sebesar 4.33 %. Proporsi tertinggi untuk Kota dicapai oleh Kota Kota Bogor sebesar % dan yang terendah oleh Kota Cirebon sebesar 3.91 %. Terdapat 9 Kabupaten/Kota yang proporsi anggaran kesehatanya sudah melebihi rata-rata provinsi 11.2 %, yaitu Kota Bekasi, Kabupaten Subang, Kabupaten Kuningan, Kabupaten Sumedang Kabupaten Cirebon, Kabupaten Karawang, Kabupaten Bogor, Kota Bogor, dan Kabupaten Sukabumi sedangkan 18 Kabupaten/Kota lain proporsi anggaran kesehatannya masih lebih kecil dari rata-rata provinsi. Standar biaya kesehatan per kapita menurut World Bank adalah sebesar $12 atau Rp ,-. Sedangkan menurut WHO sebesar $34 atau Rp ,-. dengan asumsi Kurs Rp ,- per 1 dolar. Anggaran kesehatan per kapita kabupaten kota di Jawa Barat periode 2010 sampai 2015 berkisar Rp. 66

89 Pembiayaan Kesehatan ,- sampai dengan Rp ,- dengan kecenderungan mengalami peningkatan. Selengkapnya dapat dilihat pada gambar berikut ini. Gambar VI. B. 3 Anggaran Kesehatan Per Kapita Provinsi Jawa Barat Tahun Anggaran kesehatan per kapita kabupaten kota di Jawa Barat tahun 2015 dapat dilihat pada gambar berikut ini. Gambar VI. B. 4 Anggaran Kesehatan Per Kapita Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun

90 Pembiayaan Kesehatan Besaran anggaran kesehatan per kapita kabupaten kota tahun 2015 berkisar Rp ,- sampai dengan Rp ,- Per kapita tertinggi pada kelompok kabupaten terdapat di Kabupaten Sukabumi sebesar Rp ,- dan yang terendah adalah Kabupaten Tasikmalaya yaitu sebesar Rp ,-. Per kapita tertinggi pada kelompok kota dicapai oleh Kota Bogor sebesar Rp ,- dan yang terendah adalah Kota Cimahi yaitu sebesar Rp ,-. Terdapat 8 kabupaten kota dengan anggaran kesehatan per kapitanya melebihi rata-rata provinsi Rp ,-, yaitu Kota Bogor, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Kuningan, Kabupaten Sumedang, Kota Banjar, Kota Sukabumi, Kabupaten Karawang, Kabupaten Cirebon, Kota Tasikmalaya, Kabupaten Bogor, dan Kabupaten Pangandaran. C. JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) adalah program Pemerintah yang bertujuan memberikan kepastian jaminan kesehatan yang menyeluruh bagi seluruh rakyat Indonesia untuk dapat hidup sehat, produktif dan sejahtera. Kesehatan adalah hak dasar setiap orang, dan semua warga negara berhak mendapatkan pelayanan kesehatan. UUD 1945 mengamanatkan bahwa jaminan kesehatan bagi masyarakat, khususnya yang miskin dan tidak mampu, adalah tanggung jawab pemerintah pusat dan daerah. Pada UUD 1945 Perubahan, Pasal 34 ayat 2 menyebutkan bahwa negara mengembangkan Sistem Jaminan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Pemerintah menjalankan UUD 1945 tersebut dengan mengeluarkan UU No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) untuk memberikan jaminan sosial menyeluruh bagi setiap orang dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak menuju terwujudnya masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, dan makmur. Dalam UU No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan juga ditegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan dan memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau. Sesuai dengan UU No. 40 Tahun 2004, SJSN diselenggarakan dengan mekanisme Asuransi Sosial dimana setiap peserta wajib membayar iuran guna memberikan perlindungan atas risiko sosial ekonomi yang menimpa peserta dan/atau anggota keluarganya. Dalam SJSN, terdapat Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang merupakan bentuk komitmen pemerintah terhadap 68

91 Pembiayaan Kesehatan pelaksanaan jaminan kesehatan masyarakat Indonesia seluruhnya. Sebelum JKN, pemerintah telah berupaya merintis beberapa bentuk jaminan sosial di bidang kesehatan, antara lain Askes Sosial bagi pegawai negeri sipil (PNS), penerima pensiun dan veteran, Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) Jamsostek bagi pegawai BUMN dan swasta, serta Jaminan Kesehatan bagi TNI dan Polri. Untuk masyarakat miskin dan tidak mampu, sejak tahun 2005 Kementerian Kesehatan telah melaksanakan program jaminan kesehatan sosial, yang awalnya dikenal dengan nama program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan bagi Masyarakat Miskin (JPKMM), atau lebih populer dengan nama program Askeskin (Asuransi Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin). Kemudian sejak tahun 2008 sampai dengan tahun 2013, program ini berubah nama menjadi program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). Seiring dengan dimulainya JKN per 1 Januari 2014, semua program jaminan kesehatan yang telah dilaksanakan pemerintah tersebut (Askes PNS, JPK Jamsostek, TNI, Polri, dan Jamkesmas), diintegrasikan ke dalam satu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan). Sama halnya dengan program Jamkesmas, pemerintah bertanggungjawab untuk membayarkan iuran JKN bagi fakir miskin dan orang yang tidak mampu yang terdaftar sebagai peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI). Peserta Jaminan Kesehatan Nasional di Provinsi Jawa Barat pada tahun 2015 baru mencapai %, yang meliputi Penerima bantuan Iuran (PBI) APBN %, Penerima bantuan Iuran (PBI) APBD 2.12%, Pekerja Penerima Upah (PPU) %, Peserta Bukan Penerima Upah (PBPU)/Mandiri 7.18 %, Bukan Pekerja (BP) 1.78 % dan Jaminan Kesehatan Daerah 6.03 %. Apabila dibandingkan antara Kabupaten/Kota, ternyata ada 16 Kabupaten/Kota yang angkanya diatas Jawa Barat dan Kabupaten/Kota yang tertinggi cakupan kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional ada di Kabupaten Karawang (91.37 %), dan yang terendah terdapat di Kabupaten Bogor (45.26 %). 69

92 Pembiayaan Kesehatan Gambar V. C.1 Cakupan Peserta Jaminan Kesehatan Nasional Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 D. ALOKASI ANGGARAN PROGRAM DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT Alokasi anggaran kesehatan untuk penyelenggaraan kegiatan di Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat tahun 2015 terdiri dari program pokok dan program penunjang, untuk program pokok alokasi anggaran yang tersedia Rp ,- dari total anggaran pokok tersebut terdapat 6 (enam) program didalamnya. Pada program pokok tersebut untuk alokasi anggaran yang terbesar untuk Program Sumber Daya Kesehatan sebesar Rp ,- sedangkan untuk yang terkecil pada Program Pengembangan Lingkungan Sehat sebesar Rp ,-. Sedangkan untuk alokasi anggaran Program Penunjang (terdiri dari 5 program) mencapai Rp ,- alokasi anggaran terbesar untuk Program Penunjang yaitu pada Program Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Aparatur sebesar Rp ,- sedangkan untuk anggaran yang terkecil pada program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja Dan Keuangan sebesar Rp ,-. 70

93 Pembiayaan Kesehatan Tabel V.D.1 Alokasi Anggaran Per Program Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 PROGRAM ANGGARAN Program Pokok Rp Program Promosi Kesehatan Rp Program Pengembangan Lingkungan Sehat Rp Program Pelayanan Kesehatan Rp Program Program pengendalian penyakit menular dan tidak menular Rp Program Sumber Daya Kesehatan anggaran Rp Program Manajemen Kesehatan Rp Program Penunjang Rp Program Peningkatan Kesejahteraan Sumber Daya Aparatur Rp Program Pelayanan Administrasi Perkantoran Rp Program Peningkatan Sarana Dan Prasarana Aparatur Rp Program Pemeliharaan Sarana Dan Prasarana Aparatur Rp Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja Dan Keuangan Rp T O T A L Rp Proporsi anggaran untuk semua program yang ada di Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat terlihat pada gambar dibawah ini. Gambar V. D.1 Proporsi Alokasi Anggaran Per Program Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat tahun 2015 Dapat kita lihat bahwa proporsi anggaran terbesar yaitu pada Program Sumber Daya Kesehatan (Program Pokok) sebesar % sedangkan untuk 71

94 Pembiayaan Kesehatan program dengan anggaran terkecil yaitu pada Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan. E. CAPAIAN KINERJA ANGGARAN Akuntabilitas keuangan dapat menggambarkan pelaksanaan kegiatan di lingkungan Instansi Pemerintah termasuk di lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, juga sekaligus dapat menuangkan analisis efisiensi dan efektifitas kinerja yaitu anggaran dan realisasi belanja sebagai wujud upaya pencapaian Misi Dinas Kesehatan yang telah ditentukan. Realisasi Program Kegiatan dan anggaran yang mendukung pencapaian indikator sasaran strategis dan tugas pokok di Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat dan kabupaten/kota pada Tahun 2014 bersumber dana APBD, APBN, dan PHLN, dengan rincian dibawah ini. Tabel V. E.1 Realisasi Anggaran Per Program Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 PROGRAM ANGGARAN REALISASI Program Pokok Rp Rp Program Promosi Kesehatan Rp Rp Program Pengembangan Lingkungan Rp Rp Sehat 3. Program Pelayanan Kesehatan Rp Rp Program Program pengendalian penyakit Rp Rp menular dan tidak menular 5. Program Sumber Daya Kesehatan Rp Rp anggaran 6. Program Manajemen Kesehatan Rp Rp Program Penunjang Rp Rp Program Peningkatan Kesejahteraan Rp Rp Sumber Daya Aparatur 2. Program Pelayanan Administrasi Rp Rp Perkantoran 3. Program Peningkatan Sarana Dan Rp Rp Prasarana Aparatur 4. Program Pemeliharaan Sarana Dan Rp Rp Prasarana Aparatur 5. Program Peningkatan Pengembangan Rp Rp Sistem Pelaporan Capaian Kinerja Dan Keuangan T O T A L Rp Rp Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa penyerapan anggaran disetiap Program di Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat cukup tinggi, untuk Program Pokok dari total anggaran yang tersedia pada Tahun 2015 sebesar Rp ,- terealisasi 72

95 Pembiayaan Kesehatan sebesar Rp ,- atau sekitar %, sedangkan untuk Program Penunjang dari jumlah anggaran Rp ,- terealisasi sebesar Rp ,- atau sekitar %. Sedangkan untuk realisasi keuangan dan fisik pada anggaran kegiatan per program di Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 dapat dilihat paga gambar dibawah ini. Gambar V.E.1 Realisasi Keuangan dan Fisik Per Program Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 Dapat kita lihat bahwa penyerapan anggaran keuangan di Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat diatas 70% untuk semua program, untuk program dengan penyerapan keuangan terbesar yaitu pada Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur sebesar %, sedangkan untuk program dengan penyerapan anggaran terkecil adalah Program Pelayanan Kesehatan sebesar 71.63%, untuk Dinas Kesehatan sendiri rata-rata penyerapan keuangan yaitu sebesar %. Realisasi Fisik pada kegiatan yang ada di setiap program di Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat semuanya diatas Realisasi Keuangan, hal ini menunjukan bahwa penggunaan anggaran di setiap kegiatan dilaksanakan dengan baik. Realisasi Fisik yang paling tinggi terlihat pada Program Promosi Kesehatan sebesar % sedangkan untuk Reasilisasi Fisik terendah yaitu pada Program pengendalian penyakit menular dan tidak menular sebesar %, untuk Dinas Kesehatan sendiri rata-rata realisasi fisik yaitu sebesar %. 73

96

97 Derajat Kesehatan BAB VI DERAJAT KESEHATAN A. ANGKA HARAPAN HIDUP Angka Harapan Hidup (AHH) merupakan salah satu indikator derajat kesehatan yang digunakan sebagai salah satu dasar penghitugan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Angka Harapan Hidup memberikan gambaran probabilitas umur maksimal yang dapat dicapai seorang bayi baru lahir. Indikator ini dipandang dapat menggambarkan taraf hidup suatu bangsa, sehingga dijadikan salah satu indikator untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk pada umumnya dan meningkatkan derajat kesehatan pada khususnya. Peningkatan Angka Harapan Hidup menunjukkan adanya peningkatan kehidupan dan kesejahteraan penduduk serta meningkatnya derajat kesehatan suatu bangsa. Untuk dapat meningkatkan Umur Harapan Hidup bukan saja diperlukan program pembangunan kesehatan namun diperlukan juga progam sosial lainnya seperti program pemberantasan kemiskinan, perbalikan kualitas lingkungan hidup, kecukupan pangan dan gizi. Indikator Angka Harapan Hidup tidak bisa didapatkan dari sistem pencatatan pelaporan rutin, tetapi melalui estimasi berdasarkan data primer hasil survey atau sensus yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Gambar VI. A.1 Angka Harapan Hidup (AHH) Penduduk di Provinsi Jawa Barat Tahun

98 Derajat Kesehatan Berdasarkan angka yang dipublikasikan BPS Jawa Barat, Umur Harapan Hidup (UHH) waktu lahir di Jawa Barat selama periode 2010 sampai dengan 2014 cenderung meningkat, yaitu dari 71,32 tahun pada 2006 menjadi pada tahun Berdasarkan publikasi BPS 2015 capaian AHH kabupaten kota di Provinsi Jawa Barat, untuk AHH tahun 2014 berkisar 67,99 tahun sampai dengan tahun. AHH tertinggi berada di Kota Bekasi mencapai tahun dan terendah berada di Kabupaten Tasikmalaya dengan tahun. Untuk kelompok kota, secara rinci dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Gambar IV. A. 2 Angka Harapan Hidup (AHH) Menurut Kabupaten Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2014 Sebanyak 7 kabupaten kota di Provinsi Jawa Barat mempunyai AHH diatas rata rata Jawa Barat, yaitu Kota Bekasi, Kota Depok, Kota Bandung, Kota Cimahi, Kab. Bekasi, Kab. Bandung, dan Kota Bogor. B. MORTALITAS/KEMATIAN Angka kematian merupakan indikator outcome pembangunan kesehatan. Angka kematian dapat menggambarkan seberapa tinggi derajat kesehatan masyarakat di suatu wilayah. Pada dasarnya penyebab kematian ada yang langsung dan tidak langsung, walaupun dalam kenyataannya terdapat interaksi dari berbagai faktor yang mempengaruhi terhadap tingkat kematian di masyarakat. 75

99 Derajat Kesehatan Berbagai faktor yang berkaitan dengan penyebab kematian, baik langsung maupun tidak langsung, antara lain dipengaruhi oleh tingkat sosial ekonomi, kualitas lingkungan hidup, upaya pelayanan kesehatan dan lain-lain. Di Provinsi Jawa Barat beberapa faktor penyebab kematian perlu mendapat perhatian khusus, diantaranya yang berhubungan dengan kematian ibu dan bayi yaitu besarnya tingkat kelahiran, umur masa paritas, jumlah anak yang dilahirkan serta penolong persalinan. Indikator kematian yang paling sering digunakan adalah Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi dan Angka Kematian Balita (Akaba). Indikator kematian tersebut tidak dapat dihasilkan dari sistem pencatatan pelaporan rutin, namun berasal dari perhitungan yang dilakukan oleh BPS. 1. Angka Kematian Bayi (AKB) Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate (IMR) merupakan indikator yang sangat sensitif terhadap upaya pelayanan kesehatan terutama yang berhubungan dengan bayi baru lahir perinatal dan neonatal. Gambar VI. B. 1 Angka Kematian Bayi di Provinsi Jawa Barat Tahun 2003 s/d 2012 Sumber : SDKI dan BPS Jawa Barat AKB menggambarkan besarnya risiko kematian bayi (<1 tahun) dalam kelahiran hidup. Berdasarkan kesepakatan international AKB merupakan indikator yang menggunakan konsep rate, meskipun dalam kenyataannya hanya ratio. Berdasarkan publikasi BPS, AKB Provinsi Jawa Barat sejak tahun 2003 sampai dengan 2009 cenderung mengalami penurunan. Selama periode 2003 s/d 2009 AKB berhasil diturunkan sebesar 6.5 poin (range /

100 Derajat Kesehatan kelahiran hidup). Berarti di Provinsi Jawa Barat rata-rata AKB turun sebesar 1 poin setiap tahunnya. Untuk AKB 2013, BPS melakukan publikasi berdasarkan SDKI 2012, di mana Provinsi Jawa Barat mempunyai AKB sebesar 30/1.000 kelahiran hidup. Dibandingkan AKB 2009, maka terjadi penurunan sebesar 6 poin, yaitu dari 36/1.000 kelahiran hidup menjadi 30/1.000 kelahiran hidup. Berdasarkan pencatatan dan pelaporan, di Provinsi Jawa Barat tahun 2015 terdapat 4019 bayi meninggal meningkat 82 orang dibanding tahun 2014 yang tercatat kematian bayi. Range pelaporan kematian bayi periode 2009 s/d 2015 antara kematian bayi, dengan rata rata 4.679/tahun. Gambar VI. B. 2 Jumlah Kematian Bayi di Provinsi Jawa Barat Tahun 2009 sd 2015 Proporsi Kematian Bayi pada tahun 2015 sebesar 4,09/1000 kelahiran hidup, menurun 0,10 poin dibanding tahun 2014 sebesar 4,19/1000 kelahiran hidup. Dari kematian bayi sebesar 4,29/1.000 kelahiran hidup, terdapat angka kematian 3,37/1.000 kelahiran hidup berasal dari bayi berumur 0-28 hari (Neonatal) atau 82,42% kematian bayi berasal dari bayi usia 0-28 hari, dengan demikian disarankan dalam penangan AKB lebih difokuskan pada Bayi Baru Lahir. Angka Kematian Bayi sebesar 4,09/1000 kelahiran hidup, sudah melampaui target MDGs yang pada tahun 2015 harus sudah mencapai 17/1.000 kelahiran hidup. 77

101 Derajat Kesehatan Gambar VI. B. 3 Angka Kematian Bayi* Per Kelahiran Hidup Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 Lima kabupaten/kota dengan proporsi kematian bayi tertingggi terdapat di Kota Banjar, Kab. Pangandaran, Kota Tasikmalaya, Kab. Tasikmalaya dan Kota Cimahi. 2. Angka Kematian Balita (AKABA) Anak Balita adalah masa anak mulai berjalan dan merupakan masa yang paling hebat dalam tumbuh kembang, yaitu pada usia 12 sampai 59 bulan. Masa ini merupakan masa yang penting terhadap perkembangan kepandaian dan pertumbuhan intelektual. Balita adalah anak yang berumur 0-59 bulan, pada masa ini ditandai dengan proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Interpretasi Angka Kematian Balita adalah jumlah kematian balita umur 0-59 bulan diantara kelahiran hidup. Sama halnya dengan Angka Kematian Bayi, Angka Kematian Balita dihitung oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Berikut ini gambaran proporsi kematian balita per kelahiran hidup di kabupaten/kota Jawa Barat Tahun

102 Derajat Kesehatan Gambar IV. B. 4 Proporsi Kematian Balita Menurut Kabupaten Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 Proporsi Kematian Balita di Jawa Barat sebesar 4,39/1.000 kelahiran hidup, kematian terkecil di Kabupaten Bekasi sebesar 1,3/1.000 KH dan kematian terbesar di Kota Banjar sebesar 16,3/1.000 KH. 3. Angka Kematian Ibu (AKI) Indikator Angka Kematian Ibu (AKI) atau Maternal Mortality Rate (MMR) menggambarkan besarnya risiko kematian ibu pada fase kehamilan, persalinan dan masa nifas di antara kelahiran hidup dalam satu wilayah pada kurun waktu tertentu. Sama halnya dengan Angka Kematian Bayi dan Balita, AKI tidak dapat dihasilkan dari pelaporan rutin tetapi merupakan hasil perhitungan BPS. Berikutnya perkembangan AKI berdasarkan beberapa hasil studi dan survey yang dilakukan oleh Institusi Pendidikan dan BPS. Gambar IV B. 5 Pencapaian dan Proyeksi Angka Kematian Ibu (AKI) Tahun (Dalam Kelahiran Hidup) 79

103 Derajat Kesehatan Angka Kematian Ibu (AKI) Indonesia secara Nasional dari tahun 1994 sampai dengan tahun Berdasarkan SDKI survei terakhir tahun 2007 AKI Indonesia sebesar 228 per KH. Sementara target Millennium Development Goal (MDG)s menargetkan AKI tahun 2015 sebesar 102 per Kelahiran. Angka kematian Ibu di Jawa Barat tahun 2014 sebesar 73 per KH, jika dibandingkan dengan proporsi AKI tahun 2015 yang ditargetkan maka AKI di Provinsi Jawa Barat sudah berada di bawah target nasional tahun Tabel VI. B. 1 Angka Kematian Ibu per kelahiran hidup di Provinsi Jawa Barat Penelitian / Survei Tahun AKI Penelitian & pencatatan di 12 RS Penelitian UNPAD si Ujungberung SKRT UNPAD di Kab Sukabumi SKRT SKRT SDKI SKRT BPS Provinsi Jawa Barat ,15 SDKI SDKI Jawa Barat secara parsial sejak tahun 1977 sudah dilaksanakan beberapa pencatatan di 12 RS di Jawa Barat ( ), Studi Unpad di Ujung Berung (studi dan survei untuk mendapatkan gambaran Angka Kematian Ibu (AKI) (penelitian ) dan Kabupaten Sukabumi (1982) serta AKI Nasional hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) dan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) yang di publikasikan BPS. Dari hasil studi dan survey tersebut gambaran AKI di Jawa Barat sejak tahun 1977 sampai dengan 2012 berkisar antara 150 sampai dengan 450/ kelahiran hidup. AKI tertinggi didapatkan berdasarkan SKRT 1986 dan Studi Unpad di Kab. Sukabumi yang mencapai 450/ kelahiran hidup. Sedangkan AKI terendah didapatkan dari SKRT 1980 yaitu sebesar 150/ kelahiran hidup. 80

104 Derajat Kesehatan Berdasarkan hasil SDKI tahun 2007 dan 2012, AKI Nasional menunjukan adanya kenaikan yang sangat besar, yaitu dari 228/ KH menjadi 359/ KH. Tabel IV. B. 2 Banyaknya Kelahiran dan Angka Kematian Ibu di Provinsi Jawa Barat Tahun 2003 Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat, Survey AKI 2003 Pada umumnya kematian ibu terjadi pada saat melahirkan (60,87%), waktu nifas (30,43%) dan waktu hamil (8,70%). Hal ini sejalan dengan data mengenai jumlah kematian ibu dari laporan sarana pelayanan kesehatan. Ditinjau dari sudut pendidikannya, maka diduga terdapat korelasi yang kuat antara pendidikan perempuan dengan besarnya Angka Kematian Ibu, seperti di daerah Pantura dimana AKI-nya tinggi dimana ternyata perempuan berumur 10 tahun ke atas yang tidak bersekolah mencapai 15,53%. Berdasarkan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota tahun 2015 jumlah kematian ibu maternal yang terlaporkan sebanyak 825 orang (83,47/ KH), dengan proporsi kematian pada Ibu Hamil 219 orang (22,15/ ), pada Ibu Bersalin 2412 orang (24,46/ KH), dan pada Ibu Nifas, 364 orang (36,84/ KH). 81

105 Derajat Kesehatan Gambar IV. B. 6 Proporsi Kematian Ibu Maternal *Per di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015 Berdasarkan Kabupaten/Kota proporsi kematian maternal pada ibu antara 24,1/ KH 167,1/ KH, tertinggi terdapat di Kabupaten Tasikmalaya dan terendah di Kota Bekasi. Terdapat 10 Kabupaten/Kota dengan proporsi kematian ibu dibawah rata-rata Jawa Barat yaitu, Kab. Ciamis, Kota Cirebon, Kota Bandung, Kab. Bandung, Kab. Bogor, Kab. Pangandaran, Kab. Sumedang, Kab. Bekasi, Kota Depok dan Kota Bekasi. Gambar VI. B. 7 Kematian Ibu Berdasarkan Kelompok Umur dan Persalinan Provinsi Jawa Barat Tahun

106 Derajat Kesehatan Kematian ibu sebanyak 825 orang terjadi pada ibu hamil 219 orang (26,55%), ibu bersalin 242 orang (29,33%) dan ibu nipas sebanyak 364 orang (44,12%) pada kelompok umur <20 tahun sebanyak 79 orang (9,85%), kelompok umur tahun sebanyak 499 orang (60,48%) dan >35 tahun sebanyak 247 orang (29,94%). 4. Kematian Kasar Angka Kematian Kasar (AKK) dapat digunakan sebagai petunjuk umum status kesehatan masyarakat, yang secara tidak langsung menggambarkan kondisi lingkungan ekonomi, fisik dan biologis. AKK menjadi dasar penghitungan laju pertambahan penduduk, walaupun penilaian yang diberikan secara kasar dan tidak langsung. Menurut BPS Provinsi Jawa Barat, perkiraan tingkat kematian tahun untuk perempuan berkisar sebesar 20,59 dan laki-laki 20,19. Kecenderungan penurunan AKK di Provinsi Jawa Barat dari tahun 1971 hingga 1995 dapat dilihat pada gambar berikut ini. Gambar VI. B. 8 Angka Kematian Kasar Nasional dan Provinsi Jawa Barat Tahun (BPS) (SUPAS) (SUPAS) (ESTIMASI) NASIONAL 16,7 9,1 7,9 7,5 JAWA BARAT 13,57 11,32 9,2 8,4 83

107

108 Upaya Pelayanan Kesehatan BAB VII UPAYA PELAYANAN KESEHATAN A. KESEHATAN KELUARGA 1. Kesehatan Ibu a. Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan profesional kepada ibu hamil selama masa kehamilan sesuai pedoman pelayanan antenatal yang ada dengan titik berat pada promotif dan preventif. Tujuan pelayanan antenatal adalah mengantar ibu hamil agar dapat bersalin dengan sehat dan memperoleh bayi yang sehat, mendeteksi dan mengantisipasi dini kelainan kehamilan dan kelainan janin. Hasil pelayanan antenatal dapat dilihat pada cakupan kunjungan ibu pertama kali ibu hamil (K1) dan kunjungan ibu hamil empat kali (K4). Indikator K1 untuk melihat sejauh mana akses pelayanan ibu hamil memberikan gambaran besaran ibu hamil yang melakukan kunjungan pertama ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal. Dan Indikator K4 merupakan akses/kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan dengan syarat minimal satu kali kontak pada triwulan I (umur kehamilan 0-3 bulan), minimal satu kali kontak pada triwulan II (umur kehamilan 4-6 bulan dan minimal dua kali kontak pada triwulan III (umur kehamilan 7-9 bulan) dan sebagai indikator untuk melihat jangkauan pelayanan antenatal dan kemampuan program dalam menggerakkan masyarakat. Kunjungan Ibu Hamil Pertama pada umur kehamilan 0-3 bulan (K1) di Provinsi Jawa Barat tahun 2014, sebanyak Bumil dari sasaran Bumil (105,3%), dan Kunjungan K4 sebanyak Bumil (99,3%), terdapat Bumil yang mangkir (Drop out) pada pemeriksaan ke 4 (5,65%). Cakupan K1 dan K4 berdasarkan Kab/Kota, dan angka mankir K4 dapat digambarkan seperti dibawah ini : 84

109 Upaya Pelayanan Kesehatan Gambar VII. A. 1 Persentasi Mangkir Pelayanan Bumil K4 Berdasarkan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 Mangkir kunjungan K4 di Jawa Barat sebesar 5,65%, tertinggi Kota Banjar 13,99% dan terendah Kota Bandung 0,44%, mangkir kunjungan K4 yang masih bisa ditoleransi antara 5 20 %, jika dilihat pola kegagalan pemeriksaan bumil di Jawa Barat periode tahun antara 5,65 9,43 dan tahun 2015 ini merupakan angka mangkir paling rendah. Gambar VII. A. 2 Cakupan Pelayanan K1 dan K4 di Provinsi Jawa Barat Tahun

110 Upaya Pelayanan Kesehatan Cakupan Pelayanan K1 dan K4 dari tahun 2008 sampai 2015 di Provinsi Jawa Barat cenderung meningkat. Dari gambar tersebut dapat dilihat adanya kesenjangan yang terjadi antara cakupan K1 dan K4 berfluktuatif hingga pada tahun 2015 masih terdapat 5,65 % yang mangkir pada pemeriksaan Bumil K4. Untuk memantau kesehatan Ibu hamil maka KMS ibu hamil atau Buku KIA digunakan untuk mencatat pelayanan yang sudah diterima oleh ibu selama hamil, melahirkan, nifas serta untuk bayinya dilanjutkan dengan pertumbuhan sampai umur bayinya lima tahun (Balita). Hasil Riskesdas tahun 2013 menunjukkan bahwa 74,3% mempunyai Buku KIA, namun yang bisa menunjukkan hanya 34,6%. Variasi kepemilikan buku KIA dan bisa menunjukkan menurut kabupaten/kota bervariasi yaitu di Kabupaten Majalengka, Kabupaten Sumedang, dan Kota Banjar berkisar >60 persen. Cakupan terendah di Kabupaten Bekasi berkisar dibawah 20%. Selanjutnya pada buku KIA dilakukan observasi Lembar Amanat Persalinan untuk melihat isian 5 komponen P4K. Hasil observasi buku KIA menunjukkan untuk isian penolong persalinan sebesar 30,5 %, dana persalinan sebesar 11,3 %, kendaraan/ambulans desa sebesar 9,8 %, metode KB pasca salin sebesar 16 % dan 7,8 % untuk isian sumbangan darah. Kelengkapan isian semua komponen sebesar 6,8 % dan 68,5 % tidak ada isian. Berdasarkan Riskesdas Tahun 2013, Tenaga kesehatan yang memberi pelayanan pemeriksaan kesehatan yang dipilih ibu hamil memberikan pelayanan kesehatan ibu hamil sebesar 90,5%. Fasilitas kesehatan disediakan untuk meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan ibu hamil dari RS hingga posyandu yang merupakan salah satu upaya untuk mendekatkan tenaga kesehatan yang memberi pelayanan kepada masyarakat. Gambar VII.A.4 memperlihatkan bahwa sebagian besar ibu hamil adalah praktek bidan (60,3%), Puskesmas/pustu sebesar 8,9 persen dan pemanfaatan posyandu sebesar 2,8 persen. 86

111 Upaya Pelayanan Kesehatan Gambar VII. A. 3 Proporsi Tenaga Kesehatan yang Memberi Pelayanan ANC, Jawa Barat Tahun 2013 Gambar VII. A. 4 Proporsi Fasilitas Kesehatan untuk Pelayanan ANC, Jawa Barat Tahun 2013 Sumber : Riskesdas 2013 Selain mengupayakan peningkatan cakupan pelayanan K4, harus diupayakan pula peningkatan kualitas K4 yang sesuai standar. Salah satu pelayanan yang diberikan saat pelayanan antenatal yang menjadi standar kualitas adalah pemberian zat besi (Fe) 90 tablet dan imunisasi TT (Tetanus Toksoid). Dengan demikian seharusnya ibu hamil yang tercatat sebagai cakupan K4 juga tercatat dalam laporan pemberian Fe3 dan TT2. Pemeriksaan Bumil ke-4 (K4) pada tahun 2015 sebesar 99,3% atau sebanyak Bumil namun pemberian 90 tablet besi hanya sebesar 95,27%, atau orang dan terdapat kesenjangan sebesar 4,23 % atau bumil tidak mendapat tablet FE. Kunjungan ibu hamil yang terdektesi sebagai ibu hamil dengan resiko tinggi ke pelayanan kesehatan di Jawa Barat, tahun 2015 sebanyak orang atau 95,1% dari perkiraan bumil dengan komplikasi sebanyak bumil, kondisi ini telah mencapai target Provinsi Jawa Barat sebesar 80%. Dengan terdektesinya ibu hamil, diharapkan persalinan dapat ditangani lebih dini atau kalaupun terjadi komplikasi persalinan maka tidak mengakibatkan kematian. Cakupan imunisasi TT2 mencapai 54,2% padahal Pemeriksaan Bumil (K4) telah mencapai 95,27% ini menunjukkan cakupan Imunasis pada Ibu hamil sangat rendah. 87

112 Upaya Pelayanan Kesehatan Berdasarkan Kab/Kota cakupan Ibu Hamil Resiko Tinggi yang Ditangani terindkasi 22 Kabupaten/Kota yang sudah mencapai target (80%), masih 5 Kabupaten/Kota yang dibawah 80% yaitu Kota. Bekasi, Kota Bogor, Kab Bogor, Kab. Bandung, dan Kab. Bandung Barat. Gambar VII. A.5 Cakupan Ibu Hamil Resiko Tinggi yang Ditangani Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 Sumber : Tabel Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015 Gambar VII. A. 6 Cakupan Ibu Hamil Resiko Tinggi Yang Dimunisasi TT Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 Sumber : Tabel Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun

113 Upaya Pelayanan Kesehatan b. Pelayanan Kesehatan Ibu Bersalin Komplikasi dan kematian ibu maternal serta bayi baru lahir sebagian besar terjadi pada masa di sekitar persalinan, hal ini antara lain disebabkan pertolongan tidak dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi kebidanan. Cakupan persalinan adalah persalinan yang ditangani oleh tenaga kesehatan, angka cakupan ini menggambarkan tingkat penghargaan masyarakat terhadap tenaga penolong persalinan dan manajemen persalinan KIA dalam memberikan pertolongan persalinan secara profesional. Dalam kurun tahun cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan cenderung meningkat dari 74,34% pada tahun 2008 menjadi 98,10% pada tahun 2015, hal ini telah mencapai target (90%). Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan di Jawa Barat tahun 2015 mengalami kenaikan sebesar 0,4 poin apabila dibandingkan dengan cakupan tahun 2014 sebesar 97,70%. Gambar VII. A. 7 Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan di Provinsi Jawa Barat Tahun Sumber : Tabel Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015 Apabila dibandingkan antara Kabupaten/Kota tahun 2015, terdapat 21 Kabupaten/Kota yang mempunyai cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan 90% dan 6 Kabupaten/Kota belum mencapai target, yaitu Kab.Bandung Barat, Kab. Bandung, Kab. Cianjur, Kab Bogor, Kab. Pangandaran dan Kota Cimahi. 89

114 Upaya Pelayanan Kesehatan Gambar VII. A. 8 Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 No Kabupaten/Kota Dr.Kebid & Dokter Kandungan Umum Keluarga Bidan Perawat Dukun / lainnya Tidak ada penolong 1 Bogor 7.8 0, , , Sukabumi , Cianjur 4.3 0, , , Bandung , Garut 3.3 0, Tasikmalaya 2.2 0, , ,0 7 Ciamis ,0 0,0 8 Kuningan , ,0 0,0 0,0 0,0 9 Cirebon 7.8 0, , , Majalengka , , Sumedang , , ,0 0,0 12 Indramayu , , ,0 0,0 13 Subang , , ,0 0,0 14 Purwakarta , , Karawang , , ,0 0,0 16 Bekasi , ,0 0,0 17 Bandung Barat , , , Kota Bogor Kota Sukabumi , ,0 0,0 20 Kota Bandung , , Kota Cirebon , , ,0 0,0 22 Kota Bekasi , , Kota Depok , ,0 0,0 24 Kota Cimahi , , , Kota Tasikmalaya 9.1 0, , ,0 0,0 26 Kota Banjar , ,0 0,0 Jawa Barat Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015 Berdasarkan Riskesdas 2013 Persentase tempat ibu melahirkan menurut karakteristik tempat tinggal dan status ekonomi, di pedesaan umumnya persalinan dilakukan di rumah/lainnya, sedangkan di perkotaan melahirkan di fasilitas kesehatan lebih banyak. Makin tinggi status ekonomi lebih memilih tempat persalinan di fasilitas kesehatan, sebaliknya untuk makin rendah status ekonomi, persentase persalinan di rumah makin besar. Tabel VII. A. 1 Persentase Kelahiran Menurut Penolong Persalinan Menurut Kabupaten/Kota, di Provinsi Jawa Barat Tahun Sumber : Riskesdas Tahun

115 Upaya Pelayanan Kesehatan Riskesdas 2013 menunjukkan bahwa persalinan oleh penolong linakes (persalinan dengan tenaga kesehatan) kualifikasi tertinggi sebesar 81,6%, dengan rincian 14,3% oleh dokter spesialis kebidanan dan kandungan, 0,4 % oleh dokter umum, 67% oleh bidan, dan 0,2% oleh perawat, sedangkan penolong persalinan oleh dukun sebesar 17,5 % dan 0,1 % penolong lainnya. Terlihat bahwa secara umum bidan merupakan tenaga utama sebagai penolong persalinan di Jawa Barat. Kabupaten Cirebon dan Kota Depok merupakan kabupaten/kota dengan penolong persalinan kualifikasi tertinggi oleh dokter spesialis mencapai 34,9 % dan 32,4 % merupakan proporsi paling tinggi dibanding kabupaten/kota lainnya. Tempat persalinan yang ideal adalah melahirkan di institusi kesehatan. Secara umum, 66,4 % kelahiran yang terjadi di fasilitas kesehatan dengan rincian, 16,5 % di rumah sakit (baik pemerintah maupun swasta) dan 43,9 % dilahirkan di rumah bersalin, klinik, praktek dokter/praktek bidan; 5,0 % di puskesmas/ pustu; dan 1,1 % di poskesdes/polindes. Terdapat 33,6% masih melahirkan di rumah/lainnya. Kabupaten/kota dengan cakupan persalinan di rumah tinggi adalah Kabupaten Cianjur (72,2%), Kabupaten Garut (70,9%), dan Kabupaten Tasikmalaya (62,3%). Sementara Kota Cirebon, Kota Bandung, dan Kota Bekasi merupakan kabupaten/kota dengan cakupan persalinan di rumah terendah, masing-masing secara berturut-turut (0,3%, 7,7%, dan 8,4%). c. Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas Setelah melahirkan, ibu masih perlu mendapat perhatian. Masa nifas masih berisiko mengalami pendarahan atau infeksi yang dapat mengakibatkan kematian ibu. Berdasarkan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota cakupan pelayanan ibu nifas (KF) pada tahun 2015 telah mencapai 97,4%, terdapat 14 Kabupaten/Kota yang cakupannnya dibawah cakupan Provinsi 97,41%. Yaitu Kota Tasikmalaya, Kota Sukabumi, Kota Depok, Kab. Cianjur, Kota Bandung, Kota Cirebon, Kab. Pangandaran, Kab. Bogor, Kota Bekasi, Kota Cimahi, Kab. Bandung dan Kab. Bandung Barat, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar grafik berikut ini. 91

116 Upaya Pelayanan Kesehatan Gambar VII. A. 9 Cakupan Pelayanan Ibu Nifas (KF) Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 Sumber : Tabel Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015 Gambar VII. A. 10 Proporsi Kelahiran Hidup Menurut Pelayanan Pemeriksaan Masa Nifas di Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 Sumber : Riskesdas Tahun 2013 Gambar VII.A.10 dapat dilihat bahwa secara umum kontak pasca persalinan paling tinggi adalah pada periode 6 jam sampai 3 hari setelah melahirkan. Sedangkan kontak pasca persalinan yang lengkap rata-rata Jawa Barat adalah 37,8 %. Ibu nifas provinsi Jawa Barat yang mendapatkan kapsul vitamin A sebesar 93,6% apabila dibandingkan antar Kabupaten/Kota terdapat 12 Kabupaten/Kota diatas angka Jawa Barat, tertinggi terdapat di Kabupaten 92

117 Upaya Pelayanan Kesehatan Indramayu (108,7%) dan terendah di Kabupaten Bandung Barat (74,5%). Berikut cakupannya dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Gambar VII. A. 11 Cakupan Ibu Nifas Mendapatkan Kapsul Vitamin A Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2014 Sumber : Tabel Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015 d. Pelayanan Dan Penanganan Komplikasi Kebidanan Komplikasi kebidanan adalah kesakitan pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, dan atau janin dalam kandungan, baik langsung maupun tidak langsung, termasuk penyakit menular dan tidak menular yang dapat mengancam jiwa ibu dan atau janin. Pencegahan dan penanganan komplikasi kebidanan adalah pelayanan kepada ibu dengan komplikasi kebidanan untuk mendapatkan perlindungan dan penanganan definitif sesuai standar oleh tenaga kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan. Indikator yang digunakan untuk mengukur keberhasilan pencegahan dan penanganan komplikasi kebidanan adalah cakupan penanganan komplikasi kebidanan (Cakupan PK). Persentasi cakupan Penanganan Komplikasi kebidanan di Jawa Barat pada tahun 2015 mencapai 95,1% ini menunjukan bahwa kemampuan pemerintah Jawa Barat cukup baik dalam memberikan pelayanan profesional terhadap kesehatan iibu, akan tetapi penyebaran kemampuannya tidak merata masih terdapat 10 Kabupaten/Kota yang cakupannya dibawah rata-rata Jawa Barat yaitu : Kab. Cianjur, 92,6%, Kab. Garut : 89,9%, Kota Bandung : 88,3%, Kota 93

118 Upaya Pelayanan Kesehatan Cimahi 80,7%, Kota Depok 79,8%, Kab. Bandung 78,6%, Kab. Bogor 78,1%, Kota Bogor71,1 %, Kab. Bandung Barat 63,8% dan Kota Bekasi hanya mencapai 31,5%. Disvaritas cakupan sangat tajam antara 31,5 % sampai dengan 150,7% dari sasaran sehingga perlu dilihat kembali dalam menentukan sasaran, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran tabel 33 dalam lampiran tabel profil ini. Gambar VII. A. 12 Cakupan Penangan Komplikasi Kebidanan Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun Kesehatan Anak a. Berat Badan Lahir Bayi Berat badan lahir bayi adalah berat badan bayi yang di timbang dalam waktu satu jam pertama setelah lahir. Jika dilihat dari hubungan antara waktu kelahiran dengan umur kehamilan, kelahiran bayi dapat dikelompokan menjadi tiga kelompok : Pertama, yakni kelompok bayi kurang bulan (prematur), yaitu bayi yang dilahirkan dengan masa gestasi (kehamilan) <37 minggu (<259 hari). Kedua, bayi cukup bulan, yaitu bayi yang dilahirkan dengan masa gestasi antara minggu ( hari). Ketiga, adalah bayi lebih bulan, ialah bayi yang dilahirkan dengan masa gestasi >42 minggu (>294 hari). Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gram. BBLR tidak hanya dapat terjadi pada bayi prematur, tapi juga pad bayi cukup bulan yang mengalami hambatan 94

119 Upaya Pelayanan Kesehatan pertumbuhan selama kehamilan. Prosentasi tertinggi Berat Badan lahir Rendah terdapat di Kab Kuningan, dan terendah di Kab Bekasi. Masalah BBLR terutama pada kelahiran prematur terjadi karena ketidakmatangan sistem organ pada bayi tersebut. Bayi berat lahir rendah mempunyai kecenderungan ke arah peningkatan terjadinya infeksi dan mudah terserang komplikasi. Masalah pada BBLR yang sering terjadi adalah gangguan pada sistem pernafasan, susunan saraf pusat, kardiovaskular, hematologi, gastro intestinal, ginjal, dan termoregulasi. Penyebab lainnya Berat Badan Lahir Rendah bisa terjadi karena faktor genetik, mulai dari orang tuanya yang memang kecil atau pendek. Dapat juga disebabkan karena masalah plasenta seperti pre-eklampsia, atau kurangnya aliran darah menuju ke bayi selama kehamilan. Semua itu dapat menyebabkan pertumbuhan bayi menjadi terhambat karena tidak mendapat asupan oksigen dan nutrisi yang cukup. Selain masalah plasenta, aliran darah ke bayi juga bisa dipengaruhi oleh tekanan darah tinggi yang dimiliki oleh seorang ibu, beberapa kondisi kesehatan dan masalah emosional yang juga dapat memperlambat pertumbuhan bayi diantaranya adalah Ibu tidak memakan makanan yang bergizi selama kehamilan, memiliki penyakit kronis seperti jantung, paru-paru, ginjal, atau diabetes, stres berat selama kehamilan, menggunakan obat-obatan terlarang seperti kokain atau heroin, banyak minum alkohol, merokok selama kehamilan atau Ibu memiliki masalah dengan kesehatan seperti infeksi saluran kemih atau infeksi rahim yang tidak diobati. Hasil Riskesdas tahun 2013 menyatakan bahwa persentase balita (0-59 bulan) dengan BBLR sebesar 10,2%. Persentase BBLR tertinggi terdapat di Provinsi Sulawesi Tengah (16,8%) dan terendah di Sumatera Utara (7,2%). 95

120 Upaya Pelayanan Kesehatan Gambar VII. A. 13 Cakupan Berat Badan Lahir Bayi Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 b. Penanganan Komplikasi Neonatal dan Pelayanan Kesehatan Neonatal Neonatal dengan komplikasi adalah neonatal dengan penyakit dan atau kelainan yang dapat menyebabkan kecacatan dan atau kematian, seperti asfiksia, ikterus, hipotermia, tetanus neonatorum, infeksi/sepsis, trauma lahir, BBLR, sindroma gangguan pernafasan, dan kelainan kongenital maupun yang termasuk klasifikasi kuning dan merah pada pemeriksaan dengan Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM). Komplikasi yang menjadi penyebab kematian terbanyak yaitu asfiksia, bayi berat lahir rendah, dan infeksi (Riskesdas, 2007). Komplikasi ini sebetulnya dapat dicegah dan ditangani, namun terkendala oleh akses ke pelayanan kesehatan, kemampuan tenaga kesehatan, keadaan sosial ekonomi, sistem rujukan yang belum berjalan dengan baik, terlambatnya deteksi dini, dan kesadaran orang tua untuk mencari pertolongan kesehatan. Penanganan neonatal dengan komplikasi adalah penanganan terhadap neonatal sakit dan atau neonatal dengan kelainan atau komplikasi/kegawatdaruratan yang mendapat pelayanan sesuai standar oleh tenaga kesehatan (dokter, bidan atau perawat) terlatih baik di rumah, sarana pelayanan kesehatan dasar maupun sarana pelayanan kesehatan rujukan. Pelayanan sesuai standar antara lain sesuai dengan standar MTBM, manajemen 96

121 Upaya Pelayanan Kesehatan Asfiksia Bayi Baru Lahir, manajemen Bayi Berat Lahir Rendah, pedoman pelayanan neonatal essensial ditingkat pelayanan kesehatan dasar, PONED, PONEK atau standar operasional pelayanan lainnya. Cakupan kunjungan neonatal (KN) adalah persentase neonatal (bayi kurang dari satu bulan) yang memperoleh pelayanan kesehatan minimal 3 kali dari tenaga kesehatan sesuai standar, satu kali pada umur 6-48 Jam, satu kali pada umur 3-7 hari dan 1 kali pada umur 8 28 hari. Angka ini menunjukan kualitas dan jangkauan pelayanan kesehatan neonatal. Hal ini karena bayi hingga umur kurang dari 1 bulan mempunyai resiko gangguan kesehatan yang paling tinggi. Selama periode tahun Cakupan Kunjungan Neonatal di Jawa Barat cendrung meningkat, dari 82,02 % pada tahun 2008 menjadi 96,3 % pada tahun Gambar VII. A. 14 Cakupan Kunjungan Neonatus (KN) di Provinsi Jawa Barat Tahun Sumber : Profil Kesehatan Tahun Pencapaian persentase cakupan kunjungan neonatal per-kabupaten/ kota pada tahun 2015 dengan kabupaten/kota yang cakupannya 90 % terdapat di 26 Kabupaten/Kota, dan hanya 2 Kabupaten/Kota 90% yaitu Kota.Bekasi 84,6% dan Kab Bekasi 84,1%. 97

122 Upaya Pelayanan Kesehatan Gambar VII. A. 15 Cakupan Kunjungan Neonatus (KN1) Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015 Setiap bayi baru lahir sebaiknya mendapatkan semua kunjungan neonatus sebanyak 3 kali dan dinyatakan kunjungan neonatus lengkap (KN1, KN2, KN3), cakupan KN 3 (KN Lengkap) telah mencapai 91,8 % turun dibanding cakupan KN1 sebesar 4,3 % atau orang tidak melanjutkan pemeriksaan sampai ke KN3, hanya 2 Kabupaten/Kota yang tidak mengalami penurunan, yaitu Kab. Indramayu dan Kota Banjar. Gambar VII. A. 16 Cakupan Kunjungan Neonatus Lengkap (KN) Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun

123 Upaya Pelayanan Kesehatan Berdasarkan Riskesdas 2013, persentase kunjungan neonatus pada umur 6-48 jam sebanyak 67,5%, umur 3-7 hari sebanyak 62,9% dan yang umur 8-28 hari sebanyak 53,6%. Gambar VII. A. 17 Persentase Kunjungan Neonatus, di Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 (Riskesdas 2013) ,5 KN1 (6-48 Jam) 62,9 KN2 (3-7 Hari) 53,8 KN3 (8-28 Hari) 42,6 KN Lengkap Tidak Pernah KN Gambar VII. A. 18 Persentase Kunjungan Neonatus (KN1, KN2, KN3 dan Tidak Pernah KN) Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun ,2 Sumber : Riskesdas Tahun 2013 Seiring dengan bertambahnya umur anak, persentase kunjungan neonatus menurut jenis kelamin anak hampir tidak ada perbedaan, sedangkan menurut tempat tinggal persentase kunjungan neonatus di perkotaan lebih tinggi daripada di perdesaan. Semakin tinggi tingkat pendidikan dan kuintil indeks kepemilikan kepala 99

124 Upaya Pelayanan Kesehatan rumah tangga, semakin tinggi pula persentase kunjungan neonatus pada bayi berumur 6-48 jam, 3-7 hari, dan 8-28 hari. Menurut jenis pekerjaan kepala rumah tangga, persentase kunjungan neonatus pada umur 6-48 jam, 3-7 hari, dan 8-28 hari tertinggi pada kelompok pekerjaan pegawai, yaitu 76,6 % untuk KN1, 72,4 % untuk KN2, dan 63,0 % untuk KN3. c. Pelayanan Kesehatan Bayi Kunjungan bayi bertujuan untuk meningkatkan akses bayi terhadap pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila terdapat kelainan pada bayi sehingga cepat mendapat pertolongan, pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit melalui pemantauan pertumbuhan, imunisasi, serta peningkatan kualitas hidup bayi dengan stimulasi tumbuh kembang dengan demikian hak anak mendapatkan kesehatan terpenuhi. Kesehatan bayi dan balita harus selalu dipantau untuk memastikan kesehatan mereka selalu dalam kondisi optimal. Pelayanan kesehatan bayi termasuk salah satu dari beberapa indikator yang bisa menjadi ukuran keberhasilan upaya peningkatan kesehatan bayi dan balita. Pelayanan kesehatan pada bayi ditujukan pada bayi usia 29 hari sampai dengan 11 bulan dengan memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi klinis kesehatan (dokter, bidan, dan perawat) minimal empat kali, yaitu pada usia 29 hari 2 bulan, usia 3 5 bulan, usia 6 8 bulan dan usia 9 12 bulan. Pelayanan ini terdiri dari penimbangan berat badan, pemberian imunisasi dasar (BCG, DPT/HB1-3, Polio 1-4, DPT HB 123 dan Campak), Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) bayi, pemberian vitamin A pada bayi (6-11 bulan), penyuluhan perawatan kesehatan bayi serta penyuluhan ASI Eksklusif dan pemberian makanan pendamping ASI (MP ASI). Dalam kurun waktu tahun cakupan kunjungan bayi di Jawa Barat cenderung meningkat dari 75,3% pada tahun 2008 menjadi 101,4% pada tahun

125 Upaya Pelayanan Kesehatan Gambar VII. A. 19 Cakupan Kunjungan Bayi di Provinsi Jawa Barat Tahun Sumber: Profil Kesehatan Tahun Apabila dibandingkan antar Kabupaten/Kota cakupan kunjungan bayi di Jawa Barat tahun 2015 terdapat 4 Kabupaten/Kota yang belum mencapai target (90%), yaitu Kab. Cirebon, Kab.Ciamis Kab. Bekasi, Kota Bekasi. Gambar VII. A. 20 Cakupan Kunjungan Bayi Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota tahun

126 Upaya Pelayanan Kesehatan d. Pemberian Asi Eksklusif Dalam rangka menurunkan angka kesakitan dan kematian anak, United Nation Childrens Fund (UNICEF) dan World Health Organization (WHO) merekomendasikan sebaiknya anak hanya disusui air susu ibu (ASI) selama paling sedikit enam bulan. Makanan padat seharusnya diberikan sesudah anak berumur 6 bulan, dan pemberian ASI dilanjutkan sampai anak berumur dua tahun (WHO, 2005). Pada tahun 2003 pemerintah Indonesia mengubah rekomendasi lamanya pemberian ASI eksklusif dari 4 bulan menjadi 6 bulan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 Air Susu Ibu (ASI) eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama enam bulan, tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain (kecuali obat, vitamin dan mineral). Pengaturan pemberian ASI eksklusif bertujuan untuk : 1) Menjamin pemenuhan hak bayi untuk mendapatkan ASI eksklusif sejak dilahirkan sampai dengan berusia enam bulan dengan memperhatikan pertumbuhan dan perkembangannya; 2) Memberikan perlindungan kepada ibu dalam memberikan ASI eksklusif kepada bayinya; dan 3) Meningkatkan peran dan dukungan keluarga, masyarakat, pemerintah daerah, dan pemerintah terhadap ASI eksklusif. ASI mengandung kolostrum yang kaya akan antibodi karena mengandung protein untuk daya tahan tubuh dan pembunuh kuman dalam jumlah tinggi sehingga pemberian ASI eksklusif dapat mengurangi risiko kematian pada bayi. Kolostrum berwarna kekuningan dihasilkan pada hari pertama sampai hari ketiga. Hari keempat sampai hari kesepuluh ASI mengandung immunoglobulin, protein, dan laktosa lebih sedikit dibandingkan kolostrum tetapi lemak dan kalori lebih tinggi dengan warna susu lebih putih. Selain mengandung zat-zat makanan, ASI juga mengandung zat penyerap berupa enzim tersendiri yang tidak akan menganggu enzim di usus. Susu formula tidak mengandung enzim sehingga penyerapan makanan tergantung pada enzim yang terdapat di usus bayi. Berikut gambaran pemberian ASI eklusif di Jawa Barat : 102

127 Upaya Pelayanan Kesehatan Gambar VII. A. 21 Cakupan ASI Eklusif Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 Cakupan ASI eklusif di Jawa Barat baru mencapai 45% masih dibawah cakupan nasional 52,3% terlebih Target nasional sebesar 80%, walaupun demikian masih ada beberapa Kab/Kota yang telah melampaui target nasional, yaitu Kab Tasikmalaya, Kota Sukabumi dan Kota Banjar, secara rinci dapat dilihat pada tabel 39 dalam lampiran ini. e. Cakupan Pemberian Kapsul Vitamin A Balita Usia 6 59 Bulan Suplementasi kapsul Vitamin A pada anak umur 6-59 bulan dan ibu nifas bertujuan tidak hanya untuk pencegahan kebutaan tetapi juga untuk penanggulangan Kurang Vitamin A (KVA). Penelitian di berbagai negara menunjukkan bahwa pemberian suplementasi kapsul vitamin A sebanyak 2 kali setahun pada balita merupakan salah satu intervensi kesehatan yang berdaya ungkit tinggi bagi pencegahan kekurangan vitamin A dan kebutaan serta penurunan kejadian kesakitan dan kematian pada balita. Vitamin A adalah salah satu zat gizi penting yang larut dalam lemak disimpan dalam hati, dan tidak dapat diproduksi oleh tubuh sehingga harus dipenuhi dari luar tubuh. Manfaat vitamin A diantaranya 1) Meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit dan infeksi seperti campak dan diare, 2) Membantu proses penglihatan dalam adaptasi terang ke tempat yang gelap, 103

