BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang atau lebih menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya. Dorongan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang atau lebih menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya. Dorongan"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada hakikatnya berpariwisata adalah suatu proses bepergian sementara dari seseorang atau lebih menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya. Dorongan kepergiannya adalah karena berbagai kepentingan, baik karena kepentingan ekonomi, sosial, kebudayaan, politik, agama, kesehatan maupun kepentingan lain seperti karena sekedar ingin tahu, menambah pengalaman ataupun untuk belajar (Suwantoro, 1997). Istilah pariwisata berhubungan erat dengan pengertian perjalanan wisata, yaitu sebagai suatu perubahan tempat tinggal sementara seseorang di luar tempat tinggalnya karena suatu alasan dan bukan untuk melakukan pekerjaan yang menghasilkan upah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perjalanan wisata merupakan suatu perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau lebih dengan tujuan antara lain untuk mendapatkan kenikmatan (kepuasan) dan memenuhi hasrat ingin mengetahui sesuatu (Suwantoro, 1997). Untuk memposisikan wisata secara benar pada masyarakat, Dirjen Pariwisata (1992) mendefinisikan wisata sebagai kegiatan perjalanan yang dilakukan secara suka rela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata. Sedangkan pariwisata merupakan suatu fenomena yang melibatkan tiga unsur dasar, yaitu: 1. Unsur dinamik yaitu daerah kunjungan wisata yang dipilih. 2. Unsur statis yaitu lamanya menetap di tempat yang dituju. 3. Unsur akibat yaitu dampak yang terjadi akibat pelaksanaan program wisata tersebut (Suwantoro, 1997). Dalam perkembangan kepariwisataan secara umum muncul pula istilah wisata berkelanjutan. Menurut Swarbrooke (1998) dalam Utama (2006), mengatakan bahwa

2 pada hakekatnya pariwisata berkelanjutan harus terintegrasi pada tiga dimensi. Tiga dimensi tersebut adalah, (1) dimensi lingkungan, (2) dimensi ekonomi, dan (3) dimensi sosial. Selanjutnya berdasarkan konteks pembangunan berkelanjutan, pariwisata berkelanjutan dapat didefinisikan sebagai: pembangunan kepariwisataan yang sesuai dengan kebutuhan wisatawan dengan tetap memperhatikan kelestarian (conservation, environmental dimention), memberi peluang bagi generasi muda untuk memanfaatkan (economic dimention) dan mengembangkannya berdasarkan tatanan sosial ( social dimention ) yang telah ada Motivasi Berwisata Menurut Wahab (1975) motivasi merupakan hal yang sangat mendasar dalam studi tentang wisatawan dan pariwisata. Pada dasarnya seseorang melakukan perjalanan dimotivasi oleh beberapa hal, motivasi-motivasi tersebut dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok besar sebagai berikut: a) Physical or physiological motivation yaitu motivasi yang bersifat fisik atau fisologis, antara lain untuk relaksasi, kesehatan, kenyamanan, berpartisipasi dalam kegiatan olahraga, bersantai dan sebagainya. b) Cultural Motivation yaitu keinginan untuk mengetahui budaya, adat, tradisi dan kesenian daerah lain. Termasuk juga ketertarikan akan berbagai objek peninggalan budaya. c) Social or interpersonal motivation yaitu motivasi yang bersifat sosial, seperti mengunjungi teman dan keluarga, menemui mitra kerja, melakukan hal-hal yang dianggap mendatangkan gengsi, melakukan ziarah, pelarian dari situasi yang membosankan dan seterusnya.

3 d) Fantasy Motivation yaitu adanya motivasi bahwa di daerah lain seseorang akan bisa lepas dari rutinitas keseharian yang menjemukan dan yang memberikan kepuasan psikologis (Utama, 2006). Adapun faktor pendorong seseorang melakukan perjalanan wisata menurut Pitana (2005) dalam Utama (2006) adalah sebagai berikut : a). Escape. Ingin melepaskan diri dari lingkungan yang dirasakan menjemukan, atau kejenuhan dari pekerjaan sehari-hari. b). Relaxtion. Keinginan untuk penyegaran, yang juga berhubungan dengan motivasi untuk escape di atas. c). Play. Ingin menikmati kegembiraan, melalui berbagai permainan, yang merupakan kemunculan kembali sifat kekanak-kanakan, dan melepaskan diri sejenak dari berbagai urusan yang serius. d). Strengthening family bond. Ingin mempererat hubungan kekerabatan, khususnya dalam konteks (visiting, friends and relatives). Biasanya wisata ini dilakukan bersama-sama (Group tour) e). Prestige. Ingin menunjukkan gengsi, dengan mengunjungi destinasi yang menunjukkan kelas dan gaya hidup, yang juga merupakan dorongan untuk meningkatkan status atau Social Standing. f). Social interaction. Untuk dapat melakukan interaksi sosial dengan teman sejawat, atau dengan masyarakat lokal yang dikunjungi. g). Romance Keinginan untuk bertemu dengan orang-orang yang bisa memberikan suasana romantis.

4 h). Educational opportunity. Keinginan untuk melihat suatu yang baru, mempelajari orang lain dan daerah lain atau mengetahui kebudayaan etnis lain. Ini merupakan pendorong dominan dalam pariwisata. i). Self-fulfilment. Keinginan untuk menemukan diri sendiri, karena diri sendiri biasanya bisa ditemukan pada saat kita menemukan daerah atau orang yang baru. j). Wish-fulfilment. Keinginan untuk merealisasikan mimpi-mimpi, yang lama dicitacitakan, sampai mengorbankan diri dalam bentuk penghematan, agar bisa melakukan perjalanan (Utama, 2006) Produk Wisata Produk wisata merupakan rangkaian dari berbagai jasa yang saling terkait, yaitu jasa yang dihasilkan berbagai perusahaan (segi ekonomis), jasa masyarakat (segi sosial/psikologis) dan jasa alam. a). Jasa yang dihasilkan perusahaan antara lain jasa angkutan, penginapan, pelayanan makan minum, jasa tour dan sebagainya. b). Jasa yang disediakan masyarakat dan pemerintah antara lain berbagai prasarana umum, kemudahan, keramah-tamahan, adat-istiadat, seni budaya dan sebagainya. c). Jasa yang disediakan alam antara lain: pemandangan alam, pegunungan, pantai, gua alam, taman laut dan sebagainya. Produk wisata juga merupakan gabungan dari berbagai komponen, antara lain: Atraksi suatu daerah tujuan wisata, fasilitas yang tersedia, aksesibilitas ke dan dari daerah tujuan wisata (Suwantoro, 1997). Atraksi merupakan salah satu dimensi yang unik, karena seringkali hanya terjadi atau dapat dinikmati pada kawasan tertentu dan pada masa atau waktu tertentu.

5 atraksi dapat berdasarkan sumberdaya alam, budaya, etnisitas atau hiburan (Suwantoro, 1997). Kepariwisataan alam sangat ditentukan oleh keberadaan perilaku dan sifat objek dan daya tarik alam. Atraksi alam dapat dilakukan di objek tertentu di kawasan wisata alam berupa Gunung, Pantai, Sungai, Hutan, Lembah, Gua, Hutan, Air Terjun (Fandeli,dkk, 2000). Fasilitas wisata adalah sumber daya alam dan sumber daya buatan manusia yang mutlak dibutuhkan oleh wisatawan dalam perjalanannya di daerah tujuan wisata, seperti: jalan, listrik, air, telekomunikasi, terminal, jembatan dan lain sebagainya (Suwantoro, 1997) Menurut Baud-Bovy dalam Yoeti (2002), produk pariwisata adalah sejumlah fasilitas dan pelayanan yang disediakan dan diperuntukkan bagi wisatawan yang terdiri dari tiga komponen, yaitu sumber daya yang terdapat pada suatu Daerah Tujuan Wisata, fasilitas yang terdapat di suatu Daerah Tujuan Wisata, dan transportasi yang membawa dari tempat asalnya ke suatu Daerah Tujuan Wisata tertentu. Berkaitan dengan produk pariwisata menurut Marrioti dalam Yoeti (1996), manfaat dan kepuasan berwisata ditentukan oleh dua faktor yang saling berkaitan, yaitu pertama tourist resources adalah segala sesuatu yang terdapat di daerah tujuan wisata yang merupakan daya tarik agar orang-orang mau datang berkunjung ke suatu tempat daerah tujuan wisata dan kedua, tourist service adalah semua fasilitas yang dapat digunakan dan aktifitas yang dapat dilakukan yang pengadaannya disediakan oleh perusahaan lain secara komersial. Menurut Hadinoto (1996), destinasi merupakan suatu kawasan terencana yang sebagian atau seluruhnya dilengkapi dengan pelayanan produk wisata, fasilitas rekreasi, restoran, hotel, atraksi, hiburan dan toko pengecer yang dibutuhkan

