BAB 1 PENDAHULUAN. guru dan administrasi kurang-lebih 130 orang. SMK Negeri 1 Salatiga dulu

Transkripsi

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu sekolah tingkat atas di Indonesia, karena Sekolah Menengah Kejuruan salah satu bentuk lembaga pendidikan formal yang menyelenggarakan kejuruan pada tingkat pendidikan atas, sebagai lanjutan dari tingkat sekolah pendidikan pertama dengan upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Salah satu SMK di Indonesia yaitu SMK Negeri 1 Salatiga. SMK Negeri 1 Salatiga adalah salah satu sekolah kejuruan yang terletak di Jl. Nakula Sadewa I/3 Kembangarum, Kel. Dukuh, Kec. Sidomukti, Salatiga yang berada di bawah naungan Bapak Bambang Dwi H, M. Pd, dengan tenaga guru dan administrasi kurang-lebih 130 orang. SMK Negeri 1 Salatiga dulu hanya membuka program kejuruan untuk bisnis dan manajemen yang terdiri perkantoran, akuntansi dan pemasaran. Sejak tahun 2005 sampai sekarang SMK Negeri 1 Salatiga membuka program kejuruan baru yaitu kejuruan pariwisata yang terdiri dari tata busana, tata kecantikan, dan tata boga. Program keahlian pemasaran, mata pelajaran kompetensi kejuruan pada standar kompetensi Mempersiapkan dan Mengoperasikan Peralatan Transaksi di Lokasi Penjualan pokok bahasan atau kompetensi dasar Pengoperasian Alat Hitung dibutuhkan metode pembelajaran yang sesuai agar siswa mampu memahami semua yang diajarkan dengan baik. 1

2 Pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran di SMK Negeri, ditemukan gejala problematic sebagai berikut: - Hasil observasi yang dilakukan belum semua siswa dapat mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal), yaitu 76,7. Terbukti dari hasil tes semester II dimana siswa belum mencapai KKM sejumlah 31 (tiga puluh satu) siswa dari 36 (tiga puluh enam) siswa. - Metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru pada pokok bahasan Pengoperasian Alat Hitung selama ini menggunakan metode ceramah bervariasi. - Guru memberikan buku penunjang, dan menjelaskannya dengan duduk didepan, tanpa memberikan bimbingan pada waktu siswa mengoperasikan alat hitung dengan teman sebangkunya. - Selama pembelajaran berlangsung beberapa siswa hanya berbicara dengan teman sebangkunya, dan bahkan beberapa siswa yang pandai sering kali mengganggu teman yang lain kemungkinan karena merasa bosan. Berdasarkan pengamatan tersebut, rendahnya hasil pembelajaran karena ketidak tepatan metode yang digunakan guru dalam pembelajaran, khususnya kurang terlibat aktifnya siswa dalam proses pembelajaran. Untuk memecahkan permasalahan tersebut maka perlu diterapkan metode yang dapat melibatkan siswa dalam proses pembelajaran. salah satu alternatif metode tersebut adalah metode tutor sebaya. 2

3 Metode tutorial menurut Gintings (2008:79) adalah metode pembelajaran dengan mana guru memberikan bimbingan belajar kepada siswa secara individual. Pembelajaran tutor sebaya menurut Djamarah dan Zain (2002:29) adalah pembelajaran yang terpusat pada siswa, dalam hal ini siswa belajar dari siswa lain yang memiliki status umur, kematangan/harga diri yang tidak jauh berbeda dari dirinya sendiri. 1 Pembelajaran tutor sebaya merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok yang tingkat kemamapuannya berbeda. Dalam pembelajaran, setiap siswa harus bekerja sama dan saling membantu dalam memahami materi pelajaran. Sehingga pada pembelajaran tutor sebaya ini belajar dikatakan belum selesai apabila salah satu teman dalam kelompoknya belum menguasai materi pelajaran. Oleh karena itu penggunaan metode tutor sebaya diharapkan dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan memicu siswa yang kurang aktif menjadi aktif karena tidak malu lagi untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat secara bebas. Anak tidak merasa begitu terpaksa untuk menerima ide-ide dan sikap dari gurunya yang tidak lain adalah teman sebayanya itu sendiri. Dapat diambil simpulan bahwa pembelajaran tutor sebaya merupakan pembelajaran yang melibatkan siswa sekelas yang memiliki kemampuan dan kriteria sebagai tutor untuk membimbing teman lainya yang mengalami kesulitan dalam memahami penjelasan dari gurunya. Ada dua pihak 1 3

