ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN PERPUSTAKAAN ELEKTRONIK KELILING (PUSTELING) MENGGUNAKAN METODE PROSES HIERARKI ANALITIK (PHA)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN PERPUSTAKAAN ELEKTRONIK KELILING (PUSTELING) MENGGUNAKAN METODE PROSES HIERARKI ANALITIK (PHA)"

Transkripsi

1 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN PERPUSTAKAAN ELEKTRONIK KELILING (PUSTELING) MENGGUNAKAN METODE PROSES HIERARKI ANALITIK (PHA) HETY SETIAWATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

2 PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa Tugas Akhir Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Perpustakaan Elektronik Keliling (Pusteling) Menggunakan Metode Proses Hierarki Analitik (PHA), adalah karya saya dengan arahan komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Tugas Akhir ini. Bogor, September 2011 Hety Setiawati NRP G

3 ABSTRACT HETY SETIAWATI. Analysis Factors That Influence the Success of Perpustakaan Elektronik Keliling (Pusteling) Using an Analytic Hierarchy Process (AHP) Method). Under direction of AGUS BUONO and SULISTYO BASUKI. The research object is Perpustakaan Elektronik Keliling (Pusteling) or Electronic Mobile Library service, that is a mobile library service operated by National Library of Indonesia. Pusteling is a mobile library bus aimed to introduce and promote the utilization of information technology and communication to public especially among students. The goals are to determine the factors that affect the Pusteling service s success and failures (if any) and how far those factors influenced it. The factors identified by internal and external factors. The data that are collected from the questionnaires were processed using an Analytic Hierarchy Process (AHP) method. Based on these results, from the four priority criterias that affect Pusteling, the first results Institution has the highest percentage (29.3%) of the global weight, the second, third and fourth are Social criteria (29.2%), Pusteling Technology (24.8%) and Region criteria (16.7%). Its indicated the institutional component must be supported by a good social and technology to revamping Pusteling, with that Pusteling region operational can develop more widely with the result that users were more increased. Keywords: Perpustakaan Elektronik Keliling (Pusteling), mobile library service, Analytic Hierarchy Process (AHP).

4 RINGKASAN HETY SETIAWATI. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Perpustakaan Elektronik Keliling (Pusteling) Menggunakan Metode Proses Hierarki Analitik (PHA). Dibimbing oleh AGUS BUONO dan SULISTYO BASUKI. Topik dalam penelitian ini adalah Perpustakaan Elektronik Keliling atau biasa disingkat dengan Pusteling. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi keberhasilan layanan Pusteling dan sejauhmana pengaruh dari faktor tersebut terhadap keberhasilan layanan Pusteling, diidentifikasi melalui faktor internal dan eksternal serta pengkajian terhadap pendapat atau masukan dari para responden atau pemustaka Pusteling, khususnya yang berhubungan dengan kendala dan hal yang masih belum tercapai. Penelitian ini menggunakan metode Proses Hierarki Analitik (PHA) dengan alasan metode ini dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang kompleks atau tidak berkerangka di mana data dan informasi statistik permasalahan yang dihadapi sangat sedikit. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pemustaka Pusteling. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan sampling by accident yakni yang memberikan kesempatan yang sama untuk diambil kepada setiap elemen dengan cara pengambilan sampel secara kebetulan, dengan pemustaka pelajar SLTA yang dilakukan pada tanggal Februari dan Februari Jumlah pelajar SLTA yang didapat selama waktu pengambilan sampel penelitian yaitu sebanyak 110 pelajar. Hasil perhitungan kuesioner dengan metode PHA diperoleh 4 (empat) faktor kriteria untuk pembenahan Pusteling yaitu kriteria kelembagaan, sosial, teknologi dan yang terakhir adalah kriteria wilayah. Hasil dari keempat kriteria tersebut, kelembagaanlah yang menjadi prioritas utama untuk pembenahan Pusteling. Posisi atau prioritas yang kedua adalah kriteria sosial, tempat ketiga yaitu Kriteria teknologi Pusteling. Sedangkan di posisi terakhir adalah kriteria wilayah. Kelembagaan merupakan faktor penting dalam pelaksanaan layanan Pusteling karena merupakan tempat pengadaan, pengawasan, serta pengelolaan yang mengatur pelayanan Pusteling. Subkriteria manajemen Pusteling memiliki bobot terbesar dalam hal kriteria Kelembagaan. Hal ini dikarenakan manajemen yang saat ini diterapkan masih terdapat kelemahan. Ini dikarenakan di dalam kelembagaan mencakup diantaranya sistem birokrasi, kebijakan, manajemen layanan Pusteling serta SDM Pusteling yang memang perlu dilakukan pembenahan. Misalnya pembenahan yang harus dilakukan yaitu dalam hal kualitas petugas maupun kuantitas petugas Pusteling yang saat ini masih kurang. Pusteling dapat berfungsi sebagai sarana promosi Perpustakaan Nasional RI yang efektif dikarenakan sifatnya yang mobil sehingga mampu menjangkau ke segala tempat. Selanjutnya hendaknya Perpustakaan Nasional RI mempertimbangkan untuk melakukan penambahan armada Pusteling karena bus yang tersedia saat ini masih kurang jumlahnya. Hal ini mengingat masih banyak masyarakat yang belum dapat merasakan layanan Pusteling.

5 Salah satu yang disarankan dari penelitian ini adalah pembenahan khususnya dalam hal birokrasi karena karena berdasarkan pengamatan yang dilakukan birokrasi yang diterapkan selama ini belum dapat dikatakan efektif dan efisien. Kata Kunci: Perpustakaan Elektronik Keliling (Pusteling), layanan perpustakaan keliling, Proses Hierarki Analitik (PHA).

6 Hak Cipta milik IPB, tahun 2011 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

7 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN PERPUSTAKAAN ELEKTRONIK KELILING (PUSTELING) MENGGUNAKAN METODE PROSES HIERARKI ANALITIK (PHA) HETY SETIAWATI G Tugas Akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Teknologi Informasi untuk Perpustakaan SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

8 Penguji Luar Komisi pada Ujian Tugas Akhir: Aziz Kustiyo, S.Si, M.Kom.

9 Judul : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Perpustakaan Elektronik Keliling (Pusteling) Menggunakan Metode Proses Hierarki Analitik (PHA) Nama : Hety Setiawati NRP : G Program Studi : Teknologi Informasi untuk Perpustakaan Disetujui, Komisi Pembimbing Dr. Ir. Agus Buono, M.Si., M.Kom. Ketua Prof. Sulistyo Basuki, Ph.D Anggota Diketahui, Ketua Program Studi MTP Dekan Sekolah Pascasarjana IPB Aziz Kustiyo, S.Si., M.Kom. Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr. Tanggal Ujian: 19 Agustus 2011 Tanggal Lulus:

10 PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui beasiswa yang penulis terima dari Perpustakaan Nasional RI, meskipun dengan perjuangan yang tidak mudah karena penulis harus mengerahkan segala daya, upaya, pikiran dan waktu untuk mencapainya. Penelitian ini berjudul Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Perpustakaan Elektronik Keliling (Pusteling) Menggunakan Metode Proses Hierarki Analitik (PHA). Penelitian dilaksanakan pada tanggal Februari dan Februari Lokasi penelitian ini bertempat di instansi dimana penulis bekerja yaitu di Perpustakaan Nasional RI yang berlokasi di jalan Salemba Raya No. 28 A Jakarta. Penulis menyadari bahwa untuk menyelesaikan penulisan karya ilmiah yang sempurna tidak mudah, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Agus Buono, M.Si., M.Kom dan Bapak Prof. Sulistyo Basuki, Ph.D selaku pembimbing atas arahan dan masukannya. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Aziz Kustiyo, S.Si, M.Kom selaku penguji pada sidang tugas akhir, serta seluruh keluarga dan rekan-rekan di kampus mau pun di Perpustakaan Nasional RI, atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga Allah SWT selalu memberikan ridho-nya pada setiap niat baik kita. Amin. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, September 2011 Hety Setiawati

11 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 11 Juni 1981 yang merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan bapak Daska Hendriadi dan ibu Titin Kartini. Pada tahun 2003 penulis menyelesaikan kuliahnya di jurusan Akuntansi Universitas YARSI Jakarta dengan gelar sebagai Sarjana Ekonomi. Setelah mendapatkan gelar sarjananya tersebut penulis sempat bekerja outsourcing di PT. Pos Indonesia terlebih dahulu sebelum menjadi seorang Pegawai Negeri Sipil di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia pada tahun Pada tahun 2009 penulis mendapatkan beasiswa pendidikan pascasarjana di Institut Pertanian Bogor yang diperoleh dari institusi tempat penulis bekerja.

12 i DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ii DAFTAR GAMBAR iii DAFTAR LAMPIRAN..... iv PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan Penelitian Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian Definisi Operasional TINJAUAN LITERATUR... 7 Perpustakaan Keliling Perpustakaan Elektronik Keliling Faktor Internal dan Eksternal Perpustakaan Elektronik Keliling.. 20 Metode Proses Hierarki Analitik (PHA) METODE PENELITIAN Prosedur Penelitian Pemahaman Topik Kajian Perumusan Solusi Masalah Penyusunan Kuesioner Survei Survei Lapangan Teknik Pengolahan Data PEMBAHASAN DAN ANALISA Pembahasan Analisis SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 62

13 ii DAFTAR TABEL Halaman 1 Bentuk Kendaraan Perpustakaan Keliling Prioritas Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Pusteling Kriteria Teknologi Pusteling Nilai aij per-kolom Prioritas Faktor Penentu Keberhasilan Pusteling Nilai aij per-kolom Kriteria Teknologi Pusteling Matriks Normalisasi Prioritas Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Keberhasilan Pusteling Matriks Normalisasi Kriteria Teknologi Pusteling Perhitungan Nilai λ Maksimal Kriteria Teknologi Pusteling Hasil Pembobotam Global dan Parsial Seluruh Subkriteria Skala Penilaian Untuk Pengisian Kuesioner Matriks Perbandingan dan Hasil Normalisasi Indeks Acak Data Responden Hasil Pembobotan Global dan Parsial Seluruh Subkriteria Persentase Faktor Yang Mempengaruhi Layanan Pusteling Pembobotan Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Layanan Pusteling Kriteria Utama Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Pusteling Subkriteria Kelembagaan Subkriteria Sosial Subkriteria Teknologi Pusteling Jadwal Layanan Pusteling Bulan Januari s/d Februari Subkriteria Wilayah.. 54

14 iii DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Alur Tahap Penelitian Diagram Hierarki Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pusteling 32 3 Lokasi Layanan Pusteling Pada Saat Penyebaran Kuesioner Karakteristik Sampel Penelitian Kerangka Penelitian Tampilan Pusteling Sebelum Pengecatan Striping Tampilan Pusteling Dengan Striping Luar

15 iv DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Penerapan ISO Pada Layanan Perpustakaan Nasional RI Bentuk Kuesioner Perhitungan Hasil Kuesioner Data Hasil Kuesioner... 76

16 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Melihat dari segi sejarahnya, perpustakaan bukan merupakan hal baru di kalangan masyarakat. Hal tersebut karena keberadaan perpustakaan yang saat ini berada di tengah-tengah masyarakat, antara perpustakaan dan masyarakat terdapat hubungan kausal, yakni hubungan sebab dan akibat. Artinya, adanya perpustakaan karena ada masyarakat yang membutuhkan, dan keberadaan perpustakaan adalah untuk melayani masyarakat Sutarno (2006). Banyak orang memberikan definisi yang keliru atau salah terhadap perpustakaan. Sebagian besar orang mengasosiasikan perpustakaan dengan buku, sehingga setiap tumpukan ataupun kumpulan buku pada suatu tempat tertentu dapat disebut perpustakaan. Padahal tidak semua tumpukan itu dapat dikatakan sebagai perpustakaan. Adapun pengertian perpustakaan menurut Sulistyo Basuki (1991) adalah sebagai berikut: Perpustakaan ialah sebuah ruangan, bagian sebuah gedung, ataupun gedung itu sendiri yang digunakan untuk menyimpan buku dan terbitan lainnya yang biasanya disimpan menurut tata susun tertentu untuk digunakan pembaca, bukan untuk dijual. Seperti diketahui perpustakaan selain bertugas untuk meyajikan informasi kepada pemustaka, perpustakaan juga berfungsi sebagai tempat penyimpanan informasi itu sendiri. Informasi tersebut baik yang tercetak maupun yang terekam dikelola oleh perpustakaan. Menurut Pawit (2007) Perpustakaan mempunyai arti sebagai salah satu tempat yang di dalamnya terdapat kegiatan penghimpunan, pengelolaan, dan penyebarluasan (pelayanan) segala macam informasi, baik yang tercetak maupun yang terekam dalam berbagai media seperti buku, majalah, surat kabar, film, kaset, tape recorder, video, komputer, dan lain-lain. Pengertian lain tentang perpustakaan yaitu unit kerja yang mengelola koleksi dan informasi untuk di pergunakan masyarakat pemakai. (Sutarno; 2008). Pendapat lain mengemukakan bahwa perpustakaan adalah lembaga yang menghimpun pustaka dan menyediakan sarana bagi orang untuk memanfaatkan

17 2 koleksi pustaka tersebut. (Sakri; 1992). Milburga, dkk (1991) mengatakan Perpustakaan adalah suatu unit kerja yang berupa tempat menyimpan koleksi bahan pustaka yang diatur secara sistematis dengan cara tertentu untuk digunakan secara berkesinambungan oleh pemakainya sebagai sumber informasi. Pendapat tersebut memiliki satu kesamaan bahwa perpustakaan adalah sebagai pusat informasi yang mempunyai peranan penting dalam proses pengadaan, pengolahan, dan pelayanan informasi yang diperlukan oleh pemustaka, serta berfungsi sebagai mata rantai komunikasi ilmiah antara pemustaka dengan sumber informasi. Adapun fungsi perpustakaan menurut Sulistyo Basuki (1991) adalah sebagai berikut: (1) Sebagai sarana simpan karya manusia Perpustakaan berfungsi sebagai tempat menyimpan karya manusia, khususnya karya cetak seperti buku, majalah, dan sejenisnya serta karya rekam seperti kaset, piringan hitam, dan sejenisnya. Salah satu jenis perpustakaan yang benar-benar berfungsi sebagai sarana simpan adalah Perpustakaan Nasional. (2) Fungsi informasi Bagi anggota masyarakat yang memerlukan informasi dapat memintanya ataupun menanyakannya ke perpustakaan. Dengan koleksi yang tersedia, perpustakaan harus berusaha menjawab setiap pertanyaan yang diajukan ke perpustakaan. (3) Fungsi rekreasi Masyarakat dapat menikmati rekreasi dengan cara membaca di perpustakaan. Fungsi rekreasi nyata pada perpustakaan umum yaitu perpustakaan yang dikelola dengan dana umum serta terbuka untuk umum. (4) Fungsi pendidikan Perpustakaan merupakan sarana pendidikan nonformal dan informal, artinya perpustakaan merupakan tempat belajar diluar bangku sekolah maupun juga tempat belajar dalam lingkungan pendidikan sekolah. Dalam hal ini yang berkaitan dengan pendidikan nonformal adalah perpustakaan umum, sedangkan yang berkaitan dengan pendidikan informal adalah perpustakaan sekolah dan perpustakaan perguruan tinggi.

18 3 (5) Fungsi kultural Perpustakaan merupakan tempat untuk mendidik dan mengembangkan apresiasi budaya masyarakat. Pendidikan ini dapat dilakukan dengan cara menyelenggarakan pertunjukan kesenian, ceramah, pemutaran film, pameran buku bahkan bercerita untuk anak-anak. Dengan cara demikian masyarakat dididik mengenal budayanya melalui buku. Seiring dengan kemajuan zaman, perpustakan tidak hanya menyelenggarakan layanan perpustakaan dalam gedung tetapi juga ikut aktif mengunjungi pemustaka dengan layanan perpustakaan kelilingnya yang dapat berupa mobil pintar, motor pintar, sepeda pintar, kapal pustaka dan bus perpustakaan elektronik keliling dengan koleksi digitalnya. Totterdell (2005) menyatakan bahwa perpustakaan yang ada saat ini memiliki dual format artinya koleksi yang dimiliki ada dua jenis, yaitu koleksi tercetak dan koleksi nonbuku, dan kedua jenis koleksi tersebut dapat dipinjamkan kepada pemustaka. Pendapat tersebut dikuatkan oleh pernyataan Cummings (2009) bahwa koleksi digital memberikan pelayanan yang sama pentingnya dengan perpustakaan keliling. Secara tidak langsung hal tersebut menyebabkan kenapa tidak hanya terdapat perpustakaan keliling yang berisi buku teks, tetapi juga perpustakaan elektronik keliling di mana koleksinya berupa materi elektronik. Di Indonesia lahirnya Perpustakaan Elektronik Keliling (Pusteling) diawali dari adanya kebijakan pemerintah untuk menjadikan internet agar dapat diakses oleh semua kalangan masyarakat dalam rangka menjadikan bangsa Indonesia sebagai bangsa berinformasi (well-informed). Perpustakaan Nasional RI turut berpartisipasi untuk mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia antara lain dengan memberikan layanan Pusteling. Keberhasilan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia menerapkan TIK menjadi sebuah proyek percontohan bagi perpustakaan-perpustakaan Indonesia yang merupakan binaan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. (Salmubi; 2008). Pernyataan tersebut dapat dikaitkan dengan layanan perpustakaan elektronik keliling yang merupakan contoh layanan yang diberikan PNRI untuk mengenalkan TIK kepada masyarakat.

