A. Latar belakang masalah Mahasiswa bukanlah seorang siswa lagi. Di dunia perguruan tinggi mahasiswa dituntut untuk lebih kreatif, mandiri dan bertang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "A. Latar belakang masalah Mahasiswa bukanlah seorang siswa lagi. Di dunia perguruan tinggi mahasiswa dituntut untuk lebih kreatif, mandiri dan bertang"

Transkripsi

1 Self Efficacy Pada Mahasiswa Setelah Mengikuti Kegiatan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Gunadarma Indah Setiani Program Sarjana, Universitas Gunadarma Sebagai generasi muda, mahasiswa selalu dianggap sebagai sosok yang dapat berpikir kritis dan realistis. Baik itu menyangkut kehidupan politik, sosial, ekonomi, hak asasi maupun berbagai permasalahan lain yang mengharuskan mahasiswa untuk menyikapi dan menyuarakan pemikirannya Dalam hal ini Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) memiliki peranan untuk menampung dan menyalurkan aspirasi mahasiswa dalam lingkungan kampus. Melalui kegiatan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), mahasiswa dapat memiliki banyak pengetahuan dan pengalaman dengan melaksanakan berbagai program. Selama menjalani proses tersebut mahasiswa akan lebih aktif untuk mengembangkan self efficacy yang dimiliki melalui keikutsertaan mahasiswa dalam organisasi seperti BEM saat mereka menjalani pendidikan di Universitas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran self efficacy pada mahasiswa setelah mengikuti kegiatan BEM. Di samping itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi self efficacy pada mahasiswa BEM. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain dengan cara mendeskripsikan dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong, 2006), serta pengumpulan data dengan teknik wawancara informal dan metode observasi non partisipan. Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang aktif dalam kegiatan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Psikologi minimal satu tahun di Universitas Gunadarma. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa banyak sekali tantangan yang dihadapi ketiga subjek dalam mengerjakan tugas-tugasnya selama mengikuti kegiatan BEM, seperti mengatur kesesuaian antara waktu kuliah dan kegiatan organisasi, tugas yang deadline, perbedaan pendapat dari masing-masing anggota, namun ketiga subjek tetap yakin bahwa mereka mampu menyelesaikannya. Maka dapat disimpulkan bahwa dengan mengikuti kegiatan BEM, mahasiswa dapat memiliki self efficacy yang tinggi. Ketiga subjek juga mengakui bahwa dengan mengikuti kegiatan BEM selama ini membuat masing-masing mengalami perubahan yang positif seperti dalam hal beradaptasi dan bersosialisasi yang lebih baik. Oleh karena itu peneliti menyarankan agar rekan-rekan mahasiswa terinspirasi untuk mengikuti kegiatan organisasi seperti Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM). Kata Kunci : Self Efficacy, Mahasiswa, BEM

2 A. Latar belakang masalah Mahasiswa bukanlah seorang siswa lagi. Di dunia perguruan tinggi mahasiswa dituntut untuk lebih kreatif, mandiri dan bertanggung jawab. Committee on the College Student (dalam Ambarani, 2005) mengungkapkan bahwa masa perkuliahan merupakan masa yang dapat menimbulkan stres karena membawa perubahan pada masa peralihan dari sekolah lanjutan ke perguruan tinggi. Dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara, mahasiswa selalu dianggap sebagai sosok yang dapat berpikir kritis dan realistis. Sebagai bagian dari generasi muda (pemuda), status kemahasiswaannya menyandang nilai lebih dari pemuda lainnya. Melalui kajian-kajian dan berbagai pemikiran yang ilmiah, mahasiswa diharapkan mampu menangkap dan menganalisis setiap perubahan dan dinamika kehidupan yang terjadi dalam masyarakat. Baik itu menyangkut kehidupan politik, sosial, ekonomi, hak asasi maupun berbagai permasalahan lain yang mengharuskan mahasiswa untuk menyikapi dan menyuarakan pemikirannya (Basuki, 2009). Oleh karena itu, untuk dapat menyuarakan aspirasinya, tentunya mahasiswa memerlukan wadah sebagai penyalur yang dapat berupa organisasi kemahasiswaan yang cukup banyak tersedia di dalam maupun di luar kampus. Pada dasarnya semua organisasi sama karena sama-sama merupakan sarana untuk berkumpul sesama mahasiswa. Banyak nilai positif dan negatif yang bisa diambil dari sebuah organisasi. Dalam buku pedoman Universitas Gunadarma (2005) dituliskan bahwa organisasi mahasiswa merupakan bagian terpadu dari sarana pengembangan dan penyebarluasan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional. Kegiatan mahasiswa yang diselenggarakan oleh organisasi mahasiswa merupakan sarana pembelajaran, latihan kepemimpinan, dan kerjasama sebagai upaya memperkuat jati diri. Salah satu organisasi yang terdapat dalam perguruan tinggi adalah Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) atau disebut juga Senat Mahasiswa yang merupakan satu-satunya organisasi mahasiswa di lingkungan kampus yang diakui oleh Departemen Pendidikan Nasional, disamping organisasi lain yang sifatnya keminatan.

3 Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) sebagai perwakilan mahasiswa untuk menampung dan menyalurkan aspirasi mahasiswa dalam lingkungan kampus, bertugas merencanakan dan menetapkan program kegiatan kemahasiswaan di lingkungan kampus. BEM dipimpin oleh seorang ketua BEM yang dibantu oleh para pengurus dan dipilih oleh mahasiswa. Sebagai salah satu gerakan mahasiswa, BEM memiliki peranan yang sangat strategis, diantaranya kepercayaan dan apresiasi masyarakat yang masih cukup besar terhadap mahasiswa sebagai kaum terpelajar yang membela kepentingan rakyat. Menurut Trimarsanto (dalam Basuki, 2009) bila diamati dengan jeli dikaitkan dengan aktivitas mahasiswa di kampus, ternyata terdapat dua jenis sosok mahasiswa, yang pertama sosok mahasiswa yang apatis (tidak peduli) terhadap kegiatan organisasi kemahasiswaan dan kedua adalah sosok mahasiswa yang aktif di organisasi kemahasiswaan. Mahasiswa yang apatis terhadap kegiatan organisasi kemahasiswaan yang dalam penelitian ini adalah BEM merupakan mahasiswa yang pada umumnya hanya memikirkan aktivitas perkuliahannya saja. Segala sesuatunya diukur dengan pencapaian kredit mata kuliah dan indeks prestasi yang tinggi serta berupaya menyelesaikan kuliah dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Sedangkan sosok mahasiswa aktivis dalam kegiatan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) adalah mahasiswa yang menjalankan aktivitas perkuliahan tapi juga menyempatkan diri untuk mengikuti aktivitas organisasi kemahasiswaan sehingga memiliki keahlian yang lebih dalam mengahadapi situasi. Melalui kegiatan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), mahasiswa dapat memiliki banyak pengetahuan dan pengalaman dengan melaksanakan berbagai program yang akan dikerjakan, misalnya mengadakan seminar, talk show, kuliah umum, kegiatan sosial, dan sebagainya. Untuk mengadakan acara tersebut diperlukan kerja sama dan loyalitas dari setiap mahasiswa yang terlibat dalam acara ini dan setiap ketua departemen maupun anggotanya harus siap untuk menghadiri rapat pada waktu yang ditentukan. Dalam keadaan seperti ini, secara tidak langsung mahasiswa belajar untuk dapat menyampaikan pendapatnya, belajar untuk dapat menerima aspirasi yang diberikan oleh anggota lainnya, selain itu juga mereka dapat belajar mengatasi hambatan yang dihadapi pada saat