128 Upaya Pelayanan Kesehatan 3) Mencegah kelainan pada sel sel epitel termasuk selaput lendir mata, 4) Mencegah terjadinya proses metaplasi sel sel epitel sehingga kelenjar tidak memproduksi cairan yang dapat menyebabkan kekeringan mata, 5) Mencegah terjadinya kerusakan mata hingga kebutaan, dan 6) Vitamin A esensial untuk membantu proses pertumbuhan. Kekurangan Vitamin A (KVA) biasa terjadi pada anak yang menderita kurang energi protein atau gizi buruk tetapi dapat juga terjadi karena gangguan penyerapan pada usus. Tahap awal KVA ditandai dengan gejala rabun senja atau kurang jelas melihat pada malam hari atau menurunnya kadar serum retinol dalam darah. Selanjutnya terdapat kelainan jaringan epitel pada paru-paru, usus, kulit, dan mata. Penanggulangan masalah KVA pada anak balita sudah dilaksanakan secara intensif sejak tahun 1970-an, melalui distribusi kapsul vitamin A di posyandu setiap enam bulan yaitu bulan Februari dan Agustus dan peningkatan promosi konsumsi makanan sumber vitamin A. Ada dua jenis vitamin A yang diberikan, yaitu yang berwarna biru ( IU) untuk bayi usia 6-11 bulan dan yang berwarna merah ( IU) untuk anak usia bulan. Cakupan Pemberian Vitamin A pada Balita usia 6 59 bulan mencapai 85,60 % belum mencapai target 90% namun ada 12 Kab/Kota yang telah mencapai target, yaitu Kab. Tasikmalaya, Kab. Kuningan, Kab. Majalengka, Kab. Cirebon, Kab. Sumedang, Kab. Subang, Kab. Purwakarta, Kota Sukabumi, Kota Bogor, Kab. Cianjur, Bandung Barat dan Kota Banjar, secara rinci dapat dilihat pada gambar dibawah ini dan tabel 44 dalam lampiran ini. Gambar VII. A. 22 Cakupan Kapsul Vitamin A Pada Balita Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun

129 Upaya Pelayanan Kesehatan f. Pelayanan Imunisasi Program immunisasi merupakan salah satu program prioritas yang dinilai sangat efektif untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi akibat penyakit-penyakit yang dapat dicegah oleh immunisasi. 1) Cakupan UCI Desa/Kelurahan Indikator program imunisasi salah satunya adalah Persentase Desa/Kelurahan yang mencapai Universal Child Immunization (UCI). Desa yang mencapai UCI adalah desa/kelurahan yang cakupan imunisasi dasar 80%. Gambar VII. A. 23 Cakupan Desa/Kelurahan UCI di Provinsi Jawa Barat Tahun Sumber: Profil Kesehatan dan Bidang Bina PLPP tahun Cakupan desa/kelurahan UCI di provinsi Jawa Barat sejak tahun 2008 sampai dengan 2015 cenderung meningkat, bahkan diatas target (90%), Cakupan UCI Jawa Barat tahun 2015 sebesar 90,5%, naik 3 poin jika dibandingkan dengan tahun 2014 yang sebesar 87,5%, secara rinci per- Kabupaten/Kota dapat dilihat pada gambar berikut ini. 105

130 Upaya Pelayanan Kesehatan Gambar VII. A. 24 Cakupan Desa/Kelurahan UCI Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota tahun 2015 Pada tahun 2015 cakupan desa/kelurahan UCI, sebanyak desa/kelurahan dari yang ada di Jawa Barat (90,5%), tersebar di 27 Kabupaten/Kota dengan cakupan antara 61,4%-100%, Kabupaten/Kota dengan cakupan dibawah 80% terdapat di 2 Kabupaten/Kota, yaitu Kab. Bandung 61,4% dan Kab. Cianjur 74,7%. 2) Imunisasi Bayi Imunisasi melindungi anak terhadap beberapa Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) seperti diptheri, pertusis, tetanus neonatorum, polio dan campak. Seorang anak diimunisasi dengan vaksin yang disuntikkan pada lokasi tertentu atau diteteskan melalui mulut. Sebagai salah satu kelompok yang menjadi sasaran program imunisasi, setiap bayi wajib mendapatkan imunisasi dasar lengkap yang terdiri dari 1 dosis BCG, 3 dosis DPT-HB dan atau DPT-HB-Hib, 4 dosis polio, dan 1 dosis campak. Dari imunisasi dasar lengkap yang diwajibkan tersebut, campak merupakan imunisasi yang mendapat perhatian lebih, hal ini sesuai komitmen Indonesia pada global untuk mempertahankan cakupan imunisasi campak sebesar 90% secara tinggi dan merata. Hal ini terkait dengan realita bahwa campak adalah salah satu penyebab utama kematian pada balita. Dengan 106

131 Upaya Pelayanan Kesehatan demikian pencegahan campak memiliki peran signifikan dalam penurunan angka kematian balita. Secara umum cakupan Imunisasi di Provinsi Jawa Barat selama 5 tahun terakhir mampu mencapai target yang ditetapkan. Cakupan yang tinggi ternyata belum cukup untuk menjamin tidak adanya kejadian penyakit yang dapat dicegah imunisasi pada bayi balita, seperti diptheri, tetanus neonatorum campak dan pertusis. Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan pemberian imunisasi, mulai dari potensi vaksin sampai dengan respon individu bayi, sampai aspek pengelolaan program pelayanan imunisasi di sarana pelayanan kesehatan. Berikut disajikan hasil capaian cakupan imunisasi dasar bayi di provinsi Jawa Barat tahun 2015, yaitu cakupan HB0, BCG, DPT/HB3, Polio4 dan Campak. Pemberian imunisasi HB0 (Haemophilus influenza type B) diberikan satu kali kepada bayi usia baru lahir sampai <1 bulan. Bertujuan memberikan kekebalan tubuh bayi terhadap kemungkinan adanya infeksi virus Haemophilus influenza type B, yang bisa menyebabkan meningitis, pneumonia, dan epiglotitis (infeksi pada katup pita suara dan tabung suara). Cakupan imunisasi HB0 selama tahun berfluktuatif dari 62.7% pada tahun 2008 menjadi 98.2% pada tahun 2013, namun hingga tahun 2015 cendrung menurun hingga tahun 2015 cakupan hanya mencapai 86,99%. Imunisasi BCG bertujuan untuk melindungi bayi dari kemungkinan risiko penyakit tuberculosis, diberikan satu kali, pada bayi berusia satu bulan. Cakupan imunisasi BCG selama periode 2008 sampai dengan tahun 2015 antara 87,54% - 106,2%, pada tahun 2015 mencapai 90,3%. Pemberian imunisasi DPT/HB3 merupakan upaya menurunkan risiko bayi terhadap kemungkinan infeksi penyakit diptheri, pertusis, tetanus neonatorum dan hepatitis B. Dosis pemberian imunisasi DPT/HB diberikan sebanyak 3 kali, masing-masing ketika bayi berusia 1 bulan sampai 4 bulan. Cakupan DPT/HB3 selama periode tahun 2008 sampai dengan tahun 2015 antara 92,7% - 100,4%, pada tahun 2015 mencapai 100,4%. Merupakan capaian tertinggi. 107

132 Upaya Pelayanan Kesehatan Gambar VII. A. 25 Cakupan Immunisasi Dasar Bayi di Provinsi Jawa Barat, Tahun Sumber : Profil Kesehatan Tahun Selisih antara cakupan imunisasi DPT/HB1 dengan cakupan imunisasi DPT/HB3 dapat digunakan untuk mengetahui angka kelangsungan proses layanan imunisasi. Selisih cakupan ini menunjukan banyaknya bayi yang tidak tuntas diberikan pelayanan imunisasi (DO). Semakin besar selisih cakupan tersebut menunjukan semakin besar angka drop out pelayanan imunisasi tersebut. Pemberian imunisasi polio diberikan kepada bayi dengan dosis sebanyak 4 kali. Pemberian vaksin polio diberikan secara oral. Diberikan mulai bayi 1 bulan sampai usia 4 bulan. Tujuan pemberian imunisasi polio adalah memberikan kekebalan kepada bayi terhadap infeksi virus polio liar penyebab penyakit polio (kelumpuhan). Pemberian imunisasi rutin polio, pemberian imunisasi massal (PIN) dan Surveilans AFP merupakan strategi dalam upaya pencapaian sertifikasi bebas polio (eradikasi polio). Cakupan imunisasi Polio4 di Jawa Barat selama periode tahun selalu mencapai diatas 90% dengan kisaran 92.2%-102,1% cakupan tahun 2015 sebesar 99,6%. Pemberian imunisasi campak diberikan kepada bayi dengan dosis sebanyak satu kali dengan cara suntikan, ketika bayi berusia 9 bulan, merupakan vaksin terakhir yang diberikan pada pemberian imunisasi dasar. Tujuan pemberian imunisasi campak adalah untuk memberikan kekebalan kepada bayi terhadap infeksi virus campak penyebab penyakit 108

133 Upaya Pelayanan Kesehatan campak. Pemberian imunisasi rutin campak, pemberian imunisasi massal (PIN) dan surveilans campak merupakan strategi dalam upaya reduksi penyakit campak. Capaian imunisasi campak di Jawa Barat selama periode tahun juga selalu mencapai diatas 90% antara 93,58% - 101,5%, cakupan tahun 2015 mencapai 98,69%. Naik 5,79 poin dibanding 2014 yang mencapai 92,9 %. Program imunisasi pada bayi mengharapkan agar setiap bayi mendapatkan imunisasi dasar secara lengkap, Keberhasilan seorang bayi dalam mendapatkan imunisasi dasar tersebut diukur melalui indikator imunisasi dasar lengkap. Cakupan imunisasi dasar lengkap di Jawa Barat tahun 2015 mencapai 78,21%, berdasarkan kabupaten/kota antara 44,65%-123,5% secara rinci dapat digambarkan berikut ini. Gambar VII. A. 26 Cakupan Imuniasi Dasar Lengkap Pada Bayi Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015 Cakupan imunisasi dasar lengkap berdasarkan kabupaten/kota, terdapat 5 kabupaten/kota yang telah mencapai target, yaitu Kab. Cirebon, Kab. Tasikmalaya, Kab. Kuningan, Kota Bogor dan Kab Ciamis. 109

134 Upaya Pelayanan Kesehatan g. Pelayanan Kesehatan Anak Balita Kehidupan anak, usia dibawah lima tahun merupakan bagian yang sangat penting. Usia tersebut merupakan landasan yang membentuk masa depan kesehatan, kebahagiaan, pertumbuhan, perkembangan, dan hasil pembelajaran anak di sekolah, keluarga, masyarakat dan kehidupan secara umum. Kesehatan bayi dan balita harus dipantau untuk memastikan kesehatan mereka selalu dalam kondisi optimal. Untuk itu dipakai indikator-indikator yang bisa menjadi ukuran keberhasilan upaya peningkatan kesehatan bayi dan balita, salah satu diantaranya adalah pelayanan kesehatan anak balita. Adapun batasan anak balita adalah setiap anak yang berada pada kisaran umur bulan. Pelayanan kesehatan pada anak balita yang dilakukan oleh tenaga kesehatan meliputi : 1) Pelayanan pemantauan pertumbuhan minimal delapan kali setahun (penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan minimal delapan kali dalam setahun). 2) Pemberian vitamin A dua kali dalam setahun yakni setiap bulan Februari dan Agustus 3) Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang balita minimal dua kali dalam setahun. 4) Pelayanan Anak Balita Sakit sesuai standar menggunakan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). Capaian Indikator pelayanan kesehatan anak balita pada tahun 2015 sebesar 77,4% yang berarti belum mencapai target sebesar 85%. Cakupan tertinggi pada Kab Bandung dan Indramayu sementara cakupan terendah di Kota Cimahi dan Kota Bekasi. 110

135 Upaya Pelayanan Kesehatan Gambar V. A. 27 Cakupan Pelayanan Kesehatan Pada Balita Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 h. Pelayanan Kesehatan Pada Siswa Sekolah Dasar Dan Setingkat Anak usia sekolah merupakan generasi penerus sebagai sumber daya manusia masa datang dengan jumlah sekitar 20% dari jumlah penduduk Indonesia, sehingga merupakan investasi bangsa yang potensial tetapi rawan karena berada dalam periode pertumbuhan dan perkembangan. Melalui Trias UKS sumber daya manusia dapat ditingkatkan, Trias UKS adalah tiga program pokok dalam pembinaan dan pengembangan UKS, yaitu melalui pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan, dan pembinaan lingkungan sehat. Sedangkan dalam mewujudkan Trias UKS perlu melakukan 7 K (kesehatan, kebersihan, keindahan, kenyamanan, ketertiban, keamanan, dan kerindangan). Pelaksanaan UKS sangat penting untuk meningkatkan prestasi belajar dan kesehatan peserta didik. Kegiatan UKS harus menitikberatkan pada upaya promotif-preventif, dengan didukung upaya kuratif-rehabilitatif yang proporsional dan bermutu. Pelaksanaan UKS yang bermutu perlu dilaksanakan di semua sekolah, termasuk perguruan agama dan Pondok Pesantren, mulai dari tingkat Taman Kanak-Kanak (TK)/Raudhatul Adfal (RA); Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI); Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs); 111

136 Upaya Pelayanan Kesehatan hingga Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)/Madrasah Aliyah(MA); serta Sekolah Luar Biasa (SLB). Sejauh ini pelaksanaan UKS masih menitikberatkan pada pembinaan terhadap fisik gedung sekolah, seperti pengaturan pencahayaan dan ventilasi di ruang kelas, higiene dan sanitasi di kantin, kebersihan jamban, pengelolaan sampah serta saluran air limbah. Sedangkan pembinaan yang mengarah kepada pembentukan pola hidup sehat di kalangan peserta didik masih kurang. Anak diharapkan dapat secara mandiri memilih makanan yang sehat baik di kantin sekolah maupun dalam kehidupan sehari-hari; mampu menolak ajakan teman sebaya untuk merokok; serta menolak ajakan mencoba narkoba atau melakukan hubungan seks pranikah. Pentingnya kesehatan sekolah tertuang dalam Undang-Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 pasal 79 yang berbunyi Kesehatan sekolah diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat peserta didik dalam lingkungan hidup sehat sehingga peserta didik belajar, tumbuh dan berkembang secara harmonis dan setinggi-tingginya menjadi sumber daya manusia yang berkualitas, misalnya pelaksanaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) seperti menggosok gigi dengan baik dan benar, mencuci tangan menggunakan sabun, karies gigi, kecacingan, kelainan refraksi/ketajaman penglihatan dan masalah gizi. Pelayanan kesehatan pada anak termasuk pula intervensi pada anak usia sekolah. Anak usia sekolah merupakan sasaran yang strategis untuk pelaksanaan program kesehatan, karena selain jumlahnya yang besar, mereka juga merupakan sasaran yang mudah dijangkau karena terorganisir dengan baik. Sasaran dari pelaksanaan kegiatan ini diutamakan untuk siswa SD/sederajat kelas satu. Pemeriksaan kesehatan dilaksanakan oleh tenaga kesehatan bersama tenaga lainnya yang terlatih (guru UKS/UKSG dan dokter kecil). Tenaga kesehatan yang dimaksud yaitu tenaga medis, tenaga keperawatan atau petugas puskesmas lainnya yang telah dilatih sebagai tenaga pelaksana UKS/UKGS. Guru UKS/UKGS adalah guru kelas atau guru yang ditunjuk sebagai pembina UKS/UKGS di sekolah dan telah dilatih tentang UKS/UKGS. Dokter kecil adalah kader kesehatan sekolah yang biasanya berasal dari murid kelas 4 dan 5 SD dan setingkat yang telah mendapatkan pelatihan dokter kecil. Hal ini dimaksudkan agar pembelajaran tentang kebersihan dan kesehatan gigi bisa dilaksanakan sedini mungkin. Kegiatan ini dilakukan untuk 112

137 Upaya Pelayanan Kesehatan meningkatkan pengetahuan siswa tentang pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut pada khususnya dan kesehatan tubuh serta lingkungan pada umumnya. Upaya kesehatan pada kelompok ini yang dilakukan melalui penjaringan kesehatan terhadap murid SD/MI kelas satu juga menjadi salah satu indikator yang dievaluasi keberhasilannya oleh Kementerian Kesehatan. Kegiatan penjaringan kesehatan selain untuk mengetahui secara dini masalah-masalah kesehatan anak sekolah sehingga dapat dilakukan tindakan secepatnya untuk mencegah keadaan yang lebih buruk, juga untuk memperoleh data atau informasi dalam menilai perkembangan kesehatan anak sekolah, maupun untuk dijadikan pertimbangan dalam menyusun perencanaan, pemantauan dan evaluasi kegiatan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Penjaringan kesehatan diukur dengan menghitung persentase SD/MI yang melakukan penjaringan kesehatan terhadap seluruh SD/MI yang menjadi sasaran penjaringan. Cakupan SD atau sederajat yang melaksanakan penjaringan kesehatan untuk siswa kelas satu pada tahun 2015 di Jawa Barat sebesar 91,24%, mengalami penurunan dibandingkan cakupan tahun 2015 yang sebesar 95,5%., cakupan terbesar didapat oleh Kab Kuningan dan terendah oleh Kab. Bekasi sementara Kab. Subang tidak melaporkan. Gambar VII. A. 28 Cakupan Siswa Sekolah Dasar/Sederajat yang Melaksanakan Penjaringan Kesehatan di Provinsi Jawa Barat Tahun

138 Upaya Pelayanan Kesehatan 3. Perbaikan Gizi Masalah gizi penduduk merupakan masalah yang tersembunyi, yang berdampak pada tingginya angka kesakitan dan kematian. Kurang asupan dan absorbsi gizi mikro dapat menimbulkan konsekuensi pada status kesehatan, pertumbuhan, mental dan fungsi lain (kognitif, sistem imunitas, reproduksi, dan lain-lain). Timbulnya masalah gizi dapat disebabkan karena kualitas dan kuantitas dari intake makanan (terutama energi dan protein), dimana secara kronis bersama-sama dengan faktor penyebab lainnya dapat mengakibatkan maramus atau kwashiorkor. Kurang gizi dikarenakan akses masyarakat terhadap pangan rendah, makanan ibu hamil kurang kalori dan protein atau terserang penyakit, bayi baru lahir tidak diberi kolostrum, bayi sudah diberi Makanan Pendamping ASI (MP- ASI) sebelum usia 4-6 bulan, pemberian makanan padat pada bayi terlalu lambat, anak dibawah 2 tahun diberik makanan kurang atau densitas energinya kurang, makanan yang diberikan tidak mempunyai kadar zat gizi mikro yang cukup, penanganan diare yang tidak benar dan makanan yang kotor/terkontaminasi. Sesungguhnya telah banyak upaya penanggulangan masalah gizi yang dilakukan, akan tetapi, keberhasilan upaya tersebut masih dirasakan belum optimal. Salah satu upaya dengan diberikannya Kartu Menuju Sehat dan Buku KIA bagi Balita sebagai pemantauan untuk ibu dan petugas kesehatan, ternyata hasil Riskesdas Persentase kepemilikan buku KIA pada anak umur 0-59 bulan baru mencapai 47,9% sisanya hilang dan tidak memiliki buku KIA. Demikian pula upaya yang telah dilaksanakan antara lain pemberian makanan tambahan pemulihan (PMTP), bantuan keuangan gubernur 90 hari, peningkatan kapasitas petugas dalam pelatihan tatalaksanan gizi buruk, konseling menyusui, penilaian pertumbuhan, pemberian makanan bayi dan makanan (PMDH) dan konseling makanan pendamping air susu ibu (MP ASI), kerjasama lintas sektor. Penimbangan merupakan salah satu kegiatan utama program perbaikan gizi yang menitikberatkan pada pencegahan dan peningkatan keadaan gizi anak. Penimbangan terhadap bayi dan balita yang merupakan upaya masyarakat memantau pertumbuhan dan perkembangannya. Partisipasi masyarakat dalam penimbangan tersebut digambarkan dalam perbandingan jumlah balita yang ditimbang (D) dengan jumlah balita seluruhnya (S). Semakin tinggi partisipasi 114

139 Upaya Pelayanan Kesehatan masyarakat dalam penimbangan, maka semakin banyak pula data yang dapat menggambarkan status gizi balita. Banyak hal yang dapat mempengaruhi tingkat pencapaian partisipasi masyarakat dalam penimbangan, antara lain tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan masyarakat tentang kesehatan dan gizi, faktor ekonomi dan sosial budaya, berikut gambaran pertisipasi masyarakat dalam penimbangan balita : a. Penimbangan Baduta (Usia 0-23 bulan) Partisipasi masyarakat dalam penimbangan bayi usia 0 23 bulan sebanyak baduta dari total baduta (67,8%), dilaporkan dari 23 kabupaten/kota, cakupan tertinggi dari Kota Bandung 132,5% dan terendah dari Kab. Bogor 27,6%, terdapat 2 kabupaten/kota yang melebihi 100% ini dimungkinkan karena perbedaan sasaran, dan terdapat 6 Kabupaten/Kota yang cakupannya dibawah rata rata Jawa Barat, yaitu Kab. Bogor, Kota Cimahi, Kab. Subang, Kota Bekasi, Kab. Bekasi, dan Kota Depok. Sedangkan Kabupaten/Kota yang tidak melaporkan terdapat 4 Kab Kota, yaitu Kota Banjar, Kab. Karawang, Kab. Indramayu dan Kab. Ciamis hal ini dimungkinkan karena data penimbangan berdasarkan umur belum ada pada format pelaporan yang digunakan. Gambar VII. A. 29 Cakupan Bayi Umur 0-23 Bulan Yang Ditimbang Provinsi Jawa Barat Tahun

140 Upaya Pelayanan Kesehatan b. Penimbangan Balita (Usia 0 59 Bulan) Partisipasi masyarakat dalam penimbangan bayi usia 0 59 bulan (Balita) sebanyak Balita dari total sasaran balita (70,9%), dilaporkan dari 27 Kabupaten/Kota, cakupan tertinggi dari Kab. Indramayu 90,4% dan terendah dari Kota Cimahi 70,9%, terdapat 10 kabupaten/kota yang cakupannya dibawah rata rata Jawa Barat, yaitu Kota Cimahi, Kota Bekasi, Kota Depok, Kab. Bekasi, Kota Bandung, Kab. Bandung, Kab. Bandung Barat, Kab. Bogor, Kota Bogor, dan Kota Tasikmalaya. Gambar VII. A. 30 Cakupan Balita Umur 0-23 Bulan Yang Ditimbang Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 c. Anak Bawah Garis Merah (BGM) BGM adalah merupakan hasil penimbangan dimana berat badan Balita berada di bawah garis merah pada Kartu Menuju Sehat (KMS). Tidak semua BGM dapat menggambarkan gizi buruk pada Balita, hal ini masih harus dilihat tinggi badannya, jika BGM kemudian tinggi badan sesuai umur maka keadaan ini merupakan titik waspada bagi orang tua untuk tidak terlanjur menjadi lebih buruk lagi, namun jika Balita ternyata pendek maka belum tentu anak tersebut berstatus gizi buruk, toleransi BGM yang dibolehkan secara Nasional adalah < 5%. 1) Baduta Bawah Garis Merah Kasus BGM pada baduta di Jawa Barat sebanyak orang atau 1,2% dari jumlah baduta yang ditimbang, dilaporkan oleh 23 kabupaten/kota dengan kasus BGM tertinggi dari Kab. Sukabumi 116

141 Upaya Pelayanan Kesehatan mencapai 3,5% hal ini masih bawah toleransi <5% dan kasus terendah terdapat di Kab. Majalengka sebesar 0,1%. Dua kabupaten, yakni kab. Bogor dan kab. Tasikmalaya tidak ditemukan kasus BGM, sedangkan 4 kabupaten/kota tidak melaporkan kasus BGM, yaitu Kota Banjar, Kab. Karawang, Kab. Indramayu dan Kab. Ciamis. Gambar VII. A. 31 Cakupan Baduta Bawah Garis Merah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun ) Balita Bawah Garis Merah Kasus BGM pada Balita di Jawa Barat sebanyak orang atau 1,6% dari jumlah balita yang ditimbang, dilaporkan dari 27 kabupaten/kota dengan kasus BGM tertinggi yaitu di Kab. Karawang mencapai 3,5%. Hal ini masih bawah toleransi <5% dan kasus terendah terdapat di Kab. Bandung Barat sebesar 0,3%, terdapat 9 kabupaten/kota dengan kasus BGM diatas rata-rata Jawa Barat, yaitu Kab. Karawang, Kab. Purwakarta, Kab. Subang, Kab. Sukabumi, Kab. Bogor, Kota Bogor, Kab. Sumedang, Kab. Cianjur dan Kota Tasikmalaya. 117

142 Upaya Pelayanan Kesehatan Gambar VII. A. 32 Cakupan Balita Bawah Garis Merah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun ) Balita Gizi Buruk Mendapatkan Perawatan Balita Gizi Buruk Mendapatkan Perawatan adalah adalah balita dengan status gizi berdasarkan indeks berat badan (BB) menurut panjang badan (BB/PB) atau berat badan (BB) menurut tinggi badan (BB/TB) dengan Z-score <-3 SD (sangat kurus) dan/atau terdapat tanda-tanda klinis gizi buruk lainnya (marasmus, kwashiorkor, dan marasmuskwasiorkor). yang dirawat inap maupun rawat jalan (sesuai tata laksana gizi buruk) di fasilitas pelayanan kesehatan dan masyarakat. Kasus Balita Gizi Buruk Mendapatkan Perawatan oleh fasyankes di Jawa Barat sebanyak orang atau 100 % dari kasus yang ditemukan, jika dibandingkan dengan kasus Balita Bawah Garis Merah maka kasus Gizi Buruk ditenmukan sebesar 6,11 %. 4) Riset Tentang Status Gizi Balita Berdasarkan Riskesdas Tahun 2013, di Jawa Barat Prevalensi gizi kurang pada balita (BB/U<-2SD) secara nasional adalah 19,6%, sedangkan di Jawa Barat lebih baik yaitu 15,7%. Prevalensi yang tertinggi 118

143 Upaya Pelayanan Kesehatan adalah di Kabupaten Bandung Barat (22,4%) sedangkan terendah di Kota Cimahi (10,2%). Masalah stunting/pendek pada balita menunjukkan angka rerata Jawa Barat 35,3% yang juga lebih baik dari angka nasional (37,2%). Prevalensi yang tertinggi di Kabupaten Bandung Barat (52,5%) dan terendah di Kota Depok (25,7%). Prevalensi kekurusan menurut kabupaten/kota. Salah satu indikator untuk menentukan anak yang harus dirawat dalam manajemen gizi buruk adalah keadaan sangat kurus yaitu anak dengan nilai Z-score <-3,0 SD. Prevalensi sangat kurus di Provinsi Jawa Barat masih cukup tinggi yaitu 5,0 %. Demikian pula halnya dengan prevalensi kurus sebesar 5,9%. Terdapat di 14 Kabupaten/kota dimana prevalensi kurus diatas prevalensi Jawa Barat secara umum, dengan urutan dari prevalensi tertinggi sampai terendah, adalah: (1) Kota Bandung, (2) Kabupaten Karawang, (3) Kabupaten Tasikmalaya, (4) Kabupaten Cirebon, (5) Kabupaten Garut, (6) Kota Bekasi, (7) Kabupaten Subang, (8) Kota Cirebon, (9) Kabupaten Bandung Barat, (10) Kabupaten Bekasi, (11) Kabupaten Ciamis, (12) Kabupaten Sukabumi, (13) Kota Banjar dan (14) Kabupaten Bandung. Menurut WHO 2010 masalah kesehatan masyarakat sudah dianggap serius bila prevalensi BB/TB Kurus antara 10,0 % - 14,0%, dan dianggap kritis bila 15,0 %. Pada tahun 2013, secara umum di Provinsi Jawa Barat prevalensi BB/TB kurus pada balita masih 10,9 %. Kondisi ini menunjukkan bahwa masalah kekurusan di Jawa Barat merupakan masalah kesehatan yang serius. Diantara 26 Kabupaten/Kota, terdapat 14 Kabupaten/kota yang masuk kategori serius dan 6 kabupaten/kota termasuk kategori kekurusan kritis, yaitu Kota Bekasi, Kabupaten Garut, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Karawang dan Kota Bandung. Kelompok umur yang terbanyak status gizi sangat kurus terjadi pada umur 6-11 bulan (6,8%) dan pada umur 0-5 bulan sebesar 6,7%, dengan jenis kelamin laki-laki lebih besar daripada perempuan. Pada tahun 2013 Prevalensi Kegemukan di Provinsi Jawa Barat sebesar 11,8%. Terdapat 10 Kabupaten/Kota yang memiliki masalah kegemukan di atas angka umum Jawa Barat dengan urutan prevalensi tertinggi sampai terendah, yaitu (1) Kabupaten Bandung Barat, (2) Kabupaten Cirebon, (3) Kabupaten Bekasi, (4) Kota Depok, (5) Kota 119

144 Upaya Pelayanan Kesehatan Bandung, (6) Kabupaten Karawang, (7) Kabupaten Bandung, (8) Kabupaten Garut, (9) Kabupaten Indramayu dan (10) Kabupaten Sukabumi. Gambar VII. A. 33 Prevalensi Status Gizi BB/TB <-2 SD Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 Sumber: Riskesdas ) Status Gizi Anak umur 5 12 tahun Berdasarkan Riskesdas Tahun 2013, di Jawa Barat Prevalensi pendek pada anak umur 5-12 tahun adalah 11,4% sangat pendek dan 18,2% pendek. Apabila dibandingkan antar Kabupaten/Kota prevalensi sangat pendek terendah di Kota Depok (1,8%) dan tertinggi di Kabupaten Garut (22,9%). Sebanyak 9 Kabupaten dengan prevalensi di atas prevalensi Jawa Barat yaitu Kabupaten Sukabumi. Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Bandung, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Subang, Kabupaten Ciamis. Secara rinci dapat dilihat pada gambar berikut ini. 120

145 Upaya Pelayanan Kesehatan Gambar VII. A. 34 Prevalensi Anak Sangat Pendek Umur 5 12 Tahun Menurut Kabupaten/Kota, di Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 Sumber: Riskesdas 2013 Sedangkan prevalensi kurus (menurut IMT/U) di Jawa Barat pada anak umur 5-12 tahun adalah 9,1 %, terdiri dari 3,1 % sangat kurus dan 6,0 % kurus. Prevalensi kurus paling rendah di Kota Tasikmalaya (5,7%) dan paling tinggi di Kabupaten Indramayu (14,0%) dan sebanyak 17 Kabupaten/kota dengan prevalensi kurus diatas angka Jawa Barat yaitu Kabupaten Subang, Kota Sukabumi, Kabupaten Karawang, Kota Banjar, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Bekasi, Kota Bekasi, Kota Cirebon, Kota Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Ciamis, Kabupaten Kuningan, Kabupaten Garut dan Kabupaten Indramayu. Gambar VII. A. 35 Prevalensi Gemuk & Sangat Gemuk Anak Umur 5 12 Tahun Menurut Kabupaten/Kota Jawa Barat Tahun 2013 Sumber: Riskesdas

146 Upaya Pelayanan Kesehatan Secara umum masalah gemuk pada anak umur 5-12 tahun di Jawa Barat masih tinggi yaitu 18,6 %, terdiri dari gemuk 10,7 % dan sangat gemuk (obesitas) 7,9%. Prevalensi gemuk terendah di Kabupaten.Cianjur (10,6%) dan tertinggi di Kabupaten Garut (27,3%) dan sebanyak 10 Kabupaten/kota dengan prevalensi gemuk diatas angka Jawa Barat yaitu Kabupaten Karawang, Kota Bandung, Kota Bekasi, Kabupaten Indramayu, Kota Depok, Kabupaten Subang, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Cirebon, Kota Cirebon dan Kabupaten Garut. 6) Status Gizi Remaja Prevalensi pendek pada remaja umur tahun adalah 33,8 % terdiri dari 12,6% sangat pendek dan 21,2% pendek. Prevalensi terendah di Kota Bekasi (12,5%) dan tertinggi Kabupaten Sukabumi (53,5%). Sebanyak 12 kabupaten/kota memiliki prevalensi pendek di atas angka Jawa Barat yaitu Kabupaten Ciamis, Kabupaten Kuningan, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Bogor, Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Garut dan Kabupaten Sukabumi. Prevalensi kurus pada remaja umur tahun adalah 9,1 % terdiri dari 2, % sangat kurus dan 6,5 % kurus. Prevalensi kurus terlihat paling rendah Kota Sukabumi (4,1%) dan paling tinggi di Kota Bekasi (13,9%).Sebanyak 12 kabupaten/kota dengan prevalensi anak kurus (IMT/U) diatas angka prevalensi Jawa Barat yaitu Kabupaten Garut, Kota Bandung, Kabupaten Majalengka, Kota Cirebon, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Karawang, Kabupaten Subang, Kota Depok, Kota Bekasi dan Kabupaten Bekasi. Prevalensi gemuk pada remaja umur tahun di Jawa Barat sebesar 9.7%, terdiri dari 7,5 % gemuk dan 2,5 % sangat gemuk (obesitas). Sebanyak 12 kabupaten/kota dengan prevalensi gemuk diatas prevalensi Jawa Barat, yaitu Kabupaten Bekasi, Kabupaten Subang, Kota Cimahi, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Majalengka, Kota Bogor, Kabupaten Garut, Kabupaten Ciamis, Kabupaten Tasikmalaya, Kota Depok, Kota Cirebon, dan Kota Bekasi, sedangkan Kabupaten dengan prevalensi gemuk terendah adalah di Kabupaten Indramayu (4,5%) dan prevalensi tertinggi di Kota Bekasi (20,2%). 122

147 Upaya Pelayanan Kesehatan Status gizi remaja umur tahun. Secara umum prevalensi pendek di Jawa Barat adalah 29,7% (7,1% sangat pendek dan 22,6% pendek). Sebanyak 12 kabupaten/kota dengan prevalensi pendek diatas prevalensi Jawa Barat, yaitu Kabupaten Sumedang, Kota Sukabumi, Kabupaten Ciamis, Kabupaten Kuningan, Kota Banjar, Kabupaten Subang, Kabupaten Garut, Kabupaten Bogor, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Sukabumi, dan Kabupaten Tasikmalaya. Kabupaten dengan prevalensi pendek terendah adalah di Kabupaten Indramayu (17,6%) dan prevalensi tertinggi di Kabupaten Tasikmalaya (48,7%). Gambar VII. A. 35 Prevalensi Kurus (IMT/U) Remaja Umur Tahun Menurut Kabupaten/Kota, di Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 Prevalensi kurus pada remaja umur tahun secara umum sebesar 9,1% (1,4% sangat kurus dan 7,7% kurus). Sebanyak 12 kabupaten/kota dengan prevalensi kurus diatas angka prevalensi Jawa Barat, yaitu Kabupaten Sumedang, Kabupaten Bogor, Kabupaten Subang, Kabupaten Karawang, Kota Bekasi, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Kuningan, Kota Banjar, Kota Sukabumi, Kota Bogor, Kabupaten Indramayu dan Kota Cirebon. Kabupaten dengan prevalensi kurus terendah adalah di Kabupaten Tasikmalaya (3,3%) dan prevalensi tertinggi di Kota Cirebon (18,7%). 123

148 Upaya Pelayanan Kesehatan Prevalensi gemuk pada remaja umur tahun di Jawa Barat sebanyak 7,6 % yang terdiri dari 6,2 %gemuk dan 1,4 %obesitas. Kabupaten/kota dengan prevalensi gemuk tertinggi adalah Kota Depok (20,8%) dan terendah Kabupaten Sukabumi (3,5%). Sebanyak 12 kabupaten/kota dengan prevalensi gemuk di atas angka prevalensi Jawa Barat yaitu Kabupaten Subang, Kabupaten Majalengka, Kota Sukabumi, Kota Cimahi, Kota Cirebon, Kota Tasikmalaya, Kabupaten Kuningan, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Cianjur, Kota Bekasi, Kabupaten Bekasi, dan Kota Depok. Prevalensi kekurusan (sangat kurus) pada remaja umur tahun lebih banyak pada anak laki-laki (2,3%) daripada anak perempuan (0,5%). Sedangkan untuk prevalensi kegemukan (obese) antara anak laki-laki (1,2%) hampir sama dengan anak perempuan (1,5%). 7) Status Gizi Dewasa (>18 Tahun) Prevalensi penduduk umur dewasa menurut status IMT di masing masing kabupaten/kota. Secara provinsi dapat dilihat masalah gizi pada penduduk dewasa di atas 18 tahun adalah 11% kurus, 62,1 % normal, 11,7 % BB lebih dan 15,2 % obesitas. Permasalahan gizi pada orang dewasa cenderung lebih dominan untuk kelebihan berat badan. Prevalensi tertinggi untuk obesitas adalah Kota Bekasi (23,4%), Kota Depok (21%) dan Kota Bogor (20,1%). Prevalensi kurus, baik pada laki-laki maupun perempuan cenderung lebih tinggi pada kelompok umur muda (19 tahun) dan kelompok umur tua (65 tahun keatas). Prevalensi obesitas cenderung mulai meningkat sampai umur 50 tahun, dan kemudian prevalensinya semakin rendah pada setiap kelompok umur. Prevalensi obesitas lebih tinggi di daerah perkotaan dibanding daerah perdesaan, sebaliknya prevalensi kurus cenderung lebih tinggi di perdesaan dibanding perkotaan. Masalah gizi pada wanita usiasubur (WUS)15-49 tahun dan wanita hamil berdasarkan indikator Lingkar Lengan Atas (LiLA). Hasil pengukuran LiLA disajikan menurut kabupaten/kota dan karakteristik. Untuk menggambarkan adanya risiko kurang enegi kronis (KEK)dalam kaitannya dengan kesehatan reproduksi pada WUS digunakan ambang batasnilai rerata LiLA<23,5 cm. 124

149 Upaya Pelayanan Kesehatan Prevalensi risiko KEK wanita tidak hamil provinsi Jawa Barat lebih rendah (19,9%) dibanding angka nasional (20,8%). Terdapat 11 kabupaten/kota dengan prevalensi risiko KEK pada wanita tidak hamil di atas angka nasional dan angka provinsi yaitu kota Sukabumi, Kabupaten Subang, Kota Bekasi, Kabupaten Bogor, Kabupaten Ciamis, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Kuningan, Kota Bandung, Kabupaten Sukabumi. 8) Anemia Gizi Upaya penanggulangan anemia gizi diprioritaskan kepada kelompok rawan yaitu ibu hamil, balita, anak usia sekolah dan wanita usia subur termasuk remaja putri dan pekerja wanita. Terjadinya defisiensi besi pada wanita, antara lain disebabkan jumlah zat besi yang di absorbsi sangat sedikit, tidak cukupnya zat besi yang masuk karena rendahnya bioavailabilitas makanan yang mengandung besi atau kenaikan kebutuhan besi selama hamil, periode pertumbuhan dan pada waktu haid Penanganan defisiensi besi dengan pemberian suplementasi tablet besi merupakan cara yang paling efektif untuk meningkatkan kadar Fe/besi dalam jangka waktu yang pendek. Pemerintah melalui Departemen Kesehatan telah melaksanakan penanggulangan anemia defisiensi besi pada ibu hamil dengan memberikan tablet besi folat (Tablet Tambah Darah/TTD) yang mengandung 60 mg elemental besi dan 250 ug asam folat) setiap hari satu tablet selama 90 hari berturut-turut selama masa kehamilan. Selama ini upaya penangulangan anemia gizi difokuskan ke sasaran ibu hamil dengan suplemen besi. Cakupan Pemberian tablet besi (Fe) pada ibu hamil dengan mendapatkan 90 tablet Besi (Fe3) pada tahun 2015 sebesar 95,27%, angka ini sudah mencapai target (90%), apabila cakupan ini dibandingkan tahun 2010 (82,09%) mengalami kenaikan sebesar 13,17 poin. 125

150 Upaya Pelayanan Kesehatan Gambar VII. A.36 Persentase Cakupan Pemberian Tablet Besi (Fe3) Ibu Hamil di Provinsi Jawa Barat Tahun ,0 100,0 80,0 79,5 82,1 87,94 90,32 87,1 97,6 95,27 60,0 40,0 20, Apabila dibandingkan per-kabupaten/kota tahun 2015 ternyata terdapat 21 kabupaten/kota yang sudah mencapai target 90% dan 16 Kabupaten/Kota yang dibawah angka Jawa Barat. Gambar VII. A. 37 Persentase Cakupan Pemberian Tablet Besi (Fe3) Ibu Hamil Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2014 Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun

151 Upaya Pelayanan Kesehatan 9) Kurang Vitamin A Hasil analisis vitamin A dalam serum mengungkapkan bahwa 50% status vitamin A anak balita masih rendah atau marjinal. Hal ini menggambarkan bahwa untuk mencegah terjadinya kembali prevalensi xerophthalmia yang tinggi, program penanggulangan kurang vitamin A perlu diteruskan dengan dukungan konsumsi makanan sumber vitamin A bagi anak balita.penanggulangan defisiensi vitamin A pada anak balita dapat dilakukan dengan cara pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi ( IU) setiap 6 bulan sekali, pendidikan gizi ibu di posyandu, fortifikasi bahan makanan yang banyak dikonsumsi anak balita dengan vitamin A (1.800 IU). Pemberian satu kapsul vitamin A pada ibu sehabis melahirkan bertujuan untuk meningkatkan kadar vitamin A dalam ASI bagi ibu dalam 1-2 minggu, disamping itu pula kepada ibu menyusui dapat diberikan pendidikan gizi di posyandu tentang pentingnya konsumsi makanan sumber vitamin A. Buta senja adalah salah satu gejala kurang vitamin A (KVA). Kurang Vitamin A tingkat berat dapat mengakibatkan keratomalasia dan kebutaan. Vitamin A berperan pada integritas sel epitel, imunitas dan reproduksi. KVA pada anak balita dapat mengakibatkan risiko kematian sampai 20-30%. Upaya penanggulangan masalah kurang vitamin A masih bertumpu pada pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi pada anak Balita, Bayi dan ibu Nifas. Kapsul vitamin A diberikan setahun dua kali pada bulan Februari dan Agustus, sejak anak berumur enam bulan. Kapsul merah (dosis IU) diberikan untuk bayi umur 6-11 bulan dan kapsul biru (dosis IU) untuk anak umur bulan. Berdasarkan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015, cakupan anak umur 6-59 bulan yang menerima kapsul vitamin A selama enam bulan terakhir di Provinsi Jawa Barat sebesar 85,60% dan yang tertinggi di Kabupaten Tasikmalaya (158,19 %) serta terendah Kab. Sukabumi (40,96%). 127

152 Upaya Pelayanan Kesehatan Gambar VII. B.38 Persentase Cakupan Anak Balita (6-59 Bulan) Mendapatkan Vitamin A Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun ) Konsumsi Garam Beryodium Berdasarkan hasil Riskesdas Tahun 2013, persentase rumah tangga yang mengkonsumsi garam beriodium di kabupaten/kota Provinsi Jawa Barat dengan kriteria konsumsi garam beryodium yaitu cukup, kurang dan tidak ada. Persentase terbanyak adalah rumah tangga dengan konsumsi garam beriodiumnya cukup (68,6%), kemudian rumah tangga dengan kosumsi garam beriodiumnya kurang (20,5%) dan terendah adalah rumah tangga yang tidak ada garam beriodium (10,9%). Pada rumah tangga yang mengkonsumsi garam beriodiumnya cukup, tertinggi di Kabupaten Bandung (91,3%), dan terendah Kabupaten Sukabumi (38,3%). Untuk rumah tangga yang mengkonsumsi garam beriodiumnya kurang, tertinggi di Kota Sukabumi (53,4%), dan terendah Kota Bogor (5,8%). Sedangkan rumah tangga yang tidak ada garam beriodiumnya, tertinggi di Kabupaten Cianjur (25,1%), dan terendah Kota Depok (1,1%). Untuk rumah tangga yang tidak ada garam beriodium di Perkotaan lebih rendah (8,1%), dibandingkan perdesaan (16%). 128

153 Upaya Pelayanan Kesehatan Gambar VII. A. 39 Persentase Rumah Tangga Yang Mengkonsumsi Garam Beryodium Menurut Tipe Daerah, Jawa Barat Tahun 2013 Gambar VII. A. 40 Persentase Rumah Tangga Yang Mengkonsumsi Garam Beryodium Menurut Kabupaten/Kota Hasil Tes Cepat, Jawa Barat Tahun 2013 Sumber: Riskesdas Tahun Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia (Lansia) Jumlah lanjut usia yang meningkat saat ini akan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan baik fisik, mental maupun sosial ekonomi. Untuk itu perlu pengkajian masalah usia yang lebih mendasar agar tercapai tujuan pembinaan kesehatan usia yaitu mewujudkan derajat kesehatan serta dalam peningkatan peranan serta masyarakat dapat dilaksanakan dengan bentuk penyuluhan 129

154 Upaya Pelayanan Kesehatan kesehatan yang melibatkan masyarakat dalam perencanaan, pelaksanan dan penilaian upaya kesehatan usia lanjut dalam rangka menciptakan kemandirian masyarakat. Upaya kesehatan usia lanjut adalah upaya kesehatan paripurna dasar dan menyeluruh dibidang kesehatan usia lanjut yang meliputi peningkatan kesehatan, pencegahan, pengobatan dan pemulihan. Tempat pelayanan kesehatan tersebut bisa dilaksanakan di puskesmas-puskesmas ataupun rumah sakit serta pantipanti dan institusi lainya. Kebijakan kementerian kesehatan dalam pembinaan lansia merupakan bagian dari pembinaan keluarga yang ditujukan kepada upaya menumbuhkan sikap dan perilaku yang akan menumbuhkan kemampuan keluarga itu sendiri untuk mengatasi masalah kesehatan dengan dukungan dan bimbingan tenaga profesional, menuju terwujudnya kehidupan keluarga yang sehat, sehingga diharapkan dapat mendukung keluarga untuk melaksanakan fungsi keluarga secara optimal, dilakukan dengan cara peningkatan kualitas hidup lansia agar tetap produktif dan berguna bagi keluarga dan masyarakat dengan pemberian kesempatan untuk berperan dalam kehidupan keluarga. Pelayanan usia lanjut ini meliputi kegiatan upaya-upaya antara lain: a. Upaya promotif, yaitu menggairahkan semangat hidup bagi usia lanjut agar mereka tetap dihargai dan tetap berguna baik bagi dirinya sendiri, keluarga maupun masyarakat, dapat berupa kegiatan penyuluhan merupakan hal yang penting sebagai penunjang program pembinaan kesehatan usia lanjut. b. Upaya preventif yaitu upaya pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya penyakit maupun komplikasi penyakit yang disebabkan oleh proses ketuaan, dapat berupa kegiatan kuratif dan Pelayanan kesehatan dasar spesifikasi melalui sistem rujukan c. Upaya rehabilitatif yaitu upaya mengembalikan fungsi organ yang telah menurun. Disamping upaya pelayanan diatas dilaksanakan yang tidak kalah penting adalah penyuluhan kesehatan masyarakat yang merupakan bagian integral daripada setiap program kesehatan. 130

155 Upaya Pelayanan Kesehatan Gambar VII. A. 41 Cakupan Pelayanan Usia Lanjut (> 60 Tahun) di Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 Cakupan Pelayanan usia lanjut di Jawa Barat mencapai 35,56%, tertinggi dicapai Kab Kuningan dan Kota Sukabumi dengan cakupan diatas 100% hal ini dimungkinkan karena sasaran di tingkat lapangan tidak sesuai target sasaran yang ditetapkan, dan terendah oleh Kab Bandung yang hanya mencapai 2,07%. Terdapat 16 Kab/Kota dengan cakupan dibawah rata rata Jawa Barat, yaitu Kab Bandung, Kab Ciamis, Kab Tasikmalaya, Kab Sumedang, Kota Banjar, Kab Sukabumi, Kota Tasikmalaya, Kab Bandung Barat, Kota Bogor, Kab Subang, Kab Cirebon, Kab Pangandaran, Kab Cianjur, Kab Indramayu Kota Cimahi dan Kab Bogor. 5. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut a. Cakupan Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Pelayanan kesehatan gigi dan mulut di provinsi Jawa Barat menunjukkan adanya peningkatan kasus penyakit gigi dan mulut pada masyarakat. Indikator yang ditetapkan berupa rasio tumpatan dengan pencabutan dengan target 1:1 belum terpenuhi. Menurut profil kesehatan kabupaten/kota rasio tumpatan dengan pencabutan di Provinsi Jawa Barat sebesar 1,04 %, secara rinci dapat dilihat pada gambar berikut ini. 131

156 Upaya Pelayanan Kesehatan Gambar VII. A. 42 Rasio Tumpatan/ Pencabutan Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 b. Hasil Riset Kesehatan Dasar Tentang Gigi dan Mulut Penduduk yang memiliki masalah gigi dan mulut seharusnya menerima pengobatan atau perawatan yang tepat dari tenaga medis. Agar diketahui keterjangkauan/kemampuan untuk mendapatkan pelayanan dari tenaga medis gigi, maka perlu dihitung Effective Medical Demand (EMD). Berdasarkan Riskesdas 2013 ini menunjukkan sebesar 28,0 persen penduduk Jawa Barat menyatakan mempunyai masalah gigi dan mulut dalam 12 bulan terakhir (potential demand). Diantara masalah gigi dan mulut, terdapat 33,4 persen yang menerima perawatan dan pengobatan dari tenaga medis (perawat gigi, dokter gigi atau dokter gigi spesialis). Secara keseluruhan keterjangkauan/kemampuan untuk mendapatkan pelayanan dari tenaga medis gigi/emd sebesar 9,4 persen. Kabupaten/kota dengan EMD tertinggi adalah Kota Sukabumi (16,2%), Kota Cimahi (14,2%) dan Kabupaten Tasikmalaya (13,3%), sedangkan angka EMD terendah di Kabupaten Karawang (2,0%). Persentase penduduk yang menyatakan dirinya mempunyai masalah gigi dan mulut/potential demand meningkat pada kelompok umur anak-anak dan pada usia produktif. Pada usia anak-anak dan usia produktif 5-9 tahun dan tahun, penduduk yang menyatakan bermasalah gigi dan mulut mencapai persentase tertinggi, yaitu masing-masing 32,4 persen dan 33,9 132

157 Upaya Pelayanan Kesehatan persen. Demikian pula persentase EMD meningkat pada kelompok umur anak-anak dan kelompok umur yang lebih tinggi, dan persentase EMD tertinggi dijumpai pada kelompok umur 5-9 tahun yaitu sebesar 11,7 persen dan pada kelompok umur tahun sebesar 12,8 persen. Pada perempuan, EMD (10,7%) lebih tinggi dibandingpada laki-laki (8,1%). Terdapat kecenderungan pada tingkat pendidikan lebih tinggi, didapatkan EMD yang lebih tinggi. Kelompok pegawai memiliki EMD terbesar (11,1%). Setiap orang perlu menjaga kesehatan gigi dan mulut dengan cara menyikat gigi dengan benar untuk mencegah terjadinya karies gigi, sebagian besar (97,0%) penduduk Jawa Barat umur 10 tahun keatas mempunyai kebiasaan menyikat gigi setiap hari. Kabupaten/kota dengan persentase tertinggi adalah Kota Bandung (98,5%) dan Kota Cirebon (98,4%), sedangkan yang terendah adalah Kabupaten Indramayu (94,4%). Gambar VII. A. 43 Persentase Penduduk 10 Tahun Yang Berperilaku Benar Menyikat Gigi Menurut Kabupaten/Kota, Jawa Barat 2013 Sumber : Riskesdas

158 Upaya Pelayanan Kesehatan B. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN 1. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah Rumah tangga yang seluruh anggotanya berperilaku hidup bersih dan sehat, yang meliputi 10 indikator, yaitu pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, bayi diberi ASI eksklusif, balita ditimbang setiap bulan, menggunakan air bersih, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, menggunakan jamban sehat, memberantas jentik di rumah sekali seminggu, makan sayur dan buah setiap hari, melakukan aktivitas fisik setiap hari, dan tidak merokok di dalam rumah. Apabila dalam Rumah Tangga tersebut tidak ada ibu yang melahirkan, tidak ada bayi dan tidak ada balita, maka pengertian Rumah Tangga ber-phbs adalah rumah tangga yang memenuhi 7 indikator. Pelaksanaan Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh terhadap penanggulangan masalah kesehatan melalui pencegahan terjadinya kesakitan maupun kematian. PHBS mengisyaratkan slogan Lebih Baik Mencegah daripada Mengobati. Program PHBS adalah upaya untuk pengalaman belajar bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, untuk meningkatkan pengetahuan,sikap dan perilaku hidup bersih dan sehat, yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat turut menangani masalah di bidang kesehatan serta berperan-aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakatnya. PHBS mencakup tatanan Rumah Tangga, Sekolah, Tempat Kerja, Tempat Umum dan Sarana Kesehatan. Jumlah Rumah Tangga di Jawa Barat sebanyak rumah tangga, dan dipantau sikap prilaku ber-phbs sebanyak keluarga (56,7%), dari pemantauan ini ditemukan keluarga berprilaku PHBS (53,7%). Berdasarkan Kab/Kota di Jawa Barat Cakupan tertinggi di capai oleh Kota Depok (77,5%) dan terendah Kota Sukabumi (37,6%). Cakupan rumah tangga ber-phbs dari tahun ke tahun menunjukan adanya peningkatan, pada tahun 2014 persentase PHBS mencapai 50,9% dan pada tahun 2015 mencapai 53,7% naik 2,8% untuk lebih jelas berikut ini gambaran persentase rumah tangga PHBS tahun