19 4 Visi Perpustakaan Nasional RI adalah modernisasi perpustakaan dalam upaya meningkatkan kualitas kehidupan bangsa, sedangkan misinya adalah mencerdaskan bangsa. Visi dan misi tersebut telah diturunkan serta dijalankan ke dalam berbagai program peningkatan minat baca dan layanan perpustakaan dan informasi bagi masyarakat Indonesia, salah satunya adalah program E-Mobile Library atau Perpustakaan Elektronik Keliling. Perpustakaan Elektronik Keliling selanjutnya disingkat Pusteling merupakan layanan perpustakaan keliling yang dilaksanakan langsung oleh Perpustakaan Nasional RI pada Pusat Layanan Jasa dan Informasi bagian unit kerja bidang layanan umum. Layanan Pusteling dapat dikatakan sebagai pengganti dari kegagalan layanan perpustakaan keliling yang lebih dahulu diadakan oleh Perpustakaan Nasional RI. Pelaksanaan layanan Pusteling, menemui banyak kendala baik dari segi teknis layanan, sarana dan prasarana maupun dari pemustaka Pusteling itu sendiri. Kendala yang dialami diantaranya kurangnya jumlah bus Pusteling. Sejak mulai diluncurkannya layanan Pusteling oleh Perpustakaan Nasional RI pada tahun 2007, jumlah bus yang dimiliki sampai dengan saat ini masih tergolong minim, yaitu hanya terdapat 3 (tiga) unit, hal ini mengingat cakupan wilayah operasi maupun lokasi yang dilayani cukup luas. Jumlah bus tersebut dimungkinkan dapat bertambah apabila layanan Pusteling tersebut telah berhasil mewujudkan tujuan dari awal pengadaannya yaitu meningkatkan pengetahuan pemustaka dalam penggunaan informasi berbasis teknologi informasi khususnya untuk pemustaka dari kalangan pelajar Sekolah Dasar (SD), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) dan Sekolah Lanjutan Tingkat Akhir (SLTA) serta mengatasi permasalahan yang dipandang dari sisi faktor internal dan eksternal yang ada pada layanan Pusteling. 1.2 Permasalahan Penelitian Penelitian ini menitikberatkan pada perpustakaan keliling yang berupa Perpustakaan Elektronik Keliling, dikarenakan layanan Pusteling tersebut masih tergolong baru di indonesia dan bus yang dimiliki baru terdapat 3 (tiga) unit yang beroperasi, dan dari berjalannya pengoperasian layanan ini masih banyak permasalahan yang dihadapi, baik itu dari faktor internal maupun faktor eksternal.

20 5 Dikarenakan hal tersebut maka penelitian ini mempunyai tujuan utama yaitu untuk mengetahui faktor apa sajakah yang mempengaruhi keberhasilan layanan Pusteling serta seberapa besar pengaruh dari faktor tersebut terhadap keberhasilan layanan Pusteling, sehingga penelitian ini dapat juga digunakan sebagai laporan pendukung dalam pengambilan kebijakan yang berkaitan dengan Perpustakaan Elektronik Keliling. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi keberhasilan layanan Pusteling dan sejauh mana pengaruh dari faktor tersebut terhadap keberhasilan layanan Pusteling. Diidentifikasi melalui faktor internal dan eksternal serta pengkajian terhadap pendapat atau masukan dari para responden atau pemustaka Pusteling, khususnya yang berhubungan dengan kendala dan halhal yang masih belum tercapai. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat yaitu sebagai berikut: (1) Memberikan gambaran mengenai keberhasilan layanan Perpustakaan Elektronik Keliling (Pusteling) dan faktor yang mempengaruhi keberhasilan Pusteling. (2) Menjadi masukan bagi Perpustakaan Nasional RI untuk mengevaluasi pengembangan layanan Perpustakaan Elektronik Keliling. (3) Menambah khasanah pengetahuan bagi bidang pelayanan perpustakaan khususnya perpustakaan keliling. (4) Memberikan kontribusi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan khususnya Ilmu Perpustakaan. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dibatasi dengan cakupan sebagai berikut: (1) Ruang lingkup penelitian ini menitikberatkan tentang permasalahan yang dihadapi pada layanan perpustakaan keliling khususnya Perpustakaan Elektronik Keliling.

21 6 (2) Menganalisis faktor internal dan faktor eksternal yang terjadi pada Perpustakaan Elektronik Keliling. (3) Sampel penelitian adalah pelajar SMU sederajat di wilayah DKI Jakarta yang mendapat kunjungan layanan Pusteling. (4) Data yang diperoleh dalam penelitian akan dianalisis menggunakan metode Proses Hierarki Analitik. 1.6 Definisi Operasional Batasan istilah yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut: Perpustakaan Elektronik Keliling (Pusteling) adalah bus perpustakaan keliling yang bertujuan untuk mengenalkan serta menggalakan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) kepada masyarakat umum khususnya pelajar yaitu pada tingkat SD, SLTP dan SLTA (Tritawirasta: 2009) Perpustakaan Keliling adalah perpustakaan yang bergerak dengan membawa bahan pustaka seperti buku dan bahan pustaka lainnya untuk melayani masyarakat dari suatu tempat lainnya yang belum terjangkau oleh layanan perpustakaan menetap (perpustakaan umum). Jadi kedudukan perpustakaan keliling sebagai perluasan layanan perpustakaan umum (Pedoman Perpustakaan Keliling Perpustakaan Nasional: 2006). Proses Hierarki Analitik (PHA) adalah perhitungan penentuan skala prioritas atas alternatif pilihan berdasarkan suatu proses analisis secara berjenjang dan terstruktur (Dermawan: 2009). Keberhasilan Perpustakaan merupakan hal yang sering dihubungkan dengan kepuasan pengguna atas pemenuhan permintaan informasi yang dibutuhkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Lancaster (1997) yang menyatakan bahwa jasa perpustakaan yang berorientasi pada masyarakat harus diukur dari kepuasan pengguna.

22 7 BAB II TINJAUAN LITERATUR Bab ini akan menguraikan konsep yang berkaitan dengan teori yang digunakan sebagai landasan teoritis penelitian ini. Pada pembahasan ini dibagi atas tiga bagian yang terdiri dari perpustakaan keliling, perpustakaan elektronik keliling, serta faktor internal dan eksternal dari layanan perpustakaan elektronik keliling. Perpustakaan keliling dapat dikatakan sebagai bentuk perluasan layanan perpustakaan umum kepada maayarakat. Hal ini merupakan salah satu bentuk layanan perpustakaan yang dilakukan dengan cara mendekatkan koleksi bahan pustaka yang ada di perpustakaan kepada pemustaka layanan perpustakaan. Pada umumnya koleksi bahan pustaka yang dibawa menggunakan kendaraan, sehingga memberi kemudahan bagi pemustaka yang sulit mendapatkan akses ke perpustakaan umum. Poin tersebut dikuatkan oleh Lukas Koster ( yang mengatakan bahwa perpustakaan keliling melayani pemustaka yang lokasinya berjauhan dari gedung perpustakaan umum setempat. Pernyataan tersebut mengandung arti bahwa perpustakaan keliling dan perpustakaan umum (menetap) merupakan layanan yang saling melengkapi karena pada dasarnya kedua perpustakaan tersebut memiliki prinsip yang sama dan layanan perpustakaan keliling merupakan perluasan dari perpustakaan umum. Perpustakaan keliling merupakan perluasan dari perpustakaan umum yang mengacu kepada prinsip, yaitu: (1) Pendidikan bersifat sepanjang hayat (lifelong education). Dalam hal ini perpustakaan keliling pun ikut memelihara dan menyediakan sarana untuk pengembangan perorangan atau kelompok pada semua tingkat pendidikan dan kemampuan; (2) Sumber informasi dan rujukan. Artinya perpustakaan menyediakan kemudahan bagi pemakai berupa akses cepat (diberikan dalam waktu yang singkat) dan tepat (sesuai dengan kehendak dan minat pembaca) terhadap penggunaan informasi; (3) Bahan hiburan. Artinya perpustakaan memiliki peranan penting dalam mendorong penggunaan secara aktif rekreasi dan punyai waktu senggang dengan menyediakan bahan bacaan. Perpustakaan juga sepatutnya menjadi tempat di mana masyarakat dapat memperoleh informasi secara cuma-cuma tanpa

23 8 membedakan baik jenis kelamin, umur, ras, pekerjaan, agama, partai politik maupun kedudukan sosial; (4) Pusat kehidupan dan kebudayaan. Dalam hal ini, perpustakaan keliling pun merupakan pusat kehidupan dan kebudayaan yang secara aktif mempromosikan partisipasi pada semua bentuk seni dan hasil kreasi manusia. (Pius Teo). 2.1 Perpustakaan Keliling Perpustakaan keliling mempunyai tugas mengumpulkan, memilih, dan menyajikan karya manusia kepada masyarakat yang tidak terlayani oleh perpustakaan umum. Artikel Peran Strategis Perpustakaan Keliling ( mengatakan bahwa, Perpustakaan keliling merupakan sebuah sintesa dari berbagai macam problematika baik budaya maupun struktural. Tentu saja dengan tujuan mendekatkan sumber informasi pada masyarakat. IFLA (International Federation of Library Associations and Institutions) mengartikan perpustakaan keliling sebagai jenis perpustakaan yang memberikan layanan dengan cara bergerak dari satu lokasi ke lokasi lainnya dengan tujuan memberikan informasi tentang perkembangan pengetahuan, media informasi masyarakat, dan juga sebagai sosialisasi perpustakaan serta minat baca kepada masyarakat di lokasi tersebut. Perpustakaan keliling berperan besar dalam menyediakan dan memberikan informasi kepada masyarakat khususnya pada masyarakat yang bermukim atau bertempat tinggal jauh dari lokasi gedung perpustakaan. Perpustakaan keliling sudah dirintis oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 1972 untuk wilayah Jakarta. Selain pelayanan yang menunggu di tempat ada pula pelayanan perpustakaan keliling yang melayani para pembaca atas pesanan. Umpamanya, mobil perpustakaan tersebut mengunjungi pemustaka di rumah sakit, wisma jompo, panti asuhan dan sebagainya. Pemberian nama atau istilah untuk layanan perpustakaan keliling bermacam-macam disesuaikan dengan lokasi atau wilayah layanan itu berada akan tetapi masih dalam artian yang sama, seperti halnya layanan perpustakaan keliling di Abu Dhabi yang dikutip dari pernyataan Rebecca Flynn (2009) yang mengatakan bahwa perpustakaan keliling di Abu Dhabi dinamakan KITAB yang

24 9 bertujuan untuk memberi kesempatan kepada masyarakat untuk mendapatkan buku bacaan. Perpustakaan harus siap untuk perubahan yang terus menerus, apabila di masa depan menggunakan komputerisasi, perpustakaan harus berpikir ke arah tersebut dengan memberikan pelayanan secara digital (Hanson; 2010). Pernyataan tersebut memang tepat, karena dengan digitalisasi dan komputerisasi perpustakaan dapat memberikan kemudahan pelayanan untuk pemustaka, hal tersebut dikuatkan oleh Khaleejtimes (2010) yang mengatakan bahwa apabila perpustakaan keliling tidak dapat mengunjungi pemustaka maka pihak perpustakaan akan memberikan kabar, dan akan dijadwalkan ulang dengan proses selambat-lambatnya 4 hari. Pernyataan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pihak manajemen layanan perpustakaan keliling berusaha untuk dapat memberikan pelayanan maksimal dengan cara memberikan kemudahan bagi pihak pengguna. Selain itu tujuan penting dari perpustakaan keliling adalah sebagai berikut: (1) Membiasakan masyarakat untuk membaca dan terutama menciptakan sikap bahwa sekarang, buku termasuk kebutuhan dasar untuk setiap keluarga. Siapa pun yang bertanggung jawab terhadap keluarga tidak boleh memandang rumahnya sebagai kandang di mana dia hanya perlu menyediakan air dan nasi serta bereproduksi; sebaliknya, dia harus memandang keluarga sebagai sebuah unit manusia yang juga sangat membutuhkan makanan intelektual dan semua anggota keluarga harus memikirkan untuk memenuhi kebutuhan ini. (2) Meningkatkan pengetahuan, pemahaman, dan kesadaran rakyat serta melatih mereka, terutama kaum muda, baik secara intelektual, spiritual, maupun emosional menurut usia dan tingkat pendidikan yang berbeda. (3) Mengatasi kelemahan spiritual dan intelektual yang diakibatkan oleh tidak adanya kemampuan finansial dalam membeli bahan bacaan terutama buku yang dibutuhkan. Mencegah kemiskinan ekonomi agar tidak mengakibatkan kemiskinan intelektual. (4) Mengatasi permasalahan rendahnya minat baca yang terjadi pada masyarakat untuk menuju berkembangnya masyarakat membaca.

25 10 (5) Menggesa berkembangnya literasi informasi di masyarakat. Serta mengeliminasi terjadinya kesenjangan intelektual yang diakibatkan oleh kesenjangan informasi. Adanya perpustakaan keliling bermula dari sebuah ide untuk mensirkulasikan buku secara rutin kepada pembaca dengan cara membawa berkeliling sejumlah buku dengan menggunakan kendaraan atau alat pengangkut yang awalnya muncul dari Inggris, yaitu pada tahun Pada saat itu Mechanics Institution di Warrington-Inggris, bertujuan memperkenalkan pelayanan perpustakaan dengan cara berkeliling pada ruang lingkup yang terbatas dalam lingkungan perguruan tinggi tersebut, sedangkan kendaraan yang digunakan yaitu sejenis kereta kuda (Fetty). Percobaan pelayanan perpustakaan keliling pada masa itu tidak begitu menarik perhatian, baik bagi masyarakat pada umumnya maupun bagi perpustakaan lain, sehingga tidak ada satu pun perpustakaan pada abad tersebut yang mengikuti jejak perpustakaan Mechanics Institution dalam menyelenggarakan pelayanan perpustakaan keliling. Pada awal abad ke 20, di Glasgow-Skotlandia, baru diselenggarakan pelayanan serupa tetapi ditujukan untuk masyarakat umum. Pelayanan yang dimulai pada tahun 1904 itu mempelopori timbulnya sejumlah perpustakaan keliling yang tersebar di seluruh Inggris, seperti misalnya Warrington Library dalam periode kerja sekali seminggu dan menggunakan kereta kuda, disusul oleh Manchester Library yang sejak tahun 1931 menyelenggarakan pelayanan semacam dengan menggunakan kendaraan bus yang sengaja diubah untuk kepentingan kegiatan perpustakaan keliling. Perkembangan perpustakaan keliling di Inggris menjadi semakin bertambah pesat setelah itu, sehingga pada tahun 1962 sudah terdapat 327 buah perpustakaan keliling yang tersebar di berbagai daerah di Inggris. Perpustakaan keliling di Amerika timbul pertama kali atas ide Mary Titcomb, seorang pustakawan dari Washington County Free Library di Hagerstown, Maryland. Pada tahun 1905 Mary Titcomb menugaskan Joshua Thomas, seorang staf perpustakaan untuk berkeliling melayani penduduk secara langsung ke daerah pedesaan. Kendaraan yang digunakan ialah sebuah kereta kuda yang dapat

26 11 memuat sebanyak 250 buah buku. Joshua Thomas menggunakan kendaraan tersebut untuk mengelilingi Washington D.C yang berpenduduk ± orang. Perpustakaan keliling ini merupakan pelayanan tambahan dari perpustakaan umum Washington County Free Library. Usaha Mary Titcomb tersebut di atas banyak menarik perhatian perpustakaan lain yang tersebar di seluruh Amerika. Perkembangan perpustakaan keliling selain menjalar di Amerika, juga menjalar di negara-negara lain di seluruh dunia seperti Kanada (1930), Jepang (1940), India (1953), Pakistan (1957), Nigeria (1958), Belgia (1959), Singapura (1959), Irak (1961), Malaysia (1962) dan Indonesia (1972). Anwar (2001) mengatakan bahwa layanan perpustakaan keliling di Indonesia sudah ada sejak tahun Pada awalnya melalui Proyek Pembangunan Depdikbud, yang mencanangkan Perpustakaan Keliling sebagai salah satu bentuk layanan perpustakaan kepada masyarakat. Tujuan utamanya adalah mendekatkan informasi pada masyarakat desa, karena masyarakat desa belum mampu mencapai informasi dengan caranya sendiri (Perpustakaan Nasional RI: 2006). Berdasarkan sarana yang dipakai Perpustakaan Nasional RI (2006), maka perpustakaan keliling dapat dibedakan menjadi 2 (dua) jenis, yaitu: (1) Perpustakaan keliling terapung (Floating Library) yaitu perpustakaan keliling yang mempergunakan sarana kapal motor. Daerah pelayanan perpustakaan ini adalah daerah yang dialiri sungai atau daerah pantai yang hanya mungkin untuk dilayani dengan kendaraan yang dapat melalui air. Perpustakaan jenis ini dapat ditemukan pada perpustakaan terapung di Provinsi Kepulauan Riau dan daerah Ternate Provinsi Maluku Utara dalam bentuk kapal. (2) Perpustakaan keliling darat (Mobile Library) yaitu perpustakaan keliling yang dalam memberikan layanan mempergunakan kendaraan beroda dua, roda empat dan roda enam, seperti sepeda pintar, motor pintar, mobil perpustakaan keliling (MPK), dan Perpustakaan Elektronik Keliling (Pusteling).