4 melaksanakan suatu acara. Dalam proses pelaksanaan tersebut, dapat diketahui beberapa hal, seperti adanya minat yang tinggi terhadap suatu bidang, kemampuan penguasaan dalam suatu bidang, berbagai strategi untuk melaksanakan suatu acara, serta pemikiran-pemikiran baru yang didapat dari banyak pihak. Dalam suatu kegiatan organisasi, seorang mahasiswa diharapkan mampu untuk melaksanakan program-program yang akan dijalankan sesuai dengan visi dan misi dari kegiatan tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Broadhead (dalam Ambarani, 2005) menemukan bahwa usaha untuk meningkatkan kemampuan seseorang dalam mendapatkan dan menerima dukungan sosial dapat dilakukan dengan bergabung dengan suatu organisasi dalam masyarakat yang dalam konteks perkuliahan adalah organisasi kemahasiswaan yang terdapat di dalam kampus. Oleh karena itu, dengan melakukan tanggung jawab sebagai aktivis ini, terutama sebagai pimpinan dapat meningkatkan self efficacy, dimana Baron & Byrne (2004) mengungkapkan bahwa self efficacy adalah keyakinan seseorang akan kemampuan atau kompetensinya atas kinerja tugas yang diberikan, mencapai tujuan, atau mengatasi sebuah hambatan. Seorang mahasiswa yang mengikuti kegiatan BEM dengan self efficacy tinggi pada umumnya akan bertindak untuk menyelesaikan tugas yang diberikan sehingga mencapai visi dan misi yang telah disepakati bersama. B. Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimana gambaran self efficacy pada mahasiswa setelah mengikuti kegiatan BEM? 2. Faktor apa saja yang mempengaruhi self efficacy pada mahasiswa BEM? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran self efficacy pada mahasiswa setelah mengikuti kegiatan BEM. Disamping itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi self efficacy pada mahasiswa BEM.

5 D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik dari segi teoritis maupun praktis : 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang psikologi sosial mengenai self efficacy yang di kutip dari teori Bandura (1986) serta menambah pengetahuan atau referensi untuk bahan penelitian bagi peneliti selanjutnya yang hendak meneliti mengenai self efficacy dan kegiatan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM). 2. Manfaat Praktis Dengan dilaksanakannya penelitian ini, semoga dapat menambah pengetahuan, pemahaman, dan wawasan mengenai self efficacy pada kalangan mahasiswa agar terinspirasi untuk aktif dalam berorganisasi dan lebih meyakini kemampuannya untuk menghadapi berbagai tantangan sebagai generasi muda. Dengan adanya penelitian ini, maka diharapkan pihak Universitas dapat mengembangkan program-program yang dapat menunjang semakin meningkatnya self efficacy mahasiswa melalui program kemahasiswaan dan pembimbingan akademis. E. TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Self Efficacy Self efficacy merupakan harapan bahwa seseorang atas usaha-usaha pribadinya mampu menguasai situasi-situasi dan menciptakan hasil-hasil yang diinginkan (Hall dan Lindzey, 1993). Bandura (1986) menyatakan bahwa self efficacy merupakan masalah kemampuan yang dirasakan individu untuk mengatasi situasi khusus sehubungan dengan penilaian atas kemampuan untuk melakukan satu tindakan yang ada hubungannya dengan tugas khusus atau situasi tertentu. Sedangkan Brehm dan Kassin (dalam Wangmuba, 2009), mendefinisikan self efficacy sebagai keyakinan individu bahwa ia mampu melakukan tindakan spesifik yang diperlukan untuk menghasilkan out come yang diinginkan dalam suatu situasi.

6 Pervin (dalam Smet, 1994) mengatakan bahwa self efficacy adalah kemampuan untuk membentuk perilaku yang relevan pada tugas atau situasi khusus. Lebih lanjut Baron dan Byrne (2004) mengungkapkan bahwa self efficacy merupakan keyakinan seseorang akan kemampuan atau kompetensinya atas kinerja tugas yang diberikan, mencapai tujuan, atau mengatasi sebuah hambatan. Berdasarkan berbagai pengertian sebelumnya memberikan pemahaman bahwa self efficacy merupakan kemampuan seseorang untuk menguasai situasi atas usaha-usaha pribadinya serta keyakinan seseorang untuk melakukan suatu tindakan tertentu dalam mencapai tujuan dan mengatasi sebuah hambatan. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi self efficacy Bandura (1986) berpendapat bahwa self efficacy dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu : a. Sifat tugas yang dihadapi Meliputi tingkat kesulitan dan kompleksitas dari tugas yang diberikan. Semakin sulit dan kompleks suatu tugas yang dihadapi, maka semakin besar kecenderungan individu menilai rendah kemampuannya untuk dapat menyelesaikan tugas tersebut, demikian juga sebaliknya. b. Insentif eksternal yang diterima Apabila individu berhasil menyelesaikan tugasnya dengan baik dan diberi reward yang positif oleh orang lain, maka akan dapat meningkatkan self efficacy. Semakin besar reward tersebut, semakin tinggi self efficacy. c. Status atau peran individu dalam lingkungan Apabila individu dalam lingkungannya memiliki peran sebagai pemimpin, maka self efficacy individu tersebut cenderung lebih tinggi daripada individu yang berperan sebagai bawahan. Individu pemimpin biasanya kemauan atau perintahnya akan dituruti oleh bawahan, sehingga menambah keyakinan dirinya yang berarti meningkatkan self efficacy. d. Informasi tentang kemampuan diri Setiap individu dapat diyakinkan secara verbal oleh lingkungannya bahwa dirinya memiliki kemampuan untuk mengatasi dan menyelesaikan tugas

7 yang diberikan. Apabila individu mendapatkan informasi bahwa dirinya mampu dan memiliki kompetensi dalam bidang tertentu, hal ini dapat menambah keyakinan akan kemampuan dirinya dalam mengerjakan suatu tugas yang berarti self efficacy individu itu meningkat, dan sebaliknya bila mendapat informasi bahwa individu tersebut tidak mampu dalam bidang tertentu, maka hal ini dapat mengurangi keyakinan akan kemampuan dirinya dalam mengerjakan suatu tugas yang berarti self efficacynya akan rendah. 3. Dimensi Self Efficacy Menurut Bandura (1997) self efficacy pada individu terdiri dari tiga dimensi, yaitu : a. Magnitude Dimensi ini berhubungan dengan tingkat kesulitan tugas yang diyakini seseorang dapat dicapai. Jika seseorang dihadapkan pada suatu tugas yang tersusun menurut tingkat kesulitannya masing-masing, maka akan lebih cenderung memilih tugas yang lebih mudah dan sederhana, dan dilanjutkan dengan tugas yang lebih sulit sampai dengan tugas yang sangat sulit yang disesuaikan dengan tuntutan dan kebutuhan pada masing-masing tingkat. Individu yang memiliki self efficacy tinggi cenderung akan memilih mengerjakan tugas yang sifatnya sulit dibandingkan tugas yang sifatnya mudah. b. Generality Dimensi ini berkaitan dengan suatu kepercayaan diri yang ada dalam diri seseorang yang dapat ia wujudkan dalam meraih performa tertentu. Ada yang terbatas pada tingkah laku khusus dan ada yang meliputi berbagai bidang tingkah laku. Setiap individu memiliki keyakinan yang berbedabeda sesuai dengan tugas-tugas yang berbeda pula dan ruang lingkup tugas-tugas yang dilakukan bisa berbeda pula. c. Strenght Dimensi ini berhubungan dengan derajat kemantapan individu terhadap keyakinannya dalam meraih kesuksesan pada setiap tugas. Dimensi ini juga

8 berkaitan langsung dengan dimensi magnitude dimana semakin tinggi taraf kesulitan tugas yang dihadapi, maka akan semakin lemah keyakinan yang dirasakan untuk menyelesaikannya. 4. Cara mengembangkan self efficacy Menurut Watson & Thramp (dalam Santrock, 1999) secara umum self efficacy dapat dikembangkan melalui empat cara, yaitu : a. Pertama, dengan memilih hal-hal yang diharapkan dapat dicapai atau dipenuhi. Seiring dengan berjalannya waktu, individu akan dapat terlatih untuk memilih sasaran yang kian tinggi dan memilih kesulitan yang tinggi untuk dicapai. b. Kedua, dengan memisahkan kinerja yang terjadi di masa lalu dengan kegiatan atau aktivitas yang sedang dilakukan individu. Hal ini penting untuk dilakukan karena individu harus belajar banyak dari apa yang telah terjadi di masa lalu, bahwa misalnya dirinya tidak boleh melakukan kesalahan dan kegagalan yang sama. Kegagalan di masa lalu adalah suatu cara untuk dapat mengembangkan strategi yang lebih baik lagi dalam berusaha di masa sekarang dan yang akan datang. c. Ketiga, tetap menjaga hasil kinerja yang baik yang sudah dimiliki. Memiliki kesadaran akan kesuksesan yang telah didapat adalah penting artinya untuk tidak menjadi lengah dan tetap fokus terhadap tujuan-tujuan lainnya di masa mendatang. d. Keempat, dengan membuat daftar situasi atau keadaan mulai dari yang paling sulit ke yang paling mudah dihadapi, keyakinan bahwa individu dapat menguasai situasi dan menghasilkan hasil-hasil yang positif. Coping dapat dilakukan pada keadaan yang paling mudah untuk dihadapi dan berbekal keberhasilan yang diperoleh individu dapat mulai untuk menghadapi keadaan yang sulit berikutnya. Langkah-langkah tersebut penting dilakukan guna menembangkan self efficacy yang dimiliki individu dalam menghadapi berbagai tugas atau kegiatan yang harus dilaksanakannya.

