MODUL SSLE 02 : PERATURAN DAN STANDAR NASIONAL INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MODUL SSLE 02 : PERATURAN DAN STANDAR NASIONAL INDONESIA"

Transkripsi

1 PELATIHAN PENGAWAS LAPANGAN (SITE SUPERVISOR) PEKERJAAN PEMASANGAN INSTALASI LIFT DAN ESKALATOR (SSLE) MODUL SSLE 02 : PERATURAN DAN STANDAR NASIONAL INDONESIA 2006 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI (PUSBIN-KPK) MyDoc/Pusbin-KPK/Draft1

2 Modul SSLE-02 : Peraturan dan Standar Nasional KATA PENGANTAR Salah satu modul pelatihan yang akan diberikan kepada peserta pelatihan Pengawas Lapangan (site supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator adalah mengenai Peraturan dan Standar Nasional yang dapat digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan pekerjaan pemasangan instalasi lift dan eskalator. Penulisan dan penyusunan buku ini disesuaikan dengan posisi pelatihan, dimana Para Peserta Pelatihan Pengawas Lapangan (site supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator ini bukanlah mereka yang masih awam dalam hal pekerjaan Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator. Kami menyadari bahwa modul ini masih jauh dari sempurna baik ditinjau dari segi materi sistematika penulisan maupun tata bahasanya. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari para peserta dan pembaca semua, dalam rangka perbaikan dan penyempurnaan modul ini. Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator (SSLE) -i-

3 Modul SSLE-02 : Peraturan dan Standar Nasional Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator (SSLE) -ii-

4 Modul SSLE-02 : Peraturan dan Standar Nasional LEMBAR TUJUAN MODUL PELATIHAN : Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator (SSLE) MODEL PELATIHAN : Lokakarya Terstruktur TUJUAN UMUM PELATIHAN : Mampu melakukan pengawasan pekerjaan pemasangan instalasi pesawat lift dan ekskalator dalam gedung sesuai dengan spesifikasi teknis, gambar perencanaan dan mutu yang dipersyaratkan sampai diserah terimakan kepada pemilik. TUJUAN KHUSUS PELATIHAN : Pada akhir pelatihan peserta mampu : 1. Menerapkan sistem manajemen K3. 2. Menerapkan peraturan dan standar nasional. 3. Menjelaskan pengenalan sistem transportasi vertikal. 4. Mengawasi pemasangan komponen instalasi dan pengamanan. 5. Menjelaskan Instalasi Daya, Kendali dan Proteksi 6. Menjelaskan dasar-dasar teknik kelistrikan dan mekanikal. 7. Menjelaskan metode pemasangan lift dan eskalator. 8. Menjelaskan teknik pemeriksaan dan uji coba lift dan eskalator. 9. Menjelaskan riksa uji lift dan eskalator. 10. Menjelaskan proyek dan karakteristiknya. 11. Mengendalikan proyek (PDCA). 12. Membuat teknik pelaporan. Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator (SSLE) -iii-

5 Modul SSLE-02 : Peraturan dan Standar Nasional NO. DAN JUDUL MODUL : SSLE - 02 PERATURAN DAN STANDAR NASIONAL INDONESIA TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU) Setelah mempelajari modul, peserta mampu memahami peraturan dan standar nasional Indonesia guna pelaksanaan Pemasangan Instalasi Lift dan Ekskalator sesuai ketentuan dokumen kontrak sebagai acuan dalam pelaksanaan pekerjaan sesuai peraturan yang berlaku sehingga layak difungsikan. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK) Pada akhir pelatihan peserta mampu : 1. Menerapkan Peraturan dan Standar untuk Pekerjaan Lift dan Eskalator 2. Menerapkan Standar Nasional Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator (SSLE) -iv-

6 Modul SSLE-02 : Peraturan dan Standar Nasional DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i LEMBAR TUJUAN... ii DAFTAR ISI... iv DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN MODUL PELATIHAN PENGAWAS LAPANGAN (SITE SUPERVISOR) PEMASANGAN INSTALASI LIFT DAN ESKALATOR (SSLE)... v DAFTAR MODUL... vi PANDUAN INSTRUKTUR... vii BAB I PENDAHULUAN... 1 BAB II PERATURAN DAN STANDAR UNTUK PEKERJAAN LIFT DAN ESKALATOR... 3 BAB III STANDAR NASIONAL... 9 RANGKUMAN LAMPIRAN-LAMPIRAN Lampiran 1 : Garis Besar Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. MEN 03/1999 Lampiran 2 : Garis Besar Undang-undang No. 1 tahun 1970 : Keselamatan Kerja Lampiran 3 : Salinan Undang-Undang No. 1 tahun 1970 : Keselamatan Kerja Lampiran 4 : Salinan Keputusan Gubernur DKI 1982 : mengenai lift kebakaran Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator (SSLE) -v-

7 Modul SSLE-02 : Peraturan dan Standar Nasional DAFTAR PUSTAKA HAND OUT Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator (SSLE) -vi-

8 Modul SSLE-02 : Peraturan dan Standar Nasional DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN MODUL PELATIHAN PENGAWAS LAPANGAN (Site Supervisor) PEMASANGAN INSTALASI LIFT DAN ESKALATOR (SSLE) 1. Kompetensi kerja yang disyaratkan untuk jabatan kerja Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator (SSLE)dibakukan dalam Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) yang didalamnya telah ditetapkan unit-unit kerja sehingga dalam Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator (SSLE) unit-unit tersebut menjadi Tujuan Khusus Pelatihan. 2. Standar Latihan Kerja (SLK) disusun berdasarkan analisis dari masingmasing Unit Kompetensi, Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja yang menghasilkan kebutuhan pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku dari setiap Elemen Kompetensi yang dituangkan dalam bentuk suatu susunan kurikulum dan silabus pelatihan yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan kompetensi tersebut. 3. Untuk mendukung tercapainya tujuan khusus pelatihan tersebut, maka berdasarkan Kurikulum dan Silabus yang ditetapkan dalam SLK, disusun seperangkat modul pelatihan (seperti tercantum dalam Daftar Modul) yang harus menjadi bahan pengajaran dalam pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator (SSLE). Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator (SSLE) -vii-

9 Modul SSLE-02 : Peraturan dan Standar Nasional DAFTAR MODUL Jabatan Kerja : Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator (SSLE) Nomor Modul Kode 1 SSLE 01 Sistem Manajemen (K3) Judul Modul 2 SSLE 02 Peraturan dan Standar Nasional 3 SSLE 03 Pengenalan Sistem Transportasi Vertikal 4 SSLE 04 Komponen Instalasi Daya, Kendali dan Proteksi 5 SSLE 05 Instalasi Daya, Kendali dan Proteksi 6 SSLE 06 Dasar-dasar Teknik Kelistrikan dan Mekanikal 7 SSLE 07 Metode Pemasangan Lift dan Eskalator 8 SSLE 08 Teknik Pemeriksaan dan Uji Coba Lift dan Eskalator 9 SSLE 09 Riksa Uji Lift dan Eskalator 10 SSLE 10 Proyek dan Karakteristiknya 11 SSLE 11 Pengendalian Proyek (PDCA) 12 SSLE 12 Teknik Pelaporan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator (SSLE) -viii-

10 Modul SSLE-02 : Peraturan dan Standar Nasional PANDUAN INSTRUKTUR NAMA PELATIHAN : PELATIHAN PENGAWAS LAPANGAN (SITE SUPERVISOR) PEMASANGAN INSTALASI LIFT DAN ESKALATOR (SSLE) KODE MODUL : SSLE - 02 JUDUL MODUL : PERATURAN DAN STANDAR NASIONAL DESKRIPSI : Materi ini membahas pengetahuan Peraturan Umum, Peraturan Khusus, dan Standar Nasional untuk pelatihan Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator (SSLE). TEMPAT KEGIATAN : Ruangan Kelas lengkap dengan fasilitasnya. WAKTU PEMBELAJARAN : 3 (Tiga) Jam Pelajaran (JP) (1 JP = 45 Menit) Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator (SSLE) -ix-

11 Modul SSLE-02 : Peraturan dan Standar Nasional RENCANA PEMBELAJARAN KEGIATAN INSTRUKTUR KEGIATAN PESERTA PENDUKUNG 1. Ceramah : Pembukaan/ Bab I, Pendahuluan Menjelaskan tujuan instruksional umum(tiu) dan Tujuan instruksional khusus (TIK) Menjelaskan maksud dan tujuan peraturan dan standar nasional Indonesia Menjelaskan pengertian peraturan dan standar nasional Indonesia Waktu : 5 menit Mengikuti penjelasan TIU dan TIK dengan tekun dan aktif Mengikuti penjelasan maksud dan tujuan peraturan dan standar nasional Indonesia Mengikuti penjelasan pengertian peraturan dan standar nasional Indonesia Mengajukan pertanyaan apabila ada yang kurang jelas. OHT 2. Ceramah : Bab II, Peraturan dan Standar Lift & Eskalator Memberikan penjelasan, uraian atau-pun bahasan mengenai Peraturan Keselamatan Khusus Waktu : 70 menit Mengikuti penjelasan, uraian atau bahasan instruktur dengan tekun dan aktif. Mengajukan pertanyaan apabila ada yang kurang jelas. OHT 3. Ceramah : Bab IV, Standar nasional Memberikan penjelasan, uraian atau-pun bahasan mengenai Standar nasional yang mengacu pada anjuran keselamatan oleh NEMI inc. Waktu : 60 menit Mengikuti penjelasan, uraian atau bahasan instruktur dengan tekun dan aktif. Mengajukan pertanyaan apabila ada yang kurang jelas. OHT Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator (SSLE) -x-

12 Modul SSLE-02: Peraturan & Standar Nasional BAB I PENDAHULUAN 1. Dari sudut pandang hak-hak asasi manusia pencegahan kecelakaan adalah hal yang serius yang harus ditangani oleh perusahaan. Semua karyawan berhak mendapat perlindungan yang sesuai dengan tugasnya, boleh jadi cukup berupa alat-alat pelindung diri, dan buku pedoman atau instruksi yang jelas dalam menjalani tugas. Bagi perusahaan jasa bidang lift dan eskalator, buku pedoman keselamatan kerja tidak cukup menjamin. Oleh karena itu perlu ada pelatihan dan diikuti pengawasaan di lapangan. 2. Inilah tugas Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) yang diangkat oleh direksi perusahaan untuk maksud-maksud tersebut diatas. P2K3 senantiasa membuat evaluasi dan tiap-tiap kali jika perlu, memperbaiki buku pedoman atau prosedur khusus untuk suatu tugas yang penuh resiko. Dalam bab berikut akan diuraikan peraturan perusahaan tentang usaha pencegahan kecelakaan dalam konteks pemasangan dan perawatan pesawat lift. 3. Jika peraturan perusahaan mengenai K3 terlalu panjang oleh sebab pekerjaan, maka perlu dikeluarkan buku saku, memuat ringkasan peraturan, yaitu persyaratan minimal. Setiap karyawan yang bertugas di lapangan penuh dengan resiko kecelakaan, menerima buku saku tersebut sebagai peringatan dan juga menumbuhkan sikap hati-hati selama bertugas. Lihat box di halaman berikut. 4. Semua tingkat jenjang manajemen bertanggung jawab dalam pengembangan peraturan, pedoman dan praktek kerja lapangan (field practice) yang aman. Peraturan yang dikembangkan minimal memuat standar yang digariskan oleh pemerintah mengenai pencegahan kecelakaan dan mencerminkan kebijakan direksi. Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift & Eskalator -1-

