PELATIHAN OPERATOR WHEEL CRANE

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PELATIHAN OPERATOR WHEEL CRANE"

Transkripsi

1 WCO 05 = PENGOPERASIAN WHEEL CRANE PELATIHAN OPERATOR WHEEL CRANE DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI

2 KATA PENGANTAR Kehadiran dan peranan alat-alat berat dalam Pembangunan Nasional tidak dapat dipungkiri lagi. Dalam penggunaan alat-alat berat berbagai tuntutan besar harus dipenuhi, antara lain produksi, kualitas dan kecepatan. Mengingat tuntutan termaksud, ditambah dengan nilai atau harga alat-alat berat yang demikian besar, maka operator alat-alat berat yang termasuk dalam penanggung jawab tuntutan tersebut, perlu mempunyai kompetensi yang diperlukan sesuai yang digariskan dalam SKKNI. Operator Wheel Crane adalah salah satu dari mereka yang harus dapat memenuhi tuntutan tersebut di atas. Kemampuan operator yang sesuai dengan kompetensi yang dipersyaratkan diperoleh dari pengalaman pengoperasian alat yang cukup serta pelatihan-pelatihan yang diperlukan untuk mengisi kekurangan yang ada. Buku atau modul ini merupakan suatu materi yang diperuntukkan bagi para peserta pelatihan dan juga instruktur yang akan menanganinya. Penulis sadar bahwa buku ini masih terdapat kekurangan-kekurangan, apalagi mengingat bahwa perkembangan teknologi dibidang alat-alat berat cukup pesat. Oleh karenanya berbagai masukan termasuk koreksi terhadap buku ini sangat diharapkan demi sempurnanya buku ini. Atas segala sumbang saran dan masukannya penulis menyampaikan banyak terima kasih. Jakarta, Desember Penyusun i

3 LEMBAR TUJUAN JUDUL PELATIHAN : OPERATOR WHEEL CRANE TUJUAN PELATIHAN : A. Tujuan Umum Pelatihan Setelah mengikuti pelatihan diharapkan peserta mampu mengoperasikan wheel crane dengan benar dan aman melaksanakan pemeliharaan harian sesuai dengan petunjuk pemeliharaan dan membuat laporan operasi. B. Tujuan Khusus Pelatihan Setelah penyampaian modul ini peserta mampu : 1. Menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja selama melakukan pemeliharaan dan pengoperasian wheel crane. 2. Melaksanakan pemeliharaan harian wheel crane sesuai dengan petunjuk pemeliharaan. 3. Melaksanakan pengoperasian wheel crane sesuai dengan aplikasi dan teknik operasi yang benar. 4. Membuat laporan operasi. Seri / Judul Modul WCO 05 : TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU) Setelah selesai mengikuti modul ini, peserta diharapkan mampu melaksanakan pengoperasian wheel crane sesuai dengan teknik pengoperasian yang benar dan aman TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK) Setelah modul ini diajarkan, peserta dapat : 1. Menjelaskan Pengetahuan Dasar dan Diagram Beban pada Wheel Crane 2. Melaksanakan Teknik Dasar 3. Melaksanakan Teknik Aplikasi 4. Menjelaskan Tali Baja dan Sling 5. Menjelaskan Rambu-rambu Lalu Lintas dan Bahasa Isyarat ii

4 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...i LEMBAR TUJUAN... ii DAFTAR ISI... iii DESKRIPSI SINGKAT DAN DAFTAR MODUL... v PANDUAN PEMBELAJARAN...vi BAB I PENDAHULUAN Umum Pengetahuan Dasar dan Komponen Utama Terminologi BAB II TEKNIK DASAR PENGOPERASIAN WHEEL CRANE Umum Gerakan Dasar Operasi Wheel Crane Menjalankan Unit Pemindahan Beban BAB III TEKNIK APLIKASI PENGOPERASIAN WHEEL CRANE Umum Persiapan Operasi Pemilihan Mode (Steering Mode dan Drive Mode) Hal-hal yang tidak boleh dilakukan dalam pengoperasian Memindahkan Beban BAB IV TALI BAJA DAN SLING Umum Tali Baja Slinging Rigging Jenis dan Karakteristik Benda/Material yang akan diangkat iii

5 BAB V RAMBU-RAMBU LALU LINTAS DAN BAHASA ISYARAT Umum Rambu-rambu Lalu Lintas Bahasa Isyarat RANGKUMAN DAFTAR PUSTAKA iv

6 DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN MODUL PELATIHAN 1. Kompetensi kerja yang disyaratkan untuk jabatan kerja Operator Wheel Crane dibakukan dalam SKKNI (Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia) yang didalamnya sudah dirumuskan uraian jabatan, unit-unit kompetensi yang harus dikuasai, elemen kompetensi lengkap dengan kriteria unjuk kerja (performance criteria) dan batasan-batasan penilaian serta variabel-variabelnya. 2. Mengacu kepada SKKNI, disusun SLK (Standar Latihan Kerja) dimana uraian jabatan dirumuskan sebagai Tujuan Umum Pelatihan dan unit-unit kompetensi dirumuskan sebagai Tujuan Khusus Pelatihan, kemudian elemen kompetensi yang dilengkapi dengan Kriteria Unjuk Kerja (KUK) dikaji dan dianalisis kompetensinya yaitu kebutuhan : pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku kerja, selanjutnya dirangkum dan dituangkan dalam suatu susunan kurikulum dan silabus pelatihan yang diperlukan. 3. Untuk mendukung tercapainya tujuan pelatihan tersebut, berdasarkan rumusan kurikulum dan silabus yang ditetapkan dalam SLK, disusunlah seperangkat modul-modul pelatihan seperti tercantum dalam DAFTAR MODUL dibawah ini yang dipergunakan sebagai bahan pembelajaran dalam pelatihan Operator Wheel crane DAFTAR MODUL No. Kode Judul Modul 1. WCO 01 Etos Kerja 2. WCO 02 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) 3. WCO 03 Struktur dan fungsi Wheel Crane 4. WCO 04 Pemeliharaan Harian Wheel Crane (Maintenance) 5. WCO 05 Pengoperasian Wheel crane 6. WCO 06 Laporan operasi v

7 PANDUAN PEMBELAJARAN vi

8 A. BATASAN PANDUAN PEMBELAJARAN No. Item Batasan Uraian 1. Seri / Judul WCO 05 = Keterangan 2. Deskripsi Materi ini membahas masalah pengoperasian wheel crane terutama menyangkut teknik dasar pengoperasian dan teknik aplikasi pengoperasian wheel crane, juga mengenai diagram beban, Slinging dan Rigging serta rambu-rambu dan bahasa isyarat. Hal lain juga sedikit dibahas mengenai kapasitas crane, sistem pengoperasian terminologi. 3. Tempat Kegiatan Didalam ruang kelas lengkap dengan fasilitasnya 4. Waktu Kegiatan 8 jam pelajaran teori atau 360 menit dan 16 jam pelajaran praktek atau 720 menit. vii

9 B. PROSES PEMBELAJARAN Kegiatan Instruktur Kegiatan Peserta Pendukung 1. Ceramah pembukaan : Menjelaskan tujuan instruksional (TIU dan TIK) Merangsang motivasi peserta dengan pertanyaan atau pengalamannya dalam mengoperasikan wheel crane. Waktu = 10 menit Mengikuti penjelasan TIU dan TIK dengan tekun dan aktif. Mengajukan pertanyaan bila ada yang kurang jelas OHT Penjelasan Bab I Pendahuluan Memberikan penjelasan mengenai kapasitas crane terkait dengan kekuatan dan stabilitas crane, sistem pengoperasian wheel crane. Memberikan penjelasan mengenai pengetahuan dasar khususnya diagram beban dan cara membacanya. Memberikan penjelasan singkat mengenai komponen utama, tuas kendali dan instrumen Memberikan penjelasan mengenai terminologi yang dipakai dalam wheel crane Waktu = 70 menit Mengikuti dengan tekun penjelasan instruktur Menanyakan hal-hal yang kurang jelas Mengikuti diskusi yang diadakan Mencatat hal-hal penting OHT 1-1 OHT 1-2 OHT 1-3 OHT 1-4 OHT 1-5 OHT 1-6 OHT 1-7 OHT 1-8 OHT 1-9 OHT 1-10 OHT 1-11 OHT 1-12 OHT 1-13 OHT 1-14 OHT 1-15 OHT 1-16 OHT 1-17 OHT 1-18 OHT 1-19 OHT 1-20 viii

10 Kegiatan Instruktur Kegiatan Peserta Pendukung 3. Penjelasan Bab II, Teknik Dasar Memberikan penjelasan mengenai teknik dasar pengoperasian dan peranannya. Memberikan penjelasan mengenai gerakan dasar operasi wheel crane, outrigger, telescoping, elevating, hoisting, swing. Memberikan penjelasan mengenai traveling, posisi boom, outrigger, swing lock, mode kemudi. Memberikan penjelasan mengenai teknik pemindahan beban, menggunakan outrigger, tanpa outrigger, pick and carry. Waktu = 100 menit Mengikuti dengan tekun penjelasan instruktur Menanyakan hal-hal yang kurang jelas Mengikuti diskusi yang diadakan Mencatat hal-hal penting OHT 2-1 OHT 2-2 OHT 2-3 OHT 2-4 OHT 2-5 OHT 2-6 OHT 2-7 OHT 2-8 OHT 2-9 OHT 2-10 OHT 2-11 OHT 2-12 OHT 2-13 OHT 2-14 OHT 2-15 OHT 2-16 OHT 2-17 OHT 2-18 OHT 2-19 OHT 2 20 s/d OHT Penjelasan Bab III, Teknik Aplikasi Memberikan penjelasan mengenai persiapan opersi Memberikan penjelasan mengenai hal-hal yang tidak boleh dilakukan selama pengoperasian Memberikan penjelasan mengenai mencoba gerakan apa saja yang harus digerakkan. Memberikan penjelasan mengenai manouvering, gerakan apa saja yang harus dilakukan Memberikan penjelasan mengenai pemindahan beban, radius pemindahan, dengan outrigger, tanpa outrigger, pick and carry Mengikuti dengan tekun penjelasan instruktur Menanyakan hal-hal yang kurang jelas Mengikuti diskusi yang diadakan Mencatat hal-hal penting OHT 3-1 OHT 3-2 OHT 3-3 OHT 3-4 OHT 3-5 OHT 3-6 OHT 3-7 OHT 3-8 OHT 3-9 OHT 3-10 OHT 3-11 OHT 3-12 OHT 3-13 OHT 3-14 OHT 3-15 OHT 3-16 OHT 3-17 ix

11 Kegiatan Instruktur Kegiatan Peserta Pendukung Memberikan penjelasan mengenai apa saja yang seharusnya dan sebaiknya diketahui operator, berat beban, kondisi tanah, kondisi ikatan, jenis beban. Waktu = 90 menit 5. Penjelasan Bab IV, Slinging dan Rigging Memberikan penjelasan mengenai tali baja (wire rope), konstruksi, jenis kerusakan, pemeliharaan Memberikan penjelasan mengenai teknik ikatan, jenis ikatan, alat bantu ikatan Memberikan penjelasan mengenai simbol barang yang berbahaya (beracun, mudah terbakar, dan sebagainya) Waktu = 60 menit Mengikuti dengan tekun penjelasan instruktur Menanyakan hal-hal yang kurang jelas Mengikuti diskusi yang diadakan Mencatat hal-hal penting OHT 4-1 OHT 4-2 OHT 4-3 OHT 4-4 OHT 4-5 OHT 4-6 OHT Penjelasan Bab V, Rambu-rambu dan Bahasa Isyarat Memberikan penjelasan mengenai rambu-rambu, operasi dan lalu lintas Memberikan penjelasan mengenai bahasa isyarat Waktu = 30 menit Mengikuti dengan tekun penjelasan instruktur Menanyakan hal-hal yang kurang jelas Mengikuti diskusi yang diadakan Mencatat hal-hal penting OHT 5-1 OHT 5-2 x

12 Kegiatan Instruktur Kegiatan Peserta Pendukung 7. Praktek : Memberikan instruksi dan contoh melakukan teknik dasar pengoperasian wheel crane Memberikan instruksi dan contoh melakukan teknik aplikasi pengoperasian wheel crane Memberikan penjelasan terkait dengan pengoperasian wheel crane Waktu = 720 menit (16) JP, untuk seluruh peserta Melaksanakan setiap instruksi instruktur dengan sungguh-sungguh Melakukan praktek teknik dasar dan teknik aplikasi pengoperasian sesuai dengan kelasnya Mengajukan pertanyaan bila perlu 1 Unit wheel crane sesuai dengan kelasnya Lapangan praktek sesuai denan kebutuhan Beban angkat sesuai dengan kelasnya Catatan/laporan operasi Lembar instruksi xi

13 MATERI SERAHAN xii

14 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Umum Tugas utama operator wheel crane selain menyelesaikan pekerjaan yang ditugaskan kepadanya, juga harus memperhatikan dan menerapkan keselamatan kerja yang terkait dengan keselamatan alat dan keselamatan lingkungan, yang dapat dilakukan dengan melaksanakan pengoperasian alat secara benar dan aman. Dalam pengoperasian wheel crane harus diperhatikan kekuatan angkat dan stabilitas, yakni dengan mengangkat beban tidak melebihi batas kekuatan yang dapat menyebabkan terbaliknya atau rusaknya (patahnya) komponen wheel crane. Pelaksanaan pengoperasian wheel crane yang paling aman dan banyak dipakai adalah mode pengoperasian dengan menggunakan outrigger. Namun untuk pekerjaan tertentu dapat juga dilakukan hanya dengan mode pengoperasian tanpa outrigger yaitu on rubber dan pick and carry. Pada dua metode terakhir yaitu metode on rubber dan pick and carry memerlukan kecermatan yang lebih tinggi karena kondisi operasi yang kurang stabil bila dibandingkan dengan metode pengoperasian menggunakan outrigger. Lokasi atau daerah operasi wheel crane kadang-kadang harus menjangkau daerah yang sulit yang memerlukan bantuan tenaga rigger atau signal man. Untuk itu operator wheel crane harus mempunyai pengetahuan tentang rambu-rambu operasi dan bahasa isyarat. Untuk melaksanakan tugasnya dengan baik dan aman, seorang operator dituntut untuk memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai dalam teknik pengoperasian yang benar sesuai dengan teknik aplikasi pengoperasian wheel crane Pengetahuan Dasar dan Kemampuan/kapasitas angkat wheel crane ditentukan oleh tiga faktor yaitu : Kekuatan crane, dimana crane atau komponen mempunyai batas rusak atau patah pada saat mengangkat beban. Stabilitas crane, dimana crane dapat terbalik pada saat mengangkat beban. Kapasitas winch, dimana winch tidak dapat berputar atau menggulung tali baja untuk mengangkat beban. 1-1

15 Beban yang diijinkan (nilai beban total) Pelatihan Operator Wheel Crane Kapasitas/kemampuan angkat crane ditentukan oleh nilai yang terkecil dari antara ketiga faktor/elemen tersebut diatas, yang dapat dijelaskan dengan diagram dibawah ini. Beban yang diijinkan berdasar stabilitas crane Beban yang diijinkan berdasar kapasitas winch Beban yang diijinkan berdasar kekuatan crane Kurva Beban beban rata-rata maksimum yang diijinkan Radius Kerja (m) Gambar 1.1. Diagram Kapasitas Angkat Nilai beban total didasarkan pada stabilitas crane bila radius kerjanya besar, tapi hanya didasarkan pada kekuatan boom dan komponen lainnya, bila radius kerjanya kecil Kekuatan crane Untuk memperhitungkan kekuatan crane berdasar pada peraturan resmi, seperti sesuatu yang ditetapkan sebagai dasar pertimbangan, seperti : - Tidak hanya nilai beban total tapi berat crane, gaya inersia dan gaya sentrifugal yang terjadi pada gerakan swing dari crane dan elevasi (gerakan turun naik) boom dan gaya tarik dari tali baja Stabilitas crane Titik tumpu adalah titik tempat bekerjanya momen akibat beban dan momen akibat berat Wheel Crane sendiri. Titik tumpu dapat berubah sesuai posisi beban yang diangkat pada saat wheel crane mengangkat atau menurunkan beban. Titik tumpu terletak antara titik berat beban dan titik berat dari wheel crane. Lengan momen dari beban adalah jarak titik tumpu terhadap titik berat 1-2

16 beban (lb) dan lengan momen wheel crane (lw) adalah jarak antara titik tumpu dengan titik berat wheel crane. Momen adalah hasil perkalian antara lengan momen dengan beban atau beratnya wheel crane. Momen dari berat wheel crane adalah momen yang melawan atau mengatasi momen beban. Apabila momen akibat beban lebih berat dari momen akibat berat wheel crane, maka wheel crane akan terbalik (terjadi kecelakaan). Posisi titik tumpu dan momen dapat digambarkan sebagai berikut : W : Berat beban G : Berat Wheel Crane 1 : Lengan momen beban : Lengan momen berat wheel crane Gambar 1.2. Posisi titik tumpu dan momen Pada saat wheel crane beroperasi dengan menggunakan outrigger, maka outrigger berfungsi sebagai titik tumpu. Pada saat mengangkat atau menurunkan beban, maka berat beban yang diangkat menimbulkan momen terhadap titik tumpu (outrigger) tersebut. Outrigger yang bekerja sebagai titik tumpu adalah outrigger antara beban dan wheel crane. Beban yang bekerja pada outrigger adalah: - Berat wheel crane sendiri termasuk boom/jib (G ) - Berat beban termasuk hook block/sling (W ) 1-3

17 Nilai beban total Pelatihan Operator Wheel Crane Apabila jarak titik berat wheel crane ketitik tumpu dan jarak berat ke titik berat beban beban ke titik tumpu 1, maka besarnya momen yang diakibatkan oleh berat beban adalah W x 1, sedangkan besarnya momen yang diakibatkan oleh berat crane/ boom terhadap titik tumpu adalah : G x. Momen akibat beban adalah berlawanan dengan momen akibat berat wheel crane sendiri, bila beban momen akibat beban ( W x 1) lebih besar dari momen akibat berat wheel crane sendiri ( G x ) maka wheel crane akan terbalik. Sehingga dapat dirumuskan : G x > W x 1 Maka wheel crane masih aman, sedangkan G x < W x 1 Maka wheel crane akan terbalik Kinerja crane Nilai (nilai beban total) ditentukan dari perhitungan penghargaan crane berkenaan dengan kekuatan dan stabilitasnya. Kurva nilai beban total Kurva batas kekuatan crane Garis batas Batas aman kekuatan Kurva batas stabilitas (kondisi terguling) Batas aman stabilitas 75% beban yang menggulingkan (standar export Tadano) Radius Kerja (m) Gambar 1.3. Diagram Kinerja (performansi) Crane Catatan : Nilai Beban Total = Berat Beban + Berat Hook, Sling dan sebagainya 1-4

18 Membaca diagram beban dan radius kerja/tinggi angkat a. Diagram beban Diagram ini memberikan nilai beban total berdasarkan pada kondisi operasi seperti panjang boom, sudut elevasi boom, panjang jib, sudut offset jib, radius kerja, dan sebagainya. Diagram seperti ini selalu terdapat dalam kabin operator. b. Cara membaca diagram beban Posisi outrigger keluar penuh (fully extended) Sebagai contoh pada pengoperasian wheel crane menggunakan boom dengan panjang 14,4 meter dan radius kerjanya adalah 7 meter. Pada diagram kita membaca : - Panjang boom/boom length (A) = 14,4 meter - Radius kerja/working radius (B) = 7,0 meter - Maka kolom A = 14,4 m dan kolom B = 7,0 m akan menghasilkan pertemuan pada beban 9,900 kg. Sehingga untuk posisi tersebut beban yang dapat diangkat maksimum adalah 9,900 kg. Pada diagram terdapat garis batas yang dicetak tebal yang memberikan gambaran sebagai berikut : - Nilai beban total diatas garis tebal ditentukan berdasarkan kekuatan crane, sedangkan beban dibawah garis tebal berdasarkan pada stabilitas alat. Kondisi tersebut diatas memberikan petunjuk kepada operator untuk memperhatikan kondisi operasi (misalnya panjang boom, radius operasi) sehingga pengoperasian dapat dilaksanakan dengan benar dan aman. 1-5

19 Contoh diagram beban wheel crane Tadano Gambar 1.4. Diagram Beban 1-6

20 Tinggi Angkat (actual) Tinggi Angkat (teori) Tinggi Angkat (m) Pelatihan Operator Wheel Crane c. Cara membaca diagram radius kerja/tinggi angkat Area kerja dari sebuah wheel crane untuk berbagai panjang dan sudut elevasi boom dan jib dapat dibaca pada diagram, yang secara jelas menghubungkan antara radius kerja dan tinggi angkat. Diagram tersebut dapat dilihat didalam kabin operator engine. Dengan panjang boom 26.3m dan sudut elevasi 70 o, maka tinggi angkat maksimum adalah 25.3m Radius Kerja (m) Keterangan : Tinggi angkat dan sudut boom diatas didasarkan pada kondisi boom lurus (tidak mengangkat beban) dan batas defleksi (lenturan) boom yang diijinkan berdasarkan kondisi beban. Gambar 1.5. Diagram Radius Kerja/ Tinggi Angkat d. Defleksi/lenturan boom Pergeseran puli atas bila dibebani Pada saat beban diangkat, boom akan melengkung ke bawah sehingga working radius bertambah dan lifting height berkurang. Radius Kerja (teori) Radius Kerja (actual) Gambar 1.6. Defleksi pada boom 1-7

