BAB I PENDAHULUAN. perubahan dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dari lahir, masa kanakkanak,

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. perubahan dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dari lahir, masa kanakkanak,"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Setiap manusia dalam perkembangan hidupnya, akan mengalami banyak perubahan dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dari lahir, masa kanakkanak, masa remaja, masa dewasa, masa lansia, sampai pada kematian. Diantara masa-masa tersebut ada masa yang disebut masa dewasa awal yang mana merupakan masa yang paling lama dialami oleh seorang manusia dalam rentang kehidupannya (Hurlock, 2000). Pada masa ini, individu memiliki salah satu tugas perkembangan untuk mencari dan menemukan pasangan hidup yang akhirnya akan mengarahkan individu tersebut untuk melangsungkan ikatan pernikahan (Huvigurst dalam Hurlock, 2000). Pernikahan adalah hubungan yang diketahui secara sosial antara seorang pria dan wanita yang melibatkan hubungan seksual, berproduksi (memiliki anak), adanya penguasaan dan hak mengasuh anak, serta saling mengetahui tugas masingmasing sebagai suami dan istri (Duvall & Miller, 1985). Pernikahan juga dipahami sebagai ikatan yang terbentuk antara pria dan wanita yang didalamnya terdapat unsur keintiman, pertemanan, persahabatan, kasih sayang, pemenuhan hasrat seksual dan menjadi lebih matang (Papalia & Olds, 1998). Pemilihan pasangan hidup biasanya cenderung dilakukan seseorang dengan memilih pasangan yang mempunyai kesamaan antara dia dan pasangannya (Sears,dkk, 1992), baik kesamaan dalam agama, hobi, sifat, bahasa, pola berpikir bahkan adat istiadat. Hal ini disebut sebagai prinsip kesesuaian (matching 1

2 2 principle). Namun, perkembangan teknologi saat ini memungkinkan seseorang untuk berinteraksi walau dengan jarak yang cukup jauh, bahkan lebih dari sekedar interaksi yang biasa, tetapi juga dapat memungkinkan terjadinya pernikahan campur (Yoshida, 2008). Pernikahan campur (intercultural marriage) dilatar belakangi dengan berbagai perbedaan, salah satunya adalah perbedaan kebangsaan (Yoshida, 2008). Pada pernikahan campur (intercultural marriage) yang berasal dari latar belakang budaya dan bangsa yang berbeda dikategorikan sebagai pernikahan antar bangsa (Maretzki dalam Tseng, 1977). Saat ini pernikahan campur antar bangsa sudah menjadi fenomena yang terjadi pada masyarakat modern dan merupakan dampak dari semakin berkembangnya sistem komunikasi yang memungkinkan individu untuk mengenal dunia dan budaya lain (McDemott & Maretzki, 1977). Menurut catatan dari organisasi yang mengatasi permasalahan pernikahan antar bangsa, yaitu Aliansi Pelangi Antar Bangsa (APAB) pada tahun 2009, menyebutkan bahwa pada saat ini terdapat lebih dari 4200 wanita di Indonesia yang menikah dengan laki-laki asing. Data ini diyakini terus mengalami peningkatan setiap tahunnya, meskipun data terakhir masih belum dipublikasikan. Berdasarkan data-data tersebut menunjukkan bahwa wanita Indonesia memiliki minat yang tinggi untuk menikah dengan pria asing. Minat ini cenderung dipengaruhi oleh keadaan ekonomi, dimana wanita Indonesia mempersepsikan pria asing memiliki kehidupan yang lebih dari cukup (Erriyadi, 2007). Selain itu, dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Holilah (2005) menunjukkan bahwa alasan seorang wanita Indonesia menikah dengan pria kebangsaan asing (barat) karena

3 3 mereka percaya bahwa menjadi istri pria asing dapat meningkatkan harga diri dan memperbaiki keturunan. Hal ini terlihat dari hasil wawancara peneliti dengan WM (wanita, 35 tahun) pada tanggal 28 November 2011, ketika ditanya alasan menikah dengan pria barat berkebangsaan Jerman : Bunda seorang janda.. bunda itu alasan pertamanya hanya untuk ini yah memperbaiki kehidupan aja.. apa yah, hm.. memperbaiki masa depan aja dulu pikirannya.. ya karena kebutuhan ekonomi. Dulu kan bunda janda dan hidup susah, jadi di dukung sama orang tua ya.. menikah saja dengan dia, kebutuhan bisa tercukupi, dapat memperbaik kehidupan itu ya memperbaiki ekonomi, kebutuhan tercukupi, jadi masa depan pun terjamin, gitu lho. (Komunikasi Interpersonal, 28 November 2011) Hal serupa juga terlihat dari hasil wawancara peneliti dengan IN (wanita, 33 tahun) pada tanggal 28 November 2011, yang menikah dengan pria berkebangsaan Australia : Jujur ya, saya mau menikah sama suami karena mau hidup berkecukupan dengan cepat, jadi itu keuangan gampang, nggak perlu susah lagi capek-capek kerja. (Komunikasi Interpersonal, 28 November 2011) Orang bule itu banyak yang suka sama yang hitam-hitam kaya saya gini lah, pas pula ada yang mau, bagus lah ku pikir sekalian memperbaiki keturunan lah biar nggak hitam kaya saya, kalo kaya bule-bule itu kan nanti jadinya cantik kaya artis-artis kita banyak yang indo, hehehe.. (tertawa) (Komunikasi Interpersonal, 28 November 2011) Berdasarkan wawancara diatas menunjukkan bahwa motivasi \wanita Indonesia untuk menikah dengan pria asing khususnya pria barat adalah karena ingin memperbaiki ekonomi dan keturunan. Namun, dibalik motivasi - motivasi tersebut sebenarnya perasaan cinta adalah alasan utama wanita Indonesia untuk menjadi pendamping hidup pria asing, khususnya pria barat. Hal ini terlihat dari

4 4 pengakuan IN (wanita, 33 tahun) yang menikah dengan pria berkebangsaan Australia selama dua tahun : Diawal perkenalan dulu saya sudah suka, lama-lama cinta juga lah, nggak bisa di elakkan lah kalo cinta ini dek, itu lah yang jadi alasan kenapa saya mau nikah sama dia. Kalo dulu saya bilang untuk memperbaiki ekonomi dan keturunan itu kan alasan mendukung lah untuk buat hidup saya jadi lebih baik. (Komunikasi Interpersonal, 15 April 2012) Kutipan wawancara diatas menunjukkan bahwa cinta adalah salah satu hal yang penting untuk menjadi alasan seseorang dalam memutuskan pernikahan, termaksud untuk menikah dengan pria asing (barat). Hal ini sesuai dengan pendapat Roediger dkk (1987), yang menyatakan bahwa cinta diyakini sebagai salah satu bentuk emosi yang penting bagi manusia sehingga hampir semua manusia pernah mengalami jatuh cinta dan membentuk hubungan intim dengan lawan jenisnya, salah satunya adalah hubungan pernikahan. Tidak hanya pada wanita Indonesia yang memiliki minat yang tinggi untuk melakukan pernikahan antar bangsa, pada pria asing (barat) pun ternyata memiliki alasan tertentu untuk menjadikan wanita Indonesia sebagai pendamping hidupnya. Alasan tersebut terlihat dari pengakuan LM (61 tahun) pria berkebangsaan Jerman yang menikah dengan WM selama 4 tahun : Saya menikahi dia karena saya tau kalau orang indonesia khususnya Jawa terkenal dengan lemah lembut, luwes, ayu, keibuan, sayang, penuh perhatian, dan sopan santunnya yang mengesankan. Wanita seperti itu jarang saya temui di negara kelahiran saya, bahkan gambaran kehidupannya pun berbeda. Ketika bertemu dengan dia saya merasa dia adalah wanita yang tepat untuk menjadi istri yang akan terus menemani saya sampai akhir. (Komunikasi Interpersonal, 18 April 2012)