6 pengunjung. Hardinoto (1996) mengemukakan tentang ciri-ciri destinasi yang menarik adalah destinasi yang memiliki berbagai atraksi seperti sumber daya alam (hutan, pantai, iklim), sumber daya budaya, sejarah, daya tarik psikologis (hal-hal kesukuan, keterpencilan, petualangan), aksesbilitas, fasilitas rekreasi, event dan aktivitas khusus Motif wisata ini ada dalam diri setiap wisatawan yang tidak dapat diketahui secara pasti oleh orang lain namun hanya dapat diduga. Motif wisata berdasarkan hasil survei adalah sebagai berikut (Soekadijo, 1996) : 1. Motif fisik, motif yang berhubungan dengan badaniah, seperti olahraga, istirahat, kesehatan, dan sebagainya. 2. Motif budaya, yang diperhatikan disini adalah yang bersifat budaya, atraksinya berupa pemandangan alam, flora atau fauna. Wisatawan datang untuk mempelajari atau sekedar untuk mengenal atau memahami tata cara dan kebudayaan bangsa atau daerah lain. 3. Motif interpersonal, berkaitan dengan keinginan untuk bertemu dengan keluarga, teman, tetangga atau berjumpa atau sekedar dapat melihat tokoh-tokoh terkenal. 4. Motif status atau motif prestise, hanya ingin mendapat pengakuan oleh orang lain karena adanya semacam anggapan bahwa mereka yang telah berkunjung ke tempat-tempat tertentu mempunyai kedudukan setingkat lebih tinggi daripada orang lain. Motif yang berbeda-beda dari tiap wisatawan yang datang pada suatu tempat ini tidak mengurangi tuntutn mereka yaitu adnya atraksi wisata yang komplementer, maksudnya sesuai dengan motif mengadakan wisata,

7 dalam berwisata. Juga dalam hal ini perlu diperhatikan masalah transferabilitas, yaitu kondisi dan sarana untuk bergerak dari tempat kediamnnya ke lokasi tujuan wisata. Perlu diupayakan pula oleh perusahaan pariwisata maupun oleh pemerintah tentang fasilitas hotel di tempat-tempat wisata sebagai upaya untuk memberikan kenyamanan kepada para wisatawan. Dengan demikian wisatawan (calon) harus diberikan pelayanan yang lebih sehingga mereka merasa senang dan akhirnya mengambil keputusan untuk membeli produk pariwisata. Hal ini perlu mendapat perhatian yang utama, karena produk industry pariwisata berbeda dengan produk industri yang lain. Industry pariwisata menurut Prajogo mempunyai sifat khusus sebagai berikut (Spillane, 2001) : 1) Produk wisata tidak dapat dipindahkan, maksudnya orang tidak dapat membawa produk wisata kepada langganan, tetapi langganan itu sendiri yang harus mengunjungi, mengalami dan datang untuk menikmati produk wisata itu. 2) Dalam pariwisata, produksi dan konsumsi terjadi pada saat yang sama. Tapa langganan yang sedang mempergunakan jasa-jasa itu tidak akan terjadi produksi. 3) Sebagai suatu jasa maka pariwisata memiliki beragam bentuk oleh karena itu didalam pariwisata tidak ada standar ukuran yang objektif sebagaimana produk lain yang nyata. 4) Langganan tidak bias mencicipi produk itu sebelumnya bahkan tidak dapat mengetahui atau menguji produk itu sebelumnya yang dapat dilihat hanya brosur dan gambar-gambar. 5. Dari segi usaha, produk wisata merupakan usaha yang mengandung resiko

8 politik, sikap masyarakat atau kesenangan wisata. Perubahan-perubahan tersebut dapat menggoyahkan sendi-sendi penanaman modal usaha kepariwisataan, karena bisa mengakibatkan kemunduran usaha yang drastis, sedangkan sifat produk itu relatif lambat untuk menyesuaikan keadaan pasar Pengertian Permintaan Teori permintaan menerangkan tentang hubungan antara berbagai kombinasi harga dan jumlah suatu barang yang ingin dan dapat dibeli oleh konsumen pada berbagai tingkat harga untuk suatu periode tertentu (Nopirin, 2000:32). Menurut McEachern (2000:190) permintaan pasar suatu sumber daya adalah penjumlahan seluruh permintaan atas berbagai kombinasi penggunaan sumber daya tersebut. Hukum permintaan merupakan suatu hipotesis yang menyatakan semakin rendah harga suatu barang maka semakin banyak permintaan terhadap barang tersebut, dan sebaliknya semakin tinggi harga suatu barang maka semakin sedikit permintaan terhadap barang tersebut (Sukirno, 2005:76). Hal tersebut disebabkan karena hukum permintaan menyatakan bahwa jumlah barang yang diminta dalam suatu periode waktu tertentu berubah berlawanan dengan harganya, dengan asumsi hal lain tetap atau ceteris paribus (Samuelson, 1998:61). Pada gambar 2.1, kurva permintaan (DD) terbentuk dari kombinasi harga (P) dan jumlah barang yang diminta (Q). Ketika harga sebesar P 1 dengan jumlah barang sebesar Q 1, kemudian harga berubah / naik menjadi P 2 maka Q akan berubah/turun menjadi Q 2. Hal ini sesuai dengan hukum permintaan, P dan Q berhubungan berlawanan. Hal ini dapat kita lihat pada gambar 2.1. dibawah ini.

9 P D P 2 P 1 D Q Q 2 Q 1 Gambar 2.1. Kurva Permintaan Sumber : Samuelson dan Nordhaus, 1998 Kurva permintaan DD memiliki slope yang negatif menunjukkan konsumen yang bersedia untuk membeli lebih banyak pada harga yang relatif lebih murah (Pyndick, 2004). The demand curve slopes downward demonstrating that consumers are willing to buy more at a lower price as the product becomes relatively cheaper. Fungsi permintaan (demand function) adalah persamaan yang menunjukkan hubungan antara jumlah permintaan suatu barang dan semua faktor-faktor yang mempengaruhinya. Maka dapat disusun fungsi permintaan umum, sebagai berikut: QD = f ( PQ, PS.i, Y, S, D ) Keterangan : Q D = jumlah barang yang diminta P P Q si = harga barang itu sendiri = harga barang substitusi ( i = 1,2,.n) Y = pendapatan S = selera D = jumlah penduduk

10 Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi permintaan selain harga menurut Sukirno (2005:80-82) adalah sebagai berikut ; 1). Harga barang-barang lain Hubungan antara suatu barang dengan berbagai jenis barang lain dapat dibedakan menjadi tiga golongan yaitu ; a. Barang pengganti. Harga barang pengganti dapat mempengaruhi permintaan barang yang digantikannya apabila harga barang pengganti lebih murah maka jumlah permintaan terhadap barang yang digantikan akan mengalami penurunan. b. Barang pelengkap. Kenaikan atau penurunan permintaan terhadap barang pelengkap sejalan dengan perubahan permintaan barang yang digenapinya karena barang pelengkap digunakan bersamaan dengan barang yang dilengkapi. c. Barang netral. Apabila dua jenis barang tidak mempunyai hubungan maka perubahan permintaan salah satu barang tidak akan mempengaruhi permintaan akan barang lain. 2). Pendapatan Pendapatan konsumen merupakan faktor yang penting dalam menentukan permintaan. Perubahan pendapatan akan menimbulkan permintaan berbagai jenis barang antara lain : a. Barang inferior. Jika pendapatan meningkat maka permintaan terhadap barang inferior akan berkurang karena barang inferior banyak diminta oleh konsumen yang berpendapatan rendah.

11 b. Barang essensial. Barang essensial adalah barang yang sangat penting artinya dalam kehidupan sehari-hari seperti kebutuhan pokok dan pakaian. Jumlah permintaan pada barang ini cenderung tidak berubah walaupun pendapatan meningkat. c. Barang normal. Suatu barang dikatakan barang normal apabila mengalami jumlah permintaan jika terjadi peningkatan pendapatan. d. Barang mewah. Barang mewah merupakan barang yang banyak dikonsumsi oleh konsumen dengan tingkat pendapatan yang relatif tinggi seperti perhiasan, kenderaan mewah, perabot rumah mewah. 3). Faktor lain a. Distribusi pendapatan. Pendapatan masyarakat tertentu akan menimbulkan permintaan yang berbeda apabila pendapatan tersebut diubah distribusinya. b. Jumlah penduduk Pertambahan penduduk tidak dengan sendirinya menyebabkan pertambahan permintaan tetapi diikuti oleh perkembangan dalam kesempatan kerja. c. Ekspektasi mengenai keadaan masa depan. Perubahan-perubahan yang diramalkan mengenai keadaan pada masa yang akan datang dapat mempengaruhi permintaan. Menurut A Yoeti (2008:109) terdapat tiga tingkah laku konsumen dalam memenuhi kebutuhan terhadap barang dan jasa : 1. Keterbatasan pendapatan (income). 2. Melakukan pembelian dengan bertindak secara rasional. 3. Ingin mencapai kepuasan (to maximize their total satisfaction).

