Bab V. Kesimpulan. adat, sehingga memunculkan istilah biar mati anak, asal jangan mati adat.
|
|
- Johan Kurnia
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Bab V Kesimpulan Agama, tradisi dan adat istiadat merupakan hal penting dalam kehidupan orang Melayu, baik Proto Melayu maupun Deutro Melayu. Begitu pentingnya adat, sehingga memunculkan istilah biar mati anak, asal jangan mati adat. Artinya, anak atau manusia manapun pastinya akan mati, tetapi kematian itu jangan menjadikan adat tidak berlaku. Hal tersebut dikarenakan bagi orang Melayu kematian adat dapat merusak tatanan kehidupan. Oleh sebab itu, adat diharapkan tidak bergantung pada hidup mati seseorang, tetapi tetap dipelihara oleh masyarakat yang memerlukannya (Hamidy 2001, h.47). Hal ini menunjukkan bahwa bagi orang Melayu, termasuk Suku Laut, adat istiadat serta budaya merupakan sesuatu yang harus dipelihara secara terus menerus untuk memastikan tatanan kehidupan yang telah dibentuk sejak lama itu tidak punah. Sehingga dengan begitu keberadaan atau eksistensi mereka pun bisa diakui. Akan tetapi, melihat apa yang terjadi pada kelompok masyarakat Suku Laut ini membuat kita bertanya, apakah mereka tidak membutuhkan lagi adat dan tradisi itu? Ataukah ada alasan lain yang menyebabkan mereka terpaksa untuk berubah? Masyarakat Suku Laut merupkana agen utama dalam proses panjang perubahan sosial, politik, dan ekonomi yang mereka alami. Akan tetapi, diluar itu masih ada aktor-aktor lain yang terlibat dalam konversi masyarakat Suku Laut dan mengarahkan mereka untuk melakukan perubahan. Aktor-aktor tersebut mewakili berbagai pihak, mulai dari pemerintah seperti Departemen Sosial yang bekerjasama dengan Kantor Depertemen Agama dan BAPPEDA pada masa Orde 93
2 Baru, Pemerintah Kota Batam, Dinas Sosial Kota Batam dan BAZ Kota Batam; LSM (lembaga Swadaya Masyarakat) seperti LAZ Masjid Raya Batam; hingga aktifis atau pemerhati masyarakat Suku Laut. Pemerintah dalam hal ini memiliki pengaruh yang cukup besar. Sebagaimana yang dipaparkan oleh Selo Soemardjan (1993, hh ) dalam tulisannya bahwa pada saat perubahan-perubahan sosial budaya itu berjalan secara lambat yang biasanya terjadi pada kelompok masyarakat suku terasing dikarenakan mereka tidak banyak mendapat pengaruh dari luar, maka perubahan itu merupakan akibat yang diatur oleh pihak yang berkuasa untuk mengaturnya. Oleh karena itu, di dalam masyarakat yang dikategorikan terasing tersebut, pemerintah setempat sebagai pihak yang memiliki otoritas dan kekuasaan merupakan aktor yang paling berpengaruh. Dengan kata lain, Soemardjan menyebutnya sebagai perubahan yang direkayasa oleh pihak yang berkuasa, dalam hal ini adalah pemerintah. Hal ini jelas terlihat pada masa Orde Baru ketika pemerintah berupaya merumahkan masyarakat Suku Laut dan membuat mereka memilih Agama Islam sebagai identitas keagamaan mereka. Akan tetapi, setelah berakhir masa Orde Baru, konversi masyarakat Suku Laut banyak diambil alih oleh lembagalembaga serta kelompok-kelompok sosial masyarakat yang aktif dan memberikan perhatian lebih terhadap persoalan masyarakat Suku Laut, seperti LAZ MRB serta aktivis atau pemerhati masyarakat Suku Laut lainnya. Berdasarkan cerita panjang mengenai masyarakat Suku Laut yang telah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya, memperlihatkan bahwa berbagai perubahan 94
3 yang terjadi pada masyarakat Suku Laut tersebut disebabkan oleh adanya aspekaspek struktural. Perubahan yang dimaksud dalam hal ini bukan hanya perubahan yang terjadi pada masyarakat Suku Laut dalam berbagai aspek kehidupannya seperti agama, adat istiadat, dan aspek kultural lainnya, tetapi juga perubahan pola ekonomi dan pola relasi antar aktor yang terlibat dalam proses panjang konversi yang sudah berjalan sejak lama dan bertahap tersebut. Dengan demikian, apa yang dialami oleh masyarakat Suku Laut ini merupakan bentuk dari perubahan sosial yang berjalan secara lambat atau perlahan (evolusi). Struktur sosial ekonomi berperan dalam mendorong adanya konversi agama terhadap masyarakat Suku Laut. Konversi agama dipahami sebagai alat perubahan yang memang menjadi kebutuhan masyarakat Suku Laut. Artinya, struktur ini memang menghambat masyarakat Suku Laut untuk mempertahankan eksistensi dari aktualisasi tradisi beragama mereka, tetapi struktur yang