GAMBARAN PERILAKU PENJUAL PESTISIDA DI DESA UJONG BAROH KECAMATAN JOHAN PAHLAWAN KABUPATEN ACEH BARAT SKRIPSI OLEH RIKA ANDRIANI 09C

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "GAMBARAN PERILAKU PENJUAL PESTISIDA DI DESA UJONG BAROH KECAMATAN JOHAN PAHLAWAN KABUPATEN ACEH BARAT SKRIPSI OLEH RIKA ANDRIANI 09C"

Transkripsi

1 GAMBARAN PERILAKU PENJUAL PESTISIDA DI DESA UJONG BAROH KECAMATAN JOHAN PAHLAWAN KABUPATEN ACEH BARAT SKRIPSI OLEH RIKA ANDRIANI 09C PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS TEUKU UMAR TAHUN 2013

2 ABSTRAK Rika Andriani. Gambaran perilaku penjual Pestisida di Desa Ujong Baroh Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat Tahun Dibawah bimbingan Kiswanto,M.Si dan Salman Rusly, SKM, M.Epid. Pestisida diartikan sebagai bahan yang digunakan untuk membunuh atau mematikan hama-hama, binatang binatang yang merusak pada umumnya serangga,jasad renik, binatang pengerat dan lainnya yang langsung merugikan kepentingan manusia. Tujuan penelitian adalahuntukmengetahui atau melihatlebih lanjut bagaimana Gambaran perilaku penjual pestisida di desa Ujong Baroh Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat tahun Sampel berjumlah 13 orang dari 7 toko yang. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 30 Agustus sampai dengan 6 september 2013 Penelitian ini bersifat survey Deskriptif data diperoleh dengan cara wawancara, kuesioner dan observasi tempat penyajian atau tempat penjualan pestisida. Hasil penelitian yang diperoleh dari responden atau penjual pestisida dengan pengetahuan tinggi12 orang (92,3%) dan yang pengetahuan rendah 1 orang (7,7%),dari kategori sikap yang positif 11 orang (84,6%)dan sikap yang negatif 2 orang (15,4%),responden yang memilki tindakan yang baik 3 (23,1%)dan responden yang memiliki tindakan kurang 10 orang (76,9%). Dari hasil observasi yang penulis lakukan masih banyak tindakan penjual pestisida yang kurang, dalam hal pemakaian APD (Alat Pelindung Diri), padahal pemakaian APD dapat terhindar dari keracunan pestisida karena APD dapat mencegah masuknya pestisida kedalam tubuh dan dari segi penataan pestisida antara pestisida jenis satu dengan jenis yang lainnya tidak dipisahkan. Diharapkan kepada setiap penjual pestisida pengetahuan dan sikap yang tinggi seharusnya diaplikasikan dengan baik jangan sampai pengetahuan dan sikapnya tinggi tapi tindakan dilapangan kurang baik dan berhati-hati dalam melaksanakan tugasnya dan senantiasa mengikuti aturan-aturan tentang penjualan pestisida. Kata Kunci : Pengetahuan, sikap, dan tindakan penjual pestisida. ii

3 ii

4 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-Undang Kesehatan RI No.36 tahun 2009 pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa,kesehatan merupakan keadaan sehat baik secara fisik,mental,spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan/serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu,terintegrasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan,pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah atau masyarakat. Pelayanan Kesehatan Promotif merupakan suatu kegiatan atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan kegiatan yang bersifat promosi kesehatan. Pelayanan kesehatan preventif merupakan suatu kegiatan pencegahan terhadap suatu masalah kesehatan atau penyakit (UU Kesehatan RI No.36,2009 ). Pestisida diartikan sebagai bahan yang digunakan untuk membunuh atau untuk mematikan hama-hama, binatang-binatang yang merusak pada umumnya serangga,jasad renik,binatang pengerat dan lainnya yang langsung merugikan kepentingan manusia. Gangguan kesehatan pada manusia khususnya penjaga toko pestisida oleh pestisida disebabkan oleh sikap,pengetahuan,tindakan yang tidak tepat. 1

5 Sebenarnya penggunaan untuk membunuh serangga sudah dikenal sejak abad 1 sesudah masehi, dengan adanya penggunaan racun arsen oleh bangsa Yunani dan Cina untuk membunuh hama. Penggunaan insektisida secara moderen dimulai tahun 1867, ketika Paris Green untuk pertama kalinya di USA untuk memberantas Kumbang. (Untung, 2006). Menurut Sudarmo, dalam Sianturi ( 2003). Berdasarkan data pencatatan dari Badan Proteksi Lingkungan Amerika Serikat, saat ini lebih dari dari bahan aktif pestisida yang telah beredar di pasaran. Bahan aktif tersebut sebanyak, 575 berupa herbisida, 610 berupa insektisida, 670 berupa fungisida dan nematisida, 125 berupa rodentisida, dan 600 berupa disinfektan. Lebih dari 35 ribu formulasi telah dipasarkan di seluruh dunia. Penggunaan pestisida dari waktu kewaktu terus meningkat. Hasil kajian Field Indonesia pada 306 petani padi di Klaten tahun 2011 lalu sungguh mencengangkan. Petani yang disurvei menggunakan pestisida rata-rata 5,7 kali per musim tanam. Suatu jumlah yang sangat tinggi di tanaman padi. Hal ini didukung oleh peredaran pestisida yang luas di negeri ini. Jumlah merek pestisida yang beredar makin banyak dari tahun ke tahun. Saat ini berdasarkan data Komisi Pestisida di bawah Kementerian Pertanian sudah terdaftar fungisida 350 merek, herbisida 600 merek dan insektisida 800 merek, dengan ijin tetap. Jumlah ini tidak termasuk produk yang illegal (Fahmi, 2012). Untuk melindungi keselamatan manusia dan sumber-sumber kekayaan alam khususnya kekayaan alam hayati serta agar pestisida dapat digunakan secara efektif, maka peredaran, penyimpanan dan penggunaan pestisida diatur dengan Peraturan Menteri pertanian 24/Permentan/SR.140/4/2011 diantaranya adalah 2

6 tentang syarat, tata cara pendaftaranpestisida, kemudian pestisida yang boleh disimpan, diedarkan dan digunakan adalah pestisida yang memperoleh izin dari Menteri Pertanian melalui Komisi Pestisida. Upaya pengamanan pestisida meliputi kegiatan pengawasan terhadap pengeloloan pestisida pengendalian pencemaran dan residu pestisida, pengendalian paparan(penjamah) pestisida, pengendalian keracunan pestisida (Depkes RI,2000. dalam Sianturi, 2006). Secara umum, pestisida diartikan sebagai suatu formula yang digunakan untuk mengendalikan hama, gulma dan penyakit pada tumbuhan dan hewan. Asal katanya sendiri adalah pest yang berarti serangga, dan cyanida yang berarti racun.dalam perjalanannya, pestisida ada yang ditemukan, diproduksi secara massal, dipuja-puja, tetapi kemudian dilarang. Contoh paling terkenal adalah DDT (Dikloro Difenil Trikloroetan) dan Endrin berikut turunannya Dieldrin.Selain itu, masih banyak jenis pestisida yang kini dilarang penggunaannya oleh pemerintah. Sebab-sebab pelarangan itu bisa jadi karena telah ditolak sejak pertama kali didaftarkan, atas aduan konsumen dan temuan di lapangan, atau atas permintaan pemilik hak patennya. Pelarangan itu sendiri ada dua jenis, pelarangan secara umum dan pelarangan pada bidang tertentu saja. Semua pelarangan penggunaan pestisida ini adalah bertujuan untuk melindungi manusia dan lingkungan. Maka dari itu seorang penjual pestisida harus lebih teliti lagi, jenis pestisida apa saja yang boleh di jual belikan dan jenis apa saja yang di larang untuk diedarkan (Deptan, 2013). Berdasarkan hasil observasi awal pada beberapa toko penjual pestisida dapat terlihat bahwa penjual banyak yang tidak memakai pelindung yang 3

7 memadai atau menggunakan perlindungan khusus. Penjual dalam melaksanakan aktivitas jualannya di ruangan kios tersebut sering merokok, minum, atau makan dan tidak mencuci tangan setelah terpapar dengan pestisida. Hal ini dapat dijadikan sebagai bukti bahwa pengetahuan penjual tentang penanganan pestisida masih rendah. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, Maka peneliti tertarik untuk melihat lebih lanjut bagaimana gambaran perilaku penjual pestisida yang ada di Desa Ujong BarohKecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat tahun Tujuan Penelitian Tujuan Umum Untuk mengetahui gambaran Perilaku penjual pestisida di desa Ujong Barohkecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barattahun Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui bagaimana tingkat Pengetahuan Penjual pestisida 2. Untuk mengetahui Sikap Penjual pestisida dalam Menangani pestisida. 3. Untuk mengetahuitindakan penjual/penjaga toko pestisida dalam hal penanganan pestisida. 4

8 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat Teoritis 1. Hasil penelitian ini digunakan untuk bahan acuan dalam proses pengembangan keilmuan. 2. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk masukan dalam rangka menambah wacana keilmuan di dunia kesehatan. 3. Untuk menambah wawasan di kalangan pembeli tentang bahaya pestisida bagi kesehatan 4. Penambahan pengetahuan dalam mengembangkan wawasan berfikir penulis dalam mengaplikasikan teori dengan kenyataan serta menggunakan cara pengkajian ilmiah dalam menyikapi permasalahan tentang bahaya pestisida bagi penjual pestisida Manfaat Praktis 1. Informasi kepada penjual dan pembeli untuk proaktif mengetahui agar waspada bahaya pestisida apabila tindakan yang dilakukan tidak sesuai. 2. Masukan kepada pemerintah daerah Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat,Dinas Pertanian dan berbagai pihak terkait dalam penelitian ini. 5

9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Perilaku Menurut Notoadmodjo (2003), P erilaku dipandang dari segi bologis adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Jadi, perilaku manusia pada hakikatnya adalah suatu aktivitas dari pada manusia itu sendiri. Perilaku dan gejala yang tampak pada organisme tersebut dipengaruhi baik oleh faktor genetik (keturunan) dan lingkungan. Secara umum dapat dikatakan faktor genetik dan lingkungan merupakan penentu dari perilaku mahluk hidup termasuk dari manusia. Hereditas atau faktor keturunan adalah merupakan konsepsi dasar atau modal untuk perkembangan perilaku mahluk hidup itu selanjutnya. Sedangkan faktor lingkungan adalah merupakan kondisi atau merupakan lahan untuk perkembangan perilaku tersebut. Prilaku manusia merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi manusia dan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan tindakan. Perilaku merupakan respon atau reaksi individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respon ini bersifat fasif ( tanpa tindakan) maupun aktif disertai tindakan ( Notoatmodjo, 2007). 2.2 Bentuk Perilaku Menurut Notoatmodjo (2003), secara lebih operasional perilaku dapat diartikan suatu respon organisme atau seseorang terhadap rangsangan (stimulus) dari luar objek. 6