13 Modul SSLE-02: Peraturan & Standar Nasional Tindakan hati-hati bagi tehnisi lift Pada waktu melakukan pekerjaan repair, call back trouble shooting ataupun maintenance service, petunjuk-petunjuk ini perlu diperhatikan : 1. Team terdiri dari dua orang saja, kecuali pekerjaan khusus dan atas ijin dari atasannya. 2. Tidak boleh ada 2 team pada satu unit lift untuk melakukan beberapa macam pekerjaan. 3. Pada saat melakukan pekerjaan pemeriksaan (check up) diatas atap kereta, pit dan hoist way, lift diset ke inspection mode. 4. Jika membetulkan kerusakan yang sifatnya mekanis, maka matikan dulu sumber tenaga listrik. Sebelum mulai yakinkan diri apa perlu tenaga listrik (untuk menjalankan lift dan sebagainya). 5. Jika pekerjaan memerlukan tenaga listrik maka jangan segan-segan gunakan stopping switch, emergency stop atau switch lain yang sejenis. 6. Jangan gunakan kawat jumper jika tidak yakin bahwa akibatnya tidak aman bagi pihak lain. Jika kawat jumper harus digunakan, maka operasi lift diganti dari normal ke inspection mode dan khusus digunakan untuk mencari penyebab kemacetan. 7. Jangan membetulkan peralatan dalam pit, jika pit tersebut banjir (penuh air). 8. Biasakan melihat ke atas saat mau masuk ke lubang pintu ruang luncur. Yakinkan aman tidak ada orang bekerja diatasnya (kemungkinan benda-benda dapat terjatuh). 9. Periksa steiger, ikatannya, jenis bambu papan plank injakan harus terikat. 10. Ruang luncur harus dilengkapi cahaya instalasi listrik sementara. Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift & Eskalator -2-

14 Modul SSLE-02: Peraturan & Standar Nasional BAB II PERATURAN DAN STANDAR LIFT DAN ESKALATOR Peraturan keselamatan khusus bagi pekerja lapangan yakni tehnisi instalatir dan perawatan lift meliputi : 2.1 Bekerja di Kamar Mesin 1. Selama proses pemasangan lift pada suatu proyek gedung bertingkat sering kita dapati pada kamar mesin hal-hal sebagai berikut : a. Lubang ruang luncur belum ditutup atau dicor beton b. Jendela ventilasi belum dipasang c. Lampu listrik penerangan dan stop kontak belum dipasang, dan d. Pintu masuk kamar mesin belum dipasang 2. Kita harus waspada akan bahaya terjatuh kedalam ruang luncur. Hindari kemungkinan air hujan masuk melalui jendela dan pintu yang belum selesai dipasang. 3. Instalasi penerangan listrik hendaknya dipasang cukup tinggi (min. 2 meter), begitu pula kawat-kawat listrik perlu diikat/clamp dan dirapikan walaupun bersifat sementara dan dimana perlu dipasang sekering. 4. Pasang label cukup besar yang menyatakan jangan mendekat bagi siapa yang tidak berkepentingan karena berbahaya. 5. Jika ragu-ragu akan kekuatan kait penggantung ( hoisting hook ) atau balok penggantung ( hoisting beam ) maka minta surat pernyataan dari pihak kontraktor utama atau manajemen konstruksi bahwa hoisting hook tersebut mampu menahan beban tarik yang diminta. 6. Hoisting hook dapat patah walaupun ukurannya cukup (umpama diameter 1 inchi untuk beban 2 ton) oleh sebab dipanaskan pada saat pembuatannya atau karena bentuk tekukan yang salah. Lihat contoh gambar bentuk kait yang betul. Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift & Eskalator -3-

15 Modul SSLE-02: Peraturan & Standar Nasional 7. Kemudian terakhir dianjurkan agar kamar mesin harus bersih dari barangbarang asing dan dari debu. Oleh karena itu dinding dan lantai perlu diplester rata untuk menghindari akumulasi debu dikemudian hari. Penggunaan penyedot debu dianjurkan. Ingat, debu itu penyebab penyakit dan kerusakan pada micro switch serta komponen elektronik. 2.2 Bekerja di Lekuk Dasar (pit) 1. Pada proyek bangunan bertingkat sering klita dapati kenyataan bahwa lekuk dasar dipakai sebagai tempat membuang segala jenis sampah, kotoran bangunan (puing), sisa barang dari instalatir lain. Juga kadang-kadang pit tersebut berair oleh karena pengecoran beton tidak sempurna dan permukaan air tanah, tinggi. Oleh karena itu perlu dipasang dinding penutup sementara pada tiap-tiap lubang pintu lantai (berpintu dan berkunci) serta dipasang label yang menyatakan jangan mendekat bagi yang tidak berkepentingan, walaupun hal ini menimbulkan biaya yang cukup besar. Alternatif lain cukup memasang pagar kerja (barikade) setinggi 1.5 m sepanjang lubang-lubang pintu dan diberi label. Bahaya, jangan mendekat, jangan buang benda/sampah kedalam lubang luncur lift. Setelah lekuk dasar dibersihkan dan air dikeringkan, maka segera dibuat kedap air (water proofing). Catatan : membersi hkan pit adalah tugas kontraktor utama Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift & Eskalator -4-

16 Modul SSLE-02: Peraturan & Standar Nasional sebelum serah terima lapangan, kepada kontraktor lift. 2. Pastikan semua orang harus memakai topi pelindung (safety helmet) selama bekerja dalam pit atau melakukan inspeksi, karena tidak mustahil barang atau perkakas terjatuh dari kamar mesin atau dari lantai-lantai diatasnya. Sebagai tindakan hati-hati, kepala regu dapat memasang bidang papan pelindung atau penyekat horizontal pada jarak-jarak tertentu pada ruang luncur. 3. Pit harus dilengkapi dengan tangga monyet, dipasang dekat lubang pintu dan penerangan listrik dan stop kontak. Juga dipasang penyekat penghalang (screen) membatasi ruang bobot imbang dan juga penyekat dengan lift disebelah kiri-kanan, bagi keselamatan teknisi pemeliharaan kemudian dan sepanjang waktu. Catatan : lekuk dasar dalam maksimal 90 cm tidak diperlukan tangga monyet. 2.3 Bekerja di Ruang Luncur (Hoist way) Tergantung pada metoda pemasangan yang dipilih, maka keselamatan kerja perlu perhatian khusus. Tetapi secara umum, jika kita bekerja didalam ruang luncur, maka harus memakai topi pengaman (safety helmet) dan sabuk pengaman (safety belt), atau pelana pengaman (safety harness). Pengaman ini dilengkapi dengan tali pendaki gunung dan ujung tali dikaitkan pada struktur bangunan atau steiger, atau pada tali life line yang khusus dipasang dari kamar mesin sampai ke pit. Catatan : Tali pada safety harness mempunyai sifat peredam; jika seseorang terjatuh, maka dia akan tertahan tanpa mengalami hempasan. Panjang tali dibatasi maksimal 1.50 meter. Tali life line perlu dipasang, jika metode pemasangan memakai false-car (tidak ada steiger). Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift & Eskalator -5-

17 Modul SSLE-02: Peraturan & Standar Nasional a. Metode Perancah (steiger, scaffolding) Perlu diperhatikan keselamatan terhadap kemungkinan terjatuh. Sebab-sebab utama kecelakaan ialah : 1. Tali pengikat steiger bambu telah kendor, sehingga terjadi goyangan, getaran dan kemerosotan batang penyangga. 2. Pada steiger besi tidak dipasang pen pengaman. Unit steiger dapat terangkat secara tidak sengaja lepas dari dudukannya dari unit steiger dibawah dan steiger dapat runtuh. Biasanya steiger besi dipasang oleh perusahaan khusus. Pastikan kita mendapat jaminan tertulis dari perusahaan tersebut atas keamanannya. Steiger harus diikat pada struktur bangunan pada jarak-jarak tertentu. 3. Papan (plank) kayu bidang pijak tidak diikat dan posisi tidak seimbang dan mudah tergulir. Papan tersebut sebaiknya cukup lebar (25 cm) dan cukup tebal (2 cm), tiap-tiap batang harus diikat didua tempat tumpuannya. b. Metode False car atau Hoisting platform 1. Keselamatan sangat bergantung pada safety device yang dipasang pada platform, dan juga keahlian melalui latihan-latihan. Alat pengaman ini perlu diperiksa secara teratur dan diservice oleh ahlinya. Pastikan platform tersebut hanya 2 orang pekerja, yang satu sebagai pemimpin yang lain, serta tetap terus menerus berkomuniokasi antara keduanya agar tidak salah paham. Pastikan memakai false car yang mendapat sertifikat keselamatan dan jangan memakai false car bekas yang tidak jelas sertifikat keselamatannya. 2. Disamping pesawat pengaman (safety device), bagian-bagian false car tersebut dibawah ini, perlu diperiksa : (1) Katrol atau teromol (periksa pasak, dsb) (2) Pengikatan ujung tali baja penarik, jika menggunakan penjepit cross-b clamp atau U-bolt, maka bagian U-nya terletak bagian tali berujung, minimal digunakan 2 buah jepitan. (3) Tali baja penarik kemungkinan rantas (beberapa elemen telah patah). Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift & Eskalator -6-