159 Upaya Pelayanan Kesehatan Gambar VII. B. 1 Persentase Rumah Tangga Ber- Perilaku Bersih dan Sehat (PHBS) di Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015 Hasil riset kesehatan daerah di kabupaten/kota se-provinsi Jawa Barat tahun 2007 menunjukkan persentase keluarga PHBS yang tinggal diperkotaan lebih baik (45,1%) dibandingkan dengan di pedesaan (31,1%). Berdasarkan tingkat pengeluaran per-kapita keluarga, semakin sejahtera tingkat sosial ekonomi keluarga semakin besar proporsi pencapaian keluarga bersih dan sehat. Penerapan PHBS di rumah tangga diharapkan mengurangi risiko terjadinya kematian bayi karena tidak ditolong oleh tenaga kesehatan, meningkatkan daya tahan tubuh dengan ASI. Pencegahan penyakit degeneratif dengan berolah raga, mengkonsumsi makanan bergizi. Pencegahan penyakit pernafasan dengan tidak merokok dan tinggal di tempat yang tidak terlalu padat hunian. Ketersediaan air bersih, jamban dan lantai mengurangi risiko kejadian penyakit berbasis lingkungan, seperti diare, penyakit kulit, dan lain-lain. Hingga saat ini penyakit Infeksi saluran pernafasan dan diare masih merupakan penyebab kematian bayi yang cukup besar di Jawa Barat. Hasil Susenas 2012, persentase penduduk 10 tahun keatas yang merokok di Jawa Barat sebanyak 29,38% yang terdiri dari umur tahun sebanyak 2,93%, umur tahun sebanyak 26,36% dan diatas 25 tahun sebanyak 37,68%. Hal ini menunjukkan bahwa perilaku hidup bersih dan sehat pada masyarakat masih merupakan tantangan berat. 135

160 Upaya Pelayanan Kesehatan 2. Penyehatan Lingkungan a. Rumah Sehat Rumah sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat kesehatan, yaitu rumah yang mempunyai layak sanitasi, mempunyai sarana air bersih, mempunyai tempat pembuangan sampah, mempunyai sarana pembuangan limbah, mempunyai ventilasi rumah yang baik, memiliki kepadatan hunian rumah yang sesuai dan mempunyai lantai rumah yang tidak terbuat dari tanah. Rumah merupakan tempat aktifitas dan tempat berlindung keluarga, sehingga diperlukan kondisi rumah yang dapat mengurangi/ menghilangkan risiko penghuni rumah untuk menjadi sakit. Berikut gambaran capaian Cakupan Rumah Sehat menurut kabupaten kota di Jawa Barat tahun Gambar VII. B. 2 Cakupan (%) Rumah Sehat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat, Tahun 2015 Cakupan Rumah Sehat Provinsi Jawa Barat adalah 73,09 % naik 11,72 % dari tahun 2014 sebesar 61,37%. Sebanyak 12 kabupaten/kota cakupannya lebih tinggi dari cakupan Provinsi. Cakupan Rumah Sehat tertinggi Kab. Karawang 100 % ( Rumah Sehat) dan terendah di Kota Cimahi 39,31% (6.852 Rumah Sehat) Semakin tinggi Cakupan Rumah Sehat 136

161 Upaya Pelayanan Kesehatan disuatu wilayah, maka akan semakin kecil risiko penghuni rumah tersebut menjadi sakit. b. Akses Penduduk Terhadap Air Minum Berkualitas Alternatif masyarakat untuk mendapatkan sumber air minum di Jawa Barat sangat bervariasi. Masyarakat perkotaan sebagian besar sudah menggunakan jasa PDAM untuk memenuhi kebutuhan sumber air minum. Sedangkan masyarakat di pedesaan relatif lebih bervariasi dari mulai yang menggunakan sumur gali, sumur pompa, mata air, air hujan sampai yang memanfaatkan badan air seperti danau, sungai untuk memenuhi kebutuhan sumber air minumnya. Sumber mata air tersebut ada yang terlindung ada yang tidak terlindung. Sumber air PDAM, sumur gali, sumur pompa relatif lebih terlindung dan memenuhi persyaratan kesehatan. Sedangkan sumber air danau, sungai, mata air relatif tidak terlindung dan tidak memenuhi persyaratan kesehatan. Yang dimaksud sumber air bersih yang terlindung adalah sumber air minum keluarga yang bersumber dari sarana air bersih yang telah memenuhi persyaratan baik biologis, kimia dan fisik (Permenkes). Gambaran cakupan keluarga dengan akses air minum berkualitas di Provinsi Jawa Barat dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Gambar III. B. 3 Cakupan (%) Penduduk dengan Akses Air Minum Berkualitas di Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun

162 Upaya Pelayanan Kesehatan Cakupan Penduduk dengan Akses Air Minum Berkualitas di Provinsi Jawa Barat tahun 2015 sebesar 62,64% turun dari tahun 2014 sebesar 67,36,90 %, cakupan tertinggi di Kota Cirebon sebesar 98,10%, dan terendah di Kab. Ciamis sebesar 6,74% terdapat 19 kabupaten kota cakupan penduduk dengan Akses Air Bersih dari cakupan provinsi, namun berdasarkan pemeriksaan sampel air minum sebanyak sample dari penyedia/penyelenggara Air Minum, diketahui sampel (76,85%) memenuhi syarat baik fisik, bakteriologis maupun kimia, untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari gambar berikut ini. Gambar VII. B. 4 Cakupan (%) Penyelenggara Air Minum memenuhi Syarat Kabupaten/Kota di Jawa Barat Tahun 2015 c. Akses Penduduk Terhadap Fasilitas Sanitasi Layak Berdasarkan pencatatan dan pelaporan kabupaten kota, cakupan akses penduduk terhadap fasilitas sanitasi layak di Provinsi Jawa Barat tahun 2015 adalah 66,70% naik 11,35 % dibandingkan dengan tahun 2014 yang mencapai 55,35 %, dan telah mencapai target MDGs tahun 2015 sebesar 62,41%, cakupan tertinggi dicapai oleh Kota Cirebon sebesar 93,75 % dan cakupan terendah Kab. Ciamis 17,92% seperti diperlihatkan oleh gambar berikut ini. 138

163 Upaya Pelayanan Kesehatan Gambar VII. B. 5 AksesPenduduk Terhadap Fasilitas Sanitasi Layak Menurut Kabupaten Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 Terdapat 9 kabupaten/kota di Jawa Barat cakupan akses penduduk terhadap fasilitas sanitasi layak masih dibawah target MDGs di tahun 2015, yaitu Kab. Ciamis 17,92%, Kota Tasikmalaya 35,6%, Kab. Cianjur 45,36%, Kota Sukabumi 46,16%, Kab. Pangandaran 49,83%, Kab. Sukabumi 52,94%, Kota Cimahi 52,96%, Kab. Bekasi 56,09%, dan Kab. Tasikmalaya 57,48%. d. Tempat Tempat Umum Yang Memenuhi Syarat Dalam upaya mengurangi risiko Tempat Tempat Umum (TTU) menjadi tempat penularan/sumber penyakit, maka dilakukan pemantauan terhadap TTU tersebut. Sperti TTU yang rutin dilakukan pemantauan oleh kabupaten kota antara lain sarana pendidikan, sarana kesehatan dan sarana hotel. 139

164 Upaya Pelayanan Kesehatan Gambar VII. B.6 Persentasi Tempat Tempat Umum (TTU) Memenuhi Syarat Kesehatan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 Berdasarkan pencatatan pelaporan kabupaten/kota di Jawa Barat selama tahun 2015 tercatat buah Tempat Tempat Umum (TTU) yang terdiri dari Sarana Pendidikan SD SLA sebanyak buah, sarana kesehatan (RS dan Puskesmas) sebanyak buah dan hotel sebanyak 1.598, sebanyak buah (59,46%) dinyatakan memenuhi syarat kesehatan. Hal itu berarti bahwa masih terdapat buah (40,54%) TTU yang belum memenuhi syarat kesehatan. Cakupan Tempat Tempat Umum (TTU) tertinggi di Kota Cirebon sebesar 93,13% dan terendah di Kota Cimahi sebesar 34,63%, terdapat 16 kabupaten/kota (59,26%) yang cakupannya diatas Jawa Barat, yaitu Kota Cirebon, Kota Bekasi, Kab. Cirebon, Kab. Pangandaran, Kota Banjar, Kab. Majalengka, Kab. Sumedang, Kab. Purwakarta, Kota Sukabumi, Kota Depok, Kota Bogor, Kab. Garut, Kab. Karawang, Kab. Tasikmalaya, Kab. Sukabumi, dan Kab. Subang. e. Tempat Tempat Pengolahan Makanan Memenuhi Syarat Gygiene Sanitasi Dalam upaya mengurangi risiko Tempat Penolahan Makanan (TPM) menjadi tempat penularan/sumber penyakit, maka dilakukan pemantauan 140

165 Upaya Pelayanan Kesehatan terhadap TPM tersebut, meliputi : Jasa Boga, Restoran, Depot Air dan Penjaja makanan Berdasarkan pencatatan pelaporan kabupaten kota di Jawa Barat selama tahun 2015 tercatat Sebanyak Tempat Pengolahan Makanan (TPM), dan dilakukan pemeriksaan pada TPM (86%), dari pemeriksaan diketahui sebesar 42,47% memenuhi sarat Hygiene Sanitasi, 43,57% yang tidak memenuhi syarat Higiene Sanitasi, dan sisanya 14% tidak diperiksa, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini dan tabel pada lampiran ini. Gambar VII. B. 7 Persentasi Tempat Pengolahan Makanan (TPM) Memenuhi Syarat Kesehatan Menurut Kabupaten Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 Dari jumlah buah TPM yang belum memenuhi syarat dilakukan pembinaan sebanyak buah (66,74%), hal ini masih terdapat buah (33.26%) tidak dilakukan pembinaan. Kemudian dari jumlah buah TPM yang memenuhi syarat kesehatan yang di lakukan uji petik buah (23,87%). f. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yang selanjutnya disebut sebagai STBM adalah Pendekatan untuk mengubah perilaku higiene dan sanitasi meliputi 5 pilar yaitu tidak buang air besar (BAB) sembarangan, mencuci tangan pakai sabun, mengelola air minum dan makanan yang aman, 141

166 Upaya Pelayanan Kesehatan mengelola sampah dengan benar, mengelola limbah cair rumah tangga dengan aman melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan. Sebuah wilayah desa/kelurahan disebut telah melaksanakan STBM apabila desa yang sudah melakukan pemicuan minimal 1 dusun, mempunyai tim kerja masyarakat/natural leader, dan telah mempunyai rencana tindak lanjut untuk menuju sanitasi total dan disebut desa STBM apabila desa yang telah mencapai 100 % penduduk melaksanakan 5 pilar STBM. Gambar VII. B. 8 Cakupan (%) Desa/Kelurahan Yang Melaksanakan STBM Menurut Kabupaten Kota di Provinsi Jawa Barat, Tahun 2015 Desa/kelurahan yang telah melaksanakan STBM tahun 2015 di Jawa Barat sebanyak dari jumlah desa (59,2%) cakupan meningkat dibandingkan tahun 2014 yang hanya mencakup desa/kelurahan (40,7%) Cakupan tertinggi pada Kab. Sumedang, Kab. Tasikmalaya, Kab. Bandung Barat, Kota Cirebon, Kota Cimahi, Kota Banjar yang mencapai 100% dan cakupan terendah pada Kab. Cianjur yang hanya 17,8%, perlu meningkatan pembinaan di 13 kabupaten/kota yang cakupannya dibawah rata-rata Jawa Barat, yaitu Kab. Cianjur, Kota Bandung, Kab. Bogor, Kab. Pangandaran, Kab. Sukabumi, Kab. Indramayu, Kab. Karawang, Kab. Kuningan, Kab. Garut, Kab. Majalengka, Kab. Bekasi, Kota Bekasi dan Kab. Purwakarta. 142

167 Upaya Pelayanan Kesehatan Dari desa/kelurahan yang melaksanakan STBM, sebanyak 341 desa/kleurahan (5,72%) telah mencapai desa/kelurahan STBM, yaitu desa yang telah mencapai 100% penduduk melaksanakan 5 pilar STBM tersebar di 7 kabupaten/kota, yaitu Kab. Sumedang 57 desa (20,14%), Kab. Bandung Barat 13 desa (7,88%), Kota Bogor 60 kelurahan (88,24%), Kab. Cirebon 88 desa (20,75%), Kab Bekasi 58 desa (31,02%), Kab Sukabumi 36 desa (9,33%), Kab. Bogor 29 desa (6,68%), dan terdapat 704 desa/kelurahan Stop BABS tersebar di 17 kabupaten/kota, yaitu Kab. Sumedang 150 desa (53,00%), kab. Subang 133 desa (52,57%), kab. Cirebon 98 desa (23,11%), kab. Karawang 65 desa (21,04%), kab. Bekasi 30 desa (16,04%), Kota Banjar 4 desa (16,00%), Kab. Garut 67 desa (15,16%), Kab. Kuningan 56 desa (14,89%), Kab. Purwakarta 21 desa (10,94%), Kab. Ciamis 28 desa (10,57%), Kota Depok 4 kelurahan (6,35%), Kab. Tasikmalaya 17 desa (4,84%), Kota Cirebon 1 kelurahan (4,55%), Kab. Indramayu 11 desa (3,47%), Kab. Bandung 5 desa (1,79%), dan Kota Bandung 1 kelurahan (0,66%). C. PENGENDALIAN PENYAKIT Angka kesakitan dan kematian penyakit merupakan indikator dalam menilai derajat kesehatan suatu masyarakat. Untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian penyakit perlu upaya pengendalian penyakit. Pengendalian penyakit yang akan dibahas pada bab ini yaitu pengendalian penyakit menular meliputi penyakit menular langsung dan penyakit yang ditularkan melalui binatang. Selain membahas pengendalian penyakit yang menjadi prioritas pembangunan kesehatan nasional, pada subbab ini juga dibahas pengendalian penyakit di daerah tropis yang salah satunya disebabkan oleh nyamuk, juga penyakit neglected disease seperti filariasis. 1. Pengendalian Penyakit Menular Bersumber Binatang a. Malaria Penyakit malaria mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap angka kesakaitan dan kematian ibu, balita dan ibu melahirkan, pada tahun 2015 sistem pencatatan Malaria menggunakan e SISMAL dimana data penemuan ACD, PCD dan lain-lain hanya meliputi kasus malaria positif saja. 143

168 Upaya Pelayanan Kesehatan Keberhasilan yang telah dicapai dalam pelaksanaan kegiatan pemberantasan malaria di Jawa Barat pada tahun 2015 adalah : Berdasarkan surat dari Dirjen PPPL Kemenkes RI tanggal 14 April 2015, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Bandung Barat sudah memenuhi syarat untuk mendapatkan sertifikat eliminasi Malaria dari Kementrian. Angka kesakitan Malaria atau Annual Parasite Incidence / API untuk Jawa Barat tahun 2015 adalah 0,257, menurun dibanding tahun 2014 (0,495 ). API Jawa Barat ini sudah dibawah angka target eliminasi nasional, Kemenkes RI menetapkan eliminasi dengan API dibawah 1. Tidak ada Desa endemis tinggi Malaria di Jawa Barat pada tahun Diagnosis Malaria di Jawa Barat 100% sudah menggunakan diagnosis terkonfirmasi Laboratorium dan sudah tidak ada diagnosis Malaria klinis. 1) Suspek Penderita Malaria Klinis yang diambil Sediaan Darah Malaria Tabel VII.C.1 Proporsi Suspek Penderita Malaria Klinis Yang Diambil Sediaan Darah Malaria Menurut Asal Penemuan di Provinsi Jawa Barat Pada Tahun Tahun ACD PCD Lain-lain Jumlah (82,39%) Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%) (11,54%) (6,07%) (87,85%) (89,08%) (13,21%) (50%) (8,73%) (22,23%) 271 (53,14%) ,14% (3,42%) 281 (0,90%) 787 (64,56%) 59 20,34% Sumber : Bidang PLPP Dinkes Prov. Jabar Melihat tabel diatas jumlahnya mengalami penurunan, yaitu pada tahun 2011 sediaan darah yang diperiksa dari penderita klinis malaria 144

169 Upaya Pelayanan Kesehatan sebanyak penderita, lalu terus menerus menurun pada tahun 2012 menjadi penderita, tahun 2013 menjadi penderita, tahun 2014 menjadi penderita, dan pada tahun 2015 menjadi 290 penderita. Dari tabel diatas dilihat adanya kesenjangan antara data tahun 2010 s.d 2013 dengan data tahun 2014 s.d 2015, hal tersebut disebabkan karena pada tahun 2011 s.d 2013 data penemuan kasus Malaria melalui kegiatan ACD, PCD dan lain lain meliputi semua suspek Malaria baik yang positif maupun negatif, sedangkan pada tahun 2014 s.d 2015 sudah menggunakan system pencatatan pelaporan melalui e SISMAL dimana data penemuan ACD, PCD dan lain lain hanya meliputi kasus Malaria yang positif saja. 2) Angka Kesakitan Malaria (Annual Parasite Incidence / API) Tabel VII. C. 2 Annual Parasite Incidence (API) di Daerah Reseptif Malaria Tahun No Kabupaten Sukabumi 0,834 0,925 0,481 0,636 0,178 2 Garut 1,692 2,458 1,484 0,406 0,183 3 Tasikmalaya 0,160 0,135 0,304 0,238 0,151 4 Ciamis 0,664 0,570 0, Pangandaran ,748 1,247 Jawa Barat 0,535 0,535 0,781 0,495 0,257 Angka kesakitan Malaria yang diukur dengan Annual Parasite Incidence / API di Provinsi Jawa Barat dari tahun 2011 sampai tahun 2015 cenderung menurun dari 0,535 pada tahun menjadi 0,257 pada tahun 2015, Begitu juga dengan Angka Kesakitan Malaria di kabupaten endemis (Kab Sukabumi, Kab Garut, Kab Ciamis, Kab Tasikmalaya dan Kab. Pangandaran) cenderung menurun namun Kabupaten Sukabumi cenderung naik walaupun sebelumnya pada tahun 2013 mengalami penurunan. Kabupaten Garut yang biasanya API selalu paling tinggi, kini pada tahun 2014 dan 2015 mengalami penurunan yang cukup signifikan, semenjak diberikan kelambunisasi pada faktor resiko tahun 2013 program ini menunjukan efektif untuk menurunkan angka kesakitan Malaria. 145

170 Upaya Pelayanan Kesehatan Kabupaten Ciamis pada tahun 2014 dimekarkan menjadi 2 Wilayah terdiri dari Kab Ciamis dan Pangandaran, dan semua daerah endemis di wilayah Kabupaten Ciamis sekarang masuk ke wilayah Kabupaten Pangandaran, melihat trendnya API di Kabupaten Pangandaran, mengalami kenaikan pada tahun 2015, secara umu gambaran API Jawa Barat dari tahun bisa dilihat pada gambar berikut ini. Gambar VII.C.1 Annual Parasit Insiden (API) Malaria per 1000 penduduk di Provinsi Jawa Barat Pada Tahun ) Wilayah High Case Incidence Ada beberapa desa yang termasuk daerah fokus kasus tinggi dengan API > 5 (High Case Incidence/HCI) yang terlihat pada tabel dibawah ini : Tabel VII. C. 3 Wilayah High Case Incidence (HCI) di Daerah Reseptif Per Kabupaten di Propinsi Jawa Barat Tahun Kabupaten Kecamatan/Puskesmas Desa Sukabumi Tasikmalaya Garut Ciamis Pangandaran Jumlah

171 Upaya Pelayanan Kesehatan Kasus tinggi (HCI) dengan angka kesakitan > 5 baik jumlah kabupaten, kecamatan maupun desa dari tahun ke tahun berfluktuatif, pada tahun 2010, 2011 dan 2012 wilayah yang terdapat desa endemis tinggi ada di 2 kabupaten, dimana pada tahun 2010 terdapat di 2 desa di 2 kecamatan, pada tahun 2011 terdapat 4 desa di dua kecamatan, dan pada tahun 2012 terdapat lima desa di empat kecamatan, pada tahun 2013 hanya tinggal satu desa HCI yaitu di desa Mandalakasih Kecamatan Pameumpeuk Kabupaten Garut. Pada tahun 2014 ada dua desa HCI yaitu di desa Mandalakasih Kabupaten Garut dan desa Pasirmukti di Kabupaten Tasikmalaya. Sedangkan pada tahun 2015 tidak ada laporan desa HCI, pada data stratifikasi desa endemis masuk ke LCI dan MCI. 4) Pengobatan Penderita (+) Malaria Tabel VII. C. 4 Proporsi Pengobatan Penderita (+) Malaria Menurut Kabupaten di Propinsi Jawa Barat Tahun Kabupaten Sukabumi 78,7% 100% 100% 100% 85% Garut 97,9% 97,6% 98,1% 84,8% 52% Tasikmalaya 31,7% 94,2% 83,2% 73,2% 100% Ciamis 167,6% 94,4% 100% - - Pangandaran % 66% Jawa Barat 86% 97,13% 95% 87,86% 76% Pengobatan yang diberikan kepada penderita pada tahun pengobatan menggunakan klorokuin, pada tahun 2011 s.d 2014 pengobatan dipilih hanya menghitung penderita positif Malaria yang menggunakan terapi sesuai dengan standar dan rekomendasi dari Komisi Ahli Malaria yaitu Artemisinin Combinations based Therapy (ACT) sebagai lini pertama dan Kina sebagai lini kedua. Obat-obatan anti Malaria yang didistribusikan ke Kabupaten/Kota dari Kementerian Kesehatan RI melalui Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat adalah Obat Anti Malaria (DHP) dan Primaquin untuk lini pertama dan Kina untuk lini kedua. Dari hasil laporan logistik dan kegiatan pembinaan Malaria ke Kabupaten/Kota juga tidak ditemukan adanya stok Kloroquin di Kabupaten/Kota. 147

172 Upaya Pelayanan Kesehatan Ini menunjukan setiap pasien Malaria sudah diberikan terapi sesuai standar, namun pada laporan e-sismal 2014 dan 2015 cakupan pengobatan Malaria belum mencapai 100%, hal ini kemungkinan disebabkan kurangnya ketelitian dalam memasukan data (under-reported), karena dengan menggunakan e-sismal ada beberapa pilihan jenis obat yang digunakan. Selain itu juga kemungkinan disebabkan di fasilitas kesehatan swasta masih menggunakan klorokuin dan Fansidar untuk terapi Malaria.Evaluasi dan Analisis Kinerja didasarkan pada situasi dan kondisi hasil kegiatan/program dalam upaya mencapai sasaran atau kinerja yang telah ditetapkan. INDIKATOR SASARAN Angka Kesakitan Malaria <1 per 1000 penduduk Kasus Indigenous nol 100% kasus Malaria terkonfirmasi laboratorium 100% kasus Malaria mendapatkan terapi radikal sesuai standar Tabel VII. C. 5 Evaluasi dan Analisis Kinerja Program Malaria di Jawa Barat Tahun 2015 Tahun 2015 Target Realisasi Capaian (%) Penilaian 20 Kab/Kota 26 Kab/Kota 130% Tercapai 12 Kab/Kota 23 Kab/Kota 191% Tercapai 27 Kab/Kota 27 Kab/Kota 100% Tercapai 27 Kab/Kota 23 Kab/Kota 85,18% Belum tercapai Pembinaan fokus di 4 Kab/Kota b. Demam Berdarah Dengue (DBD) Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang perlu mendapat perhatian cukup serius, karena penyakit ini dapat menimbulkan kematian dengan angka CFR cukup tinggi terutama dalam kondisi KLB. Penyakit ini belum ditemukan obatnya begitu juga vaksin pencegahannya, cara pemberantasannya adalah dengan pengendalian vektor baik secara Fisik, Biologi, maupun Kimia. 1) Trend Kasus DBD di Jawa Barat Jumlah penderita penyakit DBD di Provinsi Jawa Barat tahun 2015 mencapai kasus lebih tinggi dibanding tahun 2014 ( kasus). demikian juga dengan risiko kejadian DBD di Provinsi 148

173 Upaya Pelayanan Kesehatan Jawa Barat mengalami peningkatan dari 39.3/ penduduk menjadi 47.34/ penduduk. Jumlah KematianDBD tahun 2015 mencapai 184 orang dengan CFR sebesar 0.83%, ini menunjukan penurunan dibanding tahun 2014 yang sebesar 0,98%. Gambar VII.C.2 Angka Kejadian dan Angka Kematian Penyakit DBD di Provinsi Jawa Barat Tahun 2000 s.d Dalam perkembangannya angka kematian DBD dari tahun 2000 sampai tahun 2015 menunjukan penurunan, hal ini disebabkan karena adanya fasilitas kesehatan yang membaik dari kualitas maupun kuantitasnya tetapi angka kesakitan menunjukan peningkatan sampai tahun 2009 dan setelah itu cenderung menurun. Namun tahun 2015 sedikit meningkat dari 39,66/ menjadi 47,34/ , hal ini disebabkan terjadinya KLB DBD dibeberapa Kabupaten/Kota. 2) Angka Kesakitan DBD Berdasarkan Kabupaten/Kota Povinsi Jawa Barat 2015 Toleransi ambang batas Angka Kesakitan DBD tahun 2015 yang ditetapkan kurang dari 50/ penduduk, pada tahun 2015 terdapat 11 Kabupaten/Kota yang capaiannya diatas ambang batas toleransi dan rata-rata provinsi, yaitu Kota Sukabumi, Kota Bandung, Kota Cimahi, Kota Tasikmalaya, Kota Bogor, Kota Depok, Kota 149

174 Upaya Pelayanan Kesehatan Cirebon, Kab. Kuningan, Kab. Bandung Barat, dan Kab. Purwakarta. Angka kesakitan tertinggi didominasi oleh perkotaan kecuali Kota Banjar : 42,34/ dan Kota Bekasi 36,36/ , angka kesakitannya sangat bagus di bawah 50/ Angka kesakitan tertinggi terdapat di Kota Sukabumi mencapai 249,59/ dan terendah terdapat di Kab. Pangandaran 7,48/ penduduk. Gambar VII.C.3 Angka Kesakitan DBD Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2015 Angka kejadian DBD di wilayah kabupaten dengan kota menunjukan perbedaan yang relatif besar, dimana angka kejadian DBD di kota menunjukan angka yang lebih tinggi, tingginya angka kesakitan DBD di wilayah Perkotaan disebabkan oleh faktor sistem transportasi dan mobilitas penduduk yang tinggi, jumlah penduduk dan pemukiman yang padat, juga sebagai merupakan pusat pendidikan, pusat pemerintahan, pusat ekonomi dan perdagangan sehingga dimungkinkan lebih besar pertukaran virus Den1, Den 2, Den 3, dan Den 4 antar manusia sebagai penyebab terjadinya kesakitan DBD, DB dan DSS. Faktor-faktor ini sulit untuk dikendalikan namun demikian ada hal hal yang bisa dilakukan dengan menekan kepadatan vektor melalui upaya PSN dan Fogging, 150

175 Upaya Pelayanan Kesehatan dan dilakuan pengamatan dan pemantauan/surveilan vektor dan kasus melalui sistem kewaspadaan dini. 3) Angka Kematian DBD Angka fatalitas/angka Kematian (CFR) DBD tahun 2015 terjadi di 22 kabupaten/kota yang besarannya antara 0,1 5,1 %, CFR tertinggi terjadi di Indramayu (5,1%) dan yang terendah Kab. Bandung Barat (0,1%) dan terdapat 5 Kabupaten/Kota tidak tejadi kasus kematian, yaitu Kab. Pangandaran, Kab.Garut, Kab. Tasikmalaya, Kab. Sumedang dan Kab. Purwakarta. Kabupaten/kota dengan angka fatalitas lebih tinggi dari batas toleransi < 1 % terdapat di 6 Kabupaten/Kota, yaitu Kab. Indramayu (5,1%), Kab. Cirebon (3,4%), Kota Cirebon (2,3%), Kab. Bogor (1,9%), Kota Banjar (1,3%) dan Kota Bekasi (1,1%). Gambar VII.C.4 Angka Kematian DBD Menurut Kabupaten/Kota Tahun ) Musim Penularan Berdasarkan pola penyakit DBD tahun di Jawa Barat mendapatkan gambaran bahwa kasus terendah terjadi pada bulan November dan akan terus meningkat hingga puncaknya pada bulan Januari, hal ini sangat dimaklumi karena curah hujan yang 151

176 Upaya Pelayanan Kesehatan tinggi, terbentuknya tempat perindukan nyamuk, serta suhu udara yang mendorong prercepatan perkembangbiakan nyamuk. Dalam pola ini ternyata dari Januari hingga juni kasus relatif stabil tidak terjadi penurunan, ini menunjukkan kurang intensifnya program pemberantasan dan pengendalian nyamuk di tahun 2014, sehingga perlu langkah-langkah strategis untuk mempercepat penurunan insiden kasus DBD dengan harapkan tidak terjadi out breack di tahun 2016 dan untuk tahun 2015 diasumsikan kasus DBD akan meningkat di bulan Januari s/d Juni. Gambar VII.C.5 Pola Penyakit DBD Berdasarkan Rata Rata Kasus Tahun di Provinsi Jawa Barat Diupayakan ada penanggulanan sebelum musim penularan yang harus dilaksanakan pada bulan November 2015 untuk mengantisipasi musim penularan yang akan di mulai bulan Desember dan puncaknya Januari 2016 paling tidak melakukan Gerakan Bulan Bakti PSN (Bulan Bakti Gerakan 3 M). c. Rabies Situasi Rabies di Jawa Barat dari tahun ke tahun terus menunjukkan adanya penurunan, namum belum dapat dinyatakan menjadi daerah bebas secara epidemiologi, walaupun Menteri Pertanian telah menyatakan bahwa Jawa Barat babas rabies melalui Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 566/Kpts/ PD.610/10/2004, tentang Pernyataan Provinsi Daerah Khusus Ibu 152

177 Upaya Pelayanan Kesehatan Kota Jakarta, Banten dan Jawa Barat bebas dari Penyakit Anjing Gila (Rabies), tanggal 6 Oktober Perlu penegakan UU No. 4 tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular dan UU No 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana serta sosialisasi UU No.18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan dan UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan sehingga kegiatan pengendalian rabies dapat berjalan optimal. Dan pada tahun 2011 telah dibentuk Tim koordinasi Zoonosis Jawa Barat. Jumlah kasus gigitan hewan penular rabies (HPR) di Provinsi Jawa Barat selama kurun waktu sebanyak kasus dengan rata-rata pertahun sebesar 491 kasus gigitan. Dari 491 kasus gigitan HPR terdapat 15 Kasus kematian rabies (Lyssa), yang tersebar di 5 Kabupaten yaitu Kab. Garut dengan 6 kematian, Kab. Sukabumi dengan 6 kematian, Kab. Tasikmalaya, Kab. Ciamis, Kab. Cianjur masing-masing dengan 1 kematian. Dengan tahun kejadian pada tahun 2005 sebanyak 1 kasus, pada tahun 2006 sebanyak 2 kasus, pada tahun 2007 sebanyak 1 kasus, pada tahun 2008 sebanyak 3 kasus. Pada tahun 2009 sebanyak 0 kasus dan tahun 2010 sebanyak 1 orang kasus, pada tahun kasus, pada tahun 2012 sebanyak 2 kasus dan sampai dengan 2014 tidak ditemukan kasus yang positif hasil pemeriksaan lyssa. No Tabel VII.C.6 Jumlah Kasus Gigitan Hewan Penular Rabies (HPR) di Provinsi Jawa Barat tahun Tahun Penderita Gigitan Lyssa Kabupaten dengan Kematian Rabies Kab. Garut (1) Kab. Tasikmalaya (1) Kab. Garut (1) Kabupaten Ciamis (1) Kab. Cianjur (1) Kab. Sukabumi (2) Kab. Garut (2) Kab. Garut (2) Kab. Sukabumi (2) Kab. Sukabumi (2)

178 Upaya Pelayanan Kesehatan d. Flu Burung (Avian Influenza-AI) Kasus Flu Burung di Provinsi Jawa Barat cenderung terjadi secara sporadik, secara bergantian setiap tahun kabupaten kota yang berbeda melaporkan adanya kejadian kasus Flu Burung. Meskipun demikian wilayah kabupaten/kota perbatasan Provinsi Jawa Barat dengan Provinsi DKI Jakarta relatif selalu melaporkan penemuan kasus Flu Burung setiap tahunnya. Pada tahun 2012 kasus Flu Burung dilaporkan terjadi di dua kabupaten yaitu Kab. Bogor dan Kab. Karawang dengan CFR 100%. Pada tahun 2013 kejadian Flu Burung di dua kabupaten kota yaitu Kab. Bekasi dan Kota Bekasi, dengan jumlah kasus yang lebih tinggi yaitu 3 kasus dan CFR 100%. Situasi kasus Flu Burung pada manusia tahun 2014 sebanyak 4 kasus suspek dan tidak ditemukan kasus positif, kasus suspek ditemukan di Kota bekasi (3 suspek) dan Kab. Bogor (1 suspek). Upaya yang dilakukan adalah penatalaksanaan kasus dan penyelidikan epidemiologi di wilayah sekitar kasus akan tetapi perlu diwaspadai dengan cermat mengingat kasus Flu Burung pada unggas di Jawa Barat pada tahun 2014 ini ditemukan di 52 desa, 37 kecamatan dan 11 Kabupaten/ Kota. Tabel VII.C.7 Distribusi Penemuan Kasus Flu Burung pada manusia di Provinsi Jawa Barat Berdasarkan Kabupaten/Kota Tahun No Kab / Kota Suspect Konfirmasi Jumlah P M CFR (%) P M CFR (%) Kasus 1 Kab. Bogor Kab. Sukabumi Kab. Cianjur Kab. Bandung Barat 5 Kab. Bandung Kab. Sumedang Kab. Garut Kab. Tasikmalaya Kab. Ciamis Kab. Kuningan Kab. Cirebon Kab. Majalengka Kab. Indramayu Kab. Subang Kab. Purwakarta Kab. Karawang Kab. Bekasi M CFR (%) 154

179 Upaya Pelayanan Kesehatan 18 Kota Bogor Kota Sukabumi Kota Bandung Kota Cirebon i D 22 Kota Bekasi Kota Depok Kota Tasikmalaya Kota Banjar Kota Cimahi Kab Pangandaran Jawa Barat Tabel diatas menunjukan bahwa jumlah suspek kasus flu burung di Jawa Barat dari tahun sebanyak 266 kasus dengan 34 meninggal yang terdapat di 23 kabupaten/kota dan kasus positif sebanyak 52 kasus dengan 45 meninggal (CFR 86,5%) yang terdapat di 14 Kabupaten/Kota dengan kejadian tertinggi terjadi pada tahun 2006 sebanyak 22 kasus. Angka kematian penyakit Flu Burung Untuk dua tahun terakhir yaitu tahun 2012 dan 2013 angka kematian Flu Burung bahkan selalu 100%. Artinya setiap kasus Flu Burung dipastikan meninggal. Tingginya angka kematian tersebut antara lain disebabkan deteksi dini kasus Flu Burung masih lemah, kasus ditemukan terlambat, dan terlambat dibawa ke sarana pelayanan kesehatan yang semestinya. Gambar VII. C.6 Angka Kematian (CFR %) Kasus Flu Burung di Provinsi Jawa Barat Tahun

180 Upaya Pelayanan Kesehatan Gambar VII.C.7 Sebaran Kasus Flu Burung di Provinsi Jawa Barat Tahun e. Anthraks 1) Jumlah kasus Anthraks berdasarkan tahun Kabupaten/Kota dan Pengobatan di Provinsi Jawa Barat Tahun Tabel VII.C.8 Jumlah Kasus Anthraks di Provinsi Jawa Barat Tahun No Tahun Kabupaten/ Kota Kulit Penderita Pencer- naan Resiko tertular Pengobatan Sembuh 1 Kab. Bogor Kota Depok Kab. Bogor Kab. Bogor Kab. Bogor

181 Upaya Pelayanan Kesehatan 2) Distribusi kasus Anthraks berdasarkan kab/kota tahun f. Pes Tabel VII.C.9 Jumlah Kasus Anthraks Kabupaten/Kota Tahun No Tahun Kab/Kota Kasus Mati CFR (%) Kab. Bogor Kota Depok Kab. Bogor Kab. Bogor Kab. Bogor Dilihat dari tabel diatas penemuan kasus anthraks tahun 2006 terdapat di Kota Depok dengan jumlah kasus 8 orang, 1 orang meninggal (CFR : 12,5%) sedangkan di Kab. Bogor dilaporkan 1 orang tanpa adanya kematian. Tahun 2007 terdapat di Kab. Bogor dengan jumlah kasus sebanyak 3 orang tanpa ada kematian. Tahun 2008 terdapat di Kab. Bogor sebanyak 9 kasus tanpa ada kematian. Tahun 2009 terdapat 2 laporan kasus Antraks di Kabupaten Bogor dan dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 tidak ditemukan kasus antraks di kabupaten/kota, tetapi perlau dilakukan pengamatan secara terus menerus terhadap daerah kantong antrak tersebut. Pengamatan Penyakit Pes secara aktif dilakukan di daerah tertular pes yaitu di Desa Rawabogo Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung. Pengamatan dilakukan sejak tahun 2005 sampai dengan 2008 dengan hasil negative baik pada rodent maupun pinjal. Untuk kasus Pes selama tahun 2009 sampai 2014 tidak ada laporan dari daerah endemis. g. Leptospirosis Penanggulangan Leptospirosis di Jawa Barat masih bersifat pasif di sarana pelayanan kesehatan dan belum ditunjang dengan sarana pemeriksaan (laboratorium), sehingga belum diketahui hasil yang 157

182 Upaya Pelayanan Kesehatan menggambarkan situasi daerah risiko tertular. Daerah tertular Leptospirosis di Provinsi Jawa Barat yang masih melakukan survey yaitu di Kab. Bekasi dan dilaporkan hasil pengamatan pada tahun 2007 terdapat 7 kasus postif Leptospirosis. Pada tahun 2010 dilaporkan terdapat 1 kasus di Kota Cimahi, kejadian itu sekitar daerah pasar Caringin paska banjir. Pada tahun 2011 ditemukan 29 kasus leptospirosis yang berasal dari Kabupaten Bandung, Kota Bandung, Kab. Tasikmalaya dan Kab. Garut dengan kematian 4 orang (CFR = 13,79%). Sedangkan pada tahun 2012 ditemukan 2 kasus positif leptospirosis di Kota Bandung dan Cimahi. Pada tahun 2013 ditemukan 1 kasus positif leptospirosis dan 1 suspek leptospirosis di Kab. Bandung. Pada tahun 2014 ditemukan 1 suspek leptospirosis di Kota Cirebon, kasus tidak dilakukan konfirmasi laboratorium karena tidak memiliki sarana pemeriksaan laboratorium yang memadai untuk pemeriksaan leptospirosis. h. Filariasis 1) Kasus Filaria Gambar VII.C.8 Kasus Filariasis Kronis Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 Kasus kronis Filariasis di Provinsi Jawa Barat tahun 2015 terbanyak 75 orang tersebar di 11 kab Kota meliputi : Kab Bogor 37 orang, Kab.Kuningan 9 orang, Kab Purwakarta 6 orang, Kota Depok 6 158

183 Upaya Pelayanan Kesehatan orang, Kab Subang 3 orang, Kab Karawang 3 orang, Kota Bandung 3 orang, Kab Garut 2 orang, Kab Sumedang 2 orang, Kota Sukabumi 2 orang, dan Kota Bekasi 2 orang. Gambar VII.C.9 Kumulatif Kasus Filariasis di Provinsi Jawa Barat Tahun Kejadian penyakit Filaria tahun 2002 s.d secara kumulatif telah tercatat sebanyak penderita, dan telah terjadi 3 kali KLB (2005, 2009, 2013). Pada tahun 2005 terjadi peningkatan kasus dari 47 kasus di tahun 2004 menjadi 105 kasus pada tahun 2005, kemudian sampai tahun 2008 mengalami fluktuasi dengan kasus antara orang, dan tahun 2009 kembali terjadi out break dengan kasus tercatat sebanyak 134 orang dan terdapat kematian sebanyak 3 orang. Kemudian berfluktuasi hingga tahun 2012 dengan kasus antara orang, akan tetapi tahun 2013 meningkat tajam. Tercatat 138 kasus dan pada tahun 2015 ini kembali meningkat dari 36 kasus pada tahun 2014 menjadi 75 kasus (208%) pada tahun ) Survei Mikro Filaria Deteksi kabupaten/kota endemis Filaria, dilaksanakan survey darah jari pada desa yang memiliki kasus kronis dengan memeriksa darah jari pada 300 orang yang tinggal disekitar tempat tinggal penderita kronis, dilaksanakan pada malam hari karena cacing Filaria Agresif di malam 159

184 Upaya Pelayanan Kesehatan hari. Mikrofilaria (Mf) rate 1% atau lebih merupakan indikator suatu kabupaten/kota menjadi daerah endemis filariasis. Mf rate dihitung dengan cara membagi jumlah sediaan yang positif mikrofilaria dengan jumlah sediaan darah yang diperiksa dikali seratus persen. Survei darah jari untuk mengetahui Mikro Filaria Rate telah dilakukan sejak tahun 2002 s.d. 2011, dengan hasil Mikro Filaria Rate antara 1,12% 15,5% tersebar di 11 Kab/Kota yaitu Kab Tasikmalaya 1,12% dan 1,48%, Kota Bogor 1,13%, Kab. Bandung 1,16%, Kab. Subang 1,6%, Kab. Kuningan 1,75% dan 15,5%, Kab. Bekasi 1,86%, Kab. Karawang 1,9%, Kota Depok 2,01%, Kab. Bogor 2,04%, dan Kab. Purwakarta 2,47%. Gambar VII.C.10 Survei Mikro Filaria di Provinsi Jawa Barat Tahun ) Eliminasi Filariasis di Provinsi Jawa Barat Pada tahun 1997, World Health Assembly menetapkan resolusi Elimination of Lymphatic Filariasis as a Public Health Problem, yang kemudian pada tahun 2000 diperkuat dengan keputusan WHO dengan mendeklarasikan The Global Goal of Elimination of Lymphatic Filariasis as a Public Health Problem by the Year Indonesia menetapkan Eliminasi Filariasis sebagai salah satu prioritas nasional penanggulangan penyakit menular. Upaya penanggulangan filariasis telah dilaksanakan 160

185 Upaya Pelayanan Kesehatan sejak tahun 1975, terutama di daerah-daerah endemis filariasis tinggi. Menteri Kesehatan, Dr. Achmad Sujudi, pada tanggal 8 April 2002, telah menetapkan dimulainya upaya eliminasi filariasis di Indonesia pada acara Pencanangan Nasional Eliminasi Penyakit Kaki Gajah (Filariasis), di Desa Mainan, Kecamatan Sembawa, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan. Program Penanggulangan Filariasis menuju eliminasi filariasis 2020 menerapkan strategi sebagai berikut: a) memutuskan rantai penularan filariasis dengan POPM filariasis di kabupaten/kota endemis filariasis; b) mencegah dan membatasi kecacatan melalui penatalaksanaan kasus klinis fliariasis; c) mengendalikan vektor secara terpadu; d) memperkuat surveilans, jejaring laboratorium, dan mengembangkan penelitian; dan e) memperkuat kerjasama lintas batas daerah dan negara, terutama dalam rangka memutus rantai penularan filariasis. Jawa Barat sudah menerapkan dua strategi utama yaitu memutuskan rantai penularan dengan Pemberian obat massal pencegahan (POMP) Filariasis pada daerah endemis dan upaya pencegahan dan membatasi kecacatan melalui penatalaksanan kasus klinis Filariasis. Pengobatan massal dilakukan setiap tahun sekali, dalam waktu minimal 5 tahun berturut-turut. Dengan upaya Pemberian obat massal pencegahan (POMP) Filariasis diharapakan dapat menurunkan angka microfilaria (microfilaria rate) menjadi kurang dari 1%. Indikator kinerja pada tahun 2015 adalah prosentase kabupaten/kota dengan Mikrofilaria Rate < 1% sebesar 36,36% sudah tercapai, yaitu pada Kota Bogor, Kab. Bandung, Kota Depok dan Kab. Bekasi. Persyaratan kabupaten/kota bisa dilakukan penilaian evaluasi mikrofilaria rate apabila : a) Kabupaten/kota endemis filariasis harus melaksanakan Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) filariasis dengan 161

186 Upaya Pelayanan Kesehatan implementasi unit 1 kabupaten/kota selama 5 tahun berturutturut. b) Cakupan POPM Filariasis setiap tahunnya minimal 65% jumlah penduduk. Sampai tahun 2015 di 11 kabupaten/kota di Jawa Barat akan dilaksanakan POPM yaitu : a) Kabupaten yang akan melaksanakan POPM Filariasis putaran pertama Kabupaten Bogor Kabupaten Purwakarta Kabupaten Kuningan b) Kabupaten/Kota yang akan melaksanakan POPM Filariasis putaran ke tiga Kabupaten Karawang Kabupaten Tasikmalaya c) Kabupaten/Kota yang akan melaksanakan POPM Filariasis putaran ke empat Kota Bekasi d) Kabupaten/Kota yang akan melaksanakan POPM Filariasis putaran ke lima Kabupaten Subang e) Kabupaten/Kota yang sudah menyelesaikan POPM Filariasis putaran ke lima Kota Bogor Sudah melaksanakan survei evaluasi penularan/transmission Assesment Survey/TAS) yang ke II (lulus) perlu 1 kali lagi melaksanakan survey evaluasi penularan Kabupaten Bandung Sudah melaksanakan survei evaluasi penularan /Transmission Assesment Survey/TAS) yang ke I (lulus) perlu 2 kali lagi melaksanakan survey evaluasi penularan Filariasis dengan jarak minimal 2 tahun (tahun 2016 dan 2018). 162

187 Upaya Pelayanan Kesehatan Kota Depok dan Kabupaten Bekasi Kota Depok : Pada tahun ini akan melaksanakan survei evaluasi penularan/transmission Assesment Survey/TAS) yang ke I. Kabupaten Bekasi : Pada tahun 2016 akan melaksanakan survei evaluasi penularan/transmission Assesment Survey/TAS) yang ke I. Dilaksanakan pencanangan bulan Eliminasi Kaki Gajah pada tanggal 1 Oktober 2015 oleh Menteri Kesejatan RI di Cibinong Kabupaten Bogor. Bulan Eliminasi Kaki Gajah (Belkaga) adalah bulan dimana setiap penduduk yang tinggal di kabupaten/kota endemis filariasis di seluruh wilayah Indonesia serentak minum obat pencegahan filariasis. Bulan Eliminasi Kaki Gajah diharapkan dilaksanakan setiap tahun sampai eliminasi filariasis di Indonesia tercapai. Setiap kabupaten/kota endemis filariasis wajib melaksanakan Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) Filariasis sekali setahun selama minimal 5 (lima) tahun berturutturut sebagai upaya menghentikan penularan cacing filaria di daerah endemis. Tujuan adanya Bulan Eliminasi Kaki Gajah untuk terselenggaranya kegiatan POPM Filariasis terhadap seluruh penduduk sasaran di kabupaten/kota endemis Filariasis secara serentak sehingga diharapkan dapat meningkat cakupan pengobatan yang tinggi dan merata agar dapat memutuskan mata rantai penularan filariasis secara efektif. Pemberian obat pencegahan massal (POPM) Filariasis di kabupaten/kota dari tahun 2002 s/d 2015 : Pada tahun 2015 di Jawa Barat semua kabupaten/kota endemis Filariasis sudah mulai melaksanakan Pemberian obat pencegahan massal (POPM) Filariasis. Pada tahun 2002 ditemukan 3 kabupaten/kota dengan Mf rate >1 yaitu Kab. Bekasi, Kota Bekasi dan Purwakarta tetapi yang baru dapat melaksanakan POMP Filariasis secara parsial pada tahun 2003 Kab Bekasi dan Kota Bekasi. 163

188 Upaya Pelayanan Kesehatan Pada tahun 2005 daerah endemis Filariasis menjadi 9 kabupaten/kota yang melaksanakan POMP Filariasis Parsial baru 5 kabuapten/kota belum ada yang melaksanakan POMP Filariasis dengan implementing unit satu kabupaten/kota. Pada tahun 2007 baru Kota Bogor, yang melaksanakan POMP Filariasis satu Kota dan tahun 2009 POMP Filariasis satu kabupaten/kota bertambah menjadi 3 kabupaten/kota, yaitu Kota Bogor, Kota Depok dan Kab. Bandung, Pada tahun 2011 POMP filariasis dilaksanakan pada 6 kabupaten/kota, yaitu Kota Bogor, Kota Depok, Kab. Bekasi, Kota Bekasi, Kab. Bandung, Kab. Subang, dimana Kota Bogor pada tahun 2011 sudah melaksanakan POMP Filariasis yang ke 5. Tahun 2012 kabuapten/kota yang sudah melaksanakan POMP Filariasis yang ke 5 adalah Kab. Bekasi, Kota Depok. Tahun 2013 terdapat penambahan 2 kabupaten/kota yang melaksanakan POMP Filariasis dengan IU 1 kabupaten/kota, yaitu Kab. Karawang dan Kab. Tasikmalaya sehingga terdapat 8 kabupaten/kota yang melaksanakan Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) Filariasis dengan implementasi unit 1 kabupaten/kota. 3 kabupaten/kota yang belum melaksanakan POPM Filariasis dengan IU 1 labupaten/kota, yaitu Kab. Kuningan, Kab. Bogor dan Kab. Tasikmalaya. Pada tahun 2015 terdapat 3 kabuapten/kota yang melaksanakan POPM Filariasis dengan implementasi unit 1 kabupaten/kota, yaitu Kab. Bogor, Kab. Kuningan dan Kab. Purwakarta. 164

189 Upaya Pelayanan Kesehatan Tabel VII.C.10 Persentasi Pemberian Obat Pencegahan Massal Filaria Provinsi Jawa Barat Tahun Sumber Data : Laporan Hasil POPM Filariasis Kab/Kota di Jawa Barat s/d tahun 2015 Pada tahun 2015 cakupan POPM Filariasis di Kab/Kota mengalami peningkatan dimana rata-rata cakupan POPM Filariasis Kab/Kota sebesar 76,09% melampaui target cakupan sebesar 65% dari total penduduk. Sedangkan Kab/Kota yang selesai POPM Filariasis 5 putaran dilakukan evaluasi dengan survei penilaian transmisi Filariasis/Transmission Assesment Survey selama 3 kali dengan jarak minimal 2 tahun. Di Jawa Barat yang sudah melaksanakan survei penilaian transmisi Filariasis/Transmission Assesment Survey adalah sebagai berikut : Tabel VII.C.11 Hasil Transsmission Assesment Survey di Provinsi Jawa Barat Sumber Data : Laporan Hasil TAS Kab/Kota di Jawa Barat s/d tahun

190 Upaya Pelayanan Kesehatan Hasil survei penilaian transmisi Filariasis kabupaten/kota di Jawa Barat keseluruhan lulus yaitu Kota Bogor pada tahun 2012 melaksanakan Transmission Assesment Survey/TAS I dengan jumlah sasaran sebanyak anak kelas I & II SD dengan critical cut of/nilai ambang batas sebanyak 20 orang didapatkan keseluruhan negative demikian juga pada TAS II dinyatakan lulus dengan pemeriksaan sebanyak anak kelas I & II SD dengan critical cut of/nilai ambang batas sebanyak 20 orang didapatkan hasil yang positif hanya 1 orang. Pada tahun 2013 Kota Depok melaksanakan Transmission Assesment Survey/TAS I dengan jumlah sasaran sebanyak anak kelas I & II SD dengan critical cut of/nilai ambang batas sebanyak 20 orang didapatkan keseluruhan negative demikian juga pada TAS II pada tahun 2015 Kota Depok dinyatakan lulus dengan pemeriksaan sebanyak anak kelas I & II SD dengan critical cut of/nilai ambang batas sebanyak 20 orang didapatkan hasil keseluruhan negative. Demikian juga Kab. Bekasi pada tahun 2013 melaksanakan Transmission Assesment Survey/TAS I dengan jumlah sasaran sebanyak anak kelas I & II SD dengan critical cut of/nilai ambang batas sebanyak 18 orang didapatkan keseluruhan negative. Pada tahun 2014 kab. Bandung melaksanakan Transmission Assesment Survey/TAS I dengan 2 Evaluasi Unit dengan jumlah sasaran sebanyak 3384 anak kelas I & II SD dengan critical cut of/nilai ambang batas sebanyak 40 orang didapatkan keseluruhan negatif. 2. Penyakit Menular Langsung a. Diare 1) Pemberantasan Penyakit Diare Hingga saat ini penyakit Diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari masih tingginya angka kejadian Diare dari tahun ketahun dan banyaknya faktor risiko diare disekitar kita. Di dunia sebanyak 6 juta anak meninggal setiap tahun karena diare, sebagian kematian tersebut terjadi dinegara berkembang (Parashar, 2003). Menurut WHO, di Negara berkembang pada tahun 2003 diperkirakan 1.87 juta anak balita meninggal karena diare. Delapan dari 10 kematian tersebut pada usia 166

191 Upaya Pelayanan Kesehatan <2 tahun. Rata rata anak usia <3 tahun dinegara berkembang mengalami episode diare 3 kali dalam setahun (WHO 2005). Hasil survei Subdit Diare, angka kesakitan diare semua umur tahun 2000 adalah 301/1000 penduduk, tahun 2003 adalah 374/1000 penduduk dan tahun 2006 adalah 423/1000 penduduk. Kematian diare pada balita 75.3/ dan semua umur 23.2/ penduduk semua umur (SKRT 2012). Diare merupakan penyebab kematian nomor 4 (13.2%) pada semua umur dalam kelompok penyakit menular. Proporsi diare sebagai penyebab kematian nomor 1 pada bayi post neonatal (31.4%) dan pada anak balita (25,2%) (Riskesdas 2007). 2) Cakupan Penanganan Diare Penanganan kasus Diare di Jawa Barat terus meningkat dari 80,90% pada tahun 2007 menjadi 113,91 % pada tahun 2014 terhadap sasaran penderita Diare sebesar 10% dari 214 / 1000 penduduk, akan tetapi sasaran tersebut sesungguhnya sebagai target antara, dan untuk tahun 2015 target antara tidak ditentukan 10 % tetapi bergantung pada estimasi kemungkinan penderita diare yang berkunjung ke Puskesmas besarannya antara % sehingga cakupan Diare pada tahun 2015 dari sasaran sebesar 84,2 %. Gambar VII.C.11 Cakupan Pelayanan Diare di Provinsi Jawa Barat Tahun Sumber : Profil Kesehatan Jawa Barat Tahun Jumlah Penderita Diare di Jawa Barat tahun 2015 sebanyak orang orang dengan kematian 42 orang (CFR = 0,00387% atau 3,87 orang meninggal dari penderita). dengan persentase kasus diare pada 167