9 5. Pengertian BEM Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) merupakan perwakilan mahasiswa untuk menampung dan menyalurkan aspirasi mahasiswa dalam lingkungan kampus. BEM bertugas merencanakan dan menetapkan garisgaris besar program kegiatan kemahasiswaan di lingkungan kampus. Kepengurusan yang telah tersusun menjabat selama satu tahun. BEM dipimpin oleh seorang ketua BEM yang dibantu oleh para pengurus dan dipilih oleh mahasiswa (BEM Politeknik Elektronika Negeri Surabaya, 2009) 6. Tujuan berdirinya BEM Marsudi (2008) mengungkapkan tujuan didirikannya Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) adalah : a. Membentuk masyarakat mahasiswa yang berpotensi, berkeadilan, dan sejahtera. b. Menjadi pelopor pergerakan mahasiswa dalam menyalurkan aspirasi. c. Menjadi wadah intelektual mahasiswa dalam tataran pemikiran. d. Mengoptimalkan pelayanan terhadap mahasiswa dalam upaya mendukung peningkatan kompetensi mahasiswa dan keberlangsungan proses pendidikan. 7. Peranan BEM Marsudi (2008) menyatakan, sebagai salah satu jalur dari pembinaan kemahasiswaan, BEM memiliki peranan sebagai berikut : a. Sebagai wadah Sebagai wadah yang dapat menampung kebutuhan, menyalurkan minat dan kegemaran, meningkatkan kesejahteraan, sekaligus menjadi wadah kegiatan peningkatan penalaran dan keilmuan. b. Sebagai penggerak (motivator) Motivator adalah perangsang yang menyebabkan lahirnya keinginan dan semangat para mahasiswa untuk berbuat sesuatu, serta melakukan kegiatan bersama dalam mencapai tujuan. BEM akan tampil sebagai penggerak jika para pengurus mampu membawa BEM agar selalu dapat menyesuaikan dan

10 memenuhi kebutuhan yang diharapkan yaitu mengatasi perubahan, memiliki daya tangkap terhadap ancaman, memanfaatkan peluang dan perubahan, dan yang paling penting dapat memberikan kepuasan pada anggota. c. Peranan yang bersifat Preventif Apabila peranan yang bersifat intelek dalam arti, secara internal BEM dapat menggerakkan sumber daya yang ada dan secara eksternal BEM mampu beradaptasi dengan lingkungan. Dengan demikian, secara preventif BEM diharapkan ikut aktif dalam mengamankan kampus dari segala ancaman yang datang dari dalam maupun dari luar. Peranan preventif BEM ini akan dapat terwujud jika peranan BEM sebagai pendorong terlebih dahulu harus dapat diwujudkan. F. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian. Dalam penelitian ini menggunakan metode wawancara yaitu teknik wawancara informal dan metode observasi non partisipan. G. SUBJEK PENELITIAN Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang aktif dalam kegiatan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Psikologi minimal satu tahun di Universitas Gunadarma. H. HASIL PENELITIAN Self efficacy pada mahasiswa yang mengikuti kegiatan BEM cukup baik. Berbagai pengalaman mengenai tugas maupun kegiatan-kegiatan yang telah diikuti oleh subjek merupakan suatu proses yang dialami untuk dapat meningkatkan self efficacy pada mahasiswa seperti yang dinyatakan oleh Bandura (1986) bahwa self efficacy merupakan masalah kemampuan yang dirasakan individu untuk mengatasi situasi khusus sehubungan dengan penilaian atas

11 kemampuan untuk melakukan satu tindakan yang ada hubungannya dengan tugas khusus atau situasi tertentu. Dalam setiap tugas yang dikerjakannya, subjek selalu berusaha untuk bekerja sama dengan rekan-rekannya agar mencapai tujuan yang maksimal walaupun dengan mengalami berbagai hambatan. Bandura (1997) mengungkapkan self efficacy pada individu terdiri dari tiga dimensi. Ketiga dimensi tersebut, yaitu: 1. Magnitude Dimensi ini berhubungan dengan tingkat kesulitan tugas yang diyakini seseorang dapat dicapai. Individu yang memiliki self efficacy tinggi cenderung akan memilih mengerjakan tugas yang sifatnya sulit dibandingkan tugas yang sifatnya mudah. Dalam kasus ini, ketiga subjek memiliki keyakinan yang tinggi untuk dapat mengerjakan tugas-tugasnya sebaik mungkin. 2. Generality Dimensi ini berkaitan dengan luas bidang tingkah laku pengharapan pada setiap orang berbeda-beda. Ada yang terbatas pada tingkah laku khusus dan ada yang meliputi berbagai bidang tingkah laku. Dalam kasus ini ketiga subjek mengakui adanya perubahan yang positif selama mengikuti kegiatan BEM, seperti pada subjek kedua dan ketiga yang dapat beradaptasi dengan lebih baik, sedangkan pada subjek satu lebih terlihat pada sosialisasi diri yang lebih baik dari sebelumnya. 3. Strenght Dimensi ini berhubungan dengan derajat kemantapan individu terhadap keyakinannya dalam meraih kesuksesan pada setiap tugas. Dalam kasus ini, ketiga subjek meyakini bahwa dirinya mampu mengerjakan tugas-tugasnya meskipun benyak kesulitan yang dihadapi, namun pada subjek kedua akan lebih bersemangat apabila adanya dukungan dari orang lain. Menurut Bandura (1986) terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi self efficacy, yaitu: sifat tugas yang dihadapi, insentif eksternal yang diterima, status atau peran individu dalam lingkungan, dan informasi tentang kemampuan diri.

12 1. Sifat tugas yang dihadapi Faktor ini meliputi tingkat kesulitan dan kompleksitas dari tugas yang diberikan. Dapat dilihat dalam kasus subjek, ketiga subjek menempati posisi sebagai ketua departemen dimana subjek memiliki tanggung jawab yang cukup besar. Sebagai ketua departemen, tugas yang diberikan pada subjek tentu lebih banyak kesulitan yang dihadapi. Dengan berbagai tantangan tersebut, ketiga subjek selalu berusaha sebaik mungkin untuk mengerjakan tugas-tugasnya yang penuh tantangan dan menurut subjek ketiga, hal tersebut dapat dijadikan sebagai pelajaran untuk menjadi yang lebih baik lagi. 2. Insentif eksternal yang diterima Apabila individu berhasil menyelesaikan tugasnya dengan baik dan diberi reward yang positif oleh orang lain, maka akan dapat meningkatkan self efficacy. Dalam kasus ini dapat dilihat bahwa subjek dapat lebih meyakini kemampuan dirinya apabila adanya reward positif seperti dukungan yang diberikan oleh orang-orang disekitarnya sehingga subjek lebih bersemangat untuk lebih baik lagi dalam mengerjakan tugas-tugasnya. Dalam kasus ini ketiga subjek mengakui dengan adanya reward positif dan dukungan orang lain dapat meningkatkan keyakinannya dan membuatnya lebih bersemangat dalam mengerjakan tugasnya. 3. Status atau peran individu dalam lingkungan Apabila individu dalam lingkungannya memiliki peran sebagai pemimpin, maka self efficacy individu tersebut cenderung lebih tinggi daripada individu yang berperan sebagai bawahan. Dalam kasus ini dapat dilihat bahwa subjek berperan sebagai ketua departemen sosial. Hal tersebut membuat subjek cukup nyaman dengan posisinya dan lebih yakin akan kemampuan dirinya karena adanya kepercayaan yang diberikan oleh rekanrekan yang lainnya. 4. Informasi tentang kemampuan diri Setiap individu dapat diyakinkan secara verbal oleh lingkungannya bahwa dirinya memiliki kemampuan untuk mengatasi dan menyelesaikan tugas yang diberikan. Dapat dilihat dalam kasus ini bahwa informasi yang