18 Modul SSLE-02: Peraturan & Standar Nasional (4) Alarm harus berbunyi saat false car akan bergerak. 2.4 Pintu-pintu Lantai (Landing doors) Bekerja pada pintu-pintu lantai memerlukan persiapan. Saklar utama harus dimatikan dan dipasang label peringatan (Tag out). Jika perlu sekeringsekeringnya dilepas dan disimpan di tempat yang aman. Sediakan barikade atau penghalang dimuka pintu agar orang lalu lalang jangan mendekat. Tinggi penghalang paling tidak 110 cm. Selama bekerja memeriksa pintu perhatikan jangan sampai alat perkakas terjatuh ke dalam ruang luncur, dan atau tertinggal di atap kereta. Biasanya atap kereta lift berada pada lantai dimana pintu sedang diperiksa. Gunakan lampu penerangan yang disediakan ai atas atap kereta. 2.5 Bekerja di atas atap kereta Prosedur naik ke atap kereta sebagai berikut : 1. Asumsi tehnisi ada di lantai 2. Turunkan kereta ke lantai 1. Saat kereta bergerak turun selama kira-kira 3 detik, buka pintu dengan kunci khusus (emergency releasing device). 2. Saat pintu terbuka kereta berhenti dengan atap hampir rata dengan lantai. Lihat gambar. 3. Pintu harus ditahan agar tetap terbuka baru melangkah masuk diatas atap. Segera perhatikan dimana emergency stop switch. Bekerja diatap kereta melakukam pemeriksaan, harus dengan cahaya penerangan yang cukup. Gunakan looplamp yang tersedia. Lift harus dijalankan dengan kecepatan inspeksi (inspection mode) kira-kira 30 m/m. Penyimpangan dari prosedur (jika diperlukan) harus minta izin atasan. Saklar inspeksi dilengkapi dengan pegas sehingga jika dilepas lift langsung berhenti, demi keamanan. Perhatikan seharusnya bagian belakang keretan ada pagar (railing) setinggi 1.0 m keliling dari sisi kiri ke belakang dan ke sisi kanan berwarna kuning. Jika tidak ada railing tersebut maka jaga diri masing-masing atas resiko terjatuh dengan senantiasa berpegang pada bagian-bagian rangka kereta. Jika pekerjaan inspeksi dilakukan oleh dua orang, dan seorang memegang saklar inspeksi maka tiap-tiap kali kereta mau digerakkan (baik naik maupun turun) harus memberi peringatan rekan kerja dan rekan kerja harus menjawab. Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift & Eskalator -7-

19 Modul SSLE-02: Peraturan & Standar Nasional Jangan membawa perkakas didalam kantong dari kain atau tas yang bertali. Gunakan kotak kaleng perkakas yang cukup kecil. Jangan tinggalkan barangbarang diatas atap kereta setelah selesai bekerja. Jangam menggantungkan lampu listrik tambahan pada tali baja. Perhatikan posisi bobot imbang saat kereta bergerak. Pada posisi tertentu bobot imbang bersimpangan jalan dengan kereta. Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift & Eskalator -8-

20 Modul SSLE-02: Peraturan & Standar Nasional Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift & Eskalator -9-

21 Modul SSLE-02: Peraturan & Standar Nasional BAB III STANDAR NASIONAL ANJURAN KESELAMATAN Oleh NEMI Inc, New York (National Elevator Manufacturing Industry) Bagi mereka yang telah mempelajari kesejahteraan karyawan bersepakat, bahwa sebagian besar kecelakaan diakibatkan oleh keteledoran diri sendiri dan kurangnya perhatian atau tenggang rasa terhadap kawan sekerjanya. Setelah menganalisa secara seksama berbagai kecelakaan maka disusun uraian anjuran berikut ini yang bukan saja gamblang dan beralasan, tetapi yang sangat penting ialah sebagai langkah pasti menuju tercapainya pembakuan prosedur dimasa yang akan datang yang dituntut oleh masyarakat. 1. Tuntutan utama atas keselamatan kerja ialah lingkungan tempat kerja yang bersih. Jangan biarkan sampah berserakan seperti potongan-potongan kayu (bekas pengepakan), pipa, paku kawat, puing kotoran dan sebagainya. 2. Pekerja harus memakai kaca mata pelindung yang tahan benturan, jika bekerja pada tempat dimana mata mungkin terluka, seperti : a. Mengetrik beton usahakan pecahan akibat mesin pahat (dengan motor listrik) tidak berhamburan. b. Pengecoran babbit (rope-socket/thimble rod) c. Mesin gerenda, kumutator atau sejenisnya. Juga dianjurkan kacamata dipakai selama bekerja di dalam ruang luncur terbuka, dimana debu berhamburan. Kacamata pelindung disediakan oleh perusahaan secara cuma-cuma. Tetapi jika tidak diperoleh, mintalah kepada atasan (supervisor). Penyelidikan mengenai kecelakaan menunjukkan bahwa mata terluka umumnya oleh sebab debu dan kotoran. 3. Setelah lantai-lantai bangunan selesai disiapkan, dianjurkan dipasang barikade atau penghalang (dimuka lubang ruang luncur) oleh kontraktor utama (general Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift & Eskalator -10-

22 Modul SSLE-02: Peraturan & Standar Nasional contractor). Pekerjaan modernisasi liftpun termasuk mengikuti aturan tersebut, jika pintu-pintu diganti baru. Barikade harus dibuat setinggi 110 cm minimal, dan dipasang minimal berjarak 60 cm sebagai ruang bebas dimuka dinding ruang luncur, dan dibuat sedemikian rupa, sehingga bagian-bagian lift mudah dibongkar dan/atau dipasang. Sebelum dipasang pintu-pintu lift permanen, sebaiknya lubang-lubang pintu ditutup dulu sementara setinggi minimal 180 cm. Jika diperlukan harus memindahkan barikade, pastikan memasangnya kembali pada tempatnya sebelum meninggalkan tempat pekerjaan. 4. Jika digunakan scaffolding (steiger), maka gunakan kayu berserat panjang diutamakan kayu spruce atau pinus kuning (di Indonesia biasa digunakan kayu dolken atau bambu). Papan pijak seharusnya berukuran minimal 4 cm x 20 cm dan pendukungnya pun selebar papan tersebut, kecuali jika dipakai dalam hal ini lebar pendukung tidak kurang dari 8 cm. Gunakan hanya papan-papan pijak yang disediakan oleh perusahaan sendiri. Jangan biarkan orang lain diluar perusahaan menggunakan scafolding anda ataupun papan pijak anda. Dilarang meminjamkan peralatan kerja seperti takel (chain hoist) ataupun mesin bor misalnya, kepada kontraktor lain, dan jangan mengerjakan penarikan/pengangkatan barang untuk kepentingan kontraktor lain dengan menggunakan peralatan milik anda. 5. Scaffolding yang berayun-ayun tidak dianjurkan, tetapi jika digunakan juga, maka dibuat dari bahan terbaik seperti tersebut pada No. 4. Tali yang digunakan ialah tali serat dengan diameter tidak lebih kecil dari 1.0 cm. 6. Alat-alat seperti jacks (dongkrak), wall climbers (pemanjat dinding) dan go devil (false car) harus dibuat kokoh dan sempurna. Juga dianjurkan alatalat tersebut dilengkapi dengan pengaman. 7. Penggunaan tangga tidak dianjurkan. Tetapi jika tidak mau dipakai, hendaknya tangga dalam keadaan baik : tidak ada rusuknya yang rusak, ataupun tiangnya yang retak. Ujung dan pangkalnya di matikan agar terhindar dari slip terlepas atau terputar ; dan sepatu pengaman dipasang pada pangkal dibawah Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift & Eskalator -11-

23 Modul SSLE-02: Peraturan & Standar Nasional tangga. Jika tangga tersebut digunakan pada daerah ramai, lobi, koridor dan jalur bongkar muat, maka satu orang ditugasskan menjaga dibawah pada pangkal tangga. 8. Jika scaffolding atau tangga digunakan didalam ruang luncur, maka kereta lift harus ditempatkan pada posisi yang aman dan saklar utama diputus dan sekering dibuka. Kereta tetap tak bergerak selama scaffolding masih terpasang. 9. Sebaiknya jangan ada orang didalam ruang luncur, dimana diatasnya ada orang-orang lain yang sedang bekerja, kecuali telah dipasang papan pelindung atau jaring yang buatannya memadai, dan dianggap kokoh pada batas ruang luncur bersebelahan, dimana terdapat lift yang meluncur. Dianjurkan dipasang pemisah dari anyaman kawat atau papan plywood. 10. Kontraktor lain dilarang menggunakan ruang luncur sebagai sarana menaikkan barang-barangnya tanpa izin dari mekanik lift yang bertanggung jawab. 11. Saklar jenis pisau (knive blade switch) dan sambungan kawat bersifat sementara adalah praktek yang berbahaya. Gunakan saklar permanen (magnetic automatic breaker) a. Jika seorang sedang bekerja diatas atap kereta maka dia harus paham kode sandi dengan temannya (operator). Switch operasi dipindah ke inspection mode. Jika switch ini tidak disiapkan, maka aliran listrik ke semua tombol panggil diputus. 1.b. Jika operator didalam kereta akan menggerakkan lift, maka rekannya diatas atap telah mapan dengan aman dan aba-abanya harus diulang oleh operator tersebut; sebelum lift digerakkan. 2. Sebelum mulai menginjak naik keatap kereta, pahami kondisi yang mungkin berbahaya; roda gantung (car-sheave) pada lift tarik 2:1, lokasi bobot imbang, tapes, balok pemisah, rantai dari penggerak pintu, dan ambang. Penerangan yang cukup sangat penting. Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift & Eskalator -12-

24 Modul SSLE-02: Peraturan & Standar Nasional 3. Perhatikan lokasi saklar-saklar dan kontak-kontak pemutus arus, dan sebaiknya dibuka (diputus) selama bekerja untuk menghindari kereta bergerak. Bersihkan gelagar rangka kereta (cross-head) tempat berpijak dari minyak untuk menghindari terpeleset. 4. Jika oleh sebab suatu keperluan operator tersebut sementara harus meninggalkan kereta, maka kunci kontak dicabut, saklar darurat dimatikan, dan dipasang label lift tidak kerja dan lampu penerangan kereta dimatikan. 5. Selama bekerja diruang lekuk dasar, seorang harus pandai melindungi diri sendiri dengan mematikan (memutuskan) saklar-saklar seperti : saklar limit, roda kompensasi, dll yang dapat mencegah kereta bergerak. Perhatikan juga alat-alat lift setelah kiri dan kanannya yang sedang bekerja. 13. Dalam hal melakukan reparasi dimana dibutuhkan pembongkaran/penggantian alat tertentu, kereta harus diparkir pada posisi paling atas. 14. Sewajarnya orang-orang yang kecanduan (suka minum) dilarang ikut bekerja. 15. Semua pekerja harus memakai topi keselamatan (helmet) baik bekerja di dalam R/L ataupun medan terbuka. Perusahaan harus menyediakan topi tersebut dan tiap orang berhak memilikinya. 16. Pakaian seragam yang compang-camping, cincin, jam tangan, gelang, kalung, dan sebagainya adalah sumber kecelakaan. Dasi harus dilepas atau masukkan kedalam baju dari kancing teratas. Semua pihak harus menyadari hal tersebut. 17. Sepatu bersol tipis juga berbahaya. Gunakan sepatu keselamatan, anti-slip, dan ujungnya dilengkapi plat baja (steel toe cap). Perusahaan dapat menyediakan untuk pekerja-pekerjanya. 18. Semua perkakas listrik (mesin bor, dsb) harus di grounded. Jangan memakai alat perkakas listrik yang cacat atau saklarnya tidak berfungsi. Lihat gambar. Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift & Eskalator -13-

