BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
|
|
- Yanti Sutedja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Bambu Umum Bambu merupakan bahan konstruksi yang banyak dimanfaatkan sebagai komponen bangunan. Bambu dapat tumbuh dengan cepat dan mempunyai ketahanan yang luar biasa. Sekitar 75 genus dan spesies bambu ditemui diseluruh dunia, sedangkan di Asia terdapat 14 genus dan 120 spesies (Charomaini; 2005). Penelitian ini menggunakan tulangan dari bambu petung ( Dendrocalamus Asper). Bambu petung adalah bambu yang amat kuat, dengan jarak ruas pendek, tetapi dengan dindingnya tebal sehingga tidak begitu liat. Garis tengah bambu petung mm, panjang batang m (Frick; 2004). Secara tradisional penggunaan bambu sebagai bahan struktur bangunan telah dilakukan sejak lampau. Sebagai alasan dalam penggunaan yaitu kemudahan dalam mendapatkan serta biaya yang dikeluarkan cukup terjangkau. Dalam kondisi yang sudah maju seperti ini perlu pengetahuan yang cukup mengenai sifat mekanik bambu agar struktur yang dibangun mampu memenuhi persyaratan ekonomis, keamanan, kenyamanan bagi penggunanya. Untuk mengetahui sifat mekanis maka diperlukan pengujian di laboratorium. Bambu dengan kualitas baik dapat diperoleh pada umur 3-5 tahun. Kekurangan dari bambu seperti menyerap air, memiliki kadar lembab dan dapat membusuk dapat diatasi dengan teknik pemeliharaan dan waktu pemotongan yang tepat (Gulshan Kumar et al, 2015). (Morisco; 1999) memberikan rekomendasi tentang keunggulan bambu sebagai berikut: 1. Bambu dapat tumbuh sangat cepat dan dapat dibudidayakan secara cepat serta modal dapat diputar berkesinambungan. 5
2 6 2. Bambu mempunyai sifat-sifat mekanika yang baik. 3. Pengerjaan bambu hanya membutuhkan peralatan yang sederhana. 4. Kulit luar bambu mengandung banyak silika yang membuat bambu terlindungi. Penelitian telah dilakukan terhadap berbagai macam model tulangan bambu antara lain dengan bentuk bilah, pilinan dari bagian lapisan kulit, pemberian paku, takikan melingkar, atau laminasi bambu. Perlakuan untuk mengatasi permasalahan penyusutan dilakukan dengan memberi lapisan anti air (waterproofing) menggunakan bahan vernis, cat, injeksi bahan minyak resin maupun memakai bahan koloid seperti getah, perekat cair, lem dan sebagainya (Janssen; 1995). Secara umum batang bambu terbagi atas dua bagian yaitu: 1. Nodia (ruas / buku bambu) Nodia adalah bagian terlemah terhadap gaya tarik sejajar sumbu batang dari bambu, karena pada nodia sebagian serat bambu berbelok, pada nodia arah gaya tidak lagi sejajar semua serat (Morisco; 1999). Secara umum nodia mempunyai kapasitas memikul beban yang tidak efektif baik dari segi kekuatan maupun deformasi. Meskipun demikian, adanya nodia pada batang bambu mencegah adanya tekuk lokal yang sangat penting pada perancangan bambu sebagai elemen tekan (kolom). 2. Internodia (antar ruas) Internodia adalah daerah antar nodia, semua sel yang terdapat pada internodia mengarah pada sumbu aksial, sedang pada nodia mengarah pada sumbu transversal. Bagian internodia adalah bagian terkuat dari bambu, sehingga mempunyai kapasitas memikul beban yang efektif. Tiap-tiap jenis bambu memiliki panjang internodia yang berbedabeda. Berikut ini adalah potongan melintang bambu dengan bagian-bagiannya: 1. Kulit luar Kulit luar adalah bagian yang paling luar atau paling atas, biasanya berwarna hijau atau hitam. Tebal kulit bambu relatif seragam pada sepanjang batang yaitu kurang lebih 1 mm, sifatnya keras dan kaku, maka dari itu bambu yang tipis akan mempunyai porsi kulit besar, sehingga kekuatan rata-ratanya tinggi, sedangkan pada bambu tebal berlaku sebaliknya (Morisco; 1999).
3 7 2. Bambu bagian luar Bagian ini terletak dibawah kulit atau diantara kulit luar dan bagian tengah. Tebal bagian ini kurang lebih 1 mm, sifatnya keras dan kaku. 3. Bagian tengah Bagian tengah terletak dibawah luar atau antara bagian luar dan bagian dalam, disebut juga daging bambu. Tebalnya kurang lebih 2/3 dari tebal bambu, seratnya padat dan elastis. Untuk bagian tengah yang paling bawah sifat seratnya agak kasar 4. Bagian dalam Bagian dalam adalah bagian yang paling bawah dari tebal bambu, sering disebut pula hati bambu. Sifat seratnya kaku dan mudah patah. Tabel 2.1 Berat Jenis Dari 6 Jenis Bambu (gr/cm 2 ) Sumber : Hakim, 1987 Jenis Nilai berat jenis ( gr/cm 2 ) Apus 0,590 Legi 0,613 Wulung 0,685 Ori 0,717 Petung 0,744 Ampel 0,769 Rerata 0, Sifat-Sifat Bambu 1. Sifat Mekanik Bambu a. Kuat Tarik (ISO ) Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Morisco pada tahun 1999, yang memperlihatkan perbandingan kuat tarik bambu ori dan petung dengan baja struktur bertegangan leleh 2400 kg/cm 2 mewakili baja beton yang banyak terdapat di pasaran, dilaporkan kuat tarik kulit bambu ori cukup tinggi yaitu hampir mencapai 5000 kg/cm 2 atau sekitar dua kali tegangan leleh baja. Bambu petung kuat tarik rata-ratanya juga lebih tinggi dari tegangan leleh baja, hanya satu spesimen saja yang kuat tariknya dibawah tegangan leleh baja. Hasil uji ini dapat dilihat pada Gambar 2.1.
4 8 Gambar 2.1. Diagram Tegangan - Regangan Bambu dan Baja (Sumber: Morisco, 1999).... Tabel 2.2. Kuat Tarik Bambu Kering Oven (Sumber: Morisco, 1999) Jenis bambu Tanpa Nodia Tegangan tarik (MPa) Dengan Nodia Ori Petung Wulung Pada Tabel 2.2 menunjukan perbedaan kekuatan tarik sejajar sumbu batang pada bambu tanpa buku dengan kekuatan tarik sejajar sumbu batang pada bambu yang memiliki buku. Buku/nodia merupakan bagian batang bambu yang paling lemah karena sebagai serat bambu berbelok dan sebagian lagi tetap lurus, sehingga pada buku arah gaya tidak lagi sejajar semua serat. Mengingat buku adalah bagian terlemah maka pada perancangan struktur bambu sebagai batang tarik perlu didasarkan pada bagian buku. b. Kuat geser (ISO ) Kekuatan geser adalah ukuran kekuatan bambu dalam hal kemampuannya menahan gaya-gaya yang membuat suatu bagian bambu bergeser dari bagian lain didekatnya.
