BAB I PENDAHULUAN. Wacana site-spesific-crop management (SSCM), yang juga dikenal sebagai precision

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Wacana site-spesific-crop management (SSCM), yang juga dikenal sebagai precision"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Praktek produksi pertanian terus mengalami perubahan dan modifikasi. Wacana site-spesific-crop management (SSCM), yang juga dikenal sebagai precision agriculture dapat menjadi pertimbangan sebagai kemajuan terbaru dalam produksi pertanian dan mekanisasi pertanian (Sevier et al., 2004). Precision agriculture adalah konsep manajemen pertanian yang berbasis observasi, pengukuran, dan pengendalian variabel di dalam dan luar lahan pertanian (Anonim ). Dengan menggunakan multi teknologi dan praktek produksi, yang pada umumnya telah membuka era baru pertanian high-tech (Sevier et al., 2004). Untuk meningkatkan keuntungan produksi tanaman, kualitas produk, dan mengurangi dampak lingkungan dari aktifitas produksi (Adamchuk, 2004). Penggunaan sampel tanah; sensor jarak jauh; monitoring lahan; dan viariabel tingkat penggunaan herbisida, petisida, dan pupuk, juga penggunaan Global Posisioning System (GPS) dan Sistem Informasi Geografi (SIG) secara keseluruhan dapat dijadikan dasar pertimbangan atau penentuan Precision agriculture (Sevier et al., 2004). Dari hasil studi PTPN X pada perkebunan tembakau Danco Com. E Ind de Fumos Ltda. Crus Das Almas, Brazil yang diadakan pada tanggal 25 Maret 04 April 2012, diketahui bahwa perusahaan perkebunan tembakau tersebut telah menerapkan teknologi irigasi tetes (drip irrigation). Irigasi tetes tersebut menghasilkan 1

2 produktivitas tanaman tembakau yang tinggi, yang membuat PTPN X Klaten tertarik untuk mengaplikasikan teknologi irigasi tetes tersebut (Dion, 2013). Selama ini irigrasi yang dilakukan pada proses budidaya tembakau Vorstenlanden di PTPN X Klaten dibagi menjadi dua tahapan metode. Metode pertama dilakukan dengan air cor (siraman menggunakan selang/ hose pipe), kedua dengan irigasi curah (pemberian air pada alur). Pemberian air tersebut dirasa masih konvensional dan belum menghasilkan produktivitas tanaman tembakau secara maksimal, baik pada kualitas maupun kuantitas. Hal tersebut dikarenakan masih banyaknya kelemahan pada aplikasi irigasi tersebut, yang pertama jumlah airnya lebih banyak, yang kedua meskipun dengan air lebih banyak namun produksi tembakau produksinya masih kecil. Maka setelah studi yang dilakukan ke Brasil 2004 PTPN X mencoba menerapkan sistem irigasi tetes, akan tetapi penerapan sistem irigasi ini masih belum maksimal, karena saat pelaksanaan pemberian air berdasarkan jadwal waktu, yang sebenarnya kondisi tanah adalah masih cukup air, dan belum waktunya memberikan air irigasi. Penerapan sistem irigasi tetes pada tanaman tembakau pada PTPN X saat ini masih belum efektif karena mengalami kendala pada penjadwalan irigasi yang masih belum tepat. Diperlukan adanya penjadwalan irigasi agar penggunaan air menjadi efektif dan presisi, selain itu proses irigasi perlu diatur secara otomatis. Dukes et al. (2012) menyatakan kebutuhan air tanaman dapat ditentukan dari keseimbangan water input dan output pada zona perakaran yang disebut dengan water balance. Menurut James. (1988), salah satunya adalah menggunakan pendekatan kadar lengas tanah 2

3 (indikator tanah) yang tersedia di dalam tanah dengan menggunakan sensor lengas tanah. Salah satu komponen penting yang diperlukan dalam perancangan penjadwalan irigasi saat ini adalah sensor lengas tanah. Persyaratan ini akan menjadi terasa berat karena harga dari sensor yang beredar dipasaran saat ini relatif mahal, sensor saja belum termasuk sistem minimum termurah seharga Rp.60.00,00 (Anonim 2, 2014). Dengan tingkat ketelitian yang belum diketahui, dan belum terkalibrasi, sehingga penerapan sensor oleh petani sulit untuk dilakukan. Untuk itu diperlukan pengembangan teknologi sensor yang murah sehingga efisiensi produksi dapat dicapai. Pentingnya kandungan lengas tanah serta statusnya bagi pertumbuhan tanaman, memacu para ahli untuk dapat menghasilkan beberapa cara pengukuran kadar lengas tanah. Informasi tentang kadar lengas ini akan dapat digunakan untuk menentukan saat atau jadwal irigasi serta berapa jumlah air irigasi yang harus diberikan untuk setiap pemberian air (Mawardi, 2011). Penentuan penjadwalan irigasi selalu membutuhkan sebuah metode untuk mengukur lengas tanah dan kebutuhan air tanaman. Komponen utama yang umum digunakan untuk melakukan pengukuran adalah sensor. Tingkat efisisensi berbagai manajemen pengambilan keputusan bergantung pada akurasi pengukuran termasuk akurasi pengukuran sensor (Abraham et al., 1999). Kebutuhan irigasi yang secara spesifik dapat dipenuhi dengan sensor guna mengetahui persentase kadar lengas tanah pada berbagai titik di sepanjang lahan yang akan diirigasi. Selain itu sensor harus dapat diintegrasikan dengan sebuah sistem, seperti sistem irigasi otomatis. 3

