BAB III KRITERIA PERENCANAAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III KRITERIA PERENCANAAN"

Transkripsi

1 BAB III KRITERIA PERENCANAAN 3.1. Tanggul (embankment/ levee) Tanggul adalah salah satu infrastruktur persungaian yang dibuat untuk meng-cover debit banjir sungai. Tanggul biasanya dibuat dari material pasir dan tanah, dan merupakan bangunan hidraulik yang selalu terkena gerusan atau infltrasi akibat aliran air Standar bentuk tanggul Bentuk standar tanggul harus dibahas pertama-tama dari pandangan mekanika tanah, rencana muka air tinggi (HWL), durasi hujan, kondisi topografi, mekanika tanah pondasi, bahan timbunan, perkuatan permukaan dan sebagainya yang merupakan hal-hal penting untuk dipelajari. Bahan-bahan timbunan umumnya diambil dari bagian terdekat sehingga kerap kali terjadi material dasar sungai dipakai untuk bahan timbunan. Dalam perencanaan tanggul, permasalahan rembesan (seepage), longsoran dan penurunan (settlement) akan dipelajari lebih cermat. Tinggi Tanggul akan ditentukan berdasarkan rencana HWL dengan penambahan jagaan yang diperlukan. Jagaan adalah tinggi tambahan dari rencana HWL dimana air tidak diijinkan melimpah. Tabel di bawah ini memperlihatkan standar hubungan antara besarnya debit banjir rencana dengan tinggi jagaan yang disarankan. No Tabel 3.1 Tinggi Jagaan Tanggul Berdasarkan Debit Banjir Rencana Debit Banjir Rencana (m3/dt) Jagaan (m) < 500 0, < , < , < , atau lebih 2,00 Sumber : Perbaikan dan Pengaturan Sungai (DR. Ir. Suyono Sosrodarsono, 1984) Sedangkan untuk penentuan lebar puncak tanggul, standar teknisnya adalah sebagai berikut : III-1

2 Tabel 3.2 Lebar Puncak Tanggul berdasarkan Debit Rencana No Debit Rencana Lebar Puncak Tanggul (m3/dt) (m) , , , , ,00 Sumber : Perbaikan dan Pengaturan Sungai (DR. Ir. Suyono Sosrodarsono, 1984) Selain itu, untuk tanggul-tanggul yang relatif tinggi perlu direncanakan berm. Berm dan kemiringan talud mempunyai hubungan yang sangat erat satu sama lain dan keduanya harus ditentukan melalui pengujian terhadap bahan badan tanggul, durasi banjir, stabilitas terhadap kebocoran dari air tinggi dan pondasi subsoil dari pada tanggul tersebut Pelindung Tebing (revetment) Dalam merencanakan suatu bangunan pengaman tebing sungai, perlu memperhatikan berbagai macam kriteria sesuai dengan kondisi daerah lokasi rencana pengamanan tebing. Ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan yaitu : 1. Posisi lokasi tebing yang akan diamankan 2. Tinggi tebing dan kemiringan 3. Jenis kerusakan tebing 4. Kondisi tanah di lokasi 5. Tinggi muka air normal dan muka air banjir Pemilihan alternatif bangunan pelindung tebing kali : Pemilihan alternatif bangunan pengaman tebing kali, dilakukan dengan kriteriakriteria sebagai berikut : 1. Alternatif yang dipilih harus sesuai dengan kebutuhan untuk mengendalikan banjir; 2. Alternatif yang dipilih memiliki nilai keuntungan (benefit) terbesar yang dihitung secara ekonomis; 3. Alternatif yang dipilih memiliki dampak, baik dampak lingkungan maupun dampak sosial yang paling sedikit; 4. Alternatif yang dipilih memenuhi syarat secara teknis, yaitu kuat dan aman, yang ditunjukkan dengan hasil perhitungan teknis; 5. Alternatif yang dipilih adalah alternatif dengan pekerjaan yang workable dalam arti mudah dilaksanakan dengan kondisi sumber daya yang ada. III-2

3 Dari kondisi di atas tersebut, maka untuk menentukan jenis bangunan pengaman tebing kali akan diajukan beberapa alternatif dengan memperhatikan seluruh kondisi lokasi pekerjaan, baik aspek-aspek teknis maupun non teknis Tipe perkuatan bangunan pelindung tebing kali Pemilihan tipe perkuatan lereng yang cocok untuk suatu sungai tidaklah mudah dan sepenuhnya tergantung pada karakteristik sungai yang bersangkutan, antara lain tergantung pada dimensi sungai, kecepatan arus airnya, bentuk penampang lintangnya, kemiringannya, kedalaman airnya, jenis tánah yang akan dilindungi, dan keadaan tanah pondasinya. Jadi tipe perkuatan lereng untuk suatu lokasi haruslah dipilih dari beberapa tipe yang ada dengan memperbandingkan satu dengan lainnya serta dengan memperhatikan keadaan musim dan jangka waktu pelaksanaan dan memperhatikan sulit tidaknya keadaan lapangan ditinjau dari segi pelaksanaan. Beberapa tipe perkuatan lereng yang cocok untuk kondisi tebing sungai yang pernah dibangun dengan hasil yang cukup baik antara lain adalah sebagai berikut : 1. Tipe Pondasi Rendah Tipe ini merupakan tipe yang paling umum dipergunakan dan dapat dianggap sebagai tipe yang standar karena pelaksanaannya mudah, terutama pada lokasi yang mudah dikeringkan hanya dengan kist dam yang sederhana atau dengan mengalihkan aliran sungai. Pada tipe ini tidak diperlukan adanya pelindung kaki atau pelindung pondasi, karena pondasinya telah diletakkan pada posisinya yang aman dan tidak akan terjangkau oleh gerusan arus sungai. Walaupun demikian pada sungaisungai dengan arus yang deras atau pada bagian-bagian yang kemungkinan terjadi pukulan air, dapat dibuat konsolidasi pondasi ringan guna mencegah kerusakan-kerusakan akibat gerusan untuk masa-masa yang akan datang. Gambar 3.1.Tipe Pondasi Rendah 2. Tipe Pondasi Tinggi Tipe ini dipergunakan pada sungai-sungai yang sukar dikeringkan, sehingga pekerjaan penggalian dan pembuatan pondasi perkuatan lereng tidak dapat dikerjakan dalam keadaan kering. Dalam hal ini pelindung kaki berfungsi III-3

4 pula sebagai landasan pondasi dan konstruksi pondasinya terdiri dari turap pancang beton atau baja. Selain itu dilengkapi pula dengan konsolidasi pondasi di depan pelindung kaki yang berfungsi untuk memperkuat pelindung kaki tersebut dan melindungi permukaan dasar sungai di depan kaki perkuatan lereng. Gambar 3.2. Tipe Pondasi Tinggi 3. Tipe Turap Dibandingkan kedua tipe di atas, biaya untuk pembuatan tipe turap (plank hurdle work type) lebih tinggi, karenanya tipe ini hanya dipergunakan jika sulit dikerjakan dengan kedua tipe di atas. Tipe perkuatan tebing dengan turap pancang ini ada beberap jenis, yaitu : 6. Turap Pancang Baja (Steel Sheet Pile) 7. Turap Kayu/Papan (Wooden plank hurdle work) 8. Turap Beton (Concrete plank hurdle work) 9. Turap Pancang Beton (Concrete sheet pile) Perkuatan lereng turap pancang baja dapat dilaksanakan dengan mudah pada sungai yang airnya cukup dalam dan sulit dikeringkan. Selain itu kekedapannya hampir sempurna, sehingga tidak ada kekawatiran tersedotnya butiran tanah dari belakang turap tersebut. pada umumnya untuk perkuatan lereng tipe ini terdiri dari turap pancang baja yang berdiri sendiri. (self standing type). Untuk sungai-sungai yang airnya dalam dan tekanan tanah di belakang turap cukup besar, maka turap dilengkapi dengan angker yang kadang-kadang lebih dari satu, sehingga sebagian dari tekanan tanah dapat ditampung oleh angker tersebut. III-4

5 (a) Perkuatan dengan Turap Pancang Baja Gambar 3.3. Tipe Pekuatan dengan Turap Jenis-jenis pelindung tebing kali Ada beberapa jenis bahan pelindung tebing/ lereng kali, yaitu : 1. Gebalan Rumput Gebalan rumput sangat umum dipergunakan sebagai pelindung lereng guna melindungi lereng tanggul terhadap hempasan air hujan agar tidak terjadi erosi atau longsoran dan terhadap arus sungai agar tidak terjadi gerusan/gogosan. Gebalan rumput berfungsi pula sebagi pelindung lereng yang cukup dapat diandalkan. 2. Bronjong Kawat Silinder Batu kali yang didapat dari sungai atau batu belah dapat ditempatkan di atas permukaan lereng yang akan dilindungi. Kelebihan dari bronjong kawat silinder (wire cylinder work) ini adalah kekasarannya yang tinggi, fleksibel, dapat dikerjakan dengan cepat dan cukup ekonomis, terutama untuk pelindung lereng secara darurat dan sementara. Pelindung bronjong kawat silinder juga dipergunakan sebagai pengganti pelindung permanen, karena lokasi pukulan air berpindah-pindah akibat mudahnya tenjadi penubahan bentuk alur sungai pada sungai yang alurnya mudah berubah. Biasanya bronjong diperkuat dengan tiang pancang kayu, agar tidak mudah hanyut. Jumlah dan kedalaman tiang pancang disesuaikan dengan ukuran lereng yang dilindungi dan kecepatan arus. III-5