27 12 Adapun berbagai macam bentuk kendaraan perpustakaan keliling disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Bentuk Kendaraan Perpustakaan Keliling No. Bentuk Kendaraaan Perpustakaan Keliling Gambar 1. Kereta Kuda (1905): Perpustakaan Umum di Washington County, Maryland. 2. Hewan Ternak: Di Kenya dengan menggunakan Unta dan Kuda. 3. Sepeda (Roda 2) 4. Motor (Roda 2): Motor Pintar 5. Mobil (Roda 4): MPK (Mobil Perpustakaan Keliling)

28 13 No. Bentuk Kendaraaan Perpustakaan Keliling Gambar 6. Bis (Roda 6): Pusteling (Perpustakaan Elektronik Keliling) 7. Kapal: Kapal Pustaka 8. Kereta: Kereta Pustaka Indonesia Kereta Pustaka tersebut mulai 9 September 2011 mendatang akan mengadakan tur di delapan stasiun di Pulau Jawa, yaitu Stasiun Bandung, Cirebon, Pekalongan, Semarang, Surabaya, Madiun, Solo Balapan, dan Yogyakarta. Kereta akan berangkat digandeng dengan Argo Parahyangan menuju Stasiun Bandung, dan akan berhenti selama seminggu di masing-masing stasiun, kemudian akan mengadakan pameran perkeretaapian di stasiun tersebut. Salah satu yang dipamerkan adalah dokumentasi cagar budaya berupa rel kereta api dan stasiun di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Selain itu Kereta Pustaka ini juga akan diisi dengan berbagai buku, sehingga juga berfungsi sebagai perpustakaan, akan

29 14 tetapi jenis koleksi yang dibawa hanya mencakup sejarah perkeretaapian ( Sesuai dengan pengadaannya, layanan Perpustakaan Keliling mendapat bantuan dari Perpustakaan Nasional RI, tetapi untuk operasional penyelenggaraannya, menjadi tanggung jawab daerah/ wilayah masing-masing. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan jika pengelolaan Perpustakaan Keliling juga dapat dibantu oleh pihak lain, contohnya seperti yang terjadi pada Perpustakaan Keliling di wilayah Maluku. Pada tahun 2005 UNICEF membantu pengembangan Perpustakaan Keliling untuk 42 desa di Ambon, Maluku Tengah dan Seram Barat (General Interest Periodicals Indonesia: No. ID ). Tugas dan fungsi perpustakaan keliling menurut Perpustakaan Nasional RI (2006) sebagai berikut: (1) Melayani masyarakat yang belum terjangkau oleh pelayanan perpustakaan menetap, karena di lokasi tersebut belum dapat didirikan perpustakaan karena belum ada dana yang tersedia. (2) Melayani masyarakat yang oleh situasi dan kondisi tertentu tidak dapat datang atau mencapai perpustakaan menetap, misalnya karena sedang dirawat di rumah sakit, menjalani hukuman di Lembaga Permasyarakatan (LP), berada di panti asuhan atau dirumah jompo dan lain-lain. (3) Mempromosikan layanan perpustakaan kepada masyarakat yang belum pernah mengenal perpustakaan. (4) Memberikan pelayanan yang bersifat sementara sampai perpustakaan menetap dapat didirikan. (5) Sebagai sarana untuk membantu menemukan lokasi yang tepat bagi pelayanan perpustakaan menetap, atau perpustakaan umum yang direncanakan untuk dibangun. (6) Sebagai jembatan antara Perpustakaan Umum Dati II dengan cabangnya. (7) Menggantikan fungsi perpustakaan menetap apabila karena situasi tertentu tidak memungkinkan didirikan perpustakaan menetap di tempat tersebut (misalnya karena penduduknya terlalu sedikit).

30 15 Lukas Koster (2010) menyarankan bahwa apabila sebuah perpustakaan ingin mencapai hasil yang baik pada layanan perpustakaan kelilingnya, maka langkah awalnya yaitu perlu menganalisa statistik pemakaian dan juga masukan daripada pemustaka itu sendiri. Langkah tersebut akan menghasilkan sebuah layanan perpustakaan keliling yang baik bagi perpustakaan itu sendiri dan juga sesuai dengan kebutuhan pemustaka. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam perpustakaan elektronik keliling menurut Osborne (1998) yaitu yang pertama konektifitas dan perangkat yang mendukungnya, kedua perlunya ketelitian dari staf untuk konten sehingga informasi yang diberikan berkualitas, ketiga perlunya manajemen dan pelatihan kepada staf agar dapat melayani pemustaka dengan efisien, keempat yaitu antara pelayanan gratis atau bebayar, dan yang terakhir kompetisi yang muncul dari penyedia informasi lainnya. 2.2 Perpustakaan Elektronik Keliling Murray (2010) mengatakan bahwa perkembangan perpustakaan keliling dapat menjadi sebuah metode yang tepat dalam mempromosikan kegunaan dan keuntungan dari perpustakaan bagi pemustaka. Layanan fisik pada perpustakaan sampai saat ini masih menjadi aspek penting dalam profesi perpustakaan. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa saat ini layanan perpustakaan mulai banyak memanfaatkan sistem Teknologi Informasi yang terus berkembang. Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI) sebagai perpustakaan yang menjadi tolak ukur perkembangan jagad perpustakaan, terutama dalam mengimplementasikan Teknologi Informasi dan Komunikasi. Ali (2006) berpendapat bahwa perpustakaan keliling merupakan perpustakaan yang bergerak dan membawa koleksi bahan pustaka untuk melayani masyarakat dari satu tempat ketempat lain, begitu pula halnya dengan pusteling yang membawa koleksinya dalam bentuk elektronik dengan mendatangi sekolahsekolah. Definisi lain dari perpustakaan elektronik keliling yaitu bahwasanya Pusteling merupakan bus perpustakaan keliling yang bertujuan untuk mengenalkan serta menggalakan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) kepada masyarakat umum khususnya pelajar yaitu pada tingkat

31 16 SD, SLTP dan SLTA (Tritawirasta; 2009). Pusteling diresmikan pada tanggal 30 Mei 2007 dalam rangka acara peringatan ulang tahun Perpustakaan Nasional RI ke-27 oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla, Pusteling merupakan mobil perpustakaan elektronik pertama yang dimiliki Indonesia. Saat diluncurkan pertama kali, pusteling bertujuan untuk mengenalkan serta menggalakan pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) kepada masyarakat umum khususnya pelajar. Kehadiran Teknologi Informasi dalam kehidupan masyarakat masa kini akan sangat mempermudah Perpustakaan Nasional dan dunia kepustakawanan Indonesia untuk menjalankan tugas dan fungsinya seperti yang diamanatkan oleh Undang-undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang perpustakaan (Sudjana; 2008). Sejak dari dahulu sampai sekarang ini, bahkan pada masa mendatang pelayanan perpustakaan selalu menjadi fokus utama karena melaluinya pemustaka dapat merasakan manfaat dan fungsi perpustakaan sebagai pendukung proses pembelajaran yang selalu dikaitkan dengan buku, sementara buku dekat dengan kegiatan belajar, maka perpustakaan pun sangat dekat dengan kegiatan belajar. Hanya saja, perpustakaan bukan tempat sekolah dalam arti formal. Dengan adanya kegiatan belajar yang berbeda jenjangnya, dari prasekolah hingga universitas, ditambah dengan kepentingan membaca yang berbeda-beda, maka munculah jenis-jenis perpustakaan, seperti perpustakaan sekolah, perpustakaan perguruan tinggi, perpustakaan nasional, perpustakaan umum dan perpustakaan khusus. Masing-masing jenis perpustakaan tersebut mempunyai tujuan utama yaitu memberikan pelayanan untuk kepentingan masyarakat dengan menyelenggarakan jasa layanan perpustakaan. Hal yang terpenting dalam jasa layanan perpustakaan yaitu layanan yang baik adalah yang dapat memberikan rasa senang dan puas kepada pemakai, Sutarno (2006). Jasa perpustakaan untuk masyarakat menurut Sulistyo Basuki (1991) yaitu: (1) Jasa Peminjaman Jasa peminjaman dikenal pula dengan jasa sirkulasi. Dalam jasa ini termasuk jasa meminjam dan mengembalikan buku. (2) Jasa Rujukan atau Jawab Pertanyaan Memberikan jasa rujukan maupun menjawab pertanyaan yang datang dari pengunjung perpustakaan. (3) Jasa Informasi

32 17 Jika dahulu perpustakaan bersikap menunggu pengunjung atau pasif, kini perpustakaan lebih aktif mengejar pengunjung dan aktif menyediakan informasi bagi pemakai. Jasa perpustakaan tersebut disebarkan melalui berbagai cara, seperti layanan pada perpustakaan menetap yaitu perpustakaan nasional, perpustakaan umum, perpustakaan khusus, perpustakaan sekolah, dan perpustakaan perguruan tinggi yang memang mempunyai gedung permanen sehingga layanan dapat dilaksanakan tetap pada tempatnya. Berbeda dengan jasa Perpustakaan keliling yang dilakukan dengan menggunakan mobil keliling yang mengunjungi sekolah, kelurahan, dan pasar. Disamping perpustakaan keliling dengan menggunakan mobil, ada juga perpustakaan keliling berupa perahu terutama untuk daerah kepulauan, rawa-rawa dan kawasan penuh sungai. Latar belakang adanya perpustakaan keliling adalah: (1) Rendahnya minat baca masyarakat kita pada umumnya dan siswa sekolah kita pada khususnya. (2) Ada hubungan yang positif antara minat baca (reading interest) dengan kebiasaan membaca (reading habit) dan kemampuan membaca (reading ability). (3) Kebanyakan sekolah kita tidak memiliki fasilitas perpustakaan yang memadai. (4) Apalagi perpustakaan umum (perpustakaan desa) maupun Taman Bacaan Masyarakat (TBM). (5) Secara langsung maupun tidak langsung kebiasaan membaca menjadi salah satu indikator kualitas bangsa. (6) Oleh UNDP (United Nations Development Programme) angka melek huruf telah dijadikan salah satu indikator untuk mengukur kualitas bangsa. Tinggi rendahnya angka melek huruf menentukan tinggi rendahnya indeks pembangunan manusia atau HDI (Human Development Index) dan tinggi rendahnya HDI menentukan kualitas bangsa. (7) Membangun perpustakaan keliling adalah sebuah kepedulian yang konkret dari perusahaan/ pemerintah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana diamanahkan dalam konstitusi. (8) Semua itu dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat ( Upaya pemecahan masalah telah dilakukan, akan tetapi solusi yang ada belum sepenuhnya sesuai dengan yang diharapkan. Perlu adanya kegiatan untuk peningkatan layanan Pusteling, yang berkaitan dengan unsur-unsur dalam penyelenggaraan layanan, misalnya berkaitan dengan fasilitas/ sarana layanan dengan menambahkan bus dan menggunakan satelit sebagai akses internet,

33 18 meningkatkan kualitas petugas layanan, koleksi, sistem, dan pemustakanya. Adanya kegiatan ini, diharapkan terjadi peningkatan layanan ke arah layanan prima dan terjadi peningkatan pengetahuan pemustaka dalam pendayagunaan teknologi informasi. Peran perpustakaan dalam pendayagunaan teknologi informasi dapat menjadi faktor pendukung dalam kesuksesan layanan perpustakaan karena salah satu tantangan utama yang dihadapi pustakawan adalah mengatur data digital dan menyajikan informasi digital sesuai dengan kebutuhan pemustaka (Higginbuttom; 2008). Alasan diadakannya layanan perpustakaan elektronik keliling adalah untuk dapat menjangkau sampai ke pelosok-pelosok/ desa-desa; memberdayakan teknologi informasi sebagai sumber rujukan; meningkatkan kegemaran membaca bagi masyarakat khususnya di tempat yang jauh dari perpustakaan; memberdayakan masyarakat agar tidak gagap teknologi (gaptek); mendukung pendidikan nasional; menjadikan bangsa Indonesia bangsa yang informatif; mencerdaskan bangsa; dan untuk meningkatkan layanan menuju layanan prima. Penerapan perpustakaan keliling yang dikembangkan oleh Perpustakaan Nasional RI merupakan sebuah layanan perpustakaan dengan menggunakan kendaraan yaitu Mobil Perpustakaan Keliling (MPK), Kapal Pustaka dan Bus Perpustakaan Elektronik Keliling. Pelaksanaan operasional layanan Mobil Perpustakaan Keliling (MPK) dan Kapal Pustaka yaitu perahu bermotor yang membawa koleksi bahan pustaka yang berupa wujud nyata koleksinya, tidak dioperasikan di Perpustakaan Nasional RI melainkan di perpustakaan daerah di seluruh Indonesia. Kedua jenis layanan perpustakaan keliling tersebut merupakan bentuk bantuan berupa bus dan koleksi yang telah diolah untuk siap dilayankan, yang diberikan oleh Perpustakaan Nasional RI untuk perpustakaan daerah. Pusteling didesain agar dapat merambah di kota-kota kecil khususnya agar dapat masuk di halaman sekolah. Mengingat banyaknya jalan dengan katagori kecil di Indonesia, proses rancang bangunnya disesuaikan dengan besarnya jalan yang dapat dilalui oleh bus perpustakaan elektronik keliling.

34 19 Layanan Perpustakaan Keliling yang ada saat ini diharapkan dapat lebih memberikan layanan lebih kepada pemustakanya apabila tidak ingin ditinggalkan oleh pemustakanya. hal tersebut seperti yang telah terjadi di negara lain yang telah memiliki layanan perpustakaan keliling yang jauh lebih maju seperti pernyataan Baldwin (2010) yaitu pada era digital seperti Wi-Fi, ebooks dan juga ipads, konsep dari perpustakaan keliling mungkin dapat dikatakan sudah kuno bagi beberapa orang, karena kita sendiri dapat mengunduh buku-buku di internet tanpa memakai perpustakaan keliling. Layanan Perpustakaan Keliling lainnya diharapkan juga akan diterapkan pada layanan Perpustakaan Elektronik Keliling di Indonesia, Ellyssa Kroski menyebutkan 8 (delapan) jenis layanan yang dapat diterapkan yaitu: (1) MOPACs (Mobile OPACs) dan situs web perpustakaan keliling (2) Koleksi perpustakaan keliling (3) Pendidikan pemakai untuk perpustakaan keliling (4) Basis data perpustakaan keliling (5) Layanan audio perpustakaan keliling (6) Layanan pemberitahuan melalui SMS (7) Informasi referensi melalui SMS (8) Layanan sirkulasi perpustakaan keliling. (Krosky; 2008). Borrely menyatakan bahwa layanan perpustakaan telah berubah dengan transformasi dalam komputasi dan jaringan (Borrely; 2010). Peningkatan prevalensi genggam perangkat komputasi mobile seperti PDA dan web-enambled ponsel investigasi berdampak pada perpustakaan dan layanan yang disediakan. Penelitiannya menelaah mengenai populasi pengguna perpustakaan dan potensi akademik menggunakan satu layanan, katalog perpustakaan, dengan perangkat komputasi mobile. Perpustakaan harus memiliki pelayanan yang dapat di akses pengguna perangkat genggam seperti PDA dan ponsel web-enambled. Masa depan menurut ramalan dia, komputasi ada di segala hal dan hasil dari penelitiannya yaitu 75% responden melakukan pencarian melalui database dan 25% melalui katalog pencarian. Layanan Perpustakaan Elektronik berbasis web bukanlah hal baru, point tersebut dikuatkan oleh Hanson (2011) yang menyatakan

35 20 bahwa perpustakaan sudah lama menjadi yang terdepan dalam dukungan untuk peningkatan akses jaringan internet, khususnya untuk penduduk Amerika yang tidak mampu di tempat terpencil. Perpustakaan Elektronik Keliling juga perlu memperhatikan hal yang lainnya seperti perlunya pendidikan pemakai, pengumuman tentang jadwal, lokasi, kunjungan Pusteling, serta pameran dan acara budaya yang dilakukan, dimana kegiatan tersebut dapat dijadikan sarana promosi yang positif, seperti yang dilakukan oleh Perpustakaan Harborfield yang memberikan pengumuman tentang kegiatan yang akan diadakan di perpustakaannya, dengan memberikan keterangan kegiatan yang akan dilakukan, jadwal kegiatan dan alamat kegiatan tersebut berlangsung (Public Administration Journal, No. ID ). 2.3 Faktor Internal dan Eksternal Layanan Perpustakaan Elektronik Keliling Selama dekade terakhir, pembicaraan mengenai pengukuran kinerja perpustakaan mulai banyak dibicarakan. Pada tahun 1993 telah dilaporkan implementasi pengukuran 14 indikator kinerja di perpustakaan Institute of Development Studies University of Sussex Inggris, sedangkan tahun berikutnya Council of Australian State Librarians Public Library Group berhasil mengidentifikasi 10 indikator kunci untuk perpustakaan umum. Pada konferensi IFLA ke-61 di Turki tahun 1995 telah disosialisasikan pengukuran 20 indikator kinerja yang dapat digunakan untuk semua jenis perpustakaan di semua negara. Evaluation and Quality in Library Performance System for Europe (EQLIPSE) tahun 1997 menetapkan pengukuran 54 indikator dengan 71 lembar data. Sebagai puncaknya, pada tahun 1998 International Organization for Standarization menerbitkan ISO (The International Organization for Standarization) mengenai pengukuran indikator kinerja untuk perpustakaan. ISO merupakan pedoman pengukuran yang berlaku secara nasional maupun internasional. Perpustakaan yang pernah menggunakan ISO adalah perpustakaan PDII-LIPI pada tahun 2001 dengan hasil yang menunjukkan bahwa tingkat kesulitan pengukuran indikator tidak sama. Pengukuran indikator ketersediaan fasilitas, tingkat penggunaan fasilitas dan tingkat keterisian kursi, dapat dilakukan