192 Upaya Pelayanan Kesehatan balita 49,56% dan usia diatas lima tahu 50,44%, sedangkan kematian balita sebesar 80,95% (34 orang), usia diatas lima tahun sebesar 19,05% (8 orang), rata-rata cakupan kasus diare ditangani di kabupaten/kota sebesar 85,26% dengan, batas terendah 33% (Kota Depok) dan batas tertinggi 99% (Kota Sukabumi), berikut gambaran cakupan diare di kabupaten/kota. Gambar VII.C.12 Perbandingan Cakupan Diare Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun ) Proporsi Penggunaan Oralit dan Zinc Selain cakupan pelayanan diare, yang menjadi perhatian dalam keberhasilan pengendalian diare di Jawa Barat adalah tata laksana diare sesuai standar yang dilakakukan oleh petugas puskesmas di kabupaten/ kota, yaitu penggunaan oralit dan zinc. Proporsi penggunaan oralit merupakan perbandingan antara jumlah oralit yang dipakai dengan jumlah penderita diare yang dilayani di fasyankes. Indikator ini menunjukan kualitas tatalaksana diare di fasilitas pelayanan kesehatan primer, Angka penggunaan oralit yang diharapkan adalah 100%. Jika Angka penggunaan oralit yidak sesuai dengan harapan ini menunjukkan bahwa petugas diare belum melaksanakan tatalaksana diare sesuai standar. 168

193 Upaya Pelayanan Kesehatan a) Proporsi Penggunaan Oralit Gambar VII.C.13 Proporsi Pemberian Oralit Terhadap Kasus Diare di Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 Semua kabupaten/kota (100%) dalam tata laksana pemberian oralit tidak sesuai dengan standar, terdapat 5 kabupaten/kota terindikasi over pemberian Oralit (melampaui kebutuhan) dan 21 kabupaten/kota kurang dari kebutuhan, proporsi Pemberian oralit antara 31% 134 %. b) Proporsi Penggunaan Zinc Gambar VII.C.14 Proporsi Penggunaan Zinc Terhadap Kasus Diare di Provinsi Jawa Barat Tahun

194 Upaya Pelayanan Kesehatan b. Kusta Semua kabupaten/kota (100%) dalam tata laksana pemberian Zinc tidak sesui dengan standar, terdapat 11 kabupaten/kota terindikasi over pemberian Zinc (melampaui kebutuhan) dan 16 kabupaten/kota under pemberian Zinc (kurang dari kebutuhan), proporsi pemberian Zinc antara 64% - 242%. Kasus tercatat Kusta di Jawa Barat tahun 2015 sebanyak penderita dengan kasus MB penderita (94,08) dan Kasus PB 132 penderita (5,92%), dan kasus baru kusta sebanyak orang dengan kasus MB penderita (90,3%) dan Kasus PB 179 penderita (9,7%), sementara kasus pada anak sebesar 214 penderita (11,59%) tersebar di kabupaten/kota. Terdapat 8 kabupaten/kota dengan penemuan kasus baru > 100 orang yaitu Kab.Indramayu (269 orang), Kab. Cirebon (246 orang) Kab. Karawang (188 orang) Kab. Bogor (185 orang) Kota Bekasi (169 orang) Kab. Subang (162 orang), Kab. Bekasi (135 orang) Tabel VII.C.12 Penemuan Kusta Baru, Kusta Tercatat, Kusta Anak, dan Kecacatan Tk.2 di Provinsi Jawa Barat, Tahun

195 Upaya Pelayanan Kesehatan Penemuan kusta padaa pada tahun 2015 sebanyak 150 orang (8,13%) dari penemuan kusta baru dan kusta kecacatan tingkat 2 mencapai 214 orang (11,59%) dari penemuan kusta baru, ini menunjukan kecacatan tingkat 2 berada diatas batas toleransi maksimal 5%. Kondisi seperti ini bisa diinterpretasikan terdapat permasalahan mendasar dalam pelaksanaan program pengendalian kusta, seperti terlambatnya deteksi dini baik oleh petugas kesehatan (keterlambatan petugas dalam penemuan penderita kusta). Maupun oleh penderita kusta (keterlambatan penderita kusta mencari pengobatan). Selama periode tahun angka kecacatan selalu diatas 5 %, pada tahun 2010 mencapai 15,5%, turun menjadi 7,9 % di tahun 2011 dan naik kembali pada tahun 2012 mencapai 13,9%, kemudian sedikit turun menjadi 12,1% pada tahun 2013, pada tahun 2014 angka kecacatan kusta masih 12,06%, dan pada tahun 2015 turun menjadi 11, 59%, Berdasarkan kabupaten/kota penemuan kusta dengan kecacatan tingkat 2 terdapat di 17 kabupaten/kota, dan semuanya diatas 5% kecuali kabupaten Karawang dibawah 5% dengan Angka cacat Tingkat 2 sebesar 0,53%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini Gambar VII.C.15 Penemuan Kusta Dengan Kecacatan Tingkat 2 di Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 Prevalensi merupakan indikator yang menunjukan besarnya masalah di suatu daerah dan menentukan beban kerja. Angka prevalensi didapat dari 171

196 Upaya Pelayanan Kesehatan jumlah kasus kusta terdaftar PB dan MB pada 1 tahun. Di Jawa Barat selama tahun 2005 sampai dengan tahun Prevalensi kusta cenderung menurun dari 0,69/ penduduk pada tahun 2005 menjadi 0,48/ pada tahun 2015 begitu juga dengan angka penemuan kasus baru (CDR) yang didapatkan dengan pada periode 1 tahun dan jumlah penemuan kasus baru kusta yang ditemukan merupakan indikator yang paling bermanfaat dalam menetapkan besarnya masalah dan transmisi yang sedang berlangsung. Dalam kurun waktu , penemuan kusta baru (CDR) cenderung menurun dari 6,06 / atau 0,61/ pada tahun 2005 menjadi 3,9/ atau 0,39/ pada tahun 2015, pada tahun 2011 antara CDR dan Prevalensi berada pada angka yang sama (0,5/10.000) dan tahun 2012 sama sama mengalami kenaikan selanjutnya secara perlahan terus kedua indikator tersebut sejalan menurun, namun tahun 2015 prevalensi cenderung meningkat dan CDR cenderung menurun. Gambar VII.C.16 Prevalensi Kusta dan Case Detection Rate / Penduduk di Provinsi Jawa Barat Tahun Berdasarkan kabupaten/kota perbandingan prevalensi kusta tahun 2015 terhadap tahun 2014 yang mengalami peningkatan terdapat di 10 kabupaten/kota, yaitu Kab.Garut meningkat 0,05 poin, Kab. Kuningan meningkat 3,94%, Kab. Cirebon meningkat 1,66 poin, Kab. Indramayu meningkat 2,53 poin, Kab. Subang meningkat 0,56 poin, Kab. Purwakarta meningkat 0,73 Poin, Kab. Bandung Barat meningkat 0,12 poin, Kab. 172

197 Upaya Pelayanan Kesehatan Pangandaran meningkat 0,47 poin, Kota Bekasi meningkat 6,08 poin, dan Kota Banjar meningkat 0,16 poin, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini. Gambar VII.C.17 Prevalensi Rate (PR/10.000) Penyakit Kusta, Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun c. Tuberkulosa Indonesia sekarang berada pada ranking kelima negara dengan beban TB tertinggi di dunia. Estimasi prevalensi TB semua kasus adalah sebesar 660,000 (WHO, 2010) dan estimasi insidensi berjumlah 430,000 kasus baru per tahun. Jumlah kematian akibat TB diperkirakan 61,000 kematian per tahunnya. Indonesia merupakan negara pertama diantara High Burden Country (HBC) di wilayah WHO South-East Asian yang mampu mencapai target global TB untuk deteksi kasus dan keberhasilan pengobatan pada tahun Pada tahun 2009, tercatat sejumlah kasus TB telah ditemukan dan diobati (data awal Mei 2010) dan lebih dari diantaranya terdeteksi BTA+. Dengan demikian, Case Notification Rate untuk TB BTA+ adalah 73 per (Case Detection Rate 73%). Rerata pencapaian angka keberhasilan pengobatan selama 4 tahun terakhir adalah sekitar 90% dan pada kohort tahun 2008 mencapai 91%. Pencapaian target global tersebut 173

198 Upaya Pelayanan Kesehatan merupakan tonggak pencapaian program pengendalian TB nasional yang utama. Sasaran strategi nasional pengendalian TB hingga 2015 mengacu pada rencana strategis Kementerian Kesehatan yaitu menurunkan prevalensi TB dari 297 per penduduk menjadi 245 per penduduk. Saat ini diperkirakan ada 1 dari setiap 3 kasus TB yang masih belum terdeteksi oleh program. Program Pengendalian TB. Setelah Tahun 2015, indikator CDR tidak akan digunakan lagi dan diganti dengan Case Notification Rate (CNR) sebagai indikator yang menggambarkan cakupan penemuan pasien TB, 1) Case Notification Rate (CNR) Case Notification Rate (CNR) adalah angka yang menunjukkan jumlah pasien yang ditemukan dan tercatat dalam laporan triwulanan pasien baru TBC (TB 07) diantara penduduk di suatu wilayah tertentu. Angka ini apabila dikumpulkan serial akan menggambarkan kecenderungan penemuan kasus dari tahun ke tahun di wilayah tersebut, angka ini berguna untuk menunjukkan trend atau kecenderungan meningkat atau menurunnya penemuan pasien TBC pada wilayah tersebut. Angka tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini : Gambar VII.C.18 Case Notification Rate (CNR) TBC Paru dalam Penduduk di Provinsi Jawa Barat Tahun

199 Upaya Pelayanan Kesehatan Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa trend CNR di Provinsi Jawa Barat periode tahun cenderung naik, dari 76,22/ pada tahun 2010 menjadi 138,87/ pada tahun 2015, rata ata setiap tahun 127,03 / penduduk. Jumlah kasus TB Paru yang ditemukan dan tercatat dalam laporan berdasarkan kabupaten/kota per penduduk, antara 67,31 / (Kab. Bekasi ) hingga 448,79 (Kota Cirebon) dengan rata rata 158,95, Terdapat 14 Kab/Kota dengan CNR dibawah Jawa Barat (138,87), yaitu Kab. Bekasi 67,31/ , Kab. Pangandaran 74,27, Kab. Karawang 89,91, Kab. Bandung Barat 96,54, Kab. Purwakarta 99,28, Kab. Garut 100,36, Kab. Tasikmal;aya 101,27, Kota Depok 107,41, Kab. Indramayu 108,21, Kab. Sukabumi 124,56, Kota Bekasi 125,68, Kab Cianjur 133,16, Kab. Sumedang 133,65, dan Kab. Ciamis 138,36 tinggi-rendahnya angka CNR di suatu wilayah selain dipengaruhi oleh upaya penemuan kasus (case finding) juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti kinerja sistem pencatatan dan pelaporan di wilayah tersebut, jumlah fasyankes yang terlibat layanan DOTS, dan banyaknya pasien TB yang tidak terlaporkan oleh fasyankes. Gambar VII.C.19 Case Notification Rate (CNR) TBC Paru dalam Penduduk Berdasarkan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun

200 Upaya Pelayanan Kesehatan 2) Angka Kesembuhan (Cure Rate), Pengobatan Lengkap (Complete Rate) dan Angka Keberhasilan Pengobatan (Success Rate) Tabel VII.C.13 Angka Kesembuhan, Angka Pengobatan Lengkap, Angka Keberhasilan Pengobatan dan Angka Kematian TBC Paru Selama Pengobatan di Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 a) Angka Kesembuhan (Cure Rate) Adalah angka yang menunjukkan prosentase pasien TBC paru BTA positif yang sembuh setelah selesai masa pengobatan diantara pasien TBC Paru BTA positif yang tercatat. Angka kesembuhan dihitung tersendiri untuk pasien baru TBC Paru BTA positif yang mendapat pengobatan kategori 1 atau pasien TBC Paru BTA positif pengobatan ulang dengan kategori 2, angka ini dihitung untuk mengetahui keberhasilan program dan masalah potensial, angka indikator kesembuhan menurut program adalah 85%, dan Jawa Barat baru mencapai 81,75% relatif sama dengan tahun 2014 yang hanya mencapai 176

201 Upaya Pelayanan Kesehatan 81,77%. Dari 27 kabupaten/kota terdapat 14 kabupaten/kota yang belum mencapai 85%, yaitu Kota Bogor, Kota Bandung, Kab. Karawang, Kab. Cianjur, Kota Cirebon, Kota Tasikmalaya, Kab. Bandung Barat, Kota Bekasi, Kab. Sukabumi, Kota Sukabumi, Kab. Garut, Kab Purwakarta dan Kab. Pangandaran, cakupan terbesar dicapai oleh Kab. Majalengka (97,28%) dan terendah Kota Bogor (48,63%). Gambar VII.C.20 Angka Kesembuhan (Cure Rate) TBC Paru Berdasarkan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 Jika dilihat pola tahunan selama angka kesembuhan berfluktuasi, angka tertinggi pada tahun 2009 mencapai 86,4% dan angka terendah terjadi pada tahun 2014 dan 2015 dengan cakupan 81,8 %. Gambar VII.C.21 Pola Angka Kesembuhan (Cure Rate) TBC Paru di Provinsi Jawa Barat Tahun

202 Upaya Pelayanan Kesehatan b) Angka Pengobatan Lengkap (Complete Rate) Pengobatan Lengkap adalah pasien yang telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap tetapi tidak memenuhi persyaratan sembuh atau gagal, ini mengindikasikan semakin besar angka complet rate semakin semakin besar proses pengobatan tidak dilakukan diagnosa laboratorium akhir. angka Jawa Barat sebesar 7,54%, angka Kab/Kota antara 0,07 22,65%, terdapat 4 Kab/Kota yang diluar ambang batas 15% yaitu Kab.Karawang, Kab Bandung Barat, Kab Cianjur, dan Kota Bandung, Complete rate terbesar terjadi di Kab Karawang (22,15%) dan terendah di Kab Majalengka (0,07%) Gambar VII.C.22 Angka Pengobatan Lengkap (Complete Rate) TBC Paru di Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 c) Angka Keberhasilan Pengobatan TB (Traetmet Succsess Rate) Adalah angka yang menunjukkan prosentase pasien baru TB Paru, terkonfirmasi bacteriologis yang menyelesaikan pengobatan (baik yang sembuh maupun pengobatan lengkap) diantara pasien baru TB Paru terkonfirmasi bacteriologis yang tercatat. Dengan demikian angka ini penjumlahan dari angka kesembuhan dan angka pengobatan lengkap. Renstra Jawa Barat menargetkan Angka Keberhasilan Pengobatan sebesar 88% dan hasil yang telah dicapai pada tahun 2015 sebesar 89,28%. Terdapat 6 kabupaten/kota yang belum mencapai target, yaitu Kota Bogor (51%), Kota Bandung (66,58%), Kota Tasikmalaya (78,61%), 178

203 Upaya Pelayanan Kesehatan Kota Cirebon (79,43%), Kota Sukabumi (85,12%), dan Kota Bekasi (85,99%). Cakupan terbesar dicapai oleh Kab. Bekasi dan Kota Banjar (100%) dan terendah adalah Kota Bogor (51%). Gambar VII.C.23 Angka Keberhasilan Pengobatan (TSR) TBC Paru di Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 d. Pneumonia Pneumonia masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia terutama pada Balita. Menurut hasil Riskesdas 2007, pneumonia merupakan pembunuh nomor dua pada Balita (13,2%) setelah diare (17,2%). Hasil survei morbiditas yang dilaksanakan oleh subdit ISPA dan Balitbangkes menunjukkan angka kesakitan 5,12%, namun karena jumlah sampel dinilai tidak representatif maka subdit ISPA tetap menggunakan angka WHO yaitu 10% dari jumlah Balita. Angka WHO ini mendekati angka SDKI 2007 yaitu 11,2%. Jika dibandingkan dengan hasil penelitian oleh Rudan,et al (2004) di negara berkembang termasuk Indonesia insidens pneumonia sekitar 36% dari jumlah Balita. Berdasarkan hasil Riskesdas 2013 Insiden dan prevalensi pneumonia di Jawa Barat tahun 2013 adalah 1,9 persen (Nasional 1,8%) dan 4,9 persen (Nasional 4,5%). Lima kabupaten/kota yang mempunyai insiden dan prevalensi pneumonia tertinggi untuk semua umur adalah Kota Tasikmalaya, Kab. Sumedang, Kab. Tasikmalaya, Kab. Bandung Barat, dan Kab. Purwakarta. 179

204 Upaya Pelayanan Kesehatan Faktor risiko yang berkontribusi terhadap insidens pneumonia tersebut antara lain gizi kurang, ASI ekslusif rendah, polusi udara dalam ruangan, kepadatan, cakupan imunisasi campak rendah dan BBLR. Cakupan Pneumonia dihitung dari Jumlah kasus ditemukan dan ditangani dibagi Angka Sasaran Pneumonia (Jumlah Balita x 10%) Cakupan penemuan Pneumoni di Jawa Barat selama tahun 2000 sampai dengan tahun 2015 antara 34.5% sampai dengan 52.7%. Cakupan tertinggi terjadi pada tahun 2006 dengan cakupan 52.7%. Sedangkan terendah terjadi pada tahun 2004 yaitu sebesar 35.6%. Untuk cakupan penemuan Pneumoni tahun 2015 Sebesar 43,69% turun 4,41% dibandingkan dengan cakupan 2014 yaitu 48.1%. Gambar VII.C.24 Cakupan Pneumoni di Provinsi Jawa Barat Tahun Berdasarkan Kab/Kota terdapat 10 kabupaten/kota dengan cakupan dibawah Jawa Barat sebesar 43,69%, yaitu Kab. Indramayu (9,44%), Kab. Bekasi (10,69%), Kota Depok (15,17%), Kab Bandung Barat (28,94%), Kab Tasikmalaya (30,92%), Kab.Bogor (30,03%), Kab.Cianjur (31,13%), Kab Sukabumi (32,95%) dan Kab. Pangandaran (37,10%), rata rata cakupan 53,43% dengan angka cakupan antara 9,44 112,

205 Upaya Pelayanan Kesehatan Gambar VII.C.25 Cakupan Pneumoni Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 e. HIV/AIDS dan IMS Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency Syndrome (disingkat AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi (atau: sindrom) yang timbul karena menurunnya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV. Human Immunodeficiency Virus (atau disingkat HIV) yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini belum benarbenar bisa disembuhkan. 1) Kasus HIV di Jawa Barat 2014 Kumulatif HIV di Jawa Barat sampai tahun 2015 yaitu sebanyak kasus. Selama periode < pola penemuan kasus HIV cenderung meningkat, pada tahun 2015 tercatat sebanyak tersebar di 27 Kabupaten/Kota dengan rata rata kasus 153,6. Kasus HIV berdasarkan Jenis Kelamin terjangkit pada 58,42% laki laki dan 41,68% Perempuan, Berdasarkan Kelompok umur <4 tahun sebesar 3,30%, kelompok umur 5-14 tahun sebesar 1,59%, kelompok umur tahun sebesar 2,5%, kelompok umur tahun sebesar 16,78%, 181

206 Upaya Pelayanan Kesehatan kelompok umur tahun sebesar 72%, dan kelompok umur > 50 tahun sebesar 3,83%. Gambar VII.C.26 Kumulatif HIV dan Kasus HIV di Provinsi Jawa Barat Tahun < Berdasarkan kelompok risiko kasus HIV terjadi pada : WPS 8,96 %, PPS 0,39 %, Waria 1,85 %, LSL 13,10 %, IDU 4,02 %, Pasangan Risti 15,02 %, Pelanggan PS 9,46 % dan faktor lainnya 47,21 %. Kasus HIV tertinggi di Kota Bandung sebanyak 746 kasus (17,34%) dan terendah di Kab. Pangandaran 4 kasus (09%) untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini. Gambar VII.C.27 Prosentasi HIV Berdasarkan Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat Tahun

207 Upaya Pelayanan Kesehatan 2) Kasus AIDS Kumulatif penderita AIDS di Jawa Barat sampai tahun 2015 yaitu sebanyak kasus. Selama periode < pola penemuan kasus AIDS berrfluktuatif, dari tahun 2004 sampai dengan tahun Gambar VII.C.28 Cakupan Penemuan Kasus AIDS di Provinsi Jawa Barat Tahun < AIDS cenderung meningkat namun sampai dengan tahun 2010 kecenderungannya menurun, pada tahun 2011 terjadi peningkatan tajam (265%) mencapai 892 kasus dibanding tahun 2010 yang hanya 337 kasus, dan hingga tahun 2014 kasus AIDS terus menurun, akan tetapi tahun 2015 kembali meningkat hingga 300 % dari 245 kasus AIDS pada tahun 2014 menjadi 736 Kasus AIDS pada tahun 2015, Kasus AIDS terjangkit pada laki laki orang (67,84%), permpuan orang (31.91%) dan 16 tidak diketahui (0,26%). Berdasarkan kelompok umur 82,63% terjadi pada usia tahun, secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut : kelompok umur < 1 tahun sebanyak 55 orang (0,88%), umur 1-4 tahun sebanyak 159 orang (2,56%), umur 5-14 tahun sebanyak 77 orang (1,24%), umur Tahun sebanyak 67 orang (1,08%), umur tahun sebanayak (46,95%), umur tahun sebanyak orang (3568 %), umur tahun sebanyak 487 orang (7,83%), umur tahun sebanyak 114 orang (1,83%), umur > 60 tahun sebanyak 19 orang 183

208 Upaya Pelayanan Kesehatan (0,31%) dan kelompok umur tidak diketahui sebanyak 103 orang (1,66%). Berdasarkan Faktor resiko 88,1 % terjangkit pada Hetero Sex dan Pengguna Napza Suntik secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut : Homo Sex/Bisex sebanyak 256 orang (4,1%), Hetero Sex sebanyak orang (40,3%) Penguna Napza suntik orang (47,8%), Transfusi sebanyak 14 orang (0,2%), Tatoo sebanyak 4 orang (0,1%), Perinatal/Anak sebanyak 264 orang (4,2%), dan tidak diketahui sebanyak 201 orang (3,2%). Berdasarkan Status Pekerjaan tarnyata AIDS banyak terjangkit pada kelompok Tidak Bekerja sebanyak orang (25,06%), Karyawan 876 orang (14,08%), Wiraswasta sebanyak 852 orang (13,69%), IRT sebanyak 812 orang (13,05%) Wanita Pekerja Sex sebanyak 366 orang (5,88%), Mahasiswa/siswi sebanyak 193 orang (3,1%), Buruh sebanyak 188 orang (3,02%) Pekerjaan Lainnya 554 orang ( 8,9%) dan tidak diketahui 822 orang (13,21%). Berdasarkan Lokasi Terjangkit Kasus AIDS terjadi di 26 Kabupaten/Kota dari 27 Kabupaten/Kota persentasi tertinggi di Kota Bandung (28,66%) dan terendah Kota Banjar (0,14%) sedangan Kab Pangadaran tidak ditemukan kasus AIDS. Untuk kasus Unclass (Tidak diketahui) sebanyak 388 kasus dilaporkan dari DKI Jakarta sebanyak 169 orang, Kota Tangerang sebanyak 21 orang, Bengkulu 5 orang, dan sisanya dari 15 wilayah lainnya sebanyak 43 orang. untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini. Gambar VII.C.29 Kasus AIDS berdasarkan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun <

209 Upaya Pelayanan Kesehatan 3. Penyakit yang dapat Di Cegah Dengan Imunisasi (P3DI) Surveilans penyakit yang dapat dicegah oleh Imunisasi, mempunyai peran menentukan daerah rawan/resiko tinggi, Memantau kemajuan penanggulanagan, dan memberikan rekomendasi kegiatan penangulangan dengan strategi pelaksanaan program imunisasi, fokus terhadap Eradikasi Polio (Upaya menghilangakan angka Insiden di dunia), Eliminasi (Upaya menurunkan Insiden menjadi 0) Campak, Surveilans Diptheri dan Tetanus Neonatorum. a. Diptheri Penyakit Diptheri merupakan salah satu penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Meskipun cakupan imunisasi DPT3 sudah cukup tinggi, namun kejadian Diptheri setiap tahun di Jawa Barat secara sporadis selalu ditemukan oleh kabupaten kota. Penegakan diagnosa Diptheri ditentukan secara konfirmasi laboratorium melalui pemeriksaan apus tenggorokan (APT). Permasalahan penyakit Diptheri selain karena tingkat fatalitasnya yang tinggi, juga adanya carrier, yaitu orang yang tubuhnya terinfeksi kuman bakteri namun tidak menampakan gejala diptheri, dan sangat potensial meningkatkan risiko penularan Diptheri. Penemuan kasus Diptheri sangat dipengaruhi oleh aktivitas surveilans aktif kabupaten kota. Situasi Diptheri di Jawa Barat tahun 2009 sampai dengan tahun 2015 berfluktuasi, pada tahun 2009 terjadi 28 kasus, pada tahun 2010 sebanyak 27 kasus kemudian pada tahun 2011 meningkat tajam menjadi 45 kasus (166%), Diptheri turun kembali menjadi 31 kasus pada tahun 2012, dan tahun berikutnya 2013 relatif sama sebanyak 32 kasus, kemudian meningkat tajam pada tahun 2014 mencapai 45 kasus (145%), melihat pola kasus penyakit diptheri selalu terjadi peningkatan setiap 3 tahun, dan diprediksi tahun 2015 akan turun namun ternyata tahun 2015 meningkat menjadi 59 Kasus ini menunjukan pola tak beraturan perlu dilakukan pengamatan kasus secara terus menerus. 185

210 Upaya Pelayanan Kesehatan Gambar VII.C.30 Penemuan Kasus Diptheri di Provinsi Jawa Barat Tahun Lokasi terjangkit kasus Diptheri tersebar di 13 Kab/Kota (48,15%) dengan jumlah kasus 59 orang dan meninggal 7 orang (CFR 11,86%) dengan sebaran : Kab Sukabumi 11 penderita meninggal 3 orang CFR; 27,3%, Kota Bandung 10 orang tanpa kematian, Kab Bandung 7 orang tanpa kematian, Kab Tasikmalaya dan Kota Bekasi masing masing 6 orang tanpa kematian, Kab Cirebon 4 orang meninggal 3 (CFR 75%), Kab Bandung Barat 4 orang tanpa kematian, Kab Cianjur 3 orang meninggal 1 (CFR 33%), Kab Bekasi 3 orang tanpa kematian, Kab Purwakarta 2 orang tanpa kematian dan Kab. Bogor, Kab Karawang Kota Cimahi masing masing 1 orang tanpa kematian. Gambar VII.C.31 Kasus Diptheri Berdasarkan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun

211 Upaya Pelayanan Kesehatan b. Pertusis Dari 27 Kab/kota hanya ditemukan kasus pertusis di 1 Kabupaten/Kota yaitu Kab. Bandung dengan 1 kasus, sama halnya dengan penemuan kasus Diptheri, kasus pertusus pun sangat dipengaruhi oleh aktivitas surveilans aktif kabupaten/kota. c. Tetanus Neonatorum Upaya pengendalian Tetanus Neonatorum untuk mencapai status eliminasi Tetanus Neonatorum (ETN). Penemuan dan pelaporan kasus tetanus neonatorum dilakukan melalui pendekatan W1, artinya satu kasus tetanus neonatorum masuk dalam kondisi KLB. Penemuan kasus Tetanus Neonatorum di Provinsi Jawa Barat pada tahun 2013 menurun di banding tahun 2012, yaitu dari 14 kasus tahun 2012 menjadi 9 kasus pada tahun 2013, akan tetapi pada tahun 2014 sedikit meningkat menjadi 11 kasus dengan kematian 10 orang, angka kematian sebesar 90,91%, ditemukan di 7 Kab/kota yaitu : Kab. Bogor sebanyak 5 orang tersebar di Kecamatan Caringin 2 orang, Kecamatan Citeureup 1 orang, Kecamatan Cibinong 1 orang, Kecamatan Rumpin 1 orang dengan Angka Kematian 100%, Kab. Bandung 1 orang tanpa kematian, Kab Cianjur 1 orang, di Kecamatan Sindangbarang dengan kematian 100%, Kab. Garut 1 orang, di Kecamatan Pasir wangi wilayah Puskesmas Padaawas dengan kematian 100%, Kab. Tasikmalaya 1 orang dengan kematian 100%, Kab.Indramayu 1 orang, di Kecamatan Tukdana wilayah kerja Puskesmas Tukdana dengan kematian 100%, dan Kota Bandung 1 orang, di Kecamatan Bojongloa Kidul dengan kematian 100%. Sedangkan untuk kasus Neanotorum turun menjadi 5 Kasus terjadi di 2 Kabupaten, yaitu Kab. Bogor 3 Kasus dengan kematian 2 orang (CFR 66,6%) dan Kab Cianjur sebanyak 2 Kasus dengan 1 Kematian (CFR 50%). Untuk Kasus Tetanus Non Neanotorum sebanyak 8 orang tersebar di Kota Bandung 1 orang, Kab Purwakarta 1 orang, Kab Karawang 5 orang, dan Kota Cirebon 1 orang. 187

212 Upaya Pelayanan Kesehatan Gambar VII.C.32 Kasus Tetanus Neonatrum di Provinsi Jawa Barat Tahun d. Campak Walaupun Cakupan Imunisasi campak cukup tinggi namun kasus campak sering terjadi bahkan menimbulkan KLB serta kematian, untuk tahun 2015 penemuan kasus campak di Jawa Barat tersebar di 23 Kab/Kota naik dari tahun 2014 yg mencapai 21 Kabupaten/Kota, dan jumlah penderita meningkat dari orang, tanpa kematian, menjadi orang dengan 2 orang kematian (CFR 0,05%). Insiden Rate mencapai 8,85/ terjangkit di 23 Kabupaten/Kota dengan besaran antara 0,84 142,44 / , Angka kejadian tertinggi terjadi di Kota Cirebon sebesar 142,44/ penduduk dan terendah di Kab. Bogor 0,84/ penduduk, sedangkan Kab. Sumedang, Kab. Subang, Kab. Pangandaran dan Kota Sukabumi tidak ditemukan kasus campak. Gambar VII.C.33 Insiden Rate Campak Berdasarkan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat

213 Upaya Pelayanan Kesehatan e. Surveilans AFP (Non Polio) Surveilans AFP (Acut Paralysis Flaccid), merupakan kegiatan pencarian kasus kelumpuhan yang bersifat layuh dan terjadi secara mendadak bukan disebabkan oleh ruda paksa, dengan cara mengamati semua AFP 2 / penduduk usia < 15 tahun dengan indicator adequate stool specimen > 80%, dan zero reporting > 90%. Upaya penemuaan dilakukan di Rumah Sakit, Puskesmas dan Masyarakat. Hasil surveilans AFP rate dalam penduduk umur < 15 tahun di Jawa Barat sebesar 2,17/ , angka tertinggi ditemukan di Kab. Karawang sebesar 17,76/ , dan terendah di Kab. Sukabumi sebesar 0,43/ , penemuan dibawah target terjadi di 13 Kabupaten/Kota, yaitu Kab. Sukabumi 0,43/ , Kota Bandung 0,69%, Kota Bogor 1,11/ , Kota Bekasi 1,18/ , Kab Bogor 1,35/ , Kab. Bandung Barat 1,49/ , Kab Garut 1,51/ , Kab. Purwakarta 1,54/ , Kab. Bekasi 1,56/ , Kab Sumedang 1,82/ dan Subang, Pangandaran, Kota Depok dengan cakupan 0. Gambar VII.C. 34 Surveilans AFP Rate di Provinsi Jawa Barat Tahun Penyakit Tidak Menular a. Hipertensi Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmhg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmhg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan 189

214 Upaya Pelayanan Kesehatan cukup istirahat/tenang. Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu lama (persisten) dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung (penyakit jantung koroner) dan otak (menyebabkan stroke). Untuk mengetahui gambaran umum permasalahan Hipertensi di Jawa Barat tahun 2015, terhadap jumlah penduduk usia 18 tahun yang berasal dari laporan profil kesehatan Kab/Kota dapat di lihat pada gambar dibawah ini. Gambar VII.C.35 Prevalensi Hipertensi terhadap Penduduk Usia 18 Tahun Berdasarkan Pemeriksaan Tekanan Darah di Puskesmas Provinsi Jawa Barat, Tahun 2015 Pada tahun 2015 di Jawa Barat ditemukan orang kasus hipertensi (0.07 % terhadap jumlah penduduk 18 tahun ), tersebar di 22 Kabupaten/Kota, dan 5 Kabupaten/Kota lainnya Kab. Bekasi, Kab. Bandung Barat, Kab. Sukabumi, Kab. Subang dan Kab. Sumedang tidak melaporkan kasus Hipertensi, rata rata Kasus 0,03%, kasus tertinggi di Kota Sukabumi 0,07 % dan terendah di Kab Garut, Kab Cirebon, Kab Tasikmalaya, dan Kab. Karawang sebesar 0,01%, Program PTM pemeriksaan Hipertensi merupakan program baru sehingga dalam operasional kegiatan masih belum menunjukkan aktifitas yang optimal. Berdasarkan hasil Riskesdas 2013 prevalensi hipertensi pada umur 18 tahun (pernah didiagnosis nakes) adalah 10,5% (Nasional 9,5 %). Sedangkan prevalensi hipertensi berdasarkan hasil pengukuran pada umur 190

215 Upaya Pelayanan Kesehatan 18 tahun sebesar 29,4 persen. Prevalensi hipertensi pada perempuan cenderung lebih tinggi dari pada laki-laki. b. Obesitas Obesitas adalah suatu keadaan dimana terjadi timbunan lemak yang berlebihan atau abnormal pada jaringan adipose, yang akan mengganggu kesehatan (WHO, 1998). Sesorang dikatakan obesitas apabila Indeks Massa Tubuh (IMT) 25 kg/m². Klasifikasi obesitas tersebut adalah : Kategori Obesitas I dengan IMT (kg/m²) adalah 25,0-29,9; Kategori Obesitas II dengan IMT (kg/m²) adalah 30. Untuk mengendalikan obesitas ini perlu dilakukan Kegiatan analisis secara sistematis dan terus menerus terhadap faktor risiko PTM yang berbasis Posbindu PTM agar dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien melalui proses pengumpulan data, pengolahan dan penyebaran informasi epidemiologi kepada penyelenggara program kesehatan. Pos Binaan Terpadu (POSBINDU) adalah kegiatan monitoring dan deteksi dini faktor resiko PTM terintegrasi (Penyakit jantung dan pembuluh darah, diabetes, penyakit paru obstruktif akut dan kanker) serta gangguan akibat kecelakaan dan tindakan kekerasan dalam rumah tangga yang dikelola oleh masyarakat melalui pembinaan terpadu. Posbindu Adalah bentuk peran serta masyarakat (kelompok Masyarakat, Organisasi, Industri, Kampus dll). Jumlah Posbindu di Jawa Barat sebanyak Buah, tersebar di 27 Kabupaten/Kota. Gambaran umum permasalahan Obesitas di Jawa Barat tahun 2015, dengan melakukan pengukuran obesitas, diperiksa sebanyak orang dan terindikasi obesitas sebanyak orang, pelaporan dari 14 Kabupaten/Kota (52%), dengan angka obesitas terbesar di Kota Sukabumi 1,95% dan terendah Kab. Bogor 0,01 %. Kabupaten/kota yang tidak melaporkan kegiatan obesitas adalah Kab. Sukabumi, Kab. Cianjur, Kab. Garut, Kab. Tasikmalaya, Kab. Ciamis, Kab. Sumedang, Kab. Indramayu, Kab. Subang, Kab. Bekasi Kab. Bandung Barat, Kab Pangandaran, Kota Bandung dan Kota Banjar. Program PTM pemeriksaan Obesitas merupakan program baru sehingga dalam operasional kegiatan masih belum menunjukkan aktifitas yang optimal, dan Posbindu belum terkoordinasi dengan baik. 191

216 Upaya Pelayanan Kesehatan Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, prevalensi faktor risiko PTM di Indonesia relatif tinggi, seperti laki-laki obese umur 18 tahun (19,7%), perempuan obese (32,9%), obesitas sentral (26,6%), konsumsi tembakau usia 15 tahun (36,3%), kurang konsumsi sayur-buah (93,5%) Riskesdas merupakan survei 3 tahunan yang menggunakan sampel penduduk. Gambar VII.C.36 Persentasi Pemeriksaan Obesitas Berdasarkan Kab/Kota Terhadap Jumlah Pengunjung Puskesmas dan Jejaringnya di Provinsi Jawa Barat, Tahun 2015 c. Deteksi Kanker Leher Rahim dan Payudara Deteksi kanker Leher Rahim dengan menggunakan metoda IVA dilaporkar oleh 13 Kabupaten/Kota di Jawa Barat (48,15%) dengan pemeriksaan sebanyak orang, dari sasaran pemeriksaan wanita usia tahun di 13 Kabupaten/Kota sebanyak orang sehingga cakupan IVA sebesar 1,66%, jika dibandingkan dengan sasaran seluruh Jawa Barat mencapai 0,77% Kabupaten/kota yang melaporkan adalah Kota Depok dengan cakupan 0,98%, Kab. Majalengka 0,12%, Kota Sukabumi 0,95%, Kab. Bekasi 0,28%, Kab. Purwakarta 0,68%, Kab. Cirebon 0,20%, Kab. Karawang 4,46%, Kota Bogor 18,92%, Kab. Bogor 0,001%, Kab. Indramayu 0,07%, Kab. Pangandaran 0,19%, Kota Cimahi 1,21%, dan Kota Tasikmalaya 0,08%. Ditemukan IVA positif (Kanker Rahim) sebanyak orang (0,02%) tersebar di Kota Depok 678 orang (0,19% dari jumlah sasaran wanita usia 192

217 Upaya Pelayanan Kesehatan th), Kab Majalengka 37 orang (0,02%), Kota Sukabumi 36 orang (0,08%), Kota Bekasi 95 orang (0,02%) Kab. Purwakarta 52 orang (0,04%), Kab. Cirebon 21 orang (0,01%), Kab. Karawang 135 orang (0,04%), Kota Bogor 20 orang (0,01%), Kab. Bogor, Kab Indramayu, Kab. Pangandaran, Kota Cimahi, Kota Tasikmalaya tidak ditemukan IVA positif dan terdapat 2 Kab. kota yang menemukan kasus IVA Positif tetapi tidak melaporkan Jumlah yang di periksa yaitu Kab. Tasikmalaya 131 orang (0,05%), dan Kuningan 21 orang (0,01%). Ditemukan Tumor/Benjolan sebanyak 430 orang, (0,01% dari Sasaran wanita usia th), tersebar di Kab. Karawang 108 orang (0,03%), Kota Bekasi 102 orang (0,02%), Kab. Majalengka 86 orang (0,05%), Kab. Purwakarta (0,04%), Kota Bogor 44 orang (0,03%), Kab. Kuningan 24 orang (0,01%), Kab. Cirebon 13 orang (0,004%), Kota Depok 2 orang (0,001%) Kota Sukabumi 2 orang (0,001%), dan Kab. Pangandaran 1 orang (0,002%). Gambar VII.C.37 IVA Positif (Kanker Rahim) Berdasarkan Kab/Kota Terhadap Sasaran Wanita Usia Tahun di Provinsi Jawa Barat, Tahun

218 Upaya Pelayanan Kesehatan Gambar VII.C.38 IVA Positif (Tumor/ Benolan) Berdasarkan Kab/Kota Terhadap Sasaran Wanita Usia Tahun Di Provinsi Jawa Barat, Tahun Kejadian Luar Biasa (KLB) Selama tahun 2015 telah terjadi KLB sebanyak 398 kali dan 395 (99,25%) kasus KLB dapat ditanggulangan kurang dari 24 jam, tersebar di 24 Kabupaten/Kota, 228 Kecamatan, 243 Desa/Kelurahan. Frekuensi KLB paling sering terjadi di Kab Indramayu 78 kali dan terendah Korta Cirebon dan Kota Banjar 2 kali, serta 3 Kabupaten/Kota tidak mengalami KLB (Pangandaran, Kota Sukabumi dan Kota Depok), Jenis KLB paling sering terjadi, Keracunan Makanan 72 Kali. 194

219

220 RESUME TABEL PROFIL KESEHATAN 2015 DI PROVINSI JAWA BARAT ANGKA/NILAI NO INDIKATOR TABEL KETERANGAN L P L + P A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah Tabel 1 ////////////////// ////////////////// ,76 KM 2 2 Jumlah Desa/Kelurahan Tabel 1 ////////////////// ////////////////// Desa/Kel 3 Jumlah Penduduk Tabel Jiwa 4 Rata-rata jiwa/rumah tangga Tabel 1 ////////////////// ////////////////// 3,76 Jiwa 5 Kepadatan Penduduk /Km2 Tabel 1 ////////////////// ////////////////// Jiwa/Km 2 6 Rasio Beban Tanggungan Tabel 2 ////////////////// ////////////////// 48,39 7 Rasio Jenis Kelamin Tabel 2 ////////////////// ////////////////// 102,83 8 Penduduk 10 tahun ke atas melek huruf Tabel 3 ////////////////// ////////////////// PersentasePendidikan Tertinggi yang Ditamatkan a. SD/MI Tabel 3 ////////////////// ////////////////// Jiwa b. SMP/ MTs Tabel 3 ////////////////// ////////////////// Jiwa c. SMA/ SMK/ MA Tabel 3 ////////////////// ////////////////// Jiwa d. Diploma, S1, S2, S3 Tabel 3 ////////////////// ////////////////// Jiwa B. DERAJAT KESEHATAN B.1 Angka Kematian 10 Jumlah Lahir Hidup Tabel Bayi 11 Angka Lahir Mati (dilaporkan) Tabel 4 ////////////////// ////////////////// 3,4 per KH 12 Jumlah Kematian Neonatal Tabel Bayi 13 Angka Kematian Neonatal (dilaporkan) Tabel 5 ////////////////// ////////////////// 3,4 per KH 14 Jumlah Bayi Mati Tabel 5 ////////////////// ////////////////// Bayi 15 Angka Kematian Bayi (dilaporkan) Tabel 5 ////////////////// ////////////////// 4,1 per KH 16 Jumlah Balita Mati Tabel 5 ////////////////// ////////////////// Balita 17 Angka Kematian Balita (dilaporkan) Tabel 5 ////////////////// ////////////////// 4,4 per KH 18 Kematian Ibu Jumlah Kematian Ibu Tabel 6 ////////////////// ////////////////// 825 Ibu Angka Kematian Ibu (dilaporkan) Tabel 6 ////////////////// ////////////////// 83,47 per KH B.2 Angka Kesakitan 19 Tuberkulosis Jumlah kasus baru TB BTA+ Tabel Kasus Proporsi kasus baru TB BTA+ Tabel 7 56,25 40,34 ////////////////// CNR kasus baru BTA+ Tabel 7 ////////////////// ////////////////// 65,73 Jumlah seluruh kasus TB Tabel Kasus CNR seluruh kasus TB Tabel ,27 Kasus TB anak 0-14 tahun Tabel 7 ////////////////// ////////////////// Kasus Persentase BTA+ terhadap suspek Tabel 8 ////////////////// ////////////////// 7,32 % Angka kesembuhan BTA+ Tabel Kasus Angka pengobatan lengkap BTA+ Tabel Kasus Angka keberhasilan pengobatan (Success Rate) BTA+ Tabel 9 ////////////////// ////////////////// 89,29 % Angka kematian selama pengobatan Tabel 9 ////////////////// ////////////////// 1 Jiwa 20 Pneumonia Balita ditemukan dan ditangani Tabel 10 ////////////////// ////////////////// Kasus 21 Jumlah Kasus HIV Tabel 11 ////////////////// ////////////////// Kasus 22 Jumlah Kasus AIDS Tabel 11 ////////////////// ////////////////// 603 Kasus 23 Jumlah Kematian karena AIDS Tabel 11 ////////////////// ////////////////// 75 Kasus 24 Jumlah Kasus Syphilis Tabel 11 ////////////////// ////////////////// Kasus 25 Donor darah diskrining positif HIV Tabel Jiwa 26 Persentase Diare ditemukan dan ditangani Tabel % 27 Kusta Jumlah Kasus Baru Kusta (PB+MB) Tabel Kasus Angka penemuan kasus baru kusta (NCDR) Tabel 14 Persentase Kasus Baru Kusta 0-14 Tahun Tabel 15 ////////////////// ////////////////// 1,58 0,94 3,95 8,13 % per Penduduk Persentase Cacat Tingkat 2 Penderita Kusta Tabel 15 ////////////////// ////////////////// 11,59 % Angka Cacat Tingkat 2 Penderita Kusta Tabel 15 ////////////////// ////////////////// 0,46 % Angka Prevalensi Kusta Tabel 16 ////////////////// ////////////////// 0,55 per Penduduk Penderita Kusta PB Selesai Berobat (RFT PB) Tabel 17 ////////////////// ////////////////// Penderita Kusta MB Selesai Berobat (RFT MB) 28 Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi Tabel 17 ////////////////// ////////////////// AFP Rate (non polio) < 15 th Tabel 18 ////////////////// ////////////////// 2 % Jumlah Kasus Difteri Tabel Kasus Case Fatality Rate Difteri Tabel 19 ////////////////// ////////////////// 11,86 % Jumlah Kasus Pertusis Tabel Jumlah Kasus Tetanus (non neonatorum) Tabel Case Fatality Rate Tetanus (non neonatorum) Tabel 19 ////////////////// ////////////////// ,00

221 ANGKA/NILAI NO INDIKATOR TABEL KETERANGAN L P L + P Jumlah Kasus Tetanus Neonatorum Tabel Case Fatality Rate Tetanus Neonatorum Tabel 19 ////////////////// ////////////////// Jumlah Kasus Campak Tabel Case Fatality Rate Campak Tabel 20 ////////////////// ////////////////// 0,05 Jumlah Kasus Polio Tabel Jumlah Kasus Hepatitis B Tabel Incidence Rate DBD Tabel Case Fatality Rate DBD Tabel 21 0,74 0,83 0,83 31 Angka Kesakitan Malaria (Annual Parasit Tabel 22 Incidence) ////////////////// ////////////////// 4,87 32 Case Fatality Rate Malaria Tabel 22 ////////////////// ////////////////// 0 33 Angka Kesakitan Filariasis Tabel 23 ////////////////// ////////////////// 1,15 34 Persentase Hipertensi/tekanan darah tinggi Tabel 24 29,57 33,49 31,56 35 Persentase obesitas Tabel 25 ////////////////// ////////////////// 8,83 36 Persentase IVA positif pada perempuan usia Tabel 26 ////////////////// tahun 2 ////////////////// 37 % tumor/benjolan payudara pada perempuan Tabel 26 ////////////////// tahun 0,78 ////////////////// 38 Desa/Kelurahan terkena KLB ditangani < 24 jam Tabel 28 ////////////////// ////////////////// 285 C. UPAYA KESEHATAN C.1 Pelayanan Kesehatan 39 Kunjungan Ibu Hamil (K1) Tabel 29 ////////////////// Kunjungan Ibu Hamil (K4) Tabel 29 ////////////////// Persalinan ditolong Tenaga Kesehatan Tabel 29 ////////////////// Pelayanan Ibu Nifas Tabel 29 ////////////////// Ibu Nifas Mendapat Vitamin A Tabel 29 ////////////////// Ibu hamil dengan imunisasi TT2+ Tabel 30 ////////////////// Ibu Hamil Mendapat Tablet Fe3 Tabel 32 ////////////////// Penanganan komplikasi kebidanan Tabel 33 ////////////////// Penanganan komplikasi Neonatal Tabel 33 ////////////////// ////////////////// Peserta KB Baru Tabel 36 ////////////////// ////////////////// Peserta KB Aktif Tabel 36 ////////////////// ////////////////// Bayi baru lahir ditimbang Tabel 37 ////////////////// ////////////////// Berat Badan Bayi Lahir Rendah (BBLR) Tabel 37 ////////////////// ////////////////// Kunjungan Neonatus 1 (KN 1) Tabel 38 ////////////////// ////////////////// Kunjungan Neonatus 3 kali (KN Lengkap) Tabel 38 ////////////////// ////////////////// Bayi yang diberi ASI Eksklusif Tabel 39 ////////////////// ////////////////// Pelayanan kesehatan bayi Tabel 40 ////////////////// ////////////////// Desa/Kelurahan UCI Tabel 41 ////////////////// ////////////////// 5.394,00 57 Cakupan Imunisasi Campak Bayi Tabel 43 97,9 99,5 98,7 % 58 Imunisasi dasar lengkap pada bayi Tabel Bayi Mendapat Vitamin A Tabel 44 ////////////////// ////////////////// Anak Balita Mendapat Vitamin A Tabel 44 ////////////////// ////////////////// Baduta ditimbang Tabel 45 ////////////////// ////////////////// Baduta berat badan di bawah garis merah ////////////////// ////////////////// Tabel 45 (BGM) Pelayanan kesehatan anak balita Tabel 46 //////////////// ////////////////// Balita ditimbang (D/S) Tabel 47 ////////////////// ////////////////// Balita berat badan di bawah garis merah ////////////////// ////////////////// Tabel 47 (BGM) Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan Tabel 48 ////////////////// ////////////////// Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa SD Tabel 49 ////////////////// ////////////////// 102,31 % dan Setingkat 68 Rasio Tumpatan/Pencabutan Gigi Tetap Tabel 50 ////////////////// ////////////////// 1,04 69 SD/MI yang melakukan sikat gigi massal Tabel 51 ////////////////// ////////////////// SD/MI yang mendapat pelayanan gigi Tabel 51 ////////////////// ////////////////// Murid SD/MI Diperiksa (UKGS) Tabel 51 ////////////////// ////////////////// Murid SD/MI Perlu Perawatan (UKGS) Tabel 51 ////////////////// ////////////////// Siswa SD dan setingkat mendapat perawatan ////////////////// ////////////////// gigi dan mulut Tabel Pelayanan Kesehatan Usila (60 tahun +) Tabel 52 ////////////////// ////////////////// ,00 C.2 Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan Persentase 75 Peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Tabel 53 ////////////////// ////////////////// Cakupan Kunjungan Rawat Jalan Tabel 54 ////////////////// ////////////////// 90,56 77 Cakupan Kunjungan Rawat Inap Tabel 54 ////////////////// ////////////////// 6,25 78 Angka kematian kasar/gross Death Rate Tabel 55 2,4 (GDR) di RS ////////////////// ////////////////// 79 Angka kematian murni/nett Death Rate (NDR) Tabel 55 1,2 di RS ////////////////// ////////////////// 80 Bed Occupation Rate (BOR) di RS Tabel 56 ////////////////// ////////////////// 52,5 81 Bed Turn Over (BTO) di RS Tabel 56 ////////////////// ////////////////// 57,2 82 Turn of Interval (TOI) di RS Tabel 56 ////////////////// ////////////////// 3,0 83 Average Length of Stay (ALOS) di RS Tabel 56 ////////////////// ////////////////// 3,1

222 ANGKA/NILAI NO INDIKATOR TABEL KETERANGAN L P L + P C.3 Perilaku Hidup Masyarakat 87 Rumah Tangga ber-phbs Tabel 57 ////////////////// ////////////////// Rumah Tangga C.4 Keadaan Lingkungan 88 Persentase rumah sehat Tabel 58 ////////////////// ////////////////// 73,09 % 89 Penduduk yang memiliki akses air minum yang layak Tabel 59 ////////////////// ////////////////// Penyelenggara air minum memenuhi syarat kesehatan Tabel 60 ////////////////// ////////////////// Penduduk yg memiliki akses sanitasi layak (jamban sehat) Tabel 61 ////////////////// ////////////////// Desa STBM Tabel 62 ////////////////// ////////////////// Tempat-tempat umum memenuhi syarat Tabel 63 ////////////////// ////////////////// TPM memenuhi syarat higiene sanitasi Tabel 64 ////////////////// ////////////////// TPM tidak memenuhi syarat dibina Tabel 65 ////////////////// ////////////////// TPM memenuhi syarat diuji petik Tabel 65 ////////////////// ////////////////// D. SUMBERDAYA KESEHATAN D.1 Sarana Kesehatan 94 Jumlah Rumah Sakit Umum Tabel 67 ////////////////// ////////////////// Jumlah Rumah Sakit Khusus Tabel 67 ////////////////// ////////////////// Jumlah Puskesmas Rawat Inap Tabel 67 ////////////////// ////////////////// Jumlah Puskesmas non-rawat Inap Tabel 67 ////////////////// ////////////////// 821 Jumlah Puskesmas Keliling Tabel 67 ////////////////// ////////////////// Jumlah Puskesmas pembantu Tabel 67 ////////////////// ////////////////// Jumlah Apotek Tabel 67 ////////////////// ////////////////// RS dengan kemampuan pelayanan gadar level 1 Tabel 68 ////////////////// ////////////////// Jumlah Posyandu Tabel 69 ////////////////// ////////////////// Posyandu Aktif Tabel 69 ////////////////// ////////////////// Rasio posyandu per 100 balita Tabel 69 ////////////////// ////////////////// UKBM Poskesdes Tabel 70 ////////////////// ////////////////// Polindes Tabel 70 ////////////////// ////////////////// Posbindu Tabel 70 ////////////////// ////////////////// Jumlah Desa Siaga Tabel 71 ////////////////// ////////////////// Persentase Desa Siaga Tabel 71 ////////////////// ////////////////// 97,99 % D.2 Tenaga Kesehatan 106 Jumlah Dokter Spesialis Tabel Orang 107 Jumlah Dokter Umum Tabel Orang 108 Rasio Dokter (spesialis+umum) Tabel 72 ////////////////// ////////////////// Orang 109 Jumlah Dokter Gigi + Dokter Gigi Spesialis Tabel Orang 110 Rasio Dokter Gigi (termasuk Dokter Gigi ////////////////// ////////////////// Spesialis) Tabel 72 3, Jumlah Bidan Tabel 73 ////////////////// ////////////////// Orang 112 Rasio Bidan per penduduk Tabel 73 ////////////////// ////////////////// 33, Jumlah Perawat Tabel Orang 114 Rasio Perawat per penduduk Tabel 73 ////////////////// ////////////////// 55, Jumlah Perawat Gigi Tabel Orang 116 Jumlah Tenaga Kefarmasian Tabel Orang 117 Jumlah Tenaga Kesehatan Masyarakat Tabel Orang 118 Jumlah Tenaga Kesehatan Lingkungan Tabel Orang 119 Jumlah Tenaga Gizi Tabel 76 ////////////////// ////////////////// Orang D.3 Pembiayaan Kesehatan 120 Total Anggaran Kesehatan Tabel 81 ////////////////// ////////////////// Rupiah 121 APBD Kesehatan terhadap APBD Kab/Kota Tabel 81 ////////////////// ////////////////// 10,72 % 122 Anggaran Kesehatan Perkapita Tabel 81 ////////////////// ////////////////// ,46 Rupiah

223 TABEL 1 LUAS WILAYAH, JUMLAH DESA/KELURAHAN, JUMLAH PENDUDUK, JUMLAH RUMAH TANGGA, DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015 NO KABUPATEN/KOTA LUAS JUMLAH JUMLAH RATA-RATA KEPADATAN WILAYAH KECAMATAN JUMLAH DESA + RUMAH JIWA/RUMAH PENDUDUK DESA KELURAHAN PENDUDUK (km 2 ) KELURAHAN TANGGA TANGGA per km KAB. BOGOR 2.710, , KAB. SUKABUMI 4.145, , KAB. CIANJUR 3.840, , KAB. BANDUNG 1.767, , KAB. GARUT 3.074, , KAB. TASIKMALAYA 2.551, , KAB. CIAMIS 1.414, , KAB. KUNINGAN 1.110, , KAB. CIREBON 984, , KAB. MAJALENGKA 1.204, , KAB. SUMEDANG 1.518, , KAB. INDRAMAYU 2.040, , KAB. SUBANG 1.893, , KAB. PURWAKARTA 825, , KAB. KARAWANG 1.652, , KAB. BEKASI 1.224, , KAB. BANDUNG BARAT 1.305, , KAB. PANGANDARAN 1.010, , KOTA BOGOR 118, , KOTA SUKABUMI 48, , KOTA BANDUNG 167, , KOTA CIREBON 37, , KOTA BEKASI 206, , KOTA DEPOK 200, , KOTA CIMAHI 39, , KOTA TASIKMALAYA 171, , KOTA BANJAR 113, , JAWA BARAT , , Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat

224 TABEL 2 JUMLAH PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN DAN KELOMPOK UMUR PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015 NO KELOMPOK UMUR (TAHUN) JUMLAH PENDUDUK LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI+PEREMPUAN RASIO JENIS KELAMIN , , , , , , , , , , , , , , , ,99 JUMLAH ,83 ANGKA BEBAN TANGGUNGAN (DEPENDENCY RATIO) 48,39 Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat

225 TABEL 3 NO PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS YANG MELEK HURUF DAN IJAZAH TERTINGGI YANG DIPEROLEH MENURUT JENIS KELAMIN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015 LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI+ PEREMPUA LAKI-LAKI PEREMPUA PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS 2 3 PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS YANG MELEK HURUF PERSENTASE PENDIDIKAN TERTINGGI YANG DITAMATKAN: a. TIDAK MEMILIKI IJAZAH SD b. SD/MI c. SMP/ MTs d. SMA/ MA, SMK e. Diploma, S1, S2, S3 VARIABEL JUMLAH LAKI-LAKI+ PEREMPUA , , , , , , , PERSENTASE Sumber : Badan Pusat Statistik Jawa Barat

226 TABEL 4 NO KABUPATEN/KOTA HIDUP JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN, KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015 LAKI-LAKI MATI HIDUP + MATI PEREMPUAN KAB. BOGOR KAB. SUKABUMI KAB. CIANJUR KAB. BANDUNG KAB. GARUT KAB. TASIKMALAYA KAB. CIAMIS KAB. KUNINGAN KAB. CIREBON KAB. MAJALENGKA KAB. SUMEDANG KAB. INDRAMAYU KAB. SUBANG KAB. PURWAKARTA KAB. KARAWANG KAB. BEKASI KAB. BANDUNG BARAT KAB. PANGANDARAN KOTA BOGOR KOTA SUKABUMI KOTA BANDUNG KOTA CIREBON KOTA BEKASI KOTA DEPOK KOTA CIMAHI KOTA TASIKMALAYA KOTA BANJAR HIDUP JUMLAH KELAHIRAN MATI HIDUP + MATI LAKI-LAKI + PEREMPUAN HIDUP MATI HIDUP + MATI JAWA BARAT ANGKA LAHIR MATI PER KELAHIRAN (DILAPORKAN) 4,3 2,5 3,4 Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015

227 TABEL 5 NO KABUPATEN/KOTA JUMLAH KEMATIAN NEONATAL, BAYI, DAN BALITA MENURUT JENIS KELAMIN, KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015 NEONATAL JUMLAH KEMATIAN LAKI - LAKI PEREMPUAN LAKI - LAKI + PEREMPUAN BAYI ANAK BALITA BALITA NEONAT AL KAB. BOGOR KAB. SUKABUMI KAB. CIANJUR KAB. BANDUNG KAB. GARUT KAB. TASIKMALAYA KAB. CIAMIS KAB. KUNINGAN KAB. CIREBON KAB. MAJALENGKA KAB. SUMEDANG KAB. INDRAMAYU KAB. SUBANG KAB. PURWAKARTA KAB. KARAWANG KAB. BEKASI KAB. BANDUNG BARAT KAB. PANGANDARAN KOTA BOGOR KOTA SUKABUMI KOTA BANDUNG KOTA CIREBON KOTA BEKASI KOTA DEPOK KOTA CIMAHI KOTA TASIKMALAYA KOTA BANJAR BAYI ANAK BALITA BALITA NEONATA L BAYI ANAK BALITA BALITA JAWA BARAT ANGKA KEMATIAN (DILAPORKAN) 1,6 1,9 0,1 2,07 1,1 1,43 0,1 1,5 3,37 4,09 0,29 4,39 Sumber: Bidang Yankes DinKes Provinsi Jabar

228 TABEL 6 JUMLAH KEMATIAN IBU MENURUT KELOMPOK UMUR, KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015 NO KABUPATEN/KOTA JUMLAH LAHIR HIDUP < 20 tahun tahun 35 tahun JUMLAH < 20 tahun tahun KEMATIAN IBU JUMLAH KEMATIAN IBU HAMIL JUMLAH KEMATIAN IBU BERSALIN JUMLAH KEMATIAN IBU NIFAS JUMLAH KEMATIAN IBU 35 tahun JUMLAH < 20 tahun KAB. BOGOR KAB. SUKABUMI KAB. CIANJUR KAB. BANDUNG KAB. GARUT KAB. TASIKMALAYA KAB. CIAMIS KAB. KUNINGAN KAB. CIREBON KAB. MAJALENGKA KAB. SUMEDANG KAB. INDRAMAYU KAB. SUBANG KAB. PURWAKARTA KAB. KARAWANG KAB. BEKASI KAB. BANDUNG BARAT KAB. PANGANDARAN KOTA BOGOR KOTA SUKABUMI KOTA BANDUNG KOTA CIREBON KOTA BEKASI KOTA DEPOK KOTA CIMAHI KOTA TASIKMALAYA KOTA BANJAR tahun 35 tahun JUMLAH < 20 tahun tahun 35 tahun JUMLAH JAWA BARAT ANGKA KEMATIAN IBU (DILAPORKAN) 83,47 Sumber: Bidang Yankes DinKes Provinsi Jabar

229 TABEL 7 KASUS BARU TB BTA+, SELURUH KASUS TB, KASUS PADA TB PADA ANAK, DAN CASE NOTIFICATION RATE (CNR) PER PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN, KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015 NO KABUPATEN/KOTA KASUS TB JUMLAH KASUS BARU BTA+ JUMLAH SELURUH KASUS TB JUMLAH PENDUDUK ANAK 0-14 L P L P L+P L+P TAHUN L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % KAB. BOGOR , , , , ,24 2 KAB. SUKABUMI , , , , ,12 3 KAB. CIANJUR , , , , ,68 4 KAB. BANDUNG ,86 5 KAB. GARUT , , , , ,07 6 KAB. TASIKMALAYA , , ,7 7 KAB. CIAMIS , , , , ,96 8 KAB. KUNINGAN , , , , ,48 9 KAB. CIREBON , , , , ,34 10 KAB. MAJALENGKA , , , , ,54 11 KAB. SUMEDANG , , , , ,43 12 KAB. INDRAMAYU , , , , ,45 13 KAB. SUBANG , , , , ,19 14 KAB. PURWAKARTA , , , , ,04 15 KAB. KARAWANG , , , , ,54 16 KAB. BEKASI , , , , ,66 17 KAB. BANDUNG BARAT , , , , ,90 18 KAB. PANGANDARAN , , , , ,72 19 KOTA BOGOR , , , , ,24 20 KOTA SUKABUMI , , , , ,19 21 KOTA BANDUNG ,91 22 KOTA CIREBON , , , , ,02 23 KOTA BEKASI , , , , ,63 24 KOTA DEPOK , , , , ,16 25 KOTA CIMAHI , , , , ,91 26 KOTA TASIKMALAYA , , , , ,37 27 KOTA BANJAR , , , , ,50 JUMLAH (KAB/KOTA) CNR KASUS BARU BTA+ PER PENDUDUK 33,58 23,45 65,73 CNR SELURUH KASUS TB PER PENDUDUK 57,61 43,85 127,27 Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015

230 TABEL 8 JUMLAH KASUS DAN ANGKA PENEMUAN KASUS TB PARU BTA+ MENURUT JENIS KELAMIN, KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015 NO KABUPATEN/KOTA SUSPEK BTA (+) TB PARU % BTA (+) TERHADAP SUSPEK L P L + P L P L + P L P L + P KAB. BOGOR ,70 2 KAB. SUKABUMI ,29 3 KAB. CIANJUR ,59 4 KAB. BANDUNG ,73 5 KAB. GARUT ,97 6 KAB. TASIKMALAYA ,33 493,95 10,90 7 KAB. CIAMIS ,15 8 KAB. KUNINGAN ,46 8,77 10,20 9 KAB. CIREBON ,34 10 KAB. MAJALENGKA ,20 6,58 8,89 11 KAB. SUMEDANG '- 9,60 12 KAB. INDRAMAYU ,69 13 KAB. SUBANG ,14 8,13 9,14 14 KAB. PURWAKARTA ,32 15 KAB. KARAWANG ,79 16 KAB. BEKASI ,49 11,02 14,52 17 KAB. BANDUNG BARAT ,58 0,59 0,58 18 KAB. PANGANDARAN ,06 6,53 8,11 19 KOTA BOGOR ,65 10,90 12,75 20 KOTA SUKABUMI ,49 7,86 9,62 21 KOTA BANDUNG ,53 22 KOTA CIREBON ,74 7,08 8,03 23 KOTA BEKASI ,52 24 KOTA DEPOK ,74 12,29 11,97 25 KOTA CIMAHI ,02 8,81 7,80 26 KOTA TASIKMALAYA ,53 27 KOTA BANJAR ,55 11,29 17,37 JAWA BARAT ,80 8,58 7,32 Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015

231 TABEL 9 ANGKA KESEMBUHAN DAN PENGOBATAN LENGKAP TB PARU BTA+ SERTA KEBERHASILAN PENGOBATAN MENURUT JENIS KELAMIN, KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015 NO KABUPATEN/KOTA BTA (+) DIOBATI ANGKA KESEMBUHAN (CURE RATE) ANGKA PENGOBATAN LENGKAP (COMPLETE RATE) L P L + P L P L + P ANGKA KEBERHASILAN PENGOBATAN (SUCCESS RATE/SR) JUMLAH KEMATIAN SELAMA PENGOBATAN L P L + P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % L P L+P L P L+P KAB. BOGOR ,00 0 0, ,28 0 0,00 0 0, ,36 0,00 0,00 93, KAB. SUKABUMI ,00 0, ,37 0,00 0, ,41 0,00 0,00 87, KAB. CIANJUR , ,18 0,00 0,00 90, KAB. BANDUNG #DIV/0! #DIV/0! ,16 #DIV/0! #DIV/0! 55 2,56 #DIV/0! #DIV/0! 97, KAB. GARUT , , , , , ,98 89,32 97,36 92, KAB. TASIKMALAYA , , , , , ,56 94,63 94,21 94, KAB. CIAMIS #DIV/0! #DIV/0! ,37 #DIV/0! #DIV/0! 9 0,76 #DIV/0! #DIV/0! 95, KAB. KUNINGAN , , , , , ,82 92,32 93,55 92, KAB. CIREBON ,00 0, ,06 0,00 0, ,49 0,00 0,00 93, KAB. MAJALENGKA , , ,28 0 0,00 1 0,16 1 0,07 96,82 98,06 97, KAB. SUMEDANG #DIV/0! 0 #DIV/0! ,96 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 49 8,67 #DIV/0! #DIV/0! 96, KAB. INDRAMAYU ,00 0, ,48 0,00 0,00 9 1,08 0,00 0,00 92, KAB. SUBANG , , , , , ,12 95,98 93,67 94, KAB. PURWAKARTA ,00 0 0, ,00 0 0,00 0 0, ,33 0,00 0,00 93, KAB. KARAWANG #DIV/0! 0 #DIV/0! ,09 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! ,15 #DIV/0! #DIV/0! 96, KAB. BEKASI , , , , , , KAB. BANDUNG BARAT ,00 0 0, ,18 0 0,00 0 0, ,76 0,00 0,00 91, KAB. PANGANDARAN , , , , , ,43 104,23 115,24 94, KOTA BOGOR , , , , , ,38 53,90 47,58 51, KOTA SUKABUMI , , ,70 3 1,78 4 3,33 7 2,42 85,21 85,00 85, KOTA BANDUNG #DIV/0! #DIV/0! ,75 #DIV/0! #DIV/0! ,83 #DIV/0! #DIV/0! 66, KOTA CIREBON , , , ,69 4 2, ,72 76,53 83,89 79, KOTA BEKASI ,00 0 0, ,46 0 0,00 0 0, ,52 0,00 0,00 85, KOTA DEPOK , , , , , ,18 97,77 97,59 97, KOTA CIMAHI ,00 0 0, ,10 0 0,00 0 0,00 7 2,11 0,00 0,00 88, KOTA TASIKMALAYA ,00 0, ,98 0,00 0, ,63 0,00 0,00 78, KOTA BANJAR , , ,59 5 5, , , JAWA BARAT , , , , , ,54 44,86 43,47 89, ANGKA KEMATIAN SELAMA PENGOBATAN PER PENDUDUK 0,2 0,1 0,9 Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015

232 TABEL 10 NO KABUPATEN/KOTA PENEMUAN KASUS PNEUMONIA BALITA MENURUT JENIS KELAMIN, KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015 JUMLAH BALITA JUMLAH PERKIRAAN PENDERITA L P L+P L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % KAB. BOGOR , , ,0 2 KAB. SUKABUMI , , ,7 3 KAB. CIANJUR , , ,1 4 KAB. BANDUNG ,0 0, ,2 5 KAB. GARUT , , ,8 6 KAB. TASIKMALAYA , , ,9 7 KAB. CIAMIS , , ,5 8 KAB. KUNINGAN , , ,4 9 KAB. CIREBON , , ,3 10 KAB. MAJALENGKA , , ,9 11 KAB. SUMEDANG , , ,5 12 KAB. INDRAMAYU , , ,5 13 KAB. SUBANG , , ,2 14 KAB. PURWAKARTA , , ,9 15 KAB. KARAWANG , , ,6 16 KAB. BEKASI , , ,6 17 KAB. BANDUNG BARAT ,0 0, ,1 18 KAB. PANGANDARAN , , ,3 19 KOTA BOGOR , , ,7 20 KOTA SUKABUMI , , ,8 21 KOTA BANDUNG , , ,8 PNEUMONIA PADA BALITA PENDERITA DITEMUKAN DAN DITANGANI L P L + P 22 KOTA CIREBON , , ,0 23 KOTA BEKASI , , ,7 24 KOTA DEPOK , , ,6 25 KOTA CIMAHI , , ,4 26 KOTA TASIKMALAYA , , ,9 27 KOTA BANJAR , , ,1 JAWA BARAT , , ,2 Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015

233 TABEL 11 JUMLAH KASUS HIV, AIDS, DAN SYPHILIS MENURUT JENIS KELAMIN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015 NO KELOMPOK UMUR L P L+P PROPORSI KELOMPOK UMUR L P L+P PROPORSI KELOMPOK UMUR L P L+P L P L+P TAHUN , , TAHUN ,59 9 1, TAHUN ,50 8 1, TAHUN , , TAHUN , , TAHUN , ,04 7 Tidak Diketahui 12 2 JAWA BARAT PROPORSI JENIS KELAMIN 58,43 41,57 0,00 0,00 Sumber: Bidang PPLP DinKes Provinsi Jabar H I V AIDS JUMLAH KEMATIAN AKIBAT AIDS SYPHILIS PROPORSI KELOMPOK UMUR

234 TABEL 12 PERSENTASE DONOR DARAH DISKRINING TERHADAP HIV MENURUT JENIS KELAMIN, KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015 DONOR DARAH NO UNIT TRANSFUSI DARAH SAMPEL DARAH DIPERIKSA/DISKRINING TERHADAP JUMLAH PENDONOR HIV POSITIF HIV L P L + P L P L + P L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % KAB. BOGOR , , , , , ,67 2 KAB. SUKABUMI KAB. CIANJUR KAB. BANDUNG KAB. GARUT KAB. TASIKMALAYA KAB. CIAMIS ,00 1 0,01 3 0,04 4 0,05 8 KAB. KUNINGAN , ,19 3 0, ,24 9 KAB. CIREBON , , , ,27 2 0, ,29 10 KAB. MAJALENGKA , , , ,14 3 0, ,16 11 KAB. SUMEDANG KAB. INDRAMAYU , , , ,48 4 0, ,56 13 KAB. SUBANG , ,11 14 KAB. PURWAKARTA , , , ,39 5 0, ,39 15 KAB. KARAWANG KAB. BEKASI KAB. BANDUNG BARAT , , ,23 5 0,21 1 0,06 6 0,15 18 KAB. PANGANDARAN KOTA BOGOR , , , ,00 2 0, ,87 20 KOTA SUKABUMI KOTA BANDUNG KOTA CIREBON , , , ,13 5 0, ,12 23 KOTA BEKASI , , , , , ,50 24 KOTA DEPOK , , , , , ,34 25 KOTA CIMAHI , , , ,36 7 0, ,33 26 KOTA TASIKMALAYA KOTA BANJAR JAWA BARAT , , , , ,33 Sumber: Bidang PPLP DinKes Provinsi Jabar

235 TABEL 13 NO KABUPATEN/KOTA DIARE JUMLAH PENDUDUK DIARE DITANGANI JUMLAH TARGET PENEMUAN L P L + P L P L+P L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % KAB. BOGOR ,96 2 KAB. SUKABUMI ,60 3 KAB. CIANJUR ,77 4 KAB. BANDUNG ,42 5 KAB. GARUT ,72 6 KAB. TASIKMALAYA ,87 7 KAB. CIAMIS ,99 8 KAB. KUNINGAN ,65 9 KAB. CIREBON ,24 10 KAB. MAJALENGKA ,99 11 KAB. SUMEDANG ,09 12 KAB. INDRAMAYU ,93 13 KAB. SUBANG ,02 14 KAB. PURWAKARTA ,46 15 KAB. KARAWANG ,37 16 KAB. BEKASI ,92 17 KAB. BANDUNG BARAT ,60 18 KAB. PANGANDARAN ,43 19 KOTA BOGOR ,14 20 KOTA SUKABUMI ,31 21 KOTA BANDUNG ,31 22 KOTA CIREBON ,59 23 KOTA BEKASI ,32 24 KOTA DEPOK ,18 25 KOTA CIMAHI ,51 26 KOTA TASIKMALAYA ,31 27 KOTA BANJAR ,19 JAWA BARAT , , ,20 ANGKA KESAKITAN DIARE PER PENDUDUK KASUS DIARE YANG DITANGANI MENURUT JENIS KELAMIN, KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015 Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun , ,96

236 TABEL 14 NO KABUPATEN/KOTA JUMLAH KASUS BARU KUSTA MENURUT JENIS KELAMIN, KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015 KASUS BARU Pausi Basiler (PB)/ Kusta Kering Multi Basiler (MB)/ Kusta Basah PB + MB L P L+P L P L+P L P L+P KAB. BOGOR KAB. SUKABUMI KAB. CIANJUR KAB. BANDUNG KAB. GARUT KAB. TASIKMALAYA KAB. CIAMIS KAB. KUNINGAN KAB. CIREBON KAB. MAJALENGKA KAB. SUMEDANG KAB. INDRAMAYU KAB. SUBANG KAB. PURWAKARTA KAB. KARAWANG KAB. BEKASI KAB. BANDUNG BARAT KAB. PANGANDARAN KOTA BOGOR KOTA SUKABUMI KOTA BANDUNG KOTA CIREBON KOTA BEKASI KOTA DEPOK KOTA CIMAHI KOTA TASIKMALAYA KOTA BANJAR JAWA BARAT PROPORSI JENIS KELAMIN 39,66 31,28 40,13 23,10 40,09 23,89 ANGKA PENEMUAN KASUS BARU (NCDR/NEW CASE DETECTION RATE ) PER PENDUDUK 1,58 0,94 3,95 Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015

237 TABEL 15 KASUS BARU KUSTA 0-14 TAHUN DAN CACAT TINGKAT 2 MENURUT JENIS KELAMIN, KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015 NO KABUPATEN/KOTA PENDERITA KUSTA PENDERITA KUSTA 0-14 TAHUN CACAT TINGKAT 2 L+P JUMLAH % JUMLAH % KAB. BOGOR , ,68 2 KAB. SUKABUMI , ,27 3 KAB. CIANJUR ,00 4 KAB. BANDUNG ,69 1 7,69 5 KAB. GARUT , ,08 6 KAB. TASIKMALAYA , ,77 7 KAB. CIAMIS 17-0,00 0 0,00 8 KAB. KUNINGAN , ,02 9 KAB. CIREBON , ,01 10 KAB. MAJALENGKA , ,00 11 KAB. SUMEDANG 21-0, ,05 12 KAB. INDRAMAYU , ,18 13 KAB. SUBANG , ,11 14 KAB. PURWAKARTA ,57 0 0,00 15 KAB. KARAWANG 188-0,00 1 0,53 16 KAB. BEKASI , ,89 17 KAB. BANDUNG BARAT 8-0,00 0 0,00 18 KAB. PANGANDARAN 3-0,00 0 0,00 19 KOTA BOGOR 16-0, ,75 20 KOTA SUKABUMI 1-0,00 0 0,00 21 KOTA BANDUNG 7-0,00 0 0,00 22 KOTA CIREBON , ,76 23 KOTA BEKASI , ,24 24 KOTA DEPOK , ,04 25 KOTA CIMAHI 1-0,00 0 0,00 26 KOTA TASIKMALAYA - - 0,00 0 0,00 27 KOTA BANJAR 5-0,00 0 0,00 JAWA BARAT ANGKA CACAT TINGKAT 2 PER PENDUDUK , ,59 0 Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015

238 TABEL 16 NO JUMLAH KASUS DAN ANGKA PREVALENSI PENYAKIT KUSTA MENURUT TIPE/JENIS, JENIS KELAMIN, KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015 KABUPATEN/KOTA KASUS TERCATAT Pausi Basiler/Kusta kering Multi Basiler/Kusta Basah JUMLAH L P L+P L P L+P L P L+P KAB. BOGOR KAB. SUKABUMI KAB. CIANJUR KAB. BANDUNG KAB. GARUT KAB. TASIKMALAYA KAB. CIAMIS KAB. KUNINGAN KAB. CIREBON KAB. MAJALENGKA KAB. SUMEDANG KAB. INDRAMAYU KAB. SUBANG KAB. PURWAKARTA KAB. KARAWANG KAB. BEKASI KAB. BANDUNG BARAT KAB. PANGANDARAN KOTA BOGOR KOTA SUKABUMI KOTA BANDUNG KOTA CIREBON KOTA BEKASI KOTA DEPOK KOTA CIMAHI KOTA TASIKMALAYA KOTA BANJAR JAWA BARAT ANGKA PREVALENSI PER PENDUDUK 0,1 0,1 0,48 Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015

239 TABEL 17 PERSENTASE PENDERITA KUSTA SELESAI BEROBAT (RELEASE FROM TREATMENT/RFT) MENURUT JENIS KELAMIN, KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015 NO KABUPATEN/KOTA PENDERITA PB a KUSTA (PB) RFT PB L P L + P PENDERITA MB L P L + P L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % KAB. BOGOR KAB. SUKABUMI KAB. CIANJUR KAB. BANDUNG KAB. GARUT KAB. TASIKMALAYA KAB. CIAMIS KAB. KUNINGAN KAB. CIREBON KAB. MAJALENGKA KAB. SUMEDANG KAB. INDRAMAYU KAB. SUBANG KAB. PURWAKARTA KAB. KARAWANG KAB. BEKASI KAB. BANDUNG BARAT KAB. PANGANDARAN KOTA BOGOR KOTA SUKABUMI KOTA BANDUNG KOTA CIREBON KOTA BEKASI KOTA DEPOK KOTA CIMAHI KOTA TASIKMALAYA KOTA BANJAR KUSTA (MB) JAWA BARAT , , RFT MB Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015

240 TABEL 18 JUMLAH KASUS AFP (NON POLIO) MENURUT KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015 NO KABUPATEN/KOTA JUMLAH PENDUDUK <15 TAHUN JUMLAH KASUS AFP (NON POLIO) KAB. BOGOR KAB. SUKABUMI KAB. CIANJUR KAB. BANDUNG KAB. GARUT KAB. TASIKMALAYA KAB. CIAMIS KAB. KUNINGAN KAB. CIREBON KAB. MAJALENGKA KAB. SUMEDANG KAB. INDRAMAYU KAB. SUBANG KAB. PURWAKARTA KAB. KARAWANG KAB. BEKASI KAB. BANDUNG BARAT KAB. PANGANDARAN KOTA BOGOR KOTA SUKABUMI KOTA BANDUNG KOTA CIREBON KOTA BEKASI KOTA DEPOK KOTA CIMAHI KOTA TASIKMALAYA KOTA BANJAR JAWA BARAT AFP RATE (NON POLIO) PER PENDUDUK USIA < 15 TAHUN 2,17 Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015

241 TABEL 19 JUMLAH KASUS PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI (PD3I) MENURUT JENIS KELAMIN, KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015 JUMLAH KASUS PD3I DIFTERI TETANUS (NON NEONATORUM) TETANUS NEONATORUM NO KABUPATEN/KOTA PERTUSIS JUMLAH KASUS JUMLAH KASUS MENINGGA JUMLAH KASUS MENINGGA MENINGGAL L P L+P L P L+P L P L+P L L P L+P L KAB. BOGOR KAB. SUKABUMI KAB. CIANJUR KAB. BANDUNG KAB. GARUT KAB. TASIKMALAYA KAB. CIAMIS KAB. KUNINGAN KAB. CIREBON KAB. MAJALENGKA KAB. SUMEDANG KAB. INDRAMAYU KAB. SUBANG KAB. PURWAKARTA KAB. KARAWANG KAB. BEKASI KAB. BANDUNG BARAT KAB. PANGANDARAN KOTA BOGOR KOTA SUKABUMI KOTA BANDUNG KOTA CIREBON KOTA BEKASI KOTA DEPOK KOTA CIMAHI KOTA TASIKMALAYA KOTA BANJAR JAWA BARAT CASE FATALITY RATE (%) ,86 0,00 60,00 Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota ,27273

242 TABEL 20 JUMLAH KASUS PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI (PD3I) MENURUT JENIS KELAMIN, KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015 JUMLAH KASUS PD3I CAMPAK NO KABUPATEN/KOTA POLIO HEPATITIS B JUMLAH KASUS MENINGGAL L P L+P L P L+P L P L+P KAB. BOGOR KAB. SUKABUMI KAB. CIANJUR KAB. BANDUNG KAB. GARUT KAB. TASIKMALAYA KAB. CIAMIS KAB. KUNINGAN KAB. CIREBON KAB. MAJALENGKA KAB. SUMEDANG KAB. INDRAMAYU KAB. SUBANG KAB. PURWAKARTA KAB. KARAWANG KAB. BEKASI KAB. BANDUNG BARAT KAB. PANGANDARAN KOTA BOGOR KOTA SUKABUMI KOTA BANDUNG KOTA CIREBON KOTA BEKASI KOTA DEPOK KOTA CIMAHI KOTA TASIKMALAYA KOTA BANJAR JAWA BARAT CASE FATALITY RATE (%) 0,05 Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015

243 TABEL 21 NO JUMLAH KASUS DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) MENURUT JENIS KELAMIN, KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015 KABUPATEN/KOTA L P L+P L P L+P L P L+P KAB. BOGOR ,9 2 KAB. SUKABUMI ,7 0,5181 0,6 3 KAB. CIANJUR ,3 0,4386 0,5 4 KAB. BANDUNG ,0-0,4 5 KAB. GARUT ,0-0,0 6 KAB. TASIKMALAYA ,0-0,0 7 KAB. CIAMIS ,3 8 KAB. KUNINGAN ,6-0,3 9 KAB. CIREBON ,9 3,8786 3,4 10 KAB. MAJALENGKA ,6 0,7576 0,7 11 KAB. SUMEDANG ,9-0,0 12 KAB. INDRAMAYU ,9 6,3694 5,1 13 KAB. SUBANG ,9 18,7500 0,7 14 KAB. PURWAKARTA ,0-0,0 15 KAB. KARAWANG ,7 0,7435 0,7 16 KAB. BEKASI ,6 0,8197 0,7 17 KAB. BANDUNG BARAT ,2-0,1 18 KAB. PANGANDARAN ,0-0,0 19 KOTA BOGOR ,9 0,5703 0,7 20 KOTA SUKABUMI ,8 0,7614 0,8 21 KOTA BANDUNG ,2 0,1650 0,2 22 KOTA CIREBON ,1 1,0870 2,3 23 KOTA BEKASI ,6 1,7544 1,1 24 KOTA DEPOK ,2 0,1179 0,2 25 KOTA CIMAHI ,5 0,7833 0,6 26 KOTA TASIKMALAYA ,5 0,7595 0,6 27 KOTA BANJAR ,8-1,3 JAWA BARAT ,74 0,91 0,83 INCIDENCE RATE PER PENDUDUK Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun ,3 DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) JUMLAH KASUS MENINGGAL CFR (%)

244 TABEL 22 KESAKITAN DAN KEMATIAN AKIBAT MALARIA MENURUT JENIS KELAMIN, KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015 MALARIA SEDIAAN DARAH DIPERIKSA NO KABUPATEN/KOTA SUSPEK MENINGGAL CFR POSITIF L P L+P L P L+P L % P % L+P % L P L+P L P L+P KAB. BOGOR #DIV/0! - #DIV/0! - #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! 2 KAB. SUKABUMI , , ,00 0,00 0,00 3 KAB. CIANJUR ,00 0,00 0,00 4 KAB. BANDUNG #DIV/0! - #DIV/0! - #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! 5 KAB. GARUT , , ,00 0,00 0,00 6 KAB. TASIKMALAYA ,52 - #DIV/0! , ,00 #DIV/0! 0,00 7 KAB. CIAMIS , , ,00 #DIV/0! 0,00 8 KAB. KUNINGAN #DIV/0! - #DIV/0! - #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! 9 KAB. CIREBON #DIV/0! - #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! 10 KAB. MAJALENGKA #DIV/0! - #DIV/0! - #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! 11 KAB. SUMEDANG #DIV/0! - #DIV/0! - #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! 12 KAB. INDRAMAYU #DIV/0! - #DIV/0! - #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! 13 KAB. SUBANG , , ,00 0,00 0,00 14 KAB. PURWAKARTA ,00 - #DIV/0! 1 100, ,00 #DIV/0! 0,00 15 KAB. KARAWANG #DIV/0! - #DIV/0! - #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! 16 KAB. BEKASI #DIV/0! - #DIV/0! - #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! 17 KAB. BANDUNG BARAT #DIV/0! - #DIV/0! - #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! 18 KAB. PANGANDARAN #DIV/0! 2 #DIV/0! 15 #DIV/0! ,00 0,00 0,00 19 KOTA BOGOR 1 1 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! 20 KOTA SUKABUMI ,00 - #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! 21 KOTA BANDUNG #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! 22 KOTA CIREBON #DIV/0! #DIV/0! - #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! 23 KOTA BEKASI , , ,00 0,00 0,00 24 KOTA DEPOK #DIV/0! - #DIV/0! - #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! 25 KOTA CIMAHI ,00 - #DIV/0! 8 100, ,00 #DIV/0! 0,00 26 KOTA TASIKMALAYA ,00 - #DIV/0! 4 100, ,00 #DIV/0! 0,00 27 KOTA BANJAR #DIV/0! #DIV/0! - #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! JAWA BARAT , , ,00 0,00 0,00 JUMLAH PENDUDUK BERISIKO ANGKA KESAKITAN (ANNUAL PARASITE INCIDENCE ) PER PENDUDUK BERISIKO Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015

245 TABEL 23 PENDERITA FILARIASIS DITANGANI MENURUT JENIS KELAMIN, KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015 PENDERITA FILARIASIS NO KABUPATEN/KOTA KASUS BARU DITEMUKAN JUMLAH SELURUH KASUS L P L+P L P L+P KAB. BOGOR KAB. SUKABUMI KAB. CIANJUR KAB. BANDUNG KAB. GARUT KAB. TASIKMALAYA KAB. CIAMIS KAB. KUNINGAN KAB. CIREBON KAB. MAJALENGKA KAB. SUMEDANG KAB. INDRAMAYU KAB. SUBANG KAB. PURWAKARTA KAB. KARAWANG KAB. BEKASI KAB. BANDUNG BARAT KAB. PANGANDARAN KOTA BOGOR KOTA SUKABUMI KOTA BANDUNG KOTA CIREBON KOTA BEKASI KOTA DEPOK KOTA CIMAHI KOTA TASIKMALAYA KOTA BANJAR JAWA BARAT ANGKA KESAKITAN PER PENDUDUK (KAB/KOTA) 0,82 1,0 1,08 Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015

246 TABEL 24 PENGUKURAN TEKANAN DARAH PENDUDUK 18 TAHUN MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015 NO KAB/KOTA JUMLAH PENDUDUK 18 TAHUN DILAKUKAN PENGUKURAN TEKANAN DARAH LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI + PEREMPUAN JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % KAB. BOGOR , KAB. SUKABUMI ,00 3 KAB. CIANJUR , , , KAB. BANDUNG ,00 0, KAB. GARUT , , , KAB. TASIKMALAYA , , , KAB. CIAMIS , , KAB. KUNINGAN , , KAB. CIREBON , , KAB. MAJALENGKA , , KAB. SUMEDANG ,00 0,00 12 KAB. INDRAMAYU , , KAB. SUBANG ,00 0,00 HIPERTENSI/TEKANAN DARAH TINGGI LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI + PEREMPUAN LAKI-LAKI PEREMPUAN 14 KAB. PURWAKARTA , , KAB. KARAWANG , , KAB. BEKASI KAB. BANDUNG BARAT KAB. PANGANDARAN , , KOTA BOGOR , , KOTA SUKABUMI , , LAKI-LAKI + PEREMPUAN 21 KOTA BANDUNG , , KOTA CIREBON , , KOTA BEKASI , , KOTA DEPOK , , KOTA CIMAHI , , KOTA TASIKMALAYA , , KOTA BANJAR JAWA BARAT , , , , , ,56 Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015

247 TABEL 25 PEMERIKSAAN OBESITAS MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS DESA DAN KELURAHAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015 NO KAB/KOTA JUMLAH PENGUNJUNG PUSKESMAS DAN JARINGANNYA BERUSIA 15 TAHUN LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI + PEREMPUAN DILAKUKAN PEMERIKSAAN OBESITAS LAKI-LAKI + PEREMPUAN JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % KAB. BOGOR , KAB. SUKABUMI KAB. CIANJUR KAB. BANDUNG KAB. GARUT KAB. TASIKMALAYA KAB. CIAMIS KAB. KUNINGAN , , , , , ,65 9 KAB. CIREBON ,00 0, , ,01 10 KAB. MAJALENGKA , , , , , ,0 11 KAB. SUMEDANG KAB. INDRAMAYU KAB. SUBANG KAB. PURWAKARTA , , , , , ,01 15 KAB. KARAWANG , , , , , ,97 16 KAB. BEKASI KAB. BANDUNG BARAT KAB. PANGANDARAN KOTA BOGOR KOTA SUKABUMI , , , , ,23 21 KOTA BANDUNG KOTA CIREBON , , , , ,24 23 KOTA BEKASI , , , , , ,02 24 KOTA DEPOK , , , , , ,14 25 KOTA CIMAHI ,00 0, , ,86 26 KOTA TASIKMALAYA , KOTA BANJAR OBESITAS LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI + PEREMPUAN LAKI-LAKI PEREMPUAN JAWA BARAT , , , , , ,83 Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015

248 TABEL 26 CAKUPAN DETEKSI DINI KANKER LEHER RAHIM DENGAN METODE IVA DAN KANKER PAYUDARA DENGAN PEMERIKSAAN KLINIS (CBE) MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015 NO KECAMATAN PEREMPUAN USIA TAHUN PEMERIKSAAN LEHER RAHIM DAN PAYUDARA IVA POSITIF TUMOR/BENJOLAN JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % KAB. BOGOR ,00 0 0,00 0 0,00 2 KAB. SUKABUMI , KAB. CIANJUR , KAB. BANDUNG , KAB. GARUT , KAB. TASIKMALAYA , KAB. CIAMIS , KAB. KUNINGAN , KAB. CIREBON , , ,12 10 KAB. MAJALENGKA , , ,22 11 KAB. SUMEDANG , KAB. INDRAMAYU ,07 0 0,00 0 0,00 13 KAB. SUBANG , KAB. PURWAKARTA , , ,27 15 KAB. KARAWANG , , ,69 16 KAB. BEKASI , KAB. BANDUNG BARAT , KAB. PANGANDARAN ,19 0,00 1 0,83 19 KOTA BOGOR , , ,14 20 KOTA SUKABUMI , ,11 2 0,45 21 KOTA BANDUNG , KOTA CIREBON , KOTA BEKASI , , ,97 24 KOTA DEPOK , ,39 2 0,06 25 KOTA CIMAHI ,21 0 0,00 0 0,00 26 KOTA TASIKMALAYA ,08 0 0,00 0 0,00 27 KOTA BANJAR , JAWA BARAT , ,78 Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015

249 TABEL 27 JUMLAH PENDERITA DAN KEMATIAN PADA KLB MENURUT JENIS KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015 NO KABUPATEN /KOTA JENIS KEJADIAN LUAR BIASA JUMLAH KEC YANG TERSERANG JUMLAH DESA/KEL KALI KEJADIAN JUMLAH PENDERITA KELOMPOK UMUR PENDERITA JUMLAH KEMATIAN L P L+P 0-7 HARI 8-28 HARI 1-11 BLN 1-4 THN 5-9 THN THN THN THN THN THN THN 70+ THN L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P KAB. BOGOR Keracunan Makanan #DIV/0! #DIV/0! 22,71 Suspek AI #DIV/0! #DIV/0! 5, Suspek Difteri #DIV/0! #DIV/0! 2,13 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! Hepatitis A #DIV/0! #DIV/0! 2,58 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! 2 KAB. SUKABUMI CAMPAK #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! CHIKUNGUNYA #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! DBD #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! DIFTERI #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! RABIES #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! GIZI BURUK #DIV/0! #DIV/0! KERACUNAN MAKANAN #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! Suspect MERS.COP #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! 3 KAB. CIANJUR Keracunan Makanan ,23 72,97 76, Chikungunya #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! 4 KAB. BANDUNG CAMPAK ,19 3,21 2,75 Suspect EBOLA ,63-1,19 DIFTERI ,11 0,02 0,06 KERACUNAN PANGAN ,38 32,42 26, Suspect FLU BURUNG ,76-2,22 PERTUSIS ,00-16,67 DIARE ,12 22,11 24, Suspect MERS CoV ,48-5 KAB. GARUT Keracunan Makanan ,15 2,77 1, Campak ,41 0,47 0,44 Campak (Rubella) ,69 0,89 0,62 Chikungunya #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! 6 KAB. TASIKMALAYA Difteri ,50 0,55 0,52 Campak ,92 3,82 3,36 Chikungunya ,13 6,98 7,47 Keracunan Makanan ,10 4,88 4,49 Hepatitis ,54 4,66 5,43 Diare ,56 3,21 4,21 7 KAB. CIAMIS DBD #DIV/0! #DIV/0! 0,04 CAMPAK #DIV/0! #DIV/0! 0,03 DIFTERI #DIV/0! #DIV/0! 0,00 HEPATITIS A #DIV/0! #DIV/0! 0,23 CHIKUNGUNYA #DIV/0! #DIV/0! 0,02 JUMLAH PENDUDUK TERANCAM ATTACK RATE (%) CFR (%) 8 KAB. KUNINGAN DBD/DSS ,27 0,09 0,16 KERACUNAN MAKANAN ,00 116,67 105,26 AFP #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! 9 KAB. CIREBON #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! 10 KAB. MAJALENGKA Tetanus Neonatirium ,00 50,00 DBD Filariasis #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! Chikungunya #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! Kematian Balita karena Diare #DIV/0! 100,00 100,00 Campak #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! Rubella #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! Keracunan Makanan #DIV/0! #DIV/0! - HFMD #DIV/0! #DIV/0! 16,67

250 NO KABUPATEN /KOTA JENIS KEJADIAN LUAR BIASA JUMLAH KEC YANG TERSERANG JUMLAH DESA/KEL KALI KEJADIAN JUMLAH PENDERITA KELOMPOK UMUR PENDERITA JUMLAH KEMATIAN L P L+P 0-7 HARI 8-28 HARI 1-11 BLN 1-4 THN 5-9 THN THN THN THN THN THN THN 70+ THN JUMLAH PENDUDUK TERANCAM ATTACK RATE (%) CFR (%) L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P KAB. SUMEDANG Keracunan makanan #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! Rubella #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! 12 KAB. INDRAMAYU Keracunan Makanan ,23 57,14 39,00 13 KAB.SUBANG Chikungunya ,37 Keracunan Makanan ,00 Difteri ,03 14 KAB. PURWAKARTA Difteri ,30 1,01 1,14 Keracunan Makanan ,55 78,13 72,09 Chikungunya ,44 16,48 17,79 15 KAB. KARAWANG Keracunan Pangan #DIV/0! #DIV/0! 3,10 Difteri #DIV/0! #DIV/0! 0,14 Hepatitis A #DIV/0! #DIV/0! 3,33 Rubella #DIV/0! #DIV/0! 0,46 16 KAB. BEKASI Suspek Difteri ,33 1,67 2,50 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! 17 KAB. BANDUNG BARAT DBD #DIV/0! #DIV/0! 143,93 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! 18 KAB. PANGANDARAN ####### ####### ####### #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! 19 KOTA BOGOR KLB Keracunan #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! 20 KOTA SUKABUMI ####### ####### ####### #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! 21 KOTA BANDUNG Difteri ,00 0,00 0,00 Leptospirosis ,00 0,00 0,00 Keracunan makanan ,02 Tetanus ,00 0,00 22 KOTA CIREBON Campak ,12 0,10 0,11 23 KOTA BEKASI Difteri Campak Flu Burung Suspek Polio Diare Keracunan Susu Keracunan Makanan Suspek Rabies KOTA DEPOK KOTA CIMAHI campak keracunan makanan diare meninggal difteri KOTA TASIKMALAYA Keracunan Makanan KOTA BANJAR Keracunan Makanan JAWA BARAT Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015

251 TABEL 28 KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) DI DESA/KELURAHAN YANG DITANGANI < 24 JAM PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015 NO KABUPATEN/KOTA JUMLAH DITANGANI <24 JAM % KAB. BOGOR KAB. SUKABUMI KAB. CIANJUR KAB. BANDUNG KAB. GARUT ,29 6 KAB. TASIKMALAYA KAB. CIAMIS KAB. KUNINGAN KAB. CIREBON KAB. MAJALENGKA KAB. SUMEDANG KAB. INDRAMAYU KAB. SUBANG KAB. PURWAKARTA KAB. KARAWANG KAB. BEKASI KAB. BANDUNG BARAT KAB. PANGANDARAN KOTA BOGOR KOTA SUKABUMI KOTA BANDUNG KOTA CIREBON KOTA BEKASI KOTA DEPOK KOTA CIMAHI KOTA TASIKMALAYA KOTA BANJAR JAWA BARAT ,96 Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun Tahun 2015 KLB DI DESA/KELURAHAN

252 TABEL 29 NO CAKUPAN KUNJUNGAN IBU HAMIL, PERSALINAN DITOLONG TENAGA KESEHATAN, DAN PELAYANAN KESEHATAN IBU NIFAS MENURUT KABUPATEN/KOTA, PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015 KABUPATEN/KOTA JUMLAH JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % KAB. BOGOR , , , ,01 2 KAB. SUKABUMI , , , ,84 3 KAB. CIANJUR , , , ,58 4 KAB. BANDUNG , , , ,51 5 KAB. GARUT , , , ,39 6 KAB. TASIKMALAYA , , , ,20 7 KAB. CIAMIS , , , ,47 8 KAB. KUNINGAN , , , ,18 9 KAB. CIREBON , , , ,67 10 KAB. MAJALENGKA , , , ,18 11 KAB. SUMEDANG , , , ,64 12 KAB. INDRAMAYU , , , ,98 13 KAB. SUBANG , , , ,33 14 KAB. PURWAKARTA , , , ,38 15 KAB. KARAWANG , , , ,50 16 KAB. BEKASI , , , ,08 17 KAB. BANDUNG BARAT , , , ,62 18 KAB. PANGANDARAN , , , ,88 19 KOTA BOGOR , , , ,22 20 KOTA SUKABUMI , , , ,81 21 KOTA BANDUNG , , , ,29 22 KOTA CIREBON , , , ,79 23 KOTA BEKASI , , , ,53 24 KOTA DEPOK , , , ,44 25 KOTA CIMAHI , , , ,00 26 KOTA TASIKMALAYA , , , ,68 27 KOTA BANJAR , , , ,19 JAWA BARAT , , , ,41 Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015 IBU HAMIL K1 K4 JUMLAH PERSALINAN DITOLONG NAKES IBU BERSALIN/NIFAS MENDAPAT YANKES NIFAS IBU NIFAS MENDAPAT VIT A

253 TABEL 30 NO KABUPATEN/KOTA PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI TT PADA IBU HAMIL MENURUT KKABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015 JUMLAH IBU HAMIL IMUNISASI TETANUS TOKSOID PADA IBU HAMIL TT-1 TT-2 TT-3 TT-4 TT-5 TT2+ JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % KAB. BOGOR , , , , , ,5 2 KAB. SUKABUMI , , , , , ,3 3 KAB. CIANJUR , , , , , ,5 4 KAB. BANDUNG , , , , , ,1 5 KAB. GARUT KAB. TASIKMALAYA , , ,3 97 0,3 97 0, ,3 7 KAB. CIAMIS , , , , , ,0 8 KAB. KUNINGAN , , , , , ,9 9 KAB. CIREBON , , , , , ,4 10 KAB. MAJALENGKA , , , , , ,1 11 KAB. SUMEDANG , , , , , ,6 12 KAB. INDRAMAYU , , , , , ,9 13 KAB. SUBANG , , , , , ,0 14 KAB. PURWAKARTA , , , , , ,1 15 KAB. KARAWANG , , , , , ,5 16 KAB. BEKASI , , , , , ,6 17 KAB. BANDUNG BARAT , , , , , ,9 18 KAB. PANGANDARAN , , , , , ,8 19 KOTA BOGOR , , , , , ,1 20 KOTA SUKABUMI , , , , , ,3 21 KOTA BANDUNG , , , , , ,8 22 KOTA CIREBON , , , , , ,2 23 KOTA BEKASI , , , , , ,9 24 KOTA DEPOK , , , , , ,6 25 KOTA CIMAHI , , , , , ,6 26 KOTA TASIKMALAYA , , , , , ,7 27 KOTA BANJAR , , , , , ,7 JAWA BARAT , , , , , ,6 Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015

254 TABEL 31 NO KABUPATEN/KOTA PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI TT PADA WANITA USIA SUBUR MENURUT KABUPATEN/KOTA JUMLAH WUS (15-39 TAHUN) PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015 IMUNISASI TETANUS TOKSOID PADA WUS TT-1 TT-2 TT-3 TT-4 TT-5 JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % KAB. BOGOR KAB. SUKABUMI KAB. CIANJUR KAB. BANDUNG KAB. GARUT KAB. TASIKMALAYA , , ,0 97 0,0 97 0,0 7 KAB. CIAMIS , , , , ,1 8 KAB. KUNINGAN KAB. CIREBON KAB. MAJALENGKA KAB. SUMEDANG , , ,1 12 KAB. INDRAMAYU , KAB. SUBANG KAB. PURWAKARTA KAB. KARAWANG KAB. BEKASI KAB. BANDUNG BARAT , , , , ,4 18 KAB. PANGANDARAN ,1 8 0, KOTA BOGOR KOTA SUKABUMI KOTA BANDUNG , , , , ,4 22 KOTA CIREBON KOTA BEKASI KOTA DEPOK KOTA CIMAHI KOTA TASIKMALAYA KOTA BANJAR JAWA BARAT , , , , ,4 Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015

255 TABEL 32 JUMLAH IBU HAMIL YANG MENDAPATKAN TABLET FE1 DAN FE3 MENURUT KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015 FE1 (30 TABLET) FE3 (90 TABLET) NO KABUPATEN/KOTA JUMLAH IBU HAMIL JUMLAH % JUMLAH % KAB. BOGOR , ,27 2 KAB. SUKABUMI , ,45 3 KAB. CIANJUR , ,21 4 KAB. BANDUNG , ,20 5 KAB. GARUT , ,07 6 KAB. TASIKMALAYA , ,65 7 KAB. CIAMIS , ,04 8 KAB. KUNINGAN , ,05 9 KAB. CIREBON , ,19 10 KAB. MAJALENGKA , ,55 11 KAB. SUMEDANG , ,28 12 KAB. INDRAMAYU , ,81 13 KAB. SUBANG , ,64 14 KAB. PURWAKARTA , ,52 15 KAB. KARAWANG , ,08 16 KAB. BEKASI , ,01 17 KAB. BANDUNG BARAT , ,74 18 KAB. PANGANDARAN , ,85 19 KOTA BOGOR , ,92 20 KOTA SUKABUMI , ,76 21 KOTA BANDUNG , ,18 22 KOTA CIREBON , ,72 23 KOTA BEKASI , ,42 24 KOTA DEPOK , ,39 25 KOTA CIMAHI , ,16 26 KOTA TASIKMALAYA , ,25 27 KOTA BANJAR , ,92 JAWA BARAT , ,27 Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun Tahun 2015

256 TABEL 33 JUMLAH DAN PERSENTASE PENANGANAN KOMPLIKASI KEBIDANAN DAN KOMPLIKASI NEONATAL MENURUT JENIS KELAMIN, KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015 NO KABUPATEN/KOTA JUMLAH IBU HAMIL PERKIRAAN BUMIL DENGAN KOMPLIKASI KEBIDANAN PENANGANAN KOMPLIKASI KEBIDANAN JUMLAH LAHIR HIDUP PERKIRAAN NEONATAL KOMPLIKASI PENANGANAN KOMPLIKASI NEONATAL L P L + P JUMLAH % L P L + P L P L + P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % KAB. BOGOR , , , ,0 2 KAB. SUKABUMI , , , ,1 3 KAB. CIANJUR , ,0-0,0-0,0 4 KAB. BANDUNG , , , ,2 5 KAB. GARUT , ,0-0,0-0,0 6 KAB. TASIKMALAYA , ,0-0,0-0,0 7 KAB. CIAMIS , ,0-0,0-0,0 8 KAB. KUNINGAN , , , ,1 9 KAB. CIREBON , ,0 10 KAB. MAJALENGKA , , , ,3 11 KAB. SUMEDANG , , , ,5 12 KAB. INDRAMAYU , , , ,0 13 KAB. SUBANG , , , ,4 14 KAB. PURWAKARTA , , , ,9 15 KAB. KARAWANG , , , ,6 16 KAB. BEKASI , , , ,9 17 KAB. BANDUNG BARAT , , , ,5 18 KAB. PANGANDARAN , , , ,5 19 KOTA BOGOR , , , ,2 20 KOTA SUKABUMI , , , ,5 21 KOTA BANDUNG , , , ,1 22 KOTA CIREBON , , , ,2 23 KOTA BEKASI , ,0-0,0-0,0 24 KOTA DEPOK , , , ,5 25 KOTA CIMAHI , , , ,2 26 KOTA TASIKMALAYA , , , ,8 27 KOTA BANJAR , ,0 JAWA BARAT , , , ,5 Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015

257 TABEL 34 PROPORSI PESERTA KB AKTIF MENURUT JENIS KONTRASEPSI,KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015 NO KABUPATEN/KOTA PESERTA KB AKTIF MKJP NON MKJP OBAT IUD % MOP % MOW % IM PLAN % JUMLAH % KONDOM % SUNTIK % PIL % VAGINA % LAIN NYA % JUMLAH % KAB. BOGOR , , , , , , , ,3 0 0,0 0 0, , KAB. SUKABUMI , , , , , , , ,9 0 0,0 0 0, , KAB. CIANJUR , , , , , , , ,7 0 0,0 0 0, , KAB. BANDUNG , , , , , , , ,1 0 0,0 0 0, , KAB. GARUT , , , , , , , ,0 0 0,0 0 0, , KAB. TASIKMALAYA , , , , , , , ,1 0 0,0 0 0, , KAB. CIAMIS , , , , , , , ,4 0 0,0 0 0, , KAB. KUNINGAN , , , , , , , ,9 0 0,0 0 0, , KAB. CIREBON , , , , , , , ,0 0 0,0 0 0, , KAB. MAJALENGKA , , , , , , , ,3 0 0,0 0 0, , KAB. SUMEDANG , , , , , , , ,5 0 0,0 0 0, , KAB. INDRAMAYU , , , , , , , ,4 0 0,0 0 0, , KAB. SUBANG , , , , , , , ,6 0 0,0 0 0, , KAB. PURWAKARTA , , , , , , , ,5 0 0,0 0 0, , KAB. KARAWANG , , , , , , , ,7 0 0,0 0 0, , KAB. BEKASI , , , , , , , ,1 0 0,0 0 0, , KAB. BANDUNG BARAT , , , , , , , ,9 0 0,0 0 0, , KAB. PANGANDARAN , , , , , , , ,4 0 0,0 0 0, , KOTA BOGOR ,0 12 0, , , , , , ,4 0 0,0 0 0, , KOTA SUKABUMI , , , , , , , ,4 0 0,0 0 0, , KOTA BANDUNG , , , , , , , ,8 0 0,0 0 0, , KOTA CIREBON , , , , , , , ,7 0 0,0 0 0, , MKJP + % MKJP + NON MKJP NON MKJP 23 KOTA BEKASI , , , , , , , ,3 0 0,0 0 0, , KOTA DEPOK , , , , , , , ,3 0 0,0 0 0, , KOTA CIMAHI , , , , , , , ,5 0 0,0 0 0, , KOTA TASIKMALAYA , , , , , , , ,9 0 0,0 0 0, , KOTA BANJAR , , , , , , , ,8 0 0,0 0 0, , JAWA BARAT , , , , , , , ,7 0 0,0 0 0, , Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015 Keterangan: MKJP = Metode Kontrasepsi Jangka Panjang