12 2.4. Permintaan pariwisata Konsumen mempunyai tingkah laku yang beragam dalam memenuhi kebutuhannya terhadap barang dan jasa. Yoeti (2008) mengungkapkan terdapat tiga tingkah laku konsumen dalam memnuhi kebutuhan terhadap barang dan jasa yaitu : 1. Keterbatasan pendapatan/income. 2. Melakukan pembelian dengan bertindak secara rasional. 3. Ingin mencapai kepuasan (to maximize their total satisfaction). Permintaan pariwisata berpengaruh terhadap semua sektor perekonomian : perorangan, usaha kecil menengah, perusahaan swasta dan sektor pemerintah (Sinclair dan Stabler, 1997). Data vital yang dapat dijadikan indikator permintaan wisatawan akan suatu daerah wisata adalah : 1. Jumlah atau kuantitas wisatawan yang akan datang. 2. Alat transportasi apa yang digunakan sehubungan dengan kedatangan wisatawan tersebut. 3. Berapa lama waktu tinggal. 4. Berapa jumlah uang yang dikeluarkan. Permintaan pariwisata juga didasarkan pada anggaran belanja yang dimilikinya, hal ini merupakan kunci dari permintaan pariwisata. Seseorang akanmempertimbangkan untuk mengurangi anggaran yang dimilikinya untuk suatu kepentingan liburan. Sementara itu kegiatan liburan atau periwisata ini merupakan suatu aktivitas yang dapat menciptakan permintaan karena kegiatan wisata yang dilakukan oleh wisatawan dengan sendirinya akan memerlukan pelayanan seperti transportasi akomodasi, katering, restoran, hiburan dan pelayanan lainnya. Dalam kondisi ekstrem, seseorang dapat mengalokasikan seluruh anggarannya untuk berwisata dan selain itu juga dapat digunakan seluruhnya untuk mengkonsumsi barang lain. Kombinasi pariwisata dan barang lain yang diputuskan Universitas Sumatera untuk dibeli Utara

13 seseorang tergantung pada preferensi mereka. Kombinasi alternatif antara pariwsata dan barang lain dapat memberikan tingkat kepuasan yang sama seperti konsumsi pariwisata yang tinggi dan konsumsi barang lain yag rendah seperti diilustrasikan oleh kurva indiferen. Seluruh kemungkinan kombinasi digambarkan sepanjang garis budget line, yaitu kemiringan yang menunjukkan harga relatif dari barang dan jasa yang digambarkan oleh TG. Seseorang dapat mengalokasikan anggarannya antara untuk pariwisata dan barang lainnya dengan memilih kombinasi yang memaksimalkan kepuasan. Pada D, dimana kurva indiferen bersinggungan dengan budget line, menghasilkan tingkat pariwisata OT 1 dan konsumsi OG 1 dari barang lain. Seseorang dengan preferensi yang lebih kuat terhadap pariwisata akan mengambil kombinasi sebelah kiri titik D, sedangkan seseorang yang lebih banyak mengkonsumsi barang lain akan memilih kurva indiferen yang bersinggungan dengan TG kearah kanan titik D (Sinclair dan Stabler, 1997). T I T 1 D I Pariwisata O G 1 Barang Lain G Gambar 2.2. Konsumsi pariwisata dan barang lainnya Sumber : Sinclair & Stabler, 1997

14 Orang harus memutuskan tidak hanya kombinasi yang paling disukai antara pariwisata (relatif) terhadap barang lainnya, namun juga kombinasi yang paling disukai antara berbagai jenis pariwisata. Sebagai contoh, seorang wisatawan dapat membelanjakan seluruh anggaran berwisatanya untuk berkunjung ke teman atau seluruhnya digunakan untuk berlibur di lokasi baru, ke luar negeri, atau dapat pula memilih berbagai kombinasi dari keduanya. Posisi optimal pada akhirnya tergantung pada anggaran dan preferensi seseorang serta diasumsikan bahwa anggaran dialokasikan antara jenis-jenis pariwisata yang berbeda agar memaksimalkan kepuasan. Fungsi permintaan pariwisata dapat dituliskan sebagai berikut : D = f (X 1, X 2, X 3,.Xn) Pada umumnya pengembangan kepariwisataan ada hubungan linier dengan aksesibilitas. Aksesibilitas merupakan salah satu aspek penting yang mendukung pengembangan pariwisata. Namun untuk kepariwisataan alam hubungan ini tidak signifikan, bahkan untuk kepariwisataan alam tertentu keterjangkauan yang terlalu tinggi dapat mengancam kelestarian suatu kawasan wisata. Aspek tingkat pengalaman menjadi sangat penting dalam pengembangan pariwisata alam. Perjalanan berwisata alam ke wilayah terpencil dengan aksesibilitas rendah, menghasilkan perjalanan dengan tingkat pengalaman dan kepuasan tinggi (Fandeli, dkk. 2000) Wisatawan Kata pariwisata sering menonjolkan bidang perjalanan dan juga pertumbuhan meningkat dari orang-orang yang melakukan perjalanan, biasanya disebut turis/wisatawan. Di Dunia kepariwisataan dirasakan perlu adanya suatu definisi bersama. Untuk memperoleh definisi bersama itu diselenggarakan Konferensi Roma Oleh United Nation Conference an International Travel and Tourism direkomendasikan definisi : Setiap orang yang mengunjungi suatu Negara bukan

15 dimana ia bermukim, bagi seiap keperluan yang bukan untuk mendapatkan penghasilan disebut pengunjung. Pengunjung terdiri dari dua kelompok traveler (orang yang melakukan perjalanan), yaitu : a). Tourist (Wisatawan) Pengunjung sementara yang tinggal di suatu Negara lebih dari 24 jam. Motivasi kunjungannya dapat digolongkan untuk: Liburan (rekreasi, kesehatan, studi, agama atau olahraga) Bisnis Keluarga Seminar atau konferensi dan lainnya. b. Excursionist (pelancong) Pengunjung sementara yang melawat kurang dari 24 jam di daerah tujuan kunjungannya dan tidak menginap, termasuk penumpang kapal pesiar. (Yoeti, 2008). Di kawasan pemanfaatan kepariwisataan alam dapat dikembangkan segala keperluan pelayanan untuk kepuasan pengunjung yaitu : 1. Pintu gerbang masuk 2. Pusat informasi 3. Kantor pengelola 4. Fasilitas kemudahan pengunjung: telekomunikasi, rumah makan, penginapan, kebersihan lingkungan dan MCK. 5. Rambu-rambu penting bagi pengunjung, terutama petunjuk lokasi-lokasi daya tarik, lokasi berbahaya dan lain-lain beserta penerangan listrik.