25 Modul SSLE-02: Peraturan & Standar Nasional 19. Jika memang diperlukan dipasang gagang tambahan untuk memperoleh tekanan pada mesin bor listrik, maka pertimbangkan suatu cara agar mesin bor tersebut tidak menendang. 20. Tali governor dan pesawat pengaman harus telah terpasang sebelum pekerja diperbolehkan menggunakan false car. Jangan menggunakan mesin pengangkat bahan bangunan sebagai false car. 21. Penggunaan 2 atau lebih chain hoist sekaligus untuk satu barang tidak diperbolehkan. 22. Sling (jerat) harus dibuat dari tali kawat baja atau serat dalam keadaan baik. 23. Sengkang (pengikat) untuk menarik rel keatas harus berupa kait ganda (moused hook). Lihat gambar. Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift & Eskalator -14-

26 Modul SSLE-02: Peraturan & Standar Nasional 24. Pada saat membersihkan R/L hendaknya mulai dari atas kebawah dan pekerja harus memakai penutup hidung, dan dianjurkan memakai pelindung mata. 25. (A) Perangkat PPK harus disiapkan pada tiap-tiap tempat kerja. (B) Letak kotak PPK dan nomor telepon emergency harus jelas terpasang. (C) PPK set pribadi perlu disimpan pada masing-masing kotak perkakas dari mekanik 26. Jika mengukur gulungan tali (kawat atau serat), jangan berdiri dalam gulungan. 27. Jangan menyalakan korek api atau lilin di dalam R/L yang telah usang. Kemungkinan terjadi kebakaran oleh sebab uap oli dan sebagainya. Gunakan loop lamp. 28. Jangan merosot melalui tali. 29. Pada saat membersihkan oli pada bagian-bagian yang bergerak lift jangan digerakkan. 30. Pada saat meng-grenda kemutator, gunakan kacamata dan penutup hidung. 31. Menggunakan zat kompor pembersih tidak dianjurkan, karena uapnya bersifat racun; dan juga berbahaya pada kulit yang terluka. Jangan gunakan bensin sebagai pembersih. 32. Semua pekerja harus membuat laporan tertulis segera setelah terjadi kecelakaan. Hal ini perlu sebagai perlindungan bagi dirinya. 33. Pada waktu memeriksa kawat-kawat patah dari tali baja dengan menggunakan bahan katun, hendaknya memakai sarung tangan (gloves). Gunakan penerangan yang cukup. 34. Saat naik turun tangga, tangan siap untuk berpegang, walau satu tangan membawa kotak perkakas. Perhatikan tindakan pada anak tangga. Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift & Eskalator -15-

27 Modul SSLE-02: Peraturan & Standar Nasional 35. Jika bekerja menggunakan alat berapi disuatu bangunan (seperti las-acetylene, dsb) perlindungan yang wajar harus disiapkan (pemadam api). Periksa dan tanyakan kepada yang berwenang peraturan yang berlaku dibangunan tersebut dan usahakan memperoleh izin. 36. Jangan membakar atau mengelas diatas orang lain yang sedang bekerja dibawahnya, kecuali jika dipasang pelindung diantaranya. 37. Jika melakukan pekerjaan las atau menggunakan api didalam R/L agar diawasi orang lain untuk menjaga segala kemungkinan buruk. 38. Jangan mengelas dilingkungan penuh sampah yang mudah terbakar. Tukang las tidak boleh memakai baju berbekas minyak. 39. Jangan mengelas didalam R/L tua, dimana rel penuh denga oli (minyak). 40. Batang las acetylene yang masih hidup harus dipegang. Jangan ditaruh atau digantungkan. Las listrik dengan pegangan electrode yang masih hidup harus ditempatkan pada tempat yang telah ditentukan dan aman. 41. Pekerjaan pengelasan harus dilakukan degan memakai kedok berkaca hitam (las electrode) atau kacamata hitam tanpa kedok ( las acetylene). 42. Jaga peralatan las dalam keadaan baik, tidak cacat, yaitu : saklar, pemegang batang las, transformotor, sekering, motor, generator, tabung gas dengan klep dan alat ukur tekanannya, obor (torches), dan sebagainya. 43. Jaga tabung-tabung gas oksigen, acetylene, propane, jauh-jauh dari bahaya ledakan karena hubungan singkat listrik. Jauhkan dari tempat-tempat berminyak. 44. Tabung-tabung gas oksigen dan sebagainya harus dibawa / ditaruh pada gerobak beroda dan jaga semua fitting (sambungan) bersih dan kering. 45. Bahan terpaulin tahan api sebaiknya dipasang/digunakan untuk melindungi alat-alat las pada waktu disimpan diruang tertentu. Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift & Eskalator -16-

28 Modul SSLE-02: Peraturan & Standar Nasional 46. Saat mengerjakan las, paling tidak telah disiapkan bahan pemadam kebakaran api seperti satu ember air dan satu karung pasir, dari pada tidak sama sekali. 47. Tabung pemadam kebakaran carbon dioxide atau soda acid sangat efektif. 48. Perhatikan bahaya gas yang timbul saat memadamkan api dengan pemadam tersebut diatas, usahakan aliran udara ventilasi, dan selamatkan orang-orang sekeliling. 49. Jika api membesar tidak dapat dikendalikan, segera dipanggil pasukan pemadam kebakaran. 50. Jangan cenderung untuk bercanda saat menggunakan alat-alat las. Jangan menggunakan gas okisgen untuk membersihkan debu. 51. Sekarang ini banyak barang-barang alat pengelasan bertuliskan tanda panas agar jangan disentuh dan menyebabkan kulit melepuh. Diharapkan tulisan-tulisan rekomendasi tersebut diatas sebagai titik awal mulainya dibentuk aturan yang kokoh, dimana kerja sama antara karyawan dan majikan dapat dibina. Sepanjang industri dapat mendidik keselamatan kepada masyarakat lift, kondisi kerja akan pasti menguntungkan bersama. Langkah-langkah perlindungan dapat disiapkan, dan keselamatan merupakan pra-persyaratan yang permanen. Hasil yang lebih baik dari program keselamatan akan diperoleh, jika antara pekerja dan majikan membicarakan persoalan yang timbul dari peristiwa kecelakaan yang dilaporkan, dan mencari jalan keluar atas tindakan apa yang sesuai untuk mencegah terulangnya kejadian kecelakaan. Usahakan sekuat tenaga agar industri lift bebas dari kecelakaan. Disadur bebas dari : Safety Recomendations for the Elevator Industry yang dikelurakan oleh NEMI, Inc. dan International Union of Elevator Constructors. Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift & Eskalator -17-

29 Modul SSLE-02: Peraturan & Standar Nasional Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift & Eskalator -18-

30 Modul SSLE-02: Peraturan & Standar Nasional Rangkuman RANGKUMAN Pentingnya peraturan pemerintah dan perusahaan yang baku, dan Standar Nasional Safety Code pada setiap negara dalam bidang keselamatan atau pencegahan kecelakaan. Direksi perusahaan mempercayakan P2K3 untuk menerbitkan peraturan khusus yang menyangkut keselamatan kerja atas dasar visi dan misi perusahaan dan undang-undang No.1 tahun 1970 dan Peraturan Menteri Tenaga Kerja tentang penggunaan pesawat lift (KepMen No.03/M/1999). Dalam pelatihan ini diuraikan mengenai sumber-sumber bahaya di tempat kerja, membuat rencana kerja di lapangan yang aman bagi semua pihak, dan memperhitungkan resiko dalam tugas - tugas yang khusus. Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift & Eskalator R - 1

31 Modul SSLE-02: Peraturan & Standar Nasional Lampiran 1 GARIS BESAR PERATURAN PEMERINTAH PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA No. PER 03 / MEN / 1999 Syarat-syarat K3 untuk Pengangkutan Orang dan Barang : Pasal 1 Pasal 2 Pasal 3 Pasal 4 Pasal 5 Pasal 6 Pasal 7 Pasal 8 Pasal 9 Pasal 10 Pasal 11 Pasal 12 Pasal 13 Pasal 14 Pasal 15 Pasal 16 Pasal 17 Pasal 18 Pasal 19 Pasal 20 Pasal 21 Pasal 22 Pasal 23 Pasal 24 Istilah Ruang lingkup yang berlaku Kapasitas lift Cakupan bagian-bagian lift dalam peraturan Mesin dan Kamar mesin Ketahanan api dan pemadam Tali baja Teromol (puli) Bangunan Ruang luncur Lekuk dasar (pit) Kereta Pintu kereta dan Alat-alat operasi Governor dan kecepatan lebih Rem (pesawat) pengaman Batasan kerja rem pengaman Saklar pengaman Saklar batas lintas Lift tarikan gulung Bobot imbang Rel pemandu Batas-batas kerja bobot imbang Instalasi listrik Alarm kebakaran Syarat-syarat pemasangan dan perawatan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift & Eskalator L.1-1

32 Modul SSLE-02: Peraturan & Standar Nasional Lampiran 1 Pasal 25 Pasal 26 Pasal 27 Pasal 28 Pasal 29 Pasal 30 Pasal 31 Perubahan teknis Perusahaan Jasa K3 Surat izin operasi Standar teknis perawatan Penyandang cacat Pengawasan Sangsi Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift & Eskalator L.1-2

33 Modul SSLE-02: Peraturan & Standar Nasional Lampiran 2 GARIS BESAR UNDANG-UNDANG NO (12 Jan 1970 disahkan oleh Presiden) KESELAMATAN KERJA Isi Ringkasan sebagai berikut : Pasal 1 Definisi : 1. Tempat Kerja 2. Pengurus 3. Pengusaha 4. Direktur 5. Pegawai Pengawas 6. Ahli Keselamatan Kerja Pasal 2 Ruang Lingkup Segala tempat kerja : didarat, didalam tanah, dipermukaan air, didalam air, dan diudara. Pasal 3 Syarat-syarat Keselamatan : 1. Mencegah dan mengendalikan timbulnya kecelakaan 2. Mengurangi resiko kecelakaan 3. Menanggulangi (memadamkan, dan sebagainya) Pasal 4 Proses terjadinya kecelakaan, dalam : 1. Perencanaan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift & Eskalator L.2-1