4 Sensor harus mampu melakukan pengamatan pada satu kesatuan sistem, menentukan besaran tegangan dari masing-masing sensor. Sebuah mikrokontroler dapat digunakan untuk tujuan seperti ini. Mikrokontroler juga dapat menampilkan hasil pengukuran sensor secara spesifik pada sebuah layar LCD dan juga dapat mengoperasikan katup drip maupun sprinkle untuk irigasi sesuai dengan kadar lengas tanah pada lahan secara spesifik (Agarwal et al., 2011) Pengembangan irigasi yang efisien dapat memberikan kontribusi secara baik untuk mengurangi biaya produksi, membuat industri lebih kompetitif dan berkelanjutan. Melalui irigasi yang tepat, rata-rata lahan pertanian dapat mengurangi dampak dari penggunaan air yang berlebihan dan dampak akibat larutnya agrichemical. Teknologi sensor lengas tanah telah banyak dikembangkan sehingga dapat bekerja secara efisien dan dapat dioperasikan dengan sistem irigasi otomatis (Carpena 2 et al., 2014). Nilai kadar lengas tanah dapat ditentukan dengan menggunakan metode direct (soil sampling) dan indirect (soil moisture sensing). Metode direct pada monitoring kadar lengas tanah secara umum tidak digunakan unutuk penjadwalan irigasi karena metode tersebut banyak gangguan, skala laboratorium, dan membutuhkan waktu yang relatif lama (12-24 jam) (Carpena et al, 2014). Untuk itu perlu dikembangkan suatu sensor lengas tanah yang dapat mendukung (input feedback nilai kadar lengas tanah) guna menentukan waktu irigasi dalam perancangan sistem irigasi otomatis. Carpena et al. (2012) menyatakan bahwa pengukuran kadar lengas tanah dengan menggunakan sensor merupakan metode pengukuran yang mengukur kadar 4

5 lengas tanah melalui hubungan kalibrasi pengukuran variabel lainnya. Telah diketahui bahwa akurasi sensor tergantung atau dipengaruhi oleh metode sensor (konduktasi, kapasitansi, dll) yang sensitif terhadap karakteristik, tekstur, temperatur, bulk density, dan salinity. Selain itu menurut Mittebach et all. (2012) bagaimanapun fungsi persamaan kalibrasi yang dikembangkan oleh produsen yaitu pada kondisi laboratorium, sedangkan keakurasian pada kondisi lahan masih jarang diketahui terutama pada jangka waktu panjang. Dean et al. (1987) mengatakan bahwa hubungan antara kadar lengas tanah dan pengukuran variable lainya (permitivitty) harus ditentukan secara empiris (pengaplikasian pada lahan) dengan kalibrasinya. Selain itu menurut Evat et al. (2006) pengukuran dengan multi sensor yang telah terkalibrasi di laboratorium (under lab condition) pada berbagai jenis tanah yang kemudian dilakukan uji pada kondisi lahan (validasi) hasil pembacaan masih ada sedikit perbedaan (overistimate atau underestimate). Sehingga pada proses pengaplikasian sensor yang telah terkalibrasi masih perlu dilakukan proses validasi pada kondisi lahan untuk mengetahui keakurasian dan penyimpangan nilai pengukuran yang terjadi pada saat pengaplikasiaan alat. Penerapan sistem irigasi akan efektif jika didukung dengan penjadwalan irigasi yang baik. Adapun metode yang digunakan untuk menentukan penjadwalan irigasi yaitu dengan memonitorring kadar lengas tanah pada titik sepanjang lahan yang akan diirigasi guna mengetahui kondisi lengas tanah pada keadaan Titik Layu (TL), dan Kapasitas Lapang (KL) sebagai feedback, perlu dan tidaknya irigasi tersebut dilakukan. Untuk itu diperlukan sebuah metode yang dapat menentukan kadar lengas 5

6 tanah dengan cepat, dan salah satunya yaitu dengan menggunakan sensor lengas tanah berdasarkan pada nilai konduktansi tanah. Pertimbangan pemilihan sensor yang berdasarkan konduktifitas ini juga berdasarkan aspek ekonomi dan rancangbangun dimana sensor jenis konduktifitas ini relatif lebih murah dan lebih mudah dalam proses perancangannya. Dengan proses kalibrasi yang spesifik pada kondisi tanah dan lokasi tertentu, sensor ini dapat menunjukkan pembacaan kadar lengas tanah yang akurat. Penggunaan sensor lengas tanah pada beberapa titik lokasi lahan yang akan diirigasi guna menentukan penjadwalan irigasi tentu membutuhkan sensor dalam jumlah banyak (lebih dari satu) yang dapat mengukur kadar lengas tanah pada waktu yang bersamaan. Dengan menggunakan sebuah Mikrokontroler perancangan multi sensor (lebih dari satu) hal ini dapat dilakukan. Dengan cara ini proses monitoring pada luasan lahan tertentu dengan pemasangan sensor pada beberapa titik lokasi lahan untuk mengetahui kadar lengas tanah dengan cepat dan pada waktu bersamaan dapat dilakukan Tujuan 1. Merancang alat monitoring lengas tanah menggunakan sensor konduktansi berbasis Mikrokontroler ATmega Melakukan kalibrasi, validasi dan uji kinerja alat untuk monitoring kadar lengas tanah pada budidaya tanaman tembakau. 6

7 1.3. Manfaat 1. Mampu memberikan hasil penelitian yang nyata berupa sensor lengas tanah yang mampu mendeteksi nilai lengas tanah degan cepat, mudah dioperasikan, dan dapat diintegrasikan ke dalam sistem irigasi otomatis. 2. Peneliti dapat menerapkan disiplin ilmu keteknikan yang diperoleh dari kuliah maupun praktikum untuk menciptakan, merancang, dan memecahkan permasalahan yang terjadi dalam setiap prosesnya dengan baik Batasan Masalah 1. Perancangan alat monitoring lengas tanah dilengkapi dengan 14 sensor lengas tanah secara paralel yang terkalibrasi dengan 1 rumus kalibrasi. 2. Perancangan sensor hanya menitikberatkan pada kemampuan sensor untuk merespon kenaikan maupun penurunan kadar lengas. 3. Faktor-faktor sifat fisik maupun kimia yang dimiliki oleh tanah yang dapat mempengaruhi pengukuran kinerja sensor lengas tanah masih diabaikan dalam penelitian ini. 7

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan, yakni bahan induk, iklim, organisme hidup (mikroorganisme dan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan, yakni bahan induk, iklim, organisme hidup (mikroorganisme dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanah adalah produk transformasi mineral dan bahan organik yang terletak di permukaan sampai kedalaman tertentu yang dipengaruhi oleh faktor genetis lingkungan, yakni

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kementrian Pertanian (2013), produk pertanian mampu menyumbang sekitar 20%