36 21 tanpa kesulitan yang berarti. Kesulitan pengukuran indikator penggunaan di perpustakaan per-kapita dan tingkat penggunaan dokumen tergantung pada ketersediaan data. Sementara itu pengukuran indikator kepuasan pemakai dan tingkat keberhasilan penelusuran melalui katalog judul termasuk agak rumit dalam hal desain instrumen, pengumpulan data dan analisa data. Hasil uji coba pengukuran empat indikator kinerja yang dilakukan pada tahun 2002, yaitu Kunjungan ke Perpustakaan per-kapita, Ketersediaan Sistem Otomasi, dan Median Waktu Pengolahan Dokumen, menunjukkan bahwa instrumen dalam ISO cukup jelas untuk diimplementasikan. Pada tahun 2010 International Organization for Standarization menerbitkan ISO (2010) mengenai pengukuran indikator kinerja untuk perpustakaan nasional. Salah satu penerapan pengukuran kinerja yang dimaksudkan adalah pada Perpustakaan Nasional Swedia dengan dukungan data statistik yang akurat sehingga didapatkan hasil analisa yang baik. Adapun hasil ikhtisan serta rekomendasi yang diusulkan dan menjadi prioritas untuk fungsi pengguna adalah sebagai berikut: (1) Persyaratan Pengguna Temuan yang paling penting yaitu menganalisis data statistik di samping survei nasional. (2) Sistem Ikhtisar Sistem baru ini termasuk adanya aplikasi web interaktif sehingga pengguna dapat mengelola survei, mengumpulkan informasi statistik, menentukan metadata dan menganalisa data statistik. (3) Metadata kamus Metadata tersebut harus mencakup informasi yang relevan tentang sumber dan asal statistik data serta struktur dan sintaks, perhitungan, aturan validasi, hubungan logis dan semantik. (4) Penyimpanan Database Database berbagi mencakup informasi tentang survei, pengguna, dan manajemen sistem serta kamus data informasi, data statistik dan dataset transaksi dan analitis struktur. (5) Manajemen Survei

37 22 Banyak layanan populer menawarkan fasilitas terbatas untuk mengundang responden yang ditunjuk melalui , tetapi sistem baru memerlukan fungsi yang terpadu yang lebih maju untuk mengelola survei undangan dan tanggapan dari ribuan pengguna. Di Swedia layanan yang ditawarkan fleksibel dan murah untuk melakukan survei publik melalui aplikasi web interaktif. (6) Manajemen Data Data statistik dan metadata dipertahankan melalui aplikasi web interaktif yang terintegrasi dengan kamus data fasilitas. (7) Data Impor Data dari aplikasi perpustakaan dapat di-upload ke layanan web pusat menuju aplikasi klien lokal atau penggunaan data dan data transaksi lainnya dapat dihasilkan oleh standar pusat web klien layanan, yaitu "menarik" dari server lokal. (8) Analisis Data dan Ekspor Pengguna dapat memilih dan menganalisa informasi statistik melalui aplikasi web dengan standar fungsi pelaporan. Pengukuran kinerja yang telah dilakukan oleh Perpustakaan Nasional Swedia memang belum dilaksanakan oleh Perpustakaan Nasional RI, beranjak atas alasan perlunya evaluasi melalui pengukuran kinerja tersebut hal ini berguna untuk memberikan gambaran sejauhmana kemajuan yang telah didapat. Pengukuran kinerja tersebut dapat digunakan pedoman indikator kinerja yang terdapat dalam ISO (2010) yang diterbitkan khusus untuk mengukur kinerja dari perpustakaan nasional, sedangkan untuk perhitungan indikator akses homepage ISO tetap mengacu pada ISO ISO 9241 adalah satu dari standar penting dalam usabiity. ISO 9241 terdiri dari 17 bagian. Bagian dalam ISO 9241 yang menjadi acuan dalam usability adalah part 10 dan 11. ISO 9241 part 10 menunjuk pada prinsip-prinsip ergonomi secara umum yang diaplikasikan untuk merancang komunikasi antara manusia dan sistem informasi, keserasian pada perintah, keserasian pada pembelajaran, keserasian pada kepuasan individu

38 23 dengan ekspektasi pemustaka, gambaran tolak ukur pengendalian, dan toleransi kesalahan. ISO 9241 part 11 menjelaskan bahwa usability menunjuk pada tingkat sebuah produk yang dapat digunakan oleh pengguna tertentu untuk mencapai tujuan spesifik dengan efektif (effectiveness), efisien (efficiency) dan memuaskan (satisfaction) dalam sebuah konteks penggunaan. Konteks penggunaan terdiri dari penggunaan tugas, peralatan ( Keras, Lunak, dan Jaringan), dan lingkungan fisik serta sosial yang mempengaruhi usability produk dalam sistem kerja. Efek dari perubahan komponen dalam sistem kerja dapat diukur dengan performansi penggunaan dan kepuasan. Definisi The Usability Professional Association (UPA) berfokus lebih kepada pengembangan produk. UPA menjelaskan bahwa usability adalah sebuah pendekatan dalam pengembangan produk yang memasukkan respon pengguna secara langsung. Hal ini dilakukan untuk mengurangi biaya dan menciptakan produk serta peralatan yang sesuai dengan kebutuhan pengguna. Adapun pengukuran kinerja untuk layanan Perpustakaan Nasional RI sebagai penerapan dari ISO terdapat pada lampiran 1. Pada perhitungan penerapan ISO tersebut terdapat banyak data yang tidak dapat diperoleh dikarenakan atas beberapa hal antara lain: 1. Pada bagian layanan tidak memperbarui data statistik terkini seperti data peminjaman, sirkulasi ruang baca dan lain-lain. 2. Ada data yang dianggap tabu untuk di utarakan seperti dana anggaran kegiatan pertahun, dana pengadaan, dana lembur diluar jam kerja dan lain-lain. 3. Pada saat mendapatkan data tentang bagian yang di unduh dan berapa jumlah pengunjung web yang membrowsing katalog online di bagian Otomasi, pihak otomasi melimpahkan ke bagian rekanan yaitu CV. Quadra Solution untuk mengecek data tersebut, akan tetapi pihak Quadra sendiri agaknya sulit untuk berbagi data tersebut, walaupun telah dikemukakan pendapat bahwa data ini hanya untuk tujuan penelitian pendidikan bukan penelitian yang berasal dari Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Hal lain yang dapat dilakukan untuk mengukur kinerja menurut Ridwan yang dikutip melalui yaitu sebuah keberhasilan,

39 24 yang menyatakan bahwa keberhasilan merupakan akhir dari sebuah proses yang dilakukan oleh seorang dalam upaya mencapai suatu tujuan secara maksimal dan terarah, sedangkan keberhasilan layanan perpustakaan sering dihubungkan dengan kepuasan pemakai layanan atau pemustaka atas pemenuhan permintaan informasi yang dibutuhkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Lancaster (1997) yang menyatakan bahwa jasa perpustakaan yang berorientasi pada masyarakat harus diukur dari kepuasan pengguna. Menurut Perpustakaan Nasional RI (1999) keberhasilan suatu organisasi termasuk perpustakaan dalam mencapai suatu tujuan tergantung kepada kemampuan para pemimpin dalam organisasi itu untuk menggerakkan sumber-sumber (tenaga, dana, bahan) dan alat-alat yang tersedia di organisasi itu secara berdaya guna dan berhasil guna. Menurut Sutarno (2006) performa perpustakaan yang baik dapat dirumuskan melalui analisis berikut: 1. Kekuatan : Manajemen, administrasi, kebijakan pemerintah di bidang perpustakaan, mitra perpustakaan, anggaran. 2. Kekurangan : Sumber Daya Manusia (SDM). 3. Peluang : Perkembangan perangkat teknologi, kondisi jangkauan layanan, sarana dan prasarana. 4. Ancaman dan Tantangan : Respon dan perhatian masyarakat. Performa tersebut diimplementasikan kedalam layanan Perpustakaan Elektronik Keliling yaitu sebagai berikut: (1) Faktor Internal yaitu: a. Kekuatan : Manajemen Pusteling, didalamnya meliputi birokrasi atau administrasi, dukungan dana anggaran, dan kebijakan pemerintah dibidang pendidikan serta perpustakaan. b. Kekurangan : Petugas Pusteling yang meliputi SDM yang menangani langsung layanan Pusteling. (2) Faktor Eksternal yaitu:

40 25 a. Peluang : Teknologi Pusteling, seperti perangkat keras, perangkat lunak dan perangkat jaringan yang ada pada sarana layanan Pusteling. b. Tantangan : - Kondisi sosial yang dihadapi oleh pemustaka layanan Pusteling berupa kebutuhan pemustaka dan tingkat kunjungan (kuantitas) pemustaka layanan Pusteling. - Kondisi wilayah yang dilalui oleh Pusteling yaitu berupa geografis lokasi yang dilalui dan cuaca atau kondisi alam yang terjadi ketika layanan Pusteling dilaksanakan. 2.4 Metode Proses Hierarki Analitik (PHA) Perpustakaan yang telah mengukur kinerjanya dengan menggunakan standar ISO diantaranya Perpustakaan Nasional di Swedia, untuk Perpustakaan Nasional RI, dikarenakan keterbatasan data yang diperoleh dalam perhitungan data ISO, maka dalam penulisan ini ditetapkan Metode PHA untuk mengukur keberhasilan layanan Pusteling. Keberhasilan layanan Perpustakaan Elektronik Keliling dan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilannya, diidentifikasi melalui faktor internal dan eksternal, yang kemudian dilakukan pengkajian terhadap faktorfaktor tersebut melalui pendapat atau masukan dari para responden atau pemustaka Pusteling, khususnya yang berhubungan dengan kendala dan hal-hal yang masih belum tercapai. Kelengkapan data tersebut akan dihimpun melalui kuesioner yang diolah melalui metode Proses Hierarki Analitik. Metode Proses Hierarki Analitik digunakan dalam penelitian ini karena Metode Proses Hierarki Analitik dapat dipakai untuk menyelesaikan permasalahan yang kompleks, contohnya dalam penelitian ini yaitu permasalahan dari sisi manajemen layanan pusteling, teknologi pusteling, Sumber Daya Manusia (SDM), kebutuhan pemustaka pusteling serta penentuan wilayah lokasi pusteling dimana data dan informasi statistik yang tersedia sangat sedikit/ terbatas. Data-data yang diperoleh dari kuesioner dalam penelitian ini berdasarkan persesepsi, pengalaman dan intuisi dari pemustaka Pusteling, jadi permasalahan-

41 26 permasalahan tersebut dapat dirasakan dan diamati, dengan kelengkapan data numerik dari perhitungan dengan menggunakan metode Proses Hierarki Analitik. Metode PHA dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, seorang ahli matematika. Metode ini adalah sebuah kerangka untuk mengambil keputusan atau kebijakan dengan efektif atas persoalan yang kompleks dengan menyederhanakan dan mempercepat proses pengambilan keputusan dengan memecahkan persoalan tersebut kedalam bagian-bagiannya, menata bagian atau variabel ini dalam suatu susunan hierarki, memberi nilai numerik pada pertimbangan subjektif tentang pentingnya tiap variabel dan mensintesis berbagai pertimbangan ini untuk menetapkan variabel yang mana yang memiliki prioritas paling tinggi dan bertindak untuk mempengaruhi hasil pada situasi tersebut. Metode PHA ini membantu memecahkan persoalan yang kompleks dengan menstruktur suatu hierarki kriteria, pihak yang berkepentingan, hasil dan dengan menarik berbagai pertimbangan guna mengembangkan bobot atau prioritas. Metode ini juga menggabungkan kekuatan dari perasaan dan logika yang bersangkutan pada berbagai persoalan, lalu mensintesis berbagai pertimbangan yang beragam menjadi hasil yang cocok dengan perkiraan kita secara intuitif sebagaimana yang dipresentasikan pada pertimbangan yang telah dibuat (Saaty; 2004). Menurut Saaty, ada tiga prinsip dalam memecahkan persoalan dengan PHA, yaitu prinsip menyusun hierarki (decomposition), prinsip menentukan prioritas (comparative judgement), dan prinsip konsistensi logis (logical consistency). Hierarki yang dimaksud adalah hierarki dari permasalahan yang akan dipecahkan untuk mempertimbangkan kriteria-kriteria atau komponen-komponen yang mendukung pencapaian tujuan. Proses dalam menentukan tujuan dan hierarki tujuan, perlu diperhatikan apakah kumpulan tujuan beserta kriteria yang bersangkutan tepat untuk persoalan yang dihadapi. Tahapan ataupun langkah-langkah dalam perhitungan menggunakan metode PHA dapat dilihat seperti contoh perhitungan untuk kriteria teknologi Pusteling berikut:

42 27 1. Menentukan matriks perbandingan (Hasil pengisian kuesioner oleh responden disajikan dalam lampiran 1). Setelah digunakan rumus rata-rata maka hasil perhitungan disajikan dalam Tabel 2 dan Tabel 3. Tabel 2 Prioritas Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Pusteling Kriteria Penyusunan Prioritas Kelembagaan Teknologi Pusteling Sosial Wilayah a. Kelembagaan b. Teknologi Pusteling c. Sosial d. Wilayah Tabel 3 Kriteria Teknologi Pusteling Analisa Penyusunan Kriteria Teknologi Pusteling Keras Lunak Jaringan a. Keras b. Lunak c. Jaringan Perhitungan Bobot Parsial Langkah 1. Menentikan aij tiap kolom Tabel 4 Nilai aij per-kolom Prioritas Faktor Penentu Keberhasilan Pusteling Kriteria Penyusunan Prioritas Kelembagaan Teknologi Pusteling Sosial Wilayah a. Kelembagaan b. Teknologi Pusteling c. Sosial d. Wilayah Jumlah aij per-kolom Tabel 5 Nilai aij per-kolom Kriteria Teknologi Pusteling Analisa Penyusunan Kriteria Teknologi Pusteling Keras Lunak Jaringan a. Keras b. Lunak c. Jaringan Jumlah aij per-kolom

43 28 Langkah 2. Membagi nilai aij tiap kolom dengan jumlah nilai kolom tersebut untuk mendapatkan matriks yang dinormalisasi. Tabel 6 Matriks Normalisasi Prioritas Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pusteling Kriteria Penyusunan Prioritas Kelembagaan Teknologi Pusteling Sosial Wilayah Jumlah a. Kelembagaan b. Teknologi Pusteling c. Sosial d. Wilayah Tabel 7 Matriks Normalisasi Kriteria Teknologi Pusteling Analisa Penyusunan Kriteria Teknologi Pusteling Keras Lunak Jaringan Jumlah a. Keras b. Lunak c. Jaringan Langkah 3. Jumlah nilai tiap baris pada matriks normalisasi dan membaginya dengan jumlah elemen tiap baris untuk mendapatkan bobot global. Kriteria Penyusunan Prioritas Bobot Global a. Kelembagaan : 4 = b. Teknologi Pusteling : 4 = c. Sosial : 4 = d. Wilayah : 4 = Kriteria Penyusunan Teknologi Pusteling a. Keras : 3 = b. Lunak : 3 = c. Jaringan : 3 = Perhitungan Konsistensi Langkah 1: Menghitung λ Maksimal.

44 29 Tabel 8 Perhitungan Nilai λ Maksimal Kriteria Teknologi Pusteling Kriteria Penyusunan a b b Teknologi Pusteling Jumlah a. Keras b. Lunak c. Jaringan Hasil penjumlahan ini kemudian dibagi dengan nilai prioritas menyeluruh : : = : = : = 3 Nilai λ Maks = ( ) = 3 3 Langkah 2: Menghitung Index Konsistensi. (CI) CI = (Nilai λ Maks - N) (N-1) = (3 3) (3 1) = 0 No. Langkah 3: Menghitung Ratio Konsistensi. (CR) CR = CL / RI(Random Index) = = Tabel 9 Hasil Pembobotan Global dan Parsial seluruh subkriteria Kriteria Subkriteria Bobot Global Bobot Parsial/ Lokal Rasio Konsistensi 1 Kelembagaan % 2 Teknologi Pusteling a. Manajemen Pusteling b. Petugas Pusteling % a. Keras

45 30 b. Lunak c. Jaringan Sosial % a. Kebutuhan Pemustaka b. Kuantitas Pemustaka Wilayah % a. Geografis Lokasi Pusteling b. Cuaca/ Kondisi Alam Perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa perhitungan dikatakan konsisten dikarenakan telah memenuhi syarat yaitu rasio konsistensi tidak melebihi 0.10 atau 10%.

