UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN FAKULTAS HUKUM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN FAKULTAS HUKUM"

Transkripsi

1 UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN FAKULTAS HUKUM Terakreditasi Berdasarkan Keputusan Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi Nomor: 429/SK/BAN-PT/Akred/S/XI/2014 Analisis Yuridik Tanggung Jawab Apoteker, Konsumen dan Pengemudi Dalam Transaksi Go- Med Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata OLEH Nama Penyusun : Prabawati Claraningtyas NPM : PEMBIMBING I Djaya Sembiring Meliala, S.H., M.H. PEMBIMBING II Aluisius Dwi Rachmanto, S.H., M.Hum. Penulisan Hukum Disusun Sebagai Salah Satu Kelengkapan Untuk Menyelesaikan Program Pendidikan Sarjana Program Studi Ilmu Hukum 2017

2 Disetujui Untuk Diajukan Dalam Sidang Ujian Penulisan Hukum Fakultas Hukum Universitas Katolik Parahyangan Pembimbing I (Djaya Sembiring Meliala, S.H., M.H.) Pembimbing II (Aluisius Dwi Rachmanto, S.H., M.Hum.) Dekan, (Dr. Tristam Pascal Moeliono, S.H.,M.H.,LL.M.) i

3 PERNYATAAN INTEGRITAS AKADEMIK Dalam rangka mewujudkan nilai-nilai ideal dan standar mutu akademik yang setinggi-tingginya, maka Saya, Mahasiswi Fakultas Hukum Katolik Parahyangan uang bertandatangan di bawah ini: Nama : Prabawati Claraningtyas No. Pokok : Dengan ini menyatatakan dengan penuh kejujuran dan dengan kesungguhan hati dan pikiran, bahwa karya ilmiah / karya penulisan hukum yang berjudul: Analisis Yuridik Tanggung Jawab Apoteker, Konsumen dan Pengemudi Dalam Transaksi Go-Med Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata adalah sungguh-sungguh merupakan karya ilmiah /Karya Penulisan Hukum yang telah Saya susun dan selesaikan atas dasar upaya, kemampuan dan pengesahan akademik Saya pribadi, dan sekurang-kurangnya tidak dibuat melalui dan/atau mengandung hasil dari tindakan-tindakan yang a. secara tidak jujur dan secara langsung atau tidak langsung melanggar hakhak atas kekayaan intelektual orang lain, dan/atau b. dari segi akademik dapat dianggap tidak jujur dan melanggar nilai-nilai integritas akademik dan itikad baik; Seandainya di kemudian hari ternyata bahwa Saya telah menyalahi dan/atau melanggar pernyataan Saya di atas, maka Saya sanggup menerima akibat-akibat dan/atau sanksi-sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku di lingkungan Universitas Katolik Parahyangan dan/atau peraturan perundang-undangan yang berlaku.

4 Pernyataan ini Saya buat dengan penuh kesadaran dan kesukarelaan, tanpa paksaan dalam bentuk apapun juga. Bandung, 6 Juni 2017 Mahasiswi Penyusun Karya Ilmiah /Karya Penulisan Hukum Prabawati Claraningtyas

5 ABSTRAK Manusia merupakan makhluk sosial, di mana ia selalu berinteraksi satu sama lain untuk memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan pokok manusia terdiri atas kebutuhan sandang, pangan dan papan. Seiring bertambahnya kebutuhan manusia, tidak hanya cukup dengan kebutuhan pokok tersebut. Manusia membutuhkan alat transportasi untuk melakukan perpindahan. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka muncullah alat-alat transportasi untuk mengakomodasi hal- hal tersebut. Mobilitas yang terus menerus dilakukan manusia tidak menutup kemungkinan untuk dilakukan komunikasi pada jarak jauh. Komunikasi secara langsung yakni person to person dianggap tidak dapat mewakili seluruh kebutuhan manusia dalam berkomunikasi. Manusia membutuhkan teknologi tertentu untuk membantu kehidupan sehari-hari. Tidak hanya terbatas pada media komunikasi, namun juga meliputi media transportasi. Perkembangan selanjutnya muncul penggabungan media komunikasi dan transportasi. Penggabungan tersebut difasilitasi oleh sebuah perusahaan teknologi di mana perusahaan tersebut tidak hanya mengakomodir permasalahan transportasi dan komunikasi, namun juga mengenai penyediaan fasilitas obat-obatan. Hal yang disebut terakhir merupakan jembatan bagi manusia untuk mengenal sistem pembelian obat dengan bantuan teknologi berbasis aplikasi.

6 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkat dan rahmat-nya. Sehingga dapat terselesaikan penulisan hukum berupa skripsi dengan judul Analisis Yuridik Tanggung Jawab, Apoteker, Konsumen dan Pengemudi dalam Transaksi Go-Med Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Penulisan ini disusun sebagai salah satu kelengkapan untuk menyelesaikan program pendidikan sarjana program studi Ilmu Hukum periode 2017 yang diselenggarakan oleh Universitas Katolik Parahyangan. Semoga penulisan ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi pembaca, serta dapat digunakan sebagai referensi dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Penulis menyadari bahwa tanpa bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, maka penulisan ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Tristam P. Moeliono, SH., M.H., LL.M selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Katolik Parahyangan. 2. Dr. Niken Savitri, S.H., MCL selaku Wakil Dekan I Bidang Akademik Fakultas Hukum Universitas Katolik Parahyangan. 3. Wurinalya Maria Novenanty, SH., LL.M selaku Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Fakultas Hukum Universitas Katolik Parahyangan. 4. Djaya Sembiring Meliala, S.H., M.H selaku Dosen Pembimbing I (satu) dalam penulisan hukum ini. 5. Aluisius Dwi Rachmanto, S.H., M.Hum selaku selaku Dosen Pembimbing II (dua) dalam penulisan hukum ini. 6. Dr. Sentosa Sembiring, S.H., M.H yang telah meluangkan waktunya untuk berdiskusi serta memberikan koreksi mengenai objek penulisan ini terhadap fenomena yang ada pada masyarakat. ii

7 7. Yanly Gandawijaya, S.H., SP1., M.H yang telah meluangkan waktunya untuk berdiskusi serta memberikan tanggapan mengenai permasalahan yang diajukan penulis. 8. Maria Ulfah, S.H., M.Hum yang telah sangat membimbing penulis dalam membuat kutipan, parafrase dan catatan kaki. 9. FORWARD (Forum of Writing and Receptive Discussions) 198 yang telah memberikan wadah kepada penulis sebagai salah satu komunitas yang bergerak di bidang penulisan. 10. Keluarga besar yang selalu memberi semangat, dukungan serta selalu percaya bahwa penulis akan menyelesaikan penulisan ini tepat waktu. 11. Lingkungan perkuliahan, tempat tinggal dan gereja yang harmonis serta memiliki nilai kekeluargaan yang tinggi. 12. Dosen-dosen Fakultas Hukum Universitas Katolik Parahyangan yang telah banyak membantu dengan memberikan sumbangan ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi penulis. Tidak hanya pada bidang akademik, namun juga dalam kehidupan sehari-hari. 13. Pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan ini. iii

8 DAFTAR ISI Halaman Pengesahan... i Kata Pengantar. ii Daftar Isi.. iv Daftar Tabel. vii Bab I Pendahuluan I. Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Metode Penelitian Sistematika Penelitian.. 12 Bab II Tinjauan Umum Perjanjian 1. Pengertian Perjanjian Subjek dan Objek Perjanjian Asas Dalam Perjanjian Jenis-jenis Perjanjian Pada Umumnya Wanprestasi Berakhirnya Perjanjian. 27 Bab III Perkembangan Sistem Transportasi Jalan Online 1. Pengertian Pengangkutan Pihak yang Terkait dalam Pengangkutan Perjanjian Pengangkutan Asas-asas dan Tujuan Hukum Pengangkutan Kategori Pengangkutan Menurut UU No.22 Tahun Kedudukan Transportasi Jalan Menurut UU No.22 Tahun 2009 dan PP No Tahun Perusahaan Angkutan Umum Perizinan Angkutan iv