I. PENDAHULUAN. Kementrian Pertanian (2013), produk pertanian mampu menyumbang sekitar 20% I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang dapat mendukung nilai pendapatan. Produk hasil pertanian mampu menyumbangkan sebagian besar nilai pendapatan yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Negara Indonesia jika ditinjau dari ketersediaan air termasuk dalam 10

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Negara Indonesia jika ditinjau dari ketersediaan air termasuk dalam 10 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Indonesia jika ditinjau dari ketersediaan air termasuk dalam 10 negara kaya air, walaupun demikian hasil kajian tentang kondisi air global pada forum air dunia

Lebih terperinci

"SMART DRIP IRRIGATION SYSTEM" SISTEM IRIGASI TETES TERKENDALI PADA TANAMAN TEMBAKAU

SMART DRIP IRRIGATION SYSTEM SISTEM IRIGASI TETES TERKENDALI PADA TANAMAN TEMBAKAU "SMART DRIP IRRIGATION SYSTEM" SISTEM IRIGASI TETES TERKENDALI PADA TANAMAN TEMBAKAU Alfi Baqiatus Shofi 1, Jaza an Aufa 2, Muhammad Fajaruddin 3, Shofwatul Fadilah 4, dan Yustafat Fawzi 5 Email: alfi_baqiatus_shofi@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap alkohol yang dikonsumsinya. Apabila orang tersebut. penyakit kanker, keracunan, bahkan kematian. Selain berdampak buruk

BAB I PENDAHULUAN. terhadap alkohol yang dikonsumsinya. Apabila orang tersebut. penyakit kanker, keracunan, bahkan kematian. Selain berdampak buruk BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penggunaan alkohol (Etanol) sebagai salah satu komposisi dalam suatu minuman sudah dikenal luas. Sekarang minuman beralkohol dapat kita temui di minimarket. Setiap orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industri kelapa sawit sebagai salah satu agribisnis unggulan di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. industri kelapa sawit sebagai salah satu agribisnis unggulan di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri kelapa sawit yang cukup pesat telah menjadikan industri kelapa sawit sebagai salah satu agribisnis unggulan di Indonesia. Pengembangan komoditas

Lebih terperinci

Laju dan Jumlah Penyerapan Air

Laju dan Jumlah Penyerapan Air IRIGASI Apa Komentar Anda? Laju dan Jumlah Penyerapan Air Tergantung kondisi tanah (kadar lengas vs hisapan matrik, hantaran hidrolik, difusitas) Tergantung kondisi tanaman (density akar, kedalaman akar,laju

Lebih terperinci

APLIKASI MIKROKONTROLER ARDUINO PADA SISTEM IRIGASI TETES UNTUK TANAMAN SAWI (Brassica juncea)

APLIKASI MIKROKONTROLER ARDUINO PADA SISTEM IRIGASI TETES UNTUK TANAMAN SAWI (Brassica juncea) APLIKASI MIKROKONTROLER ARDUINO PADA SISTEM IRIGASI TETES UNTUK TANAMAN SAWI (Brassica juncea) Application of Arduino Microcontroller on Drip Irrigation System for Mustard Plant (Brassica juncea) Muhammad

Lebih terperinci

PENGATURAN KADAR AIR TANAH SIMULTAN PADA TANAMAN PERKEBUNAN DENGAN MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER 8031

PENGATURAN KADAR AIR TANAH SIMULTAN PADA TANAMAN PERKEBUNAN DENGAN MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER 8031 PENGATURAN KADAR AIR TANAH SIMULTAN PADA TANAMAN PERKEBUNAN DENGAN MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER 8031 TUGAS AKHIR Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Kesarjanaan Strata 1 Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengukuran ph makin dibutuhkan, bukan hanya oleh perusahaan berskala besar tetapi juga perusahaan berskala kecil misalnya tambak ikan dan udang milik warga perseorangan.

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT DAN PROGRAM

BAB III PERANCANGAN ALAT DAN PROGRAM BAB III PERANCANGAN ALAT DAN PROGRAM 3.1 Blok Diagram Rangkaian Untuk merealisasikan perancangan dan pembuatan alat sistem pengamatan cuaca berbasis Arduino Mega 2560, perlu adanya LCD agar dapat memonitor

Lebih terperinci

Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi yang sangat besar untuk. meningkatkan pertumbuhan ekonomi di bidang industri pertanian.

Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi yang sangat besar untuk. meningkatkan pertumbuhan ekonomi di bidang industri pertanian. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi yang sangat besar untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di bidang industri pertanian. Salah satu faktor penting yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei Agustus 2014 di Greenhouse dan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei Agustus 2014 di Greenhouse dan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2014 - Agustus 2014 di Greenhouse dan Laboratorium Rekasa Sumber Da Air dan Lahan (RSDAL), Jurusan Teknik Pertanian,

Lebih terperinci

ROADMAP PENELITIAN KELOMPOK PENELITI ILMU TANAH DAN AGRONOMI (KITA) TAHUN

ROADMAP PENELITIAN KELOMPOK PENELITI ILMU TANAH DAN AGRONOMI (KITA) TAHUN ROADMAP PENELITIAN KELOMPOK PENELITI ILMU TANAH DAN AGRONOMI (KITA) TAHUN 2016-2019 Disampaikan dalam Rakerlit 19-21 Januari 2016 Kelti Ilmu Tanah dan Agronomi Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Indonesian

Lebih terperinci

PENGATUR KADAR ALKOHOL DALAM LARUTAN

PENGATUR KADAR ALKOHOL DALAM LARUTAN Jurnal Teknik Komputer Unikom Komputika Volume 2, No.1-2013 PENGATUR KADAR ALKOHOL DALAM LARUTAN Syahrul 1), Sri Nurhayati 2), Giri Rakasiwi 3) 1,2,3) Jurusan Teknik Komputer, Fakultas Teknik dan Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempermudah suatu pekerjaan, misalnya ; Thermometer Suhu Badan. terdiri dari beberapa komponen yaitu sensor, modul suara, dan LCD.