16 6. Jalan-jalan di dalam kawasan pelestarian alam 7. Lokasi-lokasi berkemah di kawasan rimba (Fandeli, dkk, 2000).. Pariwisata sebagai industri ini agar dapat menjadi andalan dalam perekonomian suatu daerah, maka diperlukan perencanaan dan penggarapan yang matang agar perjalanan wisata ke daerah tujuan wisata dapat terpuaskan, maka diperlukan pengemasan produk pariwisata yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan wisatawan. Dalam pemasaran biasanya dihadapkan kepada masalah bauran pemasaran yang meliputi produk, price, place, promotion Penelitian Terdahulu a. Redzuan Othman dan Zaimah Darawi (1990) melakukan penelitian dengan judul Kepentingan Indonesia kepada pasar industri pelancongan Malaysia : satu analisis ekonomi. Hasil dari penelitian Redzuan Othman dan Zaimah Darawi (1990) menunjukkan pentingnya peranan wisatawan Indonesia terhadap industri pariwisata Malaysia yang membentuk fungsi permintaan pariwisata dengan diasumsikan dalam teori permintaan. Berdasarkan kepada teori ekonomi, permintaan akan barang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti harga barang itu sendiri, harga barang lain, tingkat pendapatan, cita rasa masyarakat dan lain-lain. Dengan menggunakan model permintaan tersebut menunjukkan terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi keputusan untuk berekreasi oleh seseorang terutama wisatawan mancanegara, diantaranya biaya pengangkutan ke tempat yang dituju, pendapatan, biaya belanja selama bepergian, kurs valuta asing, minat dan cita rasa dan berbagai faktor ekonomi. Berdasarkan model penelitian yang dilakukan oleh Redzuan Othman dan Zaimah Darawi, mereka menemukan bahwa permintaan terhadap pariwisata Malaysia oleh wisatawan Indonesia dipengaruhi atas biaya atau

17 belanja mereka sewaktu berkunjung ke Malaysia, pendapatan wisatawan, kurs valuta asing dan kebijakan pemerintah. Biaya belanja berkunjung ke Malaysia ini digunakan sebagai pengganti terhadap biaya pariwisata. Biaya ini terdiri dari biaya penginapan (45%), makanan (25%), pengangkutan, hiburan dan lain-lain (30%). Kemudian pendapatan wisatawan Indonesia merupakan faktor penting dalam mempengaruhi permintaan terhadap wisatawan. Semakin tinggi tingkat pendapatan semakin mampu mereka berbelanja selama kunjungan mereka. Dalam analisis ini, pendapatan per kapita penduduk Indonesia digunakan sebagai anggaran kepada pendapatan wisatawan.satu lagi faktor yang dirasakan penting dalam mempengaruhi keputusan untuk berekreasi adalah kurs valuta asing. Jika nilai tukar mata uang wisatawan lebih mahal dibandingkan dengan mata uang Negara yang dikunjunginya mungkin ini akan membuat animo mereka berkunjung ke Negara tersebut lebih besar.kemudian kebijakan pemerintah di Negara yang ingin dikunjungi juga ikut memainkan peraan penting. Dalam konteks ini Redzuan Othman dan Zaimah Darawi hanya melihat kebijakan pemerintah Malaysia untuk berusaha menarik minat lebih ramai jumlah wisatawan mancanegara ke Negara tersebut dalam hal memperkenalkan Malaysia sebagai salah satu Negara tujuan wisata dalam tahun 1996 sebagai salah satu usaha promosi secara serius ke arah memajukan industri pariwisata. Redzuan Othman dan Zaimah Darawi menemukan variabel ini adalah negatif dan tidak signifikan sehingga dinyatakan upaya pemerintah Malaysia untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan perlu ditingkatkan.

18 b. Papatheodorou (1999) melakukan peneltian dengan judul permintaan untuk pariwisata internasional di kawasan Mediteranian. Dengan menggunakan model matematik parametric ekspresi Almost Ideal Demand System (AIDS), Papatheodorou memperoleh hasil dari penelitiannya sebagai berikut ; 1) Untuk Jerman Barat. Permintaan yang disesuaikan kepada variabel lain yaitu koefisien harga, koefisien pengeluaran dan koefisien waktu berkunjung diperoleh hasil yang signifikan namun elastisitas koefisien berbeda-beda. 2) Untuk Italia. Permintaan yang disesuaikan kepada variabel lain yaitu koefisien harga, dan koefisien waktu berkunjung diperoleh hasil yang signifikan namun koefisien pengeluaran tidak signifikan sedangkan elasitisas koefisien juga menunjukkan hasil yang berbeda-beda. 3) Untuk Portugal. Permintaan yang disesuaikan kepada variabel lain yaitu koefisien harga, koefisien pengeluaran dan koefisien waktu berkunjung diperoleh hasil yang signifikan sedangkan elastisitas koefisien berbeda-beda. 4) Untuk Spanyol. Permintaan yang disesuaikan kepada variabel lain yaitu koefisien harga, koefisien pengeluaran dan koefisien waktu berkunjung diperoleh hasil yang signifikan sedangkan elastisitas koefisien berbeda-beda. Sehingga disimpulkan ketiga variabel signifikan pada Negara penelitian namun untuk Italia koefisien pengeluaran tidak signifikan oleh sebab tertentu seperti perubahan cita rasa wisatawan italia. Perubahan tersebut disebabkan pengaruh dari penawaran pariwisata di kawasan Mediterania yang tidak berkembang. Preferensi yang sama ditunjukkan oleh wisatawan Jerman Barat, Portugal dan Spanyol.

19 c. Christine Lim dan Michael McAller (2001) melakukan penelitian dengan judul Analisa kointegrasi dari kuartal permintaan pariwisata untuk Hongkong, Singapura dan Australia. Dengan data proxy untuk permintaan pariwisata serta menggunakan model permintaan linier Lim dan McAller memperoleh hasil sebagai berikut : hubungan dari permintaan pariwisata internasional memberikan indikasi variabel biaya transportasi, nilai tukar (kurs) menunjukkan pengaruh yang empiris pada Negara penelitian. Untuk variabel pendapatan perkapita dan belanja wisatawan serta indeks harga konsumen menunjukkan perbedaan hasil. Variabelvariabel tersebut menunjukkan elastisitas yang berbeda-beda di setiap waktu penelitian. Namun yang penting dalam jangka panjang variabel tersebut menunjukkan hubungan yang signifikan terhadap permintaan pariwisata. Dari model vector error correction (VEC) terlihat jika masalah nilai tukar (kurs) menjadi masalah terpenting dalam jumlah kunjungan wisata. Perpindahan tujuan kunjungan wisatawan dari Hongkong, Australia dan Singapura tidak ditunjukkan oleh variabel pendapatan perkapita namun ditunjukkan melalui biaya transportasi. Walaupun demikian tidak semua regresor dalam model vector eror correction yang signifikan kepada semua persoalan melalui korelasi serial. Sedangkan heteroskedastisitas menunjukkan tidak ada suatu kesalahan. Parameter ketidakstabilan dalam asumsi prediksi jumlah kunjungan wisatawan memberi hasil yang signifikan untuk Hongkong dan Singapura. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata Indonesaia (2002) kajian aspek-aspek permintaan kondisi masa lalu dan saat ini dari kunjungan wisatawan merupakan input penting dalam analisis pasar. Dengan survei pasar persepsi wisatawan tentang daerah dapat diketahui.

20 Survei ini harus dibuat baik bagi wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara dan juga wisatawan lokal. Dalam pelaksanaan survei pasar ini meliputi : 1) Karakteristik kedatangan wisatawan. Jumlah kedatangan atau kunjungan wisatawan masa lalu dan saat ini harus ditentukan sebagai indikator dari pertumbuhan umum dan tingkat perkembangan pariwisata di suatu daerah. Gambaran kunjungan wisatawan bulanan dapat menunjukkan fluktuasi musiman. Namun demikian karakteristik dan sikap dari wisatawan yang berkunjung perlu diidentifikasi dengan seksama. Dimana karakteristik yang perlu diuji dalam penelitian ini adalah ; a. Daerah asal kebangsaan dan Negara tempat tinggal bagi wisatawan mancanegara, dan provinsi asal dan kota tempat tinggal bagi wisatawan mancanegara merupakan data penting dalam rangka fungsi pemasaran. b. Maksud perjalanan meliputi kategori berlibur, bisnis, studi, dinas, berkunjung ke teman atau keluarga dan mungkin beberapa jenis maksud lain bergantung dengan darah (misalnya untuk ziarah dan silaturrahmi). Maksud perjalanan menunjukkan karakteristik dari perencanaan pemasaran dan fasilitas yang akan dikembangkan di suatu daerah dimana dalam hal ini wisatawan tidak memperhitungkan masalah ekonomi namun kepada tujuan kunjungan. d. Penelitian yang dilakukan oleh Salma dan Susilowati (2004) dengan judul Analisis Permintaan Objek Wisata Alam Curug Sewu, Kabupaten Kendal dengan menggunakan Metode Biaya Perjalanan (Individual Travel Cost Method). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur nilai ekonomi yang diperoleh pengunjung objek wisata alam.