21 Diagaram beban wheel crane (model baru) Untuk wheel crane model lebih baru, diagram beban dilengkapi dengan data yang mendukung pengoperasian yang lebih akurat, aman dan efisien. Gambar 1.7. Diagram beban GR-300 EX (mode operasi on outrigger) a. Tambahan data tersebut antara lain : (1) Mode operasi dengan menggunakan outrigger - Data sudut/elevasi boom untuk setiap radius kerja. - Data kapasitas angkat pada sudut/elevasi boom Data sistem tali/puli (part reeving) pada panjang boom tertentu, trkait dengan kapasitas angkat maksimum. - Data radius kerja/beban untuk kapasitas angkat jib pada 2 jenis panjang boom jib dan tiga posisi sudut boom jib. (2) Mode operasi on rubber (data baru) Mode operasi on rubber stationary dan on rubber creep - Kapasitas angkat dengan sistem pengangkatan beban dari depan (over front). - Sudut/elevasi boom maksimum. 1-8

22 - Kapasitas angkat dengan sistem pengangkatan beban/pemindahan Data sistem tali/puli (part reeving) pada panjang boom tertentu, terkait dengan kapasitas angkat maksimum. b. Contoh penerapan pembacaan : (1) Mode on outriggers fully extended 6,3m spread, rotation (panjang boom : 8,7 m, 24,4 m, dan 31,0 m) Bila panjang boom 16,8 m (a) Radius beban/kerja (kolom 1) : 7,0 m Maka dapat dibaca : - Sudut/elevasi boom (kolom 4) : 59,4 0 - Beban maksimum yang dapat diangkat (kolom 5) : 12,9 ton (masih dalam zone stabil) (b) Radius beban/kerja (kolom 4) : 10,0 m Maka dapat dibaca : - Sudut/elevasi boom (kolom 4) : 45,8 0 - Beban maksimum yang dapat diangkat (kolom 5) : 7,05 ton (masuk dalam zone kerja yang harus memperhatikan stabilitas alat) (c) Dengan sudut/elevasi boom 0 0, (diagram kapasitas beban pada zero degree boom angle on outriggers fully extended 6,3m spread rotation) Maka dapat dibaca : - Radius beban/kerja (kolom 4) : 14,3 m - Beban maksimum yang dapat diangkat : 3,2 ton Hubungan dengan Automatic Moment Limiter (AML-L) Data kapasitas angkat tersebut pada diagram beban disimpan (stored) didalam AML, juga berdasarkan pada standar sistem tali/puli (jumlah lilitan/part of line) yang tercantum dalam diagram. Standar sistem tali/puli untuk setiap panjang boom harus mengikuti tabel, yang dapat dibaca : Panjang boom jib 9,7 m 9,7 16,8 m 16,8-31,0 m Single top Jumlah bagian tali

23 Kapasitas angkat jib boom (on outriggers fully extended 6,3m spread rotation) Pada kondisi panjang boom 31m + jib 7,2 m (a) Sudut/elevasi boom (kolom 1) : 70 0 Sudut jib : 25 0 Maka dapat dibaca : - Radius beban/kerja (kolom 4) : n : 14,6 m - Beban maksimum yang dapat diangkat (kolom 5) : w : 2,0 ton. (masih dalam zone kerja stabil) (b) Sudut/elevasi boom (kolom 1) : 70 0 Sudut jib : 45 0 Maka dapat dibaca : - Radius beban/kerja (kolom 6) : n : 15,6 m - Beban maksimum yang dapat diangkat (kolom 7) : w : 1,5 ton. (masih dalam zone kerja stabil) Pada lokasi panjang boom 31m + jib 12,8 m (a) Sudut/elevasi boom (kolom 1) : 70 0 Sudut jib : 5 0 Maka dapat dibaca : - Radius beban/kerja (kolom 2) : n : 15,5 m - Beban maksimum yang dapat diangkat (kolom 3) : w : 1,75 ton (b) Sudut/elevasi boom (kolom 1) : 70 0 Sudut jib : 45 0 Maka dapat dibaca : - Radius beban/kerja (kolom 6) : n : 21m - Beban maksimum yang dapat diangkat (kolom 7) : w : 0,7 ton 1-10

24 (2) Mode on rubber operation Gambar 1.8. Diagram beban GR-300 EX (mode operasi on rubber) (a) On rubber stationary (beroperasi stasioner) (panjang boom : 9,7m, 16,8m dan 24,4m) Mengangkat beban dari depan (over front), panjang boom 9,7 m - Radius beban (kolom 1) : 5,0 m Maka dapat dibaca : - Sudut/elevasi boom (kolom 2) : 44,9 0 - Beban maksimum yang dapat diangkat (kolom 3) : 10,6 ton (masuk dalam zone kerja yang harus memperhatikan stabilitas alat) Mengangkat/memindah beban pada posisi 360 0, panjang boom 9,7m - Radius beban (kolom 1) : 5,0 m Maka dapat dibaca : - Sudut/elevasi boom (kolom 7) : 45,

25 - Beban maksimum yang dapat diangkat (kolom 8) : 4,9 ton (masih dalam zone kerja yang harus memperhatikan stabilitas alat) (b) On rubber creep (bergerak perlahan-lahan) (panjang boom : 9,7 m, 16,8 m dan 24,4 m) Mengangkat beban dari depan (over front), panjang boom 16,8m Radius beban/kerja (kolom 1) : 5,0 m Maka dapat dibaca : - Sudut/elevasi boom (kolom 4) : 64,6 0 - Beban maksimum yang dapat diangkat (kolom 5) : 8,4 ton (masih dalam zone yang harus memperhatikan stabilitas alat) Mengangkat/memindahkan beban pada posisi 360 0, panjang beam 16,8m Radius beban/kerja (kolom 1) : 5,0 m Maka dapat dibaca : - Sudut/elevasi boom (kolom 10) : 66,8 0 - Beban maksimum yang dapat diangkat/dipindahkan (kolom 11) : 4,2 ton (masuk zone kerja yang harus memperhatikan stabilitas alat) Dengan sudut/elevasi boom : 0 0 (diagram beban pada zero degree boom angle boom angle on rubber stationary) Maka dapat dibaca : Mengangkat beban dari depan (over front) - Mengangkat beban/kerja (kolom 4) : 14,3 m - Beban maksimum yang dapat diangkat (kolom 5) : 0,7 ton Mengangkat beban/memindahkan beban pada posisi 360 0, panjang boom hanya dipakai 9,7 m : - Radius beban/kerja (kolom 7) : 7,2 m - Beban maksimum yang dapat diangkat (kolom 8) : 2,1 ton. Hubungan dengan Automatic Momen Limiter (AML-L) Data kapasitas angkat tersebut pada diagram beban disimpan (stored) di dalam AML, juga berdasarkan pada standar sistem tali/puli (jumlah lilitan/part of line) yang tercantum dalam diagram. Standar sistem tali/puli untuk setiap panjang boom harus mengikuti tabel, yang dapat dibaca sebagai berikut : 1-12

26 Panjang boom 9,7 m 9,7 m 24,4 m Single top Jumlah bagian tali (part of line) Komponen Utama Wheel Crane Untuk melakukan pengoperasian dengan baik, terlebih dahulu operator wheel crane harus memahami dengan baik beberapa komponen yang terkait dengan tugas/ pekerjaan pemindahan material dan tuas kendali yang mengatur gerakan komponen tersebut Komponen Utama a. Hydraulic Crane (Rough Terrain Crane) Gambar 1.9. Komponen Utama Rough Terrain Crane 1-13

27 b. Hydraulic crane (Track Crane) Gambar Komponen Utama Trucks Crane Tuas Kendali a. Rough Terrain Crane Keterangan : 24. Steering mode select switch 25. Steering wheel 28. Tuas transmisi 31. Accelerator pedal 32. Service brake pedal 33. Drive mode select switch 34. Parking brake switch Gambar Tuas Kendali pada type Rough Terrain Crane (Travelling) 1-14

28 Gambar 1.12 Tuas Kendali Pada Type Rough Terrain Crane (Crane Operation) Keterangan : 12. PTO Switch 13. Swing Brake Switch 14. Outrigger Control Switch 15. Jack/silinder selector Switch 16. Extend/retract Selector Switch 19. Boom Elevating Control Lever 22. Boom Elevating Control Pedal 23. Boom Telescoping Control Pedal rd /Top Boom Section Extending Switch 25. Boom Telescoping/auxiliary Hoist Control Lever 27. Swing Control Lever. 1-15

29 b. Truck Crane Gambar Tuas Kendali Truck Crane (Crane Operation) Keterangan : 8. Steering wheel 10. Parking or parking and trailer brake lever 11. Transmission gear shift lever 12. Clutch pedal 13. Brake pedal 14. Accelerator pedal Gambar Tuas Kendali Truck Crane (Driving Operation) (Nissan) 1-16

30 1.4. Terminologi Performance, ukuran dan berat (1) Total Rated Load Beban maksimum yang dapat diangkat yang ditentukan oleh panjang boom dan radius kerjanya (working radius). Beban termaksud termasuk berat kait (hook) dan segala macam perlengkapan angkatnya. Sebuah crane 25 ton tidak selalu dapat mengangkat beban 25 ton dalam semua daerah kerja. (2) Rated Load Ini adalah total rated load dikurangi dengan berat kait dan perlengkapan angkat lain. Ini adalah beban yang benar-benar dapat diangkat. Total rated load and rated load Gambar Total rated load and rated load (3) Kapasitas Angkat (Lifting Capacity) Lifting capacity adalah maksimum total rated load dari sebuah crane. (4) Radius Kerja (working Radius) Adalah jarak horizontal dari pusat swing sampai ke pusat kait dari crane termaksud. Radius kerja, bila crane mengangkat beban, akan naik disebabkan karena lenturan boom (boom deflection). Radius kerja maksimum adalah nilai maksimum dari radius kerja dimana crane dapat dioperasikan. (5) Tinggi Angkat (lifting height) Adalah jarak antara tanah dan hook. Tinggi angkat maksimum adalah angka maksimum diantara tinggi angkat crane. 1-17

31 Working radius and lifting height Gambar Working radius and lifting height (6) Panjang boom (boom length) Adalah jarak aksial antara pena tumpuhan boom bawah dan pena sheave bawah pada boom atas. (7) Sudut elevasi (elevation angle) Adalah sudut antara garis pusat boom (boom centerline) dan garis horisontal (horizontal line). Gambar Boom length and elevation angle (8) Panjang Jib (Jib Length) Adalah jarak antara pena sheave bawah pada boom ujung atas (boom head) dan pena sheave pada ujung jib. (9) Sudut offset jib (jib offset angle) Adalah sudut yang dibentuk antara garis tengah boom (boom centerline) dan garis tengah jib (jib center line). 1-18

32 (10) Kecepatan memanjang boom (boom extension speed) Gambar Boom extension speed (11) Kecepatan elevasi boom (boom elevation speed) Gambar Boom elevation speed Gambar Jib length and jib offset angle Kecepatan memanjang boom maksimum, adalah waktu (dalam detik) yang diperlukan untuk memanjangkan boom dari masuk penuh (fully retracted) sampai memanjang penuh (fully extended). Kecepatan 19,5m dalam 82 detik, artinya untuk memanjangkan boom 19,5m diperlukan waktu 82 detik. Yaitu waktu yang diperlukan untuk menggerakkan boom, yang masuk penuh (fully retracted), dari titik terendah sampai ke tertinggi. Kecepatan 0 0 sampai 83 0 dalam 58 detik berarti bahwa untuk menaikkan boom dari 0 O ke 83 0 memerlukan waktu 58 detik. 1-19

33 (12) Kecepatan menggulung (winding-up speed, single line speed) Gambar Kecepatan menggulung (13) Kecepatan kait (hook speed) Adalah kecepatan winch menggulung (winch up) dalam menit. Kecepatan 125 m/menit (pada layer ke 4) berarti bahwa winch dapat menggulung (tali baja pada drum) 125 m dalam 1 menit dengan 4 layer (tali baja) pada drum. Adalah kecepatan naik kait (hook) maksimum per menit. Kecepatan kait didapat dengan membagi kecepatan tali tungggal (single line) dengan jumlah lilitan (part line) Contoh : Kecepatan kabel/tali atau kecepatan menggulung tali : 126 m/menit Jumlah lilitan kabel/tali (part line) :7 Kecepatan kait : 126 m/menit = 18 m/menit 7 Gambar Kecepatan kait (14) Kecapatan ayun (swing speed) Adalah jumlah maksimum putaran swing per menit Kecepatan : 3 rpm Berarti, 3 putaran per menit. Gambar Kecepatan ayun 1-20

34 (15) Reaksi jack maksimum dalam operasi (maximum jack reaction in operation). Beban maksimum pada tanah, yang diberikan oleh titik tumpu ketika crane dengan suatu beban (a total rated load) di swing. Dengan outrigger dikeluarkan, ini disebut maksimum reaksi jack dalam pengoperasian. Tanah dimana outrigger dipanjangkan hendaknya disiapkan untuk itu. Gambar Reaksi jack maksimum (16) Panjang keseluruhan, lebar keseluruhan dan tinggi keseluruhan (over all length, over all width dan aver all hight) Ukuran panjang, lebar dan tinggi keseluruhan adalah seperti ditunjukkan pada gambar berikut, dengan boom dan outrigger pada posisi tersimpan pada tempatnya (stored), sedangkan kaca spin (mirror) dan antena tidak masuk dalam ukuran. Gambar Ukuran keseluruhan crane 1-21

35 (17) Wheel base Adalah jarak antara pusat-pusat as (axle centers), sebagaimana terlihat gambar berikut GAMBAR TR - 12 Gambar Wheel base (18) Jejak (tread, track) Adalah jejak antara tengah-tengah/pusat permukaan singgung yang dibentuk oleh ban-ban dan permukaan tanah. Dalam hal roda-roda ganda (doble wheels), adalah jarak antara tengah-tengah dari rodaroda ganda sebagaimana ditunjukkan dalam gambar berikut : Gambar Tread, track (19) Berat kendaraan (vehicle weight : VW) Berat kendaraan adalah tanpa orang dan beban. Termasuk bahan bakar, minyak, air pendingin dan sebagainya, diluar ban dan roda serep (spare) dan kunci-kunci (tools) 1-22

36 (20) Gross Vehicle Weight (GVW) : Berat kendaraan kotor (gross vehicle weight) adalah berat kendaraan ditambah berat orang sesuai dengan kapasitas duduknya dan maksimum beban (berat maksimum dari beban yang diangkut pada kendaraan/crane. GVW : VW + berat orang sesuai kapasitas duduk (65 kg/orang) (21) Kecepatan travelling maksimum Adalah performasi yang menunjukkan berapa cepat kendaraan berjalan (runs) dengan GVW nya. Dinyatakan dalam km/h (22) Gradeabiity Adalah performasi yang menunjukkan berapa curam inklinasi jalan yang dapat dilewati kendaraan. Inklinasi maksimum dinyatakan dalam tangens Ө (jalan aspal kering) adalah dimana kendaraan dapat berjalan (start) dengan kondisi GVW. (23) Radius putar minimum (minimum turning radius) Adalah performansi yang menunjukkan berapa kecil kendaraan (crane) dapar berputar. Gambar Gradeability Gambar Radius putar minimum 1-23

37 Ditunjukkan dengan kondisi Roda kemudi (steering wheel diputar penuh) Kendaraan/crane berjalan pada jalan aspal rata Radius dari garis yang ditarik perlahan oleh roda paling jauh (24) Sudut approach (approach angle) Adalah sudut yang berbentuk antara permukaan tanah dan persinggungan dari bagian bawah depan dari kendaraan lingkaran roda paling jauh. Gambar Sudut approach (25) Sudut keberangkatan (departure angle) Adalah sudut yang terbentuk antara permukaan tanah dan persinggungan dari bagian bawah belakang dan lingkaran. (26) Minyak hidrolik (hydrolic oil) Adalah minyak dengan apa silinder dan motor hidrolik digerakkan. (27) Tangki minyak hidrolik (hydraulic oil tank) Adalah tangki tempat minyak hidrolik dikumpulkan/ditampung. (28) Pompa hidrolik (hydraulic pump) Pompa hidrolik digerakkan/diputar oleh engine, menghisap minyak hidrolik dari tangki hidrolik, dan mengeluarkannya sebagai minyak bertekanan ke silinder hidrolik, motor hidrolik, dan sebagainya. Ada 2 tipe pompa : Pompa displacemen tetap (fixed displacement pump) Pompa displacemen variabel (variable displacement pump) 1-24

38 Pompa yang biasa dipakai pada crane adalah sebagai berikut : Gambar Pompa hidrolik (29) Silinder hidrolik (hydraulic cylinder) Merupakan suatu alat untuk membuat gerakan-gerakan lurus (linier) oleh tenaga hidrolik. Biasanya yang digunakan pada crane adalah silinder hidrolik kerja ganda. (30) Silinder hidrolik kerja ganda Adalah silinder hidrolis yang didesain untuk menyuplai minyak hidrolik bertekanan untuk kedua sisi piston. Digunakan untuk silinder teleskoping dan silinder elevasi dari boom, dan silinder jack outrigger. Gambar Silinder hidrolik kerja ganda (31) Motor hidrolik (hydraulic motor) Merupakan alat yang menghasilkan gerakan putar kontinue dengan minyak bertekanan. Sebuah pompa hidrolik, bila poros putarnya diputar, mengeluarkan minyak. Motor hidrolik, kebalikannya, membuat poros putarnya berputar dengan tenaga oleh minyak hidrolik yang dimasukkan. Sebagai alat penggerak winch dan swing adalah motor plunyer, seperti terlihat dalam gambar berikut : 1-25

39 (32) Katup (valve) Adalah alat untuk mengendalikan tekanan, aliran (flow) dan aliran dari minyak hidrolik bertekanan, katup-katup tersebut adalah katup pengendali tekanan, katup pengendali aliran dan katup pengendali arah. a) Relief valve Gambar Motor hidrolik Apabila tekanan didalam sirkuit hidrolik mencapai level yang lebih tinggi dari tekanan setelan (setting), maka relief valve mengalirkan sebagian atau sama minyak hidrolik ke sisi pengembalian dari sirkuit untuk mencegah tekanan naik diatas tekanan setelan. Sebagai katup pengaman untuk peralatan hidrolik, relief valve selalu digunakan didalam sirkuit hidrolik crane. b) Counter balance valve Gambar Relief valve Ini salah satu macam katup pengendali tekanan utuk mencegah benda yang dianggap jatuh. Sebagai alat pengaman hidrolis, katup ini dipasang pada silinder elevasi dan winch. 1-26

40 Gambar Counter balance valve c) Katup kendali kompersasi aliran dan tekanan (presure compersated flow control valve) Merupakan katup kendali aliran untuk mempertahankan perbedaan antara tekanan disisi inlet dan outlet pada level yang tetap untuk tujuan mendapatkan aliran yang tetap terlepas dari naik turunnya (fluktuasi tekanan). Katup ini digunakan dalam sirkuit winch, sebagai contoh, untuk mengakomodasikan operasi inching. Gambar Katup kendali kompresi d) Check valve Merupakan katup kendali arah yang membiarkan minyak untuk mengalir dengan bebas dalam satu arah saja (tidak dalam arah yang lain). Suatu check valve yang dengan fungsi untuk melepas pencegahan aliran dalam arah bertentangan disebut pilot check valve. Ini digunakan dalam sirkuit jack dari outrigger. 1-27

41 Gambar Check valve e) Katup kendali arah (directional control valve) Katup ini digunakan untuk memindah arah aliran menjadi gerakan silinder hidrolik atau putaran motor hidrolik. Directional control valve yang dibantu dengan electromagnet disebut solenoid control valve. Gambar Katup kendali arah f) Oil cooler Setelah peralatan hidrolik bekerja beberapa jam terus-menerus temperatur minyak hidrolik akan naik. Temperatur yang tinggi menurunkan viscositas minyak hidrolik, menurunkan tenaga dan kecepatan, dan mempercepat memburuknya bahan perapat. Oil cooler mencegah temperatur minyak hidrolik menjadi tinggi. g) Rated pressure Adalah tekanan maksimum dimana penggunaan secara terus menerus adalah mungkin. 1-28

42 h) Rated flow Aliran maksimum yang diperoleh secara terus-menerus melalui gerakan atau putaran pompa yang continue. i) Delivery Volume minyak yang dikeluarkan pompa dalam suatu waktu. Unit L/menit 1-29