46 31 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Prosedur Penelitian Penelitian akan mempelajari faktor-faktor apa sajakah dan sebesar apakah dampaknya bagi keberhasilan yang dicapai oleh Perpustakaan Elektronik Keliling (Pusteling) dengan menggunakan metode Proses Hierarki Analitik (PHA). Adapun alur tahap penelitian seperti disajikan pada Gambar 1. Mulai Pemahaman Topik Kajian Bahan Pustaka Pemahaman Topik Kajian Metode Proses Hierarki Analitik ( PHA ) Penyusunan Kuesioner untuk Survei Survei Lapangan Pengolahan Data dan Analisis PHA Pembahasan dan Penulisan Laporan Selesai Gambar 1 Alur Tahap Penelitian. 3.2 Pemahaman Topik Kajian Perpustakaan Elektronik Keliling merupakan salah satu layanan perpustakaan keliling yang ada di Perpustakaan Nasional RI dimana penggunanya dititikberatkan pada pelajar Sekolah Dasar (SD) sampai dengan Sekolah Menengah Umum (SMU) sederajat yang lokasi layanannya berdomisili sekitar

47 32 Jakarta, Bekasi, Tangerang dan Bogor. Tujuan diadakannya Pusteling ini yaitu sebagai pengenalan sarana teknologi informasi seperti pengenalan windows office kepada pelajar, koleksi bahan pustaka dalam bentuk digital dari Perpustakaan Nasional RI, jurnal online yang dapat diakses langsung serta sarana penelusuran OPAC Perpustakaan Nasional RI sehingga apabila pemustaka Pusteling ingin mencari koleksi bahan pustaka di Perpustakaan Nasional RI, pemustaka telah mengetahui bahan pustaka apa yang ingin dibaca dan telah mempunyai nomor panggil buku, sehingga dia dapat langsung menuju lokasi bahan pustaka tanpa melalui lokasi penelusuran katalog terlebih dahulu. Apabila tujuan dari pengadaan layanan Perpustakaan Elektronik Keliling tersebut terpenuhi maka dapat dikatakan bahwa layanan Pusteling telah berhasil berjalan dengan baik. 3.3 Perumusan Solusi Masalah Pada pembetukkan hierarki prioritas tingkat keberhasilan Pusteling, kriteria dan sub kriteria analisa diperoleh melalui studi literatur dan studi pada layanan Pusteling. Langkah selanjutnya yaitu merumuskan faktor internal dan eksternal layanaan Pusteling yang kemudian dianalisa dengan menggunakan penyebaran kuesioner. Berdasarkan hal tersebut maka terdapat empat kriteria utama dalam menganalisa prioritas kriteria tingkat keberhasilan Pusteling, dimana masingmasing kriteria utama terdiri dari beberapa subkriteria. Pembahasan tiap kriteria dan subkriteria serta penilaiannya disajikan dalam Gambar 2. Tujuan: Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pusteling Kriteria: Kelembagaan (Perpustakaan Nasional RI) Teknologi Pusteling Sosial Wilayah Subkriteria: 1. Manajemen Pusteling 2. Petugas Pusteling (SDM) 1. Keras 2. Lunak 3. Jaringan 1. Kebutuhan Pemustaka 2. Kuantitas Pemustaka 1. Geografis Lokasi Pusteling 2. Cuaca/ Kondisi Alam Gambar 2 Diagram Hierarki Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pusteling.

48 33 Adapun penjelasan dari masing-masing kriteria dan subkriteria hierarki tersebut adalah sebagai berikut: A. Kriteria Kelembagaan Kelembagaan merupakan faktor penting dalam pelaksanaan layanan Pusteling karena merupakan tempat pengadaan, pengawasan, serta pengelolaan yang mengatur pelayanan Pusteling. Kriteria kelembagaan dibagi menjadi 2 (dua) subkriteria berdasarkan hasil studi literatur dan pengamatan di lapangan, yaitu: (1) Subkriteria Manajemen Pusteling Salah satu faktor yang penting dalam pelaksanaan layanan adalah birokrasi atau regulasi yang efektif dan efisien. Regulasi seperti perubahan jadwal layanan kunjungan kelokasi baru merupakan salah satu bentuk birokrasi yang panjang dan berbelit-belit sangatlah tidak efektif dan tidak efisien. Pihak manajemen yang tanggap akan permasalahan yang timbul selama proses pelaksanaan layanan Pusteling, akan sangat membantu proses keberhasilan dari layanan tersebut. Kebijakan pemerintah dibidang pendidikan serta perpustakaan memiliki peranan penting dalam pelaksanaan pelayanan, karena merupakan pedoman/ payung segala sesuatu yang berkaitan dengan teknis pelaksanaan, pengelolaan, pembinaan, pengawasan dan pengembangan layanan Pusteling. Dukungan dana anggaran juga penting karena untuk menunjang keberlangsungan operasional Pusteling. (2) Subkriteria Petugas Pusteling (SDM) Petugas yang terjun langsung pada layanan Pusteling dapat dikatakan sebagai ujung tombak keberhasilan layanan Pusteling, hal tersebut dikarenakan apabila petugas yang dapat memenuhi kriteria pemenuhan kepuasan pemustaka maka hal tersebut juga menentukan tingkat keberhasilan layanan Pusteling. Kriteria tersebut seperti petugas yang ramah, mempunyai pengetahuan dasar tentang teknologi informasi, dan tepat dalam menentukan kata kunci untuk penelusuran bahan pustaka yang ada di OPAC online Perpustakaan Nasional RI, sehingga mereka dapat melakukan proses penelusuran bahan pustaka melalui layanan Pusteling dan sesampainya di Perpustakaan Nasional RI mereka dapat langsung menuju tempat peminjaman bahan pustaka.

49 34 B. Kriteria Teknologi Pusteling Kriteria ini mencakup pemilihan perangkat keras, perangkat lunak, dan perangkat jaringan yang baik agar dapat mendukung keberhasilan dari layanan Pusteling. (1) Subkriteria Keras Fasilitas fisik untuk mendukung layanan Pusteling menurut Astra International dalam spesifikasi kendaraan Pusteling antara lain: a. 11 Laptop HP Compaq 510 dimana 10 unit untuk mengakses dan 1 unit lainnya untuk petugas. b. LCD Proyektor BenQ infocus MP522 Lumens 2000 c. Screen Dispaly d. Scanner e. Printer HP Deskjet D2500 f. Modem Huawey HSDPA g. Fotokopi h. DVD player i. Meja komputer dan laptop j. Kursi yang nyaman k. AC kendaraan merek Termo King Roof Top Ducting dan blower AC Coleman ¾ PK l. AC indoor merek Daikin 2 PK m. Kamera CCTV n. Rak untuk menyimpan koleksi digital (2) Subkriteria Lunak Sebuah server Hawlet Packard ML 350 G series yang difungsikan sebagai server komunikasi dan repositori bahan multimedia, dan perangkat lunak instal windows 2007 original untuk 11 laptop yang dimiliki oleh layanan Pusteling. (3) Subkriteria Jaringan Pusteling menggunakan sambungan 3G dengan memanfaatkan jasa sambungan internet dari PT. Indosat dan Excelcom. Untuk wilayah yang

50 35 berada tidak jauh dari Jakarta sambungan dalam kondisi baik, namun apabila agak jauh dari Jakarta atau diluar Jakarta, maka kualitasnya makin berkurang. Pusteling jika dipandang perlu, dapat juga memanfaatkan sambungan internet dial up dengan memanfaatkan sambungan telepon di sekolah yang disediakan oleh PT. Telkom. Untuk memperkuat catu atau hasil daya listrik Pusteling menggunakan generator set listrik portabel. C. Kriteria Sosial Kondisi sosial merupakan faktor penentu dalam keberhasilan layanan Pusteling, adapun faktor-faktor sosial tersebut meliputi: (1) Subkriteria Kebutuhan Pemustaka Pemenuhan kebutuhan pemustaka yang harus diperhatikan antara lain yaitu: a. Prasarana seperti laptop, AC, kursi berukuran kecil yang disediakan untuk pemustaka. b. Tempat menunggu (antrian) diluar terkadang kurang nyaman. c. Literasi informasi atau ketepatan kata kunci yang tepat yang disarankan oleh petugas dalam penelusuran. d. Kecepatan atau waktu minimalis dalam proses menunggu hasil dari penelusuran. e. Koleksi digital yang dibawa sesuai dengan permintaan pemesanan oleh pemustaka. f. Perlu adanya seleksi (filter) dalam akses penelusuran internet untuk alasan pendidikan bagi pemustaka yang menggunakan layanan itu. (2) Subkriteria Kuantitas Pemustaka Kuantitas pemustaka dapat meningkat apabila kebutuhan pemustaka terpenuhi pada saat mengunakan layanan perpustakaan, sehingga pemustaka dapat merasa puas akan layanan perpustakaan dan dapat menambah frekuensi kunjungannya untuk layanan Pusteling. Terselenggaranya pelayanan yang memuaskan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu: a. Pengadaan koleksi pustaka dalam bentuk digital yang sesuai dengan kebutuhan pelajar dan tersusun baik. b. Tempat, dalam hal ini bus layanan yang nyaman.

51 36 c. Petugas yang memberikan pelayanan yang efisien selain itu petugas dituntut untuk bersikap sopan, ramah dan komunikatif terhadap pemustaka layanan. d. Waktu pelayanan yang diberikan sesuai dengan waktu tunggu selama menanti giliran atau antrian. D. Kriteria Wilayah Kriteria ini mencakup georafis lokasi pusteling dan cuaca/ kondisi alam yang dilalui oleh layanan Pusteling. (1) Subkriteria Geografis Lokasi Pusteling Layanan Pusteling dalam memberikan layanan tidak hanya melayani untuk Jakarta tetapi juga memberikan pelayanan untuk daerah Bekasi, Bogor, dan Tangerang, dan geografis lokasi serta jarak menuju lokasi adalah salah satu faktor yang sangat menentukan waktu kunjungan. Apabila jarak tempuh menuju lokasi layanan Pusteling dekat dengan Perpustakaan Nasional RI maka waktu yang dibutuhkan untuk menempuh jarak juga tidak lama sehingga waktu untuk memberikan layanan Pusteling dapat lebih lama dan efisien. Hal lain yaitu tempat dari lokasi layanan seperti halaman sekolah yang datar dan lapang, pintu gerbang yang tinggi dan lebar sehingga memudahkan keluar masuknya bus Pusteling, serta pihak sekolah yang koorperatif pada lokasi layanan Pusteling, merupakan faktor penting dalam menentukan keberhasilan Pusteling. (2) Subkriteria Cuaca/ Kondisi Alam Iklim dan Cuaca juga mempunyai andil dalam menentukan tingkat kunjungan pada layanan Pusteling. Kegiatan layanan Pusteling berlokasi di luar ruangan sehingga kegiatan pelaksanaannya sangat tergantung oleh faktor cuaca, salah satu alasannya yaitu: a. Cuaca yang tidak mendukung (panas, hujan dan dingin), mengakibatkan pelajar lebih memilih menghabiskan waktu istirahat mereka untuk melakukan kegiatan lainnya seperti pergi ke kantin atau berdiam di kelas.

52 37 b. Bus Pusteling biasanya ditempatkan di lapangan terbuka dan tidak memiliki perlindungan dari hujan, maka akses menuju lokasi layanan dapat beresiko terhalang oleh hujan. 3.4 Penyusunan Kuesioner Survei Kuesioner diberikan kepada pemustaka layanan Pusteling, dimana kuesioner yang dibagikan untuk pemustaka dilakukan secara kebetulan ketika pemustaka melakukan pelayanan pada layanan Perpustakaan Elektronik Keliling (Pusteling). Bentuk kuesioner yang akan disebarkan antara lain terdapat pada lampiran Survei Lapangan Survei lapangan yang dilakukan untuk penelitian ini meliputi penentuan populasi dan sampel serta teknik pengumpulan data yaitu sebagai berikut: 1. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pemustaka Pusteling. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan sampling by accident yakni yang memberikan kesempatan yang sama untuk diambil kepada setiap elemen dengan cara pengambilan sampel secara kebetulan, dengan pemustaka pelajar SMU sederajat di wilayah DKI Jakarta yang dilakukan pada tanggal Februari dan Februari Jumlah pelajar SMU yang didapat selama waktu pengambilan sampel penelitian yaitu sebanyak 110 pelajar. Adapun lokasi penyebaran kuesioner disajikan pada Gambar 3. B E D C A F G

53 38 Gambar 3 Lokasi Layanan Pusteling Pada Saat Penyebaran Kuesioner (A. SMUN. 77; B. SMKN. 11; C. STM Poncol; D. SMUN. 1; E. SMKN. 27; F. SMK Satya Bhakti I; dan G. SMK Satya Bhakti II). Karakteristik pemustaka pusteling dari ketujuh sekolah yang menjadi sampel penelitian ini disajikan dalam Gambar SMU N. 77 SMK N. 11 Jumlah Laki-laki Jumlah Perempuan SMK Poncol SMU N. 1 SMK N. 27 SMK Satya Bhakti I SMK Satya Bhakti II Gambar 4 Karakteristik Sampel Penelitian. 2. Teknik Pengumpulan Data Metode yang digunakan untuk pengumpulan data informasi yang diperlukan dalam penelitian ini adalah: 1. Studi literatur yaitu dilakukan dengan mengumpulkan literatur yang terkait dengan konsep dan praktek penyebaran informasi melalui Pusteling. 2. Pengumpulan data melalui penyebaran kuesioner untuk memperoleh data yang dapat menjelaskan maupun menjawab pertanyaan penelitian tentang layanan Pusteling. 3.6 Teknik Pengolahan Data Teknik pengolahan data untuk penelitian ini terdapat dalam kerangka penelitian seperti pada Gambar 5 berikut:

54 39 Fakta Keadaan yang Diharapkan Adanya Permasalahan internal dan eksternal Pusteling: - Lemahnya manajemen - Jumlah bus bus kurang - Koneksi jaringan yang tidak stabil. Mengakibatkan: - Birokrasi yang tidak efektif dan efisian - Minimnya Jumlah pemustaka - Pelayanan yang tidak maksimal. Terwujudnya tujuan pengadaan Pusteling: - Meningkatkan pengetahuan pemustaka Pusteling dalam hal penggunaan informasi berbasis Teknologi Informasi khususnya untuk para pelajar. - Dukungan Manajemen - Kuantitas pemustaka meningkat. - Pelayanan Pusteling yang maksimal. Tujuan: Mengetahui faktor permasalahan yang mempengaruhi keberhasilan Pusteling. Diidentifikasikan melalui faktor internal dan faktor eksternal. Studi Literatur dan Data Hasil Kuesioner Metode Proses Hierarki analitik (PHA) Hasil: Memberi gambaran sejauhmana keberhasilan layanan Pusteling dan faktor yang mempengaruhi keberhasilannya. Kesimpulan dan Saran Gambar 5 Kerangka Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode Proses Hierarki Analitik. Metode tersebut dipilih untuk penelitian ini dengan alasan bahwa metode Proses Hierarki Analitik dapat digunakan dalam penyelesaian permasalahan yang kompleks atau tidak berkerangka di mana data dan informasi statistik dari masalah yang dihadapi sangat sedikit, dan data yang didasarkan atas persepsi, pengalaman dan intuisi. Jadi masalah tersebut dapat dirasakan, diamati, dengan kelengkapan data numerik dari perhitungan dengan menggunakan metode Proses Hierarki Analitik. Menurut Saaty, ada tiga prinsip dalam memecahkan persoalan dengan PHA, yaitu prinsip menyusun hierarki (decomposition), prinsip menentukan prioritas (comparative judgement), dan prinsip konsistensi logis (logical consistency).

55 40 1. Menyusun Hierarki Hierarki yang dimaksud adalah hierarki dari permasalahan yang akan dipecahkan untuk mempertimbangkan kriteria-kriteria atau komponen-komponen yang mendukung pencapaian tujuan. Proses menentukan tujuan dan hierarki tujuan, perlu diperhatikan apakah kumpulan tujuan beserta kriteria-kriteria yang bersangkutan tepat untuk persoalan yang dihadapi. Memilih kriteria-kriteria pada setiap masalah pengambilan keputusan perlu memperhatikan kriteria-kriteria sebagai berikut: a. Lengkap Kriteria harus lengkap sehingga mencakup semua aspek yang penting, yang digunakan dalam mengambil keputusan untuk pencapaian tujuan. b. Operasional Operasional dalam artian bahwa setiap kriteria ini harus mempunyai arti bagi pengambil keputusan, sehingga benar-benar dapat menghayati terhadap alternatif yang ada, disamping terhadap sarana untuk membantu penjelasan alat untuk berkomunikasi. c. Tidak berlebihan Menghindari adanya kriteria yang mengandung pengertian yang sama. d. Minimum Jumlah kriteria diusahakan seminimal mungkin untuk mempermudah pemahaman terhadap persoalan, serta menyederhanakan persoalan dalam analisis. 2. Menentukan Prioritas Prinsip pertimbangan komparatif (comparative judgement) berarti membuat penilaian tentang kepentingan relatif dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkat yang diatasnya. Penilaian ini merupakan inti dari PHA, karena akan berpengaruh terhadap prioritas elemen-elemen. Hasil dari penilaian ini akan ditempatkan dalam bentuk matriks yang dinamakan matriks pairwise comparison. Dalam melakukan penilaian terhadap elemen yang diperbandingkan terdapat tahapan sebagai berikut: a. Elemen mana yang lebih (penting/ disukai/ berpengaruh/ lainnya). b. Berapa kali sering (penting/ disukai/ berpengaruh/ lainnya).

