Jl. Grafika No. 2 Yogyakarta Pusat Studi Energi, Universitas Gadjah Mada. Sekip K-1, Kampus UGM Bulaksumur, Yogyakarta 3

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Jl. Grafika No. 2 Yogyakarta Pusat Studi Energi, Universitas Gadjah Mada. Sekip K-1, Kampus UGM Bulaksumur, Yogyakarta 3"

Transkripsi

1 National Symposium on Thermofluids VIII 201 Yogyakarta, November 201 Pengujian Kapabilitas dan Konsumsi Energi Micro-bubble Generator pada Proses Pengolahan Air Limbah Lindi di TPST Piyungan, Bantul, Yogyakarta Mario Adhi Pradana 1, Nurhasan Fitriyadi 1, Alvin Hans 1, M Agam Dridya 1, Deendarlianto 1,2, Wiratni 2,3, Akmal Irfan Majid 1,2 1 Departemen Teknik Mesin dan Industri, Universitas Gadjah Mada, Jl. Grafika No. 2 Yogyakarta 21 2 Pusat Studi Energi, Universitas Gadjah Mada Sekip K-1, Kampus UGM Bulaksumur, Yogyakarta 3 Departemen Teknik Kimia, Universitas Gadjah Mada, Jl. Grafika No. 2 Yogyakarta 21 mario.adhi.p@mail.ugm.ac.id Abstract Integrated Waste Disposal Sites (TPST) Piyungan is located in the village Sitimulyo, Piyungan subdistrict, Bantul, Yogyakarta. About - tons of garbage bins are produced by TPST Piyungan in a day. Leachate is generated from liquids existing in the waste as it enters a landfill or from rainwater passing through the waste within the facility.the most important part of landfill maintenance is managing the leachate through proper treatment methods. It is designed to prevent pollution into surrounding ground and surface waters. Micro-bubble generator was a solution to solve leachate or lindi problem in Piyungan Sanitary Landfill performing an efficient and less energy consumed technology. In this experiment, a test pond with a size of m x m x 3m was used to examine the performance of Micro-bubble Generator. Two series of MBG configurations were connected to 2 one-phased centrifuge pumps for circulating the leachate flowing through porous-pipe and orifice type micro-bubble generator. Three variations of waste water flow rate and effective pumping work combinations are implemented in this experiment to get the most effective combination to increase the Dissolved Oxygen (DO) and decrease the Chemical Oxygen Demand (COD). A comparison between MBG s energy consumption and Aerator s energy consumption was also conducted on this experiment to confirm the device consumed less energy. As a result, the variation I performed as the most effective variation to increase the level of Dissolved Oxygen (DO) and to decrease the level of Chemical Oxygen Demand (COD) among the others. The Dissolved Oxygen (DO) increased 1,3%, while the Chemical Oxygen Demand (COD) decreased 1,2 % compared to the initial condition. In the viewpoint energy consumption, MBG consumed much less energy than Aerator on the same pond size. Keywords: MBG, Waste Water Flow Rate (Q L), DO, COD, Energy Consumption 1. Pendahuluan Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Piyungan terletak di Kabupaten Bantul, ± 1 km sebelah tenggara pusat Kota Yogyakarta. Tepatnya di Dusun Ngablak, Desa Sitimulyo, Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Piyungan merupakan titik akhir pembuangan sampah yang dihasilkan warga tiga wilayah di Yogyakarta yaitu Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul, yang dalam seharinya bisa mencapai - ton sampah. Pengelolaan sampah di Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Piyungan menggunakan metode pengolahan sanitary landfill, yaitu dengan membuang dan menumpuk sampah ke suatu lokasi yang cekung, memadatkan sampah tersebut dan kemudian menutupnya dengan tanah. Idealnya, sampah yang masuk ke dalam sanitary landfill adalah sampah orgaik yaitu sampah yang mudah terurai, sehingga dapat mempercepat proses dekomposisi. Namun, dalam pengelolaan sampah ini, di TPST Piyungan tidak dilakukan pemisahan antara sampah organik dan anorganik. Sebagai efek samping dari metode sanitary landfill yang diterapkan disana, air limbah sampah atau yang sering dikenal sebagai air lindi diproduksi ketika tumpukan sampah basah dan sampah kering bercampur dan dibiarkan untuk waktu yang cukup lama. Air Lindi sangatlah berbahaya bagi lingkungan dan masyarakat sekitar TPST Piyungan jika tidak diolah sebelum dibuang ke lingkungan. Secara keseluruhan terdapat buah kolam yang digunakan dalam mengolah air lindi 1

2 National Symposium on Thermofluids VIII 201 Yogyakarta, November 201 di TPST Piyungan. Namun, selama ini metode pengolahan air limbah yang diterapkan disana dirasa kurang efektif dalam menguraikan senyawa berbahaya yang terkandung di dalam air lindi. Oleh karena itu, diperlukan suatu metode baru dalam mengolah air lindi sehingga secara efektif mampu menurunkan kandungan senyawa berbahaya pada air lindi sebelum dibuang ke lingkungan. Microbubble generator adalah suatu solusi yang mampu mengatasi permasalahan air limbah sampah dengan menerapkan teknologi yang lebih ramah lingkungan. Microbubble generator memiliki desain konstruksi yang lebih sederhana, dan terbukti lebih efektif di bandingkan teknologi pengolahan air limbah lainnya [1, 2]. Teknologi Microbubble generator ini difokuskan pada proses biologis, yaitu proses pengolahan air limbah dengan menggunakan bantuan bakteri aerob dalam menguraikan senyawa berbahaya yang terkandung di dalamnya. Bakteri aerob merupakan jenis bakteri yang membutuhkan oksigen untuk dapat bertahan hidup sehingga mampu menguraikan senyawa berbahaya pada air limbah lindi. Microbubble generator (disingkat MBG) adalah salah satu alat yang mampu meningkatkan oksigen terlarut dalam air (Dissolve oxygen) sehingga bakteri aerob dapat berkembangbiak dan melaksanakan tugasnya dalam menguraikan senyawa organik [3]. Tujuan dari penelitian ini yakni untuk menguji kapabilitas dari MBG jika diterapkan pada proses pengolahan air limbah lindi di TPST Piyungan, Bantul, Yogyakarta. Nilai Dissolved Oxygen (DO) dan Chemical Oxygen Demand (COD) merupakan indikator kerja yang digunakan untuk menguji kapabilitas dari MBG pada penelitian ini. Selain itu, juga dilakukan pengukuran nilai konsumsi energi yang dibutuhkan MBG untuk beroperasi. Nilai yang didapatkan tersebut kemudian dibandingkan dengan nilai konsumsi energi dari sistem pengolahan air limbah yang sudah eksisting disana. Indikator kerja yang digunakan yaitu besar konsumsi bahan bakar solar yang dibutuhkan oleh genset selama MBG beroperasi. 2. Metodologi Penelitian ini dilakukan di kolam air lindi nomor 4 dan TPST Piyungan, Bantul, Yogyakarta. Dari kedua kolam tersebut, kemudian dikelompokkan kembali menjadi 3 buah kolam berdasarkan treatment atau pengolahan limbah yang diberikan pada masing-masing kolam. Ke-3 kolam tersebut diberi nama yaitu kolam uji, kolam aerator, dan kolam isolasi (Gambar 1) Kolam uji merupakan kolam dimana MBG diletakkan. Kolam ini memiliki ukuran m x m x 3m yang terbentuk sebagai hasil penyekatan pada salah satu sisi dari kolam isolasi sehingga terbentuk kolam baru dengan ukuran kolam yang lebih kecil. Alasan mengapa kolam uji sengaja dibuat memiliki ukuran kolam yang lebih kecil karena memang pada pengujian MBG kali ini merupakan pengujian yang pertama kali menggunakan kolam air limbah yang sebenarnya ehingga dimaksudkan supaya proses analisis dan pengambilan data menjadi lebih terfokus dan lebih mudah. Untuk kolam aerator, treatment atau pengolahan limbah yang diberikan yaitu sebuah aerator yang digerakkan oleh sebuah motor listrik berdaya besar terpasang pada sisi tengah kolam dengan tujuan membantu proses aerasi pada kolam air lindi. Sedangkan untuk kolam isolasi, proses pengolahan air limbah dibiarkan terjadi secara alami. Gambar 2 menunjukkan kondisi kolam Uji. Kolam Isolasi Kolam Uji Kolam Aerator Gambar 1. Kondisi Kolam Uji MBG yang digunakan pada penelitian ini memiliki tipe orifice dan porous pipe. Penentuan tipe dari MBG ini berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa MBG tipe orifice dan porous pipe mampu meningkatkan nilai Dissolve Oxygen (DO) paling tinggi dibandingkan tipe-tipe yang lain [4]. Secara keseluruhan, terdapat buah MBG yang terpasang pada kolam uji yang terhubung dengan sistem perpipaan dan 2 buah pompa sentrifugal. Satu buah pompa sentrifugal mengalirkan air lindi ke dalam 4 buah MBG yang dipasang berhadapan satu dengan yang lain. Untuk kedalamannya, masing-masing MBG diletakkan pada posisi 30 cm dari dasar kolam. Pada penelitian ini terdapat 3 variasi antara nilai debit air lindi dan waktu kerja efektif pompa yang digunakan (Tabel 1). Tabel 1. Variasi Nilai Debit Air Lindi dan Kerja Efektif Pompa Variasi Q L (m 3 /jam) I II III 12 Kerja Efektif Pompa 30 menit on 30 menit off secara bersamaan 30 menit on 30 menit off secara bersamaan 30 menit on 30 menit off secara bersamaan Masing-masing variasi diuji dan dibandingkan satu dengan yang lain sehingga diperolah variasi yang mampu meningkatkan nilai Dissolved Oxygen (DO) paling tinggi dan menurunkan nilai COD ke nilai yang paling rendah selama pengujian berlangsung. Nilai debit air atau Q L sebesar m 3 /jam dipilih karena berdasarkan penelitian sebelumnya untuk menghasilkan aliran gelembung berukuran micro secara optimum, masing-masing MBG perlu mendapatkan suplai air sebesar 2 m 3 /jam, sedangkan pada penelitian 1