9 6.3 Angkutan Orang dengan Kendaraan Bermotor Umum dalam Trayek Angkutan Orang dengan Kendaraan Bermotor Umum Tidak dalam 42 Trayek.. 7. Kedudukan Hukum Transportasi Jalan Online Berupa Kendaraan Beroda 43 Dua (Sepeda Motor). 7.1 Istilah Transportasi Jalan Online Para Pihak Dalam Go-Med Go-Jek Apoteker Pengemudi Konsumen Hubungan Apoteker, Konsumen dan Pengemudi dalam Go-Med Pengaturan tentang Sepeda Motor Angkutan Orang dengan Kendaraan Bermotor Umum Angkutan Barang dengan Kendaraan Bermotor Umum Pembaharuan Sistem Pengangkutan dengan Sistem Informasi dan Transaksi 53 Elektronik. Bab IV Analisis Hubungan Apoteker, Konsumen dan Pengemudi dalam Go-Med 1. Tanggung Jawab Apoteker Terhadap Konsumen Kedudukan Apoteker Menurut PP No. 51 Tahun Kedudukan Konsumen Menurut KUHPerdata Tanggung Jawab PT. Gojek, Apoteker dan Konsumen Tanggung Jawab PT. Gojek Tanggung Jawab Apoteker Tanggung Jawab Konsumen Tanggung Jawab Pengemudi Terhadap Konsumen Kedudukan Pengemudi Menurut UU No. 22 Tahun Tanggung Jawab Pengemudi dan Konsumen Tanggung Jawab Pengemudi Tanggung Jawab Konsumen. 75 v

10 Bab V Kesimpulan dan Saran 5.1 Kesimpulan Saran.. 79 vi

11 DAFTAR TABEL Bab 3 Perkembangan Sistem Transportasi Jalan Online Tabel 3.1 Klasifikasi Kendaraan Bermotor Umum 50 Tabel 3.2 Perbedaan Barang Berbahaya dan Tidak Berbahaya 52 Bab 4 Analisis Hubungan Apoteker, Konsumen dan Pengemudi dalam Go-Med Tabel 4.1 Perbedaan Apotek dan Toko Obat 74 vii

12 BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk sosial yang hidup berdampingan dengan manusia yang lainnya. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak terlepas dari pemenuhan kebutuhan sehari-hari baik kebutuhan primer dan sekunder. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut manusia berinteraksi satu dengan yang lain untuk membagibagi tugasnya masing-masing. Dalam proses interaksi tersebut terdapat proses mobilisasi dari satu tempat ke tempat yang lain. Mobilisasi tersebut semakin lama semakin luas dan menjangkau berbagai tempat. Pada jaman dahulu, transportasi umum yang sering digunakan adalah delman dan becak yang menggunakan tenaga manusia. Seiring berjalannya waktu muncul perkembangan dan/atau pembaharuan dari moda transportasi baik transportasi udara, darat, laut dan kereta api berdampingan dengan kebutuhan masyarakat. Pada transportasi darat, umumnya masyarakat menggunakan jalur jalan raya dan kereta api. Becak dan delman yang menggunakan tenaga manusia mulai tergantikan dengan kendaraan bermotor 1 yang menggunakan tenaga mesin demi memenuhi tuntutan masyarakat akan efisiensi waktu dan tenaga. Perkembangan jaman tidak hanya terbatas pada bidang transportasi namun juga pada bidang teknologi komunikasi. Kebutuhan masyarakat akan komunikasi jarak jauh telah dijawab dengan hadirnya telepon genggam yang sifatnya nirkabel sehingga memudahkan untuk dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain. Telepon genggam pun mengalami perkembangan menjadi telepon pintar 1 Menurut Pasal 1 ayat 8 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LNRI Tahun 2009 Nomor 96, TLN Nomor 5025), Kendaraan Bermotor adalah setiap kendaraan yang digerakkan oleh peralatan mekanik berupa mesin selain Kendaraan yang berjalan di atas rel. 1

13 (smartphone) yang dapat mengakses data melalui internet serta dilengkapi berbagai fasilitas yang mendukung kebutuhan manusia. Masyarakat semakin lama semakin tergantung terhadap telepon pintar, hal ini terbukti dengan adanya fenomena bahwa hampir setiap orang memiliki telepon pintar dan menggunakan telepon pintar untuk menunjang aktivitasnya. Peningkatan penggunaan telepon pintar menarik perhatian beberapa pihak untuk menyediakan transportasi yang berbasis internet dengan menggunakan aplikasi tertentu yang sering disebut masyarakat sebagai transportasi jalan online 2. Transportasi jalan online menghubungkan penumpang dan pengemudi dalam suatu aplikasi tertentu untuk membuat kesepakatan tentang jasa pengangkutan orang dan/atau barang. Transportasi jalan online yang marak beredar saat ini mencakup namun tidak terbatas pada Uber Taxi, Grab Car, Go- Car, Go-Jek, Go-Box, Grab Bike, Blu-Jek dan Lady-Jek. Dalam waktu singkat, transportasi jalan online tersebut telah menarik perhatian masyarakat karena dinilai lebih efektif dan efisien dalam memberikan jasa pengangkutan. Penilaian tersebut diperoleh berdasarkan kemudahan masyarakat dalam menggunakan aplikasi transportasi jalan online, pelayanan jasa pengangkutan yang relatif lebih cepat serta pengenaan tarif yang dianggap lebih terjangkau oleh masyarakat. Transportasi jalan online sendiri termasuk dalam ruang lingkup Hukum Pengangkutan. Pasal 1 butir 3 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan memberikan pengertian mengenai angkutan sebagai perpindahan orang dan/atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan Kendaraan di Ruang Lalu Lintas Jalan. Sementara itu fungsi pengangkutan ialah memindahkan barang atau orang dari suatu tempat 2 Pada undang-undang tidak ditemukan istilah transportasi jalan online, istilah tersebut berasal dari masyarakat yang melakukan pemesanan jasa pengangkutan secara online. Oleh sebab itu muncul istilah transportasi online. Namun dalam Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 32 tahun 2016 ditemukan satu bab tersendiri yang membahas penyelenggaraan angkutan umum dengan aplikasi berbasis teknologi informasi di mana penyelenggaraan angkutan umum yang dimaksud adalah angkutan darat. 2

14 ke tempat yang lain dengan maksud untuk meningkatkan daya guna dan nilai 3. Definisi pengangkutan menurut H.M.N Purwosutjipto adalah perjanjian timbal balik antara pengangkut dengan pengirim di mana pengangkut mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan barang dan/atau orang dari suatu tempat ke tempat tertentu dengan selamat, sedangkan pengirim mengikatkan diri untuk membayar uang angkutan 4. Maka dari itu Hukum Pengangkutan merupakan serangkaian kaidah yang mengatur tentang pengangkutan. Salah satu transportasi jalan online yang banyak digunakan oleh masyarakat adalah Go-jek. Go-Jek merupakan perusahaan teknologi dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan pekerja sektor informal di Indonesia 5. Dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat, Go-Jek menyediakan berbagai fasilitas aplikasi salah satunya yakni Go-Medition (untuk selanjutnya disingkat Go-Med) 6. Go-Med bukanlah suatu aplikasi yang memberi jasa berupa jual beli produk melainkan sebagai penghubung antara pengguna aplikasi dengan lebih dari 1000 (seribu) apotek di 10 (sepuluh) kota; Jabodetabek, Bandung, Surabaya, Makassar, Medan, Palembang, Semarang, Yogjakarta dan Balikpapan 7. Go-Med dalam situsnya merupakan kolaborasi antara Go-Ride dan HaloDoc. Go-Ride merupakan salah satu aplikasi Go-Jek di mana kendaraan yang digunakan berupa sepeda motor. Sementara HaloDoc merupakab sebuah aplikasi dengan fitur apotek antar. HaloDoc memiliki lebih dari 1000 (seribu) apotek berlisensi yang memiliki Surat Ijin Apotek (SIA) dan Surat Ijin Praktik Apoteker (SIPA). Hal ini tercantum dalam situs resmi Go-Med. 3 H.M.N Purwosutijpto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia: Hukum Pengangkutan, Jakarta: Djambatan, 1987, hal.1. 4 Abdulkadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Niaga, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2013, hal diakses pada 12 Desember 2016 Pukul WIB. 6 Menurut website Go-Jek, Go-Med adalah solusi layanan terintegrasi yang memungkinkan pengguna untuk membeli obat-obatan, vitamin dan kebutuhan medis lainnya dari apotek berlisensi. 7 Op. Cit, diakses pada 19 Desember 2016 Pukul WIB. 3