menunculkan konversi itu juga memberikan peluang baru bagi masyarakat Suku Laut. Dengan kata lain, struktur itu mendorong perubahan dari masyarakat suku laut sehingga mereka memiliki peluang dan harapan baru untuk memperbaiki taraf kehidupan serta pengakuan sebagai warga negara yang memiliki akses untuk memperoleh kesejahteraan. Islamisasi yang dilakukan terhadap Suku Laut menjadi fase akhir dari proses panjang perubahan sosial agar mereka bisa diterima sebagai bagian dari masyarakat dan mendapatkan pengakuan sebagai warga negara yang memiliki hak setara dengan masyarakat sukubangsa lainnya. Islamisasi juga merupakan salah satu cara umtuk meyempurnakan agama mereka yang selama ini dianggap tidak 95
4 jelas sehingga secara perlahan bisa menghapus stigmatisai orang Suku Laut yang selama ini dianggap terasing dan terbelakang. Dari berbagai pembahasan di babbab sebelumnya juga terlihat jelas bagaimana Agama Islam tersebut menjadi instrumen yang digunakan oleh pemerintah maupun swasta dalam upaya pembangunan yang berorientasi pada modernisasi. Maka jelas sudah jawaban dari rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini, bahwa proses perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat Suku Laut sebenarnya sudah berjalan sejak lama dan secara perlahan melalui proses konversi terhadap masyarakat Suku Laut di berbagai sisi kehidupan mereka, mulai dari pendaratan, islamisasi, dan pendidikan tanpa menimbulkan konflik atau perlawanan yang masif dari masyarakat Suku Laut. Konversi itu adalah bagian dari proses perubahan sosial yang sudah pasti terjadi pada masyarakat Suku Laut yang hidup di tengah-tengah lingkungan dan masyarakat yang mengalami perubahan sangat cepat. Apalagi Islam itu sendiri bukanlah hal baru bagi meraka, bahkan sudah menjadi bagian dari budaya dan tradisi masyarakat Suku Laut sejak lama. Sehingga, ketika pola-pola relasi lainnya sudah berubah maka konversi agama hanya akan mengikuti saja proses perubahan tersebut. Persoalan agama hanya tinggal menunggu waktu saja untuk dikonversi. Jika tidak, maka Suku Laut akan sulit untuk diterima dan diakui sebagai bagian dari masyarakat. Mereka harus menerima konversi tersebut agar bisa bertahan hidup di tengah-tengah masyarakat sebagai kelompok masyarakat yang normal, bukan masyarakat terasing dan terbelakang. Dengan kata lain, islamisasi itu hanya sebagai formalitas dari apa yang sudah berlajan sejak lama. Dalam hal ini, agama menjadi 96
5 instrumen power agar masyarakat Suku Laut biasa mengakses resources (sumber daya). 97
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Solidaritas sosial masyarakat petani Suku Toraja di Kelurahan Juata Laut dicerminkan melalui interaksi sosial yang semakin berkurang, kepercayaan
Lebih terperinciBab I. Menilik Persoalan Konversi Orang Suku Laut. hingga saat ini masih dilakukan oleh pemerintah di berbagai wilayah di Indonesia
Bab I Menilik Persoalan Konversi Orang Suku Laut A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang sampai saat ini masih dikategorikan sebagai negara berkembang. Berbagai upaya perubahan melalui pembangungan
Lebih terperinci8 KESIMPULAN DAN SARAN
8 KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan Dalam konteks kelembagaan pengelolaan hutan, sistem pengelolaan hutan bukan hanya merupakan representasi keberadaan lembaga regulasi negara, melainkan masyarakat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelembagaan 2.1.1 Pengertian Kelembagaan Kelembagaan merupakan suatu sistem yang sengaja dibuat manusia untuk mengatur cara, aturan, proses dan peran masing-masing komponen
Lebih terperinci2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk menjadikan bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman adat istiadat, budaya, suku, ras, bahasa dan agama. Kemajemukan tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Bab ini merupakan framework penyusunan laporan secara keseluruhan. Bab ini berisikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan sasaran. Selain itu dibahas pula ruang lingkupnya yang
Lebih terperinciTEKS DESKRIPSI BUDAYA INDONESIA
Budaya Indonesia adalah seluruh kebudayaan nasional, kebudayaan lokal, maupun kebudayaan asal asing yang telah ada di Indonesia sebelum Indonesia merdeka pada tahun 1945. Kebudayaan nasional dalam pandangan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Setelah semua tahap penelitian dilaksanakan, maka peneliti ini dapat