6 Gambar 3.4. Perlindungan dengan Bronjong Kawat Silinder 3. Blok Beton Fungsinya hampir sama dengan bronjong kawat silinder. Blok beton berbentuk kuadrat dengan ukuran tertentu sesuai dengan kebutuhan di lapangan dan dari hasil perencanaan. Blok-blok beton tersebut satu dengan lainnya dirangkai dengan media kawat menjadi hamparan blok beton yang fleksibel dan menyatu. Gambar 3.6. Perlindungan dengan Blok Beton 4. Pasangan Batu Pelindung lereng atau tebing dari pasangan batu biasanya paling murah dibandingkan dengan jenis pelindung lainnya, apabila pada sungai yang bersangkutan terdapat batu yang mencukupi. Biasanya pasangan batu digunakan untuk pelindung lereng dengan kemiringan 1 : 1 atau lebih. Terdapat 2 jenis pasangan, yaitu pasangan batu kosong (dry masonry) tanpa pengikat dan pasangan batu biasa (wet masonry) dengan pengikat dari adukan semen pasir. III-6

7 5. Gambar 3.7. Perlindungan dengan Pasangan Batu Pasangan Blok Beton Pelindung lereng dengan pasangan blok beton ini ada 2 (dua) jenis yaitu: Block beton permukaan rata Tipe ini cocok untuk tipe permukaan lereng yang landai (1:2). Block beton Kenchiishi Biasanya blok beton tipe Kenchiishi digunakan untuk pelindung permukaan lereng pada sungai-sungai yang deras arusnya atau pada lereng-lereng yang kemiringannya lebih besar dan 1:1,5. Bentuknya kadang-kadang kuadrat dengan sisi-sisinya antara cm atau persegi panjang dengan ukuran (20 x 40) cm2 - (30 x 60) cm2, tebalnya antara cm serta permukaannya dibuat sedemikian agar mempunyai kekasaran yang tinggi. 6. Gambar 3.8. Perlindungan dengan Blok Beton Perkerasan Dengan Beton Keuntungan tipe ini adalah tidak terlalu banyak sambungan, seperti halnya pasangan batu atau pasangan blok beton, dimana sambungan adalah merupakan bagian yang paling lemah. Selain itu, bobot setiap bloknya sangat berat, sehingga stabilitasnya lebih terjamin. Karenanya pelindung lereng dengan beton sangat sering dipergunakan pada bagian sungaisungai dengan arus yang deras dan untuk melindungi pantai laut dengan ombaknya yang besar. Ada beberapa jenis tipe perkerasan tebing kali dengan beton, antara lain : III-7

8 Perkerasan beton rata Perkerasan beton berkisi LAPORAN AKHIR Tipe ini sangat cocok untuk lereng yang landai dengan kemiringan lebih kecil dari 1 : 2. Kelebihan dari tipe ini adalah dapat menghilangkan kelemahan-kelemahan pada sambungan seperti yang terdapat pada perkerasan beton rata atau pada pasangan block beton, dan secara keseluruhan daya tahannya dapat dinaikkan dengan meningkatkan kekuatan konstruksi kisi-kisinya. Gambar 3. 9.Perlindungan dengan Perkerasan Beton Pemilihan alternatif perkuatan tebing/ lereng kali Dalam pemilihan alternatif bangunan pengaman tebing kali seperti di atas, dibutuhkan suatu kriteria pengujian kelayakan tipe bangunan sesuai dengan kondisi lapangan. Untuk keperluan itu maka dapat dibuat suatu matriks pengujian seperti yang tersaji dalam bentuk tabel di bawah ini. Tabel 3.3 Matriks Pemilihan Alternatif Perkuatan Tebing Kali 1 Skala Peni Skala Penilaian : = Buruk ; = Cukup Baik ; = Baik ; = Sangat Baik 2. III-8

9 Keterangan : Pelindung tebing utama : LAPORAN AKHIR P.1 = Pondasi Rendah L.1 = Gebalan Rumput P.2 = Pondasi Tinggi L.2 = Bronjong Kawat P.3 = Turap L.3 = Block Beton L.4 = Pasangan batu L.5 = Pas. Block Beton Rata L.6 = Pas. Block Beton Kubus L.7 = Perkerasan Beton Rata L.8 = Perkerasan Beton Berkisi. Untuk bangunan pelindung tebing utama, dapat direncanakan 3 (tiga) alternatif struktur yang telah teruji lebih dalam, baik dari segi bentuk, beban penahanan dan flesibilitas terhadap penurunan permukaan tanah. Ketiga alternatif struktur bangunan tersebut adalah : 1. Tipe Pondasi Rendah Tembok Penahan Beton I Struktur bangunan tipe ini berupa tembok penahan yang terbuat dari struktur beton bertulang dengan ketebalan dinding sebesar 0.30 m. Tinggi bangunan tersebut sebesar 5.0 m dari elevasi lantai bangunan. Bangunan ini direncanakan dengan pondasi tapak dengan lebar dasar 3.6 m dengan ketebalan lantai/pondasi 0.30 m. Untuk penguat dinding guna mengurangi gaya guling, maka dibuat sirip/ sayap penguat dengan ketebalan 0.30 m dengan bentuk segitiga seperti yang terlihat pada gambar di bawah. Untuk bangunan konsolidasi pondasi dikombinasikan dengan pasangan matras bronjong batu dengan dimensi 0.6 x 1.5 x 5 m dengan posisi membentang sejajar dengan bangunan penamgan tebing. Jumlah baris matras bronjong dibuat dua baris diletakkan di atas tanah hasil galian.untuk bangunan pengaman tebing transisi yang terletak diatas bangunan utama, direncakan terbuta dari bangunan matras bronjong batu dengan dimensi 0.6 x 1.5 x 5 m dengan susunan bertumpuk dengan kemiringan 1:1. Gambar 3.10 Tembok Pengaman Tipe I III-9

10 2. Tipe Pondasi Rendah Tembok Penahan Beton II Struktur bangunan tipe ini hampir menyerupai tipe bangunan alternatif satu, yaitu berupa tembok penahan yang terbuat dari struktur beton bertulang dengan ketebalan dinding sebesar 0.30 m. Tinggi bangunan tersebut sebesar 4.0 m dari elevasi lantai bangunan. Bangunan ini dapat direncanakan dengan pondasi tapak dengan lebar dasar 3.6 m dengan ketebalan lantai/ pondasi 0.30 m. Untuk penguat dinding guna mengurangi gaya guling, dapat dibuat sirip/ sayap penguat dengan ketebalan 0.30 m dengan bentuk segi empat seperti yang terlihat pada gambar di bawah. Pada bagian atas bangunan ini dibuat bantaran dengan kontruksi pelat beton praktis selebar bentang pondasi bangunan. Untuk bangunan konsolidasi pondasi dikombinasikan dengan pasangan matras bronjong batu dengan dimensi 0.6 x 1.5 x 5 m dengan posisi membentang sejajar dengan bangunan penamgan tebing. Jumlah baris matras bronjong dibuat dua baris diletakkan di atas tanah hasil galian. Untuk bangunan pengaaman tebing transisi, dapat direncankan dengan perkerasan beton berkisi dengan kemiringan 1:1. Ketinggian bangunan ini 3.0 m dari lantai bantaran. Gambar 3.11 Tembok Pengaman Tipe II 3. Tipe Pondasi Rendah Pasangan Blok Beton Kubus Untuk alternatif III bangunan utama pengaman tebing ini, dapat direncanakan dari pasangan blok beton. Blok beton disusun sedemikian rupa dan penampang blok beton seperti terlihat pada gambar di bawah dengan kemiringan bangunan 1:1,5. Blok beton dibuat dengan ukuran lebar 1.0 m tinggi 0.6 m dan bentang 1.0 m. Untuk pondasi, dibuat blok beton dengan ukuran lebar 1.40 m tinggi 0.90 m dan bentang 1.0 m. Susunan Blok beton ini diikat dengan adukan beton tumbuk dengan ketebalan 0.30 m yang membentang sesuai dengan kemiringan bangunan yang direncanakan. III-10

11 Untuk bantaran tebing sungai yang berfungsi sekaligus sebagai pengikat blok beton, dapat dibuat dari beton praktis dengan lebar 2.0 m. Dan untuk bangunan pengaman tebing transisi dapat direncanakan terbuat dari struktur perkerasan beton berkisi. Gambar 3.12 Pasangan Block Beton Pelindung tebing transisi Bangunan pelindung tebing transisi berada di atas bangunan utama pelindung tebing yang berguna untuk menahan kondisi tebing yang tidak tercapai dengan ketinggian bangunan utama. Dalam perencanaan bangunan ini direkomendasikan 2 (dua) jenis pelindung transisi yang cukup layak untuk dilaksanakan di lokasi pekerjaan, yakni : 1. Jenis Matras Bronjong Tipe matras bronjong ini merupakan bangunan perkuatan tebing yang sudah umum dipakai sebagai alternatif pengaman tebing sungai. Untuk kondisi di tebing kali di daerah studi, bangunan tipe ini dapat dipakai sebagai bangunan pengaman tebing transisi. Disamping pelaksanaannya mudah, juga bahan baku utama yang berupa batu kosong mudah diperoleh di lokasi studi. Untuk desain matras bronjong ini, maka dapat di-desain dengan ukuran 0.6 x 1.5 m dengan panjang bentang 5.0 m. Posisi penempatan matras bronjong disesuaikan mengikuti kemiringan lereng tebing yang ada dengan bentuk penumpukan seperti terlihat pada gambar di bawah : Gambar 3.13 Matras Bronjong III-11