258 TABEL 35 PROPORSI PESERTA KB BARU MENURUT JENIS KONTRASEPSI, KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015 PESERTA KB BARU MKJP NON MKJP NO KABUPATEN/KOTA MKJP + % MKJP + OBAT IUD % MOP % MOW % IMPLAN % JUMLAH % KONDOM % SUNTIK % PIL % % LAIN NYA % JUMLAH % NON MKJP NON MKJP VAGINA KAB. BOGOR ,1 28 0, , , , , , ,9 0 0,0 0 0, , KAB. SUKABUMI ,9 81 0, , , , , , ,7 0 0,0 0 0, , KAB. CIANJUR ,2 0 0, , , , , , ,1 0 0,0 0 0, , KAB. BANDUNG 467 9,6 0 0, , , ,0 67 1, , ,1 0 0,0 0 0, , KAB. GARUT ,0 39 0, , , , , , ,2 0 0,0 0 0, , KAB. TASIKMALAYA ,9 0 0, , , , , , ,8 0 0,0 0 0, , KAB. CIAMIS ,5 58 0, , , , , , ,3 0 0,0 0 0, , KAB. KUNINGAN ,4 16 0, , , , , , ,8 0 0,0 0 0, , KAB. CIREBON ,6 73 0, , , , , , ,6 0 0,0 0 0, , KAB. MAJALENGKA ,2 27 0, , , , , , ,1 0 0,0 0 0, , KAB. SUMEDANG , , ,4 0 0, , , ,3 38 0,2 0 0, , , KAB. INDRAMAYU , , , , , , , ,6 0 0,0 0 0, , KAB. SUBANG , , , , , , , ,3 0 0,0 0 0, , KAB. PURWAKARTA ,4 3 0, , , , , , ,0 0 0,0 0 0, , KAB. KARAWANG , , , , , , , ,4 0 0,0 0 0, , KAB. BEKASI ,6 12 0,0 13 0, , , , , ,9 0 0,0 0 0, , KAB. BANDUNG BARAT , , , , , , , ,5 0 0,0 0 0, , KAB. PANGANDARAN 514 6,6 0 0,0 23 0, , , , , ,8 0 0,0 0 0, , KOTA BOGOR , , , , , , , ,6 0 0,0 0 0, , KOTA SUKABUMI ,7 6 0, , , , , , ,0 0 0,0 0 0, , KOTA BANDUNG ,3 19 0, , , , , , ,0 0 0,0 0 0, , KOTA CIREBON ,8 12 0,6 69 3, , ,8 98 4, , ,5 0 0,0 0 0, , KOTA BEKASI ,8 0 0, , , , , , ,5 0 0,0 0 0, , KOTA DEPOK ,9 2 0, , , , , , ,6 0 0,0 0 0, , KOTA CIMAHI ,6 14 0, , , ,2 27 0, , ,2 0 0,0 0 0, , KOTA TASIKMALAYA ,0 36 0, , , , , , ,0 0 0,0 0 0, , KOTA BANJAR ,0 75 2,4 93 3, , , , , ,5 0 0,0 0 0, , JAWA BARAT , , , , , , , ,9 0 0, , , Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015 Keterangan: MKJP = Metode Kontrasepsi Jangka Panjang

259 TABEL 36 JUMLAH PESERTA KB BARU DAN KB AKTIF MENURUT KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015 NO KABUPATEN/KOTA JUMLAH PUS PESERTA KB BARU PESERTA KB AKTIF JUMLAH % JUMLAH % KAB. BOGOR , ,5 2 KAB. SUKABUMI , ,0 3 KAB. CIANJUR , ,9 4 KAB. BANDUNG , ,2 5 KAB. GARUT , ,1 6 KAB. TASIKMALAYA , ,9 7 KAB. CIAMIS , ,4 8 KAB. KUNINGAN , ,9 9 KAB. CIREBON , ,4 10 KAB. MAJALENGKA , ,0 11 KAB. SUMEDANG , ,8 12 KAB. INDRAMAYU , ,9 13 KAB. SUBANG , ,6 14 KAB. PURWAKARTA , ,4 15 KAB. KARAWANG , ,5 16 KAB. BEKASI , ,8 17 KAB. BANDUNG BARAT , ,4 18 KAB. PANGANDARAN , ,8 19 KOTA BOGOR , ,3 20 KOTA SUKABUMI , ,6 21 KOTA BANDUNG , ,1 22 KOTA CIREBON , ,7 23 KOTA BEKASI , ,0 24 KOTA DEPOK , ,3 25 KOTA CIMAHI , ,7 26 KOTA TASIKMALAYA , ,7 27 KOTA BANJAR , ,7 JAWA BARAT , ,4 Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015

260 TABEL 37 BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) MENURUT JENIS KELAMIN, KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015 BAYI BARU LAHIR DITIMBANG BBLR JUMLAH LAHIR HIDUP NO KABUPATEN/KOTA L P L + P L P L + P L P L + P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % KAB. BOGOR , , , , , ,2 2 KAB. SUKABUMI , , , , , ,5 3 KAB. CIANJUR , ,8 4 KAB. BANDUNG , ,5 5 KAB. GARUT , , , ,7 6 KAB. TASIKMALAYA , , , , , ,2 7 KAB. CIAMIS , , ,7 8 KAB. KUNINGAN , , , , , ,7 9 KAB. CIREBON , ,8 10 KAB. MAJALENGKA , , , , , ,5 11 KAB. SUMEDANG , , , , , ,0 12 KAB. INDRAMAYU , , , , , ,2 13 KAB. SUBANG , , , , , ,3 14 KAB. PURWAKARTA , , , , , ,6 15 KAB. KARAWANG , , , , , ,3 16 KAB. BEKASI , , , , , ,8 17 KAB. BANDUNG BARAT , , , , , ,4 18 KAB. PANGANDARAN , , , , , ,5 19 KOTA BOGOR , , ,4 86 0,9 59 0, ,8 20 KOTA SUKABUMI , , , , , ,0 21 KOTA BANDUNG , , , , , ,0 22 KOTA CIREBON , , ,4 92 3,3 84 3, ,3 23 KOTA BEKASI , , , ,2 79 0, ,9 24 KOTA DEPOK , , , , , ,0 25 KOTA CIMAHI , , , , , ,1 26 KOTA TASIKMALAYA , , , , , ,8 27 KOTA BANJAR ,0 74 0,0 55 0, ,9 JAWA BARAT , , , , , ,3 Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun Tahun 2015

261 TABEL 38 CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATAL MENURUT JENIS KELAMIN, KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015 KUNJUNGAN NEONATAL 1 KALI (KN1) KUNJUNGAN NEONATAL 3 KALI (KN LENGKAP) JUMLAH LAHIR HIDUP NO KABUPATEN/KOTA L P L + P L P L + P L P L + P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % KAB. BOGOR , , , , , ,0 2 KAB. SUKABUMI , , , , , ,8 3 KAB. CIANJUR , ,3 4 KAB. BANDUNG , , , , , ,2 5 KAB. GARUT , ,9 6 KAB. TASIKMALAYA , , , , , ,6 7 KAB. CIAMIS , , , , , ,9 8 KAB. KUNINGAN , , , , , ,2 9 KAB. CIREBON , ,3 10 KAB. MAJALENGKA , , , , , ,2 11 KAB. SUMEDANG , , , , , ,4 12 KAB. INDRAMAYU , , , , , ,0 13 KAB. SUBANG , , , , , ,6 14 KAB. PURWAKARTA , , , , , ,6 15 KAB. KARAWANG , , , , , ,2 16 KAB. BEKASI , , , , , ,3 17 KAB. BANDUNG BARAT , , , , , ,9 18 KAB. PANGANDARAN , , , , , ,8 19 KOTA BOGOR , , , ,4 20 KOTA SUKABUMI , , , , , ,5 21 KOTA BANDUNG ,0 0, , , , ,9 22 KOTA CIREBON , , , , , ,3 23 KOTA BEKASI , , , , , ,5 24 KOTA DEPOK , , , , , ,9 25 KOTA CIMAHI , , , , , ,7 26 KOTA TASIKMALAYA , , , , , ,9 27 KOTA BANJAR , ,7 JAWA BARAT , , , , , ,8 Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015

262 TABEL 39 JUMLAH BAYI YANG DIBERI ASI EKSKLUSIF MENURUT JENIS KELAMIN, KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015 NO KABUPATEN/KOTA JUMLAH BAYI 0-6 BULAN JUMLAH BAYI YANG DIBERI ASI EKSKLUSIF USIA 0-6 BULAN L P L + P L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % KAB. BOGOR , , ,7 2 KAB. SUKABUMI ,7 3 KAB. CIANJUR , , ,3 4 KAB. BANDUNG KAB. GARUT , , ,6 6 KAB. TASIKMALAYA ,9 7 KAB. CIAMIS ,3 8 KAB. KUNINGAN ,9 9 KAB. CIREBON ,8 10 KAB. MAJALENGKA , , ,1 11 KAB. SUMEDANG , , ,2 12 KAB. INDRAMAYU ,0 0, ,2 13 KAB. SUBANG , , ,0 14 KAB. PURWAKARTA , , ,7 15 KAB. KARAWANG ,5 16 KAB. BEKASI , , ,0 17 KAB. BANDUNG BARAT , , ,9 18 KAB. PANGANDARAN , , ,2 19 KOTA BOGOR ,1 20 KOTA SUKABUMI , , ,9 21 KOTA BANDUNG ,9 22 KOTA CIREBON , , ,4 23 KOTA BEKASI , , ,2 24 KOTA DEPOK , , ,7 25 KOTA CIMAHI , , ,4 26 KOTA TASIKMALAYA , , ,8 27 KOTA BANJAR ,2 JAWA BARAT , , ,0 Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015

263 TABEL 40 CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN BAYI MENURUT JENIS KELAMIN,KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015 NO KABUPATEN/KOTA JUMLAH BAYI PELAYANAN KESEHATAN BAYI L P L + P L P L + P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % KAB. BOGOR , , ,6 2 KAB. SUKABUMI , , ,0 3 KAB. CIANJUR ,6 4 KAB. BANDUNG , , ,1 5 KAB. GARUT , , ,3 6 KAB. TASIKMALAYA , , ,6 7 KAB. CIAMIS , , ,5 8 KAB. KUNINGAN , , ,1 9 KAB. CIREBON ,0 0 0, ,0 10 KAB. MAJALENGKA , , ,5 11 KAB. SUMEDANG , , ,1 12 KAB. INDRAMAYU , , ,1 13 KAB. SUBANG , , ,0 14 KAB. PURWAKARTA , , ,2 15 KAB. KARAWANG , , ,9 16 KAB. BEKASI , , ,4 17 KAB. BANDUNG BARAT , , ,4 18 KAB. PANGANDARAN , , ,0 19 KOTA BOGOR , , ,9 20 KOTA SUKABUMI , , ,0 21 KOTA BANDUNG , , ,8 22 KOTA CIREBON , , ,9 23 KOTA BEKASI , , ,1 24 KOTA DEPOK , , ,6 25 KOTA CIMAHI , , ,6 26 KOTA TASIKMALAYA , , ,8 27 KOTA BANJAR , , ,0 JAWA BARAT , ,4 Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015

264 TABEL 41 CAKUPAN DESA/KELURAHAN UCI MENURUT KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015 NO KABUPATEN/KOTA JUMLAH DESA/KELURAHAN KAB. BOGOR ,4 2 KAB. SUKABUMI ,0 3 KAB. CIANJUR ,7 4 KAB. BANDUNG ,4 5 KAB. GARUT ,4 6 KAB. TASIKMALAYA ,9 7 KAB. CIAMIS ,9 8 KAB. KUNINGAN ,4 9 KAB. CIREBON ,5 10 KAB. MAJALENGKA ,8 11 KAB. SUMEDANG ,0 12 KAB. INDRAMAYU ,1 13 KAB. SUBANG ,1 14 KAB. PURWAKARTA ,4 15 KAB. KARAWANG ,6 16 KAB. BEKASI ,8 17 KAB. BANDUNG BARAT ,0 18 KAB. PANGANDARAN ,5 19 KOTA BOGOR ,0 20 KOTA SUKABUMI ,0 21 KOTA BANDUNG ,0 22 KOTA CIREBON ,5 23 KOTA BEKASI ,0 24 KOTA DEPOK ,0 25 KOTA CIMAHI ,0 26 KOTA TASIKMALAYA ,2 27 KOTA BANJAR ,0 JAWA BARAT ,5 Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015 DESA/KEL UCI % DESA/KEL UCI

265 TABEL 42 CAKUPAN IMUNISASI HEPATITIS B < 7 HARI DAN BCG PADA BAYI MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015 BAYI DIIMUNISASI NO KECAMATAN JUMLAH LAHIR HIDUP Hb < 7 hari BCG L P L + P L P L + P L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % KAB. BOGOR , , , , , ,50 2 KAB. SUKABUMI , , , , , ,30 3 KAB. CIANJUR , ,90 4 KAB. BANDUNG , , , , , ,14 5 KAB. GARUT , , , , , ,35 6 KAB. TASIKMALAYA , , , , , KAB. CIAMIS , , , ,84 8 KAB. KUNINGAN , , , , , ,16 9 KAB. CIREBON KAB. MAJALENGKA , , , , , ,13 11 KAB. SUMEDANG , , , , , ,31 12 KAB. INDRAMAYU , , , ,83 13 KAB. SUBANG , , KAB. PURWAKARTA , , , ,66 15 KAB. KARAWANG , , , , KAB. BEKASI , , , , ,02 17 KAB. BANDUNG BARAT , , , , , ,58 18 KAB. PANGANDARAN , , , , , ,49 19 KOTA BOGOR , , , , ,55 20 KOTA SUKABUMI , , , , , ,95 21 KOTA BANDUNG , , , , , ,59 22 KOTA CIREBON , , , , , ,54 23 KOTA BEKASI , , , , KOTA DEPOK , , , , KOTA CIMAHI , , , , KOTA TASIKMALAYA , , , , ,01 27 KOTA BANJAR , ,99 JAWA BARAT , , , , , ,93 Sumber: Bidang P2PL (Imunisasi)

266 TABEL 43 CAKUPAN IMUNISASI DPT-HB/DPT-HB-Hib, POLIO, CAMPAK, DAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015 NO KECAMATAN JUMLAH BAYI (SURVIVING INFANT) BAYI DIIMUNISASI DPT-HB3/DPT-HB-Hib3 POLIO 4 a CAMPAK IMUNISASI DASAR LENGKAP L P L + P L P L + P L P L + P L P L + P L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % KAB. BOGOR KAB. SUKABUMI KAB. CIANJUR KAB. BANDUNG KAB. GARUT KAB. TASIKMALAYA KAB. CIAMIS KAB. KUNINGAN KAB. CIREBON KAB. MAJALENGKA KAB. SUMEDANG KAB. INDRAMAYU KAB. SUBANG KAB. PURWAKARTA KAB. KARAWANG KAB. BEKASI KAB. BANDUNG BARAT KAB. PANGANDARAN KOTA BOGOR KOTA SUKABUMI KOTA BANDUNG KOTA CIREBON KOTA BEKASI KOTA DEPOK KOTA CIMAHI KOTA TASIKMALAYA KOTA BANJAR JAWA BARAT , , , , , , , , ,2 Sumber: Bidang P2PL (Imunisasi) Keterangan: a = khusus provinsi yang menerapkan 3 dosis polio maka diisi dengan polio 3

267 TABEL 44 NO KABUPATEN/KOTA JUMLAH BAYI CAKUPAN PEMBERIAN VITAMIN A PADA BAYI, ANAK BALITA, DAN IBU NIFAS MENURUT JENIS KELAMIN, KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015 BAYI 6-11 BULAN ANAK BALITA (12-59 BULAN) MENDAPAT VIT A MENDAPAT VIT A JUMLAH L P L + P L P L + P L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % KAB. BOGOR , , , , , , , , ,44 2 KAB. SUKABUMI , , ,96 3 KAB. CIANJUR , , , , , , , , ,01 4 KAB. BANDUNG ,00-0, , , ,59 5 KAB. GARUT , , , , , , , , ,24 6 KAB. TASIKMALAYA ,00-0, , , ,19 7 KAB. CIAMIS ,00 0, , , ,68 8 KAB. KUNINGAN ,00-0, , , ,30 9 KAB. CIREBON , , , , ,79 10 KAB. MAJALENGKA , , , , , , , , ,87 11 KAB. SUMEDANG , , , , , , , , ,04 12 KAB. INDRAMAYU ,00 0, , , ,55 13 KAB. SUBANG , , , , , , , , ,82 14 KAB. PURWAKARTA , , , , , , ,32 15 KAB. KARAWANG ,00-0, , , ,84 16 KAB. BEKASI , , , , , , , , ,51 17 KAB. BANDUNG BARAT , , , , , , , , ,96 18 KAB. PANGANDARAN , , , , , , , , ,39 19 KOTA BOGOR ,00 0, , , ,68 20 KOTA SUKABUMI , , , , , , , , ,20 21 KOTA BANDUNG , , , , , , , , ,12 BALITA (6-59 BULAN) MENDAPAT VIT A L P L + P 22 KOTA CIREBON , , , , , , , , ,85 23 KOTA BEKASI , , , , , , , , ,61 24 KOTA DEPOK , , , , , , , , ,65 25 KOTA CIMAHI , , , , , , , , ,12 26 KOTA TASIKMALAYA , , , , , , , , ,09 27 KOTA BANJAR , , , , , , , , ,76 JUMLAH JAWA BARAT , , , , , , , , ,60 Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015

268 TABEL 45 JUMLAH ANAK 0-23 BULAN DITIMBANG MENURUT JENIS KELAMIN, KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015 ANAK 0-23 BULAN (BADUTA) NO KABUPATEN/KOTA JUMLAH BADUTA DILAPORKAN (S) DITIMBANG BGM JUMLAH (D) % (D/S) L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % KAB. BOGOR ,6 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 2 KAB. SUKABUMI , , , , ,5 3 KAB. CIANJUR , , , , ,0 4 KAB. BANDUNG , ,3 5 KAB. GARUT , , , , ,5 6 KAB. TASIKMALAYA ,1 0 0,0 0 0,0 0 0,0 7 KAB. CIAMIS KAB. KUNINGAN , ,5 9 KAB. CIREBON , ,0 10 KAB. MAJALENGKA ,3 7 0,0 14 0,1 21 0,1 11 KAB. SUMEDANG , , , , ,4 12 KAB. INDRAMAYU KAB. SUBANG , , , , ,6 14 KAB. PURWAKARTA , , , , ,2 15 KAB. KARAWANG KAB. BEKASI , , , , ,4 17 KAB. BANDUNG BARAT , ,4 81 0,3 96 0, ,3 18 KAB. PANGANDARAN , ,4 9 0,2 13 0,2 22 0,2 19 KOTA BOGOR , , , ,7 20 KOTA SUKABUMI , ,9 49 1,0 54 1, ,0 21 KOTA BANDUNG , , , , ,1 22 KOTA CIREBON , ,2 60 1,3 49 1, ,2 23 KOTA BEKASI , , , , ,2 24 KOTA DEPOK , , , , ,3 25 KOTA CIMAHI , ,3 33 0,6 41 0,7 74 0,6 26 KOTA TASIKMALAYA , , , , ,4 27 KOTA BANJAR JAWA BARAT , , , , ,2 Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015

269 TABEL 46 CAKUPAN PELAYANAN ANAK BALITA MENURUT JENIS KELAMIN, KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015 ANAK BALITA (12-59 BULAN) NO KABUPATEN/KOTA JUMLAH MENDAPAT PELAYANAN KESEHATAN (MINIMAL 8 KALI) L P L + P L P L + P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % KAB. BOGOR , , ,9 2 KAB. SUKABUMI , , ,9 3 KAB. CIANJUR ,4 4 KAB. BANDUNG , , KAB. GARUT , , ,1 6 KAB. TASIKMALAYA , , ,2 7 KAB. CIAMIS , , ,5 8 KAB. KUNINGAN , , ,7 9 KAB. CIREBON ,6 10 KAB. MAJALENGKA , , ,6 11 KAB. SUMEDANG , , ,1 12 KAB. INDRAMAYU , , KAB. SUBANG , , ,4 14 KAB. PURWAKARTA , , ,5 15 KAB. KARAWANG , , KAB. BEKASI , , ,1 17 KAB. BANDUNG BARAT , , ,2 18 KAB. PANGANDARAN , , ,2 19 KOTA BOGOR ,2 20 KOTA SUKABUMI , , ,9 21 KOTA BANDUNG ,2 22 KOTA CIREBON , , ,9 23 KOTA BEKASI , , ,4 24 KOTA DEPOK , , ,6 25 KOTA CIMAHI , , ,5 26 KOTA TASIKMALAYA , , ,8 27 KOTA BANJAR , ,7 JAWA BARAT , , ,7 Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015

270 TABEL 47 JUMLAH BALITA DITIMBANG MENURUT JENIS KELAMIN, KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015 BALITA NO KABUPATEN/KOTA JUMLAH BALITA DILAPORKAN (S) DITIMBANG BGM JUMLAH (D) % (D/S) L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % KAB. BOGOR ,6 76,1 69, , , ,5 2 KAB. SUKABUMI , , , , ,8 3 KAB. CIANJUR , , , , ,8 4 KAB. BANDUNG , ,4 5 KAB. GARUT , , , , ,5 6 KAB. TASIKMALAYA , ,5 7 KAB. CIAMIS , ,4 8 KAB. KUNINGAN , ,5 9 KAB. CIREBON , ,2 10 KAB. MAJALENGKA , , , , ,1 11 KAB. SUMEDANG , , , , ,3 12 KAB. INDRAMAYU , ,7 13 KAB. SUBANG , , , , ,2 14 KAB. PURWAKARTA , , , , ,4 15 KAB. KARAWANG , ,5 16 KAB. BEKASI , , , , ,4 17 KAB. BANDUNG BARAT , , , , ,3 18 KAB. PANGANDARAN , ,7 68 0,5 71 0, ,5 19 KOTA BOGOR , ,4 20 KOTA SUKABUMI , ,2 53 0,4 49 0, ,4 21 KOTA BANDUNG , ,9 22 KOTA CIREBON , ,8 89 0, , ,0 23 KOTA BEKASI , , , , ,1 24 KOTA DEPOK , , , , ,3 25 KOTA CIMAHI , ,8 88 0, , ,8 26 KOTA TASIKMALAYA , , , , ,7 27 KOTA BANJAR , ,1 JAWA BARAT , , , , ,6 Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015

271 TABEL 48 CAKUPAN KASUS BALITA GIZI BURUK YANG MENDAPAT PERAWATAN MENURUT JENIS KELAMIN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015 KASUS BALITA GIZI BURUK NO KABUPATEN/KOTA JUMLAH DITEMUKAN MENDAPAT PERAWATAN L P L + P L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % KAB. BOGOR KAB. SUKABUMI KAB. CIANJUR KAB. BANDUNG KAB. GARUT KAB. TASIKMALAYA KAB. CIAMIS KAB. KUNINGAN KAB. CIREBON KAB. MAJALENGKA KAB. SUMEDANG KAB. INDRAMAYU KAB. SUBANG KAB. PURWAKARTA KAB. KARAWANG KAB. BEKASI KAB. BANDUNG BARAT KAB. PANGANDARAN KOTA BOGOR KOTA SUKABUMI KOTA BANDUNG KOTA CIREBON KOTA BEKASI KOTA DEPOK KOTA CIMAHI KOTA TASIKMALAYA KOTA BANJAR JAWA BARAT , , ,0 Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015

272 TABEL 49 CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN (PENJARINGAN) SISWA SD & SETINGKAT MENURUT JENIS KELAMIN, KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015 NO KABUPATEN/KOTA MURID KELAS 1 SD DAN SETINGKAT MENDAPAT PELAYANAN KESEHATAN (PENJARINGAN) L P L + P L P L + P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % KAB. BOGOR , , , KAB. SUKABUMI , KAB. CIANJUR , , , KAB. BANDUNG , , , KAB. GARUT , , , KAB. TASIKMALAYA , , , KAB. CIAMIS , , , KAB. KUNINGAN , , , KAB. CIREBON , , , KAB. MAJALENGKA , , , KAB. SUMEDANG , , , KAB. INDRAMAYU , , , KAB. SUBANG , , , KAB. PURWAKARTA , , , KAB. KARAWANG , , , KAB. BEKASI , , , KAB. BANDUNG BARAT , , , KAB. PANGANDARAN , , , KOTA BOGOR , KOTA SUKABUMI , , , KOTA BANDUNG , , , KOTA CIREBON , , , KOTA BEKASI , , , KOTA DEPOK , , , KOTA CIMAHI , KOTA TASIKMALAYA , , , KOTA BANJAR , , ,0 980 JAWA BARAT , , , ,24 CAKUPAN PENJARINGAN KESEHATAN SISWA SD & SETINGKAT 89,6 95,4 102,3 Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015 JUMLAH JUMLAH SD DAN SETINGKAT MENDAPAT PELAYANAN KESEHATAN (PENJARINGAN) %

273 TABEL 50 NO PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT MENURUT KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015 KABUPATEN/KOTA TUMPATAN GIGI TETAP PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PENCABUTAN GIGI TETAP RASIO TUMPATAN/ PENCABUTAN KAB. BOGOR ,7 2 KAB. SUKABUMI ,4 3 KAB. CIANJUR ,9 4 KAB. BANDUNG ,0 5 KAB. GARUT ,8 6 KAB. TASIKMALAYA ,5 7 KAB. CIAMIS ,5 8 KAB. KUNINGAN ,5 9 KAB. CIREBON ,0 10 KAB. MAJALENGKA ,5 11 KAB. SUMEDANG ,3 12 KAB. INDRAMAYU ,5 13 KAB. SUBANG ,8 14 KAB. PURWAKARTA ,7 15 KAB. KARAWANG ,4 16 KAB. BEKASI ,8 17 KAB. BANDUNG BARAT ,8 18 KAB. PANGANDARAN ,2 19 KOTA BOGOR ,4 20 KOTA SUKABUMI ,8 21 KOTA BANDUNG ,1 22 KOTA CIREBON ,8 23 KOTA BEKASI ,5 24 KOTA DEPOK ,7 25 KOTA CIMAHI ,7 26 KOTA TASIKMALAYA ,6 27 KOTA BANJAR ,2 JAWA BARAT ,04 Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota tahun 2015

274 TABEL 51 NO KABUPATEN/KOTA JUMLAH SD/MI JUMLAH SD/MI DGN SIKAT GIGI MASSAL PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA ANAK SD DAN SETINGKAT MENURUT JENIS KELAMIN, KABUPATEN/KOTA % JUMLAH SD/MI MENDAPAT YAN. GIGI % PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015 UPAYA KESEHATAN GIGI SEKOLAH JUMLAH MURID SD/MI MURID SD/MI DIPERIKSA PERLU PERAWATAN MENDAPAT PERAWATAN L P L + P L % P % L + P % L P L + P L % P % L + P % KAB. BOGOR , , , , , , ,7 2 KAB. SUKABUMI , , , , ,5 3 KAB. CIANJUR , , , , ,8 20 4, ,6 4 KAB. BANDUNG , , , ,0-0, ,5 5 KAB. GARUT KAB. TASIKMALAYA , , , , , , ,7 7 KAB. CIAMIS , , , , , , ,0 8 KAB. KUNINGAN , , , , , ,3 9 KAB. CIREBON , , , , , , ,7 10 KAB. MAJALENGKA , , , , , , ,6 11 KAB. SUMEDANG , , , , ,1 12 KAB. INDRAMAYU , ,0 13 KAB. SUBANG , , ,0 14 KAB. PURWAKARTA , , , , , , ,6 15 KAB. KARAWANG , ,1 16 KAB. BEKASI , , , , , , ,3 17 KAB. BANDUNG BARAT , , ,5 18 KAB. PANGANDARAN , , , , , , ,0 19 KOTA BOGOR , , , , , , ,7 20 KOTA SUKABUMI , , , , , KOTA BANDUNG , , , , , ,8 22 KOTA CIREBON , , , , , KOTA BEKASI , , , , , ,6 24 KOTA DEPOK ,2-0, , , , , ,2 25 KOTA CIMAHI , , , , , , ,2 26 KOTA TASIKMALAYA , , , , , , ,8 27 KOTA BANJAR , , , , , , ,7 JAWA BARAT , , , , , , , ,3 Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015

275 TABEL 52 CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN USIA LANJUT MENURUT JENIS KELAMIN, KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015 NO KABUPATEN/KOTA JUMLAH L P L+P L % P % L+P % KAB. BOGOR , , ,22 2 KAB. SUKABUMI , , ,05 3 KAB. CIANJUR , , ,49 4 KAB. BANDUNG ,07 5 KAB. GARUT , , ,19 6 KAB. TASIKMALAYA , , ,38 7 KAB. CIAMIS , , ,28 8 KAB. KUNINGAN , , ,42 9 KAB. CIREBON , , ,21 10 KAB. MAJALENGKA , , ,96 11 KAB. SUMEDANG , , ,21 12 KAB. INDRAMAYU , , ,33 13 KAB. SUBANG , , ,90 14 KAB. PURWAKARTA , , ,00 15 KAB. KARAWANG , , ,71 16 KAB. BEKASI , , ,12 17 KAB. BANDUNG BARAT , , ,29 18 KAB. PANGANDARAN , , ,64 19 KOTA BOGOR , , ,28 20 KOTA SUKABUMI , , ,39 21 KOTA BANDUNG , , ,43 22 KOTA CIREBON , , ,99 23 KOTA BEKASI , , ,69 24 KOTA DEPOK , , ,34 25 KOTA CIMAHI , , ,74 26 KOTA TASIKMALAYA , , ,17 27 KOTA BANJAR , , ,17 JAWA BARAT , , ,56 Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015 USILA (60TAHUN+) MENDAPAT PELAYANAN KESEHATAN

276 TABEL 53 CAKUPAN JAMINAN KESEHATAN PENDUDUK KABUPATEN/KOTA MENURUT JENIS JAMINAN DAN JENIS KELAMIN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015 NO KABUPATEN/KOTA Penerima Bantuan Iuran (PBI) PESERTA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PBI APBD Pekerja penerima upah (PPU) Pekerja bukan penerima upah (PBPU)/mandiri Bukan pekerja (BP) Jamkesda APBN L + P L + P L + P L + P L + P L + P L + P L + P L + P KAB. BOGOR KAB. SUKABUMI KAB. CIANJUR KAB. BANDUNG KAB. GARUT KAB. TASIKMALAYA KAB. CIAMIS KAB. KUNINGAN KAB. CIREBON KAB. MAJALENGKA KAB. SUMEDANG KAB. INDRAMAYU KAB. SUBANG KAB. PURWAKARTA KAB. KARAWANG KAB. BEKASI KAB. BANDUNG BARAT KAB. PANGANDARAN KOTA BOGOR KOTA SUKABUMI KOTA BANDUNG KOTA CIREBON KOTA BEKASI KOTA DEPOK KOTA CIMAHI KOTA TASIKMALAYA KOTA BANJAR Asuransi Swasta Asuransi Perusahaan JUMLAH JAWA BARAT PERSENTASE (%) TOTAL Sumber : Bidang Regulasi dan Kebijakan Kesehatan

277 TABEL 54 JUMLAH KUNJUNGAN RAWAT JALAN, RAWAT INAP, DAN KUNJUNGAN GANGGUAN JIWA DI PUSKESMAS, RUMAH SAKIT, DAN SARANA PELAYANAN KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015 JUMLAH KUNJUNGAN KUNJUNGAN GANGGUAN JIWA NO KABUPATEN/KOTA RAWAT JALAN RAWAT INAP JUMLAH L P L+P L P L+P L P L+P KAB. BOGOR KAB. SUKABUMI KAB. CIANJUR KAB. BANDUNG KAB. GARUT KAB. TASIKMALAYA KAB. CIAMIS KAB. KUNINGAN KAB. CIREBON KAB. MAJALENGKA KAB. SUMEDANG KAB. INDRAMAYU KAB. SUBANG KAB. PURWAKARTA KAB. KARAWANG KAB. BEKASI KAB. BANDUNG BARAT KAB. PANGANDARAN KOTA BOGOR KOTA SUKABUMI KOTA BANDUNG KOTA CIREBON KOTA BEKASI KOTA DEPOK KOTA CIMAHI KOTA TASIKMALAYA KOTA BANJAR JUMLAH PENDUDUK KAB/KOTA JAWA BARAT CAKUPAN KUNJUNGAN (%) Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015 Catatan: Puskesmas non rawat inap hanya melayani kunjungan rawat jalan ,50 68,73 90,56 4,01 4,89 6,25

278 TABEL 54.A JUMLAH KUNJUNGAN RAWAT JALAN, RAWAT INAP, DAN KUNJUNGAN GANGGUAN JIWA SARANA PELAYANAN KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015 JUMLAH KUNJUNGAN KUNJUNGAN GANGGUAN JIWA NO KABUPATEN/KOTA RAWAT JALAN RAWAT INAP JUMLAH L P L+P L P L+P L P L+P I PUSKESMAS : 1 KAB. BOGOR KAB. SUKABUMI KAB. CIANJUR KAB. BANDUNG KAB. GARUT KAB. TASIKMALAYA KAB. CIAMIS KAB. KUNINGAN KAB. CIREBON KAB. MAJALENGKA KAB. SUMEDANG KAB. INDRAMAYU KAB. SUBANG KAB. PURWAKARTA KAB. KARAWANG KAB. BEKASI KAB. BANDUNG BARAT KAB. PANGANDARAN KOTA BOGOR KOTA SUKABUMI KOTA BANDUNG KOTA CIREBON KOTA BEKASI KOTA DEPOK KOTA CIMAHI KOTA TASIKMALAYA KOTA BANJAR SUB JUMLAH I

279 JUMLAH KUNJUNGAN KUNJUNGAN GANGGUAN JIWA NO KABUPATEN/KOTA RAWAT JALAN RAWAT INAP JUMLAH L P L+P L P L+P L P L+P II RUMAH SAKIT : KAB. SUKABUMI KAB. CIANJUR 4 KAB. BANDUNG KAB. GARUT KAB. TASIKMALAYA KAB. CIAMIS KAB. KUNINGAN KAB. CIREBON KAB. MAJALENGKA KAB. SUMEDANG KAB. INDRAMAYU KAB. SUBANG 14 KAB. PURWAKARTA KAB. KARAWANG KAB. BEKASI KAB. BANDUNG BARAT KAB. PANGANDARAN KOTA BOGOR KOTA SUKABUMI KOTA BANDUNG KOTA CIREBON KOTA BEKASI KOTA DEPOK KOTA CIMAHI KOTA TASIKMALAYA KOTA BANJAR SUB JUMLAH II JAWA BARAT JUMLAH PENDUDUK KAB/KOTA CAKUPAN KUNJUNGAN (%) Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015 Catatan: Puskesmas non rawat inap hanya melayani kunjungan rawat jalan ,50 68,73 90,56 4,01 4,89 6,25

280 TABEL 55 NO KAB/KOTA JUMLAH RS JUMLAH TEMPAT TIDUR PASIEN KELUAR (HIDUP + MATI) ANGKA KEMATIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015 PASIEN KELUAR MATI PASIEN KELUAR MATI 48 JAM DIRAWAT L P L + P L P L + P L P L + P L P L + P L P L + P KAB. BOGOR ,5 19,1 29,2 15,0 9,5 12,5 2 KAB. SUKABUMI ,1 6,8 3 KAB. CIANJUR KAB. BANDUNG ,5 14,3 5 KAB. GARUT ,3 25,7 26,4 15,9 13,5 14,6 6 KAB. TASIKMALAYA ,2 23,4 29,8 24,4 13,3 17,8 7 KAB. CIAMIS ,6 25,3 25,7 19,7 14,1 12,6 8 KAB. KUNINGAN ,4 23,3 25,9 14,5 12,5 13,3 9 KAB. CIREBON ,0 20,6 10 KAB. MAJALENGKA ,4 26,7 30,6 11,8 10,2 10,9 11 KAB. SUMEDANG ,7 24,6 31,6 21,8 14,4 17,4 12 KAB. INDRAMAYU ,7 14,4 45,1 12,5 8,8 21,6 13 KAB. SUBANG KAB. PURWAKARTA ,1 42,8 33,7 2,3 2,7 1,7 15 KAB. KARAWANG ,7 8,0 10,5 5,7 3,9 7,3 16 KAB. BEKASI ,7 9,2 9,9 4,7 3,9 4,3 17 KAB. BANDUNG BARAT ,3 1,2 9,8 1,3 1,2 9,8 18 KAB. PANGANDARAN KOTA BOGOR ,3 17,8 25,2 17,0 10,1 13,7 20 KOTA SUKABUMI ,9 7,5 27,8 4,3 4,2 14,3 21 KOTA BANDUNG ,9 13,3 18,3 12,9 9,1 13,0 22 KOTA CIREBON ,7 38,8 42,2 29,9 20,1 24,2 23 KOTA BEKASI ,1 7,6 24 KOTA DEPOK ,6 9,5 12,7 6,5 5,6 6,9 25 KOTA CIMAHI ,6 20,8 21,7 8,6 7,5 8,0 26 KOTA TASIKMALAYA ,4 28,7 31,8 19,2 17,4 18,2 27 KOTA BANJAR ,5 24,9 28,5 13,5 9,7 11,5 GDR NDR JAWA BARAT ,5 1,9 2,4 1,3 1,0 1,2 Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015

281 TABEL 56 INDIKATOR KINERJA PELAYANAN DI RUMAH SAKIT KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015 NO KAB/KOTA JUMLAH RS JUMLAH RS LAPOR JUMLAH TEMPAT TIDUR PASIEN KELUAR (HIDUP + MATI) JUMLAH HARI PERAWATAN JUMLAH LAMA DIRAWAT BOR (%) BTO (KALI) TOI (HARI) KAB. BOGOR ,5 53,82 3,56 3,2 2 KAB. SUKABUMI ,8 21,88 14,54 2,7 3 KAB. CIANJUR KAB. BANDUNG ,9 42,48 2,76 7,0 5 KAB. GARUT ,4 99,62 0,75 3,8 6 KAB. TASIKMALAYA ,1 80,48 0,54 4,0 7 KAB. CIAMIS ,4 51,77 3,85 3,2 8 KAB. KUNINGAN ,4 84,92 0,67 3,3 9 KAB. CIREBON ,3 54,90 2,57 3,8 10 KAB. MAJALENGKA ,5 78,66 1,74 3,3 11 KAB. SUMEDANG ,2 88,53 1,47 2,6 12 KAB. INDRAMAYU ,1 70,05 1,97 2,6 13 KAB. SUBANG 8 0-0, KAB. PURWAKARTA ,6 30,05 7,70 3,8 15 KAB. KARAWANG ,8 42,81 4,11 4,4 16 KAB. BEKASI ,2 53,24 4,92 2,0 17 KAB. BANDUNG BARAT ,2 35,93 5,97 4,0 18 KAB. PANGANDARAN KOTA BOGOR ,4 50,91 3,49 3,9 20 KOTA SUKABUMI ,9 56,34 2,21 3,8 21 KOTA BANDUNG ,9 78,93 1,72 0,4 22 KOTA CIREBON ,9 56,70 2,84 3,6 23 KOTA BEKASI ,4 55,43 3,26 4,1 24 KOTA DEPOK ,2 58,09 3,26 2,7 25 KOTA CIMAHI ,6 68,63 2,04 2,7 26 KOTA TASIKMALAYA ,3 63,77 2,27 3,6 27 KOTA BANJAR ,6 12,99 JAWA BARAT ,5 57,23 3,0 3,1 Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015 Keterangan: a termasuk rumah sakit swasta ALOS (HARI)

282 TABEL 57 PERSENTASE RUMAH TANGGA BERPERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (BER-PHBS) MENURUT KABUPATEN/KOTA KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015 RUMAH TANGGA NO KABUPATEN/KOTA JUMLAH JUMLAH DIPANTAU % DIPANTAU BER- PHBS % BER- PHBS KAB. BOGOR , ,1 2 KAB. SUKABUMI , ,7 3 KAB. CIANJUR , ,7 4 KAB. BANDUNG , ,3 5 KAB. GARUT , ,6 6 KAB. TASIKMALAYA , ,3 7 KAB. CIAMIS , ,5 8 KAB. KUNINGAN , ,1 9 KAB. CIREBON , ,7 10 KAB. MAJALENGKA , ,5 11 KAB. SUMEDANG , ,3 12 KAB. INDRAMAYU , ,2 13 KAB. SUBANG , ,1 14 KAB. PURWAKARTA , ,8 15 KAB. KARAWANG , ,7 16 KAB. BEKASI , ,5 17 KAB. BANDUNG BARAT , ,0 18 KAB. PANGANDARAN , ,3 19 KOTA BOGOR , ,4 20 KOTA SUKABUMI , ,6 21 KOTA BANDUNG , ,9 22 KOTA CIREBON , ,3 23 KOTA BEKASI , ,3 24 KOTA DEPOK , ,5 25 KOTA CIMAHI , ,8 26 KOTA TASIKMALAYA , ,3 27 KOTA BANJAR , ,3 JAWA BARAT , ,7 Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015

283 TABEL 58 NO KABUPATEN/KOTA JUMLAH SELURUH RUMAH RUMAH MEMENUHI JUMLAH RUMAH MEMENUHI RUMAH DIBINA SYARAT (RUMAH RUMAH YANG RUMAH DIBINA SYARAT (RUMAH MEMENUHI SYARAT SEHAT) BELUM SEHAT) MEMENUHI JUMLAH % SYARAT JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % KAB. BOGOR , , , ,50 2 KAB. SUKABUMI , , , ,11 3 KAB. CIANJUR , , , ,62 4 KAB. BANDUNG , , , ,43 5 KAB. GARUT , , , ,81 6 KAB. TASIKMALAYA , , , ,15 7 KAB. CIAMIS , , , ,18 8 KAB. KUNINGAN , , , ,10 9 KAB. CIREBON , , , ,18 10 KAB. MAJALENGKA , , , ,34 11 KAB. SUMEDANG , , , ,88 12 KAB. INDRAMAYU , , , ,01 13 KAB. SUBANG , , , ,79 14 KAB. PURWAKARTA , , , ,45 15 KAB. KARAWANG , , , ,00 16 KAB. BEKASI , , , ,18 17 KAB. BANDUNG BARAT , , , ,00 18 KAB. PANGANDARAN , , , ,03 19 KOTA BOGOR , , , ,53 20 KOTA SUKABUMI , , , ,51 21 KOTA BANDUNG , , , ,02 22 KOTA CIREBON , , , ,80 23 KOTA BEKASI , , , ,15 24 KOTA DEPOK , , , ,93 25 KOTA CIMAHI , , , ,31 26 KOTA TASIKMALAYA , , , ,02 27 KOTA BANJAR , , , ,35 JAWA BARAT , ,09 Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015 PERSENTASE RUMAH SEHAT MENURUT KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015

284 JUMLAH SARANA JUMLAH PENDUDUK PENGGUNA JUMLAH SARANA JUMLAH PENDUDUK PENGGUNA JUMLAH SARANA JUMLAH PENDUDUK PENGGUNA JUMLAH SARANA JUMLAH PENDUDUK PENGGUNA JUMLAH SARANA JUMLAH PENDUDUK PENGGUNA JUMLAH SARANA JUMLAH PENDUDUK PENGGUNA JUMLAH SARANA JUMLAH PENDUDUK PENGGUNA JUMLAH SARANA JUMLAH PENDUDUK PENGGUNA TABEL 59 NO KABUPATEN/KOTA PENDUDUK PENDUDUK DENGAN AKSES BERKELANJUTAN TERHADAP AIR MINUM BERKUALITAS (LAYAK) MENURUT KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015 MEMENUHI SYARAT BUKAN JARINGAN PERPIPAAN SUMUR GALI TERLINDUNG SUMUR GALI DENGAN POMPA SUMUR BOR DENGAN POMPA TERMINAL AIR MEMENUHI SYARAT KAB. BOGOR KAB. SUKABUMI KAB. CIANJUR KAB. BANDUNG KAB. GARUT KAB. TASIKMALAYA KAB. CIAMIS KAB. KUNINGAN KAB. CIREBON KAB. MAJALENGKA KAB. SUMEDANG KAB. INDRAMAYU KAB. SUBANG KAB. PURWAKARTA KAB. KARAWANG KAB. BEKASI KAB. BANDUNG BARAT KAB. PANGANDARAN KOTA BOGOR MEMENUHI SYARAT 20 KOTA SUKABUMI KOTA BANDUNG KOTA CIREBON KOTA BEKASI KOTA DEPOK KOTA CIMAHI KOTA TASIKMALAYA KOTA BANJAR MEMENUHI SYARAT JAWA BARAT Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015

285 JUMLAH SARANA JUMLAH PENDUDUK PENGGUNA JUMLAH SARANA JUMLAH PENDUDUK PENGGUNA JUMLAH SARANA JUMLAH PENDUDUK PENGGUNA JUMLAH SARANA JUMLAH PENDUDUK PENGGUNA JUMLAH SARANA JUMLAH PENDUDUK PENGGUNA JUMLAH SARANA JUMLAH PENDUDUK PENGGUNA JUMLAH % TABEL 59 PENDUDUK DENGAN AKSES BERKELANJUTAN TERHADAP AIR MINUM BERKUALITAS (LAYAK) MENURUT KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015 MATA AIR TERLINDUNG BUKAN JARINGAN PERPIPAAN PENAMPUNGAN AIR HUJAN PERPIPAAN (PDAM,BPSPAM) PENDUDUK YANG MEMILIKI AKSES AIR MINUM NO KABUPATEN/KOTA PENDUDUK KAB. BOGOR KAB. SUKABUMI KAB. CIANJUR KAB. BANDUNG KAB. GARUT KAB. TASIKMALAYA KAB. CIAMIS KAB. KUNINGAN KAB. CIREBON KAB. MAJALENGKA KAB. SUMEDANG KAB. INDRAMAYU KAB. SUBANG KAB. PURWAKARTA KAB. KARAWANG KAB. BEKASI KAB. BANDUNG BARAT KAB. PANGANDARAN KOTA BOGOR KOTA SUKABUMI KOTA BANDUNG KOTA CIREBON KOTA BEKASI KOTA DEPOK KOTA CIMAHI KOTA TASIKMALAYA KOTA BANJAR MEMENUHI SYARAT MEMENUHI SYARAT MEMENUHI SYARAT , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,24 JAWA BARAT ,64 Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Ta

286 TABEL 60 PERSENTASE KUALITAS AIR MINUM DI PENYELENGGARA AIR MINUM YANG MEMENUHI SYARAT KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015 NO KABUPATEN/KOTA JUMLAH PENYELENGGARA AIR MINUM JUMLAH % KAB. BOGOR ,64 2 KAB. SUKABUMI ,14 3 KAB. CIANJUR ,89 4 KAB. BANDUNG ,18 5 KAB. GARUT ,00 6 KAB. TASIKMALAYA ,77 7 KAB. CIAMIS ,76 8 KAB. KUNINGAN ,05 9 KAB. CIREBON ,93 10 KAB. MAJALENGKA ,35 11 KAB. SUMEDANG ,83 12 KAB. INDRAMAYU ,39 13 KAB. SUBANG ,67 14 KAB. PURWAKARTA ,74 15 KAB. KARAWANG ,00 16 KAB. BEKASI ,25 17 KAB. BANDUNG BARAT ,31 18 KAB. PANGANDARAN ,00 19 KOTA BOGOR ,00 20 KOTA SUKABUMI ,31 21 KOTA BANDUNG ,00 22 KOTA CIREBON ,40 23 KOTA BEKASI ,53 24 KOTA DEPOK ,00 25 KOTA CIMAHI ,00 26 KOTA TASIKMALAYA ,20 27 KOTA BANJAR ,73 JAWA BARAT ,85 Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015 JUMLAH SAMPEL DIPERIKSA MEMENUHI SYARAT (FISIK, BAKTERIOLOGI, DAN KIMIA)

287 JUMLAH PENDUDUK JUMLAH SARANA JUMLAH PENDUDUK PENGGUNA JUMLAH SARANA JUMLAH PENDUDUK PENGGUNA % PENDUDUK PENGGUNA JUMLAH SARANA JUMLAH PENDUDUK PENGGUNA JUMLAH SARANA JUMLAH PENDUDUK PENGGUNA % PENDUDUK PENGGUNA TABEL 61 PENDUDUK DENGAN AKSES TERHADAP FASILITAS SANITASI YANG LAYAK (JAMBAN SEHAT) MENURUT JENIS JAMBAN, KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015 KOMUNAL MEMENUHI SYARAT JENIS SARANA JAMBAN LEHER ANGSA MEMENUHI SYARAT NO KABUPATEN/KOTA KAB. BOGOR , ,33 2 KAB. SUKABUMI , ,12 3 KAB. CIANJUR , ,73 4 KAB. BANDUNG , ,50 5 KAB. GARUT ,10 6 KAB. TASIKMALAYA , ,34 7 KAB. CIAMIS , ,07 8 KAB. KUNINGAN , ,93 9 KAB. CIREBON , ,66 10 KAB. MAJALENGKA , ,15 11 KAB. SUMEDANG , ,08 12 KAB. INDRAMAYU ,74 13 KAB. SUBANG ,98 14 KAB. PURWAKARTA , ,86 15 KAB. KARAWANG , ,69 16 KAB. BEKASI , ,77 17 KAB. BANDUNG BARAT , ,84 18 KAB. PANGANDARAN ,28 19 KOTA BOGOR , ,52 20 KOTA SUKABUMI , ,32 21 KOTA BANDUNG ,41 22 KOTA CIREBON , ,80 23 KOTA BEKASI , ,03 24 KOTA DEPOK , ,71 25 KOTA CIMAHI , ,09 26 KOTA TASIKMALAYA ,52 27 KOTA BANJAR , ,82 JAWA BARAT , ,71 Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015

288 JUMLAH PENDUDUK JUMLAH SARANA JUMLAH PENDUDUK PENGGUNA JUMLAH SARANA JUMLAH PENDUDUK PENGGUNA % PENDUDUK PENGGUNA JUMLAH SARANA JUMLAH PENDUDUK PENGGUNA JUMLAH SARANA JUMLAH PENDUDUK PENGGUNA % PENDUDUK PENGGUNA TABEL 61 PENDUDUK DENGAN AKSES TERHADAP FASILITAS SANITASI YANG LAYAK (JAMBAN SEHAT) MENURUT JENIS JAMBAN, KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015 PLENGSENGAN MEMENUHI SYARAT JENIS SARANA JAMBAN CEMPLUNG MEMENUHI SYARAT PENDUDUK DENGAN AKSES SANITASI LAYAK NO KABUPATEN/KOTA KAB. BOGOR KAB. SUKABUMI KAB. CIANJUR KAB. BANDUNG KAB. GARUT KAB. TASIKMALAYA KAB. CIAMIS KAB. KUNINGAN KAB. CIREBON KAB. MAJALENGKA KAB. SUMEDANG KAB. INDRAMAYU KAB. SUBANG KAB. PURWAKARTA KAB. KARAWANG KAB. BEKASI KAB. BANDUNG BARAT KAB. PANGANDARAN KOTA BOGOR KOTA SUKABUMI KOTA BANDUNG KOTA CIREBON KOTA BEKASI KOTA DEPOK KOTA CIMAHI KOTA TASIKMALAYA KOTA BANJAR JUMLAH % , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,44 JAWA BARAT , , ,70 Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015

289 TABEL 62 DESA YANG MELAKSANAKAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015 SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM) NO KABUPATEN/KOTA JUMLAH DESA MELAKSANAKAN DESA STOP BABS DESA/KELURAHAN DESA STBM STBM (SBS) JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % KAB. BOGOR , ,68-0,0 2 KAB. SUKABUMI ,5 36 9, ,37 3 KAB. CIANJUR ,8-0,00-0,0 4 KAB. BANDUNG ,8-0,00 5 1,79 5 KAB. GARUT ,8-0, ,16 6 KAB. TASIKMALAYA , ,84 7 KAB. CIAMIS , ,57 8 KAB. KUNINGAN ,8-0, ,89 9 KAB. CIREBON , , ,11 10 KAB. MAJALENGKA ,9-0,00-0,00 11 KAB. SUMEDANG , KAB. INDRAMAYU ,0-0, ,47 13 KAB. SUBANG ,9-0, ,57 14 KAB. PURWAKARTA ,3-0, ,94 15 KAB. KARAWANG ,2-0, ,04 16 KAB. BEKASI , , ,04 17 KAB. BANDUNG BARAT ,88-0,0 18 KAB. PANGANDARAN ,9-0,00-0,0 19 KOTA BOGOR , ,24-0,0 20 KOTA SUKABUMI ,9-0,00-0,0 21 KOTA BANDUNG ,9 0,00 1 0,66 22 KOTA CIREBON ,00 1 4,55 23 KOTA BEKASI ,1-0,00-0,00 24 KOTA DEPOK ,8-0,00 4 6,35 25 KOTA CIMAHI ,00 0,0 26 KOTA TASIKMALAYA ,9-0,00-0,0 27 KOTA BANJAR , JAWA BARAT , , ,81 Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015

290 SD SLTP SLTA PUSKESM AS RUMAH SAKIT BINTANG NON BINTANG JUMLAH TTU JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % TABEL 63 PERSENTASE TEMPAT-TEMPAT UMUM MEMENUHI SYARAT KESEHATAN MENURUT KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015 NO KABUPATEN/KOTA SARANA PENDIDIKAN YANG ADA SARANA KESEHATAN HOTEL TEMPAT-TEMPAT UMUM SARANA PENDIDIKAN SARANA KESEHATAN HOTEL SD SLTP SLTA PUSKESMAS KAB. BOGOR , , , , ,7 2 KAB. SUKABUMI , , , , ,5 3 KAB. CIANJUR , , , , ,8 4 KAB. BANDUNG , , , , , ,1 5 KAB. GARUT , , , , ,9 6 KAB. TASIKMALAYA , , , , , ,1 7 KAB. CIAMIS , , , , ,5 8 KAB. KUNINGAN , , , , , ,0 9 KAB. CIREBON , , , , ,1 10 KAB. MAJALENGKA , , , , ,4 11 KAB. SUMEDANG , , , , ,2 12 KAB. INDRAMAYU , , , , ,9 13 KAB. SUBANG , , , , , ,4 14 KAB. PURWAKARTA , , , , , ,2 15 KAB. KARAWANG , , , , ,9 16 KAB. BEKASI , , , , , ,7 17 KAB. BANDUNG BARAT , , , , ,4 18 KAB. PANGANDARAN , , , , ,2 19 KOTA BOGOR , , , , , ,1 20 KOTA SUKABUMI , , , , ,5 MEMENUHI SYARAT KESEHATAN RUMAH SAKIT UMUM 21 KOTA BANDUNG , , , , , ,1 22 KOTA CIREBON , , , , ,1 23 KOTA BEKASI , , , , , ,6 24 KOTA DEPOK , , , , , ,9 25 KOTA CIMAHI , , , , ,6 26 KOTA TASIKMALAYA , , , ,5 27 KOTA BANJAR , , , , ,6 BINTANG NON BINTANG TEMPAT-TEMPAT UMUM JAWA BARAT , , , , , , , ,46 Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015