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah semua tahap penelitian dilaksanakan, maka peneliti ini dapat disimpulkan bahwa Persepsi Masyarakat terhadap Mata Pelajaran Arab Melayu adalah baik, Dengan demikian,
Lebih terperincia. Hakekat peradaban manusia Koentjaraningrat berpendapat bahwa kata peradaban diistilahkan dengan civilization, yang biasanya dipakai untuk menyebut
a. Hakekat peradaban manusia Koentjaraningrat berpendapat bahwa kata peradaban diistilahkan dengan civilization, yang biasanya dipakai untuk menyebut unsur-unsur kebudayaan yang dianggap halus, maju, dan
Lebih terperinciBAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN
BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 VISI DAN MISI 1. Visi Penetapan visi sebagai bagian dari perencanaan strategi merupakan satu langkah penting dalam perjalanan suatu organisasi
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN 1. Kesimpulan Umum Setelah menguraikan dari beberapa aspek yang menjadi dimensi atau orientasi politiknya,yang diukur dari segi pemahaman kognitif, afektif, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sesamanya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk menjalankan kehidupannya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yaitu makhluk yang selalu membutuhkan sesamanya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk menjalankan kehidupannya manusia selalu berkomunikasi
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
44 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Arat Sabulungan adalah akar budaya dan juga cara pandang hidup masyarakat Mentawai yang tetap menjaga dan mengatur masyarakat Mentawai melalui tabu dan pantrngannya.
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG,
PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PELESTARIAN ADAT ISTIADAT DAN PEMBERDAYAAN LEMBAGA ADAT MELAYU KEPULAUAN BANGKA BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN. sosial-politik yang melingkupinya. Demikian pula dengan Islamisasi dan
1 BAB VI KESIMPULAN Sebagaimana proses sosial lainnya, proselitisasi agama bukanlah sebuah proses yang berlangsung di ruang hampa. Ia tidak bisa dilepaskan dari konteks sosial-politik yang melingkupinya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat untuk berinteraksi atau alat untuk berkomunikasi,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah alat untuk berinteraksi atau alat untuk berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau perasaan, baik melalui
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Penggunaan teknologi sederhana telah diterapkan di desa-desa salah satunya Desa
BAB V PENUTUP Kesimpulan Modernisasi telah mempengaruhi perilaku dan kehidupan masyarakat. Pedesaan yang notabene masih tergolong tradisional tidak luput mengalami perubahan. Adapun proses modernisasi
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN. instrumentnya meraih legitimasi-legitimasi, namun juga menelisik kehidupan
BAB VI KESIMPULAN Penelitian ini tidak hanya menyasar pada perihal bagaimana pengaruh Kyai dalam memproduksi kuasa melalui perempuan pesantren sebagai salah satu instrumentnya meraih legitimasi-legitimasi,
Lebih terperinciBahasa adalah salah satu kemampuan dasar dan alamiah yang dianugerahkan. pada umat manusia. Umat manusia tidak akan mungkin mempunyai budaya atau
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa adalah salah satu kemampuan dasar dan alamiah yang dianugerahkan pada umat manusia. Umat manusia tidak akan mungkin mempunyai budaya atau peradaban
Lebih terperinciMAKNA INTEGRASI DENGAN INDONESIA MENURUT ORANG PAPUA
MAKNA INTEGRASI DENGAN INDONESIA MENURUT ORANG PAPUA Sebuah Perspektif Antropologi Kebudayaan OLEH: NELES TEBAY (Koordinator Jaringan Damai Papua - JDP) Seminar Akhir Tahun INTEGRASI SOSIAL EKONOMI, SOSIAL
Lebih terperinciBAB II BEBERAPA BIDANG PERMASALAHAN GAMPONG. peserta KKN ke masyarakat. Sebagai pengabdian diri kepada masyarakat,
BAB II BEBERAPA BIDANG PERMASALAHAN GAMPONG A. Pendidikan, Agama, Ekonomi, dan Sosial Budaya Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang dilaksanakan dengan penerjunan mahasiswa peserta KKN ke masyarakat. Sebagai pengabdian
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG
PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PELESTARIAN ADAT ISTIADAT DAN PEMBERDAYAAN LEMBAGA ADAT MELAYU KEPULAUAN BANGKA BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kekayaan budaya itu tersimpan dalam kebudayaan daerah dari suku-suku bangsa yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan yang kaya dengan ragam kebudayaan. Kekayaan budaya itu tersimpan dalam kebudayaan daerah dari suku-suku bangsa yang memiliki
Lebih terperinciKEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN,
KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR : 08 TAHUN 2000 TENTANG KETERLIBATAN MASYARAKAT DAN KETERBUKAAN INFORMASI DALAM PROSES ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP KEPALA BADAN
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR.. TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN MASYARAKAT ADAT
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR.. TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN MASYARAKAT ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. Bahwa sebagai bagian dari bangsa
Lebih terperinciBAB 8: SOSIOLOGI PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA. PROGRAM PERSIAPAN SBMPTN BIMBINGAN ALUMNI UI
www.bimbinganalumniui.com 1. Apabila sosial yang ada mengakibatkan disintegrasi masyarakat, tersebut bersifat... a. Proses b. Regres c. Evolusioner oner e. Dialektika 2. Suatu penemuan baru dapat menimbulkan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR. A. Kajian Pustaka
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR 1. Tradisi Mitoni sebagai Kebudayaan A. Kajian Pustaka Perkumpulan manusia dalam sebuah masyarakat, akan melahirkan banyak hal baru didalamnya. Baik bersifat
Lebih terperinciLAMPIRAN : KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR : 08 TAHUN 2000 TANGGAL : 17 PEBRUARI 2000
LAMPIRAN : KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR : 08 TAHUN 2000 TANGGAL : 17 PEBRUARI 2000 KETERLIBATAN MASYARAKAT DAN KETERBUKAAN INFORMASI DALAM PROSES ANALISIS MENGENAI DAMPAK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di pedesaan merupakan sebagian dari proses pembangunan nasional yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan di pedesaan merupakan sebagian dari proses pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian wilayah, sekaligus mengindikasikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut para ahli, kemiskinan masih menjadi permasalahan penting yang harus segera dituntaskan, karena kemiskinan merupakan persoalan multidimensional yang tidak saja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dalam Pasal 2 ayat (3) Undang-Undang Nomor 32 Tahun. kewenangan membuat kebijakan daerah untuk memberikan pelayanan,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam penyelenggaraan pemerintahannya menganut asas desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan. Prinsip penyelenggaraan desentralisasi
Lebih terperinciKEPASTIAN HUKUM BAGI TANAH ULAYAT MASYARAKAT MINANGKABAU DI SUMATERA BARAT Oleh: Ridho Afrianedy,SHI, Lc (Hakim PA Sungai Penuh)
KEPASTIAN HUKUM BAGI TANAH ULAYAT MASYARAKAT MINANGKABAU DI SUMATERA BARAT Oleh: Ridho Afrianedy,SHI, Lc (Hakim PA Sungai Penuh) Latar Belakang Tak sekali terjadi konflik horizontal di tengah masyarakat
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Masjid Agung Demak mempunyai arti yang sangat penting bagi kehidupan
BAB V PENUTUP Masjid Agung Demak mempunyai arti yang sangat penting bagi kehidupan orang-orang Islam di Jawa. Kedudukan dan kelebihan Masjid Agung Demak tidak terlepas dari peran para ulama yang bertindak
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia selalu diperhadapkan dengan berbagai keragaman, baik itu agama, sosial, ekonomi dan budaya. Jika diruntut maka banyak sekali keragaman yang
Lebih terperinciMata Kuliah Kewarganegaraan
Mata Kuliah Kewarganegaraan Modul ke: 04 Fakultas Design Komunikasi dan Visual Program Studi Pokok Bahasan IDENTITAS NASIONAL SEBAGAI KARAKTER BANGSA Dosen : Cuntoko, SE., MM. Informatika dan Sistem Informasi
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pengelolaan hutan lestari dibangun dari 3 (tiga) aspek pengelolaan yang berhubungan satu dengan lainnya, yaitu aspek produksi, aspek ekologi dan aspek sosial. Ketiga aspek
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. pemahaman bahwa perempuan berada dalam posisi yang kuat. Perempuan
BAB V KESIMPULAN Matrilineal seperti yang telah banyak kita fahami, membawa kepada pemahaman bahwa perempuan berada dalam posisi yang kuat. Perempuan memiliki posisi tawar yang baik dalam pengambilan keputusan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan sumber agraria yang memiliki makna ekonomis serta
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanah merupakan sumber agraria yang memiliki makna ekonomis serta memiliki nilai sosio-kultural dan pertahanan keamanan. Secara ekonomi tanah merupakan aset (faktor)
Lebih terperinciModel Pengembangan Ekonomi Kerakyatan
Model Pengembangan Ekonomi Kerakyatan Model Pengembangan Ekonomi Kerakyatan Pendekatan Kultural Pendekatan Struktural Model Pendekatan Pengembangan Ekonomi Kerakyatan 1. Pendekatan Kultural adalah program
Lebih terperinci2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan makhluk yang memiliki keinginan untuk menyatu dengan sesamanya serta alam lingkungan di sekitarnya. Dengan menggunakan pikiran, naluri,
Lebih terperinciKonsep Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1
1 Konsep Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1 Pengembangan Masyarakat (Community Development) merupakan konsep yang berkembang sebagai tandingan (opponent) terhadap konsep negarakesejahteraan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Sejarah lahan tanah jaluran di Sumatera Timur bermula dari kedatangan onderneming swasta yang dimulai oleh J. Nienhuys yang mampu menghasilkan 50 bal tembakau dan
Lebih terperinciBAB VII SEJARAH PEMEKARAN DAN PENGGABUNGAN WILAYAH Kronologi Pemekaran Wilayah Tiga Kecamatan Sejarah Terbentuknya Tiga Kecamatan
74 BAB VII SEJARAH PEMEKARAN DAN PENGGABUNGAN WILAYAH 7.1. Kronologi Pemekaran Wilayah Tiga Kecamatan 7.1.1. Sejarah Terbentuknya Tiga Kecamatan Pemekaran kecamatan di Kabupaten Maluku Utara, sebagaimana
Lebih terperinciModul ke: Identitas Nasional. Fakultas. Rusmulyadi, M.Si. Program Studi.
Modul ke: Identitas Nasional Fakultas Rusmulyadi, M.Si. Program Studi www.mercubuana.ac.id Pengertian Identitas Nasional Identitas nasional merupakan manifestasi nilai-nilai budaya yang tumbuh dan berkembang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perencanaan pengembangan wilayah merupakan salah satu bentuk usaha
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perencanaan pengembangan wilayah merupakan salah satu bentuk usaha yang memanfaatkan potensi sumberdaya lahan secara maksimal untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat
Lebih terperinciBAB 8 KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEILMUAN
BAB 8 KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEILMUAN 8.1. Kesimpulan 1. Selama abad ke-15 hingga ke-19 terdapat dua konsep pusat yang melandasi politik teritorial di Pulau Jawa. Kedua konsep tersebut terkait dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam sejarah masyarakat Maluku, budaya sasi merupakan kearifan lokal masyarakat yang telah ada sejak dahulu kala dan merupakan komitmen bersama baik oleh masyarakat, tokoh
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK DARI TINDAK KEKERASAN
PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK DARI TINDAK KEKERASAN I. UMUM Letak Geografis Kabupaten Bogor yang berbatasan dengan ibukota
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan merupakan motor penggerak yang memberikan dasar bagi peningkatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Industrialisasi menempati posisi sentral dalam ekonomi masyarakat modern dan merupakan motor penggerak yang memberikan dasar bagi peningkatan kemakmuran dan
Lebih terperinciPROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG BERBAHASA DAN BERPAKAIAN MELAYU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG BERBAHASA DAN BERPAKAIAN MELAYU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, Menimbang : a. bahwa Undang-Undang Dasar Negara
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Bangsa yang majemuk, artinya Bangsa yang terdiri dari beberapa suku
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Bangsa yang majemuk, artinya Bangsa yang terdiri dari beberapa suku bangsa, beranekaragam Agama, latar belakang sejarah dan kebudayaan daerah.