43 BAB II TEKNIK DASAR PENGOPERASIAN 2.1 Umum Pengoperasian crane dengan pengertian melakukan pemindahan beban (barang dengan berat tertentu) terdiri dari gerakan pengangkatan beban serta pemindahan dari tempat semula ke tempat lain yang berbeda. Hal yang perlu selalu mendapat perhatian adalah keselamatan kerjanya, keselamatan bagi manusia terutama operator dan juga bagi unit alatnya sendiri, disamping tentunya efisiensi kerjanya. Keselamatan kerja terkait erat dengan kemampuan alat dalam menerima beban angkat yang dilakukannya. Kemampuan ini dibatasi oleh dua hal utama yaitu batasan kemampuan karena kekuatan konstruksi dan batasan kemampuan karena keseimbangan dalam pengangkatan beban. Kedua batasan kemampuan tersebut telah benar-benar diperhitungkan oleh pihak pabrik sehingga selama melakukan pengoperasian crane dengan mengikuti ketentuan pabrik, maka keselamatan bisa diharapkan. Oleh karena itu sebelum melakukan pengoperasian crane, operator harus benar-benar memahami dengan baik dan benar mengenai alat/ crane atau dengan kata lain, sebelum melakukan pengoperasian crane, maka harus dikuasai terlebih dahulu teknikteknik dasar pengoperasian crane. Teknik dasar pengoperasian ini tidak lain adalah bagaimana melakukan gerakangerakan dasar operasi secara benar sesuai dengan ketentuan dan petunjuk pabrik. 2.2 Gerakan Dasar Operasi Wheel Crane Gerakan ini adalah gerakan-gerakan yang diperlukan untuk pengoperasian whel crane. Gerakan-gerakan ini merupakan gerakan dasar yang secara teknis harus dikuasai oleh operator yang akan melakukan pengoperasian wheel crane Outrigger Pemasangan outrigger adalah dengan tujuan untuk mendapatkan stabilitas yang baik bagi crane terutama ketika crane melakukan pengangkatan beban. Dalam pengoperasian wheel crane unit harus dalam posisi level dan bertumpu pada keempat outrigger float yang berada pada keempat jack diujung-ujung outrigger (beam). 2-1

44 Kapasitas angkat outrigger dipengaruhi oleh kondisi bentangan outrigger. Kapasitas terbesar adalah bila outrigger dikeluarkan secara penuh (maksimum extended width). Gerakan-gerakan outrigger adalah ketika dilakukan penyetelan outrigger yang berupa : Memanjangkan/memendekkan outrigger untuk dapat memperoleh kapasitas angkat sesuai dengan kondisi beban. Memanjangkan/ memendekkan jack untuk menyetel level crane. Untuk melakukan gerakan-gerakan tersebut dipergunakan alat kendali outrigger. Sesuai dengan tipe crane, alat kendali outrigger ada yang berupa tuas ada pula yang berupa sakelar (swicth). Berikut ini diberikan pengendalian outrigger dengan tuas. 1. Penyetelan outrigger a. Cabut pena-pena kunci batang outrigger (outrigger beam). b. Posisikan tuas-tuas pemilih ke extension. c. Gerakkan/ pindahkan tuas kendali extension dan jack ke extend. Setelah keluar (setengah atau penuh), masukan pena-pena pengunci outrigger beam (pada posisi keluar penuh atau keluar setengah). 2-2

45 d. Posisikan tuas-tuas pemilij ke jack e. Gerakkan/ pindahkan tuas kendali extension dan jack ke EXTENDED f. Setelah jack keluar penuh, gunakan alat pelevel untuk mengecek apakah crane sudah level. Bila telah level, kembalikan tuas-tuas pemilih ke NEUTRAL. Bila tidak level lakukanlah leveling dengan cara prosedur yang benar. Untuk mengoperasikan crane lewat depan dengan kondisi kapasitas yang sama seperti pengoperasian lewat samping dan belakang lakukanlah penyetelan jack depan. Posisikan skakelar pemilih FRONT JACK ke USED 2-3

46 2. Melevel crane Apabila setelah penyetelan outrigger sebagaimana diutarakan diatas, ternyata crane belum level, maka leveling harus dilakukan. Misalnya (sebagai contoh) sisi sebalah kanan lebih tinggi (1) Kembalikan tuas-tuas pemilih LEFT FRONT dan LEFT REAR ke NEUTRAL. Peringatan : Hati-hati jangan menggerakan tuas-tuas pemilih lewat ke extension. (2) Sambil mengamati alat pelevel (level gange), gerakan tuas kendali EXTENSION dan jack sedikit demi sedikit ke RETRACT. (3) Setelah crane level, kembalikan tuas pemilih ke NEUTRAL. 2-4

47 3. Penyetelan jack depan Catatan penting pada pengoperasian. Setel outrigger dan level crane terlebih dulu sebelum melakukan penyetelan jack depan. (1) Tekan kebawah tuas kendali jack depan (2) Gerakan tuas extension dan jack ke extended (3) Kembalikan tuas kendali front jack ke neutral. 4. Penyimpanan outrigger (stowing outrigger) Catatan penting : Simpan jib dan boom terlebih dulu Simpan jack depan sebelum outrigger disimpan. 2-5

48 4.1 Menyimpan jack depan (1) Tekan tuas kendali FRONT JACK (2) Gerakkan tuas kendali EXTENSION dan JACK ke RETRACT (3) Kembalikan tuas kendali ke NEUTRAL 4.2 Menyimpan outrigger (1) Cabut pena pengunci beam 2-6

49 (2) Posisikan tuas-tuas pemilih ke jack dan gerakan tuas kendali EXTENSION dan JACK ke RETRACT. (3) Posisikan tuas-tuas pemilih ke extension dan gerakan tuas kendali EXTENSION dan JACK ke RETRACT. (4) Kembalikan tuas-tuas pemilih ke NEUTRAL (5) Masukan pena-pena pengunci beam Telescoping Telescoping merupakan kegiatan melakukan gerakan boom telescope (keluar atau masuk) atau memanjangkan/ memendekkan boom (extending/ retracting) yang dilakukan dengan sebab-sebab kendali. Tergantung dari tipe atau model crane alat-alat kendali dapat berupa, tuas, pedal, sakelar atau campuran. 2-7

50 Berikut ini adalah telescoping dengan kendali tuas (level) untuk boom dengan 4 bagian (seksi). 1) Tuas kendali telescoping Catatan : Boom seksi ke 3 dan seksi atas (3 rd dan top sections) bergerak berbarengan dan sama. 2) Memanjangkan boom (extending boom) Tekan tuas kendali teleskop kedepan maka boom bagian/ seksi ke 2 akan memanjang lebih dulu kemudian boom ke 3 dan boom ujung bersamaan. 3) Memasukkan boom (retracting boom) (1) Memasukkan boom ke 3 dan ujung (top) Untuk memasukkan boom ke 3 dan ujung (top section), tarik tuas kendali teleskop, maka keduanya akan masuk (retract) bersamasama. 2-8

51 (2) Memasukkan boom ke 2 Dengan sakelar ditekan, tarik tuas kendali teleskop kebelakang, maka boom ke 2 akan masuk (retract). Sakelar boleh dilepas setelah boom telah masuk sekitar 30 cm Elevating Elevating operation adalah pekerjaan atau kegiatan menaikkan/menurunkan boom, atau memperbesar/mengecilkan sudut elevasi boom, dengan mempergunakan kendali elevasi boom. Tergantung dari tipe atau model crane, maka alat kendali tersebut isa tuas, pedal. Berikut ini adalah alat kendali elevasi boom dengan tuas. 2-9

52 1). Tuas kendali elevating Digambarkan diatas : Menaikkan : tarik tuas Menurunkan : dorong tuas Pada posisi tuas Neutral, boom berhenti. Bila boom diturunkan, radius kerja menjadi besar dan nilai total rated load menurun, demikian sebaliknya. Catatan penting pada pengoperasian Mengangkat beban hanya pada arah vertikal saja (tegak lurus), hindari pengangkatan beban menyamping atau menarik beban di tanah. Perhatikan batas sudut boom Gerakkan tuas kendali elevating dengan perlahan (slowly) bila menjalankan dan menghentikan gerakan boom Hoisting dan Lowering Hoisting dan Lowering adalah melakukan kegiatan menaikkan (mengangkat) dan menurunkan beban melalui winch, baik winch utama (main winch) maupun winch pembantu (auxiliary winch), dengan menggunakan alat kendali. Tergantung dari tipe ataupun model wheel crane, tampilan alat kendali tersebut bisa berbeda, tetapi fungsinya tetap sama. Berikut ini pengangkatan beban dan penurunan beban dengan alat kendali salah satu tipe/model crane. 1) Menaikkan/mengangkat beban dengan winch utama. Winch utama dipergunakan untuk pengangkatan beban utama, beban berat, dengan menggunakan tuas kendali winch. 2-10

53 Pengangkatan /penurunan beban (pengoperasian winch) - lakukan pengecekan apakah tuas kendali kopeling winch utama sudah ON - Tekan skakelar FREE SWING, agar boom bebas swing. - Operasikan tuas kendali utama, tarik atau dorong, (hoist up, hoist down) sesuai kebutuhan/kondisi. - Jangan mengoperasikan tuas kendali dengan kasar 2-11

54 - Pada pengangkatan beban, maka begitu beban lepas dari tanah skakelar FREE SWING harus segera dilepaskan - Setelah beban terangkat beberapa cm dari tanah berhentilah pengangkatan dan periksa kondisi beban untuk kemungkinan ada kelainan/kesalahan pada beban (pengikatan, levelling, dan sebagainya). Winch pengangkat beban ini mempunyai 2 tingkat kecepatan (naik maupun turun) - Untuk menaikkan beban (hoist up), tariklah tuas kendali - Bila ditarik sedikit saja (1st pull) pengangkatan (hoist up) akan bergerak lambat. - Bila ditarik lebih jauh lagi (2nd pull) hoist up akan bergerak cepat. - Untuk menurunkan beban (hoist down), doronglah tuas kendali. - Bila didorong sedikit saja (1st push) penurunan beban (hoist down) akan bergerak lambat. - Bila didorong lebih jauh lagi (2nd push) hoist down akan bergerak cepat. Untuk pengangkatan atau penurunan beban, disamping winch ada juga komponen lain yang bekerja sama dengan winch, kopeling (clutch) dan keduanya dikendalikan dengan tuas-tuas : Gmb Tuas pengunci drum winch Tuas kopeling 2-12

55 - Bila telah mencapai ketinggian yang diperlukan hentikan pengangkatan (stop) - Kembalikan posisi tuas kendali winch uatama ke NETRAL. - Lakukan langkah operasi selanjutnya (turunkan beban, swing-turunkan beban) Untuk menurunkan beban, lakukan langkah sebaliknya dari proses tersebut diatas : - Dorong tuas kendali sedikit (1st push) agar gerakan turun cukup lambat. - Operasikan tuas kendali dengan halus. - Jangan menurunkan beban dengan mode Free Fall. - Letakkan beban pada tempat yang ditentukan dengan halus. Ikuti aba-aba dari signal-man yang bertugas. Bila pengoperasian telah selesai, kuncilah drum winch utama (apabila perlu) 2) Menaikkan-menurunkan beban dengan winch pembantu (auxiliary winch) Winch pembantu ini kapasitasnya lebih kecil, digunakan untuk pengangkatan/pemindahan beban ringan. Pengangkatan/penurunan beban (pengoperasian winch) Langkah dalam prosedur pengangkatan/penurunan beban dengan winch pembantu sama dengan langkah pada winch utama, hanya yang dioperasikan adalah tuas-tuas pembantu (auxiliary winch). Pada auxiliary winch ini, hanya ada satu tingkat kecepatan 2-13

56 3) Menurunkan kait blok dengan Free Fall (Free Fall Operation) Operasi Free Fall ini hanya peurunan hook/kait tanpa beban (untuk efisiensi waktu) Operasi Free Fall Winch Utama - Injak pedal rem winch utama - Selama melakukan Free Fall tetaplah kaki anda di pedal - Posisikan kopling winch utama pada FREE - Kendalikan kecepatan jatuh bebas dengan padal rem winch utama - Perhatikan terus selama hook meluncur kebawah terutama bila sudah mendekati tanah/floor. - Untuk menghentikan hook block, injak pedal rem dengan halus. 2-14

57 Operasi Free Fall (jatuh bebas) winch pembantu (auxiliary winch) Untuk operasi Free Fall (jatuh bebas) winch pembantu (auxiliary winch), langkahnya sama dengan Operasi Free Fall Winch Utama, hanya tuas dan pedal yang digunakan adalah tuas dan pedal auxiliary winch Swing Operation (Operasi Swing) Swing operation adalah kegiatan melakukan ayunan (swing) boom kekiri/kanan dengan menggunakan tuas kendali swing. Tampilan tuas kendali swing dapat berada pada tipe atau model wheel crane yang berbeda, tetapi fungsinya tetap sama. Berikut ini adalah operasi swing dengan tuas, dari salah satu tipe wheel crane. Tuas kendali swing Posisi tengah dari tuas kendali adalah posisi sentral. Pada posisi ini boom berhenti (stop) Untuk melakukan swing boom ke kanan, tarik tuas kendali Untuk melakukan swing boom ke kiri, dorong tuas kendali Swing beban Untuk melakukan swing ke kiri/kanan, gunakan tuas kendali swing Angkat beban sampai ketinggian secukupnya sebelum dilakukan swing, untuk memastikan tidak terjadi penarikan beban di tanah dengan boom Pastikan bahwa skakelar pemilih FRONT JACK dan skakelar pemilih OUTRIGGER FULL/MID disetel sesuai dengan keadaan kenyataannya (actual state) dari jack depan dan lebar outrigger. Sementara melakukan swing perhatikan tampilan (angka) momen AML Pastikan di daerah swing tidak ada orang ataupun halangan sebelum melakukan swing Bunyikan klakson untuk mengingatkan orang-orang disekitar crane Gerakkan (dorong atau tarik, sesuai dengan kebutuhan, tuas kendali swing dengan perlahan dan hati-hati ketika mulai ataupun menghentikan swing 2-15

58 Menggunakan tuas dengan kasar adalah berbahaya, sebab akan menyebabkan beban melanting atau melambung dan mengayun. Hal tersebut dapat menimbulkan kecelakaan, atau kematian, dan kerusakan crane. Pasang rem crane bila boom tidak bergerak memutar (swing) Bila melakukan swing boom dari daerah samping ke daerah depan, berikan perhatian khusus untuk menghindari over loading AML (Automatic Moment Limiter) tidak menghentikan gerakan swing kendatipun terjadi overload. Swing free/lock select switch Mengaktifkan skakelar pemilih swing free/lock hanya bilamana meja putar (swing table) tidak bergerak. Bila melakukan swing boom dengan skakelar pada posisi FREE, ingat bahwa boom akan diputar oleh enersi begitu tuas kendali dikembalikan ke NEUTRAL Swing brake Rem swing akan terpasang bila tuas rem swing yang terletak di sebelah kanan operator di tarik Untuk melepasnya, tekan dulu tombol di ujung tuas, baru dorong ke bawah Pengoperasian Jib Jib dipasang pada ujung boom untuk mendapatkan jangkauan kerja yang besar yang tidak dapat dikerjakan hanya dengan boom Pengoperasian Jib Panjangkan outrigger secara penuh dan lakukan penyetelan outrigger. Bila melakukan pemasangan atau penyimpanan Jib, pastikan bahwa tidak ada orang dan halangan di daerah swingnya. Untuk memasang dan menyimpan Jib pastikan untuk mengikuti prosedur yang diberikan di manual Perhatikan hal-hal berikut : - Jangan menurunkan boom dengan block hook pembantu berbenturan dengan kepala Jib. - Jangan mengoperasikan Jib atau menjalankan crane dengan pena penyimpan Jib tercabut. 2-16

59 - Untuk melipat dan melepas Jib, lakukan dengan perlahan. - Jangan mengganti Jib offset dengan Jib tingkat ke 2 (2nd stage Jib) terpasang. Posisikan skakelar JIB SET dan skakelar OVERWIND CUT OUT ke posisi berikut. Sebelum pemasangan/ penyimpanan Jib Sebelum Jib operasi Skakelar JIB SET ON (Flip and Release) Skakelar OVERWIND CUTOUT OFF ON Bila melakukan pengangkatan beban dengan Jib, operasikan winch pembantu dengan menggunakan tali winch (winch rope) pembantu. Sebelum memasang Jib, posisikan skakelar pemilih boom ke posisi yang sesuai dengan mode Jib (offset) Pengangkatan beban dengan Jib dilakukan hanya atas beban samping dan belakang, dan jangan melebihi beban rata-rata (total rated loads). Bila jack depan dipasang maka Jib dapat digunakan dengan swing Bila travelling di jalan umum, lipat/simpan Jib, tali/rope winch pembantu dan look block pembantu ditempatnya. Untuk naik ke tempat yang tinggi, gunakan tangga, (untuk keamanan). 2-17

60 2.2.7 Single Top Single top, dapat juga disebut sheave boom pembantu (auxiliary boom sheave), adalah komponen pembantu yang dipasang pada ujung atas boom (boom head) yang beserta komponen pembantu lainnya menjadikan suatu system angkat beban tersendiri (auxiliary hoist), sistem angkat beban pembantu, terpisah dengan sistem angkat beban utama (main hoist). Komponen - Connecting pin - Auxiliary wire rope - Single top (auxiliary boom sheave) - Over-winding cut out device - Auxiliary hook block Pengoperasian Untuk mengoperasikan single top ini dipergunakan winch pembantu (auxiliary winch) beserta perangkat lainnya (tuas-tuas kendali) Untuk melakukan gerakan-gerakan auxiliary hoist ini (hoist-up, hoist down, free fall) ikuti langkah-langkah sebagaimana dijelaskan didepan (pengangkatan dan penurunan beban). 2-18

61 2.3 Menjalankan Unit Menjalankan unit atau travelling dalam hal ini adalah melakukan pemindahan tempat wheel crane yang bukan dalam kondisi pengoperasian wheel crane, tidak termasuk misalnya manouver untuk mengoperasikan unit secara tepat untuk pengangkatan beban. Bahasan travelling ini pada dasarnya meliputi persiapan, menghidupkan engine, menjalankan unit, parkir dan mematikan engine Persiapan Persiapan dalam hal ini adalah merupakan langkah-langkah yang harus dilakukan sebelum melakukan travelling (1) Lakukan pemeriksaan sebelum pengoperasian (2) Lakukan penyetelan tempat duduk dan roda kemudi sehingga anda/driver dapat dengan mudah menjalankan/mengoperasikan semua tuas dan kendali lainnya, Pasang sabuk pengaman (3) Lakukan pemeriksaan sebelum menghidupkan engine, dan hidupkan engine (4) Lakukan pemanasan engine dan pastikan bahwa semua tampilan monitor adalah normal, demikian juga engine tidak menunjukkan adanya kelainan (5) Lakukan penyetelan crane untuk keperluan travelling Simpanlah blok kait pembantu (auxiliary hook block) pada tempatnya Simpan dan kunci jib dan single top pada tempatnya Simpan blok kait utama di bagian depan frame Masukkan boom sepenuhnya dan tempatkan di bagian depan, dengan sudut boom yang paling kecil Kunci struktur swing atas dengan rem swing dan pena pengunci Masukkan (retrack) semua outrigger. Kunci outrigger beam dengan pena pengunci. (6) Pastikan posisi tuas-tuas kendali dan skakelar-skakelar sebagai berikut : Skakelar rem swing : ON Skakelar PTO : OFF Tuas gearshift : ON Tuas kunci swing : LOCK 2-19

62 Skakelar pemilih mode driver : Neutral 2-wheel (Hi) Skakelar pemilih swing free/lock : LOCK Skakelar rem parkir : PARK Skakelar pemilih mode kemudi : 2-WHEEL Skakelar pemilih Jack/Slider : NEUTRAL Skakelar pemilih Extend/retrack : NEUTRAL Lever stands : Simpan di tempatnya Tempat tangan (Amrest dari tempat duduk) : Simpan di tempatnya. (7) Pastikan bahwa tidak ada lampu peringatan atau lampu indicator yang menyala, kecuali lampu peringatan rem (rem parkir masih terpasang) : Central alarm display : OFF Lampu PTO : OFF Lampu indicator kunci jib : OFF Lampu indicator fload lamp : OFF Lampu peringatan temperatur minyak hidrolik: OFF Lampu peringatan kecepatan PTO/travel : OFF Lampu indicator rear steering center : OFF Lampu indicator pemanas (glow) : OFF Lampu indicator lock up : OFF Lampu indicator low travel speed : OFF Lampu indicator exhaust brake : OFF Lampu indicator four wheel drive : OFF Lampu indicator suspension lock : OFF Lampu peringatan rem : ON (8) Untuk jalan yang kasar atau licin, atau jalan tanpa aspal, atau jalan lembek, pilih drive mode yang sesuai dengan kondisi jalan tanah tersebut. 2-20

63 2.3.2 START UNIT (Menjalankan Unit) (1) Injak pedal rem servis dan tahan (2) Setel skakelar rem parkir ke OFF. Pastikan bahwa lampu peringatan rem padam. Bila rem parkir di switch ke OFF sementara tekanan udara di bawah tekanan kerjanya, maka alarm berbunyi untuk memberi peringatan bahwa tekanan udara adalah rendah. (3) Periksa posisi gigi sambil mengoperasikan (memindahkan) tuas gearshift (persneling). Maju : Drive, First, Second, Third Mundur : Reverse Bila tuas gear-shift dipindahkan tanpa melepas (releasing) rem parkir, alarm akan berbunyi. (4) Pastikan benar bahwa daerah sekitar crane telah aman. Lepaskan pedal rem servis dan mulai berjalan dengan perlahan, tekan (injak) pedal percepatan Travelling Persneling otomatis (Automatic gear shifting) Tekan (injak) pedal percepatan (pedal gas) dengan tuas persneling pada DRIVE maka otomatis akan merubah transmisi dari first (I) ke four (IV) berdasarkan pada kecepatan jalan (ini adalah normal). Bila skakelar pemilih drive mode ada pada LOW speed, maka pemindahkan gigi secara otomatis tidak dapat terjadi. 2-21