5 5 Alasan lainnya juga terlihat dari hasil wawancara peneliti dengan FFN (43 tahun) pria berkebangsaan Rusia yang menikah dengan NR (31 tahun) wanita Indonesia yang di nikahinya selama lima tahun : Saya sangat terkesan dengan wanita asia yang menghormati pria, dari beberapa wanita asia khususnya Indonesia yang saya kenal mereka cenderung perhatian, pemalu dan keibuan, saya pikir itu kriteria ibu yang baik untuk anak-anak saya. Hal ini lah yang menjadi alasan saya untuk menikahinya karena hal tersebut ada di istri saya. Tentu saja kriteria ini sulit ditemui di negara saya karena kebanyakan mereka adalah wanita yang mandiri. (Komunikasi Interpersonal, 21 April 2012) Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan kedua pria asing (barat) diatas menunjukkan bahwa alasan pria asing (barat) menikahi wanita asia khususnya wanita Indonesia sebagai pendamping hidupnya adalah karena pria-pria tersebut memiliki pandangan bahwa wanita Indonesia cenderung menghormati pria, keibuan, lemah lembut, penyanyang, penuh perhatian dan sopan santun, sehingga dianggap sebagai kriteria yang tepat untuk dijadikan seorang istri dan ibu dibandingkan wanita barat yang mandiri. Secara umum pernikahan yang terjadi dari penyatuan dua budaya atau latar belakang etnis yang berbeda banyak dijumpai di Indonesia. Hal ini sesuai dengan penuturan McDermott dan Maretzki (1977) bahwa pernikahan beda budaya merupakan suatu hal yang biasa terjadi dalam masyarakat. Di Provinsi Sumatera Utara, pernikahan campur (Intercultural marriage) khususnya pernikahan campur antar bangsa juga dapat ditemui. Hal ini terlihat dari data BPS (Badan Pusat Statistik) pada tahun 2010, menunjukkan bahwa tercatat sebanyak 12,982,20 jiwa penduduk di Provinsi Sumatera Utara yang memiliki keanekaragaman suku bangsa, diantaranya adalah Melayu, Batak, Karo, Jawa, Tionghoa, India dan orang

6 6 asing lainnya (Barat). Artinya, tidak dapat dihindari bahwa akan banyak pernikahan campur (Intercultural marriage) yang terjadi, tidak hanya pada WNI yang berbeda etnis, tetapi juga pernikahan antar bangsa pada WNI dengan WNA I dari budaya Barat yang ditemukan di provinsi ini khususnya di Kota Medan (BPS, 2010). Menjalani suatu hubungan dalam ikatan pernikahan tidak segampang seperti menjalani hubungan ketika masih belum menikah (Degenova, 2008). Banyak hal baru yang akan ditemukan oleh individu pada diri pasangannya saat menikah dan individu harus mulai belajar untuk menerima pasangannya apa adanya. Terlebih jika pasangan pernikahan tersebut berasal dari latar belakang etnis dan budaya yang berbeda, seperti pada wanita yang menikah dengan pria asing (barat) maka akan banyak di jumpai berbagai jenis perbedaan seperti nilai-nilai budaya, sikap, keyakinan, prasangka, stereotype, dll (Matsumoto, D. & L. Juang, 2008). Selain itu, melalui pernikahan ini, masing-masing pasangan juga dapat saling memperkenalkan tradisi yang berlaku dalam kelompok budayanya (Duvall, 1985). Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa pada pernikahan campur antar bangsa perbedaan budaya seringkali menjadi permasalahan yang mendasar dalam kehidupan pernikahan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Abigail (2009), yang menunjukkan bahwa secara umum, wanita Indonesia yang menikah dengan pria berkebangsaan Inggris mengalami berbagai permasalahan di dalam pernikahan, seperti kendala bahasa, perbedaan nilai dan perbedaan pola perilaku kultural.

7 7 Permasalahan pernikahan antar bangsa dapat dipahami karena pada masing-masing pasangan menganut kebudayaan yang berbeda. Pada kebudayaan timur (Indonesia) lebih mengesankan kehidupan kolektif yaitu kekeluargaan dan lebih berdasarkan pada norma-norma yang ada pada lingkungan sekitar, sedangkan pada kebudayaan barat biasanya lebih mengesankan kehidupan yang bebas dan individual (Matsumoto & Liang, 2006). Dengan kata lain, dalam pernikahan seperti ini memiliki orientasi keluarga kolektif-individualistik. Perbedaan orientasi budaya kolektif-individual di dalam pernikahan antar bangsa juga memiliki perbedaan dalam hal pola pengasuhan anak. Pada budaya kolektif berorientasi pada extended family, dimana anak dibesarkan tidak hanya dari orang tua, namun orang yang tinggal bersama seperti nenek dan kakek yang berkontribusi dalam pengasuhan. Selain itu anak juga diajak belajar untuk berpikir bahwa mereka adalah bagian dari kelompok, sedangkan pada budaya individual didasarkan pada keluarga inti (nuclear family), dimana anak diajarkan untuk menjadi mandiri sejak usia dini (Hofstede, 2005). Hal ini dapat terlihat dari hasil wawancara peneliti dengan WM (wanita, 35 tahun) pada tanggal 23 November 2011, yang menunjukkan adanya perbedaan pola asuh pada budaya kolektifindividual: Perbedaannya sama kita Indonesia, kita lagi makan ya kan, kita suapin ke anak kita dari piring kita kan gitu nggak masalah, jadi anak kita pingin nyobain punya mama punya papa kalo sama dia itu nggak boleh anak kecil itu selalu harus uda mandiri, umur dua tahun tiga tahun itu uda harus mandiri dia itu, pokoknya semuanya sendiri gitu. (Komunikasi Interpersonal, 23 November 2011)