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH [LN 2004/125, TLN 4437]
UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH [LN 2004/125, TLN 4437] Paragraf Ketujuh Ketentuan Pidana Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Pasal 115 (1) Setiap orang yang dengan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Teori Parson Tentang Perubahan Sosial. Perubahan Sosial dalam soejono soekanto (2003), adalah segala
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Parson Tentang Perubahan Sosial Perubahan Sosial dalam soejono soekanto (2003), adalah segala perubahan yang terjadi dalam suatu masyarakat yang tercakup atas aspek-aspek
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk individu sekaligus sebagai makhluk sosial. Manusia sebagai makhluk sosial tentunya dituntut untuk mampu berinteraksi dengan individu lain
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budaya merupakan simbol peradaban. Apabila sebuah budaya luntur dan tidak lagi dipedulikan oleh sebuah bangsa, peradaban bangsa tersebut tinggal menunggu waktu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG EKSISTENSI PROYEK Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat
Lebih terperinciBUPATI BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG
BUPATI BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PELESTARIAN ADAT ISTIADAT DAN PEMBERDAYAAN LEMBAGA ADAT MELAYU BELITONG KABUPATEN BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciII. PENDEKATAN TEORITIS
II. PENDEKATAN TEORITIS 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Teori Kepemilikan Sumber Daya (Property rights) Kondisi tragedy of the common didorong oleh kondisi sumber daya perikanan yang bersifat milik bersama
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN KOMITE AKSI DAERAH, PENETAPAN RENCANA AKSI DAERAH, DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENGHAPUSAN BENTUK-BENTUK PEKERJAAN TERBURUK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahkluk sosial yang berbudaya mempunyai peran
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan mahkluk sosial yang berbudaya mempunyai peran sebagai aktor, sebagimana manusia itu dapat memberikan sumbangan dan memfasilitasi kehidupan yang mencakup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, setiap individu terkait
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, setiap individu terkait dengan persoalan politik. Masyarakat sebagai kumpulan individu memiliki harapan sekaligus
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KECAMATAN RUMBAI PESISIR. orang jawa yang masuk dalam Wilayah Wali Tebing Tinggi. Setelah itu
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KECAMATAN RUMBAI PESISIR A. Letak Dan Sejarah Geografis Pada tahun 1923 Jepang masuk yang diberi kekuasaan oleh Raja Siak untuk membuka lahan perkebunan karet dan sawit yang
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
101 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini akan disimpulkan hasil penellitian yang telah dilakukan dalam penulisan skripsi yang berjudul Tenun Songket Palembang 1980-2000 (Kajian Sosial Budaya Tentang
Lebih terperinciIDENTITAS NASIONAL. Modul ke: 04Teknik. Fakultas. Yayah Salamah, SPd. MSi. Program Studi MKCU
Modul ke: IDENTITAS NASIONAL Fakultas 04Teknik Yayah Salamah, SPd. MSi. Program Studi MKCU Tujuan Instruksional Khusus Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan dapat: 1. Mengetahui pengertian
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR Latar Belakang. Kehidupan berbangsa dan bernegara mempengaruhi pembentukan pola
1 BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Kehidupan berbangsa dan bernegara mempengaruhi pembentukan pola perilaku masyarakat. Perilaku ini tercermin dari perilaku individu selaku anggota masyarakat. Indonesia
Lebih terperinciMENYIMAK PERANAN PARIWISATA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI
MENYIMAK PERANAN PARIWISATA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI 1 Pendahuluan Bangsa Indonesia dalam proses pembangunannya selama 32 tahun, telah menjadikan pertumbuhan ekonomi sebagai priolitas pembangunan, dengan
Lebih terperinciUndang Nomor 4 Tahun 1968 tentang Pembentukan Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang Dengan Mengubah Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang
SALINAN BUPATI TASIKMALAYA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PENDATAAN, PERENCANAAN, DAN PENGELOLAAN TANAH DI KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN. Penulis menyimpulkan bahwa strategi perlawanan petani mengalami
BAB VI KESIMPULAN Penulis menyimpulkan bahwa strategi perlawanan petani mengalami perubahan. Pada awalnya strategi perlawanan yang dilakukan PPLP melalui tindakan kolektif tanpa kekerasan (nonviolent).
Lebih terperinciKetika Budaya Sasi Menjaga Alam Tetap Lestari
Ketika Budaya Sasi Menjaga Alam Tetap Lestari Kuwati, M. Martosupono dan J.C. Mangimbulude Magister Biologi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga Email: kuwatifolley@yahoo.co.id Pendahuluan Kabupaten
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. perusahaan multinasional. Dulu lebih dikenal dengan comunity development.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Corporate Social Responsibility (CSR) telah lama diadakan di dunia usaha perusahaan multinasional. Dulu lebih dikenal dengan comunity development. CSR PT TIA Danone telah dirilis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kultural penduduk yang antara lain menyangkut struktur produksi, mata
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertambahan jumlah penduduk tentunya berdampak pada peningkatan pemanfaatan lahan baik untuk pemenuhan kebutuhan tempat tinggal, kebutuhan pangan maupun untuk menampung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Surakarta selain dikenal sebagai kota batik, juga populer dengan keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia memiliki kekhasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sumatera. Lampung memiliki banyak keindahan, baik seni budaya maupun
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lampung merupakan provinsi di Indonesia yang memiliki letak yang strategis. Hal ini karena keberadaan provinsi ini sebagai pintu gerbang memasuki Pulau Sumatera.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Upaya pemerintah Indonesia dalam pengembangan kepariwisataan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upaya pemerintah Indonesia dalam pengembangan kepariwisataan diwujudkan dalam program Visit Indonesia yang telah dicanangkannya sejak tahun 2007. Indonesia sebagai
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. 1. Implementasi Pengembangan Desa Budaya Di Kulon Progo. kebudayaan yang ada di Yogyakarta termasuk desa-desa budaya yang ada di
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan 1. Implementasi Pengembangan Desa Budaya Di Kulon Progo Pada Kondisi Lingkungan dalam implementasi pengembangan desa budaya di Kulon Progo ini Dinas Kebudayaan DIY adalah yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejarah menunjukkan terdapat berbagai permasalahan muncul terkait dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah menunjukkan terdapat berbagai permasalahan muncul terkait dengan penguasaan dan pemanfaatan sumber-sumber agraria. Baik sebelum maupun sesudah masa kemerdekaan,
Lebih terperinciRembang. Oleh: Muhammad Luthfil Hakim
Dari Malang Rembang Untuk Warga Oleh: Muhammad Luthfil Hakim Konflik ini boleh terjadi di Rembang, tapi sebagai masyarakat Indonesia apa yang diderita oleh warga Rembang adalah penderitaan kita bersama,
Lebih terperinciBAB VIII SIMPULAN DAN SARAN. Hegemoni pemerintah dan kontra hegemoni dilatarbelakangi pemikiran
262 BAB VIII SIMPULAN DAN SARAN 8.1 Simpulan Hegemoni pemerintah dan kontra hegemoni dilatarbelakangi pemikiran berbeda antara pemerintah dengan masyarakat. Sudut pandang pemerintah menilai bahwa populasi
Lebih terperinciBahan Bacaan 4.1 Kebhinekaan Masyarakat Indonesia dan Dinamika Kehidupan Global
Bahan Bacaan 4.1 Kebhinekaan Masyarakat Indonesia dan Dinamika Kehidupan Global A. Tujuan Setelah mempelajari modul, peserta diharapkan dapat menjelaskan kebhinekaan masyarakat Indonesia dan dinamika kehidupan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. secara bertahap dimulai dari swadaya, boyongan, dan dibawa ketika terjadinya
BAB V KESIMPULAN Sejarah dan keberadaan kesenian Kuda Kepang di negeri Johor Darul Takzim, Malaysia sangat dipengaruhi oleh faktor masyarakat Melayu keturunan Jawa maupun perkembangan Islam di sana. Sejarah
Lebih terperinciIDENTITAS NASIONAL/JATI DIRI BANGSA
IDENTITAS NASIONAL/JATI DIRI BANGSA Pengertian Identitas Nasional Identitas Nasional berasal dari kata identitas identity: ciri, tanda atau jati diri yang melekat pada seseorang, kelompok atau sesuatu
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR : 9 TAHUN 2008 SERI : D NOMOR : 7 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAHAN DAERAH
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita.
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan salah satu tahap penting dalam kehidupan manusia. Selain merubah status seseorang dalam masyarakat, pernikahan juga merupakan hal yang
Lebih terperinciPerencanaan Penguatan Tradisi dan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa di Masyarakat. oleh: Junus Satrio Atmodjo
Perencanaan Penguatan Tradisi dan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa di Masyarakat oleh: Junus Satrio Atmodjo disampaikan pada acara Peningkatan Kompetensi Pengelola bidang Kepercayaan terhadap Tuhan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. merupakan institusi yang otonom dengan tradisi, adat istiadat dan. Sejalan dengan kehadiran negara modern, kemandirian dan kemampuan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara historis desa merupakan cikal terbentuknya masyarakat politik dan pemerintahan di Indonesia jauh sebelum Negara bangsa ini terbentuk. Struktur sosial sejenis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara geografis, letak Indonesia yang terbentang dari sabang sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. Indonesia yang terkenal dengan banyak pulau
Lebih terperinciPola pemukiman berdasarkan kultur penduduk
Pola Pemukiman Terpusat Pola Pemukiman Linier Pola pemukiman berdasarkan kultur penduduk Adanya pemukiman penduduk di dataran rendah dan dataran tinggi sangat berkaitan dengan perbedaan potensi fisik dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Forest People Program (FPP) menemukan bahwa di negara dunia ketiga,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Forest People Program (FPP) menemukan bahwa di negara dunia ketiga, banyak kebijakan dan program pembangunan yang mengarah pada diskriminasi terhadap masyarakat adat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang berbentuk Republik. Dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia lahir pada 17 Agustus 1945 adalah negara kesatuan yang berbentuk Republik. Dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah Indonesia terdiri atas beberapa
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. Landasan konstitusional konsepsi keadilan sosial dalam. pengelolaan pertambangan adalah Pasal 33 UUD Secara
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan 1. Konsepsi keadilan mengenai penguasaan dan penggunaan kekayaan alam yang terkandung dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah keadilan sosial. Landasan konstitusional
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. didukung berbagai sumber lainnya, menunjukkan bahwa terjadinya kontinuitas
BAB V KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis dari temuan penelitian di lapangan dan didukung berbagai sumber lainnya, menunjukkan bahwa terjadinya kontinuitas penguasaan tanah ulayat oleh negara sejak masa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemukiman kumuh merupakan masalah yang dihadapi oleh hampir semua kota kota besar di Indonesia bahkan kota-kota besar di negara berkembang lainnya. Hal ini dikarenakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Melalui observasi awal di lapangan yang telah dilakukan di sekolah- sekolah
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Melalui observasi awal di lapangan yang telah dilakukan di sekolah- sekolah MTs/SMP baik Negeri maupun Swasta diperoleh informasi bahwa kebanyakan muatan lokal
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN MAROS. NOMOR : 05 Tahun 2009 TENTANG KEHUTANAN MASYARAKAT DI KABUPATEN MAROS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
SALINAN PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN MAROS NOMOR : 05 Tahun 2009 TENTANG KEHUTANAN MASYARAKAT DI KABUPATEN MAROS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAROS Menimbang : a. bahwa guna meningkatkan
Lebih terperinciRPP PKn Kelas 5 Semester I Tahun 2009/2010 SDN 1 Pagerpelah 1
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Nama Sekolah : SD Negeri 1 Pagerpelah Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan Kelas/Semester : V/1 Standar Kompetensi : 1. Memahami pentingnya keutuhan Negara Kesatuan
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA BAGIAN HUKUM DAN PERUNDANG-UNDANGAN SETDA KABUPATEN WAKATOBI
Lebih terperinciBab VI: Kesimpulan dan Rekomendasi
Bab VI: Kesimpulan dan Rekomendasi 6.1. Kesimpulan Melalui berbagai serangkaian aktivitas pelacakan data dan kemudian menganalisisnya dari berbagai perspektif, beberapa pernyataan ditawarkan dalam uraian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Sejak munculnya suatu aturan yang mengatur tentang kebijakan otonomi suatu daerah khususnya Indonesia, cenderung menyebabkan maraknya daerahdaerah melakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, setiap individu terkait dengan persoalan politik dalam arti luas. Masyarakat sebagai kumpulan individu-individu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan dengan mudah dan cepat, yakni dengan penggunaan handphone
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkembangan zaman yang ditandai dengan munculnya kemajuan teknologi dan informasi yang semakin pesat membuat kehidupan manusia menjadi serba mudah. Salah satunya
Lebih terperinci