BAB I PENDAHULUAN. mempermudah suatu pekerjaan, misalnya ; Thermometer Suhu Badan. terdiri dari beberapa komponen yaitu sensor, modul suara, dan LCD. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan memacu perkembangan teknologi yang bermanfaat dalam mempermudah pekerjaan dan segala aktifitas manusia terutama di bidang kedokteran.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Teknologi sekarang sangat memegang peranan penting. Teknologi yang modern harus

BAB 1 PENDAHULUAN. Teknologi sekarang sangat memegang peranan penting. Teknologi yang modern harus BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Teknologi sekarang sangat memegang peranan penting. Teknologi yang modern harus mencakup secara sinergi antara efisiensi biaya, sumber daya alam serta sumber

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN ALKOHOL METER BERBASIS AVR ATMEGA Laporan Tugas Akhir. Oleh: Nadya Sukma Dewantie J0D006019

RANCANG BANGUN ALKOHOL METER BERBASIS AVR ATMEGA Laporan Tugas Akhir. Oleh: Nadya Sukma Dewantie J0D006019 RANCANG BANGUN ALKOHOL METER BERBASIS AVR ATMEGA 8535 Laporan Tugas Akhir Oleh: Nadya Sukma Dewantie J0D006019 PROGRAM STUDI DIII INSTRUMENTASI DAN ELEKTRONIKA JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA BAB IV HASIL DAN UJI COBA Pada bab ini, akan dibahas pengujian alat mulai dari pengujian alat permodul sampai pengujian alat secara keseluruhan serta pengujian aplikasi monitoring alat tersebut. Pengujian

Lebih terperinci

BAB-1 PENDAHULUAN 1. Umum

BAB-1 PENDAHULUAN 1. Umum 1 BAB-1 PENDAHULUAN 1. Umum Indonesia merupakan negara agraris dimana pembangunan di bidang pertanian menjadi prioritas utama. Karena Indonesia merupakan salah satu negara yang memberikan komitmen tinggi

Lebih terperinci

Sistem Otomasi Pemberian Nutrisi Berdasar Suhu dan Kelembaban Green House Paprika Berenergi Tenaga Surya

Sistem Otomasi Pemberian Nutrisi Berdasar Suhu dan Kelembaban Green House Paprika Berenergi Tenaga Surya Sistem Otomasi Pemberian Nutrisi Berdasar Suhu dan Kelembaban Green House Paprika Berenergi Tenaga Surya Ekojono 1, Andriani Parastiwi 2 Politeknik Negeri Malang 1,2 ekojono2000@yahoo.com Abstrak Paprika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Elektrokardiogram (EKG) merupakan sinyal fisiologis yang dihasilkan oleh aktifitas kelistrikan jantung. Sinyal ini direkam menggunakan perangkat elektrokardiograf.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mewarisi pengalaman yang cukup kaya tentang perkembangan pengelolaan pengairan sawah. Pengalaman pengairan sawah yang sangat panjang menyusul dikembangkannya

Lebih terperinci

MONITORING KETINGGIAN DAN ALIRAN AIR PADA SISTEM IRIGASI TANAMAN PADI BERBASIS ATMEGA16 MENGGUNAKAN KOMUNIKASI GSM

MONITORING KETINGGIAN DAN ALIRAN AIR PADA SISTEM IRIGASI TANAMAN PADI BERBASIS ATMEGA16 MENGGUNAKAN KOMUNIKASI GSM E-Jurnal Prodi Teknik Elektronika Edisi Proyek Akhir D3 MONITORING KETINGGIAN DAN ALIRAN AIR PADA SISTEM IRIGASI TANAMAN PADI BERBASIS ATMEGA16 MENGGUNAKAN KOMUNIKASI GSM HEIGHT AND WATER FLOW MONITORING

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Juli 2015 di Laboratorium

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Juli 2015 di Laboratorium III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Juli 2015 di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro dan Laboratorium Rekayasa Sumber Daya Air dan Lahan serta

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHSAN. blok rangkaian penyusun sistem, antara laian pengujian Power supply,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHSAN. blok rangkaian penyusun sistem, antara laian pengujian Power supply, 1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHSAN 1.1 Hasil dan Pembahasan Secara umum, hasil pengujian ini untuk mengetahui apakah alat yang dibuat dapat bekerja sesuai dengan perancangan yang telah ditentukan. Pengujian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infus adalah suatu piranti kesehatan yang dalam kondisi tertentu digunakan untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang dan menyeimbangkan antara elektrolit tubuh).

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini, akan dibahas mengenai pengujian alat serta analisis dari hasil pengujian. Tujuan dilakukan pengujian adalah mengetahui sejauh mana kinerja hasil perancangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini perkembangan teknologi telah sampai pada tahap memberikan pengaruh besar dalam berbagai lini mobilitas aktifitas manusia. Dalam pertanian tidak terkecuali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada penelitian sistem elektrik tenaga hybrid untuk pemfilteran air tanah yang telah dibuat sebelumnya dan difokuskan untuk mengefisiensikan pemakaian daya listrik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Golongan A dengan kadar alkohol 1-5% 2. Golongan B dengan kadar alkohol 5-20% 3. Golongan C dengan kadar alkohol 20-55%

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Golongan A dengan kadar alkohol 1-5% 2. Golongan B dengan kadar alkohol 5-20% 3. Golongan C dengan kadar alkohol 20-55% 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi sekarang ini mengalami kemajuan yang sangat pesat. Alat alat dengan teknologi canggih telah banyak ditemukan seiring dengan kebutuhan manusia

Lebih terperinci

3. METODE. Metode Penelitian. Waktu dan Lokasi Penelitian

3. METODE. Metode Penelitian. Waktu dan Lokasi Penelitian 3. METODE Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan menggunakan metode pendekatan sistem. Pendekatan sistem merupakan suatu metodologi pemecahan masalah yang diawali dengan identifikasi serangkaian

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM KENDALI GERAKAN ROBOT BERODA TIGA UNTUK PEMBERSIH LANTAI

PERANCANGAN SISTEM KENDALI GERAKAN ROBOT BERODA TIGA UNTUK PEMBERSIH LANTAI PERANCANGAN SISTEM KENDALI GERAKAN ROBOT BERODA TIGA UNTUK PEMBERSIH LANTAI Muhammad Firman S. NRP 2210 030 005 Muchamad Rizqy NRP 2210 030 047 Dosen Pembimbing Ir. Rusdhianto Effendie AK, M.T NIP. 19570424