21 penelitian ini menggunakan alat analisis linier berganda dengan variabel jumlah kunjungan individu, variabel travel cost ke Curug Sewu meliputi biaya transportasi pulang pergi, biaya konsumsi, tiket masuk, parkir, dokumentasi, dan biaya lain-lain, variabel biaya ke objek wisata lain, variabel umur, variabel pendidikan, variabel penghasilan, dan variabel jarak. Dari keenam variabel, hanya dua variabel yang signifikan yaitu biaya perjalanan dan jarak. Variabel biaya perjalanan ke objek wisata lain dalam penelitian ini adalah objek wisata Simpang Lima dan diperoleh nilai koefisiennya negatif yang berarti kedua objek wisata merupakan barang komplementer. Surplus konsumen sebesar Rp ,7 per individu per kunjungan menunjukkan bahwa keuntungan yang diperoleh oleh konsumen masih jauh diatas biaya perjalanan yaitu sebesar Rp per kunjungan. e. Penelitian yang dilakukan oleh Sahlan (2008) dengan judul Valuasi Ekonomi Wisata Alam Otak Kokok Gading denga Pendekatan Biaya Perjalanan (Travel Cost), Studi Kasus di Desa Montong Betok Kec.Montong Gading, Kabupaten Lombok Timur. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui seberapa besar nilai ekonomi wisata alam yang dilihat dari biaya perjalanan. Dengan alat analisis regresi linier berganda, penelitian ini menganalisis variabel-variabel seperti variabel jumlah permintaan, variabel biaya perjalanan, variabel persepsi responden, variabel karakteristik substitusi, variabel fasilitas-fasilitas, dan variabel pendapatan individu. Nilai ekonomi wisata alam Otak Kokok Gading dengan pendekatan biaya perjalanan yaitu sebesar Rp ,7 per tahun per penduduk. Dari penelitian menunjukkan bahwa semua variabel bebas/ dependen berpengaruh terhadap jumlah kunjungan individu, terdapat dua variabel yang berpengaruh secara

22 signifikan yaitu variabel karakteristik substitusi dan pendapatan individu. Nilai koefisien determinasi (R 2 ) sebesar 0,247 atau hanya 24,7 persen variasi variabel dependen mampu dijelaskan oleh variabel bebas, sedangkan sisanya 75,3 persen dijelaskan oleh variabel lain diluar model. f. Penelitian yang dilakukan oleh Firandari (2009) dengan judul Analisis Permintaan dan Nilai Ekonomi Wisata Pulau Situ Gintung-3 dengan Metode Biaya Perjalanan bertujuan untuk menduga fungsi permintaan dan menganalisis faktorfaktor yang mempengaruhi permintaan wisata, mengestimasi besarnya surplus konsumen dan nilai ekonomi objek wisata, mengestimasi willingess to pay pengunjung terhadap harga tiket objek wisata. Dengan alat analisis regresi poisson, variabel yang dianalisis jumlah permintaan wisata, biaya perjalanan ke objek wisata, lama mengetahui objek wisata, dan jarak. Dari penelitian diperoleh hasil bahwa biaya perjalanan dan jarak memiliki korelasi negatif terhadap jumlah permintaan wisata, sedangkan variabel lama mengetahui objek wisata berpengaruh secara positif. terhadap jumlah permintaan. Surplus konsumen sebesar Rp ,51 per kunjungan, hal ini berarti pengunjung masih mendapatkan kelebihan manfaat ketika melakukan kunjungan. Pulau Situ Gintung-3 yang memanfaatkan sumber daya alam dan lingkungan memiliki nilai manfaat atau nilai ekonomi sebesar Rp ,00. Berdasarkan analisis Willingness to Pay (WTP) terhadap harga tiket Pulau Situ Gintung-3 masih mau membayar tiket masuk sampai taraf harga Rp ,00 dengan mempertahankan kelestarian lingkungan dan pengembangan wisata serta penambahan fasilitas wisata.

23 2.7. Kerangka Konseptual Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut ; Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia, terutama menyangkut masalah ekonomi dan sosial. Secara umum industri pariwisata adalah sebuah industri yang kompleks yang sangat berkaitan dengan industri-industri yang lain seperti industri transportasi, industri kerajinan tangan, industri perhotelan dan restoran serta usaha kecil dan menegah. Industri pariwisata adalah industri yang mendorong banyak kesempatan kerja. Kemajuan dalam industri ini akan mendorong peningkatan pada industri-industri lainnya seperti transportasi, telekomunikasi, perbankan, jasa perhotelan dan akomodasi serta sektor usaha kecil dan menengah seperti usaha cinderamata. Industri pariwisata memberikan dampak multiplier yang cukup signifikan terhadap produk domestik bruto. Pariwisata di Sumatera Utara terus berkembang dan menunjukkan trend yang positif. Salah satu destinasi wisata di Sumut yang cukup terkenal adalah Brastagi. Brastagi terletak di Kabupaten Karo Sumatera Utara. Keunikan dan kekhasan dari Brastagi adalah selain pemandangannya dan alamnya yang masih asri juga seni budaya Karo yang masih terjaga. Bukit Gundaling adalah objek wisata yang paling banyak dikunjungi khususnya pada hari libur. Bukit ini menawarkan keindahan tamannya yang cocok untuk bersantai sekaligus berolahraga. Panorama Gunung Sibayak dan Sinabung yang masih aktif dengan aktivtas vulkaniknya yang mengagumkan. Brastagi juga memiliki daya tarik dari sisi bangunan tradisionalnya

24 seperti rumah adat, jambur,atau tempat musyawarah, geriten atau tempat penyimpanan kerangka mayat,dan lesung yang dapat disaksikan di sini berikut tradisi adat-istiadat yang masih dipegang teguh secara turun temurun. Perkembangan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Brastagi terus mengalami peningkatan yang cukup berarti. Kunjungan wisatawan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Untuk dapat mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi jumlah wisatawan yang berkunjung ke Brastagi dapat diukur dengan jumlah pengeluaran wisatawan, jumlah pendapatan wisatawan, jumlah anggota keluarga, dan besarnya biaya perjalanan ke Brastagi. PENGELUARAN WISATAWAN PENDAPATAN WISATAWAN JUMLAH ANGGOTA KELUARGA INTENSITAS KUNJUNGAN WISATA KE BRASTAGI BIAYA PERJALANAN WISATAWAN Gambar 2.3. Gambar kerangka konseptual dari Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi pengunjung wisata Brastagi Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara.

25 2.8. Hipotesis Penelitian Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian karena jawaban yang diberikan baru berdasarkan teori-teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Berdasarkan uraian teoritis dan penelitian terdahulu, maka hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut ; 1). Jumlah pengeluaran wisatawan berpengaruh negatif terhadap intensitas kunjungan wisata ke Brastagi. 2). Pendapatan Wisatawan berpengaruh positif terhadap intensitas kunjungan wisata ke Brastagi. 3). Jumlah anggota keluarga berpengaruh negatif terhadap intensitas kunjungan wisata ke Brastagi. 4). Biaya perjalanan berpengaruh negatif terhadap intensitas kunjungan wisata ke Brastagi.

TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi, sosial, kebudayaan, politik, agama, kesehatan maupun kepentingan lain

TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi, sosial, kebudayaan, politik, agama, kesehatan maupun kepentingan lain TINJAUAN PUSTAKA Pariwisata Pada hakikatnya berpariwisata adalah suatu proses bepergian sementara dari seseorang atau lebih menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya. Dorongan kepergiannya adalah karena

Lebih terperinci

SEGMENTASI WISATAWAN

SEGMENTASI WISATAWAN SEGMENTASI WISATAWAN Berbicara tentang kepariwisataan, pasti tidak akan terlepas dengan orang yang melakukan kegiatan/perjalanan wisata atau dikenal dengan istilah wisatawan. Banyak definisi atau batasan

Lebih terperinci

Pariwisata Mc. Intosh dan Goelder

Pariwisata Mc. Intosh dan Goelder Pariwisata adalah suatu kegiatan Berhubungan dengan perjalanan untuk rekreasi, pelancongan, turisme. Pariwisata Berasal dari Bahasa Sanksekerta, yaitu Pari yang berarti banyak, penuh atau berputar-putar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Budiyono (2003:44) menyatakan bahwa: aktivitas manusia di muka bumi dimulai dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Budiyono (2003:44) menyatakan bahwa: aktivitas manusia di muka bumi dimulai dengan II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka Manusia di dalam usaha untuk mempertahankan hidup di muka bumi, selalu berupaya untuk memenuhi kebutuhannya dengan melakukan berbagai kegiatan,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. yang berkaitan dengan topik-topik kajian penelitian yang terdapat dalam buku-buku pustaka

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. yang berkaitan dengan topik-topik kajian penelitian yang terdapat dalam buku-buku pustaka II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka Untuk memberikan arah jalannya penelitian ini akan disajikan beberapa pendapat para ahli yang berkaitan dengan topik-topik kajian penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman kondisi fisik yang tersebar di seluruh Kabupaten, Hal ini menjadikan