15 Cara penggunan Go-Med pun relatif mudah yakni dengan melakukan langkahlangkah sebagai berikut 8 : a. Pilih layanan Go-Med dalam aplikasi Go-Jek. Kemudian terdapat 3 (tiga) cara untuk melakukan order yakni mencari melalui kategori dan pilihan produk, mencari produk yang diinginkan melalui menu search dan menggungah resep dokter; b. Memberikan catatan pada obat-obatan dengan resep dokter; c. Menambahkan alamat tujuan pengiriman, lalu masukkan informasi pasien dengan memilih penerima dari obat-obatan (diri sendiri atau orang lain); d. Pengguna dapat memonitor status order dengan melihat halaman "History" pada halaman utama aplikasi Go-Jek; e. Pengguna akan mendapatkan dua dan notifikasi dalam aplikasi mengenai konfirmasi untuk melanjutkan pesanan. tersebut berisi konfirmasi harga akhir dari apotek yang terpilih serta petunjuk penggunaan obat-obatan. Melalui fasilitas Go-Med, pengguna dimudahkan dalam melakukan pemesanan obat. Selain itu fasilitas ini memungkinkan pengguna untuk berdiam diri di rumah tanpa harus pergi ke apotek untuk membeli obat. Fasilitas ini dapat digunakan kapan saja dan di mana saja selama 24 (dua puluh empat) jam sehari. Kenyaman berupa efisien waktu lah yang menjadi daya tarik utama Go-Med. Hal ini berbeda dengan apotek pada umumnya di mana konsumen harus mendatangi apotek secara langsung untuk membeli obat. Saat ini sering terdapat kemacetan pada kota-kota besar di Indonesia. Fenomena seperti ini yang mendorong terbentuknya apotek antar dengan bantuan teknologi (Go-Med) oleh Go-Jek selaku penyedia aplikasi. Fasilitas Go-Med melibatkan 4 (empat) pihak dalam melakukan pelayanannya yakni apoteker (mitra Go-Jek dan/atau penjual), pengguna aplikasi (konsumen 8 Disintat dari website Go-Jek Indonesia pada tanggal 16 Desember Pukul WIB. 4

16 dan/atau pembeli), driver (pengemudi dan/atau kurir) dan Go-Jek (penyedia aplikasi dan/atau penghubung). Untuk menghindari kaburnya pemahaman mengenai pihak-pihak dalam fasilitas Go-Med, penulis akan menjelaskan sebagai berikut: a. Menurut Pasal 1 butir 5 Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Farmasi, apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker. Kemudian Pasal 1 butir 13 menyebutkan bahwa apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker ; b. Pengguna aplikasi dapat berupa individu dan/atau badan hukum tertentu yang menggunakan aplikasi Go-Med dalam rangka membeli perlengkapan medis; c. Driver dalam Go-Med merupakan pengemudi kendaraan beroda dua (sepeda motor) milik pribadi yang telah bermitra dengan Go-Jek. Melalui kemitraan tersebut driver dapat melakukan kegiatan pengangkutan barang dan/atau jasa. Jasa berupa sarana transportasi darat dengan sepeda motor, sedangkan pengangkutan barang berupa pengiriman barang dari satu tempat ke tempat lainnya; d. Go-Jek sebagaimana telah disebutkan di atas merupakan perusahaan teknologi yang memberikan sarana penghubung antara pihak yang bermitra dengan Go-Jek dengan pengguna dalam suatu aplikasi tertentu. Mitra Go-Jek tidak hanya terbatas pada bidang transportasi namun juga termasuk pada bidang kecantikan, otomatif, pemesanan pulsa, pemesanan tiket untuk acara mulai dari musik, olahraga, seni dan budaya, atraksi hingga workshop 9 serta pemesanan obat melalui aplikasi Go-Med. Dalam bidang transportasi, kendaraan yang digunakan berupa kendaraan beroda dua (sepeda motor) dan kendaraan beroda empat (mobil). Untuk sarana pindahan dan mengirim barang dalam jumlah 9 diakses pada 19 Desember 2016 Pukul WIB. 5

17 besar menggunakan mobil pickup, mobil boks, truk engkel, dan truk engkel boks 10. Penelitian ini akan membahas mengenai hubungan apoteker, pengguna aplikasi dan driver. Go-Jek sebagai penyedia aplikasi tidak akan dibahas di sini. Pembahasan mengenai Go-Jek dinilai terlalu luas antara lain meliputi bentuk badan usaha, jenis bidang usaha, produk bidang usaha, mitra bisinisnya serta kedudukannya sebagai penghuhung antara mitra bisnisnya dengan pengguna aplikasi. Analisis terhadap hal-hal tersebut juga berkaitan dengan berbagai peraturan perundang-undangan yang menyebabkan luasnya ruang lingkup penelitian. Dalam Go-Med, para pihak terikat dengan perjanjian melalui media aplikasi dan/atau sarana elektronik. Driver bertindak atas nama pengguna aplikasi untuk melakukan pembelian perlengkapan medis dan berkewajiban untuk melakukan pengiriman barang (dalam konteks ini obat) kepada pengguna aplikasi. Pembelian tersebut dilakukan terhadap apotek yang telah bermitra dengan Go-Jek. Kemitraan ini memungkinkan driver membeli resep dokter dengan bantuan visualisasi dari kamera (photo). Dalam hal ini terdapat 3 (tiga) perjanjian yang terjadi diantara 3 (tiga) pihak di atas yakni perjanjian pemberian kuasa, perjanjian pengiriman barang dan perjanjian jual-beli. Berikut uraiannya antara lain: a. Perjanjian pembelian pribadi, terjadi antara driver dan pengguna aplikasi. Driver bersedia membelikan barang sesuai keperluan pribadi pengguna aplikasi dengan harga yang telah ditafsirkan; b. Perjanjian pengiriman barang, terjadi antara driver dan pengguna aplikasi di mana driver berkewajiban untuk mengantar obat kepada pengguna aplikasi; 10 diakses pada 19 Desember 2016 Pukul WIB. 6

18 c. Perjanjian jual-beli, terjadi antara apoteker dan pengguna aplikasi dalam rangka membeli obat atau perlengkapan medis di apotek yang menjadi mitra Go-Jek. Perjanjian sebagaimana diungkapkan di atas dilakukan melalui sarana aplikasi dan/atau media elektronik. Karakteristik dari perjanjian ini antara lain perjanjian dilakukan melalui media elektronik (digital medium) di mana para pihak tidak hadir secara fisik dalam membuat perjanjian. Media ini terdapat dalam jaringan umum dengan sistem terbuka yaitu internet atau The World Wide Web (WWW) yang terlepas dari batas ruang dan waktu. Hal khas lainnya yakni sistem pembayaran yang non-tunai artinya dapat dilakukan dengan aplikasi berbasis teknologi informasi baik melalui jasa bank atau lembaga perbankan lainnya. Singkatnya sistem pembayaran dalam perjanjian elektronik bersifat cashless. Selain itu perjanjian elektronik dapat disimpan dalam bentuk digital sehingga bersifat paperless. Perjanjian pada umumnya diatur menggunakan Pasal 1313 Kitab Undang- Undang Hukum Perdata (untuk selanjutnya disingkat menjadi KUHPerdata) di mana perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Mengenai keabsahan perjanjian diatur oleh Pasal 1320 KUHPerdata yang menyebutkan mengenai syarat sahnya suatu perjanjian. Menurut Pasal 1320 KUHPerdata, suatu perjanjian adalah sah apabila memenuhi empat syarat sebagai berikut 11 : a. sepakat mereka yang mengikatkan dirinya; b. kecakapan untuk membuat suatu perjanjian; c. suatu hal tertentu; dan d. suatu sebab yang halal. Huruf a dan b dalam uraian di atas merupakan syarat subjektif sedangkan huruf c dan d merupakan syarat objektif. Suatu perjanjian dikatakan sah apabila telah memenuhi syarat subjektif dan objektif. Perjanjian juga mengikat bagi para 11 Djaya S. Meliala, Hukum Perdata Dalam Perspektif BW, Bandung: Nuansa Aulia, 2014, hal

19 pihak mengenai hak dan kewajibannya, sehingga pemenuhan syarat sahnya suatu perjanjian mutlak untuk dipenuhi, hal ini kelak apabila dikemudian hari terjadi suatu permasalahan atau sengketa maka penyelesaiannya dapat didasarkan pada perjanjian yang telah disepakati 12. Perjanjian elektronik/kontrak elektronik sendiri adalah perjanjian para pihak yang dibuat dalam sistem elektronik 13. Pengaturan tentang kontrak elektronik (e-contract) dituangkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik. Pasal 47 ayat (1) menyatakan bahwa Transaksi Elektronik dapat dilakukan berdasarkan Kontrak Elektronik atau bentuk kontraktual lainnya sebagai bentuk kesepakatan yang dilakukan oleh para pihak. Selanjutnya dalam Pasal 47 ayat (2) menjelaskan syarat sahnya kontrak elektronik yakni: a. terdapat kesepakatan para pihak; b. dilakukan oleh subjek hukum yang cakap atau yang berwenang mewakili sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; c. terdapat hal tertentu; dan d. objek transaksi tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundangundangan, kesusilaan, dan ketertiban umum. Apabila dicermati syarat sahnya perjanjian kontrak elektronik dalam Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik sesuai dengan syarat sahnya perjanjian menurut KUHPerdata. Dalam perjanjian melalui media aplikasi Go-Med selain menguntungkan para pihak, juga terdapat peluang terjadinya masalah yakni antara lain sebagai berikut: a. Penggunaan Go-Med dengan cara mengunggah resep dokter dapat diartikan bahwa resep dokter tersebut berada di tangan pengguna aplikasi. Hal yang 12 R. Subekti, Aneka Perjanjian, Bandung: PT. Prandya Paramita, 2003, hal Pasal 1 butir 17 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (LNRI Tahun 2008 Nomor 58, TLNRI Nomor 4843). 8