3 m m National Symposium on Thermofluids VIII 201 Yogyakarta, November 201 m MBG 4 MBG Kolam Isolasi (Kolam ) Kolam Uji Kolam Aerator (Kolam 4) MBG 3 MBG 2 Kolam Uji MBG MBG MBG1 MBG 1 m 1 m Konfigurasi 1 Konfigurasi 2 ini satu konfigurasi terdiri dari 4 buah MBG []. Oleh karena itu, nilai debit air lindi (Q L) sebesar m 3 /jam dipilih sehingga diharapkan ke-4 buah MBG pada setiap konfigurasi dapat menghasilkan aliran gelembung berukuran mikro secara optimum. Sedangkan untuk nilai debit air lindi (Q L) sebesar m 3 /jam dipilih karena ingin diketahui pengaruh performa dari MBG ketika nilai debit air lindi (Q L) ditingkatkan. Karena pompa yang digunakan merupakan pompa 1 fase, pengaturan nilai debit air lindi dilakukan dengan cara mengatur besar bukaan katub yang diletakkan pada sisi discharge pompa. Sementara untuk nilai debit udara (Q G), pada penelitian ini aliran udara dibiarkan masuk ke dalam MBG tanpa mendapatkan pengaturan. Selanjutnya, waktu kerja efektif pompa 30 menit on dan 4 menit off secara bersamaan dipilih karena berdasarkan hasil penelitian sebelumnya waktu kerja efektif pompa tersebut merupakan waktu kerja efektif pompa yang paling optimum dalam meningkatkan nilai Dissolved Oxygen (DO) [3]. Pada penelitian ini pengukuran nilai DO dilakukan sebanyak 3 kali yaitu pukul, 11, dan 14 untuk setiap variasinya. Sementara untuk pengukuran nilai COD dilakukan sebanyak 2 kali yaitu sebelum dan setelah MBG dioperasikan.pengukuran nilai COD dilakukan dengan cara mengambil sampel air lindi pada beberapa titik yang telah ditentukan sebelumnya, kemudian diuji di Laboratorium Teknik Kimia, Universitas Gadjah Mada untuk diketahui nilai COD yang terkandung didalamnya (Gambar 3). Gambar 3. Titik Lokasi Pengambilan Sampel dan Pengukuran DO Sedangkan untuk nilai konsumsi energi dilakukan pengukuran jumlah bahan bakar solar yang diperlukan Gambar 2. Denah Lokasi Pembagian Kolam dan Konfigurasi MBG pada Kolam Uji Pum Pu oleh genset untuk masing-masing variasi selama MBG beroperasi begitu juga dengan aerator. Berikut beberapa titik lokasi pengambilan sampel dan pengukuran nilai DO 3. Hasil dan Pembahasan 3.1. Analisa Nilai DO untuk Variasi I Gambar 4 memperlihatkan grafik perubahan nilai Dissolved Oxygen (DO) untuk waktu yang berbeda pada variasi I. Pada grafik ditunjukkan kolam uji mengalami peningkatan nilai DO sebesasr 1,3 % pada akhir pengujian. Sebaliknya, untuk kolam aerator dan kolam isolasi mengalami penurunan nilai DO masingmasing sebesar 0,3% dan,% pada akhir pengujian. Peningkatan nilai DO yang ditunjukkan oleh variasi I menandakan bahwa suplai oksigen yang diberikan oleh Kolam Isolasi Kolam Uji MBG Kolam Aerator Gambar 4. Perubahan Nilai DO pada Variasi I MBG lebih besar dibandingkan dengan jumlah oksigen yang dikonsumsi oleh bakteri pengurai untuk mendegradasi senyawa organik. Umumnya, nilai DO pada kolam air limbah mengalami penurunan ketika oksigen terlarut yang terkandung di dalamnya dikonsumsi oleh bakteri pengurai untuk mendegradasi senyawa organik. Namun, dari data yang ditampilkan pada grafik ini menunjukkan hasil yang sebaliknya. MBG pada kolam uji terbukti secara efektif dalam meningkatkan nilai DO pada air lindi ditunjukkan dengan peningkatan nilai DO yang terjadi pada akhir pengujian Analisa Nilai DO untuk Variasi II Gambar memperlihatkan grafik perubahan nilai Dissolved Oxygen (DO) untuk waktu yang berbeda 1

4 Rata-rata National Symposium on Thermofluids VIII 201 Yogyakarta, November 201 pada variasi II. Pada grafik ditunjukkan kolam uji mengalami peningkatan nilai DO sebesar % pada akhir pengujian. Sebaliknya, untuk kolam aerator dan kolam isolasi mengalami penurunan nilai DO masingmasing sebesar 2,% &,% pada akhir pengujian. Jika dilakukan pengamatan nilai DO pada setiap waktu pengambilan data, pada 3 jam pertama setelah pengujian dimulai, nilai DO yang ditunjukkan pada kolam uji menunjukkan angka yang lebih rendah dibandingkan dengan nilai DO yang ditunjukkan pada kolam aerator. Namun jika dilihat secara keseluruhan, nilai rata-rata DO yang ditunjukkan pada kolam uji masih memiliki nilai yang paling tinggi diantara ketiga kolam yang digunakan pada penelitian ini. Kolam Isolasi Kolam Uji MBG Kolam Aerator Gambar. Perubahan Nilai DO pada Variasi II Hal tersebut membuktikan bahwa MBG mampu menunjukkan performa yang lebih baik dalam meningkatkan nilai DO dibandingkan dengan sistem pengolahan air limbah menggunakan aerator maupun secara alamiah Analisa Nilai DO untuk Variasi III Gambar memperlihatkan grafik perubahan nilai DO untuk waktu yang berbeda pada variasi III. Kolam Isolasi Kolam Uji MBG Kolam Aerator Gambar. Perubahan Nilai DO pada Variasi III Pada grafik, ditunjukkan kolam uji mengalami peningkatan nilai DO sebesar, % pada akhir pengujian. Sebaliknya, untuk kolam aerator dan kolam isolasi mengalami penurunan nilai DO masing-masing sebesar 12,1% &,1% pada akhir pengujian. Gambar merupakan histogram yang menunjukkan rata-rata nilai DO untuk ke-3 variasi pada kolam uji, kolam aerator, dan kolam isolasi. Kolam Uji selalu menunjukkan rata-rata nilai DO paling tinggi dibandingkan dengan kolam aerator dan kolam isolasi di setiap variasinya. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa MBG terbukti efektif dalam meningkatkan nilai DO pada proses pengolahan air limbah lindi. Kolam Uji Kolam Aerator Kolam Isolasi I II III Variasi Gambar. Histogram Rata-rata Nilai Dissolved Oxygen (DO) untuk ke-3 variasi 3.4. Analisa Nilai COD Terhadap Perubahan Nilai DO untuk Variasi I Gambar,, dan menampilkan grafik perubahan nilai COD yang dipengaruhi oleh perubahan nilai DO pada variasi I. Dari grafik tersebut ditunjukkan terjadi penurunan nilai COD baik pada kolam uji, kolam aerator, dan kolam isolasi masing-masing sebesar 1,2 %, %, dan % dibandingkan nilai COD yang ditunjukkan diawal pengujian. Normalnya, ketika nilai COD mengalami penurunan, nilai DO juga cenderung mengalami penurunan yang disebabkan oleh oksigen terlarut pada air lindi dikonsumsi oleh bakteri pengurai untuk mendegradasi senyawa organik. Fenomena yang berbeda ditampilkan oleh grafik pada kolam uji untuk variasi I. Peningkatan nilai DO terus terjadi sementara nilai COD beranjak turun. Hal tersebut mengindikasikan bahwa laju supplai oksigen yang diberikan oleh MBG memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan dengan laju konsumsi oksigen oleh bakteri pengurai. DO Kolam Uji DO Kolam Aerator COD Kolam Uji COD Kolam Aerator 20 Gambar. Perubahan Nilai DO Terhadap COD pada Kolam Uji untuk Variasi I 20 Gambar. Perubahan Nilai DO Terhadap COD pada Kolam Aerator untuk Variasi I 1