12 2. Jenis Perkerasan Beton Berkisi Jenis pelindung tebing transisi jenis ini (lihat gambar di bawah), terdiri atas struktur beton bertulang dengan bentuk balok-balok beton dengan ukuran lebar permukaan 0.15 m dan tebal balok 0.30 m. Balok-balok tersebut didesain dengan betuk persegi empat (bercelah/ berkisi) dengan ukuran antara garis tengah antar balok 1.0 m. Bidang yang kosong yang berada diantara balok-balok dengan ketebalan 0.20 m tersebut diisi dengan pasangan batu dan ditutup dengan plesteran biasa. Kemiringan bangunan ini dapat direncanakan dengan kemiringan 1:1. Struktur ini pelaksanaannya dapat dilakukan secar bertahap, setelah bangunan utama pengaman tebing selesai. Tinggi bangunan ini bisa sebesar 3.0 m dari level bantaran tebing yang direncanakan. iii. iv. v. vi. vii. Gambar 3.14 Perkerasan Beton Berkisi 3.3. Konsolidasi pondasi Untuk bangunan konsolidasi pondasi perkuatan lereng, perlu dibuat suatu perkuatan agar kondisi pondasi tetap terjaga dari gerusan air sungai. Konsolidasi pondasi diperlukan dalam perencanaan bangunan pengaman tebing sungai ini, terutama bila tipe perkuatan tebing direncanakan dengan tipe pondasi rendah sehingga posisi pondasi rawan terhadap gerusan air. Untuk bangunan konsolidasi pondasi pelindung tebing, dapat dipilih dengan pelindung jenis matras bronjong batu. Pemakaian jenis matras bronjong ini disamping fleksibel terhadap kontur permukaan tanah, dalam pelaksanaan tidak terlalu rumit dan membutuhkan waktu yang lama. Dari segi bahan baku juga dapat diperoleh dengan mudah di lapangan Kriteria Desain III-12

13 Untuk memudahkan proses perencanaan serta mengontrol tahapan perencanaan maka perlu dibuat suatu kriteria perencanaan, terutama yang berkaitan dengan analisis hidrolika, analisis struktur, pemilihan material konstruksi, analisis pembebanan, hingga analisa stabilitas bangunan Elevasi Muka Air, Kedalaman dan Kecepatan Perhitungan elevasi muka air, kedalaman dan kecepatan dilakukan pada beberapa penampang dengan menggunakan berbagai debit rencana (Q2, Q3, Q5, Q10, Q25, Q50, Q100). Dengan kemiringan dan kekasaran yang ada dapat diperoleh harga faktor penampang (A.R 2/3) untuk masing masing debit, yaitu : dimana AR 2/ 3 Q. n = So A : luas penampang (m 2 ) R : jari-jari hidraulis = A/P (m) P : panjang penampang basah (m) Q : debit n : kekasaran So : kemiringan dasar Tekanan Tanah Tekanan tanah yang diperhitungkan adalah tekanan tanah horisontal yang diakibatkan oleh tekanan tanah aktif dan pasif yang bekerja pada dinding penahan, misalnya pada dinding penahan tanah, kolam olakan, peluncur, tower dan lain-lain. Tekanan tanah pasif dalam hal ini tidak diperhitungkan. Karena tanah di lokasi proyek umumnya tanah granular maka besarnya tekanan tanah aktif dihitung dengan rumus berikut ini : Pa = 0,5. γ. H2. ka dimana : Pa = tekanan tanah aktif (ton/m2) γ = berat isi tanah (ton/m3) H = beda tinggi tanah yang dipertahankan (m) Ka = Sin 2 Sin 2.sin( α σ).(1 + ( α+φ) sin( φ+σ). sin( α β) sin( α σ). sin( α+β) ka α = Koefisien tekanan tanah aktif. = sudut kemiringan bagian belakang dinding. σ = sudut gesekan antara tanah dan dinding. untuk beton dan tanah diambil = 2/3 = sudut geser dalam tanah. III-13

14 β = sudut kemiringan lereng Filter Filter sangat penting digunakan untuk menjaga agar butiran tanah di belakang bangunan pengaman tebing tidak terbawa oleh gerakan air yang berada di dalam pori-pori antara bangunan dan tanah tebing. Tekanan air tanah akan mempengaruhi kondisi tanah di belakang bangunan. Dengan tidak adanya penyaluran air tanah dapat mengakibatkan akan merusak struktur bangunan yang ada. Untuk perencanaan filter menggunakan data sebagai berikut : D5 0F ilte r < 40; sehingga D D 50 filter < 40 x 0,05 = 2 mm 5 0T a n a h D D 15F ilter 15 T a n a h< 40; sehingga D15 filter < 40 x 0,01 = 0,4 mm D D 1 5F ilte r 8 5 T an a h< 5; sehingga D15 filter < 5 x 0,15 = 0,75 mm D D 15F ilter 15 T a n a h< 5; sehingga D15 filter < 5 x 0,01 = 0,05 mm Jadi material filter dekat tanah tebing harus berukuran : D50 < 2 mm... (1) 0,05 mm < D15 < 0,40 mm... (2) Bangunan Konsolidasi Pondasi Untuk pengaman pondasi diperlukan suatu bangunan yang cukup kuat dalam mengatasi arus air dengan tingkat kekasaran permukaan yang besar. Dalam hal ini bangunan yang direncanakan dapat berupa matras bronjong berisi batu. Pemakaian bronjong yang berbentuk kotak-kotak persegi enam yang terbuat dari kawat logam diisi dengan batu-batu atau karang, akan cukup mampu untuk menahan erosi air yang terjadi sehingga perlindungan terhadap pondasi pengaman tebing dapat dilakukan. Keuntungan-keuntungan pemakaian bronjong antara lain : Kawat bronjong cukup banyak tersedia yang dipabrikasi secara seragam dan tahan lama; Struktur bronjong sudah dikenal di banyak negara dan sudah terbukti keefektifannya; Bronjong cukup lentur dan dapat dipergunakan pada berbagai tempat dan kondisi; III-14

15 LAPORAN AKHIR Pemakaian struktur bronjong lebih banyak menggunakan tenaga kerja (labor intensive) dan tidak membutuhkan keterampilan yang tinggi sehingga dapat memberikan lapangan kerja bagi masyarakat sekitarnya. Kerugian-kerugian yang dapat ditimbulkan dengan pemakaian bronjong antara lain : sulit menempatkan struktur bronjong dalam air; keterbatasan segi pemilihan bahan; memerlukan biaya pengiriman yang kadang relatif mahal; pedoman spesifikasi teknis dari pabrik biasanya terlalu umum dan kurang memberikan informasi terhadap kekuatan yang mampu ditahan oleh struktur bronjong tersebut. Ketebalan bronjong perlu ditencanakan sesuai dengan kecepatan aliran yang ada. Tabel di bawah menunjukan ketebalan yang diijinkan sesuai dengan kecepatan aliaran. Pada tabel di bawah ini juga terlihat bahwa semakin besar kecepatan aliran yang ada maka semakin besar pula ukuran batu yang dibutuhkan, demikian juga semakin tebal bronjong yang dibutuhkan. Terutama pada bronjong yang diletakkan secara mendatar pada sisi lereng, ketabalan bronjong perlu ditambahkan agar kecepatan aliran tidak menggerakkan batu-batu bronjong dan material halus pada lapisan filter. Tabel 3.4 Berbagai Macam Kecepatan aliran yang diijinkan Tipe Bronjon g Ketebal an (m) Batu Isian Ukuran Batu (mm) D.50 (mm) Kecepa tan aliran Kritis (m 3 /det) Batas Kecepatan aliran (m/det) Sumber : Pedoman Pengendalian Banjir, Vol : III, DPI Pengairan 1996 Catatan : 1. Kecepatan aliran kritis adalah kecepatan aliran yang mana batuan mulai bergerak 2. Kecepatan aliran batas adalah kecepatan aliran aliran dimana struktur bronjong mengalami perubahan bentuk. III-15

16 3. Nilai kecepetan aliran pada tabel dicatat menurut percobaan yang dilakukan dengan angka Froude < 1 Contoh perhitungan ukuran batu kosong : Kedalaman air, h25 = 5.0 m Kecepatan rata-rata, v 25 = 2.5 m/det Kekentalan kinematis, ν = 1 x 10-6 m2/det Diameter batuan, d50 = 0,25 m Non-dimensional diameter : D * = D 50 ((s-1) g/ν 2 ) 1/3 = 0,25 ((2,6-1) 9,81/ ) 1/3 = 6259 Dari grafik Shields diperoleh particle mobility parameter (θ cr) = 0,055. Kecepatan kritis yang menyebabkan butiran bergerak : v cr = 5,75 [(s-1) g d 50] 0,5 θ 0,5 cr log[12 h / (2 d 50)] Dengan demikian disyaratkan diameter batuan d 50=0,25 m jika tersedia, minimal d 50=0,20 m untuk bagian bawah. Gambar Grafik Penentuan ukuran batu Daya Dukung Tanah Menurut Terzaghi, daya dukung tanah untuk pondasi dangkal didasarkan pada anggapan bahwa kekuatan geser tanah dapat dinyatakan dengan : s = c + σ tan φ, dimana : s = kekuatan geser tanah σ = tegangan normal pada bidang geser c = kohesi φ = sudut perlawanan geser Dengan anggapan bahwa dasar fondasi tidak licin sehingga gesekan antara dasar fondasi dengan tanah cukup tinggi, maka teori Terzaghi ini menghasilkan sebuah rumus daya dukung sebagai berikut : III-16

