MAKALAH INDEKS KUALITAS LINGKUNGAN
|
|
- Veronika Dharmawijaya
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 MAKALAH INDEKS KUALITAS LINGKUNGAN Sebagai syarat UTS PKL semester genap 016/017 Disusun Oleh: ANISA WIGATI Dosen Pengampu: DR. SUPHIA RAHMAWATI, S.T., M.T. PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 017
2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR GAMBAR... ii DAFTAR TABEL... iii BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Maksud dan tujuan indeks kualitas lingkungan Manfaat indeks kualitas lingkungan... 1 BAB II INDEKS KUALITAS LINGKUNGAN....1 Pengertian umum.... Jenis dan prinsip indeks kualitas lingkungan... 4 BAB III CONTOH STUDI KASUS Studi Kasus 1 dan interpretasinya Studi Kasus dan interpretasinya... 9 DAFTAR PUSTAKA i
3 DAFTAR GAMBAR Gambar 3.1 Indeks Pencemaran sungai berdasarkan status mutu air kelas ii
4 DAFTAR TABEL Tabel.1 Indikator dan Parameter Environmental Quality Index (EQI)... Tabel. Indikator dan Parameter Indeks Kualitas Lingkungan (IKL)... 3 Tabel 3.1 Skoring dan pembobotan data kualitas air... 8 Tabel 3. Hubungan nilai Indeks Pencemar (IP) dengan status mutu air iii
5 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Permasalahan lingkungan hidup terjadi akibat adanya ketidakseimbangan antara organisme dan unsur-unsur abiotik di dalam suatu ekosistem. Menurut Undang Undang No. 3 Tahun 1997, lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Permasalahan lingkungan memberi pengaruh besar terhadap perubahan kualitas lingkungan. Perubahan kualitas lingkungan yang cenderung semakin menurun memerlukan pertimbangan yang cermat dalam menentukan arah perkembangan pembangunan berkelanjutan. Kualitas lingkungan yang telah menjadi isu nasional memerlukan pemahaman masyarakat dalam upaya perlindungan dan Pengelolaan Kualitas Lingkungan (PKL). Hal ini dikarenakan kurangnya pemahaman masyarakat dalam pengukuran kualitas lingkungan yang berbasis teknis. Permasalahan ini dapat diatasi dengan mengubah metode pengukuran kualitas lingkungan yang lebih mudah dipahami. Salah satu metode pengukuran kualitas lingkungan tersebut adalah menggunakan Indeks Kualitas Lingkungan (IKL). Pada tahun 009, Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) telah mengembangkan alat ukur sederhana yang disebut dengan Indeks Kualitas Lingkungan Hidup atau yang biasa disebut dengan IKLH. Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) adalah penilaian kualitas lingkungan hidup yang dinyatakan dalam angka. Oleh karena itu, diharapkan Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) dapat memberi pemahaman akan kualitas lingkungan hidup dan mendorong semua pemangku kepentingan (stakeholder) melakukan aksi nyata dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. 1. Maksud dan tujuan Maksud dan tujuan dari Indeks Kualitas Lingkungan (IKL) adalah dapat mempermudah masyarakat dan stakeholder dalam pengukuran kualitas lingkungan. Selain itu, mendorong masyarakat untuk melakukan aksi nyata dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dan memberikan informasi kepada masyarakat dan para pengambil keputusan tentang kondisi lingkungan. 1.3 Manfaat indeks kualitas lingkungan Manfaat Indeks Kualitaa Lingkungan (IKL) adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui kualitas lingkungan yang dinyatakan dalam angka.. Bahan evaluasi kebijakan pembangunan yang berwawasan lingkungan. 3. Mengidentifikasi sumber permasalahan dalam pengelolaan lingkungan hidup. 4. Alat penggerak kesadaran masyarakat dalam pengelolaan kualitas lingkungan hidup. 1
6 BAB II INDEKS KUALITAS LINGKUNGAN.1 Pengertian umum Indeks Kualitas Lingkungan (Environmental Quality Index) dikembangkan oleh Virginia Commonwealth University (VCU) pada dasarnya mengukur kecenderungan kualitas atau kondisi lingkungan dari media air, udara, dan lahan, beban pencemar toksik, perkembangbiakan burung (keanekaragaman hayati), dan pertumbuhan penduduk. EQI merupakan gabungan 7 indikator, dan beberapa indikator terdiri dari parameter-parameter sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut: (KLHK RI, 014) Tabel.1 Indikator dan Parameter Environmental Quality Index (EQI) Sumber : KLHK RI, 014 Konsep Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) seperti yang dikembangkan oleh BPS, hanya mengambil tiga indikator kualitas lingkungan yaitu kualitas air sungai, kualitas udara, dan tutupan hutan. Berbeda dengan BPS, IKLH dihitung pada tingkat provinsi sehingga akan didapat indeks tingkat nasional. Perbedaan lain dari konsep yang dikembangkan oleh BPS adalah setiap parameter pada setiap indikator digabungkan menjadi satu nilai indeks. Penggabungan parameter ini dimungkinkan karena ada ketentuan yang mengaturnya, seperti: 1. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air. Pedoman ini juga mengatur tatacara penghitungan indeks pencemaran air (IPA).. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor Kep- 45/MENLH/10/1997 tentang Indeks Pencemar Udara Penetapan parameter berdasarkan pada ketersediaan data dalam selang waktu tahun
7 Perhitungan Indeks Kualitas Lingkungan (IKL) dilakukan sejak tahun 009, namun hingga saat ini telah mengalami beberapa kali penyesuaian. Perbedaan terletak pada cara perhitungan dan parameter yang digunakan. Indeks Tutupan Hutan/Lahan semula dihitung menggunakan data luas hutan primer, luas hutan sekunder dan luas hutan menurut Surat Keputusan Menteri Kehutanan, tetapi sejak tahun 01 perhitungan berubah menggunakan data luas hutan dibagi luas wilayah administrasi yang dikonversi ke dalam rumus yang tersedia. (DLH Grobogan, 016) Pada IKLH 01, struktur IKLH relatif sama dengan yang sebelumnya yaitu terdiri dari 3 (tiga) indikator, namun ada perubahan dalam pembobotan. Hal ini mengingat perlu adanya keseimbangan antara indikator yang mewakili green issues (isu hijau) dan brown issues (isu coklat). Isu hijau adalah pendekatan pengelolaan lingkungan hidup yang menangani aspek-aspek konservasi atau pengendalian kerusakan lingkungan hidup. Isu hijau seharusnya memiliki kontribusi