10 Respon ini dibedakan menjadi 2 (dua) : 1. Perilaku tertutup (covert behavior) Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup ( covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan/ kesadaran dan sikap yang terjadi orang menerima stimulus tersebut dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain. 2. Perilaku terbuka (overt behavior) Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam tindakan atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain. Oleh sebab itu disebut overt behavior, tindakan nyata atau praktek ( practice) misal, penjual pestisida pada saat menangani pestisida. Berdasarkan batasan perilaku dari Skiner (1938) dalam Notoatmodjo (2007),maka perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok : 1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance) Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang uantuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. Oleh sebab itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3 aspek : a) Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit. 7

11 b) Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sehat. Perlu dijelaskan disini, bahwa kesehatan itu sangat dinamis dan relatif, maka dari orang yang sehat pun perlu diupayakan supaya mencapai tingkat kesehatan yang seoptimal mungkin. c) Perilaku gizi (makanan dan minuman), makanan dan minuman dapat memelihara dan dan meningkatkan kesehatan seseorang tetapi sebaliknya makanan dan minuman dapat menjadi penyebab menurunnya kesehatan seseorang bahkan dapat mendatangkan penyakit. Hal ini sangat tergantung pada prilaku orang terhadap makanan dan minuman tersebut. 2. Perilaku pencaharian dan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan atau disebut perilaku pencaharian pengobatan ( health seeking behavior). 3. Perilaku kesehatan lingkungan adalah merespons lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya, dan sebagainya,sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya. 2.3 Domain Prilaku Kesehatan Prilaku manusia sangat kompleks dam mempunyai ruang lingkup yang sangat luas. Benyamin Bloom ( 1908 ) dalam Notoatmodjo (2007) seorang ahli psikologi pendidikan membagi prilaku itu kedalam 3 domain ( ranah / kawasan ), meskipun kawasan-kawasan tersebut tidak mempunyai batasan yang jelas dan tegas. Pembagian kawasan ini dilakukan untuk kepentingan tujuan pendidikan. Bahwa dalam tujuan suatu pendidikan adalah mengembangkan atau meningkatkan ketiga domain prilaku tersebut, yang tediri dari : ranah kognitif (cognitive domain), ranah afektif (affective domain), dan ranah psikomotor (psychomotor 8

12 domain). Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan, dan untuk kepentingan pengukuran hasil pendidikan, ketiga domain itu diukur dari : pengetahuan ( knowledge), sikap ( attitude ), dan praktik atau tindakan ( Practik ) Pengetahuan Menurut Notoatmodjo ( 2007) pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni : indra penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa, dan peraba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.pengetahuan yang dicangkup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat yakni : 1. Tahu ( Know) diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali ( Recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. 2. Memahami (Comprehension) diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. 3. Aplikasi ( Application) diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya ). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. 9

13 4. Analisis ( Analysis ) adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja: dapat menggambarkan (membuat bagan ), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya. 5. Sintesis ( Synthesis) menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk maenyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. 6. Evaluasi ( Evaluation) ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Pengetahuan terbagi menjadi 2 yaitu : a. Pengetahuan implisit adalah pengetahuan yang masih tertanam dalam bentuk pengalaman seseorang dan berisi faktor-faktor yang tidak bersifat nyata seperti keyakinan pribadi, perspektif, dan prinsip. b. Pengetahuan eksplisit adalah pengetahuan yang telah didokumentasikan atau disimpan dalam wujud nyata berupa media atau semacamnya. Contohnyaadalah petunjuk penggunaan, prosedur, dan video how-to. 10

14 - Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan Pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya adalah : a. Pendidikan Menurut Undang-undang No 20 Tahun 2003, pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, maka jelas dapat kita kerucutkan sebuah visi pendidikan yaitu mencerdaskan manusia. b. Media Media yang secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat yang sangat luas. Jadi contoh dari media massa ini adalah televisi, radio, koran, dan majalah. c. Informasi informasi adalah sesuatu yang dapat diketahui, namun ada pula yang menekankan informasi sebagai transfer pengetahuan atau suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan, memanipulasi, mengumumkan, menganalisa, dan menyebarkan informasi dengan tujuan tertentu Sikap Menurut Notoatmodjo (2007) Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Dalam bagian lain Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2007) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai tiga komponen pokok, yaitu : 11

15 1. Kepercayaan( keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek 2. Kehidupan emosional untuk evaluasi emosional terhadap suatu objek 3. Kecenderungan untuk bertindak ( Trend to behave ) Keyakinan bahwa "Diskriminasi itu salah" merupakan sebuah pernyataan evaluatif. Opini semacam ini adalah komponen kognitif dari sikap yang menentukan tingkatan untuk bagian yang lebih penting dari sebuah sikap komponen afektifnya. Perasaan adalah segmen emosionalatau perasaan dari sebuah sikap dan tercermin dalam pernyataan seperti "Saya tidak menyukai John karena ia mendiskriminasi orang-orang minoritas." Akhirnya, perasaan bisa menimbulkan hasil akhir dari perilaku. Komponen perilaku dari sebuah sikap merujuk pada suatu maksud untuk berperilaku dalam cara tertentu terhadap seseorang atau sesuatu (Notoatmodjo, 2007). Pada akhir tahun 1960-an, hubungan yang diterima tentang sikap dan perilaku ditentang oleh sebuah tinjauan dari penelitian. Berdasarkan evaluasi sejumlah penelitian yang menyelidiki hubungan sikap dengan perilaku, peninjau menyimpulkan bahwa sikap tidak berhubungan dengan perilaku atau, paling banyak, hanya berhubungan sedikit. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa sikap memprediksi perilaku masa depan secara signifikan dan memperkuat keyakinan semula dari Festinger bahwa hubungan tersebut bisa ditingkatkan dengan memperhitungkan variabel-variabel pengait (Notoatmodjo, 2007) Praktik atau tindakan Menurut Notoatmodjo (2007), suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behaviour) untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbedaan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang 12

16 memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Selain faktor fasilitas juga diperlukan juga diperlukan faktor dukungan ( Support ) dari pihak lain. a. Persepsi Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang kan diambil merupakan paktik tingkat pertama. b. Respon terpimpin ( Guided respons ) Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh adalah indikator praktik tingkat dua. c. Mekanisme (Mecanism) Apabila seseorang telah melakukan sesuatu dengan benar secara otomasis atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka ia sudah mencapai praktik tingkat tiga. d. Adaptasi (Adaptation) Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik artinya tindaka itu sudah dimodifikasinya sendiri tanpa mengurangi kebenaran tindakannya tersebut. 2.4 Pengertian Pestisida Istilah pestisida merupakan terjemahan dari pesticide (inggris) yang berasal dari bahasa latin pestis dan caedo yang biasa diterjemahkan secara bebas menjadi racun untuk mengendalikan jasad pengganggu pada tanaman sering juga disebut dengan organisme pengganggu tanaman (OPT) (Wudianto, 2001). Menurut kata asalnya, Pestisida berasal dari kata Pesticide yaitu pest berarti hama, Cide berarti mematikan/membunuh.pestisida diartikan sebagai 13

17 bahan yang digunakan untuk membunuh atau mematikan hama-hama, binatang binatang yang merusak pada umumnya serangga,jasad renik, binatang pengerat dan lainnya yang langsung merugikan kepentingan manusia (Djojosumarto,2004). Menurut Peraturan Menteri Pertanian No. 07/Permentan /SR.140/2/2007, tentang syarat dan tatacara pendaftaran pestisida, pasal 1 menyebutkan bahwa yang dimaksud pestisida adalah semua zat kimiaatau bahan lain serta jasat renik dan virus yang digunakan untuk: a. Memberantas atau mencegah hama dan penyakit yang merusak tanaman,bagian tanaman atau hasil pertanian b. Memberantas rumput c. Mematikan daun, mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan d. Mengatur dan merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian tanaman, tidak termasuk pupuk e. Memberantas hama luar pada hewan piaraan dan ternak f. Memberantas atau mencegah hama air g. Memberantas atau mencegah binatang dan jasak renik dalam rumah tangga (RT), bangunan dan alat pengangkutan h. Memberantas atau mencegah binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia atau binatang yang perlu di lindungi dengan penggunaan pada tanaman, tanah dan air. Menurut TheUnited states Enviromental pesticide control Act pestisida adalah sebagai berikut: 1. Semua zat atau campuran zat yang khusus digunakan untuk mengendalikan, mencegah, atau menangkis gangguan serangga, binatang penggerat, 14

18 nematoda, gulma, virus, bakteri, jasad renik yang dianggap hama, kecuali virus, bakteri, atau jasad renik lainnya yang terdapat pada manusia dan binatang. 2. Semua zat atau campuran zat yang digunakan untuk mengatur pertumbuhan tanaman atau pengering tanaman( Djojosumarto, 2008). 2.5 Klasifikasi Pestisida Berdasarkan jenisnya Menurut Untung (2006), dari banyaknya jenis jasad pengganggu yang bisa mengakibatkan fatalnya hasil pertanian, pestisida ini diklasifikasikan lagi menjadi beberapa macam sesuai dengan sasaran yang akan dikendalikan, seperti insektisida (serangga), herbisida (gulma), bakterisida (bakteri), fung isida (jamur), nematisida (cacing), akarisida (tungau), rodentisida (binatang penggerat), moluskisida (siput), dan pestisida lainnya Berdasarkan bentuknya Menurut Untung (2006), Bentuk pestisida ini berkaitan dengan cara penggunaan atau penyebaran pestisida dilapangan maka bentuk pestisida dapat digolongkan : a. Tepung hembus (Dust = D) Penggunaan pestisida harus dihembuskan dalam bentuk kering menggunakan alat penghembus atau emposan. b. Butiran (Granula = G) Penggunaan pestisida dengan disebarkan atau ditaburkan di atas tanah dengan menggunakan tangan. c. Tepung yang dapat disuspensikan dalam air (Wettable powder = WP) 15

19 Pestisida dalam bentuk ini dalam penggunaannya harus dibasahi dulu dengan air sebelum disemprotkan. d. Tepung yang larut dalam air (Water-soluble powder = SP) Jenis pestisida ini harus dilarutkan dulu kedalam air sebelum disemprotkan. e. Cairan (emulsifiable concentrate = EC) Walaupun sudah berbentuk cairan, tapi pestisida ini tidak bisa langsung digunakan, harus dicampur dulu dengan air, baru disemprotkan. f. Suspensi (flowable concentrate = F) Pestisida ini bisa berbentuk cairan atau padatan dan sebelum diuapkan dicampur dulu dengan air Berdasarkan cara kerjanya Menurut Untung (2006), cara kerja pestisida terbagi beberapa macam : a. Pestisida Kontak Pestisida kontak berarti mempunyai daya bunuh setelah tubuh jasad terkena sasaran. b. Pestisida Fumigam Pestisida fumigam berarti mempunyai daya bunuh jasad setelah jasad terkena uap atau gas. c. Pestisida Sistemik Pestisida sistemik berarti dapat ditranslokasikan ke berbagai bagian tanaman melalui jaringan dan hama akan mati kalau mengisap tanaman. d. Pestisida Lambung Pestisida lambung berarti mempunyai daya bunuh setelah jasad sasaran memakan pestisida. 16