17 Untuk Fondasi Jalur q = cnc + γ D Nq γ B Nγ Fondasi Lingkaran q = 1.3 cnc + γ D Nq γ + R Nγ dimana : R = jari-jari fondasi Fondasi Bujur Sangkar : q = 1.3 cnc + γ D Nq γ + B Nγ dimana : q = daya dukung keseimbangan (ultimate bearing capacity) B = lebar fondasi D = dalam fondasi γ = berat isi tanah c = kohesi φ = sudut perlawanan geser Nc, Nq, Nγ = Faktor daya dukung yang tergantung pada besarnya sudut perlawanan geser (φ ) Berdasarkan hasil peninjauan lapangan pendahuluan menunjukkan bahwa tanah yang ada di lokasi pada umumnya banyak mengandung pasir dan gravel, dimana daya dukung yang ada dihitung dengan menggunakan kekuatan geser undrained. Dengan cara ini sudut geser tanah dianggap nol (φ = 0) dan kekuatan geser, s = c (kohesi), maka rumus daya dukung yang digunakan menjadi : q = c Nc + γ D Nilai daya dukung tersebut di atas adalah besarnya tegangan yang dapat dipukul di atas tanah tersebut. Untuk mendapatkan tegangan yang dipakai dalam perencanaan pondasi, nilai itu mesti dibagi dengan suatu angka faktor keamanan. Tegangan tanah yang diperbolehkan : D a y ad u k u n Kg e s e im b a n g F a k t o Kr e a m a n a n Daya dukung di lapangan dapat dihitung berdasarkan atas kondisi tanah lempung dengan data-data sebagai berikut : Untuk mendapatkan data kekuatan geser lempung yang lebih tepat ditentukan dari hasil vane shear (in-situ vane test) Berat isi tanah didapatkan dari hasil uji laboratorium Nilai Nc untuk φ = 0 ditentukan dari grafik Skempton III-17

18 Bila kondisi tanah di lokasi pekerjaan telah memiliki daya dukung yang cukup besar (misal jenis tanah di dasar sungai terdiri atas lapisan gravel yang cukup keras), maka perhitungan daya dukung tanah untuk lokasi rencana perkuatan tebing tidak perlu dilakukan Stabilitas Lereng Metode yang akan digunakan untuk menganalisis kestabilan lereng disini adalah dengan cara Bishop, yaitu dengan cara keseimbangan batas dimana besarnya kekuatan geser yang diperlukan untuk mempertahankan kestabilan dibandingkan dengan kekuatan geser yang ada. Dari perbandingan itu akan dapat diketahu faktor keamanan (SF). Metode Irisan Bishop yang disederhanakan Bishop memperkenalkan suatu penyelesaian yang lebih dari pada metode irisan yang sederhana. Dalam metode ini, pengaruh gaya-gaya pada sisi tepi tiap irisan diperhitungan. Fs n= p n n= 1 = n= p ( cb + W tanφ ) n= 1 n W sinα n 1 mα [ n ] n dimana : m α = c o sα + t a nφ s i nα [ n ] n F s n Perlu diperhatikan bahwa Fs muncul pada kedua sisi. Oleh karena itu, cara coba-coba (trial & error) perlu dilakukan untuk mendapatkan harga Fs. Seperti pada metode irisan sederhana, beberapa bidang longsor harus diselidiki untuk mendapatkan bidang longsor yang paling kritis yang akan memberikan angka keamanan minimum. Persamaan di atas menganggap tekanan air pori akan sama dengan nol. Akan tetapi, untuk rembasan tetap yang melalui talud, seperti pada kenyataan yang ada di lapangan, tekanan air pori harus ikut dipertimbangkan bila menggunakan parameter kekuatan geser efektif. Jadi persamaan di atas perlu dimodifikasi. Tekanan air pori rata-rata pada dasar potongan adalah sama dengan un = hnγ w. III-18

19 Gaya total yang disebabkan oleh tekanan air pori pada dasar potongan nomor n adalah dengan un Ln. Jadi, persamaan di atas untuk metode irisan Bishop yang sederhana akan disempurnakan guna menentukan besarnya angka faktor keamanan sebagai berikut : 3 Fs n= p 1 [ cbn + ( Wn U n bn ) tanφ ] m α [ n ] n= 1 = n= p n= 1 W sinα n n III-19

BAB IV ANALISA PERHITUNGAN STABILITAS DINDING PENAHAN

BAB IV ANALISA PERHITUNGAN STABILITAS DINDING PENAHAN BAB IV ANALISA PERHITUNGAN STABILITAS DINDING PENAHAN 4.1 Pemilihan Tipe Dinding Penahan Dalam penulisan skripsi ini penulis akan menganalisis dinding penahan tipe gravitasi yang terbuat dari beton yang

Lebih terperinci

PENANGANAN DAERAH ALIRAN SUNGAI. Kementerian Pekerjaan Umum

PENANGANAN DAERAH ALIRAN SUNGAI. Kementerian Pekerjaan Umum PENANGANAN DAERAH ALIRAN SUNGAI Kementerian Pekerjaan Umum 1 KERUSAKAN 501 Pengendapan/Pendangkalan Pengendapan atau pendangkalan : Alur sungai menjadi sempit maka dapat mengakibatkan terjadinya afflux

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. batu yang berfungsi untuk tanggul penahan longsor. Langkah perencanaan yang

BAB III LANDASAN TEORI. batu yang berfungsi untuk tanggul penahan longsor. Langkah perencanaan yang BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Perencanaan Talud Bronjong Perencanaan talud pada embung memanjang menggunakan bronjong. Bronjong adalah kawat yang dianyam dengan lubang segi enam, sebagai wadah batu yang berfungsi

Lebih terperinci

PERENCANAAN PERBAIKAN TEBING BENGAWAN SOLO HILIR DI KANOR, BOJONEGORO. Oleh : Dyah Riza Suryani ( )

PERENCANAAN PERBAIKAN TEBING BENGAWAN SOLO HILIR DI KANOR, BOJONEGORO. Oleh : Dyah Riza Suryani ( ) PERENCANAAN PERBAIKAN TEBING BENGAWAN SOLO HILIR DI KANOR, BOJONEGORO Oleh : Dyah Riza Suryani (3107100701) Dosen Pembimbing : 1. Ir. Fifi Sofia 2. Mahendra Andiek M., ST.,MT. BAB I Pendahuluan Latar Belakang

Lebih terperinci

PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN

PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN PEMELIHARAAN RUTIN JALAN DAN JEMBATAN PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN UPR. 02 UPR. 02.4 PEMELIHARAAN RUTIN TALUD & DINDING PENAHAN TANAH AGUSTUS 1992 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pelabuhan, fasilitas pelabuhan atau untuk menangkap pasir. buatan). Pemecah gelombang ini mempunyai beberapa keuntungan,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pelabuhan, fasilitas pelabuhan atau untuk menangkap pasir. buatan). Pemecah gelombang ini mempunyai beberapa keuntungan, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Bangunan tanggul pemecah gelombang secara umum dapat diartikan suatu bangunan yang bertujuan melindungi pantai, kolam pelabuhan, fasilitas pelabuhan atau untuk menangkap

Lebih terperinci

PERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN

PERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN Merupakan Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB 9. B ANGUNAN PELENGKAP JALAN

BAB 9. B ANGUNAN PELENGKAP JALAN BAB 9. B ANGUNAN PELENGKAP JALAN Bangunan pelengkap jalan raya bukan hanya sekedar pelengkap akan tetapi merupakan bagian penting yang harus diadakan untuk pengaman konstruksi jalan itu sendiri dan petunjuk

Lebih terperinci

BAB VI PERENCANAAN CHECK DAM

BAB VI PERENCANAAN CHECK DAM VI- BAB VI PERENCANAAN CHECK DAM 6.. Latar Belakang Perencanaan pembangunan check dam dimulai dari STA. yang terletak di Desa Wonorejo, dan dilanjutkan dengan STA berikutnya. Dalam perencanaan ini, penulis

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam bab ini akan dibahas dasar-dasar teori yang melandasi setiap

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam bab ini akan dibahas dasar-dasar teori yang melandasi setiap 5 BAB II ANDASAN TEORI Dalam bab ini akan dibahas dasar-dasar teori yang melandasi setiap tahapan yang dilakukan dalam sistem, termasuk didalamnya teori yang mendukung setiap analisis yang dilakukan terhadap

Lebih terperinci

MEKANIKA TANAH (CIV -205)

MEKANIKA TANAH (CIV -205) MEKANIKA TANAH (CIV -205) OUTLINE : Tipe lereng, yaitu alami, buatan Dasar teori stabilitas lereng Gaya yang bekerja pada bidang runtuh lereng Profil tanah bawah permukaan Gaya gaya yang menahan keruntuhan