13 didapat dari orang lain dapat mempengaruhi keyakinan subjek dalam mengerjakan tugasnya terutama kritik dan saran dari rekan-rekan BEM lainnya sangat mempengaruhi subjek untuk dapat mengerjakan tugasnya sebaik mungkin. I. SARAN Berdasarkan hasil penelitianyang telah dilakukan oleh peneliti maka saran yang dapat penulis berikan adalah sebagai berikut : 1. Untuk kalangan mahasiswa. Dengan adanya penelitian ini, dapat dilihat berbagai hal positif selama mengikuti kegiatan BEM sperti dalam hal beradaptasi dan bersosialisasi dengan lebih baik. Oleh karena itu, peneliti menyarankan agar rekan-rekan mahasiswa terinspirasi untuk mengikuti kegiatan organisasi seperti Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM). 2. Untuk pihak Universitas Gunadarma. Dengan adanya penelitian mengenai kegiatan BEM, peneliti menyarankan pihak Universitas agar memberikan dukungan pada berbagai program yang diselenggarakan oleh BEM. J. DAFTAR PUSTAKA Ambarani, A. (2005). Perbedaan tingkat perceived social support antara mahasiswa yang aktif dengan yang tidak aktif mengikuti organisasi kemahasiswaan. Di unduh 13 Mei 2009 dari Bandura, A. (1986). Social foundation of thought and action. A social cognitife theory. Engelwood Cliffe : Prentice Hall. Bandura, A. (1997). Self-efficacy : The exercise of control. New York : W. H. Freeman and Company. Baron, R.A. & Byrne, D. Alih Bahasa : Ratna Djuwita (2004). Psikologi sosial Jilid 1 edisi kesepuluh. Jakarta : Erlangga

14 Basuki, A. (2009). Organisasi mahasiswa menciptakan sarjana plus. Di unduh 13 Mei 2009 dari emid=1 Basuki, H. (2006). Penelitian kualitatif untuk ilmu-ilmu kemanusiaan dan budaya. Depok : Universitas Gunadarma. BEM UNJ. (2009). Profil BEM UNJ. Di unduh 18 Juli 2009 dari Buku Pedoman Universitas Gunadarma. (2005). Pengenalan program studi dan program pendidikan tinggi bagi mahasiswa baru tahun akademik 2005/2006. Depok : Universitas Gunadarma. Fitriani, D. (1991). Hubungan antara self efficacy dengan goal orientation. Skripsi (Tidak diterbitkan). Jakarta : Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Hall, C.S. & Lindzey, G. Alih Bahasa : A. Supratiknya. (1993). Psikologi kepribadian : Teori-teori sifat dan behavioristik. Yogyakarta : Kanisius. Herdarman. (2009). Pedoman pengembangan wawasan pimpinan BEM tingkat PT ke luar negeri. Di unduh 13 Mei 2009 dari Koestner, dkk. (2006). Bolstering Implementation Plans for The Long Haul : The Benefits of Simultaneously Boosting Self-Concordance or Self-Efficacy. Jurnal ilmiah internasional. Di unduh 29 Juli 2009 dari Marsudi, W. (2008). Pemahaman dan peranan BEM. Di unduh 13 Mei 2009 dari id=2&itemid=3 Moleong, L.J. (2006). Metodologi penelitian kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosda Karya. Multon, KD, Brown, SD, & Lent, RW. (1991). Hubungan efektivitas diri keyakinan hasil akademis: A meta-analisis penyelidikan. Journal of Counseling Psychology, 38,

15 Pervin, L.A & John, O.P. (1996). Personality theory and research (7th Edition). United State : John Willey & Sons, Inc. Pittman, Joe F. & Ludwig, Kristin B. (1999). Adolescent Prosocial Values and Self-Efficacy in Relation to Delinquency, Risky Sexual, Behavior, and Drug Use. Jurnal ilmiah internasional. Di unduh 29 Juli 2009 dari Poerwandari, E.K. (2001). Pendekatan kualitatif untuk penelitian perilaku manusia. Jakarta : Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3) Universitas Indonesia. Politeknik Elektronika Negeri Surabaya. (2009). Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM). Di unduh 13 Mei 2009 dari Santrock, J.W. (1999). Life-span development (7th Edition). New York : Mc Graw Hill Schunk, D.H. (1996). Motivational in education : Theory, research, and aplication. New Jersey : Prentice Hall Smet, B. (1994). Psikologi kesehatan. Jakarta : PT. Grasindo

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Self Efficacy Konsep mengenai self efficacy ini pada dasarnya melibatkan banyak kemampuan yang terdiri dari aspek kegiatan sosial dan kemampuan untuk bertingkah laku.

Lebih terperinci

Penyesuaian Akademis Mahasiswa Tingkat Pertama

Penyesuaian Akademis Mahasiswa Tingkat Pertama Prosiding SNaPP2011: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN 2089-3590 Penyesuaian Akademis Mahasiswa Tingkat Pertama Dewi Rosiana Fakultas Psikologi, Universitas Islam Bandung, Jl. Tamansari No.1 Bandung

Lebih terperinci

EFIKASI DIRI, DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DAN SELF REGULATED LEARNING PADA SISWA KELAS VIII. Abstract

EFIKASI DIRI, DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DAN SELF REGULATED LEARNING PADA SISWA KELAS VIII. Abstract EFIKASI DIRI, DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DAN SELF REGULATED LEARNING PADA SISWA KELAS VIII Nobelina Adicondro & Alfi Purnamasari Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan Jalan Kapas No. 9 Yogyakarta alfi_purnamasari@yahoo.com.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 2010:523) menyatakan bahwa self efficacy mempengaruhi pilihan aktivitas

BAB II KAJIAN TEORI. 2010:523) menyatakan bahwa self efficacy mempengaruhi pilihan aktivitas BAB II KAJIAN TEORI A. Self Efficacy 1. Pengertian Self Efficacy Sejarah self efficacy pertama kali diperkenalkan oleh Bandura dalam pembelajaran sosial, dimana self efficacy merupakan turunan dari teori

Lebih terperinci

SELF-EFFICACY SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA

SELF-EFFICACY SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SELF-EFFICACY SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA Agus Subaidi Program Studi Pendidikan Matematika, FKIP, Universitas Madura Alamat: Jalan Raya Panglegur 3,5 KM Pamekasan Email : agusunira@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Pada masa saat ini, politik tidak hanya dijumpai dalam kegiatan negara tetapi juga dapat ditemukan saat bekerja. Politik seringkali mempunyai pandangan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan BAB 2 LANDASAN TEORI Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan prestasi belajar. 2.1 Self-Efficacy 2.1.1 Definisi self-efficacy Bandura (1997) mendefinisikan self-efficacy

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada era gobalisasi ini, perkembangan masyarakat di berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. Pada era gobalisasi ini, perkembangan masyarakat di berbagai bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era gobalisasi ini, perkembangan masyarakat di berbagai bidang semakin meningkat. Individu dituntut untuk semakin maju agar dapat mengikuti persaingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada tahun-tahun terakhir terjadi perubahan yang semakin pesat dalam berbagai sektor kehidupan. Perubahan tersebut terjadi sebagai dampak dari kemajuan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada perkembangan jaman, mahasiswa sudah tidak lagi didefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. Pada perkembangan jaman, mahasiswa sudah tidak lagi didefinisikan digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada perkembangan jaman, mahasiswa sudah tidak lagi didefinisikan sebagai seorang pembelajar yang hanya duduk mendengarkan dosen mengajar,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEBERSYUKURAN DENGAN EFIKASI DIRI PADA GURU TIDAK TETAP DI SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH

HUBUNGAN ANTARA KEBERSYUKURAN DENGAN EFIKASI DIRI PADA GURU TIDAK TETAP DI SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH HUBUNGAN ANTARA KEBERSYUKURAN DENGAN EFIKASI DIRI PADA GURU TIDAK TETAP DI SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH NASKAH PUBLIKASI Diajukan oleh: ARRIJAL RIAN WICAKSONO F 100 090 117 Kepada : FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai sektor kehidupan semakin pesat, sebagai dampak dari faktor kemajuan di bidang teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia di lahirkan sebagai suatu mahluk yang utuh dan mandiri, namun

BAB I PENDAHULUAN. Manusia di lahirkan sebagai suatu mahluk yang utuh dan mandiri, namun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia di lahirkan sebagai suatu mahluk yang utuh dan mandiri, namun dalam kehidupannya harus berkelompok dan bermasyarakat. Manusia tidak dapat berdiri sendiri, namun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang perekonomian, perindustrian, dan pendidikan. yang diambil seseorang sangat erat kaitannya dengan pekerjaan nantinya.

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang perekonomian, perindustrian, dan pendidikan. yang diambil seseorang sangat erat kaitannya dengan pekerjaan nantinya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, pertumbuhan penduduk di Indonesia semakin bertambah, teknologi semakin canggih, serta ilmu pengetahuan semakin berkembang. Seiring dengan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan sikap sikap dan keterampilan, serta peningkatan kualitas hidup menuju

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan sikap sikap dan keterampilan, serta peningkatan kualitas hidup menuju BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses untuk mendapatkan pengetahuan atau wawasan, mengembangkan sikap sikap dan keterampilan, serta peningkatan kualitas hidup menuju kesuksesan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam model pembelajaran Bandura, faktor person (kognitif) memainkan peran

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam model pembelajaran Bandura, faktor person (kognitif) memainkan peran BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Efikasi Diri (self-efficacy) Dalam model pembelajaran Bandura, faktor person (kognitif) memainkan peran penting. Faktor person (kognitif) yang ditekankan Bandura (dalam Santrock,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar perkembangan pendidikannya (Sanjaya, 2005). Menurut UU RI No

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar perkembangan pendidikannya (Sanjaya, 2005). Menurut UU RI No BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan merupakan suatu proses yang sangat menentukan untuk perkembangan individu di masyarakat. Kemajuan pada individu bisa dilihat dari seberapa besar perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. latihan sehingga mereka belajar untuk mengembangkan segala potensi yang

BAB I PENDAHULUAN. latihan sehingga mereka belajar untuk mengembangkan segala potensi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perguruan tinggi merupakan jenjang pendidikan formal yang menjadi bagian dari sistem pendidikan nasional dan mempunyai tujuan untuk menyiapkan peserta didik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus bangsa diharapkan dapat meneruskan pembangunan di Indonesia. Upaya yang dapat dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kecemasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kecemasan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan 1. Definisi Kecemasan Kecemasan atau anxietas adalah status perasaan tidak menyenangkan yang terdiri atas respon-respon patofisiologis terhadap antisipasi bahaya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang, baik di bidang ekonomi, politik, hukum dan tata kehidupan dalam

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang, baik di bidang ekonomi, politik, hukum dan tata kehidupan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia menjadi bangsa yang kian berkembang adalah harapan seluruh rakyat Indonesia. Masyarakat Indonesia mengharapkan adanya pembaharuan di segala bidang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, dan lain-lain. Setiap tugas dipelajari secara optimal pada waktu-waktu tertentu

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN JEJARING SOSIAL TWITTER DENGAN EFIKASI DIRI AKADEMIK PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI ANGKATAN 2013-2014 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada

Lebih terperinci

Selviana Elisa. Dibimbing Oleh : Drs. Amir Sjarif Bachtiar, M.Si.

Selviana Elisa. Dibimbing Oleh : Drs. Amir Sjarif Bachtiar, M.Si. Studi Mengenai Gambaran Attachment Style Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran Angkatan 2014 Dalam Menjalin Relasi Dengan Civitas Akademika Selviana Elisa Dibimbing Oleh : Drs. Amir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (SDM). Sumber Daya Manusia merupakan salah satu elemen terpenting dalam

BAB I PENDAHULUAN. (SDM). Sumber Daya Manusia merupakan salah satu elemen terpenting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan membutuhkan sumber daya dalam memenuhi tujuan yang sudah ditetapkan. Salah satu sumber daya yang dibutuhkan yaitu Sumber Daya Manusia (SDM). Sumber

Lebih terperinci

EFIKASI DIRI MAHASISWA YANG BEKERJA PADA SAAT PENYUSUNAN SKRIPSI SKRIPSI

EFIKASI DIRI MAHASISWA YANG BEKERJA PADA SAAT PENYUSUNAN SKRIPSI SKRIPSI EFIKASI DIRI MAHASISWA YANG BEKERJA PADA SAAT PENYUSUNAN SKRIPSI SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis multidimensional dalam bidang ekonomi, politik, dan budaya yang

BAB I PENDAHULUAN. Krisis multidimensional dalam bidang ekonomi, politik, dan budaya yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Krisis multidimensional dalam bidang ekonomi, politik, dan budaya yang dialami Indonesia pada saat ini menyebabkan keterpurukan dunia usaha di Indonesia.

Lebih terperinci

93 Suci Nurul Fitriani, 2016 HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN SELF-EFFICACY Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

93 Suci Nurul Fitriani, 2016 HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN SELF-EFFICACY Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi. BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab V ini mendeskripsikan keseluruhan bab dari hasil penelitian yang telah didapatkan, dalam bentuk simpulan serta rekomendasi bagi berbagai pihak serta keterbatasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. waktu yang dimiliki. Artinya, seseorang menyelesaikan pekerjaan di bawah waktu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. waktu yang dimiliki. Artinya, seseorang menyelesaikan pekerjaan di bawah waktu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu permasalahan yang dihadapi mahasiswa dalam menyelesaikan studi adalah pengelolaan waktu atau disiplin waktu. Mengelola waktu berarti mengarah pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian Kehidupan selalu dipenuhi dengan harapan, tantangan dan usaha untuk selalu menjadi seseorang yang lebih baik di setiap waktu. Namun untuk mampu menjalani

Lebih terperinci

Dalam Gereja Protestan, salah satu program yang dijadikan sebagai sarana dalam menanamkan pengetahuan tentang nilai-nilai moral religius pada anak-ana

Dalam Gereja Protestan, salah satu program yang dijadikan sebagai sarana dalam menanamkan pengetahuan tentang nilai-nilai moral religius pada anak-ana HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY BELIEF DENGAN GOAL ORIENTATION PADA GURU SEKOLAH MINGGU AGNECYA RANDAN Jurusan Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Gunadarma (agnecy@yahoo.com) Abstrak Menanamkan nilai-nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, mencari pekerjaan bukan lagi hal yang mudah. Persaingan yang ketat, membuat masing-masing individu berusaha

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, mencari pekerjaan bukan lagi hal yang mudah. Persaingan yang ketat, membuat masing-masing individu berusaha BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia, mencari pekerjaan bukan lagi hal yang mudah. Persaingan yang ketat, membuat masing-masing individu berusaha meningkatkan kualitas diri terutama

Lebih terperinci

HUBUNGAN METAKOGNISI, EFIKASI DIRI AKADEMIK DAN PRESTASI AKADEMIK PADA MAHASISWA

HUBUNGAN METAKOGNISI, EFIKASI DIRI AKADEMIK DAN PRESTASI AKADEMIK PADA MAHASISWA HUBUNGAN METAKOGNISI, EFIKASI DIRI AKADEMIK DAN PRESTASI AKADEMIK PADA MAHASISWA Quroyzhin Kartika Rini 1 Ursa Majorsy 2 Ratna Maharani Hapsari 3 Fakultas Psikologi, Universitas Gunadarma { 1 quroyzhin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian No.Daftar : 056/S/PPB/2012 Desi nur hidayati,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian No.Daftar : 056/S/PPB/2012 Desi nur hidayati,2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi yang semakin berkembang, perlu dipersiapkan sumber daya manusia yang semakin kompeten dan berkualitas yang mampu menghadapi tantangan