34 Modul SSLE-02: Peraturan & Standar Nasional Lampiran 2 Pasal 5 2. Pembuatan (produksi) 3. Transportasi (Handling) 4. Peredaran, perdagangan 5. Instalasi 6. Pemakaian 7. Pemeliharaan 8. Penyimpanan bahan Pengawasan Tugas dan wewenang direktur Pasal 6 Panitia banding Pasal 7 Retribusi Pasal 9 Pembinaan Kewajiban pengurus Pasal 10 Panitia Pembina K3 Wewenang menteri tenaga kerja Pasal 11 Laporan Kecelakaan Kewajiban pengurus Pasal 12,13 Kewajiban & Hak tenaga kerja Laporan dan alat-alat perlindungan diri Pasal 14 Kewajiban pengurus Membuat syarat-syarat kerja (peraturan perusahaan) Memasang tanda peringatan, label, penerangan Pasal 15 Pelaksanaan dan ancaman pidana Pasal 16, 17, 18 Mulai diundangkan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift & Eskalator L.2-2

35 Modul SSLE-02: Peraturan & Standar Nasional Lampiran 3 Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift & Eskalator L.3-1

36 Modul SSLE-02: Peraturan & Standar Nasional Lampiran 3 Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift & Eskalator L.3-2

37 Modul SSLE-02: Peraturan & Standar Nasional Lampiran 3 Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift & Eskalator L.3-3

38 Modul SSLE-02: Peraturan & Standar Nasional Lampiran 3 Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift & Eskalator L.3-4

39 Modul SSLE-02: Peraturan & Standar Nasional Lampiran 3 Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift & Eskalator L.3-5

40 Modul SSLE-02: Peraturan & Standar Nasional Lampiran 3 Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift & Eskalator L.3-6

41 Modul SSLE-02: Peraturan & Standar Nasional Lampiran 4 Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift & Eskalator L.4-1

42 Modul SSLE-02: Peraturan & Standar Nasional Lampiran 4 Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift & Eskalator L.4-2

43 Modul SSLE-02: Peraturan & Standar Nasional Lampiran 4 Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift & Eskalator L.4-3

44 Modul SSLE-02: Peraturan & Standar Nasional Lampiran 4 Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift & Eskalator L.4-4

45 Modul SSLE-02: Peraturan & Standar Nasional Lampiran 4 Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift & Eskalator L.4-5

46 Modul SSLE-02: Peraturan & Standar Nasional Lampiran 4 Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift & Eskalator L.4-6

47 Modul SSLE-02: Peraturan & Standar Nasional Daftar Pustaka DAFTAR PUSTAKA 1. Departemen Pekerjaan Umum, Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Modul Pelatihan, Puslatjakons, Jakarta. 2. Rusdi Suardi, Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Penerbit PPM Jakarta. 3. Dalih SA dan Oja Sutiarno, Keselamatan Kerja Dalam Tatalaksana Bengkel, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, Garis besar Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. MEN 03/ Garis besar Undang-undang No. 1 tahun 1970 : Keselamatan Kerja. 6. Salinan Undang-Undang No. 1 tahun 1970 : Keselamatan Kerja 7. Salinan Keputusan Gubernur DKI 1982 : mengenai lift kebakaran Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift & Eskalator DP - 1

MODUL SSLE 05 : INSTALASI DAYA

MODUL SSLE 05 : INSTALASI DAYA PELATIHAN PENGAWAS LAPANGAN (SITE SUPERVISOR) PEKERJAAN PEMASANGAN INSTALASI LIFT DAN ESKALATOR (SSLE) MODUL SSLE 05 : INSTALASI DAYA KENDALA DAN PROTEKSI 2006 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN

Lebih terperinci

MODUL SIB 01 : KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

MODUL SIB 01 : KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PELATIHAN SITE INSPECTOR OF BRIDGE (INSPEKTUR PEKERJAAN LAPANGAN PEKERJAAN JEMBATAN) MODUL SIB 01 : KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA 2006 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER

Lebih terperinci

PELATIHAN INSPEKTOR LAPANGAN PEKERJAAN JALAN (SITE INSPECTOR OF ROADS)

PELATIHAN INSPEKTOR LAPANGAN PEKERJAAN JALAN (SITE INSPECTOR OF ROADS) SIR 01 = KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PELATIHAN INSPEKTOR LAPANGAN PEKERJAAN JALAN (SITE INSPECTOR OF ROADS) 2007 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN

Lebih terperinci

Keselamatan Kerja. Garis Besar Bab Bab ini menjelaskan dasar-dasar pengoperasian yang aman. Keselamatan Kerja

Keselamatan Kerja. Garis Besar Bab Bab ini menjelaskan dasar-dasar pengoperasian yang aman. Keselamatan Kerja Keselamatan Kerja Garis Besar Bab Bab ini menjelaskan dasar-dasar pengoperasian yang aman. Keselamatan Kerja Keselamatan Kerja Pengetahuan Selama Bekerja Pengetahuan selama bekerja 1. Selalu bekerja dengan

Lebih terperinci

MODUL SSLE 10 : PROYEK DAN KARAKTERISTIKNYA

MODUL SSLE 10 : PROYEK DAN KARAKTERISTIKNYA PELATIHAN PENGAWAS LAPANGAN (SITE SUPERVISOR) PEKERJAAN PEMASANGAN INSTALASI LIFT DAN ESKALATOR (SSLE) MODUL SSLE 10 : PROYEK DAN KARAKTERISTIKNYA 2006 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI

Lebih terperinci

MODUL SIB 10 : PEMELIHARAAN JALAN DARURAT DAN PEMELIHARAAN LALU LINTAS

MODUL SIB 10 : PEMELIHARAAN JALAN DARURAT DAN PEMELIHARAAN LALU LINTAS PELATIHAN SITE INSPECTOR OF BRIDGE (INSPEKTUR PEKERJAAN LAPANGAN PEKERJAAN JEMBATAN) MODUL SIB 10 : PEMELIHARAAN JALAN DARURAT DAN PEMELIHARAAN LALU LINTAS 2006 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Daftar Isi... i BAB I KONSEP PENILAIAN Bagaimana Instruktur Akan Menilai Tipe Penilaian... 1

DAFTAR ISI. Daftar Isi... i BAB I KONSEP PENILAIAN Bagaimana Instruktur Akan Menilai Tipe Penilaian... 1 DAFTAR ISI Daftar Isi... i BAB I KONSEP PENILAIAN... 1 1.1. Bagaimana Instruktur Akan Menilai... 1 1.2. Tipe Penilaian... 1 BAB II PELAKSANAAN PENILAIAN... 3 2.1. Kunci jawaban Tugas-tugas teori... 3 2.2.

Lebih terperinci

Lift traksi listrik pada bangunan gedung Bagian 2: Pemeriksaan dan pengujian berkala

Lift traksi listrik pada bangunan gedung Bagian 2: Pemeriksaan dan pengujian berkala Standar Nasional Indonesia Lift traksi listrik pada bangunan gedung Bagian 2: Pemeriksaan dan pengujian berkala ICS 91.140.90 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan...

Lebih terperinci

MODUL SSLE 08 : TEKNIK PEMERIKSAAN & UJI

MODUL SSLE 08 : TEKNIK PEMERIKSAAN & UJI PELATIHAN PENGAWAS LAPANGAN (SITE SUPERVISOR) PEKERJAAN PEMASANGAN INSTALASI LIFT DAN ESKALATOR (SSLE) MODUL SSLE 08 : TEKNIK PEMERIKSAAN & UJI COBA LIFT DAN ESKALATOR 2006 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Persiapan Tahap persiapan merupakan tahap kegiatan sebelum memulai pengumpulan data dan pengolahannya. Tahap ini meliputi: 1. Survei pendahuluan lokasi untuk mendapatkan gambaran

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DAN LINGKUNGAN (K3L) NO. KODE :.P BUKU PENILAIAN DAFTAR

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih

BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Visualisasi Proses Pembuatan Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih dahulu harus mengetahui masalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Lebih terperinci

PELATIHAN DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI

PELATIHAN DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI LS-13 = Pranata Pembangunan PELATIHAN SUPERVISOR PEKERJAAN LANSEKAP/PERTAMANAN (LANDSCAPE SUPERVISOR) 2005 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 PEDOMAN TEKNIS KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

LAMPIRAN 1 PEDOMAN TEKNIS KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA LAMPIRAN 1 PEDOMAN TEKNIS KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA LAMPIRAN SURAT KEPUTUSAN MENTERI TENTANG PEDOMAN TEKNIS KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA Nomor : 384 / KPTS / M / 2004 Tanggal : 18 Oktober 2004

Lebih terperinci

Buku Pelajaran untuk Pekerja Orang Asing

Buku Pelajaran untuk Pekerja Orang Asing Buku Pelajaran untuk Pekerja Orang Asing Daftar Isi Ⅰ Manajemen Umum 1 Ⅰ-1.Pakaian Kerja 1 Ⅰ-2.Rapih dan Teratur 2 Ⅰ-3.Jalur Aman 3 Ⅰ-4.Kantor dan Tempat Istirahat 4 Ⅰ-5.Tempat Tinggal 5 Ⅰ-6.Peralatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) Dalam proses pembuatan mesin pengupas kulit kentang perlu memperhatikan masalah kesehatan dan keselamatan kerja (K3). Adapun maksud

Lebih terperinci

PROSEDUR PENYELAMATAN PENUMPANG

PROSEDUR PENYELAMATAN PENUMPANG PROSEDUR PENYELAMATAN PENUMPANG Oleh : Ir, Iwan Sugiarmawan 1 Lokasi -Lokasi dengan Potensi Bahaya 82 83 2 1 Sumber Bahaya 1. Pintu lift yang terbuka disengaja atau tidak tanpa ada kereta/car nya. 2. Bagian-bagian

Lebih terperinci

Secara harfiah berarti keteraturan, kebersihan, keselamatan dan ketertiban

Secara harfiah berarti keteraturan, kebersihan, keselamatan dan ketertiban HOUSEKEEPING Secara harfiah berarti keteraturan, kebersihan, keselamatan dan ketertiban Penerapan housekeeping yang baik dapat mendukung terciptanya lingkungan kerja yang aman, sehat dan nyaman. Housekeeping

Lebih terperinci

Kumpulan gambar pemeriksaan dan perbaikan dari hal yang mudah terlenakan Bab Perindustrian

Kumpulan gambar pemeriksaan dan perbaikan dari hal yang mudah terlenakan Bab Perindustrian Kumpulan gambar pemeriksaan dan perbaikan dari hal yang mudah terlenakan Bab Perindustrian Institut Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Dewan Eksekutif Yuan Berdasarkan data 5 tahun terakhir dari pemeriksaan

Lebih terperinci

BAB III TEORI PENUNJANG. penggerak frekuensi variable. KONE Minispace TM

BAB III TEORI PENUNJANG. penggerak frekuensi variable. KONE Minispace TM BAB III TEORI PENUNJANG 3.1. KONE MiniSpace TM KONE Minispace TM adalah lift dengan pengimbang menggunakan EcoDisc, motor sinkronisasi tanpa perseneling yang digerakkan oleh suatu penggerak frekuensi variable.