Lebih terperinci

D3 JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN BAB II DASAR TEORI

D3 JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Stabilitas Talud (Stabilitas Lereng) Suatu tempat yang memiliki dua permukaan tanah yang memiliki ketinggian yang berbeda dan dihubungkan oleh suatu permukaan disebut lereng (Vidayanti,

Lebih terperinci

GAMBAR KONSTRUKSI JALAN

GAMBAR KONSTRUKSI JALAN 1. GAMBAR KONSTRUKSI JALAN a) Perkerasan lentur (flexible pavement), umumnya terdiri dari beberapa lapis perkerasan dan menggunakan aspal sebagai bahan pengikat. Gambar 6 Jenis Perkerasan Lentur Tanah

Lebih terperinci

MEKANIKA TANAH 2 KESTABILAN LERENG. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224

MEKANIKA TANAH 2 KESTABILAN LERENG. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224 MEKANIKA TANAH 2 KESTABILAN LERENG UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224 PENDAHULUAN Setiap kasus tanah yang tidak rata, terdapat dua permukaan

Lebih terperinci

DINDING PENAHAN TANAH ( Retaining Wall )

DINDING PENAHAN TANAH ( Retaining Wall ) DINDING PENAHAN TANAH ( Retaining Wall ) A. PENGERTIAN Dinding penahan tanah (DPT) adalah suatu bangunan yang dibangun untuk mencegah keruntuhan tanah yang curam atau lereng yang dibangun di tempat di

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan tanah dan suatu bagian dari konstruksi yang berfungsi menahan gaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan tanah dan suatu bagian dari konstruksi yang berfungsi menahan gaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Umum Pondasi adalah struktur bagian bawah bangunan yang berhubungan langsung dengan tanah dan suatu bagian dari konstruksi yang berfungsi menahan gaya beban diatasnya. Pondasi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. i ii iii. ix xii xiv xvii xviii

DAFTAR ISI. i ii iii. ix xii xiv xvii xviii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR NOTASI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... ABSTRAK... i ii iii v ix xii xiv xvii xviii BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

BAB 4 PERENCANAAN ALTERNATIF SOLUSI

BAB 4 PERENCANAAN ALTERNATIF SOLUSI BAB 4 PERENCANAAN ALTERNATIF SOLUSI Perencanaan Sistem Suplai Air Baku 4.1 PERENCANAAN SALURAN PIPA Perencanaan saluran pipa yang dimaksud adalah perencanaan pipa dari pertemuan Sungai Cibeet dengan Saluran

Lebih terperinci

BAB V PERENCANAAN DAM PENGENDALI SEDIMEN

BAB V PERENCANAAN DAM PENGENDALI SEDIMEN BAB V PERENCANAAN DAM PENGENDALI SEDIMEN 5.1 Tinjauan Umum Sistem infrastruktur merupakan pendukung fungsi-fungsi sistem sosial dan sistem ekonomi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Sistem infrastruktur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menahan gaya beban diatasnya. Pondasi dibuat menjadi satu kesatuan dasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menahan gaya beban diatasnya. Pondasi dibuat menjadi satu kesatuan dasar BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Umum Pondasi adalah struktur bagian bawah bangunan yang berhubungan langsung dengan tanah dan suatu bagian dari konstruksi yang berfungsi menahan gaya beban diatasnya. Pondasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini teknologi terus berkembang seiring kemajuan jaman. Teknologi di bidang konstruksi bangunan juga mengalami perkembangan pesat, termasuk teknologi dalam bidang

Lebih terperinci

PERENCANAAN JEMBATAN RANGKA BAJA SUNGAI AMPEL KABUPATEN PEKALONGAN

PERENCANAAN JEMBATAN RANGKA BAJA SUNGAI AMPEL KABUPATEN PEKALONGAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN JEMBATAN RANGKA BAJA SUNGAI AMPEL KABUPATEN PEKALONGAN Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Strata Satu (S-1) Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR TANGGUL KOLAM RETENSI KACANG PEDANG PANGKAL PINANG DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE OASYS GEO 18.1 DAN 18.2

PERENCANAAN STRUKTUR TANGGUL KOLAM RETENSI KACANG PEDANG PANGKAL PINANG DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE OASYS GEO 18.1 DAN 18.2 PERENCANAAN STRUKTUR TANGGUL KOLAM RETENSI KACANG PEDANG PANGKAL PINANG DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE OASYS GEO 18.1 DAN 18.2 Nama : Jacson Sumando NRP : 9821055 Pembimbing : Ibrahim Surya, Ir., M.Eng FAKULTAS

Lebih terperinci

6 BAB VI EVALUASI BENDUNG JUWERO

6 BAB VI EVALUASI BENDUNG JUWERO 6 BAB VI EVALUASI BENDUNG JUWERO 6.1 EVALUASI BENDUNG JUWERO Badan Bendung Juwero kondisinya masih baik. Pada bagian hilir bendung terjadi scouring. Pada umumnya bendung masih dapat difungsikan secara

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PUSAT GROSIR BARANG SENI DI JALAN Dr. CIPTO SEMARANG

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PUSAT GROSIR BARANG SENI DI JALAN Dr. CIPTO SEMARANG TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PUSAT GROSIR BARANG SENI DI JALAN Dr. CIPTO SEMARANG Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Program Studi Teknik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. paling bawah dari suatu konstruksi yang kuat dan stabil (solid).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. paling bawah dari suatu konstruksi yang kuat dan stabil (solid). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Umum Pondasi adalah struktur bagian bawah bangunan yang berhubungan langsung dengan tanah dan suatu bagian dari konstruksi yang berfungsi menahan gaya beban diatasnya. Pondasi

Lebih terperinci

STUDI STABILITAS DINDING PENAHAN TANAH KANTILEVER PADA RUAS JALAN SILAING PADANG - BUKITTINGGI KM ABSTRAK

STUDI STABILITAS DINDING PENAHAN TANAH KANTILEVER PADA RUAS JALAN SILAING PADANG - BUKITTINGGI KM ABSTRAK VOLUME 7 NO. 1, FEBRUARI 2011 STUDI STABILITAS DINDING PENAHAN TANAH KANTILEVER PADA RUAS JALAN SILAING PADANG - BUKITTINGGI KM 64+500 Abdul Hakam 1, Rizki Pranata Mulya 2 ABSTRAK Hujan deras yang terjadi

Lebih terperinci

GROUNDSILL PENGAMAN JEMBATAN KRETEK YOGYAKARTA

GROUNDSILL PENGAMAN JEMBATAN KRETEK YOGYAKARTA GROUNDSILL PENGAMAN JEMBATAN KRETEK YOGYAKARTA Urgensi Rehabilitasi Groundsill Istiarto 1 PENGANTAR Pada 25 Juni 2007, groundsill pengaman Jembatan Kretek yang melintasi S. Opak di Kabupaten Bantul mengalami

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Umum Abutmen merupakan bangunan yang berfungsi untuk mendukung bangunan atas dan juga sebagai penahan tanah. Adapun fungsi abutmen ini antara lain : Sebagai perletakan

Lebih terperinci

Integrity, Professionalism, & Entrepreneurship. : Perancangan Struktur Beton. Pondasi. Pertemuan 12,13,14

Integrity, Professionalism, & Entrepreneurship. : Perancangan Struktur Beton. Pondasi. Pertemuan 12,13,14 Mata Kuliah Kode SKS : Perancangan Struktur Beton : CIV-204 : 3 SKS Pondasi Pertemuan 12,13,14 Sub Pokok Bahasan : Pengantar Rekayasa Pondasi Jenis dan Tipe-Tipe Pondasi Daya Dukung Tanah Pondasi Telapak

Lebih terperinci

a home base to excellence Mata Kuliah : Struktur Beton Lanjutan Kode : TSP 407 Pondasi Pertemuan - 4

a home base to excellence Mata Kuliah : Struktur Beton Lanjutan Kode : TSP 407 Pondasi Pertemuan - 4 Mata Kuliah : Struktur Beton Lanjutan Kode : TSP 407 SKS : 3 SKS Pondasi Pertemuan - 4 TIU : Mahasiswa dapat mendesain berbagai elemen struktur beton bertulang TIK : Mahasiswa dapat mendesain penampang

Lebih terperinci

BAB IV ALTERNATIF PEMILIHAN BENTUK SALURAN PINTU AIR

BAB IV ALTERNATIF PEMILIHAN BENTUK SALURAN PINTU AIR Penyusunan RKS Perhitungan Analisa Harga Satuan dan RAB Selesai Gambar 3.1 Flowchart Penyusunan Tugas Akhir BAB IV ALTERNATIF PEMILIHAN BENTUK SALURAN PINTU AIR 4.1 Data - Data Teknis Bentuk pintu air

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan industri juga makin meningkat. Perluasan lahan juga dilakukan dengan

BAB I PENDAHULUAN. dan industri juga makin meningkat. Perluasan lahan juga dilakukan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan terhadap lahan semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan populasi penduduk. Tidak hanya untuk hunian, kebutuhan lahan untuk pertanian dan industri

Lebih terperinci

Untuk tanah terkonsolidasi normal, hubungan untuk K o (Jaky, 1944) :