20 mungkin terjadi yakni resep tersebut dapat dipalsukan atau resep tersebut dapat digunakan berkali-kali untuk penggunaan yang tidak sah; b. Aplikasi ini menghambat pekerjaan apoteker dalam memberikan pelayanan yang komprehensif. Untuk konsumen dengan jenis penyakit tertentu, tidak hanya cukup dengan membeli obat. Namun diperlukan juga konsultasi dengan apoteker di mana hal ini tidak bisa diwakili dengan baik oleh driver Go-Med; c. Apabila obat yang dibeli salah, keliru dan/atau expied (kadaluarsa) apakah pihak apotek akan bertanggung jawab dan apakah driver bersedia untuk membantu mengembalikan obat tersebut sesuai dengan kriteria yang diingakan pengguna aplikasi. Hal semacam ini tidak diatur dalam perjanjian aplikasi Go-Med; d. Dalam pembelian obat melalui Go-Med terdapat petunjuk penggunaan obat yang dikirimkan lewat . Bagaimana jika apoteker salah menafsirkan baik seluruh atau sebagian tentang resep dokter atau apotek yang bersangkutan bukan merupakan apotek yang sah sehingga merugikan pengguna aplikasi. Hal semacam ini juga tidak diatur dalam perjanjian aplikasi Go-Med. Go-Jek selaku perusahaan teknologi sebagaimana diungkapkan di atas tidak bertanggung jawab atas segala kerugian para pihak dalam penggunaan aplikasi Go-Med. Berikut adalah kutipan ketentuan penggunaan layanan Go-Med: Anda setuju bahwa Kami tidak bertanggung jawab kepada Anda ataupun kepada pihak lainnya untuk segala kerugian yang disebabkan oleh tindakan yang Anda atau pihak lain ambil berdasarkan atau sehubungan dengan pemesanan Obat melalui fitur GO-MED pada Aplikasi GO-JEK 14. Selanjutnya apabila ketentuan layanan Go-Med tidak mengatur hubungan antara para pihak, hubungan para pihak akan menggunakan Hukum Perikatan sebagai kaidah berpedoman. Berdasarkan uraian di atas maka dirasa perlu untuk menganalisis tanggung jawab apoteker, konsumen dan pengemudi dalam transaksi Go-Med menurut KUHPerdata diakses pada 16 Desember 2016 Pukul WIB. 9

21 2. Perumusan Masalah Berdasarkan pemaparan di atas maka perumusan masalah yang akan diteliti adalah bagaimana analisis yuridik tanggung jawab apoteker, konsumen dan pengemudi dalam transaksi Go-Med menurut KUHPerdata? 3. Tujuan Penelitian Sehubungan dengan perumusan masalah di atas maka tujuan penelitian yang ingin dicapai yakni 3.1 Untuk mengetahui tanggung jawab apoteker terhadap konsumen dalam transaksi Go-Med menurut KUHPerdata. 3.2 Untuk mengetahui tanggung jawab pengemudi terhadap konsumen dalam transaksi Go-Med menurut KUHPerdata. 4. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian yang ingin dicapai sebagai berikut: 4.1 Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam perkembangan ilmu hukum dan teknologi terutama yang terjadi di Indonesia. 4.2 Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi penulis maupun pihak-pihak lain yang terkait dengan objek penelitian serta dapat digunakan sebagai referensi untuk perkembangan ilmu pengetahuan. 5. Metode Penelitian Metode penelitian berasal dari 2 (dua) kata yakni metode dan penelitian. Kata metode berasal dari bahasa Yunani yakni methodos yang berarti cara atau menuju suatu jalan. Sementara itu penelitian adalah suatu proses pengumpulan 10

22 dan analisis data yang dilakukan secara sistematis, untuk mencapai tujuantujuan tertentu 15. Berdasarkan uraian di atas maka dapat diketahui bahwa metode penelitian adalah cara memahami suatu penelitian secara sistematis untuk mencapai tujuan tertentu. Penjelasan lebih jauh lagi, menurut Sugiyono metode penelitian adalah cara-cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid, dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah 16. Penelitian ini akan menggunakan metode yuridis-normatif di mana dalam menemukan kebenaran dalam suatu penelitian hukum dilakukan dengan cara berpikir deduktif dan kriterium kebenaran koheren. Metode ini merupakan suatu prosedur penelitian ilmiah untuk menemukan kebenaran berdasarkan logika keilmuaan hukum dari sisi normatifnya 17. Metode penelitian yuridisnormatif dipilih karena peneliti menggunakan bahan pustaka sebagai bahan utama dalam penelitian. Melalui metode ini dapat dikaji peraturan hukum yang berlaku dengan perkembangan masyarakat yang terjadi. Penelitian yuridisnormatif ini didukung oleh data-data kepustakaan yang terdiri dari: 5.1 Bahan Hukum Primer Bahan hukum primer merupakan bahan-bahan yang terdiri dari peraturan perundang-undangan nasional yang sesuai dengan hierarki dari yang tertinggi hingga terendah, peraturan dasar serta peraturan pelaksanaan dalam suatu undang-undang 18. Peraturan yang akan digunakan peneliti antara lain: a. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata; 15 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Rosda Karya, 2005, hal Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2009, hal Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Surabaya: Bayu Media Publishing, 2005, hal Elly Erawati, Pedoman Penulisan Esai Akademik Bagi Mahasiswa Ilmu Hukum, Bandung: PT. Refika Aditama, 2012, hal

23 b. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan; c. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Farmasi; d. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2014 tentang Angkutan Jalan; e. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 73 Tahun 2016 tentang Strandar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek; f. Peraturan perundang-undangan lainnya yang berhubungan dengan penelitian. 5.2 Bahan Hukum Sekunder Bahan hukum sekunder merupakan bahan-bahan yang menjelaskan serta mendukung bahan-bahan primer. Bahan-bahan ini seperti doktrin atau pendapat para ahli, jurnal-jurnal ilmiah, data empirik dan tulisan lainnya yang bersifat ilmiah serta berkaitan dengan penulisan hukum ini. 5.3 Bahan Hukum Tersier Bahan hukum tersier merupakan bahan-bahan penunjang bahan hukum primer dan sekunder. Misalnya Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ensiklopedia, Black s Law Distionary dan sebagainya. 6. Sistematika Penulisan Sistematika dari penulisan ini akan terbagi menjadi beberapa bagian yaitu: Bab I : Pendahuluan Bab ini membahas mengenai latar belakang penelitian terkait dengan pemaparan mengenai transportasi jalan online pada umumnya kemudian membahas Go-Med pada khususnya. Pada latar belakang juga membahas pembatasan masalah mengenai pihak yang akan diteliti dengan jenis perjanjian yang diterapkan. Selain itu bab ini mencakup mengenai perumusan masalah, tujuan 12

24 Bab II Bab III Bab IV Bab V dan manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan. : Tinjauan Umum Perjanjian Bab ini akan membahas mengenai subjek dan objek hukum perjanjian, pengertian hukum tentang perjanjian, asas dalam perjanjian, jenis-jenis perjanjian pada umumnya serta akibat hukum dari suatu perjanjian. : Perkembangan Sistem Transportasi Jalan Online Pada bab ini akan membahas perkembangan sistem transportasi jalan dilihat dari aspek Hukum Pengangkutan. Konsep pengangkutan jalan berupa asas-asas dan tujuan pengangkutan serta kedudukan transportasi jalan online berupa kendaraan beroda dua (sepeda motor) oleh undang-undang lalu lintas dan angkutan jalan. : Analisis Hubungan Hukum Apoteker, Konsumen dan Pengemudi dalam Go-Med Bab ini akan membahas permasalahan hukum sebagaimana dirumuskan dalam Bab I. Kemudian menggunakan teori-teori dan peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan penulisan ini. Hubungan apoteker, konsumen dan pengemudi dalam Go-Med beserta tanggung jawabnya juga akan dibahas. Hubungan tersebut dianalisis melalui perjanjian yang menghubungkan para pihak. : Kesimpulan dan Saran Bab ini merupakan bab terakhir yang berisi kesimpulan dan saran dari penulis, sekaligus menjawab secara menyeluruh permasalahan yang diajukan dalam penulisan ini. Saran yang diberikan diharapkan dapat bermanfaat untuk perkembangan ilmu pengetahuan sekarang dan masa yang akan datang. 13