20 2.5.4 Penggolongan pestisida berdasarkan struktur kimia pestisida Menurut Oka (2005), penggolongan pestisida dapat dilakukan dengan bermacam-macam cara. Berdasarkan susunan kimianya pestisida dapat dikelompokkan menjadi beberapa golongan antara lain sebagai berikut: 1. Golongan Organochlorin Pestisida golongan Organoclhorin di Indonesia hanya digunakan untuk memberantas vector malaria dan tidak digunakan untuk pertanian. Contoh pestisida golongan organochlorin adalah DDT, Dieldrin, Endrin dan lainlainumumnya golongan ini mempunyai sifat utama yaitu: merupakan racun yang universal,degradasinya berlangsung sangat lambat larut dalam lemak. pestisida ini merupakan senyawa yang tidak reaktif, bersifat stabil dan persisten. Gejala keracunan yang disebabkan golongan ini adalah: sakit kepala, pusing,mual,muntah, mencret,badan lemah,gugup,gemetar dan kesadaran hilang. 2. Golongan Organophosfat Bahan aktif sebagian besar golongan ini sudah dilarang beredar di Indonesia misalnya diazinon dan basudin Golongan ini mempunyai sifat-sifat sebagai berikut : merupakan racun yang tidak selektif degradasinya berlangsung lebih cepat atau kurang persisten di lingkungan, menimbulkan resisten pada berbagai serangga dan memusnahkan populasi predator dan serangga parasit, lebih toksik terhadap manusia daripada organokhlor. Contoh nama Formulasi yang menggunakan bahan aktif golongan organofosfat adalah herbisida:scout180/22 AS,Roundup75 WSG, Fungisida: Kasumiron 25/1 WP, afigon 300 EC, Rizolex 50 WP,insektisida : curacon 500 EC, voltage, 560 EC,Ta. kuthion 500 E. pestisida golongan ini masuk ke dalam tubuh melalui mulut, kulit 17

21 atau pernafasan. Gejala keracunan adalah timbulnya gerakan otot-otot tertentu, penglihatan mata terganggu, banyak keringat dan otot-otot tidak bisa digerakkan. 3. Golongan Carbamat Termasuk baygon, bayrusil, dan lain-lain Golongan ini mempunyai sifat sebagai berikut : mirip dengan sifat pestisida organophosfat, tidak terakumulasi dalam sistem kehidupan, degradasi tetap cepat diturunkan dan dieliminasi namun pestisida ini aman untuk hewan, tetapi toksik yang kuat untuk tawon.bahan aktif yang termasuk dalam golongan ini adalah : Karbaril, dan methanol yang telah dilarang penggunaannya. Namun masih banyak formulasi pestisida berbahan aktif golongan carbamat, misalnya Fungisida Previcur, Toksin 500 F, insektisida, misalnya Curater 3 G,Dicarzinol 25 SP. Bahan aktif ini masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan atau termakan dan kemudian akan menghambat enzim Kholinesterase seperti pada keracunan organofosfat. 4. Pyretroid Sintetik Salah satu insektisida tertua di dunia, merupakan campuran dari beberapaester yang disebut pyretrin yang diekstraksi dari bunga dari genus Chrysanthemum.Jenis pyretroid yang relatif stabil terhadap sinar matahari adalah : deltametrin, permetrin, fenvalerate. Sedangkan jenis pyretroid yang sintetis yang stabil terhadap sinar matahari dan sangat beracun bagi serangga adalah : difetrin, sipermetrin, fluvalinate, siflutrin, fenpropatrin, tralometrin, sihalometrin, flusitrinate. 5. Fumigan Fumiganadalah senyawa atau campuran yang menghasilkan gas atau uap atau asap untuk membunuh serangga, cacing, bakteri, dan tikus. Biasanya 18

22 fumigant merupakan cairan atau zat padat yang murah menguap atau menghasilkan gas yang mengandung halogen yang radikal (Cl, Br, F), misalnya chlorofikrin, ethylendibromide, naftalene, metylbromide, formaldehid, fostin. Berdasarkan bentuk fisik, jalur masuk pestisida ke dalam tubuh dan daya racunnya bila terhirup atau terkontaminasi, pestisida dibagi menjadi 4 (empat) kelas seperti diuraikan pada Tabel 2.1. di bawah ini: Table 2.1 Kriteria Klasifikasi Pestisida Berdasarkan Bentuk Fisik, Jalan Masuk ke Dalam tubuh dan Daya Racunnya LD50 untuk tikus (mg/kg) Klasifikasi Oral Dermal Padat Cair Padat Cair I.a. Sangat berbahaya sekali < 5 < 20 < 10 < 40 b. Sangat berbahaya II. Berbahaya III. Cukup berbahaya >500 > 2000 >1000 >4000 Sumber : Depkes RI, 2003 Jenis pestisida yang paling beracun adalah yang mirip dengan gas syaraf, yaitu jenis Organofosfat dan Metilcarbamat. Pestisida jenis ini sangat berbahaya karena mereka menyerang acetil cholinesterase, suatu bahan yang diperlukan oleh system syaraf kita agar dapat berfungsi dengan normal. Pestisida jenis ini menurunkan kadar acetil cholinesterase dan hal inilah yang memunculkan gejalagejala keracunan. Pestisida gas syaraf menyebabkan kematian yang paling banyak di seluruh dunia dibanding pestisida jenis lain (Suwondo, 2005). Tabel 2.2. Beberapa jenis Pestisida gas syaraf yang paling berbahaya ORGANOFOSFAT METILCARBAMAT 1. Azinofhosmethil 1. Aldicarb 19

23 2. Demeton methyl 2. Carbofuran 3. Dichlorvos / DDVP 3. Fomentanate 4. Disulfoton 4. Methomyl 5. Ethion 5. Oxamyl 6. Ethyl parathion / Parathion 6. Propoxur 7. Fenamiphos 8. Fensulfothin 9. Methamidophos 10. Methidathion 11. Methyl parathion 12. Mevinphos 13. Phorate 14. Sulfotepp 15.Terbufos Sumber: Depkes RI, Penggunaan Pestisida dan Pengaruhnya terhadap Kesehatan Penggunaan Pestisida Cara penggunaan pestisida yang tepat merupakan salah satu faktor penting yang menentukan keberhasilan pengendalian hama. walaupun jenis obatnya baik, namun karena penggunaannya tidak betul maka menyebabkan sia-sianya penggunaan pestisida. Hal teknis yang perlu diperhatikan dalam penggunaan pestisida adalah ketepatan menggunakan dosis. dosis yang terlalu tinggi menyebabkan sia-sianya penggunaan pestisida, disamping itu dapat merusak lingkungan. sedangkan dosis yang terlalu rendah akan menyebabkan hama sasaran tidak mati, disamping malah dapat mendorong mempercepat timbulnya resistensi. Menurut Sudarmo (1991) dalam sianturi (2006) Untuk menggunakan pestisida ada beberapa hal yang harus diperhatikanantara lain: 20

24 1. Pestisida digunakan apabila diperlukan 2. Sebaiknya makan dan minum secukupnya sebelum bekerja dengan pestisida 3. Harus mengikuti petunjuk yang tercantum dalam label 4. Anak-anak tidak diperkenankan mengunakan pestisida, demikian juga wanita hamil dan orang yang tidak baik kesehatannya 5. Apabila terjadi luka, tutuplah luka tersebut, karena pestisida dapat terserap melalui luka 6. Gunakan perlengkapan pakaian lengan panjang dan kaki panjang,sarung tangan, sepatu boot, kacamata, masker dan tutup kepala 7. Hati-hati bekerja dengan pestisida,lebih-lebih yang konsentrasinya pekat, tidak boleh sambil makan dan minum 8. Sebaiknya pada waktu pengenceran atau pencampuran pestisida dilakukan pada tempat terbuka, gunakan selalu alat bersih dan khusus 9. Tidak diperkenankan mencampur pestisida lebih dari satu macam, kecuali dianjurkan 10. Jangan menyemprot berlawanan dengan arah angin, bila tidak enak badan berhentilah bekerja 11. Setelah bekerja dengan pestisida, semua peralatan harus dibersihkan, demikian pula pakaian-pakaian dan mandilah dengan sabun sebersih mungkin Pengaruh Pestisida Terhadap Kesehatan 21

25 Risiko bagi keselamatan pengguna adalah kontaminasi pestisida secara langsung, yang dapat mengakibatkan keracunan, baik akut maupun kronis. Keracunan akut dapat menimbulkan gejala sakit kepala, pusing, mual, muntah, dan sebagainya. Beberapa pestisida dapat menimbulkan iritasi kulit, bahkan dapat mengakibatkan kebutaan. Keracunan pestisida yang akut berat dapat menyebabkan penderita tidak sadarkan diri, kejang-kejang, bahkan meninggal dunia. Keracunan kronis lebih sulit dideteksi karena tidak segera terasa, tetapi dalam jangka panjang dapat menimbulkan gangguan kesehatan ( Djojosumarto, 2004 ). Keracunan kronis adalah keracunan yang disebabkan oleh pemaparan kadar rendah dalam jangka panjang atau pemaparan dalam waktu singkat denga akibat kronis. keracunan dapat ditemukan dalam bentuk kelainan saraf dan perilaku (neutotoksik) atau mutagenitas. Menurut Kusnoputrato (1996) dalam sianturi (2006), Kejadian Keracunan akut karena pestisida di Indonesia pada tahun menunjukkan bahwa beberapa provinsi yang melaporkan kejadiannya di 98 kabupaten selama kurun waktu tersebut, tercatat yang menderita sebanyak orang dan yang meninggal sebanyak orang. Dari penderita ini ditemukan 399 orang keracunan pestisida golongan organofosfat dan karbamat. Penyebab keracunan sebagian besar karena kontaminasi pestisida dengan pekerja/ petugas. 2.7 Persyaratan Kesehatan Tempat Penyimpanan Pestisida 22

26 Berdasarkan Kep.Dirjen PPM &PLP Nomor 32-/PD LP 1993) dalam Sianturi,(2006):Persyaratan Kesehatan Tempat Penyajian Pestisida sebagai berikut : 1. Konstruksi Ruang a. Kontruksi ruang penyajian pestisida diatur sedemikian rupa sehingga memberikan kemudahan dan pelayanan kepada pembeli. b. Ruangan penyajian mudah dibersihkan. c. Luas ventilasi minimal 20% dari luas lantai. d. Pencahayaan minimal 200 lux. 2. Tata Letak a. Setiap jenis (nama dagang) pestisida tidak boleh disajikan terlalu bayak di ruangan penjualan. b. Setiap jenis pestisida harus disajikan dalam rak/lemari maksimal tingginya 2 meter, bila boleh ditempatkan langsung lemari. c. Pestisida terbatas (r elatif sangat berbahaya) harus ditempatkan dalam lemari kaca terkunci. d. Peletakan satu jenis pestisida dengan jenis lainnya harus jelas batasnya (ada batas ruangan pemisah). e. Bahan makanan, obat-obatan dan barang konsumsi lainnya tidak boleh disajikan berdekatan dengan pestisida. 3. Penjualan pestisida tidak boleh dilakukan dengan cara membuka, merubah atau menukar wadah aslinya. 4. Sarana lain yang harus dimiliki. a. Alat Pemadam Kebakaran. 23