Untuk tanah terkonsolidasi normal, hubungan untuk K o (Jaky, 1944) : TEKANAN TANAH LATERAL Tekanan tanah lateral ada 3 (tiga) macam, yaitu : 1. Tekanan tanah dalam keadaan diam atau keadaan statis ( at-rest earth pressure). Tekanan tanah yang terjadi akibat massa tanah

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR SIMON ROYS TAMBUNAN

TUGAS AKHIR SIMON ROYS TAMBUNAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN DETAIL STRUKTUR DAN REKLAMASI PELABUHAN PARIWISATA DI DESA MERTASARI - BALI OLEH : SIMON ROYS TAMBUNAN 3101.100.105 PROGRAM SARJANA (S-1) JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL

Lebih terperinci

BAB VIII PERENCANAAN PONDASI SUMURAN

BAB VIII PERENCANAAN PONDASI SUMURAN BAB VIII PERENCANAAN PONDASI SUMURAN 8.1 IDENTIFIKASI PROGRAM Program/software ini menggunakan satuan kn-meter dalam melakukan perencanaan pondasi sumuran. Pendekatan yang digunakan dalam menghitung daya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanah lempung adalah tanah yang memiliki partikel-partikel mineral tertentu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanah lempung adalah tanah yang memiliki partikel-partikel mineral tertentu 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanah Lempung Tanah lempung adalah tanah yang memiliki partikel-partikel mineral tertentu yang menghasilkan sifat-sifat plastis pada tanah bila dicampur dengan air (Grim,

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS PEMILIHAN ALTERNATIF JEMBATAN

BAB V ANALISIS PEMILIHAN ALTERNATIF JEMBATAN BAB V ANALISIS PEMILIHAN ALTERNATIF JEMBATAN Perkembangan teknologi saat ini memungkinkan untuk membangun berbagai jenis konstruksi jembatan, yang pelaksanaannya menyesuaikan dengan kebutuhan kondisi setempat.

Lebih terperinci

ANALISIS STABILITAS LERENG DENGAN PERKUATAN GEOTEKSTIL

ANALISIS STABILITAS LERENG DENGAN PERKUATAN GEOTEKSTIL ANALISIS STABILITAS LERENG DENGAN PERKUATAN GEOTEKSTIL Niken Silmi Surjandari 1), Bambang Setiawan 2), Ernha Nindyantika 3) 1,2 Staf Pengajar dan Anggota Laboratorium Mekanika Tanah Jurusan Teknik Sipil

Lebih terperinci

PENGANTAR PONDASI DALAM

PENGANTAR PONDASI DALAM PENGANTAR PONDASI Disusun oleh : DALAM 1. Robi Arianta Sembiring (08 0404 066) 2. M. Hafiz (08 0404 081) 3. Ibnu Syifa H. (08 0404 125) 4. Andy Kurniawan (08 0404 159) 5. Fahrurrozie (08 0404 161) Pengantar

Lebih terperinci

ALTERNATIF PERENCANAAN DINDING PENAHAN TANAH PADA GRAVING DOCK BELAWAN MEDAN

ALTERNATIF PERENCANAAN DINDING PENAHAN TANAH PADA GRAVING DOCK BELAWAN MEDAN ALTERNATIF PERENCANAAN DINDING PENAHAN TANAH PADA GRAVING DOCK BELAWAN MEDAN MOHAMMAD DICKY FIRMANSYAH 3111105040 Sumber : www.google.com LATAR BELAKANG - Medan memiliki posisi strategis sebagai gerbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menerima dan menyalurkan beban dari struktur atas ke tanah pada kedalaman

BAB I PENDAHULUAN. menerima dan menyalurkan beban dari struktur atas ke tanah pada kedalaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pondasi tiang adalah salah satu bagian dari struktur yang digunakan untuk menerima dan menyalurkan beban dari struktur atas ke tanah pada kedalaman tertentu, biasanya

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PENANGANAN

BAB V RENCANA PENANGANAN BAB V RENCANA PENANGANAN 5.. UMUM Strategi pengelolaan muara sungai ditentukan berdasarkan beberapa pertimbangan, diantaranya adalah pemanfaatan muara sungai, biaya pekerjaan, dampak bangunan terhadap

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL STABILITAS TALUD DAN BENDUNG UNTUK EMBUNG MEMANJANG DESA NGAWU, KECAMATAN PLAYEN, KABUPATEN GUNUNG KIDUL, YOGYAKARTA Laporan Tugas Akhir Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas

Lebih terperinci

BAB IV KRITERIA DESAIN

BAB IV KRITERIA DESAIN BAB IV KRITERIA DESAIN 4.1 PARAMETER DESAIN Merupakan langkah yang harus dikerjakan setelah penentuan type penanggulangan adalah pembuatan desain. Desain penanggulangan mencangkup perencanaan, analisa

Lebih terperinci

PONDASI. 1. Agar kedudukan bangunan tetap mantab atau stabil 2. Turunnya bangunan pada tiap-tiap tempat sama besar,hingga tidak terjadi pecah-pecah.

PONDASI. 1. Agar kedudukan bangunan tetap mantab atau stabil 2. Turunnya bangunan pada tiap-tiap tempat sama besar,hingga tidak terjadi pecah-pecah. PONDASI Pondasi bangunan merupakan bagian yang penting dari konstruksi bangunan. Pondasi adalah bagian dari suatu konstruksi bangunan yang mempunyai kontak langsung dengan dasar tanah keras dibawahnya.

Lebih terperinci

Bendungan Urugan I. Dr. Eng Indradi W. Tuesday, May 14, 13

Bendungan Urugan I. Dr. Eng Indradi W. Tuesday, May 14, 13 Urugan I Dr. Eng Indradi W. urugan Bendungan yang terbuat dari bahan urugan dari borrow area yang dipadatkan menggunakan vibrator roller atau alat pemadat lainnya pada hamparan dengan tebal tertentu. Desain

Lebih terperinci

PENGGUNAAN BORED PILE SEBAGAI DINDING PENAHAN TANAH

PENGGUNAAN BORED PILE SEBAGAI DINDING PENAHAN TANAH PENGGUNAAN BORED PILE SEBAGAI DINDING PENAHAN TANAH Yeremias Oktavianus Ramandey NRP : 0021136 Pembimbing : Ibrahim Surya, Ir., M.Eng FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

Lebih terperinci

PEMILIHAN LOKASI JEMBATAN

PEMILIHAN LOKASI JEMBATAN PEMILIHAN LOKASI JEMBATAN 1. DIPILIH LINTASAN YANG SEMPIT DAN STABIL. ALIRAN AIR YANG LURUS 3. TEBING TEPIAN YANG CUKUP TINGGI DAN STABIL 4. KONDISI TANAH DASAR YANG BAIK 5. SUMBU SUNGAI DAN SUMBU JEMBATAN

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI KOMPETENSI MATA KULIAH

BAB II DESKRIPSI KOMPETENSI MATA KULIAH Mata Kuliah : Pondasi Kode Mata Kuliah : SPR241 SKS : 2 Unit Kompetensi : Merencanakan Pondasi Bangunan BAB II DESKRIPSI KOMPETENSI MATA KULIAH Kompetensi 1. Menguasai Sifat-Sifat Teknis Tanah dan Batuan

Lebih terperinci

ANALISIS STABILITAS LERENG TEBING SUNGAI GAJAHWONG DENGAN MEMANFAATKAN KURVA TAYLOR

ANALISIS STABILITAS LERENG TEBING SUNGAI GAJAHWONG DENGAN MEMANFAATKAN KURVA TAYLOR ANALISIS STABILITAS LERENG TEBING SUNGAI GAJAHWONG DENGAN MEMANFAATKAN KURVA TAYLOR M a r w a n t o Jurusan Teknik Sipil STTNAS Yogyakarta email : marwantokotagede@gmail.com Abstrak Kejadian longsoran

Lebih terperinci

9. Dari gambar berikut, turunkan suatu rumus yang dikenal dengan rumus Darcy.

9. Dari gambar berikut, turunkan suatu rumus yang dikenal dengan rumus Darcy. SOAL HIDRO 1. Saluran drainase berbentuk empat persegi panjang dengan kemiringan dasar saluran 0,015, mempunyai kedalaman air 0,45 meter dan lebar dasar saluran 0,50 meter, koefisien kekasaran Manning

Lebih terperinci

Pembuatan bendung beronjong dengan sekat semikedap air pada irigasi desa

Pembuatan bendung beronjong dengan sekat semikedap air pada irigasi desa Konstruksi dan Bangunan Pembuatan bendung beronjong dengan sekat semikedap air pada irigasi desa Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor : 360/KPTS/M/2004 Tanggal : 1 Oktober 2004 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

TURAP REKAYASA PONDASI II 2013/2014

TURAP REKAYASA PONDASI II 2013/2014 REKAYASA PONDASI II 03/04 TURAP. Pendahuluan Turap merupakan struktur sheet piles yang dipancang secara kontinu kedalam tanah sehingga membentuk dinding vertikal yang menerus dan digunakan untuk menahan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN vii DAFTAR ISI vi Halaman Judul i Pengesahan ii PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI iii DEDIKASI iv KATA PENGANTAR v DAFTAR ISI vii DAFTAR TABEL x DAFTAR GAMBAR xiii DAFTAR LAMPIRAN xiv DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN

Lebih terperinci

PENGGUNAAN BETON MATRAS SEBAGAI BAHAN ALTERNATIF UNTUK PENANGGULANGAN BOCORAN PADA TANGGUL SALURAN IRIGASI

PENGGUNAAN BETON MATRAS SEBAGAI BAHAN ALTERNATIF UNTUK PENANGGULANGAN BOCORAN PADA TANGGUL SALURAN IRIGASI 50 PENGGUNAAN BETON MATRAS SEBAGAI BAHAN ALTERNATIF UNTUK PENANGGULANGAN BOCORAN PADA TANGGUL SALURAN IRIGASI Tugiran 1) Subari 2) Isman Suhadi 3) 1) Alumni Program Studi Teknik Sipil Universitas Islam

Lebih terperinci

BAB VI USULAN ALTERNATIF

BAB VI USULAN ALTERNATIF BAB VI USULAN ALTERNATIF 6.1. TINJAUAN UMUM Berdasarkan hasil analisis penulis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, debit banjir rencana (Q) sungai Sringin dan sungai Tenggang untuk periode ulang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau menurunnya kekuatan geser suatu massa tanah. Dengan kata lain, kekuatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau menurunnya kekuatan geser suatu massa tanah. Dengan kata lain, kekuatan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kelongsoran Tanah Kelongsoran tanah merupakan salah satu yang paling sering terjadi pada bidang geoteknik akibat meningkatnya tegangan geser suatu massa tanah atau menurunnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. air. Melalui periode ulang, dapat ditentukan nilai debit rencana. Debit banjir

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. air. Melalui periode ulang, dapat ditentukan nilai debit rencana. Debit banjir BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Debit Banjir Rencana Debit banjir rencana adalah debit maksimum di sungai atau saluran alamiah dengan periode ulang (rata-rata) yang sudah ditentukan yang dapat dialirkan tanpa

Lebih terperinci

KONSTRUKSI PONDASI Pondasi Dangkal Pasangan Batu bata/batu kali

KONSTRUKSI PONDASI Pondasi Dangkal Pasangan Batu bata/batu kali KONSTRUKSI PONDASI 9.1 Konstruksi Pondasi Batu Kali atau Rollaag Konstruksi pondasi ini merupakan bagian dari konstruksi bangunan gedung dan sangat penting karena sangat menentukan kekokohan bangunan.

Lebih terperinci

BAB III KOLAM PENENANG / HEAD TANK

BAB III KOLAM PENENANG / HEAD TANK BAB III KOLAM PENENANG / HEAD TANK 3.1 KONDISI PERENCANAAN Kolam penenang direncanakn berupa tangki silinder baja, berfungsi untuk menenangkan air dari outlet headrace channel. Volume tampungan direncanakan

Lebih terperinci

TOPIK BAHASAN 8 KEKUATAN GESER TANAH PERTEMUAN 20 21

TOPIK BAHASAN 8 KEKUATAN GESER TANAH PERTEMUAN 20 21 TOPIK BAHASAN 8 KEKUATAN GESER TANAH PERTEMUAN 20 21 KEKUATAN GESER TANAH PENGERTIAN Kekuatan tanah untuk memikul beban-beban atau gaya yang dapat menyebabkan kelongsoran, keruntuhan, gelincir dan pergeseran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dinding Penahan Tanah Bangunan dinding penahan tanah berfungsi untuk menyokong dan menahan tekanan tanah. Baik akibat beban hujan,berat tanah itu sendiri maupun akibat beban

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pondasi Dalam Pondasi dalam adalah pondasi yang dipakai pada bangunan di atas tanah yang lembek. Pondasi ini umumnya dipakai pada bangunan dengan bentangan yang cukup lebar, salah

Lebih terperinci

BAB VI REVISI BAB VI

BAB VI REVISI BAB VI BAB VI REVISI BAB VI 6. DATA-DATA PERENCANAAN Bentang Total : 60 meter Lebar Jembatan : 0,5 meter Lebar Lantai Kendaraan : 7 meter Lebar Trotoar : x mter Kelas Jembatan : Kelas I (BM 00) Mutu Beton : fc

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menahan gaya angkat keatas. Pondasi tiang juga digunakan untuk mendukung

TINJAUAN PUSTAKA. menahan gaya angkat keatas. Pondasi tiang juga digunakan untuk mendukung II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Dasar Pondasi Tiang digunakan untuk mendukung bangunan yang lapisan tanah kuatnya terletak sangat dalam, dapat juga digunakan untuk mendukung bangunan yang menahan gaya angkat

Lebih terperinci

Perancangan Saluran Berdasarkan Konsep Aliran Seragam

Perancangan Saluran Berdasarkan Konsep Aliran Seragam Perancangan Saluran Berdasarkan Konsep Aliran Seragam Perancangan saluran berarti menentukan dimensi saluran dengan mempertimbangkan sifat-sifat bahan pembentuk tubuh saluran serta kondisi medan sedemikian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawat bronjong merupakan salah satu material yang saat ini banyak dimanfaatkan untuk kebutuhan konstruksi terutama untuk konstruksi perkuatan, misalnya untuk perkuatan

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Sipil, Universitas Riau, Jl. HR Subrantas Km 12 Pekanbaru Riau 2

Jurusan Teknik Sipil, Universitas Riau, Jl. HR Subrantas Km 12 Pekanbaru Riau 2 ANALISA KEKUATAN DAYA DUKUNG PONDASI TIANG BERULIR DENGAN JUMLAH DAN JARAK PEMASANGAN PLAT ULIR BERVARIASI SEBAGAI METODE PENINGKATAN DAYA DUKUNG PONDASI TIANG PADA LAPISAN TANAH GAMBUT Ferry Fatnanta

Lebih terperinci

Gambar 1.1. Dinding penahan tanah geofoam

Gambar 1.1. Dinding penahan tanah geofoam Dinding Penahan Tanah (Retaining Wall) 1. Pengertian dan Fungsi Dinding penahan tanah (retaining wall) merupakan komponen struktur bangunan penting utama untuk jalan raya, dan bangunan lingkungan lainnya

Lebih terperinci

MENGHITUNG DINDING PENAHAN TANAH PASANGAN BATU KALI

MENGHITUNG DINDING PENAHAN TANAH PASANGAN BATU KALI MENGHITUNG DINDING PENAHAN TANAH PASANGAN BATU KALI Tulisan ini diangkat kembali dengan peragaan software untuk membantu praktisi dalam memahami aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam mendesain. www.arnidaambar.com

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. daerah sekitar hilir Sungai. Banjir yang terjadi dapat mengakibatkan kerugian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. daerah sekitar hilir Sungai. Banjir yang terjadi dapat mengakibatkan kerugian. BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Umum Banjir merupakan salah satu masalah lingkungan yang sering terjadi di lingkungan daerah sekitar hilir Sungai. Banjir yang terjadi dapat mengakibatkan kerugian. Diakibatkan

Lebih terperinci

Stabilitas lereng (lanjutan)

Stabilitas lereng (lanjutan) Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana 12 MODUL 12 Stabilitas lereng (lanjutan) 6. Penanggulangan Longsor Yang dimaksud dengan penanggulangan longsoran

Lebih terperinci

KRITERIA PERENCANAAN BENDUNG KARET

KRITERIA PERENCANAAN BENDUNG KARET KRITERIA PERENCANAAN BENDUNG KARET Bendung karet adalah bendung gerak yang terbuat dari tabung karet yang mengembang sebagai sarana operasi pembendungan air. Berdasarkan media pengisi tabung karet, ada

Lebih terperinci

4 BAB VIII STABILITAS LERENG

4 BAB VIII STABILITAS LERENG 4 BAB VIII STABILITAS LERENG 8.1 Tinjauan Umum Pada perhitungan stabilitas lereng disini lebih ditekankan apakah terjadi longsoran baik di lereng bawah maupun di tanggulnya itu sendiri. Pengecekannya disini

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Judul DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN BAB I PENDAHULUAN RUMUSAN MASALAH TUJUAN PENELITIAN 2

DAFTAR ISI. Judul DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN BAB I PENDAHULUAN RUMUSAN MASALAH TUJUAN PENELITIAN 2 DAFTAR ISI Halaman Judul i Pengesahan ii Persetujuan iii KATA PENGANTAR iv ABSTRAK vi ABSTRACT vii DAFTAR TABEL viii DAFTAR GAMBAR x DAFTAR LAMPIRAN xiii DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN xiv BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

Suatu kriteria yang dipakai Perancang sebagai pedoman untuk merancang

Suatu kriteria yang dipakai Perancang sebagai pedoman untuk merancang Kriteria Desain Kriteria Desain Suatu kriteria yang dipakai Perancang sebagai pedoman untuk merancang Perancang diharapkan mampu menggunakan kriteria secara tepat dengan melihat kondisi sebenarnya dengan

Lebih terperinci

Gambar 6.1 Gaya-gaya yang Bekerja pada Tembok Penahan Tanah Pintu Pengambilan

Gambar 6.1 Gaya-gaya yang Bekerja pada Tembok Penahan Tanah Pintu Pengambilan BAB VI ANALISIS STABILITAS BENDUNG 6.1 Uraian Umum Perhitungan Stabilitas pada Perencanaan Modifikasi Bendung Kaligending ini hanya pada bangunan yang mengalami modifikasi atau perbaikan saja, yaitu pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dan tuntutan pembangunan infrastruktur pada masa ini sangat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dan tuntutan pembangunan infrastruktur pada masa ini sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dan tuntutan pembangunan infrastruktur pada masa ini sangat pesat dan pembangunan juga terjadi di segala lahan untuk mencapai efektifitas pemanfaatan

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Pondasi berfungsi untuk memindahkan beban-beban pada struktur atas ke tanah dasar. Fungsi ini berlaku secara baik bila kestabilan pondasi terhadap

Lebih terperinci

TEMBOK PENAHAN TANAH (TPT)

TEMBOK PENAHAN TANAH (TPT) 1 TEMBOK PENAHAN TANAH (TPT) I. Pengertian II. TPT adalah suatu bangunan yang berfungsi untuk menstabilkan kondisi tanah tertentu pada umumnya dipasang pada daerah tebing yang labil. Jenis konstruksi antara

Lebih terperinci

BAB VIII PERENCANAAN BANGUNAN PELIMPAH (SPILLWAY)

BAB VIII PERENCANAAN BANGUNAN PELIMPAH (SPILLWAY) VIII-1 BAB VIII PERENCANAAN BANGUNAN PELIMPAH (SPILLWAY) 8.1. Tinjauan Umum Bangunan pelimpah berfungsi untuk mengalirkan air banjir yang masuk ke dalam embung agar tidak membahayakan keamanan tubuh embung.