64 Persneling Manual Gigi dapat dipindahkan secara manual sambil berjalan (travelling) Pindahkan ke FIRST (I) untuk mulai menjalankan dan pindah ke SECOND GEAR (gigi II), THIRD gear (gigi III) kemudian drive untuk mempercepat laju kendaraan Bila melalui jalan tanjakan, pilih gigi yang sesuai untuk menanjak. Bila mempercepat laju kendaraan, percepat laju kendaraan sampai kecepatannya mencapai daerah tingkat kecepatan yang lebih tinggi, kemudian pindahkan gigi ke gigi yang lebih tinggi. Sebaliknya bila mengurangi kecepatan, perlambat kendaraan sampai ke daerah tingkat kecepatan yang lebih rendah, pindahkan gigi ke yang lebih rendah. Menjalankan (travelling) di jalan menurun Bila travelling di jalan menurun, lepaskan pedal gas (accelerator pedal) dan tarik skakelar rem gas buang untuk mengaktifkan pengereman dengan engine (engine braking). Bila kecepatan laju kendaraan tidak dapat dikendalikan dengan rem gas buang (exhaust brake) geser ke bawah (switch) untuk mengaktifkan pengereman engine yang lebih kuat. Sebelum menggeser ke bawah, kurangi kecepatan dengan menginjak rem kaki. Juga gunakan rem kaki untuk mengurangi kecepatan. Pastikan untuk memompa (mengocok) rem kaki pelanpelan untuk memperlambat kendaraan dengan lebih efektif. 2-22

65 2.3.4 Menghentikan Kendaraan (1) Lepas kaki dari pedal gas dan aktifkan pengaman engine ke slow down (2) Injak pedal rem servis untuk menghentikan kendaraan. (3) Pindahkan persneling ke NEUTRAL (4) Pindahkan (switch) skakelar rem parkir ke PARK, kemudian angkat kaki dari pedal rem servis Parkir Memarkir crane untuk waktu yang lama menyebabkan bagian ban yang bersinggungan/kontak dengan tanah menjadi rata (flatten). Hal ini bisa menimbulkan getaran (bila crane melaju) sampai ban kembali ke bentuknya yang asli. Bila memarkir untuk waktu yang lama keluarkan outrigger dan biarkan ban menggantung. (1) Injak pedal rem servis untuk menghentikan kendaraan /crane (2) Dengan pedal rem servis tetap diinjak, pindahkan persneling ke NEUTRAL dan pasang rem parkir. (3) Lepaskan pedal rem servis (4) Matikan AC dan alat yang lain di dalam kabin (5) Bila, misalnya, mode spesial tidak dipilih, kembalikan steering mode dan drive mode ke mode NORMAL (mode two-wheel steering dan mode high-speed two-wheel drive) (6) Tutup semua jendela dan pintu kabin (7) Matikan engine dan cabut kunci kontak (8) Tinggalkan kabin dan kunci pintunya. 2-23

66 2.3.6 Drive Mode Wheel crane tipe atau model ini mempunyai 3 mode pengemudian (Drive mode) mode ini berkaitan dengan roda-roda mana saja yang mempunyai tenaga gerak atau roda-roda mana saja yang merupakan roda penggerak, yaitu : (1) High speed two-wheel drive mode (2) High speed four-wheel drive mode (3) Low speed four-wheel drive mode (four wheel drive, biasa disebut dengan dobel gardan),. Ketika melakukan travelling (jarak jauh) gunakan High speed two-wheel drive mode, Four-wheel drive mode digunakan untuk jalan non aspal yang licin atau mudah selip Steering Mode Steering mode atau mode kemudi, berkaitan dengan roda-roda mana yang dapat bergerak (berubah arah) atau yang berfungsi sebagai roda kemudi. Ada tipe-tipe atau model-model Wheel Crane yang mempunyai mode-mode kemudi : (1) Two-wheel steering mode (2) Four-wheel coordinated steering mode (3) Crab steering mode. Mode-mode tersebut membedakan roda-roda mana yang berfungsi sebagai roda-roda kemudi, dan koordinasi roda-roda kemudi depan dan belakang. Hal tersebut membuat perbedaan dalam besar-kecilnya radius putar (turning radius) dan arah gerak unit. Mode Two-wheel steering harus dipergunakan dalam travelling, sedangkan dua mode steering lainnya hanya digunakan dalam pengoperasian wheel crane (manouver) Ketika melakukan travelling, walaupun skakelar pemilih mode kemudi, yang berarti otomatis sudah menggunakan mode kemudi roda dua (depan) namun roda belakang harus dikunci (locked up) dengan frame. 2-24

67 2.4 Pemindahan Beban Pemindahan beban meliputi gerakan-gerakan hoisting (pengangkatan/ penurunan), telescoping (memanjangkan/ memendekkan boom), elevating (menaik/ menurunkan boom atau mengatur sudut elevasi boom besar/kecil) dan gerakan swing ke kiri/ ke kanan. Dengan gerakan-gerakan tersebut memungkinkan penempatan kait tepat diatas beban, melakukan pemindahan beban melalui lintasan yang dikehendaki, menurunkan dan menempatkan beban tepat di tempat yang ditentukan. Pelaksanaan pemindahan beban tersebut selalu dibayang-bayangi suatu bahaya atau kecelakaan, apabila tidak dilaksanakan dengan teknik yang benar dan disiplin yang kuat. Sedikit kesalahan dalam operasional dapat menyebabkan suatu kecelakaan yang langsung terjadi Pemindahan beban dengan outrigger (1) Penempatan unit crane Posisikan unit crane pada daerah pengangkatan beban dengan tanah yang cukup keras ditempat mana outrigger akan dipasang, sehingga cukup kuat untuk menahan unit crane beserta beban angkatnya. Hindari pemasangan outrigger floats dipinggir lubang. Bila kondisi tanah diragukan kekuatannya, pergunakanlah balok-balok kayu atau pelat baja untuk tempat outrigger floats. Luas balok kayu atau pelat baja minimal 3 kali luas outrigger floats. 2-25

68 (2) Penyetelan outrigger Keluarkan atau panjangkan (extend) outrigger semuanya secara penuh. Pada pengoperasian wheel crane pemasangan outrigger dapat dikeluarkan secara penuh (full extend) ataupun sebagian saja (setengah, seperempat atau sebagian lainnya). Namun berkenaan dengan safety, pemasangan outrigger harus secara penuh (full extend), kecuali bila tidak memungkinkan (misalnya karena tempat yang sempit). Bila terpaksa outrigger hanya dapat dikeluarkan sebagian saja, perlu diingat bahwa kapasitas angkatnya menjadi lebih kecil. Perhatikan diagram beban yang bersangkutan. Keluarkan/ panjangkan semua jack dari tempat ujung beam outrigger, secara penuh. Semua outrigger floats harus menapak ditanah. Periksalah dengan alat pelevel untuk memastikan bahwa unit/ crane telah level. Bila ternyata belum level lakukan penyetelan dengan benar dan teliti, sehingga crane benar-benar level. Untuk mendapatkan tingkat kestabilan crane yang lebih baik lagi, pasang juga jack ke-v atau front jack, terutama bila pengangkatan/ penurunan beban berada di daerah kerja depan (front area). (3) Teknik pengangkatan beban (hoist up) Setelah beban dikenali dengan baik (perkiraan berat, jenis, ikatan) lakukan pengangkatan beban : Arahkan kait ke beban yang akan dipindahkan. Posisikan kait tepat diatas beban (sling pengikat) Biarkan rigger memasangkan kait pada beban (sling angkat). Ikuti aba-aba dari signal man. Angkatlah beban dengan halus (dengan winch utama). Setelah beban lepas dari tanah, hentikan winch. Periksa kondisi pengangkatan, kemungkinan overload, atau ikataan miring, atau ada perubahan dalam ikatan. Teruskan angkat beban sampai ketinggian tertentu (bebas dari hambatan pemindahan). 2-26

69 (4) Teknik swing boom Lakukan swing boom dengan halus, agar beban tidak berayun. Arahkan ke tempat penurunan beban. Lakukan pemindahan/ swing melalui lintasan aman tetapi efisien. Jangan pernah beban membentur barang lain. Hindari lintasan diatas pekerja atau orang lain. Bila tidak dapat dihindari lintasan tersebut, pindahkan dulu para pekerja sementara beban melewatinya (ini tugas signal man/ rigger). (5) Teknik penurunan beban Posisikan beban tepat ditempat peletakan beban yang ditentukan. Turunkan (hoist down) beban dan letakkan dengan halus di tempat yang ditentukan. Hindari bumping. (6) Radius dan ketinggian beban Radius kecil Dengan radius kecil maka kapasitas angkat crane menjadi besar. Dalm menentukan beban yang akan diangkat tetap harus berpedoman kepada Diagram Beban. Lakukan pengecekan pada diagram beban, apakah berat beban masih dalam daerah pengangkatan yang aman. Lakukan penyetelan panjang boom (boom extension) bersama dengan penyetelan elevasi boom, untuk mendapatkan kondisi pemindahan beban : - Beban dapat diangkat secara vertical. - Beban dapat diangkat dan dipindahkan dengan aman dari kemungkinan terjadinya overwind (posisi block kait masih cukup jauh dari overwind cut out device). Lakukan pemindahan beban (hoist up, swing, hoist down) sesuai dengan prosedur yang benar. Dengan radius kecil maka jarak antara beban dan boom adalah minimal. Extra hati-hati dalam melakukan swing, jangan sampai beban menabrak boom. 2-27

70 Dalam penyetelan boom, hindari pengeluaran boom yang tanggung (setengah-setengah). Keluarkan (extend) boom secara penuh dan berurutan. Radius besar (maksimal) Pemindahan beban dengan radius maksimal diperoleh pada kondisi boom paling panjang (fully extended) dan elevasi boom paling kecil (sebatas pemindahan beban masih dapat dipindahkan, dengan mengingat adanya defleksi boom) Lakukan pengecekan pada diagram beban apakah berat beban masih berada pada daerah aman. Mengingat adanya defleksi boom, maka kapasitas angkat maksimal hendaknya diturunkan. Lakukan penyetelan boom (maksimal) dan elevasi boom untuk mendapatkan kondisi pemindahan beban : - Beban dapat diangkat secara vertical. - Beban dapat diangkat dan dipindahkan dengan aman dari kemungkinan terjadinya overwind (posisi block kait ketika pemindahan beban masih cukup jauh dari overwind cut out device). Lakukan pemindahan beban (hoist up, swing, hoist down) sebagaimana prosedur yang benar. Ketinggian maksimal Pemindahan beban pada ketinggian maksimal (tanpa jib) didapat pada kondisi boom paling panjang (fully extended) dan sudut elevasi boom paling besar (sebatas beban masih dapat dijangkau/ dipindahkan). 2-28

71 Dengan kondisi ini maka kapasitas angkat crane menjadi cukup besar. Namun demikian penentuan beratnya beban yang boleh diangkat tetap harus berpedoman pada diagram beban. Lakukan pengecekan pada diagram beban, apakah berat beban masih dalam daerah pengangkatan yang aman. Lakukan penyetelan panjang boom maksimal dan elevasi boom, untuk mendapatkan kondisi pemindahan beban : - Beban dapat diangkat secara vertical. - Beban dapat dipindahkan dengan aman dari kemungkinan beban membentur boom (makin besar sudut elevasi boom, makin dekat jarak beban degan boom/ unit). Lakukan pemindahan beban (hoist up, swing, hoist down) dengan prosedur yang benar. Ikuti aba-aba signal man Pemindahan beban tanpa outrigger (on-rubber operation) Pada pengoperasian tanpa outrigger ini seluruh berat, berat unit dan berat beban, ditumpu pada roda-roda ban crane. Stabilitas pemindahan beban lebih kecil dari pada bila dengan outrigger, demikian pula kapasitas angkatnya (rated lifting capacity) juga lebih kecil. Jenis pengoperasian Pengoperasian dapat dilakukan dengan Stationary (unit diam ditempat) Creep (unit berjalan perlahan) Kapasitas creep lebih kecil dari kapasitas stationary. Daerah kerja Daerah kerja dapat dilakukan pada Over front (daerah kerja depan) rotation (daerah kerja ) kapasitas angkat pada daerah kerja rotasi lebih kecil dari kapasitas angkat over front. Kondisi tanah Kapasitas angkat (rating capacities) pada on-rubber operation dinilai bila crane ditempatkan pada tanah yang keras dan rata. Kondisi-kondisi tanah harus selalu diperhitungkan dalam pengoperasian. 2-29

72 Pada pemindahan beban tanpa outrigger ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dipatuhi : Jangan mengguanakan jib Jangan lakukan pengangkatan boom atau single top bila panjangnya boom melebihi angka tertentu (untuk salah satu type crane adalah 24,4 m). Jangan operasikan crane kecuali tekanan ban sesuai dengan yang ditentukan. Waspadalah, beban jangan sampai mengayun. Beban yang mengayun banyak dapat menyebabkan crane terguling. Perhatikan benar tampilan momen pada AML selama operasi. Kapasitas angkat (rated lifting capacity) adalah pada kondisi crane dioperasikan pada daerah yang keras dan level. Bila kondisi over loading terjadi maka operasi crane berhenti. Tetapi inersianya membuat crane bergerak bolak-balik dari-ke atau kanan kiri. (1) Pemindahan beban pada stationary (crane diam ditempat) Pada operasi ini, beberapa hal perlu diperhatikan dan dipatuhi : Performansi overfront ditunjukkan dengan symbol posisi overfront di AML, selebihnya adalah performansi rotasi. Jangan melakukan swing boom bebas. Setel skakelar pemilih free/ lock swing pada LOCK. Selama operasi, crane tidak berhenti secara otomatis, kendatipun bila terjadi over load karena swing/ ayunan boom. Juga ingat bahwa fungsi pembatasan swing (swing limit function) tidak bekerja. Langkah pemindahan beban : Masukkan boom sepenuhnya (fully retract) Tempatkan boom pada daerah kerja depan (over front). Posisikan crane pada tanah yang keras dan rata. Posisikan tuas presneling (gear shift) pada N. Pasang rem parker. Kunci suspensi dan turunkan frame sepenuhnya. Dengan kunci register, setel on-rubber stationary operation pada AML, dan juga status pengangkatan (boom lift atau single top), sesuai dengan keadaan sebenarnya (dalam hal ini adalah boom lift status). 2-30

73 Pindahkan beban sesuai dengan prosedur yang benar (hoist up, boom telescoping, boom elevation, swing dan hoist down). Bila pemindahan beban melewati daerah kerja, dari daerah kerja depan (over front) ke daerah kerja rotasi (360 0 rotation), maka pastikan berat beban adalah kurang dari kapasitas angkat (rated lifting capacity) untuk daerah kerja rotation. (2) Pemindahan beban pada crep (unit berjalan perlahan) Pada pengoperasian ini (creep operation), beberapa hal perlu diperhatikan dan dipatuhi : Jangan melakukan swing selama pengoperasian. Langsung posisikan boom pada daerah kerja depan (over front), dan aktifkan rem swing dan pasang kunci swing. Gunakan kecepatan dengan gigi-i. Kecepatan tidak boleh lebih dari 1,6 km/jam. Jangan angkat beban tinggi-tinggi, dekatkan beban degan permukaan tanah. Hindari gerakan-gerakan yang kasar, ketika mulai jalan (start), berhenti dan membelok. Jangan operasikan crane sambil berjalan. Sebelum traveling keluarkan (extend) semua outrigger beam dan jack sampai outrigger floats sedikit diatas permukaan tanah. Langkah-langkah pemindahan beban : Masukkan boom sepenuhnya (fully retract) dan tempatkan pada daerah kerja depan (over front). Posisikan crane di tanah/ tempat keras dan rata (level). Posisikan tuas presneling (gear shift lever) pada N. Pasang rem parkir. Kunci suspensi, turunkan frame sepenuhnya. 2-31

74 Pakailah mode kemudi 2 roda (two wheel steering mode). Setel mode drive pada L/4 D (four wheel drive mode). Dengan kunci register setel (register) on-rubber creep operation pada AML, dan setel juga status pengangkatan (boom lift status atau single lift status). Dalam hal ini boom lift status. Angkat beban dengan prosedur yang benar. Setel skakelar rem parker ke OFF. Pindahkan gigi ke I, jalankan unit dengan perlahan. Berhentilah ditempat penurunan beban, dan posisikan tepat ditempat penurunan. Turunkan dan letakkan beban dengan prosedur yang benar. 2-32

75 BAB III TEKNIK APLIKASI PENGOPERASIAN WHEEL CRANE 3.1. Umum Berbeda dengan pengoperasian alat-alat berat pada umumnya dimana produksi dan kualitas menjadi hal pokok yang harus dapat dicapai dengan baik, pada pengoperasian wheel crane atau material handling, hal utama dan harus dapat dicapai adalah keselamatan dari barang yang dipindahkan. Untuk mencapai keselamatan termaksud teknik-teknik pelaksanaan menjadi penting dan harus dikuasai oleh operator wheel crane. Teknik aplikasi pengoperasian wheel crane merupakan salah satu bagian dari teknik pelaksanaan yang diperhatikan termaksud. Teknik aplikasi pengoperasian akan mencakup hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan material handling diantaranya, persiapan operasi, mencoba gerakangerakan operasi wheel crane, teknik pemindahan barang atau beban dan sebagainya Persiapan operasi Operasi atau pengoperasian wheel crane adalah mencakup kegiatan pemindahan barang atau beban dari satu tempat ke tempat yang lain, dengan beberapa jenis atau cara pengangkatan operasi wheel crane termasuk rawan kecelakaan. Sedikit kerusakan atau kekeliruan terjadilah kecelakaan. Oleh karena itu sebelum melakukan operasi wheel crane perlu dilakukan persiapanpersiapan yang terkait dengan operasi wheel crane. Persiapan operasi ini dimulai sejak selesainya dilakukan pemeliharaan harian baik terhadap unit maupun engine, sehingga engine sudah siap melayani tenaga yang diperlukan. Persiapan operasi merupakan kegiatan mencoba semua gerakan operasi seperti menjalankan unit (manouver), menggerakkan boom, winch dan sebagainya. Dengan persiapan operasi ini diharapkan pengoperasian wheel crane dapat dilakukan dengan baik tanpa kendala apalagi kecelakaan Menjalankan unit Menjalankan unit ini adalah bukan travelling untuk pemindahan unit ke tempat kerja lain, tetapi mencoba gerakan untuk manouvering dalam rangka memposisikan unit untuk operasi. 3-1

76 Sebelum melakukan gerakan maju-mundur dan membelok, setel dulu modemode steering dan mode drive. Mode kemudi (steering mode) Tergantung ruang gerak dan kebutuhan mode kemudi dapat dipilih : - 4 wheel coordinate steering mode atau - 4 wheel crab mode, bahkan - 2 wheel steering mode Untuk manouver dalam rangka memposisikan unit pada posisi operasi, pilih mode 4 wheel coordinate steering (radius putar kecil) Hentikan unit dengan roda-roda depan lurus kedepan (centered) Tekan skakelar pemilih mode (steering mode select switch) pada 4 wheel maka lampu monitor 4 wheel menyala, berarti mode kemudi telah terpilih. Gerakkan roda kemudi (steering wheel), dan roda-roda depan dan belakang akan bergerak pada arah yang berlawanan. Mode drive Dengan mode drive ini ditentukan roda-roda yang menjadi roda penggerak. Untuk manouver bisa dipilih misalnya High-speed, two wheel drive, tetapi untuk unit crane berjalan dengan beban (on-rubber creep operation) maka harus dipilih mode L/4D (low speed four-wheel). Menjalankan unit maju Injak pedal rem service dan tahan Setel skakelar (switch) rem parker ke OFF. Lampu peringatan rem harus mati. 3-2

77 Gerakkan tuas persneling (gear shift lever) ke FIRST. Lepaskan pedal rem service dan jalankan unit dengan menekan pedal gas perlahan. Menjalankan unit mundur Untuk menjalankan unit mundur lakukan prosedur yang serupa dengan menjalankan unit maju, hanya tuas persneling (gear shift lever) tempatkan di R (REVERSE) Membelokkan unit ke kiri-ke kanan. Untuk membelokkan unit ke kiri atau ke kanan, gerakan roda kemudi (steering wheel). Perhatikan gerakan unit berkenaan dengan pemilihan steering mode. Dengan mode 4 wheel coordinate steering, maka radius putar unit dapat kecil. Pada maneuver untuk memposisikan unit, dapat dipilih 4 wheel crab steering mode, yang memberikan gerakan geser menyamping Mencoba gerakan dan pemasangan outrigger Untuk melakukan gerakan ataupun pemasangan outrigger, lakukan sesuai dengan prosedur sebagaimana diutarakan di bab lain (Teknik Dasar Pengoperasian). Mencoba gerakan outrigger Keluarkan dan masukkan semua outrigger dengan berganti setiap terdapat lubang pin. Panjangkan semua outrigger sampai penuh (full extended). Mencoba gerakan jack Keluarkan dan masukkan semua jack. Posisikan semua jack pada posisi penuh, sehingga unit terangkat dari tanah. Lakukan leveling dengan teliti Mencoba gerakan boom Dalam mencoba gerakan-gerakan boom ini ikuti prosedur sebagaimana telah diutarakan di bab depan (Teknik Dasar Pengoperasian) 3-3