4 yang harus bekerja sama yaitu guru dan siswa agar proses pembelajaran ini dapat berhasil dan mencapai tujuan yang diterapkan. Perlu diketahui bahwa siswa memiliki kecerdasan yang berbeda-beda anatara satu dengan yang lain. Oleh karena itu, guru harus memiliki pengetahuan yang luas tentang metode pembelajaran. Model pembelajaran Tutor Sebaya ini menuntut guru untuk melibatkan siswa secara aktif dan kreatif Identifikasi Masalah Seharusnya dalam proses pembelajaran guru mampu memilih metode pembelajaran yang tepat. Metode pembelajaran yang tepat dapat membuat siswa lebih termotivasi untuk belajar tanpa adanya paksaan dan terciptanya suasana belajar yang aktif dan kreatif. Senyatanya guru Pemasaran di SMK Negeri 1 Salatiga masih menggunakan metode konvensional ceramah bervariasi pada standar kompetensi Mempersiapkan dan Mengoperasikan Peralatan transaksi di Lokasi Penjualan pokok bahasan Pengoperasian Alat Hitung. Pembelajaran konvensional ceramah bervariasi menuntut siswa untuk mengandalkan indra pendengarannya. Sebenarnya metode ceramah bervariasi bukan merupakan metode yang tidak baik. Metode ceramah bervariasi mempunyai keuntungan antara lain guru dapat menyampaikan materi lebih banyak, namun pada kenyataannya siswa hanya diam mendengar saja sehingga materi yang ditangkap hanya sedikit. 4

5 Hasil observasi pembelajaran di kelas X program keahlian pemasaran-1 SMK Negeri 1 Salatiga pada hari kamis jam pelajaran terakhir / setelah istirahat kedua mata pelajaran kompetensi kejuruan, standar kompetensi mengoperasikan peralatan transaksi di lokasi penjualan pokok bahasan pengoperasian alat hitung menunjukan pada awal pelajaran siswa masih bersemangat namun situasi ini tidak berlangsung lama karena siswa mulai bosan, mengantuk saat pelajaran, bahkan terkadang mereka diam saja tanpa memperhatikan guru dan ingin segara pulang. Proses pembelajaran dikelas sering disertai dengan pemberian pertanyaan oleh guru dengan meminta siswa yang mau menjawab angkat tangan. Siswa yang mau menjawab hanya berjumlah tiga orang sementara siswa lain hanya bersikap diam ketika guru memberikan pertanyaan. Sedikit sekali minat siswa dalam mengikuti pelajaran, hal ini dapat terlihat ketika guru menjelaskan tentang fungsifungsi tombol hitung menunjukkan ada delapan siswa mengantuk saat pelajaran, ada empat siswa berbicara sendiri, dua siswa bermain handphone, bahkan terkadang mereka diam saja tanpa memperhatikan guru. Hasil observasi lain, siswa tidak mau bertanya saat kegiatan belajar mengajar, apalagi dikelas pemasaran-1 ada 36 (tiga puluh enam) siswa sehingga sulit bagi guru agar semua siswa memenuhi ketuntasan belajar semuanya. Terbukti bahwa siswa yang belum memenuhi KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) sebanyak 31 (tiga puluh satu) siswa dari 36 (tiga puluh enam) siswa dan lima siswa yang sudah memenuhi KKM merasa bosan saat pembelajaran berlangsung, karena merasa sudah bisa sehingga menganggu teman lain. 5

6 Pembelajaran konvensional ceramah bervariasi dalam pokok bahasan pengoperasian alat hitung tidak menjadikan siswa aktif, tetapi kebalikannya yaitu siswa menjadi pasif, selain itu siswa yang pandai menjadi bosan dan sering kali mengganggu teman yang lain sehingga siswa tidak memperhatikan guru. Salah satu model pembelajaran yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala di atas adalah model pembelajaran tutor sebaya. Kenyataannya siswa yang belajar dari siswa lain yang memiliki status dan umur yang sama, kematangan/harga diri yang tidak jauh berbeda, maka dia tidak akan merasa begitu terpaksa untuk menerima ide-ide dan sikap-sikap dari guru-gurunya tersebut. Sebab guru-gurunya, yaitu teman sebayanya itu, tidaklah begitu lebih bijaksana dan berpengalaman dari padanya. Anak relatif bebas bersikap dan berpikir, anak relatif bebas memilih perilaku yang dapat diterima/tidak diterima oleh teman-teman sebayanya. Anak bebas mencari hubungan yang bersifat pribadi dan bebas pula menguji dirinya dengan teman-teman lain dan perasaan bebas yang dimiliki itu maka diharapkan anak dapat lebih aktif dalam berkomunikasi, sehingga dapat mempermudah mereka dalam memahami konsep / materi yang sedang diajarkan oleh guru. Berdasarkan uraian tersebut dapat dirumuskan masalah yang fokus dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah apakah dengan menggunakan metode tutor sebaya dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran pengoperasian alat hitung Kelas X-1 Pemasaran semester II Negeri 1 Salatiga. 6

7 1.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan seberapakah peningkatan hasil belajar siswa dengan metode tutor sebaya pada pembelajaran pengoperasian alat hitung di kelas X-1 Pemasaran SMK Negeri 1 Salatiga Manfaat Penelitian Penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Peserta didik Penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan keaktifan dan hasil belajar peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. 2. Guru Sebagai referensi dalam proses belajar mengajar terhadap ketepatan dan keefektifan penggunaan strategi pengajaran. 3. Sekolah Hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan yang berarti dalam rangka meningkatkan kualitas proses belajar mengajar sehingga dapat menjadikan SMK Negeri 1 Salatiga, sebagai lembaga pendidikan yang dinamis dan inisiatif. 4. Peneliti selanjutnya Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan untuk melakukan penelitian selanjutnya di jenjang pendidikan yang berbeda. 7