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JAMBI FAKULTAS HUKUM

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JAMBI FAKULTAS HUKUM KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JAMBI FAKULTAS HUKUM TANGGUNG JAWAB PO. CV. SUMBER REZEKI TERHADAP PENGIRIM DALAM PERJANJIAN PENGIRIMAN BARANG DI KOTA JAMBI SKRIPSI Disusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan manusia akan sebuah jasa transportasi. Angkutan. melakukan perjalanan dengan kecepatan yang tinggi, dan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan manusia akan sebuah jasa transportasi. Angkutan. melakukan perjalanan dengan kecepatan yang tinggi, dan salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan transportasi adalah salah satu akibat dari tingginya kebutuhan manusia akan sebuah jasa transportasi. Angkutan jalan/kendaraan bermotor adalah moda transportasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hanya satu, yaitu PT. Pos Indonesia (Persero). Menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 38 Tahun 2009 tentang

BAB I PENDAHULUAN. hanya satu, yaitu PT. Pos Indonesia (Persero). Menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 38 Tahun 2009 tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jasa pengiriman paket dewasa ini sudah menjadi salah satu kebutuhan hidup. Jasa pengiriman paket dibutuhkan oleh perusahaan, distributor, toko, para wiraswastawan,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. A. Perlindungan Hukum Terhadap Penumpang Ojek Online (GO-JEK)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. A. Perlindungan Hukum Terhadap Penumpang Ojek Online (GO-JEK) 55 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Perlindungan Hukum Terhadap Penumpang Ojek Online (GO-JEK) Pada perkembangannya GOJEK telah resmi beroperasi di 10 kota besar di Indonesia, termasuk Jakarta,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hidup pada era modern seperti sekarang ini, mengharuskan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hidup pada era modern seperti sekarang ini, mengharuskan manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hidup pada era modern seperti sekarang ini, mengharuskan manusia untuk melakukan sesuatu dengan cara cepat dan mudah. Salah satu hal yang ingin dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Kegiatan pengangkutan baik orang maupun barang telah ada sejak zaman

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Kegiatan pengangkutan baik orang maupun barang telah ada sejak zaman BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari bidang kegiatan transportasi atau pengangkutan sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari aktifitas kehidupan masyarakat Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. transportasi merupakan salah satu jenis kegiatan pengangkutan. Dalam. membawa atau mengirimkan. Sedangkan pengangkutan dalam kamus

BAB I PENDAHULUAN. transportasi merupakan salah satu jenis kegiatan pengangkutan. Dalam. membawa atau mengirimkan. Sedangkan pengangkutan dalam kamus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada zaman sekarang hampir setiap orang menggunakan alat transportasi untuk mereka bepergian, pada dasarnya penggunaan alat transportasi merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan pengirim mengikatkan diri untuk membayar uang angkutan. 1

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan pengirim mengikatkan diri untuk membayar uang angkutan. 1 iii BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pengangkutan merupakan bidang kegiatan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Pengangkutan adalah perjanjian timbal balik antara pengangkut dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti perlengkapan rumah, transportasi dan lain-lain 1.

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti perlengkapan rumah, transportasi dan lain-lain 1. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan adalah keinginan manusia untuk memiliki dan menikmati kegunaan barang atau jasa yang dapat memberikan kepuasan bagi jasmani dan rohani demi kelangsungan hidup.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. transportasi, maka lalu lintas dan angkutan jalan harus ditata dalam suatu sistem

BAB I PENDAHULUAN. transportasi, maka lalu lintas dan angkutan jalan harus ditata dalam suatu sistem 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Transportasi atau pengangkutan merupakan bidang kegiatan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia, dengan menyadari pentingnya peranan transportasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelancaran arus lalu lintas penduduk dari dan kesuatu daerah tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. kelancaran arus lalu lintas penduduk dari dan kesuatu daerah tertentu. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Republik Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan karena wilayahnya meliputi ribuan pulau. Kondisi geografis wilayah nusantara tersebut menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan/atau barang yang peruntukannya untuk umum atau pribadi. Kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. dan/atau barang yang peruntukannya untuk umum atau pribadi. Kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tranportasi merupakan sarana yang dibutuhkan banyak orang sejak dahulu hingga sekarang, dalam melaksanakan kegiatannya yang diwujudkan dalam bentuk angkutan. Pengangkutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mobilitas masyarakat yang semakin tinggi di era globalisasi sekarang ini. mengakibatkan kerugian pada konsumen.

BAB I PENDAHULUAN. mobilitas masyarakat yang semakin tinggi di era globalisasi sekarang ini. mengakibatkan kerugian pada konsumen. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dari perekonomian yang modern dapat dilihat dari kebutuhan hidup manusia yang semakin meningkat. Salah satu kebutuhan itu adalah tentang kebutuhan akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan manusia.peranan itu makin menentukan sehubungan

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan manusia.peranan itu makin menentukan sehubungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada zaman sekarang ini pengangkutan memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia.peranan itu makin menentukan sehubungan dengan makin berkembangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan manusia dalam membantu kegiatannya sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. digunakan manusia dalam membantu kegiatannya sehari-hari. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat dilepaskan dengan arus lalu lintas transportasi. Semua kebutuhan dan kegiatan yang dilakukan dalam pekerjaan sehari-hari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. operasionalnya yakni GOJEK. Perusahaan seperti GOJEK menyatakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. operasionalnya yakni GOJEK. Perusahaan seperti GOJEK menyatakan dalam BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada bisnis jasa transportasi darat khususnya ojek di Indonesia baru pertama kali perusahaan menggunakan layanan berbasis online dalam operasionalnya yakni GOJEK. Perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Logo GO-JEK Indonesia Sumber: (10 Februari 2016)

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Logo GO-JEK Indonesia Sumber:  (10 Februari 2016) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Profil GO-JEK Indonesia GO-JEK didirikan pada tahun 2010 oleh Nadiem Makarim, GO-JEK merupakan sebuah perusahaan transportasi asal Indonesia yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PENGANGKUTAN. Menurut R. Djatmiko Pengangkutan berasal dari kata angkut yang berarti

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PENGANGKUTAN. Menurut R. Djatmiko Pengangkutan berasal dari kata angkut yang berarti 17 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PENGANGKUTAN 2.1 Pengertian Perjanjian Pengangkutan Istilah pengangkutan belum didefinisikan dalam peraturan perundangundangan, namun banyak sarjana yang mengemukakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Pengangkutan menjadi penting karena. pengirim mengikatkan diri untuk membayar uang angkutan.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Pengangkutan menjadi penting karena. pengirim mengikatkan diri untuk membayar uang angkutan. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pengangkutan atau biasa juga disebut dengan transportasi, merupakan bidang kegiatan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Pengangkutan menjadi penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun orang, karena perpindahan itu mutlak diperlukan untuk mencapai dan

BAB I PENDAHULUAN. maupun orang, karena perpindahan itu mutlak diperlukan untuk mencapai dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengangkutan adalah perpindahan tempat, baik mengenai benda-benda maupun orang, karena perpindahan itu mutlak diperlukan untuk mencapai dan meninggikan manfaat serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan jaman telah membawa perubahan di berbagai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan jaman telah membawa perubahan di berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan jaman telah membawa perubahan di berbagai bidang kehidupan terutama dalam bidang teknologi, dimana dalam teknologi dapat dilihat dengan adanya perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan yang tidak terbatas bagi para konsumen yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan yang tidak terbatas bagi para konsumen yang meliputi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki berbagai macam suku, ras, agama, dan budaya. Yang memiliki letak sangat strategis serta kekayaan alam melimpah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah, kendaraan bermotor roda empat (mobil). kendaraan roda empat saat ini

BAB I PENDAHULUAN. adalah, kendaraan bermotor roda empat (mobil). kendaraan roda empat saat ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu alat transportasi yang banyak dibutuhkan oleh manusia adalah, kendaraan bermotor roda empat (mobil). kendaraan roda empat saat ini menjadi salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hukum merupakan hal yang tidak lepas dari kehidupan manusia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Hukum merupakan hal yang tidak lepas dari kehidupan manusia. Hal ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum merupakan hal yang tidak lepas dari kehidupan manusia. Hal ini senada dengan asas Ubi societas ibi ius yang menerangkan bahwa dimana ada manusia disitulah

Lebih terperinci

UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN FAKULTAS HUKUM Terakreditasi Berdasarkan Keputusan Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi Nomor: 429/SK/BAN-PT/Akred/S/XI/2014 SINKRONISASI DAN HARMONISASI PERATURAN

Lebih terperinci

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JAMBI FAKULTAS HUKUM

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JAMBI FAKULTAS HUKUM KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JAMBI FAKULTAS HUKUM TANGGUNG JAWAB CV. PO. AYU TRANSPORT SUNGAI PENUH-JAMBITERHADAP PENUMPANG SKRIPSI DisusunSebagai Salah SatuSyaratUntukMemperoleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 51. Grafindo Persada, 2004), hal. 18. Tahun TLN No. 3790, Pasal 1 angka 2.