Lebih terperinci

2015 PERAN SOSIALISASI POLITIK ORGANISASI KEMAHASISWAAN DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI POLIITK MAHASISWA

2015 PERAN SOSIALISASI POLITIK ORGANISASI KEMAHASISWAAN DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI POLIITK MAHASISWA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa merupakan insan intelektual yang akan menjadi generasi penerus bangsa di masa depan. Dalam mengembangkan dirinya, mahasiswa tidak hanya bisa memanfaatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hadirnya seorang anak merupakan harapan dari setiap orangtua.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hadirnya seorang anak merupakan harapan dari setiap orangtua. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hadirnya seorang anak merupakan harapan dari setiap orangtua. Kelahiran anak adalah saat-saat yang sangat di tunggu-tunggu oleh setiap pasangan suami istri.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah masa remaja. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. adalah masa remaja. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia pasti akan mengalami perkembangan ke arah yang lebih sempurna. Salah satu tahap perkembangan dalam kehidupan manusia adalah masa remaja. Masa remaja merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tingkat ini seorang siswa mulai mengalami penjurusan IPA dan IPS. Selanjutnya

BAB I PENDAHULUAN. tingkat ini seorang siswa mulai mengalami penjurusan IPA dan IPS. Selanjutnya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa SMA merupakan masa kehidupan saat dinamika belajar seorang siswa sangat menentukan kelanjutan masa depannya dengan lebih spesifik. Pada tingkat ini seorang

Lebih terperinci

Piaget (dalam Hurlock, 2000) mengemukakan bahwa masa remaja merupakan masa mencari identitas diri. Oleh karena itu, remaja berusaha mengenali dirinya

Piaget (dalam Hurlock, 2000) mengemukakan bahwa masa remaja merupakan masa mencari identitas diri. Oleh karena itu, remaja berusaha mengenali dirinya PERANAN INTENSITAS MENULIS DI BUKU HARIAN TERHADAP KONSEP DIRI POSITIF PADA REMAJA Erny Novitasari ABSTRAKSI Universitas Gunadarma Masa remaja merupakan masa mencari identitas diri, dimana remaja berusaha

Lebih terperinci

lebih relevan dengan prokrastinasi akademik, Sehingga diharapkan mendapat praduga atau diagnosis awal yang lebih mendalam.

lebih relevan dengan prokrastinasi akademik, Sehingga diharapkan mendapat praduga atau diagnosis awal yang lebih mendalam. lebih relevan dengan prokrastinasi akademik, Sehingga diharapkan mendapat praduga atau diagnosis awal yang lebih mendalam. DAFTAR PUSTAKA Agolla, J.E. & Ongori H. 2009. An Assessment of Academic stres

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk membantu individu

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk membantu individu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk membantu individu mencapai perkembangan yang optimal sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Melalui pendidikan dapat

Lebih terperinci

Suatu bangsa akan dinyatakan maju tergantung pada mutu pendidikan dan. para generasi penerusnya, karena pendidikan mempunyai peranan penting bagi

Suatu bangsa akan dinyatakan maju tergantung pada mutu pendidikan dan. para generasi penerusnya, karena pendidikan mempunyai peranan penting bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Suatu bangsa akan dinyatakan maju tergantung pada mutu pendidikan dan para generasi penerusnya, karena pendidikan mempunyai peranan penting bagi perkembangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam dunia pendidikan, pada setiap jenjang pendidikan, baik itu Sekolah

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam dunia pendidikan, pada setiap jenjang pendidikan, baik itu Sekolah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia pendidikan, pada setiap jenjang pendidikan, baik itu Sekolah Dasar(SD), Sekolah Menengah Pertama(SMP), Sekolah Menengah Atas(SMA), maupun Perguruan Tinggi(PT),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan yang bermutu, efektif atau ideal adalah yang mengintegrasikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan yang bermutu, efektif atau ideal adalah yang mengintegrasikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan yang bermutu, efektif atau ideal adalah yang mengintegrasikan tiga bidang utamanya secara sinergi, yaitu bidang administratif dan kepemimpinan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang akan menjadi penerus bangsa. Tidak dapat dipungkiri, seiring dengan terus

BAB I PENDAHULUAN. yang akan menjadi penerus bangsa. Tidak dapat dipungkiri, seiring dengan terus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang penting, terutama bagi generasi muda yang akan menjadi penerus bangsa. Tidak dapat dipungkiri, seiring dengan terus berkembangnya

Lebih terperinci

Hubungan Self Efficacy dengan Procrastination pada Pegawai Departemen Pemesinan PT. PINDAD (Persero)

Hubungan Self Efficacy dengan Procrastination pada Pegawai Departemen Pemesinan PT. PINDAD (Persero) Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Hubungan Self Efficacy dengan Procrastination pada Pegawai Departemen Pemesinan PT. PINDAD (Persero) 1 Indra Irawan, 2 Ali Mubarak 1 Fakultas Psikologi,Universitas Islam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Dalam era globalisasi yang sudah sangat canggih dengan berbagai teknologi dan ilmu pengetahuan, menuntut suatu organisasi atau perusahaan untuk senantiasa melakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Self-Efficacy. berhubungan dengan keyakinan bahwa dirinya mampu atau tidak mampu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Self-Efficacy. berhubungan dengan keyakinan bahwa dirinya mampu atau tidak mampu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Self-Efficacy 1. Definisi Self-Efficacy Seseorang bertingkah laku dalam situasi tertentu pada umumnya dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan kognitif, khususnya faktor kognitif

Lebih terperinci

EFIKASI DIRI DAN METAKOGNISI SISWA KELAS X SMA DALAM MENYELESAIKAN SOAL-SOAL GEOMETRI. Kata kunci: Efikasi, metakognisi dan penyelesaian masalah.

EFIKASI DIRI DAN METAKOGNISI SISWA KELAS X SMA DALAM MENYELESAIKAN SOAL-SOAL GEOMETRI. Kata kunci: Efikasi, metakognisi dan penyelesaian masalah. EFIKASI DIRI DAN METAKOGNISI SISWA KELAS X SMA DALAM MENYELESAIKAN SOAL-SOAL GEOMETRI ABSTRAK Dalam pembelajaran, sebagai pendidik terkadang kita tidak pernah memperhatikan sikap (attitude) siswa terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahkan melakukan yang terbaik untuk perusahaan. Untuk beberapa pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. bahkan melakukan yang terbaik untuk perusahaan. Untuk beberapa pekerjaan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Di dalam dunia kerja, seseorang dituntut untuk mampu dalam beradaptasi, baik untuk bekerja secara individu maupun tim, menambah nilai perusahaan, dan bahkan

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) KBPP36106 PSIKOLOGI SOSIAL Disusun oleh: Rina Mariana, S.Psi, M.M PROGRAM STUDI S1 PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PUTRA INDONESIA YPTK LEMBAR PENGESAHAN Rencana

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Penelitian ini menggambarkan tentang Studi Komparatif Badan Eksekutif Mahasiswa tingkat Universitas dan Fakultas dalam Konteks Pendidikan Politik. Adapun kesimpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. impian masa depan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. impian masa depan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi seperti saat ini, pendidikan menjadi salah satu aspek penting, baik untuk mengembangkan potensi dalam diri maupun untuk mencapai impian masa

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa di Indonesia sebagian besar masih berusia remaja yaitu sekitar

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa di Indonesia sebagian besar masih berusia remaja yaitu sekitar BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa di Indonesia sebagian besar masih berusia remaja yaitu sekitar usia 18-22 tahun. Menurut Hall (dalam Sarlito, 2001) rentang usia tersebut merupakan fase

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perguruan tinggi adalah pendidikan tinggi yang merupakan lanjutan dari pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk mempersiapkan peserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. program tertentu. Aktivitas mereka adalah belajar. Belajar ilmu pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. program tertentu. Aktivitas mereka adalah belajar. Belajar ilmu pengetahuan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa dapat dikatakan sebagai kelompok dari generasi muda yang sedang belajar atau menuntut ilmu di perguruan tinggi, dengan jurusan atau program tertentu.