291 TABEL 64 TEMPAT PENGELOLAAN MAKAN (TPM) MENURUT STATUS HIGIENE SANITASI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015 NO KABUPATEN/KOTA JUMLAH TPM JASA BOGA TPM MEMENUHI SYARAT HIGIENE SANITASI RUMAH MAKAN/ RESTORAN DEPOT AIR MINUM (DAM) MAKANAN JAJANAN TOTAL % JASA BOGA RUMAH MAKAN/ RESTORAN DEPOT AIR MINUM (DAM) MAKANAN JAJANAN TOTAL % KAB. BOGOR , ,9 2 KAB. SUKABUMI , ,5 3 KAB. CIANJUR , ,4 4 KAB. BANDUNG , ,4 5 KAB. GARUT , ,6 6 KAB. TASIKMALAYA , ,3 7 KAB. CIAMIS , ,4 8 KAB. KUNINGAN , ,3 9 KAB. CIREBON , ,1 10 KAB. MAJALENGKA , ,6 11 KAB. SUMEDANG , ,0 12 KAB. INDRAMAYU , ,2 13 KAB. SUBANG , ,4 14 KAB. PURWAKARTA , ,3 15 KAB. KARAWANG , ,4 16 KAB. BEKASI , ,2 17 KAB. BANDUNG BARAT , ,7 18 KAB. PANGANDARAN , ,3 19 KOTA BOGOR , ,2 20 KOTA SUKABUMI , ,8 21 KOTA BANDUNG , ,8 TPM TIDAK MEMENUHI SYARAT HIGIENE SANITASI 22 KOTA CIREBON , ,1 23 KOTA BEKASI , ,0 24 KOTA DEPOK , ,9 25 KOTA CIMAHI , ,4 26 KOTA TASIKMALAYA , ,5 27 KOTA BANJAR , ,7 JAWA BARAT , ,57 Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015

292 JUMLAH TPM TIDAK MEMENUHI SYARAT JASA BOGA RUMAH MAKAN/ RESTORAN DEPOT AIR MINUM (DAM) MAKANAN JAJANAN TOTAL PERSENTASE TPM DIBINA JUMLAH TPM MEMENUHI SYARAT HIGIENE SANITASI JASA BOGA RUMAH MAKAN/ RESTORAN DEPOT AIR MINUM (DAM) MAKANAN JAJANAN TOTAL PERSENTASE TPM DIUJI PETIK TABEL 65 TEMPAT PENGELOLAAN MAKANAN DIBINA DAN DIUJI PETIK PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015 JUMLAH TPM DIBINA JUMLAH TPM DIUJI PETIK NO KABUPATEN/KOTA KAB. BOGOR , ,01 2 KAB. SUKABUMI , ,10 3 KAB. CIANJUR ,60 4 KAB. BANDUNG , ,72 5 KAB. GARUT , ,97 6 KAB. TASIKMALAYA , ,46 7 KAB. CIAMIS , ,35 8 KAB. KUNINGAN ,36 9 KAB. CIREBON , ,90 10 KAB. MAJALENGKA , ,70 11 KAB. SUMEDANG , ,92 12 KAB. INDRAMAYU , ,28 13 KAB. SUBANG , ,58 14 KAB. PURWAKARTA , ,14 15 KAB. KARAWANG , ,85 16 KAB. BEKASI , ,68 17 KAB. BANDUNG BARAT , ,17 18 KAB. PANGANDARAN , ,25 19 KOTA BOGOR , ,47 20 KOTA SUKABUMI , ,56 21 KOTA BANDUNG ,99 22 KOTA CIREBON , ,43 23 KOTA BEKASI , ,75 24 KOTA DEPOK , ,56 25 KOTA CIMAHI , ,35 26 KOTA TASIKMALAYA , ,17 27 KOTA BANJAR , ,99 JAWA BARAT , ,87 Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015

293 TABEL 66 NO NAMA OBAT SATUAN TERKECIL KEBUTUHAN TOTAL PENGGUNAAN SISA STOK JUMLAH OBAT/VAKSIN PERSENTASE KETERSEDIAAN OBAT/VAKSIN Alopurinol tablet 100 mg tablet ,88 2 Aminofilin tablet 200 mg tablet ,59 3 Aminofilin injeksi 24 mg/ml tablet ,56 4 Amitripilin tablet salut 25 mg (HCL) tablet ,25 5 Amoksisilin kapsul 250 mg kapsul ,92 6 Amoksisilin kaplet 500 mg kaplet ,63 7 Amoksisilin sirup kering 125 mg/ 5 mg botol ,26 8 Metampiron tablet 500 mg tablet ,91 9 Metampiron injeksi 250 mg ampul ,27 10 Antasida DOEN I tablet kunyah, kombinasi :Aluminium Hidroksida 200 mg + Magnesium Hidroksida 200 mg 11 Anti Bakteri DOEN saleb kombinasi : Basitrasin 500 IU/g + polimiksin IU/g 12 Antihemoroid DOEN kombinasi : Bismut Subgalat 150 mg + Heksaklorofen 250 mg tablet ,49 tube ,92 supp ,63 13 Antifungi DOEN Kombinasi : Asam Benzoat 6% + Asam Salisilat 3% pot ,29 14 Antimigren : Ergotamin tartrat 1 mg + Kofein 50 mg tablet ,58 15 Antiparkinson DOEN tablet kombinasi : Karbidopa 25 mg + Levodopa 250 mg PERSENTASE KETERSEDIAAN OBAT DAN VAKSIN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015 tablet ,08 16 Aqua Pro Injeksi Steril, bebas pirogen vial ,16 17 Asam Askorbat (vitamin C) tablet 50 mg tablet ,93 18 Asam Asetisalisilat tablet 100 mg (Asetosal) tablet ,88 19 Asam Asetisalisilat tablet 500 mg (Asetosal) tablet ,21 20 Atropin sulfat tablet 0,5 mg tablet ,69 21 Atropin tetes mata 0,5% botol ,04 22 Atropin injeksi l.m/lv/s.k. 0,25 mg/ml - 1 ml (sulfat) ampul ,61 23 Betametason krim 0,1 % krim ,51 24 Deksametason Injeksi I.v. 5 mg/ml ampul ,62 25 Deksametason tablet 0,5 mg tablet ,47 26 Dekstran 70-larutan infus 6% steril botol ,03 27 Dekstrometorfan sirup 10 mg/5 ml (HBr) botol ,77 28 Dekstrometorfan tablet 15 mg (HBr) tablet ,64 29 Diazepam Injeksi 5mg/ml ampul ,29 30 Diazepam tablet 2 mg tablet ,66 31 Diazepam tablet 5 mg tablet ,49 32 Difenhidramin Injeksi I.M. 10 mg/ml (HCL) ampul ,63 33 Diagoksin tablet 0,25 mg tablet ,39 34 Efedrin tablet 25 mg (HCL) tablet ,31 35 Ekstrks belladona tablet 10 mg tablet ,25 36 Epinefrin (Adrenalin) injeksi 0,1% (sebagai HCL) ampul ,34 37 Etakridin larutan 0,1% botol ,73 38 Fenitoin Natriun Injeksi 50 mg/ml ampul Fenobarbital Injeksi I.m/I.v 50 mg/ml ampul ,56 40 Fenobarbital tablet 30 mg tablet ,51 41 Fenoksimetil Penisilin tablet 250 mg tablet ,85 42 Fenoksimetil Penisilin tablet 500 mg tablet ,75 43 Fenol Gliserol tetes telinga 10% botol ,24 44 Fitomenadion (Vit. K1) injeksi 10 mg/ml ampul ,44 45 Fitomenadion (Vit. K1) tablet salut gula 10 mg tablet ,06 46 Furosemid tablet 40 mg tablet ,00 47 Gameksan lotion 1 % botol Garam Oralit I serbuk Kombinasi : Natrium 0,70 g, Kalium klorida 0,30 sach ,07 g, Tribatrium Sitrt dihidrat 0,58 g 49 Gentian Violet Larutan 1 % botol ,47 50 Glibenklamida tablet 5 mg tablet ,13 51 Gliseril Gualakolat tablet 100 mg tablet ,76 52 Gliserin botol ,79 53 Glukosa larutan infus 5% botol ,27 54 Glukosa larutan infus 10% botol ,34 55 Glukosa larutan infus 40% steril (produk lokal) ampul ,82 56 Griseofulvin tablet 125 mg, micronized tablet ,35 57 Haloperidol tablet 0,5 mg tablet ,87 58 Haloperidol tablet 1,5 mg tablet ,41 59 Haloperidol tablet 5 mg tablet ,41 60 Hidroklorotiazida tablet 25 mg tablet ,04 61 Hidrkortison krim 2,5% tube ,11 62 Ibuprofen tablet 200 mg tablet ,18 63 Ibuprofen tablet 400 mg tablet ,87 64 Isosorbid Dinitrat Tablet Sublingual 5 mg tablet ,72 65 Kalsium Laktat (Kalk) tablet 500 mg tablet ,18 66 Kaptopril tablet 12,5 mg tablet ,24 67 Kaptopril tablet 25 mg tablet ,77 68 Karbamazepim tablet 200 mg tablet ,25 69 Ketamin Injeksi 10 mg/ml vial #DIV/0! 70 Klofazimin kapsul 100 mg microzine kapsul #DIV/0! 71 Kloramfenikol kapsul 250 mg kapsul ,20 72 Kloramfenikol tetes telinga 3 % botol ,25 73 Kloraniramina mealeat (CTM) tablet 4 mg tablet ,95 74 Klorpromazin injeksi i.m 5 mg/ml-2ml (HCL) ampul ,13 75 Klorpromazin injeksi i.m 25 mg/ml (HCL) ampul ,04 76 Klorpromazin tablet salut 25 mg (HCL) tablet ,71 77 Klorpromazin HCl tablet salut 100 mg (HCL) tablet ,15

294 NO NAMA OBAT PERSENTASE KETERSEDIAAN OBAT DAN VAKSIN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015 SATUAN TERKECIL KEBUTUHAN TOTAL PENGGUNAAN SISA STOK JUMLAH OBAT/VAKSIN PERSENTASE KETERSEDIAAN OBAT/VAKSIN Anti Malaria DOEN Kombinasi Pirimetamin 25 mg + Sulfadoxin 500 mg tablet Kotrimosazol Suspensi Kombinasi :Sulfametoksazol 200 mg + botol ,72 Trimetoprim 40 mg/ 5 ml 80 Kotrimosazol DOEN I (dewasa) Kombinasi : Sulfametoksazol 400 mg, tablet ,02 Trimetoprim 80 mg 81 Kotrimosazol DOEN II (pediatrik) Kombinasi : Sulfametoksazol 100 mg, tablet ,79 Trimetoprim 20 mg 82 Kuinin (kina) tablet 200 mg tablet #DIV/0! 83 Kuinin Dihidrokklorida injeksi 25%-2 ml ampul #DIV/0! 84 Lidokain injeksi 2% (HCL) + Epinefrin 1 : ml vial ,50 85 Magnesium Sulfat inj (IV) 20%-25 ml vial ,98 86 Magnesium Sulfat inj (IV) 40%-25 ml vial ,60 87 Magnesium Sulfat serbuk 30 gram sach #DIV/0! 88 Mebendazol sirup 100 mg / 5 ml botol Mebendazol tablet 100 mg tablet ,93 90 Metilergometrin Maleat (Metilergometrin) tablet salut 0,125 mg tablet ,23 91 Metilergometrin Maleat injeksi 0,200 mg -1 ml ampul ,42 92 Metronidazol tablet 250 mg tablet ,90 93 Natrium Bikarbonat tablet 500 mg tablet ,59 94 Natrium Fluoresein tetes mata 2 % botol #DIV/0! 95 Natrium Klorida larutan infus 0,9 % botol ,14 96 Natrium Thiosulfat injeksi I.v. 25 % ampul #DIV/0! 97 Nistatin tablet salut IU/g tablet ,17 98 Nistatin Vaginal tablet salut IU/g tablet ,33 99 Obat Batuk hitam ( O.B.H.) botol , Oksitetrasiklin HCL salep mata 1 % tube , Oksitetrasiklin injeksi I.m. 50 mg/ml-10 ml vial , Oksitosin injeksi 10 UI/ml-1 ml ampul , Paracetamol sirup 120 mg / 5 ml botol , Paracetamol tablet 100 mg tablet , Paracetamol tablet 500 mg tablet , Pilokarpin tetes mata 2 % (HCL/Nitrat) botol , Pirantel tab. Score (base) 125 mg tablet , Piridoksin (Vitamin B6) tablet 10 mg (HCL) tablet , Povidon Iodida larutan 10 % botol , Povidon Iodida larutan 10 % botol , Prednison tablet 5 mg tablet , Primakuin tablet 15 mg tablet , Propillitiourasil tablet 100 mg tablet , Propanol tablet 40 mg (HCL) tablet , Reserpin tablet 0,10 mg tablet , Reserpin tablet 0,25 mg tablet , Ringer Laktat larutan infus botol , Salep 2-4, kombinasi: Asam Salisilat 2% + Belerang endap 4% tube , Salisil bedak 2% kotak , Serum Anti Bisa Ular Polivalen injeksi 5 ml (ABU I) vial , Serum Anti Bisa Ular Polivalen injeksi 50 ml (ABU II) vial #DIV/0! 122 Serum Anti Difteri Injeksi IU/vial (A.D.S.) vial , Serum Anti Tetanus Injeksi IU/ampul (A.T.S.) ampul , Serum Anti Tetanus Injeksi IU/vial (A.T.S.) vial , Sianokobalamin (Vitamin B12) injeksi 500 mcg ampul , Sulfasetamida Natrium tetes mata 15 % botol , Tetrakain HCL tetes mata 0,5% botol , Tetrasiklin kapsul 250 mg kapsul , Tetrasiklin kapsul 500 mg kapsul , Tiamin (vitamin B1) injeksi 100 mg/ml ampul , Tiamin (vitamin B1) tablet 50 mg (HCL/Nitrat) tablet , Tiopental Natrium serbuk injeksi 1000 mg/amp ampul #DIV/0! 133 Triheksifenidil tablet 2 mg tablet , Vaksin Rabies Vero vial , Vitamin B Kompleks tablet tablet ,64 VAKSIN BCG vial , T T vial , D T vial , CAMPAK 10 Dosis vial , POLIO 10 Dosis vial , DPT-HB vial , HEPATITIS B 0,5 ml ADS vial , POLIO 20 Dosis vial , CAMPAK 20 Dosis vial ,79 KETERANGAN : Jumlah rata-rata kebutuhan obat Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015

295 TABEL 67 JUMLAH SARANA KESEHATAN MENURUT KEPEMILIKAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015 NO FASILITAS KESEHATAN PEMILIKAN/PENGELOLA KEMENKES PEM.PROV PEM.KAB/KOTA TNI/POLRI BUMN SWASTA JUMLAH RUMAH SAKIT 1 RUMAH SAKIT UMUM RUMAH SAKIT KHUSUS PUSKESMAS DAN JARINGANNYA 1 PUSKESMAS RAWAT INAP JUMLAH TEMPAT TIDUR PUSKESMAS NON RAWAT INAP PUSKESMAS KELILING PUSKESMAS PEMBANTU SARANA PELAYANAN LAIN 1 RUMAH BERSALIN BALAI PENGOBATAN/KLINIK PRAKTIK DOKTER BERSAMA 25 4 PRAKTIK DOKTER PERORANGAN PRAKTIK PENGOBATAN TRADISIONAL BANK DARAH RUMAH SAKIT 16 7 UNIT TRANSFUSI DARAH 19 SARANA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI KEFARMASIAN 1 INDUSTRI FARMASI 8 2 INDUSTRI OBAT TRADISIONAL 19 3 USAHA KECIL OBAT TRADISIONAL 63 4 PRODUKSI ALAT KESEHATAN 12 5 PEDAGANG BESAR FARMASI APOTEK TOKO OBAT PENYALUR ALAT KESEHATAN 113

296 TABEL 67 A JUMLAH RUMAH SAKIT MENURUT KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015 NO KABUPATEN/KOTA UMUM IBU ANAK/ BERSALIN JIWA PARU KHUSUS LAINNYA JUMLAH KAB BOGOR KAB SUKABUMI KAB CIANJUR KAB BANDUNG KAB GARUT KAB TASIKMALAYA KAB CIAMIS KAB KUNINGAN KAB CIREBON KAB MAJALENGKA KAB SUMEDANG KAB INDRAMAYU KAB SUBANG KAB PURWAKARTA KAB KARAWANG KAB BEKASI KAB BANDUNG BARAT KAB PANGANDARAAN KOTA BOGOR KOTA SUKABUMI KOTA BANDUNG KOTA CIREBON KOTA BEKASI KOTA DEPOK KOTA CIMAHI KOTA TASIKMALAYA KOTA BANJAR 3 3 JAWA BARAT Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015 RUMAH SAKIT

297 TABEL 67 B NO KABUPATEN/KOTA JUMLAH PUSKESMAS DENGAN PONED, TEMPAT TIDUR PUSKESMAS, PUSKESMAS KELILING DAN RUMAH SAKIT DENGAN PONEK, JUMLAH PUSKESMAS PUSKESMAS TANPA PERAWATAN PUSKESMAS DENGAN PERAWATAN DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015 TEMPAT TIDUR PUSKESMAS PUSKESMAS DENGAN PONED PUSKESMAS KELILING PUSKESMAS JUMLAH PEMBANTU RUMAH SAKIT PERAWATAN PONED JUMLAH % JUMLAH % RODA 4 RODA 2 PERAHU JUMLAH % KAB. BOGOR , , ,0 2 KAB. SUKABUMI ,6 30 5, ,3 3 KAB. CIANJUR , ,3 4 KAB. BANDUNG , , KAB. GARUT , , ,7 6 KAB. TASIKMALAYA , KAB. CIAMIS ,4 19 5, ,0 8 KAB. KUNINGAN , , ,3 9 KAB. CIREBON , , ,0 10 KAB. MAJALENGKA , , KAB. SUMEDANG , , ,0 12 KAB. INDRAMAYU , , ,3 13 KAB. SUBANG , KAB. PURWAKARTA , , ,0 15 KAB. KARAWANG , KAB. BEKASI , , KAB. BANDUNG BARAT , , KAB. PANGANDARAN , , KOTA BOGOR , , KOTA SUKABUMI , RUMAH SAKIT DENGAN PONEK 21 KOTA BANDUNG , KOTA CIREBON KOTA BEKASI , , KOTA DEPOK , KOTA CIMAHI ,3 26 KOTA TASIKMALAYA , KOTA BANJAR , TEMPAT TIDUR JAWA BARAT , ,0 884,3 8, ,3 Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015

298 TABEL 68 PERSENTASE SARANA KESEHATAN (RUMAH SAKIT) DENGAN KEMAMPUAN PELAYANAN GAWAT DARURAT (GADAR ) LEVEL I PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015 NO SARANA KESEHATAN JUMLAH SARANA MEMPUNYAI KEMAMPUAN YAN. GADAR LEVEL I JUMLAH % RUMAH SAKIT UMUM RUMAH SAKIT KHUSUS JAWA BARAT Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015

299 TABEL 68 A PERSENTASE SARANA KESEHATAN (RUMAH SAKIT) DENGAN KEMAMPUAN PELAYANAN GAWAT DARURAT (GADAR ) LEVEL I, PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015 NO KAB/KOTA JUMLAH SARANA MEMPUNYAI KEMAMPUAN YAN. GADAR LEVEL I RUMAH SAKIT UMUM RUMAH SAKIT KHUSUS TOTAL % KAB. BOGOR KAB. SUKABUMI KAB. CIANJUR KAB. BANDUNG KAB. GARUT KAB. TASIKMALAYA KAB. CIAMIS KAB. KUNINGAN KAB. CIREBON KAB. MAJALENGKA KAB. SUMEDANG KAB. INDRAMAYU KAB. SUBANG KAB. PURWAKARTA KAB. KARAWANG KAB. BEKASI KAB. BANDUNG BARAT KAB. PANGANDARAN KOTA BOGOR KOTA SUKABUMI KOTA BANDUNG KOTA CIREBON KOTA BEKASI KOTA DEPOK KOTA CIMAHI KOTA TASIKMALAYA KOTA BANJAR JAWA BARAT Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015

300 TABEL 69 NO KABUPATEN/KOTA STRATA POSYANDU POSYANDU AKTIF PRATAMA MADYA PURNAMA MANDIRI JUMLAH JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % KAB. BOGOR 70 3, , , , ,27 2 KAB. SUKABUMI 33 1, , , , ,08 3 KAB. CIANJUR 170 8, , , , ,37 4 KAB. BANDUNG , , , , ,02 5 KAB. GARUT 113 5, , , , ,77 6 KAB. TASIKMALAYA , , , , ,21 7 KAB. CIAMIS 4 0, , , , ,95 8 KAB. KUNINGAN 14 0, , , , ,16 9 KAB. CIREBON , , , , ,69 10 KAB. MAJALENGKA , , , , ,79 11 KAB. SUMEDANG 142 7, , , , ,73 12 KAB. INDRAMAYU - 0, , , , ,96 13 KAB. SUBANG 21 1, , , , ,68 14 KAB. PURWAKARTA 79 4, , , , ,06 15 KAB. KARAWANG 2 0, , , , ,87 16 KAB. BEKASI , , , , ,71 17 KAB. BANDUNG BARAT - 0, , , , ,24 18 KAB. PANGANDARAN 5 0, , , , ,31 19 KOTA BOGOR - 0, , , , ,31 20 KOTA SUKABUMI 7 0, , , , ,80 21 KOTA BANDUNG - 0, , , , ,13 22 KOTA CIREBON 4 0, , , , ,73 23 KOTA BEKASI 54 2, , , , ,57 24 KOTA DEPOK 5 0, , , , ,36 25 KOTA CIMAHI 1 0, , , , ,67 26 KOTA TASIKMALAYA 37 1, , , , ,48 27 KOTA BANJAR - 0, , , , ,46 JAWA BARAT , , , , ,57 RASIO POSYANDU PER 100 BALITA 1 Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015 JUMLAH POSYANDU MENURUT STRATA, KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015

301 TABEL 70 JUMLAH UPAYA KESEHATAN BERSUMBERDAYA MASYARAKAT (UKBM) MENURUT KABUPATEN/KOTA 'PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015 NO KABUPATEN/KOTA DESA/ KELURAHAN UPAYA KESEHATAN BERSUMBERDAYA MASYARAKAT (UKBM) POSKESDES POLINDES POSBINDU KAB. BOGOR KAB. SUKABUMI KAB. CIANJUR KAB. BANDUNG KAB. GARUT KAB. TASIKMALAYA KAB. CIAMIS KAB. KUNINGAN KAB. CIREBON KAB. MAJALENGKA KAB. SUMEDANG KAB. INDRAMAYU KAB. SUBANG KAB. PURWAKARTA KAB. KARAWANG KAB. BEKASI KAB. BANDUNG BARAT KAB. PANGANDARAN KOTA BOGOR KOTA SUKABUMI KOTA BANDUNG KOTA CIREBON KOTA BEKASI KOTA DEPOK KOTA CIMAHI KOTA TASIKMALAYA KOTA BANJAR JAWA BARAT Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015

302 TABEL 71 JUMLAH DESA SIAGA MENURUT KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015 NO KABUPATEN/KOTA JUMLAH DESA/ KELURAHAN PRATAMA MADYA PURNAMA MANDIRI JUMLAH % KAB. BOGOR KAB. SUKABUMI KAB. CIANJUR KAB. BANDUNG KAB. GARUT ,9 6 KAB. TASIKMALAYA KAB. CIAMIS KAB. KUNINGAN KAB. CIREBON ,6 10 KAB. MAJALENGKA ,4 11 KAB. SUMEDANG KAB. INDRAMAYU KAB. SUBANG KAB. PURWAKARTA ,4 15 KAB. KARAWANG KAB. BEKASI KAB. BANDUNG BARAT KAB. PANGANDARAN KOTA BOGOR KOTA SUKABUMI KOTA BANDUNG ,3 22 KOTA CIREBON KOTA BEKASI KOTA DEPOK KOTA CIMAHI KOTA TASIKMALAYA KOTA BANJAR JAWA BARAT ,99 Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015 DESA/KELURAHAN SIAGA

303 TABEL 72 NO UNIT KERJA DR SPESIALIS a JUMLAH TENAGA MEDIS DI FASILITAS KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015 DOKTER UMUM L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P KAB. BOGOR KAB. SUKABUMI KAB. CIANJUR KAB. BANDUNG KAB. GARUT KAB. TASIKMALAYA KAB. CIAMIS KAB. KUNINGAN KAB. CIREBON KAB. MAJALENGKA KAB. SUMEDANG KAB. INDRAMAYU KAB. SUBANG KAB. PURWAKARTA KAB. KARAWANG KAB. BEKASI KAB. BANDUNG BARAT KAB. PANGANDARAN KOTA BOGOR KOTA SUKABUMI KOTA BANDUNG KOTA CIREBON KOTA BEKASI KOTA DEPOK KOTA CIMAHI KOTA TASIKMALAYA KOTA BANJAR TOTAL DOKTER GIGI DOKTER SPESIALIS GIGI TOTAL JUMLAH JAWA BARAT Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015

304 TABEL 72 A JUMLAH TENAGA MEDIS DI FASILITAS KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015 DR SPESIALIS a DOKTER DOKTER UMUM TOTAL DOKTER GIGI NO UNIT KERJA SPESIALIS GIGI TOTAL L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P I PUSKESMAS 1 KAB. BOGOR KAB. SUKABUMI KAB. CIANJUR KAB. BANDUNG KAB. GARUT KAB. TASIKMALAYA KAB. CIAMIS KAB. KUNINGAN KAB. CIREBON KAB. MAJALENGKA KAB. SUMEDANG KAB. INDRAMAYU KAB. SUBANG KAB. PURWAKARTA KAB. KARAWANG KAB. BEKASI KAB. BANDUNG BARAT KAB. PANGANDARAN KOTA BOGOR KOTA SUKABUMI KOTA BANDUNG KOTA CIREBON KOTA BEKASI KOTA DEPOK KOTA CIMAHI KOTA TASIKMALAYA KOTA BANJAR SUB JUMLAH I (PUSKESMAS)

305 DR SPESIALIS a DOKTER DOKTER UMUM TOTAL DOKTER GIGI NO UNIT KERJA SPESIALIS GIGI TOTAL L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P II RUMAH SAKIT 1 KAB. BOGOR KAB. SUKABUMI KAB. CIANJUR KAB. BANDUNG KAB. GARUT KAB. TASIKMALAYA KAB. CIAMIS KAB. KUNINGAN KAB. CIREBON KAB. MAJALENGKA KAB. SUMEDANG KAB. INDRAMAYU KAB. SUBANG KAB. PURWAKARTA KAB. KARAWANG KAB. BEKASI KAB. BANDUNG BARAT KAB. PANGANDARAN KOTA BOGOR KOTA SUKABUMI KOTA BANDUNG KOTA CIREBON KOTA BEKASI KOTA DEPOK KOTA CIMAHI KOTA TASIKMALAYA KOTA BANJAR SUB JUMLAH II (RUMAH SAKIT)

306 DR SPESIALIS a DOKTER DOKTER UMUM TOTAL DOKTER GIGI NO UNIT KERJA SPESIALIS GIGI TOTAL L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P III SARANA PELAYANAN KESEHATAN LAIN 1 KAB. BOGOR KAB. SUKABUMI KAB. CIANJUR KAB. BANDUNG KAB. GARUT KAB. TASIKMALAYA KAB. CIAMIS KAB. KUNINGAN KAB. CIREBON KAB. MAJALENGKA KAB. SUMEDANG KAB. INDRAMAYU KAB. SUBANG KAB. PURWAKARTA KAB. KARAWANG KAB. BEKASI KAB. BANDUNG BARAT KAB. PANGANDARAN KOTA BOGOR KOTA SUKABUMI KOTA BANDUNG KOTA CIREBON KOTA BEKASI KOTA DEPOK KOTA CIMAHI KOTA TASIKMALAYA KOTA BANJAR SUB JUMLAH III JAWA BARAT RASIO TERHADAP PENDUDUK 11,53 10,21 21,83 2,74 0,48 3,50 Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015 Keterangan : a termasuk S3

307 TABEL 73 JUMLAH TENAGA KEPERAWATAN DI FASILITAS KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015 NO UNIT KERJA BIDAN PERAWAT a PERAWAT GIGI L P L+P L P L+P KAB. BOGOR KAB. SUKABUMI KAB. CIANJUR KAB. BANDUNG KAB. GARUT KAB. TASIKMALAYA KAB. CIAMIS KAB. KUNINGAN KAB. CIREBON KAB. MAJALENGKA KAB. SUMEDANG KAB. INDRAMAYU KAB. SUBANG KAB. PURWAKARTA KAB. KARAWANG KAB. BEKASI KAB. BANDUNG BARAT KAB. PANGANDARAN KOTA BOGOR KOTA SUKABUMI KOTA BANDUNG KOTA CIREBON KOTA BEKASI KOTA DEPOK KOTA CIMAHI KOTA TASIKMALAYA KOTA BANJAR JAWA BARAT Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015

308 TABEL 73 A JUMLAH TENAGA KEPERAWATAN DI FASILITAS KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015 NO UNIT KERJA BIDAN PERAWAT a PERAWAT GIGI L P L+P L P L+P I PUSKESMAS 1 KAB. BOGOR KAB. SUKABUMI KAB. CIANJUR KAB. BANDUNG KAB. GARUT KAB. TASIKMALAYA KAB. CIAMIS KAB. KUNINGAN KAB. CIREBON KAB. MAJALENGKA KAB. SUMEDANG KAB. INDRAMAYU KAB. SUBANG KAB. PURWAKARTA KAB. KARAWANG KAB. BEKASI KAB. BANDUNG BARAT KAB. PANGANDARAN KOTA BOGOR KOTA SUKABUMI KOTA BANDUNG KOTA CIREBON KOTA BEKASI KOTA DEPOK KOTA CIMAHI KOTA TASIKMALAYA KOTA BANJAR SUB JUMLAH I (PUSKESMAS) II RUMAH SAKIT 1 KAB. BOGOR KAB. SUKABUMI KAB. CIANJUR KAB. BANDUNG KAB. GARUT KAB. TASIKMALAYA KAB. CIAMIS KAB. KUNINGAN KAB. CIREBON KAB. MAJALENGKA KAB. SUMEDANG KAB. INDRAMAYU KAB. SUBANG KAB. PURWAKARTA KAB. KARAWANG KAB. BEKASI KAB. BANDUNG BARAT KAB. PANGANDARAN KOTA BOGOR KOTA SUKABUMI KOTA BANDUNG KOTA CIREBON KOTA BEKASI KOTA DEPOK KOTA CIMAHI KOTA TASIKMALAYA KOTA BANJAR SUB JUMLAH II (RUMAH SAKIT) JAWA BARAT RASIO TERHADAP PENDUDUK 33,4 55,2 2,7 Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015

309 TABEL 74 JUMLAH TENAGA KEFARMASIAN FASILITAS KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015 TENAGA KEFARMASIAN NO UNIT KERJA TENAGA TEKNIS KEFARMASIAN a APOTEKER TOTAL L P L + P L P L + P L P L + P KAB. BOGOR KAB. SUKABUMI KAB. CIANJUR KAB. BANDUNG KAB. GARUT KAB. TASIKMALAYA KAB. CIAMIS KAB. KUNINGAN KAB. CIREBON KAB. MAJALENGKA KAB. SUMEDANG KAB. INDRAMAYU KAB. SUBANG KAB. PURWAKARTA KAB. KARAWANG KAB. BEKASI KAB. BANDUNG BARAT KAB. PANGANDARAN KOTA BOGOR KOTA SUKABUMI KOTA BANDUNG KOTA CIREBON KOTA BEKASI KOTA DEPOK KOTA CIMAHI KOTA TASIKMALAYA KOTA BANJAR JUMLAH Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015

310 TABEL 74 A NO UNIT KERJA APOTEKER L P L + P L P L + P L P L + P I PUSKESMAS 1 KAB. BOGOR KAB. SUKABUMI KAB. CIANJUR KAB. BANDUNG KAB. GARUT KAB. TASIKMALAYA KAB. CIAMIS KAB. KUNINGAN KAB. CIREBON KAB. MAJALENGKA KAB. SUMEDANG KAB. INDRAMAYU KAB. SUBANG KAB. PURWAKARTA KAB. KARAWANG KAB. BEKASI KAB. BANDUNG BARAT KAB. PANGANDARAN KOTA BOGOR KOTA SUKABUMI KOTA BANDUNG KOTA CIREBON KOTA BEKASI KOTA DEPOK KOTA CIMAHI KOTA TASIKMALAYA KOTA BANJAR SUB JUMLAH I (PUSKESMAS) II RUMAH SAKIT 1 KAB. BOGOR KAB. SUKABUMI KAB. CIANJUR KAB. BANDUNG KAB. GARUT KAB. TASIKMALAYA KAB. CIAMIS KAB. KUNINGAN KAB. CIREBON KAB. MAJALENGKA KAB. SUMEDANG KAB. INDRAMAYU KAB. SUBANG KAB. PURWAKARTA KAB. KARAWANG KAB. BEKASI KAB. BANDUNG BARAT KAB. PANGANDARAN KOTA BOGOR KOTA SUKABUMI KOTA BANDUNG KOTA CIREBON KOTA BEKASI KOTA DEPOK KOTA CIMAHI KOTA TASIKMALAYA KOTA BANJAR SUB JUMLAH II (RUMAH SAKIT) JAWA BARAT RASIO TERHADAP PENDUDUK 7,3689 1,7256 9,0945 Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015 JUMLAH TENAGA KEFARMASIAN FASILITAS KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015 TENAGA TEKNIS KEFARMASIAN a TENAGA KEFARMASIAN TOTAL

311 TABEL 75 JUMLAH TENAGA KESEHATAN MASYARAKAT DAN KESEHATAN LINGKUNGAN DI FASILITAS KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015 NO UNIT KERJA KESEHATAN MASYARAKAT KESEHATAN LINGKUNGAN L P L+P L P L+P KAB. BOGOR KAB. SUKABUMI KAB. CIANJUR KAB. BANDUNG KAB. GARUT KAB. TASIKMALAYA KAB. CIAMIS KAB. KUNINGAN KAB. CIREBON KAB. MAJALENGKA KAB. SUMEDANG KAB. INDRAMAYU KAB. SUBANG KAB. PURWAKARTA KAB. KARAWANG KAB. BEKASI KAB. BANDUNG BARAT KAB. PANGANDARAN KOTA BOGOR KOTA SUKABUMI KOTA BANDUNG KOTA CIREBON KOTA BEKASI KOTA DEPOK KOTA CIMAHI KOTA TASIKMALAYA KOTA BANJAR JAWA BARAT Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015

312 TABEL 75 A JUMLAH TENAGA KESEHATAN MASYARAKAT DAN KESEHATAN LINGKUNGAN DI FASILITAS KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015 NO UNIT KERJA KESEHATAN MASYARAKAT KESEHATAN LINGKUNGAN L P L+P L P L+P I PUSKESMAS 1 KAB. BOGOR KAB. SUKABUMI KAB. CIANJUR KAB. BANDUNG KAB. GARUT KAB. TASIKMALAYA KAB. CIAMIS KAB. KUNINGAN KAB. CIREBON KAB. MAJALENGKA KAB. SUMEDANG KAB. INDRAMAYU KAB. SUBANG KAB. PURWAKARTA KAB. KARAWANG KAB. BEKASI KAB. BANDUNG BARAT KAB. PANGANDARAN KOTA BOGOR KOTA SUKABUMI KOTA BANDUNG KOTA CIREBON KOTA BEKASI KOTA DEPOK KOTA CIMAHI KOTA TASIKMALAYA KOTA BANJAR SUB JUMLAH I (PUSKESMAS) II RUMAH SAKIT 1 KAB. BOGOR KAB. SUKABUMI KAB. CIANJUR KAB. BANDUNG KAB. GARUT KAB. TASIKMALAYA KAB. CIAMIS KAB. KUNINGAN KAB. CIREBON KAB. MAJALENGKA KAB. SUMEDANG KAB. INDRAMAYU KAB. SUBANG KAB. PURWAKARTA KAB. KARAWANG KAB. BEKASI KAB. BANDUNG BARAT KAB. PANGANDARAN KOTA BOGOR KOTA SUKABUMI KOTA BANDUNG KOTA CIREBON KOTA BEKASI KOTA DEPOK KOTA CIMAHI KOTA TASIKMALAYA KOTA BANJAR SUB JUMLAH II (RUMAH SAKIT) III SARANA PELAYANAN KESEHATAN LAIN 1 KAB. BOGOR KAB. SUKABUMI KAB. CIANJUR KAB. BANDUNG KAB. GARUT KAB. TASIKMALAYA KAB. CIAMIS KAB. KUNINGAN KAB. CIREBON KAB. MAJALENGKA KAB. SUMEDANG

313 NO UNIT KERJA KESEHATAN MASYARAKAT KESEHATAN LINGKUNGAN L P L+P L P L+P KAB. INDRAMAYU KAB. SUBANG KAB. PURWAKARTA KAB. KARAWANG KAB. BEKASI KAB. BANDUNG BARAT KAB. PANGANDARAN KOTA BOGOR KOTA SUKABUMI KOTA BANDUNG KOTA CIREBON KOTA BEKASI KOTA DEPOK KOTA CIMAHI KOTA TASIKMALAYA KOTA BANJAR - - SUB JUMLAH III V KLINIK DI DINAS KESEHATAN KAB/KOTA 1 KAB. BOGOR KAB. SUKABUMI KAB. CIANJUR KAB. BANDUNG KAB. GARUT KAB. TASIKMALAYA KAB. CIAMIS KAB. KUNINGAN KAB. CIREBON KAB. MAJALENGKA KAB. SUMEDANG KAB. INDRAMAYU KAB. SUBANG KAB. PURWAKARTA KAB. KARAWANG KAB. BEKASI KAB. BANDUNG BARAT KAB. PANGANDARAN KOTA BOGOR KOTA SUKABUMI KOTA BANDUNG KOTA CIREBON KOTA BEKASI KOTA DEPOK KOTA CIMAHI KOTA TASIKMALAYA KOTA BANJAR SUB JUMLAH V JAWA BARAT RASIO TERHADAP PENDUDUK 2, , Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015

314 TABEL 76 JUMLAH TENAGA GIZI DI FASILITAS KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015 NO UNIT KERJA NUTRISIONIS DIETISIEN TOTAL L P L+P L P L+P L P L+P KAB. BOGOR KAB. SUKABUMI KAB. CIANJUR KAB. BANDUNG KAB. GARUT KAB. TASIKMALAYA KAB. CIAMIS KAB. KUNINGAN KAB. CIREBON KAB. MAJALENGKA KAB. SUMEDANG KAB. INDRAMAYU KAB. SUBANG KAB. PURWAKARTA KAB. KARAWANG KAB. BEKASI KAB. BANDUNG BARAT KAB. PANGANDARAN KOTA BOGOR KOTA SUKABUMI KOTA BANDUNG KOTA CIREBON KOTA BEKASI KOTA DEPOK KOTA CIMAHI KOTA TASIKMALAYA KOTA BANJAR JUMLAH JAWA BARAT Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015

315 TABEL 76 A JUMLAH TENAGA GIZI DI FASILITAS KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015 NO UNIT KERJA NUTRISIONIS DIETISIEN L P L+P L P L+P L P L+P I PUSKESMAS 1 KAB. BOGOR KAB. SUKABUMI KAB. CIANJUR KAB. BANDUNG KAB. GARUT KAB. TASIKMALAYA KAB. CIAMIS KAB. KUNINGAN KAB. CIREBON KAB. MAJALENGKA KAB. SUMEDANG KAB. INDRAMAYU KAB. SUBANG KAB. PURWAKARTA KAB. KARAWANG KAB. BEKASI KAB. BANDUNG BARAT KAB. PANGANDARAN KOTA BOGOR KOTA SUKABUMI KOTA BANDUNG KOTA CIREBON KOTA BEKASI KOTA DEPOK KOTA CIMAHI KOTA TASIKMALAYA KOTA BANJAR SUB JUMLAH I (PUSKESMAS) II RUMAH SAKIT KAB. BOGOR KAB. SUKABUMI KAB. CIANJUR KAB. BANDUNG KAB. GARUT KAB. TASIKMALAYA KAB. CIAMIS KAB. KUNINGAN KAB. CIREBON KAB. MAJALENGKA KAB. SUMEDANG KAB. INDRAMAYU KAB. SUBANG KAB. PURWAKARTA KAB. KARAWANG KAB. BEKASI KAB. BANDUNG BARAT KAB. PANGANDARAN KOTA BOGOR KOTA SUKABUMI KOTA BANDUNG 22 KOTA CIREBON KOTA BEKASI KOTA DEPOK KOTA CIMAHI KOTA TASIKMALAYA KOTA BANJAR TOTAL SUB JUMLAH II (RUMAH SAKIT) III SARANA PELAYANAN KESEHATAN LAIN KAB. BOGOR KAB. SUKABUMI KAB. CIANJUR KAB. BANDUNG KAB. GARUT KAB. TASIKMALAYA KAB. CIAMIS KAB. KUNINGAN KAB. CIREBON KAB. MAJALENGKA KAB. SUMEDANG KAB. INDRAMAYU

316 NO UNIT KERJA NUTRISIONIS DIETISIEN TOTAL L P L+P L P L+P L P L+P KAB. SUBANG KAB. PURWAKARTA KAB. KARAWANG KAB. BEKASI KAB. BANDUNG BARAT KAB. PANGANDARAN KOTA BOGOR KOTA SUKABUMI KOTA BANDUNG KOTA CIREBON KOTA BEKASI KOTA DEPOK KOTA CIMAHI KOTA TASIKMALAYA KOTA BANJAR SUB JUMLAH III IV KLINIK DI INSTITUSI DIKNAKES/DIKLAT KAB. BOGOR KAB. SUKABUMI KAB. CIANJUR KAB. BANDUNG KAB. GARUT KAB. TASIKMALAYA KAB. CIAMIS KAB. KUNINGAN KAB. CIREBON KAB. MAJALENGKA KAB. SUMEDANG KAB. INDRAMAYU KAB. SUBANG KAB. PURWAKARTA KAB. KARAWANG KAB. BEKASI KAB. BANDUNG BARAT KAB. PANGANDARAN KOTA BOGOR KOTA SUKABUMI KOTA BANDUNG KOTA CIREBON KOTA BEKASI KOTA DEPOK KOTA CIMAHI KOTA TASIKMALAYA KOTA BANJAR SUB JUMLAH IV V KLINIK DI DINAS KESEHATAN KAB/KOTA KAB. BOGOR KAB. SUKABUMI KAB. CIANJUR KAB. BANDUNG KAB. GARUT KAB. TASIKMALAYA KAB. CIAMIS KAB. KUNINGAN KAB. CIREBON KAB. MAJALENGKA KAB. SUMEDANG KAB. INDRAMAYU KAB. SUBANG KAB. PURWAKARTA KAB. KARAWANG KAB. BEKASI KAB. BANDUNG BARAT KAB. PANGANDARAN KOTA BOGOR KOTA SUKABUMI KOTA BANDUNG KOTA CIREBON KOTA BEKASI KOTA DEPOK KOTA CIMAHI KOTA TASIKMALAYA KOTA BANJAR SUB JUMLAH V JAWA BARAT RASIO TERHADAP PENDUDUK 2,42 0,33 2,77 Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015

317 TABEL 77 JUMLAH TENAGA KETERAPIAN FISIK DI FASILITAS KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015 NO UNIT KERJA TENAGA TEKNISI MEDIS FISIOTERAPI TERAPI OKUPASI TERAPI WICARA AKUPUNKTUR TOTAL L P L + P L P L + P L P L + P L P L + P L P L + P KAB. BOGOR KAB. SUKABUMI KAB. CIANJUR KAB. BANDUNG KAB. GARUT KAB. TASIKMALAYA KAB. CIAMIS KAB. KUNINGAN KAB. CIREBON KAB. MAJALENGKA KAB. SUMEDANG KAB. INDRAMAYU KAB. SUBANG KAB. PURWAKARTA KAB. KARAWANG KAB. BEKASI KAB. BANDUNG BARAT KAB. PANGANDARAN KOTA BOGOR KOTA SUKABUMI KOTA BANDUNG KOTA CIREBON KOTA BEKASI KOTA DEPOK KOTA CIMAHI KOTA TASIKMALAYA KOTA BANJAR JAWA BARAT Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015

318 TABEL 77 A JUMLAH TENAGA KETERAPIAN FISIK DI FASILITAS KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015 NO UNIT KERJA TENAGA TEKNISI MEDIS FISIOTERAPI TERAPI OKUPASI TERAPI WICARA AKUPUNKTUR TOTAL L P L + P L P L + P L P L + P L P L + P L P L + P I PUSKESMAS KAB. BOGOR KAB. SUKABUMI KAB. CIANJUR KAB. BANDUNG KAB. GARUT KAB. TASIKMALAYA KAB. CIAMIS KAB. KUNINGAN KAB. CIREBON KAB. MAJALENGKA KAB. SUMEDANG KAB. INDRAMAYU KAB. SUBANG KAB. PURWAKARTA KAB. KARAWANG KAB. BEKASI KAB. BANDUNG BARAT KAB. PANGANDARAN KOTA BOGOR KOTA SUKABUMI KOTA BANDUNG KOTA CIREBON KOTA BEKASI KOTA DEPOK KOTA CIMAHI KOTA TASIKMALAYA KOTA BANJAR SUB JUMLAH I (PUSKESMAS) II RUMAH SAKIT 1 KAB. BOGOR KAB. SUKABUMI KAB. CIANJUR KAB. BANDUNG KAB. GARUT KAB. TASIKMALAYA KAB. CIAMIS KAB. KUNINGAN KAB. CIREBON KAB. MAJALENGKA KAB. SUMEDANG KAB. INDRAMAYU KAB. SUBANG KAB. PURWAKARTA KAB. KARAWANG KAB. BEKASI KAB. BANDUNG BARAT KAB. PANGANDARAN KOTA BOGOR KOTA SUKABUMI KOTA BANDUNG KOTA CIREBON KOTA BEKASI KOTA DEPOK KOTA CIMAHI KOTA TASIKMALAYA KOTA BANJAR SUB JUMLAH II (RUMAH SAKIT) III SARANA PELAYANAN KESEHATAN LAIN 1 KAB. BOGOR KAB. SUKABUMI KAB. CIANJUR KAB. BANDUNG KAB. GARUT KAB. TASIKMALAYA KAB. CIAMIS KAB. KUNINGAN KAB. CIREBON KAB. MAJALENGKA KAB. SUMEDANG KAB. INDRAMAYU KAB. SUBANG KAB. PURWAKARTA KAB. KARAWANG KAB. BEKASI KAB. BANDUNG BARAT KAB. PANGANDARAN KOTA BOGOR KOTA SUKABUMI

319 NO UNIT KERJA TENAGA TEKNISI MEDIS FISIOTERAPI TERAPI OKUPASI TERAPI WICARA AKUPUNKTUR TOTAL L P L + P L P L + P L P L + P L P L + P L P L + P KOTA BANDUNG KOTA CIREBON KOTA BEKASI KOTA DEPOK KOTA CIMAHI KOTA TASIKMALAYA KOTA BANJAR SUB JUMLAH III IV KLINIK DI INSTITUSI DIKNAKES/DIKLAT KAB. BOGOR KAB. SUKABUMI KAB. CIANJUR KAB. BANDUNG KAB. GARUT KAB. TASIKMALAYA KAB. CIAMIS KAB. KUNINGAN KAB. CIREBON KAB. MAJALENGKA KAB. SUMEDANG KAB. INDRAMAYU KAB. SUBANG KAB. PURWAKARTA KAB. KARAWANG KAB. BEKASI KAB. BANDUNG BARAT KAB. PANGANDARAN KOTA BOGOR KOTA SUKABUMI KOTA BANDUNG KOTA CIREBON KOTA BEKASI KOTA DEPOK KOTA CIMAHI KOTA TASIKMALAYA KOTA BANJAR SUB JUMLAH IV V KLINIK DI DINAS KESEHATAN KAB/KOTA KAB. BOGOR KAB. SUKABUMI KAB. CIANJUR KAB. BANDUNG KAB. GARUT KAB. TASIKMALAYA KAB. CIAMIS KAB. KUNINGAN KAB. CIREBON KAB. MAJALENGKA KAB. SUMEDANG KAB. INDRAMAYU KAB. SUBANG KAB. PURWAKARTA KAB. KARAWANG KAB. BEKASI KAB. BANDUNG BARAT KAB. PANGANDARAN KOTA BOGOR KOTA SUKABUMI KOTA BANDUNG KOTA CIREBON KOTA BEKASI KOTA DEPOK KOTA CIMAHI KOTA TASIKMALAYA KOTA BANJAR SUB JUMLAH V JAWA BARAT RASIO TERHADAP PENDUDUK 1,18 0,098 0,221 0,071 1,563 Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015

320 TABEL 78 JUMLAH TENAGA TEKNISI MEDIS DAN FISIOTERAPIS DI FASILITAS KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015 NO UNIT KERJA TENAGA TEKNISI MEDIS RADIOGRAFER RADIOTERAPIS TEKNISI TEKNISI GIGI ANALISIS KESEHATAN REFRAKSIONIS ORTETIK PROSTETIK REKAM MEDIS DAN TEKNISI TRANSFUSI TEKNISI JUMLAH L P L + P L P L + P L P L + P L P L + P L P L + P L P L + P L P L + P L P L + P L P L + P L P L + P L P L + P KAB. BOGOR KAB. SUKABUMI KAB. CIANJUR KAB. BANDUNG KAB. GARUT KAB. TASIKMALAYA KAB. CIAMIS KAB. KUNINGAN KAB. CIREBON KAB. MAJALENGKA KAB. SUMEDANG KAB. INDRAMAYU KAB. SUBANG KAB. PURWAKARTA KAB. KARAWANG KAB. BEKASI KAB. BANDUNG BARAT KAB. PANGANDARAN KOTA BOGOR KOTA SUKABUMI KOTA BANDUNG KOTA CIREBON KOTA BEKASI KOTA DEPOK KOTA CIMAHI KOTA TASIKMALAYA KOTA BANJAR JAWA BARAT Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015

321 TABEL 78 A JUMLAH TENAGA TEKNISI MEDIS DAN FISIOTERAPIS DI FASILITAS KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015 NO UNIT KERJA RADIOGRAFER RADIOTERAPIS TEKNISI ELEKTROMEDIS TEKNISI GIGI ANALISIS KESEHATAN TENAGA TEKNISI MEDIS REFRAKSIONIS OPTISIEN L P L + P L P L + P L P L + P L P L + P L P L + P L P L + P L P L + P L P L + P L P L + P L P L + P L P L + P I PUSKESMAS KAB. BOGOR KAB. SUKABUMI KAB. CIANJUR KAB. BANDUNG KAB. GARUT KAB. TASIKMALAYA KAB. CIAMIS KAB. KUNINGAN KAB. CIREBON KAB. MAJALENGKA KAB. SUMEDANG KAB. INDRAMAYU KAB. SUBANG KAB. PURWAKARTA KAB. KARAWANG KAB. BEKASI KAB. BANDUNG BARAT KAB. PANGANDARAN KOTA BOGOR KOTA SUKABUMI KOTA BANDUNG KOTA CIREBON KOTA BEKASI KOTA DEPOK KOTA CIMAHI KOTA TASIKMALAYA KOTA BANJAR SUB JUMLAH I (PUSKESMAS) II RUMAH SAKIT 1 KAB. BOGOR KAB. SUKABUMI KAB. CIANJUR KAB. BANDUNG KAB. GARUT KAB. TASIKMALAYA KAB. CIAMIS KAB. KUNINGAN KAB. CIREBON KAB. MAJALENGKA KAB. SUMEDANG KAB. INDRAMAYU KAB. SUBANG KAB. PURWAKARTA ORTETIK PROSTETIK REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN TEKNISI TRANSFUSI DARAH TEKNISI KARDIOVASKULER JUMLAH

322 NO UNIT KERJA RADIOGRAFER RADIOTERAPIS TEKNISI ELEKTROMEDIS TEKNISI GIGI ANALISIS KESEHATAN TENAGA TEKNISI MEDIS REFRAKSIONIS OPTISIEN L P L + P L P L + P L P L + P L P L + P L P L + P L P L + P L P L + P L P L + P L P L + P L P L + P L P L + P KAB. KARAWANG KAB. BEKASI KAB. BANDUNG BARAT KAB. PANGANDARAN KOTA BOGOR KOTA SUKABUMI KOTA BANDUNG KOTA CIREBON KOTA BEKASI KOTA DEPOK KOTA CIMAHI KOTA TASIKMALAYA KOTA BANJAR SUB JUMLAH II (RUMAH SAKIT) ORTETIK PROSTETIK REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN TEKNISI TRANSFUSI DARAH TEKNISI KARDIOVASKULER III SARANA PELAYANAN KESEHATAN LAIN 1 KAB. BOGOR KAB. SUKABUMI KAB. CIANJUR KAB. BANDUNG KAB. GARUT KAB. TASIKMALAYA KAB. CIAMIS KAB. KUNINGAN KAB. CIREBON KAB. MAJALENGKA KAB. SUMEDANG KAB. INDRAMAYU KAB. SUBANG KAB. PURWAKARTA KAB. KARAWANG KAB. BEKASI KAB. BANDUNG BARAT KAB. PANGANDARAN KOTA BOGOR KOTA SUKABUMI KOTA BANDUNG KOTA CIREBON KOTA BEKASI KOTA DEPOK KOTA CIMAHI KOTA TASIKMALAYA KOTA BANJAR SUB JUMLAH III IV KLINIK DI INSTITUSI DIKNAKES/DIKLAT KAB. BOGOR KAB. SUKABUMI KAB. CIANJUR KAB. BANDUNG KAB. GARUT KAB. TASIKMALAYA KAB. CIAMIS KAB. KUNINGAN KAB. CIREBON JUMLAH

323 NO UNIT KERJA RADIOGRAFER RADIOTERAPIS TEKNISI ELEKTROMEDIS TEKNISI GIGI ANALISIS KESEHATAN TENAGA TEKNISI MEDIS REFRAKSIONIS OPTISIEN L P L + P L P L + P L P L + P L P L + P L P L + P L P L + P L P L + P L P L + P L P L + P L P L + P L P L + P KAB. MAJALENGKA KAB. SUMEDANG KAB. INDRAMAYU KAB. SUBANG KAB. PURWAKARTA KAB. KARAWANG KAB. BEKASI KAB. BANDUNG BARAT KAB. PANGANDARAN KOTA BOGOR KOTA SUKABUMI KOTA BANDUNG KOTA CIREBON KOTA BEKASI KOTA DEPOK KOTA CIMAHI KOTA TASIKMALAYA KOTA BANJAR SUB JUMLAH IV ORTETIK PROSTETIK REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN TEKNISI TRANSFUSI DARAH TEKNISI KARDIOVASKULER V KLINIK DI DINAS KESEHATAN KAB/KOTA 1 KAB. BOGOR KAB. SUKABUMI KAB. CIANJUR KAB. BANDUNG KAB. GARUT KAB. TASIKMALAYA KAB. CIAMIS KAB. KUNINGAN KAB. CIREBON KAB. MAJALENGKA KAB. SUMEDANG KAB. INDRAMAYU KAB. SUBANG KAB. PURWAKARTA KAB. KARAWANG KAB. BEKASI KAB. BANDUNG BARAT KAB. PANGANDARAN KOTA BOGOR KOTA SUKABUMI KOTA BANDUNG KOTA CIREBON KOTA BEKASI KOTA DEPOK KOTA CIMAHI KOTA TASIKMALAYA KOTA BANJAR SUB JUMLAH V JAWA BARAT RASIO TERHADAP PENDUDUK 2,04 0,13 0,25 0,09 4, ,07 0,01 1,67 0,12 0,02 7,8785 Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015 JUMLAH