yang sama terhadap IKLH, namun karena hanya diwakili 1 (satu) indikator yaitu tutupan hutan, maka bobotnya lebih besar dibanding indikator lainnya. Sedangkan isu coklat menangani isu pencemaran lingkungan hidup yang pada umumnya berada pada sektor industri dan perkotaan. Indikator udara dan air yang mewakili isu coklat memiliki bobot yang sama. Berikut ini adalah tabel indikator dan parameter Indeks Kualitas Lingkungan Hidup: Tabel. Indikator dan Parameter Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) Sumber : KLHK RI, 014 Perhitungan kualitas udara tetap menggunakan indeks pencemaran udara. Khusus untuk parameter kualitas air, karena akan diperbandingkan dengan indeks tahun 009 dan 010 maka yang akan dihitung tetap tiga parameter, yaitu TSS, DO dan COD. Perhitungan IKLH untuk setiap provinsi dilakukan dengan menggunakan formula sebagai berikut: IKLH Provinsi = (IPA x 30%) + (IPU x 30%) + (ITH x 40%) dimana : IKLH Provinsi = Indeks Kualitas Lingkungan provinsi IPA = Indeks Pencemaran Air IPU = Indeks Pencemaran Udara ITH = Indeks Tutupan Lahan 3
8 Setelah didapatkan nilai indeks provinsi, kemudian dihitung indeks nasional dengan menggunakan formula sebagai berikut: Populasi Provinsi + Luas Provinsi 33 Populasi IKLH Nasional = IKLH Provinsi x { Indonesia Luas Indonesia } i=1 Perhitungan nilai indeks kualitas air mengacu pada baku mutu atau standar yang ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah (baku mutu air). Indeks Kualitas Udara mengacu kepada referensi standar internasional, yaitu WHO dan European Union. Sedangkan untuk indeks tutupan lahan/hutan menggunakan standar ideal tutupan hutan (KLHK RI, 014).. Jenis dan prinsip indeks kualitas lingkungan Jenis Indeks Kualitas Lingkungan (IKL) terdiri dari beberapa indeks yaitu sebagai berikut: 1. Indeks Pencemaran Udara Pengukuran kualitas udara mewakili kualitas udara tahunan untuk masing-masing parameter yaitu SO dan NO. Nilai konsentrasi tahunan setiap parameter adalah rata-rata dari nilai konsentrasi per triwulan. Selanjutnya nilai konsentrasi rata- Perhitungan nilai indeks pencemaran udara (IPU) dilakukan dengan formula sebagai berikut: IPU = IP NO + IP SO dimana : IPU = Indeks Pencemaran Udara IP NO = Indeks Pencemar NO IP SO = Indeks Pencemar SO Prinsip indeks pencemaran udara adalah melakukan pemantauan empat kali per tahun pada wilayah pemukiman, industri, dan padat lalu lintas kendaraan bermotor dan parameter yang diukur adalah SO dan NO. Nilai konsentrasi tahunan setiap parameter adalah rata-rata dari nilai konsentrasi per triwulan. Selanjutnya nilai konsentrasi rata-rata tersebut dikonversikan menjadi nilai indeks dalam skala Indeks Pencemaran Air Air sungai juga menjadi sumber air baku untuk berbagai kebutuhan lainnya, seperti industri, pertanian dan pembangkit tenaga listrik di lain pihak sungai juga dijadikan tempat pembuangan berbagai macam limbah sehingga tercemar dan kualitasnya semakin menurun. Karena peranannya tersebut, maka sangat layak jika kualitas air sungai dijadikan indikator kualitas lingkungan hidup. Selain kualitasnya, sebenarnya ketersediaan air sungai (debit air) juga perlu dijadikan indikator. Namun karena data yang tidak tersedia, maka debit air untuk sementara tidak dimasukkan sebagai indikator. Perhitungan indeks untuk indikator kualitas air sungai dilakukan berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air. Dalam pedoman tersebut dijelaskan antara lain mengenai penentuan status mutu air dengan metoda indeks pencemaran (PI) adalah sebagai berikut: 4
9 + (Ci /L ij ) R PI j = (C i/l ij ) M dimana : (C i/l ij) M adalah nilai maksimum dari C i/l ij (C i/l ij) R adalah nilai rata rata dari C i/l ij Prinsip indeks pencemaran air adalah setiap lokasi dan waktu pemantauan kualitas air sungai dianggap sebagai satu sampel dan menghitung indeks pencemaran setiap sampel untuk parameter TSS, DO, BOD, COD, Total Phosphat, E. Coli dan Total Coliform. 3. Indeks Mutu Hidup dan Indeks Biologi Indeks mutu hidup (IMH) merupakan salah satu indikator komposit yang digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat. Indikator komposit adalah suatu indikator tunggal yang merupakan gabungan dari beberapa indikator kesejahteraan rakyat sektoral. Oleh karena itu indikator ini sangat bermanfaat dalam mengukur hasil kebijakan umum yang bersifat lintas sektoral. Indeks mutu hidup ini merupakan gabungan dari tiga indikator tunggal yaitu Angka Kematian Bayi (Infant Mortality Rate/IMR), Angka Harapan Hidup satu tahun (Life Expectancy/LE) dan Angka Melek Huruf (Literacy Rate/Lit). Indeks Mutu Hidup (IMH) secara keseluruhan menurut Moris dan MC Alpin (198) dapat mencakup keseluruhan hasil pembangunan sosial ekonomi. Angka kematian Bayi dan angka harapan hidup satu tahun secara bersama-sama dapat merupakan indikator bagi aspek kemajuan sosial antara lain dampak dari keadaan gizi, kesehatan, pendapatan dan lingkungan masyarakat. Dan secara terpisah kedua indikator tersebut merefleksikan aspek aspek interaksi sosial yang cukup berbeda. Angka kematian bayi secara peka menggambarkan taraf ketersediaan air bersih, kondisi dalam rumah dan kesejahteraan ibu. Sementara angka harapan hidup satu tahu merefleksikan taraf gizi dan keadaan lingkungan luas di luar rumah. Sedangkan angka Melek Huruf merupakan indikator yang menggambarkan taraf keterampilan dan kualitas masyarakat. (BPS Kota Bekasi, 001) Indeks biologi adalah nilai-nilai yang dicari untuk melihat faktor biologi dari plankton, yaitu indeks keanekaragaman, indeks keseragaman, dan indeks dominansi. Perhitungan kuantitatif ketiga indeks biologis tersebut mengacu pada Odum (1971) sebagai berikut: a. Indeks Keanekaragaman (H ) S H = P i ln P i i=1 Pi = n i N Dimana : n i = jumlah individu jenis ke-i N = jumlah total individu S = jumlah taksa 5
10 Kriteria nilai indeks : H < 1 = Komunitas tidak stabil, perairan tercemar berat 1 < H < 3 = Stabilitas komunitas sedang, perairan tercemar sedang H > 3 = Komunitas stabil, perairan tidak tercemar b. Indeks Keseragaman (E) H E = H maks Dimana : H maks = ln s s = jumlah taksa Kriteria nilai indeks : 0 1 = keseragaman rendah tinggi c. Indeks Dominansi (D) s D = ( n i N ) i=1 Dimana : n i = jumlah individu jenis ke-i N = jumlah total individu s = jumlah taksa Kriteria nilai indeks : 0 1 = Tidak ada dominansi, komunitas stabil ada dominansi, komunitas labil (Erlania, dkk, 014) 4. Indeks Kualitas Lahan Hutan merupakan salah satu komponen yang penting dalam ekosistem. Selain berfungsi sebagai penjaga tata air, hutan juga mempunyai fungsi mencegah terjadinya erosi tanah, mengatur iklim, dan tempat tumbuhnya berbagai plasma nutfah yang sangat berharga bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Berdasarkan klasifikasi yang telah ditetapkan hutan terbagi atas hutan primer dan hutan sekunder. Hutan primer adalah hutan yang belum mendapatkan gangguan atau sedikit sekali mendapat gangguan manusia. Sedangkan hutan sekunder adalah hutan yang tumbuh melalui suksesi sekunder alami pada lahan hutan yang telah mengalami gangguan berat seperti lahan bekas pertambangan, peternakan, dan pertanian menetap. Nilai Indeks Tutupan Hutan (ITH) didapatkan dengan formula: ITH = LTH LWP dimana : ITH = Indeks Tutupan Hutan LTH = Luas Tutupan Hutan LWP = Luas Wilayah Provinsi 6
11 Prinsip indeks tutupan lahan adalah menjumlahkan luas hutan primer dan hutan sekunder, kemudian dibagi dengan luas wilayah provinsi. (KLHK RI, 014) 5. Indeks Estetika Estetika lingkungan adalah hasil dari persepsi dan sikap manusia terhadap lingkungannya. Masalah estetika lingkungan juga dipengaruhi oleh kesukaan terhadap lingkungan yang berbeda-beda, misalnya taman-taman yang terpelihara rapi dan teratur lebih disukai dari pada halaman yang tidak terawat dan banyak ditumbuhi tanaman liar. Estetika lingkungan merupakan bagian penting yang menentukan kualitas lingkungan dalam segi tata ruang secara mikro (kecil). Ada 6 aspek yang menjadi parameter penilaian estetika lingkungan : a. Terjaganya arsitektural bangunan serta kesesuaian dengan lingkungan sekitar atau bentang alam serta ketinggian bangunan b. Terbinanya landscaping dengan adanya pepohonan disetiap lingkungan perumahan dan kawasan kegiatan sesuai dengan ekosistem wilayah c. Lingkungan pemukiman yang bebas dari gangguan bau d. Lingkungan pemukiman yang bebas dari gangguan kebisingan e. Lingkungan pemukiman yang bebas dari gangguan getaran f. Lingkungan pemukiman yang bebas dari gangguan radiasi (Sugandhy, 1999) 7
12 BAB III REVIEW JURNAL 3.1 Studi kasus 1 dan interpretasinya Judul jurnal : Analisis Indeks Kualitas Air Lingkungan Pertambangan Batubara PT KPC Subdas Sangatta Kalimantan Timur Penulis : Wage Komarawidjaja Daerah Aliran Sungai (DAS) Sangatta merupakan tempat penambangan batu bara oleh PT Kaltim Prima Coal (KPC). Sungai Sangatta merupakan salah satu sungai yang berada di wilayah Sangatta yang bermuara ke Selat Makassar. Sungai Sangatta memiliki beberapa anak sungai yang menjadi badan penerima air dari kawasan tambang PT KPC yang disebut dengan Subdas Sangatta. Kegiatan penambangan yang dilakukan PT KPC telah menciptakan kolam-kolam raksasa akibat galian tambang dan menimbulkan tekanan terhadap ekosistem lingkungan Subdas Sangatta. Tekanan terhadap ekosistem lingkungan menyebabkan perubahan struktur fisik batuan yang diikuti dengan perubahan fisika dan kimia tanah serta air disekitarnya. Oleh karena itu, untuk memperoleh gambaran kondisi kualitas lingkungan kawasan penambangan PT KPC di Subdas Sangatta, perlu adanya pengelolaan secara cepat dengan memanfaatkan formula Indeks Kualitas Lingkungan, khususnya dari sisi gambaran kualitas air (Komarawidjaja, 011). Interpretasi : Pada kasus ini, dilakukan analisa kualitas air dengan melakukan pengambilan data primer dan sekunder beberapa parameter kunci pada ekosistem pertanian, industri/tambang, dan hunian. Analisa ini dilakukan pada kolam bekas tambang (Kolam Surya dan Sangatta North) sebagai ekosistem pertanian (P), kolam sedimentasi (KNJ dan DS) sebagai ekosistem industri/tambang (I) dan Sungai Sangatta ( R1, R dan R3) sebagai ekosistem hunian (H). Parameter kunci yang diukur adalah total partikel terlarut (TDS), Oksigen terlarut (DO), kebutuhan oksigen Kimiawi (COD), Nitrogen (N), Fosfor (P) dan mikroba. Parameter kualitas air diukur menggunakan Chlorotec probe (Chlorotec, type AAQ1183, Alec Electronics) yang merekam secara langsung (in-situ) parameter kualitas air, seperti suhu, Turbiditas, dan ph, sedangkan untuk parameter TSS, TDS, N, dan P diambil sampelnya untuk dianalisa di laboratorium. Berdasarkan hasil analisa kualitas yang dikelompokkan kedalam tiga ekosistem diperoleh data sebagai berikut : Tabel 3.1 Skoring dan pembobotan data kualitas air 8
13 Untuk menentukan status indek kualitas air di PT KPC Sangatta tersebut ditetapkan berdasarkan kriteria sebagai berikut: a. Nilai perhitungan berkisar : 80 IKL 100 dikatakan sangat baik. b. Nilai perhitungan berkisar : 60 IKL < 80 dikatakan baik. c. Nilai perhitungan berkisar : 40 IKL < 60 dikatakan kurang baik. d. Nilai perhitungan berkisar 0 IKL < 40 dikatakan tidak baik. Berdasarkan perhitungan Indeks Kualitas Air (IKA) masing masing ekosistem, dilakukan komputasi untuk nilai IKA Kawasan Penambangan di Subdas Sangatta dengan menggunakan formula sebagai berikut : IKA = 1.88*IKA(P)+66.5*IKA(H) *IKA(I) Indeks Kualitas Air kawasan penambangan di Subdas Sangatta adalah yang termasuk pada kategori kurang baik karena memiliki nilai berkisar 40 IKA< 60. Hal ini menyebabkan menurunnya kualitas lingkungan, sehingga perlu segera dilakukan pengendalian dan pemulihan pada sektor-sektor yang merusak lingkungannya. 3. Studi kasus dan interpretasinya Judul jurnal : Analisis Kualitas Air Dan Strategi Pengendalian Pencemaran Air Sungai Blukar Kabupaten Kendal Penulis : Dyah Agustiningsih, Setia Budi Sasongko, dan Sudarno Berbagai aktivitas penggunaan lahan di wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS) Blukar seperti aktivitas permukiman, pertanian dan industri diperkirakan telah mempengaruhi kualitas air Sungai Blukar. Aktivitas permukiman dan pertanian menyebar meliputi segmen tengah DAS. Perubahan tata guna lahan yang ditandai dengan meningkatnya aktivitas domestik, pertanian dan industri akan mempengaruhi dan memberikan dampak terhadap kondisi kualitas air sungai terutama aktivitas domestik yang memberikan masukan konsentrasi BOD terbesar ke badan sungai (Agustiningsih dkk, 01). Interpretasi : Pada kasus ini, dilakukan pengukuran kualitas air pada Sungai Blukar Kabupaten Kendal. Analisa dilakukan di Laboratorium Lingkungan Badan Lingkungan Hidup Kota Semarang dengan parameter yang diukur adalah parameter fisika, kimia, dan biologi. Analisis kualitas air dengan mengacu baku mutu kualitas air sungai menurut PP 8/001. Penentuan status mutu air menggunakan metode indeks pencemaran menurut KepMenLH 115/003, dengan menggunakan persamaan : PI j = (C i/l ij ) + (Ci /L M ij ) R 9