Lebih terperinci

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN JUDUL MATA KULIAH : TEKNIK IRIGASI DAN DRAINASE NOMOR KODE / SKS : TEP 403 DESKRIPSI SINGKAT TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM : Pada Mata Kuliah Ini Mahasiswa Mempelajari

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT DAN PEMBUATAN SISTEM. kadar karbon monoksida yang di deteksi oleh sensor MQ-7 kemudian arduino

BAB III PERANCANGAN ALAT DAN PEMBUATAN SISTEM. kadar karbon monoksida yang di deteksi oleh sensor MQ-7 kemudian arduino BAB III PERANCANGAN ALAT DAN PEMBUATAN SISTEM 3.1 Perancangan Sistem Dalam bab ini akan dibahas mengenai pembuatan rangkaian dan program. Seperti pengambilan data pada pengujian emisi gas buang dengan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA Pada bab ini dijelaskan tentang pengujian alat ukur temperatur digital dan analisa hasil pengujian alat ukur temperatur digital. 4.1 Rangkaian dan Pengujian Alat Ukur Temperatur

Lebih terperinci

Tugas Akhir SISTEM MONITORING LIMBAH CAIR MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER BERBASIS WEBSITE

Tugas Akhir SISTEM MONITORING LIMBAH CAIR MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER BERBASIS WEBSITE Tugas Akhir SISTEM MONITORING LIMBAH CAIR MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER BERBASIS WEBSITE OLEH : SURYA MAHENDRA (2209 030 064) HERIYANTO (2209 030 066) SUWITO, ST, MT NIP. 19810105 200501 1 004 Pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kerja Siswa (LKS) sangat diperlukan untuk mengefektifkan kegiatan. pembelajaran. Media yang efektif hendaknya mampu meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Kerja Siswa (LKS) sangat diperlukan untuk mengefektifkan kegiatan. pembelajaran. Media yang efektif hendaknya mampu meningkatkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemanfaatan media pembelajaran fisika terutama alat peraga dan Lembar Kerja Siswa (LKS) sangat diperlukan untuk mengefektifkan kegiatan pembelajaran. Media yang efektif

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Tebu

TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Tebu 3 TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Tebu Tebu (Sacharum officinarum L.) termasuk ke dalam golongan rumputrumputan (graminea) yang batangnya memiliki kandungan sukrosa yang tinggi sehinga dimanfaatkan sebagai bahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penting pada kemajuan teknologi dalam berbagai bidang. Teknologi instrumentasi

BAB 1 PENDAHULUAN. penting pada kemajuan teknologi dalam berbagai bidang. Teknologi instrumentasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi sekarang ini terus melaju dan berkembang dengan pesat. khususnya teknologi di bidang instrumentasi. Teknologi instrumentasi sangat memegang

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL PENELITIAN HIBAH PENELITIAN STRATEGIS NASIONAL DIPA UNIVERSITAS BRAWIJAYA TAHUN 2010

LAPORAN HASIL PENELITIAN HIBAH PENELITIAN STRATEGIS NASIONAL DIPA UNIVERSITAS BRAWIJAYA TAHUN 2010 KETAHANAN PANGAN LAPORAN HASIL PENELITIAN HIBAH PENELITIAN STRATEGIS NASIONAL DIPA UNIVERSITAS BRAWIJAYA TAHUN 2010 Judul Ketua Anggota : Rancang Bangun Alat Penyiram Otomatis dengan Pengendali Mikrokontroler

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro Universitas

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro Universitas III. METODE PENELITIAN 3.1.Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro Universitas Lampung, dari bulan Maret 2015 Juli 2015. 3.2.Alat dan Bahan Adapun alat

Lebih terperinci

Sistem monitoring ph dan suhu air dengan transmisi data. Adi Tomi TE Tugas Akhir Program Studi Elektronika Elektro - ITS

Sistem monitoring ph dan suhu air dengan transmisi data. Adi Tomi TE Tugas Akhir Program Studi Elektronika Elektro - ITS Sistem monitoring ph dan suhu air dengan transmisi data nirkabel Adi Tomi 2206100721 TE 091399 Tugas Akhir Program Studi Elektronika Elektro - ITS LATAR BELAKANG Pengukuran kadar keasaman (ph) dan suhu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jaringan komputer adalah sebuah sistem yang terdiri atas komputerkomputer

BAB I PENDAHULUAN. Jaringan komputer adalah sebuah sistem yang terdiri atas komputerkomputer BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Jaringan komputer adalah sebuah sistem yang terdiri atas komputerkomputer yang didesain untuk dapat berbagi sumber daya, berkomunikasi dan dapat mengakses informasi,

Lebih terperinci

PRAKTIKUM AUDIT SISTEM IRIGASI

PRAKTIKUM AUDIT SISTEM IRIGASI PRAKTIKUM AUDIT SISTEM IRIGASI (Mei 2016) A. Pengantar Dengan adanya isu krisis air saat ini, pemberian air irrigasi yang tepat, akurat dan sesuai sasaran kebutuhan tanaman sehingga memberikan efisiensi

Lebih terperinci

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISA DATA

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISA DATA BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISA DATA 4.1 Tujuan Pengukuran yang dilakukan pada dasarnya adalah untuk mendapatkan data dari sistem yang dibuat. Pengujian dan pengukuran pada rangkaian ini bertujuan agar menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hasil produksi. Tentunya banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. hasil produksi. Tentunya banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengembangan teknologi pertanian semakin maju. Penelitian-penelitian tentang tumbuhan banyak dilakukan guna memperbaiki kualitas maupun kuantitas hasil produksi.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengujian Sifat Fisik Tanah Lahan Percobaan Pengujian sifat fisik tanah dilakukan di balai penelitian tanah kota bogor. Pengujian tanah berupa nilai pf tanah, sifat fisik tanah,

Lebih terperinci

4/19/2012. Kuliah Semester Genap TA.2011/2012 Komputer Dan Masyarakat Materi 8

4/19/2012. Kuliah Semester Genap TA.2011/2012 Komputer Dan Masyarakat Materi 8 Kuliah Semester Genap TA.2011/2012 Komputer Dan Masyarakat Materi 8 Aplikasi Komputer Di Bidang Pertanian Sistem pertanian presisi merupakan konsep baru yg populer dalam produksi, yg dpt diterjemahkan