Lebih terperinci

MODUL 8 SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA. (Kabel dan Sambungan) TINGKAT : XI PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K

MODUL 8 SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA. (Kabel dan Sambungan) TINGKAT : XI PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K MODUL 8 SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (Kabel dan Sambungan) TINGKAT : XI PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K DISUSUN OLEH : Drs. SOEBANDONO 8. Kabel dan Sambungan

Lebih terperinci

SISTEM PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN I

SISTEM PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN I Pertemuan ke-12 Materi Perkuliahan : Sistem penanggulangan bahaya kebakaran 1 (Sistem deteksi kebakaran, fire alarm, fire escape) SISTEM PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN I Kebakaran adalah bahaya yang diakibatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Industri farmasi diwajibkan menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. No.43/MENKES/SK/II/1988 tentang CPOB dan Keputusan

Lebih terperinci

PROSEDUR PERLENGKAPAN PEMADAM KEBAKARAN. A. Perlengkapan Pemadam Kebakaran 1. Sifat api Bahan bakar, panas dan oksigen harus ada untuk menyalakan api.

PROSEDUR PERLENGKAPAN PEMADAM KEBAKARAN. A. Perlengkapan Pemadam Kebakaran 1. Sifat api Bahan bakar, panas dan oksigen harus ada untuk menyalakan api. A. Perlengkapan Pemadam Kebakaran 1. Sifat api Bahan bakar, panas dan oksigen harus ada untuk menyalakan api. Gambar 1. Bahan bakar adalah bahan yang dapat terbakar, baik padat, cair maupun gas. Bahan

Lebih terperinci

MODUL POWER THRESHER. Diklat Teknis Dalam Rangka Upaya Khusus (UPSUS) Peningkatan Produksi Pertanian dan BABINSA

MODUL POWER THRESHER. Diklat Teknis Dalam Rangka Upaya Khusus (UPSUS) Peningkatan Produksi Pertanian dan BABINSA MODUL POWER THRESHER Diklat Teknis Dalam Rangka Upaya Khusus (UPSUS) Peningkatan Produksi Pertanian dan BABINSA KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN 2015 Sesi Perontok

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN MATERI. dalam setiap industri modern. Desain mesin pemindah bahan yang beragam

BAB II PEMBAHASAN MATERI. dalam setiap industri modern. Desain mesin pemindah bahan yang beragam BAB II PEMBAHASAN MATERI 2.1 Mesin Pemindah Bahan Mesin pemindah bahan merupakan bagian terpadu perlengkapan mekanis dalam setiap industri modern. Desain mesin pemindah bahan yang beragam disebabkan oleh

Lebih terperinci

SELAMAT DATANG TUKANG BEKISTING DAN PERANCAH

SELAMAT DATANG TUKANG BEKISTING DAN PERANCAH SELAMAT DATANG TUKANG BEKISTING DAN PERANCAH Pelatihan Tukang Bekisting dan Perancah Nomor Modul SBW 07 Judul Modul TEKNIK PEMASANGAN DAN PEMBONGKARAN BEKISTING DAN PERANCAH DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. sesuai dengan fungsi masing-masing peralatan. Adapun alat-alat yang dipergunakan

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. sesuai dengan fungsi masing-masing peralatan. Adapun alat-alat yang dipergunakan BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT 4.1 Peralatan Dalam pekerjaan proyek konstruksi peralatan sangat diperlukan agar dapat mencapai ketepatan waktu yang lebih akurat, serta memenuhi spesifikasi

Lebih terperinci

BAB II TEORI ELEVATOR

BAB II TEORI ELEVATOR BAB II TEORI ELEVATOR 2.1 Definisi Elevator. Elevator atau sering disebut dengan lift merupakan salah satu jenis pesawat pengangkat yang berfungsi untuk membawa barang maupun penumpang dari suatu tempat

Lebih terperinci

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun.

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN PEMANAS AIR (WATER HEATER) DOMO Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. Bacalah buku petunjuk pengoperasian

Lebih terperinci

BAB III DASAR PERANCANGAN LIFT

BAB III DASAR PERANCANGAN LIFT BAB III DASAR PERANCANGAN LIFT 3.1. Sejarah Perkembangan Lift Elevator atau yang lebih akrab dikenal oleh masyarakat luas dengan nama lift. Lift adalah salah satu alat Bantu dalam kehidupan manusia yang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DENGAN BENAR NO. KODE : INA.5230.223.23.01.07

Lebih terperinci

PERSYARATAN UMUM DAN PERSYARATAN TEKNIS GUDANG TERTUTUP DALAM SISTEM RESI GUDANG

PERSYARATAN UMUM DAN PERSYARATAN TEKNIS GUDANG TERTUTUP DALAM SISTEM RESI GUDANG LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI NOMOR : 03/BAPPEBTI/PER-SRG/7/2007 TANGGAL : 9 JULI 2007 PERSYARATAN UMUM DAN PERSYARATAN TEKNIS GUDANG TERTUTUP 1. Ruang lingkup

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB 5 PEMUAIAN. Pemuaian. Kompetensi Dasar: Standar Kompetensi: Melakukan percobaan yang berkaitan dengan pemuaian dalam kehidupan sehari-hari.

BAB 5 PEMUAIAN. Pemuaian. Kompetensi Dasar: Standar Kompetensi: Melakukan percobaan yang berkaitan dengan pemuaian dalam kehidupan sehari-hari. BAB 5 PEMUAIAN Kompetensi Dasar: Melakukan percobaan yang berkaitan dengan pemuaian dalam kehidupan sehari-hari. minyak air Standar Kompetensi: Memahami wujud zat dan perubahannya. Peta Konsep: Pemuaian

Lebih terperinci

LAMPIRAN LAMPIRAN Universitas Kristen Maranatha

LAMPIRAN LAMPIRAN Universitas Kristen Maranatha LAMPIRAN LAMPIRAN 1 84 Universitas Kristen Maranatha 85 Universitas Kristen Maranatha 86 Universitas Kristen Maranatha 87 Universitas Kristen Maranatha LAMPIRAN 2 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

FORMULIR PEMANTAUAN SELAMA RENOVASI / KONSTRUKSI BANGUNAN

FORMULIR PEMANTAUAN SELAMA RENOVASI / KONSTRUKSI BANGUNAN FORMULIR PEMANTAUAN SELAMA RENOVASI / KONSTRUKSI BANGUNAN Area Renovasi : Tanggal pemantauan : KELAS III N O KEGIATAN YA TIDAK NA KETERANGAN 1 Mengisolasi sistem HVAC di area kerja untuk mencegah kontaminasi

Lebih terperinci

kondisi jalur di pusat perbelanjaan di jantung kota Yogyakarta ini kurang BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

kondisi jalur di pusat perbelanjaan di jantung kota Yogyakarta ini kurang BAB V KESIMPULAN DAN SARAN kondisi jalur di pusat perbelanjaan di jantung kota Yogyakarta ini kurang memadai. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Penelitian ini telah melakukan evaluasi terhadap kondisi jalur evakuasi darurat

Lebih terperinci

DAFTAR ISI LEMBAR JUDUL... LEMBAR PERSETUJUAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR Latar Belakang...

DAFTAR ISI LEMBAR JUDUL... LEMBAR PERSETUJUAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR Latar Belakang... DAFTAR ISI halaman LEMBAR JUDUL... LEMBAR PERSETUJUAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 4 1.3 Pertanyaan Penelitian...

Lebih terperinci

DINDING DINDING BATU BUATAN

DINDING DINDING BATU BUATAN DINDING Dinding merupakan salah satu elemen bangunan yang berfungsi memisahkan/ membentuk ruang. Ditinjau dari segi struktur dan konstruksi, dinding ada yang berupa dinding partisi/ pengisi (tidak menahan

Lebih terperinci

LIFT (ELEVATOR) Berikut yang perlu diketahui tentang lift, antara lain : A. Jenis Jenis Motor Penggerak Lift. 1. Motor Gear

LIFT (ELEVATOR) Berikut yang perlu diketahui tentang lift, antara lain : A. Jenis Jenis Motor Penggerak Lift. 1. Motor Gear LIFT (ELEVATOR) Lift atau elevator merupakan alat transfortasi vertikal suatu gedung. Lift sekarang ini telah menjadi kebutuhan yang mendasar di gedung gedung pemerintahan, perkantoran, hotel, apartemen,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. PT DHL Supply Chain Indonesia adalah salah satu perusahaan layanan jasa

BAB IV HASIL PENELITIAN. PT DHL Supply Chain Indonesia adalah salah satu perusahaan layanan jasa BAB IV HASIL PENELITIAN PT DHL Supply Chain Indonesia adalah salah satu perusahaan layanan jasa logistik. Dalam Proses kerjanya PT DHL Supply Chain Indonesia Project P&G tidak terlepas dari penggunaan

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA 7 BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 TINJAUAN UMUM Pelaksanaan konstruksi merupakan rangkaian kegiatan atau bagian dari kegiatan dalam pekerjaan konstruksi mulai dari persiapan lapangan sampai dengan penyerahan

Lebih terperinci

Handling dan Tata Cara Pemakaian Tabung ELPIJI.hingga. ke Outlet

Handling dan Tata Cara Pemakaian Tabung ELPIJI.hingga. ke Outlet Handling dan Tata Cara Pemakaian Tabung ELPIJI.hingga ke Outlet 1 Urgensi Memelihara Tabung ELPIJI Gas ELPIJI terkenal dengan sifatnya yang mudah terbakar, sehingga kebocoran pada peralatan ELPIJI beresiko

Lebih terperinci

2. DETONATOR 1. DEFINISI BAHAN PELEDAK

2. DETONATOR 1. DEFINISI BAHAN PELEDAK UNDANGUNDANG No. 1 Tahun 1970, Tentang Keselamatan Kerja UNDANGUNDANG No. 4 Tahun 2009, Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara PP No. 19 Tahun 1973, Tentang Pengaturan dan Pengawasan K3 Pertambangan

Lebih terperinci

BAB I KONSEP PENILAIAN

BAB I KONSEP PENILAIAN BAB I KONSEP PENILAIAN 1.1. Bagaimana Instruktur akan Menilai Dalam sistem berdasarkan Kompetensi, penilai akan mengumpulkan bukti dan membuat pertimbangan mengenai pengetahuan, pemahaman dan unjuk kerja

Lebih terperinci

Panduan penggunamu. ZANKER TD4213

Panduan penggunamu. ZANKER TD4213 Anda dapat membaca rekomendasi di buku petunjuk, panduan teknis atau panduan instalasi untuk ZANKER TD4213. Anda akan menemukan jawaban atas semua pertanyaan Anda pada ZANKER TD4213 di manual user (informasi,

Lebih terperinci

RSU KASIH IBU - EXTENSION STRUKTUR : BAB - 06 DAFTAR ISI PEKERJAAN KONSTRUKSI BAJA 01. LINGKUP PEKERJAAN BAHAN - BAHAN..