Lebih terperinci

KONTRIBUSI DAYA DUKUNG FRIKSI DAN DAYA DUKUNG LACI PADA PONDASI TIANG TONGKAT

KONTRIBUSI DAYA DUKUNG FRIKSI DAN DAYA DUKUNG LACI PADA PONDASI TIANG TONGKAT KONTRIBUSI DAYA DUKUNG FRIKSI DAN DAYA DUKUNG LACI PADA PONDASI TIANG TONGKAT Dewi Atikah 1), Eka Priadi 2), Aprianto 2) ABSTRAK Fungsi pondasi adalah meneruskan atau mentransfer beban dari struktur diatasnya.

Lebih terperinci

Bab 3 Metodologi III TINJAUAN UMUM

Bab 3 Metodologi III TINJAUAN UMUM Bab 3 Metodologi III-1 BAB 3 METODOLOGI 3.1 TINJAUAN UMUM Pada hakekatnya eksistensi suatu waduk telah dimulai sejak diadakannya kegiatan-kegiatan survey, perancangan, perencanaan teknis, pembangunan,

Lebih terperinci

STUDI PERBANDINGAN PERANCANGAN DINDING TURAP DENGAN MENGGUNAKAN METODE MANUAL DAN PROGRAM OASYS GEO 18.1

STUDI PERBANDINGAN PERANCANGAN DINDING TURAP DENGAN MENGGUNAKAN METODE MANUAL DAN PROGRAM OASYS GEO 18.1 STUDI PERBANDINGAN PERANCANGAN DINDING TURAP DENGAN MENGGUNAKAN METODE MANUAL DAN PROGRAM OASYS GEO 18.1 Nama : Riwan Bicler Sinaga NRP : 0121018 Pembimbing : Ibrahim Surya, Ir., M.Eng FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. penambangan batu bara dengan luas tanah sebesar hektar. Penelitian ini

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. penambangan batu bara dengan luas tanah sebesar hektar. Penelitian ini BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Sekayan Kalimantan Timur bagian utara merupakan daerah yang memiliki tanah dasar lunak lempung kelanauan. Ketebalan tanah lunaknya dapat mencapai 15

Lebih terperinci

SDA RPT0. Konsep. Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknis Volume I : Umum Bagian 7 : Pekerjaan Dewatering

SDA RPT0. Konsep. Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknis Volume I : Umum Bagian 7 : Pekerjaan Dewatering RPT0 RANCANGAN PEDOMAN TEKNIS BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL Konsep Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknis Volume I : Umum Bagian 7 : Pekerjaan Dewatering ICS 93.010 BIDANG SUMBER DAYA AIR

Lebih terperinci

III. KUAT GESER TANAH

III. KUAT GESER TANAH III. KUAT GESER TANAH 1. FILOSOFI KUAT GESER Kuat geser adalah gaya perlawanan yang dilakukan oleh butir-butir tanah terhadap desakan atau tarikan. Kegunaan kuat geser Stabilitas lereng σ γ γ γ Daya dukung

Lebih terperinci

PERENCANAAN DINDING PENAHAN TANAH SUNGAI WAY BATANGHARI KOTA METRO DENGAN METODE REVETMENT RETAINING WALL

PERENCANAAN DINDING PENAHAN TANAH SUNGAI WAY BATANGHARI KOTA METRO DENGAN METODE REVETMENT RETAINING WALL PERENCANAAN DINDING PENAHAN TANAH SUNGAI WAY BATANGHARI KOTA METRO DENGAN METODE REVETMENT RETAINING WALL Yusuf Amran 1,a*, Dona Kurniawan 2,b Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Metro Jl. Ki

Lebih terperinci

METODA KONTRUKSI PENUNJANG DAN PERHITUNGAN HIDROLIS BENDUNG KARET (RUBBER DUM) DI SUNGAI CISANGKUY PROVINSI BANTEN

METODA KONTRUKSI PENUNJANG DAN PERHITUNGAN HIDROLIS BENDUNG KARET (RUBBER DUM) DI SUNGAI CISANGKUY PROVINSI BANTEN Konferensi Nasional Teknik Sipil 3 (KoNTekS 3) Jakarta, 6 7 Mei 009 METODA KONTRUKSI PENUNJANG DAN PERHITUNGAN HIDROLIS BENDUNG KARET (RUBBER DUM) DI SUNGAI CISANGKUY PROVINSI BANTEN Achmad Sahidi Program

Lebih terperinci

Persyaratan agar Pondasi Sumuran dapat digunakan adalah sebagai berikut:

Persyaratan agar Pondasi Sumuran dapat digunakan adalah sebagai berikut: Pondasi Caisson atau Pondasi Sumuran Pondasi sumuran adalah suatu bentuk peralihan antara pondasi dangkal dan pondasi tiang dan digunakan apabila tanah dasar (tanah keras) terletak pada kedalaman yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daya Dukung Pondasi Tiang Pondasi tiang adalah pondasi yang mampu menahan gaya orthogonal ke sumbu tiang dengan jalan menyerap lenturan. Pondasi tiang dibuat menjadi satu

Lebih terperinci

ANALISIS TIMBUNAN PELEBARAN JALAN SIMPANG SERAPAT KM-17 LINGKAR UTARA ABSTRAK

ANALISIS TIMBUNAN PELEBARAN JALAN SIMPANG SERAPAT KM-17 LINGKAR UTARA ABSTRAK ANALISIS TIMBUNAN PELEBARAN JALAN SIMPANG SERAPAT KM-17 LINGKAR UTARA Adriani 1), Lely Herliyana 2) ABSTRAK Jalan lingkar utara adalah daerah yang berjenis tanah rawa atau tanah lunak maka untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB II TI JAUA PUSTAKA

BAB II TI JAUA PUSTAKA BAB II TI JAUA PUSTAKA 2.1 Sifat Alamiah Tanah Tanah adalah akumulasi partikel mineral yang mempunyai ikatan antar partikel yang lemah atau sama sekali tidak mempunyai ikatan antar partikel tanahnya, dimana

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI KONDISI LOKASI

BAB II DESKRIPSI KONDISI LOKASI BAB II DESKRIPSI KONDISI LOKASI 2.1. Tinjauan Umum Untuk dapat merencanakan penanganan kelongsoran tebing pada suatu lokasi, terlebih dahulu harus diketahui kondisi existing dari lokasi tersebut. Beberapa

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Tanah Lempung Menurut Terzaghi ( 1987 ) Lempung adalah agregat partikel-partikel berukuran mikroskopik dan submikroskopik yang berasal dari pembusukan kimiawi unsur-unsur penyusun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beton sangat banyak dipakai secara luas sebagai bahan bangunan. Bahan tersebut diperoleh dengan cara mencampurkan semen portland, air, dan agregat, dan kadang-kadang

Lebih terperinci

struktur dinding diafragma adalah dengan menjaga agar jangan sampai

struktur dinding diafragma adalah dengan menjaga agar jangan sampai BABV PEMBAHASAN 5.1 Stabilitas Parit Dengan melihat metoda pelaksanaan struktur dinding diafragma, jelas bahwa pada prinsipnya untuk menjaga keamanan pelaksanaan struktur dinding diafragma adalah dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Bab III Metodologi 3.1. PERSIAPAN

BAB III METODOLOGI. Bab III Metodologi 3.1. PERSIAPAN BAB III METODOLOGI 3.1. PERSIAPAN Tahap persiapan merupakan rangkaian kegiatan sebelum memulai pengumpulan dan pengolahan data. Dalam tahap awal ini disusun hal-hal penting yang harus segera dilakukan

Lebih terperinci

Pengaruh Perkuatan Sheetpile terhadap Deformasi Area Sekitar Timbunan pada Tanah Lunak Menggunakan Metode Partial Floating Sheetpile (PFS)

Pengaruh Perkuatan Sheetpile terhadap Deformasi Area Sekitar Timbunan pada Tanah Lunak Menggunakan Metode Partial Floating Sheetpile (PFS) Reka Racana Jurusan Teknik Sipil Itenas No. 3 Vol. 3 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional September 2017 Pengaruh Perkuatan Sheetpile terhadap Deformasi Area Sekitar Timbunan pada Tanah Lunak Menggunakan

Lebih terperinci