Lebih terperinci

PSIKOLOGI INDUSTRI ORGANISASI

PSIKOLOGI INDUSTRI ORGANISASI MODUL PERKULIAHAN PSIKOLOGI INDUSTRI ORGANISASI & Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 08 MK61010 Abstract Mampu menjelaskan dan mengkomunikasikan hasil dari interaksi

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GUNADARMA MATA KULIAH : PSIKOLOGI SOSIAL 1 * KODE MATAKULIAH / SKS = MKK / 3 SKS

SATUAN ACARA PERKULIAHAN FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GUNADARMA MATA KULIAH : PSIKOLOGI SOSIAL 1 * KODE MATAKULIAH / SKS = MKK / 3 SKS TIU : mahasiswa mampu memahami dan menganaliusa perilaku manusia dalam lingkup sosial serta penerapannya dalam beberapa fenomena sosial yang berkaitan langsung dengan perilaku manusia 1 Pengantar A. Pengantar

Lebih terperinci

Prosiding Psikologi ISSN:

Prosiding Psikologi ISSN: Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Hubungan antara Self Efficacy dengan pada Mahasiswa Teknik Prodi Teknik Industri Angkatan 2012 di Unisba Coralation of Self Efficacy with Adjustmen Academic to Engineering

Lebih terperinci

Peran Homeschooling Terhadap Motivasi Belajar Pada Remaja. Wita Hardiyanti. Dona Eka Putri, Psi, MPsi. Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma

Peran Homeschooling Terhadap Motivasi Belajar Pada Remaja. Wita Hardiyanti. Dona Eka Putri, Psi, MPsi. Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Peran Homeschooling Terhadap Motivasi Belajar Pada Remaja Wita Hardiyanti Dona Eka Putri, Psi, MPsi Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan mengalami perubahan-perubahan bertahap dalam hidupnya. Sepanjang rentang kehidupannya tersebut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak menuju masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa. Pada masa transisi ini, remaja mengalami perubahan dalam aspek fisik, mental, spiritual,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini setiap orang berusaha untuk dapat bersekolah. Menurut W. S

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini setiap orang berusaha untuk dapat bersekolah. Menurut W. S BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini setiap orang berusaha untuk dapat bersekolah. Menurut W. S Winkel 1987 dalam bukunya yang berjudul Psikologi Pengajaran salah satu kemampuan pokok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, sehingga terus berusaha untuk memajukan kualitas pendidikan yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, sehingga terus berusaha untuk memajukan kualitas pendidikan yang ada. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu bidang kehidupan yang penting bagi setiap negara. Indonesia merupakan salah satu negara yang mengutamakan pentingnya pendidikan, sehingga

Lebih terperinci

2015 PENGARUH KOMPENSASI DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI DI PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN (PUSDIKLAT) GEOLOGI BANDUNG

2015 PENGARUH KOMPENSASI DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI DI PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN (PUSDIKLAT) GEOLOGI BANDUNG 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Organisasi merupakan wadah bagi orang-orang yang memiliki pandangan dan visi dengan tujuan untuk menampung aktivitas dan interaksi yang dilakukan oleh beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Simbol manifestasi negara demokrasi adalah gagasan demokrasi dari

BAB I PENDAHULUAN. Simbol manifestasi negara demokrasi adalah gagasan demokrasi dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Simbol manifestasi negara demokrasi adalah gagasan demokrasi dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Pemilihan Umum (Pemilu) menjadi bagian utama dari gagasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. awal, dimana memiliki tuntutan yang berbeda. Pada masa dewasa awal lebih

BAB I PENDAHULUAN. awal, dimana memiliki tuntutan yang berbeda. Pada masa dewasa awal lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Mahasiswa mengalami masa peralihan dari remaja akhir ke masa dewasa awal, dimana memiliki tuntutan yang berbeda. Pada masa dewasa awal lebih dituntut suatu

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN PENYESUAIAN DIRI DI LINGKUNGAN KAMPUS PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN PENYESUAIAN DIRI DI LINGKUNGAN KAMPUS PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN PENYESUAIAN DIRI DI LINGKUNGAN KAMPUS PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN EXA ALIFA BUDIYANTO ABSTRAK Ketika mahasiswa memasuki perguruan tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Perguruan tinggi merupakan satuan penyelenggara pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Perguruan tinggi merupakan satuan penyelenggara pendidikan yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perguruan tinggi merupakan satuan penyelenggara pendidikan yang merupakan kelanjutan dari pendidikan menengah atas. Peserta didik perguruan tinggi disebut mahasiswa,

Lebih terperinci

2016 HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN PRESTASI BELAJAR

2016 HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN PRESTASI BELAJAR BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 mengenai sistem pendidikan nasional, bab II pasal 3, menyatakan pendidikan memiliki fungsi dan tujuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menengah Pertama individu diberikan pengetahuan secara umum, sedangkan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Menengah Pertama individu diberikan pengetahuan secara umum, sedangkan pada 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada umumnya seorang individu, memasuki dunia pendidikan atau masa sekolah formal semenjak masa Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seorang mahasiswa yang belajar di perguruan tinggi akan mendapatkan bekal berupa teori yang telah diterima selama perkuliahan, yang nantinya setelah lulus dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tertuang dalam Undang- undang Republik Indonesia No. 20 tahun tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 3 yaitu :

BAB I PENDAHULUAN. yang tertuang dalam Undang- undang Republik Indonesia No. 20 tahun tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 3 yaitu : BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan wahana atau salah satu instrumen yang digunakan bukan saja untuk membebaskan manusia dari keterbelakangan, melainkan juga dari kebodohan dan kemiskinan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. oleh pihak yang mengelola pelaksanaan pendidikan dalam hal ini adalah sekolah.

I. PENDAHULUAN. oleh pihak yang mengelola pelaksanaan pendidikan dalam hal ini adalah sekolah. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan sumber daya manusia berhubungan dengan upaya peningkatan disemua lembaga pendidikan. Untuk itu diperlukan upaya pengkajian semua unsur pada dunia pendidikan

Lebih terperinci

Hubungan antara Motivasi Belajar dan Keyakinan Diri dengan Kematangan Karir pada Siswa SMK Muhammadiyah 2 Andong Boyolali

Hubungan antara Motivasi Belajar dan Keyakinan Diri dengan Kematangan Karir pada Siswa SMK Muhammadiyah 2 Andong Boyolali Hubungan antara Motivasi Belajar dan Keyakinan Diri dengan Kematangan Karir pada Siswa SMK Muhammadiyah 2 Andong Boyolali Relationship between Learning Motivation and Self Efficacy with Career Maturity

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan untuk selalu berkembang dengan pendidikan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan untuk selalu berkembang dengan pendidikan. Pendidikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan. Hal ini berarti bahwa setiap manusia Indonesia berhak mendapatkannya dan diharapkan untuk selalu berkembang

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK MAHASISWA JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING FIP UNJ

HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK MAHASISWA JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING FIP UNJ Hubungan Antara Self Efficacy Dengan Prokrastinasi Akademik Mahasiswa Jurusan Bimbingan dan... HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK MAHASISWA JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING FIP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. puncak dari seluruh kegiatan akademik di bangku kuliah adalah menyelesaikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. puncak dari seluruh kegiatan akademik di bangku kuliah adalah menyelesaikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tahap akhir dari perjalanan panjang seorang mahasiswa yang merupakan titik puncak dari seluruh kegiatan akademik di bangku kuliah adalah menyelesaikan skripsi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang ingin berhasil dalam hidupnya dan semua orang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang ingin berhasil dalam hidupnya dan semua orang mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap orang ingin berhasil dalam hidupnya dan semua orang mempunyai harapan serta cita-cita sendiri yang ingin dicapai. Mencapai suatu cita-cita idealnya memerlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keahlian dalam kerja akademis yang dinilai oleh para pengajar melalui tes, ujian,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keahlian dalam kerja akademis yang dinilai oleh para pengajar melalui tes, ujian, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prestasi akademik adalah hasil belajar yang diperoleh dari kegiatan pembelajaran yang bersifat kognitif dan biasanya ditentukan melalui pengukuran dan penilaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persaingan global saat ini menuntut individu agar mampu mencapai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persaingan global saat ini menuntut individu agar mampu mencapai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persaingan global saat ini menuntut individu agar mampu mencapai prestasi dalam pendidikan. Pendidikan merupakan faktor penting individu untuk mencapai kesiapan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan kunci utama bagi kesejahteraan hidup. Definisi sehat