5 9 c. Kuat lentur (ISO dan ISO ) Kuat lentur merupakan ukuran kemampuan suatu bahan menahan lentur ( beban) yang bekerja tegak lurus sumbu memanjang serat di tengah-tengah bahan yang ditumpu pada kedua ujungnya tanpa terjadi perubahan bentuk yang tetap. Kuat lentur dapat dibedakan menjadi 2 (dua) maca m, yaitu kuat lentur statik dan kuat lentur pukul. Kuat lentur statik menunjukkan kekuatan bambu dalam menahan gaya yang mengenainya perlahan-lahan, sedangkan kuat lentur pukul adalah kekuatan bambu dalam menahan gaya yang mengenainya secara mendadak. 2. Sifat Fisika Bambu a. Kadar air dan Berat jenis (ISO ) Bambu mempunyai afinitas terhadap air, baik dalam bentuk uap maupun cairan. Bambu mempunyai kemampuan mengabsorpsi atau desorpsi yang tergantung dari suhu dan kelembaban udara disekelilingnya. Hal itu tergantung dari umur, waktu penebangan dan jenis bambu. Kadar air didefinisikan sebagai banyaknya air yang terkandung dalam spesimen bahan atau dinyatakan sebagai persentase berat air yang terdapat dalam spesimen bahan terhadap berat kering ovennya. Kadar air pada masing-masing bambu dapat berbeda hal tersebut dikarenakan pengaruh keadaan udara/atmosfir. Sedangkan berat jenis bambu adalah perbandingan berat bambu terhadap berat suatu volume air yang sama dengan volume bambu tersebut. Berat jenis dan kerapatan bambu menentukan sifat fisika dan mekanikanya. Nilai berat jenis dan kerapatan bambu ditentukan oleh banyaknya zat kayu. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Triwiyono dan Morisco (2000) dalam Morisco (2004) diketahui ka dar air serta berat jenis bambu khususnya bambu petung. Pengukuran kadar air dan berat jenis masing-masing dilakukan dua kali yaitu pada saat bambu basah yang dilakukan sehari setelah penebangan dan pada saat bambu kering udara setelah diinapkan selama 45 hari. Hasil pengukuran disajikan pada Tabel 2.3.
6 10 Tabel 2.3. Kadar Air dan Berat Jenis Bambu Petung (sumber : Triwiyono dan Morisco, 2000 dalam Morisco, 2004) Posisi Pangkal Tengah Ujung Nomor Bambu Basah Bambu Kering Udara Kadar air (%) Berat Jenis Kadar air (%) Berat Jenis 1 28,610 0,634 5,381 0, ,256 0,680 4,390 0, ,361 0,603 5,909 0,682 Rerata 36,076 0,639 5,227 0, ,129 0,695 6,250 0, ,402 0,701 6,926 0, ,965 0,712 6,859 0,769 Rerata 37,832 0,703 6,678 0, ,699 0,754 6,034 0, ,078 0,712 8,756 0, ,517 0,686 6,818 0,820 Rerata 36,765 0,717 7,203 0,760 b. Kembang susut (ISO ) Pengembangan ( swelling) dan penyusutan ( shrinkage) diartikan sebagai perubahan dimensi bahan yang disebabkan adanya perubahan kadar air pada bahan. Bambu dikenal sebagai bahan yang memiliki angka penyusutan yang tinggi, oleh karena itu diperlukan pemahaman dalam pengerjaan dan penggunaannya sebagai material struktur. 3. Tegangan Ijin Bambu Untuk Perancangan Penelitian-penelitian yang pernah dilakukan telah mendapatkan angka-angka yang menunjukan kekuatan bambu, tetapi perlu diingat bahwa bambu merupakan bahan organik yang tumbuh secara alami sehingga memiliki kekuatan yang tidak seragam pada satu jenisnya. Hal tersebut dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, kesuburan tanah serta lokasi tempat tumbuh. Departemen Pekerjaan Umum melalui Pusat Penelitian dan Pengembangan Pemukiman telah melakukan penelitian mendalam tentang bambu khususnya untuk mengetahui sifat fisik dan mekanika bambu. Dalam laporannya Tular dan Sutidjan (1961) dalam Morisco
7 11 (1999) nilai modulus elastisitas E bambu berkisar kg/cm2, tetapi untuk perancangan dipakai E sebesar kg/cm 2. Adapun hasil penelitian selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.4. Tabel 2.4. Kuat Batas dan Tegangan Ijin Bambu (Sumber: Tular dan Sutidjan, 1961 dalam Morisco, 1999) Macam tegangan Tarik Lentur Tekan E. Tarik Kuat batas (kg/cm2) Tegangan ijin (kg/cm 2 ) 294,2 98,07 78, Tahun 1987, departemen yang sama melakukan penelitian lanjutan terhadap 3 spesies bambu di Indonesia antara lain Gigantochloa apus Kurz, Gigantochloa Verticillata Munro, dan Dendrocalamus asper Backer. Tabel 2.6 menunjukan hasil pengujian berdasarkan laporan Siopongco dan Munandar (1987) dalam Morisco (1999). Tabel 2.5. Hasil Pengujian 3 Spesies Bambu, Gigantochloa Apus Kurz, Gigantochloa Verticillata Munro, dan Dendrocalamus Asper Backer(Sumber: Siopongco dan Munandar, 1987 dalam Morisco, 1999) Sifat Kisaran Jumlah Spesimen Kuat tarik kg/cm Kuat lentur kg/cm Kuat tekan kg/cm E tarik kg/cm 2 54 E tekan kg/cm Batas regangan tarik 0,0037-0, Berat jenis 0,67-0, Kadar lengas 10,04-10,81% 117 Tegangan ijin yang direkomendasikan di atas dapat dipakai pada berbagai macam bambu. Tegangan ijin rekomendasi tersebut cenderung berada pada sisi aman, sehingga
8 12 apabila digunakan sebagai dasar perancangan akan memperoleh struktur yang konservatif (Morisco, 1999). Lebih lanjut Morisco (1999) menambahkan bahwa untuk mendapatkan hasil perancangan yang baik, yaitu aman dan ekonomis, maka pengujian kekuatan bahan perlu dilakukan. Hasil yang diperoleh, sebelum dipakai untuk perancangan perlu dikombinasikan dengan faktor aman secukupnya Beton Beton didefinisikan sebagai campuran antara semen portland atau semen hidraulik yang lain, agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan membentuk massa padat (SK SNI T ). Beton normal merupakan beton yang cukup berat, dengan berat antara 2200 kg/m³ kg/m³, kuat tekan 15 sampai 40 MPa. Agregat dalam bahan penyusun beton paling berpengaruh terhadap berat beton yang tinggi. Pada beton normal biasanya digunakan agregat yang berat jenisnya antara 2,5 sampai 2,7 seperti granit, basalt, kuarsa dan sebagainya. Sifat yang paling penting dari suatu agregat (batu -batuan, kerikil, pasir dan lain- lain) ialah kekuatan hancur dan ketahanan terhadap benturan, yang dapat mempengaruhi ikatannya dengan pasta semen, porositas dan karakteristik penyerapan air yang mempengaruhi daya tahan terhadap proses pembekuan waktu musim dingin dan agresi kimia, serta ketahanan terhadap penyusutan (Murdok & Brook, 1999). Pemanfaatan beton dalam konstruksi bangunan banyak sekali keuntungan yang didapat diantaranya adalah: a. Bahan pembentuk beton mudah didapat dengan harga relatif murah. b. Perawatannya mudah dan murah. c. Beton segar mudah diangkut maupun dicetak dalam bentuk apapun dengan ukuran seberapapun sesuai keinginan, cetakan dapat dipakai beberapa kali sehingga ekonomis dan menjadi lebih murah. d. Beton tahan terhadap aus dan juga api atau kebakaran. e. Beton segar dapat disemprotkan dipermukaan beton lama yang retak maupun diisikan ke dalam retakan beton dalam proses perbaikan dan dapat dipompakan sehingga memungkinkan untuk dituang pada tempat-tempat yang posisinya sulit.