56 41 Agar diperoleh skala yang bermanfaat ketika membandingkan dua elemen, maka perlu dipahami tujuan yang diambil secara umum. Penyusunan skala kepentingan, Saaty menggunakan patokan seperti tercantum pada Tabel 10. Tabel 10 Skala Penilaian untuk Pengisian Kuesioner Intensitas Kepentingannya Definisi Penjelasan 1 Kedua elemen sama pentingnya Dua elemen menyumbangnya sama besar pada sifat itu 3 Elemen yang satu sedikit lebih penting ketimbang yang lain Pengalaman dan pertimbangan sedikit menyokong satu elemen atas yang lainnya 5 Elemen yang satu esensial atau sangat penting ketimbang elemen yang lainnya 7 Satu elemen jelas lebih penting dari elemen yang lainnya 9 Satu elemen mutlak lebih penting ketimbang elemen yang lainnya Nilai-nilai diantara dua pertimbangan yang berdekatan Kebalikan Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka bila dibandingkan dengan suatu aktivitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya bila dibandingkan dengan aktivitas i 3. Menentukan Konsistensi Logis Pengalaman dan pertimbangan dengan kuat menyokong satu elemen atas elemen yang lainnya Satu elemen dengan kuat disokong, dan dominannya telah terlihat dalam praktek Bukti yang menyokong elemen yang satu atas yang lain memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan Kompromi diperlukan antara dua pertimbangan Konsistensi memiliki dua makna, pertama adalah objek yang serupa dapat dikelompokkan sesuai dengan keseragaman dan relevansi. Arti kedua adalah menyangkut tingkat hubungan antara objek yang didasarkan pada kriteria tertentu. PHA dapat digunakan dalam memecahkan berbagai masalah diantaranya untuk mengalokasikan sumber daya, analisis keputusan manfaat atau biaya, menentukan peringkat beberapa alternatif, melaksanakan perencanaan ke masa depan yang diproyeksikan dan menetapkan prioritas pengembangan suatu unit usaha dan permasalahan kompleks lainnya. Langkah awal dari PHA dapat diringkas dalam penjelasan yaitu menyusun matriks perbandingan serta menyusun matriks perbandingan hasil normalisasi yang disajikan pada Tabel 11. Tabel 11 Matriks Perbandingan dan Hasil Normalisasi Matriks Hasil Perbandingan C A1 A2. A n A1 A11 A 12. A 1n A2 A21 A22. A 2n..... A n An1 An2. A nn Hasil Normalisasi

57 42 Melakukan pengujian konsistensi terhadap perbandingan antar elemen yang didapatkan pada tiap tingkat hierarki. Konsistensi perbandingan ditinjau dari per matriks perbandingan dan keseluruhan hierarki untuk memastikan bahwa urutan prioritas yang dihasilkan didapatkan dari suatu rangkaian perbandingan yang masih berada dalam batas-batas preferensi yang logis. Setelah melakukan perhitungan bobot elemen, langkah selanjutnya adalah melakukan pengujian konsistensi matriks. Perhitungan ini diperlukan bantuan Tabel Indeks Acak (Random Index/ RI) dimana nilai setiap ordo matriks disajikan pada Tabel 12. Tabel 12 Indeks Acak (Random Index) Urutan Matriks (RI) Langkah selanjutnya tetap menggunakan matriks diatas, pendekatan yang digunakan dalam pengujian konsistensi matriks perbandingan adalah: a. Melakukan perkalian antara bobot subkriteria dengan nilai awal matriks & membagi jumlah perkalian bobot subkriteria & nilai awal matriks dengan bobot untuk mendapatkan nilai eigen. b. Mencari nilai matriks yang merupakan nilai rata-rata dari nilai eigen yang didapatkan dari perhitungan sebelumnya. λ Maks = (Penjumlahan nilai eigen) / N c. Mencari nilai Indeks Konsistensi (Consistency Index/ CI) CI = (λ Maks N) / (N-1) dengan N adalah jumlah elemen dalam matriks d. Mencari nilai Rasio Konsistensi (Consistency Ratio/ CR) CR = CI / RI Matriks perbandingan disebut konsisten jika nilai CR < 10%

58 43 BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISA 4.1 PEMBAHASAN Dalam bab ini akan diuraikan mengenai hasil penelitian yang dilakukan dalam rangka mengetahui tingkat keberhasilan Perpustakaan Elektronik Keliling (Pusteling) dengan menggunakan metode Proses Hierarki Analitik (PHA). Metode PHA digunakan karena untuk mendapatkan faktor dan variabel prioritas dengan ranking tertinggi untuk masing-masing permasalahan yang ada. Permasalahan tersebut yaitu dari sisi kelembagaan, teknologi, sosial serta wilayah Pusteling. Tahapan PHA yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Penyusunan Hierarki Hierarki adalah bagian dari tahapan PHA yang sangat penting, oleh karena penyusunan hierarki bertujuan untuk memberi penilaian/ pendapat secara sederhana. Sistem yang kompleks dapat dengan mudah dipahami menggunakan hierarki karena akan dipecah menjadi berbagai elemen yang menjadi elemenelemen pokoknya, kemudian menyusun elemen tersebut secara hierarki. 2. Penyusunan Kuesioner dan Penentuan Responden Kuesioner disusun berdasarkan struktur hierarki yang telah disusun terlebih dahulu dengan membendingkan masing-masing elemen secara berpasangpasangan. Data kuesioner dapat dijadikan sebagai data primer dalam analisa. Daftar kuesioner PHA yamg digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 1. Menentukan responden yang dipilih dalam penelitian ini maka dibatasi kepada seluruh siswa Sekolah Menengah Umum (SMU)/ Kejuruan (SMK) pengguna Pusteling di wilayah Jakarta yang menjadi ruang lingkup/ wilayah tugas dari Pusteling. SMU/ SMK yang dipilih menjadi responden dalam penelitian ini disajikan dalam Tabel 13.

59 44 Tabel 13 Data Responden No. Nama Sekolah Tanggal Penyebaran Kuesioner Tk. I Tk. II Tk. III L P L P L P 1 SMU Negeri 77 Kamis, 17 Februari SMK Negeri 11 Jum'at, 18 Februari STM Poncol Senin, 21 Februari Total 4 SMU Budi Utomo (SMU Negeri 1) Selasa, 22 Februari SMK Negeri 27 Selasa, 22 Februari SMK Satya Bhakti I Rabu, 23 Februari SMK Satya Bhakti II Rabu, 23 Februari Jumlah Perhitungan Hasil Kuesioner Data kuesioner yang didapat kemudian dihitung dengan menggunakan Metode PHA dan perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 3. Adapun hasil dari perhitungan tersebut didajikan dalam Tabel 14. Tabel 14 Hasil Pembobotan Global dan Parsial seluruh subkriteria No. Kriteria Subkriteria Bobot Bobot Rasio Global Parsial/ Lokal Konsistensi 1 Kelembagaan % a. Manajemen Pusteling b. Petugas Pusteling Teknologi Pusteling % a. Keras b. Lunak c. Jaringan Sosial % a. Kebutuhan Pemustaka b. Kuantitas Pemustaka Wilayah % a. Geografis Lokasi Pusteling b. Cuaca/ Kondisi Alam Perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa perhitungan dapat dikatakan konsisten dikarenakan telah memenuhi syarat yaitu rasio konsistensi tidak melebihi 0.10 atau 10%. Berikut merupakan gambaran persentase faktor-faktor

60 45 yang mempengaruhi keberhasilan layanan Perpustakaan Elektronik Keliling (Pusteling) yang disajikan dalam Tabel 15 dan Tabel 16. Tabel 15 Persentase faktor yang mempengaruhi keberhasilan layanan Perpustakaan Elektronik Keliling (Pusteling) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pusteling Bobot Lokal Persentase Kelembagaan: Manajemen Pusteling % Kelembagaan: Petugas Pusteling % Teknologi: Keras % Teknologi: Lunak % Teknologi: Jaringan % Sosial: Kebutuhan Pemustaka % Sosial: Kuantitas Pemustaka % Wilayah: Geografis Lokasi Pusteling % Wilayah: Cuaca/ Kondisi Alam % Tabel 16 Pembobotan faktor yang mempengaruhi keberhasilan layanan Pusteling Pembobotan Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pusteling Kriteria Penyusunan Wilayah: Cuaca/ Kondisi Alam 7% 16% Geografis Lokasi Pusteling 9% Manajemen Pusteling 16% Kriteria Penyusunan Kelembagaan: 29% Kuantitas Pemustaka 13% Petugas Pusteling 13% Keras: 9% Kebutuhan Pemustaka 16% Kriteria Penyusunan Sosial: 29% Jaringan: 8% Lunak 8% Kriteria Penyusunan Teknologi Pusteling : 25%

61 ANALISIS Hasil perhitungan data kuesioner yang telah dilakukan sebelumnya, terdapat 4 (empat) faktor yang mempengaruhi keberhasilan Pusteling yaitu kriteria kelembagaan, kriteria sosial, kriteria teknologi dan kriteria wilayah. Setelah didapat pembobotan lokal untuk tiap kriteria, maka kini akan dibahas analisa dari masing-masing prioritas tersebut: 1. Kriteria Prioritas Utama faktor yang mempengaruhi keberhasilan Pusteling Tabel 17 memperlihatkan hasil pembobotan kriteria prioritas utama faktorfaktor yang mempengaruhi keberhasilan Pusteling. Tabel 17 Kriteria Utama yang Mempengaruhi Pusteling Kriteria Bobot Global Prioritas Kelembagaan Teknologi Pusteling Sosial Wilayah Di antara keempat prioritas kriteria utama yang mempengaruhi pusteling, kelembagaan memiliki prosentase terbesar karena ada sebanyak 29.3% dari bobot global. Kelembagaan artinya ditempatkan sebagai prioritas utama oleh responden dalam pembenahan Pusteling. Tempat kedua, ketiga dan keempat ditempati oleh kriteria sosial (29.2%) dan kriteria teknologi Pusteling (24.8%) dan kriteria wilayah (16.7%). Hasil tersebut mengindikasikan bahwa kelembagaan harus didukung dengan sosial dan teknologi Pusteling yang baik, dengan demikian wilayah operasional Pusteling dapat berkembang lebih luas sehingga pemustaka yang dilayani semakin bertambah. 2. Analisis Kelembagaan Pada Tabel 18 memperlihatkan hasil pembobotan global subkriteria terhadap kriteria kelembagaan Pusteling.

62 47 Tabel 18 Subkriteria Kelembagaan Subkriteria Bobot Global Prioritas Manajemen Pusteling Petugas Pusteling Kelembagaan merupakan faktor penting dalam pelaksanaan layanan Pusteling karena merupakan tempat pengadaan, pengawasan, serta pengelolaan yang mengatur pelayanan Pusteling. Subkriteria manajemen Pusteling memiliki bobot terbesar dalam hal kriteria kelembagaan yaitu 16%, hal ini dikarenakan manajemen yang saat ini diterapkan masih terdapat kelemahan. Berdasarkan masukan dari responden didapat kelemahan yang menonjol pada manajemen pusteling yaitu birokrasi, karena sebanyak 49 responden (45%) memilihnya, untuk kebijakan ada 39 responden (35%) yang memilih, sedangkan anggaran/ dana dipilih oleh 22 responden (20%) sebagai kelemahan yang harus segera dibenahi. Salah satu faktor yang penting dalam pelaksanaan layanan adalah regulasi yang efektif dan efisien. Regulasi seperti perubahan jadwal layanan kunjungan ke lokasi baru merupakan salah satu bentuk birokrasi yang panjang dan berbelit-belit sangatlah tidak efektif dan tidak efisien. Pihak manajemen yang tanggap akan permasalahan yang timbul selama proses pelaksanaan layanan Pusteling, akan sangat membantu proses keberhasilan dari layanan tersebut. Manajemen pusteling hendaknya dapat menberikan masukan kepada pihak lembaga penentu kebijakan agar dapat mengeluarkan kebijakan yang menunjang keberhasilan layanan Pusteling, hal tersebut dapat dilandasi dengan kebijakan yang berlaku secara nasional dan ditetapkan melalui perundang-undangan. Kebijakan nasional merupakan hal yang penting dalam penyelenggaraan operasioanal Perpustakaan Elektronik Keliling dalam merumuskan, menetapkan, mengadakan dan menyelenggarakan operasional. Kebijakan tersebut tercantum pada UU No. 43 Tahun 2007 pasal 22 ayat 3 yaitu: Perpustakaan untuk umum yang diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/ kota, kecamatan dan desa mengembangkan sistem layanan perpustakaan berbasis teknologi informasi dan komunikasi.

63 48 Didukung juga oleh No. 43 Tahun 2007 pasal 22 ayat 5 yaitu: Pemerintah, pemerintah provinsi dan atau kabupaten kota melaksanakan layanan perpustakaan keliling bagi daerah yang belum terjangkau oleh layanan perpustakaan menetap. Dukungan Undang-undang tersebut menjadi landasan diadakannya Perpustakaan Elektronik Keliling yang merupakan layanan perpustakaan keliling berbasis teknologi informasi dan komunikasi, dimana sasaran dari pengguna layanan ini difokuskan pada pelajar dari tingkat Sekolah Dasar sampai dengan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA). Kebijakan nasional dengan demikian merupakan payung dari terciptanya sistem dan peraturan yang sinkron serta pembiayaan operasional dan pemeliharaan bus Perpustakaan Elektronik Keliling. Subkriteria lain dari kelembagaan yaitu petugas Pusteling langsung yang menangani layanan Pusteling yang mendapat bobot sebanyak 13%. Petugas yang terjun langsung pada layanan Pusteling dapat dikatakan sebagai ujung tombak keberhasilan layanan Pusteling, hal tersebut dikarenakan apabila petugas yang dapat memenuhi kriteria pemenuhan kepuasan pemustaka maka hal tersebut juga menentukan tingkat keberhasilan layanan Pusteling. Berdasarkan masukan dari responden kualitas petugas mendapatkan 60% atau 66 responden, sedangkan kuantitas petugas dipilih oleh 42 orang responden (60%) sebagai kelemahan yang harus dibenahi. Kualitas petugas yang diharapkan yaitu ramah, mempunyai pengetahuan dasar tentang teknologi informasi, dan tepat dalam menentukan kata kunci (literasi informasi) untuk penelusuran bahan pustaka yang ada di OPAC terpasang Perpustakaan Nasional RI, sehingga mereka dapat melakukan proses penelusuran bahan pustaka non buku melalui layanan Pusteling dan sesampainya di Perpustakaan Nasional RI mereka dapat langsung menuju tempat peminjaman bahan pustaka. Informasi langganan E-resources yang dilanggan oleh Perpustakaan Nasional RI, antara lain seperti Pro-Quest, Gale, Westlaw International, Sage, Ingram, EBSCO serta Lembaran Negara dan Tambahan Lembaran Negara (sejak th s/d 2006). 3. Analisis Sosial Tabel 19 memperlihatkan hasil pembobotan global subkriteria terhadap kriteria sosial dari Pusteling.

64 49 Tabel 19 Subkriteria Sosial Subkriteria Bobot Global Prioritas Kebutuhan Pemustaka Kuantitas Pemustaka Kondisi sosial merupakan faktor penentu dalam keberhasilan layanan Pusteling. Subkriteria sosial kebutuhan pemustaka menjadi point utama yang harus diperhatikan karena mendapat persentase sebanyak 16% sedangkan subkriteria kuantitas pemustaka mendapat persentase sebanyak 13%, oleh karena itu Pusteling perlu memenuhi kebutuhan pemustaka Pusteling, diantaranya perlu adanya penambahan koleksi digital yang dibawa oleh bus pusteling, maupun tampilan OPAC yang kelak mungkin dapat lebih baik dibandingkan dengan yang telah ada saat ini, contohnya yaitu dapat ditampilkannya sampul buku, ringkasan, atau mungkin dapat juga di lihat isi buku tersebut, sehingga dapat dibaca sama seperti koran terpasang, akan tetapi juga perlu dipikirkan mengenai pengamanan fasilitas tersebut, sehingga apabila ada yang ingin mengunduh untuk dicetak tidak diberikan secara gratis, akan tetapi dapat diterapkan sistem berbayar dengan demikian hal ini sesuai dengan Undang-undang hak cipta. Masukan yang didapat dari responden untuk subkriteria kebutuhan pemustaka diketahui bahwa prasarana Pusteling seperti laptop, AC, kursi berukuran kecil yang disediakan untuk pemustaka dipilih oleh 31 responden (28.2%). Tempat menunggu (antrian) diluar terkadang kurang nyaman dipilih sebanyak 27 responden (24.5%). Literasi informasi atau ketepatan kata kunci yang tepat yang disarankan oleh petugas dalam penelusuran dipilih sebanyak 24 responden (21.8%). Kecepatan atau waktu minimalis dalam proses menunggu hasil dari penelusuran dipilih sebanyak 16 responden (14.6%). Koleksi digital yang dibawa sesuai dengan permintaan pemesanan oleh pemustaka dipilih sebanyak 9 responden (8.2%). Perlu adanya seleksi (filter) dalam akses penelusuran internet untuk alasan pendidikan bagi pemustaka yang menggunakan layanan itu dipilih sebanyak 3 responden (2.7%). Subkriteria kuantitas pemustaka atau jumlah pemustaka pusteling dapat meningkat apabila layanan pusteling memperhatikan beberapa hal yaitu

65 50 pengadaan koleksi digital, tempat layanan pusteling, sikap petugas dalam memberikan layanan, dan ketepatan waktu pelayanan. Pengadaan koleksi pustaka dalam bentuk digital yang sesuai dengan kebutuhan pelajar dan tersusun baik dipilih oleh 37 responden (33.7%). Tempat, dalam hal ini bus layanan yang nyaman dipilih oleh 27 responden (24.5%). Petugas yang memberikan pelayanan yang efisien selain itu petugas dituntut untuk bersikap sopan, ramah dan komunikatif terhadap pemustaka layanan dipilih sebanyak 24 responden (21.8%). Waktu pelayanan yang diberikan sesuai dengan waktu tunggu selama menanti giliran atau antrian dipilih sebanyak 22 responden (20%). 4. Analisis Teknologi Pusteling Tabel 20 memperlihatkan hasil pembobotan global subkriteria terhadap kriteria teknologi Pusteling. Tabel 20 Subkriteria Teknologi Pusteling Subkriteria Bobot Global Prioritas Keras Lunak Jaringan keras merupakan subkriteria teknologi Pusteling yang disegerakan untuk dilakukan perbaikan dengan mendapatkan bobot global sebesar 9%. Berdasarkan masukan dari responden diketahui sebanyak 67 responden (61%) menyatakan perlunya penambahan jumlah bus pusteling dan penambahan jumlah notebook karena masih kurang mencukupi mengingat banyaknya jumlah pemustaka yang harus dilayani. lunak dan perangkat jaringan masingmasing mendapat sebanyak 8%. Perbaikan untuk perangkat lunak berdasarkan masukan dari responden mendapat prioritas dari 43 responden (39%) diantaranya yaitu dengan cara di-up grade dengan memakai versi yang terbaru dikarenakan perkembangan di bidang teknologi terutama perangkat lunaknya yang begitu cepat mengalami kemajuan. Contoh dalam hal ini yaitu ketika suatu saat seorang siswa ingin mengunduh sebuah berkas dalam bentuk PDF, siswa tersebut tidak akan dapat membuka