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 51. Grafindo Persada, 2004), hal. 18. Tahun TLN No. 3790, Pasal 1 angka 2. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Aktivitas bisnis merupakan fenomena yang sangat kompleks karena mencakup berbagai bidang baik hukum, ekonomi, dan politik. Salah satu kegiatan usaha yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan pada khususnya mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan pada khususnya mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, dimana dunia memasuki era gobalisasi, sektor ekonomi dan perdagangan pada khususnya mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Dalam dunia perdagangan soal

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengirim. Dimana ekspeditur mengikatkan diri untuk mencarikan pengangkut

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengirim. Dimana ekspeditur mengikatkan diri untuk mencarikan pengangkut 1 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Perjanjian Ekspedisi Perjanjian ekspedisi adalah perjanjian timbal balik antara ekspeditur dengan pengirim. Dimana ekspeditur mengikatkan diri untuk mencarikan pengangkut yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berlaku pada manusia tetapi juga pada benda atau barang. Perpindahan barang

I. PENDAHULUAN. berlaku pada manusia tetapi juga pada benda atau barang. Perpindahan barang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dunia saat ini ditandai dengan arus globalisasi di segala bidang yang membawa dampak cukup pesat bagi perkembangan perekonomian Indonesia. Salah satu kebutuhan

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 32 TAHUN 2017

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 32 TAHUN 2017 SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 32 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN TAKSI DAN ANGKUTAN SEWA KHUSUS MENGGUNAKAN APLIKASI BERBASIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manufaktur, dan lain sebagainya membutuhkan sarana dan prasarana yang

BAB I PENDAHULUAN. manufaktur, dan lain sebagainya membutuhkan sarana dan prasarana yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan usaha di berbagai bidang baik bidang industri, pertanian, manufaktur, dan lain sebagainya membutuhkan sarana dan prasarana yang memadai untuk mendukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia di dalam kehidupannya mempunyai bermacam-macam kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia di dalam kehidupannya mempunyai bermacam-macam kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia di dalam kehidupannya mempunyai bermacam-macam kebutuhan dalam hidupnya. Kebutuhan itu berfungsi untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Oleh karena itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat vital dalam kehidupan masyarakat, hal ini didasari beberapa faktor

BAB I PENDAHULUAN. sangat vital dalam kehidupan masyarakat, hal ini didasari beberapa faktor BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Negara Indonesia merupakan daratan yang terdiri dari beribu-ribu pulau besar dan kecil serta berupa perairan yang terdiri dari sebagian besar laut dan sungai,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang bercirikan nusantara yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang bercirikan nusantara yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang bercirikan nusantara yang disatukan oleh wilayah perairan dan udara. Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi membuat

Lebih terperinci

UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN FAKULTAS HUKUM Terakreditasi Berdasarkan Keputusan Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi Nomor : 429/SK/BAN-PT/Akred/S/XI/2014 ANALISIS PROSEDUR PERCERAIAN & AKIBAT

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 108 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN ORANG DENGAN KENDARAAN BERMOTOR UMUM TIDAK DALAM TRAYEK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya tekhnologi transportasi dan telekomunikasi. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya tekhnologi transportasi dan telekomunikasi. Perkembangan 10 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan ilmu pengetahuan tak dapat dipungkiri, hal ini ditandai dengan berkembangnya tekhnologi transportasi dan telekomunikasi. Perkembangan tersebut sejalan

Lebih terperinci

WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG ANGKUTAN ORANG DENGAN SEPEDA MOTOR

WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG ANGKUTAN ORANG DENGAN SEPEDA MOTOR SALINAN WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG ANGKUTAN ORANG DENGAN SEPEDA MOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALI KOTA DEPOK, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi saat ini tak terhindarkan lagi dampaknya. menjadi kebutuhan pokok saat ini berdampak pada inovasi-inovasi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi saat ini tak terhindarkan lagi dampaknya. menjadi kebutuhan pokok saat ini berdampak pada inovasi-inovasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan ekonomi global berjalan sangat cepat dan kompetitif. Hal ini mau tidak mau memaksa perkembangan ekonomi nasional juga senantiasa bergerak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penting untuk dapat mempengaruhi pola perdagangan. Kemampuan

BAB 1 PENDAHULUAN. penting untuk dapat mempengaruhi pola perdagangan. Kemampuan 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pesat dan majunya teknologi internet mempermudah untuk mengakses informasi apapun yang dibutuhkan, termasuk di dalamnya informasi produk. Adanya kemudahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat bertahan hidup sendiri,

I. PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat bertahan hidup sendiri, 14 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat bertahan hidup sendiri, termasuk juga dalam segi pemenuhan hidupnya yang tidak terbatas. Manusia akan selalu berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Ketenagakerjaan sebagai bagian dari integral dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Ketenagakerjaan sebagai bagian dari integral dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Ketenagakerjaan sebagai bagian dari integral dari Pembangunan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menunjang kegiatan sehari-hari adalah sektor jasa transportasi. Transportasi

BAB I PENDAHULUAN. menunjang kegiatan sehari-hari adalah sektor jasa transportasi. Transportasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu sektor jasa yang memiliki peranan yang cukup vital dalam menunjang kegiatan sehari-hari adalah sektor jasa transportasi. Transportasi merupakan sarana mobilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki mobilitas yang tinggi, seperti berpindah dari satu tempat ke tempat lain

BAB I PENDAHULUAN. memiliki mobilitas yang tinggi, seperti berpindah dari satu tempat ke tempat lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat pada era modern saat ini di dalam aktivitasnya dituntut untuk memiliki mobilitas yang tinggi, seperti berpindah dari satu tempat ke tempat lain dalam waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membayar royalti dalam jumlah tertentu dan untuk jangka waktu tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. membayar royalti dalam jumlah tertentu dan untuk jangka waktu tertentu. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjanjian merupakan permasalahan penting yang perlu mendapat perhatian, mengingat perjanjian sering digunakan oleh individu dalam aspek kehidupan. Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. strategis dalam memperlancar roda perekonomian, memperkukuh persatuan dan

BAB I PENDAHULUAN. strategis dalam memperlancar roda perekonomian, memperkukuh persatuan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Transportasi merupakan salah satu sarana yang sangat penting dan strategis dalam memperlancar roda perekonomian, memperkukuh persatuan dan kesatuan serta mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Transportasi merupakan sarana yang sangat penting dan strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Transportasi merupakan sarana yang sangat penting dan strategis dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Transportasi merupakan sarana yang sangat penting dan strategis dalam memperlancar roda perekonomian, memperkukuh persatuan dan kesatuan dan kesatuan serta mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melayani masyarakat yang ingin menabungkan uangnya di bank, sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. melayani masyarakat yang ingin menabungkan uangnya di bank, sedangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting dalam masyarakat. Oleh karena itu hampir setiap orang pasti mengetahui mengenai peranan bank

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau kecil dan besar, perairan yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau kecil dan besar, perairan yang terdiri dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Transportasi merupakan hal yang sudah lumrah ditemukan di banyak tempat. Seluruh wilayah di Indonesia memiliki alat transportasi yang saling menghubungkan satu

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PERJANJIAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN KAPAL PETI KEMAS MELALUI LAUT (STUDI KASUS PT. MERATUS LINE CABANG PADANG)

PELAKSANAAN PERJANJIAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN KAPAL PETI KEMAS MELALUI LAUT (STUDI KASUS PT. MERATUS LINE CABANG PADANG) PELAKSANAAN PERJANJIAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN KAPAL PETI KEMAS MELALUI LAUT (STUDI KASUS PT. MERATUS LINE CABANG PADANG) A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia memiliki berbagai kebutuhan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia dari tempat asal (origin) ke tempat tujuan (destination). Dalam

BAB I PENDAHULUAN. manusia dari tempat asal (origin) ke tempat tujuan (destination). Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Transportasi dapat diartikan sebagai kegiatan pemindahan barang dan manusia dari tempat asal (origin) ke tempat tujuan (destination). Dalam kegiatan transportasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjanjian pengalihan..., Agnes Kusuma Putri, FH UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjanjian pengalihan..., Agnes Kusuma Putri, FH UI, Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, dinyatakan bahwa Indonesia merupakan negara hukum (rechtsstaat) yang bersumber pada Pancasila dan bukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan dalam segala bidang selalu ditingkatkan dari waktu ke