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman kondisi fisik yang tersebar di seluruh Kabupaten, Hal ini menjadikan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Propinsi Lampung merupakan wilayah yang memiliki kekayaan alam yang melimpah dan keanekaragaman kondisi fisik yang tersebar di seluruh Kabupaten, Hal ini menjadikan Propinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang telah menjadi kebutuhan. manusia seiring dengan perkembangan sosiokultur yang mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang telah menjadi kebutuhan. manusia seiring dengan perkembangan sosiokultur yang mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang telah menjadi kebutuhan manusia seiring dengan perkembangan sosiokultur yang mengalami perubahan. Kegiatan pariwisata

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata Alam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan, menyebutkan bahwa wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara dengan lautan dan pesisir yang luas. memiliki potensi untuk pengembangan dan pemanfaatannya.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara dengan lautan dan pesisir yang luas. memiliki potensi untuk pengembangan dan pemanfaatannya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia sebagai negara dengan lautan dan pesisir yang luas memiliki potensi untuk pengembangan dan pemanfaatannya. Lautan merupakan barang sumber daya milik

Lebih terperinci

serta menumbuhkan inspirasi dan cinta terhadap alam (Soemarno, 2009).

serta menumbuhkan inspirasi dan cinta terhadap alam (Soemarno, 2009). II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata Alam Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1994 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam, pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Resha Febriyantika Yussita, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Resha Febriyantika Yussita, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan salah satu destinasi pariwisata yang sudah di kenal di dunia karena memiliki daya tarik yang unik dan beragam serta memiliki kekhasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor lain untuk berkembang karena kegiatan pada sektor-sektor lain

BAB I PENDAHULUAN. sektor lain untuk berkembang karena kegiatan pada sektor-sektor lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor yang perkembangannya memicu sektor lain untuk berkembang karena kegiatan pada sektor-sektor lain menghasilkan produk-produk yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal penyediaan lapangan kerja,

TINJAUAN PUSTAKA. pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal penyediaan lapangan kerja, TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Pariwisata Pariwisata merupakan salah satu industri yang mampu menyediakan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal penyediaan lapangan kerja, pendapatan, tarif hidup, dan dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan bentuk industri pariwisata yang belakangan ini menjadi tujuan dari sebagian kecil masyarakat. Pengembangan industri pariwisata mempunyai peranan penting

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. yaitu : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling.

BAB II URAIAN TEORITIS. yaitu : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling. BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Pariwisata Kata Pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari dua suku kata yaitu : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pariwisata Dan Wisatawan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pariwisata adalah kegiatan melaksanakan perjalanan untuk memperbaiki kesehatan, menikmati olahraga atau istirahat, mencari kepuasan, mendapatkan kenikmatan,

Lebih terperinci

BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR

BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR Oleh : MUKHAMAD LEO L2D 004 336 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Soewantoro (1977) dalam Sari (2007), objek wisata alam adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Soewantoro (1977) dalam Sari (2007), objek wisata alam adalah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Objek Wisata Alam Menurut Soewantoro (1977) dalam Sari (2007), objek wisata alam adalah sumberdaya alam yang berpotensi dan berdaya tarik bagi wisatawan serta ditujukan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu sumber pendapatan daerah. Program pengembangan dan pendayagunaan sumber

BAB I PENDAHULUAN. salah satu sumber pendapatan daerah. Program pengembangan dan pendayagunaan sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sektor pariwisata merupakan sektor yang potensial untuk dikembangkan sebagai salah satu sumber pendapatan daerah. Program pengembangan dan pendayagunaan

Lebih terperinci

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU Berdasarkan analisis serta pembahasan sebelumnya, pada dasarnya kawasan studi ini sangat potensial untuk di kembangkan dan masih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pariwisata merupakan usaha yang pada umumnya sangat

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pariwisata merupakan usaha yang pada umumnya sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sektor pariwisata merupakan usaha yang pada umumnya sangat menjanjikan dalam meraih devisa negara. Salah satu komponen industri pariwisata yang besar peranannya

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Objek dan Daya Tarik Wisata

III. KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Objek dan Daya Tarik Wisata III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis yang dikaji dalam penelitian ini ditekankan pada objek dan daya tarik wisata, teknik pengukuran manfaat wisata alam dan

Lebih terperinci

Wisata : Perjalanan, dalam bahasa Inggris disebut dengan Travel.

Wisata : Perjalanan, dalam bahasa Inggris disebut dengan Travel. Wisata Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang kepariwisataan (Irawan, 2010:11) menjabarkan kata kata yang berhubungan dengan kepariwisataan sebagai berikut: Wisata : Perjalanan, dalam bahasa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai sumber penerimaan devisa, membuka lapangan kerja sekaligus kesempatan berusaha. Hal ini didukung dengan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pariwisata Menurut Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990, yang dimaksud pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pariwisata Menurut Yoeti (2006) pariwisata merupakan suatu perjalanan yang dilakukan secara perorangan maupun kelompok dari satu tempat ke tempat lain yang sifatnya sementara dan

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II URAIAN TEORITIS BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 PENGERTIAN PARIWISATA Pariwista merupakan perjalanan dari suatu tempat ke tempat yang lain, yang bersifat sementara bukan untuk berusaha (business) atau mencari nafkah di tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Jawa Tengah, Cilacap

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Jawa Tengah, Cilacap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Jawa Tengah, Cilacap merupakan salah satu Daerah Tujuan Wisata dan kawasan pengembangan pariwisata Jawa Tengah

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis yang dikaji dalam penelitian ini ditekankan pada obyek dan daya tarik wisata, penilaian manfaat wisata alam, serta prospek

Lebih terperinci

2016 PENGARUH MOTIVASI WISATAWAN LOKALTERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG KE TAMAN KOTA DI KOTA TANGERANG SELATAN

2016 PENGARUH MOTIVASI WISATAWAN LOKALTERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG KE TAMAN KOTA DI KOTA TANGERANG SELATAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sektor pariwisata saat ini telah menjadi sektor industri yang sangat besar di dunia. Pertumbuhuan pariwisata saat ini merupakan bentuk nyata dari perjalanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving countries),

BAB I PENDAHULUAN. negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving countries), 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dasawarsa terakhir ini perhatian terhadap pariwisata sudah sangat meluas, mengingat bahwa pariwisata mendatangkan manfaat dan keuntungan bagi negara yang menerima

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. 1. Sektor yang memiliki keterkaitan ke belakang (backward linkage) tertinggi

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. 1. Sektor yang memiliki keterkaitan ke belakang (backward linkage) tertinggi BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, sehingga dapat disimpulkan. 1. Sektor yang memiliki keterkaitan ke belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis dan maritim yang kaya akan sumber

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis dan maritim yang kaya akan sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis dan maritim yang kaya akan sumber daya alam. Berada pada daerah beriklim tropis menjadikan Indonesia memiliki kekayaan alam yang sangat

Lebih terperinci

2016 PENGARUH DAYA TARIK WISATA DAN EDUKASI TERHADAP MOTIVASI BERKUNJUNG WISATAWAN DI KAMPUNG CIREUNDEU

2016 PENGARUH DAYA TARIK WISATA DAN EDUKASI TERHADAP MOTIVASI BERKUNJUNG WISATAWAN DI KAMPUNG CIREUNDEU A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Kota Cimahi adalah salah satu kota yang terdapat di Provinsi Jawa Barat yang memiliki banyak destinasi wisata yang menarik wisatawan untuk datang ke kota

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN. Penelitian yang berkaitan dengan motivasi wisatawan berkunjung ke suatu

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN. Penelitian yang berkaitan dengan motivasi wisatawan berkunjung ke suatu BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Penelitian yang berkaitan dengan motivasi wisatawan berkunjung ke suatu daya tarik wisata sudah cukup banyak dilakukan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. industri di bidang jasa yang berusaha untuk menarik dan memberikan pelayanan

BAB 1 PENDAHULUAN. industri di bidang jasa yang berusaha untuk menarik dan memberikan pelayanan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pariwisata di Indonesia pada saat ini mulai berkembang menjadi satu industri di bidang jasa yang berusaha untuk menarik dan memberikan pelayanan untuk memuaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia, dewasa ini Pemerintah sedang giat-giatnya melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia, dewasa ini Pemerintah sedang giat-giatnya melaksanakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam rangka usaha untuk meningkatkan kesejahteraan bangsa, negara, dan rakyat Indonesia, dewasa ini Pemerintah sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan hasil analisis dari studi yang dilakukan terhadap persepsi wisatawan terhadap Objek Wisata Batu Mentas, maka selanjutnya diuraikan kesimpulan dan rekomendasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman flora, fauna dan gejala alam dengan keindahan pemandangan alamnya merupakan anugrah Tuhan Yang Maha