66 51 berkas tersebut dikarenakan perangkat lunak yang terdapat pada laptop Pusteling saat ini masih menggunakan perangkat lunak Adobe versi lama. Pemilihan bus Pusteling pada awal yang berupa truk atau bus dengan roda enam perkembangan dimaksudkan agar dapat menampung segala peralatan elektronik yang ada seperti notebook, server, LCD Projector dan Generator Set di samping agar bus dapat bergerak dengan bebas. Tampilan gambar bus Pusteling menurut laporan spesifikasi kendaraan pusteling (Astra International; 2009) ada pada Gambar 6 dan Gambar 7 berikut: Gambar 6 Tampilan Pusteling Sebelum Pengecatan Striping. Gambar 7 Tampilan Pusteling dengan Striping Luar.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Melihat dari segi sejarahnya, perpustakaan bukan merupakan hal baru di kalangan masyarakat. Hal tersebut karena keberadaan perpustakaan yang saat ini berada di tengah-tengah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN LITERATUR

BAB II TINJAUAN LITERATUR 7 BAB II TINJAUAN LITERATUR Bab ini akan menguraikan konsep yang berkaitan dengan teori yang digunakan sebagai landasan teoritis penelitian ini. Pada pembahasan ini dibagi atas tiga bagian yang terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh kualitas Sumber Daya

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh kualitas Sumber Daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh kualitas Sumber Daya Manusianya. Kualitas Sumber Daya Manusia itu sendiri dapat dikembangkan melalui Pendidikan. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Yusuf (2009:31), sumber-sumber informasi terdiri dari beberapa jenis, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Yusuf (2009:31), sumber-sumber informasi terdiri dari beberapa jenis, yaitu: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Abad 21 ini merupakan era informasi dimana informasi bisa diperoleh di perpustakaan ataupun di sentra-sentra informasi. Dengan masuknya era informasi ini

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYALURAN KREDIT DI BANK UMUM MILIK NEGARA PERIODE TAHUN RENALDO PRIMA SUTIKNO

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYALURAN KREDIT DI BANK UMUM MILIK NEGARA PERIODE TAHUN RENALDO PRIMA SUTIKNO ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYALURAN KREDIT DI BANK UMUM MILIK NEGARA PERIODE TAHUN 2004-2012 RENALDO PRIMA SUTIKNO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

Perpustakaan khusus instansi pemerintah

Perpustakaan khusus instansi pemerintah Standar Nasional Indonesia Perpustakaan khusus instansi pemerintah ICS 01.140.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah dan definisi... 1 3

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 54 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPUSTAKAAN DI KABUPATEN TANGERANG

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 54 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPUSTAKAAN DI KABUPATEN TANGERANG PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 54 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPUSTAKAAN DI KABUPATEN TANGERANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG, Menimbang : a. bahwa untuk membina dan mengembangkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. beberapa ciri yang perlu diketahui oleh masyarakat diantaranya adalah tersedianya

I. PENDAHULUAN. beberapa ciri yang perlu diketahui oleh masyarakat diantaranya adalah tersedianya 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagian besar masyarakat beranggapan bahwa perpustakaan merupakan tempat tumpukan buku tanpa mengetahui pasti ciri dan fungsi perpustakaan. Ada beberapa ciri

Lebih terperinci

Gubernur Jawa Barat DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

Gubernur Jawa Barat DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, 1 Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 81 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPUSTAKAAN DENGAN

Lebih terperinci

MAKALAH PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH DASAR UNTUK KECERDASAN ANAK. Untuk memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester Pengelolaan Perpustakaan Pendidikan

MAKALAH PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH DASAR UNTUK KECERDASAN ANAK. Untuk memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester Pengelolaan Perpustakaan Pendidikan MAKALAH PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH DASAR UNTUK KECERDASAN ANAK Untuk memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester Pengelolaan Perpustakaan Pendidikan Dosen pengampu : Nanik Arkiyah, M.IP Disusun oleh : Anggia Dwi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana. diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana. diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, perpustakaan sebagai

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR NASIONAL PERPUSTAKAAN SEKOLAH DASAR/ MADRASAH IBTIDAIYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA PERPUSTAKAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah merupakan Perpustakaan

BAB I PENDAHULUAN. Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah merupakan Perpustakaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah merupakan Perpustakaan Umum yang melayani masyarakat untuk memberikan informasi tentang ilmu pengetahuan, teknologi maupun budaya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tertentu untuk digunakan pembaca, bukan untuk dijual. (Sulistyo-

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tertentu untuk digunakan pembaca, bukan untuk dijual. (Sulistyo- BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perpustakaan 2.1.1 Pengertian Perpustakaan Perpustakaan adalah sebuah ruangan, bagian sebuah gedung ataupun gedung itu sendiri yang digunakan untuk menyimpan buku dan terbitan

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR NASIONAL PERPUSTAKAAN PROVINSI

PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR NASIONAL PERPUSTAKAAN PROVINSI SALINAN PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR NASIONAL PERPUSTAKAAN PROVINSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK

Lebih terperinci

TEMA PERPUSTAKAAN SEKOLAH SEBAGAI PUSAT SUMBER BELAJAR JUDUL : PERPUSTAKAAN SEBAGAI SUMBER ILMU MAKALAH

TEMA PERPUSTAKAAN SEKOLAH SEBAGAI PUSAT SUMBER BELAJAR JUDUL : PERPUSTAKAAN SEBAGAI SUMBER ILMU MAKALAH TEMA PERPUSTAKAAN SEKOLAH SEBAGAI PUSAT SUMBER BELAJAR JUDUL : PERPUSTAKAAN SEBAGAI SUMBER ILMU MAKALAH Disusun sebagai UJIAN UAS Mata Kuliah : Pengelolaan Perpustakaan Pendidikan Dosen Pengampu : Nanik

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010 NOMOR 4 SERI E

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010 NOMOR 4 SERI E LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010 NOMOR 4 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN LAYANAN PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA

Lebih terperinci

Perpustakaan umum kabupaten/kota

Perpustakaan umum kabupaten/kota Standar Nasional Indonesia Perpustakaan umum kabupaten/kota ICS 01.140.20 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh isi

Lebih terperinci

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 56 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS OTOMASI PERPUSTAKAAN

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 56 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS OTOMASI PERPUSTAKAAN WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 56 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS OTOMASI PERPUSTAKAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PASURUAN, Menimbang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.221, 2014 KEMEN KP. Perpustakaan Khusus. Penyelenggaraan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8/PERMEN-KP/2014 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISA

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISA 43 BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISA 4.1 PEMBAHASAN Dalam bab ini akan diuraikan mengenai hasil penelitian yang dilakukan dalam rangka mengetahui tingkat keberhasilan Perpustakaan Elektronik Keliling (Pusteling)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Profil Perpustakaan Institut Manajemen Telkom

BAB I PENDAHULUAN Profil Perpustakaan Institut Manajemen Telkom BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1. Profil Perpustakaan Institut Manajemen Telkom Perpustakaan IM Telkom merupakan fasilitas yang diperuntukkan bagi mahasiswa dan para dosen IM

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Le

2017, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Le BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.699, 2017 PERPUSNAS. Perpustakaan Kabupaten/Kota. Standar Nasional. PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR NASIONAL

Lebih terperinci

KINERJA PENGAWAS KAPAL PERIKANAN (STUDI KASUS DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA) AHMAD MANSUR

KINERJA PENGAWAS KAPAL PERIKANAN (STUDI KASUS DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA) AHMAD MANSUR KINERJA PENGAWAS KAPAL PERIKANAN (STUDI KASUS DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA) AHMAD MANSUR SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 PERNYATAAN MENGENAI TESIS Dengan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 27 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPUSTAKAAN

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 27 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPUSTAKAAN PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 27 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPUSTAKAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TULUNGAGUNG, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

Penerapan Sistem Otomasi Perpustakaan Untuk Meningkatkan Kinerja Pustakawan di Perpustakaan Pusat Universitas Warmadewa

Penerapan Sistem Otomasi Perpustakaan Untuk Meningkatkan Kinerja Pustakawan di Perpustakaan Pusat Universitas Warmadewa Penerapan Sistem Otomasi Perpustakaan Untuk Meningkatkan Kinerja Pustakawan di Perpustakaan Pusat Universitas Warmadewa Ni Putu Ratih Adnyana Putri 1, I Putu Suhartika 2, Richard Togaranta Ginting 3 Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (bersejarah) ternyata telah dilakukan sejak zaman dahulu kala, dimulai sejak adanya

BAB I PENDAHULUAN. (bersejarah) ternyata telah dilakukan sejak zaman dahulu kala, dimulai sejak adanya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya menulis dan mencatat peristiwa-peristiwa yang dianggap penting (bersejarah) ternyata telah dilakukan sejak zaman dahulu kala, dimulai sejak adanya peradaban

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI 1 BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PENGELOLAAN PERPUSTAKAAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.6. Latar Belakang Masalah Perpustakaan sebagai institusi/organisasi perlu diukur dan dinilai. Karena, perpustakaan sebagai lembaga pengelola dokumentasi dan jasa informasi harus ditangani

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PARIWISATA PANTAI PARANGTRITIS PASCA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI DI KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PARIWISATA PANTAI PARANGTRITIS PASCA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI DI KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PARIWISATA PANTAI PARANGTRITIS PASCA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI DI KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA HARY RACHMAT RIYADI PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN

Lebih terperinci

Evaluasi Pemanfaatan Koleksi (Suatu studi di Badan Perpustakaan Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sulawesi Utara)

Evaluasi Pemanfaatan Koleksi (Suatu studi di Badan Perpustakaan Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sulawesi Utara) Evaluasi Pemanfaatan Koleksi (Suatu studi di Badan Perpustakaan Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sulawesi Utara) Oleh : Stevano Thomas (Nim : NIM. 0908110009) email : stevano.thomas@yahoo.com Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

Perpustakaan khusus instansi pemerintah

Perpustakaan khusus instansi pemerintah Standar Nasional Indonesia Perpustakaan khusus instansi pemerintah ICS 01.140.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah dan definisi... 1 3

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, diperlukan suatu penyelenggaraan pendidikan yang dapat menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara. Dalam Pembukaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan akar dari peradaban sebuah bangsa dan telah menjadi kebutuhan pokok yang harus dimiliki setiap orang agar bisa menjawab tantangan kehidupan.

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR NASIONAL PERPUSTAKAAN DESA/KELURAHAN

PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR NASIONAL PERPUSTAKAAN DESA/KELURAHAN SALINAN PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR NASIONAL PERPUSTAKAAN DESA/KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Andi Wijaya, 2014 Pemanfaatan Internet Pada Perpustakaan Daerah Kabupaten Karawang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Andi Wijaya, 2014 Pemanfaatan Internet Pada Perpustakaan Daerah Kabupaten Karawang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seiring dengan perkembangan pada era globalisasi, kini informasi bisa semakin mudah untuk diakses. Salah satu cara aksesnya adalah dengan menggunakan media

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. berupa Tugas Akhir, Laporan Penelitian, jurnal maupun artikel. Karya tulis ini mengenai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. berupa Tugas Akhir, Laporan Penelitian, jurnal maupun artikel. Karya tulis ini mengenai BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Dalam menyusun Tugas Akhir ini penulis merujuk pada beberapa karya tulis berupa Tugas Akhir, Laporan Penelitian, jurnal maupun artikel. Karya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Glenn Doman dalam bukunya How to Teach your Baby to Read yang dikutip oleh

BAB I PENDAHULUAN. Glenn Doman dalam bukunya How to Teach your Baby to Read yang dikutip oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upaya mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea 4 yakni berbunyi...mencerdaskan kehidupan bangsa

Lebih terperinci

Perpustakaan umum kabupaten/kota

Perpustakaan umum kabupaten/kota Standar Nasional Indonesia Perpustakaan umum kabupaten/kota Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Perpustakaan umum kabupaten/kota... 1 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nia Hastari, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nia Hastari, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perpustakaan perguruan tinggi merupakan salah satu unsur pendukung akademik penting yang tidak dapat terlepas dari kegiatan mahasiswa dalam melaksanakan kegiatan pendidikan,

Lebih terperinci

PEMETAAN BIDANG ILMU BERDASARKAN ARTIKEL JURNAL PENDIDIKAN UNIVERSITAS TERBUKA TAHUN : MENGGUNAKAN ANALISIS CO-WORDS

PEMETAAN BIDANG ILMU BERDASARKAN ARTIKEL JURNAL PENDIDIKAN UNIVERSITAS TERBUKA TAHUN : MENGGUNAKAN ANALISIS CO-WORDS PEMETAAN BIDANG ILMU BERDASARKAN ARTIKEL JURNAL PENDIDIKAN UNIVERSITAS TERBUKA TAHUN 1999 2007: MENGGUNAKAN ANALISIS CO-WORDS M.PANDU RISTIYONO G652060034 MAGISTER TEKNOLOGI INFORMASI Untuk PERPUSTAKAAN

Lebih terperinci

MODEL PERAMALAN HARGA SAHAM DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK TRIANA ENDANG

MODEL PERAMALAN HARGA SAHAM DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK TRIANA ENDANG MODEL PERAMALAN HARGA SAHAM DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK TRIANA ENDANG SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PERPUSTAKAAN USU

BAB II PROFIL PERPUSTAKAAN USU BAB II PROFIL PERPUSTAKAAN USU 2.1 Sejarah Singkat Perpustakaan Perpustakaan USU didirikan pada tahun 1970. Kemudian perpustakaan ini menjadi perpustakaan sentral yang dimulai dengan bergabungnya sejumlah

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR NASIONAL PERPUSTAKAAN KHUSUS

PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR NASIONAL PERPUSTAKAAN KHUSUS SALINAN PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR NASIONAL PERPUSTAKAAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ahmad Muhsin, 2008:15). Menurut Sulistyo-Basuki (1991: 3) perpustakaan

BAB I PENDAHULUAN. Ahmad Muhsin, 2008:15). Menurut Sulistyo-Basuki (1991: 3) perpustakaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perpustakaan sebagai institusi yang menyediakan koleksi bahan pustaka tertulis, tercetak dan terekam, yang didayagunakan untuk keperluan pendidikan, penelitian

Lebih terperinci

TRIANDI CHANDRA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

TRIANDI CHANDRA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR PENERAPAN ISO 9001 DI PERUSAHAAN JASA KONSTRUKSI DAN KONTRIBUSINYA PADA PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) SERTA PENYERAPAN TENAGA KERJA KASUS DI KABUPATEN KAMPAR TRIANDI CHANDRA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

PELABELAN OTOMATIS CITRA MENGGUNAKAN FUZZY C MEANS UNTUK SISTEM TEMU KEMBALI CITRA MARSANI ASFI

PELABELAN OTOMATIS CITRA MENGGUNAKAN FUZZY C MEANS UNTUK SISTEM TEMU KEMBALI CITRA MARSANI ASFI PELABELAN OTOMATIS CITRA MENGGUNAKAN FUZZY C MEANS UNTUK SISTEM TEMU KEMBALI CITRA MARSANI ASFI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya terdapat suatu organisasi yang menyediakan layanan-layanan dan

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya terdapat suatu organisasi yang menyediakan layanan-layanan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perpustakaan merupakan sebuah gedung yang didesain secara khusus yang didalamnya terdapat suatu organisasi yang menyediakan layanan-layanan dan fasilitas sebagaimana

Lebih terperinci

Kepala Badan Perpustakaan dan Kearsipan. Ir. GENTUR PRIHANTONO SP. MT PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR

Kepala Badan Perpustakaan dan Kearsipan. Ir. GENTUR PRIHANTONO SP. MT PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR Kepala Badan Perpustakaan dan Kearsipan Ir. GENTUR PRIHANTONO SP. MT PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR BADAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN Jl. Menur Pumpungan 32, Telp. (031) 5947830, Fax. (031) 5921055 E-mail:

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PERPUSTAKAAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PERPUSTAKAAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PERPUSTAKAAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan publik dibidang perpustakaan, diselenggarakan atas

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan publik dibidang perpustakaan, diselenggarakan atas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perpustakaan Umum Daerah adalah institusi lembaga pemerintah yang memberikan pelayanan publik dibidang perpustakaan, diselenggarakan atas pembelajaran sepanjang hayat

Lebih terperinci

PERPUSTAKAAN SEKOLAH SEBAGAI SARANA PUSAT SUMBER BELAJAR

PERPUSTAKAAN SEKOLAH SEBAGAI SARANA PUSAT SUMBER BELAJAR PERPUSTAKAAN SEKOLAH SEBAGAI SARANA PUSAT SUMBER BELAJAR Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengelolaan Perpustakaan Pendidikan Dosen Pengampu: Nanik Arkiyah, M.IP Di Susun Oleh : Yolan Dari ( 1300005121)

Lebih terperinci

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PERPUSTAKAAN UMUM KABUPATEN TEMANGGUNG

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PERPUSTAKAAN UMUM KABUPATEN TEMANGGUNG BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PERPUSTAKAAN UMUM KABUPATEN TEMANGGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG,

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA TINGKAT KUNJUNGAN DI PERPUSTAKAAN DINAS PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN KOTA PADANG