324 TABEL 79 JUMLAH TENAGA KESEHATAN LAIN DI FASILITAS KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015 TENAGA KESEHATAN LAINNYA NO UNIT KERJA PENGELOLA PROGRAM TENAGA KESEHATAN LAINNYA TOTAL L P L+P L P L+P L P L+P KAB. BOGOR KAB. SUKABUMI KAB. CIANJUR KAB. BANDUNG KAB. GARUT KAB. TASIKMALAYA KAB. CIAMIS KAB. KUNINGAN KAB. CIREBON KAB. MAJALENGKA KAB. SUMEDANG KAB. INDRAMAYU KAB. SUBANG KAB. PURWAKARTA KAB. KARAWANG KAB. BEKASI KAB. BANDUNG BARAT KAB. PANGANDARAN KOTA BOGOR KOTA SUKABUMI KOTA BANDUNG KOTA CIREBON KOTA BEKASI KOTA DEPOK KOTA CIMAHI KOTA TASIKMALAYA KOTA BANJAR JAWA BARAT Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015

325 TABEL 79 A JUMLAH TENAGA KESEHATAN LAIN DI FASILITAS KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015 TENAGA KESEHATAN LAINNYA NO UNIT KERJA PENGELOLA PROGRAM TENAGA KESEHATAN TOTAL KESEHATAN LAINNYA L P L+P L P L+P L P L+P I PUSKESMAS KAB. BOGOR KAB. SUKABUMI KAB. CIANJUR KAB. BANDUNG KAB. GARUT KAB. TASIKMALAYA KAB. CIAMIS KAB. KUNINGAN KAB. CIREBON KAB. MAJALENGKA KAB. SUMEDANG KAB. INDRAMAYU KAB. SUBANG KAB. PURWAKARTA KAB. KARAWANG KAB. BEKASI KAB. BANDUNG BARAT KAB. PANGANDARAN KOTA BOGOR KOTA SUKABUMI KOTA BANDUNG KOTA CIREBON KOTA BEKASI KOTA DEPOK KOTA CIMAHI KOTA TASIKMALAYA KOTA BANJAR SUB JUMLAH I (PUSKESMAS) II RUMAH SAKIT 1 KAB. BOGOR KAB. SUKABUMI KAB. CIANJUR KAB. BANDUNG KAB. GARUT KAB. TASIKMALAYA KAB. CIAMIS KAB. KUNINGAN KAB. CIREBON KAB. MAJALENGKA KAB. SUMEDANG KAB. INDRAMAYU KAB. SUBANG KAB. PURWAKARTA KAB. KARAWANG KAB. BEKASI KAB. BANDUNG BARAT KAB. PANGANDARAN KOTA BOGOR KOTA SUKABUMI KOTA BANDUNG KOTA CIREBON KOTA BEKASI KOTA DEPOK KOTA CIMAHI KOTA TASIKMALAYA KOTA BANJAR SUB JUMLAH II (RUMAH SAKIT) III 1 SARANA PELAYANAN KESEHATAN LAIN KAB. BOGOR KAB. SUKABUMI KAB. CIANJUR KAB. BANDUNG KAB. GARUT KAB. TASIKMALAYA KAB. CIAMIS

326 NO UNIT KERJA TENAGA KESEHATAN LAINNYA PENGELOLA PROGRAM TENAGA KESEHATAN TOTAL KESEHATAN LAINNYA L P L+P L P L+P L P L+P KAB. KUNINGAN KAB. CIREBON KAB. MAJALENGKA KAB. SUMEDANG KAB. INDRAMAYU KAB. SUBANG KAB. PURWAKARTA KAB. KARAWANG KAB. BEKASI KAB. BANDUNG BARAT KAB. PANGANDARAN KOTA BOGOR KOTA SUKABUMI KOTA BANDUNG KOTA CIREBON KOTA BEKASI KOTA DEPOK KOTA CIMAHI KOTA TASIKMALAYA KOTA BANJAR SUB JUMLAH III IV KLINIK DI INSTITUSI DIKNAKES/DIKLAT KAB. BOGOR KAB. SUKABUMI KAB. CIANJUR KAB. BANDUNG KAB. GARUT KAB. TASIKMALAYA KAB. CIAMIS KAB. KUNINGAN KAB. CIREBON KAB. MAJALENGKA KAB. SUMEDANG KAB. INDRAMAYU KAB. SUBANG KAB. PURWAKARTA KAB. KARAWANG KAB. BEKASI KAB. BANDUNG BARAT KAB. PANGANDARAN KOTA BOGOR KOTA SUKABUMI KOTA BANDUNG KOTA CIREBON KOTA BEKASI KOTA DEPOK KOTA CIMAHI KOTA TASIKMALAYA KOTA BANJAR SUB JUMLAH IV V 1 KLINIK DI DINAS KESEHATAN KAB/KOTA KAB. BOGOR KAB. SUKABUMI KAB. CIANJUR KAB. BANDUNG KAB. GARUT KAB. TASIKMALAYA KAB. CIAMIS KAB. KUNINGAN KAB. CIREBON KAB. MAJALENGKA KAB. SUMEDANG KAB. INDRAMAYU KAB. SUBANG KAB. PURWAKARTA KAB. KARAWANG KAB. BEKASI KAB. BANDUNG BARAT

327 NO UNIT KERJA TENAGA KESEHATAN LAINNYA PENGELOLA PROGRAM TENAGA KESEHATAN TOTAL KESEHATAN LAINNYA L P L+P L P L+P L P L+P KAB. PANGANDARAN KOTA BOGOR KOTA SUKABUMI KOTA BANDUNG KOTA CIREBON KOTA BEKASI KOTA DEPOK KOTA CIMAHI KOTA TASIKMALAYA KOTA BANJAR SUB JUMLAH V JAWA BARAT RASIO TERHADAP PENDUDUK 0,53 1,54 1,98 Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015

328 TABEL 80 NO UNIT KERJA JUMLAH TENAGA NON KESEHATAN DI FASILITAS KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015 TENAGA NON KESEHATAN STAF PENUNJANG STAF PENUNJANG STAF PENUNJANG TENAGA TENAGA PENUNJANG TOTAL PEJABAT STRUKTURAL TENAGA PENDIDIK JURU ADMINISTRASI TEKNOLOGI PERENCANAAN KEPENDIDIKAN KESEHATAN LAINNYA L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P KAB. BOGOR KAB. SUKABUMI KAB. CIANJUR KAB. BANDUNG KAB. GARUT KAB. TASIKMALAYA KAB. CIAMIS KAB. KUNINGAN KAB. CIREBON KAB. MAJALENGKA KAB. SUMEDANG KAB. INDRAMAYU KAB. SUBANG KAB. PURWAKARTA KAB. KARAWANG KAB. BEKASI KAB. BANDUNG BARAT KAB. PANGANDARAN KOTA BOGOR KOTA SUKABUMI KOTA BANDUNG KOTA CIREBON KOTA BEKASI KOTA DEPOK KOTA CIMAHI KOTA TASIKMALAYA KOTA BANJAR JUMLAH JAWA BARAT Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015

329 TABEL 80 A JUMLAH TENAGA NON KESEHATAN DI FASILITAS KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015 NO UNIT KERJA PEJABAT STRUKTURAL STAF PENUNJANG ADMINISTRASI STAF PENUNJANG TENAGA NON KESEHATAN STAF PENUNJANG TEKNOLOGI PERENCANAAN L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P I PUSKESMAS KAB. BOGOR KAB. SUKABUMI KAB. CIANJUR KAB. BANDUNG KAB. GARUT KAB. TASIKMALAYA KAB. CIAMIS KAB. KUNINGAN KAB. CIREBON KAB. MAJALENGKA KAB. SUMEDANG KAB. INDRAMAYU KAB. SUBANG KAB. PURWAKARTA KAB. KARAWANG KAB. BEKASI KAB. BANDUNG BARAT KAB. PANGANDARAN KOTA BOGOR KOTA SUKABUMI KOTA BANDUNG KOTA CIREBON KOTA BEKASI KOTA DEPOK KOTA CIMAHI KOTA TASIKMALAYA KOTA BANJAR SUB JUMLAH I (PUSKESMAS) II RUMAH SAKIT 1 KAB. BOGOR KAB. SUKABUMI KAB. CIANJUR KAB. BANDUNG KAB. GARUT KAB. TASIKMALAYA KAB. CIAMIS KAB. KUNINGAN KAB. CIREBON TENAGA PENDIDIK TENAGA KEPENDIDIKAN JURU TENAGA PENUNJANG KESEHATAN LAINNYA TOTAL

330 NO UNIT KERJA PEJABAT STRUKTURAL STAF PENUNJANG ADMINISTRASI STAF PENUNJANG TENAGA NON KESEHATAN STAF PENUNJANG TEKNOLOGI PERENCANAAN L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P TENAGA PENDIDIK TENAGA KEPENDIDIKAN JURU TENAGA PENUNJANG KESEHATAN LAINNYA 10 KAB. MAJALENGKA KAB. SUMEDANG KAB. INDRAMAYU KAB. SUBANG KAB. PURWAKARTA KAB. KARAWANG KAB. BEKASI KAB. BANDUNG BARAT KAB. PANGANDARAN KOTA BOGOR KOTA SUKABUMI KOTA BANDUNG KOTA CIREBON KOTA BEKASI KOTA DEPOK KOTA CIMAHI KOTA TASIKMALAYA KOTA BANJAR SUB JUMLAH II (RUMAH SAKIT) III SARANA PELAYANAN KESEHATAN LAIN 1 KAB. BOGOR KAB. SUKABUMI KAB. CIANJUR KAB. BANDUNG KAB. GARUT KAB. TASIKMALAYA KAB. CIAMIS KAB. KUNINGAN KAB. CIREBON KAB. MAJALENGKA KAB. SUMEDANG KAB. INDRAMAYU KAB. SUBANG KAB. PURWAKARTA KAB. KARAWANG KAB. BEKASI KAB. BANDUNG BARAT KAB. PANGANDARAN KOTA BOGOR KOTA SUKABUMI KOTA BANDUNG KOTA CIREBON KOTA BEKASI KOTA DEPOK KOTA CIMAHI KOTA TASIKMALAYA KOTA BANJAR TOTAL

331 NO UNIT KERJA PEJABAT STRUKTURAL STAF PENUNJANG ADMINISTRASI STAF PENUNJANG TENAGA NON KESEHATAN STAF PENUNJANG TEKNOLOGI PERENCANAAN L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P SUB JUMLAH III TENAGA PENDIDIK TENAGA KEPENDIDIKAN JURU TENAGA PENUNJANG KESEHATAN LAINNYA IV KLINIK DI INSTITUSI DIKNAKES/DIKLAT KAB. BOGOR KAB. SUKABUMI KAB. CIANJUR KAB. BANDUNG KAB. GARUT KAB. TASIKMALAYA KAB. CIAMIS KAB. KUNINGAN KAB. CIREBON KAB. MAJALENGKA KAB. SUMEDANG KAB. INDRAMAYU KAB. SUBANG KAB. PURWAKARTA KAB. KARAWANG KAB. BEKASI KAB. BANDUNG BARAT KAB. PANGANDARAN KOTA BOGOR KOTA SUKABUMI KOTA BANDUNG KOTA CIREBON KOTA BEKASI KOTA DEPOK KOTA CIMAHI KOTA TASIKMALAYA KOTA BANJAR SUB JUMLAH IV V IK DI DINAS KESEHATAN KAB/KOTA 1 KAB. BOGOR KAB. SUKABUMI KAB. CIANJUR KAB. BANDUNG KAB. GARUT KAB. TASIKMALAYA KAB. CIAMIS KAB. KUNINGAN KAB. CIREBON KAB. MAJALENGKA KAB. SUMEDANG KAB. INDRAMAYU KAB. SUBANG KAB. PURWAKARTA KAB. KARAWANG TOTAL

332 NO UNIT KERJA PEJABAT STRUKTURAL STAF PENUNJANG ADMINISTRASI STAF PENUNJANG TENAGA NON KESEHATAN STAF PENUNJANG TEKNOLOGI PERENCANAAN L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P TENAGA PENDIDIK TENAGA KEPENDIDIKAN JURU TENAGA PENUNJANG KESEHATAN LAINNYA 16 KAB. BEKASI KAB. BANDUNG BARAT KAB. PANGANDARAN KOTA BOGOR KOTA SUKABUMI KOTA BANDUNG KOTA CIREBON KOTA BEKASI KOTA DEPOK KOTA CIMAHI KOTA TASIKMALAYA KOTA BANJAR SUB JUMLAH V JAWA BARAT RASIO TERHADAP PENDUDUK 8, ,6763 0,64 0,24 0,03 0,17 8, ,783 Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015 TOTAL

333 TABEL 81 ANGGARAN KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015 ALOKASI ANGGARAN KESEHATAN NO SUMBER BIAYA Rupiah % ANGGARAN KESEHATAN BERSUMBER: 1 APBD KAB/KOTA ,53 a. Belanja Langsung ,76 b. Belanja Tidak Langsung ,77 c. Jamkesda - 0,00 c. Lain-lain - 0,00 2 APBD PROVINSI ,77 a. Belanja Langsung ,45 b. Belanja Tidak Langsung ,33 c. Jamkesda - 0,00 c. Bangub - 0,00 d. Lain-lain - 0,00 3 APBN : ,25 - Dana Dekonsentrasi ,06 - Dana Alokasi Khusus (DAK) ,19 - JKN - 0,00 - Lain-lain (sebutkan) - 0,00 4 PINJAMAN/HIBAH LUAR NEGERI (PHLN) ,10 (sebutkan project dan sumber dananya) 5 SUMBER PEMERINTAH LAIN ,66 TOTAL ANGGARAN KESEHATAN ,0 TOTAL APBD KAB/KOTA % APBD KESEHATAN THD APBD KAB/KOTA 10,72 ANGGARAN KESEHATAN PERKAPITA ,46 Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota 2015

334 TABEL 82 A : POLA PENYAKIT PENDERITA RAWAT JALAN DI PUSKESMAS UMUR 0 - < 1 TAHUN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015 TABEL 82 B : POLA PENYAKIT PENDERITA RAWAT JALAN DI PUSKESMAS UMUR 1-4 TAHUN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015 NO NAMA PENYAKIT KASUS BARU KASUS BARU NO NAMA PENYAKIT JUMLAH (%) JUMLAH % 1 Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut ,62 1 Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut ,28 2 Diare dan Gastroenteritis ,20 2 Diare dan Gastroenteritis ,53 3 Demam yang tidak diketahui sebabnya ,16 3 Penyakit Kulit dan Jaringan Subkutan ,98 4 Influenza Dan Pneumonia ,18 4 Demam yang tidak diketahui sebabnya ,28 5 Penyakit Kulit dan Jaringan Subkutan ,98 5 Influenza Dan Pneumonia ,54 6 Penyakit Sistem Pembuluh Darah ,25 6 Penyakit Sistem Pencernakan ,77 7 Penyakit Saluran Pernafasan Lainnya ,48 7 Penyakit Saluran Pernafasan Lainnya ,06 8 Penyakit Infeksi Usus ,11 8 Penyakit Sistem Pembuluh Darah ,35 9 Konjungtivitis ,56 9 Penyakit Infeksi Usus ,72 10 Penyakit Sistem Pencernakan ,56 10 Konjungtivitis ,58 11 Skabies ,80 11 Penyakit Telinga dan Prosesus Mastoideus ,31 12 Infeksi saluran Pernafasan bawah akut tidak spesifik ,75 12 Skabies ,22 13 Penyakit Telinga dan Prosesus Mastoideus ,72 13 Infeksi Virus dengan Lesi Kulit dan Membran Mukosa ,04 14 Infeksi Virus dengan Lesi Kulit dan Membran Mukosa ,52 14 Infeksi saluran Pernafasan bawah akut tidak spesifik ,69 15 Tuberkulosis ,28 15 Tuberkulosis ,55 16 Dispepsia 849 0,21 16 Dispepsia ,43 17 Penyakit Susunan Saraf 835 0,21 17 Penyakit Susunan Saraf ,25 18 Penyakit pada Mata dan Adneksa 702 0,18 18 Penyakit pada Mata dan Adneksa ,24 19 Penyakit Sistem Muskuloskeletal dan Jaringan Ikat 450 0,11 19 Parotitis (Gondong) ,17 20 Penyakit Kelainan Endokrin, Gizi dan Metabolik 277 0,07 20 Penyakit Kelainan Endokrin, Gizi dan Metabolik ,12 21 Demam Berdarah Virus dan Demam Virus ditularkan oleh Atropoda Jumlah 261 0,07 21 Demam Berdarah Virus dan Demam Virus ditularkan oleh Atropoda , Jumlah Sumber: SP3 (LB1) Dinkes Provinsi Jawa Barat

335 TABEL 82 C : TABEL 82 D : POLA PENYAKIT PENDERITA RAWAT JALAN POLA PENYAKIT PENDERITA RAWAT JALAN DI PUSKESMAS UMUR 5-14 TAHUN DI PUSKESMAS UMUR TAHUN PROVINSI JAWA BARAT PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015 TAHUN 2015 KASUS BARU KASUS BARU NO NAMA PENYAKIT NO NAMA PENYAKIT JUMLAH % JUMLAH % 1 Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut ,92 1 Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut ,24 2 Penyakit Sistem Pencernakan ,73 2 Penyakit Sistem Pencernakan ,71 3 Penyakit Kulit Dan Jaringan Subkutan ,52 3 Penyakit Kulit Dan Jaringan Subkutan ,06 4 Demam yang tidak diketahui sebabnya ,13 4 Penyakit Sistem Muskuloskeletal Dan Jaringan Ikat ,98 5 Penyakit Saluran Pernafasan Lainnya ,19 5 Penyakit Sistem Pembuluh Darah ,55 6 Diare dan Gastroenteritis ,78 6 Penyakit Saluran Pernafasan Lainnya ,71 7 Penyakit Infeksi Usus ,20 7 Dispepsia ,92 8 Penyakit Sistem Pembuluh Darah ,08 8 Diare dan Gastroenteritis ,29 9 Influenza Dan Pneumonia ,78 9 Penyakit Susunan Saraf ,14 10 Skabies ,93 10 Penyakit Infeksi Usus ,28 11 Penyakit Telinga Dan Prosesus Mastoideus ,91 11 Influenza Dan Pneumonia ,96 12 Konjungtivitis ,89 12 Penyakit Telinga Dan Prosesus Mastoideus ,87 13 Infeksi Virus dengan Lesi Kulit dan Membran Mukosa ,16 13 Konjungtivitis ,87 14 Dispepsia ,66 14 Tuberkulosis ,60 15 Penyakit Sistem Muskuloskeletal Dan Jaringan Ikat ,65 15 Skabies ,35 16 Penyakit Susunan Saraf ,73 16 Penyakit darah dan alat pembentuk darah dan beberapa kelainan yang berhubungan dengan mekanisme kekebalan (imun) 17 Penyakit Pada Mata Dan Adneksa ,72 17 Penyakit Pada Mata Dan Adneksa ,79 18 Tuberkulosis ,63 18 Penyakit Kelainan Endokrin, Gizi Dan Metabolik ,73 19 Infeksi saluran Pernafasan bawah akut tidak spesifik , Penyakit Sistem Saluran Kemih Dan Kelamin ,69 20 Parotitis (Gondong) ,59 20 Infeksi Virus dengan Lesi Kulit dan Membran Mukosa 0, ,64 21 Demam Berdarah Virus dan Demam Virus ditularkan ,35 21 Infeksi saluran Pernafasan bawah akut tidak spesifik ,63 oleh Atropoda Jumlah Jumlah Sumber: SP3 (LB1) Dinkes Provinsi Jawa Barat

336 KASUS BARU KASUS BARU NO NAMA PENYAKIT NO NAMA PENYAKIT JUMLAH % JUMLAH % 1 Penyakit Sistem Muskuloskeletal Dan Jaringan Ikat ,28 1 Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut ,61 2 Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut ,05 2 Penyakit Sistem Pencernakan ,28 3 Penyakit Sistem Pembuluh Darah ,03 3 Penyakit Sistem Muskuloskeletal Dan Jaringan Ikat ,44 4 Penyakit Sistem Pencernakan ,15 4 Penyakit Kulit Dan Jaringan Subkutan ,17 5 Penyakit Kulit Dan Jaringan Subkutan ,94 5 Penyakit Sistem Pembuluh Darah ,83 6 Penyakit Saluran Pernafasan Lainnya ,39 6 Penyakit Saluran Pernafasan Lainnya ,48 7 Dispepsia ,29 7 Diare dan Gastroenteritis ,09 8 Penyakit Susunan Saraf ,32 8 Demam yang tidak diketahui sebabnya ,07 9 Penyakit Kelainan Endokrin, Gizi Dan Metabolik ,91 9 Dispepsia ,77 10 Demam yang tidak diketahui sebabnya ,44 10 Influenza Dan Pneumonia ,50 11 Penyakit Telinga Dan Prosesus Mastoideus ,27 11 Penyakit Susunan Saraf ,20 12 Diare dan Gastroenteritis ,20 12 Penyakit Infeksi Usus ,00 13 Influenza Dan Pneumonia ,04 13 Penyakit Telinga Dan Prosesus Mastoideus ,89 14 Konjungtivitis ,35 14 Konjungtivitis ,45 15 Penyakit Infeksi Usus ,12 15 Penyakit Kelainan Endokrin, Gizi Dan Metabolik ,16 16 Penyakit Pada Mata Dan Adneksa ,09 16 Tuberkulosis ,90 17 Tuberkulosis ,08 17 Skabies ,86 18 Penyakit Sistem Saluran Kemih Dan Kelamin ,86 18 Penyakit Pada Mata Dan Adneksa ,77 19 TABEL 82 E : TABEL 82 F : POLA PENYAKIT PENDERITA RAWAT JALAN POLA PENYAKIT PENDERITA RAWAT JALAN DI PUSKESMAS UMUR 45 - > 75 TAHUN DI PUSKESMAS SEMUA GOLONGAN UMUR PROVINSI JAWA BARAT PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015 TAHUN 2015 Penyakit darah dan alat pembentuk darah dan beberapa kelainan yang berhubungan dengan mekanisme kekebalan (imun) ,44 19 Infeksi Virus Dengan Lesi Kulit Dan Membran Mukosa ,69 20 Skabies ,41 20 Infeksi saluran Pernafasan bawah akut tidak spesifik ,42 21 Infeksi saluran Pernafasan bawah akut tidak spesifik ,32 21 Penyakit darah dan alat pembentuk darah dan beberapa kelainan yang berhubungan dengan ,42 mekanisme kekebalan (imun) Jumlah Jumlah Sumber: SP3 (LB1) Dinkes Provinsi Jawa Barat

337 TABEL 83 INDIKATOR STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) REALISASI PROVINSI JAWA BARAT DATA TAHUN INDIKATOR - SPM PELAYANAN KESEHATAN DASAR Cakupan Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K-4 (mendapat pelayanan kehamilan paling sedikit 4 kali sesuai standar) 879, , ,460 Cakupan Cakupan Komplikasi Kebidanan yang Ditangani 158, , ,637 Cakupan Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan yang Memiliki Kompetensi Kebidanan Cakupan Cakupan Pelayanan Ibu Nifas (masa 6 sampai 42 jam pasca persalinan) Cakupan Cakupan Neonatus (bayi umur 0-28 hari) dengan Komplikasi yang Ditangani 526, , , , , ,044 63,655 89,840 67,365 Cakupan Cakupan Kunjungan Bayi 842, , ,855 Cakupan Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Immunization (desa/kelurahan dengan cakupan imunisasi dasar secara lengkap pada bayi >= 80%) Cakupan Cakupan Pelayanan Pemantauan Tumbuh-Kembang Anak Balita (12-59 bulan) Cakupan Cakupan Pemberian Makanan Pendamping ASI pada Anak Usia 6-24 Bulan Keluarga Miskin 2, ,672 4,027 2,354,933 2,628,903 2,107,645 14,816 70,515 68,271 Cakupan Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan 6, ,168 3,072 Cakupan Cakupan Pemeriksaan Kesehatan Siswa Kelas I SD dan Setingkat oleh Tenaga Kesehatan atau Tenaga Terlatih (guru UKS/ dokter kecil) 314, , ,488 Cakupan Cakupan Peserta KB Aktif pada Pasangan Usia Subur 3,133,592 4,959,554 6,277,271 Cakupan Angka Penemuan Acute Flacid Paralysis (lumpuh layuh mendadak) per penduduk < 15 tahun 270 1, Cakupan Cakupan Penemuan Penderita Pneumonia Balita 169, , ,127 Cakupan Cakupan Penemuan Pasien Baru TB BTA Positif 28,861 73,294 23,887 Cakupan Cakupan Penderita DBD yang ditangani 19, ,546 17,583 Cakupan Cakupan Penemuan Penderita Diare 928, , ,392 Cakupan Cakupan Pelayanan Pasien Masyarakat Miskin di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Dasar (Puskesmas/Balai Pengobatan/Praktek bersama dan Perorangan) PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN 4,234,379 4,322,484 5,363,467 Cakupan Cakupan Pelayanan Pasien Masyarakat Miskin di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Rujukan (Rumah Sakit/BKMM/BKPM/BKIM) Cakupan Cakupan Pelayanan Gawat Darurat level 1 yang harus diberikan oleh Sarana Kesehatan (Rumah Sakit) di Kab/Kota PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI DAN PENANGGULANGAN KLB Cakupan Cakupan Desa/kelurahan mengalami Kejadian Luar Biasa yang ditangani < 24 jam 1,377, , ,729 3, , , PROMOSI KESEHATAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT Cakupan Cakupan Desa Siaga Aktif 3, ,269 5,666 Sumber :

338 TABEL 84 INDIKATOR STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) PROVINSI JAWA BARAT DATA TAHUN 2015 PELAYANAN KESEHATAN DASAR INDIKATOR - SPM REALISASI SASARAN A/B (%) (A) SETAHUN (B) Cakupan Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K-4 (mendapat pelayanan kehamilan paling sedikit 4 kali sesuai standar) 735, , Cakupan Cakupan Komplikasi Kebidanan yang Ditangani 130, , Cakupan Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan yang Memiliki Kompetensi Kebidanan Cakupan Cakupan Pelayanan Ibu Nifas (masa 6 sampai 42 jam pasca persalinan) Cakupan Cakupan Neonatus (bayi umur 0-28 hari) dengan Komplikasi yang Ditangani 703, , , , ,365 92, Cakupan Cakupan Kunjungan Bayi 673, , Cakupan Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Immunization (desa/kelurahan dengan cakupan imunisasi dasar secara lengkap pada bayi >= 80%) Cakupan Cakupan Pelayanan Pemantauan Tumbuh-Kembang Anak Balita (12-59 bulan) Cakupan Cakupan Pemberian Makanan Pendamping ASI pada Anak Usia 6-24 Bulan Keluarga Miskin 4,027 4, ,107,645 2,532, , , Cakupan Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan 3,072 3, Cakupan Cakupan Pemeriksaan Kesehatan Siswa Kelas I SD dan Setingkat oleh Tenaga Kesehatan atau Tenaga Terlatih (guru UKS/ dokter kecil) 477, , Cakupan Cakupan Peserta KB Aktif pada Pasangan Usia Subur 6,277,271 9,035, Cakupan Angka Penemuan Acute Flacid Paralysis (lumpuh layuh mendadak) per penduduk < 15 tahun 230 7,123, Cakupan Cakupan Penemuan Penderita Pneumonia Balita 363, , Cakupan Cakupan Penemuan Pasien Baru TB BTA Positif 23,887 1,266, Cakupan Cakupan Penderita DBD yang ditangani 17,583 17, Cakupan Cakupan Penemuan Penderita Diare 847,392 4,700, Cakupan Cakupan Pelayanan Pasien Masyarakat Miskin di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Dasar (Puskesmas/Balai Pengobatan/Praktek bersama dan Perorangan) PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN Cakupan Cakupan Pelayanan Pasien Masyarakat Miskin di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Rujukan (Rumah Sakit/BKMM/BKPM/BKIM) 5,363,467 11,720, ,729 4,972, Cakupan Cakupan Pelayanan Gawat Darurat level 1 yang harus diberikan oleh Sarana Kesehatan (Rumah Sakit) di Kab/Kota PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI DAN PENANGGULANGAN KLB Cakupan Cakupan Desa/kelurahan mengalami Kejadian Luar Biasa yang ditangani < 24 jam PROMOSI KESEHATAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT Cakupan Cakupan Desa Siaga Aktif 5,666 5, Sumber :

339

KATA PENGANTAR. Bandung, 2017 Sekretaris Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. UUS SUKMARA, SKM, M.Epid

KATA PENGANTAR. Bandung, 2017 Sekretaris Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. UUS SUKMARA, SKM, M.Epid KATA PENGANTAR Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Alhamdulillah kami panjatkan puji sukur Kepada Tuhan Yang Maha Esa, dengan hadirnya Buku Profil Kesehatan di Jawa Barat tahun 2016, yang merupakan

Lebih terperinci

KATA SAMBUTAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3

KATA SAMBUTAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3 DAFTAR ISI hal. KATA SAMBUTAN DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN i ii iv v x BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3 A. KEADAAN PENDUDUK 3 B. KEADAAN EKONOMI 8 C. INDEKS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN

Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rakhmatnya sehingga buku Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan. kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan. kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas Kecamatan Matraman Tahun 2017 selesai disusun. Laporan Tahunan dan Profil

Lebih terperinci

SAMBUTAN KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT

SAMBUTAN KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT SAMBUTAN KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Puji dan syukur kita panjatkan ke Hadirat Allah SWT, bahwa atas Rahmat dan karunianya, telah diterbitkan

Lebih terperinci

REVIEW INDIKATOR RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA BOGOR

REVIEW INDIKATOR RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA BOGOR REVIEW INDIKATOR DINAS KESEHATAN KOTA BOGOR 2015-2019 MISI 1 : Menyediakan sarana dan masyarakat yang paripurna merata, bermutu, terjangkau, nyaman dan berkeadilan No Tujuan No Sasaran Indikator Sasaran

Lebih terperinci

DINAS KESEHATAN BUKU SAKU DINAS KESEHATAN P R O V I N S I K A L I M A N T A N T I M U R

DINAS KESEHATAN BUKU SAKU DINAS KESEHATAN P R O V I N S I K A L I M A N T A N T I M U R DINAS KESEHATAN BUKU SAKU DINAS KESEHATAN 2012-2016 P R O V I N S I K A L I M A N T A N T I M U R KATA PENGANTAR KEPALA DINAS KESEHATAN Assalamu alaikum Wr.Wb. Segala Puji Syukur kita panjatkan Kehadirat

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR dr. Hj. Rosmawati

KATA PENGANTAR dr. Hj. Rosmawati KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kami dapat menyelesaikan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka ini dengan baik. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka merupakan salah

Lebih terperinci

PENGUKURAN INDIKATOR KINERJA SASARAN

PENGUKURAN INDIKATOR KINERJA SASARAN Satuan Kerja Perangkat Daerah : DINAS KESEHATAN Tahun Anggaran : 2015 PENGUKURAN INDIKATOR KINERJA SASARAN No. SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA 1 Peningkatan Mutu Aktivitas Perkantoran Terselenggaranya

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Masyarakat Kolaka yang Sehat, Kuat. Mandiri dan Berkeadilan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2016 Hal. i

KATA PENGANTAR Masyarakat Kolaka yang Sehat, Kuat. Mandiri dan Berkeadilan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2016 Hal. i KATA PENGANTAR Puji syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas Taufik dan Hidayah - NYA, sehingga buku Profil Kesehatan Tahun dapat disusun. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka Tahun merupakan gambaran pencapaian

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 24 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

RPJMN dan Strategi Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/KEPALA BAPPENAS

RPJMN dan Strategi Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/KEPALA BAPPENAS RPJMN 2015 2019 dan Strategi Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/KEPALA BAPPENAS Rakersenas Regional Tengah tahun 2015 Bali, 16 Februari 2015 ARTI PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

Tim Penyusun Pengarah : dr. Hj. Rosmawati. Ketua : Sitti Hafsah Yusuf, SKM, M.Kes. Sekretaris : Santosa, SKM

Tim Penyusun Pengarah : dr. Hj. Rosmawati. Ketua : Sitti Hafsah Yusuf, SKM, M.Kes. Sekretaris : Santosa, SKM KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kami dapat menyelesaikan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2014 ini dengan baik. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka merupakan

Lebih terperinci

PRA-MUSRENBANGNAS RKP 2016 Kelompok Pembahasan: Kesehatan

PRA-MUSRENBANGNAS RKP 2016 Kelompok Pembahasan: Kesehatan PRA-MUSRENBANGNAS RKP Kelompok Pembahasan: Kesehatan Deputi Bidang SDM dan Kebudayaan Jakarta, 16-24 April 2015 Buku I: STRATEGI PEMBANGUNAN NORMA PEMBANGUNAN 1) Membangun untuk manusia dan masyarakat;

Lebih terperinci

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau 1 1. Pendahuluan UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Pembangunan kesehatan bertujuan untuk: meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup

Lebih terperinci

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 (PERUBAHAN ANGGARAN) PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 (PERUBAHAN ANGGARAN) PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 (PERUBAHAN ANGGARAN) PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel

Lebih terperinci

Seluruh isi dalam buku ini dapat dikutip tanpa izin, dengan menyebut sumber.

Seluruh isi dalam buku ini dapat dikutip tanpa izin, dengan menyebut sumber. Pelindung/ Penasehat : Dr. dr. H. Rachmat Latief, SpPD., M.Kes., FINASIM drg.hj. Susilih Ekowati, M.Si Pengarah : Hj. Asmah, SKM., M.Kes Penyusun : Mohamad Nur, SKM Syahrir, S.Kom Agusyanti, SKM Nurmiyati

Lebih terperinci

Strategi Penguatan Upaya Promotif dan Preventif dalam RPJMN Sub Bidang Kesehatan dan Gizi Masyarakat

Strategi Penguatan Upaya Promotif dan Preventif dalam RPJMN Sub Bidang Kesehatan dan Gizi Masyarakat Strategi Penguatan Upaya Promotif dan Preventif dalam RPJMN Sub Bidang Kesehatan dan Gizi Masyarakat 2015-2019 Dr. Drg. Theresia Ronny Andayani, MPH Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat KEMENTERIAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau 1 1. Pendahuluan Pembangunan kesehatan bertujuan untuk: meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud

Lebih terperinci

BAB VI INDIKATOR KINERJA PERANGKAT DAERAH YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

BAB VI INDIKATOR KINERJA PERANGKAT DAERAH YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD BAB VI INDIKATOR KINERJA PERANGKAT DAERAH YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD Berdasarkan visi dan misi pembangunan jangka menengah, maka ditetapkan tujuan dan sasaran pembangunan pada masing-masing

Lebih terperinci

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN 2017-2019 Lampiran 2 No Sasaran Strategis 1 Mengembangkan dan meningkatkan kemitraan dengan masyarakat, lintas sektor, institusi

Lebih terperinci

Strategi Pemecahan Masalah pencapaian Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagai berikut :

Strategi Pemecahan Masalah pencapaian Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagai berikut : 4. Sistem Informasi pelaporan dari fasilitas pelayanan kesehatan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Kota Provinsi yang belum tepat waktu Strategi Pemecahan Masalah pencapaian Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagai

Lebih terperinci

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil,

Lebih terperinci

Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan kesehatan yang baik membutuhkan data/infor

Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan kesehatan yang baik membutuhkan data/infor DATA/INFORMASI KESEHATAN KABUPATEN LAMONGAN Pusat Data dan Informasi, Kementerian Kesehatan RI 2012 Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan

Lebih terperinci

Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat.

Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat. Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat. Pada misi V yaitu Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat telah didukung dengan 8 sasaran sebagai

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO, Menimbang

Lebih terperinci

Target Tahun. Kondisi Awal Kondisi Awal. 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 Program pengadaan, peningkatan dan penduduk (tiap 1000 penduduk

Target Tahun. Kondisi Awal Kondisi Awal. 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 Program pengadaan, peningkatan dan penduduk (tiap 1000 penduduk PEMERINTAH KOTA MALANG MATRIK RENCANA STRATEGIS DINAS KESEHATAN KOTA MALANG (PENYEMPURNAAN) TAHUN 2013-2018 Lampiran : KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA M Nomor : 188.47/ 92 / 35.73.306/ 2015 Tanggal

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 1762,4 km2 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 desa 270+ kel 10 = 280 3 JUMLAH PENDUDUK 1 341700 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 2388161 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 167 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 151 3 JUMLAH PENDUDUK 1 1260565 1223412 2483977 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 1083136 1048577 2131713 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Gorontalo, Agustus 2011 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI GORONTALO

KATA PENGANTAR. Gorontalo, Agustus 2011 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI GORONTALO KATA PENGANTAR Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Alhamdulillahirobbilalamin, segala puji bagi Allah SWT atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-nya sehingga Buku Profil Kesehatan Provinsi

Lebih terperinci

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada tim penyusun, yang sudah bekerja. Jakarta, 2010 Kepala Pusat Data dan Informasi. dr.

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada tim penyusun, yang sudah bekerja. Jakarta, 2010 Kepala Pusat Data dan Informasi. dr. KATA PENGANTAR Dalam rangka meningkatkan pelayanan data dan informasi baik untuk jajaran manajemen kesehatan maupun untuk masyarakat umum perlu disediakan suatu paket data/informasi kesehatan yang ringkas

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 4037,6 ha 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 15 3 JUMLAH PENDUDUK 1 558178 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 327536 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK... I II VII VIII X BAB I PENDAHULUAN BAB II GAMBARAN UMUM KOTA BANDUNG A. GEOGRAFI... 4 B. KEPENDUDUKAN / DEMOGRAFI...

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertanda tangan di bawah ini:

Lebih terperinci

BAB 28 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN

BAB 28 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN BAB 28 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG BERKUALITAS Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat, yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANJAR TAHUN 2017

RENCANA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANJAR TAHUN 2017 RENCANA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANJAR TAHUN 2017 RENCANA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANJAR TAHUN 2017 I. PENDAHULUAN Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar sebagai unsur pelaksana Pemerintah Daerah

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 35 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 862 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 35 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 862 TAHUN 2011 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 35 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 862 TAHUN 2011 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN BANJARNEGARA BUPATI BANJARNEGARA,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 738 TAHUN : 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SERANG Menimbang : DENGAN

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA Dl JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR Menimbang : a. bahwa sesuai

Lebih terperinci

oleh: Nina Sardjunani Deputi Bidang SDM dan Kebudayaan, Bappenas

oleh: Nina Sardjunani Deputi Bidang SDM dan Kebudayaan, Bappenas oleh: Nina Sardjunani Deputi Bidang SDM dan Kebudayaan, Bappenas Jakarta, 23 April 2015 OUTLINE I. Pendahuluan II. III. IV. Kondisi Umum Kesehatan Kondisi Umum SDM Kesehatan Tantangan Pembangunan SDM Kesehatan

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. RENCANA STRATEGI 1. Visi Visi 2012-2017 adalah Mewujudkan GorontaloSehat, Mandiri dan Berkeadilan dengan penjelasan sebagai berikut : Sehat, adalah terwujudnya

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN KESEHATAN

RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN KESEHATAN RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN KESEHATAN 2015-2019 Biro Perencanaan dan Anggaran Kemenkes Disampaikan pada: RAPAT KONSULTASI NASIONAL PROGRAM KEFARMASIAN DAN ALKES PALU, 31 MARET 2015 VISI PRESIDEN Terwujudnya

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi Daerah Dalam Rencana Strategis Dinas Kesehatan 2016-2021 tidak ada visi dan misi, namun mengikuti visi dan misi Gubernur

Lebih terperinci

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 47

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 47 2 KESEHATAN AWAL TARGET SASARAN MISI 212 213 214 215 216 217 218 218 Kunjungan Ibu Hamil K4 % 92,24 95 95 95 95 95 95 95 Dinas Kesehatan Jumlah Ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai

Lebih terperinci

MISI 5 Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesibilitas Kesehatan Masyarakat SATU AN

MISI 5 Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesibilitas Kesehatan Masyarakat SATU AN MISI 5 Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesibilitas Masyarakat No PROGRAM SI AWAL PENGGU NG WAB 1 Program peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan anak Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 Cakupan

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015 PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015 DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Piere Tendean No. 24 Semarang Telp. 024-3511351 (Pswt.313) Fax. 024-3517463 Website : www.dinkesjatengprov.go.id

Lebih terperinci

TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas

TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas Indikator Kinerja Utama Pemerintah Kota Tebing Tinggi 011-016 3 NAMA UNIT ORGANISASI : DINAS KESEHATAN TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi

Lebih terperinci

Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta

Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta 2016 i KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu memberi rahmat dan hidayah Nya sehingga dapat tersusunnya Profil Kesehatan Dinas Kesehatan

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG TABEL 1 LUAS WILAYAH, DESA/KELURAHAN, PENDUDUK, RUMAH TANGGA, DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KECAMATAN NO KABUPATEN/KOTA LUAS RATA-RATA KEPADATAN WILAYAH

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANGGAI

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANGGAI INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANGGAI PEMERINTAH KABUPATEN BANGGAI DINAS KESEHATAN JLN. JEND. AHMAD YANI NO. 2D TELP. (0461) 211906 LUWUK SULAWESI TENGAH KEPUTUSAN KEPALA DINAS

Lebih terperinci

RENCANA AKSI KINERJA DAERAH (RAD) DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Target ,10 per 1000 KH

RENCANA AKSI KINERJA DAERAH (RAD) DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Target ,10 per 1000 KH Sasaran No. Strategis 1. Mengembangkan dan meningkatkan kemitraan dengan masyarakat, lintas sektor, institusi swasta, organisasi profesi dan dunia usaha dalam rangka sinergisme, koordinasi diantara pelaku

Lebih terperinci

BAB. III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB. III AKUNTABILITAS KINERJA 1 BAB. III AKUNTABILITAS KINERJA Akuntabilitas kinerja pada Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar secara umum sudah sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang terukur berdasar Rencana Strategis yang mengacu

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF. L K j - I P D i n a s K e s e h a t a n P r o v. S u l s e l T A

RINGKASAN EKSEKUTIF. L K j - I P D i n a s K e s e h a t a n P r o v. S u l s e l T A RINGKASAN EKSEKUTIF Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan terdiri dari Pendahuluan, Rencana Startegis, Akuntabilitas Kinerja dan Realisasi Anggaran. Akuntabilitas

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 belum mendapat data dari BPS 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 Kabupaten 3 JUMLAH PENDUDUK 1 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA 1 BAB II PERENCANAAN KINERJA Dalam mencapai suatu tujuan organisasi diperlukan visi dan misi yang jelas serta strategi yang tepat. Agar lebih terarah dan fokus dalam melaksanakan rencana strategi diperlukan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Gorontalo, 25 Februari 2017 Plt. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo

KATA PENGANTAR. Gorontalo, 25 Februari 2017 Plt. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo KATA PENGANTAR Puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas izin dan perkenan-nya dapat menyelesaikan dan menyajikan Laporan Pelaksanaan Program dan Kegiatan Tahun Anggaran

Lebih terperinci

RENSTRA DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI PERIODE intensitas upaya-upaya pencegahan. yang melaksanakan pembinaan petugas kab/puskesmas KH)

RENSTRA DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI PERIODE intensitas upaya-upaya pencegahan. yang melaksanakan pembinaan petugas kab/puskesmas KH) RENSTRA DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI PERIODE 2014-2018 VISI : " BALI SEHAT MENUJU BALI MANDARA " MISI : 1. MEMELIHARA, MENINGKATKAN DAN MENGEMBANGKAN UPAYA KESEHATAN YANG MERATA, BERMUTU DAN TERJANGKAU

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN IV.1. IV.2. VISI Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur sebagai salah satu dari penyelenggara pembangunan kesehatan mempunyai visi: Masyarakat Jawa

Lebih terperinci

A. RENCANA STRATEGIS : VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN PROGRAM

A. RENCANA STRATEGIS : VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN PROGRAM BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. RENCANA STRATEGIS : VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN PROGRAM Rencana Strategis atau yang disebut dengan RENSTRA merupakan suatu proses perencanaan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semoga Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini bermanfaat. Jakarta, September 2013 Kepala Pusat Data dan Informasi

KATA PENGANTAR. Semoga Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini bermanfaat. Jakarta, September 2013 Kepala Pusat Data dan Informasi KATA PENGANTAR Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini disusun untuk menyediakan beberapa data/informasi kesehatan secara garis besar pencapaian program-program kesehatan di Indonesia. Pada edisi ini selain

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF DINAS KESEHATAN PROVINSI BANTEN

RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF DINAS KESEHATAN PROVINSI BANTEN RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF DINAS PROVINSI BANTEN 2012-2017 DATA CAPAIAN Persentase Balita Ditimbang Berat 1 2 1 PROGRAM BINA GIZI DAN Badannya

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 203 KABUPATEN CIREBON NO INDIKATOR TABEL A. GAMBARAN UMUM LUAS WILAYAH 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 3 JUMLAH PENDUDUK 4 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 0

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 972 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 192 3 JUMLAH PENDUDUK 1 852,799 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 682,447 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM - 1 LUAS WILAYAH 1 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 381/ 5 3 JUMLAH PENDUDUK 1 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI SMP+ 6 JUMLAH

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 343 3 JUMLAH PENDUDUK 1 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI SMP+ 6 JUMLAH BAYI

Lebih terperinci

FORMULIR RENCANA KINERJA TAHUNAN TINGKAT UNIT OEGANISASI ESELON I KL DAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAAH (SKPD)

FORMULIR RENCANA KINERJA TAHUNAN TINGKAT UNIT OEGANISASI ESELON I KL DAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAAH (SKPD) FORMULIR RENCANA KINERJA TAHUNAN TINGKAT UNIT OEGANISASI ESELON I KL DAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAAH (SKPD) Lampiran III Unit Eselon I Kementrian/Lembaga/SKPD : Dinas Kesehatan Tahun : 2016 SASARAN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM LUAS WILAYAH 8,5 Ha 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 68 3 JUMLAH PENDUDUK 50,884 493,947,004,83 4 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 407,97 382,66 790,533 5 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS DENGAN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 1118KM2 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 367 3 JUMLAH PENDUDUK 1 576,544 561,855 1,138,399 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 469,818 464,301 934,119.0 5 PENDUDUK 10 TAHUN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 299,019 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 417 desa/17 kel 3 JUMLAH PENDUDUK 1 5,077,210 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 17,650 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 1.753,27 KM 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 309 3 JUMLAH PENDUDUK 1 2,244,772 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 20,994 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 DESA=309 KEL=8-3 JUMLAH PENDUDUK 1 869,767 819,995 1,689,232 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 673,079 551,261 1,224,340 5 PENDUDUK

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN I. VISI Pembangunan di Kabupaten Flores Timur pada tahap kedua RPJPD atau RPJMD tahun 2005-2010 menuntut perhatian lebih, tidak hanya untuk menghadapi permasalahan

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 203 K0TA TASIKMALAYA NO INDIKATOR TABEL A. GAMBARAN UMUM LUAS WILAYAH 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 3 JUMLAH PENDUDUK 4 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 0

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016 PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016 DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Piere Tendean No. 24 Semarang Telp. 024-3511351 (Pswt.313) Fax. 024-3517463 Website : www.dinkesjatengprov.go.id

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH DINAS KESEHATAN

PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH DINAS KESEHATAN PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH DINAS KESEHATAN KANTOR PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH LANTAI V JL. JEND SUDIRMAN KM 12 CAMBAI KODE POS 31111 TELP. (0828) 81414200 Email: dinkespbm@yahoo.co.id KOTA PRABUMULIH Lampiran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan mempunyai visi mewujudkan masyarakat mandiri untuk

I. PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan mempunyai visi mewujudkan masyarakat mandiri untuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan mempunyai visi mewujudkan masyarakat mandiri untuk hidup sehat. Visi ini dicapai dengan dukungan masyarakat dan pemerintah, oleh karena itu

Lebih terperinci

REVIEW ANGGARAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI DALAM APBN TAHUN 2017

REVIEW ANGGARAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI DALAM APBN TAHUN 2017 REVIEW ANGGARAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI DALAM APBN TAHUN 2017 Dalam APBN TA 2017, anggaran Kementerian Kesehatan sebesar Rp58,27 triliun atau menurun sebesar 8,07 persen dibandingkan dengan alokasi anggaran

Lebih terperinci

RPJMN dan RENSTRA BPOM

RPJMN dan RENSTRA BPOM RPJMN 2015-2019 dan RENSTRA BPOM 2015-2019 Kepala Bagian Renstra dan Organisasi Biro Perencanaan dan Keuangan Jakarta, 18 Juli 2017 1 SISTEMATIKA PENYAJIAN RPJMN 2015-2019 RENCANA STRATEGIS BPOM 2015-2019

Lebih terperinci

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS A. KONDISI UMUM Sesuai dengan UUD 1945,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Dinas Kesehatan Kab. Purbalingga 2013 hal 1

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Dinas Kesehatan Kab. Purbalingga 2013 hal 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan menyebutkan bahwa pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan Nasional diarahkan guna tercapainya kesadaran,

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN ii -

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN ii - PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG - ii - DAFTAR ISI Judul Halaman Halaman Judul... i Kata Pengantar... ii Daftar Isi... iii Daftar Gambar... iv Daftar Tabel... v BAB I PENDAHULUAN... 1 BAB II GAMBARAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kolaka, Maret 2012 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kolaka, dr. Hj. Rosmawati NIP Pembina Tk. I Gol.

KATA PENGANTAR. Kolaka, Maret 2012 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kolaka, dr. Hj. Rosmawati NIP Pembina Tk. I Gol. KATA PENGANTAR Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah dan nayah-nya atas tersusunnya Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka Tahun. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka merupakan salah

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Soreang, Februari 2014 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANDUNG

KATA PENGANTAR. Soreang, Februari 2014 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANDUNG Laporan Akuntabilitas Kinerja Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Tahun 2014 KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Tahun 2014 merupakan laporan

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEDIRI TARGET

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEDIRI TARGET PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEDIRI No SASARAN STRATEGIS No 1 Meningkatnya pelayanan kesehatan 1 Penurunan Angka 17 pada ibu, neonatus, bayi, balita

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN PACITAN TAHUN 2015

RENCANA KINERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN PACITAN TAHUN 2015 RENCANA KINERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN PACITAN TAHUN 2015 Pemerintah Kabupaten Pacitan DINAS KESEHATAN Jl. Letjend Soeprapto No. 42 Pacitan KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala

Lebih terperinci

LAMPIRAN PENETAPAN KINERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013

LAMPIRAN PENETAPAN KINERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013 LAMPIRAN PENETAPAN KINERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013 NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET PROGRAM /KEGIATAN (1) (2) (3) (4) (5) I Meningkatnya kualitas air 1 Persentase

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 305,519 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 442 3 JUMLAH PENDUDUK 1 1,277,610 1,247,873 2,525,483 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan Kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS A. KONDISI UMUM Sesuai dengan UUD 1945, pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat,

Lebih terperinci

Tabel 2.1 Pencapaian Kinerja Pelayanan SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten Gianyar Kabupaten Gianyar

Tabel 2.1 Pencapaian Kinerja Pelayanan SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten Gianyar Kabupaten Gianyar Tabel 2.1 Pencapaian Kinerja Pelayanan SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten Gianyar Kabupaten Gianyar NO Indikator Kinerja sesuai Tugas dan Fungsi SKPD Target SPM Target IKK Target Indikator Lainnya Target Renstra

Lebih terperinci

BAB III TUJUAN, SASARAN DAN KEBIJAKAN

BAB III TUJUAN, SASARAN DAN KEBIJAKAN BAB III TUJUAN, SASARAN DAN KEBIJAKAN 3.1. TUJUAN UMUM Meningkatkan pemerataan, aksesibilitas dan kualitas pelayanan kesehatan masyarakat terutama kepada masyarakat miskin dengan mendayagunakan seluruh

Lebih terperinci

B A B I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

B A B I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 B A B I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terselenggaranya tata Instansi Pemerintah yang baik, bersih dan berwibawa (Good Governance dan Clean Governance) merupakan syarat bagi setiap pemerintahan dalam

Lebih terperinci

1. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang

1. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang 1. Pendahuluan 1.1 Latar belakang Derajat kesehatan yang tinggi merupakan salah satu perwujudan dari kesejahteraan umum masyarakat Indonesia. Oleh karena itu salah satu agenda pemerintah dalam rangka pembangunan

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN SOSIAL BUDAYA

PEMBANGUNAN SOSIAL BUDAYA Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2006 PEMBANGUNAN SOSIAL BUDAYA (BIDANG KESEHATAN) Disampaikan dalam Rapat Kerja dengan Komisi VIII DPR RI Jakarta, 23 November 2005 AGENDA PEMBANGUNAN AGENDA PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

IV.B.2. Urusan Wajib Kesehatan

IV.B.2. Urusan Wajib Kesehatan 2. URUSAN KESEHATAN Pembangunan kesehatan adalah bagian integral dari pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2015

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2015 UNIT KERJA : DINAS KESEHATAN A. Tugas Pokok : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh

Lebih terperinci

DAFTAR ISI JATIM DALAM ANGKA TERKINI TAHUN 2012-2013 TRIWULAN I

DAFTAR ISI JATIM DALAM ANGKA TERKINI TAHUN 2012-2013 TRIWULAN I DAFTAR ISI JATIM DALAM ANGKA TERKINI TAHUN 2012-2013 TRIWULAN I 1 DERAJAT KESEHATAN (AHH, AKB DAN AKI) 2 STATUS GIZI KURANG DAN GIZI BURUK PADA BALITA 3 JUMLAH RUMAH SAKIT BERDASARKAN KEPEMILIKAN DAN PELAYANAN

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA KONGRES KE 15 DAN TEMU ILMIAH INTERNASIONAL PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA TAHUN 2014

SAMBUTAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA KONGRES KE 15 DAN TEMU ILMIAH INTERNASIONAL PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA TAHUN 2014 SAMBUTAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA KONGRES KE 15 DAN TEMU ILMIAH INTERNASIONAL PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA TAHUN 2014 Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh Selamat pagi dan

Lebih terperinci

JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA SE PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2015 JUMLAH KELAHIRAN

JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA SE PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2015 JUMLAH KELAHIRAN TABEL 4 JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA SE JUMLAH KELAHIRAN KABUPATEN KOTA LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI + PEREMPUAN HIDUP MATI HIDUP + MATI HIDUP MATI HIDUP + MATI HIDUP MATI

Lebih terperinci

TARGET INDIKATOR SATUAN MENINGKATKAN 1. INDIKATOR SASARAN CAPAIAN MISI TUJUAN SASARAN NO

TARGET INDIKATOR SATUAN MENINGKATKAN 1. INDIKATOR SASARAN CAPAIAN MISI TUJUAN SASARAN NO Tabel 4.2 Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, Indikator Renstra Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013-2018 Visi : "INSTITUSI YANG PROFESIONAL DALAM MEWUJUDKAN PARIPURNA DI JAWA TENGAH" MISI

Lebih terperinci