27 b. Tempat cuci tangan yang dilengkapi dengan sabun dan lap. c. Kakus dan Kamar Mandi. 2.8Mencegah keracunan Menurut Oka (2005), tindakan pencegahan lebih penting daripaada pengobatan. Untuk itu waspada dalam penyimpanan dan pembuangan sisa atau bekas kemasan pestisida adalah tindakan yang paling tepat. 1. Tempat penyimpanan Tempat penyimpanan pestisida biasa berupa almari atau peti khusus atau juga ruangan khusus yang tidak mudah dijangkau anak-anak atau hewan peliharaan. Bila perlu tempat penyimpanan ini dikunci. Letakkan tempat penyimpanan ini jauh dari tempat bahan makanan, minuman, dan sumber api. Usahakan tempat pestisida menpunyai ventilasi yang cukup, tidak terkena matahari langsung, dan tidak terkena air hujan agar pestisida tidak rusak. 2. Mengelola wadah pestisida Pestisida harus tetap tersimpan dalam wadah atau bungkus aslinya yang memuat label atau keterangan mengenai penggunaannya dan petunjuk keamanannya. Dengan demikian bila ada keracunan atau akan digunakan lagi petunjuknya masih jelas. Wadah tidak bocor dan tertutup rapat. Bila kena uap air atau zat asam, pestisida bisa rusak dan tidak efektif lagi digunakan. Pindahkan isi bila wadah bocor ke tempat yang merek dagangnya sama dengan petunjuk yang masih jelas. Bila tidak ada, pindahkan ke tempat lain yang tertutup rapat dengan menuliskan keterangan mengenai merek dagangnya, bahan aktifnya, dan cara penggunaannya. 24

28 2.9 Pertolongan Pertama Keracunan Pestisida Menurut Djojosumarto (2012), Hentikan segera kegiatan menggunakan pestisida setelah tubuh terasa kurang enak, misalnya pusing, mual, kulit panas dan gatal, serta mata berkunang-kunang, juga bila beberapa jam setelah bekerja dengan pestisida tubuh terasa lemas, sukar tidur, gangguan perut, berkeringan tidak wajar, gugup, dan sebagainya. Perlu disadari sepenuhnya bahwa ini semua adalah gejala keracunan. Langkah-langkah pertolongan pertama yang dilakukan pada saat mengalami keracunan : 1. Bila pestisida masuk mulut dan penderita sadar a. Muntahkan penderita dengan mengorek dinding belakang tenggorokan dengan jari atau alat lain yang bersih atau memberinya minum air hangat yang dicampur 1 sendok makan garam. Pemuntahan dilakukan terus sampai keluar cairan jernih. Usahakan muntahan tidak masuk ke paru-paru dengan cara posisi kepala lebih rendah dan menghadap kebawah. b. Jangan beri susu atau minuman dan makanan yang berlemak bila teracuni golongan klorhidrokarbon. c. Beri minum susu atau putih telur dalam air bila yang tertelan bahan korosif. bila keduanya tidak ada dapat di beri air putih. d. Bila penderita kejang jangan dilakukan pemuntahan. Baringkan dan beri bantal di bawah kepala penderita. Buka kancing baju di sekitar leher agar pernafasan lancer. 2. Apabila pestisida terisap a. Bawa ke tempat terbuka berudara segar bila penderita mengisap debu, bubuk, uap, atau butir-butir semprotan. 25

29 b. Longgarkan pakaian dan baringkan dengan dagu terangkat agar bisa bernafas bebas. c. Gerakkan tangannya naik turun agar penderita bisa menghirup udara segar secara maksimal. d. Hubungi segera petugas puskesma apabila terjadi keracunan berat. 3. Apabila mengenai mata Segera cuci mata dengan air bersih yang banyak secara terus-menerus selama 15 menit. dan tutup mata dengan kapas steril. 4. Bila tertelan dan penderita tidak sadar a. Usaha saluran pernafasan tidak tersumbat. Bersihkan hidung dari lendir atau muntahan dan bersihkan mulut dan air liur, lendir, sisa makanan, dan lepaskan gigi palsu. b. Baringkan penderita dengan posisi tengkurap dan kepala menghadap ke samping. c. Bila penderita berhenti bernafas lakukan pernapasan buatan. Namun, bukan pernapasan dari mulut ke mulut agar penolong tidak ikut keracunan. d. Bawa ke balai pengobatan terdekat. 5. Bila penderita kejang Longgarkan pakaian disekitar leher, taruh bantal dibawah kepala, lepaskan gigi palsu, dan berikan ganjal diantara gigi agar bibir dan lidah tidak tergigit. 6. Bila mengena kulit a. Bersihkan kulit yang terkena dengan air yang mengalir dan sabun sampai bersih. 26

30 b. Jangan oleskan bahan apapun kekulit yang terkena, terlebih yang mengandung minyak. 2.10Jenis Pakaian Pelindung Diri Menurut Harrington (2005 ), Untuk melindungi badan dari pemaparan pestisida, dapat digunakan pakaian pelindung diri berupa : a. Pakaian Kerja (Body Covering) Adapun syarat pakaian kerja yang baik jika baju berlengan panjang tidak memiliki lipatan terlalu banyak, demikian juga celana panjang, tidak memiliki lipatan terlalu banyak karena dapat sebagai tempat untuk menyimpan partikelpartikel pestisida. Sedangkan yang baik adalah mengggunakan pakaian terusan (workpark) yang merupakan pakaian kerja yang dianjurkan. b. Sarung Tangan ( Gloves ) Adapun sarung tangan yang berfungsi baik hendaknya harus panjang sehingga menutupi pergelangan tangan, bahan tidak terbuat dari kulit atau katun dan cara pemakaian menutupi lengan baju bagian bawah. c. Topi (Hat) beberapa persyaratan topi yang perlu diperhatikan adalah topi yang terbuat dari bahan yang kedap cairan dan sedapat mungkin dapat melindungi bagianbagian kepala(tengkuk, mulut dan muka ). d. Sepatu Bot (boot) Sepatu bot ini dapat terbuat dari bahan neoprene namun adakalanya kita harus berhati-hati karena ada jenis fumigant yang dapat meleleh neoprene tersebut. e. Pelindung Muka (gogles =face shiold) 27

31 Biasanya pelindung muka terbuat dari bahan yang waterproof sehingga muka kita tidak terkena partikel-partikel pestisida Persyaratan penjamah pestisida Menurut Djafaruddin (2008), Seorang penjamah pestisida atau pengguna pestisida hendaknya memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. Orang dewasa yang dapat membaca dan menulis. b. Berbadan sehat dan menjalani penelitian kesehatan secara berkala. c. Cakap dan terampil dalam menangani pestisida secara tepat dan aman. d. Waktu kontak dengan pestisida 5 jam perhari dan 5 hari dalam seminggu. e. Sewaktu menangani pestisida yang relatif sangat berbahaya tidak berkerja sendirian( minimal 2 orang). f. Sewaktu menangani pestisida diharuskan menggunakan perlengkapan pelindung pestisida sesuai dengan yang diisyaratkan. 2.12Pengamanan Sisa Pestisida Menurut Oka (2005), Pembuangan sisa -sisa pestisida dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti : a. Pembakaran Untuk pembakaran memerlukan panas C yang divariasikan dalam kurun waktu tertentu. Dengan sedikit pengecualian metode ini dapat menghancurkan/menghilangkan 99 % atau lebih pestisida yang diperjual belikan dipasaran. b. Netralisasi dengan bahan kimia 28

32 Netralisasi dengan bahan kimia harus dikaitkan masing-masing material khusus bahan pembentukan pestisida tersebut. Netralisasi dapat dilakukan dengan cara dihancurkan dengan asam nitrit dan asam sulfur, atau dengan sodium. c. Ditanam Penanaman dangkal lebih kurang 40 cm dari permukaan tanah yang dilakukan dengan hati-hati, lokasinya harus terletak baik di atas permukaan tanah terletak pada bagian hilir, dari beberapa ratus kali dari sumber air minum dan harus bebas dari jangkauan binatang dan anak-anak. d. Penghancuran secara biologis Penghancuran secara biologis atau secara ilmiah untuk beberapa jenis pestisida yang mempunyai daya racun pendek dapat memuaskan, sedangkan untuk pestisida lainnya yang sisa daya racunnya berumur relatif lama (persistenta), penghancurannya sangat lambat. 29

33 2.13 Kerangka Teori Berdasarkan Konsep pemikiran Notoatmodjo tahun 2007 maka dapat di kerangka teoritis sebagai berikut: Prilaku Pengetahuan(Notoad mojo,2007) -sosial ekonomi - Kultur - Pendidikan - Pengalaman Sikap, (Notoadmojo,2007). - Kepercayaan(keyaki nan), ide dan konsep - Kehidupan emosional - Kecenderungan untuk bertindak Tindakan (Notoadmojo,2007) - Persepsi - Respon terpimpin - Mekanisme - Adaptasi Penjual pestisida Gambar 2.1 kerangka teori (sumber: Notoadmojo,2007). 30

34 2.14.Kerangka Konsep Berdasarkan konsep pemikiran Notoatmodjo tahun 2007 maka dapat digambarkan kerangka konsep sebagai berikut: Variabel Independent Variabel Dependent Pengetahuan Sikap Penjual Pestisida Tindakan Gambar 2.2 kerangka konsep penelitian 31

35 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan penelitian Jenis penelitian yang dilakukan penulis bersifat deskriptif yaitu ingin melihat gambaran perilaku penjual pestisida dan data diperoleh dengan wawancara, kuesioner dan observasi tempat penyajian pestisida. 3.2 Waktu dan Tempat Penelitian Waktu penelitian dilakukan pada tanggal 30 Agustus sampai dengan tanggal 6 September Penelitian ini dilakukan di toko-toko Penjual Pestisida Desa Ujong Baroh Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat. 3.3 Populasi dan Sampel Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah semua penjual pestisida yang ada di wilayah Desa UJong Baroh Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat Sampel Sehubungan dengan populasi yang relatif kecil maka seluruh populasi di jadikan sampel dalam penelitian ini di Desa Ujong Baroh Kabupaten. Aceh Barat yaitu yang berjumlah 13 orang dari 7 toko. 32

36 3.4 Teknik Pengambilan Data Data Primer Pengumpulan Data Dilakukan Secara wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner dan Observasi (pengamatan)tentang perilaku penjual pestisida Data Skunder Data yang bersumber dari hasil media internet dan Instansi-instansi lain Defenisi Operasional Untuk mendapatkan kesamaan pengertian dalam penelitian ini, maka konsep penelitian. No Variabel Keterangan Variabel Independen 1. Pengetahuan Defenisi Pemikiran hasil suatu pengalaman akibat pengaruh penginderaan terhadap suatu objek melalui penglihatan, pendengaran, rasa penciuman dan raba oleh panca indera manusia Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala 2. Sikap Defenisi Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala Wawancara Kuesioner Tinggi Rendah Ordinal Reaksi atau respon yang masih tertutup terhadap stimulan atau objek dalam melakukan setiap aktivitas Wawancara/ observasi Kuesioner Positif Negatif Ordinal 33