8 8 Berdasarkan kutipan wawancara tersebut terlihat bahwa pola asuh pada budaya individual lebih mengajarkan anak menjadi mandiri dimulai dari usia dini. Hal ini tergambar dalam pernyataan yang diberikan WM (wanita, 35 tahun) pada tanggal 23 November 2011 : Cuman yang pasti mah pokoknya kalo kita makan sama-sama, anak itu nggak boleh pecicilan lah, nggak boleh kesana-kesini, duduk yang manis gitu, nah terus makan makanan yang ada dipiring mu jangan liat orang, jangan pengen dari orang lain seperti itu, agak kasar gitu lho. (Komunikasi Interpersonal, 23 November 2011) Berdasarkan penjelasan mengenai perbedaan-perbedaan yang berkaitan dengan orientasi kolektif-individual yang muncul dalam penikahan antar bangsa, tentu saja menyebabkan pasangan harus melakukan penyesuaian pernikahan dimana mereka mencoba mengubah perilaku dan hubungan untuk mencapai kesepakatan bersama dalam pernikahan mereka (Degenova, 2008). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Inman dkk (dalam Inman, Altman, Davidson, Carr & Walker, 2011), yang menunjukkan bahwa salah satu konflik pada pasangan pernikahan campur antar bangsa (Asia india White Amerika) adalah sulitnya menghadapi perbedaan yang berkaitan dengan orientasi keluarga kolektif-individual, sehingga dibutuhkan penyesuaian pernikahan. Penyesuaian pernikahan adalah proses memodifikasi, beradaptasi, dan mengubah individu, pola perilaku dan interaksi pasangan untuk mencapai kepuasan maksimal dalam hubungan (Degenova, 2008). Terkadang penyesuaian tertentu yang dilakukan bukanlah dianggap terbaik oleh seseorang, tapi hal itu merupakan yang terbaik untuk dapat mencapai tingkat kepuasan tertinggi dalam pernikahan. Tentunya penyesuaian tidak lah bersifat statis dan bukan juga langkah

9 9 yang diambil hanya sekali. Penyesuaian merupakan proses dinamis yang terus menerus terjadi pada kehidupan pernikahan pasangan (Degenova, 2008). Menurut Hurlock (2000), penyesuian pernikahan merupakan proses adaptasi antara suami istri, dimana suami istri tersebut dapat mencegah terjadinya konflik dan menyelesaikan konflik dengan baik melalui proses penyesuaian diri dan penting bagi kebahagiaan pernikahan, yaitu penyesuaian dengan pasangan, penyesuaian seksual, penyesuaian keuangan, dan penyesuaian dengan pihak keluarga pasangan (Hurlock, 2000). Setiap pernikahan tentunya membutuhkan penyesuaian, begitu pula pada pernikahan antar bangsa antara wanita Indonesia dan pria asing (barat). Hal ini tergambar dalam pernyataan yang diberikan NL (wanita, 29 tahun) yang menikah selama tiga tahun dengan pria Inggris dan menunjukkan adanya penyesuaian dengan pasangan di dalam pernikahannya : Menikah dengan orang asing merubah diri kita seperti yang saya rasakan. Kakak harus beradaptasi dengan budaya suami seperti belajar etika budayanya. Misalnya, ketika makan harus rapi, tidak bersuara, sedangkan kakak dulu orangnya nggak bisa diam gitu. Terus selesai makan tidak boleh bersendawa kalau pun bersendawa harus permisi dulu karena itu nggak sopan. (Komunikasi Interpersonal, 26 November 2011) Gambaran penyesuaian dengan pasangan juga terlihat dari hasil wawancara peneliti dengan NR (wanita, 31 tahun) yang sudah menikah selama lima tahun dengan pria berkebangsaan Rusia : Alhamdulillah, penyesuaian dengan suami nggak terasa sulit buat kakak, kebetulan kami punya sudut pandang yang selaras. Ada beberapa kesamaan diantara kami seperti budaya yang ramah tamah dan senang bersilahturahmi. Hanya saja, suami kakak itu orangnya sangat disiplin dan tegas, jadi kakak harus terbiasa untuk tidak telat atau pun lelet dalam melakukan hal yang

10 10 sudah terjadwal seperti ke pesta atau jalan-jalan bersama. Yang seperti ini kan jarang ditemui di Indonesia. (Komunikasi Interpersonal, 14 Maret 2012) Kutipan wawancara di atas, merupakan beberapa gambaran penyesuaian pernikahan terhadap pasangan yang dilakukan oleh wanita yang menikah dengan pria asing (barat). Dalam kutipan wawancara diatas telihat bahwa NL dan NR melakukan penyesuaian terhadap pasangannya dengan belajar memahami pasangannya terlebih dahulu dan menyesuaikan dirinya dengan keinginan suami. Namun, pada NR terlihat bahwa penyesuainnya dengan pasangan dirasa tidak sulit karena memiliki beberapa keserupaan nilai. Selain penyesuaian terhadap pasangan, wanita yang menikah dengan pria asing (barat) juga melakukan penyesuaian keuangan. Gambaran penyesuaian keuangan terlihat dari hasil wawancara peneliti dengan WM (wanita, 35 tahun) yang sudah menikah selama empat tahun dengan pria berkebangsaan Jerman yang menunjukkan bahwa adanya penyesuaian dalam mengelolah keuangan untuk kebutuhan hidup berumah-tangga : Suami bunda itu orangnya royal banget, apa-apa dibeli, sedangkan bunda itu beli barang yah karena memang butuh barangnya. Makanya, kadangkadang pusing kalau uang itu kesannya di hambur-hamburin. Jadi bunda share kan ke suami tentang pengeluaran dan kita sepakat kalau mau beli sesuatu harus dikomunikasikan dulu dan uang bunda yang kelolah dan bunda yang simpan. (Komunikasi Interpersonal, 23 November 2011) Penyesuaian selanjutnya yang dilakukan adalah penyesuaian terhadap keluarga pasangan. Hal ini tergambar dari hasil wawancara peneliti dengan NR (wanita, 31 tahun) yang menunjukkan bahwa subjek melakukan penyesuaian terhadap keluarga pasangan:

11 11 Dengan keluarga di Samara (Rusia) kakak masih canggung dan sangat menjaga sikap. Walaupun kita sama-sama muslim tapi budaya disana sangat sulit untuk diikuti karena nggak sesuailah sama kebiasaan kita. Misalnya, kalau kumpul bersama biasanya harus minum alkohol sebagai tanda kita menghormati keluarganya. Makanya, kakak sangat strict (keras) dalam hal itu, harus dijelaskan dengan baik, sopan. Yah, dalam beradaptasi dengan keluarganya kami sama-sama bertoleransi untuk menerima adat kebiasaan masing-masing. (Komunikasi Interpersonal, 14 Maret 2012) Beberapa kutipan wawancara diatas menunjukkan bahwa wanita Indonesia yang menikah dengan pria asing (barat) melakukan penyesuaian dalam pernikahannya. Ada yang merasa sulit dalam melakukan penyesuaian dalam pernikahannya dan ada yang merasa mudah. Dalam penyesuaian kehidupan pernikahan, penyesuaian yang paling sulit yang harus dilakukan oleh kaum dewasa awal adalah pada kehidupan satu atau dua tahun pertama pernikahan (Hurlock, 2000). Jadi penyesuaian yang paling sulit adalah awal-awal pernikahan. Hal ini terlihat dari hasil wawancara peneliti dengan NL (wanita, 29 tahun) yang menikah dengan pria berkebangsaan Inggris : Nah, diawal tahun pertama pernikahan kakak rasakan itu lah yang sangat sulit karena kita mulai belajar membiasakan diri dan menerima perbedaan masing-masing. Di awal nikah ya bulan-bulan pertama pasti ada kebahagiaan tetapi setelahnya kita lebih banyak ributnya, sering adu mulut bahkan untuk masalah sepele seperti waktu berkunjung dengan keluarga menjadi perdebatan diawal pernikahan kami. Di budayanya untuk berkunjung harus buat janji dulu karena dia merasa tamu yang berkunjung tanpa adanya janji akan mengganggu privasinya, sedangkan kita kan kapan pun boleh saja berkunjung. (Komunikasi Interpersonal, 26 November 2011) Penyesuaian diri yang sehat di dalam pernikahan akan membawa pada suatu kondisi pernikahan yang bahagia begitu juga sebaliknya, individu yang gagal dalam menyesuaikan diri akan mengalami masalah di dalam pernikahannya