14 Analisa kualitas air ditetapkan berdasarkan kriteria pada tabel berikut: Tabel 3. Hubungan nilai Indeks Pencemar (IP) dengan status mutu air Berdasarkan analisa kualitas air Sungai Blukar, sampel air sungai pada parameter BOD, COD, dan total coliform melebihi baku mutu. Berikut ini adalah grafik indeks pencemaran Sungai Blukar : Gambar 3.1 Indeks Pencemaran sungai berdasarkan status mutu air kelas 1 Dari hasil analisa indeks pencemaran diatas, bahwa telah terjadi penurunan kualitas air Sungai Blukar dari hulu ke hilir. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi kualitas air Sungai Blukar berkaitan dengan penggunaan lahan dan aktivitas masyarakat di sekitarnya yang menyebabkan peningkatan bahan organik dan eksistensi total coliform didalam sungai. 10
15 DAFTAR PUSTAKA Agustiningsih, dkk. 01. Analisis Kualitas Air Dan Strategi Pengendalian Pencemaran Air Sungai Blukar Kabupaten Kendal. Semarang : UNDIP. Erlania, dkk Indeks Biologis Fitoplankton sebagai Indikator Kondisi Perairan pada Lokasi Budidaya Laut di Teluk Ambon Dalam Provinsi Maluku. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan Budidaya. Diakses pada 0 Maret 017. KLHK RI Indeks Kualitas Lingkungan Hidup Indonesia 014. Jakarta : KLHK RI. Komarawidjaja, W Analisis Indeks Kualitas Air Lingkungan Pertambangan Batubara PT KPC Subdas Sangatta Kalimantan Timur. Jakarta : BPPT. Priyambada, dkk Analisa Pengaruh Perbedaan Fungsi Tata Guna Lahan terhadap Beban Cemaran BOD Sungai (Studi Kasus Sungai Serayu Jawa Tengah), Jurnal Presipitasi, Vol. 5, No., pp Sugandhy, Aca Operasionalisasi penataan Ruang dan Trilogi Pembangunan, dalam Majalah Kajian Ekonomi dan Sosial PRISMA, No. Februari
Penentuan Indeks Kualitas Lingkungan
Penentuan Indeks Kualitas Lingkungan Landasan Teori Studi indeks lingkungan yang telah dipublikasikan antara lain Environmental Sustainability Index (ESI), Environmental Performance Index (EPI), dan Virginia
Lebih terperinciANALISIS INDEKS KUALITAS AIR LINGKUNGAN PERTAMBANGAN BATUBARA PT KPC SUBDAS SANGATTA KALIMANTAN TIMUR
J. Tek. Ling Vol. 12 No. 2 Hal. 225-231 Jakarta, Mei 2011 ISSN 1441-318X ANALISIS INDEKS KUALITAS AIR LINGKUNGAN PERTAMBANGAN BATUBARA PT KPC SUBDAS SANGATTA KALIMANTAN TIMUR Wage Komarawidjaja Peneliti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai Taman Nasional Way Kambas (TNWK) dengan luas ,30 ha. Tujuan penetapan kawasan ini untuk melindungi dan melestarikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor 670/Kpts-II/1999 telah mengukuhkan kawasan register 9 dan sekitarnya sebagai Taman Nasional Way Kambas
Lebih terperinciLampiran Perhitungan Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) Kota Bogor 2015
Lampiran Perhitungan Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) Kota Bogor 2015 Upaya mengurangi laju kerusakan lingkungan di Kota Bogor dengan pemulihan kualitas lingkungan terus dilakukan tidak saja oleh
Lebih terperinciANALISIS KUALITAS AIR SUNGAI KONAWEHA PROVINSI SULAWESI TENGGARA
ANALISIS KUALITAS AIR SUNGAI KONAWEHA PROVINSI SULAWESI TENGGARA Umar Ode Hasani Jurusan Kehutanan, Fakultas Kehutanan dan Ilmu Lingkungan UHO Email : umarodehasani@gmail.com Ecogreen Vol. 2 No. 2, Oktober
Lebih terperinciINDEKS KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP (IKLH) PROVINSI BANTEN TAHUN Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Banten
INDEKS KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP (IKLH) PROVINSI BANTEN TAHUN 2017 Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Banten KATA PENGANTAR IKLH (Indeks Kualitas Lingkungan Hidup ) merupakan gambaran atau indikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia, namun keberadaannya pada sumber-sumber air mempunyai risiko
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu sumber daya alam yang paling dibutuhkan oleh manusia, namun keberadaannya pada sumber-sumber air mempunyai risiko mudah tercemar, jika pengelolaan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber daya alam yang memenuhi hajat hidup orang banyak sehingga perlu dilindungi agar dapat bermanfaat bagi hidup dan kehidupan manusia serta mahkluk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan yang merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi. Manusia menggunakan air untuk memenuhi
Lebih terperinciKata Pengantar. Jakarta, Juni 2010 Deputi MENLH Bidang Pembinaan Sarana Teknis dan Peningkatan Kapasitas. Sudariyono
Kata Pengantar Dalam Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2010 2014 antara lain dinyatakan bahwa sasaran pengarusutamaan pembangunan berkelanjutan adalah terpeliharanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ekosistem merupakan suatu interaksi antara komponen abiotik dan biotik
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang merupakan suatu interaksi antara komponen abiotik dan biotik yang saling terkait satu sama lain. di bumi ada dua yaitu ekosistem daratan dan ekosistem perairan. Kedua
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Isi. Daftar Tabel. Daftar Gambar
DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Daftar i ii iii vii Bab I Pendahuluan A. Kondisi Umum Daerah I- 1 B. Pemanfaatan Laporan Status LH Daerah I-10 C. Isu Prioritas Lingkungan Hidup Kabupaten Kulon