9 13 f. Beton sangat kuat dalam menahan tekan serta mempunyai sifat tahan terhadap perkaratan dan pembusukan oleh kondisi lingkungan. Bila dibuat dengan cara baik kuat tekannya sama dengan batuan alami. Apabila beton mempunyai keuntungan pasti beton pun mempunyai kelemahan yang perlu ditinjau oleh perencanaan dalam merencanakan struktur bangunan, antara lain : a. Beton sulit untuk kedap air sempurna, sehingga selalu dapat dimasuki air, air yang membawa kandungan garam dapat merusak beton. b. Beton keras mengembang jika basah sehingga dilatasi ( contraction joint) perlu diadakan pada beton yang panjang atau lebar untuk memberi tempat bagi susut pengerasan dan pengembangan beton. c. Beton mempunyai kuat tarik rendah. Sehingga mudah retak, oleh karena itu perlu diberi baja tulangan atau serat. d. Beton bersifat getas (tidak daktail) sehingga harus dihitung dan didetail secara seksama agar setelah dikompositkan dengan baja tulangan menjadi bersifat daktail, terutama pada struktur tahan gempa Landasan Teori Sifat Fisika dan Mekanika Bambu Pengujian sifat fisika dan mekanika bambu dilakukan mengikuti standar pengujian ISO dan Bamboo Current Research Kadar Air, Berat Jenis, dan Kerapatan (ISO ) a) Kadar Air Pengujian kadar air bambu dilakukan dengan mengeringkan sampel benda uji dalam oven dengan suhu sekitar (103±2ºC) sampai berat sampel menjadi konstan. Kadar air bambu dihitung dengan Persamaan 2.1. Wb Wa Ka 100%...(2.1) W a Keterangan: Ka = Kadar air bambu (%) Wb = Berat bambu sebelum di oven (gram) Wa = Berat bambu kering oven (gram)
10 14 b) Berat Jenis Perhitungan besarnya berat jenis kering tanur bambu dipergunakan Persamaan 2.2 dengan benda uji sama seperti benda uji kadar air. W a BJ...(2.2) G b Keterangan: BJ Wa Gb = Berat jenis bambu = Berat bambu kering oven (gram) = Berat air yang volumenya sama dengan volume benda uji kering oven (gram) c) Kerapatan Sedangkan pengujian kerapatan bambudihitung menggunakan Persamaan 2.3. m w w...(2.3) Vw Keterangan: w = Kerapatan bambu pada kadar air w (gram/cm 3 ) mw = Massa bambu pada kadar air w (gram) Vw = Volume bambu pada kadar air w (cm 3 ) Kuat Tarik (ISO ), Kuat Tekan(ISO ), KuatGeser (ISO ), dan Kuat Lentur (ISO dan ISO ) a) Kuat Tarik Pengujian sifat mekanika bambu dilakukan dengan mesin Universal Testing Machine (UTM). Untuk pengujian kuat tarik sejajar serat dapat dihitung menggunakan Persamaan 2.4.
11 15 P maks tr //...(2.4) A Keterangan: tr // = Kuat tarik sejajar serat (MPa) Pmaks = Gaya tarik maksimal bambu (N) A = Tebal x lebar = luas bidang yang tertarik (mm 2 ) b) Kuat Tekan Pengujian kuat tekan sejajar serat bambu dihitung menggunakan Persamaan 2.5. P maks tk //...(2.5) A Keterangan: tk // = Kuat tekan sejajar serat (MPa) Pmaks = Gaya tekan maksimal bambu (N) A = Tebal x lebar = luas bidang yang tertekan (mm 2 ) c) Kuat Geser Pengujian kuat geser sejajar serat bambu dihitung menggunakan Persamaan 2.6. P maks //...(2.6) A Keterangan: // = Kuat geser sejajar serat (MPa) Pmaks = Gaya geser maksimal bambu (N) A = Tebal x panjang = luas bidang yang tergeser (mm 2 )
12 16 d) Kuat Lentur Menghitung kuat lentur (MOR) dan modulus elastisitas (MOE) bambu dihitung dengan menggunakan Persamaan 2.7 dan PmaksL MOR...(2.7) 2 2bt 3 PmaksL MOE...,...(2.8) 3 4bt Keterangan: MOR = Modulus lentur bambu (MPa) MOE = Modulus elastisitas bambu (MPa) Pmaks = Beban maksimum (N) L = Panjang (mm) b = Lebar bambu (mm) t = Tebal bambu (mm) = Lendutan proporsional dari benda uji (mm) Material penyusun beton Bahan pembentuk beton diantaranya adalah semen, agregat, air, dan bahan tambahan. Beton dengan kualitas baik tergantung dengan pemilihan bahan-bahan pembentuk beton Semen PPC Semen PPC adalah semen hidrolisis yang terdiri dari campuran yang homogen antara semen Portland dengan bahan pozzolan ( Trass atau Fly Ash) halus, yang diproduksi dengan menggiling klinker yang terbuat dari batu kapur (CaCO3) semen Portland dan bahan pozzolan bersama-sama.(sk SNI ). Berdasarkan tujuan penggunaannya, semen portland di Indonesia dibagi menjadi lima jenis seperti tertera pada Tabel 2.6.