78 Mencoba gerakan boom panjang-pendek. Keluarkan dan masukkan boom teleskopik secara bertahap. Keluarkan boom sampai penuh (full exteded). Mencoba gerakan boom naik-turun Naikkan dan turunkan boom dengan silinder boom. Posisikan boom pada suatu posisi tengah. Mencoba gerakan swing boom Lakukan gerakan swing boom putar ke kiri - ke kanan sampai ke semua daerah kerja (over front, side and rear). Posisikan boom pada over front Mencoba gerakan winch Lakukan gerakan winch sesuai dengan prosedur Mencoba gerakan winch utama Lakukan hoist up dan hoist down Lakukan free fall. Mencoba gerakan winch pembantu Lakukan hoist up dan hoist down Lakukan free fall. Dalam mencoba semua gerakan tersebut diatas agar selalu diamati untuk memastikan bahwa gerakan berjalan sebagaimana mestinya. Bila ada suatu kekeliruan, jangan diteruskan dengan pengoperasian, tetapi segera laporkan kepada foreman atau atasan yang bertugas Pemilihan Mode (Steering Mode Dan Drive Mode) Sebelu melakukan pengoperasian wheel crane (material handling) pilih dan disetel dulu steering mode dan drive mode. Pemilihan dan penyetelan mode ini harus sesuai dengan pengoperasian wheel crane (untuk manouvering dan Pick and Carry) Steering Mode Untuk maneuvering (memposisikan pada tempat operasi) bisa dipilih dan disetel pada Four-wheel Steering Mode. Untuk Pick and Carry, dipilih Two-wheel Steering Mode Drive Mode Untuk manouvering bisa dipilih High-speed Two-wheel Drive Mode Untuk Pick and Carry, pilihlah Low-speed Four-wheel Drive Mode. 3-4

79 3.4. Hal-hal yang tidak boleh dilakukan dalam pengoperasian wheel crane Jangan mengoperasikan wheel crane yang sedang disservice atau sedang dalam pemeriksaan. Mengoperasikan wheel crane sementara sedang dilakukan pemeriksaan atau pemeliharaan dapat menyebabkan kerusakan ataupun kecelakaan Jangan mengoperasikan wheel crane melebihi kapasitasnya (rated lifting capacity) Beban yang melebihi rated lifting capacity akan menyebabkan wheel crane terguling Jangan mengangkat lebih dari satu beban Jangan mengangkat lebih dari satu beban bersamaan walaupun jumlah beratnya masih dibawah kapasitas crane, karena hal tersebut dapat menghilangkan keseimbangan Jangan mengangkat beban dengan gerakan boom Mengangkat beban hanya secara vertikal saja. Menaikkan atau memanjangkan boom untuk mengangkat beban akan menyebabkan beban mengayun, merupakan suatu bahaya. Bila boom ditegakkan (dinaikkan dengan membesarkan sudut elevasi) untuk mengangkat beban, crane tidak akan secara otomatis berhenti walaupun terjadi overload. Crane yang overload dapat menyebabkan crane terbalik Jangan mengangkat beban yang tidak dikenali Mencabut akar pohon atau mengangkat bearang terpendam atau tertanam di tanah dapat menyebabkan overload bagi sementara komponen crane, menyebabkan crane terbalik atau kerusakan. 3-5

80 Jangan moncoba menarik keluar tiang yang tertanam kedalam tanah, juga pohon atau barang lain yang terkubur di lumpur atau pasir Jangan melepas gulungan tali baja Bila seluruh tali baja dilepas dari drum winch, maka daya-lekat-gesek (frictional anchoring force) akan tidak cukup untuk menahan beban. Tali baja akan putus atau rusak. Paling sedikit 3 ( tiga) belitan tali baja harus selalu tersisa pada drum winch Jangan menonaktifkan suatu alat pengaman Hindari suatu tindakan yang mengganggu kerja-normalnya alat-alat pengaman. Dengan sengaja menon-aktifkan suatu alat pengaman dapat berakibat dalam ketidak mampuan untuk menemukan overloading atau averwinding selama pengopersian, menyebabkan kecelakaan yang serius Jangan mengizinkan seseorang naik di crane Orang lain berada di crane selain operator (yang berada di kabin) bisa jatuh dari crane. Orang lain bisa mengganggu konsentrasi dan kerja operator Jangan menambah bobot imbang (counter weight Memasang bobot imbang selain yang telah ditentukan dapat merusak crane, atau menyebabkan crane mengguling/ membalik ke belakang mengurangi stabilitas belakang Jangan mengikat unit (crane) Jangan mencoba untuk menahan frame atau outrigger pada sisi berlawanan dengan beban yang diangkat dengan menggunakan tali baja. Hal tersebut dapat menyebabkan crane rusak atau kecelakaan. 3-6

81 Jangan berpaling dari beban ketika sedang mengoperasikan crane Berpaling dari beban, melakukan suatu kegiatan lain yang dapat mengurangi kesadaran sambil mengoperasikan crane sangat berbahaya Jangan melewatkan beban diatas sesorang Melewatkan beban diatas seseorang adalah sangat berbahaya dan harus dihindari Jangan menarik beban menyamping (miring) Menarik beban miring atau menyamping adalah berbahaya, dapat menyebabkan rusaknya boom, jib atau mekanisme swing dan menyebabkan crane terguling Jangan membiarkan beban menggantung Jangan biarkan beban pada posisi diangkat. Aktifkan rem winch dan kunci drum untuk menahan beban Jangan menggulung lebih (overwind) blok kait Bila boom direndahkan atau dipanjangkan blok kait tertarik keatas. Biasanya overwinding blok kait akan menyebabkan pengaman overwind bergeser atau terangkat dan secara otomatis winch berhenti. Bagaimanapun bila alat pengaman rusak atau fungsi stop otomatis non aktif karena suatu sebab, blok kait dapat memukul kepala/ujung boom. 3-7

82 Jangan menarik beban dengan miring, jangan mengangkat beban dengan miring, jangan menarik paksa beban Penarikan beban secara miring, mengangkat beban dengan miring atau mencoba menarik (paksa) beban sangat berbahaya. Dapat merusak boom, jib atau mekanisme swing dan juga menyebabkan crane terguling. Untuk menangani beban macam itu pindahkan crane dekat beban, dan angkat beban secara vertikal Jangan mendorong barang dengan boom Jangan pernah gunakan boom untuk mendorong atau menarik suatu benda Jangan opersikan crane manakala sedang membawa beban Memindahkan beban Pada dasarnya pemindahan bebn merupakan kegiatan pengangkatan beban, pemindahan posisi beban yang dilakukan dengan swing boom (stationary) atau dengan menjalankan unit (pick and carry) serta menurunkan beban. Dalam pelaksanaan atau aplikasinya pemindahan beban bervariasi, dapat dilakukan dengan : Outrigger terpasang Tanpa outrigger (on-wheel operation) stationary Tanpa outrigger (on-wheel operation) pick and carry Bila dilihat dari posisi pemindahan beban, dapat dipindahkan dengan : Level dan radius yang sama Level sama tetapi radius berbeda Level dan radius berbeda 3-8

83 Sedangkan bila dilihat dari beban yang diangkat, dapat dikelompokkan : Beban didalam peti (packing) Beban tanpa peti Sehingga oleh karenanya pada pelaksanaan pemindahan beban perlu dilakukan dengan teknik-teknik yang berbeda sesuai dengan variasi pemindahan tersebut. Disamping hal tersebut mengingat bahwa dalam pelaksanaan pemindahan beban, berat beban juga bervariasi, tidak selalu sama, demikian juga kondisi tanah dimana pemindahan beban dilaksanakan, maka sebelum dilakukan pemindahan beban perlu dikenali dulu berat beban serta kondisi tanahnya, dan sebaiknya diketahui pula kondisi ikatan beban serta jenis beban Berat beban Berat beban perlu diketahui dengan baik agar dapat dipastikan bahwa beban masih dapat dipindahkan dengan aman atau berat beban masih dibawah kapasitas crane (rated lifting capacity). Informasi berat beban ini diberikan kepada operator oleh forman atau atasan operator. Untuk mengetahui berat beban atau memperkirakannya, dapat dilakukan dengan : Melihat pada label yang ditempelkan pada beban (untuk beban yang dikemas dalam peti) Menghitung beban dengan menghitung volume dan memperkirakan berat jenis beban Melihat dalam daftar berat beban (dokumen beban) Hal tersebut diatas dilakukan oleh atasan operator wheel crane atau menjadi tugas forman Kondisi tanah Kondisi tanah perlu dikenali dengan baik, harus cukup keras, kuat untuk menahan wheel crane beserta beban yang dipindahkan, yang tertumpu pada outrigger floatnya. Informasi ini diberikan kepada operator wheel crane oleh forman atau atasannya. Bila sekiranya kekuatan tanah diragukan maka harus digunakan landasan balok-balok kayu atau pelat baja dengan luas minimal 3 kali luas outrigger float 3-9

84 Kondisi ikatan beban Pengikatan beban (rigging) adalah tugas dan tanggung jawab rigger. Namun demikian operator crane seyogyanya mengetahui masalah rigging, agar dapat memastikan bahwa ikatan beban yang akan dipindahkan telah benar, dan tidak menimbulan masalah karena ikatan. Perhatikan kondisi beban sebelum diangkat/ dipindahkan, pastikan bahwa ikatan telah benar dan aman. Jangan mengangkat/ memindahkan beban dengan kondisi ikatan tidak benar (miring, terbalik, sling rusak, dan sebagainya) Jenis beban Jenis beban sebaiknya juga diketahui untuk dapat disesuaikan dengan langkah-langkah kerjanya, demi keselamatan (benda mudah pecah, explosit, dan sebagainya) Pemindahan beban dengan outrigger 1) Pemasangan outrigger Semua outrigger di pasang dan disetel dengan baik sesuai dengan prosedur yang benar. Selanjutnya semua jack (termasuk jack kelima) dikeluarkan secara penuh, kemudian dilakukan leveling sesuai dengan prosedur yang benar. 2) Radius pemindahan beban Radius pemindahan beban tergantung dari posisi beban sebelum dan setelah dipindahkan. Dengan radius pemindahan beban ini maka kondisi pemindahan beban dapat diketahui. Dari diagram beban, dengan panjang boom dan sudut elevasi boom sesuai dengan posisi beban, dapat diketahui apakah beban (yang beratnya telah diketahui) dapat dipindahkan dengan aman, atau apakah berat beban masih dibawah kapasitas angkat (rated lifting capacity) crane yang dipergunakan. Bila kondisi pemindahan beban telah diketahui cukup aman, maka pemindahan beban dapat dilakukan. 3-10

85 3) Pemindahan beban dengan level dan radius yang sama Pada pemindahan beban dengan kondisi ini, tidak perlu ada perubahan radius pengangkatan, tidak perlu ada perubahan panjang boom ataupun sudut elevasi boom : Setel panjang boom dengan benar, sesuai dengan posisi beban Arahkan kait ketempat beban (posisi awal/sebelum pindah) Untuk efisiensi, maka ketika dilakukan swing boom mengarah ketempat beban, dapat dilakukan penurunan kait (hoist down), sehingga ketika kait sampai di tempat beban kait sudah cukup dekat dengan beban (cukup rendah) Posisikan kait tepat diatas titik angkat beban (titik berat beban), dengan menyetel sudut elevasi boom, dan turunkan perlahan sampai kait sudah dikaitkan pada sling angkat beban. Biarkan rigger memposisikan kait pada sling angkat beban Dengan mengikuti aba-aba dari signal-man, operasikan winch (hoist up). Ketika sedang menggulung tali baja (hoist up) tersebut, posisikan swing pada FREE (bebas swing) dengan menahan skakelar FREE SWING sampai tali baja terlihat tegang dan beban mulai terangkat dari tanah. Pada saat ini lepaskan kembali skakelar FREE SWING. Proses ini adalah dengan tujuan agar kait benarbenar tepat diatas titik berat beban, sehingga beban dapat diangkat secara vertikal. Begitu beban terangkat dari tanah, berhentikan winch (hoist up) untuk dilakukan pemeriksaan dari kemungkinan terjadi overload, sling pengikat berubah/miring atau terjadi ayunan. Bila semua kondisi baik, barulah teruskan angkat beban (hoist up) sampai ketinggian bebas dari rintangan untuk pemindahan. Lakukan swing menuju tempat penurunan beban dengan halus, tidak terjadi ayunan. Ditempat penurunan hentikan swing dengan halus, posisikan tepat diatas tempat penurunan beban. 3-11

86 Turunkan dan letakkan beban ditempat yang ditentukan (posisi pindah) dengan halus tanpa hentakan atau bumping. Selama proses pemindahan (swing) tersebut, jangan ada penyetelan panjang maupun sudut elevasi boom. 4) Pemindahan beban dengan level sama tetapi radius berbeda (jauh besar) Pada pemindahan beban dengan kondisi ini, perlu ada perubahan radius pengangkatan, agar radius ditempat penurunan sesuai dengan posisi yang ditentukan : Setel panjang boom dengan benar, sesuai dengan posisi beban Arahkan kait ketempat beban Untuk efisiensi, maka ketika dilakukan swing boom mengarah ketempat beban, dapat dilakukan penurunan kait (hoist down), sehingga ketika kait sampai di tempat beban kait sudah cukup dekat dengan beban (cukup rendah) Posisikan kait tepat diatas titik angkat beban (titik berat beban), dengan menyetel sudut elevasi boom, dan turunkan perlahan sampai kait sudah dikaitkan pada sling angkat beban. Biarkan rigger memposisikan kait pada sling angkat beban Dengan mengikuti aba-aba dari signal-man, operasikan winch (hoist up). Ketika sedang menggulung tali baja (hoist up) tersebut, posisikan swing pada FREE (bebas swing) dengan menahan skakelar FREE SWING sampai tali baja terlihat tegang dan beban mulai terangkat dari tanah. Pada saat ini lepaskan kembali skakelar FREE SWING. Proses ini adalah dengan tujuan agar kait benarbenar tepat diatas titik berat beban, sehingga beban dapat diangkat secara vertikal. Begitu beban terangkat dari tanah, berhentikan winch (hoist up) untuk dilakukan pemeriksaan dari kemungkinan terjadi overload, sling pengikat berubah/miring atau terjadi ayunan. 3-12

87 Bila semua kondisi baik, barulah teruskan angkat beban (hoist up) sampai ketinggian bebas dari rintangan untuk pemindahan. Lakukan swing menuju tempat penurunan beban dengan halus, tidak terjadi ayunan. Ditempat penurunan hentikan swing dengan halus, posisikan tepat diatas tempat penurunan beban, dengan merubah sudut elevasi boom (memperkecil). Ketika dilakukan penurunan boom akan terjadi penarikan beban keatas oleh tali baja, oleh karena itu harus diimbangi dengan mengulur tali baja (mengoperasikan winch, hoist down) sesuai dengan turunnya boom, sehinggan jarak beban dengan overwind cutout device relatif tetap. Turunkan dan letakkan beban ditempat yang ditentukan (posisi pindah) dengan halus tanpa hentakan atau bumping. 5) Pemindahan beban dengan level dan radius berbeda. Pada pemindahan beban dengan kondisi ini, misalnya pemasangan dinding (fabricate), pemasangan kubah dan sebagainya. Dalam hal ini beban diambil dari lantai dan dipasangkan pada ketinggian tertentu. Pada kondisi pemindahan beban seperti ini terjadi perubahan panjang boom maupun sudut elevasi boom. Posisikan unit crane tidak terlalu dekat dengan tempat penurunan beban, untuk memungkinkan pengaturan sudut elevasi boom. Setel panjang boom dengan benar sesuai dengan posisi beban yang akan dipindahkan. Setel sudut elevasi boom sesuai dengan panjang boom dan posisi beban yang akan dipindahkan. Arahkan kait ketempat beban (posisi awal, sebelum dipindah) Untuk efisiensi, ketika dilakukan swing boom mengarah ketempat beban, dapat dilakukan penurunan kait (hoist down) sehingga ketika kait sampai di tempat beban kait sudah cukup dekat dengan beban (cukup rendah). Posisikan kait tepat diatas titik angkat beban (titik berat beban) dengan menyetel sudut elevasi boom, turunkan perlahan sampai kait dapat dikaitkan pada sling angkat beban. Berilah kesempatan bagi rigger untuk memposisikan kait pada sling angkat beban. 3-13

88 Dengan aba-aba dari signal-man, operasikan winch (hois up). Ketika sedang menggulung tali baja (hoist up) tersebut posisikan swing pada FREE (bebas swing) dengan menekan skakelar FREE SWING sampai tali baja terlihat tegang dan beban mulai terangkat dari tanah. Pada saat ini lepaskan kembali skakelar FREE SWING. Proses ini adalah dengan tujuan agar kait benar-benar tepat diatas titik berat beban, sehingga beban dapat diangkat secara vertikal. Begitu beban terangkat dari tanah, berhentikan winch (hoist up) untuk dilakukan pemeriksaan dari kemungkinan terjadi overload, sling pengikat berubah/miring atau terjadi ayunan. Bila kondisi telah baik, teruskan angkat beban (hoist up) samapai bebas dari rintangan untuk dapat dilakukan swing. Lakukan swing menuju tempat penurunan beban, berhenti swing di dekat penurunan beban. Setel boom baik perpanjangan (extend) dan sudut elevasinya, untuk dapat memposisikan beban yang tempatnya lebih tinggi. Angkat beban dengan winch (hoist up) sehingga posisi beban diatas tempat penurunan beban. Lakukan swing untuk menempatkan beban diatas tempat penurunan beban. Posisikan beban tepat diatas tempat penurunan beban, dengan mengatur swing dan boom. Dengan mengikuti aba-aba, turunkan dan letakkan beban tepat diatas tempat penurunan yang ditentukan, dengan dibantu Signalman. 3-14

89 Pemindahan beban tanpa menggunakan outrigger Pemindahan beban tanpa outrigger berarti bahwa seluruh berat (beban dan unit crane) ditumpu oleh ban roda-roda wheel crane. Pengoperasian wheel crane tanpa outrigger ini biasanya disebut juga dengan on-rubber operation. Dalam hal tersebut diatas setidaknya ada 3 yang perlu kita catat atau perhatikan, yaitu bahwa : 1) Stabilitas crane lebih kecil daripada bila menggunakan outrigger (outrigger extended), yang memberikan akibat kapasitas angkat beban (lifting rated capacity) juga lebih kecil. Hal itu jelas terlihat pada diagram beban masing-masing kondisi. 2) Peranan ban, khususnya menyangkut tekanan anginnya (tire s air pressure), sangat penting. Sehingga bila tekanan angin tidak seperti spesifikasinya, pengoperasian tidak dibenarkan. Disamping dua hal tersebut diatas, satu hal penting lainnya adalah bahwa kapasitas angkat (rated lifting capacity) untuk on-rubber operation tersebut adalah nilai-nilai bila crane dipasang pada tanah yang keras dan level. Kondisi tanah yang berbeda (tanah miring atau lunak) perlu diperhitungkan untuk pengoperasian. Pada pengoperasian tanpa outrigger ini, diperingatkan terhadap beberapa hal : Jangan gunakan jib. Jangan lakukan pengangkatan beban boom ataupun single top bila panjang boom melebihi batas tertentu (misalnya untuk salah satu tipe crane, batas tersebut adalah 24,4) Berhati-hatilah, beban jangan sampai mengayun, crane dapat terguling. Perhatikan selalu tampilan momen pada AML. Ketika terjadi overload, crane akan berhenti beroperasi, tetapi inersianya dapat membuat crane bergoyang kesana-kesini. Pengoperasian tanpa outrigger ini dibedakan antara : On-rubber stationary operation, dan On-rubber creep operation. 3-15

90 1) On- rubber stationary operation Pada operasi ini beberapa hal perlu mendapat perhatian : Bahwa crane berada pada performansi overfront hanya bila ditunjukkan dengan simbol posisi overfront di AML. Bila tidak maka crane berada pada permormansi Selama pengoperasian, crane tidak dapat berhenti secara otomatis walaupun overload terjadi karena swing boom. Harus diingat juga bahwa fungsi pembatas swing tidak bekerja. Karenanya berhati-hatilah melakukan swing selama pengoperasian. Jangan mengangkat beban didaerah depan (over-front area) dan swing ke samping, kecuali berat beban dibawah performansi (kapasitas angkat pada lebih kecil dari pada kapasitas angkat pada daerah depan. Langkah : (1) Masukkan boom sepenuhnya (fully retract), dan level. (2) Tempatkan boom pada daerah kerja depan (overfront). (3) Posisikan unit pada tempat/tanah keras dan rata (level). (4) Posisikan tuas persneling (gearshift) pada N. (5) Pasang rem parkir. (6) Kuncilah suspensi dan turunkan frame sepenuhnya. (7) Dengan kunci register,setel (register) : On rubber stationary operation pada AML, juga status pengangkatan boom (boom lift atau single top) sesuai dengan keadaan senyatanya. (8) Pindahkan beban (hoist up, boom telescoping, boom elevating, swing, hoist down) sesuai dengan prosedur yang benar. 3-16