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN ALAT. Sensor Utrasonik. Relay. Relay

BAB 3 PERANCANGAN ALAT. Sensor Utrasonik. Relay. Relay BAB 3 PERANCANGAN ALAT 3.1 Diagram Blok Berikut ini adalah diagram blok sistem rancang bangun alat pengontrol volume air dan aerator pada kolam budidaya udang menggunakan mikrokontroler. Sensor Utrasonik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Instrumentasi Pada Miniatur Rumah Kaca Berbasis Mikrokontroler

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Instrumentasi Pada Miniatur Rumah Kaca Berbasis Mikrokontroler BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penggunaan sistem otomasi di bidang pertanian kurangnya berkembang dan adanya beberapa kendala di bidang pertanian, sehingga mengakibatkan kurangnya hasil yang

Lebih terperinci

Irigasi Tetes: Solusi Kekurangan Air pada Musim Kemarau

Irigasi Tetes: Solusi Kekurangan Air pada Musim Kemarau Irigasi Tetes: Solusi Kekurangan Air pada Musim Kemarau Nur Fitriana, Forita Diah Arianti dan Meinarti Norma Semipermas Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah Jln. BPTP No 40 Sidomulyo, Ungaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembudidayaan jamur tiram saat ini mengalami perkembangan yang pesat. Banyak pula para pengusaha yang mulai melirik bisnis budidaya jamur tiram ini karena jamur tiram

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini akan dijelaskan tentang pengujian sistem yang telah direalisasikan beserta analisis dari hasil pengujian. Pengujian sistem ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan di bidang teknologi sekarang ini berkembang sangat pesat. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan di bidang teknologi sekarang ini berkembang sangat pesat. Hal ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan di bidang teknologi sekarang ini berkembang sangat pesat. Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya inovasi-inovasi yang telah dibuat dari yang sederhana hingga

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL. keras dan perangkat lunak serta unjuk kerja dari suatu prototipe alat kontrol

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL. keras dan perangkat lunak serta unjuk kerja dari suatu prototipe alat kontrol BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL 4.1. Pembahasan Pembuatan proyek akhir ini bertujuan untuk merealisasikan perangkat keras dan perangkat lunak serta unjuk kerja dari suatu prototipe alat kontrol suhu dan kelembaban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai petani. Namun seiring berjalannya waktu penyempitan lahan pertanian

Lebih terperinci

Rancang Bangun Sistem Aeroponik Secara Otomatis Berbasis Mikrokontroler

Rancang Bangun Sistem Aeroponik Secara Otomatis Berbasis Mikrokontroler Rancang Bangun Sistem Aeroponik Secara Otomatis Berbasis Mikrokontroler Ayub Subandi 1, *, Muhammad Widodo 1 1 Jurusan Teknik Komputer, Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer, Universitas Komputer Indonesia

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2014 sampai November

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2014 sampai November 23 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2014 sampai November 2014 di Laboratorium Pemodelan Fisika dan Laboratorium Elektronika Dasar Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. air ikan dan hewan air lainnya hidup, tumbuh, dan berkembang. Cara yang umum

BAB I PENDAHULUAN. air ikan dan hewan air lainnya hidup, tumbuh, dan berkembang. Cara yang umum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air adalah komponen penting dalam budidaya perikanan, karena di dalam air ikan dan hewan air lainnya hidup, tumbuh, dan berkembang. Cara yang umum dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISIS. Pada bab ini dibahas mengenai pengujian alat. Pengujian dilakukan untuk

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISIS. Pada bab ini dibahas mengenai pengujian alat. Pengujian dilakukan untuk BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISIS Pada bab ini dibahas mengenai pengujian alat. Pengujian dilakukan untuk mengetahui keberhasilan perangkat sistem yang telah dirancang dan direalisasikan. Pengujian perangkat

Lebih terperinci

MENGUKUR KELEMBABAN TANAH DENGAN KADAR AIR YANG BERVARIASI MENGGUNAKAN SOIL MOISTURE SENSOR FC-28 BERSASIS ARDUINO UNO

MENGUKUR KELEMBABAN TANAH DENGAN KADAR AIR YANG BERVARIASI MENGGUNAKAN SOIL MOISTURE SENSOR FC-28 BERSASIS ARDUINO UNO MENGUKUR KELEMBABAN TANAH DENGAN KADAR AIR YANG BERVARIASI MENGGUNAKAN SOIL MOISTURE SENSOR FC-28 BERSASIS ARDUINO UNO A. PENDAHULUAN Sejalan dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat dan juga dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 1 BAB III METODE PENELITIAN Penyusunan naskah tugas akhir ini berdasarkan pada masalah yang bersifat aplikatif, yaitu perencanaan dan realisasi alat agar dapat bekerja sesuai dengan perancangan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Jantung merupakan organ terpenting dalam tubuh manusia, karena jantung merupakan organ utama yang mensirkulasikan darah ke seluruh tubuh. Jantung memompakan darah ke

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Tempat dan waktu penelitian yang telah dilakukan pada penelitian ini adalah

III. METODELOGI PENELITIAN. Tempat dan waktu penelitian yang telah dilakukan pada penelitian ini adalah III. METODELOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat dan waktu penelitian yang telah dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 3.1.1 Tempat penelitian Penelitian dan pengambilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Isu energi merupakan isu yang sedang hangat diperdebatkan. Topik dari perdebatan ini adalah berkurangnya persediaan sumber-sumber energi terutama sumber energi berbasis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tanaman perkebunan utama di Indonesia. Kelapa sawit menjadi komoditas penting dikarenakan mampu memiliki rendemen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyiraman tanaman merupakan suatu kegiatan yang perlu diperhatikan dalam melakukan pemeliharaan tanaman, dikarenakan tanaman memerlukan asupan air yang cukup untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terjadi dengan cepat pada akhir akhir ini menyebabkan semakin dibutuhkannya sumber daya energi, Manusia sangat banyak