13 17 Tabel 2.6. Jenis dan Penggunaan Semen Portland. (Sumber: SNI ) Jenis Penggunaan Semen Jenis I Semen portland untuk penggunaan umum yang tidak memerlukan persyaratan khusus. Jenis II Jenis III Jenis IV Jenis V Semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan terhadap sulfat atau kalor hidrasi sedang. Semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan kekuatan tinggi pada tahap permulaan setelah pengikatan terjadi. Semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan kalor hidrasi rendah. Semen portland yang dalam penggunaanya memerlukan ketahanan tinggi terhadap sulfat Agregat Agregat adalah sekumpulan butir- butir batu pecah, kerikil, pasir, atau mineral lainnya baik berupa hasil alam maupun buatan (SNI No: F). Agregat adalah material granular, misalnya pasir, kerikil, batu pecah yang dipakai bersama-sama dengan suatu media pengikat untuk membentuk suatu beton semen hidraulik atau adukan. Menurut Silvia Sukirman, (2 003), agregat merupakan butir butir batu pecah, kerikil, pasir atau mineral lain, baik yang berasal dari alam maupun buatan yang berbentuk mineral padat berupa ukuran besar maupun kecil atau fragmen fragmen. Pada campuran beton agregat menepati 75% - 85% dari volume beton. Ada dua jenis agregat, yaitu agregat halus (fine aggregates) dan agregat kasar (coarse aggregates). a) Agregat Halus Agregat halus adalah agregat dengan ukuran butir maksimum 5,0 mm yang dapat berupa pasir alam yaitu sebagai hasil desintegrasi batuan secara alami, pasir olahan dari industri pemecah batu atau gabungan dari keduanya. Fungsi agregat halus pada dalam beton adalah sebagai material pengisi. Pengetahuan tentang propertis agregat halus
14 18 sangat penting untuk bisa mendapatkan beton sesuai mutu yang diinginkan dengan harga yang lebih ekonomis. Tabel 2.7. Persyaratan Gradasi Agregat Halus (Sumber: ASTM C33-03) Ukuran Saringan PersentaseLolos Saringan(%) 9,5 mm(3/8 in) 100 4,75 mm(no.4) ,36 mm(no.8) ,18 mm(no.16) mm (No.30) mm (No.50) mm (No.100) 0-10 b) Agregat Kasar Agregat kasar yaitu agregat yang mempunyai ukuran butir 5 40 mm. Material ini dapat dihasilkan dari proses desintegrasi alami batuan yaitu berupa batu pecah (Natural Aggregates) atau dari industri pemecah batu ( Artificially Aggregates). Secara umum, agregat kasar dapat terdiri dari kerikil alam, kerikil alam yang dipecah, batu yang dipecah, terak tanur yang telah mendingin, atau beton semen hidrolik yang dipecah atau kombinasi dari material-material tersebut. Sebelum digunakan sebaiknya properties agregat kasar disesuaikan dengan persyaratan yang diatur dalam ASTM C- 33. Tabel 2.8. Persyaratan Gradasi Untuk Agregat Kasar (Sumber: ASTM C33-03) Ukuran Saringan Persentase Lolos Saringan (%) 2 in (50 mm) 100 1,5 in (38 mm) /4 in (19mm) /8 in (9,5mm) No.4 (4,75 mm) 0-5
15 Air Air merupakan salah satu faktor penting, karena air bereaksi dengan semen akan menjadi pasta pengikat agregat. Air berpengaruh terhadap kuat tekan beton, karena kelebihan air akan menyebabkan penurunan pada kekuatan beton itu sendiri. Selain itu kelebihan air akan mengakibatkan beton mengalami bleeding, yaitu air bersama-sama semen akan bergerak ke atas permukaan adukan beton segar yang baru saja dituang. Hal ini akan menyebabkan kurangnya lekatan beton antara lapis permukaan (akibat bleeding) dengan beton lapisan di bawahnya. Kurangnya lekatan antar dua lapisan tersebut merupakan area yang lemah. Air pada campuran beton akan berpengaruh terhadap sifat workability adukan beton, besar kecilnya nilai susut beton, kelangsungan reaksi dengan semen portland sehingga dihasilkan kekuatan selang beberapa waktu, dan peranan air sangat mendukung perawatan adukan beton diperlukan untuk menjamin pengerasan yang baik (Dwi Kusuma 2012). Air untuk pembuatan beton minimal memenuhi syarat sebagai air minum yaitu tawar, tidak berbau, bila dihembuskan dengan udara tidak keruh dan lain-lain, tetapi tidak berarti air yang digunakan untuk pembuatan beton harus memenuhi syarat sebagai air minum. Penggunaan air untuk beton sebaiknya memenuhi persyaratan sebagai berikut ini, (Tjokrodimulyo, 2007): 1. Tidak mengandung lumpur atau benda melayang lainnya lebih dari 2 gr/ltr. 2. Tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak beton (asam, zat organik) lebih dari 15 gr/ltr. 3. Tidak mengandung Klorida (Cl) lebih dari 0,5 gr/ltr Kuat Lekat Salah satu dasar anggapan yang digunakan dalam perancangan dan analisis struktur beton bertulang adalah bahwa lekatan antara tulangan dan beton yang mengelilinginyaberlangsung sempurna tanpa terjadi pergeseran. Berdasarkan atas
16 20 tanggapan tersebut maka pada waktu struktur beton bertulang bekerja akan timbul tegangan lekat berupa shear interlock pada permukaan tulangan dan beton. Kuat lekat dapat terjadi akibat adanya saling geser antara tulangan dan beton di sekelilingnya. Pada penggunaan sebagai salah satu komponen bangunan, beton selalu diperkuat dengan batang tulangan yang diharapkan bambu dapat bekerja sama dengan baik, sehingga hal ini akan menutup kelemahan yang ada pada beton yaitu kurang kuat dalam menahan gaya tarik, sedangkan beton hanya diperhitungkan untuk menahan gaya tekan. Menurut Nawy (1986), kuat lekat antara bambu tulangan dan beton yang membungkusnya dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : a. Adhesi antara elemen beton dan bahan penguatnya. b. Efek gripping (memegang) sebagai akibat dari susut pengeringan beton disekeliling tulangan dan saling geser antara tulangan dengan beton di sekitarnya. c. Efek kualitas beton dan kekuatan tarik dan tekannya. d. Efek mekanis penjangkaran ujung tulangan, yaitu dengan panjang penyaluran (development length), panjang lewatan ( splicing), bengkokan tulangan ( hooks) dan persilangan tulangan. e. Diameter, bentuk, dan jarak tulangan karena kesemuanya mempengaruhi pertumbuhan retak. f. Kuat lekat antara beton dan bambu tulangan akan berkurang apabila mendapat tegangan yang tinggi karena pada beton terjadi retak-retak. Hal ini apabila terus berlanjut akan dapat mengakibatkan retakan yang terjadi pada beton menjadi lebih lebar dan biasanya bersamaan dengan itu akan terjadi defleksi pada balok. Dalam pengujian pull out secara langsung, panjang penanaman tulangan baja dan bambu diperoleh dengan memperhitungkan tulangan yang ditanam di dalam massa beton. Gaya tarik sebesar P diberikan pada tulangan sehingga tercabut dan mengalami gaya geser antara permukaan tulangan dan beton. Gaya ini selanjutnya akan ditahan antara tulangan dengan beton di sekelilingnya. Tegangan lekat bekerja sepanjang tulangan yang tertanam di dalam massa beton, sehingga total gaya yang harus dilawan sebelum tulangan tercabut keluar dari massa beton adalah sebanding dengan luas
17 21 selimut bambu tulangan yang tertanam dikalikan dengan kuat lekat antara beton dengan bambu tulangan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut: TULANGAN BAMBU 300 SILINDER BETON 150 Gambar 2.2 Pengujian Pull Out. Agar terjadi keseimbangan gaya horisontal, maka beban (P) yang dapat ditahan sama dengan luas penampang tulangan dikalikan kuat lekatnya. Pengujian terhadap beton bertulangan baja dapat menggunakan rumus: =....(2.9) =......(2.10) ( ) Luas bidang kontak pada tulangan bambu dapat disesuaikan dengan keliling penampang melintang dikalikan panjang penanaman. = ( )
18 22 keterangan : P = beban (N) d s L d l b t b = diameter tulangan (mm) = panjang penanaman (mm) = lebar tulangan bambu (mmy) = tebal tulangan bambu (mm) µ = kuat lekat antara beton dengan tulangan (MPa) Tegangan lekat pada persamaan (2.6) adalah tegangan lekat diambang keruntuhan atau disebut tegangan lekat kritis. Menurut ASTM C a yang disebut dengan tegangan lekat kritis adalah tegangan terkecil yang menyebabkan terjadinya penggelinciran pada beton sehingga bambu yang tertanam di dalam beton bergeser sebesar 0,25 mm. Oleh karena itu bila sesar beton melebihi 0,25 mm maka beton bisa dianggap sudah runtuh. Tegangan lekat dari beton menahan tulangan tetap berada pada posisinya.modulus elastisatitas tulangan berperan dalam terjadinya pertambahan panjang tulangan sampai terjadi penggelinciran ketika beban tarik (P) bekerja. Sesar ( s) yang terjadi setelah pembebanan adalah: s z L......(2.11) =......(2.12) Dengan : s = sesar (mm) z = pertambahan panjang total (mm) L = pertambahan panjang bambu (mm) P = beban (N) Lo = panjang bambu mula-mula (mm) E = modulus elastisitas (MPa) A = luas penampang bambu (mm 2 )
19 23 Menurut Nawy (1986), dari berbagai eksperimen telah dibuktikan bahwa kekuatan lekatan merupakan fungsi dari kekuatan beton, yaitu dengan hubungan : = ; dimana k adalah konstanta... (2.13)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Beton merupakan bahan gabungan yang terdiri dari agregat kasar (batu pecah atau kerikil) dan agregat halus (pasir) yang dicampur semen sebagai
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Bambu 2.1.1.1.Umum Bambu merupakan tanaman jenis rumput-rumputan dengan rongga dan ruas dibatangnya. Bambu tumbuh dengan subur di
Lebih terperinciKUAT LEKAT DAN PANJANG PENANAMAN TULANGAN BAMBU PETUNG DAN BAMBU TALI PADA BETON NORMAL
KUAT LEKAT DAN PANJANG PENANAMAN TULANGAN BAMBU PETUNG DAN BAMBU TALI PADA BETON NORMAL TUGAS AKHIR BAB II TINJAUAN PUSTAKA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA 2015 BAB II TINJAUAN
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Umum Beton merupakan campuran antara semen, agregat, air, dan kadangkadang memakai bahan tambah yang sangat bervariasi mulai dari bahan kimia tambahan, serat sampai bahan bangunan
Lebih terperinciBAB I I TINJAUAN PUSTAKA. direkatkan oleh bahan ikat. Beton dibentuk dari agregat campuran (halus dan
BAB I I TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beton Beton adalah suatu komposit dari beberapa bahan batu-batuan yang direkatkan oleh bahan ikat. Beton dibentuk dari agregat campuran (halus dan kasar) dan ditambah dengan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Bambu 2.1.1.1. Umum Bambu merupakan rumput raksasa dari keluarga Bambusoideae. Diperkirakan ada 60-90 generasi dari bambu, mencakup
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Bambu 2.1.1.1. Umum Dampak pemanasan global yang kita rasakan akir akir ini serta berkurangnya sumber daya dan masalah ramah lingkungan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pozolanik) sebetulnya telah dimulai sejak zaman Yunani, Romawi dan mungkin juga
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penggunaan beton dan bahan-bahan vulkanik sebagai pembentuknya (seperti abu pozolanik) sebetulnya telah dimulai sejak zaman Yunani, Romawi dan mungkin juga sebelum
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Beton Beton adalah campuran antara semen Portland atau semen hidraulik yang lain, agregat halus, agregat kasar, dan air dengan atau tanpa bahan tambah membentuk massa padat.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beton Beton merupakan bahan bangunan yang dihasilkan dari campuran atas semen Portland, pasir, kerikil dan air. Beton ini biasanya di dalam praktek dipasang bersama-sama
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Umum Upaya peningkatan kualitas beton terus dilakukan dari waktu ke waktu, untuk mencapai kekuatan yang paling maksimal. Upaya ini terbukti dari munculnya berbagai penelitian
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton menggunakan kapur alam dan menggunakan pasir laut pada campuran beton
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan (SNI 2847 : 2013).
BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Beton Beton adalah campuran antara semen portland atau semen hidrolis lainnya, agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan (SNI 2847 : 2013). Seiring dengan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauaan Pustaka Beton mempunyai kata yang sama dengan bahasa Belanda. Dalam bahasa inggris dikenal dengan sebutan Conrete. Dan dalam bahas Jepang dikenal
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mortar Menurut SNI 03-6825-2002 mortar didefinisikan sebagai campuran material yang terdiri dari agregat halus (pasir), bahan perekat (tanah liat, kapur, semen portland) dan
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Beton Beton adalah bahan homogen yang didapatkan dengan mencampurkan agregat kasar, agregat halus, semen dan air. Campuran ini akan mengeras akibat reaksi kimia dari air dan
Lebih terperinciEKSPERIMEN DAN ANALISIS BEBAN LENTUR PADA BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU RAJUTAN
EKSPERIMEN DAN ANALISIS BEBAN LENTUR PADA BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU RAJUTAN Devi Nuralinah Dosen / Teknik Sipil / Fakultas Teknik / Universitas Brawijaya Malang Jl. MT Haryono 167, Malang 65145, Indonesia
Lebih terperinciTINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU LAMINASI DAN BALOK BETON BERTULANGAN BAJA PADA SIMPLE BEAM. Naskah Publikasi
TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU LAMINASI DAN BALOK BETON BERTULANGAN BAJA PADA SIMPLE BEAM Naskah Publikasi untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Sipil
Lebih terperinciTINJAUAN KEKUATAN DAN ANALISIS TEORITIS MODEL SAMBUNGAN UNTUK MOMEN DAN GESER PADA BALOK BETON BERTULANG TESIS
TINJAUAN KEKUATAN DAN ANALISIS TEORITIS MODEL SAMBUNGAN UNTUK MOMEN DAN GESER PADA BALOK BETON BERTULANG TESIS Diajukan Kepada Program Magister Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. Beton merupakan bahan dari campuran antara Portland cement, agregat. Secara proporsi komposisi unsur pembentuk beton adalah:
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Beton Beton merupakan bahan dari campuran antara Portland cement, agregat halus (pasir), agregat kasar (kerikil), air dengan tambahan adanya rongga-rongga udara. Campuran bahan-bahan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Mortar Mortar didefinisikan sebagai campuran material yang terdiri dari agregat halus (pasir), bahan perekat (tanah liat, kapur, semen portland) dan air dengan komposisi tertentu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kuat Geser Balok Bentang geser pada balok beton tanpa tulangan geser terjadi di daerah sepanjang kurang lebih tiga kali tinggi efektif balok. Retak akibat tarik diagonal
Lebih terperinciBAB 4 DATA, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
BAB 4 DATA, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengujian Bahan Dasar 4.1.1. Hasil Pengujian Agregat Halus Pengujian terhadap agregat halus yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi pengujian kadar
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
19 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beton Beton merupakan suatu bahan bangunan yang bahan penyusunnya terdiri dari bahan semen hidrolik (Portland Cement), air, agregar kasar, agregat halus, dan bahan tambah.
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. tidak terlalu diperhatikan di kalangan masyarakat.
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Umum Dengan semakin banyaknya pemakaian bahan alternatif untuk beton, maka penelitian yang bertujuan untuk membuka wawasan tentang hal tersebut sangat dibutuhkan, terutama penggunaan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Tinjauan Umum Pelaksanaan penelitian ini dimulai dari tahap perencanaan, teknis pelaksanaan, dan pada tahap analisa hasil, tidak terlepas dari peraturan-peraturan maupun referensi
Lebih terperinci3. SIFAT FISIK DAN MEKANIK BAMBU TALI Pendahuluan
3. SIFAT FISIK DAN MEKANIK BAMBU TALI 3.1. Pendahuluan Analisa teoritis dan hasil eksperimen mempunyai peranan yang sama pentingnya dalam mekanika bahan (Gere dan Timoshenko, 1997). Teori digunakan untuk
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Metodelogi penelitian dilakukan dengan cara membuat benda uji (sampel) di
26 BAB III METODE PENELITIAN Metodelogi penelitian dilakukan dengan cara membuat benda uji (sampel) di Laboratorium Bahan dan Konstruksi Fakultas Teknik Universitas Lampung. Benda uji dalam penelitian
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Baja Baja adalah salah satu dari bahan konstruksi yang paling penting. Sifatsifatnya yang terutama penting dalam penggunaan konstruksi adalah kekuatannya yang tinggi, dibandingkan
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Beton Berdasarkan SNI 03 2847 2012, beton merupakan campuran dari semen, agregat halus, agregat kasar, dan air serta tanpa atau dengan bahan tambah (admixture). Beton sering
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beton merupakan bahan kebutuhan untuk masyarakat modern masa kini. Beton adalah salah satu unsur yang sangat penting dalam struktur bangunan. Di Indonesia hampir seluruh
Lebih terperinciTINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN PENAMBAHAN KAWAT YANG DIPASANG LONGITUDINAL DI BAGIAN TULANGAN TARIK.
TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN PENAMBAHAN KAWAT YANG DIPASANG LONGITUDINAL DI BAGIAN TULANGAN TARIK Naskah Publikasi untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana-1 Teknik
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pembebanan Struktur bangunan yang aman adalah struktur bangunan yang mampu menahan beban-beban yang bekerja pada bangunan. Dalam suatu perancangan struktur harus memperhitungkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kelebihan dari konstruksi perkerasan kaku adalah sifat kekakuannya yang. sementara kelemahan dalam menahan beban
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konstruksi perkerasan kaku ( Rigid Pavement) banyak digunakan pada kondisi tanah dasar yang mempunyai daya dukung rendah, atau pada kondisi tanah yang mempunyai daya
Lebih terperinciKAJIAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG BIASA DAN BALOK BETON BERTULANGAN KAYU DAN BAMBU PADA SIMPLE BEAM. Naskah Publikasi
KAJIAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG BIASA DAN BALOK BETON BERTULANGAN KAYU DAN BAMBU PADA SIMPLE BEAM Naskah Publikasi untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Sipil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beton merupakan fungsi dari bahan penyusunnya yang terdiri dari bahan semen hidrolik ( portland cement), agregat kasar, agregat halus, air dan bahan tambah (admixture
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat. kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian
11 BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Beton Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian direkatkan dengan semen Portland yang direaksikan dengan
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. Istimewa Yogyakarta. Alirannya melintasi Kabupaten Sleman dan Kabupaten
BAB II DASAR TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA A. Sungai Opak Sungai Opak atau kali opak adalah nama sungai yang mengalir di Daerah Istimewa Yogyakarta. Alirannya melintasi Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul.
Lebih terperinciTINJAUAN KUAT LEKAT TULANGAN BAMBU DENGAN BETON
TINJAUAN KUAT LEKAT TULANGAN BAMBU DENGAN BETON Oleh: Mulyati 1), Arman A. 2) 1 Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Padang 2 Dosen Jurusan Teknik Sipil,
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. dengan atau tanpa bahan tambah yang membentuk masa padat (SNI suatu pengerasan dan pertambahan kekuatan.
BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Beton Beton adalah campuran antara semen, agregat halus, agregat kasar, dan air dengan atau tanpa bahan tambah yang membentuk masa padat (SNI-03-2847- 2002). Beton terdiri dari
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Batako 3.1.1 Pengertian Batako Batako merupakan bahan bangunan yang berupa bata cetak alternatif pengganti batu bata yang tersusun dari komposisi antara pasir, semen Portland
Lebih terperinciPENGARUH LUBANG DALAM BETON TERHADAP KEKUATAN MEMIKUL BEBAN AKSIAL
PENGARUH LUBANG DALAM BETON TERHADAP KEKUATAN MEMIKUL BEBAN AKSIAL SAFRIN ZURAIDAH 1, HANDO 2, K BUDIHASTONO Jurusan Teknik Sipil-UNITOMO Surabaya Email : safrini@yahoo.com Abstrak Dunia usaha properti
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI A. Beton Menurut SNI 2847:2013, beton adalah campuran semen portland atau semen hidrolis lainnya, agregat halus, agregat kasar, dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan (admixture).
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. A. Beton
BAB III LANDASAN TEORI A. Beton Beton merupakan bahan yang tersusun dari semen (portland cement), agregat kasar, agregat halus, air,dan bahan tambah (admixture atau additive). Pada umumnya, beton mengandung
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. adalah campuran antara semen portland atau semen hidraulik yang lain, agregat
BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Beton Beton sebagai salah satu bahan utama yang digunakan dalam bidang konstruksi mengalami perkembangan seiring dengan berjalannya waktu. Beton adalah campuran antara semen
Lebih terperinciKAJIAN OPTIMASI KUAT TEKAN BETON DENGAN SIMULASI GRADASI UKURAN BUTIR AGREGAT KASAR. Oleh : Garnasih Tunjung Arum
KAJIAN OPTIMASI KUAT TEKAN BETON DENGAN SIMULASI GRADASI UKURAN BUTIR AGREGAT KASAR Oleh : Garnasih Tunjung Arum 09510134004 ABSTRAK Beton adalah bahan yang diperoleh dengan mencampurkan agregat halus
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Beton adalah bahan yang diperoleh dengan mencampurkan agregat halus, agregat kasar, semen Portland, dan air ( PBBI 1971 N.I. 2 ). Seiring dengan penambahan umur, beton akan semakin
Lebih terperinciPemeriksaan Gradasi Agregat Halus (Pasir) (SNI ) Berat Tertahan (gram)
Lampiran 1 Pemeriksaan Gradasi Agregat Halus (Pasir) (SNI 03-1968-1990) 1. Berat cawan kosong = 131,76 gram 2. Berat pasir = 1000 gram 3. Berat pasir + cawan = 1131,76 gram Ukuran Berat Tertahan Berat
Lebih terperinciBahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen portland komposit
III. METODE PENELITIAN A. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen portland komposit merek Holcim, didapatkan dari toko bahan
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Beton Mutu Tinggi Sesuai dengan perkembangan teknologi beton yang demikian pesat, ternyata kriteria beton mutu tinggi juga selalu berubah sesuai dengan kemajuan tingkat mutu
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. dengan atau tanpa bahan tambahan yang membentuk massa padat (SNI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Beton Beton adalah campuran antara semen, agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan yang membentuk massa padat (SNI-03-2847- 2002). Penggunaan beton
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Umum Menurut SNI 03-3430-1994, dinding memiliki 2 macam yaitu: dinding pasangan (non-structural) atau dinding yang berperan menopang atap dan sama sekali tidak menggunakan cor
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: yang padat. Pada penelitian ini menggunakan semen Holcim yang
III. METODE PENELITIAN A. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Semen Semen adalah bahan pembentuk beton yang berfungsi sebagai pengikat butiran agregat dan mengisi ruang antar
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1. BETON
1. PENDAHULUAN Beton dan bahan-bahan vulkanik sebagai pembentuknya, telah digunakan sebagai bahan bangunan sejak zaman dahulu Penggunaan beton bertulangan dengan lebih intensif baru dimulai pada awal abad
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. membentuk masa padat. Jenis beton yang dihasilkan dalam perencanaan ini adalah
BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1 Dasar Teori Beton adalah campuran antara semen, agregat halus, agregat kasar dan air yang membentuk masa padat. Jenis beton yang dihasilkan dalam perencanaan ini adalah campuran
Lebih terperinciANALISA KUAT LENTUR PADA BETON K-300 YANG DICAMPUR DENGAN TANAH KOHESIF
bidang REKAYASA ANALISA KUAT LENTUR PADA BETON K-300 YANG DICAMPUR DENGAN TANAH KOHESIF YATNA SUPRIYATNA Jurusan Teknik Sipil Universitas Komputer Indonesia Penelitian ini bertujuan untuk mencari kuat
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
42 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pengujian Pendahuluan Pengujian pendahuluan merupakan pengujian yang dilaksanakan untuk mengetahui karateristik material yang akan digunakan pada saat penelitian.
Lebih terperinciPEMANFAATAN KAWAT GALVANIS DIPASANG SECARA MENYILANG PADA TULANGAN BEGEL BALOK BETON UNTUK MENINGKATKAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG
PEMANFAATAN KAWAT GALVANIS DIPASANG SECARA MENYILANG PADA TULANGAN BEGEL BALOK BETON UNTUK MENINGKATKAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG Basuki 1, Aris Widanarko 2 1 Program Studi Teknik Sipil, Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyusunnya yang mudah di dapat, dan juga tahan lama. Beton ringan adalah beton yang memiliki berat jenis yang lebih ringan dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beton merupakan suatu material komposit dari beberapa material, yang bahan utamanya adalah semen, agregat kasar, agregat halus, air serta bahan tambah lain. Beton banyak
Lebih terperinciDAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. UCAPAN TERIMAKASIH... ii. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR TABEL... vii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR GRAFIK...
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i UCAPAN TERIMAKASIH... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR GRAFIK... ix DAFTAR ISTILAH... x BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1
Lebih terperinciPERBANDINGAN KUAT LENTUR DUA ARAH PLAT BETON BERTULANGAN BAMBU RANGKAP LAPIS STYROFOAM
PERBANDINGAN KUAT LENTUR DUA ARAH PLAT BETON BERTULANGAN BAMBU RANGKAP LAPIS STYROFOAM DENGAN PLAT BETON BERTULANGAN BAMBU RANGKAP TANPA STYROFOAM Lutfi Pakusadewo, Wisnumurti, Ari Wibowo Jurusan Teknik
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dari penelitian ini dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu hasil
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dari penelitian ini dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu hasil pemeriksaan material (bahan-bahan) pembentuk beton dan hasil pengujian beton tersebut. Tujuan dari pemeriksaan
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. untuk bangunan gedung, jembatan, jalan, dan lainnya baik sebagai komponen
BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Beton Beton merupakan salah satu bahan konstruksi yang telah umum digunakan untuk bangunan gedung, jembatan, jalan, dan lainnya baik sebagai komponen struktural maupun non-struktural.
Lebih terperinciPENGARUH PENAMBAHAN SERAT SABUT KELAPA TERHADAP KUAT TEKAN BETON
PENGARUH PENAMBAHAN SERAT SERABUT KELAPA TERHADAP KUAT TEKAN (Sahrudin - Nadia) PENGARUH PENAMBAHAN SERAT SABUT KELAPA TERHADAP KUAT TEKAN BETON oleh: Sahrudin Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Jakarta
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
A. Beton BAB III LANDASAN TEORI Beton berdasarkan SNI-03-2847-2007 didefinisikan sebagai campuran antara semen, agregat halus, agregat kasar dan air dengan atau tanpa bahan campuran tambahan membentuk
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Mutu Kekakuan Lamina BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penyusunan lamina diawali dengan melakukan penentuan mutu pada tiap ketebalan lamina menggunakan uji non destructive test. Data hasil pengujian NDT
Lebih terperinciPEMERIKSAAN TEGANGAN LEKAT BETON DENGAN VARIASI LUAS TULANGAN
PEMERIKSAAN TEGANGAN LEKAT BETON DENGAN VARIASI LUAS TULANGAN Randhy Raymond Mandolang Ronny Pandaleke, Reky Windah Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Sam Ratulangi Manado email:randhymandolang.rm@gmail.com
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini dengan pertumbuhan penduduk Indonesia yang semakin meningkat, tidak menutup kemungkinan kebutuhan akan tempat tinggal juga akan meningkat. Akibat zaman yang
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
A. Beton BAB III LANDASAN TEORI Menurut Tjokrodimuljo (2007), beton adalah campuran antara semen portland, agregat kasar, agregat halus, air dan terkadang ditambahkan dengan menggunakan bahan tambah yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beton merupakan bahan kebutuhan untuk masyarakat modern masa kini. Di Indonesia hampir seluruh konstruksi bangunan menggunakan beton sebagai bahan bangunan, seperti
Lebih terperinciPengaruh Variasi Jumlah Semen Dengan Faktor Air Yang Sama Terhadap Kuat Tekan Beton Normal. Oleh: Mulyati, ST., MT*, Aprino Maramis** Abstrak
Pengaruh Variasi Jumlah Semen Dengan Faktor Air Yang Sama Terhadap Kuat Tekan Beton Normal Oleh: Mulyati, ST., MT*, Aprino Maramis** *Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan **
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Tinjauan Umum Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen, yaitu dengan melakukan percobaan untuk mendapatkan hasil yang menunjukkan hubungan antara
Lebih terperinciPERBAIKAN BETON PASCA PEMBAKARAN DENGAN MENGGUNAKAN LAPISAN MORTAR UTAMA (MU-301) TERHADAP KUAT TEKAN BETON JURNAL TUGAS AKHIR
PERBAIKAN BETON PASCA PEMBAKARAN DENGAN MENGGUNAKAN LAPISAN MORTAR UTAMA (MU-301) TERHADAP KUAT TEKAN BETON JURNAL TUGAS AKHIR Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana Strata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan konstruksi bangunan di Indonesia semakin
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini perkembangan konstruksi bangunan di Indonesia semakin meningkat. Hal ini terbukti dari semakin meningkatnya jumlah individu di Indonesia serta semakin berkembangnya
Lebih terperinciKAJIAN KUAT TARIK BETON SERAT BAMBU. oleh : Rusyanto, Titik Penta Artiningsih, Ike Pontiawaty. Abstrak
KAJIAN KUAT TARIK BETON SERAT BAMBU oleh : Rusyanto, Titik Penta Artiningsih, Ike Pontiawaty Abstrak Beton mempunyai kekurangan yang cukup signifikan, yaitu mempunyai kuat tarik yang rendah. Penambahan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beton sangat banyak dipakai secara luas sebagai bahan bangunan. Bahan tersebut diperoleh dengan cara mencampurkan semen portland, air, dan agregat, dan kadang-kadang
Lebih terperinci8. PEMBAHASAN UMUM DAN REKOMENDASI Pembahasan Umum
8. PEMBAHASAN UMUM DAN REKOMENDASI 8.1. Pembahasan Umum Penggunaan bambu sebagai bahan bangunan bukan merupakan hal yang baru, tetapi pemanfaatannya pada umumnya hanya dilakukan berdasarkan pengalaman
Lebih terperincia. Jenis I merupakan semen portland untuk penggunaan umum yang memerlukan persyaratan persyaratan khusus seperti yang disyaratkan pada jenis-jenis
BAB III LANDASAN TEORI A. Pozzolan Pozzolan adalah bahan yang mengandung senyawa silika dan alumina, yang tidak mempunyai sifat semen, akan tetapi dalam bentuk halusnya dan dengan adanya air dapat menjadi