RSU KASIH IBU - EXTENSION STRUKTUR : BAB - 06 DAFTAR ISI PEKERJAAN KONSTRUKSI BAJA 01. LINGKUP PEKERJAAN BAHAN - BAHAN.. DAFTAR ISI 01. LINGKUP PEKERJAAN.. 127 02. BAHAN - BAHAN.. 127 03. SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN...... 127 PT. Jasa Ferrie Pratama 126 01. Lingkup Pekerjaan Pekerjaan ini meliputi seluruh pekerjaan Konstruksi

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS TEKNIK Semester II PENCAIRAN LOGAM INDUK 300 menit JST/MES/MES315/01 Revisi : 01 Tgl: 21 Juni 2010 Hal : 1 dari 3 1. KOMPETENSI Mahasiswa mampu membuat jalur lasan dengan ketentuan a. Menggunakan

Lebih terperinci

BAB IV MATERIAL DAN PERALATAN 4.1 Material. Material Konstruksi meliputi seluruh bahan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan bagian pekerjaan dalam satu kesatuan pekerjaan pada suatu proses konstruksi, dari

Lebih terperinci

SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN LEMARI PENDINGIN (REFRIGERATOR) DOMO

SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN LEMARI PENDINGIN (REFRIGERATOR) DOMO SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN LEMARI PENDINGIN (REFRIGERATOR) DOMO Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. Bacalah buku petunjuk pengoperasian

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN BEKISTING, PEMBESIAN DAN PENGECORAN

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN BEKISTING, PEMBESIAN DAN PENGECORAN BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN BEKISTING, PEMBESIAN DAN PENGECORAN 5.1 Pekerjaan Bekisting 5.1.1 Umum Perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan bekisting harus memenuhi syarat PBI 1971 N 1-2 dan Recomended Practice

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DENGAN BENAR NO. KODE : INA.5230.223.23.01.07

Lebih terperinci

KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA (K3) DI LINGKUNGAN RUMAH TANGGA

KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA (K3) DI LINGKUNGAN RUMAH TANGGA International Labour Organization KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA (K3) DI LINGKUNGAN RUMAH TANGGA International Labour Organization KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA (K3) DI LINGKUNGAN RUMAH TANGGA di Lingkungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Pesawat Pengangkat Banyak jenis perlengkapan pengangkat yang tersedia membuatnya sulit digolongkan secara tepat. Penggolongan ini masih dipersulit lagi oleh kenyataan

Lebih terperinci

TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK

TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK Oleh: FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO PRODI S1 PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS NEGERI MALANG Oktober 2017 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring jaman

Lebih terperinci

SELAMAT DATANG TUKANG BEKISTING DAN PERANCAH

SELAMAT DATANG TUKANG BEKISTING DAN PERANCAH SELAMAT DATANG TUKANG BEKISTING DAN PERANCAH Pelatihan Tukang Bekisting dan Perancah Nomor Modul SBW 04 Judul Modul KONSTRUKSI BEKISTING DAN PERANCAH DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI

Lebih terperinci

Liftt traksi listrik pada bangunan gedung Bagian 1: Pemeriksaan dan pengujian serah terima

Liftt traksi listrik pada bangunan gedung Bagian 1: Pemeriksaan dan pengujian serah terima Standar Nasional Indonesia Liftt traksi listrik pada bangunan gedung Bagian 1: Pemeriksaan dan pengujian serah terima ICS 91.140.90 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii

Lebih terperinci

MODUL 5 SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA. (Bekerja di Bengkel) TINGKAT : XI PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K

MODUL 5 SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA. (Bekerja di Bengkel) TINGKAT : XI PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K MODUL 5 SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (Bekerja di Bengkel) TINGKAT : XI PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K DISUSUN OLEH : Drs. SOEBANDONO 5. Bekerja di bengkel Kacamata

Lebih terperinci

BABV PELAKSANAAN PEKERJAAN. perencana. Dengan kerjasama yang baik dapat menghasilkan suatu kerja yang efektif

BABV PELAKSANAAN PEKERJAAN. perencana. Dengan kerjasama yang baik dapat menghasilkan suatu kerja yang efektif BABV PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1 Tinjauan Umum Dalam pelaksanaan pekerjaan diperlukan kerjasama yang baik dari semua pihak yang terkait, baik itu perencana, pemberi tugas, pengawas maupun pelaksana karena

Lebih terperinci

Modul 08- Program Penanganan Manual dan Mekanik

Modul 08- Program Penanganan Manual dan Mekanik Orientasi Chevron OE/HES untuk FDT Modul 08- Program Penanganan Manual dan Mekanik Chevron 2005 DOC ID Tujuan Modul Memami bahaya dan aturan Keselamatan Penanganan Manual Memahami bahaya dan aturan Keselamatan

Lebih terperinci

Materi Pelatihan Bekerja di Ketinggian

Materi Pelatihan Bekerja di Ketinggian Materi Pelatihan Bekerja di Ketinggian A. Pendahuluan Seseorang yang bekerja di ketinggian sekitar 1.8 meter atau lebih termasuk aktivitas Bekerja di Ketinggian. Bekerja di Ketinggian merupakan aktivitas

Lebih terperinci

MODUL 1 ALAT KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (ALAT PELI NDUNG DI RI / APD) TINGKAT X PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K

MODUL 1 ALAT KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (ALAT PELI NDUNG DI RI / APD) TINGKAT X PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K MODUL 1 ALAT KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (ALAT PELI NDUNG DI RI / APD) TINGKAT X PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K DISUSUN OLEH : Drs. SOEBANDONO LEMBAR KERJA SISWA 1 A. Badan

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT JANTUNG HASNA MEDIKA NOMOR TENTANG PENANGGULANGAN KEBAKARAN DAN KEWASPADAAN BENCANA

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT JANTUNG HASNA MEDIKA NOMOR TENTANG PENANGGULANGAN KEBAKARAN DAN KEWASPADAAN BENCANA PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT JANTUNG HASNA MEDIKA NOMOR TENTANG PENANGGULANGAN KEBAKARAN DAN KEWASPADAAN BENCANA Menimbang : DIREKTUR RUMAH SAKIT JANTUNG HASNA MEDIKA 1. Bahwa penanggulangan kebakaran

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERJA BAB I TENTANG ISTILAH-ISTILAH. Pasal 1

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERJA BAB I TENTANG ISTILAH-ISTILAH. Pasal 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERJA BAB I TENTANG ISTILAH-ISTILAH Pasal 1 Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan : 1. "tempat kerja" ialah tiap ruangan atau

Lebih terperinci

Tujuan K3. Mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Menjamin tempat kerja yang sehat, bersih, nyaman dan aman

Tujuan K3. Mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Menjamin tempat kerja yang sehat, bersih, nyaman dan aman KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) Tujuan Pembelajaran Setelah melalui penjelasan dan diskusi 1. Mahasiswa dapat menyebutkan tujuan Penerapan K3 sekurang-kurangnya 3 buah 2. Mahasiswa dapat memahami

Lebih terperinci

I. BEBERAPA KIAT PENGOPERASIAN MESIN PERONTOK PADI

I. BEBERAPA KIAT PENGOPERASIAN MESIN PERONTOK PADI 1 I. BEBERAPA KIAT PENGOPERASIAN MESIN PERONTOK PADI Beberapa kiat pengoperasian mesin perontok padi yang akan diuraikan dibawah ini dimaksudkan untuk tujuan dari hasil perancangan mesin perontok tersebut.

Lebih terperinci

BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN BALOK

BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN BALOK BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN BALOK 7.1 Pelaksanaan Pekerjaan Balok Balok adalah batang dengan empat persegi panjang yang dipasang secara horizontal. Hal hal yang perlu diketahui

Lebih terperinci

JE65 PERLINDUNGAN PENTING. Alat Pengambilan Sari / Ekstraktor Jus 2 Kecepatan

JE65 PERLINDUNGAN PENTING. Alat Pengambilan Sari / Ekstraktor Jus 2 Kecepatan Alat Pengambilan Sari / Ekstraktor Jus 2 Kecepatan PERLINDUNGAN PENTING Saat menggunakan peralatan elektronik, untuk mengurangi resiko kebakaran, sengatan listrik, dan/atau cedera ke seseorang, tindakan

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 8. Penggunaan Alat Dan Bahan Laboratorium Latihan Soal 8.4

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 8. Penggunaan Alat Dan Bahan Laboratorium Latihan Soal 8.4 1. Cara aman membawa alat gelas adalah dengan... SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 8. Penggunaan Alat Dan Bahan Laboratorium Latihan Soal 8.4 Satu tangan Dua tangan Dua jari Lima jari Kunci Jawaban : B Alat-alat

Lebih terperinci

MODUL STEBC 07 : PERMASALAHAN PELAKSANAAN JEMBATAN

MODUL STEBC 07 : PERMASALAHAN PELAKSANAAN JEMBATAN PELATIHAN STRUCTURE ENGINEER OF BRIDGE CONSTRUCTION PEKERJAAN (AHLI STRUKTUR PEKERJAAN JEMBATAN) MODUL STEBC 07 : PERMASALAHAN PELAKSANAAN JEMBATAN 2006 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI

Lebih terperinci

ini, adalah proyek penggantian jembatan kereta api lama serta pembuatan 2 bentangan jembatan baru yang

ini, adalah proyek penggantian jembatan kereta api lama serta pembuatan 2 bentangan jembatan baru yang BAB IV STUDI KASUS PENGGANTIAN JEMBATAN KERETA API BH _812 KM 161+601 DI BREBES IV.1. Deskripsi Proyek 4.1.1. Ganbaran Unun Proyek Proyek yang menjadi studi kasus dalam tugas akhir ini, adalah proyek penggantian

Lebih terperinci

AQA-KC105AGC6 AQA-KC105AG6 AQA-KC109AG6. Trouble shooting Air Conditioner. Split Type Air Conditioner TROUBLE SHOOTING AIR CONDITIONER

AQA-KC105AGC6 AQA-KC105AG6 AQA-KC109AG6. Trouble shooting Air Conditioner. Split Type Air Conditioner TROUBLE SHOOTING AIR CONDITIONER Trouble shooting Air Conditioner Split Type Air Conditioner AQA-KC05AGC6 AQA-KC05AG6 AQA-KC09AG6 Trouble shooting Page Unit indoor tidak dapat menerima sinyal dari remote kontrol atau remote kontrol tidak

Lebih terperinci

ANALISIS KESELAMATAN KERJA (JOB SAFETY ANALYSIS)/PROSEDUR JSA

ANALISIS KESELAMATAN KERJA (JOB SAFETY ANALYSIS)/PROSEDUR JSA Nomor dan Nama Pekerjaan Nomor dan Nama Jabatan 068 & Memeriksa Alat pemadam api ringan (APAR) Tanggal 28 Desember 2008 No JSA : JSA/SHE/068 Safety Officer Disusun Oleh Tanda tangan No Revisi 0 Seksi/Departemen

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN MATERI

BAB II PEMBAHASAN MATERI BAB II PEMBAHASAN MATERI Mesin pengangkat yang dimaksud adalah seperangkat alat yang digunakan untuk mengangkat, memindahkan serta menurunkan suatu benda ke tempat lain dengan jangkauan operasi terbatas.