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Kelapa Sawit Kelapa sawit tumbuh dengan baik pada dataran rendah di daerah tropis yang beriklim basah, yaitu sepanjang garis khatulistiwa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR 10 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian dan Peranan Geografi Pariwisata Menurut Ramaini (1992: 2): Geografi pariwisata adalah ilmu yang mempelajari antara geografi

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. pari dan wisata. Pari berarti banyak,berkali-kali atau berputar-putar, sedangkan

BAB I. Pendahuluan. pari dan wisata. Pari berarti banyak,berkali-kali atau berputar-putar, sedangkan BAB I Pendahuluan 1.1 Latar belakang Pariwisata berasal dari bahasa Sangsakerta, terdiri dari dua suku kata, yatu pari dan wisata. Pari berarti banyak,berkali-kali atau berputar-putar, sedangkan wisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermacam macam ras, suku, dan etnis yang berbeda-beda. Masing-masing daerah

BAB I PENDAHULUAN. bermacam macam ras, suku, dan etnis yang berbeda-beda. Masing-masing daerah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan yang sangat besar, yang dihuni oleh bermacam macam ras, suku, dan etnis yang berbeda-beda. Masing-masing daerah tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Pembangunan pariwisata mulai digalakkan, potensi potensi wisata yang

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Pembangunan pariwisata mulai digalakkan, potensi potensi wisata yang BAB I PENDAHULUAN Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diperhatikan dalam kancah pembangunan skala nasional, hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat dijadikan sebagai salah satu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taman Nasional Undang-undang No. 5 Tahun 1990 menyatakan bahwa taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keindahan panorama alam, keanekaragaman flora dan fauna, keragaman etnis

I. PENDAHULUAN. keindahan panorama alam, keanekaragaman flora dan fauna, keragaman etnis I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki potensi kekayaan sumber daya alam yang melimpah, keindahan panorama alam, keanekaragaman flora dan fauna, keragaman etnis budaya, serta berbagai peninggalan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara.

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara. Berkembangnya pariwisata pada suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah tempat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata.

I. PENDAHULUAN. andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka percepatan pembangunan daerah, salah satu sektor yang menjadi andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata. Pariwisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri pariwisata bukanlah industri yang berdiri sendiri, tetapi merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Industri pariwisata bukanlah industri yang berdiri sendiri, tetapi merupakan suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Industri pariwisata bukanlah industri yang berdiri sendiri, tetapi merupakan suatu industri yang terdiri dari serangkaan perusahaan yang menghasilkan jasa

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Sebagian besar perekonomian Provinsi Bali ditopang oleh

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Sebagian besar perekonomian Provinsi Bali ditopang oleh BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Sebagian besar perekonomian Provinsi Bali ditopang oleh sektor pariwisata. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, sektor pariwisata memberikan kontribusi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pariwisata merupakan industri perdagangan jasa yang memiliki mekanisme pengaturan yang kompleks karena mencakup pengaturan pergerakan wisatawan dari negara asalnya, di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan yang dapat menjadi suatu aset dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi. Selain sektor pertanian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjanjikan dalam hal menambah devisa suatu negara. Menurut WTO/UNWTO

BAB I PENDAHULUAN. menjanjikan dalam hal menambah devisa suatu negara. Menurut WTO/UNWTO BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada jaman modern ini pariwisata telah berubah menjadi sebuah industri yang menjanjikan dalam hal menambah devisa suatu negara. Menurut WTO/UNWTO (United Nations World

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemasukan bagi negara. Pariwisata memiliki peranan penting dalam membawa

BAB I PENDAHULUAN. pemasukan bagi negara. Pariwisata memiliki peranan penting dalam membawa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pariwisata merupakan industri jasa yang memiliki pertumbuhan paling pesat dan merupakan salah satu industri terbesar di dunia. Pariwisata merupakan ujung

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun Tahun

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun Tahun I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Hal ini berdasarkan pada pengakuan berbagai organisasi

Lebih terperinci

persepsi pengunjung yang telah dibahas pada bab sebelumnya. VIII. PROSPEK PENGEMBANGAN WISATA TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR

persepsi pengunjung yang telah dibahas pada bab sebelumnya. VIII. PROSPEK PENGEMBANGAN WISATA TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR 17.270 kunjungan, sehingga dari hasil tersebut didapat nilai ekonomi TWA Gunung Pancar sebesar Rp 5.142.622.222,00. Nilai surplus konsumen yang besar dikatakan sebagai indikator kemampuan pengunjung yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang dimiliki. Pembangunan pariwisata telah diyakini sebagai

BAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang dimiliki. Pembangunan pariwisata telah diyakini sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini pariwisata telah menjadi salah satu industri andalan dalam menghasilkan devisa suatu negara. Berbagai negara terus berupaya mengembangkan pembangunan sektor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Pracaya (1999), kata kol berasal dari Bahasa Belanda kool

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Pracaya (1999), kata kol berasal dari Bahasa Belanda kool BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Kol Menurut Pracaya (1999), kata kol berasal dari Bahasa Belanda kool sedangkan kubis berasal dari Bahasa inggris yaitu cabbage. Kubis yang juga disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada dasarnya wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang di luar tempat tinggalnya, bersifat sementara untuk berbagai tujuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kulinernya banyak orang menyebutkan bahwa Indonesia adalah surga dunia yang

I. PENDAHULUAN. kulinernya banyak orang menyebutkan bahwa Indonesia adalah surga dunia yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia memiliki beraneka ragam wisata dan budaya yang terbentang dari sabang sampai marauke, mulai dari tempat wisata dan obyek wisata yang kaya akan keindahan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. wisatawan itu sendiri. Sejak dahulu kegiatan pariwisata sudah banyak dilakukan oleh

BAB II KAJIAN PUSTAKA. wisatawan itu sendiri. Sejak dahulu kegiatan pariwisata sudah banyak dilakukan oleh BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pariwisata Keberadaan pariwisata dalam suatu daerah bisa dikatakan merupakan suatu gejala yang kompleks di dalam masyarakat. Di sini terdapat suatu keterkaitan antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara, dengan adanya pariwisata suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diperhatikan dalam kancah npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat dijadikan

Lebih terperinci

Pancar termasuk tinggi. Proporsi responden mengenai penilaian terhadap tingkat. Persepsi Pengunjung Presentase (%) Tinggi.

Pancar termasuk tinggi. Proporsi responden mengenai penilaian terhadap tingkat. Persepsi Pengunjung Presentase (%) Tinggi. sebanyak 2% responden menyatakan masalah polusi suara di TWA Gunung Pancar termasuk tinggi. Proporsi responden mengenai penilaian terhadap tingkat kebisingan disajikan pada Tabel 25 berikut ini. Persepsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan yang konsisten dari tahun ke tahun. World Tourism

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan yang konsisten dari tahun ke tahun. World Tourism 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata telah menjadi industri terbesar dan memperlihatkan pertumbuhan yang konsisten dari tahun ke tahun. World Tourism Organization memperkirakan bahwa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan wisata yang berarti kunjungan untuk melihat, mendengar, menikmati dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan wisata yang berarti kunjungan untuk melihat, mendengar, menikmati dan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pariwisata Istilah pariwisata secara etimologi yang berasal dari Bahasa Sansekerta yang terdiri dari kata pari yang berarti halus, maksudnya mempunyai tata krama tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kepariwisataan dunia dari tahun ke tahun semakin. meningkat baik dari jumlah wisatawan maupun pembelanjaannya.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kepariwisataan dunia dari tahun ke tahun semakin. meningkat baik dari jumlah wisatawan maupun pembelanjaannya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan kepariwisataan dunia dari tahun ke tahun semakin meningkat baik dari jumlah wisatawan maupun pembelanjaannya. Bagi sebagian orang, berwisata menjadi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepariwisataan meliputi berbagai kegiatan yang berhubungan dengan wisata, pengusahaan, objek dan daya tarik wisata serta usaha lainnya yang terkait. Pembangunan kepariwisataan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki berbagai macam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki berbagai macam kekayaan sumber daya alam. Keberagaman potensi alam, flora, fauna serta berbagai macam budaya, adat istiadat,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya,

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya, dan teknologi, sehingga keadaan ini menjadi sebuah perhatian yang besar dari para

Lebih terperinci

OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA

OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA Objek dan daya tarik wisata adalah suatu bentukan dan fasilitas yang berhubungan, yang dapat menarik minat wisatawan atau pengunjung untuk datang ke suatu daerah atau tempat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Fungsi permintaan timbul dari perilaku konsumen yaitu karena pendapatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Fungsi permintaan timbul dari perilaku konsumen yaitu karena pendapatan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Permintaan 2.1.1. Konsep Pengertian Permintaan Fungsi permintaan timbul dari perilaku konsumen yaitu karena pendapatan yang terbatas sementara keinginannya adalah untuk mencapai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki kekayaan alam yang berlimpah termasuk di dalamnya

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki kekayaan alam yang berlimpah termasuk di dalamnya 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia terletak diantara dua benua, yaitu Australia dan Asia, serta diantara dua samudera (Samudera Pasifik dan Samudera Hindia). Sebagai Negara kepulauan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persaingan antar produsen untuk dapat memenuhi kebutuhan konsumen serta. pelayanan kepada konsumen dengan sebaik-baiknya.