5 National Symposium on Thermofluids VIII 201 Yogyakarta, November 201 Kondisi tersebut sangatlah baik untuk terjadi mengingat bahwa suplai oksigen harus terus diberikan pada kolam lindi sehingga aktivitas penguraian senyawa organik oleh bakteri dapat berjalan secara optimum. 4 DO Kolam Isolasi COD Kolam Isolasi DO Kolam Uji COD Kolam Uji 20 Gambar. Perubahan Nilai DO Terhadap COD pada Kolam Isolasi untuk Variasi I 3.. Analisa Nilai COD Terhadap Perubahan Nilai DO untuk Variasi II Gambar 11, 12, dan 13 menunjukkan grafik perubahan nilai COD yang dipengaruhi oleh perubahan nilai DO pada variasi II. Dari grafik tersebut ditunjukkan terjadi penurunan nilai COD baik pada kolam uji, kolam aerator, dan kolam isolasi masingmasing sebesar, %, 3 %, dan 1,3 % dibandingkan nilai COD yang ditunjukkan diawal pengujian. Fenomena yang sama seperti pada variasi I yakni nilai DO terus mengalami peningkatan sedangkan nilai COD terus mengalami penurunan pada kolam uji untuk variasi II. Bila dibandingkan dengan kolam aerator, penurunan nilai COD yang terjadi pada kolam uji jauh lebih rendah dibandingkan penurunan nilai COD pada kolam aerator, sementara nilai DO pada kolam aerator cenderung menurun. Ini membuktikan bahwa tidak selalu kolam dengan nilai DO yang tinggi mampu melakukan penurunan nilai COD yang tinggi pula. Begitu juga sebaliknya, tidak selalu kolam dengan nilai DO yang rendah hanya mampu melakukan penurunan nilai COD yang rendah pula. 20 Gambar 11. Perubahan Nilai DO Terhadap COD pada Kolam Uji untuk Variasi II Banyak faktor yang memungkin hal tersebut dapat terjadi yaitu kondisi bakteri pengurai saat melakukan alat beroperasi, komposisi senyawa kimia dari air lindi saat pengujian, kondisi cuaca saat proses pengujian, dll. DO Kolam Aerator DO Kolam Isolasi COD Kolam Aerator COD Kolam Isolasi 20 Gambar 12. Perubahan Nilai DO Terhadap COD pada Kolam Aerator untuk Variasi II 20 Gambar 13. Perubahan Nilai DO Terhadap COD pada Kolam Isolasi untuk Variasi II 3.. Analisa Nilai COD Terhadap Perubahan Nilai DO untuk Variasi III Gambar 14, 1, dan 1 menunjukkan grafik perubahan nilai COD yang dipengaruhi oleh perubahan nilai DO pada variasi III (Q L= 12 m 3 /jam dan waktu kerja efektif pompa 30 menit on dan 4 menit off). Dari grafik tersebut ditunjukkan bahwa kolam uji hanya mengalami sedikit penurunan nilai COD yaitu sebesar 0,% dari nilai COD yang ditunjukkan diawal pengujian. Hal tersebut diprediksi terjadi karena sebagian besar bakteri pengurai pada kolam uji telah mati ketika MBG beroperasi sehingga proses degradasi senyawa organik tidak dapat berlangsung secara optimum. Matinya sebagian besar bakteri pengurai pada kolam uji diperkirakan akibat kesalahan treatment yang diberikan oleh TPST Piyungan sebelumnya, mengingat variasi ini merupakan variasi pertama yang diuji pada kolam air lindi. DO Kolam Uji COD Kolam Uji 20 Gambar 14. Perubahan Nilai DO Terhadap COD pada Kolam Uji untuk Variasi III

6 National Symposium on Thermofluids VIII 201 Yogyakarta, November 201 Penurunan nilai COD yang terjadi pada kolam uji untuk variasi III diprediksi disebabkan akibat proses degradasi senyawa organik melalui oksidasi kimiawi bukan melalui bantuan bakteri pengurai yang ditunjukkan dengan penurunan nilai COD yang kecil dan nilai DO yang cenderung naik. Sebaliknya, baik pada kolam aerator dan kolam isolasi terjadi penurunan nilai COD masing-masing sebesar,2 % dan %, dibandingkan nilai COD yang ditunjukkan diawal pengujian. DO Kolam Aerator COD Kolam Aerator Gambar 1. Perubahan Nilai DO Terhadap COD pada Kolam Aerator untuk Variasi III DO Kolam Isolasi COD Kolam Isolasi 20 Gambar 1. Perubahan Nilai DO Terhadap COD pada Kolam Aerator untuk Variasi III 3. Analisa Konsumsi Energi MBG dan Aerator Perbandingan nilai konsumsi energi antara MBG dan aerator dilakukan dengan cara menghitung jumlah bahan bakar solar yang dibutuhkan genset ketika masing-masing alat beroperasi. Dari nilai tersebut, kemudian dilakukan perbandingan untuk mengetahui sistem dengan konsumsi bahan bakar solar yang lebih rendah. Karena pompa yang digunakan untuk mengalirkan air lindi ke masing-masing MBG merupakan pompa 1 fase, besar daya listrik yang dibutuhkan pompa memiliki nilai yang konstan sehingga jumlah bahan bakar solar yang dikonsumsi genset untuk setiap variasinya juga bernilai konstan. Tabel 2. Konsumsi Solar MBG dan Aerator Variasi Konsumsi Solar (liter) I 0, II 0, III 0, Aerator 13 Data diatas merupakan nilai jumlah bahan bakar solar yang dibutuhkan genset untuk kedua kolam dengan dimensi yang sama yaitu m x m x3m. Dari data yang ditampilkan pada tabel 2, terlihat bahwa konsumsi bahan bakar solar pada aerator jauh lebih besar dibandingkan konsumsi bahan bakar solar pada MBG dengan ukuran kolam yang sama. Ini membuktikan bahwa MBG menunjukkan performa yang lebih baik dibandingkan dengan sistem pengolah air limbah yang ada disana dalam hal nilai konsumsi energi ketika sistem beroperasi. 4. Kesimpulan Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: 1. MBG terbukti secara efektif dalam meningkatkan nilai DO dan menurunkan nilai COD pada kolam air lindi. 2. Variasi I merupakan variasi yang memiliki peningkatan nilai DO dan penurunan nilai COD paling tinggi dibandingkan ke-2 variasi lain. 3. MBG mengkonsumsi energi jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan aerator pada ukuran kolam yang sama. Ucapan Terima Kasih Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dani Eltanto yang telah membantu dalam hal keteknikan selama penelitian ini berlangsung. Penelitian ini dibiayai oleh BPPTN BH UGM melalui program Pengabdian kepada Masyarakat Berbasis Pemanfaatan Hasil Penelitian dan Penerapan Teknologi Tepat Guna tahun 201 Daftar Pustaka [1] Sadatomi, M., Kawahara, A., Matsuura, H., Shikatani, S.,, Microbubble Generation and Bubble Dissolution in Water by a Multi-fluid Mixer With Orifice and Porous Tube, Kumamoto. [2] Majid, A.I., Deendarlianto, Wiratni, Indarto, Brata, E.D., Purwono, B.A., Tontowi, A.E., 201, Development of an Industrial-Scale Micro-bubble Generator for the Purpose of Aerobic Wastewater Treatment, s of the th International Conference on Multiphase Flow, Firenze-Italy, May 201 [3] Deendarlianto, Wiratni, Tontowi, A.E., Indarto, Iriawan, A.G.W., 201, The Implementation of a Developed Micro-bubble Generator on the Aerobic Wastewater Treatment, International Journal of Technology,, pp.24-30, 201. [4] Pandu., 2013, The Effect of Bubbling Methods on The Performance of Micro-bubble Generator, University of Gadjah Mada, Indonesia. [] Purwono, B.A., 201, Rancang Bangun Pengujian Microbubble Generator Untuk Keperluan Aerobic Waste Water Treatment, University of Gadjah Mada, Indonesia. 11

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2016, Indonesia merupakan negara yang memiliki penduduk terpadat keempat di dunia dengan jumlah total penduduk sekitar 258

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari kegiatan permukiman, perdagangan, perkantoran, perindustrian dan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. dari kegiatan permukiman, perdagangan, perkantoran, perindustrian dan lainnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air limbah merupakan permasalahan yang selalu muncul di dalam kehidupan sehari-hari. Yang dimaksud air limbah adalah air sisa buangan baik dari kegiatan permukiman,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seorangpun dapat bertahan hidup lebih dari 4-5 hari tanpa minum air. Selain

BAB I PENDAHULUAN. seorangpun dapat bertahan hidup lebih dari 4-5 hari tanpa minum air. Selain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Sekitar tiga per empat bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorangpun dapat bertahan

Lebih terperinci

Jadwal Kuliah. Utilitas-MG 03-Nensi 1

Jadwal Kuliah. Utilitas-MG 03-Nensi 1 Jadwal Kuliah 13:30-14:30 : Materi 14:30-15:30 : Tugas Kelas Menggambar Denah dan Potongan Jaringan Air Kotor 15:30-16:00 : Tugas Kelas Menghitung Kebutuhan Talang 16:00-16.10 : Presentasi Mahasiswa Terbaik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mil laut dengan negara tetangga Singapura. Posisi yang strategis ini menempatkan

BAB I PENDAHULUAN. mil laut dengan negara tetangga Singapura. Posisi yang strategis ini menempatkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Batam merupakan salah satu kota di Propinsi Kepulauan Riau yang perkembangannya cukup pesat yang secara geografis memiliki letak yang sangat strategis karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kota Yogyakarta sekarang ini sudah menjadi penarik tersendiri bagi penduduk luar Kota Yogyakarta dengan adanya segala perkembangan di dalamnya. Keadaan tersebut memberikan