37 3. Tindakan Defenisi Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala Perilaku penjual pestisida dalam penanganan pestisida Wawancara/ observasi Kuesioner Baik Kurang Ordinal 3.6 Aspek Pengukuran Variabel Pengetahuan Untuk tingkat pengetahuan responden adalah : a. Untuk tingkat pengetahuan tinggijika nilai skor responden > 5 b. Untuk tingkat pengetahuan rendah jika nilai skor responden Sikap Ukuran penilaian sikap adalah: a. Untuk Sikap positif jika nilai skor responden > 5 b. Untuk Sikap negatif jika nilai skor responden Tindakan Ukuran penilaian tindakan adalah: a. Untuk Tindakan baik jika nilai responden > 5 b. UntukTindakan kurang jika nilai responden Teknik Analisis Data Dalam penelitian ini menggunakan analisis univariat. Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan untuk satu variabel atau per variabel. Tujuannya adalah untuk melihat seberapa besar proporsi variabel yang diteliti dan disajikan 34

38 dalam bentuk tabel. Analisis univariat dilakukan untukmenggambarkan atau menjelaskan masing-masing variabel yang diteliti dalam bentuk distribusi frekuensi dari setiap variabel penelitian. Analisis ini juga digunakan untuk mendapatkan gambaran perilaku penjual pestisida yang di tentukan oleh Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan dari Penjual pestisida tersebut. 35

39 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Gambaran Umum tempat penelitian Ujong Baroh merupakan sebuahdesa yang terletak di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat dengan batas desa sebagai berikut: 1.Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Ujong Kalak 2.Sebelah Barat berbatasan dengan desa Kuta Padang 3.Sebelah Timur berbatasan dengan Samudera Hindia 4. Sebelah Utara berbatasan dengan desa Rundeng Pengetahuan penjual pestisida Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Penjual Pestisida Di Desa Ujong Baroh Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013 No Pengetahuan Frekuensi % 1 Tinggi 12 92,3 2 Rendah 1 7,7 Total Sumber: Data Primer (diolah 2013) Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa responden yang menjual pestisida di desa Ujong Baroh Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat paling dominan memiliki pengetahuan yang tinggi yaitu 12 orang (92.3 %) dan pengetahuan rendah hanya 1 orang (7.7 %). 36

40 4.1.3 Sikap penjual pestisida Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Penjual Pestisida Di Desa Ujong Baroh Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013 No Sikap Frekuensi % 1 Positif 11 84,6 2 Negatif 2 15,4 Total Sumber: Data Primer (diolah 2013) Berdasarkan tabel 4.2 dari 13 orang responden, yang memiliki sikap positif sebanyak 11 orang ( 84,6 %) dan yang memiliki sikap negatif hanya 2 orang (15,4 %) Tindakan Penjual Pestisida Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan Penjual Pestisida Di Desa Ujong Baroh Kecamatan Johan PahlawanKabupaten Aceh Barat tahun 2013 No Pengetahuan Frekuensi % 1 Baik 3 23,1 2 Kurang 10 76,9 Total Sumber: Data Primer (diolah 2013) Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa responden yang menjual pestisida di desa Ujong Baroh Kecamatan Johan PahlawanKabupaten Aceh Barat memiliki Tindakan yang baik yaitu 3orang (23,1 %) dan responden yang memiliki tindakan kurang 10 orang (76,9 %). 4.2 Pembahasan Distribusi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, menunjukan kategori pengetahuan tinggi 92,3 % sedangkan pengetahuan negatif hanya 7,7 % inilah 37

41 gambaran pengetahuan penjual pestisida yang berada di desa Ujong baroh Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat tahun Dari hasil penelitian ini dapat diasumsikan bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang akan semakin baik tingkat pengetahuan dari penjual pestisida tersebut. Prilaku manusia merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi manusia dan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan tindakan. Perilaku merupakan respon atau reaksi individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respon ini bersifat fasif ( tanpa tindakan) maupun aktif disertai tindakan ( Notoatmodjo, 2007). Menurut Suhardjo (2000), bahwa yang menyebabkan seseorang berperilaku tertentu adalah karena adanya pengetahuan akan lebih permanen dianut oleh seseorang dibandingkan dengan perilaku yang berlaku. Pengetahuan yang dimiliki sangat penting untuk terbentuk sikap dan tindakan Distribusi Sikap Penjual pestisida Berdasarkan hasil penelitian yang menunjukan sikap positif 84,6 % dan sikap negatif 15,4 %. Inilah gambaran sikap penjual pestisida yang terdapat di desa Ujong Baroh Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat tahun Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat diasumsi bahwa Sikap seseorang yang baik akan mempengaruhi Tindakan seseorang dalam pelaksaannya tapi sikap ini belum terbentuknya sebuah tindakan yang nampak dalam sebuah kehidupan. Setelah peneliti melakukan observasi langsung ke tempat penelitian penjual pestisida yang memiliki sikap yang baik ternyata masih saja tindakan yang dilakukan di lapangan kurang, baik dalam hal pelaksanaannya. 38

42 Menurut Notoatmodjo (2007) secara umum sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Oleh karena itu sikap penjual pestisida yang kurang, mengenai bagaimana tatacara menangani pestisida yang benar di karenakan persepsi yang keliru terhadap sesuatu yang seharusnya benar. Secara umum sikap dapat dirumuskan sebagai kecenderungan untuk merespon (secara positif atau negatif) terhadap orang, objek atau tertentu. Sikap mengandung suatu penelitian emosional (senang, benci, sedih dsb), samping itu komponen kognitif (pengetahuan tentang objek itu) secara asfek konatif (kecenderungan bertindak). Dalam hal ini pengertian sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulasi atau objek (Notoadmodjo, 2003) Distribusi Tindakan Penjual Pestisida Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, menunjukan kategori Tindakan yang baik 23,1 % sedangkan tindakan kurang hanya 76,9 % inilah gambaran Tindakan penjual pestisida yang berada di desa Ujong Baroh Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat tahun 2013 Setelah peneliti melakukan observasi langsung dilapangan, penjualmasih enggan menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) ini di karenakan masih adanya rasa ketidaknyamanan dalam pemakaian APD (Alat pelindung Diri), kurangnya keinginanan ataupun tidak adanya penyediaan APD di toko-toko tersebut. Padahal penggunaan APD yang lengkap dapat terhindar dari keracuanan pestisida karena APD dapat mencegah masuknya pestisida kedalam tubuh, Menurut Sudarmo 39

43 (1991) dalam sianturi (2006), digunakan perlengkapan khusus, pakaian khusus sarung tangan, sepatu, penutup mulut dan atribut lain yang digunakan. Kemudian dari hasil observasi yang peneliti lakukan, peletakan pestisida antara satu jenis dengan jenis lainnya tidak terpisahini disebabkan penjual pestisida yang tidak mengetahuijenis pestisida yang relatif sangat berbahaya harus dipisah dari jenis pestisida yang berbahayadan ada juga yang telah mengetahui tapi mereka mengabaikannya. Menurut Notoatmodjo, (2007) suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behaviour) untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbedaan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Selain faktor fasilitas juga diperlukan juga diperlukan faktor dukungan (Support) dari pihak lain antara lain: e. Persepsi Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil merupakan paktik tingkat pertama. f. Respon terpimpin (Guided respons) Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh adalah indikator praktik tingkat dua. g. Mekanisme (Mecanism) Apabila seseorang telah melakukan sesuatu dengan benar secara otomasis atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka ia sudah mencapai praktik tingkat tiga. h. Adaptasi (Adaptation) 40

PESTISIDA 1. Pengertian 2. Dinamika Pestisida di lingkungan Permasalahan

PESTISIDA 1. Pengertian 2. Dinamika Pestisida di lingkungan Permasalahan PESTISIDA 1. Pengertian Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1973, tentang Pengawasan atas Peredaran dan Penggunaan Pestisida yang dimaksud dengan Pestisida adalah sebagai berikut: Semua zat kimia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan didukung dengan kondisi kesuburan tanah dan iklim tropis yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. dan didukung dengan kondisi kesuburan tanah dan iklim tropis yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor kehidupan masyarakat Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari mayoritas penduduk yang bermata pencaharian sebagai petani dan didukung

Lebih terperinci

PAPARAN PESTISIDA DI LINGKUNGAN KITA

PAPARAN PESTISIDA DI LINGKUNGAN KITA PAPARAN PESTISIDA DI LINGKUNGAN KITA Penjelasan gambar Zat aktif + pencampur Pestisida Sebagian besar pestisida digunakan di pertanian,perkebunan tetapi bisa digunakan di rumah tangga Kegunaan : - Mencegah

Lebih terperinci

PERILAKU DAN APLIKASI PENGGUNAAN PESTISIDA SERTA KELUHAN KESEHATAN PETANI DI DESA URAT KECAMATAN PALIPI KABUPATEN SAMOSIR

PERILAKU DAN APLIKASI PENGGUNAAN PESTISIDA SERTA KELUHAN KESEHATAN PETANI DI DESA URAT KECAMATAN PALIPI KABUPATEN SAMOSIR 62 PERILAKU DAN APLIKASI PENGGUNAAN PESTISIDA SERTA KELUHAN KESEHATAN PETANI DI DESA URAT KECAMATAN PALIPI KABUPATEN SAMOSIR A. Data Umum 1. Nomor Responden : 2. Nama : 3. Umur : 4. Jenis Kelamin : a.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Istilah pestisida berasal dari bahasa Latin yaitu pestis dan caedo yang bila

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Istilah pestisida berasal dari bahasa Latin yaitu pestis dan caedo yang bila BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pestisida Istilah pestisida berasal dari bahasa Latin yaitu pestis dan caedo yang bila diterjemahkan secara bebas berarti racun untuk mengendalikan jasad pengganggu. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pekerja yang terganggu kesehatannya (Faris, 2009). masyarakat untuk mempertahankan hidupnya dan kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. pekerja yang terganggu kesehatannya (Faris, 2009). masyarakat untuk mempertahankan hidupnya dan kehidupan. 1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kesehatan merupakan hak dasar (asasi) manusia dan salah satu faktor yang sangat menentukan kualitas sumber daya manusia. Pekerja yang sehat memungkinkan tercapainya hasil

Lebih terperinci

LAMPIRAN XI PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 24/Permentan/SR.140/4/2011 TANGGAL : 8 April 2011

LAMPIRAN XI PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 24/Permentan/SR.140/4/2011 TANGGAL : 8 April 2011 LAMPIRAN XI PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 24/Permentan/SR.140/4/2011 TANGGAL : 8 April 2011 SPESIFIKASI WADAH PESTISIDA a. Volume Volume wadah dinyatakan dengan satuan yang jelas seperti ml (mililiter),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan berkesinambungan terus diupayakan untuk mencapai tujuan nasional. Adapun

BAB I PENDAHULUAN. dan berkesinambungan terus diupayakan untuk mencapai tujuan nasional. Adapun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan di Indonesia secara berencana, komprehensif, terpadu, terarah dan berkesinambungan terus diupayakan untuk mencapai tujuan nasional. Adapun tujuan dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (Quasi Experiment) Kelompok Intervensi O1 X O2

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (Quasi Experiment) Kelompok Intervensi O1 X O2 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (Quasi Experiment) dengan rancangan Separate Sample Pretest-Postest (Notoatmodjo, 2005). Pretest Intervensi

Lebih terperinci

PT. BANGKITGIAT USAHA MANDIRI

PT. BANGKITGIAT USAHA MANDIRI PT. BANGKITGIAT USAHA MANDIRI NO. PSM/AGR-KBN/10 Status Dokumen No. Distribusi DISAHKAN Pada tanggal 07 Mei 2012 Dimpos Giarto Valentino Tampubolon Direktur Utama Hal 1 dari 8 SEJARAH PERUBAHAN DOKUMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bidang pertanian pestisida merupakan sarana untuk membunuh hamahama

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bidang pertanian pestisida merupakan sarana untuk membunuh hamahama BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam bidang pertanian pestisida merupakan sarana untuk membunuh hamahama tanaman. Penggunaannya yang sesuai aturan dan dengan cara yang tepat adalah hal mutlak yang

Lebih terperinci

KEDARURATAN LINGKUNGAN

KEDARURATAN LINGKUNGAN Materi 14 KEDARURATAN LINGKUNGAN Oleh : Agus Triyono, M.Kes a. Paparan Panas Panas dapat mengakibatkan gangguan pada tubuh. Umumnya ada 3 macam gangguan yang terjadi td&penc. kebakaran/agust.doc 2 a. 1.