BAB I PENDAHULUAN. persaingan antar produsen untuk dapat memenuhi kebutuhan konsumen serta. pelayanan kepada konsumen dengan sebaik-baiknya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi, produk atau jasa yang bersaing dalam satu pasar semakin banyak dan beragam akibat keterbukaan pasar. Sehingga terjadilah persaingan antar produsen

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR. pandapat ahli yang berhubungan dengan penelitian ini. 1. Pengertian Gaeografi Pariwisata dan Industri Pariwisata

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR. pandapat ahli yang berhubungan dengan penelitian ini. 1. Pengertian Gaeografi Pariwisata dan Industri Pariwisata 10 II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka Supaya penelitian ini dapat terarah dengan baik maka penulis merunjuk kepada pandapat ahli yang berhubungan dengan penelitian ini. 1. Pengertian

Lebih terperinci

Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, MA.

Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, MA. Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, MA. Referensi Utama: Utama, I Gusti Bagus Rai. (2015). Pengantar Industri Pariwisata. Penerbit Deepublish Yogyakarta CV. BUDI UTAMA. Url http://www.deepublish.co.id/penerbit/buku/547/pengantar-industri-pariwisata

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 23 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Dasar Perdagangan Internasional Teori perdagangan internasional adalah teori yang menganalisis dasardasar terjadinya perdagangan internasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. agama islam, hindu, budha, katolik, protestan, dan konghucu, namun mayoritas

BAB I PENDAHULUAN. agama islam, hindu, budha, katolik, protestan, dan konghucu, namun mayoritas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara yang memiliki beraneka ragam suku dan budaya. Tidak hanya itu, Indonesia juga memiliki berbagai macam agama seperti agama islam,

Lebih terperinci

Oleh : Slamet Heri Winarno

Oleh : Slamet Heri Winarno Oleh : Slamet Heri Winarno PENDAHULUAN Pariwisata telah menjadi sektor strategis dalam memperkuat perekonomian negara Pariwisata ini merupakan sektor penghasil utama devisa negara nonmigas. 2 Pariwisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pariwisata saat ini membawa pengaruh positif bagi masyarakat yaitu meningkatnya taraf

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pariwisata saat ini membawa pengaruh positif bagi masyarakat yaitu meningkatnya taraf BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Judul Dunia pariwisata saat ini membawa pengaruh positif bagi masyarakat yaitu meningkatnya taraf perekonomian masyarakat. Namun pengembangan sektor pariwisata juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pendorong utama perekonomian dunia pada abad ke-21, dan menjadi salah

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pendorong utama perekonomian dunia pada abad ke-21, dan menjadi salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi saat ini, sektor pariwisata merupakan industry terbesar dan terkuat dalam pembiayaan ekonomi global. Sektor pariwisata akan menjadi pendorong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang sifatnya kompleks, mencakup

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang sifatnya kompleks, mencakup 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang sifatnya kompleks, mencakup hampir seluruh aspek kehidupan manusia. Oleh karena itu pembangunan pariwisata harus ditinjau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat memberikan sumbangan bagi pembangunan ekonomi. konsumsi maupun investasi yang pada gilirannya akan menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. dapat memberikan sumbangan bagi pembangunan ekonomi. konsumsi maupun investasi yang pada gilirannya akan menimbulkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan sektor yang potensial untuk dikembangkan sebagai salah satu sumber pendapatan daerah. Usaha memperbesar pendapatan asli daerah, maka program

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri pariwisata saat ini semakin menjadi salah satu industri yang dapat

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri pariwisata saat ini semakin menjadi salah satu industri yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pariwisata saat ini semakin menjadi salah satu industri yang dapat menghasilkan pendapatan daerah terbesar di beberapa negara dan beberapa kota. Selain sebagai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pariwisata Menurut undang-undang No. 10 tahun 2009, Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata yang didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat,

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. Berdasarkan ketentuan World Association of Travel Agent (WATA)

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. Berdasarkan ketentuan World Association of Travel Agent (WATA) BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN 2.1 Pengertian Wisata dan Pariwisata Berdasarkan ketentuan World Association of Travel Agent (WATA) pengertian Wisata adalah perjalanan keliling selama tiga hari,

Lebih terperinci

DEFINISI- DEFINISI A-1

DEFINISI- DEFINISI A-1 DEFINISI- DEFINISI Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun wilayahnya sebagai daerah wisata hingga mampu meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. maupun wilayahnya sebagai daerah wisata hingga mampu meningkatkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan suatu daya tarik bagi setiap negara maupun daerahnya masing-masing. Pariwisata adalah industri jasa yang menanggani mulai dari transportasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mendukung dan sangat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mendukung dan sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mendukung dan sangat berarti terhadap pembangunan, karena melalui pariwisata dapat diperoleh dana dan jasa bagi

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling. Sedangkan wisata

BAB II URAIAN TEORITIS. : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling. Sedangkan wisata BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Pariwisata Kata Pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari dua suku kata yaitu : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan, bepergian, yang dalam hal ini sinonim dengan kata travel dalam

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan, bepergian, yang dalam hal ini sinonim dengan kata travel dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Parwisata berasal dari Bahasa Sanskerta, yaitu pari dan wisata. Pari berarti banyak, berkali-kali, berputar-putar, lengkap. Wisata berarti perjalanan, bepergian,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dan kaya akan potensi sumber daya

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dan kaya akan potensi sumber daya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dan kaya akan potensi sumber daya alam. Dengan demikian, Indonesia memiliki potensi kepariwisataan yang tinggi, baik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1. Tinjauan Umum Pariwisata II.1.1. Pengertian Pariwisata Undang-undang Nomor 10 tahun 2009, menyebutkan pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor Pariwisata merupakan salah satu sektor penting di Dunia saat ini. Setiap negara serius dalam pengelolaan Pariwisata, karena hal tersebut dapat memberikan dampak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wisata, sarana dan prasarana pariwisata. Pariwisata sudah berkembang pesat dan menjamur di

BAB I PENDAHULUAN. wisata, sarana dan prasarana pariwisata. Pariwisata sudah berkembang pesat dan menjamur di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata menjadi industri yang berpengaruh besar terhadap perkembangan dan kemajuan suatu daerah. Berkembangnya sektor pariwisata terlihat dari munculnya atraksi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Desa Guci Kecamatan Bumijawa Kabupaten

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Desa Guci Kecamatan Bumijawa Kabupaten BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Desa Guci Kecamatan Bumijawa Kabupaten Tegal, yaitu Objek Wisata Alam Pemandian Air Panas. Penelitian ini akan dilakukan

Lebih terperinci

PERTEMUAN 9 Divisi Ekonomi Lingkungan Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan Fakultas Ekonomi dan Manajemen

PERTEMUAN 9 Divisi Ekonomi Lingkungan Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan Fakultas Ekonomi dan Manajemen INDUSTRI PARIWISATA PERTEMUAN 9 PENDAHULUAN Pariwisata sebagai industri semakin berkembang pembangunan hotel berbagai tipe dan kelas, peningkatan sarana-prasarana pariwisata, dan peningkatan keahlian SDM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Hal ini dapat menggerakkan pertumbuhan industri pada sektor-sektor

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Hal ini dapat menggerakkan pertumbuhan industri pada sektor-sektor BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor industri yang diharapkan mampu menjadi kekuatan pembangunan, yang dapat diandalkan terutama sebagai penghasil devisa negara

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN 2.1. Pengertian Pariwisata Ditinjau dari segi etimologinya, kata pariwisata berasal dari bahasa Sanksekerta yang terdiri dari dua suku kata, yaitu : Pari, yang memiliki

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. Komoditas minyak dan gas (migas) merupakan penghasil devisa utama bagi

I.PENDAHULUAN. Komoditas minyak dan gas (migas) merupakan penghasil devisa utama bagi 1 I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komoditas minyak dan gas (migas) merupakan penghasil devisa utama bagi bangsa Indonesia, namun migas itu sendiri sifat nya tidak dapat diperbaharui, sehingga ketergantungan

Lebih terperinci