Lebih terperinci

JURNAL REKAYASA PROSES Volume 9 No.2, 2015, hal.24-30

JURNAL REKAYASA PROSES Volume 9 No.2, 2015, hal.24-30 24 JURNAL REKAYASA PROSES Volume 9 No.2, 2015, hal.24-30 Journal homepage: http://journal.ugm.ac.id/jrekpros Penguraian Limbah Organik secara Aerobik dengan Aerasi Menggunakan Microbubble Generator dalam

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah merupakan sisa-sisa aktivitas manusia dan lingkungan yang sudah tidak diinginkan lagi keberadaannya. Sampah sudah semestinya dikumpulkan dalam suatu tempat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN HASIL 4.2 SPESIFIKASI SUBMERSIBLE VENTURI AERATOR. Gambar 4.1 Submersible Venturi Aerator. : 0.05 m 3 /s

BAB IV ANALISA DAN HASIL 4.2 SPESIFIKASI SUBMERSIBLE VENTURI AERATOR. Gambar 4.1 Submersible Venturi Aerator. : 0.05 m 3 /s 32 BAB IV ANALISA DAN HASIL 4.1 PENDAHULUAN Hasil dari penelitian akan dibahas pada Bab IV ini. Hasil proses pengolahan air limbah didiskusikan untuk mengetahui seberapa efektifkah Submersible Venturi

Lebih terperinci

Tingkat Toksisitas dari Limbah Lindi TPA Piyungan Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta Terhadap Ikan Nila (Oreochromis niloticus.

Tingkat Toksisitas dari Limbah Lindi TPA Piyungan Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta Terhadap Ikan Nila (Oreochromis niloticus. Tingkat Toksisitas dari Limbah Lindi TPA Piyungan Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta Terhadap Ikan Nila (Oreochromis niloticus., L) Oleh: Annisa Rakhmawati, Agung Budiantoro Program Studi Biologi Fakultas

Lebih terperinci

Sampah Kota atau Municipal Solid Waste (MSW) dan Penyelesaian Masalahnya

Sampah Kota atau Municipal Solid Waste (MSW) dan Penyelesaian Masalahnya Sampah Kota atau Municipal Solid Waste (MSW) dan Penyelesaian Masalahnya Di Indonesia saat ini sampah kota yang disebut sebagai municipal solid waste atau MSW masih belum diolah secara Terpadu. Standar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Unit Operasi IPAL Mojosongo Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Mojosongo di bangun untuk mengolah air buangan dari kota Surakarta bagian utara, dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sisa proses yang tidak dapat digunakan kembali. Sisa proses ini kemudian menjadi

BAB I PENDAHULUAN. sisa proses yang tidak dapat digunakan kembali. Sisa proses ini kemudian menjadi BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Limbah merupakan buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga atau yang lebih dikenal sabagai sampah), yang kehadirannya

Lebih terperinci

Natalina 1 dan Hardoyo 2. Surel : ABSTRACT

Natalina 1 dan Hardoyo 2. Surel : ABSTRACT 9- November PENGGUNAAN ENCENG GONDOK (Eichornia crassipes (Mart) Solms) DAN KANGKUNG AIR (Ipomoea aquatica Forsk ) DALAM PERBAIKAN KUALITAS AIR LIMBAH INDUSTRI TAHU Natalina dan Hardoyo ) Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia terhadap lingkungan adalah adanya sampah. yang dianggap sudah tidak berguna sehingga diperlakukan sebagai barang

BAB I PENDAHULUAN. manusia terhadap lingkungan adalah adanya sampah. yang dianggap sudah tidak berguna sehingga diperlakukan sebagai barang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan pembangunan semakin meningkat akibat semakin meningkatnya kebutuhan manusia. Hal ini menyebabkan aktivitas manusia dari waktu ke waktu terus bertambah dan

Lebih terperinci

Pengaruh Jumlah Katup Hisap dan Katup Buang Terhadap Kinerja Pompa Hidram

Pengaruh Jumlah Katup Hisap dan Katup Buang Terhadap Kinerja Pompa Hidram Pengaruh Jumlah Katup Hisap dan Katup Buang Terhadap Kinerja Pompa Hidram Kahar 1 1 Program Studi Teknik Pertanian, Sekolah Tinggi Pertanian KutaiTimur, Sangatta, Kalimantan Timur Email: kahar37@yahoo.co.id

Lebih terperinci

Nama : Putri Kendaliman Wulandari NPM : Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, M.T Ratih Wulandari, S.T, M.

Nama : Putri Kendaliman Wulandari NPM : Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, M.T Ratih Wulandari, S.T, M. Nama : Putri Kendaliman Wulandari NPM : 35410453 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, M.T Ratih Wulandari, S.T, M.T TUGAS AKHIR USULAN PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN KINERJA LINGKUNGAN

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Statistik (2015), penduduk Indonesia mengalami kenaikan sebesar 1,4 %

BAB I. PENDAHULUAN. Statistik (2015), penduduk Indonesia mengalami kenaikan sebesar 1,4 % BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki jumlah penduduk yang semakin meningkat pada setiap tahunnya.berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (2015),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lingkungan hidup, sampah merupakan masalah penting yang harus

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lingkungan hidup, sampah merupakan masalah penting yang harus BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam lingkungan hidup, sampah merupakan masalah penting yang harus mendapat penanganan dan pengolahan sehingga tidak menimbulkan dampak yang membahayakan. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL. Tabel 3 : Hasil Pre Eksperimen Dengan Parameter ph, NH 3, TSS

BAB VI HASIL. Tabel 3 : Hasil Pre Eksperimen Dengan Parameter ph, NH 3, TSS 6.1 Pre Eksperimen BAB VI HASIL Sebelum dilakukan eksperimen tentang pengolahan limbah cair, peneliti melakukan pre eksperimen untuk mengetahui lama waktu aerasi yang efektif menurunkan kadar kandungan

Lebih terperinci

Bab V Hasil dan Pembahasan

Bab V Hasil dan Pembahasan biodegradable) menjadi CO 2 dan H 2 O. Pada prosedur penentuan COD, oksigen yang dikonsumsi setara dengan jumlah dikromat yang digunakan untuk mengoksidasi air sampel (Boyd, 1988 dalam Effendi, 2003).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. poly chloro dibenzzodioxins dan lain lainnya (Ermawati, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. poly chloro dibenzzodioxins dan lain lainnya (Ermawati, 2011). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selama ini penanganan sampah kota di negara-negara berkembang seperti Indonesia hanya menimbun dan membakar langsung sampah di udara terbuka pada TPA (Tempat Pembuangan

Lebih terperinci

PENGUJIAN PENGARUH VARIASI HEAD SUPPLY DAN PANJANG LANGKAH KATUP LIMBAH TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HIDRAM

PENGUJIAN PENGARUH VARIASI HEAD SUPPLY DAN PANJANG LANGKAH KATUP LIMBAH TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HIDRAM PENGUJIAN PENGARUH VARIASI HEAD SUPPLY DAN PANJANG LANGKAH KATUP LIMBAH TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HIDRAM Franciscus Manuel Sitompul 1,Mulfi Hazwi 2 Email:manuel_fransiskus@yahoo.co.id 1,2, Departemen

Lebih terperinci

PROYEK URBAN NEXUS DI KOTA TANJUNGPINANG

PROYEK URBAN NEXUS DI KOTA TANJUNGPINANG PROYEK URBAN NEXUS DI KOTA TANJUNGPINANG OUTLINE PENGELOLAAN LIMBAH DOMESTIK INOVATIF 1. Lokasi Proyek Vacuum Sewerage di Senggarang 2. Permasalahan Pengelolaan Limbah Domestik di Senggarang 3. Solusi

Lebih terperinci

PERENCANAAN SISTEM PEMBUANGAN LIMBAH DOMESTIK PERUMAHAN NELAYAN PUGER DENGAN MODULAR SYSTEM SHALLOW SEWER

PERENCANAAN SISTEM PEMBUANGAN LIMBAH DOMESTIK PERUMAHAN NELAYAN PUGER DENGAN MODULAR SYSTEM SHALLOW SEWER //digilib.unej.a //digilib.unej.ac. //digilib.unej.a //digilib.unej.ac. //digilib.unej.a //digilib.unej.ac. //digilib.unej.a //digilib.unej.ac. //digilib.unej.a //digilib.unej.ac. //d //d //d PERENCANAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa tahun terakhir, energi menjadi persoalan yang krusial di dunia, dimana peningkatan permintaan akan energi yang berbanding lurus dengan pertumbuhan populasi

Lebih terperinci

Pengolahan AIR BUANGAN

Pengolahan AIR BUANGAN Pengolahan AIR BUANGAN (WASTE WATER TREATMENT) Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang 2011 Self purification Dahulu, alam memiliki kemampuan untuk mengolah air limbah secara

Lebih terperinci

10/2/2012 TANK SYSTEM AQUACULTURE ENGINEERING

10/2/2012 TANK SYSTEM AQUACULTURE ENGINEERING TANK SYSTEM 1 2 1 Menciptakan Volume yang dibatasi dimana ikan atau organisme akuatik lainnya dapat di beri makan pada lingkungan air yang baik. Tujuan Utama 3 1. Asupan air, termasuk oksigen terlarut