12 12 (Hurlock, 2000). Penyesuaian dan tanggung jawab sebagai suami atau istri dalam sebuah pernikahan merupakan hal yang penting karena akan berdampak pada keberhasilan hidup berumah tangga. Keberhasilan dalam hal ini mempunyai pengaruh yang kuat terhadap adanya kepuasan hidup pernikahan, mencegah kekecewaan dan perasaan-perasaan bingung, sehingga memudahkan seseorang untuk menyesuaikan diri dalam kedudukannya sebagai suami atau istri dan kehidupan lain di luar rumah tangga (Hurlock, 2000). Wanita yang menikah dengan pria asing (barat) membutuhkan penyesuaian yang baik di dalam pernikahannya, karena banyaknya perbedaan-perbedaan di dalam pernikahan. Pada pernikahan antar bangsa seperti ini, perbedaan -perbedaan yang ada pada masing-masing individu, seperti latar belakang budaya, hukum, nilai, bahasa, perbedaan pola pikir dan agama dapat menjadi kendala atau masalah dalam pernikahan (Lerrigo, 2005). Melihat fenomena yang dipaparkan diatas, membuat peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana penyesuaian pernikahan pada wanita yang menikah dengan pria asing (barat). B. PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka penulis mengajukan perumusan masalah sebagai berikut : Bagaimanakah gambaran faktorfaktor penyesuaian pernikahan pada wanita Indonesia yang menikah dengan pria asing (barat)?

13 13 C. TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah penyesuaian pernikahan pada wanita Indonesia yang menikah dengan pria asing (barat). D. MANFAAT PENELITIAN 1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat : a. Menambah pengetahuan yang dapat bermanfaat bagi ilmu psikologi, terutama psikologi perkembangan dan psikologi perkembangan keluarga mengenai penyesuaian pernikahan pada wanita Indonesia yang menikah dengan pria asing (barat). b. Menjadi masukan yang berguna dan menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya. 2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat: a. Memberikan informasi kepada wanita asia khususnya wanita Indonesia yang menikah dengan pria asing (barat), untuk mampu memahami faktor - faktor apa saja yang paling sering dilakukan atau berkontribusi besar di dalam pernikahan antar bangsa, sehingga dapat membantu mereka dalam melakukan penyesuaian pernikahan dan mencapai keberhasilan hidup berumah tangga. b. Memberikan informasi kepada masyarakat yang belum menikah mengenai penyesuaian pernikahan sehingga dapat menjadi masukan dan proses belajar untuk nantinya menjalani suatu pernikahan.

14 14 c. Memberikan informasi dan masukan kepada para praktisi dalam konseling pernikahan, khususnya mengenai penyesuaian pernikahan pada wanita Indonesia yang menikah dengan pria barat dalam menangani permasalahan pernikahan antar bangsa. 3. SISTEMATIKA PENULISAN Sistematika penulisan proposal penelitian ini adalah : BAB I : Pendahuluan Bab ini menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penelitian. BAB II : Landasan Teori Bab ini menguraikan tentang tinjauan teoritis dan teori-teori yang menjelaskan dan mendukung data penelitian. Diantaranya adalah penyesuaian pernikahan dan faktorfaktor penyesuaian pernikahan, pola penyesuaian pernikahan, tugas-tugas perkembangan dewasa awal dan pernikahan antar bangsa. BAB III : Metode Penelitian Bab ini berisi penjelasan mengenai metode penelitian kualitatif, alasan dipergunakannya pendekatan kualitatif, responden penelitian, metode pengambilan data, alat bantu

15 15 pengumpulan data, kredibilitas penelitian serta prosedur penelitian. BAB IV : Hasil Analisa Data Bab ini menguraikan mengenai data dan pembahasan hasil analisa data penelitian dengan teori yang relevan untuk menjawab pertanyaan penelitian yang telah ditentukan sebelumnya. BAB V : Kesimpulan, diskusi dan saran, berisikan hasil dari penelitian yang telah dilaksanakan dan diskusi terhadap data -data yang tidak dapat dijelaskan dengan teori atau penelitian sebelumnya karena merupakan hal baru, serta berisi saran-saran praktis sesuai dengan hasil dan masalahmasalah penelitian serta saran-saran metodologis untuk penyempurnaan penelitian selanjutnya.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 14 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Komunikasi merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Menurut Effendy (2009: 5), komunikasi adalah aktivitas makhluk sosial. Dalam praktik komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang berbeda pada masing-masing masa. Diantara masamasa

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang berbeda pada masing-masing masa. Diantara masamasa BAB I PENDAHULUAN I. A LATAR BELAKANG Manusia disebut sebagai mahluk sosial, karena setiap manusia saling membutuhkan satu sama lain. Sepanjang hidupnya manusia mempunyai tugastugas perkembangan yang berbeda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan teknologi dan komunikasi yang semakin pesat menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan teknologi dan komunikasi yang semakin pesat menjadikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi dan komunikasi yang semakin pesat menjadikan interaksi antar budaya tanpa terbatas ruang dan waktu. Hal ini tentunya meningkatkan pula peluang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembagian tugas kerja di dalam rumah tangga. tua tunggal atau tinggal tanpa anak (Papalia, Olds, & Feldman, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. pembagian tugas kerja di dalam rumah tangga. tua tunggal atau tinggal tanpa anak (Papalia, Olds, & Feldman, 2008). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan peristiwa penting dalam siklus kehidupan manusia. Setiap orang berkeinginan untuk membangun sebuah rumah tangga yang bahagia bersama orang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dahulu diuraikan pengertian dari pernikahan itu sendiri. pernikahan diatur dalam suatu undang-undang. Menurut Undang-Undang

BAB II LANDASAN TEORI. dahulu diuraikan pengertian dari pernikahan itu sendiri. pernikahan diatur dalam suatu undang-undang. Menurut Undang-Undang BAB II LANDASAN TEORI A. Penyesuaian Pernikahan 1. Definisi Pernikahan Sebelum diuraikan mengenai pengertian penyesuaian pernikahan, terlebih dahulu diuraikan pengertian dari pernikahan itu sendiri. Di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang terlahir di dunia ini pasti akan mengalami pertumbuhan dan proses

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang terlahir di dunia ini pasti akan mengalami pertumbuhan dan proses 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia tercipta sebagai mahkluk sosial. Sebagai mahkluk sosial manusia harus saling berinteraksi, bertukar pikiran, serta berbagi pengalaman. Setiap manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk kebahagiaan dirinya dan memikirkan wali untuk anaknya jika kelak