Lebih terperincibersifat sebagai perekat/pengikat dalam proses pengerasan. Dengan demikian
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Beton Beton adalah komposit yang terbentuk dari beberapa bahan batuan dan direkalkan oleh bahanjkat. Beton dibentuk dari pasir (agregat halus), kerikil (agregat kasar), dan ditambah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian ini dikembangkan dengan menggunakan beberapa referensi yang berhubungan dengan obyek pembahasan. Penggunaan referensi ditujukan untuk memberikan
Lebih terperinciPENGUJIAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN VARIASI RATIO TULANGAN TARIK
PENGUJIAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN VARIASI RATIO TULANGAN TARIK Stevie Andrean M. D. J. Sumajouw, Reky S. Windah Universitas Sam Ratulangi Fakultas Teknik Jurusan Sipil Manado Email:stevee.pai@gmail.com
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. kualitas bahan, cara pengerjaan dan cara perawatannya.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beton Menurut Tjokrodimuljo (1996), beton merupakan hasil pencampuran portland cement, air, dan agregat. Terkadang ditambah menggunakan bahan tambah dengan perbandingan tertentu,
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Uraian Umum Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental dalam perancangan beton bertulang dengan variasi panjang sambungan lewatan. Penelitian ini
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Tinjauan Umum Metodelogi penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental laboratorium. Pengujian dilakukan untuk menguji perbandingan kuat lekat bambu petung bertakikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUANb Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUANb A. Latar Belakang Permasalahan Dalam Perkembangan teknologi dan kemajuan industri saat ini yang sangat pesat memacu peningkatan pembangunan dari segala sektor kehidupan. Dan ini berdampak
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan cara yang digunakan dalam sebuah penelitian, sehingga dalam pelaksanaan dan hasil penelitian dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Pada penelitian
Lebih terperinciPENGGUNAAN PASIR DAN KERIKIL LOKAL DI KABUPTEN SUMENEP SEBAGAI BAHAN MATERIAL BETON DI TINJAU DARI MUTU KUAT BETON
PENGGUNAAN PASIR DAN KERIKIL LOKAL DI KABUPTEN SUMENEP SEBAGAI BAHAN MATERIAL BETON DI TINJAU DARI MUTU KUAT BETON Oleh : Soeparno dan Didiek Purwadi *) Abstrak : Dalam pembangunan fisik infrastruktur
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Umum Penelitian ini merupakan suatu studi kasus pekerjaan perbaikan struktur kantilever balok beton bertulang yang diakibatkan overloading/ beban yang berlebihan. Tujuan dari
Lebih terperinciPERBANDINGAN KUAT TARIK LENTUR BETON BERTULANG BALOK UTUH DENGAN BALOK YANG DIPERKUAT MENGGUNAKAN CHEMICAL ANCHOR
PERBANDINGAN KUAT TARIK LENTUR BETON BERTULANG BALOK UTUH DENGAN BALOK YANG DIPERKUAT MENGGUNAKAN CHEMICAL ANCHOR Regina Deisi Grasye Porajow M. D. J. Sumajouw, R. Pandaleke Fakultas Teknik Jurusan Sipil
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
A. Beton BAB III LANDASAN TEORI Beton merupakan bahan gabungan yang terdiri dari agregat kasar dan halus yang dicampur dengan air dan semen sebagai bahan pengikat dan pengisi antara agregat kasar dan halus
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metoda Pelaksanaan Penelitian Mulai Studi literatur Persiapan alat dan bahan Pengujian material pembentuk mortar (uji pendahuluan) : - Uji berat jenis semen - Uji berat
Lebih terperinciAnalisis Bambu Walesan, Bambu Ampel dan Ranting Bambu Ampel sebagai Tulangan Lentur Balok Beton Rumah Sederhana
Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 3, No. 1, November 2011 21 Analisis Bambu Walesan, Bambu Ampel dan Ranting Bambu Ampel sebagai Tulangan Lentur Balok Beton Rumah Sederhana Hery Suroso & Aris widodo Jurusan
Lebih terperinciBARtl TINJAUAN PUSTAKA. Teknologi beton terns berkembang seiring dengan tuntutan kebutuhan
BARtl TINJAUAN PUSTAKA Teknologi beton terns berkembang seiring dengan tuntutan kebutuhan konstruksi yang semakin meningkat. Salah satu hal yang penting dan perju mendapat perhatian dalam teknologi pembuatan
Lebih terperinciPENGARUH VARIASI DIMENSI BENDA UJI TERHADAP KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG
PENGARUH VARIASI DIMENSI BENDA UJI TERHADAP KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG Irmawati Indahriani Manangin Marthin D. J. Sumajouw, Mielke Mondoringin Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Sam Ratulangi
Lebih terperinciBERAT VOLUME DAN KEKAKUAN PLAT SATU ARAH PADA PLAT BETON BERTULANGAN BAMBU DENGAN LAPIS STYROFOAM
BERAT VOLUME DAN KEKAKUAN PLAT SATU ARAH PADA PLAT BETON BERTULANGAN BAMBU DENGAN LAPIS STYROFOAM Candra Kurniawan Ramadhani *1, Sri Murni Dewi 2, Devi Nuralinah 2 1 Mahasiswa / Program Sarjana / Jurusan
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Persen Lolos (%) BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemeriksaan Agregat Halus (Pasir) 1. Gradasi agregat halus (pasir) Dari hasil pemeriksaan gradasi agregat halus pada gambar 5.1, pasir Merapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. serta bahan tambahan lain dengan perbandingan tertentu. Campuran bahan-bahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beton merupakan suatu bahan komposit (campuran) dari beberapa material, yang bahan utamanya terdiri dari semen, agregat halus, agregat kasar, air serta bahan tambahan
Lebih terperinciPENGGUNAAN PECAHAN BOTOL KACA SEBAGAI AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN BETON
PENGGUNAAN PECAHAN BOTOL KACA SEBAGAI AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN BETON Nini Hasriyani Aswad Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Haluoleo Kampus Hijau Bumi Tridharma Anduonohu
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan yaitu dari bulan Juni hingga Agustus 2011 di Laboratorium Rekayasa dan Desain Bangunan Kayu, Laboratorium Peningkatan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beton Ringan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beton Ringan Beton biasa merupakan bahan yang cukup berat, dengan berat 2400 kg/m3 dan menghantarkan panas. Untuk mengurangi bahan mati suatu struktur beton atau mengurangi
Lebih terperinci