Lebih terperinci

STUDI KUALITAS AIR DI SUNGAI DONAN SEKITAR AREA PEMBUANGAN LIMBAH INDUSTRI PERTAMINA RU IV CILACAP

STUDI KUALITAS AIR DI SUNGAI DONAN SEKITAR AREA PEMBUANGAN LIMBAH INDUSTRI PERTAMINA RU IV CILACAP STUDI KUALITAS AIR DI SUNGAI DONAN SEKITAR AREA PEMBUANGAN LIMBAH INDUSTRI PERTAMINA RU IV CILACAP Lutfi Noorghany Permadi luthfinoorghany@gmail.com M. Widyastuti m.widyastuti@geo.ugm.ac.id Abstract The

Lebih terperinci

A. BAHAN DAN ALAT B. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN

A. BAHAN DAN ALAT B. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT Bahan yang digunakan pada penelitian ini terdiri atas bahan uji dan bahan kimia. Bahan uji yang digunakan adalah air limbah industri tepung agar-agar. Bahan kimia yang

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING

LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING REKAYASA LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING PENINGKATAN EFISIENSI SISTEM PEMANAS AIR KAMAR MANDI MENGGUNAKAN INJEKSI GELEMBUNG UDARA Peneliti : Ir. Sartono Putro, M.T. Ir. H. Sarjito, M.T. Ir. Jatmiko,

Lebih terperinci

Mekanisme : Air limbah diolah dengan aliran kontinyu Pengolahan lumpur dioperasikan tanpa resirkulasi

Mekanisme : Air limbah diolah dengan aliran kontinyu Pengolahan lumpur dioperasikan tanpa resirkulasi 1. DESKRIPSI LAGUN AERASI Lagun aerasi adalah sebuah kolam yang dilengkapi dengan aerator. Sistem Lagon mirip dengan kolam oksidasi. Lagun adalah sejenis kolam tertentu dengan ukuran yang luas dan mampumenampung

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI GAYA PEGAS AWAL PADA KATUP BOLA TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HYDRAM. : Kadek Oka Naya Mahendra. : Ir. Made Suarda, M Eng.

PENGARUH VARIASI GAYA PEGAS AWAL PADA KATUP BOLA TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HYDRAM. : Kadek Oka Naya Mahendra. : Ir. Made Suarda, M Eng. PENGARUH VARIASI GAYA PEGAS AWAL PADA KATUP BOLA TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HYDRAM Oleh Dosen Pembimbing : Kadek Oka Naya Mahendra : I Gusti Ketut Sukadana, ST., MT. : Ir. Made Suarda, M Eng. Abstrak Salah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Industri gula merupakan salah satu industri pertanian yang menghasilkan air

I. PENDAHULUAN. Industri gula merupakan salah satu industri pertanian yang menghasilkan air I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Masalah Industri gula merupakan salah satu industri pertanian yang menghasilkan air limbah dalam jumlah yang cukup besar. Sebagai bahan baku utama dari perindustrian

Lebih terperinci

EFFISIENSI COOLING POND UNTUK PENURUNAN KONSENTRASI PHENOL PADA SISTEM PENGOLAHAN AIR BUANGAN

EFFISIENSI COOLING POND UNTUK PENURUNAN KONSENTRASI PHENOL PADA SISTEM PENGOLAHAN AIR BUANGAN EFFISIENSI COOLING POND UNTUK PENURUNAN KONSENTRASI PHENOL PADA SISTEM PENGOLAHAN AIR BUANGAN Yudi Saputra, Arnes, Reni Desmiarti dan Elmi Sundari Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I- 1

BAB I PENDAHULUAN I- 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perkembangan penduduk daerah perkotaan yang sangat pesat dewasa ini tidak terlepas dari pengaruh dorongan berbagai kemajuan teknologi, transportasi, dan sebagainya.

Lebih terperinci

Studi terhadap prestasi pompa hidraulik ram dengan variasi beban katup limbah

Studi terhadap prestasi pompa hidraulik ram dengan variasi beban katup limbah Jurnal Ilmiah Teknik Mesin CAKRAM Vol. 2 No. 2, Desember (92 96) Studi terhadap prestasi pompa hidraulik ram dengan variasi Yosef Agung Cahyanta (1), Indrawan Taufik (2) (1) Staff pengajar Prodi Teknik

Lebih terperinci

Pengolahan Sampah. Tim Abdimas Sehati Universitas Gunadarma, Bekasi, 7 Desember Disampaikan oleh: Dr. Ridwan, MT- UG

Pengolahan Sampah. Tim Abdimas Sehati Universitas Gunadarma, Bekasi, 7 Desember Disampaikan oleh: Dr. Ridwan, MT- UG Pengolahan Sampah Tim Abdimas Sehati Universitas Gunadarma, Bekasi, 7 Desember 2017 PENDAHULUAN Latar Belakang: Penanganan sampah/problem tentang sampah khususnya di daerah perkotaan belum bisa teratasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan sektor industri menyebabkan peningkatan berbagai kasus

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan sektor industri menyebabkan peningkatan berbagai kasus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan sektor industri menyebabkan peningkatan berbagai kasus pencemaran terhadap sumber-sumber air. Bahan pencemar air yang seringkali menjadi masalah

Lebih terperinci

PENGOLAHAN AIR LIMBAH COLD STORAGE MENGGUNAKAN PROSES ELEKTROKOAGULASI

PENGOLAHAN AIR LIMBAH COLD STORAGE MENGGUNAKAN PROSES ELEKTROKOAGULASI SKRIPSI PENGOLAHAN AIR LIMBAH COLD STORAGE MENGGUNAKAN PROSES ELEKTROKOAGULASI Oleh : BAYU PRASMONO PUTRO 0652010024 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

Kata Kunci : Waktu Aerasi, Limbah Cair, Industri Kecap dan Saos

Kata Kunci : Waktu Aerasi, Limbah Cair, Industri Kecap dan Saos VARIASI WAKTU AERASI DALAM INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KECAP DAN SAOS AERATION TIME VARIATION IN THE TREATMENT OF WASTEWATER INDUSTRIAL SOY AND SAUCE Daniel Dae Nuba H (1), A. Wibowo Nugroho

Lebih terperinci

PENGARUH COD, Fe, DAN NH 3 DALAM AIR LINDI LPA AIR DINGIN KOTA PADANG TERHADAP NILAI LC50

PENGARUH COD, Fe, DAN NH 3 DALAM AIR LINDI LPA AIR DINGIN KOTA PADANG TERHADAP NILAI LC50 Jurnal Teknik Lingkungan UNAND 9 (1) : 44-49 (Januari 2012) ISSN 1829-6084 PENGARUH COD, Fe, DAN NH 3 DALAM AIR LINDI LPA AIR DINGIN KOTA PADANG TERHADAP NILAI LC50 EFFECT OF COD, Fe, AND NH 3 IN LEACHATE

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. instalasi pengolahan sebelum dialirkan ke sungai atau badan air penerima.

BAB I PENDAHULUAN. instalasi pengolahan sebelum dialirkan ke sungai atau badan air penerima. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air limbah yang berasal dari daerah permukiman perkotaan merupakan bahan pencemar bagi mahluk hidup sehingga dapat merusak lingkungan di sekitarnya. Untuk menjamin

Lebih terperinci

SNI METODE PENGUJIAN KINERJA PENGOLAH LUMPUR AKTIF

SNI METODE PENGUJIAN KINERJA PENGOLAH LUMPUR AKTIF SNI 19-6447-2000 METODE PENGUJIAN KINERJA PENGOLAH LUMPUR AKTIF DAFTAR ISI Daftar isi 1. Ruang Lingkup 2. Acuan 3. Pengertian 4. Hal-Hal Yang Diuji Pada Instalasi Pengolahan Lumpur Aktif 5. Ketentuan Umum

Lebih terperinci

Uji Model Fisik Water Treatment Bentuk Pipa dengan Media Aerasi Baling-Baling

Uji Model Fisik Water Treatment Bentuk Pipa dengan Media Aerasi Baling-Baling JURNAL ILMIAH SEMESTA TEKNIKA Vol. 15, No. 1, 59-64, Mei 212 59 Uji Model Fisik Water Treatment Bentuk Pipa dengan Media Aerasi Baling-Baling (Physical Model Test Water Treatment Media Shape Pipe with

Lebih terperinci

PENURUNAN KADAR BOD, COD, TSS, CO 2 AIR SUNGAI MARTAPURA MENGGUNAKAN TANGKI AERASI BERTINGKAT

PENURUNAN KADAR BOD, COD, TSS, CO 2 AIR SUNGAI MARTAPURA MENGGUNAKAN TANGKI AERASI BERTINGKAT PENURUNAN KADAR BOD, COD, TSS, CO 2 AIR SUNGAI MARTAPURA MENGGUNAKAN TANGKI AERASI BERTINGKAT Oleh : Agus Mirwan, Ulfia Wijaya, Ade Resty Ananda, Noor Wahidayanti Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik

Lebih terperinci

PERANCANGAN REAKTOR ACTIVATED SLUDGE DENGAN SISTEM AEROB UNTUK PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DOMESTIK

PERANCANGAN REAKTOR ACTIVATED SLUDGE DENGAN SISTEM AEROB UNTUK PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DOMESTIK PERANCANGAN REAKTOR ACTIVATED SLUDGE DENGAN SISTEM AEROB UNTUK PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DOMESTIK TUGAS AKHIR Oleh: I Gusti Ngurah Indra Cahya Hardiana 0704105029 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Lokakarya Fungsional Non Penelti a) Sistem parit oksidasi b) Sistem kolam aerobik, yaitu suatu kolam yang tidak terlalu dalam dengan permukaannya yang

Lokakarya Fungsional Non Penelti a) Sistem parit oksidasi b) Sistem kolam aerobik, yaitu suatu kolam yang tidak terlalu dalam dengan permukaannya yang MESIN PENGOLAH KOTORAN TERNAK SISTEM AEROBIK DI BALAI PENELITIAN TERNAK M. Moes Syaid Balai Penelitian Ternak, Ciawi-Bogor PENDAHULUAN Seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi rekayasa mesin, maka

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA SISTEM INSTALASI PENGOLAHAN LUMPUR TINJA KOTA MAGELANG

ANALISIS KINERJA SISTEM INSTALASI PENGOLAHAN LUMPUR TINJA KOTA MAGELANG ANALISIS KINERJA SISTEM INSTALASI PENGOLAHAN LUMPUR TINJA KOTA MAGELANG Sudarno, Dian Ekawati ABSTRACT Domestic wastewater treatment was needed for every towns. This domestic wastewater such as black water

Lebih terperinci

II. PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK GEDUNG SOPHIE PARIS INDONESIA

II. PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK GEDUNG SOPHIE PARIS INDONESIA II. PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK GEDUNG SOPHIE PARIS INDONESIA 2. 1 Pengumpulan Air Limbah Air limbah gedung PT. Sophie Paris Indonesia adalah air limbah domestik karyawan yang berasal dari toilet,

Lebih terperinci

PENGANGKAT SAMPAH TERAPUNG DENGAN KINCIR HIDROLIK GANDA

PENGANGKAT SAMPAH TERAPUNG DENGAN KINCIR HIDROLIK GANDA PENGANGKAT SAMPAH TERAPUNG DENGAN KINCIR HIDROLIK GANDA Bachroni Gunawan 1), Mamok Soeprapto 2), Solichin 3) 1) Mahasiswa Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sebelas Maret, Jl. Ir. Sutami

Lebih terperinci

SKRIPSI ANALISIS PENGARUH VARIASI VOLUME AIR PADA WATER TANK DAN BEBAN LISTRIK TERHADAP PERFORMANSI POLYMER ELECTROLYTE MEMBRANE FUEL CELL (PEMFC)

SKRIPSI ANALISIS PENGARUH VARIASI VOLUME AIR PADA WATER TANK DAN BEBAN LISTRIK TERHADAP PERFORMANSI POLYMER ELECTROLYTE MEMBRANE FUEL CELL (PEMFC) SKRIPSI ANALISIS PENGARUH VARIASI VOLUME AIR PADA WATER TANK DAN BEBAN LISTRIK TERHADAP PERFORMANSI POLYMER ELECTROLYTE MEMBRANE FUEL CELL (PEMFC) Oleh : I NYOMAN JULI ADI PUTRA NIM: 0804305006 JURUSAN

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan tugas akhir guna memperoleh gelar Sarjana Teknik

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan tugas akhir guna memperoleh gelar Sarjana Teknik SKRIPSI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR KADAR COD DAN FENOL TINGGI DENGAN PROSES ANAEROB DAN PENGARUH MIKRONUTRIENT Cu : KASUS LIMBAH INDUSTRI JAMU TRADISIONAL Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan tugas

Lebih terperinci

I. ACARA : DISSOLVED OXYGEN (DO), CHEMICAL OXYGEN DEMAND (COD) DAN CO 2 : 1. Untuk Mengetahui Kadar CO 2 yang terlarut dalam air 2.

I. ACARA : DISSOLVED OXYGEN (DO), CHEMICAL OXYGEN DEMAND (COD) DAN CO 2 : 1. Untuk Mengetahui Kadar CO 2 yang terlarut dalam air 2. I. ACARA : DISSOLVED OXYGEN (DO), CHEMICAL OXYGEN II. TUJUAN DEMAND (COD) DAN CO 2 : 1. Untuk Mengetahui Kadar CO 2 yang terlarut dalam air 2. Untuk mengetahui jumlah kebutuhan oksigen kimia 3. Untuk mengoksidasi

Lebih terperinci

PERSYARATAN PENGAMBILAN. Kuliah Teknologi Pengelolaan Limbah Suhartini Jurdik Biologi FMIPA UNY

PERSYARATAN PENGAMBILAN. Kuliah Teknologi Pengelolaan Limbah Suhartini Jurdik Biologi FMIPA UNY PERSYARATAN PENGAMBILAN SAMPEL Kuliah Teknologi Pengelolaan Limbah Suhartini Jurdik Biologi FMIPA UNY Pengambilan sampel lingkungan harus menghasilkan data yang bersifat : 1. Obyektif : data yg dihasilkan

Lebih terperinci

TL-4140 Perenc. Bangunan Pengolahan Air Limbah L A G O O N / P O N D S

TL-4140 Perenc. Bangunan Pengolahan Air Limbah L A G O O N / P O N D S TL-4140 Perenc. Bangunan Pengolahan Air Limbah L A G O O N / P O N D S OXIDATION PONDS (KOLAM OKSIDASI) Bentuk kolam biasanya sangat luas, tetapi h (kedalamannya) kecil atau dangkal, bila kedalaman terlalu

Lebih terperinci

UNIVERSITAS GADJAH MADA PUSAT INOVASI AGROTEKNOLOGI

UNIVERSITAS GADJAH MADA PUSAT INOVASI AGROTEKNOLOGI Halaman : 1 dari 7 INCINERATOR Pasokan sampah organik dari kampus UGM ke PIAT UGM masih terdapat sampah anorganik sekitar 20%. Dari sisa sampah anorganik yang tidak bisa diolah menggunakan pirilosis, dibakar

Lebih terperinci

PENGOLAHAN AIR LINDI (LEACHATE) TPA BENOWO DENGAN PROSES BIOLOGI MENGGUNAKAN SISTEN STEP AERATION

PENGOLAHAN AIR LINDI (LEACHATE) TPA BENOWO DENGAN PROSES BIOLOGI MENGGUNAKAN SISTEN STEP AERATION SKRIPSI PENGOLAHAN AIR LINDI (LEACHATE) TPA BENOWO DENGAN PROSES BIOLOGI MENGGUNAKAN SISTEN STEP AERATION Oleh : YUDID KURNIAWAN 0652010028 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN

Lebih terperinci

PENURUNAN KANDUNGAN AMMONIA PADA LIMBAH CAIR DENGAN METODA AERASI BUBBLING DAN PEMANASAN. S a r i a d i *) ABSTRAK

PENURUNAN KANDUNGAN AMMONIA PADA LIMBAH CAIR DENGAN METODA AERASI BUBBLING DAN PEMANASAN. S a r i a d i *) ABSTRAK PENURUNAN KANDUNGAN AMMONIA PADA LIMBAH CAIR DENGAN METODA AERASI BUBBLING DAN PEMANASAN S a r i a d i *) ABSTRAK Limbah cair yang dihasilkan oleh pabrik pembuatan pupuk urea mengandung ammonia. Apabila

Lebih terperinci

Kata kunci: Pompa hidram, variasi volume tabung udara, beban katup buang, dan efisiensi.

Kata kunci: Pompa hidram, variasi volume tabung udara, beban katup buang, dan efisiensi. PENGARUH VOLUME TABUNG UDARA DAN BEBAN KATUP BUANG DENGAN JARAK KATUP DELIVERY 2 CM TERHADAP KINERJA POMPA HIDRAM Teguh Irawan 1,Nova Risdiyanto Ismail 2,Suriansyah 3 ABSTRAK Masyarakat yang bertempat

Lebih terperinci

PRARANCANGAN ALAT PEMISAH SEMEN DENGAN AIR PADA AIR BUANGAN SEMENTASI

PRARANCANGAN ALAT PEMISAH SEMEN DENGAN AIR PADA AIR BUANGAN SEMENTASI PRARANCANGAN ALAT PEMISAH SEMEN DENGAN AIR PADA AIR BUANGAN SEMENTASI Widiatmo, Sayogo, Marheni Djoko Puspito Pusat Pengembangan Pengelolaan Limbah Radioaktif ABSTRAK PRARANCANGAN ALAT PEMISAH SEMEN DENGAN

Lebih terperinci

SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA IPAL PT. TIRTA INVESTAMA PABRIK PANDAAN PASURUAN

SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA IPAL PT. TIRTA INVESTAMA PABRIK PANDAAN PASURUAN SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA IPAL PT. TIRTA INVESTAMA PABRIK PANDAAN PASURUAN (1)Yovi Kurniawan (1)SHE spv PT. TIV. Pandaan Kabupaten Pasuruan ABSTRAK PT. Tirta Investama Pabrik Pandaan Pasuruan

Lebih terperinci

Analisa BOD dan COD ANALISA BOD DAN COD (BOD AND COD ANALYSIST) COD (Chemical Oxygen Demand) BOD (Biochemical Oxygen Demand)

Analisa BOD dan COD ANALISA BOD DAN COD (BOD AND COD ANALYSIST) COD (Chemical Oxygen Demand) BOD (Biochemical Oxygen Demand) Analisa BOD dan COD ANALISA BOD DAN COD (BOD AND COD ANALYSIST) COD (Chemical Oxygen Demand) COD atau kebutuhan oksigen kimia (KOK) adalah jumlah oksigen (mg O2) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN. rata-rata nilai BOD dapat dilihat pada Gambar 5.1. Gambar 5.1. Nilai BOD dari tahun 2007 sampai 2014.