91 2) On-rubber creep operation Operasi ini disebut juga dengan pick and carry, yaitu setelah mengambil beban crane berjalan menuju ke tempat penurunan beban. Pada operasi ini beberapa diperingatkan yaitu : Jangan melakukan swing boom selama pengoperasian. Arahkan boom ke over-front, aktifkan rem swing dan pasang kunci swing. Jangan jalankan unit melebihi kecepatan 1,6 km/jam. Jangan angkat beban terlalu tinggi, tetaplah dekat permukaan tanah. Tetaplah dengan persneling I Hidari gerakan yang kasar : start, stop dan pengemudian. Bila tidak beban bergerak kesana-kemari. Jangan operasikan crane sambil jalan (traveling). Untuk mengoperasikan berhentikanlah crane. Sebelum jalan (traveling) panjangkan outrigger beam dan jack sampai out outrigger floats sedikit diatas tanah. Biarkan PTO di ON kan selama pengoperasian. Bila tidak, tidak ada tindakan yang dapat dilaksanakan bila crane didalam bahaya. Langkah : (1) Masukkan boom sepenuhnya (fully retract), dan level. (2) Tempatkan boom pada daerah kerja depan (overfront). (3) Posisikan unit pada tempat/tanah keras dan rata (level). (4) Posisikan tuas persneling (gearshift) pada N. (5) Pasang rem parkir. (6) Kuncilah suspensi dan turunkan frame sepenuhnya. (7) Dengan kunci register, setel (register) : on-rubber creep operation pada AML, juga status pengangkatan boom (boom lift atau single top), sesuai dengan keadaan senyatanya. 3-17

92 (8) Angkat beban sesuai dengan prosedur yang benar. (9) Setel skakelar rem parkir ke OFF. (10) Setel persneling ke gigi I. (11) Jalanlah perlahan. (12) Berhentilah dengan halus ditempat penurunan beban. (13) Turunkan dan letakkan beban dengan halus ditempat yang ditentukkan, sesuai dengan prosedur yang benar. 3-18

93 BAB IV TALI BAJA DAN SLING 4.1. Umum Pada pengoperasian mesin pengangkat, termasuk wheel crane, salah satu komponen utama yang menentukan berfungsinya sistem pemindahan material (mengangkat dan memindahkan) adalah tali baja (steel wire rope) dan sling (pengikat/penggantung material yang akan di pindahkan). Sebenarnya dari pabrik pembuat wheel crane ini telah menyiapkan tali baja yang akan dipakai pada unit/alat tersebut dan pemasangannya dilakukan oleh tim mekanik yang merakit kembali sampai unit/alat dapat beroperasi. Dari pihak proyek (pemilik alat) biasanya telah menyediakan persediaan tali baja yang kualitasnya sama dengan direkomendasikan oleh pabrik pembuat alat tersebut. Namun sebagai seorang operator yang setiap hari melakukan pemeliharaan dan mengoperasikan wheel crane, masih memerlukan pengetahuan tambahan menganai tali baja dan sling ini, terutama berkaitan dengan pengoperasian wheel crane yang benar dan aman. Dengan pengetahuan tentang tali baja dan sling ini operator akan lebih perduli terhadap komponen tersebut sehingga dapat mendeteksi kerusakan lebih dini untuk menghindarkan terjadinya kerusakan atau kecelakaan akibat putusdnya tali baja atau sling pada saat beroperasi Tali Baja Konstruksi tali baja Tali baja terdiri dari beberapa pilinan serat baja (strand) yang dipilin ke arah kiri atau kanan sehinga membentuk satu-kesatuan tali baja yang padat. a. Serat baja atau beberapa kabel dan fiber atau serat baja yang lunak dipilin ke kiri atau ke kanan dan membentuk strand. b. Strand-strand dipilin ke kiri atau ke kanan diluar core dan membentuk wire atau (tali baja). c. Core adalah inti yang berada didalam wire rope, dari fiber atau baja yang lebih lunak. d. Unit (keseluruhan) elemen-elemen tersebut bergabung jadi wire rope (tali baja) 4-1

94 Gambar 4.1. Konstruksi Tali Baja Klasifikasi strand a. Seale Satu layer serat baja dengan diameter yang sama dipilin menutup layer serat baja yang didalam dengan diameter yang lebih kecil. Serat baja bagian luar didukung didalam celah antara serat baja pada layer dalam. Gambar 4.2. Scale b. Warrington Satu layer serat baja bagian luar dengan diameter yang besar dan yang kecil dipilin menutup layer serat baja yang didalam yang mempunyai diameter serat yang sama. Gambar 4.3. Warring ton c. Konstruksi filler Layer luar serat baja ditunjang dengan serat baja kecil. Jumlah serat baja yang kecil adalah setengah dari jumlah serat baja luar dan sama dengan serat baja pada layer dalam. Gambar 4.4. Filler 4-2

95 d. Ordinary Semua serat baja mempunyai diameter yang sama luas dan layer dalam dari strand. Gambar 4.5. Ordinary e. Contoh pada konstruksi tali baja dengan inti (core) nya. Gambar 4.6 Konstruksi tali baja Jenis Pilinan tali Baja Berdasarkan arah pilinan strand dan serat baja, maka tali baja ini dapat dibedakan menjadi : a. Tali baja dengan pilinan searah ke kanan (right lang lay) Pilinan searah kekanan Serat baja dipilin kekanan Gambar 4.7 Right lang lay membentuk strand Strand dipilin kekanan membentuk wire rope b. Tali baja dengan pilinan searah ke kiri Serat baja dipilin kekiri membentuk strand Gambar 4.8. left lang lay Strand dipilin kekiri membentuk wire rope Kedua jenis tali baja tersebut cenderung berputar pada saat mengangkat beban. 4-3

96 Penggunaan yang paling tepat pada jenis mesin pengangkat yang dilengkapi dengan pemandu (guiding rel), misalnya pada lift (elevator) untuk mengangkat manusia dan hasil pertambangan (galian). c. Tali baja dengan pilinan berlawanan ke kanan (right regular lay) Pinanan melintang kekanan Serat baja dipilin kekiri Gambar 4.9. Right Regular lay membentuk strand Strand dipilin kekanan membentuk wire rope d. Tali baja dengan pilinan berlawanan ke kiri (left regular lay) Pilinan melintang kekiri Serat baja dipilin kekanan Gambar Left Regular lay membentuk strand Strand dipilin kekiri membentuk wire rope e. Tali baja anti puntir (non-rotating wire rope) Tali baja mempunyai dua layer pilinan strand, dimana arah pilinan layer luar berlawanan dengan arah pilinan layer dalam. Misalnya tali baja anti puntir 19x7, mempunyai 19 strand yang terdiri 7 serat baja tiap strand. Gambar Non-rotating wire rope Konstruksinya terdiri dari kawat baja layer dalam dengan 7x7 left lang lay yang ditutup dengan kawat baja layer luar dengan 12x7 right regular lay. Kawat baja ini penggunaannya terutama untuk mengangkat beban yang tidak boleh berputar saat pengangkatannya, sehingga mempunyai faktor keamanan yang tinggi. 4-4

97 Inti (core) Tali Baja Pada umumnya tali baja dengan ukuran lebih besar dari ½ inch diperkuat dengan inti (core), yang dapat dibedakan menjadi : a. Inti sintetis (fiber or sisal core), bukan kawat baja b. Inti kawat baja (independent wire rope core/iwrc) c. Inti strand (strand core/wsc) Dengan konstruksi inti tersebut dimaksudkan untuk menambah fleksibilitas dan daya/kemampuan tarik dari tali baja tersebut. Gambar Inti (core) dari kawat Pemeliharan tali baja (wire rope) Peringatan! Bila tali baja putus pada saat wheel crane beroperasi, maka akan terjadi kecelakaan yang serius. Untuk itu lakukan pemeriksaan secara teratur pada interval waktu yang ditentukan. a. Pemeriksaan berkala Pemeriksaan secara periodik (misalnya setiap bulan) terhadap kemungkinan yang terjadi pada tali baja, yaitu terhadap : Kemungkinan rusak/putus, Adanya keausan, Adanya pengkaratan/korosi, Terjadinya perubahan bentuk, Adanya pengaruh panas atau akibat pengelasan, Kondisi lapisan pelumas, dan Kondisi ujung dari tali baja. Bila ujung tali baja rusak atau kondisinya tidak baik lagi, dapat diperbaiki atau dipotong Hasil pemeriksaan ini akan memberikan rekomendasi bahwa tali baja harus diganti. 4-5

98 Kondisi yang dijumpai dalam pemeriksaan tersebut adalah : 1) Sepuluh persen atau lebih dan serat baja (kecuali serat filler/filler wires) dalam satu kisar (lay) telah putus/rusak. Gambar Serat baja (wire) dan filler Gambar Kisar (lay) tali baja 2) Diameter tali baja mengecil, maksimal yang diperbolehkan adalah tidak lebih 7% dari nominal kawat baja. Baik Rusak Strand terjepit dan menjadi oval bila inti (core) rusak Gambar Pengukuran diameter tali baja Sudut pilinan mengecil bila inti (core) rusak Gambar Perubahan tali baja 3) Tali baja kusut (tali baja yang dipakai pada posisi terputus seperti gambar 1), dan tidak kembali pada posisi semula/kusut tapi menjadi rusak/cacat. Seperti gambar 2), 3) dan 4). Gambar Tali baja yang kusut 4) Perubahan bentuk yang jelek atau kerusakan dari tali baja yaitu tali baja mengikuti salah satu strand yang rusak atau pilinan strandnya terlepas atau inti (core)nya terbakar. Tali baja yang rusak dimana terjadi korosi dibagian dalam dari tali baja. 4-6

99 Gambar Tali baja yang rusak atau berubah bentuk 5) Tali baja rusak karena pengaruh panas atau terbakar b. Pemeliharaan/pelumasan tali baja Pada saat wire rope diopersaikan dalam drum atau sheaves (pully), strand dan wire (serat) bergerak saling mengisi ruangan yang tersedia. Untuk mengurangi kerusakan dari wire rope (internal) atau antara rope dan shares atau alur dalam drum, maka wire rope harus dilumasi dengan baik. Gambar Cara pelumasan tali baja Pelumasan juga mencegah terjadinya karat pada wire rope, mengurangi keausan baik pada keausan didalam wire rope maupun akibat gesekan dengan sheave atau alur dari drum dan juga kerusakan dari fiber core (inti). Cara dan kebutuhan pelumasan yang dipergunakan tergantung pada : 1. Konstruksi wire rope dan strands yang berkaitan dengan diameter dan susunan wire rope. 2. Jenis pelumas. 3. Kondisi lingkungan kerja. Frekuensi pelumasan di lapangan terutama ditentukan oleh kondisi operasi dari wire rope, seperti kecepatan yang tinggi pada saat mengangkat beban yang berat dan juga kelembaban atau kondisi lingkungan yang abrasif. Untuk wire rope dengan ukuran besar dimana celah-celah kosong yang dapat dilumasi juga besar, maka dapat dipakai jenis heavy lubricant (kental). Sedangkan untuk wire rope yang halus (fines wire construction) dimana 4-7

100 clearence dan celah-celah pelumasan relative sedikit, maka jenis ini terutama untuk mencegah kerusakan diakibatkan karat, pelumasannya dapat ditambahkan trust inhibiting additive untuk menghilangkan karat Pemilihan tali baja Pemilihan tali baja diperlukan dalam kegiatan pengangkatan dan pemindahan barang/material untuk menjamin keselamatan personil, peralatan dan barang/material. Pada umumnya pemilihan tali baja dilakukan dengan mempertimbangkan : Kapasitas angkat Bobot/berat barang yang diangkat, terkait dengan sistem puli (metode reeving). Jenis tali baja Diameter tali baja Sebagai contoh, tali baja yang dipakai pada wheel crane Tadano GR-300 EX-1, kapasitas 30 ton, mempunyai spesifikasi sebagai berikut : Spesifikasi Winch utama Winch pembantu -- Konfigurasi 7x7+6xFi (29)0/0 IWRC 6xWS (36)0/0 -- Beban yang diijinkan kgf (38.2 KN) kgf (38.2 KN) -- Beban putus kgf (174 KN) kg (210 KN) -- Diameter 16.0 mm 16.0 mm -- Panjang 170 m 98 m -- Berat 1,13 kg/m 1,13 kg/m 4.3. Slinging Sling adalah tali (tali baja, rantai, tali serat) yang dibentuk sedemikian rupa sehingga mempermudah atau membantu pengikatan atau pengangkatan beban (barang). Pada kegiatan pengangkatan./pemindahan barang/material sling kadang-kadang menerima pembebanan yang tidak normal seperti beban yang berlebih, abrasi, perlakuan yang cenderung merusak atau menjadi kusut dan beban-beban kejut. 4-8

101 Beban berlebih biasanya terjadi bila sudut ikatan tidak tepat dan sampai pada batas kekuatan tali. Faktor keamanan untuk sling ini bervariasi, misalnya pada pekerjaan ringan 5:1 sampai pekerjaan berat seperti 8:1. Pedoman yang dipakai adalah 6:1 yaitu safety faktor berdasar rekomendasi dari OCHS/ OHSA-(Organisasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja Internasional) Jenis dan konstruksi tali baja Gambar Sling dan choker 4-9

102 Bridle sling Double leg Bridle sling Drawbar sling & hook Wreker sling Erector sling Double basket sling Grommet sling Gambar 4.20.a. Sling dan choker (lanjutan) Beban angkat aman (safe working load/swl) a. Tegangan pada kaki (leg) sling Tegangan yang terjadi pada ikatan sling tergantung pada sudut antara tali yang mengangkat beban dengan garis/bidang horisontal. Bila 2 sling mengangkat beban seberat 1000 kg maka setiap kaki (leg) sling akan menerima 500 kg (Gambar 4.21) Gambar Beban angkat aman pada sudut angkat sling 4-10

103 Apabila kaki (leg) sling keduanya ditarik/dimasukkan ke dalam kait (hook), maka setiap kaki (leg) sling akan menerima beban yang lebih besar (tegangannya naik). Pada sudut 60 0 (gambar 4.21.C), baban pada tiap kaki (leg) sling meningkat 115%. Bila sudutnya dikecilkan menjadi 45 0 maka beban pada tiap kaki sling meningkat 145% (gambar 4.21.D), dan pada sudut 30 0, beban pada tiap kaki sling meningkat 200%, atau dengan kata lain, pada sudut 30 0, tegangan pada tiap kaki (leg) sling sama dengan berat beban yang diangkat. (gambar E) b. Sudut angkat yang direkomendasikan Sudut angkat aman yang direkomendasikan adalah 60 0 (sudut angkat minimum adalah 45 0 ). Sudut 60 0 sangat mudah dibentuk/ ditentukan sling atau choker sebagai alat ukurnya. Gambar Penggunaan sling untuk menentukan titik angkat c. Tegangan yang terjadi pada kaki (leg) sling Gambar Peningkatan tegangan pada kaki (leg) sling Pada gambar memperlihatkan beban seberat 2000lbs diangkat dengan dua choker (yang digambarkan hanya sebelah/satu choker). Beban pada satu kaki (leg) choker bergerak meningkat sesuai dengan sudut angkatnya. Pada pengangkatan vertikal tiap choker dibebani

104 lbs dan pada sudut 5 0 dibebani dengan lbs, atau hampir 6 kali berat beban. Bila seorang rigger kurang memahami peningkatan beban karena pengaruh sudut angkat, akan mempengaruhi kepada kekuatan sling terutama bila ada beban kejut yang dapat membahayakan keamanan. (walaupun pada sling ini faktor keamanannya cukup besar, misalnya 5:1) Sling Rantai (Chain Sling) Sling yang terbuat dari rantai (chain) dan kekuatannya tergantung dari kualitas bahan atau materialnya sedangkan ukuran dari diameter batangan dibuat sebagai mata sambungan (link). Untuk sling rantai ini terdiri dari 2 (dua) bagian yaitu Master Link dan Link, pada master link terdapat teknis seperti nomor identifikasi, batas kekuatan patah, ukuran dan data lain yang menunjukkan kualitas dan kemampuannya. Model konstruksi dari sling rantai bisa dibilang sama dengan wire rope sling, model konstruksi dari sling rantai dapat kita lihat dalam gambar berikut : Gambar Sling rantai 4-12

105 Sling Tali Serat (Fibre Rope Sling) Sling yang terbuat dari serat alam maupun buatan dan kekuatan dari sling ini tergantung dari diameter dan jenis serat yang digunakan sebagai bahan materialnya. Perbedaan dari serat buatan dan serat alam adalah bahan dasar untuk membuatnya. Tali serat buatan lebih kuat dari tali serat alam karena tali serat alam terbuat dari bahan alam yang gampang rusak atau mudah dirusak oleh kelembaban udara/cuaca, jamur, pembusukan dan zat kimia misalnya tali serat manila/henep atau sisal. Untuk saat ini tali jenis serat alam jarang kita temui karena jarang dipergunakan karena serat buatan lebih bagus dan awet karena serat buatan lebih ringan, tidak mudah busuk, tidak berjamur, tidak mudah korosi, tahan terhadap asam dan tahan terhadap temperatur tinggi. Contoh Sling Tali Serat (Fibre Rope Sling) : Gambar Sling 4.4. Rigging Rigging adalah teknik pengikatan barang yang akan diangkat, pengikatan yang baik, benar dan aman harus dilakukan untuk menghindari terjadinya kecelakaan kerja baik ringan maupun kecelakaan yang berat. 4-13

106 Jenis Ikatan 1. Ikatan langsung 2. Ikatan dengan cara brible dua kaki 3. Ikatan dengan cara basket tunggal 4. Ikatan dengan cara basket ganda 5. Ikatan cara basket lilit dua 6. Ikatan choker tunggal Gambar Riging dan tali baja 4-14

107 7. Ikatan choker ganda 8. Ikatan choker dua lilit Gambar Riging dan tali baja (lanjutan) Kesalahan Pengikatan Salah Benar Salah Benar Gambar Cara pengikatan dengan sling tali baja 4-15

108 Salah Benar Gambar Cara pengikatan dengan sling tali baja (lanjutan) Salah Benar Salah Benar Gambar Cara pengikatan dengan sling rantai Alat bantu angkat Alat bantu angkat adalah suatu kombinasi beberapa jenis alat yang dirangkai menjadi sebuah peralatan yang dipergunakan sebagai alat bantu dalam proses pengangkatan barang, alat bantu tersebut misalnya : 4-16

109 1. Sling Rope 2. Blocks Dan Hook 3. Sakle Round Pin Chain Sakle Screw Pin Chain Sakle Round Pin Another Sakle Screw Sakle Another Sackle 4. Turn Buckles 4-17

110 5. Eye Bolt 6. Lifting Beam Gambar Alat Bantu angkat 4.5. Jenis dan Karakteristik Material / beban yang akan diangkat Jenis Benda yang diangkat/dipindahkan : 1. Padat Bentuk dan isi / volumenya tetap 2. Cair Isi atau volume tetap, tetapi bentuk berubah-ubah sesuai tempatnya 3. Gas Bentuk dan isi / volume berubah-ubah Karakteristik Umum pada Benda Kelompok Jenis Benda Padat Cair Gas Berdiri sendiri Pipa, katup, bantalan dan lain-lain Tidak ada Tidak ada Dikemas Karton, palet, karung, krat dan lain-lain Drum, tangki, botol, can dan lain-lain Tangki atau tabung silinder dan lain-lain Curah Batu bara, semen, pasir, bahan kimia dan lain-lain Minyak mentah, solar, minyak tanah dan lain-lain Oxigen, LPG, nitrogen, freon dan lain-lain 4-18

111 Simbol Dikaitkan dengan Sifat Barang Simbol barang atau material berbahaya a. Tujuan memberikan simbol pada barang/material yang akan diangkat/dipindahkan. Suatu petunjuk tentang sifat benda atau material khususnya yang dapat membahayakan manusia, lingkungan hidup dan benda lain dengan tujuan agar kecelakaan dan kerusakan dapat dihindari. b. Kelompok simbol (1) Barang atau material yang berbahaya (2) Barang atau material yang tidak berbahaya c. Klasifikasi barang berbahaya Standar simbol kemasan barang berbahaya (standar ILO) Barang berbahaya diklasifikasikan menajdi 9 (sembilan) kelas, lengkap dengan simbol yang tergambar dalam bentuk segi empat belah ketupat (diamond) dan diberi warna dasar tertentu yang memiliki arti. United Nation Hazard Classification (U.N.H.C.) Klasifikasi menurut PBB III. Tipe bahaya Bahaya ledakan (explosives) Beberapa gas (gases) Bahan cair mudah terbakar (flammable liquids) Bahan padat mudah terbakar (flammable solid) Bahan yang mudah mengoksidasi (oxidazing subtances) Bahan beracun (poisonous or toxic substance) Bahan radio aktif (radio active poisons) Bahan penyebab karat (corrosive substances) Bahan bahaya lainnya (miscellaneous dangeraous substance) 4-19

112 Simbol-simbol Barang atau Material yang berbahaya Beracun Berbahaya Berbahaya untuk pernafasan atau otak langsung Bahaya Lingkungan Untuk berhati-hati membuang sampah berbahaya Mudah meledak, baik gerakan atau kegiatan dapat menyebabakan ledakan Bahaya bakan bakar Mudah Terbakar Gas Beracun Bahan langsung terbakar Beracun Cairan mudah terbakar Bahan Mudah terbakar Bahan mudah meledak tapi tidak terlalu berbahaya Bahan mudah meledak Untuk bahan yang tidak mudah tebakar Bahan yang mudah meledak dan menyebabkan kerugian besar Untuk bahan beracun 4-20