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. meningkat tinggi setelah aplikasi pestisida. Penggunaan bahan-bahan beracun itu pada

BAB 1 : PENDAHULUAN. meningkat tinggi setelah aplikasi pestisida. Penggunaan bahan-bahan beracun itu pada BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan kebutuhan masyarakat terhadap hasil pertanian berupa buah dan sayur semakin tinggi sejalan dengan pertambahan penduduk. Untuk mengantisipasi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Peningkatan jumlah penduduk setiap tahunnya menyebabkan peningkatan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Peningkatan jumlah penduduk setiap tahunnya menyebabkan peningkatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan jumlah penduduk setiap tahunnya menyebabkan peningkatan jumlah konsumsi pangan, sehingga Indonesia mencanangkan beberapa program yang salah satunya adalah

Lebih terperinci

Material Safety Data Sheet MAXFORCE Forte Gel0,05 20X(4X30GR) BOX 4 Nopember 2012

Material Safety Data Sheet MAXFORCE Forte Gel0,05 20X(4X30GR) BOX 4 Nopember 2012 1. Identifikasi produk dan perusahaan Nama Produk: Maxforce Forte Gel0,05 Alamat Perusahaan: Environmental Science Division Mid Plaza I lt. 14 Jl. Jend. Sudirman Kav.10-11, Jakarta 10220 P.O. Box 2507

Lebih terperinci

LEMBAR DATA KESELAMATAN

LEMBAR DATA KESELAMATAN LEMBAR DATA KESELAMATAN BAGIAN 1 IDENTIFIKASI PRODUK KIMIA DAN PERUSAHAAN Nama Produk Pengidentifikasi Produk / Nama Dagang Nama Kimia : Fipronil 50 g/l : Ken-Pronil 50 SC : 5-amino-1-(2, 6-dichloro-4-(trifluoromethyl)phenyl)-4-

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP DASAR ALAT PELINDUNG DIRI 2.1.1 Pengertian Alat Pelindung Diri Alat pelindung diri adalah alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang dalam bekerja, yang

Lebih terperinci

PT. BINA KARYA KUSUMA

PT. BINA KARYA KUSUMA PT. BINA KARYA KUSUMA www.bkk.id Informasi Teknis NEUTRALIZER 25 05 Januari 2015 1. Pengantar NEUTRALIZER 25 adalah produk yang berbentuk bubuk (powder), produk ini secara khusus diformulasikan sebagai

Lebih terperinci

PETUNJUK PENGGUNAAN PESTISIDA

PETUNJUK PENGGUNAAN PESTISIDA PETUNJUK PENGGUNAAN PESTISIDA Oleh : DWI ASTUTI BP3K NGLEGOK Petunjuk Penggunaan Pestisida a. Memilih pestisida Di pasaran banyak dijual frmulasi pestisida yang satu sama lain dapat berbeda nama dagangnya,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pestisida 1. Pengertian Pestisida Istilah pestisida merupakan terjemahan dari pesticide ( Inggris) yang berasal dari bahasa latin pestis dan caedo uang bisa diterjemahkan secara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. populasi jasad yang dianggap sebagai pest (hama) yang secara langsung maupun. tidak langsung merugikan kepentingan manusia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. populasi jasad yang dianggap sebagai pest (hama) yang secara langsung maupun. tidak langsung merugikan kepentingan manusia. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pestisida 2.1.1. Pengertian Pestisida Pestisida (Inggris : pesticide) berasal dari kata pest yang berarti hama dan cide yang berarti mematikan/racun. Jadi pestisida adalah

Lebih terperinci

LEMBAR DATA KESELAMATAN

LEMBAR DATA KESELAMATAN LEMBAR DATA KESELAMATAN BAGIAN 1 IDENTIFIKASI PRODUK KIMIA DAN PERUSAHAAN Nama Produk : Imidacloprid 10% Pengidentifikasi Produk / Nama Dagang : Kimida 10 WP Nama Kimia : (E)-1-(6-chloro-3-pyridylmethyl)-N-nitroimidazolidin-2-

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertanian, termasuk perkebunan sebagai sumber penghasilan utama daerah.

BAB I PENDAHULUAN. pertanian, termasuk perkebunan sebagai sumber penghasilan utama daerah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu Negara berkembang dan Negara Agraris yang sebagian penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai petani. Petani merupakan kelompok kerja

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ayat (1) yang menyatakan bahwa Penggunaan pestisida dalam rangka

BAB 1 PENDAHULUAN. ayat (1) yang menyatakan bahwa Penggunaan pestisida dalam rangka BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pestisida telah digunakan sebagai sarana untuk mengendalikan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) di Indonesia sejak sebelum Perang Dunia ke II (PD II). Berbagai uji

Lebih terperinci

Paparan Pestisida. Dan Keselamatan Kerja

Paparan Pestisida. Dan Keselamatan Kerja Paparan Pestisida Peranan CropLife Indonesia Dalam Meminimalkan Pemalsuan Pestisida Dan Keselamatan Kerja CROPLIFE INDONESIA - vegimpact Deddy Djuniadi Executive Director CropLife Indonesia 19 Juni 2012

Lebih terperinci

MEMAHAMI LABEL DAN SIMBOL PESTISIDA DENGAN BENAR

MEMAHAMI LABEL DAN SIMBOL PESTISIDA DENGAN BENAR MEMAHAMI LABEL DAN SIMBOL PESTISIDA DENGAN BENAR Dalam konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Penggunaan pestisida merupakan pilihan terakhir dari komponen PHT yang harus diterapkan secara bijaksana. Penggunaan

Lebih terperinci

LEMBAR DATA KESELAMATAN

LEMBAR DATA KESELAMATAN LEMBAR DATA KESELAMATAN BAGIAN 1 IDENTIFIKASI PRODUK KIMIA DAN PERUSAHAAN Nama Produk Pengidentifikasi Produk / Nama Dagang Nama Kimia : Lambda-cyhalothrin 25 g/l : Taekwando 25 EC : (S)-α-cyano-3-phenoxybenzyl

Lebih terperinci

KERACUNAN DAN PENCEMARAN LINGKUNGAN OLEH BAHAN PENGAWET KAYU

KERACUNAN DAN PENCEMARAN LINGKUNGAN OLEH BAHAN PENGAWET KAYU KERACUNAN DAN PENCEMARAN LINGKUNGAN OLEH BAHAN PENGAWET KAYU 8 Untuk mengawetkan kayu di samping dengan cara-cara tradisional yang tidak menggunakan racun seperti perendaman dalam air dan pengeringan,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Toksikologi : ilmu tentang racun-racun

PENDAHULUAN. Toksikologi : ilmu tentang racun-racun PENDAHULUAN Toksikologi : ilmu tentang racun-racun Toksikologi industri : ilmu tentang racunracun yang dipergunakan, diolah, dihasilkan atau diproduksi dalam perusahaan Racun : bahan kimia yang dalam jumlah

Lebih terperinci

PENCEGAHAN KERACUNAN SECARA UMUM

PENCEGAHAN KERACUNAN SECARA UMUM PENCEGAHAN KERACUNAN SECARA UMUM Peredaran bahan kimia semakin hari semakin pesat, hal ini disamping memberikan manfaat yang besar juga dapat menimbulkan masalah yang tak kalah besar terhadap manusia terutama

Lebih terperinci

F. Pengendalian Kimiawi

F. Pengendalian Kimiawi PENGENDALIAN HAMA F. Pengendalian Kimiawi Yaitu penggunaan pestisida untuk mengendalikan hama agar hama tidak menimbulkan kerusakan bagi tanaman yang diusahakan. Kelebihannya : 1. Cepat menurunkan populasi

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI BAHAYA B3 DAN PENANGANAN INSIDEN B3

IDENTIFIKASI BAHAYA B3 DAN PENANGANAN INSIDEN B3 1 dari 7 STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) Tanggal terbit Ditetapkan, Direktur RS. Dedy Jaya Brebes PENGERTIAN TUJUAN KEBIJAKAN PROSEDUR dr. Irma Yurita 1. Identifikasi bahaya B3 (Bahan Berbahaya dan

Lebih terperinci

Mengendalikan Gulma pada Tanaman Padi secara Tuntas

Mengendalikan Gulma pada Tanaman Padi secara Tuntas Mengendalikan Gulma pada Tanaman Padi secara Tuntas RAMBASAN 400 SL merupakan herbisida sistemik purna tumbuh yang diformulasi dalam bentuk larutan yang mudah larut dalam air dan dapat ditranslokasikan

Lebih terperinci

Kepada Yth. MENTERI PERTANIAN u.p.direktorat JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN Jl. HARSONO R.M. No. 3 JAKARTA

Kepada Yth. MENTERI PERTANIAN u.p.direktorat JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN Jl. HARSONO R.M. No. 3 JAKARTA LAMPIRAN X PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 24/Permentan/SR.140/4/2011 TANGGAL : 8 April 2011 FORMULIR PERMOHONAN PENDAFTARAN BAHAN TEKNIS PESTISIDA Kepada Yth. MENTERI PERTANIAN u.p.direktorat JENDERAL

Lebih terperinci

AlCl₃ (Aluminium Klorida) Ishmar Balda Fauzan ( ) Widya Fiqra ( ) Yulia Endah Permata ( )

AlCl₃ (Aluminium Klorida) Ishmar Balda Fauzan ( ) Widya Fiqra ( ) Yulia Endah Permata ( ) AlCl₃ (Aluminium Klorida) Ishmar Balda Fauzan (121411048) Widya Fiqra (121411061) Yulia Endah Permata (121411062) Pengertian Reaksi Terhadap Zat Lain AlCl₃ Kegunaan dan Manfaat MSDS Proses Pembuatan KARAKTERISTIK