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan kunci utama bagi kesejahteraan hidup. Definisi sehat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan kunci utama bagi kesejahteraan hidup. Definisi sehat menurut World Health Organization (WHO) adalah suatu keadaan sejahtera yang meliputi

Lebih terperinci

DUKUNGAN DOSEN DAN TEMAN SEBAYA DENGAN EFIKASI DIRI AKADEMIK PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

DUKUNGAN DOSEN DAN TEMAN SEBAYA DENGAN EFIKASI DIRI AKADEMIK PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO DUKUNGAN DOSEN DAN TEMAN SEBAYA DENGAN EFIKASI DIRI AKADEMIK PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO Dian Lati Utami, Dian Ratna Sawitri Fakultas Psikologi,

Lebih terperinci

Pengaruh Konsep Diri Dan Efikasi Diri Terhadap Motivasi Berprestasi (Survei Pada Mahasiswa Pe Fkip Universitas Kuningan)

Pengaruh Konsep Diri Dan Efikasi Diri Terhadap Motivasi Berprestasi (Survei Pada Mahasiswa Pe Fkip Universitas Kuningan) Pengaruh Konsep Diri Dan Efikasi Diri Terhadap Motivasi Berprestasi (Survei Pada Mahasiswa Pe Fkip Universitas Kuningan) Di Susun Oleh Asep Budi Hartono, M.Pd ABSTRAK Motivasi merupakan hal yang penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. inteligensi adalah faktor utama yang menentukan academic performance. Para

BAB I PENDAHULUAN. inteligensi adalah faktor utama yang menentukan academic performance. Para BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada penelitian-penelitian psikologi yang terdahulu ditemukan bahwa inteligensi adalah faktor utama yang menentukan academic performance. Para peneliti tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seluruh siswa di Madrasah Aliyah (MA) Almaarif Singosari-Malang,

BAB I PENDAHULUAN. Seluruh siswa di Madrasah Aliyah (MA) Almaarif Singosari-Malang, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Seluruh siswa di Madrasah Aliyah (MA) Almaarif Singosari-Malang, sebagaimana siswa Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) pada umumnya, akan melalui proses

Lebih terperinci

DINAMIKA KEMAHASISWAAN DAN ARAH KEBIJAKAN UNY DALAM PEMBINAAN KEMAHASISWAAN. Oleh Herminarto Sofyan

DINAMIKA KEMAHASISWAAN DAN ARAH KEBIJAKAN UNY DALAM PEMBINAAN KEMAHASISWAAN. Oleh Herminarto Sofyan DINAMIKA KEMAHASISWAAN DAN ARAH KEBIJAKAN UNY DALAM PEMBINAAN KEMAHASISWAAN Oleh Herminarto Sofyan VISI DIKNAS : INSAN INDONESIA CERDAS DAN KOMPETITIF VISI POLBANGMAWA: Terciptanya mahasiswa yang bertaqwa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan telah menjadi penopang dalam meningkatkan sumber. daya manusia untuk pembangunan bangsa. Whiterington (1991, h.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan telah menjadi penopang dalam meningkatkan sumber. daya manusia untuk pembangunan bangsa. Whiterington (1991, h. 17 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan telah menjadi penopang dalam meningkatkan sumber daya manusia untuk pembangunan bangsa. Whiterington (1991, h. 12) menyatakan bahwa pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mahasiswa merupakan calon sarjana yang dalam keterlibatannya dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mahasiswa merupakan calon sarjana yang dalam keterlibatannya dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahasiswa merupakan calon sarjana yang dalam keterlibatannya dengan perguruan tinggi, dididik dan diharapkan menjadi calon-calon intelektual (Knopfemacher, 1978). Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang disusun di bawah bimbingan seorang dosen yang memenuhi kualifikasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang disusun di bawah bimbingan seorang dosen yang memenuhi kualifikasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Skripsi merupakan karya tulis dan penelitian mandiri mahasiswa, yang disusun di bawah bimbingan seorang dosen yang memenuhi kualifikasi akademik untuk menjadi

Lebih terperinci

DIMENSI DALAM EFIKASI DIRI MAHASISWA PENGARUHNYA PADA KESIAPAN MENJADI PENDIDIK YANG BERKARAKTER

DIMENSI DALAM EFIKASI DIRI MAHASISWA PENGARUHNYA PADA KESIAPAN MENJADI PENDIDIK YANG BERKARAKTER DIMENSI DALAM EFIKASI DIRI MAHASISWA PENGARUHNYA PADA KESIAPAN MENJADI PENDIDIK YANG BERKARAKTER SITI KOMARIYAH Pendidikan Tata Niaga Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang iraarik@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perguruan tinggi dan memiliki fakultas-fakultas, dalam fakultas tersebut

BAB I PENDAHULUAN. perguruan tinggi dan memiliki fakultas-fakultas, dalam fakultas tersebut BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Universitas adalah bentuk lembaga pendidikan lanjutan yang dinamakan perguruan tinggi dan memiliki fakultas-fakultas, dalam fakultas tersebut mempunyai jurusan-jurusan

Lebih terperinci

Self-efficacy Peserta Didik Homeschooling Kak Seto dalam Menghadapi Ujian Nasional Program Paket B

Self-efficacy Peserta Didik Homeschooling Kak Seto dalam Menghadapi Ujian Nasional Program Paket B Self-efficacy Peserta Didik Homeschooling Kak Seto Dalam Menghadapi Ujian Nasional Program Paket B 61 Self-efficacy Peserta Didik Homeschooling Kak Seto dalam Menghadapi Ujian Nasional Program Paket B

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Sekolah merupakan sarana untuk menuntut ilmu yang di percaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Sekolah merupakan sarana untuk menuntut ilmu yang di percaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah merupakan sarana untuk menuntut ilmu yang di percaya oleh masyarakat maupun pemerintahan Indonesia. Indonesia mewajibkan anak-anak bangsanya untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara lain melalui pengembangan kemampuan kepala sekolah. Pernyataan ini mengindikasikan bahwa untuk memajukan sekolah dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. antara lain melalui pengembangan kemampuan kepala sekolah. Pernyataan ini mengindikasikan bahwa untuk memajukan sekolah dibutuhkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peningkatan mutu pendidikan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan proses peningkatan mutu sumber daya manusia itu sendiri. Menyadari pentingnya proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi membawa dampak pada terjadinya persaingan di segala bidang

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi membawa dampak pada terjadinya persaingan di segala bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era globalisasi membawa dampak pada terjadinya persaingan di segala bidang kehidupan. Persaingan, baik di bidang ekonomi, pendidikan, teknologi politik, menuntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menjalani peran sebagai penuntut ilmu, mahasiswa pada umumnya selalu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menjalani peran sebagai penuntut ilmu, mahasiswa pada umumnya selalu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menjalani peran sebagai penuntut ilmu, mahasiswa pada umumnya selalu dihadapkan pada pemikiran-pemikiran tentang seberapa besar pencapaian yang akan diraih selama

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Definisi mahasiswa menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Kamisa,

BAB 2 LANDASAN TEORI. Definisi mahasiswa menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Kamisa, BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Mahasiswa yang Bekerja 2.1.1 Definisi Mahasiswa Definisi mahasiswa menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Kamisa, 1997), bahwa mahasiswa merupakan individu yang belajar di perguruan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi ini, pertumbuhan di bidang pendidikan kian

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi ini, pertumbuhan di bidang pendidikan kian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi ini, pertumbuhan di bidang pendidikan kian meningkat. Pertumbuhan pesat ini menciptakan persaingan yang ketat antara berbagai pihak. Dengan

Lebih terperinci