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA BAB IV HASIL DAN UJI COBA IV.1. Hasil Perancangan Perangkat Keras Hasil perancangan alat penetas telur berbasis Mikrokontroler ATMega8535 ini terbagi atas pabrikasi box rangkaian dan pabrikasi rangkaian

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN. tersebut, manusia memanfaatkan teknologi itu sendiri untuk membuat berbagai

Bab 1 PENDAHULUAN. tersebut, manusia memanfaatkan teknologi itu sendiri untuk membuat berbagai Bab 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini seolah mengubah pola hidup manusia pada umumnya. Manusia di tuntut untuk bekerja secara cepat dan efisien

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian tugas akhir ini dilaksanakan di Laboratorium Elektronika Dasar dan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian tugas akhir ini dilaksanakan di Laboratorium Elektronika Dasar dan 23 III. METODE PENELITIAN A. Waktu Dan Tempat Penelitian Penelitian tugas akhir ini dilaksanakan di Laboratorium Elektronika Dasar dan Laboratorium Pemodelan Jurusan Fisika Universitas Lampung. Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini dilakukan beberapa langkah untuk mencapai tujuan

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini dilakukan beberapa langkah untuk mencapai tujuan BAB III METODE PENELITIAN Pada penelitian ini dilakukan beberapa langkah untuk mencapai tujuan penelitian. Langkah-langkah tersebut dilukiskan melalui bagan 3.1 berikut. Menentukan prinsip kerja sistem

Lebih terperinci

KIPAS ANGIN OTOMATIS DENGAN SENSOR SUHU BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA 8535

KIPAS ANGIN OTOMATIS DENGAN SENSOR SUHU BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA 8535 KIPAS ANGIN OTOMATIS DENGAN SENSOR SUHU BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA 8535 Blog Diagram Blog Diagram Input : inputan pada blog input adalah sensor LM35 yang dihubungkan pada port PA.0 pada kaki IC 40.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Mengendarai sebuah mobil di jalan merupakan kenyamanan tersendiri.

BAB 1 PENDAHULUAN. Mengendarai sebuah mobil di jalan merupakan kenyamanan tersendiri. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Mengendarai sebuah mobil di jalan merupakan kenyamanan tersendiri. Namun bagi pengemudi yang belum berpengalaman tentunya akan terasa sulit untuk mengendarai

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN ALAT PEMANTAU SUHU DAN KELEMBABAN UDARA YANG BERBASISKAN WIRELESS

RANCANG BANGUN ALAT PEMANTAU SUHU DAN KELEMBABAN UDARA YANG BERBASISKAN WIRELESS RANCANG BANGUN ALAT PEMANTAU SUHU DAN KELEMBABAN UDARA YANG BERBASISKAN WIRELESS Sumartini Dana 1, Rochani 2, James Josias Mauta 3 Abstrak : Sistem komunikasi data saat ini bukan hanya secara fix cable

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun elektronika. Penggunaan transformator dalam sistem tenaga

BAB I PENDAHULUAN. maupun elektronika. Penggunaan transformator dalam sistem tenaga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Transformator digunakan secara luas, baik dalam bidang tenaga listrik maupun elektronika. Penggunaan transformator dalam sistem tenaga memungkinkan terpilihnya

Lebih terperinci

PRESENTASI SIDANG PENULISAN ILMIAH

PRESENTASI SIDANG PENULISAN ILMIAH PRESENTASI SIDANG PENULISAN ILMIAH SISTEM IRIGASI SAWAH OTOMATIS BERBASIS MIKROKONTROLER ATEMEGA 8535 Disusun oleh : Nama : Wahid Warisman NPM : 43109093 Jurusan Pembimbing : Teknik Komputer : Atit Pertiwi,

Lebih terperinci

Negara berkembang [Indonesia] 60-70% agriculture. Tanaman dan ternak produksi dari satu area pertanian

Negara berkembang [Indonesia] 60-70% agriculture. Tanaman dan ternak produksi dari satu area pertanian TINJAUAN UMUM PENDAHULUAN Negara berkembang [Indonesia] 60-70% agriculture [pertanian] Tanaman dan ternak produksi dari satu area pertanian dengan luasan area kecil [1 3Ha] kaitannya dengan sistem produksi

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN SISTEM. selesai dibuat untuk mengetahui komponen-komponen sistem apakah berjalan

BAB IV PENGUJIAN SISTEM. selesai dibuat untuk mengetahui komponen-komponen sistem apakah berjalan BAB IV PENGUJIAN SISTEM Pengujian sistem yang dilakukan penulis merupakan pengujian terhadap perangkat keras dan perangkat lunak dari sistem secara keseluruhan yang telah selesai dibuat untuk mengetahui

Lebih terperinci

Sistem Irigasi Sederhana Menggunakan Sensor Kelembaban untuk Otomatisasi dan Optimalisasi Pengairan Lahan

Sistem Irigasi Sederhana Menggunakan Sensor Kelembaban untuk Otomatisasi dan Optimalisasi Pengairan Lahan Sistem Irigasi Sederhana Menggunakan Sensor Kelembaban untuk Otomatisasi dan Optimalisasi Pengairan Lahan Dinda Thalia Andariesta1,a), Muhammad Fadhlika1,b), Abdul Rajak2,c), Nina Siti Aminah1,d), dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini disebabkan karena pemenuhan kebutuhan masyarakat akan informasi

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini disebabkan karena pemenuhan kebutuhan masyarakat akan informasi BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Teknologi saat ini memiliki peranan yang sangat penting disegala bidang dan aspek kehidupan, baik dalam dunia perindustrian, bisnis hingga kedokteran. Hal ini disebabkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang dimiliki oleh suatu negara menandakan majunya

I. PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang dimiliki oleh suatu negara menandakan majunya 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi yang dimiliki oleh suatu negara menandakan majunya ilmu pengetahuan. Penemuan-penemuan aplikasi baru dari ilmu pengetahuan dimanfaatkan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini merupakan pendahuluan yang membahas seluruh materi yang

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini merupakan pendahuluan yang membahas seluruh materi yang BAB I PENDAHULUAN Bab ini merupakan pendahuluan yang membahas seluruh materi yang berkaitan dengan judul project work yang disajikan yaitu : latar belakang, permasalahan, batasan masalah, tujuan, serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan ilmu kedokteran dan teknologi yang semakin canggih