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. banyak, bahkan oleh semua mahkluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan oleh semua mahkluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus dilindungi agar
Lebih terperinciBAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN
186 BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan 1. Secara umum suhu air perairan Teluk Youtefa berkisar antara 28.5 30.0, dengan rata-rata keseluruhan 26,18 0 C. Nilai total padatan tersuspensi air di
Lebih terperinciNo. Permasalahan Solusi 3. Belum adanya peraturan daerah yang mengatur tentang mekanisme pengajuan izin lingkungan Telah diterbitkan peraturan Bupati
BAB IV PENUTUP Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Kulon Progo disusun untuk mengetahui sejauh mana pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Dilihat
Lebih terperinciIKLH PROVINSI SULAWESI BARAT TAHUN Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi Barat
IKLH PROVINSI SULAWESI BARAT TAHUN 2016 @2016 Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi Barat Diterbitkan Oleh : Bidang Penaatan dan Komunikasi Lingkungan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi Barat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Air sungai merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat vital bagi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air sungai merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat vital bagi pemenuhan kebutuhan hidup manusia sehingga kualitas airnya harus tetap terjaga. Menurut Widianto
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kerusakan lingkungan hidup yang terjadi saat ini mengakibatkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kerusakan lingkungan hidup yang terjadi saat ini mengakibatkan kerugian bagi perikehidupan masyarakat, tidak hanya dari sisi ekonomi namun juga hingga merenggut
Lebih terperinciINDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2018 DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN TANAH BUMBU
INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2018 DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN TANAH BUMBU TUGAS : Membantu Bupati dalam melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang. FUNGSI : a. Perumusan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam kerangka pembangunan nasional, pembangunan daerah merupakan bagian yang terintegrasi. Pembangunan daerah sangat menentukan keberhasilan pembangunan nasional secara
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sungai Bone mempunyai panjang 119,13 Km 2 yang melintasi wilayah
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Lokasi penelitian Sungai Bone mempunyai panjang 119,13 Km 2 yang melintasi wilayah Kabupaten Bone Bolango dan Kota Gorontalo. Sungai ini bermuara ke
Lebih terperinciIPTEK Litbang Lingkungan dan Laboratorium
IPTEK Litbang Lingkungan dan Laboratorium Bidang Program, Anggaran Evaluasi dan Diseminasi Pusat Penelitian Pengembangan Kualitas dan Laboratorium Lingkungan. Kawasan Puspiptek-Serpong, Gedung 210. Jln.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia, namun keberadaannya pada sumber-sumber air
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan salah satu komponen sumber daya alam yang paling dibutuhkan oleh manusia, namun keberadaannya pada sumber-sumber air mempunyai risiko mudah tercemar,
Lebih terperinciKonsep Penelitian Kualitas Lingkungan (Udara) dalam Membangun IKLH
Konsep Penelitian Kualitas Lingkungan (Udara) dalam Membangun IKLH Oleh : RITA, S.Si., M.Si disampaikan pada acara: RAKERNIS KUALITAS UDARA PM 10, PM 2.5 DI 17 KOTA DI INDONESIA Serpong, 25 Agustus 2016
Lebih terperinciSungai berdasarkan keberadaan airnya dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu (Reid, 1961):
44 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekologi Sungai Aspek ekologi adalah aspek yang merupakan kondisi seimbang yang unik dan memegang peranan penting dalam konservasi dan tata guna lahan serta pengembangan untuk
Lebih terperinciBAB I KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA
DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Daftar Isi... iii Daftar Tabel... vi Daftar Gambar... ix Daftar Grafik... xi BAB I KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA A. LAHAN DAN HUTAN... Bab I 1 A.1. SUMBER
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengelolaan Lingkungan Hidup Dengan diberlakukannya Undang-Undang No. 4 Tahun 1982 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup yang disempurnakan dan diganti dengan Undang Undang
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Way Keteguhan, yang
III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Way Keteguhan, yang merupakan salah satu DAS pada DAS di Kota Bandar Lampung. Lokasi penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dimilikinya selain faktor-faktor penentu lain yang berasal dari luar. Hal ini
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aliran permukaan adalah air yang mengalir di atas permukaan. Aliran permukaan sendiri memiliki peranan penting dalam menentukan kualitas air yang dimilikinya selain
Lebih terperinciMETODELOGI PENELITIAN. penduduk yang dilalui saluran lindi bermuara ke laut dengan jarak drainase 2,5
III. METODELOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kelurahan Bakung desa Keteguhan Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung, jarak Instalasi Pengolahan Limbah (IPAL)
Lebih terperinciKEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA INDEKS KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP INDONESIA 2014 KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Jl. D.I Panjaitan Kav.24 Jakarta
Lebih terperinciIndek Kualitas Air Sungai
Latar belakang NO STRUKTUR IKLH YANG TELAH ADA INDIKATOR JUMLAH PARAMETER JENIS 1 KUALITAS AIR 7 TSS, DO, BOD, COD, T-P, Fecal Coli, Total Coliform BOBOT 3% 2 KUALITAS UDARA 2 NO2, SO2 3% 3 TUTUPAN HUTAN
Lebih terperinciBerapa Burukkah Kualitas Lingkungan Hidup Kita?
Berapa Burukkah Kualitas Lingkungan Hidup Kita? Uzair Suhaimi 1 uzairsuhaimi.wordpress.com Penulis yakin pembaca yang budiman mengetahui buruknya lingkungan hidup kita. Tetapi seberapa buruk? Pertanyaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mengalami perkembangan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mengalami perkembangan sangat pesat saat ini. Perkembangan pariwisata dunia telah melahirkan bentuk pariwisata baru pada
Lebih terperinciPENGUKURAN KINERJA PEMBANGUNAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN UNTUK RPJMN PENDEKATAN DUKUNGAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
PENGUKURAN KINERJA PEMBANGUNAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN UNTUK RPJMN 2015-2019 PENDEKATAN DUKUNGAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN Wahyu Marjaka Puslitbang Kualitas dan Laboratorium Lingkungan
Lebih terperinciBAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI
BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI 3.1 IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI PELAYANAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI JAWA TENGAH Dalam penyelenggaraan pemerintahan
Lebih terperinciINDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2016 BADAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (BLHD) KABUPATEN TANAH BUMBU
INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2016 BADAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (BLHD) KABUPATEN TANAH BUMBU TUGAS : Melaksanakan pengawasan dan pengendalian, penilaian di Bidang Pengelolaan Hidup FUNGSI : a. Perumusan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2005 - Agustus 2006 dengan lokasi penelitian di Pelabuhan Sunda Kelapa, DKI Jakarta. Pengambilan contoh air dan
Lebih terperinciINDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2017 DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN TANAH BUMBU
INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2017 DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN TANAH BUMBU TUGAS : Melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang dan perlindungan daerah FUNGSI : a. Perumusan
Lebih terperinciIndeks Kualitas Lingkungan Hidup Indonesia
2010 Indeks Kualitas Lingkungan Hidup Indonesia Kementerian Lingkungan Hidup Juni 2011 Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 2010 Pengarah: Henry Bastaman Penanggung Jawab: Johny P. Kusumo Penyusun: Maulyani
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sungai Bedagai merupakan sumberdaya alam yang dimiliki oleh Pemerintah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sungai Bedagai merupakan sumberdaya alam yang dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai, mengalir dari hulu di Kabupaten Simalungun dan terus mengalir ke
Lebih terperinciINDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2017 DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN TANAH BUMBU
INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2017 DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN TANAH BUMBU TUGAS : Melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang pengelolaan dan perlindungan daerah FUNGSI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kualitas perairan sungai sangat tergantung dari aktivitas yang ada pada daerah alirannya. Berbagai aktivitas baik domestik maupun kegiatan Industri akan berpengaruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia dan makhluk hidup lainnya. Data dari BPS tahun 2007 menunjukkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Air sungai mempunyai peranan yang sangat strategis dalam kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Data dari BPS tahun 2007 menunjukkan bahwa sekitar 3 persen
Lebih terperinciINDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2016 BADAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (BLHD) KABUPATEN TANAH BUMBU
INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2016 BADAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (BLHD) KABUPATEN TANAH BUMBU TUGAS : Melaksanakan pengawasan dan pengendalian, penilaian di Bidang Pengelolaan FUNGSI : a. Perumusan
Lebih terperinciANALISIS KUALITAS AIR DAN STRATEGI PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR SUNGAI BLUKAR KABUPATEN KENDAL
ANALISIS KUALITAS AIR DAN STRATEGI PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR SUNGAI BLUKAR KABUPATEN KENDAL Dyah Agustiningsih 1*, Setia Budi Sasongko 2, dan Sudarno 3 1 Program Magister Ilmu Lingkungan Universitas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan unsur penting bagi kehidupan makhluk hidup baik manusia,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan unsur penting bagi kehidupan makhluk hidup baik manusia, flora, fauna maupun makhluk hidup yang lain. Makhluk hidup memerlukan air tidak hanya sebagai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laut Indonesia sudah sejak lama didayagunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia terutama pemanfaatan sumberdaya hayati seperti ikan maupun sumberdaya non hayati
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
16 III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan dari bulan Juni 2009 sampai dengan bulan Agustus 2009. Lokasi penelitian berada di wilayah DAS Cisadane segmen Hulu, meliputi
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat
TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Air Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat di daratan, perairan lepas pantai (off shore water) dan perairan laut. Ekosistem air yang terdapat
Lebih terperinciANALISA STATUS MUTU AIR DAN DAYA TAMPUNG BEBAN PENCEMARAN SUNGAI WANGGU KOTA KENDARI
Sahabuddin, dkk., Analisa Status Mutu Air dan Daya Tampung Beban Pencemaran Sungai Wanggu Kota Kendari 19 ANALISA STATUS MUTU AIR DAN DAYA TAMPUNG BEBAN PENCEMARAN SUNGAI WANGGU KOTA KENDARI Hartina Sahabuddin
Lebih terperinciIndeks Kualitas Lingkungan Hidup Indonesia
2011 Indeks Kualitas Lingkungan Hidup Indonesia Kementerian Lingkungan Hidup Desember 2012 Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 2011 Pengarah: Henry Bastaman Penanggung Jawab: Johny P. Kusumo Penyusun: Maulyani
Lebih terperinciRENCANA PENGELOLAAN SDA DAN LH DAS BARITO
RENCANA PENGELOLAAN SDA DAN LH DAS BARITO Oleh: Firman Dermawan Yuda Kepala Sub Bidang Hutan dan Hasil Hutan Bidang Perencanaan Pengelolaan SDA dan LH I. Gambaran Umum DAS Barito Daerah Aliran Sungai (DAS)
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. laju pembangunan telah membawa perubahan dalam beberapa aspek kehidupan
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Manusia memiliki hubungan timbal balik dengan lingkungannya. Secara alamiah, hubungan timbal balik tersebut terdapat antara manusia sebagai individu dan manusia sebagai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai saluran air bagi daerah
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sungai merupakan suatu bentuk ekosistem akuatik yang mempunyai peran penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai saluran air bagi daerah sekitarnya. Oleh karena
Lebih terperinciPIL (Penyajian Informasi Lingkungan)
PIL (Penyajian Informasi Lingkungan) PIL adalah suatu telaah secara garis besar tentang rencana kegiatan yang akan dilakukan atau diusulkan yang kemungkinan menimbulkan dampak lingkungan dari kegiatan
Lebih terperinciProsedur Pelaksanaan ANDAL
Prosedur Pelaksanaan ANDAL Canter (1977) membagi langkah-langkah dalam melakukan pelaksanaan ANDAL; o Dasar (Basic) o Rona Lingkungan (Description of Environmental Setting) o Pendugaan Dampak (Impact assesment)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sungai adalah tempat berkumpulnya air yang berasal dari hujan yang jatuh di daerah tangkapannya dan mengalir dengan takarannya. Sungai tersebut merupakan drainase
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. mandi, mencuci, dan sebagainya. Di sisi lain, air mudah sekali terkontaminasi oleh
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan kebutuhan yang sangat pokok bagi kehidupan, karena selain dikonsumsi, juga digunakan dalam berbagai aktivitas kehidupan seperti memasak, mandi, mencuci, dan
Lebih terperinciPENENTUAN STATUS MUTU AIR
PENENTUAN STATUS MUTU AIR Sungai merupakan jaringan alur-alur pada permukaan bumi yang terbentuk secara alami, mulai dari bentuk kecil di bagian hulu sampai besar di bagian hilir. Sungai berfungsi menampung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara yang mempunyai potensi besar dalam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara yang mempunyai potensi besar dalam pengembangan usaha dibidang sumber daya perairan. Menurut Sarnita dkk. (1998), luas perairan umum
Lebih terperinciRPPI-10 KUALITAS LINGKUNGAN UNTUK IKLH DAN ISTM
RPPI-10 KUALITAS LINGKUNGAN UNTUK DAN ISTM Koordinator : DYAH APRIYANTI, S.Si., M.Si. Wakil koordinator : RITA, S.Si., M.Si. Pembina : Prof Riset Dr. Ir. CHAIRIL ANWAR SIREGAR, M.Sc Balikpapan, 10-12 Juni
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pencemaran Organik di Muara S. Acai, S. Thomas, S. Anyaan dan Daerah Laut yang Merupakan Perairan Pesisir Pantai dan Laut, Teluk Youtefa. Bahan organik yang masuk ke perairan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. khususnya di Kabupaten Banjarnegara dengan rata-rata turun sebesar 4,12 % per
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan lahan Daerah Aliran Sungai Merawu didominasi oleh lahan pertanian. Jenis sayuran yang menjadi komoditas unggulan wilayah ini yaitu jagung, daun bawang, wortel,
Lebih terperinciSTUDI DAYA DUKUNG SUNGAI DI PERKEBUNAN KALIJOMPO KECAMATAN SUKORAMBI JEMBER
STUDI DAYA DUKUNG SUNGAI DI PERKEBUNAN KALIJOMPO KECAMATAN SUKORAMBI JEMBER SKRIPSI Oleh Yustina Ekayanti NIM 091710201006 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA UNIVERSITAS JEMBER FAKULTAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada era industrialisasi, semakin banyak orang yang menikmati waktu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era industrialisasi, semakin banyak orang yang menikmati waktu senggangnya (leisure time), dengan melakukan aktifitas wisata (Mulyaningrum, 2005). Lebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air laut merupakan suatu medium yang unik. Sebagai suatu sistem, terdapat hubungan erat antara faktor biotik dan faktor abiotik, karena satu komponen dapat
Lebih terperinciANALISA PENCEMARAN LIMBAH ORGANIK TERHADAP PENENTUAN TATA RUANG BUDIDAYA IKAN KERAMBA JARING APUNG DI PERAIRAN TELUK AMBON
ANALISA PENCEMARAN LIMBAH ORGANIK TERHADAP PENENTUAN TATA RUANG BUDIDAYA IKAN KERAMBA JARING APUNG DI PERAIRAN TELUK AMBON OLEH : CAROLUS NIRAHUA NRP : 000 PROGRAM PASCASARJANA BIDANG KEAHLIAN TEKNIK MANAJEMEN
Lebih terperinci2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi
2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi Persepsi adalah kemampuan otak dalam menerjemahkan stimulus atau proses untuk menerjemahkan stimulus yang masuk ke dalam alat indera manusia. Proses ini yang memungkinkan
Lebih terperinci: Baku mutu air kelas I menurut Peraturan Pemerintah RI no. 82 tahun 2001 (hanya untuk Stasiun 1)
LAMPIRAN 48 Lampiran 1. Hasil rata-rata pengukuran parameter fisika dan kimia perairan Way Perigi Parameter Satuan Baku Mutu Kelas I 1) Baku Mutu Sampling 1 Sampling 2 Sampling 3 Kelas III 2) Stasiun 1
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pencemaran merupakan dampak negatif dari kegiatan pembangunan yang dilakukan selama ini. Pembangunan dilakukan dengan memanfaatkan potensi sumberdaya alam yang
Lebih terperinciSUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA BAB II. PELESTARIAN LINGKUNGAN
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA BAB II. PELESTARIAN LINGKUNGAN Rizka Novi Sesanti KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
27 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Lokasi penelitian terletak di belakang Perumahan Nirwana Estate, Cibinong yang merupakan perairan sungai kecil bermuara ke Situ Cikaret sedangkan yang terletak di belakang Perumahan,
Lebih terperinciANALISIS PENENTUAN KUALITAS AIR DAN STATUS MUTU SUNGAI PROGO HULU KABUPATEN TEMANGGUNG Ratna Novita Sari *), Titik Istirokhatun ), Sudarno ) *))) Jurusan Teknik Lingkungan Universitas Diponegoro, Semarang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan kebutuhan pokok bagi makhluk hidup, karena selain dibutuhkan oleh seluruh makhluk hidup, juga dibutuhkan untuk kebutuhan rumah tangga, pertanian, industri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diperkirakan sekitar 25% aneka spesies di dunia berada di Indonesia. Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman hayati, diperkirakan sekitar 25% aneka spesies di dunia berada di Indonesia. Indonesia memiliki banyak hutan
Lebih terperinciKAJIAN PENATAAN POHON SEBAGAI BAGIAN PENGHIJAUAN KOTA PADA KAWASAN SIMPANG EMPAT PASAR MARTAPURA TUGAS AKHIR. Oleh: SRI ARMELLA SURYANI L2D
KAJIAN PENATAAN POHON SEBAGAI BAGIAN PENGHIJAUAN KOTA PADA KAWASAN SIMPANG EMPAT PASAR MARTAPURA TUGAS AKHIR Oleh: SRI ARMELLA SURYANI L2D 300 377 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sidoarjo dan 6 kota yaitu Batu, Malang, Blitar, Kediri, Mojokerto, dan Surabaya
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai Brantas adalah sungai terpanjang yang ada di provinsi Jawa Timur. Panjangnya yaitu mencapai sekitar 320 km, dengan daerah aliran seluas sekitar 12.000 km 2
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Serpong, Januari Penyusun
KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah yang maha kuasa atas segala rahmat dan karunianya sehingga penyusunan Laporan Pemantauan Kualitas Air Sungai dengan dana dekonsentrasi tahun anggaran
Lebih terperinciPEMANTAUAN KUALITAS AIR SUNGAI CIBANTEN TAHUN 2017
PEMANTAUAN KUALITAS AIR SUNGAI CIBANTEN TAHUN 2017 1. Latar belakang Air merupakan suatu kebutuhan pokok bagi manusia. Air diperlukan untuk minum, mandi, mencuci pakaian, pengairan dalam bidang pertanian
Lebih terperincibentos (Anwar, dkk., 1980).
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keanekaragaman jenis adalah keanekaragaman yang ditemukan di antara makhluk hidup yang berbeda jenis. Di dalam suatu daerah terdapat bermacam jenis makhluk hidup baik tumbuhan,
Lebih terperinciPENELITIAN DALAM AUDIT LINGKUNGAN
PENELITIAN DALAM AUDIT LINGKUNGAN Pengumpulan data aspek abiotik (geofisik kimia), biotik dan sosial Tabel 1. Metode Pengumpulan dan Analisis Aspek Geofisik Kimia Iklim Hidrologi Kualitas Air (Sifat fisik
Lebih terperinciANALISIS PARAMETER FISIKA KIMIA PERAIRAN MUARA SUNGAI SALO TELLUE UNTUK KEPENTINGAN BUDIDAYA PERIKANAN ABSTRAK
ANALISIS PARAMETER FISIKA KIMIA PERAIRAN MUARA SUNGAI SALO TELLUE UNTUK KEPENTINGAN BUDIDAYA PERIKANAN Jalil 1, Jurniati 2 1 FMIPA Universitas Terbuka, Makassar 2 Fakultas Perikanan Universitas Andi Djemma,
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 sampai dengan April 2014.
25 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 sampai dengan April 2014. Tempat penelitian berlokasi di Sungai Way Sekampung, Metro Kibang,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua makhluk hidup. Maka, sumber daya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh
Lebih terperinciBAB. II TINJAUAN PUSTAKA
BAB. II TINJAUAN PUSTAKA A. Keadaan Teluk Youtefa Teluk Youtefa adalah salah satu teluk di Kota Jayapura yang merupakan perairan tertutup. Tanjung Engros dan Tanjung Hamadi serta terdapat pulau Metu Debi
Lebih terperinciJURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA PENCEMARAN Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sungai merupakan salah satu sumber air utama bagi masyarakat luas baik
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai merupakan salah satu sumber air utama bagi masyarakat luas baik yang digunakan secara langsung ataupun tidak langsung. Sungai Konto merupakan salah satu anak
Lebih terperinciMakalah Baku Mutu Lingkungan
Makalah Baku Mutu Lingkungan 1.1 Latar Belakang Pembangunan sumber daya alam dan lingkungan hidup seyogyanya menjadi acuan bagi kegiatan berbagai sektor pembangunan agar tercipta keseimbangan dan kelestarian
Lebih terperinciSUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN IPA BAB XV POPULASI PENDUDUK
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN IPA BAB XV POPULASI PENDUDUK Dr. RAMLAWATI, M.Si. Drs. H. HAMKA L., M.S. SITTI SAENAB, S.Pd., M.Pd. SITTI RAHMA YUNUS, S.Pd., M.Pd. KEMENTERIAN PENDIDIKAN
Lebih terperinciBAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA
BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data 1. Kondisi saluran sekunder sungai Sawojajar Saluran sekunder sungai Sawojajar merupakan aliran sungai yang mengalir ke induk sungai Sawojajar. Letak
Lebih terperinciPelingkupan Dampak Penting Pelingkupan Wilayah Studi Identifikasi Dampak Potensial Langkah 1 : Identifikasi Rencana Kegiatan Proyek Langkah 2 : Identifikasi Tipe Eksosistem Langkah 3 : Identifikasi Komponen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Tapanuli Tengah merupakan salah satu wilayah yang berada di Pantai Barat Sumatera. Wilayahnya berada 0
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Tapanuli Tengah merupakan salah satu wilayah yang berada di Pantai Barat Sumatera. Wilayahnya berada 0 1.266 m di atas permukaan laut serta terletak pada
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pengelolaan Lingkungan Berdasarkan ketentuan umum dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang dimaksud dengan pengelolaan hidup adalah upaya
Lebih terperinciIDENTIFIKASI KUALITAS PERAIRAN DI SUNGAI KAHAYAN DARI KEBERADAAN SISTEM KERAMBA STUDI KASUS SUNGAI KAHAYAN KECAMATAN PAHANDUT KALIMANTAN TENGAH
IDENTIFIKASI KUALITAS PERAIRAN DI SUNGAI KAHAYAN DARI KEBERADAAN SISTEM KERAMBA STUDI KASUS SUNGAI KAHAYAN KECAMATAN PAHANDUT KALIMANTAN TENGAH Rezha Setyawan 1, Dr. Ir. Achmad Rusdiansyah, MT 2, dan Hafiizh
Lebih terperinciANALISIS TUTUPAN LAHAN TERHADAP KUALITAS AIR SITU BURUNG, DESA CIKARAWANG, KABUPATEN BOGOR
ANALISIS TUTUPAN LAHAN TERHADAP KUALITAS AIR SITU BURUNG, DESA CIKARAWANG, KABUPATEN BOGOR R Rodlyan Ghufrona, Deviyanti, dan Syampadzi Nurroh Fakultas Kehutanan - Institut Pertanian Bogor ABSTRAK Situ
Lebih terperinciSUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN IPA BAB XV POPULASI PENDUDUK. Dr. RAMLAWATI, M.Si. SITTI RAHMA YUNUS, S.Pd., M.Pd.
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN IPA BAB XV POPULASI PENDUDUK Dr. RAMLAWATI, M.Si. SITTI RAHMA YUNUS, S.Pd., M.Pd. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA
Lebih terperinciPENENTUAN STATUS MUTU AIR DENGAN MENGGUNAKAN METODE INDEKS PENCEMARAN (STUDI KASUS: SUNGAI GARANG, SEMARANG)
PENENTUAN STATUS MUTU AIR DENGAN MENGGUNAKAN METODE INDEKS PENCEMARAN (STUDI KASUS: SUNGAI GARANG, SEMARANG) Gessy Asocadewi, Wiharyanto Oktiawan, Mochtar Hadiwidodo *) ABSTRACT Segment 5 th in Garang
Lebih terperinciANALISA KEKERUHAN DAN KANDUNGAN SEDIMEN DAN KAITANNYA DENGAN KONDISI DAS SUNGAI KRUENG ACEH
ANALISA KEKERUHAN DAN KANDUNGAN SEDIMEN DAN KAITANNYA DENGAN KONDISI DAS SUNGAI KRUENG ACEH Nurmalita, Maulidia, dan Muhammad Syukri Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Syiah Kuala, Darussalam-Banda Aceh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pesat pada dua dekade belakangan ini. Pesatnya pembangunan di Indonesia berkaitan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan wilayah di Indonesia menunjukkan pertumbuhan yang sangat pesat pada dua dekade belakangan ini. Pesatnya pembangunan di Indonesia berkaitan dengan dua
Lebih terperinci