113 Untuk gas yang mudah terbakar Bahan bakar mudah terbakar (clas 4) Untuk gas mudah terbakar (clas 2) atau (clas 3) Bahan yang contact dengan air menyebabkan kebakaran Untuk bahan yang langsung terbakar Untuk bahan yang menyebabkan penularan (infeksi) Untuk bahan yang menimbulkan oksidasi Untuk bahan radioaktif kategori 2 Untuk bahan radioaktif kategori 1 Untuk radioaktif bahan Untuk bahan radioaktif kategori 3 Untuk bahan yang korosif Gambar 4.30 Simbol barang/ Material yang Berbahaya 4-21

114 BAB V RAMBU-RAMBU LALU LINTAS DAN BAHASA ISYARAT 5.1. Umum Medan operasi wheel crane, selain harus berada di lokasi kerja dengan tugas utama mengangkat dan memindahkan barang/material, juga harus melalui jalan umum yang diperlukan sewaktu memindah alat (wheel crane) dari pool ke lokasi kerja. Selama melakukan tugasnya operator dituntut untuk menguasai rambu-rambu operasional, yaitu bila berada dijalan umum harus mengetahui rambu-rambu dan peraturan lalu lintas dan bila berada di lokasi kerja harus menguasai rambu-rambu operasional dan bahasa isyarat, sehingga selama perjalanan dan selama mengoperasikan wheel crane dalam kondisi aman Rambu-rambu lalu lintas Jalan umum yang kemungkinan besar akan selalu dileewati wheel crane menuju lokasi pekerjaan atau kembali dari lokasi pekerjaan, adalah jalan yang dipakai bersama, sehingga setiap kendaraan yang melewatinya harus patuh terhadap segala peraturan lalu lintas dan mungkin ada peraturan lainnya yang di berlakukan di daerah tertentu. Secara garis besar rambu-rambu lalu lintas dapat dibaca pada gambar 5.1., dengan titik berat disiplin dalam mentaati peraturan dan rambu-rambu lalu lintas tersebut. Disamping rambu-rambu yang telah diberikan panduan dalam modul ini, operator harus berusaha menambah pengetahuannya, terutama bila memasuki daerah/wilayah yang mempunyai peraturan daerah yang biasanya terkait dengan bobot kendaraan yang diperbolehkan melewati daerah tersebut. 5-1

115 Gambar 5.1. Rambu-rambu Lalu Lintas 5-2

116 5.3. Bahasa Isyarat Dalam Pengoperasian wheel crane, maka banyak kendala-kendala yang menyebabkan komunikasi antara operator dengan signal man (pemberi aba-aba) tidak dapat dilaksanakan dengan komunikasi kata-kata. Hal-hal yang menyebabkan tidak lancarnya komunikasi kata-kata antara operator dan pemberi aba-aba adalah : Suara engine yang bising Jauh jarak antara operatir dan pemberi aba-aba. Pengaruh-pengaruh lain seperti suara dari peralatan lain, dan sebagainya. Komunikasi yang tidak lancar antara operator dan pemberi aba-aba, akan menyebabkan kondisi yang membahayakan baik untuk keselamatan alat, lingkungan dan juga operator sendiri. Kesalahan komunikasi bisa menyebabkan kecelakaan misalnya : Mengangkat beban yang ternyata ikatannya belum benar Menurunkan beban yang sebenarnya belum diperintahkan dan sebagainya. Untuk keperluan komunikasi antara operator dengan signal man (pemberi aba-aba) diciptakan bahasa isyarat yang harus dimengerti oleh operator dan pemberi aba-aba, karena bahasa isyarat adalah gerakan-gerakan anggota badan dari pemberi abaaba, maka syarat utama yang diperlukan agar komunikasi berjalan lancar adalah kesehatan pengelihatan (mata) dari operator. Contoh Bahasa isyarat terlihat pada gambar berikut : 5-3

117 Gambar 5.2.a Bahasa Isyarat 5-4

118 Gambar 5.2.b Bahasa Isyarat (lanjutan) 5-5

119 Gambar 5.2.c Bahasa Isyarat (lanjutan) 5-6

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Crane adalah salah satu alat berat ( heavy equipment ) yang digunakan sebagai alat pengangkat / pemindah bahan dalam proyek konstruksi. Crane bekerja dengan

Lebih terperinci

PELATIHAN OPERATOR WHEEL CRANE

PELATIHAN OPERATOR WHEEL CRANE WCO 03 = STRUKTUR DAN FUNGSI WHEEL CRANE PELATIHAN OPERATOR WHEEL CRANE DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Mesin pemindah bahan merupakan salah satu peralatan mesin yang digunakan untuk memindahkan muatan dari lokasi pabrik, lokasi konstruksi, lokasi industri, tempat penyimpanan, pembongkaran

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. unloading. Berdasarkan sistem penggeraknya, excavator dibedakan menjadi. efisien dalam operasionalnya.

BAB II TEORI DASAR. unloading. Berdasarkan sistem penggeraknya, excavator dibedakan menjadi. efisien dalam operasionalnya. BAB II TEORI DASAR 2.1 Hydraulic Excavator Secara Umum. 2.1.1 Definisi Hydraulic Excavator. Excavator adalah alat berat yang digunakan untuk operasi loading dan unloading. Berdasarkan sistem penggeraknya,

Lebih terperinci

STANDAR LATIHAN KERJA DAFTAR MODUL

STANDAR LATIHAN KERJA DAFTAR MODUL STANDAR LATIHAN KERJA DAFTAR MODUL NO. KODE JUDUL 1. WLO 01 ETIKA PROFESI DAN ETOS KERJA 2. WLO 02 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) 3. WLO 03 STRUKTUR DAN FUNGSI WHEEL LOADER 4. WLO 04 PEMELIHARAAN

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA OPERATOR BACKHOE LOADER

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA OPERATOR BACKHOE LOADER MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA OPERATOR BACKHOE LOADER PENGOPERASIAN NAIK / TURUN BACKHOE LOADER KE / DARI ATAS TRAILER KODE UNIT KOMPETENSI.01

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peralatan pengangkat bahan digunakan unuk memindahkan muatan di lokasi atau area, departemen, pabrik, lokasi konstruksi, tempat penyimpanan, pembongkaran muatan dan

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA OPERATOR BACKHOE LOADER

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA OPERATOR BACKHOE LOADER MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA OPERATOR BACKHOE LOADER TEKNIK PENGOPERASIAN BACKHOE PADA UNIT BACKHOE LOADER KODE UNIT KOMPETENSI:

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISA GAYA PADA TELESCOPIC BOOM TRUCK CRANE XCMG QY50K

TUGAS AKHIR ANALISA GAYA PADA TELESCOPIC BOOM TRUCK CRANE XCMG QY50K TUGAS AKHIR ANALISA GAYA PADA TELESCOPIC BOOM TRUCK CRANE XCMG QY50K Disusun Sebagai Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta Disusun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. buah kabin operator yang tempat dan fungsinya adalah masing-masing. 1) Kabin operator Truck Crane

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. buah kabin operator yang tempat dan fungsinya adalah masing-masing. 1) Kabin operator Truck Crane BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bagian-bagian Utama Pada Truck Crane a) Kabin Operator Seperti yang telah kita ketahui pada crane jenis ini memiliki dua buah kabin operator yang tempat dan fungsinya adalah

Lebih terperinci

MEKANISME KERJA JIB CRANE

MEKANISME KERJA JIB CRANE JIB CRANE DEFINISI JIB CRANE Jib Crane adalah jenis crane di mana anggota horisontal (jib atau boom), mendukung bergerak hoist, adalah tetap ke dinding atau ke tiang lantai-mount. Jib dapat ayunan melalui

Lebih terperinci

PELATIHAN OPERATOR WHEEL CRANE

PELATIHAN OPERATOR WHEEL CRANE WCO 06 = LAPORAN OPERASI WHEEL CRANE PELATIHAN OPERATOR WHEEL CRANE DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI KATA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dump Truck Dump Truck adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan material pada jarak menengah sampai jauh, muatannya diisikan oleh Backhoe atau sebagainya (Rochmanhadi,

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA MEKANIK HIDROLIK ALAT BERAT

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA MEKANIK HIDROLIK ALAT BERAT MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA MEKANIK HIDROLIK ALAT BERAT IDENTIFIKASI KOMPONEN SISTEM HIDROLIK ALAT BERAT KODE UNIT KOMPETENSI:.01

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mesin Pemindah Bahan Mesin pemindah bahan (material handling equipment) adalah peralatan yang digunakan untuk memindahkan muatan yang berat dari satu tempat ke tempat lain dalam

Lebih terperinci

BAB 2 STUDI PUSTAKA. 2.1 Pengertian, Prinsip Kerja, Serta Penggunaan Tower Crane Pada

BAB 2 STUDI PUSTAKA. 2.1 Pengertian, Prinsip Kerja, Serta Penggunaan Tower Crane Pada BAB 2 STUDI PUSTAKA 2.1 Pengertian, Prinsip Kerja, Serta Penggunaan Tower Crane Pada Gedung Bertingkat. (www.ilmusipil.com/tower-crane-proyek-gedung) Di dalam proyek konstruksi bangunan bertingkat, tower

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN MATERI. dalam setiap industri modern. Desain mesin pemindah bahan yang beragam

BAB II PEMBAHASAN MATERI. dalam setiap industri modern. Desain mesin pemindah bahan yang beragam BAB II PEMBAHASAN MATERI 2.1 Mesin Pemindah Bahan Mesin pemindah bahan merupakan bagian terpadu perlengkapan mekanis dalam setiap industri modern. Desain mesin pemindah bahan yang beragam disebabkan oleh

Lebih terperinci

SISTEM KEMUDI & WHEEL ALIGNMENT

SISTEM KEMUDI & WHEEL ALIGNMENT SISTEM KEMUDI & WHEEL ALIGNMENT SISTEM KEMUDI I. URAIAN Fungsi sistem kemudi adalah untuk mengatur arah kendaraan dengan cara membelokkan roda depan. Bila steering wheel diputar, steering column akan meneruskan

Lebih terperinci

ANALISA GAYA PADA TELESCOPIC BOOM TRUCK CRANE XCMG QY50K

ANALISA GAYA PADA TELESCOPIC BOOM TRUCK CRANE XCMG QY50K ANALISA GAYA PADA TELESCOPIC BOOM TRUCK CRANE XCMG QY50K Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Oleh: RADHITYA AULIA HAKIM D 200

Lebih terperinci

LAMPIRAN PRINSIP KERJA MESIN DIESEL. Sumber. kerja motor diesel.com

LAMPIRAN PRINSIP KERJA MESIN DIESEL. Sumber.  kerja motor diesel.com LAMPIRAN PRINSIP KERJA MESIN DIESEL Sumber. www.prinsip kerja motor diesel.com TABEL. DAYA MESIN BERKURANG PENYEBAB KERUSAKAN 1. Jumlah bahan bakar yang disemprotkan tidak sesuai dengan yang dibutuhkan

Lebih terperinci

OVH SUSPENSION I.STRUCTURE & FUNCTION. 1.Rear suspension cylinder

OVH SUSPENSION I.STRUCTURE & FUNCTION. 1.Rear suspension cylinder OVH SUSPENSION I.STRUCTURE & FUNCTION 1.Rear suspension cylinder Hydro-pneumatic cylinder yang dipasang tegak pada bagian belakang unit, dimana bagian bawah cylinder dipasang dengan pin dan spherical bearing

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA OPERATOR BACKHOE LOADER

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA OPERATOR BACKHOE LOADER MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA OPERATOR BACKHOE LOADER TEKNIK PENGOPERASIAN LOADER PADA UNIT BACKHOE LOADER KODE UNIT KOMPETENSI: F45.500.2.2.19.II.02.002.01

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. sesuai dengan fungsi masing-masing peralatan. Adapun alat-alat yang dipergunakan

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. sesuai dengan fungsi masing-masing peralatan. Adapun alat-alat yang dipergunakan BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT 4.1 Peralatan Dalam pekerjaan proyek konstruksi peralatan sangat diperlukan agar dapat mencapai ketepatan waktu yang lebih akurat, serta memenuhi spesifikasi

Lebih terperinci

Elektro Hidrolik Aplikasi sitem hidraulik sangat luas diberbagai bidang indutri saat ini. Kemampuannya untuk menghasilkan gaya yang besar, keakuratan

Elektro Hidrolik Aplikasi sitem hidraulik sangat luas diberbagai bidang indutri saat ini. Kemampuannya untuk menghasilkan gaya yang besar, keakuratan Elektro Hidrolik Aplikasi sitem hidraulik sangat luas diberbagai bidang indutri saat ini. Kemampuannya untuk menghasilkan gaya yang besar, keakuratan dalam pengontrolan dan kemudahan dalam pengoperasian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Mesin pemindah bahan merupakan salah satu peralatan mesin yang digunakan untuk memindahkan muatan dari lokasi pabrik, lokasi konstruksi, lokasi industri, tempat penyimpanan, pembongkaran

Lebih terperinci

Pada bab ini, akan dibahas mengenai landasan teori yang berkaitan dengan analisa untuk mengetahui kerja maksimum pada reach stacker.

Pada bab ini, akan dibahas mengenai landasan teori yang berkaitan dengan analisa untuk mengetahui kerja maksimum pada reach stacker. BAB II KAJIAN PUSTAKA Sebagaimana diketahui bahwa pada saat ini perkembangan teknologi begitu pesat yang umumnya muatan pada pelabuhan sudah dikemas dalam bentuk unitisasi sehingga penangananya dibutuhkan

Lebih terperinci

STEERING. Komponen Sistem Kemudi/ Steering

STEERING. Komponen Sistem Kemudi/ Steering STEERING Fungsi sistem kemudi adalah untuk mengatur arah kendaraan dengan cara membelokkan roda-roda depan. Bila roda kemudi diputar, steering column akan meneruskan tenaga putarnya ke steering gear. Steering

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA OPERATOR BACKHOE LOADER

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA OPERATOR BACKHOE LOADER MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA OPERATOR BACKHOE LOADER PEMELIHARAAN HARIAN BACKHOE LOADER SETELAH OPERASI KODE UNIT KOMPETENSI F45.500.2.2.19.II.02.005.01

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Semua mekanisme yang telah berhasil dirancang kemudian dirangkai menjadi satu dengan sistem kontrol. Sistem kontrol yang digunakan berupa sistem kontrol loop tertutup yang menjadikan

Lebih terperinci

AUTOMOBILE TECHNOLOGY TINGKAT PROVINSI

AUTOMOBILE TECHNOLOGY TINGKAT PROVINSI KISI KISI LOMBA KETERAMPILAN SISWA AUTOMOBILE TECHNOLOGY TINGKAT PROVINSI TAHUN 2012 TUGAS A : TUNE UP MOTOR BENSIN WAKTU : 1. Persiapan ( 5 Menit) Tune Up Motor bensin pada kendaran Kijang 7K tahun 2007

Lebih terperinci

M SIN PENGANGKAT PENGANGKA ( o h ist s ing n machi h ne n )

M SIN PENGANGKAT PENGANGKA ( o h ist s ing n machi h ne n ) MATERI 2 MESIN PENGANGKAT (hoisting machine) Tujuan Pembelajaran Setelah melalui penjelasan dan diskusi Mahasiswa dapat menghitung kapasitas pesawat angkat Mahasiswa dapat menyebutkan komponenkomponen

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA OPERATOR BACKHOE LOADER

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA OPERATOR BACKHOE LOADER MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA OPERATOR BACKHOE LOADER PEMELIHARAAN HARIAN BACKHOE LOADER SETELAH OPERASI KODE UNIT KOMPETENSI.01 BUKU

Lebih terperinci

MESIN PEMINDAH BAHAN

MESIN PEMINDAH BAHAN MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN DAN ANALISA PERHITUNGAN BEBAN ANGKAT MAKSIMUM PADA VARIASI JARAK LENGAN TOWER CRANE KAPASITAS ANGKAT 3,2 TON TINGGI ANGKAT 40 METER DAN RADIUS LENGAN 70 METER SKRIPSI Skripsi

Lebih terperinci

1. OVERLOADING ( MUATAN BERLEBIH )

1. OVERLOADING ( MUATAN BERLEBIH ) 1. OVERLOADING ( MUATAN BERLEBIH ) Memuat berlebihan tidak hanya memperpendek usia kendaraan anda, tetapi juga berbahaya, oleh sebab itu hindarkanlah. Berat muatan harus dibatasi oleh GVM ( berat kotor

Lebih terperinci

PENDAHULUAN DAN SISTEM KOPLING

PENDAHULUAN DAN SISTEM KOPLING SMK KARTANEGARA WATES KAB. KEDIRI SISTEM PEMINDAH TENAGA (SPT) PENDAHULUAN DAN SISTEM KOPLING 7 PENDAHULUAN SISTEM PEMINDAH TENAGA (POWER TRAIN). Pemindah tenaga (Power Train) adalah sejumlah mekanisme

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Latar Belakang Penggunaan Tower Crane Tower crane adalah salah satu alat berat yang sering digunakan dalam proyek konstruksi, alat ini terdiri dari slewing unit, tower, dan

Lebih terperinci

STANDAR LATIHAN KERJA DAFTAR MODUL

STANDAR LATIHAN KERJA DAFTAR MODUL STANDAR LATIHAN KERJA DAFTAR MODUL NO. KODE JUDUL 1. WLO 01 ETOS KERJA 2. WLO 02 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) 3. WLO 03 STRUKTUR DAN FUNGSI WHEEL LOADER 4. WLO 04 PEMELIHARAAN (MAINTENANCE) 5.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Dump Truck 2.1.1 Pengertian Dump Truck BAB II LANDASAN TEORI Dump truck merupakan alat berat yang berfungsi untuk mengangkut atau memindahkan material pada jarak menengah sampai jarak jauh (> 500m).

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 7, No. 1 (2015), ( Print)

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 7, No. 1 (2015), ( Print) JURNAL TEKNIK ITS Vol. 7, No. (05), 337-3539 (30-97 Print) F5 Analisis Sistem Tenaga dan Redesign Tower Crane Potain MD 900 Intan Kumala Bestari dan I Nyoman Sutantra Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

1 BAB II LANDASAN TEORI

1 BAB II LANDASAN TEORI 1 BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Transmisi Fungsi transmisi adalah untuk meneruskan putaran dari mesin ke arah putaran roda penggerak, dan untuk mengatur kecepatan putaran dan momen yang dihasilkan sesuai

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 25 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 ALUR PROSES PRODUKSI Dalam perkitan hydraulic power unit ada beberapa proses dari mulai sampai selesai, dan berikut adalah alur dari proses produksi Gambar 4.1

Lebih terperinci

JOB SAFETY ANALYSIS. Who is responsible? Risk control measures

JOB SAFETY ANALYSIS. Who is responsible? Risk control measures : Pengangkatan Material Mengunakan Rough Terrain Crane 70ton Approved by: Project Manager 1. Mobilisasi Crane 1.1 Kondisi crane tidak terawat (kondisi tidak bagus) 1.1.1 Memastikan operator kompeten dalam

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS SISTEM SUSPENSI DEPAN

BAB III ANALISIS SISTEM SUSPENSI DEPAN 35 BAB III ANALISIS SISTEM SUSPENSI DEPAN 3.1. Daftar Spesifikasi Kendaraan 1) Spesifikasi Kendaraan Toyota Kijang Innova 2.0 V M/T Tahun 2004 Tabel 3.1. Spesifikasi Kendaraan Toyota Kijang Innova 2.0

Lebih terperinci

MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN HOISTING CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 5 TON PADA PABRIK PENGECORAN LOGAM

MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN HOISTING CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 5 TON PADA PABRIK PENGECORAN LOGAM MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN HOISTING CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 5 TON PADA PABRIK PENGECORAN LOGAM SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik KURNIAWAN

Lebih terperinci

MODUL SISTEM KEMUDI DPKJ OLEH : KHUSNIADI PROGRAM STUDI TEKNIK KENDARAAN RINGAN JURUSAN TEKNIK MEKANIK OTOMOTIF SMK NEGERI 1 BUKITTINGGI 2011

MODUL SISTEM KEMUDI DPKJ OLEH : KHUSNIADI PROGRAM STUDI TEKNIK KENDARAAN RINGAN JURUSAN TEKNIK MEKANIK OTOMOTIF SMK NEGERI 1 BUKITTINGGI 2011 1 MODUL SISTEM KEMUDI DPKJ OLEH : KHUSNIADI PROGRAM STUDI TEKNIK KENDARAAN RINGAN JURUSAN TEKNIK MEKANIK OTOMOTIF SMK NEGERI 1 BUKITTINGGI 2011 2 SISTEM KEMUDI Kompetensi : Menjelaskan pengertian prinsip

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NO. : PER.01/MEN/1989 TENTANG KWALIFIKASI DAN SYARAT-SYARAT OPERATOR KERAN ANGKAT

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NO. : PER.01/MEN/1989 TENTANG KWALIFIKASI DAN SYARAT-SYARAT OPERATOR KERAN ANGKAT PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NO. : PER.01/MEN/1989 TENTANG KWALIFIKASI DAN SYARAT-SYARAT OPERATOR KERAN ANGKAT Menimbang : MENTERI TENAGA KERJA a. Bahwa dengan semakin meningkatnya penggunaan keran angkat

Lebih terperinci

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam Mencapai Gelar Setara Sarjana Muda Universitas Gunadarma Depok 2014

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam Mencapai Gelar Setara Sarjana Muda Universitas Gunadarma Depok 2014 UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PENULISAN ILMIAH PROSES KERJA SISTEM HYDRAULIC PADA FORKLIFT TIPE DIESEL 115 PS DI PT. TRAKTOR NUSANTARA Nama : Rachmad Hidayat NPM : 29411104 Jurusan

Lebih terperinci

MEMBUAT STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PADA UNIT WATER TRUCK

MEMBUAT STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PADA UNIT WATER TRUCK BAB III MEMBUAT STANDAR OPERA SIONA L PR OSEDUR PADA UNIT WA TER TRUC K MEMBUAT STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PADA UNIT WATER TRUCK 1.1 Bagian-Bagian Utama water truck. Pada bagian ini dijelaskan nama-nama

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 PROSES PERAWATAN DAN PERBAIKAN KOPLING Berikut diagram alir proses perawatan dan perbaikan kopling

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 PROSES PERAWATAN DAN PERBAIKAN KOPLING Berikut diagram alir proses perawatan dan perbaikan kopling 28 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 PROSES PERAWATAN DAN PERBAIKAN KOPLING Berikut diagram alir proses perawatan dan perbaikan kopling Gambar 4.1 Diagram Proses Perawatan dan Perbaikan Kopling 29

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN MATERI

BAB II PEMBAHASAN MATERI BAB II PEMBAHASAN MATERI Mesin pengangkat yang dimaksud adalah seperangkat alat yang digunakan untuk mengangkat, memindahkan serta menurunkan suatu benda ke tempat lain dengan jangkauan operasi terbatas.