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan ilmu kedokteran dan teknologi yang semakin canggih BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan ilmu kedokteran dan teknologi yang semakin canggih menyebabkan tuntutan akan kemudahan. Demikian halnya perkembangan ilmu dan teknologi di bidang alat

Lebih terperinci

Aplikasi Penggunaan Sensor Ultrasonik Tipe Ping Untuk Menentukan Kematangan Tempe Pada Saat Fermentasi Berdasarkan Ketebalan Tempe

Aplikasi Penggunaan Sensor Ultrasonik Tipe Ping Untuk Menentukan Kematangan Tempe Pada Saat Fermentasi Berdasarkan Ketebalan Tempe Aplikasi Penggunaan Sensor Ultrasonik Tipe Ping Untuk Menentukan Kematangan Tempe Pada Saat Fermentasi Berdasarkan Ketebalan Tempe Endo Argo Kuncoro 1, Farry Aprilliano Haskari 1, dan Almaarif Pramudia

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN ALAT

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN ALAT BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN ALAT III.1. Analisa Permasalahan Perancangan Alat Ukur Kadar Alkohol Pada Minuman Tradisional Dalam melakukan pengujian kadar alkohol pada minuman BPOM tidak bisa mengetahui

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASASI SISTEM. bentuk energi yang lain. Perancangan sistem untuk mendeteksi kadar air pada EDC

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASASI SISTEM. bentuk energi yang lain. Perancangan sistem untuk mendeteksi kadar air pada EDC BAB III PERANCANGAN DAN REALISASASI SISTEM 3.1 Sistem Secara Keseluruhan Dalam hal Transduser adalah suatu piranti yang dapat mengubah suatu energi ke bentuk energi yang lain. Bagian masukan dari transduser

Lebih terperinci

COOLING PAD OTOMATIS BERBASIS ATMEGA328

COOLING PAD OTOMATIS BERBASIS ATMEGA328 COOLING PAD OTOMATIS BERBASIS ATMEGA328 Latar Belakang Saat ini hampir semua perangkat mobile computing membutuhkan pendingin untuk menurunkan suhu panas yang dikeluarkan oleh komponen elektronika yang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI.. LEMBAR JUDUL. LEMBAR HAK CIPTA. LEMBAR PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... ABSTRAK... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN..

DAFTAR ISI.. LEMBAR JUDUL. LEMBAR HAK CIPTA. LEMBAR PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... ABSTRAK... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN.. DAFTAR ISI LEMBAR JUDUL. LEMBAR HAK CIPTA. LEMBAR PENGESAHAN... PERNYATAAN KATA PENGANTAR... ABSTRAK... DAFTAR ISI.. DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN.. i ii iii iv v vii ix xiii xvi xviii

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Permasalahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Permasalahan Di era globalisasi ini perkembangan teknologi berkembang begitu pesat seiring dengan kemajuan pola pikir sumber daya manusia yang semakin maju. Keinginan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dwi Harjono, 2014 Universitas Pendidikan Indonesia Repository.upi.edu Perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dwi Harjono, 2014 Universitas Pendidikan Indonesia Repository.upi.edu Perpustakaan.upi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai negara yang sedang berkembang, Indonesia memiliki potensi sumber daya alamnya yang kaya akan mineral. Perkembangan sektor industri memacu pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. Pada bab ini akan menjelaskan perancangan alat yang akan penulis buat.

BAB III PERANCANGAN. Pada bab ini akan menjelaskan perancangan alat yang akan penulis buat. BAB III PERANCANGAN Pada bab ini akan menjelaskan perancangan alat yang akan penulis buat. Perancangan tersebut mulai dari: blok diagram sampai dengan perancangan rangkaian elektronik, sebagai penunjang

Lebih terperinci

OPTIMASI PARAMETER DESAIN IRIGASI TETES SEDERHANA TYPE DRIPLINE Optimizing of Simple Dripline Pipe Design Parameter

OPTIMASI PARAMETER DESAIN IRIGASI TETES SEDERHANA TYPE DRIPLINE Optimizing of Simple Dripline Pipe Design Parameter 92 Spektrum Sipil, ISSN 1858-4896 Vol. 3, No. 1 : 92-98, Maret 2016 OPTIMASI PARAMETER DESAIN IRIGASI TETES SEDERHANA TYPE DRIPLINE Optimizing of Simple Dripline Pipe Design Parameter Humairo Saidah*,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau kadar suatu zat dalam cairan. Konsentrasi larutan dapat dinyatakan dengan

BAB I PENDAHULUAN. atau kadar suatu zat dalam cairan. Konsentrasi larutan dapat dinyatakan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Konsentrasi larutan dalam ilmu kimia adalah menyatakan suatu besaran atau kadar suatu zat dalam cairan. Konsentrasi larutan dapat dinyatakan dengan macam-macam

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Proses alur penelitian Dalam penelitian ini ada beberapa tahap atau langkah-langkah yang peneliti lakukan mulai dari proses perancangan model hingga hasil akhir dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi sekarang ini teknologi dan informasi semakin berkembang pesat, begitu juga teknologi robot. Robotika merupakan bidang teknologi yang mengalami banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem isolasi merupakan bagian yang sangat penting dalam sistem tegangan tinggi yang berguna untuk memisahkan dua buah penghantar listrik yang berbeda potensial, sehingga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 2.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 2.1 Latar Belakang 67 BAB 1 PENDAHULUAN 2.1 Latar Belakang Pengendalian dengan pengukuran didalam operasional pabrik bahan bakar minyak secara konvensional memiliki banyak keterbatasan terutama menyangkut masalah mutu dan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI SISTEM PENGAMAN MOTOR TERHADAP SUHU TINGGI MENGGUNAKAN SISTEM BERBASIS PLC

NASKAH PUBLIKASI SISTEM PENGAMAN MOTOR TERHADAP SUHU TINGGI MENGGUNAKAN SISTEM BERBASIS PLC NASKAH PUBLIKASI SISTEM PENGAMAN MOTOR TERHADAP SUHU TINGGI MENGGUNAKAN SISTEM BERBASIS PLC Disusun Oleh: DONY SETIYAWAN D 400 100 009 JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci