BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Gambaran Kompetensi Kepribadian Guru PAI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Gambaran Kompetensi Kepribadian Guru PAI"

Transkripsi

1 1 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Gambaran Kompetensi Kepribadian Guru PAI 1. Pengertian Kompetensi Tentang kompetensi ini ada beberapa rumusan atau pengertian yang perlu dicermati yaitu kompetensi (competence), yaitu pernyataan yang menggambarkan penampilan suatu kemampuan tertentu secara bulat yang merupakan perpaduan antara pengetahuan dan kemampuan yang dapat diamati dan diukur. Selanjutnya bahwa istilah kompetensi mengacu kepada perilaku yang diamati, yang diperlukan untuk menuntaskan kegiatansehari-hari.

2 2 1 Dalam UU guru dan dosen, BAB I (Ketentuan Umum) pasal 1 ayat 10 bahwa pengertian kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dan dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. 2 Kompetensi tersebut lebih cenderung pada apa yang dapat dilakukan seseorang atau masyarakat dari pada apa yang mereka ketahui. Kompetensi juga dimaksudkan kekuatan mental dan fisik untuk melakukan tugas atau keterampilan yang dipelajari melalui latihan dan praktik. 3 Kompetensi berarti kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan atau memutuskan sesuatu. 4 Orang yang memiliki kompetensi berarti orang yang memiliki kewenangan atau kekuasaan untuk mengambil suatu keputusan. Misalnya, orang tua, adalah pihak yang paling berkompeten dalam menentukan jenis permainan yang diberikan kepada anak-anak mereka yang masih kecil. Kompetensi juga dapat memiliki arti kemampuan atau kecakapan. 5 Orang yang memiliki kompetensi berarti orang yang memiliki kemampuan atau kecakapan melaksanakan pekerjaan dibidang tertentu. Abdul Majid menyatakan bahwa kompetensi adalah seperangkat tindakan intelegen penuh tanggung jawab yang harus dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu melaksanakan tugas dalam bidang pekerjaan tertentu. Selanjutnya ia mengartikan tindakan intelegen sebagai kemahiran, ketepatan, dan keberhasilan bertindak. Sedang tanggung jawab menunjukkan bahwa tindakannya benar dilihat dari sudut ilmu pengetahuan, teknologi, hukum, dan etika. 6 Dari pengertian kompetensi diatas, selanjutnya dapat diambil suatu pengertian bahwa kompetensi adalah suatu kemampuan yang mencakup 1 Anik Rohimah, Peningkatan Kompetensi Guru PAI Melalui Pendekatan Model Living Values Education (LVE) di Madrasah Aliyah Negeri Monokromo Bantul, (Yogyakarta: Tesis, 2015) 2 Undang-undang Guru dan Dosen, (Bandung: Fokusmedia, 2011), hal. 4 3 Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hal Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Cet-2, Jakarta: Balai Pustaka, 1989), hal Mohammad Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya), hal Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar Kompetensi Guru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), hal. 5

3 3 pengetahuan, keterampilan, sikap, dan perilaku yang dimiliki seseorang yang terlihat dalam melaksanakan tugas dibidang tertentu. Mulyasa menyatakan bahwa kompetensi sebagai suatu kemampuan mengandung enam aspek yaitu: a) Pengetahuan (knowledge); yaitu kesadarab dalam bidang kognitif. b) Pemahaman (understanding); yaitu kedalaman kognitif dan efektif yang dimiliki oleh individu. c) Kemampuan (skill); yaitu sesuatu yang dimiliki individu untuk melakukan tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya. d) Nilai (value); adalah standar perilaku yang telah diyakini dan secara psikologis telah menyatu dalam diri seseorang. e) Sikap (attitude); yaitu perasaan (senang atau tidak senang, suka atau tidak suka) atau reaksi terhadap suatu rangsangan yang datang dari luar. f) Minat (interest); adalah kecenderungan seorang untuk melakukan suatu perbuatan. 7 Aspek-aspek tersebut akan diperoleh secara bertahap melalui pendidikan profesi dan pengalaman. Oleh karena itu, kompetensi tidak langsung dimiliki seseorang secara keseluruhan, tetapi berkembang secara bertahap berdasar pada pengetahuan, keterampilan, sikap, minat, dan pandangan, dan pengalaman yang dimilikinya. Standar atau kriteria yang harus dimiliki seorang guru agar dapat mengajar dengan memuaskan berkaitan dengan latar belakang pendidikan, pengetahuan, dan kepribadiananya. Oleh karena itu, agar seseorang dapat menjadi guru yang kompeten, dia harus memiliki latar belakang pendidikan dan keilmuan yang sama dengan mata pelajaran yang diembannya, memiliki keterampilan dalam mengajar, dan memiliki kepribadian yang baik. 2. Macam-macam Kompetensi 7 E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi Konsep, Karakteristik, dan Implementasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), hal. 39

4 4 Dalam undang-undang Guru dan Dosen NO. 14/2005 dan Peraturan Pemerintah No. 19/2005 dinyatakan bahwa kompetensi guru meliputi kompetensi kepribadian, pedagogik professional, dan sosial. 8 Keempat jenis kompetensi guru beserta subkompetensi dan indikator esensialnya diuraikan sebagai berikut: a. Kompetensi Pedagogik Kompetensi Pedagogik, yaitu : Kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. 9 Kompetensi pedagogik meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran. Evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Secara rinci setiap subkompetensi dijabarkan menjadi indikator esensial sebagai berikut: 1) Subkompetensi memahami peserta didik secara mendalam memiliki indikator esensial: memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsipprinsip perkembangan kognitif, memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip kepribadian, dan mengidentifikasi bekal awal peserta didik. 2) Merancang pembelajaran, termasuk memahami landasan pendidikan untuk kepentingan pembelajaran. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: memahami landasan pendidikan, menerapkan teori belajar dan pembelajaran, menentukan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik, kompetensi yang ingin dicapai dan materi ajar, serta menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan strategi yang dipilih. 3) Subkompetensi melaksanakan evaluasi pembelajaran memiliki indikator esensial: menata latar (setting) pembelajaran, dan melaksanakan pembelajaran yang kondusif. 4) Subkompetensi merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran memiliki indikator esensial: merancang dan melaksanakan evaluasi (asessement) proses dan hasil belajar dengan menentukan tingkat ketuntasan belajar (mastery learning), dan memanfaatkan hasil penilaian pembelajaran untuk perbaikan kualitas program pembelajaran secara umum. 8 Sarimaya, Sertifikasi Guru..., hal Rita Mariyana, Kompetensi Guru Dalam Pembelajaran Berbasis Bimbingan Di Taman Kanak- Kanak (Studi Deskriptif Terhadap Guru Tk Di Kota Bandung), (Bandung: Jurnal, 2015)

5 5 5) Subkompetensi mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai kompetensinya, memiliki indikator esensial: memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan berbagai potensi akademik, dan memfasilitasi peserta didik untuk pengembangan berbagai potensi akademik, dan memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan berbagai potensi non akademik. 10 b. Kompetensi Profesional Kompetensi Profesional, yaitu: Kemampuan pendidik dalam penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memperoleh kompetensi yang ditetapkan. Profesi guru meliputi mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup, mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknlogi, sedangkan melatih berarti Edukasi, Volume 01, Nomor 02, Nov 2013: mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa. Mengembang misi tersebut jelas bukan tugas yang ringan. Selain harus memiliki bekal integritas kepribadian yang tinggi dan keterampilan mengajar yang dapat diandalkan, guru diharapkan mampu menciptakan iklim belajar mengajar yang kondusif, sehat dan menyenangkan. Sehingga berangkat dari profesionalisme ini guru akan tampil sebagai figure yang benar-benar mumpuni, wibawa, disegani dan memiliki integritas yang tinggi. 11 c. Kompetensi Sosial Kompetensi Sosial, yaitu : Kemampuan pendidik berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat. Kompetensi sosial yaitu perangkat perilaku tertentu yang merupakan dasar dari pemahaman diri sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari lingkungan sosial serta tercapainya interaksi sosial secara efektif. 12 Kompetensi ini memiliki subkompetensi dengan indikator esensial sebagai berikut: 10 Sarimaya, Sertifikasi Guru..., hal Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1999), hal Kunandar, Guru Profesional, hal. 56

6 6 1) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik., subkompetensi ini memiliki indikator esensial: berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik. 2) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik dan tenaga pendidik. 3) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar. 13 Kompetensi sosial adalah kemampuan guru didik untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, tenaga kependidikan, orang tua/ wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. 1) Bersikap inkulif, bertindak obyektif, serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agara, raskondisifisik, latar belakang keluarga, dan status sosial keluarga. 2) Berkomunikasi secara efektif, empatik, tenaga kependidikan, orang tua dan masyarakat. 3) Beradaptasi ditempat bertugas diseluruh wilayah RI yang memiliki keragaman sosial budaya. 4) Berkomunikasi dengan lisan maupun tulisan. Sedangkan kompetensi guru yang telah dibakukan oleh Dirjen Dikdasmen Depdiknas (1999) sebagai berikut: 1) Mengembangkan kepribadian 2) Meguasai landasan kependidikan 3) Menguasai bahan pelajaran 4) Menyusun progam pengajaran 5) Melaksanakan progam pengajaran 6) Menilai hasil dalam PBM yang telah dilaksanakan 7) Menyelenggarakan penelitian sederhana untuk keperluan pengajaran 8) Menyelenggarakan progam bimbingan 9) Berinteraksi dengan sejawat dan masyarakat 10) Menyelenggarakan administrasi sekolah 14 hlm Sarimaya, Sertifikasi Guru..., hal Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009,)

7 7 d. Kompetensi Kepribadian Dalam kehidupan sehari-hari kita lazim mendengar istilah kepribadian atau pribadi. Maksud penggunaan istilah itu tidak selalu sama, dan mungkin juga jauh berbeda dari pengertian yang sesungguhnya. Secara bahasa kata kepribadian berasal dari kata personality (Inggris) yang berasal dari kata persona (Latin) yang berarti topeng. Topeng merupakan tutup mata yang sering digunakan oleh pemain panggung, maksud dari penggunaan istilah ini adalah untuk menggambarkan perilaku, watak atau pribadi seseorang yang dalam manifestasinya kehidupan sehari-hari tidak selalu membawakan dirinya sebagaimana adanya, melainkan selalu menggunakan tutup maka dengan tujuan untuk menutupi kelemahannya. 15 Pendapat Abin seperti yang dikutip Elfi Mu awanah dalam buku berjudul Bimbingan Konseling Islami bahwa: kepribadian merupakan kualitas perilaku individu yang tampak dalam melakukan penyesuaian diri terhadap lingkungannya. 16 Kompetensi kepribadian adalah kompetensi yang berkaitan dengan perilaku pribadi guru itu sendiri yang kelak harus dimiliki nilai-nilai luhur sehingga terpancar dalam perilaku sehari-hari. 17 Menurut Hamzah B.Uno, Kompetensi Personal, artinya sikap kepribadian yang mantap sehingga mampu menjadi sumber intensifikasi bagi subyek. Dalam hal ini berarti memiliki kepribadian yang pantas diteladani, mampu melaksanakan kepemimpinan yang dikiemukakan Ki Hajar Dewantara, yaitu Ing Ngarsa Sung Tulada, Ing Mangun Karsa. Tut Wuri Handayani. 18 Dengan kompetensi kepribadian maka guru akan menjadi contoh dan teladan, serta membangkitkan motivasi belajar siswa. Oleh karena itu, seorang 15 Moh. Farozim dan Kartika Nur Fati ah, Pemahaman Tingkah Laku (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hal Elfi Mu awanah dan Rifa Hidayah, Bimbingan Konseling Islami (di Sekolah Dasar), (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hal Moh. Roqib dan Nurfuadi, Kepribadian Guru: Upaya Mengembangkan Kepribadian yang Sehat di Masa Depan, (Yogyakarta: Grafindo Litera Media, 2009), hal Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan: Problema, Solusi, dan Reformasi Pendidikan di Indonesia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hal. 69

8 8 guru dituntut melalui sikap dan perbuatan menjadikan dirinya sebagai penutan dan ikutan orang-orang yang dipimpinnya. Kompetensi kepribadian adalah kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Sub kompetensi dalam kompetensi kepribadian adalah: 1) Kepribadian yang mantap dan stabil meliputi bertindak sesuai dengan norma sosial, bangga menjadi guru, dan memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma. 2) Kepribadian yang dewasa yaitu menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja sebagai guru. 3) Kepribadian yang arif adalah menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan peserta didik, sekolah dan masyarakat dan menunjukkan keterbukaan dalam berfikir dan bertindak. 4) Kepribadian yang berwibawa meliputi memiliki perilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta didik dan memiliki perilaku yang disenangi. 5) Berakhlak mulia dan dapat menjadi teladan meliputi bertindak sesuai dengan norma religius (jujur, ikhlas, suka menolong) dan memiliki perilaku yang diteladani peserta didik. 19 Istilah kepribadian digunakan dalam disiplin ilmu psikologi yang mempunyai pengertian sebagai sifat hakiki yang tercermin pada sikap seseorang. Kata kepribadian diambil dari terjemahan kata yang berasal dari bahasa Inggris, yaitu kata personality, yang mempunyai pengertian sebagai sifat dan tingkah laku khas seseorang yang membedakannya dengan orang lain. 20 Dengan demikian, yang dimaksud dengan kepribadian adalah suatu totalitas psikofisis yang meliputi sifat-sifat pribadi yang khas dan unik dari 19 Sudarman Danim, Profesionalisasi dan Etika Profesi Guru, (Bandung: Alfabeta, 2010), hal Ngainun Naim, Menjadi Guru Inspiratif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hal

9 9 individu ynag melekat pada diri orang yang bersangkutan karena berhadapan dengan lingkungan. Dalam UU guru dan dosen, kompetensi kepribadian sebagaimana yang dimaksud pada ayat 2 sekurang-kurangnya mencakup kepribadian yang: a) Beriman dan bertaqwa. b) Berakhlak mulia. c) Arif dan bijaksana. d) Demokratis. e) Mantap. f) Berwibawa. g) Stabil. h) Dewasa. i) Jujur. j) Sportif. k) Menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat. l) Secara objektif mengevaluasi kinerja sendiri dan, m) Mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan. 21 Jadi, kompetensi kepribadian secara singkat bagi seorang guru ialah sikap dan tingkah laku yang baik, patut untuk diteladani dan menjadi cerminan untuk peserta didik, mampu mengembang potensi dalam diri, serta yang paling utama bagi seorang guru yang berkepribadian yaitu bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mematuhi norma agama, hukum dan sosial yang berlaku. e. Pendidikan Agama Islam Pendidikan dalam arti luas adalah hidup. Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Pendidikan adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbiuhan individu Undang-undang guru dan dosen, hal Binti Maunah, Landasan Pendidikan, (Yogyakarta: Teras, 2009), hal. 1

10 10 Pendidikan dalam arti sempit adalah sekolah. Pendidikan adalah pengajaran yang diselenggarakan disekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Pendidikan adalah segala pengaruh yang diupayakan sekolah terhadap anak dan remaja yang diserahkan kepadanya agar mempunyai kemampuan yang sempurna dan kesadaran penuh terhadap hubungan-hubungan dan tugas-tugas sosial mereka. 23 Tujuan dalam pendidikan adalah perubahan-perubahan yang diharapkan terjadi pada subyek didik setelah mengalami proses pendidikan. Perubahanperubahan itu diantara lain perubahan pada tingkah laku individu, kehidupan pribadi individu maupun kehidupan masyarakat dan alam sekitarnya dimana individu itu hidup. Adapun cita-cita pendidikan antara satu negara dengan negara lain itu memiliki perbedaan-perbedaan. Hal ini disebabkan oleh karena sumbersumber yang dianut sebagai dasar penentuan cita-cita atau tujuan pendidikan juga berbeda. Perlu dipahami bahwa tujuan pendidikan merupakan masalah yang sangat fundamental dalam pelaksanaan pendidikan. Hal ini dikarenakan dari dasar pendidikan inilah yang akan menentukan corak dan isi pendidikan, dan dari tujuan pendidikan itu juga akan menentukan kearah mana anak didik dibawa. 24 Pendidikan mempunyai peranan menyiapkan sumber daya manusia yang mampu berfikir secara kritis dan mandiri (independent critical thinking) sebagai modal dasar untuk pembangunan manusia seutuhnya yang mempunyai kualitas yang sangat prima. Upaya pengembangan kemampuan berfikir kritis dna mandiri bagi peserta didik adalah dengan mengembangkan pendidikan partisipasif. 25 Pendidikan digunakan sebagai media sosialisasi kepada generasi muda untuk mendapatkan pengetahuan, perubahan perilaku dan menguasai tata nilainilai yang dipergunakan sebagai anggota masyarakat. Masyarakat dipandang sebagai suatu kesatuan, sebagai kesatuan masyarakat itu dapat dibedakan dengan 23 Ibid., hal Ibid., hal Binti Maunah, Pendidikan Dalam Perspektif Struktural Fungsional, (Jurnal Cendekia, 2016)

11 11 bagian-bagiannya, tetapi tidak dapat dipisah-pisahkan. Dengan adanya anggapan masyarakat sebagai suatu realitas sosial yang tidak dapat diragukan eksistensinya. Pendidikan agama Islam secara etimologi (harfiah) ialah dalam literatur kependidikan Islam seorang guru biasa disebut sebagai ustadz, mu alim, murabbiy, mursyid, mudarris, dan mu addib, yang artinya orang memberikan ilmu pengetahuan dengan tujuan mencerdaskan dan membina akhlak peserta didik agar menjadi orang yang berkepribadian baik. 26 Ditinjau dari segi terminologi, banyak batasan dan pandangan yang dikemukakan para ahli untuk merumuskan pengertian pendidikan, namun belum juga menemukan formulasi yang tepat dan mencakup semua aspek, walaupun begitu pendidikan berjalan terus tanpa menantikan keseragaman dalam arti pendidikan itu sendirir. Diantaranya ada yang mengemukakan pengertian pendidikan sebagai berikut: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensial dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Sesuai dengan Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal Pendidikan Agama Islam berkenaan dengan tanggung jawab bersama. Oleh sebab itu usaha yang secara sadar dilakukan oleh guru mempengaruhi siswa dalam rangka pembentukan manusia beragama yang diperlukan dalam pengembangan kehidupan beragama dan sebagai salah satu saran pendidikan nasional dalam rangka meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. 28 Selanjutnya Haidar Putra Daulay, mengemukakan bahwa Pendidikan Agama Islam pada dasarnya adalah pendidikan yang bertujuan untuk membentuk 26 Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), hal UUD 1945, Undang-undang Republik Indonesia dan Perubahannya, (Penabur Ilmu, 2004), hal Zakiah Daradjad, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hal. 172

12 12 pribadi Muslim seutuhnya, mengembangkan seluruh potensi manusia baik yang berbentuk jasmani maupun rohani. 29 Dengan begitu pengertian guru agama Islam adalah seorang pendidik yang mengajarkan ajaran Islam dan membimbing anak didik kearah pencapaian kedewasaan serta membentuk kepribadian muslim yang berakhlak, sehingga terjadi keseimbangan kebahagiaan didunia dan diakhirat. Guru agama disamping melaksanakan tugas pengajaran, yaitu memberitahukan pengetahuan keagamaan ia juga melaksanakan tugas pendidikan. Seorang guru terutama guru agama yang mempunyai kepribadian dan perilaku yang baik menurut persepsi siswa akan dihormati, disayangi dan dipatuhi dengan gembira oleh anak didik. Pribadinya akan dicontoh dan pelajarannya akan diperhatikan serta diminati oleh anak didik. Guru pendidikan agama dituntut memiliki kompetensi yang tidak hanya ditunjukkan dikelas dan sekolah, tapi juga dalam menerapkan materi ajar dalam kehidupan mereka. Lebih tajam lagi, Zakiah Darajat menekankan guru PAI disamping wajib melaksanakan tugas pengajaran, yaitu memberitahukan pengetahuan keagamaan, ia juga melaksanakan tugas pengajaran dan pembinaan bagi peserta didik, ia membantu pembentukan kepribadian, pembinaan akhlak, menumbuh kembangkan keimanan dan ketakwaan para peserta didik. 30 Intinya, tuntutan terhadap kemampuan guru PAI tidak hanya memiliki keunggulan pribadi yang dijiwai oleh keutamaan hidup dan nilai-nilai luhur yang dihayati serta diamalkan, namun seorang guru PAI hendaknya memiliki kemampuan paedagogis atau hal-hal mengenai tugas-tugas kependidikan sebagai seorang guru PAI tersebut. Dari pengertian diatas terbentuknya kepribadian yakni pendidikan yang diarahkan pada terbentuknya kepribadian Muslim adalah pribadi yang ajaran Islamnya menjadi sebuah pandangan hidup, sehingga cara berfikir, merasa, dan 29 Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2004), hal Zakiah Daradjad, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah (Jakarta: Ruhama, 1995), hal. 99.

13 13 bersikap sesuai dengan ajaran Islam. Dengan demikian Pendidikan Agama Islam itu adalah usaha berupa bimbingan, baik jasmani maupun rohani kepada anak didik menurut ajaran Islam, agar kelak dapat berguna menjadi pedoman hidupnya untuk mencapai kebahagiaan hidup dunia dan akhirat. Kepribadian guru terlebih guru pendidikan agama Islam, tidak hanya menjadi dasar guru untuk berperilaku, tetapi juga akan menjadi modal keteladanan bagi para siswanya dalam perkembangannya. B. Karakteristik Kompetensi Kepribadian Guru PAI Untuk melihat apakah seorang dikatakan profesional atau tidak, dapat dilihat dari dua perspektif. Pertama, dilihat dari tingkat pendidikan minimal dari latar pendidikan untuk jenjang sekolah tempat dia menjadi guru. Kedua, penguasaan guru terhadap materi bahan ajar, mengelola kelas, mengelola proses pembelajaran, pengelolaan siswa, dan melakukan tugas bimbingan dan lain-lain. 31 Menurut tijauan psikologi, kepribadian pada prinsipnya adalah susunan atau kesatuan antara aspek perilaku mental (fikiran dan perasaan) dengan aspek perilaku behaviorial (perbuatan nyata). Aspek-aspek ini berkaitan secara fungsional dalam diri seorang individu. Sehingga membuatnya dalam bertingkah laku secara khas dan tetap. Dari perilaku yang khas dan tetap tersebut, muncullah julukan-julukan yang bermaksud untuk menggambarkan kepribadian seseorang. Oleh karena itu, setiap calon guru dan guru profesional sangat diharapkan memahami bagaimana karakteristik (ciri khas) kepribadian dirinya sebagai panutan bagi para siswanya. Seorang guru profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian dalam bidang keguruan atau dengan kata lain ia telah terdidik dan terlatih dengan baik. 32 Terdidik dan terlatih bukan hanya memperoleh pendidikan formal saja akan tetapi juga harus menguasai berbagai strategi atau teknik dalam kegiatan belajar serta menguasai landasan-landasan kependidikan seperti yang tercantum dalam kompetensi guru. 31 Sudarwan Denim, Inovasi Pendidikan, (Dalam Upaya Meningkatkan Profesionalisme Tenaga Kependidikan), (Bandung: Pustaka Setia, 2002), hal Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), hal. 15

14 14 Guru yang efektif dan kompeten secara profesional memiliki karakteristik sebagai berikut: a) Memiliki kemampuan menciptakan iklim belajar yang kondusif. b) Kemampuan mengembangkan strategi dan manajemen pembelajaran. c) Memiliki kemampuan memberikan umpan balik (feedback) dan penguatan (reinforcement). d) Memiliki kemampuan untuk meningkatkan diri. 33 Sifat-sifat atau karakteristik guru-guru yang disenangi oleh para siswa adalah guru-guru yang mempunyai karakter: a) Demokratis, yakni guru tidak bersifat otoriter dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berperan serta dalam berbagai kegiatan. b) Suka bekerja sama, guru bersikap saling memberi dan menerima yang dilandasi oleh kekeluargaan dan toleransi tinggi. c) Baik hati, yakni suka memberi dan berkorban untuk anak didiknya. d) Sabar, yakni guru yang tidak suka marah dan bisa menahan diri. e) Adil, yakni guru tidak membeda-bedakan anak didik. f) Konsisten, yakni selalu berkata dan bertindak sama sesuai dengan ucapannya. g) Bersifat terbuka, yakni bersedia menerima kritik dan saran serta mengakui kekurangan dan kelebihannya. h) Suka menolong, yakni selalu membantu anak-anak yang mengalami kesulitan atau masalah tertentu. i) Ramah tamah, yakni mudah bergaul dan disenangi oleh semua orang. j) Suka humor, yakni pandai membuat anak-anak menjadi gembira dan tidak tenang. k) Memiliki bermacam ragam minat, dengan ini guru akan dapat merangsang peseta didik dan dapat melayani berbagai minat dan tidak tegang. l) Menguasai bahan pelajaran, yakni dapat menyampaikan pelajaran secara lancar dan menumbuhkan semangat pada diri peserta didik. 33 E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT Rosdakarya, 2007), hal. 21

15 15 m) Bersikap fleksibel, yakni tidak kaku dalam bersikap dan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungannya. n) Menaruh minat yang baik kepada peserta didik, yakni peduli dan perhatian kepada minat peserta didik. 34 Menurut Hamzah B. Uno karakteristik kompetensi guru dibagi menjadi lima yaitu: a) Motif yaitu sesuatu yang orang pikirkan dan inginkan yang menyebabkan sesuatu. b) Sifat yaitu karakteristik fisik tanggapan konsisten terhadap situasi dan informasi. c) Konsep diri yaitu sikap, nilai, dan image diri seseorang. d) Pengetahuan yaitu informasi yang dimiliki seseorang dalam bidang tertentu. e) Keterampilan yaitu kemampuan untuk melakukan tugas-tugas yang berkaitan dengan fisik fan mental. 35 Karakteristik Kepribadian yang berkaitan dengan keberhasilan guru dalam menggeluti profesinya adalah meliputi: fleksibilitas kognitif dan keterbukaan psikologis. a) Fleksibilitas kognitif guru Fleksibilitas kognitif (keluasan ranah cipta) merupakan kemampuan berfikir yang diikuti dengan tindakan secara simultan dan memadai dalam situasi tertentu. Atau dikatakan sebagai keluesan ranah cipta yang ditandai dengan kemampuan berfikir dan bertindak sesuai dengan kemampuan berfikir an bertindak sesuai dengan situasi yang dihadapinya. Seorang guru yang fleksible pada umumnya ditandai dengan keterbukaan berfikir an beradaptasi. Dan juga mengamati serta mengenali suatu objek atau situasi tertentu, seorang guru yang fleksible selalu berfikir kritis. Artinya yaitu berfikir dengan penuh pertimbangan akal sehat yang 34 Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), hal Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan Problema, Solusi, dan Reformasi Pendidikan di Indonesia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hal. 63

16 16 dipusatkan pada pengambilan keputusan untuk mempercayai atau mengingkari suatu dan melakukan atau menghindari sesuatu. b) Keterbukaan psikologis guru Guru yang terbuka secara psikologis biasanya ditandai dengan kesediannya yang relatif tinggi untuk mengkomunikasikan dirinya dengan faktor-faktor ekstern antara lain: siswa, teman sejawat, dan lingkungan pendidikan tempatnya ia bekerja. 36 C. Faktor Penghambat dan Pendukung Kompetensi Kepribadian Guru PAI dalam Mengembangkan Ranah Afektif 1. Faktor penghambat Faktor penghambat guru dalam meningkatkan kompetensinya dalam proses pengembangan ranah afektifnya juga bisa datang dalam diri guru tersebut atau datang dari luar yaitu, bisa dari lingkungan kerjanya. Faktor-faktor tersebut seharusnya ditanggulangi bahkan dihindari agar guru dapat semaksimal mungkin meningkatkan kompetensinya dalam pengembangan ranah afektifnya. 1) Faktor Internal Seseorang agaknya akan sulit melakukan tugas atau pekerjaan dengan tekun jika pekerjaan itu kurang bermakna baginya, dan tidak bersangkutan dengan hidupnya yang lebih tinggi, langsung ataupun tidak langsung. Muhibbin menyebutkan sejumlah prototipe guru disekolah antara lain: a) Guru yang malas Guru yang malas kebanyakan bersumber pada gaji yang tidak cukup, kemudian ia mencari pekerjaan tambahan diluar untuk memenuhi kebutuhan hidupnya tiap bulannya. Akibatnya etos kerjanya disekolah menjadi guru agama menurun. b) Guru yang pudar 36 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), hal. 226

17 17 Guru yang jarang tersenyum, kurang humor, kurang ramah, sukar bergaul dengan orang lain. c) Guru tua Guru tua adalah guru yang terlalu lama dinas, sehingga sukar diubah. Biasanya mereka kurang percaya diri dan merasa tersaingi dengan tampilnya guru muda. Oleh karena itu, ia menunjukkan harga diri seolaholah tinggi padahal ia tidak lagi ingin mengembangnkan dirinya agar terus bertumbuh dallam jabatannya. d) Guru yang kurang demokratis Guru yang jurang demokratis adalah orang yang terlalu lama bekerja biasanya terlalu memusatkan perhatian pada pemuasan dirinya sendiri. Rasa harga dirinya tinggi sehingga memperlakukan diri melebihi batas kebebasan orang lain, ia tidak bersifat demokratis. e) Guru yang suka menentang Yakni guru yang sangat kritis sehingga ia berfikir kritis dan selalu suka mengkritik orang lain. kecenderungan ini tidak selalu baik bila berhadapan baik dengan guru lain maupun dengan siswa karena bisa jadi menjatuhkan mental dan semangat belajar mereka untuk mengaktualisasi diri. 37 2) Faktor eksternal Sebenarnya faktor penghambat guru pendidikan agama Islam dalam pelaksanaan kompetensinya dalam pengembangan ranah afektifnya adalah dari sistem yang selama ini selalu dilaksanakan dalam pembelajaran pendidikan agama Islam disekolah yakni: a) Pendekatan dalam mata pelajaran pendidikan agama Islam masih cenderung normatif, dalam arti pendidikan agama menyajikan normanorma yang seringkali tanpa ilustrasi konteks sosial budaya sehingga 37 Ibid., hal 117

18 18 peserta didik kurang menghayati nilai-nilai agama sehingga nilai yang hidup dalam kesehatan. b) Kurikulum pendidikan agama Islam dirancang disekolah sebenanrnya lebih menawarkan minimum kompetensi atau minimum informasi, tetapi pihak guru pendidikan agama Islam seringkali terpaku padanya, sehingga semangat untuk memperkaya kurikulum dengan pengalaman belajar yang bervariasi kurang tumbuh. c) Sebagai dampak yang menyertai situasi tersebut diatas maka guru pendidikan agama Islam kurang berupaya menggali berbagai metode yang mungkin bisa dipakai untuk pendidikan agama sehingga pelaksanaan pembelajaraan cenderung monoton. d) Keterbatasan sarana dan prasarana mengakibatkan pengelolaan cenderung seadanya. Pendidikan agama yang diklaim sebagai aspek yang penting, seringkali kurang diberi prioritas dalam urusan fasilitas Faktor Pendukung a) Faktor Internal Ada kaitan erat antara etos kerja dengan profesionalisme kompetensi kepribadian guru atau mutu produk kerja seseorang. Peningkatan etos kerja akan merupakan pelengkap dari usaha untuk meningkatkan mutu produk kerja dan semangat profesionalisme. Agar suatu profesi dapat menghasilkan mutu produk yang baik ia harus didasari dengan etos kerja yang mantap pula. Ata tiga ciri dasar yang selalu dapat dilihat pada setiap profesional yang baik mengenai etos kerjanya yaitu: a) Keinginan untuk menjunjung tinggi mutu pekerjaan b) Menjaga harga diri dalam melaksanakan pekerjaan c) Keinginan untuk memberikan layanan kepada masyarakat melalui karya profesionalnya Ria Maskur, Kompetensi Guru PAI dalam Proses Belajar Menjagar di SMPN 3 Srengat Blitar, (Skripsi yang tidak diterbitkan).

19 19 Selama guru pendidikan agama Islam belum puas dengan mutu yang hasil pendidikan agama dari para lulusan suatu sekolah yang diserahkan kepada masyarakat, maka ia mempunyai kewajiban moral untuk meningkatkan mutu hasil pendidikan agama, kepribadiannya dan etos kerjanya disekolah. Selama masyarakat mengeluh tentang mutu hasil pendidikan agama dari suatu sekolah, maka guru agama mempunyai kewajiban pribadinya untuk meningkatkan mutu hasil pendidikan agama, dan etos kerjanya di Sekolah. b) Faktor Eksternal Dalam konteks pertimbangan eksternal terutama yang menyangkut lingkungan kerja, secara lebih terinci menyatakan bahwa ada beberapa hal yang mempengaruhi semangat kerja yaitu: a) Volume upah kerja yang memenuhi kebutuhan seorang guru. b) Suasana kerja yang menggairahkan atau iklim yang ditunjang dengan komunikasi yang disertai dan manusiawi antara pimpinan dan bawahan (kepala sekolah dengan guru ataupun staf). c) Penanaman sikap dan penegrtian dikalangan pekerja (guru dan staf). d) Sikap jujur dan dapat dipercaya dari kalangan pimpinan terwujud dalam kenyataan. e) Penghargaan terhadap need for achievement (hasrat dan kebutuhan untuk maju) menunjang bagi yang berprestasi. f) Sarana yang menunjang bagi kesejahteraan mental dan fisik seperti tempat olahraga, masjid, hiburan dll. 40 Dalam dunia kerja kebutuhan seorang guru termasuk guru PAI dalam suasana kerja yang iklimnya ditunjang dengan komunikasi yang serasi dan manusiawi antara pimpinan dan bawahan. Pada penanaman sikap dan pengertian dikalangan pekerja besikap jujur dan dapat dipercaya dari kalangan terwujud dalam kenyataan. 39 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, (Bandung Remaja Rosdakarya, 2004), hal Ibid., hal 119

20 20 D. Ranah Afektif a. Pengertian Ranah Afektif Afektif, yakni pembinaan sikap mental (mental attitude) yang mantap dan matang sebagai penjabaran dari sikap amanah Rasulullah. Indikator dari seseorang yang memiliki kecerdasan ruhaniah adalah sikapnya yang selalu ingin menampilkan sikap yang ingin dipercaya (kredibel), menghormati dan dihormati. Sikap hormat dan dipercaya hanya dapat tumbuh apabila kita meyakini sesuatu yang kita anggap benar sebagai prinsip-prinsip yang tidak dapat diganggu gugat. Bersikap adalah merupakan wujud keberanian untuk memilih secara sadar. Setelah itu ada kemungkinan ditindaklanjuti dengan mempertahankan pilihan lewat argumentasi yang bertanggung jawab, kukuh dan bernalar. 41 Ranah afektif merupakan ranah atau hal-hal yang berkaitan dengan sikap (attitude) sebagai manifetasi dari minat (interest), motivasi (motivation), kecemasan (anxiety), apresiasi perasaan (emotional appreciation), penyesuaian diri (self adjustment), bakat (aptitude), dan lain-lain. Ranah afektif bisa dikatakan sebagai perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti: minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri. Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki kekuasaan kognitif yang tinggi. Ciriciri hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku. Ranah afektif menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang, yaitu: 1) P enerimaan (receiving/attending) Penerimaan adalah kepekaan seorang dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang datang kepada dirinya dalam 41 Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran; Mengembangkan Standar Kompetensi Guru, (Bandung: Rosdakarya, 2007), hlm. 17

21 21 bentuk masalah, situasi gejala dan lain-lain. Termasuk dalam jenjang ini misalnya: adalah: kesadaran dan keinginan untuk menerima stimulus, mengontrol dan menyeleksi gejala-gejala atau rangsangan yang datang dari luar. Receiving atau attenting juga sering di beri pengertian sebagai kemauan untuk memperhatikan suatu kegiatan atau suatu obyek. Pada jenjang ini peserta didik dibina agar mereka bersedia menerima ilai atau nilai-nilai yang diajarkan kepada mereka, dan mereka mau menggabungkan diri kedlam nilai itu atau mengidentifikasikan diri dengan nilai itu. 2) Tanggapan (Responding) Tanggapan atau responding mengandung arti adanya partisipasi aktif. Jadi kemampuan menanggapi adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mengikut sertakan dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya salah satu cara. Jenjang ini lebih tinggi dari pada jenjang receiving. 3) Penghargaan (Valuing) Menilai atau menghargai artinya memberikan nilai atau mmberikan penghargaan terhadap suatu kegiatan atau obyek. Dalam kaitan dalam proses belajar mengajar, peserta didik disini tidak hanya mau menerima nilai yang diajarakan tetapi mereka telah berkemampuan untuk menilai konsep atau fenomena, aitu baik atau buruk. Bila suatu ajaran yang telah mampu mereka nilai dan mampu untuk mengatakan itu adalah baik, maka ini berarti bahwa peserta didik telah menjalani proses penilaian. 4) Pengorganisasian Pengorganisasia adalah mengatur atau mengorganisasian artinya mempertemukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang universal, yang membawa pada perbaikan umum. Mengatur atau mengorganisasian merupakan pengembangan dari nilai kedalam satu

22 22 sistem organisasi, termasuk didalamnya hubungan satu ilai dengan nilai lain, pemantapan dan prioritas nilai yang telah dimilikinya. 5) Karakteristik berdasarkan nilai-nilai Ini mengacu kepada karakter dan daya hidup seseorang. Tujuan dalam kategori ini ada hubungannya dengan keteraturan pribadi, sosial, dan emosi jiwa. Yaitu keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki oleh seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Nilai ini tertanam secara konsisten pada sistemnya dan telah dipengaruhi emosinya. Pada jenjang ini peserta didik telah memiliki sistem nilai yang mengontrol tingkah lakunya untuk waktu yang lama, sehingga membentuk karakteristik pola hidup tingkah lakunya menjadi lebih konsisten, menetap dan lebih mudah diperkirakan. 42 Dalam bidang afektif dalam psikologi akan memberi peran tersendiri untuk dapat menyimpan menginternalisasikan sebuah nilai yang diperoleh lewat kognitif dan kemampuan organisasi afektif itu sendiri. Jadi eksistensi afektif dalam dunia psikologi pengajaran adalah sangat urgen untuk dijadikan pola pengajaran yang lebih baik. E. Penelitian Terdahulu Setelah peneliti melakukan kajian pustaka terhadap skripsi yang berhubungan dengan judul skripsi peneliti, ternyata terdapat beberapa skripsi yang mempunyai kemiripan dengan skripsi peneliti. Beberapa kajian pustakanya adalah: Pertama, hasil penelitian yang dilakukan oleh Mukhlisin, pada tahun 2013 berjudul Pengaruh Kompetensi Kepribadian Guru PAI Terhadap Motivasi Belajar PAI Siswa Di UPTD SMPN 1 Sumbergempol Tulungagung Tahun Ajaran 2012/2013. Dengan fokus penelitian: (1) Bagaimana kompetesi guru PAI di UPTD SMP Negeri 1 Sumbergempol?, (2) Bagaimana motivasi belajar PAI iswa di UPTD SMP Negeri 1 42 Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: Rosdakarya, 2013), hal

23 23 Sumbergempol?, (3) Adakah pengaruh kompetensi kepribadian guru PAI terhadap motivasi belajar PAI siswa di UPTD SMP Negeri 1 Sumbergempol?.Dari hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kepribadian guru PAI terhadap motivasi siswa memiliki tugas sebagai pendidik dalam membangkitkan mood siswa untuk lebih semangat dalam belajar, khususnya dalam proses pembelajaran dikelas dengan memberikan stimulus-stimulus dan rangsangan kepada siswa serta kreatif dalam menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Akan tetapi terlepas dari itu dalam melaksanakan proses pembelajaran dan berinteraksi dengan siswa akan banyak ditentukan oleh karakteristik kepribadian guru yang bersangkutan. 43 Dari hasil penelitian ini dapat ditarik kesimpulannya yang diteliti oleh Mukhlis bahwa kompetensi kepribadian ini merupakan suatu hal yang harus dimiliki oleh guru, sehingga sangat dianjurkan dalam memperdalam kompetensi tersebut, sehingga dalam proses belajar mengajar bisa berjalan dengan efektif dan efisien serta dapat mencapai hasil yang diinginkan. Hasil penelitian telah singkron dengan pembahasan peneliti tentang Pengaruh Kompetensi Kepribadian Guru PAI Terhadap Motivasi Belajar PAI Siswa Di UPTD SMPN 1 Sumbergempol Tulungagung Tahun Ajaran 2012/2013 dengan lebih memperinci kompetensi yang ada. Kedua, hasil penelitian dari Hima Yatuna Umama dengan skrisipnya yang berjudul Pengaruh kepribadian guru PAI dalam pembentukan akhlak siswa di madrasah diniyah hidayatul mubtadi in Simo Kedungwaru Tulungagung tahun Dengan fokus penelitian: (1) Adakah pengaruh sifat guru terhadap pembentukan akhlak siswa di Madrasah diniyah hidayatul mubtadi in Simo Kedungwaru Tulungagung?, (2) Adakah pengaruh sikap guru terhadap pembentukan akhlak siswa di Madrasah diniyah hidayatul mubtadi in Simo Kedungwaru Tulungagung?, (3) Adakah pengaruh kepribadian dan kewibawaan guru terhadap pembentukan akhlak siswa di Madrasah diniyah hidayatul mubtadi in Simo Kedungwaru Tulungagung?. Menyimpulkan bahwa apabila seorang 43 Mukhlisin, Kompetensi Kepribadian Guru PAI Terhadap Motivasi Belajar PAI Siswa Di UPTD SMPN 1 Sumbergempol Tulungagung, (Tulungagung: Sripsi Tidak Diterbitkan, 2013).

24 24 guru mempunyai kepribadian yang mulia, maka guru akan bisa menumbuhkan pembentukan akhlak yang baik pada siswanya. 44 Ketiga, Novia Chusnul Emil dengan skripsinya berjudul Pengaruh Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam terhadap prestasi belajar siswa SDN 01 Dawuhan Kademangan Blitar. Dengan fokus penelitian (1) Bagaimana pengaruh kompetensi kepribadian guru PAI terhadap prestasi belajar siswa SDN 01 Dawuhan Kademangan Blitar?, (2) Bagaimana pengaruh kompetensi pengelolaan kelas guru PAI terhadap prestasi siswa SDN 01 Dawuhan Kademangan Blitar?, (3) Bagaimana pengaruh kompetensi penguasaan bahan guru PAI terhadap prestasi belajar siswa SDN 01 Dawuhan Kademangan Blitar?, (4) Adakah pengaruh kompetensi guru PAI terhadap prestasi belajar siswa SDN 01 Dawuhan Kademangan Blitar?. Menyimpulkan bahwa peranan guru secara langsung berupaya mempengaruhi, mengarahkan dan mengembangkan kemampuan siswa didalam proses belajar mngajar, kompetensi disini yaitu kemampuan, kecakapan dan keterampilan seorang guru didalam mengelola kegiatan belajar mengajar baik kompetensi dalam bidang kepribadian, pengelolaan kelas maupun dalam bidang penguasaan bahan. 45 Keempat, dari jurnal skripsi, Khoirul Mustabsyiroh dengan judul skripsinya Analisis Kompetensi Kepribadian Guru Perspektif Pendidikan Islam (Studi pada Ibu Muslimah dan Bapak Harfan dalam Novel Laskar Pelangi). Dengan fokus penelitiannya : (1) Bagaimana kompetensi kepribadian guru perspektif Islam?, (2) bagaimana kompetensi kepribadian Ibu Muslimah dan Bapak Harfan dalam novel Laskar Pelangi?, (3) Bagaimana kompetensi kepribadian Ibu Muslimah dan Bapak Harfan dalam Novel Laskar Pelangi perspektif pendidikan Islam?. Menyimpulkan bahwa kompetensi kepribadian Bu Muslimah dan Bapak Harfan perspektif pendidikan Islam intinya adalah 44 Hima Yatuna Umama dengan skrisipnya yang berjudul Pengaruh kepribadian guru PAI dalam pembentukan akhlak siswa di madrasah diniyah hidayatul mubtadi in Simo Kedungwaru Tulungagung, (Tulungagung: Sripsi Tidak Diterbitkan, 2011). 45 Novia Chusnul Emil dengan skripsinya berjudul Pengaruh Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam terhadap prestasi belajar siswa SDN 01 Dawuhan Kademangan Blitar, (Tulungagung: Sripsi Tidak Diterbitkan, 2011).

25 25 bahwa kepribadian Bu Muslimah dan Bapak Harfan merupakan aplikasi nyata dari kompetensi kepribadian guru perspektif Pendidikan Islam. 46 Dari keempat uraian peneliti terdahulu yang telah dipaparkan diatas, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa keempat judul tersebut guru PAI harus dapat mengaplikasikannya malalui proses belajar mengajar yang semaksimal mungkin dapat mencapai tujuan pembelajaran yang sudah direncanakan. Dari perencanaan, pelaksanaan sampai dengan evaluasi guru PAI harus bisa membawa peserta didik bukan hanya dalam pemahaman materi saja tetapi juga dalam penguasaan dari segi praktiknya. Maka dari itu berbagai upaya selalu dilakukan untuk meningkatkan kompetensi guru tersebut, mulai dari perantaran, work shop dan rapat-rapat yang diselenggarakan oleh sekolah dan diknas, yang tujuannya adalah untuk meningkatkan kompetensi guru sehingga didapai proses belajar mengajar dan akhlak yang berkualitas tinggi dan dampak positif yang akan dirasakan oleh peserta didik. 46 Khoirutul Mustabsyiroh dengan skripsinya Analisis Kompetensi Kepribadian Guru Perspektif Pendidikan Islam (Studi pada Ibu Muslimah dan Bapak Harfan dalam Novel Laskar Pelangi), (Semarang: Jurnal Skipsi Yang diterbitkan pada tahun 2011).

26 26 Table 2.1 Penelitian Terdahulu yang relevan No Peneliti/Judul Fokus Penelitian Persamaan Perbedaan 1. Mukhlisin, Pengaruh Kompetensi Kepribadian Guru PAI Terhadap Motivasi Belajar PAI Siswa Di UPTD SMPN 1 Sumbergempol Tulungagung Tahun Ajaran 2012/2013 Fokus penelitian dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana kompetesi guru PAI di UPTD SMP Negeri 1 Sumbergempol?, (2) Bagaimana motivasi belajar PAI iswa di UPTD SMP Negeri 1 Sumbergempol?, (3) Adakah pengaruh kompetensi kepribadian guru PAI terhadap motivasi belajar PAI siswa di UPTD SMP Negeri 1 Sumbergempol? Menunjukkan bahwa kompetensi kepribadian guru PAI tersebut bisa membangkitkan siswa lebih semangat belajar dalam proses pembelajaran didalam kelas. Dalam metode penelitian Mukhlisin menggunakan metode kuantitatif, sedangkan dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif. 2. Hima Yatuna Umama, Pengaruh kepribadian guru PAI dalam pembentukan akhlak siswa di madrasah diniyah hidayatul mubtadi in Simo Kedungwaru Tulungagung tahun Fokus penelitian dalam penelitian ini adalah: (1) Adakah pengaruh sifat guru terhadap pembentukan akhlak siswa di Madrasah diniyah hidayatul mubtadi in Simo Kedungwaru Tulungagung?, (2) Adakah pengaruh Bahwa kompetensi kepribadian guru PAI dapat membentuk perubahan perilaku terhadap siswa yang kurang efektif dan juga kurang membaur kepada Dalam metode penelitiannya menggunakan metode kuantitatif, sedangkan dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Fokus penelitian

27 sikap guru terhadap pembentukan akhlak siswa di Madrasah diniyah hidayatul mubtadi in Simo Kedungwaru Tulungagung?, (3) Adakah pengaruh kepribadian dan kewibawaan guru terhadap pembentukan akhlak siswa di Madrasah diniyah hidayatul mubtadi in Simo Kedungwaru Tulungagung? teman ataupun lingkungan sekolah. kelas dilakukan di SMPN 1 Kalidawir. 3. Novia Chusnul Emil, Pengaruh Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam terhadap prestasi belajar siswa SDN 01 Dawuhan Kademangan Blitar Fokus penelitian dalam penelitian ini adalah:(1) Bagaimana pengaruh kompetensi kepribadian guru PAI terhadap prestasi belajar siswa SDN 01 Dawuhan Kademangan Blitar?, (2) Bagaimana pengaruh kompetensi pengelolaan kelas guru PAI terhadap prestasi siswa SDN 01 Dawuhan Kademangan Blitar?, (3) Bagaimana pengaruh kompetensi penguasaan bahan guru PAI terhadap prestasi belajar siswa SDN 01 Dawuhan Kademangan Blitar?, (4) Adakah pengaruh kompetensi guru PAI terhadap prestasi belajar siswa SDN 01 Dawuhan Kademangan Blitar? Dalam kompetensi kepribadian Guru PAI bisa membangkitkan minat dalam proses belajar mengajar dikelas sehingga terbentuklah prestasi belajar siswa yang lebih baik dari pada sebelumnya. Dalam penelitian Novia Chusnul Emil menggunakan metode kuantitatif, sedangkan dalam penelitian ini menggunakan metote kualitatif. Pada fokus penelitian dilakukan pada jenjang sekolah SMP.

28 28 4 Khoirotul Mustabsyiroh dengan judul skripsinya Analisis Kompetensi Kepribadian Guru Perspektif Pendidikan Islam (Studi pada Ibu Muslimah dan Bapak Harfan dalam Novel Laskar Pelangi) Fokus penelitian dalam penelitian ini adalah : (1) Bagaimana kompetensi kepribadian guru perspektif Islam?, (2) bagaimana kompetensi kepribadian Ibu Muslimah dan Bapak Harfan dalam novel Laskar Pelangi?, (3) Bagaimana kompetensi kepribadian Ibu Muslimah dan Bapak Harfan dalam Novel Laskar Pelangi perspektif pendidikan Islam? Dalam kompetensi kepribadian mempunyai tingkah laku, dan pola pikirnya, bersifat ikhlas melaksanakan tugasnya sebagai pendidik sematamata untuk mencari keridhaan Allah dan menegakkan kebenaran. Dalam penelitiannya yang dilakukan oleh Khoirotul menggunakan metode analistik. Sedangkan dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif.