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN. rata-rata nilai BOD dapat dilihat pada Gambar 5.1. Gambar 5.1. Nilai BOD dari tahun 2007 sampai 2014. BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisa Parameter Kualitas Air Limbah BOD 5.1.1. Parameter BOD Analisa terhadap nilai BOD pada instalasi pengolahan air limbah pada tahun 2007-2014 dilakukan dengan menganalisa

Lebih terperinci

Pengaruh Pemanasan Bahan Bakar terhadap Unjuk Kerja Mesin

Pengaruh Pemanasan Bahan Bakar terhadap Unjuk Kerja Mesin Pengaruh Pemanasan Bahan Bakar terhadap Unjuk Kerja Mesin I Gusti Ngurah Putu Tenaya 1), I Gusti Ketut Sukadana 1), I Gusti Ngurah Bagus Surya Pratama 1) 1) Jurusan Teknik Mesin, Universitas Udayana Kampus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber pendapatan, juga memiliki sisi negatif yaitu berupa limbah cair. Limbah cair yang dihasilkan oleh

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PROTOTYPE OXYHYDROGEN FUEL GENERATOR

TUGAS AKHIR PROTOTYPE OXYHYDROGEN FUEL GENERATOR TUGAS AKHIR PROTOTYPE OXYHYDROGEN FUEL GENERATOR (Pengaruh Suplai Arus Listrik dalam Produksi Gas Oxyhydrogen dengan Metode Elektrolisis Menggunakan Larutan Natrium Klorida Sebagai Elektrolit) Diajukan

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Water Treatment Plant (WTP) sungai Cihideung milik Institut Pertanian Bogor (IPB) kabupaten Bogor, Jawa Barat.Analisa laboratorium

Lebih terperinci

PENGARUH JARAK KATUP LIMBAH DENGAN KATUP PENGHANTAR TERHADAP EFISIENSI HIDRAM

PENGARUH JARAK KATUP LIMBAH DENGAN KATUP PENGHANTAR TERHADAP EFISIENSI HIDRAM Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol. 6, No. 4, Oktober 217 268 PENGARUH JARAK KATUP LIMBAH DENGAN KATUP PENGHANTAR TERHADAP EFISIENSI HIDRAM Gibran Rausyanfikri Mulyadi, I Gede Eka Lesmana, Rovida Camalia Hartantrie

Lebih terperinci

Setiawan M.B., et al., Pengaruh Molaritas Kalium Hidroksida Pada Brown Hasil Elektrolisis Terhadap.

Setiawan M.B., et al., Pengaruh Molaritas Kalium Hidroksida Pada Brown Hasil Elektrolisis Terhadap. 1 Pengaruh Molaritas Kalium Hidroksida Pada Brown Gas Hasil Elektrolisis Terhadap Unjuk Kerja Dan Emisi (Pada Motor Bakar 4 Langkah) (The Influence of Potassium Hydroxide Molarity on Brown's Gas from the

Lebih terperinci

PENURUNAN KONSENTRASI CHEMICAL OXYGEN DEMAND (COD)

PENURUNAN KONSENTRASI CHEMICAL OXYGEN DEMAND (COD) PENURUNAN KONSENTRASI CHEMICAL OXYGEN DEMAND (COD) Diperoleh penurunan kadar COD optimum pada variasi tumbuhan Tapak Kuda + Kompos 1 g/l. Nilai COD lebih cepat diuraikan dengan melibatkan sistem tumbuhan

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN LEACHATE PADA PROSES PENGOMPOSAN DOMESTIC BIOWASTE SECARA ANAEROB

PENGARUH PENAMBAHAN LEACHATE PADA PROSES PENGOMPOSAN DOMESTIC BIOWASTE SECARA ANAEROB PENGARUH PENAMBAHAN LEACHATE PADA PROSES PENGOMPOSAN DOMESTIC BIOWASTE SECARA ANAEROB Budianto G dkk... FT USB SOLO Di for ABSTRAK Leachate merupakan ekstrak dari dissolved material dalam tumpukan sampah

Lebih terperinci

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DENGAN KANDUNGAN AMONIAK TINGGI SECARA BIOLOGI MENGGUNAKAN MEMBRANE BIOREACTOR (MBR)

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DENGAN KANDUNGAN AMONIAK TINGGI SECARA BIOLOGI MENGGUNAKAN MEMBRANE BIOREACTOR (MBR) PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DENGAN KANDUNGAN AMONIAK TINGGI SECARA BIOLOGI MENGGUNAKAN MEMBRANE BIOREACTOR (MBR) Marry Fusfita (2309105001), Umi Rofiqah (2309105012) Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Tri Widjaja, M.Eng

Lebih terperinci

PENGUKURAN LANDFILL GAS PADA LAPISAN KEDUA PILOT PLANT DRY CELL DI TPA BANGKLET, KABUPATEN BANGLI, PROPINSI BALI

PENGUKURAN LANDFILL GAS PADA LAPISAN KEDUA PILOT PLANT DRY CELL DI TPA BANGKLET, KABUPATEN BANGLI, PROPINSI BALI J. Tek. Ling Vol. 12 No. 2 Hal. 197-205 Jakarta, Mei 2011 ISSN 1441-318X PENGUKURAN LANDFILL GAS PADA LAPISAN KEDUA PILOT PLANT DRY CELL DI TPA BANGKLET, KABUPATEN BANGLI, PROPINSI BALI Petrus Nugro Rahardjo

Lebih terperinci

Judul PEMANFAATAN LUMPUR BIO SEBAGAI ADSORBEN MELALUI PIROLISIS : PENGUJIAN ULANG. Kelompok B Pembimbing

Judul PEMANFAATAN LUMPUR BIO SEBAGAI ADSORBEN MELALUI PIROLISIS : PENGUJIAN ULANG. Kelompok B Pembimbing TK-40Z2 Penelitian Semester II 2005/2006 Judul PEMANFAATAN LUMPUR BIO SEBAGAI ADSORBEN MELALUI PIROLISIS : PENGUJIAN ULANG Kelompok B.45.3.01 Imam Supriatna (13001029) Pembimbing Ir. Tjandra Setiadi, M.Eng,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan 2. Alat

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan 2. Alat III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Limbah cair usaha kegiatan peternakan dari MT Farm Ciampea b. Air Danau LSI IPB. c.

Lebih terperinci

Oleh: Afina Kibtiyah Hidayati Dosen Pembimbing: IDAA. Warma Dewanti, S.T., M.T., Ph.D

Oleh: Afina Kibtiyah Hidayati Dosen Pembimbing: IDAA. Warma Dewanti, S.T., M.T., Ph.D Oleh: Afina Kibtiyah Hidayati 3307 100 026 Dosen Pembimbing: IDAA. Warma Dewanti, S.T., M.T., Ph.D Latar Belakang Intrusi Air Laut pada Lokasi TPA Benowo Lindi TPA Benowo memiliki salinitas tinggi 6552

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini, data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Penyajian grafik dilakukan berdasarkan variabel konsentrasi terhadap kedalaman dan disajikan untuk

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR ALAT PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA PROSES PEMBUATAN TAHU

LAPORAN TUGAS AKHIR ALAT PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA PROSES PEMBUATAN TAHU LAPORAN TUGAS AKHIR ALAT PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA PROSES PEMBUATAN TAHU Disusun oleh: ADHITYA FAJAR R I 8310003 ANGGA EKO D I 8310007 BANGKIT SURYO W I 8310015 FIKRI FARID B I 8310032 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN KONDENSOR DUMMY (TIPE HELICAL COIL, TROMBONE COIL DAN MULTI HELICAL COIL) TERHADAP TEMPERATUR RUANGAN DAN TEMPERATUR AIR PANAS

PENGARUH PENAMBAHAN KONDENSOR DUMMY (TIPE HELICAL COIL, TROMBONE COIL DAN MULTI HELICAL COIL) TERHADAP TEMPERATUR RUANGAN DAN TEMPERATUR AIR PANAS Jurnal Sains dan Teknologi 14 (1), Maret 15: 17- PENGARUH PENAMBAHAN KONDENSOR DUMMY (TIPE HELICAL COIL, TROMBONE COIL DAN MULTI HELICAL COIL) TERHADAP TEMPERATUR RUANGAN DAN TEMPERATUR AIR PANAS Adi Hans

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang banyak dan terbesar ke-4 di dunia dengan jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang banyak dan terbesar ke-4 di dunia dengan jumlah penduduk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang memiliki jumlah penduduk yang banyak dan terbesar ke-4 di dunia dengan jumlah penduduk sebanyak 255.993.674 jiwa atau

Lebih terperinci

PEMBEKALAN KKN -PENGOLAHAN LIMBAH PIAT UGM- Bidang Energi dan Pengelolaan Limbah Pusat Inovasi Agroteknologi UGM 2017