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA TINGKAT KUNJUNGAN DI PERPUSTAKAAN DINAS PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN KOTA PADANG FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA TINGKAT KUNJUNGAN DI PERPUSTAKAAN DINAS PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN KOTA PADANG Rahimah Hayuni 1, Nurizzati 2 Program Studi Informasi Perpustakaan dan Kearsipan

Lebih terperinci

ANALISA KEPUASAN PENGELOLA DAN PENGGUNA LAYANAN PERTANAHAN DALAM KERANGKA PEMBANGUNAN KEPERCAYAAN MASYARAKAT

ANALISA KEPUASAN PENGELOLA DAN PENGGUNA LAYANAN PERTANAHAN DALAM KERANGKA PEMBANGUNAN KEPERCAYAAN MASYARAKAT ANALISA KEPUASAN PENGELOLA DAN PENGGUNA LAYANAN PERTANAHAN DALAM KERANGKA PEMBANGUNAN KEPERCAYAAN MASYARAKAT PADA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA Oleh : DENI PRASETYO PROGRAM STUDI MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 31 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Prosedur Penelitian Penelitian akan mempelajari faktor-faktor apa sajakah dan sebesar apakah dampaknya bagi keberhasilan yang dicapai oleh Perpustakaan Elektronik Keliling

Lebih terperinci

KERJASAMA ANTAR PERPUSTAKAAN DI LINGKUNGAN IPB 1

KERJASAMA ANTAR PERPUSTAKAAN DI LINGKUNGAN IPB 1 KERJASAMA ANTAR PERPUSTAKAAN DI Pendahuluan LINGKUNGAN IPB 1 Oleh: Ir. Abdul Rahman Saleh, M.Sc. 2 Institut Pertanian Bogor (IPB) adalah salah satu universitas terkemuka di Indonesia. IPB mempunyai tiga

Lebih terperinci

BUPATI PURWAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 8 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI PURWAKARTA,

BUPATI PURWAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 8 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI PURWAKARTA, 1 BUPATI PURWAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 8 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPUSTAKAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWAKARTA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

PEMETAAN BIDANG ILMU BERDASARKAN ARTIKEL JURNAL PENDIDIKAN UNIVERSITAS TERBUKA TAHUN : MENGGUNAKAN ANALISIS CO-WORDS

PEMETAAN BIDANG ILMU BERDASARKAN ARTIKEL JURNAL PENDIDIKAN UNIVERSITAS TERBUKA TAHUN : MENGGUNAKAN ANALISIS CO-WORDS PEMETAAN BIDANG ILMU BERDASARKAN ARTIKEL JURNAL PENDIDIKAN UNIVERSITAS TERBUKA TAHUN 1999 2007: MENGGUNAKAN ANALISIS CO-WORDS M.PANDU RISTIYONO G652060034 MAGISTER TEKNOLOGI INFORMASI Untuk PERPUSTAKAAN

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Le

2017, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Le No.698, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERPUSNAS. Perpustakaan Kecamatan. Standar Nasional. PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR NASIONAL

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 23 2014 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG LAYANAN PERPUSTAKAAN UMUM DAERAH PADA KANTOR PERPUSTAKAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENYEBARAN INFORMASI DI BIDANG PERTANIAN MELALUI PERPUSTAKAAN DIGITAL

EFEKTIVITAS PENYEBARAN INFORMASI DI BIDANG PERTANIAN MELALUI PERPUSTAKAAN DIGITAL EFEKTIVITAS PENYEBARAN INFORMASI DI BIDANG PERTANIAN MELALUI PERPUSTAKAAN DIGITAL (Kasus Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian) SITI MARYAM SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

MANAJEMEN RISIKO DI PERUSAHAAN BETON (STUDI KASUS UNIT READYMIX PT BETON INDONESIA) MUAMMAR TAWARUDDIN AKBAR

MANAJEMEN RISIKO DI PERUSAHAAN BETON (STUDI KASUS UNIT READYMIX PT BETON INDONESIA) MUAMMAR TAWARUDDIN AKBAR MANAJEMEN RISIKO DI PERUSAHAAN BETON (STUDI KASUS UNIT READYMIX PT BETON INDONESIA) MUAMMAR TAWARUDDIN AKBAR SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Fungsi tersebut adalah sebagai sarana simpan karya manusia, fungsi informasi,

Bab I Pendahuluan. Fungsi tersebut adalah sebagai sarana simpan karya manusia, fungsi informasi, Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Selama berabad-abad keberadaan perpustakaan tetap dipertahankan karena perpustakaan mempunyai fungsi yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat. Fungsi tersebut adalah

Lebih terperinci

2015 KONTRIBUSI KEBIJAKAN PENGADAAN KOLEKSI SIRKULASI TERHADAP PENINGKATAN FREKUENSI PEMINJAMAN BAHAN PUSTAKA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS

2015 KONTRIBUSI KEBIJAKAN PENGADAAN KOLEKSI SIRKULASI TERHADAP PENINGKATAN FREKUENSI PEMINJAMAN BAHAN PUSTAKA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Perpustakaan merupakan sumber informasi bagi seluruh masyarakat harus dapat mengelola informasi sebaik-baiknya, apalagi dengan meledaknya perkembangan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

PENDIDIKAN PEMUSTAKA DI PERPUSTAKAAN STAIN PEKALONGAN (Junaeti, S.Sos)

PENDIDIKAN PEMUSTAKA DI PERPUSTAKAAN STAIN PEKALONGAN (Junaeti, S.Sos) PENDIDIKAN PEMUSTAKA DI PERPUSTAKAAN STAIN PEKALONGAN (Junaeti, S.Sos) A. LATAR BELAKANG Perpustakaan di perguruan tinggi memegang peranan yang penting karena membantu perguruan tinggi untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ataupun gudang penyimpanan buku yang hanya berfungsi untuk menampung. buku-buku tanpa dimanfaatkan semaksimal mungkin.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ataupun gudang penyimpanan buku yang hanya berfungsi untuk menampung. buku-buku tanpa dimanfaatkan semaksimal mungkin. digilib.uns.ac.id 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Perpustakaan Banyak orang yang salah mengartikan tentang apa itu perpustakaan, fungsi dan peranan perpustakaan bagi kehidupan. Di era saat ini

Lebih terperinci

2015 MENINGKATKAN MINAT BACA MASYARAKAT MELALUI PROGRAM PERPUSERU DALAM PENGELOLAAN TAMAN BACAAN MASYARAKAT BERBASIS INFORMATION TECHNOLOGY

2015 MENINGKATKAN MINAT BACA MASYARAKAT MELALUI PROGRAM PERPUSERU DALAM PENGELOLAAN TAMAN BACAAN MASYARAKAT BERBASIS INFORMATION TECHNOLOGY A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Membaca merupakan langkah awal perjalanan menuju pencerahan. Kegiatan membaca ini juga dapat menciptakan generasi muda yang kreatif, produktif dan inovatif,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perpustakaan sebagai wadah yang menyediakan berbagai referensi dan koleksi sumber informasi merupakan sentral rujukan untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa,

Lebih terperinci

Strategi Pengembangan Perpustakaan Instansi

Strategi Pengembangan Perpustakaan Instansi PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Jl. Tentara Rakyat Mataram No. 29 Yogyakarta. website: bpad.jogjaprov.go.id e-mail: bpad_diy@yahoo.com Jogja Istimewa, Jogja

Lebih terperinci

TRIANDI CHANDRA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

TRIANDI CHANDRA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR PENERAPAN ISO 9001 DI PERUSAHAAN JASA KONSTRUKSI DAN KONTRIBUSINYA PADA PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) SERTA PENYERAPAN TENAGA KERJA KASUS DI KABUPATEN KAMPAR TRIANDI CHANDRA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memegang peranan penting dalam pembangunan suatu bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memegang peranan penting dalam pembangunan suatu bangsa, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia memegang peranan penting dalam pembangunan suatu bangsa, karena kunci keberhasilan pembangunan terletak pada faktor manusia itu sendiri sebagai pelaksananya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perpustakaan adalah salah satu media perantara yang penting menyangkut rantai penyebaran informasi. Dalam perkembangan informasi digital peran perpustakaan adalah

Lebih terperinci

Sarliaji Cayaray, 2014 Model layanan perpustakaan sekolah luar biasa Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

Sarliaji Cayaray, 2014 Model layanan perpustakaan sekolah luar biasa Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi. BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan deskripsi hasil penelitian mengenai model layanan perpustakaan SLB disimpulkan hal-hal sebagai berikut: 1. Kondisi objektif layanan perpustakaan

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR... TAHUN TENTANG PENYELENGGARAAN PERPUSTAKAAN

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR... TAHUN TENTANG PENYELENGGARAAN PERPUSTAKAAN Lampiran II : Surat Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 4009/-075.61 Tanggal 27 September 2016 RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR... TAHUN TENTANG PENYELENGGARAAN PERPUSTAKAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kantor ARPUSDA Kabupaten Wonogiri merupakan gabungan dari Kantor

BAB I PENDAHULUAN. Kantor ARPUSDA Kabupaten Wonogiri merupakan gabungan dari Kantor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kantor ARPUSDA Kabupaten Wonogiri merupakan gabungan dari Kantor Arsip Kabupaten Wonogiri dan Perpustakaan Daerah Kabupaten Wonogiri dengan lokasi Kantor Induk atau

Lebih terperinci

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPUSTAKAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE, Menimbang: a. bahwa perpustakaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi dalam tahun terakhir ini memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap berbagai aspek terutama baik individu, instansi, maupun perusahaan.pemanfaatan

Lebih terperinci

UJIAN AKHIR SEMESTER PENGELOLAAN PERPUSTAKAAN PENDIDIKAN PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR

UJIAN AKHIR SEMESTER PENGELOLAAN PERPUSTAKAAN PENDIDIKAN PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR UJIAN AKHIR SEMESTER PENGELOLAAN PERPUSTAKAAN PENDIDIKAN PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR Disusun oleh : Atha Azaria Dhera Callista 1300005012 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

Lebih terperinci

TUGAS INDIVIDU PERPUSTAKAAN SEKOLAH SEBAGAI PUSAT SUMBER BELAJAR. Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengelolaan Perpustakaan Pendidikan

TUGAS INDIVIDU PERPUSTAKAAN SEKOLAH SEBAGAI PUSAT SUMBER BELAJAR. Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengelolaan Perpustakaan Pendidikan TUGAS INDIVIDU PERPUSTAKAAN SEKOLAH SEBAGAI PUSAT SUMBER BELAJAR Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengelolaan Perpustakaan Pendidikan Dosen Pengampu: Nanik Arkiyah, M.IP Di Susun oleh: Nama : Lita

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH SERAM BAGIAN TIMUR NOMOR 08 TAHUN 2011 TENTANG PERPUSTAKAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERAM BAGIAN TIMUR,

PERATURAN DAERAH SERAM BAGIAN TIMUR NOMOR 08 TAHUN 2011 TENTANG PERPUSTAKAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERAM BAGIAN TIMUR, PERATURAN DAERAH SERAM BAGIAN TIMUR NOMOR 08 TAHUN 2011 TENTANG PERPUSTAKAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERAM BAGIAN TIMUR, Menimbang : a. bahwa guna mewujudkan salah satu fungsi negara yang

Lebih terperinci

KETERKAITAN NILAI TUKAR RUPIAH DENGAN INDEKS SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA. Oleh : Venny Syahmer

KETERKAITAN NILAI TUKAR RUPIAH DENGAN INDEKS SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA. Oleh : Venny Syahmer KETERKAITAN NILAI TUKAR RUPIAH DENGAN INDEKS SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA Oleh : Venny Syahmer PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAN BISNIS SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 SURAT PERNYATAAN Saya

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPUSTAKAAN

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPUSTAKAAN 1 BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPUSTAKAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta I merupakan salah satu unit pelaksana teknis di lingkungan Kementerian Kesehatan yang menyelengarakan

Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta I merupakan salah satu unit pelaksana teknis di lingkungan Kementerian Kesehatan yang menyelengarakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman ini perkembangan teknologi informasi yang berhubungan dengan internet sudah berkembang dengan pesat, setiap lapangan pekerjaan pasti mempunyai sistem yang

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA KANTOR PERPUSTAKAAN DAN ARSIP DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR : 040/871/ KPAD/ 2015

KEPUTUSAN KEPALA KANTOR PERPUSTAKAAN DAN ARSIP DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR : 040/871/ KPAD/ 2015 PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK BARAT KANTOR PERPUSTAKAAN DAN ARSIP DAERAH Jln. Raya BIL Km 21 - Gerung Telp. (0370) 681239 Fax. (0370) 681520 Homepage : http./www.perpustakaandaerah.lombokbaratkab.go.id E-Mail

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Akhir-akhir ini perkembangan informasi yang semakin cepat, menjadikan informasi sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari kebutuhan masyarakat Indonesia.Perkembangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bacaan yang disusun secara sistematis untuk mempermudah pengguna dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bacaan yang disusun secara sistematis untuk mempermudah pengguna dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perpustakaan secara Umum Perpustakaan merupakan tempat atau ruang terkumpulnya buku-buku bacaan yang disusun secara sistematis untuk mempermudah pengguna dalam mencari buku

Lebih terperinci

KINERJA PENGAWAS KAPAL PERIKANAN (STUDI KASUS DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA) AHMAD MANSUR

KINERJA PENGAWAS KAPAL PERIKANAN (STUDI KASUS DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA) AHMAD MANSUR KINERJA PENGAWAS KAPAL PERIKANAN (STUDI KASUS DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA) AHMAD MANSUR SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 PERNYATAAN MENGENAI TESIS Dengan

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA KEUANGAN SATUAN USAHA KOMERSIAL PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM DARSONO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

EVALUASI KINERJA KEUANGAN SATUAN USAHA KOMERSIAL PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM DARSONO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 1 EVALUASI KINERJA KEUANGAN SATUAN USAHA KOMERSIAL PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM DARSONO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jika tidak ada layanan. Layanan perpustakaan merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. jika tidak ada layanan. Layanan perpustakaan merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perpustakaan merupakan sebuah pelayanan, tidak ada perpustakaan jika tidak ada layanan. Layanan perpustakaan merupakan salah satu kegiatan utama yang ada di perpustakaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Winda Monika, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Winda Monika, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN Bab I membahas tentang pendahuluan penelitian. Pendahuluan ini menjelaskan latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Badan Litbang Pertanian) merupakan lembaga penelitian di bawah Kementerian Pertanian RI yang khusus melakukan riset bidang pertanian

Lebih terperinci

PENGARUH SERTIFIKASI GURU TERHADAP KESEJAHTERAAN DAN KINERJA GURU DI KABUPATEN SUMEDANG RIZKY RAHADIKHA

PENGARUH SERTIFIKASI GURU TERHADAP KESEJAHTERAAN DAN KINERJA GURU DI KABUPATEN SUMEDANG RIZKY RAHADIKHA 1 PENGARUH SERTIFIKASI GURU TERHADAP KESEJAHTERAAN DAN KINERJA GURU DI KABUPATEN SUMEDANG RIZKY RAHADIKHA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dila Farida Nurfajriah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dila Farida Nurfajriah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di dunia berkembang sangat pesat dan telah mempengaruhi berbagai bidang kehidupan dan profesi.

Lebih terperinci

KEAKTIFAN PUSTAKAWAN DALAM PEMASYARAKATAN PERPUSDOKINFO GUNA MENINGKATKAN PERKEMBANGAN DAN CITRA POSITIF PERPUSTAKAAN

KEAKTIFAN PUSTAKAWAN DALAM PEMASYARAKATAN PERPUSDOKINFO GUNA MENINGKATKAN PERKEMBANGAN DAN CITRA POSITIF PERPUSTAKAAN KEAKTIFAN PUSTAKAWAN DALAM PEMASYARAKATAN PERPUSDOKINFO GUNA MENINGKATKAN PERKEMBANGAN DAN CITRA POSITIF PERPUSTAKAAN 1 Ane Dwi Septina 1 Pustakawan Pertama, Perpustakaan R.I Ardi Koesoema Sekretariat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan survei yang dilakukan oleh United Nations Development Program ( UNDP ) pada 2007, menempatkan Human Development Index ( HDI ) Indonesia pada ranking

Lebih terperinci

TUGAS. Oleh : MEI ZAQI HILDAYANA

TUGAS. Oleh : MEI ZAQI HILDAYANA TUGAS MANAJEMEN PEMASARAN JASA PERPUSTAKAAN PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMBENTUKAN CITRA PERPUSTAKAAN Oleh : MEI ZAQI HILDAYANA 07540021 PRODI ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perguruan tinggi yang berfungsi menyediakan serta menyebarluaskan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perguruan tinggi yang berfungsi menyediakan serta menyebarluaskan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Perpustakaan Perguruan Tinggi Perpustakaan Perguruan Tinggi merupakan perpustakaan yang terdapat pada perguruan tinggi yang berfungsi menyediakan serta menyebarluaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Promosi Dan Minat Baca Terhadap Kunjungan Pemustaka Ke Perpustakaan SD SALMAN AL FARISI Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Promosi Dan Minat Baca Terhadap Kunjungan Pemustaka Ke Perpustakaan SD SALMAN AL FARISI Bandung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perpustakaan adalah suatu lembaga tempat menyimpan, mengolah, mengelola dan merawat bahan pustaka baik berupa buku atau bahan pustaka lainnya. Unsurunsur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perpustakaan pada umumnya sering kita jumpai di sekolah-sekolah maupun di

BAB I PENDAHULUAN. Perpustakaan pada umumnya sering kita jumpai di sekolah-sekolah maupun di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perpustakaan pada umumnya sering kita jumpai di sekolah-sekolah maupun di sebuah perguruan tinggi, tetapi ketika perpustakaan hanya berada di sekolah-sekolah

Lebih terperinci