Lebih terperinci

MODUL SIB 10 : PEMELIHARAAN JALAN DARURAT DAN PEMELIHARAAN LALU LINTAS

MODUL SIB 10 : PEMELIHARAAN JALAN DARURAT DAN PEMELIHARAAN LALU LINTAS PELATIHAN SITE INSPECTOR OF BRIDGE (INSPEKTUR PEKERJAAN LAPANGAN PEKERJAAN JEMBATAN) MODUL SIB 10 : PEMELIHARAAN JALAN DARURAT DAN PEMELIHARAAN LALU LINTAS 2006 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN T u g a s A k h i r BAB III METODOLOGI PENELITIAN 2.1. Diagram Alir Penelitian Mulai Observasi Study pustaka Pemilihan bahan dan alat Prosedur pambongkaran alat 1.Pengenalan Excavator Halla HE 280. 2.Pengenalan

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI BALI DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA PANITIA PELAKSANA LOMBA KOMPETENSI SISWA SEKRETARIAT : SMK NEGERI 1 DENPASAR

PEMERINTAH PROVINSI BALI DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA PANITIA PELAKSANA LOMBA KOMPETENSI SISWA SEKRETARIAT : SMK NEGERI 1 DENPASAR TUGAS : ENGINE TUNE UP NO ASPEK PENILAIAN YES NO ACTUAL COMMENT 1 PERSIAPAN 1.1 Periksa semua perlengkapan yang ada 10 0 1.2 Periksa semua instruksi 10 0 1.3 Pilih peralatan pengetesan yang benar 20 0

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagai motor penggerak utama Forklift ini digunakan mesin diesel 115

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagai motor penggerak utama Forklift ini digunakan mesin diesel 115 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Prinsip Kerja Sistem Hidroulik Pada Forklift Sebagai motor penggerak utama Forklift ini digunakan mesin diesel 115 PS, dengan putaran mesin 1500 rpm dan putaran dari mesin

Lebih terperinci

Tujuan Pembelajaran. Setelah melalui penjelasan dan diskusi 1. Mahasiswa dapat menjelaskan mekanisme sistem mesin

Tujuan Pembelajaran. Setelah melalui penjelasan dan diskusi 1. Mahasiswa dapat menjelaskan mekanisme sistem mesin Tujuan Pembelajaran Setelah melalui penjelasan dan diskusi 1. Mahasiswa dapat menjelaskan mekanisme sistem mesin derek dengan benar 2. Mahasiswa dapat menjelaskan komponen-komponen mekanisme pengangkatan,

Lebih terperinci

PERENCANAAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI PADA PABRIK PELEBURAN BAJA DENGAN KAPASITAS ANGKAT CAIRAN 10 TON

PERENCANAAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI PADA PABRIK PELEBURAN BAJA DENGAN KAPASITAS ANGKAT CAIRAN 10 TON UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS TEKNIK DEPARTEMEN TEKNIK MESIN MEDAN TUGAS SARJANA MESIN PEMINDAH BAHAN PERENCANAAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI PADA PABRIK PELEBURAN BAJA DENGAN KAPASITAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. PS, dengan putaran mesin 1500 rpm dan putaran dari mesin inilah yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. PS, dengan putaran mesin 1500 rpm dan putaran dari mesin inilah yang 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Prinsip Kerja Sistem Hidroulik Pada Forklift Sebagai motor penggerak utama Forklift ini digunakan mesin diesel 115 PS, dengan putaran mesin 1500 rpm dan putaran dari mesin

Lebih terperinci

ANALISA BEBAN MAKSIMUM YANG DAPAT DIANGKAT CRAWLER CRANE XCMG QUY55

ANALISA BEBAN MAKSIMUM YANG DAPAT DIANGKAT CRAWLER CRANE XCMG QUY55 ANALISA BEBAN MAKSIMUM YANG DAPAT DIANGKAT CRAWLER CRANE XCMG QUY55 Disusun Sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I Pada Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Oleh: HIDAYAT WIDYARSONO

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bucket Wheel Excavator (B.W.E) 2.1.1 Pengertian Bucket Wheel Excavator (B.W.E) Bucket wheel excavator (B.W.E) adalah alat berat yang digunakan pada surface mining, dengan fungsi

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAAN 4.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI KOPLING Kopling adalah satu bagian yang mutlak diperlukan pada truk dan jenis lainnya dimana penggerak utamanya diperoleh dari hasil pembakaran di dalam silinder

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PENDAHULUAN Heavy Dump Truck (HD) merupakan produk Komatsu yang mempunyai ukuran yang berbeda-beda dan salah satunya adalah Heavy Dump Truck Komatsu 465-7R, yang mempunyai arti:

Lebih terperinci

KPBK (KURIKULUM PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI) Judul Pelatihan Kerja : MEKANIK KAPAL KERUK (DREDGER MECHANIC)

KPBK (KURIKULUM PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI) Judul Pelatihan Kerja : MEKANIK KAPAL KERUK (DREDGER MECHANIC) KPBK (KURIKULUM PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI) Judul Pelatihan Kerja : MEKANIK KAPAL KERUK (DREDGER MECHANIC) Klasifikasi : Pelaksanaan Sub Bidang Pekerjaan Sumber Daya Air Kualifikasi : Sertifikat II

Lebih terperinci

PELATIHAN OPERATOR WHEEL CRANE

PELATIHAN OPERATOR WHEEL CRANE WCO 04 = PEDOMAN PEMELIHARAAN PELATIHAN OPERATOR WHEEL CRANE DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

Bab 7 MENGGUNAKAN JACKING, BLOCKING AND LIFTING PADA BENGKEL OTOMOTIF

Bab 7 MENGGUNAKAN JACKING, BLOCKING AND LIFTING PADA BENGKEL OTOMOTIF Bab 7 MENGGUNAKAN JACKING, BLOCKING AND LIFTING PADA BENGKEL OTOMOTIF Kompetensi dasar : Menggunakan berbagai jacking, blocking dan lifting Indikator : 1. Menggunakan berbagai jacking, blocking dan lifting

Lebih terperinci

Sistem Hidrolik. Trainer Agri Group Tier-2

Sistem Hidrolik. Trainer Agri Group Tier-2 Sistem Hidrolik No HP : 082183802878 Tujuan Training Peserta dapat : Mengerti komponen utama dari sistem hidrolik Menguji system hidrolik Melakukan perawatan pada sistem hidrolik Hidrolik hydro = air &

Lebih terperinci

Diagnosis Technicain - Automatic Transaxle. to Transaxle. Transaxle input shaft. Torque converter. Pump impeller. Transaxle input shaft.

Diagnosis Technicain - Automatic Transaxle. to Transaxle. Transaxle input shaft. Torque converter. Pump impeller. Transaxle input shaft. Garis Besar Converter Stator One-way clutch Torque converter Stator shaft Oil pump to input shaft Umum Konverter tenaga putaran (torque converter) menghantarkan dan menggandakan tenaga putaran dari mesin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Pesawat Pengangkat Banyak jenis perlengkapan pengangkat yang tersedia membuatnya sulit digolongkan secara tepat. Penggolongan ini masih dipersulit lagi oleh kenyataan

Lebih terperinci

MAKALAH PNEUMATIK HIDROLIK ( PH ) Forklift

MAKALAH PNEUMATIK HIDROLIK ( PH ) Forklift MAKALAH PNEUMATIK HIDROLIK ( PH ) Forklift Poniman / TAB / 0420120068 Yulius Anggi Setiawan / TAB / 0420120075 Politeknik Manufaktur Astra Jl. Gaya Motor Raya No 8, Sunter II, Jakarta Utara 14330, Telp.0216519555,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Identifikasi Sistem Kopling dan Transmisi Manual Pada Kijang Innova

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Identifikasi Sistem Kopling dan Transmisi Manual Pada Kijang Innova BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Berikut ini adalah beberapa refrensi yang berkaitan dengan judul penelitian yaitu sebagai berikut: 1. Tugas akhir yang ditulis oleh Muhammad

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PRINSIP PEMINDAHAN TENAGA Sepeda motor dituntut bisa dioperasikan atau dijalankan pada berbagai kondisi jalan. Namun demikian, mesin yang berfungsi sebagai penggerak utama pada

Lebih terperinci

JUDUL UNIT KOMPETENSI : REM PIRINGAN DAN BOSTER REM

JUDUL UNIT KOMPETENSI : REM PIRINGAN DAN BOSTER REM JUDUL UNIT KOMPETENSI : REM PIRINGAN DAN BOSTER REM Diskripsi Unit Kompetensi: Kompetensi ini meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap pada pekerjaan melepas, memeriksa dan menyetel komponen rem piringan

Lebih terperinci

MODUL I PRAKTIKUM PROSES PRODUKSI

MODUL I PRAKTIKUM PROSES PRODUKSI MODUL I PRAKTIKUM PROSES PRODUKSI LABORATORIUM PROSES DAN SISTEM PRODUKSI LABORATORIUM TEKNOLOGI MEKANIK DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA 2017 TATA TERTIB PRAKTIKUM

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. WAKTU DAN TEMPAT Kegiatan Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juni hingga Desember 2011 dan dilaksanakan di laboratorium lapang Siswadhi Soepardjo (Leuwikopo), Departemen

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengereman Modifikasi pengereman dan kemudi ini berlandaskan pada tinjauan pustaka yang mendukung terhadap cara kerja dari sistem pengereman dan kemudi. Rem adalah salah satu

Lebih terperinci

BAB II HYDRAULIC EXCAVATOR

BAB II HYDRAULIC EXCAVATOR BAB II HYDRAULIC EXCAVATOR II.1. Hydraulic Excavator Secara Umum II.1.1. Definisi Hydraulic Excavator Excavator adalah alat berat yang dipergunakan untuk menggali dan mengangkut (loading and unloading)

Lebih terperinci

TEST KEMAMPUAN AUTOMATIC TRANSMISSION

TEST KEMAMPUAN AUTOMATIC TRANSMISSION TEST KEMAMPUAN AUTOMATIC TRANSMISSION Tes Jalan Berfungsi untuk memeriksa tingkat kecepatan yang digunakan pada posisi L, 2 atau D saat sistem pengontrolan perpindahkan gigi tidak berfungsi. Lakukan tes

Lebih terperinci

PERENCANAAN SEBUAH TRUCK MOUNTED CRANE UNTUK PEMBANGUNAN PKS YANG BERFUNGSI UNTUK EREKSI DENGAN KAPASITAS ANGKAT ± 10 TON DAN TINGGI ANGKAT ± 15 M

PERENCANAAN SEBUAH TRUCK MOUNTED CRANE UNTUK PEMBANGUNAN PKS YANG BERFUNGSI UNTUK EREKSI DENGAN KAPASITAS ANGKAT ± 10 TON DAN TINGGI ANGKAT ± 15 M TUGAS SARJANA MESIN PEMINDAH BAHAN PERENCANAAN SEBUAH TRUCK MOUNTED CRANE UNTUK PEMBANGUNAN PKS YANG BERFUNGSI UNTUK EREKSI DENGAN KAPASITAS ANGKAT ± 10 TON DAN TINGGI ANGKAT ± 15 M OLEH : VADDIN GULTOM

Lebih terperinci

SUSUNAN KOMPONEN SISTEM REM

SUSUNAN KOMPONEN SISTEM REM Brake System (REM) SUSUNAN KOMPONEN SISTEM REM SISTEM REM ( BRAKE SYSTEM) Fungsi Utama: 1. Mengurangi kecepatan dan menghentikan kendaraan 2. Memungkinkan parkir pada tempat yang menurun 3. Sebagai alat

Lebih terperinci

Lifting and moving equipment safety Session 07. Oleh: Ir. Erwin Ananta, Cert.IV, MM

Lifting and moving equipment safety Session 07. Oleh: Ir. Erwin Ananta, Cert.IV, MM Lifting and moving equipment safety Session 07 Oleh: Ir. Erwin Ananta, Cert.IV, MM Definisi Lifting Study adalah sebuah rencana pengangkatan yang komprehensip mulai dari prosedur, gambar dan spesifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan C. Rumusan Masalah BAB II PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan C. Rumusan Masalah BAB II PEMBAHASAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem Hidrolik sebetulnya sudah banyak dikenal di masyarakat dan tidak sedikit kita menemukan alat tersebut. Sistem Hidrolik mempunyai fungsi yang sangat berperan penting

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Pengertian Dongkrak Dongkrak merupakan salah satu pesawat pengangkat yang digunakan untuk mengangkat beban ke posisi yang dikehendaki dengan gaya yang kecil. 2.1.1 Dongkrak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian pintu pagar Pintu pagar adalah pintu yang juga berfungsi sebagai pagar yang biasanya terbuat dari besi, pipa, atau besi hollow.pintu pagar biasanya bergerak di atas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 DIAGRAM ALUR PENELITIAN Gambar 3.1 Skema Alur Penelitian 20 Dalam bab ini menguraikan tentang alur jalannya penelitian perbandingan antara menggunakan alat Semi-automatic

Lebih terperinci

PERANCANGAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI DI WORKSHOP PEMBUATAN PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS ANGKAT 10 TON

PERANCANGAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI DI WORKSHOP PEMBUATAN PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS ANGKAT 10 TON TUGAS SARJANA MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI DI WORKSHOP PEMBUATAN PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS ANGKAT 10 TON OLEH : RAMCES SITORUS NIM : 070421006 FAKULTAS

Lebih terperinci

Tipe Constant Mesh Dengan Tipe Constant Mesh memungkinkan ukuran konstruksi Transmisi menjadi lebih kecil, sehingga kebanyakan sepeda motor

Tipe Constant Mesh Dengan Tipe Constant Mesh memungkinkan ukuran konstruksi Transmisi menjadi lebih kecil, sehingga kebanyakan sepeda motor Tipe Constant Mesh Dengan Tipe Constant Mesh memungkinkan ukuran konstruksi Transmisi menjadi lebih kecil, sehingga kebanyakan sepeda motor menggunakan transmisi tipe constant mesh. Karakteristik Tipe

Lebih terperinci

AUTOMATIC TRANSMISSION (A/T)

AUTOMATIC TRANSMISSION (A/T) AUTOMATIC TRANSMISSION (A/T) TRANSMISI OTOMATIS KENDARAAN TIPE FR BAGIAN UTAMA A/T 1. Torque Converter ( bagian depan) 2. Planetary Gear Unit (bagian tengah) 3. Hydraulic Control Unit (bagian bawah) Torque

Lebih terperinci

MEKANISME KERJA MESIN TOE TESTER DI PT. SUZUKI INDOMOBIL MOTOR PLANT TAMBUN II

MEKANISME KERJA MESIN TOE TESTER DI PT. SUZUKI INDOMOBIL MOTOR PLANT TAMBUN II MEKANISME KERJA MESIN TOE TESTER DI PT. SUZUKI INDOMOBIL MOTOR PLANT TAMBUN II PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Mesin Toe Tester misalnya, penyetelan seperti ini banyak sekali digunakan umumya pada pabrik

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR POMPA BETON TEKNIK PEMOMPAAN BETON SEGAR

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR POMPA BETON TEKNIK PEMOMPAAN BETON SEGAR MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR POMPA BETON TEKNIK PEMOMPAAN BETON SEGAR NO. KODE : - I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI Daftar Isi... 1 BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

BAB IV MATERIAL DAN PERALATAN 4.1 Material. Material Konstruksi meliputi seluruh bahan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan bagian pekerjaan dalam satu kesatuan pekerjaan pada suatu proses konstruksi, dari

Lebih terperinci

ALAT PENGANGKAT CRANE INDRA IRAWAN

ALAT PENGANGKAT CRANE INDRA IRAWAN INDRA IRAWAN - 075524046 ALAT PENGANGKAT CRANE Crane adalah alat pengangkat yang pada umumnya dilengkapi dengan drum tali baja, tali baja dan rantai yang dapat digunakan untuk mengangkat dan menurunkan

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

SATUAN ACARA PERKULIAHAN SATUAN ACARA PERKULIAHAN Mata Kuliah : SISTEM PEMINDAH TENAGA SKS : 2 teori, 1 praktik Kode Mata Kuliah : OTO 321 Smt : Genap/ Gasal *) Waktu Pertemuan : 2 x 50 Pertemuan ke : 1 I. Kompetensi Dasar : Mengingat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tio Agustian, 2014 Analisis front wheel alignment (fwa) pada kendaraan Daihatsu Gran Max Pick Up

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tio Agustian, 2014 Analisis front wheel alignment (fwa) pada kendaraan Daihatsu Gran Max Pick Up BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan Industri mobil di Indonesia ini sangatlah maju, dalam penggunaannya mobil digunakan sebagai sarana yang dapat membantu kebanyakan orang untuk memindahkan

Lebih terperinci

BAB III TEORI PERHITUNGAN. Data data ini diambil dari eskalator Line ( lampiran ) Adapun data data eskalator tersebut adalah sebagai berikut :

BAB III TEORI PERHITUNGAN. Data data ini diambil dari eskalator Line ( lampiran ) Adapun data data eskalator tersebut adalah sebagai berikut : BAB III TEORI PERHITUNGAN 3.1 Data data umum Data data ini diambil dari eskalator Line ( lampiran ) Adapun data data eskalator tersebut adalah sebagai berikut : 1. Tinggi 4 meter 2. Kapasitas 4500 orang/jam

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PRINSIP KERJA SISTEM HIDROULIK PADA FORKLIFT

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PRINSIP KERJA SISTEM HIDROULIK PADA FORKLIFT 11 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PRINSIP KERJA SISTEM HIDROULIK PADA FORKLIFT Sebagai motor penggerak utama Forklift ini digunakan mesin diesel 115 PS, dengan putaran mesin 1500 rpm dan putaran dari mesin

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 54 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada perancangan modifikasi sistem kontrol panel mesin boiler ini, selain menggunakan metodologi studi pustaka dan eksperimen, metodologi penelitian yang dominan digunakan

Lebih terperinci

UJI GESER LANGSUNG (DIRECT SHEAR TEST) ASTM D

UJI GESER LANGSUNG (DIRECT SHEAR TEST) ASTM D 1. LINGKUP Pedoman ini mencakup metode pengukuran kuat geser tanah menggunakan uji geser langsung UU. Interpretasi kuat geser dengan cara ini bersifat langsung sehingga tidak dibahas secara rinci. 2. DEFINISI

Lebih terperinci

TURBOCHARGER BEBERAPA CARA UNTUK MENAMBAH TENAGA

TURBOCHARGER BEBERAPA CARA UNTUK MENAMBAH TENAGA TURBOCHARGER URAIAN Dalam merancang suatu mesin, harus diperhatikan keseimbangan antara besarnya tenaga dengan ukuran berat mesin, salah satu caranya adalah melengkapi mesin dengan turbocharger yang memungkinkan

Lebih terperinci

PENERAPAN KONSEP FLUIDA PADA MESIN PERKAKAS

PENERAPAN KONSEP FLUIDA PADA MESIN PERKAKAS PENERAPAN KONSEP FLUIDA PADA MESIN PERKAKAS 1. Dongkrak Hidrolik Dongkrak hidrolik merupakan salah satu aplikasi sederhana dari Hukum Pascal. Berikut ini prinsip kerja dongkrak hidrolik. Saat pengisap

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Transmisi Transmisi yaitu salah satu bagian dari sistem pemindah tenaga yang berfungsi untuk mendapatkan variasi momen dan kecepatan sesuai dengan kondisi jalan dan kondisi

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Dump Truck Sumber:Lit 6

Gambar 2.1 Dump Truck Sumber:Lit 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Dump Truck 2.1.1 Pengertian Dump Truck Dump truck merupakan alat berat yang berfungsi untuk mengangkut atau memindahkan material pada jarak menengah sampai jarak jauh (> 500m).

Lebih terperinci