PEMBEKALAN KKN -PENGOLAHAN LIMBAH PIAT UGM- Bidang Energi dan Pengelolaan Limbah Pusat Inovasi Agroteknologi UGM 2017 PEMBEKALAN KKN -PENGOLAHAN LIMBAH PIAT UGM- Bidang Energi dan Pengelolaan Limbah Pusat Inovasi Agroteknologi UGM 2017 AKTIVITAS MANUSIA PRODUK SISA/SAMPAH/ LIMBAH PEMILAHAN LAIN-LAIN PLASTIK ORGANIK 3

Lebih terperinci

Kombinasi pengolahan fisika, kimia dan biologi

Kombinasi pengolahan fisika, kimia dan biologi Metode Analisis Untuk Air Limbah Pengambilan sample air limbah meliputi beberapa aspek: 1. Lokasi sampling 2. waktu dan frekuensi sampling 3. Cara Pengambilan sample 4. Peralatan yang diperlukan 5. Penyimpanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PPK Sampoerna merupakan Pusat Pelatihan Kewirausahaan terpadu yang

BAB I PENDAHULUAN. PPK Sampoerna merupakan Pusat Pelatihan Kewirausahaan terpadu yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PPK Sampoerna merupakan Pusat Pelatihan Kewirausahaan terpadu yang dibangun di atas lahan seluas 27 Ha di Dusun Betiting, Desa Gunting, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten

Lebih terperinci

PENGOLAHAN AIR LEACHATE SAMPAH DENGAN TEKNOLOGI AERASI DAN FILTRASI Aeration Technology and Filtration for Waste Leachate Treatment

PENGOLAHAN AIR LEACHATE SAMPAH DENGAN TEKNOLOGI AERASI DAN FILTRASI Aeration Technology and Filtration for Waste Leachate Treatment Jurnal Permukiman Vol. 8 No. 1 April 2013 : 39-44 Abstrak PENGOLAHAN AIR LEACHATE SAMPAH DENGAN TEKNOLOGI AERASI DAN FILTRASI Aeration Technology and Filtration for Waste Leachate Treatment Tibin Ruby

Lebih terperinci

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS 13.1. Pendahuluan Tepung beras merupakan bahan baku makanan yang sangat luas sekali penggunaannya. Tepung beras dipakai sebagai bahan pembuat roti, mie dan

Lebih terperinci

PENGOLAHAN LIMBAH AIR KOLAM RETENSI TAWANG DENGAN TRICKLING FILTER

PENGOLAHAN LIMBAH AIR KOLAM RETENSI TAWANG DENGAN TRICKLING FILTER PENGOLAHAN LIMBAH AIR KOLAM RETENSI TAWANG DENGAN TRICKLING FILTER Herdiana A Radhisty (L2C605143) dan Yoga A Pratihata (L2C605176) Jurusan Teknik Kimia, Fak. Teknik, Universitas Diponegoro Jln. Prof.

Lebih terperinci

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) By. Gotri Ruswani, S.Pd.

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) By. Gotri Ruswani, S.Pd. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) By. Gotri Ruswani, S.Pd. Adalah: sisa dari segala macam kegiatan manusia yang fungsinya sudah berubah dari keadaan awal. Karakteristik limbah: a) Fisik: bau tidak sedap, warnanya

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Kadar Oksigen Terlarut Hasil pengukuran konsentrasi oksigen terlarut pada kolam pemeliharaan ikan nila Oreochromis sp dapat dilihat pada Gambar 2. Dari gambar

Lebih terperinci

PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK RUMAH SUSUN WONOREJO SECARA BIOLOGI DENGAN TRICKLING FILTER

PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK RUMAH SUSUN WONOREJO SECARA BIOLOGI DENGAN TRICKLING FILTER SKRIPSI PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK RUMAH SUSUN WONOREJO SECARA BIOLOGI DENGAN TRICKLING FILTER Oleh : OKTY PARISA 0352010037 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Pengaruh Variasi Tekanan Awal Udara Pada Tabung Tekan Terhadap Unjuk Kerja Pompa Hydram (Studi Kasus Di Desa Catur)

Pengaruh Variasi Tekanan Awal Udara Pada Tabung Tekan Terhadap Unjuk Kerja Pompa Hydram (Studi Kasus Di Desa Catur) Jurnal Ilmiah TEKNIK DESAIN MEKANIKA Vol.6 No.1, Pengaruh Variasi Tekanan Awal Udara Pada Tabung Tekan Terhadap Unjuk Kerja Pompa Hydram (Studi Kasus Di Desa Catur) Ida Bagus Wiyana Manuaba 1), I Gusti

Lebih terperinci

TRANSFER OKSIGEN PADA CASCADE AERATOR KOMBINASI SPRAY AERATOR

TRANSFER OKSIGEN PADA CASCADE AERATOR KOMBINASI SPRAY AERATOR SKRIPSI TRANSFER OKSIGEN PADA CASCADE AERATOR KOMBINASI SPRAY AERATOR O l e h : AJENG ELMARHETA YATIE 0852010030 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

PEMBUATAN BIO-OIL DENGAN BAHAN BAKU CANGKANG KELAPA SAWIT MELALUI PIROLISASI

PEMBUATAN BIO-OIL DENGAN BAHAN BAKU CANGKANG KELAPA SAWIT MELALUI PIROLISASI LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN BIO-OIL DENGAN BAHAN BAKU CANGKANG KELAPA SAWIT MELALUI PIROLISASI (Making Bio-oil Using Shell Palm Oil Through Pyrolysis Process) Diajukan sebagai salah satu syarat untuk

Lebih terperinci

TEKNIK PENGELOLAAN SAMPAH DI TPA PIYUNGAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR PENGELOLAAN LIMBAH PADAT *) Oleh : Suhartini **) Abstrak

TEKNIK PENGELOLAAN SAMPAH DI TPA PIYUNGAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR PENGELOLAAN LIMBAH PADAT *) Oleh : Suhartini **) Abstrak TEKNIK PENGELOLAAN SAMPAH DI TPA PIYUNGAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR PENGELOLAAN LIMBAH PADAT *) Oleh : Suhartini **) Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui teknik pengelolaan sampah di TPA Piyungan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Limbah merupakan sisa suatu kegiatan atau proses produksi yang antara lain dihasilkan dari kegiatan rumah tangga, industri, pertambangan dan rumah sakit. Menurut Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk dan aktivititas masyarakat di daerah perkotaan makin

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk dan aktivititas masyarakat di daerah perkotaan makin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertambahan penduduk dan aktivititas masyarakat di daerah perkotaan makin meningkat seiring dengan kemajuan teknologi, yang juga akan membawa permasalahan lingkungan.

Lebih terperinci

PERILAKU PONDASI TELAPAK BUJUR SANGKAR BERSELIMUT DI ATAS TANAH PASIR AKIBAT PEMBEBANAN

PERILAKU PONDASI TELAPAK BUJUR SANGKAR BERSELIMUT DI ATAS TANAH PASIR AKIBAT PEMBEBANAN PERILAKU PONDASI TELAPAK BUJUR SANGKAR BERSELIMUT DI ATAS TANAH PASIR AKIBAT PEMBEBANAN Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS POLY ALUMINIUM CHLORIDE (PAC) DALAM MENURUNKAN TOKSISITAS LEACHATE (AIR LINDI) DENGAN BIOINDIKATOR IKAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus)

EFEKTIVITAS POLY ALUMINIUM CHLORIDE (PAC) DALAM MENURUNKAN TOKSISITAS LEACHATE (AIR LINDI) DENGAN BIOINDIKATOR IKAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus) DOSEN MUDA L A P O R A N P E N E L I T I A N EFEKTIVITAS POLY ALUMINIUM CHLORIDE (PAC) DALAM MENURUNKAN TOKSISITAS LEACHATE (AIR LINDI) DENGAN BIOINDIKATOR IKAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus) Oleh:

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS SISTEM RBC PADA IPAL PEKAPURAN RAYA PD.PAL BANJARMASIN TERHADAP PENURUNAN KADAR BOD

EFEKTIFITAS SISTEM RBC PADA IPAL PEKAPURAN RAYA PD.PAL BANJARMASIN TERHADAP PENURUNAN KADAR BOD EFEKTIFITAS SISTEM RBC PADA IPAL PEKAPURAN RAYA PD.PAL BANJARMASIN TERHADAP PENURUNAN KADAR BOD Fidyan Hifzhani., Syarifudin A., Arifin Poltekkes Kemenkes Banjarmasin Jurusan Kesehatan Lingkungan Jl. H.

Lebih terperinci

PERBEDAAN KUALITAS AIR LINDI SEBELUM DAN SESUDAH PENGOLAHAN DI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (Studi Kasus TPA Sampah Botubilotahu Kec. Marisa Kab.

PERBEDAAN KUALITAS AIR LINDI SEBELUM DAN SESUDAH PENGOLAHAN DI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (Studi Kasus TPA Sampah Botubilotahu Kec. Marisa Kab. PERBEDAAN KUALITAS AIR LINDI SEBELUM DAN SESUDAH PENGOLAHAN DI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (Studi Kasus TPA Sampah Botubilotahu Kec. Marisa Kab. Pohuwato) SUMARRY Ningsih Lasalutu Nim : 811409098 Jurusan Kesehatan

Lebih terperinci