Lebih terperinci

LEMBAR DATA KESELAMATAN

LEMBAR DATA KESELAMATAN LEMBAR DATA KESELAMATAN BAGIAN 1 IDENTIFIKASI PRODUK KIMIA DAN PERUSAHAAN Nama Produk : Alpha-Cypermethrin 100 g/l Pengidentifikasi Produk / Nama Dagang : Ken-Fas 100 EC Nama Kimia : (S)-α-cyano-3-phenoxy

Lebih terperinci

LEMBAR DATA KESELAMATAN

LEMBAR DATA KESELAMATAN LEMBAR DATA KESELAMATAN BAGIAN 1 IDENTIFIKASI PRODUK KIMIA DAN PERUSAHAAN Nama Produk : Glufosinate ammonium 150 g/l Pengidentifikasi Produk / Nama Dagang : Kenbast 150 SL Nama Kimia : ammonium 4-(hydroxyl(methyl)

Lebih terperinci

PT. BINA KARYA KUSUMA

PT. BINA KARYA KUSUMA PT. BINA KARYA KUSUMA www.bkk.id Informasi Teknis RUST PREVENTIVE OIL 05 Januari 2015 1. Pengantar RUST PREVENTIVE OIL adalah bahan kimia yang diformulasikan khusus sebagai anti karat yang bersifat mudah

Lebih terperinci

LEMBAR DATA KESELAMATAN

LEMBAR DATA KESELAMATAN LEMBAR DATA KESELAMATAN BAGIAN 1 IDENTIFIKASI PRODUK KIMIA DAN PERUSAHAAN Nama Produk Pengidentifikasi Produk / Nama Dagang Nama Kimia : Glyphosate Isopropylammonium 490 g/l : Kenfosat 490 SL : N-(fosfonometil)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perhatian dan persepsi terhadap objek (Notoatmodjo, 2003)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perhatian dan persepsi terhadap objek (Notoatmodjo, 2003) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENGETAHUAN 1. Defenisi Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya).

Lebih terperinci

Pertolongan Pertama. pada Keracunan Pestisida

Pertolongan Pertama. pada Keracunan Pestisida INDONESIA Peranan CropLife Indonesia Pertolongan Pertama Dalam Meminimalkan Pemalsuan Pestisida pada Keracunan Pestisida CROPLIFE INDONESIA - vegimpact Deddy Djuniadi Executive Director CropLife Indonesia

Lebih terperinci

SELENIUM ASPARTAT SELENIUM ASPRATATE

SELENIUM ASPARTAT SELENIUM ASPRATATE SELENIUM ASPARTAT SELENIUM ASPRATATE 1. N a m a Golongan Mineral Sinonim/Nama Dagang (1,2) Tidak tersedia. Selenium aspartat merupakan komposisi dari sodium selenite, l-aspartic acid, dan protein sayur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rangka mewujudkan pertanian sebagai leading sector melalui suatu

BAB I PENDAHULUAN. rangka mewujudkan pertanian sebagai leading sector melalui suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Petani adalah sektor yang sangat penting di Indonesia dalam rangka mewujudkan pertanian sebagai leading sector melalui suatu proses yang berencana, sistematis, dengan

Lebih terperinci

LEMBAR KUESIONER UNTUK PENJAMAH MAKANAN LAPAS KELAS IIA BINJAI. Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan

LEMBAR KUESIONER UNTUK PENJAMAH MAKANAN LAPAS KELAS IIA BINJAI. Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan LAMPIRAN 1 LEMBAR KUESIONER UNTUK PENJAMAH MAKANAN LAPAS KELAS IIA BINJAI A. IDENTITAS PEKERJA Nama Alamat Usia :... :... :. Tahun Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan Status Perkawinan : 1.Kawin 2.

Lebih terperinci

PT. TRIDOMAIN CHEMICALS Jl. Raya Merak Km. 117 Desa Gerem Kec. Grogol Cilegon Banten 42438, INDONESIA Telp. (0254) , Fax.

PT. TRIDOMAIN CHEMICALS Jl. Raya Merak Km. 117 Desa Gerem Kec. Grogol Cilegon Banten 42438, INDONESIA Telp. (0254) , Fax. Jl. Raya Merak Km. 7 Desa Gerem Kec. Grogol Cilegon Telp. (0254) 570-42, Fax. (0254) 57-458 0 April 2007 7 November 204 PAGE OF 6 BAGIAN- : IDENTIFIKASI PERUSAHAAN DAN PRODUK KIMIA Nama produk Kimia :

Lebih terperinci

TEKNIK PENYEMPROTAN PESTISIDA PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

TEKNIK PENYEMPROTAN PESTISIDA PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA TEKNIK PENYEMPROTAN PESTISIDA PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA BAGAIMANA MENGGUNAKAN PESTISIDA BERDASARKAN KONSEPSI PHT Tepat 1.Tepat sasaran Yang dimaksud dengan tepat sasaran ialah pestisida

Lebih terperinci

Material Safety Data Sheet. : Resin Pinus Oleo

Material Safety Data Sheet. : Resin Pinus Oleo Material Safety Data Sheet Resin Pinus Oleo Bagian 1: Produk Kimia dan Identifikasi Perusahaan Nama Produk : Resin Pinus Oleo Sinonim : Pinus Resin Turpentin Identifikasi Perusahaan : Tradeasia International

Lebih terperinci

PESTISIDA : HAL HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN

PESTISIDA : HAL HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN Peranan CropLife Indonesia Dalam Meminimalkan Pemalsuan Pestisida PESTISIDA : HAL HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN Deddy Djuniadi Executive Director CropLife Indonesia 19 Juni 2012 Peranan CropLife Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terpadat di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terpadat di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terpadat di dunia setelah Cina, India, dan Amerika Serikat. Berdasarkan hasil sensus penduduk nasional

Lebih terperinci

SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN LAMPIRAN 1 SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Kepada Yth: Bapak/Ibu/Sdr/i Calon Responden Di Tempat Dengan hormat, Saya yang bertanda tangan dibawah ini, mahasiswa Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan

Lebih terperinci

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) :

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) : KONSEP PERILAKU A. Pengertian Perilaku Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok di

BAB I PENDAHULUAN. Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok di 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok di bidang kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu dipelihara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha di Indonesia pada saat ini kian pesat, terutama di

I. PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha di Indonesia pada saat ini kian pesat, terutama di 1 I. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Perkembangan dunia usaha di Indonesia pada saat ini kian pesat, terutama di sektor industri menengah dan industri kecil atau industri rumah tangga. Perkembangan industri

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki wilayah perkebunan kelapa sawit yang cukup luas.

BABI PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki wilayah perkebunan kelapa sawit yang cukup luas. BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki wilayah perkebunan kelapa sawit yang cukup luas. Tanaman kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan perkebunan nasional. Dengan adanya perkebunan

Lebih terperinci

PT. BINA KARYA KUSUMA

PT. BINA KARYA KUSUMA PT. BINA KARYA KUSUMA www.bkk.id Informasi Teknis PAINT REMOVER 40 05 Januari 2015 1. Pengantar PAINT REMOVER 40 adalah bahan kimia yang bersifat asam yang sangat efektif untuk menghilangkan cat 2. Penggunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan produksi sayuran meningkat setiap tahunnya.

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan produksi sayuran meningkat setiap tahunnya. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sayuran adalah produk pertanian yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan memiliki beragam manfaat kesehatan bagi manusia.bagi kebanyakan orang, sayuran memberikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Air Susu Ibu (ASI) 1. Pengertian ASI Air susu Ibu (ASI) mengandung semua bahan yang diperlukan bayi, mudah dicerna, memberi perlindungan terhadap infeksi, selalu segar, bersih

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan

Lebih terperinci

2. Pesticide Type Depends on the pesticide type, Herbisida, Fungisida, or Insektisida (see Products attachment).

2. Pesticide Type Depends on the pesticide type, Herbisida, Fungisida, or Insektisida (see Products attachment). Front 1. Company Logo Please put the logo of danken using Levenim MT font or as below: Please make sure that danken can be easily seen and associated with the brand name, in order to build company awareness,

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN Lampiran 5 KUESIONER PENELITIAN PENGARUH LINGKUNGAN TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH, PERSONAL HYGIENE DAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) TERHADAP KELUHAN KESEHATAN PADA PEMULUNG DI KELURAHAN TERJUN KECAMATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. faktor struktur tanah, pencemaran, keadaan udara, cuaca dan iklim, kesalahan cara

BAB I PENDAHULUAN. faktor struktur tanah, pencemaran, keadaan udara, cuaca dan iklim, kesalahan cara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan pada tanaman dapat disebabkan oleh faktor biotik ataupun abiotik. Faktor pengganggu biotik adalah semua penyebab gangguan yang terdiri atas organisme atau makhluk

Lebih terperinci

PADI SEHAT, HASIL PANEN MENINGKAT

PADI SEHAT, HASIL PANEN MENINGKAT PADI SEHAT, HASIL PANEN MENINGKAT Fungisida sistemik dan zat pengatur tumbuh tanaman untuk mengendalikan penyakit bercak daun Cercospora sp. dan penyakit busuk upih Rhizoctonia solani serta meningkatkan

Lebih terperinci

LEMBAR DATA KESELAMATAN

LEMBAR DATA KESELAMATAN LEMBAR DATA KESELAMATAN BAGIAN 1 IDENTIFIKASI PRODUK KIMIA DAN PERUSAHAAN Nama Produk Pengidentifikasi Produk / Nama Dagang Nama Kimia : 2,4-D Dimethyl ammonium 865 g/l : Ken-Amine 865 SL : 2, 4-dichlorophenoxy

Lebih terperinci

TOKSIKOLOGI BEBERAPA ISTILAH. Toksikologi Toksisitas Toksin / racun Dosis toksik. Alfi Yasmina. Sola dosis facit venenum

TOKSIKOLOGI BEBERAPA ISTILAH. Toksikologi Toksisitas Toksin / racun Dosis toksik. Alfi Yasmina. Sola dosis facit venenum TOKSIKOLOGI Alfi Yasmina BEBERAPA ISTILAH Toksikologi Toksisitas Toksin / racun Dosis toksik Sola dosis facit venenum 1 KLASIFIKASI Berdasarkan cara: Self-poisoning Attempted poisoning Accidental poisoning

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membunuh atau mengendalikan berbagai hama tanaman. Tetapi pestisida. lingkungan apabila tidak tepat dalam menggunakannya.

BAB I PENDAHULUAN. membunuh atau mengendalikan berbagai hama tanaman. Tetapi pestisida. lingkungan apabila tidak tepat dalam menggunakannya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pestisida merupakan substansi kimia yang mempunyai daya bunuh yang tinggi, penggunaannya mudah, dan hasilnya cepat diketahui untuk membunuh atau mengendalikan berbagai

Lebih terperinci

KERACUNAN AKIBAT PENYALAH GUNAAN METANOL

KERACUNAN AKIBAT PENYALAH GUNAAN METANOL KERACUNAN AKIBAT PENYALAH GUNAAN METANOL Metanol adalah bentuk paling sederhana dari alkohol yang biasa digunakan sebagai pelarut di industri dan sebagai bahan tambahan dari etanol dalam proses denaturasi

Lebih terperinci

CARA CARA PENGENDALIAN OPT DAN APLIKASI PHESTISIDA YANG AMAN BAGI KESEHATAN 1) SUHARNO 2) 1) Judul karya ilmiah di Website 2)

CARA CARA PENGENDALIAN OPT DAN APLIKASI PHESTISIDA YANG AMAN BAGI KESEHATAN 1) SUHARNO 2) 1) Judul karya ilmiah di Website 2) CARA CARA PENGENDALIAN OPT DAN APLIKASI PHESTISIDA YANG AMAN BAGI KESEHATAN 1) SUHARNO 2) 1) Judul karya ilmiah di Website 2) Lektor Kepala/Pembina TK.I. Dosen STPP Yogyakarta. I. PENDAHULUAN Penurunan

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN POLA DAN PERILAKU PENYEMPROTAN PESTISIDA TERHADAP KELUHAN KESEHATAN PETANI JERUK DI DESA BERASTEPU KECAMATAN SIMPANG EMPAT KABUPATEN KARO TAHUN 2011 A. Data Umum 1. Nomor

Lebih terperinci

LEMBAR DATA KESELAMATAN

LEMBAR DATA KESELAMATAN LEMBAR DATA KESELAMATAN BAGIAN 1 IDENTIFIKASI PRODUK KIMIA DAN PERUSAHAAN Nama Produk Pengidentifikasi Produk / Nama Dagang Nama Kimia : Chlorpyrifos 525 g/l + Cypermethrin 55 g/l : Kenrel 525/55 EC :

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan 2.1.1. Definisi Pengetahuan Dalam kamus besar bahasa Indonesia (2002), disebutkan bahwa istilah pengetahuan berasal dari kata dasar tahu yaitu paham, maklum, mengerti.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Pada hakikatnya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Pada hakikatnya BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Perilaku Dilihat dari aspek biologisnya, perilaku merupakan sesuatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Pada hakikatnya kegiatan

Lebih terperinci

Material Safety Data Sheet. : Stearin Sawit RBD Terhidrogenasi

Material Safety Data Sheet. : Stearin Sawit RBD Terhidrogenasi Material Safety Data Sheet Stearin Sawit RBD Terhidrogenasi Bagian 1: Produk Kimia dan Identifikasi Perusahaan Nama Produk : Stearin Sawit RBD Terhidrogenasi Identifikasi Perusahaan : Tradeasia International

Lebih terperinci

Pengertian Bahan Kimia Berbahaya dan Beracun Bahan kimia berbahaya adalah bahan kimia yang memiliki sifat reaktif dan atau sensitif terhadap

Pengertian Bahan Kimia Berbahaya dan Beracun Bahan kimia berbahaya adalah bahan kimia yang memiliki sifat reaktif dan atau sensitif terhadap Pengertian Bahan Kimia Berbahaya dan Beracun Bahan kimia berbahaya adalah bahan kimia yang memiliki sifat reaktif dan atau sensitif terhadap perubahan/kondisi lingkungan yang dengan sifatnya tersebut dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdiri dari Persepsi (perception), Respon terpimpin (Guided Respons),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdiri dari Persepsi (perception), Respon terpimpin (Guided Respons), BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku 1. Pengertian perilaku Semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik dapat diamati secara langsung maupun tidak dapat diamati oleh pihak luar. Dimana perilaku terdiri

Lebih terperinci

LEMBAR DATA KESELAMATAN

LEMBAR DATA KESELAMATAN LEMBAR DATA KESELAMATAN BAGIAN 1 IDENTIFIKASI PRODUK KIMIA DAN PERUSAHAAN Nama Produk : Mancozeb 80% Pengidentifikasi Produk / Nama Dagang : Kencozeb 80 WP Nama Kimia : Manganese etylenebis (dithiocarbamate)(polymeric)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Insektisida Menurut Soemirat (2003), insektisida berasal dari bahasa latin insectum yang mempunyai arti potongan, keratan, atau segmen tubuh, seperti segmen yang

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang optimal yang setinggi-tingginya sebagai investasi sumber daya manusia yang produktif

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang optimal yang setinggi-tingginya sebagai investasi sumber daya manusia yang produktif BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan suatu upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan yang optimal yang setinggi-tingginya sebagai investasi sumber daya manusia yang produktif

Lebih terperinci

Material Safety Data Sheet

Material Safety Data Sheet 0 1 0 Health 1 Fire 0 Reactivity 0 Nama: Calcium sulfate Rumus Kimia: BaSO4 Material Safety Data Sheet Calcium Sulfate MSDS Bagian 1: Identifikasi Produk Personal Protection E Bagian 2: Identifikasi Bahaya

Lebih terperinci

LEMBAR OBSERVASI HIGIENE SANITASI PENGOLAHAN BUBUR AYAM DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN

LEMBAR OBSERVASI HIGIENE SANITASI PENGOLAHAN BUBUR AYAM DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN LEMBAR OBSERVASI HIGIENE SANITASI PENGOLAHAN BUBUR AYAM DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN 2012 (Sumber: Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 942/MENKES/SK/VII/2003) No Objek Pengamatan Prinsip I : Pemilihan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanggamus merupakan salah satu daerah penghasil sayuran di Provinsi Lampung.

I. PENDAHULUAN. Tanggamus merupakan salah satu daerah penghasil sayuran di Provinsi Lampung. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanggamus merupakan salah satu daerah penghasil sayuran di Provinsi Lampung. Luas lahan sayuran di Tanggamus adalah 6.385 ha yang didominasi oleh tanaman cabai 1.961

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gorontalo dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gorontalo dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Desa Kaliyoso terdapat di Kecamatan Bongomeme Kabupaten Gorontalo dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : Sebelah barat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berarti bagi pengembangan dan pembinaan sumber daya manusia Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN. berarti bagi pengembangan dan pembinaan sumber daya manusia Indonesia dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu unsur kesejahteraan umum yang harus di wujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia seperti yang tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengideraan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengideraan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengideraan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengetahui dengan objek yang diketahui. Namun dalam pertemuan ini subjek tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengetahui dengan objek yang diketahui. Namun dalam pertemuan ini subjek tidak BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan (Knowledge) Pengetahuan bukanlah hanya sekedar pertemuan antara subjek yang mengetahui dengan objek yang diketahui, tetapi pengetahuan adalah persatuan antara subjek

Lebih terperinci

RESUME PENGAWASAN K3 LINGKUNGAN KERJA MATA KULIAH: STANDAR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA. Ditulis oleh: Yudy Surya Irawan

RESUME PENGAWASAN K3 LINGKUNGAN KERJA MATA KULIAH: STANDAR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA. Ditulis oleh: Yudy Surya Irawan RESUME PENGAWASAN K3 LINGKUNGAN KERJA MATA KULIAH: STANDAR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA Ditulis oleh: Yudy Surya Irawan Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang Judul Resume

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Higiene dan Sanitasi Makanan 1. Pengertian Higiene dan Sanitasi Pengertian sanitasi makanan menurut Departemen Kesehatan adalah suatu pencegahan yang menitikberatkan kegiatan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 42 TAHUN : 2010 SERI : E PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 55 TAHUN 2010 TENTANG PENGAWASAN PESTISIDA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KULON PROGO,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pengobatan Sendiri (Swamedikasi) Pengobatan sendiri adalah penggunaan obat oleh masyarakat dengan tujuan mengobati penyakit atau gejala sakit tanpa menggunakan

Lebih terperinci

Pujianto, SE DINAS PERINKOP DAN UMKM KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015

Pujianto, SE DINAS PERINKOP DAN UMKM KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 Pujianto, SE DINAS PERINKOP DAN UMKM KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 APA ITU CPPOB? adalah cara produksi yang memperhatikan aspek keamanan pangan, antara lain dengan cara : a. mencegah tercemarnya pangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini penggunaan pestisida dari tahun ke tahun semakin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini penggunaan pestisida dari tahun ke tahun semakin meningkat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini penggunaan pestisida dari tahun ke tahun semakin meningkat. Hal ini dikarenakan adanya perkembangan hama dan penyakit pada tanaman baik dari jenis maupun

Lebih terperinci

Berbagai Teori Tentang Sikap dan Perilaku Menurut Beberapa Referensi

Berbagai Teori Tentang Sikap dan Perilaku Menurut Beberapa Referensi Berbagai Teori Tentang Sikap dan Perilaku Menurut Beberapa Referensi Pengertian perilaku Menurut Green dan Kreuter (2000), perilaku merupakan hasil dari seluruh pengalaman serta interaksi manusia dengan

Lebih terperinci

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR : 258/MENKES/PER/III/1992 TENTANG PERSYARATAN KESEHATAN PENGELOLAAN PESTISIDA MENTERI KESEHATAN, Menimbang : a. bahwa dengan tersedianya pestisida yang sangat diperlukan

Lebih terperinci

SOP KEAMANAN, KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

SOP KEAMANAN, KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA SOP KEAMANAN, KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA TUJUAN Memelihara lingkungan kerja yang sehat. Mencegah, dan mengobati kecelakaan yang disebabkan akibat pekerjaan sewaktu bekerja. Mencegah dan mengobati

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PANGAN Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan-minuman bagi konsumsi manusia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia adalah salah satu negara berkembang dan negara agraris yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia adalah salah satu negara berkembang dan negara agraris yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara berkembang dan negara agraris yang sebagian penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai petani. Petani merupakan kelompok kerja

Lebih terperinci

MINYAK BIJI GANJA CANNABIS SATIVA SEED OIL

MINYAK BIJI GANJA CANNABIS SATIVA SEED OIL MINYAK BIJI GANJA CANNABIS SATIVA SEED OIL 1. N a m a Golongan Essential Oil Sinonim / Nama Dagang (3) Cannabis chinense; Cannabis indica; Hempseed oil Nomor Identifikasi Nomor CAS : 68956-68-3 (1,7) Nomor

Lebih terperinci

PRAKIRAAN DAMPAK KEGIATAN TERHADAP KESMAS

PRAKIRAAN DAMPAK KEGIATAN TERHADAP KESMAS PRAKIRAAN DAMPAK KEGIATAN TERHADAP KESMAS PENINGKATAN KUALITAS HIDUP MASYARAKAT PEMERINTAH PEMILIK USAHA SEHAT, merupakan suatu keadaan sejahtera (badan, jiwa,dan sosial). Hidup Produktif - Sosial - Ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pestisida merupakan salah satu teknologi pengendalian organisme

BAB I PENDAHULUAN. Pestisida merupakan salah satu teknologi pengendalian organisme BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pestisida merupakan salah satu teknologi pengendalian organisme pengganggu tumbuhan yang dianggap paling menjanjikan harapan. Pestisida telah digunakan sekitar 500 tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai obat generik menjadi faktor utama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai obat generik menjadi faktor utama 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Obat generik sering diasumsikan sebagai obat dengan kualitas yang rendah. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai obat generik menjadi faktor utama yang

Lebih terperinci