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan dalam segala bidang selalu ditingkatkan dari waktu ke BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang sehingga pelaksanaan pembangunan dalam segala bidang selalu ditingkatkan dari waktu ke waktu. Pembangunan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maju dan berkembang dengan pesatnya. Pertumbuhan internet yang dimulai

BAB I PENDAHULUAN. maju dan berkembang dengan pesatnya. Pertumbuhan internet yang dimulai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi yang marak akhir-akhir ini, tidak saja memberikan pengaruh terhadap perekonomian suatu negara tertentu namun juga akan berimbas terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2010 ada unit sedangkan pada tahun 2015 ada

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2010 ada unit sedangkan pada tahun 2015 ada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi publik menjadi suatu kebutuhan penting di beberapa negara berkembang mengingat tingginya volume lalu lintas yang dipadati oleh kendaraan pribadi baik kendaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Definisi pembiayaan (finance) berdasarkan Surat Keputusan Menteri

BAB I PENDAHULUAN. Definisi pembiayaan (finance) berdasarkan Surat Keputusan Menteri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Balakang Masalah Dalam perkembangan bisnis dan usaha dana merupakan salah satu sarana penting dalam rangka pembiayaan. Kalangan perbankan selama ini diandalkan sebagai satu-satunya

Lebih terperinci

JURNAL KARYA ILMIAH KEDUDUKAN HUKUM TAKSI ONLINE DALAM SISTEM HUKUM PENGANGKUTAN DARAT DI INDONESIA

JURNAL KARYA ILMIAH KEDUDUKAN HUKUM TAKSI ONLINE DALAM SISTEM HUKUM PENGANGKUTAN DARAT DI INDONESIA 1 JURNAL KARYA ILMIAH KEDUDUKAN HUKUM TAKSI ONLINE DALAM SISTEM HUKUM PENGANGKUTAN DARAT DI INDONESIA Oleh : ABDULLAH FUAD BAMASAQ D1A 011 003 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MATARAM MATARAM 2016 2 HALAMAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kendaraan darat, kendaraan laut, dan kendaraan udara. 1 Transportasi

BAB I PENDAHULUAN. kendaraan darat, kendaraan laut, dan kendaraan udara. 1 Transportasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Transportasi di negara berkembang seperti Indonesia merupakan salah satu elemen yang memegang peranan penting dalam rangka mendorong perekonomian Negara dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan era globalisasi yang semakin pesat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan era globalisasi yang semakin pesat berpengaruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan era globalisasi yang semakin pesat berpengaruh terhadap semakin banyaknya kebutuhan masyarakat akan barang/ jasa tertentu yang diikuti

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pengangkutan terbagi dalam dua hal, yaitu pengangkutan orang dan/atau barang

I. PENDAHULUAN. Pengangkutan terbagi dalam dua hal, yaitu pengangkutan orang dan/atau barang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi merupakan sarana yang dibutuhkan banyak orang sejak jaman dahulu dalam melaksanakan kegiatannya yang diwujudkan dalam bentuk angkutan. Pengangkutan terbagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. signigfikan terhadap sistem ekonomi global dewasa ini. Teknologi telah

BAB I PENDAHULUAN. signigfikan terhadap sistem ekonomi global dewasa ini. Teknologi telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan sains dan teknologi membawa dampak yang signigfikan terhadap sistem ekonomi global dewasa ini. Teknologi telah membawa kontribusi yang begitu domain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Transportasi adalah salah satu bidang kegiatan yang sangat vital dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Transportasi adalah salah satu bidang kegiatan yang sangat vital dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi adalah salah satu bidang kegiatan yang sangat vital dalam kehidupan masyarakat. Dalam menjalani kehidupannya, masyarakat tidak dapat dipisahkan dari transportasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sarana dan prasarana lainnya. akan lahan/tanah juga menjadi semakin tinggi. Untuk mendapatkan tanah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sarana dan prasarana lainnya. akan lahan/tanah juga menjadi semakin tinggi. Untuk mendapatkan tanah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan manusia untuk mencukupi kebutuhan, baik langsung untuk kehidupan seperti bercocok tanam atau tempat tinggal,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terdiri atas perairan laut, sungai, dan danau.diatas teritorial daratan dan perairan

BAB I PENDAHULUAN. terdiri atas perairan laut, sungai, dan danau.diatas teritorial daratan dan perairan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keadaan geografis Indonesia yang merupakan negara kepulauan, dengan beribu-ribu pulau besar dan kecil berupa daratan dan sebagian besar perairan yang terdiri atas perairan

Lebih terperinci

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5208); 3. Peraturan Pemerintah Nomor

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5208); 3. Peraturan Pemerintah Nomor BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 431, 2016 KEMENHUB. Penumpang. Angkutan Penyeberangan. Kewajiban. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 28 TAHUN 2016 TENTANG KEWAJIBAN PENUMPANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara kesatuan Republik Indonesia adalah negara kepulauan yang

BAB I PENDAHULUAN. Negara kesatuan Republik Indonesia adalah negara kepulauan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara kesatuan Republik Indonesia adalah negara kepulauan yang disatukan dari beribu-ribu pulau yang membujur dari Sabang sampai Merauke, dengan letak geografis antar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan masyarakat. Perubahan tersebut juga berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan masyarakat. Perubahan tersebut juga berpengaruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi telah mendorong berbagai perubahan pada setiap aspek kehidupan masyarakat. Perubahan tersebut juga berpengaruh terhadap meningkatnya perdagangan barang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUT DAN PENUMPANG ANGKUTAN UMUM. yang mengangkut, (2) alat (kapal, mobil, dsb) untuk mengangkut.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUT DAN PENUMPANG ANGKUTAN UMUM. yang mengangkut, (2) alat (kapal, mobil, dsb) untuk mengangkut. BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUT DAN PENUMPANG ANGKUTAN UMUM 2.1 Pengangkut 2.1.1 Pengertian pengangkut. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia istilah pengangkut adalah (1) orang yang mengangkut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan manusia, pengangkutan memiliki peranan yang sangat penting. Demikian juga halnya dalam dunia perdagangan, bahkan pengangkutan memegang peranan yang mutlak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini, semakin meningkat pula kebutuhan hidupnya. Kebutuhan manusia akan

BAB I PENDAHULUAN. ini, semakin meningkat pula kebutuhan hidupnya. Kebutuhan manusia akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan meningkatnya peradaban dan pola hidup manusia dewasa ini, semakin meningkat pula kebutuhan hidupnya. Kebutuhan manusia akan sandang, pangan, dan

Lebih terperinci

Dengan adanya pengusaha swasta saja belum dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Hal ini antara lain karena perusahaan swasta hanya melayani jalur-jalur

Dengan adanya pengusaha swasta saja belum dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Hal ini antara lain karena perusahaan swasta hanya melayani jalur-jalur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia pembangunan meningkat setiap harinya, masyarakat pun menganggap kebutuhan yang ada baik diri maupun hubungan dengan orang lain tidak dapat dihindarkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi alat penghubung pengangkutan antar daerah, untuk pengangkutan orang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi alat penghubung pengangkutan antar daerah, untuk pengangkutan orang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sarana transportasi massal saat ini menjadi sangat penting karena letak Indonesia yang begitu luas serta dikelilingi lautan. Transportasi tersebut akan menjadi

Lebih terperinci

BAB II PENYELENGGARAAN JASA ANGKUTAN UMUM PADA PENGANGKUTAN DARAT

BAB II PENYELENGGARAAN JASA ANGKUTAN UMUM PADA PENGANGKUTAN DARAT BAB II PENYELENGGARAAN JASA ANGKUTAN UMUM PADA PENGANGKUTAN DARAT A. Perjanjian Pengangkutan Dalam Penyelenggaraan pengangkutan sangat diperlukan adanya suatu Perjanjian, dimana perjanjian merupakansumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya sendiri tanpa bantuan dari orang lain. Dalam memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya sendiri tanpa bantuan dari orang lain. Dalam memenuhi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri tanpa bantuan dari orang lain. Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya salah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) di Indonesia kian pesat,

I. PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) di Indonesia kian pesat, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) di Indonesia kian pesat, hal ini berdampak pada perubahan aktivitas dalam dunia bisnis. Perubahan tersebut mencakup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dikatakan sangat vital karena sebagai suatu penunjang penting dalam maju

BAB I PENDAHULUAN. Dikatakan sangat vital karena sebagai suatu penunjang penting dalam maju BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengangkutan merupakan bidang yang sangat vital dalam kehidupan masyarakat. Dikatakan sangat vital karena sebagai suatu penunjang penting dalam maju mundurnya perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai dan mewujudkan masyarakat adil, makmur dan sejahtera. 1 Kestabilan

BAB I PENDAHULUAN. mencapai dan mewujudkan masyarakat adil, makmur dan sejahtera. 1 Kestabilan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas kesehatan masyarakat merupakan sesuatu yang mendapatkan perhatian khusus oleh pemerintah Indonesia, karena kesehatan masyarakat menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dahulu dalam melaksanakan kegiatannya yang diwujudkan dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. dahulu dalam melaksanakan kegiatannya yang diwujudkan dalam bentuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi merupakan sarana yang dibutuhkan banyak orang sejak jaman dahulu dalam melaksanakan kegiatannya yang diwujudkan dalam bentuk angkutan. Pengangkutan terbagi

Lebih terperinci

HUKUM PENGANGKUTAN LAUT DI INDONESIA

HUKUM PENGANGKUTAN LAUT DI INDONESIA HUKUM PENGANGKUTAN LAUT DI INDONESIA Pengangkutan Transportasi yang semakin maju dan lancarnya pengangkutan, sudah pasti akan menunjang pelaksanaan pembangunan yaitu berupa penyebaran kebutuhan pembangunan,

Lebih terperinci

BAB III PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA TRANSAKSI ONLINE DENGAN SISTEM PRE ORDER USAHA CLOTHING

BAB III PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA TRANSAKSI ONLINE DENGAN SISTEM PRE ORDER USAHA CLOTHING BAB III PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA TRANSAKSI ONLINE DENGAN SISTEM PRE ORDER USAHA CLOTHING A. Pelaksanaan Jual Beli Sistem Jual beli Pre Order dalam Usaha Clothing Pelaksanaan jual beli sistem pre order

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negosiasi diantara para pihak. Melalui proses negosiasi para pihak berupaya

BAB I PENDAHULUAN. negosiasi diantara para pihak. Melalui proses negosiasi para pihak berupaya BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perjanjian atau Kontrak adalah suatu wadah yang mempertemukan kepentingan satu pihak dengan pihak lain dalam membuat suatu kesepakatan yang kemudian menimbulkan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyelenggaraan ibadah haji dan umroh merupakan tugas nasional karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyelenggaraan ibadah haji dan umroh merupakan tugas nasional karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penyelenggaraan ibadah haji dan umroh merupakan tugas nasional karena jumlah jemaah haji dan umroh Indonesia yang sangat besar, melibatkan berbagai instansi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembayaran biaya tertentu untuk pengangkutan tersebut 2. Kedudukan pengirim dan

BAB I PENDAHULUAN. pembayaran biaya tertentu untuk pengangkutan tersebut 2. Kedudukan pengirim dan BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Pengangkutan dalam dunia perdagangan, merupakan sarana yang penting dimana dengan adanya angkutan akan memudahkan pendistribusian barang/jasa dari produsen ke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan alam kehidupan sekitarnya. 1. ketentuan yang harus dipatuhi oleh setiap anggota masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan alam kehidupan sekitarnya. 1. ketentuan yang harus dipatuhi oleh setiap anggota masyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia diciptakan oleh Allah SWT sebagai makhluk sosial, oleh karenanya manusia itu cenderung untuk hidup bermasyarakat. Dalam hidup bermasyarakat ini

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa transportasi mempunyai peranan penting dalam

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 15 TAHUN 2012

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 15 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 15 TAHUN 2012 TENTANG KELAS JALAN, PENGAMANAN DAN PERLENGKAPAN JALAN KABUPATEN KARAWANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (ojek), kini telah hadir ojek online (GO-JEK), GO-JEK adalah perusahaan berjiwa

BAB 1 PENDAHULUAN. (ojek), kini telah hadir ojek online (GO-JEK), GO-JEK adalah perusahaan berjiwa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi lalu lintas yang padat dan kesibukan masyarakat di Surabaya tidak memungkiri mereka untuk menggunakan jasa transportasi. Untuk menghindari kemacetan

Lebih terperinci

UU NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

UU NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan: UU NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 1. Lalu lintas adalah gerak kendaraan, orang, dan hewan di jalan;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diidamkan setiap perusahaan dituntut untuk memahami keinginan dan kebutuhan. kosumen dari pasar yang menjadi sasaran.

BAB I PENDAHULUAN. diidamkan setiap perusahaan dituntut untuk memahami keinginan dan kebutuhan. kosumen dari pasar yang menjadi sasaran. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan bisnis telah berkembang sangat pesat dan mengalami metamorposis yang berkesinambungan, sehingga persaingan dalam dunia bisnis semakin bertambah ketat dan

Lebih terperinci

BAB I. mobil baru dengan banyak fasilitas dan kemudahan banyak diminati oleh. merek, pembeli harus memesan lebih dahulu ( indent ).

BAB I. mobil baru dengan banyak fasilitas dan kemudahan banyak diminati oleh. merek, pembeli harus memesan lebih dahulu ( indent ). BAB I A. LATAR BELAKANG Kemajuan teknologi di bidang transportasi yang demikian pesat,memberi dampak terhadap perdagangan otomotif, dibuktikan dengan munculnya berbagai jenis mobil baru dari berbagai merek.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hakikat sebagai makhluk sosial. Proses interaksi tersebut bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hakikat sebagai makhluk sosial. Proses interaksi tersebut bertujuan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan individu untuk melakukan proses interaksi antar sesama merupakan hakikat sebagai makhluk sosial. Proses interaksi tersebut bertujuan untuk menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tindakan yang berdasarkan norma dan nilai sosial yang berlaku dan diterapkan di

BAB I PENDAHULUAN. tindakan yang berdasarkan norma dan nilai sosial yang berlaku dan diterapkan di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Interaksi sosial merupakan suatu fondasi dari hubungan yang berupa tindakan yang berdasarkan norma dan nilai sosial yang berlaku dan diterapkan di dalam masyarakat.

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah 5 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan manusia, pengangkutan memegang peranan yang sangat penting. Demikian juga halnya dalam peranan yang mutlak, bahkan pengakutan memegang peranan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUT, PENUMPANG DAN KECELAKAAN. menyelenggarakan pengangkutan barang semua atau sebagian secara time charter

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUT, PENUMPANG DAN KECELAKAAN. menyelenggarakan pengangkutan barang semua atau sebagian secara time charter BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUT, PENUMPANG DAN KECELAKAAN 2.1. Pengangkut 2.1.1. Pengertian pengangkut. Orang yang melakukan pengangkutan disebut pengangkut. Menurut Pasal 466 KUHD, pengangkut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berjudul Tentang Sewa-Menyewa yang meliputi Pasal 1548 sampai dengan

BAB I PENDAHULUAN. berjudul Tentang Sewa-Menyewa yang meliputi Pasal 1548 sampai dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perjanjian sewa-menyewa diatur di bab VII Buku III KUHPerdata yang berjudul Tentang Sewa-Menyewa yang meliputi Pasal 1548 sampai dengan Pasal 1600 KUHPerdata. Defenisi

Lebih terperinci

KONTRAK KERJA KONSTRUKSI

KONTRAK KERJA KONSTRUKSI KONTRAK KERJA KONSTRUKSI Suatu Tinjauan Sistematik Hukum dalam Perjanjian Pekerjaan Rehabilitasi Jembatan TUGU antara Balai Pelaksana Teknis Bina Marga Wilayah Sragen dengan CV. Cakra Kembang S K R I P

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kehadiran bank sebagai penyedia jasa keuangan berkaitan dengan kepentingan

I. PENDAHULUAN. Kehadiran bank sebagai penyedia jasa keuangan berkaitan dengan kepentingan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehadiran bank sebagai penyedia jasa keuangan berkaitan dengan kepentingan masyarakat yang akan mengajukan pinjaman atau kredit kepada bank. Kredit merupakan suatu istilah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya jumlah penduduk, kebutuhan akan tanah terus

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya jumlah penduduk, kebutuhan akan tanah terus 12 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Tanah ditempatkan sebagai suatu bagian penting bagi kehidupan manusia. Seiring dengan berkembangnya jumlah penduduk, kebutuhan akan tanah terus meningkat.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara yang terdiri dari beribu-ribu pulau besar dan

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara yang terdiri dari beribu-ribu pulau besar dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara yang terdiri dari beribu-ribu pulau besar dan kecil, dan berupa perairan yang terdiri dari sebagian besar berupa lautan yang melaksanakan

Lebih terperinci