Lebih terperinci

Pengetahuan Produk Baterai

Pengetahuan Produk Baterai Pengetahuan Produk Baterai A. Ikhtisar Baterai sepeda motor dapat digolongkan ke dalam dua jenis. Yaitu baterai yang memerlukan penambahan air suling dan yang tidak memerlukannya. Pada umumnya, yang pertama

Lebih terperinci

JENIS-JENIS LIFT DAN FUNGSINYA

JENIS-JENIS LIFT DAN FUNGSINYA Lift adalah angkutan transportasi vertikal yang digunakan untuk mengangkut orang atau barang. Lift umumnya digunakan di gedung-gedung bertingkat tinggi; biasanya lebih dari tiga atau empat lantai. Gedung-gedung

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISA

BAB IV HASIL DAN ANALISA BAB IV HASIL DAN ANALISA 4.1. Penerapan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Di Proyek Penerapan Program K3 di proyek ini di anggap penting karena pada dasarnya keselamatan dan kesehatan kerja

Lebih terperinci

2.6. Mesin Router Atas

2.6. Mesin Router Atas 2.6. Mesin Router Atas g f e d c b a Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Gb.5.2.89: Over Head Router Bagian-bagian Mesin Router Atas: a. Pedal untuk menaikturunkan mata pisau b. Pedal rem untuk menghentikan

Lebih terperinci

1. Mengenal dan memahami standar dan prosedur serta prinsip-prinsip dasar bekerja di ketinggian. 2. Melakukan penilaian dan pengendalian resiko untuk

1. Mengenal dan memahami standar dan prosedur serta prinsip-prinsip dasar bekerja di ketinggian. 2. Melakukan penilaian dan pengendalian resiko untuk 1. Mengenal dan memahami standar dan prosedur serta prinsip-prinsip dasar bekerja di ketinggian. 2. Melakukan penilaian dan pengendalian resiko untuk bekerja di ketinggian. 3. Mengerti bahaya bekerja di

Lebih terperinci

CONTOH SOAL TES TORI SIM C (PART 1)

CONTOH SOAL TES TORI SIM C (PART 1) CONTOH SOAL TES TORI SIM C (PART 1) 1. Fungsi Marka jalan adalah : a. Untuk memberi batas jalan agar jalan terlihat jelas oleh pemakai jalan Yang sedang berlalu lintas dijalan. b. Untuk menambah dan mengurangi

Lebih terperinci

Ketentuan gudang komoditi pertanian

Ketentuan gudang komoditi pertanian Standar Nasional Indonesia Ketentuan gudang komoditi pertanian ICS 03.080.99 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar Isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...1 2 Istilah dan definisi...1 3 Persyaratan

Lebih terperinci

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM. 44 TAHUN 2010 STANDAR SPESIFIKASI TEKNIS PERALATAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA a. bahwa dalam Pasal 197 Peraturan

Lebih terperinci

Buku Petunjuk Pemakaian Pengeriting Rambut Berpelindung Ion

Buku Petunjuk Pemakaian Pengeriting Rambut Berpelindung Ion Buku Petunjuk Pemakaian Pengeriting Rambut Berpelindung Ion NACC10 Untuk Penggunaan Rumah Tangga Mohon agar Buku Petunjuk Pemakaian ini dibaca dengan baik sebelum pemakaian, dan pakailah peralatan dengan

Lebih terperinci

Handling dan Tata Cara Pemakaian Tabung ELPIJI.hingga

Handling dan Tata Cara Pemakaian Tabung ELPIJI.hingga Sub chapter # 1 Handling dan Tata Cara Pemakaian Tabung ELPIJI.hingga ke Outlet 1 Urgensi Memelihara Tabung ELPIJI Gas ELPIJI terkenal dengan sifatnya yang mudah terbakar, sehingga kebocoran pada peralatan

Lebih terperinci

MAKALAH TEKNOLOGI SEPEDA MOTOR TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI BENGKEL SEPEDA MOTOR

MAKALAH TEKNOLOGI SEPEDA MOTOR TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI BENGKEL SEPEDA MOTOR MAKALAH TEKNOLOGI SEPEDA MOTOR TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI BENGKEL SEPEDA MOTOR Disusun oleh : 1. KRISNA DEWANTARA 13504241045 2. KRISWANTORO 13504241046 3. RAHMAT FAUZI GUNAWAN 13504241047

Lebih terperinci

Undang-undang Nomor I Tahun 1970

Undang-undang Nomor I Tahun 1970 KESELAMATAN KERJA Undang-undang Nomor I Tahun 1970 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk

Lebih terperinci

PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN TAHAN GEMPA

PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN TAHAN GEMPA LAMPIRAN SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL CIPTA KARYA NOMOR: 111/KPTS/CK/1993 TANGGAL 28 SEPTEMBER 1993 TENTANG: PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN TAHAN GEMPA A. DASAR DASAR PERENCANAAN BANGUNAN TAHAN GEMPA

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH Proses pembuatan rangka pada mesin pemipih dan pemotong adonan mie harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut meliputi gambar kerja, bahan,

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Daftar Isi

Kata Pengantar. Daftar Isi Kata Pengantar Daftar Isi Oiltanking berkomitmen untuk menjalankan semua kegiatan usaha dengan cara yang aman dan efisien. Tujuan kami adalah untuk mencegah semua kecelakaan, cidera dan penyakit akibat

Lebih terperinci

BAB II LANDASANTEORI

BAB II LANDASANTEORI BAB II LANDASANTEORI 2.1. Sejarah Perkembangan Elevator Elevator atau yang lebih akrab dikenal oleh masyarakat luas dengan nama lift, lift adalah salah satu alat Bantu dalam kehidupan manusia yang berfungsi

Lebih terperinci

2016, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Le

2016, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Le BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.386, 2016 KEMENAKER. Pekerjaan pada Ketinggian. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016

Lebih terperinci

BUKU PETUNJUK DWP 375A - 1 -

BUKU PETUNJUK DWP 375A - 1 - BUKU PETUNJUK UNTUK TIPE: SP 127, SP 129A, SP 130A, SWP 100, SWP 250A, DWP 255A,DWP DWP 375A DWP 505A, DPC 260A - 1 - Pembukaan Sebelum menyalakan pompa harap membaca buku petunjuk ini terlebih dahulu

Lebih terperinci

OCCUPATIONAL HEALTH AND SAFETY (OH&S) 1. Prosedur Mengenali Sumber Bahaya di Tempat Kerja

OCCUPATIONAL HEALTH AND SAFETY (OH&S) 1. Prosedur Mengenali Sumber Bahaya di Tempat Kerja 1. Prosedur Mengenali Sumber Bahaya di Tempat Kerja Pendahuluan Di dalam lingkungan kerja dan cara bekerja adalah awal yang penting untuk kelangsungan kesehatan dan keselamatan kita. Memahami keselamatan

Lebih terperinci

SOP KEAMANAN, KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

SOP KEAMANAN, KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA SOP KEAMANAN, KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA TUJUAN Memelihara lingkungan kerja yang sehat. Mencegah, dan mengobati kecelakaan yang disebabkan akibat pekerjaan sewaktu bekerja. Mencegah dan mengobati

Lebih terperinci

JOB SAFETY ANALYSIS JOB DESCRIPTION Menggunakan (Memasang Melepas) Scaffolding (Perancah)

JOB SAFETY ANALYSIS JOB DESCRIPTION Menggunakan (Memasang Melepas) Scaffolding (Perancah) No. Pekerjaan Resiko Tindakan Pencegahan 1. Pemeriksaan kondisi tiang perancah 1.1 Terjepit 1.2 Kejatuhan perancah 1.3 Perancah rusak 1.4 Tergores 1.1.1.Pastikan bahwa perancah yang akan dipakai adalahp

Lebih terperinci

BAB III KABEL BAWAH TANAH

BAB III KABEL BAWAH TANAH BAB III 1. TUJUAN Buku pedoman ini membahas tata cara pemasangan kabel bawah tanah dengan tujuan untuk memperoleh mutu pekerjaan yang baik dan seragam dalam cara pemasangan serta peralatan yang digunakan.

Lebih terperinci

INSTRUKSI KERJA ALAT HOTPLATE AND STIRER IKA C-MAG HS7

INSTRUKSI KERJA ALAT HOTPLATE AND STIRER IKA C-MAG HS7 INSTRUKSI KERJA ALAT HOTPLATE AND STIRER IKA C-MAG HS7 Laboratorium Sains Jurusan Teknik Kimia Universitas Brawijaya Malang 2016 Instruksi Kerja Hotplate And Stirer IKA C-Mag HS 7 Laboratorium Sains Jurusan

Lebih terperinci

KPBK (KURIKULUM PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI) Sub Sektor/ Bidang Pekerjaan : Mekanikal / Bangunan Gedung

KPBK (KURIKULUM PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI) Sub Sektor/ Bidang Pekerjaan : Mekanikal / Bangunan Gedung KPBK (KURIKULUM PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI) Judul Pelatihan : AHLI PESAWAT LIFT & ESKALATOR Sub Sektor/ Bidang Pekerjaan : Mekanikal / Bangunan Gedung Klasifikasi Pekerjaan : Perencana, Semua Bagian

Lebih terperinci