BAB V PEMBAHASAN. pustaka. Sebagaimana yang ditegaskan dalam teknis analisis.

BAB V PEMBAHASAN. pustaka. Sebagaimana yang ditegaskan dalam teknis analisis. BAB V PEMBAHASAN Pada pembahasan ini peneliti akan menyajikan uraian sesuai dengan hasil penelitian, sehingga pembahasan ini akan mengintegrasikan hasil penelitian dan memadukan dengan kajian pustaka.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan eksistensi pendidikan. Jika pendidikan memiliki kualitas tinggi, maka

BAB I PENDAHULUAN. dengan eksistensi pendidikan. Jika pendidikan memiliki kualitas tinggi, maka BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Perkembangan dan kemajuan suatu bangsa salah satunya ditentukan dengan eksistensi pendidikan. Jika pendidikan memiliki kualitas tinggi, maka akan memberikan output

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kompetensi Guru Guru memiliki peran penting dalam mencapai tujuan pendidikan. Pendapat Slameto (2012) bahwa kualitas pendidikan, terutama ditentukan oleh proses belajar mengajar

Lebih terperinci

BAB l PENDAHULUAN. kinerja guru. Dengan adanya setifikasi guru, kinerja guru menjadi lebih baik

BAB l PENDAHULUAN. kinerja guru. Dengan adanya setifikasi guru, kinerja guru menjadi lebih baik BAB l PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sertifikasi guru banyak dibicarakan oleh masyarakat Indonesia saat ini, banyak yang menulis tentang bagaimana pengaruh sertifikasi guru terhadap kinerja guru.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai pihak sebagai alat ampuh untuk melakukan perubahan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. berbagai pihak sebagai alat ampuh untuk melakukan perubahan terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan satu istilah yang sering dilontarkan oleh berbagai pihak sebagai alat ampuh untuk melakukan perubahan terhadap kehidupan suatu masyarakat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian peranan menurut Soejono Soekanto (2002;234) adalah sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian peranan menurut Soejono Soekanto (2002;234) adalah sebagai berikut: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Peranan Pengertian peranan menurut Soejono Soekanto (2002;234) adalah sebagai berikut: Peranan merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan

Lebih terperinci

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar Sasaran dan Pengembangan Sikap Kompetensi Dasar Mahasiswa mampu memahami Sasaran dan Pengembangan Sikap Indikator: Pengertian Sikap Guru Pengertian Kinerja Guru Sasaran Sikap Guru Pengembangan Sikap Kinerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dilakukan berdasarkan rancangan yang terencana dan terarah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dilakukan berdasarkan rancangan yang terencana dan terarah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dilakukan berdasarkan rancangan yang terencana dan terarah berdasarkan kurikulum yang disusun oleh lembaga pendidikan. Menurut undang-undang sistem pendidikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Permendiknas No. 16 Tahun 2007, guru harus memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Permendiknas No. 16 Tahun 2007, guru harus memiliki BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Permendiknas No. 16 Tahun 2007, guru harus memiliki empat kompetensi yaitu pertama kompetensi paedagogik yaitu menguasai karakteristik peserta didik

Lebih terperinci

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar Sasaran dan Pengembangan Sikap Kompetensi Dasar Mahasiswa mampu memahami Sasaran dan Pengembangan Sikap Indikator: Pengertian Sikap Guru Pengertian Kinerja Guru Sasaran Sikap Guru Pengembangan Sikap Kinerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalankan kerangka dan tujuan organisasi.masalah kompetensi itu menjadi penting,

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalankan kerangka dan tujuan organisasi.masalah kompetensi itu menjadi penting, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Kompetensi atau competency adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu tugas/pekerjaan yang didasari atas pengetahuan, keterampilan dan sikap sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah bidang pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting

BAB I PENDAHULUAN. adalah bidang pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Dalam menghadapi perkembangan zaman dengan berbagai perubahan dan persaingan mutu, maka diperlukan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan dalam menghadapi setiap

Lebih terperinci

PROSEDUR DAN MEKANISME SERTIFIKASI GURU

PROSEDUR DAN MEKANISME SERTIFIKASI GURU 5 PROSEDUR DAN MEKANISME SERTIFIKASI GURU 1. Bagaimana mekanisme pelaksanaan sertifikasi guru? Ada dua macam pelaksanaan sertifikasi guru, yaitu: a. melalui penilaian portofolio bagi guru dalam jabatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komponen, yaitu : pengajar (Dosen, Guru, Instruktur, dan Tutor) siswa yang

BAB I PENDAHULUAN. komponen, yaitu : pengajar (Dosen, Guru, Instruktur, dan Tutor) siswa yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya dalam proses belajar mengajar (PBM) itu terdiri dari tiga komponen, yaitu : pengajar (Dosen, Guru, Instruktur, dan Tutor) siswa yang belajar dan bahan

Lebih terperinci

2 Menetapkan : Negara Republik Indonesia Nomor 4496) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas P

2 Menetapkan : Negara Republik Indonesia Nomor 4496) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas P BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1314, 2014 KEMENDIKBUD. Instruktur. Kursus Dan Pelatihan. Kompetensi. Kualifikasi. Standar. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. kependidikan kompetensi merupakan pengetahuan, sikap-perilaku dan

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. kependidikan kompetensi merupakan pengetahuan, sikap-perilaku dan BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Kompetensi Guru Istilah kompetensi merupakan istilah turunan dari bahasa inggris competence yang berarti kecakapan, kemampuan dan wewenang.

Lebih terperinci

MACAM KOMPETENSI PENDIDIK

MACAM KOMPETENSI PENDIDIK MACAM KOMPETENSI PENDIDIK Kompetensi secara bahasa diartikan kemampuan atau kecakapan. Hal ini diilhami dari KKBI dimana kompetensi diartikan sebagai wewenang atau kekuasaan untuk menentukan atau memutuskan

Lebih terperinci

STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK DAN KOMPETENSI INSTRUKTUR

STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK DAN KOMPETENSI INSTRUKTUR SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 90 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR KUALIFIKASI DAN KOMPETENSI INSTRUKTUR PADA KURSUS DAN PELATIHAN STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK DAN KOMPETENSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik secara langsung atau tidak langsung dipersiapkan untuk menopang dan

BAB I PENDAHULUAN. baik secara langsung atau tidak langsung dipersiapkan untuk menopang dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas setiap individu, baik secara langsung atau tidak langsung dipersiapkan untuk menopang dan mengikuti laju

Lebih terperinci

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TK

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TK KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TK Oleh : Rita Mariyana, M.Pd UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2010 APA ITU KOMPETENSI? Istilah kompetensi (competence) dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai kecakapan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia. dan Undang-undang Dasar Tahun Upaya tersebut harus selalu

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia. dan Undang-undang Dasar Tahun Upaya tersebut harus selalu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan di bidang pendidikan merupakan upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia dalam mewujudkan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hlm Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003,

BAB I PENDAHULUAN. hlm Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003, BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Kepemimpinan sebagai salah satu fungsi manajemen yang sangat penting untuk mencapai suatu tujuan organisasi. Penguasaan teori pengetahuan tentang kepemimpinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. resmi. 1 Guru adalah semua orang yang berwenang dan bertangung jawab terhadap

BAB I PENDAHULUAN. resmi. 1 Guru adalah semua orang yang berwenang dan bertangung jawab terhadap resmi. 1 Guru adalah semua orang yang berwenang dan bertangung jawab terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru adalah orang yang sangat berpengaruh dalam kegiatan proses belajar mengajar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kontekstual dan relevan. Peran baru guru ini harus ditemukan karena

BAB 1 PENDAHULUAN. kontekstual dan relevan. Peran baru guru ini harus ditemukan karena BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Abad ke-21 yang ditandai dengan globalisasi teknologi dan informasi, telah membawa dampak yang luar biasa bagi peran guru dalam proses pendidikan dan pembelajaran.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hanya manusia yang berkualitas saja yang mampu hidup di masa depan

BAB I PENDAHULUAN. hanya manusia yang berkualitas saja yang mampu hidup di masa depan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bagi suatu bangsa, peningkatan kualitas pendidikan sudah seharusnya menjadi prioritas pertama. Kualitas pendidikan sangat penting artinya, sebab hanya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Alasan Pemilihan Judul. Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Alasan Pemilihan Judul. Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas manusia. Sebagai suatu kegiatan yang sadar akan tujuan, maka dalam pelaksanaannya berada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Guru Profesional a. Pengertian Guru Definisi guru menurut Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 1 ayat (1) bahwa Guru adalah pendidik profesional

Lebih terperinci

DEVELOPPING OF TEACHERS HP

DEVELOPPING OF TEACHERS HP DEVELOPPING OF TEACHERS PROFESSIONALLITY By R. Gunawan S. Drs., S.E., M.M. M HP 08127922967 Tujuan Pembelajaran 1. Mengetahui pengertian guru, profesional, kualifikasi akademik, kompetensi, dan sertifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan tersebut menuntut setiap guru untuk terus berupaya melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan tersebut menuntut setiap guru untuk terus berupaya melakukan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan mengalami perubahan yang sangat cepat yang memberikan dampak sangat signifikan terhadap kehidupan masyarakat. Perubahan tersebut menuntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Tidak seorangpun yang dilahirkan

BAB I PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Tidak seorangpun yang dilahirkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu hal yang sangat penting untuk mengembangkan potensi yang ada pada diri seseorang agar mampu beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sudarwan Danim dan Yunan Danim, Administrasi Sekolah dan Manajemen Kelas, (Bandung : Pustaka Setia, 2010), hlm. 6.

BAB I PENDAHULUAN. Sudarwan Danim dan Yunan Danim, Administrasi Sekolah dan Manajemen Kelas, (Bandung : Pustaka Setia, 2010), hlm. 6. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu komponen penting dalam pendidikan adalah guru. Guru dalam konteks pendidikan mempunyai peranan yang besar dan strategis. Hal ini disebabkan gurulah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terpenting dalam bidang pendidikan. Pendidikan yang berkualitas adalah yang. Pasal 3 tentang fungsi dan tujuan pendidikan adalah:

BAB 1 PENDAHULUAN. terpenting dalam bidang pendidikan. Pendidikan yang berkualitas adalah yang. Pasal 3 tentang fungsi dan tujuan pendidikan adalah: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakekatnya bertujuan untuk membentuk sumber daya manusia seutuhnya yang berkualitas. Kualitas pendidikan erat kaitannya dengan proses pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan pembelajaran di sekolah tidak lepas dari permasalahan, di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan pembelajaran di sekolah tidak lepas dari permasalahan, di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan pembelajaran di sekolah tidak lepas dari permasalahan, di antaranya adalah masalah belajar. Permasalahan belajar dapat dipengaruhi oleh dua faktor,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hlm U. Saefullah, Psikologi Perkembangan dan Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2012,

BAB I PENDAHULUAN. hlm U. Saefullah, Psikologi Perkembangan dan Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2012, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu permasalahan yang dihadapi dunia pendidikan adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Proses pendidikan diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu pilar dalam kemajuan bangsa, dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu pilar dalam kemajuan bangsa, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu pilar dalam kemajuan bangsa, dan kemajuan peradaban. Kemajuan suatu bangsa salah satunya dapat dilihat dari lembaga-lembaga pendidikannya

Lebih terperinci

JENIS-JENIS KOMPETENSI GURU TK

JENIS-JENIS KOMPETENSI GURU TK JENIS-JENIS KOMPETENSI GURU TK NO KOMPETENSI SUB KOMPETENSI INDIKATOR 1. Kompetensi a. Memahami wawasan dan landasan 1) Mengetahui wawasan kependidikan TK Pedagogik kependidikan. 2) Mengetahui landasan

Lebih terperinci

Standard Guru Penjas Nasional (Rumusan BSNP)

Standard Guru Penjas Nasional (Rumusan BSNP) Standar Guru Penjas Standard Guru Penjas Nasional (Rumusan BSNP) 1. Kompetensi Pedagogik 2. Kompetensi Kepribadian 3. Kompetensi Sosial 4. Kompetensi Profesional Kompetensi Pedagogik Menguasai karakteristik

Lebih terperinci

Permendiknas No.16 Tahun 2007 Standar Kualifikasi Akademik Dan Kopetensi Guru

Permendiknas No.16 Tahun 2007 Standar Kualifikasi Akademik Dan Kopetensi Guru Permendiknas No.16 Tahun 2007 Standar Kualifikasi Akademik Dan Kopetensi Guru DIREKTORAT PEMBINAAN SMA DITJEN MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL KUALIFIKASI AKADEMIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Abad 21 ditandai oleh pesatnya perkembangan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan teknologi dalam berbagai bidang kehidupan di masyarakat, terutama teknologi informasi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak berhubungan dengan para siswa jika dibandingkan dengan personal

BAB I PENDAHULUAN. banyak berhubungan dengan para siswa jika dibandingkan dengan personal BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Pada dasarnya guru merupakan kunci utama dalam pengajaran. Guru secara langsung berupaya mempengaruhi, mengarahkan dan mengembangkan kemampuan siswa didalam proses

Lebih terperinci

KODE ETIK GURU INDONESIA

KODE ETIK GURU INDONESIA KODE ETIK GURU INDONESIA MUKADIMAH Guru Indonesia tampil secara profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan evaluasi yang perlu dilakukan untuk menentukan tingkat pencapaian

BAB I PENDAHULUAN. dan evaluasi yang perlu dilakukan untuk menentukan tingkat pencapaian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurikulum dalam sistem pendidikan memegang peranan yang sangat penting. Kurikulum adalah rencana tertulis tentang kemampuan yang harus dimiliki berdasarkan standar nasional,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. yang siap akan tugas dan tanggung jawabnya. Mahasiswa dibina dengan

BAB II KAJIAN TEORI. yang siap akan tugas dan tanggung jawabnya. Mahasiswa dibina dengan BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Tinjauan Tentang Kesiapan Menjadi Guru Salah satu tugas pokok Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) adalah menyiapkan mahasiswa calon guru untuk menjadi

Lebih terperinci

Pendidikan merupakan unsur yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Hakikat

Pendidikan merupakan unsur yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Hakikat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan unsur yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Hakikat pendidikan itu sendiri untuk membentuk kepribadian manusia, memanusiakan

Lebih terperinci

PERAN PENDIDIK DALAM SISTEM PENDIDIKAN

PERAN PENDIDIK DALAM SISTEM PENDIDIKAN PERAN PENDIDIK DALAM SISTEM PENDIDIKAN Fahmawati Isnita Rahma dan Ma arif Jamuin Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta, Jl. Ahmad Yani, Tromol Pos I, Pabelan Kartasura, Surakarta 57102

Lebih terperinci

SERI MATERI PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO 2015 PUSAT PENGEMBANGAN PPL & PKL STANDAR KOMPETENSI GURU KURIKULUM 2006 (KTSP)

SERI MATERI PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO 2015 PUSAT PENGEMBANGAN PPL & PKL STANDAR KOMPETENSI GURU KURIKULUM 2006 (KTSP) SERI MATERI PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO 2015 PUSAT PENGEMBANGAN PPL & PKL STANDAR KOMPETENSI GURU KURIKULUM 2006 (KTSP) UU No. 14/2005 (UUGD) Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan

Lebih terperinci

MENJADI KONSELOR PROFESIONAL : SUATU PENGHARAPAN Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd

MENJADI KONSELOR PROFESIONAL : SUATU PENGHARAPAN Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd MENJADI KONSELOR PROFESIONAL : SUATU PENGHARAPAN Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd A. PENDAHULUAN Banyak pertanyaan dari mahasiswa tentang, bagaimana menjadi konselor professional? Apa yang harus disiapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kompetensi Pedagogik Guru Sebelum membahas secara khusus tentang kompetensi pedagogik guru, ada baiknya terlebih dahulu dibahas tentang kompetensi secara umum. Kompetensi merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Agama Islam sebagai bagian yang tak terpisahkan dari sistem pendidikan Nasional, eksistensinya sangat urgensif dalam rangka mewujudkan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang bermanfaat bagi lingkungan masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang bermanfaat bagi lingkungan masyarakat, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang dapat menunjang kualitas sumber daya manusia yang bermanfaat bagi lingkungan masyarakat, bangsa dan negara. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah tumpuan sebuah bangsa menuju persaingan global. Di dalam pendidikan banyak aspek yang saling mempengaruhi satu sama lain, antara lain pemerintah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana yang efektif dalam pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana yang efektif dalam pembentukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu wahana yang efektif dalam pembentukan karakter terutama dalam peningkatan prestasi peserta didik. Pendidikan bukanlah suatu proses

Lebih terperinci

BAB 1. Pendahuluan. Adolescent atau remaja, merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa.

BAB 1. Pendahuluan. Adolescent atau remaja, merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa. BAB 1 Pendahuluan 1.1.Latar Belakang Adolescent atau remaja, merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa. Menurut Piaget, remaja usia 11-20 tahun berada dalam tahap pemikiran formal operasional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan perkembangan tuntutan dunia kerja yang tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan perkembangan tuntutan dunia kerja yang tidak hanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan kebutuhan masyarakat atas sumber daya manusia yang berkualitas, perlahan namun pasti semakin meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini sejalan dengan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 157 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENGASUHAN PRAJA LEMBAGA PENDIDIKAN KEDINASAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 157 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENGASUHAN PRAJA LEMBAGA PENDIDIKAN KEDINASAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 157 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENGASUHAN PRAJA LEMBAGA PENDIDIKAN KEDINASAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka efisiensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Pendidikan di Indonesia terus berkembang

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Pendidikan di Indonesia terus berkembang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di Indonesia. Selain itu, pendidikan merupakan bagian integral

Lebih terperinci

keilmuan, teknologi, sosial, dan spiritual yang secara kaffah membentuk pengembangan pribadi dan profesional. 1

keilmuan, teknologi, sosial, dan spiritual yang secara kaffah membentuk pengembangan pribadi dan profesional. 1 BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis. 1. Pengertian Kompetensi Guru. E. Mulyasa menjelaskan bahwa kompetensi adalah komponen utama dari standar profesi di samping kode etik sebagai regulasi perilaku

Lebih terperinci

SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PENDIDIKAN GURU

SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PENDIDIKAN GURU SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PENDIDIKAN GURU A. Rumusan Capaian Pembelajaran Lulusan Program Sarjana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi Sumber Daya Manusia dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI GURU (Permendiknas No. 16 Tahun 2007)

STANDAR KOMPETENSI GURU (Permendiknas No. 16 Tahun 2007) STANDAR KOMPETENSI (Permendiknas No. 16 Tahun 2007) Standar Kompetensi Guru Mata Pelajaran di SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK/MAK* KOMPETENSI INTI Kompetensi Pedagodik 1. Menguasai karakteristik peserta

Lebih terperinci

No. KOMPETENSI INTI GURU KOMPETENSI GURU TK/ PAUD Kompetensi Pedagodik

No. KOMPETENSI INTI GURU KOMPETENSI GURU TK/ PAUD Kompetensi Pedagodik STANDAR KOMPETENSI GURU PAUD/TK/RA No. KOMPETENSI INTI GURU KOMPETENSI GURU TK/ PAUD Kompetensi Pedagodik Menguasai karakteristik peserta 1. Memahami karakteristik peserta didik usia didik dari aspek fisik,

Lebih terperinci

BAB II TIJAUAN PUSTAKA

BAB II TIJAUAN PUSTAKA BAB II TIJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Sertifikasi Guru a. Pengertian Sertifikasi Sertifikasi guru merupakan proses uji kompetensi bagi calon guru atau guru yang ingin memperoleh pengakuan dan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan usaha sadar untuk membekali warga negara agar menjadi warga negara yang memiliki kecerdasan dan kepribadian yang baik. Hal tersebut sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas).

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal pokok yang dapat menunjang kecerdasan serta keterampilan anak dalam mengembangkan kemampuannya. Pendidikan merupakan sarana yang paling tepat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kembali pemikiran kita tentang makna pendidikan itu sendiri. Pendidikan terkait dengan nilai-nilai, mendidik berarti memberikan,

BAB I PENDAHULUAN. kembali pemikiran kita tentang makna pendidikan itu sendiri. Pendidikan terkait dengan nilai-nilai, mendidik berarti memberikan, BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Berbicara mengenai pendidikan secara umum kita harus merekonstruksi kembali pemikiran kita tentang makna pendidikan itu sendiri. Pendidikan adalah usaha sadar yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT berfirman pada Al Quran surat Az-Zuhruf ayat 43 :

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT berfirman pada Al Quran surat Az-Zuhruf ayat 43 : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Agama Islam yang dilaksanakan di sekolah merupakan bentuk pemberdayaan potensi peserta didik sesuai dengan nilai-nilai yang dikembangkan dalam kehidupan

Lebih terperinci

DEFINISI DI ATAS MELIPUTI ASPEK

DEFINISI DI ATAS MELIPUTI ASPEK Nama BIODATA : Bero Usada, S.Kom TTL : Boyolali, 22 Januari 1987 Alamat : Perum Swarna Bsd Blok A 9. Jl. Beringin Pekanbaru Pendidikan : SDN 2 Jeruk lulus tahun 1999 Profesi & Organisasi Email : SMPN 2

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang : a. bahwa tujuan pendidikan keagamaan

Lebih terperinci

BAB IV STANDAR KOMPETENSI GURU. Setelah membaca materi ini mahasiswa diharapkan memahami standar

BAB IV STANDAR KOMPETENSI GURU. Setelah membaca materi ini mahasiswa diharapkan memahami standar Profesi Keguruan Rulam Ahmadi BAB IV STANDAR KOMPETENSI GURU A. Kompetensi Dasar Setelah membaca materi ini mahasiswa diharapkan memahami standar kompetensi guru yang meliputi guru PAUD/TK/RA, guru SD/MI,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Guru Berprestasi 1. Pengertian Guru Berprestasi Berdasarkan Pedoman Pelaksanaan Pemilihan Guru Berprestasi Pendidikan Dasar Tingkat Nasional Tahun 2013 yang telah ditetapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelas, tapi seorang guru juga harus mampu membimbing, mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. kelas, tapi seorang guru juga harus mampu membimbing, mengembangkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Guru memiliki peran dan tanggung jawab yang besar dalam proses pendidikan, di mana tugas seorang guru bukan hanya memberikan transfer ilmu dan seperangkat

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah culture transition (transisi kebudayaan) yang bersifat dinamis kearah suatu perubahan secara continue (berkelanjutan), maka pendidikan dianggap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap pelaksanaan program pendidikan memerlukan adanya pengawasan atau supervisi.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap pelaksanaan program pendidikan memerlukan adanya pengawasan atau supervisi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap pelaksanaan program pendidikan memerlukan adanya pengawasan atau supervisi. Supervisi sebagai fungsi administrasi pendidikan berarti aktivitas-aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional dalam pasal 3 telah ditegaskan fungsi dan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional dalam pasal 3 telah ditegaskan fungsi dan tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia mendapat perhatian yang khusus oleh pemerintah. Begitu besarnya perhatian pemerintah terhadap pendidikan, sehingga pemerintah berusaha

Lebih terperinci

BANK SOAL PLPG BANK SOAL PLPG

BANK SOAL PLPG BANK SOAL PLPG BANK SOAL PLPG BANK SOAL PLPG 2 1. Bagaimana pandangan konstruktivisme tentang belajar dan apa implikasinya bagi pembelajaran di kelas? Pada teori ini hubungan timbal balik antara belajar sebagai proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta

BAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini Indonesia sebagai salah satu negara berkembang telah didera oleh berbagai keterpurukan, yang diantara penyebab keterpurukan tersebut terjadi karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sempurna sehingga ia dapat melaksanakan tugas sebagai manusia. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. sempurna sehingga ia dapat melaksanakan tugas sebagai manusia. Pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu proses untuk mendewasakan manusia. Melalui pendidikan manusia dapat tumbuh dan berkembang secara wajar dan sempurna sehingga ia dapat

Lebih terperinci

2015 PERSEPSI GURU TENTANG PENILAIAN SIKAP PESERTA DIDIK DALAM KURIKULUM 2013 DI SMA NEGERI KOTA BANDUNG

2015 PERSEPSI GURU TENTANG PENILAIAN SIKAP PESERTA DIDIK DALAM KURIKULUM 2013 DI SMA NEGERI KOTA BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi semua orang dan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan sampai kapanpun

Lebih terperinci

Indonesia Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Gerakan Pramuka, (Jakarta : Kemenpora, 2010), hlm Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Gerakan Pramuka, (Jakarta : Kemenpora, 2010), hlm Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Undang-Undang Republik BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN KARAKTER YANG TERKANDUNG DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DAN RELEVANSINYA DENGAN PENCAPAIAN KURIKULUM 2013 A. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah investasi sumber daya manusia jangka panjang yang mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradapan manusia di dunia. Oleh sebab itu, hampir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD Negeri Wirosari sekolah yang unggul, kreatif, inovatif, kompetitif dan religius. Sedangkan misinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional harus mencerminkan kemampuan sistem pendidikan nasional untuk mengakomodasi berbagi tuntutan peran yang multidimensional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang pokok dan sangat penting didapat oleh setiap orang. Dengan pendidikan tersebut manusia selalu berproses menuju ke arah yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Kajian Teori 1. Profesional Guru Agus F. Tamyong dalam Usman (2010:15) menyatakan pengertian guru profesional adalah orang yang meliki kemampuan dan keahlian

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN

I PENDAHULUAN ( Word to PDF Converter - Unregistered ) http://www.word-to-pdf-converter.netbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan agama Islam sebagai mata pelajaran pada jalur pendidikan sekolah adalah

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Pengaruh Kompetensi Profesional Guru Mata Pelajaran PAI, terhadap

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Pengaruh Kompetensi Profesional Guru Mata Pelajaran PAI, terhadap BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Pengaruh Kompetensi Profesional Guru Mata Pelajaran PAI, terhadap Prestasi Siswa di SMPN se Kabupaten Tulungagung. Temuan dari penelitian menunjukkan bahwa terdapat

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 157 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENGASUHAN PRAJA LEMBAGA PENDIDIKAN KEDINASAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 157 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENGASUHAN PRAJA LEMBAGA PENDIDIKAN KEDINASAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 157 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENGASUHAN PRAJA LEMBAGA PENDIDIKAN KEDINASAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka efisiensi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU TENAGA PENDIDIK DI SDI HIDAYATULLAH SEMARANG

BAB IV ANALISIS MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU TENAGA PENDIDIK DI SDI HIDAYATULLAH SEMARANG BAB IV ANALISIS MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU TENAGA PENDIDIK DI SDI HIDAYATULLAH SEMARANG Sebagaimana yang telah tercantum dalam Bab I bahwa tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana kondisi

Lebih terperinci

KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU PAI DALAM MEMOTIVASI BELAJAR SISWA

KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU PAI DALAM MEMOTIVASI BELAJAR SISWA 4 KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU PAI DALAM MEMOTIVASI BELAJAR SISWA Benny Prasetiya* * STAI Muhammadiyah Probolinggo prasetiyabenny@ymail.com Abstract Personality of a teacher should be a role model for students.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka Teori teori mengenai variabel yang terkait dengan penelitian perlu dikemukakan. Hal ini bertujuan untuk mempermudah dan menunjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh manusia tersebut maka

BAB I PENDAHULUAN. yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh manusia tersebut maka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk yang paling mulia, karena manusia diciptakan dalam bentuk yang paling sempurna. Di samping manusia mempunyai potensi untuk tumbuh dan

Lebih terperinci

(Tahun ajaran )

(Tahun ajaran ) 1 PENGARUH KETRAMPILAN MENGAJAR DAN KEPRIBADIAN GURU TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA KELAS VII SMP N I JATINOM (Tahun ajaran 2008-2009) SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia tengah menghadapi suatu masa dimana terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia tengah menghadapi suatu masa dimana terjadinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia tengah menghadapi suatu masa dimana terjadinya transformasi struktur ekonomi nasional dari struktur ekonomi agraris ke arah struktur ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat strategis dalam. pembangunan suatu bangsa. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat strategis dalam. pembangunan suatu bangsa. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat strategis dalam pembangunan suatu bangsa. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan manusia, yang bertujuan untuk membentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. profesional harus menguasai betul seluk-beluk pendidikan dan pengajaran

BAB I PENDAHULUAN. profesional harus menguasai betul seluk-beluk pendidikan dan pengajaran 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu komponen terpenting dalam mewujudkan keberhasilan pendidikan adalah guru. Guru merupakan suatu profesi atau pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus. Jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu ukuran maju mundurnya suatu bangsa. 1. Pendidikan Nasional pada Bab III Pasal 4 menyebutkan bahwa: Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. suatu ukuran maju mundurnya suatu bangsa. 1. Pendidikan Nasional pada Bab III Pasal 4 menyebutkan bahwa: Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara garis besar, pendidikan adalah upaya membentuk suatu lingkungan untuk anak yang dapat merangsang perkembangan potensi-potensi yang dimilikinya dan akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Dalam Undang-Undang tentang

BAB I PENDAHULUAN. sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Dalam Undang-Undang tentang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu pengajaran yang diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Dalam Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia kompetensi berarti kewenangan. kuantitatif. Johnson (dalam Usman 2006: 14) menyatakan bahwa

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia kompetensi berarti kewenangan. kuantitatif. Johnson (dalam Usman 2006: 14) menyatakan bahwa 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kompetensi Guru 1. Pengertian Kompetensi Guru Sebagai pendidik seorang guru harus dibekali kompetensi. Kompetensi dapat diartikan sebagai kemampuan melaksanakan tugas. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah kunci sukses tidaknya suatu bangsa dalam pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya melakukan pembangunan di segala

Lebih terperinci