BAB I PENDAHULUAN. untuk kebahagiaan dirinya dan memikirkan wali untuk anaknya jika kelak BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Selama 10 tahun saya menjanda, tidak ada pikiran untuk menikah lagi, karena pengalaman yang tidak menyenangkan dengan perkawinan saya. Tapi anak sudah besar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya suku bangsa di Indonesia yang mendiami berbagai pulau yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya suku bangsa di Indonesia yang mendiami berbagai pulau yang ada. 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya suku bangsa di Indonesia yang mendiami berbagai pulau yang ada. Mereka tersebar di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Santrock (dalam Dariyo, 2003) masa dewasa awal ditandai dengan adanya transisi

BAB I PENDAHULUAN. Santrock (dalam Dariyo, 2003) masa dewasa awal ditandai dengan adanya transisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia mengalami banyak transisi dalam kehidupannya. Menurut Santrock (dalam Dariyo, 2003) masa dewasa awal ditandai dengan adanya transisi secara fisik, transisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sarana untuk bergaul dan hidup bersama adalah keluarga. Bermula dari keluarga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sarana untuk bergaul dan hidup bersama adalah keluarga. Bermula dari keluarga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bagian yang terkecil dan yang pertama kali digunakan manusia sebagai sarana untuk bergaul dan hidup bersama adalah keluarga. Bermula dari keluarga inilah kemudian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penyesuaian Perkawinan 1. Pengertian Penyesuaian Perkawinan Konsep penyesuaian perkawinan menuntut kesediaan dua individu untuk mengakomodasikan berbagai kebutuhan, keinginan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembuahan hingga akhir kehidupan selalu terjadi perubahan, baik dalam

BAB I PENDAHULUAN. pembuahan hingga akhir kehidupan selalu terjadi perubahan, baik dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk yang tidak pernah berhenti berubah. Semenjak pembuahan hingga akhir kehidupan selalu terjadi perubahan, baik dalam kemampuan fisik maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Para individu lanjut usia atau lansia telah pensiun dari pekerjaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Para individu lanjut usia atau lansia telah pensiun dari pekerjaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan adalah sebuah hubungan yang menjadi penting bagi individu lanjut usia yang telah kehilangan banyak peran (Indriana, 2013). Para individu lanjut usia atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari hubungannya dengan orang lain. Keberadaan orang lain dibutuhkan manusia untuk melakukan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga usia lanjut. Tahap yang paling panjang

BAB I PENDAHULUAN. bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga usia lanjut. Tahap yang paling panjang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia mengalami perkembangan seumur hidupnya. Perkembangan ini akan dilalui melalui beberapa tahap. Setiap tahap tersebut sangat penting dan kesuksesan di suatu

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu tahap penting dalam siklus kehidupan

PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu tahap penting dalam siklus kehidupan PENDAHULUAN I.A. Latar belakang Perkawinan merupakan salah satu tahap penting dalam siklus kehidupan seseorang, disamping siklus lainnya seperti kelahiran, perceraian, atau kematian (Pangkahila, 2004).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Beberapa dekade lalu, orang tua sering menjodohkan anak mereka dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Beberapa dekade lalu, orang tua sering menjodohkan anak mereka dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beberapa dekade lalu, orang tua sering menjodohkan anak mereka dengan anak kenalannya untuk dinikahkan. Pada proses penjodohan itu sendiri terkadang para anak tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. parkawinan akan terbentuk masyarakat kecil yang bernama rumah tangga. Di

BAB I PENDAHULUAN. parkawinan akan terbentuk masyarakat kecil yang bernama rumah tangga. Di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan jenjang awal pembentukan masyarakat, dari suatu parkawinan akan terbentuk masyarakat kecil yang bernama rumah tangga. Di dalamnya akan lahir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan merupakan ikatan lahir batin dan persatuan antara dua pribadi yang berasal

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan merupakan ikatan lahir batin dan persatuan antara dua pribadi yang berasal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pernikahan merupakan ikatan lahir batin dan persatuan antara dua pribadi yang berasal dari keluarga, sifat, kebiasaan dan budaya yang berbeda. Pernikahan juga memerlukan

Lebih terperinci

HASIL WAWANCARA INFORMAN 1

HASIL WAWANCARA INFORMAN 1 DAFTAR PERTANYAAN 1. Sudah berapa lama menikah? 2. Bisa ceritakan kembali bagaimana pertemuan awal bapak/ibu sampai menjalin hubungan? 3. Dalam keluarga bahasa apa yang digunakan sehari-hari? 4. Tradisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari lahir, masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa,

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari lahir, masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia melewati tahap demi tahap perkembangan dalam kehidupannya. Setiap manusia akan mengalami banyak perubahan dan menyelesaikan tugastugas perkembangan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tugas perkembangannya (Havighurst dalam Hurlock, 1996). dalam Hurlock, 1996). Di masa senjanya, lansia akan mengalami penurunan

BAB I PENDAHULUAN. tugas perkembangannya (Havighurst dalam Hurlock, 1996). dalam Hurlock, 1996). Di masa senjanya, lansia akan mengalami penurunan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Semasa hidup, manusia akan melewati tahap-tahap perkembangan tertentu. Perkembangan manusia diawali dari pertumbuhan janin di dalam rahim hingga masa lansia. Setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hampir semua penduduk di dunia ini hidup dalam unit-unit keluarga. Setiap

BAB I PENDAHULUAN. Hampir semua penduduk di dunia ini hidup dalam unit-unit keluarga. Setiap BAB I PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan kelompok primer yang terpenting dalam masyarakat. Hampir semua penduduk di dunia ini hidup dalam unit-unit keluarga. Setiap individu yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membangun kehidupan sosial dan kehidupan bermasyarakat secara luas bagi seorang anak.

BAB I PENDAHULUAN. membangun kehidupan sosial dan kehidupan bermasyarakat secara luas bagi seorang anak. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga sebagai institusi sosial terkecil, merupakan fondasi dan investasi awal untuk membangun kehidupan sosial dan kehidupan bermasyarakat secara luas bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan hasrat seksual, dan menjadi lebih matang. Pernikahan juga

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan hasrat seksual, dan menjadi lebih matang. Pernikahan juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan merupakan ikatan yang terbentuk antara pria dan wanita yang di dalamnya terdapat unsur keintiman, pertemanan, persahabatan, kasih sayang, pemenuhan hasrat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tugas dan sumber-sumber ekonomi (Olson and defrain, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. tugas dan sumber-sumber ekonomi (Olson and defrain, 2006). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia akan mengalami peristiwa penting dalam hidupnya, salah satunya adalah momen perkawinan dimana setiap orang akan mengalaminya. Manusia diciptakan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. watak pada individu. Karena salah satu faktor yang mempengaruhi terbentuknya

BAB I PENDAHULUAN. watak pada individu. Karena salah satu faktor yang mempengaruhi terbentuknya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebudayaan Indonesia mempunyai nilai yang tinggi karena merupakan suatu system yang dikembangkan oleh nenek moyang kita sejak berabad-abad lamanya, di dalam kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dari lahir, masa kanakkanak,

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dari lahir, masa kanakkanak, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Setiap manusia dalam perkembangan hidupnya, akan mengalami banyak perubahan dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dari lahir, masa kanakkanak, masa remaja, masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing untuk menjalani hidup bersama.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing untuk menjalani hidup bersama. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan suatu proses penyatuan dua individu yang memiliki komitmen berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing untuk menjalani hidup bersama.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (Undang-Undang No.1 Tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (Undang-Undang No.1 Tahun BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Berikut kutipan wawancara yang dilakukan peneliti dengan seorang wanita

BAB 1 PENDAHULUAN. Berikut kutipan wawancara yang dilakukan peneliti dengan seorang wanita BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berikut kutipan wawancara yang dilakukan peneliti dengan seorang wanita yang bernama Mimi, usia 21 tahun, sudah menikah selama 2 tahun dan memiliki 1 orang anak, mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jawab dalam kehidupan berumah tangga bagi suami istri (Astuty, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. jawab dalam kehidupan berumah tangga bagi suami istri (Astuty, 2011). 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Dalam proses perkembangannya, manusia untuk meneruskan jenisnya membutuhkan pasangan hidup yang dapat memberikan keturunan sesuai dengan apa yang diinginkannya. Pernikahan

Lebih terperinci

PEDOMAN WAWANCARA. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penyesuaian dengan

PEDOMAN WAWANCARA. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penyesuaian dengan PEDOMAN WAWANCARA I. Judul Faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian dengan pihak keluarga pasangan pada pria WNA yang menikahi wanita WNI. II. Tujuan Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan pada saat individu mengalami kesulitan (Orford, 1992). Dukungan

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan pada saat individu mengalami kesulitan (Orford, 1992). Dukungan BAB I PENDAHULUAN I. A. LATAR BELAKANG Dukungan sosial adalah kenyamanan, perhatian, dan penghargaan yang diandalkan pada saat individu mengalami kesulitan (Orford, 1992). Dukungan sosial ini terbagi atas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada setiap tahap perkembangan terdapat tugas-tugas perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada setiap tahap perkembangan terdapat tugas-tugas perkembangan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia melewati tahap demi tahap perkembangan dalam kehidupannya. Pada setiap tahap perkembangan terdapat tugas-tugas perkembangan yang menurut Havighurst

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didambakan tersebut menjadi hukum alam dalam diri tiap manusia. Akan tetapi,

BAB I PENDAHULUAN. didambakan tersebut menjadi hukum alam dalam diri tiap manusia. Akan tetapi, 10 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya setiap manusia yang hidup memiliki tujuan dalam kehidupan mereka. Tujuan hidup manusia pada umumnya selain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya juga untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dimulai dari lahir, masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dimulai dari lahir, masa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial. Manusia mengalami berbagai proses perkembangan dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dimulai dari lahir, masa kanak-kanak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Setiap manusia dalam perkembangan hidupnya akan mengalami banyak perubahan di mana ia harus menyelesaikan tugastugas perkembangan, dari lahir, masa kanak-kanak, masa

Lebih terperinci

(Elisabeth Riahta Santhany) ( )

(Elisabeth Riahta Santhany) ( ) 292 LAMPIRAN 1 LEMBAR PEMBERITAHUAN AWAL FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS INDONUSA ESA UNGGUL JAKARTA Saya mengucapkan terima kasih atas waktu yang telah saudara luangkan untuk berpartisipasi dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (Santrock,2003). Hall menyebut masa ini sebagai periode Storm and Stress atau

BAB 1 PENDAHULUAN. (Santrock,2003). Hall menyebut masa ini sebagai periode Storm and Stress atau 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja ditandai oleh perubahan yang besar diantaranya kebutuhan untuk beradaptasi dengan perubahan fisik dan psikologis, pencarian identitas dan membentuk hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari proses interaksi sosial. Soerjono Soekanto (1986) mengutip

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari proses interaksi sosial. Soerjono Soekanto (1986) mengutip 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia dalam menjalani kehidupan sehari-hari tidak akan terlepas dari proses interaksi sosial. Soerjono Soekanto (1986) mengutip definisi Gillian dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebuah perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebuah perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan bagi manusia merupakan hal yang penting, karena dengan sebuah perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara sosial, biologis maupun

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal

A. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal HARGA DIRI PADA WANITA DEWASA AWAL MENIKAH YANG BERSELINGKUH KARTIKA SARI Program Sarjana, Universitas Gunadarma Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran harga diri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau di kota. Namun banyak manusia yang sudah mempunyai kemampuan baik

BAB I PENDAHULUAN. atau di kota. Namun banyak manusia yang sudah mempunyai kemampuan baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan bermasyarakat, hampir semua manusia hidup terikat dalam sebuah jaringan dimana seorang manusia membutuhkan manusia lainnya untuk dapat hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Dengan adanya kemajuan teknologi dan fenomena global village yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Dengan adanya kemajuan teknologi dan fenomena global village yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dengan adanya kemajuan teknologi dan fenomena global village yang membuat hubungan antar manusia lebih terbuka, serta arus globalisasi membuat Indonesia,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Masalah atau problem merupakan bagian dari kehidupan manusia. Hampir

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Masalah atau problem merupakan bagian dari kehidupan manusia. Hampir BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Masalah atau problem merupakan bagian dari kehidupan manusia. Hampir setiap hari orang dihadapkan kepada persoalan-persoalan yang perlu jalan keluarnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia seringkali terjadi konflik yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia seringkali terjadi konflik yang tidak dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia seringkali terjadi konflik yang tidak dapat dihindarkan dan sulit untuk diselesaikan. Umat manusia diberikan akal dan pikiran agar dapat memecahkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu budaya yang melekat pada diri seseorang karena telah diperkenalkan sejak lahir. Dengan kata lain,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan individu dari belahan dunia lain menjadi lebih mudah.

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan individu dari belahan dunia lain menjadi lebih mudah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era Globalisasi dan perkembangan teknologi saat ini telah membantu manusia dengan mudah untuk berinteraksi dengan masyarakat yang memiliki latar belakang budaya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cinta, seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan individu dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. cinta, seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan individu dewasa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tugas perkembangan individu dewasa adalah merasakan ketertarikan terhadap lawan jenis yang akan menimbulkan hubungan interpersonal sebagai bentuk interaksi

Lebih terperinci

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan sangat cepat. Perubahan yang terjadi dalam bidang teknologi, informasi dan juga ledakan populasi

Lebih terperinci

PENYESUAIAN PERKAWINAN PADA PASANGAN YANG BERLATAR BELAKANG ETNIS BATAK DAN ETNIS JAWA. Mia Retno Prabowo Fakultas Psikologi, Universitas Gunadarma

PENYESUAIAN PERKAWINAN PADA PASANGAN YANG BERLATAR BELAKANG ETNIS BATAK DAN ETNIS JAWA. Mia Retno Prabowo Fakultas Psikologi, Universitas Gunadarma PENYESUAIAN PERKAWINAN PADA PASANGAN YANG BERLATAR BELAKANG ETNIS BATAK DAN ETNIS JAWA Mia Retno Prabowo Fakultas Psikologi, Universitas Gunadarma ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk meneliti bagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasangan yang diinginkan menjadi bermacam-macam sesuai pandangan ideal

BAB I PENDAHULUAN. pasangan yang diinginkan menjadi bermacam-macam sesuai pandangan ideal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memiliki pasangan untuk menikah adalah harapan setiap individu. Pasangan adalah teman hidup di saat senang maupun susah, setiap orang mempunyai ekspektasi tersendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia dalam perkembangan hidupnya akan mengalami banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia dalam perkembangan hidupnya akan mengalami banyak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia dalam perkembangan hidupnya akan mengalami banyak perubahan dimana ia harus menyelesaikan tugas-tugas perkembangan, dari lahir, masa kanak-kanak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki keinginan untuk mencintai dan dicintai oleh lawan jenis. menurut

BAB I PENDAHULUAN. memiliki keinginan untuk mencintai dan dicintai oleh lawan jenis. menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam kehidupan manusia terdapat berbagai bentuk hubungan sosial. Salah satunya adalah hubungan intim lawan jenis atau hubungan romantis. Hubungan ini dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui tahap intimacy vs isolation. Pada tahap ini, individu berusaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. melalui tahap intimacy vs isolation. Pada tahap ini, individu berusaha untuk 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Saat seseorang memasuki usia dewasa awal, ia mengalami perubahan dalam hidupnya. Pada usia ini merupakan transisi terpenting dalam hidup manusia, dimana remaja mulai

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Manusia diciptakan oleh Allah SWT berpasang-pasangan. Sudah menjadi fitrah manusia yang mempunyai kecenderungan untuk hidup bersama dengan manusia lainnya serta mencari pasangan

Lebih terperinci

BAB V POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PARTISIPAN INDONESIA DALAM PERSEKUTUAN DOA SOLAFIDE

BAB V POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PARTISIPAN INDONESIA DALAM PERSEKUTUAN DOA SOLAFIDE BAB V POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PARTISIPAN INDONESIA DALAM PERSEKUTUAN DOA SOLAFIDE Komunikasi menjadi bagian terpenting dalam kehidupan manusia, setiap hari manusia menghabiskan sebagian besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tahap perkembangan psikososial Erikson, intimacy versus isolation, merupakan isu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tahap perkembangan psikososial Erikson, intimacy versus isolation, merupakan isu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tahap perkembangan psikososial Erikson, intimacy versus isolation, merupakan isu utama bagi individu yang ada pada masa perkembangan dewasa awal. Menurut Erikson,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada umumnya setiap individu mempunyai keinginan untuk dapat menjalin relasi yang lebih dalam dengan individu yang disukainya. Maslow (1970 : 4) mengemukakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Tri Fina Cahyani,2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Tri Fina Cahyani,2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah peristiwa penting dalam kehidupan seorang individu, di mana pernikahan ini memiliki beberapa tujuan yaitu mendapatkan kebahagiaan, kepuasan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan menjadi prioritas dalam hidup jika seseorang sudah berada di usia yang cukup matang dan mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. matang dari segi fisik, kognitif, sosial, dan juga psikologis. Menurut Hurlock

BAB I PENDAHULUAN. matang dari segi fisik, kognitif, sosial, dan juga psikologis. Menurut Hurlock BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masa dewasa merupakan masa dimana setiap individu sudah mulai matang dari segi fisik, kognitif, sosial, dan juga psikologis. Menurut Hurlock (dalam Jahja, 2011), rentang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pernikahan adalah salah satu proses penting dalam kehidupan sosial manusia. Pernikahan merupakan kunci bagi individu untuk memasuki dunia keluarga, yang di dalamnya terdapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Setiap makhluk hidup didunia memiliki keinginan untuk saling berinteraksi. Interaksi social yang biasa disebut dengan proses sosial merupakan syarat utama terjadinya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Kesiapan menikah

TINJAUAN PUSTAKA Kesiapan menikah 7 TINJAUAN PUSTAKA Kesiapan menikah Duvall (1971) menyatakan bahwa kesiapan menikah adalah laki-laki maupun perempuan yang telah menyelesaikan masa remajanya dan siap secara fisik, emosi, finansial, tujuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pacaran merupakan sebuah konsep "membina" hubungan dengan orang lain dengan saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lahir, menikah, dan meninggal. Pernikahan merupakan penyatuan dua jiwa

BAB I PENDAHULUAN. lahir, menikah, dan meninggal. Pernikahan merupakan penyatuan dua jiwa 1 A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Dalam perjalanan hidup manusia, terdapat tiga saat yang penting, yakni lahir, menikah, dan meninggal. Pernikahan merupakan penyatuan dua jiwa menjadi satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Suku ini banyak mendiami wilayah Provinsi Sumatera Utara,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Suku ini banyak mendiami wilayah Provinsi Sumatera Utara, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suku Batak merupakan salah satu suku bangsa terbesar di Indonesia. Suku ini banyak mendiami wilayah Provinsi Sumatera Utara, khususnya daerah di sekitar Danau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat seseorang memutuskan untuk menikah, maka ia akan memiliki harapan-harapan yang tinggi atas pernikahannya (Baron & Byrne, 2000). Pernikahan merupakan awal terbentuknya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. banyaknya suku bangsa di Indonesia yang mendiami berbagai pulau yang ada.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. banyaknya suku bangsa di Indonesia yang mendiami berbagai pulau yang ada. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya suku bangsa di Indonesia yang mendiami berbagai pulau yang ada. Mereka tersebar di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan alternatif kesempatan kerja bagi daerah-daerah yang kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan alternatif kesempatan kerja bagi daerah-daerah yang kekurangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mencari kehidupan di negeri orang sebenarnya merupakan alternatif terakhir bagi seseorang, kecuali di sekitar tempat kediamannya tidak terdapat kesempatan kerja.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keluarga yang harmonis. Dalam berumah tangga setiap pasang terkadang

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keluarga yang harmonis. Dalam berumah tangga setiap pasang terkadang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan suatu tradisi dipersatukannya dua insan manusia dalam ikatan suci, dan keduanya ingin mencapai tujuan yang sama yaitu menjadi keluarga yang harmonis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia terdiri dari banyak suku. Menurut data statistik terakhir, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia terdiri dari banyak suku. Menurut data statistik terakhir, jumlah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia terdiri dari banyak suku. Menurut data statistik terakhir, jumlah suku di Indonesia mencapai 1.128 suku. Setiap suku memiliki sistem kekerabatan masing-masing.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang pernikahan menyatakan bahwa pernikahan adalah: berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. (UU RI Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. tentang pernikahan menyatakan bahwa pernikahan adalah: berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. (UU RI Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Undang-Undang Republik Indonesia (UU RI) Nomor 1 tahin 1974 pasal 1 tentang pernikahan menyatakan bahwa pernikahan adalah: Ikatan lahir dan batin antara seorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bagi kehidupan manusia. Banyak orang mengeluhkan dirinya merasa tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bagi kehidupan manusia. Banyak orang mengeluhkan dirinya merasa tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebahagiaan adalah hal yang utama, karena kebahagiaan sangat penting bagi kehidupan manusia. Banyak orang mengeluhkan dirinya merasa tidak bahagia walaupun secara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap manusia tidak ada yang sempurna, begitu pula dengan pernikahan, tidak ada pernikahan yang sempurna. Setiap individu yang memiliki pasangan untuk berbagi waktu,

Lebih terperinci

ABSTRAK. A. Latar belakang masalah

ABSTRAK. A. Latar belakang masalah Judul Studi kasus : Penyesuaian menantu perempuan yang tinggal di rumah mertua yang berbeda suku Nama : Ika wahyuni NPM :10501147 NIRM : 20013137380050146 Pembimbing : M. Fakhrurrozi, M.psi, psi A. Latar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki beranekaragam suku bangsa, tentu memiliki puluhan bahkan ratusan adat budaya. Salah satunya

Lebih terperinci

KONFLIK INTERPERSONAL ANTAR ANGGOTA KELUARGA BESAR

KONFLIK INTERPERSONAL ANTAR ANGGOTA KELUARGA BESAR KONFLIK INTERPERSONAL ANTAR ANGGOTA KELUARGA BESAR Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan oleh: SITI SOLIKAH F100040107 Kepada FAKULTAS PSIKOLOGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bahasan dalam psikologi positif adalah terkait dengan subjective well being individu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bahasan dalam psikologi positif adalah terkait dengan subjective well being individu. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada umumnya, ilmu psikologi lebih menekankan kepada aspek pemecahan masalah yang dialami individu dan cenderung lebih memusatkan perhatian kepada sisi negatif perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia memiliki fitrah untuk saling tertarik antara laki-laki dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia memiliki fitrah untuk saling tertarik antara laki-laki dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia memiliki fitrah untuk saling tertarik antara laki-laki dan perempuan. Kemudian ketertarikan tersebut, diwujudkan dalam bentuk perkawinan atau pernikahan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pernikahan merupakan langkah awal untuk membentuk suatu keluarga. Sangat penting bagi calon pasangan baru untuk memahami bahwa pernikahan merupakan suatu keputusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. hakekat itu, manusia selalu berusaha untuk selalu memenuhi kebutuhannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. hakekat itu, manusia selalu berusaha untuk selalu memenuhi kebutuhannya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Manusia merupakan makhluk sosial, yang tidak bisa hidup sendiri, saling membutuhkan dan saling tergantung terhadap manusia lainnya, dengan sifat dan hakekat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencari dan menemukan pasangan hidup yang akhirnya akan. (Huvigurst dalam Hurlock, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. mencari dan menemukan pasangan hidup yang akhirnya akan. (Huvigurst dalam Hurlock, 2000). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap individu memiliki salah satu tugas perkembangan untuk mencari dan menemukan pasangan hidup yang akhirnya akan mengarahkan individu tersebut untuk melangsungkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti marsombuh sihol dan rondang bittang serta bahasa (Jonris Purba,

BAB I PENDAHULUAN. seperti marsombuh sihol dan rondang bittang serta bahasa (Jonris Purba, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Simalungun merupakan salah satu suku dengan ragam keunikan yang dimiliki, tanah yang subur, masyarakat yang ramah dan lemah lembut. Memiliki kekayaan warisan budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN hingga (Unicef Indonesia, 2012). Menurut Departemen Sosial

BAB I PENDAHULUAN hingga (Unicef Indonesia, 2012). Menurut Departemen Sosial BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah panti asuhan terbesar di dunia dengan perkiraan jumlah lembaga pengasuhan anak pada tahun 2007 sekitar 5.250 hingga 8.610 (Unicef

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap manusia harus melewati tahap-tahap perkembangan di dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap manusia harus melewati tahap-tahap perkembangan di dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia harus melewati tahap-tahap perkembangan di dalam kehidupannya. Salah satu tahapan yang harus dilewati adalah masa dewasa awal. Masa dewasa awal (young

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan yang sama. Jenis kelamin dari anak kembar ini bisa sama, tapi bisa

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan yang sama. Jenis kelamin dari anak kembar ini bisa sama, tapi bisa BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Anak kembar adalah dua orang anak atau lebih yang lahir dari satu masa kehamilan yang sama. Jenis kelamin dari anak kembar ini bisa sama, tapi bisa juga berbeda. Secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa dewasa adalah masa awal individu dalam menyesuaikan diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa dewasa adalah masa awal individu dalam menyesuaikan diri terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa dewasa adalah masa awal individu dalam menyesuaikan diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru. Pada masa ini, individu dituntut

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. A. Latar belakang. adat ( kebiasaan ), tujuan gaya hidup dan semacamnya.

PENDAHULUAN. A. Latar belakang. adat ( kebiasaan ), tujuan gaya hidup dan semacamnya. 16 PENDAHULUAN A. Latar belakang Pernikahan merupakan ikatan lahir batin dan persatuan antara 2 pribadi yang berasal dari keluarga, sifat, kebiasaan dan budaya yang berbeda. Menurut Afaq (2003) pernikahan

Lebih terperinci

5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 149 5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN Pada bab pendahuluan telah dijelaskan bahwa penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran psychological well-being pada wanita dewasa muda yang menjadi istri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pikiran negative yang dapat memicu lahir konflik(meteray, 2012:1).

BAB I PENDAHULUAN. pikiran negative yang dapat memicu lahir konflik(meteray, 2012:1). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan bangsa yang multikultural. Bangsa Indonesia memiliki lebih dari 300 suku bangsa besar dan kecil, banyak suku bangsa dengan bahasa dan identitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan merupakan suatu institusi sosial yang diakui disetiap kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan merupakan suatu institusi sosial yang diakui disetiap kebudayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pernikahan merupakan suatu institusi sosial yang diakui disetiap kebudayaan atau masyarakat. Sekalipun makna pernikahan berbeda-beda, tetapi praktekprakteknya pernikahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pernikahan. Berdasarkan Undang Undang Perkawinan no.1 tahun 1974,

BAB I PENDAHULUAN. pernikahan. Berdasarkan Undang Undang Perkawinan no.1 tahun 1974, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada umumnya, setiap individu pada tahap perkembangan dewasa awal menjalin suatu hubungan dengan lawan jenis yang berujung pada jenjang pernikahan. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan satuan sosialnya yaitu keluarga. Menurut Khairudin (1997 : 43) keluarga

BAB I PENDAHULUAN. dengan satuan sosialnya yaitu keluarga. Menurut Khairudin (1997 : 43) keluarga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak awal keberadaan seorang individu memiliki relasi yang mutlak dengan satuan sosialnya yaitu keluarga. Menurut Khairudin (1997 : 43) keluarga merupakan kesatuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang datang dari dirinya maupun dari luar. Pada masa anak-anak proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang datang dari dirinya maupun dari luar. Pada masa anak-anak proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dilahirkan ke dunia dengan misi menjalankan kehidupan sesuai dengan kodrat ilahi yakni tumbuh dan berkembang. Untuk tumbuh dan berkembang, setiap orang harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian Masa dewasa awal merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru. Orang dewasa muda diharapkan memainkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki biaya menikah, baik mahar, nafkah maupun kesiapan

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki biaya menikah, baik mahar, nafkah maupun kesiapan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menikah adalah bagian dari ibadah, karena itu tidak ada sifat memperberat kepada orang yang akan melaksanakannya. Perkawinan atau pernikahan menurut Reiss (dalam

Lebih terperinci